Pengertian morfem tugas

26
1. Pengertian Morfem Morfem adalah bentuk terkecil yang dapat membedaka makna dan atau mempunyai makna. Wujud morfem dapat berupa imbuhan, klitika, partikel dan kata dasar (misalnya –an, -lah, -kah, bawa). Sebagai kesatuan pembeda makna, semua contoh wujud morfem tersebut merupakan bentuk terkecil dalam arti tidak dapat lagi dibagi menjadi kesatuan bentuk yang lebih kecil. Untuk membuktikan morfem sebagai pembeda makna dapat kita lakukan dengan menghubungkan morfem itu dengan kata mempunyai makna/arti leksikal. Jika penghubungan itu menghasilkan makna baru, berarti unsur yang digabungkan dengan kata dasar itu adalah morfem. Contoh : morfem –an, -di, me-, ter, -lah jika digabungkan dengan kata makan, dapat membentuk kata-kata baru; makaan, dimakan, memakan, termakan, makanlah, kata-kata itu mempunyai makna baru dan berbeda dengan kata makan. Jika ditinjau dari segi bentuknya, kata dasar tergolong sebagai morfem karena wujudnya hanya sebagai satu morfem. Kata dasar bawa, rumah, main, tidak dapat diurai lagi menjadi bentuk yang lebih kecil. Sebaliknya, kata terbawa, dirumahkan, dipermainkan, adalah kata-kata kompleks yang dapat diuraikan lagi karena morfemnya lebih dari satu. Menurut bentuk dan maknanya, 1. Morfem bebas, yaitu morfem yang berdiri sendiri dari segi makna tanpa harus dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua kata dasar tergolong morfem bebas. 2. Morfem terikat, yaitu morfem tidak dapat berdiri sendiri dari segi makna. Makna morfem terikat baru jelas setelah morfem itu dihubungkan dengan morfem lainnya. Semua imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta kombinasi awalan dan akhiran) tergolong sebagai morfem terikat. Selain itu unsur-unsur kecil seperti klitika, partikel, dan bentuk lain yang tidak dapat berdiri sendiri, juga tergolong sebagai morfem terikat.

Transcript of Pengertian morfem tugas

1. Pengertian Morfem

Morfem adalah bentuk terkecil yang dapat membedaka makna dan atau mempunyai makna. Wujud morfem dapat berupa imbuhan, klitika, partikel dan kata dasar (misalnya –an, -lah, -kah, bawa). Sebagai kesatuan pembeda makna, semua contoh wujud morfem tersebut merupakan bentuk terkecil dalam arti tidak dapat lagi dibagi menjadi kesatuan bentuk yang lebih kecil.

Untuk membuktikan morfem sebagai pembeda makna dapat kita lakukan dengan menghubungkan morfem itu dengan kata mempunyai makna/arti leksikal. Jika penghubungan itu menghasilkan makna baru, berarti unsur yang digabungkan dengan kata dasar itu adalah morfem.

Contoh : morfem –an, -di, me-, ter, -lah jika digabungkan dengan kata makan, dapat membentuk kata-kata baru; makaan, dimakan, memakan, termakan, makanlah, kata-kata itu mempunyai makna baru dan berbeda dengan kata makan.

Jika ditinjau dari segi bentuknya, kata dasar tergolong sebagai morfem karena wujudnya hanya sebagai satu morfem. Kata dasar bawa, rumah, main, tidak dapat diurai lagi menjadi bentuk yang lebih kecil. Sebaliknya, kata terbawa, dirumahkan, dipermainkan, adalah kata-kata kompleks yang dapat diuraikan lagi karena morfemnya lebih dari satu.

Menurut bentuk dan maknanya,

1. Morfem bebas, yaitu morfem yang berdiri sendiri dari segi makna tanpa harus dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua kata dasar tergolong morfem bebas.

2. Morfem terikat, yaitu morfem tidak dapat berdiri sendiri dari segi makna. Makna morfem terikat baru jelas setelah morfem itu dihubungkan dengan morfem lainnya. Semua imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta kombinasi awalan dan akhiran) tergolong sebagai morfem terikat. Selain itu unsur-unsur kecil seperti klitika, partikel, dan bentuk lain yang tidak dapat berdiri sendiri, juga tergolong sebagai morfem terikat.

A. Pengertian Morfologi

Istilah morfologi merupakan serapan dari bahasa Inggris morphology. Morfologi itu adalah cabang linguistik yang mempelajari bagian-bagian kata secara gramatikal (Verhaar, 1981:52). Penyebutan “bagian-bagian kata secara gramatikal” itu penting karena terdapat pula bagian-bagian kata secara fonemis (lih. Verhaar, 1981:52). Contohnya adalah fonem /i/ dalam kata menduduki dan mencari. Fonem /i/ dalam menduduki adalah morfem, sedangkan dalam mencari merupakan fonem. Hal ini terjadi karena /i/ pada kata menduduki mempunyai makna, sedangkan dalam mencari tidak.

B. Bahan dan Objek Penelitian Morfologi: Kata dan Morfem

Bahan penelitian morfologi adalah kata, sedangkan objek penelitiannya adalah morfem (morpheme). Perlu dicatat bahwa bila diperhatikan secara morfemis, kata ada yang terdiri atas satu morfem dan ada yang terdiri atas dua atau lebih morfem. Kata jenis pertama disebut kata

monomorfemis, sedangkan yang kedua disebut kata polimorfemis. Contohnya adalah kata lari dan dan tersenyum. Kata lari merupakan kata monomorfemis karena hanya terdiri atas satu morfem, yaitu {lari}, sedangkan kata tersenyum merupakan kata polimorfemis karena terdiri atas dua morfem, yaitu {ter-} dan {senyum}. Kata yang menjadi bahan penelitian morfologi, terutama adalah kata polimorfemis (polymorphemic words).

Morfem adalah satuan gramatikal yang terkecil (Verhaar, 1981:2). Disebut sebagai “satuan gramatikal terkecil” karena setiap morfem mempunyai makna. Sebagai satuan gramatikal terkecil, morfem itu tidak lagi mempunyai unsur gramatikal yang lebih kecil lagi. Morfem memang dimungkinkan memiliki unsur-unsur yang lebih kecil lagi, tetapi unsur-unsur yang dimaksud bukanlah unsur morfem, melainkan fonem.  Jadi, morfem dapat terdiri atas satu fo-nem, misalnya  fonem -i dalam kata memukuli, mengamati, mengangkati, dan sebagainya, atau lebih dari satu fonem, misalnya -kan dalam mencarikan, memukulkan, mengangkatkan, dan sebagainya.

C. Deretan Paradigma

Morfem dapat ditentukan lewat deretan paradigma. Deretan paradigma adalah deretan kata-kata yang berhubungan bentuk dan maknanya (lih. Ramlan, 2001:34). Kata membelikan, mi-salnya, terdiri atas satu morfem atau lebih perlu dideretkan dengan kata-kata lain yang berhubungan bentuk dan maknanya. Demikianlah, di samping membelikan, terdapat pula kata dibelikan, belikan, dan pembelian di satu pihak dan membawakan, dibawakan, bawakan, dan pembawaan serta membuatkan, dibuatkan, buatkan, dan pembuatan, seperti tampak dalam deretan berikut.

(a)                     (b)         (c)

(1)  membelikan   membawakan    membuatkan     meN-kan

(2) dibelikan        dibawakan        dibuatkan          di-kan

(3)  belikan           bawakan           buatkan             -kan

(4)  pembelian pembawaan pembuatan peN-an

beli bawa buat

Dari deretan tersebut, dapat diketahui bahwa kata membelikan terdiri atas tiga morfem, yaitu {meN-}, {-kan}, dan {beli}.

D. Morfem, Morf, dan Alomorf

Morfem berwujud abstrak (Verhaar, 1981:57). Keabstrakan morfem itu, misalnya, kelihatan jelas dalam pranalisasi (yang dilambangkan dengan N kapital) dalam prefiks {meN-}. Dalam pemakaian, lambang N kapital itu berubah menjadi /mәŋ-/ (misalnya dalam kata menggunakan /mәŋgunakan/), /mәm-/ (misalnya dalam kata membeli /mәmbәli/), /mәŋә-/ (misalnya dalam kata mengecat /mœNœcat/), /mәñ-/ (misalnya dalam kata mencari /mәñcari/), /mәn-/ (misalnya dalam kata menangis /mәnaNis/), dan /mә-/ (misalnya dalam kata melarang /mœlaraN/). Dari pemakaian morfem {meN-} itu dapat diketahui bahwa morfem bersifat abstrak. Morfem harus dikenali lewat realisasi (atau pemakaian) konkretnya.

Realisasi konkret itu disebut alomorf. Misalnya realisasi konkret morfem {meN-} adalah /mәŋ-/, /mәm-/, /mәŋә-/, /mәñ-/, /mәn-/, dan /mә-/.

Morf adalah salah satu bentuk alomorfemis dari suatu morfem yang dipilih untuk mewakili bentuk konkret morfem. Hanya, bentuk yang dipilih itu dianggap mewakili secara konkret morfem yang bersangkutan (lih. Verhaar, 1981:57).

E. Jenis-jenis Morfem

Morfem-morfem dapat diklasifikasikan berdasarkan (a) kemungkinannya sebagai kata, (b) kedudukannya dalam pembentukan kata, (c) banyaknya alomorf, (d) proses morfemis, (e) jenis fonem yang menyusunnya, dan (f) macam maknanya. Berikut ini hasil klasifikasi itu masing-masing dipaparkan.

1. Morfem Bebas dan Morfem Terikat

Menurut kemungkinannya sebagai kata, morfem-morfem dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu morfem bebas (free morpheme) dan morfem terikat (bound morpheme). Morfem bebas ialah morfem yang dapat berdiri sendiri sebagai kata, sedangkan morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata, tetapi selalu dirangkaikan dengan satu morfem atau lebih yang lain menjadi satu kata. Yang termasuk morfem bebas misalnya {orang}, {mata}, {datang}, dan {tidur}, sedangkan yang termasuk morfem terikat misalnya {ber-}, {meng-}, {di-}, {temu}, {juang}, dan {ajar}.

2. Morfem Dasar dan Morfem Imbuhan

Menurut kedudukannya dalam pembentukan kata, morfem-morfem dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu morfem dasar dan morfem imbuhan. Morfem dasar adalah morfem yang dileburi morfem lain dalam pembentukan kata. Menurut Verhaar (1996:99), morfem dasar ini terdiri atas tiga jenis, yaitu:

a. morfem pangkal adalah morfem dasar yang bebas, contohnya adalah {do} dalam undo dan {hak} dalam berhak;

b.  morfem akar adalah morfem dasar yang berbentuk terikat. Agar menjadi bentuk bebas, morfem ini akan harus mengalami pengimbuhan. Misalnya infinitif verbal Latin amare ‘mencintai’ memiliki akar {am-} dan akar {am-} itu selamanya membutuhkan imbuhan (mi-salnya imbuhan “infinitif aktif” {-are} dalam kata amare) untuk menjadi bentuk bebas, arti-nya, {am-} plus klitik tidak akan menghasilkan bentuk bebas, dan pemajemukan dengan {am-} juga tidak mungkin.

c.  bentuk pradasar ialah bentuk yang membutuhkan pengimbuhan, pengklitikan, atau pe-majemukan untuk menjadi bentuk bebas. Misalnya, morfem {:ajar} berupa pradasar (yang dalam hal ini pradasar itu dilambangkan titik dua (:) di depan bentuk yang bersangkutan). Morfem itu dapat menjadi bebas melalui pengimbuhan (misalnya dalam mengajar, belajar, dan sebagainya), dapat juga melalui pengklitikan (misalnya dalam kami ajar, saya ajar, dan lain-lain yang serupa), dan dapat juga dengan pemajemukan (misalnya dalam kurang ajar).

Morfem imbuhan adalah morfem yang dalam pembentukan kata berfungsi sebagai imbuhan. Yang perlu diketahui adalah semua morfem imbuhan merupakan morfem terikat (Verhaar,

1981:53). Morfem imbuhan itu tidak dapat menjadi dasar atau asal dalam pembentukan kata. Misalnya, morfem {ber-} dan {ke-an} dalam kata berkesudahan merupakan morfem imbuhan.

Morfem imbuhan dapat berupa afiks dan klitik. Afiks adalah morfem imbuhan yang dapat diimbuhkan di awal (yang disebut prefiks atau awalan), tengah (yang dinamai infiks atau sisipan), akhir (yang dinamai sufiks atau akhiran), serta awal dan akhir (yang dinamai konfiks atau imbuhan gabung) morfem dasar. Dalam kata membeli, gerigi, mainan, dan keadaan, misalnya, morfem {meN-}, {-er}, {-an}, dan {ke-an} merupakan morfem imbuhan yang berupa afiks.

Klitik adalah morfem imbuhan yang diimbuhkan di awal atau akhir morfem dasar. Klitik yang diimbuhkan di awal morfem dasar disebut proklitik, sedangkan yang diimbuhkan di akhir morfem dasar dinamai enklitik. Dalam kata kubawa dan bukuku, misalnya, morfem {ku-} dan {-ku} merupakan imbuhan yang berupa klitik.

3. Morfem Utuh dan Morfem Terbagi

Khusus dalam hal morfem terikat, entah imbuhan, akar, atau pradasar, dapat berupa morfem utuh (continous morpheme) dan morfem terbagi (discontinous morpheme). Morfem utuh terdapat bila bentuknya tidak diantarai oleh unsur lain, dan morfem terbagi terdapat apabila bentuknya dibagi menjadi dua atau lebih bagian yang berjauhan (Verhaar, 1981:53). Morfem {ber-}, {memper-}, dan {diper-}, misalnya, merupakan morfem utuh, sedangkan morfem {ke-an}, {ber-an}, dan {ber-kan}, misalnya, merupakan morfem terbagi.

4. Morfem Segmental dan Morfem Suprasegmental

Morfem dapat dibedakan menjadi morfem segmental dan morfem suprasegmental. Morfem segmental adalah morfem yang terjadi dari fonem segmental. Morfem segmental itu misalnya morfem {ke-an}, {-in-}, dan {sambung} dalam kata kesinambungan. Morfem su-prasegmental adalah morfem yang terjadi dari fonem suprasegmental. Morfem suprasegmental itu dapat disebut pula dengan istilah morfem nonsegmental. Morfem su-prasegmental itu dapat dijumpai dalam bahasa-bahasa nada, misalnya bahasa Ngbaka, bahasa Sudan di Congo Utara. Menurut Nida (yang dikutip Kentjono, 2005:147), verba dalam bahasa Ngbaka selalu disertai penunjuk kala yang berupa morfem suprasegmental:

No. Kala kini Kala lampau Kala nanti Imperatif makna1 à Ä â Á menaruh2 wà Wä wâ wÁ membersihkan3 sà Sä sâ sÁ memanggil

5. Morfem Leksikal dan Morfem Gramatikal

Morfem dapat pula dibedakan menjadi morfem leksikal dan morfem gramatikal. Morfem leksikal adalah morfem yang memiliki makna leksikal, seperti misalnya {meja}, {kursi}, {ja-lan}, dan sebagainya. Morfem yang memiliki makna gramatikal disebut morfem gramatikal, misalnya {ber-}, {-i}, dan sebagainya.

6. Morfem Zero

Selain jenis-jenis morfem yang dipaparkan di atas, masih ada satu jenis morfem lagi, yaitu morfem zero. Morfem zero itu dapat disebut pula morfem nol. Simbol morfemis morfem zero atau nol itu adalah {ø}. Morfem zero adalah morfem yang tidak diwujudkan dengan fonem. Contohnya adalah pemluralan dalam bahasa Inggris sheep [tunggal]: sheep [plural]. Struktur morfemis bentuk tunggalnya adalah monomorfemis sheep dan bentuk pluralnya ada-lah {sheep} + {[morfem plural] ø} (Verhaar, 1996:102).

E. Proses Morfemis

Proses morfemis adalah proses pembentukan kata dengan pengubahan morfem dasar tertentu yang berstatus morfem leksikal dengan alat pembentuk yang juga berstatus morfem, tetapi dengan kecenderungan bermakna gramatikal dan bersifat terikat. Morfem-morfem yang dipakai untuk proses itu adalah afiks (affix), klitik (clitic), modifikasi internal (internal modification), reduplikasi (reduplication), dan komposisi (compound).

1. Afiks

Afiks adalah morfem terikat yang apabila ditambahkan atau dilekatkan pada morfem dasar akan mengubah makna gramatikal morfem dasar (lih. Kridalaksana, 2001:3). Berdasarkan letaknya dalam kata, afiks dapat dibedakan menjadi enam jenis, yaitu:

a.  prefiks (prefix) adalah afiks yang diletakkan di awal morfem dasar, misalnya ber-, me-, di-, ter-, se-, dan sebagainya;

b.  infiks (infix) adalah afiks yang ditempatkan di tengah morfem dasar, misalnya -in-, -em-, dan sebagainya;

c. interfiks (interfix) adalah afiks yang muncul di antara dua morfem dasar, misalnya -o- dalam jawanologi, galvologi, dan tipologi;

d. sufiks (suffix) adalah afiks yang diletakkan di akhir morfem dasar, misalnya -s, -al, -an, dan sebagainya;

e. konfiks (confix) atau sirkumfiks (circumfix) adalah gabungan dua afiks yang sebagian di-letakkan di awal dan sebagian yang lain di akhir morfem dasar, misalnya ke-an, ber-kan, per-an, dan sebagainya; dan

f.  transfiks (transfix) adalah afiks terbagi yang muncul tersebar di dalam morfem dasar, mi-salnya dalam bahasa Arab, a-a-a, a-i-a, a-u-a ‘persona ketiga, jantan, perfektum’ muncul dalam morfem dasar k-t-b, sy-r-b, h-s-n menjadi kataba ia menulis’, syariba ‘ia minum’, hasuna ‘ia bagus’ (Kridalaksana, 2001:218; Bauer, 1988:24).

2. Klitik

Klitik tidak sama dengan afiks. Klitik juga merupakan morfem terikat, tetapi tidak memiliki perilaku seperti afiks. Perilaku klitik adalah:

a.  dapat dilekatkan pada bermacam-macam jenis kata (lih. Verhaar, 1981:62), tetapi tidak menjadi penentu ciri khas dari jenis kata tertentu;

b.  memilik makna leksikal (Ramlan, 2001:57);

c.  apabila dilekatkan pada morfem dasar, tidak pernah mengalami perubahan bentuk;

d. dapat menduduki fungsi sintaktis tertentu di dalam frasa atau kalimat;

e.  tidak mengubah golongan kata yang dilekati;

Berdasarkan letaknya di dalam kata, klitik dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu proklitik (proclitic) dan enklitik (enclitic). Proklitik adalah klitik yang ditambahkan pada awal kata, misalnya ku- dan kau- pada kuambil dan kauambil, sedangkan enklitik adalah klitik yang diletakkan di akhir kata, misalnya -mu dan -ku dalam bukumu dan bukuku.

3. Modifikasi Internal

Modifikasi internal menyangkut perubahan internal di dalam kata. Perubahan internal itu biasanya berupa perubahan vokal sehingga modifikasi internal biasa pula disebut modifikasi vokal (vowel modification). Perubahan vokal yang dimaksud tentu saja yang mengubah makna kata. Bandingkanlah perubahan vokal dalam kata mondar-mandir dan sing – sang – sung. Perubahan vokal dalam mondar-mandir tidak mengubah apa-apa karena dalam bahasa Indonesia tidak dijumpai mondar atau mandir sehingga perubahan vokal dalam mondar-mandir itu bukanlah morfem, tetapi dalam sing – sang – sung, perubahan vokal itu mengubah makna sehingga perubahan vokal dalam sing – sang – sung itu dapat disebut morfem, ialah morfem terikat.

4. Reduplikasi

Reduplikasi, yang biasanya dilambangkan dengan {R}, juga merupakan morfem, yaitu morfem terikat, karena mengubah makna gramatikal kata. Menurut Ramlan (2001:69-76), re-duplikasi dapat dibedakan menjadi empat golongan, yaitu:

a. reduplikasi seluruh, ialah reduplikasi seluruh morfem dasar, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, misalnya sepeda dalam sepeda-sepeda dan buku dalam buku-buku;

b.  reduplikasi sebagian, ialah reduplikasi sebagian dari morfem dasarnya, misalnya pertama menjadi pertama-tama dan berapa menjadi beberapa;

c.  reduplikasi yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, ialah reduplikasi yang terjadi bersama-sama dengan proses pembubuhan afiks dan bersama-sama pula mendukung satu fungsi, misalnya anak menjadi anak-anakan, hitam menjadi kehitam-hitaman; dan

d. reduplikasi dengan perubahan fonem, misalnya gerak menjadi gerak-gerik, serba menjadi serba-serbi,dan sebagainya.

5. Komposisi

Komposisi adalah perangkaian bersama-sama dua morfem untuk menghasilkan satu kata. Kata yang dihasilkan lewat proses komposisi disebut kompositum atau kata majemuk. Menurut Kridalaksana (1989:109-110), kompositum memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a.  ketaktersisipan; artinya, di antara komponen-komponen kompositum tidak dapat disisipi apa pun. Bulan warna adalah kompositum karena tidak dapat disisipi apa pun, sedangkan alat negara merupakan frasa karena dapat disisipi partikel dari menjadi alat dari negara.

b.  ketakterluasan; artinya, komponen kompositum itu masing-masing tidak dapat diafiksasikan atau dimodifikasikan. Perluasan bagi kompositum hanya mungkin untuk semua komponennya sekaligus. Misalnya kompositum kereta api dapat dimodifikasikan menjadi perkeretaapian.

c.  ketakterbalikan; artinya, komponen kompositum tidak dapat dipertukarkan. Gabungan seperti bapak ibu, pulang pergi, dan lebih kurang bukanlah kompositum, melainkan frasa ko-ordinatif karena dapat dibalikkan (gabungan kata semacam itu memberi kesempatan kepada penutur untuk memilih mana yang akan didahulukan). Konstruksi seperti arif bijaksana, hutan belantara, bujuk rayu bukanlah frasa, melainkan kompositum.

G. Derivasi dan Infleksi

Derivasi adalah perubahan morfemis yang menghasilkan kata dengan identitas morfemis yang lain, sedangkan infleksi adalah perubahan morfemis dengan mempertahankan identitas leksikal dari kata yang bersangkutan. Contoh untuk infleksi adalah perubahan morfemis dari pemuda menjadi pemuda-pemuda dan untuk derivasi misalnya perubahan gunting menjadi menggunting. Perubahan dari pemuda menjadi pemuda-pemuda tidak mengubah identitas leksikal morfem dasar pemuda. Artinya, baik pemuda maupun pemuda-pemuda sama-sama merupakan nomina dan perbedaan antarkeduanya hanyalah pada maknanya: pemuda bermakna ’tunggal’, sedangkan pemuda-pemuda bermakna ’jamak’

Berbeda halnya dengan perubahan morfem dasar gunting menjadi menggunting. Ternyata, penambahan {meN-} pada gunting menjadi menggunting mengubah identitas gunting yang semula nomina menjadi verba.

H. Produktivitas

Morfem ada yang produktif dan tidak produktif. Morfem dikatakan produktif apabila dapat diterapkan pada konstituen yang tidak lazim, atau belum pernah, mengalaminya dan dikatakan tidak produktif apabila tidak dapat diterapkan pada konstituen yang belum pernah mengalaminya. Misalnya, morfem {meN-} merupakan morfem imbuhan yang produktif kare-na dapat melekat pada morfem dasar yang belum pernah dilekati seperti dunia menjadi men-dunia.

LEKSEM

Kata dan Leksem menurut Mark AronoffPosted on February 20, 2012 by iwardanyStandard

KATA DAN LEKSEM

KIDS MAKE NUTRITIOUS SNACK

Pada kalimat di atas, kata make memiliki makna yang masih samar, karena kata tersebut memiliki dua makna yaitu ‘prepare’ dan ‘be useful’. Makna pertama tampak lebih masuk akal.  Dari contoh di atas terlihat satu kata dapat diambil lebih dari satu interpretasi. Pada makalah ini akan lebih jauh ditelaah mengenai kata secara detail.

1.      Definisi Kata

Kata telah didefinisikan dengan berbagai cara. Secara garis besarnya dapat dilihat dari tiga sisi yaitu secara sintaksis, fonologis dan morfologis.

1.1  Sintaksis

Dilihat dari sintaksis, kata  memiliki 2 definisi

1. Unit terkecil dari sintaksis (“The smallest unit of syntax”)2. Unit terkecil dari bahasa yang dapat berdiri sendiri  (“The smallest unit of language 

that can stand alone”)

Definisi pertama, kata merupakan unit terkecil dari sintaksis. Gabungan beberapa kata dengan aturan tertentu akan membentuk kalimat.  Pada  bahasa Inggris, definisi ini memiliki kelemahan saat berjumpa dengan penanda jamak.  Contoh pada kalimat di bawah ini :

(1)   Harry coughs every time he steps outside.

Umumnya, orang setuju bahwa kalimat di atas, terdiri dari kata Harry, every, outside. Sedangkan –s bukanlah kata. Tapi untuk beberapa orang, beranggapan bahwa –s merupakan unit terkecil juga dan memiliki aturan tertentu dalam posisi kalimat, di mana kata  cough berurutan dengan -s, tidak bisa menjadi  s-cough.

Definisi kedua, kata merupakan unit terkecil dari bahasa yang dapat berdiri sendiri.  Seperti pada kalimat di bawah ini, Tomorrow merupakan bentuk bebas.

(2)   When are you going to the store?     Tomorrow.

Bentuk bebas (free forms) adalah kemampuan kata yang dapat berdiri sendiri. Sebaliknya bentuk terikat (bounds forms) untuk kata yang tidak mampu berdiri sendiri, contohnya afiksasi.

Definisi kedua ini juga memiliki kelemahan, di mana tidak semua bentuk bebas dapat berdiri sendiri. Dapat dilihat pada kalimat

(3)   Whose book is this?  *My.

My merupakan kata, tapi ternyata kata ini tidak dapat berdiri sendiri dan harus didampingi oleh nomina. Pada konteks di atas, penutur bisa menggunakan kata mine.

Kelemahan lain, tidak semua afiksasi merupakan bentuk terikat, pada drama musik Camelot, Queen Guenevera menyanyikan bait lagu

(4)   The time for every frivolous whim, proper or im-

         ….

When all the world is brimming with fun, wholesome or un-

Prefix im- digunakan untuk berirama dengan whim, lalu  un-  digunakan dengan fun. Ini merupakan kata yang ditujukan untuk memperindah lagu. Kata im- dan un- menjadi  bagian penting dan pada bait ini  menandakan afiksasi bisa berubah menjadi kata.

Dari contoh di atas, dapat dilihat bahwa definisi kata tidaklah mudah untuk didefinisikan karena setiap definisi memiliki problematikanya sendiri. Hal ini menyebabkan teori mengenai bentuk bebas dan terikat pada kenyataannya tidak selalu tepat.

1.2  Fonologis

Dilihat dari fonologis, kata merupakan domain penekanan bunyi suku kata secara segmental. Tiap  bahasa memiliki ciri penekanan yang berbeda-beda. Pada bahasa Arab, penekanan terletak pada tiga suku kata terakhir. Pada bahasa Prancis, penekanan selalu pada suku kata terakhir.  Penekanan ini tidak berlaku umum. Perkecualian bisa dilihat pada klitika (dari bahasa Yunani klinein ‘to lean’), kata gramatikal yang tidak dapat berdiri sendiri secara fonologis dan harus didampingi oleh kata lain dalam stuktur prosodis. Contohnya pada bahasa Yunani modern

(5)   a. o ánθopos               ‘the person’

b. o ánθopòs mas        ‘ our person’

Pada 5.a, penekanan terletak pada suku kata ketiga hingga terakhir. Tapi ketika diikuti oleh klitika mas, maka terjadi pergeseran suku kata ke empat hingga terakhir, sehingga 5.b terdengar sebagai satu kata. Dari contoh di atas, dapat diihat bahwa urutan kata ditambah klitika menjadi satu kata merupakan contoh penekanan suku kata.

1.3  Morfologis

Dilihat dari morfologis, kata di sebut juga grammatical word atau morphosyntactic word, yang umumnya ditujukan untuk menggambarkan berbagai macam bentuk kata yang dapat terjadi dari satu kata yang dipengaruhi oleh konteks kalimat. Contohnya pada kata rabbit dan rabbits. Kedua kata ini mengggunakan kata yang sama, tapi secara gramatikal keduanya merupakan bentuk yang berbeda. Rabbit merupakan tunggal, sedangkan rabbits merupakan jamak. Untuk kata yang hanya memiliki satu bentuk, seperti and, into dan lovely, tetap termasuk kata gramatikal.

2.      Uji Empiris Kata

Uji ini untuk membantu kita dalam menentukan apakah sesuatu itu merupakan kata atau tidak. Uji ini terdiri dari urutan elemen,  kesatuan (non-separability and integrity),  penekanan bunyi suku kata.

2.1 Urutan Elemen

Uji pertama adalah urutan elemen dalam  kata. Misalnya pada kata unbreakable, kita tidak bisa mengatakan dengan breakableun atau unablebreak. Aturan ini juga berlaku pada kalimat, misalnya “I like what I get”, “I get what I like”, masih bisa diterima, tapi tidak berlaku untuk “get like I what I”. Uji urutan elemen tidak berlaku pada bahasa Latin, dimana urutan elemen berlaku bebas.

2.2 Kesatuan

Uji kedua adalah kesatuan, tidak dapat dipisahkan. Contoh jelasnya pada kata majemuk doghouse, greenhouse. Kata majemuk berbeda dengan frasa. Untuk membedakan kata majemuk dengan frasa, frasa masih dapat dipecah dengan memasukan kata lainnya, sedangkan kata majemuk merupakan satu kesatuan.

Greenhouse memiliki makna ‘warm glassed-in structure for growing plants’. Jika dilakukan perubahan seperti pada 6.a dan 6.b  maka makna di atas menjadi hilang.

(6)   a. a green and blue house

a greener house

b. a very green house

a very green house

Pada kata doghouse, greehouse direfleksikan dalam satu kata, tapi hal ini tidak berlaku pada deer tick yang tetap tertulis menjadi dua kata. Walaupun tertulis dua kata,  tetap merupakan satu kesatuan karena jika dilakukan perubahan maka makna awalnya menjadi hilang.

2.3 Penekanan bunyi

Mengenai  uji penekanan bunyi suku kata, dapat dilihat pada contoh berikut :

(7)   a. We ate two hot dogs each

b. The hot dogs ran for the lake

Pada 7.a penekanan terjadi pada kata hot, sedangkan pada 7.b kata hot dan dogs ditekan keduanya atau pada kata dogs saja, hot dogs bukan hot children, atau canines.

Pada kata majemuk, umumnya ditekankan pada komponen pertama, sedangkan frasa pada komponen terakhir.

Pada uji penekanan suku kata ini, kita perlu berhati-hati dalam melakukan diagnosa, karena munculnya perkecualian seperti pada  kata majemuk kitchen sink dan apple pie yang dituliskan  seperti frasa.

3.      Tipe Kata

Kata bisa diidentifikasi secara mudah dengan pemisahan spasi.  Dari sisi Linguistik, kata bisa dilihat dari beberapa perspektif yaitu kata fonologis, kata gramatikal dan leksem.

3.1  Fonologis

Kata fonologis didefiniskan serangkaian bunyi yang menjadi unit dari proses fonologis, khusus dalam hal penekanan suku kata atau dialek (“a string of sound that behaves as a unit for certain kinds of phonological processes, especially stress or accent”).

Pada saat mengucapkan kata calendar, morphology atau hot dogs mungkin kita tidak berfikir apakah kata itu merupakan bagian dari  kata fonologis atau gramatikal. Tapi ada saat di mana kita perlu memperhatikan hal tersebut. Contohnya pada kalimat bahasa Inggris The hot dogs ran for the lake.  Kalimat ini memiliki 7 kata, tapi saat diucapkan, hanya 4 kata yang diberi penekanan yaitu hot, dogs, ran, lake, sedangkan pada kata The dan for tidak mengalami penekanan. Pada kata for the lake, dituliskan dalam 3 kata tapi secara pengucapan ketiga kata tersebut dirangkaikan sebagai satu kata fonologis. Umumnya preposisi tidak  mengalami penekanan, tapi pada kondisi tertentu dicontohkan dalam 8.b, kata the dapat juga mengalami penekanan.

(8)   A : I saw Jennifer Lopez on Fifth Avenue Last Night

B : Not the Jennifer Lopez?

Kata fonologis juga dapat diperhatikan pada klitika. Klitika selalu mendampingi kata lainnya yang disebut host. Jika mendahului host disebut proklitik, sedangkan jika mengikuti host disebut enklitik. Contoh pada Mary’s here, kata Mary’s diucapkan sebagai satu kata fonologis tidak dengan dua kata yaitu Mary is.

3.2  Morfologis

Dari sisi morfologis, terbagi  dua tipe kata yaitu kata content (content word), dan kata fungsi (function word).  Lebih detailnya dapat dilihat di tabel berikut ini :

Kata content Kata fungsiDefinisi Memiliki makna yang merupakan

referensi dari objek, kejadian, konsep abstrak sebagai lambang dari karakter dari lingkungan sosial tertentu, budaya, dan dialek, dan menyampaikan informasi mengenai perasaan dan tingkah lalu penutur bahasa.

Memiliki makna tersendiri, dan berfungsi sebagai pelekat.

Jenis Kata Nomina : baby, bargain,Verba: sleep, publicizeAjektiva: peaceful

Pronoun : I, himDeterminer : the, anKonjungsi : and, thenVerba : am,

quickAdverb: readily, carefully was, shouldAdverb : very, not

Preposisi : in, bySifat kata Terbuka Tertutup

(9)

Paris

In the

The spring

Pada contoh no 9, saat membacanya pertama kali, kita akan membacanya sebagai kalimat “Paris in the spring”.  Tapi jika dilihat lagi, kalimat sebenarnya adalah “Paris in the the spring”. Hal ini merupakan contoh aspek keinginan mempengaruhi persepsi, karena kita otomatis menginginkan membaca kata the sebanyak satu kali. Kuncinya adalah pengulangan kata fungsi – the- karena kita sudah terbiasa menggunakannya seperti itu.

(10)a. Likewise, if we took the function words out of speech, it would be hard to figure out what was going on.

b. took function words speech hard figure going on

Bandingkan 10.a dan 10.b, saat kita menghilangkan kata fungsi, maka makna kalimat menjadi tidak jelas. Sehingga kata fungsi berguna untuk  melekatkan kata agar memiliki makna yang jelas.

Kata fungsi bisa dianalogikan seperti paku payung. Misalnya di dinding tergantung kalendar dengan penancap talinya adalah paku payung. Saat melihat kalendar tersebut, kita akan lebih fokus melihat isi kalendarnya. Tapi jika paku payung tersebut dilepas, maka kalendar tersebut akan jatuh. Pada contoh 10.b, menandakan bahwa jika kata fungsi dihilangkan, kita akan sulit menangkap makna dari kalimat tersebut.

Dari sisi sifatnya, kata content lebih terbuka, karena kata-kata baru dapat dimasukkan ke jenis kata ini secara langsung seperti kata modem dan cell phones. Sedangkan kata fungsi, memiliki sifat tertutup, tidak mudah untuk merubah kata-kata yang sudah masuk dalam lingkup ini. Misalnya saat ahli linguist menyarankan untuk merubah bentuk jamak they menjadi tey.

3.3  Leksem

Selanjutnya, tipe kata terakhir  disebut sebagai leksem. Definisi leksem adalah

(1)    kata dengan bunyi dan makna tertentu (“a word with a spesific sound and a spesifc meaning”).

(2)   Objek abstrak, bukan kata tunggal, melainkan sekumpulan dari kata gramatikal (“an abstract object, not a single concrete word, but a set of grammatical words”)

Definisi leksem pertama bisa dilihat dari no 11 di bawah ini :

(11) a. DOG1 : [noun], a canine

b. DOG2 : [noun], a hooked or U-shaped device user for gripping heaving objects

c. DOG3 : [verb], to follow closely and persistently

Pada contoh 11, kita dapat lihat untuk kata DOG memiliki tiga  makna yang berbeda walaupun pada  11.a dan 11.c memiliki relasi makna, tapi tidak ada keterkaitan dengan 11.b. Dari sisi relasi makna, hubungan antara 11.a dan 11.c disebut homofon/homonim, yaitu kata yang memiliki bunyi yang sama tapi dengan makna yang berbeda. Ketiga kata di atas karena memiliki makna yang berbeda walaupun memiliki bunyi yang sama, maka masing-masing disebut sebagai leksem yang berbeda pula.

Ahli morfologis menuliskan leksem dengan huruf besar. Untuk leksem yang tercatat pada kamus disebut citation form. Citation form umumnya ditulis dalam bentuk nomina tunggal. Sedangkan citation form untuk kata kerja, tiap negara berbeda, dalam bahasa Inggris ditulis dalam bentuk infinitive tanpa “to”. Sedangkan dalam bahasa Prancis dalam bentuk infinitive.

Definisi leksem kedua bisa dijelaskan pada no 12 berikut ini:

(12) a. I   look

b. She looks

c. We looked

d. They were looking

Pada contoh 12, kita lihat kata look ditulis dalam bentuk berbeda, bisa disebut memiliki kata gramatikal yang berbeda, tergantung konteks kalimat. Tapi jika dilihat dari aspek makna, semua kalimat pada no 12 memiliki makna yang sama. Bisa dikatakan  kalimat pada no 12 memiliki leksem yang sama walaupun dengan berbagai bentuk. Sehingga dari contoh di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa leksem bisa terdiri dari sekumpulan variasi bentuk leksem.

Pada bahasa Inggris terdapat istilah lexical stem,  merupakan bentuk leksem yang sering digunakan untuk membentuk kata baru. Contohnya adalah leksem GO memiliki 5 bentuk variasi leksem yaitu go, goes, went, gone, dan going. Leksem GO sering digunakan untuk membentuk kata baru, contohnya church-goer, go betweens bukan church-wenter atau gone betweens. Pada nomina, lexical stem berbentuk tunggal. Walaupun pada bahasa Latin, lexical stem bisa terdiri dari beberapa bentuk.

(13) Can-  “ sing”

Cano   “I sing”

Cantor “singer” , cant- sebagai participial stem, -or sebagai sufiks.

4.      Infleksi vs Derivasi

Detail perbedaan antara infleksi dan derivasi dapat dilihat pada tabel berikut ini

Infleksi DerivasiProses pembentukan

Melalui pembentukan secara morfologis (“involves the formation of grammatical forms – past, present, future: single, plural, masculine, feminine, etc”)

Melalui pembentukan leksem dari leksem lainnya (“involves the creation of one lexeme from another”)

Makna Tidak merubah makna leksikal merubah makna leksikalKonteks sintaksis

Dipengaruhi konteks sintaksis Tidak dipengaruhi konteks sintaksis

Contoh selects, selected dan selecting Kata majemuk doghouse, greenhouse, hot dog , merupakan gabungan dua leksem menjadi satu leksem baru.

Makna dan Konteks sintaksis di atas dapat digunakan untuk membedakan suatu kata apakah termasuk infleksi dan derivasi.

Istilah word formation dan lexeme formation merupakan istilah lain dari derivasi dalam literatur morfologi.  Bagi Mark Aronoff, word formation tidak digunakan karena ahli linguist juga menggunakannya sebagai istilah infleksi dan derivasi atau morfologi secara umum.

5.      Pendekatan Morfologi : Item-and-Arrangement, Item-and-Process

Pendekatan morfologi yang diperkenalkan oleh Hocket (1954) adalah item-and-arrangement (IA) dan item-and-process (IP). Pendekatan ini memiliki hubungan dengan teori Bloomfied, ahli linguist strukturalist dari Amerika (1933).

Detail perbedaan antara IA dan IP dapat dilihat pada tabel berikut ini

IA IPProses pembentukan

Teknik analisis kata dengan cara menguraikan kata  menjadi komponen morfemnya.

Pendekatan dengan melihat suatu kata merupakan kata komplek.  Kata komplek ini merupakan hasil proses operasi dari kata yang lebih sederhana

Contoh Books merupakan hasil penggabungan dari 2 morfem yaitu book dan -s

Books memiliki proses pembentukan dari leksem BOOK melalui fungsi ‘buat jamak’. Fungsi ini terdiri dari proses menambahkan segment /-s/ , segment /-z/ atau /-ez/. Pada leksem BOOK ditambahkan segment /-s/

IA dan IP secara matematis adalah setara (equivalent),  dengan maksud bahwa suatu kata yang dapat diekspresikan melalui IA, juga dapat diekspresikan melalui IP. Walaupun ternyata ada perkecualian mengenai hal tersebut, bisa dibaca pada 5.2 dan 5.3.

5.1 Afiksasi dilihat dari model  IP da IA

No 14 merupakan fungsi pembuat pelaku nomina dari kata kerja.

(14)   X]V er]N

Contoh : think]V er]N, runn]V er]N, fli]V er]N, hunt]V er]N

IA IPProses pembentukan

Menguraikan kata nomina tersebut menjadi  2 bagian, bisa dilihat pada struktur pohon di  bawah ini

 

 

Dari struktur di atas dapat dilihat detailnya :

Fungsi pembentuk leksem bisa dilihat dari aspek fonologis, sintaksis dan semantik. Secara fonologis merupakan penambahan sufiks /ɚ/. Secara sintaksis, merubah kata kerja menjadi nomina. Secara semantik, membuat pelaku verba. Dari ketiga aspek,  pada dasarnya merupakan fungsi penambahan, pada aspek fonologis penambahan sufiks /ɚ/, pada sintaksis penambahan –er, pada semantik, makna work tetap melekat pada kata tersebut.

Dari struktur di atas dapat dilihat detailnya :

Fungsi pembentuk leksem bisa dilihat dari aspek fonologis, sintaksis dan semantik. Secara fonologis merupakan penambahan sufiks /ɚ/. Secara sintaksis, merubah kata kerja menjadi nomina. Secara semantik, membuat pelaku verba. Dari ketiga aspek,  pada dasarnya merupakan fungsi penambahan, pada aspek fonologis penambahan sufiks /ɚ/, pada sintaksis penambahan –er, pada semantik, makna work tetap melekat pada kata tersebut.

5.2 Non Afiksasi dilihat dari model  IP

Pada bahasa Inggris, terdapat perkecualian di mana ada kata-kata yang dapat didekati dengan model IP tapi sulit untuk didekati dengan model IA. Contohnya sebagai berikut :

(15)  Verba                        Nomina

Overflów                óverflow

Condúct                  cónduct

Insért                       ínsert

Pada contoh no 15, untuk membedakan verba dan nomina dilakukan dengan pergeseran penekanan bunyi. Pada Verba, penekanan bunyi ditekankan pada suku kata terakhir, sedangkan pada nomina ditekankan pada suku kata pertama.

5.3 Agar Dinka

Agar Dinka merupakan bahasa di Sudan Selatan yang memiliki morfologi yang komplek dengan adanya perubahan pada kualitas suara, panjang suara (panjang, setengah panjang, pendek), tekanan (tinggi, rendah, turun), dan konsonan akhir. Bahasa ini diteliti oleh Andersen (1993). Bahasa termasuk jenis bahasa infleksi. Contoh infleksi dapat dilihat pada contoh berikut :

(16) Stem dari verba ‘to throw at’

Bahasa Agar Dinka ini bisa didekati dengan mode IP dan IA. Tapi khusus IA, model yang dibuat jauh lebih sulit karena ada faktor non segmental

6. Leksikon

Leksikon berasal dari bahasa Inggris lexicon. Kata lexicon sendiri berasal dari bahasa Yunani lexikós ‘pertaining to words’. Ahli Linguist menggunakan istilah ini untuk merujuk ke kamus mental, kata atau istilah yang tersimpan di dalam memori pemakai bahasa.  Di dalam Linguist, satu leksikon bisa terdiri dari beberapa definisi.

Leksikon memiliki dua definisi:

1. Daftar unit morfologi yang tidak bisa dibagi lagi atau disebut juga morferm dalam suatu bahasa (“a list of the indivisible morphological units, or morphemes, in a language). Definisi dibuat oleh Baudouin de Coutenary

2. Daftar bentuk kata yang tidak beraturan (a list of irregular or arbitrary forms). Definisi dibuat oleh Bloomfied (1933).

Kedua definisi ini memiliki kesamaan, dalam arti kata yang  tidak beraturan juga bisa berarti kata yang sudah bisa tidak dibagi lagi. Definisi di atas jika ditempatkan pada lingkungan bahasa yang sempurna bisa saja diterapkan. Tapi dalam kenyataannya, leksikon yang memiliki morfologi yang komplek, dalam arti masih bisa dibagi lagi menjadi unit-unit yang

lebih kecil  juga tetap disimpan dalam memori penutur bahasa. Contohnya leksikon repsentative.  Masing-masing morfem re-, present,-ative telah tersimpan di memori penutur

(17)  Re-  + present + - ative -> RepsentativeN

Asumsi makna berdasarkan rangkaian makna : seseorang yang mewakili sesuatu

Makna sebenarnya :  wakil rakyat yang terpilih dan tidak termasuk Senator Amerika.

Pada contoh no 17, tampak bahwa suatu kata bisa memiliki makna yang lebih spesifik, tidak tergantung dengan rangkaian makna dari morfem-morfem pembentuknya. Sehingga kata ini perlu disimpan dalam leksikon agar para pemakai bahasa bisa langsung mengerti maknanya. Contoh lebih jelasnya kata antidisestablishmentarianism terdiri dari anti-, dis, establish, -ment, -ary, -an, dan ism dengan makna ‘opposition to denying special state recognition of a particular religion’. Kata ini dipakai oleh politisi Irlandia pada abad  19 pertengahan.  Kata ini bisa dipahami oleh pemakai bahasa jika kata ini telah tersimpan di dalam leksikon, karena bisa dengan cepat dipahami tanpa perlu ada proses penguraian kata tersebut menjadi morfem-morfem yang lebih kecil. Termasuk dalam hal leksikon, adalah kata komplek berupa kata majemuk (doghouse), frasa (respect to….., butterflies in my stomach), nama orang ( Audrey Hepburn, Gulf of Mexico), peribahasa (Don’t count your chickens before they’re hacthed). Beberapa Linguist menyamakan leksikon dengan grammar sebagai bagian dari morfologi. Aronoff berpendapat bahwa leksikon sebaiknya dipisahkan dengan mekanisme yang berhubungan dengan pembentukan dan analisis kata.

FRASE

FRASE (KELOMPOK KATA)

Frase adalah gabungan dua kata atau lebih yang hanya menduduki satu jabatan kalimat (tidak melebihi batas fungsi).

Contoh: Hari ini / siswa SMU / sedang ujian / bahasa Indonesia. /

K S P Pel.

Kalimat di atas terdiri dari empat frase. Dan masing-masing mempunyai fungsi, yakni: keterangan, subjek, predikat, dan pelengkap. Frase-frase tersebut mempunyai unsur pusat (inti) yakni: hari, siswa, ujian, bahasa; dan unsur atribut (tambahan), yakni: ini, SMU, sedang, Indonesia.

Jenis-Jenis Frase

Berdasarkan unsur intinya, frase dibedakan menjadi:

1. Frase Endosentris

1. Frase endosentris koordinatif, yaitu frase yang unsur-unsurnya setara atau sederajat.

Misalnya: Ayah dan ibu / sedang pergi.

Mereka adalah / suami istri.

Belajar atau bekerja / sama pentingnya

2. Frase endosentris atributif, yaitu frase yang memiliki unsur pusat dan unsur atribut.

Misalnya: Sepatu saya / hilang

Saya / sedang makan

Mereka / akan datang / bulan ini

3. Frase endosentris apositif, yaitu yaitu frase yang memiliki unsur pusat dan unsur aposisi (keterangan subjek, sebagai bagian dari S dan dapat menggantikan S, jika S tersebut ditiadakan).

Misalnya: Aminah, anak Pak Lurah, / cantik sekali

Kahfi, teman baruku / pandai sekali

Presiden RI keempat, Gus Dur / hadir dalam acara itu.

2. Frase Eksosentris, yaitu frase yang tidak memiliki unsur pusat.

Misalnya: Anak itu / sedang bermain / di halaman.

Mereka / sedang berkunjung / ke perpustakaan.

Amir / mendekat / pada ibunya.

3. Frase yang diperluas dengan yang, frase seperti ini akan membentuk klausa.

Misalnya: Buku yang tebal itu / kepunyaanku.

Orang yang kemarin datang / pamanku.

Laki-laki yang memakai kaca mata itu / pamanku.

4. Frase Ambigu, yaitu frase yang bermakna ganda

Misalnya: Lukisan ayah / dipajang / di ruang tamu.

Siswa SMA terkenal itu / mendapat piala / dari presiden.

Istri gubernur yang sakit itu / bernama Maria.

5. Frase Atributif berimbuhan, yaitu frase yang unsur perluasannya berimbuhan.

Misalnya: Saya tidak berani berjalan melalui tangga berjalan.

Kata tangga dalam frase tangga berjalan merupakan unsur pusat sedangkan berjalan merupakan unsur perluasan.