Pengertian Hukum

34
A. PENGERTIAN HUKUM Menurut Deden Dermawan dan Sujono Riyadi(2010) hukum didefinisikan sebagai Ugeran(norma )yang mengatur hubungan kemasyarakatan.Menurut KBBI hukum adalah Undang-Undang peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat,yang dikukuhkan oleh penguasa,pemerintah atau otoritas.Hukum adalah keseluruhan kumpulan peraturan- peraturan atau kaidah-kaidah dalam suatu kehidupan bersama; atau keseluruhan peraturan tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Hukum adalah keseluruhan peraturan yang mengatur dan menguasai manusia dalam kehidupan bersama. Berkembang di dalam masyarakat dalam kehendak, merupakan sistem peraturan, sistem asas-asas, mengandung pesan kultural karena tumbuh dan berkembang bersama masyarakat. Pengertian hukum kesehatan adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban baik dari tenaga kesehatan dalam melaksanakan upaya kesehatan maupun dari individu dan masyarakat yang menerima upaya kesehatan tersebut dalam segala aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta organisasi dan sarana. B. PRINSIP-PRINSIP HUKUM Prinsip atau asas hukum, sebagai sarana yang membuat hukum itu hidup, tumbuh dan berkembang serta menunjukan kalau hukum itu bukan sekedar kosmos kaedah. Kekosongan atau kumpulan dari peraturan belaka, sebab asas hukum itu

description

hukum

Transcript of Pengertian Hukum

Page 1: Pengertian Hukum

A. PENGERTIAN HUKUM

Menurut Deden Dermawan dan Sujono Riyadi(2010) hukum didefinisikan sebagai

Ugeran(norma )yang mengatur hubungan kemasyarakatan.Menurut KBBI hukum adalah

Undang-Undang peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat,yang

dikukuhkan oleh penguasa,pemerintah atau otoritas.Hukum adalah keseluruhan

kumpulan peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah dalam suatu kehidupan bersama; atau

keseluruhan peraturan tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama, yang

dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi.

Hukum adalah keseluruhan peraturan yang mengatur dan menguasai manusia dalam

kehidupan bersama. Berkembang di dalam masyarakat dalam kehendak, merupakan

sistem peraturan, sistem asas-asas, mengandung pesan kultural karena tumbuh dan

berkembang bersama masyarakat.

Pengertian hukum kesehatan adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur hak dan

kewajiban baik dari tenaga kesehatan dalam melaksanakan upaya kesehatan maupun dari

individu dan masyarakat yang menerima upaya kesehatan tersebut dalam segala aspek

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta organisasi dan sarana.

B. PRINSIP-PRINSIP HUKUM

Prinsip atau asas hukum, sebagai sarana yang membuat hukum itu hidup, tumbuh dan

berkembang serta menunjukan kalau hukum itu bukan sekedar kosmos kaedah.

Kekosongan atau kumpulan dari peraturan belaka, sebab asas hukum itu mengandung

nilai-nilai dan tuntutan etis. Asas hukum tidak akan habis kekuatannya dengan

melahirkan suatu peraturan hukum, melainkan tetap saja ada dan akan melahirkan suatu

peraturan selanjutnya.Asas hukum menjadi alat anasir untuk mengisi kekosongan dan

kesenjangan hukum. Asas hukum akan menghindari keterbelakangan aturan normatif

dari realitas. Dari hukum yang normatif dan terus berjalan tertatih-tatih di belakang

kenyataan (het recht hint antcher).

Banyak yang memberikan komentar diantara ahli yuridis mengenai asas/ prinsip

hukum sebagai ground norm (Kelsen) dan penting dalam penyusunan sebuah aturan,

sebagaimana dikemukakan oleh Suparto Wijoyo (2005: 45 – 49):

a. Asas hukum itu adalah tendensi-tendensi, yang disyaratkan pada hukum oleh

pandangan kesusilaan kita (Paul Scholten}.

Page 2: Pengertian Hukum

b. Asas hukum adalah ukuran-ukuran hukumiyah-etis, yang memberikan arah

pembentukan hukum (Karl Larens).

Dari asas itulah hukum positif memperoleh makna hukumnya. Di dalamnya juga

terdapat kriterium yang dengannya kualitas dari hukum itu dapat dinilai, hukum itu

dapat dipahami dengan berlatar belakang suatu asas yang melandasi (Meuwissen).Asas

adalah anggapan-anggapan pertimbangan-pertimbangan fundamental yang merupakan

dasar diletakkannya tingkahlaku kemasyarakatan (King Gie dan Ten Berg).

Dari uraian di atas, menunjukan betapa pentingnya asas hukum agar termuat dalam

suatu peraturan perundang-undangan. Asas hukum adalah jiwa (soul) dan jantung dari

peraturan hukum sehingga hukum itu menjadi kuat landasan sosiologis dan filsufisnya.

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Pidana memiliki landasan asas atau prinsip yang berfungsi sebagai patokan dalam

penerapan penegakan hukum.

Prinsip Pokok Negara Hukum

Dua belas prinsip pokok Negara Hukum yang berlaku di zaman sekarang ini

merupakan pilar utama yang menyangga berdiri tegaknya suatu negara sehingga dapat

disebut sebagai Negara Hukum dalam arti yang sebenarnya. Di samping itu, jika konsep

Negara Hukum itu dikaitkan pula dengan paham negara yang ber-Ketuhanan Yang Maha

Esa seperti Indonesia, maka keduabelas prinsip tersebut patut pula ditambah satu prinsip

lagi, yaitu: Prinsip Berke-Tuhanan Yang Maha Esa sebagai prinsip kesebelas gagasan

Negara Hukum modern

1. Supremasi Hukum (Supremacy of Law):

Adanya pengakuan normatif dan empirik akan prinsip supremasi hukum, yaitu

bahwa semua masalah diselesaikan dengan hukum sebagai pedoman tertinggi.

Dalam perspektif supremasi hukum (supremacy of law), pada hakikatnya pemimpin

tertinggi negara yang sesungguhnya, bukanlah manusia, tetapi konstitusi yang

mencerminkan hukum yang tertinggi. Pengakuan normative atas supremasi hukum

tercermin dalam perumusan hukum dan/atau konstitusi, sedangkan pengakuan

empirik tercermin dalam perilaku sebagian terbesar masyarakatnya bahwa hukum itu

memang ‘supreme’. Bahkan, dalam republik yang menganut sistem presidential

yang bersifat murni, konstitusi itulah yang sebenarnya lebih tepat untuk disebut

sebagai ‘kepala negara’. Itu sebabnya, dalam sistem pemerintahan presidential, tidak

Page 3: Pengertian Hukum

dikenal pembedaan antara kepala Negara dan kepala pemerintahan seperti dalam

sistem pemerintahan parlementer.

2. Persamaan dalam Hukum (Equality before the Law):

Adanya persamaan kedudukan setiap orang dalam hukum dan pemerintahan, yang

diakui secara normative dan dilaksanakan secara empirik. Dalam rangka prinsip

persamaan ini, segala sikap dan tindakan diskriminatif dalam segala bentuk dan

manifestasinya diakui sebagai sikap dan tindakan yang terlarang, kecuali tindakan-

tindakan yang bersifat khusus dan sementara yang dinamakan ‘affirmative actions’

guna mendorong dan mempercepat kelompok masyarakat tertentu atau kelompok

warga masyarakat tertentu untuk mengejar kemajuan sehingga mencapai tingkat

perkembangan yang sama dan setara dengan kelompok masyarakat kebanyakan

yang sudah jauh lebih maju. Kelompok masyarakat tertentu yang dapat diberikan

perlakuan khusus melalui ‘affirmative actions’ yang tidak termasuk pengertian

diskriminasi itu misalnya adalah kelompok masyarakat suku terasing atau kelompok

masyarakat hukum adapt tertentu yang kondisinya terbelakang. Sedangkan

kelompok warga masyarakat tertentu yang dapat diberi perlakuan khusus yang

bukan bersifat diskriminatif, misalnya, adalah kaum wanita ataupun anak-anak

terlantar.

3. Asas Legalitas (Due Process of Law):

Dalam setiap Negara Hukum, dipersyaratkan berlakunya asas legalitas dalam segala

bentuknya (due process of law), yaitu segala tindakan pemerintahan harus

didasarkan atas peraturan perundang-undangan yang sah dan tertulis. Peraturan

perundang-undangan tertulis harus ada dan berlaku lebih dulu atau mendahului

tindakan atau perbuatan administrasi yang dilakukan. Dengan demikian, setiap

perbuatan atau tindakan administrasi harus didasarkan atas aturan atau ‘rules and

procedures’ (regels). Prinsip normatif demikian nampaknya sangat kaku dan dapat

menyebabkan birokrasi menjadi lamban. Karena itu, untuk menjamin ruang gerak

para pejabat administrasi negara dalam menjalankan tugasnya, maka sebagai

pengimbang, diakui pula adanya prinsip ‘frijsermessen’ yang memungkinkan para

pejabat administrasi negara mengembangkan dan menetapkan sendiri ‘beleid-regels’

atau ‘policy rules’ yang berlaku internal secara bebas dan mandiri dalam rangka

menjalankan tugas jabatan yang dibebankan oleh peraturan yang sah.

Page 4: Pengertian Hukum

4. Pembatasan Kekuasaan:

Adanya pembatasan kekuasaan Negara dan organ-organ Negara dengan cara

menerapkan prinsip pembagian kekuasaan secara vertikal atau pemisahan kekuasaan

secara horizontal. Sesuai dengan hukum besi kekuasaan, setiap kekuasaan pasti

memiliki kecenderungan untuk berkembang menjadi sewenang-wenang, seperti

dikemukakan oleh Lord Acton: “Power tends to corrupt, and absolute power

corrupts absolutely”. Karena itu, kekuasaan selalu harus dibatasi dengan cara

memisah-misahkan kekuasaan ke dalam cabang-cabang yang bersifat ‘checks and

balances’ dalam kedudukan yang sederajat dan saling mengimbangi dan

mengendalikan satu sama lain. Pembatasan kekuasaan juga dilakukan dengan

membagi-bagi kekuasaan itu ke dalam beberapa organ yang tersusun secara vertical.

Dengan demikian, kekuasaan tidak tersentralisasi dan terkonsentrasi dalam satu

organ atau satu tangan yang memungkinkan terjadinya kesewenang-wenangan.

5. Organ-Organ Eksekutif Yang Bersifat Independen:

Dalam rangka pembatasan kekuasaan tersebut, tidak lagi cukup bahwa kekuasaan

Pemerintah dipisah dan dibagi-bagikan ke dalam beberapa organ seperti selama ini.

Untuk meningkatkan kualitas demokrasi dan demokratisasi, terutama sejak akhir

abad ke 20, kekuasaan pemerintahan juga semakin dikurangi dengan dibentuknya

berbagai ‘independent body’ seperti Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

(KOMNASHAM), Komisi Pemilihan Umum (KPU), dan bahkan lembaga

tradisional yang sebelumnya melekat sebagai bagian tak terpisahkan dari fungsi

eksekutif, juga dikembangkan menjadi independent seperti Bank Central, Organisasi

Tentara, Kepolisian, dan bahkan di beberapa Negara juga Kejaksaan dibuat

independent, sehingga dalam menjalankan tugas utamanya tidak dipengaruhi oleh

kepentingan politik memereka yang menduduki jabatan politik di pemerintahan. Di

hamper semua negara demokrasi, gejala pertumbuhan badan-badan independen

semacam itu merupakan sesuatu yang niscaya. Di Amerika Serikat sendiri, lebih dari

30-an badan semacam ini dikembangkan selama abad ke 20, dan biasa disebut

sebagai ‘independent auxiliary state organs’ (lembaga-lembaga negara yang

independent dan bersifat penunjang). Beberapa di antaranya diberi kewenangan

regulatoris sehingga biasa disebut sebagai ‘self regulatory body’. Di Indonesia, dapat

disebut beberapa di antaranya, misalnya Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPTPK), dan sebagainya.

Page 5: Pengertian Hukum

6. Peradilan Bebas dan Tidak Memihak:

Adanya peradilan yang bebas dan tidak memihak (independent and impartial

judiciary). Peradilan bebas dan tidak memihak ini mutlak harus ada dalam setiap

Negara Hukum. Dalam menjalankan tugas judisialnya, hakim tidak boleh

dipengaruhi oleh siapapun juga, baik karena kepentingan jabatan (politik) maupun

kepentingan uang (ekonomi). Untuk menjamin keadilan dan kebenaran, tidak

diperkenankan adanya intervensi ke dalam proses pengambilan putusan keadilan

oleh hakim, baik intervensi dari lingkungan kekuasaan eksekutif maupun legislative

ataupun dari kalangan masyarakat dan media massa. Dalam menjalankan tugasnya,

hakim tidak boleh memihak kepada siapapun juga kecuali hanya kepada kebenaran

dan keadilan. Namun demikian, dalam menjalankan tugasnya, proses pemeriksaan

perkara oleh hakim juga harus bersifat terbuka, dan dalam menentukan penilaian dan

menjatuhkan putusan, hakim harus menghayati nilai-nilai keadilan yang hidup di

tengah-tengah masyarakat. Hakim tidak hanya bertindak sebagai ‘mulut’ undang-

undang atau peraturan perundang-undangan, melainkan juga ‘mulut’ keadilan yang

menyuarakan perasaan keadilan yang hidup di tengah-tengah masyarakat.

7. Peradilan Tata Usaha Negara:

Meskipun peradilan tata usaha negara juga menyangkut prinsip peradilan bebas dan

tidak memihak, tetapi penyebutannya secara khusus sebagai pilar utama Negara

Hukum tetap perlu ditegaskan tersendiri. Dalam setiap Negara Hukum, harus

terbuka kesempatan bagi tiap-tiap warga negara untuk menggugat keputusan pejabat

administrasi Negara dan dijalankannya putusan hakim tata usaha negara

(administrative court) oleh pejabat administrasi negara. Pengadilan Tata Usaha

Negara ini penting disebut tersendiri, karena dialah yang menjamin agar warga

negara tidak didzalimi oleh keputusan-keputusan para pejabat administrasi negara

sebagai pihak yang berkuasa. Jika hal itu terjadi, maka harus ada pengadilan yang

menyelesaikan tuntutan keadilan itu bagi warga Negara, dan harus ada jaminan

bahwa putusan hakim tata usaha Negara itu benar-benar djalankan oleh para pejabat

tata usaha Negara yang bersangkutan. Sudah tentu, keberadaan hakim peradilan tata

usaha negara itu sendiri harus pula dijamin bebas dan tidak memihak sesuai prinsip

‘independent and impartial judiciary’ tersebut di atas.

Page 6: Pengertian Hukum

8. Peradilan Tata Negara (Constitutional Court):

Di samping adanya Pengadilan Administrasi Negara atau Pengadilan Tata Usaha

Negara (verwaltungsgericht), di lingkungan negara-negara yang menganut tradisi

‘civil law’, sejak tahun 1920, juga berkembang adanya Pengadilan Tata Negara

(verfassungsgericht). Jika pengadilan tata usaha negara dapat disebut sebagai

fenomena abad ke-19 dan karena itu dianggap sebagai salah satu ciri penting konsep

‘rechtsstaat’ abad ke-19, maka dengan berkembangnya pengadilan tata negara pada

abad ke-20, adalah wajar pula jika keberadaannya organ baru ini, baik keberadaan

kelembagaannya yang berdiri sendiri ataupun setidaknya dari segi fungsinya sebagai

pengawal konstitusi sebagaimana yang dikaitkan dengan fungsi Mahkamah Agung

Amerika Serikat, juga sebagai ciri konsep negara hukum modern. Jika suatu negara

mengklaim menganut paham Negara Hukum, tetapi tidak tersedia mekanisme untuk

mengontrol konstitusionalitas pembuatan undang-undang ataupun konstitusionalitas

penyelenggaraan demokrasi, maka negara yang bersangkutan tidak sempurna untuk

disebut sebagai Negara Hukum yang demokratis (democratische rechtsstaat) ataupun

negara demokrasi yang berdasar atas hukum (constitutional democracy).

9. Perlindungan Hak Asasi Manusia:

Adanya perlindungan konstitusional terhadap hak asasi manusia dengan jaminan

hukum bagi tuntutan penegakannya melalui proses yang adil. Perlindungan terhadap

hak asasi manusia tersebut dimasyarakatkan secara luas dalam rangka

mempromosikan penghormatan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia

sebagai ciri yang penting suatu Negara Hukum yang demokratis. Setiap manusia

sejak kelahirannya menyandang hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang bersifat

bebas dan asasi. Terbentuknya Negara dan demikian pula penyelenggaraan

kekuasaan suatu Negara tidak boleh mengurangi arti atau makna kebebasan dan hak-

hak asasi kemanusiaan itu. Karena itu, adanya perlindungan dan penghormatan

terhadap hak-hak asasi manusia itu merupakan pilar yang sangat penting dalam

setiap Negara yang disebut sebagai Negara Hukum. Jika dalam suatu Negara, hak

asasi manusia terabaikan atau dilanggar dengan sengaja dan penderitaan yang

ditimbulkannya tidak dapat diatasi secara adil, maka Negara yang bersangkutan

tidak dapat disebut sebagai Negara Hukum dalam arti yang sesungguhnya.

Page 7: Pengertian Hukum

10. Bersifat Demokratis (Democratische Rechtsstaat):

Dalam setiap Negara Hukum, dianut dan dipraktekkan adanya prinsip demokrasi

atau kedaulatan rakyat yang menjamin peranserta masyarakat dalam setiap proses

pengambilan keputusan kenegaraan. Dengan adanya peranserta masyarakat dalam

proses pengambilan keputusan tersebut, setiap peraturan perundang-undangan yang

ditetapkan dan ditegakkan dapat diharapkan benar-benar mencerminkan perasaan

keadilan yang hidup di tengah masyarakat. Hukum dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku, tidak boleh ditetapkan dan diterapkan secara sepihak oleh

dan/atau hanya untuk kepentingan penguasa secara bertentangan dengan prinsip-

prinsip demokrasi. Karena hukum memang tidak dimaksudkan untuk hanya

menjamin kepentingan segelintir orang yang berkuasa, melainkan menjamin

kepentingan akan rasa adil bagi semua orang tanpa kecuali. Artinya, negara hukum

(rechtsstaat) yang dikembangkan bukanlah ‘absolute rechtsstaat’, melainkan

‘democratische rechtsstaat’ atau negara hukum yang demokratis. Dengan perkataan

lain, dalam setiap Negara Hukum yang bersifat nomokratis harus dijamin adanya

demokrasi, sebagaimana di dalam setiap Negara Demokrasi harus dijamin

penyelenggaraannya berdasar atas hukum.

11. Berfungsi sebagai Sarana Mewujudkan Tujuan Kesejahteraan (Welfare Rechtsstaat):

Hukum adalah sarana untuk mencapai tujuan yang diidealkan bersama. Cita-cita

hukum itu sendiri, baik yang dilembagakan melalui gagasan negara demokrasi

(democracy) maupun yang diwujudkan melalaui gagasan negara hukum

(nomocrasy) dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan umum. Bahkan

sebagaimana cita-cita nasional Indonesia yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD

1945, tujuan bangsa Indonesia bernegara adalah dalam rangka melindungi segenap

bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan

umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social. Negara Hukum

berfungsi sebagai sarana untuk mewujudkan dan mencapai keempat tujuan negara

Indonesia tersebut. Dengan demikian, pembangunan negara Indonesia tidak akan

terjebak menjadi sekedar ‘rule-driven’, melainkan tetap ‘mission driven’, tetapi

‘mission driven’ yang tetap didasarkan atas aturan.

Page 8: Pengertian Hukum

12. Transparansi dan Kontrol Sosial:

Adanya transparansi dan kontrol sosial yang terbuka terhadap setiap proses

pembuatan dan penegakan hukum, sehingga kelemahan dan kekurangan yang

terdapat dalam mekanisme kelembagaan resmi dapat dilengkapi secara

komplementer oleh peranserta masyarakat secara langsung (partisipasi langsung)

dalam rangka menjamin keadilan dan kebenaran. Adanya partisipasi langsung ini

penting karena sistem perwakilan rakyat melalui parlemen tidak pernah dapat

diandalkan sebagai satu-satunya saluran aspirasi rakyat. Karena itulah, prinsip

‘representation in ideas’ dibedakan dari ‘representation in presence’, karena

perwakilan fisik saja belum tentu mencerminkan keterwakilan gagasan atau aspirasi.

Demikian pula dalam penegakan hukum yang dijalankan oleh aparatur kepolisian,

kejaksaan, pengacara, hakim, dan pejabat lembaga pemasyarakatan, semuanya

memerlukan kontrol sosial agar dapat bekerja dengan efektif, efisien serta menjamin

keadilan dan kebenaran.

13. Berke-Tuhanan Yang Maha Esa:

Negara modern biasanya mengaitkan diri dengan paham sekularisme yang

memisahkan diri dari urusan-urusan keagamaan dan ketuhanan sama sekali. Negara

modern mengaku (claim) mampu bersikap netral dalam urusan-urusan agama dan

keagamaan[2]. Karena itu, dimensi-dimensi ketuhanan lazimnya berada di luar

jangkauan kajian kenegaraan. Akan tetapi, Negara Hukum Indonesia adalah negara

hukum yang berke-Tuhanan Yang Maha Esa. Karena setiap produk hukum

Indonesia di samping harus dibuat dan ditetapkan secara demokratis serta ditegakkan

tanpa melanggar hak-hak asasi manusia, juga mempersyaratkan adanya

persesuaiannya dengan ataupun terbebas dari kemungkinan bertentangan dengan

norma-norma agama yang diyakini oleh para subjek warganegara Indonesia. Hukum

Indonesia juga tidak boleh ditegakkan dengan semena-mena dengan tanpa

mempertimbangkan nilai-nilai keadilan yang hidup dalam konteks kehidupan umat

beragama dalam negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.

Negara hukum Indonesia menurut UUD 1945 mengandung prinsip-prinsip sebagai

berikut:

a. Norma hukumnya bersumber pada Pancasila sebagai dasar dan adanya hierarki

jenjang norma hukum.S

Page 9: Pengertian Hukum

b. Sistem konstitusional, yaitu UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan di

bawahnya membentuk kesatuan sistem hukum.

c. Kedaulatan rakyat atau prinsip demokrasi. Hal ini tampak pada Pembukaan UUD

1945: “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/ perwakilan” dan pasal 1A ayat 2 UUD 1945: “kedaulatan berada

di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang-undang dasar.”

d. Prinsip persamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan (pasal 27A ayat (1)

UUD 1945).

1. Adanya organ pembentuk undang-undang (DPR dan Presiden).

2. Sistem pemerintahannya adalah presidensiil.

3. Kekuasaan kehakiman yang bebas dari kekuasaan lain (eksekutif).

4. Hukukm bertujuan melindungi untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh

tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

5. Adanya jaminan akan hak asasi manusia dan kewajiban dasar manusia (pasal

28A—28J UUD 1945).

C. SUMBER DAN MACAM-MACAM HUKUM

a. Pancasila

Kedudukan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah:

1. Sebagai dasar negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea

keempat.

2. Sebagai jiwa dan pandangan hidup bangasa Indonesia.

3. Meliputi suasana kebatinan dari UUD Negara Indonesia.

4. Mewujudkan cita-cita hukum,yang menguasaia hukum dasar negara,baik yang

tertulis(UUD) maupun hukum dasar yang tidak tertulis(aturan-aturan dasar yang

tumbuh dan terpelihara dalam politik penyelenggaraan negara,meskipun tidak

tertulis),aturan –aturan semacam ini disebut Konvensi.

Dalam sistem /tata urutan hukum di Indonesia,Pancasila sebgai sumber dari segala

sumber hukum.

b. Undang-Undang Dasar 1945

1. Menciptakan pokok-pokok pikiran(Pancasila) dalam pasal-pasalnya

Page 10: Pengertian Hukum

2. Memuat aturan-aturan pokok,sedang aturan yang menyelenggarakan aturan pokok

diserahkan kepada undang-undang yang lebih mudah carnya membuat,merubah

dan mencabut.

3. Dalam sistem hukum,UUD 1945 sebagai sumber hukum dengan demikian

peraturan prundang-perundang yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan

UUD 1945.

4. UUD 1945 berisi norma,aturan atau ketentuan yang harus dilaksanakan dan ditaati

oleh pemerintah,setiap Lembaga Negara,lembaga masyarakat dan setiap warga

negara dan penduduk Indonesia.

5. Dalam kerangka tata susunan atau tata tingkat norma hukum yang berlaku

merupakan hukum yang menempati kedudukan tinggi.

6. UUD 1945 juga mempunyai fungsi sebagai alat kontrol apakah norma hukum

yang lebih rendah sesuai atau tidak sesuai dengan ketentuan UUD 1945.

Para ahli membagi suber hukum menjadi 2 bagian:

a. Sumber hukum materiil

Sumber hukum materiil adalah faktor yg turut serta menentukan isi hukum. Dapat

ditinjau dari berbagai sudut misalnya sudut ekonomi, sejarah, sosiologi, filsafat,

agama, dan sebagainya. Dalam kata lain sumber hukum materil adalah faktor-faktor

masyarakat yang mempengaruhi pembentukan hukum (pengaruh terhadap pembuat

UU, pengaruh terhadap keputusan hakim, dsb). Atau faktor yang ikut mempengaruhi

materi (isi) dari aturan-aturan hukum, atau tempat darimana materi hukum tiu

diambil. Sumber hukum materil ini merupakan faktor yang membantu pembentukan

hukum.Faktor tersebut adalah:

1. Faktor tersebut adalah faktor idiil dan faktor kemasyarakatan.

Faktor idiil adalah patokan-patokan yang tetap mengenai keadilan yang harus

ditaati oleh para pembentuk UU ataupun para pembentuk hukum yang lain

dalam melaksanakan tugasnya.

2. Faktor kemasyarakatan

Faktor kemasyarakatan adalah hal-hal yang benar-benar hidup dalam

masyarakat dan tunduk pada aturan-aturan yang berlaku sebagai petunjuk hidup

masyarakat yang bersangkutan. Contohnya struktur ekonomi, kebiasaan, adat

istiadat, dan sebagainya.

Dalam berbagai kepustakan hukum ditemukan bahwa sumber hukum materil itu

terdiri dari tiga jenis yaitu (van Apeldoorn) :

Page 11: Pengertian Hukum

a. Sumber hukum historis (rechtsbron in historischezin) yaitu tempat kita dapat

menemukan hukumnya dalam sejarah atau dari segi historis. Sumber hukum ini

dibagi menjadi :

1. Sumber hukum yg merupakan tempat dapat ditemukan atau dikenal

hukum secara historis : dokumen-dokumen kuno, lontar, dan lain-lain.

2. Sumber hukum yg merupakan tempat pembentuk UU mengambil

hukumnya.

b. Sumber hukum sosiologis (rechtsbron in sociologischezin) yaitu Sumber hukum

dalam arti sosiologis yaitu merupakan faktor-faktor yang menentukan isi hukum

positif, seperti misalnya keadaan agama, pandangan agama, kebudayaan dan

sebagainya.

c. Sumber hukum filosofis (rechtsbron in filosofischezin) sumber hukum ini dibagi

lebih lanjut menjadi dua :

1. Sumber isi hukum; disini dinyatakan isi hukum asalnya darimana.

Ada tiga pandangan yang mencoba menjawab pertanyaan ini yaitu :

a. pandangan theocratis, menurut pandangan ini hukum berasal dari

Tuhan

b. pandangan hukum kodrat; menurut pandangan ini isi hukum berasal

dari akal manusia

c. pandangan mazhab hostoris; menurut pandangan isi hukum berasal dari

kesadaran hukum.

2. Sumber kekuatan mengikat dari hukum yaitu mengapa hukum mempuyai

kekuatan mengikat, mengapa kita tunduk pada hukum.

b. Sumber Hukum Formal

1. Undang-undang

Undang-undang yaitu suatu peraturan negara yang mempunyai kekuatan hukum

yang mengikat diadakan dan dipelihara oleh penguasa negara

Menurut Buys, Undang-Undang itu mempunyai 2 arti :

a. Dalam arti formil, yaitu setiap keputusan pemerintah yang merupakan UU

karena cara pembuatannya (misalnya, dibuat oleh pemerintah bersama-

sama dengan parlemen)

b. Dalam arti material, yaitu setiap keputusan pemerintah yang menurut isinya

mengikat setiap penduduk.

Page 12: Pengertian Hukum

Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan adalah sebagai berikut (Pasal 7

UU No. 10/2004) :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

3. Peraturan Pemerintah;

4. Peraturan Presiden;

5. Peraturan Daerah (propinsi, kabupaten, desa)

2. Kebiasaan (custom)

Kebiasaan adalah perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam

hal yang sama. Apabila suatu kebiasaan tertentu diterima oleh masyarakat dan

kebiasaan itu selalu berulang-ulang dilakukan sedemikan rupa, sehingga tindakan

yang berlawanan dengan kebiasaan itu dirasakan sebagai pelanggaran perasaan

hukum, maka dengan demikian timbullah suatu kebiasaan hukum, yang oleh

pergaulan hidup dipandang sebagai hukum.

Contoh apabila seorang komisioner sekali menerima 10 % dari hsil penjualan

atau pembelian sebagai upah dan hal ini terjadi berulang dan juga komisioner yg

lainpun menerima upah yang sama yaitu 10 % maka oleh karena itu timbul suatu

kebiasaan yg lambat laun berkembang menjadi hukum kebiasaan.

Namun demikian tdk semua kebiasaan itu pasti mengandung hukum yg baik dan

adil oleh sebab itu belum tentu kebiasaan atau adat istiadat itu pasti menjadi

sumber hukum formal.

Adat kebiasaan tertentu di daerah hukum adat tertentu yg justru sekarang ini

dilarang untuk diberlakukan karena dirasakan tidak adil dan tidak

berperikemanusiaan sehingga bertentangan denagan Pancasila yang merupakan

sumber dari segala sumber hukum, misalnya jika berbuat susila/zinah, perlakunya

ditelanjangi kekeliling kampung.

Untuk timbulnya hukum kebiasaan diperlukan beberapa syarat :

1. Adanya perbuatan tertentu yg dilakukan berulang2 di dalam masyarakat

tertentu (syarat materiil)danya keyakinan hukum dari masyarakat yang

bersangkutan (opinio necessitatis = bahwa perbuatan tsb merupakan

kewajiban hukum atau demikianlah seharusnya) = syarat intelektual

2. Adanya akibat hukum apabila kebiasaan itu dilanggar.

Page 13: Pengertian Hukum

3. Selanjutnya kebiasaan akan menjadi hukum kebiasaan karena kebiasaan

tersebut dirumuskan hakim dalam putusannya. Selanjutnya berarti

kebiasaan adalah sumber hukum.

Kebiasaan adalah bukan hukum apabila UU tidak menunjuknya (pasal 15 AB =

(Algemene Bepalingen van Wetgeving voor Indonesia = ketentuan2 umum

tentang peraturan per UU an untuk Indonesia

Disamping kebiasaan ada juga peraturan yang mengatur tata pergaulan

masyarakat yaitu adat istiadat. Adat istiadat adalah himpunan kaidah sosial yang

sudah sejak lama ada dan merupakan tradisi serta lebih banyak berbau sakral,

mengatur tata kehidupan masyarakat tertentu. Adat istiadat hidup dan

berkembang di masyarakat tertentu dan dapat menjadi hukum adat jika mendapat

dukungan sanksi hukum. Contoh Perjanjian bagi hasil antara pemilik sawah

dengan penggarapnya. Kebiasaan untuk hal itu ditempat atau wilayah hukum adat

tertentu tidak sama dengan yang berlaku di masyarakat hukum adat yang lain.

Kebiasaan dan adat istiadat itu kekuatan berlakunya terbatas pada masyarakat

tertentu.

3. Yurisprudensi (keputusan2 hakim)

Jurisprudensi adalah keputusan hakim yang terdahulu yag dijadikan dasar pada

keputusan hakim lain sehingga kemudian keputusan ini menjelma menjadi

keputusan hakim yang tetap terhadap persoalan/peristiwa hukum tertentu.

Seorang hakim mengkuti keputusan hakim yang terdahulu itu karena ia

sependapat dgn isi keputusan tersebut dan lagi pula hanya dipakai sebagai

pedoman dalam mengambil sesuatu keputusan mengenai suatu perkara yang

sama.

a. Yurisprudensi tetap keputusan hakim yg terjadi karena rangkaian

keputusan yang serupa dan dijadikan dasar atau patokanuntuk

memutuskan suatu perkara (standart arresten).

b. Yurisprudensi tidak tetap, ialah keputusan hakim terdahulu yang bukan

standart arresten.

4. Traktat (treaty)

Traktat adalah perjanjian yang diadakan oleh 2 negara atau lebih yang mengikat

tidak saja kepada masing-masing negara itu melainkan mengikat pula warga

negara-negara dari negara-negara yang berkepentingan.

Page 14: Pengertian Hukum

Macam-macam Traktat :

a. Traktat bilateral, yaitu traktat yang diadakan hanya oleh 2 negara, misalnya

perjanjian internasional yang diadakan diadakan antara pemerintah RI

dengan pemerintah RRC tentang “Dwikewarganegaraan”.

b. Traktat multilateral, yaitu perjanjian internasional yang diikuti oleh beberapa

negara, misalnya perjanjian tentang pertahanan negara bersama negara-negara

Eropa (NATO) yang diikuti oleh beberapa negara Eropa.Perjanjian

(overeenkomst) adalah suatu peristiwa dimana dua orang atau lebih saling

berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan perbuatan tertentu. Para pihak

yang telah saling sepakat mengenai hal-hal yang diperjanjikan, berkewajiban

untuk mentaati dan melaksanakannya (asas (pact sunt servanda).

5. Pendapat sarjana hukum (doktrin)

Pendapat sarjanan hukum (doktrin) adalah pendapat seseorang atau beberapa

orang sarjana hukum yang terkenal dalam ilmu pengetahuan hukum. Doktrin ini

dapat menjadi dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusannya.

D. FUNGSI HUKUM DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN

1. Membantu dalam mempertahankan standar praktek keperawatan dengan

meletakkan posisi perawat memiliki akutabilitas di bawah hukum

2. Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai

dengan hukum

3. Membedakan tanggungjawab perawat dengan profesi lain

4. Membantu menentukan batasan kewenagan tindakan keperawatan mandiri

5. Membantu dalam mempertahankan standar praktek keperawatan

E. PERAWAT SEBAGAI SAKSI AHLI

a. Pengertian Saksi Ahli

Saksi ahli adalah seseorang yang dapat menyimpulkan berdasarkan pengalaman

keahliannya tentang fakta atau data suatau kejadian, baik yang ditemukan sendiri

maupun oleh orang lain, serta mampu menyampaikan pendapatnya tersebut

(Franklin C.A, 1988).Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagai saksi ahli

harus dapat menarik kesimpulan, serta menyatakan pendapat sesuai dengan

keahliannya. Berdasarkan pasal 184 KUHAP ayat (1), keterangan ahli yang

Page 15: Pengertian Hukum

diberikan oleh saksi ahli di pengadilan adalah merupakan salah satu alat bukti yang

syah. (Rahman Ardan, 2007).

b. Syarat Perawat Sebagai Saksi Ahli

Pengacara melihat beberapa faktor ketika mereka mempertahankan perawat baik

konsultan hukum atau saksi ahli, dengan syarat : (Paterson, 2007)

a. Seorang perawat harus memiliki minimal sarjana ilmu di keperawatan untuk

menarik minat firma hukum atau lembaga kesehatan.

b. Perawat yang memiliki pengalaman klinis saat ini di bidang minat atau

perhatian.

c. Sertifikasi Specialty adalah faktor lain yang akan dipertimbangkan ketika

mempertahankan perawat konsultan hukum atau saksi ahli.

d. Reputasi perawat di daerahnya, keahlian merupakan faktor penting juga.

e. Seorang perawat yang memiliki masalah hukum sebelumnya tidak dapat

dijadikan sebagai saksi ahli.

f. Seorang perawat harus dapat menerjemahkan isu-isu kompleks tentang

kesehatan dengan istilah sederhana yang dimengerti oleh pengacara lain, juri,

dan hakim.

c. Perbedaan Perawat sebagai Konsultan Hukum dengan Saksi ahli

Ada beberapa perbedaan penting antara perawat konsultan hukum dan saksi ahli :

a. Perawat konsultan hukum biasanya disewa untuk meninjau kasus-kasus dan

menentukan apakah kasus ini berjasa. Dalam membuat penentuan ini, mereka

biasanya mengatur catatan medis yang bersangkutan dan menyiapkan

kronologis atau waktu yang terkait dengan kasus tertentu. Mereka mungkin

juga bertanggung jawab untuk meneliti sastra dan standar pelayanan yang

penting berkaitan dengan isu-isu dalam kasus tersebut. Beberapa konsultan

hukum perawat membantu pengacara karena mereka merumuskan pertanyaan

yang akan ditanyakan pada deposisi atau di pengadilan. Konsultan Hukum

perawat juga dapat disewa oleh organisasi perawatan kesehatan untuk

melayani sebagai manajer risiko atau ahli pengurangan risiko. Salah satu

perbedaan yang sangat penting adalah bahwa perawat konsultan hukum tidak

biasanya menawarkan kesaksian ahli di deposisi atau di pengadilan.

Akibatnya, beberapa perawat praktek maju mungkin merasa sulit untuk disewa

Page 16: Pengertian Hukum

oleh sebuah firma hukum karena biro hukum mungkin tidak ingin

menduplikasi meninjau grafik dan persiapan kasus ketika mereka akan harus

memiliki saksi ahli juga meninjau kasus untuk bersaksi. Jika Anda

dipertahankan sebagai perawat konsultan hukum Anda mungkin

mengharapkan imbalan kurang daripada jika anda melayani sebagai saksi ahli

karena tanggung jawab kurang terlibat.

b. Saksi ahli ,perawat terlibat dalam kegiatan yang mirip dengan perawat

konsultan hukum. Sebagai contoh, mereka mungkin akan diminta untuk

mengatur catatan medis, menyiapkan garis waktu, penelitian literatur terkait,

dan menyelidiki standar asuhan keperawatan. Namun, juga diharapkan bahwa

mereka akan bersedia untuk bersaksi di deposisi dan sidang harus perlu timbul.

Seperti perawat konsultan hukum, saksi ahli juga bisa disewa oleh organisasi

perawatan kesehatan di posisi pengurangan risiko. Ahli saksi biasanya cukup

dibayar sedikit lebih untuk layanan mereka.

d. Tata Cara Pemanggilan Saksi Ahli

Tata cara pemanggilan saksi ahli diatur dalam pasal 227 KUHAP, secara garis

besarnya adalah :

a. Semua jenis pemberitahuan atau panggilan oleh pihak yang berwenang

disampaikan selambat-lambatnya tiga hari sebelum tanggal hadir yang

ditentukan.

b. Petugas yang melaksanakan panggilan harus bertemu sendiri dan berbicara

langsung dengan orang yang dipanggil.

c. Bila orang yang dipanggil tidak terdapat disalah satu tempat tinggalnya atau

tempat kediamannya yang terakhir, surat panggilan disampaikan melalui

Kepala Desa atau pejabat, dan jika di luar negeri melalui perwakilan Republik

Indonesia di tempat dimana orang yang dipanggil tinggal.

e. Persiapan Perawat Sebagai Saksi Ahli

Perawat konsultan hukum dan peran saksi ahli membutuhkan fleksibilitas. Dalam

sejumlah kasus, saksi atau ahli konsultan perlu :

a. Menyiapkan bahan dan meninjau dokumen produktif dalam waktu yang relatif

singkat.

Page 17: Pengertian Hukum

b. Saksi ahli perawat juga harus siap untuk tampil di deposisi atau dalam sidang

ketika diperintahkan.

f. Kewajiban dan Hak Perawat sebagai Saksi Ahli

Didasarkan KUHAP, saksi ahli memiliki kewajiban dan hak sebagai berikut:

a. Kewajiban sebagai saksi alih:

1. Didasarkan pasal 159 ayat (2) KUHA Pidana saksi ahli wajib menghadap

ke persidangan setelah dipanggil dengan patut.

2. Didasarkan pasal 160 KUHA Pidana, saksi ahli wajib ber-sumpahmenurut

agamanya untuk memberi keterangan yang sebenarnya.

b. Hak sebagai saksi ahli:

1. Didasarkan pasal 229 KUHAP, saksi ahli yang telah hadir berhak

mendapatpenggantian biaya menurut Undang-undang yang berlaku.

Walaupun seorang perawat dapat menggunakan hak ingkar untuk tidak

memberikan keterangan karena adanya kewajiban menyimpan rahasia

jabatan,berdasarkan pasal 179 ayat (1) KUHA Pidana, setiap orang yang

diminta - minta pendapatnya sebagai keperawatan atau tenaga kesehatan

lainya, kita harus wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan. Sekalipun

perawat memiliki hak ingkar untuk dapat menolak memberikan keterangan

yang berhubungan dengan pasiennya, karena kewajiban menjaga rahasia

jabatan, tetapi harus disadari tanggung jawabnya untuk mengutamakan

kepentingan masyarakat dan negara. Perawat dapat membuka kerahasiaan

pasien bila :

a. Ada perintah dari hakim, sesuai pasal 180 ayat (1) KUHA Pidana.

b. Ada permintaan tertulis dari penyidik, sesuai pasal 133 KUHA

Pidana.

c. Untuk melaksanakan perintah atasan, sesuai pasal 51 KUHA

Pidana, contoh Perawat Militer.

d. Untuk melaksanakan ketentuan Undang Undang, sesuai pasal 50

KUHA Pidana.

e. Kasus yang dihadapi menyangkut kepentingan umum yang

membahayakan ketertiban umum, dimana pendapat dan keterangan

yang diberikan perawat dapat memberi nilai bagi proses keadilan.

Apabila perawat menolak memenuhi kewajiban untuk dipanggil

Page 18: Pengertian Hukum

sebagai saksi ahli dibidang Keperawatan, maka berdasarkan pasal

224 KUHA Pidana, diancam pidana penjara.

g. Perencanaan dalam Pembuatan Usaha Perawat sebagai Saksi Ahli

a. Proses Perencanaan Usaha

1. Mengidentifikasi Peluang Usaha

Pada saat ini banyak sekali kelalaian yang dilakukan oleh perawat dalam

melakukan tindakan keperawatan dan perawat juga banyak berurusan dengan

masalah hukum. Masalah seperti ini yang dapat mendasari untuk membuka

peluang usaha entrepreneurship.

2. Menentukan Jenis Usaha yang akan Dijalankan

Sebagai seorang perawat entrepreneurship dapat membantudalam

menyelesaikan masalah masalah kelalaian perawat dalam melakukan

tindakan keperawatan perawat dapat membuka peluang usaha sebagai saksi

ahli.

3. Faktor Pendukung

1. Banyaknya kelalaian yang dilakukan seorang perawat dalam

memberikan tindakan keperawatan kepada pasien

2. Adanya kelegalan dalam usaha perawat sebagai saksi ahli

4. Faktor Penghambat

1. Terbatasnya sumber modal yang ada

5. Faktor Lingkungan

1. Internal contohnya kurangnya pengetahuan, ketrampilan dan pengala

man dalam berwirausaha.

2. External contohnya banyaknya pesaing dalam penyediaan jasa yang

sama.

6. Implementasi

Tahap ini merupakan tahap yang paling inti dalam proses berbisnis dan tentu

saja merupakan tahap yang paling sulit. Semua orang bisa punya ide, namun

tidak semua orang berani take action.

1. Sasaran : Perawat yang berurusan dengan masalah hukum yang

melakukan kelalaian ( malpraktek ) dalam tindakan keperawatan.

2. Biaya : Biaya diambil dari keputusan dua belah pihak antara partner dan

kita sebagai perawat sebagai saksi ahli.

Page 19: Pengertian Hukum

7. Evaluasi

Dari evaluasi ini, kita bisa mengetahui implementasi yang kita lakukan

berhasil atau tidak. Sama dalam dunia bisnis, evaluasi akan memberikan

gambaran kepada kita konsep yang sudah kita jalankan berhasil atau tidak.

Jika berhasil, maka kita bisa lakukan peningkatan, namun jika tidak,

perubahan rencana dan strategi bisa dilakukan.

Page 20: Pengertian Hukum

DAFTAR PUSTAKA

Dermawan,Deden dan Sujono Riyadi.2010.Keperawatan Profesional.Yogjakarta:Gosyen

Publising.

Purnama.2013.Prinsip Hukum.Terdapat:http://purnama-bgp.blogspot.com/2013/05/prinsip-

negara-hukum-indonesia.html(diakses tanggal 17 September 2014).

Damang.2010.Prinsip Hukum.Terdapat:http://www.negarahukum.com/hukum/prinsip-

prinsip-hukum.html(diakses tanggal 17 September 2014).

Pino.2012.Hukum dan Regulasi dalam Keperawatan.Terdapat:

http://pinocc.blogspot.com/2012/12/makalah-keprof-askep-hukum-dan-

regulasi.html(diakses tanggal 17 September 2014).

Infokom Uniriyo.2011.Perawat Sebagai Saksi.Terdapat:

http://infokomaccess.blogspot.com/2011/07/kata-pengantar-puji-syukur-

penyusun.html(diakses tanggal 17 September 2014).

Page 21: Pengertian Hukum

ASPEK HUKUM DAN REGULASI DALAM KEPERAWATAN

OLEH:

KELOMPOK 7 TINGKAT 2.1 REGULER

KADEK LISA PRADNYAMITA P07120013027

NI MADE ARY PRIYANTI PUSPARINI P07120013028

PUTU DINA ARISTA P07120013029

NI NYOMAN AYU DARMA SANTHINI P07120013030

NI PUTU ANNA WILLYANI P07120013031

POLTEKKES KEMENKES DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

2014