PENGEMBANGAN STRATEGI KEAMANAN MARITIM DALAM...

13
Prosiding Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan IV 2018 Swiss-Belinn, Tunjungan-Surabaya 05 September 2018 25 PENGEMBANGAN STRATEGI KEAMANAN MARITIM DALAM MENGHADAPI ANCAMAN WILAYAH LAUT SEBAGAI DAMPAK PERKEMBANGAN KAWASAN A. K. Susilo 1* , Udi Subakti CM 2 , I Nengah Putra A 3 , Ahmadi 3 , Okol Sri Suharyo 3 1,3 Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut, STTAL, Bumimoro, Morokrembangan, Surabaya 60187, Jawa Timur. 2 Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Keputih, Surabaya. *Corresponding author e-mail: [email protected] ABSTRAK Perkembangan ekonomi Indonesia dan kawasan regional memberikan efek pada keamanan nasional, termasuk sektor keamanan maritim. Indonesia memiliki tantangan untuk mengelola keamanan maritim dengan berbagai dimensi termasuk perspektif pertahanan dan keamanan. Tujuan dari makalah ini adalah memberikan analisis pengembangan strategi keamanan maritim nasional untuk menghadapi ancaman keamanan maritim nasional. Makalah ini menggunakan pendekatan SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) dan Interpretative Structural Modeling (ISM). Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal dalam keamanan maritim nasional, dan perumusan strategi. Metode ISM digunakan untuk penentuan prioritas strategi serta model implementasi strategi. Berdasarkan analisis SWOT dan metode ISM, didapatkan 9 faktor kekuatan dan kelemahan yang terkait dengan faktor internal. Kemudian didapatkan 9 faktor ancaman dan peluang terkait dengan kondisi eksternal. Hal juga telah merumuskan 13 elemen strategi beserta 8 level prioritas elemen strategi implementasi dalam penanganan keamanan laut nasional. Manfaat dari makalah ini adalah sebagai literatur untuk aktor maritim Indonesia tentang strategi keamanan maritim. Makalah ini juga diharapkan dapat memberikan studi akademis untuk keamanan maritim dalam konteks pengembangan strategi. Kata Kunci : Keamanan Maritim, Analisis Strategi; Analisis SWOT, Interpretative Structural Modeling (ISM). PENDAHULUAN Saat ini, Asia Pasifik merupakan bagian dari wilayah didunia yang diprediksi menjadi bagian dari sejarah terbesar politik dan ekonomi dunia pada abad 21 (Rumley, 2005). Kebangkitan ekonomi Asia masih dipimpin oleh dua negara, yaitu China dan India (Valli & Saccone, 2015). Negara-negara ini memiliki sumber daya manusia terbesar dan pasar potensial terbesar di dunia. Menurut Global Trend 2030, peta negara-negara di dunia akan berubah pada 2030 (Phillips, 2008). Asia akan mengambil alih Amerika Utara dan Eropa dalam hal kekuatan global, terutama berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB), jumlah penduduk, alokasi militer, dan investasi dalam teknologi (Espas, 2011). Dalam proyeksi ini, Indonesia diprediksi sebagai salah satu negara yang akan mengalami peningkatan kekuatan yang muncul pada tahun 2030 (McKinsey, 2012). Perkembangan ekonomi Indonesia dan kawasan regional memberikan efek pada keamanan nasional, termasuk sektor keamanan maritim. Sebagai salah satu negara ASEAN, Indonesia menjadikan perairan teritorial sebagai peran penting dalam mode konektivitas untuk Asia Pasifik (Heiduk, 2016). Dengan posisinya sebagai jalur transportasi perdagangan dan maritim (Manurung, 2016), Indonesia memiliki tantangan untuk mengelola keamanan maritim dengan berbagai dimensi termasuk perspektif pertahanan dan keamanan. Tujuan dari makalah ini adalah memberikan analisis pengembangan strategi keamanan maritim nasional untuk menghadapi ancaman keamanan maritim nasional. Makalah ini menggunakan pendekatan SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) dan Interpretative Structural Modeling (ISM). Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal pada keamanan maritim nasional, dan perumusan strategi. Metode ISM digunakan untuk penentuan prioritas strategi serta model implementasi strategi.

Transcript of PENGEMBANGAN STRATEGI KEAMANAN MARITIM DALAM...

Page 1: PENGEMBANGAN STRATEGI KEAMANAN MARITIM DALAM …ilmukelautan.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2019/02/Susilo-et... · Menurut Global Trend 2030, peta negara-negara di dunia akan

Prosiding Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan IV 2018 Swiss-Belinn, Tunjungan-Surabaya 05 September 2018

25

PENGEMBANGAN STRATEGI KEAMANAN MARITIM DALAM MENGHADAPI

ANCAMAN WILAYAH LAUT SEBAGAI DAMPAK PERKEMBANGAN KAWASAN

A. K. Susilo 1*, Udi Subakti CM 2, I Nengah Putra A 3, Ahmadi 3, Okol Sri Suharyo 3

1,3 Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut, STTAL, Bumimoro, Morokrembangan, Surabaya 60187, Jawa Timur.

2Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Keputih, Surabaya.

*Corresponding author e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Perkembangan ekonomi Indonesia dan kawasan regional memberikan efek pada keamanan nasional, termasuk sektor keamanan maritim. Indonesia memiliki tantangan untuk mengelola keamanan maritim dengan berbagai dimensi termasuk perspektif pertahanan dan keamanan. Tujuan dari makalah ini adalah memberikan analisis pengembangan strategi keamanan maritim nasional untuk menghadapi ancaman keamanan maritim nasional. Makalah ini menggunakan pendekatan SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) dan Interpretative Structural Modeling (ISM). Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal dalam keamanan maritim nasional, dan perumusan strategi. Metode ISM digunakan untuk penentuan prioritas strategi serta model implementasi strategi. Berdasarkan analisis SWOT dan metode ISM, didapatkan 9 faktor kekuatan dan kelemahan yang terkait dengan faktor internal. Kemudian didapatkan 9 faktor ancaman dan peluang terkait dengan kondisi eksternal. Hal juga telah merumuskan 13 elemen strategi beserta 8 level prioritas elemen strategi implementasi dalam penanganan keamanan laut nasional. Manfaat dari makalah ini adalah sebagai literatur untuk aktor maritim Indonesia tentang strategi keamanan maritim. Makalah ini juga diharapkan dapat memberikan studi akademis untuk keamanan maritim dalam konteks pengembangan strategi. Kata Kunci : Keamanan Maritim, Analisis Strategi; Analisis SWOT, Interpretative Structural Modeling (ISM).

PENDAHULUAN

Saat ini, Asia Pasifik merupakan bagian dari wilayah didunia yang diprediksi menjadi bagian dari sejarah terbesar politik dan ekonomi dunia pada abad 21 (Rumley, 2005). Kebangkitan ekonomi Asia masih dipimpin oleh dua negara, yaitu China dan India (Valli & Saccone, 2015). Negara-negara ini memiliki sumber daya manusia terbesar dan pasar potensial terbesar di dunia. Menurut Global Trend 2030, peta negara-negara di dunia akan berubah pada 2030 (Phillips, 2008). Asia akan mengambil alih Amerika Utara dan Eropa dalam hal kekuatan global, terutama berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB), jumlah penduduk, alokasi militer, dan investasi dalam teknologi (Espas, 2011). Dalam proyeksi ini, Indonesia diprediksi sebagai salah satu negara yang akan mengalami peningkatan kekuatan yang muncul pada tahun 2030 (McKinsey, 2012). Perkembangan ekonomi Indonesia dan kawasan regional memberikan efek pada keamanan nasional, termasuk sektor keamanan maritim. Sebagai salah satu negara ASEAN, Indonesia menjadikan perairan teritorial sebagai peran penting dalam mode konektivitas untuk Asia Pasifik (Heiduk, 2016). Dengan posisinya sebagai jalur transportasi perdagangan dan maritim (Manurung, 2016), Indonesia memiliki tantangan untuk mengelola keamanan maritim dengan berbagai dimensi termasuk perspektif pertahanan dan keamanan. Tujuan dari makalah ini adalah memberikan analisis pengembangan strategi keamanan maritim nasional untuk menghadapi ancaman keamanan maritim nasional. Makalah ini menggunakan pendekatan SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) dan Interpretative Structural Modeling (ISM). Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal pada keamanan maritim nasional, dan perumusan strategi. Metode ISM digunakan untuk penentuan prioritas strategi serta model implementasi strategi.

Page 2: PENGEMBANGAN STRATEGI KEAMANAN MARITIM DALAM …ilmukelautan.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2019/02/Susilo-et... · Menurut Global Trend 2030, peta negara-negara di dunia akan

Prosiding Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan IV 2018 Swiss-Belinn, Tunjungan-Surabaya 05 September 2018

26

Manfaat dari makalah ini adalah sebagai literatur untuk aktor maritim Indonesia tentang strategi keamanan maritim. Makalah ini juga diharapkan dapat memberikan studi akademis untuk keamanan maritim dalam konteks pengembangan strategi. Terdapat beberapa literatur penelitian tentang keamanan maritim, antara lain Chapsos dan Malcolm (2017) yang menjelaskan tentang analisis kebutuhan pelatihan pemain kunci keamanan maritim Indonesia, yang mempertimbangkan bagaimana kemampuan keamanan maritim di Indonesia dapat ditingkatkan. Zhang (2014) menyajikan beberapa hambatan dalam studi risiko maritim dan mengatasi ketidakpastian transportasi laut. Klimov (2015) menjelaskan tentang definisi bahaya dan ancaman di wilayah maritim. Bateman (2010) menyajikan efek ancaman Asia Pasifik terhadap keamanan maritim di Asia Tenggara. Matthews (2016) menyajikan tentang tanggapan Indonesia dalam menolak dan menerima kerja sama multilateral di Selat Malaka untuk membangun stabilitas keamanan maritim. Ramadhani (2015) menyajikan tentang meningkatkan kerja sama untuk semua aktor di sektor maritim, untuk mengurangi kemungkinan persaingan kekuatan yang semakin memburuk. Lin dan Gertner (2015) menyatakan bahwa wilayah maritim memberikan risiko unik dengan solusi berbeda pada proyeksi negara dan berbasis lahan.

MATERI DAN METODE

Keamanan Laut Nasional Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan garis pantai sekitar 81.000 km (Astor, et al., 2014). Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau dan wilayah lautnya (Akhira, et al., 2015) meliputi 5,8 juta km² atau sekitar 80% dari total wilayah Indonesia (Hozairi, et al., 2012). Keamanan maritim dipengaruhi oleh tindakan dan pola interaksi antara aktor yang terlibat. Konsep keamanan maritim terletak di antara dua gagasan: 1) kelompok menggunakan kerangka keamanan tradisional, 2) kelompok menggunakan kerangka kerja non-tradisional (Saragih et al., 2016)

Peran strategis Indonesia dan kesadaran akan pentingnya laut untuk memperbaiki perekonomian merupakan sebuah kebutuhan mendesak bagi Indonesia sehingga membutuhkan konsep maritim yang akan membawa perekonomian Indonesia kuat. Maritim sendiri merupakan sebuah sistem yang menghubungkan denyut nadi global negara-negara di dunia dan menjadi jalan terpenting dalam kelangsungan perekonomian global. Berdasarkan kepentingan tersebut, posisi strategis Indonesia dapat dikategorikan dalam 4 (empat) kelompok besar, antara lain: 1) Indonesia sebagai posisi silang yang strategis (strategic Junction); 2) Indonesia sebagai lahan perikanan yang srategis (strategic fishing ground); 3) Indonesia sebagai potensi bisnis yang strategis (strategic potential bussiness); 4) Indonesia sebagai partner kunci yang strategis (Putra, et al., 2017). Makna laut bagi bangsa Indonesia memiliki empat makna yang strategis, yaitu : 1) sebagai sumber daya alam dan media perekonomian nasional; 2) sebagai sarana pemersatu bangsa; 3) sebagai media pertahanan; 4) sebagai media perhubungan. Perairan Indonesia strategis untuk kegiatan komersial, seperti penangkapan ikan, peletakan kabel kapal selam dan jaringan pipa, eksploitasi minyak dan gas bumi dan melakukan penelitian ilmiah. Namun, lokasi dan wilayah perairan yang berada dalam wilayah yurisdiksi Indonesia telah membawa negara ini ke berbagai ancaman maritim (Puspitawati, 2017). Menurut Buerger, ada tiga bidang untuk mengidentifikasi konsep keamanan maritim, seperti: 1) Matriks keamanan maritim, 2) kerangka "sekuritisasi", yang menyediakan sarana untuk memahami bagaimana berbagai ancaman dimasukkan dalam keamanan maritim, 3) teori praktik keamanan dengan mengusulkan untuk memahami tindakan apa yang dilakukan dalam dimensi keamanan maritim (Bueger, 2015). Dimensi keamanan nasional bergantung pada perspektif tradisional yang memandang keamanan nasional sebagai upaya untuk melindungi keberlanjutan negara. Oleh karena itu, Sea Power diwakili oleh TNI-AL sebagai kekuatan dominan di maritim. Dengan demikian, keamanan maritim identik dengan penggunaan kekuatan angkatan laut (Putra, et al., 2017). Ada beberapa ancaman terhadap keamanan maritim, seperti; 1) ancaman kekerasan (pembajakan, sabotase, dan objek-objek penting teror); 2) ancaman navigasi; 3) ancaman sumber daya, seperti kerusakan dan pencemaran laut dan ekosistemnya; 4) ancaman kedaulatan (Poerwowidagdo, 2015).

Page 3: PENGEMBANGAN STRATEGI KEAMANAN MARITIM DALAM …ilmukelautan.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2019/02/Susilo-et... · Menurut Global Trend 2030, peta negara-negara di dunia akan

Prosiding Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan IV 2018 Swiss-Belinn, Tunjungan-Surabaya 05 September 2018

27

Menurut Morris dan Paoli (2018), sejumlah ancaman keamanan maritim dalam konteks non militer yang sering terjadi di Indonesia antara lain : 1) Illegal Fishing serta beberapa tindak kejahatan terkait didalamnya, yaitu penipuan, penggelapan pajak, transaksi bahan bakar ilegal; 2) Aktivitas penyelundupan dalam lingkaran maritim, yaitu penyelundupan narkoba, penyelundupan manusia, penyelundupan senjata, penyelundupan barang ilegal, penyelundupan produk pertanian dan komoditi sejenis, penyelundupan teknologi; 3) Imigran ilegal; 4) Pembajakan dan tindak kejahatan bersenjata; 5) Terorisme; 6) Ancaman perkembangan teknologi (sistem informasi); 7) Pelanggaran HAM, yaitu tenaga kerja dibawah umur, kesenjangan tenaga kerja, kondisi hidup yang buruk (Morris & Paoli, 2018). Terdapat beberapa aktor yang terlibat dalam keamanan maritim, seperti (Chapsos & Malcolm, 2017) 1) Kementerian Koordinator Bidang Kelautan, 2) Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, 3) Badan Keamanan Laut (BAKAMLA), 4) Angkatan Laut (TNI-AL), 5) Kepolisian, 6) Dir. Jendral Perhubungan Laut (Hubla), 7) Dir. Jenderal Bea dan Cukai (Bea dan Cukai), 8) Dir. Jenderal Imigrasi (Ditjenim), 9) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), 10) Badan SAR Nasional (BASARNAS).

Gambar 1. Peta Indonesia Sumber : (Pushidrosal, 2016)

Analisis SWOT Analisis SWOT adalah teknik yang paling umum yang bisa digunakan untuk menganalisis kasus strategis (Hill & Westbrook, 1997). SWOT adalah alat yang sering digunakan untuk menganalisis lingkungan internal dan eksternal untuk mencapai pendekatan dan dukungan sistematis untuk situasi keputusan (Wheelen & Hunger, 1995). SWOT adalah akronim kekuatan (S), kelemahan (W), peluang (O) dan ancaman (T). Dua faktor pertama (kekuatan dan kelemahan) terkait dengan faktor internal organisasi, sementara peluang dan ancaman mencakup konteks atau lingkungan yang lebih luas dimana entitas beroperasi (Collins-Kreiner & Wall, 2007). Analisis SWOT menunjukkan strategi yang tepat dalam empat kategori SO, ST, WO dan WT. Strategi yang diidentifikasi sebagai SO, melibatkan memanfaatkan peluang dengan menggunakan kekuatan yang ada. ST adalah strategi yang terkait dengan penggunaan kekuatan untuk menghilangkan atau mengurangi efek ancaman. Demikian pula, strategi WO berusaha mendapatkan keuntungan dari peluang yang disajikan oleh faktor lingkungan eksternal dengan memperhatikan kelemahannya. Yang keempat dan terakhir adalah WT, di mana organisasi mencoba mengurangi dampak ancamannya dengan mempertimbangkan kelemahannya (Yuksel & Dagdeviren, 2007).

Page 4: PENGEMBANGAN STRATEGI KEAMANAN MARITIM DALAM …ilmukelautan.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2019/02/Susilo-et... · Menurut Global Trend 2030, peta negara-negara di dunia akan

Prosiding Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan IV 2018 Swiss-Belinn, Tunjungan-Surabaya 05 September 2018

28

Konsep Interpretative Structural Modeling (ISM)

Pemodelan struktural interpretative (ISM) digunakan untuk perencanaan ideal, merupakan metode yang efektif karena semua elemen dapat diproses dalam matriks sederhana (Wang, 2015). ISM pertama kali diusulkan oleh Warfield pada tahun 1973 . Pemodelan struktural interpretif merupakan sebuah metodologi yang bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara item tertentu, yang mendefinisikan masalah atau isu terkait (Attri et al., 2013) dan teknik pemodelan yang cocok untuk menganalisis pengaruh satu variabel pada variabel lain (Agarwal et al., 2007). ISM telah terbukti dengan baik untuk mengidentifikasi hubungan struktural di antara variabel-variabel spesifik sistem. Ide dasarnya adalah menggunakan pengalaman praktis dan pengetahuan para ahli untuk mengurai sistem yang rumit menjadi beberapa sub-sistem ( elemen) dan membangun model struktural bertingkat (Firoz & Rajesh, 2012). Pendekatan berbasis ISM adalah salah satu teknik yang serbaguna dan kuat yang telah digunakan untuk memecahkan masalah multi-faktor yang kompleks. ISM bersifat interpretatif, karena penilaian kelompok yang dipilih untuk penelitian menentukan apakah dan bagaimana variabel terkait (Soti & Kaushal, 2010). ISM sering digunakan untuk memberikan pemahaman mendasar tentang situasi yang kompleks, serta untuk menyusun serangkaian tindakan untuk menyelesaikan suatu masalah. Terdapat prosedur atau tahapan dalam penggunaan metode ISM, tahapan tersebut antara lain (Firoz & Rajesh, 2012): 1. Indentifikasi parameter. Unsur-unsur yang harus dipertimbangkan untuk identifikasi hubungan diperoleh melalui surveyor literatur dengan melakukan survei. 2. Pengembangan Structural Self Interaction Matrix (SSIM). Pengembangan model struktural interpretif dimulai dengan penyusunan matriks interaksi diri struktural, yang menunjukkan arah hubungan kontekstual di antara unsur-unsur. Dalam mengembangkan SSIM, mengikuti empat simbol telah digunakan untuk menunjukkan arah hubungan antara dua hambatan i dan j.

Tabel 2. Aturan Simbol pada SSIM.

Sumber: (Firoz & Rajesh, 2012)

3. Matriks Reachability. Dari matriks interaksi diri (SSIM), indikator relasional diubah menjadi bilangan biner 0 dan 1 untuk mendapatkan matriks persegi, yang disebut matriks reachability (Hussain, 2011).

• Jika (i, j) nilai dalam SSIM adalah V, (i, j) nilai dalam matriks reachability akan menjadi 1 dan (j, i) nilai akan menjadi 0.

• Jika (i, j) nilai dalam SSIM adalah A, (i, j) nilai dalam matriks reachability akan menjadi 0 dan (j, i) nilai akan menjadi 1.

Tabel 1. Matriks Analisis SWOT

Page 5: PENGEMBANGAN STRATEGI KEAMANAN MARITIM DALAM …ilmukelautan.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2019/02/Susilo-et... · Menurut Global Trend 2030, peta negara-negara di dunia akan

Prosiding Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan IV 2018 Swiss-Belinn, Tunjungan-Surabaya 05 September 2018

29

• Jika (i, j) nilai dalam SSIM adalah X, (i, j) nilai dalam matriks reachability akan menjadi 1 dan (j, i) nilai juga akan menjadi 1.

• Jika (i, j) nilai dalam SSIM adalah nilai O, (i, j) dalam matriks reachability akan bernilai 0 dan (j, i) juga akan 0.

Tabel 3. Sampel pada Matrix Reachability.

Sumber: (Hussain, 2011)

4. Tingkat partisi. Dari matriks reachability, untuk setiap parameter, reachability set dan set anteseden diturunkan. Variabel, yang umum dalam reachability set dan set anteseden, dialokasikan pada set persimpangan. Setelah penghalang tingkat atas diidentifikasi, itu dihapus dari pertimbangan dan hambatan tingkat atas lainnya ditemukan (Firoz & Rajesh, 2012). Proses ini akan dilanjutkan sampai semua level dari setiap penghalang ditemukan. 5. Konstruksi pemodelan struktural interpretatif (ISM). Dari parameter yang telah terpartisi dan matriks reachability, model terstruktur diturunkan, menunjukkan parameter di setiap level dan panah yang menunjukkan arah hubungan yang ada. 6. Analisis MICMAC. Analisis MICMAC mengacu pada Matrice d'Impacts Croisés Multiplication Appliquée á un Classement (Hussain, 2011) dan melibatkan pengembangan grafik untuk mengklasifikasikan berbagai enabler berdasarkan driving power dan dependence power. MICMAC juga digunakan untuk memeriksa driving power dan dependence power. Variabel telah diklasifikasikan ke dalam empat kategori yang disebut sebagai Autonomous, Linkage, Dependen dan Driving/independen. Berikut ini adalah arti dari 4 kategori tersebut (Panackal & Singh, 2016): 1) Variabel Autonomous. Variabel-variabel ini berdiri sendiri. Variabel ini tidak memiliki driving power yang tinggi atau dependence power yang tinggi tetapi masih merupakan bagian penting dari sistem. 2) Variabel Linkage. Variabel-variabel ini memiliki kepentingan menengah karena mereka memiliki driving power yang tinggi tetapi juga memiliki dependence power yang tinggi. Ini dapat diartikan bahwa variabel dapat menggerakkan sistem tetapi tergantung pada variabel lain. 3) Variabel Dependen. Variabel-variabel ini memiliki driving power rendah dan dependence power tinggi. Variabel ini didorong oleh variabel independen. 4) Variabel Independen. Ini adalah variabel yang paling penting. Variabel ini memiliki driving power yang tinggi dan dependence power yang rendah.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsep Strategi

Strategi merupakan sebuah kata dengan banyak makna dan semuanya relevan dan berguna kepada mereka yang ditugasi dengan pengaturan strategi untuk perusahaan, bisnis, atau organisasi (Özleblebici, et al., 2015). Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu Stratego yang diartikan sebuah perencanaan untuk menghancurkan musuh dengan menggunakan sumber daya secara efektif (Athapaththu, 2016). Menurut Ansoff (1969) dalam (Athapaththu, 2016) strategi adalah pedoman untuk

Page 6: PENGEMBANGAN STRATEGI KEAMANAN MARITIM DALAM …ilmukelautan.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2019/02/Susilo-et... · Menurut Global Trend 2030, peta negara-negara di dunia akan

Prosiding Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan IV 2018 Swiss-Belinn, Tunjungan-Surabaya 05 September 2018

30

pengambilan keputusan berdasarkan ruang lingkup pasar, tingkat pertumbuhan, keunggulan kompetitif dan sinergi. Pada lingkup militer, strategi mengacu pada rencana umum serangan atau pertahanan. Dalam hal ini, melibatkan pengaturan yang dibuat sebelum benar-benar melibatkan musuh dan dimaksudkan untuk merugikan musuh itu. Dalam konteks ini, strategi berkaitan dengan penyebaran sumber daya. Sebagai konsekuensinya, selalu ada dua versi dari strategi yang diberikan: (1) strategi sebagai direnungkan atau dimaksudkan dan (2) strategi sebagaimana yang direalisasikan (Özleblebici, et al., 2015). Saat ini, kekuatan militer menghadapi banyak tantangan di seluruh dunia. Proses penilaian risiko lima langkah strategis harus fokus pada beberapa masalah utama seperti (CSIS, 2013): 1) Memahami lingkungan strategis dan operasional dan memanfaatkan informasi; 2) Membentuk kondisi strategis dan operasional; 3) Memproyeksikan kekuatan; 4) Mempekerjakan kekuatan dan kemampuan untuk mencapai tujuan strategis dan operasional; 5) Melindungi dan mempertahankan kekuatan yang konsisten dengan kondisi operasional; 6) Menghentikan operasi militer yang konsisten dengan strategis dan operasional tujuan. Identifikasi dan Perumusan Strategi (Analisis SWOT) Pada bagian ini dijelaskan hasil penelitian yang dilakukan untuk merumuskan dan mengembangkan strategi keamanan maritim dengan pendekatan analisis SWOT. Analisis SWOT digunakan untuk menangkap penilaian ahli pada faktor internal dan eksternal, kemudian faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman ditemukan. Berdasarkan hasil penilaian responden, ada beberapa faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan sebagaimana tercantum dalam tabel. Tabel 4. Analisis Faktor Internal pada SWOT

Faktor Internal

Strength (S) Weakness (W)

S1 Posisi Geografis Indonesia W1 Kebijakan yang masih tumpang tindih sesama aktor maritim

S2 Bentuk fisik dan luas negara W2 Tingginya angka pengangguran dan kesenjangan sosial di wilayah laut

S3 Stabilitas politik yang baik W3 Sebagian besar SDA dikelola pihak asing

S4 Pertumbuhan ekonomi yang stabil W4 Tingginya gap pendidikan terhadap masyarakat pesisir

S5 Sumber Daya Alam laut yang melimpah

W5 Perkembangan pembangunan yang tidak merata

S6 Bonus Demografi W6 Pungutan liar, penyalahgunaan kekuasaan, korupsi dari oknum aktor maritim

S7 Kebijakan pemerintah yang berorientasi Maritim (PMD)

W7 Sistem informasi maritim yang rawan terhadao serangan siber

S8 Kebijakan Politik Bebas Aktif Negara W8 Teknologi maritim yang masih terbatas

S9 Karaker dan sejarah sebagai bangsa maritim

W9 Kesejahteraan kru para aktor yang masih terbatas

Tabel 5. Analisis Faktor Eksternal pada SWOT

Faktor Eksternal

Opportunity (O) Threat (T)

O1 Indonesia berpeluang menjadi negara maritim terbesar didunia

T1 Pembajakan

O2 Menjadi hegemoni baru di Asia-Pasifik

T2 Perdagangan manusia dan imigran ilegal

O3 Pertumbuhan ekonomi memacu tingginya perdagangan lintas laut

T3 Perdagangan narkoba dan penyelundupan barang dan senjata serta teknologi militer

Page 7: PENGEMBANGAN STRATEGI KEAMANAN MARITIM DALAM …ilmukelautan.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2019/02/Susilo-et... · Menurut Global Trend 2030, peta negara-negara di dunia akan

Prosiding Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan IV 2018 Swiss-Belinn, Tunjungan-Surabaya 05 September 2018

31

O4 Peningkatan APBN menaikkan anggaran TNI AL dan Stakeholder lain

T4 Ancaman terorisme baik dari dalam maupun luar negeri

O5 Bonus demografi sebagai pasar yang besar

T5 Serangan bersenjata dan pelanggaran kedaulatan dari negara lain

O6 Adanya kerjasama transfer teknologi dengan Industri maritim negara lain

T6 Ancaman serangan siber

O7 Pemanfaatan SDA laut untuk kesejahteraan penduduk

T7 Perburuan dan penjarahan sumberdaya kelautan, illegal Fishing

O8 Tumbuhnya kesadaran maritim T8 Sebagai jalur pergeseran logistik dan peralatan perang jika terjadi konflik bersenjata

O9 Ikut serta kebijakan maritim dunia sebagai anggota IMO

T9 Ancaman dari kehilangan sumberdaya alam dan pulau terluar

Berdasarkan tabel diatas, terdapat sembilan poin untuk faktor analisis kekuatan dan sembilan poin untuk faktor analisis kelemahan. Serta terdapat sembilan poin untuk faktor analisis peluang dan sembilan poin untuk faktor analisis ancaman. Perumusan Strategi Berdasarkan analisis dari faktor internal dan eksternal, didapat rumusan pengembangan strategi keamanan laut nasional yang terdiri dari beberapa kriteria, antara lain : 1. Strategy I (SO), terdiri dari:

a. Pembangunan infrastruktur dan konektivitas dilaut. b. Pendayagunaan angkatan kerja yang melimpah dalam perekrutan personel pengawak TNI AL

dan stakeholder lain. c. Membangun kembali budaya sebagai bangsa maritim. d. Pemanfaatan politik bebas aktif negara sebagai penengah dalam hegemoni China dan AS di

Asia Pasifik. 2. Strategy II (WO), terdiri dari:

a. Melaksanakan re-negosiasi dengan pihak asing dalam pengelolahan sumberdaya alam yang dikuasai asing.

b. Membentuk kebijakan sebuah satuan tugas pemberantasan korupsi dan pungli di wilayah laut. c. Melaksanakan kerjasama dengan negara maju dalam bidang transfer teknologi pada

pembangunan infrastruktur militer. 3. Strategy III (WT) Terdiri dari:

a. Membentuk satuan tugas yang terintegrasi dengan sesama aktor dalam keamanan maritim. b. Pemerataan pembangunan infrastruktur dan konektivitas maritim diwilayah pesisir dan

perbatasan. c. Pengembangan industri jasa maritim diwilayah pesisir, guna pembukaan lapangan kerja ditiap

wilayah. 4. ST Strategy IV (ST), terdiri dari :

a. Peningkatan presentase APBN bagi sektor maritim dalam pembangunan kekuatan TNI AL dan stake holder lainnya.

b. Melaksanakan negosiasi dengan negara tetangga terkait dalam penanganan perjanjian lintas batas negara dilaut.

c. Membangun fondasi dan infrastruktur sistem informasi yang kuat di wilayah maritim guna menghadapi ancaman siber pihak lain.

Kompilasi Strategi Berdasarkan perumusan strategi dari 4 aspek diatas, maka didapat kompilasi pengembangan strategi dibawah ini :

Tabel 6. Kompilasi Perumusan Pengembangan Strategi.

Kode Strategi

(SO)1 Pembangunan infrastruktur dan konektivitas dilaut

(SO)2 Pendayagunaan angkatan kerja yang melimpah dalam perekrutan personel pengawak TNI AL dan stakeholder lain

Page 8: PENGEMBANGAN STRATEGI KEAMANAN MARITIM DALAM …ilmukelautan.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2019/02/Susilo-et... · Menurut Global Trend 2030, peta negara-negara di dunia akan

Prosiding Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan IV 2018 Swiss-Belinn, Tunjungan-Surabaya 05 September 2018

32

Penentuan Prioritas Strategi (Metode ISM) Setelah parameter strategi telah dirumuskan dengan analisis SWOT, langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas dan model hirarki strategi dalam mendukung implementasi strategi tersebut. Dalam bagian ini digunakan metode Interpretative Structural Modeling (ISM). Pelaksanaan metode ISM dilakukan dengan melaksanakan pengambilan data berupa wawancara dan observasi dengan para expert untuk mendapatkan hubungan antar variabel strategi yang telah diidentifikasi sebelumnya dengan analisis SWOT. Berdasarkan analisis SWOT didapatkan 13 rumusan strategi sebagai parameter ISM. Tahap Analisis data tersaji sebagai berikut:

Tabel 7. Hasil Structural Self Interaction Matrix (SSIM)

(SO)3 Membangun kembali budaya sebagai bangsa maritim

(SO)4 Pemanfaatan politik bebas aktif negara sebagai penengah dalam hegemoni China dan AS di Asia Pasifik

(WO)1 Melaksanakan re-negosiasi dengan pihak asing dalam pengelolahan sumberdaya alam yang dikuasai asing

(WO)2 Membentuk kebijakan sebuah satuan tugas pemberantasan korupsi dan pungli di wilayah laut

(WO)3 Melaksanakan kerjasama dengan negara maju dalam bidang transfer teknologi pada pembangunan infrastruktur militer

(WT)1 Membentuk satuan tugas yang terintegrasi dengan sesama aktor dalam keamanan maritim

(WT)2 Pemerataan pembangunan infrastruktur dan konektivitas maritim diwilayah pesisir dan perbatasan

(WT)3 Pengembangan industri jasa maritim diwilayah pesisir, guna pembukaan lapangan kerja ditiap wilayah

(ST)1 Peningkatan presentase APBN bagi sektor maritim dalam pembangunan kekuatan TNI AL dan stake holder lainnya

(ST2) Melaksanakan negosiasi dengan negara tetangga terkait dalam penanganan perjanjian lintas batas negara dilaut

(ST)3 Membangun fondasi dan infrastruktur sistem informasi yang kuat di wilayah maritim guna menghadapi ancaman siber pihak lain

Page 9: PENGEMBANGAN STRATEGI KEAMANAN MARITIM DALAM …ilmukelautan.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2019/02/Susilo-et... · Menurut Global Trend 2030, peta negara-negara di dunia akan

Prosiding Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan IV 2018 Swiss-Belinn, Tunjungan-Surabaya 05 September 2018

33

Tabel 8. Hasil Matriks Reachability.

Gambar 2. Hasil Pemodelan Struktural Interpretatif.

Page 10: PENGEMBANGAN STRATEGI KEAMANAN MARITIM DALAM …ilmukelautan.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2019/02/Susilo-et... · Menurut Global Trend 2030, peta negara-negara di dunia akan

Prosiding Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan IV 2018 Swiss-Belinn, Tunjungan-Surabaya 05 September 2018

34

Berdasarkan struktur hirarki diatas, dapat diketahui bahwa sub elemen Pembangunan infrastruktur dan konektivitas dilaut (SO)1 berada pada level I. Hal tersebut merupakan sub elemen strategi awal yang perlu diprioritaskan dalam rangka membangun keamanan maritim nasional. Pada level II, terdapat sub elemen (ST)1 yaitu Peningkatan presentase APBN bagi sektor maritim dalam pembangunan kekuatan TNI AL dan stake holder lainnya. Pada Level III terdapat dua sub elemen strategi yang dapat dilaksanakan secara bersamaan (WO)2 dan (WT)1 yaitu strategi Membentuk kebijakan sebuah satuan tugas pemberantasan korupsi dan pungli di wilayah laut, dan Membentuk satuan tugas yang terintegrasi dengan sesama aktor dalam keamanan maritim. Pada level ini sangat penting untuk mengurangi penyalahgunaan wewenang oleh aktor terkait serta memberikan efisiensi operasi sehingga tidak terjadi tumpang tindih wewenang terkait. Pada level IV terdapat dua sub elemen strategi yaitu (WO)3 dan (WT)3, sub elemen strategi ini adalah Melaksanakan kerjasama dengan negara maju dalam bidang transfer teknologi pada pembangunan infrastruktur militer, dan Pengembangan industri jasa maritim diwilayah pesisir, guna pembukaan lapangan kerja ditiap wilayah. Level V yaitu (SO)4 dan (WT)2 dengan sub elemen Pemanfaatan politik bebas aktif negara sebagai penengah dalam hegemoni China dan AS di Asia Pasifik, dan Pemerataan pembangunan infrastruktur dan konektivitas maritim diwilayah pesisir dan perbatasan. Pada level VI yaitu (ST)3 Membangun fondasi dan infrastruktur sistem informasi yang kuat di wilayah maritim guna menghadapi ancaman siber pihak lain. Level VII sub elemen strategi (SO)2 yaitu Pendayagunaan angkatan kerja yang melimpah dalam perekrutan personel pengawak TNI AL dan stakeholder lain. Pada level VIII terdapat 3 sub elemen strategi yaitu Membangun kembali budaya sebagai bangsa maritim (SO)3; Melaksanakan re-negosiasi dengan pihak asing dalam pengelolahan sumberdaya alam yang dikuasai asing (WO)1; Melaksanakan negosiasi dengan negara tetangga terkait dalam penanganan perjanjian lintas batas negara dilaut (ST)2. Keseluruhan elemen strategi tersebut merupakan sebuah tahapan dalam menangani permasalahan terkait keamanan laut nasional, baik yang terkait langsung maupun tidak langsung. Permasalahn tersebut bukan hanya sebatas pada laut semata tetapi dari sudut pandang maritim secara keseluruhan yang telah diidentifikasi sebelumnya dengan analisis SWOT.

a.

Gambar 3. Hasil Analisis MICMAC.

Berdasarkan analisis MICMAC diatas, terdapat tiga kelompok variabel yang berkaitan dengan elemen strategi sebelumnya. Elemen strategi (ST)1 merupakan variabel Dependent. (SO)1 merupakan variabel

Page 11: PENGEMBANGAN STRATEGI KEAMANAN MARITIM DALAM …ilmukelautan.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2019/02/Susilo-et... · Menurut Global Trend 2030, peta negara-negara di dunia akan

Prosiding Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan IV 2018 Swiss-Belinn, Tunjungan-Surabaya 05 September 2018

35

independen. Sedangkan pada variabel Autonomous terdapat 11 elemen strategi yaitu (SO)3; (ST)2; (SO)4; (WT)2; (WO)1; (WT)1; (WT)3; (WO)2; (WO)3; (SO)2; (ST)3. Strategi Implementasi Pada tahap implementasi strategi dibagi dalam sebuah Rencana Strategi dalam waktu 8 tahun. Tabel 9. Peta Implementasi Strategi.

Ke semua tahap tersebut merupakan sebuah peta rencana strategi yaitu serangkaian proses perencanaan dalam sebuah lingkup kerja organisasi diwilayah maritim beserta stake holder terkait dengan dorongan sub-sub elemen strategi yang telah diidentifikasi sebagai proyeksi kebutuhan atau permasalahan dimasa mendatang. Output dari proses ini yaitu sebuah dokumen yang dapat menjelaskan dan memperkirakan masa datang dan tujuan yang hendak dicapai yaitu keamanan kondisi maritim nasional beserta langkah-langkah yang diperlukan, apa dan siapa yang melaksanakan, sumber daya dan kapabilitas yang diperlukan

KESIMPULAN DAN SARAN

Indonesia diprediksi sebagai salah satu negara yang akan mengalami peningkatan kekuatan yang muncul pada tahun 2030. Perkembangan ekonomi Indonesia dan kawasan regional memberikan efek pada keamanan nasional, termasuk sektor keamanan maritim. Indonesia memiliki tantangan untuk mengelola keamanan maritim dengan berbagai dimensi termasuk perspektif pertahanan dan keamanan. Indonesia diprediksi akan menghadapi ancaman terhadap aspek maritim. Sehingga diperlukan sebuah analisis strategi dalam menghadapi ancaman keamanan laut nasional. Berdasarkan analisis SWOT didapatkan 9 faktor kekuatan dan kelemahan yang terkait dengan faktor internal.

Page 12: PENGEMBANGAN STRATEGI KEAMANAN MARITIM DALAM …ilmukelautan.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2019/02/Susilo-et... · Menurut Global Trend 2030, peta negara-negara di dunia akan

Prosiding Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan IV 2018 Swiss-Belinn, Tunjungan-Surabaya 05 September 2018

36

Kemudian didapatkan 9 faktor ancaman dan peluang terkait dengan kondisi eksternal. Hal tersebut telah merumuskan 13 elemen strategi dalam penanganan keamanan laut nasional. Berdasarkan struktur hirarki diatas, didapatkan 8 level elemen strategi. Diketahui bahwa sub elemen Pembangunan infrastruktur dan konektivitas dilaut (SO)1 berada pada level I. Pada level II, terdapat sub elemen (ST)1 yaitu Peningkatan presentase APBN bagi sektor maritim dalam pembangunan kekuatan TNI AL dan stake holder lainnya. Pada Level III terdapat dua sub elemen strategi yang dapat dilaksanakan secara bersamaan (WO)2 dan (WT)1 yaitu strategi Membentuk kebijakan sebuah satuan tugas pemberantasan korupsi dan pungli di wilayah laut, dan Membentuk satuan tugas yang terintegrasi dengan sesama aktor dalam keamanan maritim. Pada level IV terdapat dua sub elemen strategi yaitu (WO)3 dan (WT)3, sub elemen strategi ini adalah Melaksanakan kerjasama dengan negara maju dalam bidang transfer teknologi pada pembangunan infrastruktur militer, dan Pengembangan industri jasa maritim diwilayah pesisir, guna pembukaan lapangan kerja ditiap wilayah. Level V yaitu (SO)4 dan (WT)2 dengan sub elemen Pemanfaatan politik bebas aktif negara sebagai penengah dalam hegemoni China dan AS di Asia Pasifik, dan Pemerataan pembangunan infrastruktur dan konektivitas maritim diwilayah pesisir dan perbatasan. Pada level VI yaitu (ST)3 Membangun fondasi dan infrastruktur sistem informasi yang kuat di wilayah maritim guna menghadapi ancaman siber pihak lain. Level VII sub elemen strategi (SO)2 yaitu Pendayagunaan angkatan kerja yang melimpah dalam perekrutan personel pengawak TNI AL dan stakeholder lain. Pada level VIII terdapat 3 sub elemen strategi yaitu Membangun kembali budaya sebagai bangsa maritim (SO)3; Melaksanakan re-negosiasi dengan pihak asing dalam pengelolahan sumberdaya alam yang dikuasai asing (WO)1; Melaksanakan negosiasi dengan negara tetangga terkait dalam penanganan perjanjian lintas batas negara dilaut (ST)2.

DAFTAR PUSTAKA.

Agarwal, A., Shankar, R., & Tiwari, M. K. (2007). Modeling Agility of Supply Chain. Industrial Marketing Management, 36(4), 443-457.

Akhira, K., Hamas, M. I., & Puspitasari, D. (2015). Nusantara Microalgae Park: Solution of Energy Crisis in Outer and Small Islands of Indonesia. Renewable Energy and Energy Conversion Conference and Exhibition, 94-101.

Astor, Y., Sulasdi, W. N., Hendriatiningsih, S., & Wisayantono, D. (2014). Problem Identification of Marine Cadastre in Indonesian Archipelagic Perspective. Indonesian Journal of Geospatial, 38-53.

Athapaththu, H. K. (2016). An Overview of Strategic Management: An Analysis of the Concepts and the Importance of Strategic Management . International Journal of Scientific and Research Publications , 6(2), 124-127.

Attri, R., Dev, N., & Sharma, V. (2013). Interpretative Structural Modelling (ISM) Approach: an Overview. Research Journal of Management Sciences, 2(2), 3-8.

Bateman, S. (2010). Regional Maritime Security: Threats and Risk Assessment. Southeast Asia and the Rise of Chinese and Indian Naval Power: Between Rising Naval Powers, 99-113.

Bueger, C. (2015). What is Maritime Security. Forthcoming in Marine Policy, 1-11. Chapsos, I., & Malcolm, J. A. (2017). Maritime Security in Indonesia: Towards a Comprehensive

Agenda? Marine Policy, 76, 178–184. Collins-Kreiner, N., & Wall, G. (2007). Evaluating tourism potential: A SWOT analysis of the Western

Negev. Israel,Tourism, 55, 51-63. CSIS. (2013). Beyond the Last War: Balancing Ground Forces and Future Challenges Risks in

USCENTCOM and USPACOM . Espas. (2011). Citizens in an Interconnected and Polycentric World. Paris: Institute for Security Studies

European Union. Firoz, N., & Rajesh, R. (2012). Relationship among Supplier Selection Criteria using Interpretative

Structural Modeling for Manufacturing Organization in Kerala . International Journal of Engineering Science Invention, 3(8), 60-70.

Heiduk, F. (2016). Indonesia in ASEAN Regional Leadership between Ambition and Ambiguity. Berlin: Stiftung Wissenschaf.

Hill, T., & Westbrook, R. (1997). SWOT Planning (30 ed.). Hozairi, Artana, K. B., Masroeri, & Irawan, M. I. (2012). Application Of Intelligent Decision Support

Systems (Idss) To Calculate The Number Of Sectors For Security Operations In The East Sea Indonesia. International Journal of Modern Engineering Research, 2(6), 4373-4377.

Page 13: PENGEMBANGAN STRATEGI KEAMANAN MARITIM DALAM …ilmukelautan.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2019/02/Susilo-et... · Menurut Global Trend 2030, peta negara-negara di dunia akan

Prosiding Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan IV 2018 Swiss-Belinn, Tunjungan-Surabaya 05 September 2018

37

Hussain, M. (2011). Modelling the Enablers and Alternatives for Sustainable Supply Chain Management. Montreal: Concordia University.

Klimov, P. (2015). Definition of HAzard and Threats of National Maritime Areas. Naval Academy Scientific Bulletin, XVIII, 52-57.

Lin, K.-C., & Gertner, A. V. (2015). Maritime Security in The Asia-Pacific. London: The Royal Institute of International Affairs.

Manurung, H. (2016). The Impacts of Indonesia and Russia Trade Relations on Indonesia’s Maritime Security. Journal of International Studies, 1-17.

Matthews, A. D. (2016). Indonesian Maritime Security Cooperation in the Malacca Straits. Monterey: The NPS Institutional Archive.

McKinsey, G. I. (2012). The Archipelago Economy: Unleashing Indonesia'a Potential. McKinsey & Company.

Morris, L. J., & Paoli, G. P. (2018). A Preliminary Assessment of Indonesia's Maritime Security Threats and Capabilities. Cambridge: RAND Corporation.

Özleblebici, Z., Pinto, C., & Antonio, N. (2015). Variations in Strategy Perception among Business and Military . International Journal of Research in Business and Social Science , 4(1), 17-31.

Panackal, N., & Singh, A. (2016). Using Interpretative Structural Modeling to Determine the Relation between Youth and Sustainable Rural Development. Journal of Management and Research, 4(1), 58-64.

Phillips, L. M. (2008). : International relations in 2030: The transformative power of large developing countries. London: Deutsches Institut für Entwicklungspolitik.

Poerwowidagdo, S. J. (2015). Blue Ocean Strategy in Managing Maritime Security. Jurnal Pertahanan, 1(1), 13-26.

Puspitawati, D. (2017). Urgent Need For National Maritime Security Arrangement In Indonesia: Towards Global Maritime Fulcrum. Indonesian Journal of International Law, 14(3), 321-347.

Putra, I. N., Hakim, A., Pramono, S. H., & Leksono, A. S. (2017). The Effect of Strategic Environment Change toward Indonesia Maritime Security : Threat and Opportunity. International Journal of Applied Engineering Research, 12(16), 6037-6044.

Ramadhani, M. A. (2015). An Indonesian Perspetive Toward Maritime Vision : Is Pursuing National Interest While Maintaining Neutrality in The South China Sea Possible ? European Scientific Journal, 381-400.

Rumley, D. (2005). The Geopolitics of Asia-Pacific Regionalism in the 21st Century. The Otemon Journal of Australian Studies, 5-27.

Saragih, H. J., Barna, R., & Purwanto. (2016). Defence Management Concept Improving indonesia Maritime Security. Jurnal Pertahanan, 2, 257-272.

Soti, R. S., & Kaushal, O. P. (2010). Modeling the Enablers of Six Sigma using Interpreting Structural Modeling . Journal of Modeling in Management, 5(2), 124-141.

Valli, V., & Saccone, D. (2015). Structural Change, Globalization and Economic Growth in China and India . The European Journal of Comparative Economics, 133-163.

Wang, M.-T. (2015). Use of a Combination of AHP and ISM for Making an Innovative Rescue Caring Design in Landslide Area. Mathematical Problems in Engineering, 1-13.

Wheelen, T., & Hunger, J. (1995). Strategic Management and Business Policy . Reading: Addison-Wesley.

Yuksel, I., & Dagdeviren, M. (2007). Using the Analytic Network Process (ANP) in a SWOT Analysis – A Case Study for a Textile Firm. Information Sciences, 177, 3364–3382.

Zhang, D. (2014). Challenges and New Developments in Maritime Risk Assessment. Hawaii: Probabilistic Safety Assessment and Management PSAM 12,.