PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI … · memiliki kebiasaan berdoa, 33.3% berkonsentrasi,...
Transcript of PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI … · memiliki kebiasaan berdoa, 33.3% berkonsentrasi,...
PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI
PEKERTI DALAM MEMAINKAN GAMELAN (UNTUK SD)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Gregorius Bintara Setiaji
NIM: 141134001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
SKRIPSI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
SKRIPSI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Karya ilmiah ini peneliti persembahkan kepada:
1. Tuhan Allah Semesta Alam, sumber segala hal yang senantiasa memberikan
berkat kehidupan.
2. Kedua orang tua Yohanes Suwardi dan Xaveria Sutimah yang senantiasa
memberikan segalanya, yang sungguh bernilai dan akan kekal abadi
sepanjang hayat; serta ketiga orang kakak: Antonius Budi Priharianto,
Agustinus Sulistiyono, dan Aloyisius Heri Wahyu Narta yang memberi
dukungan motivasi, nasehat, dan segala daya upayanya.
3. Sahabat-sahabat PGSD angkatan 2014 yang senantiasa memberikan
dukungan dan semangat.
4. Almamater Universitas Sanata Dharma yang menjadi tempat peneliti untuk
berproses menjadi seorang pendidik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“All our dreams can come true if we have the courage to pursue them.”
(Walt Disney)
“Success is walking from failure to failure with no loss of enthusiams.”
(Winston Churchill)
“Start where you are. Use what you have. Do what you can”
(Arthur Ashe)
“Urip iku urup. Manungso mung ngunduh wohing pakarti. Kawula mung
saderma, mobah-masik kersaning Hyang Sukma.”
(Serat Jayabaya)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan bahwa dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 26 Januari 2018
Peneliti
Gregorius Bintara Setiaji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMISI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Gregorius Bintara Setiaji
Nomor Mahasiswa : 141134001
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul:
“PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI
DALAM MEMAINKAN GAMELAN (UNTUK SD)”.
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 26 Januari 2018
Yang menyatakan
Gregorius Bintara Setiaji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI
DALAM MEMAINKAN GAMELAN (UNTUK SD)
Gregorius Bintara Setiaji
Universitas Sanata Dharma
2018
Potensi penelitian ini adalah kegiatan esktrakurikuler gamelan di SD. Dari
hasil wawancara peneliti dengan dua orang praktisi gamelan, peneliti mendapat
informasi ada nilai-nilai yang terkandung dalam memainkan gamelan. Dari hasil
angket yang dibagikan kepada 15 siswa di SDK Minggir, peneliti mendapatkan
data: 46.6% siswa menulis bahwa memainkan gamelan membantu mereka
memiliki kebiasaan berdoa, 33.3% berkonsentrasi, 53.4% hidup rapi. Selain itu
86.7% siswa menulis pernah membaca buku tentang notasi gamelan, tetapi bukan
buku tentang gamelan yang mengandung nilai-nilai budi pekerti. Oleh karena itu,
peneliti terdorong untuk mengembangkan prototipe buku pendidikan budi pekerti
dalam memainkan gamelan (untuk SD). Prototipe terdiri dari dua bagian. Bagian
pertama memuat artikel “Nilai Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan”. Bagian
kedua berisi Cergam berjudul “Menabuh Kempul Mengasah Kesabaran dan
Ketekunan”.
Prosedur pengembangan menggunakan 6 langkah penelitian
pengembangan (R&D) menurut Sugiyono, meliputi: 1) potensi dan masalah, 2)
pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi desain, 5) revisi desain, 6) uji
coba produk. Prototipe divalidasi dua kali. Validasi pertama dilakukan oleh dua
praktisi dengan skor rata-rata 3.6 (dari rentang nilai 1-4). Dengan beberapa catatan
untuk revisi, setelah prototipe direvisi, divalidasi kembali oleh seorang praktisi
dan mendapat skor 4. Dengan demikian prototipe layak diujicoba.
Ujicoba terbatas dilakukan di dua tempat. Pertama, di SD Kanisius
Minggir Sleman diikuti oleh 20 siswa. Dari hasil refleksi yang ditulis siswa. 10
siswa menjawab nilai-nilai yang terkandung di dalam memainkan gamelan adalah
sopan, toleransi, kerja sama, dan tanggung jawab. 10 siswa menulis jika
memainkan instrumen kempul melatih kesabaran dan ketekunan. Kedua, di Desa
Kenatan, Muntilan yang diikuti oleh 7 siswa untuk mewarnai Cergam. Semua
siswa tertarik untuk mewarnai gambar seusai membaca Cergam. Jadi prototipe
membantu siswa mendapat informasi tentang nilai-nilai yang terkandung di dalam
memainkan gamelan dan tertarik untuk mewarnai Cergam.
Kata Kunci: pengembangan, prototipe buku, cerita bergambar, memainkan
gamelan, pendidikan budi pekerti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
DEVELOPING THE BOOK PROTOTYPE OF CHARACTER
EDUCATION BOOKS IN PLAYING GAMELAN (FOR ELEMENTARY
SCHOOL)
Gregorius Bintara Setiaji
Sanata Dharma University
2018
The potential of this study is the gamelan as one of the extracurricular
activities in elementary school. From the results of interviews with two gamelan
practitioners there are values that are inserted in playing the gamelan. From the
results of questionnaires with 15 students in Kanisius Minggir Primary School
wrote that playing gamelan helps them: have a habit of praying (46.6%),
concentrate (33.3%), live well (53.4%). In addition, 86.7% of students wrote that
they never red a book on gamelan notation, neither a book about the values
contained in the gamelan. Therefore, the researcher is encouraged to develop a
prototype of character education books in playing gamelan (for elementary
school). The prototype consists of two parts. The first part contains an article on
"The Value of Character in Playing the Gamelan". The second part contains a
chirping entitled "Kempul Sharpening Patience and Persistence".
The development procedure uses 6 steps of development research (R & D)
according to Sugiyono, covering: 1) potential and problem, 2) data collection, 3)
product design, 4) design validation, 5) design revision, 6) product trial. The
prototype is validated twice. The first validation was performed by two
practitioners with an average score of 3.6 (from a range of 1-4). With another note
to revision, the prototype was re-validated by a practitioner with a score of 4.
Thus the prototype deserves to be tested.
The tests of limited was done in two place. First, in primary school
kanisius minggir sleman followed by 20 students as their representatives .From
the results of the reflections that written students. 10 students said values
contained in in a play gamelan was a, tolerance, cooperation, and responsibilitie.
10 students write if plays an instrument kempul train patience and perseverance.
Second, in the village Kenatan, Muntilan a one followed by 7 students for dyeing
storybooks pictorial. All students interested in colored a picture after read
storybooks pictorial. Into prototypes help students obtain information about the
values of that is contained in play gamelan and be attracted to coloring the
prototype storybooks pictorial.
Keywords: development, prototype of book, picture story, playing gamelan,
character education.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang maha Esa atas berkat dan kasih-Nya
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu.
Skripsi yang berjudul “PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU
PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM MEMAINKAN GAMELAN
(UNTUK SD)” disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu, peneliti mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum selaku Dosen Pembimbing I yang
membimbing kami dengan sabar dan bijaksana.
5. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II
dan Validator Ahli Bahasa yang membimbing kami dengan penuh
kesabaran.
6. Pardiman Djoyonegara, S.Sn. selaku validator dan narasumber budayawan
pemerhati gamelan.
7. FX. Sutopo HP selaku validator dan narasumber guru gamelan SD.
8. YB. Surono Estu Widodo, S.Sn. selaku Ilustrator Gambar dan Penata
Artistik Sampul Buku.
9. Christina Kusumastuti, S.Pd SD selaku Kepala Sekolah SD Kanisius
Minggir Yogyakarta yang telah memberikan ijin melakukan penelitian.
10. Maria Goretti Parinem selaku Guru Kelas V SD Kanisius Minggir
Yogyakarta yang telah membantu dalam melaksanakan uji coba produk
penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
11. Siswa-siswi kelas V SD Kanisius Minggir Yogyakarta tahun ajaran
2017/2018 yang telah bersedia terlibat dalam penelitian.
12. Siswa-siswa SD di Desa Kenatan, Muntilan yang terlibat dalam penelitian.
13. Sekretariat PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah
membantu proses perijinan penelitian skripsi.
14. Kedua orang tua, Yohanes Suwardi dan Xaveria Sutimah yang dengan
sabar selalu menyertai perjuanganku dengan doa, kasih sayang, perhatian,
nasihat, dan materi.
15. Ketiga orang kakak Antonius Budi Priharianto, Agustinus Sulistiyono, dan
Aloyisius Heri Wahyu Narta, yang selalu mendukungku dalam doa, dan
motivasi serta nasihat.
16. Sedulur papat yang senantiasa memberikan dorongan dalam diri maupun
di luar diri, bersatu dengan tekat dan kemantapan.
17. Sahabat Elisabeth Dwi Heris Narsinta yang selalu menyemangatiku dan
mendukungku dalam menyelesaikan skripsi.
18. Sahabat semuanya yang telah memberikan dukungan dan doa selama
melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi.
19. Sahabat penelitian kolaboratif payung Willy, Thomas Yuli, Thomas
Wahyu, Sanggar, Enggar, Jugun, Rossa, Palupi, Anisa, Denis, Lisa,dan
Inggit yang telah memberikan bantuan selama melaksanakan penelitian
dan menyelesaikan skripsi.
20. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu namun telah
banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna karena keterbatasan
kemampuan peneliti. Semua kritik dan saran yang membangun akan peneliti
terima dengan senang hati. Peneliti berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi dunia pendidikan maupun para pembaca.
Peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ............................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS........................................ vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 5
1.5 Spesifikasi Produk ......................................................................................... 5
1.6 Definisi Operasional ...................................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................. 8
2.1 Kajian Pustaka ............................................................................................... 8
2.1.1 Budi Pekerti ................................................................................................ 8
2.1.1.1 Pengertian Budi pekerti ........................................................................ 8
2.1.1.2 Pendidikan Budi Pekerti ..................................................................... 10
2.1.3 Gamelan .................................................................................................... 12
2.1.4 Nilai-Nilai Budi Pekerti dalam setiap Instrumen Gamelan ...................... 15
(1) Rebab ....................................................................................................... 16
(2) Bonang ..................................................................................................... 16
(3) Kendang ................................................................................................... 17
(4) Seruling .................................................................................................... 18
(5) Gambang .................................................................................................. 18
(6) Gender...................................................................................................... 19
(7) Gong ......................................................................................................... 19
(8) Kempul ..................................................................................................... 20
2.1.5 Nilai-nilai Budi Pekerti memainkan Gamelan ......................................... 21
2.1.6 Instrumen Gamelan: Kempul .................................................................... 25
2.1.7 Literasi ...................................................................................................... 29
2.1.7.1 Pengertian Literasi .............................................................................. 29
2.1.7.2 Gerakan Literasi di Sekolah ................................................................ 30
2.1.7.3 Cerita Bergambar ................................................................................ 31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2.2 Penelitian yang Relevan ................................................................................... 32
2.3 Kerangka Berpikir ............................................................................................ 34
2.3.1 Pertanyaan Penelitian ............................................................................... 35
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 36
3.1 Jenis Penelitian ................................................................................................. 36
3.2 Setting Penelitian .............................................................................................. 36
3.2.1 Tempat Penelitian ..................................................................................... 36
3.2.2 Subjek Penelitian ...................................................................................... 37
3.2.3 Objek Penelitian ....................................................................................... 37
3.2.4 Waktu Penelitian ...................................................................................... 37
3.3 Prosedur Pengembangan .................................................................................. 37
3.3.1 Potensi dan Masalah ................................................................................. 40
3.3.2 Pengumpulan Data ................................................................................... 40
3.3.3 Desain Produk .......................................................................................... 40
3.3.4 Validasi Desain ......................................................................................... 41
3.3.5 Revisi Desain ............................................................................................ 42
3.3.6 Uji Coba Produk ....................................................................................... 42
3.4 Uji Coba Produk ............................................................................................... 42
3.5 Instrumen Penelitian......................................................................................... 42
3.5.1 Pedoman Wawacara ................................................................................. 43
3.5.2 Angket ...................................................................................................... 43
3.5.4 Angket Siswa Pra Penelitian .................................................................... 46
3.6 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 47
3.6.1 Wawancara ............................................................................................... 47
3.6.2 Angket ...................................................................................................... 47
3.7 Teknik Analisis Data ........................................................................................ 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 50
4.1 Hasil Penelitian ................................................................................................ 50
4.1.1 Prosedur Pengembangan ......................................................................... 50
4.1.1.1 Potensi dan Masalah ........................................................................... 50
4.1.1.2 Pengumpulan Data .............................................................................. 51
4.1.1.3 Desain Produk .................................................................................. 54
4.1.1.4 Validitas Desain ............................................................................... 57
4.1.1.5 Revisi Produk ...................................................................................... 59
4.1.1.6 Uji Coba Produk ................................................................................. 61
4.1.2 Kualitas Produk ........................................................................................ 64
4.2 Pembahasan ...................................................................................................... 65
4.3 Kelebihan dan Kekurangan Prototipe .............................................................. 67
4.3.1 Kelebihan Prototipe Buku Cergam ........................................................... 67
4.3.2 Kekurangan Prototipe Buku Cergam ....................................................... 67
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ........................... 68
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 68
5.2 Ketebatasan Penelitian ..................................................................................... 70
5.3 Saran ................................................................................................................. 70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 71
LAMPIRAN .......................................................................................................... 74
CURRUCULUM VITAE .................................................................................... 117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 2.1 Nilai-Nilai Budi Pekerti dan Nilai-Nilai Karakter ................................. 11
Tabel 2.2 Perangkat gamelan dan nilai-nilai budi pekerti yang terdapat dalam
setiap instrumen gamelan ...................................................................... 20
Tabel 2.3 Nilai-nilai budi pekerti sebelum, pada saat, dan sesudah memainkan
gamelan. ................................................................................................. 24
Tabel 2.4 Nilai-nilai budi pekerti, nilai-nilai karakter, dan nilai-nilai memainkan
kempul .................................................................................................... 27
Tabel 3.1 Kisi-kisi Pedoman Wawancara .............................................................. 43
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket .................................................................... 44
Tabel 3.3 Hasil Validasi Angket Pra Penelitian oleh Ahli ..................................... 44
Tabel 3.4 Angket Siswa Pra Penelitian .................................................................. 46
Tabel 3.5 Hasil Interval Skala 1-4.......................................................................... 49
Tabel 4.1 Rekap Angket Dari Siswa Kelas V SD K Minggir ................................ 52
Tabel 4.2 Rekap Validasi Uji Coba Produk Buku ................................................. 57
Tabel 4.3 Pedoman Penggolongan Kualitas .......................................................... 58
Tabel 4.4 Rekap Validasi Ahli Bahasa Uji Coba Produk ...................................... 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1 Penelitian yang Relevan ..................................................................... 34
Gambar 3.1 Langkah-langkah Penelitian Pengembangan (R&D) ......................... 38
Gambar 3.2 Prosedur Penelitian Pengembangan yang digunakan oleh Peneliti .... 39
Gambar 4.1 Sketsa Awal ........................................................................................ 55
Gambar 4.2 Perbaikan Sketa oleh Ahli Ilustrator .................................................. 56
Gambar 4.3 Revisi Cover Utama, Cover I, dan Cover II ....................................... 59
Gambar 4.4 Peneliti Memulai Kegiatan Membaca Buku (literasi) ....................... 61
Gambar 4.5 Peneliti Membagikan Buku kepada Siswa ......................................... 61
Gambar 4.6 Para Siswa Membaca dengan Serius .................................................. 62
Gambar 4.7 Siswa Mengisi Lembar Refleksi ........................................................ 62
Gambar 4.8 Siswa dan Peneliti Melakukan Tanya Jawab ..................................... 62
Gambar 4.9 Hasil Karya Mewarnai Siswa-Siswi SD di Desa Kenatan, Muntilan . 63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ............................................................................ 75
Lampiran 2 Surat Ijin Penyebaran dan Pengisian Kuesioner/Angket .................... 76
Lampiran 3 Surat Ijin Uji Coba Produk Penelitian ................................................ 77
Lampiran 4 Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian dari SD ................. 78
Lampiran 5a Pedoman Wawancara ........................................................................ 79
Lampiran 5b Hasil Wawancara .............................................................................. 80
Lampiran 6 Kisi-kisi Pedoman Angket .................................................................. 81
Lampiran 7a Angket Validator............................................................................... 83
Lampiran 7b Hasil Validasi Angket Siswa (Validator I) ....................................... 84
Lampiran 7c Hasil Validasi Angket Siswa (Validator II) ...................................... 86
Lampiran 7d Rekap Hasil Validasi Angket ........................................................... 88
Lampiran 8a Angket Analisis Kebutuhan Siswa ................................................... 89
Lampiran 8b Hasil Angket Analisis Kebutuhan Siswa .......................................... 90
Lampiran 8c Rekap Hasil Analisis Kebutuhan Siswa ........................................... 93
Lampiran 9a Kisi-kisi Pembuatan Cergam ............................................................ 95
Lampiran 9b Desain Awal Buku ............................................................................ 99
Lampiran 9c Validasi Uji Coba Produk Buku (Validator I) ................................ 101
Lampiran 9d Validasi Uji Coba Produk Buku (Validator II) ............................... 103
Lampiran 9e Rekap Validasi Uji Coba Produk Buku .......................................... 105
Lampiran 9f Pedoman Penggolongan Kualitas .................................................... 106
Lampiran 10a Desain Buku Hasil Revisi ............................................................. 107
Lampiran 10b Validasi Uji Coba Produk Buku ................................................... 109
Lampiran 10c Rekap Validasi Uji Coba Produk Buku ........................................ 111
Lampiran 11a Hasil Uji Coba Produk Buku ........................................................ 112
Lampiran 11b Rekap Uji Coba Produk Buku ...................................................... 115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab I ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk, dan definisi
operasional.
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman budaya
dan kesenian. Kesenian adalah segala perbuatan manusia yang timbul dari
hidup perasaannya dan bersifat indah, sehingga dapat menggerakkan jiwa
perasaan manusia (Dewantara, 2013: 330). Ada berbagai macam kesenian
yang dihasilkan oleh Bangsa Indonesia, termasuk di Jawa. Contoh-contoh
dari kesenian Jawa adalah gamelan, wayang, kethoprak, jathilan, dan lain-
lain; yang dapat mengugah jiwa dan perasaan pendengarnya.
Salah satu kesenian Jawa yang menjadi acuan peneliti adalah
Gamelan. Gamelan merupakan seperangkat instrumen yang sering disebut
dengan istilah karawitan (Sulistiyobudi, 2013: 41). Karawitan sendiri
berasal dari bahasa Jawa rawit yang berarti rumit, berbelit-belit, tetapi rawit
juga berarti halus, cantik, berliku-liku, enak, dan indah. Kata ngrawit artinya
suatu karya seni yang memiliki sifat-sifat yang halus, rumit, dan indah
(Purwadi dan Widayat, 2006: 78). Arti kata gamelan yaitu gembel yang
merupakan alat untuk memukul. Karena cara membunyikan instrumen itu
dengan dipukul-pukul. Barang yang sering dipukul namanya pukulan,
barang yang sering diketok namanya ketokan atau kentongan, barang sering
digembel namanya gembelan. Kata gembelan ini bergeser atau berkembang
menjadi gamelan. Cara membuat gamelan berbahan perunggu yang dipukul-
pukul atau dipalu atau digembel, maka benda yang sering dibuat dengan
cara digembel namanya gembelan, benda yang sering dikumpul-kumpulkan
namanya kempelan dan seterusnya gembelan berkembang menjadi gamelan.
Dengan kata lain gamelan adalah suatu benda hasil dari benda itu digembel-
gembel atau dipukul-pukul (Dewantara, 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Gamelan sebagai salah satu bagian dari kesenian tradisional Jawa
merupakan sarana yang baik untuk mendidik budi pekerti masyarakat Jawa
(Sulistyobudi, 2013: 40). Ada nilai-nilai budi pekerti yang terkandung pada
gamelan dalam tata cara untuk menabuh gamelan yang secara tersirat
senantiasa diterapkan, antara lain: tidak boleh melangkahi gamelan, tidak
boleh bersenda gurau, fokus mendengarkan tabuhan pemain gamelan
lainnya supaya terjadi harmonisasi irama, tidak boleh tidur di atas gamelan,
cara duduk perempuan wajib timpuh dan yang laki-laki harus bersila, dan
lain-lain. Nilai-nilai budi pekerti tersebut bertujuan supaya para penabuh
gamelan memiliki kebiasaan untuk berperilaku santun, berkonsentrasi, mau
mendengarkan dan saling menghargai (Endraswara, 2008: 20).
Dari hasil wawancara dengan praktisi gamelan (Bapak Pardiman
Djoyonegara) peneliti mendapatkan data jika setiap perangkat gamelan
melatih penabuhnya memiliki nilai budi pekerti tertentu sesuai dengan
karakteristik kepribadiannya. Pelatih gamelan biasanya melatih pemain
gamelan untuk menabuh semua perangkat alat musik gamelan. Melalui
pengamatannya, pelatih dapat memutuskan pemain yang akan diberi
tanggung jawab menabuh salah satu perangkat yang sesuai dengan
kepribadian pengrawit (penabuh gamelan). Jadi setiap perangkat gamelan
dapat melatih seseorang untuk membentuk karakter untuk memiliki nilai
budi pekerti yang luhur (=Pendidikan Karakter). Praktisi juga mengatakan
bahwa banyak nilai-nilai yang terkandung dalam memainkan gamelan,
namun masih terbatas buku tentang pendidikan budi pekerti dalam
memainkan gamelan, lebih-lebih untuk kalangan pembaca usia sekolah
dasar.
Kesenian gamelan menjadi muatan lokal di sekolah dasar sehingga
diwajibkan untuk menjadi kegiatan ekstrakulikuler. Tujuannya untuk
mengajak siswa dapat memainkan gamelan sebagai salah satu kekayaan
lokal budaya Jawa yang membantu siswa memiliki budi pekerti, sopan
santun, kepedulian, kepekaan, konsentrasi, saling melengkapi dan saling
menghargai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Dari hasil angket peneliti kepada 15 siswa kelas V di SD Kanisius
Minggir peneliti mendapatkan informasi: 33.3% siswa menjawab sebelum
memainkan gamelan harus berdoa, 33.3% siswa menjawab saat memainkan
gamelan harus konsentrasi, 53.4% siswa menjawab sesudah memainkan
gamelan harus merapikan pemukul, 13.3% siswa menjawab sesudah
memainkan gamelan harus berdoa, 86.7% siswa pernah membaca buku
tentang notasi gamelan (bukan buku yang berisi tentang nilai-nilai yang
terkandung di dalam gamelan).
Berdasarkan informasi tersebut peneliti mendapatkan data bahwa
memainkan gamelan dapat membantu siswa memiliki kebiasaan berdoa
(46.6%), konsentrasi (33.3%), dan rapi (53.4%). Selain itu (86.7%) siswa
menjawab pernah membaca buku notasi gamelan (bukan buku yang berisi
tentang gamelan). Itu sebabnya peneliti terdorong untuk mengembangkan
prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan (untuk
SD).
Peneliti termotivasi oleh penelitian sebelumnya oleh Sulistyobudi
(2013) dengan judul “Seni Karawitan atau Gamelan Jawa: Pendidikan Budi
Pekerti”. Tujuan dari penelitian ini adalah menanamkan kepada masyarakat
dan generasi muda melalui kesenian karawitan atau gamelan sebagai seni
pertunjukan yang mengandung pendidikan budi pekerti atau moral.
Simpulan yang dapat diambil bahwa, seni karawitan atau gamelan
merupakan sarana yang baik untuk menanamkan pendidikan nilai budi
pekerti atau moral pada masyarakat dan siswa SD. Oleh karena itu, di era
globalisasi saat ini pendidikan budi pekerti yang terdapat dalam kesenian
karawitan menjadi salah satu alternatif untuk ditanamkan dan diajarkan oleh
generasi muda.
Peneliti terdorong untuk mengembangkan penanaman nilai budi
pekerti yang terdapat dalam memainkan gamelan berupa prototipe buku.
Prototipe buku yang dikembangkan berupa buku berjudul “Buku Pendidikan
Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan (untuk SD)”. Prototipe tersebut
terdiri dari dua bagian, bagian pertama memuat artikel “Nilai Budi Pekerti
dalam Memainkan Gamelan”. Isinya tentang pengertian gamelan, beberapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
instrumen perangkat gamelan, nilai-nilai yang ada dalam beberapa
instrumen gamelan, dan nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan.
Bagian kedua memuat Cergam atau cerita bergambar berjudul “Menabuh
Kempul Mengasah Kesabaran dan Ketekunan” isinya mengenai seorang
siswa bernama Untung yang merasakan manfaatnya karena menjadi
penabuh kempul. Ia dilatih untuk sabar menanti saat yang tepat untuk
memukul kempul dan tekun mendengarkan suara instrumen gamelan yang
lainnya sehingga dapat memukul kempul sesuai tempo sehingga semua
instrumen gamelan menghasilkan irama yang sesuai. Peneliti tertarik
membuat Cergam dalam buku tersebut agar dapat dijadikan sarana literasi
oleh guru.
Literasi adalah kemampuan mengakses, memahami, dan
menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain
membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara (Faizah, dkk,
2016: 1). Salah satu bentuk dari literasi di SD adalah Cergam. Cergam
adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak
yang disusun sedemikian rupa untuk memperjelas sebuah teks cerita.
Biasanya Cergam dicetak di atas kertas dan teks adalah bagian utama di
dalamnya (Putra, 2008: 10). Tujuan literasi adalah menumbuhkembangkan
budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah
yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi
pembelajar sepanjang hayat (Faizah. dkk, 2016: 2). Target dari pelaksanaan
Gerakan Literasi Sekolah adalah menumbuhkan semangat ingin tahu dan
cinta pengetahuan (Faizah. dkk, 2016: 3). Bahwa siswa diharapkan melalui
prototipe buku tentang nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan
merupakan penumbuhan semangat rasa ingin tahu dan cinta terhadap
pengetahuan kebudayaan yaitu kesenian musik gamelan. Tahapan literasi
yang diambil adalah pembiasaan dan pengembangan, pembiasaan adalah
penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca
(Permendikbud No. 23 Tahun 2015) dan pengembangan yaitu meningkatkan
kemampuan literasi melalui kegiatan menanggapi buku pengayaan. Maka
dari proses literasi ini, peneliti berharap bahwa prototipe buku pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
budi pekerti dalam memainkan gamelan (untuk SD) dapat menjadi sarana
yang baik dan layak untuk menjadi sumber bagi siswa SD.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana mengembangkan “Prototipe Buku Pendidikan Budi
Pekerti dalam Memainkan Gamelan (untuk SD)” ?
1.2.2 Bagaimana kualitas “Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti dalam
Memainkan Gamelan (untuk SD)?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Mengembangkan “Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti dalam
Memainkan Gamelan (untuk SD)”.
1.3.2 Mendeskripsikan kualitas “Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti
dalam Memainkan Gamelan (untuk SD)”.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Siswa
Siswa memiliki informasi sederhana dari buku sebagai salah satu
sumber bacaan atau literasi tentang memainkan alat musik gamelan
yang memiliki pendidikan nilai budi pekerti.
1.4.2 Bagi peneliti
Peneliti dapat membuat produk berupa prototipe buku yang berisi
informasi sederhana tentang nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan
gamelan dan cerita bergambar yang berjudul “Menabuh Kempul
Mengasah Kesabaran dan Ketekunan.
1.4.3 Bagi guru
Guru mendapatkan sarana literasi berupa buku Cergam yang berisi
informasi sederhana tentang memainkan alat musik gamelan yang
memiliki nilai-nilai budi pekerti.
1.5 Spesifikasi Produk
1.5.1 Produk berupa prototipe Cergam berjudul “Menabuh Kempul
Mengasah Ketekunan dan Kesabaran”.
1.5.2 Prototipe terdiri dari dua bagian: Bagian I artikel berjudul Nilai-nilai
Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan, Bagian II tentang Cergam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
“Menabuh Kempul Mengasah Kesabaran dan Ketekunan”. Terdapat
pula: Kata Pengantar; Daftar Isi; Refleksi; Pesan Moral; Kepustakaan;
dan Biodata.
1.5.3 Prototipe Cergam memuat 14 gambar: gambar 1 (cover); gambar 2
(Untung dan Ibu menonton Wayang); gambar 3 (Untung belajar di
kelas V); gambar 3 (Untung menabuh kempul bersama Pelatih);
gambar 4 (Untung bersama teman penabuh kendang dan gong);
gambar 5 (Untung bersama teman penabuh saron dan bonang);
gambar 6 (Untung datang ke Parade Gamelan Anak); gambar 7
(Untung berjalan jongkok); gambar 8 (Untung sedang berdoa);
gambar 9 (Untung diberikan nasihat oleh pelatih); gambar 10 (Untung
dan teman-teman bermain gamelan disaksikan juri dan penonton);
gambar 11 (Kelompok Untung mendapat juara mendapatkan piala
bergilir); gambar 12 (Pelatih merangkul Untung dan teman-teman).
1.5.4 Refleksi di akhir Cergam untuk membantu siswa menuliskan
permenungan tentang memainkan gamelan.
1.5.5 Cergam dibuat dengan kertas: Asturo (kertas tebal sebagai cover) dan
Paperbook (kertas halus sebagai isi buku).
1.6 Definisi Operasional
1.6.1 Prototipe adalah produk sederhana berupa sebuah buku yang belum
dicetak dan dipublikasikan secara luas, produk ini juga belum
didaftarkan secara resmi sehingga sang penulis belum memiliki hak
cipta atas produk dan karya tulis yang telah dibuat.
1.6.2 Pendidikan Budi pekerti adalah nilai-nilai perilaku manusia yang akan
diukur menurut kebaikan dan keburukannya melalui norma agama,
norma hukum, tata krama dan sopan santu, norma budaya dan adat
istiadat masyarakat serta akan mengidentifikasi perilaku positif yang
diharapkan dapat terwujud dalam perbuatan, perkataan, pikiran, sikap,
perasaan dan kepribadian manusia.
1.6.3 Gamelan merupakan hasil dari kesenian tradisional Jawa yang berupa
kesenian musik yang terdiri dari sekumpulan instrumen yang terbuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
dari logam dan non logam, cara membunyikan dengan dipukul,
digesek, dan ditiup, memiliki dua tangga nada yaitu slendro dan pelog
yang dalam dunia ke-SD-an digunakan untuk kegiatan ekstrakurikuler
bagi para siswa-siswi sebagai sarana melestarikan budaya musik Jawa.
1.6.4 Nilai-nilai dalam memainkan gamelan adalah hasil yang didapatkan
setelah memainkan gamelan berupa sikap-sikap baik berupa kerja
sama, sopan santun, toleransi, konsentrasi yang merupakan nilai yang
ditumbuhkan baik sebelum, pada saat, dan sesudah memainkan
gamelan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Peneliti akan membahas mengenai kajian pustaka, penelitian yang relevan,
kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian pada bab II ini. Keempat hal tersebut
akan diuraikan sebagai berikut.
2.1 Kajian Pustaka
Landasan teroritis merupakan acuan yang digunakan peneliti dalam
membuat Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan
(untuk SD). Teori-teori yang digunakan merupakan definisi dan hasil analisa
pakar, seniman, budayawan dan pemerhati yang telah ahli di bidangnya. Hal
tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
2.1.1 Budi Pekerti
2.1.1.1 Pengertian Budi pekerti
Budaya Indonesia merupakan kebudayaan nasional terdiri dari 2 kata, kata
pertama adalah kata kebudayaan dan kata kedua adalah nasional. Menurut kamus
besar bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari kata budaya dan kata budaya
tersebut mengandung arti pikiran, akal budi. Sedangkan kebudayaan menurut
kamus besar bahasa Indonesia mempunyai 2 arti, arti pertama dari kebudayaan
adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti
kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat. Arti kedua dari kebudayaan adalah
antara keseluruhan pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial yang digunakan
untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman
tingkah lakunya. Kata kedua yaitu kata nasional yang mempunyai arti bersifat
kebangsaan, berkenaan atau berasal dari bangsa sendiri, meliputi suatu bangsa.
Jadi, arti dari kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang dianut oleh semua
warga dalam suatu Negara (Depdiknas, 2003: 10).
Budi pekerti berinduk pada etika atau filsafat moral. Secara etimologis
kata etika sangat dekat dengan moral. Etika berasal dari bahasa Yunani ethos
(jamak: ta etha) yang berarti adat kebiasaan. Adapun moral berasal dari bahasa
latin mos (jamak: mores) yang juga mengandung arti adat istiadat (Zuriah, 2011:
17). Budi pekerti, berasal dari kata budi dan pekerti. Kata budi berarti 1) alat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
batin yang merupakan panduan akal dan perasaan untuk menimbang baik dan
buruk, 2) tabiat, akhlak, watak, 3) perbuatan baik; kebaikan, 4) daya upaya;
ikhtiar, dan 5) akal (dalam arti kecerdikan menipu atau tipu daya). Kata pekerti
berarti 1) perangai, tabiat, akhlak, watak, 2) perbuatan (kurang baik). Adapun
setelah dirangkai, kata budi pekerti mengandung arti tingkah laku; perangai;
akhlak. (Tim Penyusun PPPB, 2005:180; 843).
Pengertian budi pekerti mengacu pada pengertian dalam bahasa Inggris,
yang diterjemahkan sebagai moralitas. Moralitas mengandung beberapa
pengertian antara lain: (a) pemikiran, (b) sikap, dan (c) perilaku. Namun,
pengertian budi pekerti secara hakiki adalah nilai-nilai perilaku manusia yang
akan diukur menurut kebaikan dan keburukannya melalui norma agama, norma
hukum, tata krama dan sopan santun, norma budaya dan adat istiadat masyarakat.
Budi pekerti akan mengidentifikasi perilaku positif yang diharapkan dapat
terwujud dalam perubahan, perkataan, pikiran, sikap, perasaan, dan kepribadian
peserta didik (Zuriah, 2011: 17).
Pendidikan budi pekerti adalah hal dasar yang memiliki peran penting
dalam menumbuhkan karakter manusia. Karakter manusia dapat dibentuk melalui
pendidikan karakter. Pendidikan karakter merupakan pengembangan diri manusia
dalam menambahkan sebuah keutamaan dalam dirinya ketika ia mampu
menyempurnakan diri menjadi semakin baik. Hasil-hasil usahanya ini dapat
dilihat melalui pemikiran, perilaku, dan keputusannya (Koesoema, 2015: 81-82).
Ketiga hal tersebut sejalan dengan pengembangan kurikulum 2013 yang dipakai
secara nasional di Indonesia yang menekankan dari 4 aspek dasar pengembangan:
aspek spiritual, aspek sikap sosial, aspek pengetahuan, dan aspek ketrampilan
(Mulyasa, 2013: 20).
Dengan demikian, budi pekerti merupakan hal yang sangat penting bagi
kehidupan manusia dalam mengembangkan karakter, baik sebagai makhluk
pribadi maupun sebagai makhluk sosial. Budi pekerti seseorang akan tampak pada
sikap, pikiran, dan perilaku. Karakter seseorang akan tampak pada spiritual, sikap
sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Orang yang berbudi pekerti memiliki
karakter baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
2.1.1.2 Pendidikan Budi Pekerti
Pendidikan budi pekerti secara konsepsional mencakup hal-hal sebagai
berikut: (1) Usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik menjadi manusia
seutuhnya yang berbudi pekerti luhur dalam segenap peranannya sekarang dan
masa yang akan datang; (2) Upaya pembentukkan, pengembangan, peningkatan,
pemeliharaan dan perilaku peserta didik agar mereka mau dan mampu
melaksanakan tugas-tugas hidupnya secara selaras, serasi, seimbang (lahir batin
material spiritual dan individual sosial); (3) Upaya pendidikan untuk membentuk
peserta didik menjadi pribadi seutuhnya yang berbudi pekerti luhur melalui
kegiatan bimbingan pembiasaan, pengajaran dan latihan serta keteladaan (Zuriah,
2011: 20).
Pendidikan budi pekerti secara operasional adalah upaya untuk membekali
peserta didik melalui bimbingan, pengajaraan dan latihan selama pertumbuhan
dan perkembangan dirinya sebagai bekal masa depannya, agar memiliki hati
nurani yang bersih, berperangai baik, serta menjaga kesusilaan dalam
melaksanakan kewajiban terhadap Tuhan dan sesama makhluk. Dengan demikian,
terbentuklah pribadi seutuhnya yang tercermin pada perilaku berupa ucapan,
perbuatan, sikap, pikiran, perasaan, kerja dan hasil karya berdasarkan nilai-nilai
agama serta norma dan moral luhur bangsa (Zuriah, 2011: 17-20).
Penekanan pendidikan Budi Pekerti dan pengetahuan di sekolah harus
diseimbangkan. Pengertian keseimbangan di sini lebih menekanan pada
kebutuhan dan aspek perkembangan manusia. Untuk membantu melihat hal
tersebut kiranya perlu dilihat pekembangan kognitif, dan perkembangan moral.
Dengan melihat tahapan-tahapan perkembangan moral dan perkembangan
kognitif, bisa dilihat keseimbangan penekanan pendidikan budi pekerti dan
pengetahuan. Pendidikan dasar harus ditekankan dan diprioritaskan pada
penanaman nilai dibandingkan dengan pengajaraan. Nilai-nilai dasar seperti
penghargaan terhadap orang lain religiusitas, sosialitas, gender, keadilan,
demokrasi, kejujuran, kemandirian, daya juang, tanggung jawab, penghargaan
terhadap lingkungan, harus diberikan sesuai dengan tingkat pemahaman siswa.
Semakin tinggi tingkat pendidikan formal pengajaran akademik, semakin besar
porsinya. Pada taraf pendidikan rendah nilai-nilai dasar dikenalkan dan proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
penanamannya diulang terus-menerus sampai ke jenjang sekolah menengah.
Tahap demi tahap ditingkatkan dan harus mampu mengantar siswa pada proses
kesadaran penghayatan dan pembentukan nilai hidup. Semakin banyak guru
memperkenalkan nilai-nilai (value) dan kesadaran ilimiahnya tinggi, akan
semakin yakin bahwa apa yang dianut dan diyakini guru adalah sesuatu yang baik,
berharga dan pantas selalu diperjuangkan. Nilai-nilai tersebut baik berupa nilai
kehidupan maupun nilai-nilai yang bersifat akademis/ilmiah (Zuriah, 2011: 33).
Menurut Depdiknas (2010), pendidikan budi pekerti berkaitan erat dengan
pendidikan karakter. Pendidikan karakter adalah adalah segala sesuatu yang
dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru
membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini meliputi keteladanan
bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi,
bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya. Berdasarkan grand
design yang dikembangkan Kemendiknas, secara psikologis dan sosial kultural
pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi
individu manusia (afektif, kognitif, dan psikomotor) dalam konteks interaksi
sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung
sepanjang hayat.
Tabel 2.1 Nilai-Nilai Budi Pekerti dan Nilai-Nilai Karakter
Nilai-nilai Budi Pekerti Nilai-nilai Karakter
Sikap Afektif
Pikiran Kognitif
Perilaku Psikomotor
Dalam nilai-nilai budi pekerti termuat sikap, pikiran dan perilaku. Sikap
adalah tingkah laku atau gerakan-gerakan yang tampak dan ditampilkan dalam
interaksinya dengan lingkungan sosial (Syamsudin, 1997: 10). Pikiran merupakan
daya saing yang paling utama yang dimiliki oleh manusia sejak mulai mengenal
lingkungan sekitarnya (Purwanto, 1998: 27). Perilaku yaitu respon atau reaksi
seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar (Notoatmodjo, 2007: 34).
Nilai-nilai dalam karakter meliputi afektif, kognitif, dan psikomotor. Afektif
adalah ranah yang berhubungan dengan sikap, nilai, perasaan, emosi, serta derajat
penerimaan atau penolakan suatu obyek dalam kegiatan belajar mengajar.
Kognitif yaitu kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
dipelajari, yang berkenaan dengan kemampuan berpikir, kompetensi memperoleh
pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan penalaran.
Psikomotor kompetensi melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan
serta kompetensi yang berkaitan dengan gerak fisik (motorik) (Karthwohl, 2002:
10-25). Sejalan dengan Lickona dalam (Ratna, 2014:132) karakter memiliki tiga
bagian yang saling berhubungan, yaitu:
a) Pengetahuan moral, mengetahui hal yang baik,
b) Perasaan moral, meninginkan hal yang baik, dan
c) Perilaku moral, melakukan hal-hal yang baik.
Ketiga ciri tersebut dapat diperluas dengan dua ciri lain, yaitu penilaian terhadap
hasil yang sudah diperoleh, sekaligus menularkannya terhadap hasil yang sudah
diperoleh, sekaligus menularkannya terhadap orang lain, yaitu hasil-hasil yang
bersifat positif.
Nilai-nilai budi pekerti dan pendidikan karekter membuktikan bahwa
keduanya memiliki keterkaitan yang baik sebagai sarana untuk mempelajari
kesenian hasil kebudayaan dari Indonesia. Kesenian kebangsaan yang mudah atau
dapat diberikan dalam hubungan kelas atau secara umum dapat dipergunakan
untuk menghasilkan budi pekerti serta menebalkan rasa kebangsaan (Dewantara,
2013: 71). Tujuannya untuk mengetahui kekhasan dari setiap kesenian khususnya
pada alat musik, serta nilai-nilai budi pekerti yang terkandung di dalam alat musik
tradisional yaitu gamelan. Dengan demikian peneliti bisa membuat kisi-kisi untuk
menyusun beberapa butir pertanyaan berkaitan dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam setiap perangkat gamelan. Instrumen pertanyaan itu akan dibagikan kepada
beberapa siswa, untuk mengetahui apakah mereka mengetahui nilai-nilai yang
terkandung dalam alat musik gamelan. Kemudian peneliti dapat
mengembangkannya untuk “Pengembangan Prototipe Buku Pendidikan Budi
Pekerti dalam Memainkan Gamelan (untuk SD)”.
2.1.3 Gamelan
Kebudayaan itu berarti buah budi manusia, budi itu tidak lain ialah jiwa
yang sudah masak, sudah cerdas dan oleh karenanya sanggup dan mampu
mencipta, karena budi manusia itu mempunyai dua sifat yang istimewa, yaitu sifat
luhur dan sifat halus, maka segala ciptaannya senantiasa mempunyai sifat luhur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
dan halus pula, sesuai dengan etika dan estetika. (Dewantara, 2013: 54).
Kebudayaan menghasilkan kesenian kebangsaan yang dapat diajarkan yaitu seni
suara, seni lukis, seni sastra, seni sandiwara, dan seni musik. Dalam budaya Jawa
terdapat penyatuan dari banyak bidang seni yaitu pagelaran wayang. Pagelaran
wayang kulit menggunakan gamelan sebagai pengiring utama dalam
pementasanya. Gamelan adalah hasil kebudayaan di Indonesia yang memiliki ciri
dan karakter masing-masing ditiap daerah yang berbeda-beda, sama halnya
dengan perbedaan dialeg (Endraswara, 2005: 157). Peneliti akan fokus pada
gamelan Jawa yang dipergunakan dalam kegiatan ekstrakurikuler untuk SD.
Gamelan Jawa telah tua umurnya. Sejak orang Jawa memiliki kegemaran
pada tabuhan, gamelan diciptakan. Dalam buku Yudhoyono (1984) berjudul
Gamelan Jawa; Awal Mula, dan Masa Depannya dipaparkan bahwa gamelan Jawa
terkait pula dengan upacara keagamaan. Gamelan juga berujud pusaka
(Endraswara, 2005: 217). Gamelan bukan sekedar instrumen untuk bermain
musik. Sebagai warisan budaya, sepanjang sejarah justru di dalamnya bermuara
interaksi budaya sekaligus perkembangan musikal. Tak mengherankan jika
gamelan bisa menjadi pintu masuk untuk melakukan kajian postkolonial secara
lebih mendalam. Maklum pula jika telah lebih dari se-abad gamelan Jawa menjadi
fokus utama bidang etnomusikologi di dunia. Gamelan Jawa juga memuat filosofi
kejawen yang luhur (Endraswara, 2005: 232).
Arti kata gamelan yaitu gembel yang merupakan alat untuk memukul.
Karena cara membunyikan instrumen itu dengan dipukul-pukul. Barang yang
sering dipukul namanya pukulan, barang yang sering diketok namanya ketokan
atau kentongan, barang sering digembel namanya gembelan. Kata gembelan ini
bergeser atau berkembang menjadi gamelan. Cara membuat gamelan berbahan
perunggu yang dipukul-pukul atau dipalu atau digembel, maka benda yang sering
dibuat dengan cara digembel namanya gembelan, benda yang sering dikumpul-
kumpulkan namanya kempelan dan seterusnya gembelan berkembang menjadi
gamelan. Dengan kata lain gamelan adalah suatu benda hasil dari benda itu
digembel-gembel atau dipukul-pukul (Dewantara, 2013). Arti kata Gamelan bagi
masyakarat Jawa menyebutnya dengan gangsa. Disebut demikian karena
mengangandung arti gong = gang ialah gegandulaning urip (bergantungnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
hidup), yaitu sa atau rasa. Bahwa rasa merupakan pegangan utama dalam
kehidupan masyarakat Jawa (Yudhoyono, 1984: 17). Istilah “karawitan” yang
digunakan untuk merujuk pada kesenian gamelan banyak dipakai oleh kalangan
masyarakat Jawa. Istilah tersebut mengalami perkembangan penggunaan maupun
pemaknaannya. Banyak orang memaknai “karawitan" berangkat dari kata dasar
“rawit” yang berarti rumit, juga berarti kecil, halus, atau berliku-liku, enak.
(Supanggah, 2002: 5¬6). Gamelan Jawa baik penciptaan maupun penggunannya,
mempunyai hubungan yang erat dengan tingkat religius atau kepercayaan yang
dianut oleh masyarakat. Bahkan dapat dikatakan tidak dapat dipisahkan, karena
gamelan Jawa merupakan perwujudan hasil manunggalnya cipta-rasa-karsa
manusia. Dan memang inilah ciri khas dari kebudayaan Jawa (Yudhoyono, 1984:
64).
Gangsa (gamelan) ialah alat musik guna memperdengarkan gendhing,
bagian-bagiannya bermacam-macam serta dapat dibagi menjadi empat jenis,
yaitu: (1) pencipta irama: kendang, serta keprak, (2) pencipta suara: rebab, gender
(barung dan penerus), gambang, seruling, siter (celempung), dan saron peking,
(3) pemelihara irama: kethuk, kempul, kenong, gong kempyong, ketipung, kecer,
kemanak, bendhe, dan beri, (4) Pemelihara suara: bonang panembung, gender
panembung (slenthem), saron demung, serta saron biasa (Dewantara, 2013: 176).
Gamelan memiliki beragam cara dalam menghasilkan suara, dengan cara tertentu
yaitu dengan dipukul, dipetik, digesek, dan ditiup. Instrumen gamelan yang
menghasilkan suara sewaktu dipukul atau ditabuh, dengan bentuk dan bahan dari
setiap instrumen memiliki bentuk rongga getar. Dalam instrumen gamelan yang
dipukul yaitu saron, gambang, gender, demung, kendang, kethuk kenong, bonang,
kempul, dan gong. Instrumen gamelan yang menghasilkan suara ketika senar atau
dawai digetarkan melalui dipetik dengan jari-jari tangan dan tinggi rendahnya
nada tergantung dari panjang dan pendek senar/dawai. Instumen dalam gamelan
yang dipetik yaitu siter (celempung). Instrumen gamelan yang menghasilkan
suara ketika dawai digesek, seperti alat musik petik, tinggi rendahnya nada
tergantung dari panjang dan pendek dawai. Dalam instrumen gamelan yang
digesek yaitu rebab. Instumen gamelan menghasilkan suara saat suatu kolom
udara di dalamnya digetarkan sewaktu ditiup, tinggi rendah nada ditentukan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
frekuensi gelombang yang dihasilkan terkait dengan panjang kolom udara dan
bentuk instrumen. Dalam instrumen gamelan yang ditiup adalah seruling. Adapun
dalam memainkan gamelan terdapat gendhing-gendhing yang berirama pelan,
sedang, dan cepat. Sebagai contoh dari gendhing dolanan anak adalah Gambang
Suling dengan irama pelan, Padang Mbulan dengan irama sedang, dan Jaranan
dengan irama cepat. Melalui cara-cara membunyikan atau memainkan gamelan
dan irama lagu-lagu gendhing tersebut, gamelan juga memiliki beberapa macam
alat atau instrumen yang membentuk seperangkat alat musik gamelan.
Gamelan secara umum ialah salah sebuah pernyataan musikal berupa
kumpulan alat-alat musik (bunyi-bunyian) tradisional dalam jumlah besar yang
terdapat (terutama) di Pulau Jawa. Gamelan yang lengkap mempunyai kira-kira
75 alat namun umumnya hanya 12 alat utama dan dapat dimainkan oleh 30 niyaga
(penabuh) dengan disertai 10-15 pesinden dan atau gerong. Dengan pakaian yang
dikenakan berupa beskap dan blangkon bagi penabuh laki-laki serta kebaya dan
rambut disanggul bagi penabuh perempuan. Semua alat tersebut dibunyikan
secara bersama-sama atau sebagian saja dengan cara yang sesuai, sehingga
merupakan konsert atau kumpulan suara yang teratur menurut tempo dan irama
tertentu. Dengan kata lain masing-masing alat mempunyai nama dan fungsinya
sendiri-sendiri dan dibunyikan menurut kebutuhannya. Hasil pembunyian tersebut
(secara teratur) disebut gendhing (Yudhoyono, 1984: 15). Masing-masing
instrumen memiliki karakteristik tertentu dan mengandung nilai-nilai budi pekerti
yang perlu dipahami oleh para penabuhnya, dalam penelitian ini terkhusus untuk
menumbuhkan nilai-nilai budi pekerti pada siswa SD.
2.1.4 Nilai-Nilai Budi Pekerti dalam setiap Instrumen Gamelan
Gamelan memiliki nilai disetiap instrumennya, dalam penanaman nilai ini
seseorang harus memulainya dengan menabuh instrumen gamelan. Sebagai
contoh 8 dari 12 instrumen gamelan yang ada adalah: Rebab, Bonang, Kendang,
Seruling, Gambang, Gender, Gong, dan Kempul. Gendhing gamelan yang indah
saat didengarkan karena dimainkan oleh para pengrawit atau niyaga atau penabuh
gamelan yang dimainkan oleh 30 niyaga (penabuh). Para pengrawit juga
memerlukan latihan secara teratur. Pada saat latihan pengrawit dengan para
pelatihnya menanamkan nilai-nilai yang terkandung secara tersirat. Pada bagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
ini peneliti memaparkan 8 dari 12 makna dari masing-masing instrumen karena
keterbatasan waktu dan tenaga dari peneliti. Berikut makna dari masing-masing
instrumen gamelan Jawa:
(1) Rebab
Rebab adalah instrumen gamelan Jawa yang berdawai yang
membunyikannya secara digesek seperti halnya biola pada instrumen
barat. Dalam komposisi gamelan Jawa termasuk tetabuhan halus dan
khusus baik nada maupun penggunaannya. Bunyi yang dihasilkan oleh
rebab akan enak didengar apabila melakukannya secara teratur dan
terarah. Bentuk dari alat musik yang kemudian disebut rebab
dikembangkan dari tubuh manusia sedang duduk bersila, yang
memainkannya dipegang dalam posisi tegak, dan penggeseknya
digerakkan ke arah kiri dan kanan secara horizontal. Menurut konsepsi
orang Jawa ini mempunyai arti harus adanya keseimbangan antar
hubungan vertikal dan horizontal pada setiap manusia. Ujung rebab bagian
atas (tegak) menunjuk ke arah manusia menyembah pada Tuhannya.
Sedangkan cara menggeseknya menujuk arah bagaimana seorang itu
bersikap dan bertindak pada sesamanya dalam hidup sehari-hari. Di sinilah
ciri rebab yang religius. Pada saat seseorang sedang membunyikan rebab,
dapat pula dikatakan sebagai perlambang dari orang yang sedang
bersemedi. Bahwa dengan memusatkan rasa setelah menyaring (terutama
dari kedua telinga) akan hal-hal yang berasal dari luar (bahkan menutup
rapat semua lubang yang ada pada dirinya) maka akan ditemui adanya satu
alam yang lain. Ini diwujudkan dengan menggesek rebab (pemusatan rasa)
setelah menyetel rentang dawainya dengan teratur dan terarah secara betul
(Yudhoyono, 1984: 87-91). Berdasarkan nilai yang terkandung dalam
memainkan rebab yaitu pemusatan rasa menyembah kepada Tuhan, maka
ketika memainkan rebab pemain mengasah nilai spiritual (doa).
(2) Bonang
Bonang memiliki satu keistimewaan yaitu dapat dipakai untuk segala
macam gendhing, baik dalam irama yang keras atau cepat, maupun halus
atau pelan. Asal kata bonang yaitu perpaduan kata Nong-Nang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
artinya dalam bahasa Jawa, Nong Kono-Nong Kene = di sana di situ,
fungsi utama bonang adalah sebagai petunjuk arah. Fungsi bonang juga
dapat dilihat dari cara memegang alat pemukulnya dan sebuah jari
(telunjuk) melekat lurus sejajar dengan tangkai. Sehingga kalau dilihat
seperti orang menuding atau menunjukkan arah (Yudhoyono, 1984: 91-
93). Berdasarkan nilai yang terdapat pada instrumen bonang, sebagai
penunjuk arah para penabuh yang lain maka penabuh bonang dilatih untuk
memiliki nilai tenggang rasa.
(3) Kendang
Kendang adalah instrumen gamelan Jawa yang paling menjadi pusat
perhatian dalam suatu gendhing. Istilah kendang bermula dari dua suku
kata yaitu ken dan dang. Ken merupakan kependekan dari kata kendali,
dan dang kependekan dari kata padang (terang). Maksudnya adalah
dikendalikan dengan pikiran dan hati yang jernih. Sesuai dengan arti kata,
fungsi utama kendang adalah sebagai pengendali. Yaitu pengendali setiap
permainan gamelan dalam berbagai gendhing. Kendanglah yang seringkali
membuka gendhing. Dalam kedudukan seperti ini cepat lambatnya
hentakan tangan pengendang sangat dipengaruhi pula irama gendhing-
gendhingnya. Salah dalam membuka, bisa jadi salah pula gendhingnya.
Fungsi kendang yang terpenting adalah mengendalikan tempo dan irama
setiap gendhing. Baik tempo pokok maupun irama cepat atau pun lambat
dan rangkap, diatur dengan bunyi kendang, termasuk di dalamnya
mengakhiri atau menghentikan gendhing dengan istilah suwuk. Sudah
sepantasnya jika seorang pengendang itu berfungsi sebagai pemimpin
kelompok gamelan (karawitan). Dia tahu betul situasi dan kondisi yang
sedang dihadapi. Bahkan dia pula yang menciptakan situasi dan kondisi
itu. Oleh karenanya bagi pengendang haruslah mempunyai pengendalian
pikiran dan hati yang jernih apabila menginginkan hasil yang maksimal.
Dengan kemampuannya itu dia dapat mengendalikan jalannya permainan
sebagik mungkin. Kesemuannya membawakan makna bahwa, tiap-tiap
usaha untuk mencapai tujuan yang suci itu harus dikendalikan dengan hati
dan pikiran yang jernih (Yudhoyono, 1984: 94-98). Berdasarkan nilai yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
terkandung dalam memainkan kendang adalah pendendalian pikiran dan
hati, dapat artikan penabuh kendang dilatih disiplin serta kepemimpinan.
(4) Seruling
Seruling adalah penghias lagu pokok yang mengisi sela-sela gendhing,
dalam kerja sama yang harmonis dengan alat tetabuhan yang lainnya. Kata
seruling dalam bahasa Jawa suling, kependekan dari kata su = nafsu dan
ling = eling = ingat. Artinya ngempet nafsu dan eling = menahan nafsu dan
selalu ingat. Hal ini mengandung makna bahwa setiap hal akan baik jika
disertai menahan hawa nafsu dan selalu ingat pada Tuhan Yang Maha
Kuasa. Dalam meniup seruling sebagai penghias lagu pokok mengisi sela-
sela gendhing, dalam kerja sama yang harmonis dengan gambang, dan
gender. Oleh karenanya seruling dibunyikan pada waktu-waktu tertentu
pada saat perlu ada penekanan dalam permainan gamelan. Dalam
meningkatkan daya cipta dan daya ingat lebih terlatih ke arah yang baik.
Jadi yang ada berupa kerja sama dan ketentraman (Yudhoyono, 1984: 98-
100). Berdasarkan nilai yang terkandung dalam memainkan seruling
memiliki nilai kerja sama, dan ketentraman dalam doa yang diasah ketika
meniup instrumen seruling.
(5) Gambang
Gambang berasal dari dua kata suku yaitu gam + bang = gamblang +
timbang = jelas + seimbang dan dipertimbangkan. Arti keseluruhan ialah
jelas, dengan dipertimbangkan masak-masak sehingga menjadi imbang.
Gambang dalam fungsinya sebagai penghias lagu pokok, cara
membunyikannya pun termasuk sulit dibanding dengan cara membunyikan
alat-alat untuk lagu pokoknya. Satu angka atau satu pukulan pada alat-alat
pembawa lagu pokok seperti saron, berarti empat atau lebih pukulan untuk
gambang. Ini pun harus kompak antara tangan kanan dan kiri. Tetapi bagi
yang telah berlatih hal ini merupakan suatu seni yang mengasyikan. Kita
dilatih dan biasakan untuk tidak hidup secara monoton, melainkan penuh
dengan variasi dan konsekuensi (Yudhoyono, 1984: 100-103).
Berdasarkan nilai yang terkandung dalam instrumen gambang adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
kompak yang dapat diartikan sebagai nilai kerja sama yang diasah ketika
menabuh gambang.
(6) Gender
Gender sewaktu membunyikannya, posisi duduk bersila dan alat
pemukul dijapit oleh sela-sela jari tangan kanan dan kiri, serta siku turun
ke bawah. Hal ini merupakan sifat dan kewajiban dari gender yang halus
dan sopan sesuai misi yang dibawakan. Dalam memukul gender cukup
dengan menggerakkan pergelangan tangan (ugel-ugel) sehingga roda
pemukulnya seolah-olah menggelinding dengan sedikit lompatan di atas
permukaan wilahan-wilahannya. Dengan begitu saja suara yang dihasilkan
sudah cukup keras untuk didengar. Setelah memukul gender tangan
(pangkal jari-jari) harus cepat-cepat matet ditempat wilahan yang baru saja
dipukul atau ditabuh agar tidak ada gaung getaran yang terus berbunyi
(Yudhoyono, 1984: 103-106). Berdasarkan nilai yang terkandung dalam
instrumen gender yaitu halus yang diartikan sopan, jadi pemain gender
diasah kesopanannya dalam menabuh gender.
(7) Gong
Gong dalam komposisi gamelan Jawa termasuk dalam kelompok
pertama, yaitu sebagai pemain irama. Maksudnya penentu batas-batas
antara guru lagu yang satu dengan lainnya di dalam suatu gendhing atau
lagu. Selain itu juga menentukan irama dasar. Oleh karenanya gong
dibunyikan dengan selang-selang yang besar. Adapun makna dari gong
mempunyai kesesuaian dengan arti nama serta fungsinya. Gong dapat
berarti besar seperti bentuk dan bunyinya. Tapi dapat berarti
gegandulaning urip = tempat bergantungnya hidup. Hal ini disamping
menunjukkan cara memasangnya digandul juga menunjukkan fungsinya
yaitu sebagai penentu batas-batas gendhing serta penentu irama dasar atau
mati hidupnya gendhing. Dalam pagelaran wayang kulit semalam suntuk,
gong disamping terus mengiringi sepanjang malam juga berfungsi
menutup bait per bait suluk dalang. Oleh karenanya tugas penabuh gong
sangatlah besar. Karena disamping harus tetap penuh konsentrasi, juga
harus mengerti berbagai jenis gendhing (Yudhoyono, 1984: 107-110).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Berdasarkan nilai yang terkandung dalam menabuh gong yaitu konsentrasi
dan berserah kepada Tuhan, maka dalam menabuh gong pemain mengasah
nilai untuk berserah kepada Tuhan dan konsentrasi.
(8) Kempul
Kata kempul (Jawa) berarti kempel atau kumpul secara utuh atau
bulat. Hal ini sekaligus menunjukkan fungsi pokoknya sebagai patokan
dari lagu pokok suatu gendhing. Membunyikannya jarang-jarang, dalam
kombinasi dengan kethuk dan kenong. Memiliki fungsi untuk
memperdengarkan bunyi dengan selang-selang yang lebih kecil (pemain
irama). Maka dengan menabuh instrumen kempul dengan jarang-jarang
yang dibutuhkan si penabuh adalah kesabaran dan ketekunan, untuk
memahami setiap tabuhan dari setiap gendhing yang berbeda. Nantinya
ketika kesabaran dan ketekunan itu sudah nyawiji atau bersatu dengan diri
maka si penabuh akan memiliki unsur-unsur yang bulat, utuh, atau
ngumpul (Yudhoyono, 1984: 125-126). Berdasarkan nilai yang terkandung
dalam menabuh kempul yaitu kesabaran dan ketekunan, maka ketika
menabuh kempul pemain mengasah kesabaran dan ketekunan.
Tabel 2.2 Perangkat gamelan dan nilai-nilai budi pekerti yang terdapat dalam setiap
instrumen gamelan
No Perangkat
Gamelan
Nilai-nilai dalam instrumen Gamelan
1. Rebab (Bersemedi, Pemusatan rasa, Menyembah kepada Tuhan) doa
2. Bonang petujuk arah (keras lembut=konsentrasi), tenggang rasa
3. Kendang Disiplin, (Mengendalikan pikiran dan hati yang jernih), Pemimpin
4. Seruling Ketentraman (doa), kerja sama.
5. Gambang Pertimbangan yang masak hingga seimbang (doa), Kompak (kerja
sama)
6. Gender Halus, Sopan (manusia dengan manusia, manusia dengan
sekelilingnya, dan yang terasa di hati masing-masing)
7. Gong Berserah kepada Tuhan. Tempat bergantungnya hidup kepada yang
paling besar (Tuhan) doa, Konsentrasi.
8. Kempul Kesabaran dan ketekunan
Pemaparan di atas peneliti melihat bahwa, setiap instrumen gamelan
memiliki nilai-nilai budi pekerti yang terkandung di dalamnya. Setiap instrumen
gemelan memiliki peran sendiri-sendiri ketika dimainkan. Jika hanya salah satu
saja instrumen yang dimainkan maka tidak akan ada artinya, namun jika setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
instrumen gamelan dimainkan secara bersama-sama dengan kerja sama, disiplin,
tenggang rasa, doa, sopan, konsentrasi, sabar, dan tekun maka akan tercipta irama
gendhing yang indah. Pada 8 dari 12 instrumen gamelan di atas, peneliti
memaparkan nilai-nilai dari instrumen yang akan menjadi satu kesatuan dalam
memainkan gamelan untuk membawakan sebuah irama gendhing yang indah.
Oleh karena itu setiap penabuh perlu bekerja sama tenggang rasa, doa, sopan,
konsentrasi, sabar, dan tekun yang akan dibahas dibagian berikut.
2.1.5 Nilai-nilai Budi Pekerti memainkan Gamelan
Pelatih gamelan membimbing para penabuh agar dapat memainkan
gamelan untuk menghasilkan irama yang indah. Ada beberapa ketentuan yang
diwajibkan oleh pelatih untuk dilakukan oleh para penabuh sebelum, pada saat,
dan sesudah memainkan gamelan seperti yang dipaparkan oleh narasumber Bapak
Pardiman Djoyonegara.
Sebelum memainkan gamelan, pelatih meminta para penabuh untuk
memiliki kebiasan laku ndodok (jalan jongkok) saat menuju gamelan, menyiapkan
alat dan pemukul, berdoa terlebih dahulu, menyiapkan teks not angka sebagai
panduan, konsentrasi untuk memulai menabuh instrumen gamelan, ketekunan
dalam berlatih agar penabuh dapat menguasai tabuhan.
Pada saat memainkan gamelan, pelatih mengajak para penabuh untuk
mengingat not angka atau ketekunan, penabuh laki-laki duduk dengan bersila, dan
perempuan duduk timpuh, dengan kedua telapak kaki sebagai alas badan erat
kaitannya dengan sopan santun, tenggang rasa dengan mendengarkan suara dari
instrumen lainnya, kerja sama terbentuk ketika semua instrumen ditabuh dengan
kesesuaian dan tidak boleh menonjolkan diri sendiri, toleransi dengan
mendengarkan irama dari cepat atau lambat, serius dalam memainkan instrumen
gamelan, serta tentang tidak boleh meninggalkan tempat atau berjalan-jalan,
kesabaran dalam menunggu atau menahan diri untuk memukul jika belum
waktunya.
Sesudah memainkan gamelan, pelatih mengajarkan para penabuh agar
berdoa untuk bersyukur kepada Tuhan karena telah dapat menabuh dengan baik,
disiplin untuk membersihkan tempat/ruangan gamelan, bertanggung jawab untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
mengembalikan alat pemukul instrumen gamelan, senantiasa menaati tata tertib,
dan kerapian dalam berbusana agar tetap rapi.
Nilai budi pekerti dalam gamelan memiliki banyak tata cara yang perlu
untuk dilakukan baik itu sifatnya wajib sebagai sarana pembentukkan secara
tersirat dalam gamelan yang terwujud dari sikap penabuh dalam mengasah nilai-
nilai budi pekerti. Berikut penjabaran dari nilai-nilai yang terkandung dalam
gamelan:
(1) Disiplin saat penabuh gong harus sigap, akan ditagih oleh seluruh
penabuh, jiwa suwuk tidak menabuh, karawitan terasa gagal (Endraswara, 2008:
72). Kegagalan itu ditandai dengan perpaduan suara gamelan yang sumbang/tidak
merdu. Maka peran penabuh gong menjadi penting dan dapat dikatakan memiliki
nilai kedisiplinan.
(2) Spiritual/religius, menurut sejarah gamelan mula-mulanya digunakan
untuk pemujaan kepada roh-roh baik roh halus, maupun roh-roh leluhur (upacara
ritual), dari upacara ritual, gamelan berkembang menjadi bersifat keagamaan,
sebagai saran untuk membuat suasana hening, untuk pemusatan perhatian dan
lain-lain. Gamelan setahun sekali dibawa ke halaman Masjid (Endraswara, 2008:
45). Dalam perkembangan dewasa ini, gamelan juga digunakan oleh masyarakat
Bali yang mayoritas beragama Hindu, sebagai sarana untuk upacara adat dan
pemujaan kepada Dewa Dewi. Begitu juga dalam kebudyaan agama Katolik, yang
menggunakan gamelan dalam alkulturasi budaya dari media untuk melantunkan
pujian-pujian Gereja menggunakan gamelan yang sebelumnya menggunakan
piano atau semacamnya. Maka peran gamelan serta penabuh sebelum dan sesudah
bahkan pada saat memainkan gamelan adalah senantiasa berdoa dalam lantunan
dan tabuhan harapan-harapan dan cita-cita serta mendekatkan diri kepada Tuhan
lewat suara merdu yang dihasilkan dalam gamelan.
(3) Konsentrasi, ketika menabuh seperlunya saja geleng-geleng kepala,
sesuai irama, jika perlu, agar tidak terkesan kaku; boleh memejamkan mata,
apabila telah mampu menabuh dengan tepat; pada waktu jeda, tidak saling
berbicara ngalor-ngidul dengan penabuh lain, kecuali dalam konteks gendhing;
jika mengantuk, tahan dahulu (Endraswara, 2008: 71). Bahwa ketika konsentrasi
adalah hal yang diolah oleh diri kita sendiri dalam diri untuk membuat situasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
nyaman dan menguntungkan kepada para penabuh lainnya, agar terciptanya fokus
dari para penabuh. Tujuannya agar pada saat memainkan gamelan, semua
penabuh dapat menabuh dengan baik dan benar lewat nilai dan sikap konsentrasi
dan fokus.
(4) Sopan santun, akan tidak etis jika melengkahi perangkat gamelan,
untuk pindah ke tempat lain; menabuh sambil bicara, senda gurau, makan,
merokok juga kurang bagus; tidak tidur di atas gamelan, sambil menanti tabuhan,
antawacena dalang misalnya (Endraswara, 2008: 70). Dari ketika contoh hal yang
dianggap tidak sopan itu adalah hal-hal yang perlu dihindari, karena dengan
perlakuan kita terhadap gamelan yang menjadi hal yang dianggap sebagai benda
mati yang menjadi simbol perangkat musik yang suci dan berharga. Layaknya
gamelan sebagai orang tua, karena gamelan adalah peninggal dari para leluhur dan
nenek moyang kita, yang dalam proses pembuatannya pula tidak sederhana. Maka
dari itu sikap sopan santun dibentuk dalam karakter pada penabuh gamelan baik
sebelum, pada saat dan sesudah memainkan gamelan sikap sopan santun tetap
selalu dihayati dan dihidupi.
(5) Tenang, ketika pembunyian gamelan dapat dikatakan benar atau baik
jika larasnya enak didengar dan isinya sepadan dengan usaha pembentukan serta
pembangunan jiwa seseorang menuju ke arah keluhuran (Yudhoyono, 1983: 17).
Maka bunyi gamelan pada saat ditabuh dapat menghasilkan suara yang merdu dan
dapat dirasakan dengan indah, ketika para penabuh sudah menep/tenang baik
dalam perilaku, hati, dan pikiran.
(6) Taat (tata tertib), saat menata dan menyiapkan pukul, di atas gamelan,
pegangan di sebelah kanan. Pukul tidak diletakkan di bawah, diselipkan dalam
gamelan. Kecuali tabuh gong, bisa diletakkan di depan penabuh, tidak dalam
lubang (di balik) gong. Tabuh gender juga diletakkan ke kanan kiri, agar
memudahkan memegang jika hendak mulai; pakaian yang digunakan dalam
menyajikan karawitan adalah disebut Kejawen (Endraswara, 2008: 69-71). Pada
mulanya gamelan itu ditempatkan di pendapa atau ndalem atau tempat lain
dengan ditata digelar di atas lantai yang berbadud atau berkarpet, atau ditata
digelar di atas bangku yang diatur seluas dengan gamelan itu sendiri (Soeroso,
1989: 20).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
(7) Ketekunan, sebelum memainkan instrumen gamelan dilatih dan diasah
melalui latihan secara rutin yang wajib dilakukan oleh para penabuh. Agar
penabuh dapat memiliki kemampuan untuk menabuh instrumen gamelan dengan
baik dan benar, sehingga menghasilkan irama gendhing yang indah (Endraswara,
2008: 64).
(8) Kesabaran, saat memainkan instrumen gamelan perlu menahan emosi,
pikiran yang tidak baik, dan perilaku yang kurang diterima oleh para niyaga yang
lain. Sabar dalam menabuh setiap instrumen gamelan dibutuhkan agar dalam
irama yang cepat dan lambat, dengan sabar para penabuh dapat menyesuaikan
dengan baik irama yang dimainkan.
Tata tertib adalah aturan yang dibuat agar para penabuh gamelan dalam
semua sesi pertunjukkan baik sebelum, pada saat, maupun sesudah memainkan
gamelan, wajib untuk menaati tata tertib yang ada. Dalam budaya Jawa dan
budaya guru-guru gamelan jarang ditemukan tata tertib yang tersurat, namun lebih
pada hal-hal yang semu/tersirat agar para penabuh gamelan dalam belajar dapat
mengasah kepekaan mereka akan ketaatan dalam melaksanakan tata tertib yang
telah ada.
Oleh karena memainkan gamelan memiliki kebiasaan-kebiasaan baik,
maka peneliti hendak memberikan informasi sederhana tenang memainkan
gamelan khususnya pada instrumen kempul. Alasan peneliti memilih instrumen
kempul karena (1) peneliti tidak mungkin menuliskan semua instrumen yang ada
pada gamelan karena penelitian ini merupakan penelitian kolaboratif dengan
pembagian instrumen untuk membedakan subjek-subjek penelitian, (2) peneliti
pernah memiliki pengalaman dalam memainkan kempul dan kempul memiliki
nilai-nilai yang sudah penelitian alami secara langsung dengan begitu peneliti
menuangkan dalam penelitian ini untuk penumbuhan nilai-nilai budi pekerti pada
siswa SD.
Tabel 2.3 Nilai-nilai budi pekerti sebelum, pada saat, dan sesudah memainkan gamelan.
1. Sebelum memainkan
gamelan, kamu harus
...
6 (enam) siswa sebelum memainkan gamelan menjawab hal yang
dilakukan menyiapkan alat dan pemukul, 5 (lima) siswa
menjawab berdoa terlebih dahulu, dan 4 (empat) siswa menjawab
menyiapkan teks not angka sebagai panduan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
2. Pada saat memainkan
gamelan, kamu harus
...
5 (lima) siswa pada saat memainkan gamelan hal yang dilakukan
adalah konsentrasi, 3 (tiga) siswa dengan sopan, 3 (tiga) siswa
dengan mengingat not angka, 2 (dua) siswa menjawab memukul
dengan benar/taat pada aturan, 1 (satu) siswa menjawab dengan
serius, dan 1 (satu) siswa menjawab dengan tenang.
3. Sesudah memainkan
gamelan, kamu harus
...
8 (delapan) siswa sesudah memainkan gamelan menjawab
merapikan gamelan dan pemukul (disiplin), 2 (dua) siswa
menjawab membersihkan tempat/ruangan gamelan (rapi), 2 (dua)
siswa menjawab berdoa, 2 (dua) siswa menjawab tenang dan
berhenti memukul, 1 (satu) siswa menjawab menaati tata
tertib/aturan.
Gamelan memiliki nilai-nilai yang baik untuk ditanamkan kepada
generasi penerus karena nilai-nilai yang diasah dalam gamelan meliputi sebelum,
pada saat, dan sesudah memainkan gamelan. Dari 12 instrumen yang ada pada
gamelan peneliti akan fokus kepada salah satu alat musik gamelan bernama
kempul. Alasannya karena peneliti pernah memiliki pengalaman memainkan
kempul yang melatih peneliti untuk bersikap sabar dan tekun.
2.1.6 Instrumen Gamelan: Kempul
Kata kempul (Jawa) berarti kempel atau kumpul secara utuh atau bulat.
Hal ini sekaligus menunjukkan fungsi pokoknya sebagai patokan dari lagu pokok
suatu gendhing. Gamelan memiliki berbagai macam instrumen dan berikut cara
memainkan kempul. Alat gamelan Jawa yang bentuk, bahan, serta cara
meletakkannya seperti gong biasa disebut dengan kempul. Hanya saja ukuran
besarnya yang berbeda. Kalau gong berdiameter sampai 1 meter atau lebih, maka
ukuran kempul yang terbesar kurang dari ½ meter. Demikian pula dengan
jumlahnya. Kempul terdiri atas beberapa buah yang masing-masing besarnya tidak
sama. Jumlah ini sesuai dengan jumlah nada pada laras gamelan. Jadi kempul
punya dua laras yaitu pelog dan slendro. Sehingga bunyi yang dihasilkan dapat
beberapa macam, yang lebih kecil daripada gong (Yudhoyono, 1984: 125).
Menurut Ensiklopedi Umum keluaran Kanisius di dalam Yudhoyono
(1984, 16). Kempul dilihat dari fungsinya termasuk dalam kelompok alat canang-
canang yaitu pemain irama. Gong suwukan, kempul, kenong, kethuk, engkuk, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
kemong dengan bentuk yang lebih kecil dari gong besar, memiliki fungsi untuk
memperdengarkan bunyi dengan selang-selang yang lebih kecil (pemain irama).
Kempul membunyikannya jarang-jarang yang melambangkan kesabaran
dalam bertindak, pada kombinasi dengan kethuk dan kenong Kalau kenong
ditabuh di setiap akhir bait atau „gatra’, maka kempul ditabuh setiap ½ bait atau ½
gatra. Atau sesudah kethuk pertama, tapi sebelum kenong. Sehingga dalam suatu
gendhing jenis biasa (ladrang dan ketawang), kombinasi (selang-selingnya) yang
menumbuhkan ketekunan penabuh dalam berlatih agar mampu merasakan
selingan dengan kethuk dan kenong (Yudhoyono, 1984: 126). Selingan kempul,
kethuk, dan kenong adalah sebagai berikut.
Gendhing ladrang: 0 Kethuk 0 Kempul 0 Kethuk 0 Kenong
. . . . . . . . .
0 Kethuk 0 Kempul 0 Kethuk 0 Kenong
. . . . . . . . .
0 Kethuk 0 Kempul 0 Kethuk 0 Kenong
. . . . . . . . .
0 Kethuk 0 Kempul 0 Kethuk 0
. . . . . . . . .
Makna yang diperoleh dari rentetan cara menabuh seperti di atas adalah
sebagai berikut: bahwa tujuan yang dimaksud semula baru tercapai dan sesuai
(Kethuk) apabila unsur-unsur untuk mencapainya sudah bulat, utuh, „kempel’
(Kempul) dan mendapatkan ijin atau ridho dari Yang Maha Kuasa (Kenong)
(Yudhoyono, 1984: 126).
Memainkan kempul dalam gamelan Jawa merupakan peran yang penting
dalam pengatur irama. Ketika penabuh kempul berlatih menabuh kempul, secara
tidak langsung akan dilatih kesabaran pada saat penabuh kempul dalam
membunyikan dengan jarang-jarang, dan harus menunggu instrumen lain
berbunyi terlebih dahulu, dan harus senantiasa sesuai. Penabuh kempul juga akan
dapat mengasah ketekunan pada seling-selingan tabuhan kempul dengan kethuk
dan kenong, ketekunan dibutuhkan karena dengan latihan yang rutin maka
Kenong
Gong
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
penabuh akan semakin baik dalam menabuh kempul pada seling-selingan tabuhan
kempul (Yudhoyono, 1984: 125-126).
Menurut Depdiknas (2010), pendidikan budi pekerti berkaitan erat dengan
pendidikan karakter. Pendidikan karakter adalah adalah segala sesuatu yang
dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru
membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini meliputi keteladanan
bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi,
bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya. Berdasarkan grand
design yang dikembangkan Kemendiknas tersebut, secara psikologis dan sosial
kultural pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh
potensi individu manusia (afektif, kognitif, dan psikomotor) dalam konteks
interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan
berlangsung sepanjang hayat.
Pendidikan budi pekerti adalah hal dasar yang memiliki peran penting
dalam menumbuhkan karakter manusia. Karakter manusia dapat dibentuk melalui
pendidikan karakter. Pendidikan karakter merupakan pengembangan diri manusia
dalam menambahkan sebuah keutamaan dalam dirinya ketika ia mampu
menyempurnakan diri menjadi semakin baik. Hasil-hasil usahanya ini dapat
dilihat melalui pemikiran, perilaku, dan keputusannya (Koesoema, 2015: 81-82).
Tabel 2.4 Nilai-nilai budi pekerti, nilai-nilai karakter, dan nilai-nilai memainkan kempul
Nilai-nilai
Budi Pekerti
Nilai-nilai
Karakter
Nilai-nilai Memainkan Kempul:
Kesabaran
Nilai-nilai Memainkan Kempul:
Ketekunan
Pikiran Kognitif Kemampuan untuk menahan
pikiran – konsentrasi untuk
memperhatikan kapan waktu
yang tepat untuk memukul
Kerasnya tekat : ketika dalam
latihan menghafalkan notasi
gendhing, dan menyelaraskannya
dengan instrumen lain.
Sikap Afektif Kemampuan untuk menahan
perasan – mengasah
pendengaran supaya mengetahui
kapan harus memukul dengan
irama yang keras dan lembut.
Kesungguhan hati : yang secara
alami muncul untuk giat dalam
berlatih menabuh kempul sesuai
dengan ketepatan notasi
gendhing dan keselarasannya.
Perilaku Psikomotor Penabuh kempul dapat sabar
menanti untuk memukul kempul
di saat yang tepat sehingga
gamelan menghasilkan irama
yang indah.
Penabuh kempul memukul
kempul sesuai apa yang telah
dipelajarinya saat latihan dengan
tempo yang keras atau lembut.
Berdasarkan tabel di atas peneliti mengaitkan aspek dari nilai-nilai budi
pekerti, nilai-nilai pendidikan karakter, nilai-nilai memainkan kempul: kesabaran
dan ketekunan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Dalam nilai-nilai memainkan kempul yang pertama kesabaran. Kaitan
yang dilihat dari nilai pikiran dan kognitif bahwa kemampuan menahan pikiran
melalui konsentrasi untuk memperhatikan kapan waktu yang tepat untuk
memukul. Kaitan yang dilihat dari nilai sikap dan afektif yaitu kemampuan untuk
menahan perasan lewat mengasah pendengaran supaya mengetahui kapan harus
memukul dengan irama yang keras dan lembut. Kaitan yang dilihat dari nilai
perilaku dan psikomotor yaitu penabuh kempul dapat sabar menanti untuk
memukul kempul di saat yang tepat sehingga gamelan menghasilkan irama yang
indah.
Dalam nilai-nilai memainkan kempul yang kedua ketekunan. Kaitan yang
dilihat dari nilai pikiran dan kognitif bahwa dengan kerasnya tekat : ketika dalam
latihan menghafalkan notasi gendhing, dan menyelaraskannya dengan instrumen
lain. Kaitan yang dilihat dari nilai sikap dan afektif yaitu kesungguhan hati yang
secara alami muncul untuk giat dalam berlatih menabuh kempul sesuai dengan
ketepatan notasi gendhing dan keselarasannya. Kaitan yang dilihat dari nilai
perilaku dan psikomotor yaitu penabuh kempul memukul kempul sesuai apa yang
telah dipelajarinya saat latihan dengan tempo yang keras atau lembut.
Menabuh instrumen kempul dengan jarang-jarang yang dibutuhkan si
penabuh adalah kesabaran dan ketekunan, untuk memahami setiap tabuhan dari
setiap gendhing yang berbeda. Ketika kesabaran dan ketekunan itu sudah nyawiji
atau bersatu dengan diri maka si penabuh akan memiliki unsur-unsur yang bulat,
utuh, atau ngumpul. Demikian pula menjadi sarana yang baik dalam penanaman
nilai budi pekerti yaitu kesabaran dan ketekunan pada diri penabuh, yang
ditanamkan sejak dini ketika masih siswa-siswi, lewat program Gerakan Literasi
Sekolah (GLS) dari pemerintah yaitu kegiatan membaca 15 menit sebelum
pembelajaran dengan sumber bacaan. Maka peneliti mengembangkan sumber
bacaan dalam pengembangan media prototipe buku pendidikan budi pekerti
dalam memainkan gamelan (kempul) untuk SD.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
2.1.7 Literasi
2.1.7.1 Pengertian Literasi
Literasi adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan
sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat,
menyimak, menulis, dan/atau berbicara. Pada masa sekarang ini, di abad ke-21
kemampuan berliterasi peserta didik berkatian erat dengan tuntutan ketearmpilan
membaca yang berujung pada kemapuan memahami informasi secara analitis,
kritis, dan reflektif. Akan tetapi, pembelajaran di sekolah saat ini belum mampu
mewujudkan hal tersebut. Pada tingkat sekolah menegah (usia 15 tahun) diuji oleh
Organisasi untuk Kersa Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD – Organization
for Education Cooperation and Development) dalam Programme for
International Student Assessment (PISA) (Faizah, Dkk.Kemendikbud, 2016: 1).
PISA 2009 menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke-57
dengan skor 396 (skor rata-rata OECD 493), sedangkan PISA 2012 menunjukkan
peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke-64 dengan skor 396 (skor rata-
rata OECD 496) (OECD, 2013). Sebanyak 65 negara berpartisipasi dalam PISA
2009 dan 2012. Dari kedua hasil ini dapat dikatakan bahwa praktik pendidikan
yang dilaksanakan di sekolah belum memperlihatkan fungsi sekolah sebagai
organisasi pembelajaran yang berupaya menjadikan semua warganya menjadi
terampil membaca untuk mendukung mereka sebagai pembelajar sepanjang hayat
(Faizah, Dkk.Kemendikbud, 2016: 1).
Berdasarkan hal tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
mengembangkan gerakan literasi sekolah (GLS) yang melibatkan semua
pemangku kepentingan di bidang pendidikan, mulai dari tingkat pusat, provinsi,
kabupaten/kota, hingga satuan pendidikan. Selain itu, pelibatan unsur eksternal
dan unsur publik, yakni orang tua peserta didik, alumni, masyarakat, dunia usaha
dan industri juga menjadi komponen penting dalam GLS (Faizah,
Dkk.Kemendikbud, 2016: 1). Gerakan literasi sekolah juga memiliki tujuan umum
menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan
ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar
mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat. Sejalan dan selaras dengan tujuan
umum dari GLS ini, peneliti mengembangkan saran berupa “Prototipe Buku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Pendidikan Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan” pada Cergam tersebut
terkandung banyak akan nilai-nilai budaya yang adiluhung dan baik jika diketahui
dan menjadi bahan sumber ilmu bagi peserta didik lewat media Cergam.
2.1.7.2 Gerakan Literasi di Sekolah
GLS merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bersifat partisipatif
dengan melibatkan warga sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga
kependidikan, pengawas sekolah, Komite Sekolah, orang tua/wali murid peserta
didik), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat (tokoh masyarakat yang
dapat merepresentasikan keteladanan, dunia usaha, dll.), dan pemangku
kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. GLS adalah gerakan sosial
dengan dukungan kolaboratif berbagai elemen. Upaya yang ditempuh untuk
mewujudkannya berupa pembiasaan membaca peserta didik. Pembiasaan ini
dilakukan dengan kegiatan 15 menit membaca (guru membacakan buku dan
warga sekolah membaca dalam hati, yang disesuaikan dengan konteks atau target
sekolah). Ketika pembiasaan membaca terbentuk, selanjutnya akan diarahkan ke
tahap pengembangan, dan pembelajaran (disertai tagihan berdasarkan Kurikulum
2013). Variasi kegiatan dapat berupa perpaduan pengembangan keterampilan
reseptif maupun produktif. Dalam pelaksanaannya, pada periode tertentu yang
terjadwal, dilakukan asesmen agar dampak keberadaan GLS dapat diketahui dan
terus-menerus dikembangkan. GLS diharapkan mampu menggerakkan warga
sekolah, pemangku kepentingan, dan masyarakat untuk bersama-sama memiliki,
melaksanakan, dan menjadikan gerakan ini sebagai bagian penting dalam
kehidupan (Wiedarti, Dkk.Kemendikbud. 2016: 8-9).
Prototipe Buku Cergam Pendidikan Budi Pekerti dalam Memainkan
Gamelan dapat menjadi bahan bacaan peserta didik di sekolah, dalam kegiatan
GLS yang dilakukan 15 sebelum masuk kelas sebelum KBM (Kegiatan Belajar
Mengajar) berlangsung. Peneliti memilih media sumber bacaan yaitu cerita
bergambar (Cergam) karena siswa SD cenderung tidak menyukai buku jika hanya
tulisan yang berbaris-baris saja, melainkan akan dirasa lebih efektif dan mudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
diterima/dipahami oleh siswa SD ketika tulisan/teks cerita dilengkapi dan
diperjelas menggunakan gambar yang sesuai.
2.1.7.3 Cerita Bergambar
Cerita menurut KBBI adalah tuturan yang membentangkan bagaimana
terjadinya suatu hal (peristiwa, kejadian, dan sebagainya. Sedangkan dari
pengertian yang berbeda cerita sebagai sebuah narasi berbagai kejadian yang
sengaja disusun berdasarkan waktu. Cerita sebagai peristiwa-peristiwa yang
terjadi berdasarkan urutan waktu yang disajikan dalam sebuah karya fiksi (Kenny
dalam Nurgiyantoro, 1995: 91). Gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan
secara visual kedalam bentuk dua dimensi sebagai hasil perasaan dan pikiran.
Gambar dapat dipergunakan sebagai media dalam penyelenggaraan proses
pendidikan sehingga memungkinkan terjadinya proses belajar-mengajar.
Pemilihan gambar haruslah tepat, menarik dan dapat merangsang siswa untuk
belajar. Media gambar yang menarik, akan menarik perhatian siswa dan
menjadikan siswa memberikan respon awal terhadap proses pembelajaran. Media
gambar yang digunakan dalam pembelajaran akan diingat lebih lama oleh siswa
karena bentuknya yang konkrit dan tidak bersifat abstrak. Gambar adalah suatu
bentuk ekspresi komunikasi universal yang dikenal khalayak luas (Tarigan, 1995:
209).
Pengertian Cergam atau cerita bergambar adalah suatu bentuk seni yang
menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa untuk
memperjelas sebuah teks cerita. Biasanya Cergam dicetak di atas kertas dan teks
adalah bagian utama di dalamnya. Cergam merupakan media yang unik,
menggabungkan teks dan gambar dalam bentuk yang kreatif, media yang sanggup
menarik perhatian semua orang dari segala usia, karena memiliki kelebihan, yaitu
mudah dipahami (Putra, 2008: 10).
Cerita bergambar adalah sarana dan prasarana sebagai media belajar untuk
semua kalangan, terkhusus untuk siswa-siswi dan remaja. Dalam cerita bergambar
hal-hal yang ditekankan adalah teks cerita mengenai penjelas imajinasi pembaca
dengan gambar ilustrasi yang tersedia. Hal ini dibuktikan lewat peradaban jaman
terdahulu, bahwa proses dalam berkomunikasi dilakukan dengan simbol-simbol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
yang berupa gambar, sebagai contoh prasasti-prasasti kerajaan yang ada di
nusantara, dan Candi Borobudur yang menjadi saksi sejarah, bahwa simbol
mewakili alat komunikasi lewat gambar. Maka benar bahwa cerita bergambar
dapat lebih mudah untuk menyampaikan suatu pesan dari sebuah cerita. Lebih lagi
jika keduanya dapat dikombinasikan dengan baik, akan tercipta sebuah cerita
bergambar yang menarik, ringan untuk dibaca, dan dapat dengan mudah
mendapatkan pesan yang terkandung di dalamnya.
2.2 Penelitian yang Relevan
Penelitian yang terkait dengan prototipe Cergam pendidikan budi pekerti
dalam memainkan gamelan masih memiliki sedikit sumber untuk dijadikan hasil
penelitian yang relevan. Berikut merupakan hasil penelitian yang relevan yang
bersangkutan dengan prototipe Cergam peendidikan budi pekerti dalam
memainkan gamelan.
Penelitian yang pertama dilakukan oleh Sulistyobudi (2013) dengan judul
“Seni Karawitan atau Gamelan Jawa: Pendidikan Budi Pekerti” Tujuan dari
penelitian ini adalah menanamkan kepada masyarakat dan generasi muda melalui
kesenian karawitan atau gamelan sebagai seni pertunjukan yang mengandung
pendidikan budi pekerti atau moral. Penelitian ini mengungkapan dan mengkaji
nilai-nilai budi pekerti atau moral yang terdapat dalam kesenian karawitan
terdapat nilai kebersamaan, kepemimpinan, persatuan, patriotisme, dan cinta tanah
air. Diharapkan nilai-nilai budi pekerti itu menjadi pedoman bertingkah laku bagi
masyarakat. Simpulan yang dapat diambil bahwa, seni karawitan atau gamelan
merupakan sarana yang baik untuk menanamkan pendidikan nilai budi pekerti
atau moral pada siswa atau masyarakat. Dalam seni karawitan terkandung nilai-
nilai luhur yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam lagu
atau tembang dan cara menabuh gamelan pun memberikan nilai-nilai budi pekerti.
Oleh karena itu, di era globalisasi saat ini nilai pendidikan budi pekerti yang
terdapat dalam kesenian karawitan menjadi salah satu alternatif untuk ditanamkan
dan diajarkan. Dengan adanya budi pekerti yang baik maka akan menjadikan
masyarakat yang lebih dihargai dan bermanfaat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Penelitian yang kedua dilakukan oleh Yuliantoro (2014) dengan judul
“Penanaman Nilai Budi Pekerti Pada Anak melalui Kesenian Tradisional”. Tujuan
dari penelitian ini adalah menanamkan nilai-nilai budi pekerti pada siswa melalui
kesenian tradisional. Di dalam kesenian tradisional banyak terkandung nilai-nilai
luhur yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam kesenian
wayang kulit, karawitan atau gamelan dan tari. Mempelajari kesenian tradisional
merupakan salah satu aktivitas yang baik bagi proses pengembangan kepribadian
siswa, karena dalam kesenian tradisional banyak terkandung nilai-nilai luhur,
seperti budi pekerti, sopan santun, kebijaksanaan dan sebagainya. Selain itu dalam
proses pembelajaran kesenian tradisional, siswa-siswi akan diarahkan dan
dibimbing untuk mampu bersosialisasi dengan rekan-rekannya, bekerja sama,
melatih kekompakan tim (seperti dalam kesenian tari atau karawitan).
Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Rudiansyah, A; Baharuddin, M; &
Yosep S.P (2015) dengan judul “Penciptaan Cergam Ilustrasi Gamelan Jawa
dengan Menggunakan Teknik Vektor sebagai Upaya Pengenalan Alat Musik
Tradisional pada Anak-anak”. Tujuan dari penelitian ini penggunaan buku
ilustrasi gamelan Jawa dengan penggunaan teknik vektor dapat mengenalkan alat
musik pada siswa-siswi. Gamelan merupakan seni karawitan, karawitan adalah
seni memainkan musik tradisional pada siswa-siswi. Dengan menggunakan media
sebuah buku sebagai media pembelajaran sangat baik untuk melatih siswa-siswi
membaca dan sebagai jendela pengetahuan bagi meraka. Menggunakan ilustrasi
pada buku akan membuat siswa-siswi tertarik untuk membaca dan membuat
mereka tidak cepat bosan. Pada buku ini teknik desain yang dipakai menggunakan
basik vektor sebagai teknik untuk pembuatan ilustrasi. Teknik vektor sendiri
memiliki warna-warna yang solid yang cocok digunakan dalam pembuatan
bentuk-bentuk gambar sederhana, logo, dan sebagainya. Vektor juga mudah untuk
di ubah ukurannya dari kecil atau besar tanpa merubah kualitas gambar
sedikitpun. Penelitian ini menggunkan metode kualitatif untuk mencari informasi
dan menganalisa gejala dan fenomena yang terjadi pada siswa-siswi terhadap
pengenalan alat musik tradisional gamelan.
Berdasarkan beberapa literatur penelitian yang relevan di atas, peneliti
masih belum menemukan penelitian yang berkaitan dengan pengembangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan untuk siswa
usia sekolah dasar. Penelitian di atas masih terbatas pada penjelasan tentang
tujuan dari buku ilustrasi, pendidikan budi pekerti dan cara memainkan gamelan.
Ketiga penelitian yang relevan tersebut belum saling berkaitan. Oleh karena itu,
peneliti akan mengembangkan prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam
memainkan gamelan untuk siswa usia sekolah dasar.
Gambar 2.1 Penelitian yang Relevan
2.3 Kerangka Berpikir
Pengalaman wawancara yang dilakukan peneliti terhadap praktisi
gamelan, mendapat pengetahuan bahwa terdapat nilai-nilai budi pekerti dalam
memainkan gamelan. Contohnya adalah sikap kerjasama, tanggung jawab,
dan sopan. Kerjasama tampak dari permainan gamelan yang harus dimainkan
secara bersama-sama. Tanggung jawab tampak dari masing perangkat musik
gamelan yang memiliki fungsi dan cara membunyikan yang berbeda-beda.
Sopan tercermin dari etika atau cara yang harus dan tidak boleh dilakukan
dalam permainan gamelan.
Penelitian yang berkatian
dengan pendidikan budi
pekerti
Penelitian yang berkatian
dengan buku
ilustrasi/bergambar
Sulistyobudi (2013)
Seni Karawitan atau
Gamelan Jawa: Pendidikan
Budi Pekerti
Penelitian ini mengkaji
nilai-nilai yang terkandung
pada gamelan
Yuliantoro (2014)
Penanaman Nilai Budi Pekerti
pada Anak melalui Permainan
Tradisional
Penelitian ini mempelajari
kesenian tradisional yang
terdapat nilai-nilai budi pekerti
luhur.
Rudiansyah, A; Baharuddin, M;
& Yosep S.P (2015)
Penciptaan Buku Ilustrasi
Gamelan Jawa dengan
Menggunakan Teknik Vektor
sebagai Upaya Pengenalan Alat
Musik Tradisional pada Anak-
anak
Penelitian ini menghasilkan
produk berupa buku ilustrasi
Penelitian yang berkatian
dengan gamelan Jawa
Gregorius Bintara Setiaji (2017)
Pengembangan Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan (untuk SD)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Nilai-nilai budi pekerti baik untuk ditanamkan pada siswa semenjak
sekolah dasar. Jika dari usia sekolah dasar siswa telah ditanamkan budi
pekerti yang baik, diharapkan hal tersebut akan dibawa dan dibiasakan
sampai dewasa. Belum banyak Cergam khusus untuk siswa sekolah dasar
yang memuat penjelasan mengenai gamelan. Peneliti termotivasi untuk
membuat buku sederhana yang memuat penejelasan mengenai gamelan
khususnya gamelan Jawa, dan nilai-niali budi pekerti yang terkandung saat
memainkan gamelan Jawa. Cergam yang telah dibuat diharapkan dapat
mendorong siswa memiliki budi pekerti melalui permainan gamelan.
2.3.1 Pertanyaan Penelitian
2.1.3.1 Bagaimana mengembangkan “Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti
dalam Memainkan Gamelan (untuk SD)” ?
2.1.3.2 Bagaimana mengetahui kualitas “Prototipe Buku Pendidikan Budi
Pekerti dalam Memainkan Gamelan (untuk SD)” dengan menulisakan
pertanyaan refleksi?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab III dalam metode penelitian ini akan membahas tentang jenis
penelitian, setting penelitian, prosedur penelitian, uji coba produk, instrumen
penelitian, teknik penlitian, pengumpulan data, teknik analisis data, jadwal
penelitian.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah R&D (Research and Development)
yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan penelitian dan pengembangan. R&D
(Research and Development) adalah metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tertentu
(Sugiyono, 2015:297). Menurut Brog & Gall (dalam Setyosari, 2012: 221)
penelitian pengembangan merupakan suatu proses yang dipakai untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk. Penelitian ini mengikuti langkah-
langkah sebagai berikut: (1) kajian tentang temuan penelitian produk yang akan
dikembangkan, (2) mengembangkan produk, (3) melakukan uji coba lapangan,
dan (4) melakukan revisi. Setelah itu peneliti akan menguji keefektifan produk
tersebut di sekolah dasar. Berdasarkan dua pendapat ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa Research and Development jenis penelitian yang
menghasilkan dan mengembangkan suatu produk tertentu dengan cara yang
sistematis. Penelitian ini disebut penelitian pengembangan dikarenakan peneliti
mengembangkan suatu produk prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam
memainkan gamelan untuk siswa usia sekolah dasar.
3.2 Setting Penelitian
Setting penelitian ini akan membahas tempat penelitian, subjek penelitian,
objek penelitian dan waktu penelitian.
3.2.1 Tempat Penelitian
Peneliti melakukan wawancara untuk memperoleh data awal dari
praktisi gamelan. Penelitian untuk analisis kebutuhan siswa dan uji coba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
produk dilaksanakan di SD Kanisius Minggir yang beralamatkan di
Minggir, Sendangagung, Minggir, Sleman 55562, Yogyakarta dan di Desa
Kenatan, Muntilan.
3.2.2 Subjek Penelitian
Subjek ketika wawancara adalah pemerhati gamelan seniman di
Bantul Yogyakarta dan guru gamelan di SD Marsudirini Muntilan. Subjek
uji penelitian yang akan diteliti adalah siswa usia SD berjumlah 16 siswa
(analisis kebutuhan siswa), 20 siswa (uji coba produk) yang mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler karawitan di SD Kanisius Minggir Sleman, dan 7
siswa SD di Desa Kenatan, Muntilan yang mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler di SD masing-masing.
3.2.3 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah prototipe pengembangan buku
pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan (untuk SD) yang
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karawitan dalam konteks pendidikan
budi pekerti melalui kesenian alat musik gamelan.
3.2.4 Waktu Penelitian
Penelitian ini membutuhkan waktu selama sembilan bulan.
Terhitung mulai dari bulan Mei 2017 sampai bulan Januari 2018.
3.3 Prosedur Pengembangan
Prosedur penelitian ini menggunakan tahapan penelitian Research
and Development (R&D) menurut Sugiyono (2015: 409). Prosedur
pengembangan menurut Sugiyono ini dilakukan melalui sepuluh langkah
prosedur pengembangan, tahap (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk,
(7) revisi produk, (8) ujicoba pemakaian, (9) revisi poduk, dan (10) produk masal.
Langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono ditunjukkan
pada bagan berikut:
Gambar 3.1 Langkah-langkah Penelitian Pengembangan (R&D)
Pada penelitian ini peneliti hanya menggunakan enam prosedur yang
ada dalam buku Sugiyono dikarenakan keterbatasannya waktu, tenaga, dan
biaya yang tidak memungkinan peneliti melakukan semua langkah yang
ada. Peneliti hanya menggunakan enam langkah tersebut diantaranya adalah
(1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4)
validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, sehingga dapat
menghasilkan produk prototipe pengembangan buku Cergam pendidikan
budi pekerti dalam memainkan gamelan (untuk SD).
Potensi dan
masalah
Pengumpulan
Data Desain Produk Validasi Desain
Revisi Desain Uji Coba
Produk
Revisi
Produk
Uji Coba
Pemakaian
Revisi
Produk
Produksi Masal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Prosedur penelitian dan pengembangan akan dijelaskan dalam gambar
bagan berikut ini:
Gambar 3.2 Prosedur Penelitian Pengembangan yang digunakan oleh Peneliti
Pengembangan Buku Prototipe Pendidikan Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan (untuk SD)
Tahap 1
Potensi dan Masalah
Tahap II
Pengumpulan Data
Tahap III
Desain Produk
Tahap IV
Validasi Desain
Tahap V
Revisi Desain
Tahap VI
Uji Coba Produk
Analisis Kebutuhan Anak
Potensi: Data wawancara dari praktisi yaitu dalam
memainkan gamelan memiliki nilai budi pekerti.
Masalah: anak-anak SD kurang memahami nilai-
nilai dalam memainkan gamelan.
Wawancara
Pembagian Lembar Kuesionr Pra Penelitian
Membuat cerita
Menentukan gambar
Membuat sketsa
Konsultasi dan revisi
Menggabungkan cerita dengan gambar oleh ahli
ilustrator
Merancang prototipe buku
Validasi oleh ahli bahasa dan praktisi gamelan
Pengumpulan Kritik dan Saran Ahli
Revisi Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti
dalam Memainkan Gamelan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
3.3.1 Potensi dan Masalah
Penelitian berangkat dari potensi dan masalah yang ditemukan oleh
peneliti. Peneliti menemukan potensi dan masalah dengan melakukan
wawancara dan analisis kebutuhan siswa di Yogyakarta. Di awal penelitian
ini, peneliti melakukan wawancara dengan praktisi gamelan dan guru
gamelan. Setelah peneliti melakukan wawancara, analisis kebutuhan siswa
dilakukan dengan membagikan lembar angket kepada siswa kelas V SD K
Minggir. Pembagian angket ini bertujuan untuk mengetahui apakah siswa-
siswi SD membutuhkan buku berkaitan dengan memainkan gamelan yang
memiliki nilai budi pekerti. Dengan susunan buku berupa cerita bergambar
diharapkan agar siswa-siswi SD dapat menumbuhkan nilai-nilai budi pekerti
dalam memainkan gamelan.
3.3.2 Pengumpulan Data
Pada tahap pengumpulan data, data yang diperoleh pada tahap ini
didapatkan peneliti melalui wawancara dengan praktisi gamelan mengenai,
apakah diperlukan buku sederhana untuk siswa SD yang memuat informasi
tentang gamelan yang memiliki nilai-niali budi pekerti. Pengumpulan data
kemudian dilanjutkan peneliti dengan penyusunan instrumen yang berupa
angket mengenai gamelan dan nilai-nilai budi pekerti yang terkandung di
dalam memainkan gamelan. Angket dibagikan kepada siswa kelas V SD
Kanisius Minggir yang beralamatkan di Jalan Kebonagung, Sendangarum,
Minggir, Sleman, Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan sebagai upaya
untuk mengetahui bentuk perencanaan buku Cergam dalam memainkan
gamelan, sehingga menghasilkan produk yang dapat membantu pemahaman
siswa-siswi di SD Kanisius Minggir.
3.3.3 Desain Produk
Desain produk berupa prototipe buku pendidikan budi pekerti
dalam memainkan gamelan. Prototipe tersebut terdapat dua bagian, bagian
pertama memuat artikel “Nilai Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan”.
Isinya tentang pengertian gamelan, beberapa instrumen perangkat gamelan,
nilai-nilai yang ada dalam setiap instrumen gamelan, dan nilai-nilai budi
pekerti dalam memainkan gamelan. Bagian kedua memuat Cergam berjudul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
“Menabuh Kempul Mengasah Kesabaran dan Ketekunan” isinya mengenai
seorang siswa bernama Untung yang merasakan manfaatnya karena menjadi
penabuh kempul. Ia dilatih untuk sabar menanti saat yang tepat untuk
memukul kempul dan tekun mendengarkan suara instrumen gamelan yang
lainnya sehingga dapat memukul kempul sesuai tempo sehingga semua
instrumen gamelan menghasilkan irama yang indah. Peneliti tertarik
membuat Cergam dalam buku tersebut agar dapat dijadikan sarana literasi
oleh guru.
Desain produk diawali dengan mengumpulkan data mengenai nilai-
nilai yang telah didapat dari siswa, guru gamelan dan praktisi gamelan lewat
angket yang dibagikan dengan tiga bagian utama yaitu nilai-nilai sebelum,
pada saat, dan setelah memainkan gamelan. Pada tahap selanjutnya, peneliti
membuat diskripsi tata cara memainkan gamelan dengan data yang didapat
dari guru gamelan dan praktisi gamelan. Pada tahap ini, peneliti merancang
dan menyusun prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan
gamelan dengan gambar-gambar memainkan gamelan yang dapat
memudahkan dan meningkatkan pemahaman siswa terhadap pendidikan
budi pekerti yang terkandung dalam memainkan gamelan dan pada bagian
akhir buku Cergam terdapat lembar refleksi untuk siswa. Peneliti mendesain
Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan (untuk
SD).
3.3.4 Validasi Desain
Produk berupa prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam
memainkan gamelan untuk siswa kelas V dalam konteks pendidikan budi
pekerti yang telah dibuat, perlu divalidasi oleh ahli terlebih dahulu sebelum
digunakan untuk diuji coba. Validasi akan dilakukan oleh satu praktisi
gamelan, satu guru gamelan di SD, dan satu ahli bahasa. Selain itu validasi
bertujuan untuk mendapat kritik dan saran dari para ahli. Kritik dan saran
tersebut akan digunakan peneliti sebagai acuan untuk memperbaiki produk
yang telah disusun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
3.3.5 Revisi Desain
Revisi desain akan dilakukan oleh peneliti berdasar validasi yang
telah dilakukan sebelumnya oleh ahli. Kritik dan saran dari ahli digunakan
sebagai acuan untuk memperbaiki produk buku pendidikan budi pekerti
dalam memainkan gamelan untuk siswa SD. Setelah diperbaiki diharapkan
produk yang telah disusun dapat lebih baik dan lebih mudah dipahami oleh
siswa usia SD.
3.3.6 Uji Coba Produk
Desain produk yang direvisi kemudian di uji cobakan. Uji coba
produk dilaksanakan pada siswa usia SD, langkah ini dilaksanakan di SD
Kanisius Minggir kelas V tahun ajaran 2017/2018. Siswa-siswi tersebut
yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler karawitan di SD. Tujuan dari uji
coba produk ini adalah untuk mengetahui apakah buku pendidikan budi
pekerti dalam memainkan gamelan ini benar-benar memiliki kualitas dan
keefektifan untuk membantu pemahaman siswa mengenai memainkan
gamelan dan menanamkan nilai-nilai budi pekerti.
3.4 Uji Coba Produk
Uji coba produk dimaksudkan untuk mengumpulkan data guna
mengetahui kualitas buku pendidikan budi pekerti dengan gambar, tatacara
dan nilai-nilai dalam memainkan gamelan yang telah dibuat oleh peneliti.
Data dari hasil uji coba produk digunakan untuk memperbaiki dan
menyempurnakan produk buku pendidikan budi pekerti. Dengan uji coba
produk, prototipe buku pendidikan budi pekerti yang diteliti dan
dikembangkan benar-benar telah teruji secara empiris. Uji coba dilakukan
setelah divalidasi oleh pakar atau ahli yaitu seniman pemerhati gamelan dan
guru gamelan di SD. Kegiatan uji coba lapangan dilakukan pada siswa kelas
V di SD Kanisius Minggir.
3.5 Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono dalam (Widyoko, 2012:51), instrumen
penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam
ataupun sosial yang diamati. Dalam penelitian ini digunakan dua instrumen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
yaitu pedoman wawancara dan angket. Wawancara dilakukan untuk
mengetahui data awal tentang sejauh mana buku tentang pendidikan budi
pekerti dalam memainkan gamelan diperlukan untuk siswa usia sekolah
dasar. Angket digunakan untuk menganalisis kebutuhan siswa tentang
sejauh mana siswa mengetahui tentang nilai-nilai budi pekerti dalam
memainkan gamelan dan seberapa perlu siswa terhadap buku cerita
bergadmbar. Angket diberikan kepada siswa usia sekolah dasar di SD K
Minggir. Peneliti juga menggunakan angket uji coba produk, berupa
beberapa pertanyaan refleksi. Berikut ini adalah pedoman wawancara dan
angket yang digunakan untuk penelitian:
3.5.1 Pedoman Wawacara
Pedoman wawancara merupakan alat yang digunakan dalam wawancara.
Pedoman wawancara berisi tentang uraian data yang akan digali oleh peneliti.
Pedoman wawancara umumnya berbentuk daftar pertanyaan (Widoyoko,
2012: 41). Pedoman wawancara dalam penelitian berbentuk daftar pertanyaan
yang ditujukan pada praktisi gamelan. Berikut adalah kisi-kisi wawancara
yang digunakan oleh peneliti.
Tabel 3.1 Kisi-kisi Pedoman Wawacara
No. Pertanyaan
1 Mengapa anda tertarik pada gamelan?
2 Apakah ada nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan?
3 Apakah yang anda pikirkan/rasakan setiap kali mendengarkan musik gamelan?
4 Apakah menurut anda siswa-siswi perlu diperkenalkan gamelan sejak dini untuk
menyukai gamelan? Mengapa?
5 Apakah menurut anda perlu ada buku sederhana untuk siswa SD yang memuat
informasi tentang gamelan yang memiliki nilai-niali budi pekerti? Mengapa perlu?
3.5.2 Angket
Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
angket terbuka, di mana pada lembar angket cara menjawabnya tidak
menggunakan pilihan ganda maupun yes or no sehingga responden
(narasumber) bisa leluasa mengisi pertanyaan dalam angket tersebut dengan
jawaban dan pendapat mereka sendiri tanpa dibatasi oleh alternatif jawaban
dari angket tersebut. Angket ini digunakan peneliti di awal penelitian.
Menurut Sutoyo Anwar (2009:168) angket atau kuisioner merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis tentang data faktual atau opini
yang berkaitan dengan diri responden,yang dianggap fakta atau kebenaran
yang diketahui dan perlu dijawab oleh responden.Angket akan diberikan pada
siswa SD kelas V di SD K Minggir, khususnya siswa yang mengikuti
pelajaran karawitan, atau ekstrakulikuler karawitan. Berikut kisi-kisi lembar
angket yang akan digunakan peneliti:
Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen angket
NO ASPEK INDIKATOR PERTANYAAN
1. GAMELAN SEBAGAI
SALAH SATU
KESENIAN JAWA
GAMELAN
Gamelan merupakan salah satu alat musik dari
kebudayaan Jawa
1. Kamu sudah
memainkan
gamelan sejak
kelas....................
2. Gamelan
merupakan salah
satu alat musik
dari .........
Pakaian yang digunakan saat pementasan 3. Pakaian yang
harus dikenakan
saat pementasan
gamelan
adalah.....
2. BUDI PEKERTI DALAM
MEMAINKAN
GAMELAN
SEBELUM
Mengheningkan cipta (menyiapkan hati dan
pikiran
4. Sebelum
memainkan
gamelan, kamu
harus ..... Berdoa (Religius)
Berjalan jongkok (Rendah hati)
Tidak melangkahi perangkat gamelan (Sopan
santun)
Menyembah dengan tangan dikatupkan
(Menghormati)
PADA SAAT
Tabuh gamelan harus sesuai jenisnya (Merawat
gamelan, agar tidak rusak)
5. Pada saat
memainkan
gamelan, kamu
harus ..... Posisi duduk (Adat istiadat)
Menjaga perkataan dan perbuatan (Sopan
santun)
Membunyikan instrumen secara bersama-sama
(Kerjasama)
Memukul instrumen secara lembut (Sopan
santun)
Tidak makan dan minum (Kebersihan)
Tidak bergurau (Konsentrasi)
Keras lembutnya tabuhan (Mengolah emosi)
Tidak mengendong tas (Estetika)
Alat tabuh diletakkan di atas perangkat
(Kerapian)
Merapikan sesuai posisi semula (Kerapian)
SESUDAH
Menyembah tangan dikatupkan (Menghormati) 6. Sesudah
memainkan Berdoa (Religius)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
3.5.3 Validator Angket Pra Penelitian
Validator angket pra penelitian divalidasi oleh praktisi gamelan dan guru
gamelan di Yogyakarta. Berikut ini merupakan tabel hasil validasi dari ahli.
Tabel 3.3 Hasil Validasi Angket Pra Penelitian oleh Ahli
NO ASPEK Validator 1 Validator 2
Skor Saran Skor Saran
1 Bahasa
a. Bahasa sesuai
dengan kaidah
penulisan yang baik
dan benar.
3 Secara keseluruhan baik
dan layak untuk
dibagikan!
Saran: bahasa yang
digunakan lebih
diperjelas! Dan
perhatikan lagi
pernyataan no 2
4
Ditambahkan
menuliskan
pengalaman dari siswa
yang banyak!
b. Susunan kalimat
dapat dipahami oleh
siswa.
3 4
c. Susunan kalimat
tidak mengarah
kepada jawaban
tertentu.
4 1
2. Keterkaitan Pertanyaan
a. Pertanyaan yang
diajukan sesuai
dengan tujuan
penelitian.
4
Kurang menggali tentang
buku mengenai Gamelan!
Keseluruhan sudah baik,
dan dapat digunakan.
4
Ditambahkan
Gamelan yang relevan
dengan Indonesia.
Hanya lebih pada
aturan-aturan yang
mengikat!
b. Pertanyaan yang
diajukan berkaitan
dengan gamelan
sebagai salah satu
kesenian Jawa.
4 4
c. Pertanyaan yang
diajukan berkaitan
dengan
sebelum/pada
saat/sesudah
memainkan gamelan
yang memuat nilai-
nilai budi pekerti.
4 4
d. Pertanyaan yang
diajukan menggali
kesan siswa dalam
memainkan
4 4
Berjalan jongkok (Rendah hati) gamelan, kamu
harus ..... Gamelan harus ditutup dengan kain
(Kebersihan)
3 LITERASI Refleksi pengalaman memainkan gamelan.
7. Pengalaman
yang
mengesankanmu
saat memainkan
gamelan adalah....
4 PERLU/TIDAK
PROTOTIPE BUKU
TENTANG
MEMAINKAN
GAMELAN
Buku tentang memainkan gamelan. 8. Buku untuk
memainkan
gamelan yang
pernah kamu
baca adalah......
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
gamelan.
Perlu pembenaran bahasa
untuk keseluruhan sudah
baik.
Baik, akan
mendapatkan jawaban
yang berbeda-beda.
Cari kelebihan nilai-
nilai yang ada pada
buku!
Baik, dan sudah
sesuai.
e. Pertanyaan yang
diajukan menggali
kebutuhan siswa
tentang buku
mengenai gamelan.
3 4
3. Kelayakan instrumen
untuk dibagikan kepada
siswa kelas V-VI SD.
3 4
TOTAL SKOR 32 33
Skor rata-rata 32,5
Nilai rata-rata 3,6
3.5.4 Angket Siswa Pra Penelitian
Angket terdiri dari 8 pertanyaan yang akan dibagikan kepada siswa usia
sekolah dasar di SD Kanisius Minggir. Angket tersebut digunakan peneliti untuk
mengetahui sejauh mana siswa memahami nilai-nilai budi pekerti yang
terkandung dalam memainkan gamelan dan seberapa perlunya siswa terhadap
buku cerita bergambar. Pertanyaan yang diajukan mencakup pemahaman siswa
mengenai gamelan sebagai salah satu kesenian Jawa, budi pekerti dalam
memainkan gamelan, literasi, dan perlu atau tidak prototipe buku tentang
memainkan gamelan. Berikut merupakan tabel angket siswa pra penelitian.
Tabel 3.4 Angket Siswa Pra Penelitian
Bacalah baik-baik pernyataan berikut dan isilah titik-titik yang terdapat di dalamnya
menurut pendapat mu sendiri-sendiri.
1. Kamu sudah memainkan gamelan sejak kelas .......................................................
2. Gamelan merupakan salah satu alat musik dari .........................................................
3. Pakaian yang harus dikenakan saat pementasan gamelan adalah..................
4. Sebelum memainkan gamelan, kita harus ..................................................................
5. Pada saat memainkan gamelan, kita harus ....................................................................
6. Sesudah memainkan gamelan, kita
harus.............................................................................
7. Tuliskan pengalaman yang mengesankanmu saat memainkan
gamelan................................................................................................................... ..........
...........................................................................................................................................
8. Buku untuk memainkan gamelan yang pernah kamu baca
adalah.................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Richey and Klein dalam (Sugiyono, 2015: 200) menjelaskan
bahwa teknik pengumpulan data merupakan hal yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan dari sebuah penelitian adalah mendapatkan data.
Tahap pengumpulan data sangat penting untuk menentukan kevalidan atau
kesahihan dari sebuah penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti
mengumpulkan data dengan dua teknik, yaitu teknik wawancara dan angket.
3.6.1 Wawancara
Menurut Widoyoko (2012: 40) wawancara merupakan suatu proses
tanya jawab atau dialog secara lisan antara pewawancara dan responden
untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan peneliti. Esterberg dalam
(Sugiyono, 2015: 232) terdapat beberapa macam wawancara yaitu
wawancara terstruktur, wawancara semi terstruktur, dan wawancara tidak
tertruktur. Penelitian ini menggunakan wawancara terstruktur karena tiap
responden diberi pertanyaan yang sama dan peneliti telah mengetahui
informasi apa yang akan diperoleh. Peneliti melakukan wawancara dengan
narasumber praktisi gamelan. Praktisi gamelan yang diwawancarai
merupakan pelatih gamelan di SD dan pelatih gamelan di masyarakat
umum. Dalam wawancara ini peneliti menggunakan pedoman wawancara
yang berbentuk daftar pertanyaan.
3.6.2 Angket
Menurut Widoyoko (2012: 33) angket merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk diberikan
respon sesuai dengan permintaan pengguna. Menurut Sugiyono (2015:
216) angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan untuk dijawab.
Angket terdapat dua macam yaitu model terbuka dan model tertutup.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model angket terbuka dengan
memberikan kebebasan pada narasumber atau responen untuk menjawab
pertanyaan, sesuai dengan konteks nilai budi pekerti dalam memainkan
gamelan. Instrumen yang digunakan adalah angket yang berisi pernyataan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
yang nantinya akan dijawab oleh para siswa. Indikator untuk menyusun
angket dikembangkan dari potensi yaitu memainkan gamelan dan
pendidikan budi pekerti.
3.7 Teknik Analisis Data
Analisis data yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif dan
kuantitatif. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh. Data kualitatif berupa komentar, kritik, dan
saran yang telah dikemukakan oleh para ahli. Data kuantitatif berupa skor
yang diberikan oleh para ahli. Data dianalisis oleh peneliti sebagai dasar
untuk memperbaiki dan mengetahui kelayakan suatu produk. Data kuantitatif
diperoleh melalui instrumen penelitian berupa lembar angket. Pedoman
penskoran yang digunakan oleh peneliti adalah menggunakan nilai 1-4.
Peneliti hanya menggunakan skala 1-4 dan bukan 1-5 karena cenderung akan
memilih alternatif yang ada di tengah yaitu 3 dengan alasan dirasa aman dan
paling gampang (Arikunto, 2010: 284). Kriteria untuk skala 1-4 adalah sangat
baik, baik, tidak baik, dan sangat tidak baik. Hasil dari lembar angket berupa
data kuantitatif tersebut kemudian dikonversikan menjadi data kualitatif.
Skor yang sudah didapat kemudian dikonversikan menjadi data
kualititaf menggunakan tabel konversi nilai skala empat berdasarkan skala
Likert (widoyoko, 2012: 112). Penyusunan tabel klasifikasi menggunakan
aturan yang sama dengan dasar jumlah skor responen yang diujicobakan,
yaitu dicari skor tertinggi, skor terendah, jumlah kelas, dan jarak interval.
Skor tertinggi (ideal) = 4 (Sangat Baik)
Skor terendah = 1 (Sangat Tidak Baik)
Jumlah kelas = 4 (Sangat tidak baik sampai sangat baik)
Jarak interval = (4-1)/4 = 0,75 (rentang skor)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Hasil interval sangat baik, baik, tidak baik, sangat tidak baik adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.5 Hasil interval Skala 1-4
Rerata skor Klasifikasi
3,25 – 4,0 Sangat Baik
2,50 - 3,25 Baik
1,75 - 2,50 Tidak Baik
1,00 - 1,75 Sangat Tidak Baik
Hasil dari instrumen pra penelitian yang sudah divalidasi oleh ahli dari
praktisi gamelan dan guru gamelan di sekolah dasar menunjukkan rata-rata skor
3,6, menunjukkan bahwa angket pra penelitian termasuk dalam rentang sangat
baik sehingga dapat digunakan untuk memperoleh data kebutuhan siswa. Angket
pra penelitian yang sudah divalidasi kemudian siap disebarkan pada siswa usia SD
berjumlah 15 di SD Kanisisus Minggir.
Berdasarkan hasil dari penyebaran angket pra penelitian, diperoleh data
sebanyak 33,3% siswa menuliskan sebelum memainkan gamelan berdoa terlebih
dahulu, sebanyak 33,3% siswa menulis saat memainkan gamelan harus dengan
konsentrasi/fokus, sebanyak 13,3% siswa menulis berdoa sesudah memainkan
gamelan. Selain itu, 86.7% siswa menjawab pernah membaca buku notasi
gamelan (bukan buku yang berisi nilai-nilai yang terkandung pada gamelan) dan
mereka memerlukan buku cerita yang berisi penjelasan tentang nilai-nilai budi
pekerti dalam memainkan gamelan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab IV ini berisi tentang hasil penelitian untuk manjawab 3 pertanyaan
yang terdiri dari: 1) Deskripsi proses prosedur pengembangan prototipe buku
Cergam; 2) Menjelaskan manfaat prototipe buku Cergam bagi siswa; lalu
dilanjutkan dengan pembahasan.
4.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian pengembangan ini peneliti menerapkan prosedur
penelitian pengembangan (R&D) menurut Sugiyono meliputi: (1) potensi dan
masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi
desain, dan (6) uji coba produk. Berikut penjabaran dari tahap-tahap tersebut.
4.1.1 Prosedur Pengembangan
4.1.1.1 Potensi dan Masalah
Tahap pertama penelitian dan pengembangan yang dilakukan
peneliti adalah menidentifikasi potensi dan masalah yang terkait dengan
memainkan gamelan. Peneliti melakukan wawancara kepada praktisi
gamelan dan penyebaran angket kepada siswa usia sekolah dasar guna
memperoleh data terkait pemahaman mereka tentang memainkan gamelan.
Potensi yang ditemukan oleh peneliti bahwa adanya kegiatan
ekstrakurikuler gamelan di sekolah dasar di Yogyakarta. Gamelan sebagai
salah satu bagian dari kesenian tradisional Jawa merupakan sarana yang
baik untuk mendidik budi pekerti masyarakat Jawa (Sulistyobudi, 2013:
40).
Peneliti melakukan wawancara kepada dua narasumber yaitu
praktisi gamelan dan guru gamelan. Kedua narasumber menyatakan bahwa
gamelan memang penting untuk diperkenalkan sejak dini kepada siswa
usia sekolah dasar. Namun ditemukan masalah, yaitu belum banyak
terdapat buku khusus untuk siswa usia sekolah dasar yang berisi informasi
gamelan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Hasil wawancara dan pengamatan yang didapat peneliti
selanjutnya dijadikan acuan untuk menyusun angket kebutuhan siswa.
Angket ini selanjutnya disebarkan di SD Kanisius Minggir yang
beralamatkan di yang beralamatkan di Jalan Kebonagung, Sendangarum,
Minggir, Sleman, Yogyakarta yang dilaksanakan pada tanggal 12
Desember 2018. Penyebaran angket dilaksanakan pada siswa kelas V yang
berjumlah 15 siswa. Hasil angket menunjukkan bahwa 13 dari 15 siswa
(86.7%) menjawab pernah membaca buku notasi gamelan (bukan buku
yang berisi nilai-nilai dalam memainkan gamelan).
Berdasarkan hasil wawancara dan penyebaran angket, peneliti
terdorong untuk mengembangkan prototipe buku pendidikan budi pekerti
dalam memainkan gamelan (untuk SD).
4.1.1.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperoleh dari hasil wawancara dan angket.
Wawancara dilaksanakan dengan dua narasumber yang merupakan praktisi
gamelan dan guru gamelan. Pertanyaan yang diajukan kepada narasumber
diantaranya (1) mengapa anda tertarik dengan gamelan? (2) apakah ada
nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan? (3) Apakah yang anda
pikirkan/rasakan setiap kali mendengarkan musik gamelan? (4) Apakah
menurut anda siswa-siswi perlu diperkenalkan gamelan sejak dini untuk
menyukai gamelan? Mengapa? (5) Apakah menurut anda perlu ada buku
sederhana untuk siswa SD yang memuat informasi tentang gamelan yang
memiliki nilai-niali budi pekerti? Mengapa perlu? Dari lima pertanyaan
yang diajukan, peneliti mendapatkan hasil kedua narasumber menyatakan
bahwa gamelan merupakan kesenian musik yang indah untuk dimainkan,
terdapat juga nilai-nilai budi pekerti di dalamnya, gamelan membuat
nyaman dihati, maka baik jika gamelan diperkenalkan kepada siswa usia
sekolah dasar sejak dini. Namun buku tentang gamelan yang memuat nilai-
nilai budi pekerti sangatlah jarang, dan bahkan tidak ada yang unttuk siswa
usia sekolah dasar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Pengumpulan data yang dilakukan peneliti dengan penyebaran
angket di SD Kanisius Minggir yang dilaksanakan pada tanggal 12
Desember 2018. Dari penyebaran angket tersebut didapatkan 15 siswa
kelas V sekolah dasar. Angket tersebut menyangkut beberapa aspek
diantaranya: (1) gamelan sebagai salah satu kesenian Jawa, (2) budi
pekerti dalam memainkan gamelan, (3) literasi, (4) perlu atau tidak
prototipe buku tentang memainkan gamelan. Dari keempat aspek tersebut
dibuatlah 8 pertanyaan guna mendapatkan data pemahaman siswa tentang
nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan. Berikut ini merupakan
daftar pertanyaan beserta hasil rekap angket yang disajikan dalam tabel
oleh peneliti.
Tabel 4.1 Rekap Angket dari Siswa Kelas V SD K Minggir
Pertanyaan Jawaban
1. Kamu sudah memainkan
gamelan sejak kelas ... kamu
ingin bermain gamelan sampai
kapan ...
15 siswa (100%) menjawab bermain gamelan
sejak kelas IV
8 siswa (53.4%) menjawab ingin bermain
gamelan sampai SMP
7 siswa (46.6%) menjawab ingin bermain
gamelan sampai tua/ sampai kapan pun
2. Gamelan merupakan salah satu
alat musik dari daerah ...
14 siswa (93.3%) menjawab gamelan berasal
dari daerah Jawa
1 siswa (6.7%) menjawab berasal dari Bali.
3. Pakaian yang harus dikenakan
saat pementasan gamelan
adalah ... apa yang kamu
rasakan saat pentas ...
15 siswa (100%) menjawab pakaian yang
dikenakan saat pentas adalah pakaian adat dan
kostum dengan perbedaan laki-laki dengan
sorjan, beskap, dan blangkon sedangkan
perempuan kebaya, jarik, dan sanggul.
4. Sebelum memainkan gamelan,
kamu harus ...
6 siswa (40%) sebelum memainkan gamelan
menjawab hal yang dilakukan menyiapkan alat
dan pemukul
5 siswa (33.3%) menjawab berdoa terlebih
dahulu
4 siswa (26.7%) menjawab menyiapkan teks
not angka sebagai panduan.
5. Pada saat memainkan
gamelan, kamu harus ...
5 siswa (33.3%) pada saat memainkan gamelan
hal yang dilakukan adalah konsentrasi/fokus
3 siswa (20%) dengan sopan
3 siswa (20%) dengan mengingat not angka
2 siswa (13.3%) menjawab memukul dengan
benar/taat pada aturan
1 siswa (6.7%) menjawab dengan serius
1 siswa (6.7%) menjawab dengan tenang.
6. Sesudah memainkan gamelan,
kamu harus ...
8 siswa (53.4%) sesudah memainkan gamelan
menjawab merapikan gamelan dan pemukul
(disiplin)
2 siswa (13.3%) menjawab membersihkan
tempat/ ruangan gamelan
2 (13.3%) siswa menjawab berdoa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
2 (13.3%) siswa menjawab tenang dan berhenti
memukul
1 (6.7%) siswa menjawab menaati tata
tertib/aturan.
7. Tuliskan pengalaman yang
mengesankanmu saat
memainkan gamelan ...
Siswa 1
Selama memainkan gamelan dapat
menghafalkan lagu dan not yang benar dengan
cepat dan benar.
Siswa 2
Pengalaman dalam memainkan gamelan saat
pentas sangat merdu suara tabuhannya, dan
membuat saya bahagia.
Siswa 3
Selama memainkan gamelan dengan mantap
dan percaya diri akan seru dan menyenangkan.
Siswa 4
Pengalaman bangga bisa menampilkan gamelan
ke orang banyak.
Siswa 5
Kenas dalam memainkan gamelan senang
karena gamelan suaranya merdu.
Siswa 6
Pengalaman kesan bisa bermain slenthem dan
kenong dengan senang hati, dan sudah lancar.
Siswa 7
Kesan saya senang karena dapat pentas bersama
dengan teman-teman.
Siswa 8
Saat memainkan gamelan sangat penting dan
dilaksanakan dengan baik tanpa ada kesalahan.
Siswa 9
Pengalaman luar biasa bisa menampilkan
gamelan ke orang banyak.
Siswa 10
Pengalaman membanggakan menggamel di
gereja saat Minggu Paskah.
Siswa 11
Saat memainkan gamelan pada masa Natal dan
memainkan gamelan bersama itu menjadi tidak
terlupakan.
Siswa 12
Pengalaman dalam memainkan gamelan
bingung dan susah namun bisa melakukannya.
Siswa 13
Pengalaman yang didapat sangat senang karena
diajari dengan sungguh-sungguh dan langsung
bisa meskipun sedikit demi sedikit.
Siswa 14
Pengalaman yang didapat saat memainkan
gamelan selalu capek namun menyenangkan.
Siswa 15
Pengamalan memainkan gamelan saat pentas di
Gereja sangat senang.
8. Buku untuk memainkan
gamelan yang pernah kamu
baca adalah ... apa yang kamu
dapatkan dari buku yang kamu
baca (jika kamu pernah
13 siswa (86.7%) pernah membaca buku tentang
gamelan yaitu buku notasi gamelan
2 siswa (13.3%) pernah membaca buku
tulis/catatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
membaca buku) ...
Dari hasil wawancara peneliti kepada 15 siswa kelas V di SD Kanisius
Minggir peneliti mendapatkan informasi: 33.3% siswa menjawab sebelum
memainkan gamelan harus berdoa, 33.3% siswa menjawab saat memainkan
gamelan harus konsentrasi, 53.4% siswa menjawab sesudah memainkan gamelan
harus merapikan pemukul, 13.3% siswa menjawab sesudah memainkan gamelan
harus berdoa, 86.7% siswa pernah membaca buku tentang notasi gamelan (bukan
buku yang berisi tentang gamelan).
Berdasarkan informasi tersebut peneliti mendapatkan data dari hasil
angket kepada siswa, siswa menulis bahwa memainkan gamelan membantu
mereka: memiliki kebiasaan berdoa (46.6%), berkonsentrasi (33.3%), hidup rapi
(53.4%). Selain itu 86.7% siswa menulis pernah membaca buku tentang notasi
gamelan, bukan buku tentang nilai-nilai yang terkandung di dalam gamelan. Oleh
karena itu, peneliti terdorong untuk mengembangkan prototipe buku pendidikan
budi pekerti dalam memainkan gamelan (untuk SD).
Data awal yang didapatkan oleh peneliti tersebut akan digunakan oleh
peneliti menjadi acuan dalam mengembangkan desain produk. Hal tersebut
dimaksudkan agar produk yang akan dikembangkan oleh peneliti bermanfaat bagi
siswa. Oleh karena itu, peneliti membentuk karakter siswa melalui prototipe buku
pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan, selain itu juga membantu
siswa untuk ikut melestarikan kesenian musik gamelan Jawa yang telah ada sejak
dulu.
4.1.1.3 Desain Produk
Pada tahap desain produk, peneliti mendesain sebuah produk berupa
prototipe buku cerita bergambar berdasarkan latar belakang masalah. Prototipe
yang disusun berjudul “Pendidikan Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan”.
Langkah awal yang peneliti lakukan adalah membuat prototipe buku yang terdiri
dari dua bagian: Bagian I artikel berjudul Nilai-nilai Budi Pekerti dalam
Memainkan Gamelan, Bagian II berupa Cergam “Menabuh Kempul Mengasah
Kesabaran dan Ketekunan”. Terdapat pula: Kata Pengantar; Daftar Isi; Refleksi;
Kepustakaan; dan Biodata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Langkah selanjutnya dalam membuat cerita, peneliti mulai membuat
sketsa gambaran yang sesuai dengan alur cerita yang telah dibuat. Sketsa yang
dibuat merupakan gambaran dari alur cerita yang memuat seorang siswa bernama
“Untung” yang gemar memainkan gamelan bersama dengan teman-teman
sebayanya, mengenai tatacara sebelum, pada saat, dan sesudah memainkan
gamelan (Kempul), berjalan jongkok saat menuju kempul, bersila saat didekat
kempul, berdoa kepada Tuhan, memegang alat pukul kempul, dan belajar
ketekunan dan kesabaran saat menabuh kempul. Pada tahap ini peneliti merancang
dan menyusun prototipe buku Cergam pendidikan budi pekerti dalam memainkan
gamelan agar gambar-gambar yang terkandung di dalam buku tersebut dapat
meningkatkan pemahaman siswa terhadap nilai-nilai yang terkandung di dalam
memainkan gamelan. Peneliti mendesain prototipe buku Cergam pendidikan budi
pekerti dalam memainkan gamelan untuk siswa sekolah dasar dalam konteks
pendidikan karakter.
Seorang siswa SD bernama Untung sedang menabuh
kempul
Siswa SD sedang menonton bapaknya yang
sedang melakukan pertunjukan wayang kulit
Siswa SD sedang bersama pelatih memainkan kempul
Siswa SD bernama Untung duduk dibangku
kelas V
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Kelompok karawitan SD pentas di perlombaan
Parade Gamelan Anak
Seorang anak SD sedang berjalan jongkok
menuju ke instrumen gamelan
Gambar 4.1 Sketsa Awal
Sketsa awal yang dibuat oleh peneliti dirasa kurang menarik untuk
dijadikan sebuah produk, untuk itu peneliti dibantu oleh seorang ahli ilustrator
melakukan tahap perbaikan gambar. Tahap ini bertujuan untuk membuat buku
menjadi lebih menarik, sehingga siswa yang membaca buku menjadi lebih
menarik, sehingga siswa yang membaca buku cerita ini akan tertarik dan mudah
dalam memahami isi cerita tentang memainkan gamelan kempul. Berikut
merupakan gambar yang telah diperbaiki oleh ahli ilustrator:
Seorang siswa SD bernama Untung sedang menabuh
instrumen kempul
Untung bersama ibu menonton bapaknya yang
sedang melakukan pertunjukan wayang kulit
Untung belajar memainkan kempul bersama pelatih Untung duduk dikelas V SD dan sedang belajar
dikelas bersama teman-temannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Untung dan teman-teman pentas gamelan di acara
perlombaan Parade Gamelan Anak Untung dan teman-teman melakukan jalan jongkok
saat menuju ke instrumen gamelan masing-masing.
Gambar 4.2 Perbaikan Sketsa oleh Ahli Ilustrator
4.1.1.4 Validitas Desain
Produk berupa prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan
gamelan untuk SD yang telah dibuat terdiri dari dua bagian: Bagian I artikel
berjudul “Nilai-nilai Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan”, dan Bagian II
berupa Cergam “Menabuh Kempul Mengasah Kesabaran dan Ketekunan” perlu
divalidasi oleh ahli terlebih dahulu. Validasi dilakukan oleh satu ahli praktisi
gamelan, dan satu ahli guru gamelan di sekolah dasar. Validasi dilakukan dengan
cara memberikan desain produk dan lembar angket validasi kepada ahli. Berikut
hasil dari perhitungan validasi:
Tabel 4.2 Rekap Validasi Uji Coba Produk Buku
NO ASPEK Validator I Validator II
Skor Saran Skor Saran
1 Bahasa
Sesuai dengan EBI
3
Masih ada
tulisan yang
salah.
3
Masih ada salah
ketik
Sesuai dan mudah
dipahami oleh siswa SD 3
Perbanyak
gambar, kurangi
tulisan.
2 Terlalu banyak
tulisan
2. Prototipe sesuai dengan
kaidah penulisan buku
4
Perbaiki cover
3
Lebih
disederhanakan
untuk kalangan
siswa SD.
Menggunakan
kepustakaan yang sesuai
dengan teori Pendidikan
Budi Pekerti dan Gamelan
4 4 Perbaiki Cover
3. Artikel berisi informasi
sederhana tentang
Gamelan.
4 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Artikel menjelaskan nilai-
nilai Budi Pekerti yang
terkandung dalam
memainkan Gamelan.
4 4
Cergam memuat informasi
tentang kekhasan
memainkan “kempul”
sebagai salah satu alat
musik Gamelan.
4 4
Cergam berisi alur cerita
yang mudah dipahami
oleh siswa
4 3 Kurangi tulisan
Total skor 30 27
Skor rata-rata 28,5
Nilai rata-rata 3,5
Berdasarkan nilai rata-rata hasil validasi sebesar 3,5. Untuk mengetahui
kelayakan penggunaan buku berdasarkan jumlah skor, peneliti menyajikan
pedoman penggolongan kualitas sebagai berikut ini:
Tabel 4.3 Pedoman Penggolongan Kualitas
No Kelayakan Instrumen Bobot skor
1 Layak diujicobakan tanpa revisi 3,5 – 4,0
2 Layak diujicobakan dengan revisi 2,5 – 3,5
3 Tidak layak diujicoba 0 – 2,5
Berdasarkan hasil validasi tersebut menunjukkan bahwa “Buku
Pendidikan Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan (untuk SD)” sudah layak
diujicobakan dengan terlebih dahulu direvisi dan kemudian dibagikan kepada
siswa kelas V sekolah dasar.
Adapun yang harus dilakukan oleh peneliti sebagai berikut untuk
keseluruhan cover utama diganti dengan gambar yang lebih mewakili lebih
banyak instrumen gamelan, cover bagian pertama tidak ada kemudian dibuat
sesuai dengan gambar yang mewakili cara memainkan salah satu instrumen
gamelan, cover bagian kedua awalnya Untung dipenabuh kempul tidak terlihat
menonjol, kemudian diganti dengan gambar yang lebih mewakili penabuh
kempul. Perbaikan tentang artikel dari saran validator adalah kurangi tulisan
dengan mengfokuskan kepada beberapa instrumen gamelan yang memuat budi
pekerti. Sedangkan bagian kedua memperbaiki alur cerita agar siswa dapat lebih
mudah dalam memahami cerita dan memperoleh manfaat dari membaca buku
cerita bergambar “Memainkan Kempul Mengasah Kesabaran Dan Ketekunan”.
Berikut adalah hasil dari revisi cover utama, cover bagian I, dan cover bagian II.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Cover Untung dan teman-temannya sedang
bermain alat musik gamelan
Cover
Utama
Cover Untung dan teman-temannya
pentas di acara perlombaan Parade
Gamelan Anak
Cover tidak ada, langsung menuju ke
artikel
Cover
Bagian I
Cover Untung sedang belajar
memainkan kempul dengan pelatih
Cover Untung bersama teman-teman
memainkan berbagai instrumen gamelan
Cover
Bagian II
Untung memainkan kempul dan teman-
temannya memainkan instrumen
masing-masing
Gambar 4.3 Revisi Cover Utama, Cover I, dan Cover II
4.1.1.5 Revisi Produk
Berdasarkan hasil validasi, peneliti melakukan revisi desain produk berupa
prototipe buku cerita bergambar pendidikan budi pekerti dalam memainkan
gamelan. Kritik dan saran dari kedua ahli dapat digunakan sebagai landasan untuk
memperbaiki desain produk. Perbaikan yang dilakukan oleh peneliti adalah EBI
yang masih banyak salah, dan juga penggunakan bahasa yang kurang sederhana.
Dalam pengantar buku Cergam perlu penyederhanaan tulisan yang masih terlalu
banyak yaitu dari 10 lembar menjadi 3-4 lembar. Dalam pesan mengasah
ketekunan dan kesabaran masih perlu ditonjolkan dan ditampakkan lebih jelas,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
agar siswa mampu menyerap nilai-nilai yang terkandung. Pada gambar perlu
adanya warna agar membuat buku lebih menarik, namun peneliti akan membuat
dengan versi sketsa hitam putih, yang bertujuan agar siswa juga dapat mewarnai
gambar yang masih berupa sketsa hitam putih, yang juga melatih kreatifitas siswa.
Perbaikkan lembar refleksi yang akan dibuat oleh siswa, menjadi semakin
sederhana, dan lebih mudah dipahami oleh siswa. Diharapkan dari perbaikan dan
revisi desain dari peneliti, menjadikan “Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti
dalam Memainkan Gamelan untuk siswa SD” sesuai dengan sasaran pembaca
yaitu siswa sekolah dasar siswa-siswi kelas atas (IV, V, dan VI).
Produk direvisi setelah diujicoba tanpa revisi sesuai dengan hasil dari
validasi dengan ahli bahasa dan praktisi gamelan. Sebagai berikut:
Tabel 4.4 Rekap Validasi Uji Coba Produk
NO ASPEK Validator 1
Skor Saran
1. Bahasa
a. Sesuai dengan EBI 4
Oke b. Sesuai dan mudah dipahami oleh
siswa SD 4
2. Format Penulisan Buku
c. Prototipe sesuai dengan kaidah
penulisan buku 4
Sudah baik d. Menggunakan kepustakaan yang
sesuai dengan teori Pendidikan
Budi Pekerti dan Gamelan
4
3.
Isi
e. Artikel berisi informasi sederhana
tentang Gamelan. 4
f. Artikel menjelaskan nilai-nilai Budi
Pekerti yang terkandung dalam
memainkan Gamelan. 4
g. Cergam memuat informasi tentang
kekhasan memainkan “kempul”
sebagai salah satu alat musik
Gamelan.
4
h. Cergam berisi alur cerita yang
mudah dipahami oleh siswa 4
TOTAL SKOR 32
Skor rata-rata 32
Nilai rata-rata 4
Dengan nilai rata-rata yang didapatkan yaitu 4 maka produk siap
diujicobakan tanpa revisi dan diharapkan sudah dapat membantu siswa usia
sekolah dasar untuk dapat memahami prototipe buku cerita bergambar pendidikan
budi pekerti dalam memainkan gamelan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
4.1.1.6 Uji Coba Produk
Uji coba produk dilakukan setelah prototipe direvisi dan siap diujicobakan.
Uji coba produk dilakukan kepada siswa kelas V di SD Kanisius Minggir yang
berjumlah 20 siswa pada tanggal 12 Desember 2017 dan siswa SD di Desa
Kenatan, Muntilan yang berjumlah 7 siswa pada tanggal 14 Desember 2017.
Tujuan dari uji coba produk ini adalah untuk mengetahui apakah prototipe buku
pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan ini benar-benar memiliki
kualitas dan keefektifan untuk membantu pemahaman siswa mengenai nilai-nilai
budi pekerti yang terkandung dalam memainkan gamelan (Kempul).
Kegiatan pertama peneliti memberikan pengantar untuk memberikan
prototipe buku untuk siswa-siswi kelas V sebagai bagian dari kegiatan literasi di
sekolah dasar.
Gambar 4.4 Peneliti Memulai Kegiatan Membaca Buku (Literasi)
Kemudian dilanjutkan dengan membagikan prototipe buku kepada 20 siswa-siswi
di SD K Minggir dan 7 siswa di Desa Kenatan, Muntilan yang mengikuti kegiatan
ini.
Gambar 4.5 Peneliti Membagikan Buku kepada Siswa
Setelah siswa-siswi menerima prototipe buku kemudian membacanya hingga
selesai dengan dibaca dalam hati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Gambar 4.6 Para Siswa Membaca dengan Serius
Selesai membaca mereka menerima lembar refleksi dari peneliti untuk
mengetahui sejauh mana mereka memahami isi bacaan dari prototipe buku.
Lembar refleksi memang sudah ada pada prototipe buku, namun agar prototipe
buku dapat dipakai berulang-ulang, baik jika tidak ada coretan pada prototipe
buku tersebut, maka disediakan lembar refleksi tersendiri.
Gambar 4.7 Siswa Mengisi Lembar Refleksi
Selesai dengan mengisi refleksi siswa di Desa Kenatan, Muntilan melakukan
kegiatan mewarnai gambar dari prototipe buku Cergam dan siswa-siswi di SD K
Minggir melakukan tanya jawab sedikit mengenai isi dan apa yang telah didapat
dari membaca prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan.
Gambar 4.8 Siswa dan Peneliti Melakukan Tanya Jawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Karya: djadug
Karya: Errick
Karya: Ma‟ruf
Karya: M. Krisna Wiraputra
Karya: M. Dwi Saputra
Karya: Farel
Karya: Alif
Gambar 4.9 Hasil Karya Mewarnai Siswa-Siswi SD di Desa Kenatan, Muntilan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
4.1.2 Kualitas Produk
Peneliti melakukan uji coba produk dengan membagikan prototipe buku
pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan (untuk SD). Siswa-siswi
SD K Minggir 10 dari 20 siswa (50%) menyatakan prototipe buku berkualitas
baik dengan menuliskan bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalam
memainkan gamelan yaitu sopan, toleransi, kerja sama, tanggung jawab, dan
tata krama. Sedangkan siswa SD di desa Kenatan, Muntilan 7 dari 7 siswa
(100%) menyatakan prototipe buku berkualitas sangat baik karena para siswa
termotivasi dan terdorong untuk berkreasi dalam mewarnai gambar yang
dicetak hitam putih pada prototipe buku Cergam, dengan hasil pewarnaan yang
membutuhkan ketekunan dan kesabaran dalam pembuatannya, yang sekaligus
serupa dengan nilai yang tekandung dalm memiankan instrumen gamelan
kempul.
Dari data siswa-siswi SD K Minggir diketahui bahwa 10 siswa (50%)
mengerti nilai yang terkandung pada instrumen gamelan kempul yaitu sabar
dan tekun, 11 siswa (55%) mengetahui cara memainkan salah satu instrumen
gamelan yaitu kempul dengan dipukul sesekali dari instrumen yang lain, 13
siswa (65%) mengetahui arti dari nilai kesabaran yang didapat dalam
memainkan instrumen kempul dengan memukul dengan keras dan lembut, 11
siswa (55%) mengetahui arti dari nilai ketekunan yang didapatkan dalam
memainkan instrumen kempul dengan menghafal notasi gendhing, dan semua
siswa menuliskan manfaat yang didapatkan dalam memainkan gamelan setelah
membaca buku, yang pertama 10 siswa (50%) mendapatkan nilai kesabaran
dan ketekunan dalam memainkan instrumen gamelan kempul, 5 siswa (25%)
mendapatkan nilai toleransi, bekerja sama, menghormati, dan disiplin, 3 siswa
(15%) menuliskan pentingnya melestarikan budaya Indonesia khususnya
kesenian musik gamelan, dan 2 siswa (10%) dapat memainkan gamelan dengan
baik dan benar yang akan menjadi bagus.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa produk dari penelitian yang
dikembangkan oleh peneliti memiliki kulitas yang baik, selain membantu siswa
dalam memahami cara memainkan gamelan dari salah satu instrumennya yaitu
kempul, juga dapat menanamkan nilai-nilai budi pekerti yang luhur seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
sopan, toleransi, kerja sama, tanggung jawab, tata krama, menghormati,
disiplin, ketekunan, dan kesabaran, menumbuhkan daya kreasi dalam
mewarnai gambar serta pentingnya melestarikan budaya Indonesia khususnya
pada kesenian musik gamelan.
4.2 Pembahasan
Prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan
(untuk SD) mendapatkan skor 4 dari hasil validasai prototipe buku dan
masuk dalam kategori sangat baik dan layak digunakan untuk membantu
siswa dalam memahami nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan.
Dari hasil ujicoba terbatas dilakukan di dua tempat. Pertama, di SD Kanisius
Minggir Sleman diikuti oleh 20 siswa, peneliti mendapatkan data bahwa
prototipe dapat membantu siswa memiliki informasi tentang nilai-nilai yang
terkandung di dalam memainkan gamelan, dan kedua, di Desa Kenatan,
Muntilan diikuti oleh 7 siswa, peneliti mendapatkan data bahwa prototipe
dapat menumbuhkan daya tarik untuk mewarnai Cergam. Hal tersebut terjadi
karena peneliti mengembangkan prototipe yang memiliki informasi tentang:
a. Prototipe berisi nilai budi pekerti
Budi pekerti merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan
manusia dalam mengembangkan karakter, baik sebagai makhluk pribadi
maupun sebagai makhluk sosial. Budi pekerti seseorang akan tampak pada
sikap, pikiran, dan perilaku. Karakter seseorang akan tampak pada spiritual,
sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Orang yang berbudi pekerti
memiliki karakter baik.
Prototipe Cergam mengandung nilai-nilai budi pekerti dalam
memainkan gamelan (untuk SD). Nilai-nilai budi pekerti yang terkandung
dalam memainkan gamelan adalah toleransi, bekerja sama, menghormati, dan
disiplin. Terlebih lagi terdapat nilai kesabaran dan ketekunan yang terdapat
dalam instrumen kempul pada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
b. Prototipe menumbuhkan kesadaran siswa tentang pentingnya
melestarikan gamelan
Hasil dari uji coba prototipe buku Cergam menyadarkan kepada siswa
akan pentingnya melestarikan hasil kesenian musik tradisional Jawa yaitu
gamelan. Dengan hasil uji coba, 3 siswa menuliskan pentingnya melestarikan
budaya Indonesia khususnya kesenian musik gamelan. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa produk dari penelitian yang dikembangkan oleh peneliti,
menumbuhkan kepekaan akan pentingnya melestarikan budaya berupa alat
musik tradisional gamelan.
c. Cergam memuat nilai-nilai pada instrumen Kempul
Kempul adalah alat musik yang dipukul dengan sesekali saja diantara
instrumen yang lain, dan dengan menghafalkan notasi gendhing. Dari hasil uji
coba produk 65% siswa mengetahui arti dari nilai kesabaran yang didapat
dalam memainkan instrumen kempul dengan memukul dengan keras dan
lembut, 55% siswa mengetahui arti dari nilai ketekunan yang didapatkan dalam
memainkan instrumen kempul dengan menghafal notasi gendhing.
d. Cergam memfasilitasi program literasi
Kegiatan membaca dan menulis disebut literasi, maka prototipe buku
ini menjadi sarana yang baik bagi guru dan siswa untuk menjadi sumber
bacaan berkatian dengan pendidikan karakter. Pada umumnya siswa usia
sekolah dasar masih senang membaca cerita, apalagi cerita yang disertai
dengan gambar. Maka prototipe yang peneliti susun merupakan buku cerita
bergambar.
e. Cergam memfasilitasi siswa dalam mengembangkan kreasi mewarnai
gambar pada Cergam
Cergam memfasilitasi dan memotivasi siswa untuk berkreasi dengan
mewarnai gambar sketsa hitam putih dari buku cerita bergambar. Dalam
kegiatan membaca prototipe buku siswa juga tergerak untuk mewarnai gambar
pada Cergam. Siswa diajak untuk bersikap sabar dengan mewarnai tanpa
keluar dari garis batas setiap bentuk sketsa, tidak tergesa-gesa dalam mewarnai,
dan dengan memperhatikan ketepatan dalam pewarnaan. Siswa juga belajar
tekun dengan mewarnai karena ada yang mengharuskan sedikit-sedikit dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
pelan-pelan dalam mewarnai gambar, senantiasa memperhatikan goresan, dan
konsisten dalam tebal tipis dari goresan pewarna yang digunakan sebagai
sarana untuk mewarnai gambar.
4.3 Kelebihan dan Kekurangan Prototipe
Peneliti memperoleh masukan produk dari hasil validasi dan uji coba,
data-daat yang diperoleh dapat membantu peneliti untuk mengetahui kelebihan
dan kekurangan prototipe buku yang peneliti kembangkan. Berikut ini merupakan
penjelasan mengenai kelebihan dan kekurangan prototipe yang dikembangkan
oleh peneliti.
4.3.1 Kelebihan Prototipe Buku Cergam
Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan ini
memiliki kelebihan, diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Prototipe berisi
informasi tentang cara-cara dalam memainkan beberapa instrumen gamelan
khususnya instrumen kempul, 2) Informasi tentang nilai-nilai budi pekerti yang
diasah oleh penabuh/pemain gamelan dari beberapa instrumen, 3) Terdapat
gambar-gambar yang berkaitan dengan memainkan gamelan dibeberapa
instrumennya, 4) Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti dalam Memainkan
Gamelan (untuk SD) dengan certam yang berjudul “Menabuh Kempul Mengasah
Kesabaran dan Ketekunan” yang berisi penjelasan tentang pendidikan nilai budi
pekerti yaitu kesabaran dan ketekunan, dalam memainkan gamelan, 5) pertanyaan
refleksi untuk membantu pembaca agar lebih mendorong terwujudnya penanaman
nilai-nilai yang terdapat dalam cerita.
4.3.2 Kekurangan Prototipe Buku Cergam
Prototipe Pendidikan Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan (untuk SD)
ini juga memiliki beberapa kekurangan, diantaranya adalah sebagai berikut: 1)
Buku masih terlalu banyak tulisan dibandingkan dengan gambar, 2) Pengunaan
bahasa belum menggunakan kaidah Bahasa Indonesia yang baik, 3) Terdapat
gambar yang kurang mewakili dari setiap cerita tentang pendidikan budi pekerti
dengan kuat, 4) Hanya terdapat sedikit contoh dari instrumen gamelan sebagai
pendukung instrumen Kempul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
BAB V
PENUTUP
Bab V ini berisi tentang kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran. Berikut
ini adalah penjelasan dari masing-masing sub bab:
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Prosedur pengembangan produk berupa “Pengembangan Prototipe Buku
Pendidikan Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan (Untuk SD)”
dilakukan dengan langkah-langkah berikut: (1) potensi dan masalah, (2)
pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain,
dan (6) uji coba produk.
5.1.2 Kualitas produk prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan
gamelan mendapat skor 4 dari hasil validasai prototipe buku dan masuk
dalam kategori sangat baik dan layak digunakan untuk membantu siswa
dalam memahami nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan. Hal
tersebut terjadi karena peneliti mengembangkan prototipe yang memiliki
informasi tentang:
1.) Prototipe membantu siswa mengetahui nilai-nilai budi pekerti. Budi
pekerti merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam
mengembangkan karakter sehingga akan tampak pada sikap, pikiran, dan
perilaku. Maka dalam Cergam membantu siswa mengetahui nilai toleransi,
bekerja sama, menghormati, dan disiplin .
2.) Prototipe menumbuhkan kesadaran siswa tentang pentingnya
melestarikan gamelan. Hasil dari uji coba prototipe buku Cergam
menyadarkan kepada siswa akan pentingnya melestarikan hasil kesenian
musik tradisional Jawa yaitu gamelan. Dengan hasil uji coba, 3 siswa
menuliskan pentingnya melestarikan budaya Indonesia khususnya kesenian
musik gamelan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa produk dari
penelitian yang dikembangkan oleh peneliti, menumbuhkan kepekaan akan
pentingnya melestarikan budaya berupa alat musik tradisional gamelan.
3.) Prototipe memuat nilai-nilai pada instrumen Kempul. Kempul adalah alat
musik yang dipukul dengan sesekali saja diantara instrumen yang lain, dan
dengan menghafalkan notasi gendhing dalam permainannya menumbuhkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
dalam diri penabuhnya untuk berlaku sabar dan tekun. Dari hasil uji coba
produk 65% siswa mengetahui arti dari nilai kesabaran yang didapat dalam
memainkan instrumen kempul dengan memukul dengan keras dan lembut,
55% siswa mengetahui arti dari nilai ketekunan yang didapatkan dalam
memainkan instrumen kempul dengan menghafal notasi gendhing.
4.) Cergam memfasilitasi program literasi yaitu berkaitan dengan kegiatan
membaca dan menulis. Maka prototipe Cergam ini menjadi sarana yang
baik bagi guru dan siswa untuk menjadi sumber bacaan berkatian dengan
pendidikan karakter. Pada umumnya siswa usia sekolah dasar masih senang
membaca cerita, apalagi cerita yang disertai dengan gambar. Maka prototipe
yang peneliti susun merupakan buku cerita bergambar.
5.) Cergam memfasilitasi siswa dalam mengembangkan kreativitas dalam
mewarnai sketsa hitam putih dari buku. Dalam kegiatan membaca prototipe
buku siswa juga tergerak untuk mewarnai gambar pada Cergam. Siswa
diajak untuk bersikap sabar dengan mewarnai tanpa keluar dari garis batas
setiap bentuk sketsa, tidak tergesa-gesa dalam mewarnai, dan dengan
memperhatikan ketepatan dalam pewarnaan. Siswa juga belajar tekun
dengan mewarnai karena ada yang mengharuskan sedikit-sedikit dan pelan-
pelan dalam mewarnai gambar, senantiasa memperhatikan goresan, dan
konsisten dalam tebal tipis dari goresan pewarna yang digunakan sebagai
sarana untuk mewarnai gambar.
Prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan
(untuk SD) dapat membantu siswa untuk memahami nilai-nilai dalam
memainkan gamelan, dalam menumbuhkan karakter. Khususnya saat
memainkan instrumen kempul yaitu kesabaran dan ketekunan. Selain itu
siswa juga terdorong untuk melestarikan gamelan dan menumbuhkan
kreativitas dalam mewarnai Cergam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
5.2 Ketebatasan Penelitian
Dalam penelitian pengembangan ini, peneliti memiliki beberapa
keterbatasan, antara lain:
5.2.1 Dalam prototipe ini masih terdapat beberapa istilah asing dan gambar
tentang memainkan gamelan yang masih terbatas.
5.2.2 Penelitian ini hanya terbatas pada memainkan beberapa instrumen gamelan
saja, belum mencakup pada semua instrumen dan nilai-nilai budi pekerti
yang ada.
5.2.3 Prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan ini
dibuat secara terbatas sehingga hanya diketahui oleh peneliti dan beberapa
pihak saja.
5.3 Saran
5.3.1 Peneliti sebaiknya menjelaskan beberapa istilah asing dan melengkapi
gambar agar lebih lengkap.
5.3.2 Produk yang dihasilkan sebaiknya lebih dari satu instrumen gamelan.
5.3.3 Peneliti mensosialisasikan produknya kepada beberapa sekolah dan
masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. (2003). Tata bahasa baku bahasa indonesia (edisi ketiga).
Jakarta: Balai Pustaka.
Anwar. Sutoyo. (2009). Pemahaman individu, obsertavi, checklist, interview,
kuesioner, dan sosiometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, Suharsimi. (2010), Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Daldiri, (2000). Modul pengenalan gamelan jawa. Yogyakarta: Kota Kembang.
Depdiknas. (2003). Kamus besar bahasa indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Depdiknas. (2005). Kamus besar bahasa bndonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Depdiknas. (2010). Panduan pendidikan karakter di sekolah. Jakarta: Balitbang
Depdiknas.
Dewantara, Hajar. (2013). Ki hajar dewantara: Pemikiran, konsepsi, keteladanan,
sikap merdeka i pendidikan. Yogyakarta: UST Press.
Dewantara, Hajar. (2013). Ki hajar dewantara: Pemikiran, konsepsi, keteladanan,
sikap merdeka ii kebudayaan. Yogyakarta: UST Press.
Dewantara, Ki Hadjar. (2013). Pemikiran, konsepsi, keteladanan, sikap merdeka i
pendidikan. Yogyakarta: UST Press.
Driyarkara. (1980). Driyarkara tentang kebudayaan. Yogyakarta: Yayasan
Kanisius.
Endraswara, Suwardi. (2008). Laras manis, tuntunan praktis karawitan jawa.
Yogyakarta. Kuntul Press.
Faizah, Dewi Utama, Dkk. (2016). Panduan gerakan literasi sekolah di sekolah
dasar. Jakarta. Kemendikbud.
Kayam, Umar. (1981). Seni, tradisi, masyarakat / umar kayam. Jakarta: Sinar
Harapan.
Kemendikbud. (2015). Permendikbud nomor 22 tahun 2015 tentang penumbuhan
budi pekerti. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Kodrat, Harsono. (1982). Gendhing-gendhing karawitan jawa lngkap slendro-
pelog jilid i. Jakarta: PT Balai Pustaka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Koesoema, A. Doni. (2015). Pendidikan karakter strategi mendidik anak di
zaman global. Jakarta: Kompas Gramedia.
Krathwohl, D.R Anderson. L.W. & Bloom, B.S. (2001). A taxonomy for learning,
teaching, and assessing: a revision of bloom’s taxonomy of educational
objectives. Boston. MA: Allyn & Bacon.
Mulyasa. (2013). Pengembangan dan implementasi kurikulum 2013. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Notoatmodjo. Soekidjo. (2007). Ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nurgiyantoro, Burhan. (1995). Teori pengkajian fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Nurgiyantoro, Burhan. (2002). Teori pengkajian fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Purwadi dan Hidayat. (2006). Seni karawitan jawa: Ungkapan keindahan dalam
musik gamelan. Yogyakarta: Hanan Pustaka.
Purwanto, M.N. (1998). Psikologi pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Putra, Masri Sareb. (2008). Menumbuhkan minat baca sejak dini. Jakarta: PT.
Indeks.
Ratna, Nyoman Kutha. (2014). Peranan karya sastra, seni, dan budaya dalam
pendidikan karakter. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rudiansyah, Afrizal, DKK. (2015). Penciptaan buku ilustrasi gamelan jawa
dengan menggunakan teknik vektor sebagai upaya pengenalan alat musik
tradisional pada anak anak. Diperoleh 3 September 2017, dari
http://jurnal.stikom.edu/index.php/ArtNouveau/article/viewFile/935/401.
Santosa, Imam Budhi. (2008). Budi pekerti bangsa. Yogyakarta: Arti Budi
Intaran.
Setyosari, Punaji. (2010). Metode penelitian penelitian dan pengembangan.
Jakarta: Kencana.
Soedarsono, R.M. (2010). seni pertunjukan indonesia di era globalisasi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Soeroso. 1989. Pengetahuan karawitan. Yogyakarta: Proyek Peningkatan
Pengembangan ISI.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Sudibyo, Imam. (2006). Peranan kebudayaan jawa dalam pengembangan
kebudayaan nasional dalam pernak-pernik budaya jawa. Salatiga: Pusat
Studi Budaya Jawa FKIP UKSW: Widya Sari Press.
Sugiyono.(2015). Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif
dan r&d. Bandung: Alfabeta.
Sulistyobudi, Noor. (2013, 1 Jun). Seni karawtian Jawa: Pendidikan Budi Pekerti.
Diperoleh 9 Oktober, dari
www.yayasankertagama.org/books/books_journal_11.pdf
Supanggah, Rahayu. (2002). Bothekan karawitan i. Jakarta: Masyarakat Seni
Pertunjukan Indonesia.
Suryodinigrat, Warsito. (1970). Gamelan tari dan wajang di yogyakarta.
Yogyakarta: Taman Siswa.
Suyami. (2015). Kajian nilai budi pekerti dalam serat jayabaya. Yogyakarta:
Balai Pelestarian Nilai Budaya.
Syamsudin. (1997). Psikologi belajar. Lampung. Unisula.
Tarigan, Henry Guntur. (1995). Pengajaran analisis kesalahan berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Tim Penyusun Kamus PPPB. (2005), Kamus besar bahasa indonesia. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Widoyoko, Eko Putro. (2012). Evaluasi program pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Wiedarti, Pangesti, Dkk. (2016). Desain induk gerakan literasi sekolah. Jakarta.
Kemendikbud.
Yudhoyono, Bambang. (1984). Gamelan jawa: Awal-mula, makna masa
depannya. Jakarta: PT Karya Unipress.
Yuliantoro, Septian Eko. (2016, 1 September). Penanaman nilai-nilai budi pekerti
pada anak melalui kesenian tradisional. Diperoleh 5 September 2018 , dari
https://eprints.uns.ac.id/11146/1/435-1555-2-PB.pdf
Zuriah, Nurul. (2011). Pendidikan moral & budi pekerti dalam prespektif
perubahan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Lampiran 2 Surat Ijin Penyebaran dan Pengisian Kuesioner/Angket
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Lampiran 3 Surat Ijin Uji Coba Produk Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Lampiran 4 Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian dari SD
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Lampiran 5a Pedoman Wawacara
No. Pertanyaan
1 Mengapa anda tertarik pada gamelan?
2 Apakah ada nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan?
3 Apakah yang anda pikirkan/rasakan setiap kali mendengarkan musik gamelan?
4 Apakah menurut anda siswa-siswi perlu diperkenalkan gamelan sejak dini untuk menyukai
gamelan? Mengapa?
5 Apakah menurut anda perlu ada buku sederhana untuk siswa SD yang memuat informasi
tentang gamelan yang memiliki nilai-niali budi pekerti? Mengapa perlu?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Lampiran 5b Hasil Wawancara
Dari hasil wawancara dengan praktisi gamelan (Bp. Pardiman
Djoyonegara) peneliti mendapatkan data jika setiap perangkat gamelan
melatih penabuhnya memiliki nilai budi pekerti tertentu sesuai dengan
karakteristik kepribadiannya. Pelatih gamelan biasanya melatih pemain
gamelan untuk menabuh semua perangkat alat musik gamelan. Melalui
pengamatannya, pelatih dapat memutuskan pemain yang akan diberi
tanggung jawab menabuh salah satu perangkat yang sesuai dengan
kepribadian pengrawit (penabuh gamelan). Jadi setiap perangkat gamelan
dapat melatih seseorang untuk membentuk karakter untuk memiliki nilai
budi pekerti yang luhur (=Pendidikan Karakter). Praktisi juga mengatakan
bahwa banyak nilai-nilai yang ditumbuhkan dalam memainkan gamelan,
namun masih terbatas buku tentang pendidikan budi pekerti dalam
memainkan gamelan, lebih-lebih untuk kalangan pembaca usia sekolah
dasar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Lampiran 6 Kisi-kisi Pedoman Angket
NO ASPEK INDIKATOR PERTANYAAN
1. GAMELAN SEBAGAI
SALAH SATU
KESENIAN JAWA
GAMELAN
Gamelan merupakan salah satu alat musik dari
kebudayaan Jawa
1. Kamu sudah
memainkan
gamelan sejak
kelas....................
2. Gamelan
merupakan salah
satu alat musik
dari .........
Pakaian yang digunakan saat pementasan 3. Pakaian yang
harus dikenakan
saat pementasan
gamelan
adalah.....
2. BUDI PEKERTI DALAM
MEMAINKAN
GAMELAN
SEBELUM
Mengheningkan cipta (menyiapkan hati dan
pikiran
4. Sebelum
memainkan
gamelan, kamu
harus ..... Berdoa (Religius)
Berjalan jongkok (Rendah hati)
Tidak melangkahi perangkat gamelan (Sopan
santun)
Menyembah dengan tangan dikatupkan
(Menghormati)
PADA SAAT
Tabuh gamelan harus sesuai jenisnya (Merawat
gamelan, agar tidak rusak)
5. Pada saat
memainkan
gamelan, kamu
harus ..... Posisi duduk (Adat istiadat)
Menjaga perkataan dan perbuatan (Sopan santun)
Membunyikan instrumen secara bersama-sama
(Kerjasama)
Memukul instrumen secara lembut (Sopan
santun)
Tidak makan dan minum (Kebersihan)
Tidak bergurau (Konsentrasi)
Keras lembutnya tabuhan (Mengolah emosi)
Tidak mengendong tas (Estetika)
Alat tabuh diletakkan di atas perangkat
(Kerapian)
Merapikan sesuai posisi semula (Kerapian)
SESUDAH
Menyembah tangan dikatupkan (Menghormati) 6. Sesudah
memainkan
gamelan, kamu
harus .....
Berdoa (Religius)
Berjalan jongkok (Rendah hati)
Gamelan harus ditutup dengan kain (Kebersihan)
3 LITERASI Refleksi pengalaman memainkan gamelan.
7. Pengalaman
yang
mengesankanmu
saat memainkan
gamelan adalah....
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
4 PERLU/TIDAK
PROTOTIPE BUKU
TENTANG
MEMAINKAN
GAMELAN
Buku tentang memainkan gamelan. 8. Buku untuk
memainkan
gamelan yang
pernah kamu
baca adalah......
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Lampiran 7a Angket Validator
NO KOMPONEN YANG DINILAI SKOR SARAN
1 2 3 4
1 Bahasa
a. Bahasa sesuai dengan kaidah penulisan
yang baik dan benar.
b. Susunan kalimat dapat dipahami oleh
siswa.
c. Susunan kalimat tidak mengarah
kepada jawaban tertentu.
2. Keterkaitan Pertanyaan
d. Pertanyaan yang diajukan sesuai
dengan tujuan penelitian.
e. Pertanyaan yang diajukan berkaitan
dengan gamelan sebagai salah satu
kesenian Jawa.
f. Pertanyaan yang diajukan berkaitan
dengan sebelum/pada saat//sesudah
memainkan gamelan yang memuat
nilai-nilai budi pekerti.
g. Pertanyaan yang diajukan menggali
kesan siswa dalam memainkan
gamelan
h. Pertanyaan yang diajukan menggali
kebutuhan siswa tentang buku
mengenai gamelan.
3. i. Kelayakan instrumen untuk dibagikan
kepada siswa kelas V-VI SD.
TOTAL SKOR
Yogyakarta, .... ....... .......
(...................................................)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Lampiran 7b Hasil Validasi Angket Siswa (Validator I)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Lampiran 7c Hasil Validasi Angket Siswa (Validator II)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Lampiran 7d Rekap Hasil Validasi Angket
NO ASPEK Validator 1 Validator 2
Skor Saran Skor Saran
1. Bahasa
a. Sesuai dengan
EBI
3 Masih ada salah ketik 3 masih ada tulisan yang
salah
b. Sesuai dan mudah
dipahami oleh
siswa SD
2 Terlalu banyak
tulisan 3
Perbanyak gambar
kurangi tulisan
2. Format Penulisan Buku
c. Prototipe sesuai
dengan kaidah
penulisan buku 3
Lebih disederhanakan
untuk kalangan siswa SD 4 Sudah baik
d. Menggunakan
kepustakaan
yang sesuai
dengan teori
Pendidikan Budi
Pekerti dan
Gamelan
4 Baik 4 Sudah baik
3.
Isi
e. Artikel berisi
informasi
sederhana tentang
Gamelan.
4 Baik 4 Sudah baik
f. Artikel
menjelaskan nilai-
nilai Budi Pekerti
yang terkandung
dalam memainkan
Gamelan.
4 Baik 4 Sudah baik
g. Cergam memuat
informasi tentang
kekhasan
memainkan
“kempul” sebagai
salah satu alat
musik Gamelan.
4 Baik 4 Sudah baik
h. Cergam berisi alur
cerita yang mudah
dipahami oleh
siswa
3 Kurangi tuliasn 4 Sudah baik
TOTAL SKOR 27 30
Skor rata-rata 28,5
Nilai rata-rata 3,5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Lampiran 8a Angket Analisis Kebutuhan Siswa
Bacalah baik-baik pernyataan berikut dan isilah titik-titik yang terdapat di dalamnya
menurut pendapat mu sendiri-sendiri.
1. Kamu sudah memainkan gamelan sejak kelas .......................................................
2. Gamelan merupakan salah satu alat musik dari .........................................................
3. Pakaian yang harus dikenakan saat pementasan gamelan adalah..................
4. Sebelum memainkan gamelan, kita harus ..................................................................
5. Pada saat memainkan gamelan, kita harus ....................................................................
6. Sesudah memainkan gamelan, kita
harus.............................................................................
7. Tuliskan pengalaman yang mengesankanmu saat memainkan
gamelan...................................................................................................................... .......
...........................................................................................................................................
..................
8. Buku untuk memainkan gamelan yang pernah kamu baca
adalah....................................................................................................................... ..........
...........................................................................................................................................
.................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Lampiran 8b Hasil Angket Analisis Kebutuhan Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Lampiran 8c Rekap Hasil Analisis Kebutuhan Siswa
Pertanyaan Jawaban
1. Kamu sudah memainkan gamelan
sejak kelas ... kamu ingin bermain
gamelan sampai kapan ...
15 siswa (100%) menjawab bermain gamelan sejak
kelas IV
8 siswa (53.4%) menjawab ingin bermain gamelan
sampai SMP
7 siswa (46.6%) menjawab ingin bermain gamelan
sampai tua/ sampai kapan pun
2. Gamelan merupakan salah satu alat
musik dari daerah ...
14 siswa (93.3%) menjawab gamelan berasal dari
daerah Jawa
1 siswa (6.7%) menjawab berasal dari Bali.
3. Pakaian yang harus dikenakan saat
pementasan gamelan adalah ... apa
yang kamu rasakan saat pentas ...
15 siswa (100%) menjawab pakaian yang dikenakan
saat pentas adalah pakaian adat dan kostum dengan
perbedaan laki-laki dengan sorjan, beskap, dan blangkon
sedangkan perempuan kebaya, jarik, dan sanggul.
4. Sebelum memainkan gamelan, kamu
harus ...
6 siswa (40%) sebelum memainkan gamelan menjawab
hal yang dilakukan menyiapkan alat dan pemukul
5 siswa (33.3%) menjawab berdoa terlebih dahulu
4 siswa (26.7%) menjawab menyiapkan teks not angka
sebagai panduan.
5. Pada saat memainkan gamelan,
kamu harus ...
5 siswa (33.3%) pada saat memainkan gamelan hal yang
dilakukan adalah konsentrasi/fokus
3 siswa (20%) dengan sopan
3 siswa (20%) dengan mengingat not angka
2 siswa (13.3%) menjawab memukul dengan benar/taat
pada aturan
1 siswa (6.7%) menjawab dengan serius
1 siswa (6.7%) menjawab dengan tenang.
6. Sesudah memainkan gamelan, kamu
harus ...
8 siswa (53.4%) sesudah memainkan gamelan menjawab
merapikan gamelan dan pemukul (disiplin)
2 siswa (13.3%) menjawab membersihkan tempat/
ruangan gamelan
2 (13.3%) siswa menjawab berdoa
2 (13.3%) siswa menjawab tenang dan berhenti memukul
1 (6.7%) siswa menjawab menaati tata tertib/aturan.
7. Tuliskan pengalaman yang
mengesankanmu saat memainkan
gamelan ...
Siswa 1
Selama memainkan gamelan dapat menghafalkan lagu
dan not yang benar dengan cepat dan benar.
Siswa 2
Pengalaman dalam memainkan gamelan saat pentas
sangat merdu suara tabuhannya, dan membuat saya
bahagia.
Siswa 3
Selama memainkan gamelan dengan mantap dan percaya
diri akan seru dan menyenangkan.
Siswa 4
Pengalaman bangga bisa menampilkan gamelan ke orang
banyak.
Siswa 5
Kenas dalam memainkan gamelan senang karena
gamelan suaranya merdu.
Siswa 6
Pengalaman kesan bisa bermain slenthem dan kenong
dengan senang hati, dan sudah lancar.
Siswa 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Kesan saya senang karena dapat pentas bersama dengan
teman-teman.
Siswa 8
Saat memainkan gamelan sangat penting dan
dilaksanakan dengan baik tanpa ada kesalahan.
Siswa 9
Pengalaman luar biasa bisa menampilkan gamelan ke
orang banyak.
Siswa 10
Pengalaman membanggakan menggamel di gereja saat
Minggu Paskah.
Siswa 11
Saat memainkan gamelan pada masa Natal dan
memainkan gamelan bersama itu menjadi tidak
terlupakan.
Siswa 12
Pengalaman dalam memainkan gamelan bingung dan
susah namun bisa melakukannya.
Siswa 13
Pengalaman yang didapat sangat senang karena diajari
dengan sungguh-sungguh dan langsung bisa meskipun
sedikit demi sedikit.
Siswa 14
Pengalaman yang didapat saat memainkan gamelan
selalu capek namun menyenangkan.
Siswa 15
Pengamalan memainkan gamelan saat pentas di Gereja
sangat senang.
8. Buku untuk memainkan gamelan yang
pernah kamu baca adalah ... apa yang
kamu dapatkan dari buku yang kamu
baca (jika kamu pernah membaca
buku) ...
13 siswa (86.7%) pernah membaca buku tentang
gamelan yaitu buku notasi gamelan
2 siswa (13.3%) pernah membaca buku tulis/catatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Lampiran 9a Kisi-kisi Pembuatan Cergam
Hlm Teks
dalam
buku
Deskripsi Sumber Ilustrasi
gambar
I Cover Judul buku “Prototipe Buku Pendidikan
Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan
(Untuk SD)”
- Instrumen gamelan.
ii. Kata
pengantar
Informasi tentang isi buku yang terdiri
dari dua bagian, dan harapan penulis
supaya buku dapat dijadikan saran literasi
di SD.
Ucapan terima kasih.
1.1 -
Iv Daftar isi - - -
1 Bagian I Nilai-nilai Budi Pekerti dalam Instrumen
Gamelan
-Gamelan
-Nilai-nilai dalam instrumen gamelan
-Nilai-nilai dalam memainkan gamelan
2.1.5 Gambar siswa
sedang laku ndodok
(berjalan jonggkok)
saat menuju ke
instrumen gamelan
yang akan
dimainkannya.
4 Bagian II Cergam “Kempul Mengasah Kesabaran
dan Ketekunan” 2.1.6 Gambar siswa
sedang memainkan
kempul.
5 Gambar 1 Perkenalan tokoh bernama Untung yang
ayahnya seorang dalang wayang kulit.
Untung dan ibunya melihat setiap kali
ayahnya melakukan pementasan wayang
kulit, selalu diiringi oleh musik gamelan.
2.1.3 Gambar siswa dan
ibu sendang
menonton bapaknya
mendalang wayan
kulit.
6 Gambar 2 Untung duduk di kelas V SD, ia
mengikuti ekstrakurikuler karawitan.
2.13 Gambar siswa
sedang belajar
dikelas bersama
teman-teman.
7 Gambar 3 Untung bersama teman-teman mulai
mengenal seperangkat gamelan yaitu
kempul, gong, dan kendang.
2.1.4 Gambar siswa
sedang menyiapkan
kempul, gong, dan
kendang yang
merupakan instrumen
gamelan.
8 Gambar 4 Untung dilatih cara memainkan kempul
dan Untung juga berlatih untuk
menunbuhkan sikap sabar dan tekun
dalam memainkan kempul.
2.1.4 Gambar seorang
pelatih sedang
melatih siswa
memainkan kempul.
9 Gambar 5 Untung dan teman-temannya berlatih
untuk persiapan lomba, dan belajar
kempul dengan mengasah sikap sabar dan
2.1.5 Gambar siswa-siswi
sedang memainkan
serperangkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
tekun. gamelan.
10 Gambar 6 Untung tiba di tempat perlombaan dan
bertemu dengan teman-teman SD yang
memiliki kegemaran yang sama
mencintai alat musik gamelan.
- Gambar siswa-siswi
sedang menuju ke
tempat lomba
gamelan.
11 Gambar 7 Untung dan teman-teman mengenakan
pakaian adat: laki-laki mengenakan
beskap dan blangkon, perempuan
mengenakan kebaya dan rambut
disanggul.
2.1.3 Gambar siswa-siswi
sedang berganti
pakaian adat.
12 Gambar 8 Untung dan teman-teman naik pentas dan
melakukan laku ndodok (jalan jongkok)
sebagai sikap sopan santun.
2.1.5 Gambar siswa-siswi
sedang berjalan
jongkok menuju
gamelan.
13 Gambar 9 Pementasan yang dilakukan dengan
bersama-sama, pelatih mengingatkan
pentingnya rasa toleransi dan bekerja
sama.
2.1.5 Gambar seorang
pelatih dan siswa
mencoba bunyi
kempul yang
merupakan salah satu
instrumen gamelan.
14 Gambar 10 Sebelum memainkan gamelan Untung
dan teman-teman berdoa terlebih dahulu.
Melatih rasa spiritual/religius.
2.1.5 Gambar siswa-siswi
sedang berdoa
sebelum mulai
memainkan gamelan.
15 Gambar 11 Memainkan gamelan dengan 3 buah lagu,
dan semua alat dimainkan secara
bersama-sama yang menghasilkan suara
gendhing yang indah.
2.1.3 Gambar siswa-siswi
memainkan gamelan
dihadapan juri dan
penonton saat lomba
berlangsung.
16 Gambar 12 Kelompok Untung dan teman-teman
mendapatkan juara I, dan pelatih
memberikan selamat.
- Gambar seorang
siswa mewakili
menerima piala dari
juri.
17 Gambar 13 Semua kelompok berkumpul dengan
pelatih, dan pelatih memberikan nasihat
agar dalam bermain gamelan juga
mengasah kerja sama, toleransi. Untung
sendiri memainkan kempul belajar untuk
mengasah kesabaran dan ketekunan.
2.15 Gambar pelatih
merangkul siswa-
siswi seletah selesai
pentas dalam
perlombaan gamelan.
18 Refleksi Terdapat 5 pertanyaan kepada pembaca
setelah membaca Cergam “Memainkan
Kempul Mengasah Kesabaran dan
Ketekunan”.
Cergam -
19 Kepustakaan Daftar referensi Daftar Pustaka
20 Biodata Nama lengkap Gregorius Bintara Setiaji,
nama panggilan Aji – Jibon. Lahir di
Ambarawa, Semarang Hari Selasa Legi,
Tanggal 2 Januari 1996. Hobi berenang,
berorganisasi, angkat barbel. Sejak SD
diasuh oleh kedua orang tua yang bekerja
sebagai Guru Sekolah Dasar (SD). Nama
Foto Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
bapak saya Yohanes Suwardi, S.Pd. Ibu
saya Xaveria Sutimah. Saya adalah anak
ke 4 dari 4 bersaudara. Riwayat
pendidikan saya sekolah dasar di SDN
Ngampin 01, lanjut di SMP Pangudi
Luhur Ambarawa, lanjut di SMA Virgo
Fidelis Bawen, dan hingga saat ini kuliah
di PGSD – FKIP - Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. Aktivitas di
perkuliahan adalah aktif dalam
keorganisasian Prodi PGSD dan Lingkup
Kampus; PARGEM (Parade Gamelan
Anak) VII, VIII, IX; beberapa kuliah
umum dari luar Universitas; HMPS-
PGSD menjadi KaBid Akademik
meliputi English Club, Bioscience Club,
dan Montessori; Kepanitiaan Malam
Kreativitas PGSD, Sie. Dekorasi;
Kepanitian Pelwis (Pelepasan Wisuda);
Kepanitian KMD koordinator mahasiswa.
Semua keterangan di atas dapat saya
pertanggung jawaban dengan sadar dan
dapat dipercaya. Sekarang sedang
mengembangkan penelitian yaitu
“Pengembangan Prototipe Buku Budi
Pekerti dalam Memainkan Gamelan
(untuk SD)” dengan sub judul “Untung si
Niyaga Kempul Gamelan, Selalu Menjadi
Pelengkap Dimanapun Berada:. Salam
Gamelan, Salam Budaya, Sudah
selayaknya generasi muda berkarya
menjaga jati diri luhur ke-Jawa-an-nya.
21 Halaman
belakang
Puisi
Gamelan Menumbuhkan Nilai-nilai
Luhur Indonesia
Indonesia negara berbudaya
Kebudayaan menghasilkan sebuah
kesenian
Kesenian musik salah satunya
Indonesia memiliki gamelan yang masyur
sampai mancanegara
Gembel-an berarti dipukul, dan kita
mengenalnya sebagai gamelan
Karawitan sebutan lain gamelan
Berasal dari kata rawit
Memiliki kurang lebih 12 instrumen
Memiliki nilai-nilai dalam setiap
memainkannya
Sebelum memainkan nilai sopan santun,
religius, ketekunan
Pada saat memainkan nilai kerja sama,
kesabaran, dan toleransi
Sesudah memainkan nilai kedisiplinan,
kerapian, dan mawas diri
Semuanya itu sepontan tumbuh
Aku duduk bersila di hadapan kempul
Telinga mendengar suara instrumen
gamelan yang lain
Yang terbuat dari kuningan, tembaga,
kayu, kulit kerbau, dan bambu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Menjadikan ku harus berkonsentrasi
Aku harus sesekali saja dalam menabuh
Aku harus menahan pikiran, perasaan,
dan perilaku
Menyelaraskan irama yang lembut dan
keras
Kesabaran aku latih dalam menabuh
kempul
Ketekuan aku asah dalam memainkan
kempul
Suara kempul tidak akan berarti jika
hanya kempul yang berbunyi
Suara dari semua instrumen gamelan –lah
Akan menjadikan harmoni, keselarasan
dan irama hati
Menjadi indah dan enak untuk dinikmati
Aku penabuh kempul, aku cinta gamelan
Aku akan melestarikan gamelan
Sampai akhir hayat nanti
9 Desember 2017
Gregorius Bintara Setiaji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Lampiran 9b Desain Awal Buku
Cover Utama
Bagian I
Cover Bagian II
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Cergam Halaman Pertama
Cergam Halaman Terakhir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Lampiran 9c Validasi Uji Coba Produk Buku (Validator I)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Lampiran 9d Validasi Uji Coba Produk Buku (Validator II)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Lampiran 9e Rekap Validasi Uji Coba Produk Buku
NO ASPEK Validator I Validator II
Skor Saran Skor Saran
1 Bahasa
Sesuai dengan EBI
3
Masih ada
tulisan yang
salah.
3
Masih ada salah
ketik
Sesuai dan mudah
dipahami oleh siswa SD 3
Perbanyak
gambar, kurangi
tulisan.
2 Terlalu banyak
tulisan
2. Prototipe sesuai dengan
kaidah penulisan buku
4
Perbaiki cover
3
Lebih
disederhanakan
untuk kalangan
siswa SD.
Menggunakan
kepustakaan yang sesuai
dengan teori Pendidikan
Budi Pekerti dan
Gamelan
4 4 Perbaiki Cover
3. Artikel berisi informasi
sederhana tentang
Gamelan.
4
4
Artikel menjelaskan
nilai-nilai Budi Pekerti
yang terkandung dalam
memainkan Gamelan.
4 4
Cergam memuat
informasi tentang
kekhasan memainkan
“kempul” sebagai salah
satu alat musik Gamelan.
4 4
Cergam berisi alur cerita
yang mudah dipahami
oleh siswa
4 3 Kurangi tulisan
Total skor 30 27
Skor rata-rata 28,5
Nilai rata-rata 3,5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Lampiran 9f Pedoman Penggolongan Kualitas
No Kelayakan Instrumen Bobot skor
1 Layak diujicobakan tanpa revisi X > 3,5
2 Layak diujicobakan setelah revisi X ≤ 2,5
3 Tidak layak diujicoba X < 1,5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Lampiran 10a Desain Buku Hasil Revisi
Cover Utama
Cover Bagian I
Cover Bagian II
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Cergam Halaman
Pertama
Cergam Halaman
Terakhir
Pertanyaan
Refleksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Lampiran 10b Validasi Uji Coba Produk Buku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Lampiran 10c Rekap Validasi Uji Coba Produk Buku
NO ASPEK Validator 1
Skor Saran
1. Bahasa
a. Sesuai dengan EBI 4
Oke b. Sesuai dan mudah dipahami oleh
siswa SD 4
2. Format Penulisan Buku
c. Prototipe sesuai dengan kaidah
penulisan buku 4
Sudah baik d. Menggunakan kepustakaan yang
sesuai dengan teori Pendidikan
Budi Pekerti dan Gamelan
4
3.
Isi
e. Artikel berisi informasi sederhana
tentang Gamelan. 4
f. Artikel menjelaskan nilai-nilai Budi
Pekerti yang terkandung dalam
memainkan Gamelan. 4
g. Cergam memuat informasi tentang
kekhasan memainkan “kempul”
sebagai salah satu alat musik
Gamelan.
4
h. Cergam berisi alur cerita yang
mudah dipahami oleh siswa 4
TOTAL SKOR 32
Skor rata-rata 32
Nilai rata-rata 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Lampiran 11a Hasil Uji Coba Produk Buku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Lampiran 11b Rekap Uji Coba Produk Buku
Pertanyaan Refleksi Jawaban
Presentase Jawaban
Setelah membaca Cergam tentang
“Memainkan Kempul Mengasah Kesabaran
dan Ketekunan” saya menuliskan refleksi:
1. Dua sikap yang perlu diperhatikan pada
saat memainkan gamelan adalah...
50 % 10 siswa menjawab bahwa dua sikap yang
perlu diperhatikan penabuh saat memainkan
gamelan adalah sikap sabar dan tekun
25 % 5 siswa menjawab bahwa sikap yang perlu
diperhatikan penabuh saat memainkan
gamelan adalah sikap sopan
15 % 3 siswa menjawab bahwa dua sikap yang
perlu diperhatikan penabuh saat memainkan
gamelan adalah sikap toleransi dan kerjasama
5 % 1 siswa menjawab bahwa sikap yang perlu
diperhatikan penabuh saat memainkan
gamelan adalah sikap tanggung jawab
5 % 1 siswa menjawab bahwa sikap yang perlu
diperhatikan penabuh saat memainkan
gamelan adalah sikap tata krama
2. Salah satu alat/instrumen gamelan
adalah kempul, cara memainkannya
dengan ....
55 % 11 siswa menjawab bahwa cara memukul
kempul dengan dipukul/ditabuh/dibunyikan
sesekali dari instrumen yang lain
40 % 8 siswa menjawab bahwa cara memukul
kempul dengan dipukul
5 % 1 siswa menjawab bahwa cara memukul
kempul dengan ketekunan dan kesabaran
3. Nilai budi pekerti yang didapatkan saat
memainkan kempul adalah kesabaran,
artinya.....
65 % 13 siswa menjawab bahwa arti dari kesabaran
adalah memukul kempul dengan keras atau
lembut
10 % 2 siswa menjawab bahwa arti dari kesabaran
adalah dengan kesabaran
25 % 3 siswa menjawab bahwa arti dari kesabaran
adalah menunggu instrumen yg lain
5 % 1 siswa menjawab bahwa arti dari kesabaran
adalah memukul kempul dengan
menyesuaikan cepat dan lambat irama
5 % 1 siswa menjawab bahwa arti dari kesabaran
adalah dengan memiliki budi pekerti
4. Selain kesabaran, memainkan kempul
juga membantu penabuh memiliki sikap
tekun, artinya .....
55 % 11 siswa menjawab bahwa arti dari ketekunan
adalah menghafalkan notasi gendhing
5 % 1 siswa menjawab bahwa arti dari ketekunan
adalah mengasah pendengaran
5 % 1 siswa menjawab bahwa arti dari ketekunan
adalah memperhatikan notasi gendhing
5 % 1 siswa menjawab bahwa arti dari ketekunan
adalah selalu belajar
5 % 1 siswa menjawab bahwa arti dari ketekunan
adalah menahan diri untuk menunggu dari
instrumen gamelan
5 % 1 siswa menjawab bahwa arti dari ketekunan
adalah ketekunan saat bermain kempul
5 % 1 siswa menjawab bahwa arti dari ketekunan
adalah menghasilkan suara yang indah
5 % 1 siswa menjawab bahwa arti dari ketekunan
adalah menyesuaikan irama yang cepat dan
lambat
5 % 1 siswa menjawab bahwa arti dari ketekunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
adalah mempunyai kegemaran yang sama
yaitu mencintai alat musik gamelan
5 % 1 siswa bersatu dan bekerjasama serta belajar
bertoleransi kepada sesama
5. Informasi yang saya dapatkan tentang
bermain gamelan setelah membaca buku
ini adalah ....
50 % 10 siswa menjawab yang diperoleh dari buku
adalah nilai kesabaran dan ketekunan.
25 % 5 siswa menjawab yang diperoleh dari
membaca buku ini adalah nilai toleransi,
bekerja sama, menghormati, dan disiplin
15 % 3 siswa menjawab yang diperoleh dari
membaca buku ini adalah pentingnya
melestarikan budaya Indonesia khususnya
kesenian musik gamelan.
10 % 2 siswa menjawab yang diperoleh dari
membaca buku ini adalah memainkan
gamelan dengan baik dan benar yang akan
menjadi bagus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
CURRUCULUM VITAE
Gregorius Bintara Setiaji merupakan anak keempat
dari pasangan Yohanes Suwardi dan Xaveria Sutimah.
Lahir di Semarang pada 2 Januari 1996. Pendidikan
dimulai dari TK Pancasila Ngampin, pada tahun 2000-
2002 kemudian pendidikan dilanjutkan di SD Negeri
Ngampin I pada tahun 2002-2008. Peneliti melanjutkan
pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur
Ambarawa pada tahun 2008-2011. Peneliti kemudian pendidikan di Sekolah
Menengah Atas Virgo Fidelis Bawen pada tahun 2011 dan lulus pada tahun 2014.
Peneliti melanjutkan pendidikan di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, Universitas Sanata Dharma pada tahun 2014 sampai sekarang. Selama
menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma banyak kegiatan
kemahasiswaan yang telah diikuti. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya sebagai
berikut:
No Nama Kegiatan Tahun Peran
1 Inisiasi Universitas Sanata Dharma 2014 Peserta
2 Inisiasi Fakultas (Infisa) 2014 Peserta
3 Inisiasi Program Stusi (Insipro) 2014 Peserta
4 Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa I 2014 Peserta
5 Parade Gamelan Anak Ke-7 2014 Devisi Keamanan
6 Kuliah Umum: “Mental Health in Children: Theory and Research” 2014 Panitia
Dokumentasi
7 Kursus Pembinaan Pramuka Mahir Tingkat Dasar 2015 Peserta
8 Pelepasan Calon Wisudawan/Wisudawati Periode April 2015 2015 Koordinator
Perlengkapan
9 Pelepasan Calon Wisudawan/Wisudawati Periode Oktober 2015 2015 Devisi
Perlengkapan
10 Week-end Moral 2015 Peserta
11 Kuliah Umum PGSD “Masa Depan Toleransi di Tangan Guru” 2015 Peserta
12 Seminar “Reinveting Childhood Education” 2015 Peserta
13 Parade Gamelan Anak Ke-8 2015 Koordinator
Kemanan
14 Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa II 2015 Peserta
15 Kuliah Umum “Pendidikan Berbasis Montessori” 2015 Peserta
16 Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD) PGSD 2016 2016 Koordinator
Perlengkapan
17 Seminar Kurikulum untuk Terstandarisasi (Cambridge) 2016 Peserta
18 English Club Program 2016 Peserta
19 HMPS PGSD Devisi Akademik “ Devisi Montessori, Bioscience,
dan English Club”
2016 Koordinator Devisi
20 Pelepasan Calon Wisudawan/Wisudawati Periode April 2016 2016 Koordinator
Publikasi dan
Dokumentasi
21 Parade Gamelan Anak Ke-9 2016 Ketua Umum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI