Pengertian dan Jenis-Jenis Antena | SMK Daarut Tauhiid Boarding School Bandung
Pengertian dan Pentingnya SMK
-
Upload
bayu-ary-yoga -
Category
Documents
-
view
526 -
download
30
description
Transcript of Pengertian dan Pentingnya SMK
PENGANTAR PENDIDIKAN
PENGERTIAN DAN PENTINGNYA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
Oleh:
I Nyoman Bayu Ary Yoga 1213011128
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
2015
I. Latar Belakang
ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan wujud kesepakatan dari
negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam
rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan
menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta menciptakan pasar regional
bagi 500 juta penduduknya. Adanya persaingan global menuntut untuk meningkatkan
segala sektor negara, baik politik, ekonomi, pendidikan, maupun ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Dalam upaya pembangunan bangsa, tampaknya pengembangan sumber daya manusia
adalah yang paling penting. Masalah SDM tidak bisa lepas dari masalah tenaga kerja.
Kualitas tenaga kerja sangat bergantung pada kualitas SDM.
Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas SDM tersebut adalah
pendidikan. Dengan pendidikan maka kualitas manusia diubah ke arah yang lebih
baik dan menjadikannya sumber daya yang berguna bagi dirinya maupun bagi
masyarakat. Pendidikan merupakan suatu proses dalam meningkatkan, memperbaiki,
mengubah pengetahuan, keterampilan sertaperilaku seseorang sebagai usaha
mencerdaskan manusia melalui kegiatann pengajaran dan pelatihan. Pendidikan
adalah suatu proses yang berkelanjutan, terus menerus dan berlangsung seumur hidup
dalam rangka mewujudkan manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.
Semakin ketatnya persaingan di era global dan tuntutan persaingan di dunia
kerja, sangat dibutuhkan SDM yang mampu membangun dirinya sendiri serta
bersama-sama berta nggung jawab atas pembangunan bangsa. Untuk menyiapkan
SDM yang berkualitas sesuai dengan tuntutan kebutuhan pasar kerja atau dunia
usaha/industri, perlu adanya hubungan timbal balik dengan dunia usaha/industri dan
lembaga pendidikan baik pendidikan formal, informal maupun yang dikelola oleh
industri itu sendiri.
Berpijak dari kebutuhan SDM yang berkualitas, maka usaha pemerintah
antara lain menyelenggarakan jalur-jalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah.
Jalur pendidikan menengah adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan
timbal-balik dengan lingkungan sosial budaya, dan alam sekitar, serta dapat
mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi,
sekolah menengah terdiri atas pendidikan umum dan pendidikan kejuruan. Jalur
pendidikan umum adalah pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan dan
keterampilan peserta didik dengan pengkhususan yang diwujudkan pada tingkat-
tingkat akhir masa pendidikan.
Pendidikan umum berfungsi sebagai acuan umum bagi jenis pendidikan
lainnya, yang termasuk pendidikan menengah umum adalah SMA. Pendidikan
kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja
pada bidang pekerjaan tertentu, seperti bidang teknik, jasa boga, dan busana,
perhotelan, kerajinan, administrasi perkantoran, dan lain-lain. Lembaga
pendidikannya seperti SMK, SMTK, SMIP, SMIK, SMEA.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan salah satu dari lembaga
pendidikan diharapkan mampu mencetak tenaga-tenaga terampil yang siap pakai
sebagai tenaga menengah dalam berbagai bidang. SMK merupakan sekolah yang
menjanjikan lapangan kerja bagi para lulusannya, karena di SMK siswanya disiapkan
untuk mememiliki keahlian atau skill, supaya lulusannya nanti siap pakai memasuki
dunia kerja. Siswa SMK dipersiapkan untuk siap kerja setelah lulus sekolah.
Persoalan lapangan lowongan kerja di Indonesia memang menjadi salah satu faktor
mengapa sebagian siswa memilih masuk ke SMK. Siswa tersebut cenderung mencari
sekolah yang bisa mempermudah untuk mencari lowongan pekerjaan. Hal ini juga
dipengaruhi semakin tingginya biaya untuk melanjutkan kuliah.
Sebagai bagian dari Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan menengah
kejuruan merupakan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah, yang
mengutamakan pengembangan kemampuan peserta didik untuk dapat bekerja dalam
bidang tertentu, kemampuan beradaptasi di lingkungan kerja, melihat peluang kerja
dan mengembangkan diri di kemudian hari.
II. Pengertian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 telah mengatakan bahwa
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab” (Pasal 3 UU RI No 20/ 2003). Penyelenggaraan sekolah
menengah kejuruan didasarkan atas ketentuan yang ada pada Undang-Undang
Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional Bab VI
pasal 14 yang berbunyi sebagai berikut: “Jenis pendidikan formal terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi” dan pasal 15 yang
berbunyi sebagai berikut: “Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan,
akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus”. Sekolah menengah kejuruan
berdasarkan tingkatan pendidikan setara dengan sekolah menengah atas, akan tetapi
keduanya mempunyai tujuan yang berbeda.
Pengertian mengenai sekolah menengah kejuruan terdapat pada Peraturan
Pemerintah No. 74 tahun 2008 pasal 1 ayat 21 yang menyatakan bahwa “Sekolah
Menengah Kejuruan yang selanjutnya disingkat SMK adalah salah satu bentuk satuan
pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang
Pendidikan Menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang
sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau
MTs”. SMK sering disebut juga STM (Sekolah Teknik Menengah). Sekolah
Menengah Kejuruan merupakan salah satu jenjang pendidikan menengah dengan
kekhususan mempersiapkan lulusannya untuk siap bekerja. Pendidikan kejuruan
mempunyai arti yang bervariasi namun dapat dilihat suatu benang merahnya.
Menurut Evans dalam Rasto (2012) mendefinisikan bahwa pendidikan kejuruan
adalah bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih
mampu bekerja pada suatu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada
bidang-bidang pekerjaan lainnya. Dengan pengertian bahwa setiap bidang studi
adalah pendidikan kejuruan sepanjang bidang studi tersebut dipelajari lebih
mendalam dan kedalaman tersebut dimaksudkan sebagai bekal memasuki dunia kerja.
Mengacu pada pada isi Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003 pasal 3 mengenai tujuan pendidikan nasional dan penjelasan pasal 15 yang
menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang
mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja di bidang tertentu.
III. Tujuan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Sekolah menengah kejuruan (SMK) sebagai bentuk satuan pendidikan
kejuruan sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan Pasal 15 UU SISDIKNAS,
merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk
bekerja dalam bidang tertentu. Tujuan umum dan tujuan khusus pendidikan
menengah kejuruan adalah sebagai berikut.
Tujuan Umum:
1) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Tuhan Yang
Maha Esa;
2) Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi warga negara yang
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis, dan
bertanggung jawab;
3) Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki wawasan kebangsaan,
memahami dan menghargai keanekaragaman budaya bangsa Indonesia;
4) Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kepedulian terhadap
lingkungan hidup, dengan secara aktif turut memelihara dan melestarikan
lingkungan hidup, serta memanfaatkan sumber daya alam dengan efektif dan
efisien.
Tujuan Khusus:
1) Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja
mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia
industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi
dalam program keahlian yang dipilihnya;
2) Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karier, ulet dan gigih dalam
berkompetisi, beradaptasi di lingkungan kerja, dan mengembangkan sikap
profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya;
3) Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, agar
mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun
melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi;
4) Membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi yang sesuai dengan
program keahlian yang dipilih.
IV. Teori Belajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Teori belajar menurut psikologi pendidikan yang melandasi pembelajaran
yang diterapkan di SMK adalah:
1. Aliran Behavioristik
Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman. Belajar merupakan akibat adanya interaksi
antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia
dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar
yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa
respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa,
sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang
diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon
tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat
diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa
yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa
(respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan
pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat
terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Pendidikan kejuruan merupakan upaya menyediakan stimulus berupa
pengalaman belajar untuk membantu mereka dalam mengembangkan diri dan
potensinya. Oleh karena itu, keunikan tiap individu dalam berinteraksi dengan
dunia luar melalui pengalaman belajar merupakan upaya terintegrasi guna
menunjang proses perkembangan diri anak didik secara optimal. Kondisi ini
tertampilkan dalam prinsip pendidikan kejuruan “learning by doing”, dengan
kurikulum yang berorientasi pada dunia kerja.
Hal ini sesuai dengan teori belajar sosial yang dikemukakan oleh
Albert Banduran. Bandura menyatakan, banyak aspek fungsi kepribadian
melibatkan interaksi orang itu dengan orang lain. Bandura juga
mengemukakan melalui observasi orang dapat memperoleh respon yang tidak
terhingga banyaknya, yang mungkin diikuti dengan hubungan atau penguatan.
Inti dari belajar melalui observasi adalah modeling. Menurut Bandura proses
mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model
merupakan tindakan belajar. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia
dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif,
perilaku dan pengaruh lingkungan. Peniruan atau meniru sesungguhnya tidak
tepat untuk mengganti kata modeling, karena modeling bukan sekedar
menirukan atau mengulangi apa yang dilakukan orang model (orang lain),
tetapi modeling melibatkan penambahan dan atau pengurangan tingkah laku
yang teramati, menggeneralisir berbagai pengamatan sekaligus, melibatkan
proses kognitif.
Bila dikaitkan dengan pembelajaran dalam sekolah menengah
kejuruan, hal ini sangat kental penerapannya dalam program magang atau
pelatihan lapangan yang dilakukan siswa. Maka dalam menyiapkan siswa agar
mampu lebih memahami dan mengenal dunia kerja nantinya sangat
diperlukan tenaga ahli yang akan menjadi panutan mereka dalam melihat dan
mempelajari dunia kerja secara langsung.
2. Aliran Informasi
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran
merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan anak.
Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Dalam
pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah
sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam
pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal
dan kondisi-kondisi eksternal indivisdu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam
diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif
yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan
dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Teori konstruktivis merupakan salah satu teori yang dilandasi oleh
aliran informasi. Filsafat konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan
adalah hasil konstruksi manusia melalui interaksi dengan objek, fenomena
pengalaman dan lingkungan mereka.
Konstruktivisme personal yang dikemukakan oleh Piaget menekankan
bagaimana anak secara individual mengkonstruksi pengetahuan dari
berinteraksi dengan pengalaman dan objek yang dihadapinya. Ia menekankan
bagaimana seorang anak mengadakan abstraksi, baik secara sederhana
maupun secara refleksif, dalam membentuk pengetahuannya. Dalam
pandangan Piaget, pengetahuan dibentuk oleh anak lewat asimilasi dan
akomodasi dalam proses yang terus menerus.
Konstruktivisme sosial yang dikemukakan oleh Vygotsky berpendapat
bahwa di samping individu, kelompok di mana individu berada, sangat
menentukan proses pembentukan pengetahuan pada diri seseorang. Melalui
komunikasi dengan komunitasnya, pengetahuan seseorang mengalami
verifikasi dan penyempurnaan. Vygotsky menandaskan bahwa kematangan
fungsi mental anak justru terjadi lewat proses kerjasama dengan orang lain.
Konstruktivisme sosial menekankan bahwa pembentukan ilmu pengetahuan
merupakan hasil pembentukan individu bersama-sama dengan masyarakat
sekitarnya.
Aktivitas adalah salah satu faktor dalam konstruksi pengetahuan, dan
keikutsertaan siswa dalam seluruh aktivitas dan interaksi pembelajaran setiap hari
merupakan kekuatan untuk mengakses informasi dan keterampilan yang lebih tinggi.
Bertambahnya pengalaman secara rutin dan langsung dalam melakukan suatu
pekerjaan akan memberikan siswa kemampuan untuk memecahkan masalah secara
efektif, reflektif dan berkesinambungan.
V. Pendekatan Pembelajaran
Pemelajaran berbasis kompetensi harus menganut prinsip pemelajaran tuntas
(mastery learning) untuk dapat menguasai sikap (attitude), ilmu pengetahuan
(knowledge), dan keterampilan (skills) agar dapat bekerja sesuai dengan profesinya
seperti yang dituntut oleh suatu kompetensi. Untuk dapat belajar secara tuntas, perlu
dikembangkan prinsip pemelajaran sebagai berikut:
1) Learning by doing (belajar melalui aktivitas/kegiatan nyata, yang memberikan
pengalaman belajar bermakna) yang dikembangkan menjadi pemelajaran
berbasis produksi.
2) Individualized learning (pemelajaran dengan memperhatikan keunikan setiap
individu) yang dilaksanakan dengan sistem modular.
Mengingat lulusan SMK dapat bekerja sebagai wiraswastawan atau pegawai,
pelaksanaan pemelajaran dengan pendekatan tersebut di atas dapat dilakukan melalui
dua jalur alternatif sebagai berikut:
1) Jalur kelas industri/employee : peserta didik belajar di sekolah dan berlatih di
industri.
2) Jalur kelas wiraswasta/mandiri/selfemployed : peserta didik belajar dan
berlatih berwiraswasta di sekolah dan berusaha secara mandiri.
Pemilihan model pemelajaran kelas industri atau kelas wiraswasta
mempertimbangkan minat dan kemampuan peserta didik serta kondisi sekolah,
industri serta dunia kerja sekitar sekolah. Yang paling menentukan adalah ada
tidaknya kesempatan berwirausaha pada program keahlian yang diminati peserta
didik.
VI. Pola Penyelenggaraan
Pendidikan di SMK dapat menerapkan berbagai pola penyelengaraan
pendidikan yang dapat dilaksanakan secara terpadu yaitu pola pendidikan sistem
ganda (PSG), multi entry-multi exit (MEME), dan pendidikan jarak jauh.
1) Pola pendidikan sistem ganda (PSG)
PSG pada dasarnya merupakan suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan
keahlian profesional yang memadukan secara sistematik dan sinkron program
pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui
kegiatan bekerja langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat
keahlian profesional tertentu. PSG adalah pola penyelenggaraan diklat yang
dikelola bersama-sama antara SMK dengan industri/ asosiasi profesi sebagai
institusi pasangan (IP), mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga tahap
evaluasi dan sertifikasi yang merupakan satu kesatuan program dengan
menggunakan berbagai bentuk alternatif pelaksanaan, seperti day release, block
release, dsb. Durasi pelatihan di industri dilaksanakan selama 4 (empat) bulan
s.d. 1 (satu) tahun pada industri dalam dan atau luar negeri. Pola pendidikan
sistem ganda diterapkan dalam proses penyelenggaraan SMK dalam rangka lebih
mendekatkan mutu lulusan dengan kemampuan yang diminta oleh dunia
industri/usaha.
2) Pola multi entry-multi exit
Pola multi entry-multi exit, sebagai perwujudan konsep pendidikan dengan
sistem terbuka, diterapkan agar peserta didik dapat memperoleh layanan secara
fleksibel dalam menyelesaikan pendidikannya. Dengan pola ini, peserta didik di
SMK dapat mengikuti pendidikan secara paruh waktu karena sambil bekerja atau
mengambil program/kompetensi di berbagai institusi pendidikan antara lain
SMK, lembaga kursus, diklat industri, politeknik, dan sebagainya.
3) Pendidikan jarak jauh
Dengan pola pendidikan jarak jauh, peserta didik di SMK dapat
menyelesaikan pendidikannya tanpa perlu hadir secara fisik di sekolah. Pola ini
akan diterapkan secara terbatas hanya bagi mata diklat atau kompetensi yang
memungkinkan untuk dilaksanakan sepenuhnya secara mandiri.
4) Bimbingan dan Konseling
Untuk menjamin terselenggaranya kegiatan pemelajaran yang efektif dan
efisien, SMK menyelenggarakan bimbingan dan konseling bagi peserta didik.
Kegiatan pembimbingan ini pada dasarnya merupakan bentuk layanan untuk
mengungkapkan, memantau dan mengarahkan kemampuan, bakat, dan minat
peserta didik pada saat penerimaan siswa baru dan selama proses pemelajaran di
SMK, untuk membantu mempersiapkan peserta didik memasuki dunia kerja.
5) Perpindahan Sekolah
Peserta didik SMK dimungkinkan untuk pindah pada jalur dan satuan
pendidikan lain yang setara, atau sebaliknya, sejauh memenuhi persyaratan
sekolah atau satuan pendidikan yang dituju.
VII. Peraturan Yang Melandasi Sekolah Menengah Kejuruan
1. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang standar pendidikan nasional pada Bab VI
pasal 14 tentang pendidikan formal, pasal 15 tentang jenis pendidikan, serta
penjelasan pasal 15 yang berbunyi “Pendidikan kejuruan merupakan
pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk
bekerja dalam bidang tertentu”.
2. PP Nomor 17 Tahun 2010 pasal 76 ayat (2) yang mengatur tentang fungsi dari
pendidikan menengah kejuruan yang berbunyi :
Pendidikan menengah kejuruan berfungsi:
a. meningkatkan, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai keimanan,
akhlak mulia, dan kepribadian luhur;
b. meningkatkan, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai kebangsaan dan
cinta tanah air;
c. membekali peserta didik dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta kecakapan kejuruan para profesi sesuai dengan kebutuhan
masyarakat;
d. meningkatkan kepekaan dan kemampuan mengapresiasi serta
mengekspresikan keindahan, kehalusan, dan harmoni;
e. menyalurkan bakat dan kemampuan di bidang olahraga, baik untuk
kesehatan dan kebugaran jasmani maupun prestasi; dan
f. meningkatkan kesiapan fisik dan mental untuk hidup mandiri di
masyarakat dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan
tinggi.
3. Permendikbud Nomor 60 Tahun 2014 yang mengatur tentang kurikulum 2013
Sekolah Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan yang berisikan
kerangka dasar kurikulum, struktur kurikulum, silabus, dan pedoman mata
pelajaran.
4. Permendikbud Nomor 70 Tahun 2013 yang mengatur tentang kerangka dasar
dan struktur kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliyah
Kejuruan secara lebih terperinci.
5. PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan pasal 7 ayat
(6) yang mengatur tentang kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi pada SMK/MAK, pasal 26 ayat (3) yang mengatur tentang tujuan
standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah kejuruan, pasal
30 ayat (5) yang mengatur tentang pendidik pada SMK/MAK, pasal 70 ayat
(7) yang mengatur tentang Ujian Nasional pada SMK/MAK.
VIII. Pentingnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Persepsi yang berkembang atau anggapan dalam masyarakat bahwa Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) “lebih rendah” jika dibandingkan dengan Sekolah
Menengah Atas (SMA), karena ada perbedaan yang mendasar antara SMK dan SMA.
Perbedaan tersebut dalam masyarakat sangat beralasan, karena orang tua yang
menyekolahkan anak di SMK umumnya berasal dari keluarga menengah ke bawah,
karena jika anak mereka lulus dari SMK pasti sudah memiliki ketrampilan yang
diperoleh selama studi. Dan jika anak mereka tidak memiliki kesempatan untuk
melanjutkan studi ke perguruan tinggi karena alasan orang tua tidak mampu,
dipastikan siswa tersebut telah memiliki ketrampilan untuk dapat membuka
usaha/berwirausaha ataupun bekerja.
Berdasarkan dari hal di ataslah keberadaan sekolah menengah kejuruan sangat
diperlukan. Pendidikan kejuruan menurut Sudira (dalam Rasto, 2012) memiliki tiga
manfaat utama yaitu: (1) bagi peserta didik sebagai peningkatan kualitas diri,
peningkatan peluang mendapatkan pekerjaan, peningkatan peluang berwirausaha,
peningkatan penghasilan, penyiapan bekal pendidikan lebih lanjut, penyiapan diri
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, penyesuaian diri terhadap perubahan dan
lingkungan; (2) bagi dunia kerja dapat memperoleh tenaga kerja berkualitas tinggi,
meringankan biaya usaha, membantu memajukan dan mengembangkan usaha; (3)
bagi masyarakat dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan
produktivitas nasional, meningkatkan penghasilan negara, dan mengurangi
pengangguran.
Pentingnya pendidikan kejuruan bila dikaji dari fungsinya menurut
Djojonegoro (dalam Rasto, 2012) menjelaskan pendidikan kejuruan memiliki multi-
fungsi yang kalau dilaksanakan dengan baik akan berkontribusi besar terhadap
pencapaian tujuan pembangunan nasional. Fungsi-fungsi itu meliputi: (1) sosialisasi
yaitu, transmisi dan konkritisasi nilai-nilai ekonomi, solidaritas, religi, seni, dan jasa;
(2) kontrol sosial yaitu, kontrol perilaku dengan normanorma kerjasama, keteraturan,
kebersihan, kedisiplinan, kejujuran, keterbukaan; (3) seleksi dan alokasi yaitu,
mempersiapkan, memilih, dan menempatkan calon tenaga kerja sesuai dengan
permintaan pasar kerja; (4) asimilasi dan konservasi budaya yaitu, absorbsi antar
budaya masyarakat serta pemeliharaan budaya lokal; (5) mempromosikan perubahan
demi perbaikan. Pendidikan kejuruan tidak sekedar mendidik dan melatih
keterampilan yang ada, tetapi juga harus berfungsi sebagai pendorong perubahan.
Pendidikan kejuruan berfungsi sebagai proses akulturasi atau penyesuaian diri dengan
perubahan dan enkulturasi atau pembawa perubahan bagi masyarakat. Karenanya
pendidikan kejuruan tidak hanya adaptif tetapi juga harus antisipatif.
DAFTAR PUSTAKA
Kumaat, Hernie. 2010. Persepsi Masyarakat Terhadap Sekolah Menengah Kejuruan
(Smk) Sebagai Upaya Memasuki Dunia Kerja.
http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/97. Di
akses pada tanggal 9 November 2015
Rasto. 2012. Pendidikan Kejuruan. Tersedia pada
http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI._PENDIDIKAN_MANAJEMEN_
PERKANTORAN/132296305-RASTO/Manajemen%20Pendidikan/Tinjauan
%20Pustaka/Pendidikan%20Kejuruan.pdf. Di akses pada tanggal 9 November
2015.
Saefudin, Agus. 2015. SMK: Sekolah Mencetak Kuli?.
http://www.kompasiana.com/agussaefudin/smk-sekolah-mencetak-
kuli_55c818f5187b6183048b4567. Di akses pada tanggal 9 November 2015.