Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

71
Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK-B Melalui Seni Rupa Usia dini (0-8 thn) merupakan usia yang sangat menentukan, dalam pembentukan karakter dan kepribadian seorang anak. Usia itu sebagai usia penting bagi pengembangan intelegensi permanen dirinya, mereka juga mampu menyerap informasi yang sangat tinggi. Informasi tentang potensi yang dimiliki anak usia itu, sudah banyak diketengahkan di media massa dan media elektronik lainnya. Bahkan sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk membuktikan, pada usia itu memiliki kemampuan intelegensi yang sangat tinggi. Tetapi kenyataannya, sebagian besar orang tua dan guru tidak memahami akan potensi luar biasa yang dimiliki anak-anak pada usia itu. Keterbatasan pengetahuan dan informasi yang dimiliki orang tua dan guru, menyebabkan potensi yang dimiliki anak tidak berkembang. Selain itu, ada juga guru dan orang tua dari anak usia dini yang tidak tahu bagaimana caranya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak. Sebenarnya pengembangan potensi yang dimiliki oleh anak usia TK bisa dilakukan dengan berbagai macam cara dan metode. Cara dan metode tersebut harus bertitik tolak dari sifat dan karakteristik dari anak yang bersifat unik. Selain itu juga harus memperhatikan perkembangan anak yang leliputi:

Transcript of Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

Page 1: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK-B Melalui Seni Rupa

Usia dini (0-8 thn) merupakan usia yang sangat menentukan, dalam pembentukan karakter dan kepribadian seorang anak. Usia itu sebagai usia penting bagi pengembangan intelegensi permanen dirinya, mereka juga mampu menyerap informasi yang sangat tinggi.

Informasi tentang potensi yang dimiliki anak usia itu, sudah banyak diketengahkan di media massa dan media elektronik lainnya. Bahkan sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk membuktikan, pada usia itu memiliki kemampuan intelegensi yang sangat tinggi.

Tetapi kenyataannya, sebagian besar orang tua dan guru tidak memahami akan potensi luar biasa yang dimiliki anak-anak pada usia itu. Keterbatasan pengetahuan dan informasi yang dimiliki orang tua dan guru, menyebabkan potensi yang dimiliki anak tidak berkembang. Selain itu, ada juga guru dan orang tua dari anak usia dini yang tidak tahu bagaimana caranya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak.

Sebenarnya pengembangan potensi yang dimiliki oleh anak usia TK bisa dilakukan dengan berbagai macam cara dan metode. Cara dan metode tersebut harus bertitik tolak dari sifat dan karakteristik dari anak yang bersifat unik. Selain itu juga harus memperhatikan perkembangan anak yang leliputi: perkembangan fisik dan motorik, perkembangan kognitif, perkembangan sosial emosional, dan perkembangan bahasa.

 

Bidang-bidang tersebut di atas harus dikembangkan secara menyeluruh (holistik) dan tidak menekankan pada salah satu bidang pengembangan saja. Walaupun nantinya anak akan mengalami perkembangan yang berbeda dari setiap aspek perkembangannya.

Pengembangan potensi yang dimiliki anak termasuk di dalamnya pengembangan kognitif (pengembangn pembelajaran bidang sains) memiliki peranan yang sangat penting dalam membantu meletakkan dasar kemampuan dan pembentukan sumber daya manusia yang diharapkan. Kesadaran akan pentingnya pembekalan sains pada anak akan semakin tinggi apabila menyadari bahwa manusia hidup di dunia yang dinamis, berkembang dan berubah secara terus menerus bahkan makin menuju masa depan, semakin komplek ruang lingkupnya, dan tentunya akan semakin memerlukan sains. Hakekat sains perlu dikaji, diteliti dan

Page 2: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

ditekuni. Anak-anak sebagai generasi yang dipersiapkan untuk masa depan yang diduga akan semakin rumit, berat, dan banya problemanya perlu dibekali dengan penguasaan sains yang memadai, tepat, bermakna, dan fungsional. Dengan prediksi masa depan yang demikian, pembekalan sains bagi mereka menjadi mutlak, sehingga sains pada diri mereka muncul sebagai suatu cara untuk mencari kebenaran dalam kehidupan kelak.

Berhasil tidaknya proses dan hasil suatu bidang pengembangan (terutama sains) bagi anak usia TK B dipengaruhi oleh beberapa faktor. Di antara faktor yang fundamental yang turut berpengaruh adalah para pengajar dan pendidik sains. Agar pembekalan sains pada anak berjalan secara optimal, hendanya orang-orang yang terlibat dalam pendidikan sains betul-betul memahami hakekat sains secara benar, memahami hakekat anak secara benar, dan tentu saja model dan media pembelajaran yang benar pula.

Ada dua hal –setidaknya—yang tidak boleh dilupakan dari seorang pendidik anak usia TK. Yang pertama bahwa anak usia TK mempunyai dunianya sendiri yaitu dunia bermain, sehingga pembelajaran sains tidak boleh lepas dari bermain dan permainan. Sedangkan yang kedua adalah seni, bahwa anak usia TK sangat gemar akan seni dengan berbagai macamnya.

Dari uraian di atas mucul permasalahan yang perlu dicari penyelesaiannya; yaitu:

Sains yang bagaimanakah yang bisa diajarkan kepada anak usia TK B?

Bagaimanakan cara mengembangkan pembelajaran sains untuk anak usia TK B dengan metode pendekatan melalui pembelajaran seni?

Dalam makalah ini akan dibahas hakekat sains dalam pendidikan anak usia dini (usia TK B) serta model pengembangan pembelajaran sains melalui seni rupa yang sesuai bagi mer

Hakekat Sains

Pengertian Sains

Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dengan segala isinya. Hal yang dipelajari dalam sains adalah sebab-akibat, hubungan kausal dari kejadian-kejadian yang terjadi di alam. Menurut Powler (dalam Winataputra 1993), sains adalah ilmu yang sistematis dan dirumuskan dengan mengamati gejala-gejala kebendaan, dan didasarkan terutama atas pengamatan induksi. Carin dan Sund (1993) mendefinisikan sains sebagai pengetahuan yang sistematis atau tersusun secara teratur, berlaku umum, dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. Aktivitas dalam sains selalu berhubungan dengan percobaan-percobaan yang membutuhkan keterampilan dan kerajinan. Secara sederhana, sains dapat juga didefinisikan sebagai apa yang dilakukan oleh para ahli sains. Dengan demikian, sains bukan hanya kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi menyangkut cara kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah. Ilmuwan sains selalu tertarik dan memperhatikan peristiwa alam, selalu ingin mengetahui apa, bagaimana, dan mengapa tentang suatu gejala alam dan hubungan kausalnya.

Dalam sains, terdapat tiga unsur utama, yaitu sikap manusia, proses atau metodologi, dan hasil yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Sikap manusia yang selalu ingin tahu tentang benda-benda, makhluk hidup, dan hubungan sebab-akibatnya akan menimbulkan permasalahan-permasalahan yang selalu ingin dipecahkan dengan prosedur yang benar.

Page 3: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

Prosedur tersebut meliputi metode ilmiah. Metode ilmiah mencakup perumusan hipotesis, perancangan percobaan, evaluasi atau pengukuran, dan akhirnya menghasilkan produk berupa fakta-fakta, prinsip-prinsip, teori, hukum, dan sebagainya.

Proses Pembelajaran

Prinsip proses pembelajaran adalah belajar, sedangkan belajar adalah suatu proses perubahan perilaku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman. Oleh karena itu, pembelajaran adalah upaya penataan lingkungan yang kondusif sehingga proses belajar dapat tumbuh dan berkembang. Karena pembelajaran bersifat rekayasa perilaku, maka proses pembelajaran terikat dengan tujuan. Dari sudut pandang sosiologis, proses pembelajaran adalah proses penyiapan peserta didik untuk dapat menjalankan kehidupannya di masyarakat. Sekolah adalah suatu sistem sosial yang merupakan miniatur masyarakat luas. Oleh karena itu, proses pembelajaran tidak akan terlepas dari proses sosialisasi, dan apa yang dipelajari di sekolah seharusnya merupakan cerminan keadaan nyata di sekitar peserta didik yang dapat dimanfaatkan atau diimplementasikan dalam masyarakat.

Permasalahan dalam proses belajar mengajar dewasa ini adalah kecenderungan umum bahwa para siswa hanya terbiasa menggunakan sebagian kecil saja dari potensi atau kemampuan berpikirnya. Dikhawatirkan mereka menjadi malas untuk berpikir dan terbiasa malas berpikir mandiri. Kecenderungan ini sama saja dengan proses pemandulan dan sama sekali bukan proses pencerdasan. Para siswa dan juga gurunya masih terbiasa belajar dengan domain kognitif rendah. Oleh karena itu, metode berpikir dalam kegiatan mereka belajarpun belum menyentuh domain afektif dan konatif yang diperlukan. Aspek lain berkenaan dengan konsep diri dan proses pengembangan kemandirian dalam berpikir, bersikap dan berperilaku. Belajar berani berpikir obyektif apalagi berbeda dengan buku dan keterangan guru, berpikir logis atau kritis, dialogis dan argumentatif umumnya masih langka di sekolah-sekolah. Selain itu sistem penilaian secara formatif masih amat terbatas jika dibandingkan dengan penilaian sumatif.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas riil di lapangan kegiatan belajar mengajar di sekolah pada umumnya dewasa ini cenderung monoton dan tidak menarik, sehingga beberapa pelajaran ditakuti dan selalu dianggap sulit oleh siswa, misalnya matematika dan sains. Hal ini ditunjukkan oleh adanya korelasi positif dengan perolehan NEM pelajaran tersebut yang selalu menempati urutan terendah. Beberapa penyebabnya adalah pembelajaran di sekolah khususnya, sains lebih menekankan pada aspek kognitif dengan menggunakan hafalan dalam upaya menguasai ilmu pengetahuan, bukan mengembangkan keterampilan berpikir siswa, mengembangkan aktualisasi konsep dengan diimbangi pengalaman konkret dan aktivitas bereksperimen. Pembelajaran sains berlangsung dengan hanya menyangkut substansi, tanpa mengembangkan kemampuan melakukan yang berhubungan dengan proses-proses mental seperti penalaran dan sikap ilmiah (Supangkat 1991). Salah satu penyebab hal ini adalah temuan Slimming (1998) yang menemukan bahwa perilaku mengajar guru di Indonesia cenderung bersifat belajar pasif dengan menggunakan metode ceramah hampir di sebagian besar aktivitas proses belajar mengajarnya di kelas.

Permasalahan ini semestinya menjadi perhatian serius dari Pemerintah yang perlu berupaya keras untuk mencari terobosan-terobosan dalam memecahkannya, baik melalui pengembangan materi pembelajaran baru maupun melalui pemberdayaan metodik-didaktik yang sudah ada. Di samping faktor penunjang lain di luar akademik antara lain penyediaan

Page 4: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

buku pelajaran yang bermutu, baik, dan dapat mengembangkan pembelajaran dengan paradigma baru tersebut.

Tujuan kurikulum dengan paradigma yang baru pada prinsipnya adalah tetap conceptual mastery. Tetapi hal tersebut diperoleh dengan pendekatan berbasis kompetensi, dengan tujuan agar sistem pendidikan nasional dapat merespon secara proaktif terhadap perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan tuntutan desentralisasi. Dengan demikian lembaga pendidikan tidak akan kehilangan relevansi program pembelajarannya dengan kepentingan daerah, dan karakteristik peserta didik, serta tetap memiliki fleksibilitas dalam melaksanakan kurikulum yang berdeverensiasi.

Peserta didik dituntut untuk menguasai konsep-konsep dasar yang telah dipilih secara selektif melalui aktivitas pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa. Siswa harus mampu mengkonstruksi pengetahuan melalui aktivitas kontekstual yang dikembangkan dalam pembelajaran dimana siswa terlibat langsung dalam pengalaman sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang diajarkan dan aktif melakukan eksperimen, melakukan pengolahan data, serta membuat kesimpulan. Dengan demikian, pembelajaran yang dikembangkan di dalam kelas perlu dikaitkan dengan situasi nyata dimana siswa berada, mendorong siswa membuat hubungan antara konsep yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan keseharian siswa di dalam masyarakat. Akhirnya pembelajaran lebih bermakna dan proses belajar lebih penting daripada hasil belajar. Dengan dukungan situasi yang demikian, siswa perlu dikondisikan di dalam situasi pembelajaran di kelas yang memungkinkan siswa mengerti dan memahami makna belajar, manfaat, peran dan status siswa dalam proses pembelajaran tersebut. Jika siswa dapat memahami dan mengerti hal tersebut, maka siswa akan berusaha untuk mencapainya dan memerlukan guru sebagai pembimbing, fasilitator, dan mediator.

Pembelajaran yang ingin dikembangkan berorientasi pada proses bagaimana memperoleh informasi, cara sains dan teknologi bekerja, kebiasaan bekerja ilmiah, dan keterampilan berpikir yang dikaitkan dengan situasi nyata dimana siswa berada dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran tersebut dikembangkan dengan pendekatan kontekstual.

Dalam buku “Pendekatan Kontekstual” yang diterbitkan oleh Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual, jika menerapkan ketujuh komponen dalam pembelajarannya. Ketujuh komponen tersebut adalah konstruktivisme, bertanya, inquiri, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian yang sebenarnya.

Konstruktivisme merupakan filosofi pendekatan kontekstual yang menyatakan bahwa pengetahuan dibangun oleh siswa, melalui pemecahan masalah dan menemukan sesuatu yang berguna. Proses menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, pengetahuan, dan keterampilan sehingga siswa diharapkan menemukan sendiri hasilnya. Tahap-tahap siswa menemukan merupakan cara berpikir ilmiah melalui keterampilan proses, di antaranya adalah merumuskan masalah, melakukan observasi, melakukan analisis dan menyajikan hasil serta mengkomunikasikan. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, bertanya ini tidak hanya guru terhadap siswa, tetapi juga siswa terhadap guru dan terhadap teman sendiri. Bagi siswa aktivitas bertanya adalah untuk menggali informasi, mengkomunikasikan apa yang telah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Di dalam proses pembelajaran di kelas dengan pendekatan kontekstual, dikondisikan terciptanya

Page 5: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

suasana saling belajar, siswa belajar dari guru, dari buku dan sumber informasi lainnya, dari sesama teman, serta guru belajar dari siswa, sehingga di dalam ruang kelas tersebut terjadi masyarakat belajar.

Pemodelan dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual adalah sesuatu yang dapat ditiru oleh siswa untuk memudahkan, memperlancar, membangkitkan ide dalam proses pembelajaran. Model dapat diperoleh dari guru, siswa, atau dari luar sekolah yang relevan dengan konteks dan materi yang sedang menjadi topik bahasan.

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari, tentang apa yang sudah dilakukan masa lalu dan merupakan respon terhadap kejadian. Serta aktivitas atau pengetahuan baru yang diterima atau dilakukan. Penilaian yang sebenarnya adalah proses pengumpulan berbagai data yang diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat proses pembelajaran yang dapat memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Jadi, penilaian autentik adalah penilaian terhadap pengetahuan dan performansi yang diperoleh siswa selama aktivitas pembelajaran berlangsung.

Seperti diketahui, sasaran belajar sains adalah membangun gagasan saintifik setelah para siswa berinteraksi dengan lingkungan, peristiwa, dan informasi dari sekitarnya. Pandangan konstruktivisme sebagai filosofi pendidikan sains mutakhir menganggap semua siswa memiliki gagasan atau pengetahuan tentang lingkungan, pengetahuan, fakta akan gejala alam disekitarnya, meskipun hal tersebut kadang terkesan naif dan miskonsepsi. Mereka (para siswa) seringkali mempertahankan gagasan atau pengetahuan naif tersebut secara kokoh, karena gagasan atau pengetahuan itu mengait dengan gagasan atau pengetahuan awal lainnya yang sudah lebih dulu dibangun dalam wujud struktur kognitifnya.

Menurut pandangan ini, kegiatan pembelajaran dimulai dari apa yang diketahui siswa, sehingga pembelajaran tidak dapat dilakukan dengan cara indoktrinasi gagasan atau pengetahuan saintifik supaya siswa mau mengganti dan memodifikasi gagasannya yang non saintifik menjadi gagasan atau pengetahuan yang saintifik. Dengan demikian, arsitek peubah gagasan atau pengetahuan dalam diri siswa adalah siswa sendiri. Sedangkan guru hanya berfungsi sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing yang menyediakan, mempermudah, bahkan kalau bisa mempercepat berlangsungnya proses belajar. Dalam proses konstruksi itu, menurut Von Glaserfeld (Jaskarti, 2002) diperlukan beberapa kemampuan sebagai berikut (1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, (2) kemampuan membandingkan, mengambil keputusan mengenai persamaan dan perbedaan, dan (3) kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman yang satu daripada pengalaman yang lain.

Beberapa bentuk kondisi belajar yang sesuai dengan filosofi konstruktivisme adalah diskusi di mana siswa mau mengungkapkan gagasan, pengujian dan penelitian sederhana, demo serta peragaan prosedur ilmiah, juga kegiatan lain yang memberi ruang kepada siswa untuk dapat mempertanyakan, memodifikasi, dan mempertajam gagasannya.

Dalam belajar secara konstruktif, para siswa mempunyai kesempatan untuk menyatakan, menguji, memodifikasi, dan juga meninggalkan ide-ide awal mereka yang sudah ada sebelumnya dan mengadopsi ide-ide baru. Melalui tugas-tugas dalam pelajaran sains yang dikaitkan dengan tingkat perkembangan intelektualnya, para siswa mempunyai kesempatan untuk memahami alam secara aktif dengan membangun pemahaman tentang fenomena alam melalui aktivitas nyata kehidupan sehari-hari

Page 6: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

Menurut Carr, dkk (1989) konstruktivisme sebagai sebuah pendekatan dalam proses pembelajaran merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat menjanjikan akan adanya perubahan pada hasil pembelajaran. Pendekatan konstruktivisme lebih menekankan pada siswa sebagai pusat pembelajaran, dan pendekatan seperti ini diharapkan dapat lebih merangsang dan memberi peluang kepada siswa untuk belajar, berpikir inovatif, dan mengembangkan potensinya secara optimal.

Sains dan Proses Pembelajaran

Sains pada dasarnya mencari hubungan kausal antara gejala-gejala alam yang diamati. Oleh karena itu, proses pembelajaran sains seharusnya mengem-bangkan kemampuan bernalar dan berpikir sistematis selain kemampuan deklaratif yang selama ini dikembangkan. Salah satu inovasi sebagai salah satu usaha adalah mencari model-model pembelajaran sains yang memiliki kontribusi terhadap peningkatan mutu pendidikan sains.

Hal ini berarti, belajar sains tidak hanya belajar dalam wujud pengetahuan deklaratif berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, tetapi juga belajar tentang pengetahuan prosedural berupa cara memperoleh informasi, cara sains dan teknologi bekerja, kebiasaan bekerja ilmiah, dan keterampilan berpikir. Belajar sains memfokuskan kegiatan pada penemuan dan pengolahan informasi melalui kegiatan mengamati, mengukur, mengajukan pertanyaan, mengklasifikasi, memecahkan masalah, dan sebagainya.

Pembelajaran sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung. Dengan demikian, siswa perlu dibantu untuk mampu mengembangkan sejumlah pengetahuan yang menyangkut kerja ilmiah dan pemahaman konsep serta aplikasinya. Bahan kajian kerja ilmiah adalah :

* mampu menggali pengetahuan melalui penyelidikan/ penelitian,

* mampu mengkomunikasikan pengetahuannya,

* mampu mengembangkan keterampilan berpikir,

* mampu mengembangkan sikap dan nilai ilmiah.

Selanjutnya, bahan kajian sains yang berkaitan dengan pemahaman konsep dan penerapannya adalah:

* memiliki pengetahuan, pemahaman, dan aplikasinya tentang makhluk hidup dan proses kehidupan;

* memiliki pengetahuan, pemahaman, dan aplikasinya tentang materi dan sifatnya;

* memiliki pengetahuan, pemahaman, dan aplikasinya tentang energi dan perubahannya;

* memiliki pengetahuan, pemahaman, dan aplikasinya tentang bumi dan alam semesta; serta

* memiliki pengetahuan, pemahaman, dan aplikasinya tentang hubungan antara sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

Page 7: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

* Keterampilan proses yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran sains, diantaranya adalah keterampilan mengamati dengan seluruh indera, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu mempertimbangkan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan, menggolongkan, menafsirkan, mengkomunikasikan, hasil temuan secara beragam, menggali dan memilah informasi faktual untuk menguji gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari.

Prinsipnya pembelajaran sains, yaitu cara memberi tahu dan cara berbuat, akan membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang alam sekitarnya dengan mendudukkan siswa sebagai pusat perhatian dalam interaksi aktif dengan teman, lingkungan, dan nara sumber lainnya.

Hakekat Seni Rupa

Pengertian Seni Rupa

Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika.

Seni rupa dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu seni rupa murni, kriya, dan desain. Seni rupa murni mengacu kepada karya-karya yang hanya untuk tujuan pemuasan eksresi pribadi, sementara kriya dan desain lebih menitikberatkan fungsi dan kemudahan produksi.

Secara kasar terjemahan seni rupa di dalam Bahasa Inggris adalah fine art. Namun sesuai perkembangan dunia seni modern, istilah fine art menjadi lebih spesifik kepada pengertian seni rupa murni untuk kemudian menggabungkannya dengan desain dan kriya ke dalam bahasan visual arts.

Pendidikan Seni Rupa

Apabila ditelaah lebih lanjut, pendidikan seni pada umumnya dan seni rupa khususnya merupakan sarana yang efektif bagi pendidikan anak usia dini. Pendidikan seni juga dapat menjadi sarana pendidikan afektif untuk menyalurkan emosi dan ekspresi anak. Selain itu, pendidikan seni dapat menjadi pendidikan keterampilan. Jadi secara konseptual, pendidikan seni sangat besar peranannya bagi proses perkembangan anak, terutama di Taman Kanak-Kanak.

Sebagai materi pembelajaran, mata pelajaran Seni perlu di pahami guru, mau dibawa kemana anak didik sehingga tercapai arah yang tepat. Eisner (1972) dan Chapman (1978) mengatakan bahwa, arah atau pendekatan seni baik itu seni rupa, seni seni, seni tari ataupun seni teater, secara umum dapat dipilah menjadi dua pendekatan, yakni seni dalam pendidikan dan pendidikan melalui seni.

Pertama, seni dalam pendidikan. Secara hakiki materi seni penting diberikan kepada anak. Maksudnya adalah, keahlian melukis, menggambar, menyanyi, menari, memainkan seni dan keterampilan lainnya perlu ditanamkan kepada anak dalam rangka pengembangan kesenian dan pelestarian kesenian. Seni dalam pendidikan ini sejalan dengan konsep pendidikan yaitu sebagai proses pembudayaan yang dilakukan dengan upaya mewariskan atau menanamkan nilai-nilai dari generasi tua kepada generasi berikutnya (baca: guru kepada

Page 8: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

murid). Oleh sebab itu, seni dalam pendidikan merupakan upaya pendidik seni dan juga lembaga yang menaungi untuk mewariskan, melestarikan, dan mengembangkan berbagai jenis kesenian yang ada baik lokal maupun mancanegara.

Dari uraian di atas, maka seni dalam pendidikan merupakan sebuah program yang mengharapkan siswa pandai dalam bidang seni. Pandai menggambar, pintar menyanyi, terampil dalam menari, pandai memainkan alat seni dan sebagainya. Memang terasa sangat sulit sekali apabila diterapkan pada Taman Kanak-Kanak, karena harus mempertimbangkan kualifikasi guru terhadap bidang seni tertentu, waktu yang cukup, dan sarana- prasarana yang memadai.

Kedua, pendidikan melalui seni. Plato menyatakan bahwa seni seharusnya menjadi dasar pendidikan. Dari pendapat ini bisa dipahami bahwa sesungguhnya seni atau pendidikan seni mempunyai peranan yang sangat penting dalam menunjang pendidikan secara umum.

Konsep pendidikan melalui seni juga dikemukan oleh Dewey bahwa seni seharusnya menjadi alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan bukannya untuk kepentingan seni itu sendiri. Maka melalui pendidikan melalui seni tercapai tujuan pendidikan yaitu keseimbangan rasional dan emosional, intelektual dan kesadaran estetis.

Merujuk pada konsep pendidikan melalui seni, maka pelaksanaannya lebih ditekankan pada proses pembelajaran dari pada produk. Dengan penekanan pada proses pembelajaran, maka sasaran belajar pendidikan seni tidak mengharapkan siswa pandai menyanyi, pandai memainkan alat seni, pandai menggambar dan terampil menari. Melainkan sebagai sarana ekspresi, imajinasi dan berkreativitas untuk menumbuhkan keseimbangan rasional dan emosional, intelektual dan kesadaran estetis. Kalau memang ternyata melalui pendidikan seni dapat menghasilkan seorang seniman maka itu merupakan dampak saja.

Dengan penekanan pada proses pembelajaran, maka guru pun dapat melaksanakannya. Kekurangan kemampuan guru dalam hal pendidikan seni dapat ditutup dengan penggunaan berbagai media pembelajaran yang memadai. Seperti yang telah dipaparkan di atas, pendidikan seni khususnya banyak sekali memberikan kontribusi bagi perkembangan dan keseimbangan rasional, emosional, intelektual dan kesadaran estetis.

 

Pembelajaran Sains Anak Usia TK B Melalui Seni Rupa

Karakteristik Anak Usia TK Kelas B

Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat anak memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini

Page 9: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

berpendapat bahwa anak membangun kemampuan kognitifnya melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:

Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)

Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)

Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)

Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)

Anak Usia TK B (6 tahun) menurut Jean Piaget berada dalam periode praoperasional. Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.

Menurut Piaget, tahapan praoperasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.

 

Strategi Pengembangan Pembelajaran Sains Melalui Seni Rupa

Banyak Taman Kanak-kanak di Indonesia yang mendekati seni dengan dua cara: pertama dengan mengajarkan seni sebagai bidang pengembangan yang tersendiri dan terbuka bagi siswa. Kedua dengan mengintegrasikan seni ke dalam semua bidang pengembangan sebagai alat belajar mengajar. Seni-seni visual (rupa) menggambar, melukis, mengukir, merancang dan instalasi sering diintegrasikan dalam pembelajaran di Taman Kanak Kanak.

Pendekatan yang kedua di atas, dapat di terapkan dalam bidang pengembangan sains di Taman kanak-Kanak. Akan tetapi tentu saja guru/pendidik di Taman Kanak-Kanak harus memperhatikan tipologi dan gaya karya seni rupa anak, secara umum anak juga mengalami periodisasi atau masa perkembangan menggambar. Bahkan dikatakan bahwa pada masa peka

Page 10: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

itulah anak-anak mengalami masa keemasan ekspresi kreatif. Berdasarkan hasil penelitian terhadap karya gambar yang dilakukan oleh para ahli antara lain W. Labert Britain dan Viktor Lowenfeld menunjukkan bahwa setiap anak mengalami masa-masa perkembangan menggambar. Menurut Lowenfeld periodisasi menggambar anak-anak dibedakan menjadi:

* Masa goresan (sekitar usia 2-4 tahun)

* Masa prabagan (sekitar usia 4-7 tahun)

* Masa bagan (sekitar usia 7-9 tahun)

* Masa permulaan realisme (sekitar usia 9-11 tahun)

* Masa realisme semu (sekitar umur 11-13 tahun)

Anak usia TK B adalah termasuk masa prabagan. Masa ini goresan-goresan yang dilakukan oleh anak masih bersifat mendatar, tegak dan melingkar yang selanjutnya berkembang menjadi wujud ungkapan-ungkapan yang dapat dikaitkan dengan wujud objek tertentu, misalnya bentuk bagan manusia yang masih sederhana. Kehadiran gambar manusia yang sering diwujudkan anak-anak memang sangat wajar di mana anak selalu dalam lingkungan yang secara visual manusialah yang sering dilihatnya. Sejak masa ini anak sudah dapat mewujudkan objek gambarnya secara tetap dengan ciri-ciri tertentu, misalnya ini aku, ini ibu, ini ayah, ini kakak, dan sebagainya. Goresan-gorasan yang dibuat sudah mulai terarah sesuai dengan hasratnya untuk memberi bentuk kepada imajinasinya. Masa ini merupakan masa peralihan dari masa menoreng/menggores ke masa bentuk bagan/skematis, sehingga dikenal dengan perkembangan menggambar prabagan.

Masa seperti ini juga terjadi dalam bidang seni rupa yang lain, di mana anak mulai dapat mengungkapkan imajinasinya ke dalam bentuk tertentu.

Dengan demikian dalam pembelajaran sain melalui seni rupa untuk anak TK B, harus memperhatikan periodisasi perkembangan kognitif dan periode perkembangan seni rupa bagi anak. Di mana anak dalam periode praoperasional dari sisi kogitif dan pada masa prabagan dari sisi perkembangan seni. Berangkat dari sinilah pengembangan pembelajaran sains melalui seni mulai disusun dengan memadukan pada semua aspek pengembangan dan mengacu pada tema-tema yang telah dirangcang oleh dewan guru bersama kepala sekolah dalam rangka memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak.

 

Kesimpulan

Dari uraian di atas kiranya dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa sains bagi anak usia TK B hanya yang berkaitan dengan konsep-konsep dasar atau hal-hal yang alamiah yang sudah mereka rasakan sehari-hari dengan mengacu pada menu pembelajaran yang telah ditetapkan oleh lembaga. Cara pengembangan pembelajaran sains untuk anak usia TK B harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak dari sisi kognitif dan dari sisi seni secara bersamaan.

Page 11: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

Adapun pendidikan seni rupa berfungsi sebagai upaya pemberian pengetahuan dan pengalaman dasar kegiatan kreatif seni rupa dengan menerapkan konsep seni sebagai alat pembelajaran. Kesesuaian dalam pemberian pengalaman dalam berolah seni rupa bagi anak akan berdampak positif bagi kebermaknaan pendidikan sains yang diperolehnya.

 

Saran

Perlu kemampuan dan kemauan khusus bagi para pendidik usia dini agar dapat mengemas dan mengembangkan program pembelajaran sains melalui seni rupa.

Selain itu pemerintah melalui perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan untuk calon guru usia dini hendaknya memperhatikan aspek pendidikan seni dan kreativitas. Hal ini penting agar pendidikan untuk usia dini tidak bersifat normatif, kaku, dan kurang menarik.

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

Campbell, Linda. Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, Jakarta: Instuisi Press, 2006

Fisher, Elaine Flory, Aesthetic Awareness and The Child, Washington: F.E. Peacock Publisher, 1978

Goldberg, Merryl, Art and Learning: An Integreted Aproach Teacing and Learning in Murlticultural and Multilingual Settings, London: Longman, 1997

Lowenfeld, Viktor & Britain, W. Lambert, Creative and Mental Growth, New York: MacMillan Publishing, 1982

Menelusuri Tujuan Pendidikan Seni Rupa di Sekolah, dalam : http://www.depdiknas.go.id/jurnal/40/ , 07 Nopember 2007

Seefeldt, Carol , Teaching Young Children, New Jersey: Prentice-Hall Inc.,1980

Singer, Dorothy G, A Piaget Primer: How a Child Thinks, New York: Penguin Books Ltd., 1996

Page 12: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

Sund and Corring, Teaching Science Through Discovery (Sixth Editition), Columbus: Merryl Pub. Company, 1988

PEMBELAJARAN INOVATIF PEMANFAATAN OUTBOND SAINS SEBAGAI SARANA MEWUJUDKAN MEANINGFUL LEARNING

PEMBELAJARAN INOVATIF PEMANFAATAN OUTBOND SAINS SEBAGAI

SARANA MEWUJUDKAN MEANINGFUL LEARNING

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (ipteks) saat ini mengakibatkan

perubahan-perubahan di berbagai bidang kehidupan. Mulyasa (2008: 9) mengemukakan bahwa

pendidikan harus dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat, terutama dalam kaitannya

dengan permasalahan-permasalahan perkembangan ipteks. Kesuksesan pendidikan anak Indonesia

merupakan ujung tombak kemajuan bangsa Indonesia untuk dapat bersaing dengan negara lain.

Realita proses pembelajaran di kelas tradisional, siswa kurang didorong untuk mengembangkan

kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas didominasi oleh kegiatan belajar yang

hanya mengarahkan siswa untuk menghafal informasi saja, otak siswa dipaksa untuk mengingat dan

menimbun berbagai informasi. Siswa tidak dituntut untuk memahami dan menghubungkan

informasi yang diingatnya itu dengan kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran dengan

menerapkan pendekatan tersebut kurang mendorong siswa untuk dapat mengembangkan

kemampuan berpikir. Sebagaimana yang diungkapkan Mary (2002: 1) bahwa Thinking outside the

box is sometimes difficult when students and teachers are working within the constraints of a

traditional classroom. Students especially have their outlooks limited by classroom walls because

they often do not yet have a wide perspective on the potential for their actions to have civic

consequences.

Page 13: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

Saat ini pembelajaran yang dilakukan masih belum bermakna. Hal ini sebagaimana diungkapkan

Abdurrahman (2007: 100) bahwa selama mengikuti pembelajaran di sekolah siswa jarang

bersentuhan dengan pendidikan nilai yang berorientasi pada pembentukan watak dan kepribadian.

Hal tersebut mengakibatkan pembelajaran kurang bermakna dan juga mengakibatkan siswa kurang

termotivasi untuk mempelajari sains yang ditunjukkan dengan sikap bosan mengikuti proses

pembelajaran sehingga sains kurang berkesan dalam benak mereka (Martin, et al., 2005: 6). Oleh

karena itu, perlu suatu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan

intelektual siswa dan dapat memberikan makna bagi siswa untuk dapat menjadi manusia seutuhnya.

Pembelajaran dengan outbond sains memungkinkan siswa mengalami langsung konsep yang

dipelajari serta mengembangkan penalaran logis dan mengajarkan siswa untuk menguasai nilai-nilai

spiritual, emosional dan intelektual secara optimal. Hal itu dikarenakan materi pembelajaran dapat

dirangkum menjadi kegiatan yang dekat dengan pengalaman siswa dalam kesehariannya sehingga

menjadi bermakna bagi kehidupan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Deskripsi Inovasi

Inovasi pendidikan (education innovation) adalah pembaharuan pendidikan secara parsial berskala

sekolah atau kelas, dengan objek pembaharuan mengenai salah satu komponen pendidikan

(Sukardjo & Das Salirawati, 2008). Santyasa (2005: 5) menambahkan bahwa pembelajaran inovatif

adalah pembelajaran yang lebih bersifat student centered, artinya pembelajaran yang lebih

memberikan peluang kepada siswa untuk mengkontruksi pengetahuan secara mandiri (self directed)

dan dimediasi oleh teman sebaya. Dari pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran inovatif adalah pembaharuan pendidikan yang mengaktifkan siswa untuk

meningkatkan kualitas pendidikan dengan menciptakan pembelajaran student centered.

Menurut Marsaja (2007) keunggulan pembelajaran inovatif adalah: (1) Kualitas hasil belajar yang

dicapai menjadi lebih tinggi; (2) Lingkup hasil belajar menjadi lebih komprehensif; (3) Pembelajaran

inovatif tidak saja menekankan pada hasil belajar kognitif, tetapi juga hasil belajar proses dan sikap.

Konsekuensinya tentu akan memerlukan waktu yang lebih lama karena dilakukan untuk mencapai

banyak hasil belajar. Pembelajaran inovatif dengan metode yang berpusat pada siswa (student

centered learning) juga memiliki keragaman model pembelajaran yang menuntut partisipasi aktif

Page 14: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

dari siswa. Metode-metode tersebut diantaranya sebagai berikut

1. Berbagi informasi (information sharing) dengan cara: curah gagasan (brainstorming),

kooperatif, kolaboratif, diskusi kelompok (group discussion),diskusi panel (panel discussion),

simposium, dan seminar

2. Pembelajaran melalui pemecahan masalah (problem solving based learning) dengan cara: studi

kasus, tutorial, dan lokakarya.

3. Belajar dari pengalaman (experience based) dengan cara: simulasi, bermain peran (roleplay),

permainan (game), dan kelompok temu;

Salah satu metode alternatif yang saat ini sedang digemari dan diyakini lebih berhasil dari kegiatan

ceramah adalah pendidikan luar ruang (outbound education), yang sarat dengan permainan yang

menantang, mengandung nilai-nilai pendidikan, dan mendekatkan siswa dengan alam.

B. Landasan Teori

1. Meaningful Learning

Dunia pendidikan saat ini sering lebih menitikberatkan pada bagaimana mengembangkan

kecerdasan kognitif sehingga terjebak pada rasional oriented dan melepaskan orientasi irrasional

maupun metafisik, semacam spiritual, dan konsep diri yang dianggap sebagai penghambat.

Keadaaan yang demikian mengakibatkan pembunuhan karakter yang dimiliki siswa dari sebuah

kesatuan dalam dimensi kediriannya. Menurut Abdurrahman (2007: 74) proses pembelajaran

meliputi keseluruhan unsur baik kognitif, afektif dan psikomotorik. Apabila proses pembelajaran

tidak berjalan secara simultan maka akan terjadi split personality (diri yang terpisah) pada setiap

siswa.

Gejala split personality ini tampak dalam perjalanan dunia pendidikan kita, tak terkecuali pendidikan

sains. Hal ini menjadi tantangan bagi para guru untuk mengupayakan bagaimana melakukan

pembelajaran yang menitikberatkan pada proses penyempurnaan manusia atau memanusiakan

manusia (to be human) dan mengartikan hidup (enoble life). Spiritualisme yang dilaksanakan dalam

pendidikan berorientasi praktik riil seorang guru dan siswa untuk menyempurnakan proses menuju

kematangan hidupnya. Pada akhirnya yang diinginkan adalah dimensi spiritual yang mapan dalam

diri setiap siswa. Siswa tidak hanya mamapu menangkap pesan lahiriah dari apa yang ia pelajari,

Page 15: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

namun lebih dari itu siswa juga mampu memproyeksikan pesan esoterik dari setiap teori yang ia

pelajari.

Pendidikan adalah proses interaksi antara siswa dengan dirinya sendiri (konsentris), siswa dan alam

sekitar (horisontal) dan interaksi siswa dengan Allah swt (vertikal), tetapi banyak metode pengajaran

kita yang memisah-misahkan ketiga interaksi tersebut. Oleh karena itu guru hendaknya menyadari

pentingnya pembelajaran yang bermakna dengan menciptakan keseimbangan antara guru, siswa,

dan lingkungan. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan memahami dan menerapkan berbagai

metode atau model mengajar semisal CTL, Cooperative learning, Quantum learning, quantum

teaching, accelerated learning dan sebagainya.

Menurut Bartlet pembelajaran lebih bermakna adalah proses pembelajaran yang membangun

makna (input), kemudian prosesnya melalui struktur kognitif sehingga akan berkesan lama dalam

ingatan/memori (terjadi rekonstruksi). Sementara itu, menurut John Dewey, pembelajaran sejati

adalah lebih berdasar pada penjelajahan yang terbimbing dengan pendampingan daripada sekedar

transmisi pengetahuan. Pembelajaran merupakan individual discovery. Hal tersebut senada dengan

pendapat Burton (1962: 25) bahwa “Learning is experience”. Pengalaman merupakan sumber dari

pengetahuan, nilai dan keterampilan. Pendidikan memberikan kesempatan dan pengalaman dalam

proses pencarian informasi, menyelesaikan masalah dan membuat keputusan bagi kehidupannya

sendiri (www.bocahkecil.info/belajar-bersama-alam.html).

Metode belajar inovatif outbond sains dapat menjadi salah satu sarana yang dapat dimanfaatkan

untuk mengembangkan pertumbuhan fisik dan perkembangan mental siswa seutuhnya sehingga

terwujud pembelajaran yang bermakna. Artinya, siswa mampu membangun fisik dan mentalnya

dengan belajar sambil bermain karena melalui permainan outbond sains akan terbangun suasana

yang lepas, bebas, menyenangkan dan atraktif serta memberi makna dalam belajar siswa.

2. Outbond Sains

Alam ini kaya akan pengetahuan. Hal yang tidak dapat siswa pelajari di dalam ruangan, dapat siswa

dapatkan di luar ruangan, sehingga siswa dapat belajar membuat kesimpulan dan menguji apa yang

diterimanya di kelas. Terdapat tiga tahapan yang dapat dilakukan siswa untuk memudahkan

masuknya informasi, yaitu mendengar, menulis atau menggambar lalu melihat dan melakukan

percobaan sendiri. Misalnya, belajar tentang bunga, siswa dapat mengeksplorasi bunga misal

macam-macam warna mahkota bunga, adanya putik dan benang sari, dan sebagainya. Guru

hendaknya dapat mengajak siswa untuk melakukan observasi di lapangan misalnya mengamati,

menyentuh atau meraba dan menganalisa. Sebagai contoh siswa melakukan observasi untuk

Page 16: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

mengenal bagian dari tumbuhan, misalnya daun, akar, batang, kelopak, dan sebagainya. Tak hanya

itu, guru juga memaparkan pada siswa masing-masing fungsinya dan bentuknya yang beragam

sehingga siswa belajar mengenal apa yang

ada di alam melalui semua inderanya.

Pembelajaran sains dengan memanfaatkan lingkungan dapat dilakukan dengan cara membawa

lingkungan ke dalam kelas, seperti: menghadirkan nara sumber untuk menyampaikan materi di

dalam kelas. Agar penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar berjalan efektif, maka perlu

dilakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi serta tindak lanjutnya. Di samping itu

pemanfaatan lingkungan dapat ditempuh dengan cara melakukan kegiatan dengan membawa siswa

ke lingkungan, seperti survey, karyawisata, berkemah, praktek lapangan dan sebagainya.

Outbond adalah suatu program pembelajaran di alam terbuka yang berdasarkan pada prinsip

experiential learning (belajar melalui pengalaman langsung) yang disajikan dalam bentuk permainan,

simulasi, diskusi dan petualangan sebagai media penyampaian materi. Artinya dalam program

outbond tersebut siswa secara aktif dilibatkan dalam seluruh kegiatan yang dilakukan. Dengan

langsung terlibat pada aktivitas (learning by doing) siswa akan segera mendapat umpan balik tentang

dampak dari kegiatan yang dilakukan, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengembangan

diri setiap siswa dimasa mendatang. Hal tersebut juga dapat diartikan bahwa proses belajar dari

pengalaman (experiental learning) dengan

menggunakan seluruh panca indera (global learning) yang nampaknya rumit, memiliki kekuatan

karena situasinya “memaksa” siswa memberikan respon spontan yang melibatkan fisik, emosi, dan

kecerdasan sehingga secara langsung mereka dapat lebih memahami diri sendiri dan orang lain.

Outbond juga dikenal dengan sebutan media outbond activities. Outbond merupakan salah satu

metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru di sekolah. Dengan konsep interaksi antar

siswa dan alam melalui kegiatan simulasi di alam terbuka. Hal tersebut diyakini dapat memberikan

suasana yang kondusif untuk membentuk sikap, cara berfikir serta persepsi yang kreatif dan positif

dari setiap siswa guna membentuk jiwa kepemimpinan, kebersamaan/teamwork, keterbukaan,

toleransi dan kepekaan yang mendalam, yang pada harapannya akan mampu memberikan

semangat, inisiatif, dan pola pemberdayaan baru dalam suatu sekolah.

Melalui simulasi outdoor activities ini, siswa juga akan mampu mengembangkan potensi diri, baik

secara individu (personal development) maupun dalam kelompok (team development) dengan

Page 17: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

melakukan interaksi dalam bentuk komunikasi yang efektif, manajemen konflik, kompetisi,

kepemimpinan, manajemen resiko, dan pengambilan keputusan serta inisiatif. Adapun tujuan

outbond menurut Adrianus dan Yufiarti (http://widhoy.multiply.com) tujuan outbond adalah untuk:

a. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan diri siswa.

b. Berekspresi sesuai dengan caranya sendiri yang masih dapat diterima lingkungan.

c. Mengetahui dan memahami perasaan, pendapat orang lain dan memahami perbedaan.

d. Membangkitkan semangat dan motivasi untuk terus terlibat dalam kegiatan-kegiatan.

e. Lebih mandiri dan bertindak sesuai dengan keinginan.

f. Lebih empati dan sensitif dengan perasaan orang lain.

g. Mampu berkomunikasi dengan baik

h. Mengetahui cara belajar yang efektif dan kreatif.

i. Memberikan pemahaman terhadap sesuatu tentang pentingnya karakter yang baik.

j. Menanamkan nilai-nilai yang positif sehingga terbentuk karakter siswa melalui berbagai contoh

nyata dalam pengalaman hidup.

k. Membangun kualitas hidup siswa yang berkarakter.

l. Menerapkan dan memberi contoh karakter yang baik kepada lingkungan.

Kegiatan outbond sains merupakan kegiatan belajar sambil bermain atau sebaliknya. Menurut

Vygotsky (Tedjasaputra, 2001: 10) bermain mempunyai peran langsung terhadap perkembangan

kongnisi seorang anak dan berperan penting dalam perkembangan sosial dan emosi anak. Menurut

Heterington dan Parke (Moeslichatoen, 1999: 34), bermain juga berfungsi untuk mempermudah

perkembangan kognitif anak. Belajar sambil bermain akan memungkinkan anak meneliti lingkungan,

mempelajari segala sesuatu dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Bermain juga

meningkatkan perkembangan sosial anak serta untuk memahami peran orang lain dan menghayati

peran yang akan diambilnya setelah ia

dewasa kelak.

Dworetzky (Moeslichatoen, 1999: 34) mengemukakan bahwa fungsi bermain dan interaksi dalam

permainan mempunyai peran penting bagi perkembangan kognitif dan sosial siswa. Jadi berdasarkan

pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa manfaat bermain tidak saja dapat

meningkatkan perkembangan kognitif dan sosial, tetapi juga perkembangan bahasa, disiplin,

perkembangan moral, kreativitas, dan perkembangan fisik siswa.

Page 18: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

Pendekatan outbond cocok diterapkan karena adanya perbedaan-perbedaan individu dalam kelas.

Pada pendekatan ini, siswa diberi rangsangan untuk menemukan konsep yang akan dipelajari

dengan dibimbing oleh guru.

C. Karakteristik

Prosedur mempersiapkan pembelajaran dengan outbond sains siswa (experiental learning) menurut

Oemar Hamalik (2003: 47)adalah sebagai berikut:

1. Guru merumuskan dengan teliti pengalaman belajar yang direncanakan untuk

memperoleh hasil yang potensial atau memiliki alternatif hasil.

2. Guru berusaha menyajikan pengalaman yang bersifat menantang dan memotivasi.

3. Siswa dapat bekerja secara individual, tetapi lebih sering bekerja dalam kelompok-

kelompok kecil.

4. Para siswa ditempatkan dalam situasi-situasi pemecahan masalah yang nyata.

5. Para siswa secara aktif berperan serta dalam pembentukan pengalaman membuat

keputusan sendiri dan memikul konsekuensi atas keputusan-keputusan tersebut.

Menurut Gordon dan Browne (Moeslichatoen, 1999: 57-58) terdapat beberapa aspek yang perlu

diperhatikan dalam memilih bahan dan peralatan outbond sains yaitu antara lain:

1. Memilih bahan untuk kegiatan bermain yang mengundang perhatian semua siswa, yakni

bahan-bahan yang dapat memuaskan kebutuhan, menarik minat, dan menyentuh perasaan

mereka.

2. Memilih bahan yang multi guna yang dapat memenuhi bemacam tujuan pengembangan

seluruh aspek perkembangan siswa.

3. Memilih bahan yang dapat memperluas kesempatan siswa untuk menggunakannya dengan

bermacam cara.

4. Memilih bahan yang mencerminkan karakteristik tingkat usia kelompok siswa.

5. Memilih bahan harus sesuai dengan filsafat dan napas kurikulum yang dianut.

6. Memilih bahan yang mencerminkan kualitas rancangan dan keterampilan kerja.

7. Memilih bahan dan peralatan yang tahan lama.

Page 19: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

8. Memilih bahan-bahan yang dapat dipergunakan secara fleksibel dan serba guna.

9. Memilih bahan yang mudah dirawat dan diperbaiki.

10. Memilih bahan yang mencerminkan peningkatan budaya kelompok.

11. Memilih bahan yang tidak membedakan jenis kelamin dan meniru-niru.

Pembelajaran berdasarkan pengalaman ini menyediakan suatu alternatif pengalaman belajar bagi

siswa yang lebih luas daripada pendekatan yang diarahkan oleh guru kelas. Strategi ini menyediakan

banyak kesempatan belajar secara aktif, personalisasi dan kegiatan-kegiatan belajar yang lainnya

bagi para siswa untuk semua tingkat usia. Pembelajaran dengan outbond ini guru dapat

menginternalisasikan dimensi spiritual ke dalam kegiatan belajar siswa, agar apa yang siswa pelajari

dapat mendekatkan siswa kepada Allah swt (Sang Pencipta).

Adapun hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam kegiatan pembelajaran ini adalah:

1) Menentukan bentuk kegiatan yang akan dipakai

Kegiatan outbond ini dapat divariasi sendiri oleh guru. Misalnya: dalam satu materi dapat

dilakukan dengan berbagai bentuk, seperti dalam tema yang lain à lingkungan. Siswa di

pos I à sayangi aku (mempelajari tanaman dan praktek menanan dan merawatnya), pos 2à

opera sampah (siswa memperagakan dalam bentuk drama singkat/spontan dan guru

menjelaskannya), pos 3 à sampah (mengenal sampah dan cara memanfaatkannya, dapat

juga dengan praktek), pos 4 dilanjutkan dengan pemaknaan terhadap bahaya sampah

dalam kehidupan kita, dsb.

2) Menentukan waktu pelaksanaan kegiatan.

Kegiatan outbond ini dapat dilaksanakan dalam pembelajaran atau dapat juga dilaksanakan

di luar jam pelajaran.

3) Menentukan rute perjalanan

Outbond ini dapat dilakukan satu kelas bersama-sama dengan sistem kompetisi dan dapat

juga dilakukan dengan giliran kelompok/rooling, hal tersebut disesuaikan dengan

kemampuan dan jumlah guru. Outbond dapat menggunakan rute di sekitar sekolahan atau

di lingkungan warga sekitar. Pembelajaran ini juga dapat dilakukan hanya dengan

Page 20: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

berpindah pos saja.

4) Mempersiapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan di tiap pos.

a. Jika menggunakan sistem kompetisi: semakin banyak kelompok yang dibentuk maka

peralatannya semakin banyak.

b. Jika menggunakan sistem roling: peralatan yang dibutuhkan sedikit.

5) Menentukan dan mempersiapkan petugas pos

Jika dalam bentuk rolling maka diperlukan lebih banyak penjaga pos daripada dengan sistem

kompetisi. Tiap penjaga pos dipersiapkan untuk dapat mengisi pos yang dipegangnya. Untuk

menyamakan persepsi tema yang akan diajarkan maka perlu diadakan briefing.

Setelah semua persiapan selesai maka tahap selanjutnya pelaksanaan kegiatan outbond

1) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.

2) Guru menjelaskan tentang benda dan sifatnya:

3) Guru menjelaskan aturan permainan Outbond.

Berikut merupakan contoh implementasi pembelajaran inovatif dengan memanfaatkan outbond

sains dalam rangka meningkatkan meaningful learning.

Roket Balon

Bahan dan alat: balon dengan soal tantangan, selotip, benang kasur yang terjulur hingga garis finish,

sedotan

Cara bermain:

a) Di garis start telah tersedia balon dengan soal tantangan, selotip, benang kasur yang terjulur

hingga garis finish, dan sedotan. Gunakanlah alat-alat ini dengan baik.

b) Bantuan awal: Sedotan dimasukkan ke dalam benang kasur.

c) Diskusikan cara agar balon dan soal dapat diterima oleh teman kalian di seberang (jarak 2-3

Page 21: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

meter).

d) Setelah balon diterima, kerjakanlah soal dan serahkan 10 menit kemudian kepada petugas pos.

e) Kerjakan dengan baik semoga kalian termasuk orang-orang yang beruntung.

Kunci: Balon bisa terbang lho....

Lembar pertanyaan yang diletakkan ke dalam balon:

a) Selain terdapat soal, benda apa yang kalian tiupkan ke dalam balon hingga balon

menggelembung?

b) Menurut kalian, bagaimanakah bentuk benda tersebut di dalam balon? Apakah bentuknya

berubah jika udara dimasukkan ke dalam plastik?

c) Dapatkah kalian merasakan udara yang ada di sekitarmu?

d) Dapatkah kalian melihatnya dan dapatkah kalian memegangnya?

e) Apa yang kalian rasakan ketika melepas balon? Dan mengapa balon yang dilepas dapat berlari

dengan kencang?

f) Sebutkan sifat-sifat benda gas dalam permainan ini?

g) Sebutkan manfaat benda gas dalam kehidupan sehari-hari!

Setelah kegiatan outbond, guru bersama siswa membahas kembali apa yang telah dilaksanakan.

Metode yang digunakan yaitu metode diskusi, dimana akan diperoleh pendapat yang berbeda dan

bervariasi antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Guru bertugas memfasilitasi dalam

menyisipkan makna (misal pesan moral, sikap dan kerjasama). Misal sebagai contoh dalam kegiatan

ini yaitu: Udara yang ada di dalam balon memberikan tekanan sehingga ketika dilepaskan balon

dapat berlari menuju ke ujung benang yang lain. Udara merupakan benda gas yang mempunyai sifat

bentuknya berubah-ubah sesuai dengan tempatnya, udara dapat memberikan tekanan, udara tidak

terlihat dan tak dapat dipegang namun bisa dirasakan, dan udara ada di mana-mana/ada di sekitar

kita. Semakin banyak udara dalam balon maka balon juga akan tampak besar dan tekanannya juga

besar. Tekanan besar maka larinya semakin cepat artinya dalam kehidupan ini kita harus mengisi

kehidupan kita (seperti balon) dengan menambah wawasan, akhlak yang baik, dan keterampilan-

keterampilan, selain itu kita juga harus memupuk semangat, motivasi dan kemauan yang besar agar

kita akan dapat berlari dengan cepat untuk mencapai cita-cita. Kemudian siswa diarahkan pada

pemanfaatan apa yang sedang dipelajari dengan kehidupan mereka sehingga menjadi orang yang

pandai bersyukur. Sebagai contoh:

Page 22: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

Udara dapat dimanfaatkan untuk

a. Mengisi ban kendaraan tanyakan kepada siswa berapa banyak udara yang di masukkan ke

dalam ban kendaraan (sedikit/banyak?) dan dapatkah udara dalam ban-ban tersebut

mengangkat 50 orang? Dan berilah tanggapan pada siswa bahwa: meskipun udara yang kita

berikan pada ban sedikit, akan tetapi udara memberikan tekanan pada ban sehingga ban

menjadi keras dan dapat digunakan kendaraan seperti bus untuk mengangkut 50 orang atau

lebih. (jangan menganggap hal yang sepele, karena hal yang sepele kadang adalah sesuatu

yang besar pengaruhnya bagi kehidupan).

b. Bernafas à tanyakan dari manakah udara yang kita hirup? Bagaimanakah ketika hidungmu

mampet? Bayarkah kita untuk menghirup udara disekitar kita? Hitunglah berapa banyak

tabung gas yang kita perlukan untuk bernafas hingga hari ini? Siapakah yang menciptakan

udara? Dan berikanlah tanggapan pada siswa bahwa: kita dapat bebas bernafas, menghirup

udara sebebas-bebasnya dimanapun kita berada, diberi nikmat kesehatan sehingga dapat

bernafas dengan baik gratis dan jika kita harus bernafas dengan tabung gas maka berapa uang

yang akan dikeluarkan hingga kita hidup sampai hari ini. Ini adalah karunia Allah swt.

Bersyukurlah atas segala nikmat-Nya.

D. Kelebihan

Outbond sains akan menyajikan pembelajaran aktif dan menyenangkan sehingga siswa tidak cepat

jenuh dan bosan dalam proses pembelajaran. Suasana kegiatan outbond sains yang menarik dan

menyenangkan akan mempermudah siswa dalam pemahaman konsep sains, dan dapat

meningkatkan perkembangan psikomotor dan afektif siswa, serta menjadikan pembelajaran akan

lebih bermakna. Selain itu, terdapat keuntungan-keuntungan pembelajaran dengan menggunakan

outbond sains berdasarkan uraian di atas antara lain yaitu.

1. Membuat proses pembelajaran berpusat pada siswa yang menjadikan proses belajar

menyangkut semua aspek yang memungkinkan siswa berkembang sebagai individu yang

Page 23: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

dapat berfungsi secara menyeluruh.

2. Memungkinkan siswa membentuk self concept sehingga siswa dapat mengenal dirinya

sendiri lebih baik, yaitu mengenal kelebihan dan kekurangan dirinya.

3. Melatih siswa untuk mengkonstruk konsep dari pengalaman-pengalamannya yang

menyenangkan

4. Mengembangkan bakat-bakat siswa

5. Mencegah siswa belajar hanya pada tingkat verbal saja

6. Belajar secara bermain memberi waktu kepada siswa untuk mengasimilasi dan

mengakomodasi informasi.

E. Kelemahan

Adapun kelemahan dari pembelajaran dengan outbond sains yaitu:

1. Waktu yang digunakan relatif lama.

2. Membutuhkan peralatan dan sumber belajar yang beragam.

3. Tenaga yang dibutuhkan lebih banyak.

4. Ide permainan dan memberi makna pada tiap konsep memerlukan kreativitas dan perhatian

yang lebih dari guru.

F. Solusi

1. Memanfaatkan waktu yang tersedia dengan sebaik-baiknya

2. Memanfaatkan peralatan dan sumber belajar yang ada di lingkungan

3. Memanfatkan tenaga seefektif mungkin

4. Pelatihan bagi guru

G. Kesimpulan

Page 24: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa outbond merupakan salah satu metode

yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir, keterampian sosial, life skill, kemampuan

spiritual dan sikap siswa Prinsip “experiential learning“ (belajar melalui pengalaman langsung) pada

kegiatan outdoor ini, siswa akan mampu mengembangkan potensi diri, baik secara individu

(Personal Development) maupun dalam kelompok (Team Development). Melalui outbond, siswa

secara aktif dilibatkan dalam seluruh kegiatan yang dilakukan dan langsung berinteraksi dengan alam

untuk mengenal Allah swt (Sang Pencipta) dan mencintai lingkungan .tempat hidupnya. Banyak

orang yang mengetahui bahwa teknik tersebut dapat mengembangkan potensi siswa dan

memberikan lingkungan belajar yang

kreatif dan menyenangkan, akan tetapi guru jarang memanfaatkan outbond dalam pembeajaran

secara formal. Padahal jika outbond ini dilakukan maka akan diperoeh

kemanfaatan yang luar biasa.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. (2007). Meaningful learning re-invensi kebermaknaan pembelajaran. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Burton, William H. 1962. The guidance of learning activity. New York: Appleton-Century-Crofts, Inc.

http://widhoy.multiply.com/journal/item.15/definisi_dan manfaat outbond. diakses pada tanggal 6

Januari 2009.

http://marsaja.wordpress.com

I Wayan Santyasa. (2005). Model pembelajaran inovatif dalam implementasi KBK,Makalah Penataran

Guru-Guru SMP, SMA, dan SMK se- Kabupaten Jembrana Juni-Juli 2005. Jembrana: FMIPA IKIP

Negeri Singaraja.

Martin, et.al. (2005). Teaching science for all children: inquiry methods for constructing

understanding-3rd edition. Pearson education. Inc.

Mary, et.al. (2002). Linking universities and k-12 through design of outdoor learning environment.

Paper ini dipubikasikan di J. Chambers (Ed.). (2002).

Selected Papers from the 13 International Conference on College Teaching and Learning, (pp. 65-74)

diakses dari www.glenninstitute.org.pdf pada tanggal 22 Januari 2009.

Moeslichatoen, R. (1999). Metode pengajaran di taman kanak-kanak. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Mulyasa. (2008). Implementasi KTSP Kemandirian guru dan kepala sekolah. Jakaerta: Bumi Aksara..

Oemar Hamalik. (2003). Pendekatan baru strategi belajar mengajar berdasarkan CBSA. Bandung:

Page 25: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

penerbit Sinar Baru Algesindo Bandung.

Sukardjo&Das Salirawati. Pembelajaran sains (IPA) terpadu yang kreatif dan menyenangkan,

Makalah Seminar Nasional Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana UNY, 8 Oktober

2008. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Sains PPs UNY.

Tedjasaputra, Mayke S. (2001). Bermain mainan dan permainan untuk pendidikan usia dini. Jakarta:

Grasindo.

www.bocahkecil.info/belajar-dengan-alam.html

Page 26: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

Pendidikan SAINS Untuk Anak Usia Dini

BAB I

PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami kemajuan yang sangat pesat

seiring dengan perubahan zaman. Begitu pula perkembangan ilmu pengetahuan pada dunia

pendidikan menuntut perubahan sistem pendidikan nasional, supaya masyarakat khususnya anak

mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan dan perkembangan zaman saat ini dan

yang akan datang.

Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk taman kanak-

kanak dan sekolah dasar merupakan titik berat pembangunan pendidikan pada saat ini dan pada

kurun waktu yang akan datang. Pendidikan anak usia dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan

kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar memiliki

kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini dilaksanakan melalui

jalur pendidikan formal, non formal atau informal.

Secara spesifik pada Kurikulum 2004 untuk Pendidikan Anak Usia Dini (selanjutnya disingkat

PAUD) dinyatakan tujuan pendidikan anak usia dini pada Taman Kanak-kanak adalah membantu

anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik meliputi moral dan nilai-nilai

agama, sosial, emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki

pendidikan dasar. Untuk mencapai tujuan tersebut ruang lingkup kurikulum dipadukan dalam dua

bidang pengembangan yaitu bidang pengembangan pembentukan perilaku dan bidang

pengembangan kemampuan dasar.

Bidang pengembangan kemampuan dasar merupakan kegiatan yang dipersiapkan oleh guru

untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas sesuai dengan tahap perkembangan anak,

meliputi : berbahasa, kognitif, fisik / motorik dan seni. Kognitif sendiri adalah mengembangkan

Page 27: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

kemampuan berpikir anak untuk dapat mengolah perolehan belajarnya, sehingga dapat menemukan

bermacam-macam alternatif pemecahan masalah, membantu anak untuk mengembangkan

kemampuan logika matematika dan kemampuan sains.

Berdasarkan kurikulum 1994 yang disempurnakan tujuan pengajaran sains di SD adalah

untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai ilmiah pada

siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Adapun ketrampilan-

ketrampilan proses yang harus dimiliki siswa diantaranya adalah mengamati, mengklasifikasikan,

menafsirkan hasil pengamatan, melakukan percobaan, menyimpulkan, mengkomunikasikan,

menerapkan perolehan yang semuanya tercermin dalam setiap tujuan pembelajaran umum .

Kenyataan di lapangan menunjukkan dalam proses pembelajaran sains hanya mendengar

ceramah dari guru saja atau membaca buku teks yang dilanjutkan dengan pembahasan secara

verbal hal ini mengakibatkan siswa tidak mempunyai kesempatan untuk menemukan sendiri fakta

dan konsep dan siswa tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan ketrampilan

memproseskan perolehan. Pembelajaran sains harus melibatkan aspek pengetahuan, afektif dan

psikomotor sehingga pengetahuan untuk memahami konsep diperoleh melalui proses berpikir

dengan memiliki ketrampilan proses dan sikap ilmiah. Pemahaman ini bermanfaat bagi anak untuk

memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat menanggapi secara kritis

perkembangan sains.

Tujuan pengembangan pembelajaran sains untuk anak adalah agar anak memiliki

kemampuan memecahkan masalah yang dihadapinya melalui melalui metode sains proses,

meningkatkan kemampuan sains pada anak , diharapkan anak memiliki sikap ilmiah dan diharapkan

anak lebih berminat untuk menghayati sains. Tetapi kenyataannya di lapangan, anak-anak sekarang

kurang berminat pada sains.

Pembelajaran sains di taman kanak-kanak pada umumnya masih berupa konsep dan hafalan yang

sebatas pada sains produk seperti mengajarkan tentang tata surya: bulan, bintang, dll, bukan

mengajarkan pada sains proses. Hal itu akan membuat anak-anak menjadi takut pada sains . Selain

itu dari hasil wawancara dengan guru di taman kanak-kanak pembelajaran sains yang ada masih

berpusat pada guru sehingga perhatian anak menjadi tidak fokus, karena anak tidak diajak terlibat

Page 28: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

langsung dalam proses sains tersebut. Anak-anak harus diajarkan bagaimana merasakan, mengalami,

dan mencoba berbagai fenomena alam. Karena kegiatan yang berhubungan dengan eksperimen ini

akan memacu kreativitas anak. Anak juga akan belajar untuk berani mencoba. Suatu sifat mental

yang kini amat berharga dan langka di dunia orang dewasa.

Selain itu, melakukan eksperimen sains adalah pintu untuk memasuki dunia sains. Kalau

dilakukan di masa kanak-kanak, maka ia akan berpotensi besar untuk menjadi memori masa kecil

yang menyenangkan. Konsekuensi pembelajaran sains melalui hafalan saja atau anak tidak terlibat

langsung pada proses sains menyebabkan anak-anak belum menunjukkan kemampuannya

menguasai kemampuan dasar kognitif khususnya kemampuan sains, seperti yang telah ditetapkan

dalam kurikulum 2004. Indikasi yang paling sering terjadi bahwa murid-murid TK tidak menguasai

kemampuan sains adalah anak tidak dapat berpikir kritis , padahal dengan kemampuan sains dapat

membantu anak menjadi membuat keputusan yang tepat berdasarkan usaha yang cermat,

sistematis, logis dan mempertimbangkan berbagai sudut pandang.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sains atau IPA secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam atau yang

mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Sains adalah sistem tentang alam semesta

yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan observasi dan eksperimen terkontrol. Sains

adalah produk atau hasil dari proses penyelidikan ilmiah yang dilandasi oleh sikap dan nilai-nilai

tertentu.

Dari sudut bahasa, sains atau Science (Bahasa Inggris), berasal dari bahasa Latin, yaitu dari

kata Scientia artinya pengetahuan. Tetapi pernyataan tersebut terlalu luas dalam penggunaan

sehari-hari, untuk itu perlu dimunculkan kajian etimologi lainnya. Para ahli memandang batasan

etimologi lainnya. Para ahli memandang batasan etimologis tentang sains yaitu dari bahasa Jerman,

hal itu merujuk pada kata Wissenschaft, yang memiliki pengertian pengetahuan yang tersusun atau

terorganisasikan secara sistematis.

Page 29: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

Secara konseptual terdapat sejumlah pengertian dan batasan sains yang dikemukakan para

ahli. James Conant yang dikutip oleh Ali Nugraha mendefinisikan sains sebagai suatu deretan konsep

serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, yang tumbuh sebagai hasil serangkaian

percobaan dan pengamatan serta dapat diamati dan diuji lebih lanjut. Senada dengan Conant,

Ahmadi memberikan pengertian sains sebagai ilmu teoritis yang didasarkan atas pengamatan,

percobaan-percobaan terhadap gejala alam berupa makrokosmos (alam semesta) dan mikrokosmos

(isi alam semesta yang lebih terbatas, khususnya tentang manusia dan sifat-sifatnya), sedangkan

menurut Dodge mengartikan sains sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan

menggunakan metode-metode yang berdasarkan pada pengamatan dengan penuh ketelitian.

Secara analitis, beberapa ahli mencoba memberikan batasan sains dengan membagi sains

berdasarkan dimensi pengkajiannya. Sumaji menyatakan bahwa secara sempit sains adalah Ilmu

Pengetahuan alam (IPA), terdiri atas physical sciences dan life sciences. Termasuk physical sciences

adalah ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi, minerologi, metereologi dan fisika, sedangkan life

sciences meliputi biologi, zoologi dan fisiologi. Hal yang sama juga dijelaskan oleh Dodge bahwa

sains terdiri dari physical science, ilfe science dan bumi dan sekitarnya. Dimana physical science

terdiri dari objek –objek yang dapat dieksplor , karena anak dapat belajar tentang berat, bentuk,

ukuran, warna dan suhu. Life science menceritakan tentang prosesnya. Anak dapat mempelajari

tentang proses pertumbuhan tanaman dan kehidupan binatang. Sedangkan Ernest Hagel seperti

dikutip oleh Indrawati memandang sains dari tiga aspek ; pertama, dari aspek tujuan, sains adalah

sebagai alat untuk menguasai alam dan untuk memberikan sumbangan kepada kesejahteraan

manusia. Kedua, sains sebagai suatu pengetahuan yang sistematis dan tangguh dalam arti

merupakan suatu kesimpulan yang didapat dari berbagai peristiwa. Ketiga, sains sebagai metode,

yaitu merupakan suatu perangkat aturan untuk memecahkan masalah, untuk mendapatkan atau

mengetahui penyebab dari suatu kejadian, dan untuk mendapatkan hukum-hukum atau teori dari

obyek yang diamati.

Berdasarkan definisi diatas, bahwa sains dapat dipandang sebagai suatu dimensi yang terdiri

suatu proses, maupun produk atau hasil serta sebagai sikap. Apabila pembelajaran sains yang dapat

dikembangkan meliputi tiga substansi mendasar, yaitu pendidikan dan pembelajaran sains berisi

program yang memfasilitasi penguasaan proses sains, penguasaan produk sains serta program yang

memfasilitasi pengembangan-pengembangan sikap sains.

Page 30: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

1.Sains sebagai suatu proses adalah cara untuk memperoleh pengetahuan. Gambaran sains

berhubungan erat dengan kegiatan penelusuran gejala dan fakta-fakta alam yang dilakukan melalui

kegiatan laboratorium beserta perangkatnya. Kebenaran sains akan diakui jika penelusurannya

berdasar pada kegiatan pengamatan, hipotesis (dugaan), percobaan-percobaan yang ketat dan

obyektif, meskipun kadang berseberangan dengan nilai yang ada. Jadi, sains menuntut proses yang

dinamis dalam berfikir, pengamatan, eksperimen, menemukan konsep maupun merumuskan

berbagai teori. Rangkaian proses yang dilakukan dalam kegiatan sains tersebut, saat ini dikenal

dengan sebutan metode keilmuan atau metode ilmiah.

2.Sains sebagai produk terdiri atas berbagai fakta, konsep prinsip, hukum dan teori . Fakta

adalah sesuatu yang telah terjadi yang dapat berupa keadaan, sifat atau peristiwa; sedangkan

konsep adalah suatu ide yang merupakan generalisasi dari berbagai peristiwa atau pengalaman

khusus, yang dinyatakan dalam istilah atau simbol tertentu yang dapat diterima. Konsep mengacu

pada benda-benda atau obyek, peristiwa, keadaan, sifat, kondisi, ciri dan atribut yang melekatnya.

Sedangkan teori adalah komposisi yang dihasilkan dari pengembangan sejumlah proposisi

(pernyataan berarti) yang dianggap memiliki keterhubungan secara sistematis dan kebenarannya

sudah teruji secara empirik serta dianggap berlaku secara universal .

3.Sains sebagai suatu sikap, atau dikenal dengan istilah sikap keilmuan, maksudnya berbagai

keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuan khususnya ketika

mencari atau mengembangkan pengetahuan baru. Diantara sikap tersebut adalah rasa tanggung

jawab yang tinggi, rasa ingin tahu, disiplin, tekun, jujur, dan terbuka terhadap pendapat orang lain.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sains adalah ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan

fakta dan gejala alam yang tersusun secara sistematis yang didapatkan melalui pengamatan dan

eksperimen.

BAB III

PEMBAHASAN

Page 31: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

Sebagaimana definisi-definisi sains yang teah dijelaskan pada BAB II ,dapat diktahui bahwa

definisi sains untuk anak usia dini adalah sains yang sasarannya ditujukan pada anak-anak usia

dini,baik pada jenjang Taman Kanak-kanak maupun Sekolah Dasar. Sains,saat ini menjadi hal yang

penting untuk diterapkan atau dikenalkan pada anak-anak usia dini karena sains dapat mengajak

anak untuk berpikir kritis, dengan sains anak tidak begitu saja menerima atau menolak sesuatu.

Mereka mengamati, menganalisis dan mengevaluasi informasi yang ada sebelum menentukan

keputusannya. Dengan melalui percobaan-percobaan sains melalui ketrampilan proses, anak-anak

dapat ditingkatkan kemampuan sainsnya. Dengan media observasi, anak yang mempunyai

kemampuan sains yang tinggi dapat menemukan dan mempertanyakan objek-objek yang

dipahaminya. Anak usia 4-6 tahun dapat dilatih untuk mempunyai kemampuan sains . Anak dapat

mulai diajarkan ketrampilan observasi dasar seperti pengamatan.Lewat cara ini anak dapat diajak

untuk memahami apa itu bunyi, udara, air, cahaya, suhu, tanah serta berbagai kayu dan logam.

Mendidik anak mempunyai kemampuan sains dapat membantu orang tua untuk menghindarkan

anak dari kemungkinan menggunakan informasi yang tidak tepat. Mendidik anak mempunyai

kemampuan sains akan membantu anak untuk secara aktif membangun pertahanan diri terhadap

serangan informasi disekelilingnya

Melatih anak dengan percobaan sains akan membuat anak menjadi berpikir kreatif,

inovatif, dan mandiri, Dimensi lain dari sains juga yang teramat penting adalah dimensi “proses”

yaitu proses mendapatkan sains itu sendiri. Sains diperoleh melalui suatu penelitian dan percobaan

yang disebut dengan metode ilmiah.

Anak usia dini atau usia prasekolah berada dalam masa emas perkembangan otaknya, salah satu

hasil penelitian menyebutkan, kapasitas kecerdasan anak pada usia empat tahun sudah mencapai 50

persen. Kapasitas itu akan meningkat hingga 80 persen pada usia delapan tahun. Ini menunjukkan

pentingnya memberikan rangsangan pada anak usia dini. Mengenalkan sains pada anak bukan

berarti mengenalkan rumus-rumus. Suasana harus dalam keadaan bermain. Mengenalkan sains pada

anak harus sesuai dengan tahapan umur dan perkembangannya.

Hal ini menjadi penting bahwa pembelajaran hendaknya dihubungkan dengan apa yang

telah diketahui anak dan relevan dengan mereka.Mempertimbangkan karakteristik anak yang sejak

Page 32: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

dalam kandungan telah siap untuk belajar dan terlahir sebagai peneliti alamiah yang meiliki

dorongan kuat untuk mengadakan eksplorasi dan investigasi, maka implikasi bagi orang dewasa

khususnya guru, haruslah bertindak sebagai fasilitator bagi setiap anak dalam menunjang minat dan

keingintahuan mereka. Memberikan kesempatan, tantangan serta melibatkan anak dalam beragam

kegiatan untuk memperoleh pengalaman langsung yang seluas-luasnya merupakan inti proses sains.

Dan, tidak kalah penting pula bagi pembelajaran sains di tingkat TK, bila dilakukan secara terintegrasi

melaui bermain karena bermain selain menghilangkan stress pada anak juga merupakan cara anak

belajar tentang kehidupan.

Sains yang diperkenalkan kepada anak usia dini, akan mendorong mereka menjadi anak yang

kaya akan inspirasi. Melatih anak dengan eksperimen sains bisa membuat anak bersikap kreatif dan

kaya akan inisiatif. Permainan sains juga bisa menumbuhkan pola berpikir logis pada anak. Mereka

akan terbiasa untuk mengikuti tahap-tahap eksperimen sains. Eksperimen gagal tidak boleh

disembunyikan, gagal harus disampaikan. Disini akan muncul juga sikap sportiftivitas pada

anak.Karena dengan bekal sains, sejak kecil anak-anak akan bisa memecahkan masalahnya sendiri.

Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung. Dengan demikian, anak

perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah ketrampilan proses sains agar mampu menjelajahi

serta memahami alam sekitarnya.

Dengan memberikan pembelajaran sains sejak usia dini dapat melatih anak dalam

menggunakan pikirannya, kekuatannya, kejujurannya serta teknik-teknik yang dimilikinya dengan

penuh kepercayaan diri, sehingga tugas guru adalah mengembangkan program pembelajaran sains

yang dapat mengeksplorasi dan berorientasi sains secara optimal. Program pembelajaran sains yang

diberikan pada anak usia dini hendaklah telah melalui proses analisa tugas dan kemampuan anak,

atas pertimbangan pilihan dan variasi kegiatan yang diminati dan merangsang anak serta sesuai

dengan aspek yang melekat pada anak sebagai individu yang unik.

Pembelajaran pada anak pra sekolah sebaiknya bersifat terpadu atau terintegrasi yaitu

terintegrasi dengan bidang lain seperti matematika, ataupun aktivitas sosial lainnya. Mengenalkan

sains pada anak berarti membantu anak untuk melakukan percobaan sederhana sehingga dapat

menghubungkan sebab dan akibat suatu perlakuan. Percobaan tersebut juga akan membantu anak

Page 33: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

untuk mulai berfikir logis. Mengenalkan sains pada anak prasekolah dapat melalui permainan yang

menyenangkan dengan bahan yang ada disekitar anak. Pengenalan sains pada anak prasekolah lebih

ditekankan pada proses daripada produk. Oleh sebab itu dalam bermain sains anak diajarkan untuk

menggunakan seluruh panca indranya sebaik mungkin, agar dalam proses bermain tersbut anak

dapat menemukan jawaban-jawaban dari suatu kegiatan bermain.

SAINS UNTUK ANAK USIA DINI

Pengertian sains untuk anak usia dini adalah bagaimana memahami sains berdasarkan sudut

pandang anak . Karena jika kita memandang dimensi sains dari kacamata anak, maka akan

berimplikasi pada kekeliruan-kekeliruan dalam menentukan hakikat sains bagi anak usia dini yang

berdampak cukup signifikan terhadap pengembangan pembelajaran sains itu sendiri kepada mereka.

Hal tersebut tentunya secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pula pada proses

dan produknya yaitu anak-anak itu sendiri.

Kehidupan anak tidak dapat lepas dari sains, kreativitas dan aktivitas sosial. Makan, minum,

menggunakan berbagai benda yang ada di rumah seperti radio, TV, dan kalkulator tidak lepas dari

sains dan teknologi. Oleh sebab itu, guru hendaknya dapat menstimulasi anak dengan berbagai

kegiatan yang terkait dengan sains dan teknologi. Untuk itu, seorang guru perlu mempelajari

konsep-konsep keilmuan dan cara pengajarannya. Pengenalan sains untuk anak pra sekolah lebih

ditekankan pada proses daripada produk. Untuk anak prasekolah keterampilan proses sains

hendaknya dilakukan secara sederhana sambil bermain. Kegiatan sains memungkinkan anak

melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda, baik benda hidup maupun benda tak hidup yang

ada disekitarnya. Anak belajar menemukan gejala benda dan gejala peristiwa dari benda-benda

tersebut.

Sains juga melatih anak menggunakan lima inderanya untuk mengenal berbagai gejala benda dan

Page 34: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

gejala peristiwa. Anak dilatih untuk melihat, meraba, membau, merasakan dan mendengar. Semakin

banyak keterlibatan indera dalam belajar, anak semakin memahami apa yang dipelajari. Anak

memperoleh pengetahuan baru hasil penginderaanya dengan berbagai benda yang ada disekitarnya.

Pengetahuan yang diperolehnya akan berguna sebagai modal berpikir lanjut. Melalui proses sains,

anak dapat melakukan percobaan sederhana. Percobaan tersebut melatih anak menghubungkan

sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih anak berpikir logis.

Dalam pembelajaran sains, anak juga berlatih menggunakan alat ukur untuk melakukan pengukuran.

Alat ukur tersebut dimulai dari alat ukur nonstandar, seperti jengkal, depa atau kaki. Selanjutnya

anak berlatih menggunakan alat ukur standar. Anak secara bertahap berlatih menggunakan stuan

yang akan memudahkan mereka untuk berfikir secara logis dan rasional. Dengan demikian sains juga

mengembangkan kemampuan intelektual anak.

PENTINGNYA SAINS

Anak pada usia dini sudah dikenalkankan dengan sains, hal ini tentu saja

mempertimbangkan pentingnya sains bagi anak. Di sini ada beberapa hal yang membuktikan

pentingnya pengenalan sains pada anak usia dini.

Leeper ( 1994 ) menyampaikan bahwa :

1. Pengembangan pembelajaran sains ditujukan agar anak memiliki kemampuan memecahkan

masalah yang dihadapinya melalui pengguanaan metode sains, sehingga anak – anak terbantu dan

menjadi terampil dalam menyelesaikan berbagai hal yang dihadapi.

2. Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak – anak memiliki

sikap ilmiah. Hal ini mendasar misalkan ; tidak cepat – cepat dalam mengmabil keputusan, dapat

melihat segala sesuatu dari berbagai sudut pandang, berhati – hati terhadapa informasi – informasi

yang diterimanya serta bersifat terbuka.

Page 35: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

3. Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak – anak

mendapatkan pengetahuan dan informasi ilmiah.

4. Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak – nak menjadi lebih

berminat dan tertarik untuk menghayati sains yang berada dan ditemukan di lingkungan dan alam

sekitarnya.

Dari uraian – uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pentingnya sains adalah :

- Membantu pemahaman anak tentang konsep sains dan keterkaitannya dengan kehidupan

sehari – sehari.

- Membantu melekatkan aspek – aspek yang terkait dengan keterampilan proses sains, sehingga

pengetahuan dan gagasan tenatang alam sekitar dalam diri anak menjadi berkembang.

- Membantu menumbuhkan minat pada anak untuk mengenal dan mempelajari benda – benda

serta kejadiandi luar lingkungannya.

- Memfasilitasi dan mengemabngkan sikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri,

bertanggung jawab, bekerja sama, dan mandiri dalam kehidupan.

- Membantu anak agar mampu menerapkan berbagai konsep sains untuk menjelaskan gejala –

gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari – hari.

- Membantu anak agar mampu mengguanakan teknologi sederhana yang dapat digunakan untuk

memecahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari – hari.

- Membantu anak untuk dapat mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar,

sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan YME.

KEMAMPUAN SAINS ANAK USIA DINI

Pada dasarnya sejak anak usia dini, manusia sudah memiliki kecenderungan dan

kemampuan berpikir kritis. Hal itu dijelaskan oleh Brewer Sebagai mahluk rasional dan pemberi

makna, manusia selalu terdorong untuk memikirkan hal-hal yang ada di sekelilingnya.

Kecenderungan manusia memberi arti pada berbagai hal dan kejadian di sekitarnya merupakan

Page 36: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

indikasi dari kemampuan berpikirnya. Kecenderungan ini dapat kita temukan pada seorang anak

yang memandang berbagai benda di sekitarnya dengan penuh rasa ingin tahu.

Kemampuan kognitif anak usia 5 – 6 tahun adalah :

(1) sudah dapat memahami jumlah dan ukuran,

(2) tertarik dengan huruf dan angka. Ada yang sudah mampu menulisnya atau menyalinnya, serta

menghitungnya,

(3) telah mengenal sebagian warna,

(4) mulai mengerti tentang waktu, kapan harus pergi sekolah dan pulang dari sekolah, nama-nama hari

dalam satu minggu,

(5) mengenal bidang dan bergerak sesuai dengan bidang yang dimilikinya,

(6) pada akhir usia 6 tahun, anak sudah mulai mampu membaca, menulis dan berhitung.

Dengan pemahaman terhadap kondisi kognitif anak dan kemampuan belajar yang tinggi yakni rasa

ingin tahu tersebut, Pembelajaran sains yang kondusif akan membuat anak mengenali lebih baik

obyek atau lingkungan yang dipelajarinya. Pembelajaran seperti itu akan membantu anak mengenali

secara langsung berbagai hal. Anak akan mengenal tantangan hidup dan peluang-peluangnya.

Dengan penyediaan pengalaman langsung melalui pembelajaran sains, kekuatan intelektual anak

menjadi terlatih secara simultan dan terus menerus. Dengan sering mengamati, maka ketrampilan

sains anak akan berkembang.

Anak usia taman kanak-kanak telah memiliki kemampuan dasar tentang matematika dan

pengetahuan tentang alam sekitar , yang dikenal dengan pengetahuan alam. Kemampuan dasar

matematika ini dapat dilihat dari kemampuan anak tersebut dalam konsep bilangan, menghitung

pada batas tertentu dan bahkan ada yang telah dapat melakukan operasi hitung secara sederhana.

Perkembangan pengetahuan alam sekitar (sains) pada anak ini, dapat dilihat dari kemampuannya

dalam menyebutkan nama objek yang ada disekitarnya, menjelaskan tentang peristiwa yang terjadi

dan yang akan terjadi, serta hal-hal lainnya.

Maka, dapat disimpulkan bahwa kemampuan sains anak usia dini adalah kegiatan pada anak

usia dini, diantaranya: kemampuan mengamati, mengklasifikasikan, menarik kesimpulan ,

mengkomunikasikan dan mengaplikasikannya berdasarkan pengalaman sains yang diperolehnya.

Page 37: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

PEMBELAJARAN SAINS PADA ANAK USIA DINI

Setiap anak berpotensi untuk menjadi seorang saintis, karena anak-anak yang mengadakan

kegiatan sains seringkali dapat melakukannya secara mengejutkan. Tetapi kemampuan anak dalam

penguasaan sains tergantung pada fasilitator dalam hal ini orang tua, guru dan lingkungan.

Pengembangan pembelajaran sains akan menjadi pendidikan yang baik jika kita mampu

mengindividualisasikan sains pada anak secara baik, yaitu menjadi bersifat pribadi, melekat pada

kehidupannya, berkembang sesuai karakteristiknya serta sesuai dengan kesanggupan anak.

Pembelajaran dalam area sains pada awalnya melibatkan pengetahuan fisik dan

pengetahuan logika matematika. Dimana anak-anak menjelajahi sifat-sifat materi, mereka mencapai

pengetahuan dari materi tersebut melalui pengetahuan fisik. Kemudian mereka menciptakan

hubungan antar benda-benda tersebut , seperti pada saat mengelompokkan daun-daun, mereka

pada saat itu belajar logika matematika.

Proses saintifik adalah sebuah siklus dari pembentukan hipotesis, mengumpulkan data,

mengkonfirmasikan atau menolak berbagai hipotesis, membuat generalisasi, kemudian mengulangi

siklus. Ketrampilan dasar yang digunakan dalam proses saintifik mencakup pengamatan,

mengelompokkan dan membandingkan, mengukur, mengkomunikasikan, melakukan eksperimen,

menghubungkan, menyimpulkan dan mengaplikasikan. Karena menyimpulkan dan mengaplikasikan

mensyaratkan berpikir yang lebih abstrak. Setiap ketrampilan ini, pada saat diaplikasikan ke dalam

program sains untuk anak usia dini akan didiskusikan pada bagian berikut. Bagaimanapun harus

benar belajar diingat bahwa semua ketrampilan tersebut penting dalam pembelajaran secara umum.

Semua ketrampilan tersebut bahkan tidak hanya diaplikasikan dalam belajar sains.

Anak-anak harus dapat berpikir dalam tema-tema konkrit operasional sebelum mereka

dapat berpikir tentang berbagai objek yang memiliki berbagai kategori sekaligus. Mayoritas anak-

anak tidak dapat berpikir konkrit pada usia dini. Guru dapat mendorong anak-anak untuk

mengelompokkan berbagai objek dan menjelaskan bagaimana berbagai objek tersebut dapat

Page 38: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

dikelompokkan. Anak dapat mengelompokkan berbagai balok berdasarkan bentuk, kelompok benda-

benda tersebut dapat dimasukkan dalam area seni atau macam-macam tombol, daun-daun, biji-

bijian atau koleksi lainnya.

Anak yang duduk di taman kanak-kanak berada dalam fase praoperasional. Suatu fase

perkembangan kognitif yang ditandai dengan berfungsinya kemampuan simbolis, kemampuan

berpikir secara intuitif dan berpusat pada cara pandang anak itu sendiri atau egosentris. Fase ini juga

meletakkan dasar bagi kemampuan matematika dan pengetahuan alam atau sains. Kemampuan

bahasa pada fase ini sudah cukup baik.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan sains anak usia dini khususnya

TK B meliputi kemampuan untuk mengamati, mengklasifikasi, menarik kesimpulan dan

mengkomunikasikan masalah yang dihadapinya melalui ketrampilan proses, Selain itu juga sikap

rasa ingin tahu juga dapat meningkatkan kemampuan sains anak usia anak TK B. Pembelajaran sains

di TK B tidak hanya diharapkan dapat membantu anak untuk memperoleh sejumlah informasi, ide-

ide, ketrampilan, nilai-nilai dan cara berpikir juga cara mengekspresi dan mengkomunikasikannya.

KETERAMPILAN PROSES

Sains (IPA) hakikatnya terdiri dari dua komponen penting yang satu sama lain saling

menunjang yaitu komponen produk dan komponen proses. Produk sains berupa pengetahuan,

fakta, konsep dan hukum. Sedangkan proses berupa ketrampilan dan sikap yang berhubungan

dengan penyelidikan dan penemuan.

Kata ketrampilan berasal dari kata terampil yang berarti kepandaian melakukan sesuatu

dengan cepat dan benar, seorang yang dapat melakukan sesuatu dengan cepat tetapi tidak benar

tidak dapat dikatakan trampil demikian pula apabila seseorang melakukannya dengan benar tetapi

lambat belum dapat dikatakan trampil. Lebih lanjut dijelaskan bahwa seseorang yang trampil dalam

suatu bidang tidak ragu-ragu melakukan pekerjaan tersebut seakan-akan tidak pernah lagi dipikirkan

bagaimana melaksanakannya, tidak ada lagi kesulitan yang menghambat. Dalam ruang lingkup yang

Page 39: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

lebih luas, ketrampilan meliputi kegiatan berupa perbuatan, berpikir, berbicara, melihat,

mendengarkan dan sebagainya sedangkan dalam pengertian yang sempit biasanya ketrampilan lebih

ditujukan berupa perbuatan. Beberapa ahli lain menjelaskan pengertian ketrampilan merupakan

perilaku yang tampak sebagai akibat perbuatan otot yang digerakkan oleh sistem saraf dan disertai

koordinasi yang memadai antara kerja otot dan proses psikologi yang mengatur gerak itu.

Ketrampilan proses ini tidak tumbuh dan bekerja secara otomatis, tetapi perlu dilatih agar

tumbuh dan berkembang baik. Melalui kegiatan-kegiatan sains yang dilakukan, anak akan

menghayati proses ilmiah. Sehingga dapat dikatakan, ketrampilan proses anak akan lebih

berkembang dan terlatih.Guru dapat merencanakan berbagai kegiatan aktif, yang dapat

mengembangkan ketrampilan proses. Hasilnya anak akan lebih mampu menerapkan ketrampilan

proses itu dalam kehidupan serhari-hari. Para ilmuwan dalam menemukan suatu fakta atau teori

tersebut melalui tahapan-tahapan kegiatan tertentu yang disebut proses ilmiah yang menumbuh

kemabangkan sikap ilmih, sehingga terbentuk produk ilmiah yaitu ilmu pengetahuan alam (sains)

yang menjadi dasar dan melahirkan kemajuan-kemajuan teknologi yang bermanfaat bagi

kelangsungan hidup manusia .

Ketrampilan proses bukalah sesuatu yang khusus dalam sains, karena ketrampilan tersebut

merupakan ketrampilan biasa yang lazim dilakuakan para ilmuwan atau orang-orang yang bergelut

dalam sains, demikian juga dalam pembelajaran sains hampir 75% dari pokok bahasan memerlukan

ketrampilan proses, walaupun ada juga pendekatan lain yang menunjang dan saling terkait dengan

pendekatan ini, tetapi semua itu selalu berorientasi pada cara belajar siswa aktif yang

mengembangkan ketrampilan proses suatu perolehan dengan isi, pesan, rancangan dan arah yag

jelas.

Langkah-langkah yang dilakukan para ilmuwan dalam usaha mendapatkan pengetahuan

tentang alam biasa dikenal dengan metode ilmiah. Nuryani menyatakan bahwa ketrampilan-

ketrampilan dasar yang dimiliki ilmuan dalam melakukan kegiatan ilmiah dikenal dengan

ketrampilan proses sains. Harlen mendeskripsikan ketrampilan proses sebagai kegiatan-kegiatan

siswa yang dilakukan dalam belajar untuk mencapai tujuan tertentu, dan seluruh kegiatan menjadi

kesatuan yang tidak terpisah-pisah, misalnya dalam kegiatan penyelidikan mulai dari melakukan

Page 40: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

pengamatan, menafsirkan hasil pengamatan dann ketrampilan-ketrampilan selajutnya secara

keseluruhan masing-masing ketrampilan proses yang terlibat menjadi bagian dari keseluruhan

ketrampilan dalam proses penyelidikan tersebut. Menurut Conny Semiawan ketrampilan proses

adalah ketrampilan fisik dan mental yang dimiliki , dikuasai dan diterapkan oleh

ilmuwan.Ketrampilan proses adalah ketrampilan ilmiah yang mencakup ketrampilan kognitif,

ketrampilan psikomotor dan afektif.

Ketrampilan-ketrampilan ini dapat digunakan untuk menemukan dan mengembangkan

konsep serta menanamkan sikap ilmiah.

Aspek-aspek ketrampilan proses meliputi :

1. Observasi, mencakup ketrampilan melibatkan semua alat indra untuk meyatakan sifat yang

dimiliki oleh suatu benda atau objek

2. Menafsirkan hasil pengamatan, melibatkan ketrampilan mencari hubungan antara pengamatan

dengan pernyataan ciri-ciri atau sifat suatu benda atau peristiwa yang mudah diberi arti oleh orang

lain.

3. Mengelompokkan, memerlukan ketrampilan observasi

4. Berkomunikasi, mencatat hasil pengamatan yang relevan dengan penyelidikan.

5. Mengajukan pertanyaan, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan apa

yang ingin diketahuinya.

6. Menyimpulkan (inferensi), merupakan ketrampilan memberikan penjelasan atau interprestasi

terhadap suatu data yang didasarkan atas pengetahuan dan pengalaman awal.

Pembelajaran sains berbasis ketrampilan proses adalah bentuk pembelajaran yang mengintegrasikan

ketrampilan proses ke dalam rangkaian aktivitas belajar guna mengarahkan siswa pada proses

pengetahuan secara mandiri.

RAMBU-RAMBU KEGIATAN SAINS UNTUK ANAK

Page 41: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

Kegiatan pengenalan sains untuk anak prasekolah sebaiknya disesuaikan dengan tingkat

perkembangan anak. Guru/pendidik hendaknya tidak menjejalkan konsep sains kepada anak, tetapi

memberikan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan anak menemukan sendiri fakta dan konsep

sederhana tersebut. Teori Experimental Learning dari Carl Rogermengisyaratkan pentingnya

pembelajaran yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan anak. Menurutnya anak secara alamiah

dengan kapasitas dan kemauan untuk belajar. Fungsi pendidik hanyalah memfasilitasi dan

membantu agar anak dapat belajar secara optimal. Menurut Piaget (1972) anak prasekolah usia 4-6

tahun berada pada fase perkembangan pra operasional dan menuju konkret operasional. Untuk itu

kegiatan sains sebaiknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan karakterstik anak tersebut.

Berikut ini merupakan rambu-rambu yang dapat menjadi acuan dalam pembelajaran sains :

1. Bersifat konkrit

Benda-benda yang digunakan bermain dalam kegiatan pembelajaran adalah benda yang konkrit

(nyata). Pendidik tidak dianjurkan untuk menjejali anak dengan konsep-konsep abstrak. Pendidik

sebaiknya menyediakan berbagai benda dan fasilitas lainnya yang diperlukan agar anak dapat

menemukan sendirri konsep tersebut.

2. Hubungan sebab akibat terlihat secara langsung

Anak usia 5-6 tahun masih sulit menghubungkan sebab akibat yang tidak terlihat secara langsung

karena pikiran mereka yang bersifat transduktif. Anak tidak dapat menghubungkan sebab-akibat

yang tidak terlihat secara langsung. Jika anak melihat peristiwa secara langsung, membuat anak

mampu mengetahui hubungan sebab akibat yang terjadi. Sains kaya akan kegiatan yang melatih

anak menghubungkan sebab akibat.

3. Memungkinkan anak melakukan eksplorasi

Kegiatan sains sebaiknya memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda yang

ada disekitarnya. Pendidik dapat menghadirkan objek dan fenomena yang menarik ke dalam kelas.

Misalnya guru menghadirkan induk kucing dengan anaknya, atau ulat yang akan menjadi

kepompong. Anak akn merasa senang memperhatikan perilaku dan perubahan yang terjadi terhadap

binatang tersebut. Bermain dengan air, magnet, balon, suara atau bayang-bayang akan membuat

anak sangat senang. Anak juga akan dapat menggunakan hampir semua panca indranya untuk

melakukan eksplorasi atau penyelidikan.

Page 42: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

4. Memungkinkan anak menkonstruksi pengetahuan sendiri.

Sains tidak melatih anak untuk mengingat berbagai objek, tetapi melatih anak mengkonstruksi

pengetahuan berdasarkan objek tersebut. Oleh karena itu kegiatan pengenalan sains tidak cukup

dengan memberitahu definisi atau nama-nama objek, tetapi memungkinkan anak berinteraksi

langsung dengan objek dan memperoleh pengetahuan dengan berbagai inderanya dari objek

tersebut. Oleh sebab itu sangat tidak tepat jika memperkenalkan anak berbagai objek melalui

gambar atau model. Anak membutuhkan objek yang sesungguhnya.

5. Memungkinkan anak menjawab persoalan ”apa” dari pada ”mengapa”

Keterbatasan anak menghubungkan sebab akibat menyebabkan anak sulit menjawab pertanyan

”mengapa”. Pertanyaan tersebut harus dijawab dengan logika berfikir sebab akibat. Jika anak

bermain dengan air di pipal lalu anak ditanya ”apa yang akan terjadi jika ujung pipa dinaikkan?”.

Anak dapat menjawab, ”air akan mengalir melalui ujung yang lain yang lebih rendah.” tidak perlu

anak ditanya ”mengapa jika ujung ini dinaikkan, air akan mengali ke ujung yang lebih rendah”? Hal

itu tidak akan dapat dijawab oleh anak. Sering anak menerjemahkan pertanyaan ’mengapa” dengan

”untuk apa”, sehingga pertanyaan mengapa akan dijawab ”agar” atau ”supaya” .

6. Lebih menekankan proses daripada produk

Melakukan kegiatan eksplorasi dengan benda-benda akan sangat menyenangkan bagi anak. Anak

tidak brfikir apa hasilnya. Oleh sebab itu guru tidak perlu menjejali nak dengan berbagai konsep

sains atau mengharuskan anak untuk menghasilkan sesuatu dari kegiatan anak. Biarkan anak secara

alami menemukan berbagai pengertian dari interaksinya bermain dengan berbagai benda. Dengan

kata lain proses lebih penting daripada produk.

7. Memungkinkan anak mengunakan bahasa dan matematika

Pengenalan sains hendaknya terpadu ddengan disiplin ilmu yang lain, seperti bahasa, matematika,

seni dan atau budi pekerti. Melalui sains anak melakukan eksplorasi terhadap objek. Anak dapat

menceritakan hasil eksplorasinya kepada temannya (bahasa). Anak melakukan pengukuran,

menggunakan bilangan, dan membaca angka (matematika). Anak dapat juga menggambarkan objek

yang diamati dan meawarnai gambarnya (seni). Anak juga diajarkan mencintai lingkungan atau

benda disekitarnya (budipekerti).

Page 43: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

8. Menyajikan kegiatan yang menarik (the wondwer of science)

Sains menyajikan berbagai percobaan yang menarik seperti sulap. Anak-anak yang masih memiliki

pikiran magis (/imagical reasoning) akan sangat tertarik dengan keajaiban tersebut. Misalnya air susu

dicampur air sabun dan diberi tiga macam pewarna makanan, lalu diaduk. Dengan manmbahkan

sedikit air soda, anak akan melihat air berbuih dan mengeluarkan gelembung seperti mendidih,

menampilkan air warna warni yang menarik

MATERI DAN KEGIATAN SAINS

Ada beberapa materi sains yang sesuai untuk anak prasekolah terutama usia 5-6 tahun.

Pembelajaran topik-topik sains hendaknya lebih bersifat memberikan pengalaman tangan pertama

(first-hand experience) kepada anak, bukan mempelajari konsep saians yang abstrak. Selain itu

pembelajaran sains hendaknya mengembangkan kemampuana observasi, klasifikasi, pengukuran,

mengunakan bilangan dan mengidentifikasi hubungan sebab akibat. Materi tersebut antara lain:

1. Mengenal gerak

Anak sangat senang bermain dengan benda-benda yang dapat bergrak, memutar, menggelinding,

melenting, atau melorot. Ada beberpa kegiatan untuk mengenalkan anak dengan gerakan, antara

lain:

a. Menggelinding dan bentuk benda

Materi ini menyadarkan anak akan sebab-sebab timbulnya gerakan pada benda. Kemiringan

papan, bentuk benda slilidris dan kotak, halus kasarnya permukaan benda ikut mempengaruhi

kecepatan gerakan. Materi ini juga dapat melatih kemampuan observasi.

b. Menggelinding dan ukuran benda

Bermain dengan cara menggelindingkan benda-benda dengan berbagai ukuran akan

membantu siswa untuk mengenal bahwa besar kecil, berat ringannya suatu benda akan

mempengaruhi gerak benda tersebut. Meteri ini juga melatih kemampuan observasi pada anak.

2. Mengenal benda cair

Bermain dengan air merupakan salah satu kesenangan anak. Pendidik dapat mengarahkan

permainan tersebut agar anak dapat memiliki berbagai pengalaman tentang air. Air senantiasa

menyesuaikan bentuknya dengan bentuk wadahnya. Air mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke

tempat yng lebih rendah atau dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan

rendah. Berbagai kegiatan n dengn air, antara lain:

Page 44: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

a. Konservasi volume

Kegiatan ini merupakan cara untuk melatih anak memahami isi atau volume benda cair. Anak

Pra operasional belum dapat memahami konservasi volume (Piaget 1972). Oleh karena itu

memperkenalkan anak dengan bejana yang dapat diisi akan membantu anak memahami konservasi

volume. Sambil mengisi botol besar, lalu memindahkan ke botol yang lebih kecil dan sebalaiknya,

anak belajar mengunakan bilangan untuk menghitung banyaknya air yang dimasukkan ke botol

tersebut. Anak juga akan berlatih memahami pengertian lebih banyak dan lebih sedikit. Kegiatan ini

sebaiknya dilakukan di luar kelas. Agar tidak basah, sebaiknya anak diminta memakai rompi plastik.

b. Tenggelam dan terapung

Kegiatan ini dapat dilakukan di kelas atau di luar kelas. Jika di kelas, beri alas plastik dan koran

agar air tidak mmbasahi tempat. Tujuan kegiatan ini adalah agar anak diberi pengalaman bahwa ada

benda yang tenggelam an ada yang terapung. Anak sering mengira benda yang berukuran kecil

terapung dan yang besar tenggelam. Tenggelam atau terapung tidak ditentukan oleh ukuran benda

melainkan oleh berat jenis benda. .

c. Membuat benda terapung

Tujuan kegiatan ini addalah untuk mengenalkan pada anak bahwa benda yang tenggelam dapat

dibuat terapung. Dari kegiatan ini pula anak akan memahami, mengapa perahu yang berat dapat

terapung.

d. Larut dan tidak larut.

Sebagian benda larut ke dalam air dan sebagian lagi tidak. Gula, garam dan warna pada teh larut

dalam air sehingga akan membentuk larutan. Jika larutan dibiarkan, maka akan membentuk

endapan, kecuali jika airnya diuapkan semua. Benda lain tidak larut dalam air, seperti tepung, pasir

dan minyak. Jika benda tersebut dicampur dengan air maka tidak akan membentuk larutan, tetapi

membentuk campuran. Campuran kelihatan tidak homogen dan jika diendapkan, maka akan terlihat

adanya endapan.

e. Air mengalir

Air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah karena gravitasi bumi. Air dari

tempat yang lebih rendah dapat dialirkan ke tempat yang lebih tingi dengan menambah tekanan,

misalnya dengan pompa air. Anak sangat senang bermain dengan air mengalir dan memperoleh

pengalaman langsung yang kelak akan berguna untuk mempelajari sains.

f. Mengenal sifat berbagai benda cair

Melalui kegiatan ini anak diperkenalkan bahwa benda cair itu bermacam-macam, tidak hanya

air. Benda-benda cair itu juga memiliki sifat yang berbeda.

Page 45: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

3. Mengenal timbangan (neraca)

Neraca sangat baik untuk melatih anakmenghubungkan sebab akibat karena hasilnya akan nampak

secara langsung.jika beban di satu lengan timbangan di tambah, maka beban akan turun. Demikian

pula jika beban di geser menjauhi sumbu. Berbagai benda memiliki massa jenis berbeda. Kapas dan

spon memiliki massa jenis yang lebih kecil dibanding besi dan batu, meskipun batu dan besi

ukurannya kecil tetapi akan lebih berat dari kapas atau spon.

4. Bermain gelembung sabun

Anak sangat menyukai bermain dengan gelembung sabun. Dengan menambahkan satu sendok

gliserin pada dua liter air, larutan sabun, akan diperoleeh larutan yang sabun yang menakjubkan

yang dapat digunakan untuk membentuk gelembung raksasa, jendela kaca, atau bentuknya lainnya

dari busa..

5. Mengenal benda-benda lenting

Benda-benda dari karet pada umumnya memuliki kelenturan sehingga mampu melenting jika

dijatuhkan. Demikian pulla benda dari kare yang diisi udara , seperi bola basket, bola voli dan bola

plastik. Anak sangat senang bermin dengan benda-benda tersebut.

6. Mengenal Binatang

Binatang merupakan mahluk yang menarik bagi anak-anak karena mampu merespon rangsang.

Anjing, misalnya mampu mengembalikan bnda-benda yang dilemparkan pemiliknya. Anak kucing

akan mengejar dan menerkam benda-benda yang bergerak. Meskipun masih diperdebatkan dari segi

sanaitasi dan higienisnya, memelihara hewan peliharaan dapat mengembangkan rasa kasih dan

sayang pada anak. Melalui binatang anak akan belajar banyak tentang mahluk tersebut. Oleh karena

itu di nagara-negara maju, kebun binatang dilengkapi dengan pojok sains (sains center) dimana anak

dapat berinteraksi dengan bintang yang jinak dan bersih sambil memperlajarinya. Ada beberapa

keuntungan yang diperoleh anak jika berinteraksi dengan binatang. Pertama, anak belajar mengenal

dan menghargai mahluk hidup, ia belajar bahwa mahluk hidup memerlukan makanan, papan dan

kasih sayang. Kedua, anak belajar untuk menyayangi binatang yang pada akhirnya akan

menumuhkan rasa kasih sayang pada mahluk hidup.

Masih banyak materi yang dapat membantu anak mengenal sains termasuk mengenal tubuh mereka

Page 46: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

sendiri. Guru dapat mengembangkan sendiri fenomena-fenomena yang ada dan yang terjadi di

sekitar anak. Termasuk tumbuhan yang ada di sekitar mereka.

MENUMBUHKAN JIWA SAINS ANAK USIA DINI

Terkadang orang tua melupakan satu hal, bahwa anak adalah pribadi yang unik. Anak bukanlah

miniatur orang dewasa. Anak memiliki hak untuk tumbuh, berkembang dan dihargai. Setiap anak

memiliki pengalaman masing – masing, dan pasti pengalaman anak yang satu berbeda dengan anak

yang lain. Setiap anak pasti mendapatkan pengalaman melihat, meraba, merasa, mendengar dan lain

sebagainya, sehingga terjalin suatu hubungan antar sel otak, yang semakin lama semakin

berkembang akan terjadi komunikasi yang lebih banyak, maka kemampuan belajar juga semakin

baik.

Tidak hanya makanan, nutrisi dan gizi, yang mempengaruhi bagaimana perkembangan atau

kelanjutan perkembangan anak kelak, akan tetapi juga ditentukan oleh stimulasi dari lingkungan

yang kondusif akan membuat anak semakin berkembang dan semakin “kaya”. Setiap anak memiliki

bakat tersendiri, salah satunya adalah sains. Sains bisa diberikan pada anak sejak usia 2 tahun.

Karena pada dasarnya setiap anak memiliki jiwa sains.Hal ini terbukti dari jiwa dasar sains anak

seperti :

Senang mengamati

Terkadang kita sering mendapati anak senang mengamati sesuatu, seperti benda dengan berbagai

bentuk, warna yang mencolok atau sesuatu yang bergerak . Misalnya, anak suka mengamati mainan

kicir angin dari kertas yang berwarna-warni.

Senang bertanya

Terkadang sebagai orang tua kita dibuat jengah dengan berbagai pertanyaan anak. Apapun yang

ditemui, anak sering banyak bertanya. Tak jarang orang tua dibuat kewalahan mendapat pertanyaan

“nyleneh” anak. – anaknya. Beberapa orang tua tidak sabar, lalu menjawab seadanya saja.

Memiliki rasa ingin tahu yang besar

Anak pada dasarnya memiliki keingintahuan yang besar. Misalnya, ia ingin tahu kenapa baling –

Page 47: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

baling bisa berputar, air bisa mengalir dan sebagainya.

Senang mencoba hal – hal baru

Karena memiliki keingintahuan yang besar, seringkali anak mencoba sesuatu yang baru, bahkan ia

tidak menyadari bahwa “percobaan baru”nya cukup membahayakan keselamatan dirinya.Para orang

tua hendaknya mendampingi anak dan memfasilitasi sifat dasarnya. Selain agar dapat memperluas

wawasan, hal ini juga akan mengembangkan kecerdasan logis matematis , alam dan kreativitas anak

– anak. Kegiatan sains pada anak usia dini pastilah berbeda dengan kegiatan sains orang dewasa.

Kegiatan sains pada anak usia dini sangatlah sederhana, tetapi cukup menstimulasi daya pikir kritis

dan kreativitas anak.

BAB IV

Page 48: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

PENUTUP

KESIMPULAN

Anak-anak usia dini berada dalam tahap keemasan perkembangan otaknya.Mereka

mempunyai daya ingat yang lebih tajam dibanding orang dewasa,ini merupakan sebuah momentum

terpenting dalam hidupnya untuk membangun memori-memori berharga dimasa kecil yang akan

diingat dalam waktu yang lama.

Seperti diketahui bahwa setiap anak yang terlahir telah mempuyai jiwa-jiwa sains,untuk

kemudian mengembangkannya adalah tugas dari orang tua,para guru,dan lingkungannya.Pada

dasarnya setiap anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar,suka melakukan pengamatan,selalu

ingin mencoba hal-hal yang baru,dan hal-hal lainnya yang kadang tidak disadari oleh para orang

tua.Dengan dasar inilah,orang tua atau guru sebagai fasilitator sekaligus pembimbing sangat

dibutuhkan kehadirannya dalam mendampingi masa keemasan anak ini.

Memperkenalkan sains pada anak sejak dini,merupakan pilihan yang tepat untuk

menumbuhkan berbagai sikap ilmiah yang akan sangat membantunya kelak dalam menyelesaikan

masalah yang dihadapi di masa mendatang,terlebih untuk menghadapi tantangan globalisasi yang

luar biasa saat ini.Secara tidak langsung pembelajaran sains pada anak usia dini akan membentuk

mental anak untuk menjadi pribadi yang tangguh sekaligus siap dalam menghadapi tantangan

globalisasi dengan berbagai kemajuan-kemajuan teknologi yang pesat.

SARAN

Page 49: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

Dengan berbagai kemajuan teknologi yang ada saat ini,penerapan atau pengenalan sains untuk anak

usia dini sangat penting,dalam rangka membekali mereka untuk mempersiapkan diri sejak dini

menghadapi tantangan globalisasi,sekaligus mempersiapkan mental mereka sebagai generasi

pengganti yang intelek dan mumpuni untuk merubah wajah zaman kearah yang lebih baik dari saat

ini.

Orang tua maupun guru selain berperan sebagai fasilitator,juga harus menjadi pembimbing sekaligus

pendamping anak dalam pembelajaran sains,oleh karena itu,mereka harus terlebih dahulu

menguasai sains,agar penerapan pembelajaran sains pada anak dapat dilakukan secara maksimal

tanpa harus ada kesalahan penerapan konsep sains.

Komitmen yang kuat disertai kesabaran dalam membimbing anak belajar sains menjadi kunci

keberlangsungan pembelajaran sains pada anak usia dini.

DAFTAR PUSTAKA

Page 50: Pengembangan Pembelajaran SAINS Anak Usia TK

Ahmadi, Abu. 1991. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.

Carin, Sund. 1989. Teaching Science Throught Discovery. Colombus, Ohio : Charles Merril

Publishing.

Hadis, Fawzia Aswin. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Depdiknas- UI.

Nugraha, A. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. JILSI Foundation.

Nugraha, A. Tumbuh dan Belajar Anak Usia Dini. Bogor: KKB-Bakat.

Piaget, J.(1970). The Science of Education and The Psichology of The Child. New York: Grossman.

Suyanto, Slamet. (2005). Pembelajaran untuk Anak TK. Jakarta: Depdiknas