Pengertian Gharib Alqur’An

9
PENGERTIAN GHARIB ALQUR’AN Gharib menurut bahasa artinya tersembunyi atau samar, sedangkan menurut istilah Ulama qurra’, gharib artinya sesuatu yang perlu penjelasan khusus dikarenakan samarnya pembahasan atau karena peliknya permasalahan baik dari segi huruf, lafadz, arti maupun pemahaman yang terdapat dalam Al-Qur’an

description

Gharib menurut bahasa artinya tersembunyi atau samar, sedangkan menurut istilah Ulama qurra’, gharib artinya sesuatu yang perlu penjelasan khusus dikarenakan samarnya pembahasan atau karena peliknya permasalahan baik dari segi huruf, lafadz, arti maupun pemahaman yang terdapat dalam Al-Qur’an

Transcript of Pengertian Gharib Alqur’An

Page 1: Pengertian Gharib Alqur’An

PENGERTIAN GHARIB ALQUR’AN

Gharib menurut bahasa artinya tersembunyi atau samar, sedangkan menurut istilah

Ulama qurra’, gharib artinya sesuatu yang perlu penjelasan khusus dikarenakan samarnya pembahasan atau karena

peliknya permasalahan baik dari segi huruf, lafadz, arti maupun pemahaman yang

terdapat dalam Al-Qur’an

Page 2: Pengertian Gharib Alqur’An

penjelasan tentang bacaan gharib menurut Imam Ashim riwayat Hafs :

1.  Imalah

Imalah menurut bahasa berasal dari wazan lafadz ال� م� أ�

yaitu – – ال�ة� إم� ي ل� ي�م ال� م� yang artinya memiringkan أ�

atau membengkokan, sedangkan menurut istilah yaitu memiringkan fathah kepada kasrah atau memiringkan alif kepada ya’. Bacaan imalah banyak dijumpai pada qira’ah Imam Hamzah dan Al-Kisa’i, diantaranya pada lafadz-lafadz yang diakhiri oleh alif layyinah, contoh:

ه�د�ى ج�ى، س� ل�ى، ق� ح�ى � . ,الض

Page 3: Pengertian Gharib Alqur’An

Sebab-sebab di-Imalahkannya lafadz “ ام ىه� ر� �ج ” diantaranya adalah untuk membedakan antara lafadz “ ىه� ر� ام�ج ” yang artinya berjalan di darat

dengan lafadz “ا ىه� ر� yang artinya berjalan di ”م�جlaut. Dalam salah satu kamus bahasa arab

dijelaskan bahwa lafadz ا ىه� ر� berasal dari ”م�جlafadz “ى ر� yang artinya berjalan atau mengalir ”ج�

dan lafadz tersebut dapat dipakai dalam arti berjalan di atas daratan maupun berjalan di atas lautan (air), namun kecenderungan perjalanan di permukaan laut (air) tidak stabil seperti halnya di

daratan. Terkadang diterjang ombak kecil dan besar atau terhempas angin, sehingga sangat tepat

apabila lafadz “ا ىه� ر� .tersebut di-Imalahkan ”م�ج

Page 4: Pengertian Gharib Alqur’An

2  Isymam

Isymam artinya mencampurkan dammah pada sukun dengan memoncongkan bibir atau mengangkat dua bibir. Dalam

qira’ah riwayat Hafs, Isymam terdapat pada lafadz “ ن#ا م� ت�أ ”ال�

yaitu pada waktu membaca lafadz tersebut, gerakan lidah seperti halnya mengucapkan lafadz “ ن�ن�ا م�

ت�أ sehingga ”ال�hampir tidak ada perubahan bunyi antara mengucapkan lafadz

“ ن#ا م� ت�أ “ dengan mengucapkan ”ال� ن�ن�ا م�

ت�أ Dengan kata .”ال�lain, asal dari lafadz “ ن#ا م�

ت�أ “ adalah lafadz ”ال� ن�ن�ا م� ت�أ Kalau .”ال�

diteliti lebih dalam, ternyata rasm utsmani hanya menulis satu nun yang bertasydid. Ada pertanyaan muncul, dimana letak dammahnya?sehingga untuk mempertemukan kedua lafadz

tersebut dipilihlah jalan tengah yaitu bunyi bacaan mengikuti rasm, sedangkan gerakan bibir mengikuti lafadz asal.

Page 5: Pengertian Gharib Alqur’An

• 3.  Saktah

Saktah menurut bahasa berasal dari wazan lafadz  ا� �و�ت ك س�ت - ك س ك�ت� س� .yang artinya diam, tidak bergerak – ي

Sedangkan menurut istilah ilmu qira’ah, saktah ialah berhenti sejenak sekedar satu alif tanpa bernafas. Dalam qira’ah Imam Ashim riwayat Hafs bacaan saktah terdapat di empat tempat yaitu : QS. Al-Kahfi: 1, QS. Yaasiin: 52, QS. Al-Qiyamah: 27 dan QS. Al-Muthafifin: 14.

Saktah pada QS. Al-Kahfi: 1, menurut segi kebahasaan susunan kalimatnya sudah sempurna. Dengan kata lain, jika seorang qari’ membaca waqaf pada lafadz ج�اع�و, sebenarnya sudah tepat karena sudah termasuk waqaf tamm. Namun apabila dilihat dari kalimat sesudahnya, ternyata ada lafadz �ما sehingga arti kalimatnya menjadi rancu atau kurang قيsempurna.

Page 6: Pengertian Gharib Alqur’An

4.  Tashil

Tashil menurut bahasa artinya memberi kemudahan, keringanan atau menyederhanakan hamzah qatha’ yang kedua, adapun menurut istilah qira’ah artinya membaca

antara hamzah dan alif . Dalam qira’ah Imam Ashim riwayat Hafs hanya ada satu bacaan tashil yaitu pada QS. Fusshilat:

44

ى�� ... ب� ر� ر� ر ى�� ب ر� ع� ر ر� � ۥ ه� ه� ي� ي ع� ر� ص� �ه ر�ا ع� ر ه �ا ر#ا � ر �$ا ي ب ر� ع� ر& ي'ا ر� ع� ه) ه� ي( ع� ر* ر+ ع� ر ر

Alasan lafadz ى�� ب ر� ع� ر ر� dibaca tashil, karena apabila ada dua hamzah qatha’ bertemu dan berurutan pada satu lafadz,

bagi lisan orang Arab merasa berat melafadzkannya, sehingga lafadz tersebut bisa ditashilkan (diringankan).

Page 7: Pengertian Gharib Alqur’An

5. Naql

Naql menurut bahasa berasal dari lafadz – – ق�ل�� ن ي قل نق�ال� yang artinya memindah, sedangkan menurut نistilah ilmu qira’ah artinya memindahkan harakat ke huruf sebelumnya. Dalam qira’ah Imam Ashim riwayat Hafs ada satu bacaan naql yaitu lafadz م� �س� اال� �س �ئ بpada QS. Al-Hujurat: 11. Alasan dibaca naql pada lafadz م� �س� adalah karena adanya dua hamzah اال�washal, yakni hamzah al ta’rif dan hamzah ismu yang mengapit lam, sehingga kedua hamzah tersebut tidak terbaca apabila disambung dengan kata sebelumnya. Faidahnya bacaan naql ialah untuk memudahkan dalam mengucapkannya atau membacanya.

Page 8: Pengertian Gharib Alqur’An

• 6. Badal (Mengganti)

• Badal menurut bahasa artinya mengganti, mengubah, sedangkan maksud badal disini adalah mengganti huruf hijaiyah satu dengan huruf hijaiyah lainnya . Yaitu mengganti hamzah mati dengan ya’, sebagian besar imam qira’ah sepakat mengganti hamzah qatha’ yang tidak menempel dengan lafadz sebelumnya dan jatuh sesudah hamzah washal dengan alif layyinah ,Contoh pada QS. Al-Ahqaf : 4 .(ى)

•… …�� ب ت�� ك� ك ك�ى ت�و ئ� ٱ � ك� تو ت� ��� ٱل ك�ى �� ك �ئ �ك �ئ ت� �ل ئ !"�• Cara membacanya, yaitu apabila seorang qari’ membaca waqaf pada

lafadz ( ك� ت�و ت�� ��� ٱل ك�ى � ) maka huruf ta’ mati dan hamzah mati diganti ya’ ( ف�ى�ون�ى �ت �ي ا �لس&م%و%ت� .sedangkan apabila dibaca washal tidak ada perubahan ( ٱ

Page 9: Pengertian Gharib Alqur’An

7.  Shilah 

Menurut ijma’ para ulama qurra’, bahwa apabila ada ha’ dlamir yang tidak diawali dengan huruf mati, maka ha’ dlamir tersebut harus dibaca panjang dan perlu ditambahkan huruf mad setelahnya, alasannya untuk menguatkan huruf ha’ dlamir tersebut karena tidak alasan yang mengharuskan membuang huruf setelah ha’ dlamir ketika huruf sebelumnya hidup (berharakat). Namun para ulama qurra’ kecuali Ibnu Katsir kurang senang menggabungkan dua huruf mati yang dipisah oleh huruf lemah (ha’), sehingga mereka membuang huruf mad dan memanjangkan ha’ dlamirnya, contoh ه�� ب ه�، ini ,لadalah madzhab imam Sibawaih. Sedangkan apabila ha’ dlamir tersebut diawali dengan huruf yang mati (sukun) maka harus dibaca pendek, contoh ه ل�ي إ ن ه�، .م