Pengertian Gaya Bahasa1

18
PENGERTIAN GAYA BAHASA 1. Gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa) (Keraf, 2007:113). 2. Gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Pendek kata penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu (Dale[et al], 1971:220). 3. Gaya bahasa adalah cara mempergunakan bahasa secara imajinatif, bukan dalam pengertian yang benar-benar secara kalamiah saja (Warriner [et al], 1977:602). 4. Gaya bahasa merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan atau mempengaruhi penyimak dan pembaca. Kata retorik berasal dari bahasa Yunani rhetor yang berarti orator atau ahli pidato. Pada masa Yunani kuno retorik memang merupakan bagian penting dari suatu pendidikan dan oleh karena itu aneka ragam gaya bahasa sangat penting dan harus dikuasai benar-benar oleh orang-orang Yunani dan Romawi yang telah memberi nama bagi aneka seni persuasi ini (Tarigan, 1985:5).

Transcript of Pengertian Gaya Bahasa1

Page 1: Pengertian Gaya Bahasa1

PENGERTIAN GAYA BAHASA

1. Gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui

bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis

(pemakai bahasa) (Keraf, 2007:113).

2. Gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan

efek dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda

atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Pendek kata

penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan

konotasi tertentu (Dale[et al], 1971:220).

3. Gaya bahasa adalah cara mempergunakan bahasa secara imajinatif, bukan

dalam pengertian yang benar-benar secara kalamiah saja (Warriner [et al],

1977:602).

4. Gaya bahasa merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam

berbicara dan menulis untuk meyakinkan atau mempengaruhi penyimak dan

pembaca. Kata retorik berasal dari bahasa Yunani rhetor yang berarti orator

atau ahli pidato. Pada masa Yunani kuno retorik memang merupakan bagian

penting dari suatu pendidikan dan oleh karena itu aneka ragam gaya bahasa

sangat penting dan harus dikuasai benar-benar oleh orang-orang Yunani dan

Romawi yang telah memberi nama bagi aneka seni persuasi ini (Tarigan,

1985:5).

Page 2: Pengertian Gaya Bahasa1

PENGETAHUAN TENTANG GAYA BAHASA MENURUT

KERAF

1. Sendi Gaya Bahasa

Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga sendi berikut:

1.1 Kejujuran

Kejujuran dalam bahasa berarti: kita mengikuti aturan-aturan,

kaidah-kaidah yang baik dan benar dalam berbahasa. Bahasa adalah alat

untuk kita bertemu dan bergaul. Sebab itu, ia harus digunakan pula

secara tepat dengan memperhatikan sendi kejujuran.

1.2 Sopan-santun

Yang dimaksud dengan sopan-santun adalah memberi penghargaan

atau menghormati orang yang diajak bicara, khususnya pendengar atau

pembaca. Rasa hormat dalam gaya bahasa dimanifestasikan melalui

”kejelasan” dan ”kesingkatan”. Menyampaikan sesuatu secara jelas

berarti tidak membuat pembaca atau pendengar memeras keringat untuk

mencari tahu apa yang ditulis atau dikatakan. ”Kejelasan” dengan

demikian akan diukur dalam beberapa butir kaidah berikut, yaitu:

a. kejelasan dalam struktur gramatikal kata dan kalimat;

b. kejelasan dalam korespondensi dengan fakta yang diungkapkan

melalui kata-kata atau kalimat tadi;

c. kejelasan dalam pengurutan ide secara logis;

d. kejelasan dalam penggunaan kiasan dan perbandingan.

”Kesingkatan” dapat dicapai melalui usaha untuk mempergunakan

kata-kata secara efisien, meniadakan penggunaan dua kata atau lebih

yang bersinonim secara longgar, menghindari tautologi; atau

mengadakan repetisi yang tidak perlu.

Di antara ”kejelasan” dan ”kesingkatan” sebagai ukuran sopan-santun,

syarat kejelasan masih jauh lebih penting daripada syarat kesingkatan.

Page 3: Pengertian Gaya Bahasa1

1.3 Menarik

Sebuah gaya bahasa yang menarik dapat diukur melalui beberapa

komponen berikut: variasi, humor yang sehat, pengertian yang baik,

tenaga hidup (vitalitas), dan penuh daya khayal (imajinasi).

Penggunaan variasi akan menghindari monotoni dalam nada,

struktur, dan pilihan kata. Humor yang sehat berarti gaya bahasa itu

mengandung tenaga untuk menciptakan rasa gembira dan nikmat.

Vitalitas dan daya khayal adalah pembawaan yang berangsur-angsur

dikembangkan melalui pendidikan, latihan, dan pengalaman.

2. Jenis-jenis Gaya Bahasa

Keraf mengelempokkan jenis-jenis gaya bahasa dalam dua segi, yaitu:

2.1 Segi Nonbahasa

Pengikut Aristoteles menerima style sebagai hasil dari bermacam-

macam unsur. Pada dasarnya style dapat dibagi atas tujuh pokok sebagai

berikut:

2.1.1 Berdasarkan Pengarang : gaya yang disebut sesuai dengan nama

pengarang dikenal berdasarkan ciri pengenal yang digunakan

pengarang atau penulis dalam karangannya. Pengarang yang kuat

dapat mempengaruhi orang-orang sejamannya, atau pengikut-

pengikutnya, sehingga dapat membentuk sebuah aliran. Kita

mengenal gaya Chairil, gaya Takdir, dan sebagainya.

2.1.2 Berdasarkan Masa : gaya bahasa yang didasarkan pada masa

dikenal karena ciri-ciri tertentu yang berlangsung dalam suatu

kurun waktu tertentu. Misalnya ada gaya lama, gaya klasik, gaya

sastra modern, dan sebagainya.

2.1.3 Berdasarkan Medium : yang dimaksud dengan medium adalah

bahasa dalam arti alat komunikasi. Karena tiap bahasa, struktur

dan situasi sosial pemakainya memiliki corak tersendiri. Sebuah

karya yang ditulis dalam bahasa Jerman akan memiliki gaya yang

berlainan, bila ditulis dalam bahasa Indonesia, Prancis, atau

Page 4: Pengertian Gaya Bahasa1

Jepang. Dengan demikian kita mengenal gaya Jerman, Inggris,

Prancis, Indonesia, dan sebagainya.

2.1.4 Berdasarkan Subyek : subyek yang menjadi pokok pembicaraan

dalam sebuah karangan dapat mempengaruhi pula gaya bahasa

sebuah karangan. Berdasarkan hal ini kita mengenal gaya filsafat,

ilmiah, (hukum, teknik, sastra, dsb), populer, didaktik, dan

sebagainya.

2.1.5 Berdasarkan Tempat : gaya ini mendapatkan namanya dari lokasi

geografis, karena ciri-ciri kedaerahan mempengaruhi ungkapan

atau ekspresi bahasanya. Ada gaya Jakarta, gaya Jogya, gaya

Medan, dan sebagainya.

2.1.6 Berdasarkan Hadirin : seperti halnya dengan subyek, maka

hadirin atau jenis pembaca juga mempengaruhi gaya yang

dipergunakan seorang pengarang. Ada gaya populer atau gaya

demagog yang cocok untuk rakyat banyak. Ada gaya sopan yang

cocok untuk lingkungan istana atau lingkungan yang terhormat.

Ada pula gaya intim (familiar) yang cocok untuk lingkungan

keluarga atau untuk orang yang akrab.

2.1.7 Berdasarkan Tujuan : gaya yang berdasarkan pada maksud yang

ingin disampaikan oleh pengarang. Ada gaya sentimental, gaya

sarkastik, gaya diplomatis, gaya agung atau luhur, gaya teknis

atau informasional, dan ada gaya humor.

Page 5: Pengertian Gaya Bahasa1

2.2 Segi Bahasa

Dilihat dari sudut bahasa atau unsur-unsur bahasa yang digunakan,

maka gaya bahasa dapat dibedakan berdasarkan titik tolak unsur bahasa

yang dipergunakan, yaitu:

2.2.1 Gaya Bahasa Berdasarkan Pilihan Kata

Gaya bahasa ini mempersoalkan ketepatan dan kesesuaian

dalam menghadapi situasi-situasi tertentu. Dalam bahasa standar

(bahasa baku) dapatlah dibedakan: gaya bahasa resmi, gaya

bahasa tak resmi dan gaya bahasa percakapan.

2.2.1.1 Gaya Bahasa Resmi

Gaya bahasa resmi adalah gaya dalam bentuknya

yang lengkap, gaya yang dipergunakan dalam

kesempatan-kesempatan resmi, gaya yang dipergunakan

oleh mereka yang diharapkan mempergunakannya dengan

baik dan terpelihara. Misalnya: amanat kepresidenan,

berita negara, khotbah-khotbah mimbar, tajuk rencana,

pidato-pidato yang penting, artikel-artikel yang serius,

atau esei yang memuat subyek-subyek yang penting,

semuanya dibawakan dengan gaya bahasa resmi.

Contoh gaya bahasa resmi:

Bahwa sesunguhnya kemerdekaan itu ialah hak

segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di

atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan

peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan

Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia

dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia

ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia

yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Atas berkat rahmat Allah yang mahakuasa dan

dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya

Page 6: Pengertian Gaya Bahasa1

berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat

Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu

pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap

bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

dan untuk memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah

kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu

Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang

terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik

Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan

berdasarkan kepada: Ketuhanan yang mahaesa,

Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan

Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta

dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia.

2.2.1.2 Gaya Bahasa tak Resmi

Gaya bahasa tak resmi juga merupakan gaya bahasa

yang dipergunakan dalam bahasa standar, khususnya

dalam kesempatan-kesempatan yang tidak formal atau

kurang formal. Singkatnya gaya bahasa tak resmi adalah

gaya bahasa yang umum dan normal bagi kaum

terpelajar. Misalnya: editorial, buku-buku pegangan,

artikel-artikel mingguan atau bulanan, dalam perkuliahan,

kolumnis, karya-karya tulis, dan sebagainya.

Contoh gaya bahasa tak resmi:

Sumpah Pemuda yang dicetuskan pada tanggal 28

Oktober 1928 adalah peristiwa nasional, yang

Page 7: Pengertian Gaya Bahasa1

mengandung benih nasionalisme. Sumpah Pemuda

dicetuskan pada zaman penjajahan. Nasionalisme pada

zaman penjajahan mempunyai watak khusus yakni anti

penjajahan. Peringatan kepada Sumpah Pemuda

sewajarnya berupa usaha merealisasikan gagasan-

gagasan Sumpah Pemuda.

Generasi tahun 1948 adalah generasi pencetus

Sumpah Pemuda yang berjuang demi keinginan

bernegara. Generasi tahun 1945 berjuang untuk

melaksanakan gagasan kemerdekaan. Generasi tahun

1966 adalah generasi pembina dan pengembang nilai-

nilai nasional.

2.2.1.3 Gaya Bahasa Percakapan

Dalam gaya bahasa ini, pilihan katanya adalah kata-

kata populer dan kata-kata percakapan.

Contoh gaya bahasa percakapan yang diambil dari suatu

diskusi yang direkam dengan alat perekam dalam seminar

bahasa Indonesia tahun 1966 di Jakarta:

Pertanyaan yang pertama, di sini memang sengaja

saya tidak membedakan antara istilah jenis kata atau

word classes atau part of speech. Jadi ketiganya saya

artikan sama di sini. Maksud saya ialah kelas-kelas kata,

jadi penggolongan kata, dan hal itu bergantung kepada

dari mana kita melihat dan dasar apa yang kita pakai

untuk menggolongkan.

2.2.2 Gaya Bahasa Berdasarkan Nada

Gaya bahasa berdasarkan nada didasarkan pada sugesti

yang dipancarkan dari rangkaian kata-kata yang terdapat dalam

sebuah wacana. Sering kali sugesti ini akan lebih nyata kalau

diikuti dengan sugesti suara dari pembicara, bila sajian yang

Page 8: Pengertian Gaya Bahasa1

dihadapi adalah bahasa lisan. Gaya bahasa dilihat dari sudut nada

yang terkandung dalam sebuah wacana , dibagi atas:

2.2.2.1 Gaya Sederhana

Gaya ini biasanya cocok untuk memberi instruksi,

perintah, pelajaran, perkuliahan, dan sejenisnya. Maka,

gaya ini cocok pula digunakan untuk menyampaikan

fakta atau pembuktian-pembuktian.

2.2.2.2 Gaya Mulia dan Bertenaga

2.2.2.3 Gaya Menengah

Sesuai dengan namanya, gaya ini penuh dengan

vitalitas dan energi, dan biasanya dipergunakan untuk

menggerakkan sesuatu. Menggerakkan sesuatu tidak

saja dengan mempergunakan tenaga dan vitalitas

pembicara, tetapi juga dapat mempergunakan nada

keagungan dan kemuliaan. Nada yang agung dan mulia

akan sanggup pula menggerakkan emosi setiap

pendengar. Misalnya: khotbah tentang kemanusiaan dan

keagamaan, kesusilaan, dan Ketuhanan.

2.2.2.4 Gaya Menengah

Gaya menengah adalah gaya yang diarahkan kepada

usaha untuk menimbulkan suasana senang dan damai.

Karena tujuannya adalah menciptakan suasana senang

dan damai, maka nadanya juga bersifat lemah lembut,

penuh kasih sayang, dan mengandung humor yang

sehat. Misalnya: pada kesempatan-kesempatan khusus

seperti pesta, pertemuan, dan rekreasi.

Jadi dalam sebuah pidato atau tulisan, seorang pembicara atau

penulis dapat mempergunakan bermacam-macam cara. Pada suatu

kesempatan ia berusaha untuk mengobar-ngobarkan emosi dengan

mempergunakan kata-kata yang bertenaga, tetapi pada kesempatan lain

ia berbicara dengan lemah-lembut. Pada suatu bagian dari pidato atau

Page 9: Pengertian Gaya Bahasa1

tulisannya ia berbicara dengan gaya sederhana agar jelas persoalan

yang dikemukakannya, namun di bagian lain ia berusaha untuk

menyentuh emosi pembaca atau pendengar melalui nada yang agung

dan mulia.

2.2.3 Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat

2.2.4 Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna

Yang dimaksud dengan struktur kalimat di sini adalah

kalimat bagaimana tempat sebuah unsur kalimat yang

dipentingkan dalam kalimat tersebut. Ada kalimat yang bersifat

periodik, bila bagian yang terpenting atau gagasan yang

mendapat penekanan ditempatkan pada akhir kalimat. Ada

kalimat yang bersifat kendur, yaitu bila bagian kalimat yang

mendapat penekanan ditempatkan pada awal kalimat. Dan jenis

yang ketiga adalah kalimat berimbang, yaitu kalimat yang

mengandung dua bagian kalimat atau lebih yang kedudukannya

sama tinggi atau sederajat. Gaya bahasa yang termasuk ke dalam

kategori ini, anatara lain: klimaks, antiklimaks, paralelisme,

antitesis, repetisi (epizeuksis, tautotes, anafora, epistrofa,

simploke, mesodiplosis, epanalepsis, anadiplosis).

2.2.5 Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna

Gaya bahasa berdasarkan makna diukur dari langsung

tidaknya makna, yaitu apakah acuan yang dipakai masih

mempertahankan makna denotatifnya atau sudah ada

penyimpangan. Bila acuan yang digunakan itu masih

mempertahankan makna dasar, maka bahasa itu masih bersifat

polos. Tetapi bila sudah ada perubahan makna, entah berupa

makna konotatif atau sudah menyimpang jauh dari makna

denotatifnya, maka acuan itu dianggap sudah memiliki gaya

sebagai yang dimaksudkan di sini.

Gaya bahasa berdasarkan ketidaklangsungan makna ini

biasanya disebut sebagai trope atau figure of speech, yaitu suatu

Page 10: Pengertian Gaya Bahasa1

penyimpangan bahasa secara evaluatif atau secara emotif dari

bahasa biasa, entah dalam (1) ejaan, (2) pembentukkan kata, (3)

konstruksi (kalimat, klausa, frasa), atau (4) aplikasi sebuah

istilah, untuk memperoleh kejelasan, penekanan, hiasan, humor,

atau sesuatu efek yang lain. Dengan demikian trope atau figure of

speech memiliki bemacam-macam fungsi: menjelaskan,

memperkuat, menghidupkan obyek mati, menstimulasi asosiasi,

menimbulkan gelak tawa, atau untuk hiasan. Gaya bahasa

berdasarkan langsung tidaknya makna (trope atau figure of

speech) dibagi atas dua kelompok, yaitu:

2.2.5.1 Gaya bahasa retoris, yaitu gaya bahasa yang semata-

mata merupakan penyimpangan dari konstruksi biasa

untuk mencapai efek tertentu. Yang termasuk ke dalam

gaya bahasa ini, antara lain: aliterasi, asonansi, anastrof,

apofasis atau preterisio, apostrof, asindeton,

polisindeton, kiasmus, elipsis, eufemismus, litotes,

histeron proteron, pleonasme, tautologi, perifrasis,

prolepsis atau antisipasi, erotesis atau pertanyaan

retoris, silepsis, zeugma, koreksio atau epanortesis,

hiperbol, paradoks, oksimoron.

2.2.5.2 Gaya bahasa kiasan, yaitu gaya bahasa yang merupakan

penyimpangan yang lebih jauh, khususnya dalam

bidang makna, yang termasuk ke dalam gaya bahasa ini,

antara lain: persamaan atau simile, metafora, alegori,

parabel, fabel, personifikasi atau prosopopoeia, alusi,

eponim, epitet, sinekdoke, metonimia, antonomasia,

hipalase, ironi, sinisme, sarkasme, satire, inuendo,

antifrasis, pun atau paronomasia.

Page 11: Pengertian Gaya Bahasa1

PENGETAHUAN TENTANG GAYA BAHASA MENURUT

TARIGAN

Pengklasifikasian gaya bahasa menurut Tarigan terbagi atas empat kelompok

yaitu:

1. Gaya Bahasa Perbandingan, yang termasuk ke dalam gaya bahasa ini antara

lain: perumpamaan, metafora, personifikasi, depersonifikasi, alegori, antitesis,

pleonasme, tautologi, perifrasis, antisipasi, atau prolepsis, koreksio atau

epanortesis.

2. Gaya Bahasa Pertentangan, yang termasuk ke dalam gaya bahasa ini antara

lain: hiperbola, litotes, ironi, oksimoron, paronomasia, paralipsis, zeugma,

silepsis, satire, inuendo, antifrasis, paradoks, klimaks, antiklimaks, apostrof,

anastrof atau inversi, apofasis atau preterisio, histeron proteron, hipalase,

sinisme, sarkasme.

3. Gaya Bahasa Pertautan, yang termasuk dalam gaya bahasa ini antara lain:

metonimia, sinekdoke, alusi, eufemisme, eponim, epitet, antonomasia,

erotesis, paralelisme, elipsis, gradasi, asindeton, polisindeton.

4. Gaya Bahasa Perulangan, yang termasuk ke dalam gaya bahasa ini antara lain:

aliterasi, asonansi, antanaklasis, kiasmus, epizeuksis, tautotes, anafora,

epistrofa, simploke, mesodiplosis, epanalepsis, anadiplosis.