PENGEMBANGAN WIRAUSAHA SANITASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ... · PDF filePENGEMBANGAN...

8
PENGEMBANGAN WIRAUSAHA SANITASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KUBU II, KECAMATAN KUBU, KABUPATEN KARANGASEM, BALI I Gede Herry Purnama 1) , Sang Gede Purnama 2) , Ni Md Hitapretiwi Suryadhi 3) , I Nengah Sujaya 4) , Ni Made Utami Dwipayanti 5) 1,2,3,4,5) Bagian Kesehatan Lingkungan, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana [email protected] ABSTRACT Open defecation is still a common practice among approximately 45% Indonesia population who live in rural area. Persistent behavior is not only the result of community unawareness and lack of demand towards sanitation, but also influence by lack of sanitation option available at local market. In Kubu district, Kubu II Health Center has been implementing Community Led Total Sanitation (CLTS) program to increase community awareness on sanitation and facilitating community collective action to address the problems. On the other side, issue on wasting water after flushing closet became one major issue which potentially inhibits community led to total sanitation program. One way to solve this issue is by introducing Septic Tank Bio filter as an advanced processed of healthy toilet to the sanitation entrepreneurship. Interested candidates were introduced with how to implement Septic Tank Bio Filter, increasing way of doing business plan strategies which could be developed to suit local conditions. During the facilitating period of sanitation marketing in Kubu districts, some barriers were found such as lack of knowledge in implementing Septic Tank Bio Filter and only few sanitation entrepreneur who want to implement this new technology before selling it to the community. Those barriers are expected to be addressed through continuous communication between health centre, local village government, user community in regards of funding scheme and support for improving sanitation demand. Keywords: Sanitation, Septic Tank Bio Filter, Sanitation Enterpreneur 1. Pendahuluan Pemutakhiran laporan target MDGs Indonesia tahun 2010 menunjukkan bahwa 45% penduduk Indonesia masih Buang Air Besar (BAB) di sarana jamban yang tidak sehat termasuk BAB di sembarang tempat terutama masyarakat di pedesaan (Alisjahbana, 2010). Pada tahun 2010, hanya 38,4% dari penduduk pedesaan yang memilki akses terhadap sanitasi yang sehat dan angka cakupan sanitasi tidak bartambah secara berarti dalam tiga puluh tahun terakhir terutam di pedesaan (Alisjahbana, 2010). Pemerintah telah memberikan perhatian terhadap sasaran Pembangunan Millenium (Milenium Development Goals-MDGs) Indonesia untuk bidang sanitasi sebagai suatu sasaran yang “memerlukan perhatian khusus” karena belum berada pada jalur. Karena itu diperlukan upaya dan metode yang tepat, murah dan cepat untuk meningkatkan status sanitasi tersebut.

Transcript of PENGEMBANGAN WIRAUSAHA SANITASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ... · PDF filePENGEMBANGAN...

Page 1: PENGEMBANGAN WIRAUSAHA SANITASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ... · PDF filePENGEMBANGAN WIRAUSAHA SANITASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ... Bagian Kesehatan Lingkungan, Program Studi

PENGEMBANGAN WIRAUSAHA SANITASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

KUBU II, KECAMATAN KUBU, KABUPATEN KARANGASEM, BALI

I Gede Herry Purnama

1), Sang Gede Purnama

2), Ni Md Hitapretiwi Suryadhi

3), I Nengah Sujaya

4), Ni

Made Utami Dwipayanti5)

1,2,3,4,5)

Bagian Kesehatan Lingkungan, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

[email protected]

ABSTRACT

Open defecation is still a common practice among approximately 45% Indonesia population who live

in rural area. Persistent behavior is not only the result of community unawareness and lack of

demand towards sanitation, but also influence by lack of sanitation option available at local market.

In Kubu district, Kubu II Health Center has been implementing Community Led Total Sanitation

(CLTS) program to increase community awareness on sanitation and facilitating community

collective action to address the problems. On the other side, issue on wasting water after flushing

closet became one major issue which potentially inhibits community led to total sanitation program.

One way to solve this issue is by introducing Septic Tank Bio filter as an advanced processed of

healthy toilet to the sanitation entrepreneurship.

Interested candidates were introduced with how to implement Septic Tank Bio Filter, increasing way

of doing business plan strategies which could be developed to suit local conditions. During the

facilitating period of sanitation marketing in Kubu districts, some barriers were found such as lack of

knowledge in implementing Septic Tank Bio Filter and only few sanitation entrepreneur who want to

implement this new technology before selling it to the community. Those barriers are expected to be

addressed through continuous communication between health centre, local village government, user

community in regards of funding scheme and support for improving sanitation demand.

Keywords: Sanitation, Septic Tank Bio Filter, Sanitation Enterpreneur

1. Pendahuluan

Pemutakhiran laporan target MDGs

Indonesia tahun 2010 menunjukkan bahwa

45% penduduk Indonesia masih Buang Air

Besar (BAB) di sarana jamban yang tidak

sehat termasuk BAB di sembarang tempat

terutama masyarakat di pedesaan

(Alisjahbana, 2010).

Pada tahun 2010, hanya 38,4% dari

penduduk pedesaan yang memilki akses

terhadap sanitasi yang sehat dan angka

cakupan sanitasi tidak bartambah secara

berarti dalam tiga puluh tahun terakhir

terutam di pedesaan (Alisjahbana, 2010).

Pemerintah telah memberikan perhatian

terhadap sasaran Pembangunan Millenium

(Milenium Development Goals-MDGs)

Indonesia untuk bidang sanitasi sebagai

suatu sasaran yang “memerlukan perhatian

khusus” karena belum berada pada jalur.

Karena itu diperlukan upaya dan metode

yang tepat, murah dan cepat untuk

meningkatkan status sanitasi tersebut.

Page 2: PENGEMBANGAN WIRAUSAHA SANITASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ... · PDF filePENGEMBANGAN WIRAUSAHA SANITASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ... Bagian Kesehatan Lingkungan, Program Studi

Sampai saat ini investasi pemerintah dan

lembaga donor tidak pernah dirasa cukup

untuk meningkatkan akses sanitasi secara

cepat. Banyak penelitian juga telah

membuktikan bahwa subsidi untuk

pembangunan sarana sanitasi justru akan

menghambat kemajuan sanitasi karena akan

mempengaruhi rumah tangga lainnya untuk

tidak menginvestasikan dananya sendiri

dan berharap akan memperoleh bantuan

sejenis dari pemerintah.

Oleh karena itu diperlukan strategi untuk

menggunakan anggaran pemerintah yang

terbatas dalam rangka menggalang

invenstasi yang jauh lebih besar dari

sumber-sumber dana non pemerintah

seperti dana masyarakat dan sektor swasta.

Kecamatan Kubu yang termasuk ke dalam

wilayah kerja Puskesmas Kubu II

merupakan salah satu Kecamatan yang

memiliki cakupan sarana air bersih dan

sanitasi dasar yang rendah khususnya bagi

dusun-dusun yang terletak dilereng

pegunungan.Cakupan tersebut akhirnya

menunjang praktek-praktek BAB

sembarangan dan perilaku tidak hygiene

lainnya.Mulai akhir 2011, Puskesmas Kubu

II telah berupaya melakukan pemicuan

untuk meningkatkan kebutuhan (increasing

demand) di beberapa dusun. Hasilnya,

masyarakat terlihat antusias dan mulai

membangun sarana sanitasi sesuai dengan

kemampuan dan tingkat pengetahuan yang

dimiliki masyarakat tanpa ada bantuan dana

sedikitpun dari pihak puskesmas atau pihak

luar lainnya.

Sebagai contoh, kelompok masyarakat

Cangkeng (31 KK) di Dusun Muntigunung,

Desa Tianyar Barat, Karangasem saat ini

telah mencapai cakupan jamban 90%

dimana pada awal sebelum pemicuan

cakupan jamban adalah 0%. Kelompok

Kulkul-2, Muntigunung, Tianyar Barat

telah membangun 9 jamban sejak kegiatan

pemicuan.Demikian pula dengan

masyarakat di Dusun Pedahan di desa

Tianyar Timur juga sudah memulai

membangun jamban (10 buah) dengan

kemampuannya masing-masing dan masih

terus berlanjut.

Untuk mempercepat akses sarana sanitasi,

perlu adanya sistem suplai lokal yang

sanggup menyediakan sarana sanitasi bagi

kebutuhan masyarakat yang meningkat

tajam. Sistem suplai ini akan mencakup

adanya suplai material yang cukup oleh

pengusaha material lokal, keterampilan

tukang lokal yang baik mengenai pilihan

teknologi dan konstruksi sarana sanitasi

yang sehat serta dapat dipercepat dengan

munculnya wirausaha-wirausaha sanitasi

yang dapat memberikan pelayanan

terintegrasi mulai dari pilihan teknologi,

konstruksi dan pemeliharaan sarana

sanitasi.

Oleh karena itu, suatu upaya untuk

meningkatkan kapasitas tukang lokal,

meningkatkan jumlah penyediaan material

melalui toko-toko material dan menjaring

calon-calon wirausaha di Tianyar Barat dan

Tianyar Tengah yang yang dapat

menangkap peluang usaha dengan adanya

Page 3: PENGEMBANGAN WIRAUSAHA SANITASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ... · PDF filePENGEMBANGAN WIRAUSAHA SANITASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ... Bagian Kesehatan Lingkungan, Program Studi

permintaan ini sangat perlu dilakukan. Jika

tidak, maka upaya puskesmas dan desa

melakukan pemicuan untuk meningkatkan

permintaan akan jamban akan tidak

optimal.

2. Kerangka Penyelesaian Masalah

Berdasarkan analisis situasi dan hasil diskusi

dengan aparat Desa Tianyar Barat dan aparat

Desa Tianyar Tengah, maka ipteks yang akan

ditransfer kepada masyarakat tukang dan

masyarakat calon pengusaha akan dilakukan

melalui beberapa pelatihan dan dengan proses

pendampingan dari pengusaha berpengalaman

yang didatangkan dari Asosiasi Pengusaha

Sanitasi Indonesia (APSANI) dan Water and

Sanitation Program (WSP) the World Bank.

Adapun beberapa langkah kegiatan yang

bertujuan untuk menciptakan iklim wirausaha

sanitasi di Desa Tianyar Barat dan Tianyar

Tengah sesuai dengan kesepakatan adalah

sebagai berikut:

1. Analisis situasi terakhir

2. Workshop Wirausaha Sanitasi

3. Pendampingan Pengembangan Usaha

Sanitasi

3. Hasil Kegiatan

3.1. Analisis Situasi Terakhir

Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan

analisis mengenai permasalahan dan kendala

dalam penerapan STBM di wilayah kerja

Puskesmas Kubu II. Termasuk tantangan dan

masalah yang dihadapi dalam penerapan

STBM selama ini.

Diskusi yang dilakukan bersama sanitarian

dan staf puskesmas, aparat desa, serta

Yayasan Masa Depan Anak bersama tim

pengabdian dari Universitas Udayana.

Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 21

April 2015. Saat itu didapatkan hasil akhir

bahwa salah satu kendala dalam penerapan

STBM adalah minimnya kemauan

masyarakat dalam membuat Septik Tank

karena merasa air terbuang percuma untuk

menyiram closet setelah Buang Air Besar

yang disampaikan oleh Sanitarian

Puskesmas Kubu II dan staf Yayasan Masa

Depan Anak berdasarkan hasil monitoring

dan evaluasi mereka selama ini.

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat

diketahui dan disepakati bahwa diperlukan

usaha tambahan untuk meningkatkan

kemauan masyarakat untuk membuat

Septik Tank, dengan pendekatan teknologi

tambahan sehingga air yang keluar dapat

dimanfaatkan. Disepakati juga untuk

membuat suatu model yang dapat dilihat

oleh Tukang Sanitasi, mengingat teknologi

yang akan ditransfer dan diterapkan

(Septik Tank Biofilter) adalah hal baru

bagi mereka. Pembuatan model akan

dilakukan pada fasilitas umum (sekolah)

agar masyarakat tidak merasa Puskesmas

Kubu II dan pihak terlibat lain pilih kasih

jika diterapkan di salah satu rumah tangga

di wilayah kerja Puskesmas Kubu II.

Page 4: PENGEMBANGAN WIRAUSAHA SANITASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ... · PDF filePENGEMBANGAN WIRAUSAHA SANITASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ... Bagian Kesehatan Lingkungan, Program Studi

3.2. Workshop Wirausaha Sanitasi

Kegiatan workshop wirausaha sanitasi yang

diikuti oleh 25 peserta dilaksanakan dengan

dipandu oleh 3 orang pelatih utama dan

dibantu oleh beberapa orang pelatih

pendukung. Acara pelatihan ini dibuka oleh

Kepala Puskesmas Kubu II dan juga dihadiri

oleh perwakilan dari beberapa LSM, Kepala

Desa Tianyar Barat dan Kepala Desa Tianyar

Tengah. Kehadiran para stakeholder ini

diharapkan dapat mendukung upaya

koordinasi dan penyelarasan pembangunan

sanitasi antara para pihak yang terlibat.

Kegiatan ini bertujuan untuk

meningkatkan kapasitas tukang sanitasi di

Desa Tianyar Barat dan Desa Tianyar

Tengah. Peserta diberikan penjelasan

mengenai apa dan bagaimana Teknologi

Septik Tank Biofilter. Bagaimana cara

pembuatan dengan menggunakan bahan

dan material lokal yang tersedia di wilayah

mereka. Peserta juga diberi pembekalan

dengan melihat model Septik Tank

Biofilter yang telah dibuat di SD Tiying

Tali. Paling penting lagi adalah prinsip-

prinsip mengenai bagaimana

memanfaatkan air hasil olahan di Septik

Tank Biofilter, sehingga nantinya para

tukang tersebut dapat memberikan

alternatif pengolahan akhir tinja, yang

tujuan utamanya adalah meningkatkan

kemauan masyarakat kembali untuk

menggunakan sarana BAB sendiri berupa

Septik Tank dengan Biofilter. Peserta juga

memperoleh materi tambahan berupa

perilaku hidup bersih dan sehat, juga

materi tentang jamban dan lingkungan

sehat.

Peserta Pelatihan ini berasal dari

perwakilan masing-masing Desa yang ada

di Kecamatan Kubu, Perwakilan

Puskesmas Kubu 1, Perwakilan Puskesmas

Kubu 2, Perwakilan LSM lain yang

beraktifitas di Kecamatan Kubu khususnya

wilayah Munti Gunung, Guru SD Tiying

Tali, dan Fasilitator CLTS.

Pelatihan akan dikembangkan pada 2 (dua)

perlakuan. Pertama, pembelajaran di kelas

yang akan mengembangkan konsep dan

teori, serta membangun pemahaman dasar

tentang Septik Tank Biofilter, proses

produksi pembuatan jamban sehat, dan

presentasi produk. Seluruh proses di kelas

sebelum ke lapangan diharapkan akan

memberi landasan pembekalan peserta

untuk siap terjun ke lapangan sejak

presentasi produk hingga praktek

pembangunan jamban. Kedua,

pembelajaran di lapangan melalui praktek

kerja lapangan. Praktek lapangan

dilaksanakan untuk memperjelas proses

produksi pembuatan jamban sehat dan

presentasi Septik Tank Biofilter di depan

calon pelanggan. Kegiatan praktek

lapangan dilakukan di SD Tiying Tali.

Page 5: PENGEMBANGAN WIRAUSAHA SANITASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ... · PDF filePENGEMBANGAN WIRAUSAHA SANITASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ... Bagian Kesehatan Lingkungan, Program Studi

Jadwal pelaksanaan kegiatan praktek di

fasilitas umum tersebut telah dikondisikan

dan dikoordinasikan sehingga warga

masyarakat dan perangkat lainnya siap

untuk mendukung pelaksanaan praktek

tersebut. Selanjutnya peserta diajak untuk

memetik pembelajaran berdasarkan

pengalaman proses praktek tersebut. Pada

sesi terakhir peserta diajak berdiskusi

kembali untuk melihat sehauj mana

pemahaman mereka terhadap teknologi

yang diperkenalkan. Sebagai langkah

untuk memastikan pelatihan / training ini

menghasilkan keluaran atau langkah

konkrit maka menjadi kewajiban peserta

untuk menyusun Rencana Tindak Lanjut

berupa “RENCANA TINDAK LANJUT”.

Workshop difasilitasi oleh dosen bidang

teknik lingkungan (I Gede Herry Purnama)

dan dibantu narasumber dari Program

Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Universitas Udayana (Sang Gede

Purnama). Selama pelatihan, kegiatan juga

dibantu oleh Sanitarian Puskesmas Kubu II

(Ibu Desi Suarmini) serta tim CLTS

Verein Zunkunt fur Kinder. Kegiatan

dimulai dengan persiapan lokasi praktek

pada tgl 9 dan 12 Mei 2015, dan

dilanjutkan dengan pelatihan mulai tanggal

26 Mei 2015, bertempat di SD Tiying Tali,

Kecamatan Kubu, Karangasem.Sebelum

dilakukan pelatihan, telah dipersiapkan

model Septik Tank Biofilter yang dibantu

oleh tukang-tukang sanitasi di wilayah

Munti Gunung, yang didampingi oleh tim

pengabdian . Peserta pelatihan yang hadir

adalah 25 orang yang berasal dari semua

perwakilan desa dari wilayah kerja

Puskesmas Kubu II.

Tabel 1. Tabel Rencana Tindak Lanjut

Pelatihan Wirausaha Sanitasi Kecamatan

Kubu

No Desa/

Kelom

pok

Kegiatan Waktu Target

Pasar

1 Desa

Tianyar Tengah

Merubah

Septik Tank menjadi

Septik Tank

Biofilter

Bulan 6 Kelompok

Padangsari, Moncol

2 Munti

Gunung

a.Merubah

Septik Tank

lama menjadi

Biofilter

b.Renovasi jamban lama

menjadi

Biofilter

c.Bikin baru

model

Biofilter

3

minggu

3 minggu

3 Bulan

Kelompok

Miing

Kelompok Pilah

Megantung

Kelompok

Asah dan Kresek

3 Dusun Bonyoh

dan

Pucang

a.Sosialisasi kepada

masyarakat

b. Merenovasi

jamban yang

sudah ada

Bulan ini

Kalau

ada

biaya

Kelompok Ban

Kelompok

Ban

4 Ekaadn

ya

Tianyar Timur

Memperkena

lkan Septik

Tank Biofilter

kepada

kelompok

masyarakat

Akhir

desemb

er 2015

Kelompok

Wanita Suka

Maju

Dari semua proses pelatihan tersebut dapat

terlihat bahwa peserta sangat antusias

mengenai materi yang diberikan baik terkait

dengan pengembangan usaha maupun

Page 6: PENGEMBANGAN WIRAUSAHA SANITASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ... · PDF filePENGEMBANGAN WIRAUSAHA SANITASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ... Bagian Kesehatan Lingkungan, Program Studi

mengenai jamban sehat dan opsi sanitasi,

karena selama ini pengetahuan masyarakat

mengenai teknologi tersebut sangat terbatas.

Perhatian peserta tersebut terlihat dengan

keseriusan peserta mengikuti kegiatan

pelatihan dari hari pertama hingga hari terakhir

sampai tuntas.

Dari pelatihan ini motivasi peserta untuk

mengembangkan wirausaha sanitasi juga

terlihat sangat baik dengan tersusunnya

rencana usaha dan rencana tindak lanjut

bersama dengan stakeholder yang lain untuk

mempercepat pembangunan sanitasi di

wilayah Kecamatan Kubu, Karangasem. Hal

ini sangat penting karena sebagai dasar

pengembangan program STBM, salah satu

komponen yang harus diperkuat selain

Increasing Demand dan Enabling

Environment adalah Improving Supply System.

3.3 Pendampingan Pengembangan Usaha sanitasi

Kegiatan pendampingan Wirausawan Sanitasi

dilakukan selama 2 kali. Prinsip dasar

pengembangan pemasaran sanitasi di wilayah

Puskesmas Kubu II disepakati bahwa dalam

pemasaran sanitasi tetap memegang prinsip

STBM yakni tanpa subsidi (bantuan) materi

baik itu bahan maupun uang yang diberikan

kepada masyarakat pengguna. Uang yang

diperoleh dari bantuan sebaiknya

dimanfaatkan sebagai modal untuk

memberikan kredit ringan kepada masyarakat

yang pada suatu saat akan terbayar lunas.

Prinsip kedua adalah model-model dan bentuk

jamban boleh dimodifikasi bebas asal masih

memenuhi syarat kesehatan yakni: tidak

mencemari sumber air, tidak ada kontak

serangga dan manusia dengan kotoran, aman

dan nyaman. Prinsip ketiga adalah tidak

mengutamakan keuntungan, tetapi memberi

keleluasaan bagai masyarakat untuk

menyediakan material inkind yang mampu

mereka sediakan dan kekurangannya akan

disuplai oleh pengusaha sanitasi. Dengan

demikian paket-paket jamban yang ditawarkan

setidaknya dapat seoptimal mungkin

menggunakan bahan-bahan lokal yang juga

didesain sesuai dengan kondisi lokal seperti

kondisi tanah berpasir dan ketersediaan

bebatuan pegunungan.

Upaya dan strategi pemasaran yang potensial

disesuaikan dengan kondisi di masyarakat

sekitar, yaitu dengan cara:

a. Bekerjasama dengan koperasi sehingga

dapat memberikan cicilankredit ringan

bagi masyarakat, dengan memberikan

persentase komisi untuk pengumpul

kredit sehingga proses dapat

berkelanjutan.

b. Melakukan pemasaran melalui

pertemuan kelompok masyarakat yang

sudah memperoleh pemicuan dari

fasilitator CLTS. Pemasaran dan

perkenalan pengusaha sanitasi juga akan

dilakukan melalui pertemuan komite

sanitasi di Dusun Muntigunung.

c. Pihak puskesmas dan kader yang

melakukan fasilitasi pemicuan di

masyarakat akan selalu berkomunikasi

dengan pihak pengusaha sanitasi untuk

menginformasikan kelompok

masyarakat yang siap untuk menerima

Page 7: PENGEMBANGAN WIRAUSAHA SANITASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ... · PDF filePENGEMBANGAN WIRAUSAHA SANITASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ... Bagian Kesehatan Lingkungan, Program Studi

tawaran opsi sarana sanitasi dari

pengusaha. Demikian sebaliknya, setiap

jamban yang terbangun oleh pengusaha

sanitasi dan mandiri oleh masyarakat

harus selalu dikomunikasikan kepada

kader dan puskesmas untuk

mengkalkulasi total cakupan sarana

sanitasi di desa.

Pada akhir proses Pendampingan ke-2

didapatkan beberapa hal diantaranya bahwa

wirausaha sanitasi di Desa Kubu belum dapat

bergerak sempurna karena pembuatan Septik

Tank Biofilter baru dilakukan di rumah

mereka masing-. Hal ini dikarenakan

keinginan mereka untuk menerapkan terlebih

dahulu sebelum dipasarkan kepada

masyarakat, dan untuk membuktikan bahwa

air yang dipakai untuk menyiram toilet tidak

terbuang percuma.

Tambahan dari peserta yang lain menyatakan

bahwa masyarakat sebenarnya antusias untuk

memiliki Septik Tank Biofilter, hanya saja

terkendala dana. Biaya yang dibutuhkan untuk

membangun tambahan Biofiltr adalah berkisar

Rp. 600.000,-. Seorang pengusaha Sanitasi

pun menawarkan cara pembayaran secara

kredit yang bisa dicicil dalam jangka waktu 3

bulan. Cara seperti itupun masih dirasa berat

oleh masyarakat.Masyarakat meminta agar

biaya tersebut bisa dicicil sebanyak 6 kali (Rp

100.000,00 per bulan). Solusi yang dapat

diberikan untuk mengatasi masalah ini adalah

dengan mengurangi isi paket jamban sehingga

biayanya juga dapat lebih murah.

4. Kesimpulan

Dari proses pelatihan wirausaha sanitasi

yang diikuti oleh 25 peserta, telah berhasil

membuka wawasan dan memberikan

motivasi kembali kepada masyarakat

Kecamatan Kubu untuk mengembangkan

usaha di bidang sanitasi. Selain itu

keterampilan pendukung seperti

pemahaman dan praktek mengenai

teknologi jamban sehat Septik Tank

Biofilter akan dapat bermanfaat tidak

hanya dalam bidang sanitasi, tetapi juga

pengembangan usaha di bidang lainnya.

Dari pelatihan tersebut peserta telah

mampu menyusun rencana tindak lanjut

dan peningkatan keterampilan dalam

melakukan konstruksi jamban sehat.

Motivasi peserta mengikuti proses

pelatihan dan pendampingan di

wilayahnya sangat baik, karena

masyarakat merasa diberikan kekuatan lagi

untuk bisa melakukan sesuatu karena telah

mengetahui inovasi terhadap isu

kehilangan air yang digunakan menyiram

closet, dengan memanfaatkannya kembali

untuk tujuan lain (added value terhadap

efluen).

Beberapa kendala yang dihadapi oleh

masyarakat adalah terkait modal usaha dan

daya beli masyarakat yang sangat rendah

terhadap paket jamban yang ditawarkan.

Beberapa peserta pelatihan memiliki

komitmen yang baik untuk terus

mempromosikan jamban diwilayahnya, namun

menghadapi kesulitan di beberapa tempat yang

Page 8: PENGEMBANGAN WIRAUSAHA SANITASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ... · PDF filePENGEMBANGAN WIRAUSAHA SANITASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ... Bagian Kesehatan Lingkungan, Program Studi

masyarakatnya masih memiliki kesdaran akan

sanitasi sangat rendah dan juga jenis program

lain yang memberikan bantuan material gratis

untuk pembangunan jamban kepada

masyarakat. Oleh karena itu, perlu upaya yang

sinergis juga dengan kegiatan pemicuan

perubahan prilaku di masyarakat untuk stop

buang air besar sembarangan, sehingga upaya

promosi sarana jamban dapat disambut baik

oleh masyarakat yang sudah sadar akan

pentingnya sarana sanitasi.

6. REFERENSI

1. Alisjahbana, A. S. (2010). Report on the

Achievement of the Millennium

Development Goals Indonesia 2010.

Jakarta: National Development Planning

Agency (BAPPENAS).

2. Balitbangkes (2010). Laporan Riset

Kesehatan Dasar 2010, Kementrian

Kesehatan, Jakarta

3. Sekretariat STBM (2012). Materi Advokasi

STBM 2012, Direktoran Penyehatan

Lingkungan, Kementrian Kesehatan,

Jakarta.

4. Supari, S. F. (2008). Strategi Nasional

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

(STBM).No. 852/MENKES/SK/IX/2008.

Jakarta, Kementrian Kesehatan, Republik

Indonesia.

5. WSP (2012). Material Presentasi di

BAPEDA Propinsi Bali dalam rangka

advokasi STBM.