Pengendalian Proses Dan Automatisasi Tahap · PDF filePengendalian Proses Dan Automatisasi...

download Pengendalian Proses Dan Automatisasi Tahap · PDF filePengendalian Proses Dan Automatisasi Tahap Pengeringan Pada Proses Pengolahan Teh Hitam Sistem CTC (Crushing, Tearling, Curling)

If you can't read please download the document

Transcript of Pengendalian Proses Dan Automatisasi Tahap · PDF filePengendalian Proses Dan Automatisasi...

  • Pengendalian Proses Dan Automatisasi Tahap Pengeringan Pada Proses

    Pengolahan Teh Hitam Sistem CTC (Crushing, Tearling, Curling) di PTPN VIII

    Kebun Kertamanah

    A. Pendahuluan

    Pengeringan merupakan proses pengaliran udara panas pada

    bubuk hasil fermentasi sehingga diperoleh bubuk yang kering.

    Pengeringan pada pengolahan teh hitam dilakukan dengan alat VFBD

    (Vibro Fluid Bed Dryer) untuk sistem CTC.

    Udara panas yang digunakan untuk pengeringan berasal dari

    udara luar yang dipanaskan dengan Heat Exchanger yang

    menggunakan bahan bakar IDO. Udara segar yang nantinya dibuang

    keluar, masuk melalui celah pemasukan sebelah bawah. Masuknya udara

    tersebut karena ditarik oleh Mainfan. Setelah udara masuk, kemudian

    melalui celah-celah pipa menuju cerobong pengeluaran. Sedangkan

    untuk udara segar yang digunakan untuk pengeringan, masuk melalui

    celah bagian atas yang ditarik oleh IDfan. Kemudian udara masuk

    melalui celah dan melewati bagian bawah VFBD dan digunakan untuk

    mengeringkan bubuk teh. Pengeringan pada pengolahan teh hitam

    memiliki tujuan yaitu :

    a. Menghentikan proses oksidasi enzimatis.

    b. Menjaga sifat-sifat spesifik teh pada saat teh mencapai kualitas

    optimum.

    c. Menurunkan kadar air sampai mencapai 2,53,5% sehingga teh

    hitam mempunyai daya simpan yang lama.

    Selain itu, pengeringan pada pengolahan teh hitam juga dapat

    membunuh adanya mikrobia. Karena pada suhu tinggi mikrobia tidak

    tahan dan mati. Suhu udara masuk mesin pengering VFBD (suhu inlet)

    adalah sebesar 90-98 0C dan suhu udara keluar (suhu outlet) 45-550C.

    Suhu udara masuk yang terlalu tinggi dapat menyebabkan terjadinya

    bakey, burnt, dan overfried yaitu suatu keadaan dimana air seduhan teh

    menjadi berasa seperti bahan organik yang terbakar atau gosong.

    Sedangkan apabila suhu terlalu rendah dapat mengakibatkan bubuk

    tidak dapat kering sempurna yang nantinya bubuk akan berkadar air

  • tinggi sehingga bubuk mudah ditumbuhi jamur dan dapat menyebabkan

    oksidasi enzimatis berlanjut pada bubuk yang telah dikeringkan.

    Setelah dilakukan fermentasi, segera bubuk dimasukkan ke alat

    pengering dengan menggunakan conveyor. Bubuk teh masuk ke

    plat/tray VFBD. Udara panas akan mengenai bubuk teh dari bagian

    bawah VFBD dengan bantuan blower. Pada VFBD, terdapat ball breaker

    yang berfungsi untuk menghancurkan bubuk teh yang masih

    menggumpal.

    Gerakan bubuk teh pada VFBD melalui conveyor bergerak secara

    osilasi. Yaitu pada VFBD terdapat alat seperti plat segitiga yang berfungsi

    untuk meratakan bubuk teh sehingga ketebalan bubuk dapat diatur.

    Gerakan osilator yaitu maju mundur.

    Pada VFBD terdapat tiga cyclone (dust collector). Dua cyclone

    pertama berfungsi untuk menyerap uap air dari bubuk teh sehingga teh

    menjadi kering. Kemudian uap air tersebut dibuang keluar melalui

    cerobong. Sedangkan cyclone ketiga berfungsi untuk menyerap uap air

    dari bubuk sebelum keluar dari VFBD, akibatnya ada sedikit bubuk yang

    terikut masuk cyclone ketiga. Bubuk ini nantinya direfiring dan menjadi

    teh mutu III. Bubuk teh yang tidak tersedot ke cyclone akan keluar dari

    VFBD dan selanjutnya masuk ke sortasi kering melalui conveyor.

    Gambar 1. Mesin pengering VFBD

  • Gambar 2. VFBD tampak samping

    Gambar 3.1 Burner Heat Exchanger Gambar 3.2 Heat Exchanger

    Gambar 3.3 Main fan Gambar 3.4 VFBD dan Output Tea

  • Gambar 3.5 Cyclone Gambar 3.6 Cold Air Blower

    Gambar 3. VFBD dan kelengkapannya

    Perubahan yang terjadi selama proses pengeringan baik sistem

    CTC maupun Orthodoks meliputi perubahan yang bersifat fisik maupun

    perubahan yang bersifat kimiawi.

    a. Perubahan fisik :

    Terjadi pengurangan kadar air pada bubuk teh menjadi 2,5 3,5

    %.

    Warna bubuk teh menjadi coklat kehitaman setelah proses

    pengeringan.

    b. Adapun perubahan kimiawi :

    Reaksi oksidasi enzimatis terhenti karena enzim polifenol oksidase

    terdenaturasi.

    Lapisan gel pectin dipermukaan bubuk teh akan mengering

    sehingga permukaan bubuk teh menjadi mengkilap.

    Pembentukan teaflavin dan tehrubigin terhenti.

    Terjadi karamelisasi karbohidrat.

    B. Tujuan Pengendalian

    Tujuan dari pengendalian proses secara umum adalah mencapai

    atribut produk yang diinginkan dengan memanipulasi variable-variable

    proses. Pada proses pengeringan pembuatan teh hitam, pengendalian

  • proses bertujuan untuk menjaga suhu pengeringan inlet dan outlet

    untuk mendapatkan teh hitam sesuai dengan spesifikasi yang telah

    ditentukan oleh pabrik atau sesuai dengan standar yang ada. Proses

    pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air bubuk teh hasil

    oksidasi enzimatis hingga mencapai 2,5 3,5 %.

    C. Skema Model Proses Pengeringan

    Gambar 4. Skema model proses pengeringan teh hitam secara manual

    Skema diatas menunjukkan konsep pengendalian pada proses

    pengeringan teh hitam. Input dari pengering berupa bubuk teh basah

    hasil fermentasi dan udara panas yang berasal dari heat exchanger. Pada

    alat pengering VFBD terdapat indikator moisture meter, termometer

    inlet dan outlet. Alat ini yang digunakan oleh operator untuk

    mengontrol kadar air dari bubuk teh yang dihasilkan (output) sesuai

    dengan nilai yang dikehendaki. Apabila indikator moisture meter

    menunjukkan nilai lebih rendah atau lebih tinggi dari nilai yang

    diinginkan (setpoint), operator akan mengurangi kecepatan aliran

  • bubuk teh hitam dengan mengatur (menutup membuka) main dumper

    yang ada pada VFBD. Apabila indikator termometer inlet atau outlet

    lebih tinggi atau rendah dari setpoint, operator akan mengatur pintu

    heat exchanger sampai didapatkan suhu sesuai dengan setpoint. Model

    pengaturan diatas belum otomatis karena masih menggunakan operator

    (manusia) untuk mengatur penyesuaian yang diperlukan.

    D. Manipulated Variable

    Manipulated variable pada pengolahan teh hitam adalah suhu

    inlet (100-120 0C), suhu outlet (80-105 0C), suhu bubuk teh yang masuk

    ke dalam VFBD (25-27 0C), kecepatan bubuk teh dalam VFBD, laju udara

    panas yang masuk ke dalam VFBD.

    E. Controlled Variable

    Controlled variable pada pembuatan teh hitam adalah bubuk teh

    hitam kering berwarna coklat mengkilap, kadar air dari bubuk teh hitam

    sudah mencapai 2,5 3,5 %.

    F. Set Point

    Set point pada pengolahan teh hitam adalah nilai kadar air bubuk

    teh hitam (output) pada moisture meter 2,5 3,5 % dan suhu inlet

    sebesar 90 98 0C dan suhu outlet sebesar 45 55 0C pada termometer.

    G. Mekanisme Pengendalian

    Mekanisme pengendalian yang diunakan adalah closed loop dan

    feedback. Pada sistem closed loop, sinyal output memiliki pengaruh

    langsung pada aksi pengendalian, berbasis pada perbedaan antara nilai

    nyata dan setpoint yang dikehendaki (controlled variable). Pengendali

    feedback menghitung perubahan yang perlu dilakukan pada input

    (manipulated variable) untuk membawa output sistem ke setpoint,

    sehingga mengurangi error. Pada pengolahan teh hitam, mekanisme

    pengendalian pada proses pengeringan adalah terdapatnya indikator

    moisture meter untuk menyediakan informasi ke operator besarnya nilai

    kadar air outlet bubuk teh hitam kering (controlled variable) yang

  • sebenarnya dan termometer untuk memberikan informasi ke operator

    besarnya suhu inlet dan suhu outlet. Suhu udara masuk mesin pengering

    VFBD (suhu inlet) adalah sebesar 90-98 0C dan suhu udara keluar (suhu

    outlet) 45-550C.

    H. Aksi Controller

    Apabila operator menemukan bahwa kadar air outlet bubuk teh

    hitam lebih tinggi atau lebih rendah dari setpoint, operator akan

    mengurangi kecepatan aliran bubuk teh hitam dengan mengatur

    (menutup membuka) main dumper. Apabila operator menemukan

    suhu inlet atau outlet lebih tinggi atau rendah dari set point, operator

    akan mengatur pintu heat exchanger sampai didapatkan suhu sesuai

    dengan setpoint.

    I. Automatisasi Proses

    Gambar 5. Skema model proses pengeringan teh hitam otomatis

    Pada skema diatas, proses pengeringan teh hitam telah dibuat

    otomatis. Peran dari operator digantikan oleh controller dan control

  • auger. Kadar air teh hitam yang sebenarnya diukur oleh moisture meter,

    dibandingkan dengan nilai setpointnya. Kadar air output dionversikan

    ke unit yang sama dengan setpoint oleh sebuah transducer. Berdasarkan

    nilai acting error, controller menghitung perubahan-perubahan yang

    diperlukan dalam control auger untuk membuka atau menutup main

    dumper atau pintu heat exchanger dan selanjutnya menghilangkan

    error tersebut. Pada skema ini, mata operator serupa dengan peralatan

    acting error, otak berkaitan dengan engendali otomatis dan otot

    operator serupa dengan actuator.

  • Tugas Mata Kuliah Pengendalian Proses dan Automasi

    Tahap Pengeringan Proses Pengolahan Teh Hitam Sistem CTC

    (Crushing, Tearling, Curling) Pada PTPN VIII Kebun

    Kertamanah

    Oleh :

    Muhammad Subchi Wira P

    06/196502/TP/08676

    Jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian

    Fakultas Teknologi Pertanian

    Universitas Gadjah Mada

    Yogyakarta

    2010