Pengertian.docx
-
Upload
iyhal-lelah -
Category
Documents
-
view
30 -
download
0
Transcript of Pengertian.docx
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah salah satu wahana untuk membentuk sumber daya manusia
yang tangguh. Karena baik tidaknya pendidikan di suatu Negara pastinya secara
langsung menentukan kualitas sumber daya manusia di Negara tersebut. Kualitas
sumber daya manusia yang baik tidak akan terbentuk secara instan, melainkan
dengan melalui proses yang panjang. Setelah melalui proses pendidikan,
diharapkan siswa tersebut mendapatkan kompetensi sebagaimana yang telah
ditentukan. Untuk mengetahui siswa tersebut telah memiliki kompetensi
tersebut atau tidak, maka diwajibkan diadakannya evaluasi belajar. Melalui
evaluasi ini, dapat ditentukan tinggi rendahnya prestasi belajar seorang siswa.
Prestasi belajar inilah yang sementara ini umum dipakai sebagai tolak ukur untuk
menilai baik tidaknya siswa dalam menyerap kompetensi yang diberikan.
Sementara itu, kenyataan yang terjadi adalah tidak semua siswa dapat lulus
evaluasi atau tidak semua siswa yang menempuh tingkat pendidikan tertentu dapat
mencapai prestasi belajar sebagaimana yang diharapkan.
Pendidikan merupakan hal yang mendasar dan penting bagi kehidupan suatu
bangsa dan merupakan faktor penentu maju tidaknya bangsa tersebut. Pendidikan
di indonesia hanya dilihat pada sisi IQ saja padahal sisi EQ dan SQ adalah yang
terpenting (Ginanjar, 2006).
Daniel Goleman (2006) menyatakan dalam penelitiannya bahwa kecerdasan
intelektual (IQ) hanya memberi kontribusi 20 persen terhadap kesuksesan
hidup seseorang. Sisanya, 80 persen bergantung pada kecerdasan emosi ,
kecerdasan sosial dan kecerdasan spiritualnya. Bahkan dalam hal keberhasilan
kerja, kecerdasan intelektual hanya berkontribusi empat persen.
Kecerdasan emosional mampu melatih kemampuan untuk mengelola
perasaannya, kemampuan untuk memotivasi dirinya, kesanggupan untuk tegar
dalam menghadapi frustasi, kesanggupan mengendalikan dorongan dan
menunda kepuasan sesaat, mengatur suasana hati yang reaktif, serta mampu
berempati dan bekerja sama dengan orang lain. Kecerdasan ini yang
mendukung seorang siswa dalam meraih tujuan dan cita- citanya..
Jika dirtarik garis besarnya, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual
masuk ke dalam ranah faktor internal. Sementara itu lingkungan belajar masuk
kedam ranah faktor eksternal yang menentukan keberhasilan pendidikan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu kecerdasan emosi?
2. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran yang memperhatikan emosi?
3. Apa kelebihan dan kekurangan teori pembelajaran yang memperhatikan
kecerdasan emosional?
4. Bagaimana penelitian yang relevan terhadap teori pembelajaran y6ang
memperhatikan kecerdasan emosional?
C. TUJUAN
1. Mengetahui kecerdasan emosional
2. Mengetahui langkah-langkah pembelajaran yang memperhatikan emosi
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan teori pembelajaran yang
memperhatikan kecerdasan emosional
4. Mengetahui penelitian yang relevan terhadap teori pembelajaran y6ang
memperhatikan kecerdasan emosional
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri, semangat, dan
ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan
menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan
emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga
agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk membaca
perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa, untuk memelihara hubungan
dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta untuk
memimpin diri dan lingkungan sekitarnya. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada
anak-anak. Orang-orang yang dikuasai dorongan hati yang kurang memiliki
kendali diri, menderita kekurangmampuan pengendalian moral.
Steiner (1997) menjelaskan pengertian kecerdasan emosional adalah suatu
kemampuan yang dapat mengerti emosi diri sendiri dan orang lain, serta
mengetahui bagaimana emosi diri sendiri terekspresikan untuk meningkatkan
maksimal etis sebagai kekuatan pribadi.
Senada dengan definisi tersebut, Mayer dan Solovey (Goleman, 1999;
Davies, Stankov, dan Roberts, 1998) mengungkapkan kecerdasan emosi sebagai
kemampuan untuk memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain,
dan menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memadu pikiran dan tindakan.
Sementara Cooper dan Sawaf (1998) mengatakan bahwa kecerdasan
emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif
menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang
manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan, untuk belajar
mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya
dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-
hari.
Selanjutnya Howes dan Herald (1999) mengatakan pada intinya, kecerdasaan
emosional merupakan komponen yang membuat seseorang menjadi pintar
menggunakan emosi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa emosi manusia berada
diwilayah dari perasaan lubuk hati, naluri yang tersembunyi, dan sensasi emosi
yang apabila diakui dan dihormati, kecerdasaan emosional menyediakan
pemahaman yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang
lain. Menurut Harmoko (2005) Kecerdasan emosi dapat diartikan kemampuan
untuk mengenali, mengelola, dan mengekspresikan dengan tepat, termasuk untuk
memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, serta membina hubungan
dengan orang lain. Jelas bila seorang indiovidu mempunyai kecerdasan emosi
tinggi, dapat hidup lebih bahagia dan sukses karena percaya diri serta mampu
menguasai emosi atau mempunyai kesehatan mental yang baik.
Sedangkan menurut Dio (2003), dalam konteks pekerjaan, pengertian
kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengetahui yang orang lain rasakan,
termasuk cara tepat untuk menangani masalah. Orang lain yang dimaksudkan
disini bisa meliputi atasan, rekan sejawat, bawahan atau juga pelanggan. Realitas
menunjukkan seringkali individu tidak mampu menangani masalah–masalah
emosional di tempat kerja secara memuaskan. Bukan saja tidak mampu
memahami perasaan diri sendiri, melainkan juga perasaan orang lain yang
berinteraksi dengan kita. Akibatnya sering terjadi kesalahpahaman dan konflik
antar pribadi
Patton (1998) mengemukakan kecerdasan emosi sebagai kemampuan untuk
mengetahui emosi secara efektif guna mencapai tujuan, dan membangun
hubungan yang produktif dan dapat meraih keberhasilan. Sementara itu Bar-On
(2000) menyebutkan bahwa kecerdasan emosi adalah suatu rangkaian emosi,
pengetahuan emosi dan kemampuan-kemampuan yang mempengaruhi
kemampuan keseluruhan individu untuk mengatasi masalah tuntutan lingkungan
secara efektif.
Goleman (1997), mengatakan bahwa koordinasi suasana hati adalah inti dari
hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan
suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan
memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan
diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya. Lebih lanjut Goleman (1997)
mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang
dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam meghadapi kegagalan,
mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa.
Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya
pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati.
Sementara Cooper dan Sawaf (1998) mengatakan bahwa kecerdasan
emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif
menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang
manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan, untuk belajar
mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya
dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-
hari.
Berbeda dengan pemahaman negatif masyarakat tentang emosi yang lebih
mengarah pada emosionalitas sebaiknya pengertian emosi dalam lingkup
kecerdasan emosi lebih mengarah pada kemampuan yang bersifat positif.
Didukung pendapat yang dikemukakan oleh Cooper (1999) bahwa kecerdasan
emosi memungkinkan individu untuk dapat merasakan dan memahami dengan
benar, selanjutnya mampu menggunakan daya dan kepekaan emosinya sebagai
energi informasi dan pengaruh yang manusiawi. Sebaliknya bila individu tida
memiliki kematangan emosi maka akan sulit mengelola emosinya secara baik
dalam bekerja. Disamping itu individu akan menjadi pekerja yang tidak mampu
beradaptasi terhadap perubahan, tidak mampu bersikap terbuka dalam menerima
perbedaan pendapat , kurang gigih dan sulit berkembang.
Dari beberapa pengertian tersebut ada kecenderungan arti bahwa kecerdasan
emosional adalah kemampuan mengenali perasaan sendiri dan perasaan orang
lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, kemampuan mengolah emosi dengan
baik pada diri sendiri dan orang lain.
Kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri, semangat, dan
ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan
menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan
emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga
agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk membaca
perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa, untuk memelihara hubungan
dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta untuk
memimpin diri dan lingkungan sekitarnya. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada
anak-anak. Orang-orang yang dikuasai dorongan hati yang kurang memiliki
kendali diri, menderita kekurangmampuan pengendalian moral. Kecerdasan
emosional menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri
sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan
dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. 3 (tiga)
unsur penting kecerdasan emosional terdiri dari : kecakapan pribadi (mengelola
diri sendiri); kecakapan sosial (menangani suatu hubungan) dan keterampilan
sosial (kepandaian menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain).
B. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN YANG MEMPERHATIKAN
EMOSI
Dalam menyusun dan mengembangkan bahan pengajaran, alat pengajaran
serta rencana dan pelaksanaan proses belajar mengajar dengan pendekatan PPSI
yang langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Merumuskan TIK.
Tujuan Instruksional Khusus ini hendaknya dirumuskan dengan jelas,
dapat diukur, serta dalam bentuk tingkah laku murid. Dengan rumusan dan
tujuan yang jelas akan memudahkan guru dalam menyusun dan
mengembangkan bahan pengajaran, alat pengajaran serta rencana dan
pelaksanaan proses belajar mengajar.
2. Menyusun alat evaluasi.
Evaluasi yang merupakan umpan balik dalam kegiatan belajar mengajar,
berupa Bagi guru, bila TIK bisa tercapai dipergunakan untuk merevisi
program. Bagi siswa, bila TIK tidak tercapai diadakan remedial pengajaran
perbaikan. Dengan melihat kerangka dasar kegiatan-kegiatan program
belajar mengajar dengan pendekatan PPSI tersebut, maka pengajaran
perbaikan remedial teaching memegang peranan penting, khususnya dalam
rangka mencapai hasil belajar yang optimal (belajar tuntas).Perlunya
Pengajaran PerbaikanSeperti pada uraian sebelumnya, dalam hubungannya
dengan kegiatan-kegiatan proses belajar mengajar maka pengajaran
perbaikan ini merupakan pelengkap dari proses pengajaran secara
keseluruhan.
3. Menentukan materi pelajaran dan kegiatan belajar mengajar (metode, alat,
sumber).
4. Melaksanakan pengajaran.
5. Evaluasi.
Evaluasi yang merupakan umpan balik dari kegiatan belajar mengajar
berupa : Bagi guru, bila TIK bisa tercapai dipergunakan untuk merevisi
program pembelajaran. Secara umum pemilihan strategi pengajaran
dipengaruhi oleh : Penerimaan pengetahuan Aplikasi pengetahuan Tujuan
yang bersifat perubahan sikap (perasaan) Hubungan Guru-Siswa
Hubungan guru-siswa dalam proses belajar mengajar yang diharapkan
adalah hubungan yang manusiawi. Maka yang penting bagi guru adalah
bagaimana membawa siswa memperoleh pengertian sesuai dengan
pribadinya. Mengenai tujuan pendidikan yang penting menurut aliran
humanistic adalah menyadarkan kemampuan anak.
C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PEMBALAJARAN YANG
MEMPERHATIKAN KECERDASAN EMOSI
1. Kelebihan pembelajaran yang memperhatikan kecerdasan emosi
Kecerdasan emosi apabila dijalankan secara benar, akan menciptakan
manusia yang terbebas dari segala macam gejala atau keluhan terhadap
penyakit kejiwaan, mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, dan
mengembangkan potensi seperti kreativitas, rasa humor, tanggung jawab,
dan kebebasan bersikap secara optimal.
2. Kelemahan pembelajaran yang memperhatikan kecerdasan emosi
Penerapan kecerdasan emosi memerlukan waktu yang cukup lama.
D. PENELITIAN YANG RELEVAN DENGAN PEMBELAJARAN YANG
MEMPERHATIKAN EMOSIONAL
Menurut Goleman prosentase kontribusi IQ dalam menunjang kesuksesan
seseorang tak lebih dari 20% , sisanya yang 80% didukung oleh faktor- faktor
lainnya, termasuk kecerdasan emosional. Lebih lanjut sebuah penelitian yang
dilakukan oleh Goleman bahwa peran IQ dalam keberhasilan seseorang hanya
menempati posisi kedua sesudah kecerdasan emosional dalam menentukan
peraihan prestasi puncak dalam pekerjaan. Demikian juga menurutnya proses
belajar tidak berlangsung terpisah dari perasaan anak (emosi) Dalam proses
belajar, kemahiran emosi sama pentingnya dengan petunjuk mempelajari
matematika dan membaca. Menurut Damasio yang dikutip oleh Goleman
dalam bukunya Emotional Intelligence, otak emosional sama terlibatnya dalam
pemikiran seperti halnya keterlibatan otak nalar. Dalam artian tertentu kita
mempunyai dua otak, dua pikiran dan dua kecerdasan yang berlainan yaitu
kecerdasan rasional dan kecerdasan emosional. Lebih lanjut ia menekankan
keberhasilan kita dalam kehidupan ditentukan oleh keduanya tidak hanya oleh IQ,
tetapi kecerdasan emosional pun turut berperan, sungguh intelektualitas tak dapat
bekerja dengan sebaik-baiknya tanpa kecerdasan emosional.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan
sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri,
kemampuan mengolah emosi dengan baik pada diri sendiri dan orang
lain.
Dalam menyusun dan mengembangkan bahan pengajaran, alat
pengajaran serta rencana dan pelaksanaan proses belajar mengajar
dengan pendekatan PPSI yang langkah-langkahnya adalah
merumuskan TIK, menyusun alat evaluasi, dan Menentukan materi
pelajaran dan kegiatan belajar mengajar (metode, alat, sumber)
Melaksanakan pengajaran.
Kelebihan dari kecerdasaan emosi akan menciptakan manusia yang
terbebas dari segala macam gejala atau keluhan terhadap penyakit
kejiwaan, mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, dan
mengembangkan potensi seperti kreativitas, rasa humor, tanggung
jawab, dan kebebasan bersikap secara optimal. Kelemahannya
kecerdasan emosi memerlukan waktu yang cukup lama.
Penelitian yang relevan dengan pembelajaran yang memperhatikan
emosional yaitu Menurut Goleman prosentase kontribusi IQ dalam
menunjang kesuksesan seseorang tak lebih dari 20% , sisanya yang
80% didukung oleh faktor- faktor lainnya, termasuk kecerdasan
emosional. Dan mwnurut Damasio keberhasilan kita dalam kehidupan
ditentukan oleh keduanya tidak hanya oleh IQ, tetapi kecerdasan
emosional pun turut berperan, sungguh intelektualitas tak dapat
bekerja dengan sebaik-baiknya tanpa kecerdasan emosional.
B. Saran
Diharapkan agar dibidang pendidikan antara kecerdasan intelektual
dan kecerdasan emosi harus diberikan pada peserta didik kelak, namun
juga mempertimbangkan peningkatan kecerdasan emosional siswa
untuk menunjang prestasi belajar mereka. Karena kecerdasan emosi
dan intelektual mempunyai andil yang cukup besar terhadap
keberhasilan prestasi belajar siswa sehingga sudah menjadi
keharusan bagi tenaga pendidikan untuk selalu memperhatikan dan
meningkatkan kecerdasan emosi.
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, R. L. dkk. 1987. Pengantar Psikologi I. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Cooper Cary & Makin Peter, 1995. Psikologi Untuk Manajer. Jakarta:
Arcan.
Goleman, Daniel. 1997. Emotional Intelligence. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama.
Ari Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi
dan Spritual, (Jakarta: Arga, 2001)