Pengendalian Mutu Beras Bulog 407 Banjarnegara

download Pengendalian Mutu Beras Bulog 407 Banjarnegara

If you can't read please download the document

description

Pengendalian Mutu Beras Gudang 407 BULOG Purwanegara Banjarnegara

Transcript of Pengendalian Mutu Beras Bulog 407 Banjarnegara

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG

PENGENDALIAN MUTU BERAS PADA GUDANG 407 BADAN URUSAN LOGISTIK PURWONEGORO KABUPATEN BANJARNEGARA

Oleh : Aziiz Dwi Saputra A1C006041

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2010

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGPENGENDALIAN MUTU BERAS PADA GUDANG 407 BADAN URUSAN LOGISTIK PURWONEGORO KABUPATEN BANJARNEGARA

Oleh: Aziiz Dwi Saputra NIM A1C006041

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2010

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGPENGENDALIAN MUTU BERAS PADA GUDANG 407 BADAN URUSAN LOGISTIK PURWONEGORO KABUPATEN BANJARNEGARA

Oleh: Aziiz Dwi Saputra NIM A1C006041

Diterima dan Disetujui Tanggal:..................................

Mengetahui, Pembantu Dekan I,

Pembimbing,

Dr.Ir. Ponendi Hidayat,MP. NIP. 196109201988031003

Ir. Djaniah W, Msi. NIP. 194811111982032001

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan praktik kerja lapang dengan judul : Pengendalian Mutu Beras Pada Gudang 407 Badan Urusan Logistik Purwonegoro Kabupaten Banjarnegara. Laporan praktik kerja lapang ini dapat penulis selesaikan tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr.Ir. Ponendi Hidayat, MP. selaku pembantu Dekan 1 Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman. 2. Ir. Djaniah W, MSi. selaku Dosen Pembimbing Praktik Kerja Lapang yang telah memberikan arahan dan bimbingan. 3. Kepala dan staf Perusahaan Umum Gudang 407 Badan Urusan Logistik Purwonegoro Kabupaten Banjarnegara yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan Praktik Kerja Lapang. 4. Keluarga yang selalu memberikan dukungan dan doa selama penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapang ini. 5. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan Laporan Kerja Praktik ini. Penulis menyadari bahwa penulisan Laporan Praktik Kerja Lapang ini

masih jauh dari sempurna dan terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kelancaran Praktik Kerja Lapang dan Pembuatan Laporan.

Purwokerto, Juli 2009

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang............................................................................ B. Tujuan dan Sasaran Praktik Kerja Lapang.................................. C. Manfaat Praktik Kerja Lapang.................................................... vii 1 2 3 4 5 8 11 11 12 13 23 30 33 37 42 46 47

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Varitas Padi dan Beras................................................................ B. Komponen Pembentuk Mutu Beras............................................ C. Pengendalian dan Standar Mutu................................................. III. METODE PRAKTIK KERJA LAPANG A.Tempat dan Waktu Praktik Kerja Lapang................................... B. Materi Praktik Kerja Lapang....................................................... C. Metode Pelaksanaan Praktik Kerja Lapang................................ V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Gudang Perum Bulog 407 Purwonegoro...... B. Pemeriksaan Kualitas Beras........................................................ C. Tata Cara Pemeriksaan Kualitas Beras....................................... D. Teknis Pemeriksaan Kualitas Beras............................................ E. Pengendalian Mutu Beras............................................................ F. Analisis SWOT............................................................................ VI. SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN................................................................................ B. SARAN.......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... LAMPIRAN..................................................................................................

49 50

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Laporan Harian Praktek Kerja Lapang 2. Surat Keterangan Selesai Praktek Kerja Lapang 3. Gambar Kegiatan di Gudang 407 Badan Urusan Logistik Purwonegoro Kabupaten Banjarnegara

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dimana sektor pertanian menjadi sektor yang penting untuk kelangsungan hidup masyarakat Indonesia. Oleh karena itu pembangunan pertanian menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat Indonesia baik untuk memenuhi kebutuhan pokok pangan sehari-hari maupun untuk pembangunan ekonomi. Permintaan akan kebutuhan pangan yang semakin meningkat, dikarenakan adanya peningkatan laju pertumbuhan penduduk yang sangat pesat.

Ketidakseimbangan antara produksi bahan makanan pokok dengan jumlah penduduk yang ada, mengakibatkan terjadinya krisis pangan di Indonesia, seperti yang terjadi akhir-akhir ini. Di beberapa tempat di Indonesia mulai kekurangan pangan, bahkan terjadi banyak kasus kekurangan gizi atau gizi buruk. Oleh karena itu, perlu adanya pembangunan pertanian di Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan produksi hasil pertanian (Saliem et al, 2001). Salah satu produk pertanian yang perlu dilakukan peningkatan produksinya adalah padi. Padi merupakan sumber makanan pokok penduduk Indonesia dimana kebutuhan akan beras cenderung terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk yang semakin pesat. Beras merupakan komoditas strategis

sehingga peningkatan produksi padi terus diupayakan namun penanganan pascapanen belum dapat sepenuhnya ditangani dengan sempurna. Penanganan pascapanen padi meliputi : penen, perontokan, perawatan gabah/pengeringan, penyimpanan, penggilingan dan pengolahan. Dalam era pasar bebas konsumen

beras menuntut beras bermutu, untuk itu perlu dilakukan perbaikan mutu beras tersebut melalui agroindustri padi terpadu fungsinya untuk meningkatkan daya saing. Komponen mutu beras yang ditetapkan dalam standar mutu beras : derajat sosoh, kadar air, beras kepala/butir utuh, butir patah, menir, butir merah, butir kuning/butir rusak, butir kapur/butir hijau, benda asing, butir gabah dan campuran varietas lain. Untuk meningkatkan mutu beras yang dihasilkan ada beberapa bagian yang harus diperbaiki yaitu : 1). Perbaikan budidaya padi; 2). Perbaikan penanganan

pascapanen; 3). Perbaikan proses penggilingan; 4). Peningkatan kemampuan SDM. Montgomery (1990) menyatakan bahwa pengendalian mutu adalah aktivitas keteknikan dan manajemen, yang dengan aktivitas itu diukur ciri-ciri mutu produk, membandingkannya dengan spesifikasi atau persyaratan, dan mengambil tindakan penyehatan yang sesuai, apabila ada perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dengan standar yang berlaku. Oleh karena itu kajian mengenai kegiatan pengendalian mutu beras di lingkungan Gudang 407 BULOG Purwonegoro Kabupaten Banjarnegara diperlukan guna memperoleh beras yang bermutu.

B. Tujuan Dan Sasaran Praktik Kerja Lapang 1. Tujuan Praktik Kerja Lapang Tujuan Praktik Kerja Lapang antara lain: a. Mengetahui dan mempelajari upaya

pengendalian mutu beras di

Gudang 407

Perusahaan

umum

BULOG

Purwonegoro

Kabupaten Banjarnegara. b. Mengenal secara langsung kondisi organisasi dan berperan serta dalam kegiatan pengendalian mutu beras di Gudang 407 Perusahaan umum BULOG Purwonegoro Kabupaten Banjarnegara. c. Mempelajari kendala-kendala (permasalahan) yang dihadapi serta upaya pemecahannya dalam kaitannya dengan pengendalian mutu produksi beras. 2. Sasaran Praktik Kerja Lapang Sasaran Praktik Kerja Lapang yang ingin dicapai adalah: Adapun sasaran yang akan dikaji dalam kegiatan praktik kerja lapang ini adalah kegiatan pengendalian mutu di Lingkungan Gudang Perum BULOG 407 Purwonegoro Kabupaten Banjarnegara.

C. Manfaat Praktik Kerja Lapang 1. Mendapat pengetahuan dan pengalaman kerja mengenai pengendalian mutu beras di Gudang Perum BULOG 407 Purwonegoro Kabupaten Banjarnegara. 2. Memperoleh informasi mengenai permasalahan kegiatan pengendalian mutu yang dihadapi di Gudang 407 Perum BULOG Purwonegoro Kabupaten Banjarnegara dan mencari upaya pemecahannya.

3. Hasil Praktik Kerja Lapang dapat dipergunakan sebagai sumber informasi bagi pihak lain yang berkepentingan khususnya mengenai pengendalian mutu beras di Gudang 407 Perum BULOG Purwonegoro Kabupaten Banjarnegara.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Varitas Padi dan Beras Padi merupakan tanaman sumber bahan pangan pokok oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Tanaman termasuk famili Gramineae dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas dan termasuk tanaman semusim. Menurut Siregar (1981) sistematika tanaman padi (Oryza Sativa L.) dalam dunia tumbuh-tumbuhan sebagai berikut : Tanaman padi dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Divisio Sub-Divisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : : : : : : : Tracheophyta Angiospermae Monocotyledoneae Gramineales Poaceae Oryza Oryza sativa

Varietas padi yang ditanam di Indonesia semuanya termasuk jenis Oryza sativa L. Jenis ini dibagi atas dua golongan yaitu : utilissima dan glutinosa (ketan). Di Indonesia padi yang di tanam penduduk banyak sekali jenisnya.,

jumlahnya ditaksir melebihi angka 1000. Setiap daerah boleh dikatakan mempunyai jenis-jenis yang berbeda baik dalam umur, banyak hasil, mutu beras, tahan tidaknya terhadap serangan hama dan penyakit.

Banyak tidaknya hasil padi sebagian tergantung kepada varietas yang ditanam. Berhubung dengan pentingnya tanaman padi bagi kehidupan dan penghidupan penduduk di negeri kita, maka pemerintah berusaha dengan jalan seleksi untuk mendapatkan varitas-varitas yang dapat memberikan hasil yang tinggi. Jenis padi unggul baru yang telah banyak ditanam dan dianjurkan untuk disebar luaskan adalah PB-5 (IR-5), PB-8 (IR-8), C4-63 (Siampat), Pelita I/1 dan Pelita I/2. Jenis unggul lain yang mulai dikembangkan adalah IR-20, IR-22, IR-24 dan IR-27 yang berasal dari Filipina. Kata beras mengacu pada bagian bulir padi (gabah) yang telah dipisah dari sekam. Sekam (Jawa merang) secara anatomi disebut palea (bagian yang ditutupi) dan lemma (bagian yang menutupi). Pada salah satu tahap pemrosesan hasil panen padi, gabah ditumbuk dengan lesung atau digiling sehingga bagian luarnya (kulit gabah) terlepas dari isinya. Bagian isi inilah, yang berwarna putih, kemerahan, ungu, atau bahkan hitam, yang disebut beras.

B. Komponen Pembentuk Mutu Beras Faktor pembentuk mutu suatu komoditas disebut dengan komponen mutu dan setiap komoditas mempunyai komponen mutu yang tidak sama. Untuk memperoleh gambaran tentang definisi komponen mutu komoditas beras, pada

tahun 1996 di Indonesia secara umum dapat dikedepankan sebagai berikut (BULOG, 1996) : 1. Beras Giling Beras yang diperoleh dari proses penggilingan gabah yang seluruhnya atau sebagian kulit lembaga atau kulit arinya sudah dipisahkan dalam proses penyosohan (bukan beras tumbuk) dan yang memenuhi persyaratan kualitatif maupun kuantitatif. 2. Kadar Air Jumlah kandungan air di dalam biji-bijian yang dinyatakan dalam satuan persen dari berat basah/wet basis. 3. Warna Dianalisa dengan menggunakan indera penglihatan dengan menggunakan contoh pembanding, warna beras biasanya putih mengkilat/segar, putih, dan kusam. 4. Bau Dianalisa dengan indera penciuman. Bau beras normal atau apek. 5. Kekerasan Dengan metoda sederhana di gigit/pakai gigi atau alat Bantu khusus lainnya. Berdasarkan variable kekerasan beras dapat dinyatakan keras (normal) dan rapuh/lapuk. 6. Rasa Pemeriksaan rasa dapat dilakukan sebelum dan sudah ditanak, menggunakan panel test. Rasa nasi : pulen, pera, hambar. dan

7. Derajat Sosoh Tingkat terkelupasnya lapisan katul (aleuron) dan lembaga dari butir beras pada proses penyosohan. Derajat sosoh di Indonesia dinyatakan dalam prosentase. Pengujian derajat sosoh digunakan metode chromatogravi dilaboratorium, dan dilapangan dilakukan secara iluminasi yaitu dengan perbandingan penampakan visual terhadap beras dengan derajat sosoh yang sudah diketahui nilainya atau dengan monster (pembanding). 8. Butir Utuh Butir-butir beras baik sehat maupun cacat, yang utuh atau tidak ada yang patah sama sekali. 9. Beras Kepala Butir beras patah baik sehat maupun cacat yang mempunyai ukuran lebih besar atau sama dengan 6/10 bagian ukuran panjang rata-rata butir beras utuh. 10. Butir Patah Butir beras patah baik sehat maupun cacat yang mempunyai ukuran lebih kecil dari 6/10 bagian tetapi lebih besar dari 2/10 bagian ukuran panjang rata-rata butir beras utuh. 11. Butir Menir Butir beras patah maupun cacat yang mempunyai ukuran lebih kecil dari 2/10 bagian butir utuh. 12. Butir Mengapur Beras yang berwarna putih dan bertekstur lunak seperti kapur yang diakibatkan oleh proses fisiologis.

13. Butir Kuning Butir kuning, butir beras kepala, patah dan menir yang berwarna kuning, kuning kecoklatan atau kekuning-kuningan akibat proses perubahan warna yang terjadi selama perawatan. 14. Butir Rusak Butir kuning, butir beras kepala, patah dan menir yang berwarna putih/bening, putih mengapur, kuning dan warna merah mempunyai lebih dari satu bintik/noktah. 15. Butir Merah Butir merah, kepala patah, menir yang berwarna merah karena varietas padi asalnya. 16. Butir Ketan Butir ketan utuh yang tercampur dalam beras dikategorikan sebagai butir beras baik, sedangkan butir ketan yang tidak utuh dikategorikan sebagi butir kapur. 17. Benda Asing Benda-banda yang tidak tergolong beras. 18. Butir Gabah Butir gabah yang belum terkupas sebagian dalam proses penggilingan.

C. Pengendalian dan Standar Mutu

Upaya yang dilakukan dalam memenuhi standar mutu yang ditetapkan

adalah pengendalian mutu produksi, baik dari segi kultur teknik budidayanya maupun dari segi pengolahannya. Berdasarkan ISO/DIS 8402-1992 mutu didefinisikan sebagai karakteristik menyeluruh dari suatu wujud apakah itu produk, kegiatan, proses, organisasi atau manusia, yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan yang telah ditentukan.

Pengendalian mutu merupakan usaha penggunaan hasil-hasil penilaian bahan dasar, hasil antara dan hasil jadi pengolahan. Unsur penting yang turut menentukan dalam upaya mendapatkan hasil beras yang dikehendaki adalah pengendalian dan penilaian mutu beras yang dihasilkan. Hal ini penting karena mengingat dalam perdagangan beras sebagai bahan

kebutuhan pokok telah ditetapkan suatu standarisasi mutu sebagai upaya memberikan kepastian dan kepuasan kepada konsumen. Standarisasi adalah usaha terus menerus yang dilakukan untuk menentukan dan memantapkan syarat mutu barang dan jasa termasuk dalam hal penyajian sehingga terdapat kepastian dari mutu barang atau jasa tersebut (Sadjad, 1983). Beras adalah produk pertanian yang relatif mudah mengalami kerusakan atau perubahan mutu selama masa penyimpanan baik karena faktor internal (kadar air, derajat sosoh dan komponen mutu beras lainnya) maupun eksternal antara lain kelembaban relatif udara, suhu udara, kondisi gudang, serangan hama. Demikian pula iklim Indonesia yang tropis basah akan mempengaruhi dan mengakibatkan penurunan mutu serta kerusakan beras tersebut selama disimpan di gudanggudang yang dikelola BULOG. Secara visual dan kualitatif perubahan tersebut dapat diketahui dari warna,

bau, kerusakan, dan rasa. Dalam kaitannya dengan faktor-faktor tersebut pada prinsipnya kondisi mutu beras diklasifikasikan menjadi empat kategori yaitu beras baik, cukup baik, turun mutu, dan beras rusak. Standarisasi adalah penetapan suatu barang (beras) atas ciri-ciri yang dianggap sama. Ciri-ciri itu dapat berupa ukuran, jumlah, mutu dan sebagainya yang dianggap penting. Standarisasi ini merupakan suatu patokan yang harus dipenuhi oleh setiap perusahaan untuk memproduksi atau memperdagangkan barang (beras) tersebut, tahap-tahap pelaksanaan standarisasi adalah (Nitisemito, 1986) : 1. Penetapan standar Penetapan standar tertentu berupa ketepatan volume, berat isi, ukuran maupun mutu barang yang bersangkutan. 2. Grading Berdasarkan standar tersebut, dapat dilakukan grading yaitu membagi atau memisah-misahkan barang atas dasar standar tertentu. Grading pada umumnya didasarkan pada jenis, ukuran, dan mutu. 3. Inspeksi Setelah diadakan grading, perlu diadakan tindakan untuk melakukan penelitian atau pengawasan apakah grading yang dilaksanakan tersebut sudah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. 4. Labelling Labeling adalah mencantumkan atau menuliskan grade harga barang pada etiket atau pembungkus.

III. METODE PRAKTIK KERJA LAPANG A. Tempat dan Waktu Praktik Kerja Lapang 1. Tempat Praktik Kerja Lapang Praktik Kerja Lapang ini dilaksanakan di Gudang 407 Perusahaan umum BULOG Purwonegoro Kabupaten Banjarnegara. 2. Waktu Praktik Kerja Lapang Praktik Kerja Lapang ini dilaksanakan lebih kurang 25 hari yaitu bulan Juli sampai Agustus 2009.

B. Materi Praktik Kerja Lapang Materi yang dikaji dalam Praktik Kerja Lapang ini adalah sebagai berikut : 1. Kondisi wilayah, keadaan umum perusahaan serta kegiatan yang dilakukan di Gudang 407 Perusahaan umum BULOG

Purwonegoro Kabupaten Banjarnegara. 2. Sejarah berdirinya, organisasi, kedudukan, dan misi Perum BULOG Purwonegoro Kabupaten Banjarnegara. 3. Pengendalian mutu beras di Gudang 407 Perusahaan umum BULOG Purwonegoro Kabupaten Banjarnegara.

C. Metode Pelaksanaan Praktik Kerja Lapang Metode pelaksanaan dalam Praktik Kerja Lapang ini adalah: 1. Metode Observasi Partisipasi

Pendekatan observasi partisipasi dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung pada objek yang akan dikaji untuk memperoleh data yang sesuai dengan kondisi sebenarnya dan mengikuti atau melibatkan diri dalam kegiatan pengendalian mutu di Gudang 407 Perusahaan umum BULOG Purwonegoro Kabupaten Banjarnegara. 2. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil data primer dan data sekunder yang ada di Gudang 407 Perusahaan umum BULOG Purwonegoro Kabupaten Banjarnegara. a. Data Primer Data primer diperoleh dengan cara wawancara pada petugas yang terkait dan para pekerja serta dengan cara observasi yaitu pengamatan langsung di lapang. b. Data Sekunder Pengambilan data sekunder dilakukan dengan cara mempelajari pustaka yang diperoleh dari dokumen-dokumen dan arsip-arsip yang ada di Gudang 407 Perusahaan umum BULOG Purwonegoro Kabupaten Banjarnegara yang berkaitan dengan teknik pengendalian mutu dalam proses produksi beras.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Gudang Perum Bulog 407 Purwonegoro 1. Sejarah Perum BULOG Kehadiran lembaga pangan telah ada sejak zaman sebelum kemerdekaan. Pada saat zaman Belanda, berdiri Voedings Middelen Fonds (VMF) yang bertugas membeli, menjual, dan menyediakan bahan makanan. Dalam masa Jepang VMF dibekukan dan muncul Nanyo Kohatsu Kaisa. Pada masa peralihan sesudah kemerdekaan RI, di bawah Kementrian Perekonomian diubah menjadi Yayasan Urusan Bahan Makanan (YUBM), sedangkan pelaksanaan pembelian padi dilakukan oleh Yayasan Badan Pembelian Padi (YBPP). Berdasarkan Peraturan Presiden No.3 Th 1964 dibentuk Dewan Bahan Makanan (DBM), sejalan dengan itu, dibentuklah Badan Pelaksanaan Urusan Pangan (BPUP) yang bertujuan mengurus bahan pangan, pengangkutan, dan pengolahannya, menyimpan dan menyalurkannya menurut ketentuan dari DBM. Memasuki era orde baru, penanganan pengendalian operasional bahan pokok kebutuhan hidup dilaksanakan oleh Komando Logistik Nasional (kolognas), namun peranannya tidak berjalan lama, karena tanggal 10 Mei 1967 dibubarkan dan dibentuk Badan Urusan Logistik. Perusahaan Umum (PERUM) BULOG adalah Badan Usaha Milik Negara sebagaimana diatur dalam Undang-undang nomor 9 tahun 1969, dimana seluruh

modalnya dimiliki oleh negara yang berupa kekayaan negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham. Perusahaan ini adalah perusahaan milik negara yang diberi tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan usaha logistik pangan pokok dan usahausaha lain, perusahaan melakukan usaha berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam peraturan pemerintah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Untuk pertama kalinya Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) BULOG didirikan, sesuai dengan keputusan presiden nomor 114/U/KEP/1967. Agar dapat berperan sebagai alat perekonomian negara yang efisien dan akuntabel yang mampu memperkuat perekonomian nasional, maka badan urusan logistik (BULOG) harus memiliki kemandirian di dalam bidang usahanya. Perubahan Bulog menjadi Perum didasari oleh beberapa hal, antara lain : a. Perubahan kebijakan pangan pemerintah dan pemangkasan tugas dan fungsi Bulog sehingga hanya diperbolehkan menangani komoditas beras, serta penghapusan monopoli impor. b. Berlakunya beberapa UU baru, tentang larangan praktik monopoli dan pembatasan wewenang pemerintah pusat serta dihapusnya instansi vertikal. Pemilihan Perum sebagai bentuk badan hukum adalah untuk menjalankan dua fungsi bersamaan,

yaitu fungsi publik dan komersial. c. Masyarakat luas menghendaki agar Bulog terbebas dari unsur KKN dan partai politik tertentu. d. Perubahan ekonomi global yang mengarah pada liberalisasi pasar. Dengan menimbang bahwa BULOG telah memiliki kemampuan yang memadai untuk dapat memperoleh kemandirian, otonomi dan tanggung jawab lebih besar dalam mengelola usaha logistik pangan pokok secara nasional baik yang bersifat pelayanan masyarakat maupun bersifat komersial, maka melalui keputusan presiden (kepres) nomor 3 tahun 2002 perusahaan ini dibubarkan dengan ketentuan segala hak dan kewajiban, kekayaan serta pegawai LPND BULOG beralih kepada Perusahaan Umum (Perum). Dengan kondisi ini gerak lembaga Bulog akan lebih fleksibel dan hasil dari aktivitas usahanya sebagian dapat digunakan untuk mendukung tugas publik, mengingat semakin terbatasnya dana pemerintah di masa mendatang. Di samping itu, Bulog diharapkan dapat memberikan kontribusi operasionalnya kepada masyarakat sebagai salah satu pelaku ekonomi dengan melaksanakan fungsi usaha yang tidak bertentangan dengan hukum dan kaidah transparasi. Sejak tanggal 20 Januari 2003 LPND Bulog secara resmi berubah menjadi Perum Bulog berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No 7 Tahun 2003 yang kemudian direvisi menjadi PP RI No. 61 Tahun 2003. Peluncuran Perum Bulog ini dilakukan di Gedung Arsip Nasional Jakarta pada tanggal 10 Mei 2003.

Sifat perusahaan ini adalah menyediakan pelayanan untuk umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. Maksud didirikannya Perusahaan adalah : a. Untuk menyelenggarakan usaha logistik pangan pokok yang bermutu dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak. b. Dalam hal tertentu melaksanakan tugas-tugas tertentu yang diberikan pemerintah dalam

pengamanan harga pangan pokok, pengelolaan cadangan pangan pemerintah dan distribusi pangan pokok kepada golongan masyarakat tertentu,

khususnya pangan pokok beras dan pangan pokok lainnya yang ditetapkan oleh pemerintah dalam ketahanan pangan. 2. Kondisi dan Wilayah Kerja Perusahaan Umum Bulog merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan usaha logistik pangan dan usaha lain. Sifat usaha dari perusahaan adalah menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan umum sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. Tujuan perusahaan adalah turut serta membangun ekonomi nasional dalam rangka pelaksanaan program pembangunan nasional di bidang pangan.

Gudang perum Bulog adalah unit instalasi yang dipergunakan untuk menyimpan barang komoditi perum Bulog yang dalam pengelolaannya baik secara administratif maupun operasional dilakukan oleh Subdivre, terutama komoditi gabah/beras. Gudang Perum Bulog memiliki fungsi yaitu melakukan pemasukan, penyimpanan, perawatan, dan pengeluaran beras. Gudang

melaksanakan fungsi itu melalui kegiatan yang dimulai dari melakukan pengadaan, analisa barang masuk, sampai dengan pendistribusian beras. Gudang Bulog 407 Purwonegoro adalah salah satu gudang yang berada di bawah Sub Divisi Regional IV Banyumas yang letaknya di Kabupaten Banjarnegara. Sub Divisi Regional IV Banyumas disebut juga Subdivre yaitu instansi vertikal yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Divre yang berada di Semarang. Beberapa gudang yang berada di bawah Subdivre IV Banyumas antara lain: a. Gudang Bulog 401 Gumilir Kabupaten Cilacap. b. Gudang Bulog 402 Sokaraja Kabupaten Banyumas. c. Gudang Bulog 403 Maos Kabupaten Cilacap. d. Gudang Bulog 404 Klahang Kabupaten Banyumas. e. Gudang Bulog 405 Lomanis Kabupaten Cilacap. f. Gudang Bulog 406 Majenang Kabupaten Cilacap. g. Gudang Bulog 407 Purwonegoro Kabupaten

Banjarnegara.

h. Gudang Bulog 408 Cindaga Kabupaten Cilacap. i. Gudang Bulog 409 Purbalingga Kabupaten

Purbalingga. Gudang Bulog 407 Purwonegoro Kabupaten Banjarnegara didirikan dan diresmikan pada tanggal 25 Juli 1983 oleh Bustanil Arifin S.H yang berada di jalan Raya Purwonegoro KM 14 Kecamatan Purwonegoro Kabupaten Banjarnegara. Kapasitas Gudang masing-masing 1000 Ton dan 2000 Ton. Selain Gudang induk, Bulog 407 Purwonegoro memiliki tiga subgudang lain yaitu subgudang di lokasi Gumiwang, Klampok dan Rawalo dengan kapasitas yang berbeda-beda. Secara tekhnis pelaksanaan kegiatannya Gudang Perum Bulog telah menggunakan teknologi yang baik dan sesuai dengan kebutuhan operasional perusahaannya. Teknologi yang digunakan untuk melaksanakan operasional Perum Bulog antara lain meliputi sistem komputerisasi pada bagian administrasi di kantor, penggunaan alat-alat pembasmi hama yang menyerang beras, alat-alat untuk mengetahui atau mengukur tingkat kualitas beras. Penerapan semua teknologi tersebut diharapkan akan mampu memperbaiki kinerja perusahaan dalam menjalankan fungsi pengelolaan beras. 3. Visi dan Misi Perum BULOG serta Peranan Gudang a. Visi Menjadi Perusahaan yang handal dalam mewujudkan Pangan yang Cukup,

Aman dan Terjangkau Bagi Rakyatnasional.

untuk memantapkan ketahanan pangan

b. Misi Memenuhi kebutuhan pangan pokok rakyat dengan menyelenggarakantugas

pelayanan publik untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan kebijakan pangan nasional. Menyelenggarakan kegiatan ekonomi di bidang pangan secara berkelanjutan yang memberikan manfaat kepada perekonomian nasional. Menyelenggarakan kegiatan ekonomi dibidang pangan dan usaha lain secara berkelanjutan dan bermanfaat kepada stakeholders.

c. Peranan Gudang Gudang berperan untuk menyimpan cadangan beras atau pangan lain. Gudang Bulog untuk keperluan cadangan pangan pemerintah untuk memenuhi outlet rutin kepada pemerintah atau masyarakat miskin (RASKIN), atau cadangan beras yang ditujukan untuk keperluan insidentil penanganan akibat bencana alam, pengungsi atau keadaan darurat lain yang tidak dapat diprediksi. 4. Stuktur Organisasi Struktur organisasi merupakan suatu susunan yang menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian, posisi-posisi maupun orang-orang yang menunjukan kedudukan, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi. Struktur organisasi ini mengandung unsur-unsur spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan besaran (ukuran) satuan kerja. Struktur organisasi akan dapat memisahkan fungsifungsi operasional, penyimpanan dan pencatatan. Pemisahan fungsi ini diharapkan dapat mencegah timbulnya kecurangan-kecurangan yang mungkin terjadi dalam

perusahaan. Perum Bulog tergolong ke dalam tingkat organisasi yang cukup besar yang disusun ke dalam 2 tingkat, yaitu tingkat pusat dan tingkat daerah. Organisasi di tingkat pusat terdiri dari : a. Unit kerja dibawah Direktur Utama b. Direktorat Operasi, dipimpin oleh Direktur Operasi c. Direktorat Pengembangan dan IT, dipimpin oleh Direktur Pengembangan dan IT d. Direktorat Keuangan, dipimpinn oleh Direktur Keuangan e. Direktorat Sumber Daya Manusia dan Umum, dipimpin oleh Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum. Organisasi di tingkat daerah terdiri dari : a. Divisi Regional b. Subdivisi Regional Sub divisi regional disebut juga Subdivre yang merupakan instansi vertikal dari divre yang memiliki kedudukan di bawah divre langsung serta bertanggung jawab langsung kepada kepala Divre. Subdivre dipimpin oleh seorang kepala, yang disebut Kasubdivre. Organisasi Subdivre Regional IV Banyumas terdiri dari: a.Kepala 1)Memimpin subdivisi regional sesuai dengan tugas yang telah ditetapkan berdasarkan ketentuan yang berlaku.

2)Membina sumber daya Perum Bulog di lingkungan Sub Divisi Regional 3)Melaksanakan kebijakan teknis di bidang pelayanan public, analisa harga dan pasar, komersial, administrasi dan keuangan serta akuntansi. 4)Melaksanakan kerjasama dengan badan usaha lain atau instansi pemerintah. b.Wakil Kepala Wakil Kepala adalah unsur pimpinan yang berada dan bertanggung jawab langsung kepada kepala. Wakil Kepala mempunyai tugas : 1)Membantu kepala dalam memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi Subdivisi Regional. 2)Mewakili kepala apabila berhalangan. c.Seksi Pelayanan Publik Seksi Pelayanan Publik mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan pengadaan dan analisa harga, persediaan dan angkutan serta perawatan dan penyaluran. d.Seksi Harga dan Pasar Seksi Harga dan Pasar mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan analisis, pengamatan dan

monitoring perkembangan harga dan pasar serta penyusunan statistik. e.Seksi Komersial Seksi Komersial mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan,

mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan pengolahan dan perdagangan serta jasa dan pengembangan pangan dan non pangan pembinaan unit usaha. f.Seksi Administrasi dan Keuangan Seksi Administrasi dan Keuangan mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan pengelolaan sumber daya manusia dan hukum, ketatausahaan dan kerumahtanggaan serta umum, pengelolaan anggaran dan pembiayaan serta membuat laporan

pertanggungjawaban keuangan Subdivre. g.Seksi Akuntansi Seksi Akuntansi mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan,

mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan administrasi pembukuan, neraca, laporan pertanggungjawaban keuangan dan hubungan rekening antar kantor. h.Gudang Gudang perum Bulog adalah unit instalasi yang dipergunakan untuk menyimpan barang komoditi perum Bulog yang dalam pengelolaannya baik secara administratif maupun operasional dilakukan oleh Subdivre. Gudang Perum Bulog mempunyai tugas melakukan urusan pemasukan, penyimpanan, perawatan dan pengeluaran. Gudang dipimpin oleh seorang kepala. Kepala Gudang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Subdivre. Gudang dalam melaksanakan tugasnya juga memiliki struktur organisasi yang terdiri atas : 1)Kepala Gudang 2)Juru Timbang

3)Kerani (Bagian Administrasi) 4)Tenaga Buruh 5)Petugas Keamanan 6)Petugas Kebersihan Petugas/karyawan lain di luar struktur organisasi gudang yang ikut serta dalam pelaksanaan berbagai kegiatan gudang antara lain Satker Raskin dan Surveyor. Gudang 407 Purwonegoro sebagai salah satu Gudang dibawah PERUM BULOG SubDivisi Regional IV Banyumas telah mempunyai struktur organisasi yang cukup baik sehingga dalam pelaksanaan kegiatannya semuanya dapat berjalan dengan baik. Setiap karyawan telah mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing sesuai dengan bagian yang dipegangnya. Sistem struktur organisasi dibentuk dengan tujuan terwujudnya kerjasama yang baik antar para karyawan dan juga antara karyawan dengan atasan atau pimpinannya. 5. Kegiatan Utama di Gudang Bulog 407 Purwonegoro Perusahaan Umum BULOG mempunyai tugas menyelenggarakan usaha logistik pangan yang bermutu dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak. Selain itu, dalam hal tertentu Perum BULOG juga menyelenggarakan tugas-tugas tertentu yang diberikan pemerintah dalam pengamanan harga pangan pokok, pengelolaan cadangan pangan pemerintah dan distribusi pangan pokok kepada golongan masyarakat tertentu, khususnya pangan pokok beras dan pangan pokok lainnya yang ditetapkan oleh pemerintah dalam rangka ketahanan pangan. Dalam hal ini, ada tiga peran BULOG dalam mewujudkan ketahanan

pangan yakni; pertama, menjaga aspek ketersediaan pangan melalui kegiatan pengadaan. Dalam kaitannya dengan peran ini Bulog ditugaskan oleh pemerintah untuk menjaga agar para petani tetap mendapatkan insentif dalam memproduksi pangan pokok kita. Bulog bertugas mengamankan harga gabah/beras di tingkat petani khususnya pada saat terjadi excess supply agar harga di tingkat petani tidak meluncur tajam sehingga merugikan petani. Kedua, menjaga aspek aksesibilitas pangan masyarakat, dimana dalam kaitan dengan tugas ini BULOG ditugaskan pemerintah untuk melakukan stabilisasi harga di tingkat konsumen dan menyediakan stok pangan pemerintah untuk kebutuhan program beras miskin (raskin), golongan anggaran, pasaran umum, stabilisasi harga dan keadaan emergensi (bencana alam/sosial). Ketiga, menjaga terwujudnya kontinyuitas pangan, Bulog diminta melakukan operasi pasar ketika terjadi kelangkaan pangan khususnya pada saat terjadi musim paceklik dan bencana alam. B. Pemeriksaan Kualitas Beras Beras adalah produk pertanian yang relatif mudah mengalami kerusakan atau perubahan kualitas selama masa penyimpanan baik karena faktor internal (kadar air, derajat sosoh dan komponen kualitas beras lainnya) maupun eksternal antara lain kelembaban relatif udara, suhu udara, kondisi gudang, serangan hama. Demikian pula iklim Indonesia yang tropis basah akan mempengaruhi dan mendorong adanya penurunan serta kerusakan beras tersebut selama disimpan di gudang-gudang yang dikelola BULOG.

Standar kualitas merupakan suatu ukuran atau dasar penilaian, baik bagi produsen maupun konsumen guna mencapai nilai kepuasan dalam transaksi maupun bagi konsumen. Atas dasar ketentuan standar kualitas, maka harga yang terjadi adalah kesepakatan produsen dan konsumen yang dapat berlangsung secara adil (Soemartono, dkk. 1984). Pemeriksaan kualitas adalah kegiatan pengambilan contoh dan analisa kualitas, gabah, beras dan karung plastik pada kegiatan pengadaan dalam negeri melalui metoda pemeriksaan standar analisa yang ditetapkan perum BULOG. Agar diperoleh mutu beras yang baik perlu adanya pemeriksaan kualitas beras yang dilakukan oleh petugas survey sebelum diterima oleh kepala gudang. Untuk memperlancar dan mempermudah pelaksanaan pemeriksaan kualitas gabah, beras dan karung plastik maka petugas pemeriksa kualitas harus memperhatikan adanya kelengkapan dokumen barang yang akan diperiksa, antara lain kontrak atau Surat Perintah Kerja (SPK), Surat Perintah Terima Barang (SPTB), Surat Perintah Pemeriksaan Kualitas (SPPK) serta melakukan pengecekan kelengkapandan kelayakan peralatan yang akan digunakan untuk pemeriksaan kualitas. Dalam pengadaan gabah dan beras harus memenuhi persyaratan kualitas yang ditetapkan. Komponen persyaratan kualitas meliputi persyaratan umum dan persyaratan khusus. Menurut buku pedoman Pengadaan Beras Dalam Negeri (2005) standar kualitas beras adalah sebagai berikut : 1. Persyaratan Umum a. Hama dan penyakit Ada/tidaknya kehadiran hama (serangga hama, ulat dan sebagainya) dan atau

penyakit (cendawan dan sebagainya) yang hidup dan terdapat pada contoh beras yang diperiksa (contoh primer). Bebas hama/penyakit berarti secara visual tidak ditemui hama/penyakit yang hidup dalam contoh beras yang diperiksa (contoh primer). Bangkai serangga hama dikategorikan sebagai benda asing. b. Bau Menyangkut bau yang dapat ditangkap oleh indra penciuman (hidung) pada contoh beras yang diperiksa. Bau yang ditolak adalah bau busuk, asam, apek atau bau-bau asing lainnya yang jelas berbeda dengan bau beras yang sehat. c. Dedak dan Bekatul Ada/tidaknya dedak/bekatul yang terlepas (bebas). Beras harus bersih dari campuran dedak dan bekatul. d. Bahan Kimia Sisa-sisa bahan kimia seperti pupuk, pestisida dan bahan-bahan kimia lainnya yang membahayakan bagi kesehatan/keselamatan manusia. 2. Persyaratan Khusus a. Beras giling Beras utuh atau patah yang diperoleh dari proses penggilingan gabah hasil tanaman padi (Orizae sativa L) yang seluruh lapisan sekamnya terkelupas atau sebagian lembaga dan bekatul telah dipisahkan serta memenuhi persyaratan kuantitatif dan kualitatif seperti tercantum dalam persyaratn kualitas beras giling pengadaan dalam negeri. b. Derajat Sosoh

Tingkat terlepasnya lapisan katul (pericrap, testa dan aleuron) dan lembaga dari butir beras. a) Derajat sosoh 100 persen (Full Slyp) Tingkat terlepasnya seluruh lapisan katul, lembaga dan sedikit endosperm dari butir beras. b) Derajat sosoh 95 persen Tingkat terlepasnya sebagian besar lapisan katul, lembaga dan sedikit endosperem dari butir beras sehingga sisa yang belum terlepas sebesar 5 persen. Penilaian dilakukan secara visual dengan atau tanpa zat pewarna yang kemudian dibandigkan dengan contoh baku dari varietas yang bersangkutan. c. Kadar air Jumlah kandungan air didalam butir beras yang dinyatakan dalam satuan persen dari berat basah (wet basis) d. Ukuran butir beras 1) Beras kepala (Head Rice) Beras kepala merupakan penjumlahan butir utuh dan butir patah besar (big broken) 2) Butir utuh (Whole Kernel) Butir beras baik, sehat maupun cacat yang utuh (10/10) tanpa ada bagian yang patah. 3) Butir patah besar (Big Broken) Butir patah baik sehat maupun cacat yang mempunyai ukuran lebih besar

atau sama dengan 6/10 (BPB 6/10) bagian dari ukuran panjang rata-rata butir beras utuh yang dapat melewati permukaan cekungan indented plate dengan persyaratan ukuran lubang 4,2 mm. 4) Butir patah Butir beras patah, baik sehat maupun cacat yang mempunyai ukuran lebih kecil 6/10 bagian tetapi lebih besar dari 2/10 bagian (2/10