Pengertian Dan Kegunaan PCR
-
Upload
luthfi-hilman-f -
Category
Documents
-
view
181 -
download
3
Transcript of Pengertian Dan Kegunaan PCR
Polymerase chain reaction (PCR)
(Diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Genetika SP)
Disusun oleh:
FENTI RIADIYATI (110210103009)
UMI FADILAH (110210103034)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIAKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
20131
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Genetika adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat keturunan (hereditas)
serta segala sluk beluknya selama ilmiah. Genetika disebut juga ilmu keturunan,
ilmu ini mempelajari berbagai aspek yang menyangkut pearisan sifat, bagaimana
sifat keturunan ilmu itu diturunkan dari generasi kegenerasi serta variasi-variasi
yang mungkin timbul didalamnya atau yang menyertainya. Pewarisan sifat
tersebut dapat terjadi melalui proses seksual. Genetika berusaha membawakan
material pembawa informasi untuk diwariskan (bahan genetik), bagaimana
informasi tersebut di ekspresikan ekspresi genetic dan bagaimana informasi
tersebut dipindahkan dari individu satu ke individu lain. PCR adalah suatu metode
in vitro yang digunakan untuk mensintesis sekuens tertentu DNA dengan
menggunakan dua primer oligonukleotida yang menghibridisasi pita yang
berlawanan dan mengapit dua target DNA. Kesederhanaan dan tingginya tingkat
kesuksesan amplifikasi sekuens DNA yang diperoleh menyebabkan teknik ini
semakin luas penggunaannya.
Dunia sekarang sedang mengalami perkembangan teknologi secara besar-
besaran. Hal ini dapat kita rasakan dalam berbagai bidang, salah satunya adalah
bidang kedokteran. Sebagai contoh dari perkembangan teknologi kedokteran
adalah ditemukannya ilmu biologi molekuler. Biologi molekuler merupakan salah
satu cabang biologi yang merujuk kepada pengkajian mengenai kehidupan pada
skala molekul. Ini termasuk penyelidikan tentang interaksi molekul dalam benda
hidup dan kesannya, terutama tentang interaksi berbagai sistem dalam sel,
termasuk interaksi DNA, RNA, dan sintesis protein, dan bagaimana interaksi
tersebut diatur. Biologi molekuler memberikan kontribusi yang amat sangat nyata
dalam bidang kedokteran. Dahulu, untuk mengetahui penyakit yang diderita harus
dengan menemukan organisme penyebab penyakit tersebut didalam tubuh. Dan
jika tidak ditemukan pasien dinyatakan negatif dan tidak diberikan tindakan
apapun. Padahal kenyataanya tidak semua penyakit organisme penyebabnya dapat
2
ditemukan dengan mudah. Namun dengan adanya biologi molekuler dokter dapat
memeriksa penyebab sampai dengan pada DNA pasien.
Asam nukleat merupakan suatu polinukleotida, yaitu polimer linier yang
tersusun dari monomer-monomer nukleotida yang berikatan melalui ikatan
fosfodiester. Fungsi utama asam nukleat adalah sebagai tempat penyimpanan dan
pemindahan informasi genetik. Informasi ini diteruskan dari sel induk ke sel anak
melalui proses replikasi. Sel memiliki dua jenis asam nukleat yaitu asam
deoksiribonukleat (deoxyribonucleic acid/DNA) dan asam ribonukleat
(ribonucleic acid/RNA).
Penggunaan metode PCR diperlukan empat komponen utama, yakni DNA
cetakan, oligonukleotida primer, deosiribonukleotida trifosfat (dNTP) yang terdiri
dari dATP, dCTP, dGTP, dTTP, dan) enzim polimerase yang digunakan untuk
mengkatalis reaksi sintesis rantai DNA. Proses PCR terdiri dari tiga tahap, yakni
denaturasi, penempelan (annealing), dan amplifikasi.
1.2 Rumusan masalah
2. Apa pengertian PCR?
3. Bagaimana tahapan PCR dapat berlangsung?
4. Kapan PCR mulai berperan?
5. BAGAIMANA Aplikasi Teknik PCR dalam kehidupan sehari-hari?
1.3 Tujuan
2. Untuk memahami konsep kegunaan tentang PCR
3. Menjadi referensi tambahan yang menunjang keberhasilan pembelajaran
matakuliah genetika.
4. Untuk mengetahui komponen dan proses PCR
1.4 Manfaat
Bagi penulis dan pembaca dapat memperoleh pengetahuan tentang prose
polymerase chain reaction serta manfaat PCR bagi manusia.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi PCR ( Polymerase Chain Reaction )
Pada tahun 1987 Kary Mullis menemukan teknik penggandaan urutan basa
nukleotida secara in vitro, sehingga tidak hanya sekedar digunakan untuk
membuat fragmen pelacak. Fragmen pelacak yang diperlukan dalam seleksi
rekombinan merupakan molekul DNA untai ganda yang urutan basanya harus
komplementer dengan sebagian urutan basa fragmen (gen) yang dilacak.
Dengan demikian, maka PCR adalah teknik yang digunakan untuk
memperbanyak DNA secara in vitro dengan cara menginkubasinya bersama
primer spesifik, polimerase DNA tahan panas dan nukleotida. Teknik atau reaksi
PCR akan lebih cepat dan selektif jika sumber DNA hanya sedikit atau tidak
murni, namun jika DNA tersedia dalam jumlah besar maka pengklonaan DNA
didalam sel merupakan metode yang paling baik untuk mempersiapkan gen
tertentu.
Dalam teknik PCR segmen sasaran spesifik apa pun didalam satu atau
banyak molekul DNA dapat dengan cepet di perbanyak atau disalin berkali-kali
dalam tabung reaksi. Sehingga dengan otomatis PCR dapat membuat milyaran
salinan segmen sasaran DNA dalam beberapa jam. Sedangkan jika dibandingkan
dengan teknik mempertemukan klona dengan gen yang dikehendaki dan
membiarkan gen itu bereplikasi didalam sel inang, maka akan membutuhkan
waktu yang jauh lebih lama. Jika di ibaratkan cara kerja PCR adalah memfotokopi
satu halaman saja, bukan memeriksa semua buku dalam perpustakaan.
Pengklonaan gen adalah proses yang menghasilkan banyak salinan gen
yang dikehendaki. Salinan-salinan ini dapat digunakan dalam sekuensing gen
tersebut, dalam menghasilkan protein yang dikodekan oleh gen tersebut.
2.2 Komponen PCR (Polymerase Chain Reaction)
Penggandaan urutan basa nukleotida berlangsung melalui reaksi
polimerisasi yang dilakukan berulang-ulang secara berantai selama beberapa
putaran (siklus). Tiap reaksi polimerisasi membutuhkan komponen-komponen
4
sintesis DNA seperti untai DNA yang akan digunakan sebagai cetakan (templat),
molekul oligonukleotida untai tunggal dengan ujung 3’-OH bebas yang berfungsi
sebagai prekursor (primer), sumber basa nukleotida berupa empat macam dNTP
(dATP, dGTP, dCTP, dTTP), dan enzim DNA polimerase.
DNA templat adalah DNA untai ganda yang membawa urutan basa
fragmen atau gen yang akan digandakan. Urutan basa ini disebut juga urutan
target (target sequence). Penggandaan urutan target pada dasarnya merupakan
akumulasi hasil polimerisasi molekul primer.
Primer adalah molekul oligonukleotida untai tunggal yang terdiri atas
sekitar 30 basa. Polimerisasi primer dapat berlangsung karena adanya
penambahan basa demi basa dari dNTP yang dikatalisasi oleh enzim DNA
polimerase. Namun, pada PCR enzim DNA polimerase yang digunakan harus
termostabil karena salah satu tahap reaksinya adalah denaturasi untai ganda DNA
yang membutuhkan suhu sangat tinggi (sekitar 95ºC). Salah satu enzim DNA
polimerase yang umum digunakan adalah Taq DNA polimerase, yang berasal dari
bakteri termofilik Thermus aquaticus.
2.3 Teknik dan Tahapan Terjadinya PCR (Polymerase Chain Reaction)
Tiap putaran reaksi PCR terdiri atas tiga tahap, yaitu denaturasi templat,
penempelan primer, dan polimerisasi primer, yang masing-masing berlangsung
pada suhu lebih kurang 95ºC, 50ºC, dan 70ºC. Pada tahap denaturasi, pasangan
untai DNA templat dipisahkan satu sama lain sehingga menjadi untai tunggal.
Pada tahap selanjutnya, masing-masing untai tunggal akan ditempeli oleh primer.
Jadi, ada dua buah primer yang masing-masing menempel pada untai tunggal
DNA templat. Biasanya, kedua primer tersebut dinamakan primer maju (forward
primer) dan primer mundur (reverse primer). Setelah menempel pada untai
DNA templat, primer mengalami polimerisasi mulai dari tempat penempelannya
hingga ujung 5’ DNA templat (ingat polimerisasi DNA selalu berjalan dari ujung
5’ ke 3’ atau berarti dari ujung 3’ ke 5’ untai templatnya) . Dengan demikian,
pada akhir putaran reaksi pertama akan diperoleh dua pasang untai DNA jika
DNA templat awalnya berupa sepasang untai DNA.
5
Pasangan-pasangan untai DNA yang diperoleh pada suatu akhir putaran
reaksi akan menjadi templat pada putaran reaksi berikutnya. Begitu seterusnya
hingga pada putaran yang ke n diharapkan akan diperoleh fragmen DNA pendek
sebanyak 2n – 2n. Fragmen DNA pendek yang dimaksudkan adalah fragmen yang
ukurannya sama dengan jarak antara kedua tempat penempelan primer. Fragmen
pendek inilah yang merupakan urutan target yang memang dikehendaki untuk
digandakan (diamplifikasi).
Bisa kita bayangkan seandainya PCR dilakukan dalam 20 putaran saja,
maka pada akhir reaksi akan diperoleh fragmen urutan target sebanyak 220 – 2.20
= 1.048576 – 40 = 1.048536 ! Jumlah ini masih dengan asumsi bahwa DNA
templat awalnya hanya satu untai ganda. Padahal kenyataannya, hampir tidak
mungkin DNA templat awal hanya berupa satu untai ganda. Jika DNA templat
awal terdiri atas 20 untai ganda saja, maka jumlah tadi tinggal dikalikan 20
menjadi 20.970.720, suatu jumlah yang sangat cukup bila akan digunakan sebagai
fragmen pelacak.
Tahapan PCR yang paling menentukan adalah penempelan primer.
Sepasang primer oligonukleotida (primer maju dan primer mundur) yang akan
dipolimerisasi masing-masing harus menempel pada sekuens target, tepatnya pada
kedua ujung fragmen yang akan diamplifikasi. Untuk itu urutan basanya harus
komplementer atau setidak-tidaknya memiliki homologi cukup tinggi dengan
urutan basa kedua daerah ujung fragmen yang akan diamplifikasi itu. Padahal, kita
belum mengetahui dengan pasti urutan basa sekuens target. Oleh karena itu,
diperlukan cara tertentu untuk merancang urutan basa kedua primer yang akan
digunakan.
Dasar yang digunakan adalah urutan basa yang diduga mempunyai
kemiripan dengan urutan basa sekuens target. Urutan ini adalah urutan serupa dari
sejumlah spesies/strain organisme lainnya yang telah diketahui/dipublikasikan.
Sebagai contoh, untuk merancang sepasang primer yang diharapkan dapat
mengamplifikasi sebagian gen lipase pada isolat Bacillus termofilik tertentu dapat
digunakan informasi urutan basa gen lipase dari strain-strain Pseudomonas
fluorescens, P. mendocina , dan sebagainya, yang sebelumnya telah diketahui.
6
Urutan-urutan
basa fragmen tertentu
dari berbagai strain
tersebut kemudian
dijajarkan dan dicari
satu daerah atau lebih
yang memperlihatkan
homologi tinggi antara
satu strain dan lainnya.
Daerah ini dinamakan
daerah lestari
(conserved area).
Sebagian/seluruh
urutan basa pada
daerah lestari inilah
yang akan menjadi
urutan basa primer.
Sebenarnya,
daerah lestari juga
dapat ditentukan
melalui penjajaran
urutan asam amino
pada tingkat protein.
Urutan asam amino ini
kemudian diturunkan
ke urutan basa DNA.
Dari satu urutan asam
amino sangat mungkin
akan diperoleh lebih
dari satu urutan basa
DNA karena setiap
asam amino dapat
7
disandi oleh lebih dari satu triplet kodon. Dengan demikian, urutan basa primer
yang disusun dapat merupakan kombinasi beberapa kemungkinan. Primer dengan
urutan basa semacam ini dinamakan primer degenerate. Selain itu, primer yang
disusun melalui penjajaran urutan basa DNA pun dapat merupakan primer
degenerate karena urutan basa pada daerah lestari di tingkat DNA pun tidak
selamanya memperlihatkan homologi sempurna (100%).
Urutan basa pasangan primer yang telah disusun kemudian dianalisis
menggunakan program komputer untuk mengetahui kemungkinan terjadinya
primer-dimer akibat homologi sendiri (self-homology) atau homologi silang
(cross-homology). Selain itu, juga perlu dilihat kemungkinan terjadinya salah
tempel (mispriming), yaitu penempelan primer di luar sekuens target. Analisis
juga dilakukan untuk mengetahui titik leleh (Tm) masing-masing primer dan
kandungan GC-nya. Sepasang primer yang baik harus mempunyai Tm yang relatif
sama dengan kandungan GC yang cukup tinggi.
2.4 Aplikasi teknik PCR
Kary B Mullis yang telah menemukan dan mengaplikasikan PCR pada
tahun 1984. Saat ini PCR sudah digunakan secara luas untuk berbagai macam
kebutuhan, diantaranya:
a. Isolasi Gen
DNA makhluk hidup memiliki ukuran yang sangat besar, DNA manusia saja
panjangnya sekitar 3 miliar basa, dan di dalamnya mengandung ribuan gen.
Sebagaimana kita tahu bahwa fungsi utama DNA adalah sebagai sandi genetik,
yaitu sebagai panduan sel dalam memproduksi protein, DNA ditranskrip
menghasilkan RNA, RNA kemudian diterjemahkan untuk menghasilkan rantai
asam amino alias protein. Dari sekian panjang DNA genome, bagian yang
menyandikan protein inilah yang disebut gen, sisanya tidak menyandikan protein
atau disebut ‘junk DNA’, DNA ‘sampah’ yang fungsinya belum diketahui dengan
baik. Kembali ke pembahasan isolasi gen, para ahli seringkali membutuhkan gen
tertentu untuk diisolasi. Sebagai contoh, dulu kita harus mengekstrak insulin
langsung dari pankreas sapi atau babi, kemudian menjadikannya obat diabetes,
proses yang rumit dan tentu saja mahal serta memiliki efek samping karena
8
insulin dari sapi atau babi tidak benar-benar sama dengan insulin manusia. Berkat
teknologi rekayasa genetik, kini mereka dapat mengisolasi gen penghasil insulin
dari DNA genome manusia, lalu menyisipkannya ke sel bakteri (dalam hal ini E.
coli) agar bakteri dapat memproduksi insulin juga. Hasilnya insulin yang sama
persis dengan yang dihasilkan dalam tubuh manusia, dan sekarang insulin tinggal
diekstrak dari bakteri, lebih cepat, mudah, dan tentunya lebih murah ketimbang
cara konvensional yang harus ‘mengorbankan’ sapi atau babi. Untuk mengisolasi
gen, diperlukan DNA pencari atau dikenal dengan nama ‘probe’ yang memiliki
urutan basa nukleotida sama dengan gen yang kita inginkan. Probe ini bisa dibuat
dengan teknik PCR menggunakan primer yang sesuai dengan gen tersebut.
b. DNA Sequencing
Urutan basa suatu DNA dapat ditentukan dengan teknik DNA Sequencing,
metode yang umum digunakan saat ini adalah metode Sanger (chain termination
method) yang sudah dimodifikasi menggunakan dye-dideoxy terminator, dimana
proses awalnya adalah reaksi PCR dengan pereaksi yang agak berbeda, yaitu
hanya menggunakan satu primer (PCR biasa menggunakan 2 primer) dan adanya
tambahan dideoxynucleotide yang dilabel fluorescent. Karena warna fluorescent
untuk setiap basa berbeda, maka urutan basa suatu DNA yang tidak diketahui bisa
ditentukan.
c. Forensik
Identifikasi seseorang yang terlibat kejahatan (baik pelaku maupun korban), atau
korban kecelakaan/bencana kadang sulit dilakukan. Jika identifikasi secara fisik
sulit atau tidak mungkin lagi dilakukan, maka pengujian DNA adalah pilihan yang
tepat. DNA dapat diambil dari bagian tubuh manapun, kemudian dilakukan
analisa PCR untuk mengamplifikasi bagian-bagian tertentu DNA yang disebut
fingerprints alias DNA sidik jari, yaitu bagian yang unik bagi setiap orang.
Hasilnya dibandingkan dengan DNA sidik jari keluarganya yang memiliki
pertalian darah, misalnya ibu atau bapak kandung. Jika memiliki kecocokan yang
sangat tinggi maka bisa dipastikan identitas orang yang dimaksud. Konon banyak
9
kalangan tertentu yang memanfaatkan pengujian ini untuk menelusuri orang tua
‘sesungguhnya’ dari seorang anak jika sang orang tua merasa ragu.
d. Diagnosa Penyakit
Penyakit Influenza A (H1N1) yang sebelumnya disebut flu babi sedang mewabah
saat ini, bahkan satu fase lagi dari fase pandemi. Penyakit berbahaya seperti ini
memerlukan diagnosa yang cepat dan akurat. PCR merupakan teknik yang sering
digunakan. Teknologi saat ini memungkinkan diagnosa dalam hitungan jam
dengan hasil akurat. Disebut akurat karena PCR mengamplifikasi daerah tertentu
DNA yang merupakan ciri khas virus Influenza A (H1N1) yang tidak dimiliki
oleh virus atau makhluk lainnya.
10
BAB III
KESIMPULAN
Reaksi berantai polimerase atau lebih umum dikenal sebagai PCR
(kependekan dari istilah bahasa Inggris polymerase chain reaction) merupakan
suatu teknik atau metode perbanyakan (replikasi) DNA secara enzimatik tanpa
menggunakan organisme. Secara prinsip, PCR merupakan proses yang diulang-
ulang antara dua puluh sampai tiga puluh kali siklus. Setiap siklus terdiri atas tiga
tahap yaitu Tahap peleburan (melting) atau denaturasi, Tahap penempelan atau
annealing dan Tahap pemanjangan atau elongasi. Lepas tahap ketika, siklus
diulang kembali mulai tahap satu. Akibat denaturasi dan renaturasi, beberapa
berkas baru (berwarna hijau) menjadi templat bagi primer lain. Akhirnya terdapat
berkas DNA yang panjangnya dibatasi oleh primer yang dipakai. Jumlah DNA
yang dihasilkan berlimpah karena penambahan terjadi secara eksponensial.
11
DAFTAR PUSTAKA
http://apikdewefppundip2011.wordpress.com/2012/06/29/makalah-genetika-pcr-
polimerase-chain-reaction/
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/09/pustaka_unpad_pcr.pdf
http://apikdewefppundip2011.wordpress.com/2012/06/29/makalah-genetika-pcr-
polimerase-chain-reaction/
12