Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

84
TANTANGAN SISTEM PENGELOLAAN MANAGEMENT ADMINISTRASI Dalam aktivitas pekerjaan yang kita lakukan sehari-hari, baik secara sadar atau pun tidak, kita selalu disuguhkan dengan dua istilah yang sangat populer ini, yaitu administrasi dan manajemen. Sebagai contoh kecil, dimana ketika kita melakukan pengurusan dokumen-dokumen (paper work) di instansi, lembaga, atau kantor yang biasanya pada kantor pemerintah, kita akan selalu dimintai kompensasi atas pembuatan paperwork tersebut dengan istilah ‘biaya administrasi”, atau misalnya ketika kita akan berobat ke Rumah Sakit, maka kita akan diminta untuk mengurus administrasi terlebih dulu—yang maksudnya untuk registrasi pasien dan pembayaran biaya berobat. Kemudian ketika ada pekerja pada suatu pabrik yang meminta THR akan diminta menunggu keputusan dari manajemen dan lain sebagainya. Administrasi berasal dari kata latin “ad” dan “ministrare” yang berarti membantu, melayani atau memenuhi. Dalam bahasa Inggris adalah “Administration”—yang sampai sekarang tetap dipergunakan dan dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi Administrasi. Namun, karena selama lebih kurang 350 tahun Indonesia dijajah Belanda, maka sedikit banyak istilah yang digunakan Belanda terinfiltrasi kedalam Bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia, pengertian tersebut pada hakekatnya adalah pengertian dari Tatausaha. Menurut sudut pandang penulis, bahwa Tatausaha itu merupakan suatu kegiatan pengumpulan data dan informasi dan dilakukan pencatatan secara sistematis dalam suatu organisasi untuk menghasilkan kumpulan

Transcript of Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

Page 1: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

TANTANGAN SISTEM PENGELOLAAN MANAGEMENT ADMINISTRASI 

  

Dalam aktivitas pekerjaan yang kita lakukan sehari-hari, baik secara sadar atau pun

tidak, kita selalu disuguhkan dengan dua istilah yang sangat populer ini, yaitu administrasi

dan manajemen. Sebagai contoh kecil, dimana ketika kita melakukan pengurusan dokumen-

dokumen (paper work) di instansi, lembaga, atau kantor yang biasanya pada kantor

pemerintah, kita akan selalu dimintai kompensasi atas pembuatan paperwork tersebut

dengan istilah ‘biaya administrasi”, atau misalnya ketika kita akan berobat ke Rumah Sakit,

maka kita akan diminta untuk mengurus administrasi terlebih dulu—yang maksudnya untuk

registrasi pasien dan pembayaran biaya berobat. Kemudian ketika ada pekerja pada suatu

pabrik yang meminta THR akan diminta menunggu keputusan dari manajemen dan lain

sebagainya.

Administrasi berasal dari kata latin “ad” dan “ministrare” yang berarti membantu,

melayani atau memenuhi. Dalam bahasa Inggris adalah “Administration”—yang sampai

sekarang tetap dipergunakan dan dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi

Administrasi. Namun, karena selama lebih kurang 350 tahun Indonesia dijajah Belanda,

maka sedikit banyak istilah yang digunakan Belanda terinfiltrasi kedalam Bahasa Indonesia.

Dalam bahasa Indonesia, pengertian tersebut pada hakekatnya adalah pengertian dari

Tatausaha. Menurut sudut pandang penulis, bahwa Tatausaha itu merupakan suatu kegiatan

pengumpulan data dan informasi dan dilakukan pencatatan secara sistematis dalam suatu

organisasi untuk menghasilkan kumpulan keterangan yang dibutuhkan. Jadi sekarang dapat

dipahami, bahwa kegiatan tatausaha masih termasuk dalam unsur Administrasi dalam arti

luasdan bukan merupakan faktor dari administrasi. Dengan demikian, apabila kegiatan yang

dimaksud adalah kegiatan tatausaha, seyogyanya kita tidak menggunakan istilah

administrasi agar tidak menimbulkan bias antara kedua istilah ini.  

Administrasi dengan Manajemen (Administration to Management)Seperti

dikemukakan pada poin sebelumnya, bahwa istilah administrasi yang digunakan sampai

sekarang adalah dalam bahasa Inggris, yaitu “administration”. Cakupan dari kegiatan

administrasi sangatlah luas, yaitu keseluruhan proses mulai dari menentukan bentuk dan tujuan

organisasi, cara mencapai tujuan, siapa saja yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan pencapaian

tujuan ini, pengendalian proses pelaksanaan, sampai bagaimana mendayagunakan instrumen atau

sumber yang terbatas. Pada dasarnya, cakupan dari kegiatan penataan usaha ini adalah bagian dari

disiplin ilmu lain, oleh karenanya kegiatan ilmu administrasi hanya dibatasi pada aktivitas-aktivitas

Page 2: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

penyelenggaraan atau pelaksanaan saja—yang direpresentatifkan dengan penataan usaha. Dengan

demikian pula, dapat disimpulkan bahwa kegiatan administrasi dalam arti sempit adalah kegiatan

yang dilakukan oleh para administrator (pimpinan) dan dalam arti luasnya adalah keseluruhan

kegiatan dalam organisasi.  

.              .

      Administrasi dan manajemen adalah suatu ilmu yang saling berhubungan dan tidak

terpisahkan.karena di dalam administrasi terdapat manajemen yang berfungsi sebagai motor

penggerak jalannya administrasi Negara.Banyak hal yang membedakan administrasi dengan

manajemenai, strata yang berada di atas manajemen, eselon, strategi, qualitative, orang,

reflektif,dan generalism.Dalam manajemen meliputi bidang keilmuan eksekusi,fakta,

kedudukannya di bawah dari administrasi.

Pembinaan Hubungan internal dan eksternal dalam Organisasi, Hubungan yang perlu

di bina dalam organisasi bukan hanya menyangkut interaksi antara pimpinan dan anggotanya

saja tetapi meliputi hubungan antara orang orang di dalam organisasi dan juga antara

organisasi dengan pihak luar. Dalam administrasi hal internal tersebut di kenal dengan

istilah human relation. Sedangkan hubungan yang bersifat eksternal di sebut pulic relation.

Telah diketahui bahwa administrasi berfungsi untuk menentukan tujuan organisasi dan

merumuskan kebijakan umum, sedangkan manajemen berfungsi untuk melaksanakan

kegiatan yang perlu di lakukan untuk dalam rangka pencapaian tujuan dalam batas batas

kebijakan umum yang telah di rumuskan.kadi kegiatan yang bersifat operasional dari

manajemen dan administrasi dilakukan oleh kelompok pelaksana.Yang perlu kita ketahui

secara jelas yaitu bahwa pada tingkat administrasi fungsi itu bersifat menyeluruh dan

berlaku bagi seluruh organisasi. Pada tingkat manajemen fungsi itu bersifat sektoral.

Pengorganisasian

Beberapa tahap yang dapat dilakukan pada pengelolaan management administrasi :

1.Penggerakan(Motivating)

Terdefinisikan sebagai keseluruhan proses pemberian dorongan bekerja kepada para bawahan

sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan iklas demi tercapainya tujuan

organisasi dengan efisien dan ekonomis. Fungsi penggerak merupakan fungsi terpenting

karena fungsi ini mampu menjadikan manusia sebagai objek langsungnya.Motivating secara

implisit berarti bahwa pimpinan organisasi berada di tengah tengah para bawahannya dan

Page 3: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

dengan demikian dapat memberikan bimbingan,itruksi,nasihat, dan koreksi jika

diperlukan.Secara eksplisit dalam pengertian ini jelas terlihat bahwa para pelaksana operatif

dalam memberikan jasa jasanya memerlukan beberapa macam hal pendorong.

2.Pengawasan(Controlling)

Proses pengamatan pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi agar semua pekerjaan yang

sedang di lakukan berjalan sesuai rencana yang telah di tentukan sebelumnya.Dari definisi di

atas dapat di simpulkan bahwa pengawasan sangat berhubungan dengan perencanaan

sehingga Harold kontz dan Cyrill O’Donnel mengatakan bahwa perencanaan dan pengawasan

merupakan kedua belahan mata uang yang sama.Jelas bahwa tanpa adanya rencana

pengawasan tidak mungkin dapat berjalan lancar karena tidak ada pedoman untuk melakukan

pengawasan itu.Dan tanpa adanya pengawasan mungkin rencana yang memang sudah tertata

dan terlaksana akan mengalami penyimpangan penyimpangan tanpa ada alat untuk

mencegahnya.

3.Penilaian(evaluating)

Tahap ini ada lah fungsi organik administrasi dan manajemen yang terakhir.Yaitu proses

pengukuran dan pembandingan hasil hasil pekerjaan yang nyatanya di capai dengan hasil

yang seharusnya di capai.Ada beberapa hal yang penting di perhatikan dalam definisi

tersebut,yaitu penilaian sebagai pelaksana fungsi turut menentukan mati hidupnya suatu

organisasi,Kegiatan yang terus menerus di lakukan oleh administrasi dan

manajemen,penilaian merupakan kesenjangan antara hasil pelaksana yang sesungguhnya di

capai dengan hasil yang seharusnya di capai.

 DAFTAR PUSTAKA

 

http://koranrakyat.net/2008/09/01/firasat- administrasi /

Siagian, Sondang P.. 1993. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara : Jakarta.

 

 

 

 

Page 4: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

MAKALAH 

MANAJEMEN  

TANTANGAN SISTEM PENGELOLAAN MANAJEMEN ADMINISTRASI  

   

Page 5: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

      

DI SUSUNOLEH:

LUSIANA (0616039)

 

 

 

DOSEN PEMBIMBING:

IBU RIKA DIANA

 

 

 

FAKULTAS SYARI’AH JURUSAN JINAYAH SIYASAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI RADEN FATAH

PALEMBANG 

       2008

Page 6: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

Edisi 1998 dari Rumah Sakit Statistik diterbitkan oleh American Hospital Association melaporkan bahwa ada 6.021 rumah sakit di Amerika Serikat. These included acute care general hospitals; federal, state, and local hospitals; psychiatric hospitals; and specialty hospitals such as children's hospitals, rehabilitation hospitals, and chronic disease hospitals. Ini termasuk rumah sakit akut umum peduli; federal, negara bagian, dan rumah sakit lokal, rumah sakit jiwa, dan rumah sakit khusus seperti rumah sakit anak-anak, rumah sakit rehabilitasi, dan rumah sakit penyakit kronis. There were 5,015 short-term, acute care general facilities. Ada 5.015 jangka pendek, akut perawatan fasilitas umum. Short-term, general hospitals are defined as those for which a patient stay is thirty days or shorter and which provide general medical and surgical care. Jangka pendek, rumah sakit umum didefinisikan sebagai orang-orang yang tinggal pasien adalah tiga puluh hari atau lebih pendek dan yang memberikan perawatan medis dan bedah umum. General hospitals often provide additional services including prevention, treatment, rehabilitation, obstetrics, substance abuse, health education, and screening for cancers and other diseases. rumah sakit umum sering menyediakan layanan tambahan termasuk pencegahan, pengobatan, rehabilitasi, kebidanan, penyalahgunaan zat, pendidikan kesehatan, dan penyaringan untuk kanker dan penyakit lainnya.

Modern hospitals derive historically from the monastic "hospes" of tenth-century medieval England at which travelers stopped to rest. rumah sakit modern berasal historis dari "hospes" monastik Inggris abad pertengahan abad kesepuluh dimana pelancong berhenti untuk beristirahat. Later, in the thirteenth century, the hospice became a place for vagrants, invalids, and the infirm. Kemudian, pada abad ketiga belas, rumah sakit menjadi tempat untuk gelandangan, cacat, dan lemah itu.

Benjamin Franklin founded the first hospital in the United States, the Pennsylvania Hospital, which was chartered in 1757. Benjamin Franklin mendirikan rumah sakit pertama di Amerika Serikat, Rumah Sakit Pennsylvania, yang disewa pada tahun 1757. Hospitals during this period provided refuge and homes for the poor, ill, and infirm who had no other place to live. Rumah sakit selama periode ini diberikan perlindungan dan rumah bagi kaum miskin, sakit, dan lemah yang tidak memiliki tempat lain untuk hidup. Nineteenth- and early-twentieth-century hospitals in the United States were primarily for the treatment of communicable disease, such as tuberculosis or leprosy, for which people were quarantined. Kesembilan belas dan rumah sakit awal abad kedua puluh di Amerika Serikat terutama untuk pengobatan penyakit menular, seperti TBC atau lepra, yang orang dikarantina. Most people generally preferred to be treated for acute illness at home. Kebanyakan orang umumnya lebih disukai untuk dirawat untuk penyakit akut di rumah. Before the discovery of germ theory, the home was actually a healthier environment than the hospital. Sebelum penemuan teori kuman, rumah itu sebenarnya lingkungan yang sehat dari rumah sakit. Later, as scientific medical practice developed, hospitals became more technical places of diagnosis and treatment for those who could afford to be hospitalized and pay for the new scientific technologies. Kemudian, sebagai praktek medis ilmiah dikembangkan, rumah sakit menjadi tempat yang lebih teknis diagnosis dan pengobatan bagi mereka yang mampu dirawat di rumah sakit dan membayar untuk teknologi ilmiah baru.

As a result of their increasing role in health care, hospitals became important community resources. Sebagai hasil dari peran mereka meningkat dalam perawatan kesehatan, rumah sakit menjadi sumber masyarakat penting. The community not-for-profit hospital continued the role of providing charity care for the poor. Masyarakat tidak-untuk rumah sakit-

Page 7: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

keuntungan melanjutkan peran dalam memberikan perawatan amal bagi masyarakat miskin. After World War II, the Hospital Survey and Construction Act of 1946 (Hill-Burton Act) provided funding for communities across the country to build not-for-profit community hospitals and to modernize old ones. Setelah Perang Dunia II, Survei Rumah Sakit dan Konstruksi Act of 1946 (Hill-Burton Act) menyediakan dana bagi masyarakat di seluruh negeri untuk membangun tidak-untuk rumah sakit komunitas-laba dan untuk memodernisasi yang lama. This legislation was critical to locating hospitals in previously underserved rural areas. Undang-undang ini sangat penting untuk mencari rumah sakit di daerah pedesaan yang sebelumnya tidak terlayani. Society has long viewed the hospital as a social service organization. Masyarakat telah lama memandang rumah sakit sebagai organisasi pelayanan sosial. Public hospitals serve an important public health function in caring for vulnerable and underserved populations, including the poor, immigrants, and the uninsured. rumah sakit umum melayani fungsi kesehatan masyarakat yang penting dalam merawat penduduk yang rentan dan terlayani, termasuk, imigran miskin, dan tidak diasuransikan.

Types of Hospital Ownership Jenis Pemilikan Rumah Sakit

Government hospitals at the federal, state, or local level generally care for specified groups of individuals or diseases. rumah sakit Pemerintah di negara bagian, federal, atau tingkat lokal umumnya perawatan untuk kelompok tertentu individu atau penyakit. This includes the military, the mentally ill, or the uninsured, among others. Ini termasuk militer, mental sakit, atau yang tidak diasuransikan, antara lain. In addition, this includes educational or academic hospitals where medical education is taught. Selain itu, ini termasuk rumah sakit pendidikan atau akademik di mana pendidikan kedokteran diajarkan. Private not-for-profit hospitals are usually owned by corporations, which are founded by private organizations. Swasta tidak-untuk rumah sakit-laba biasanya dimiliki oleh perusahaan, yang didirikan oleh organisasi-organisasi swasta. For-profit or investor-owned hospitals are those in which the shareholders receive dividends or financial distributions based on the profits made by the hospital or the hospital's corporation. Untuk-laba atau rumah sakit yang dimiliki investor adalah mereka dimana para pemegang saham menerima dividen atau distribusi keuangan berdasarkan keuntungan yang dilakukan oleh rumah sakit atau korporasi rumah sakit.

Regardless of ownership, most hospitals are community hospitals, which provide care for a wide range of acute episodes of illness. Terlepas dari kepemilikan, rumah sakit sebagian besar masyarakat rumah sakit, yang menyediakan perawatan untuk berbagai episode akut penyakit. Acute episodes are serious short-term illnesses for which patients require immediate care and are then returned to their homes or community. episode akut adalah penyakit jangka pendek yang serius bagi pasien yang memerlukan perawatan segera dan kemudian kembali ke rumah mereka atau komunitas.

Organization and Function of Hospitals Organisasi dan Fungsi Rumah Sakit

Hospital administration encompasses organizing and supporting the patient's total medical care during an episode of illness in the hospital, and is responsible for integrating the various functions and services. administrasi Rumah Sakit meliputi pengorganisasian dan mendukung perawatan total medis pasien selama episode penyakit di rumah sakit, dan bertanggung jawab untuk mengintegrasikan berbagai fungsi dan layanan. A hospital is a multifaceted organization comprising many committees, departments, types of personnel, and services. Rumah sakit merupakan organisasi yang terdiri dari komite segi banyak, departemen, jenis personil, dan jasa. It requires highly trained employees, efficient systems and controls,

Page 8: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

necessary supplies, adequate equipment and facilities, and, of course, physicians and patients. Hal ini membutuhkan karyawan yang sangat terlatih, sistem yang efisien dan kontrol, perlengkapan yang diperlukan, peralatan dan fasilitas yang memadai, dan, tentu saja, dokter dan pasien. It is a business as well as a caring, people-oriented institution and it has a similar structure and hierarchy of authority as any large business. Ini adalah bisnis serta peduli, lembaga yang berorientasi pada orang dan memiliki struktur yang mirip dan hirarki otoritas sebagai setiap bisnis besar.

Board of Trustees. The "board of trustees," or governing board, operates the hospital in trust for the community and has a fiduciary duty to protect the assets of the hospital through efficient operation. Dewan Pembina ". The" dewan wali amanat, atau papan yang mengatur, mengoperasikan rumah sakit di kepercayaan bagi masyarakat dan memiliki kewajiban fidusia untuk melindungi aset rumah sakit melalui operasi yang efisien. The trustees are responsible for establishing the hospital's mission and establishing its bylaws and strategic policies. Para wali bertanggung jawab untuk membuat misi rumah sakit dan mendirikan peraturan dan kebijakan strategis. Trustees select the administrative leader of the hospital and delegate the hospital's daily operations and budgeting to the appointed executive. Pembina pilih pemimpin administrasi rumah sakit dan delegasi operasi harian rumah sakit dan penganggaran untuk eksekutif ditunjuk. They ensure the quality of medical care through the selection of qualified physicians and by delegating quality assurance responsibilities to the medical staff. Mereka menjamin kualitas perawatan medis melalui pemilihan dokter yang berkualitas dan dengan mendelegasikan tanggung jawab jaminan kualitas kepada staf medis.

Executive Administration. The chief executive officer (CEO) reports to the governing board and provides leadership in implementing the strategic goals and decisions set by the Board. Eksekutif Administrasi). Eksekutif Petugas (CEO laporan kepada dewan yang mengatur dan menyediakan kepemimpinan dalam melaksanakan sasaran-sasaran strategis dan keputusan yang ditetapkan oleh Dewan. The CEO also represents the hospital to the external environment and the community. CEO ini juga merupakan rumah sakit untuk lingkungan eksternal dan masyarakat. In these tasks, the CEO must coordinate the collective effort of the hospital's personnel. Dalam tugas ini, CEO harus mengkoordinasikan upaya kolektif personil rumah sakit. The CEO delegates the clinical care and administrative duties to highly trained individuals and teams. CEO delegasi perawatan klinis dan tugas-tugas administratif untuk individu yang sangat terlatih dan tim.

The Medical Staff. The physician is the leader of the clinical team and the major agent working on behalf of the patient. Staf Medis. Dokter adalah pemimpin tim klinis dan agen utama yang bekerja atas nama pasien. The physician's responsibility is to diagnose the patient's condition accurately and to prescribe the best and most cost-effective treatment plan. Tanggung jawab dokter adalah untuk mendiagnosa kondisi pasien secara akurat dan untuk meresepkan rencana perawatan yang terbaik dan paling efektif-biaya.

The medical staff is a formally organized self-governing unit within the hospital, primarily comprised of physicians, but may also include other doctoral level health care professionals such as dentists or psychologists. Staf medis adalah unit pemerintahan sendiri secara resmi terorganisir dalam rumah sakit, terutama terdiri dari dokter, tetapi juga dapat mencakup lainnya doktor profesional tingkat pelayanan kesehatan seperti dokter gigi atau psikolog. Responsibility for the quality of medical care is exercised through the medical staff, whose major purpose is to ensure the highest quality of medical care to the patients. Jawab terhadap mutu pelayanan kesehatan dilaksanakan melalui staf medis, yang utama tujuannya adalah

Page 9: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

untuk memastikan kualitas tertinggi perawatan medis kepada pasien. This is done through four functions: "Credentialing" determines and assesses the qualifications of physicians seeking to practice at the hospital. Hal ini dilakukan melalui empat fungsi: "credentialing" menentukan dan menilai kualifikasi dokter berusaha untuk berlatih di rumah sakit. "Privileging" determines the specific types of care that individual physicians will be allowed to practice at the hospital. "Privileging" menentukan jenis-jenis perawatan yang dokter individu akan diizinkan untuk praktek di rumah sakit. "Peer review" monitors how well a physician is performing. "Peer review" memonitor seberapa baik kinerja sebuah dokter. "Reappointment" ascertains whether a specific physician should be permitted to continue practicing at the hospital. "Pengangkatan kembali" mengetengahkan apakah dokter tertentu harus diijinkan untuk terus berlatih di rumah sakit.

Nursing Services. Nursing services employees are responsible for carrying out the treatment plan developed by the physician. Layanan Keperawatan. Keperawatan jasa karyawan bertanggung jawab untuk melaksanakan rencana pengobatan yang dikembangkan oleh dokter. Nursing services, also called patient care services, is the largest component of the hospital. Layanan Perawatan, juga disebut pelayanan perawatan pasien, merupakan komponen terbesar dari rumah sakit. It is also the largest health care occupation in the United States. Itu juga merupakan perawatan kesehatan terbesar pendudukan di Amerika Serikat. Nursing services provide round-the-clock health maintenance, treatment, and support of the patient. Perawatan menyediakan jasa pemeliharaan kesehatan round-the-clock, pengobatan, dan dukungan pasien. Important roles of nurses today also include those of patient advocate and health educator. Penting peran perawat hari ini juga termasuk orang-orang advokat pasien dan pendidik kesehatan.

Members of the nursing staff represent a wide range of training and experience. Anggota staf keperawatan mewakili berbagai pelatihan dan pengalaman. A nurse manager has overall responsibility for the care of patients on a particular unit, including supervising other nursing and clerical staff, and for coordinating the services of departments such as social work and discharge planning. Seorang manajer perawat memiliki tanggung jawab keseluruhan untuk perawatan pasien pada unit tertentu, termasuk pengawasan perawat dan staf administrasi lainnya, dan untuk mengkoordinasikan pelayanan departemen seperti kerja sosial dan perencanaan pulang. A nursing supervisor may have overall management responsibility for several units. Seorang supervisor keperawatan mungkin memiliki tanggung jawab manajemen secara keseluruhan beberapa unit. A clinical nurse-specialist has specific expertise or competence in a particular field of nursing. Seorang perawat spesialis-klinis memiliki keahlian khusus atau kompetensi dalam bidang tertentu keperawatan. These nurses are helped by licensed practical nurses (LPNs) and certified nurses aides (CNAs), who perform routine nursing functions. Perawat ini dibantu oleh perawat praktis berlisensi (LPNs) dan bersertifikat perawat pembantu (CNAs), yang melakukan fungsi perawatan rutin.

Allied Health Services. A number of departments perform support functions that help with diagnosis and treatment. Sekutu Pelayanan Kesehatan. Sejumlah departemen melakukan fungsi dukungan yang membantu dengan diagnosis dan pengobatan. The clinical laboratory is a diagnostic center that performs a variety of functions, including autopsy, clinical cytology, and clinical pathology. Laboratorium klinis adalah pusat diagnostik yang melakukan berbagai fungsi, termasuk otopsi, sitologi klinis, dan patologi klinis. Medical technologists perform most of the work of the laboratory under the supervision of a pathologist, who is a physician. teknologi medis melakukan sebagian dari pekerjaan laboratorium di bawah pengawasan seorang patolog, yang adalah seorang dokter.

Page 10: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

The radiology department provides radiographs to aid with diagnosis and performs radiation therapy for the treatment of some medical disorders. Departemen radiologi menyediakan radiografi untuk membantu dengan diagnosis dan melakukan terapi radiasi untuk pengobatan beberapa gangguan medis.

Rehabilitation services provides assistance in enhancing the optimal physical, mental, and social functioning of the patient following an episode of illness. layanan Rehabilitasi memberikan bantuan dalam meningkatkan fungsi optimal fisik, mental, dan sosial pasien menyusul episode penyakit. Physical and occupational therapy are the primary specialties in this service. Terapi fisik dan okupasi adalah spesialisasi utama dalam layanan ini.

Clinical Support Services. The hospital pharmacy purchases and dispenses all the medications used to treat patients in the hospital. Klinik Layanan Dukungan. Pembelian farmasi rumah sakit dan membagi-bagikan semua obat yang digunakan untuk mengobati pasien di rumah sakit. The pharmacist works directly with the medical staff in establishing a formulary, the listing of drugs chosen to be included in the pharmacy. apoteker bekerja secara langsung dengan staf medis dalam membangun formularium, maka daftar obat yang dipilih untuk dimasukkan dalam apotek. Clinical pharmacy consists of communicating with patients, counseling patients and other members of the health care team, and consulting with regard to detailed drug information. farmasi klinis terdiri dari berkomunikasi dengan pasien, konseling pasien dan anggota lain dari tim perawatan kesehatan, dan konsultasi berkenaan dengan informasi obat rinci.

Social services integrates the patient, the medical team, and the community. Pelayanan sosial mengintegrasikan pasien, tim medis, dan masyarakat. The primary objective is to ensure that all environmental and emotional barriers to the patient's recovery are mitigated. Tujuan utama adalah untuk memastikan bahwa semua hambatan lingkungan dan emosional untuk pemulihan pasien telah diantisipasi. Social services helps coordinate needed community-based services, and sometimes discharge planning. jasa sosial membantu mengkoordinasikan layanan berbasis masyarakat diperlukan, dan kadang-kadang perencanaan pulang. Hospital dieticians play an important therapeutic role in providing the patient with the appropriate food and nutrition, consistent with the treatment plan prescribed by the physician. Rumah Sakit ahli diet memainkan peran penting dalam menyediakan terapi pasien dengan makanan yang sesuai dan gizi, konsisten dengan rencana pengobatan yang diresepkan oleh dokter.

Administrative Support Services. Nonmedical administrative services are necessary to the hospital's business and physical plant management. Administrasi Layanan Dukungan. Nonmedis layanan administrasi yang diperlukan untuk rumah sakit bisnis dan manajemen pabrik fisik. The CEO leads these administrative services and is directly responsible for the day-to-day operations of the facility. CEO memimpin layanan administrasi dan secara langsung bertanggung jawab atas operasi sehari-hari fasilitas tersebut.

Business services manages the hospital's admitting and discharge functions, records charges to a patient's account, and handles accounts receivables with third-party payers such as insurance companies. Layanan bisnis mengelola fungsi rumah sakit mengakui dan debit, beban catatan ke rekening pasien, dan menangani piutang usaha dengan pembayar pihak ketiga seperti perusahaan asuransi. The finance department advises the CEO on financial policy and long-range planning, establishes procedures for accounting functions, receives and deposits all monies received by the hospital, and approves the payments of salaries and other expenditures. Departemen Keuangan menyarankan CEO pada kebijakan keuangan dan

Page 11: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

perencanaan jangka panjang, menetapkan prosedur untuk fungsi-fungsi akuntansi, menerima dan deposito semua uang yang diterima oleh rumah sakit, dan menyetujui pembayaran gaji dan pengeluaran lainnya.

Accounting is central to the hospital's financial business. Akuntansi merupakan pusat bisnis keuangan rumah sakit. Detailed and sound accounting practices are fundamental to maintaining important organizational statistics for administrative decision-making. praktek akuntansi rinci dan suara sangat penting untuk menjaga statistik organisasi penting bagi administrasi-pengambilan keputusan. The accounting department is responsible for maintaining the general ledger and summarizing all the financial transactions performed by the hospital, preparing and dispensing the payroll, tracking and recording costs to enable appropriate reimbursement for services from insurance companies, and preparing the capital and operating budgets. Departemen akuntansi bertanggung jawab untuk menjaga buku besar dan meringkas semua transaksi keuangan yang dilakukan oleh rumah sakit, menyiapkan dan mengeluarkan daftar gaji, pelacakan dan merekam biaya untuk mengaktifkan penggantian sesuai untuk jasa dari perusahaan asuransi, dan penyusunan anggaran modal dan operasional.

Admitting services is often where the patient first has contact with the hospital. Mengakui jasa sering di mana pasien pertama memiliki kontak dengan rumah sakit. The sensitivity and efficiency of this department can greatly influence the patient's perception of the quality of care received. Sensitivitas dan efisiensi dari departemen ini dapat sangat mempengaruhi persepsi pasien terhadap kualitas pelayanan yang diterima.

Information services and medical record maintenance are core functions of hospital management. Layanan Informasi dan pemeliharaan rekam medis adalah fungsi inti manajemen rumah sakit. Medical records have recently been designated a source of revenue as they have a direct bearing on reimbursement from insurance companies. Rekam medis baru-baru ini ditetapkan sebagai sumber pendapatan karena mereka memiliki kaitan langsung pada penggantian dari perusahaan asuransi. Medical records are maintained on all admitted patients and they are indexed according to physician, disease, and operation. Rekam medis diselenggarakan pada semua pasien yang masuk dan mereka diindeks menurut dokter, penyakit, dan operasi.

The human resources department interacts with all departments in the hospital to ensure the quality and motivation of personnel working at the hospital. Departemen sumber daya manusia berinteraksi dengan seluruh departemen di rumah sakit untuk memastikan kualitas dan motivasi karyawan yang bekerja di rumah sakit. Human resources performs job analyses, develops job descriptions, and establishes competitive compensation for specific positions, as well as providing training to new employees and opportunities for growth and self-actualization for all employees. Sumber daya manusia melakukan job analysis, mengembangkan deskripsi pekerjaan, dan menetapkan kompensasi yang kompetitif untuk posisi tertentu, serta memberikan pelatihan kepada karyawan baru dan peluang untuk pertumbuhan dan aktualisasi diri bagi seluruh karyawan.

Other important administrative and business functions may include marketing and planning, public relations, plant and materials management, fund-raising, housekeeping, and security. Lain fungsi administrasi dan bisnis yang penting mungkin termasuk pemasaran dan perencanaan, public relations, tanaman dan pengelolaan bahan, penggalangan dana, rumah tangga, dan keamanan.

Page 12: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.answers.com/topic/hospital-administration

administrasi Rumah Sakit adalah manajemen rumah sakit sebagai bisnis . administrasi terdiri dari medis dan kesehatan manajer jasa (kadang-kadang disebut eksekutif perawatan kesehatan dan perawatan administrator kesehatan) dan asisten administrator. Administrasi berbagai ukuran dan tugas administrator tergantung pada ukuran administrasi.

Tugas

1. Administrator adalah penghubung antara papan rumah sakit, administrator lain dan staf medis. Mereka mengkoordinasikan kegiatan dan membuat kebijakan untuk rumah sakit. Beberapa administrator bertanggung jawab atas pengangkatan dan pelatihan dokter dan staf lainnya, maka dapat melakukan evaluasi dengan karyawan dan rapat staf langsung. Mereka mungkin juga bertanggung jawab untuk hubungan masyarakat rumah sakit dan program penggalangan dana. Administrator mengembangkan program untuk rumah sakit pengajaran dan penelitian. Mereka harus menyadari kemajuan baru dalam pengobatan.

Administrasi Ukuran

2. administrasi besar memiliki beberapa administrator dan administrator asisten melakukan tugas-tugas sehari-hari seperti mengelola kegiatan departemen rumah sakit sementara satu administrator bertanggung jawab secara keseluruhan. Praktek kelompok besar mungkin memiliki beberapa administrator dan asisten. Beberapa administrator sistem mengelola fasilitas perawatan kesehatan. Dalam administrasi kecil di sana hanya dapat satu administrator merawat semua departemen, atau satu administrator dan satu administrator asisten.

Jenis Administrator

3. Ada beberapa jenis layanan manajer kesehatan: manajer klinis, yang mengelola departemen tertentu dan biasanya memiliki pengalaman di daerah tersebut; informasi kesehatan manajer, yang menjaga dan merawat pasien catatan, dan manajer yang bertanggung jawab atas masalah bisnis rumah sakit.

Umum vs khusus

4. manajer klinis dan manajer informasi kesehatan memiliki tugas yang lebih spesifik dari seorang administrator tidak umum. Seorang administrator umum bertanggung jawab terhadap semua departemen dan praktek bisnis. Klinis dan manajer informasi kesehatan bekerja dalam departemen mereka sendiri, dan memiliki tugas seperti melaksanakan kebijakan, mengelola personil dan menulis laporan untuk diberikan kepada administrator keseluruhan.

Page 13: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

Menjadi Administrator

5. Untuk menjadi seorang manajer pelayanan medis, Anda harus memiliki gelar master. Derajat dalam administrasi pelayanan kesehatan, administrasi perawatan jangka panjang, ilmu kesehatan, kesehatan masyarakat, administrasi publik atau administrasi bisnis yang paling membantu. Ini harus mencakup program gelar magang di pusat perawatan kesehatan. Program Pascasarjana biasanya dua sampai tiga tahun panjang. Jika Anda tidak ingin mendapatkan gelar master, kantor dokter 'biasanya menyewa orang-orang dengan pengalaman kerja.

Read more: Apakah Administrasi Rumah Sakit? | EHow.com http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.ehow.com/about_5130430_hospital-administration_.html&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhiiWtq2RtArxL8JCoU2pBLYn7xq7w#ixzz12mjPdCeN

Page 14: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

Konsep Rumah Sakit

Menurut American Hospital Assocition (1974) definisi Rumah Sakit adalah :

RS  adalah Suatu organisasi yang melalui  tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana  kedokteran yang permanen  menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis  serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien.

Menurut Kotter (1983) definisi rumah sakit adalah merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan atau jasa kesehatan, berbagai faktor mempengaruhi perkembangan RS, antara lain; teknologi, epidemiologi, demografi, sosial ekonomi, faktor kebutuhan masyarakat terhadap mutu pelayanan dan peraturan, serta faktor kebijaksanaan pemerintah yang berlaku.

Sedangkan menurut Wolper  dan Pena (1987), mereka mendefinisikan rumah sakit sebagai  tempat dimana orang sakit  mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat serta berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan.

Jenis Rumah Sakit

Rumah sakit dapat dibagi dalam beberapa jenis menurut kategorinya masing-masing

1. Menurut pemilik : pemerintah, swasta2. Menurut filosofi yang dianut : profit hospital dan non profit hospital

3. Menurut jenis pelayanan yang diselenggarakan : General Hospital dan Specialty Hospital

4. Menurut lokasi (pemerintah) : pusat, provinsi dan kabupaten

Sedangkan menurut kemampuan yang dimiliki rumah sakit di Indonesia dapat digolongkan dalam beberapa kategori, yaitu :

1. Rumah sakit tipe A, ciri-ciri : Specialis dan sub specialis lebih luas, Top referral hospital

2. Rumah sakit tipe B, ciri-ciri :  Specialis dan sub specialis terbatas, pelayanan rujukan dari kabupaten

3. Rumah Sakit tipe C, ciri-ciri : Spesialis terbatas, Pelayanan rujukan dari Puskesmas

4. Rumah sakit tipe D, ciri-ciri : Pelayanan rujukan dari Puskesmas

5. Rumah sakit tipe E (rumah sakit khusus) : RS Jiwa, RS Jantung, RS Paru, kanker, Kusta  dll

Dalam beberapa kebutuhan rumah sakit juga dapat di golongkan menjadi 2, yaitu : RS pendidikan dan non pendidikan. RS pendidikan dikelompokkan menjadi 2 golongan: (1) pusat ilmu kesehatan pada universitas besar yang mengadakan penelitian ilmu kesehatan

Page 15: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

dasar; dan (2) RS pendidikan yang mengadakan tiga atau lebih program kedokteran spesialis (Trisnantoro, 1992).

Syarat Mendirikan Sebuah Rumah sakit

1.  Nama Rumah Sakit

Berdasarkan SK Dirjen Yanmedik No.0308/Yanmed/RSKS/PA/SK/IV1992 menyatakan   bahwa:

Nama rumah sakit  tidak boleh  memakai nama orang yang masih hidup Tidak boleh  menyebutkan jenis badan hukum, misalnya rumah sakit PT. Tambang

Batubara Bukit Asam (persero) tetapi boleh dinamai  Rumah Sakit Bukit Asam.

2.  Penyelenggara Rumah Sakit

Foto copy akte notaris pendirian yayasan (pemohon) Fotocopy sertifikat tanah atau surat penunjukan penggunaan  lokasi atas nama

pemohon

Izin lokasi dari kepala  daerah Tk II

Study kelayakan pendirian RS

Rekmendasi  PERSI

Surat pernyataan dari pemohon untuk tunduk pada peraturan yang berlaku.

CATATAN: Semua persyaratan  tersebut diajukan kepada Dinas kesehatan Tk Provonsi dan tembusannya  ke dir Direjen Yanmedik Depkes RI di Jakarta

Empat fungsi dari rumah sakit

1. Pelayanan pasien.2. Pelayanan komunitas berupa suatu kerjasama dengan pihak-pihak lain di luar rumah

sakit yang biasanya berupa upaya-upaya preventif, promotif dan rehabilitatif

3. Pendidikan, terutama bagi rumah sakit-rumah sakit besar yang berfungsi sebagai tempat pendidikan.

4. Penelitian

5. Pelayanan Informasi

Pembagian Pelayanan rumah sakit secara sederhana

Page 16: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

Prinsip-prinsip hubungan antar bagian di rumah sakit

Bagian-bagian rumah sakit harus berhubungan dengan baik dan dengan tata letak yang serasi dan sesuai dengan fungsinya.

Adanya akses khusus atau tidak saling mengganggu,

Adanya jalan yang terpisah atau alur yang berbeda antara umum dengan petugas rumah sakit, antara barang-barang bersih dengan barang-barang kotor

http://tuloe.wordpress.com/2010/02/16/administrasi-rumah-sakit/

Page 17: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

Edisi 1998 dari Rumah Sakit Statistik diterbitkan oleh American Hospital Association melaporkan bahwa ada 6.021 rumah sakit di Amerika Serikat . Ini termasuk rumah sakit akut umum peduli; federal, negara bagian, dan rumah sakit lokal, rumah sakit jiwa, dan rumah sakit khusus seperti rumah sakit anak-anak, rumah sakit rehabilitasi, dan rumah sakit penyakit kronis. Jangka pendek, rumah sakit umum didefinisikan sebagai orang-orang yang tinggal pasien adalah tiga puluh hari atau lebih pendek dan yang memberikan perawatan medis dan bedah umum. rumah sakit umum sering menyediakan layanan tambahan termasuk pencegahan, pengobatan, rehabilitasi, kebidanan, penyalahgunaan zat, pendidikan kesehatan, dan penyaringan untuk kanker dan penyakit lainnya.

rumah sakit modern berasal historis dari "monastik" hospes dari sepuluh abad pertengahan abad ke- Inggris di mana pelancong berhenti untuk beristirahat. Kemudian, pada abad ketiga belas, rumah sakit menjadi tempat untuk gelandangan, cacat, dan lemah itu.

Benjamin Franklin mendirikan rumah sakit pertama di Amerika Serikat, Rumah Sakit Pennsylvania, yang disewa pada tahun 1757. Rumah sakit selama periode ini diberikan perlindungan dan rumah bagi kaum miskin, sakit, dan lemah yang tidak memiliki tempat lain untuk hidup. Kesembilan belas dan rumah sakit awal abad kedua puluh di Amerika Serikat terutama untuk pengobatan penyakit menular, seperti TBC atau lepra, yang orang dikarantina. Kebanyakan orang umumnya lebih disukai untuk dirawat untuk penyakit akut di rumah. Sebelum penemuan teori kuman, rumah itu sebenarnya lingkungan yang sehat dari rumah sakit. Kemudian, sebagai praktek medis ilmiah dikembangkan, rumah sakit menjadi tempat yang lebih teknis diagnosis dan pengobatan bagi mereka yang mampu dirawat di rumah sakit dan membayar untuk teknologi ilmiah baru.

Sebagai hasil dari peran mereka meningkat dalam perawatan kesehatan, rumah sakit menjadi sumber masyarakat penting. Masyarakat tidak-untuk rumah sakit-keuntungan melanjutkan peran dalam memberikan perawatan amal bagi masyarakat miskin. Setelah Perang Dunia II , Survei Rumah Sakit dan Konstruksi Act of 1946 (Hill-Burton Act) menyediakan dana bagi masyarakat di seluruh negeri untuk membangun tidak-komunitas dan rumah sakit profit untuk memodernisasi yang lama. Undang-undang ini sangat penting untuk mencari rumah sakit di daerah pedesaan yang sebelumnya tidak terlayaniMasyarakat telah lama memandang rumah sakit sebagai organisasi pelayanan sosial. rumah sakit umum melayani fungsi kesehatan masyarakat yang penting dalam merawat penduduk yang rentan dan terlayani, termasuk, imigran miskin, dan tidak diasuransikan.

JENIS KEPEMILIKAN RUMAH SAKIT

rumah sakit Pemerintah di negara bagian, federal, atau tingkat lokal umumnya perawatan untuk kelompok tertentu individu atau penyakit. Ini termasuk militer, mental sakit, atau yang tidak diasuransikan, antara lain. Selain itu, ini termasuk rumah sakit pendidikan atau akademik di mana pendidikan kedokteran diajarkan. Swasta tidak-untuk rumah sakit-laba biasanya dimiliki oleh perusahaan, yang didirikan oleh organisasi-organisasi swasta. Untuk-laba atau rumah sakit yang dimiliki investor adalah mereka dimana para pemegang saham menerima dividen atau distribusi keuangan berdasarkan keuntungan yang dilakukan oleh rumah sakit atau korporasi rumah sakit.

Page 18: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

Terlepas dari kepemilikan, rumah sakit sebagian besar masyarakat rumah sakit, yang menyediakan perawatan untuk berbagai episode akut penyakitepisode akut adalah penyakit jangka pendek yang serius bagi pasien yang memerlukan perawatan segera dan kemudian kembali ke rumah mereka atau komunitas.

ORGANISASI DAN FUNGSI RUMAH SAKIT

administrasi Rumah Sakit meliputi pengorganisasian dan mendukung perawatan total medis pasien selama episode penyakit di rumah sakit, dan bertanggung jawab untuk mengintegrasikan berbagai fungsi dan layanan Rumah sakit merupakan organisasi yang terdiri dari komite segi banyak, departemen, jenis personil, dan jasa. Hal ini membutuhkan karyawan yang sangat terlatih, sistem yang efisien dan kontrol, perlengkapan yang diperlukan, peralatan dan fasilitas yang memadai, dan, tentu saja, dokter dan pasien. Ini adalah bisnis serta peduli, lembaga yang berorientasi pada orang dan memiliki struktur yang mirip dan hirarki otoritas Dewan Pembina ". The" dewan wali amanat, atau papan yang mengatur, mengoperasikan rumah sakit di kepercayaan bagi masyarakat dan memiliki kewajiban fidusia untuk melindungi aset rumah sakit melalui operasi yang efisien. Para wali bertanggung jawab untuk membuat misi rumah sakit dan mendirikan peraturan dan kebijakan strategis. Pembina pilih pemimpin administrasi rumah sakit dan delegasi operasi harian rumah sakit dan penganggaran untuk eksekutif ditunjuk. Mereka menjamin kualitas perawatan medis melalui pemilihan dokter yang berkualitas dan dengan mendelegasikan tanggung jawab jaminan kualitas kepada staf medis.

Eksekutif Administrasi). Eksekutif Petugas (CEO laporan kepada dewan yang mengatur dan menyediakan kepemimpinan dalam melaksanakan sasaran-sasaran strategis dan keputusan yang ditetapkan oleh Dewan. CEO ini juga merupakan rumah sakit untuk lingkungan eksternal dan masyarakat. Dalam tugas ini, CEO harus mengkoordinasikan upaya kolektif personil rumah sakit. CEO delegasi perawatan klinis dan tugas-tugas administratif untuk individu yang sangat terlatih dan tim.

Staf Medis. Dokter adalah pemimpin tim klinis dan agen utama yang bekerja atas nama pasien. Tanggung jawab dokter adalah untuk mendiagnosa kondisi pasien secara akurat dan untuk meresepkan rencana perawatan yang terbaik dan paling efektif-biaya.

The medical staff is a formally organized self-governing unit within the hospital, primarily comprised of physicians, but may also include other doctoral level health care professionals such as dentists or psychologists. Staf medis adalah unit pemerintahan sendiri secara resmi terorganisir dalam rumah sakit, terutama terdiri dari dokter, tetapi juga dapat mencakup lainnya doktor profesional tingkat pelayanan kesehatan seperti dokter gigi atau psikolog. Responsibility for the quality of medical care is exercised through the medical staff, whose major purpose is to ensure the highest quality of medical care to the patients. Jawab terhadap mutu pelayanan kesehatan dilaksanakan melalui staf medis, yang utama tujuannya adalah untuk memastikan kualitas tertinggi perawatan medis kepada pasien. This is done through four functions: "Credentialing" determines and assesses the qualifications of physicians seeking to practice at the hospital. Hal ini dilakukan melalui empat fungsi: "credentialing" menentukan dan menilai kualifikasi dokter berusaha untuk berlatih di rumah sakit. "Privileging" determines the specific types of care that individual physicians will be allowed to practice at the hospital. "Privileging" menentukan jenis-jenis perawatan yang dokter individu akan diizinkan untuk praktek di rumah sakit. "Peer review" monitors how well a physician is performing. "Peer review" memonitor seberapa baik kinerja sebuah dokter.

Page 19: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

"Reappointment" ascertains whether a specific physician should be permitted to continue practicing at the hospital. "Pengangkatan kembali" mengetengahkan apakah dokter tertentu harus diijinkan untuk terus berlatih di rumah sakit.

Nursing Services. Nursing services employees are responsible for carrying out the treatment plan developed by the physician. Layanan Keperawatan. Keperawatan jasa karyawan bertanggung jawab untuk melaksanakan rencana pengobatan yang dikembangkan oleh dokter. Nursing services, also called patient care services, is the largest component of the hospital. Layanan Perawatan, juga disebut pelayanan perawatan pasien, merupakan komponen terbesar dari rumah sakit. It is also the largest health care occupation in the United States. Itu juga merupakan perawatan kesehatan terbesar pendudukan di Amerika Serikat. Nursing services provide round-the-clock health maintenance, treatment, and support of the patient. Perawatan menyediakan jasa pemeliharaan kesehatan round-the-clock, pengobatan, dan dukungan pasien. Important roles of nurses today also include those of patient advocate and health educator. Penting peran perawat hari ini juga termasuk orang-orang advokat pasien dan pendidik kesehatan.

Members of the nursing staff represent a wide range of training and experience. Anggota staf keperawatan mewakili berbagai pelatihan dan pengalaman. A nurse manager has overall responsibility for the care of patients on a particular unit, including supervising other nursing and clerical staff, and for coordinating the services of departments such as social work and discharge planning. Seorang manajer perawat memiliki tanggung jawab keseluruhan untuk perawatan pasien pada unit tertentu, termasuk pengawasan perawat dan staf administrasi lainnya, dan untuk mengkoordinasikan pelayanan departemen seperti kerja sosial dan perencanaan pulang. A nursing supervisor may have overall management responsibility for several units. Seorang supervisor keperawatan mungkin memiliki tanggung jawab manajemen secara keseluruhan beberapa unit. A clinical nurse-specialist has specific expertise or competence in a particular field of nursing. Seorang perawat spesialis-klinis memiliki keahlian khusus atau kompetensi dalam bidang tertentu keperawatan. These nurses are helped by licensed practical nurses (LPNs) and certified nurses aides (CNAs), who perform routine nursing functions. Perawat ini dibantu oleh perawat praktis berlisensi (LPNs) dan bersertifikat perawat pembantu (CNAs), yang melakukan fungsi perawatan rutin.

Allied Health Services. A number of departments perform support functions that help with diagnosis and treatment. Sekutu Pelayanan Kesehatan. Sejumlah departemen melakukan fungsi dukungan yang membantu dengan diagnosis dan pengobatan. The clinical laboratory is a diagnostic center that performs a variety of functions, including autopsy, clinical cytology, and clinical pathology. Laboratorium klinis adalah pusat diagnostik yang melakukan berbagai fungsi, termasuk otopsi, sitologi klinis, dan patologi klinis. Medical technologists perform most of the work of the laboratory under the supervision of a pathologist, who is a physician. teknologi medis melakukan sebagian dari pekerjaan laboratorium di bawah pengawasan seorang patolog, yang adalah seorang dokter.

The radiology department provides radiographs to aid with diagnosis and performs radiation therapy for the treatment of some medical disorders. Departemen radiologi menyediakan radiografi untuk membantu dengan diagnosis dan melakukan terapi radiasi untuk pengobatan beberapa gangguan medis.

Rehabilitation services provides assistance in enhancing the optimal physical, mental, and social functioning of the patient following an episode of illness. layanan Rehabilitasi

Page 20: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

memberikan bantuan dalam meningkatkan fungsi optimal fisik, mental, dan sosial pasien menyusul episode penyakit. Physical and occupational therapy are the primary specialties in this service. Terapi fisik dan okupasi adalah spesialisasi utama dalam layanan ini.

Clinical Support Services. The hospital pharmacy purchases and dispenses all the medications used to treat patients in the hospital. Klinik Layanan Dukungan. Pembelian farmasi rumah sakit dan membagi-bagikan semua obat yang digunakan untuk mengobati pasien di rumah sakit. The pharmacist works directly with the medical staff in establishing a formulary, the listing of drugs chosen to be included in the pharmacy. apoteker bekerja secara langsung dengan staf medis dalam membangun formularium, maka daftar obat yang dipilih untuk dimasukkan dalam apotek. Clinical pharmacy consists of communicating with patients, counseling patients and other members of the health care team, and consulting with regard to detailed drug information. farmasi klinis terdiri dari berkomunikasi dengan pasien, konseling pasien dan anggota lain dari tim perawatan kesehatan, dan konsultasi berkenaan dengan informasi obat rinci.

Social services integrates the patient, the medical team, and the community. Pelayanan sosial mengintegrasikan pasien, tim medis, dan masyarakat. The primary objective is to ensure that all environmental and emotional barriers to the patient's recovery are mitigated. Tujuan utama adalah untuk memastikan bahwa semua hambatan lingkungan dan emosional untuk pemulihan pasien telah diantisipasi. Social services helps coordinate needed community-based services, and sometimes discharge planning. jasa sosial membantu mengkoordinasikan layanan berbasis masyarakat diperlukan, dan kadang-kadang perencanaan pulang. Hospital dieticians play an important therapeutic role in providing the patient with the appropriate food and nutrition, consistent with the treatment plan prescribed by the physician. Rumah Sakit ahli diet memainkan peran penting dalam menyediakan terapi pasien dengan makanan yang sesuai dan gizi, konsisten dengan rencana pengobatan yang diresepkan oleh dokter.

Administrative Support Services. Nonmedical administrative services are necessary to the hospital's business and physical plant management. Administrasi Layanan Dukungan. Nonmedis layanan administrasi yang diperlukan untuk rumah sakit bisnis dan manajemen pabrik fisik. The CEO leads these administrative services and is directly responsible for the day-to-day operations of the facility. CEO memimpin layanan administrasi dan secara langsung bertanggung jawab atas operasi sehari-hari fasilitas tersebut.

Business services manages the hospital's admitting and discharge functions, records charges to a patient's account, and handles accounts receivables with third-party payers such as insurance companies. Layanan bisnis mengelola fungsi rumah sakit mengakui dan debit, beban catatan ke rekening pasien, dan menangani piutang usaha dengan pembayar pihak ketiga seperti perusahaan asuransi. The finance department advises the CEO on financial policy and long-range planning, establishes procedures for accounting functions, receives and deposits all monies received by the hospital, and approves the payments of salaries and other expenditures. Departemen Keuangan menyarankan CEO pada kebijakan keuangan dan perencanaan jangka panjang, menetapkan prosedur untuk fungsi-fungsi akuntansi, menerima dan deposito semua uang yang diterima oleh rumah sakit, dan menyetujui pembayaran gaji dan pengeluaran lainnya.

Accounting is central to the hospital's financial business. Akuntansi merupakan pusat bisnis keuangan rumah sakit. Detailed and sound accounting practices are fundamental to maintaining important organizational statistics for administrative decision-making. praktek

Page 21: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

akuntansi rinci dan suara sangat penting untuk menjaga statistik organisasi penting bagi administrasi-pengambilan keputusan. The accounting department is responsible for maintaining the general ledger and summarizing all the financial transactions performed by the hospital, preparing and dispensing the payroll, tracking and recording costs to enable appropriate reimbursement for services from insurance companies, and preparing the capital and operating budgets. Departemen akuntansi bertanggung jawab untuk menjaga buku besar dan meringkas semua transaksi keuangan yang dilakukan oleh rumah sakit, menyiapkan dan mengeluarkan daftar gaji, pelacakan dan merekam biaya untuk mengaktifkan penggantian sesuai untuk jasa dari perusahaan asuransi, dan penyusunan anggaran modal dan operasional.

Admitting services is often where the patient first has contact with the hospital. Mengakui jasa sering di mana pasien pertama memiliki kontak dengan rumah sakit. The sensitivity and efficiency of this department can greatly influence the patient's perception of the quality of care received. Sensitivitas dan efisiensi dari departemen ini dapat sangat mempengaruhi persepsi pasien terhadap kualitas pelayanan yang diterima.

Information services and medical record maintenance are core functions of hospital management. Layanan Informasi dan pemeliharaan rekam medis adalah fungsi inti manajemen rumah sakit. Medical records have recently been designated a source of revenue as they have a direct bearing on reimbursement from insurance companies. Rekam medis baru-baru ini ditetapkan sebagai sumber pendapatan karena mereka memiliki kaitan langsung pada penggantian dari perusahaan asuransi. Medical records are maintained on all admitted patients and they are indexed according to physician, disease, and operation. Rekam medis diselenggarakan pada semua pasien yang masuk dan mereka diindeks menurut dokter, penyakit, dan operasi.

The human resources department interacts with all departments in the hospital to ensure the quality and motivation of personnel working at the hospital. Departemen sumber daya manusia berinteraksi dengan seluruh departemen di rumah sakit untuk memastikan kualitas dan motivasi karyawan yang bekerja di rumah sakit. Human resources performs job analyses, develops job descriptions, and establishes competitive compensation for specific positions, as well as providing training to new employees and opportunities for growth and self-actualization for all employees. Sumber daya manusia melakukan job analysis, mengembangkan deskripsi pekerjaan, dan menetapkan kompensasi yang kompetitif untuk posisi tertentu, serta memberikan pelatihan kepada karyawan baru dan peluang untuk pertumbuhan dan aktualisasi diri bagi seluruh karyawan.

Other important administrative and business functions may include marketing and planning, public relations, plant and materials management, fund-raising, housekeeping, and security. Lain fungsi administrasi dan bisnis yang penting mungkin termasuk pemasaran dan perencanaan, public relations, tanaman dan pengelolaan bahan, penggalangan dana, rumah tangga, dan keamanan.

Page 22: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

Definisi rumah sakit menurut Keputusan Menteri Republik Indonesia nomor 983.MENKES/SK/1992 mengenai pedoman rumah sakit umum dinyatakan bahwa: ”Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik dan pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan”. Sementara itu menurut Siregar (2003) menyatakan bahwa rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan gabungan ilmiah khusus dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik modern, yang semuanya terikat bersama-sama dalam maksud yang sama, untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik.

Definisi rumahsakit ini di setiap peraturan daerah pada umumnya sama, hanya saja terdapat perbedaan pada tugas pokoknya, yang diantaranya adalah: luas tidaknya lingkup spesialistik yang dimiliki, kekhususan menyertainya dengan adanya rumah sakit yang dibina dirjen yanmed Dpekes RI yang secara fisik berada di daerah kabupaten, kota ataupun di provinsi.

Berikut merupakan tugas sekaligus fungsi dari rumah sakit secara lengkap, yaitu:

Melaksanakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis, Melaksanakan pelayanan medis tambahan, pelayanan penunjang medis tambahan,

Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman,

Melaksanakan pelayanan medis khusus,

Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan,

Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi,

Melaksanakan pelayanan kedokteran sosial,

Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan,

Melaksanakan pelayanan rawat jalan atau rawat darurat dan rawat tinggal (observasi),

Melaksanakan pelayanan rawat inap,

Melaksanakan pelayanan administratif,

Melaksanakan pendidikan para medis,

Membantu pendidikan tenaga medis umum,

Membantu pendidikan tenaga medis spesialis,

Membantu penelitian dan pengembangan kesehatan,

Membantu kegiatan penyelidikan epidemiologi,

Tugas dan fungsi ini berhubungan dengan kelas dan type rumah sakit yang di Indonesia terdiri dari rumah sakit umum dan rumah sakit khusus, kelas “a, b, c, d”. berbentuk badan dan sebagai unit pelaksana teknis daerah. Perubahan kelas rumah sakit dapat saja terjadi sehubungan dengan turunnya kinerja rumahsakit yang ditetapkan oleh Menteri KesehatanIndonesia melalui Keputusan Dirjen Yan Medik.

Page 23: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

Dari Sumberdaya Kesehatan yang ada di rumahsakit:

(1)   Tenaga kesehatan terdiri dari :

1. tenaga medis;2. tenaga keperawatan;

3. tenaga kefarmasian;

4. tenaga kesehatan masyarakat;

5. tenaga gizi;

6. tenaga keterapian fisik;

7. tenaga keteknisian medis.

(2)   Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi.

(3)   Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan.

(4)   Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker.

(5)   Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian.

(6)   Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien.

(7)   Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapis wicara.

(8)   Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi transfusi dan perekam medis.

Sebagai unsur manajemen, sumber daya manusia kesehatan yang dimiliki oleh rumahsakit akan mempengaruhi diferensiasi dan kualitas pelayanan kesehatan, keterbatasan keanekaragaman jenis tenaga kesehatan akan menghasilkan kinerja rumahsakit dalam pencapaian indikator mutu pelayanan rumahsakit. Kekhususan ini sangatlah tidak mungkin dimanajemeni secara umum, karena SDM kesehatan adalah SDM fungsional yang kepadanya melekat fungsi profesi berdasarkan latar belakang pendidikan kesehatannya.

Tentang disiplin kepegawaian seharusnya tidak diberlakukan secara ketat, jika diberlakukan secara ketat maka mereka akan menuntut uang lembur untuk pekerjaan yang dilakukannya pada waktu di luar jam dinas (07.30-14.00 jika 6 (enam) hari kerja; atau 07.30 sampai 16.00 jika 5 (lima) hari kerja. Memang ada daerah yang memberikan semacam insentif dan atau reward untuk tenaga kesehatan tertentu yang harus melayani pasiennya di luar jam dinas yang jumlahnya menurut tenaga dokter spesialis masih belum dianggap cukup (sesuatu yang wajar yang seharusnya dibayarkan). Mari kita hitung penghasilan mereka jika tidak melayani pasien di rumahsakit, hal yang seperti ini perlu komunikasi yang ajeg demi harmonisasi pemenuhan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan.

Page 24: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

Dari Struktur Organisasi Daerah: rumahsakit dapat berdiri dengan legalitas dan ilegal karena ada rumahsakit dengan ijin penyelenggaraan dan tidak ada ijin, rumahsakit dapat merupakan unit pelaksana teknis dinas dan atau sebagai institusi yang bertanggungjawab kepada bupati dan atau rumahsakit vertikal yang ada di daerah. Kondisi ini akan berhubungan dengan kemapanan dukungan kebijakan dan dukungan anggaran yang pada akhirnya berdampak pada kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Pada kebanyakan daerah di Indonesia, rumahsakit daerah dijadikan sumber pendapatan daerah dan dalam laporan pertangggungjawaban pemerintah daerah keberhasilan capaian indikator pelayanan kesehatan rumahsakit  jarang dan bahkan tidak pernah dijadikan data atau informasi dalam penyusunan perencanaan dan penyusunan kebijakan, biasanya hanya dilaporkan sebagai hasil dari akumulasi seluruh indikator, yang sebenarnya satu indikator gagal dapat menyebabkan perubahan penilaian kinerja. Hal ini dikarenakan adanya indikator vital dalam proses dan atau dalam output sistem pelayanan kesehatan. Sebagai contoh: peningkatan penerimaan daerah dari retribusi pelayanan kesehatan akan tidak ada artinya apa-apa jika cakupan angka rujukan ke rumahsakit vertikal atau ke kabupaten lain lebih tinggi dari angka kunjungan UGD rumahsakit yang bersangkutan atau angka pasien rawat inap kelas III.

Rumahsakit dengan angka rujukan yang jumlahnya mendekati setengah dari jumlah kunjungan patut dipertanyakan, jawabannya akan berhubungan dengan ketersediaan sumberdaya manusia kesehatan dan kualitasnya. Ada apa dengan kompetensi mereka dalam memberikan pelayanan, bagaimana komunikasi dan manajemennya dilakukan di rumahsakit tersebut.

Dapat ditambahkan lagi dengan adanya permasalahan kelembagaan, dimana ada kotak kelompok tenaga fungsional dalam bagan struktur organisasi tidak ada isinya dan tidak ada koordinasinya. Jika kelompok ini ada maka tenaga fungsional tersebut dapat dijadikan media informasi guna penyusunan kebijakan yang ajeg dan mumpuni secara keilmuan. Keberadaan resident tanpa pengawasan satuan pengawas internal rumahsakit dapat dipersepsikan berbagai rupa oleh masyarakat dengan latar belakang pengalaman dan pengetahuan yang berbeda-beda, kenapa tidak, karena merekakan sedang dalam pendalaman ilmu kedokteran, tetapi jika tak ada rotan maka akarpun jadilah sehingga kualitas yang diharapkan belum tentu dapat dinikmati sebagai akhir dari pelayanan yang bermutu.

Beperapa peraturan daerah diimplementasikan dengan tidak paripurna, karena apa, karena yang diperlukan hanya pejabat struktural yang mengepalai beberapa bidang dan bagian, sedangkan komite medik; komite keperawatan; komite rekam medik; satuan pengawas internal; dan kelompok fungsional tidak dilantik oleh bupati kepala daerah padahal struktur organisasi rumah sakit sudah menjelaskannya, mungkin berhubungan dengan ketidak tahuan dan ketidak mampuan membayar atau belum ada dasar hukumnya (padahal peraturan pemerintah sudah menjelaskan hal itu)

Dari Manajemen Lintas Program dan Lintas Sektor

Rumahsakit sebagai pintu gerbang dan unsur vital dalam penilaian adipura, di banyak daerah rumahsakit daerah sebagai penghasil pendapatan asli daerah terbesar.  Sesuatu yang riskan jika PAD dijadikan ukuran keberhasilan pelayanan kesehatan karena nominal PAD adalah rupiah yang dibayarkan pasien, rasionalitasnya jika makin banyak penerimaan berarti makin banyak masyarakat yang menggunakan fasilitas sumberdaya di rumah sakit, makin banyak

Page 25: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

masyarakat yang menggunakan berarti masih ada masyarakat yang sakit, masih adanya masyarakat yang sakit berarti derajat kesehatan masyarakat belum optimal, untuk pembuktiannya diperlukan analisa lebih lanjut, tentang bagaimana dan seterusnya masyarakat di rumahsakit tersebut. Ada item rupiah yang bisa dirinci jumlahnya dari pola tarif yang ada. Apa yang mereka bayar dari pelayanan yang mereka terima dapat mencerminkan tingkatan kesehatan masyarakat tersebut. Epidemiolog dapat menyampaikan laporan ini jika dibutuhkan. Hanya tinggal lagi epidemiolognya berpihak kepada siapa.

Ada beberapa instansi yang memiliki keterkaitan dengan rumahsakit daerah, dan itu dalam penyusunan program kegiatan dan anggaran rasanya belum pernah ada yang duduk bersama menyatukan pernyataan dan kesimpulan. Sesuatu yang aneh memang. Sebagai contoh: Kebijakan berobat gratis, daftar nama keluarga dan anggotanya bersumber dari BKKBN, bukan dari RT-RW dan Lingkungan, bersumber dari oknum pegawai di tingkatan tersebut, dan dalam data base saat perjalanannya rumahsakit harus memberikan pelayanan seperti yang diharapkan mereka, bukan berdasarkan kemampuan yang dapat diberikan oleh rumahsakit, mengapa karena ada pasien yang berobat dari keluarga miskin yang benar-benar miskin dengan nama yang tak ada dalam data base yang diberikan oleh pemerintah, bermuncullanlah pahlawan dengan pamrih disini, dan mereka yang berobat dengan fasilitas kartu miskin saat akan dirawat minta dirawat dengan fasilitas VIP. Dunia pelayanan kesehatan semakin hitam jadinya.

Dari Akreditasi Rumahsakit, rumahsakit terkareditasi 5 (lima) pelayanan, 8 (delapan) pelayanan dan 13 (tiga belas) pelayanan. Rumahsakit dengan standar ISO 14000 dan ISO 2000, dan kelompok rumahsakit yang belum terakreditasi dan atau yang belum terstandar. Departemen kesehatan dengan Komite Akreditasi Rumahsakit terus berupaya agar semua rumah sakit daerah harus terakreditasi minimal 5 (lima) pelayanan, yaitu:

(1)   Pelayanan Gawat Darurat,

(2)   Pelayanan Medik,

(3)   Pelayanan Administrasi,

(4)   Pelayanan Keperawatan dan

(5)   Pelayanan Rekam Medik

Tujuan pemerintah dengan akreditasi ini adalah untuk: agar kualitas pelayanan diintegrasikan dan dibudayakan ke dalam sistem pelayanan di rumah sakit. RSD Kol Abundjani didukung anggaran belum juga mampu menyelesaikan proyek ini, karena apa, jawabnya dapat bersumber dari kualitas dan kuantitas sumber daya yang ada di rumahsakit tersebut, Pernyataan jelasnya adalah sumberdaya manusia kesehatan yang ada di rumahsakit tersebut. Pejabat dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman yang sedikitpun tidak menunjang dipilih untuk memimpin roda proses pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi rumahsakit, menurut beberapa pengamat adalah sangat tidak masuk akal jika tidak ingin dianggap aneh.

Proses akreditasi telah berlangsung hampir lebih dari 5 (lima) tahun, tetapi nyatanya budaya akreditasi belum sama sekali mendarah daging di institusi RSD Kol Abundjani ini. Ada apa,…? Pertanyaan yang seharusnya dijawab dengan lintas sektor dan lintas program, bukan

Page 26: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

hanya oleh masyarakat rumahsakit, tetapi bagaimanapun juga SDM rumahsakit daerah harus terlebih dahulu menjawabnya dengan pernyataan yang diikuti oleh sikap yang terakreditasi pula.

Dari Dukungan Kebijakan

Nah ini yang lebih perlu mendapat perhatian, begitu banyak peraturan daerah disusun dengan cara studi banding, dicopi dan dipastekan kemudian diedit agar menjadi sesuai dengan keadaan riel daerah. Masih belum terlihat jiwa pemiliknya dalam peraturan ini. Pedoman umum mengenai persentase anggaran kesehatan dari total anggaran daerah masih perlu dipertanyakan lebih lanjut lagi, masih perlu dianalisa dan disikapi dengan jalinan koordinasi dan pengawasan yang komprehensif. Menurut Rusli, anggaran efektif jika rasio antara pembiayaan dan penerimaan berkisar 0,1%, sebenarnya tidak berlaku di institusi pelayanan rumahsakit, karena rumahsakit bukan badan profit, tetapi lembaga non profit.

Kemajuan pertumbuhan dan pengembangan rumahsakit menjadikan rumahsakit sebagai lembaga profit tetapi tidak meninggalkan unsur sosialnya telah mengubah persepsi sumber daya manusia kesehatan dari non material menjadi sangat material, karena disini setiap pekerjaan yang dikerjakan dan yang seharusnya dikerjakan bukan lagi berdasarkan panggilan hati nurani, bukan lagi panggilan profesi, tetapi telah bergeser menjadi panggilan pemenuhan kebutuhan ekonomi. Jika ini berlanjut dapat dibayangkan bagaimana pemenuhan hak pokok masyarakat sebagai pasien jika mereka tidak mampu membayar.

Peruntukan anggaran tentu membutuhkan kebijakan paripurna yang proporsional, kalau tigaperempat anggarannya hanya untuk fisik, kapan SDM kesehatannya mau manggung dalam ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

Dari mutu pelayanan kesehatan.

Mutu Pelayanan Kesehatan yang mengemuka sebagai panglima program unggulan Depkes dengan nama Quality Assurance (QA, jaminan mutu) pada tahun 1996, pihak Institusi pelayanan kesehatan/rumahsakit sebagai (lagi-lagi) pihak pelaksana, dibuat terperangah oleh program tersebut. Sebagai suatu pernyataan akhir dari sebuat proses pelayanan kesehatan. Sebagai sebuah proses, pelayanan kesehatan dapat berbentuk makro dan berbentuk mikro. Kedua bentuk ini saling bersimbiose mutalisme dalam sebuah sistem.

Berbagai definisi mutu yang dikaitkan dengan patient safety selanjutnya diajukan, dan salah satu definisi yang umum digunakan antara lain menyebutkan bahwa mutu pelayanan kesehatan adalah “tingkat di mana pelayanan kesehatan untuk individu maupun populasi mampu menghasilkan outcome pelayanan sesuai dengan yang diharapkan dan konsisten dengan pengetahuan profesional terkini” (IOM, 2001). Namun demikian mengingat definisi tersebut dianggap terlalu luas, berbagai peneliti telah mencoba mengembangkannya untuk menjamin agar pengukuran mutu pelayanan kesehatan lebih spesifik. Salah satunya adalah yang diajukan oleh Donabedian (1980), yaitu berpedoman pada struktur, proses, dan outcome. Sementara itu the IOM (1999) dan National Health Service menggunakan konsep mutu pelayanan kesehatan dalam 6 aspek, yaitu safety, effectiveness, timeliness, efficiency, equity, dan patient awareness.

Chassin mengusulkan metode lain yang menekankan pada 3 area utama, yaitu under use, over use, dan misuse of health care services. Under use didefinisikan sebagai kegagalan untuk

Page 27: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

memberikan pelayanan yang efektif padahal jika dilakukan dapat menghasilkan outcome yang diharapkan (misalnya tidak memberikan imunisasi atau gagal untuk melakukan bedah katarak). Disebut overuse apabila pelayanan kesehatan yang dilakukan ternyata memberi dampak risiko yang lebih besar daripada potensi manfaat yang dapat ditimbulkan (misalnya memberikan antibiotika untuk kasus-kasus common cold). Sedangkan misuse didefinisikan sebagai komplikasi yang sebenarnya dapat dihindari jika pelayanan kesehatan dilakukan secara seksama.

Dari beberapa konsep tersebut kemudian dikembangkan sejumlah indikator untuk mengkuantifikasikan mutu pelayanan kesehatan. Salah satunya adalah indikator mutu pelayanan yang disusun oleh ACHS yang merupakan instrumen untuk mengidentifikasi area pelayanan kesehatan yang masih memerlukan perbaikan secara fundamental. Dengan metode kuantifikasi ini selanjutnya dapat dilakukan analisis statistik untuk menilai area-area pelayanan yang dianggap memiliki defisiensi dalam menghasilkan outcome yang diharapkan.

Upaya yang sama juga dilakukan oleh The Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ) yang mengembangkan beberapa indikator yaitu Prevention Quality Indicators, Inpatient Quality Indicators, dan Patient Safety Indicators (PSIs).

Tetapi sebagai institusi bawahan Depkes, lagi-lagi Institusi pelayanan kesehatan/rumahsakit berada di posisi tak berdaya dan lagi-lagi hanyalah sebagai terminal akhir pembuangan dan berposisi layaknya sandal jepit. Mungkin Depkes lupa bahwa para dokter yang ada di Institusi pelayanan kesehatan/rumahsakit adalah seorang sarjana juga seperti halnya para petinggi Depkes. Lupa mungkin karena tampilan dokter institusi pelayanan kesehatan/rumahsakit yang tak pernah berdasi dan naik kendaraan dinas apa adanya kala tugas, tidak seperti teman-temannya di Depkes yang sebagian diantaranya berdasi dan naik mobil dinas mulus-mulus dan baru-baru.

Mungkin ini jalan keluar, Hidup sehat merupakan kebutuhan utama (primer) setiap orang. Oleh karenanya, hak atas pelayanan kesehatan adalah bagian dari hak asasi manusia (HAM). Dalam hal ini, pemerintah dan praktisi kesehatan masyarakat bertanggung jawab untuk berupaya merealisasikan adanya kebijakan yang lebih baik, sistem yang berkualitas, dana yang cukup, fasilitas dan tenaga medis yang memadai guna menjamin terlaksananya program kesehatan masyarakat.

Pelayanan yang baik dan memuaskan bisa diwujudkan secara bersama antara pengguna jasa pelayanan dan petugas kesehatan. Artinya, kritik, complain maupun keluhan konsumen semestinya tidak diartikan sebagai serangan, tetapi diterima sebagai koreksi terhadap cara berpikir dan cara melayani konsumen. Dari keluhan konsumen, petugas kesehatan dapat mengetahui keinginan konsumen dan kekurangan yang dimilikinya. Namun, kondisi ini harus disertai pula dengan perbaikan pada aspek kebijakan dan manajemen. Sehubungan dengan hal ini, ada beberapa kondisi yang tampak dalam pelayanan kesehatan.

1. Fasilitas kesehatan (formal) yang tersedia masih relatif baru, dan belum mengakar atau belum dirasakan sebagai bagian dari kehidupan masyarakat, tetapi tidak tersedia standar quality of care yang berbasis konsumen. Sebaliknya, masyarakat memiliki sistem pengobatan atau pengetahuan mengenai perawatan kesehatan (biomedis), yang relatif berakar dari tradisi dan kebudayaan mereka. Kondisi budaya ini di satu sisi menjadi kendala dalam pelayanan medis, di sisi lain mampu memenuhi kebutuhan masyarakat secara murah dan mudah.

Page 28: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

2. Kecenderungan perilaku para praktisi medis yang tidak mempertimbangkan proses-proses komunikasi atau pertukaran informasi, dan interaksi sosial yang saling menguntungkan. Rosalia Sciortino dalam “Menuju Kesehatan Madani” (1999:78) menyebut adanya “konstruksi rahasia” yang dipertahankan petugas kesehatan.

3. Pada umumnya konsumen sebagai pengguna jasa kesehatan seperti pasien, klien tidak menyadari bahwa mereka memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan yang memuaskan. Artinya, seorang pasien berhak untuk mempertanyakan pelayanan dokter yang dirasakannya tidak jelas, bahkan memberatkan konsumen itu sendiri.

Memahami Hak dan Kewajiban Konsumen

Dalam berbagai kesempatan diskusi dengan kelompok konsumen, pertanyaan yang sering muncul adalah apa saja hak-hak konsumen dalam pelayanan kesehatan, bagaimana sebaiknya pelayanan yang berkualitas?

Pertama-tama perlu ditegaskan bahwa istilah konsumen dalam pelayanan kesehatan mencakup pengertian mereka yang menerima pelayanan jasa maupun obat-obatan dari petugas kesehatan (paramedis, bidan, dokter), yang secara khusus disebut klien, pasien. Sedangkan yang dimaksud pelayanan yang berkualitas biasanya mengacu pada pengertian Quality of Care atau standar pelayanan yang berkualitas, yakni pelayanan yang menghormati hak-hak konsumen. Setiap konsumen memiliki hak yang dilindungi undang-undang. Sebagai pasien, konsumen berhak:

1. Mendapatkan informasi yang dapat dipahaminya mengenai penyakit yang diderita, cara pengobatan, prosedur perawatan, efek samping pengobatan, kelebihan maupun kekurangan pengobatan, biaya, pendapat dari petugas kesehatan lainnya, hal-hal dirahasiakan, catatan medis petugas kesehatan, dan izin persetujuan pasien bila ingin akan dioperasi.

2. Memperoleh rasa aman dari semua proses pelayanan, dan jaminan keamanan/keselamatannya.

3. Mendapatkan ganti rugi apabila terjadi malpraktek yang dilakukan petugas kesehatan. Contoh aktual adalah bayi yang dilahirkan cacat (tanpa tangan) di RSUD Bayu Asih Purwakarta (Kompas, 26 Juni 1997). Orang tua bayi itu menuduh pihak RS, dalam hal ini bidan, karena kecerobohan dalam pelayanannya, telah menyebabkan anak mereka cacat seumur hidup. Kasus ini kemudian dibawa ke pengadilan dengan tuntutan 1 milyar rupiah, meskipun akhirnya ditempuh jalan damai dengan ganti rugi 25 juta rupiah.

4. Memilih tempat pelayanan yang diinginkannya, membatalkan persetujuan sewaktu-waktu, dan jika dianggap perlu, ia menolak suatu metode pengobatan atau tindakan medis tertentu.

Sebagai pasien, konsumen memiliki kewajiban, yaitu:

1. Mengetahui sejarah atau riwayat pengobatannya;2. Menepati janji dengan petugas kesehatan;

3. Bersedia bekerja sama dan mematuhi perawatan yang diberikan;

Page 29: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

4. Memberitahu petugas kesehatan jika ia menerima perawatan dari dokter yang lain;

5. Jika menggunakan jasa asuransi, ia berkewajiban mengetahui apa yang dapat atau tidak dapat diatasi oleh perusahaan asuransi.

Kebanyakan konsumen juga petugas kesehatan tidak mengetahui hak-hak dan kewajiban konsumen. Hanya sebagian kecil konsumen menyadari hak-haknya, tetapi tidak merasa percaya diri untuk mengemukakannya di tenpat pemeriksaan. Sebaliknya, petugas kesehatan yang mengerti hak-hak konsumen tidak mau peduli. Banyak alasan yang seringkali dikemukakan, misalnya keterbatasan petugas dan fasilitas tidak memadai, yang tidak seimbang dengan banyaknya pasien yang berkunjung setiap hari kerja. Bahkan petugas kesehatan menyadari bahwa masyarakat tidak mengerti cara hidup sehat, tidak disiplin, dan seterusnya. Padahal masyarakat tidak pernah belajar di sekolah kesehatan.

Dari persoalan ini sebenarnya tuntutan akan pelayanan kesehatan yang memuaskan (berkualitas) semakin kompleks. Namun harus diyakini bahwa ukuran kepuasan tidak bisa bertolak dari kepentingan individu saja karena kepuasan individual tidak ada batasnya. Ukuran standar yang bisa dijadikan pedoman adalah kebutuhan orang banyak yang selama ini sudah dibakukan, misalnya oleh IPPF (International Planned Parenthood Federation), organisasi KB dunia, yang merumuskan 10 hak-hak klien KB antara lain: hak atas informasi, menentukan pilihan, mendapatkan pelayanan kapan dan di mana saja (akses), hak atas keamanan, kenyamanan, kerahasiaan, hak mengajukan protes (berpendapat), dan kemudian ditambahkan oleh YLKI dan PKBI; hak ganti rugi. Oleh sebab itu, proses pencapaian pelayanan yang memuaskan tidak bisa tidak melibatkan orang banyak. Konsumen dan pengelola pelayanan kesehatan bisa bersama-sama merumuskan standar pelayanan yang berkualitas (quality of care), di tingkat desa sekalipun.Bertolak dari “Quality of Care”

Konsep quality of care adalah istilah yang digunakan secara luas dalam pelayanan kesehatan, yang dapat dipandang dari provider (penyedia jasa) dan klien (konsumen). Dari sisi provider, standar quality of care di Indonesia belum jelas. Konsep ini biasanya dirujuk pada prinsip-prinsip manajemen pengawasan kualitas terhadap fasilitas pelayanan kesehatan umum, yakni penyediaan pelayanan kesehatan yang terus menerus memperbaiki diri dengan memperhatikan kebutuhan dan tuntutan pasien, dokter, petugas, dan komunitas setempat. Dasarnya adalah “problem solving”, yaitu pemantauan masalah dan mencari jalan keluar dengan memperbaiki akar masalah secara berkelanjutan (The Population Council, 1994).

Dari sisi klien, ukuran standar pelayanan cukup jelas, yakni mengacu pada pemenuhan hak-hak pasien, atau hak-hak klien kesehatan reproduksi, atau pun hak-hak konsumen sebagaimana yang diatur dalam UUPK No. 8 No. 1999, Pasal 4.Ukuran pencapaian pelayanan kesehatan selama ini lebih berorientasi pada pencapaian target sarana pelayanan dan penerima layanannya. Gejala seperti ini terutama terjadi di tingkat pelayanan kesehatan dasar di pedesaan, dan pinggiran kota. Aspek pemenuhan kualitas kesehatan, tanggung jawab sosial, dan pembelajaran kesehatan bagi pengguna (konsumen) terabaikan. Konsumen tidak memperoleh manfaat yang optimal dari pelayanan kesehatan.

Pada tahun 1990, Judith Bruce dari Population Council menempatkan enam elemen dasar yang kemudian dikenal dengan “Bruce Framework” dan menjadi sumber utama bagi penelitian mengenai kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi dari sisi tenaga kesehatan.

Page 30: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

1. Pilihan terhadap Metode Layanan. Setiap metode layanan (KB) tersedia bagi perempuan dan laki-laki yang ingin merencanakan keluarganya.

2. Informasi untuk Klien. Informasi yang berkualitas dapat berdampak pada bagaimana klien menggunakan metode kontrasepsi. Informasi yang diberikan harus berisi pula informasi mengenai tiap metode, cara penggunaan metode, dan efek sampingnya.

3. Keterampilan Teknis. Mempertahankan kondisi aseptic, menjalankan protokol (aturan) dan staf yang kompeten melakukan teknis klinik.

4. Hubungan Antarpribadi. Bagaimana klien berinteraksi dengan tenaga kesehatan, apakah cukup simpatik dan cukup waktu untuk bertemu dengan kliennya.

5. Mekanisme untuk Mendorong Keberlanjutan. Klien dapat didorong meneruskan penggunaan kontrasepsi yang efektif melalui berbagai cara, termasuk kartu untuk mengingatkan dan kunjungan rumah.

6. Pelayanan yang Terpadu. Klien memerlukan pelayanan yang nyaman dan terpadu. Misalnya, pelayanan KB terpadu dengan pelayanan kesehatan ibu dan anak, pelayanan pasca persalinan, dan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.

Jadi, strategi dasar yang penting dilakukan aktifis organisasi konsumen yang melakukan pendampingan konsumen kesehatan adalah dengan memperkuat pengorganisasian dan pendidikan kritis bagi kelompok-kelompok konsumen yang rentan seperti petani, perempuan, buruh dan kaum miskin kota. Pendamping atau organizer bersama kelompok konsumen merumuskan:

1. Masalah dan akar masalah,2. Bentuk-bentuk kasus yang dialami konsumen,

3. Instansi dan orang-orang yang terlibat dan bertanggung jawab,

4. Inisiatif konsumen sendiri dalam mengatasi masalahnya,

5. Usaha (aksi-aksi) bersama menggugat petugas kesehatan di tempat pelayanan,

6. Usulan, konsep, cara pandang konsumen terhadap pelayanan yang diinginkan atau pelayanan yang berkualitas (quality of care versi konsumen),

7. Penyebarluasan informasi terus-menerus kepada konsumen yang lain.

Mengingat gerakan konsumen saat ini didukung oleh kebijakan yang relatif jelas dengan adanya Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK), maka organisasi konsumen dapat mengambil peran dengan melakukan advokasi kebijakan dan pembelaan hukum. Bukan hal yang mustahil, bila suatu waktu konsumen dapat mengadili provider pelayanan kesehatan atas dasar pelanggaran terhadap hak-hak konsumen secara perorangan atau pun berkelompok (class-action).

Hasil penelitian tentang perbaikan mutu pelayanan kesehatan di instalasi rawat inap RSD KOL. ABUNDJANI BANGKO menyarankan yang diantaranya

Page 31: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

Pemberian pelayanan kesehatan kepada pasien terdiri dari serangkaian proses-proses dari beberapa sistem, sistem ini berhubungan dengan unsur-unsur manajemen seperti peralatan, manusia, kebijakan, dan anggaran.

Penyimpangan dalam area-area penting manajemen pelayanan kesehatan yang

menyebabkan kematian tersebut, memerlukan tindakan terstruktur dengan manajemen resiko dan manajemen mutu. Untuk itu semua peneliti menyampaikan beberapa saran seperti berikut:

Saran untuk Perawat, Seperti yang disarankan oleh The Nursing and Midwifery Council, (2002), bahwa memelihara kualitas RM akan membantu dalam memelihara ketrampilan dan kemandirian dalam asuhan keperawatan, untuk ini diperlukan:

1)           deskripsikan dengan jelas hasil pengkajian, rencana keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilakukan,

2)           dokumentasikan informasi yang berhubungan dengan pasien dan apa yang akan dilakukan dalam merespon kebutuhan pasien,

3)           jika sudah diketahui dengan baik kondisi pasien lakukan tindakan yang dapat diterima dan dapat dilakukan dengan tahapan yang baik dan benar saat melaksanakan perawatan kepada pasien dan jelaskan bahwa setiap tindakan tidak selalu berbahaya untuk selalu untuk keselamatan dan membatu mereka, dan

4)           menuliskan perencanaan perawatan agar dapat diteruskan oleh sejawat dalam perawatan berikutnya dan selalu menuliskan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan, dan dapat ditambahkan bahwa

Saran untuk Dokter penyelenggara utama perawatan dan pengobatan pasien di instalasi rawat inap diantaranya adalah: Bertugas berdasarkan standar General Medical Council seperti: pemberian pelayanan kepada pasien merupakan hal yang utama, memperlakukan setiap pasien dengan sopan dan sewajarnya, menghormati privasi dan kehormatan pasien, mendengarkan dan menghormati pandangan-pandangan pasien, memberikan informasi yang dapat dimengerti pasien, menghormati hak pasien dalam keterlibatan secara aktif pada pengambilam keputusan, selalu memperbaharui pengetahuan dan ketrampilan, menyadari berbagai keterbatasan yang dimilikinya, jujur dan dapat dipercaya, menghargai dan menjaga informasi tentang pasiennya, menghindarkan pasien dari resiko fisik dan finansial akibat tindakan medis, bekerjasama dengan para sejawat untuk kebaikan pasien-pasien yang dirawat.

Saran untuk komite staf fungsional diantaranya adalah:

1) Mematuhi tugas pokok dan fungsinya seperti yang tergambarkan dalam Peraturan Daerah Kab. Merangin tentang struktur organisasi dan tata kerja RSD KOL ABUNDJANI;

2) Melaksanakan semua tugas sesuai dengan kompetensi dan kode etik profesi;

Page 32: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

3) Menjadikan RSD KOL ABUNDJANI bukan sebagai tempat mencari sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan hidup tetapi juga menjadikannya sebagai tempat ibadah dan fungsi sosial.

Saran untuk manajemen RSD diantaranya adalah:

1) Berusaha mengetahui keinginan pelanggan dengan melakukan survey pasar, diantaranya survey kepuasan, survey kebutuhan pelayanan dan survey tingkat utilisasi pelayanan kesehatan rumahsakit;

2) Menyusun berbagai prosedur dan standar pelayanan sesuai dengan hasil tingkat kebutuhan dan hasil dari penelitian ini, diantaranya:

a. Prosedur dan Standar Pelayanan Laboratorium

b. Prosedur dan Standar Pelayanan Radiologi

c. Prosedur dan Standar Pelayanan Kamar Operasi

d. Prosedur dan Standar Pelayanan Anastesi

e. Prosedur dan Standar Pelayanan Rawat Inap dengan Kegawatan

f. Prosedur dan Standar Pelayanan Rekam Medik.

3) Memastikan bahwa prosedur dan standar yang telah disusun diterapkan dan dilaksanakan dengan baik. Hal ini dilakukan dengan audit internal secara rutin dan melakukan management riview guna membahas tindak lanjut yang perlu dilakukan agar pelayanan yang diberikan selalu  konsisten sesuai prosedur dan standar yang telah ditetapkan;

4) Menjalin komunikasi yang baik dengan pelanggan guna mensosialisasikan jasa-jasa pelayanan yang mampu diberikan oleh rumahsakit, misalnya dengan membuat brosur-brosur, information desk, terminal komputer yang dapat diakses oleh pelanggan;

5) Membumikan paradigma bahwa dari pasien kita mendapatkan jasa pelayanan yang mendukung kesejahteraan dan kepada pasien seharusnya tumbuh keinginan untuk membebaskan masalah kesehatannya;

6) Menyusun dan memberlakukan sistem pengawasan dan pemantauan pelayanan kesehatan yang diberikan dengan efektif;

7) Melaksanakan saran-saran ini dengan dukungan sumber daya manusia kesehatan dan anggaran kesehatan beserta kebijakan-kebijakan kesehatan;

Perlu adanya dukungan sistem pengelolaan RM yang baik dan benar, mustahil tata tertib administrasi rumahsakit akan berhasil seperti apa yang telah distandarisasikan oleh pemerintah maka oleh karena itu diperlukan adanya komitment bersama untuk sepakat menyusun pedoman RM dan melaksanakannya dengan pertanggungjawaban profesi. Seperti diketahui bahwa tata tertib administrasi merupakan salah satu faktor yang menentukan di dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di rumahsakit;

Page 33: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

9) Menginvetarisir akar penyebab masalah dari faktor internal yang mempengaruhi kualitas layanan kesehatan dan administrasi RM terutama dalam bidang: faktor pendidikan SDM, faktor pelatihan dan tambahan pengetahuan, faktor masa kerja dan lama Jabatan, faktot beban kerja, faktor fasilitas dan peralatan, faktor Standart Operating Procedure dan atau instruksi kerja, faktor administrasi dan alur layanan, faktor pengendalian dan evaluasi, faktor manajemen rawat inap dan faktor staf medis fungsional.

Dianjurkan pula langkah-langkah umum sebagai berikut untuk pemecahan masalah mutu dan efisiensi dan efektifitas pelayanan rumah sakit:

1) Memecahkan struktur masalah yang sudah teridentifikasi kedalam komponen-komponennya, menganalisis komponen-komponen itu sehingga ditemukan akar masalah. Akar masalah adalah penyebab paling dasar dari masalah etika yang terjadi. Ia dapat berupa kelemahan pada manusia, kepemimpinan, manajemen, budaya organisasi, sarana, alat, sistem, prosedur, atau faktor-faktor lain;

2) Melakukan analisis lebih dalam tentang akar masalah yang sudah ditemukan (root cause analysis), untuk menetapkan arah pemecahannya;

3) Menetapkan dan memilih alternatif untuk pemecahan akar masalah;

4) Memantau dan mengevaluasi penerapan upaya pemecahan masalah yang sudah dilaksanakan;

5) Melakukan tindakan koreksi jika masalah etika belum terpecahkan atau terulang lagi terjadi. Tindakan koreksi yang dapat menimbulkan masalah etika baru adalah jika manusia sebagai penyebab akar masalah yang berulang-ulang dikeluarkan dari rumah sakit.

Saran untuk Pemerintah Daerah, sesuai dengan beberapa kebijakan nasional pembangunan kesehatan di Indonesia diharapkan pemerintah daerah dapat:

1) Menjadi stake holder yang berpihak dan mendukung dalam berbagai aspek manajemen pelayanan kesehatan;

2) Berperan sebagai regulator yang melindungi dan menumbuh kembangkan kemampuan profesionalisme tenaga pemberi pelayanan kesehatan;

3) menjadi fasilitator dalam akselerasi peningkatan kemampuan pemberian pelayanan kesehatan sesuai dengan upaya pencapaian tujuan pembangunan kesehatan daerah.

Saran untuk pasien, diantaranya adalah:

1) sebelum penyakit menjadi lebih parah (persepsi masyarakat) sebaiknya segera memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan yang terdekat,

2) bertanya dengan petugas kesehatan tidak dengan emosi tentang keadaan penyakit, diagnosanya, kemungkinan kesembuhan dan tindakan apa saja yang akan dilakukan dan selalulah memulai komunikasi dengan kata „maaf“, „tolong“, dan „tolonglah saya“ atau „tolonglah kami“.

Page 34: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

3) mengikuti semua kebijakan sarana pelayanan dan saran dari petugas kesehatan dengan jujur dan bertanggungjawab, jika ragu dan meragukan mintalah penjelasan lebih lanjut tentang kebijakan dan atau saran tersebut,

4) selalu menyediakan tabungan kesehatan saat sehat dan mampu melaksanakan aktifitas memenuhi kebutuhan dasar sebagai manusia.

Peningkatan mutu pelayanan kesehatan mengandung arti bahwa sarana pelayanan kesehatan dan tenaga profesi kesehatan harus mampu menunjukkan akuntabilitas sosial untuk memberikan pelayanan prima kepada konsumen, yakni pelayanan yang sesuai dengan standar yang diakui sehingga dapat memenuhi atau bahkan melebihi harapan konsumen.

Untuk itu perlu dikembangkan suatu sistem dan mekanisme yang efektif guna tercapainya pelayanan prima tersebut.

Hal lain adalah Pelaksanaan Program kendali mutu harus berdasarkan falsafah bersama untuk mempertahankan dan meningkatkan pelayanan yang diberikan oleh tim pelayanan dari berbagai disiplin ilmu.

Falsafah yang mendasari program kendali mutu antara lain:

Masing-masing disiplin telah mengidentifikasi dan menyetujui falsafah dasar untuk dikembangkan menjadi tujuan masing-masing pelayanan.

Masing -masing disiplin menyepakati untuk mengkaji pelayanan yang diberikan oleh anggotanya.

Semua staf memberikan perhatian untuk mencapai tujuan institusi yang dalam hal ini memberikan efek terhadap pelayanan pada klien.

Praktek perawatan tidak akan mungkin meningkatkan kecuali masalah dapat diidentifikasi dan dipecahkan.

Staf mempunyai pengetahuan yang cukup dan memiliki ide-ide yang kreatif untuk memecahkan masalah-masalah dalam pekerjaannya

Staf dapat memecahkan masalah jika cukup informasi-informasi yang diperlukan .

Pekerja pada umumnya merasakan kepuasan kerja dan lebih produktif bila mereka dibantu dengan menciptakan lingkungan kerja yang baik dengan mengurangi hambatan dalam pekerjaannya. Program kendali mutu perlu dilaksanakan dan dibuat secara teratur dan terus menerus untuk meningkatkan mutu pelayanan.

Dengan melakukan pendekatan konkuren maupun retrospektif terhadap lingkup struktur, proses dan hasil maka semua aspek-aspekantara lain: Tenaga keperawatan, asuhan keperawatan dan kepuasan klien harus dinilai dengan menggunakan standar-standar yang tepat, walaupun demikian baiknya program kendali mutu ini dilakukan secara terpadu tetapi tetap ada kendala kendala yang perlu diperhatikan.

Dengan melibatkan semua staf keperawatan untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan program pengendalian mutu ini, maka tujuan akhir dari program pengendalian mutu yaitu

Page 35: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

meningkatnya mutu pelayanan keperawatan berdasarkan standar akan dapat dicapai dengan baik.

Dari UU Perlindungan Konsumen rumahsakit adalah: salah satu institusi pemberi pelayanan dibidang kesehatan, hubungan yang jelas adalah pelayanan jasa kesehatan. Kesehatan adalah hak azazi manusia. Maka manusia sebagai konsumen rumahsakit berhak sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang Perlindungan Konsumen, seperti:

1. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;

4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;

5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi/penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;

9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Bila menyimak surat pembaca di media cetak, banyak sekali keluhan dari konsumen yang merasa dirugikan. Misalnya soal layanan listrik PLN, PDAM, delay pesawat, layanan barang/jasa yang buruk, mutu barang yang tidak bagus, tindak kriminal di kereta api, pelayanan rumahsakit dan bahkan pelayanan pajak dan lain sebagainya. Semua itu adalah persoalan yang kerap kali muncul di Indonesia. Maka inilah realitas ketertindasan konsumen dalam menghadapi pilihan-pilihan barang/ jasa harus mereka konsumsi.

Ironisnya, keluhan yang disampaikan kebanyakan hanya lewat surat pembaca di media massa. Cara ini terlalu sederhana dan tidak menyelesaikan masalah. Cara lain yang lebih kreatif adalah langsung mengadu ke pengurus harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) atau lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat.

Memang pada kenyataannya konsumen kerap berada dalam posisi yang tidak berimbang dibanding dengan posisi produsen. Maka untuk mengurangi kesewang-wenangan para produsen barang dan jasa, sebagai konsumen kita perlu mengetahui faktor-faktor yang melemahkan konsumen, antara lain:

1. Masih rendahnya tingkat kesadaran konsumen akan hak-haknya.2. Belum terkondisikannya “masyarakat konsumen” karena memang sebagian

masyarakat ada yang belum mengetahui tentang apa saja hak-haknya dan ke mana

Page 36: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

hak-haknya dapoat disalurkan jika mendapat kesulitan atau kekurangan dari standar barang atau jasa yang sewajarnya.

3. Masyarakat belum memiliki kemauan untuk menuntut hak-haknya.

4. Proses peradilan yang ruwet dan memakan waktu yang berkepanjangan.

5. Posisi konsumen yang selalu lemah (lemah informasi dan lemah kondisi sehingga tak berani menyangga seperti kasus Prita), apa kata dokter/perawat mereka iyakan.

Padahal bisa jadi kala sekolah dahulu, yang di Depkes tidak lebih pandai dari yang di institusi pelayanan kesehatan /rumahsakit. Pun demikian pula setelahnya, lebih-lebih kala berbicara kepekaan terhadap keperluan masyarakat terhadap layanan kesehatan, dijamin dokter di institusi pelayanan kesehatan/rumahsakit lebih peka dibanding dokter di Depkes walau sepanjang apapun gelarnya. Yang membedakan hanyalah kekuasaan. Itulah kira-kira gambaran umum, mengapa hingga kini institusi pelayanan kesehatan/rumahsakit ibarat tempat uji coba, trial and error aneka macam program dari depkes, dan dokter yang berpraktik di rumahsakitpun dalam memberikan pelayanan kesehatannya.

Jaminan mutu produk tahun 1996 yang lalupun, konon hasil pemikiran grusa-grusu karena ada “jajan” berupa pinjaman IMF (maksudnya hutang yang harus dibayar), yang mana depkes tidak mau kalah dengan departemen lain untuk ikut mencicipi jajan IMF. Dan supaya dapat dana segar nan besar, nama programnya pun dibuat “greng”, maka bim salabim lahirlah Quality Assurance atau Jaminan Mutu. Parameterpun disiapkan, demikian pula pelatihan, panduan, monitor dan evaluasinya, baik terhadap item kegiatan ataupun terhadap program besarnya.

Menyimak produk Depkes tahun 1988, yang mana dalam Pedoman Kerja Institusi pelayanan kesehatan/rumahsakit sudah sangat jelas dan rinci berisi panduan tatalaksana setiap kegiatan di Institusi pelayanankesehatan/rumahsakit yang mengacu kepada UPK, termasuk panduan pengobatan, maka program QA adalah sebuah langkah kebimbangan dan ambivalensi. Artinya mengulang program mapan yang sudah terintegrasi dengan keseharian para petugas Institusi pelayanan kesehatan/rumahsakit dengan mengganti nama QA yang justru lebih sempit tapi tidak lebih mendalam. Bedanya hanya di segi dana yang luar biasa besar dan pelatihan berulang yang justru buang-buang waktu.

Untuk meningkatkan mutu layanan, tidak cukup dengan kajian monopoli petinggi Depkes, lebih dari itu ada ukuran non teknis yakni keinginan dan harapan warga. Sayangnya yang ini tidak pernah tersentuh, artinya pengguna jasa pelayanan Institusi pelayanan kesehatan/rumahsakit tak lebih hanyalah obyek semata yang tak punya hak suara. Siklus demikian mestinya tidak boleh terulang.

Akreditasi rumahsakit dicanangkan sejak tahun 2007 dan sampai tahun 2009 ini capaiannya sangat menyedihkan, dari ratus rsd dan puluh rsp serta ratus rss, hanya 14% yang sudah terakreditasi, jiwanya masih nol saya rasa, karena prosesnya sendiri tidak terakreditasi. RSD Kol Abundjani saat ini sedang dalam proses akreditasi yang pelaksanaannya setengah isi dan setengah kosong.

Pelayanan rumah sakit diera sekarang tidak terlepas dari perkembangan ekonomi masyarakat . Hal ini tercermin pada perubahan fungsi klasik rumah sakit yang pada awalnya hanya memberi pelayanan yang bersifat kuratif (penyembuhan) saja terhadap pasien melalui

Page 37: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

rawat inap dan rawat jalan bergeser ke pelayanan yang lebih komprehensif meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Pengaruh perubahan dinamika lingkungan usaha rumah sakit yang terjadi tidak saja di Indonesia tetapi hampir diberbagai penjuru dunia. Hal ini menuntut para manajer untuk lebih memperhatikan secara saksama dinamika lingkungan yang ada yang kemungkinan besar akan merubah system manajemen yang dipergunakan. Sistem manajemen yang berlaku global mempengaruhi pola berfikir manajer rumah sakit, dengan menekankan pada aspek efisiensi, efektif dan produktifitas serta memperhatikan pemerataan pelayanan. Gambaran lain adalah tehnologi kedokteran dan obat-obatan yang berkembang pesat disisi lain rumah sakit adalah lembaga pemberi jasa pelayanan kesehatan yang tergantung pada perkembangan tehnologi kedokteran.

Tehnologi kedokteran mempengaruhi biaya pelayanan rumah sakit. Menurut Trisnantoro (2005) saat ini sektor kesehatan berbeda jauh dengan keadaan 50 tahun lalu. Tehnologi yang digunakan saat ini sangat canggih, sebagi contoh operasi dengan menggunakan peralatan mikro merupakan suatu tindakan yang sama canggihnya dengan tehnologi program ruang angkasa dan militer yang tentu saja memerlukan SDM yang berkompetensi untuk mengelolanya.

Salah satu tehnologi tinggi adalah obat yang dihasilkan oleh industri farmasi. Obat merupakan barang yang sangat dibutuhkan oleh rumah sakit. Kebutuhan akan obat ini sering disertai dengan biaya yang besar. Besarnya omset untuk obat-obatan mencapai 50-60% dari seluruh anggaran rumah sakit. Rumah sakit dapat meningkatkan pendapatan dengan memperbesar omset penjualan obat.

Hal inilah menjadikan rumah sakit menjadii lembaga yang bersifat padat modal, padat karya dan padat tehnologi Ketiga sifat tersebut menuntut pengelolaan keuangan rumah sakit yang lebih professional, berdasarkan hitungan-hitungan ekonomi. Cost recovery rate (CRR) rumah sakit menjadi hal yang sangat penting, penentuan tarif lebih rasional, disertai peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan serta mampu berkembang (growth) dan survive.

Pengertian rumah sakit menurut WHO adalah suatu bagian penyeluruh dari organisasi sosial dan medis berfungsi memberikan pelayanan Kesehatan yang lengkap kepada masyarakat, baik kuratif maupun rehabilitatif, dimana pelayanan keluarga menjangkau pelayanan keluarga dan lingkungan, rumah sakit juga merupakan pusat latihan tenaga kesehatan, serta untuk penelitian biososial.

Dari definisi diatas bahwa rumah sakit disamping memberikan pelayanan kesehatan secara komprehensif kepada masyarakat juga sebagai pusat pendidikan calon tenaga kesehatan. Dan yang lebih penting lagi adalah bahwa rumah sakit juga harus menjalankan fungsi sosialnya. Untuk menjalankan fungsi sosialnya ini sebaiknya anggaran untuk pos sosial tersebut tersedia dalam APBD dan diatur dengan kemudahan-kemudahan pengelolaannya tetapi tetap dengan pengawasan yang ketat. Kita pelajari

Dalam perkembangannya rumah sakit swasta yang dikelola oleh yayasan keagamaan seperti rumah sakit Islam sangat kesulitan dalam memenuhi fungsi sosialnya oleh karena kesulitan dalam hal pendanaan. Hal ini membuat banyak rumah sakit swasta bahkan yang dikelola oleh yayasan keagamaanpun berubah menjadi lembaga for profit sebagai jawaban terhadap perubahan lingkungan yang terjadi diluar rumah sakit akibat pengaruh globalisasi.

Page 38: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

Walaupun demikian masih banyak rumah sakit keagamaan masih melihat perubahan yang ada tanpa strategi pengembangan yang jelas (Trisnantoro, 2005). Hal ini dapat membawa suatu resiko yaitu rumah sakit keagamaan akan menjadi lembaga usaha yang praktis untuk mencari keuntungan atau menghidupi SDM, akibat hilangnya subsidi dan semakin mahalnya alat dan tenaga kesehatan yang pada akhirnya menuntut pendapatan yang tinggi.

Subsidi yang mengecil atau bahkan tidak ada sama sekali menyebabkan rumah sakit keagamaan kesulitan mencari sumber dana bagi orang miskin yang sakit, sementara penggalian dana-dana kemanusiaan sama sekali tidak dikelola secara sistematis. Penerapan subsidi silang dari kelas atas (VIP) ke kelas bawah (III) tidak rasional.

Penelitian Abeng dan Trisnantoro (1997) disebuah rumah sakit swasta menunjukkan bahwa tarif kamar VIP berada dibawah unit cost. Hal yang dikhawatirkan adalah pasien dikelas bawah justru mensubsidi pasien kelas atas. Kenyataan menunjukkan bahwa konsep subsidi silang sebenarnya tidak ada ataupun jika ada subsidi silang akan menggerogoti aset dan kemampuan investasi rumah sakit.

Hal yang penting adalah masalah biaya operasional dan pemeliharaan yang tidak semudah biaya investasi untuk memperolehnya. Akibatnya banyak rumah sakit swasta keagamaan yang mempunyai fasilitas fisik dan peralatan yang memadai tetapi kesulitan dalam mencari dana operasional, sehingga menaikan tarif akan menjadi pilihan, disamping itu belum ada standar sumber pendanaan termasuk pembagian sumber pendapatan (keuntungan) apakah untuk pemilik atau untuk pengembangan.

Berdasarkan kenyataan diatas maka rumah sakit mulai berubah menjadi lembaga usaha yang membutuhkan berbagai konsep ekonomi dalam manajemen yang mungkin asing bagi para dokter atau pemilik rumah sakit. Rumah sakit tidak lagi harus dipandang sebagai suatu lembaga yang harus bersandar pada norma-norma dan etika profesi dokter, tetapi lebih mengarah pada suatu lembaga yang harus hidup dan bermutu, berkembang dan mempunyai dasar etika berbagai profesi dan mempunyai etika bisnis. Dengan demikian rumah sakit bukanlah lembaga yang hanya menggunakan prinsip kedokteran dan kesehatan. Rumah sakit merupakan lembaga multiprofesional yang menghasilkan berbagai produk pelayanan kesehatan yang bermutu dengan tetap memperhatikan aspek sosialnya. Implementasinya adalah penerapan ekonomi dalam pelayanan kesehatan harus dilakukan diantaranya dengan melakukan analisis biaya di rumah sakit.

Sumber:            1.     http://rusliakatili.blogspot.com/2007/10/wajah-perumahsakitan-saat-ini.html

1. 2. Catatan Kuliah Manajemen Rumah Sakit2. 3. Tesis Evaluasi Mutu Pelayanan Kesehatan Rawat Inap melalui Audit

Kematian

3. 4. BMJ Journal

4. 5. Wikipedia Indonesia

5. 6. Pedoman Pelayanan Kesehatan Depkes RI

Page 39: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

Penulis adalah magister manajemen rumahsakit UGM dan seorang calon widyaiswara dari kabupaten Merangin, sedang mempersiapkan diri untuk Stratifikasi Khusus Widyaiswara secara mandiri.

Mutu Pelayanan Kesehatan; Ambivalensi Antara Kewajiban dan Keinginan

(antara penyelenggara dan pemilik)

Jonirasmanto, SKM, MKES

Setelah membaca berita “RUMAHSAKIT HARUS BERBENAH” dan “RSD ABUNDJANI BANTAH ABAIKAN FASILITAS” di koran RADAR SARKO saya sebagai manusia kesehatan dengan ini menyampaikan pemikiran yang mungkin mengundang tanya atau pertanyaan lagi. Dan barangkali ini hanya merupakan materi pencerahan yang semoga bermanfaat.

Mutu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh ada tidaknya kritikan dan keluhan dari pasiennya, lembaga sosial atau swadaya masyarakat dan bahkan pemerintah sekalipun. Mutu akan diwujudkan jika telah ada dan berakhirnya interaksi antara penerima pelayanan dan pemberi pelayanan. Jika pemerintah yang menyampaikan kritikan ini dapat berarti bahwa masyarakat mendapatkan legalitas bahwa memang benar mutu pelayanan kesehatan harus diperbaiki. Mengukur mutu pelayanan dapat dilakukan dengan melihat indikator-indikator mutu pelayanan rumahsakit yang ada di beberapa kebijakan pemerintah, sudahkan kita mengetahuinya. Analisa indikator akan mengantarkan kita bagaimana sebenarnya kualitas manajemen input, manajemen proses dan output dari proses pelayanan kesehatan secara mikro maupun makro.

Dari definisi, Rumahsakit menurut WHO Expert Committee On Organization Of Medical Care: “is an integral part of social and medical organization, the function of which is to provide for the population complete health care, both curative and preventive and whose outpatient service reach out to the family and its home environment; the hospital is also a centre for the training of health workers and for biosocial research”, yang dalam bahasa Indonesianya jika diterjemahkan secara bebas dapat berarti: suatu bagian menyeluruh dari organisasi dan medis, berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat baik kuratif maupun rehabilitatif, dimana output layanannya menjangkau pelayanan keluarga dan lingkungan, rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan serta untuk penelitian biososial.

Definisi rumah sakit menurut Keputusan Menteri Republik Indonesia nomor 983.MENKES/SK/1992 mengenai pedoman rumah sakit umum dinyatakan bahwa: ”Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik dan pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan”. Sementara itu menurut Siregar (2003) menyatakan bahwa rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan gabungan ilmiah khusus dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik modern, yang semuanya terikat bersama-sama dalam maksud yang sama, untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik.

Definisi rumahsakit ini di setiap peraturan daerah pada umumnya sama, hanya saja terdapat perbedaan pada tugas pokoknya, yang diantaranya adalah: luas tidaknya lingkup spesialistik

Page 40: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

yang dimiliki, kekhususan menyertainya dengan adanya rumah sakit yang dibina dirjen yanmed Dpekes RI yang secara fisik berada di daerah kabupaten, kota ataupun di provinsi.

Berikut merupakan tugas sekaligus fungsi dari rumah sakit secara lengkap, yaitu:

Melaksanakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis, Melaksanakan pelayanan medis tambahan, pelayanan penunjang medis tambahan,

Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman,

Melaksanakan pelayanan medis khusus,

Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan,

Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi,

Melaksanakan pelayanan kedokteran sosial,

Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan,

Melaksanakan pelayanan rawat jalan atau rawat darurat dan rawat tinggal (observasi),

Melaksanakan pelayanan rawat inap,

Melaksanakan pelayanan administratif,

Melaksanakan pendidikan para medis,

Membantu pendidikan tenaga medis umum,

Membantu pendidikan tenaga medis spesialis,

Membantu penelitian dan pengembangan kesehatan,

Membantu kegiatan penyelidikan epidemiologi,

Tugas dan fungsi ini berhubungan dengan kelas dan type rumah sakit yang di Indonesia terdiri dari rumah sakit umum dan rumah sakit khusus, kelas “a, b, c, d”. berbentuk badan dan sebagai unit pelaksana teknis daerah. Perubahan kelas rumah sakit dapat saja terjadi sehubungan dengan turunnya kinerja rumahsakit yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Indonesia melalui Keputusan Dirjen Yan Medik.

Dari Sumberdaya Kesehatan yang ada di rumahsakit:

(1)   Tenaga kesehatan terdiri dari :

1. tenaga medis;2. tenaga keperawatan;

3. tenaga kefarmasian;

4. tenaga kesehatan masyarakat;

5. tenaga gizi;

Page 41: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

6. tenaga keterapian fisik;

7. tenaga keteknisian medis.

(2)   Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi.

(3)   Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan.

(4)   Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker.

(5)   Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian.

(6)   Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien.

(7)   Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapis wicara.

(8)   Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi transfusi dan perekam medis.

Sebagai unsur manajemen, sumber daya manusia kesehatan yang dimiliki oleh rumahsakit akan mempengaruhi diferensiasi dan kualitas pelayanan kesehatan, keterbatasan keanekaragaman jenis tenaga kesehatan akan menghasilkan kinerja rumahsakit dalam pencapaian indikator mutu pelayanan rumahsakit. Kekhususan ini sangatlah tidak mungkin dimanajemeni secara umum, karena SDM kesehatan adalah SDM fungsional yang kepadanya melekat fungsi profesi berdasarkan latar belakang pendidikan kesehatannya.

Tentang disiplin kepegawaian seharusnya tidak diberlakukan secara ketat, jika diberlakukan secara ketat maka mereka akan menuntut uang lembur untuk pekerjaan yang dilakukannya pada waktu di luar jam dinas (07.30-14.00 jika 6 (enam) hari kerja; atau 07.30 sampai 16.00 jika 5 (lima) hari kerja. Memang ada daerah yang memberikan semacam insentif dan atau reward untuk tenaga kesehatan tertentu yang harus melayani pasiennya di luar jam dinas yang jumlahnya menurut tenaga dokter spesialis masih belum dianggap cukup (sesuatu yang wajar yang seharusnya dibayarkan). Mari kita hitung penghasilan mereka jika tidak melayani pasien di rumahsakit, hal yang seperti ini perlu komunikasi yang ajeg demi harmonisasi pemenuhan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan.

Dari Struktur Organisasi Daerah: rumahsakit dapat berdiri dengan legalitas dan ilegal karena ada rumahsakit dengan ijin penyelenggaraan dan tidak ada ijin, rumahsakit dapat merupakan unit pelaksana teknis dinas dan atau sebagai institusi yang bertanggungjawab kepada bupati dan atau rumahsakit vertikal yang ada di daerah. Kondisi ini akan berhubungan dengan kemapanan dukungan kebijakan dan dukungan anggaran yang pada akhirnya berdampak pada kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Pada kebanyakan daerah di Indonesia, rumahsakit daerah dijadikan sumber pendapatan daerah dan dalam laporan pertangggungjawaban pemerintah daerah keberhasilan capaian indikator pelayanan kesehatan rumahsakit  jarang dan bahkan tidak pernah dijadikan data atau informasi dalam penyusunan perencanaan dan penyusunan kebijakan, biasanya hanya dilaporkan sebagai hasil dari akumulasi seluruh indikator, yang sebenarnya satu indikator

Page 42: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

gagal dapat menyebabkan perubahan penilaian kinerja. Hal ini dikarenakan adanya indikator vital dalam proses dan atau dalam output sistem pelayanan kesehatan. Sebagai contoh: peningkatan penerimaan daerah dari retribusi pelayanan kesehatan akan tidak ada artinya apa-apa jika cakupan angka rujukan ke rumahsakit vertikal atau ke kabupaten lain lebih tinggi dari angka kunjungan UGD rumahsakit yang bersangkutan atau angka pasien rawat inap kelas III.

Rumahsakit dengan angka rujukan yang jumlahnya mendekati setengah dari jumlah kunjungan patut dipertanyakan, jawabannya akan berhubungan dengan ketersediaan sumberdaya manusia kesehatan dan kualitasnya. Ada apa dengan kompetensi mereka dalam memberikan pelayanan, bagaimana komunikasi dan manajemennya dilakukan di rumahsakit tersebut.

Dapat ditambahkan lagi dengan adanya permasalahan kelembagaan, dimana ada kotak kelompok tenaga fungsional dalam bagan struktur organisasi tidak ada isinya dan tidak ada koordinasinya. Jika kelompok ini ada maka tenaga fungsional tersebut dapat dijadikan media informasi guna penyusunan kebijakan yang ajeg dan mumpuni secara keilmuan. Keberadaan resident tanpa pengawasan satuan pengawas internal rumahsakit dapat dipersepsikan berbagai rupa oleh masyarakat dengan latar belakang pengalaman dan pengetahuan yang berbeda-beda, kenapa tidak, karena merekakan sedang dalam pendalaman ilmu kedokteran, tetapi jika tak ada rotan maka akarpun jadilah sehingga kualitas yang diharapkan belum tentu dapat dinikmati sebagai akhir dari pelayanan yang bermutu.

Beperapa peraturan daerah diimplementasikan dengan tidak paripurna, karena apa, karena yang diperlukan hanya pejabat struktural yang mengepalai beberapa bidang dan bagian, sedangkan komite medik; komite keperawatan; komite rekam medik; satuan pengawas internal; dan kelompok fungsional tidak dilantik oleh bupati kepala daerah padahal struktur organisasi rumah sakit sudah menjelaskannya, mungkin berhubungan dengan ketidak tahuan dan ketidak mampuan membayar atau belum ada dasar hukumnya (padahal peraturan pemerintah sudah menjelaskan hal itu)

Dari Manajemen Lintas Program dan Lintas Sektor

Rumahsakit sebagai pintu gerbang dan unsur vital dalam penilaian adipura, di banyak daerah rumahsakit daerah sebagai penghasil pendapatan asli daerah terbesar.  Sesuatu yang riskan jika PAD dijadikan ukuran keberhasilan pelayanan kesehatan karena nominal PAD adalah rupiah yang dibayarkan pasien, rasionalitasnya jika makin banyak penerimaan berarti makin banyak masyarakat yang menggunakan fasilitas sumberdaya di rumah sakit, makin banyak masyarakat yang menggunakan berarti masih ada masyarakat yang sakit, masih adanya masyarakat yang sakit berarti derajat kesehatan masyarakat belum optimal, untuk pembuktiannya diperlukan analisa lebih lanjut, tentang bagaimana dan seterusnya masyarakat di rumahsakit tersebut. Ada item rupiah yang bisa dirinci jumlahnya dari pola tarif yang ada. Apa yang mereka bayar dari pelayanan yang mereka terima dapat mencerminkan tingkatan kesehatan masyarakat tersebut. Epidemiolog dapat menyampaikan laporan ini jika dibutuhkan. Hanya tinggal lagi epidemiolognya berpihak kepada siapa.

Ada beberapa instansi yang memiliki keterkaitan dengan rumahsakit daerah, dan itu dalam penyusunan program kegiatan dan anggaran rasanya belum pernah ada yang duduk bersama menyatukan pernyataan dan kesimpulan. Sesuatu yang aneh memang. Sebagai contoh: Kebijakan berobat gratis, daftar nama keluarga dan anggotanya bersumber dari BKKBN,

Page 43: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

bukan dari RT-RW dan Lingkungan, bersumber dari oknum pegawai di tingkatan tersebut, dan dalam data base saat perjalanannya rumahsakit harus memberikan pelayanan seperti yang diharapkan mereka, bukan berdasarkan kemampuan yang dapat diberikan oleh rumahsakit, mengapa karena ada pasien yang berobat dari keluarga miskin yang benar-benar miskin dengan nama yang tak ada dalam data base yang diberikan oleh pemerintah, bermuncullanlah pahlawan dengan pamrih disini, dan mereka yang berobat dengan fasilitas kartu miskin saat akan dirawat minta dirawat dengan fasilitas VIP. Dunia pelayanan kesehatan semakin hitam jadinya.

Dari Akreditasi Rumahsakit, rumahsakit terkareditasi 5 (lima) pelayanan, 8 (delapan) pelayanan dan 13 (tiga belas) pelayanan. Rumahsakit dengan standar ISO 14000 dan ISO 2000, dan kelompok rumahsakit yang belum terakreditasi dan atau yang belum terstandar. Departemen kesehatan dengan Komite Akreditasi Rumahsakit terus berupaya agar semua rumah sakit daerah harus terakreditasi minimal 5 (lima) pelayanan, yaitu:

(1)   Pelayanan Gawat Darurat,

(2)   Pelayanan Medik,

(3)   Pelayanan Administrasi,

(4)   Pelayanan Keperawatan dan

(5)   Pelayanan Rekam Medik

Tujuan pemerintah dengan akreditasi ini adalah untuk: agar kualitas pelayanan diintegrasikan dan dibudayakan ke dalam sistem pelayanan di rumah sakit. RSD Kol Abundjani didukung anggaran belum juga mampu menyelesaikan proyek ini, karena apa, jawabnya dapat bersumber dari kualitas dan kuantitas sumber daya yang ada di rumahsakit tersebut, Pernyataan jelasnya adalah sumberdaya manusia kesehatan yang ada di rumahsakit tersebut. Pejabat dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman yang sedikitpun tidak menunjang dipilih untuk memimpin roda proses pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi rumahsakit, menurut beberapa pengamat adalah sangat tidak masuk akal jika tidak ingin dianggap aneh.

Proses akreditasi telah berlangsung hampir lebih dari 5 (lima) tahun, tetapi nyatanya budaya akreditasi belum sama sekali mendarah daging di institusi RSD Kol Abundjani ini. Ada apa,…? Pertanyaan yang seharusnya dijawab dengan lintas sektor dan lintas program, bukan hanya oleh masyarakat rumahsakit, tetapi bagaimanapun juga SDM rumahsakit daerah harus terlebih dahulu menjawabnya dengan pernyataan yang diikuti oleh sikap yang terakreditasi pula.

Dari Dukungan Kebijakan

Nah ini yang lebih perlu mendapat perhatian, begitu banyak peraturan daerah disusun dengan cara studi banding, dicopi dan dipastekan kemudian diedit agar menjadi sesuai dengan keadaan riel daerah. Masih belum terlihat jiwa pemiliknya dalam peraturan ini. Pedoman umum mengenai persentase anggaran kesehatan dari total anggaran daerah masih perlu dipertanyakan lebih lanjut lagi, masih perlu dianalisa dan disikapi dengan jalinan koordinasi dan pengawasan yang komprehensif. Menurut Rusli, anggaran efektif jika rasio antara

Page 44: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

pembiayaan dan penerimaan berkisar 0,1%, sebenarnya tidak berlaku di institusi pelayanan rumahsakit, karena rumahsakit bukan badan profit, tetapi lembaga non profit.

Kemajuan pertumbuhan dan pengembangan rumahsakit menjadikan rumahsakit sebagai lembaga profit tetapi tidak meninggalkan unsur sosialnya telah mengubah persepsi sumber daya manusia kesehatan dari non material menjadi sangat material, karena disini setiap pekerjaan yang dikerjakan dan yang seharusnya dikerjakan bukan lagi berdasarkan panggilan hati nurani, bukan lagi panggilan profesi, tetapi telah bergeser menjadi panggilan pemenuhan kebutuhan ekonomi. Jika ini berlanjut dapat dibayangkan bagaimana pemenuhan hak pokok masyarakat sebagai pasien jika mereka tidak mampu membayar.

Peruntukan anggaran tentu membutuhkan kebijakan paripurna yang proporsional, kalau tigaperempat anggarannya hanya untuk fisik, kapan SDM kesehatannya mau manggung dalam ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

Dari mutu pelayanan kesehatan.

Mutu Pelayanan Kesehatan yang mengemuka sebagai panglima program unggulan Depkes dengan nama Quality Assurance (QA, jaminan mutu) pada tahun 1996, pihak Institusi pelayanan kesehatan/rumahsakit sebagai (lagi-lagi) pihak pelaksana, dibuat terperangah oleh program tersebut. Sebagai suatu pernyataan akhir dari sebuat proses pelayanan kesehatan. Sebagai sebuah proses, pelayanan kesehatan dapat berbentuk makro dan berbentuk mikro. Kedua bentuk ini saling bersimbiose mutalisme dalam sebuah sistem.

Berbagai definisi mutu yang dikaitkan dengan patient safety selanjutnya diajukan, dan salah satu definisi yang umum digunakan antara lain menyebutkan bahwa mutu pelayanan kesehatan adalah “tingkat di mana pelayanan kesehatan untuk individu maupun populasi mampu menghasilkan outcome pelayanan sesuai dengan yang diharapkan dan konsisten dengan pengetahuan profesional terkini” (IOM, 2001). Namun demikian mengingat definisi tersebut dianggap terlalu luas, berbagai peneliti telah mencoba mengembangkannya untuk menjamin agar pengukuran mutu pelayanan kesehatan lebih spesifik. Salah satunya adalah yang diajukan oleh Donabedian (1980), yaitu berpedoman pada struktur, proses, dan outcome. Sementara itu the IOM (1999) dan National Health Service menggunakan konsep mutu pelayanan kesehatan dalam 6 aspek, yaitu safety, effectiveness, timeliness, efficiency, equity, dan patient awareness.

Chassin mengusulkan metode lain yang menekankan pada 3 area utama, yaitu under use, over use, dan misuse of health care services. Under use didefinisikan sebagai kegagalan untuk memberikan pelayanan yang efektif padahal jika dilakukan dapat menghasilkan outcome yang diharapkan (misalnya tidak memberikan imunisasi atau gagal untuk melakukan bedah katarak). Disebut overuse apabila pelayanan kesehatan yang dilakukan ternyata memberi dampak risiko yang lebih besar daripada potensi manfaat yang dapat ditimbulkan (misalnya memberikan antibiotika untuk kasus-kasus common cold). Sedangkan misuse didefinisikan sebagai komplikasi yang sebenarnya dapat dihindari jika pelayanan kesehatan dilakukan secara seksama.

Dari beberapa konsep tersebut kemudian dikembangkan sejumlah indikator untuk mengkuantifikasikan mutu pelayanan kesehatan. Salah satunya adalah indikator mutu pelayanan yang disusun oleh ACHS yang merupakan instrumen untuk mengidentifikasi area pelayanan kesehatan yang masih memerlukan perbaikan secara fundamental. Dengan metode

Page 45: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

kuantifikasi ini selanjutnya dapat dilakukan analisis statistik untuk menilai area-area pelayanan yang dianggap memiliki defisiensi dalam menghasilkan outcome yang diharapkan.

Upaya yang sama juga dilakukan oleh The Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ) yang mengembangkan beberapa indikator yaitu Prevention Quality Indicators, Inpatient Quality Indicators, dan Patient Safety Indicators (PSIs).

Tetapi sebagai institusi bawahan Depkes, lagi-lagi Institusi pelayanan kesehatan/rumahsakit berada di posisi tak berdaya dan lagi-lagi hanyalah sebagai terminal akhir pembuangan dan berposisi layaknya sandal jepit. Mungkin Depkes lupa bahwa para dokter yang ada di Institusi pelayanan kesehatan/rumahsakit adalah seorang sarjana juga seperti halnya para petinggi Depkes. Lupa mungkin karena tampilan dokter institusi pelayanan kesehatan/rumahsakit yang tak pernah berdasi dan naik kendaraan dinas apa adanya kala tugas, tidak seperti teman-temannya di Depkes yang sebagian diantaranya berdasi dan naik mobil dinas mulus-mulus dan baru-baru.

Mungkin ini jalan keluar, Hidup sehat merupakan kebutuhan utama (primer) setiap orang. Oleh karenanya, hak atas pelayanan kesehatan adalah bagian dari hak asasi manusia (HAM). Dalam hal ini, pemerintah dan praktisi kesehatan masyarakat bertanggung jawab untuk berupaya merealisasikan adanya kebijakan yang lebih baik, sistem yang berkualitas, dana yang cukup, fasilitas dan tenaga medis yang memadai guna menjamin terlaksananya program kesehatan masyarakat.

Pelayanan yang baik dan memuaskan bisa diwujudkan secara bersama antara pengguna jasa pelayanan dan petugas kesehatan. Artinya, kritik, complain maupun keluhan konsumen semestinya tidak diartikan sebagai serangan, tetapi diterima sebagai koreksi terhadap cara berpikir dan cara melayani konsumen. Dari keluhan konsumen, petugas kesehatan dapat mengetahui keinginan konsumen dan kekurangan yang dimilikinya. Namun, kondisi ini harus disertai pula dengan perbaikan pada aspek kebijakan dan manajemen. Sehubungan dengan hal ini, ada beberapa kondisi yang tampak dalam pelayanan kesehatan.

1. Fasilitas kesehatan (formal) yang tersedia masih relatif baru, dan belum mengakar atau belum dirasakan sebagai bagian dari kehidupan masyarakat, tetapi tidak tersedia standar quality of care yang berbasis konsumen. Sebaliknya, masyarakat memiliki sistem pengobatan atau pengetahuan mengenai perawatan kesehatan (biomedis), yang relatif berakar dari tradisi dan kebudayaan mereka. Kondisi budaya ini di satu sisi menjadi kendala dalam pelayanan medis, di sisi lain mampu memenuhi kebutuhan masyarakat secara murah dan mudah.

2. Kecenderungan perilaku para praktisi medis yang tidak mempertimbangkan proses-proses komunikasi atau pertukaran informasi, dan interaksi sosial yang saling menguntungkan. Rosalia Sciortino dalam “Menuju Kesehatan Madani” (1999:78) menyebut adanya “konstruksi rahasia” yang dipertahankan petugas kesehatan.

3. Pada umumnya konsumen sebagai pengguna jasa kesehatan seperti pasien, klien tidak menyadari bahwa mereka memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan yang memuaskan. Artinya, seorang pasien berhak untuk mempertanyakan pelayanan dokter yang dirasakannya tidak jelas, bahkan memberatkan konsumen itu sendiri.

Memahami Hak dan Kewajiban Konsumen

Page 46: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

Dalam berbagai kesempatan diskusi dengan kelompok konsumen, pertanyaan yang sering muncul adalah apa saja hak-hak konsumen dalam pelayanan kesehatan, bagaimana sebaiknya pelayanan yang berkualitas?

Pertama-tama perlu ditegaskan bahwa istilah konsumen dalam pelayanan kesehatan mencakup pengertian mereka yang menerima pelayanan jasa maupun obat-obatan dari petugas kesehatan (paramedis, bidan, dokter), yang secara khusus disebut klien, pasien. Sedangkan yang dimaksud pelayanan yang berkualitas biasanya mengacu pada pengertian Quality of Care atau standar pelayanan yang berkualitas, yakni pelayanan yang menghormati hak-hak konsumen. Setiap konsumen memiliki hak yang dilindungi undang-undang. Sebagai pasien, konsumen berhak:

1. Mendapatkan informasi yang dapat dipahaminya mengenai penyakit yang diderita, cara pengobatan, prosedur perawatan, efek samping pengobatan, kelebihan maupun kekurangan pengobatan, biaya, pendapat dari petugas kesehatan lainnya, hal-hal dirahasiakan, catatan medis petugas kesehatan, dan izin persetujuan pasien bila ingin akan dioperasi.

2. Memperoleh rasa aman dari semua proses pelayanan, dan jaminan keamanan/keselamatannya.

3. Mendapatkan ganti rugi apabila terjadi malpraktek yang dilakukan petugas kesehatan. Contoh aktual adalah bayi yang dilahirkan cacat (tanpa tangan) di RSUD Bayu Asih Purwakarta (Kompas, 26 Juni 1997). Orang tua bayi itu menuduh pihak RS, dalam hal ini bidan, karena kecerobohan dalam pelayanannya, telah menyebabkan anak mereka cacat seumur hidup. Kasus ini kemudian dibawa ke pengadilan dengan tuntutan 1 milyar rupiah, meskipun akhirnya ditempuh jalan damai dengan ganti rugi 25 juta rupiah.

4. Memilih tempat pelayanan yang diinginkannya, membatalkan persetujuan sewaktu-waktu, dan jika dianggap perlu, ia menolak suatu metode pengobatan atau tindakan medis tertentu.

Sebagai pasien, konsumen memiliki kewajiban, yaitu:

1. Mengetahui sejarah atau riwayat pengobatannya;2. Menepati janji dengan petugas kesehatan;

3. Bersedia bekerja sama dan mematuhi perawatan yang diberikan;

4. Memberitahu petugas kesehatan jika ia menerima perawatan dari dokter yang lain;

5. Jika menggunakan jasa asuransi, ia berkewajiban mengetahui apa yang dapat atau tidak dapat diatasi oleh perusahaan asuransi.

Kebanyakan konsumen juga petugas kesehatan tidak mengetahui hak-hak dan kewajiban konsumen. Hanya sebagian kecil konsumen menyadari hak-haknya, tetapi tidak merasa percaya diri untuk mengemukakannya di tenpat pemeriksaan. Sebaliknya, petugas kesehatan yang mengerti hak-hak konsumen tidak mau peduli. Banyak alasan yang seringkali dikemukakan, misalnya keterbatasan petugas dan fasilitas tidak memadai, yang tidak seimbang dengan banyaknya pasien yang berkunjung setiap hari kerja. Bahkan petugas

Page 47: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

kesehatan menyadari bahwa masyarakat tidak mengerti cara hidup sehat, tidak disiplin, dan seterusnya. Padahal masyarakat tidak pernah belajar di sekolah kesehatan.

Dari persoalan ini sebenarnya tuntutan akan pelayanan kesehatan yang memuaskan (berkualitas) semakin kompleks. Namun harus diyakini bahwa ukuran kepuasan tidak bisa bertolak dari kepentingan individu saja karena kepuasan individual tidak ada batasnya. Ukuran standar yang bisa dijadikan pedoman adalah kebutuhan orang banyak yang selama ini sudah dibakukan, misalnya oleh IPPF (International Planned Parenthood Federation), organisasi KB dunia, yang merumuskan 10 hak-hak klien KB antara lain: hak atas informasi, menentukan pilihan, mendapatkan pelayanan kapan dan di mana saja (akses), hak atas keamanan, kenyamanan, kerahasiaan, hak mengajukan protes (berpendapat), dan kemudian ditambahkan oleh YLKI dan PKBI; hak ganti rugi. Oleh sebab itu, proses pencapaian pelayanan yang memuaskan tidak bisa tidak melibatkan orang banyak. Konsumen dan pengelola pelayanan kesehatan bisa bersama-sama merumuskan standar pelayanan yang berkualitas (quality of care), di tingkat desa sekalipun.Bertolak dari “Quality of Care”

Konsep quality of care adalah istilah yang digunakan secara luas dalam pelayanan kesehatan, yang dapat dipandang dari provider (penyedia jasa) dan klien (konsumen). Dari sisi provider, standar quality of care di Indonesia belum jelas. Konsep ini biasanya dirujuk pada prinsip-prinsip manajemen pengawasan kualitas terhadap fasilitas pelayanan kesehatan umum, yakni penyediaan pelayanan kesehatan yang terus menerus memperbaiki diri dengan memperhatikan kebutuhan dan tuntutan pasien, dokter, petugas, dan komunitas setempat. Dasarnya adalah “problem solving”, yaitu pemantauan masalah dan mencari jalan keluar dengan memperbaiki akar masalah secara berkelanjutan (The Population Council, 1994).

Dari sisi klien, ukuran standar pelayanan cukup jelas, yakni mengacu pada pemenuhan hak-hak pasien, atau hak-hak klien kesehatan reproduksi, atau pun hak-hak konsumen sebagaimana yang diatur dalam UUPK No. 8 No. 1999, Pasal 4.Ukuran pencapaian pelayanan kesehatan selama ini lebih berorientasi pada pencapaian target sarana pelayanan dan penerima layanannya. Gejala seperti ini terutama terjadi di tingkat pelayanan kesehatan dasar di pedesaan, dan pinggiran kota. Aspek pemenuhan kualitas kesehatan, tanggung jawab sosial, dan pembelajaran kesehatan bagi pengguna (konsumen) terabaikan. Konsumen tidak memperoleh manfaat yang optimal dari pelayanan kesehatan.

Pada tahun 1990, Judith Bruce dari Population Council menempatkan enam elemen dasar yang kemudian dikenal dengan “Bruce Framework” dan menjadi sumber utama bagi penelitian mengenai kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi dari sisi tenaga kesehatan.

1. Pilihan terhadap Metode Layanan. Setiap metode layanan (KB) tersedia bagi perempuan dan laki-laki yang ingin merencanakan keluarganya.

2. Informasi untuk Klien. Informasi yang berkualitas dapat berdampak pada bagaimana klien menggunakan metode kontrasepsi. Informasi yang diberikan harus berisi pula informasi mengenai tiap metode, cara penggunaan metode, dan efek sampingnya.

3. Keterampilan Teknis. Mempertahankan kondisi aseptic, menjalankan protokol (aturan) dan staf yang kompeten melakukan teknis klinik.

Page 48: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

4. Hubungan Antarpribadi. Bagaimana klien berinteraksi dengan tenaga kesehatan, apakah cukup simpatik dan cukup waktu untuk bertemu dengan kliennya.

5. Mekanisme untuk Mendorong Keberlanjutan. Klien dapat didorong meneruskan penggunaan kontrasepsi yang efektif melalui berbagai cara, termasuk kartu untuk mengingatkan dan kunjungan rumah.

6. Pelayanan yang Terpadu. Klien memerlukan pelayanan yang nyaman dan terpadu. Misalnya, pelayanan KB terpadu dengan pelayanan kesehatan ibu dan anak, pelayanan pasca persalinan, dan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.

Jadi, strategi dasar yang penting dilakukan aktifis organisasi konsumen yang melakukan pendampingan konsumen kesehatan adalah dengan memperkuat pengorganisasian dan pendidikan kritis bagi kelompok-kelompok konsumen yang rentan seperti petani, perempuan, buruh dan kaum miskin kota. Pendamping atau organizer bersama kelompok konsumen merumuskan:

1. Masalah dan akar masalah,2. Bentuk-bentuk kasus yang dialami konsumen,

3. Instansi dan orang-orang yang terlibat dan bertanggung jawab,

4. Inisiatif konsumen sendiri dalam mengatasi masalahnya,

5. Usaha (aksi-aksi) bersama menggugat petugas kesehatan di tempat pelayanan,

6. Usulan, konsep, cara pandang konsumen terhadap pelayanan yang diinginkan atau pelayanan yang berkualitas (quality of care versi konsumen),

7. Penyebarluasan informasi terus-menerus kepada konsumen yang lain.

Mengingat gerakan konsumen saat ini didukung oleh kebijakan yang relatif jelas dengan adanya Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK), maka organisasi konsumen dapat mengambil peran dengan melakukan advokasi kebijakan dan pembelaan hukum. Bukan hal yang mustahil, bila suatu waktu konsumen dapat mengadili provider pelayanan kesehatan atas dasar pelanggaran terhadap hak-hak konsumen secara perorangan atau pun berkelompok (class-action).

Hasil penelitian tentang perbaikan mutu pelayanan kesehatan di instalasi rawat inap RSD KOL. ABUNDJANI BANGKO menyarankan yang diantaranya

Pemberian pelayanan kesehatan kepada pasien terdiri dari serangkaian proses-proses dari beberapa sistem, sistem ini berhubungan dengan unsur-unsur manajemen seperti peralatan, manusia, kebijakan, dan anggaran.

Penyimpangan dalam area-area penting manajemen pelayanan kesehatan yang

menyebabkan kematian tersebut, memerlukan tindakan terstruktur dengan manajemen resiko dan manajemen mutu. Untuk itu semua peneliti menyampaikan beberapa saran seperti berikut:

Page 49: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

Saran untuk Perawat, Seperti yang disarankan oleh The Nursing and Midwifery Council, (2002), bahwa memelihara kualitas RM akan membantu dalam memelihara ketrampilan dan kemandirian dalam asuhan keperawatan, untuk ini diperlukan:

1)           deskripsikan dengan jelas hasil pengkajian, rencana keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilakukan,

2)           dokumentasikan informasi yang berhubungan dengan pasien dan apa yang akan dilakukan dalam merespon kebutuhan pasien,

3)           jika sudah diketahui dengan baik kondisi pasien lakukan tindakan yang dapat diterima dan dapat dilakukan dengan tahapan yang baik dan benar saat melaksanakan perawatan kepada pasien dan jelaskan bahwa setiap tindakan tidak selalu berbahaya untuk selalu untuk keselamatan dan membatu mereka, dan

4)           menuliskan perencanaan perawatan agar dapat diteruskan oleh sejawat dalam perawatan berikutnya dan selalu menuliskan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan, dan dapat ditambahkan bahwa

Saran untuk Dokter penyelenggara utama perawatan dan pengobatan pasien di instalasi rawat inap diantaranya adalah: Bertugas berdasarkan standar General Medical Council seperti: pemberian pelayanan kepada pasien merupakan hal yang utama, memperlakukan setiap pasien dengan sopan dan sewajarnya, menghormati privasi dan kehormatan pasien, mendengarkan dan menghormati pandangan-pandangan pasien, memberikan informasi yang dapat dimengerti pasien, menghormati hak pasien dalam keterlibatan secara aktif pada pengambilam keputusan, selalu memperbaharui pengetahuan dan ketrampilan, menyadari berbagai keterbatasan yang dimilikinya, jujur dan dapat dipercaya, menghargai dan menjaga informasi tentang pasiennya, menghindarkan pasien dari resiko fisik dan finansial akibat tindakan medis, bekerjasama dengan para sejawat untuk kebaikan pasien-pasien yang dirawat.

Saran untuk komite staf fungsional diantaranya adalah:

1) Mematuhi tugas pokok dan fungsinya seperti yang tergambarkan dalam Peraturan Daerah Kab. Merangin tentang struktur organisasi dan tata kerja RSD KOL ABUNDJANI;

2) Melaksanakan semua tugas sesuai dengan kompetensi dan kode etik profesi;

3) Menjadikan RSD KOL ABUNDJANI bukan sebagai tempat mencari sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan hidup tetapi juga menjadikannya sebagai tempat ibadah dan fungsi sosial.

Saran untuk manajemen RSD diantaranya adalah:

1) Berusaha mengetahui keinginan pelanggan dengan melakukan survey pasar, diantaranya survey kepuasan, survey kebutuhan pelayanan dan survey tingkat utilisasi pelayanan kesehatan rumahsakit;

2) Menyusun berbagai prosedur dan standar pelayanan sesuai dengan hasil tingkat kebutuhan dan hasil dari penelitian ini, diantaranya:

Page 50: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

a. Prosedur dan Standar Pelayanan Laboratorium

b. Prosedur dan Standar Pelayanan Radiologi

c. Prosedur dan Standar Pelayanan Kamar Operasi

d. Prosedur dan Standar Pelayanan Anastesi

e. Prosedur dan Standar Pelayanan Rawat Inap dengan Kegawatan

f. Prosedur dan Standar Pelayanan Rekam Medik.

3) Memastikan bahwa prosedur dan standar yang telah disusun diterapkan dan dilaksanakan dengan baik. Hal ini dilakukan dengan audit internal secara rutin dan melakukan management riview guna membahas tindak lanjut yang perlu dilakukan agar pelayanan yang diberikan selalu  konsisten sesuai prosedur dan standar yang telah ditetapkan;

4) Menjalin komunikasi yang baik dengan pelanggan guna mensosialisasikan jasa-jasa pelayanan yang mampu diberikan oleh rumahsakit, misalnya dengan membuat brosur-brosur, information desk, terminal komputer yang dapat diakses oleh pelanggan;

5) Membumikan paradigma bahwa dari pasien kita mendapatkan jasa pelayanan yang mendukung kesejahteraan dan kepada pasien seharusnya tumbuh keinginan untuk membebaskan masalah kesehatannya;

6) Menyusun dan memberlakukan sistem pengawasan dan pemantauan pelayanan kesehatan yang diberikan dengan efektif;

7) Melaksanakan saran-saran ini dengan dukungan sumber daya manusia kesehatan dan anggaran kesehatan beserta kebijakan-kebijakan kesehatan;

Perlu adanya dukungan sistem pengelolaan RM yang baik dan benar, mustahil tata tertib administrasi rumahsakit akan berhasil seperti apa yang telah distandarisasikan oleh pemerintah maka oleh karena itu diperlukan adanya komitment bersama untuk sepakat menyusun pedoman RM dan melaksanakannya dengan pertanggungjawaban profesi. Seperti diketahui bahwa tata tertib administrasi merupakan salah satu faktor yang menentukan di dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di rumahsakit;

9) Menginvetarisir akar penyebab masalah dari faktor internal yang mempengaruhi kualitas layanan kesehatan dan administrasi RM terutama dalam bidang: faktor pendidikan SDM, faktor pelatihan dan tambahan pengetahuan, faktor masa kerja dan lama Jabatan, faktot beban kerja, faktor fasilitas dan peralatan, faktor Standart Operating Procedure dan atau instruksi kerja, faktor administrasi dan alur layanan, faktor pengendalian dan evaluasi, faktor manajemen rawat inap dan faktor staf medis fungsional.

Dianjurkan pula langkah-langkah umum sebagai berikut untuk pemecahan masalah mutu dan efisiensi dan efektifitas pelayanan rumah sakit:

1) Memecahkan struktur masalah yang sudah teridentifikasi kedalam komponen-komponennya, menganalisis komponen-komponen itu sehingga ditemukan akar masalah.

Page 51: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

Akar masalah adalah penyebab paling dasar dari masalah etika yang terjadi. Ia dapat berupa kelemahan pada manusia, kepemimpinan, manajemen, budaya organisasi, sarana, alat, sistem, prosedur, atau faktor-faktor lain;

2) Melakukan analisis lebih dalam tentang akar masalah yang sudah ditemukan (root cause analysis), untuk menetapkan arah pemecahannya;

3) Menetapkan dan memilih alternatif untuk pemecahan akar masalah;

4) Memantau dan mengevaluasi penerapan upaya pemecahan masalah yang sudah dilaksanakan;

5) Melakukan tindakan koreksi jika masalah etika belum terpecahkan atau terulang lagi terjadi. Tindakan koreksi yang dapat menimbulkan masalah etika baru adalah jika manusia sebagai penyebab akar masalah yang berulang-ulang dikeluarkan dari rumah sakit.

Saran untuk Pemerintah Daerah, sesuai dengan beberapa kebijakan nasional pembangunan kesehatan di Indonesia diharapkan pemerintah daerah dapat:

1) Menjadi stake holder yang berpihak dan mendukung dalam berbagai aspek manajemen pelayanan kesehatan;

2) Berperan sebagai regulator yang melindungi dan menumbuh kembangkan kemampuan profesionalisme tenaga pemberi pelayanan kesehatan;

3) menjadi fasilitator dalam akselerasi peningkatan kemampuan pemberian pelayanan kesehatan sesuai dengan upaya pencapaian tujuan pembangunan kesehatan daerah.

Saran untuk pasien, diantaranya adalah:

1) sebelum penyakit menjadi lebih parah (persepsi masyarakat) sebaiknya segera memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan yang terdekat,

2) bertanya dengan petugas kesehatan tidak dengan emosi tentang keadaan penyakit, diagnosanya, kemungkinan kesembuhan dan tindakan apa saja yang akan dilakukan dan selalulah memulai komunikasi dengan kata „maaf“, „tolong“, dan „tolonglah saya“ atau „tolonglah kami“.

3) mengikuti semua kebijakan sarana pelayanan dan saran dari petugas kesehatan dengan jujur dan bertanggungjawab, jika ragu dan meragukan mintalah penjelasan lebih lanjut tentang kebijakan dan atau saran tersebut,

4) selalu menyediakan tabungan kesehatan saat sehat dan mampu melaksanakan aktifitas memenuhi kebutuhan dasar sebagai manusia.

Peningkatan mutu pelayanan kesehatan mengandung arti bahwa sarana pelayanan kesehatan dan tenaga profesi kesehatan harus mampu menunjukkan akuntabilitas sosial untuk memberikan pelayanan prima kepada konsumen, yakni pelayanan yang sesuai dengan standar yang diakui sehingga dapat memenuhi atau bahkan melebihi harapan konsumen.

Page 52: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

Untuk itu perlu dikembangkan suatu sistem dan mekanisme yang efektif guna tercapainya pelayanan prima tersebut.

Hal lain adalah Pelaksanaan Program kendali mutu harus berdasarkan falsafah bersama untuk mempertahankan dan meningkatkan pelayanan yang diberikan oleh tim pelayanan dari berbagai disiplin ilmu.

Falsafah yang mendasari program kendali mutu antara lain:

Masing-masing disiplin telah mengidentifikasi dan menyetujui falsafah dasar untuk dikembangkan menjadi tujuan masing-masing pelayanan.

Masing -masing disiplin menyepakati untuk mengkaji pelayanan yang diberikan oleh anggotanya.

Semua staf memberikan perhatian untuk mencapai tujuan institusi yang dalam hal ini memberikan efek terhadap pelayanan pada klien.

Praktek perawatan tidak akan mungkin meningkatkan kecuali masalah dapat diidentifikasi dan dipecahkan.

Staf mempunyai pengetahuan yang cukup dan memiliki ide-ide yang kreatif untuk memecahkan masalah-masalah dalam pekerjaannya

Staf dapat memecahkan masalah jika cukup informasi-informasi yang diperlukan .

Pekerja pada umumnya merasakan kepuasan kerja dan lebih produktif bila mereka dibantu dengan menciptakan lingkungan kerja yang baik dengan mengurangi hambatan dalam pekerjaannya. Program kendali mutu perlu dilaksanakan dan dibuat secara teratur dan terus menerus untuk meningkatkan mutu pelayanan.

Dengan melakukan pendekatan konkuren maupun retrospektif terhadap lingkup struktur, proses dan hasil maka semua aspek-aspekantara lain: Tenaga keperawatan, asuhan keperawatan dan kepuasan klien harus dinilai dengan menggunakan standar-standar yang tepat, walaupun demikian baiknya program kendali mutu ini dilakukan secara terpadu tetapi tetap ada kendala kendala yang perlu diperhatikan.

Dengan melibatkan semua staf keperawatan untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan program pengendalian mutu ini, maka tujuan akhir dari program pengendalian mutu yaitu meningkatnya mutu pelayanan keperawatan berdasarkan standar akan dapat dicapai dengan baik.

Dari UU Perlindungan Konsumen rumahsakit adalah: salah satu institusi pemberi pelayanan dibidang kesehatan, hubungan yang jelas adalah pelayanan jasa kesehatan. Kesehatan adalah hak azazi manusia. Maka manusia sebagai konsumen rumahsakit berhak sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang Perlindungan Konsumen, seperti:

1. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

Page 53: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;

4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;

5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi/penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;

9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Bila menyimak surat pembaca di media cetak, banyak sekali keluhan dari konsumen yang merasa dirugikan. Misalnya soal layanan listrik PLN, PDAM, delay pesawat, layanan barang/jasa yang buruk, mutu barang yang tidak bagus, tindak kriminal di kereta api, pelayanan rumahsakit dan bahkan pelayanan pajak dan lain sebagainya. Semua itu adalah persoalan yang kerap kali muncul di Indonesia. Maka inilah realitas ketertindasan konsumen dalam menghadapi pilihan-pilihan barang/ jasa harus mereka konsumsi.

Ironisnya, keluhan yang disampaikan kebanyakan hanya lewat surat pembaca di media massa. Cara ini terlalu sederhana dan tidak menyelesaikan masalah. Cara lain yang lebih kreatif adalah langsung mengadu ke pengurus harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) atau lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat.

Memang pada kenyataannya konsumen kerap berada dalam posisi yang tidak berimbang dibanding dengan posisi produsen. Maka untuk mengurangi kesewang-wenangan para produsen barang dan jasa, sebagai konsumen kita perlu mengetahui faktor-faktor yang melemahkan konsumen, antara lain:

1. Masih rendahnya tingkat kesadaran konsumen akan hak-haknya.2. Belum terkondisikannya “masyarakat konsumen” karena memang sebagian

masyarakat ada yang belum mengetahui tentang apa saja hak-haknya dan ke mana hak-haknya dapoat disalurkan jika mendapat kesulitan atau kekurangan dari standar barang atau jasa yang sewajarnya.

3. Masyarakat belum memiliki kemauan untuk menuntut hak-haknya.

4. Proses peradilan yang ruwet dan memakan waktu yang berkepanjangan.

5. Posisi konsumen yang selalu lemah (lemah informasi dan lemah kondisi sehingga tak berani menyangga seperti kasus Prita), apa kata dokter/perawat mereka iyakan.

Padahal bisa jadi kala sekolah dahulu, yang di Depkes tidak lebih pandai dari yang di institusi pelayanan kesehatan /rumahsakit. Pun demikian pula setelahnya, lebih-lebih kala berbicara kepekaan terhadap keperluan masyarakat terhadap layanan kesehatan, dijamin dokter di institusi pelayanan kesehatan/rumahsakit lebih peka dibanding dokter di Depkes walau

Page 54: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

sepanjang apapun gelarnya. Yang membedakan hanyalah kekuasaan. Itulah kira-kira gambaran umum, mengapa hingga kini institusi pelayanan kesehatan/rumahsakit ibarat tempat uji coba, trial and error aneka macam program dari depkes, dan dokter yang berpraktik di rumahsakitpun dalam memberikan pelayanan kesehatannya.

Jaminan mutu produk tahun 1996 yang lalupun, konon hasil pemikiran grusa-grusu karena ada “jajan” berupa pinjaman IMF (maksudnya hutang yang harus dibayar), yang mana depkes tidak mau kalah dengan departemen lain untuk ikut mencicipi jajan IMF. Dan supaya dapat dana segar nan besar, nama programnya pun dibuat “greng”, maka bim salabim lahirlah Quality Assurance atau Jaminan Mutu. Parameterpun disiapkan, demikian pula pelatihan, panduan, monitor dan evaluasinya, baik terhadap item kegiatan ataupun terhadap program besarnya.

Menyimak produk Depkes tahun 1988, yang mana dalam Pedoman Kerja Institusi pelayanan kesehatan/rumahsakit sudah sangat jelas dan rinci berisi panduan tatalaksana setiap kegiatan di Institusi pelayanankesehatan/rumahsakit yang mengacu kepada UPK, termasuk panduan pengobatan, maka program QA adalah sebuah langkah kebimbangan dan ambivalensi. Artinya mengulang program mapan yang sudah terintegrasi dengan keseharian para petugas Institusi pelayanan kesehatan/rumahsakit dengan mengganti nama QA yang justru lebih sempit tapi tidak lebih mendalam. Bedanya hanya di segi dana yang luar biasa besar dan pelatihan berulang yang justru buang-buang waktu.

Untuk meningkatkan mutu layanan, tidak cukup dengan kajian monopoli petinggi Depkes, lebih dari itu ada ukuran non teknis yakni keinginan dan harapan warga. Sayangnya yang ini tidak pernah tersentuh, artinya pengguna jasa pelayanan Institusi pelayanan kesehatan/rumahsakit tak lebih hanyalah obyek semata yang tak punya hak suara. Siklus demikian mestinya tidak boleh terulang.

Akreditasi rumahsakit dicanangkan sejak tahun 2007 dan sampai tahun 2009 ini capaiannya sangat menyedihkan, dari ratus rsd dan puluh rsp serta ratus rss, hanya 14% yang sudah terakreditasi, jiwanya masih nol saya rasa, karena prosesnya sendiri tidak terakreditasi. RSD Kol Abundjani saat ini sedang dalam proses akreditasi yang pelaksanaannya setengah isi dan setengah kosong.

Pelayanan rumah sakit diera sekarang tidak terlepas dari perkembangan ekonomi masyarakat . Hal ini tercermin pada perubahan fungsi klasik rumah sakit yang pada awalnya hanya memberi pelayanan yang bersifat kuratif (penyembuhan) saja terhadap pasien melalui rawat inap dan rawat jalan bergeser ke pelayanan yang lebih komprehensif meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Pengaruh perubahan dinamika lingkungan usaha rumah sakit yang terjadi tidak saja di Indonesia tetapi hampir diberbagai penjuru dunia. Hal ini menuntut para manajer untuk lebih memperhatikan secara saksama dinamika lingkungan yang ada yang kemungkinan besar akan merubah system manajemen yang dipergunakan. Sistem manajemen yang berlaku global mempengaruhi pola berfikir manajer rumah sakit, dengan menekankan pada aspek efisiensi, efektif dan produktifitas serta memperhatikan pemerataan pelayanan. Gambaran lain adalah tehnologi kedokteran dan obat-obatan yang berkembang pesat disisi lain rumah sakit adalah lembaga pemberi jasa pelayanan kesehatan yang tergantung pada perkembangan tehnologi kedokteran.

Page 55: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

Tehnologi kedokteran mempengaruhi biaya pelayanan rumah sakit. Menurut Trisnantoro (2005) saat ini sektor kesehatan berbeda jauh dengan keadaan 50 tahun lalu. Tehnologi yang digunakan saat ini sangat canggih, sebagi contoh operasi dengan menggunakan peralatan mikro merupakan suatu tindakan yang sama canggihnya dengan tehnologi program ruang angkasa dan militer yang tentu saja memerlukan SDM yang berkompetensi untuk mengelolanya.

Salah satu tehnologi tinggi adalah obat yang dihasilkan oleh industri farmasi. Obat merupakan barang yang sangat dibutuhkan oleh rumah sakit. Kebutuhan akan obat ini sering disertai dengan biaya yang besar. Besarnya omset untuk obat-obatan mencapai 50-60% dari seluruh anggaran rumah sakit. Rumah sakit dapat meningkatkan pendapatan dengan memperbesar omset penjualan obat.

Hal inilah menjadikan rumah sakit menjadii lembaga yang bersifat padat modal, padat karya dan padat tehnologi Ketiga sifat tersebut menuntut pengelolaan keuangan rumah sakit yang lebih professional, berdasarkan hitungan-hitungan ekonomi. Cost recovery rate (CRR) rumah sakit menjadi hal yang sangat penting, penentuan tarif lebih rasional, disertai peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan serta mampu berkembang (growth) dan survive.

Pengertian rumah sakit menurut WHO adalah suatu bagian penyeluruh dari organisasi sosial dan medis berfungsi memberikan pelayanan Kesehatan yang lengkap kepada masyarakat, baik kuratif maupun rehabilitatif, dimana pelayanan keluarga menjangkau pelayanan keluarga dan lingkungan, rumah sakit juga merupakan pusat latihan tenaga kesehatan, serta untuk penelitian biososial.

Dari definisi diatas bahwa rumah sakit disamping memberikan pelayanan kesehatan secara komprehensif kepada masyarakat juga sebagai pusat pendidikan calon tenaga kesehatan. Dan yang lebih penting lagi adalah bahwa rumah sakit juga harus menjalankan fungsi sosialnya. Untuk menjalankan fungsi sosialnya ini sebaiknya anggaran untuk pos sosial tersebut tersedia dalam APBD dan diatur dengan kemudahan-kemudahan pengelolaannya tetapi tetap dengan pengawasan yang ketat. Kita pelajari

Dalam perkembangannya rumah sakit swasta yang dikelola oleh yayasan keagamaan seperti rumah sakit Islam sangat kesulitan dalam memenuhi fungsi sosialnya oleh karena kesulitan dalam hal pendanaan. Hal ini membuat banyak rumah sakit swasta bahkan yang dikelola oleh yayasan keagamaanpun berubah menjadi lembaga for profit sebagai jawaban terhadap perubahan lingkungan yang terjadi diluar rumah sakit akibat pengaruh globalisasi.

Walaupun demikian masih banyak rumah sakit keagamaan masih melihat perubahan yang ada tanpa strategi pengembangan yang jelas (Trisnantoro, 2005). Hal ini dapat membawa suatu resiko yaitu rumah sakit keagamaan akan menjadi lembaga usaha yang praktis untuk mencari keuntungan atau menghidupi SDM, akibat hilangnya subsidi dan semakin mahalnya alat dan tenaga kesehatan yang pada akhirnya menuntut pendapatan yang tinggi.

Subsidi yang mengecil atau bahkan tidak ada sama sekali menyebabkan rumah sakit keagamaan kesulitan mencari sumber dana bagi orang miskin yang sakit, sementara penggalian dana-dana kemanusiaan sama sekali tidak dikelola secara sistematis. Penerapan subsidi silang dari kelas atas (VIP) ke kelas bawah (III) tidak rasional.

Page 56: Pengertian Pelaksanaan Adm.rs 2

Penelitian Abeng dan Trisnantoro (1997) disebuah rumah sakit swasta menunjukkan bahwa tarif kamar VIP berada dibawah unit cost. Hal yang dikhawatirkan adalah pasien dikelas bawah justru mensubsidi pasien kelas atas. Kenyataan menunjukkan bahwa konsep subsidi silang sebenarnya tidak ada ataupun jika ada subsidi silang akan menggerogoti aset dan kemampuan investasi rumah sakit.

Hal yang penting adalah masalah biaya operasional dan pemeliharaan yang tidak semudah biaya investasi untuk memperolehnya. Akibatnya banyak rumah sakit swasta keagamaan yang mempunyai fasilitas fisik dan peralatan yang memadai tetapi kesulitan dalam mencari dana operasional, sehingga menaikan tarif akan menjadi pilihan, disamping itu belum ada standar sumber pendanaan termasuk pembagian sumber pendapatan (keuntungan) apakah untuk pemilik atau untuk pengembangan.

Berdasarkan kenyataan diatas maka rumah sakit mulai berubah menjadi lembaga usaha yang membutuhkan berbagai konsep ekonomi dalam manajemen yang mungkin asing bagi para dokter atau pemilik rumah sakit. Rumah sakit tidak lagi harus dipandang sebagai suatu lembaga yang harus bersandar pada norma-norma dan etika profesi dokter, tetapi lebih mengarah pada suatu lembaga yang harus hidup dan bermutu, berkembang dan mempunyai dasar etika berbagai profesi dan mempunyai etika bisnis. Dengan demikian rumah sakit bukanlah lembaga yang hanya menggunakan prinsip kedokteran dan kesehatan. Rumah sakit merupakan lembaga multiprofesional yang menghasilkan berbagai produk pelayanan kesehatan yang bermutu dengan tetap memperhatikan aspek sosialnya. Implementasinya adalah penerapan ekonomi dalam pelayanan kesehatan harus dilakukan diantaranya dengan melakukan analisis biaya di rumah sakit.

http://artikelindonesia.com/hal-mutu-pelayanan-rumah-sakit.html