PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE … · Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan...

36
PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE PASIEN SIMULASI SEBAGAI ALAT EVALUASI KIE OBAT TUBERKULOSIS DI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA SKRIPSI Dijalankan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi Oleh : Febry Nawacatur Kurnia Sari NIM : 138114139 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE … · Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan...

Page 1: PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE … · Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting ... 85,82% pelayanan pasien dilakukan oleh asisten apoteker

PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE PASIEN SIMULASI

SEBAGAI ALAT EVALUASI KIE OBAT TUBERKULOSIS DI FAKULTAS

FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

SKRIPSI

Dijalankan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Febry Nawacatur Kurnia Sari

NIM : 138114139

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE … · Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting ... 85,82% pelayanan pasien dilakukan oleh asisten apoteker

i

PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE PASIEN SIMULASI

SEBAGAI ALAT EVALUASI KIE OBAT TUBERKULOSIS DI FAKULTAS

FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

SKRIPSI

Dijalankan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Febry Nawacatur Kurnia Sari

NIM : 138114139

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE … · Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting ... 85,82% pelayanan pasien dilakukan oleh asisten apoteker

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE … · Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting ... 85,82% pelayanan pasien dilakukan oleh asisten apoteker

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE … · Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting ... 85,82% pelayanan pasien dilakukan oleh asisten apoteker

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“ Pohon itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya.”

Ibrahim [14]:25.

Karya ini kupersembahkan kepada ,

Tuhan Yang Maha Esa,

Keluarga dan Sahabat,

serta almamaterku Universitas Sanata Dharma

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE … · Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting ... 85,82% pelayanan pasien dilakukan oleh asisten apoteker

v

PRAKATA

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan naskah

skripsi yang berjudul “Pengembangan Materi Pelatihan Metode Pasien Simulasi Sebagai Alat

Evaluasi KIE Obat Tuberkulosis Di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma” sebagai

syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak

membantu dalam berbagai ilmu, pengetahuan, dan wawasan, serta bersedia meluangkan

waktu, tenaga dan pikiran untuk berdiskusi dan mengarahkann penulis dalam penyusunan

skripsi ini.

2. Ibu T.B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes, Ph.D., Apt. dan Ibu Putu Dyana Christasami, M.Sc.,

Apt., selaku dosen penguji atas semua saran dan dukungan yang membangun.

3. Seluruh dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah membekali penulis

dengan Ilmu yang sudah diberikan selama proses perkuliahan.

4. Semua pihak yang telah bersedia membantu serta terlibat dalam penelitian sebagai

responden dan observer.

5. Kedua orang tua ku Bapak Ratno Saputro dan Ibu Agoestiningsih, adikku Oviwasat

Dwisaktica dan seluruh keluarga yang selalu mendoakan dan memberikan kasih sayang

dan cinta, dukungan, perhatian, kesabaran dalam membimbing penulis dari awal hingga

berakhirnya penulisan ini.

6. Teman-teman seperjuangan skripsi Yunita, Fransisca Natasha Ernestiani, Yosephine

Charisma Agrilia Sundoro, Kinanti Dita Pratiwi, Francisca Aninda Sarasita, dan Stephanie

Afrillia yang selalu berjuang bersama dan saling memberikan semangat.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan serta masih jauh

dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari semua pihak. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi semua pihak terutama di bidang ilmu farmasi.

Yogyakarta, 7 Februari 2017

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE … · Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting ... 85,82% pelayanan pasien dilakukan oleh asisten apoteker

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE … · Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting ... 85,82% pelayanan pasien dilakukan oleh asisten apoteker

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE … · Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting ... 85,82% pelayanan pasien dilakukan oleh asisten apoteker

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv

PRAKATA ........................................................................................................ v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ........................................................... vii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x

ABSTRAK ........................................................................................................ xi

ABSTRACT ....................................................................................................... xii

PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

METODE .......................................................................................................... 2

Desain dan Subjek Penelitian ............................................................................. 2

Tahap Persiapan ................................................................................................. 3

Tahap Implementasi Penelitian ......................................................................... 4

Analisis Data ..................................................................................................... 4

HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 5

Pedoman Pelatihan Pasien Simulasi .................................................................. 5

Performa Pasien Simulasi .................................................................................. 6

Uji Realibilitas ................................................................................................... 7

KESIMPULAN ................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 9

LAMPIRAN ...................................................................................................... 10

BIOGRAFI PENULIS ....................................................................................... 23

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE … · Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting ... 85,82% pelayanan pasien dilakukan oleh asisten apoteker

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Checklist Penilaian KIE Skenario 1 ................................................. 10

Lampiran 2. Checklist Penilaian KIE Skenario 2 ................................................. 11

Lampiran 3. Lembar Pertama Checklist Pasien Simulasi Skenario 1................... 12

Lampiran 4. Lembar Kedua Checklist Pasien Simulasi Skenario 1 ..................... 13

Lampiran 5. Lembar Pertama Checklist Pasien Simulasi Skenario 2................... 14

Lampiran 6. Lembar Kedua Checklist Pasien Simulasi Skenario 2 ..................... 15

Lampiran 7. Informed Consent Apoteker ............................................................. 16

Lampiran 8. Informed Consent PSPA .................................................................. 17

Lampiran 9. Informed Consent Pasien Simulasi .................................................. 18

Lampiran 10. Informed Consent Mahasiswa Farmasi .......................................... 19

Lampiran 11. Hasil Penilaian KIE Mahasiswa Farmasi Kasus Tuberkulosis ...... 20

Lampiran 12. Contoh Hasil Perhitungan Koefisien Cohen Kappa ...................... 21

Lampiran 13. Contoh Hasil Perhitungan T-Test Tidak Berpasangan Menggunakan

SPSS. ............................................................................................. 22

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE … · Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting ... 85,82% pelayanan pasien dilakukan oleh asisten apoteker

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Rata – rata Nilai Performa Pasien Simulasi Skenario 1 Kasus

Tuberkulosis ....................................................................................... 6

Gambar 2. Rata – rata Nilai Performa Pasien Simulasi Skenario 2 Kasus

Tuberkulosis ....................................................................................... 7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE … · Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting ... 85,82% pelayanan pasien dilakukan oleh asisten apoteker

xi

ABSTRAK

Dalam praktik kefarmasian KIE penting untuk diberikan, namun sejauh ini peran

apoteker dalam melakukan KIE tergolong rendah. Apabila ditinjau dari segi perguruan tinggi

maka perlu dilakukan evaluasi pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan apoteker

dalam melakukan KIE. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengembangkan materi pelatihan

pasien simulasi KIE dan metode dalam melatih pasien simulasi yang sesuai dengan skenario

role play KIE dalam pelayanan obat tuberkulosis.

Subjek penelitian berupa pasien simulasi yang dilatih sesuai kasus skenario

tuberkulosis. Data berupa data kuantitatif dari checklist dan data kualititatif dari pengamatan

peneliti terhadap performa pasien simulasi. Analisis data kuantitatif dari checklist dihitung

menggunakan t-test tidak berpasangan karena penilaian KIE dilakukan oleh dua orang berbeda,

dan perhitungan koefisien Cohen kappa untuk mengetahui konsistensi serta mengukur tingkat

kesepakatan penilaian kedua penilai.

Hasil dari penelitian ini berupa 1.Pedoman pelatihan pasien simulasi 2.Skenario role

play kasus tuberkulosis 3.Instrumen evaluasi 4.Performa pasien simulasi 5.Uji reliabilitas. Hasil

t-test tidak berpasangan skenario 1 tuberkulosis nilai p>1,000 dan pada skenario 2 tuberkulosis

nilai p>0,625. Nilai cohen kappa pada skenario 1 tuberkulosis 0,784 dan skenario 2 tuberkulosis

0,759. Diperoleh kesimpulan bahwa pasien simulasi dilatih satu per satu dan dilakukan

perekaman video untuk menjamin performa pasien simulasi, dilakukan seleksi pasien simulasi

untuk mendapat pasien simulasi terbaik dengan penilaian pada checklist. Checklist pasien

simulasi telah disesuaikan dengan skenario yang dibuat. Performa pasien simulasi dilihat pula

dari checklist penilaian KIE. Skenario role play dibuat berdasarkan literatur yang telah

disesuaikan dengan Permenkes.

Kata kunci : KIE, pasien simulasi, tuberkulosis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE … · Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting ... 85,82% pelayanan pasien dilakukan oleh asisten apoteker

xii

ABSTRACT

Communication, Information, and Education practice are essential in a pharmaceutical

care, however, the role of pharmacists in practicing Communication, Information, and

Education have been below the standard. In terms of higher education perspective, it is

necessary to conduct a learning evaluation that can be utilized to improve the ability of

pharmacists in practicing Communication, Information, and Education. The aim of this study

was to develop training materials for Communication, Information, and Education simulation

patient and methods in training simulation patient which is suitable for Communication,

Information, and Education role play scenario in tuberculosis medication services.

Subjects in this study were simulated patients who have been trained to be suitable for

the scenario of tuberculosis cases. The data were a quantitative data obtained from a checklist

and qualitative data obtained from observation towards the performance of simulated patients.

Analysis and quantitative data from the checklist were calculated using unpaired t-test due to

Communication, Information, and Education assessment was conducted by two different

investigators. Additionally, the Cohen's kappa coefficient measurement was carried out to

determine the consistency and the degree of assessment agreement from both investigators.

The result of the study were: 1. Guidelines for simulation patient training; 2.

Tuberculosis cases role play scenario; 3. Evaluation instruments; 4. Simulation patient

performance; 5. Reliability test. The unpaired t-test result showed that the value of scenario 1

of tuberculosis was p>1.000, while the scenario 2 of tuberculosis was p>0.625. Also, the

Cohen's kappa value were 0.784 and 0.7592 in scenario 1 and scenario 2 of Tuberculosis,

respectively. It can be summarized from the study that the patient simulation training one by

one and video recording was needed to ensure the performance of simulation patients. In

addition to that, a selection for the patient simulation was done in order to obtain the best patient

simulation based on the checklist scoring. The performance of simulation patients was

determined by the checklist for Communication, Information, and Education assessment. The

checklists for simulation have been adapted to the scenario, while the role play scenario was

based on the literature which has been adapted to Regulation of Minister of Health of The

Republic of Indonesia.

Keywords: communication, information, and education, simulation patients, tuberculosis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE … · Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting ... 85,82% pelayanan pasien dilakukan oleh asisten apoteker

1

PENDAHULUAN

Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) merupakan bagian dari serangkaian konseling

yang berupa pelayanan dari apoteker terhadap pasien sebagai konsumen obat. Kesalahan

pengobatan diharapkan dapat dicegah melalui KIE, apoteker juga dituntut agar dapat

berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penetapan terapi dengan obat yang rasional.

Standar pelayanan tersebut diharapkan dapat memberikan kualitas pelayanan yang baik bagi

pasien (Depkes RI, 2014).

Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting

tentang obat dan pengobatannya, diantaranya yaitu (a) pemahaman yang jelas mengenai

indikasi dan bagaimana menggunakan obat dengan benar, harapan setelah menggunakan obat,

lama pengobatan, kapan harus kembali ke dokter, (b) peringatan yang perlu diperhatikan

berkaitan dengan proses pengobatan, (c) Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang potensial,

interaksi obat dengan obat lain dan makanan harus dijelaskan kepada pasien, (d) reaksi obat

yang tidak diinginkan (Adverse Drug Reaction – ADR) yang mengakibatkan cedera pasien,

pasien harus mendapat edukasi mengenai bagaimana cara mengatasi kemungkinan terjadinya

ADR tersebut, (e) penyimpanan dan penanganan obat di rumah termasuk mengenali obat yang

sudah rusak atau kadaluwarsa. Ketika melakukan konseling ke pada pasien, apoteker

mempunyai kesempatan untuk menemukan potensi kesalahan yang mungkin terlewatkan pada

proses sebelumnya (Depkes RI, 2008).

Bedasarkan Standar Kompetensi Apoteker Indonesia (SKAI) seorang apoteker

sebaiknya mampu melakukan berbagai standar kompetensi yang telah ditetapkan, diantaranya

yaitu harus mampu menyampaikan informasi bagi masyarakat (pasien) dengan tetap

mengindahkan etika profesi kefarmasian. Dalam menyampaikan informasi apoteker harus

memiliki kompetensi berupa mampu menyediakan materi informasi sediaan farmasi dan alat

kesehatan untuk pelayanan pasien serta mampu menyediakan edukasi sediaan farmasi kepada

masyarakat (PPIAI, 2011).

Pada prakteknya dalam penelitian Adelina (2009) di Medan, melaporkan bahwa pada

85,82% pelayanan pasien dilakukan oleh asisten apoteker dan standar pelayanan kefarmasian

di apotek masih dalam kategori kurang dengan persentase sebesar 42,74%. Di Surabaya profil

kinerja apoteker pada kegiatan profesional adalah: (1) Skrining resep, sebanyak 21,4% kinerja

rendah (2) Penyiapan obat, sebanyak 19,8% kinerja rendah (3) Informasi obat, konseling, dan

monitoring, sebanyak 37,1% kinerja rendah dan (4) Promosi kesehatan dan pendidikan,

sebanyak 54,5% kinerja rendah. Sehingga kinerja apoteker dalam praktek pelayanan

kefarmasian belum memenuhi standar persyaratan (Adelina, 2009; Setiawan dan Faturrohmah,

2010).

Pada tahun 2013 WHO memperkirakan bahwa terdapat 6.800 kasus baru TBC dengan

Multi Drug Resisten (TB MDR) setiap tahunnya di Indonesia. Kasus TBC MDR terdiri dari

kasus TBC baru yang diperkirakan sebesar 2% sedangkan 12% dari kasus TBC pengobatan

ulang. Diperkirakan juga bahwa lebih dari 55% pasien TBC MDR belum terdiagnosis atau

mendapatkan pengobatan dengan tepat (Kemenkes RI, 2015). Prevalensi Multi Drug Resisten

Tuberculocis yang tidak sedikit ini sangat tergantung dari kepatuhan penderita. Ketidak patuhan

selama pengobatan TBC tidak jarang terjadi, hal tersebut diantaranya disebabkan oleh jumlah

obat yang diminum cukup banyak, pemakaian obat secara jangka panjang dan kurangnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE … · Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting ... 85,82% pelayanan pasien dilakukan oleh asisten apoteker

2

kesadaran penderita terhadap penyakitnya. Sehingga peran tenaga kesehatan sangat dibutuhkan,

salah satunya adalah peran apoteker dalam memberikan komunikasi, informasi serta edukasi

(KIE) pentingnya ketaatan dan penggunaan obat terhadap pasien TB agar target terapi dapat

dicapai.

Sejauh ini pendidikan tinggi pada umumnya akan melakukan evaluasi terhadap

keberhasilan silabus berupa, aktivitas diskusi, tugas kelompok ataupun individu, kuis, ujian

tengah semester maupun ujian akhir semester (Ikawati dan Rahmawati, 2008; Nasif, dkk, 2012).

Sedangkan dari sisi pendidikan tinggi, sebaiknya seorang calon apoteker diberi bekal untuk

mampu mengidentifikasi masalah terkait obat dan alternatif solusinya, yang mana diharap

mampu menjelaskan pedoman terapi untuk penanganan penyakit, melakukan analisis sesuai

terapi dan mengidentifikasi masalah penggunaan obat serta solusinya. Selain itu calon apoteker

juga diharap mampu melakukan pelayanan sediaan farmasi sesuai prosedur sehingga mampu

melakukan review resep hingga mampu memberikan informasi tentang obat dan pengobatan

kepada pasien baik pada pelayanan resep dan/atau swamedikasi (APTFI, 2013).

Pada penelitian ini, peneliti akan menawarkan cara evaluasi baru untuk mengevaluasi

materi perkuliahan di pendidikan tinggi yang belum banyak digunakan, yaitu berupa pelatihan

metode pasien simulasi. Keuntungan dari alat evaluasi ini yaitu mahasiswa farmasi dapat

mempunyai gambaran kasus yang akan dihadapi di lapangan, mampu menyelesaikan masalah

yang dihadapi secara langsung dengan berhadapan dengan pasien simulasi, serta dapat melatih

kemampuan komunikasi mahasiswa. Sedangkan kerugian dari alat evaluasi ini yaitu harus

dipersiapkan dalam jangka waktu yang cukup lama, dan memerlukan sukarelawan untuk

dijadikan pasien simulasi yang terlatih. Pada penelitian ini peneliti akan memberikan materi

yang akan dilatihkan pada pasien simulasi berupa obat-obatan tuberkulosis, sebab penyakit

tuberkulosis memiliki prevalensi yang cukup tinggi.

METODE PENELITIAN

Rancangan dan Subyek Penelitian

Penelitian mengenai Pelatihan Pasien Simulasi sebagai Alat Evaluasi Mahasiswa dalam

Pelayanan KIE Obat Tuberkulosis di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma ini termasuk

dalam jenis penelitian eksperimental (kuasi eksperimental). Penelitian ini termasuk dalam

penelitian eksperimental karena diberikan perlakuan terhadap subyek penelitian untuk

memberikan suatu keadaan yang akan diteliti bagaimana akibatnya (Jaedun, 2011).

Subyek penelitian berupa pemeran pasien simulasi sebanyak lima orang yang telah

dilatih sebagai pasien tuberkulosis dan diambil dua orang yang memenuhi kriteria untuk

menjalankan peran KIE dengan mahasiswa farmasi. Pasien simulasi diminta agar menyerupai

pasien yang sesunguhnya mulai dari mimik muka, cara berbicara, sikap dan perilakunya.

Adapun kriteria inklusi pasien simulasi sebagai berikut : berusia minimal 18 tahun, bersedia

untuk mengikuti beberapa kali pelatihan sebelum dinyatakan siap untuk menjadi pasien

simulasi, bersedia untuk berpartisipasi dalam minimal 3 sesi rekaman video, dapat diandalkan

dan tepat waktu dalam mengikuti setiap sesi pelatihan, mau dan mampu bekerja sama dalam

tim, memiliki daya ingat yang baik, memiliki kemampuan untuk melakukan improvisasi, serta

mamahami tujuan dari program pelatihan yang dilakukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE … · Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting ... 85,82% pelayanan pasien dilakukan oleh asisten apoteker

3

Tahap Persiapan

Pembuatan Pedoman Pelatihan

Pedoman pelatihan dibuat berdasarkan studi literatur yaitu Pharmacotherapy a

Phatophysiologic Approach eight edition (Dipiro, 2011), Pharmaceutical Care Untuk Penyakit

Tuberkulosis (Depkes RI, 2005) dan Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis (Kemenkes

RI, 2014) terkait tanda gejala serta pengobatan penyakit tuberkulosis.

Pembuatan Skenario

Pembuatan skenario kasus obat tuberkulosis berdasarkan studi literatur sejumlah dua

skenario dan/atau pengamatan/pengalaman pribadi yang dilanjutkan dengan expert judgement

dan bahasa, kemudian direvisi. Skenario kasus berjumlah dua macam, yang terdiri dari

pelayanan obat tuberkulosis dengan resep terapi awal dan resep terapi lanjutan. Skenario kasus

tersebut digunakan untuk pelatihan pasien simulasi dalam bentuk role play pengobatan

tuberkulosis dan dibagikan kepada pemeran pasien sehari sebelum latihan dilakukan. Sebelum

dilakukan role play terhadap pasien simulasi, skenario tuberkulosis yang digunakan melewati

tahap validasi terlebih dahulu.

Pembuatan Instrumen Evaluasi

Pengembangan rubrik penilaian, rubrik penilaian dibagi menjadi dua, yaitu checklist

penilaian untuk pasien simulasi dan checklist penilaian untuk KIE obat tuberkulosis. Checklist

penilaian KIE obat tuberkulosis berdasarkan dengan studi literatur meliputi Permenkes No.35

tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dan diperoleh dari Wijoyo

(2016) yang telah disesuaikan dengan Permenkes sebagai validitas. Dan dilanjutkan dengan

melakukan expert judgement dan uji bahasa terhadap observer independen.

Hasil checklist peniaian KIE, berupa data kuantitatif dimana poin-poin checklist

dihitung dengan dua cara. Data kuantitatif dari pemeran pasien yang diperoleh dari nilai rata-

rata kedua observer independen dibandingkan antara hari pertama dan hari kedua pelatihan.

Data kualitatif merupakan data pendukung dari data kuantitatif. Analisis dan data kuantitatif

dari checklist dihitung menggunakan t-test tidak berpasangan dikarenakan penilaian KIE

dilakukan oleh dua orang yang berbeda, serta dilakukan perhitungan koefisien Cohen kappa

untuk mengetahui konsistensi serta mengukur tingkat kesepakatan penilaian kedua observer

independen dan proses KIE. Apabila hasil t-test dan Cohen kappa tidak memenuhi standar maka

mahasiswa farmasi yang dijadikan sebagai subjek uji diganti.

Pemilihan Pasien Simulasi

Pasien simulasi sebanyak lima orang dilatih sebagai pasien tuberkulosis dan diambil dua

orang yang memenuhi kriteria untuk menjalankan peran KIE dengan mahasiswa farmasi.

Pasien simulasi diminta agar menyerupai pasien yang sesunguhnya mulai dari mimik muka,

cara berbicara, sikap dan perilakunya. Adapun kriteria inklusi pasien simulasi sebagai berikut :

berusia minimal 18 tahun, bersedia untuk mengikuti beberapa kali pelatihan sebelum

dinyatakan siap untuk menjadi pasien simulasi, bersedia untuk berpartisipasi dalam minimal 3

sesi rekaman video, dapat diandalkan dan tepat waktu dalam mengikuti setiap sesi pelatihan,

mau dan mampu bekerja sama dalam tim, memiliki daya ingat yang baik, memiliki kemampuan

untuk melakukan improvisasi, serta mamahami tujuan dari program pelatihan yang dilakukan.

Pasien simulasi yang telah dilatih dan melalui proses penilaian akan dipilih dua orang

berdasarkan checklist penilaian yang paling baik dan menunjukan peningkatan hasil atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE … · Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting ... 85,82% pelayanan pasien dilakukan oleh asisten apoteker

4

konsisten pada setiap penilaian yang diberikan oleh observer dan peneliti, maka pasien simulai

dinyatakan siap dan layak.

Tahap Implementasi Penelitian

Peneliti menjelaskan tentang latar belakang teori dari setiap skenario yang sesuai

dengan literatur yang berisikan penjelasan penyakit tuberkulosis, gejala yang dirasakan,

pengobatan yang diberikan dan terapi non farmakologi serta cara mencegah penularan kepada

pemeran pasien simulasi. Setelah itu dilanjutkan dengan diskusi bersama. Peneliti menjelaskan

tugas kepada mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker (PSPA) sebagai pemeran apoteker.

Pemeran pasien simulasi dilatih satu per satu sesuai dengan kasus pada skenario oleh

mahasiswa PSPA yang ditunjuk sebagai pelatih pasien simulasi, setelah pasien simulasi

memahami skenario dan perannya maka pasien simulasi dipertemukan oleh mahasiswa PSPA

yang berperan sebagai apoteker yang akan melakukan role play dengan pasien simulasi. Pasien

simulasi akan dibiasakan sedemikian rupa sesuai dengan situasi dalam skenario agar dapat

berperan menyerupai keadaan nyata dalam kehidupan. Selama melakukan role play dengan

pemeran apoteker, performa pasien simulasi akan direkam dan dinilai oleh mahasiswa PSPA

yang berperan sebagai observer dan peneliti. Hasil rekaman video diputar pada akhir sesi

pelatihan untuk dilakukan evaluasi bersama dan untuk mengantisipasi apabila peneliti tidak

dapat melakukan penilaian berupa checklist penilaian, terutama terhadap performa pemeran

pasien simulasi.

Setelah pasien simulasi menjalani pelatihan, pasien simulasi akan dinilai oleh

mahasiswa PSPA dan peneliti dengan mengisi checklist penilaian pasien simulasi untuk melihat

perkembangan pasien dan kelayakan pasien untuk menjalankan tugasnya dalam praktik KIE.

Proses pelatihan, role play, perekaman, penilaian hingga evaluasi ini dilakukan sebanyak tiga

kali pertemuan.

Setelah dua pasien simulasi terpilih untuk melakukan KIE dengan mahasiswa farmasi,

maka dilakukan penilaian terhadap proses yang dilakukan selama KIE. Penilaian tersebut

berupa checklist penilaian KIE yang diperoleh dari Wijoyo (2016) yang telah disesuaikan

dengan Permenkes sebagai validitas.

Analisis Data

Hasil checklist penilaian pemeran pasien yang sudah bisa memenuhi nilai total checklist

dan/atau memiliki nilai yang stabil serta konsisten berdasarkan yang diberikan oleh observer

dan peneliti, maka pasien simulai dinyatakan siap dan layak. Checklist penilaian pasien simulasi

antara skenario 1 dan 2 memiliki poin-poin yang berbeda tergantung dengan skenario kasus.

Nilai maksimal atau nilai total dari checklist penilaian pasien simulasi skenario 1 adalah 14 poin

sedangkan untuk skenario 2 adalah 13 poin.

Data kuantitatif berupa hasil koefisien Cohen kappa >0,7 maka cara penilaian kedua

observer adalah baik; apabila >0,8 maka sangat baik. Apabila hasil penilaian Cohen kappa <0,7

maka kedua observer perlu pemahaman lebih lanjut sehingga diperlukan lagi pelatihan pasien

simulasi. Hasil dari checklist KIE yang di analisis dengan t-test tidak berpasangan dan

menunjukkan p>0,05 maka hasil penilaian telah konsisten. Sedangkan data kualitatif

merupakan data pendukung untuk data kuantitatif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE … · Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting ... 85,82% pelayanan pasien dilakukan oleh asisten apoteker

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini berupa pedoman pelatihan pasien simulasi, penilaian peforma pasien

simulasi dan uji reliabilitas yang penejelasannya akan dijabarkan sebagai berikut :

Pedoman Pelatihan Pasien Simulasi

Pada pedoman pelatihan pemeran pasien simulasi berisi tentang tujuan pelatihan, waktu

pelaksanaan, jumlah personil, skenario kasus dan instrumen. Pedoman pelatihan diberikan

kepada pemeran pasien simulasi. Pedoman pelatihan merupakan landasan dan petunjuk yang

digunakan untuk melatih pasien simulasi, hal tersebut agar dalam melakukan pelatihan pasien

simulasi sesuai dengan KIE yang dimaksud dalam ranah penelitian ini. Setelah dilakukan

seluruh pelatihan skenario maka pelatihan KIE dilanjutkan dengan melibatkan mahasiswa

farmasi tingkat S1 dan praktisi apoteker sebagai penilai sesuai dengan yang tercantum pada

dokumen pedoman pelatihan.

Skenario Pasien Simulasi untuk Obat Tuberkulosis

Skenario yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari studi literatur baik

mengenai tanda gejala yang dialami oleh pasien tuberkulosis, obat yang sering

digunakan untuk terapi serta panduan terapi tuberkulosis yang digunakan oleh

Pemerintah Indonesia. Skenario dibuat sedemikian rupa berdasarkan dengan salah satu

kasus pasien tuberkulosis di rumah sakit swasta di Jawa Tengah serta Pharmacotherapy

a Phatophysiologic Approach eight edition (Dipiro, 2011) dan Pharmaceutical Care

Untuk Penyakit Tuberkulosis (Depkes RI, 2005) terkait tanda gejala serta pengobatan

penyakit tuberkulosis. Hal tersebut dilakukan agar mahasiswa dapat mengetahui dan

mempelajari keadaan yang sebenarnya mengenai kasus tuberkulosis dalam kehidupan

nyata. Untuk menunjang skenario dan didapatkan keadaan yang sebenarnya maka

dibutuhkan pasien simulasi yang telah dilatih berdasarkan kasus dalam skenario.

Skenario kasus berperan penting untuk pasien simulasi agar pasien simulasi

memiliki gambaran mengenai hal yang dilakukan dalam role play, skenario kasus juga

memudahkan mahasiswa PSPA dalam melatih pasien simulasi.

Skenario yang dibuat telah sesuai dengan syarat KIE apoteker yang ditetapkan

oleh Permenkes, yaitu diantaranya adalah ada tahap dimana peran apoteker

menggunakan three prime questions untuk memulai konseling. Dan pada akhir

konseling apoteker harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah

memahami obat yang digunakan (Depkes RI, 2014).

Instrumen Evaluasi

Performa pasien simulasi dan mahasiswa farmasi dinilai menggunakan checklist

penilaian. Checklist penilaian dibagi menjadi dua, yaitu checklist penilaian untuk pasien

simulasi dan checklist penilaian untuk KIE obat tuberkulosis. Isi checklist penilaian

untuk KIE yaitu kemampuan berkomunikasi dengan tenang dan jelas, penggunaan

bahasa yang mudah dimengerti, menggali keluhan pasien, menjelaskan mengenai obat

yang digunakan, dan memverifikasi pemahaman pasien terhadap informasi yang

disampaikan. Sedangkan pada checklist pemeran pasien simulasi yang dinilai adalah

performa pasien simulasi dalam menyampaikan keluhan penyakit, riwayat penyakit dan

pengobatan, menanyakan mengenai pengobatan yang diberikan, serta mengenai terapi

non-farmakologi, sebagai data kuantitatif dan khusus pada checklist yang diisi oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE … · Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting ... 85,82% pelayanan pasien dilakukan oleh asisten apoteker

6

peneliti terdapat kolom komentar sebagai data kualitatifnya. Data kualitatif diperoleh

dari pengamatan terhadap peserta pasien simulasi saat melakukan peran seperti mimik

muka, cara berbicara, dan sikap serta perilaku.

Checklist penilaian pasien simulasi dibuat berdasarkan dengan studi literatur

meliputi Permenkes No.35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek yang telah disesuaikan dengan skenario kasus KIE tuberkulosis.

Performa Pasien Simulasi

Pasien simulasi diminta agar menyerupai pasien yang sesunguhnya mulai dari mimik

muka, cara berbicara, sikap dan perilakunya. Pasien simulasi yang dilatih adalah yang berlatar

belakang non kesehatan sebab untuk menghindari hasil penilaian yang bias dan menghindari

adanya pendapat pribadi saat peneliti memberikan arahan dan menjelaskan tentang penyakit

pada penelitian ini.

Dari lima pasien simulasi yang mengikuti pelatihan diseleksi dan dipilih dua terbaik,

hal ini dilakukan karena keterbatasan waktu yang dimiliki peneliti untuk melakukan penelitian

ini. Dua pasien simulasi yang memiliki nilai kuantitatif penuh dan/atau stabil serta memiliki

nilai kualitatif yang mendekati real setting dipilih untuk berperan dengan mahasiswa farmasi.

Dari hasil penilaian dua pasien simulasi yang dipilih adalah pasien simulasi dua dan

lima karena kedua pasien menunjukan nilai yang meningkat dan stabil bedasarkan data

kuantitatif. Hal ini dapat dilihat pada grafik nilai rata-rata pasien simulasi pada skenario 1 kasus

tuberkulosis (Gambar 1) grafik pasien simulasi 2 yang diwakili dengan warna kuning

meningkat dari pertemuan pertama mendapat nilai 11,5 dan memperoleh nilai 13 pada

pertemuan kedua dan ketiga. Sedangkan pasien simulasi 5 yang diwakili warna coklat

menunjukan nilai 13 pada pertemuan pertama dan kedua selanjutnya memperoleh nilai 14 pada

hari ketiga.

Gambar 1. Rata-rata Nilai Performa Pasien Simulasi Skenario 1 Kasus Tuberkulosis.

Sedangkan pada grafik nilai rata-rata pasien simulasi pada skenario 2 kasus tuberkulosis

(Gambar 2) pasien simulasi 2 menunjukan nilai 13, pada pertemuan kedua 12,5 dan 13 pada

pertemuan ketiga. Pasien simulasi 5 menunjukan nilai 13 pada pertemuan pertama, pada

pertemuan kedua 12 dan 13 pada pertemuan ketiga. Meskipun nilai kedua pasien kurang stabil

namun dari penilaian kualitatif nilai kedua pasien yang terpilih ini menunjukan hasil yang lebih

baik dan menyerupai real setting dibandingkan dengan nilai ketiga pasien yang lainnya.

11,5 12 12,511,513 13

11 12 12,514

12 1313 13 14

0123456789

1011121314

1 2 3

nila

i rat

a-ra

ta

pertemuan ke-

PS 1 PS 2 PS 3 PS 4 PS 5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE … · Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting ... 85,82% pelayanan pasien dilakukan oleh asisten apoteker

7

Gambar 2. Rata-rata Nilai Performa Pasien Simulasi Skenario 2 Kasus Tuberkulosis.

Berdasarkan penilaian kualitatif yang dilakukan pada kelima pasien simulasi, pasien

simulasi dua dan lima menunjukan hasil yang lebih baik dan mendekati real setting. Mulai dari

ekspresi, kontak mata, tanda gejala yang ditunjukan dan keaktifan pasien simulasi dalam

bertanya tentang informasi obat kepada pemeran apoteker telah baik. Pengucapan artikulasi dan

volume dalam berbicara pasien simulasi dua dan lima juga terdengar dengan jelas apabila

dibandingan dengan pasien simulasi satu, tiga dan empat. Pasien simulasi satu, tiga dan empat

selain kurang jelas dalam artikulasi dan volume berbicara ketiga pasien ini kurang dalam

menunjukan ekpresinya. Pasien simulasi satu dan dua kurang aktif dalam bertanya kepada

pemeran apoteker. Sehingga pasien simulasi dua dan lima yang dipilih dan dihadapkan dengan

mahasiswa S1 farmasi untuk melakukan role play.

Uji Reliabilitas

Pasien simulasi sejumlah dua orang yang telah terpilih dihadapkan dengan mahasiswa

farmasi untuk melakukan role play KIE. Dalam role play KIE, mahasiswa farmasi akan dinilai

guna untuk melihat seberapa baik peran pasien simulasi dalam membantu performa mahasiswa

farmasi dalam menyampaikan KIE pada pasien.

Komunikasi yang dilakukan selama KIE harus memiliki nilai yang baik dari tiap-tiap

poinnya, penilaian terhadap performa setiap mahasiswa dilakukan dengan cara yang sama oleh

kedua penilai (observer independen dan peneliti).

Dari hasil penilaian checklist KIE dihitung menggunakan t-test tidak perpasangan,

perhitungan ini dilakukan guna untuk melihat perbedaan/membandingkan persepsi dalam

penilaian antara dua penilai terhadap performa KIE. Dan dari penilaian yang dilakukan

menunjukan hasil t-test pada skenario 1 tuberkulosis yaitu nilai p=1,000 sedangkan pada

skenario 2 tuberkulosis yaitu nilai p=0,625 hal tersebut menunjukan bahwa t-test tidak

berpasangan yang dilakukan berbeda tidak bermakna, yang berarti penilaian dari kedua penilai

telah baik.

Hal tersebut juga dibuktikan dengan adanya nilai kesepakatan dari hasil penilaian kedua

penilai yang dihitung dengan Cohen kappa sebagai reliabilitas. Uji Cohen kappa dilakukan

pada penelitian ini sebagai uji reliabilitas, uji reliabilitas dilakukan guna untuk mengukur

konsistensi. Cohen kappa memiliki keunggulan dapat melihat kemungkinan kesepakatan yang

diharapkan dan tidak terpengaruh jumlah nilai 0 yang dimasukkan dalam tabel (Silcocks,

1983). Selain itu Cohen kappa juga digunakan untuk menilai kesepakatan antara dua peneliti

dan adanya proporsi untuk kesepakatan koreksi (Cohen, 1960).

12 12 1213 12,5 1312,5 12 12,51311

1313 12 13

0123456789

1011121314

1 2 3

nila

i rat

a-ra

ta

pertemuan ke-

PS 1 PS 2 PS 3 PS 4 PS 5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE … · Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting ... 85,82% pelayanan pasien dilakukan oleh asisten apoteker

8

Apabila hasil koefisien Cohen kappa 0,61 sampai dengan 0,80 berarti menunjukan

kesepakatan yang baik (Viera dan Garrett, 2005). Sedangkan menurut Zenk (2007) apabila nilai

Cohen kappa 0,60 sampai dengan 1,00 termasuk dalam gold standard nilai koefisien kappa

dalam kategori besar dan hampir sempurna. Dari penilaian yang dilakukan menunjukan hasil

perhitungan rata-rata nilai Cohen kappa pada skenario 1 tuberkulosis yaitu 0,784 sedangkan

pada skenario 2 tuberkulosis yaitu 0,759 sehingga hal tersebut menunjukan bahwa telah

diperoleh kesepakatan yang baik diantara dua penilai pada penilaian performa KIE. Sehingga

dapat dilihat apabila peran pasien simulasi dapat membantu performa mahasiswa farmasi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari penelitian ini pasien simulasi dilatih satu per satu, dilakukan perekaman video

untuk menjamin performa pasien simulasi, pasien simulasi diseleksi untuk mendapatkan yang

terbaik. Checklist pasien simulasi berupa kuantitatif dan kualitatif yang telah disesuaikan

dengan skenario. Performa pasien simulasi dilihat pula dari checklist penilaian KIE. Skenario

dibuat berdasarkan studi literatur dan kasus nyata pasien tuberkulosis di salah satu rumah sakit

swasta di Jawa Tengah serta disesuaikan dengan syarat KIE menurut Permenkes No.35 Tahun

2014.

Saran bagi penelitian selanjutnya, pada saat melakukan pelatihan pasien simulasi

sebaiknya pasien yang sedang tidak melakukan role play dan pasien yang sedang melakukan

role play ditempatkan pada ruangan yang terpisah. Hal ini bertujuan agar pasien simulasi tidak

terpengaruhi dengan keberadaan pasien lain. Pada saat perekaman video sebaiknya pasien

simulasi dan pemeran apoteker menggunakan mikrofon, agar suara dapat terdengar dengan

jelas dalam video.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE … · Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting ... 85,82% pelayanan pasien dilakukan oleh asisten apoteker

9

DAFTAR PUSTAKA

Adelina, 2009, Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek di Kota Medan Tahun 2008,

Skripsi Sarjana Pada Fakultas Farmasi USU Medan.

APTFI, 2013, Naskah Akademik Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Kurikulum Pendidikan

Farmasi, http://www.aptfi.or.id/dokumen/2016/Kompetensi&KurAPTFI2013.

Cohen,J., 1960, Coefficient of agreement for nominal scales, Educational and Psychological

Measurement, 20: 37–46.

Depkes RI, 2008, Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Keselamatan Pasien (Patient Safety).

Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Depkes RI, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014,

Departemen Kesehatan, Jakarta.

Dipiro, J.T., dkk, 2011, Pharmacotherapy a Phatophysiologic Approach, edisi 8th, Mc Graw Hill,

New York, 1931-1947.

Ikawati, Z., dan Rahmawati, F., 2008, Mata Kuliah Farmakoterapi Sistem Pencernaan dan

Pernafasan, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada.

Jaedun, A., 2011, Metodologi Penelitian Ekxperimen, Fakultas Teknik UNY, Yogyakarta.

Kemenkes RI, 2015, Pusdatin Tuberkulosis, Infodatin, (Tuberculosis), 1-7.

Nasif, H., dkk, 2012, Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran Semester (RPKPS) Mata Kuliah

Farmasi Klinik & Komunitas, Fakultas Farmasi Universitas Andalas.

PPIAI, 2011, Standar Kompetensi Apoteker Indonesia (SKAI), Ikatan Apoteker Indonesia.

Setiawan, C. D., dan Faturrohmah, A., 2010, Profile of Community Pharmacists’ Performance by

Pharmacy Team Perception, 1(1), 1-4.

Silcocks, 1983, Measuring Repeatability and Validity of Histological Diagnosis- A Brief Review

With Some Practical Examples, J Clin Pathol, 36, 1269-1275.

Viera, A. J., dan Garrett, J. M.,2005, Understanding Interobserver Agreement: The Kappa Statistic,

Family Medicine, 37(5), 360-3.

Zenk, S. N., dkk, 2007, Inter-Rater and Test–Retest Reliability: Methods and Results for The

Neighborhood Observational Checklist, Health & Place, 13, 452–465.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE … · Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting ... 85,82% pelayanan pasien dilakukan oleh asisten apoteker

10

LAMPIRAN

Lampiran 1. Checklist Penilaian KIE Skenario 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE … · Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting ... 85,82% pelayanan pasien dilakukan oleh asisten apoteker

11

Lampiran 2. Checklist Penilaian KIE Skenario 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE … · Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting ... 85,82% pelayanan pasien dilakukan oleh asisten apoteker

12

Lampiran 3. Lembar Pertama Checklist Pasien Simulasi Skenario 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE … · Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting ... 85,82% pelayanan pasien dilakukan oleh asisten apoteker

13

Lampiran 4. Lembar Kedua Checklist Pasien Simulasi Skenario 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE … · Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting ... 85,82% pelayanan pasien dilakukan oleh asisten apoteker

14

Lampiran 5. Lembar Pertama Checklist Pasien Simulasi Skenario 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE … · Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting ... 85,82% pelayanan pasien dilakukan oleh asisten apoteker

15

Lampiran 6. Lembar Kedua Checklist Pasien Simulasi Skenario 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE … · Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting ... 85,82% pelayanan pasien dilakukan oleh asisten apoteker

16

Lampiran 7. Informed Consent Apoteker

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE … · Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting ... 85,82% pelayanan pasien dilakukan oleh asisten apoteker

17

Lampiran 8. Informed Consent PSPA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE … · Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting ... 85,82% pelayanan pasien dilakukan oleh asisten apoteker

18

Lampiran 9. Informed Consent Pasien Simulasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE … · Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting ... 85,82% pelayanan pasien dilakukan oleh asisten apoteker

19

Lampiran 10. Informed Consent Mahasiswa Farmasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE … · Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting ... 85,82% pelayanan pasien dilakukan oleh asisten apoteker

20

Lampiran 11. Hasil Penilaian KIE Mahasiswa Farmasi Kasus Tuberkulosis.

Kasus Tuberkulosis 1 Kasus Tuberkulosis 2

Mahasiswa Penilai

1

Penilai

2

Koefisi

en

Kappa

Mahasiswa Penilai

1

Penilai

2

Koefisi

en

Kappa Ya T

d

k

Ya T

d

k

Ya T

d

k

Ya T

d

k

1 15 6 16 5 0,632 11 19 2 20 1 0,644

2 16 5 16 5 1 12 18 3 19 2 0,774

3 17 4 17 4 1 13 16 5 16 5 1

4 17 4 17 4 0,691 14 17 4 17 4 0,691

5 20 1 19 2 0,644 15 16 5 17 4 0,577

6 19 2 18 3 0,774 16 18 3 16 5 0,696

7 19 2 19 2 1 17 16 5 17 4 0,859

8 18 3 18 3 0,611 18 18 3 18 3 0,774

9 17 4 17 4 1 19 20 1 20 1 1

10 17 4 18 3 0,488 20 16 5 17 4 0,577

Rata-rata Nilai Kappa 0,784 Rata-rata Nilai Kappa 0,7592

Nilai p 1,000 Nilai p 0,625

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE … · Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting ... 85,82% pelayanan pasien dilakukan oleh asisten apoteker

21

Lampiran 12. Contoh Hasil Perhitungan Koefisien Cohen Kappa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE … · Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting ... 85,82% pelayanan pasien dilakukan oleh asisten apoteker

22

Lampiran 13. Contoh Hasil Perhitungan T-Test Tidak Berpasangan Menggunakan SPSS.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE … · Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting ... 85,82% pelayanan pasien dilakukan oleh asisten apoteker

23

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi dengan judul “Pengembangan Materi Pelatihan Metode

Pasien Simulasi Sebagai Alat Evaluasi Kie Obat Tuberkulosis Di Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma” memiliki nama lengkap Febry

Nawacatur Kurnia Sari, lahir di Jember, 3 Februari 1994, merupakan anak

pertama dari dua bersaudara pasangan Ratno Saputro dan Agoestiningsih.

Pendidikan formal yang ditempuh penulis yaitu TK Kemala Bhayangkara

Nganjuk (1998-2000), pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Ganung

Kidul 1 Nganjuk (2000-2006), pendidikan Sekolah Menengah Pertama di

SMP Negeri 1 Nganjuk (2006-2009), pendidikan Sekolah Menengah Atas

di SMK Farmasi Bhakti Wiyata Kediri (2009-2012). Penulis melanjutkan pendidikan sarjana

di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma pada tahun 2013.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI