Pengenalan Etnografi Papua

83

Transcript of Pengenalan Etnografi Papua

Page 1: Pengenalan Etnografi Papua
Page 2: Pengenalan Etnografi Papua

Antropologi sebagai disiplin ilmu yang di kelompokkan ke dalam rumpun ilmu-ilmu sosial merupakan suatu ilmu dasar yang digunakan untuk meneliti masalah –masalah kebudayaan dan masyarakat guna mengembangkan konsep-konsep dan teori-teori baru yang lebih saksama. Selain itu ilmu Antropologi sebagai ilmu terapan dapat digunakan untuk meneliti sejumlah masalah sosial budaya tertentu dengan metodelogi yang khusus.

Page 3: Pengenalan Etnografi Papua

Papua terdiri dari kurang lebih 251 suku bangsa atau etnis yang memiliki keanekaragaman kebudayaan, di mana setiap suku bangsa mempunyai ciri khas tersendiri. Ciri khas tersebut dapat membedakan kebudayaan satu kelompok etnis yang satu dengan etnis yang lain. Untuk membedakan ciri khas budaya pada setiap etnis yang ada, maka perlu kita mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan kebudayaan.

Page 4: Pengenalan Etnografi Papua

Kebudayaan menurut seorang Antropolog yang bernama E.B. Taylor mengatakan kebudayaan adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusasteraan, hukum, adat istiadat serta kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang dipelajari oleh manusia sebagai anggota suatu masyarakat.

Selanjutnya juga menurut Ralp Linton bahwa kebudayaan adalah keseluruhan dari pengetahuan, sikap, dan pola prilaku yang merupakan kebiasaan yang di miliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu.

Page 5: Pengenalan Etnografi Papua

Pada umumnya semua kebudayaan dari setiap suku bangsa diatas muka bumi ini terdapat 7 (tujuh) unsur universal yaitu :

1. Bahasa

2. Sistim pengetahuan

3. Organisasi sosial dan kekerabatan

4. Sistim Teknologi

5. Sistim mata pencaharian hidup

6. Sistim Religi

7. Kesenian.

Page 6: Pengenalan Etnografi Papua

Pengertian Etnografi Papua

Pengertian etnografi papua yaitu suatu studi deskriptif mengenai masyarakat-masyarakat sederhana.

Atau suatu gambaran tentang kebudayaan-kebudayaan suku bangsa yang hidup serta Etnografi adalah ilmu yang melukiskan tentang suku-suku bagsa yang tersebar di muka bumi ini dan secara khusus di Papua

Page 7: Pengenalan Etnografi Papua

A. Kondisi Lingkungan Alam Letak, Luas dan Batas Wilayah. Pulau Papua yang tampak berbentuk seekor

burung raksasa yang mirip seekor dinosaurus yaitu binatang dari kala mezoikum yang kini telah punah.

Sekitar 47 % bagian dari wilayah pulau ini yang berada di sebelah barat dan merupakan bagian kepala, tengkuk, punggung,leher, dada dan perut dinosaurus tadi adalah wilayah Papua dan 53 % sisanya adalah wilayah Negara tetangga kita, Papua new Guinea.

Page 8: Pengenalan Etnografi Papua

Propinsi Papua memiliki luas wilayah sebesar kurang lebih 416.800 Km2 yang batas wilayahnya sebagai berikut :

Sebelah utara berbatasan dengan lautan teduh dan laut Halmahera

Sebelah Timur berbatasan langsung dengan Negara tetangga Papua New Guinea

Sebelah selatan berbatasan dengan laut Arafura dan benua Australia

Sebelah Barat berbatasan dengan laut Seram, laut Banda atau propinsi Maluku.

Page 9: Pengenalan Etnografi Papua

Bagian utara pulau Papua terdapat banyak pulau yaitu antara lain ; pulau Yapen, Pulau Numfor,Supiori, Padaido, dan pulau Roon yang berada di teluk Cenderawasih.Selain itu dibagian utara kepala burung terdapat pulau Batanta, Salawati, Doom Wigeo, dan pulau Misol. Sedangkan dibagian Selatan terdapat pulau-pulau, seperti; pulau Adi, pulau Aiduma, Naurio, Yosudarso (Kimam) dan pulau Komoran.

Page 10: Pengenalan Etnografi Papua

Selain Pulau-pulau di Papua juga terdapat beberapa teluk dan sungai yang cukup besar dan mempunyai potensi sumber daya alam (SDA). Teluk-teluk tersebut terdapat di bagian utara, diantaranya ; Teluk Yosudarso,teluk Cenderawasih,reluk Wandamen, teluk Berau/Bintuni, dan di bagian selatan terdapat diantaranya teluk Arguni, teluk Triton dll. Sedangkan sungai-sungai yang terdapat di Papua antara lain; Sungai Membramo,sungai grime,sungai Tami, dan sungai-sungai di pantai selatan pulau papua antara lain; sungai Kais, sungai Kamundan, sungai Balim, sungai Digul dan lain-lainnya yang bermuara ke laut Arafura.

Page 11: Pengenalan Etnografi Papua

Sedangkan daerah pegunungan di Papua antara lain; pegunungan Tamrau, Arfak, Sudirman,Nasauw, Jayawijaya dengan puncak-puncaknya yang tertinggi yaitu; Puncak Jaya (5.030 m), puncak Trikora

(4.750 m), puncak Yamin. Puncak Jaya memiliki keajaiban sendiri di dunia karena walaupun terletak di daerah tropis namun, puncak tersebut diselimuti salju abadi sepanjang tahun.

Page 12: Pengenalan Etnografi Papua

Propinsi Papua berada di dekat khatulistiwa dan beriklim tropic. Suhu udara pada ketinggian permukaan air laut hamper seragam bagi seluruh propinsi yaitu rata-rata 26 derajat Celsius. Variasi suhu terjadi karena ketinggian daerah yang berbeda-beda. Setiap ketinggian 100 meter terjadi penurunan suhu sebanyak kurang lebih 0.6 derajat Celsius. Karena itu tanah pegunungan yang mencapai ketinggian lebih dari 4,400 meter senantiasa tertutup salju abadi. Kecuali oleh ketinggian suatu daerah, suhu juga ditentukan oleh factor-faktor lain, seperti banyak angina naik menyebabkan penurunan suhu dan banyak angina turun menyebabkan kenaikan suhu.

Page 13: Pengenalan Etnografi Papua

Curah hujan bagi sebagian besar propinsi Papua cukup tinggi rata-rata 2,000-3000 milimeter tiap tahun, dibeberapa tempat di pegunungan tengah curah hujan kadang-kadang melebihi 4000 milimeter setahun.

Adapun perbedaan antara musim-musim pada umumnya tidak terlalu besar kecuali di daerah dataran rendah utara, tempat hujan selama bulan juli hingga September mencapai 200 milimeter tiap bulan. Pada umumnya tidak terdapat musim-musim yang terlampau kering.

Page 14: Pengenalan Etnografi Papua

Ada 4 (empat) zone ekologis utama, yaitu :

1. Zone rawa, pantai dan sepanjang aliran sungai, meliputi daerah Asmat, Jagai, Awyu, Yagai Citak, Marind Anim,Mimika/Kamoro dan Waropen

2. Zone dataran tinggi, meliputi orang Dani, Yali, Ngalum, Amungme, Nduga, Damal,Moni dan orang Ekari/ Mee

3. Zone Kaki gunung dan lembah-lembah kecil, meliputi daerah Sentani, Nimboran, Ayamaru dan orang Muyu

4. Zone dataran rendah dan pesisir, meliputi Sorong samapai Nabire, Biak dan Yapen.

Page 15: Pengenalan Etnografi Papua

B. Menelusuri Asal Usul Nama Papua.

Orang Belanda meyebut pulau Irian atau Papua sekarang yaiti Niew Guinea oleh seorang pelaut Spanyol yakni Ynigo Ortez de Retes (1545) yang menyebut “Neuva Guinea” ( Guinea Baru).

Sebutan lain juga adalah “Papua” yang mula-mula dipakai oleh pelaut Portugis Antonio d’ Arbreu yang mengunjungi pantai Papua pada tahun 1551. Nama itu sebelumnya dipakai oleh Antonio Pigafetta pada waktu berada dilaut Maluku pada tahun 1521. kata Papua berasal dari kata “ Pua-pua” yang berarti keriting.( Stirling, 1943;4, dalam Koentjaraningrat, 1993).

Page 16: Pengenalan Etnografi Papua

Dalam konferensi Malino 1964 nama “Iryan” diusulkan oleh F. Kaisepo, Kata itu berasal dari bahasa Biak yang artinya “ Sinar matahari yang menghalau kabut dilaut, sehingga ada harapan bagi para nelayan biak untuk mencapai tanah daratan Irian”. Pengertian lain dari kata ini juga pada orang Biak, bahwa Irian itu berasal dari dua kata yaitu “iri” dan Ryan” Iri berarti “dia” ( dia yang dimaksud disini adalah Tanah) dan Ryan berarti “panas”.

Page 17: Pengenalan Etnografi Papua

Jadi arti dari kata Irian ini adalah Tanah yang Panas. Lain juga masyarakat Marind-anim di pantai selatan mengatakan kata Irian berarti Iri berarti Tanah dan An berarti air jadi Irian artinya “tanah air”.

Akhirnya Presiden Soekarno mempopulerkan kata Irian sebagai kata yang pertama dari singkatan Ikut Republik Indonesia Anti Nederland.(Koentjaraningrat, 1993).

Page 18: Pengenalan Etnografi Papua

C. Pemetaan Suku-Suku Bangsa Di Papua Dalam uraian ini akan membahas kategori-

kategori kebudayaan papua yang pernah dibuat oleh ahli-ahli Antropologi dan Linguistik. Manurut SIL ( Sumer Institute of Language) bahwa kebudayaan Papua, jika dikategori berdasarkan bahasa maka di Papua terdapat 251 bahasa (Peter J.Zilzer & H.H Clouse, 1991).

Page 19: Pengenalan Etnografi Papua

Menurut Koentjaraningrat (1994) kebudayaan di Papua menunjukkan corak yang beraneka ragam yang disebut sebagai kebhinekaan masyarakat tradisional Papua.

Menurut Tim peneliti Uncen (1991) telah diidentifikasi adanya 44 suku bangsa yang masing-masing merupakan satuan masyarakat, kebudayaan dan bahasa yang berdiri sendiri. Sebagian besar dari 44 suku bangsa itu terpecah lagi menjadi 177 suku.

Menurut Held (1951,1953) dan Van Bal (1954), ciri-ciri yang mencolok dari Papua adalah keanekaragaman kebudayaannya, namun dibalik keanekaragamn tersebut terdapat kesamaan ciri-ciri kebudayaan mereka.

Page 20: Pengenalan Etnografi Papua

Ciri dan Identitas Orang Papua

Orang Papua tidak pernah diteliti oleh para ahli mengenai cri-ciri ras. Hanya beberapa orang dokter dan ahli antropologi ragawi saja yang telah

melakukan pengukuran tinggi badan dan indeks ukuran tengkorak pada beberapa individu dibeberapa tempat yang terpencar. Bahan-bahan itu belum cukup untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang ciri-ciri fisik masyarakat di Papua. Menurut H.J.T. Bijlmer (1923: 335-488; 1926:2390-2396, dalam Koentjaraningrat, 1993).

Page 21: Pengenalan Etnografi Papua

Ada kecenderungan bahwa orang Papua makin jauh dari pantai makin pendek tubuhnya, demikian pula bentuk tengkorak penduduk pantai umumnya lonjong dan makin kearah pedalaman bentuknya menjadi sedang. Indeks ukuran bagian-bagian muka pada beberapa penduduk pantai ada yang lebar, namun tidak jarang pula ada orang pantai yang panjang bentuk mukanya, dan didaerah pedalaman keadaannyapun sama (Bijlmer, 1956, lihat Koentjaraningrat, 1993).

Page 22: Pengenalan Etnografi Papua

Kebinekaan ciri-ciri ras pada berbagai penduduk asli Papua lebih jelas terlihat melalui ciri-ciri ras fenotip mereka, yaitu warna dan bentuk rambut, walaupun dalam hal ini tidak ada keseragaman. Warna rambut orang papua hampir semuanya hitam tetapi tidak semuanya keriting. Penduduk yang tinggal di sepanjang sungai Mamberamo, rambutnya banyak yang berombak dan bahkan ada pula yang lurus (Moszkowski, 1911: 317-318), sedang ada pula yang lurus dan kejur (Neuhauss, 1911:280,dalam Koentjaraningrat, 1993).

Page 23: Pengenalan Etnografi Papua

Persebaran Orang Papua

Uraian yang menggambarkan bagaimana sebaran dan komposisi penduduk Papua secara umum, dimana termasuk didalamnya penduduk dari luar yang berada di Papua berdasarkan sebaran suku bangsa

melalui sensus belum dapat dilakukan secara terperinci, sehingga jumlah yang pasti tentang berapa banyaknya orang Papua (penduduk asli) tidak dapat disajikan secara lengkap.

Page 24: Pengenalan Etnografi Papua

Namun untuk dapat mengetahui sebaran orang Papua berdasarkan suku bangsa, di Papua khususnya orang asli dapatlah disajikan berdasarkan Kabupaten dan sebaran kelompok suku bangsanya. Untuk itu data sementara yang masih perlu dilengkapi lagi melalui suatu kajian lapangan (penelitian) antropologi, sehingga dapat dijabarkan secara lengkap sebaran suku bangsa- suku bangsa berdasarkan daerah kebudayaannya.

Page 25: Pengenalan Etnografi Papua

PERSEBARAN SUKU BANGSA DAN SUB SUKU BANGSA BERDASARKAN KABUPATEN DI PAPUA

NO KABUPATEN/KEC. SUKU BANGSA SUB SUKU BANGSA

01 Jayapura-Jayapura Selatan-Jayapura Utara-Abepura-Arso-Depapre-Bonggo-Nimboran-Kemtuk Gresi-Demta-Kaureh-Tor Atas-Sarmi-Senggi

Teluk Humboldt/Teluk Imbi(Yos Sudarso)Teluk ImbiTeluk ImbiTaiget/KeromTanah MerahPantai TimurNimboran/NamblingKemtuk GresiDemtaLerehTorSarmiSenggi

Enjros, Tobati, Injerau, Metu, DebiMeterau, Kayu Injau, Kayu BatuNafri, Skou (Jambe, Sai, Mabo)Abrab, Manem, Merep, Awi(Beibwo)Ormu, Tabla/Tepra, MunggeiBonggo,, Yarsum, Betaf, Bgu

(Bgufinti, Kaptiau, Tarfia), pulau-pulau (Wakde, Masi-masi, Jamna, Podena, Anus, Jarsum)

Namblong, KwanzuKemtuk, GresiSifari (Tarfia, Sou, Ambora, Muris

Kecil, Muris Besar, Yauhapsa); Yakari (Bukisi, Meukisi, Kamtumilena, Soroyena, Demoi)

Kaure, Sause, Kasu, TakanaFoya, Mandes, Subar, Bonerif, Biyu,

Daranto, Segar, Bora-bora, Waf, Berik, Kwersupen

Airoran, Samarokena, Kwerba, Sabori, Sobei

Find, Warlef, Waina, Molof

Page 26: Pengenalan Etnografi Papua

-Waris-Web-Unurum-Mamberamo Hilir-Mamberamo Tengah-Mamberamo Hulu-Pantai Barat-Sentani

WalsaUbrubUnurum GuayBauziBauziDabraPantai BaratSentani

Walsa, Mii (Fermanggam)Dra, Dubu, Emum, Nemnenda, Jibela-

YafandaUnurum, GuayWarembori, Pauwe, WarewekBauzi, NopukNisa, KaramaKwesten (Keder, Dabe, Mengke, Takar);

Mawes (Maweswares, Mawesdai)Sentani (Timur, Barat, Tengah), Dosai,

Maribu

FoyaUta

FoyaUta

02 -Yapen Selatan/Barat/Timur

-Waropen Atas/Bawah

YapenWaropenKrudu

Woriasi, Ambai, Seruilaut, Busamui, Ansus, Pom, Woi, Munggui, Marau, Pupui

Tamakuri, Kerema, Sarobi, Siromi, Baudi, Kai, Taru, Demisa, Serui.

Krudu

03 -Biak-Numfor Biak Numfor Biak Numfor

04 Paniai-Nabire, Napan, Yaur-Aradide, Homeyo,

Kamu, Mapia, Paniai Barat/Timur, Tigi, Uwapa, Sugapa, Beoga

Ekari (Mee)Timorini

Windesi, Mor, Yaur, Mer, YeretuarDou, Eguay, Mogopia, Iyatuma,

Wodatuma, Makituma,MoiKiri-kiri, Turu, Taori-Kei, Fayu

Page 27: Pengenalan Etnografi Papua

05

Manokwari-Warmare, Anggi,

Oransbari, Ransiki, Merdey

-Manokwari, Kebar, Amberbaken

-Babo, Windesi, Bintuni, Wasior

ArfakAmberbaken/MansibaberWandamen,Bintuni/Wamesa

Mantion, Hatam, Meyah, SoughAmberbaken, Saukorem, Karon PantaiTanah Merah, Babo, Arandai,

Kemberano, Meninggo, Kaburi, Roon, Mioswar,Rumberpon, Wandamen, Kuri

06 Sorong-Aifat, Aitinyo, Ayamaru-Sausapor-Beraur, Seget, Makbon,

Morait, Salawati-Waigeo Utara/Selatan-Misool-Teminabuan-Inanwatan

Meibrat/AyamaruKaron/YedenMoiRaja Ampat (Biak)Raja AmpatTehit/TeminabuanInanwatan

Ayamaru (ra maru), Aifat (ra brat), Aitinyo (ra te), Sawiat (ra sawiat), Mare (ra mare), Sufari (Tarfia, Sou, Amboras, Muris).

Karon Pantai, Karondori, Marei, Madik, Meyah, Hatam, Arfak

Moi- Dial (Seget), Moi-Klasen, Moi-Kalabra, Moi, Morait, As

Maya, Amber, Kawe, Batol, Fiawat, Mocu, Suruan, Sautrop, Biser, Matbat, Gebe, Sopen

Tehit, Gemna, Ogit, Syaifi, SawiatBira, Metemani, Kokoda,

Ogit/Yahadian

07 Fakfak-Fakfak, Kokas-Teluk Arguni-KaimanaTeluk Etna

FakfakArguniKaimanaKaimana

Onin, Iha, Karas, Baham, BuruwaiKamberau, Irarutu, MairasiSemini, KoiwaiPanuku, Guenora.

Page 28: Pengenalan Etnografi Papua

08 Mimika-Mimika-Agimuga

KamoroAmungme

KamoroAmungme

09 Merauke-Agats, Atsy,

Sawaermas, Pantai Kasuari, Citak Mitak, Asgon

-Edera, Nambiaomen Bapai

-Kimaam-Merauke, Okaba,

Muting-Jair, Mandobo,

Kouh-Waroko,

Mindiptanah

AsmatAwyu/YagaiKimaamMarind-AnimMandobo/ Mandup/WambonMuyu

Kayagar, Kaugat, Sawi, Airo, Sumaghaghe, Bapian, Pisa, Tamnin

Awyu, Yagai, Yah’ray (Kakero, Wadaghang)

Riantama, Koneraw, Kimaghama, Ndom, Moembun

Yab-anim, Bian-anim, Jee-Marind Maklew-anim, Kanum-animWambon, Anyum, Kaitumdik,

Genemtak, Lagailuk, Mandup (Okpari)

Kamindip, Kakaip, Jonggom, Are, Kataut, Kapom, Okpari

10 Jayawijaya-Wamena,

Aslogaima, Bokondini, Karubaga, Kelila, Kurulu, Makki, Tiom, Kurima

-Kiwirok, Okbibab-Oksibil

Dani/LaniMekNgalum

Dani Induk, Dani Wodo, Dani Kimim, Dani Wosi, Dani Bele, Dani Aikhe, Dani Jurag

Kosarek, Bime, Epomek, Nalcan, Endoman, Tanime, Una (Langda, Bomela, Sontamon), Ketengban

Kupal, Morop, Kusumkim, Walapkubun, Oktawat, Oksibil, Dabolding (Mabilabon), Yapimakot, Bulangkop

(Sumber: Walker, Malcoln, dkk., 1987. Regional Development Planning for Irian Jaya. Anthropology Sector Report. Jayapura, Lavalin International Inc. & PT. Hasfarm Dian Konsultan. Hal. 5-9), SIL, 1986; Dumatubun 1991.

Page 29: Pengenalan Etnografi Papua

Bahasa dan Sistem Pengetahuan

Kebinekaan sukubangsa tercermin dalam berbagai unsur budaya seperti bahasa, struktur organisasi sosial, sistem kepemimpinan, agama, dan sistem mata pencaharian hidup berdasarakan ekologi daerah tersebut. Masyarakat yang bersifat plural societies yang multi etnik, multi kultural, multi kedaerahan, dan multi keagamaan itu membawa implikasi beragam dan spesifiknya institusi menyebabkan hubungan dan jaringan sosial kelompok-kelompok masyarakat lebih banyak bersifat homophily dibanding heterophily. Penduduknya diklasifikasi sesuai spesifikasi geografis, ekologi, kewilayahan, sosial, budaya, dan ekonomi.

Page 30: Pengenalan Etnografi Papua

1. Bahasa

Apakah bahasa itu ? Bahasa adalah suatu sistem bunyi, yang

kalau digabungkan menurut aturan tertentu menimbulkan arti, yang

dapat ditangkap oleh semua orang yang berbicara dalam bahasa

itu. Meskipun manusia pertama-tama bersandar pada bahasa

untuk saling berkomunikasi satu sama lain, tetapi bahasa bukanlah

satu-satunya sarana komunikasi. Sarana-sarana lain itu adalah

para bahasa (para language) yaitu suatu sistem bunyi yang

menyertai bahasa, dan kinesika (kinesics) yaitu sistem gerakan

tubuh yang digunakan untuk menyampaikan pesan (Haviland, 1988:

359). Kalau dilihat dari konsep tersebut di atas, maka orang Papua

juga mempunyai suatu sistem bunyi yang dapat menimbulkan arti

berdasarakan kebudayaan mereka masing-masing.

Page 31: Pengenalan Etnografi Papua

Orang Papua secara umum dibagi kedalam dua kelompok besar menurut pembagian bahasa yang digunakan. Kedua bahasa tersebut adalah bahasa Austronesia dan bahasa Non Austronesia. Adapun bahasa-bahasa yang masuk dalam kelompok Austronesia disebut dengan nama bahasa-bahasa Papua. Dua bahasa ini merupakan bahasa induk yang kedalamnya tergolong bahasa-bahasa lokal yang kurang lebih 250 buah bahasa (Silzer, 1986; Penelitian Program Bahasa, Uncen, 2001) Bahasa sebagai wahana berkomunikasi antara warga, maka tiap kelompok etnik mengujar bahasa tertentu selalu membedakan diri mereka dari kelompok pengujar bahasa lain. Ini berarti dari segi kebahasaan terdapat kurang lebih 250 kelompok etnik yang masing-masing merasa dirinya berbeda dari kelompok-kelompok lainnya.

Page 32: Pengenalan Etnografi Papua

2. SISTEM PENGETAHUANNilai budaya yang bermanifestasi dalam bentuk etika, norma, peraturan, hukum dan aturan-aturan khusus yang menjadi pedoman bagi manusia itu

berbeda dari satu masyarakat kebudayaan dengan masyarakat kebudayaan lainnya. Apa yang dianggap bernilai tinggi oleh masyarakat kebudayaan A belum tentu dianggap baik oleh masyarakat kebudayaan B. Apa yang dianggap patut dipatuhi oleh masyarakat kebudayaan C belum tentu dianggap penting untuk dipatuhi oleh masyarakat kebudayaan D. Demikian seterusnya.

Page 33: Pengenalan Etnografi Papua

Kluckhohn dan Stodbeck (1961), secara universal bersumber dari konsepsi yang berbeda terhadap lima hal atau prinsip dasar. Kelima prinsip dasar itu adalah:

1. Konsepsi terhadap hakekat hidup (MH). Semua kebudayaan di dunia ini, niscaya memiliki konsep tentang apa yang disebut hidup. Apa arti hidup ini, apa tujuannya dan bagaimana menjalankannya. Biasanya agama-agama memberikan tuntunan terhadap seseorang sehingga terbentuk persepsinya terhadap hakekat hidup itu. Terhadap hakekat hidup terdapat bermacam-macam tanggapan, ada yang memandang dan menanggapi hidup itu sebagai kesengsaraan yang harus diterima sebagai ketentuan yang tak dapat dihindari: sebagai hidup untuk menebus suatu dosa; sebagai kesempatan untuk menggembirakan diri; menerima sebagaimana adanya; dan berbagai tanggapan lainnya.

Page 34: Pengenalan Etnografi Papua

2. Konsepsi terhadap karya manusia (MK). Tanggapan tentang arti karya terdapat banyak variasi yang ditampilkan oleh berbagai kebudayaan. Ada yang memandang karya atau bekerja itu sebagai sesuatu yang memberikan suatu kedudukan yang terhormat dalam masyarakat atau mempunyai arti bagi kehidupan; bekerja itu adalah pernyataan tentang kehidupan; bekerja adalah intensifikasi dari kehidupan untuk menghasilkan lebih banyak kerja lagi; dan berbagai macam konsepsi lainnya yang menunjukkan bagaimana manusia hidup dalam kebudayaan tertentu memandang dan menghargai karya itu.

Page 35: Pengenalan Etnografi Papua

3. Konsepsi terhadap alam (MA). Bagaimana manusia harus menghadapi alam, juga terdapat persepsi yang berbeda-beda menurut tiap-tiap kebudayaan. Ada yang memandang alam ini sebagai sesuatu yang potensial dapat memberikan kehidupan yang bahagia bagi manusia dengan mengolahnya; ada yang memandang alam ini sebagai suatu yang harus dipelihara keseimbangannya sehingga harus diikuti saja hukum-hukumnya; ada yang memandang alam ini sebagai sesuatu yang sakral dan maha dahsyat sehingga manusia itu pada hakekatnya hanya bisa bersifat menyerah saja dan orang harus menerima sebagaimana adanya tanpa berbuat banyak untuk mengolah alam; dan berbagai tanggapan lainnya.

Page 36: Pengenalan Etnografi Papua

4. Tanggapan terhadap waktu (MW). Ada berbagai tanggapan tentang soal waktu menurut masing-masing kebudayaan. Ada tanggapan bahwa yang sebaik-baiknya adalah masa lalu yang memberikan pedoman kebijaksanaan dalam hidupnya; ada yang beranggapan bahwa orientasi ke masa depan itulah yang terbaik untuk kehidupan ini. Dalam kebudayaan serupa itu perencanaan hidup menjadi suatu hal yang amat penting. Sebaliknya ada pula kebudayaan-kebudayaan yang hanya mempunyai suatu pandangan waktu yang sempit, mereka memandang waktu sekarang adalah waktu yang terpenting. Warga dari kebudayaan serupa itu tidak akan memusingkan diri dengan memikirkan zaman yang lampau maupun masa akan datang. Mereka hidup menurut keadaan yang ada pada masa sekarang ini.

Page 37: Pengenalan Etnografi Papua

5. Tanggapan terhadap sesama manusia (MM). Ada kebudayaan-kebudayaan yang menanamkan pada warga masyarakatnya pandangan-pandangan terhadap sesama manusia bahwa hubungan vertikal antara manusia dengan sesamanya adalah amat penting. Dalam pola kelakuannya, manusia yang hidup dalam kebudayaan serupa itu akan berpedoman kepada tokoh-tokoh pemimpin dan orang-orang senior, sehingga orang atasan selalu dijadikan panutan bagi warganya. Ada yang menanamkan pandangan bahwa hubungan horizontal antara manusia dengan sesamanya sebagai yang terbaik. Orang dalam suatu kebudayaan serupa itu akan merasa amat tergantung kepada sesamanya, dan usaha untuk memelihara hubungan baik dengan tetangganya dan sesama kaum kerabat dianggap amat penting dalam hidup. Sebaliknya ada kebudayaan yang berorientasi bahwa menggantungkan diri pada orang lain adalah bukan hal yang baik. Dalam kebudayaan serupa itu individualisme amat dipentingkan dan sangat menghargai orang yang mencapai banyak tujuan dalam hidupnya dengan hanya sedikit bantuan dari orang lain.

Page 38: Pengenalan Etnografi Papua

Koentjaraningrat mencatat bahwa nilai budaya yang dianggap penting karena merupakan asset budaya yang dapat dipakai untuk menunjang pembangunan adalah: (1) nilai budaya yang berorientasi ke masa depan; (2) nilai budaya yang berhasrat untuk mengeksplorasi lingkungan alam; (3) nilai budaya yang menilai tinggi hasil dari karya manusia; (4) nilai budaya tentang pandangan terhadap sesama manusia (Koentjaraningrat, 1974:38-42).

Page 39: Pengenalan Etnografi Papua

Sistem Mata Pencaharian Hidup dan Sistem

Kepemimpinan Tradisional Papua

1. Sistem Mata Pencaharian Hidup

Pulau Papua yang luasnya kurang lebih 3,5 kali pulau Jawa secara ekologis itu terdiri atas empat zona yang masing-masing menunjukkan diversifikasi terhadap system mata pencaharian mereka berdasarkan kebudayaan dan sebaran suku bangsa-suku bangsanya. Menurut Malcoln dan Mansoben(1987; 1990), kelompok etnik yang beraneka ragam di Papua tersebar pada empat zona ekologi yaitu: (1) Zona Ekologi Rawa atau Swampy Areas, Daerah Pantai dan Muara Sungai atau Coastal & Riverine, (2) Zona Ekologi Daerah Pantai atau Coastal Lowland Areas, (3) Zona Ekologi Kaki-Kaki Gunung serta Lembah-Lembah Kecil atau Foothills and Small Valleys, dan (4) Zona Ekologi Pegunungan Tinggi atau Highlands. Orang-orang Papua yang hidup pada mitakat atau zona ekologi yang berbeda-beda ini mewujudkan pola-pola kehidupan yang bervariasi sampai kepada berbeda satu sama lainnya.

Page 40: Pengenalan Etnografi Papua

Penduduk yang hidup di wilayah zona ekologi rawa, daerah pantai dan muara sungai sebagaimana terdapat di:

1. Jayapura ( teluk Humboldt: Skou, Yotefa, Imbi; Tanah Merah: Ormu, Tabla, Demta; Pantai Utara: Bonggo, Podena, Yarsum, Betaf; Tor: Mander, Berik, Kwersupen; Sarmi:Kwerba, Isirawa, Sobei, Samarokena, Masep; Mamberamo:Warembori, Pauwe, Warewek, Bauzi, Nopuk; Sentani: Sentani, Dosai, Maribu), Kelompok suku bangsa-suku bangsa ini semuanya mempunyai mata pencaharian utama sebagai peramu sagu dan sebagai pendamping kebun kecil, menangkap ikan (sungai dan laut).

Page 41: Pengenalan Etnografi Papua

2. Yapen Waropen (Mamberamo Barat: Karema, Nita; Waropen: Sauri, Waropen, Kofei, Tefaro, Siromi, Baropasi, Bonefa; kelompok suku bangsa ini semua mempunyai mata pencaharian sebagai peramu sagu, kebun kecil, menangkap ikan di sungai dan laut. Krudu: Krudu; Yapen: Woriasi, Ambai, Serui Laut, Yawe, Busami, Ansus, Pom, Woi, Munggui, Marau, Pupui; kelompok suku bangsa-suku bangsa ini mempunyai mata pencaharian utama sebagai peramu sagu, ditambah dengan kebun kecil, menangkap ikan di sungai dan laut sebagai pendamping.

Page 42: Pengenalan Etnografi Papua

3. Biak Numfor; dengan mata pencaharian sebagai peramu sagu, ladang berpindah dan menangkap ikan di laut dan sungai sebagai pendamping.

4. Paniai; Nabire: Windesi, Mor, Yaur, Mer, Yeretuar, kelompok ini bermata pencaharian utama ladang berpindah dengan pendamping meramu sagu, menangkap ikan di sungai dan laut.

Page 43: Pengenalan Etnografi Papua

5. Manokwari; Wandamen: Roon, Mioswar, Rumberpon, Wandamen; Arfak: Mantion, Hatam, Borai; Amberbaken, kelompok ini bermata pencaharian utama ladang berpindah-pindah, dan pendamping menangkap ikan di sungai dan laut. Sedangkan Bintuni: Tanah Merah, Babo, Arandai, Kemberano, Meninggo, Kaburi, kelompok ini bermata pencaharian utama meramu sagu, ladang berpindah, menangkap ikan di laut dan sungai sebagai pendamping.

Page 44: Pengenalan Etnografi Papua

6. Sorong: Karon bermata pencaharian utama ladang berpindah, menangkap ikan di sungai dan laut sebagai pendamping; Moi: bermata pencaharian utama ladang berpindah-pindah, meramu sagu dan menangkap ikan di sungai sebagai pendamping. Raja Ampat: Kawe, bermata pencaharian utama meramu sagu dan menangkap ikan di laut dan sungai serta kebun kecil sebagai pendamping. Sedangkan orang Maya, Beser/Biak, Matbat bermata pencaharian utama meramu sagu, ladang berpindah-pindah serta menangkap ikan di laut dan sungai sebagai pendamping. Seget; Teminabuan: Kalabra, Tehit, Kon, Yahadian, Kais; Inanwatan: Suabau, Puragi, Kokoda, kelompok ini bermata pencaharian utama meramu sagu, kebun kecil serta menangkap ikan di sungai dan laut sebagai pendamping.

Page 45: Pengenalan Etnografi Papua

7. Fakfak: Onin, Iha, Karas, Baham, Buruwai; Kaimana: Mairasi, Semini, Koiwai bermata pencaharian utama ladang berpindah-pindah, meramu sagu, menangkap ikan di sungai dan laut sebagai pendamping; Arguni: Kamberau, Irarutu, Mairasi bermata pencaharian utama meramu sagu, berkebun kecil serta menangkap ikan di laut dan sungai sebagai pendamping. Mimika: Kamoro bermata pencaharian utama, meramu sagu, berkebun kecil, menangkap ikan di laut dan sungai sebagai pendamping.

Page 46: Pengenalan Etnografi Papua

8. Merauke; Asmat, Awyu, Yagai Citak bermata pencaharian utama meramu sagu dan berkebun kecil serta menangkap ikan di laut dan sungai sebagai pendamping. Kimaam: Riantana, Kimaghama, Koneraw; Marind-anim: Yab-anim, Maklew-anim, Kanum-anim, Bian-anim bermata pencaharian utama meramu sagu dan kebun kecil, serta menangkap ikan di sungai dan laut sebagai pendamping.

Page 47: Pengenalan Etnografi Papua

Adapun wilayah yang masuk dalam zona kaki gunung dan lembah-lembah kecil di (1) Jayapura, Nimboran: Genyem, Nimboran, Kemtuk Gresi; Arso; Waris,; Foya dan Uta bermata pencaharian utama ladang berpindah-pindah serta menangkap ikan di sungai dan berburu sebagai pendamping. (2) Paniai dengan suku bangsa Timorini: Dou, Kiri-kiri, Turu, Taori-Kei Fayu bermata pencaharian utama ladang berpindah-pindah serta menangkap ikan di sungai dan berburu sebagai pendamping.

Page 48: Pengenalan Etnografi Papua

(3) Manokwari dengan suku bangsanya Arfak: Hatam, Meyah, Mantion/Sough; Amberbaken bermata pencaharian utama ladang berpindah-pindah serta menangkap ikan di sungai dan berburu serta beternak babi sebagai pendamping. (4) Sorong dengan suku bangsa Karon, Madik, Maibrat, Moraid bermata pencaharian utama ladang berpindah-pindah serta ternak babi, menangkap ikan di sungai dan berburu sebagai pendamping.

Page 49: Pengenalan Etnografi Papua

(5) Fakfak dengan suku bangsa Fakfak: Baham, Irarutu, Amungme, bermata pencaharian utama berladang berpindah, beternak babi dan menangkap ikan di sungai serta berburu sebagai pendamping. (6) Merauke dengan suku bangsa Muyu, Mandobo bermata pencaharian utama berladang berpindah, beternak babi dan berburu serta menangkap ikan di sungai sebagai pendamping. Adapun wilayah yang penduduknya berada pada zona daerah pantai umumnya bermata pencaharian utama meramu sagu dan menangkap ikan di laut serta berkebun kecil dan berburu sebagai pendamping. Disamping itu pula ada upaya lain berupa berdagang.

Page 50: Pengenalan Etnografi Papua

2. Sistem Politik Tradisional Dalam setiap komunitas selalu dijumpai

dengan berbagai proses “politik”, di mana ada orang yang memimpin, menyusun organisasi, memperoleh dan menggunakan kekuasaan. Dalam masyarakat sebagai suatu sistem kita melihat adanya berbagai permasalahan tertentu yang harus dipecahkan melalui organisasi politik formal tertentu, misalnya memelihara ketertiban intern, mengalokasikan kekuasaan dalam membuat keputusan tentang kegiatan kelompok. Jadi dapatlah dikatakan bahwa organisasi politik suatu masyarakat adalah peraturan-peraturan dan tugas-tugas apa saja yang digunakan untuk memecahkan masalah-masalah tersebut, tanpa memperhatikan apakah ada organisasi pemerintahan yang formal atau tidak (Keesing, 1992:38-39).

Page 51: Pengenalan Etnografi Papua

Orang Papua mengenal sistem yang mengatur hubungan atau relasi antar warga dalam berbagai aktivitas hidupnya sehari-hari berdasarkan kebudayaan mereka masing-masing. Orang Papua mengenal sistem politik atau sistem kepemimpinan politik tradisional,

Page 52: Pengenalan Etnografi Papua

Menurut Sahlins(1963) dan Mansoben(1995) terdapat empat sistem atau tipe politik di Papua yaitu:

1.Sistem Big man atau pria wibawa: diperoleh melalui pencapaian. Sumber kekuasaan terletak pada kemampuan individual, kekayaan material, kepandaian berdiplomasi/pidato, keberanian memimpin perang, fisik tubuh yang besar, sifat bermurah hati (Sahlins, 1963; Koentjaraningrat, 1970; Mansoben, 1995). Pelaksanaan kekuasaan biasanya dijalankan oleh satu orang. Adapun etnik yang menganut sistem ini adalah orang Dani, Asmat, Mee, Meibrat, Muyu. (Mansoben, 1995).

Page 53: Pengenalan Etnografi Papua

2. Sistem Politik Kerajaan: sistem ini adalah pewarisan

berdasarkan senioritas kelahiran dan klen. Weber (1972:126)

mengatakan sebagai birokrasi patrimonial atau birokrasi

tradisional . Birokrasi tradisional terdapat pada cara merekrut

orang untuk duduk dalam birokrasi. Biasanya mereka yang

direkrut mempunyai hubungan tertentu dengan penguasa,

misalnya hubungan keluarga atau hubungan pertemanan. Di

sini terdapat pembagian kewenangan tugas yang jelas, pusat

orientasi adalah perdagangan. Tipe ini terdapat di Raja Ampat,

Semenanjung Onin, Teluk MacCluer (teluk Beraur) dan

Kaimana. (Mansoben, 1995: 48).

Page 54: Pengenalan Etnografi Papua

3. Sistem Politik Ondoafi: sistem ini merupakan pewarisan kedudukan dan birokrasi tradisional. Wilayah/teritorial kekuasaan seseorang pemimpin hanya terbatas pada satu kampung dan kesatuan sosialnya terdiri dari golongan atau sub golongan etnik saja dan pusat orientasi adalah religi. Terdapat di bagian timur Papua; Nimboran, Teluk Humboldt, Tabla, Yaona, Skou, Arso, Waris (Mansoben, 1995: 201-220).

Page 55: Pengenalan Etnografi Papua

4. Sistem Kepemimpinan Campuran. Menurut Mansoben (1985) terdapat juga sistem lain yang menampakkan ciri pencapaian dan pewarisan yang disebut sistem campuran. Sedangkan menurut Sahlins, sistem kepemimpinan yang berciri pewarisan (chief) dibedakan atas dua tipe yaitu sistem kerajaan dan sistem ondoafi. Perbedaan pokok kedua sistem politik tersebut terletak pada unsur luas jangkauan kekuasaan dan orientasi politiknya. Sistem Kepemimpinan Campuran, kedudukan pemimpin diperoleh melalui pewarisan dan pencapaian atau berdasarkan kemampuan individualnya (prestasi dan keturunan). Tipe ini terdapat pada penduduk teluk Cenderawasih, Biak, Wandamen, Waropen, Yawa, dan Maya (Mansoben, 1995:263-307).

Page 56: Pengenalan Etnografi Papua

Organisasi Sosial dan Sistem Kekerabatan di Papua

Bila berbicara tentang “struktur sosial” atau “organisasi sosial” suatu masyarakat ini berarti bahwa kita menganggap suatu sistem sosial terdiri dari berbagai kelompok, memandang hubungan sosial berdasarkan posisi dan peranan yang saling berkaitan.

Page 57: Pengenalan Etnografi Papua

Untuk memudahkan pemahaman struktur sosial, kita harus mulai dengan hubungan sosial, yaitu cara mereka berinteraksi, hal-hal yang mereka katakan dan lakukan dalam hubungan mereka satu sama lain. Tetapi terdapat juga gagasan mereka tentang hubungan mereka, konsepsi masing-masing tentang pihak yang lain, pemahaman dan strategi serta pengharapan yang menuntun perilaku mereka. Baik pola perilaku maupun sistem konseptual mempunyai struktur, dalam arti tidak kacau balau atau sembarangan, tetapi kedua hal tersebut merupakan struktur yang berbeda jenis (Keesing, 1989:208-209).

Page 58: Pengenalan Etnografi Papua

Pouwer (1966) berdasarkan studi antropologinya, menunjukkan bahwa dalam pengelompokan orang Papua paling sedikit dapat dibagi kedalam empat golongan berdasarkan sistem kekerabatan:

1. Kelompok kekerabatan menurut tipe Iroquois. Sistem ini mengklasifikasikan anggota kerabat saudara sepupu paralel dengan istilah yang sama dengan saudara kandung. Juga untuk menyebut istilah yang sama untuk ayah maupun sesama saudara laki ayah dan saudara laki ibu. Adapun kelompok etnik papua yang tergolong dalam tipe ini adalah: orang Biak, Iha, Waropen, Senggi, Marind-anim, Teluk Humboldt, dan orang Mee.

Page 59: Pengenalan Etnografi Papua

2. Kelompok kekerabatan menurut tipe Hawaian. Sistem pengelompokkan yang menggunakan istilah yang sama untuk menyebut saudara-saudara sekandung dan semua saudara-saudara sepupu silang dan paralel. Adapun kelompok etnik yang tergolong tipe ini adalah: orang Hatam-Manikion, Mairsai, Mimika, Asmat, dan Pantai Timur Sarmi.

Page 60: Pengenalan Etnografi Papua

3. Kelompok kekerabatan menurut tipe Omaha. Sistem ini mengklasifikasikan saudara-saudara sepupu silang matrilateral dan patrilateral dengan istilah yang berbeda dan untuk saudara sepupu silang dipengaruhi oleh tingkat generasi dan bersifat tidak simetris. Sebutan untuk anak laki-laki saudara laki ibu (MBS) adalah sama dengan saudara laki-laki ibu (MB). Istilah untuk anak laki-laki saudara perempuan ayah (FZS) adalah sama untuk anak laki-laki saudara perempuan (ZS). Adapun etnik yang tergolong dalam kelompok ini adalah orang Awyu, Dani, Meibrat, Mek dipegunungan Bintang, dan Muyu.

Page 61: Pengenalan Etnografi Papua

4. Kelompok kekerabatan menurut tipe Iroquois-Hawaian. Tipe ini adalah tipe campuran. Kelompok yang tergolong dalam tipe ini adalah orang Bintuni, Tor, dan Pantai Barat Sarmi.

Page 62: Pengenalan Etnografi Papua

Kecuali penggolongan berdasarkan istilah kekerabatan, orang Papua juga dibedakan berdasarkan prisip pewarisan. Ada dua prinsip pewarisan keturunan yaitu: (a) melalui garis keturunan ayah atau patrilineal, dan terdapat pada orang Meibrat, Mee, Dani, Biak, Waropen, Wandamen, Sentani, Marind-anim dan Nimboran). (b) melalui prinsip bilateral yaitu melalui garis keturunan ayah dan ibu, terdapat pada orang dipedalaman Sarmi. (c) masyarakat berdasarkan struktur ambilateral atau ambilineal, dimana kadang-kadang diatur menurut garis keturunan pihak ibu atau ayah. Terdapat pada orang Yagai, Manikion, Mimika (De Brijn, 1959:11 of van der Leeden, 1954, Pouwer, 1966).

Page 63: Pengenalan Etnografi Papua

Orang Papua juga mengenal pembagian masyarakat kedalam phratry atau moiety yang terbagi atas dua paroh masyarakat. Terdapat pada orang Asmat (aipmu-aipem), Dani (Waita-Waya), Waropen (buriworai-buriferai) dalam (Mansoben, 1974, 1995; Held, 1947; Kamma, 1972; Schoorl, 1957; Heider, 1979-1980).

Page 64: Pengenalan Etnografi Papua

2. Sistem Kekerabatan

Diagram KekerabatanTanda-tanda Yang Digunakan Untuk Diagram Kekerabatan :

Untuk Laki-laki

Untuk Perempuan

Untuk individu yang jenis kelaminnya tidak ditentukan

/ untuk perkawinan

Page 65: Pengenalan Etnografi Papua

Untuk perceraian

Untuk meninggal

Untuk keturunan

Page 66: Pengenalan Etnografi Papua

Untuk saudara kembar

Untuk garis bersilangan

Untuk garis bersilangan

Untuk kawin diluar nikah

Page 67: Pengenalan Etnografi Papua

Contoh Menggunakan Tanda-tanda Dalam Diagram Kekerabatan :

Contoh 1Dalam diagram 1, laki-laki A mengawini perempuan B yang tidak ada hubungan kekerabatan denganya, sebagai istri ke2 ia mengawini perempuan C, yaitu janda saudara laki-laki ibunya, sebagai istri ke3 ia kawin dengan perempuan D, yaitu anak saudara laki-laki isteri pertamanya. Keturunan dari ketiga perkawinan ini yaitu saudara kandung tiri diletakkan pada level yang sama. Hubungan saudara kandung dapat ditelusuri dengan mengikuti garis-garis keturunan vertikal ke pasangan perkawinan dari orang tua mereka.

Page 68: Pengenalan Etnografi Papua

Akronim Kekerabatan

Dalam bahasa Inggris : Dalam bahasa Indonesia :E = Ego E EgoF = Father Ay AyahM = Mother Ib IbuZ = Zister Sdr.Pr. Saudara

PerempuanB = Brother Sdr.Lk. Saudara Laki-lakiS = Son An.Lk Anak Laki-lakiD = Daughter An.Pr. Anak PerempuanH = Husband Su. SuamiW = Wife Is. IsteriP = Parent Or.Tu. Orang TuaSI = Sibling Sdr.Kn. Saudara KandungC = Child An. Anak

Page 69: Pengenalan Etnografi Papua

Sp = Spouse Ps.Su.Is Pasangan Suami Isteri

La = In Laws Sn.Sdr.Is atau Su Sanak Saudara Isteri atau Suami

sF = step Father Ay.Tr Ayah TirisM = step Mother Ib.Tr Ibu TirieB = elder Brother Kk.Lk. Kakak Laki-lakieZ = elder Sister Kk.Pr. Kakak

PerampuanyB = younger Brother Ad.Lk Adik Laki-lakiyZ = younger Sister Ad.Pr. Adik

PerempuanCC = Cross Cousin Sdr.Spp.Sil Saudara

Sepupu SilangPC = Parallel Cousin Sdr.Spp.Sej Saudara

Sepupu SejajarNe = Nephew Ke.Lk Kemenakan

Laki-lakiNi = Niece Ke.Pr Kemenakan

Perempuan

Page 70: Pengenalan Etnografi Papua

GP = Grand Parent Kek.Nek Kakek NenekGF = Grand Father Kek KakekGM = Grand Mother Nek NenekGS = Grand Son Cu.Lk. Cucu

Laki-lakiGD = Grand Daughter Cu.Pr. Cucu

PerempuanPPC = Patrilateral Sdr.Spp.Sej.Ay Saudara

Sepupu Parallel Cousin Sejajar dari pihak Ayah

PCC = Patrilateral Cross Sdr.Spp.Sej.Ib. Saudara Sepupu Cousin Sejajar dari Pihak Ibu

MPC = Matrilateral Sdr.Spp.Sil.Ay Saudara Sepupu Parallel Cousin Silang dari Pihak Ayah

MCC = Matrilateral Sdr.Spp.Sil.Ib Saudara Sepupu Cross Cousin Silang dari Pihak bu

U = Unknown; individu T .D. Individu Tidak Diketahui Namanya

yang tidak diketahui

Page 71: Pengenalan Etnografi Papua

Contoh Penggunaan Akronim Kekerabatan Dalam Diagram.

Keluarga inti. Keluarga inti adalah kelompok kekerabatan yang terkecil yang terdiri dari orang tua (suami istri) dan anak-anak mereka yang belum kawin. Keluarga inti ada dua macam, yaitu keluarga inti prokreasi dan orientasi. Dalam keluarga prokreasi, ego sebagai orang tua yang menghasilkan anak, sedangkan dalam keluarga orientasi, Ego sebagai anak yang beroreintasi kepada orang tua.

Keluarga Luas. Keluarga luas adalah kelompok kekerabatan yang terdiri dari lebih dari satu keluarga inti, yang merupakan suatu kesatuan sosial yang amat erat biasanya hidup disuatu tempat.

Ada tiga macam keluarga luas, yaitu : Keluarga luas utrolokal terdiri dari keluarga inti senior dan keluarga inti dari anak laki-laki dan anak perempuan, Keluarga luas virilokal, terdiri dari keluarga senior dan keluarga inti dari anak-anak, Keluarga uxorilokal , terdiri dari keluarga inti senior dan keluarga inti dari anak perempuan.

Page 72: Pengenalan Etnografi Papua

Pedoman untuk pembuatan diagram kekerabatan.Diagram kekerabatan dibuat dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Generasi. Individu-individu yang segenerasi harus dicantumkan sejajar. Generasi ego adalah generasi nol, ditulis denganakronim G 0. Generasi F dan M adalah generasi plus 1, ditulis dengan

akronim G+1. Generasi FF dan MM adalah generasi plus 2, ditulis dengan

akronim G+2 dan seterusnya. Generasi S dan D adalah generasi minus 1, ditulis dengan

akronim G-1. Generasi SS dan DD adalah generasi minus 2, ditulis dengan

akronim G-2 dan seterusnya.

Page 73: Pengenalan Etnografi Papua

2. Penomoran. Setiap individu dalam diagram harus di nomori.

Penomoran dimaksudkan untuk membedakan individu yang satu dengan individu yang lainnya. Penomoran dimulai dari generasi tertua dan diakhiri pada generasi termuda. Dengan demikian penomoran dimulai pada genrasi tertua pada individu yang terletak paling kiri dan diakhiri pada generasi termuda yang terletak paling kanan.

3. Kerabat ayah dan kerabat ibu. Semua kerabat ayah diletakkan disebelah kiri ayah.

Semua kerabat ibu diletakkan disebelah kanan ibu. Dalam diagram ayah diletakkan disebelah kiri Ego dan ibu diletakkan disebelah kanan ego.

Page 74: Pengenalan Etnografi Papua

4. UmurIndividu-individu yang bersaudara di deretkan dari individu tertua ke

individu termuda. Individu yang lebih tua diletakkan disebelah kiri dari individu yang lebih muda.

5. EgoHuruf kapital E dicantumkan untuk menandai individu EgoIndividu-individu dalam diagram FZ-27 :G+2 G+1 G 0 G-1 G-21. FF 3. FZ 7. FZS 12. FZSS 20. FZSSS2. FM 4. FZH 8. FZSW 13. FZSSW 21. FZSSD

5. F 9. FZD 14. FZSD 22. FZSDS6. M 10 .FZDH 15. FZSDH 23. FZSDD

11. E 16. FZDS 24. FZDSS17. FZDSW 25. FZDSD18. FZDD 26. FZDDS19. FZDDH 27. FZDDD

Page 75: Pengenalan Etnografi Papua
Page 76: Pengenalan Etnografi Papua

Sistem Religi Dan kesenian

1. Sistem Religi

Kita harus memperhatikan sistem kepercayaan dari sudut pandang, mengapa manusia mendiami alam semesta dengan keberadaan dan kekuatan yang terlihat, mendongeng tentang kejadian-kejadian dahulu kala dan kejadian-kejadian menakjubkan, menciptakan ritus yang rinci dan harus benar, agar kehidupan manusia itu berhasil baik.

Page 77: Pengenalan Etnografi Papua

Taylor, satu abad yang lalu telah mendefenisikan agama sebagai satu kepercayaan dalam bentuk spiritual. Sejumlah ahli antropologi sosial moderen sudah kembali ke suatu perluasan defenisi agama dalam pengembangan kehidupan sosial masyarakat terhadap manusia biasa atau kekuatannya. Ahli lainnya mengakui Durkheim, telah berusaha menemukan beberapa nilai khusus tentang kesucian yang membatasi agama dan kepercayaan duniawi.

Page 78: Pengenalan Etnografi Papua

Agama sangat bervariasi dalam peranannya di alam semesta ini dan cara-cara manusia berhubungan dengan agama tersebut. Dalam hal ini bisa terjadi kelompok-kelompok dewa-dewi, satu dewa atau sama sekali tidak ada, roh atau bahkan mahluk dan kekuatan yang berlebihan. Kelompok ini secara konstan dapat menghalangi kegiatan manusia atau tanpa terlihat dan jauh. Kelompok ini bersifat hukum atau bersifat positif. Berhubungan dengan ini maka manusia dapat merasa kagum/hormat atau dapat merasa takut; tetapi juga mereka dapat membangkitkan kekuatan gaib atau berusaha memperdayakannya. Agama kepercayaan juga dapat mengatur moral manusia melakukan atau melanggar moral, jadi agama memberikan keterangan; memberikan pengesahan; menambah kemampuan manusia untuk mengahadapi kelemahan kehidupannya-kematian, penyakit kelaparan, banjir, dan kegagalan. (Keesing,1992:92-94)

Page 79: Pengenalan Etnografi Papua

Bagaimana sistem kepercayaan dan agama pada suku bangsa Papua? Sebelum agama-agama besar Kristen, Islam masuk di Papua, tiap suku bangsa mempunyai sistem kepercayaan tradisi. Masing-masing suku bangsa mempunyai kepercayaan tradisi yang percaya akan adanya satu dewa atau tuhan yang berkuasa diatas dewa-dewa. Misalnya pada orang Biak Numfor, dewa tertingginya “Manseren Nanggi”; orang Moi menyebut “Fun Nah”; orang Seget menyebut “Naninggi”; orang Wandamen menyebut “Syen Allah”. Orang Marind-anim menyebut “Dema”; orang Asmat menyebut “Mbiwiripitsy” dan orang Mee menyebutnya “Ugatame”. Semua dewa atau Tuhan diakui dan dihormati karena dianggap dewa pencipta yang mempunyai kekuasaan mutlak atas nasib kehidupan manusia, mahluk yang tidak nampak, juga dalam unsur alam tertentu (angin, hujan, petir, pohon besar, sungai, pusaran air, dasar laut, tanjung tertentu).

Page 80: Pengenalan Etnografi Papua

2. Kesenian

Kesenian merupakan salah satu dari tujuh unsur kebudayaan. Setiap suku bangsa yang mendiami muka bumi ini memiliki unsur tersebut, namun unsur kesenian bagi setiap suku bangsa tidak ( satu suku berbeda dengan lainnya). Haviland mengemukakan Seni adalah penggunaan kreatif imajinasi manusia manusia untuk menerangkan, memahami, dan menikmati kehidupan. Dalam beberapa kebudayaan suku bangsa Seni di gunakan untuk keperluan yang dianggap penting dan praktis.

Page 81: Pengenalan Etnografi Papua

Kesenian itu sendiri terdiri dari beberapa sub, yaitu antara lain : seni rupa (seni lukis, seni pahat, seni bangunan (artistektur), seni suara/seni musik, seni tari, seni sastra dan darmatik. Semuanya ini selalu menonjolkan sifat dan ciri khas kebudayaan suatu etnik /suku bangsa atau suatu negara.

Page 82: Pengenalan Etnografi Papua

Kesenian di Papua dapat itu dibedakan berdasarkan fungsi dan coraknya. Yang dimaksud adala dipendensi (ketergantungan) dari fakta bahwa perwatakan atau karakter menampakkan sebuah lingkungan (Guepin, 1973)

Fungsi kesenian bagi kelompok etnik ini adala sebagai media komunikasi dan media ekspresi kehidupan yang dihayati dengan kolektif (sosialisasi) seperti nampak diwujudkan dalam upacara-upacara magis, pemujaan, penciptaan, bahkan nampak pada kehidupan keseharian seperti makan, minum, tidur, bernapas, bersin, terantuk dan sebagainya. Dalam melahirkan produk estetis melalui media dan dimensi sperti menggubah lagu, merancang tari, melukis, mengukir, membuat serta memainkan alat musik, dan tindak artistik lainya, sekali lagi bukanlah intherentitas (seniman) dalam kerja serta produk material yang dihasilkan melainkan kompleksitas kesepakatan (konvensi) itulah.

Page 83: Pengenalan Etnografi Papua