Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Rendah

14

Click here to load reader

description

untuk wanita hamil dan literaturnya

Transcript of Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Rendah

Page 1: Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Rendah

Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif Rendah

BERITAJAKARTA.COM — 25-04-2008 17:27

Pengetahuan para ibu tentang Inisiasi Menyusui Dini (IMD) di Jakarta  Barat masih tergolong rendah. Betapa tidak, data Suku Dinas Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Jakarta Barat menyebutkan, ibu yang baru memberikan ASI eksklusif selama enam bulan kepada anaknya masih dibawah 30 persen.

Selain karena faktor ketidaktahuan, para ibu juga tidak bisa memberikan ASI secara eksklusif karena kesibukan. "Yang paling dominant adalah karena faktor ketidaktahuan," kata Kepala Sudin Kesmas Jakarta Barat, Ariani Murti, di sela acara sosialisasi IMD di Ruang Serbaguna Kantor Pemerintah Kota Jakarta Barat, Jumat (25/4).

Padahal, kata Ariani, ASI Ekslusif itu sangat penting. Jika anak tidak diberikan ASI eksklusif selama enam bulan berturut-turut berdampak pada terganggunya perkembangan bayi. Sebagai buktinya, lanjut Ariani, masih banyak ditemukan bayi dibawah garis merah (BGM), 10 balita diantaranya masuk kategori kurus sekali dimana berat badannya hanya 70 persen dari berat normal. "Jumah balita di Jakarta Barat saat ini tercatat sekitar 190 ribu," ungkapnya tidak merinci berapa yang masuk dalam kategori BGM.

Foto: Dok./beritajakarta.com

null

Page 2: Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Rendah

Selain itu, ungkap Ariani, ASI eksklusif juga penting diberikan kepada bayi satu jam pertama setelah melahirkan. Karena dapat mencegah angka kematian bayi saat melahirkan sekitar 22 persen.

Bagi ibu-ibu yang tidak bisa memberikan ASI eksklusif karena faktor kesibukan, Ariani menyarankan agar membuat persediaan ASI untuk anaknya di rumah. Caranya, peras ASI menggunakan alat penyedot dan kemudian menyimpannya di lemari pendingin. "ASI yang disimpan di freezer (dibekukan-red) bisa tahan hingga enam bulan, tapi jika hanya disimpan di lemari pendingin hanya bisa bertahan selama 3x24 jam," ujarnya. "Jika akan diberikan kepada bayi, terlebih dahulu dicairkan dan dihangatkan," jelasnya. 

Untuk mendukung program ASI eksklusif, Ariani berharap kepada perusahaan industri memberikan kesempatan kepada ibu menyusui untuk pulang demi menyusui bayinya selama jam istirahat. "Kami mengharapkan perusahaan bisa memberi toleransi selam enam bulan," harapnya. Selain itu, ia juga berharap tempat-tempat umum seperti bandara, mal, terminal, atau tempat umum lainnya menyediakan tempat khusus ibu menyusui. 

Intan, satu perserta sosialisasi mengatakan, ASI eksklusif penting untuk membentuk pertahanan bayi. Namun, Intan yang memiliki anak kembar itu mengaku kesulitan memberikan ASI eksklusif, karena dirinya masih bekerja. Dia juga tidak sempat membuat persediaan ASI untuk ditinggal di rumah saat dirinya bakerja.

"Waktu saya sering habis karena harus bergantian memberikan susu kepada anak saya yang kembar dan pergi bekerja," ujarnya. Untuk mengatasi itu, akhirnya Intan menggunakan susu formula. "Tapi sebisa mungkin saat pulang saya berusaha menyusui anak," tambahnya.

Nuraini, peserta lainnya mengaku baru mengetahui bahwa ASI itu bisa disimpan berbulan-bulan di dalam freezer. Selama ini, ia mengaku khawatir jika menyimpan ASI di dalam lemari pendingin, sehingga anaknya yang berusia dua tahun hanya diberikan susu formula. "Sebelumnya juga saya sempat bingung dan khawatir saat beredar kabar bahwa ada beberapa susu formula mengandung bakteri enterobacter sakazakii," ungkapnya.

Latar belakang. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif (pemberian ASI tanpa makanan pendamping kepada bayi sampai berumur 6 bulan) sangat penting bagi ibu-ibu terutama ibu yang baru mempunyai bayi atau menyusui. Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 1997 bahwa hampir semua bayi (96,3%) di Indonesia pernah mendapat ASI, tetapi (SDKI) 1997 juga menunjukkan konsumsi makanan pendamping ASI (MP-ASI) di usia dini cukup besar yaitu sebanyak 35% pada bayi usia kurang dari 2 bulan sebanyak 37% pada bayi usia 2 – 3 bulan.

Tujuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif berkaitan erat dengan pemberian ASI Eksklusif. Sedangkan

Page 3: Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Rendah

Metode. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan study croossectional. Penelitian di laksanakan selama kurang lebih 1 bulan, dengan responden 60 ibu yang menyusui bayi berusia 0 – 6 bulan, dan usia ibu 20 – 35 tahun.

Hasil dan kesimpulan. Hasil perhitungan Chi – Square menunjukkan (c2) hitung lebih besar dari (c2) tabel dengan nilai ( c2 = 9,268) dan nilai (p = 0,002) berarti ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan pemberian ASI Eksklusif dengan tingkat kemaknaan 5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif memiliki kaitan yang erat dengan pemberian ASI Eksklusif. Sehingga perlu diupayakan adanya penyuluhan dan penyebaran informasi pada setiap sarana kesehatan atau sarana persalinan agar ibu-ibu yang baru memiliki bayi supaya memberikan ASI Eksklusif.

Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankankehidupannya. Kebutuhan tersebut dapat tercukupi dengan memberikan Air susuIbu (ASI) kepada bayi. ASI merupakan makanan yang ideal untuk bayi, sebabASI mengandung semua zat gizi untuk membangun dan menyediakan energidalam susunan yang diperlukan (Solihin Pudjiadi, 2000:14). ASI Eksklusif harusdiberikan pada bulan- bulan pertama setelah kelahiran bayi, karena pada masa initerjadi pertumbuhan fisik, pembentukan psikomotor, dan akulturasi yang sangatcepat (Deddy Muchtadi, 1996:18).Pada usia 0-6 bulan sebaiknya bayi juga tidak diberi makanan apapunkarena makanan tambahan mempunyai resiko terkontaminasi yang sangat tinggi.Selain itu dengan memberikan makanan tambahan pada bayi, akan mengurangiproduksi ASI, karena bayi menjadi jarang menyusu (Deddy Muchtadi, 1996:73).Pada kenyataannya, pengetahuan masyarakat tentang ASI eksklusif masihsangat kurang, misalnya pada masyarakat desa. Ibu sering kali memberikanmakanan padat kepada bayi yang baru berumur beberapa hari atau beberapaminggu seperti memberikan nasi yang dihaluskan atau pisang. Kadang- kadangibu mengatakan air susunya tidak keluar atau keluarnya hanya sedikit pada hariharipertama kelahiran bayinya, kemudian membuang ASInya tersebut danmenggantikannya dengan madu, gula, mentega, air atau makanan lain. Hal ini2tidak boleh dilakukan karena air susu yang keluar pada hari- hari yang pertamakelahiran adalah kolostrom (Dedy Muchtadi, 1996:39).Pemberian ASI eksklusif dianjurkan sampai bayi berusia enam bulan.Setelah berumur enam bulan bayi mulai diberi makanan pendamping ASI ataumakanan padat yang benar dan tepat. Air susu ibu harus tetap diberikan sampaibayi berusia dua tahun atau lebih, karena ASI akan memberikan sejumlah zat- zatgizi yang berguna untuk pertumbuhan bayi, seperti lemak, protein bermutu tinggi,vitamin dan mineral (Deddy Muchtadi, 1996:39).Pada zaman sekarang ini terjadi peningkatan ilmu pengetahuan danteknologi yang demikian pesat. Saat ini, pengetahuan lama yang mendasar sepertimenyusui sudah semakin terlupakan. Di masa sekarang ini ibu yang mempunyaitingkat sosial ekonomi menengah ke atas terutama di perkotaan, dengan tingkatpendidikan yang cukup, justru tidak memberikan ASI dengan tepat dan sesuai

Page 4: Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Rendah

dengan praktek pemberian ASI eksklusif terhadap bayi. Praktek pemberian ASIeksklusif di kota besar mengalami penurunan, sedangkan di daerah pedesaansering terjadi pemberian makanan tambahan yang diberikan tidak pada usia yangtelah dianjurkan (Haryono Suyono, 1989:7).Balita di Indonesia yang mendapatkan ASI menunjukkan tingkatkekurangan gizi yang lebih rendah, dan menghadapi resiko lebih kecil terserangdiare atau penyakit pernapasan lainnya dibandingkan dengan anak balita yangtidak mendapatkan ASI (mendapat susu dari botol). Air susu ibu mengandung zatzatkekebalan serta gizi yan diperlukan untuk mencegah atau mengurangiserangan penyakit- penyakit yang melemahkan tubuh, air susu ibu memiliki3manfaat yang sangat penting bagi pertumbuhan dan kesehatan anak balita. Airsusu ibu juga merupakan sumber ekonomi utama. Dalam perekonomian Indonesiaharga bersih seluruh air susu ibu diperkirakan dapat bernilai jutaan dolar(Haryono Suyono, 1989:7).Berdasarkan informasi yang diperoleh dari bidan Sumiyati yang bertugasdi Desa Sadang, ibu- ibu memberikan makanan tambahan berupa makanan cairatau makanan padat pada bayinya sebelum waktu yang telah ditentukan yaitu usiabayi kurang dari enam bulan. Dari uraian di atas, peneliti mengambil judul SurveyPengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif dengan Pemberian ASI eksklusif padabayi di Desa Sadang Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus.1.2. Rumusan masalahBerdasarkan uraian di atas, permasalahan yang akan dibahas dalampenelitian ini adalah Apakah ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang ASIeksklusif dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi di Desa Sadang KecamatanJekulo Kabupaten Kudus?

Kebutuhan bayi akan gizi sangat tinggi untuk mempertahankankehidupannya. Kebutuhan tersebut dapat tercukupi dengan memberikan ASI secaraekskusif pada bayi selama enam bulan pertama sejak lahir karena ASI merupakanmakanan ideal untuk bayi yang mengandung semua zat gizi untuk membangun danmenyediakan energi dalam susunan yang diperlukan (Solihin Pujiadi, 2002:14).Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah Apakah adahubungan antara pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan pemberian ASIeksklusif pada bayi di Desa Sadang Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus. Tujuanyang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antarapengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif pada bayidi Desa Sadang Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus. Populasi dalam penelitian iniadalah semua ibu yang memiliki bayi usia enam sampai dua belas bulan yang adadi wilayah desa Sadang, Kecamatan Jekulo, Kabupaten, Kudus. Teknikpengambilan sampel yang digunakan adalah teknik total sampling. Sampel dalampenelitian ini berjumlah empat puluh orang. Instrumen penelitian ini adalah daftarwawancara kuesioner. Data dalam penelitian ini diperoleh dari data primer yaitudengan wawancara dan kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh denganmengetahui data jumlah bayi yang berumur enam sampai dua belas bulan. Teknikanalisis yang digunakan adalah analisis diskriptif persentase dan analisis bivariat

Page 5: Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Rendah

dengan menggunakan uji chi square.Hasil penelitian pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan pemberianASI pada bayi dengan pengetahuan ibu yang baik dan sedang yang tidakmemberikan ASI terdapat 4 orang (16 %) dan yang memberikan ASI sebanyak 14orang (93,3%), sedangkan pada ibu yang memiliki pengetahuan kurang yang tidakmemberikan ASI sebanyak 21 orang (84%) dan yang memberikan sebanyak 1orang (6,7 %). Dari uji statistik didapatkan p value 0,000 dengan koefisienkontingensi 0,601 hal ini menunjukkan adanya hubungan pengetahuan denganpemberian ASI eksklusif pada bayi.Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan ada hubunganantara Pengetahuan tentang ASI eksklusif dan Pemberian ASI eksklusif pada bayidi Desa Sadang Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus. Berdasarkan hasil penelitiantersebut, saran yang dapat peneliti berikan diantaranya adalah perlunya dilakukanpenyuluhan dan pembinaan kepada ibu- ibu di Desa Sadang Kecamatan JekuloKabupaten Kudus mengenai manfaat memberikan ASI secara ekskulusif, caracaramemberikan ASI yang membantu kelancaran produksi ASI sejak lahirterutama bagi ibu- ibu yang akan melahirkan pertama kali untuk meningkatkanpengetahuan ibu tentang pentingnya memberikan ASI eksklusif. Bagi ibu- ibu yangbelum memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya supaya memberikan ASIsecara eksklusif kepada bayinya bila mempunyai anak lagi.

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR, POLA MAKAN, PEMBERIAN ASI, DANKEJADIAN INFEKSI DENGAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 6-12BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANDONGAN KABUPATEN MAGELANGJULI 2000-JANUARI 2001HARIYANI SULISTYONINGSIH -- E2A399067(2001 - Skripsi)Berat badan lahir merupakan salah satu indicator yang digunakan untuk menentukankeberhasilan pembangunan di bidang kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuihubungan BB , pola makan, pemberian ASI dan kejadian infeksi dengan status gizi danperkembangan bayi usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bandongan KabupatenMagelang Juli 2000-Januari 2001.Jenis penelitian adalah explanatory survei dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitianadalah bayi 6-12 bulan sebanyak 622 orang, sedangkan besar sampel yang dibutuhkan 86 orang.Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik sampling proporsional simplerandom. Uji statistik dengan Chi Square dan uji statistik Wald pada alfa 0,05 serta analisalogistik regresi dengan alfa 0,05.Hasil penelitian menunjukkan dari 86 bayi yang menjadi sampel terdapat 11 bayi lahir denganBB rendah, 33 bayi mendapatkan makanan tidak sesuai dengan pedoman, 67 bayi tidak

Page 6: Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Rendah

mendapatkan ASI secar ekslusif, 32 bayi pernah mengalami sakit infeksi, 15 bayi mempunyaistatus gizi tidak normal dan 17 bayi mempunyai perkembangan tidak normal.Hasil analisa statistik menunjukkan ada hubungan berat badan lahir dengan status gizi p=0,0001,berat badan lahir dengan perkembangan p=0,0001, hubungan pola makan dengan status gizip=0,0022, hubungan kejadian infeksi dengan status gizi, hubungan pola makan e perkembanganp=0,003, hubungan kejadian infeksi dengan perkembangan p=0,001, serta tidak ada hubunganpemberian ASI dengan perkembangan p=0,2519 dan tidak ada hubungan pemberian ASI denganstatus gizi p=0,8303.Disarankan adanya penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang mempegneruhihubungan berat badan lahir dengan status gizi dan perkembangan. Perlu peningkatan peranpetugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan pada ibu dan bayi, sertameningkatkan kesadarn ibu dalam memberikan ASI secara ekslusif dan memberikan makananyang sesuai dengan pedoman pola makan.Kata Kunci: BERAT BADAN LAHIR, ASI, POLA MAKAN

Sebagian besar bayi di Indonesia (81,02%) disusuisampai 6 bulan atau lebih. Probabilitas kumulatifketahanan hidup bayi menurut durasi pemberian ASIadalah sebagai berikut: pemberian ASI 0 bulanketahanan hidupnya adalah 71%, pemberian ASI 1-2bulan ketahanan hidupnya adalah 91%, 3 bulan adalah95%, 4 bulan adalah 94%, 5 bulan adalah 96%, dan 6bulan atau lebih adalah 99%. Artinya jika bayi yang

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang PenelitianNegara Republik Indonesia adalah negara yang memiliki tujuan nasional dan cita-cita luhur yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk mewujudkan tujuan tersebut perlu dipersiapkan secara dini sumber daya manusia yang tangguh dan berkualitas (Muchtadi, 2002).Pemberian ASI dari awal kelahiran sampai 4-6 bulan akan menjadikan sendi-sendi kehidupan yang terbaik baginya kelak. ASI juga menjamin bayi tetap sehat dan memulai kehidupannya dalam cara yang paling sehat. Karena ASI adalah makanan terbaik diawal kehidupan bayi (Soetjiningsih, 1997).Para ahli menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat meningkat bila gizi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Peningkatan ini sesuai dengan lamanya pemberian ASI eksklusif serta lamanya pemberian ASI bersama-sama dengan makanan

Page 7: Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Rendah

padat setelah bayi berumur 6 bulan. Melalui ASI eksklusif akan lahir generasi baru yang sehat secara mental emosional dan sosial (Soetjiningsih, 1997).Namun, menurut para ahli saat ini banyak ibu-ibu baru yang memberikan bayi mareka PASI, tetapi mereka menghentikannya lebih awal. Hal tersebut terjadi karena banyak sekali hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian PASI.Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi pula peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat. Ironinya, pengetahuan lama yang mendasar seperti pemberian ASI justru kadang terlupakan. Padahal kehilangan pengetahuan dalam pemberian ASI merupakan kehilangan yang besar, karena pemberian ASI adalah suatu pengetahuan yang berjuta-juta tahun mempunyai peran penting dalam mempertahankan kehidupan manusia. Pengaruh kemajuan tehnologi dan perubahan sosial budaya juga mengakibatkan ibu-ibu diperkotaan umumnya bekerja diluar rumah dan makin meningkat. Ibu-ibu golongan ini menganggap lebih praktis membeli dan memberikan susu botol daripada menyusui, semakin meningkatnya jumlah angkatan kerja wanita diberbagai sektor, sehingga semakin banyak ibu harus meninggalkan bayinya sebelum berusia 4 bulan, setelah habis cuti bersalin. Hal ini menjadi kendala tersendiri bagi kelangsungan pemberian ASI eksklusif dan adanya mitos-mitos yang menyesatkan juga sering menghambat dalam pemberian ASI (Ebrahim, 1986).Tingkat pengetahuan ibu yang kurang tentang pemberian PASI mengakibatkan kita lebih sering melihat bayi diberi susu botol dari pada disusui ibunya, bahkan kita juga sering melihat bayi yang baru berusia 1 bulan sudah diberi pisang atau nasi lembut sebagai tambahan ASI. Pemberian susu formula, makanan padat / tambahan yang terlalu dini dapat mengganggu. Pemberian ASI eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu tidak ditemukan bukti yang menyokong bahwa pemberian susu formula, makanan padat / tambahan pada usia 4 atau 5 bulan lebih menguntungkan. Bahkan sebaliknya, hal ini akan mempunyai dampak yang negatif terhadap kesehatan bayi dan tidak ada dampak positif untuk perkembangan pertumbuhannya (I Gde Manuaba, 1998).Program peningkatan penggunaan ASI (PP-ASI) khususnya ASI eksklusif merupakan program prioritas, karena dampaknya luas terhadap status gizi dan kesehatan balita. Program prioritas ini berkaitan dengan kesepakatan global antara lain, deklarasi Incocenty (Italia) pada tahun 1990 tentang perlindungan, promosi dan dukungan terhadap penggunaan ASI, disepakati pula untuk pencapaian pemberian ASI eksklusif sebesar 80% pada tahun 2000 (Anwar, Harian Pelita, www.Depkes.co.id)Pemberian ASI saja (ASI eksklusif) dianjurkan sampai bayi berumur 6 bulan kenyataannya di Indonesia hampir semua bayi mendapatkan ASI, namun hanya sekitar 52% ibu memberikan ASI eksklusif. Cakupan pemberian ASI eksklusif di Propinsi Lampung adalah 34,53% dari 57,208 (Laporan Tahunan Promkes tahun 2005). Cakupan pemberian ASI eksklusif di ............ ....... adalah 13,49% dari 2,950 (Laporan tahunan Dinkes ............ ....... 2004-2005. Di Puskesmas Pembantu Batanghari hanya 20% dari 100 bayi yang diberikan PASI (Laporan Puskesmas Pembantu 2006).Berdasarkan hasil pra survey yang telah dilakukan oleh penulis di Wilayah Puskesmas Pembantu Batanghari ............ ....... 2006, didapatkan dari 100 bayi terdapat 20 bayi (20 %) yang tidak diberikan ASI eksklusif. Dilihat dari tingkat pendidikan ibu di wilayah Puskesmas Pembantu Batanghari rata-rata pendidikan ibu SMP, sehingga ibu memberikan bermacam-macam makanan seperti susu formula, air teh, nasi lembut, pisang.

Page 8: Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Rendah

Melihat hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian makanan atau minuman pendamping ASI pada ibu menyusui di Wilayah Puskesmas Pembantu Batanghari ............ ........

1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, di Indonesia terdapat 52% ibu menyusui yang memberikan ASI eksklusif di Lampung; 34,53% ibu-ibu menyusui yang memberikan ASI eksklusif di ............ ....... 13,49%; ibu-ibu menyusui yang memberikan ASI eksklusif. Desa Batanghari terdapat 20% ibu-ibu menyusui yang memberikan PASI pada usia 0-6 bulan. Dari hasil pra survey, ternyata masih banyak bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif di Wilayah Puskesmas Pembantu Batanghari ............ ........

1.3 Rumusan MasalahMasalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian PASI pada bayi 0-6 bulan di Wilayah Puskesmas Pembantu Batanghari ............ ........

1.4 Pertanyaan Penelitian Bagaimana hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian PASI pada bayi 0-6 bulan di Wilayah Puskesmas Batanghari ............ ........

1.5 Tujuan Penelitian 1.5.1 Tujuan UmumMengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang ASI terhadap pemberian PASI pada bayi 0-6 bulan di Wilayah Puskesmas Pembantu Batanghari ............ ........1.5.2 Tujuan Khusus1. Mengetahui karateristik responden yang memberikan PASI pada bayi 0 – 6 bulan (Umur, Paritas, Pendidikan, Pekerjaan, Wilayah Puskesmas Pembantu Batanghari ............ ....... 2006.2. Mengetahui hubungan pengetahuan ibu terhadap pemberian PASI pada bayi 0-6 bulan di Wilayah Puskesmas Pembantu Batanghari ............ ....... 2006.

1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Bagi Institusi Akademi Kebidanan Wirabuana.Sebagai salah satu bahan pustaka bagai peneliti selanjutnya.1.6.2 Bagi Puskesmas Pembantu BatanghariDiharapkan akan memberi manfaat sebagai bahan masukan atau tambahan dalam memberikan pengetahuan pada ibu menyusui.1.6.3 Bagi IbuKhususnya ibu menyusui diharapkan dapat menambah dan meningkatkan pengetahuan ibu tentang cara pemberian PASI1.6.4 Bagi PenulisDapat menambah wawasan keilmuan dan pengalaman dalam memberikan Asuhan Kebidanan kepada ibu.1.7 Ruang Lingkup Penelitian1.7.1 Jenis penelitian : Deskriptif

Page 9: Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Rendah

1.7.2 Objek penelitian :a. Variabel Terikat : PASIb. Variabel Bebas : 1. Karakteristik Responden2. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASIterhadap Pemberian PASI1.7.3 Subjek Penelitian : Ibu menyusui yang mempunyai bayi 0-6 bulan1.7.4 Lokasi Penelitian : Di Wilayah Puskesmas Pembantu Batanghari ............ ........1.7.5 Waktu Penelitian : Januari s/d Mei 2006