PengertianBezitdanCaraMemperolehnya
-
Upload
hawaridarman -
Category
Documents
-
view
46 -
download
2
Transcript of PengertianBezitdanCaraMemperolehnya
1. Pengertian Bezit dan Cara Memperolehnya
Beberapa pendapat mengenai bezit menyatakan bahwa persoalan bezit adalah
persoalan yang paling sukar. Hanya umumnya berpendapat bahwa dalam setiap
hak itu ada yang berhak. Misalnya : setiap hak milik ada pemiliknya, setiap
vruchtgebruik ada vruchtgebruikernya, setiap piutang ada crediturnya, dan
sebagainya. Juga disamping setiap hak itu ada seseorang yang bertindak seolah-
olah berhak atas hak-hak tersebut, dan orang inilah yang dalam hukum perdata
KUHPerdata disebut bezitter. Menurut Pitlo, disamping setiap hak itu ada
bayangannya yaitu bezit dari hak itu, sehingga disamping hak milik itu ada bezit
dari hak milik, disamping hak piutang ada bezit dari hak piutang, dan sebagainya1.
Apabila kita tinjau pengertian bezit dari KUHPerdata yang meneladan Code
Civil, dalam Pasal 529 KUHPerdata disebutkan bahwa : Yang dimaksud dengan
bezit ialah keadaan memegang atau menikmati sesuatu benda, dimana seseorang
menguasainya, baik sendiri ataupun dengan orang lain, seolah-olah itu adalah
kepunyaannya sendiri. Bila kita melihat secara sekilas pasal 529 KUHPerdata
tersebut, maka akan terlintas dalam pikiran kita bahwa setiap orang yang memiliki
atau menguasai suatu benda, adalah pemilik sah dari benda tesebut.
Bezit sendiri adalah suatu keadaan yang didasarkan pada kenyataan bahwa
seseorang menguasai suatu benda dan ia bersikap seolah-olah ia adalah pemilik
dari benda tersebut. Orang yang menguasai dan bersikap seolah-olah ia adalah
pemilik dari benda tersebut disebut dengan bezitter. Bezit dan bezitter akan
mendapat perlindungan hukum.
Perbedaan antara pemilik dengan bezitter adalah bila seseorang menguasai
benda dan benda tersebut memang adalah miliknya, maka ia adalah pemilik. Bila
seseorang menguasai suatu benda dan bersikap seolah-olah ia adalah pemiliknya,
padahal benda tersebut bukanlah miliknya, maka ia adalah seorang bezitter. Untuk
membedakannya dapat dilihat dari dasar haknya, hak milik mempunyai dasar
yang sah, sedangkan dasar dari hak bezit adalah tidak sah atau cacat.
Menurut Sri Soedewi, bezit sendiri ada 2 macam, yaitu :
1 Sri Soedewi, 1974, Hukum Perdata: Hukum Benda, Liberty, Yogyakarta, hal 83.
1. Burgerlijk bezit atau yang biasa disebut dengan bezit, ialah bezit
dimana bezitternya memang berkehendak untuk mempunyai barang itu
bagi dirinya sendiri, burgerlijk bezit biasanya ada pada pemilik.
2. Detentie, ialah bezit dimana bezitternya disini tidak berkehendak untuk
mempunyai barang itu bagi dirinya sendiri. Maksudnya orang tersebut
menguasai suatu barang dengan berdasarkan suatu hubungan hukum
tertentu dengan orang lain, misalnya dengan cara sewa menyewa,
meminjam, digadaikan, dan sebagainya2.
Sedangkan untuk memperoleh bezit sendiri dapat diperoleh dengan dua cara,
yaitu:
1. Dengan jalan Occupatio (mendaku atau menduduki bendanya). Cara
perolehan bezit dengan cara ini tanpa memerlukan bantuan dari orang
lain yang membezitnya terlebih dahulu. Ini dapat tertuju baik terhadap
benda bergerak maupun tidak bergerak. Jika tertuju pada benda
bergerak, ini bisa terhadap benda yang tidak ada pemiliknya, misalnya
ikan di sungai, buah-bauahan di hutan.
2. Dengan jalan penyerahan sebagai buntut dari hubungan obligatoir,
disini bezit diperoleh dengan bantuan orang yang membezitnya
terlebih dahulu3.
Membezit benda tak bergerak dengan jalan Occupatio menimbulkan
persoalan, yaitu sejak kapankah seseorang itu dapat dianggap sebagai bezitter dari
benda tidak bergerak itu? Mengenai hal ini ada beberapa pendapat4 :
1. Menurut ajaran anaal bezit, sebagaimana yang dimaksud dari pasal
545 KUHPerdata yang menyatakan bahwa seseorang yang membezit
benda tidak bergerak baru menjadi bezitter dari benda itu setelah
mendudukinya selama satu tahun terus menerus tanpa ada gangguan
dari suatu pihak.
2 Ibid, hal 85. 3 Tim Pengajar Hukum Perdata, 2006, Buku Ajar Hukum Perdata, FH UNSOED, Purwokerto, hal
59. 4 Ibid
2. Pendapat yang lain menyatakan bahwa seseorang yang membezit
benda tak bergerak serta langsung menjadi bezitter dari benda tak
bergerak tersebut.
3. Pendapat yang lain lagi menyatakan bahwa seseorang yang membezit
benda tak bergerak tidak serta merta menjadi bezitter dari benda
tersebut, tetapi dalam jangka waktu satu tahun terhitung dari mulai
dibezitnya benda itu, orang yang sebenarnya berhak untuk
menggugat/meminta kembali benda tersebut.
2. Bezit Terhadap Benda Bergerak
Mengenai bezit terhadap benda bergerak, berlaku sebuah azas hukum yang
disimpulkan dari pasal 1977 ayat (1) KUHPerdata, yang bunyinya :
”Terhadap benda bergerak yang tidak berupa bunga, maupun piutang yang
tidak aan tonder, maka bezitnya berlaku sebagai alas hak yang sempurna.”
Bezit mengenai benda bergerak ini tidak diatur dalam buku II KUHPerdata
sebagaimana hak kebendaan yang lainnya, melainkan diatur dalam buku IV
KUHPerdata, hal ini dikarenakan pembentuk undang-undang menganggap bahwa
ketentuan yang terdapat dalam pasal 1977 itu mengandung ketentuan tentang
verjaring, yaitu extinctieve verjaring (verjaring yang membebaskan dari suatu
perutangan). Pasal 1977 KUHPerdata mengatur tentang extinctieve verjaring
dengan tenggang 0 (nol) tahun. Jadi siapapun yang membezit benda bergerak
tidak atas nama, dalam hal ini seketika bebas dari tuntutan pemilik.
Beberapa teori yang lahir dari penafsiran pasal 1977 KUHPerdata antara lain :
1. Ajaran bahwa detentie (houderschap) adalah eigendom.
Menurut ajaran ini mengenai barang bergerak detentie adalah yang
paling lengkap, jadi mengenai barang bergerak tidak ada bezit atau
eigendom. Konsekwensinya adalah bahwa orang yang menitipkan,
meminjamkan atau menyewakan barang bergerak pada orang lain,
kehilangan hak eigendomnya atas barang tersebut. Ia hanya
mempunyai tuntutan perorangan pada orang yang menyimpan,
meminjam, menyewa. Ia tak mempunyai hak revindikasi atas barang
tersebut.
2. Eigendoms theorie
Menurut eigendomstheorie, bezit terhadap benda bergerak berlaku
sebagai alas hak yang sempurna. Sedangkan hak yang paling sempurna
itu adalah hak milik, jadi bezit terhadap benda bergerak itu adalah
sama dengan hak milik (bezitternya lalu sama dengan pemilik). Jadi
bezit terhadap benda bergerak adalah merupakan hak yang paling
sempurna.
Barang siapa yang membezit benda bergerak tidak perduli apakah bezit
itu diperoleh dengan titel yang sah atau tidak, apakah berasal dari
orang yang berwenang atau tidak, maka bezit itu sama dengan hak
milik, cukup asal bezitternya mempunyai itikad baik (te goeder trouw).
3. Legitimatie theorie
Menurut legitimatie theorie, bezit itu bukan/tidak sama dengan hak
milik, hanya saja barang siapa yang secara jujur membezit benda
bergerak maka dia adalah aman. Keadaan bezit itu fungsinya
mengesahkan bezitter dari benda itu sebagai eigenaar (sebagai orang
yang mempunyai hak penuh). Pendapat teori legitimasi ini bila
dihubungkan dengan pasal 584 KUHPerdata, pendapat itu hanya
menghilangkan salah satu syarat dari penyerahan, yaitu tidak perlu
berasal dari orang yang wenang untuk menguasai bendanya. Tapi tetap
harus ada titel yang sah untuk memperoleh hak milik dari suatu benda.