Pengetahuan Dasar Bendungan

download Pengetahuan Dasar Bendungan

of 65

description

bendung

Transcript of Pengetahuan Dasar Bendungan

  • KOMITE NASIONAL INDONESIA UNTUK BENDUNGAN BESAR

    PERENCANAAN B E N D U N G A N

    Oleh :Ir. HM. Soedibyo, MT

    Pembekalan untuk SertifikasiBalikpapan 29-31 Maret 2010

  • Sistematika PembahasanSistematikaLingkup Perencanaan Berbagai Peraturan Perundang-undangan Terkait Hal-hal yang Harus DiperhatikanKriteria BendunganBerbagai Tipe BendunganKriteria Umum Bendungan Urugan Survai dan Investigasi (Survin)Analisis HidrologiDesain BendunganBangunan PelengkapInstrumentasi Bendungan

  • 10 Bendungan Tertinggi dan Terpanjang di IndonesiaRencana Tindak DaruratPusat Listrik Tenaga Air

  • TAHAPPEMBANGUNANASPEKPERENCANAANAS SURVAI &INVESTIGASIASPEKLINGKUNGANASPEKDESAINPerencanaan umum (Planning)Formulasi prcnTujuan proyekPemanfatan airPcgh bcnRncn koordinasiTopografi Hidrologi GeologiIdentifikasi permasalahan lingkungan ygmungkin tmblGambaran utama bdn & wdk Kelayakan kstrsDesain lokasi & tipe PerncnanPendahu-luan (Basic design)Formulasi perencanaanKebutuhan airVol pngdl banjir Hal lain terkait bdn & wdkPngprsn wdkSurvin awalHidrologi Rezim sungaiTopografiGeologiBahan bdnKondisi lokasiTindak lanjut atas saran dlm studi ANDAL/ RKL/RPLDesain bdn :Lokasi TipePotongan tipikalBngn utama Bngn pelengkap Desain rinci(detail design)Perencanaan Survin rinciHidrologi Rezim sungaiTopografiGeologiBahan bdnKondisi lokasiMelanjutkan tindak lanjut saran dlm studi ANDAL/ RKL/RPLDesain : gmbr denah, as bdn, SW, inlet & outlet, fslt O&P, wdk dsb.Dokumen lelangLaporan desain dsb

  • PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN1. Undang Undang Dasar 1945 2. Undang Undang No. 7 Tahun 2004 Tentang SDA3. Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi.4. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2000 Tentang Usaha dan Peran Serta Masyarakat Jasa Konstruksi5. Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.6. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi.7. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan SDA

  • 8. SNI-No.1731.1989.F Tentang Pedoman Keamanan Bendungan9. SNI-No.03.3432-1994.F Tentang Tata Cara Penetapan Banjir Desain dan Kapasitas Pelimpahan untuk Bendungan10. SNI-No. M 19.F Tentang Metode Perhitungan Banjir 11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 072/PRT/ 1997 Tentang Keamanan Bendungan12. Keputusan Dirjen Pengairan No. 185/KPTS/A/1986 Tentang Perencanaan Irigasi KP-02 Bangunan Utama13. Keputusan Dirjen SDA No. 94/KPTS/A/1998 Tentang Rencana Tindak Darurat

  • 14. Keputusan Dirjen SDA No. 04/KPTS/2002 Tentang Tata Cara Untuk Persetujuan Pembangunan dan Penghapusan Fungsi Bendungan15. Keputusan Dirjen SDA No. 05/KPTS/2003, TentangA. Pedoman Kajian Keamanan BendunganB. pedoman Kriteria Umum Desain BendunganC. Pedoman Inspeksi dan Evaluasi Keamanan Bendungan16. Standar dari International Commission on Large Dams dan JANCOLD17. Standar dari United States Bureau of Reclamation18. American Society for Testing and Materials

  • 18. Keputusan Dirbintek Ditjen Pengairan Tentang Panduan Perencanaan Bendungan Urugan , Volume I Survai dan Investigasi Volume II Analisis Hidrologi Volume III Desain Pondasi dan Tubuh Bendungan Volume IV Desain Bangunan Pelengkap Volume V Pekerjaan Hidromekanikal, Instrumentasi, dan Bangunan Pelengkap19. Peraturan Perundang-undangan terkait Lingkungan Hidup, Kelistrikan dsb.

  • Hal-hal yang Harus DiperhatikanPembangunan bendungan untuk membentuk waduk disamping manfaatnya yang besar, juga akan mengundang potensi bahaya, karena apabila runtuh dapat menimbulkan banjir bandang yang sangat dahsyat yang dapat mengancam keselamatan jiwa dan harta benda disebelah hilirnya.Bagi pihak-pihak terkait, apabila terdapat kegagalan konstruksi dan atau kegagalan bangunan, dapat dikenakan sanksi baik administratif dan atau pidana. Maka pembangunannya harus mengikuti peraturan perundang-undangan terkait bendungan yang berlaku dengan memperhatikan yang antara lain :

  • Faktor keamanan bendungan, Pemenuhan fungsi, Pemanfaatan material setempat yang kualitas dan kuantitasnya memenuhi syarat , 4. Tersedianya biaya operasi dan pemeliharaan termasuk anggaran biayanya, dan Tersedianya SDM yang mempunyai kompetensi dan kuantitas yang memadai, selaras dengan kondisi lingkungan dan kondisi sosial ekonomi setempat. Maka

    Rencana pembangunan bendungan harus disosialikan kepada masyarakat setempat terutama bagi masyarakat yang akan menerima dampak pembangunannya.

  • Kriteria Bendungan :Terdapat 3 (tiga) kriteria bendungan yang waktu ini digunakan yaitu dari :

    1. Menurut SNI Nomor 1731.1989-F Tentang Pedoman Keamanan Bendungan dan Permen No. 072/PRT/1997 Tentang Keamanan Bendungan ,

    2. Menurut International Commission on Large Dams (ICOLD), dan

    3. Menurut KNI-BB (Rancangan Peraturan Pemerintah Tentang Bendungan.

  • Standar Nasional Indonesia No. 1731.1989-F Tentang Keamanan Bendungan dan Peraturan Menteri No. 072/PRT/1997 Tentang Keamanan Bendungan :Bendungan yang tingginya 15 m atau lebih, diukur dari dasar lembah terdalam dan dengan daya tampung sekurang-kurangnya 100.000 m kubik; atau

    2. Bendungan yang mempunyai tinggi 15 meter, diukur dari dasar lembah terdalam dan dengan daya tampung sekurang-kurangnya 500.000 meter kubik; atau

  • 3. Bangunan penahan air lainnya di luar ketentuan tersebut di atas yang ditetapkan oleh Komisi Keamanan Bendungan.

  • Kriteria bendungan menurut ICOLD (bendungan besar, large dams) :Bendungan yang tingginya lebih dari 15 m, diukur dari bagian terbawah pondasi sampai ke puncak bendungan.

    2. Bendungan yang tingginya antara 10 m dan 15 m, dapat juga disebut sebagai bendungan besar asal memenuhi salah satu atau lebih kriteria sbb :

  • Panjang puncak bendungan tidak kurang dari 500 m; Kapasitas waduk yang terbentuk tidak kurang dari satu juta m3;Debit banjir maksimal yang diperhitungkan tidak kurang dari 2.000 m3/detik;Bendungan menghadapi kesulitan-kesulitan khusus pada pondasinya (had specially difficult foundation problems); Bendungan di desain tidak seperti biasanya (unusual design).

  • Kriteria Bendungan Besar KNI-BBSebagai acuan diambil dari Rancangan Peraturan Pemerintah Tentang Bendungan :Bendungan dengan tinggi 15 meter atau lebih diukur dari dasar pondasi terdalam.b. Bendungan dengan tinggi antara 10 meter dan 15 meter dari pondasi terdalam dengan :Panjang puncak bendungan tidak kurang dari 500 meter;Daya tampung waduk minimal 500 meter kubik; atauDebit banjir maksimal yang diperhitungkan tidak kurang dari 1.000 meter kubik per detik; atau

  • c. Bendungan lainnya yang mempunyai kesulitan khusus pada pondasi, atau bendungan yang didesain menggunakan teknologi baru dan atau bendungan yang mempunyai kelas bahaya tinggi.

  • Berbagai Tipe Bendungan dari ICOLD :

    Bendungan urugan tanah (Earthfill dam, TE).Bendungan urugan batu (Rockfill dam, ER).Bendungan beton berdasar berat sendiri (Concrete gravity dam, bendungan beton gravitas).

  • 4. Bendungan beton dengan penunjang (Concrete buttress dam).5. Bendungan beton berbentuk lengkung (Concrete arch dam).6. Bendungan beton berbentuk lebih dari satu lengkung (Multiple concrete arch dam).

  • Mulai tahun 1980-an itu terdapat 2 tipe lagi dari ICOLD yaitu :

    7. Bendungan urugan batu dengan lapisan kedap air dimuka (concrete face rock rockfill dam) misalnya Bendungan Cirata di S. Citarum, Prop Jabar, tinggi 125 m, panjang puncak 453 m.

    8. Bendungan beton dengan metoda padat gilas dengan pelaksanaan sederhana (roller compacted concrete for dam, RCC) misalnya Bendungan Balambano di S. Larona, Prop Sulsel, tinggi 100 m, panjang puncak 360 m.

  • Pembagian Tipe Bendugan Urugan menurut Suyono SosrodarsonoBendungan homogen.Bendungan zonal.a. bendungan tirai.b. bendungan inti miring.c. bendungan inti vertikal.3. Bendungan sekat . Yang terkenal adalah concrete face rockfill dam.

  • Kriteria Umum Bendungan Urugan :Bendungan baik sebagian maupun secara keseluruhan termasuk tubuh, pondasi, bangunan pelengkap, tepi keliling waduk harus stabil dalam kondisi apapun dalam keadaan gempa bumi maupun banjir besar, selama operasi dan pemeliharaan yang kemungkinan terjadi selama umur bendungan. Kalaupun terdapat penurunan masih dalam batas toleransi yang diizinkan. Pada waktu terjadi banjir besar, gempa bumi hanya dihitung maksimal 50 persen.

  • 2. Untuk mencegah terjadinya bahaya limpasan lewat puncak bendungan, harus diupayakan agar tinggi puncak bendungan ditambah kamber (camber) sehingga setelah terjadi penurunan akhir tinggi bendungan masih cukup tinggi dan tinggi jagaan yang tersedia masih memenuhi standar keamanan yang diperlukan. Tinggi jagaan haruslah cukup untuk menahan limpasan banjir sebagai akibat gelombang dan atau ombak.

    3. Lereng tanah dan batuan ditepi bendungan, bangunan pelimpah, bangunan pengeluaran termasuk keliling waduk dan saluran-saluran terkait bendungan harus selalu stabil dan handal dalam keadaan normal dan keadaan darurat.

  • 4. Pada bendungan termasuk pondasinya, harus tidak terjadi rembesan dan tekanan yang berlebihan, agar dapat dicegah terjadinya aliran buluh, sembulan pasir, retak hidraulik dan arching.

    5. Kapasitas bangunan pelimpah haruslah cukup memadai untuk mengalirkan debit banjir desain dengan aman, agar tidak membahayakan keamanan bendungan dan dalam desain tidak boleh dimasukkan kapasitas bangunan pengeluaran baik untuk keperluan irigasi, pembangkitan tenaga listrik, maupun air baku dsb.

  • SURVAI DAN INVESTIGASIInvestigasi HidrologiInvestigasi Kondisi SungaiInvestigasi TopografiInvestigasi Geologi Investigasi Bahan Timbunan

  • ANALISIS HIDROLOGIPengumpulan DataPengolahan DataDebit Banjir Maksimal Boleh JadiDebit Banjir RencanaAnalisis Penelusuran BanjirAnalisis Kapasitas PelimpahAnalisis Sedimentasi

  • DESAIN BENDUNGAN

    Pemilihan Lokasi BendunganFaktor-faktor yang perlu diperhatikan a.l adalah :Ketersediaan air daerahKesesuaian rencana pengembangan DASKesesuaian rencana pengembangan jangka panjang regionalKondisi sosial ekonomi, lingkungan daerah calon lokasiKondisi topografi dan geologi Ketersediaan bahan bendunganPertimbangan kelestarian lingkungan

    Pemilihan Tipe BendunganBendungan uruganBendungan beton

  • Pondasi BendunganPondasi bendungan (dam foundation) batuan dasar (bed rock) yang menyangga tubuh bendungan secara langsung, yang terletak langsung di bawah bendungan termasuk bukit tumpuan dan pada umumnya terdiri atas 4 jenis yaitu pondasi batuan, tanah lulus air, tanah lembek, dan gabungan antara 2 atau lebih jenis tanah.

    Pondasi batuan (rock foundation) pondasi bendungan yang terdiri atas batuan yang relatif cukup kuat menahan beban yang timbul terutama batuan utuh, namun harus diperhati-kan terdapatnya pelapukan, retakan (joints), celah (crevices), rekahan (fissures), dan patahan (faults), yang selain mengu-rangi daya dukung, juga sering terjadinya rembesan air.

  • Pondasi tanah lulus air (pervious foundation, sand and gravel foundation) pondasi bendungan yang terdiri atas tanah bergradasi butir seperti pasir, kerikil atau koral. Pondasi tanah lembek (soft clay and silt foundation, impervious foundation) pondasi bendungan yang terdiri atas satu jenis atau lebih tanah aluvial, lanau (lumpur) atau tanah liat. Biasanya rembesan air tidak menjadi masalah, yang dihadapi adalah metode meningkatkan daya dukung tanahnya.Pondasi gabungan antara 2 atau lebih jenis tanah pondasi bendungan yang terdiri atas lebih dari satu jenis tanah dani batuan lainnya.Perbaikan pondasi a.l : grouting, parit halang, blanketing, dsb.

  • Kriteria keamanan bendungan

    Aman terhadap kegagalan strukturalAman terhadap kegagalan hidraulikAman terhadap rembesan air

    Gempa desain maksimal (maximum design earthquake, MDE) merupakan gempa dengan tingkatan yang dapat menimbulkan goncangan terbesar di lokasi bendungan untuk analisis desain dengan memperhitungkan kerusakan yang kemungkinan akan terjadi dan periode ulang dalam desain.

  • Gempa dasar operasi (operating basis earthquake, OBE) merupakan batasan goncangan gempa di permukaan tanah pada lokasibendungan dengan tingkat peluang 50% tidak terlampaui dalam periode waktu 100 tahun, yang ditetapkan secara probabilistik. Apabila gempa OBE ini terjadi, maka bendungan termasuk bangunan pelengkap dan peralatannya harus masih dapat berfungsi dengan baik, atau bila terjadi dapat diperbaiki dengan mudah.

  • Gempa imbas waduk (reservoir induced earthquake, RIE) merupakan gempa yang terjadi sbg akibat pengisian waduk untuk pertama kalinya, yang menagakibatkan terjadinya goncangan permukaan tanah maksimal di lokasi bendungan, yang berpengaruh cukup besar dlm analisis stabilitas bendungan untuk bendungan dengan tinggi di atas 100 m dan atau pada volume waduk sama atau lebih besar dari 500 ribu meter kubik. Meskipun dengan volume lebih kecil, bila lokasinya terletak di daerah yang sensitif terhadap gerakan gempa tektonik, gempa imbas dapat meningkat lebih besar mencapai nilai MDE.

  • BANGUNAN PELENGKAPBangunan pelimpah dan atau fasilitas merupakan semua bangunan atau komponennya, dan fasilitas yang secara fungsional berhubungan dengan bendungan yang antara lain : pelimpah, bangunan pengeluaran (outlet structures), bangunan pemasukan (intake structures), bangunan sadap utama dan konduit, pintu air (gates), katub (keleb, valves)dan fasilitas pembangkit tenaga listrik yang menjadi satu dengan bendungannya.

  • BANGUNAN PELIMPAHMerupakan salah satu bangunan penting untuk keamanan bendungan, karena digunakan untuk mencegah terjadinya bahaya limpasan lewat puncak bendungan yang sangat berbahaya bagi bendungan, terutama bendungan urugan.Komponen bangunan pelimpah mencakup : bangunan pengontrol, saluran pembawa dan peredam energi.

    Tipe bangunan pelimpah : pelimpah biasa, pelimpah samping (side spillway), semi lingkar (semi circular), dan bentuk corong (morning glory).

  • Tipe bangunan pengontrol (controle structure) : biasa (conventional), samping (side spillway). Tipe saluran pembawa : saluran peluncur (chute spillway), terowongan (tunnel spillway), keluaran lewat permukaan bendungan (overflow spillway).

    Tipe peredam energi (energy dissipator) : hidraulik (hydraulic jump), loncatan ski (sky jump)

    Disamping itu terdapat pula tipe pelimpah darurat (emergency spillway), pelimpah tanpa pintu air (ungated spillway), pelimpah dengan pintu air (gated spillway).

  • Tabel 10 Bendungan Besar di Indonesia Dng Urutan Tertinggi

    Tahun NamaTipeTinggi PnjngManfaatDayaOprs BendunganSungai(m)(m)(MW)1988Cirata CitarumCFRD125453H1,0001987WadasltngBedegolanER122650F,I,H162001BatutegiSekampngER121690F,I,H251988SudirmanSerayu ER1106,572H184.51999BalambanoLarona RCC100360H1351967JuandaCitarumER1051,220F,I,H1311984Saguling CitarumER99301H7001973SutamiBrantasER98820F,I,H701999WonorejoGondangER97545F,I,H61983TanggaAsahanVA82125H317

  • Tabel 10 Bendungan Besar di Indonesia Dng Urutan Terpanjang

    Tahun NamaTipePjngTinggiManfaatDaya Oprs BendunganSungai(m)(m)(MW)1988SudirmanSerayu ER6,572110H184.51965CiganeaCitarum TE2,97017F,I,H- 2001Batu BulanMoyoER2,28237I- 1984Way RaremWay RaremER2,02032F,I,H-1965P.GombongCitarum ER1,95025F,I,H-1999Bili-BiliJeneberangER1,80873F,I,H16.31931CengklikCengklikTE1,69315I-1989KdngomboSerangER1,60062F,I,H161982BatujaiPenunjakER1,30017I-1967JuandaCitarumER1,220105F,I,H131

  • INSTRUMENTASI BENDUNGANInstrumentasi bendungan adalah semua peralatan yang dipasang, baik pada pondasi maupun tubuh bendungan yang digunakan untuk memantau kinerja atau perilaku bendungan baik selama pelaksanaan konstruksi maupun pada tahap operasi dan pemeliharaan, sehingga apabila dijumpai gejala yang membahayakan stabilitas bendungan dapat di identifikasi sedini mungkin guna melakukan berbagai langkah pengamanan agar tidak menimbulkan hal-hal yang di tidak diinginkan, lebih-lebih jangan sampai menimbulkan jebolnya bendungan.

  • Kriteria Perencanaan Instrumentasi :Konsepnya harus cukup sederhana disesuaikan antara lain : tujuan pembangunannya, tipe dan tinggi bendungan, volume waduk yang terbentuk, debit desain pelimpah, klasifikasi bahaya di daerah hilir, kegempaan daerah, serta ada tidaknya sesar lebih-lebih yang aktif.Kuat (robust) dan dapat dipercaya.Tahan lama (durability) dan handal (reliability) baik dalam kondisi jelek, maupun kondisi operasional.Harus disediakan biaya yang memadai baik untuk pengadaan dan pemasangan, maupun operasi dan pemeliharaan.

  • Instrumen Minimal yang Diperlukan Pada prinsipnya semua bendungan dengan tampungan minimal 100.000 meter kubik, harus dipasang instrumen minimal yaitu : alat ukur penurunan dan deformasi bendungan, alat ukur tekanan air pori dan alat ukur rembesan. Alat ukur penurunan dan deformasi bendunganDipasang di puncak bendungan (crest monument).Dipasang di lereng bendungan (surface monument).

  • Alat ukur tegangan air pori terdiri atas dua sistem yaitu sistem terbuka dan tertutup.

    Alat ukur sistem terbuka Pisometer pipa tegak (standpipe piezometer)Sumur pengamatan (observation well)

    Alat ukur sistem tertutup

    Pisometer pipa ganda hidraulik (hydraulic twin tube piezometer)Pisometer penumatik (pneumatic tube piezometer) Pisometer elektrikal (electric tube piezometer)Sel tekanan total (total tube piezometer)

  • Alat Ukur Rembesan AirApabila debit rembesan relatif kecil digunakan bentuk segi tiga, dengan debit besar digunakan bentuk trapesium, sedang apabila kadang-kadang kecil dan kadang-kadang debit besar digunakan kombinasi kedua-duanya. Untuk yang berbentuk segitiga disebut V-notch.

  • RENCANA TINDAK DARURATPengamatan hidrograf dan bagan peringatan darurat. 2. Penurunan elevasi muka air waduk dan operasi pengendalian banjir.

    3. Pengosongan air waduk dalam kondisi darurat.

    4. Peta daerah genangan waduk pada kondisi elevasi muka air normal, muka air pada debit banjir desain sampai dengan kondisi bencana banjir besar yang mengakibatkan runtuhnya bendungan termasuk analisis risiko yang ditimbulkannya.

  • 5. Evakuasi dan atau pengungsian penduduk yang daerahnya terancam banjir.

    6. Kerusakan lingkungan seperti tumpahan minyak dan kontaminasi bahan-bahan berbahaya lainnya.

    7.Operasi penyelamatan dan tindakan darurat termasuk tanggungjawab pengoperasiannya.

    8. Persiapan peralatan berikut katalognya, ketersediaan bahan dan penunjang lainnya untuk penyelamatan darurat.

  • 9. Koordinasi tindakan darurat dengan pihak lain seperti Hansip, Pemda, Polisi, TNI, Rumah Sakit, Poliklinik dsb.

    10. Kelengkapan sarana umum untuk kondisi darurat seperti jalan, sarana angkutan darat, sistem hubungan komunikasi dengan telepon, telepon seluler, sistem peringatan dini dan peringatan darurat.

    11.Ketersediaan tenaga listrik, untuk operasi darurat termasuk bagan. penyediaan makanan, air baku dan dan air minum,

  • 12. Bagan jaringan irigasi, pintu-pintu air, pompa-pompa dsb,

    13.Ketersediaan alat-alat pelampung, perahu dsb.

    14. Bagan organisasi manajemen penanganan banjir mulai dari Bupati/ Walikota lengkap sampai dengan rakyat dan dilengkapi dengan nama-nama serta nomor-nomor telepon penting lainnya. Data ini harus senantiasa di mutakhirkan (updated sewaktu-waktu ada penggantian pejabat setempat.

  • PENGERTIAN PUSAT LISTRIK TENAGA AIR

    Pusat (Pembangkit) Listrik Tenaga Air (PLTA) atau Hydro Electric Power Plant (HEPP) adalah peralatan elektrikal, mekanikal dan hidromekanikal termasuk alat-alat bantu, pondasi serta gedung sentralnya yang digunakan untuk mengubah energi potensial dari air menjadi energi mekanikal yang kemudian diubah lagi menjadi energi listrik guna memenuhi berbagai macam keperluan. Bendungan merupakan komponen utama dari PLTA, demikian pula PLTA merupakan komponen utama dari bendungan serbaguna, maka sepanjang kondisi airnya memungkinkan, dalam pembangunan bendungan perlu mempertimbangkan pembangunan PLTA.

  • BENDUNGAN PB SOEDIRMAN (MRICA)

  • PLTA Dengan Gedung Sentral Di Bawah Tanah (Under ground Hydroelectric Power Plant).

    PLTA Cirata di Sungai Citarum Kab. Bandung, Kab. Purwakarta dan Kab. Cianjur, Jabar. Daya terpasang 1,000 MW (8 unit), dengan energi 1,426 GWh. Tinggi gua 49.50 m, lebar 35 m dan panjang 253 m.

  • Gambar Bendungan beton dengan penyangga di Sungai Ljungan untuk PLTA Ratan, Swedia. Tinggi 28 m, panjang puncak 500 m. Daya terpasang PLTA 62 MW (2 unit).

  • Gambar Bendungan beton berbentuk lebih dari satu lengkung PLTA Minihidro Ngebel di Sungai Telaga Agung, Provinsi Jatim. Tinggi 8 m, panjang 70 m. Digunakan untuk PLTM dengan daya terpasang 2,25 MW. Volume kolam tando 8.000 m3

  • *Gambar Roller gate, Caterpillar gate (Roller Mounted Gate)Ring-Seal gate dan Jet-Flow gateGambar Pintu Air Radial yang banyak digunakan untuk bangunan pelimpah

  • *Gambar Foto pintu radial bangunan pelimpah PLTA Mrica

  • Situ Gintung 28 Maret 2009

  • PLTA ITAIPU 12.600 MW (18 UNIT) DG BENDUNGAN SEPANJANG 7,70 KM

  • Kenang-kenangan sewaktu penulis memasuki daerah Lingkaran Kutub Utara di Jokkmokk (Swedia, 1987)SEKIAN TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA WASSALAMU ALAIKUM WARROHMATULLAHI WABAROKATUH

  • DAFTAR PUSTAKA :Departemen Pekerjaan Umum, (1997), Keamanan Bendungan, Kep Men PU No. 72/PRT/1997, Jakarta.Departemen Pekerjaan Umum, (1987), Pedoman Keamanan Bendungan, SNI No. 1731.1989-F, Jakarta.Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (2003), Pedoman Operasi, Pemeliharaan dan Pengamatan Bendungan, Bagian 1 : Umum, Bagian 2 : Pengelolaan Operasi dan Pemeliharaan, Bagian 3 : Sistem Instrumentasi dan Pemantauan, Bagian 4 : Inspeksi Keamanan Peralatan Hidromekanikal dan Elektrikal, dan Bagian 5 : Operasi dan Pemeliharaan Peralatan Hidromekanikal dan Elektrikal Bendungan, Keputusan Dirjen SDA No. : 199/KPTS/D/2003. 4. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (2003), Pedoman Inspeksi dan Evaluasi Keamanan Bendungan, Keputusan Dirjen SDA No. : 05/KPTS/2003. 5. Soedibyo, (2003), Teknik Bendungan, Penerbit PT. Pradnya Paramita, Jakarta.6. Suyono Sosrodarsono, Bendungan Type Urugan, Penerbit PT. Pradnya Paramita, Jakarta.Dsb.

  • IR. H.M. SOEDIBYO, M.TTanggal / Tempat Lahir : 31 Oktober 1939 / Sleman.Lulus dari Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, UGM, 17 Maret 1964.Profesional Utama Sumber Daya Air (HATHI) T.M.T 3 Feb 2004.Ahli Utama Bendungan Besar (KNI-BB) T.M.T 16 Apr 2004.Ahli Teknik Tenaga Listrik (APEI) T.M.T 15 Apr 2004.Lektor Kepala 700 (Mendiknas)T.M.T 1 Apr 1993.Pelatihan :1971 Hydroelectric Power Engineering (Jepang)1975/76 Economics & Engineering (Amerika Serikat) Design of Fill Types Dam (Malang) Electric Power Study & Design Study (Jepang) Construction Claims (Singapura)1984 Pricing Construction Claims (Singapura) Executive Project Management (Swedia Inggris) Hydro Power Development (Swedia) Hydo Power Construction (Jepang)1993 Kursus Teknik Terowongan (Jakarta) Instrumentation, Monitoring and Dam Safety (Swis Irlandia)1990/96 Kep. Departemen Teknik Sipil PT.PLN Jasa Enjiniring, s.d 1996.

  • *