Pengertian Hukum Islam
-
Upload
rizal-martadinata -
Category
Documents
-
view
6.554 -
download
0
Transcript of Pengertian Hukum Islam
5/10/2018 Pengertian Hukum Islam - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-hukum-islam-55a0ba955da37 1/16
م س ب ه ل ل ا ـ م ح ر ل ا ن م ي ح ر ل ا
AGAMA I I | H ukum I slam dalam D inamik a K ehidupan Sosial 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemberlakuan hukum Islam di Indonesia agak tersendat dengan berkuasanya
pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia. Pemerintah Belanda berusaha menekan umat
Islam dengan menghambat pemberlakuan hukum Islam secara resmi dengan dibuatnya
aturan-aturan yang sangat merugikan umat Islam. Dinamika pemberlakuan hukum Islam di
Indonesia digambarkan dengan munculnya berbagai teori yang dikemukakan oleh para ahli
(sejarawan), seperti teori penerimaan autoritas hukum dari H.A.R. Gibb (Ichtijanto, 1991:
114), teori receptio in complexu dari L.W.C. van den Berg (Ichtijanto, 1991: 120), teori
receptie dari C. Snouck Hurgronje yang kemudian dikembangkan oleh C. van Vollenhoven
dan Ter Haar (Ichtijanto, 1991:
Pemberlakuan hukum Islam di Indonesia agak tersendat dengan berkuasanya
pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia. Pemerintah Belanda berusaha menekan umat
Islam dengan menghambat pemberlakuan hukum Islam secara resmi dengan dibuatnya
aturan-aturan yang sangat merugikan umat Islam. Dinamika pemberlakuan hukum Islam di
Indonesia digambarkan dengan munculnya berbagai teori yang dikemukakan oleh para ahli
(sejarawan), seperti teori penerimaan autoritas hukum dari H.A.R. Gibb (Ichtijanto, 1991:
114), teori receptio in complexu dari L.W.C. van den Berg (Ichtijanto, 1991: 120), teori
receptie dari C. Snouck Hurgronje yang kemudian dikembangkan oleh C. van Vollenhoven
dan Ter Haar (Ichtijanto, 1991:
seperti dalam pembuatan UU Perkawinan (UU No. 1 tahun 1974, UU Pokok Kekuasaan
Kehakiman (UU No. 14 tahun 1970) yang dilanjutkan dengan pemberlakuan UU Peradilan
Agama (UU No. 7 tahun 1989), UU Pokok Agraria (UU No. 5 tahun 1960), UU Pokok
Kejaksaan (UU No. 15 tahun 1961), dan UU Pokok Kepolisian (UU No. 13 tahun 1961).
Pada tahun 1991 pemerintah Indonesia memberlakukan Kompilasi Hukum Islam (KHI)melalui Instruksi Presiden (Inpres) No. 1 tahun 1991. KHI ini terdiri dari tiga buku yang
semuanya merupakan bagian dari hukum perdata Islam, yakni buku I tentang Hukum
Perkawinan, buku II tentang Hukum Kewarisan, dan buku III tentang Hukum Perwakafan.
KHI ini merupakan pegangan para hakim agama dalam memeriksa dan mengadili perkara-
perkara yang menjadi wewenangnya di Pengadilan Agama. KHI ini hanya berlaku bagi umat
Islam yang berperkara dalam hal perkawinan, kewarisan, dan perwakafan. Dengan demikian,
jelaslah bahwa KHI yang merupakan kumpulan aturanaturan mengenai hukum Islam di
Indonesia belum menjangkau semua bidang yang ada dalam bagian hukum Islam. Salah satu
5/10/2018 Pengertian Hukum Islam - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-hukum-islam-55a0ba955da37 2/16
م س ب ه ل ل ا ـ م ح ر ل ا ن م ي ح ر ل ا
AGAMA I I | H ukum I slam dalam D inamik a K ehidupan Sosial 2
bidang yang sama sekali tidak disinggung dalam hal ini adalah hukum pidana Islam. Oleh
karena itu, jika umat Islam berperkara dalam hal pidana atau kriminal, tidak bisa ditemukan
aturannya dalam KHI tersebut, bahkan Pengadilan Agama – tempat diterapkannya KHI –
tidak mempunyai wewenang mengadili masalah-masalah yang menyangkut pidana yang
dilakukan oleh umat Islam. Pertanyaan yang muncul adalah mengapa hukum pidana Islam
tidak bisa atau belum bisa diberlakukan di Indonesia? Atau, mengapa hukum pidana Islam
belum memberikan kontribusi bagi pembuatan hukum pidana nasional? Tentu saja,
jawabannya bisa bervariasi, tergantung siapa yang memberikan jawaban atas masalah ini.
Tulisan ini mencoba mengungkap prospek hukum pidana Islam di Indonesia dengan melihat
kondisi Indonesia sekarang ini. Dari hari ke hari di tengahtengah masyarakat selalu diwarnai
oleh tindak kriminal. Hukum pidana yang diberlakukan sekarang nampaknya belum dapat
membuat para pelaku tindak kriminal jera dan takut, tetapi sebaliknya malah memberi
peluang untuk melakukannya dengan cara dan taktik yang lebih canggih untuk dapat
terhindar dari jeratan hukum pidana yang ada. Kalaupun sampai dipidana, para pelaku
kejahatan tidak mendapatkan sanksi hukum yang berat.
1.2 Rumusan Masalah
Perumusan masalah yang penulis coba angkat dalam penulisan makalah ini ialah :
1. Apa pengertian poligami dalam islam dan bagaimanakah pandangan islam terhadap
poligami ?
2. Apa hukum poligami dalam islam ?
3. Apa syarat-syarat yang memperbolehkan poligami dalam islam ?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulis dalam mengangkat masalah tentang poligami dalam makalah ini ialah :
Memberikan penjelasan tentang pengertian poligami kepada masyarakat umum.
Menjelaskan hukum dan pandangan islam terhadap permasalahan poligami yang telah
terjadi dalam masyarkat.
Sebagai salah satu tugas akademik yang diberikan dosen pengampu dalam mengambil
mata kuliah Agama II.
Sebagai sarana pembelajaran dan diskusi dalm forum akademik maupun non
akademik.
1.4 Sistematika Pembahasan.
BAB I PENDAHULUAN
5/10/2018 Pengertian Hukum Islam - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-hukum-islam-55a0ba955da37 3/16
م س ب ه ل ل ا ـ م ح ر ل ا ن م ي ح ر ل ا
AGAMA I I | H ukum I slam dalam D inamik a K ehidupan Sosial 3
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 sistematika Pembahasan.
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
5/10/2018 Pengertian Hukum Islam - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-hukum-islam-55a0ba955da37 4/16
م س ب ه ل ل ا ـ م ح ر ل ا ن م ي ح ر ل ا
AGAMA I I | H ukum I slam dalam D inamik a K ehidupan Sosial 4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hukum islam
Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari agama Islam.
Dasar dan kerangka hukum Islam ditetapkan oleh Allah. Hukum ini mengatur berbagaihubungan, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan dirinya sendiri,
hubungan manusia dengan manusia lain dan hubungan manusia dengan benda dalam masyarakat
serta alam sekitarnya (Mohammad Daud Ali, 1996: 39).
Hukum Islam mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Merupakan bagian dan bersumber dari agama Islam
2. Mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan dari iman atau akidah dankesusilaan atau akhlak Islam.
3. Mempunyai dua istilah kunci yakni:
a) syari’at,
b) fikihSyari’at terdiri dari wahyu Allah dan sunnah Nabi Muhammad, sedangkan fikih
adalah pemahaman dan hasil pemahaman manusia tentang syari’ah;
4. Terdiri dari dua bidang utama yakni:
a) ibadat.
b) muamalat
Ibadat bersifat tertutup karena telah sempurna dan muamalat dalam arti yang luasbersifat terbuka untuk dikembangkan oleh manusia yang memenuhi syarat dari
masa ke masa;
5. Strukturnya berlapis, terdiri dari:
a. nas atau teks Al-Qur’an
b. sunnah Nabi Muhammad (untuk syari’at)c. hasil ijtihad manusia yang memenuhi syarat tentang Al-Qur’an dan as-Sunnah
d. pelaksanaannya dalam praktek, baik berupa keputusan hakim, maupun berupa
amalan-amalan umat Islam dalam masyarakat (untuk fikih);
6. Mendahulukan kewajiban dari hak, amal dari pahala;
7. Dapat dibagi menjadi:
a. hukum taklifi atau hukum taklif yakni al-ahkam al-khamsah yaitu lima kaidah,
lima jenis hukum, lima kategori hukum, lima penggolongan hukum yakni jaiz,
sunnat, makruh, wajib, dan haram.
b. hukum wadh’i yang mengandung sebab, syarat, halangan terjadi atau terwujudnya
hubungan hukum (M.D. Ali, 1996: 52-53).
c. Selain ciri-ciri di atas, menurut T.M. Hasbi Ash-Shieddieqy dalam bukunya
Falsafah Hukum Islam (1975: 156 - 212) sebagaimana dikutip oleh Mohammad
Daud Ali (1996: 53), hukum Islam juga mempunyai ciri-ciri khas sebagai berikut:
8. Berwatak universal, berlaku abadi untuk umat Islam di mana pun mereka berada, tidak
terbatas pada umat Islam di suatu tempat atau negara pada suatu masa saja;
9. Menghormati martabat manusia sebagai kesatuan jiwa dan raga, rohani dan jasmani serta
memelihara kemuliaan manusia dan kemanusiaan secara keseluruhan.
10. Pelaksanaannya dalam praktek digerakkan oleh iman dan akhlak umat Islam.
5/10/2018 Pengertian Hukum Islam - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-hukum-islam-55a0ba955da37 5/16
م س ب ه ل ل ا ـ م ح ر ل ا ن م ي ح ر ل ا
AGAMA I I | H ukum I slam dalam D inamik a K ehidupan Sosial 5
B. Tujuan hukum islam.
Adapun yang menjadi Tujuan Hukum Islam secara umum sering dirumuskan untuk
mencapai kebahagiaan hidup manusia di dunia ini dan di akhirat kelak dengan jalan mengambil
(segala) yang bermanfaat dan mencegah atau menolak yang mudarat yaitu yang tidak berguna
bagi hidup dan kehidupan. Dengan kata lain, tujuan hukum Islam adalah kemaslahatan hidup
manusia, baik rohani maupun jasmani, individual dan sosial. Kemaslahatan itu tidak hanya untuk kehidupan di dunia ini saja tetapi juga untuk kehidupan yang kekal di akhirat kelak. Abu Ishaq al
Shatibi merumuskan lima tujuan hukum Islam, yakni memelihara (1) agama, (2) jiwa, (3) akal,
(4) keturunan, dan (5) harta. Kelima tujuan hukum Islam itu di dalam kepustakaan disebut al-
maqasid al-khamsah atau al-maqasid al-shari’ah (tujuan-tujuan hukum Islam) (M.D. Ali, 1996:
53-54).
C. Karakteristik Hukum Islam.
Sebagai sebuah agama penyempurna, Islam datang dengan membawa aturan dan hukum
untuk umat manusia. Hukum yang ada di dalam Islam adalah berdasarkan ketetapanAllah yang disampaikan melalui Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya. Oleh karena itu,
terdapat berbagai perbedaan antara hukum Islam dengan hukum-hukum lain buatan manusia.Hukum Islam memiliki keistimewaan dan karakteristik khusus, antara lain sebagai berikut:
1. Hukum Islam didasarkan pada wahyu Ilahi
Keistimewaan hukum Islam dibanding undang-undang buatan manusia
adalah bahwa hukum Islam bersumber pada wahyu Allah yang tersurat dalam Al-Qur'an
dan sunnah Nabi. Maka setiap mujtahid dalam melakukan istimbath (penggalian)
hukum-hukum syara' selalu merujuk pada dua sumber tersebut, baik secara langsung
maupun melalui yang tersirat darinya, yaitu dengan memahami ruh syari'at, tujuan-
tujuannya secara umum, Kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip umum.2. Hukum Islam bersifat komprehensif
Hukum Islam bersifat komprehensif, yakni mencakup seluruh tuntutankehidupan manusia. Disini akan sangat tampak kelebihan hukum Islam dibanding dengan
undang-undang yang lain, karena hukum Islam mencakup tiga aspek hubungan,
yaitu manusia dengan Tuhannya, manusia dengan dirinya sendiri dan manusia dengan
masyarakatnya.
3. Hukum Islam terkait dengan masalah akhlak/moral
Hukum Islam berbeda dengan undang-undang pada umumnya, karena ia
terpengaruh dengan tatanan moral, bahkan sebagaimana ditegaskan oleh NabiMuhammmad, bahwa Islam datang untuk menyempurnakan akhlak/moral
manusia. Hal ini sangat berbeda dengan hukum positif buatan manusia yang
hanya mengacu pada aspek manfaat, yaitu menjaga sistem dan stabilitas
masyarakat meskipun kadang menghancurkan sebagian prinsip moral.
4. Adanya orientasi kolektivitas dalam hukum Islam
Artinya, dalam hukum Islam itu selalu menjaga kemaslahatan individu dan sosialsecara bersama-sama, tanpa harus melanggar hak orang lain. Ooleh karena itu,
kemaslahatan yang bersifat umum atau sosial harus didahulukan dibanding dengankemaslahatan yang bersifat individual terutama ketika terjadi peretentangan antara
keduanya.
5/10/2018 Pengertian Hukum Islam - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-hukum-islam-55a0ba955da37 6/16
م س ب ه ل ل ا ـ م ح ر ل ا ن م ي ح ر ل ا
AGAMA I I | H ukum I slam dalam D inamik a K ehidupan Sosial 6
5. Hukum Islam berbicara tentang halal-haram
Dalam hukum Islam selalu ada pemikiran mengenai halal-haram terhadap setiap
tindakan, tidak hanya pada persoalan-persoalan yang bersifat duniawi, tapi juga yang
bersifat ukhrawi. Hukum duniawi titik tekannya adalah pada hal-hal yang tampak
atau eksoteris dan tidak mempersoalkan hal-hal yang bersifat esoteris. Dan itulah
yang disebut keputusan hukum (al hukmu al qada'i) dari seorang hakim. Olehkarena itu seorang hakim hanya memutuskan hukum berdasarkan bukti-bukti
formal saja.oleh karena itu, sebenarnya keputusan hakim tidak dapat merubah yang halal
menjadi haram atau sebaliknya.
6. Hukuman bagi pelanggar hukum di dunia dan akhirat
Ciri khusus lain yang membedakan hukum Islam dengan hukum-hukum lainbuatan manusia adalah bahwa hukum Islam memberikan sangsi hukuman bagi yang
melanggar pada dua hal, yaitu hukuman dunia, baik berupa hukuman hudud yang sudah
ditentukan maupun ta'zir yang yang tidak ditentukan, dan hukuman akhirat.
D. Asas-Asas hukum Islam
Asas berasal dari bahasa Arab (Asasun) yang artinya dasar, basis, pondasi. Jikadihubungkan dengan hukum maka asas adalah kebenaran yang dipergunakan sebagai tumpuan
berfikir dan alasan pendapat, terutama dalam penegakan dan pelaksanaan hukum.
a) Asas-asas umum
Asas keadilan
Dalam Surat Shad (38) ayat 26 :
ىوهلا عبتت الو قحلاب سانلا نيب مكحاف ضرألا يف ةفيلخ كانلعج انإ دوواد ا يهللا ليبس نع كلضيف إن الذين ي ضلون عن سبيل الله لهم عذاب شديد بما◌﴿ باسحلا مو ي اوسن٢٦﴾
(26) Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka
bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan
Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab
yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.
Allah memerintahkan penguasa, penegak hukum sebagai khlaifah di bumi untuk menyelenggarakan hukum sebaik-baiknya, berlaku adil terhadap semua manusia
tanpa memandang asal-usul, kedudukan, agama dari si pencari keadilan itu.
Asas kepastian hukum
Artinya tidak ada suatu perbuatan pun dapat dihukum kecuali atas kekuatan
peraturan-perundang-undangan yang ada dan berlaku pada waktu itu.
Asas kemanfaatan
Asas ini merupakan asas yang mengiringi asas keadilan dan kepastian hukum dimana
dalam melaksanakan kedua asas tersebut seyogyanya dipertimbangkan asas
kemanfaatan baik bagi yang bersangkutan maupun bagi masyarakat.
5/10/2018 Pengertian Hukum Islam - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-hukum-islam-55a0ba955da37 7/16
م س ب ه ل ل ا ـ م ح ر ل ا ن م ي ح ر ل ا
AGAMA I I | H ukum I slam dalam D inamik a K ehidupan Sosial 7
b) Asas dalam lapangan hukum pidana
Asas legalitas
Artinya tidak ada pelanggaran dan tidak ada hukuman sebelum ada undang-undang
yang mengaturnya.
Asas larangan memindahkan kesalahan pada orang lain
Ini berarti bahwa tidak boleh sekali-kali beban (dosa) seseorang dijadikan beban
(dosa) orang lain. Orang tidak dapat dimintai memikul tanggung jawab terhadap
kejahatan atau kesalahan yang dilakukan orang lain. Karena pertangungjawaban
pidana itu induvidual sifatnya maka tidak dapat dipindahkan kepada orang lain.
Asas praduga tak bersalah
Seseorang yang dituduh melakukan suatu kejahatan harus dianggap tidak bersalah
sebelum hakim dengan bukti-bukti yang menyakinkan menyatakan dengan tegaskesalahannya itu.
c) Asas dalam lapangan hukum perdata
Asas kebolehan (mubah)
asas ini menunjukkan kebolehan melakukan semua hubungan perdata sepanjang
hubungan itu tidak dilarang oleh Qur’an dan Sunnah. Islam memberikan
kesempatan luas kepada yang berkepentingan untuk mengembangkan bentuk dan
macam hubungan perdata (baru) sesuai dengan perkembangan jaman dan kebutuhan
masyarakat.
Asas kemaslahatan hidup
Asas ini mengandung makna bahwa hubungan perdata apa pun juga dapat dilakukanasal hubungan itu mendatangkan kebaikan , berguna serta berfaedah bagi kehidupan
manusia pribadi dan masyarakat kendatipun tidak ada ketentuannya dalam Qur’an
dan Sunnah.
Asas kebebasan dan kesukarelaan
Asas ini mengandung makna bahwa setiap hubungan perdata harus dilakukan secara
bebas dan sukarela. Kebebasan kehendak kedua belah pihak melahirkankesukarelaan dalam persetujuan harus senantiasa diperhatikan.
Asas menolak mudharat dan mengambil manfaat
Asas ini mengandung makna bahwa harus dihindari segala bentuk hubungan perdatayang mendatangkan kerugian dan mengembangkan yang bermanfaat bagi dirisendiri dan masyarakat.
Asas kebajikan
Asas ini mengandung pengertian bahwa setiap hubungan perdata itu harus
mendatangkan kebajikan (kebaikan) kepada kedua belah pihak dan fihak ketiga
dalam masyarakat.
Asas kekeluargaan atau asas kebersamaan yang sederajat
Asas hubungan perdata yang disandarkan pada rasa hormat menghormati , kasihmengasihi serta tolong menolong dalam mencapai tujuan bersama.
5/10/2018 Pengertian Hukum Islam - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-hukum-islam-55a0ba955da37 8/16
م س ب ه ل ل ا ـ م ح ر ل ا ن م ي ح ر ل ا
AGAMA I I | H ukum I slam dalam D inamik a K ehidupan Sosial 8
Asas adil dan berimbang
Asas ini mengandung makna bahwa hubungan keperdataan tidak boleh mengandung
unsur penipuan, penindasan, pengambilan kesempatan pada waktu pihak lain sedang
kesempitan.
Asas mendahulukan kewajiban dari hak
Para pihak harus mengutamakan penunaian kewajiban lebih dahulu dari pada
menuntut hak. Asas ini merupakan kondisi hukum yang mendorong terhindarnya
wanprestasi atau ingkar janji.
Asas larangan merugikan diri sendiri dan orang lain
Para pihak yang mengadakan hubungan perdata tidak boleh merugikan diri sendiri
dan orang lain dalam hubungan perdatanya itu.
Asas kemampuan berbuat atau bertindak Pada dasarnya setiap manusia dapat menjadi subjek dalam hubungan perdata jika ia
memenuhi syarat untuk bertindak mengadakan hubungan itu. Dalam hukum islammanusia yang dipandang mampu berbuat atau bertindak melakukan hubungan
perdata ialah mereka yang mukallaf, artinya mereka yang mampu memikul hak dan
kewajiban. Penyimpangan terhadap asas ini menyebabkan hubungan perdatanya
batal.
Asas kebebasan berusaha
Pada dasarnya setiap orang bebas berusaha untuk menghasilkan sesuatu yang baik
bagi dirinya sendiri dan keluarganya.
Asas mendapatkan sesuatu karena usaha dan jasa
Usaha dan jasa disini haruslah usaha dan jasa yang baik yang mengandungkebajikan, bukan usaha dan jasa yang mengandung unsur kejahatan, keji dan kotor.
Asas perlindungan hak
Semua hak yang diperoleh seseorang dengan jalan halal dan sah, harus dilindungi.
Bila hak itu dilanggar oleh salah satu pihak dalam hubungan perdata, fihak yang
dirugikan berhak untuk menuntut pengembalian hak itu atau menuntut kerugian
pada pihak yang merugikannya.
Asas hak milik berfungsi social
Hak milik tidak boleh dipergunakan hanya untuk kepentingan pribadi pemiliknya
saja, tetapi juga harus diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial.
Asas yang beritikad baik harus dilindungi
Orang yang melakukan perbuatan tertentu bertangung jawab atau menanggung
resiko perbuatannya itu. Tetapi jika ada pihak yang melakukan suatu hubungan
perdata tidak mengetahui cacat yang tersembunyi dan mempunyai iktikad baik
dalam hubungan perdata itu kepentingannya harus dilindungi dan berhak untuk
menuntut sesuatu jika ia dirugikan karena iktikad baiknya itu.
Asas resiko dibebankan pada harta tidak pada pekerja.Jika perusahaan merugi maka menurut asas ini kerugian itu hanya dibebankan padapemilik modal atau harta saja tidak pada pekerjanya. Ini berarti bahwa pemilik
5/10/2018 Pengertian Hukum Islam - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-hukum-islam-55a0ba955da37 9/16
م س ب ه ل ل ا ـ م ح ر ل ا ن م ي ح ر ل ا
AGAMA I I | H ukum I slam dalam D inamik a K ehidupan Sosial 9
tenaga dijamin haknya untuk mendapatkan upah sekurang-kurangnya untuk jangka
waktu tertentu, setelah ternyata perusahaan menderita kerugian.
Asas mengatur dan memberi petunjuk
Ketentuan hukum perdata ijbari, bersifat mengatur dan memberi petunjuk sajakepada orang-orang yang akan memanfaatkannya dalam mengadakan hubungan
perdata. Para pihak bisa memilih ketentuan lain berdasarkan kesukarelaan asal saja
ketentuan itu tidak bertentangan dengan hukum islam
Asas tertulis atau diucapkan di depan saksi.
Ini berarti bahwa hubungan perdata selayaknya dituangkan dalam perjanjian tertulis
di hadapan saksi-saksi.
E. Mazhab dalam fiqih
1. Latar Belakang dan Sejarah Munculnya Empat Mazhab Fiqih
Sebagaimana diketahui, bahwa ketika agama Islam telah tersebar meluas ke berbagai
penjuru, banyak sahabat Nabi yang telah pindah tempat dan berpencar-pencar ke nagara yang
baru tersebut. Dengan demikian, kesempatan untuk bertukar pikiran atau bermusyawarah
memecahkan sesuatu masalah sukar dilaksanakan. Sejalan dengan pendapat di atas, Qasim
Abdul Aziz Khomis menjelaskan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan ikhtilaf di
kalangan sahabat ada tiga yakni :
1. Perbedaan para sahabat dalam memahami nash-nash al-Qur’an
2. Perbedaan para sahabat disebabkan perbedaan riwayat
3. Perbedaan para sahabat disebabkan karena ra’yu.
Sementara Jalaluddin Rahmat melihat penyebab ikhtilaf dari sudut pandang yang
berbeda, Ia berpendapat bahwa salah satu sebab utama ikhtilaf di antara para sahabat
prosedur penetapan hukum untuk masalah-masalah baru yang tidak terjadi pada zaman
Rasulullah SAW1.
Setelah berakhirnya masa sahabat yang dilanjutkan dengan masa Tabi’in, muncullah
generasi Tabi’it Tabi’in. Ijtihad para Sahabat dan Tabi’in dijadikan suri tauladan olehgenerasi penerusnya yang tersebar di berbagai daerah wilayah dan kekuasaan Islam pada
waktu itu. Generasi ketiga ini dikenal dengan Tabi’it Tabi’in. Di dalam sejarah dijelaskan
bahwa masa ini dimulai ketika memasuki abad kedua hijriah, di mana pemerintahan Islam
dipegang oleh Daulah Abbasiyyah.
Dari mata rantai sejarah ini jelas terlihat bahwa pemikiran fiqih dari zaman sahabat,
tabiin hingga munculnya mazhab-mazhab fiqih pada periode ini. dan dari sini pula kita dapat
merumuskan apa sebab-sebab munculnya mazhab pada periode ini. Namun mazhab-mazhab
1 http://diaz2000.multiply.com
5/10/2018 Pengertian Hukum Islam - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-hukum-islam-55a0ba955da37 10/16
م س ب ه ل ل ا ـ م ح ر ل ا ن م ي ح ر ل ا
AGAMA I I | H ukum I slam dalam D inamik a K ehidupan Sosial 10
muncul pada periode ini tidak terbatas pada empat mazhab – Mazhab Hanafi, Maliki,
Syafi’ie dan Hambali – seperti yang ada sekarang.
Dr. Thaha Jabir Fayyadh al-‘Ulwani berkesimpulan bahwa saat itu muncul sekitar
tiga belas mazhab yang semuanya berafiliasi sebagai mazhab yang “Ahlu Sunnah”, tetapi
hanya delapan atau sembilan mazhab saja yang dapat diketahui dengan jelas dasar-dasar dan
metode fiqhiyah yang mereka pergunakan. Para imam mazhab-mazhab itu adalah : Imam
Abu Sa’id bin Yasar al-Bashir (wafat 110 H.), Imam Abu Hanifah al-Nu’man bin Tsabit bin
Zuthi (wafat 150 H.), Imam Auza’ie Abu Amr Abdur Rahman bin Amru bin Muhammad
(wafat 157 H.), Imam Sufyan bin Said bin Masruq al-Tsauri (wafat 160 H.), Imam Laits bin
Sa’d (wafat 157 H.), Imam Malik bin Anas al-Anshari (Wafat 179 H.), Imam Sufyan bin
Uyainah (wafat 198 H.), Imam Muhammad bin Idris al Syafi’ie (wafat 204 H.), dan Imam
Ahmad bin Muhammad bin Hambal (wafat 241 H.) 2.
Muhammad Khudari Beik (ahli fiqh dari Mesir) membagi periodisasi fiqh menjadi
enam periode. Yaitu Periode risalah, Periode khulafaurrasyidun, Periode awal pertumbuhan
fiqih, Periode keemasan, Periode tahrir, takhrij dan tarjih dalam mazhab fiqih, dan yang
terakhir adalah periode kemunduran fiqih3.
1) Periode risalah.
Periode ini dimulai sejak kerasulan Muhammad SAW sampai wafatnya Nabi
SAW (11 H./632 M.). Pada periode ini kekuasaan penentuan hukum sepenuhnya
berada di tangan Rasulullah SAW. Sumber hukum ketika itu adalah Al-Qur'an dan
sunnah Nabi SAW.
Periode awal ini juga dapat dibagi menjadi periode Makkah dan periode
Madinah. Pada periode Makkah, risalah Nabi SAW lebih banyak tertuju pada
masalah aqidah. Ayat hukum yang turun pada periode ini tidak banyak jumlahnya,
dan itu pun masih dalam rangkaian mewujudkan revolusi aqidah untuk mengubah
sistem kepercayaan masyarakat jahiliyah menuju penghambaan kepada Allah SWTsemata. Pada periode Madinah, ayat-ayat tentang hukum turun secara bertahap. Pada
masa ini seluruh persoalan hukum diturunkan Allah SWT, baik yang menyangkut
masalah ibadah maupun muamalah.
2) Periode al-Khulafaur Rasyidun.
Periode ini dimulai sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW sampai
Mu'awiyah bin Abu Sufyan memegang tampuk pemerintahan Islam pada tahun 41
2Mun’im A. Sirry, Sejarah Fiqih Islam Sebuah Pengantar , Risalah Gusti:Surabaya, Cet.2, 2006. Hal. 79
3 http://www.cybermq.com
5/10/2018 Pengertian Hukum Islam - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-hukum-islam-55a0ba955da37 11/16
م س ب ه ل ل ا ـ م ح ر ل ا ن م ي ح ر ل ا
AGAMA I I | H ukum I slam dalam D inamik a K ehidupan Sosial 11
H./661 M. Sumber fiqh pada periode ini, disamping Al-Qur'an dan sunnah Nabi
SAW, juga ditandai dengan munculnya berbagai ijtihad para sahabat. Ijtihad ini
dilakukan ketika persoalan yang akan ditentukan hukumnya tidak dijumpai secara
jelas dalam nash. Pada masa ini, khususnya setelah Umar bin al-Khattab menjadi
khalifah (13 H./634 M.), ijtihad sudah merupakan upaya yang luas dalam
memecahkan berbagai persoalan hukum yang muncul di tengah masyarakat.
3) Periode awal pertumbuhan fiqh.
Masa ini dimulai pada pertengahan abad ke-1 sampai awal abad ke-2 H.
Periode ketiga ini merupakan titik awal pertumbuhan fiqh sebagai salah satu disiplin
ilmu dalam Islam. Dengan bertebarannya para sahabat ke berbagai daerah semenjak
masa al-Khulafaur Rasyidun (terutama sejak Usman bin Affan menduduki jabatan
Khalifah, 33 H./644 M.), munculnya berbagai fatwa dan ijtihad hukum yang berbeda
antara satu daerah dengan daerah lain, sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat
daerah tersebut.
4) Periode keemasan.
Periode ini dimulai dari awal abad ke-2 sampai pada pertengahan abad ke-4
H. Dalam periode sejarah peradaban Islam, periode ini termasuk dalam periode
Kemajuan Islam Pertama (700-1000). Seperti periode sebelumnya, ciri khas yang
menonjol pada periode ini adalah semangat ijtihad yang tinggi dikalangan ulama,
sehingga berbagai pemikiran tentang ilmu pengetahuan berkembang. Perkembangan
pemikiran ini tidak saja dalam bidang ilmu agama, tetapi juga dalam bidang-bidang
ilmu pengetahuan umum lainnya.
Dinasti Abbasiyah (132 H./750 M.-656 H./1258 M.) yang naik ke panggung
pemerintahan menggantikan Dinasti Umayyah memiliki tradisi keilmuan yang kuat,
sehingga perhatian para penguasa Abbasiyah terhadap berbagai bidang ilmu sangat
besar. Para penguasa awal Dinasti Abbasiyah sangat mendorong fuqaha untuk melakukan ijtihad dalam mencari formulasi fiqh guna menghadapi persoalan sosial
yang semakin kompleks. Perhatian para penguasa Abbasiyah terhadap fiqh misalnya
dapat dilihat ketika Khalifah Harun ar-Rasyid (memerintah 786-809) meminta Imam
Malik untuk mengajar kedua anaknya, al-Amin dan al-Ma'mun.
Periode keemasan ini juga ditandai dengan dimulainya penyusunan kitab
fiqh dan usul fiqh. Diantara kitab fiqh yang paling awal disusun pada periode ini
adalah al-Muwaththa' oleh Imam Malik, al-Umm oleh Imam asy-Syafi'i, dan Zahir ar-Riwayah dan an-Nawadir oleh Imam asy-Syaibani. Kitab usul fiqh pertama yang
5/10/2018 Pengertian Hukum Islam - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-hukum-islam-55a0ba955da37 12/16
م س ب ه ل ل ا ـ م ح ر ل ا ن م ي ح ر ل ا
AGAMA I I | H ukum I slam dalam D inamik a K ehidupan Sosial 12
muncul pada periode ini adalah ar-Risalah oleh Imam asy-Syafi'i. Teori usul fiqh
dalam masing-masing mazhab pun bermunculan, seperti teori kias, istihsan, dan al-
maslahah al-mursalah.
5) Periode tahrir, takhrij dan tarjih dalam mazhab fiqh.
Periode ini dimulai dari pertengahan abad ke-4 sampai pertengahan abad ke-
7 H. Yang dimaksudkan dengan tahrir, takhrij, dan tarjih adalah upaya yang
dilakukan ulama masing-masing mazhab dalam mengomentari, memperjelas dan
mengulas pendapat para imam mereka. Periode ini ditandai dengan melemahnya
semangat ijtihad dikalangan ulama fiqh. Ulama fiqh lebih banyak berpegang pada
hasil ijtihad yang telah dilakukan oleh imam mazhab mereka masing-masing,
sehingga mujtahid mustaqill (mujtahid mandiri) tidak ada lagi. Sekalipun ada ulama
fiqh yang berijtihad, maka ijtihadnya tidak terlepas dari prinsip mazhab yang mereka
anut. Artinya ulama fiqh tersebut hanya berstatus sebagai mujtahid fi al-mazhab
(mujtahid yang melakukan ijtihad berdasarkan prinsip yang ada dalam mazhabnya).
Akibat dari tidak adanya ulama fiqh yang berani melakukan ijtihad secara mandiri,
muncullah sikap at-ta'assub al-mazhabi (sikap fanatik buta terhadap satu mazhab)
sehingga setiap ulama berusaha untuk mempertahankan mazhab imamnya.
Mustafa Ahmad az-Zarqa mengatakan bahwa dalam periode ini untuk
pertama kali muncul pernyataan bahwa pintu ijtihad telah tertutup. Menurutnya,
paling tidak ada tiga faktor yang mendorong munculnya pernyataan tersebut.
Dorongan para penguasa kepada para hakim (qadi) untuk menyelesaikan perkara di
pengadilan dengan merujuk pada salah satu mazhab fiqh yang disetujui khalifah
saja.
Munculnya sikap at-taassub al-mazhabi yang berakibat pada sikap kejumudan
(kebekuan berpikir) dan taqlid (mengikuti pendapat imam tanpa analisis) di
kalangan murid imam mazhab. Munculnya gerakan pembukuan pendapat masing-masing mazhab yang
memudahkan orang untuk memilih pendapat mazhabnya dan menjadikan buku itu
sebagai rujukan bagi masing-masing mazhab, sehinga aktivitas ijtihad terhenti. Dari
sini muncul sikap taqlid pada mazhab tertentu yang diyakini sebagai yang benar,
dan lebih jauh muncul pula pernyataan haram melakukan talfiq.
6) Periode kemunduran fiqh.
Masa ini dimulai pada pertengahan abad ke-7 H. sampai munculnya Majalahal-Ahkam al- 'Adliyyah (Hukum Perdata Kerajaan Turki Usmani) pada 26 Sya'ban
5/10/2018 Pengertian Hukum Islam - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-hukum-islam-55a0ba955da37 13/16
م س ب ه ل ل ا ـ م ح ر ل ا ن م ي ح ر ل ا
AGAMA I I | H ukum I slam dalam D inamik a K ehidupan Sosial 13
l293. Perkembangan fiqh pada periode ini merupakan lanjutan dari perkembangan
fiqh yang semakin menurun pada periode sebelumnya. Periode ini dalam sejarah
perkembangan fiqh dikenal juga dengan periode taqlid secara membabi buta.
Pada masa ini, ulama fiqh lebih banyak memberikan penjelasan terhadap kandungan
kitab fiqh yang telah disusun dalam mazhab masing-masing. Penjelasan yang dibuat
bisa berbentuk mukhtasar (ringkasan) dari buku-buku yang muktabar (terpandang)
dalam mazhab atau hasyiah dan takrir (memperluas dan mempertegas pengertian
lafal yang di kandung buku mazhab), tanpa menguraikan tujuan ilmiah dari kerja
hasyiah dan takrir tersebut. Mustafa Ahmad az-Zarqa menyatakan bahwa ada tiga
ciri perkembangan fiqh yang menonjol pada periode ini.
Munculnya upaya pembukuan terhadap berbagai fatwa, sehingga banyak
bermunculan buku yang memuat fatwa ulama yang berstatus sebagai pemberi fatwa
resmi (mufti) dalam berbagai mazhab.
Muncul beberapa produk fiqh sesuai dengan keinginan penguasa Turki Usmani,
seperti diberlakukannya istilah at-Taqaddum (kedaluwarsa) di pengadilan. Disamping
itu, fungsi ulil amri (penguasa) dalam menetapkan hukum (fiqh) mulai diakui, baik
dalam menetapkan hukum Islam dan penerapannya maupun menentukan pilihan
terhadap pendapat tertentu. Sekalipun ketetapan ini lemah, namun karena sesuai
dengan tuntutan kemaslahatan zaman, muncul ketentuan dikalangan ulama fiqh
bahwa ketetapan pihak penguasa dalam masalah ijtihad wajib dihormati dan
diterapkan. Contohnya, pihak penguasa melarang berlakunya suatu bentuk transaksi.
Meskipun pada dasarnya bentuk transaksi itu dibolehkan syara', tetapi atas dasar
pertimbangan kemaslahatan tertentu maka transaksi tersebut dilarang, atau paling
tidak untuk melaksanakan transaksi tersebut diperlukan pendapat dari pihak
pemerintah. Misalnya, seseorang yang berutang tidak dibolehkan mewakafkan
hartanya yang berjumlah sama dengan utangnya tersebut, karena hal itu merupakanindikator atas sikapnya yang tidak mau melunasi utang tersebut. Fatwa ini
dikemukakan oleh Maula Abi as-Su 'ud (qadi Istanbul pada masa kepemimpinan
Sultan Sulaiman al-Qanuni [1520-1566] dan Salim [1566-1574] dan selanjutnya
menjabat mufti Kerajaan Turki Usmani).
Di akhir periode ini muncul gerakan kodifikasi hukum (fiqh) Islam sebagai
mazhab resmi pemerintah. Hal ini ditandai dengan prakarsa pihak pemerintah Turki
Usmani, seperti Majalah al-Ahkam al-'Adliyyah yang merupakan kodifikasi hukum
5/10/2018 Pengertian Hukum Islam - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-hukum-islam-55a0ba955da37 14/16
م س ب ه ل ل ا ـ م ح ر ل ا ن م ي ح ر ل ا
AGAMA I I | H ukum I slam dalam D inamik a K ehidupan Sosial 14
perdata yang berlaku di seluruh Kerajaan Turki Usmani berdasarkan fiqh Mazhab
Hanafi.
F. Prospek Hukum Pidana Islam di Indonesia dan Tantangannya.
Harapan untuk mengembangkan syariat Islam di Indonesia sudah lama terniatkan,sejak hukum pidana positif berkembang pada zaman pemerintahan Hindia Belanda. Para
perumus bangsa (The Founding Fathers) kita sudah merencanakan untuk diberlakukannyasyariat Islam di Indonesia. Namun, dengan mendasarkan pada pluralitas penduduk Indonesia,
rencana itu tidak terwujud dan kemudian menjadian Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
Perkembangan politik hukum di Indonesia sudah menjalani pertumbuhan dengan
memperhatikan pengaruh dari faktor nilai-nilai kemasyarakatan dan keagamaan. Maka sudah
waktunya para ulama dan kaum cendekiawan Muslim turut menegaskan kaidah agama, agar
para penganutnya tidak lagi melanggar ajaran agamanya dengan cara self inforcement.
Penegakan hukum (kaidah) agama secara preventif ini sangat membantu pemantapan pola
penegakan hukum (law enforcement ) negara secara preventive represive. Tujuannya adalah
agar masyarakat memahami dan menaati kaidah hukum negara dan kaidah agama sekaligus.Dengan demikian, syariah Islam bukan hanya didakwahkan, tetapi juga dilaksanakan melaluipenegakan hukum preventif (bukan represif) guna mengisi kelemahan hukum pidana positif
(A. Malik Fajar, 2001: 18).
Hukum pidana yang berlaku di Indonesia hingga sekarang ini masih merupakan
warisan dari pemerintahan Hindia Belanda. Sejak awal abad ke-19 Hindia Belanda
memberlakukan kodifikasi hukum pidana yang pada mulanya masih pluralistis, yakni Undang-
undang Hukum Pidana untuk orang-orang Eropa dan Kitab Undang-undang Hukum Pidana
untuk orang-orang Bumiputra serta yang dipersamakan (inlanders). Mulai tahun 1918 di
Indonesia diberlakukan satu Kitab Undang-undang Hukum Pidana untuk seluruh golonganyang ada di Hindia Belanda (unifikasi hukum pidana) hingga sekarang (Bustanul Arifin, 2001:
46). Sejak Indonesia merdeka kitab hukum pidana itu diterjemahkan ke dalam bahasaIndonesia menjadi Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). KUHP dinyatakan berlaku
melalui dasar konstitusional pasal II dan IV Aturan Peralihan UUD 1945 dengan Undang-
undang No. 1 tahun 1946. Dalam pasal III disebutkan bahwa perkataan Nederlansch-Indie
atau Nederlandsch-Indisch (e) (en) harus dibaca dengan “Indonesie” atau “Indonesche”, yang
selanjutnya menjadi Indonesia. Dalam pasal VI (1) dinyatakan bahwa Wetboek van Strafrecht
voor Nederlandsch-Indie diubah menjadi Wetboek van Strafrecht. Kemudian dalam ayat (2)
kitab hukum itu diterjemahkan menjadi Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Inilah
yang menjadi dasar sehingga UU No. 1 tahun 1946 disebut dengan UU KUHP. UU ini berlakusecara resmi untuk seluruh wilayah Indonesia dengan UU No. 73 tahun 1958 (Abdullah, 2001:
246).
Untuk Hukum Pidana Islam (HPI), yang menurut asas legalitas dikategorikan sebagaihukum tidak tertulis, masih dapat diakui di Indonesia secara konstitusional sebagai hukum,
dan masih terus berlaku menurut pasal II Aturan Peralihan UUD 1945. Namun demikian,ketentuan dasar itu belum ditindaklanjuti dengan instrument hukum untuk masuk ke dalam
wujud instrumen asas legalitas. Seperti halnya KUHP di atas, posisi HPI belum terdapat
kepastian untuk menjawab pertanyaan teoritis, mana hukum pidana yang dapat ditegakkan?
(Abdullah, 2001: 246). Ketiadaan HPI secara tertulis di Indonesia menjadi penyebab belum
dapat terpenuhinya HPI secara legal sesuai dengan pertanyaan tersebut. Karena itulah HPI
harus benar-benar disiapkan secara tertulis sebagaimana hukum positif lainnya, bukan
langsung mendasarkannya pada sumber hukum Islam, yakni al-Quran, Sunnah, dan ijtihad
pada ulama (kitab-kitab fikih).Hingga sekarang ini sebenarnya muncul keinginan di hati sebagian umat Islam
Indonesia keinginan untuk diberlakukannya hukum Islam secara utuh di Indonesia, termasuk
5/10/2018 Pengertian Hukum Islam - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-hukum-islam-55a0ba955da37 15/16
م س ب ه ل ل ا ـ م ح ر ل ا ن م ي ح ر ل ا
AGAMA I I | H ukum I slam dalam D inamik a K ehidupan Sosial 15
dalam bidang hukum pidana. Hal ini didasari oleh anggapan bahwa dengan diberlakukannya
hukum pidana Islam, maka tindak pidana yang semakin hari semakin merebak di tengah-
tengah masyarakat sedikit demi sedikit dapat terkurangi. Sanksi yang tidak sepadan yang
diberikan kepada para pelaku tindak pidana selama ini tidak membuat jera mereka untuk
mengulanginya. Karena itu, sanksi yang tegas seperti yang ada dalam HPI nampaknyamerupakan alternatif terbaik yang dapat mengatasi permasalahan tindak pidana di Indonesia.
Dalam beberapa kasus terlihat antusiasme masyarakat kita untuk segera menerapkan ketentuan
pidana Islam, namun karena tidak diizinkan oleh aparat pemerintah keinginan untuk
melaksanakannya tidak terwujud. Namun demikian, bukan berarti apa yang selama ini
diterapkan oleh pengadilan di Indonesia seluruhnya bertentangan dengan HPI. Ada beberapa
putusan pengadilan kita yang terkadang sama dan sesuai dengan ketentuan HPI, seperti
hukuman mati dan langkah awal pemberlakuan sanksi pidana cambuk seperti yang
diberlakukan di Nanggro Aceh Darussalam akhir-akhir ini.
Telah bertahun-tahun di negara kita diupayakan pembuatan KUHP yang baru yang
dapat disebut KUHP Indonesia. Upaya ini mendapatkan hasil dengan disiapkannya RUUKUHP yang baru. Dalam RUU ini juga termuat materi-materi yang bersumberkan pada hukum
pidana Islam, meskipun tidak secara keseluruhan. RUU ini juga sudah beberapa kali dibahasdalam berbagai kesempatan, termasuk dalam forum sidang-sidang di DPR, namun hingga saat
ini belum ada kata sepakat di kalangan para pengak hukum kita tentang materi atau pasal-pasal
yang menjadi isi dari RUU tersebut.
Pengintegrasian HPI ke dalam hukum pidana nasional, seperti yang terlihat pada
beberapa pasal dalam RUU KUHP, merupakan suatu pemikiran yang cukup bijak. Namun,
jika secara eksplisit hal ini tidak bisa dilakukan, minimal prinsip-prinsip utamanya dapat
terwujud dalam hukum pidana kita. Misalnya, tindak pidana perzinaan dan meminum
minuman keras tidak mesti harus dihukum dengan hukuman rajam atau hukuman cambuk empat puluh kali kepada pelakunya. Yang paling prinsip adalah bagaimana kedua contoh
bentuk perbuatan itu dianggap sebagai tindak pidana yang tidak sesuai dengan prinsip dan
moralitas Islam. Hal ini, menurut Masykuri Abdullah (Salim, 2001, 259), merupakan prosesdari strategi legislasi hukum Islam ang bersifat gradual yang sejalan dengan kaidah fikih: Ma
la yudraku kulluh la yutraku kulluh (sesuatu yang tidak dapat dicapai seluruhnya, tidak boleh
ditinggalkan seluruhnya). Langkah ini bukanlah yang paling ideal, tetapi cukup memberikan
harapan untuk dimulainya pemberlakuan HPI di Indonesia secara bertahap. Tawaran seperti
ini barangkali juga dapat memuaskan sementara pihak yang kerap kali menolak setiap upaya
pemberlakuan hukum Islam di Indonesia.
Pandangan Masykuri seperti di atas belum tentu dapat diterima oleh semua kalanganumat Islam di Indonesia. Ada sebagian dari mereka yang menginginkan diberlakukannya HPI
secara penuh sesuai dengan ketentuan yang pasti (qath’iy) dari al-Quran dan Sunnah Nabi.
Pemberlakuan HPI dalam aspek fundamentalnya saja, seperti di atas, bukan harapan mereka,
namun juga harus menyertakan aspek instrumentalnya. Karena itulah, yang mereka harapkanadalah dimasukkannya ketentuan-ketentuan pokok HPI dalam hukum pidana nasional, jikatidak bias diberlakukan HPI secara khusus.
Perlu ditambahkan bahwa pembaharuan sistem hukum pidana nasional melalui
pembahasan RUU KUHP sekarang ini harus diakui sebagai upaya untuk mengakomodasi
aspirasi sebagian besar umat beragama di Indonesia. Berbagai delik tentang agama ataupun
yang berkaitan dengan agama mulai dirumuskan dalam RUU tersebut, misalnya tentang
penghinaan agama, merintangi ibadah atau upacara keagamaan, perusakan bangunan ibadah,
penghinaan terhadap Tuhan, penodaan terhadap agama dan kepercayaan, dan lain sebagainya.
Rumusan semacam ini tidak mungkin didapati dalam hukum pidana yang diberlakukan di
negara-negara sekular, sebab urusan agama bukan urusan negara dan menjadi hak individumasing-masing warga negara. Selain beberapa pasal yang terkait dengan delik agama, dalamrancangan tersebut juga dimasukkan pasal-pasal baru yang berkaitan dengan delik kesusilaan,
5/10/2018 Pengertian Hukum Islam - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-hukum-islam-55a0ba955da37 16/16
م س ب ه ل ل ا ـ م ح ر ل ا ن م ي ح ر ل ا
AGAMA I I | H ukum I slam dalam D inamik a K ehidupan Sosial 16
seperti berbagai bentuk persetubuhan di luar pernikahan yang sah atau yang melanggar
ketentuan agama. Tentu saja masih banyak pasal-pasal lain yang terkait dengan materi HPI
dalam RUU KUHP tersebut.
Langkah seperti di atas merupakan upaya positif pemerintah untuk memberlakukan
ketentuan hukum sesuai aspirasi masyarakat, khususnya umat Islam. Namun, hingga sekaranglangkah ini belum terwujud. Pembahasan masalah ini sudah memakan waktu yang cukup
lama. Kita tunggu saja, kapan pemberlakuan hukum pidana nasional kita seperti di atas dapat
direalisasikan?
http://eprints.uny.ac.id/3659/