PENGEMBANGAN WIRAUSAHA SANITASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ... · PDF filePENGEMBANGAN...
Transcript of PENGEMBANGAN WIRAUSAHA SANITASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ... · PDF filePENGEMBANGAN...
PENGEMBANGAN WIRAUSAHA SANITASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KUBU II, KECAMATAN KUBU, KABUPATEN KARANGASEM, BALI
I Gede Herry Purnama
1), Sang Gede Purnama
2), Ni Md Hitapretiwi Suryadhi
3), I Nengah Sujaya
4), Ni
Made Utami Dwipayanti5)
1,2,3,4,5)
Bagian Kesehatan Lingkungan, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
ABSTRACT
Open defecation is still a common practice among approximately 45% Indonesia population who live
in rural area. Persistent behavior is not only the result of community unawareness and lack of
demand towards sanitation, but also influence by lack of sanitation option available at local market.
In Kubu district, Kubu II Health Center has been implementing Community Led Total Sanitation
(CLTS) program to increase community awareness on sanitation and facilitating community
collective action to address the problems. On the other side, issue on wasting water after flushing
closet became one major issue which potentially inhibits community led to total sanitation program.
One way to solve this issue is by introducing Septic Tank Bio filter as an advanced processed of
healthy toilet to the sanitation entrepreneurship.
Interested candidates were introduced with how to implement Septic Tank Bio Filter, increasing way
of doing business plan strategies which could be developed to suit local conditions. During the
facilitating period of sanitation marketing in Kubu districts, some barriers were found such as lack of
knowledge in implementing Septic Tank Bio Filter and only few sanitation entrepreneur who want to
implement this new technology before selling it to the community. Those barriers are expected to be
addressed through continuous communication between health centre, local village government, user
community in regards of funding scheme and support for improving sanitation demand.
Keywords: Sanitation, Septic Tank Bio Filter, Sanitation Enterpreneur
1. Pendahuluan
Pemutakhiran laporan target MDGs
Indonesia tahun 2010 menunjukkan bahwa
45% penduduk Indonesia masih Buang Air
Besar (BAB) di sarana jamban yang tidak
sehat termasuk BAB di sembarang tempat
terutama masyarakat di pedesaan
(Alisjahbana, 2010).
Pada tahun 2010, hanya 38,4% dari
penduduk pedesaan yang memilki akses
terhadap sanitasi yang sehat dan angka
cakupan sanitasi tidak bartambah secara
berarti dalam tiga puluh tahun terakhir
terutam di pedesaan (Alisjahbana, 2010).
Pemerintah telah memberikan perhatian
terhadap sasaran Pembangunan Millenium
(Milenium Development Goals-MDGs)
Indonesia untuk bidang sanitasi sebagai
suatu sasaran yang “memerlukan perhatian
khusus” karena belum berada pada jalur.
Karena itu diperlukan upaya dan metode
yang tepat, murah dan cepat untuk
meningkatkan status sanitasi tersebut.
Sampai saat ini investasi pemerintah dan
lembaga donor tidak pernah dirasa cukup
untuk meningkatkan akses sanitasi secara
cepat. Banyak penelitian juga telah
membuktikan bahwa subsidi untuk
pembangunan sarana sanitasi justru akan
menghambat kemajuan sanitasi karena akan
mempengaruhi rumah tangga lainnya untuk
tidak menginvestasikan dananya sendiri
dan berharap akan memperoleh bantuan
sejenis dari pemerintah.
Oleh karena itu diperlukan strategi untuk
menggunakan anggaran pemerintah yang
terbatas dalam rangka menggalang
invenstasi yang jauh lebih besar dari
sumber-sumber dana non pemerintah
seperti dana masyarakat dan sektor swasta.
Kecamatan Kubu yang termasuk ke dalam
wilayah kerja Puskesmas Kubu II
merupakan salah satu Kecamatan yang
memiliki cakupan sarana air bersih dan
sanitasi dasar yang rendah khususnya bagi
dusun-dusun yang terletak dilereng
pegunungan.Cakupan tersebut akhirnya
menunjang praktek-praktek BAB
sembarangan dan perilaku tidak hygiene
lainnya.Mulai akhir 2011, Puskesmas Kubu
II telah berupaya melakukan pemicuan
untuk meningkatkan kebutuhan (increasing
demand) di beberapa dusun. Hasilnya,
masyarakat terlihat antusias dan mulai
membangun sarana sanitasi sesuai dengan
kemampuan dan tingkat pengetahuan yang
dimiliki masyarakat tanpa ada bantuan dana
sedikitpun dari pihak puskesmas atau pihak
luar lainnya.
Sebagai contoh, kelompok masyarakat
Cangkeng (31 KK) di Dusun Muntigunung,
Desa Tianyar Barat, Karangasem saat ini
telah mencapai cakupan jamban 90%
dimana pada awal sebelum pemicuan
cakupan jamban adalah 0%. Kelompok
Kulkul-2, Muntigunung, Tianyar Barat
telah membangun 9 jamban sejak kegiatan
pemicuan.Demikian pula dengan
masyarakat di Dusun Pedahan di desa
Tianyar Timur juga sudah memulai
membangun jamban (10 buah) dengan
kemampuannya masing-masing dan masih
terus berlanjut.
Untuk mempercepat akses sarana sanitasi,
perlu adanya sistem suplai lokal yang
sanggup menyediakan sarana sanitasi bagi
kebutuhan masyarakat yang meningkat
tajam. Sistem suplai ini akan mencakup
adanya suplai material yang cukup oleh
pengusaha material lokal, keterampilan
tukang lokal yang baik mengenai pilihan
teknologi dan konstruksi sarana sanitasi
yang sehat serta dapat dipercepat dengan
munculnya wirausaha-wirausaha sanitasi
yang dapat memberikan pelayanan
terintegrasi mulai dari pilihan teknologi,
konstruksi dan pemeliharaan sarana
sanitasi.
Oleh karena itu, suatu upaya untuk
meningkatkan kapasitas tukang lokal,
meningkatkan jumlah penyediaan material
melalui toko-toko material dan menjaring
calon-calon wirausaha di Tianyar Barat dan
Tianyar Tengah yang yang dapat
menangkap peluang usaha dengan adanya
permintaan ini sangat perlu dilakukan. Jika
tidak, maka upaya puskesmas dan desa
melakukan pemicuan untuk meningkatkan
permintaan akan jamban akan tidak
optimal.
2. Kerangka Penyelesaian Masalah
Berdasarkan analisis situasi dan hasil diskusi
dengan aparat Desa Tianyar Barat dan aparat
Desa Tianyar Tengah, maka ipteks yang akan
ditransfer kepada masyarakat tukang dan
masyarakat calon pengusaha akan dilakukan
melalui beberapa pelatihan dan dengan proses
pendampingan dari pengusaha berpengalaman
yang didatangkan dari Asosiasi Pengusaha
Sanitasi Indonesia (APSANI) dan Water and
Sanitation Program (WSP) the World Bank.
Adapun beberapa langkah kegiatan yang
bertujuan untuk menciptakan iklim wirausaha
sanitasi di Desa Tianyar Barat dan Tianyar
Tengah sesuai dengan kesepakatan adalah
sebagai berikut:
1. Analisis situasi terakhir
2. Workshop Wirausaha Sanitasi
3. Pendampingan Pengembangan Usaha
Sanitasi
3. Hasil Kegiatan
3.1. Analisis Situasi Terakhir
Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan
analisis mengenai permasalahan dan kendala
dalam penerapan STBM di wilayah kerja
Puskesmas Kubu II. Termasuk tantangan dan
masalah yang dihadapi dalam penerapan
STBM selama ini.
Diskusi yang dilakukan bersama sanitarian
dan staf puskesmas, aparat desa, serta
Yayasan Masa Depan Anak bersama tim
pengabdian dari Universitas Udayana.
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 21
April 2015. Saat itu didapatkan hasil akhir
bahwa salah satu kendala dalam penerapan
STBM adalah minimnya kemauan
masyarakat dalam membuat Septik Tank
karena merasa air terbuang percuma untuk
menyiram closet setelah Buang Air Besar
yang disampaikan oleh Sanitarian
Puskesmas Kubu II dan staf Yayasan Masa
Depan Anak berdasarkan hasil monitoring
dan evaluasi mereka selama ini.
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat
diketahui dan disepakati bahwa diperlukan
usaha tambahan untuk meningkatkan
kemauan masyarakat untuk membuat
Septik Tank, dengan pendekatan teknologi
tambahan sehingga air yang keluar dapat
dimanfaatkan. Disepakati juga untuk
membuat suatu model yang dapat dilihat
oleh Tukang Sanitasi, mengingat teknologi
yang akan ditransfer dan diterapkan
(Septik Tank Biofilter) adalah hal baru
bagi mereka. Pembuatan model akan
dilakukan pada fasilitas umum (sekolah)
agar masyarakat tidak merasa Puskesmas
Kubu II dan pihak terlibat lain pilih kasih
jika diterapkan di salah satu rumah tangga
di wilayah kerja Puskesmas Kubu II.
3.2. Workshop Wirausaha Sanitasi
Kegiatan workshop wirausaha sanitasi yang
diikuti oleh 25 peserta dilaksanakan dengan
dipandu oleh 3 orang pelatih utama dan
dibantu oleh beberapa orang pelatih
pendukung. Acara pelatihan ini dibuka oleh
Kepala Puskesmas Kubu II dan juga dihadiri
oleh perwakilan dari beberapa LSM, Kepala
Desa Tianyar Barat dan Kepala Desa Tianyar
Tengah. Kehadiran para stakeholder ini
diharapkan dapat mendukung upaya
koordinasi dan penyelarasan pembangunan
sanitasi antara para pihak yang terlibat.
Kegiatan ini bertujuan untuk
meningkatkan kapasitas tukang sanitasi di
Desa Tianyar Barat dan Desa Tianyar
Tengah. Peserta diberikan penjelasan
mengenai apa dan bagaimana Teknologi
Septik Tank Biofilter. Bagaimana cara
pembuatan dengan menggunakan bahan
dan material lokal yang tersedia di wilayah
mereka. Peserta juga diberi pembekalan
dengan melihat model Septik Tank
Biofilter yang telah dibuat di SD Tiying
Tali. Paling penting lagi adalah prinsip-
prinsip mengenai bagaimana
memanfaatkan air hasil olahan di Septik
Tank Biofilter, sehingga nantinya para
tukang tersebut dapat memberikan
alternatif pengolahan akhir tinja, yang
tujuan utamanya adalah meningkatkan
kemauan masyarakat kembali untuk
menggunakan sarana BAB sendiri berupa
Septik Tank dengan Biofilter. Peserta juga
memperoleh materi tambahan berupa
perilaku hidup bersih dan sehat, juga
materi tentang jamban dan lingkungan
sehat.
Peserta Pelatihan ini berasal dari
perwakilan masing-masing Desa yang ada
di Kecamatan Kubu, Perwakilan
Puskesmas Kubu 1, Perwakilan Puskesmas
Kubu 2, Perwakilan LSM lain yang
beraktifitas di Kecamatan Kubu khususnya
wilayah Munti Gunung, Guru SD Tiying
Tali, dan Fasilitator CLTS.
Pelatihan akan dikembangkan pada 2 (dua)
perlakuan. Pertama, pembelajaran di kelas
yang akan mengembangkan konsep dan
teori, serta membangun pemahaman dasar
tentang Septik Tank Biofilter, proses
produksi pembuatan jamban sehat, dan
presentasi produk. Seluruh proses di kelas
sebelum ke lapangan diharapkan akan
memberi landasan pembekalan peserta
untuk siap terjun ke lapangan sejak
presentasi produk hingga praktek
pembangunan jamban. Kedua,
pembelajaran di lapangan melalui praktek
kerja lapangan. Praktek lapangan
dilaksanakan untuk memperjelas proses
produksi pembuatan jamban sehat dan
presentasi Septik Tank Biofilter di depan
calon pelanggan. Kegiatan praktek
lapangan dilakukan di SD Tiying Tali.
Jadwal pelaksanaan kegiatan praktek di
fasilitas umum tersebut telah dikondisikan
dan dikoordinasikan sehingga warga
masyarakat dan perangkat lainnya siap
untuk mendukung pelaksanaan praktek
tersebut. Selanjutnya peserta diajak untuk
memetik pembelajaran berdasarkan
pengalaman proses praktek tersebut. Pada
sesi terakhir peserta diajak berdiskusi
kembali untuk melihat sehauj mana
pemahaman mereka terhadap teknologi
yang diperkenalkan. Sebagai langkah
untuk memastikan pelatihan / training ini
menghasilkan keluaran atau langkah
konkrit maka menjadi kewajiban peserta
untuk menyusun Rencana Tindak Lanjut
berupa “RENCANA TINDAK LANJUT”.
Workshop difasilitasi oleh dosen bidang
teknik lingkungan (I Gede Herry Purnama)
dan dibantu narasumber dari Program
Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Udayana (Sang Gede
Purnama). Selama pelatihan, kegiatan juga
dibantu oleh Sanitarian Puskesmas Kubu II
(Ibu Desi Suarmini) serta tim CLTS
Verein Zunkunt fur Kinder. Kegiatan
dimulai dengan persiapan lokasi praktek
pada tgl 9 dan 12 Mei 2015, dan
dilanjutkan dengan pelatihan mulai tanggal
26 Mei 2015, bertempat di SD Tiying Tali,
Kecamatan Kubu, Karangasem.Sebelum
dilakukan pelatihan, telah dipersiapkan
model Septik Tank Biofilter yang dibantu
oleh tukang-tukang sanitasi di wilayah
Munti Gunung, yang didampingi oleh tim
pengabdian . Peserta pelatihan yang hadir
adalah 25 orang yang berasal dari semua
perwakilan desa dari wilayah kerja
Puskesmas Kubu II.
Tabel 1. Tabel Rencana Tindak Lanjut
Pelatihan Wirausaha Sanitasi Kecamatan
Kubu
No Desa/
Kelom
pok
Kegiatan Waktu Target
Pasar
1 Desa
Tianyar Tengah
Merubah
Septik Tank menjadi
Septik Tank
Biofilter
Bulan 6 Kelompok
Padangsari, Moncol
2 Munti
Gunung
a.Merubah
Septik Tank
lama menjadi
Biofilter
b.Renovasi jamban lama
menjadi
Biofilter
c.Bikin baru
model
Biofilter
3
minggu
3 minggu
3 Bulan
Kelompok
Miing
Kelompok Pilah
Megantung
Kelompok
Asah dan Kresek
3 Dusun Bonyoh
dan
Pucang
a.Sosialisasi kepada
masyarakat
b. Merenovasi
jamban yang
sudah ada
Bulan ini
Kalau
ada
biaya
Kelompok Ban
Kelompok
Ban
4 Ekaadn
ya
Tianyar Timur
Memperkena
lkan Septik
Tank Biofilter
kepada
kelompok
masyarakat
Akhir
desemb
er 2015
Kelompok
Wanita Suka
Maju
Dari semua proses pelatihan tersebut dapat
terlihat bahwa peserta sangat antusias
mengenai materi yang diberikan baik terkait
dengan pengembangan usaha maupun
mengenai jamban sehat dan opsi sanitasi,
karena selama ini pengetahuan masyarakat
mengenai teknologi tersebut sangat terbatas.
Perhatian peserta tersebut terlihat dengan
keseriusan peserta mengikuti kegiatan
pelatihan dari hari pertama hingga hari terakhir
sampai tuntas.
Dari pelatihan ini motivasi peserta untuk
mengembangkan wirausaha sanitasi juga
terlihat sangat baik dengan tersusunnya
rencana usaha dan rencana tindak lanjut
bersama dengan stakeholder yang lain untuk
mempercepat pembangunan sanitasi di
wilayah Kecamatan Kubu, Karangasem. Hal
ini sangat penting karena sebagai dasar
pengembangan program STBM, salah satu
komponen yang harus diperkuat selain
Increasing Demand dan Enabling
Environment adalah Improving Supply System.
3.3 Pendampingan Pengembangan Usaha sanitasi
Kegiatan pendampingan Wirausawan Sanitasi
dilakukan selama 2 kali. Prinsip dasar
pengembangan pemasaran sanitasi di wilayah
Puskesmas Kubu II disepakati bahwa dalam
pemasaran sanitasi tetap memegang prinsip
STBM yakni tanpa subsidi (bantuan) materi
baik itu bahan maupun uang yang diberikan
kepada masyarakat pengguna. Uang yang
diperoleh dari bantuan sebaiknya
dimanfaatkan sebagai modal untuk
memberikan kredit ringan kepada masyarakat
yang pada suatu saat akan terbayar lunas.
Prinsip kedua adalah model-model dan bentuk
jamban boleh dimodifikasi bebas asal masih
memenuhi syarat kesehatan yakni: tidak
mencemari sumber air, tidak ada kontak
serangga dan manusia dengan kotoran, aman
dan nyaman. Prinsip ketiga adalah tidak
mengutamakan keuntungan, tetapi memberi
keleluasaan bagai masyarakat untuk
menyediakan material inkind yang mampu
mereka sediakan dan kekurangannya akan
disuplai oleh pengusaha sanitasi. Dengan
demikian paket-paket jamban yang ditawarkan
setidaknya dapat seoptimal mungkin
menggunakan bahan-bahan lokal yang juga
didesain sesuai dengan kondisi lokal seperti
kondisi tanah berpasir dan ketersediaan
bebatuan pegunungan.
Upaya dan strategi pemasaran yang potensial
disesuaikan dengan kondisi di masyarakat
sekitar, yaitu dengan cara:
a. Bekerjasama dengan koperasi sehingga
dapat memberikan cicilankredit ringan
bagi masyarakat, dengan memberikan
persentase komisi untuk pengumpul
kredit sehingga proses dapat
berkelanjutan.
b. Melakukan pemasaran melalui
pertemuan kelompok masyarakat yang
sudah memperoleh pemicuan dari
fasilitator CLTS. Pemasaran dan
perkenalan pengusaha sanitasi juga akan
dilakukan melalui pertemuan komite
sanitasi di Dusun Muntigunung.
c. Pihak puskesmas dan kader yang
melakukan fasilitasi pemicuan di
masyarakat akan selalu berkomunikasi
dengan pihak pengusaha sanitasi untuk
menginformasikan kelompok
masyarakat yang siap untuk menerima
tawaran opsi sarana sanitasi dari
pengusaha. Demikian sebaliknya, setiap
jamban yang terbangun oleh pengusaha
sanitasi dan mandiri oleh masyarakat
harus selalu dikomunikasikan kepada
kader dan puskesmas untuk
mengkalkulasi total cakupan sarana
sanitasi di desa.
Pada akhir proses Pendampingan ke-2
didapatkan beberapa hal diantaranya bahwa
wirausaha sanitasi di Desa Kubu belum dapat
bergerak sempurna karena pembuatan Septik
Tank Biofilter baru dilakukan di rumah
mereka masing-. Hal ini dikarenakan
keinginan mereka untuk menerapkan terlebih
dahulu sebelum dipasarkan kepada
masyarakat, dan untuk membuktikan bahwa
air yang dipakai untuk menyiram toilet tidak
terbuang percuma.
Tambahan dari peserta yang lain menyatakan
bahwa masyarakat sebenarnya antusias untuk
memiliki Septik Tank Biofilter, hanya saja
terkendala dana. Biaya yang dibutuhkan untuk
membangun tambahan Biofiltr adalah berkisar
Rp. 600.000,-. Seorang pengusaha Sanitasi
pun menawarkan cara pembayaran secara
kredit yang bisa dicicil dalam jangka waktu 3
bulan. Cara seperti itupun masih dirasa berat
oleh masyarakat.Masyarakat meminta agar
biaya tersebut bisa dicicil sebanyak 6 kali (Rp
100.000,00 per bulan). Solusi yang dapat
diberikan untuk mengatasi masalah ini adalah
dengan mengurangi isi paket jamban sehingga
biayanya juga dapat lebih murah.
4. Kesimpulan
Dari proses pelatihan wirausaha sanitasi
yang diikuti oleh 25 peserta, telah berhasil
membuka wawasan dan memberikan
motivasi kembali kepada masyarakat
Kecamatan Kubu untuk mengembangkan
usaha di bidang sanitasi. Selain itu
keterampilan pendukung seperti
pemahaman dan praktek mengenai
teknologi jamban sehat Septik Tank
Biofilter akan dapat bermanfaat tidak
hanya dalam bidang sanitasi, tetapi juga
pengembangan usaha di bidang lainnya.
Dari pelatihan tersebut peserta telah
mampu menyusun rencana tindak lanjut
dan peningkatan keterampilan dalam
melakukan konstruksi jamban sehat.
Motivasi peserta mengikuti proses
pelatihan dan pendampingan di
wilayahnya sangat baik, karena
masyarakat merasa diberikan kekuatan lagi
untuk bisa melakukan sesuatu karena telah
mengetahui inovasi terhadap isu
kehilangan air yang digunakan menyiram
closet, dengan memanfaatkannya kembali
untuk tujuan lain (added value terhadap
efluen).
Beberapa kendala yang dihadapi oleh
masyarakat adalah terkait modal usaha dan
daya beli masyarakat yang sangat rendah
terhadap paket jamban yang ditawarkan.
Beberapa peserta pelatihan memiliki
komitmen yang baik untuk terus
mempromosikan jamban diwilayahnya, namun
menghadapi kesulitan di beberapa tempat yang
masyarakatnya masih memiliki kesdaran akan
sanitasi sangat rendah dan juga jenis program
lain yang memberikan bantuan material gratis
untuk pembangunan jamban kepada
masyarakat. Oleh karena itu, perlu upaya yang
sinergis juga dengan kegiatan pemicuan
perubahan prilaku di masyarakat untuk stop
buang air besar sembarangan, sehingga upaya
promosi sarana jamban dapat disambut baik
oleh masyarakat yang sudah sadar akan
pentingnya sarana sanitasi.
6. REFERENSI
1. Alisjahbana, A. S. (2010). Report on the
Achievement of the Millennium
Development Goals Indonesia 2010.
Jakarta: National Development Planning
Agency (BAPPENAS).
2. Balitbangkes (2010). Laporan Riset
Kesehatan Dasar 2010, Kementrian
Kesehatan, Jakarta
3. Sekretariat STBM (2012). Materi Advokasi
STBM 2012, Direktoran Penyehatan
Lingkungan, Kementrian Kesehatan,
Jakarta.
4. Supari, S. F. (2008). Strategi Nasional
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM).No. 852/MENKES/SK/IX/2008.
Jakarta, Kementrian Kesehatan, Republik
Indonesia.
5. WSP (2012). Material Presentasi di
BAPEDA Propinsi Bali dalam rangka
advokasi STBM.