Pengembangan Model Pelatihan Guru PPKn Berwawasan …€¦ · guru senior. 2. Panitia membuat surat...

166
87 Lampiran 1 HASIL WAWANCARA Sumber Wawancara : Drs. Nuryanto Jabatan : Ketua MGMP PPKn SMA Kabupaten Kendal Tanggal wawancara : Selasa, 7 Oktober 2014 Tempat : SMA N 1 Boja Kendal No Pertanyaan Jawaban 1 Menurut Bapak, bagaimana pelaksanaan pembelajaran PPKn selama ini? Menurut saya, pembelajaran PPKn yang masih didominasi oleh guru. Sepertinya kita masih sulit beralih ke pembelajaran yang terkini. Kita masih suka dengan mengajar di depan kelas, kita bercerita dan anak- anak mendengarkan. Kita tanya jawab dengan anak tentang permasalahan- permasalahan yang terkait dengan materi yang diajarkan. 2 Pernahkah Bapak, secara pribadi mengundang sumber lain untuk masuk ke kelas yang Bapak ampu? Sementara ini belum. Kita masih berkutat dengan pengajaran yang bersumber dari materi di buku. Sesekali kita beri tugas ke anak untuk mencari sumber-sumber atau permasalahan dari internet, media masa dan pertemuan berikutnya dilakukan pembahasan, dianalisis bareng-bareng. 3 Terkait dengan Ya, masih seperti biasa,

Transcript of Pengembangan Model Pelatihan Guru PPKn Berwawasan …€¦ · guru senior. 2. Panitia membuat surat...

  • 87

    Lampiran 1

    HASIL WAWANCARA

    Sumber Wawancara : Drs. Nuryanto

    Jabatan : Ketua MGMP PPKn SMA Kabupaten Kendal

    Tanggal wawancara : Selasa, 7 Oktober 2014 Tempat : SMA N 1 Boja Kendal

    No Pertanyaan Jawaban

    1 Menurut Bapak,

    bagaimana pelaksanaan

    pembelajaran PPKn selama ini?

    Menurut saya,

    pembelajaran PPKn yang masih didominasi oleh

    guru. Sepertinya kita masih sulit beralih ke pembelajaran yang terkini.

    Kita masih suka dengan mengajar di depan kelas,

    kita bercerita dan anak-anak mendengarkan. Kita tanya jawab dengan anak

    tentang permasalahan-permasalahan yang terkait dengan materi yang

    diajarkan.

    2 Pernahkah Bapak,

    secara pribadi mengundang sumber

    lain untuk masuk ke kelas yang Bapak ampu?

    Sementara ini belum. Kita

    masih berkutat dengan pengajaran yang

    bersumber dari materi di buku. Sesekali kita beri tugas ke anak untuk

    mencari sumber-sumber atau permasalahan dari internet, media masa dan

    pertemuan berikutnya dilakukan pembahasan,

    dianalisis bareng-bareng.

    3 Terkait dengan Ya, masih seperti biasa,

  • 88

    No Pertanyaan Jawaban

    pembelajaran PPKn

    pada materi yang menyangkut toleransi antara umat

    beragama, bagaimana pelaksanaannya yang

    Bapak lalukan.

    bu. Kita bahas materi

    terkait dengan toleransi antar umat beragama. Untuk penugasan, anak-

    anak kita beri tugas untuk mencari artikel tentang

    kejadian-kejadian yang menyangkut perselisihan antar umat beragama di

    Indonesia. Anak saya suruh menganalisis

    faktor-faktor penyebabnya.

    4 Pernahkah Bapak

    mengajak anak-anak untuk melakukan

    kunjungan dan berdialog langsung dengan para pemuka

    agama dalam rangka menumbuhkan jiwa

    toleransi sebagai wujud pluralisme?

    Belum pernah. Wah itu,

    itu ide yang bagus, Bu. kapan-kapan perlu kita

    terapkan.

    5 Apa kira-kira

    kebutuhan para guru PPKn dalam rangka

    pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme?

    Ini ide yang baru untuk

    pembelajaran PPKn. Saya yakin banyak teman-

    teman kita yang belum melaksanakan pembelajaran itu. Kita

    perlu sharing pembelajaran tersebut di

    forum MGMP, semacam pelatihan di forum MGMP. Bagaimana

    langkah-langkahnya, apa yang perlu didiskusikan, bagaiamana proses

    penilaiannya.

  • 89

    Lampiran 2

    MODEL PELATIHAN

    PEMBELAJARAN PPKn

    BERWAWASAN PLURALISME

    Oleh:

    Endang Riyanti

    NIM : 942013089

    PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

    UNTUK PENYELENGGARA

  • 90

    2015

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pendidikan di sekolah merupakan agen

    perubahan bagi peserta didik di masa depan. Segala

    sikap dan tingkah laku peserta didik salah satunya

    dipengaruhi oleh pendidikan di sekolah. PPKn di SMA

    merupakan salah satu pelajaran yang tidak hanya

    memberikan pengetahuan, namun lebih dari itu yaitu

    membentuk watak, sikap dan perilaku peserta didik

    dengan harapannya dapat menjadi manusia yang

    unggul, menjadi warga negara yang baik dengan jiwa

    Pancasila. Karena perannya yang begitu penting,

    pelajaran PPKn hendaknya bukan sekedar pelajaran

    pelengkap, justru menjadi pelajaran penopang utama

    sebagai landasan perilaku peserta didik. Dengan

    demikian, sikap dan perilaku menjadi hal utama untuk

    diperhatikan dalam setiap pembelajaran di dalamnya.

    Hasil survei Lingkar Survei Indonesia (LSI),

    menyebutkan bahwa tindakan kekerasan berkaitan

    dengan agama di Indonesia termasuk kasus yang

    paling dominan dibandingkan dengan kasus lainnya.

    Dari empat kekerasan yang terjadi persentase

    kekerasan agama mencapai 65 %, sedangkan

    kekerasan etnis 20 %, kekerasan gender 10 %, dan

    kekerasan orientasi seksual 5% (Taufiqqurahman,

    2012).

  • 91

    Kita patut prihatin dengan munculnya

    sekelompok orang dalam skala besar bahkan sudah

    terstruktur dan terorganisasi yang mengatas namakan

    agama tertentu digunakan untuk penyerangan-

    penyerangan yang melanggar hukum. Misalnya kasus

    penyerangan infrastruktur Pemerintah hanya karena

    tidak setuju DKI dipimpin oleh Ahok. Kasus-kasus

    sebelumnya juga terjadi dengan penyerangan tempat

    ibadahnya dari kelompok yang mengikuti ajaran

    Ahmadiyah. Sesempit itukah pandangan masyarakat

    yang mengaku dirinya bermartabat, dengan

    mengatasnamakan agama.

    Data tersebut memperlihatkan bahwa ada

    persoalan krusial yang masih seringkali muncul pada

    bangsa yang berkaitan dengan persoalan pluralisme.

    Kekerasan berlatar belakang suku, agama, ras, antar

    golongan/ kelompok (SARA), yang tidak jarang

    menimbulkan jatuhnya korban, bahkan mengancam

    disintegrasi bangsa adalah indikasi jelas tentang masih

    adanya persoalan bangsa yang hingga kini belum

    terselesaikan secara tuntas (Sutarto, 2013).

    Sikap toleransi dan mengamalkan perilaku

    toleransi dan harmoni keberagaman dalam kehidupan

    bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Indonesia

    menjadi hal yang patut untuk dikembangkan pada

    peserta didik. Hal ini sesuai dengan tuntutan

    pembelajaran yang tercantum pada silabus di

    kurikulum 2013 pada mata pelajaran PPKn sebagai

    berikut.

  • 92

    2.4 Mengamalkan sikap toleransi antar umat

    beragama dan kepercayaan dalam hidup

    bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

    2.5 Mengamalkan perilaku toleransi dan harmoni

    keberagaman dalam kehidupan bermasyarakat,

    berbangsa, dan bernegara Indonesia.

    (Silabus PPKn, 2013)

    Pembelajaran PPKn yang masih berkutat di

    dalam kelas, masih didominasi oleh guru dengan

    memberikan ceramah, perlu dilakukan perubahan dan

    beralih pada pembelajaran yang berpusat pada pserta

    didik. Terkait dengan materi sikap toleransi antara

    umat beragama, di dalam kurikulum 2013 perlu

    diaplikasikan dalam bentuk kegiatan-kegiatan nyata.

    Oleh karena itu perlu dilakukan pelatihan bagi guru-

    guru PPKn tentang pembelajaran berwawasan

    pluralisme. panduan pelatihan ini sebagai acuan

    penyelenggaraan pelatihan guru PPKn tentang

    pembelajaran berwawasan pluralisme.

    B. Pengertian

    Pelatihan guru PPKn tentang pembelajaran PPKn

    berwawasan pluralisme merupakan suatu bentuk

    pelatihan untuk guru-guru PPKn SMA yang membahas

    tentang perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran

    PPKn berwawasan pluralisme sebagai acuan dalam

    penerapan di sekolah masing-masing.

    C. Tujuan

  • 93

    Tujuan penyelenggaraan pelatihan guru PPKn

    tentang pembelajaran berwawasan pluralisme di SMA

    adalah:

    1. Melatih guru-guru PPKn se Kabupaten mengenal

    dan memahami tentang pembelajaran PPKn

    berwawasan pluralisme.

    2. Melatih guru-guru PPKn se Kabupaten membuat

    perencanaan pembelajaran PPKn berwawasan

    pluralisme.

    3. Melatih guru-guru PPKn se Kabupaten meng-

    implementasikan pembelajaran PPKn berwawasan

    pluralisme.

    D. Sasaran

    Pelatihan guru PPKn tentang pembelajaran

    pluralisme di SMA dengan sasaran guru-guru PPKn

    SMA se Kabupaten.

  • 94

    E. Indikator Keberhasilan

    Pada akhir pelatihan, seluruh peserta pelatihan

    diharapkan mampu memahami dan akhirnya

    mengimplementasikan pembelajaran PPKn berwawasan

    pluralisme, dengan indikator:

    1. Mampy membuat rancangan Pelaksanaan

    Pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme

    2. Menghasilkan RPP yang disusun dengan skenario

    pembelajaran berwawasan pluralisme.

    F. Dasar Hukum

    Dasar hukum pelaksanaan pelatihan

    pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme bagi guru-

    guru PPKn di Kabupaten Kendal sebagai berikut.

    1. Pancasla sebagai landasan ideal

    2. Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan

    konstitusional

    3. Landasan Operasional

    a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20

    Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

    b. Undang-undang Republik Indonesia No 14 Tahun

    2005 tentang Guru dan Dosen

    c. Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 2013 tentang

    pPerubahan Atas Peraturan Pemerintah No 19

    Tahun 2005 tentang Standar Nasional

    Pendidikan

    d. Peraturan Pemerintah No 74 Tahun 2008 tentang

    Guru

  • 95

    e. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebuadayaan

    Republik Indonesia No 64 Tahun 2013 tentang

    Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.

    f. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

    Republik Indonesia No 66 Tahun 2013 tentang

    Standar Penilaian Pendidikan.

    g. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

    Republik Indonesia NO 81 A tahun 2013 tentang

    Implementasi Kuriklum 2013.

  • 96

    BAB II

    PELAKSANAAN KEGIATAN

    A. Penanggungjawab

    Penanggungjawab kegiatan pelatihan guru PPKn

    tentang Pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme

    adalah Ketua Penyelenggara.

    B. Narasumber/Fasilitator

    Narasumber pelatihan guru PPKn tentang

    Pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme:

    1. Widyaiswara PPKn dari LPMP Jawa Tengah

    2. Dosen PPKn

    3. Praktisi Guru Pembelajaran Pluralisme dari salah

    satu sekolah.

    C. Waktu dan Tempat

    1. Waktu Pelaksanaan

    Kegiatan pelaksanaan pelatihan guru PPKn tentang

    Pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme

    dilaksanakan selama 2 hari.

    2. Tempat Pelaksanaan

    Ruang serba guna atau ruang kelas SMA

    D. Peserta

    Peserta kegiatan pelatihan guru PPKn tentang

    Pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme adalah

    guru PPKn se Kabupaten.

  • 97

  • 98

    E. Panitia

    Panitia kegiatan pelatihan adalah dari MGMP

    PPKn Kabupaten yang terdiri dari:

    1. Ketua

    a. Bertanggungjawab terhadap pelaksanaan

    pelatihan

    b. Membuat program pelaksanaan pelatihan

    2. Sekretaris

    a. Membantu ketua dalam pelaksanaan pelatihan

    b. Membuat surat:

    1) Permohonan nara sumber ke: LPMP, Lembaga

    Perguruan Tinggi dan salah satu sekolah

    tempat guru praktisi.

    2) Permohonan ijin pelatihan ke Dinas

    Pendidikan Kabupaten.

    3) Permohonan ijin tempat pelaksanaan

    pelatihan.

    4) Undangan Peserta Pelatihan ke SMA

    Negeri/Swasta di Kabupaten

    5) Menyiapkan formulir biodata peserta

    6) Menyiapkan datar hadir

    c. Menyusun jadwal pelatihan

    d. Menyiapkan sertifikat peserta pelatihan

    e. Mencatat hasil pelatihan

    f. Membuat laporan pelaksanaan pelatihan

    3. Bendahara

    a. Bersama ketua panitia membuat rencana

    anggaran

  • 99

    b. Mengatur pengeluaran biaya dalam pelaksanaan

    pelatihan

    c. Menginventarisasi nota, kwitansi pengeluaran

    keuangan

    d. Membuat laporan keuangan

  • 100

    4. Sie Acara

    a. Menerima Surat Tugas dan SPPD serta meminta

    tanda tangan surat tugas kepada kepala sekolah

    tempat pelatihan

    b. Memandu peserta mengisi formulir pendaftaran

    c. Memandu jalannya pelatihan

    5. Sie Konsumsi

    Mengatur dan menyiapkan konsumsi

    penyelenggaraan pelatihan

    6. Sie Humas

    a. Mendistribusikan surat-surat yang keluar

    b. Memberikan informasi tentang pelatihan

    7. Sie dokumentasi dan perlengkapan

    a. Menyiapkan tempat pelatihan

    b. Mendokumentasikan setiap kegiatan pelatihan

    F. Prosedur Pelaksanaan

    Prosedur pelaksanaan pelatihan pembelajaran

    PPKn berwawasan pluralisme sebagai berikut.

    1. Perencanaan Pelatihan

    1. Panitia membuat surat permohononan menjadi

    nara sumber yaitu: widya Iswara, pengawas dan

    guru senior.

    2. Panitia membuat surat ijin ke Dinas Pendidikan

    Kabupaten.

    3. Panitia membuat surat undangan pelatihan ke

    peserta melalui kepala SMA Negeri/ Swasta se

    Kabupaten.

  • 101

    4. Panitia membuat surat ijin penggunaan tempat

    pelatihan kepada kepala sekolah tempat

    penyelenggara.

    2. Pelaksanaan

    a. Peserta datang ke tempat pelatihan mengisi

    formulir biodata peserta dan pas foto 3 x 4

    sebanyak 2 lembar

    b. Peserta menyerahkan Surat Tugas dan SPPD

    c. Peserta mendapatkan materi pelatihan

    d. Peserta memasuki ruangan pelatihan dan siap

    mengikuti pelatihan.

    e. Narasumber memberikan pelatihan sesuai jadwal

    3. Monitoring dan Evaluasi

    Di akhir pelaksanaan dilakukan monitoring dan

    evaluasi terhadap pelaksanaan pelatihan, dengan

    cara:

    a. Hasil tugas pembuatan RPP pembelajaran PPKn

    berwawasan pluralisme yang dikumpulkan ke

    panitia.

    b. Narasumber memberikan penilaian hasil tugas

    pembuatan RPP

    c. Pengisian Kuesioner tentang respon pelaksanaan

    pelatihan (terlampir)

    PANITIA

    MENGIRIMKAN

    SURAT

    PERMOHONAN

    NARA SUMBER

    LPMP JATENG

    PERGURUAN TINGGI

    SMA

    SURAT

    UNDANGAN

    PELATIHAN

    KEPALA

    SEKOLAH

    KEPALA SEKOLAH

    MENGIRIM GURU

    PPKn

    SURAT IJIN

    PELAKSANAAN

    PELATIHAN

    KEPALA DINAS

    PENDIDIKAN

    TEMPAT

    PENYELENGGARA

    MENGIRIM NARA

    SUMBER

  • 102

    G. Struktur Program

    Struktur program pelatihan guru PPKn tentang

    Pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme

    adalahsebagai berikut.

    No Mata Latih JPL

    1 Konsep Pembelajaran PPKn berwawasan Pluralisme

    2

    2 Kegiatan-kegiatan Sekolah Berwawasan Pluralisme

    2

    3 Perancangan Pembelajaran PPKn berwawasan Pluralisme

    2

    4 Perancangan Penilaian Pembelajaran PPKn

    berwawasan Pluralisme

    2

    5 Kunjungan dan Dialog dengan Pemuka Agama ke Masing-masing Tempat Ibadah

    8

    6 Monitoring dan Evaluasi 2

    Jumlah 18

    H. Jadwal Kegiatan

    Jadwal kegiatan pelatihan pelatihan guru PPKn

    tentang Pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme

    sebagai berikut.

    Hari Pertama

  • 103

    No Waktu Materi Pelatihan Narasumber

    1 07.00 – 08.00

    Registrasi

    2 08.00 – 08.30

    Pembukaan dan sambutan-sambutan

    Kepala SMA

    3 08.30 – 08.45

    Coffe break

    4 08.45 – 10.15

    Konsep Pembelajaran PPKn berwawasan Pluralisme

    Widyaiswara LPMP

    5 10.15–11.45 Kegiatan-kegiatan Sekolah Berwawasan Pluralisme

    Dosen Perguruan tinggi

    6 11.45 – 13.00

    ISOMA

    7 13.00 -14.30

    Perancangan Pembelajaran PPKn berwawasan Pluralisme

    Guru Praktisi

    8 14.30 -16.00

    Perancangan Penilaian Pembelajaran PPKn berwawasan Pluralisme

    Guru Praktisi

    Hari Kedua

    No Waktu Materi Pelatihan Narasumber

    1 07.00 – 08.00

    Perjalan Ke Semarang

    2 08.00 – 09.00

    Dialog dengan Biksu di Wihara Tanah Putih

    Biksu Wihara Tanah Putih

    3 09.00 – 09.30

    Perjalanan ke Pura Agung Girinatha

    4 09.30 – 10.30

    Dialog dengan Pendeta Hindu

    Pendeta Pura Agung Girinatha

    6 10.30 – 11.00

    Perjalanan Ke Uskup Agung Semarang

    7 11.00 -12.00 Dialog dengan Keuskupan

    Romo

    8 12.00 -13.00 Perjalanan ke Masjid Agung Semarang dan ISOMA

  • 104

    9 13.00 – 14.00

    Dialog dengan Pengurus Masjid Agung Semarang

    Ustad Masjid Agung Semarang

    10 14.00 -15.00 Monitoring dan evaluasi

    I. Anggaran

    No Rincian Jumlah Biaya/ satuan

    Total

    1 Narasumber dari LPMP 2 jam 500.000 1000.000

    2 Narasumber 2 jam 500.000 1000.000

    3 Guru Praktisi 2 hari 500.000 1000.000

    4 Transportasi peserta hari (2 hari) 25 orang 75.000 1.875.000

    5 Konsumsi (2 hari) 35 orang 80.000 2.800.000

    6 ATK 25 orang 15.000 375.000

    7 Sewa bus 1 hari 1.200.000 1.200.000

    8 Kenang-kenangan untuk tempat ibadah 4 tempat 100.000 400.000

    9 Perlengkapan 1 orang 100.000 100.000

    10 Dekorasi dan dokumentasi 1paket 250.000 250.000

    Total

    10.000.000

  • 105

    BAB III

    TATA TERTIB

    A. Tata Tertib Administrasi

    Peserta segera melapor kepada panitia

    penyengara dan menyerahkan berkas kelengkapan

    administrasi yang terdiri dari:

    1. Surat Tugas yang ditandatangani oleh atasan

    langsung yang bersangkutan

    2. SPPD yang telah ditandatangani oleh atasan

    langsung yang bersangkutan

    B. Tata Tertib Akademis

    1. Peserta diwajibkan mengikuti seluruh acara yang

    telah ditetapkan tercantum pada jadwal kegiatan.

    2. Peserta diwajibkan mengisi daftar hadir setiap hari

    3. Peserta harus hadir 10 menit sebelum kegiatan

    dimulai

    4. Peserta wajib membawa laptop sendiri untuk

    menunjang kegiatan pelatihan

    5. Peserta wajib membawa silabus PPKn dari sekolah

    masing-masing.

    6. Selama mengikuti kegiatan peserta berpakaian

    bebas rapi

    7. Keperluan mengenai pelayanan dan atau materi

    akademik diberikan oleh panitia

    8. Selama kegiatan berlangsung peserta diwajibkan

    mengenakan tanda peserta

    9. Selama kegiatan berlangsung peserta, penyaji materi

    dan panitia dilarang merokok.

  • 106

  • 107

    BAB IV

    PENUTUP

    Kunci keberhasilan pelatihan pembelajaran

    inkuiri berbasis budaya lokal bagi guru-guru sosiologi

    SMA antara lain:

    1. Penyelenggara

    a. Surat undangan kepada peserta pelatihan

    terkirim tepat waktu dan mendapatkan kepastian

    kesanggupan untuk mengikuti pelatihan

    b. Tersedianya sarana dan prasarana pelatihan

    yang memadai

    c. Tersedianya konsumsi untuk pelatihan

    d. Tersedianya blangko form biodata formulir

    pendaftaran minimal sejumlah peserta pelatihan

    e. Tersedianya materi pelatihan yang sudah

    digandakan minimal sejumlah peserta pelatihan.

    f. Mematuhi jadwal pelaksanaan yang sudah ada

    g. Memberi informasi secara jelas tentang pelatihan

    h. Memberi pelayanan baik dalam pelatihan

    2. Nara Sumber

    a. Menguasai materi pelatihan tentang

    pembelajaran PPKn Berwawasan Pluralisme

    b. Materi yang disampaikan sesuai dengan tujuan

    pelatihan

    c. Adanya kejelasan dalam penyampaian materi

    d. Adanya komunikasi aktif antara nara sumber

    dengan peserta pelatihan

  • 108

    e. Mampu menciptakan suasana yang

    menyenangkan dalam penyampaian materi

    f. Menguasai pengelolaan kelas pelatihan

    g. Mampu menjawab dengan baik terhadap apa

    yang belum diketahui peserta

    h. Bersikap dan berperilaku menyenangkan

    3. Peserta Pelatihan

    a. Memahami pembelajaran PPKn berwawasan

    pluralisme

    b. Mampu membuat perencanaan pembelajaran

    PPKn Berwawasan Pluralisme

  • 109

    Nomor : ........., .............. Lampiran : 1 lembar Kepada: Perihal : Undangan Pelatihan Guru Yth. Kepala SMA

    se Kabupaten

    ..... di- Tempat

    Diberitahukan dengan hormat, akan diselenggarakan

    kegiatan Pelatihan tentang Pembelajaran PPKn Berwawasan Pluralisme bagi guru PPKn SMA se Kabupaten ...., untuk pengembangan kompetensi guru.

    Sehubungan dengan hal tersebut, kami mohon bantuan Bapak/Ibu Kepala Sekolah untuk mengijinkan dan menugaskan guru PPKn yang tercantum pada lampiran untuk menjadi peserta pelatihan yang akan diselenggarakan pada: Hari/ Tanggal : .... Pukul : .... Tempat : .... Ketentuan : Peserta wajib membawa silabus dan laptop Atas perhatian dan kerjasama Bapak/Ibu kami ucapkan

    terima kasih Ketua Penyelenggara _________________________ NIP. -

    Tembusan: 1. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten .... 2. Kepala sekolah Ybs 3. Pertinggal

  • 110

    DAFTAR PESERTA PELATIHAN PEMBELAJARAN PPKn BERWAWASAN PLURALISME

    No Nama Asal Sekolah

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    11

    12

    13

    14

    15

    16

    17

    18

    19

    20

    21

    22

    23

    24

    25

    Ketua Penyelenggara

    _________________________ NIP. -

  • 111

    Nomor : ............................ Lampiran : 1 lembar Kepada Yth. Perihal : Permohonan nara sumber Kepala LPMP Jawa Tengah

    di- Semarang

    Diberitahukan dengan hormat, akan diselenggarakan

    kegiatan Pelatihan tentang Pembelajaran PPKn Berwawasan Pluralisme bagi guru PPKn SMA se Kabupaten ...., untuk pengembangan kompetensi guru.

    Sehubungan dengan hal tersebut, kami mohon bantuan Bapak/Ibu menugaskan salah satu Widya Iswara bidang PPKn untuk menjadi fasilitator dalam pelatihan yang akan diselenggarakan pada: Hari/ Tanggal : ... Pukul : ... Tempat : ... Demikian atas perhatian dan kerjasama Bapak/Ibu kami ucapkan terima kasih

    Ketua Penyelenggara ______________________ NIP...

  • 112

    Nomor : ................... Lampiran : 1 lembar Kepada Yth. Perihal : Permohonan nara sumber Rektor/Direktur

    ......................

    .. di- .......

    Diberitahukan dengan hormat, akan diselenggarakan

    kegiatan Pelatihan tentang Pembelajaran PPKn Berwawasan Pluralisme bagi guru PPKn SMA se Kabupaten ....., untuk pengembangan kompetensi guru.

    Sehubungan dengan hal tersebut, kami mohon bantuan Bapak/Ibu menugaskan salah satu Dosen PPKn untuk menjadi fasilitator dalam pelatihan yang akan diselenggarakan pada: Hari/ Tanggal : ... Pukul : ... Tempat : ... Demikian atas perhatian dan kerjasama Bapak/Ibu kami ucapkan terima kasih

    Ketua Penyelenggara ______________________ NIP...

  • 113

    Nomor : ................................. Lampiran : 1 lembar Kepada Yth. Perihal : Permohonan nara sumber Kepala

    SMA .... di- .......

    Diberitahukan dengan hormat, akan diselenggarakan

    kegiatan Pelatihan tentang Pembelajaran PPKn Berwawasan Pluralisme bagi guru PPKn SMA se Kabupaten ....., untuk pengembangan kompetensi guru.

    Sehubungan dengan hal tersebut, kami mohon bantuan Bapak menugaskan salah satu Guru Relegiusitas untuk menjadi fasilitator dalam pelatihan yang akan diselenggarakan pada: Hari/ Tanggal : ... Pukul : ... Tempat : ... Demikian atas perhatian dan kerjasama Bapak/Ibu kami ucapkan terima kasih

    Ketua Penyelenggara ______________________ NIP...

  • 114

    Nomor : ............................... Lampiran : 1 lembar Kepada Yth. Perihal : Permohonan ijin Ketua Pengurus

    Wihara Tanah Putih di- Semarang

    Diberitahukan dengan hormat, akan diselenggarakan

    kegiatan Pelatihan tentang Pembelajaran PPKn Berwawasan Pluralisme bagi guru PPKn SMA se Kabupaten........., untuk pengembangan kompetensi guru.

    Sehubungan dengan hal tersebut, kami akan melakukan kunjungan dan dialog dengan salah satu Biksu yang akan dilaksanakan pada: Hari/ Tanggal : ... Pukul : ... Tempat : Wihara Tanah Putih Mohon kiranya Bapak/Ibu pengurus memberikan ijin demi terselenggaranya kegiatan tersebut. Demikian atas perhatian dan kerjasama Bapak kami ucapkan terima kasih

    Ketua Penyelenggara ______________________ NIP...

  • 115

    Nomor : ............................... Lampiran : 1 lembar Kepada Yth. Perihal : Permohonan ijin Ketua Pengurus

    Pura Agung Girinatha di- Semarang

    Diberitahukan dengan hormat, akan diselenggarakan

    kegiatan Pelatihan tentang Pembelajaran PPKn Berwawasan Pluralisme bagi guru PPKn SMA se Kabupaten ....., untuk pengembangan kompetensi guru.

    Sehubungan dengan hal tersebut, kami akan melakukan kunjungan dan dialog dengan salah satu Pendeta yang akan dilaksanakan pada: Hari/ Tanggal : ... Pukul : ... Tempat : Pura Agung Girinatha Mohon kiranya Bapak/Ibu pengurus memberikan ijin demi terselenggaranya kegiatan tersebut. Demikian atas perhatian dan kerjasama Bapak kami ucapkan terima kasih

    Ketua Penyelenggara ______________________ NIP...

  • 116

    Nomor : ........................... Lampiran : 1 lembar Kepada Yth. Perihal : Permohonan ijin Ketua Pengurus

    Keuskupan Agung di- Semarang

    Diberitahukan dengan hormat, akan diselenggarakan

    kegiatan Pelatihan tentang Pembelajaran PPKn Berwawasan Pluralisme bagi guru PPKn SMA se Kabupaten ......, untuk pengembangan kompetensi guru.

    Sehubungan dengan hal tersebut, kami akan melakukan kunjungan dan dialog dengan salah satu Romo yang akan dilaksanakan pada: Hari/ Tanggal : .... Pukul : .... Tempat : Keuskupan Agung Semarang Mohon kiranya Bapak/Ibu pengurus memberikan ijin demi terselenggaranya kegiatan tersebut. Demikian atas perhatian dan kerjasama Bapak kami ucapkan terima kasih

    Ketua Penyelenggara ______________________ NIP...

  • 117

    Nomor : .......................... Lampiran : 1 lembar Kepada Yth. Perihal : Permohonan ijin Ketua Pengurus

    Masjid Agung Semarang di- Semarang

    Diberitahukan dengan hormat, akan diselenggarakan

    kegiatan Pelatihan tentang Pembelajaran PPKn Berwawasan Pluralisme bagi guru PPKn SMA se Kabupaten ....., untuk pengembangan kompetensi guru.

    Sehubungan dengan hal tersebut, kami akan melakukan kunjungan dan dialog dengan salah satu Ustad yang akan dilaksanakan pada: Hari/ Tanggal : .... Pukul : .... Tempat : Masjid Agung Semarang Mohon kiranya Bapak/Ibu pengurus memberikan ijin demi terselenggaranya kegiatan tersebut. Demikian atas perhatian dan kerjasama Bapak kami ucapkan terima kasih

    Ketua Penyelenggara ______________________ NIP...

  • 118

    Nomor : .......................... Lampiran : 1 lembar Kepada Yth. Perihal : Permohonan ijin Kepala

    Dinas Pendidikan Kabupaten.... di- .....

    Diberitahukan dengan hormat, diselenggarakan

    kegiatan Pelatihan tentang Pembelajaran PPKn Berwawasan Pluralisme bagi guru PPKn SMA se Kabupaten ...., untuk pengembangan kompetensi guru.

    Sehubungan dengan hal tersebut, kami mohon ijin untuk menyelenggarakan kegiatan pelatihan yang akan dilaksanakan pada: Hari/ Tanggal : .... Pukul : .... Tempat : .... Demikian atas perhatian dan kerjasama Bapak kami ucapkan terima kasih

    Ketua Penyelenggara ______________________ NIP...

  • 119

    Nomor : ........................ Lampiran : 1 lembar Kepada Yth. Perihal : Permohonan ijin Kepala

    SMA ........ di- .....

    Diberitahukan dengan hormat, akan diselenggarakan

    kegiatan Pelatihan tentang Pembelajaran PPKn Berwawasan Pluralisme bagi guru PPKn SMA se Kabupaten ...., untuk pengembangan kompetensi guru.

    Sehubungan dengan hal tersebut, kami mohon ijin untuk menyelenggarakan kegiatan pelatihan yang akan dilaksanakan pada: Hari/ Tanggal : .... Pukul : .... Tempat : .... Demikian atas perhatian dan kerjasama Bapak kami ucapkan terima kasih

    Ketua Penyelenggara ______________________ NIP...

  • 120

    JADWAL KEGIATAN PELATIHAN

    Hari Pertama

    No Waktu Materi Pelatihan Narasumber

    1 07.00 – 08.00

    Registrasi

    2 08.00 – 08.30

    Pembukaan dan sambutan-sambutan

    Kepala SMA N 1 Boja

    3 08.30 – 08.45

    Coffe break

    4 08.45 – 10.15

    Konsep Pembelajaran PPKn berwawasan Pluralisme

    Widyaiswara LPMP

    5 10.15–12.00 Kegiatan-kegiatan Sekolah Berwawasan Pluralisme

    Dosen UKSW

    6 12.00 – 13.00

    ISOMA

    7 13.00 -14.30

    Perancangan Pembelajaran PPKn berwawasan Pluralisme

    Guru Praktisi

    8 14.30 -16.00

    Perancangan Penilaian Pembelajaran PPKn berwawasan Pluralisme

    Guru Praktisi

    Hari Kedua

    No Waktu Materi Pelatihan Narasumber

    1 07.00 – 08.00

    Perjalan Ke Semarang

    2 08.00 – 09.00

    Dialog dengan Biksu di Wihara Tanah Putih

    Biksu Wihara Tanah Putih

    3 09.00 – 09.30

    Perjalanan ke Pura Agung Girinatha

    4 09.30 – 10.30

    Dialog dengan Pendeta Hindu

    Pendeta Pura Agung Girinatha

    6 10.30 – 11.00

    Perjalanan Ke Uskup Agung Semarang

  • 121

    7 11.00 -12.00 Dialog dengan Keuskupan

    Romo

    8 12.00 -13.00 Perjalanan ke Masjid Agung Semarang dan ISOMA

    9 13.00 – 14.00

    Dialog dengan Pengurus Masjid Agung Semarang

    Ustad Masjid Agung Semarang

    10 14.00 -15.00 Monitoring dan evaluasi

  • 122

    Lampiran 3

    MODEL PELATIHAN

    PEMBELAJARAN PPKn

    BERWAWASAN PLURALISME

    Oleh:

    Endang Riyanti

    NIM : 942013089

    PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    UNTUK NARASUMBER

  • 123

    SALATIGA 2015

    BAB I

    PENDAHULUAN

    G. Latar Belakang

    Pendidikan di sekolah merupakan agen

    perubahan bagi peserta didik di masa depan. Segala

    sikap dan tingkah laku peserta didik salah satunya

    dipengaruhi oleh pendidikan di sekolah. PPKn di SMA

    merupakan salah satu pelajaran yang tidak hanya

    memberikan pengetahuan, namun lebih dari itu yaitu

    membentuk watak, sikap dan perilaku peserta didik

    dengan harapannya dapat menjadi manusia yang

    unggul, menjadi warga negara yang baik dengan jiwa

    Pancasila. Karena perannya yang begitu penting,

    pelajaran PPKn hendaknya bukan sekedar pelajaran

    pelengkap, justru menjadi pelajaran penopang utama

    sebagai landasan perilaku peserta didik. Dengan

    demikian, sikap dan perilaku menjadi hal utama untuk

    diperhatikan dalam setiap pembelajaran di dalamnya.

    Hasil survei Lingkar Survei Indonesia (LSI),

    menyebutkan bahwa tindakan kekerasan berkaitan

    dengan agama di Indonesia termasuk kasus yang

    paling dominan dibandingkan dengan kasus lainnya.

    Dari empat kekerasan yang terjadi persentase

    kekerasan agama mencapai 65 %, sedangkan

    kekerasan etnis 20 %, kekerasan gender 10 %, dan

    kekerasan orientasi seksual 5% (Taufiqqurahman,

    2012).

  • 124

    Kita patut prihatin dengan munculnya

    sekelompok orang dalam skala besar bahkan sudah

    terstruktur dan terorganisasi yang mengatas namakan

    agama tertentu digunakan untuk penyerangan-

    penyerangan yang melanggar hukum. Misalnya kasus

    penyerangan infrastruktur Pemerintah hanya karena

    tidak setuju DKI dipimpin oleh Ahok. Kasus-kasus

    sebelumnya juga terjadi dengan penyerangan tempat

    ibadahnya dari kelompok yang mengikuti ajaran

    Ahmadiyah. Sesempit itukah pandangan masyarakat

    yang mengaku dirinya bermartabat, dengan

    mengatasnamakan agama.

    Data tersebut memperlihatkan bahwa ada

    persoalan krusial yang masih seringkali muncul pada

    bangsa yang berkaitan dengan persoalan pluralisme.

    Kekerasan berlatar belakang suku, agama, ras, antar

    golongan/ kelompok (SARA), yang tidak jarang

    menimbulkan jatuhnya korban, bahkan mengancam

    disintegrasi bangsa adalah indikasi jelas tentang masih

    adanya persoalan bangsa yang hingga kini belum

    terselesaikan secara tuntas (Sutarto, 2013).

    Sikap toleransi dan mengamalkan perilaku

    toleransi dan harmoni keberagaman dalam kehidupan

    bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Indonesia

    menjadi hal yang patut untuk dikembangkan pada

    peserta didik. Hal ini sesuai dengan tuntutan

    pembelajaran yang tercantum pada silabus di

    kurikulum 2013 pada mata pelajaran PPKn sebagai

    berikut.

  • 125

    2.6 Mengamalkan sikap toleransi antar umat

    beragama dan kepercayaan dalam hidup

    bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

    2.7 Mengamalkan perilaku toleransi dan harmoni

    keberagaman dalam kehidupan bermasyarakat,

    berbangsa, dan bernegara Indonesia.

    (Silabus PPKn, 2013)

    Pembelajaran PPKn yang masih berkutat di

    dalam kelas, masih didominasi oleh guru dengan

    memberikan ceramah, perlu dilakukan perubahan dan

    beralih pada pembelajaran yang berpusat pada pserta

    didik. Terkait dengan materi sikap toleransi antara

    umat beragama, di dalam kurikulum 2013 perlu

    diaplikasikan dalam bentuk kegiatan-kegiatan nyata.

    Oleh karena itu perlu dilakukan pelatihan bagi guru-

    guru PPKn tentang pembelajaran berwawasan

    pluralisme. panduan pelatihan ini sebagai acuan

    penyelenggaraan pelatihan guru PPKn tentang

    pembelajaran berwawasan pluralisme.

    H. Pengertian

    Pelatihan guru PPKn tentang pembelajaran PPKn

    berwawasan pluralisme merupakan suatu bentuk

    pelatihan untuk guru-guru PPKn SMA yang membahas

    tentang perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran

    PPKn berwawasan pluralisme sebagai acuan dalam

    penerapan di sekolah masing-masing.

    I. Tujuan

  • 126

    Tujuan penyelenggaraan pelatihan guru PPKn

    tentang pembelajaran berwawasan pluralisme di SMA

    adalah:

    4. Melatih guru-guru PPKn se Kabupaten mengenal

    dan memahami tentang pembelajaran PPKn

    berwawasan pluralisme.

    5. Melatih guru-guru PPKn se Kabupaten membuat

    perencanaan pembelajaran PPKn berwawasan

    pluralisme.

    6. Melatih guru-guru PPKn se Kabupaten meng-

    implementasikan pembelajaran PPKn berwawasan

    pluralisme.

    J. Sasaran

    Pelatihan guru PPKn tentang pembelajaran

    pluralisme di SMA dengan sasaran guru-guru PPKn

    SMA se Kabupaten.

  • 127

    K. Indikator Keberhasilan

    Pada akhir pelatihan, seluruh peserta pelatihan

    diharapkan mampu memahami dan akhirnya

    mengimplementasikan pembelajaran PPKn berwawasan

    pluralisme, dengan indikator:

    3. Mampy membuat rancangan Pelaksanaan

    Pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme

    4. Menghasilkan RPP yang disusun dengan skenario

    pembelajaran berwawasan pluralisme.

    L. Dasar Hukum

    Dasar hukum pelaksanaan pelatihan

    pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme bagi guru-

    guru PPKn di Kabupaten Kendal sebagai berikut.

    4. Pancasla sebagai landasan ideal

    5. Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan

    konstitusional

    6. Landasan Operasional

    h. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20

    Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

    i. Undang-undang Republik Indonesia No 14 Tahun

    2005 tentang Guru dan Dosen

    j. Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 2013 tentang

    pPerubahan Atas Peraturan Pemerintah No 19

    Tahun 2005 tentang Standar Nasional

    Pendidikan

    k. Peraturan Pemerintah No 74 Tahun 2008 tentang

    Guru

  • 128

    l. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebuadayaan

    Republik Indonesia No 64 Tahun 2013 tentang

    Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.

    m. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

    Republik Indonesia No 66 Tahun 2013 tentang

    Standar Penilaian Pendidikan.

    n. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

    Republik Indonesia NO 81 A tahun 2013 tentang

    Implementasi Kuriklum 2013.

  • 129

    BAB II

    PELAKSANAAN KEGIATAN

    J. Penanggungjawab

    Penanggungjawab kegiatan pelatihan guru PPKn

    tentang Pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme

    adalah Ketua Penyelenggara.

    K. Narasumber/Fasilitator

    Narasumber pelatihan guru PPKn tentang

    Pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme:

    4. Widyaiswara PPKn dari LPMP Jawa Tengah

    5. Dosen PPKn

    6. Praktisi Guru Pembelajaran Pluralisme dari salah

    satu sekolah.

    L. Waktu dan Tempat

    3. Waktu Pelaksanaan

    Kegiatan pelaksanaan pelatihan guru PPKn tentang

    Pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme

    dilaksanakan selama 2 hari.

    4. Tempat Pelaksanaan

    Ruang serba guna atau ruang kelas SMA

    M. Peserta

    Peserta kegiatan pelatihan guru PPKn tentang

    Pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme adalah

    guru PPKn se Kabupaten.

  • 130

  • 131

    N. Prosedur Pelaksanaan

    Prosedur pelaksanaan pelatihan pembelajaran

    PPKn berwawasan pluralisme sebagai berikut.

    5. Setelah mendapatkan surat permohonan dari

    panitia, nara sumber hal-hal yang harus dibawa

    yaitu surat tugas, SPPD, materi dan media

    presentasi.

    6. Nara sumber mengirim materi maksimal 2 hari

    sebelum pelaksanaan pelatihan

    NARASUMBER

    MENERIMA SURAT

    PERMOHONAN

    NARA SUMBER MENYIAPKAN

    1. SURAT TUGAS

    2. SPPD

    3. MATERI PELATIHAN

    4. PRESENTASI

    KEMBALI KE INSTANSI DAN

    MELAPOR KE ATASAN

    MENGIRIM MATERI KE

    PANITIA UNTUK

    DIGANDAKAN, 2 HARI

    SEBELUM PELAKSANAAN

    DATANG KE

    TEMPAT

    PELATIHAN

    MEMBERI

    PELATIHAN

    MEMBERIKAN PENUGASAN

    DAN PENILAIAN

  • 132

    7. Nara sumber datang ke tempat pelatihan sesuai

    jadwal

    8. Nara sumber siap memberi pelatihan dan memberi

    tugas serta mengevaluasi peserta pelatihan

    9. Pelatihan selesai, nara sumber kembali ke instansi

    dan melaporkan ke atasan.

    O. Struktur Program

    Struktur program pelatihan guru PPKn tentang

    Pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme

    adalahsebagai berikut.

    No Mata Latih JPL

    1 Konsep Pembelajaran PPKn berwawasan Pluralisme

    2

    2 Kegiatan-kegiatan Sekolah Berwawasan Pluralisme

    2

    3 Perancangan Pembelajaran PPKn berwawasan Pluralisme

    2

    4 Perancangan Penilaian Pembelajaran PPKn berwawasan Pluralisme

    2

    5 Kunjungan dan Dialog dengan Pemuka Agama ke Masing-masing Tempat Ibadah

    8

    6 Monitoring dan Evaluasi 2

    Jumlah 18

    P. Jadwal Kegiatan

    Jadwal kegiatan pelatihan pelatihan guru PPKn

    tentang Pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme

    sebagai berikut.

    Hari Pertama

    No Waktu Materi Pelatihan Narasumber

    1 07.00 – 08.00

    Registrasi

    2 08.00 – 08.30

    Pembukaan dan sambutan-sambutan

    Kepala SMA N 1 Boja

  • 133

    3 08.30 – 08.45

    Coffe break

    4 08.45 – 10.15

    Konsep Pembelajaran PPKn berwawasan Pluralisme

    Widyaiswara LPMP

    5 10.15–11.45 Kegiatan-kegiatan Sekolah Berwawasan Pluralisme

    Dosen UKSW

    6 11.45 – 13.00

    ISOMA

    7 13.00 -14.30

    Perancangan Pembelajaran PPKn berwawasan Pluralisme

    Guru Praktisi

    8 14.30 -16.00

    Perancangan Penilaian Pembelajaran PPKn berwawasan Pluralisme

    Guru Praktisi

    Hari Kedua

    No Waktu Materi Pelatihan Narasumber

    1 07.00 – 08.00

    Perjalan Ke Semarang

    2 08.00 – 09.00

    Dialog dengan Biksu di Wihara Tanah Putih

    Biksu Wihara Tanah Putih

    3 09.00 – 09.30

    Perjalanan ke Pura Agung Girinatha

    4 09.30 – 10.30

    Dialog dengan Pendeta Hindu

    Pendeta Pura Agung Girinatha

    6 10.30 – 11.00

    Perjalanan Ke Uskup Agung Semarang

    7 11.00 -12.00 Dialog dengan Keuskupan

    Romo

    8 12.00 -13.00 Perjalanan ke Masjid Agung Semarang dan ISOMA

    9 13.00 – 14.00

    Dialog dengan Pengurus Masjid Agung Semarang

    Ustad Masjid Agung Semarang

    10 14.00 -15.00 Monitoring dan evaluasi

  • 134

    BAB III

    TATA TERTIB

    C. Tata Tertib Administrasi

    Nara sumber menyerahkan

    3. Surat Tugas yang ditandatangani oleh atasan

    langsung yang bersangkutan

    4. SPPD yang telah ditandatangani oleh atasan

    langsung yang bersangkutan

    5. Materi pelatihan dan media presentasi maksimal 2

    hari sebelum pelaksanaan pelatihan.

    D. Tata Tertib Akademis

    10. Nara sumber datang ke tempat pelatihan sesuai

    dengan jadwal

    11. Narasumber hadir maksimal 20 menit sebelum

    kegiatan dimulai

    12. Narasumber berpakaian bebas rapi

    13. Selama kegiatan berlangsung nara sumber

    dilarang merokok.

  • 135

    BAB IV

    PENUTUP

    Kunci keberhasilan nara sumber dalam

    memberikan pelatihan pembelajaran PPKn berwawasan

    pluralisme antara lain:

    i. Menguasai materi pelatihan tentang pembelajaran

    inkuiri berbasis budaya lokal

    j. Materi yang disampaikan sesuai dengan tujuan

    pelatihan

    k. Adanya kejelasan dalam penyampaian materi

    l. Adanya komunikasi aktif antara nara sumber

    dengan peserta pelatihan

    m. Mampu menciptakan suasana yang menyenangkan

    dalam penyampaian materi

    n. Menguasai pengelolaan kelas pelatihan

    o. Mampu menjawab dengan baik terhadap apa yang

    belum diketahui peserta

    p. Bersikap dan berperilaku menyenangkan

  • 136

    Lampiran 4

    MODEL PELATIHAN

    PEMBELAJARAN PPKn

    BERWAWASAN PLURALISME

    Oleh:

    Endang Riyanti

    NIM : 942013089

    PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    UNTUK PESERTA PELATIHAN

  • 137

    SALATIGA 2015

    BAB I

    PENDAHULUAN

    M. Latar Belakang

    Pendidikan di sekolah merupakan agen

    perubahan bagi peserta didik di masa depan. Segala

    sikap dan tingkah laku peserta didik salah satunya

    dipengaruhi oleh pendidikan di sekolah. PPKn di SMA

    merupakan salah satu pelajaran yang tidak hanya

    memberikan pengetahuan, namun lebih dari itu yaitu

    membentuk watak, sikap dan perilaku peserta didik

    dengan harapannya dapat menjadi manusia yang

    unggul, menjadi warga negara yang baik dengan jiwa

    Pancasila. Karena perannya yang begitu penting,

    pelajaran PPKn hendaknya bukan sekedar pelajaran

    pelengkap, justru menjadi pelajaran penopang utama

    sebagai landasan perilaku peserta didik. Dengan

    demikian, sikap dan perilaku menjadi hal utama untuk

    diperhatikan dalam setiap pembelajaran di dalamnya.

    Hasil survei Lingkar Survei Indonesia (LSI),

    menyebutkan bahwa tindakan kekerasan berkaitan

    dengan agama di Indonesia termasuk kasus yang

    paling dominan dibandingkan dengan kasus lainnya.

    Dari empat kekerasan yang terjadi persentase

    kekerasan agama mencapai 65 %, sedangkan

    kekerasan etnis 20 %, kekerasan gender 10 %, dan

    kekerasan orientasi seksual 5% (Taufiqqurahman,

    2012).

  • 138

    Kita patut prihatin dengan munculnya

    sekelompok orang dalam skala besar bahkan sudah

    terstruktur dan terorganisasi yang mengatas namakan

    agama tertentu digunakan untuk penyerangan-

    penyerangan yang melanggar hukum. Misalnya kasus

    penyerangan infrastruktur Pemerintah hanya karena

    tidak setuju DKI dipimpin oleh Ahok. Kasus-kasus

    sebelumnya juga terjadi dengan penyerangan tempat

    ibadahnya dari kelompok yang mengikuti ajaran

    Ahmadiyah. Sesempit itukah pandangan masyarakat

    yang mengaku dirinya bermartabat, dengan

    mengatasnamakan agama.

    Data tersebut memperlihatkan bahwa ada

    persoalan krusial yang masih seringkali muncul pada

    bangsa yang berkaitan dengan persoalan pluralisme.

    Kekerasan berlatar belakang suku, agama, ras, antar

    golongan/ kelompok (SARA), yang tidak jarang

    menimbulkan jatuhnya korban, bahkan mengancam

    disintegrasi bangsa adalah indikasi jelas tentang masih

    adanya persoalan bangsa yang hingga kini belum

    terselesaikan secara tuntas (Sutarto, 2013).

    Sikap toleransi dan mengamalkan perilaku

    toleransi dan harmoni keberagaman dalam kehidupan

    bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Indonesia

    menjadi hal yang patut untuk dikembangkan pada

    peserta didik. Hal ini sesuai dengan tuntutan

    pembelajaran yang tercantum pada silabus di

    kurikulum 2013 pada mata pelajaran PPKn sebagai

    berikut.

  • 139

    2.8 Mengamalkan sikap toleransi antar umat

    beragama dan kepercayaan dalam hidup

    bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

    2.9 Mengamalkan perilaku toleransi dan harmoni

    keberagaman dalam kehidupan bermasyarakat,

    berbangsa, dan bernegara Indonesia.

    (Silabus PPKn, 2013)

    Pembelajaran PPKn yang masih berkutat di

    dalam kelas, masih didominasi oleh guru dengan

    memberikan ceramah, perlu dilakukan perubahan dan

    beralih pada pembelajaran yang berpusat pada pserta

    didik. Terkait dengan materi sikap toleransi antara

    umat beragama, di dalam kurikulum 2013 perlu

    diaplikasikan dalam bentuk kegiatan-kegiatan nyata.

    Oleh karena itu perlu dilakukan pelatihan bagi guru-

    guru PPKn tentang pembelajaran berwawasan

    pluralisme. panduan pelatihan ini sebagai acuan

    penyelenggaraan pelatihan guru PPKn tentang

    pembelajaran berwawasan pluralisme.

    N. Pengertian

    Pelatihan guru PPKn tentang pembelajaran PPKn

    berwawasan pluralisme merupakan suatu bentuk

    pelatihan untuk guru-guru PPKn SMA yang membahas

    tentang perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran

    PPKn berwawasan pluralisme sebagai acuan dalam

    penerapan di sekolah masing-masing.

    O. Tujuan

  • 140

    Tujuan penyelenggaraan pelatihan guru PPKn

    tentang pembelajaran berwawasan pluralisme di SMA

    adalah:

    7. Melatih guru-guru PPKn se Kabupaten mengenal

    dan memahami tentang pembelajaran PPKn

    berwawasan pluralisme.

    8. Melatih guru-guru PPKn se Kabupaten membuat

    perencanaan pembelajaran PPKn berwawasan

    pluralisme.

    9. Melatih guru-guru PPKn se Kabupaten meng-

    implementasikan pembelajaran PPKn berwawasan

    pluralisme.

    P. Sasaran

    Pelatihan guru PPKn tentang pembelajaran

    pluralisme di SMA dengan sasaran guru-guru PPKn

    SMA se Kabupaten.

  • 141

    Q. Indikator Keberhasilan

    Pada akhir pelatihan, seluruh peserta pelatihan

    diharapkan mampu memahami dan akhirnya

    mengimplementasikan pembelajaran PPKn berwawasan

    pluralisme, dengan indikator:

    5. Mampy membuat rancangan Pelaksanaan

    Pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme

    6. Menghasilkan RPP yang disusun dengan skenario

    pembelajaran berwawasan pluralisme.

    R. Dasar Hukum

    Dasar hukum pelaksanaan pelatihan

    pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme bagi guru-

    guru PPKn di Kabupaten Kendal sebagai berikut.

    7. Pancasla sebagai landasan ideal

    8. Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan

    konstitusional

    9. Landasan Operasional

    o. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20

    Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

    p. Undang-undang Republik Indonesia No 14 Tahun

    2005 tentang Guru dan Dosen

    q. Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 2013 tentang

    pPerubahan Atas Peraturan Pemerintah No 19

    Tahun 2005 tentang Standar Nasional

    Pendidikan

    r. Peraturan Pemerintah No 74 Tahun 2008 tentang

    Guru

  • 142

    s. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebuadayaan

    Republik Indonesia No 64 Tahun 2013 tentang

    Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.

    t. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

    Republik Indonesia No 66 Tahun 2013 tentang

    Standar Penilaian Pendidikan.

    u. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

    Republik Indonesia NO 81 A tahun 2013 tentang

    Implementasi Kuriklum 2013.

  • 143

    BAB II

    PELAKSANAAN KEGIATAN

    Q. Penanggungjawab

    Penanggungjawab kegiatan pelatihan guru PPKn

    tentang Pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme

    adalah Ketua Penyelenggara.

    R. Narasumber/Fasilitator

    Narasumber pelatihan guru PPKn tentang

    Pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme:

    7. Widyaiswara PPKn dari LPMP Jawa Tengah

    8. Dosen PPKn

    9. Praktisi Guru Pembelajaran Pluralisme dari salah

    satu sekolah.

    S. Waktu dan Tempat

    5. Waktu Pelaksanaan

    Kegiatan pelaksanaan pelatihan guru PPKn tentang

    Pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme

    dilaksanakan selama 2 hari.

    6. Tempat Pelaksanaan

    Ruang serba guna atau ruang kelas SMA

    T. Peserta

    Peserta kegiatan pelatihan guru PPKn tentang

    Pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme adalah

    guru PPKn se Kabupaten.

  • 144

  • 145

    U. Prosedur Pelaksanaan

    Prosedur pelaksanaan pelatihan pembelajaran

    PPKn berwawasan pluralisme sebagai berikut.

    10. Setelah mendapatkan surat undangan dari

    panitia, peserta pelatihan menyiapkan hal-hal yang

    PESERTA

    MENERIMA SURAT

    UNDANGAN

    PESERTA MENYIAPKAN

    5. SURAT TUGAS

    6. SPPD

    7. LAPTOP

    8. SILABUS

    9. FOTO 3 X4 2 LEMBAR

    LAPORAN KE KEPALA

    SEKOLAH

    PESERTA DATANG KE

    TEMPAT PELATIHAN

    MENGISI BIODATA

    FORMULIR

    PENDAFTARAN

    MENERIMA MATERI

    PELATIHAN

    MENGIKUTI PELATIHAN

    DAN MENYELESAIKAN

    TUGAS

    MENGISI ANGKET RESPON TERHADAP PELAKSAAN

    PELATIHAN, MENGERJAKAN EVALUASI, MENGUMPULKAN

    TUGAS RPP

  • 146

    harus dibawa yaitu surat tugas, SPPD, laptop dan

    silabus mata pelajaran sosiologi

    11. Peserta datang ke tempat pelatihan

    12. Setelah sampai di tempat pelatihan, mengisi form

    biodata formulir pendaftaran dan menyerahkan foto

    3 x 4 sebanyak 2 lembar

    13. Peserta mendapatkan materi pelatihan

    14. Peserta siap mengikuti pelatihan dan mematuhi

    aturan yang berlaku dalam pelatihan, berpartisipasi

    aktif selama kegiatan pelatihan

    15. Peserta mengisi angket respon terhadap

    pelaksanaan pelatihan, menjawab lembar soal dan

    mengumpulkan RPP yang ditugaskan nara sumber.

    16. Pelatihan selesai, peserta melaporkan kepada

    kepala sekolah masing-masing.

    V. Struktur Program

    Struktur program pelatihan guru PPKn tentang

    Pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme

    adalahsebagai berikut.

    No Mata Latih JPL

    1 Konsep Pembelajaran PPKn berwawasan Pluralisme

    2

    2 Kegiatan-kegiatan Sekolah Berwawasan Pluralisme

    2

    3 Perancangan Pembelajaran PPKn berwawasan Pluralisme

    2

    4 Perancangan Penilaian Pembelajaran PPKn berwawasan Pluralisme

    2

    5 Kunjungan dan Dialog dengan Pemuka Agama ke Masing-masing Tempat Ibadah

    8

    6 Monitoring dan Evaluasi 2

    Jumlah 18

  • 147

    W. Jadwal Kegiatan

    Jadwal kegiatan pelatihan pelatihan guru PPKn

    tentang Pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme

    sebagai berikut.

    Hari Pertama

    No Waktu Materi Pelatihan Narasumber

    1 07.00 – 08.00

    Registrasi

    2 08.00 – 08.30

    Pembukaan dan sambutan-sambutan

    Kepala SMA N 1 Boja

    3 08.30 – 08.45

    Coffe break

    4 08.45 – 10.15

    Konsep Pembelajaran PPKn berwawasan Pluralisme

    Widyaiswara LPMP

    5 10.15–11.45 Kegiatan-kegiatan Sekolah Berwawasan Pluralisme

    Dosen UKSW

    6 11.45 – 13.00

    ISOMA

    7 13.00 -14.30

    Perancangan Pembelajaran PPKn berwawasan Pluralisme

    Guru Praktisi

    8 14.30 -

    16.00

    Perancangan Penilaian

    Pembelajaran PPKn berwawasan Pluralisme

    Guru

    Praktisi

    Hari Kedua

    No Waktu Materi Pelatihan Narasumber

    1 07.00 – 08.00

    Perjalan Ke Semarang

    2 08.00 – 09.00

    Dialog dengan Biksu di Wihara Tanah Putih

    Biksu Wihara Tanah Putih

    3 09.00 – 09.30

    Perjalanan ke Pura Agung Girinatha

    4 09.30 – 10.30

    Dialog dengan Pendeta Hindu

    Pendeta Pura Agung

  • 148

    Girinatha

    6 10.30 – 11.00

    Perjalanan Ke Uskup Agung Semarang

    7 11.00 -12.00 Dialog dengan Keuskupan

    Romo

    8 12.00 -13.00 Perjalanan ke Masjid Agung Semarang dan

    ISOMA

    9 13.00 – 14.00

    Dialog dengan Pengurus Masjid Agung Semarang

    Ustad Masjid Agung Semarang

    10 14.00 -15.00 Monitoring dan evaluasi

  • 149

    BAB III

    TATA TERTIB

    E. Tata Tertib Administratif

    Peserta segera melapor kepada panitia

    penyelenggara dan menyerahkan berkas kelengkapan

    administrasi yang terdiri dari:

    6. Surat Tugas yang ditandatangani oleh atasan

    langsung yang bersangkutan

    7. SPPD yang telah ditandatangani oleh atasan

    langsung yang bersangkutan

    F. Tata Tertib Akademis

    14. Peserta diwajibkan mengikuti seluruh acara yang

    telah ditetapkan tercantum pada jadwal kegiatan.

    15. Peserta diwajibkan mengisi daftar hadir setiap

    hari

    16. Peserta harus hadir 10 menit sebelum kegiatan

    dimulai

    17. Peserta wajib membawa laptop sendiri untuk

    menunjang kegiatan pelatihan

    18. Peserta wajib membawa silabus sosiologi dari

    sekolah masing-masing.

    19. Selama mengikuti kegiatan peserta berpakaian

    bebas rapi

    20. Keperluan mengenai pelayanan dan atau materi

    akademik diberikan oleh panitia

    21. Selama kegiatan berlangsung peserta diwajibkan

    mengenakan tanda peserta

  • 150

    22. Selama kegiatan berlangsung peserta, penyaji

    materi dan panitia dilarang merokok.

  • 151

    BAB IV

    PENUTUP

    Kunci keberhasilan peserta pelatihan dalam

    mengikuti pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme

    antara lain:

    c. Memahami pembelajaran PPKn berwawasan

    pluralisme

    d. Mampu membuat perencanaan pembelajaran PPKn

    berwawasan pluralisme

  • 152

    Lampiran 1

    FORMULIR PENDAFTARAN PELATIHAN

    Nama : ...............................................................

    NIP : ...............................................................

    Tempat, Tanggal lahir .............................................................. :

    Unit Kerja : ...............................................................

    No Telpon/ HP : ..............................................................

    Alamat Rumah : ...............................................................

    ................................................................

    EMAIL : ...............................................................

    Kendal,

    _________________________

    __

    3 X 4

  • 153

    Lampiran 2

    INSTRUMEN RESPON PESERTA PELATIHAN

    TERHADAP PELAKSANAAN PELATIHAN

    Petunjuk Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan kondisi yang ada. SS : Sangat sesuai dengan kondisi yang ada S : Sesuai dengan kondisi yang ada C : Cukup sesuai dengan kondisi yang ada KS : Kurang sesuai dengan kondisi yang ada TS : Tidak sesuai dengan kondisi yang ada

    Respon terhadap penyelenggara

    No Pernyataan SS S C KS TS

    1 Surat undangan tidak mendadak sehingga dapat menyiapkan apa saja yang perlu disiapkan untuk pelatihan

    2 Tempat pelatihan dalam kondisi bersih

    3 Tempat pelatihan luas dan sesuai dengan jumlah peserta

    4 Sarana pendukung pelatihan seperti LCD, papan tulis, spidol, penghapus dan lain-lainnya tersedia dengan baik

    5 Sound sistem tersedia dan dalam kondisi baik

    6 Konsumsi yang disediakan mencukupi

    7 Menerima form biodata formulir pendaftaran

    8 Menerima materi pelatihan

    9 Pelaksanaan pelatihan sesuai dengan jadwal

    10 Waktu setiap seasion sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan

  • 154

    11 Mendapatkan informasi yang saya butuhkan

    12 Petugas penyelenggara memberikan pelayanan secara memuaskan

    13 Kondisi ruangan pelatihan tidak panas

    14 Kondisi WC atau toilet dalam

    kondisi bersih

    15 Kondisi tempat pelatihan memiliki penerangan yang memadahi

    Respon terhadap Nara Sumber

    No Pernyataan SS S C KS TS

    1 Nara sumber menguasai materi pelatihan tentang pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme

    2 Materi yang disampaikan sesuai dengan tujuan pelatihan

    3 Materi disampaikan secara jelas

    4 Nara sumber mampu berkomunikasi secara aktif dengan peserta pelatihan

    6 Nara sumber menciptakan suasana yang menyenangkan ketika menyampaikan materi

    7 Nara sumber menguasai pengelolaan kelas pelatihan

    8 Nara sumber mampu menjawab dengan baik terhadap apa yang belum diketahui peserta

    9 Nara sumber memiliki sikap dan perilaku yang menyenangkan

  • 155

    TES PENGUASAAN MATERI

    Nama :

    ________________________________________________

    NIP :

    ________________________________________________

    Asal

    Sekolah:______________________________________________

    __

    Jawablah pertanyaan berikut secara jelas!

    1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran PPKn

    berwawasan pluralisme?

    2. Sebutkan perbedaan antara pembelajaran PPKn

    berwawasan pluralisme dengan pembelajaran

    lainnya!

    3. Apa pentingnya pembelajaran PPKn berwawasan

    pluralisme bagi peserta didik?

    4. Sebutkan langkah-langkah pembelajaran PPKn

    berwawasan pluralisme!

    5. Hal apa saja yang perlu dipersiapkan ketika akan

    melaksanakan pembelajaran PPKn berwawasan

    pluralisme?

    6. Kumpulkan hasil pembuatan RPP untuk

    pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme?

    Jawab

  • 156

  • 157

    Lampiran 5

    MATERI

    PELATIHAN PEMBELAJARAN PPKn

    BERWAWASAN PLURALISME

    Oleh:

    Endang Riyanti

    NIM : 942013089

    PROGRAM PASCASARJANA

    MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

  • 158

    2015

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Hasil survei Lingkar Survei Indonesia (LSI),

    menyebutkan bahwa tindakan kekerasan berkaitan

    dengan agama di Indonesia termasuk kasus yang

    paling dominan dibandingkan dengan kasus lainnya.

    Dari empat kekerasan yang terjadi persentase

    kekerasan agama mencapai 65 %, sedangkan

    kekerasan etnis 20 %, kekerasan gender 10 %, dan

    kekerasan orientasi seksual 5% (Taufiqqurahman,

    2012). Menurut Program Officer Islam and Civil Society

    The Asia Foundation dikemukakan bahwa tindakan

    kekerasan Agama di Indonesia sepanjang tahun 2013

    meningkat tajam, bahkan dua kali lipat jika

    dibandingkan dengan lima tahun sebelumnya. Pada

    tahun 2012, tindakan kekerasan yang bersentuhan

    dengan masalah agama mencapai 371 kasus. Jika

    dikalkulasi, angka kekerasan tahun 2013 dua kali lipat

    lebih banyak daripada lima tahun sebelumnya. Di

    tahun 2013 masih banyak terjadi sikap tidak toleran

    yang berujung pada kekerasan secara fisik, seperti

    fenomena Ahmadiyah di Cikeusik, Syiah di Sampang,

    Gereja Filadelfia di Bekasi dan Masjid di Ende (Endang

    Sukarelawati, 2013).

    Kita patut prihatin dengan munculnya

    sekelompok orang dalam skala besar bahkan sudah

    terstruktur dan terorganisasi yang mengatas namakan

    agama tertentu digunakan untuk penyerangan-

  • 159

    penyerangan yang melanggar hukum. Misalnya kasus

    penyerangan infrastruktur Pemerintah hanya karena

    tidak setuju DKI dipimpin oleh Ahok. Kasus-kasus

    sebelumnya juga terjadi dengan penyerangan tempat

    ibadahnya dari kelompok yang mengikuti ajaran

    Ahmadiyah. Sesempit itukah pandangan masyarakat

    yang mengaku dirinya bermartabat, dengan

    mengatasnamakan agama.

    Data tersebut memperlihatkan bahwa ada

    persoalan krusial yang masih seringkali muncul pada

    bangsa yang berkaitan dengan persoalan pluralisme.

    Kekerasan berlatar belakang suku, agama, ras, antar

    golongan/ kelompok (SARA), yang tidak jarang

    menimbulkan jatuhnya korban, bahkan mengancam

    disintegrasi bangsa adalah indikasi jelas tentang masih

    adanya persoalan bangsa yang hingga kini belum

    terselesaikan secara tuntas (Sutarto, 2013).

    Sikap toleransi dan mengamalkan perilaku

    toleransi dan harmoni keberagaman dalam kehidupan

    bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Indonesia

    menjadi hal yang patut untuk dikembangkan pada

    peserta didik. Hal ini sesuai dengan tuntutan

    pembelajaran yang tercantum pada silabus di

    kurikulum 2013 pada mata pelajaran PPKn sebagai

    berikut.

    2.10 Mengamalkan sikap toleransi antar umat

    beragama dan kepercayaan dalam hidup

    bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

    2.11 Mengamalkan perilaku toleransi dan harmoni

    keberagaman dalam kehidupan

  • 160

    bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

    Indonesia.

    (Silabus PPKn, 2013)

    Yang menjadi permasalahannya, bagaimana

    pembelajaran yang mampu menyentuh hati para

    peserta didik sehingga muncul kesadaran untuk

    mengamalkan sikap dan perilaku toleransi antara umat

    beragama dan kepercayaan dalam hidup

    bermasyarakat dan bernegara? Pertanyaan ini menjadi

    bahan pertimbangan bagi kita semua sebagai pendidik

    untuk melakukan refleksi diri. Sudahkah pembelajaran

    yang kita lakukan telah memberikan wawasan tentang

    toleransi yang diimplementasikan dalam kehidupan

    sehari-hari? Bagaimana bentuk pembelajaran PPKn

    yang benar-benar yang bersentuhan langsung dengan

    kehidupan yang beranekaragam sehingga tumbuh dan

    berkembang jiwa toleransinya?

    B. Tujuan

    Di dalam materi ini, akan dijelaskan tentang

    gagasan-gagasan pembelajaran PPKn yang dapat

    menumbuhkan jiwa toleransi atau pluralisme di

    kalangan peserta didik. Sebelumnya juga dipaparkan

    tentang wawasan kajian dari berbagai agama tentang

    pentingnya pluralisme. Diharapkan materi ini sebagai

    bahan acuan bagi guru untuk melaksanakan

    pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme.

  • 161

    BAB II

    ASPEK HISTORIS PLURALISME

    Agama adalah bagian tak terelakkan dari

    kehidupan manusia. Agama yang membimbing miliaran

    orang di dunia ini untuk menjalani hidupnya sesuai

    dengan jalan kebenaran. Segala aspek lain dari

    kehidupan seorang yang beragama pasti tidak akan

    terlepas dari hakikatnya sebagai insan yang religius.

    Dalam bidang politik, kehadiran partai-partai politik

    Islam maupun Kristen, demikian pula dengan

    organisasi-organisasi masyarakat agama lainnya yang

    semuanya memberikan pengaruh bagi kehidupan

    berbangsa dan bertanah air. Dalam bidang ekonomi,

    pesatnya perkembangan lembaga-lembaga amil zakat

    dan kegiatan-kegiatan amal dari berbagai komunitas

    agama.

    Aspek kebudayaan manusia juga tak lepas dari

    peran dan kehadiran agama. Kebudayaan masyarakat

    Indonesia pada mulanya amat rekat dengan tradisi

    animisme, yakni kepercayaan yang meyakini kekuatan-

    kekuatan adialami di luar pengalaman manusia (Tylor

    dalam Koentjaraningrat, 2002:198). Tradisi-tradisi

    seperti pemberian sesajen atau sedekah bumi adalah

    contoh nyata dari pengaruh animisme yang bertahan

    hingga kini. Dalam perkembangannya, setelah

    masuknya agama Hindu dan Buddha ke Indonesia

    sekitar abad 5 masehi, pengaruh-pengaruh animisme

    mulai diperkaya dengan tradisi dan kepercayaan Hindu

  • 162

    dan Buddha. Tradisi keagamaan Hindu-Buddha

    tidaklah merusak tatanan budaya yang sudah ada

    namun melengkapi dan menyempurkan local genius

    yang sudah ada di bumi Indonesia. Justru kehadiran

    agama-agama itulah yang menyesuaikan diri dengan

    kondisi kebudayaan masyarakat yang telah ada.

    Sebagai contoh, kita bisa melihat perbedaan-perbedaan

    antara agama Hindu (Hindu Siwa) yang dianut di Jawa

    dengan agama Hindu di Bali (Hindu Wisnu).

    Islam dan Kristianitas yang masuk ke Indonesia

    juga memberikan tambahan kekayaan bagi bangsa

    Indonesia. Sama seperti agama-agama pendahulunya,

    baik Islam dan Kristianitas tidak mentah-mentah

    membuang semua warisan kebudayaan yang telah ada.

    Di setiap daerah di Indonesia, wajah Islam tidaklah

    sama. Jika dibandingkan umat Islam di Jawa dengan

    Sumatera, ditemui perbedaan-perbedaan dari

    kehidupan beragamanya. Islam Kejawen yang

    meneruskan warisan tradisi Hindu dan bahkan

    animisme. Agama Kristiani juga demikian. Di daerah

    Batak dan Minahasa ditemukan tradisi Kristiani yang

    berbeda pula. Sekalipun agama itu merupakan sesuatu

    yang mendasar bagi kehidupan manusia, dan semua

    hal di luar agama selayaknya selaras dengan agama,

    tapi pada praktiknya justru agama itu sendirilah yang

    seolah-olah menyesuaikan diri dengan kebudyaan

    setempat. Kehadiran agama-agama pada akhirnya

    menuntun kebudayaan yang telah ada agar sesuai

    dengan ajaran-ajaran dan doktrin-doktrin agama yang

    masuk. Jadi, ada interaksi timbal-balik dan saling

    menguntungkan di antara agama dan budaya. Agama-

  • 163

    agama dan kebudayaan-kebudayaan di Indonesia dapat

    hidup berdampingan tanpa ada saling menggusur satu

    sama lain.

    Namun, hubungan antara agama-agama dan

    kebudayaan-kebudayaan di Indonesia masih

    menyisakan persoalan. Dalam sejarah Indonesia,

    terjadi konflik di antara kebudayaan-kebudayaan dan

    agama-agama yang telah ada. Salah satu contoh

    klasiknya adalah Perang Paderi, pertempuran antara

    umat Islam yang puritan dengan masyarakat adat di

    Minangkabau. Sejarah masuknya Islam ke Indonesia

    juga menyisakan konflik dengan penganut-penganut

    agama Hindu, terutama di Kerajaan Majapahit. Konflik-

    konflik berlatarkan perbedaan-perbedaan agama ini

    terus terjadi sepanjang sejarah Indonesia.

    Latar belakang keagamaan dan kebudayaan yang

    berbeda-beda menyebabkan sulitnya merajut integrasi

    nasional. Bangsa Indonesia pada umumnya

    dipersatukan atas dasar nasib: 350 tahun dijajah oleh

    Belanda. Kesadaran ini pun baru muncul pada tahun

    1928, saat Sumpah Pemuda dideklarasikan dan

    menjadi tonggak persatuan bangsa Indonesia hingga

    saat ini. Di tahun 1945, Indonesia menentukan ideologi

    negara yaitu Pancasila yang juga dipenuhi dengan

    dialog-dialog agama. Pancasila sebagai dasar negara

    dibangun di atas dialog-dialog keagamaan dan

    melibatkan unsur-unsur kebudayaan di Indonesia.

    Implementasinya hingga saat ini juga tidak lepas dari

    interaksi antaragama dan antarkebudayaan beserta

    segenap permasalahannya. Dalam menyikapi masalah-

    masalah ini hendaknya masyarakat, dengan latar

  • 164

    keagamaan dan kebudayaannya yang berbeda-beda,

    dapat mengedepankan prinsip pluralisme. Pluralisme

    tidaklah harus dicapai dengan memperjualkan akidah

    dan corak kebudayaan yang telah melekat pada setiap

    etnis dan umat beragama. Yang terpenting adalah

    kesadaran hidup bersama dan mengedepankan diskusi

    bukan kekerasan.

    Menilik sejarah tentang berdirinya Pancasila yang

    mulai disidangkan oleh Badan Penyelidik Usaha-Usaha

    Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) tanggal 29 Mei 1945.

    Ada tiga rancangan yang didiskusikan pada sidang itu,

    yaitu rancangan Mohammad Yamin, Soepomo, dan

    Soekarno sebagai tokoh nasional. Pada tanggal 1 Juni,

    Soekarno mempresentasikan lima asas yang diberi

    nama Pancasila. Pancasila inilah yang lebih bisa

    diterima oleh BPUPKI. Dalam rumusan Soekarno

    terdapat penekanan pada harmoni umat beragama,

    seperti tercantum pada penggalan pidato Lahirnya

    Pancasila yang dimuat dalam

    Prinsip Ketuhanan! Bukan saja bangsa Indonesia bertuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya bertuhan Tuhannya sendiri. Yang Kristen menyembah Tuhan menurut petunjuk Isa al Masih, yang Islam bertuhan menurut petunjuk Nabi Muhammad s.a.w., orang Buddha menjalankan ibadatnya menurut kitab-kitab yang ada padanya. Tetapi marilah kita semuanya ber-Tuhan. Hendaknya negara Indonesia ialah negara yang tiap-tiap orangnya dapat menyembah Tuhannya dengan cara yang leluasa. Segenap rakyat hendaknya ber-Tuhan secara kebudayaan, yakni dengan tiada “egoisme-agama”. Dan hendaknya Negara Indonesia satu Negara yang bertuhan!

  • 165

    Namun, rupanya tidak semua anggota BPUPKI

    menyepakati usulan ini. Golongan Islam, yang antara

    lain dipimpin oleh M. Natsir, tidak menyetujui rumusan

    Pancasila karena dipandang tidak Islami. Komposisi

    BPUPKI tidak banyak melibatkan golongan Islam di

    dalamnya dan didominasi oleh kaum nasionalis yang

    antara lain juga merepresentasikan kepentingan non-

    muslim di Indonesia. Kaum Islam yang minoritas

    merasa tidak difasilitasi dalam mewujudkan cita-cita

    politiknya, yaitu dijadikannya syariat Islam sebagai

    pedoman bernegara.

    Soekarno menolak keberatan dari golongan

    Islam. Ia berpendapat bahwa nilai-nilai Pancasila

    bersumber dari kebijaksanaan budaya dan keagamaan

    seluruh elemen masyarakat di Indonesia. Dengan

    sendirinya, Pancasila kompatibel dengan keislaman

    sebagaimana ia kompatibel dengan kekristenan, Hindu,

    Buddha, maupun Konghuchu. Demikian pula dengan

    kebudayaan yang berbeda-beda, Pancasila dirancang

    untuk mengakomodasi semua itu.

    Umat-umat Hindu dan Buddha pada masa-masa

    kerajaan Hindu-Buddha telah memperlihatkan pola

    hidup pluralistik. Demikian pula Islam yang

    menunjukkan toleransi dan keluwesannya ketika

    dihadapkan dengan kepercayaan asli dan agama Hindu

    yang telah kukuh di Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika

    diambil dari ujaran sansekerta “Mangka Jinatwa

    kalawan Śiwatatwa tunggal,Bhinnêka tunggal ika tan

    hana dharma mangrwa.(Sebab kebenaran Jina

    (Buddha) dan Siwa adalah tunggal Terpecah belahlah

    itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam

  • 166

    kebenaran.) Ini menunjukkan adanya toleransi antara

    penganut agama Buddha dengan Hindu Siwa yang ada

    dalam kerajaan Majapahit. Tiada kerancuan dalam

    kebenaran, maka selayaknyalah tidak usah saling

    menyalahkan dalam mencari kebenaran.

    Secara bahasa pluralisme berasal dari kata plural

    yang berarti majemuk/jamak dan multikultural dari

    kata multi + cultural yang berarti multi

    kebudayaan/peradaban. Pluralisme merupakan paham

    tentang pluralitas, yakni kesadaran akan realitas

    keragaman kehidupan masyarakat dalam aspek

    budaya, sosial, politik, ekonomi, ideologi, agama, dan

    lainnya. Pluralisme, saat ini, lebih bermakna kesadaran

    terhadap kenyataan adanya keragaman agama yang

    dianut oleh manusia di dunia dan oleh karenanya tidak

    perlu terjadi adanya sikap menyalahkan terhadap

    orang lain yang memiliki keyakinan agama yang

    berbeda. Pluralisme dipahami sebagai pertalian sejati

    kebhinnekaan dalam ikatan-ikatan keadaban (Syamsul

    Ma‟arif, 2005: 11).

    Paham pluralisme sangat menghendaki

    terjadinya dialog antaragama, dan dengan dialog agama

    memungkinkan antara satu agama terhadap agama

    lain untuk mencoba memahami cara baru yang

    mendalam mengenai bagaimana Tuhan mempunyai

    jalan penyelamatan. Menurut Wilfred C. Smith (1981:

    187) disebut dengan istilah world theology (teologi

    dunia) dan oleh John Hick (1980: 8) disebutnya global

    theology (teologi global). Kemudian teologi tersebut

    belakangan ini terkenal dengan sebutan teologi

    pluralisme (Ma‟arif, 2006).

  • 167

    Pengakuan terhadap pluralisme agama dalam

    suatu komunitas umat beragama menjanjikan

    dikedepankanya prinsip inklusifitas yang bermuara

    pada tumbuhnya kepekaan terhadap berbagai

    kemungkinan unik yang bisa memperkaya usaha

    manusia dalam mencari kesejahteraan spritual dan

    moral. Gagasan bahwa manusia adalah satu umat,

    seperti ini menurut Sachedina “merupakan dasar

    pluralisme teologis yang menuntut adanya kesetaraan

    hak yang diberikan Tuhan bagi semua. Manusia tetap

    merupakan “satu bangsa” berdasarkan kemanusiaan

    yang sama-sama mereka miliki. Karena itulah

    diperlukan suatu “etika global” yang bisa memberikan

    dasar pluralistik untuk memperantarai hubungan antar

    agama di antara orang-orang yang memiliki komitmen

    spritual berbeda”.

  • 168

    BAB III

    PANDANGAN BERBAGAI AGAMA TENTANG

    PLURALISME

    A. Pandangan Agama Islam

    Pemahaman diri Islam sejak kelahiranya pada

    abad ke-7 justru sudah melibatkan unsur kritis

    pluralisme, yaitu hubungan Islam dengan agama lain.

    Dan agama Ibrahimi termuda ini sebenarnya bisa

    mengungkap diri dalam suatu dunia agama pluralistis.

    Islam mengakui dan menilainya secara kritis, tapi tidak

    pernah menolaknya atau menganggapnya salah.

    Bahkan menurut Alquran sendiri, pluralitas adalah

    salah satu kenyataan objektif komunitas umat

    manusia, sejenis hukum Allah atau Sunnah Allah, dan

    bahwa hanya Allah yang tahu dan dapat menjelaskan,

    di hari akhir nanti, mengapa manusia berbeda satu

    dari yang lain, dan mengapa jalan manusia berbeda-

    beda dalam beragama. Dalam al-Qur‟an disebutkan,

    yang artinya: “Untuk masing-masing dari kamu (umat

    manusia) telah kami tetapkan Hukum (Syari‟ah) dan

    jalan hidup (minhaj). Jika Tuhan menghendaki, maka

    tentulah ia jadikan kamu sekalian umat yang tunggal

    (monolitk). Namun Ia jadikan kamu sekalian berkenaan

    dengan hal-hal yang telah dikarunia-Nya kepada kamu.

    Maka berlombalah kamu sekalian untuk berbagai

    kebajikan. Kepada Allah-lah tempat kalian semua

    kembali; maka Ia akan menjelaskan kepadamu

  • 169

    sekalian tentang perkara yang pernah kamu

    perselisihkan” (QS 5: 48).

    Dalam kaitannya yang langsung dengan prinsip

    inilah Allah, di dalam Alquran, menegur keras Nabi

    Muhammad SAW ketika ia menunjukkan keinginan

    dan kesediaan yang menggebu untuk memaksa

    manusia menerima dan mengikuti ajaran yang

    disampaikannya, sebagai berikut: “Jika Tuhanmu

    menghendaki, maka tentunya manusia yang ada di

    muka bumi ini akan beriman. Maka apakah kamu

    hendak memaksa manusia, di luar kesediaan mereka

    sendiri? (QS 10: 99). Dari ayat tersebut tergambar

    dengan jelas bahwa persoalan kemerdekaan beragama

    dan keyakinan menjadi “tanggungjawab” Allah SWT,

    dimana kita semua dituntut toleran terhadap orang

    yang tidak satu dengan keyakinan kita. Bahkan nabi

    sendiri dilarang untuk memaksa orang kafir untuk

    masuk Islam. Maka dengan begitu, tidaklah dibenarkan

    “kita” menunjukkan sikap kekerasan, paksaan,

    menteror dan menakut-nakuti orang lain dalam

    beragama.

    Dalam Islam berteologi secara inklusif dengan

    menampilkan wajah agama secara santun dan ramah

    sangat dianjurkan. Islam bahkan memerintahkan umat

    Islam untuk dapat berinteraksi terutama dengan agama

    Kristen dan Yahudi dan dapat menggali nilai-nilai

    keagamaan melalui diskusi dan debat

    intelektual/teologis secara bersama-sama dan dengan

    cara yang sebaik-baiknya (QS al-Ankabut/29: 46).

    Alqur‟an merupakan kunci untuk menemukan dan

    memahami konsep persaudaraan Islam-terhadap

  • 170

    agama lain. Pluralitas adalah salah satu kenyataan

    objektif komunitas umat manusia, sejenis hukum Allah

    atau Sunnah Allah, sebagaimana firman Allah SWT: “

    Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu

    dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan

    menjadikan kamu berbangsa dan bersuku-suku

    supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang

    yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah

    orang yang paling bertaqwa di antara kamu.

    Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha

    Mengenal” (Al Hujurat 49: 13). Allah SWT secara tegas

    telah menyatakan bahwa ada kemajemukan di muka

    bumi ini. Perbedaan laki-laki dan perempuan,

    perbedaan suku bangsa; adalah realitas pluralitas yang

    harus dipandang secara positif dan optimis. Perbedaan

    itu, harus diterima sebagai kenyataan dan berbuat

    sebaik mungkin atas dasar kenyataan itu. Bahkan

    manusia disuruh untuk menjadikan pluralitas

    tersebut, sebagai instrumen untuk menggapai

    kemuliaan di sisi Allah SWT, dengan jalan mengadakan

    interaksi sosial antara individu, baik dalam konteks

    pribadi atau bangsa.

    Bahkan konsep unity in diversity, dalam Islam

    telah diakui keabsahanya dalam kehidupan ini. Untuk

    mendukung pernyataan ini, kita dapat melacak

    kebenaranya dalam perjalanan sejarah yang telah

    ditunjukkan oleh al-Qur‟an, bahwa Islam telah

    memberi karaketer positif kepada komunitas non-

    Muslim, Ini bisa dilihat, misalnya, dari berbagai istilah

    eufemisme, mulai dari ahl al-kitab, shabih bi ah al-

    kitab, din Ibrahim sampai dinan hanifan. Dan secara

  • 171

    spesifik, Islam mengilustrasikan karakter para pemuka

    agama Kristen sebagai manusia dengan sifat rendah

    hati (la yastakbirun) serta pemeluk agama Nasrani

    sebagai kelompok dengan jalinan emosional

    (aqrabahum mawaddatan) terdekat dengan komunitas

    Muslim (Q.S. Al Maidah: 82).

    Secara umum, pandangan Islam terhadap agama

    lainsangat positif dan sangat kontruktif. Hal ini dapat

    dilihat dari nilai dan ajarannya yang memberikan

    peluang dan mendorong kepada umat Islam untuk

    dapat melakukan interaksi sosial, kerja sama dengan

    mereka.Ahli Kitab, sebagai penerima wahyu, diakui

    sebagai bagian dari komunitas. Ditujukkan kepada

    semua nabi, al-Qur‟an mengatakan: “Dan sungguh

    inilah umatmu, umat yang satu” (QS al-Mu‟miunun:

    52). Sehingga konsep Islam tentang para pengikut Kitab

    Suci atau Ahli Kitab yaitu konsep yang memberikan

    pengakuan tertentu kepada para penganut agama lain,

    yang memiliki Kitab Suci dengan memberikan

    kebebasan menjalankan ajaran agamanya masing-

    masing.

    Dalam dua bidang sosial terpenting, makanan

    dan perkawinan, sikap murah hati al-Qur‟an terlihat

    jelas, bahwa makanan “orang-orang yang diberi

    Alkitab” dinyatakan sebagai sah (halal) bagi kaum

    muslim dan makanan kaum muslim sah bagi mereka

    (QS al-Maidah: 5). Demikian juga, pria muslim

    diperkenankan mengawini “wanita suci dari Ahli Kitab”

    (QS al-Maidah: 5). Jika kaum Muslim diperkenankan

    hidup berdampingan dengan golongan lain dalam

    hubungan yang seintim hubungan perkawinan, ini

  • 172

    menunjukkan secara eksplisit bahwa permusuhan

    tidak dianggap sebagai norma dalam hubungan

    Muslim-kaum lain.

    Dalam bidang hukum agama, norma-norma dan

    peraturan kaum Yahudi dan Nasrani diakui (QS al-

    Maidah: 47) dan bahkan dikuatkan oleh Nabi ketika

    beliau diseru untuk menyelesaikan perselisihan di

    antara mereka (QS al-Maidah: 42-43). Keempat,

    kesucian kehidupan religius penganut agama wahyu

    lainya ditegaskan oleh fakta bahwa izin pertama yang

    pernah diberikan bagi perjuangan bersenjata

    dimaksudkan untuk menjamin terpeliharanya kesucian

    ini, “Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan)

    sebagai manusia dengan sebagian yang lain, tentulah

    telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja dan

    sinagog-sinagog orang Yahudi, dan masjid-masjid, yang

    di dalamnya banyak di sebut nama Allah” (QS al-Hajj:

    40).

    Perintah Islam agar umatnya bersikap toleran,

    bukan hanya pada agama Yahudi dan Kristen, tetapi

    juga kepada agama-agama lain. Ayat 256 surat al-

    Baqarah mengatakan bahwa tidak ada paksaan dalam

    soal agama karena jalan lurus dan benar telah dapat

    dibedakan dengan jelas dari jalan salah dan sesat.

    Terserahlah kepada manusia memilih jalan yang

    dikehendakinya. Telah dijelaskan mana jalan benar

    yang akan membawa kepada kesengsaraan. Manusia

    merdeka memilih jalan yang dikehendakinya.

    Kemerdekaan ini diperkuat oleh ayat 6 surah al-Kafirun

    yang mengatakan: Bagimulah agamamu dan bagiku

    agamaku.

  • 173

    Demikianlah beberapa prinsip dasar al-Qur‟an

    yang berkaitan dengan masalah pluralisme dan

    anjuran untuk dapat menunjukkan sikap saling

    menghormati, ramah dan bersahabat dengan agama

    Kristen, secara khusus. Dengan begitu, jauh-jauh hari,

    al-Qur‟an sesungguhnya telah mensinyalir akan

    munculnya bentuk “truth claim” (Abdullah, 1999: 68).

    Baik itu dalam wilayah intern umat beragama maupun

    wilayah antar-umat beragama. Kedua-duanya, sama-

    sama tidak favourable dan tidak kondusif bagi upaya

    membangun tata pergaulan masyarakat pluralistik

    yang sehat.

    Oleh al-Qur‟an, kecendrungan manusia untuk

    mengantongi “truth claim” yang potensial untuk

    ekplosif dan destruktif itu, kemudian dinetralisir dalam

    bentuk anjuran untuk selalu waspada terhadap bahaya

    ektrimitas dalam berbagai bentuknya. Dan manusia

    Muslim sendiri dituntut untuk senantiasa

    merendahkan hati dan bersedia dengan “kebenaran”

    (al-haq) dan kesabaran (al-Shabar) dalam setiap

    langkah dalam perjalanan hidupnya (surat al-Ashr: 1-

    3).

    Paling tidak, dalan dataran konseptual, al-

    Qur‟an telah memberi resep atau arahan-arahan yang

    sangat diperlukan bagi manusia Muslim untuk

    memecahkan masalah kemanusiaan universal, yaitu

    realitas pluralitas keberagamaan manusia dan

    menuntut supaya bersikap toleransi terhadap

    kenyataan tersebut demi tercapainya perdamaian di

    muka bumi. Karena Islam menilai bahwa syarat untuk

  • 174

    membuat keharmonisan adalah pengakuan terhadap

    komponen-komponen yang secara alamiah berbeda.

    Dengan begitu, dapat pula dikatakan konsepsi

    pluralisme dalam Islam sudah terbawa pada misi awal

    agama ini diturunkan, yakni membawa kasih terhadap

    seluruh alam tanpa batas-batas atau benturan-

    benturan dimensi apapun. Semua orang yang mengaku

    Islam haruslah menunjukkan sikap saling “mengasihi”

    kepada sesama manusia. Karena seseorang bisa

    disebut sebagai seorang muslim, menurut Nabi

    Muhammad SAW, Al-Muslimu man salima Al-

    muslimuna min lisanihi wa yadihi. Maksudnya adalah

    seorang muslim yang senantiasa menebarkan sikap

    damai dan rasa aman dihati masyarakatnya.

    B. Pandangan Agama Nasrani

    Pandangan dari Agama Kristiani menyatakan

    bahwa gereja mulai menyadari betapa kehidupan

    menghendaki sebuah keterbukaan akan pluralisme

    budaya dan agama. Pendidikan agama haruslah

    menjadi medan dialog partisipatif antar lintas agama.

    Kemajemukan menghantar untuk merefleskikan

    bertapa pendidikan agama yang doktriner tidak

    menjawab keprihatinan dan fakta sosial dewasa ini.

    Konsili Vatikan II mengajarkan cara pandang Gereja

    terhadap agama dan kepercayaan lain, dalam usaha

    mendukung sifat inklusif tersebut yaitu:

    1. Gaudium Et Spes, Konstitusi Pastoral tentang tugas

    Gereja dalam dewasa ini, menyatakan:

    “Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan

    orang-orang zaman sekarang, terutama kaum

  • 175

    miskin dan siapa saja yang menderita, merupakan

    kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan

    pada murid Kristus juga. Tiada sesuatupun yang

    sungguh manusia, yang tak bergema di hati mereka.

    Sebab persekutuan mereka terdiri dari orang-orang,

    yang dipersatukan dalam Kristus, dibimbing oleh

    Roh Kudus dalam perziarahan mereka menuju

    Kerajaan Bapa dan telah menerima warta

    keselamatan untuk disampaikan kepada semua

    orang. Maka persekutuan mereka itu sunguh

    berhubungan dengan umat manusia serta

    sejarahnya” Art 1”

    2. Apostolicam Actuisitatem, dekrit tentang Kerasuhan

    Awam, menyatakan “Niat-niat manusiawi bersama

    pun tidak jarang menuntut kerjasama antara umat

    Kristiani dan mereka yang tidak menyandang nama

    kristiani, namun mengakui nilai-nilai itu juga.

    Melalui kerjasama yang dinamis dan bijaksana yang

    besar maknanya dalam kegiatan-kegiatan duniawi,

    kaum awam memberi kesksian akan Kristus

    Penyelamat Dunia dan akan kesatiam Keluarga

    Manusia (Art 27)

    3. Nostra Aetate, pernyataan tentang hubungan dnegan

    agama-agama bukan Kristiani, menyatakan “Gereja

    Katolik tidak menolak apa pun yang benar dan suci

    dalam agama-agama bukan Kristen. Gereja Katolik

    memandang dengan penghargaan yang jujur, cara

    tindak dan cara hidup, peraturan dan ajaran yang

    kendari dalam banyak hal berbeda dengan apa yang

    dipahami dan dianjurkan, toh tidak jarang

  • 176

    memantulkan cahaya kebenaran, yang menerangi

    umat manusia” (art 2).

    4. Dignitatis Humanae, pernyataan tentang Kebebasan

    Beragama, menyatakan: “bahwa pribadi manusia

    berhak atas kebebasan beragama. Kebebasan berarti

    bahwa semua orang harus kebal terhadap paksaan

    dari pihak orang perorangan maupun kelompok

    sosial dan kuasa manusia mana pun juga

    sedemikian rupa sehingga dalam hal keagamaan tak

    seorang pun dipaksa untuk bertindak melawan

    suara hatinya, atau dihalang-halangi untuk dalam

    batas-batas yang wajar bertindak menurut suara

    hatinya, baik sebagai perorangan maupun di muka

    umum, baik sendiri maupun bersama orang-orang

    lain. Selain itu konsili menyatakan bahwa hak ata

    kebebasan beragama sungguh didasarkan pada

    martanat pribadi manusia sebagaimana di kenal

    berkat Sabda Allah yang diwahyukan dan berkat

    akal budinya. Hak pribadi manusia atas kebebasan

    beragama itu harus diakui dalam tata hukum

    masyarakat sedemikian rupa sehingga menjadi hal

    sipil (art 2).

  • 177

    C. Pandangan Agama Hindu

    Menurut agama