Pengertian Perbuatan Administrasi Negara

20
A. Pengertian Perbuatan Administrasi Negara Administrasi negara memiliki beberapa tindakan atau perbuatan. Berikut ini beberapa definisi tentang perbuatan administrasi negara : 1. Komisi Van Poelje “ Publiekrechtelijke handeling “ (tindakan dalam hokum publik) adalah “ rechtshandeling door de overheid in haar bestuursfunctie verricht “ (tindakan-tindakan hukum yang dilakukan oleh penguasa dalam menjalankan fungsi pemerintahan). Van poelje berpendapat, bahwa tindak pemerintahan itu merupakan manifestasi atau perwujudan bestuur. 2. Romeyn : Tindak-pengreh (bestuurshandeling) adalah tiap-tiap tindakan atau perbuatan dari suatu alat perlengkapan pemerintahan (bestuursorgaan), juga diluar lapangan hukum tata pemerintahan, misalnya keamanan, peradilan, dan lain-lain, yang bermaksud untuk menimbulkan akibat hukum di bidang hukum administrasi 3. Pendapat Van Vollenhoven tentang “Besturen” adalah “het spontaan en zelfstanding behartigen van het belang van land en volk door hogere en lagere overheden” (pemeliharaan kepentingan negara dan rakyat secara

Transcript of Pengertian Perbuatan Administrasi Negara

Page 1: Pengertian Perbuatan Administrasi Negara

A. Pengertian Perbuatan Administrasi Negara

Administrasi negara memiliki beberapa tindakan atau perbuatan. Berikut ini

beberapa definisi tentang perbuatan administrasi negara :

1. Komisi Van Poelje “ Publiekrechtelijke handeling “ (tindakan dalam hokum

publik) adalah “ rechtshandeling door de overheid in haar bestuursfunctie

verricht “ (tindakan-tindakan hukum yang dilakukan oleh penguasa dalam

menjalankan fungsi pemerintahan). Van poelje berpendapat, bahwa tindak

pemerintahan itu merupakan manifestasi atau perwujudan bestuur.

2. Romeyn : Tindak-pengreh (bestuurshandeling) adalah tiap-tiap tindakan atau

perbuatan dari suatu alat perlengkapan pemerintahan (bestuursorgaan), juga

diluar lapangan hukum tata pemerintahan, misalnya keamanan, peradilan, dan

lain-lain, yang bermaksud untuk menimbulkan akibat hukum di bidang hukum

administrasi

3. Pendapat Van Vollenhoven tentang “Besturen” adalah “het spontaan en

zelfstanding behartigen van het belang van land en volk door hogere en lagere

overheden” (pemeliharaan kepentingan negara dan rakyat secara sepontan dan

tersendiri ole penguasa tinggi dan rendahan) (prinsip hierarki).

Dari 3 bentuk diatas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya perbuatan

administrasi negara dijalankan oleh penguasa untuk menjalankan fungsi

pemerintahan, menimbulkan akibat hukum serta memelihara kepentingan publik.

Sehingga perbuatan administrasi negara meliputi segala bentuk kegiatan/pekerjaan

pemerintah dalam menjalankan pemerintahan untuk mencapai tujuan pemerintah.

Page 2: Pengertian Perbuatan Administrasi Negara

B. Macam-Macam Perbuatan

Adapun bentuk perbuatan administrasi negara yang diklasifikasikan

berdasarkan teori. Berikut ini adalah penjelasannya.

1. Teori Donner

Dalam suatu negara hukum modern, teori Donner membagi pekerjaan

pemerintah ke dalam bentuk sebagai berikut :

a. Menetapkan tugas (taak stelling) atau tugas politik.

b. Mewujudkan atau melaksanakan tugas (taak verwezenlijking) atau tugas

teknik.

Jika teori ini diterapkan kedalam praktek administrasi negara, maka secara

kualitatif perbuatan administrasi negara dapat dibagi menjadi :

a. Perbuatan membentuk undang-undang dan peraturan. Merupakan

pekerjaan elit politik pemerintah.

b. Perbuatan melaksanakan undang-undang dan peraturan. Merupakan

pekerjaan aparat pemerintah.

2. Teori Hans Kelsen

Hans Kelsen membagi pekerjaan pemerintah menjadi :

a. Tugas politik als ethiek, adalah tugas dari elit politik pemerintah.

b. Tugas politik als techniek, adalah tugas dari birokrat pemerintah.

Sehingga dalam melaksanakan undang-undang dan peraturan

pemerintah/administrasi negara melakukan beberapa perbuatan konkret. Perbuatan

tersebut dapat dibedakan menjadi :

Page 3: Pengertian Perbuatan Administrasi Negara

a. Perbuatan biasa, yaitu perbuatan yang tidak membawa akibat hukum.

Contoh : membuat rumah, membuat mesjid, dll.

b. Perbuatan hukum, adalah perbuatan maupun akibatnya diatur oleh

hukum, baik perdata maupun publik.

3. Teori Utrecht

Dalam buku “Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia”, Utrecht

membagi perbuatan dalam hukum publik kedalam dua macam, yaitu :

a. Perbuatan hukum public yang bersegi dua, yaitu suatu perjanjian

berdasarkan hukum publik. Contoh : adanya perjanjian kontrak antara

pihak swasta dengan pemerintah dalam pembangunan jalan tol.

b. Perbuatan hukum publik yang bersegi satu, yaitu suatu hubungan yang

diatur oleh hukum publik hanya 1 pihak saja yang dapat menentukan

kehendakknya, yaitu pihak pemerintah. Perbuatan hukum public bersegi

satu inilah yang menjadi dasar ketetapan.

Page 4: Pengertian Perbuatan Administrasi Negara

C. Ketetapan Administrasi Negara

Dikalangan sarjana hukum adminitrasi terdapat perbedaan mendefinisikan

istilah ketetapan antara lain:

1. Suatu pernyataan kehendak yang disebabkan oleh surat permohonan yang

diajukan setidak-tidaknya keinginan atau keperluan yang dinyatakan (H.J.

Romeijn).

2. Suatu tindakan hukum publik sepihak dari orga pemerintah yang ditujukan pada

peristiwa konkret (Versteden).

3. Keputusan hukum publik yang bersifat konkret dan individual, keputusan itu

berasal dari organ pemerintahan yang didasarkan pada kewenangan hukum

publik. Dibuat untuk satu atau lebih individu berkenaan dengan satu atau lebih

perkara atau keadaan. Keputusan itu memberikan suatu kewajiban pada

seseoarang atau organisasi, memberikan kewenangan atau hak kepada mereka

(J.B.J.M Ten Berge)

4. Keputusan yang berasal dari organ pemerintahan yang ditujukan untuk

menimbulkan akibat hukum (Huisman).

5. Keputusan tertulis dari administrasi negara yang mempunyai akibat hukum

(Sjahran Basah).

6. Perbuatan hukum publik yang bersegi satu yang dilakukan oleh alat-alat

pemerintahan berdasarkan suatu kekuasaan istimewa (Utrecht).

7. Suatu tindakan hukum yang bersifat sepihak dalam bidang pemerintahan yang

dilakukan oleh suatu badan pemerintahan berdasarkan wewenang yang luar biasa

( Prins).

Page 5: Pengertian Perbuatan Administrasi Negara

D. Macam-Macam Ketetapan

Secara teoritis, dalam hokum administrasi, dikenal ada beberapa macam dan

sifat ketetapan, yaitu sebagai berikut :

1. Ketetapan Deklaratoir dan Ketetapan Konstitutif

Ketetapan deklaratoir adalah ketetapan yang tidak mengubah hak dan

kewajiban yang telah ada, tetapi sekadar menyatakan hak dan kewajiban tersebut

(rechtsvaststellende beschikking ).

Ketetapan mempunyai sifat deklaratoir ketika ketetapan itu dimaksudkan

untuk menetapkan mengikatnya suatu hubungan hokum atau ketetapan itu maksudnya

mengakui suatu hak yang sudah ada, sedangkan ketika ketetapan itu melahirkan atau

menghapuskan suatu hubungan hukum atau ketetapan itu menimbulkan suatu hak

baru yang sebelumnya tidak dipunyai oleh seseorang yang namanya tercantum dalam

ketetapan itu, ia disebit dengan ketetapan yang bersifat konstitutif.

Ketetapan yang bersifat konstitutif dapat berupa hal – hal diantaranya :

a. Ketetapan-ketetapan yang meletakkan kewajiban untuk melakukan sesuatu, tidak

melakukan sesuatu, atau memperkenankan sesuatu.

b. Ketetapan-ketetapan yang memberikan status pada seseorang, lembaga, atau

perusahaan itu dapat menerapkan aturan hokum tertentu.

c. Ketetapan-ketetapan yang meletakkan prestasi atau harapan pada perbuatan

pemerintah = subsidi atau bantuan, pen.

d. Ketetapan yang mengizinkan sesuatu yang sebelumnya tidak diizinkan.

e. Ketetapan-ketetapan yang menyetujui atau membatalkan berlakunya ketetapan

organ yang lebih rendah = pengesahan atau pembatalan.

Page 6: Pengertian Perbuatan Administrasi Negara

2. Ketetapan yang Menguntungkan dan yang Memberi Beban

Ketetapan yang menguntungkan ketetapan itu memberikan hak-hak atau

memberikan kemungkinan untuk memperoleh sesuatu yang tanpa adanya ketetapan

itu tidak akan ada atau bila ketetapan itu memberikan keringanan beban yang ada atau

mungkin ada. Sementara itu, ketetapan yang member beban adalah ketetapan yang

meletakkan kewajiban yang sebelumnya tidak ada atau ketetapan mengenai

penolakan terhadap permohonan untuk memperoleh keringanan.

3. Ketetapan Eenmalig dan Ketetapan yang Permanen

Ketetapan Eenmalig adalah ketetapan yang hanya berlaku sekali atau

ketetapan sepintas lalu, yang dalam istilah lain disebut ketetapan yang bersifat kilat

seperti IMB atau izin untuk mengadakan rapat umum, sedangkan ketetapan permanen

adalah ketetapan yang memiliki masa berlaku yang relatif lama.

4. Ketetapan yang Bebas dan yang Terikat

Ketetapan yang bersifat bebas adalah ketetapan yang didasarkan pada

kewenangan bebas atau kebebasan bertindak yang dimiliki oleh pejabat tata usaha

Negara baik dalam bentuk kebebasan kebijaksanaan maupun kebebasan imterprestasi.

Sementara itu, ketetapan yang terikat adalah ketetapan yang didasarkan pada

kewenangan pemerintahan yang bersifat terikat, berarti ketetapan itu hanya

melaksanakan ketentuan yang sudah ada tanpa adanya ruang kebebasan bagi pejabat

yang bersangkutan.

5. Ketetapan Positif dan Negatif

Ketetapan positif adalah ketetapan yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi

yang dikenai ketetapan, sedangkan ketetapan negative adalah yang tidak

menimbulkan perubahan keadaan hokum yang telah ada.

Page 7: Pengertian Perbuatan Administrasi Negara

6. Ketetapan Perorangan dan Kebendaan

Ketetapan perorangan adalah ketetapan yang diterbitkan berdasarkan kualitas

pribadi orang tertentu atau ketetapan yang berkaitan dengan orang, seperti ketetapan

tentang pengangkatan atau pemberhentian seseorang sebagai pegawai negeri atau

sebagai pejabat Negara. Sementara itu ketetapan kebendaan adalah keputusan yang

diterbitkan atas dasar kualitas kebendaan atau ketetapan yang berkaitan dengan

benda, misalnya sertifikat atas hak tanah.

E. Pengertian Dan Syarat-Syarat Ketetapan

Menurut UU No.5 Tahun 1986 jo. UU No.9 Tahun 2004 Undang-undang No.

5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara menyebutkan bahwa Keputusan

Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau

Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret,

individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan

hukum perdata. Dari definisi menurut UU Nomor 5 Tahun 1986 tersebut dapat

dirumuskan unsur-unsur keputusan sebagai berikut, yaitu;

1. penetapan tersebut tertulis dan dikeluarkan oleh badan atau Pejabat Tata Usaha

Negara,

2. berisi tindakan hukum dalam bidang Tata Usaha Negara,

3. berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

4. bersifat konkrit, individual, dan final,

5. serta menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.

Dalam UU No. 9 Tahun 2004 tentang perubahan atas UU No.5 Tahun 1986

tentang peradilan tata usaha Negara, khususnya dalam pasal 2 menjelaskan secara

Page 8: Pengertian Perbuatan Administrasi Negara

tegas bahwa terdapat tujuh hal yang tidak tergolong suatu keputusan Negara dalam

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 yaitu :

1. Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan perbuatan hukum perdata;

2. Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan pengaturan yang bersifat umum;

3. Keputusan Tata Usaha Negara yang masih memerlukan persetujuan;

4. Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan berdasarkan ketentuan Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Pidana atau peraturan perundang-undangan lain yang bersifat hukum pidana;

5. Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan

badan peradilan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku;

6. Keputusan Tata Usaha Negara mengenai tata usaha Tentara Nasional Indonesia;

7. Keputusan Komisi Pemilihan Umum baik di pusat maupun di daerah mengenai

hasil pemilihan umum.

Page 9: Pengertian Perbuatan Administrasi Negara

Syarat syah Keputusan Tata Usaha Negara.

Suatu Keputusan Tata Usaha Negara (beschikking) dapat dikatakan sah

apabila memenuhi 2 (dua) syarat. Syarat-syarat sahnya suatu Keputusan Tata Usaha

Negara tersebut menurut Prof. Muchsan adalah:

1. Syarat materiil,

Yaitu syarat yang berkaitan dengan isi. Syarat materil dibagi menjadi 3 (tiga),

yaitu:

a. Harus dibuat oleh aparat yang berwenang;

b. Keputusan Tata Usaha Negara tidak mengalami kekurangan yuridis;

Suatu produk hukum dikatakan mengalami kekurangan yuridis apabila

didalam pembuatannya terdapat unsur:

1. Adanya paksaan

Paksaan terjadi apabila adanya perbedaan antara kenyataan dengan

kehendak, sebagai akibat dari adanya unsur eksternal.

2. Adanya kekhilafan

Kekhilafan terjadi apabila adanya perbedaan antara kenyataan dengan

kehendak, tetapi tanpa adanya unsur kesengajaan.

3. Adanya penipuan

Penipuan terjadi apabila adanya perbedaan antara kenyataan dengan

kehendak, sebagai akibat dari tipu muslihat.

Page 10: Pengertian Perbuatan Administrasi Negara

c. Tujuan ketetapan sama dengan tujuan yang mendasarinya.

2. Syarat formil

yaitu syarat yang berkaitan dengan bentuk. Syarat formil dibagi menjadi 3

(tiga), yaitu:

a. Bentuk ketetapan harus sama dengan bentuk yang dikehendaki oleh

peraturan yang mendasarinya.

b. Prosedur harus sama dengan bentuk yang diatur dalam peraturan yang

mendasarinya.

c. Syarat khusus yang dikehendaki oleh peraturan dasar harus tercermin

dalam keputusan.

Page 11: Pengertian Perbuatan Administrasi Negara

F. Delegasi Perundang-Undangan

Hiererki dan pendelegasian peraturan perundang-undangan diperlukan karena

ketentuan yang lebih tinggi hanya mengatur ketentuan yang bersifat umum,

sedangkan ketentuan yang bersifat teknis didelegasikan ke peraturan perundang-

undangan yang lebih rendah.

Pendelegasian tersebut diatur dalam lampiran II Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2011 angka 198 sampai dengan 216. Adapun perinciannya adalah sebagai

berikut:

1. Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi dapat mendelegasikan

kewenangan mengatur lebih lanjut kepada Peraturan Perundang-undangan yang

lebih rendah.

2. Pendelegasian kewenangan dapat dilakukan dari suatu Undang-Undang kepada

Undang-Undang yang lain, dari Peraturan Daerah Provinsi kepada Peraturan

Daerah Provinsi yang lain, atau dari Peraturan Daerah Kabupaten/Kota kepada

Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang lain.

3. Pendelegasian kewenangan mengatur harus menyebut dengan tegas:

a. ruang lingkup materi muatan yang diatur; dan

b. jenis Peraturan Perundang-undangan.

4. Jika materi muatan yang didelegasikan sebagian sudah diatur pokok-pokoknya di

dalam Peraturan Perundang-undangan yang mendelegasikan tetapi materi muatan

itu harus diatur hanya di dalam Peraturan Perundang-undangan yang

didelegasikan dan tidak boleh didelegasikan lebih lanjut ke Peraturan Perundang-

undangan yang lebih rendah (subdelegasi), gunakan kalimat “Ketentuan lebih

lanjut mengenai … diatur dengan ….”

Page 12: Pengertian Perbuatan Administrasi Negara

5. Jika pengaturan materi muatan tersebut dibolehkan didelegasikan lebih lanjut

(subdelegasi), gunakan kalimat “Ketentuan lebih lanjut mengenai … diatur

dengan atau berdasarkan ….

6. Jika materi muatan yang didelegasikan sama sekali belum diatur pokok-

pokoknya di dalam Peraturan Perundang-undangan yang mendelegasikan dan

materi muatan itu harus diatur di dalam Peraturan Perundang-undangan yang

diberi delegasi dan tidak boleh didelegasikan lebih lanjut ke Peraturan

Perundang-undangan yang lebih rendah (subdelegasi), gunakan kalimat

“Ketentuan mengenai … diatur dengan ….”

7. Jika pengaturan materi tersebut dibolehkan didelegasikan lebih lanjut

(subdelegasi) digunakan kalimat “Ketentuan mengenai … diatur dengan atau

berdasarkan …."

8. Jika terdapat beberapa materi muatan yang didelegasikan dan materi muatan

tersebut tercantum dalam beberapa pasal atau ayat tetapi akan didelegasikan

dalam suatu Peraturan Perundang-undangan, gunakan kalimat “Ketentuan

mengenai … diatur dalam …."

9. Jika terdapat beberapa materi muatan yang didelegasikan maka materi muatan

yang didelegasikan dapat disatukan dalam 1 (satu) peraturan pelaksanaan dari

Peraturan Perundang-undangan yang mendelegasikan, gunakan kalimat “(jenis

Peraturan Perundang-undangan) … tentang Peraturan Pelaksanaan ...”

10. Untuk mempermudah dalam penentuan judul dari peraturan pelaksanaan yang

akan dibuat, rumusan pendelegasian perlu mencantumkan secara singkat tetapi

lengkap mengenai apa yang akan diatur lebih lanjut.

11. Jika pasal terdiri dari beberapa ayat, pendelegasian kewenangan dimuat pada

ayat terakhir dari pasal yang bersangkutan.

Page 13: Pengertian Perbuatan Administrasi Negara

12. Jika pasal terdiri dari beberapa ayat, pendelegasian kewenangan dapat

dipertimbangkan untuk dimuat dalam pasal tersendiri, karena materi

pendelegasian ini pada dasarnya berbeda dengan apa yang diatur dalam

rangkaian ayat-ayat sebelumnya.

13. Dalam pendelegasian kewenangan mengatur tidak boleh adanya delegasi

blangko.

14. Pendelegasian kewenangan mengatur dari Undang-Undang kepada menteri,

pemimpin lembaga pemerintah nonkementerian, atau pejabat yang setingkat

dengan menteri dibatasi untuk peraturan yang bersifat teknis administratif.

15. Kewenangan yang didelegasikan kepada suatu alat penyelenggara negara tidak

dapat didelegasikan lebih lanjut kepada alat penyelenggara negara lain, kecuali

jika oleh Undang-Undang yang mendelegasikan kewenangan tersebut dibuka

kemungkinan untuk itu.

16. Pendelegasian kewenangan mengatur dari suatu Peraturan Perundang-undangan

tidak boleh didelegasikan kepada direktur jenderal, sekretaris jenderal, atau

pejabat yang setingkat.

G. Kasus