Pengertian Angaran Kas.docx
-
Upload
agung-pribadi -
Category
Documents
-
view
132 -
download
1
Transcript of Pengertian Angaran Kas.docx
Pengertian Anggaran Kas
1. Menurut M Nafarin dalam bukunya “Penganggaran Perusahaan”
”Anggaran adalah suatu rencana keuangan periodik yang disusun dalam
program-program yang telah disahkan. Anggaran merupakan rencana tertulis
mengenai suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya
dinyatakan dalam satuan uang dalam jangka waktu tertentu”.
2. Menurut Horgen dalam bukunya “Cost Accounting Amanagerial Emphasis”,
“ Anggaran merupakan ciri utama dari kebanyakan sistem pengendalian
manajemen kalau di kelola dengan cermat anggaran akan. (a) Membantu
perencanaan, (b) Menyediakan kriteria prestasi, dan (c) Meninggkatkan
komunikasi dan koordinasi dalam organisasi ”.
3. Menurut Munandar, (1985 : hal 1), pengertian anggaran yaitu:
“Budget (anggaran) ialah suatu rencana yang disusun secara sistematis yang
meliputi seluruh kegiatan perusahaan. Yang dinyatakan dalam unit (kesatuan)
moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan
datang.”
4. Menurut Y. Supriyanto, (1985:227)
“Budgeting menunjukkan suatu proses, sejak dari tahap persiapan yang
diperlukan sebelum dimulainya penyusunan rencana, pengumpulan berbagai
data dan informasi yang diperlukan. Pembagian tugas perencanaan,
penyusunan rencana itu sendiri, implementasi dari rencana tersebut, sampai
pada akhirnya tahap pengawasan dan evaluasi dari hasil-hasil pelaksanaan
rencana.”
5. Menurut Lukman Syamsudin, dalam bukunya “Manajemen Keuangan
“Anggaran kas adalah suatu alat yang dapat digunakan manajer keuangan
untuk meramalkan atau memperkirakan kebutuhan-kebutuhan dana jangka
pendek dan untuk mengetahui kekurangan atau kelebihan uang selama
periode budget”.
6. Menurut M. Munandar (1985:311)
“Anggaran kas adalah budget yang merencanakan secara lebih terinci tentang
semua jumlah kas beserta perubahan-perubahannya dari waktu ke waktu
selama periode tertentu dimasa yang akan datang, baik perubahan yang
berupa penerimaan kas maupun yang berupa pengeluaran kas”.
Pengertian Kas 1. Menurut Munawir (1983:14)
Kas merupakan uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai
operasi perusahaan, termasuk dalam pengertian kas adalah cek yang
diterima dari para pelanggan dan simpanan perusahaan di bank dalam
bentuk giro atau demand deposit, yaitu simpanan di bank yang dapat
diambil kembali (dengan menggunakan cek atau bilyet).
2. Theodarus M. Tuanakotta, AK, (1982:150) dalam bukunya Auditing
Petunjuk Pemeriksaan Akuntan Publik, yaitu:
Kas dan bank meliputi uang tunai dan simpanan-simpanan di bank yang
langsung dapat diuangkan pada setiap saat tanpa mengurangi nilai
simpanan tersebut. Kas dapat terdiri dari kas kecil atau dana-dana kas
lainnya seperti penerimaan uang tunai dan cek-cek (yang bukan mundur)
untuk disetor ke bank keesokan harinya.
Dari pendapat-pendapat tersebut dapatlah di tarik kesimpulan bahwa kas adalah
seluruh uang tunai dan bentuk-bentuk lainnya yang dapat diuangkan setiap saat
apabila perusahaan membutuhkan.
Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa anggaran kas akan memiliki
peranan yang penting dalam mengendalikan kas, dimana kegunaannya terutama
untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menambah dana dari sumber-
sumber intern dan sekaligus memperkirakan saldo kas pada setiap akhir tahun
anggaran yang ditetapkan.
Manfaat Anggaran Kas
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa anggaran berperan
sebagai :
1. Alat bantu manajemen dalam melakukan perencanaan sumber daya yang
akan diperoleh dan digunakan, serta mengendalikan bagaimana sumber
tersebut digunakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dalam
jangka waktu tertentu.
2. Anggaran dapat membantu manajemen dalam pengendalian kas, karena
anggaran kas memberikan informasi yang berguna tentang pola penerimaan
dan pengeluaran kas setiap periode operasi perusahaan,
Tujuan Penyusunan Anggaran Kas
1. Menentukan posisi kas pada berbagai waktu, yaitu dengan
memperbandingkan uang kas masuk dengan uang kas keluar. Sehingga
saldo kas pada akhir suatu periode akan sama dengan saldo kas awal
ditambah penerimaan-penerimaan kas pada suatu periode dan dikurangi
pengeluaran-pengeluaran kas pada waktu yang sama.
2.Memperkirakan kemungkinan terjadinya defisit atau surplus. Defisit terjadi
bilamana pemasukan ditambah saldo awal ternyata lebih kecil dari
kebutuhan pengeluaran yang harus dibayar. Sebaliknya surplus akan terjadi
bilamana pemasukan melebihi pengeluaran, sehingga jumlah saldo akhir
periode mengalami peningkatan. Terhadap kemungkinan defisit inilah
perusahaan perlu lebih waspada.
3.Mempersiapkan keputusan pembelanjaan berjangka pendek atau berjangka
panjang. Dengan terjadinya defisit kas perusahaan perlu mencari dana
tambahan dari sumber yang paling menguntungkan. Sebaliknya dengan
adanya surplus yang diketahui lama sebelumnya, dapat dipersiapkan
pemilihan alternatif penggunaan yang paling menguntungkan.
4.Menggunakannya sebagai dasar kebijaksanaan pemberian kredit. Besar
kecilnya kas yang tersedia juga menunjukkan kemampuan perusahaan
membelanjai modal kerjanya. Kemampuan pembelanjaan modal kerja ini
pada gilirannya juga merupakan dasar bagi perusahaan untuk menggunakan
kebijakan kredit sebagai upaya meningkatkan volume penjualan.
1. Menggunakannya sebagai dasar otorisasi dana anggaran yang disediakan.
Sesuatu jenis biaya yang sudah dianggarkan perlu diatur penggunaannya
lewat mekanisme otorisasi pengeluaran kas. Dengan demikian plafon
anggaran tidak akan terlampaui dan sekaligus disesuaikan dengan
keadaan likuiditas perusahaan
2. Anggaran kas yang sudah ada juga berfungsi sebagai dasar penilaian
terhadap realisasi pengeluaran kas yang sebenarnya. Dengan demikian
varian dalam arus kas masuk maupun kas keluar dapat diketahui yang
menjadi penyebabnya.
Dimensi Waktu Perencanaan dan Pengendalian Kas
Biasanya, perencanaan dan pengendalian kas meliputi tiga dimensi waktu,
yaitu budget kas jangka panjang, budget kas jangka pendek, dan budget kas
untuk operasional.
1. Budget kas jangka panjang sesuai dengan dimensi waktu dari
pengeluaran modal dan rencana laba strategis jangka panjang. Estimasi
penerimaan kas (terutama dari penjualan barang atau jasa dan pinjaman)
dan estimasi pengeluaran kas (terutama untuk biaya-biaya, pengeluaran
modal, dan pembayaran utang) merupakan dasar yang sehat untuk
keputusan-keputusan yang menyangkut keuangan, penggunaan kas, dan
untuk kredit jangka panjang.
2. Budget kas jangka pendek sesuai dengan rencana laba taktis jangka
pendek. Budget kas jangka pendek memerlukan rencana atau estimasi
aliran kas masuk dan kas keluar yang rinci yang secara langsung
berkaitan dengan rencana laba tahunan, misalnya estimasi penerimaan
kas dari penjualan dan estimasi pengeluaran kas untuk membayar
pembelian mesin-mesin dan peralatan yang baru.
3. Budget kas untuk operasional digunakan oleh perusahaan terutama untuk
perencanaan dan pengendalian aliran kas masuk dan keluar berdasarkan
kegiatan sehari-hari (day-to-day operation). Tujuan utama budget ini
adalah untuk pengendalian kas yang dinamis atas posisi kas dalam rangka
meminimalkan biaya bunga dan opportunity cost karena kas yang
menganggur.
Pendekatan Penyusunan Anggaran Kas
Menurut M. Nafarin (2009:312) terdapat dua pendekatan dalam
penyusunan anggaran kas, yaitu : (1) pendekatan kas masuk dan kas
keluar . Pendekatan ini kadang- kadang disebut juga dengan metode
langsung, (2) pendekatan akunting keuangan, pendekatan akunting
keuangan kadang-kadang disebut juga dengan metode ikhtisar laba rugi
atau metode tak langsung.
A.Pendekatan Kas Masuk dan Kas Keluar
Metode ini didasarkan pada analisis naik dan turun kas yang dianggarkan
yang mencerminkan semua arus kas masuk dan kas keluar dari anggaran
jualan, anggaran biaya/beban, dan anggaran tambahan produk modal. Metode
ini sering digunakan untuk anggaran kas jangka pendek sebagai bagian dari
rencana laba tahunan. Oleh karena itu metode ini disebut juga dengan
pendekatan anggaran kas jangka pendek. Disebut pendekatan anggaran kas
jangka pendek, karena biasanya anggaran dengan metode ini dibuat paling
lama periodenya setahun. Selama setahun tersebut periode anggaran dibagi
dalam tiap triwulan, bulan, minggu, atau hari.
Disebut pendekatan kas masuk dan kas keluar, karena dalam menyusun
anggaran kas lebih dahulu ditaksir sumber kas masuk, kemudian ditaksir kas
keluar. Setelah itu ditentukan apakah terjadi kelebihan kas atau kekurangan
kas. Dikatakan metode langsung karena metode ini langsung secara rinci
mengidentifikasi dari transaksi sumber kas atau arus kas masuk dan belanja
kas atau arus kas keluar.
B.Pendekatan Akunting Keuangan
Titik tolak dalam pendekatan ini adalah laba bersih diubah dari dasar akrual
menjadi dasar kas, artinya disesuaikan dengan perubahan rekening penundaan,
rekening bukan kas, seperti: beban/biaya terutang, beban/biaya bayar di muka,
depresiasi/ penyusutan/ penghapusan/ amortisasi. Pendekatan ini tidak
membutuhkan data yang rinci dan lebih sedikit rinciannya tentang arus kas
masuk dan arus kas keluar. Metode ini lebih cocok untuk anggaran kas jangka
panjang. Oleh karena itu metode ini disebut juga dengan pendekatan anggaran
kas jangka panjang. Metode ini dikatakan pendekatan akunting keuangan,
karena cara penyusunan anggaran kas berdasarkan ikhtisar laba rugi dan neraca
yang dihasilkan akunting keuangan. Oleh karena penyusunan anggaran kas
didasarkan ikhtisar laba rugi dan neraca maka disebut metode tak langsung.
Menurut Ellen Christina et al (2001:188) ada dua pendekatan dalam
menyusun anggaran kas, yaitu :
1. Anggaran Kas Jangka Pendek
Anggaran ini merupakan alat operasional pengendalian kas sehari-hari. Jangka
waktunya disesuaikan dengan anggaran tahunan. Anggaran kas jangka pendek
sesuai dengan rencana laba taktis jangka pendek dan memerlukan rencana atau
estimasi aliran kas masuk dan keluar yang rinci, yang secara langsung berkaitan
dengan rencana laba tahunan. Sebagai contoh estimasi penerimaan kas dari
penjualan dan estimasi pengeluaran kas untuk pembelian mesin-mesin dan
peralatan baru. Anggaran kas seperti ini terutama berfungsi sebagai alat
pemberian otorisasi kas keluar yang secara terus-menerus disesuaikan dengan
arus kas masuk dan situasi keuangan pada umumnya.
2. Anggaran Kas Jangka Panjang
Anggaran ini meliputi jangka waktu lima sampai sepuluh tahun yang
disesuaikan dengan perencanaan perusahaan yang telah disusun. maka jangka
waktu anggaran kas jenis ini disesuaikan dengan waktu yang tercakup di dalam
corporate plan tersebut. Kegunaannya yang terutama adalah untuk mengetahui
kemampuan perusahaan menambah dana dari sumber-sumber intern dan
sekaligus memperkirakan saldo kas pada akhir setiap tahun anggaran
Sumber dan Penggunaan Kas
A. Sumber kas masuk yang utama adalah:
1. Hasil penjualan produk secara tunai.
2. Hasil menagih piutang dagang.
3. Pendapatan lain seperti bunga dari Bank, jasa giro, dividen.
4. Adanya pengurangan pada aktiva tetap, seperti menjual aktiva yang tidak
terpakai.
5. Adanya penerimaan yang bukan penghasilan, seperti kredit dari Bank,
penjualan obligasi dan lain-lain hutang jangka pendek
6. Penambahan modal sendiri oleh pemilik.
B. Penggunaan kas keluar yang utama adalah:
1. Berbagai pembayaran untuk keperluan operasional perusahaan sehari-hari
seperti membeli material/bahan baku, membayar gaji, dan upah tenaga
kerja, berbagai biaya yang termasuk sebagai biaya overhead pabrik
(kecuali depresiasi/amortisasi yang tidak membutuhkan kas) biaya-biaya
penjualan dan biaya administratif.
2. Pembayaran pada para kreditur, baik berupa bunga maupun angsurannya.
3. Penambahan berbagai aktiva tetap seperti pembelian aktiva tetap.
4. Pembayaran pada pemilik modal, seperti pembayaran dividen atau
pengembalian modal.
5. Pembayaran pada pemerintah seperti membayar pajak, cukai, meterai,
restitusi, Ipeda dan lain-lain.
Saldo kas pada akhir suatu periode = (saldo kas awal + seluruh
penerimaan) - seluruh pengeluaran yang terjadi pada periode
bersangkutan.
Bilamana penerimaan melebihi pengeluarannya, maka saldo kas akhir akan
meningkat. Sebaliknya bila pengeluarannya melebihi penerimaan, maka
saldo kas akhir menurun, bahkan mungkin terjadi defisit kas.
Secara ringkas sumber kas masuk dan penggunaan kas keluar
sebagaimana terlihat pada tabel berikut:
Manfaat Laporan Sumber dan Penggunaan Kas
1. Laporan sumber dan penggunaan kas ini sangat penting, karena dapat
dipergunakan sebagai dasar dalam merencanakan kebutuhan kas di masa
mendatang dan kemungkinan sumber-sumber yang ada, atau dapat
digunakan sebagai dasar perencanaan dan peramalan kebutuhan kas atau
cash flow di masa yang akan datang.
2. bagi para kreditor atau bank dengan laporan cash flow ini akan dapat
menilai kemampuan perusahaan dalam membayar bunga.Selain itu kas
sangat berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan perusahaan. Karena
kas merupakan salah satu unsur modal yang paling tinggi likuiditasnya,
sehingga semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh perusahaan akan
semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Oleh karena itu, kas harus
direncanakan dan diawasi dengan baik, baik penerimaannya maupun
penggunaannya.
Anggaran Kas Jangka Pendek
Anggaran kas jangka pendek umumnya disusun dengan cara menulusuri
jejak berbagai kegiatan perusahaan yang mengakibatkan terjadinya arus
fisik masuk dan arus fisik keluar. Arus balik dari jejak arus fisik yang masuk
akan mengakibatkan terjadinya arus kas keluar. Demikian pula sebaliknya
arus balik dari jejak berbagai arus fisik keluar akan mengakibatkan
terjadinya arus kas masuk.
Skema Arus Fisik dan Arus Kas
Dalam skema tersebut terlihat adanya empat pihak yang sekaligus
menjadi penyalur dana dan penerima dana. Mereka itu adalah:
1. Perusahaan yang melaksanakan proses produksi barang/jasa sebagai
pihak pertama dan pengambil inisiatif atas terjadinya keseluruhan arus
kas dan arus fisik dalam keseluruhan sistem itu
2. Para rekanan/pemilik faktor produksi; yang bergerak dalam pasaran
faktor produksi dan pengambil inisiatif atas terjadinya keseluruhan arus
kas dan arus fisik dalam keseluruhan sistem itu
3. Konsumen/pembeli produk perusahaan merupakan pihak yang
membutuhkan produk perusahaan untuk dikonsumsikan sendiri atau
dijual kembali
4. Pemilik dana/pemerintah adalah sebagai pihak yang mempercayakan
modalnya untuk digunakan oleh perusahaan
Di antara keempat pihak yang membentuk sistem itu terjadilah arus fisik
maupun arus kas yang merupakan arus masuk maupun arus keluar di antara
mereka satu sama lain. Arus fisik masuk terjadi pada saat perusahaan membeli
berbagai faktor produksi yang dibutuhkannya, dan sebagai gantinya terjadi arus
kas keluar pada saat perusahaan membayar faktor produksi yang digunakannya
dalam proses produksi. Arus fisik keluar terjadi pada saat perusahaan berhasil
menjual produknya pada pembeli/konsumen, sebagai gantinya terjadi arus kas
masuk pada saat pembeli membayar harga pokok yang dibelinya. Arus kas
masuk dan arus kas keluar yang terjadi diantara rekanan, perusahaan, dan
konsumen membentuk transaksi rutin atau transaksi operasional yang sifatnya
kontinu.
Di antara perusahaan, Pemilik Modal dan Pemerintah hanya terjadi arus
kas masuk dan arus kas keluar. Arus kas masuk terjadi pada saat pemilik dan
kreditur menyerahkan modalnya pada perusahaan sebagai penyertaan atau
sebagai kredit, sedangkan arus kas keluar terjadi pada saat perusahaan
membayar kewajiban dalam bentuk pajak,restitusi, bea meterai dan sebagainya
pada Pemerintah. Transaksi ini disebut transaksi keuangan yang sifatnya
terputus-putus (internittent).
Dengan memahami berbagai kegiatan yang terjadi diantara empat pihak
inilah perusahaan akan mampu memperkirakan baik jumlah maupun waktu
terjadinya arus kas masuk dan arus kas keluar, baik yang bersifat operasional
maupun yang berupa transaksi keuangan. Hasil perekaman arus kas masuk dan
arus kas keluar ini kita sebut anggaran kas.
Contoh Kasus Anggaran Kas Jangka Pendek
Berikut ini adalah data yang dimiliki PT LARA yang dikumpulkan untuk
melakukan penyusunan anggaran kas tahunan, pada semester 1 Tahun 20XX:
Rencana Penjualan selama semester 1 Tahun 20XX
Sejak beroperasi, perusahaan selain menjual secara tunai, juga menjual
secara kredit. Adapun komposisi penjualannya adalah:
1. Sebesar 60% dari total penjualan adalah penjualan tunai dan sisanya
adalah penjualan kredit. Untuk penjualan tunai manajemen
menetapkan akan memberikan potongan harga sebesar 10%.
2. Untuk penjualan kredit; manajemen memberlakukan term of
payment 5/10, n/60. Dari penjualan kredit diperkirakan sebesar 60%
akan memanfaatkan periode potongan, sedangkan sisanya tidak
memanfaatkan periode potongan. Dari pembeli yang tidak
memanfaatkan potongan, 50%-nya akan membayar pada bulan
transaksi dan sisanya akan membayar pada bulan berikutnya.
3. Diperkirakan besarnya piutang tak tertagih (bad debt) adalah 5% dari
penjualan kredit.
Besarnya Cash Opname awal Tahun 20XX adalah Rp 10.000.000,-
Perusahaan melakukan pembelian bahan baku yang merencanakan akan
dibayar 30% secara tunai dan 70% dibayar bulan berikutnya. Adapun
pembelian yang dilakukan adalah:
Hutang jatuh tempo yang harus dibayarkan adalah januari Rp
2.500.000,- , Maret Rp 1.000.000,- ,dan Juni Rp 3.000.000,-
Dari data tersebut, diminta:
1. Menyusun skedul pengumpulan piutang untuk triwulan 1 tahun 20XX.
Sertakan persiapan perhitungannya.
2. Menyusun skedul penerimaan kas untuk triwulan 1 Tahun 20XX.
3. Menyusun skedul pengeluaran kas untuk triwulan 1 Tahun 20XX.
4. Menyusun skedul kas sementara untuk triwulan 1 Tahun 20XX.
Hitung :
1. Penjualan Neto = Penjualan tunai – potongan penjualan
2. Piutang Neto = Piutang – Piutang tak tertagih
Keterangan Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai :
1. Total penjualan : dari data Rencana Penjualan selama semester 1 Tahun
20XX
2. Penjualan Tunai (60%): Total Penjualan x 0,6 (penjualan tunai 60%).
Misal, pada bulan Januari (Rp 15.000.000 x 0.6= Rp 9.000.000).
3. Potongan Penjualan Tunai (10%): Hasil dari penjualan Tunai x 0.1 (Pot.
Penj. Tunai ). Misal, pada bulan Januari (Rp 9.000.000 x 0.1= Rp
900.000).
4. Penjualan Tunai Neto: Hasil dari penjualan tunai ˗ hasil dari
pot.penjualan tunai.Misal, pada bulan Januari (Rp 9.000.000 – Rp
9.00.000= Rp 8.100.000).
5. Penjualan Kredit (40%): Total penjualan x 0.4 (penjualan kredit 40%).
Misal, pada bulan Januari (Rp 15.000.000 x 0.4 = Rp 6.000.000).
6. Bad Debt (5%): Hasil dari penjualan kredit x 0.05 (bad debt 5%). Misal,
pada bulan Januari (Rp 6.000.000 x 0.05= Rp 300.000).
7. Piutang Neto: Hasil dari penjualan kredit – bad debt. Misal, pada bulan
Januari (Rp 6.000.000 – Rp 300.000= Rp 5.700.000) .
3. Pengumpulan Piutang = ( Piutg yg mendapat hak discount – disc ) +
piutang tdk mendapat discount + piutang tdk
mendapat discount dilunasi
Keterangan Penerimaan Kas dari Penjualan Kredit:
1. Piutang Neto didapat dari data pada Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai
2. Piutang yang mendapat hak discount (60%): Piutang Neto x 0,6 (hak
discount). Misal, Pada bulan Januari (Rp 5.700.000 x 0,6= Rp3.420.000).
3. Discount 5%: Piutang yang mendapat hak discount x 0.05 (discount).
Misal, pada bulan Januari (Rp 3.420.000 x 0.05 = Rp 171.000).
4. Piutang tidak mendapat discount (40%): Piutang neto x 0.4 (piutang tidak
mendapat discount). Misal, pada bulan Januari (Rp 5.700.000 x 0,4= Rp
2.280.000).
5. Piutang yang tidak mendapat discount dilunasi: Hasil dari piutang tidak
mendapat discount x 0,5 (pelunasan 50%).Misal, pada bulan Januari (Rp
2.280.000 x 0.5= Rp 1.140.000).
6. Total Pengumpulan Piutang: Piutang neto + piutang tidak mendapat
discount. Misal, pada bulan Januari (Rp 3.249.000 + Rp 1.140.000= Rp
4.389.000).
4. Anggaran Penerimaan Kas
Keterangan Anggaran Penerimaan Kas:
1. Penjualan Tunai Neto (dari data Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai)
2. Piutang (dari data Penerimaan Kas dari Penjualan Kredit)
d) Anggaran Pengeluaran Kas
PT LARA
Anggaran Pengeluaran Kas
Triwulan 1 Tahun 20XX
Keterangan Anggaran Pengeluaran Kas:
1. Pembelian bahan baku tunai: Data pembelian bahan baku x 0,3 (dari
perencanaan pembelian bahan baku 30% secara tunai). Misal, pada bulan
Januari (Rp 5.000.000 x 0,3 = Rp 1.500.000)
2. Pembelian bahan baku kredit: Data pembelian bahan baku x 0,7 (dari
perencanaan pembelian bahan baku 70% secara kredit dibayar bulan
berikutnya). Misal, pada bulan Februari (Rp 5.000.000 x 0,7 = Rp
3.500.000)
3. Pembayaran hutang: Data didapat dari soal bahwa Januari sebesar Rp
2.500.000 , Maret Rp 1.000.000 , dan Juni Rp 3.000.000.
e) Anggaran Kas
PT LARA
Anggaran Kas
Triwulan 1 Tahun 20XX
Keterangan Anggaran Kas :
1. Kas tersedia: Saldo kas awal + penerimaan kas. Misal, pada bulan Januari
(Rp 10.000.000 + Rp 12.489.000 =Rp22.489.000)
2. Saldo kas akhir: Kas tersedia – pengeluaran kas. Misal, pada bulan
Januari (Rp 22.489.000 – Rp 4.000.000 = Rp 18.489.000)
Anggaran Kas Jangka Panjang
Bila anggaran kas tahunan disusun dengan cara menelusuri jejak arus fisik
masuk dan arus fisik keluar, maka anggaran kas jangka panjang disusun dengan
cara membandingkan neraca yang disusun antara dua periode anggaran dan
perhitungan rugi laba perusahaan yang terjadi selama periode antara kedua
neraca tersebut.
Untuk anggaran kas jangka panjang ini sesuai dengan dimensi waktu dari
pengeluaran modal dan rencana laba strategik jangka panjang. Estimasi
penerimaan kas (terutama dari penjualan barang atau jasa dan pinjaman),
sedangkan estimasi pengeluaran kas adalah terutama untuk biaya-biaya,
pengeluaran modal dan pembayaran hutang,yang merupakan dasar yang tepat
untuk keputusan-keputusan yang berkaitan dengan keuangan.
Secara hipotesis neraca suatu perusahaan adalah sabagai berikut;
Neraca
Suatu konsep neraca yang paling awal yang menyatakan bahwa neraca
selalu seimbang jumlah kekayaan perusahaan sama dengan jumlah modal yang
dimiliki ditambah hutang-hutangnya
Misalkan Selama satu tahun usaha terjadi transaksi sebagai berikut ini:
1. Perusahaan memperoleh laba dan memakai sebagian dari laba
ini
2. Perusahaan memperoleh hutang lancar baru
3. Perusahaan menambah hutang jangka panjang
4. Perusahaan menambah setoran modalnya
5. Perusahaan mengurangi sebagian dari aktiva lancar non kas
(seperti piutang dan persediaan)
6. Perusahaan menjual sebagian dari aktiva tetapnya
Dengan transaksi-transaksi diatas maka akibat yang terrjadi adalah:
1. Meningkatnya jumlah modal dan hutang-hutang perusahaan
2. Menurunnya jumlah aktiva non kas dan aktiva tetap yang
dimiliki
3. Meningkatnya seluruh kekayaan perusahaan yang tercermin
dalam meningkatnya jumlah uang kas
Pendekatan seperti diatas berdasarkan suatu anggapan bahwa seluruh
transaksi yang terjadi adalah transaksi kas. Berbagai transaksi yang
menyebabkan meningkatnya/menurunya jumlah kas yang dipolakan sebagai
berikut:
Contoh Kasus Anggaran Kas Jangka Panjang
MARI manufacturer merencanakan menambah kapasitas produksinya pada
tahun 1988. Manajemen menyusun perencanaan kas jangka lima tahun (2016-
2020).
Data yang sudah berhasil dikumpulkan sebagai berikut :
Penjualan pada 2016 sebesar Rp 800 juta ; diharapkan akan meningkat
terus sebesar Rp 40 juta setahun sampai 2020.
Perkiraan Biaya Variabel sebesar 40% dari penjualan; sedang Biaya
Fixed untuk 2016 sebesar Rp 380 juta dan akan meningkat dengan 10%
pada 2019.
Depresiasi dan Amortisasi merupakan 30% dari Rp 300 juta fixed cost.
Saldo Kas Riil pada awal 2016 sebesar Rp 70 juta. Modal kerja non kas
pada waktu tersebut sebesar 150 juta. Modal kerja non kas ini akan
meningkat pada proporsi yang sama dengan meningkatnya penjualan.
Pajak pendapatan sebesar 30%
Sumber kas lainnya:
1. Penjualan aktiva tak terpakai: 2016/5 juta ; 2017/5 juta; 2018/50
juta; 2019/5 juta dan 2020/5 juta
2. Menjual saham portofolio: 2018/100 juta
3. Utang Bank jangka panjang: 2017/200 juta.
Kebutuhan Kas:
1. Saldo sinking fund pada awal 2016 sebesar 150 juta dan akan
ditambah dengan 50 juta lagi pada 2016.
2. Pembayaran kembali hutang obligasi sebesar 600 juta dari sinking
fund pada 2017.
3. Pengeluaran modal: 2016/40 juta; 2017/50 juta; 2018/350.000 (beli
mesinnya): 2019/100 juta; dan 2020/150 juta.
4. Pembayaran deviden: 2016/2017 masing-masing sebesar 20 juta
setahun; 2018/2019 dan 2020 sebesar 25 juta setahun.
5. Pengeluaran lainnya: 2016/5,0 juta; 2017/10 juta; 2018/5,0 juta;
2019/5,0 juta dan 2020/5,0 juta.
Dengan data tersebut diminta untuk:
1. Menyusun perkiraan rugi/laba 5 tahun yang akan datang.
2. Menyusun anggaran kas jangka panjang.
Penyelesaian :
Menyusun perkiraan rugi/laba 5 tahun yang akan datang.
MARI Manufacturer
Perkiraan Rugi Laba Tahunan
2016-2020 (jutaan)
Keterangan Perkiraan Rugi Laba Tahunan:
1. Penjualan : Sebesar Rp 800 juta didapat dari data soal, dan pada tahun
berikutnya meningkat Rp 40 juta setahun sampai 2020.
2. Biaya Variabel (40%) : Penjualan x 0,4 (biaya variabel). Misal pada
tahun 2016 (Rp 800 x 0,4 = Rp 320.000).
3. Fixed : dari data soal.
4. Keseluruhan : Penjumlahan Variabel dan Fixed.
5. Laba Sebelum Pajak : Penjualan – Keseluruhan. Misal, tahun 2016 (Rp
800 – Rp 700 = Rp 100).
6. Pajak Pendapatan 30% : Laba sebelum pajak x 0,3 (pada setiap
tahunnya).
7. Laba sesudah Pajak : Laba sebelum pajak - pajak pendapatan 30% (pada
setiap tahunnya)
Menyusun anggaran kas jangka panjang
MARI Manufacturer
Perkiraan Kebutuhan Modal Kerja Non Kas
2016-2020 (jutaan)
Keterangan Perkiraan Kebutuhan Modal Kerja Non Kas:
1. Saldo Kas Awal dari data soal.
2. Meningkatnya penjualan 2016 ke 2017 = = 5%. Berpengaruh pada
Modal Kerja non Kas pada setiap tahunnya dengan dikalikan 105%.
3. Keseluruhan Modal Kerja : Saldo kas awal + Modal kerja non kas (pada
setiap tahunnya).
4. Kenaikan Modal Kerja Non Kas : Pengurangan hasil modal kerja non kas
dari tahun ke tahun berikutnya.
MARI Manufacturer
Anggaran Kas Tahunan
2016-2020
Keterangan Anggaran Kas Tahunan :
1. Saldo Kas Awal tahun : Untuk tahun 2016 didapat dari data soal,
Sedangkan untuk tahun berikutnya didapat dari saldo kas akhir tahun.
2. Keuntungan untuk Pajak : Dari data laba sesudah pajak (pada perkiraan
rugi laba tahunan).
3. Depresiasi dan Amortisasi : 30% dari Rp 300 juta fixed cost.
4. Penjualan aktiva tak terpakai, penjualan saham dan utang bank jangka
panjang , sudah tertera pada soal.
5. Kas tersedia : Dari penjumlahan saldo kas awal tahun, keuntungan untuk
pajak, depresiasi dan amortisasi, penjualan aktiva tak terpakai, penjualan
saham, dan utang bank jangka panjang.
6. Pengeluaran- pengeluaran : sudah tertera pada data yang terkumpul.
7. Saldo kas akhir tahun : Kas tersedia – penjumlahan (pengeluaran-
pengeluaran), pada setiap tahunnya.
REFERENSI: www.hendrabudget.web.id
Diposkan oleh SARFIN di 19.08 1 komentar:
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Cara Menentukan Titik Break Even (BE)
Terdapat tiga carapendekatan yang dapat dipakai dalam menghitung
tingkat Break even Perusahaan untuk suatu periode. Tiga pendekatan itu
adalah :
1. Pendekatan secara Tabelaris, yaitu dengan cara menghitung jumlah
penghasilan dan biaya pada berbagai tingkat atau volume
penjualan/produksi.
2. Pendekatan secara Grafis, yaitu dengan menggambar kurva Penghasilan,
Biaya Tetap, dan Biaya Total pada berbagai penjualan/produk.
3. Pendekatan secara Arithmatik, yaitu dengan menggunakan rumus berikut
ini :
Formula Menentukan Break Even Point
Atas dasar unit
Atas dasar sales dalam rupiah
Keterangan:
FC : Biaya Tetap
P : Harga jual per unit
VC : Biaya Variabel per unit
Biaya tetap adalah total biaya yang tidak akan mengalami perubahan
apabila terjadi perubahan volume produksi. Biaya tetap secara total akan selalu
konstan sampai tingkat kapasitas penuh. Biaya tetap merupakan biaya yang
akan selalu terjadi walaupun perusahaan tidak berproduksi.
Biaya variable adalah total biaya yang berubah-ubah tergantung dengan
perubahan volume penjualan/produksi. Biaya variable akan berubah secara
proposional dengan perubahan volume produksi.
Data : Rencana Penjualan Perusahaan , 2020
Diminta untuk menganalisis Break Even Point dengan menggunakan:
1. Pendekatan Tabularis
2. Pendekatan Grafis
3. Pendekatan Aritmatik
Penyelesaian
1. Pendekatan SecaraTabelaris
Atas dasar data diatas dapat diketahui bahwa :
Harga jual per unit Rp 25,-
Biaya variable per unit produk Rp 13,- (Rp 2.600.000 dibagi 200.000
unit)
Beban tetap produksi mauun biaya usaha keseluruhan berjumlah Rp
1.800.000,-
Berdasarkan data di atas dapat dibuat perkiraan laba pada berbagai tingkat
produksi/penjualan seperti berikut :
Pada tingkat penjualan terendah (100.000 unit atau Rp 2.500.000,-)
perusahaan akan menderita kerugian Rp 600.000,- dan pada tingkat penjualan
tertingi (200.000 unit atau Rp 5.000.000,-) akan memperoleh keuntungan Rp
600.000,- .
Volume BEP akan dicapai pada tingkat penjualan sebesar 150.000 unit
atau penghasilan penjualan sebesar Rp 3.750.000,-. Pada tingkat mana
penghasilan keseluruhan (TR) sama dengan biaya keseluruhan (T.C). sehingga
pada tingkat tersebut laba perusahaan sama dengan nol.
Dengan demikian volume Break even dicapai pada tingkat penjualan 75% dari
volume yang dianggarkan, yaitu berasal dari perhitungan :
Angka 75% ini juga sekaligus dapat menunjukkan bahwa bilamana terjadi
penurunan dalam penjualan sebanyak 100%-75% = 25% dari volume yang
dianggarkan, maka perusahaan tidak lagi dapat mengharapkan adanya
keuntungan. Dengan kata lain angka 25% ini menunjukkan batas maksimal
turunnya penjualan yang dapat ditolelir untuk dapat mencegah terjadinya
kerugian. Angka itu juga disebut dengan istilah safety margin. (Margin off
Safety)
Dengan demikian semakin rendah angka presentase break even atau
semakin tinggi angka safety margin, semakin baik perusahaan itu. Oleh
karenanya perusahaan cenderung untuk mengusahakan angka presentase break
evennya serendah mungkin.
2. Pendekatan secara grafis
Dengan menggunakan sumbu X sebagai penunjuk volume kegiatan dan
sumbu Y mentinjukkan nilai rupiah dari penghasilan dan biaya, maka titik break
even akan diketahui dari perpotongan antara kurva Penghasilan keseluruhan
dengan Biaya keseluruhan (TR = TC).
Gambarnya adalah sebagai berikut :
Grafik break even dapat dibuat dengan meletakkan garis Biaya Total di
atas garis Biaya Tetap Total atau di atas garis Biaya Variabel Total, hasilnya
akan sama saja, yaitu bahwa break even dicapai pada tingkat penghasilan
sebesar Rp 3.750.000,- (pada sumbu Y) atau 150.000 unit (pada sumbu X).
Cara penggambaran di sebelah kanan lebih tepat karena menunjukkan
bahwa Biaya Variabel-lah yang lebih relevan untuk ditutup terlebih dahulu
sebelum penghasilan penjualan itu digunakan untuk menutup biaya tetap. Hal
itu benar karena biaya tetap merupakan biaya yang sudah terlanjur (sunk cost).
Sehingga keputusan untuk meneruskan atau menghentikan produksi harus
didasarkan pada keadaan bahwasanya selama penghasilan dari penjualan masih
dapat menutup biaya variabel keseluruhan, maka selama itu pula lebih
meng¬untungkan untuk meneruskan produksi daripada menghentikannya.
Apalagi bilamana masih ada sisa penghasilan yang tersedia untuk memikul
sebagian dari beban tetap. Dengan demikian dengan meneruskan produksi maka
kerugian perusahaan akan lebih kecil bila dibandingkan dengan kerugian yang
harus dipikul sebagai akibat menghentikan produksi.
3. Pendekatan secara arithmatik
Break even dapat diketahui dengan memasukkan data anggaran sebagai berikut.
a. Atas dasar keseluruhan :
b. Atas dasar per unit produk :
Rumus BE keseluruhan akan menghasilkan perhitungan BE dalam rupiah,
sedang analisa per unit produk menghasilkan BE dalam jumlah fisik produk.
Bagian dari rumus BEP secara keseluruhan yang berupa :
juga disebut sebagai Variable Cost Ratio. Variable Cost ratio sebesar 52%
berarti bahwa 52% dari keseluruhan penghasilan, atau 52 sen dari setiap Rp 1,-
peng¬hasilan yang diperoleh dari penjualan, akan terpakai untuk menutup biaya
variabel. Sehingga sisanya yang 48% (1 - 0,52 atau 100% - 52%) disebut Profit
Volume Ratio. Yaitu bagian dari penghasilan yang tersisa dan tersedia untuk
menutup biaya tetap, dan seterusnya akin tersedia sebagai keuntungan
perusaha¬an.
Oleh karena itu perusahaan akan cenderung untuk mengusahakan agar
Variable Cost ratio ditekan serendah mungkin, atau Profit Volume ratio
dinaik¬kan setinggi mungkin.
Diposkan oleh SARFIN di 19.02 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Kelemahan Analisis Break Even (BE)
Sekalipun Analisa break even ini banyak digunakan oleh perusahaan, tetapi
tidak dapat dilupakan bahwa analisa ini mempunyai beberapa kelemahan.
Kelemahan utama dari analisa break even point ini antara lain : asumsi tentang
linearity, kliasifikasi cost dan penggunaannya terbatas untuk jangka waktu yang
pendek. (Soehardi,2004).
Asumsi tentang linearity
Pada umumnya baik harga jual per unit maupun variabel cost per unit, tidaklah
berdiri sendiri terlepas dari volume penjualan. Dengan perkataan lain, tingkat
penjualan yang melewati suatu titik tertentu hanya akan dicapai dengan jalan
menurunkan harga jual per unit. Hal ini tentu saja akan menyebabkan garis
renevue tidak akan lurus, melainkan melengkung. Disamping itu variabel
operating cost per unit juga akan bertambah besar dengan meningkatkan volume
penjualan mendekati kapasitas penuh. Hal ini bisa saja disebabkan karena
menurunnya efesiensi tenaga kerja atau bertambah besarnya upah lembur.
Klasifikasi biaya
Kelemahan kedua dari analisa break even point adalah kesulitan di dalam
mengklasifikasikan biaya karena adanya semi variabel cost dimana biaya ini
tetap sampai dengan tingkat tertentu dan kemudian berubah-ubah setelah
melewati titik tersebut.
Jangka waktu penggunaan
Kelemahan lain dari analisa break even point adalah jangka waktu penerapanya
yang terbatas, biasanya hanya digunakan di dalam pembuatan proyeksi operasi
selama setahun. Apabila perusahaan mengeluarkan biaya-biaya untuk advertensi
ataupun biaya lainnya yang cukup besar dimana hasil dari pengeluaran tersebut
(tambahan investasi) tidak akan terlihat dalam waktu yang dekat sedangkan
operating cost sudah meningkat, maka sebagai akibatnya jumlah pendapatan
yang harus dicapai menurut analisa break even point agar dapat menutup semua
biaya-biaya operasi yang bertambah besar juga.
Diposkan oleh SARFIN di 19.01 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Konsep dan Manfaat Analisis Break Even
Konsep dan Manfaat Analisis Break Even
Break even adalah suatu keadaan dimana penghasilan dari penjualan hanya
cukup untuk menutup biaya, baik yang bersifat variabel maupun yang bersifat
tetap. Analisa ini juga mampu menunjukkan bagaimana jumlah keuntungan
yang diperoleh akan berubah bilamana terjadi perubahan pada salah satu atau
lebih dari faktor berikut ini :
1. Harga jual produk : naik atau turunnya harga jual akan berpengaruh
terhadap penghasilan dari penjualan.
2. Jumlah unit yang terjual : juga perubahan dari jumlah unit terjual akan
secara langsung mempengaruhi penghasilan penjualan.
3. Biaya produksi atau biaya usaha : yang terakhir ini akan mempengaruhi
biaya keseluruhan yang harus diperhitungkan terhadap hasil penjualan.
Oleh karena laba adalah selisih antara penghasilan penjualan dengan
keseluruhan biaya, maka perubahan dari penghasilan atau biaya dengan
sendirinya akan mempengaruhi laba yang diperoleh. Oleh karena itu analisa
break even sering juga disebut sebagai Analisa Cost- Profit-Volume (Analisa
C.P.V).
Manfaat Analisa BEP dalam Pengambilan Keputusan
Karena anggaran perusahaan adalah alat bantu manajemen di bidang
perencanaan dan pengawasan, maka penggunaan alat BEP dalam sistem
penganggaran harus menggunakan data anggaran. Dengan demikian tingkat
Break even yang dihasilkan akan merupakan perkiraan break even untuk waktu
yang akan datang. Kegunaan BEP yang dianggarkan adalah :
Bukan untuk membantu menentukan berapa jumlah penjualan yang dapat
diharapkan, melainkan untuk memberikan gambaran tentang batas jumlah
penjualan minimal yang harus diusahakan agar perusahaan tidak
menderita rugi. Hal itu penting karena kemunduran dalam penjualan yang
disebabkan oleh berbagai hal dapat saja terjadi, artinya penjualan riil
lebih kecil dari penjualan yang dianggarkan.
Bila perusahaan tidak ingin menderita rugi, maka pimpinan harus tahu batas
pengurangan penjualan yang dapat ditolerir. Dan batas yang dimaksud dapat
ditentukan melalui analisa Break even.
Ada sementara penulis yang mengatakan bahwa analisa Break even dapat
digunakan untuk menentukan volume penjualan yang direncanakan. Tetapi akan
lebih tepat kiranya bila dikatakan bahwa jumlah penjualan yang dapat diraih
oleh perusahaan bukannya ditentukan dengan perhitungan-perhitungan yang
dibuat di atas kertas, melainkan lebih ditentukan oleh berbagai upaya pemasaran
yang dilakukan oleh perusahaan itu dalam kaitannya dengan situasi persaingan
yang dihadapi di pasar penjualan. Dalam keadaan pasar yang dikuasai oleh
pembeli, penentuan sasaran penjualan dengan memperhatikan situasi persaingan
kiranya akan lebih tepat disbanding dengan cara yang lain.
Analisa Break even dalam hal ini bermanfaat untuk menilai apakah sasaran
penjualan yang telah ditentukan kiranya akan memberikan keuntungan atau
tidak, dan berapa jauh kemunduran penjualan dapat ditolerir.
Analisa Break even juga dapat dipakai untuk menentukan jumlah
penjualan yang seharusnya diperoleh pada persyaratan tertentu, misalnya
penjualan yang memberikan sejumlah laba tertentu. Jumlah penjualan
yang seharusnya diperoleh akan sama dengan penjualan pada keadaan
Break even ditambah sejumlah penjualan yang lain yang diperlukan
untuk memperoleh laba yang dimaksud.
BEP amatlah penting kalau kita membuat usaha agar kita tidak mengalami
kerugian, apa itu usaha jasa atau manufaktur, diantara manfaat BEP adalah
1. Alat perencanaan untuk hasilkan laba
2. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume
penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan
memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.
3. Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan
4. Mengganti system laporan yang tebal dengan grafik yang
mudah dibaca dan dimengerti
Setelah kita mengetahui betapa manfaatnya BEP dalam usaha yang kita
rintis, kompenen yang berperan disini yaitu biaya, dimana biaya yang dimaksud
adalah biaya variabel dan biaya tetap, dimana pada prakteknya untuk
memisahkannya atau menentukan suatu biaya itu biaya variabel atau tetap
bukanlah pekerjaan yang mudah, Biaya tetap adalah biaya yang harus
dikeluarkan oleh kita untuk produksi ataupun tidak, sedangkan biaya variabel
adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produksi jadi kalau
tidak produksi maka tidak ada biaya ini
Salah satu kelemahan dari BEP yang lain adalah Bahwa hanya ada satu
macam barang yang diproduksi atau dijual. Jika lebih dari satu macam maka
kombinasi atau komposisi penjualannya (sales mix) akan tetap konstan. Jika
dilihat di jaman sekarang ini bahwa perusahaan untuk meningkatkan daya
saingnya mereka menciptakan banyak produk jadi sangat sulit dan ada satu
asumsi lagi yaitu Harga jual persatuan barang tidak akan berubah berapa pun
jumlah satuan barang yang dijual atau tidak ada perubahan harga secara umum.
Hal ini demikian pun sulit ditemukan dalam kenyataan dan prakteknya
Diposkan oleh SARFIN di 19.00 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Pengertian dan Asumsi Break Even (BE)
Dalam dunia bisnis, Informasi merupakan alat yang penting bagi
manajemen untuk membantu menggerakkan dan mengembangkan kegiatan
perusahaan. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan suatu perusahaan tergantung
pada sistem informasi akuintansi manajemen (Mulyadi, 1993). Dengan
menggunakan informasi akuntansi manajemen maka, akan membantu
manajemen dalam pengambilan keputusan secara efektif, mengurangi ketidak
pastian dan mengurangi resiko dalam memilih alternatif. Dengan menggunakan
informasi manajemen ini, bisa dilakukan pengendalian manajemen. Hal ini
disebabkan informasi akuntansi manajemen menekankan hubungan antara
informasi keuangan dengan manajer yang bertanggung jawab terhadap
perencanaan dan pelaksanaannya.
Break even point yang biasa disingkat BEP, yang di Indonesia dikenal
dengan Titik Impas adalah salah satu bentuk dari sekian banyak informasi
akuntansi manajemen yang dipakai menganalisa hubungan anatara:
Revenue/Sales, Cost, Volume & Profit. Analisa break even point sangat penting
bagi pimpinan perusahaan untuk mengetahui pada tingkat produksi berapa
jumlah penjualan atau dengan kata lain dengan mengetahui break even point
kita akan mengetahui hubungan antara penjualan, produksi, harga jual, biaya,
rugi atau laba, sehingga memudahkan bagi pemimpin untuk mengambil
kebijaksanaan
Teknik analisis titik impas sudah umum bagi segenap pelaku bisnis. Hal ini
sangat berguna di dalam pengaturan bisnis dalam cakupan yang luas, termasuk
organisasi yang kecil dan besar. Ada 2 (dua) alasan mengapa para pelaku bisnis
menerima alasan ini :
1. Analisis ini berdasarkan pada asumsi yang lugas.
2. Perusahaan-perusahaan telah menemukan bahwa informasi yang didapat
dari metode titik impas ini sangat menguntungkan di dalam pengambilan
keputusan.
Break Even Point adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam
operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau
dengan kata lain total biaya sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba
dan tidak ada rugi. Hal ini bisa terjadi apabila perusahaan di dalam operasinya
menggunakan biaya tetap dan biaya variabel, dan volume penjualannya hanya
cukup menutupi biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup
menutupi biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita
kerugian. Sebaliknya, perusahaan akan memperoleh keuntungan, apabila
penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus dikeluarkan.
Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan sesuai
dengan pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba yang semaksimal
mungkin dapat dilakukan dengan tiga langkah sebagai berikut, yaitu :
1. Menekan biaya produksi maupun biaya operasional serendah-rendahnya
dengan mempertahankan tingkat harga, kualitas dan kunatitas.
2. Menentukan harga dengan sedemikian rupa sesuai dengan laba yang
dikehendaki.
3. Meningkatkan volume kegitan semaksimal mungkin.
Dari ketiga langkah-langkah tersebut diatas tidak dapat dilakukan secara
terpisah-pisah karena tiga faktor tersebut mempunyai hubungan yang erat dan
saling berkaitan. Pengaruh salah satu faktor akan membawa akibat terhadap
seluruh kegiatan operasi. Oleh karena itu struktur laba dari sebuah perusahaan
sering dilukiskan dalam break even point, sehingga mudah untuk memahami
hubungan antara biaya, volume kegiatan dan laba.
Menurut S. Munawir (2002) Titik break even point atau titik pulang pokok
dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan
tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi (total penghasilan = Total
biaya). Menurut Abdullah (2004) Analisis Break even point disebut juga Cost
Volume Profit Analysis.
Arti penting analisis break even point bagi menejer perusahaan dalam
pengambilan keputusan keuangan adalah sebagai berikut, yaitu :
1. Guna menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi agar
perusahaan tidak mengalami kerugian.
2. Penetapan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba
tertentu.
3. Penetapan seberapa jauhkan menurunnya penjualan bisa ditolerir agar
perusahaan tidak menderita rugi.
Menurut Purba (2002) Titik impas (break even) berlandaskan pada
pernyataan sedarhana, berapa besarnya unit produksi yang harus dijual untuk
menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut.
Menurut PS. Djarwanto (2002) Break even point adalah suatu keadaan
impas yaitu apabila telah disusun perhitungan laba dan rugi suatu periode
tertentu, perusahaan tersebut tidak mendapat keuntungan dan sebaliknya tidak
menderita kerugian.
Menurut Harahap (2004) Break even point berarti suatu keadaan dimana
perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh
biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi ini dapat ditutupi oleh
penghasilan penjualan. Total biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama
dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi.
Menurut Garrison dan Noreen (2004) Break even point adalah tingkat
penjualan yang diperlukan untuk menutupi semua biaya operasional, dimana
break even tersebut laba sebelum bunga dan pajak sama dengan nol (0).
Langkah pertama untuk menentukan break even adalah membagi harga pokok
penjualan (HPP) dan biaya operasi menjadi biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya Tetap merupakan fungsi dari waktu, bukan fungsi dari jumlah penjualan
dan biasanya ditetapkan berdasarkan kontrak, misalnya sewa gudang.
Sedangkan biaya variabel tergantung langsung dengan penjualan, bukan fungsi
dari waktu, misalnya biaya angkut barang.
Apabila perusahaan mempunyai biaya variabel saja, maka tidak akan
muncul masalah break even point dalam perusahaan tersebut. Masalah break
even point baru akan muncul apabila suatu perusahaan disamping mempunyai
biaya variabel juga mempunyai biaya tetap. Besarnya biaya variabel secara
totalitas akan berubah-ubah sesuai dengan volume produksi perusahaan,
sedangkan besarnya biaya tetap sacara totalitas tidak mengalami perubahan
meskipun ada perubahan volume produksi.
Karena adanya unsur biaya variabel disuatu sisi dan unsur biaya tetap disisi
lain maka suatu perusahaan dengan volume produksi tertentu menderita
kerugian karena penjualan hanya menutupi biaya tetap. Ini berarti bahwa bagian
dari hasil penghasilan penjualan yang tersedia hanya cukup untuk menutupi
biaya tetap tetapi tidak cukup menutupi biaya variabelnya.
Volume penjualan dimana penghasilan total sama besarnya dengan biaya
totalnya, sehingga perusahaan tidak mencapai laba atau keuntungan dan tidak
menderita kerugian disebut Break Even Point.
Asumsi dari Analisa Break Even
Analisis Break Even Point berguna apabila beberapa asumsi dasar
dipenuhi. Asumsi-asumsi tersebut adalah :
1. Bahwa biaya pada berbagai tingkat kegiatan dapat diperkirakan
jumlahnya secara tepat. Dengan demikian perubahan tingkat produksi
dapat dijabarkan menjadi perubahan tingkat biaya.
2. Biaya yang dapat diperkirakan itu dapat dipisahkan mana yang bersifat
fariabel dan mana yang merupakan beban tetap (fixed cost). Analisa
Break even hanya dapat dihitung bilamana sebagian biaya merupakan
bebean tetap.
3. Tingkat penjualan sama dengan tingkat produksi, artinya apa yang
diproduksi dianggap terjual habis. Dengan demikian tingkat persediaan
barang jadi tidak mengalami perubahan, atau perusahaan sma sekali tidak
menyediakan stoc barang jadi.
4. Harga jual produk perusahaan pada berbagai tingkat penjualan tidak
mengalami perubahan. Ini berarti pasarnya demikian sempurna atau
bahwa share pasaran perusahaan sedemikian kecilnyasehingga tidak akan
mampu merubah harga pasar yang terjadi.
5. Efesiensi perusahaan pada berbagai tingkat kegiatan juga tidak berubah,
sehingga biaya variable setiap unit produk sama untuk berbagai volume
produksi.
6. Tidak terdapat perubahan pada berbagai kebijakan pimpinan yang secara
langsung berpengaruh terhadap beban tetap keseluruhan. Dengan demikian biaya
tetap keseluruhan juga tidak berubah.
7. Perusahaan dianggap seakan-akan hanya menjual satu macam produk akhir. Bilamana dalam kenyataannya produk yang dibuat lebih dari satu macam, maka sales mix dipertahankan tetap sama.
Di dalam kenyataan yang sebenarnya lebih banyak asumsi yang tidak dapat dipenuhi. Namun demikian perubahan asumsi ini tidak mengurangi validitas dan kegunaan analisa BEP sebagai suatu alat bantu pengambilan keputusan. Hanya saja diperlukan suatu modifikasi tertentu dalam penggunaannya.
#
Referensi:
Ahyari Agus, Dr, 1989, Anggaran Perusahaan Pendekatan Kuantitatif Buku II. Yogyakarta: Penerbit BPFE.
Agus, Ani Kana. 1986. Anggaran Perusahaan Pembahasan Teori. Yogyakarta: Group.
Bambang Riyanto. 1980. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Gajah Mada.
Gunawan Adisaputra, Anggaran Perusahaan, buku 1, BPFE
Gunawan Adisaputra, Anggaran Perusahaan, buku 2, BPFE.
Y. Supriyanto, Anggaran Perusahaan Perencanaan dan Pengendalian Laba. Yogyakarta: Penerbit Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
M. Nafarinn. 2003, Edisi 3, Penganggaran Perusahaan. Jakarta: Penerbit Salemba Empat
Munawir, Ak. 1983, Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
P. Darsono, 2008. Penganggaran Perusahaan. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.
S. Mulyatno, SE. Anggaran Perusahaan Cara Praktis Menyusun Anggaran Perusahaan.Jakarta: Universitas Trisakti.
T. Justin Sirait, 2006. Anggaran Sebagai Alat Bantu Bagi Manajemen. akarta: Penerbit PT Grasindo.
***Diposkan oleh SARFIN di 18.56 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Anggaran Biaya Overhead Pabrik (BOP)
Perencanaan biaya yang baik harusnya dipusatkan pada hubungan antara tingkat pengeluaran dengan manfaat yang diperoleh dari pengeluaran tersebut. Anggaran biaya biasanya dibuat bersamaan dan digabungkan dalam sebuah rencana yang disebut Rencana Harga Pokok Produk. Anggaran ini memerlukan semua biaya produksi yang dapat diidentifikasi, baik secara langsung atau melalui alokasi, untuk setiap produk. Tiga anggaran pokok yang relevan dengan produksi ini mencakup (1) anggaran biaya bahan mentah, (2) anggaran tenaga kerja langsung, yang merinci kuantitas dan biaya yang direncanakan dari tenaga kerja langsung, dan (3) anggaran biaya overhead pabrik, yang meliputi rencana untuk semua biaya pabrik selain bahan mentah langsung dan tenaga kerja langsung.
Pada topik Anggaran Bahan Baku dan Anggaran Tenaga Kerja Langsung telah dikupas secara mendalam mengenai rencana biaya bahan mentah langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Materi kali ini membahas tentang perencanaan dan pengendalian biaya overhead pabrik. Untuk rencana bahan mentah dan anggaran biaya tenaga kerja langsung telah dibahas
pada materi sebelumnya. Materi ini diawali dengan pembahasan tentang pentingnya perencanaan Biaya Overhead Pabrik (BOP) bagi perusahaan. Pembahasan dilanjutkan dengan mempelajari faktor-faktor yang harus dipahami untuk melakukan penyusunan anggaran BOP, teknik pengalokasian BOP yang bersifat tidak langsung, dan pembahasa pentingnya pemahaman tentang perbedaan pembebanan dan pengendalian BOP. Materi ini akan diakhiri dengan pembahasan tentang anggaran BOP sebagai sarana penyusunan Harga Pokok Produksi.
Manajer seharusnya memandang perencanaan dan pengendalian terhadap pengeluaran-pengeluaran sebagai sebuah kewajiban. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan biaya yang wajar demi tercapainya tujuan dan program-program yang telah direncanakan perusahaan. Dua istilah biaya (cost) dan beban/pengeluaran (expense) sering digunakan untuk pengertian yang sama. Untuk tujuan akuntansi keuangan, biaya (cost) merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Biaya (cost) ini akan menjadi beban/pengeluaran (expense) ketika telah dikonsumsi (dihabiskan). Sehingga yang dimaksud dengan beban/pengeluaran (expense) adalah pengorbanan sumber ekonomi yang terjadi sekarang atau biaya yang telah dikonsumsi sekarang. Untuk tujuan akuntansi manajemen, kedua istilah ini didefinisikan secara terpisah.
Perencanaan yang baik harus dipusatkan pada hubungan antara tingkat pengeluaran dengan manfaat yang diperoleh dari pengeluaran tersebut. Untuk mendapatkan manfaat tertentu perusahaan tidak segan-segan mengeluarkan biaya yang cukup besar. Sebagai contoh untuk meningkatkan volume penjualan, perusahaan mengeluarkan biaya riset dan pengembangan produk yanga cukup besar. Manfaat dari kegiatan tersebut tentunya adalah tercapainya kuota penjualan yang besar. Untuk itu perusahaan juga harus mengeluarkan biaya promosi dan distribusi yang besar. Sebuah perusahaan lain melakukan penelitian pasar untuk mengetahui tingkah laku konsumen (consumers behaviour). Manfaat yang diperoleh dari kegiatan ini antara lain :• Dapat diketahuinya market share yang dimiliki perusahaan.• Dapat diketahui siapa konsumen akhir barang yang dijual.• Dapat diketahui apa yang diinginkan konsumen dari barang yang dijual, dan lain-lain.
Selain itu, perencanaan biaya seharusnya lebih terfokus pada penggunaan sumber daya yang terbatas secara baik, bukan sekedar pengurangan biaya. Beberapa perusahaan melakukan pemotongan pengeluaran-pengeluaran tanpa mempertimbangkan akibat-akibatnya pada keuntungan yang akan diperoleh. Sebagai contoh perusahaan tidak menyediakan sumber daya yang memadai untuk memeelihara harta seperti peralatan mesin dan bangunan-bangunan. Tidak dapat dielakkan, keputusan-keputusan jangka pendek, walaupun mengurangi pengeluaran-pengeluaran dalam jangka waktu tertentu, tetapi mengakibatkan meningkatnya biaya karena kerusakan-kerusakan, mesin-mesin yang tidak efisien, tenaga yang frustasi, kesalahan mesin, biaya perbaikan yang besar dan berkurangnya umur harta. Sehingga untuk jangka panjang sebenarnya biaya yang dikeluarkan semakin besar.
Meskipun demikian, biaya harus diawasi. Pengawasan biaya terutama harus diselaraskan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan dalam operasinya dan disesuaikan dengan tanggung jawab yang harus dipikul oleh masing-masing kepala bagian seperti bahan mentah langsung dan biaya tenaga kerja langsung telah dibicarakan pada bagian terdahulu. Pada bagian ini akan dibicarakan biaya-biaya lain yakni:
i. Biaya-biaya pabrik (sering pula disebut biaya overhead pabrik).ii. Biaya-biaya distribusi (sering pula disebut biaya penjualan).iii. Biaya-biaya administrasi. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan proses produksi sangat kompleks jenisnya. Biaya yang tergolong sebagai biaya overhead pabrik (BOP) adalah semua biaya-biaya pabrik yang dikeluarkan perusahaan dalam proses produksi, kecuali biaya bahan mentah langsung dan biaya tenaga kerja langsung. BOP ini merupakan biaya produksi total yang tidak dapat secara langsung diidentifikasikan (ditelusuri) pada produk atau aktivitas tertentu.
#
Referensi:
Nafarin, M. 2007. Penganggaran Perusahaan. Edisi ke-3. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
Ahyari, A. 1989. Anggaran Perusahaan: Pendekatan Kuantitatif. Buku 1. Yogyakarta: BPFE.
Sasongko, C. dan Parulian, S.R. 2010. Anggaran. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
Munandar, M. 2007. Budgeting: Perencanaan Kerja, Pengkoordinasian Kerja, Pengawasan Kerja. Edisi ke-2. Yogyakarta: BPFE.
Adisaputro, G. 2007. Anggaran Perusahaan 2. Edisi ke-1. Yogyakarta : BPFE.
Supriyanto, Y. 1995. Anggaran Perusahaan. Edisi ke-1. Yogyakarta : bagian penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Adisaputro, G. dan Marwan, asri. 1979. Anggaran Perusahaan: Prinsip Mekanisme dan Teknik Penyusunannya. Yogyakarta : bagian penerbitan Universitas Gadjah Mada.
Adisaputro, G. dan Yunita, A. 2007. Anggaran Bisnis Analisis, Perencanaan, dan Pengendalian Laba. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.
*** Diposkan oleh SARFIN di 18.54 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Penganggaran : Definisi, Fungsi, Manfaat dan Tipe, Anggaran
Pengertian Anggaran :Glenn A Welsch mendefenisikan anggaran sebagai berikut:"Profit planning and control may be broadly as de fined as sistematic and formalized approach for accomplishing the planning, coordinating and control responsibility of management".Dari pengertian di atas, anggaran dikaitkan dengan fungsi-fungsi dasar manajemen yang meliputi fungsi perencanaan, koordinasi dan pengawasan. Jadi bila anggaran dihubungkan fungsi dasar manajemen maka anggaran meliputi fungsi perencanaan, mengarahkan, mengorganisasi dan mengawasi setiap satuan dan bidang-bidang organisasional didalam badan usaha.Menurut Gomes (1995, p.87-88), anggaran merupakan dokumen yang berusaha untuk mendamaikan prioritas-prioritas program dengan sumber-sumber pendapatan yang diproyeksikan. Anggaran menggabungkan suatu pengumuman dari aktivitas organisasi atau tujuan untuk suatu jangka waktu yang ditentukan dengan informasi mengenai dana yang dibutuhkan untuk aktivitas tersebut atau untuk mencapai tujuan tersebut.Menurut Mulyadi (2001, p.488), anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan ukuran yang lain yang menvakup jangka waktu satu tahun.Menurut Supriyono (1990, p.15), penganggaran merupakan perencanaan keuangan perusahaan yang dipakai sebagai dasar pengendalian (pengawasan) keuangan perusahaan untuk periode yang akan datang.
Anggaran merupakan suatu rencana jangka pendek yang disusun berdasarkan rencana kegiatan jangka panjang yang telah ditetapkan dalam proses penyusunan program. Dimana anggaran disusun oleh manajemen untuk jangka waktu satu tahun, yang nantinya akan membawa perusahaan kepada kondisi tertentu yang diinginkan dengan sumber daya yang ditentukan.
Fungsi Anggaran :Peranan anggaran pada suatu perusahaan merupakan alat untuk membantu manajemen dalam pelaksanaan, fungsi perencanaan, koordinasi, pengawasan dan juga sebagai pedoman kerja dalam menjalankan perusahaan untuk tujuan yang telah ditetapkan.a. Fungi PerencanaanPerencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen dan fungsi ini merupakan salah satu fungsi manajemen dan fungsi ini merupakan dasar pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen lainnya.Winardi memberikan pengertian mengenai perencanaan sebagai berikut:"Perencanaan meliputi tindakan memilih dan menghubungkan fakta-fakta dan membuat serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa yang akan datang dalam hal memvisualisasi serta merumuskan aktifitas-aktifitas yang diusulkan yang dianggap perlu untuk mencapai basil yang diinginkan".Dari kutipan di atas disimpulkan bahwa sebelum perusahaan melakukan operasinya, pimpinan dari perusahaan tersebut harus lebih dahulu merumuskan kegiatan-kegiatan apa yang akan dilaksanakan di masa datang dan hasil yang akan dicapai dari kegiatan-kegiatan tersebut, serta bagaimana melaksanakannya. Dengan adanya rencana tersebut, maka aktifitas akan dapat terlaksana dengan baik.
b. Fungsi PengawasanAnggaran merupakan salah satu cara mengadakan pengawasan dalam perusahaan. Pengawasan itu merupakan usaha-usaha yang ditempuh agar rencana yang telah disusun sebelurnnya dapat dicapai. Dengan demikian pengawasan adalah mengevaluasi prestasi kerja dan tindakan perbaikan apabila perlu. Aspek pengawasan yaitu dengan membandingkan antara prestasi dengan yang dianggarkan, apakah dapat ditemukan efisiensi atau apakah para manajer pelaksana telah bekerja dengan baik dalam mengelola perusahaan. Tujuan pengawasan itu bukanlah mencari kesalahan akan tetapi mencegah dan nemperbaiki kesalahan. Sering terjadi fungsi pengawasan itu disalah artikan yaitu mencari kesalahan orang lain atau sebagai alat menjatuhkan hukuman atas suatu kesalahan yang dibuat pada hal tujuan pengawasan itu untuk menjamin tercapainya tujuan-tujuan dan rencana perusahaan.
c. Fungsi KoordinasiFungsi koordinasi menuntut adanya keselarasan tindakan bekerja dari setiap individu atau bagian dalam perusahaan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwauntuk menciptakan adanya koordinasi diperlukan perencanaan yang baik, yang dapat menunjukkan keselarasan rencana antara satu bagian dengan bagian lainnya. Anggaran yang berfungsi sebagai perencanaan harus dapat menyesuaikan rencana yang dibuat untuk berbagai bagian dalam perusahaan, sehingga rencana kegiatan yang satu akan selaras dengan lainnya. Untuk itu anggaran dapat dipakai sebagai alat koordinasi untuk seluruh bagian yang ada dalam perusahaan, karena semua kegiatan yang saling berkaitan antara satu bagian dengan bagian lainnya sudah diatur dengan baik.
d. Anggaran Sebagai Pedoman KerjaAnggaran merupakan suatu rencana kerja yang disusun sistematis dan dinyatakan dalam unit
moneter. Lazimnya penyusunan anggaran berdasarkan pengalaman masa lalu dan taksir-taksiran pada masa yang akan datang, maka ini dapat menjadi pedoman kerja bagi setiap bagian dalam perusahaan untuk menjalankan kegiatannya.Tujuan yang paling utama dari anggaran adalah untuk pengawasan luar, yaitu untuk membatasi sumber-sumber daya keseluruhan yang tersedia untuk suatu instansi dan untukmencegah pengeluaran-pengeluaran bagi hal-hal atau aktivitas-aktivitas yang tidak dibenarkan oleh undang-undang.
Manfaat Anggaran :Menurut Marconi dan Siegel (1983) dalam Hehanusa (2003, p.406-407) manfaat anggaran adalah :1. Anggaran merupakan hasil dari proses perencanaan, berarti anggaran mewakili kesepakatan negosiasi di antara partisipan yang dominan dalam suatu organisasi mengenai tujuan kegiatan di masa yang akan datang.2. Anggaran merupakan gambaran tentang prioritas alokasi sumber daya yang dimiliki karena dapat bertindak sebagai blue print aktivitas perusahaan.3. Anggaran merupakan alat komunikasi internal yang menghubungkan departemen (divisi) yang satu dengan departemen (divisi) lainnya dalam organisasi maupun dengan manajemen puncak.4. Anggaran menyediakan informasi tentang hasil kegiatan yang sesungguhnya dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan.5. Anggaran sebagai alat pengendalian yang mengarah manajemen untuk menentukan bagian organisasi yang kuat dan lemah, hal ini akan dapat mengarahkan manajemen untuk menentukan tindakan koreksi yang harus diambil.6. Anggaran mempengaruhi dan memotivasi manajer dan karyawan untuk bekerja dengan konsisten, efektif dan efisien dalam kondisi kesesuaian tujuan antara tujuan perusahaan dengan tujuan karyawan.
Tipe Anggaran :1. Ceiling BudgetTipe anggaran yang dipakai untuk tujuan-tujuan pengawasan dinamakan Ceiling Budget. Anggaran jenis ini mengawasi suatu instansi secara langsung dengan cara menentukan batas-batas pengeluaran melalui peraturan penggunaan/pemberian, atau secara tidak langsung dengan cara membatasi penghasilan instansi pada sumber yang diketahui dan jumlah yang terbatas.2. A Line-Item BudgetTipe ini menggolongkan pengeluaran-pengeluaran berdasarkan jenis, digunakan untuk mengawasi jenis-jenis pengeluaran dan juga jumlah totalnya3. Performance and Program BudgetsTipe ini berguna untuk menspesifikasi aktivitas-aktivitas atau program-program berdasarkan mana dana digunakan, dan dengan cara demikian membantu dalam evaluasinya. Dengan cara memisahkan pengeluaran-pengeluaran berdasarkan fungsi (seperti kesehatan atau keamanan public) atau berdasarkan jenis pengeluaran (seperti kepegawaian dan peralatan) atau berdasarkan sumber penghasilan seperti pajak kekayaan atau biaya-biaya pemakaian (user fees), para administrator dan para anggota legislatif bisa mendapatkan laporan-laporan yang tepat mengenai transaksi-transaksi keuangan, untuk mempertahankan baik efisiensi ke dalam maupun pengawasan dari luar.