PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran...

383
i PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN MENULIS CERITA FANTASI DENGAN MEMADUKAN NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL CERITA RAKYAT NUSANTARA UNTUK SISWA SMP KELAS VII SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh: Maria Emerensiana Anin 151224002 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran...

Page 1: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

i

PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN MENULIS

CERITA FANTASI DENGAN MEMADUKAN NILAI-NILAI

KEARIFAN LOKAL CERITA RAKYAT NUSANTARA

UNTUK SISWA SMP KELAS VII

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh:

Maria Emerensiana Anin

151224002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan sebagai bukti syukur dan terima kasih kepada:

1. Allah Tritunggal dan Bunda Maria yang selalu memberi berkat dan kesehatan

serta pengharapan untuk bertekun dalam setiap keadaan.

2. Para Suster Penyelenggaraan Ilahi atas doa, dukungan, kasih, motivasi, dan

kepercayaan selama ini.

3. Sr. Yovani, PI, Sr. Beata, PI, Sr. Agustina, PI dan komunitas Eduard Michelis

Yogyakarta atas dukungan dan doa bagi saya selama ini.

4. Ayah Dominikus Anin dan Ibunda Yuliana De Rosari, adik Martha Injen

Anin, dan Petronella Tafin Anin atas semangat, doa, dan dukungan selama

ini.

5. Bapak Dr. R. Kunjana Rahardi M.Hum., atas kesempatan yang diberikan

untuk bergabung dalam skripsi payung, atas teladan hidup dan bimbingan

selama pembuatan dan penyelesaian skripsi ini.

6. Teman-teman sperjuangan, Febiana Ans Samba, Ignatius Banu Pratama, Dion

Wahyu Hidayat, Maria Magdalena Tresnaningtyas atas dinamika dan

semangat selama proses penyelesaian skripsi ini.

7. Seluruh saudara, sahabat, dan semua orang yang telah memberikan inspirasi

hidup kepada saya.

8. Keluarga Bapak F.X Suyanto sekeluarga atas doa dan dukungan bagi saya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

v

MOTO

Va Dove Ti Porta Il Coure

(Pergilah ke mana jiwa membawamu)

-Susanna Tamaro-

“Sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu menghasilkan ketekunan,

ketekunan menghasilkan buah yang matang supaya kamu sempurna dan utuh dan

tidak kekurangan suatu apa pun” (Yak 1:2-3)

“Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya,,, dan sumbu yang pudar

nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya: (Mat 12: 20)

“Sumber inspirasi terbesar di dunia ini adalah keheningan, sumber keberhasilan

adalah kerja keras dan berdoa”.

(Luisa Maria)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

viii

ABSTRAK

Anin, Maria Emerensiana. 2019. Pengembangan Modul Digital Pembelajaran

Menulis Cerita Fantasi dengan Memadukan Nilai-Nilai Kearifan Lokal

Cerita Rakyat Nusantara untuk Siswa Kelas VII SMP. Skripsi.

Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana

mengembangkan sebuah modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan

memadukan nilai-nilai karakter dalam cerita rakyat nusantara. Penelitian ini

bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi

dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat nusantara untuk siswa

SMP Kebon Dalem kelas VII guna meningkatkan keterampilan menulis cerita

fantasi siswa.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan atau Research &

Development menurut Borg dan Gall (dalam Sugiyono, 2015). Modul digital

pembelajaran “Ayo Menulis Cerita Fantasi” dikembangkan melalui enam tahapan

pengembangan. Keenam tahapan itu antara lain, penelitian dan pengumpulan

informasi, pengembangan produk, uji validasi, revisi produk tahap 1, uji coba

produk, dan revisi produk tahap II.

Hasil penelitian berdasarkan keenam tahapan di atas antara lain; (1)

berdasarkan hasil kuesioner siswa dan wawancara dosen dan guru mata pelajaran

Bahasa Indonesia, peneliti menyimpulkan bahwa modul digital pembelajaran

digital ini sangat dibutuhkan dalam pembelajaran menulis cerita fantasi. (2)

pengembangan modul digital pembelajaran ini dilakukan dengan menentukan

judul, tujuan, pemilihan bahan, penyusunan kerangka, dan pengumpulan bahan

yang relevan dengan materi menulis cerita fantasi. (3) uji validasi dilakukan

dengan melibatkan dosen ahli pada Program Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia. Kelayakan modul yang dinilai meliputi lima aspek, yaitu, isi/materi,

penyajian, bahasa, kegrafikan, dan kelayakan media. (4) Revisi tahap I meliputi,

(a) perbaikan daftar isi, (b) penambahan materi/kegiatan, (c) pemberian sumber

pada gambar/ilustrasi yang digunakan, (d) Perbaikan ejaan sesuai dengan PUEBI,

(e) perbanyak contoh dan latihan, (f) perbaikan kesalahan pengetikan, (g)

kekhasan dari modul digital belum nampak, (h) perlu membuat prosedur yang

membantu siswa agar menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai

kearifan lokal cerita rakyat Nusantara. (5) Hasil revisi tahap II yaitu (1)

penambahan materi, (2) perbaikan tata letak tulisan, (3) perbaikan bahasa.

Berdasarkan hasil anasisis validasi, modul digital pembelajaran “Ayo

Menulis Cerita Fantasi” memperoleh hasil akumulasi skor rata-rata sebesar 3,78

dengan persentase kelayakan sebesar 75,76 %, jadi modul digital pembelajaran

“Ayo Menulis Cerita Fantasi” layak digunakan sebagai bahan ajar menulis cerita

fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat nusantara.

Kata Kunci: Modul Digital, Pembelajaran Menulis Cerita Fantasi, Cerita Rakyat

Nusantara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

ix

ABSTRACT

Anin, Maria Emerensiana. 2019. Development of a Digital Learning Module for

Learning on Writing Fantasy Stories by Combining the Values of Local in

Archipelago’s Folklore for 7th

Grade Students. Thesis. Yogyakarta:

Indonesian Language and Literature Education Program, Department of

Language and Art Education, Teacher Training and Education Faculty,

Sanata Dharma University.

The problem that raised in this research is how to develop a digital learning

module on writing fantasies stories by combining the values of local in the

archipelago’s folklore. This study aims to produce a digital learning module

product on writing fantasies stories by combining the values of local in the

archipelago’s folklore especially for 7th

grade students of Kebon Dalem Junior

High School, to improve students' writing skills on fantasy stories.

This research is a type of development research or Research & Development

according to Borg and Gall (in Sugiyono, 2015). The digital learning module

"Let's Write Fantasy Stories" was developed through six stages of development.

The six stages include research and information gathering, product development,

validation testing, product revision stage 1, product testing, and product revision

stage II.

The results of the study are based on the six stages above; (1) based on the

results of student’s questionnaires and interviews with Indonesian Language

lecturers and teachers, the researchers concluded that digital learning modules

are needed in the study of writing fantasy stories. (2) the development of digital

learning modules is carried out by determining the title, objectives, material

selection, framework preparation, and collection of materials that relevant to the

material of writing fantasy stories. (3) the validation test is carried out by

involving expert lecturers in Indonesian Language and Literature Education

Program. The feasibility of the module assessed covers five aspects; content /

material, presentation, language, graphics, and media feasibility. (4) The revision

of stage I include; (a) improving the table of contents, (b) adding material /

activities, (c) giving resources to the images / illustrations that used, (d)

Improving spelling in accordance with PUEBI, (e) multiplying examples and

practice, (f) improvement of typing errors, (g) the peculiarities of the digital

module that have not been seen before, (h) it needs to make procedures that help

students to write fantasy stories by combining the values of local in the

archipelago’s in folklore. (5) Results of revision stage II ; (1) addition of material,

(2) improvement of writing layout, (3) improvement of language.

Based on the results of the validation analysis, the digital learning module

"Let's Write Fantasy Stories" obtained an accumulated average score of 3.78 with

a percentage of feasibility of 75.76%. It means, digital learning module "Let's

Write Fantasy Stories” is worthy to use as teaching’s materials on writing fantasy

stories by combining the values of local in the archipelago’s in archipelago’s

folklore.

Keywords: Digital Modules, Learning to Write Fantasy Stories, Archipelago’s

Folklore.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur tak terhingga penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha

Esa, atas karunia, pendampingan, dan kesetiaan-Nya yang telah dilimpahkan

kepada penulis selama pembuatan skripsi hingga tahap terakhir sehingga skripsi

berjudul Pengembangan Modul Digital Pembelajaran Menulis Cerita Fantasi

dengan Memadukan Nilai-Nilai Kearifan Lokal Cerita Rakyat Nusantara untuk

Siswa SMP Kebon Dalem Semarang Kelas VII dapat diselesaikan penulis dengan

baik.

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya koreksi, bantuan, bimbingan, dan

dukungan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan selesai dengan baik, oleh

karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah Penyelenggara yang setia dan kreatif membimbing tahap demi

tahap dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang

telah mengesahkan skripsi ini.

3. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum, selaku dosen pembimbing yang setia

dan disiplin memberikan bimbingan, motivasi, tantangan, saran, serta

kritikan selama penyelesaian skripsi ini.

4. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta yang telah memberikan izin berbagai kebutuhan dalam

penelitian ini.

5. Danang Satria, S.S., M.A., selaku Wakil Ketua Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

xi

Yogyakarta yang telah memverifikasi poin kegiatan poin kegiatan

kemahasiswaan penulis.

6. Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd., selaku validator produk penulis yang

telah memberikan saran dan masukan demi penyempurnaan produk

ini.

7. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

yang telah mendedikasikan hidup dan ilmu selama penulis menempuh

studi.

8. Sr. Nurwaningsih PI, Ibu Lucia Noersyamsah, dan para guru SMP

Kebon Dalem Semarang yang telah memberi kesempatan kepada

penulis selama awal penelitian hingga uji coba produk.

9. Siswa-siswi SMP Kebon Dalem Semarang Kelas VII yang telah

bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

10. Para Suster Penyelenggaraan Ilahi yang telah memberi kesempatan,

doa, dan dukungan selama studi.

11. Orang tua dan keluarga besar yang mendukung dengan berbagai cara

selama studi.

12. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Kelas A dan B angkatan 2015 atas berbagai doa dan semangat dalam

penyelesaian skripsi ini.

13. Teman-teman seperjuangan di semester akhir yaitu: Banu, Feby, Tyas,

Dion atas keberanian dan kesetiaan berproses bersama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv

MOTO ............................................................................................................ v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... vi

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK

KEPERLUAN AKADEMIS ........................................................................ vii

ABSTRAK ................................................................................................. viii

ABSTRACT .................................................................................................... xi

KATA PENGANTAR ................................................................................. xii

DAFTAR ISI ................................................................................................ xv

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii

DAFTAR BAGAN ..................................................................................... xiii

DAFTAR GRAFIK ..................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar belakang Masalah ........................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

xiv

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 6

1.5 Batasan Istilah .......................................................................................... 7

1.6 Spesifikasi Produk .................................................................................... 9

BAB II STUDI PUSTAKA .......................................................................... 11

2.1 Penelitian yang Relevan ......................................................................... 11

2.2 Kajian Teori ........................................................................................... 14

2.2.1 Konsep Kurikulum .............................................................................. 15

2.2.1.1 Hakikat Kurikulum .......................................................................... 16

2.2.1.2 Keunggulan dan Kelemahan Kurikulum .......................................... 17

2.2.2 Konsep Modul ..................................................................................... 20

2.2.2.1 Hakikat Modul ................................................................................ 20

2.2.2.2 Karakteristik Penulisan Modul ......................................................... 22

2.2.2.3 Fungsi dan Tujuan Modul ................................................................ 25

2.2.2.4 Sistematika Modul ........................................................................... 28

2.2.2.5 Langkah-langkah Penulisan Modul ................................................. 32

2.2.4.1 Konsep Menulis ............................................................................... 35

2.2.4.2 Tujuan Menulis ................................................................................ 36

2.2.4.3 Proses Menulis ................................................................................. 37

2.2.5.1 Hakikat Cerita Fantasi ...................................................................... 39

2.2.5.2 Struktur Cerita Fantasi ..................................................................... 41

2.2.5.3 Jenis Cerita Fantasi .......................................................................... 42

2.2.5.4 Ciri-Ciri cerita Fantasi ..................................................................... 43

2.2.5.5 Unsur-Unsur Cerita Fantasi.............................................................. 44

2.2.5.6 Langkah-langkah Menulis Cerita Fantasi ........................................ 46

2.2.6. Nilai-nilai Cerita Fantasi .................................................................... 48

2.2.7 Hakikat Cerita Rakyat ........................................................................ 51

2.2.7.1 Defenisi Cerita Rakyat ..................................................................... 51

2.2.7.2 Tujuan Bercerita ............................................................................... 52

2.2.7.3 Fungsi Cerita Rakyat ........................................................................ 53

2.2.7.4 Ciri-Ciri Cerita Rakyat ..................................................................... 54

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

xv

2.2 8 Kerangka Berpikir ............................................................................... 55

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..................................................... 60

3.I Jenis Penelitian ....................................................................................... 60

3.2 Sumber Data dan Data Penelitian ......................................................... 62

3.2.1 Tempat Penelitian................................................................................ 62

3.2.2 Sumber Data Penelitian ....................................................................... 62

3.2.3 Data Penelitian .................................................................................... 63

3.4 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 63

3.5 Instrumen Penelitian............................................................................... 64

3.5.1 Kuesioner ........................................................................................... 65

3.5.2 Wawancara .......................................................................................... 65

3.6 Teknik Analisis Data .............................................................................. 66

3.6.1 Analisis Hasil Wawancara Guru dan Dosen ....................................... 66

3.6.2 Analisis Hasil Angket Siswa ............................................................... 67

3.6.3 Analisis Validasi Produk Dosen Ahli dan Hasil Uji Coba Siswa ....... 69

3.7 Prosedur Pengembangan Modul Digital ................................................ 71

3.7.1 Penelitian dan Pengumpulan Informasi .............................................. 78

3.7.2 Pengembangan Produk ........................................................................ 79

3.7.3 Uji Validasi Produk ............................................................................. 80

3.7.4 Revisi Produk tahap I .......................................................................... 80

3.7.5 Uji Coba Produk .................................................................................. 80

3.7.6 Revisi Produk tahap II ......................................................................... 81

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 82

4.1 Hasil Penelitian ...................................................................................... 82

4.1.1 Hasil Penelitian dan Pengumpulan Informasi ..................................... 83

4.1.2 Deskripsi Hasil Analisis Angket Studi Pendahuluan Siswa ............... 84

4.1.2.1 Deskripsi Hasil Wawancara Guru Bahasa Indonesia ..................... 112

4.1.2.2 Deskripsi Hasil Wawancara Dosen Bahasa Indonesia ................... 114

4.1.3 Pengembangan Modul ....................................................................... 116

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

xvi

4.1.3.1 Penentuan Tujuan ........................................................................... 117

4.1.3.2 Pemilihan Bahan ............................................................................ 118

4.1.3.3 Penyusunan Kerangka .................................................................... 118

4.1.3.4 Pengumpulan Bahan....................................................................... 119

4.1.4 Uji Validasi ....................................................................................... 122

4.1.4.1 Hasil Validasi Modul oleh Dosen Ahli .......................................... 122

4.1.5 Revisi Produk Tahap I ....................................................................... 131

4.1.5.1 Revisi Produk dari Dosen Ahli ...................................................... 142

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian .............................................................. 159

4.2.1 Deskripsi Modul ................................................................................ 160

4.2.2 Deskripsi Hasil Validasi .................................................................... 171

4.2.2.1 Deskripsi Data Hasil Validasi oleh Dosen Ahli ............................. 171

4.2.2.2 Deskrispi Data Hasil Validasi oleh siswa ...................................... 172

4.2.3 Analisis Kelayakan Modul ................................................................ 175

BAB V PENUTUP ..................................................................................... 182

5.1 Simpulan .............................................................................................. 182

5.2 Saran .................................................................................................... 185

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 187

BIOGRAFI PENULIS ............................................................................... 189

LAMPIRAN ............................................................................................... 190

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

xvii

DAFTAR TABEL

3.1 Konversi Nilai dan Sikap ...................................................................... 68

3.2 Konversi Nilai Skala Lima Berdasarkan PAP ...................................... 70

3.3 Tabel Pengkategorian Skala Likert ....................................................... 85

3.4 Kategorisasi terhadap hasil angket oleh siswa .................................... 110

3.5 Tujuan khusus ..................................................................................... 117

4.6 Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Aspek Kelayakan Isi/Materi ... 123

4.7 Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Aspek Kelayakan Penyajian .... 125

4.8 Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Aspek Kelayakan Bahasa ......... 126

4.9 Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Aspek Kelayakan kegrafikan ... 127

4.10 Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Aspek

Kelayakan Media Pembelajaran.......................................................... 129

4.11 Data Skor Rata-rata Dosen Ahli pada Seluruh Aspek ....................... 130

4.12 Data Hasil Siswa pada Aspek Kelayakan Isi/Materi.......................... 136

4.13 Data Hasil Validasi siswa pada Aspek Kelayakan Kebahasaan ........ 137

4.14 Data Hasil Validasi siswa pada Aspek Kelayakan Kegrafikan .......... 138

4.15 Data Hasil Siswa pada Aspek Kelayakan Media ............................... 139

4.16 Data Hasil Validasi Siswa pada Aspek Kelayakan Penyajian ........... 140

4.17 Data Hasil Rekapitulasi Validasi Siswa pada Modul Digital ........... 141

4.18 Tabel Hasil Analisis Kelima Aspek Penilaian Dosen dan Siswa ....... 176

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

xviii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir .......................................................................... 59

Bagan 3.1 Bagan Prosedur Penelitian Menurut Borg dan Gall

(dalam Sugiyono) ........................................................................... 74

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

xix

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Bahan ajar menulis cerita fantasi yang digunakan

selama ini kurang menarik .................................................................. 87

Diagram 4.2 Bahan ajar yang digunakan guru mempengaruhi

semangat saya untuk menulis cerita fantasi ................................ 88

Diagram 4.3 Siswa lebih suka belajar dengan bantuan media

yang kreatif seperti modul digital .............................................. 89

Diagram 4.4 Materi menulis cerita fantasi semakin menarik dengan

menggunakan modul digital karena membantu saya

belajar mandiri ........................................................................... 90

Diagram 4.5 Bahan ajar modul digital sangat bermanfaat

dalam memahami materi menulis cerita fantasi ......................... 91

Diagram 4.6 Materi menulis cerita fantasi mudah dipahami

dan siswa mengembangkan kemampuan berpikir kreatif ........ 92

Diagram 4.7 Bahan ajar modul digital adalah bahan ajar yang

pertama kali digunakan di sekolah ini ....................................... 93

Diagram 4.8 Sangat suka belajar dengan bantuan internet karena

materi dapat dipelajari kapan saja .............................................. 94

Diagram 4.9 Bahan ajar modul digital dapat digunakan di sekolah ini

karena fasilitas sekolah mendukung .......................................... 95

Diagram 4.10 Bahan ajar modul digital digunakan guru inovatif

demi perkembangan peserta didik ........................................... 96

Diagram 4.11 Menurut saya, menulis cerita fantasi penting dan bermanfaat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

xx

dalam kehidupan sehari-hari .................................................... 98

Diagram 4.12 Saya lebih tertarik belajar menulis cerita fantasi

dengan bantuan bahan ajar/media daripada ceramah guru ...... 99

Diagram 4.13 Menulis adalah termasuk salah satu keterampilan berbahasa

yang wajib saya pelajari .......................................................... 100

Diagram 4.14 Menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa

yang saya harus pelajari sejak dini ........................................... 102

Diagram 4.15 Menulis cerita fantasi termasuk kegiatan yang

kreatif menyenangkan ............................................................. 103

Diagram 4.16 Cerita rakyat mengandung nilai-nilai kehidupan

yang harus dilestarikan ............................................................ 104

Diagram 4.17 Saya pernah mendengar cerita rakyat Nusantara

dan saya tertarik untuk membacanya ........................................ 105

Diagram 4.18 Cerita rakyat akan menarik jika dikolaborasikan dengan

kemajuan teknologi agar lebih sesuai kemajuan zaman ........... 107

Diagram 4.19 Cerita rakyat penting untuk dipelajar dan dilestarikan ............ 108

Diagram 4.20 Saya lebih berminat membaca cerita rakyat secara digital ..... 109

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

xxi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Gambar modul bagian isi (awal) sebelum direvisi .......... 143

Gambar 4.2 Gambar modul bagian isi setelah direvisi ....................... 143

Gambar 4.3 Gambar modul bagian isi sebelum direvisi ..................... 144

Gambar 4.4 Gambar modul bagian isi setelah direvisi ....................... 145

Gambar 4.5 Gambar modul bagian isi sebelum direvisi ..................... 145

Gambar 4.6 Gambar modul bagian isi setelah direvisi ....................... 146

Gambar 4.7 Gambar modul bagian isi sebelum direvisi ..................... 147

Gambar 4.8 Gambar modul bagian isi setelah direvisi ....................... 148

Gambar 4.9 Gambar modul bagian isi sebelum direvisi ..................... 149

Gambar 4.10 Gambar modul bagian isi setelah direvisi ..................... 149

Gambar 4.11 Gambar modul bagian isi setelah direvisi ..................... 150

Gambar 4.12 Gambar kekhasan modul digital pembelajaran ............. 151

Gambar 4.13 Gambar modul bagian penutup sebelum direvisi .......... 151

Gambar 4.14 Gambar modul bagian penutup setelah direvisi ............ 152

Gambar 4.15 Gambar modul bagian isi setelah direvisi ..................... 153

Gambar 4.16 Gambar modul bagian penutup setelah direvisi ............ 154

Gambar 4.17 Gambar modul aspek penyajian sebelum direvisi ......... 155

Gambar 4.18 Gambar modul aspek penyajian setelah direvisi ........... 155

Gambar 4.19 Gambar aspek kelayakan bahasa sebelum direvisi ....... 156

Gambar 4.20 Gambar bagian kelayakan bahasa setelah direvisi ........ 157

Gambar 4.21 Gambar modul bagian isi sebelum direvisi ................... 158

Gambar 4.22 Gambar modul bagian isi setelah direvisi ..................... 159

Gambar 4.23 Gambar modul bagian isi Bab 1 .................................... 161

Gambar 4.24 Gambar modul bagian isi Bab 2 ..................................... 162

Gambar 4.25 Gambar modul bagian isi Bab 3 .................................... 163

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

1

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini, akan dikaji enam subbab, yaitu (1) latar belakang

masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian,

(5) batasan istilah, dan (6) spesifikasi produk. Berikut rincian keenam subbab

pada bagian pendahuluan.

1.1 Latar Belakang

Kemajuan teknologi yang amat pesat beberapa tahun belakangan ini

membawa banyak perubahan di berbagai bidang kehidupan, tak terkecuali di

bidang pendidikan. Kemunculan super komputer, robot pintar, sistem navigasi

berbasis internet, kendaraan tanpa awak serta rekayasa genetika untuk

menciptakan produk panen unggulan adalah beberapa wujud penerapannya

(Retas, 2018: 4). Dalam dunia pendidikan, perkembangan teknologi mulai

memberikan dampak positif dan memperlihatkan perubahan yang signifikan.

Perkembangan teknologi informasi telah berdampak terhadap dunia

pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Guru Bahasa Indonesia

diharapkan mampu mengolaborasikan teknologi agar pembelajaran mudah

menjadi mudah, menarik, dinamis dan menyenangkan. Salah satu cara

mengembangkan bahasa Indonesia adalah strategi dan rumusan kebijakan

yang konkret agar sastra termasuk sastra daerah, bisa lebih menyatu dengan

masyarakat, terutama anak didik (Kompas, 31 Oktober 2018: 6 dan 9).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

2

Menurut Rosenberg (2001) dalam G. Gunawan (2009), dengan

berkembangnya penggunaan teknologi informasi maka ada pergeseran dalam

proses pembelajaran, yaitu: dari pelatihan ke penampilan, dari ruang kelas ke

tempat yang tidak terbatas, dari kertas ke paperless dan dari fasilitas fisik ke

fasilitas jaringan. Pengaruh positif teknologi menumbuhkan optimisme

sekolah-sekolah dalam menyediakan teknologi informasi tersebut untuk

menunjang proses pembelajaran. “Dunia kita tidak dapat dipisahkan dari

dunia digital. Wajah dunia diubah oleh teknologi baru ini. Arena perjuangan

kaum muda pun berubah, digital melahirkan peluang dan pejuang. Sejumlah

pemuda Indonesia, berusia di bawah empat puluh tahun, mampu

menunjukkan kedigdayaannya dalam dunia digital dengan mendirikan

perusahaan rintisan...(Kompas, 27 Oktober: 23). Berbagai cara ditempuh demi

menyiapkan generasi pemangku masa depan bangsa dan penerus kebudayaan

agar bertumbuh dan berkembang secara holistik di berbagai bidang. Bahasa

menjadi sarana pokok menyampaikan ide, gagasan, nasehat baik lisan

maupun tulisan.

Dunia sedang mengalami “goncangan” menghadapi era revolusi

Industri, Perkembangan revolusi era revolusi industri 4.0

(https//edukasi.kompas.com 2 Mei 2018) fakta ini menjadi tantangan dan

kesempatan peneliti mengolaborasikan nilai-nilai kearifan lokal dalam cerita

rakyat dan kemajuan teknologi dalam modul digital. Hal ini didukung oleh

bukti hasil kuesioner siswa yang telah dianalisis. Sebanyak 86 % dari

responden menyatakan bahwa modul digital bermanfaat dalam pembelajaran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

3

menulis cerita fantasi. Selain itu, 88 % responden menyatakan bahwa menulis

cerita fantasi sangat bermanfaat karena melatih daya imajinasi dan melatih

kemampuan menulis sejak dini. Pentingnya mengolaborasikan teknologi dan

nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat menjadi salah satu pertanyaan

pendukung penelitian ini dan hal ini terbukti dari responden yaitu 84%

menyatakan bahwa cerita rakyat penting untuk dilestarikan karena

mengandung nilai-nilai kearifan lokal yang sangat dibutuhkan dalam

kehidupan.

Menurut Andi Prastowo (2011: 106), modul pada dasarnya adalah

sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah

dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat pengetahuan dan usia mereka, agar

mereka dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan atau atau bimbingan

yang minimal dari pendidik. Sesuai dengan paparan Rosenberg (2001) dalam

G. Gunawan (2009) ada pergeseran dalam proses pembelajaran diantaranya

dari ruang kelas ke tempat yang tidak terbatas dan dari kertas ke paperless.

Oleh karena itu, modul pembelajaran ini akan disusun secara digital. Modul

pembelajaran digital adalah suatu unit program pengajaran yang disusun

secara sistematis dan lengkap yang dituangkan dalam bentuk digital untuk

keperluan belajar.

Menulis adalah salah satu empat keterampilan dasar berbahasa yang

harus dibina secara berkelanjutan. Kegiatan menulis dapat menjadi salah satu

cara mengukur tingkat membaca seseorang, sebab menulis pada dasarnya

langkah lanjutan dari kegiatan membaca. Minat baca dan minat menulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

4

masyarakat Indonesia masih rendah dibandingkan negara-negara di ASEAN.

Lembaga survei Internasional menunjuk tingkat literasi masih rendah. Dari

survei yang dilakukan PISA (Programme for International Student

Assesment) dari 61 negara yang disurvei, Indonesia berada di posisi 60, satu

dari terbawah (Bangkapos.com, Senin, 21 November 2016). Perpaduan antara

kemajuan teknologi dan nilai-nilai kearifan lokal dalam cerita rakyat

Nusantara diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menulis cerita fantasi

siswa SMP kelas VII Kebon Dalem Semarang. Penelitian ini juga bertujuan

agar generasi muda mampu mencintai dan menerapkan nilai-nilai kearifan

yang terkandung dalam cerita rakyat Nusantara. Keterampilan menulis sangat

dibutuhkan dalam kehidupan kita. Penyebab dari menulis kurang diminati

oleh siswa bahkan dihindari karena metode pembelajaran masih

konvensional. Di sisi lain, hal ini menjadi beban berat bagi guru terutama

bersumber pada koreksi terhadap draf awal dan akhir penskoran pasca

penulisan draf akhir yang dihasilkan oleh siswa, padahal dalam era kemajuan

teknologi informasi dan komunikasi, guru dapat memanfaatkan teknologi

untuk memudahkan pemebelajaran menulis sehingga menyenangkan bagi

siswa dan guru (Made Sutama: 2016:1-3).

Cerita rakyat adalah kepercayaan, legenda, dan adat istiadat suatu

bangsa yang telah ada sejak lama dan diwariskan turun-temurun secara lisan

maupun tulisan. “Pengetahuan dan keterampilan masyarakat lokal dapat

membantu pengenalan diri lebih dalam dan nilai-nilai kehidupan dan dengan

demikian dapat mengembangkan diri agar dapat berdampak pada masyarakat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

5

luas”, demikian kata Antropolog dan pemerhati kebudayaan lokal; Gregorius

Neonbasu. Dongeng yang merupakan bagian dari cerita rakyat merupakan

bentuk sastra lama yang bercerita tentang suatu kejadian luar biasa yang

penuh khayalan (fiksi) yang dianggap oleh masyarakat suatu hal yang tidak

benar-benar terjadi. Dongeng tumbuh di zaman klasik, di mana masyarakat

dipengaruhi oleh dunia mistik atau “dunia gaib” dan biasanya digunakan

sebagai alat didaktis. Revolusi industri 4,0 yang sedang dihadapi dunia

pendidikan masa kini pun, jenis dongeng dapat tumbuh kembali dengan

fantasi dunia teknik. Contoh konkret terbang ke planet Mars atau Bulan

bukankah berasal dari inspirasi dari dongeng-dongeng Jules Verne?

Penelitian ini bertujuan mengembangkan modul digital pembelajaran menulis

cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Nusantara, dengan demikian, nilai-nilai kehidupan yang ada di dalamnya

tetap dilestarikan oleh siswa-siswi dengan karya-karya baru yang pasti lebih

menarik dan sesuai zaman.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, peneliti optimis meneliti

pengembangan modul digital demi peningkatan menulis cerita fantasi

terutama di kalangan SMP dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita

rakyat Nusantara.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut: Bagaimanakah pengembangan modul digital

pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

6

lokal cerita rakyat Nusantara untuk siswa SMP Kebon Dalem Semarang Kelas

VII?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan umum yang

hendak dicapai adalah “Mengembangkan produk modul digital pembelajaran

menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita

rakyat Nusantara bagi siswa SMP Kebon Dalem Kelas VII”. Adapun tujuan

khusus yang hendak dicapai adalah: Mendeskripsikan validitas modul digital

pembelajaran menulis cerita fantasi untuk siswa SMP Kebon Dalem kelas VII

Semarang.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, hasil dari penelitian ini dapat menjadi landasan dalam

pengembangan media pembelajaran Bahasa Indonesia selanjutnya dan menjadi

sebuah nilai tambah khazanah pengetahuan ilmiah bidang pendidikan Bahasa

dan Sastra di Indonesia.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, bagi

siswa/siswi, bagi program studi, dan bagi peneliti selanjutnya.

Manfaat-manfaat tersebut akan dijabarkan sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

7

a. Bagi Guru

Produk akhir dari penelitian ini adalah modul digital pembelajaran

menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita

rakyat Nusantara yang tentunya bisa menjadi sumber referensi yang

digunakan sebagai media pembelajaran menulis cerita fantasi terutama

pelajaran Bahasa Indonesia.

b. Bagi siswa-siswi SMP Kebun Dalem

Penelitian ini langkah alternatif yang dapat digunakan siswa dalam

meningkatkan kemampuan menulis cerita fantasi secara mandiri berbasis

modul digital.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Melalui penelitian ini, peneliti dapat memberikan kontribusi kepada

peneliti selanjutnya dengan topik yang hampir sama untuk dijadikan bahan

referensi demi kemajuan ilmu pengetahuan. Peneliti selanjutnya dapat

menjadikan penelitian ini sebagai salah satu penelitian yang relevan sehingga

memudahkan peneliti selanjutnya untuk mengetahui gambaran umum terkait

penelitian jenis pengembangan.

1.5 Batasan Istilah

Batasan istilah perlu dilakukan peneliti agar tidak terjadi penyimpangan

dalam penafsiran dan meluasnya penelitian yang dapat menyebabkan

abstraknya penelitian yang akan dilakukan peneliti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

8

a. Modul digital

Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar siswa dapat

belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru (Majid dalam

Andi Prastowo 2016:377). Modul digital adalah media pembelajaran yang

disajikan dalam bentuk digital dari bentuk manual menjadi berbasis

komputer (http://eprints.uny.ac.id).

b. Menulis

Menulis adalah suatu aktivitas kognitif seseorang dalam mengekspresikan

diri, ide, pikiran dalam bentuk tulisan atau bahasa tulis dengan berbagai

tujuan.

c. Cerita Fantasi

Cerita fantasi adalah sebuah genre cerita yang berbentuk khayalan,

angan-angan atau imajinasi pengarang yang diceritakan dalam alur normal.

Cerita fantasi termasuk dalam jenis cerita sastra yang meberi kesempatan dan

kebebasan kepada seseorang mengembangkan imajinasi.

d. Nilai-Nilai Kearifan Lokal Cerita Rakyat Nusantara

Cerita rakyat adalah sesuatu yang dianggap sebagai kekayaan setiap

daerah yang memiliki fungsi dalam berhubungan sosial dengan orang lain.

Setiap daerah memiliki cerita rakyat khas yang mengandung nilai-nilai

kehidupan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, cerita rakyat adalah

cerita dari zaman dahulu yang hidup di kalangan rakyat dan diwariskan secara

lisan (Alwi dkk, 2003:210). Cerita rakyat juga didefinisikan sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

9

kesusastraan dari rakyat, yang penyebarnya pada umumnya melalui tutur kata

atau lisan (Dananjaja, 2007:5).

1.6 Spesifikasi Produk

Pengembangan produk berupa modul digital ini didasarkan pada studi

pendahuluan berupa studi dokumen, wawancara dosen, guru dan kuesioner

siswa tentang modul digital yang dipadukan dengan nilai-nilai kearifan lokal

cerita rakyat Nusantara. Tujuan penelitian ini diharapkan mampu

menghasilkan produk berupa modul digital pembelajaran menulis cerita

fantasi. Modul digital yang akan dikembangkan adalah modul interaktif yang

dirancang melalui aplikasi Flip PDF Profesional (Flipbook). Tujuan

pembuatan modul digital ini adalah membantu pembelajaran dan

pengembangan keterampilan menulis. Keunggulan produk ini antara lain

dapat menjadi sumber belajar siswa kapan dan di mana saja tanpa jaringan

internet, Materi dan pendukung tercapainya kompetensi telah dirancang

dalam satu-kesatuan yang sistematis sehingga memudahkan siswa dalam

mempelajari materi menulis cerita fantasi, nilai-nilai kearifan lokal cerita

rakyat Nusantara memerkaya pemahaman siswa tentang kekayaan bangsa

yang tertuang dalam cerita rakyat Nusantara. Selain itu, sistem navigasi pada

produk modul digital membantu siswa mudah dan cepat menemukan tema

dan materi yang hendak dipelajari.

Modul digital ini pada hakekatnya dirancang dan dikembangkan

berdasarkan kebutuhan aktual pembelajaran Bahasa Indonesia tingkat SMP.

Selain itu, isi modul digital ini dirancang dengan memadukan nilai-nilai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

10

kearifan lokal cerita rakyat Nusantara. Penyajian modul digital ini, penulis

menggunakan Pembelajaran Berbasis Projek (Project Based Learning) dan

Pendekatan Komunikatif (Communicative Learning). Penekanan

Pembelajaran Berbasis Proyek terletak pada aktivitas siswa untuk

menghasilkan produk dengan menerapkan keterampilan meneliti,

menganalisis, menghasilkan produk dan tahap mempresentasikan produk

pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata. Produk yang dimaksud berupa

barang atau jasa dalam bentuk desain, skema, karya seni, karya tulis dan

laninnya. Isi/materi dan langkah-langkah dalam modul diharapkan menjadi

referensi pembelajaran siswa secara mandiri; guru lebih berperan sebagai

fasilitator.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

11

BAB II

STUDI PUSTAKA

Pada bab ini, akan dikaji tiga subbab, yaitu (1) penelitian yang relevan, (2)

kajian teori, dan (3) kerangka berpikir. Berikut rincian ketiga subbab pada

bagian studi pustaka.

2.1 Penelitian yang Relevan

Berdasarkan studi kepustakaan, pada bagian ini akan dipaparkan

mengenai penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh peneliti terdahulu

yang masih relevan dengan penelitian ini yaitu beberapa penelitian tentang

pengembangan menulis cerita fantasi dengan modul digital diperoleh data

sebagai berikut:

Penelitian pertama dengan judul “Pengembangan Modul Digital

Pembelajaran Untuk Kompetensi Menggunakan Internet Pada Mata Pelajaran

Teknologi Informasi dan Komunikasi Kelas XI SMA Negeri 11 Yogyakarta”

oleh Firmansyah Miftah Fahmi (2012) Universitas Negeri Yogyakarta. Hasil

dari pengolahan data yang diperoleh dari validasi lima ahli materi dan validasi

lima ahli materi didapatkan skor 4,32 dan pengolahan data dari validasi ahli

materi didapatkan rata-rata skor 3,89 yang semuanya masuk dalam kategori

baik sesuai konversi pengolahan data skala 5 yang berarti layak. Berdasarkan

pengolahan data hasil ujicoba modul digital pembelajaran kepada para siswa

didapatkan rata-rata skor 3,89 dan termasuk dalam kriteria baik sesuai konversi

pengolahan data 5 yang berarti layak. Dengan demikian, dapat disimpulkan

11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

12

bahwa produk digital pembelajaran internet layak digunakan sebagai media

pembelajaran di sekolah.

Penelitian kedua yang dilakukan oleh Fika Rahmawati dengan judul

skripsi “Pengembangan Modul Kemampuan Menulis Kreatif Cerita Fantasi

Siswa Kelas VII oleh mahasiswi Pascasarjana Universitas Negeri Malang

pada tahun 2017”. Hasil uji validasi diketahui bahwa produk modul menulis

kreatif cerita fantasi untuk siswa kelas VII dikategorikan sangat layak untuk

diimplementasikan dan hal ini dibuktikan dengan rerata 3,71 (96%, nilai uji

validasi ini meliputi empat aspek kelayakan, yaitu kelayakan isi modul kategori

sangat layak (93,7%), kelayakan sistematika penyajian sangat layak (100%),

kelayakan penggunaan bahasa sangat layak (98%), dan kelayakan kegrafikan

sangat layak (91,1%).

Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Antonius Haris Septiaji (2018),

mahasiswa jurusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi

Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma. Judul penelitiannya

adalah “Pengembangan Modul Menulis Artikel Opini Berperspektif Logika

Toulmin”. Hasil dari penelitian ini adalah hasil tes kemampuan menulis artikel

opini di kalangan mahasiswa masih rendah. Skor hasil validasi yang

diakumulasikan dari dosen ahli, dosen pengampu, dan uji coba mahasiswa

memperoleh skor rata-rata sebesar 4,36 dengan persentase kelayakan sebesar

87,2% sehinggga modul sangat layak digunakan.

Penelitian keempat dilakukan oleh Fransiska Putri Setiawati (2018),

mahasiswa jurusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

13

Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma. Judul penelitiannya

adalah “Pengembangan Modul Menulis Esai Argumentatif Berperspektif

Logika Toulmin dan Paradigma Pembelajaran Pedagogi Reflektif pada

Program Studi Farmasi Universitas Sanata Dharma”. Hasil dari penelitian ini

adalah hasil akumulasi skor rata-rata sebesar 4,41 dengan persentase kelayakan

sebesar 88% dan berkategori sangat layak untuk digunakan.

Relevansi dari keempat penelitian di atas yang dilakukan peneliti adalah

sebagai berikut. Pertama, pada penelitian Firmansyah, Miftah Fahmi (2012)

Universitas Negeri Yogyakarta dengan penelitian ini sama-sama menggunakan

jenis penelitian pengembangan dan hasil akhir yang dihasilkan berupa modul

digital. Kedua, pada penelitian Fika Rahmawati dengan penelitian ini adalah

sama-sama menggunakan jenis penelitian pengembangan dan hasil akhir dari

penelitian ini sama-sama menghasilkan produk modul menulis cerita fantasi

untuk siswa kelas VII SMP. Ketiga, pada penelitian yang dilakukan oleh

Antonius Haris Septiaji (2018) dengan penelitian ini adalah sama-sama

menggunakan penelitian dan pengembangan. Keempat, penelitian yang

dilakukan oleh Fransiska Putri Setiawati (2018) dengan penelitian ini adalah

sama-sama menggunakan jenis penelitian dan pengembangan dan hasil akhir

yang dihasilkan adalah modul digital menulis.

Perbedaan keempat penelitian di atas dengan penelitian ini adalah sebagai

berikut. Pertama, penelitian ini bertujuan menghasilkan hasil akhir berupa

modul digital untuk pembelajaran menulis cerita fantasi. Kedua, subjek pada

ketiga penelitian terdahulu pada tingkat SMA dan perguruan tinggi sedangkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

14

penelitian ini berfokus pada siswa SMP kelas VII. Ketiga, produk akhir dari

hasil penelitian ini adalah sebuah produk modul digital pembelajaran menulis

cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan dalam cerita rakyat

Nusantara. Keempat, perbedaan penelitian ini dengan penelitian Miftah Fahmi

adalah mata pelajaran yang menjadi subjek penelitian

Dari keseluruhan penelitian yang telah dipaparkan, belum ada penelitian

yang berfokus pada pengembangan modul digital pembelajaran menulis cerita

fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara di

SMP kelas VII. Peneliti mengolaborasikan nilai-nilai kearifan lokal cerita

rakyat Nusantara dengan teknologi. Nilai-nilai kearifan lokal diharapkan

menjadi sumber inspirasi bagi siswa-siswi dalam menentukan tema dan

mengembangkan tema tersebut menjadi sebuah cerita fantasi. Dengan

demikian, diharapkan siswa-siswi tidak hanya memiliki pengetahuan dan

keterampilan menulis cerita fantasi, tetapi membekali diri dengan nilai-nilai

kearifan lokal demi masa depan bangsa yang cerdas dan berbudi luhur.

2.2 Kajian Teori

Pada kajian teori ini, teori yang digunakan sebagai landasan dalam

penelitian ini meliputi kurikulum pendidikan, kurikulum 2013, pengertian

modul digital, fungsi modul, penyusunan modul, kriteria modul, pengertian

menulis cerita fantasi, tujuan menulis cerita fantasi, fungsi menulis cerita

fantasi, proses menulis cerita fantasi, langkah-langkah menulis cerita fantasi,

pengertian cerita fantasi, struktur cerita fantasi, jenis-jenis cerita fantasi, ciri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

15

kebahasaan cerita fantasi, unsur-unsur cerita fantasi, langkah-langkah

menyusun cerita fantasi, nilai-nilai kearifan cerita rakyat Nusantara.

2.2.1 Kurikulum

Kata “kurikulum” telah dikenal sejak ratusan tahun lalu. Secara

etimologis, kata “kurikulum” berasal dari bahasa Latin yang kata dasarnya

adalah Currere yang artinya jarak yang harus ditempuh oleh para pelari dari

mulai start sampai finish. Dalam perkembanganya, kata ini kemudian diadopsi

oleh dunia pendidikan. Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan

perkembangan teori dan praktik pendidikan di berbagai jenjang.

Majid: 2014:1-2 mengartikan kurikulum sebagai kumpulan berbagai

mata pelajaran yang harus disampaikan kepada siswa oleh guru. Pendapat lain

dari Sukmadinata, 2005: 4 berpendapat bahwa kurikulum lebih menekankan

pada pengalaman belajar. Taba (dalam Nasution, 2009) mengartikan

kurikulum sebagai “a plan for learning”, yakni sesuatu yang direncanakan

untuk pelajaran anak.

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 mendefinisikan kurikulum

sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelengaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Berdasarkan pengertian tentang kurikulum di atas penulis berpendapat

bahwa kurikulum adalah sebuah rancangan tentang pembelajaran yang

direncanakan, disusun dengan berpedoman pada pemikiran dan pertimbangan

tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

16

2.2.1.1 Hakikat Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 dirancang untuk menggantikan kurikulum KTSP

dengan berbagai alasan. Salah satu alasan mendasar adalah kurikulum 2013

dirancang untuk menyempurnakan kekurangan-kekurangan sebelumnya dan

kurikulum 2013 2013 yang diterapkan mampu menjawab tantangan zaman

yang terus berubah dan dengan demikian mampu mempersiapkan peserta didik

agar mampu bersaing di masa mendatang di bidang ilmu pengetahuan dan

teknologi (Kurniasih, 2014: 31-35). Landasan filosofi kurikulum 2013 yaitu

UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 Butir 1

menyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”. Oleh

karena itu, Pancasila sebagai falsafah bangsa dan negara Indonesia menjadi

sumber utama dan penentu arah yang akan dicapai dalam kurikulum.

Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila harus tumbuh dalam diri peserta

didik. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan membawa amanah harus

mampu menumbuhkan nilai-nilai Pancasila dalam jiwa peserta didik. Landasan

pengembangan kurikulum 2013 adalah berakar pada budaya lokal dan bangsa,

pandangan filsafat eksperimentaslisme, rekonstruksi sosial, pandangan filsafat

esensialisme,dan romantik naturalisme.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

17

Kurikulum berakar pada budaya lokal dan bangsa mempunyai arti bahwa

kurikulum harus memberukan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar

dari budaya setempat dan nasional tentang berbagai nilai hidup yang penting.

Kurikulum juga harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

berpartisipasi dalam mengembangkan nilai-nilai budaya setempat dan nasionla

menjadi nilai budaya yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi

nilai yang dikembangkan lebih lanjut untuk kehidupan di masa mendatang.

Kurikulum yang dikembangkan menurut pandangan filsafat

eksperimentalisme harus dapat mendekatkan apa yang dipelajari di sekolah

dengan apa yang terjadi di masyarakat. Kejadian yang terjadi di masyarakat

menjadi sumber kurikulum. Filosofi rekonstruksi sosial memberi arah kepada

kurikulum untuk menempatkan peserta didik sebagai subjek yang peduli pada

lingkungan sosial, alam, dan lingkungan budaya. Filsafat esensialisme

menegaskan bahwa kurikulum harus menempatkan kemampuan intelektual

dan berpikir rasional sebagai aspek penting. Pandangan filsafat esensialisme

menuntut agar kurikulum mampu membentuk peserta didik menajdi manusia

cerdas secara akademik dan memiliki kepedulian sosial.

2.2.1.2 Keunggulan dan Kelemahan Kurikulum 2013

a. Keunggulan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 yang mulai dilaksanakan pada tahun ajaran 2013-2014

pada sekolah yang ditunjuk pemerintah maupun sekolah yang siap

melaksanakannya mempunyai keunggulan dan kelemahan. Keunggulan

kurikulum 2013 dipaparkan sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

18

1. Siswa dituntut lebih aktif, kreatif, dan inovatif dalam setiap pemecahan

masalah yang dihadapi.

2. Adanya penilaian dari semua aspek yaitu aspek kognitif, nilai kesopanan,

religi, praktek, dan sikap.

3. Munculnya nilai kearifan dan pendidikan budi pekerti yang telah

diintergarasikan ke dalam semua program studi.

4. Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan

pendidikan nasional.

5. Sangat tanggap terhadap fenomena dan perubahan sosial. Dimulai pada

tingkat lokal, nasional dan global. Di tingkatan SD, penerpaan masih

dalam ruang lingkup sekitar, tingkat SMP penerapan sikap dimulai

dimanapun peserta didik berada, dan tingkat SMA/SMK dituntut

memiliki sikap kepribadian yang mencerminkan kepribadian bangsa

dalam pergaulan dunia.

6. Standar penilaian mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi sikap,

keterampilan, dan pengetahuan secara proporsional.

7. Mengharuskan adanya remediasi secara berkala.

8. Sifat pembelajaran sangat kontekstual.

9. Komponen kurikulum sampai buku teks dan pediman pembahasan sudah

tersedia.

10. Buku dan kelengkapan dokumen disiapakan secara lengakap sehingga

memicu dan memacu guru untuk memabca dan menerapkan budaya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

19

literasi, dan membat guru memiliki keterampilan membuat RPP, dan

menerapkan pendekatan scientific secara benar.

11. Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi

pedagogi, profesi, sosial, dan personal.

b. Kelemahan Kurikulum 2013

Selain memiliki keunggulan, kurikulum 2013 memiliki kelemahan.

Menurut Kurniasih, 2014: 41-44) kelemahan kurikulum 2013 akan dipaparkan

sebagai berikut:

1. Banyak guru salah kaprah, karena beranggapan bahawa kurikulum 2013,

guru tidak perlu menjelaskan materi kepada siswa di kelas, padahal siswa

tetap membutuhkan peneguhan, penegasan dari materi yang mugkin belum

dipahami secara benar oleh siswa.

2. Secara mental, banyak guru yang bekum siap. Kurikulum 2013 menuntut

guru lebih kreatif, pada kenyataannya masih minim guru-guru yang

memenuhi standar tersebut.

3. Kurangnya pemahaman guru tentang konsep pendekatan scientific.

4. Kurangnya keterampilan guru merancang RPP sesuai kurikulum 2013.

5. Guru belum menguasai penilaian autentik.

6. Masih minim guru yang melunagkan waktu dan kreatifitas untuk

menganalisis SKL, KI, KD baik buku siswa maupun buku guru. Masih

terjadi plagiasi.

7. Ketidakseimbangan antar orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam

kurikulum 2013 karena ujian nasional masih menjadi faktor penghambat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

20

8. Beban belajar siswa dan guru terlalu berat sehingga waktu belajar di

sekolah terlalu lama.

2.2.2 Konsep Modul Digital

Pembelajaran pada dasarnya diharapkan membantu para siswa

mencapai tujuan pembelajaran. Berbagai cara dan berbagai sumber belajar

serta bahan ajar pun beragam. Salah satu bahan ajar yang dibutuhkan adalah

modul. Modul dirancang sebagai satu- kesatuan untuk menunjang para siswa

memahami pelajaran secara mandiri. Peran guru di kelas diharapkan lebih

berperan sebagai fasilitator.

2.2.2.1 Hakikat Modul

Menurut Abdul Majid, Modul adalah sebuah buku yang ditulis

dengan tujuan agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan

bimbingan guru. Pendapat ini sejalan dengan pengertian modul menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu modul adalah kegiatan/program belajar

mengajar yang dapat dipelajari oleh siswa dengan bantuan yang minimal dari

guru atau dosen pembimbing. Menurut Anwar, modul adalah bahan ajar yang

disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup isi materi, metode, dan

evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri untuk mencapai kompetensi

yang diharapkan (Anwar, 2010). Menurut Vembriarto, modul adalah satu unit

program kegiatan belajar mengajar terkecil yang terperinci dan terbagi dalam

sepuluh program yaitu: tujuan instruksional dan pencapaiannya, topik yang

akan dijadikan pangkal proses belajar mengajar, tujuan instruksional yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

21

akan dicapai oleh siswa, pokok-pokok materi yang akan dipelajari oleh siswa,

kedudukan dan fungsi satuan modul dalam kesatuan program yang lebih luas,

peranan guru, alat-alat dan sumber yang akan digunakan dalam proses belajar

mengajar, kegiatan siswa yang harus dilakukan secara berurutan, lembaran

kerja siswa, program evaluasi yang akan dilaksanakan selama proses belajar

mengajar.

Pengetian modul juga didefenisikan oleh Dinas Pendidikan dan

Kependidikan (2008:3); modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang

untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta pembelajaran. Modul

disebut juga media untuk belajar mandiri karena di dalamnya telah dilengkapi

petunjuk untuk belajar sendiri. Dari beberapa pengertian di atas, penulis

menyimpulkan bahwa modul adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara

sistematis dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa

agar mereka dapat belajar secara mandiri dengan bantuan yang minim dari

guru serta siswa dapat mengukur sendiri tingkat penguasaan terhadap materi

yang telah dipelajari dan dengan demikian siswa dapat melanjutkan pada satu

satuan modul tingkat berikutnya.

Berdasarkan pengertaian dari beberapa ahli di atas, penulis

menyimpulkan bahwa modul digital adalah bahan ajar yang disusun secara

sistematis yang dapat membantu siswa belajar mandiri serta siswa dapat

mengukur tingkat pencapaian belajar yang disajikan dalam bentuk digital.

Modul berbentuk digital yang dibuat guru dapat membantu siswa

mengembangkan kemampuan menulis cerita fantasi. Hal ini didukung oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

22

pemanfaatan teknologi oleh siswa dalam mempelajari materi tentang menulis

cerita fantasi dengan memanfaatkan cerita rakyat Nusantara.

2.2.2.2 Karakteristik Penulisan Modul

Menurut Nur Mohammad dalam Prastowo (2015: 110), setiap ragam

bahan ajar, pada umumnya memiliki sejumlah kearifanistik tertentu yang

membedakannya dengan bentuk bahan jaar lain, begitu pula dengan modul.

Modul pembelajaran merupakan salah satu bahan ajar yang dapat

dimanfaatkan oleh siswa secara mandiri dan merupakan program pembelajaran

yang utuh dan sistematis; mengandung tujuan, bahan atau kegiatan, evaluasi,

disajikan secara komunikatif (dua arah) diupayakan agar dapat mengganti

beberapa peran pengajar; cakupan bahasan berfokus dan terukur; serta

mementingkan aktivitas belajar pemakai. Modul yang baik harus memiliki

standar yang baik yaitu disusun secara sistematis, menarik, dan jelas. Modul

yang dibuat dirancang harus dapat digunakan kapan pun dan dimana pun sesuai

kebutuhan siswa. Kearifanistik modul juga diungkapkan oleh Belawati dalam

Prastowo, kearifanistik modul terdiri atas bermacam-macam bahan tertulis

yang digunakan untuk belajar mandiri. Pendapat ini masih abstrak dan sangat

umum karena belum terdapat pembagian yang rinci.

Adapun menurut Vembriato (1985:36). Terdapat lima kearifanistik

modul yaitu: pertama, modul merupakan unit (paket) pengajaran terkecil dan

lengkap. Kedua, modul memuat rangkaian kegiatan belajar yang direncanakan.

Ketiga, modul memuat tujuan belajar (pengajaran) yang dirumuskan secara

eksplisit dan spesifik. Keempat, modul memungkinkan siswa belajar sendiri,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

23

karena modul memuat bahan yang spesifik, dan kelima, modul adalah realisasi

pengakuan perbedaan individual, yakni salah satu perwujudan pengajaran

individual. Menurut Direktorat tenaga kependidikan Peningkatan Mutu

Pendidik dan tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional (2008:3)

mengemukakan bahwa karakteristik modul pembelajaran sebagai berikut:

a. Self instructional

Melalui modul tersebut seseorang atau peserta didik mampu

membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain. Kesadaran dan

kemandirian siswa dalam mempelajari modul menjadi penekanan tersendiri.

Siswa tidak tergantung pada ajakan, keharusan, aturan dan tuntutan dari pihak

lain yang berada di luar dirinya. Untuk memenuhi kearifan self intructional,

maka modul harus berisi tujuan yang dirumuskan dengan jelas, berisi materi

pembelajaran yang dikemas dalam unit-unit kecil dan spesifik sehingga

memudahkan belajar secara tuntas, pembuat modul menyediakan contoh dan

ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi pembelajaran,

menampilkan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan

pengguna memberikan respon dan mengukur tingkat penguasaannya terhadap

materi. Modul juga hendaknya bersifat kontekstual yaitu materi-materi yang

disajikan terkait dnegan suasana atau konteks tugas dan lingkungan

penggunannya, menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami dan

komunikatif. Hal lain yang harus dipehatikan untuk mencapai self intructional

adalah terdapat rangkuman materi pembelajaran, terdapat instrumen penilaian

yang memungkinkan penggunaan peserta pembelajar menilai diri sendiri untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

24

mengukur atau mengevaluasi tingkat penguasaan materi. Modul juga harus

terdapat umpan balik atas penilaian sehingga penggunannya mengetahui

tingkat penguasaan materi, dan tersedia informasi tentang

rujukan/pengayaan/referensi yang mendukung materi pembelajaran yang

dimaksud.

b. Self contained

Modul harus memuat seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi

yang dipelajari terdapat di dalam satu modul. Kompetensi yang ingin dicapai

dalam pembelajaran harus tercantum dengan rinci dan lengkap sehingga sejak

awal para siswa sudah mempunyai gambaran utuh tentang tujuan

pembelajaran.

c. Stand alone

Modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak

harus digunakan bersama-sama dengan media lain. Modul yang dirancang oleh

guru harus mampu berdiri sendiri, artinya semua petunjuk dan media yang

dibutuhkan selama penggunaan modul telah dijadikan satu. Dengan

menggunakan modul pembelajar tidak tergantung dan harus menggunakan

media lain untuk mempelajari dan atau mengerjakan tugas pada modul

tersebut. Jika masih menggunakan media lain, maka modul tidak dapat

dikategorikan stand alone.

d. Adaptif

Modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

25

dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta

fleksibel digunakan. Dengan memerhatikan percepatan perkembangan ilmu

dan teknologi pengembangan modul multimedia hendaknya tetap “up to date”.

Modul yang adaptif jika isi materi pembelajaran dapat digunakan sampai

dengan kurun waktu tertentu.

e. User friendly

Modul hendaknya juga memenuhi kaidah akrab/bersahabat dengan

pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat

membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai

dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa

yang sederhana, mudah dimengerti serta menggunakan istilah yang umum

digunakan merupakan salah satu bentuk user friendly.

2.2.2.3 Fungsi dan Tujuan Modul

Penggunaan modul sering dikaitkan dengan aktivitas pembelajaran

mandiri. Modul mempunyai banyak arti berkenaan dengan kegiatan belajar

mandiri. Orang dapat menggunakan modul untuk belajar dan mengembangkan

diri kapan saja. Karena pada dasarnya fungsi modul adalah pembelajaran

mandiri (DEPDIKNAS 2008:4), maka konsekuensi lain yang harus dipenuhi

oleh modul adalah adanya kelengkapan isi; artinya isi atau sajian dari suatu

modul haruslah disajikan secara lengkap terbahas lewat sajian-sajian sehingga

para pengguna modul dapat memahami bidang kajian tertentu dari hasil belajar

dengan menggunakan modul bahkan dianjurkan pembuat modul hendaknya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

26

mencantumkan referensi yang digunakan dalam penyusunan modul sehingga

pengguna dapat menelusurinya lebih lanjut melalui daftar pustaka.

Menurut Prastowo (2015: 112), Sebagai salah satu bentuk bahan ajar,

modul memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Bahan ajar mandiri

Pada dasarnya, modul dirancang agar siswa dapat belajar secara

mandiri; maka diharapkan agar di dalam modul tersedia berbagai

pengetahuan yang memungkinkan siswa dapat memahami pelajaran sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai. Penggunaan modul dalam proses

pembelajaran berfungsi meningkatkan kemampuan peserta didik untuk

belajar mandiri tanpa tergantung pada pendidik.

b. Pengganti fungsi pendidik

Modul sebagai bahan ajar mampu menjelaskan materi pembelajaran

dengan baik dan mudah dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat

pengetahuan dan usia mereka. Guru hanya sebagai fasilitator.

c. Segai alat evaluasi,

Ketersediaan modul dalam proses pemebelajaran di sekilah-sekolah,

peserta didik dituntut untuk dapat mengukur dan menilai sendiri tingkat

penguasaannya terhadap materi yang telah dipelajari, dengan demikian,

modul juga sebagai alat evaluasi. Perancang modul dapat menyediakan

sola-soal dan jawaban dalam modul tersebut sehingga setelah proses

penggunaan modul, siswa dapat mengetahui tingkat ketercapaian

belajarnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

27

d. Sebagai bahan rujukan bagi peserta didik

Perancang atau pemebuat modul harus memperhatikan fungsi modul

secara praktis dan keseluruhan. Modul yang dirancang hendaknya

mengandung berbagai materi yang harus dipelajari oleh peserta didik, maka

modul juga berfungsi sebagai bahan rujukan bagi peserta didik.

Selain itu, tujuan pembuatan modul pada dasarnya adalah membantu

siswa dalam memahami pelajaran yang mencapai tujuan kompetensi yang

hendak dicapai. Berikut akan diuraikan tujuan pembuatan modul sebagai

berikut:

1. Agar peserta didik dapat belajar mandiri (guru hanya sebagai fasilitator).

Seperti telah diuraikan di atas, modul berfungsi atau tujuan

pembuatan modul membantu siswa agar dapat belajar mandiri dan tidak

tergantung pada pihak lain.

2. Melatih kejujuran peserta didik,

Dalam penggunaan modul, siswa dilatih untuk menumbuhkan

nilai-nilai kejujuran antara lain dengan jujur siswa dapat mengukur sejauh

mana tingkat penguasaan terhadap materi yang dipelajari dan dengan

demikian membantu siswa tersebut untuk melanjutkan ke tahap berikut

jika telah mampu menguasai kompetensi tersebut atau sebaliknya jika

siswa belum mencapai kompetensi yang diharapkan atau tujuan belajar,

siswa diharapkan untuk jujur dan mau mengulang pendalaman materi yang

disediakan oleh pembuat modul.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

28

3. Agar peserta didik lebih aktif dan memiliki kesadaran mengembangkan diri

sendiri.

Pernyataan di atas sesuai dengan gaya belajar siswa pada umumya di

zaman teknologi. Kemajuan teknologi diharapkan menjadi sarana

pengembangan diri para siswa karena kesadaran dalam diri untuk

mengembangkan diri dalam berbagai bidang dalam hal ini adalah bidang

bahasa dan sastra Indonesia.

4. Mengakomodasi berbagai tingkat kecepatan belajar peserta didik.

Bagi peserta didik yang kecepatan belajarnya tinggi, maka mereka

dapat belajar lebih cepat serta menyelesaikan modul dengan lebih cepat

pula. Sebaliknya, bagi yang lambat, maka tersedia kesempatan untuk

mengulang kembali materi.

5. Agar peserta didik mampu mengukur sendiri tingkat penguasaan materi

yang telah dipelajari.

Pada bagian akhir modul, disediakan latihan-latihan yang dapat

menjadi sarana mengukur tingkat belajar siswa terhadapa sebuah materi

pelajaran. Hal ini dapat menumbuhkan semangat dalam diri siswa untuk

melatih diri secara berlelanjutan dalam penguasaan belajar.

2.2.3.4 Sistematika Modul

Sistematika modul menurut Prastowo (2015: 124) bertujuan

menggolongkan bagian-bagian/kerangka dari isi modul. Hal ini bertujuan

memudahkan siswa mempelajari materi secara mandiri dan dapat mencapai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

29

tujuan kompetensi pembelajaran. Sistematika penulisan modul dapat diuraikan

sebagai berikut:

1. Bagian Pembuka

Sistematika modul menurut Prastowo (2015: 124) bertujuan

menggolongkan bagian-bagian/kerangka dari isi modul. Hal ini bertujuan

memudahkan siswa mempelajari materi secara mandiri dan dapat mencapai

tujuan kompetensi pembelajaran. Sistematika penulisan modul dapat diuraikan

sebagai berikut

a. Judul, dirumuskan secara menarik mungkin dan memberi gambaran materi

yang dibahas.

b. Daftar isi, menyajikan topik-topik yang akan dibahas. Topik-topik ini

diurutkan berdasarkan urutan yang terdapat dalam modul digital. Daftar isi

juga mencantumkan nomor halaman untuk memudahkan siswa

menemukan topik yang akan dipelajari.

c. Peta informasi, dipelihatkan kaitan antar topik dalam modul digital, peta

informasi yang disajikan dalam modul digital dapat menggunakan diagram

isi bahan ajar yang telah dipelajari sebelumnya.

d. Daftar tujuan kompetensi, penulisan tujuan kompetensi membantu siswa

mengetahui aspek pengetahuan, sikap, atau keterampilan apa yang hendak

dicapai dalam pembelajaran tersebut.

e. Tes awal, siswa perlu diberi pengetahuan awal tentang keterampilan atau

pengetahuan awal apa saja yang diperlukan untuk dapat menguasai materi

dalam modul digital. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi pre-tes.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

30

Tujuan dari pre-tes adalah menguasai materi prasyarat untuk mempelajari

materi dalam modul digital

2. Bagian Inti

a. Pendahuluan/tinjauan umum materi

Fungsi pendahuluan dalam modul digital:

1. Memberikan gambaran umum mengenai isi modul digital

2. Meyakinkan siswa bahwa materi yang akan dipelajari dapat bermanfaat

bagi mereka.

3. Memberikan gambaran yang jelas tentang harapan siswa mengenai materi

yang akan dipelajari.

4. Memberikan petunjuk-petunjuk praktis dan langkah-langkah mempelajari

materi yang akan disajikan dlaam modul digital.

5. Dapat disajikan juga peta informasi.peta belajar siswa tentang materi dan

daftar tujuan kompetensi yang akan dicapai setelah mempelajari modul

digital.

b. Hubungan materi dengan materi

Materi yang terdapat dalam modul digital sebaiknya lengkap. Apabila guru

menghendaki siswa mempelajari sumber lain yang melengkapi tujuan dari

kompetensi tersebut, maka siswa perlu mendapat informasi tentang sumber dan

cara mengakses materi pelengkap tersebut. Apabila materi tersebut tersedia

dalam buku, maka siswa diminta menuliskan sumber yang disitir.

c. Uraian Materi

Pengorganisasian isi materi dalam modul digital harus disajikan secara

sistematis sehingga memudahkan siswa dalam belajar secara mandiri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

31

d. Penugasan

Bagian penugasan dalam sebuah modul digital bermanfaat untuk

menegaskan kembali kompetensi yang diharapkan setelah mempelajari modul.

Berbagai keterampilan yang ingin dicapai dapat diuji dalam bagian ini.

e. Rangkuman

Rangkuman merupakan bagian dalam modul digital yang menelaah

hal-hal pokok yang diulas dalam modul digital yang telah dibahas dan letaknya

di bagian akhir dari modul.

3. Bagian Penutup

a. Daftar istilah/glosarium

Berisi defenisi-defenisi konsep yang dibahas dalam modul digital.

Defenisi ini dibuat secara ringkas dengan tujuan untuk mengingatkan kembali

konsep-konsep yang telah dipelajari siswa.

b. Tes akhir

Latihan yang diberikan kepada siswa diselesaikan setelah mempelajari modul

digital buatan guru. Aturan yang digunakan selama ini dalam tes akhir bahwa

tes tersebut dikerjakan oleh siswa dalam waktu sekitar 20% dari waktu

mempelajari modul digital.

c. Indeks

Tercantum istilah-istilah penting dalam modul digital serta halaman

dimana letak istilah tersebut ditemukan. Hal ini dapat memudahkan siswa

menemukan topik yang ingin dipelajari, biasanya mengandung kata kunci

yang memungkinkan siswa dapat mencari istilah tersebut dengan mudah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

32

2.2.3.5 Langkah-langkah Penulisan Modul

Menurut Diknas dalam Prastowo (2015:118-131), ada empat tahap

yang harus diketahui sebelum membuat modul yaitu analisis kurikulum,

penentuan judul-judul modul, pemberian kode modul, dan penulisan modul.

a. Analisis Kurikulum

Tahap pertama ini bertujuan untuk menentukan materi-materi mana yang

memerlukan bahan ajar. Analisis kurikulum dilakukan dengan cara melihat inti

materi yang diajarkan serta kompetensi dan hasil belajar kritis yang harus

dimiliki oleh peserta didik (critical learning outcomes).

b. Menentukan Judul Modul

Untuk menentukan judul modul digital, guru atau pembuat modul harus

mengacu pada kompetensi-kompetensi dasar atau materi pokok yang ada

dalam kurikulum. Satu kompetensi dasar dapat dijadikan sebagai judul modul

digital apabila kompetensi tersebut jangkauannya tidak terlalu luas, sedangkan

besarnya kompetensi dapat diseleksi dengan cara: apabila diurutkan ke dalam

materi pokok (MP) mendapatkan maksimal 4 MP, maka kompetensi itu telah

dapat dijadikan sebagai judul modul, namun jika kompetensi diuraikan menjadi

lebih dari 4, maka perlu dipertimbangkan kembali apakah akan dipecah

menjadi dua judul modul atau tidak.

c. Pemberian Kode Modul

Dalam tahapan penyusunan sebuah modul, untuk dapat meudahkan kita

dalam pengelolaan modul, maka sangat dibutuhkan adanya kode. Pada

umumnya kode tersebut adalah angka-angka yang diberi makna, misalnya digit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

33

pertama, angka satu (1) berarti Bahasa Indonesia, angka (2) IPS dan

selanjutnya, digit kedua merupakan kelompok utama kajian, aktivitas atau

spesialisasi pada jurusan yang bersangkutan.

d. Penulisan Modul

Ada lima hal penting dalam penulisan modul yang hendaknya menjadi

acuan dalam proses penulisan modul yang akan dipaparkan sebagai berikut:

1. Perumusan kompetensi dasar yang harus dikuasai

Rumusan kompetensi dasar pada suatu modul adalah spesifikasi kualitas

yang semestinya telah dimiliki oleh siswa setelah berhasil menyelesaikan

modul tersebut. Kompetensi dasar yang tercantum dalam modul biasanya

diambil dari pedoman khusus kurikulum. Jika siswa belum berhasil menguasai

tingkah laku sebagaimana yang dirumuskan dalam kompetensi dasar

pembelajaran, maka modul harus dirumuskan ulang. Hal ini menjadi evaluasi

penyebab dari ketidaktercapaian misalnya karena bahan ajar yang tidak

berhasil dan bukan peserta didik yang gagal, kemudian kembali pada terminal

kebiasaan apabila terminal ini diidentifikasi secara tepat, maka apa yang harus

dilakukan secara tepat pula.

2. Penentuan alat evaluasi atau penilaian

Bagian ini berisi sejumlah pertanyaan atau tes yang digunakan untuk

mengetahui tingkat kebehasilan siswa dalam menguasai suatu kompetensi

dasar dalam bentuk tingkah laku, kemudian, karena pendekatan pembelajaran

yang digunakan adalah kompetensi, dimana sistem evaluasinya didasarkan

pada penguasaan kompetensi, maka alat evaluasi yang cocok adalah dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

34

pendekatan penilaian acuan patokan (PAP) dan criterion reverenced

assesment. Evaluasi dapat langsung disusun setelah ditentukan kompetensi

dasar yang akan dicapai, sebelum menysusun materi dan lembar kerja atau

tugas-tugas yang akan dikerjakan oleh siswa. Hal tersebut bertujuan agar

evaluasi yang dikerjakan benar-benar sesuai dengan apa yang dikerjakan oleh

siswa.

3. Penyusunan materi

Materi atau isi modul sangat tergantung pada kompetensi dasar yang akan

dicapai. Apabila yang digunakan dalam materi modul adalah

referensi-referensi mutakhir yang memiliki relevansi mutakhir yang memiliki

referensi dari berbagai sumber (buku, internet, majalah, atau jurnal hasil

penelitian), maka ini akan sangat baik. Untuk penulisannya, materi modul tidak

harus ditulis secara lengkap. Kita dapat menunjukkan referensi yang digunakan

agar siswa dapat membaca lebih jauh tentang materi tersebut. Tugas-tugas juga

harus ditulis secara jelas dan tidak membingungkan guna mengurangi

pertanyaan dari siswa tentang hal-hal yang semestinya dapat mereka kerjakan.

Kalimat yang disajikan harus singkat, sederhana, jelas dan efektif. Dengan

demikian, siswa akan mudah memahami pelajaran dalam modul digital

tersebut.

4. Urutan pengajaran

Urutan pengajaran dapat diberikan dalam petunjuk penggunaan modul

digital. Siswa diarahkan kepada hal-hal yang harus dilakukan dan yang tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

35

boleh dilakukan sehingga siswa tidak perlu banyak bertanya dan guru tidak

perlu banyak memnjelaskan karena guru pada dasarnya adalah fasilitator.

2.2.4.1 Hakikat Menulis

Menulis pada dasarnya adalah salah satu dari empat keterampilan dasar

berbahasa. Menulis adalah suatu kegiatan lanjutan setelah kegiatan berbicara,

membaca, dan menyimak. Pandangan beragam tentang makna menulis pun

beragam.

Sampai saat ini telah berkembang berbagai pandangan tentang

pengertian menulis. Menurut Henry Tarigan (1985: 15) menulis adalah

kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai

media penyampai, pendapat lain tentang pengertian menulis menurut M. Atar

Semi (2007: 14), menulis adalah suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke

dalam lambang-lambang tulisan, menurut Heaton dalam St.Y. Slamet (2008:

15), menulis merupakan keterampilan yang sukar dan kompleks, Menulis

adalah aktivitas sosial; sebagai aktifitas sosial, menulis tidak pernah dilakukan

dalam situasi vakum (Hull dalam Sutama 2016: 19), Menulis adalah tindakan

komunikasi, sebagai upaya membagi hasil observasi, informasi, pikiran, atau

ide, dan pengalaman kepada orang lain (Cohen dan Reil, 1989) Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia, menulis (V) membuat huruf (angka dan

sebagainya) dengan pena (pensil, kapur dan sebagainya; melahirkan pikiran

dan perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan, Berdasarkan

pengertian menulis di atas, penulis berpendapat bahwa menulis adalah sebuah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

36

proses kognitif menuangkan pikiran, ide, gagasan, perasaan yang bersifat

kompleks dalam bentuk tulisan dan memiliki banyak manfaat.

2.2.4.2 Tujuan Menulis

Menulis mempunyai berbagai tujuan antara lain: melatih kemampuan

berpikir imajinatif dan kreatif serta sistematis, kegiatan meningkatkan diri dan

lanjutan dari kegiatan membaca; menulis adalah akumulasi kreatif dari apa

yang dibaca. Semi (2003: 14-15) mengemukakan bahwa tujuan menulis secara

umum adalah sebagai berikut: pertama, untuk menceritakan sesuatu agar orang

lain mengetahui apa yang dialami, diimpikan, dikayalkan, dan dipikirkan.

Kedua, untuk memberi petunjuk, maksudknya apabila seseorang mengajar

orang lain bagaimana mengerjakan sesuatu dengan tahapan yang benar, maka

dia telah memberi petunjuk atau pengarahan. Ketiga, untuk menjelaskan

sesuatu kepada pembaca sehingga pengetahuan dan pemahaman pembaca

bertambah. Keempat, untuk meyakinkan orang lain tentang pendapat atau

pandangannya. Kelima, untuk merangkum sesuatu. Menurut Syafi’e

(1988:51-52) tujuan menulis dapat diklasifikasikan sebagai berikut: pertama,

mengubah keyakinan pembaca, Kedua, menanamkan pemahaman sesuatu

terhadap pembaca. Ketiga, merangsang proses berpikir pembaca. keempat,

menyenangkan atau menghibur pembaca. Kelima, memberitahu pembaca, dan

Keenam, memotivasi pembaca.

Selain pendapat di atas, tujuan kegiatan menulis menurut Horiston

dalam Darmadi (1996:3-4) tujuan menulis dipaparkan sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

37

Pertama, Sarana untuk menemukan sesuatu yaitu mengangkat ide atau

informasi yang ada dalam bawah sadar ke dalam pemikiran nyata. Kedua,

Memunculkan ide baru. Ketiga, melatih kemampuan mengorganisasikan dan

menjernihkan berbagai konsep atau ide yang dimiliki. Keempat, melatih sikap

objektif. Kelima, Membantu penulis memecahkan beberapa masalah

sekaligus, dan keenam, memungkinkan seseorang menjadi aktif; tidak hanya

penerima pasif dari sebuah informasi.

Dari tiga pendapat tokoh di atas, penulis memahami dan menguraikan

beberapa tujuan menulis yaitu: pertama, sarana menyampaikan sesuatu kepada

pembaca tentang ide/pemikiran tentang sesuatu. Kedua, merangsang proses

berpikir pembaca. Dengan kegiatan menulis secara tidak langsung dapat

membantu para pembaca untuk berpikir apa, bagaimana, siapa, kapan dan

pesan apa yang ingin disampaikan penulis kepada pembacanya. Ketiga,

melatih kemampuan mengorganisasikan dan menjernihkan berbagai konsep

atau ide yang dimiliki. Hal ini menjadi perhatian penting bagi seorang penulis

karena dengan mengekspresikan ide/pendapat lewat tulisan, seorang penulis

juga ditantang untuk menjernihkan ide dan kecakapan dalam

mengorganisasikan struktur dari pemikirannya sehingga dapat logis,

terstruktur, dan dapat dipahami oleh pembaca.

2.2.4.3 Proses Menulis

Pembelajaran menulis seperti halnya tiga keterampilan dasar

berbahasa lainnnya yaitu membaca, menyimak dan berbicara haris melalui

proses atau prosedur yang tepat agar hasilnya juga optimal sesuai tujuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

38

kompetensi yang ingin dicapai. Menurut Donald Murray (1988) membagi

aktivitas menulis dalam tiga tahap yaitu: tahap perencanaan, penyusunan

konsep, dan tahap perbaikan. Tahap perencanaan; penulis berusaha

menemukan apa yang aka ditulis. Tahap penyusunan konsep dan selanjutnya

mulailah menuliskan konsep dalam bentuk draft; penulis menuangkan ide,

pemikiran dan mempertimbangkan apa yang akan disampaikan kepada

pembaca. Pada tahap ini, penulis hendaknya berdialog dengan diri sendiri

selama proses penyusunan konsep dan penulisan. Tahap terakhir adalah tahap

perbaikan yaitu penulis menyaring ide-ide dalam tulisan yaitu dengan cara (1)

membaca ulang draft kasar, (2) menyempurnakan draft kasar dalam proses

menulis, (3) memperbaiki bagian yang mendapat balikan dari ahli (orang yang

dipercaya dan memiliki keahlian dalam jurnalistik), (4) penyuntingan;

penyempurnaan tulisan sampai pada bentuk akhiran.

Berdasarkan uraian Murray tentang proses menulis, penulis memahami

dan menguraikannya sebagai berikut.

a. Tahap perencanaan; pada tahap ini penulis hendaknya memiliki rencana

matang tentang apa, bagaimana, siapa, mengapa, kapan sebuah tulisan

mulai akan dibuat. Tahap perencanaan ini membantu penulis agar

mengetahui secara garis besar sebuah tulisan dan memperhitungkan

kelebihan dan kekurangan yang akan dihadapi selama menulis.

b. Tahap penyusunan konsep; pada tahap ini, seorang penulis harus memiliki

konsep utuh sebuah tulisan. Tahap penyusunan konsep menjadi acuan agar

penulis memiliki gambaran utuh tentang tulisan yang akan dikembangkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

39

2.2.5.1 Hakikat Cerita Fantasi

Cerita fantasi merupakan sebuah karya tulis yang dibangun berdasarkan

alur normal namun memiliki sifat imajinatif dan khayalan semata. Cerita

fantasi pada dasarnya termasuk dalam kategori teks narasi dan umumnya

merupakan karangan fiksi. Cerita fantasi adalah cerita yang mengisahkan

kejadian yang sulit untuk dipahami oleh akal sehat, namun cerita ini menarik

untuk diikuti kisahnya sampai selesai (Kurniawan 2013: 50). Cerita fantasi

akan menghadirkan dunia: negeri, tokoh, nama-nama lain yang memang

benar-benar tidak ada dalam kehidupan sehari-hari. Kisahnya merupakan hasil

dari imajinasi yang tinggi, seakan-akan lepas dari kenyataan. Cerita fantasi

menarik karena menghadirkan kisah petualangan fantasi tokoh-tokoh dalam

negeri fantasi yang diciptakan penulisnya. Cerita fantasi pada umumnya

menarik, imajinatif dan penuh dengan kejutan-kejutan yang tidak terduga.

Cerita fantasi biasanya diceritakan dalam bentuk kisah panjang sehingga

masuk dalam novel fantasi anak. Hal ini terjadi karena cerita fantasi

membutuhkan logika penalaran, kisah tokoh-tokoh, dan rangkaian peristiwa

yang fantastik sehingga membutuhkan banyak penjelasan.

Novel-novel fantasi anak yang cukup terkenal dan digemari anak-anak

misalnya Harry Potter karya J.K. Rowling yang sampai tujuh seri novel;

tertralogi novel anak fantasi Eragon, Eldest, Brisingr, dan Interhertance karya

Christopher Paolini (Kurniawan 2014: 50). Contoh-contoh novel fantasi di atas

semuanya adalah karya monumental orang di luar Indonesia. Menulis cerita

fantasi adalah menulis teks cerita yang isinya bernuansa keajaiban dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

40

pemunculan tokoh-tokoh unik seperti robot, pohon, ataupun batu yang bisa

berbicara dan bertingkahlaku seperti manusia. Interaksi yang terjadi diantara

para tokoh memunculkan hal-hal di luar pemahaman logika manusia.

Ciri utama cerita fantasi dapat dilihat dalam tokoh-tokoh yang merupakan

hasil fantasi yang tidak ada dalam kehidupan nyata. (Kurniawan, 2014: 39).

Sebagian besar unsur intrinsik dalam teks cerita fantasi memunculkan hal-hal

unik, aneh, dan mengherankan. Selain itu, cerita fantasi pun mengandung

nilai pendidikan kearifan yang cukup kuat dalam memberi inspirasi terhadap

siswa untuk belajar nilai-nilai kehidupan yang terkandung di dalamnya,

misalnya sopan, peduli, kerja keras, jujur, peduli. Jadi pada dasarnya menulis

teks fantasi bukan hanya menulis teks sejenis fabel atau legenda-legenda tetapi

harus mengandung nilai-nilai kehidupan.

Kegiatan menulis cerita fantasi merupakan kegiatan menuangkan inspirasi

teks cerita tentang hal yang aneh atau ajaib yang isinya mengandung nilai-nilai

kearifan lokal dan nilai-nilai kehidupan; pendidikan kearifan dan

keseluruhannya bertujuan dipahami oleh pembaca. Hal tersebut sejalan dengan

pendapat Gie (2002: 3 yang mengatakan bahwa menulis adalah segenap

rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan

menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk

dipahami. Cerita fantasi adalah cerita tentang hal yang tidak pernah dialami

anak; peristiwa dalam cerita fantasi merupakan hasil fantasi anak. Ciri utama

cerita fantasi dapat dilihat dari tokoh-tokohnya yang merupakan hasil fantasi

yang tidak ada dalam kehidupan nyata. Demikian pun dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

41

permasalahan-permasalahan yang ada dalam cerita fantasi pada dasarnya

bersifat fantasi. Dongeng dapat digolongkan kategori fantasi; jika isi ceritanya

tentang kehidupan binatang-binatang yang dapat berbicara, kehidupan

kerajaan-kerajaan zaman dahulu, cerita benda-benda yang dapat berbicara dan

bertindak seperti manusia, serta cerita tentang kepahlawanan yang

menghadirkan tokoh-tokoh aneh seperti robot, monster raksasa, dan alien yang

perilakunya sama seperti manusia.

2.2.5.2 Struktur Cerita Fantasi

Struktur teks fantasi ada tiga yaitu: orientasi, komplikasi, dan resolusi.

Berikut akan diuraikan struktur teks fantasi.

1. Orientasi

Orientasi sering disebut juga perkenalan. Pada bagian orientasi, penulis

biasanya memperkenalkan tokoh, tema, latar tempat dan waktu, awalan masuk

ke tahap komplikasi.

2. Komplikasi

Komplikasi sering disebut juga konflik dan terdapat pada bagian tengah

suatu cerita fantasi;bertugas mengembangkan konflik. Pada bagian ini, tokoh

utama mulai mengalami gangguan, halangan-halangan yang memisahkan

bahkan menggagalkan tujuan atau cita-citanya. Peran tokoh memperjuangkan

agar cita-citanya tercapai. Komplikasi; ketegangan antara para tokoh

menghadapi masalah dan biasanya berisi sebab akibat kejadian sebuah cerita.

ketika sebuah permasalahan di dalam cerita bermula dari awal hingga puncak

permasalahannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

42

3. Resolusi

Resolusi atau penyelesaian dari konflik atau permasalahan di dalam cerita

dan mengarah kepada akhir cerita. Peran penulis cerita/pengarang cerita fantasi

memberikan pemecahan atas masalah yang terjadi pada bagian komplikasi.

Para penyimak atau pembaca biasanya menantikan bagian resolusi tentang

permasalahan yang dialami tokoh dalam cerita.

2.2.5.3 Jenis Cerita Fantasi

Menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2017 : 52 Cerita

fantasi dapat dibagi menjadi dua yaitu:

1. Cerita fantasi Total dan Irisan

Jenis cerita fantasi berdasarkan kesesuaiannya dalam kehidupan nyata

dikategorikan menjadi dua yaitu cerita fantasi total dan sebagian (irisan). Cerita

fantasi total berisi fantasi pengarang terhadap sebuah objek tertentu. Semua

yang terjadi dalam cerita semua tidak terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Misalnya cerita fantasi Nagata karya Ugi Agustono adalah fantasi total penulis

dan benar-benar hasil imajinasi pengarang. Cerita fantasi irisan yaitu cerita

fantasi yang mengungkapkan fantasi tetapi masih menggunakan nama-nama

dalam kehidupan nyata, menggunakan nama tempat yang ada dalam kehidupan

sehari-hari dan nyata atau mengulang kembali cerita yang pernah terjadi dalam

dunia nyata.

2. Cerita fantasi Sezaman dan Lintas Waktu

Jenis cerita fantasi berdasarkan kesesuaiannya dibedakan menjadi dua

kategori yaitu latar lintas waktu dan latar waktu sezaman. Latar sezaman berarti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

43

latar yang digunakan satu masa (fantasi masa kini, fantasi masa lampau, dan

fantasi masa yang aka datang. Latar lintas waktu berarti fantasi menggunakan

dua latar yang berbeda misalnya masa kini dengan masa prasejarah, masa kini

dan 50 tahun mendatang.

2.2.5.4 Ciri-ciri Cerita Fantasi

Ciri-ciri cerita fantasi sebagai salah satu jenis teks narasi

(Kemendikbud 2017: 50) diuraikan sebagai berikut:

1. Ada keajaiban/keanehan/kemisteriusan

Cerita yang ditampilkan penulsi mengungkapkan hal-hal supranatural,

misterius, gaib yang tidak ditemui dalam dunia nyata. Cerita fantasi adalah

cerita fiksi bergenre fantasi (dunia imajinatif yang diciptakan ole penulis). Pada

umumnya tema cerita fantasi bersifat magic, supernatural atau futuristik. Ide

derita terbuka terhadapa daya imajinasi penulis, dan tidak dibatasi oleh realitas.

2. Menggunakan berbagai latar (lintas ruang dan waktu)

Peristiwa yang dialami tokoh terjadi pada dua latar yaitu latar yang masih

ada dalam kehidupan nyata. Tokoh memiliki kesaktian-kesaktian tertentu.

Tokoh mengalami peristiwa misterius yang tidak terjadi dalam dunia nyata.

Tokoh juga mengalami berbagai latar waktu. Tokoh dapat ada pada setting

waktu dan tempat yang berbeda zaman.

3. Bersifat fiksi

Cerita fantasi bersifat fiktif bukan kejadian nyata). Cerita fantasi dapat

diilhami oleh latar nyata atau objek nyata dalam kehudupan tetapi diberi

fantasi. Tokoh dan latar difantasikan dari hasil observasi terhadap suatu objek.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

44

4. Bahasa

Penggunaan sinonim dengan emosi yang kuat dan variasi kata cukup

menonjol. Bahasa yang digunakan variatif, ekspresif, dan menggunakan ragam

percakapan (bukan bahasa formal).

2.2.5.5 Unsur-unsur Cerita Fantasi

1. Tema

Tema dalam cerita fantasi pada umumnya bersifat magic, supernatural,

dan futuristik. Magic dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sihir (kata

benda); perbuatan ajaib yang dilakukan dengan pesona dan kekuatan gaib

(guna-guna, mantra, dan sebagainya). Supernatural; ajaib (tidak dapat

diterangkan dengan akal sehat); gaib; adikodrati. Futuristik; tertuju, terarah ke

masa depan; berkenaan dengan futur, futurisme, dan modern sekali.

2. Alur/plot

Alur adalah keseluruhan sekuen (bagian) peristiwa-peristiwa yang terdapat

dalam cerita; yaitu rangkaian peristiwa yang terbentuk karena proses sebab

kaibat (kausal) dari peristiwa-peristiwa lainnya (Stanson, 2000: 14). Alur

disebut juga rangkaian peristiwa yang membentuk cerita dan dalam

peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita memiliki relasi erat karena satu

peristiwa biasanya menyebabkan hadrinya peristiwa lainnya.

3. Penokohan/tokoh

Tokoh yang terdapat dalam cerita fantasi biasanya mempunyai

kesaktian-kesaktian tertentu dan terkadang misterius dan tidak terjadi dalam

kehidupan nyata. Tokoh dalam cerita fantasi biasanya memiliki kearifan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

45

khas; yang dapat membuat pembaca penasaran dengan watak yang dimiliki.

Tokoh adalah pemeran dalam sebuah cerita.

4. Watak

Watak dalam cerita fantasi digambarkan penulis sebagai tokoh hebat yang

misterius dan berlebihan. Banyak kali sulit untuk dipahami dengan logika sehat

manusia. Penulis menceritakan watak dalam cerita sebagai seseorang yang

mampu menyihir atau melakukan sesuatu yang tidak ada dalam dunia nyata.

5. Latar/setting

Latar/setting adalah keterangan tentang tempat, waktu, dan suasana

terjadinya suatu peristiwa dalam sebuah karya sastra. Latar tergolong dalam

unsur dalam (unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra dan terbagi dalam

beberapa jenis yaitu ruang, waktu, dan suasana yang turut memiliki peran

penting dalam cerita.

6. Sudut pandang/point of view

Dalam cerita fantasi sudut pandang merupakan cara penulis menempatkan

dirinya terhadap cerita. Pada umumnya penulis cerita fantasi menggunakan

sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga. Sudut pandang

orang pertama terbagi lagi menjadi dua yaitu sudut pandang orang pertama

pelaku utama dan sudut pandang pertama pelaku sampingan. Sudut pandang

orang ketiga terbagi lagi menjadi dua bagian yaitu sudut pandang orang ketiga

serba tahu, maha tahu dan sudut pandang orang ketiga pengamat. Dengan

adanya sudut pandang dalam cerita, seorang penulis dapat menempatkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

46

dirinya sebagai pelaku utama atau dapat juga menjadi orang lain dalam cerita

tersebut.

2.2.5.5 Langkah-Langkah Menyusun Cerita Fantasi

Pada bagian awal telah dibahas pengertian cerita fantasi, ciri-ciri dan

jenis cerita fantasi, maka di bawah ini akan dipaparkan langkah-langkah

menulis cerita fantasi (Kemendikbud 2017: 73) Langkah-langkah menyusun

cerita fantasi dijabarkan sebagai berikut:

1. Merencanakan Cerita

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menemukan ide penulisan.

Ide penulisan dapat diperoleh dari pengamatan terhadap suatu objek nyata lalu

diberi imajinasi. Mencari ide untuk penulisan cerita fantasi dapat lahir dari

pengamatan mendalam seseorang terhadap objek atau peristiwa di sekitar kita.

langkah kedua adalah penggalian ide cerita cerita fantasi dari membaca.

Seseorang dapat membaca buku-buku pengetahuan atau buku ilmiah tentang

ruang angkasa, hewan langka, biografi tokoh, cerita rakyat masa lalu untuk

menimba ide dalam penulisan cerita fantasi. Langkah ketiga adalah membuat

rangkaian peristiwa. Ide yang telah ditemukan dapat dilanjutkan dengan

membuat rangkaian peristiwa sehingga tercipta cerita fantasi unik. Langkah

keempat adalah mengembangkan cerita fantasi. Dari rangkaian peristiwa yang

telah dirancang penulis cerita fantasi dapat melanjutkan dengan pengembangan

watak, tokoh, latar, dialog antartokoh sehingga menjadi cerita yang utuh dan

menarik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

47

2. Mengumpulkan materi sebagai bahan uraian

Setelah tahap perencanaan, tahap selanjutnya adalah mengumpulkan

materi yang kemudian akan diuraikan secara menarik dan sistematis.

3. Menetapkan pola pengembangan bahan uraian

Menetapkan pola pengembangan paragraf, penulis dapat menggunakan

pola pengembangan bagian orientasi yang terbagi dalam deskripsi latar,

pengenalan tokoh, dan pengenalan konflik. Pola pengembangan latar dalam

sebuah cerita fantasi dibuka dengan cerita tentang latar peristiwa berupa waktu

maupun tempat. Pola pengembangan tokoh dalam cerita fantasi diawali dengan

menggambarkan ciri-ciri, nama, watak, dan sifat tokoh. Pada umumnya pola ini

terdapat pada bagian resolusi. Pola pengembangan pengenalan tokoh konflik

biasanya dibuka dengan pemaparan konflik atas sebuah masalah yang dialami

para pemeran atau tokoh dalam cerita. Dari masalah tersebut penulis dapat

melanjutkan pada cerita yang lebih lengkap.

4. Menyusun kerangka paragraf berupa gagasan dan gagasan penjelas

Untuk memudahkan pemula dalam menulis cerita fantasi, maka perlu

membuat kerangka paragraf berupa gagasan pokok dan gagasan penjelas. Hal

ini membantu penulis agar memiliki gambaran utuh tentang apa yang akan

dituangkan dalam cerita fantasi. Fungsi lain dari pembuatan kerangka agar

penulis berfokus pada gagasan pokok dan gagagsan penjelas sehingga hasil

tulisan lebih terstruktur.

5. Mengembangkan kerangka paragraf menjadi kalimat yang padu sehingga

tersusun sebuah cerita.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

48

Tahap terakhir dari langkah-langkah di atas adalah mengembangkan

kerangka paragraf menjadi tulisan dengan kalimat yang padu, sistematis dan

logis agar nantinya pembaca dapat memahami tulisan cerita fantasi yang telah

dibuat.

2.2.6 Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalam Cerita Fantasi

Istilah nilai selalu berkaitan dengan interaksi atau relasi manusia

dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat selaku makluk individu maupun

sebagai makluk sosial. Nilai adalah sifat pokok dan berguna bagi

keberlangsungan hidup kemanusiaan. Keyakinan masyarakat akan sesuatu

yang negatif harus dihindari sedangkan yang bersifat positif dan baik harus

diupayakan dan dilakukan. Dalam hal nilai-nilai terdapat pembakuan tentang

hal yang baik dan buruk dalam berperilaku. Nilai-nilai hidup dalam masyarakat

memiliki jumlah sangat banyak. Oleh karena itu, pendidikan berusaha

membantu mengenali, memilih, dan menetapkan nilai-nilai sehingga dapat

digunakan sebagai landasan pengambilan keputusan untuk berperilaku secara

konsisten dan menjadi kebiasaan dalam hidup di masyarakat (Zakaria

2007:19). Nilai adalah sesuatu yang dijunjung tinggi yang cukup mewarnai dan

menjiwai sikap seseorang. Nilai pada dasarnya menyangkut tindakan, perilaku,

dan etika. Jika terdapat seseorang berperilaku tidak sesuai aturan maka ia

dikatakan melanggar nilai-nilai etika. Nilai merupakan ukuran seseorang dan

lingkungan untuk menentukan tindakan apa yang baik dan benar bagi

keberalangsungan hidup manusia. Nilai-nilai dalam masyarakat menjadi suatu

norma atau aturan yang harus ditaati semua lapisan masyarakat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

49

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang dikelolah secara

terstruktur dengan melibatkan komponen pendidikan. Sebagai salah satu

bentuk sistem sosial tempat civitas sekolah berinteraksi antara satu dengan

yang lain, lingkungan sekolah yang melibatkan beragam nilai-nilai kehidupan.

Shaver (dalam Sjarkawi 2008: 42) mengemukakan bahwa sekolah sebagai

lembaga pendidikan bertanggungjawab meningkatkan kemampuan berpikir

dan kecakapan peserta didik dalam menetapkan suatu keputusan untuk

bertindak atau tidak bertindak. Kemampuan demikian terkait dengan

nilai-nilai, terutama nilai-nilai yang bersifat humanis. Oleh karena itu, sekolah

sebagai lembaga pendidikan mempunyai beban dan tanggung jawab

melaksanakan pendidikan moral dan membantu peserta didik mengembangkan

cara berpikir dalam menetapkan keuptusan moralitasnya.

Goods (dalam Sjarkawi 2008: 42) menyatakan bahwa pendidikan

moral dapat dilakukan secara formal maupun insidental, baik di sekolah

maupun lingkungan rumah. Akan tetapi, Durkeim menekankan agar

pendidikan moral dipindahkan dari lingkungan rumah ke sekolah karena

sekolah mempunyai tugas khusus dalam hal moral. Lebih tegas, Raths

menyakan bahwa sekolah harus lebih sensitif pada masalah kemampuan

berpikir moral dan keterampilan berperulaku moral. Sekolah bukan saja harus

memperhatikan secara khusus aspek intelektual dan perilaku moral, tetapi lebih

dari itu, yaitu seluruh fungsi dan isi pendidikan di sekolah harus didasarkan

pada rencana kerja serta kurikulum yang mengarah kepada usaha nyata demi

tercapainya peningkatan moral. Nilai-nilai kearifan atau moral berkembang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

50

sekurang-kurangnya dari dua sumber utama yaitu kebaikan-kebaikan yang

terkandung dalam pandangan hidup bangsa dan kebaikan-kebaikan yang

terkandung dalam kitab suci yang menjadi rujukan keyakinan bangsa

(Mulyana: 2004: 21). Seseorang berperilaku amoral lebih disebabkan oleh

faktor-faktor situasional dan bukan merupakan hasil pemikiran yang

didasarkan atas pertimbangan moral. Oleh karena itu, perilaku amoral bukan

merupakan refleksi dari pengalaman pendidikan yang berpusat pada nilai-nilai

moral yang diajarkan. Hal inilah yang menjadi penyebab mengapa pendidikan

moral selama dekade tersebut kurang berhasil karena kurang mengikutsertakan

faktor kognitif.

Berdasarkan beberapa teori di atas penerapan pembelajaran dengan

nilai-nilai moral sangat penting pada setiap jenjang pendidikan harus

diperhatikan karena proses perkembangan moral manusia tumbuh secara

berurutan. Menurut Tarigan (1985: 194) nilai-nilai dalam karya sastra terdiri

dari nilai hedonik (nilai kesenangan), nilai artistik (keterampilan), nilai etika,

moral, religius (etika, moral, agama). Nilai praktis yang digunakan dalam

aturan kehidupan sehari-hari misalnya bertanggungjawab, suka menolong,

kerja keras, kejujuran, solider dan sebagainya. Nilai kearifan merupakan

nilai-nilai yang dikembangkan dari perilaku seseorang sesuai dengan kehendak

masyarakat tersebut berwujud moralitas atau kesusilaan yang berisi nilai-nilai

dan kehidupan yang ada dalam masyarakat. Dengan demikian pendidikan

kearifan berguna untuk mengambil keputusan moral yang terbaik bagi diri

sendiri dan masyarakat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

51

2.2.7 Cerita Rakyat

Cerita rakyat kaya akan nilai kebudayaan suatu daerah. Hal itu

dikarenakan cerita rakyat mengisahkan kejadian yang pernah terjadi di suatu

tempat yang berkaitan dengan kebudayaan atau adat istiadat yang dipercayai

oleh masyarakat secara turun-temurun. Adanya unsur budaya yang kental,

maka cerita rakyat juga khas dengan nilai-nilai luhur atau nilai kearifan lokal

yang dipercayai oleh masyarakat dari nenek moyang mereka. Nilai kearifan

lokal itu menjadi pegangan dan kepercayaan hidup masyarakat pemilik cerita

dalam menjalani kehidupan mereka.

2.2.7.1 Definisi Cerita Rakyat

Cerita rakyat merupakan cerita yang kaya akan nilai-nilai moral dan

kerarifan lokal, bisa dijadikan sarana komunikasi untuk mengajarkan nilai-nilai

pendidikan tentang kehidupan kepada masyarakat (Gusnetti, 2015:184).

Berdasarkan pendapat Gusnetti, cerita rakyat dapat dikatakan sebagai salah

satu karya sastra berupa cerita yang mengandung nilai-nilai moral atau kearifan

lokal yang bisa dijadikan sarana untuk mengajarkan nilai-nilai kehidupan

kepada masyarakat. Nilai-nilai kehidupan itu tentu saja nilai-nilai yang baik

dan dapat memberikan motivasi kehidupan yang positif kepada masyarakat.

Cerita rakyat adalah cerita yang hidup dan berkembang ditengah-tengah

masyarakat, dari mulut ke mulut dan pada dasarnya disampaikan oleh

seseorang pada orang lain melalui penuturan lisan maupun tulisan (Gusal,

2015). Lebih lanjut, Kusmana (2014:32) mengatakan bahwa cerita rakyat

merupakan cerita yang hidup dan berkembang dalam suatu masyarakat dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

52

biasanya mengisahkan tentang peristiwa-peristiwa di suatu tempat pada masa

lampau. Berdasarkan pendapat kedua ahli di atas, dapat dikatakan bahwa cerita

rakyat memiliki dua cara dalam perkembangannya, yakni secara lisan dan

tulisan. Selain itu, cerita rakyat merupakan bagian dari suatu masyarakat dan

berisi nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat itu sendiri yang sudah ada sejak

dahulu kala serta menjadi pegangan hidup masyarakat.

Berdasarkan pendapat kedua ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa cerita

rakyat merupakan salah satu karya sastra yang disebarkan secara

turun-temurun dari mulut ke mulut dan kental dengan nilai-nilai kearifan lokal

yang dipercayai serta diyakini oleh masyarakat pemilik cerita itu. Nilai-nilai itu

menjadi pedoman hidup bagi semua masyarakat pemilik cerita. Mereka juga

mewariskan cerita itu secara turun-temurun agar setiap generasi meyakini dan

menjadikan nilai-nilai dalam cerita sebagai pedoman hidup mereka.

2.2.7.2 Tujuan Bercerita

Cerita rakyat yang kaya akan nilai kearifan lokal tentu saja memiliki

tujuan. Gusal (2015) mengemukakan ada tiga tujuan bercerita dalam cerita

rakyat, yaitu:

1. Disampaikan dengan maksud mendidik

2. Mengungkapkan sejarah

3. Mengetahui asal-usul suatu tempat.

Berdasarkan pendapat Gusal (2015) di atas, maka peneliti memahami

dan menguraikan tiga tujuan bercerita sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

53

a) Disampaikan dengan maksud mendidik. Artinya, isi cerita dalam cerita

rakyat memilki nilai pendidikan yang dapat mendidik suatu masyarakat.

Cerita rakyat kaya akan nilai-nilai kearifan lokal yang turun-temurun dari

zaman dulu dan nilai-nilai itu tentu saja dimaknai secara mendalam oleh

masyarakat serta dijadikan pedoman hidup mereka.

b) Mengungkapkan sejarah. Artinya, cerita rakyat dapat dijadikan sumber

infomasi bagi generasi ke generasi untuk mengetahui kejadian apa yang

pernah terjadi di daerah mereka. Hal itu dikarenakan isi cerita rakyat

menceritakan peristiwa atau kejadian-kejadian yang betul-betul terjadi

dalam masyarakat pemilik cerita itu sendiri.

c) Mengetahui asal-usul suatu tempat. Artinya, isi cerita rakyat dapat menjadi

sumber informasi tentang asal-usul suatu tempat. Melalui cerita yang

diturunkan secara turun-temurun dapat membantu generasi ke generasi

untuk mengetahui seluk-beluk daerahnya dan tidak melupakan

peristiwa-peristiwa yang pernah ada.

2.2.7.3 Fungsi Cerita Rakyat

Selain memiliki tujuan bercerita, cerita rakyat juga memiliki fungsi.

Menurut Amin, dkk. (2013), ada beberapa fungsi cerita rakyat sebagai berikut.

1. Sebagai media untuk menghibur

2. Mengajarkan nilai-nilai baik pada masyarakat

3. Menyadarkan manusia bahwa ada kekuatan gaib

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

54

Dari pendapat Amir, dkk. (2013) di atas, penulis memahami dan memaknai

tiga fungsi cerita rakyat tersebut sebagai berikut.

1. Sebagai media untuk menghibur. Artinya, dalam cerita rakyat memuat

banyak kisah yang diramu dengan unsur imajinatif sehingga terlihat

menarik untuk didengar atau dibaca oleh orang. Ada banyak cerita rakyat

yang juga dominan menampilkan unsur jenaka para tokoh dalam cerita

sehingga pembaca atau pendengar cerita tidak hanya mendapatkan

pengetahuan dan nilai moral cerita, tetapi juga menjadi media hiburan

mereka.

2. Mengajarkan nilai-nilai baik pada masyarakat. Artinya, cerita rakyat

memuat nilai-nilai kehidupan yang menjadi pedoman masyarakat pemilik

cerita dari turun-temurun. Nilai-nilai itu merupakan nilai yang masih

original dan mengajarkan hal-hal baik atau nasehat yang harus dipahami

dan dipegang oleh masyarakat.

3. Menyadarkan manusia bahwa ada kekuatan gaib. Artinya, cerita rakyat

merupakan salah satu jenis cerita lisan yang penceritaannya berpusat pada

kehidupan masyarakat dan berkaitan dengan kepercayaan serta adat

istiadat mereka. Maka dari itu, banyak cerita rakyat yang mengisahkan

tentang kesaktian penguasa di suatu tempat yang yang disegani banyak

orang dan harus diketahui oleh masyarakat dari turun-temurun.

2.2.7.4 Ciri-ciri Cerita Rakyat

Cerita rakyat sebagai salah satu karya sastra memilki ciri-ciri tertentu

yang membedakannya dengan karya sastra lainnya. Menurut Anas (2015),

ciri-ciri cerita rakyat sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

55

1. Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan

2. Cerita rakyat bersifat tradisional

3. Biasanya cerita mengalami beberapa versi dalam penyebarannya.

Dari pendapat Anas (2015) di atas, peneliti memahami dan memaknai

ciri-ciri cerira rakyat tersebut sebagai berikut. Pertama, Penyebaran dan

pewarisannya biasanya dilakukan secara instan. Artinya, cerita rakyat

merupakan salah satu jenis sastra lisan yang penyebaran dan pewarisannya

dilakukan dari mulut ke mulut secara turun-temurun. Oleh karena itu, cerita

rakyat tidak diketahui siapa pengarangnya. Kedua, Cerita rakyat bersifat

tradisional. Artinya, pusat penceritaan dalam cerita rakyat berkaitan dengan

kehidupan, kebudayaan, dan adat istiadat suatu tempat yang sudah ada sejak

dahulu kala. Ketiga, Biasanya cerita mengalami beberapa versi dalam

penyebarannya. Artinya, cerita rakyat merupakan bentuk cerita yang

penyebarannya secara lisan dari mulut ke mulut sehingga ceritanya mengalami

beberapa perubahan.

2.2.8 Kerangka Berpikir

Pada umumnya, masyarakat dan pemerintah bercita-cita agar generasi

muda Indonesia memiliki mimpi besar dan usaha cerdas dan tekun menggapai

mimpi tersebut. Kemajuan zaman, globalisasi, dan teknologi yang membawa

beragam dampak positif di berbagai bidang kehidupan dapat membekali

generasi muda mempersiapkan diri demi masa depan. Generasi yang disebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

56

generasi 4.0 dapat terbuka terhadap revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan

kemunculan komputer super, kecerdasan buatan atau intelegensi artifisial.

Tantangan pendidikan ke depan adalah bagaimana menyiapkan sumber

daya manusia yang tidak akan tergantikan dengan mesin. Maka menghadapi

tantangan tersebut, para pegiat pendidikan harus mempersiapkan sumber daya

yang memiliki kompetensi agar mampu berkompetisi di segala bidang. Realita

pendidikan masa kini mengejar bahkan mengusahakan berbagai

langkah-langka terbaru dan cerdas dalam dunia pendidikan. Hal ini juga pada

akhirnya menimbulkan berbagai persaingan sekolah-sekolah dalam

menawarkan jasa-jasa atau kekhasan tersendiri. Usaha-usaha menyiapkan

generasi cerdas di masa depan tidaklah salah tetapi harus dipikirkan juga

nilai-nilai moral atau kearifan yang akan turut menunjang generasi agar sehat

secara moral. Moralitas menjadi salah satu indikator yang perlu diusahakan

mengingat kejadian-kejadian di kalangan remaja dan generasi muda

akhir-akhir ini. Contoh-contoh dari fakta di atas; angka bunuh diri makin

meningkat, penyerangan siswa terhadap guru secara anarkis, tawuran pelajar

yang merenggut nyawa, norma kesopanan menurun dan beragam contoh

lainnya.

Bahasa menjadi salah satu sarana menyampaikan nilai-nilai kehidupan

kepada generasi muda. Nilai-nilai kearifan dalam kehidupan dapat dipelajari

dari pengalaman pribadi, masyarakat baik lisan maupun tulisan. Salah satunya

adalah nilai-nilai kearifan yang terdapat dalam cerita rakyat Nusantara yang

diwariskan dari generasi ke generasi berikut. Selama ini peserta didik belum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

57

dapat menggali seluruh potensi dalam dirinya dari proses pembelajaran di

kelas. Peserta didik mempelajari fakta-fakta dan gagasan-gagasan di kelas

tetapi belum dapat menggunakannya secara efektif karena berbagai faktor.

Salah satu faktor adalah terbatasnya bahan ajar dan metode mengajar guru yang

membosankan.

Di masa revolusi indistri 4.0 sekarang ini diperlukan pengetahuan dan

keanekaragaman keterampilan dalam pengajaran agar peserta didik mampu

menggunakan informasi dan teknologi demi perkembangan dirinya sebagai

harapan bangsa yang cerdas, kreatif, berperilaku adil, jujur, tanggung jawab,

mandiri dan kerja keras. Peranan guru pada zaman ini juga menjadi sebuah

pemikiran karena generasi 4.0 cenderung belajar mandiri dan mengekplorasi

kemampuan dalam dirinya secara mandiri. Maka peranan guru di kelas sebagai

fasilitator dan bukan satu-satunya sumber ilmu pengetahuan.

Pembelajaran menulis cerita fantasi di SMP membutuhkan cara-cara baru

dan kreatif agar pelajaran Bahasa Indonesia menarik dan menyenangkan.

Peserta didik dapat termotivasi untuk menulis cerita fantasi. Salah satu bahan

ajar untuk mencapai tujuan tersebut adalah adanya modul digital pembelajaran.

Modul digital alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode,

batasan, batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan

menarik untuk mencapai kompetensi/subkompetensi dan dapat dipelajari

secara interaktif dengan menggunakan teknologi multimedia dan

memungkinkan menyisipkan teks, grafik, gambar, video, dan animasi ((Munir

2008: 2). Tampilan gambar dan animasi dalam modul digital dapat membantu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

58

memvisualkan materi ajar yang disampaikan sehingga peserta didik memahami

isi modul dengan mudah memahami konsep-konsep yang sulit. Kondisi

interaktif akan meningkatkan daya serap, meningkatkan nilai komunikasi yang

cukup tinggi artinya, informasi tentang pelajaran tidak hanya dapat dilihat

dalam bentuk cetakan tetapi dapat didengar, serta memberikan stimulus karena

disajikan dalam bentuk animasi dan simulasi yang dapat membangkitkan

semangat dan memiliki nilai grafis yang tinggi dalam penyajiannya (Setiono,

Peningkatan Kompetensi Guru Biologi SMP Melalui Modul Interaktif; tesis S2

Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung, 2009:15)

Di samping memotivasi peserta didik dalam menulis cerita fantasi,

penelitian ini juga diharapkan membentuk kepribadian atau kearifan peserta

didik lewat nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat dalam cerita rakyat

Nusantara serta peserta didik diharapkan dapat menciptakan cerita fantasi yang

bermuatan nilai-nilai kearifan. Penelitian ini adalah pengembangan modul

digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai

kearifan lokal dalam cerita rakyat Nusantara. Jika dalam pembelajaran, guru

mampu menggunakan modul digital pembelajaran dengan baik maka dapat

meningkatkan pembelajaran menulis cerita fantasi pada peserta didik di SMP.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

59

Alur pemikiran tersebut dapat dilihat pada bagan di bawah ini:

BAB III

Bagan 2.1 Alur pengembangan modul

Pembelajaran

menulis cerita

fantasi

Penyebaran angket Penyebaran angket

Wawancara guru dan dosen

Penyebaran angket

Kajian teori Data

Pengembangan Modul Digital

Uji validasi

Revisi produk

Uji coba produk

Nilai karakter dalam

cerita rakyat nusantara Pentingnya pengembangan

modul digital pembelajaran

menulis cerita fantasi dengan

memadukan nilai-nilai kearifan

lokal cerita fantasi.

Modul Digital pembelajaran menulis cerita

fantasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

60

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau (Research &

Development). Penelitian pengembangan merupakan metode penelitian yang

digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang

digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran. Penelitian ini

mengembangkan produk berupa modul digital pembelajaran menulis cerita

fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara

pada siswa SMP Kebon Dalem Semarang Kelas VII.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Penelitian dan

Pengembangan (Research and Development). Metode R & D adalah sebuah

proses yang digunakan untuk mengembangkan dan mengesahkan produk

bidang pendidikan (Sugiyono, 2014: 297). Produk yang dimaksud peneliti

adalah modul digital siswa menulis cerita fantasi dengan memadukan

nilai-nilai kearifan dalam cerita rakyat Nusantara untuk siswa SMP Kebon

Dalem Kelas VII. Langkah-langkah dalam proses ini pada umumnya dikenal

dengan siklus penelitian dan pengembangan (Research & Development), yang

terdiri dari beberapa langkah: pengkajian terhadap hasil penelitian sebelumnya

yang berkaitan validitas komponen-komponen pada produk yang akan

dikembangkan. Peneliti kemudian melajutkan pada tahap-tahap penelitian ini

mengembangkannya menjadi sebuah produk, pengujian terhadap produk yang

60

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

61

dirancang, dan peninjauan ulang dan mengoreksi produk yang dihasilkan

berdasarkan hasil uji coba. Hal ini sebagai indikasi bahwa produk temuan dari

kegiatan pengembangan yang dilakukan mempunyai objektivitas (Borg &

Gall. 1983:772). Penelitian dan pengembangan ini merupakan modifikasi

Model Borg and Gall yang dilakukan melalui beberapa tahapan pengembangan

yaitu tahap analisis, tahap perancangan, tahap produksi, tahap evaluasi, tahap

revisi, dan produk akhir.

Borg and Gall (1983) dalam Made 2014:23) mendefinisikan penelitian

dan pengembangan (R&D) adalah proses yang digunakan untuk

mengembangkan produk dan menguji keefektifan produk dalam mencapai

tujuan. Validasi kelayakan produk akhir berupa modul digital ini dilakukan

oleh ahli materi. Model pengembangan modul digital ini disajikan dalam

bentuk digital, disertai animasi video, slide bergerak, audio, dan gambar yang

mendukung tercapainya pembelajaran menulis cerita fantasi. Penelitian dan

pengembangan bahan ajar berupa modul digital yang dilakukan oleh peneliti

diberi judul: Pengembangan Modul Digital Pembelajaran Menulis Cerita

Fantasi dengan Memadukan Nilai-Nilai Kearifan dalam Cerita Rakyat

Nusantara untuk Siswa SMP Kebon Dalem Semarang kelas VII. Bahan ajar

yang dikembangkan di sini sesuai kurikulum 2013 SMP Kelas VII Kompetensi

Dasar 4.4 tentang menyajikan gagasan kreatif dalam bentuk cerita imajinasi

(penelitian ini menggunakan istilah fantasi) secara lisan dan tulis dengan

memerhatikan struktur, pengggunaan Bahasa dan aspek lisan (Permendikbud

Nomor 024 Tahun 2016). Nilai-nilai diadaptasikan dari nilai kearifan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

62

diadaptasi peneliti dari nilai pendidikan kearifan yang tercantum dalam

kurikulum 2016 yaitu: peduli, disiplin, tanggungjawab, santun, percaya diri,

dan kejujuran ( Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21

Tahun 2016) tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, SMP.

3.2 Sumber Data dan Data Penelitian

Bagian ini memaparkan tentang (1) tempat/lokasi penelitian, (2) sumber

data yang dibutuhkan oleh peneliti serta (3) data apa saja yang akan diperoleh

peneliti dari sumber tersebut. Berikut penjelasan sumber data dan data secara

lebih rinci.

3.2.1 Tempat/lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SMP Kebon Dalem Jl. Arumsari Raya

Semarang. Tempat penelitian secara lebih rinci dilakukan di ruang kelas VII A

dan VII B. SMP Kebon Dalem Semarang menjadi penelitian yaitu studi

pendahuluan dan uji coba produk modul digital pembelajaran menulis cerita

fantasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

63

3.2.2 Sumber Data Penelitian

Sumber data penelitian ini terdiri dari dosen, guru mata pelajaran

bahasa Indonesia dan siswa-siswi SMP Kebon Dalem Semarang yang

berjumlah 38 orang. Peneliti memilih sumber data peneliti karena sekolah ini

menggunakan kurikulum 2013 dan tercatat cukup unggul dalam menghasilkan

tulisan-tulisan yang merupakan karya siswa-siswi. Tulisan-tulisan yang

dihasilkan para siswa tidak hanya berupa karya ilmiah tetapi juga tulisan kreatif

berupa karya sastra seperti menulis cerita fantasi, maka penelitian ini bertujuan

agar makin membantu siswa-siswi dalam menulis cerita fantasi dengan

memadukan nilai-nilai kearifan lokal dalam cerita rakyat Nusantara.

3.2.3 Data Penelitian

Data penelitian diperoleh dari siswa, guru bahasa Indonesia, dosen

bahasa Indonesia dan validator. Keempat sumber data tersebut menghasilkan

data berupa hasil kuesioner dan hasil wawancara. Data dari hasil kuesioner

yang dijawab siswa dijabarkan menjadi tiga bagian yaitu: (1) pengembangan

modul digital pembelajaran, (2) Cerita fantasi, dan (3) nilai-nilai kearifan lokal

cerita rakyat Nusantara. Wawancara yang dilakukan terhadap guru mata

pelajaran bahasa Indonesia dan dosen bahasa Indonesia merupakan uraian dari

ketiga hal pokok diatas; pertanyaan kuesioner masih memiliki kesamaan

dengan pertanyaan wawancara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

64

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

teknik nontes dengan menggunakan kuesioner dan wawancara. Pada tahap

pertama dalam penelitian ini, peneliti menyebarkan instrumen kuesioner pada

siswa SMP Kebon Dalem Semarang untuk menemukan arti penting adanya

modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai

kearifan lokal cerita rakyat Nusantara. Kuesioner terdiri atas tiga bagian, yakni;

(1) Pembelajaran menulis cerita fantasi, (2) nilai-nilai kearifan lokal cerita

rakyat Nusantara, dan (3) Pentingnya pengembangan modul digital.

Peneliti juga menggunakan kuesioner untuk melakukan validasi produk

modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi yang telah dirancang oleh

peneliti. Validasi produk bertujuan untuk menilai kelayakan produk yang telah

dibuat oleh peneliti. Kuesioner validasi produk diberikan peneliti kepada dosen

ahli yang sudah terbiasa menilai sebuah produk, dosen pengampu, dan siswa

SMP kelas VII yang telah mengikuti pembelajaran menulis cerita fantasi pada

semester I. Hasil analisis kuesioner digunakan oleh peneliti untuk merevisi

produk modul digital agar lebih layak digunakan.

Tahap selanjutnya, peneliti melakukan wawancara kepada guru Bahasa

Indonesia dan dosen Bahasa Indonesia. Wawancara terdiri atas tiga bagian

yang pertanyaannya sengaja disamakan tetapi menggunakan bahasa yang

berbeda oleh peneliti dengan pernyataan dalam kuesioner agar jawaban guru,

dosen, dan siswa dapat dibandingkan. Data-data hasil penelitian dibandingkan

oleh peneliti dan dianalisis untuk menemukan seberapa penting pengembangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

65

modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan

nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara dan bagaimana bentuk produk

modul yang sesuai dengan kebutuhan siswa tingkat SMP.

3.5 Instrumen penelitian

Instrumen penilitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen

nontes yang meliputi; kuesioner dan wawancara. Uraian secara terperinci

sebagai berikut.

3.5.1 Kuesioner

Kuesioner (questionnaire) merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan

data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan

responden) (Sukmadinata, 2011:219). Pada penelitian ini, peneliti

menyebarkan kuesionerkepada siswa SMP Kebon Dalem Semarang terkait arti

penting adanya pengembangan modul digital pembelajaran menulis cerita

fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara.

Bentuk pertanyaan dalam kuesioner ini bersifat tertutup. Artinya, peneliti

hanya membutuhkan jawaban sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju dan

sangat tidak setuju dari siswa-siswi saja.

Selain itu, peneliti juga menyusun kuesioner penilaian modul berupa

lembar validasi. Lembar validasi berupa kuesioner diberikan kepada dosen

ahli, dan siswa SMP Kebon Dalem Semarang kelas VII untuk uji validasi

produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi yang telah dibuat

peneliti. Skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala Likert

dan aspek penilaian modul yang dinilai, yakni aspek isi/materi, aspek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

66

penyajian, aspek bahasa, aspek kegrafikan, dan aspek kelayakan media

pembelajaran. Masukan validator yang tertera dalam kuesioner-kuesioner

tersebut dijadikan sebagai pedoman bagi peneliti untuk memperbaiki produk

modul digital pembelajaran menulis kreatif.

3.5.2 Wawancara

Pada penelitian dan pengembangan ini, peneliti menggunakan instrumen

wawancara dalam studi pendahuluan dengan melakukan wawancara terhadap

guru dan dosen mata pelajaran Bahasa Indonesia. Tujuan dari wawancara guna

memperkuat data terkait pentingnya pengembangan modul digital

pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan

lokal cerita rakyat Nusantara. Pertanyaan dalam wawancara terbagi atas tiga

bagian yang sengaja disamakan peneliti dengan pernyataan dalam instrumen

kuesioner, yaitu; (1) Pembelajaran menulis cerita fantasi, (2) nilai-nilai

kearifan lokal cerita rakyat Nusantara, dan (3) Pentingnya pengembangan

modul digital. Hasil dari wawancara akan dikolaborasikan dengan hasil analisis

kuesioner untuk memperjelas arti penting pengembangan modul digital yang

dibuat oleh peneliti.

3.6. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data kualitatif

dan analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang

digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa

bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

67

(Sugiyono, 2015:254-255). Teknik analisis data yang digunakan peneliti

dijabarkan sebagai berikut.

1. Analisis Hasil Wawancara Guru dan Dosen

Hasil wawancara guru Bahasa Indonesia dan dosen Bahasa Indonesia

dianalisis oleh peneliti menggunakan analisis data kualitatif. Wawancara

dilakukan oleh peneliti sebelum peneliti merancang produk modul digital

pembelajaran menulis cerita fantasi. Peneliti melakukan wawawancara kepada

guru dan dosen mata pelajaran Bahasa Indonesia. Tujuannya dari wawancara

adalah untuk menemukan arti penting pengembangan modul digital

pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan

dalam cerita rakyat Nusantara.

Hasil wawancara dengan guru dan dosen Bahasa Indonesia dianalisis

peneliti melalui empat tahap. Pertama, peneliti mentranskrip atau

mendeskripsikan dengan kata-kata dari hasil wawancara yang telah dilakukan.

Kedua, peneliti mengelompokkan hasil wawancara dengan pedoman

wawancara agar sesuai. Ketiga, peneliti memaparkan hasil transkrip

wawancara guru dan dosen dan hasil analisis data kuesioner siswa untuk

disetarakan. Kelima, peneliti menarik kesimpulan seberapa pentingnya

pengembangan modul digital menulis cerita fantasi dengan memadukan

niali-nilai kearifan dalam cerita rakyat Nusantara sesuai hasil wawancara dan

hasil kuesioner yang sudah disetarakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

68

2. Analisis Hasil Kuesioner Siswa

Data dalam penelitian ini adalah hasil analisis kuesioner untuk siswa SMP

Kebon Dalem Semarang kelas VII. Data-data itu berkaitan dengan pentingnya

pengembangan modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi, nilai-nilai

kearifan lokal cerita rakyat Nusantara dan pembelajaran menulis cerita fantasi

Data-data ini diidentifikasi lebih spesifik oleh peneliti guna menentukan mana

data yang sesuai dengan penelitian ini dan mana data yang tidak sesuai.

Peneliti menganalisis hasil kuesioner menggunakan skala likert. Skala

Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur persepsi, sikap, atau

pendapat seseorang atau kelompok mengenai sebuah peristiwa atau fenomena

sosial, berdasarkan defenisi operasional yang telah ditetapkan oleh peneliti.

Untuk menilai lembar kuesioner mahasiswa, langkah-langkah yang dilakukan

adalah sebagai berikut.

a. Mengubah skor dari setiap butir pernyataan kuesioner dengan kriteria

skor sebagai berikut. Konversi nilai mengacu pada Nurgiyantoro

(2011:92).

Keterangan Skor

Sangat setuju 5

Setuju 4

Netral 3

Tidak setuju 2

Sangat tidak setuju 1

Tabel 3.1 Konversi Nilai dan Skala Sikap lima berdasarkan penilaian

acuan patokan (PAP)

b. Menjumlahkan skor dari setiap butir pernyataan

Rumus : T x Pn

T = Total jumlah responden yang memilih

Pn = Pilihan angka skor likert

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

69

c. Menghitung skor ideal (tertinggi) dan skor terendah.

Skor ideal (X) diperoleh dengan cara menghitung hasil kali jumlah

responden dengan skor maksimal dari setiap butir pernyataan, sedangkan skore

terendah diperoleh dengan cara menghitung hasil kali jumlah responden

dengan skor minimal batasan kategori skala Likert.

Rumus :

X = Jumlah responden x 5(skor maksimal)

Y = Jumlah responden x 1 (skor minimal)

d. Menghiung persentase dengan skor yang diperoleh dibagi skor maksimal

dikalikan 100%.

e. Mengubah persentase dengan kategori

Seluruh data yang telah dihitung, disajikan peneliti dalam bentuk data

diskrik. Data distrik merupakan data yang hanya dikelompokkan oleh peneliti

menjadi dua atau beberapa bagian dan tidak memiliki keterkaitan antara satu

dengan yang lainnya. Peneliti akan memisahkan dan menjelaskan hasil

persentase masing-masing kategori tanpa ada hubungan antara satu dengan

yang lainnya.

3. Analisis Validasi Produk oleh Dosen Ahli dan Uji Coba Siswa

Hasil data dari validasi produk modul digital pembelajaran menulis cerita

fantasi dianalisis oleh peneliti menggunakan teknik analisis data deskriptif

kualitatif. Data yang peneliti peroleh melalui validisi dan uji coba produk

diklasifikasikam menjadi dua jenis, yakni data kualitatif dan data kuantitatif.

Data kuantitatif berupa kritik dan saran yang dikemukakan oleh dosen ahli, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

70

siswa yang digabung dan dipilah untuk memperbaiki produk modul digital

pembelajaran menulis kreatif yang disusun oleh peneliti. Peneliti juga

menjelaskan proses validasi yang dilalui dengan menyajikan tahap-tahap revisi

yang dilakukan berdaarkan hasil dari setiap uji coba. Pada tahap revisi produk,

peneliti menampilkan produk yang belum direvisi dan produk yang sudah

direvisi pada setiap tahap revisi disertai deskripsi yang menjelaskan proses

revisi yang dilakukan secara rinci.

Sedangkan data kualitatif berkaitan dengan kualitas modul digital

pembelajaran menulis cerita fantasi yang diperoleh dari para responden melalui

kuesioner dengan skala Likert dianalisis menggunakan statistik deskriptif

dengan langkah-langkah sebagai berikut. (a) Pengumpulan data kasar (yang

belum dianalisis), (b) Pemberian skor untuk analisis kuantitatif, (c) Skor yang

diperoleh dikonversi menjadi nilai dengan skala lima menggunakan acuan

konversi pada pendekatan PAP (Penilaian Acuan Patokan) sebagai berikut

(Sukardjo, 2008;53).

Tabel Konversi Nilai Skala Lima Berdasarkan Penilaian Acuan Patokan.

Kategori Interval skor

Sangat baik x>Xi + 1,80 Sbi

Baik Xi + 0,60 Sbi < x ≤ Xi +1,80SBi

Cukup baik Xi – 0,060 SBi < x ≤ Xi + 0,60 SBi

Kurang baik Xi – 1,80 Sbi < X ≤ Xi – 0,60 SBi

Sangat kurang baik m X ≤ Xi – 1,80 Sbi

Tabel 3.2 Konversi Nilai dan Skala Lima l berdasarkan penilaian acuan

patokan (PAP)

Keterangan :

Xi : rerata ideal = ½ (Skor maksimal ideal + skor minimal ideal)

Sbi : Simpangan baku ideal = 1/6 (Skor maksimal ideal – skor minimal

ideal)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

71

Pada penelitian ini, nilai kelayakan minimal produk modul digital

pembelajaran menulis kreatif sastra ditentukan oleh nilai “C” dalam kategori

cukup. Oleh karena itu, jika modul digital menulis cerita fantasi dengan

memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara dinilai oleh dosen

ahli, dan siswa mendapatkan nilai skor “C’, maka produk ini layak untuk

digunakan oleh siswa.

Semua data yang diperoleh dan dihitung disajikan oleh peneliti dalam

bentuk data distrik. Data distrik merupakan data yang dikelompokkan menjadi

beberapa bagian dan tidak ada hubungan antara satu dengan yang lainnya.

Peneliti memisahkan dan menjelaskan hasil persentase setiap kategori tanpa

ada hubungan yang signifikan antara kategori-kategori tersebut. Selain itu,

peneliti juga memaparkan hasil validasi I dan validasi II sehingga terlihat jelas

perbedaan persentase penilaian produk modul digital pembelajaran menulis

cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Nusantara yang dikembangkan oleh peneliti.

3.7 Prosedur Pengembangan Modul Digital

Proses pengembangan bahan ajar dilakukan setelah semua penelitian

selesai. Menurut Borg dan Gall (dalam Sugiyono, 2015), penelitian R&D

terdiri atas 10 langkah yang akan dijabarkan sebagai berikut.

1. Potensi dan masalah.

Penelitian ini dapat berangkat dari adanya potensi dan masalah. Potensi

dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang apabila didayagunakan akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

72

bernilai tambah. Sebaliknya, masalah dapat diartikan sebagai hal yang akan

terjadi apabila potensi tidak didayagunakan dengan baik.

2. Mengumpulkan informasi

Setelah peneliti menemukan potensi dan masalah yang terjadi, maka

peneliti akan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber untuk dijadikan

bahan dalam pengembangan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi

masalah yang terjadi. Informasi itu bisa berupa analisis kebutuhan yang

diinginkan dalam pengembangan produk.

3. Desain produk

Setelah mengumpulkan informasi yang diperlukan, peneliti akan mulai

membuat desain produk sesuai analisis kebutuhan. Desain produk harus

diwujudkan dalam gambar atau bagan, sehingga dapat digunakan sebagai

pedoman untuk menilai dan membuatnya.

4. Validasi produk

Setelah desain produk selesai dibuat, peneliti akan melakukan uji validasi

untuk menilai kelayakan produk yang dibuat. Validasi dapat dilakukan dengan

menghadirkan dosen ahli atau pakar yang sudah pengalaman dalam menilai

produk baru yang dikembangkan peneliti.

5. Perbaikan desain

Setelah diuji validasi dan diketahui kelemahannya, maka peneliti

meminimalisir atau memperbaiki kelemahan yang didapati dalam produk yang

dikembangkan. Saran dan masukkan dari dosen ahli menjadi dasar

penyempurnaan produk modul digital ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

73

6. Uji coba produk

Uji coba produk dilakukan setelah peneliti memperbaiki desain produk

yang dikembangkan. Uji coba ini merupakan uji coba tahap awal yang

dilakukan peneliti untuk mengetahui kelemahan apa yang masih ditemukan.

7. Revisi produk

Produk yang di uji coba direvisi kembali oleh peneliti untuk mengurangi

atau memperbaiki kelemahan yang masih ditemukan dalam produk saat

digunakan. Peneliti mengumpulkan catatan dan masukkan dari dosen ahli yang

dijadikan patokan untuk perbaikan modul digital pembelajaran menulis cerita

fantasi.

8. Uji coba pemakaian

Pada tahap ini, peneliti melakukan uji coba dalam lingkup yang lebih besar.

Uji coba dilakukan pada responden yang menjadi subjek dalam pembuatan

produk peneliti. Peneliti memilih satu kelas yang berjumlah 20 siswa untuk uji

coba produk modul digital pembelajaran. Uji coba ini dilakukan lagi untuk

melihat standar kelayakan produk saat digunakan.

9. Revisi produk

Setelah revisi I dan uji coba produk modul digital pembelajaran, tahap

selanjutnya adalah produk yang sudah diujicobakan direvisi lagi apabila ada

kelemahan yang masih ditemukan. Peneliti memperbaiki kelemahan yang ada

agar produk yang dihasilkan benar-benar layak untuk digunakan.

10. Produksi massal

Apabila produk yang dikembangkan oleh seorang peneliti telah melalui

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

74

Tahap validasi dan uji coba dan dinyatakan layak digunakan, maka peneliti

dapat memproduksi secra massasl dan dapat digunakan pada lembaga-lembaga

pendidikan sesuai tujuan pembuatan modul. Bagan prosedur penelitian

menurut Borg dan Gall dapat dilihat di bawah ini;

Bagan 3.1 Bagan prosedur penelitian menurut Borg and Gall (dalam Sugiyono,

2010:409)

Borg and Gall Dalam buku Sukmadinata (2015), memaparkan

langkah-langkah prosedur penelitian dan pengembangan sebagai berikut.

1. Penelitian dan Pengumpulan data (research and information collection).

Pada langkah ini, peneliti harus melakukan pengukuran kebutuhan subjek

penelitian melalui pengumpulan data terkait produk yang akan dikembangkan

oleh peneliti. Kriteria pertama yang juga merupakan kriteria utama, produk

Potensi dan

masalah Validasi Desain

Desain

Produk

Pengumpulan

Data

Revisi

Desain Ujicoba

Produk I Revisi Produk Ujicoba

pemakaian

Revisi Produk Produk Akhir

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

75

yang dihasilkan oleh peneliti harus betul-betul yang penting dan dibutuhkan

dalam pendidikan.

2. Perencanaan (planning).

Pada langkah ini, peneliti mulai menyusun rencana pengembangan produk

sesuai hasil pengukuran kebutuhan subjek melalui pengumpulan data yang

telah dilakukan. Rencana pengembangan produk minimal mencakup tujuan

dari penggunaan produk, siapa yang menggunakan produk itu, dan deskripsi

dari setiap komponen produk beserta kegunaannya.

3. Pengembangan draf produk (Develop preliminary form of product).

Pada langkah ini, peneliti akan mulai menyusun gambaran secara umum

yang akan dibuat berdasarkan analisis kebutuhan subjek dan studi literatur.

Produk awal masih bersifat tentatif yang akan disempurnakan melalui

serentetan kegiatan ujicoba

4. Uji coba lapangan awal (Preliminary field testing).

Pada langkah ini, peneliti akan melakukan uji coba lapangan di tempat

pelaksanaan penelitian. Selama pelaksanaan uji coba, peneliti melakukan

pengamatan, wawancara dan penyebaran kuesioner.

5. Merevisi hasil uji coba (Main product revision)

Pada langkah ini, peneliti akan melakukan perbaikan dan penyempurnaan

produk setelah melakukan uji coba.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

76

6. Uji coba lapangan (Main field testing)

Pada langkah ini, peneliti melakukan uji coba yang lebih luas untuk

membandingkan hasil uji coba awal dengan uji coba yang lebih luas dan

menemukan kelebihan serta kekurangan produk yang dibuat oleh peneliti.

7. Penyempurnaan produk hasil uji lapangan (Operasional product revision),

Pada langkah ini, peneliti kembali menyempurnakan produk yang dibuat

berdasarkan pada hasil uji coba lapangan untuk memperbaiki hal-hal yang

masih kurang dalam produk itu.

8. Uji pelaksanaan lapangan (Operasional field testing)

Pada langkah ini, produk yang sudah dibuat oleh peneliti yang sudah

direvisi secara maksimal melalui beberapa uji coba akan diterapkan dalam

pembelajaran. Pengujian dilakukan melalui kuesioner, wawancara dan

observasi lalu hasilnya akan dianalisis.

9. Penyempurnaan produk akhir (Final product revision)

Pada langkah ini, peneliti melakukan penyempurnaan sesuai masukan dari

hasil analisis uji pelaksanaan lapangan untuk meminimalisir kekurangan yang

masih ditemukan dalam produk.

10. Diseminasi dan implementasi (Dissemination and implementation).

Pada langkah terakhir ini, peneliti melaporkan hasil yang dicapai dalam

pengembangan produk setelah melalui beberapa tahap revisi. Jika sudah bisa

dipergunakan, maka akan diproduksi secara massal.

Sukmadinata dan kawan-kawannya melakukan modifikasi terhadap 10

langkah penelitian dan pengembangan dari Borg dan Gall. Secara garis besar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

77

penelitian dan pengembangan yang dikembangkan oleh Sukmadinata dan

kawan-kawan terdiri atas tiga tahap, yakni (1) studi pendahuluan, (2)

pengembangan model, dan (3) uji model. Langkah penelitian dan

pengembangan yang dimodifikasi oleh Sukmanadinata dan kawan-kawan akan

disajikan sebagai berikut.

1. Studi Pendahuluan

Tahap ini merupakan tahap awal dan tahap persiapan yang dilakukan oleh

peneliti sebelum mengembangkan produk. Tahap ini terdiri atas tiga langkah,

yakni 1) Studi kepustakaan, 2) Survei lapangan, dan 3) Penyusunan produk

awal atau draft produk. Studi kepustakaan berkaitan dengan bagian untuk

mempelajari konsep-konsep atau teori-teori yang berkenaan dengan produk

yang akan dikembangkan. Survei lapangan berkaitan dengan pengumpulan

data yang berkenaan dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran

yang harus ada dalam produk. Terakhir, penyusunan draft modul berkaitan

dengan penyusunan rancangan produk secara garis besar yang sesuai dengan

hasil data yang diperoleh melalui survei di lapangan.

2. Uji coba terbatas dan uji coba lebih luas

Setelah kegiatan studi pendahuluan dilakukan, selanjutnya akan dilakukan

tahap kedua ini. Dalam pelaksanaan uji coba terbatas, produk diuji coba oleh

ahli yang sudah berpengalaman dan peneliti mengamati uji coba tersebut

untuk tahap perbaikan pada produk. Sedangkan uji coba lebih luas, produk

duiji coba oleh sampel yang lebih banyak dan hasilnya akan dianalisis lagi

oleh peneliti guna memperbaiki produk yang dikembangkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

78

3. Uji produk dan sosialisasi hasil

Uji produk merupakan tahap pengujian keampuhan dari produk yang

dihasilkan untuk mengetahui tingkat kelayakan dan keefektifan produk yang

disusun dengan produk yang pernah digunakan. Setelah semua tahap sudah

dilalui, maka peneliti mensosialisasikan hasil akhir yang ia peroleh dari

penelitian jenis pengembangan ini.

Pada penelitian ini, peneliti lebih memilih prosedur penelitian R&D dalam

buku Sugiyono (2015). Peneliti memilih prosedur tersebur dikarenakan

prosedur penelitian dalam buku Sugiyono (2015) lebih terarah dan mudah

untuk dipahami peneliti. Selain itu, peneliti juga menyederhanakan 10 langkah

R&D menurut Borg and Gall menjadi enam langkah saja. Akan tetapi, pada

kenyataannya peneliti tidak menghilangkan semua prosedur penelitian ini dan

secara tersirat menggunakan semua langkah-langkah penelitian tersebut.

Ada beberapa alasan penyederhanaan prosedur penelitian R&D oleh

peneliti. Pertama, dengan menggunakan enam langkah saja dalam penelitian

ini, peneliti sudah mampu mendapatkan data yang peneliti butuhkan. Kedua,

produk modul digital menulis kreatif belum bisa diproduksi secara massal

dikarenakan penelitian ini masih menggunakan skala kecil, tetapi tidak

menutup kemungkinan bahwa produk ini menjadi langkah awal pengembangan

produk modul digital secara massal. Ketiga, adanya keterbatasan waktu, biaya

dan tenaga peneliti dalam mengembangkan penelitian ini. Maka dari itu,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

79

keenam langkah yang disederhanakan oleh peneliti dapat dijabarkan sebagai

berikut.

1. Penelitian dan pengumpulan informasi

Pada tahap awal, peneliti melalukan studi pendahuluan untuk

mengumpulkan berbagai informasi yang berkaitan dengan seberapa penting

adanya pengembangan modul digital dengan memadukan nilai-nilai kearifan

lokal cerita rakyat Nusantara untuk siswa SMP Kebon Dalem Semarang Kelas

VII. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner pada siswa

yang telah mempelajari materi menulis cerita fantasi pada semester I. Data

yang telah dikumpulkan dianalisis oleh peneliti untuk menemukan arti penting

dari pengembangan produk modul digital pembelajaran pada penelitian ini.

2. Pengembangan Produk

Setelah melakukan studi pendahuluan dan mendapatkan informasi dari

siswa, dosen dan guru bahasa Indonesia, maka selanjutnya peneliti menyusun

draft modul. Draft modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan

memadukan nilia-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara disusun

berdasarkan analisis kebutuhan yang diperoleh dari data studi pendahuluan.

Pada tahap ini, peneliti menyusun draft modul dengan menetapkan judul

modul, tujuan akhir yang harus dicapai siswa dalam modul yang

dikembangkan, peneliti menentukan tujuan antara, yakni kemampuan spesifik

yang menunjang tercapainya kompetensi, peneliti menetapkan garis besar isi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

80

modul, dan peneliti mencari dan menyusun materi pada garis besar modul

digital pembelajaran.

Selanjutnya, peneliti mencari materi yang paralel dengan silabus dan

kompetensi yang akan dicapai oleh siswa dalam modul yang dikembangkan

oleh peneliti. Setelah menemukan materi yang dibutuhkan, peneliti menyusun

produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan

nilai-nilai kearifan lokal dalam cerita rakyat Nusantara yang disesuaikan

dengan aspek penilaian modul, yakni aspek isi/materi, penyajian, bahasa,

kegrafikan, dan media. Modul yang dikembangkan dilengkapi dengan judul

modul, kata pengantar, deksripsi modul, rasionalisasi produk, pendahuluan,

petunjuk penggunaan modul, daftar isi, tujuan pembelajaran, materi

pembelajaran, gambar/ilustrasi, latihan, rangkuman, koloom refleksi,

glosarium, dan daftar pustaka.

3. Uji Validasi

Setelah selesai menyusun produk modul digital pembelajaran menulis

cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Nusantara secara optimal, tahap selanjutnya adalah melakukan uji validasi. Uji

validasi merupakan proses penilaian kesesuaian produk dengan analisis

kebutuhan. Dalam hal ini, peneliti memilih dosen ahli media dan ahli materi

yang akan menilai produk moduk digital yang telah disusun. Peneliti juga

memberikan lembar validasi berupa butir-butir pertanyaan yang membantu

dosen ahli untuk menilai produk modul digital pembelajaran menulis cerita

fantasi dengan baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

81

4. Revisi Produk Tahap I

Setelah melakukan uji validasi oleh dosen ahli dan dosen materi, peneliti

melalukan revisi terhadap produk modul digital pembelajaran menulis cerita

fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara

berdasarkan hasil kuesioner penilaian dari dosen ahli yaitu Dr. Yuliana

Setyaningsih, M.Pd.

5. Uji Coba Produk

Produk yang sudah direvisi oleh peneliti diujicobakan pada siswa yang

menjadi subjek dalam penelitian pengembangan ini. Siswa sebagai responden

dan pengguna modul melakukan uji coba terhadap produk modul digital

pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan

lokal cerita rakyat Nusantara pembelajaran yang sudah disediakan peneliti.

6. Revisi Produk Tahap II

Tahap ini merupakan tahap revisi akhir yang dilakukan peneliti setelah

melakukan uji coba produk pada siswa. Segala masukan, kritikan, dan

komentar terhadap produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi

dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara yang

diperoleh peneliti digunakan untuk mengoptimalkan produk hingga layak

untuk digunakan untuk tingkat SMP kelas VII.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

82

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian merupakan paparan hasil penelitian studi pendahuluan

yang dilakukan oleh peneliti untuk memperkuat alasan pentingnya penelitian

yang dilakukan oleh peneliti. Pada penelitian ini, peneliti melakukan studi

pendahuluan untuk mengetahui seberapa pentingnya pengembangan modul

digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai

kearifan lokal cerita rakyat Nusantara untuk siswa SMP Kebon Dalem

Semarang kelas VII. Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti

menggunakan instrumen kuesioner dan wawancara. Instrumen kuesioner

diberikan kepada siswa kelas VII dan wawancara dilakukan kepada dosen

Bahasa Indonesia serta guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hasil penelitian

yang dipaparkan berikut meliputi (1) modul digital pembelajaran, (2) menulis

cerita fantasi, (3) Nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara.

Data hasil penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (R&D).

Data tersebut diperoleh dari hasil skor 20 nomor pertanyaan kuesioner kelas

VII SMP yang berjumlah 38 siswa. Hasil dari studi pendahuluan dapat dilihat

dalam tabel berikut:

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian dan pengembangan yang dilakukan peneliti mengacu pada

prosedur pengembangan Borg dan Gall (dalam Sugiyono, 2015) yang

disederhanakan oleh peneliti hanya pada batas uji validasi ahli, revisi

produk dan uji coba produk. Peneliti mengembangkan produk berupa modul

82

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

83

digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai

kearifan lokal cerita rakyat Nusantara untuk siswa SMP kelas VII. Penelitian

ini menggunakan enam langkah pelaksanaan teknik penelitian dan

pengembangan. Keeenam langkah pengembangan tersebut adalah (1)

penelitian dan pengumpulan informasi, (2) pengembangan produk, (3) uji

validasi, (4) revisi produk I, (5) uji coba produk, dan (6) revisi produk II.

Berikut peneliti akan mendeskripsikan keenam langkah tersebut.

4.1.1 Hasil Penelitian dan Pengumpulan Informasi

Tahap penelitian ini adalah pengumpulan informasi tentang rancangan

produk yang akan dikembangkan oleh peneliti. Sumber data dalam penelitian

ini adalah siswa, guru Bahasa Indonesia, dosen bahasa Indonesia.

Pengumpulan informasi bersumber dari hasil wawancara, kuesioner. Seluruh

data di lapangan penelitian membantu dan bermanfaat memberi gambaran dan

memberi masukan dalam penyusunan bahan ajar modul digital pembelajaran

dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara untuk

siswa SMP. Sebelum mengumpulkan informasi di lapangan, peneliti

merumuskan kisi-kisi dari tiap instrumen penelitian. Kisi-kisi tersebut

dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Setelah beberapa kali revisi dari

dosen pembimbing, peneliti memulai merumuskan instrumen penelitian.

Instrumen-instrumen pengumpulan informasi tersebut sebelumnya sudah

divalidasi oleh dosen pembimbing dengan tujuan mengetahui apakah

instrumen kuesioner dan wawancara telah valid dan layak digunakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Setelah melewati tahap validasi instrumen oleh dosen pembimbing,

peneliti melakukan penelitian dan pengumpulan informasi. Wawancara

dengan guru Bahasa Indonesia dan dosen Bahasa Indonesia bertujuan

memperoleh informasi aktual dan akurat tentang kebutuhan bahan ajar berupa

modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi. Peneliti melanjutkan proses

pengumpulan data yaitu membagikan kuesioner kepada para siswa kelas VII

A dan VII B SMP Kebon Dalem. Kuesioner ini bertujuan mengetahui apakah

modul digital yang akan dirancang peneliti membantu siswa dalam

pembelajaran bahasa Indonesia. Berikut ini uraian hasil penelitian dan

pengumpulan informasi.

4. 1.1.1. Deskripsi Hasil Analisis Kuesioner Studi Pendahuluan pada

Siswa Kelas VII SMP Kebon Dalem Semarang

Kuesioner studi pendahuluan yang dibuat oleh peneliti diberikan kepada

38 siswa kelas VII SMP Kebon Dalem Semarang pada hari Senin, 7 Januari

2019 di ruang kelas VII A dan ruang Kelas VII B. Kuesioner yang diberikan

oleh peneliti bertujuan untuk mengetahui seberapa pentingnya pengembangan

modul digital menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan

lokal cerita rakyat Nusantara. Pernyataan dalam kuesioner berjumlah 20

pernyataan yang terdiri atas 3 bagian, yakni a) Pengembangan Modul Digital,

b) Menulis Cerita Fantasi dan c) Nilai-Nilai Kearifan Lokal Cerita Rakyat

Nusantara. Siswa-siswi menjawab pernyataan dalam kuesioner dengan

memberikan tanda centang (√) pada jawaban yang diinginkan.

84

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

85

Kuesioner yang diberikan kepada siswa terdiri atas lima jawaban

alternatif mengikuti pedoman penyekoran skala likert, yakni 5 skala. Skala 1=

sangat tidak setuju, skala 2= tidak setuju, skala 3= cukup, skala 4= setuju, dan

skala 5= sangat setuju. Untuk dapat diklasifikasikan dalam data kualitatif,

skala likert dapat dikategorikan menjadi sangat rendah, rendah, cukup, tinggi

dan sangat tinggi. Sedangkan untuk dapat diklasifikasikan dalam data

kuantitatif digunakan rumus 100 dibagi jumlah skor pada skala Likert, yakni 5

sehingga interval yang diperoleh adalah 20. Akan tetapi, agar data dapat

diperoleh secara utuh dan tercakup dengan baik seperti 10,99, 50,05 dan

sebagainya, maka intervalnya adalah 20,99. Berikut ini tabel pengkategorian

dalam skala Likert.

Tabel 3.3 Tabel Pengkategorian Skala Likert

Hasil kuesioner yang sudah ada diklasifikasi peneliti dari segi kualitatif

maupun kuantitatif. Berikut ini penjabaran analisis data kuesioner:

Rentang skor Kategori

81,00%-100% Sangat tinggi

61,00%-80,99% Tinggi

41,00%-60,99% Cukup

21,00%-40,99% Rendah

0,00$%-20,99% Sangat rendah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

86

a) Pengembangan Modul Digital Pembelajaran

1. Bahan ajar menulis cerita fantasi yang digunakan selama ini

kurang menarik.

Pada pernyataan pertama, pilihan sangat tidak setuju (STS) dan tidak

setuju diperhitungkan sebagai jawaban negatif responden. Pada pernyataan

setuju (S) dan sangat setuju (SS) diperhitungkan peneliti sebagai jawaban

positif yaitu 8 jawaban responden menyatakan setuju (S) dan 2 responden

menyatakan sangat setuju (SS), presentasi jawaban positif sebesar 26, 31 %

dan masuk dalam kategori sangat rendah sedangkan jawaban cukup (C)

diperhitungkan peneliti sebagai tidak menjawab sama sekali. Hal tersebut

kontradiktif dengan hasil wawancara dengan Ibu Lucia Noersyamsah

Ekarastri selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang berpendapat

bahwa para siswa lebih berminat belajar dengan menggunakaan internet.

Dengan demikian dapat disimpulkan perbedaan pendapat siswa dan guru mata

pelajaran menanggapi bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia. Akumulasi pernyataan 1 dapat dilihat pada diagram lingkaran di

bawah ini:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

87

Diagram 4.1 Bahan ajar menulis cerita fantasi yang digunakan

selama ini kurang menarik.

2. Bahan ajar yang digunakan guru mempengaruhi semangat saya

untuk menulis cerita fantasi.

Pada pernyataan 2, tanggapan siswa akan kuesioner menyatakan setuju (S)

18 siswa dan sangat setuju (SS) 6 siswa. Akumulasi dari pernyataan positif

siswa 63,15 % dan tergolong tinggi. Hal ini sejalan dengan ungkapan Ibu

Lucia Noersyamsah Ekarastri bahwa bahan ajar yang digunakan berpengaruh

besar dalam menarik minat dan perhatian siswa dalam memahami materi

pembelajaran. Hal ini dapat dilihat lebih jelas dalam diagram lingkaran di

bawah ini:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

88

Diagram 4.2 Bahan ajar yang digunakan guru mempengaruhi

semangat saya untuk menulis cerita fantasi.

3. Siswa lebih suka belajar dengan bantuan media yang kreatif seperti

modul digital

Pernyataan ketiga dalam pertanyaan kuesioner ditanggapi siswa

secara positif dengan rincian: siswa yang menyatakan setuju (S) 14 siswa dan

sangat setuju (SS) 19 siswa. Pernyataan ini menyimpulkan bahwa pada

umumnya siswa lebih suka belajar dengan bantuan media kreatif seperti

modul digital yaitu 86,84 % tergolong sangat tinggi. Hasil ini sejalan dengan

hasil wawancara dengan Antonius Nesi S.Pd., M.Pd yang mengungkapkan

bahwa generasi milenial memiliki beberapa kearifanistik dalam belajar yaitu:

belajar dan menguasai peranti teknologi secara cepat dan sangat akrab dengan

dunia digital. Oleh karena itu bahan ajar yang cocok bagi generasi ini dapat

dirancang dalam aplikasi digital. Dengan demikian bahan ajar tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

89

menjauhkan mereka dari dunia yang paling dekat dengan mereka. Hal ini

dapat terlihat dalam diagram di bawah ini:

Diagram 4.3 Siswa lebih suka belajar dengan bantuan media

yang kreatif seperti modul digital

4. Materi menulis cerita fantasi semakin menarik dengan menggunakan

modul digital karena membantu saya belajar mandiri

Pada pernyataan 4, siswa menjawab pertanyaan kuesioner bahwa menulis

cerita fantasi makin menarik dengan modul digital karena pembelajaran dapat

dilakukan secara mandiri. Siswa yang menanggapi positif setuju (S) 20 siswa

dan sangat setuju (SS) 10 siswa. Dengan demikian dapat diakumulasikan

menjadi 78,94 %. Angka ini termasuk tinggi. Hal ini diperkuat dengan hasil

wawancara dengan Ibu Viktoria Nino, M.Pd yang berpendapat bahwa

kemajuan teknologi selain memudahkan siswa dalam mengakses dan

menemukan sendiri materi-materi pembelajaran juga proses belajar dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

90

dilakukan di mana saja dan kapan saja lewat telepon pintar yang dimiliki

siswa. Angka positif dapat dilihat dalam diagram di bawah ini:

Diagram 4.4 Materi menulis cerita fantasi semakin menarik dengan

menggunakan modul digital karena membantu saya

belajar mandiri.

5. Bahan ajar modul digital sangat bermanfaat dalam memahami materi

menulis cerita fantasi.

Pada pernyataan 5, diperoleh data objektif: siswa yang menyatakan

setuju (S) berjumlah 20 dan siswa yang menyatakan sangat setuju (SS)

berjumlah 9 siswa. Selebihnya menjawab cukup (C) jawaban cukup

diperhitungkan peneliti sebagai tidak menjawab. Pernyataan positif siswa

diakumulasikan menjadi 76,31 %. Pernyataan postif ini diperkuat dengan

hasil wawancara Ibu Lucia Noersyamsah yang berpendapat bahwa dengan

adanya modul digital, siswa akan terbantu memahami materi menulsi cerita

fantasi sehingga pada akhirnya siswa dapat menulis cerita fantasi dengan tepat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

91

dan benar sesuai tujuan pembelajaran. Diagram di bawah ini menjelaskan

akumulasi jawaban positif siswa.

Diagram 4.5 Bahan ajar modul digital sangat bermanfaat dalam

memahami materi menulis cerita fantasi.

6. Materi menulis cerita fantasi mudah dipahami dan siswa

mengembangkan kemampuan berpikir kreatif.

Pada pernyataan 6, respon positif siswa yang menyatakan bahwa

menulis cerita fantasi dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif

siswa. Siswa yang menyatakan setuju (S) 17 siswa dan sangat setuju (SS) 16

siswa dan dapat diakumulasikan 86,84 %, data ini tergolong sangat tinggi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

92

Tanggapan positif ini tergambar dalam diagram di bawah ini:

Diagram 4.6 Materi menulis cerita fantasi mudah dipahami dan

siswa mengembangkan kemampuan berpikir kreatif.

7. Bahan ajar modul digital adalah bahan ajar yang pertama kali

digunakan di sekolah ini

Pada pernyataan 7 ini, peneliti mengajukan pertanyaan apakah modul

digital yang akan dirancang pertama kali digunakan di sekolah ini. Data yang

diperoleh dari hasil kuesioner mengatakan bahwa siswa yang setuju (S)

berjumlah 8 siswa dan siswa yang menjawab sangat setuju berjumlah 20

siswa. Akumulasi dari tanggapan positif siswa-siswi sebesar 73, 68 %. Hal ini

menyatakan bahwa sebagian besar siswa mendukung pembuatan modul

digital ini karena belum pernah digunakan di SMP Kebon Dalem.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

93

Data tersebut dapat dilihat dalam diagram di bawah ini:

4.7 Bahan ajar modul digital adalah bahan ajar yang

pertama kali digunakan di sekolah ini

8. Sangat suka belajar dengan bantuan internet karena materi dapat

dipelajari kapan saja.

Pernyataan “siswa sangat suka belajar dengan bantuan internet karena

materi dapat dipelajri kapan saja. Tanggapan sangat tidak setuju (STS) dan

tidak setuju (TS) diperhitungkan peneliti sebagai respon negatif, sedangkan

jawaban setuju (S) berjumlah 19 siswa dan jawaban sangat setuju (SS)

berjumlah 15 siswa. Data ini diproses secara statistik dan diperoleh 89,47 %

tergolong sangat tinggi. Para siswa akan sangat antusias untuk belajar

menggunakan internet. Hal ini sejalan dengan pendapat Ibu Lucia

Noersyamsah bahwa generasi sekarang akan mudah untuk mencari dan

menemukan hal-hal baru tentang pendidikan lewat internet.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

94

Data ini dapat dilihat dalam diagram lingkaran di bawah ini:

Diagram 4.8 Sangat suka belajar dengan bantuan internet

karena materi dapat dipelajari kapan saja.

9. Bahan ajar modu digital dapat digunakan di sekolah ini karena

fasilitas sekolah mendukung

Pernyataan ke 9 “Bahan ajar modul digital dapat digunakan di sekolah ini

karena fasilitas sekolah mendukung”. Pilihan sangat setuju dan setuju

dipandang sebagai jawaban positif atau sikap positif responden terhadap

pernyataan yang diajukan sehingga berdasarkan klasifikasi tersebut diketahui

bahwa siswa 22 setuju (S) dan 13 sangat setuju (SS). Data ini menunjukkan

bahwa bahan ajar modul digital dapat digunakan di sekolah ini karena fasilitas

mendukung seperti laboratorium komputer, jaringan internet, serta sekolah

juga memiliki kurang lebih 20 laptop yang dapat digunakan oleh siswa yang

tidak memiliki laptop.Siswa sangat dalam mempelajari materi pelajaran

secara digital. Hal ini dapat dipersentase menjadi 92,10% dan termasuk dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

95

kategori sangat tinggi. Hal tersebut sejalan dengan pendapat dari Ibu Lucia

Noersyamsah; guru Bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa ia setuju

karena sekolah pada dasarnya memang memiliki fasilitas yang mendukung

proses pembelajaran menggunakan internet. Frekuensi pilihan responden

terhadap pernyataan kesembilan dapat dilihat di bawah ini.

Diagram 4.9 Bahan ajar modu digital dapat digunakan di sekolah

ini karena fasilitas sekolah mendukung

10. Bahan ajar modul digital digunakan guru inovatif demi

perkembangan peserta didik.

Pada pernyataan 10 “Bahan ajar modul digital digunakan guru inovatif

demi perkembangan peserta didik”. Pilihan sangat setuju dan setuju

dipandang sebagai jawaban positif atau sikap positif responden terhadap

pernyataan yang diajukan sehingga berdasarkan klasifikasi tersebut diketahui

bahwa siswa 12 setuju (S) dan 20 sangat setuju (SS). Data ini menunjukkan

bahwa guru yang inovatif menggunakan bahan ajar modul digital untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

96

menunjang perkembangan belajar siswa. Hal ini dapat dipersentase 84,21%

dan termasuk dalam kategori sangat tinggi.

Pilihan sangat tidak setuju dan tidak setuju dipandang sebagai jawaban

negatif atau sikap negatif responden terhadap pertanyaan yang diajukan. Hal

tersebut sejalan dengan pendapat dari Antonius Nesi M.Pd dosen Bahasa

Indonesia yang menyatakan bahwa guru harus terus belajar agar mampu

beradaptasi dengan dunia siswa saat ini. Guru yang inovatif juga menjadi

syarat pokok tuntutan dunia kerja masa kini yang mulai memasuki babak baru

yaitu revolusi teknologi 4.0. Revolusi ini menuntut setiap tenaga profesional

agar terampil menggunakan alat-alat teknologi yang menunjang

perkembangan pembelajaran siswa. Frekuensi pilihan responden terhadap

pernyataan kesepuluh dapat dilihat di bawah ini:

Diagram 4.10 Bahan ajar modul digital digunakan guru inovatif demi

perkembangan peserta didik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

97

b. Pentingnya Menulis Cerita Fantasi

1. Menurut saya, menulis cerita fantasi penting dan bermanfaat dalam

kehidupan sehari-hari.

Pada pernyataan 1 “menulis cerita fantasi penting dan bermanfaat dalam

kehidupan sehari-hari.”. Pilihan sangat setuju dan setuju dipandang sebagai

jawaban positif atau sikap positif responden terhadap pernyataan yang

diajukan sehingga berdasarkan klasifikasi tersebut diketahui bahwa siswa 7

setuju (S) dan 4 sangat setuju (SS), sedangkan 27 siswa menyatakan respon

negatif 22 menjawab cukup (C) dan 5 siswa merespon tidak setuju (TS).

Respon tidak setju dan cukup diperhitungkan peneliti sebagai tidak menjwab

pertanyaan. Data ini menunjukkan siswa menganggap bahwa cerita fantasi

tidak penting dan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini

kontradiktif dengan jawaban dari Ibu Lucia Noersyamsah Ekarastri yang

menyatakan bahwa cerita fantasi yang mengandung nilai-nilai kehidupan

sangat bermanfaat dalam kehidupan, apalagi bagi generasi sekarang ini. Hal

ini dapat dipersentase 28,94,% dan termasuk dalam kategori rendah.

Kontradiktif jawaban siswa dan guru terjadi karena perbedaan pandangan;

generasi tua yang setuju akan nilai-nilai moral yang terkandung dalam cerita

rakyat, sedangkan generasi Z menilai bahwa hal di atas kurang menarik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

98

Frekuensi pilihan responden terhadap pernyataan ketiga dapat dilihat di

bawah ini.

Diagram 4.11 Menurut saya, menulis cerita fantasi penting

dan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

2. Saya lebih tertarik belajar menulis cerita fantasi dengan bantuan

bahan ajar/media daripada ceramah guru.

Pada pernyataan 2 “Saya lebih tertarik belajar menulis cerita fantasi

dengan bantuan bahan ajar/media daripada ceramah guru.”. Pilihan sangat

setuju dan setuju dipandang sebagai jawaban positif atau sikap positif

responden terhadap pernyataan yang diajukan sehingga berdasarkan

klasifikasi tersebut diketahui bahwa siswa 16 setuju (S) dan17 sangat setuju

(SS), sedangkan 5 siswa menyatakan respon negatif 5 menjawab cukup (C)

dan 1 siswa merespon tidak setuju (TS).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

99

Respon tidak setuju dan cukup diperhitungkan peneliti sebagai tidak

menjawab pertanyaan. Data ini menunjukkan siswa sangat setuju jika

pembelajaran dilakukan dengan bantuan bahan ajar daripada ceramah guru.

Hal ini sependapat dengan jawaban dari Ibu Lucia Noersyamsah Ekarastri

yang menyatakan bahwa bahan ajar berupa modul digital mendesak untuk

diciptakan dan diaplikasikan, selain menimbang latar belakang dan

kearifanistik belajar generasi milenial, modul digital juga merupakan suatu

inovasi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Respon positif siswa dapat

dipersentase 86,84 ,% dan termasuk dalam kategori sangat tiinggi. Frekuensi

pilihan responden terhadap pernyataan kedua dapat dilihat di bawah ini:

Diagram 4.12 Saya lebih tertarik belajar menulis cerita fantasi

dengan bantuan bahan ajar/media daripada ceramah guru.

3. Menulis adalah termasuk salah satu keterampilan berbahasa yang

wajib saya pelajari.

Pada pernyataan 3 “menulis adalah termasuk salah satu keterampilan

berbahasa yang wajib saya pelajari”. Pilihan sangat setuju dan setuju

dipandang sebagai jawaban positif atau sikap positif responden terhadap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

100

pernyataan yang diajukan sehingga berdasarkan klasifikasi tersebut diketahui

bahwa siswa 16 setuju (S) dan 17 sangat setuju (SS), sedangkan 4 siswa

menyatakan respon negatif dengan menjawab cukup (C) dan 1 siswa

merespon tidak setuju (TS).

Respon tidak setuju dan cukup diperhitungkan peneliti sebagai tidak

menjawab pertanyaan. Data ini menunjukkan siswa setuju bahwa menulis

adalah termasuk salah satu keterampilan berbahasa yang wajib saya pelajari”

Hal ini sependapat dengan jawaban dari Ibu Lucia Noersyamsah Ekarastri

yang menyatakan bahwa keterampilan menilis sudah hasur dilatih sejak dini

dan wajib dipelajari agar ilmu yang dipelajari siswa tidak hanya teori tapi juga

dipraktekkan, hal ini juga sesuai tuntutan kurikulum 2013. Siswa harus

sampai pada tahap mengkomunikasikan baik lisan maupun tulisan. Data dari

respon positif siswa dipersentase 86,84% dan termasuk dalam kategori sangat

tinggi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

101

Frekuensi pilihan responden terhadap pernyataan ketiga dapat dilihat di

bawah ini:

Diagram 4.13 Menulis adalah termasuk salah satu keterampilan

berbahasa yang wajib saya pelajari.

4. Menulis cerita fantasi melatih daya imajinasi agar kemampuan

menulis dilatih sejak dini.

Pada pernyataan 1 “Menulis cerita fantasi melatih daya imajinasi agar

kemampuan menulis dilatih sejak dini..”. Pilihan sangat setuju dan setuju

dipandang sebagai jawaban positif atau sikap positif responden terhadap

pernyataan yang diajukan sehingga berdasarkan klasifikasi tersebut diketahui

bahwa siswa 18 setuju (S) dan 18 sangat setuju (SS), sedangkan 2 siswa

menyatakan respon negatif 2 siswa menjawab cukup (C) dan tidak ada siswa

yang merespon tidak setuju (TS). Respon tidak setuju dan cukup

diperhitungkan peneliti sebagai tidak menjawab pertanyaan. Data ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

102

menunjukkan siswa bahwa menulis cerita fantasi melatih daya imajinasi agar

kemampuan menulis dilatih sejak dini. Hal ini sejalan dengan jawaban dari

Ibu Lucia Noersyamsah Ekarastri yang menyatakan bahwa cerita fantasi yang

mengandung nilai-nilai kehidupan sudah harus dilatih sejak dini. Data di atas

dapat dipresentasi menjadi 94,73% dan termasuk dalam kategori sangat tinggi.

Frekuensi pilihan responden terhadap pernyataan keempat dapat dilihat di

bawah ini:

Diagram 4.14 Menulis adalah termasuk salah satu keterampilan

berbahasa yang wajib saya pelajari.

5. Menulis cerita fantasi termasuk kegiatan yang kreatif

menyenangkan

Pada pernyataan 1 “menulis cerita fantasi termasuk kegiatan kreatif dan

menyenangkan”. Pilihan sangat setuju dan setuju dipandang sebagai jawaban

positif atau sikap positif responden terhadap pernyataan yang diajukan

sehingga berdasarkan klasifikasi tersebut diketahui bahwa siswa 9 setuju (S)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

103

dan 22 sangat setuju (SS), sedangkan 7 siswa menyatakan respon negatif 7

menjawab cukup (C) dan tidak ada siswa merespon tidak setuju (TS).

Respon tidak setuju dan cukup diperhitungkan peneliti sebagai tidak

menjwab pertanyaan. Data ini menunjukkan siswa setuju dan antusias bahwa

menulis cerita fantasi termasuk kegiatan kreatif dan menyenangkan. Hal ini

searah dengan jawaban dari Ibu Lucia Noersyamsah Ekarastri yang

menytakan bahwa menulis cerita fantasi bagi siswa-siswi di kelas cukup

menyenangkan karena siswa menggunakan daya imajinasi seluas-luasnya

dalam menulis. Hal ini dapat dipersentase 76,31 % dan termasuk dalam

kategori tinggi. Frekuensi pilihan responden terhadap pernyataan kelima

dapat dilihat di bawah ini.

Diagram 4.15 Menulis cerita fantasi termasuk kegiatan yang

kreatif menyenangkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

104

C. Pentingnya Nilai-Nilai Kearifan Lokal Cerita Rakyat Nusantara

1. Cerita rakyat mengandung nilai-nilai kehidupan yang harus

dilestarikan.

Pada pernyataan 1 “Cerita rakyat mengandung nilai-nilai kehidupan

yang harus dilestarikan”. Pilihan sangat setuju dan setuju dipandang sebagai

jawaban positif atau sikap positif responden terhadap pernyataan yang

diajukan sehingga berdasarkan klasifikasi tersebut diketahui bahwa siswa 14

setuju (S) dan 17 sangat setuju (SS), sedangkan 7 siswa menyatakan respon

negatif 7 menjawab cukup (C).

Respon tidak setuju dan cukup diperhitungkan peneliti sebagai tidak

menjawab pertanyaan. Data ini menunjukkan siswa setuju bahwa cerita rakyat

menagndung nilai-nilai kehidupan yang harus dilestarikan. Hal ini diperkuat

jawaban dari Ibu Lucia Noersyamsah Ekarastri yang menyatakan bahwa

cerita rakyat mengandung nilai-nilai kehidupan yang harus diperkenalkan

secara berkelanjutan kepada generasi milenial. Hal ini dapat dipersentase

81,57% dan termasuk dalam kategori tinggi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

105

Frekuensi pilihan responden terhadap pernyataan pertama dapat dilihat

di bawah ini.

Diagram 4.16 Cerita rakyat mengandung nilai-nilai kehidupan yang

harus dilestarikan.

2. Saya pernah mendengar cerita rakyat Nusantara dan saya tertarik

untuk membacanya.

Pada pernyataan 2 “Saya pernah mendengar cerita rakyat Nusantara dan

saya tertarik untuk membacanya”. Pilihan sangat setuju dan setuju dipandang

sebagai jawaban positif atau sikap positif responden terhadap pernyataan yang

diajukan sehingga berdasarkan klasifikasi tersebut diketahui bahwa siswa 11

setuju (S) dan 10 sangat setuju (SS), sedangkan 17 siswa menyatakan respon

negatif 13 menjawab cukup (C) dan 3 siswa merespon tidak setuju (TS) dan 1

siswa menyatakan sangat tidak setuju. Respon sangat tidak setuju, tidak setuju

dan cukup diperhitungkan peneliti sebagai tidak menjwab pertanyaan. Data

ini masih menunjukkan bahwa siswa tertarik untuk membaca cerita rakyat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

106

Nusantara. Hal ini dengan jawaban dari Ibu Lucia Noersyamsah Ekarastri

yang menyatakan bahwa cerita rakyat masih diminati oleh generasi milenial.

Data respon positif siswa dapat dipersentase 55,26,% dan termasuk dalam

kategori cukup. Frekuensi pilihan responden terhadap pernyataan kedua dapat

dilihat di bawah ini:

Diagram 4.17 Saya pernah mendengar cerita rakyat Nusantara

dan saya tertarik untuk membacanya.

3. Cerita rakyat akan menarik jika dikolaborasikan dengan kemajuan

teknologi agar lebih sesuai kemajuan zaman.

Pada pernyataan 3 “Cerita rakyat akan menarik jika dikolaborasikan

dengan kemajuan teknologi agar lebih sesuai kemajuan zaman.” Pilihan

sangat setuju dan setuju dipandang sebagai jawaban positif atau sikap positif

responden terhadap pernyataan yang diajukan sehingga berdasarkan

klasifikasi tersebut diketahui bahwa siswa 13 setuju (S) dan 12 sangat setuju

(SS), sedangkan 13 siswa menyatakan respon negatif yaitu 10 menjawab

cukup (C) dan 1 siswa merespon tidak setuju (TS) dan 2 siswa menyatakan

sangat tidak setuju (STS).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

107

Respon sangat tidak setuju, tidak setuju dan cukup diperhitungkan

peneliti sebagai tidak menjawab pertanyaan. Data ini menunjukkan bahwa

siswa setuju jika cerita rakyat perlu dikolaborasikan dengan kemajuan

teknologi agar sesuai zaman dan menarik untuk dipelajari. Hal ini sesuai

dengan jawaban dari Ibu Lucia Noersyamsah Ekarastri yang menyatakan

bahwa cerita rakyat perlu dan mendesak untuk dikreasikan dengan teknologi

agar generasi milenial tertarik untuk mempelajarinya. Data respon positif

siswa dapat dipersentase 65,78 % dan termasuk dalam kategori tinggi.

Frekuensi pilihan responden terhadap pernyataan ketiga dapat dilihat di

bawah ini:

Diagram 4.18 Cerita rakyat akan menarik jika dikolaborasikan dengan

kemajuan teknologi agar lebih sesuai kemajuan zaman.

4. Cerita rakyat penting untuk dipelajari dan dilestarikan

Pada pernyataan 4 “Cerita rakyat penting untuk dipelajari dan

dilestarikan.”. Pilihan sangat setuju dan setuju dipandang sebagai jawaban

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

108

positif atau sikap positif responden terhadap pernyataan yang diajukan

sehingga berdasarkan klasifikasi tersebut diketahui bahwa 21 siswa setuju

(S) dan 12 sangat setuju (SS), sedangkan 5 siswa menyatakan respon negatif

dengan menjawab cukup (C).

Respon cukup diperhitungkan peneliti sebagai tidak menjawab pertanyaan.

Data ini menunjukkan siswa setuju bahwa cerita rakyat penting untuk

dipelajari dan dilestarikan. Hal ini diperkuat jawaban dari Ibu Lucia

Noersyamsah Ekarastri yang menyatakan bahwa cerita rakyat penting dan

harus dilestarikan dalam kehidupan, apalagi bagi generasi sekarang ini.

Respon positif ini dapat dipersentase 86,84,% dan termasuk dalam kategori

sangat tinggi. Dengan demikian cerita rakyat sangat relevan untuk dipelajari

dan dilestarikan oleh generasi milenial masa kini. Frekuensi pilihan responden

terhadap pernyataan keempat dapat dilihat di bawah ini:

Diagram 4.19 Cerita rakyat penting untuk dipelajari

dan dilestarikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

109

5. Saya lebih berminat membaca cerita rakyat secara digital

Pada pernyataan 1 “menulis cerita fantasi penting dan bermanfaat dalam

kehidupan sehari-hari.”. Pilihan sangat setuju dan setuju dipandang sebagai

jawaban positif atau sikap positif responden terhadap pernyataan yang

diajukan sehingga berdasarkan klasifikasi tersebut diketahui bahwa siswa 6

setuju (S) dan 17 sangat setuju (SS), sedangkan 15 siswa menyatakan respon

negatif dengan menjawab cukup (C) sebanyak 9 siswa dan 4 siswa merespon

tidak setuju (TS) dan 2 siswa menjawab sangat tidak setuju (STS). Respon

sangat tidak setuju, tidak setuju dan cukup diperhitungkan peneliti sebagai

tidak menjawab pertanyaan. Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar

siswa berminat membaca cerita rakyat secara digital/online. Hal ini searah

dengan jawaban dari Ibu Viktoria Nino M.Pd yang menyatakan bahwa

generasi sekarang ini lebih menyukai literasi digital karena mudah juga dapat

dibaca kapan saja. Hal ini dapat dipersentase 60,52% dan termasuk dalam

kategori cukup.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

110

Frekuensi pilihan responden terhadap pernyataan kelima dapat dilihat

dalam diagram lingkaran di bawah ini.

Diagram 4.20 Saya lebih berminat membaca cerita

rakyat secara digital

Berdasarkan penjelasan dan pemaparan diagram di atas, peneliti

melakukan kategorisasi terhadap hasil kuesioner yang sudah diisi oleh siswa.

Berikut disajikan tabel kategorisasi analisis kuesioner pengembangan modul

digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai

dalam cerita rakyat Nusantara pada siswa SMP Kebon Dalem Semarang

Kelas VII.

No Deskripsi Pernyataan Σ

Skor

(n=38)

Rata-

Rata

X

% Kategori

1. Pengembangan modul digital

mendesak untuk dilakukan

108 2,84 57% Cukup

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

111

2. Menulis adalah salah satu

keterampilan berbahasa yang

harus dikuasai.

142 3,73 75% Setuju

3. Nilai-nilai kearifan dalam cerita

rakyat Nusantara harus

dilestarikan dan bermanfaat

dalam kehidupan sehari-hari.

161 4,23 85% Sangat setuju

4. Materi menulis cerita fantasi

semakin menarik dengan

menggunakan modul digital

karena membantu saya belajar

mandiri.

150 3,94 79% Setuju

5. Bahan ajar modul digital sangat

bermanfaat dalam memahami

materi menulis cerita fantasi.

151 3,97 79% Setuju

6. Materi menulis cerita fantasi

mudah dipahami dan siswa

mengembangkan kemampuan

beripikir kreatif.

163 4,28 86% Sangat setuju

7. Bahan ajar modul digital adalah

bahan ajar yang pertama kali

digunakan di sekolah ini

156 4,10 82% Sangat setuju

8. Saya sangat suka belajar dengan

bantuan internet karena materi

dapat dipelajari kapan saja.

152 4 80% Setuju

9. Bahan ajar modul digital dapat

digunakan di sekolah ini karena

fasilitas sekolah mendukung.

162 4,26 85% Sangat setuju

11 Menurut saya, menulis cerita

fantasi penting dan bermanfaat

dalam kehidupan sehari-hari.

115 3,02 61% Cukup

12. Saya lebih tertarik belajar

menulis cerita fantasi dengan

bantuan bahan ajar/media

daripada ceramah guru.

124 3,26 65% Setuju

13. Menulis adalah termasuk salah

satu keterampilan berbahasa

yang wajib saya pelajari.

149 3,92 78% Setuju

14. Menulis cerita fantasi.melatih

daya imajinasi agar kemampuan

163 4,28 86% Sangat setuju

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

112

menulis dilatih sejak dini.

15. Menulis cerita fantasi. termasuk

kegiatan yang kreatif

menyenangkan.

168 4,42 88% Sangat setuju

16. Cerita rakyat mengandung

nilai-nilai kehidupan yang harus

dilestarikan.

162 4,26 85% Sangat setuju

17. Saya pernah mendengar cerita

rakyat Nusantara dan saya

tertarik untuk membacanya.

162 4,26 85% Sangat setuju

18. Cerita rakyat akan menarik jika

dikolaborasikan dengan

kemajuan teknologi agar lebih

sesuai kemajuan zaman.

140 3,68 74% Setuju

19. Cerita rakyat penting untuk

dipelajari dan dilestarikan.

147 3,86 77% Setuju

20. Saya lebih berminat membaca

cerita rakyat secara digital

159 4,18 84% Sangat setuju

Tabel 3.4 kategorisasi terhadap hasil kuesioner oleh siswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

113

4.1.1.2 Deskripsi Hasil Wawancara dengan Guru Mata pelajaran

Bahasa Indonesia

Peneliti melakukan wawancara dengan guru bahasa Indonesia Ibu Lucia

Noersyamsah Ekarastri (narasumber) pada Senin, 7 Januari 2019 di ruang

guru SMP Kebon Dalem Semarang pada pukul 08.00 WIB. Tujuan diadakan

wawancara adalah untuk mengetahui realita di sekolah dalam pembelajaran

bahasa Indonesia dan bahan ajar yang digunakan selama ini. Selain itu hasil

wawancara menjadi pedoman dan penguatan alasan pentingnya

pengembangan modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan

memadukan niali-nilai kearifan dalam cerita rakyat Nusantara. Jawaban dari

narasumber dalam hasil wawancara akan dibandingkan dengan jawaban

mahasiswa dalam kuesioner untuk mengetahui urgensi dari penelitian yang

dilakukan peneliti. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan narasumber,

ada beberapa poin penting yang harus diperhatikan oleh peneliti akan

dijabarkan sebagai berikut.

Pertama, “Pembuatan modul digital sangat relevan karena

memudahkan saya sebagai guru Bahasa Indonesia untuk menyampaikan

materi kepada siswa. Selain itu juga menarik perhatian siswa untuk

memahami materi pembelajaran. Anak-anak zaman sekarang sangat berbeda

sekali cara belajar dan menggali informasi. Anak mudah bosan mendengarkan

ceramah guru bahkan terkesan kurang menghargai guru yang sedang

menjelaskan di depan kelas.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

114

Kedua, “Penelitian ini nantinya akan sangat membantu saya dan kami

sebagai guru terutama memudahkan anak-anak memahami materi menulis

cerita fantasi. Penelitian ini tentu menarik dan semoga setelah divalidasi oleh

ahli dapat digunakan oleh guru maupun siswa secara mandiri untuk belajar.

Ketiga, “Menurut sepengetahuan dan pengalaman membaca berbagai

informasi tentang modul, ada baiknya jika modul digital disusun secara

sistematis dan lengkap agar memudahkan siswa dalam belajar secara mandiri.

Hal yang harus diperhatikan juga adalah penilaian di akhir materi beserta

kunci jawabannya, dengan demikian siswa dapat mengukur tingkat

penguasaannya terhadap materi yang telah dipelajari.”

Keempat, “Cerita rakyat di dalamnya mengandung nilai-nilai luhur

yang harus kita lestarikan. Cerita rakyat yang selama ini terdapat di

buku-buku dan disajikan secara konvensional kurang menarik minat baca para

siswa. Jika minat membaca sudah tidak dimiliki, bagaimana mungkin siswa

dapat mengenal bahkan meresapkan nilai-nilai luhur yang terkandung di

dalam cerita rakyat.”

Kelima, “Rencana penelitian ini bagus dilanjutkan karena sesuai

dengan kebutuhan kami sebagai guru yang mendidik siswa dengan

menggunakan teknologi digital tanpa meninggalkan nilai-nilai kearifan

lokal cerita rakyat.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

115

4.1.1.3 Deskripsi Hasil Wawancara dengan Dosen Bahasa Indonesia

Wawancara dengan dua dosen yaitu Ibu Viktoria Nino M.Pd. dan

Antonius Nesi M.Pd dilakukan pada hari Rabu 9 Januari 2019 dilakukan

lewat panggilan video (video call) pada Pk. 17.00- 19.00 WIB. Waktu yang

dibutuhkan cukup lama karena mengalami kendala terputus komunikasi

karena jaringan cukup sulit karena hujan. Kemudian jawaban-jawaban yang

masih kurang jelas dikirim lewat surat elektronik. Tujuan wawancara dengan

dua dosen muda ini adalah mengetahui apakah rencana pembuatan produk

berupa modul digital menulis cerita fantasi untuk siswa SMP relevan dan

bermanfaat. Selain itu, tujuan lain yang ingin dicapai peneliti dalam

wawancara ini adalah mengetahui perspektif dosen bahasa Indonesia tentang

perpaduan modul digital dengan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Nusantara. Hasil wawancara dipaparkan sebagai berikut:

Pertama, “Penggunaan dan peran media dalam pembelajaran bahasa

Indonesia, khususnya menulis cerita fantasi berupa modul digital pasti sangat

membantu pembelajar. Tentu, penggunaan modul digital sebagai media dalam

pembelajaran menulis cerita fantasi harus disesuaikan dengan tingkat, umur,

dan kearifanistik agar kompetensi, keterampilan, dan substansi pembelajaran

nantinya dapat dicapai siswa.”

Kedua, “Generasi milenial merupakan generasi Y yang lahir pada tahun

2000-an. Dalam beberapa kajian ditemukan bahwa generasi ini memiliki

kearifanistik, antara lain, belajar dan menguasai peranti teknologi secara

autodidak. Sehubungan dengan itu dapat dikatakan bahwa generasi ini akrab

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

116

dengan dunia digital. Oleh karena itu, bahan ajar yang cocok bagi generasi ini

bisa dirancang dalam aplikasi digital. Dengan demikian, bahan ajar tidak

menjauhkan mereka dari dunia yang paling dekat dengan mereka.”

Ketiga, “Guru harus terus-menerus belajar. Dia tidak cukup

mengandalkan otoritasnya sebagai guru, juga pengetahuan yang diperolehnya

dari lembaga pendidikan calon guru. Ia harus bisa beradaptasi, mampu

membuat manajemen waktu, dan beradaptasi dengan dunia siswa. Dengan

demikian, inovasi modul digital merupakan tantangan tersendiri bagi guru

untuk berinovasi. Terkait literasi digital, tuntutan dunia kerja masa kini,

termasuk dunia kerja guru di lembaga-lembaga pendidikan, telah masuk pada

satu babak baru, yaitu revolusi teknologi 4.0. Revolusi ini menuntut setiap

tenaga professional untuk terampil menggunakan alat-alat teknologi.

Sehubungan dengan itu, pertama-tama, guru harus serius mengembangkan

diri melalui penguasaan terhadap teknologi. Selanjutnya, ia harus berinovasi

melalui perancangan pembelajaran berbasis teknologi. Literasi digital bagi

guru pada era ini dapat dikatakan sangat urgen.”

Keempat, “Bahan ajar modul digital dalam pembelajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia sudah saatnya mendesak untuk diciptakan dan diaplikasikan.

Argumentasi dasarnya, selain menimbang latar belakang dan kearifanistik

siswa generasi milenial, modul digital juga merupakan suatu inovasi

pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.”

Kelima, “Sangat setuju apabila cerita rakyat dielaborasi dengan teknologi

agar menarik dan mudah dipelajari siswa. Sejauh ini, cerita rakyat (folklore)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

117

jarang dicatat atau didokumentasikan. Kebanyakan folklore murni lisan masih

belum terdata atau terdokumentasi. Dengan suatu elaborasi menggunakan

teknologi, apalagi dekat dengan dunia generasi milenial, hal itu pasti

memberikan dampak positif dan pembelajaran cerita rakyat pasti akan lebih

berdaya guna.”

Keenam, “Sebagai narasi sastra, cerita rakyat mengandung amanat dan

pesan moral. Tentu, dalam pembelajarannya siswa tidak cukup diarahkan

untuk mengidentifikasi pesan amanat dan pesan moral yang terkandung di

dalamnya. Hal yang lebih penting, hemat saya, justru etika, amanat, dan pesan

moral yang terkandung di dalam sebuah cerita rakyat pada akhirnya dapat

diinternalisasi (ditanamkan, dimiliki, dan dihayati) oleh siswa.”

Ketujuh, “Dari jenisnya, judul itu termasuk Reseach and Development

Produk penelitian tersebut pasti akan memberikan manfaat teoretis dan praktis

bagi siapa saja yang menaruh atensi pada pembelajaran bahasa dan sastra

Indonesia.”

4.1.2 Pengembangan Modul

Setelah tahap pengumpulan informasi dan analisis yang telah

diperoleh melalui wawancara dan kuesioner, langkah yang ditempuh peneliti

selanjutnya adalah penyusunan modul digital pembelajaran. Langkah awal

yang ditempuh adalah mendesain bahan ajar modul digital yaitu menentukan

judul yaitu “Ayo Menulis Cerita Fantasi”. Setelah judul modul digital

pembelajaran ditentukan, langkah selanjutnya adalah menentukan tujuan,

pemilihan bahan, penyusunan kerangka, dan pengumpulan bahan. Berikut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

118

akan dipaparkan langkah-langkah dan tahapan pembuatan modul digital

pembelajaran.

4.1.2.1 Penentuan Tujuan

Tujuan yang dilakukan dalam tahap ini adalah tujuan pembelajaran

dari setiap kompetensi dasar pembelajaran yang dikembangkan dari

kompetensi inti dalam kurikulum 2013. Tujuan pembelajaran pada umumnya

menggambarkan harapan dan tujuan dari pembekajaran siswa SMP. Tujuan

umum dari pembelajaran menggunakan modul digital pembelajaran ini adalah

agar siswa mampu menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai

kearifan lokal cerita rakyat Nusantara secara tepat dan kreatif. Selain tujuan

umum di atas, adapun tujuan khusus yang dirangkum dalam tabel di bawah

ini:

Bab Tujuan Pembelajaran

I. Konsep Menulis Cerita

Fantasi

1. Mengidentifikasi unsur-unsur teks narasi

(fantasi)

2. Menentukan ciri umum ciri umum cerita

fantasi

3. Menentukan jenis cerita fantasi

II. Konsep Menulis Cerita

Fantasi

1. Menentukan struktur teks fantasi.

2. Menelaah unsur kebahasaan cerita fantasi

3. Menyajikan gagasan kreatif dalam cerita

fantasi

III. Latihan 1. Menulis cerita fantasi dengan kreasi

2. Menulis cerita fantasi dengan rangsangan

gubahan cerita lain, gambar pengantar

bertema nilai pendidikan kearifan.

3. Melanjutkan kata-kata menjadi sebuah

cerita fantasi menarik

4. Menulis cerita fantasi dengan

memanfaatkan kotak kata.

5. Menulis cerita fantasi dengan bantuan

audio simakan.

6. Menulis cerita dengan bantuan audio

simakan.

Tabel 3.5 Tujuan khusus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

119

4.1.2.2 Pemilihan Bahan

Setelah merumuskan tujuan umum dan khusus, peneliti memilih

bahan-bahan yang akan menjadi konten/isi dalam modul digital pembelajaran.

Tujuan dari pemilihan bahan haruslah relevan dengan tujuan pembelajaran

yang telah dirancang sebelumnya. Bahan-bahan yang diseleksi peneliti dari

berbagai sumber meliputi: teori yang sesuai, konsep tentang menulis cerita

fantasi, teks bacaan; cerita rakyat Nusantara yang sesuai, gambar dan ilustrasi

pendukung materi yang sesuai kompetensi dasar. Peneliti juga mencoba

menyesuaikan bahasa yang digunakan untuk siswa SMP agar mudah

dipahami, contoh-contoh dirancang agar faktual dan terbaru, penggunaan

gambar yang sesuai topik atau subtopik. Selama pemilihan bahan-bahan yang

menjadi konten modul, peneliti juga berkoordianasi dengan dosen pengampu

dan berpijak pada analisis kebutuhan yang telah dilakukan pada saat studi

pendahuluan.

4.1.2.3 Penyusunan Kerangka

Setelah pemilihan bahan yang menjadi konten modul digital

pembelajaran, peneliti melanjutkan pada tahap selanjutnya yaitu menyusun

kerangka modul. Tujuan dari penyusunan kerangka adalah agar modul dapat

disusun secara sistematis yang dimulai dari (1) halaman judul, (2) kata

pengantar, (3) daftar isi, (4) rasional produk, (5) petunjuk, (6) pendahuluan, (7)

isi yang berupa materi tiap bab, (8) latihan, (9) Rangkuman, (10) uji formatif,

(11) Refleksi, (12) daftar Pustaka, (13) glosarium, (14) biodata penulis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

120

4.1.2.4 Pengumpulan Bahan

Kerangka bahan ajar modul telah tersusun, maka langka selanjutnya

adalah mengumpulkan bahan yang dibutuhkan dalam penyusunan modul

digital ini. Bahan-bahan yang dimaksud adalah berbagai informasi yang

sesuai dengan topik, baik konsep, teori, data, contoh, gambar/ilustrasi, video,

audio (rekaman), dan berbagai latihan pendukung. Bahan-bahan yang

disiapkan dari peneliti berasal dari berbagai sumber; baik cetak maupun

elektronik. Setelah bahan-bahan terkumpul, peneliti menyeleksi kembali agar

konten modul sesuai dan efektif. Semua konten modul dirangkum dalam

bentuk naskah melalui program dan aplikasi Microsoft Word.

Setelah tahap pengumpulan data dan seleksi berbagai konten modul

digital telah dilakukan, tahap lanjutan adalah desain penyajian modul. Peneliti

menggunakan konsep tampilan menggunakan publisher 2013. Publisher 2013

adalah sebuah program yang dirancang untuk mengakses mudah ke sejumlah

besar alat pengeditan misalnya, desain kartu, majalah, menu, poster dan

lainnya sesuai kebutuhan. Untuk mendesain tampilan modul digital, peneliti

menggunakan program aplikasi Canva dan Coreldraw X7, perekaman suara

menggunakan aplikasi Audacity, pembuatan video menggunakan Kine Master

dan tahap terakhir adalah pengeditan, penulis menggunakan aplikasi Filmora.

Setelah tampilan kertas dirancang, peneliti memasukkan konten ke dalam

latar kertas modul digital. Konten materi pembelajaran disusun sedemikian

rupa agar mampu menarik minat baca siswa dan memudahkan siswa

memahami materi modul. Peneliti juga memberikan ilustrasi, gambar, video

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

121

dan audio yang disesuaikan dengan materi tiap bab. Peneliti menggunakan

aplikasi Audacity untuk merekam audio kemudian dilanjutkan dengan tahap

pengeditan dengan menggunakan aplikasi Filmora untuk memadukan efek

suara belakang audio (backsound).

Modul digital yang dirancang oleh peneliti memiliki tiga bagian. Bagian

pertama berupa penyajian sampul luar, kata pengantar, daftar isi, rasional

produk, petunjuk penggunaan modul. Bagian sampul luar terdiri dari jenis

bahan ajar berupa modul digital pembelajaran, judul modul, nama penulis,

dan sasaran modul jenis bahan ajar yaitu modul digital pembelajaran; judul

modul yaitu Ayo menulis Cerita Fantasi, penulis ialah Maria Emerensiana

Anin; dan sasaran modul digital adalah untuk Siswa SMP. Bagian pengantar

menjelaskan secara keseluruhan isi modul, langkah-langkah pembelajaran,

dan tujuan akhir mempelajari materi dalam modul digital tersebut.

Bagian kedua dalam modul digital adalah Isi/materi pembelajaran.

Bagian isi terdiri dari tiga bab. Bab pertama berisi hakikat menulis cerita

fantasi dan hal-hal penting yang perlu dipahami siswa dalam menulis cerita

fantasi. Bab kedua berisi struktur teks fantasi, unsur kebahasaan teks fantasi.

Setelah penjabaran materi, terdapat bagian latihan, rangkuman, uji

kompetensi dan refleksi yang harus dikerjakan oleh siswa dengan tujuan

mengukur ketercapaian dari pembelajaran yang telah berakhir. Bab ketiga dari

bagian isi terdiri dari latihan agar siswa makin terampil dalam menulis cerita

fantasi dengan berbagai kreasi yang dirancang oleh peneliti agar membantu

siswa antusias dan bersemangat mempelajari modul digital.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

122

Bagian terakhir dari modul digital “Ayo Menulis Cerita fantasi” terdiri

dari kunci jawaban, daftar pustaka, dan glosarium. Kunci jawaban berguna

untuk mencocokkan jawaban siswa setelah mengerjakan uji formatif. Manfaat

lain dari kunci jawaban adalah mengukur tingkat kemampuan siswa dalam

penguasaan materi yang terdapat dlaam modul digital. Daftar pustaka

disajikan untuk mengetahui sumber rujukan dalam penyusunan modul ini.

Selain itu, daftar pustaka dapat memudahkan siswa untuk mencari referensi

yang berkaitan dengan pembelajaran menulis cerita fantasi. Glosarium

merupakan kamus kecil yang berisi kata-kata operasional atau kata-kata sulit

yang mungkin belum diketahui siswa sebelumnya.

Pemilihan aplikasi digital juga dilakukan oleh peneliti yaitu program

aplikasi PDF Profesional (flipbook). Flipbook adalah jenis perangkat lunak

profesional halaman flip untuk mengkonversi file pdf ke halaman secara

bolak-balik ke dalam publikasi digital.

Pemilihan kualitas cetakan modul juga menjadi perhatian peneliti setelah

selesai menyajikan modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi secara

soft copy. Peneliti memilih mencetak bagian isi modul dengan kertas B5 (176

cm x 250 cm) sesuai standar ISO Kemendikbud dengan berat satuan kertas 80

gram. Bagian sampul dicetak menggunakan kertas B5 ivory 260 gram dan

dilaminasi doff/glossy.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

123

4.1.3 Uji Validasi

Setelah produk modul digital pemvelajaran dicetak, peneliti melakukan

langkah uji validasi. Uji validasi pada produk ini dilakukan menggunakan

lembar anket/kuesioner yang memuat aspek-aspek penilaian yaitu aspek

isi/materi, penyajian, bahasa dan kegrafikan. Berikut disajikan data hasil

validasi oleh dosen ahli, dosen pengampu mata kulian Bahasa Indonesia, dan

uji coba terbatas pada siswa peserta mata pelajaran bahasa Indonesia.

4.1.3.1 Hasil Validasi Modul Digital oleh Dosen Ahli

Validasi produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi

berjudul “Ayo Menulis Cerita Fantasi” oleh dosen ahli dilakukan oleh Dr.

Yuliana Setyaningsih, M.Pd. Data hasil validasi oleh dosen ahli meliputi

aspek kelayakan isi/materi, kegrafikan, kelayakan penyajian, dan kelayakan

media.validasi dari dosen ahli dilakukan satu lai dengan memberikan

penilaian di setiap aspek. Berikut ini disajikan hasil validasi dalam tiap aspek.

1. Aspek Kelayakan Isi/Materi

Tabel berikut ini menguraikan hasil validasi dosen ahli terhadap aspek

kelayakan isi/materi modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi yang

disusun oleh peneliti. Penilaian kelayakan isi/materi terdiri atas tiga belas

pernyataan yang disajikan berikut ini.

Tabel 4.6 Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Aspek Kelayakan Isi/Materi

No. Kode Indikator Penilaian Skor Penilaian

1. 1.

Capaian pembelajaran dan indikator

pencapaian materi tercantum di setiap

bab.

3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

124

2. 2

Materi pembelajaran dalam modul

sesuai dengan standar kompetensi dan

kompetensi dasar.

3

3. 3

Penyajian konsep dan definisi, prinsip,

prosedur, contoh, dan pelatihan dalam

modul sesuai dengan kebutuhan materi

pokok yang mendukung tercapainya

kemampuan menulis cerita fantasi

siswa.

3

4. 4 Materi yang konsep diperkuat dengan

contoh maupun ilustrasi yang jelas. 3

5. 5

Soal-soal yang disajikan disesuaikan

dengan tujuan pembelajaran sehingga

siswa dapat menguasai materi menulis

cerita fantasi dengan baik.

3

1. 6

Langkah-langkah menulis cerita fantasi

sudah terlihat dalam modul digital. 4

7. 7

Materi yang disajikan dalam modul

menarik sehingga dapat menumbuhkan

minat siswa untuk mengkaji atau

mempelajari materi menulis cerita

fantasi.

3

8. 8

Materi yang terdapat dalam modul

dapat membuat siswa mengenali

gagasan/ide, mengidentifikasi dan

menjelaskan gagasan, mengonstruksi

pengetahuan baru, dan menerapkan

pengetahuan tentang menulis cerita

fantasi.

3

9. 9

Secara langsung maupun tidak langsung

siswa diarahkan untuk mampu menulis

cerita fantasi bernilai kearifan.

3

10. 10

Materi yang disajikan dapat

menumbuhkan kreativitas siswa dalam

hal pemecahan masalah dan berpikir

kreatif dan kritis.

3

11. 11

Materi yang disajikan mengacu pada

teori-teori yang relevan dan dirumuskan

secara tepat, sehingga dapat mendukung

tercapainya standar kompetensi dan

kompetensi dasar.

4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

125

12. 12

Latihan-latihan sudah mengacu pada

latihan menulis cerita fantasi bermuatan

nilai kearifan.

3

13. 13

Materi nilai-nilai kearifan berupa

dongeng sebagai referensi disajikan

secara tepat.

4

Jumlah 42

Skor Rata-rata 3,23

Persentase 64,6%

Kategori Cukup Baik

Berdasarkan data di atas peneliti menyimpulkan bahwa hasil validasi

pada aspek kelayakan isi/materi pada modul digital pembelajaran menulis

cerita fantasi memperoleh skor rata-rata 3,23 dengan kategori “Cukup Baik”.

Aspek isi/materi modul digital pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti

secara keseluruhan sudah cukup baik, akan tetapi masih terdapat kesalahan

ejaan, tanda baca, unsur bahasa yang belum paralel, validator memberikan

saran agar langkah-langkah/prosedur yang membantu siswa dalam menulis

cerita fantasi harus ditambahkan karena belum tampak.

2. Penilaian Kelayakan Penyajian

Tabel berikut memaparkan hasil validasi aspek kelayakan penyajian

modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan

niali-nilai kearifan dalam cerita rakyat Nusantara oleh dosen ahli. Aspek

kelayakan penyajian terdiri atas 5 pernyataan yang diperinci dalam tabel

berikut ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

126

No. Kode Indikator Penilaian Skor

Penilaian

1. 15

Setiap bab memuat pembangkit motivasi

dalam menulis cerita fantasi (berupa

gambar, ilustrasi, atau susunan kalimat),

pendahuluan, dan isi.

3

2. 16

Penyajian dalam modul bersifat interaktif

dan partisipatif sehingga memotivasi

siswa untuk belajar aktif dan mandiri.

2

3. 17

Penyajian materi dalam modul sesuai

dengan alur berpikir deduktif sehingga

siswa dapat mengikutinya dengan baik.

4

4. 18

Pada bagian pendahuluan modul disajikan

secara lengkap, seperti kata pengantar,

petunjuk penggunaan, dan daftar isi

dan/atau daftar tabel dan bagan.

3

5. 19

Pada bagian isi, penyajian materi dalam

modul dilengkapi dengan

gambar,ilustrasi, tabel, rujukan/sumber

acuan, soal latihan, dan rangkuman.

3

6. 20 Pada bagian penutup dalam modul

terdapat daftar pustaka. 3

7. 21

Penyajian materi dapat merangsang siswa

berpikir kritis, kreatif, dan inovatif dalam

mendalami isu-isu dan permasalahan

yang diangkat dalam penulisan cerita

fantasi.

3

Jumlah 21

Skor Rata-rata 3,00

Persentase 60%

Kategori Cukup

Baik

Tabel 4.7 Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Aspek Kelayakan

Penyajian

Berdasarkan data di atas peneliti menyimpulkan bahwa hasil validasi

pada aspek kelayakan penyajian pada modul digital pembelajaran menulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

127

cerita fantasi memperoleh skor rata-rata 3,00 dengan kategori “Cukup Baik”.

Aspek kelayakan penyajian modul digital pembelajaran yang dikembangkan

oleh peneliti secara keseluruhan sudah cukup baik, akan tetapi masih terdapat

saran dari validator untuk merevisi sebagai langkah penyempurnaan antara

lain: peneliti harus mencantumkan sumber gambar/animasi, penulisan daftar

pustaka dan glosarium harus direvisi karena belum sesuai kaidah penulisan

karya ilmiah.

3. Penilaian Kelayakan Bahasa

Tabel berikut memaparkan hasil validasi oleh dosen ahli aspek kelayakan

bahasa pada modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi. Data hasil

validasi dosen ahli diuraikan di bawah ini:

Tabel 4.8 Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Aspek Kelayakan Bahasa

No. Kode Indikator Penilaian Skor

Penilaian

1. 24

Kata dan kalimat yang digunakan

sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan

Bahasa Indonesia (PUEBI).

3

2. 25

Penyampaian pesan antara satu bab dan

bab lain yang berdekatan dan

antarsubbab dalam bab mencerminkan

hubungan yang logis.

3

Jumlah 6

Skor Rata-rata 3,00

Presentasi 20 %

Kategori Rendah

Berdasarkan data di atas peneliti menyimpulkan bahwa hasil validasi pada

aspek kelayakan bahasa pada modul digital pembelajaran menulis cerita

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

128

fantasi memperoleh skor rata-rata 3,0 dengan kategori “Rendah”. Aspek

kelayakan bahasa pada modul digital pembelajaran yang dikembangkan oleh

peneliti secara keseluruhan tergolong rendah. Saran dari validator untuk

merevisi sebagai langkah penyempurnaan antara lain: peneliti harus

memperhatikan cara penggunaan bahasa agar ilmiah, paralel. Modul digital

pembelajaran harus direvisi karena bahasa belum sesuai kaidah penulisan

karya ilmiah.

4. Penilaian Kelayakan Kegrafikan

Tabel berikut memaparkan hasil validasi oleh dosen ahli aspek kelayakan

kegrafikan pada modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi. Data hasil

validasi dosen ahli diuraikan di bawah ini:

No. Kode Indikator Penilaian Skor

Penilaian

1. 24

Ukuran modul sesuai dengan

standar ISO, yaitu B5 (176cm x

250 cm).

3

3. 25

Penampilan unsur tata letak pada

kulit muka, belakang, dan

punggung secara harmonis dan

konsisten.

3

4. 26

Huruf, ukuran huruf, dan warna

judul yang digunakan menarik,

proporsional, dan mudah dibaca.

4

5. 27

Modul tidak menggunakan terlalu

banyak kombinasi jenis huruf dan

mudah dibaca.

4

6. 28

Bidang cetak, marjin, dan spasi

antarteks dan ilustrasi dalam

bagian isi modul digital sudah

proporsional.

3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

129

7. 29

Penempatan judul, subjudul,

ilustrasi, keterangan gambar, dan

hiasan tidak mengganggu

pemahaman terkait materi modul

digital.

4

8. 30 Bagian isi mudah dibaca dan

dipahami oleh pembaca. 4

9. 31

Bagian ilustrasi isi dapat

memperjelas dan mempermudah

pemahaman, serta menarik.

4

10. 32

Judul bab, subjudul bab, dan angka

halaman, serta ilustrasi dan

keterangan gambar sudah lengkap

dan proporsional.

3

11. 33

Penempatan judul, subjudul,

ilustrasi, keterangan gambar, dan

hiasan tidak mengganggu

pemahaman terkait materi modul

digital.

4

Jumlah 36

Skor Rata-rata 3,6

Persentase 72%

Kategori Cukup Baik

Tabel 4.9 Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Aspek Kelayakan kegrafikan

Berdasarkan data di atas peneliti menyimpulkan bahwa hasil validasi

pada aspek kegrafikan bahasa pada modul digital pembelajaran menulis cerita

fantasi memperoleh skor rata-rata 3, 6 dengan kategori “Cukup Baik”. Aspek

kelayakan kegrafikan pada modul digital pembelajaran yang dikembangkan

oleh peneliti secara keseluruhan tergolong sudah cukup baik. Saran dari

validator untuk merevisi sebagai langkah penyempurnaan antara lain: peneliti

harus memperhatikan tata letak, jarak, dan peneliti harus mencantumkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

130

sumber dari gamabr/animasi yang digunakan dalam modul. Modul digital

pembelajaran harus direvisi agar simetris dan proporsional.

5. Aspek kelayakan Media Pembelajaran

Tabel berikut memaparkan hasil validasi oleh dosen ahli aspek kelayakan

media pada modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi. Data hasil

validasi dosen ahli diuraikan di bawah ini:

No. Kode Indikator Penilaian Skor Penilaian

1 34 Media pembelajaran dapat diinstal

dengan mudah. 4

2 35 Petunjuk (navigasi) media pembelajaran

dapat dikontrol dengan mudah. 4

3 36 Slide buku dapat dikontrol dengan

mudah 4

4. 37 Audio dan video dapat dikontrol dengan

mudah. 4

5 38 Kualitas tampilan layar menarik. 4

6 39 Kualitas gambar jelas. 4

7 40 Kualitas audio dan video jelas. 4

Jumlah 28

Skor Rata-rata 4

Persentase 80%

Kategori BAIK

Tabel 4.10 Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Aspek Kelayakan Media

Pembelajaran

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil validasi

dosen ahli pada aspek media memperoleh skor rata-rata 4,00 dengan kategori

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

131

“BAIK”. Dari hasil validator dalam aspek media, dapat disimpulkan bahwa

secara umum media pembelajaran sudah tergolong baik.

Berdasarkan uraian hasil validasi dosen ahli berdasarkan

masing-masing aspek, peneliti memeroleh data skor rata-rata yang disajikan

dalam tabel di bawah ini:

No. Aspek penilaian Skor Rata-rata Kategori

1 Kelayakan Isi/Materi 3,23

Cukup Baik

2 Kelayakan Penyajian 3.00

Cukup Baik

3 Kelayakan Bahasa

Rendah

4 Kelayakan Kegrafikan 3,6 Cukup Baik

5

Kelayakan Media

Pembelajaran 4

Baik

Jumlah 16,55

Rata-Rata 3,31 Cukup Baik

Persentase 66,2%

Tabel 4.11 Data skor Rata-rata Dosen Ahli pada Seluruh Aspek

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa hasil validasi modul

digital pembelajaran menulis cerita fantasi untuk siswa SMP Kelas VII dengan

memadukan nilai-nilai kearifan dalam cerita rakyat Nusantara oleh dosen ahli

mendapatkan skor rata-rata 3,31 dengan kategori “Cukup Baik”. Revisi yang

dilakukan berdasarkan saran perbaikan dari dosen, yaitu 1) prosedur yang

membantu siswa agar dapat menulis cerita fantasi belum nampak, 2) kekhasan

dari modul ini belum nampak, 3) penggunaan kata dan kalimat harus paralel,

agar sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), 4)

perhatikan sistematika penulisan kata dan kalimat yang benar, (5) penulisan

daftar pustaka diperbaiki, 6) metode yang digunakan harus sesuai dengan

kurikulum 2013, (7) pertanyaan harus dikemas secara bagus agar menarik, (8)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

132

sumber beberapa gambar harus dicantumkan, (9) jarak/spasi penulisan daftar

pustaka dan glosarium tidak konsisten.

4.1.4 Revisi Produk Tahap 1

Penulis mencatat semua saran dan komentar dosen ahli dari hasil validasi

modul digital kemudian ditindaklanjuti dengan revisi modul digital

pembelajaran yang berjudul “Ayo Menulis Cerita Fantasi”. Penulis melakukan

revisi modul digital yang dijabarkan secara terperinci sebagai berikut.

1. Revisi Aspek Kelayakan Isi/Materi

Validator memberi catatan bahwa aspek isi/materi pada modul digital

pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan

dalam cerita rakyat Nusantara secara keseluruhan sudah cukup baik. Akan

tetapi, ada beberapa catatan yang harus dicermati kembali dan diperbaiki.

Komentar dan saran validator terhadap isi/materi dalam modul. Beberapa hal

yang direvisi peneliti dalam aspek isi dapat dijabarkan sebagai berikut.

Pertama, pada bagian awal materi dalam modul digital, pertanyaan kurang

mendalam dan kurang memacu siswa untuk berpikir kritis dan kreatif. Peneliti

harus meramu pertanyaan pengantar kepada siswa agar memacu siswa

bersemangat dalam mempelajari materi demi tercapainya tujuan pembelajaran

yang diinginkan. Kedua, belum terdapat contoh dari hasil latihan tentang cerita

fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara.

Ketiga, siswa kurang dituntun, maka peneliti harus memberi contoh yang

disertai analisis. Keempat, soal pilihan berganda kurang relevan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

133

digunakan dalam modul digital pembelajaran maka peneliti harus merancang

contoh lain sebagai latihan yang membantu siswa dalam menulis cerita fantasi

dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara.

2. Revisi Kelayakan Penyajian

Pada aspek penilaian kelayakan penyajian modul digital pembelajaran

menulis cerita fantasi dengan memadukan nilia-nilai kearifan lokal dalam

cerita rakyat Nusantara, validator menilai bahwa secara keseluruhan sudah

cukup baik. Akan tetapi beberapa bagian harus diperhatikan oleh peneliti.

Pertama, pada awal bab kata dan kalimat kurang memotivasi siswa, maka

peneliti harus mengubah dan memilih kata-kata yang membantu siswa untuk

antusias mempelajari modul digital pembelajaran menulsi cerita fantasi dengan

memadukan nilai-nilai kearifan lokal dalam cerita rakyat Nusantara. Kedua,

pada bagian Legenda Dewi Bulan, Batu menangis tidak interaktif, maka

peneliti harus menambahkan kata dan kalimat serta kegiatan yang memacu

semangat siswa untuk mempelajari modul digital pembelajaran. Ketiga,

penggunaan spasi dalam modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi

tidak konsisten.

3. Revisi Kelayakan Bahasa

Pada aspek penilaian kelayakan bahasa pada modul digital pembelajaran

menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal dalam

cerita rakyat Nusantara secara umum sudah cukup baik. Validator memberikan

beberapa catatan yang harus diperhatikan oleh peneliti. Pertama, dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

134

penggunaan bahasa yaitu, peneliti harus memperhatikan penggunaan ejaan

sesuai Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonsia. Kedua, peneliti harus

memperhatikan penulisan secara tepat.

4. Aspek Kelayakan Kegrafikan

Pada aspek penilaian kelayakan kegrafikan pada modul digital

pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan

lokal cerita rakyat Nusantara secara umum sudah cukup baik. Validator

memberikan beberapa catatan yang harus diperhatikan oleh peneliti. Peneliti

harus lebih cermat dalam mendesain letak gambar, penempatan judul,

subjudul, margin, spasi antar teks harus proporsional.

5. Aspek Kelayakan Media Pembelajaran

Pada aspek penilaian kelayakan media pembelajaran pada modul digital

pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan

lokal cerita rakyat Nusantara secara umum sudah cukup baik. Validator

memberi catatan agar peneliti harus memperhatikan hal-hal teknis media agar

ketika digunakan tidak mengalami kerusakan atau hal lain yang menyebabkan

ketidakefektifan bagi siswa-siswi maupun pengguna modul digital

pembelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

135

4.1.5 Data Hasil Uji Coba Produk

Tahap lanjutan dari penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh

peneliti adalah mengadakan uji coba modul digital pembelajaran yang berjudul

“Ayo Menulis Cerita Fantasi” terhadap siswa-siswi SMP Kebon Dalem Kelas

VII. Berikut penjabaran hasil uji coba terhadap produk modul digital

pembelajaran yang dilakukan pada tanggal 13 Juni 2019.

4.1.5.1 Deskripsi Uji Coba Produk

Uji coba produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan

memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara dilakukan dalam

dua rangkaian uji coba yaitu, pembelajaran mandiri menggunakan modul

digital dan pengisian kuesioner penilaian kelayakan modul digital yang

dikembangkan oleh peneliti. Uji coba produk dilakukan dalam satu kali

pertemuan pada Kamis, 13 Juni 2019 di SMP Kebon Dalem Semarang. Ketika

pembelajaran di kelas VII A, peneliti memulai kegiatan dengan berdoa sejenak,

kemudian peneliti menjelaskan gambaran umum dan langkah-langkah yang

akan dikerjakan siswa-siswi. Peneliti membagikan modul dalam bentuk

Flippbook yang dipindahkan ke laptop masing-masing siswa. Para siswa

belajar menggunakan dan mengoperasikan modul digital secara mandiri.

peneliti hadir dan mengamati secara keseluruhan dinamika seluruh siswa dan

peneliti lebih bertindak sebagai fasilitator.

Para siswa yang telah mengamati materi secara umum, diminta

mengerjakan salah satu latihan menulis cerita fantasi dengan memadukan

nilai-nilai kearifan lokal sebagai sumber inspirasi yang terdapat dalam modul.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

136

Para siswa cukup antusias mengerjakan latihan yang diminta oleh peneliti.

Setelah para siswa menyelesaikan latihan menulis, para siswa melanjutkan

dnegan pengisian kuesioner penilaian kelayakan modul digital pembelajaran

menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita

rakyat Nusantara yang telah disediakan peneliti dalam lembaran kertas. Lima

aspek yang dinilai oleh para siswa antara lain, aspek isi/materi. Aspek

penyajian, aspek bahasa, aspek kegrafikan, dan aspek media pembelajaran.

4.1.5.2 Deskripsi Hasil Validasi Siswa

Kuesioner validasi kelayakan modul digital yang diberikan kepada 20

siswa berjumlah 25 butir indikator penilaian, kolom komentar umum, dan saran

perbaikan, serta kesimpulan kelayakan modul digital pembelajaran menulis

cerita fantasi. Berikut hasil validasi siswa yang menjadi responden penilaian

kelayakan modul.

1. Aspek Kelayakan Isi/materi

Peneliti akan memaparkan hasil validasi siswa terhadap modul digital

pembelajaran pada aspek isi/materi modul digital pembelajaran menulis cerita

fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara.

Butir penilaian kelayakan isi/materi terdiri atas 7 butir indikator penilaian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

137

Berikut ini dipaparkan rata-rata hasil validasi siswa kelas VII.

Tabel 4.12 Data Hasil Siswa pada Aspek Kelayakan Isi/Materi

No. Kode Indikator Penilaian Skor Rata-rata

(n=20)

1. 1 Penyajian dalam modul ini sudah urut 4,75

2. 2 Tujuan pembelajaran dalam modul ini

sudah jelas 4,55

3. 3 Langkah-langkah dalam modul ini mudah

saya ikuti 4,50

4.

4 Teori dan contoh memberi semangat untuk

mencoba dan berlatih 4,35

5. 5 Saya tertantang untuk mengerjakan

tugas-tugas dalam modul digital sampai

tuntas 2,7

6. 6 Informasi yang disajikan dalam modul

digital ini sudah lengkap 4,5

7. 7 Modul digital ini bersifat interaktif 4,25

Jumlah 29, 6

Skor Rata-rata 4,14

Persentase 84 %

Kategori Sangat Baik

Berdasarkan pemaparan di atas, hasil uji coba terbatas pada 20 responden,

peneliti menyimpulkan bahwa aspek kalayakan isi/materi dalam modul digital

pembelajaran berjudul “Ayo Menulis Cerita Fantasi” mendapatkan skor

rata-rata 4,14 dengan kategori “Sangat Baik”.

2. Aspek Kelayakan Kebahasaan

Peneliti akan memaparkan hasil validasi siswa terhadap modul digital

pembelajaran pada aspek kelayakan kebahasaan modul digital pembelajaran

menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

138

rakyat Nusantara. Butir penilaian kelayakan kebahasaan terdiri atas 4 butir

indikator penilaian. Berikut ini dipaparkan rata-rata hasil validasi siswa kelas

VII.

No. Kode Indikator Penilaian Skor Rata-rata

(n=20)

1. 8 Tulisan dalam modul digital ini terbaca

dengan jelas 4,45

2. 9 Bahasa yang digunakan dalam modul

digital ini mudah dipahami 4,4

10. 10 Materi yang disajikan mudah dipahami 4,45

11. 11 Petunjuk penggunaan modul digital

sudah jelas 4,45

Jumlah 17,75

Skor Rata-rata 4,43

Persentase 88,6 %

Kategori Sangat Baik

Tabel 4.13Data Hasil Validasi siswa pada Aspek Kelayakan Kebahasaan

Berdasarkan pemaparan di atas, hasil uji coba terbatas pada 20 responden,

peneliti menyimpulkan bahwa aspek kelayakan kebahasaan dalam modul

digital pembelajaran berjudul “Ayo Menulis Cerita Fantasi” mendapatkan skor

rata-rata 4,43 dengan kategori “Sangat Baik”.

3. Aspek Kelayakan Kegrafikan

Peneliti akan memaparkan hasil validasi siswa terhadap modul digital

pembelajaran pada aspek kelayakan kegrafikan modul digital pembelajaran

menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita

rakyat Nusantara. Butir penilaian kelayakan kegrafikan terdiri atas 7 butir

indikator penilaian. Berikut ini dipaparkan rata-rata hasil validasi siswa kelas

VII.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

139

NO. Kode Indikator Penilaian Skor Rata-rata

(n=20)

1. 12 Ukuran huruf dalam modul ini tepat dan

jelas 3,95

2. 13 Jenis huruf yang digunakan dalam modul

digital ini sudah tepat 4,4

3. 14 Letak gambar dan ilustrasi sesuai dengan

materi 4,4

4.

15 Ukuran huruf sesuai dan mudah dibaca 4

5. 16 Gambar yang disajikan dalam modul

digital ini jelas 4,55

6. 17 Desain tampilan modul digital ini menarik 4,6

7. 18 Lay out modul digital ini sudah tepat 4,65

Jumlah 30,55

Skor Rata-rata 4,36

Persentase 87,28 %

Kategori Sangat Baik

Tabel 4.14 Data Hasil Validasi siswa pada Aspek Kelayakan Kegrafikan

Berdasarkan pemaparan di atas, hasil uji coba terbatas pada 20 responden,

peneliti menyimpulkan bahwa aspek kelayakan kegrafikan dalam modul digital

pembelajaran berjudul “Ayo Menulis Cerita Fantasi” mendapatkan skor

rata-rata 4,36 dengan kategori “Sangat Baik”.

4. Aspek Manfaat Media

Peneliti akan memaparkan hasil validasi siswa terhadap modul digital

pembelajaran pada aspek kelayakan manfaat media modul digital pembelajaran

menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan dalam cerita

rakyat Nusantara. Butir penilaian kelayakan media terdiri atas 7 butir indikator

penilaian. Berikut ini dipaparkan rata-rata hasil validasi siswa kelas VII.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

140

NO. Kode Indikator Penilaian Skor Rata-rata

(n=20)

1. 19 Saya sangat tertarik belajar menggunalan

modul digital ini 3,95

2. 20 Modul digital ini memudahkan saya dalam

belajar 4,4

3. 21 Saya bisa belajar mandiri dengan

menggunakan modul digital ini 4,4

4.

22 Saya belajar lebih efektif dan efisien ketika

menggunkan modul ini 4

5. 23 Modul digital ini memicu semangat saya

untuk belajar 4,55

6. 24 Saya memahami tentang menulis cerita

fantasi dengan perpaduan nilai kearifan

dalam cerita rakyat dalam modul digital ini 4,6

7. 25 Saya dapat memahami pelajaran menulis

cerita fantasi/imajinasi dengan

menggunakan modul ini 4,65

Jumlah 30,55

Skor Rata-rata 4,36

Persentase 87,28 %

Kategori Sangat Baik

Tabel 4.15 Data Hasil siswa pada Aspek Kelayakan Media

Berdasarkan pemaparan di atas, hasil uji coba terbatas pada 20 responden,

peneliti menyimpulkan bahwa aspek manfaat media dalam modul digital

pembelajaran berjudul “Ayo Menulis Cerita Fantasi” mendapatkan skor

rata-rata 4,36 dengan kategori “Sangat Baik”.

5. Aspek Kelayakan Penyajian

Peneliti akan memaparkan hasil validasi siswa terhadap modul digital

pembelajaran pada aspek kelayakan penyajian modul digital pembelajaran

menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan dalam cerita

rakyat Nusantara. Butir penilaian kelayakan penyajian terdiri atas 7 butir

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

141

indikator penilaian. Berikut ini dipaparkan rata-rata hasil validasi siswa kelas

VII.

NO. Kode Indikator Penilaian Skor Rata-rata

(n=20)

1. 19 Ukuran huruf dalam modul ini tepat dan

jelas 3,95

2. 20 Jenis huruf yang digunakan dalam modul

digital ini sudah tepat 4,4

3. 21 Letak gambar dan ilustrasi sesuai dengan

materi 5

4.

22 Ukuran huruf sesuai dan mudah dibaca 3,55

5. 23 Gambar yang disajikan dalam modul

digital ini jelas 4,55

6. 24 Desain tampilan modul digital ini menarik 4.6

7. 25 Lay out modul digital ini sudah tepat 4.65

Jumlah 30.7

Skor Rata-rata 4,38

Persentase 87,71 %

Kategori Sangat Baik

Tabel 4.16 Data Hasil Validasi siswa pada Aspek Kelayakan Penyajian

Berdasarkan pemaparan di atas, hasil uji coba terbatas pada 20 responden,

peneliti menyimpulkan bahwa aspek penyajian media dalam modul digital

pembelajaran berjudul “Ayo Menulis Cerita Fantasi” mendapatkan skor

rata-rata 4,38 dengan kategori “Sangat Baik”. Maka peneliti akan memaparkan

uraian hasil keseluruhan dari masing-masing aspek yang dinilai oleh siswa.

Berikut tabel rekapitulasi.

No. Aspek Penilaian Skor Rata-rata Kategori

1. Aspek Kelayakan Isi/materi 4,14 Sangat Baik

2. Aspek Kelayakan Bahasa 4,43 Sangat Baik

3. Aspek Kelayakan Kegrafikan 4,36 Sangat Baik

4. Aspek Manfaat Media 4,38 Sangat Baik

5. Aspek Penyajian 4,38 Sangat Baik

Jumlah 21,69

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

142

Rata-rata 4,33 Sangat Baik

Persentase 87, 4

Tabel 4.17 Data Hasil rekapitulasi Validas Siswa Modul Digital

Pembelajaran

Terdapat komentar dan saran dari para siswa terhadap modul digital

pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan

cerita rakyat Nusantara. Komentar yang diberikan terhadap modul yang

berjudul “Ayo Menulis Cerita Fantasi” antara lain; (1) modul digital sudah

bagus, mudah dipahami, menarik dan cocok untuk masa kini. (2) modul sudah

jelas, bagus, tulisannya jelas dan belajar menggunakan modul ini lebih efisien.

(3) modul ini perlu dikembangkan.

Selain itu para siswa juga memberikan saran kepada peneliti demi

perbaikan modul ini, yaitu; (1) Tulisan terlalu kecil dan perlu diperbesar, (2)

warna masih kurang menarik, jika bisa dibuat sama dengan warna sampul agar

menarik, (3) masih terdapat beberapa penulisan yang keliru. Komentar dan

saran dari para siswa terhadap pengembangan modul digital pembelajaran ini

merupakan kontribusi demi penyempurnaan produk agar dapat membantu para

siswa memahami materi menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai

kearifan lokal dalam cerita rakyat Nusantara. Sebagai simpulan uji coba produl

terhadap siswa-siswi SMP Kebon Dalem Semarang terdapat 18 siswa-siswi

menyatakan modul ini bagus untuk digunakan dalam pembelajaran menulis

ceirta fantasi, sedangkan 2 siswa lainnya menyatakan modul digital

pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan

lokal cerita rakyat Nusantara cukup bagus digunakan dalam pembelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

143

4.1.6 Revisi Tahap II

Langkah-langkah validasi produk modul digital “Ayo Menulis Cerita

fantasi yang telah dilakukan oleh dosen ahli dan para siswa sebagai responden

digunakan peneliti sebagai pedoman perbaikan dan penyempurnaan produk.

Berikut ini peneliti akan memaparkan beberapa perbaikan dalam modul digital

pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan

lokal cerita rakya Nusantara.

1. Revisi Aspek Kelayakan/Materi

Validator memberikan saran bahwa aspek isi.materi pada modul yang

telah dibuat oleh peneliti secara keseluruhan sudah cukup baik. Akan tetapi,

beberapa hal harus dicermati dalam bagian isi/materi dalam modul digital

pembelajaran menulis cerita fantasi. Berikut akan dipaparkan oleh peneliti.

Pertama, pada bagian awal materi, pertanyaan dari peneliti kurang

memotivasi rasa ingin tahu siswa. Validator menganjurkan agar peneliti

memilih kalimat yang memotivasi dan menumbuhkan rasa ingin tahu siswa

pada awal materi, dengan demikian siswa akan antusias mempelajari materi

yang terdapat dalam modul hingga tujuan pembelajaran tercapai.

Gambar bagian modul yang harus direvisi dapat di lihat di bawah ini:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

144

Gambar 4.1: Gambar modul bagian isi (awal) sebelum direvisi.

Oleh karena itu, peneliti melakukan beberapa perubahan pada bagian awal

materi dalam modul digital agar siswa terpacu untuk mempelajari modul dan

mampu memahami isi materi dengan baik. Perubahan bagian awal isi materi

sesuai masukan dosen ahli dapat dilihat di bawah ini:

Gambar 4.2: Gambar modul bagian isi setelah direvisi

Kedua, pada bagian film singkat pengantar materi tidak terdapat aktivitas

untuk siswa. Validator memberi catatan penting agar peneliti memberikan

aktivitas sehingga video ini dapat berguna sebagai stimulus bagi siswa agar

antusias mempelajari modul dengan teliti dan bersemangat. Validator memberi

catatan bahwa peneliti harus memiliki tujuan jika melampirkan video dan audio

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

145

dalam kegitan pembelajaran. Gambar bagian modul yang harus direvisi dapat

dilihat di bawah ini:

Gambar 4.3: Gambar modul bagian isi sebelum direvisi

Peneliti kemudian melakukan beberapa perubahan yang bertujuan agar

video yang terlampir menjadi bahan belajar siswa.peneliti juga melampirkan

beberapa pertanyaan yang menjadi stimulus siswa untuk berpikir secara kritis

dan kreatif demi tercapainya tujuan pembelajaran yaitu menulis cerita fantasi

dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara.

Perbaikan oleh peneliti dapat dilihat di bawah ini:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

146

Gambar 4.4: Gambar modul bagian isi setelah direvisi

Ketiga, pada bagian ini validator memberi catatan agar bahan latihan

berupa teks dibedakan antara teks bacaan dan teks pertanyaan yang akan

dikerjakan oleh siswa. Validator juga memberi catatan bahwa perintah untuk

siswa diketik dengan huruf tebal.

Perbaikan oleh peneliti dapat dilihat di bawah ini:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

147

4.5: Gambar modul bagian isi sebelum direvisi

Berdasarkan catatan dari validator maka peneliti melakukan perbaikan

yang menunjang siswa belajar lebih efektif. Peneliti memasukan kotak yang

membingkai cerita fantasi. Selain itu peneliti juga melakukan pemisahan

antara teks dan pertanyaan unsur estetika sehingga rapi dari segi penyajian.

Perbaikan yang dilakukan oleh peneliti dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 4.6: Gambar modul bagian isi setelah direvisi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

148

Keempat, pada bagian keempat validator memberi masukkan dan catatan

perbaikan yaitu peneliti harus memberikan aktivitas dan latihan yang

dikerjakan oleh siswa-siswa setelah cerita rakyat. Gambar bagian modul yang

harus direvisi dapat dilihat di bawah ini:

Gambar 4.7: Gambar modul bagian isi sebelum direvisi

Berdasarkan catatan dari validator maka peneliti melakukan perbaikan

yang menunjang siswa belajar lebih efektif. Peneliti melampirkan

pertanyaan-pertanyaan dan aktivitas siswa setelah membaca cerita rakyat.

Peneliti juga menambah tulisan selamat mengerjakan agar siswa merasa

antusias untuk mengerjakan aktivitas demi tercapaianya tujuan pembelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

149

Revisi yang dilakukan oleh peneliti dapat dilihat di bawah ini

Gambar 4.8: Gambar modul bagian isi setelah direvisi

Keenam pada bagian keenam validator memberi masukkan dan catatan

perbaikan yaitu peneliti harus memberi aktivitas dan latihan yang dikerjakan

oleh siswa-siswa setelah cerita rakyat Batu Menangis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

150

Gambar bagian modul yang harus direvisi dapat di lihat di bawah ini:

Gambar 4.9: Gambar modul bagian isi sebelum direvisi

Berdasarkan catatan dari validator maka peneliti melakukan perbaikan

yang menunjang siswa belajar lebih efektif. Peneliti melampirkan

pertanyaan-pertanyaan dan aktivitas siswa setelah membaca cerita rakyat.

Penulis juga menambah tulisan selamat mengerjakan agar siswa merasa

antusias untuk mengerjakan aktivitas demi tercapaianya tujuan pembelajaran.

Revisi yang dilakukan oleh peneliti dapat dilihat di bawah ini:

Gambar 4.10: Gambar modul bagian isi setelah direvisi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

151

Ketujuh pada bagian komentar umum dan saran, validator memberi

masukkan dan catatan perbaikan yaitu peneliti harus memberikan prosedur

penulisan cerita fantasi secara jelas agar para siswa dapat mengalami

kemudahan dalam mengembangkan tulisannya. Berdasarkan syarat dan

catatan penting dari validator, maka peneliti menambah prosedur yang cukup

jelas untuk dipelajari. Gambar bagian modul yang ditambah dapat di lihat di

bawah ini:

Gambar 4.11: Gambar modul bagian isi setelah direvisi

Kedelapan, pada bagian komentar umum dan saran penutup, validator

memberikan penegasan dan saran perbaikan yaitu, kekhasan dari modul belum

nampak. Berdasarkan catatan validator, peneliti merancang pembuatan video

rangkuman materi dan video contoh cerita rakyat yang diimplementasikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 173: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

152

dalam cerita fantasi. Perbaikan dan perubahan tersebut dapat dilihat pada

gambar berikut:

Gambar 4.12: Gambar modul kekhasan dari modul digital pembelajaran

Kesembilan, pada bagian penulisan daftar pustaka validator memberi

catatan agar peneliti konsisten, cermat, dan teliti dalam pengaturan spasi.

Peneliti mempelajari kembali cara penulisan spasi sebuah karya ilmiah

sehingga dapat melakukan perbaikan atas kesalahan penulisan. Gambar

bagian modul yang harus direvisi dapat di lihat di bawah ini:

Gambar 4.13: Gambar modul bagian penutup sebelum direvisi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 174: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

153

Berdasarkan catatan dari validator peneliti melakukan perbaikan dalam

penulisan dan pengaturan daftar pustaka. Perbaikan tersebut dapat dilihat pada

gambar di bawah ini:

Gambar 4.14: Gambar modul bagian penutup setelah direvisi

Kedelapan, pada bagian penulisan glosarium validator memberi catatan

agar peneliti konsisten, cermat, dan teliti dalam pengaturan spasi. Peneliti

mempelajari kembali cara penulisan spasi sebuah karya ilmiah sehingga dapat

melakukan perbaikan atas kesalahan penulisan. Gambar bagian modul yang

harus direvisi dapat dilihat di bawah ini:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 175: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

154

Gambar 4.15: Gambar modul bagian isi setelah direvisi

Berdasarkan catatan dari validator peneliti melakukan perbaikan dalam

penulisan dan pengaturan glosarium tersebut dapat dilihat pada gambar di

bawah ini:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 176: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

155

Gambar 4.16: Gambar modul bagian penutup setelah direvisi

2. Revisi Aspek Penyajian

Pada bagian aspek penyajian, bagian yang harus diperbaiki bagian awal

bab kurang menarik dan kurang memotivasi. Validator menyarankan agar

seluruh ilustrasi, gambar, atau tabel yang diunduh sebagai referensi harus

dicantumkan sumbernya. Validator juga menyarankan agar tata letak harus

konsisten dan diatur lebih rapi agar materi pembelajaran mudah untuk dibaca.

Bagian yang perlu diperbaiki dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 177: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

156

Gambar 4.17: Gambar modul bagian aspek penyajian sebelum direvisi

Berdasarkan saran dari validator peneliti memperbaiki modul yaitu

mencantumkan sumber gambar dengan tujuan menghindari plagiasi karya

orang lain. Revisi yang dilakukan peneliti dapat dilihat di bawah ini.

Gambar 4.18: Gambar modul bagian aspek penyajian setelah direvisi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 178: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

157

3. Revisi Aspek Kelayakan Bahasa

Pada aspek kelayakan bahasa pada modul digital pembelajaran menulis

cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan dalam cerita rakyat

Nusantara yang menjadi kajian dan produk skripsi, validator menilai bahwa

secara keseluruhan bahasa masih harus diperbaiki karena terdapat banyak

kesalahan.

Pertama, pada bagian daftar isi, validator menganjurkan agar peneliti

menentukan kata kerja operasional pada bagian 2 karena jika dibaca seperti di

bawah ini, siswa akan kesulitan memahami petunjuk dari modul tersebut.

Gambar sebelum revisi dapat dilihat di bawah ini:

Gambar 4.19: Gambar modul aspek kelayakan bahasa sebelum direvisi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 179: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

158

Pada gambar di atas terlihat bahwa kalimat tidak lengkap sehingga

validator menganjurkan agar peneliti menentukan kata kerja yang

operasional pada bagian daftar isi. Setelah mencermati kembali, peneliti

mencoba menemukan kata yang tepat dan mengubahnya menjadi seperti

yang terlihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 4.20: Gambar modul bagian kelayakan bahasa setelah direvisi

Kedua, pada bagian daftar isi, peneliti masih mendapat

masukkan dari validator bahwa pada bagian kegiatan 2 masih terdapat

kalimat yang tidak lengkap dan kurang jelas. Ketidakjelasan tersebut

dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 180: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

159

Gambar 4.21: Gambar modul bagian isi sebelum direvisi

Oleh karena itu, peneliti melakukan perbaikan kalimat menjadi kalimat

yang lengkap dan dapat dipahami oleh siswa. Perbaikan tersebut dpaat dilihat

pada gambar di bawah ini:

Gambar 4.22: Gambar modul bagian isi setelah direvisi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 181: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

160

4. Revisi Aspek Kelayakan Kegrafikan

Pada aspek kelayakan kegrafikan modul digital pembelajaran menulis

cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Nusantara, validator menilai bahwa secara keseluruhan sudah baik.

5. Revisi Aspek Kelayakan Media

Pada aspek kelayakan media pada modul digital pembelajaran menelis

cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Nusantara, validator menilai bahwa secara keseluruhan sudah baik.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Bagian pembahasan hasil penelitian ini terdiri dari (1) deskripsi modul,

(2) deskripsi data hasil validasi, (3) hasil kelayakan modul digital

pembelajaran menulsi cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan

lokal cerita rakyat Nusantara. Di bawah ini akan dijabarkan secara rinci.

4.2.1 Deskripsi Modul

Modul pada hakikatnya adalah salah satu bahan ajar yang disusun demi

menunjang proses pembejaran dan tujuan akhirnya adalah membantu siswa

untuk memehami pelajaran, membangun pengetahuannya dan pada akhirnya

siswa dapat mengukur keberhasilannya memahami pelajaran; hal ini dpaat

dilakukan secara pribadi atau bantuan minim dari fasilitator. Menurut Anwar,

modul adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang

mencakup isi materi, metode, dan evaluasi yang dapat digunakan secara

mandiri untuk mencapai kompetensi yang diharapkan (Anwar, 2010). Isi dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 182: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

161

modul terdapat: petunjuk belajar yang akan dicapai, isi materi pelajaran,

informasi pendukung, latihan-lathan, petunjuk kerja, evaluasi dan balikkan

terhadap evaluasi (Prastowo, 2011: 104).

Peneliti harus melalui proses dan tahapan penilaian dan validasi

kelayakan modukl oleh para pakar di bidangnya. Peneliti berpedoman pada

keputusan Direktorat Tenaga kependidikan (2008: 28) yang menjabarkan

bahwa penilaian kelayakan sebuah modul terdiri dari lima aspek, yaitu: (1)

aspek isi/materi, (2) aspek penyajian (3) aspek bahasa, (4) aspek kegrafikan,

dan (5) aspek media. Di bawah ini akan dijabarkan deskripsi modul digital

pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti dan telah melewati tahap

validasi berdasarkan lima aspek standar kelayakan modul.

Modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi ini disusun

berdasarkan tujuan pembejalaran yang akan dicapai oleh siswa yaitu mampu

menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan dalam cerita

rakyat Nusantara. Peneliti terlebih dahulu menyajikan pengetahuan

dasar/konsep dasar tentang menulis cerita fantasi. Modul ini terbagi menjadi

tiga bab antara lain: (1) bab 1 Berkenalan dengan Cerita Fantasi, (2) Makin

Akrab dengan Cerita fantasi, (3) Ayo Menulis Cerita Fantasi.

Bab 1 yang berjudul Berkenalan dengan Cerita Fantasi terdiri dari

terdiri dari tiga subbab yaitu: (1) unsur cerita fantasi, (2) ciri umum cerita

fantasi, (3) jenis cerita fantasi. Pembahasan materi pada bab 1

menitikberatkan pada pengenalan konsep menulis cerita fantasi. Pada bab 1

ini peneliti memaparkan materi disertai latihan-latihan yang bertujuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 183: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

162

membantu siswa memahami konsep dasar cerita fantasi dan mulai mengukur

kemampuan memahami lewat latihan-latihan.

Gambar 4.23: Gambar modul bagian isi Bab 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 184: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

163

Tujuan pemaparan konsep materi pada awal modul disesuaikan dengan

tujuan kompetensi yang akan dicapai oleh siswa. Selain itu, dari hasil analisis

kebutuhan pada awal rancangan modul, siswa-siswi belum memahami dengan

tepat materi cerita fantasi beserta ciri, struktur cerita fantasi. Peneliti

menyajikan konsep dasar menuli cerita fantasi agar membantu para siswa

memahami dengan tepat materi menulis cerita fantasi sebelum berlatih pada

bab 3.

Bab II pada modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan

memadukan nilai-nilai kearifan dalam cerita rakyat Nusantara berjudul Makin

Akrab dengan Cerita Fantasi memaparkan 3 subbab antara lain: (1) struktur

teks fantasi, (2) unsur kebahasaan cerita fantasi, (3) langkah menyajikan

gagasan kreatif dalam cerita fantasi. Peneliti masih melanjutkan pemaparan

materi menulis cerita fantasi agar siswa makin memiliki bekal yang cukup

dan tepat untuk melangkah pada tahap selanjutnya yaitu menulis cerita fantasi

dengan memadukan nilai-nilai kearifan cerita fantasi. Berikut disajikan

gambar yang memperjelas penjelasan di atas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 185: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

164

Gambar 4.24: Gambar modul bagian isi Bab 2

Pada bab II peneliti masih menyajikan materi-materi yang makin

mengarahkan siswa untuk memahami secara lengkap materi cerita fantasi

yang disertai latihan-latihan yang membantu siswa makin membangun

pemahamannya secara mandiri dan terarah. Setiap materi dilengkap dengan

latihan-latihan dan pengenalan cerita rakyat Nusantara, dengan demikian

diharapkan siswa makin mengasah kemampuan menemukan nuilai-nilai

kearifan dalam cerita rakyat Nusantara dan mengembangkan nilai-nilai

tersebut menjadi sebuah cerita fantasi menarik yang mengandung nikai-nilai

kehidupan.

Latihan-latihan menulis cerita fantasi mulai kelihatan dalam modul

digital. Latihan -latihan ini terintegrasi nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Nusantara. Sebelum siswa mengerjakan latihan, siswa terlebih dahulu diberi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 186: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

165

pilihan antara lain membaca teks dan menyimak audio cerita rakyat Nusantara,

setelah itu siswa diminta menemukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

yang dijadikan sebagai sumber ide/inspirasi dalam mengembangkan

tulisannya. Berikut contoh latihan yang terdapat pada bab II modul digital.

Gambar 4.24a: Gambar modul bagian isi Bab 2

Pada bab III modul digital menulis cerita fantasi yang berjudul “Ayo

Menulis Cerita Fantasi” adalah inti dari rancangan modul yang dikembangkan

oleh peneliti. Bab III terdiri dari 6 subbab yang terdiri dari latihan-latihan

yang dikreasi oleh peneliti. Tujuan dari latihan-latihan ini agar siswa setelah

memahami konsep pada bab I dan II, siswa dapat menuangkan ide-ide kreatif

dalam bentuk tulisan. Berikut disajikan gambar yang dapat memperjelas

penjelasan di atas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 187: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

166

Gambar 4.25: Gambar modul bagian isi Bab 3

Modul digital yang dikembangkan oleh peneliti selain menyajikan materi

dan latihan, pada akhir setiap bab diberikan kolom refleksi. Tujuan dari

kolom refleksi adalah makin mempertajam pemahaman siswa selama proses

pembelajaran. Siswa diajak untuk menuliskan berbagai perasaan yang muncul,

kesulitan, dan nilai-nilai kearifan lokal yang dipelajari selama proses

pembelajaran. Selain itu, pada bab II peneliti juga menyajikan tes formatif

dan rubrik penilaian yang bertujuan agar siswa menilai tingkat pencapaian

pembelajaran.

Aspek penyajian dalam modul digital pembelajaran menulis cerita

fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan dalam cerita rakyat Nusantara

mencakup bagian pendahuluan, isi, dan penutup. Bagian pendahuluan terdiri

dari halaman judul, kata pengantar, deskripsi modul, rasional produk,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 188: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

167

petunjuk penggunaan modul, pendahuluan, dan daftar isi. Tujuan petuntuk

penggunaan modul agar menjadi acuan bagi siswa dalam menggunakan

modul dalam pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang dipaparkan peneliti

pada awal modul pembelajaran juga terdapat paparan setiap bab, hal ini

menjadi gambaran bagi para siswa tentang materi dan tujuan dari

pembelajaran yang akan dilakukan.

Bagian isi dalam modul digital pembelajaran terdiri dari tiga bab, yaitu

(1) Ayo berkenalan dengan Cerita Fantasi, (2) Makin Akrab dengan Cerita

Fantasi, dan (3) Ayo Menulis Cerita fantasi. Setiap bab diawali dengan judul

bab, gambar/ilustrasi, tujuan pembelajaran, pengantar/stimulus bagi siswa,

materi pembelajaran, video, audio dan teks. Latihan, rangkuman,dan kolom

refleksi.

Bagian akhir modul terdapat daftar pustaka dan glosarium. Daftar

pustaka berisi sumber-sumber referensi yang digunakan peneliti saat

menyusun materi dalam modul digital pembelajaran. Daftar pustaka juga

dapat digunakan siswa sebagai referensi demi memperdalam pengetahuan

mereka, menguji kebenaran yang dipaparkan oleh peneliti. Pada bagian akhir

terdapat glosarium berisi istilah-istilah yang membantu siswa-siswi

mengetahui arti istilah yang digunakan dalaam modul digital.

Di dalam modul digital pembelajaran “Ayo Menulis Cerita Fantasi” juga

terdapat aspek kebahasaan yang bersifat komunikatif (dua arah). Modul yang

dirancang oleh peneliti demi pembelajaran mandiri siswa-siswi juga

menggunakan kata dan kalimat sederhana yang mudah dipahami oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 189: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

168

siswa-siswi. Atas masukkan dari validator, peneliti juga mempelajari dan

mengkritisi kalimat demi kalimat agar sesuai tingkatan kognitif siswa.

Selain itu, modul digital pembelajaran “Ayo Menulis Cerita Fantasi”

menggunakan bahasa yang dirancang sesuai tingkatan kognititif siswa-siswi

SMP. Bentuk komunikasi dalam modul digital ini dapat dilihat juga dari

penggunaan “kamu” sebagai kata ganti. Penggunaan kata kamu dalam

modul digital ini digunakan sebagai pengganti guru/fasilitator saat mengajar

di kelas. Bentuk komunikasi dalam modul diharapkan memudahkan siswa

agar belajar mandiri, ketika pembelajaran terjadi tanpa guru, komunikasi dan

penggunaan Bahasa prosedural dapat membantu siswa

membangunpengetahuan, memahami materi dan pada akhirnya dapat

mengerjakan latihan-latihan demi tercapainya tujuan pembelajaran.

Pada aspek kegrafikan dalam modul digital pembelajaran “Ayo Menulis

Cerita Fantasi” terdapat beberapa hal yang dilakukan oleh peneliti antara

lain, pertama untuk desain kulit depan dan belakang modul digital peneliti

pada awalnya menggunakan Publisher 2017 dan Canva, tetapi hasil desain

peneliti belum maksimal sehingga peneliti kemudian mempelajari aplikasi

Coreldraw X7 dengan pendampingan ahli desain. Pada bagian isi modul

digital, peneliti menyusun isi modul menggunakan aplikasi microsoft Word

dan masih menggunakan Publisher 2017 dan Canva untuk desain desain

sederhana. Peneliti menggunakan tulisan jenis tulisan Berlin Sans FB pada

bagian judul dan subbab, sedangkan pada bagian isi modul, peneliti

menggunakan jenis huruf Times New Roman. Dua jenis huruf di atas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 190: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

169

digunakan peneliti secara konsisten dalam penyusunan modul digital karena

jensi tulisan mudah dibaca dan tidak memengaruhi siswa dalam memahami

pelajaran.

Kedua, peneliti menggunakan beberapa ukuran huruf yang variatif antara

judul modul, judul bab judul subbab, materi dan latihan-latihan. Judul modul

berukuran 80. Ukuran judul modul disesuaikan dengan desain dan

gambar-gambar agar terlihat simetris dan proporsional. Judul setiap bab

dalam modul berukuran 36, sedangkan ukuran subbab adalah 16. Materi

pembelajaran berukuran 12 dengan jarak spasi 1,5 yang lazim digunakan

dalam tulisan, sehingga ukuran tersebut dapat dibaca siswa dengan mudah

dan tidak menyebabkan kelelahan pada penglihatan. Contoh dalam setiap

materi yang dipaparkan berukuran 12 dengan jarak spasi 1 sesuai aturan resmi

pengutipan yang benar.

Bagian isi modul digital pembelajaran tidak hanya menyajikan materi

saja, tetapi dilengkapi dengan gambar/ilustrasi dan contoh teks cerita rakyat

Nusantara. Tujuan penggunaan gambar/ilustrasi agar modul lebih bervariasi

dan tidak monoton oleh kata-kata karena hal ini dapat menjadi salah satu

faktor kebosanan siswa. Gambar dan ilustrasi dalam modul digital dirancang

secara proporsional sehingga tidak mengganggu pemahaman siswa tentang

materi yang dipelajari. Gambar dan ilustrasi disesuaikan dengan kebutuhan

dan tidak setiap halaman terdapat gambar/ilustrasi.

Modul digital pembelajaran “Ayo Menulis Cerita Fantasi” menggunakan

aplikasi Flipbook dalam penyajiannya. Aplikasi Flipbook merupakan salah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 191: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

170

satu bentuk aplikasi yang menampilkan sebuah buku atau modul yang dapat

bolak-balik secara digital layaknya buku biasa. Alasan pemilihan aplikasi

Flipbook sebagai media penyajian modul “Ayo Menulis Cerita Fantasi”

didasari oleh beberapa alasan. Pertama, aplikasi Flipbook memudahkan siswa

dalam mempelajari modul digital secara offline tanpa berbayar. Kedua,

aplikasi Flipbook merupakan aplikasi yang mudah digunakan oleh siswa

dengan petunjuk-petunjuk yang mudah dipahami dan dapat digunakan kapan

saja. Ketiga, aplikasi Flipbook dapat menyajikan media video dan sudio yang

menambah nilai tambah pada modul digital atau lebih menarik dibaandingkan

dengan modul konvensional. Aplikasi Flipbook juga menampilkan audio dan

video dalam satu kesatuan dengan materi, hal ini mempermudah siswa dan

lebih praktis tanpa harus mencari-cari pada file lain.

Penggunaan audio dalam modul digital ini digunakan sebagai sarana

menyampaikan pesan materi pembelajaran melalui suara atau bunyi yang

direkam menggunakan alat perekam suara yaitu aplikasi Audacity kemudian

diperdengarkan kembali kepada para siswa. Tujuan yang ingin dicapai dari

audio adalah pemusatan perhatian para siswa, melatih daya analisis,

menentukan arti dan konteks, memilah informasi dan gagasan, merangkum

dan mengingat kembali informasi (Sudjana 1991:130)

Selain penggunaan audio, peneliti juga menggunakan video dalam modul

digital pembelajaran agar membantu para siswa mencapai tujuan

pembelajaran. Manfaat video dalam proses pembelajaran; membantu tenaga

pengajar/fasilitator mencapai efektifitas pembelajaran, merangsang minat para

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 192: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

171

siswa untuk belajar mandiri, membantu para siswa untuk berkonsentrasi,

memenuhi tuntutan dan kemajuan zaman di dunia pendidikan.

Keempat, penggunaan aplikasi Flipbook, penerapan empat keterampilan

berbahasa pada setiap latihan pada modul digital pembelajaran dapat tercapai

bersamaan.

Modul digital pembelajaran “Ayo Menulis Cerita Fantasi” memiliki

beberapa keunggulan /daya tarik. Pertama, modul digital yang memadukan

nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara membantu siswa-siswi

mengenal dan menumbuhkan nilai-nilai kehidupan sehingga siswa-siswi tidak

hanya cerdas dan kreatif mengungkapkan daya imajinasi yang tanpa batas

tetapi mengenal dan memaknai nilai-nilai kearifan yang terdapat dalam cerita

rakyat Nusantara. Kedua, modul digital pembelajaran menerapkan empat

keterampilan dasar berbahasa saat menggunakan modul dalam pembelajaran.

Keempat keterampilan dasar berbahasa yaitu membaca, menyimak,

menulis dan berbicara dapat dicapai lewat penggunaan modul digital

pembelajaran ini. Ketiga, siswa dapat lebih mudah menemukan sumber ide

menulis cerita fantasi menggunakan nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat

dalam cerita rakyat Nusantara yang disajikan dalam modul berupa teks cerita,

audio dan beberapa video singkat. Modul digital pembelajaran yang dirancang

dengan berbagai kreaifitas diharapkan membantu siswa makin memiliki daya

imajinasi dalam demi tujuan tercapainya pembelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 193: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

172

4.2.2 Deskripsi Data Hasil Validasi

Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan dan membandingkan hasil

validasi dari dosen ahli dan hasil dan hasil uji coba penggunaan modul digital

pembelajaran “Ayo Menulis Cerita Fantasi”. Penjelasan lebih rinci akan

dipaparkan di bawah ini:

4.2.2.1 Deskripsi Data Hasil Validasi Dosen

Validasi modul digital pembelajaran “Ayo Menulis Cerita Fantasi”

dilakukan satu kali saja oleh dosen ahli. Lima aspek yang menjadi acuan

penilaian kelayakan dosen ahli terdiri atas: aspek kelayakan isi/materi, aspek

kelayakan penyajian, aspek kelayakan bahasa, aspek kelayakan kegrafkan,

dan aspek kelayakan media pembelajaran. Di bawah ini akan disajikan

diagram hasil validasi oleh dosen ahli terhadap modul digital pembelajaran

yang dikembangkan oleh peneliti.

Tabel 4.1: Tabel Hasil Validasi Dosen Ahli

4

3,21 3 3

3,6

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

4,5

Isi/Materi Penyajian Bahasa Kegrafikan MediaPembelajaran

Skal

a P

enila

ian

Aspek Penilaian

Validasi Dosen Ahli

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 194: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

173

Berdasarkan diagram di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek penilaian

yang memperoleh nilai rata-rata terendah terdapat dua aspek yaitu aspek

penyajian dan aspek bahasa dengan skor rata-rata 3,00, sedangkan aspek

penialian tertinggi terletak pada aspek media pembelajaran dengan skor

rata-rata 4,00. Masukkan-masukkan yang menjadi catatan validator demi

penyempurnaan modul digital pembelajaran selain yang disebutkan di atas,

terdapat pula komentar dan saran perbaikan terhadap modul yaitu (1) prosedur

yang membantu siswa agar dapat menulis cerita fantasi belum tampak, (2)

kekhasan dari modul digital pembelajaran belum tampak.

4.2.2.2 Deskripsi Data Hasil Validasi oleh Siswa

Modul digital pembelajaran “Ayo Menulis Cerita Fantasi” dengan

memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara diuji cobakan

kepada 20 siswa responden SMP Kebon Dalem Semarang pada 13 Juni 2019.

Aspek-aspek yang menjadi bahan penilaian siswa antara lain: aspek isi/materi,

aspek penyajian, aspek kebahasaan, aspek kegrafikan, dan aspek manfaat

media pembelajaran. Aspek-aspek yang dinilai oleh siswa menunjukkan

bahwa modul digital “Ayo Menulis Cerita Fantasi” dengan memadukan

nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara sangat bermanfaat bagi siswa.

Hai ini dapat dibuktikan dengan pemerolehan nilai dari hasil uji coba terbatas

dan mendapatkan kategori “Sangat Baik”. Berikut peneliti menyajikan hasil

uji coba modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi oleh siswa SMP

Kebon Dalem Semarang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 195: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

174

Tabel 4.2: Tabel Hasil Validasi Uji Coba pada Siswa

Berdasarkan data yang tersaji dalam diagram hasil uji coba modul digital

pembelajaran di atas, peneliti menyimpulkan bahwa empat aspek penilaian

kelayakan modul digital pembelajaran yaitu aspek isi/materi, aspek penyajian,

aspek bahasa, dan aspek kegrafikan memperoleh skor terbesar. Aspek bahasa

memperoleh skor rata-rata 4,43, aspek penyajian dan kegrafikan memperoleh

skor rata-rata 4,36, dan aspek isi/materi memperoleh skor rata-rata 4,22. Data

ini menujukkan bahwa siswa/responden tertarik menggunakan modul digital

pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan

lokal cerita rakyat Nusantara yang dirancang dan dikembangkan oleh peneliti.

Selain keempat aspek yang mendapat skor tertinggi, terdapat aspek

penilain yang memperoleh skor terendah yaitu aspek media pembelajaran.

Aspek media pembelajaran memperoleh skor rata-rata 3,72. Faktor yang

menyebabkan rendahnya skor disebabkan siswa berpendapat bahwa

gambar-gambar dan warna masih kurang menarik dan ukuran huruf terlalu

4,22 4,36 4,43 4,36 3,72

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

4,5

5

Isi/Materi Penyajian Bahasa Kegrafikan MediaPembelajaran

Skal

a P

enila

ian

Aspek Penilaian

Validasi Oleh Siswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 196: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

175

kecil. Faktor lain yang menyebabkan siswa menilai ukuran huruf terlalu kecil

karena beberapa siswa kurang memerhatikan cara penggunaan modul digital

yang dipaparkan peneliti pada awal uji coba yaitu bagaimana membesarkan

ukuran huruf yang terdapat di sebelah kanan atas modul digital pembelajaran.

Berdasarkan masukkan dari siswa sebagai responden, peneliti merevisi

kembali modul digital pembelajaran demi penyempurnaan dan dan

optimalnya modul ketika digunakan.

Berdasarkan hasil validasi siswa SMP Kebon Dalem terhadap modul

digital pembelajaran menulis cerita fantasi dapat disimpulkan bahwa modul

digital pembelajaran menulis cerita fantasi ini “Layak” digunakan sebagai

bahan ajar menulis cerita fantasi di kalangan siswa SMP. Berikut ini, peneliti

akan menyajikan perbandingan hasil validasi dosen ahli dan siswa terhadap

modul digital pembelajaran yang dirancang dan dikembangkan oleh peneliti.

Tabel 4.3: Tabel Hasil Perbandingan Validasi Dosen Ahli dan Siswa

3,21 3 3 3,6

4 4,22 4,36 4,43 4,36 3,72

0

1

2

3

4

5

Isi/Materi Penyajian Bahasa Kegrafikan Media

Skal

a P

enila

ian

Aspek Penilaian

Perbandingan Hasil Validasi Dosen Ahli dan Siswa

Validasi Dosen Validasi siswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 197: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

176

Berdasarkan diagram perbandingan hasil validasi oleh dosen ahli dan

mahasiswa yang terlampir di atas, dapat disimpulkan bahwa validasi modul

digital “Ayo Menulis Cerita Fantasi” memperoleh hasil yang berbeda. Aspek

penilaian yang memperoleh skor rata-rata rendah oleh dosen ahli yaitu aspek

bahasa dan penyajian dengan skor 3,00 sedangkan aspek penilaian yang

memperoleh skor rendah dari hasil validasi siswa adalah aspek media

pembelajaran dengan skor rata-rata 3,72.

Selain aspek yang memperoleh skor terendah, terdapat juga skor

tertinggi yaitu pada hasil validasi dosen adalah aspek media dengan skor 4,00.

Hal ini berbanding terbalik dengan hasil validasi siswa yang menilai media

pembelajaran memperoleh skor terendah. Hasil validasi dari siswa yang

menunjukkan skor tertinggi yaitu pada aspek bahasa dengan skor rata-rata

4,43. Hasil rata-rata validasi dari dosen ahli mendapatkan kategori “Cukup

Baik” untuk semua aspek sedangkan hasil validasi siswa dengan hasil

rata-rata mendapatkan kategori “Sangat Baik” untuk semua aspek penilaian

yang diberikan oleh peneliti.

4.2.3 Analisis Kelayakan Modul Digital

Modul digital pembelajaran “Ayo Menulis Cerita Fantasi” telah melalui

proses validasi oleh dosen ahli dan siswa dan uji coba terbatas pada siswa

SMP Kebon Dalem Semarang, maka langkah selanjutnya peneliti

menganalisis tingkat kelayakan. Aspek-aspek yang menjadi bahan analisis

dalam modul digital pembelajaran dengan memadukan nilai-nilai kearifan

lokal cerita rakyat Nusantara antara lain: aspek isi/materi, aspek penyajian,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 198: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

177

aspek bahasa, aspek kegrafikan, dan dan aspek manfaat media pembelajaran.

Di bawah ini peneliti menguraikan analisis kelima aspek berdasarkan validasi

dosen ahli dan uji coba terbatas terhadap siswa.

Tabel 4.18: Tabel Hasil Analisis Kelima Aspek Penilaian dosen dan siswa

NO. Aspek Penilaian Skor

Rata-rata

Persentase Kategori

1 Kelayakan Isi/materi 3,71 74, 2 % Baik

2 Kelayakan Penyajian 3,68 73, 6 % Baik

3 Kelayakan Bahasa 3,71 74, 2 % Baik

4 Kelayakan

Kegrafikan

3,98 79,6 % Baik

5 Kelayakan Media 3,86 77,2 % Baik

Jumlah 18,94

Rata-rata 3,78 75,76 Baik

1. Aspek Isi/Materi

Aspek isi/materi dalam modul digital pembelajaran berjudul “Ayo

Menulis Cerita Fantasi” mendapatkan skor rata-rata dari dosen ahli sebesar

3,21 dengan kategori “Cukup Baik”, sedangkan dari hasil uji coba terhadap

20 siswa diperoleh skor 4,22 dengan kategori “Sangat Baik”. Berdasarkan

kedua nilai di atas, diperoleh skor rata-rata 3,71 dengan persentase 74, 6%

dengan kategori baik, dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa modul

digital pembelajaran “Ayo Menulis Cerita fantasi dengan memadukan

nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara pada aspek isi/materi

dinyatakan layak digunakan dalam pembelajaran tingkat SMP.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 199: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

178

2. Aspek Penyajian

Aspek penilaian penyajian dalam modul digital pembelajaran berjudul

“Ayo Menulis Cerita Fantasi” memperoleh skor rata-rata dari dosen ahli 3,00

dengan kategori “Cukup Baik”, skor rata-rata yang diperoleh dari 20

responden siswa memperoleh skor rata-rata 4,36 dengan kategori “Sangat

Baik”. Akumulasi dari kedua nilai tersebut diperoleh skor rata-rata 3,68

dengan persentase 73,6 %. Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa

modul digital pembelajaran “Ayo Menulis Cerita Fantasi dengan memadukan

nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara pada aspek penyajian,

dinyatakan layak digunakan dalam pembelajaran.

3. Aspek Bahasa

Aspek bahasa merupakan salah satu aspek penilaian modul digital

pembelajaran berjudul “Ayo Menulis Cerita Fantasi” memperoleh skor

rata-rata dari dosen ahli sebesar 3,00 dengan kategori “Cukup Baik”,

sedangkan hasil uji coba terhadap 20 siswa memperoleh slor rata-rata 4,43

dengan kategori “Sangat Baik”. Akumulasi dari perolehan kedua nilai tersebut

3,71 dengan persentase 74,2 %. Dengan demikian peneliti menyimpulkan

bahwa modul digital pembelajaran “Ayo Menulis Cerita Fantasi” dengan

memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara pada aspek

bahasa dinyatakan layak digunakan dalam pembelajaran

4. Aspek Kegrafikan

Aspek kegrafikan dalam modul digital pembelajaran “Ayo Menulis

Cerita Fantasi” memperoleh memperoleh skor rata-rata dari dosen ahli

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 200: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

179

sebesar 3,6 dengan kategori “Baik”, sedangkan hasil uji coba terhadap 20

siswa memperoleh slor rata-rata 4,36 dengan kategori “Sangat Baik”.

Akumulasi dari perolehan kedua nilai tersebut 3,98 dengan persentase 79,6 %.

Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa modul digital pembelajaran

“Ayo Menulis Cerita Fantasi” dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal

cerita rakyat Nusantara pasda aspek kegrafikan dinyatakan layak digunakan

dalam pembelajaran.

5. Aspek Media

Aspek media dalam modul digital pembelajaran “Ayo Menulis Cerita

Fantasi” memperoleh memperoleh skor rata-rata dari dosen ahli sebesar 4, 00

dengan kategori “Baik”, sedangkan hasil uji coba terhadap 20 siswa

memperoleh skor 3, 72 rata-rata dengan kategori “Baik”. Akumulasi dari

perolehan kedua nilai tersebut 3,86 dengan persentase 77,2 %. Dengan

demikian peneliti menyimpulkan bahwa modul digital pembelajaran “Ayo

Menulis Cerita Fantasi” dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita

rakyat Nusantara pasda aspek media dinyatakan layak digunakan dalam

pembelajaran tingkat SMP.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, dapat

diketahui bahwa penelitian dan pengembangan (Research and Development)

ini telah menghasilkan sebuah produk modul digital pembelajaran menulis

cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Nusantara yang berjudul “Ayo Menulis Cerita Fantasi”. Pengembangan

modul digital ini pada dasarnya bertujuan membantu para siswa agar mampu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 201: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

180

menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita

rakyat Nusantara sebagai sumber ide, hal ini dilatarbelakangi oleh hasil studi

pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti berupa penyebaran kuesioner

terhadap siswa-siswi, hasil wawancara dengan guru mata dan dosen pelajaran

Bahasa Indonesia di SMP Kebon Dalem Semarang. Selain itu, pembuatan

produk berupa modul digital yang mengangkat nilai-nilai kearifan lokal cerita

rakyat Nusantara bertujuan menanamkan nilai-nilai kearifan lokal sejak dini

kepada para siswa pada masa pertumbuhan dan perkembangan menuju

generasi yang berkearifan luhur.

Pada kenyataannya, masih ada siswa-siswi yang masih mengalami

kesulitan menuangkan ide dalam bentuk cerita fantasi secara baik dan benar.

Faktor penyebab dari kesulitan tersebut antara lain gaya mengajar guru yang

masih klasik dan terkesan membosankan, bahan ajar yang digunakan kurang

menarik. Hal tersebut diperoleh peneliti pada studi pendahuluan, sebanyak 86,

84 % siswa menyatakan lebih memilih belajar dengan bantuan bahan ajar

kreatif seperti modul digital pembelajaran daripada gaya mengajar guru yang

cenderung menggunakan ceramah, data tersebut tergolong kategori sangat

tinggi.

Siswa juga mengemukakan bahwa cerita rakyat penting untuk dipelajari

dan dilestarikan karena nilai-nilai luhur kehidupan terdapat di dalamnya.

Sebanyak 86, 84 % dar responden siswa antusias merespon positif pertanyaan

dalam kuesioner yang dibagikan peneliti. Tanggapan siswa sependapat

dengan guru mata pekajaran Bahasa Indoenesia yang menyatakan bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 202: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

181

cerita rakyat perlu dan mendesak untuk dikreasikan dengan teknologi agar

generasi milenial/generasi Z tertarik untuk mempelajarinya, dengan demikian

secara tidak langsung nilai-nilai luhur bangsa yang terdapat dalam cerita

rakyat Nusantara dapat terbatinkan dan menjadi modal mereka menghadapi

dunia digital. Selain itu, modul digital pembelajaran yang dikembangkan oleh

peneliti juga memiliki sisi efektif dibandingkan dengan modul konvensional.

Modul digital disajikan dengan kreatifitas; siswa tidak hanya membaca teks

cerita rakyat tetapi dapat memilih menyimak video dan audio yang tersaji

dalam modul digital “Ayo Menulis Cerita Fantasi”

Peneliti melalui tahap-tahap penelitian dan pengembangan (Research &

Development) yang disederhanakan oleh peneliti. Keenam tahapan itu antara

lain: penelitian dan pengumpulan informasi, pengembangan produk, uji

validasi, revisi produk I, uji coba produk, dan revisi tahap II. Pengembangan

modul digital pembelajaran ini dilakukan dengan menentukan judul, tujuan,

pemilihan bahan, penyusunan kerangka, dan pengumpulan bahan yang

relevan dengan modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan

memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara. Peneliti juga

melalui tahap validasi sebagaimana yang dikembangkan oleh Borg dan Gall

yaitu uji validasi oleh dosen ahli yaitu Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd. dan

uji coba produk oleh siswa SMP Kebon Dalem kelas VII Semarang.

Aspek-aspek kelayakan modul digital pembelajaran antara lain: aspek

isi/materi, aspek penyajian, aspek bahasa, aspek kegrafikan, dan aspek media.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 203: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

182

Hasil validasi oleh dosen ahli dan uji coba produk modul digital

pembelajaran “Ayo Menulsi Cerita Fantasi” yaitu: aspek isi/materi

memperoleh skor rata-rata sebesar 3,71 dengan kategori “Baik”, aspek

penyajian memperoleh skor rata-rata sebesar 3,68 dengan kategori “Baik”

aspek bahasa memperoleh skor rata-rata sebesar 3, 71 dengan kategori “Baik”,

aspek kegrafikan memperoleh skor rata-rata sebesar 3,98 dengan kategori

“Baik”, aspek media memperoleh skor rata-rata sebesar 3,86 dengan kategori

“Baik” jika kelima aspek skor dari kelima aspek tersebut diakumulasikan,

bahan ajar modul digital menulis cerita fantasi memperoleh skor rata-rata

sebesar 3,78 dengan persentase kelayakan “Baik” Jadi, jika pernyataan

tersebut dikorelasikan dengan hasil skor rata-rata yang diperoleh dari produk

yang dikembangkan yaitu sebesar 75,76 % maka bahan ajar modul digital

pembelajaran “Ayo Menulis Cerita Fantasi” dapat dinyatakan layak

digunakan oleh siswa-siswi SMP Kebon Dalem.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 204: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

183

BAB V

PENUTUP

Bab ini akan memaparkan dua subbab, yaitu (1) simpulan, dan (2) saran.

Simpulan berisi rangkuman keseluruhan proses penelitian yang telah

dilakukan peneliti, dan saran berisi hal-hal yang perlu untuk diperhatikan oleh

(1) guru Bahasa Indonesia, (2) siswa, dan (3) peneliti lainnya.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan modul digital pembelajaran

menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita

rakyat Nusantara berjudul “Ayo Menulis Cerita Fantasi” dapat disimpulkan

beberapa hal. Pertama, siswa antusias akan pentingnya mengembangkan

kemampuan menulis, masih banyak siswa yang sadar akan pentingnya

nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara dan menyetujui bahwa

pentingnya melestarikan cerita rakyat, namun di sisi lain siswa-siswa

mengalami kesulitan, antara lain sumber belajar yang dan cara mengajar guru

yang konvensional kurang mendukung pengembangan kemampuan menulis.

Kedua, pada kenyataannya, para siswa belum memahami dengan benar

struktur, ciri dan langkah penulisan sebuah cerita fantasi. Ketiga,

media-media penunjang tercapainya sebuah tujuan pembelajaran masih

minim dan kurang variatif. Dengan demikian, peneliti menawarkan sebuah

modul digital pembelajaran dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal

cerita rakyat Nusantara. Modul digital berjudul “Ayo Menulis Cerita Fantasi”

182

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 205: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

184

menyajikan teori-teori dasar menulis cerita fantasi dilengkapi beberapa video

dan audio simakan yang menarik untuk dipelajari. Selain itu, nilai-nilai

kearifan lokal cerita rakyat Nusantara yang disajikan dalam modul dapat

menjadi sumber inspirasi dalam menulis cerita fantasi bermuatan nilai-nilai

kearifan lokal.

Kedua, modul digital pembelajaran Ayo Menulis Cerita Fantasi yang

dikembangkan oleh peneliti melalui enam tahapan penelitian dan

pengembangan (Research and Development) menurut Borg dan Gall (dalam

Sugiyono, 2015). Enam tahapan penelitian dan pengembangan itu antara lain:

penelitian dan pengumpulan informasi, pengembangan produk, uji validasi,

revisi produk tahap I, uji coba produk, dan revisi tahap II. Hasil penelitian

berdasarkan keenam tahap pengembangan ini antara lain (1) siswa belum

mampu menulis cerita fantasi dengan baik, benar, dan tepat sesuai kaidah

penulisan cerita fantasi, (2) pengembangan bahan ajar modul digital ini

dilakukan dengan menentukan judul, tujuan, pemilihan bahan, penyusunan

kerangka, dan penyusunan bahan yang relevan dengan materi dalam modul

digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai

kearifan lokal cerita rakyat Nusantara, (3) selain itu untuk menilai

kalayakan produk modul digital yang dikembangkan, peneliti melakukan uji

validasi oleh dosen ahli yaitu Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd. dan uji coba

produk oleh siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VII SMP

Kebon Dalem Semarang. Penilaian kelayakan produk modul digital terdiri

dari lima aspek, yakni aspek kelayakan isi/materi, aspek penyajian, aspek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 206: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

185

kelayakan bahasa, aspek kelayakan kegrafikan, aspek kelayakan media; (4)

revisi tahap I yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan komentar dan saran

dari dosen ahli antara lain: (a) perbaikan dan penambahan konstruksi kata

kerja pada daftar isi karena tidak paralel (b) perbaikan isi dari materi dan

penambahan prosedur-prosedur yang membantu siswa agar dapat menulis

cerita fantasi, (c) perbaikan kata dan kalimat sesuai pedoman Pedoman

Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), (d), peneliti menambah

aktivitas-aktivitas sebagai latihan bagi siswa, (e) peneliti mencantumkan

sumber dari gambar/animasi, (f) pada bagian daftar pustaka dan glosarium,

peneliti juga mengatur jarak antar baris dan cara penulisan daftar pustaka

yang tepat sesuai pedoman karya ilmiah, (g) perbaikan kesalahan pengetikan.

Ketiga, modul digital pembelajaran “Ayo Menulis Cerita Fantasi”

memperoleh hasil akumulasi skor rata-rata dosen ahli dan siswa pada modul

digital pembelajaran menulis cerita fantasi yaitu aspek isi/materi Hasil

validasi oleh dosen ahli dan uji coba produk modul digital penbelajaran “Ayo

Menulis Cerita Fantasi” yaitu: aspek isi/materi memperoleh skor rata-rata

sebesar3, 71 dengan kategori “Baik”, aspek penyajian memperoleh skor

rata-rata sebesar 3,68 dengan kategori “Baik” aspek bahasa memperoleh skor

rata-rata sebesar 3, 71 dengan kategori “Baik”, aspek kegrafikan memperoleh

skor rata-rata sebesar 3,98 dengan kategori “Baik”, aspek media memperoleh

skor rata-rata sebesar 3, 86 dengan kategori “Baik” jika kelima aspek skor

dari kelima aspek tersebut diakumulasikan, bahan ajar modul digital

pembelajaran menulis cerita fantasi memperoleh skor rata-rata sebesar 3, 78

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 207: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

186

dengan persentase kelayakan “Baik” Jadi, jika pernyataan tersebut

dikorelasikan dengan hasil skor rata-rata yang diperoleh dari produk yang

dikembangkan yaitu sebesar 75,76 % maka bahan ajar modul digital

pembelajaran “Ayo Menulis Cerita Fantasi” dapat dinyatakan layak

digunakan oleh siswa-siswi SMP Kebon Dalem kelas VII sebagai bahan ajar.

5.2 Saran

Peneliti menyampaikan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna

bagi kepentingan pihak-pihak terkait. Saran-saran ini ditujukan kepada (1)

guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, (2) siswa, (3) peneliti lain. Berikut

dipaparkan ketiga saran tersebut:

1. Bagi guru Bahasa Indonesia

Para guru Bahasa Indonesia diharapkan lebih memperhatikan kesulitan

yang dialami oleh siswa-siswi ketika menulis cerita fantasi. Hal ini

dikarenakan masih terdapat siswa yang belum memahami materi menulis

cerita fantasi secara tepat dan benar. Para guru juga diharapkan menggunakan

teknologi demi perbaikan mutu mengajar dan menjadi sarana baru dan kreatif

bagi para siswa yang lebih tertarik belajar menggunakan media teknologi.

Para guru juga diharapkan mengangkat hal-hal yang bersifat nilai-nilai

kearifan lokal kemudian mengolaborasikannya dengan teknologi agar para

siswa mengalami kemajuan di bidang akademik dan kreatifitas tanpa

meninggalkan nilai-nilai kearifan lokal bangsa atau daerah dengan demikian

kearifan dan moral sebagai anak bangsa nan ungggul dipersiapkan sejak

sekarang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 208: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

187

2. Bagi Siswa

Bagi para siswa diharapkan memiliki kesadaran akan pentingnya

kesadaran mengembangkan kemampuan menulis sebagai bagian dari empat

keterampilan dasar berbahasa. Keterampilan menulis cerita fantasi membantu

para siswa untuk menuangkan ide-ide kreatif dan cemerlang dalam bentuk

tulisan yang memiliki pesan moral kepada para pembaca. Modul digital

pembelajaran menulis cerita fantasi yang dikembangkan membantu para

siswa untuk menemukan beberapa inspirasi melalui cerita rakyat Nusantara,

dengan demikian warisan leluhur berupa nilai-nilai menjadi bekal dalam

menggapai cita-cita.

3. Bagi Peneliti Lain

Penelitian berjudul “Ayo Menulis Cerita Fantasi” masih terdapat banyak

kekurangan, seperti materi, desain dan metode pembelajaran, maka peneliti

lain yang ingin mengambil judul penelitian yang mirip dengan penelitian ini

diharapkan dapat mengembangkan modul digital lebih baik, variatif, dan

komprehensif lagi. Peneliti berharap agar modul atau bahan ajar digital

pembelajaran dapat dikembangkan lebih banyak lagi mengingat

perkembangan teknologi sangat cepat dan siswa-siswi yang didampingi

adalah generasi Z dan generasi alpha yang hidup dan berkembang di era

revolusi 4.0. Semoga penelitian ini memberikan kontribusi informasi dan

inspirasi dalam bidang akademik sehingga memotivasi penelitian selanjutnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 209: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

188

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Ilham. 2010. Pengembangan Bahan Ajar. Bandung: Direktori UPI.

Bandung.

Belawati, dkk. 2003. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Penerbitan

Universitas Terbuka.

Diknas. 2004. Pedoman Umum pemilihan dan Pemanfaatan Bahan Ajar.

Jakarta: Ditjen Dikdasmenum.

Direktorat Tenaga Kependidikan. (2008). Penulisan Modul. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional.

Daryantio.,& Cahyono, A.D. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran

(Silabus, RPP, PHB, Bahan Ajar. Yogyakarta: Gava Media.

Fahmiyati,Laeli. 2016. Diakses 18 November 2018 pada

http://repository.ump.ac.id/2925/3/LAELI%20FAHMIYATI%20BAB%20I

I.pdf

“Generasi 4.0” 2018 dalam 2 MEI 2018. Diakses tanggal 29 September 2018

dalam https//edukasi.kompas.com.

Gie. The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi Offset.

Hariwijaya,M. 2008. Pedoman Penulisan Ilmiah Proposal dan Skripsi.

Yogyakarta: Tugu Publisher.

Hermino, Agustinus.2014. Manajemen Kurikulum Berbasis Kearifan.

Bandung: Alfabeta.

I Made Tegeh, dkk. 2014. Metodologi Penelitian Pengembangan. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Jurnal Pendidikan. Vol 3. No.1 Bln. Januari 2018, Ha1. 110-106. Diakses 16

November 2018.

Neonbasu. 2016. Kearifan Lokal Lompatan Masuk Dunia Pendidikan Abad-

XXI. Diakses pada Jumat, 12 September 2018 jam 21.00 WIB) dalam

http:// news.kupang.com/read/2016/337/304765/kearifan lokal lompatan

masuk dunia pendidikan abad-xxi ,

187

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 210: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

189

Kurniawan.H. 2014. Pembelajaran Menulis Kreatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Munaf, Triawan. 2018 Oktober 31. Pembelajaran Bahasa abad 21. Kompas.

Hal.8 & 9. Pendidikan dan Kebudayaan.

Munaf, Triawan. 2018 Oktober. Bersama Membangun Prestasi Bangsa. Retas.

Hal.04-05. Wacana.

“Makna terjemahan KBBI” 2018. diunduh 22 Oktober 2018 dalam

https://kbbi.kemdikbud.go.id.

Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Menulis Secara Populer. Jakarta: Pustaka Jaya.

Nurlaila Nur dalam.https://eprints.uny.ac.id/13992/2/Bab%20II.pdf.

Diakses11 Oktober 2018.

Prastowo, Andi. 2015. Panduan Kreatif membuat Bahan Ajar Inovatif.

Yogyakarta: Diva Press.

Prastowo, Andi. 2016. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Jakarta:

Kencana.

Suyanto, M. 2006. Multimedia; Alat Untuk Bersaing. Yogyakarta: Penerbit

Andi.

Tarigan, Henry Guntur.1994. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung. Angkasa.

Vembriarto, St. 1975. Pengantar Pengajaran Modul. Yogyakarta: Yayasan

pendidikan Paramita.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 211: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

190

BIOGRAFI PENULIS

Maria Emerensiana Anin lahir di Pope-Noebaun

pada tanggal 20 Februari1988. Masa kecil penulis

hingga tamat sekolah menegah atas dihabiskan di

sebuah kota kecil di Kefamenanu, tepatnya di

Noemuti. Penulis menempuh pendidikan dasar di

SDK Noebaun, kemudian melanjutkan di SMPK. St.

Yoseph Maubesi dan kemudian melanjutkan di

SMA Negeri 2 Kefamenanu. Setelah lulus SMA

sempat bekerja dan menempuh pendidikan

nonformal di beberapa lembaga swasta. Pada tahun 2009 memutuskan

bergabung dalam lembaga hidup bakti Kongregasi Suster Penyelenggaraan

Ilahi. Setelah mengikrarkan kaul pertama, bertugas di TK Kebon Dalem 2

Semarang dan pada 2014 sempat berpengalaman mendampingi anak-anak

Panti Asuhan Betlehem di Temanggung. Pada tahun 2015, penulis diutus

untuk mengembangkan diri dan pendidikan di Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Tugas akhir yang diselesaikan oleh

penulis sebagai syarat akhir memperoleh gelar S1 berjudul Pengembangan

Modul Digital Pembelajaran Menulis Cerita Fantasi dengan Memadukan

Nilai-Nilai Kearifan Lokal Cerita Rakyat Nusantara.

Motto Hidup: “Pergilah ke mana jiwa membawamu”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 212: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

191

LAMPIRAN

Lampiran A1. Surat izin penelitian

LAMPIRAN SURAT IZIN PENELITIAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 213: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

192

Lampiran A2. Surat permohonan validasi dosen ahli

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 214: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

193

LAMPIRAN SURAT PERMOHONAN VALIDASI DOSEN AHLI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 215: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

194

Lampiran B1. Presensi validasi siswa

LAMPIRAN PRESENSI SISWA SAAT VALIDASI PRODUK

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 216: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

195

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 217: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

196

Lampiran B1. Validasi produk modul digital pembelajaran menulis cerita

fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan dalam cerita rakyat

Nusantara oleh dosen ahli

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 218: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

197

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 219: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

198

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 220: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

199

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 221: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

200

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 222: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

201

Lampiran B1. Kisi-kisi kuesioner studi pendahuluan

KISI-KISI KUESIONER STUDI PENDAHULUAN OLEH SISWA

Aspek

Penilaian

Panduan Pertanyaan aspek penilaian Nomor

Indikator

Penilaian

Modul

Digital

Menurut saya, bahan ajar menulis cerita fantasi

yang digunakan selama ini kurang menarik.

1

Bahan ajar yang digunakan guru mempengaruhi

semangat saya untuk menulis cerita fantasi.

2

Saya lebih suka belajar dengan bantuan media

yang kreatif seperti modul digital.

3

Materi menulis cerita fantasi semakin menarik

dengan menggunakan modul digital karena

membantu saya belajar mandiri.

4

Bahan ajar modul digital sangat bermanfaat

dalam memahami materi menulis cerita fantasi.

5

Materi menulis cerita fantasi mudah dipahami dan

siswa mengembangkan kemampuan beripikir

kreatif.

6

Bahan ajar modul digital adalah bahan ajar yang

pertama kali digunakan di sekolah ini

7

Saya sangat suka belajar dengan bantuan internet

karena materi dapat dipelajari kapan saja.

8

Bahan ajar modul digital dapat digunakan di

sekolah ini karena fasilitas sekolah mendukung.

9

Bahan ajar modul digital digunakan guru inovatif

demi perkembangan peserta didik.

10

Menulis

Cerita

Fantasi

Menurut saya, menulis cerita fantasi penting dan

bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

11

Saya lebih tertarik belajar menulis cerita fantasi 12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 223: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

202

dengan bantuan bahan ajar/media daripada

ceramah guru.

Menulis adalah termasuk salah satu keterampilan

berbahasa yang wajib saya pelajari.

13

Menulis cerita fantasi.melatih daya imajinasi agar

kemampuan menulis dilatih sejak dini.

14

Menulis cerita fantasi termasuk kegiatan yang

kreatif menyenangkan.

15

Cerita

Rakyat

Cerita rakyat mengandung nilai-nilai kehidupan

yang harus dilestarikan.

16

Saya pernah mendengar cerita rakyat Nusantara

dan saya tertarik untuk membacanya.

17

Cerita rakyat akan menarik jika dikolaborasikan

dengan kemajuan teknologi agar lebih sesuai

kemajuan zaman.

18

Cerita rakyat penting untuk dipelajari dan

dilestarikan.

19

Saya lebih berminat membaca cerita rakyat secara

digital

20

Cerita rakyat mengandung nilai-nilai kehidupan

yang harus dilestarikan.

21

Saya pernah mendengar cerita rakyat Nusantara

dan saya tertarik untuk membacanya.

22

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 224: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

203

Lampiran B2. Kisi-kisi wawancara dosen Bahasa Indonesia

KISI-KISI WAWANCARA DENGAN DOSEN BAHASA INDONESIA

NO Panduan Pertanyaan aspek

penilaian

Nomor Indikator

1 Penggunaan dan peran media dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia

khusus menyimak kreatif

1

2 Pendapat tentang bahan ajar bagi

generasi milenial

2

3 Literasi digital menjadi tantangan

bagi guru agar inovatif menciptakan

modul digital

3

4 Pendapat tentang bahan ajar digital 4

5 Pernah menggunakan modul digital 5

6 Cerita rakyat perlu dielaborasi dengan

teknologi agar menarik dan mudah

untuk dipelajari.

6

7 Pembentukan etika dan moral dapat

dimulai dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia dengan memanfaatkan

cerita rakyat.

7

Lampiran B2. Kisi-kisi wawancara guru Bahasa Indonesia

Usul/saran tentang bahan ajar yang sesuai untuk generasi

milenial/generasi 4,0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 225: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

204

KISI-KISI WAWANCARA DENGAN GURU DAN DOSEN MATA

PELAJARAN BAHASA INDONESIA

No Kisi-kisi Pernyataan

Pedoman wawancara untuk Guru

Jumlah

1 Penggunaan dan peran media yang relevan

dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

1

2 Modul digital membantu siswa belajar

secara mandiri dan guru sebagai fasilitator

2

3 Bahan ajar apa saja yang digunakan guru

selama ini

3

4 Media yang paling dominan digunakan 4

5 Media yang menunjang proses

pembelajaran

5

6 Pendapat tentang pengembangan bahan ajar

digital

6

7 Penggunaan media lain selain power point 7

8 Pernah menggunakan modul digital 8

9 Pendapat tentang penggunaan aplikasi CD

interaktif/modul digital

9

10 Menggunakan modul digital sebagai bahan

ajar dalam pembelajaran akan membantu

siswa dalam belajar

10

11 Sudah saatnya memanfaatkan cerita rakyat

dan mengkolaborasikan dengan media

digital agar menarik dan memudahkan

siswa belajar.

11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 226: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

205

Lampiran B3. Kisi-kisi kuesioner validasi oleh dosen ahli

KISI-KISI KUESIONER VALIDASI OLEH DOSEN AHLI

Aspek Penilaian Aspek yang Dinilai Nomor Indikator

Penilaian

Kelayakan Isi/Materi Kesesuaian materi dengan standar

kompetensi dan kompetensi dasar

1, 2

Ketepatan pemilihan materi 3, 4, 6, 7

Kaitan materi dengan kemampuan

dan keterampilan siswa

9

Penggunaan teori yang relevan 10

Metode cerpengram 5, 8, 11

Muatan kearifan lokal jawa 12

Kelayakan Penyajian Keruntutan penyajian materi dengan

alur berpikir siswa

15

Sistematika penyajian materi dalam

setiap bab

13, 14, 16, 17, 18

Kesesuaian materi dengan tingkat

kemampuan berpikir siswa

19

Kelayakan Bahasa Kesesuaian bahasa dengan tingkat

kemampuan siswa

20, 21, 30

Kesesuaian dan ketepatan diksi 21, 22, 23

Kelayakan

Kegrafikan

Kesesuaian fisik modul (halaman

judul, depan dan belakang)

24, 25

Kesesuaian tata pengetikan 26, 27, 28, 29

Pemanfaatan penggunaan gambar,

tabel, dan ilustrasi

31, 33

Kelengkapan penggunaan gambar,

tabel, dan ilustrasi

32

Kelayakan

Multimedia

Pemakaian media pembelajaran 34, 35, 36, 37

Kualitas tampilan media 38, 39, 40

*Diadopsi dari kriteria penilaian modul Direktorat Tenaga Kependidikan (2008:15) dengan penyesuaian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 227: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Lampiran B4. Kisi-kisi kuesioner validasi oleh siswa

KISI-KISI VALIDASI MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN OLEH

SISWA

Aspek Penilaian Aspek yang Dinilai Nomor Indikator

Penilaian

Kelayakan penyajian Kejelasan petunjuk

penggunaan modul

pembelajaran.

4, 5, 7, 20

Kesesuaian penyajian

materi terhadap motivasi

belajar siswa.

1, 2, 3, 8

Kelayakan materi Ketepatan pemilihan

materi dengan

kompetensi yang ingin

dicapai.

12

Kesesuaian materi

dengan kemampuan dan

keterampilan siswa.

14

Kesesuaian materi

dengan IPTEKS.

9, 11

Materi melatih

keterampilan tertentu.

13,17, 18

Kelayakan bahasa Kesesuaian dan

ketepatan diksi.

16, 19

Kesesuaian bahasa

dengan tingkat intektual

siswa.

15

Kelayakan kegrafikan Pemanfaatan

penggunaan komponen

kegrafikan (gambar,

tabel, dan ilustrasi)

untuk memperjelas

10,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 228: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

207

materi.

Ketepatan pemilihan

huruf dan ukuran huruf.

6

*Diadopsi dari kriteria penilaian modul Direktorat Tenaga Kependidikan

dengan penyesuaian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 229: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Lampiran C1. Transkrip hasil wawancara dengan guru Bahasa Indonesia

Transkrip Wawancara dengan Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.

NO PERTANYAAN JAWABAN

1 Menurut Ibu, bagaimana peran media yang relevan

dalam pembelajaran Bahasa Indonesia saat ini?

Sangat relevan karena memudahkan saya sebagai guru Bahasa

Indonesia untuk menyampaikan materi kepada siswa. Selain itu

juga menarik perhatian siswa untuk memahami materi

pemebelajaran.

2 Apakah pernah mendengar modul digital yang

digunakan guru dalam mengajar?

Saya pernah mendengar sih, hanya saya belum pernah membuat

dan menggunakannya dalam mengajar bahasa Indonesia.

3 Bahan ajar apa sajakah yang digunakan selama ini di

kelas? Apa keuntungan dan kelemahannya

Buku-buku cetak, surat kabar, mind mapping, karya-karya sastra,

media online (google classroom) Keuntungannya:

4 Media yang paling banyak digunakan di kelas selama

ini?

Power point dan google clasroom.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 230: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

209

5 Apa pendapat ibu tentang pengembangan modul

digital pembelajaran menulis cerita fantasi?

Saya kira penelitian ini nantinya akan sangat membantu saya dan

kami sebagai guru terutama memudahkan anak-anak memahami

materi menulis cerita fantasi.

6 Apakah pernah menggunakan modul cetak atau

digital saat mengajar? Apa usul saran Ibu tentang

pembuatan sebuah modul?

Belum pernah menggunakan modul digital. Menurut

sepengetahuan dan pengalaman membaca bebrbagai informasi

tenatng modul, ada baiknya jika modul digital disusun secara

sistematis dan lengkap agar memudahkan siswa dalam belajar

secara mandiri. Hal yang harus diperhatikan juga adalah penilaian

di akhir materi beserta kunci jawabnanya, dengan demikain siswa

dapat mengukur tingak penguasaannya terhadap materi yang telah

dipelajari.

7 Sudah saatnya guru maupun calon guru

memodifikasi cerita rakyat dengan media digital agar

membantu siswa dalam belajar, khususnya menulis

cerita fantasi. Apa pendapat Ibu?

Bagus karena cerita rakyat di dalamnya mengandung nilai-nilai

luhur yang harus kita lestarikan

8 Apakah Ibu setuju jika penelitian ini dilanjutkan?

Mengapa?

Oh, bagus dilanjutkan karena sesuai dengan kebutuhan kami

sebagai guru yang mendidik siswa dengan menggunakan

teknologi digital tanpa meninggalkan nilai-nilai kearifan dlam

cerita rakyat.

9 Adakah Ibu menemukan kesulitan-kesulitan saat

mengajar cerita fantasi untuk siswa/i? Dan

Kesulitan untuk memberi motivais siswa untuk menulis, siswa

harus dibimbing dlaam waktu yang lama, biasanya siswa yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 231: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

210

bagaimana cara mengatasinya? sudah selesai menulsi lebih cepat saya tayangkan di google

classroonm sehingga teman yang lain termotivasi lalu juga

masukkan dari sesama teman juga membantu sesama siswa

misalnya kekurangannya di bagian apa, kemudian tulisan direvisi

sehingga hasil akhir siswa tergolong baik. Lalu pekerjaan siswa

akan segera saya beri nilai sehingga siswa mengetahui tingkat

kemampuannya.

10 Nilai-nilai kehidupan dalam cerita rakyat Nusantara

sangat mendesak untuk diangkat dan dijadikan topik

penelitian guru maupun calon guru. Apa pendapat

Ibu?

Nilai-nilai kehidupan dalam cerita rakyat harus dilestarikan karena

sangat dibutuhkan dalam pembentukan kearifan siswa, tidak boleh

ditinggalkan, nilai-nilai kearifan selalu aktual agar ditanamakan

kepada peserta didik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 232: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

211

Lampiran C1.2. Transkrip hasil wawancara dengan dosen Bahasa Indonesia

TRANSKRIP HASIL WAWANCARA DENGAN DOSEN BAHASA INDONESIA

a. Dosen Universitas Flores

NO PERTANYAAN JAWABAN

1 Menurut Bapak/Ibu apakah penggunaan dan peran

media dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khusus

menulis cerita fantasi berupa modul digital dapat

membantu siswa dalam belajar?

Penggunaan dan peran media dalam pembelajaran bahasa Indonesia,

khususnya menulis cerita fantasi berupa modul digital pasti sangat

membantu pembelajar. Tentu, penggunaan modul digital sebagai

media dalam pembelajaran menulis cerita fantasi harus disesuaikan

dengan tingkat, umur, dan kearifanistik agar kompetensi,

keterampilan, dan substansi pembelajaran nantinya dapat dicapai

siswa.

2 Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang bahan ajar

yang cocok bagi generasi milenial?

Generasi milenial merupakan generasi Y yang lahir pada tahun

2000-an. Dalam beberapa kajian ditemukan bahwa generasi ini

memiliki kearifanistik, antara lain, belajar dan menguasai peranti

teknologi secara autodidak. Sehubungan dengan itu dapat dikatakan

bahwa generasi ini akrab dengan dunia digita. Oleh karena itu, bahan

ajar yang cocok bagi generasi ini bisa dirancang dalam aplikasi digital.

Dengan demikian, bahan ajar tidak menjauhkan mereka dari dunia

yang paling dekat dengan mereka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 233: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

212

3 Literasi digital menjadi tantangan bagi guru agar

inovatif menciptakan modul digital. Apa pendapat

Bapak/Ibu?

Guru harus terus-menerus belajar. Dia tidak cukup mengandalkan

otoritasnya sebagai guru, juga pengetahuan yang diperolehnya dari

lembaga pendidikan calon guru. Ia harus bisa beradaptasi, mampu

membuat manajemen waktu, dan beradaptasi dengan dunia siswa.

Dengan demikian, inovasi modul digital merupakan tantangan

tersendiri bagi guru untuk berinovasi. Terkait literasi digital, tuntutan

dunia kerja masa kini, termasuk dunia kerja guru di lembaga-lembaga

pendidikan, telah masuk pada satu babak baru, yaitu revolusi teknologi

4.0. Revolusi ini menuntut setiap tenaga professional untuk terampil

menggunakan alat-alat teknologi. Sehubungan dengan itu,

pertama-tama, guru harus serius mengembangkan diri melalui

penguasaan terhadap teknologi. Selanjutnya, ia harus berinovasi

melalui perancangan pembelajaran berbasis teknologi. Literasi digital

bagi guru pada era ini dapat dikatakan sangat urgen.

4 Pendapat tentang bahan ajar modul digital dalam

pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia?

Bahan ajar modul digital dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia sudah saatnya mendesak untuk diciptakan dan diaplikasikan.

Argumentasi dasarnya, selain menimbang latar belakang dan

kearifanistik siswa generasi milenial, modul digital juga merupakan

suatu inovasi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.

5 Apakah pernah menggunakan modul digital dalam Sejauh ini kami masih menggunakan beberapa jenis bahan ajar seperti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 234: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

213

mengajar? Apa kelebihan dan kekurangannya?

e-book, buku digital, dan desain bahan ajar sendiri yang diproduksi

secara manual. Beberapa aplikasi seperti edmodo dan beberapa mesin

digital telah kami manfaatkan dalam pembelajaran, meskipun ini

konteksnya pembelajaran di perguruan tinggi. Bagi kami, penerapan

pembelajaran berbasi digital sangat bermanfaat, baik bagi guru sendiri

maupun bagi siswa.

6 Cerita rakyat perlu dielaborasi dengan teknologi agar

menarik dan mudah untuk dipelajari, apakah

Bapak/Ibu setuju? Apa alasannya?

Saya sangat setuju apabila cerita rakyat dielaborasi dengan teknologi

agar menarik dan mudah dipelajari siswa. Sejauh ini, cerita rakyat

(folklore) jarang dicatat atau didokumentasikan. Kebanyakan folklore

murni lisan masih belum terdata atau terdokumentasi. Dengan suatu

elaborasi menggunakan teknologi, apalagi dekat dengan dunia

generasi milenial, hal itu pasti memberikan dampak positif dan

pembelajaran cerita rakyat pasti akan lebih berdaya guna.

7 Pembentukan etika dan moral dapat dimulai dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia dengan

memanfaatkan cerita rakyat, apakah Bapak?Ibu

setuju? Mengapa?

Sebagai narasi sastra, cerita rakyat mengandung amanat dan pesan

moral. Tentu, dalam pembelajarannya siswa tidak cukup diarahkan

untuk mengidentifikasi pesan amanat dan pesan moral yang

terkandung di dalamnya. Hal yang lebih penting, hemat saya, justru

etika, amanat, dan pesan moral yang terkandung di dalam sebuah

cerita rakyat pada akhirnya dapat diinternalisasi (ditanamkan, dimiliki,

dan dihayati) oleh siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 235: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

214

8 Tema skripsi: Pengembangan Modul Digital

Pembelajaran Menulis Cerita Fantasi Dengan

Memanfaaftkan Cerita Rakyat menarik dan layak

untuk dijadikan bahan penelitian. Apakah Setuju?

Apa alasannya?

Sebagai pendidik, saya mendukung rencana penulisan skripsi dengan

judul tersebut. Dari jenisnya, judul itu termasuk reseach and

development (R n D). Produk penelitian tersebut pasti akan

memberikan manfaat teoretis dan praktis bagi siapa saja yang

menaruh atensi pada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.

Lampiran C1.3. Transkrip hasil wawancara dengan dosen Bahasa Indonesia

USUL/SARAN TENTANG TEMA SKRIPSI DI ATAS

Baik kalau judul dilengkapi dengan subjek didik yang akan menggunakannya. Perhatikan modifikasinya seperti berikut.

Pengembangan Modul Digital Pembelajaran Menulis Cerita Fantasi dengan Memanfaaftkan Cerita Rakyat bagi Siswa Kelas VII

SMP St. Fransiskus Xaverius Ruteng, Manggarai, NTT

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 236: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

215

TRANSKRIP HASIL WAWANCARA DENGAN DOSEN BAHASA INDONESIA

b. Dosen Universitas Timor

NO PERTANYAAN JAWABAN

1 Menurut Bapak/Ibu apakah penggunaan dan peran media

dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khusus menulis

cerita fantasi berupa modul digital dapat membantu

siswa dalam belajar?

Di era modern seperti saat ini, peran media pembelajaran berupa

modul digital cukup penting dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

khususnya dalam menulis cerita fantasi. Alasannya adalah selain

memudahkan siswa untuk mengakses dan menemukan sendiri

materi-materinya, proses belajar juga dapat dilakukan di mana

saja dan kapan saja.

2 Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang bahan ajar yang

cocok bagi generasi milenial?

Generasi milenial cenderung berpikir rasional dan lebih menghargai

informasi-informasi yang relevan dengan kehidupan mereka. Sudah

bukan zamannya lagi guru menyuapi siswa dengan seluruh materi

yang ada dalam buku. Generasi milenial lebih membutuhkan yang

praktis. Dengan demikian guru juga dituntut untuk mampu meramu

kasus-kasus terkini sebagai contoh yang relevan dengan konsep

materi yang diberikan. Selain itu, harus mampu memanfaatkan

kemampuan teknologi untuk menciptaan pembelajaran yang lebih

efektif dan efisien dengan memberi kesempatan lebih banyak

kepada siswa untuk mencari dan memecahkan sendiri kasusnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 237: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

216

serta bebas mengeksplorasi hasil kreasinya.

3 Literasi digital menjadi tantangan bagi guru agar inovatif

menciptakan modul digital. Apa pendapat Bapak/Ibu?

Sangat mustahil memang jika menganggap bahwa pendidikan abad

ke-21 tidak memerlukan teknologi dalam pembelajaran. Namun

bagaimanapun juga konsep pembelajaran abad ke-21 ini pada

dasarnya bukan semata-mata mengenai teknologi saja sebab

teknologi hanyalah sebagai satu alat. Penggunaan teknologi dapat

meningkatkan minat generasi milenial ini serta dapat digunakan

untuk memberi pendekatan yang lebih konkret kepada mereka

terhadap literasi-literasi yang harus dipelajari. Kenyataan seperti ini

tentu saja menjadi tantangan bagi guru dan dosen untuk terus

berinovasi untuk menciptakan modul digital sesuai dengan

perkembangan zaman saat ini.

4 Pendapat tentang bahan ajar modul digital dalam

pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia?

Penggunaan modul dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia lebih praktis dan dapat memperlancar interaksi antara

guru dan siswa sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan

efisien.

5 Apakah pernah menggunakan modul digital dalam

mengajar? Apa kelebihan dan kekurangannya?

Pernah. Penggunaan modul digital ini sangat efisien dalam soal

waktu dan tenaga. Selain itu juga menjadikan siswa lebih

partisipatif. Namun karena pembelajaran seperti ini berbasis

komputer, tentu saja tidak bisa diterapkan di sekolah yang belum

tersentuh listrik dan internet.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 238: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

217

6 Cerita rakyat perlu dielaborasi dengan teknologi agar

menarik dan mudah untuk dipelajari, apakah Bapak/Ibu

setuju? Apa alasannya?

Setuju.

Sebab generasi sekarang lebih tertarik dengan gadget dan segala

yang berhubungan dengan internet. Sedangkan cerita-cerita rakyat

Nusantara pada umumnya berupa sastra lisan yang cenderung

hampir terlupakan jika tidak dibukukan. Tetapi akan lebih menarik

jika disajikan lewat media digital yang dapat dengan mudah diakses

oleh siswa/mahasiswa kapan saja dan di mana saja..

7 Pembentukan etika dan moral dapat dimulai dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia dengan memanfaatkan

cerita rakyat, apakah Bapak?Ibu setuju? Mengapa?

Setuju.

Sebab cerita rakyat sebagai bagian dari folklore mengandung

informasi-informasi sistem budaya seperti fiosofi, nilai, dan norma

yang cenderung mengatur perilaku hidup masyarakat.

8 Tema skripsi: Pengembangan Modul Digital

Pembelajaran Menulis Cerita Fantasi Dengan

Memanfaaftkan Cerita Rakyat menarik dan layak untuk

dijadikan bahan penelitian. Apakah Setuju? Apa

alasannya?

Sangat setuju karena sangat relevan di zaman ini dan sangat setuju

karena peneliti mengolaborasikan nilai-nilai kearifan dalam cerita

rakyat dengan teknologi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 239: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

218

USUL/SARAN TENTANG TEMA SKRIPSI DI ATAS

Tema skripsi yang dipilih sesuai dengan konteks pembelajaran saat ini dan diharapkan berbagai peran positif yang dihadirkan

dengan adanya teknologi dapat menciptakan lingkungan belajar mengajar yang kondusif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 240: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Lampiran 11 Kategorisasi Analisis Kuesioner Studi Pendahuluan Siswa

REKAP BUTIR SOAL ANALISIS STUDI PENDAHULUAN SISWA SMP KEBON DALEM KELAS VII DALAM

MENULIS CERITA FANTASI DENGAN MEMADUKAN NILAI-NILAI KEARIFAN DLAAM CERITA RAKYAT

NUSANTARA

5 4 3 2 1

SS S C TS STS

1 2 7 16 9 4 38 10 28 48 18 4 108 190 38 57% Cukup

2 6 18 12 2 0 38 30 72 36 4 0 142 190 38 75% Setuju

3 18 14 5 0 0 38 90 56 15 0 0 161 190 38 85% Sangat setuju

4 9 21 7 0 1 38 45 84 21 0 1 150 190 38 79% Setuju

5 9 20 8 1 0 38 45 80 24 2 0 151 190 38 79% Setuju

6 16 17 5 0 0 38 80 68 15 0 0 163 190 38 86% Sangat setuju

7 19 8 8 2 1 38 95 32 24 4 1 15600% 190 38 82% Sangat setuju

8 14 19 0 2 2 38 70 76 0 4 2 152 190 38 80% Setuju

9 13 22 3 0 0 38 65 88 9 0 0 162 190 38 85% Sangat setuju

10 20 12 5 1 0 38 50 48 15 2 0 115 190 38 61% Cukup

1 4 7 22 5 0 38 20 28 66 10 0 124 190 38 65% Setuju

2 13 13 8 4 0 38 65 52 24 8 0 149 190 38 78% Setuju

3 17 16 4 1 0 38 85 64 12 2 0 163 190 38 86% Sangat setuju

4 18 18 2 0 0 38 90 72 6 0 0 168 190 38 88% Sangat setuju

5 20 9 7 0 0 38 100 36 21 0 0 162 190 38 85% Sangat setuju

1 17 14 7 0 0 38 85 56 21 0 0 162 190 38 85% Sangat setuju

2 10 11 13 3 1 38 50 44 39 6 1 140 190 38 74% Setuju

3 12 13 10 2 1 38 60 52 30 4 1 147 190 38 77% Setuju

4 12 21 5 0 0 38 60 84 15 0 0 159 190 38 84% Sangat setuju

5 18 6 9 4 2 38 90 24 27 8 2 151 190 38 79% Setuju

STSJumlah

Jumlah

Skor

Ideal (X)

Jumlah

Skor

Rendah (Y)

% KategoriNomor Butir

Pernyataan

Pilihan JawabanJumlah

Responden

Skor

SS S C TS

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 241: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

220

Tabel Kategori

Rentang Skor Persentase Kategori

0-29 0%-20% Sangat tidak setuju

30-58 21%-40% Tidak setuju

59-87 41%-60% Cukup

88-116 61%-80% Setuju

117-145 81%-100% Sangat setuju

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 242: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

221

Lampiran 14. Rekapitulasi Hasil Penilaian Kuesioner Validasi Dosen Ahli

REKAP BUTIR PERNYATAAN DOSEN AHLI

LEMBAR VALIDASI MODUL DIGITAL “AYO MENULIS CERITA FANTASI”

5 4 3 2 1 B CB KB SKB

SB B CB KB SKB

1 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3

2 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3

3 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3

4 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3

5 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4

6 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3

7 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3

8 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3

9 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3

10 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3

11 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4

12 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3

13 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4

14 0 1 0 0 0 0 0 3 0 0 3

45

3,21

64%

CUKUP BAIK

HASIL VALIDASI DOSEN AHLI

SKOR

TOTAL

RATA-RATA

Nama Butir Pernyataan

Alternatif jawaban

PERSENSI

KATEGORI

JUMLAH SB

ASPEK KELAYAKAN ISI/MATERI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 243: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

222

15 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3

16 0 0 0 1 0 0 4 0 0 0 4

17 0 1 0 0 0 0 2 0 0 0 2

18 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3

19 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3

20 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3

21 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3

21

3

60%

CUKUP BAIK

22 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3

23 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3

6

3

60

CUKUP BAIK

ASPEK KELAYAKAN PENYAJIAN

ASPEK BAHASA

KATEGORI

RATA-RATA

PERSENSI

TOTAL

RATA-RATA

PERSENSI

KATEGORI

TOTAL

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 244: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

223

24 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3

25 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3

26 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4

27 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4

28 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3

29 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4

30 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4

31 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4

32 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3

33 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4

36

3,6

72

BAIK

34 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4

35 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4

36 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4

37 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4

38 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4

39 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4

40 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4

28

4

80

SANGAT BAIK

ASPEK KELAYAKAN MEDIA

TOTAL

RATA-RATA

PERSENSI

KATEGORI

TOTAL

RATA-RATA

PERSENSI

KATEGORI

ASPEK KEGRAFIKAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 245: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

224

Lampiran 17. Rekapitulasi Hasil Penilaian Kuesioner Validasi Siswa

REKAP BUTIR PERNYATAAN

LEMBAR VALIDASI SISWA PADA MODUL DIGITAL “AYO MENULIS CERITA FANTASI”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 246: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

225

BAIK SANGAT KURANG BAIK

4 1

KURANG BAIK

BOBOT NILAI 5 3 2

KEPANJANGAN BOBOT NILAI SANGAT BAIK CUKUP BAIK

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 247: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

226

Lampiran 18. Rekapitulasi Hasil Penilaian Kuesioner Validasi Siswa

ANALISIS DATA VALIDASI SISWA TERHADAP KELAYAKAN MODUL DIGITAL “AYO MENULIS CERITA

FANTASI”

SKOR

5 4 3 2 1 B CB KB SKB

SB B CB KB SKB

1 15 5 0 0 0 20 75 20 0 0 0 95 4,75

2 13 5 2 0 0 20 65 20 6 0 0 91 4,55

3 12 6 2 0 0 20 60 24 6 0 0 90 4,5

4 9 9 2 0 0 20 45 36 6 0 0 87 4,35

5 1 12 7 0 0 20 5 48 21 0 0 54 2,7

6 11 8 1 0 0 20 55 32 3 0 0 90 4,5

7 7 11 2 0 0 20 35 44 6 0 0 85 4,25

592 29,6

84,57 4,22

ASPEK KEBAHASAAN

8 13 3 4 0 0 20 65 12 12 0 0 89 4,45

9 12 6 2 0 0 20 60 24 6 0 0 90 4,4

10 10 9 1 0 0 20 50 36 3 0 0 89 4,45

11 11 7 2 0 0 20 55 28 6 0 0 89 4,45

357 17,75

89,25 4,43

88,6

ASPEK KELAYAKAN ISI/MATERI

TOTAL

RATA-RATA

PERSENTASI

KATEGORI

Nama Butir Pernyataan

alternatif jawaban

JUMLAH RESPONDEN JUMLAH RATA-RATASB

84%

SANGAT BAIK

TOTAL

RATA-RATA

PERSENTASI

KATEGORI SANGAT BAIK

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 248: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

227

ASPEK KEGRAFIKAN

12 6 7 7 0 0 20 30 28 21 0 0 79 3,95

13 10 8 2 0 0 20 50 32 6 0 0 88 4,4

14 10 8 2 0 0 20 50 32 6 0 0 88 4,4

15 6 8 6 0 0 20 30 32 18 0 0 80 4

16 13 5 2 0 0 20 65 20 6 0 0 91 4,55

17 14 4 2 0 0 20 70 16 6 0 0 92 4,6

18 14 5 1 0 0 20 70 20 3 0 0 93 4,65

611 30,55

87,28 4,36

87,28

ASPEK PENYAJIAN

19 10 8 2 0 0 20 30 28 21 0 0 79 3,95

20 13 4 3 0 0 20 50 32 6 0 0 88 4,4

21 9 8 3 0 0 20 50 32 6 0 0 100 5

22 7 10 3 0 0 20 30 32 18 0 0 71 3,55

23 11 7 2 0 0 20 65 20 6 0 0 91 4,55

24 10 9 1 0 0 20 70 16 6 0 0 92 4.6

25 14 5 1 0 0 20 70 20 3 0 0 93 4,65

614 26,1

87,71 3,72

74,4

RATA-RATA

PERSENTASI

KATEGORI SANGAT BAIK

TOTAL

RATA-RATA

PERSENTASI

KATEGORI BAIK

TOTAL

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 249: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

228

ASPEK MEDIA

12 6 7 7 0 0 20 30 28 21 0 0 79 3,95

13 10 8 2 0 0 20 50 32 6 0 0 88 4,4

14 10 8 2 0 0 20 50 32 6 0 0 88 4,4

15 6 8 6 0 0 20 30 32 18 0 0 80 4

16 13 5 2 0 0 20 65 20 6 0 0 91 4,55

17 14 4 2 0 0 20 70 16 6 0 0 92 4,6

18 14 5 1 0 0 20 70 20 3 0 0 93 4,65

611 30,55

87,28 4,36

87,28

TOTAL

RATA-RATA

PERSENTASI

KATEGORI SANGAT BAIK

KEPANJANGAN BOBOT NILAI TABEL KATEGORI

SANGAT BAIK

BAIK

CUKUP BAIK

RENTANG RATA-RATA

X>4,21

3,4<X≤4,2

2,6<X≤3,4

KATEGORISANGAT BAIK

CUKUP BAIK

KURANG BAIK

SANGAT KURANG BAIK

5

4

3

2

1 7989<X≤2,6

X≤1,79

KURANG BAIK

SANGAT KURANG BAIK

BAIK

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 250: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Lampiran 18. Foto kegiatan studi pendahuluan dan validasi SMP Kebon

Dalem Semarang

LAMPIRAN FOTO-FOTO STUDI PENDAHULUAN DAN VALIDASI PRODUK

MODUL DIGITAL MENULIS CERITA FANTASI DENGAN MEMADUKAN

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL CERITA RAKYAT NUSANTARA UNTUK

SISWA SMP KEBON DALEM KELAS VII

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 251: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

230

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 252: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 253: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

KATA PENGANTAR

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 254: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 255: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 256: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 257: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

web

RATIONALE PRODUCT/ DASAR PRODUK

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 258: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

(bullying)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 259: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Problem Based Learning

Project Based Learning

Discovery/Inquiry Learning

Problem Based

Learning

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 260: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 261: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

1. Untuk siswa

2. Untuk guru/fasilitator

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Yuk ikuti dengan saksama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 262: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 263: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Pendahuluan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 264: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 265: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 266: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 267: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Apakah kamu pernah berfantasi? Tentang apa saja? Apakah kamu pernah

membaca atau menonton film Tengkorak, Another Trip To The Moon, Ambilkan

Bulan, The Mentalist ? Ataukah kamu pernah menonton The Wisard Of Oz, Mary

Poppins dan Harry Potter? Apakah kamu masih ingat sepotong kisahnya? Kisah-

kisah dalam film di atas adalah cerita fantasi yang difilmkan. Nah, kamu juga dapat

menulis cerita fantasi. Harapannya cerita fantasimu dapat dibaca orang lain bahkan

tulisanmu terkenal di berbagai penjuru. Kamu juga tentunya berharap agar kisahmu

suatu saat difilmkan. Dalam kehidupan sehari-hari kamu pasti mempunyai

imajinasi/ fantasi. Supaya tidak hilang begitu saja, maka dalam pembelajaran ini, kita

akan mengenal tahap demi tahap apa itu cerita fantasi, apa saja strukturnya, dan yang

lebih mengasyikkan adalah kita akan belajar menulis cerita fantasi. Cerita fantasi

yang akan kamu tulis kali ini juga berbeda karena kita akan terlebih dahulu

BAB 1

BERKENALAN DENGAN CERITA

FANTASI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 268: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

mempelajari dan membaca kembali dongeng-dongeng nusantara yang kaya akan

nilai-nilai karakter. Menarik bukan? Selain berfantasi dan menuliskannya, kamu

juga akan menggali ide terlebih dahulu dari dongeng nusantara sehingga cerita

fantasi yang akan kamu tulis juga mengandung nilai-nilai karakter yang berguna bagi

kehidupan sekarang maupun yang akan datang. Sekarang simaklah cuplikan video

di bawah ini:

SSekarang simaklah cuplikan video di bawah ini:

Setelah menonton cuplikan singkat di atas, apa yang kamu

rasakan? Mengapa kamu merasa demikian? apakah kamu adalah calon

penulis cerita fantasi handal masa masa kini? Untuk menggapai cita-

citamu sebagai penulis cerita fantasi handal, kamu perlu mempersiapkan

diri dengan baik maka ayo bersemangat dan tekun mengikuti materi dari

awal hingga akhir dengan hati gembira.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 269: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Kompetensi Dasar:

SSetelah mempelajari mateeri pada bab ini, siswa

ddiharapkan:

1. Menjelaskan hakikat teks cerita fantasi

2. Menyebutkan struktur teks cerita fantasi

3. Menyusun ringkasan teks cerita fantasi

4. Mengidentifikasi jenis cerita fantasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 270: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

a. Pengertian Cerita fantasi

Berguru pada AhliB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 271: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

b. Unsur-Unsur Cerita Fantasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 272: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

1. Tema

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 273: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

2. Alur atau plot

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 274: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

flashback

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 275: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

3. Penokohan

4. Latar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 276: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

5. Sudut pandang

Author omnicient

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 277: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Author participant

Author observer

Multiple

6. Amanat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 278: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

C. Ciri Umum Cerita Imajinasi

magic futuristic

Magic

Futuristic

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 279: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 280: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 281: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 282: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 283: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

D. Jenis Cerita Imajinasi

Pertama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 284: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Kedua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 285: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Latihan

Sepasang Saudara penyihir

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 286: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

No. Unsur-Unsur Penjelasan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 287: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

(Sumber: www. Wordpress.com).

Unsur cerita yang tidak terdapat dalam teks adalah:

Bacalah kutipan teks cerita fantasi berikut dengan saksama!

(sumber: www. Wordpress.com).

Bacalah kutipan teks fantasi berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 288: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 289: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

LLatihan

Legenda Dewi Bulan Bulan Jelita adalah anak dari sepasang petani miskin yang

tinggal di pedesaan. Karena sangat miskin, tidak ada yang peduli

dengan keluarganya. Bulan jelita memiliki penyakit kulit yang aneh di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 290: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

wajahnya sehingga menyebabkan kulitnya menghitam dan kusam.

Jika tidak mengenalnya sebelumnya, orang-orang akan mengira ia

adalah monster atau jelmaan hewan yang sangat buruk rupa.

Masyakat di desa itu sangat takut terhadap Bulan jelita dan karena

selain wajahnya yang seram juga takut tertular penyakit Bulan Jelita.

Warga desa selalu mencibir dan mencemooh Bulan karena wajahnya

yang tampak menyeramkan. Untuk menutupi wajahnya, ketika

hendak keluar rumah, Bulan Jelita selalu menutup wajahnya agar

penduduk desa tidak jijik ketika berpapasan dengannya.

Di suatu malam, Bulan Jelita bermimpi bertemu dengan

seorang pangeran tampan dan sangat ramah. Setelah mimpi

tersebut, Bulan Jelita selalu memikirkan wajah tampan dan tingkah

laku pangeran sehingga Bulan Jelita sangat mengharapkan kehadiran

pangeran tersebut di dunia nyata. Keinginannya yang kuat itu

membuat Bulan Jelita selalu memimpikan pangeran setiap malamnya.

Suatu hari, bulan Jelita menceritakan mimpinya kepada sang

ibu dan mengungkapkan keinginannya untuk bertemu dengan sang

pangeran tampan. Sang ibu yang merasa anaknya tidak pantas untuk

bertemu pangeran lantas berujar “Sudahlah Bulan anakku, kau tidak

pantas bertemu pangeran. Lupakan saja mimpimu itu. Itu tidak akan

menjadi kenyataan dan jangan pernah bercerita kepada tetangga”.

“Ibu sungguh tidak ingin menyakiti perasaanmu anakku, ibu

hanya tidak ingin anak gadis ibu satu-satunya kecewa dan menjadi

bahan olok-olokan tetangga” lanjut sang ibu sembari mengusap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 291: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

kepala Bulan. Bulan pun sebenarnya menyadari bahwa mimpi

tersebut terlalu mustahil dan terlalu tinggi untuk bisa terwujud

apalagi melihat raut wajah Bulan Jelita, tentu saja pangeran akan

takut melihatnya.

Malam berikutnya, Bulan Jelita termenung dan melamun

menghadap langit yang ditaburi bintang berkilau yang mengelilingi

bulan sebagai sumber cahaya keemasan yang sangat indah dan

mempesona. “Sungguh pemandangan yang sangat cantik, andai saja

aku secantik bulan”, gumam Bulan Jelita. Seketika saja Bulan Jelita

teringat akan Dewi Bulan, yaitu Dewi yang menghuni bulan.

Konon katanya Dewi Bulan adalah Dewi yang memiliki paras

cantik dan rupawan. Kecantikannya lah yang membuat bulan terus

bersinar. Setiap orang tua mengharapkan anak perempuannya

memiliki kecantikan dan keanggunan seperti Dewi Bulan. Tidak

terkecuali dengan orang tua Bulan Jelita sehingga ketika Bulan Jelita

lahir, orang tuanya memberi nama yang sama dengan Dewi Bulan.

Selain cantik, Dewi Bulan merupakan Dewi yang sangat cantik, baik

dan penyayang. Dia seringkali turun dan berkunjung ke bumi untuk

membantu manusia yang sedang mendapat masalah dan mengalami

kesulitan hidup. Bulan Jelita sangat ingin bertemu dengan Dewi Bulan

dan meminta agar wajahnya dapat secantik wajah Dewi Bulan atau

wajahnya bisa cantik kembali seperti dahulu.

Bulan Jelita kemudian menyadari bahwa Dewi Bulan hanyalah

sebuah cerita dongeng yang sering diceritakan orang tua kepada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 292: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

anak perempuannya dan mengharapkan anak perempuannya

secantik wajah Dewi Bulan kelak. Dengan perasaan bersedih, Bulan

Jelita kemudian mengubur harapannya untuk bertemu Dewi Bulan,

apalagi memiliki wajah cantik seperti wajah Dewi Bulan.

Sebenarnya, Bulan Jelita adalah gadis desa yang memiliki hati lembut,

penyabar, baik hati, dan senang membantu orang lain. akan tetapi,

warga desa tidak ingin pekerjaannya dibantu Bulan Jelita karena takut

tertular penyakit yang di derita Bulan Jelita. Di suatu sore, Bulan Jelita

diminta oleh ibunya untuk menjenguk nenek tua yang merupakan

salah satu tetangganya di desa tersebut.

Setelah menjenguk dan mengantar makanan sembari membantu dan

merawat nenek tua, tak terasa hari semakin gelap dan sudah larut

malam. Ketika hendak pulang, Bulan Jelita sangat kebingungan

karena di luar sangat gelap dan tidak ada obor penerangan. Beberapa

saat kemudian ribuan kunang-kunang muncul entah dari mana dan

memancarkan cahaya terang yang bersinar di sekitar Bulan Jelita.

Kunang-kunang tersebut seolah menuntun dan menerangi

Bulan Jelita untuk pulang. Setelah berjalan cukup jauh, akan tetapi

rumah yang dituju tidak kunjung sampai. “Sepertinya ini bukan arah

menuju rumahku?” gumam Bulan Jelita. Ribuan kunang-kunang

tersebut ternyata menuntun Bulan Jelita masuk ke dalam hutan yang

sangat lebat dan gelap gulita.

Bulan Jelita yang tampak panik kemudian mulai mencemaskan

keadaan. “Jangan cemas Bulan Jelita, kami tidak akan menyakitimu,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 293: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

kami menuntunmu kesini karena kami akan membantumu

menyembuhkan penyakitmu dan mengembalikan wajahmu seperti

sedia kala” ujar salah satu kunang-kunang. Dengan perasaan cemas

dan kini bercampur heran, lantas Bulan Jelita bertanya kepada

kunang-kunang.

“Siapakah kalian ini yang akan membuat wajah ku kembali cantik?”.

“Kami adalah utusan Dewi Bulan. Kami diminta untuk membawamu

kesini karena kau gadis baik hati”. Bulan Jelita kemudian menunggu

di tepi danau di tengah hutan dengan perasaan tidak karuan,

khawatir, takut, dan heran. Kunang-kunang yang tadinya menjadi

penerang Bulan Jelita satu demi satu terbang ke langit dan

menghilang.

Keadaan sekitar kembali menjadi gelap gulita sehingga tidak

satupun benda dapat dilihat oleh Bulan Jelita. Beberapa saat

kemudian secercah cahaya bulan berwarna keemasan turun dari

langit. Cahaya bulan terpantul ke permukaan danau. Bayangan bulan

pada danau tersebut kemudian perlahan berubah menjadi sesosok

wanita dengan paras cantik dan anggun mengenakan jubah berwarna

emas. Dengan perasaan cemas dan takut, Bulan Jelita bertanya “ Si..

siapakah engkau wahai wanita cantik?”. “Aku adalah Dewi Bulan yang

akan membantumu menyembuhkan penyakit yang menutupi

kecantikan wajahmu”, jawab Dewi Bulan. Mendengar jawaban Dewi

Bulan, Bulan Jelita kemudian merasa sangat senang luar biasa karena

akhirnya bisa bertemu dan meminta Dewi Bulan membantunya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 294: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

“Kau adalah gadis yang baik dan penyabar Bulan Jelita, kau

telah mendapatkan dan melewati banyak sekali ujian hidup dan aku

mampu melewatinya tanpa putus asa dan tetap bersemangat.

Bahkan kau tidak pernah membalas kejahatan orang lain kepadamu.

Aku akan membantumu mengembalikan wajah cantikmu sebagai

imbalan karena selama ini kau selalu bersabar” terang Dewi Bulan.

Dewi Bulan kemudian memberikan Bulan Jelita air suci yang mampu

mengembalikan wajah cantik Bulan Jelita. Bulan Jelita kemudian

menerima air di dalam sebuah kendi kecil yang diberikan Dewi Bulan.

“Basuhlah wajahmu dengan air ini maka wajahmu akan kembali

cantik” perintah Dewi Bulan. Perlahan, tubuh Dewi Bulan kemudian

menghilang dalam bayangan pantulan cahaya bulan diatas danau.

Bulan Jelita kemudian segera membasuh wajahnya dan

seketika ia tidak sadarkan diri. Setelah sadar, ia mendapati dirinya

terbaring di atas ranjang di dalam kamarnya. Betapa terkejutnya

Bulan jelita ketika menyaksikan wajahnya di depan termin sampai ia

tidak menyadari bahwa yang berada di depan cermin adalah dirinya.

Wajahnya cantik, lembut, dan bersinar bagai cahaya bulan.

Sang ibu yang melihat wajah Bulan Jelita lantas terkejut dan tidak

percaya bahwa yang berada di hadapannya adalah putrinya. Kini,

Bulan Jelita menjadi gadis paling cantik di desanya. Semua orang

mengagumi kecantikan Bulan Jelita hingga akhirnya pangeran yang

ada dalam mimpi Bulan Jelita mendengar kabar bahwa ada seorang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 295: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

gadis desa yang memiliki wajah jelita dan baik hati. Pangeran tampan

tersebut mempersunting Bulan Jelita dan mereka hidup bahagia.

: https://thegorbalsla.com/contoh-cerita-fantasi/)

LLatihan

1. Ayo membaca dengan teliti dan konsentrasikutipan teks cerita rakyat di bawah ini.

2. Setelah membaca, temukan nilai-nilai karakteryang terdapat dalam cerita.

3. Kembangkan nilai-nilai itu menjadi sebuah ceritafantasi yang menarik. Ingatlah kembali strukturcerita fantasi agar tulisanmu tepat.

Selamat mengerjakan....

“Kau adalah gadis yang baik dan penyabar Bulan Jelita, kautelah mendapatkan dan melewati banyak sekali ujian hidup danmampu melewatinya tanpa putus asa dan tetap bersemangat.Bahkan kau tidak pernah membalas kejahatan orang lainkepadamu. Aku akan membantumu mengembalikan wajahcantikmu sebagai imbalan karena selama ini kau selalu bersabar”terang Dewi Bulan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 296: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Latihan 4

Selamat mengerjakan....

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 297: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 298: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 299: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 300: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 301: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

http://dongengceritarakyat.com

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 302: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Simaklah cuplikan film berikut dengan teliti dan penuh

perhatian

Silakan klik !!!

(Sumber: www.downvids.net.com)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 303: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

majic

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 304: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 305: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Jenis cerita Fantasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 306: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Video Rangkuman materi Bab I

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 307: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

1. Apakah kamu merasakesulitan ketika mempelajaripembelajaran 1?

2. Nilai apa yang kamu perolehketika menganalisi strukturcerita fantasi?

3. Refleksiku:.......................................... .............................................................................................................. ......................................................................... ...............................................................................................................

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 308: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Tuliskan Refleksimu di bawah ini:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 309: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

KOMPETENSI DASAR

1. Menyajikan gagasan kreatif dalam bentuk cerita fantasi

secara lisan dan tulis dengan memperhatikan struktur

dan penggunaan bahasa.

2. Melengkapi cerita fantasi yang rumpang dan

memperbaiki teks cerita fantasi dari segi diksi, tanda baca

BAB 2

MAKIN AKRAB DENGAN CERITA FANTASI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 310: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

A. Stuktur cerita fantasi

1. Orientasi

1.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 311: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

2. Komplikasi

3. Resolusi

Dikutipdari:http://www.kompasiana.com/wavesandsatellites

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 312: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

B. Jenis-jenis cerita fantasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 313: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

B. Unsur Kebahasaan Cerita Fantasi/Cerita Imajinasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 314: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

D Menyajikan Gagasan Kreatif dalam Bentuk Cerita Imajinasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 315: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 316: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 317: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Apakah imajinasi penting bagi

kehidupan?

Albert

“Imajinasi lebih penting daripada pengetahuan. Pengetahuan terbatas, sedangkan imajinasi seluas langit dan bumi”

https://search.mysearch.com/search?&apn_uid=F88E)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 318: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Pada bab 1 dan 2, kamu telah membaca dan mulai berlatih

menulis cerita fantasi murni. Nah..., pada bagian ini kamu akan belajar

memperdalam pengetahuanmu tentang cerita fantasi. Masih ingatkan

langkah-langkah menulis cerita fantasi? Salah satu langkah menemukan

ide menulis cerita fantasi adalah mengamati objek nyata lalu kamu

memberi imajinasi. Menemukan ide cerita fantasi juga dapat dilakukan

dari kegiatan membaca buku pengetahuan maupun buku fiksi. Misalnya

membaca buku tentang ruang angkasa, hewan langka, borgrafi tokoh.

Kali ini, kamu akan belajar hal baru yaitu menggali ide cerita fantasi

dengan membaca cerita rakyat nusantara. Suatu hal yang mengasyikkan

bukan? Setelah membaca cerita rakyat dari berbagai daerah di Indonesia,

Sumber video: karya penulis modul

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 319: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

pasti pengetahuanmu akan bertambah dan ide menulsi akan makin

banyak. Kamu dapat menemukan nilai-nilai karakter dlaam cerita rakyat

tersebut kemudian kembangkan menjadi sebuah cerita fantasi yang

menarik.

Langkah-Langkah menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-

nilai karakter dalam cerita rakyat nusantara:

1. Membaca cerita atau menyimak video “Cenderawasih”

2. Temukan nilai-nilai kehidupan di dalam video tersebut

3. Fantasikanlah apa yang terjadi jika kamu sebagai salah satu tokoh atau

pengamat.

4. Membuat rangkaian peristiwa sehingga tercipta cerita fantasi yang unik

5. Mengembangkan cerita fantasi

Berdasarkan video di atas, kamu diharapkan memperhatikan contoh di

bawah ini:

1. Menyimak video cerita Cenderawasih

2. Nilai-nilai karakter: saling menyayang (tidak iri hati)

3. Fantasi yang muncul dalam pikiran:

4. Tema: kekeluargaan.

5. Ide cerita: Bertemu dengan Rirabu sihir dalam wujud buah pandan,

Rirabu menggantikan orang tua yang sibuk di dunia ketujuh.

6. Tema: Iri hati adalah racun penghambat kemajuan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 320: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Rangkaian cerita:

1. Tokoh bertemu Rirabu sihir dalam wujud buah Beringin yang jatuh

di depan kantor kerja Ibunya.

2. Memungut buah pandan yang jatuh dan nampak berkilaun.

3. Rirabu sihir seakan hidup dan menyeret tokoh masuk dalam masa

penuh dengan harmoni keluarga.

4. Tokoh bertemu dengan ibu Rirabu dan berdialog tentang kasih

sayang orang tua terhadap anak-anak.

5. Tokoh bertemu lagi dengan ayah Rirabu sihir.

6. Tokoh beradu argumen dengan ayah Rirabu.

7. Tokoh dibawa pada dunia tanpa kasih

8. Tokoh bertemu dan berdialog dengan anak-anak ajaib yang hidup

tanpa orang tua.

9. Tokoh kembali pada dunia nyata dan menyadari tuntutan yang

berlebihan kepada ibunya yang berjuang sebagai pejuang tunggal.

10. Kembangkan rangkaian menjadi cerita fantasi menarik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 321: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

BERINGIN PENYEMBUH

(Oleh: Sr. Luisa Anin, PI)

Bioro menuju tempat kerja ibundanya di dunia antah berantah.

Udara panas siang itu menyebabkan jalanan sepi. Bioro lapar dan haus

sepulang sekolah. Dengan langkah tertatih-tatih, ia berjalan kaki menuju

kantor ibundanya yang berada di Jl. Wani mati. Di sebelah kiri terdapat

jejeran rumah tua yang sudah tidak berpenghuni selama belasan tahun dan

sebelah kanan adalah bekas penjara zaman buyutnya; konon adalah

tempat pembantaian. Menurut cerita orang-orang yang lewat, bau amis

menyengat tercium dari bekas penjara tua itu kala malam hari. Dari jauh

Bioro melihat pantulan cahaya yang menyilaukan mata.

Bioro mendekat dan penasaran dengan benda yang makin

membuatnya penasaran. Bioro mendekat dan nampaklah biji kecil yang

makin berkilauan. Ia menunduk dan ingin memungut biji keci; seketika

tubuhnya gemetar dan rasanya mau pingsan. Suasana berubah menjadi

gelap pekat. Dalam keadaan setengah sadar, “wak...wak..wak..Bioro

mendengar suara burung gagak yang mengelilinginya. Bioro menggenggam

biiji kecil berkilauan itu. kali ini, Bioro tidak hanya mendengar bunyi

burung gagak tapi suara-suara aneh makin memekakan pendengarannya.

Bioro, si anak yatim berada di taman indah. Jalanan yang ia lalui

berbaris pasukan pembawa terompet. Gedung mewah berbentu segit tiga

ada di depannya. “Wah, apa ini”? Katanya dalam hati. Rerumputan hijau

dan wangi dupa tercium dan lumayan membuat hati ayem. Rasa penasaran

makin membuat Rirabu melangkah kan kaki mencar-cari kalau-kalau ada

orang yang dikenalnya. Jangan-jangan ia dapat bertemu dengan ayahnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 322: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

yang sangat ia rindukan. Di depan mata nampak jelas tulisan 77. Pintu itu

terbuka dengan sendirinya tanpa pengawal. Suasana nampak hening.

Setelah melewati pintu 77, tertulis lagi angka 2077; Bioro telah

terperangkap masuk dalam dunia 2077.

Bioro memilih masuk dalam ruang 2077 dan dari jauh nampak

istana yang dikelilingi dayang-dayang berbaju lurik keemasan. Ruangan itu

nampak kecil dan bertingkat. Wanita cantik separuh baya yang duduk di

atas singgasana kemudian melambaikan tangan; pertanda ia memanggil

Bioro untuk naik menuju sninggasana. Dayang-dayang nampak tertunduk

dan sesekali melemparkan senyum kepada Bioro. Ketika Biro

melangkahkan kaki pada tangga kedua yang terbuat dari emas itu, tiba-tiba

langkahnya terhenti. Sepasang tentara menghunus pedang dan hampir saja

membunuh Bioro. “tung...tunggu...tunggu, jangan lakukan itu, hentikan

dan tinggalkan ruangan ini sekarang juga” cegah wanuta catik berbaju ungu

itu. wanita itu meninggalkan kursinya dan segera menyambut lembut

tangan Bioro yang kurus dan berkeringat itu. “wah....indah sekali berada

di tempat ini, Ibu” kata Bioro. Bioro dan wanita itu telah berada di kebun

dengan hamparan savana indah dan luas. Kemudian mereka duduk di

kursi tua yang dapat mengubah perasaan siapa pun yang duduk di atasnya

setiap lima menit. Suasana hangat dan penuh kekeluargaan dirasakan oleh

Bioro. Bioro dan ibu paruh baya itu bercerita tentang kasih ibu tanpa

syarat. Bioro baru saja bertemu dengan wanita itu tapi ia merasakan damai

yang menyembuhkan.

Bioro nampak takut ketika seorang laki-laki tua mengatakan

kepadanya bahwa Bioro adalah pencuri yang ingin merampas seluruh

harta kerajaan Ora Ono. Bioro membantah tuduhan itu karen atidak bukti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 323: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

yang jelas. Semua yang dikatakan lelaki itu hanyalah fitnah. Bioro teringat

akan kakeknya yang mempunyai sifat-sifat yang mirip, hal itu dipekuta oleh

kumis laki-laki itu yang dibairkan memanjang dan berwarna kuning

bercampur uban. “ah....kamu pencuri, ngapain kamu berada di sini? Aku

akan menelpon 1212 untuk menagkap dan mengadilimu di penjara

seumur hidup” kata laki-laki tua itu sambil menunjuk dan membuka

matanya sangat lebar.

Bioro berada di perumahan kumuh di daerah nan asin. Rumha-

rumah nampak rewot dan hampir tak beratap. Tak ada listrik ataupun

fasilitas kesehatan. Dari jauh nampak suara cekikikan bocah-bocah yang

membuatnyya penasaran. “Hai, Bongko (panggilan khas untuk laki-laki

yang umurnya lebih tua), perkenalkan nama saya Xoxo” kata seorang

balita berumur dua tahun sambil senyum. Tanpa disadari oleh Bioro,

anak-anak kecil makin lama makin banyak. Wajah-wajah senyum tampak

dalam wajah kotor dan polos. “Dimanakah orang tua kalian? Kok dari tadi

nggak kelihatan yah? “kampung ini adalah kampung yatim piatu karena

orang tua kami meninggal secara bersamaan karena virus Arura yang

terdapat dalam telepon pintar” sahut seorang anak yang usianya delapan

tahun. Bioro terperangah dan heran, mengapa anak-anak yang tinggal di

kampung yatim tidak kelihatan sedih dan susah. Senyum anak-anak dan

cerita polos mereka seketika mengubah pikiran dan hatinya yang selama

ini menuntut ibunya berlebihan. Tiba-tiba Bioro berada dan memeluk

ibundanya sambil menangis memohon maaf atas sikapnya yang kurang

sopan dan tidak tahu terima kasihnya selama ini. Bioro dan ibunya berada

di ruang kerjaa kantor ibundanya dan menikmati lezatnya Brongkos.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 324: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Setelah melihat contoh cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai

karakter dalam cerita Cenderawasih dan memahami langkah-langkahnya.

Saanya kamu membuktikan diri dalam kemampuan menulis cerita fantasi

bernilai karakter. Sampaiakn pesan istimewamu kepada pembaca betapa

dahsyatnya sebuah imajinasi yang dikolaborasikan dengan nilai-nilai yang

terdapat dalam cerita rakyat nusantara.

Bagaimana setelah menyelesaikan aktivitas pembelajaran 1?

Menyenangkan bukan? Nah, supaya kamu makin memperkuat

petualangan dan pemahamanmu tentang cerita imajinasi, di bawah

ini kamu diberi pilihan untuk:

1. Membaca teks dengan cermat hingga tuntas.

2. Menyimak audio yang disediakan dengan konsentrasi

3. Temukan nilai-nilai karakter dalam cerita rakyat nusantara

4. Menurutmu, tema dan judul apa yang sesuai dengan nilai-

nilai karakter yang kamu temukan dalam cerita? Saatnya

kamu mengembangkan nilai-nilai karakter menjadi sebuah

cerita fantasi yang kreatif dan mengandung nilai-nilai

kehidupan.

Latihan 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 325: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

RAJA YANG BAIK HATI Dongeng dari Kalimantan Selatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 326: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 327: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 328: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Pesan Moral yang disampaikan dalam dongeng ini:

Sumber: Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara 2016 Halaman 77-81)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 329: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 330: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 331: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 332: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Latihan 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 333: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Karya Dwiagustriani

Di dalam hutan, hiduplah....beruang bernama Ollo. Ia memiliki dua sahabat yaitu Imut si semut dan Acil si kelinci. Mereka bertiga bersahabat baik, sering bermain dan bercerita bersama. Setiap malam, mereka bertiga berbaring di atas undukan batu dan menatap langit malam yang penuh dengan ....., Ollo, yang suka sekali melihat langit malam, kemudian bercerita kepada Imut dan Acil tentang rasi bintang. Terkadang, Ollo bercerita tentang Orion si Pemburu, Sirius si Anjing Langit, atau pohon di bulan.

............Ollo tiba-tiba membangunkan teman-temannya. “Imut, Acil, Aku ingin ke bulan. Ingin mencari pohon itu,” katanya antusias. Imut dan Acil yang sudah terlelap, jadi begitu kaget. Ollo, aku kira ada kebakaran di hutan. Kamu mengganggu saja,” sahut Acil sambil berusaha kembali tidur. Imut bahkan tidak peduli. Ia tetap saja nyenyak dalam tidurnya.“Teman-teman, dengarkan. Aku ingin ke luar angkasa. Aku ingin ke tempat bintang-bintang dan bulan,” katanya lagi. Sangat antusias.“Ollo, tidurlah. Sudah sangat larut. .......saja ceritanya,” ujar Acil.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 334: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Tapi Ollo tidak lagi mendengar komentar Acil. Ia telah yakin tentang mimpinya. Sambil menggelung memandang langit, sebuah.....berkedip di atasnya. Ia tersenyum dalam tidurnya. “Bintang…”gumamnya dalam mimpi. Esok paginya, ia dengan semangat menceritakan keinginannya........ Menjangkau bulan dan bintang. “Ollo, itu sesuatu yang.......,” kata Acil. “Tidak ada beruang yang pernah menjelajah luar angkasa. Apalagi ingin mengunjungi bulan dan bintang.” ‘Iya, Ollo. Acil benar. Tapi, mengapa tiba-tiba kamu mau ke bulan dan bintang-bintang itu?” Tanya Imut penasaran.“Aku ingin tahu apakah ada pohon di bulan. Selain itu, aku ingin......satu bintang kecil di langit untuk kusimpan. Di dalam hutan ini, Aku ingin menyimpannya di buku tulisku, “ jelas Ollo. “Bintang itu tidak sekecil itu Ollo. Mungkin dari atas batu ini kita melihat mereka begitu kecil. Tapi bintang tidak ada bedanya dengan bumi. Bintang juga sangat besar. Hanya saja tempat kita sangat jauh darinya sehingga kita melihatnya begitu kecil, ” tutur si Imut.

Ollo tampak sedih. Ia membenarkan pendapat teman-temannya. Tapi ia telah jatuh cinta pada langit, bulan, dan bintang. “Apa yang harus lakukan? Aku sangat menyukai kelip mereka. Aku ingin menyimpannya di antara buku-buku bacaannku. Di dalam buku-buku tulisku,” katanya sedih.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 335: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

“Begini saja. Kamu kan pintar mendongeng. Nah, buatlah tentang bintang dan bulan. Kamu tulis di buku. Bukankah itu sama dengan meyimpang cahaya bulan dan kerlip bintang?” saran Acil. “Ya, benar. Itu saran bagus, Cil. Langit juga takkan pernah meninggalkan kita. Ia akan tetap di atas sana. Kita masih bisa melihat bulan dan bintang tiap malam tanpa kamu harus memilikinya,” sahut Imut.

Ollo pun tersenyum sumringah. Teman-temannya telah memberikan solusi bijak. Ia akan menuliskan........tentang bintang-bintang. Juga tentang bulan. Dan juga langit. Ia tak perlu mengambil bintang di langit. Biarlah dia tetap di sana. Ia yakin tak hanya dirinya sendiri yang menyukai pemandangan langit malam.

Sore itu, ia mulai menuliskan dongengnya. Sambil memandang langit, ia menulis dongeng tentang putri bintang. Ia telah menambahkan satu bintang lagi. Bintang di buku ceritanya. Bintang di langit tampak berkerlap kerlip menyambut bintangbaru di buku cerita Ollo. Begitulah, setiap kali Ollo mempunyai.......maka ia akan membuat dongeng tentang impiannya. Ia menuliskannya agar impiannya selalu dekat bersamanya.

(Sumber: https://dosenbahasa.com/contoh-cerita-fantasi-singkat)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 336: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Bacalah cuplikan teks di bawah ini!

Perhatikan paragraf berikut!

Uji Kompetensi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 337: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Perhatikan dengan seksama paragraf berikut!

Perhatikan kutipan teks berikut!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 338: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Perhatikan paragraf berikut!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 339: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Perhatikan paragraf berikut!

Perhatikan kutipan teks berikut!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 340: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Perhatikan kutipan cerpen berikut!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 341: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Perhatikan cuplikan cerita di bawah ini!

Bacalah soal berikut ini untuk menjawab soal nomor 11 dan 12!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 342: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Bacalah cuplikan teks berikut untuk menjawab soal nomor 13 dan

14!

Bacalah cuplikan teks berikut untuk menjawab soal nomor 15 dan

16!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 343: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Bacalah cuplikan teks berikut untuk menjawab soal nomor 17 dan

18!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 344: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Bacalah cuplikan berikut untuk menjawab soal nomor 19 dan 20!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 345: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Cerita fantasi memiliki struktur yaitu:

Orientasi, komplikasi, dan resolusi. Orientasi sering disebut juga

perkenalan. Pada bagian orientasi, penulis biasanya

memperkenalkan tokoh, tema, latar tempat dan waktu, awalan

masuk ke tahap komplikasi. Komplikasi Komplikasi sering disebut

juga konflik dan terdapat pada bagian tengah suatu cerita fantasi;

bertugas mengembangkan konflik. Pada bagian ini, tokoh utama

mulai mengalami gangguan, halangan-halangan yang memisahkan

bahkan menggagalkan tujuan atau cita-citanya. Halangan-

halangan ini dapat berupa konflik tokoh mengahadapi diri sendiri,

antartokoh, maupun dengan alam. Resolusi atau penyelesaian dari

konflik atau permasalahan di dalam cerita dan mengarah kepada

akhir cerita. Bagian ini merupakan tahap penyelesaian atas masalah

yang dialami tokoh. Resolusi biasanya dapat berupa akhir cerita yang

menyenangkan, tragis dan menyedihkan.

Unsur Kebahasaan Cerita Fantasi/Cerita Imajinasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 346: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Setiap struktur teks memiliki kebahasaan yang digunakan

untuk mengekspresikan pikiran yang hendak dituangkan dalam

cerita yang kan ditulis. Kebahasaan suatu teks berkaitan dengan

satru-satuan kebahasaan yang menjadi penghubung bagian-

bagian teks. Unsur kebahasaan cerita fantasi meliputi: konjungsi

urutan waktu, kata ganti, dan kalimat langsung dan kalimat tidak

langsung.

Menyajikan Gagasan Kreatif dalam Bentuk Cerita Imajinasi

Penulis cerita fantasi handal harus memperhatikan langkah-langkah

menyajikan gagasan.imajinasi dalam bentuk cerita fantasi yaitu:

menemukan ide, menciptakan tokoh, menentukan latar,

menciptakan alur, dan langkah terakhir adalah mulailah menulis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 347: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 348: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 349: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Pada Bab 3 ini, kamu akan belajar:

BAB 3 Ayo Menulis Cerita Fantasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 350: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

https://search.mysearch.com/search?&apn_uid=F88E)

Latihan 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 351: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

SURI IKUN DAN DUA BURUNG

( Dongeng Nusa Tenggara Timur)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 352: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 353: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 354: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

play

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 355: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Nama:

Kelas:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 356: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 357: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

LATIHAN 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 358: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

(Sumber:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 359: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

(Sumber: https://i1.wp.com/warta-ahmadiyah.org/wp-content/uploads/2014/06/toleransi-

20090309_Tolerance.jpg)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 360: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Sumber : http://metrobali.com/wp-content/uploads/2014/06/Pawai-PKB-2014.jpg)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 361: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 362: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Lembar kerja Siswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 363: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

LATIHAN 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 364: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 365: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Terang hilang berhenti sopan petir

Merah sihir tekun

Sabar Nenek tua terbang bunga Luar

angkasa

Gelap Anak kecil Tanggung

jawab

hantu Bermata

tujuh

Saat ini Antah

berantah

harum cerdas pemaaf

LATIHAN 4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 366: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

secara

Lembar kerja Siswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 367: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

1. Simaklah audio di bawah ini sebagai inspirasi.

2. Tuliskanlah cerita fantasi yang mengandung nilai-nilai

karakter berdasarkan imajinasimu.

3. Silakan klik play dan dengarkanlah secara saksama.

LATIHAN 5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 368: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

1. Simaklah audio di bawah ini sebagai inspirasi.

2. Tuliskanlah cerita fantasi yang mengandung nilai-nilai

karakter berdasarkan imajinasimu.

3. Silakan klik play dan dengarkanlah secara saksama.

LATIHAN 6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 369: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Lembar Kerja Siswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 370: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

LAMPIRAN KUNCI JAWABAN KEGIATAN

KUNCI JAWABAN LATIHAN 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 371: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

KUNCI JAWABAN LATIHAN 1

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 372: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Latihan 2

PENILAIAN KETERAMPILAN MENULIS

Aspek Deskripsi Cerita Imajinasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 373: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Penskoran:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 374: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 375: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

1 Seekor

1 Bintang.

2 Pada suatu malam

2 Besok pagi

3 Bintang

3 Ke langit

3 Mustahil

4 Memetik

4 Dongeng

4 Impian

Kunci Jawaban Kegiatan Belajar 3

Bagian 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 376: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Ayo Berefleksi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 377: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Tuliskan Refleksimu di bawah ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 378: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Tata Bahasa baku Bahasa Indonesia

Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara

Cerita Rakyat Nusantara 34 Provinsi

Modul Pembelajaran Berbasis Teks.

Bahasa Indonesia

untuk SMP/MTs Kelas VII.

Mandiri Mengasah Kemampuan Diri Bahasa

Indonesia untuk SMP/MTS Kelas VII

Ketatabahasaan dan Kesusastraan

Teori Pengkajian Fiksi

Kumpulan Dongeng Pembentuk Karakter Kesatria

Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara

Daftar Pustaka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 379: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Fabel Pembentuk Karakter.

Cara Menulis Cerita. Yogyakarta

Mahir Berbahasa Indonesia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 380: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Cerita Rakyat: Cerita yang tidak diketahui

pengarangnya; bersifat turun

temurun

Cerita Fantasi: Cerita yang terdapat unsur magis,

misteri, kesaktian atau hal

supranatural yang lain.

Digital: Berhubungan dengan angka-angka

untuk sistem perhitungan tertentu;

berkaitan dengan listrik; dalam

jangakaun internet.

Imajinatif: Menggunakan imajinasi, khayal.

Kreatif: Memiliki daya cipta;memiliki

kemampuan untuk menciptakan.

Glosarium

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 381: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Modul: Standar, satuan pengukur,

komponen dari suatu sistem yang

berdiri sendiri, tetapi menunjang

program dari sistem itu.

Nilai-nilai: Harga, angka, sifat-sifat (hal-hal

penting) atau berguna bagi

kemanusiaan.

Karakter: Tabiat;sifat-sifat kejiwaan, akhlak

atau budi pekerti yang membedakan

seseorang dengan yang lain.

Karakteristik : Mempunyai sifat khas sesuai dengan

perwatakan tertentu

Struktur Teks: Bagian-bagian sebuah teks yang

memberi ciri suatu teks.

Menjabarkan ciri awal, inti ,dan

penutup teks dalam fungsi

komunikasi tertentu.

Unsur: bagian terkecil dari suatu

benda;bagian benda yang tidak

dapat dibagi-bagi lagi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 382: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

Biodata Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 383: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI