PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB...

60
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGAN MINERAL TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) MENGGUNAKAN LIMBAH CAIR TAPIOKA Oleh LYDIA MAWAR NINGSIH PROGRAM PASCA SARJANA TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2019

Transcript of PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB...

Page 1: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGAN

MINERAL TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS)

MENGGUNAKAN LIMBAH CAIR TAPIOKA

Oleh

LYDIA MAWAR NINGSIH

PROGRAM PASCA SARJANATEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

2019

Page 2: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGAN

MINERAL DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS)

MENGGUNAKAN LIMBAH CAIR TAPIOKA

ABSTRAK

Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan produk samping utama yang

dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya

yang melimpah dan kaya potensi dapat dimanfaatkan sebagai bioenergi pengganti

bahan bakar berbahan fosil dan batu bara. Pemanfaatan TKKS sebagai bioenergi

merupakan solusi terbaik untuk mencegah polusi dan dampak buruk yang

ditimbulkan terhadap lingkungan maupun masyarakat sekitar pabrik serta

menambah nilai ekonomi dari limbah biomasa. Namun ada beberapa hal yang

harus di perhatikan dalam pengolahan biopelet dari TKKS salah satunya adalah

kandungan logam alkali yang tinggi, seperti unsur Cl dan Kalium (K) yang

memiliki dampak negatif pada boiler seperti penumpukan abu dan korosif pada

proses pemanasan di pipa-pipa boiler. Salah satu cara untuk mencegah terjadinya

slagging, fouling dan korosif pada pipa dan dinding boiler selama proses

pembakaran daapat dilakukan dengan metode pencucian (leaching treatment)

untuk mengurangi kadar unsur mineral pada TKKS. Pada penelitian ini metode

pencucian unsur K pada TKKS menggunakan limbah cair tapioka yang dapat

menjadi salah satu alternatif dan ramah lingkungan, selain itu limbah cair tapioka

mengandung zat aditif serta memiliki daya khelat tinggi yang dapat dimanfaatkan

sebagai pengikat unsur mineral yang terdapat pada TKKS. Penelitian ini bertujuan

untuk mendapatkan kombinasi antara lama waktu perendaman TKKS dan jenis

Page 3: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

limbah cair tapioka yang mampu menurunkan unsur alkali dan alkali tanah pada

TKKS. Percobaan ini dilaksanakan dengan dosis 1 : 40 pada setiap perlakuan,

yakni 5 g TKKS dan 200 ml limbah cair tapioka dengan pengulangan sebanyak 3

kali. Faktor pertama adalah lamanya waktu perendaman yakni 0 (kontrol), 5 menit,

30 menit, 60 menit, 90 menit, 120 menit, 12 jam dan 24 jam. Faktor kedua adalah

jenis limbah cair yang digunakan yakni limbah cair tapioka effluent pabrik

pengolahan dan limbah cair tapioka effluent biogas. Variabel pengamatan dari

hasil percobaan adalah unsur K, Si, Ca, Mg, Si dan Cl yang dianaisis

menggunakan metode X-RF, nilai pH dan kadar abu pada TKKS. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa unsur K mengalami penurunan hingga 69% pada perlakuan

perendaman selama 30 menit dalam limbah cair tapioka effluent pabrik

pengolahan dari 67,04% menjadi 20,72%, Unsur Cl turun hingga 96% dari 8,53%

menjadi 0,31% pada perlakuan perendaman selama 90 menit di limbah cair

tapioka effluent pabrik pengolahan. Tetapi metode leaching treatment perendaman

dengan limbah cair tapioka tidak efektif dalam menurunkan unsur Ca, Si dan Mg

karena pada ketiga unsur tersebut mengalami kenaikan yang sangat drastis hingga

lebih dari 100%. Hasil pengukuran kadar abu juga menyatakan bahwa perlakuan

perendaman TKKS pada limbah cair tapioka mampu menurunkan kadar abu pada

TKKS hingga 81% yang terdapat pada perlakuan perendaman selama 30 menit di

limbah cair tapioka effluent pabrik pengolahan dari 5,97% menjadi 1,13%,

sedangkan leaching treatment tidak berpengaruh secara signifikan dalam

perubahan nilai pH pada kedua jenis limbah cair tapioka dari hasil perendaman

TKKS.

Kata kunci : leaching treatment, TKKS, limbah cair tapioka,

Page 4: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANMINERAL TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS)

MENGGUNAKAN LIMBAH CAIR TAPIOKA

Oleh

LYDIA MAWAR NINGSIH

TESIS

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

MAGISTER SAINS

Pada

Program Studi Magister Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

PROGRAM PASCA SARJANATEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

2019

Page 5: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang
Page 6: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang
Page 7: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang
Page 8: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, Provinsi Lampung pada tanggal 27 Mei

1992, sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak A. Antoni,

S.T., dan Ibu Ir. Daryanti Septiyati.

Pendidikan Taman Kanak – kanak (TK) Aisyiah Bandar Lampung diselesaikan

tahun 1998, Sekolah Dasar (SD) di SDN 2 Labuhan Ratu, Bandar Lampung pada

tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 21 Bandar Lampung

pada tahun 2007, Sekolah Menengah Atas (SMA) SMA AL-AZHAR 3 Bandar

Lampung pada tahun 2007, Pendidikan strata 1 (S-1) di Universitas Lampung

pada tahun 2015.

Tahun 2016, penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada Program Magister Industri

Pertanian (MTIP) Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Pada Oktober 2017 –

Oktober 2018 penulis berkesempatan mengikuti Short Term Exchange Program at

Tokyo University of Agriculture and Technology (STEP@TUAT) dengan

mengikuti proses studi dan kegiatan penelitian selama satu tahun di Jepang.

Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi asisten laboratorium

pengolahan limbah agro-industri. Penulis pernah menjadi Duta Bahasa Provinsi

Lampung yang tergabung di dalam ikatan keluarga besar duta bahasa Provinsi

Lampung, selama masa jabatan sebagai Duta Bahasa penulis aktif dalam

memberikan edukasi literasi kepada anak jalanan dan kelompok masyarakat buta

huruf serta membantu program kerja kantor bahasa Provinsi Lampung.

Page 9: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

“ However difficult life may seem, there isalways something you can do and succeedat.” —Stephen Hawking

“ Power comes not from knowledge keptbut from knowledge shared ” —Bill Gates

“ Without love, intelligence is dangerous.and without intelligence, love is notenough.” — B.J. Habibie

“ APA YANG KAU LIHAT PADA HARI INIMERUPAKAN HASIL PERBUATAN DI MASALALU, APA YANG AKAN KAU HARAPKANPADA MASA DEPAN MERUPAKANPERBUATAN HARI INI ” —Mawar Cutez

Page 10: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

ALHAMDULILLAHIROBBIL A’LAMIIN

KARYA INI KUPERSEMBAHKAN

KEPADA ;

BAPAK DAN IBUKU TERCINTA

ADIKKU :

GUNTUR ADJIE PANGESTU

BUAT SEMUA SAHABAT – SAHABATKU DAN SELURUH PIHAK YANG SELALU MENDUKUNG,

MEMOTIVASI, MEMBERIKAN DOA, MENEMANI DAN SEMANGAT KEPADA PENULIS DISETIAP

PERTEMUAN DAN KESEMPATAN DISKUSI.

ALMAMATERKU TERCINTA

UNIVERSITAS LAMPUNG

LANGKAH AWAL UNTUK MENJADI YANG TERBAIK BISMILLAHIRROHMANIRROHIM.

Page 11: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

SANWACANA

Segala Puji ke hadirat Allah SWT atas Rahmat, Nikmat dan Taufiknya, sehingga

dapat diselesaikannya proposal tesis yang berjudul “Pengembangan Teknologi

Pencucian Kandungan Mineral Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)

Menggunakan Limbah Cair Tapioka”. Tesis ini diajukan sebagai bagian dari tugas

akhir dalam rangka menyelesaikan studi di Program Magister Teknologi Industri

Pertanian di Universitas Lampung.

Dalam penyelesaian tesis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai

pihak. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih setulusnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banua, M.Si., sebagai Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

2. Bapak Prof. Dr. Eng. Ir. Udin Hasanudin, M.T., sebagai pembimbing

pertama yang memberikan bimbingan dan motivasi selama penulis

merencanakan, melaksanakan penelitian hingga selesainya proses

penulisan tesis.

3. Bapak Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P., sebagai pembimbing kedua yang telah

memberikan bimbingan, motivasi dan pencerahan selama penulis

merencanakan, melaksanakan penelitian hingga selesainya proses

penulisan tesis.

4. Bapak Dr. Ir. Sugeng Triono, M.Sc., sebagai pembahas yang telah

memberikan motivasi dan bimbingan selama penulis merencanakan,

melaksanakan penelitian hingga selesainya proses penulisan tesis.

Page 12: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

5. Ibu Dr. Sri Hidayati, S.T.P., M.P selaku Ketua Jurusan program studi

Magister Teknologi Agroindustri, yang telah banyak membantu penulis

dalam memberikan ide, saran dan kritik selama penulis melaksanakan

penelitian hingga menyelesaikan proses penulisan tesis.

6. Kedua orangtua dan adik yang ku cintai yang selalu memberikan kasih

saying, turut mendukung dan mendoakan semua harapan penulis dalam

menyelesaikan studi.

7. Teman – teman seperjuangan di Magister Teknologi Industri Pertanian

yang membantu, menemani dan berbagi selama penulis menyelesaikan

prose penulisan tesis

8. Intan Zahara Arie, S.P., Taufik Qurrohman, S.T., Andria, S.T., Yureka

Sulistria, S.Kom., Safira Maulidina, S.P., Indah Maulidiyah. MSK., S.H.,

M.H., yang selalu memberi dukungan, motivasi, dan doa kepada penulis

hingga dapat menyelesaikan studi.

9. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas semua

dukungan dan doanya kepada penulis selama proses penelitian hingga

menyelesaikan proses penulisan tesis.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan,

tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, September 2019

Penulis,

Lydia Mawar Ningsih, S.P.

Page 13: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN SEMINAR PROPOSAL ...................................... 1

KATA PENGANTAR........................................................................................... 1

I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 4

1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 4

1.2. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5

1.3. Kerangka Pemikiran ................................................................................. 6

1.4. Hipotesis……………………………………………………………….....9

II. Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 10

2.1 Kelapa Sawit di Indonesia ...................................................................... 10

2.2 Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)..................................... 13

2.3 Pencucian (Leaching) Unsur- Unsur Pada Biomasa .............................. 16

2.4 Limbah Cair Tapioka.............................................................................. 19

2.4.1. Limbah Cair Tapioka Keluaran Pabrik Pengolahan .................... 19

2.4.2. Limbah Cair Tapioka Effluent Biogas…..……………………....25

III. METODE PENELITIAN ............................................................................ 29

3.1 Tempat dan waktu Penelitian ................................................................. 29

3.2 Bahan dan Alat ....................................................................................... 29

3.3 Metode Penelitian................................................................................... 29

3.4 Pelaksanaan Penelitian ........................................................................... 30

3.4.1. Pengambilan TKKS……………………………………………...30

3.4.2. Pengambilan Limbah Cair Tapioka ………………………….….30

3.4.3 Perlakuan Limbah Cair Tapioka dan TKKS ……………………30

3.5 Peubah Pengamatan …………………………………………………... .313.5.1. Analisis Awal Limbah Cair Tapioka dan TKKS………………....31

3.5.2. Analisis Akhir Pencampuran Limbah Cair Tapioka dan TKKS....31

3.6 Prosedur Analisis………...…………………………………...………....31

3.6.1. Kandungan Unsur Alkali dan Alkali Tanah Pada TKKS (X-RF)..31

3.6.2. Prosedur Analisis Nilai pH……………………………………….32

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………………….33

Page 14: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

4.1. Hasil Penelitian …………………………………………………....33

4.1.1. Analisis Awal Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)

dan Limbah Cair Tapioka ………..…………………….…...33

4.1.2. Nilai pH Limbah Cair Tapioka Setelah Leaching

Treatment.................................................................................34

4.1.3. Kadar Abu TKKS Setelah Leaching Treatmet.......................36

4.1.4. Kandungan Unsur K yang Tercuci Pada TKKS Setelah

Leaching Treatment ................................................................38

4.1.5. Pengaruh Leaching Treatment Terhadap Unsur Si Pada

TKKS.......................................................................................44

4.1.6. Pengaruh Leaching Treatment Terhadap Unsur Klorin

(Cl) Pada TKKS …………………………………...………...47

4.1.7. Pengaruh Leaching Treatment Terhadap Unsur Kalsium

(Ca) Pada TKKS ………………………………………….....51

4.1.8. Pengaruh Leaching Treatment Terhadap Unsur Magnesium

(Mg) Pada TKKS ……………………..…………………..... 54

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................... 57

V. KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………....….. 67

5.1. Kesimpulan …………………………………………………………….. 67

5.2. Saran ……………………………………………………………………. 68

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 69

LAMPIRAN …………………………………………………………………….76

Page 15: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Luas Areal dan produksi CPO seluruh Provinsi Indonesia 2017............ 11

Tabel 2. Potensi Limbah Biomasa yang dihasilkan dari proses produksi CPO… 13

Tabel 3. Karakteristik Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) ………………… 14

Tabe; 4. Perbandingan Karakteristik TKKS dan batu bara................................... 17

Tabel 5. Karakteristik Limbah Cair Tapioka………………………………….... 23

Tabel 6. Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Industri Tapioka............................ 24

Tabel 7. Karakteristik Limbah Cair Tapoka Effluent Biogas…………………… 27

Tabel 8. Analisis awal TKKS ……………….……….…………………………. 33

Tabel 9. Analisis Awal limbah cair tapioka .......................................................... 33

Page 16: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Proses Produksi CPO di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit….……….. 12

Gambar 2. Diagram Alir Pemanfaatan Energi Biomasa TKKS................................16

Gambar 3. Proses Pengolahan Tepung Tapioka……………………………...… 22

Gambar 4. Skema Proses Fermentasi Secare Anaerobik...................................... 26

Gambar 5. Grafik pH Limbah Cair Tapioka Setelah Diberi Perlakuan................ 34

Gambar 6. Grafik Kadar Abu TKKS Setelah Direndam Dengan Limbah

Cair Tapioka...... ................................................................................. 36

Gambar 7. Grafik Unsur K (relative) Pada TKKS Setelah Leaching

Treatment...............................................................................................39

Gambar. 8. Grafik unsur K (absolut) pada TKKS Setelah Leaching Treatment…40

Gambar 9. Grafik unsur K yang terlarut di dalam air limbah…………….……...42

Gambar 10. Grafik Unsur Si (relatif) Pada TKKS Setelah Leaching

Treatment.............................................................................................44

Gambar 11. Grafik Unsur Si (absolut) Pada TKKS Setelah Leaching

Treatment………..…………………………………………………….……46

Gambar 12. Grafik Unsur Cl (relatif) Pada TKKS Setelah Leaching

Treatment…....................................................................................... 48

Gambar 13. Grafik Unsur Cl (absolut) Pada TKKS Setelah Leaching

Treatment……………………………………………………………49

Gambar 14. Grafik Unsur Ca (relatif) Pada TKKS Setelah Leaching

Treatment…………………………................................................... 51

Gambar 15. Grafik unsur Ca (absolut) pada TKKS setelah leaching treatment...53

Gambar 16. Grafik Unsur Mg (relatif) Pada TKKS Setelah Leaching

Treatment……………………………………………………………………... 54

Gambar 17. Grafik Unsur Mg (absolut) Pada TKKS Setelah Leaching

Treatment……………………………………………...………………….. 56

Gambar 18. Ikatan asam Lewis pada asam asetat ................................................ 59

Page 17: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan penghasil dan pengkespor terbesar minyak kelapa sawit di

dunia yang diperoleh dari total produksi lima provinsi produsen terbesar di

Indonesia yakni Riau (22,40%), Kalimantan Tengah (15,12%), Sumatera Utara

(12,02%), Sumatera Selatan (8,98%) dan Kalimantan Timur (7,53%), selain itu

berdasarkan perbandingan produksi CPO (Crude palm oil) menurut status

pengusaha pada tahun 2017 dibagi berdasarkan perusahaan perkebunan negara

yakni 5,40%, perusahaan perkebunan swasta, 57,70% dan perkebunan rakyat

36,90% (BPS, 2017). Pratama (2019) menyatakan bahwa produksi CPO pada

tahun 2018 meningkat sebanyak 12,5% dari tahun sebelumnya yakni dari 28 juta

ton pada tahun 2017 menjadi 43 juta ton, peningkatan produksi ini berdampak

pada nilai ekspor CPO.

Sejak tahun 2004 minyak kelapa sawit memiliki pangsa pasar minyak nabati

tertinggi di dunia yakni 30 juta ton total produksi dengan tingkat pertumbuhan

rata-rata 8% per tahunnya, angka tersebut lebih tinggi dari angka produksi kedelai

yakni 25 juta ton dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 3,8% per tahunnya

(Hambali & Rivai, 2017). Tingginya permintaan minyak kelapa sawit pada pasar

dunia disebabkan oleh kemampuan kelapa sawit per hektar-nya yang dapat

menghasilkan minyak tujuh kali lebih tinggi dibandingkan dengan rapeseed

(Brassica Napus) dan sebelas kali lebih tinggi dari kedelai (Hambali & Rivai,

Page 18: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

2

2017). Proses produksi dari kelapa sawit menjadi CPO menghasilkan limbah

biomasa dalam jumlah yang besar salah satunya adalah tandan kosong kelapa

sawit (TKKS).

TKKS mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin, sehingga apabila tidak

dimanfaatkan dengan sebaik mungkin akan berdampak negatif terhadap

lingkungan dan sosial pada masyarakat sekitar pabrik pengolahan (Sudiyani et al.,

2013). TKKS berpotensi untuk diolah dan dikonversi menjadi bahan materi

lainnya yang berguna serta memiliki nilai ekonomi, namun hingga saat ini

pemanfaatannya masih terbilang belum optimal karena TKKS hanya ditimbun

atau digunakan untuk penyubur tanaman sawit muda dengan cara disebarkan

disekitar pohon sawit muda, selain itu TKKS juga dapat diolah menjadi kompos

dan briket arang. Namun pembuatan kompos dan briket arang hanya dapat

digunakan oleh sebagian kecil masyarakat yang memiliki kelemahan yakni

tumpukan TKKS menjadi tempat berkembangnya hama sawit seperti kumbang

sawit (Faisal et al., 2010).

Menurut Fauziah et al. (2010) setiap kg minyak kelapa sawit yang di produksi

menghasilkan kurang lebih 1 kg TKKS basah yang secara keseluruhan

mengandung lebi dari 60% air dari bobot beratnya, oleh sebab itu tidak disarankan

apabila TKKS dijadikan sebagai bahan bakar tanpa melalui proses pengeringan

terlebih dahulu karena dapat menyumbangkan peningkatan emisi. Disisi lain Aziz

(2000) menyatakan bahwa dari sebuah pabrik kelapa sawit berpotensi

menghasilkan sebanyak 95472 ton/tahun tandan buah kosong yang jika hanya di

Page 19: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

3

tumpuk pada landfill akan akan membetuk gas metan (CH4) sebesar 7350

ton/tahun.

Salah satu pemanfaatan limbah tandan kosong yang efisien adalah diolah menjadi

biopelet sebagai pengganti batu bara dan bahan bakar minyak (BBM).

Memanfaatkan tandan kosong menjadi biopelet sebagai pengganti bahan bakar

berbahan dasar batu bara dan fosil memiliki banyak sisi positif diantaranya adalah

dapat menurunkan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari proses produksi

minyak kelapa sawit dan dapat meningkatkan nilai ekonomi. Ketersediaan yang

melimpah sebagai produk sampingan dan harga yang murah membuat tandan

kosong menjadi salah satu bahan alternatif untuk dijadikan karbon padat dengan

metode self-adhesive carbon grains (SGAC) (Deraman et al., 2002). Provinsi

Aceh memiliki 22 pabrik kelapa sawit (PKS) yang menghasilkan 724.185

ton/tahun TKKS, jika 75% TKKS tersebut dimanfaatkan sebagai bioenergi akan

sangat berpotensi untuk memenuhi kebutuhan energi listsrik sebesar 43,64 GW(e)

yang dapat digunakan oleh 22 PKS untuk kegiatan proses produksi sehingga dapat

menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 152.809,04 tCO2e/tahun (Faisal

et al., 2010).

Dalam pengolahan TKKS menjadi biopelet ada beberapa faktor yang harus

diperhatikan yakni tingginya kadar abu dan kandungan mineral seperti K, Na, Ca,

Mg, Si serta P, karena dua faktor tersebut dapat menimbulkan hal yang merugikan

pada proses pembakaran di boiler dan menghasilkan energy kalor yang rendah.

TKKS pada umumnya memiliki nilai unsur K paling tinggi diantara unsur yang

lain dengan rincian yakni N 0,7 (persen berat kering), S <0,10 (persen berat

Page 20: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

4

kering) dan K 2 (persen berat kering ) (Abdullah et al., 2011). Gonçalves et al.

(2008) menyatakan bahwa Chloride (Cl) dan Kalium (K) memiliki dampak

negatif pada boiler yang dapat menyebabkan penumpukan abu dan korosif pada

proses pemanasan di pipa-pipa boiler. Selain unsur K yang tinggi terdapat unsur-

unsur penyusun abu lainnya seperti Cl dan Si serta kandungan abu pada TKKS

yang dapat berpengaruh pada proses pembakaran di dalam boiler serta terhadap

energi kalor yang dihasilkan. Menurut Nugraha (2014) kadar abu yang tinggi pada

TKKS juga berpengaruh terhadap high yield bio-oil yang dihasilkan dari proses

pirolisis, karena semakin tinggi kandungan kadar abu maka semakin rendah energi

yang dihasilkan.

Salah satu solusi untuk mencegah hal negatif yang di timbulkan oleh kandungan

mineral pada TKKS adalah dengan leaching treatment (pencucian). Unsur K

adalah unsur alkali yang sangat mudah larut dalam air sehingga metode pencucian

menggunakan air merupakan salah satu solusi untuk mengurangi kadar unsur K

pada TKKS. Menurut Abdullah & Sulaiman (2013) pencucian dengan air keran

sangat efektif dalam mengurangi kandungan kadar abu TKKS yakni berkisar

24,9% - 70,3%, mengurangi 90% kadar unsur K dan 98% kadar sodium.

Pada penelitian ini pencucian mineral pada TKKS menggunakan limbah cair

tapioka sebagai bahan pelarut. Penggunaan limbah cair sebagai pelarut dalam

leaching untuk menurunkan unsur mineral dan kandungan abu pada limbah

biomasa merupakan hal yang harus diteliti karena dapat memanfaatkan zat aditif

yang terkandung didalamnya dengan rincian biaya yang tidak mahal dan

jumlahnya yang melimpah (Wang et al., 2012). Potensi limbah cair tapioka sangat

Page 21: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

5

melimpah hal ini dikarenakan Indonesia merupakan negara penghasil tepung

tapioka urutan ke -3 di dunia (13,3 juta ton per tahun) setelah Thailand (13,5 juta

ton per tahun) dan Brazil (24,5 juta ton per tahun) (Setyawaty et al., 2011).

Tingginya produksi tepung tapioka berpengaruh pada limbah cair yang dihasilkan

dari proses pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka.

Menurut Kinasih (2015) rata-rata limbah cair tapioka yang dihasilkan Indonesia

secara keseluruhan adalah 2400 juta m3 setiap tahunnya. Limbah cair tapioka yang

dihasilkan dari proses produksi secara umum belum dimanfaatkan secara

maksimal dan banyak pelaku kegiatan atau industri tapioka membuang secara

langsung ke sungai tanpa mengolahnya terlebih dahulu. Limbah cair yang dibuang

tersebut menimbulkan dampak buruk terhadap sungai dan masyarakat sekitar

pabrik. Disisi lain kandungan unsur hara dan senyawa organik pada limbah cair

tapikoa masih dapat dimanfaatkan kembali sebagai pupuk organik cair dan biogas.

Kandungan unsur hara pada limbah cair tapioka adalah N 260,27 mg/l,

P 88,56 mg/l, K 508,17 mg/l dan pH 4,81 (Ningsih, 2015).

Berdasarkan penelitian yang berkaitan dengan metode pencucian kandungan

mineral pada TKKS dan kemampuan pengkhelatan limbah cair tapioka sebagai

bahan pelarut dalam melarutkan unsur-unsur yang terkandung dalam limbah padat

diharapkan akan menjadi sebuah solusi yang baik dalam penelitian ini untuk

mengurangi kadar mineral yang dapat menyebabkan resiko terjadinya slagging,

fouling dan korosif. Maulida (2014) menyatakan bahwa kelarutan yang terjadi

pada unsur K, N-total dan P disebabkan oleh asam organik yang terkandung

dalam limbah cair tapioka yang merupakan kelompok asam organik dengan

Page 22: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

6

kemampuan pengkhelatannya lebih besar dibandingkan pengaruh asamnya.

Menggunakan limbah cair tapioka sebagai pelarut untuk mencuci kandungan

mineral pada TKKS merupakan solusi dari pencegahan pencemaran terhadap

lingkungan yang diakibatkan oleh limbah agroindustri.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mendapatkan jenis limbah cair tapioka yang mampu menurunkan

kandungan mineral tertinggi pada TKKS.

2. Untuk mendapatkan waktu perendaman optimum yang mampu menurunkan

kandungan mineral tertinggi pada TKKS.

3. Untuk mendapatkan kombinasi antara waktu perendaman dan jenis limbah cair

tapioka yang mampu menurunkan kandungan mineral tertinggi pada TKKS.

1.3. Kerangka Pemikiran

TKKS adalah produk samping utama yang dihasilkan dari proses pengolahan

kelapa sawit menjadi CPO dan merupakan limbah padat agroindustri yang

potensinya sangat melimpah di Indonesia. Menurut Wijono (2014) rata-rata

outflow di sebuah pabrik kelapa sawit adalah 60 ton tandan buah segar (TBS) per

jam dan menghasilkan 12,6 ton TKKS atau setara dengan 21% dari TBS yang

diolah. Melimpahnya potensi TKKS yang dihasilkan tidak diimbangi dengan

pemanfaatannya oleh para pelaku usaha dan industri pengolahan kelapa sawit.

Aziz (2000) menyatakan bahwa sekitar 95472 ton/tahun tandan kosong kelapa

sawit (TKKS) yang dihasilkan dari pabrik pengolahan kelapa sawit di Long

Page 23: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

7

Pinang dan Semuntai tidak di manfaatkan secara baik hanya ditumpuk pada

landfill akan menghasilkan bau busuk yang membetuk gas metan (CH4) sebesar

7350 ton/tahun, namun jika dimanfaatkan sebagai bahan bakar dengan kapasitas

pembangkit tenaga uap sebesar 25 MW dapat menurunkan pembenrtukan CO2

sebesar 188730 ton/tahun. Oleh sebab itu TKKS perlu di kelola dengan baik

sehingga potensi yang dihasilkan dapat dimanfaatakan dan dapat menurunkan

emisi, salah satu pemanfaatan yang bijak adalah diolah menjadi produk biopelet

sebagai pengganti bahan bakar batu bara dan fosil.

Pemanfaatan TKKS sebagai biopelet merupakan sebuah solusi yang baik untuk

mencegah polusi dan dampak buruk yang ditimbulkan ke lingkungan maupun

masyarakat sekitar pabrik serta menambah nilai ekonomi dari limbah biomasa.

Namun ada beberapa hal yang harus di perhatikan dalam pengolahannya salah

satunya adalah tingginya kandungan unsur Kalium (K). TKKS memiliki nilai

kadar abu yang tinggi dan unsur alkali yang tinggi terutama unsur K, hal ini harus

sangat dipertimbangkan dan diperhatikan pada abu deposit saat pembakaran

TKKS di dalam boiler, agar dapat mendapatkan karakteristik terbaik sebagai

bahan bakar (Yoshikawa, 2017). Disisi lain menurut Zevenhoven et al. (2010)

penggunaan bahan bakar berbahan dasar biomasa yang menyebabkan

pemasalahan sintering, fouling dan korosif serta pembentuk abu pada sisi

permukaan perapian adalah unsur Kalium (K). Slagging dan fouling adalah sebuah

penggambaran deposit abu pada transfer panas di dalam tanur dan sistem boiler,

sedangkan slagging adalah deposit abu pada permukaan yang terkena oleh radiasi

panas berdekatan dengan api (Prameswari, 2017). Unsur Kalium (K) dan Silika

(Si) merupakan unsur dominan pada abu deposit, senyawa utama pemicu

Page 24: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

8

penumpukan abu pada dinding boiler adalah K2O dengan titik leleh yang rendah

sehingga dapat memicu lebih banyak penumpukan abu deposit pada dinding

boiler (Sidarta, 2017). Senyawa-senyawa K dapat dilepaskan secara efektif pada

saat pembakaran sehingga sangat mudah untuk bereaksi lebih lanjut pada gas

buang, namun hal ini tergantung pada kondisi dan pada bagian senyawa tertentu

yang dapat membentuk senyawa gas (Zevenhoven et al., 2010).

Menurut Udoetok (2012) kandungan abu TKKS kaya akan konsentrasi logam

akali seperti Kalsium (Ca) dan Kalium (K), selain itu juga mengandung logam

lain yakni Chromium, Zinc, Sodium, dan Magnesium dalam jumlah besar.

Berdasarkan hasil dari parameter psikomia seperti TOC, TOM, TDS, Salinitas dan

konduktivitas terbukti bahwa TKKS tidak beracun dan merupakan alkali dengan

nilai pH 10,9. Kandungan unsur K pada TKKS adalah 2 mf wt% dan kandungan

abu-nya sebesar 5,36 mf wt% yang berarti kandungan unsur K adalah 50% dari

total kadar abu biomasanya, unsur K merupakan salah satu komponen utama pada

abu yang dapat mempengaruhi high yield bio-oil yang dihasilkan (Martijn, 2012).

Sedangkan Menurut Yoshikawa (2017) kadar abu pada TKKS adalah sebesar

4,9%, sulfur 0,11%, N 0,6%, H 5,3%, Cl 0,7%.

Salah satu cara untuk mencegah terjadinya slagging, fouling dan korosif dalam

proses pembakaran biopelet dari TKKS adalah dengan metode pencucian

(leaching treatment) yang dapat mengurangi kadar unsur – unsur mineral pada

TKKS. Menurut Martijn (2012) sifat unsur K sangat mudah larut dalam air

sehingga metode pencucian dengan air dapat menurunkan kandungan unsur K

pada TKKS hingga 90% dan dapat meningkatkan hasil oil yield selama proses

Page 25: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

9

pirolisi dari 40% hingga lebih dari 60%. Pencucian dengan air keran sangat efektif

dalam menurunkan kandungan kadar abu TKKS sekitar 24,9% - 70,3%, 90%

kadar unsur K dan 98% sodium (Abdullah & Sulaiman, 2013). Berdasarkan hasil

penelitian yang telah dilakukan bahwa kadar unsur K pada TKKS dapat di

turunkan dengan berbagai macam metode diantaranya adalah kombinasi antara

proses pirolisis dan hidrotermal dengan air pencucian pada suhu tertentu, metode

perendaman dengan menggunakan air keran dan air destilasi.

Pada penelitian ini digunakan limbah cair tapioka effluent pabrik pengolahan dan

effluent biogas sebagai bahan pelarut untuk metode pencucian kandungan mineral

pada TKKS, sebagai salah satu alternatif hemat dalam segi ekonomi dan ramah

terhadap lingkungan. Disisi lain limbah cair tapioka memiliki zat aditif yang dapat

mengikat unsur K pada TKKS seperti HCN, menurut Wang et al. (2012) zat aditif

berdasarkan pada komposisi yang berbeda mampu menetralkan dan mencegah

masalah yang berhubungan dengan kadar abu saat pembakaran biomasa.

Pemanfaatan limbah cair tapioka merupakan sebuah solusi pencegehan terjadinya

pencemaran terhadap lingkungan dan memaksimalkan potensi limbah cair tapioka

yang melimpah.

Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan pelarutan unsur mineral yang

menggunakan limbah cair tapioka sebagai bahan pelarut diantaranya adalah ;

Kombinasi terbaik dalam meningkatkan unsur K-larut dan N-total yang terlarut

dari limbah kepala udang pada pupuk organik cair adalah 450 g/l limbah cair

tapioka dengan pH 4,81 dan <0,5 mm ukuran butir limbah kepala udang (Ningsih,

2015). Menurut Maulida (2014) kombinasi pelarut 95% limbah cair tapioka dan

Page 26: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

10

5% asam sulfat adalah dosis optimal yang menghasilkan kelarutan P tertinggi dari

batuan fosfat. Sehingga diharapkan pada penelitian yang dilakukan terdapat

kombinasi metode pencucian (leaching treatment) dan waktu terbaik antara

limbah cair tapioka dan TKKS yang dapat menurunkan kandungan mineral pada

TKKS secara optimal.

1.4. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Terdapat jenis limbah cair tapioka terbaik yang mampu menurunkan

kandungan mineral tertinggi pada TKKS.

2. Terdapat waktu optimum perendaman yang mampu menurunkan

kandungan mineral pada TKKS.

3. Terdapat kombinasi antara jenis limbah cair tapioka dan waktu terbaik

yang mampu menurunkan kandungan mineral tertinggi pada TKKS.

Page 27: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit di Indonesia

Indonesia merupakan penghasil dan pengkespor terbesar minyak kelapa sawit di

dunia, sebanyak 50% lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia dikelola oleh

beberapa perusahaan besar swasta dan perusahaan perkebunan negara (Hayashi,

2007). Berdasarkan perbandingan produksi CPO (Crude palm oil) menurut status

pengusaha pada tahun 2017 dibagi berdasarkan perusahaan perkebunan negara

sebesar 5,40%, perusahaan perkebunan swasta sebesar 57,70% dan perkebunan

rakyat 36,90% (BPS, 2017). Salah satu daerah yang membudidayakan kelapa

sawit dari pulau sumatera adalah Provinsi Lampung dengan luas yakni 153.160

Ha, dari lahan tersebut dihasilkan produksi total sebesar 364.862 ton, atau 2,383

ton/ha (BPS Provinsi Lampung, 2010). Luas areal perkebunan kelapa sawit pada

34 daerah yang tersebar di Indonesia di sajikan pada Tabel 1.

Sejak tahun 2004 minyak kelapa sawit merupakan pangsa pasar minyak nabati

tertinggi di dunia yakni 30 juta ton dari total produksi dengan tingkat

pertumbuhan rata-rata 8% per tahunnya, angka tersebut lebih tinggi dari angka

produksi kedelai yakni 25 juta ton dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 3,8% per

tahunnya (Hambali & Rivai, 2017). Pada tahun 2017 produksi kelapa sawit

mengalami peningkatan sebesar 18% yakni 38,17 ton produksi CPO dan 3,05 juta

ton produksi kernel oil (PKO), sehingga total produksi kelapa sawit adalah 41,98

juta ton dengan harga rata-rata 714,3 dolla AS per metrik ton (Setiawan, 2018).

Page 28: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

12

Tabel 1. Luas areal dan produksi CPO seluruh provinsi Indonesia 2017Provinsi Luas areal (Ha) Total produksi (ton)

Aceh 433.379 875.905Sumatra Utara 1.348.305 4.144.620Sumatra Barat 402.130 1.225.814Riau 2.260.941 7.722.564Jambi 769 870 1.701.363Sumatra Selatan 1.021.255 3.096.794Bengkulu 340717 859.176Lampung 239.861 454.822Bangka Belitung 245.100 772.282Kepulauan Riau 7743 25.435Jawa Barat 15.904 42.848Banten 19.478 34.9943Kalimantan Barat 1.503.058 2.549.363Kalimantan Tengah 1.358.949 5. 212.347Kalimantan Selatan 480.004 1.486.050Kalimantan Timur 1.047.090 2.594.887Kalimantan Utara 69.196 181.737Sulawesi Tengah 184.198 432.279Sulawesi Selatan 75.721 120.007Sulawesi Tenggara 73.387 86.429Gorontalo 8.374 1.485Sulawesi Barat 184.616 552.109Maluku 12.638 10.917Papua Barat 63.690 121.056Papua 132.846 164.145Indonesia (total seluruh) 12. 298. 450 34. 468. 293Sumber : (BPS, 2017)

Tingginya pangsa pasar minyak kelapa sawit disebabkan oleh kelapa sawit per

hektar nya dapat menghasilkan minyak tujuh kali lebih tinggi dibandingkan

dengan rapeseed (Brassica Napus) dan sebelas kali lebih tinggi dari kedelai

(Hambali & Rivai, 2017). CPO yang di produksi di Provinsi Lampung sebanyak

30 - 40% digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan sekitar 60-65%

di ekspor ke luar negeri (Muslih et al., 2013). Prasetyani & Miranti (2004)

menyatakan bahwa CPO yang diproduksi sebesar 60% di ekspor, 30% digunakan

sebagai minyak untuk masak, 7% oleochemical, 2% sebagai bahan pembuatan

sabun dan 1,6% untuk margarin (Prasetyani & Miranti, 2004).

Page 29: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

13

Gambar 1. Proses Produksi CPO di Pabrik pengolahan Kelapa Sawit (Hayashi, 2007).

Tingginya permintaan minyak kelapa sawit di pasar internasional menyebabkan

meningkatnya perkembangan industri pengolahan kelapa sawit di Indonesia

sehingga berdampak terhadap jumlah limbah yang di hasilkan. Salah satu limbah

yang dihasilkan dalam jumlah besar dari proses produksi CPO adalah tandan

kosong kelapa sawit (TKKS). TKKS adalah produk samping yang dihasilkan

dalam jumlah sangat besar dengan kaya potensi untuk dijadikan sebagai berbagai

macam produk salah satunya adalah biopelet sebagai bioenergi yang dapat

menggantikan posisi bahan bakar fosil dan batu bara.

Page 30: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

14

2.2. Limbah Tandan Kosong kelapa Sawit (TKKS)

Limbah Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan produk samping utama

yang dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, menurut

Kusumaningrum & Munawar (2014) sebanyak 22.508 ton/ tahun CPO yang

dihasilkan berasal dari 20% tandan buah segar (TBS). TKKS merupakan limbah

biomasa yang melimpah keberadaannya namun masih minim dalam pengolahan

dan memanfaatkannya menjadi suatu hal yang memiliki nilai ekonomi, hal ini

dapat dilihat dari presentasi jenis limbah yang disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Potensi limbah biomasa yang dihasilkan dari proses produksi CPOJenis Limbah Proporsi Potensi per tahun (ton)TKKS 23% TBS 25.884.200Cangkang Kelapa sawit 6,5 % TBS 7.315.100Mesocarop palm oil 13% TBS 14.630.200Palm frond 10 t/ha 89.080.000

Sumber : (Kusumaningrum & Munawar, 2014).

TKKS memiliki kadar air yang tinggi yakni 60% dari bobotnya sehingga tidak

disarankan apabila tandan kosong kelapa sawit dijadikan sebagai bahan bakar

tanpa melalui proses pengeringan karena pembakaran secara langsung dapat

menyumbang peningkatan emisi gas rumah kaca (Fauziah et al., 2010). Menurut

Aziz (2000) dari sebuah pabrik kelapa sawit menghasilkan sebanyak 95472

ton/tahun tandan buah kosong yang di tumpuk pada land fill akan akan membetuk

gas metan (CH4) sebesar 7350 ton/tahun. Oleh sebab itu TKKS perlu di kelola

dengan baik sehingga gas yang dihasilkan dapat di manfaatkan dan mencegah

pencemaran terhadap lingkungan, salah satunya adalah di jadikan produk

bioenergi yakni biopelet. Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan potensi

yang melimpah yang dapat dimanfaatkan sebagai biopelet pengganti bahan bakar

Page 31: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

15

berbahan fosil atau batu bara. Kalimat ini bisa ditulis: Setiap ton TKKS dengan

kadar air 60% akan setara dengan 400 kg kering yang dengan nilai kalor sebesar

18,795 MJ/kg (4.492 kcal/kg) dapat dikonversi pada PLT biomasa dengan

efisiensi 20%akan menghasilkan listrik sebesar 418 kWh (Wijono, 2014).

Tabel 3. Karakteristik tandan kosong kelapa sawit (TKKS)

Komponen Unit * ** ***AnalisaProksimat

MoistureAshVolatile matterFixed carbon

% massa(kering)

69,04,776,518,8

-4.9--

3,77

Analisaultimasi

CarbonHydrogenNitrogenSulfurChloridaOxygen

% massa(kering)

48,05,51,20,30,539,8

43,65,30,60,110,745,5

0,00630,38

Nilai Panas HHVLHV

Kj/kg (basah)Kj/kg (kering)

19193,25949,7

16,8-

AnalisaKomponenabu (ash)

SiO2

Al2O3

TiO2

Na2OK2OCaOMgOP2O5

Fe2O3

SO3

Mn3O4

% massa

27,12,30,10,835,510,25,16,58,34,00,1

-----------

30,80,53<0,12,9337,84,359,514,870,991,890,12

Sumber : *(Aziz, 2000), ** (Yoshikawa, 2017), *** (Meesters et al., 2018).

Selain itu (Aziz, 2000) menyatakan bahwa TKKS yang hanya dibuang dan di

tumpuk pada landfill mampu menghasilkan gas CH4 sebesar 735000 ton/tahun,

potensi gas tersebut dapat dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga uap sebesar 25

MW dengan memanfaatkan TKKS sebagai bahan bakar boiler sehingga dapat

menurunkan pembentukan gas CO2 sebesar 18873000 ton/tahun. Selain itu

Page 32: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

16

dengan memanfaatkan serat dan cangkang TKKS dapat memberikan keuntungan

yakni penambahan energi riil berkisar 10.118 MJ/ton produksi biodiesel atau

dengan kata lain meningkatkan net energy ratio (NER) sebesar 25,5% yang

berdampak terhadap lingkungan pabrik untuk berkelanjutan industri (Susanto et

al., 2017).

Pemanfaatan TKKS sebagai biopelet merupakan solusi terbaik untuk mencegah

polusi dan dampak buruk yang ditimbulkan ke lingkungan maupun masyarakat

sekitar pabrik dan menambah nilai ekonomi dari limbah biomasa. Namun ada

beberapa hal yang harus di perhatikan dalam pengolahan biopelet salah satunya

adalah kandungan logam alkali yang tinggi yakni yang utama adalah unsur kalium

(K). Unsur Chloride (Cl) dan Kalium (K) memiliki dampak negatif pada boiler

yakni dapat menyebabkan penumpukan abu dan korosif pada proses pemanasan di

pipa-pipa boiler (Gonçalves et al., 2008). Unsur Kalium (K) dan Silika (Si)

merupakan unsur dominan pada abu deposit, sedangkan senyawa utamanya adalah

K2O dengan titik leleh yang rendah sehingga dapat meningkatkan penumpukan

abu deposit pada dinding boiler (Sidarta, 2017). Masalah slagging dan fouling dari

penggunaan biomasa padat sebagai pembangkit listrik memiliki keterkaitan pada

tingginya kandungan unsur K pada beberapa tipe biomasa, sehingga berdampak

pada meningkatnya biaya pengoperasian dan waktu off-line pada pembangkit

listrik, oleh sebab itu memahami pengaruh zat aditif unsur K selama proses

pembakaran adalah hal yang penting bagi pembangkit tenaga listrik (Clery et al.,

2018). Salah satu cara untuk mencegah terjadinya slagging, fouling dan korosif

pada pipa dan dinding boiler selama proses pengolahan biopelet dapat dilakukan

Page 33: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

17

dengan metode pencucian (leaching treatment) untuk mengurangi kadar unsur

hara K pada TKKS.

2.3. Pencucian (leaching) Unsur – Unsur Pada Biomasa

Setiap industri pengolahan telah menerapkan beberapa cara untuk memanfaatkan

limbah biomasa sebagai biopelet pengganti bahan bakar fosil dan batu bara,

namun ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam mengolahnya menjadi

bahan bakar karena sifat dari setiap biomasa yang tidak sama.

Gambar 2. Diagam alir pemanfaatan energi biomasa TKKS (Somrat Kerdsuwan &Krongkaew Laohalidano, 2011).

Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam mengelola TKKS menjadi

biopelet adalah kandungan unsur K dan unsur penyusun abu lainnya serta

kandungan abunya yang tinggi, karena dapat menyebabkan slagging dan fouling

pada proses pembakaran di dalam boiler (Novianti et al., 2016). Martijn (2012)

menyatakan bahwa kandungan unsur Kalium pada TKKS adalah 50% dari total

Page 34: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

18

kadar abu biomasanya, tingginya unsur K berpengaruh pada kadar abu karena

unsur K merupakan salah satu komponen utama pada abu yang dapat

mempengaruhi high yield bio-oil yang dihasilkan.

Kadar abu yang tinggi juga berpengaruh pada nilai kalor yang dihasilkan semakin

tinggi kandungan abunya maka akan semakin rendah energi kalor yang dihasilkan

dan dapat menurunkan efisiensi pembakaran karena abu tidak menghasilkan

energi (Nugraha, 2014). Menurut Meesters et al. (2018) unsur K (2,05%) dan Cl

(0,38%) dapat berkolerasi menyebabkan korosif pada koversi termal, sedangkan

unsur K dan Na berkolerasi terhadap titik leleh rendah abu yang menyebabkan

slagging dan aglomerasi. Perbandingan karakteristik antara TKKS dan batu bara

tidak jauh berbeda namun kandungan abu TKKS lebih tinggi dibangdingkan

dengan batu bara, perbandingan karakteristik berdasarkan uji lab di sajikan pada

Tabel 4.

Tabel 4. Perbandingan karakteristik TKKS dan batu bara

Parameter Uji Komponen UnitNilai karakteristik (%)TKKS Batu bara

Analisaproksimat

Ash% (masakering)

4,7 1,2Volatilematter

76,5 42,1

Fixed carbon 18,8 42,3Analisa ultimasi Carbon

% (masakering)

48,0 72,0Air (H2O) 5,5 5,3Nitrogen 1,2 1,0

Sulfur 0,3 0,1Oxygen 39,8 20,2

Nilai panas HHV kJ/kg (kering) 19193,2 24410,21LHV kJ/kg (basah) 5949,7

Sumber : (Aziz, 2000).

Salah satu solusi untuk mencegah terjadinya slagging dang fouling pada dinding

dan pipa boiler dengan dilakukannya leaching (pencucian) unsur K pada TKKS

Page 35: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

19

yang juga dapat menghasilkan High yield bio-oil yang tinggi. Melissari (2014)

menyatakan bahwa salah satu parameter material kandungan abu pada sistem

pembakaran adalah sifatnya yang berhubungan dengan temperatur pada suhu

tertentu dan titik lebur dari partikel abu. Sintering dan peleburan partikel abu pada

pembakaran di tungku api serta sintering, peleburan dan aglomerasi partikel abu

pada pembakaran unggun terfluidasi merupakan proses yang penting.

Menurut Martijn (2012) sifat unsur K mudah larut dalam air sehingga metode

pencucian dengan air dapat menurunkan 90% kandungan unsur K pada TKKS dan

dapat meningkatkan hasil oil yield selama proses pirolisis dari 40% hingga lebih

dari 60%. Sedangkan menurut Abdullah et al. (2011) metode paling baik untuk

menurunkan kandungan unsur K dan kadar abu pada TKKS adalah dengan cara

merendam 100 gam TKKS berukuran sekitar 2 - 3 cm di dalam 5 liter air destilasi

pada suhu kamar selama 1 menit, dari metode tersebut di dapatkan nilai K pada

TKKS yang di cuci sebesar 2,55% dan tidak di cuci 8,61%, sedangkan nilai kadar

abu pada TKKS yang di cuci 1,15% dan tidak di cuci adalah 5,43%.

Metode lain untuk menurunkan kadar abu, kandungan unsur K dan chlorine

adalah kombinasi proses hydrothermal pada suhu 1800 C dan pencucian dengan

rasio 1:10 (biomasa/air) yang dapat dengan efektif menurunkan kadar abu hingga

82%, kandungan chlorine 71,6% dan 82% unsur K (Novianti et al., 2016). Disisi

lain pencucian dengan air keran sangat efektif dalam mengurangi kandungan

kadar abu TKKS sekitar 24,9% - 70,3% dengan cara 100 g TKKS direndam

selama 5 menit di dalam 3 l air, sedangkan metode yang baik dalam mengurangi

Page 36: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

20

90% kadar unsur K dan 98% sodium adalah TKKS yang direndam di dalam 5 l air

keran selama 30 menit (Abdullah & Sulaiman, 2013). Pencucian dengan air dapat

menurunkan secara nyata nilai kandungan unsur alkali pada biomasa rerumputan

hingga 92% kandungan unsur sodium, 62% unsur K dan 100% unsur Cl.

(Saddawi et al., 2012).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan bahwa unsur K pada TKKS

dapat di turunkan dengan berbagai macam metode yakni dengan proses pirolisis

dan kombinasi hydrothermal pada suhu tertentu dengan air pencucian, serta

dengan perendaman dengan menggunakan air keran. Pada penelitian ini

dilaksanakan metode pencucian unsur alkali pada TKKS menggunakan limbah

cair tapioka yang dapat menjadi salah satu alternatif dan ramah lingkungan. Disisi

lain limbah cair tapioka mengandung zat aditif yang dapat dimanfaatkan sebagai

pengikat unsur K dan unsur lainnya pada TKKS. Menurut Wang et al. (2012)

bahan bakar biomasa yang mengandung unsur K, Si dalam jumlah tinggi dan

sejumlah Ca, asam fosfat telah diuji sebagai aditif yang mampu mengurangi

sintering abu dan aglomerasi pada unggun dalam reaktor unggun terfluidasi.

2.4. Limbah Cair Tapioka

2.4.1. Limbah Cair Tapioka effluent Pabrik pengolahan

Indonesia merupakan negara penghasil tepung tapioka urutan ke -3 di dunia (13,3

juta ton per tahun) setelah Thailand (13,5 juta ton per tahun) dan Brazil (24,5 juta

ton per tahun) (Setyawaty et al., 2011). Provinsi Lampung adalah salah satu

daerah yang menghasilkan produksi tepung tapioka tertinggi se-Indonesia dengan

luas perkebunan yang mencapai 366.830 ha (Harjono, 2013). Proses pengolahan

Page 37: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

21

tepung tapioka di industri skala kecil meliputi kegiatan pencucian, pemarutan,

penyaringan, pemisahan residu pati, pengeringan, penjemuran dan pengemasan

(Cahyani, 2011). Tepung tapioka dihasilkan dari 20-30% dari berat ubi kayu yang

diolah, dari hasil proses pengolahan menghasilkan berbagai macam limbah yakni

limbah padat berupa onggok, tanah dan kulit, serta limbah cair yang berpotensi

menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan karena kandungan senyawa

organik yang tinggi (Roby et al., 2013).

Dari kegiatan pengolahan ubi kayu mnejadi tapioka pada industri pengolahan

dihasilkan tiga jenis limbah yakni limbah padat, limbah cair dan limbah gas, dari

ketiga jenis limbah yang dihasilkan limbah cair dihasilkan paling banyak yang

kemudian diikuti oleh limbah padat (Suroso, 2011). Banyaknya jumlah limbah

cair yang dihasilkan karena dalam proses pengolahan ubi kayu menjadi tepung

tapioka dibutuhkan air dalam jumlah yang cukup banyak yakni 6 hingga 9 m3

yang digunakan untuk pencucian ubi, perendaman dan mengekstrak pati tapioka,

(Kartasanjaya et al., 2010). Menurut Kinasih (2015) jumlah limbah cair tapioka

yang dihasilkan secara keseluruhan di Indonesia adalah 2400 juta m3 setiap

tahunnya. Limbah cair tapioka tersebut biasanya langsung dibuang ke sungai

tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu untuk menurunkan atau

menghilangkan bahan yang terkandung di dalamnya, sehingga dapat

menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan dan konflik terhadap masyakrakat

di sekitar pabrik pengolahan (Mukminin et al., 2003).

Menurut Cahyani (2011) limbah cair tapioka kaya dengan bahan organik dan

limbah padatan, sehingga tidak ada teknik atau cara yang dapat diaplikasikan

Page 38: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

22

untuk menggunakan kembali dan daur ulang air yang digunakan saat proses

produksi berlangsung. Limbah cair tapioka dapat menyebabkan pencemaran

terhadap badan perairan apabila tidak dilakukan pengolahan terlebih dahulu, hal

ini disebabkan oleh kandungan senyawa organik dan limbah padatan yang dapat

tedekomposisi sehingga menimbulkan bau yang menyengat (Cahyani, 2011).

Disisi lain kandungan unsur hara dan senyawa organik yang terkandung pada

limbah cair tapioka dapat di manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan produksi

pabrik, perkebunan dan kehidupan sehari-hari. Sehingga pengolahannya perlu

diperhatikan sesuai dengan tujuan pemanfaatannya limbah cair tapioka.

Beberapa karakteristik limbah cair tapioka keluaran pabrik pengolahan tepung

tapioka menurut Prayitno (2008) diantaranya adalah :

a. Warna

Limbah cair yang berasal dari proses pencucian berwarna putih kecoklatan

disertai suspensi dari kotoran dan kulit ubi kayu. Sedangkan limbah cair

yang berasal dari proses pemisahan pati berwarna putih kekuningan.

b. Bau

Limbah baru memiliki bau yang sama dengan bau ubi kayu, namun seiring

berjalannya waktu akan semakin menyengat apabila limbah cair di

diamkan di tempat yang tergenang karena terjadinya proses pembusukan.

c. Padatan tersuspensi

Padatan tersuspensi di dalam limbah cair tapioka cukup tinggi yakni

berkisar antara 1500 - 5000 mg/l, yang berasal dari suspensi yang

Page 39: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

23

terendapkan. Nilai padatan tersuspensi berkaitan dengan nilai BOD dan

COD nya, nilai COD pada limbah cair tapioka adalah 7000 - 30000 mg/l,

sedangkan nilai BOD adalah 3000 - 6000 mg/l.

Gambar 3. Proses pengolahan tepung tapiokaSumber : (MNLH, 2009)

Ada berbagai macam cara untuk mengolah limbah cair tapioka namun tidak

semua pelaku usaha atau industri tapioka berhasil dalam mengolah limbah cair

yang mereka produksi. Seperti yang terjadi pada industri tapioka di Lampung

Page 40: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

24

Timur meskipun dalam kombinasi bangunan dengan prinsip areobik dan

anaerobik merupakan cara yang efektif dalam mencegah pencemaran pencemaran

oleh limbah cair tapioka masih menjadi topik utama permasalahan (Azizah et al.,

2017). Pemanfaatan dan atau membuang limbah cair tapioka ke badan perairan

memiliki batasan konsentrasi kimia yang harus diperhatikan. Adewumi et al.

(2016) menyatakan bahwa limbah cair tapioka tidak diperbolehkan dibuang secara

langsung ke badan perairan, hal ini dikarenakan konsentrasi dari unsur-unsurnya

melebehi standar dari WHO (world healthy organization) dan standar baku mutu

pencemaran serta bersifat berbahaya. Karakteristik dan kandungan unsur hara

pada limbah cair tapioka disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Karakteristik limbah cair tapiokaParameter Konsentrasi (mg/l)

* ** ** (WHO standard)warna - berwarna Tidak berwarnapH 5,07 3,8 6,5-8,5N 0,19 - -P 0,18 - -K 0,58 - -Mg 0,82 - -Ca 1,48 - -Na 1,20 - -Fe 2,00 - -Cu 1,83 - -Zn 1,07 - -Cl - 2516,9 600CN - 0,17 0,05Nitrat - 470 50Total Padatan Terlarut 766 17048 2000Total Padatantersuspensi

789 3571 30

COD - 560 10BOD - 1410 10

Sumber : *(Orhue et al., 2014), ** (Adewumi et al., 2016).

Pengolahan limbah cair tapioka oleh industri merupakan solusi untuk mengurangi

pencemaran dari limbah yang mereka hasilkan, namun disisi lain hal tersebut

Page 41: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

25

adalah sebuah masalah yang terkait dengan teknologi, ekonomi, dan lokasi yang

dibutuhkan (Azizah et al., 2017). Pemerintah Republik Indonesia telah mengatur

mengenai baku mutu air limbah bagi usaha dan atau kegiatan industri tapioka

berasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI No. 05. Tahun 2014 untuk

mengurangi dan mencegah dampak pencemaran terhadap lingkungan terutama

badan perairan yang disebabkan oleh limbah cair tapioka yang disajikan pada

Tabel 6.

Tabel 6. Baku mutu air limbah bagi usaha industri tapiokaParameter Kadar Maksimum (mg/l) Beban pencemaran

Maksimum (kg/ton)BOD5 150 4,5COD 300 9TSS 100 3CN 0,3 0,009pH 6,0 - 9,0Debit limbah maksimum 30 m3 per ton produk tapioka

Sumber : (Muliawati, 2015).

Salah satu solusi yang terbaik untuk mengurangi pencemaran yang terjadi adalah

memanfaatkan limbah cair tapioka sebagai bahan pelarut pencucian unsur K

(leaching treatment) pada TKKS dan air dari hasil pencucian tersebut dapat

digunakan sebagai pupuk organik cair pada tanaman. Menurut Ningsih (2015)

kombinasi terbaik dalam meningkatkan unsur K-larut dan N-total yang terlarut

dari limbah kepala udang pada pupuk organik cair adalah 450 g/l limbah cair

tapioka dan <0,5 mm ukuran butir limbah kepala udang. Kombinasi pelarut 95%

limbah cair tapioka dan 5% asam sulfat adalah dosis optimal yang menghasilkan

kelarutan P tertinggi dari batuan fosfat (Maulida, 2014). Kelarutan yang terjadi

pada unsur K, N-total dan P disebabkan oleh asam organik yang terkandung

Page 42: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

26

dalam limbah cair tapioka merupakan kelompok asam organik yang kemampuan

pengkhelatannya lebih besar dibandingkan pengaruh asamnya (Maulida, 2014).

2.4.2. Limbah Cair Tapioka Effluent Biogas

Limbah cair tapioka dihasilkan dari 2 tahap proses yakni hasil dari proses

pengolahan tepung tapioka dan keluaran dari biogas (effluent biogas / bioreaktor),

Limbah cair tapioka effluent bioreaktor adalah hasil utama dari proses produksi

biogas, jika dibandingkan dengan limbah cair effluent nutrisi pada limbah cair

effluent kandungannya lebih tinggi (Ministry of Agriculture, Forestry and

Fisheries, 2015). Limbah cair tapioka hasil dari pengolahan memiliki potensi yang

sangat baik untuk anaerobik digestion karena memiliki kandungan organik yang

tinggi terutama gula sehingga dapat diolah menjadi bioenergi (Araujo et al., 2018).

Menurut Ribas et al. (2010) keuntungan dari irigasi menggunakan limbah cair

effluent anaerob yang di aplikasikan ke tanah dapat mengurangi dampak dari

penggunaan pupuk kimia sehingga dapat memperbaiki kualitas tanah.

Penanganan limbah cair tapioka dapat dilakukan dengan berbagai cara salah

satunya adalah dengan perlakuan anaerob dan membangun anaerob lagoon

(kolam) yang bertujuan untuk memberi perlakuan khusus pada limbah cair

sebelum dibuang ke lingkungan (Ministry of Agriculture, Forestry and Fisheries,

2015). Menurut Adiwinata (2014) terdapat 3 tahapan dalam pembentukan biogas

dari limbah cair tapioka yakni :

a. Tahap awal merupakan fermentasi pembentukan gas metan, terjadinya

perombakan senyawa organik kompleks berupa polimer (lipida,

polisakarida) menjadi senyawa yang lebih sederhana (asam lemak, gliserin

Page 43: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

27

monosakarida, disakarida dan asam amino) yang dihidrolisis oleh bakteri

hidrolitik dalam air limbah dengan menggunakan enzim ekstra seluler

b. Tahap kedua, komponen yang telah dihasilkan dari proses tahapan pertama

didegadasikan dengan melibatkan bakteri asidogenik yang menghasilkan

asam lemak volatile, alkohol, asam laktat senyawa mineral (CO2),

hidrogen (H2), amoniak (NH3) dan hidrogen sulfida (H2S).

c. Tahap ketiga, terdapat produk akhir berupa metana dan karbondioksida

yang dihasilkan dari proses metanogenesis yang melibatkan bakteri

perombak. Metana merupakan hasil dari asetat atau reduksi

karbondioksida oleh bakteri asetropik dan hidrogenotropik dengan

menggunakan hidrogen.

Gambar 4. Skema Proses fermentasi secare anaerobikSumber : (Deng et al., 2013).

Page 44: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

28

Kandungan nutrisi pada effluent biogas masih sangat tinggi, hal utama

penyebabnya adalah tidak lengkapnya perombakan bahan organik kaerena

kurangnya waktu penyimpanan dalam sistem anaerobik digester (Lembaga Dunia,

2018). Hal ini yang menyebabkan pemanfaatan dan pembuangan limbah cair

tapioka effluent biogas secara langsung ke lingkungan tidak dapat dilakukan dan

harus dilakukan sebuah perlakuan khusus untuk mencapai standar kualitas air

yang telah ditentukan seperti yang dinyatakan oleh Lembaga Dunia (2018) bahwa

kualitas limbah cair effluent anaerobik digester tidak cukup baik untuk mencapai

standar kualitas air yang dapat dibuang ke lingkungan. Limbah cair yang

dihasilkan hanya dapat digunakan atau dibuang ke lingkungan setelah mendapat

perlakuan khusus. Karakteristik limbah cair tapioka effluent biogas disajikan pada

Tabel 7.

Tabel 7. Karakteristik limbah cair tapioka effluent biogas

Paremeter Unit

*Effluent

**Effluent

***Effluent

****WHOStandar

*****Baku mutukadarmaksimum

pH - 7.79 - 7.2 6.5-8.5 6.0-9.0

BOD5 mg/l 637 385.36 119 10 150

COD mg/l 954 726.70 1070 10 300

TSS mg/l 932 3223.11 - 30 200

Sianida mg/l 14 - - 0.05 0.3

N mg/l - 188.40 210 - -

P mg/l - 69.27 226 - -

K mg/l - - 4900 - -Sumber : *(Mulyani, 2012), ** (IAE, 2015) ; (Lembaga Dunia, 2018),

*** (Iwai, 2015), ****(Adewumi et al., 2016), ****(Muliawati, 2015)

Page 45: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

29

Berdasarkan Tabel 7. bahwa limbah cair effluent biogas masih belum memenuhi

standar baku mutu kualitas air yang dapat dibuang ke badan perairan atau

dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair. Sehingga dalam pemanfaatannya harus

ditambah dengan bahan lainnya yang mampu meningkatkan kandungan nutrisi

agar mencapai nilai standar baku mutu yang dibutuhkan oleh tanaman dan tanah.

Hingga saat ini pemanfaatan limbah cair tapioka effluent biogas masih terbatas

sebagai pupuk organik cair, meskipun dalam aplikasinya dapat berdampak negatif

pada lingkungan (Eze, 2010). Menurut Iwai (2015) bahwa pemanfaatan limbah

cair tapioka sebagai pupuk harus dilakukan pengamatan secara periodik untuk

menghindari ketidak seimbangan nutrisi seperti limbah cair sebagai sumber

organisme patogen, bakteri dan virus enterik, berpotensi zat kimia yang berbahaya

seperti garam, logam berat dan surfaktan.

Memanfaatkan limbah cair tapioka sebagai bahan pelarut untuk mencuci

kandungan minereal pada TKKS merupakan pemanfaatan limbah agoindustri

dengan prinsip recycle, zero waste, dan zero emission. Sehingga proses produksi

dilakukan dengan mengacu kepada wawasan terhadap lingkungan dan pertanian

berkelanjutan (Maulida, 2014).

Page 46: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

30

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dan analisis dilakukan di Laboratorium Manajemen Pengelolaan

Limbah Agroindustri jurusan Teknologi Hasil Pertanian dan laboratotium Ilmu

Tanah Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan

laboratorium Kimia, Universitas Negeri Padang (UNP). Penelitian ini

dilaksanakan pada Bulan Maret – Mei 2019.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah wadah limbah, gayung, timer,

oven, wadah limbah, desikator, X-RF, alat tulis dan alat-alat laboratorium lainnya

untuk analisis.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair tapioka dari Desa

Sri Rejeki, Kecamatan Negeri Katon, Pesawaran dan Tandan Kosong Kelapa

Sawit dari PTPN VII dan bahan-bahan kimia untuk kebutuhan analisis.

3.3. Metode Penelitian

Percobaan ini dilaksanakan dengan dosis 1 : 40 (w/v) pada setiap perlakuan, yakni

5 g TKKS dan 200 ml limbah cair tapioka. Terdapat dua faktor yang menjadi

parameter yakni faktor pertama adalah pengukuran waktu pada metode

pencucian :

Page 47: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

31

0 menit, 5 menit, 30 mneit, 60 menit, 90 menit, 120 menit, 12 jam dan 24 jam

Faktor kedua adalah jenis limbah cair tapioka :

LCTB = Limbah cair tapioka effluent pabrik pengolahan

LCTS = Limbah cair tapioka effluent biogas

Dari perlakuan tersebut diperoleh 16 kombinasi perlakuan yang diulang sebanyak

3 kali sehingga didapat 48 satuan percobaan.

3.4. Pelaksanaan Penelitian

3.4.1. Pengambilan TKKS

TKKS diambil dari pabrik pengolahan kelapa sawit PTPN VII. Bekri, Lampung

Tengah, Provinsi Lampung, kemudian dianalisis untuk mengetahui kandungan

unsur mineral, kadar air dan kadar abu.

3.4.2 . Pengambilan Limbah Cair Tapioka

Limbah cair tapioka yang digunakan adalah limbah cair segar hasil pencucian

umbi yang mengendap dan limbah cari hasil keluaran biogas. Limbah cair tapioka

diambil dari industri tapioka yang berada di Negeri Katon, Kabupten Pesawaran,

kemudian dianalisis kandungan pH dan unsur hara-nya.

3.4.3. Perlakuan Limbah Cair Tapioka dan TKKS

Sebanyak 5 g TKKS di masukkan ke dalam wadah limbah yang berisi 200 ml air

limbah cair tapioka dengan perlakuan perendaman selama 24 jam. Kemudian

Page 48: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

32

diamati dan dilakukan analisis unsur K dan pH setiap 0 menit, 5 menit, 30 menit,

60 menit, 90 menit dan 120 menit, 12 jam dan 24 jam dengan menggunakan timer.

Limbah TKKS dari hasil perendaman di tiriskan dan kemudian di oven selama

1 X 24 jam untuk dikeringkan. Limbah TKKS yang sudah di oven kemudian di

abukan dengan menggunakan furnish selama 2 jam pada suhu 6000C. Abu limbah

TKKS tersebut di analisis menggunakan X-RF (X-ray Fluorescence) untuk

mengetahui kandungan unsur sebelum diberi perlakuan. Limbah cair tapioka hasil

perendaman di analisis nilai pH dan kandungan unsur K awal menggunakan

flamefotometer.

3.5. Peubah Pengamatan

3.5.1. Analisis Awal Limbah Cair Tapioka dan TKKS

Analisis awal limbah cair tapioka danTKKS dilakukan untuk mengetahui nilai

kandungan mineral, pH, kandungan abu dan karaktersitik lainnya.

3.5.2. Analisis Akhir Pencampuran Limbah Cair Tapioka dan TKKS

Analisis akhir dari perendaman limbah cair tapioka dan TKKS dilakukan terhadap

air limbah hasil perlakuan dan limbah TKKS untuk mengetahui perubahan

terhadap nilai kandungan mineral dan pH-nya.

3.6. Prosedur Analisis

3.6.1. Kandungan Mineral Pada TKKS (Metode X-RF)

Sampel TKKS yang sudah direndam dengan limbah cair tapioka di oven dengan

suhu 1080 C kemudian diabukan menggunakan furnace. Abu tersebut kemudian

Page 49: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

33

dianalisis menggnakan X-ray fluorescence (X-RF), untuk mengetahui perubahan

kandungan unsur - unsurnya setelah diberi perlakuan perendaman pada kedua

jenis limbah cair tapioka. Tahap pertama dilakukan pengecekan (kalibrasi) pada

beberapa standar karbon sebanyak 3 kali, kemudian sampel abu TKKS ditaruh

pada penyangga sampel yang sudah dibersihkan, selanjutnya penyagga tersebut

ditembakkan oleh X-RF untuk mengukur kadar mineral yang terkandung pada

TKKS setelah dilakukan leaching treatment.

3.6.2. Prosedur Analisis Nilai pH

Sampel limbah cair dari hasil perlakuan (perendaman dengan limbah TKKS) akan

dianalisis nilai pH nya menggunakan pH meter setiap 0, 5 menit, 30 menit, 60

menit, 90 menit dan 120 menit, 12 jam dan 24 jam. Pengamatan dilakukan untuk

mengetahui pengaruh dari hasil leaching treatment dengan perendaman

menggunakan 2 jenis limbah cair tapioka yakni effluent biogas dan effluent pabrik

pengolahan.

3.6.3. Prosedur Analisis Kadar K pada Air Limbah Sisa Leaching Treatment

Air limbah tapioka sisa leaching treatment dilakukan analisis menggunakan

metode ICP untuk mengetahui kadar unsur K pada kedua jenis limbah cair tapioka

setelah perlakuan. Tahapannya adalah (Pirdaus et al., 2018) ;

a. Preparasi sampel : 10 ml sampel air dimasukan ke labu destruksi, ditambahkan

0,2 ml HNO3 (1+1) dan 0,1 ml HCl (1+1). Kemudian di destruksi dengan

logam berat digester selama 15 menit pada suhu 95oC. Sampel didiamkan

sampai menjadi dingin. Sampel yang telah dingin kemudian disaring

Page 50: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

34

menggunakan kertas saring Whatman No.41 dan volume sampel ditepatkan

menjadi 10 ml dengan ultra pure water.

b. Preparasi Larutan Kerja Standar : Larutan kerja standar dibuat dengan teknik

pengenceran bertingkat dari multi-element standard solution 1000 mg/l yang

diencerkan dengan HNO3 1%. Konsentrasi larutan kerja standar yang

digunakan adalah 0,01; 0,05; 0,1 0,5; 1; 2,50 dan 5 mg/l.

c. Verifkasi Metode Analisis : Parameter linieritas ditentukan dengan mengukur

larutan kerja standar dengan rentang konsentrasi 0,01 – 5 mg/l. Kemudian

membuat kurva kalibrasi dengan memplot intensitas terhadap konsentrasi

standar sehingga diperoleh koefisien regresi dari kurva kalibrasi. Parameter

presisi dihitung menggunakan teknik repeatabilty. Satu larutan sampel diukur

sebanyak 8 kali. Teknik spiking sampel digunakan untuk menentukan

parameter akurasi. Sebanyak 5 ml larutan standar 25 mg/l dipipet ke labu 100

ml, ditambahkan sampel sampai batas miniskus dan dihomogenkan. Larutan

spiking ini dilakukan destruksi seperti sampel sebanyak 8 kali. Batas deteksi

(LoD) dan batas kuantifikasi (LoQ) ditentukan dengan menggunakan sampel

dengan konsentrasi kecil yang diukur sebanyak 6 kali.

Page 51: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

71

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Leaching treatment dengan perendaman TKKS di dalam limbah cair

tapioka effluent pabrik pengolahan selama 30 menit efektif dan lebih cepat

dalam menurunkan kadar abu hingga 81% dari 5.97% menjadi 1.13%,

menurunkan unsur K hingga 69% dari 67.04% menjadi 20.72%.

2. Leaching treatment dengan perendaman TKKS di dalam limbah cair

tapioka effluent pabrik pengolahan dan effluent biogas sangat efektif dalam

menurunkan unsur Cl hingga 96% dari 8.53% menjadi 0.31% yang

merupakan perlakuan pada perendaman selama 90 menit dalam limbah

cair tapioka effluent pabrik pengolahan.

3. Leaching treatment dengan perendaman TKKS di dalam limbah cair

tapioka effluent pabrik pengolahan dan effluent biogas tidak cukup efektif

dalam menurunkan unsur Ca, Mg dan Si.

4. Leaching treatment dengan perendaman TKKS di dalam limbah cair

tapioka effluent pabrik pengolahan dan effluent biogas tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap nilai pH pada kedua jenis limbah cair tapioka.

Page 52: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

72

5.2. Saran

Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah perlakuan dalam proses

leaching treatment yakni menaikkan suhu diatas suhu ruang, memperkecil ukuran

TKKS dan menambah rasio cairan pelarut, agar kandungan unsur alkali dan alkali

tanah penyusun abu utama yang terdapat pada TKKS dapat larut ke dalam limbah

cair tapioka.

Page 53: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

73

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, N. dan Sulaiman, F. 2013. The Properties of the Washed Empty FruitBunches of Oil Palm. Journal of Physical Science, 24(2): 117–137.

Abdullah, N., Sulaiman, F. dan Gerhauser, H. 2011. Characterisation of Oil PalmEmpty Fruit Bunches for Fuel Application. Journal of Physical Science,22(1): 1–24.

Adewumi, J.R., Babatola, J.O. dan Olayanju, O.K. 2016. The Impact of CassavaWastewater from Starch Processing Industry on Surrounding Soil: A CaseStudy of Matna Foods Industry, Ogbese. Journal of Engineering andTechnology, 1(1): 31–36.

Adiwinata, F. 2014. Potensi Emisi Gas Rumah Kaca Dari Air Limbah IndustriTapioka Rakyat (ITTARA). http://digilib.unila.ac.id/6072/ 1 September2019.

Andarini, N., Haryati, T. dan Yulianti, R. 2018. Pemurnian Silikon (Si) HasilReduksi Silika dari Fly Ash Batubara. Jurnal Berkala Sainstek, 6(1): 49.

Anggraini, S. 2017. Efektivitas Abu Tandan Kosong Kelapa Sawit UntukMenurunkan BOD dan COD dari Limbah Cair Pabrik Kelapa SawitPadang Tualang Tahun 2017. skripsi. Medan: Unversitas Sumatra Utara.http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1630 2 September 2019.

Araujo, I.R.C., Gomes, S.D., Tonello, T.U., Lucas, S.D., Mari, A.G. dan Vargas,R.J. de. 2018. Methane Production From Cassava Starch Wastewater inPacked-Bed Reactor And Continuous Flow. Journal Engenharia Agrícola,38(2): 270–276.

Arvelakis, S., Gehrmann, H., Beckmann, M. dan Koukios, E.G. 2002. Effect ofLeaching on The Ash Behavior of Olive Residue During Fluidized BedGasification. Jurnal Biomass and Bioenergy, 22(1): 55–69.

Aziz, A. 2000. Investigasi Pengaruh Pemanfaatan Tandan Buah Kosong SebagaiBahan Bakar Boiler Terhadap Pembentukan Gas Rumah Kaca. JurnalTeknologi Lingkungan, 1(2): 176–183.

Azizah, R.N., Slamet, A. dan Yuniarto, A. 2017. Evaluasi Instalasi PengolahanAir Limbah Industri Tapioka Di Kabupaten Lampung Timur. IPTEKJournal of Proceedings Series, 3(5).http://iptek.its.ac.id/index.php/jps/article/view/3126 1 September 2019.

BPS. 2017. Statistik Kelapa Sawit Indonesia. Badan Pusat Statistik.

Page 54: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

74

BPS Provinsi Lampung. 2010. Lampung Dalam Angka.https://lampung.bps.go.id/publication/2010/12/22/999c7bd669b289341bc03bc4/provinsi-lampung-dalam-angka-tahun-2010.html 4 September 2019.

Cahyani, F.N. 2011. Tapioca Waste Water for Electricity Generation in MicrobialFuel Cell (MFC) System. 2nd International Conference on EnvironmentalScience and Technology IPCBEE, 6: 218–220.

Clery, D.S., Mason, P.E., Rayner, C.M. dan Jones, J.M. 2018. The Effects of anAdditive on The Release Of Potassium in Biomass Combustion. JournalFuel, 214: 647–655.

Demirbas, A. 2005. Potential Applications of Renewable Energy Sources,Biomass Combustion Problems in Boiler Power Systems and CombustionRelated Environmental Issues. Journal Progress in Energy andCombustion Science, 31(2): 171–192.

Deng, L., Zhang, T. dan Che, D. 2013. Effect of Water Washing on FuelProperties, Pyrolysis and Combustion Characteristics, and Ash Fusibilityof Biomass. Jorunal Fuel Processing Technology, 106: 712–720.

Deraman, M., Omar, R., Zakaria, S., Mustapa, I.R., Talib, M., Alias, N. dan Jaafar,R. 2002. Electrical and Mechanical Properties of Carbon Pellets FromAcid (HNO3) Treated Self-Adhesive Carbon Grain from Oil Palm EmptyFruit Bunch. Journal of Materials Science, 37(16): 3329–3335.

Duff, M.C., Mason, C.F.V. dan Hunter, D.B. 1998. Comparison of acid and baseleach for the removal of uranium from contaminated soil and catch-boxmedia. Canadian Journal of Soil Science, 78(4): 675–683.

Eze, J.I. 2010. Converting Cassava (Manihot spp) Waste from Gari ProcessingIndustry to Energy and BioFertilizer. Global Journal of Researches inEngineering, 10(4): 113–117.

Faisal, M., A. Taleb, M. & Nizar, M. 2010. Pemanfaatan Tandan Kosong KelapaSawit Sebagai Sumber Energi Di Propinsi Aceh Dalam Skema CleanDevelopment Mechanism. In Seminar Nasional Masyarakat PerkelapaSawitan Indonesia MAKSI 2010. 12.

Fauziah, S., Abdullah, N., Heiko, G. dan Shariff, A. 2010. A Perspective of OilPalm and Its Wastes. Journal of Physical Science, 21(1): 67–77.

Gonçalves, C.A., Tran, H., Braz, S., Puig, F.M. dan Shenassa, R. 2008. Chlorideand potassium removal efficiency of an ash leaching system. Pulp &Paper Canada, 109(3): 33–38.

Page 55: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

75

Hambali, E. dan Rivai, M. 2017. The Potential of Palm Oil Waste Biomass inIndonesia in 2020 and 2030. IOP Conference Series: Earth andEnvironmental Science, 65: 012050.

Harjono, Y. 2013. Lampung Penghasil Ubi Kayu Terbesar di Tanah Air.https://regional.kompas.com/read/2013/02/04/20192019/Lampung.Penghasil.Ubi.Kayu.Terbesar.di.Tanah.Air 1 September 2019.

Hayashi, K. 2007. Environmental Impact of Palm Oil Industry in Indonesia. InProceeding of International Symposium on Eco Topia Science 2007(ISET07). 646–651.https://www.researchgate.net/publication/237697686_Environmental_Impact_of_Palm_Oil_Industry_in_Indonesia 30 August 2019.

Hensgen, F. dan Wachendorf, M. 2018. Aqueous Leaching Prior to DewateringImproves the Quality of Solid Fuels from Grasslands. Journal Energies,11(4): 846.

IAE. 2015. Agro-ecology Learning alliance in South East Asia. https://ali-sea.org/alisea-member/institute-for-agricultural-environment-iae/ 1September 2019.

Iwai, C.B. 2015. Reuse of Wastewater from Cassava Industry for Napier GrassProduction. International Journal of Environmental and RuralDevelopment, 6(2): 42–47.

Kartasanjaya, S., Hastuti, E.T. dan Karyadi. 2010. Pengaruh Penerapan SistemSirkulasi Air Proses Industri Tapioka Pada Produk Dan Beban Cemaran.Jurnal Agromedia, 28(2): 38–45.

Kim, S., Park, J.M., Seo, J.-W. dan Kim, C.H. 2012. Sequential Acid-/Alkali-Pretreatment of Empty Palm Fruit Bunch Fiber. Journal BioresourceTechnology, 109: 229–233.

Kinasih, P.A. 2015. Kajian Limbah Cair Tapioka Dengan TeknikElektrokoagulasi (Studi Kasus Industri Tapioka Ngemplak Kidul, Pati,Jawa Tengah). Skripsi. Fakultas Teknik UNISSULA.http://repository.unissula.ac.id/3245/ 1 September 2019.

Kusumaningrum, W.B. dan Munawar, S.S. 2014. Prospect of Bio-pellet as anAlternative Energy to Substitute Solid Fuel Based. Journal EnergyProcedia, 47: 303–309.

Lembaga Dunia. 2018. Sustainability of Biogas and Cassava-Based Ethanol ValueChains in Viet Nam - Internationale Klimaschutzinitiative (IKI). FederalMinistry for The Environment, Nature Conservation, and Nuclear Safety.https://www.international-climate-initiative.com/en/infotheque/publications/publications-

Page 56: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

76

detail/article/sustainability_of_biogas_and_cassava-based_ethanol_value_chains_in_viet_nam/ 1 September 2019.

Martijn, A. 2012. Design of a Pretreatment Installation For The Washing ofEmpty Fruit Bunches at a Palm Oil Mill. report internship. Netherland:Bimass to liquid. https://essay.utwente.nl/62555/ 1 September 2019.

Masrur, Irmansyah dan Irzaman. 2013. Optimasi Kelajuan Pemanasan PadaEkstraksi Silikon Dioksida (SiO2) Dari Sekam Padi. Jurnal Biofisika,9(2): 13–20.

Maulida, R. 2014. Peningkatan Fosfat Larut Dengan Berbagai Campuran LimbahCair Insutri Tapioka dan Asam Sulfat Pada Waktu Inkubasi Berbeda.Skripsi. Lampung: Universitas Lampung.

Meesters, K., Elbersen, W., Van der Hoogt, P. dan Hristov, H. 2018. Biomass pre-treatment for Bioenergy. IEA Bioenergy.

Melissari, B. 2014. Ash Related Problems With High Alkalii Biomass and ItsMitigation - Experimental Evaluation. Memoria Investigaciones enIngeniería,: 31–44.

Ministry of Agriculture, Forestry and Fisheries. 2015. Cassava Handbook. China-Cambodia-UNDP Trilateral Cooperation Cassava Project Phase II.Website: http://www.maff.gov.kh.

MNLH. 2009. Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Pengolahan Aliran Material(Karbon) Pada Kolam Anaerobik Instalasi Pengolahan Air LimbahIndustri Tapioka Dengan Kapasitas 100 Ton. fdokumen.com.https://fdokumen.com/document/pedoman-pengelolaan-limbah-industri-pengolahan-315-aliran-material-karbon.html 2 September 2019.

Mukminin, A., Wignyanto dan Hidayat, N. 2003. Perencanaan Unit PengolahanLimbah Cair Tapioka Dengan Sistem Up-Flow Anaerobic Sludge Blanket(UASB) untuk Industri Skala Menangah. Jurnal Teknik Pertanian, 4(2):91–107.

Muliawati, W. 2015. Potensi Limbah Cair Organik Tapioka Sebagai PenghasilEnergi Listrik Menggunakan Karbon Cloth Pada Sistem Microbial FuelCells (MFCS) Double Chamber Dengan Variasi Konsentrasi KatolitKmNO4. Skripsi. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.http://digilib.uin-suka.ac.id/16285/ 2 September 2019.

Mulyani, H. 2012. Pengaruh Pre-Klorinasi dan Pengaturan pH Terhadap ProsesAklimatisasi dan Penurunan COD Pengolahan Limbah Cair TapiokaSistem Anaerobic Baffled Reactor. Tesis. Universitas Diponegoro.http://eprints.undip.ac.id/36597/ 2 September 2019.

Page 57: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

77

Muslih, A.M., Zakaria, W.A. dan Kasymir, E. 2013. Faktor-faktor yangMempengaruhi Ekspor CPO Provinsi Lampung. Jurnal Ilmu-IlmuAgribisnis, 1(2). http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/view/2342 September 2019.

Ningsih, L.M. 2015. Pengaruh Pemberian Limbah Kepala Udang TerhadapPeningkatan Kandungan N, P, K dan pH Limbah Cair Tapioka SebagaiPupuk Organik Cair. http://digilib.unila.ac.id/11538/ 2 September 2019.

Novianti, S., Zaini, I.N., Nurdiawati, A. dan Yoshikawa, K. 2016. Low PotassiumContent Pellet Production by Hydrothermal-Washing Co-Treatment -IARAS. International Journal of Chemistry and Chemical EngineeringSystems, 1: 28–38.

Nugraha, E.A. 2014. Karakteristik Pelet Campuran Tandan Kosong KelapaSawit :(Elaeis guineensis jacq.) dan Arang. Skripsi. Bogor: IPB.http://repository.ipb.ac.id/xmlui/handle/123456789/70576 2 September2019.

Orhue, E.R., Imasuen, E.E. dan Okunima, D.E. 2014. Effect of Cassava MillEffluent on Some Soil Chemical Properties and The Growth of FlutedPumpkin (Telfairia Occidentalis Hook F.). Journal of Applied and NaturalScience, 6(2): 320–325.

Pirdaus, P., Rahman, M., Rinawati., Juliasih, N. L. G. R., Pratama, A., danKiswandono A. 2018. Verifikasi Metode Analisis Logam Pb, Cd, Cr, Cu,Ni, Co, Fe, Mn dan Ba Pada Air Menggunakan Inductivly CoupledPlasma-Optical Emission Spectrometer (ICP-OES). Analit ; Analytical andEnvironmental Chemistry, 3 (1) ; 1-10.

Pramandiri, T.H. 2012. Pengaruh Pelindian Terhadap Ketersediaan Kalsium (Ca)dan Magnesium (Mg) Pada Material Vulkanik Hasil Erupsi GunungBerapi. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Prameswari, W.A. 2017. Analisa Pembentukan Slagging Dan FoulingPembakaran Batubara Pada Boiler B 0201b Pabrik 3 Unit Ubb Di PT.Petrokimia Gresik. Skripsi. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.http://repository.its.ac.id/2808/ 2 September 2019.

Prasetyani, M. dan Miranti, E. 2004. Potensi dan Prospek Bisnis Kelapa SawitIndonesia. Scribd. https://id.scribd.com/document/39664179/197-Potensi 4September 2019.

Pratama, A.M. 2019. Gapki: Produksi CPO di 2018 Memecahkan Rekor. GAPKI :Produksi CPO di 2018 Memecahkan Rekor.https://ekonomi.kompas.com/read/2019/02/06/172400626/gapki--produksi-cpo-di-2018-memecahkan-rekor 30 September 2019.

Page 58: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

78

Prayitno, T.H. 2008. Pemisahan Padatan Tersuspensi Limbah Cair TapiokaDengan Teknologi Membran Sebagai Upaya Pemanfaatan danPengendalian Pencemaran Lingkungan Studi Kasus : Desa Sidomukti Kec.Margoyoso Kab. Pati. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:http://eprints.undip.ac.id/24692/ 2 September 2019.

Prihatinningtyas, E. dan Effendi, A. 2018. Karakterisasi Ekstrak Tapioka danTapioka Ionik sebagai Biokoagulan dalam Proses Pengolahan Air. JurnalTeknologi Lingkungan, 19: 165.

Purwaningsih, I. dan Supriyanto, S. 2017. Pengaruh Jumlah Pencucian Berasdengan Kadar Klorin. Jurnal Laboratorium Khatulistiwa, 1(1): 89–93.

Ribas, M.M.F., Cereda, M.P. dan Villas Bôas, R.L. 2010. Use Of CassavaWastewater Treated Anaerobically With Alkaline Agents as Fertilizer ForMaize (Zea Mays L.). Brazilian Archives of Biology and Technology,53(1): 55–62.

Roby, R.H., Nurrokhim, A., Soewarno, N. dan Nurkhamidah, S. 2013. ProduksiBiogas Dari Limbah Cair Industri Tepung Tapioka Dengan ReaktorAnaerobik 3.000 Liter Berdistributor. Jurusan Teknik Kimia, 2(1): 1–5.

Royani, A. dan Subagja. 2019. Ekstraksi Kalsium Dari Bijih Dolomit TerkalsinasiMenggunakan Pelarutan Asam Klorida. Jurnal Teknologi Mineral danBatubara, 15(1): 13–22.

Saddawi, A., Jones, J.M., Williams, A. dan Le Coeur, C. 2012. Commodity Fuelsfrom Biomass through Pretreatment and Torrefaction: Effects of MineralContent on Torrefied Fuel Characteristics and Quality. Jorunal Energy &Fuels, 26(11): 6466–6474.

Sano, T., Miura, S., Furusawa, H., Kaneko, S., Yoshida, T., Nomura, T. danOhara, S. 2013. Composition of Inorganic Elements and The LeachingBehavior of Biomass Combustion Ashes Discharged From Wood PelletBoilers in Japan. Journal of Wood Science, 59(4): 307–320.

Sapei, L., Padmawijaya, K.S., Sutejo, A. dan Theresia, L. 2015. KarakterisasiSilika Sekam Padi Dengan Variasi Temperatur Leaching MenggunakanAsam Asetat. Jurnal Teknik Kimia, 9(2): 38-43–43.

Setiawan, S.R.D. 2018. Tahun 2017, Produksi Minyak Sawit Indonesia Naik 18Persen. KOMPAS.com.https://ekonomi.kompas.com/read/2018/01/30/160213126/tahun-2017-produksi-minyak-sawit-indonesia-naik-18-persen 4 September 2019.

Page 59: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

79

Setyawaty, R., Katayama-Hirayama, K., Kaneko, H. dan Hirayama, K. 2011.Current Tapioca Starch Wastewater (TSW) Management in Indonesia.World Applied Sciences Journal, 14: 658–665.

Sidarta, A. 2017. Kaji Karakteristik Penumpukan Abu Pada Boiler BerbahanBakar Campuran Serabut dan Cangkang Sawit. ETD Unsyiah.http://etd.unsyiah.ac.id/index.php?p=show_detail&id=36553 2 September2019.

Somrat Kerdsuwan dan Krongkaew Laohalidano. 2011. Renewable Energy fromPalm Oil Empty Fruit Bunch. In Majid Nayeripour, ed. Renewable Energy- Trends and Applications.InTech.http://www.intechopen.com/books/renewable-energy-trends-and-applications/renewable-energy-from-palm-oil-empty-fruit-bunch 3September 2019.

Sudiyani, Y., Styarini, D., Triwahyuni, E., Sudiyarmanto, Sembiring, K.C.,Aristiawan, Y., Abimanyu, H. dan Han, M.H. 2013. Utilization ofBiomass Waste Empty Fruit Bunch Fiber of Palm Oil for BioethanolProduction Using Pilot–Scale Unit. Journal Energy Procedia, 32: 31–38.

Suroso, E. 2011. Model Proses Produksi Industri Tapioka Ramah LingkunganBerbasis Produksi Bersih (Studi Kasus di Provinsi Lampung). Disertasi.Bogor: IPB.

Susanto, J.P., Santoso, A.D. dan Suwedi, N. 2017. Perhitungan Potensi LimbahPadat Kelapa Sawit untuk Sumber Energi Terbaharukan dengan MetodeLCA. Jurnal Teknologi Lingkungan, 18(2): 165–172.

Udoetok, I. 2012. Characterization of Ash made from Oil Palm Empty FruitBunches (OEFB). International Journal of Environmental Sciences, 3:518–524.

Wang, L., Hustad., J.E., Skreiberg., O., Skjevrak., G. dan Gronli., M. 2012. ACritical Review on Additives to Reduce Ash Related Operation Problemsin Biomass Combustion Applications. Journal Energy Procedia, 20: 20–29.

Wijono, A. 2014. PLTU Biomasa Tandan Kosong Kelapa Sawit Studi Kelayakandan Dampak Lingkungan. Simposium Nasional RAPI XIII - 2014 FT UMS.http://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/11617/5492 4 September 2019.

Wuryanti, Sri. 2016. Neraca Massa dan Energi. Politeknik Negeri Bandung.

Yoshikawa, K. 2017. Potassium-Free Solid Fuel Production From Palm EmptyFruit Bunch By Hydrothermal Treatment. Journal DEStech Transactionson Environment, Energy and Earth Sciences, (eesd). http://dpi-proceedings.com/index.php/dteees/article/view/11969 4 September 2019.

Page 60: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENCUCIAN KANDUNGANdigilib.unila.ac.id/59340/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, keberadaannya yang

80

Yukamgo, E. dan Yuwono., N.W. 2007. Peran Silikon Sebagai Unsur BermanfaatPada Tanaman Tebu. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan, 7(2): 103–116.

Zevenhoven, M., Yrjas, P. dan Hupa, M. 2010. Ash-Forming Matter and Ash-Related Problems. In M. Lackner, F. Winter, & A. K. Agarwal, eds.Handbook of Combustion. Weinheim, Germany: Wiley-VCH VerlagGmbH & Co. KGaA: hoc068.http://doi.wiley.com/10.1002/9783527628148.hoc068 4 September 2019.

Zhang, M. dan Wu, H. 2015. Leaching Characteristics of Alkali and AlkalineEarth Metallic Species from Biochar by Bio-oil Model Compounds.Energy & Fuels, 29(4): 2535–2541.