PENGEMBANGAN MAKARONI BEBAS GLUTEN BERBAHAN … · than F2, while the level of hardness, elasticity...
Transcript of PENGEMBANGAN MAKARONI BEBAS GLUTEN BERBAHAN … · than F2, while the level of hardness, elasticity...
PENGEMBANGAN MAKARONI BEBAS GLUTEN
BERBAHAN DASAR PASTA UBI JALAR UNGU
DENGAN CITARASA REMPAH
OCTARINA INDAH SETYOWATI
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
2
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengembangan
Makaroni Bebas Gluten Berbahan Dasar Pasta Ubi Jalar Ungu dengan Citarasa
Rempah adalah benar karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2016
Octarina Indah Setyowati
NIM F24120072
4
ABSTRAK
OCTARINA INDAH SETYOWATI. Pengembangan Makaroni Bebas Gluten
Berbahan Dasar Pasta Ubi Jalar Ungu dengan Citarasa Rempah. Dibimbing oleh
SEDARNAWATI YASNI.
Pengembangan produk makaroni berbahan dasar pasta ubi jalar ungu,
tepung kacang hijau dan tepung kedelai sebagai sumber protein, serta 3% tapioka
sebagai perekat adonan merupakan modifikasi penelitian Mulyawanti (2015).
Penelitian ini bertujuan menentukan formula terpilih berdasarkan uji rating
hedonik, sifat fisik, sifat kimia, dan sifat fungsionalnya. Formulasi dasar makaroni
dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan mencampurkan
pasta ubi jalar ungu dan tepung kacang hijau pada rasio 50-47 (F1), 45-52 (F2),
dan 40-57 (F3) atau tepung kedelai pada rasio 50-47 (F4), 45-52 (F5), dan 40-57
(F6). Hasil uji rating hedonik formula dasar berdasarkan kelompok tepung kacang
hijau dan tepung kedelai menentukan F2 (45% pasta ubi jalar ungu, 52% tepung
kacang hijau, dan 3% pati tapioka) dan F4 (50% pasta ubi jalar ungu, 47% tepung
kedelai, dan 3% pati tapioka) sebagai makaroni formula dasar terpilih. F4
memiliki kadar lemak, protein, karbohidrat, dan energi yang lebih tinggi, serta
bewarna lebih menarik dibandingkan F2, sedangkan tingkat kekerasan, elastisitas,
dan kelengketan lebih tinggi pada F2. Aktivitas antioksidan F2 dan F4 berturut-
turut 12,886.12 dan 7,157.65 mg AEAC/g. Selanjutnya, pada masing-masing
makaroni formula dasar terpilih ditambahkan bubuk kayu manis dan lada hitam
sebanyak 2% (b/b) serta campuran keduanya sebanyak 3% (b/b) untuk
memberikan citarasa dan meningkatkan sifat fungsionalnya. Formula dengan
penambahan kayu manis sebesar 2% ditentukan sebagai formula makaroni
bercitarasa rempah terpilih hasil uji rating hedonik. Aktivitas antioksidan
makaroni bercitarasa rempah meningkat yaitu 16,047.15 mg AEAC/g untuk
formula dasar kacang hijau dengan 2% kayu manis dan 10,433.30 mg AEAC/g
untuk formula dasar kedelai dengan 2% kayu manis. Pengembangan produk
makaroni bebas gluten berbahan dasar pasta ubi jalar ungu, tepung kedelai,
tapioka dan/atau formula bercitarasa kayu manis merupakan bentuk diversifikasi
pemanfaatan pasta ubi jalar ungu dan dapat dijadikan sebagai produk
pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) guna meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, sekaligus mendukung program pemerintah dibidang
kesehatan melalui pemanfaatan potensi bahan lokal.
Kata kunci : Antioksidan, antosianin, bebas gluten, pasta ubi jalar ungu, rempah
6
ABSTRACT
OCTARINA INDAH SETYOWATI. Gluten-Free Macaroni Product
Development with the Basic Ingredients of Purple Sweet Potato Paste Spices
Flavored. Supervised by SEDARNAWATI YASNI.
Macaroni product development with the basic ingredients of purple sweet
potato paste, mung bean flour and soybean flour as a protein source, as well as a
3% tapioca as an adhesive batter is a modification research of Mulyawanti (2015).
The purpose of this research is to determine the formula chosen by rating hedonic
test, physical properties, chemical properties, and functional properties.
Macaroni’s formulation is done using a randomized block design by mixing
purple sweet potato paste and mung bean flour at ratios of 50-47 (F1), 45-52 (F2),
and 40-57 (F3) or soybean flour at ratios of 50-47 ( F4), 45-52 (F5), and 40-57
(F6). Rating hedonic test results for basic formula based group mung bean flour
and soybean flour determine F2 (45% of purple sweet potato paste, 52% of mung
bean flour, and 3% of tapioca) and F4 (50% of purple sweet potato paste, 47% of
soybean flour, and 3% tapioca) as macaroni selected base formula. F4 had higher
levels of fat, protein, carbohydrates, and energy, as well as colored more attractive
than F2, while the level of hardness, elasticity and stickiness higher in F2. The
antioxidant activity of F2 and F4 respectively 12,886.12 and 7,157.65 mg
AEAC/g. Further, in each of the macaroni selected base formula is added
cinnamon and black pepper as much as 2% (w/w) and a mixture of both as much
as 3% (w/w) to give the flavor and improve its functional properties. Formula
with the addition of 2% cinnamon selected as formula spices flavored macaroni
by rating hedonic test results. The antioxidant activity of the flavored macaroni
increased 16,047.15 mg AEAC/g for the basic formula of mung bean flour with
2% cinnamon and 10,433.30 mg AEAC/g for the basic formula of soybean flour
with 2% cinnamon. Development of gluten-free macaroni products based purple
sweet potato paste, soybean flour, tapioca and/or formula flavored cinnamon is a
diversified forms of utilization purple sweet potato paste and can be used as
products development of Small and Medium Enterprises in order to improve the
welfare of the community, while support government programs in health through
the utilization of local materials.
Keywords: Anthocyanins, antioxidants, gluten-free, purple sweet potato, spices
PENGEMBANGAN MAKARONI BEBAS GLUTEN
BERBAHAN DASAR PASTA UBI JALAR UNGU
DENGAN CITARASA REMPAH
OCTARINA INDAH SETYOWATI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
8
10
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala karuniaNYA penulisan tugas akhir dengan judul Pengembangan Makaroni
Bebas Gluten Berbahan Dasar Pasta Ubi Jalar Ungu dengan Citarasa Rempah
berhasil diselesaikan. Penelitian telah dilaksanakan sejak bulan April hingga
Agustus 2016 di laboratorium Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Seafast
Center, dan Balai Besar Pascapanen Bogor.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Jakarta dengan penggunaan sebagian pendanaan
Kerjasama Kemitraan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Nasional (KKP3N)
atas nama Prof. Dr. Ir. Sedarnawati Yasni, M.Agr selaku dosen pembimbing.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Slamet
Budijanto, M. Agr dan Dr. Ir. Hanifah Nuryani Lioe, M.Si selaku dosen penguji
yang telah banyak memberi saran perbaikan untuk penyempurnaan penulisan
tugas akhir ini. Penghargaan penulis sampaikan kepada Ira Mulyawanti, S.TP,
M.Si dan Dr. Priyo Wahyudi, M.Si yang telah meluangkan waktu dalam proses
pengumpulan dan analisis data. Selain itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada Bapak Adi Priatna, Ibu Sri Martiyani, dan Bapak Jun atas bantuannya
selama pelaksanaan penelitian, teman-teman ITP 49, sahabat TPB, sahabat
asrama, sahabat bakul jamu Sukoharjo, sahabat wisma dwi regina, Kopral 49, dan
PMK IPB terutama Komisi Pelayanan Khusus yang telah membantu selama
pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga tidak lupa disampaikan kepada
ayah, ibu, dan kakak atas segala doa dan dukungannya.
Penulis telah berusaha menyajikan yang terbaik meskipun masih terdapat
ketidaksempurnaan. Namun, penulis berharap karya ilmiah ini bermanfaat bagi
pemerhati pengolahan pangan dan masyarakat Indonesia.
Bogor, September 2016
Octarina Indah Setyowati
12
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
METODE 3
Waktu dan Tempat Penelitian 3
Bahan 3
Alat 3
Tahapan Penelitian 4
Metode Analisis 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 10
SIMPULAN DAN SARAN 18
Simpulan 18
Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 20
LAMPIRAN 23
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Karakteristik bahan baku makaroni ubi jalar ungu 10
Tabel 2 Hasil uji rating hedonik formula dasar makaroni ubi jalar ungu 12
Tabel 3 Karakteristik fisikokimia dan fungsional makaroni formula dasar pasta
ubi jalar ungu terpilih 14
Tabel 4 Hasil uji rating hedonik formula makaroni ubi jalar ungu
bercitarasa rempah 15
Tabel 5 Karakteristik fisikokimia dan fungsional makaroni formula bercitarasa
rempah terpilih 17
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Ubi jalar ungu segar 1
Gambar 2 Pasta ubi jalar ungu 2
Gambar 3 Tahapan penelitian 4
Gambar 4 Makaroni formula dasar terpilih F2 13
Gambar 5 Makaroni formula dasar terpilih F4 13
Gambar 6 Makaroni formula bercitarasa terpilih F7KM 16
Gambar 7 Makaroni formula bercitarasa terpilih F8KM 16
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses pengolahan pasta ubi jalar ungu 23
Lampiran 2 Proses pembuatan makaroni pasta ubi jalar ungu 24
Lampiran 3 Karakteristik bahan baku makaroni pasta ubi jalar ungu 25
Lampiran 4 Hasil organoleptik formula dasar makaroni pasta ubi jalar ungu 27
Lampiran 5 Karakteristik makaroni formula dasar pasta ubi jalar ungu terpilih 32
Lampiran 6 Hasil organoleptik formula makaroni ubi jalar ungu bercitarasa
rempah 35
Lampiran 7 Karakteristik makaroni formula bercitarasa pasta ubi jalar ungu
terpilih 40
14
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap beras dan terigu masih
sangat tinggi karena Indonesia belum mampu memenuhi permintaan kebutuhan
beras dan terigu, dan hal ini akan mempengaruhi stabilitas ketahanan pangan
Indonesia. Gandum telah menjadi sumber makanan pokok kedua setelah beras di
Indonesia (Rosmeri & Monica 2013). Berdasarkan data Asosiasi Produsen
Tepung Terigu Indonesia (APTINDO) tahun 2014, konsumsi tepung terigu
Indonesia mencapai 2.8 juta ton dan impor gandum Indonesia mencapai lebih dari
1.5 juta ton. Nilai ini sudah menurun signifikan dibandingkan impor tahun 2013
yang mencapai 6.7 ton. Berdasarkan data dari World Bank (dan diolah Sekretariat
Direktorat Jendral PPHP) tahun 2014, Indonesia merupakan negara yang
mempunyai rata-rata impor gandum yang paling tinggi di antara negara-negara
ASEAN lainnya. Tingginya kebutuhan gandum di Indonesia menuntut upaya
peningkatan pemanfaatan sumber pangan lokal, seperti umbi-umbian, agar dapat
mengurangi impor gandum ke Indonesia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
adalah penggunaan pasta ubi jlar ungu (pengganti terigu) dalam produk ekstrusi,
seperti makaroni, sehingga dihasilkan produk bebas gluten.
Gambar 1 Ubi jalar ungu segar
Ubi jalar ungu memiliki kadar antosianin yang tinggi. Antosianin disusun
dari sebuah aglikon (antosianidin) yang teresterifikasi dengan satu atau lebih
gugus gula/glikon (Andarwulan dan Faradilla 2012). Senyawa antosianin
berfungsi sebagai antioksidan dan penangkap radikal bebas, sehingga berperan
untuk mencegah terjadinya penuaan, kanker, dan penyakit degeneratif. Selain itu,
antosianin memiliki kemampuan sebagai antimutagenik dan antikarsinogenik,
mencegah gangguan fungsi hati, antihipertensi, dan menurunkan kadar gula darah
(Jusuf et al. 2008). Salah satu varietas ubi jalar ungu yang kaya antosianin adalah
Antin-3 yang dikembangkan oleh Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan
Umbi (Balitkabi) dengan kadar antosianin yang lebih tinggi dibandingkan varietas
Ayamurasaki. Penelitian Mulyawanti (2015) menyatakan bahwa daya cerna
produk pasta ubi jalar ungu lebih rendah dibandingkan dengan produk pasta
komersial. Oleh karena itu, pasta berbahan dasar pasta ubi jalar ungu cocok bagi
penderita penyakit degeneratif.
2
Mulyawanti (2015) mengembangkan produk pasta dengan formula terbaik
yang terdiri dari 45.25% pasta ubi jalar ungu, 51.75% tepung kacang hijau, dan
3.00% pati tapioka melalui pengolahan minimal ekstrusi untuk mengurangi
kemungkinan berkurangnya nilai fungsional ubi jalar ungu. Tepung kacang hijau
ditambahkan ke dalam formula sebagai sumber protein dan untuk meningkatkan
nilai gizi produk. Tepung kedelai memiliki kadar protein yang lebih tinggi
dibandingkan tepung kacang hijau. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan
modifikasi pembuatan makaroni pasta ubi jalar ungu dengan sumber protein
kacang hijau dan kedelai untuk selanjutya ditentukan formula dasar berdasarkan
uji rating hedonik, sifat fisik, sifat kimia, dan sifat fungsionalnya.
Pengolahan pasta ubi jalar ungu dilakukan melalui pengukusan untuk
menginaktifkan enzim antosianase, polifenol oksidase, dan peroksidase sehingga
tidak menghambat proses degradasi antosianin (Mahmudatussa’adah 2014).
Perlakuan pengukusan dapat membuat warna pasta ubi jalar ungu lebih stabil
karena inaktivasi enzim glikosidase dan polifenol oksidase yang berperan dalam
memecah ikatan glikosida pada antosianin (Xiu-Li et al. 2015). Stabilitas
antosianin dipengaruhi oleh adanya modifikasi pada struktur spesifik antosianin,
pH, temperatur, cahaya, keberadaan ion logam, oksigen, kadar gula, dan enzim.
Beberapa penelitian menyatakan hubungan logaritmik dari kerusakan antosianin
dengan hubungan aritmatika peningkatan suhu. Proses pemasakan seperti blansir,
perebusan, dan pengukusan akan menyebabkan kehilangan antosianin sebesar
59%, 41%, dan 29% (Endika 2014). Namun, perlakuan panas dapat
mempermudah proses ekstraksi pigmen antosianin. Menurut De Aguiar et al.
(2015), panas tidak saja menyebabkan inaktivasi polifenol oksidase dan
peroksidase, tetapi juga menyebabkan terjadinya pelunakan jaringan daging ubi
jalar ungu sehingga mempermudah ekstraksi pigmen antosianin dan dapat
menekan kerusakan enzimatis antosianin pada proses ekstraksi. Hal ini
menyebabkan konsentrasi kadar antosianin pada ubi jalar kukus yang terhitung
lebih besar daripada ubi jalar segar.
Gambar 2 Pasta ubi jalar ungu
Sifat fisik dan organoleptik merupakan faktor penting dalam
pengembangan produk pangan selain sifat kimia dan fungsionalnya. Warna dan
citarasa yang disukai panelis dapat menjadi salah satu parameter berhasilnya
pengembangan produk pangan baru. Pengembangan citarasa dilakukan dengan
penambahan rempah-rempah yang memiliki citarasa khas, seperti kayu manis dan
lada hitam. Selain itu, dengan penambahan kayu manis dan lada hitam diharapkan
mampu meningkatkan sifat fungsional dan memperpanjang umur simpan produk
3
karena kayu manis berpotensi sebagai antioksidan dan antimikroba yang dapat
dimanfaatkan pada bahan pangan (Djafar dan Redha 2012), sedangkan lada hitam
mampu mengontrol lemak dalam darah dan antikanker (Risfaheri 2012).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengembangkan produk makaroni bebas gluten
bercitarasa rempah dengan bahan dasar ubi jalar ungu, tepung kedelai, tepung
kacang hijau, dan tapioka melalui uji rating hedonik dan memiliki karakteristik
fisikokimia dan fungsional yang baik.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan alternatif pengembangan
ubi jalar ungu dalam bentuk produk makaroni bebas gluten yang diterima panelis
dan memiliki karakteristik fisikokimia dan fungsional yang baik.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Bogor selama empat bulan (April-Agustus 2016)
pada laboratorium SEAFAST Center, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
(ITP) Institut Pertanian Bogor (IPB) dan laboratorium pengolahan Balai Besar
Pascapanen Kementrian Pertanian Republik Indonesia.
Bahan
Bahan utama dalam penelitian ini meliputi ubi jalar ungu varietas Antin-3
yang didapat dari Balai Penelitian Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi), Malang,
Jawa Timur. Kedelai diperoleh dari Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia
(KPTTI), Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pati tapioka, kacang hijau, kayu manis
bubuk, dan lada hitam bubuk diperoleh dari pasar lokal.
Bahan kimia yang digunakan untuk analisis diperoleh dari stock room
Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor, antara lain bahan kimia
pro-analysis K2SO4, HgO, H2SO4, NaOH, Na2S2O3, indikator metil merah,
indikator metil biru, HCl, H3BO3, etanol, air destilata, KCl, natrium asetat, DPPH,
Na-fosfat.
Alat
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan makaroni pasta ubi jalar ungu
antara lain ekstruder (forming-cooking extruder model Scientific Laboratory
Single Screw Extruder type LE25-30/C dari Labtech Engineering Co. Ltd.,
Thailand), spatula, baskom, pisau, dan mixer. Peralatan yang digunakan untuk
analisis antara lain destilator, neraca digital, cawan aluminium, cawan porselin,
oven, penjepit (gegep), tanur listrik, pemanas Kjeldahl lengkap, labu Kjeldahl,
buret, alat ekstraksi Soxhlet, tabung reaksi, batang pengaduk, pipet, mikropipet,
shaker, alat sentrifus, tabung sentrifus, penangas air, spektrofotometer double
beam model UV-1800 (Shimadzu, Jepang), chromameter CR-300 (Konica
Minolta Camera, Co. Jepang 82281029), dan texture analyxer (Texture Pro CT 3
Brookfield, Jepang).
4
Tahapan Penelitian
Penelitian dilakukan melalui tahapan yang terdiri dari (1) persiapan bahan
baku, (2) pembuatan makaroni pasta ubi jalar ungu, (3) penentuan makaroni
formula dasar dengan uji rating hedonik dan karakteristik fisikokimia dan
fungsional, (4) pengembangan formula makaroni bercitarasa rempah, (6)
penentuan makaroni formula bercitarasa rempah dengan uji rating hedonik dan
karakteristik fisikokimia dan fungsional. Rancangan percobaan yang digunakan
adalah Rancangan Acak Kelompok, terdiri dari kelompok formula dasar
menggunakan tepung kacang hijau dan tepung kedelai. Setiap kelompok formula
dasar tersebut ditentukan satu formula dasar terpilih berdasarkan uji rating
hedonik dan pertimbangan hasil analisa sifat fisikokimia dan fungsionalnya.
Selanjutnya, pada setiap formula dasar terpilih ditambahkan citarasa
rempah (kayu manis dan lada hitam) dan formula terbaik ditentukan berdasarkan
hasil uji rating hedonik dan pertimbangan hasil analisa sifat fisikokimia dan
fungsional formula citarasa. Secara rinci, tahapan penelitian dapat dilihat pada
Gambar 3.
Gambar 3 Tahapan penelitian
(1) Persiapan bahan baku
a. Pengolahan pasta ubi jalar ungu
b. Persiapan bahan pencampur
(2) Pembuatan makaroni pasta ubi jalar
ungu (makaroni formula dasar)
(3) Penentuan makaroni formula dasar
terpilih dengan uji rating hedonik
Produk makaroni formula
dasar terpilih
(4) Pengembangan makaroni formula
citarasa rempah dari formula dasar
terpilih
(5) Penentuan makaroni formula citarasa
terpilih dengan uji rating hedonik
Produk makaroni formula
citarasa terpilih
5
(1) Persiapan bahan baku
Pengolahan pasta ubi jalar ungu (Yasni et al. 2009)
Ubi jalar ungu segar disortasi, disikat bagian kulit agar bersih dari tanah,
dicuci, dan dikukus selama 45 menit. Selanjutnya, dikupas kulitnya, bagian
daging dihancurkan dengan waring blender, dikemas dalam plastik, dan disimpan
dalam freezer sampai saat dipergunakan. Pada tahap ini dilakukan karakterisasi
pasta ubi jalar ungu dengan parameter uji proksimat, kadar antosianin, aktivitas
antioksidan, kadar stakiosa, dan kadar rafinosa.
Persiapan bahan pencampur
Biji utuh kacang hijau dan kedelai digiling, kemudian disaring dengan
ayakan 80 mesh. Bahan pencampur yang terdiri dari tepung kacang hijau, tepung
kedelai, dan pati tapioka diuji proksimat, dan pada tepung kacang hijau dan
tepung kedelai ditentukan aktivitas antioksidan dengan metode DPPH.
(2) Pembuatan makaroni pasta ubi jalar ungu (Mulyawanti 2015) Pasta ubi jalar ungu dicampur dengan pati tapioka dan tepung kacang hijau
atau tepung kedelai pada rasio tertentu, diaduk, dan diuleni hingga homogen.
Adonan yang sudah homogen kemudian dikukus selama 5 menit, dilanjutkan
dengan pengadukan selama 2 menit. Setelah itu dilakukan pencetakan adonan
menggunakan ekstruder pasta dengan suhu 40 ºC dan diameter lubang 0.5 cm.
Makaroni yang sudah dibentuk kemudian dikeringkan dalam pengering tipe rak
pada suhu 50 ºC selama 10 jam. Penambahan tepung kacang hijau dan tepung
kedelai ke dalam formulasi makaroni dilakukan dengan rasio penambahan pasta
ubi jalar ungu dan tepung kacang hijau atau tepung kedelai 50-47 (F1 dan F4),
45:52 (F2 dan F5), serta 40-57 (F3 dan F6). Rasio ini memodifikasi formula
optimum pasta ubi jalar ungu yang telah diteliti oleh Mulyawanti (2015) dengan
penambahan 3% pati tapioka (b/b). Pada produk makaroni pasta ubi jalar ungu
dilakukan uji proksimat, warna, tekstur, cooking loss, aktivitas antioksidan, dan
kadar antosianin.
(3) Penentuan makaroni formula dasar dengan uji rating hedonik
(Meilgard 1999)
Penentuan produk makaroni formula dasar dengan tiga taraf perlakuan
dilakukan dengan uji rating hedonik. Panelis diminta untuk menilai produk
makaroni pasta ubi jalar ungu pada 7 skala yaitu sangat tidak suka (1), tidak suka
(2), agak tidak suka (3), netral (4), agak suka (5), suka (6), dan sangat suka (7).
Panelis yang digunakan adalah panelis tidak terlatih yang berjumlah minimal 70
orang, akan tetapi penggunaan panelis yang semakin banyak akan semakin baik.
Atribut yang digunakan dalam uji rating hedonik terhadap produkmakaroni pasta
ubi jalar ungu adalah warna, aroma, rasa, tekstur, dan keseluruhan. Analisis hasil
uji rating hedonik yang diperoleh dilakukan menggunakan analisis sidik ragam
(Analysis of Variance/ANOVA) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan, dan
jika terdapat perbedaan, analisis dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Test.
(4) Pengembangan makaroni formula citarasa rempah dari formula dasar
terpilih
Pada makaroni formula dasar terpilih ditambahkan bubuk kayu manis, lada
hitam, dan campuran keduanya dengan rasio tertentu berdasarkan hasil trial and
error. Secara rinci dibuat kelompok citarasa formula F2 dan F4 sebagai berikut
6
penambahan formula terpilih F2 dan rempah sebesar F2 + 2% kayu manis
(Formulasi 7KM), F2 + 1.5% kayu manis + 1.5% lada hitam (Formulasi 7C), dan
F2 + 2% lada hitam (Formulasi 7LH). Sedangkan untuk formula terpilih kedua F4
dan rempah sebesar F4 + 2% kayu manis (Formulasi 8KM), F4 + 1.5% kayu
manis + 1.5% lada hitam (Formulasi 8C), dan F4 + 2% lada hitam (Formulasi
8LH). Pada produk makaroni formula citarasa rempah terpilih dilakukan uji
proksimat, warna, tekstur, cooking loss, aktivitas antioksidan, dan kadar
antosianin.
(5) Penentuan makaroni formula dasar dengan uji rating hedonik
(Meilgard 1999)
Penentuan makaroni formula citarasa terpilih dengan uji rating hedonik
dilakukan sama seperti butir (3). Analisis hasil uji rating hedonik yang diperoleh
dianalisis menggunakan analisis sidik ragam (Analysis of Variance/ ANOVA)
untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan, dan jika terdapat perbedaan, analisis
dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Test.
Metode Analisis
Karakterisasi produk makaroni terpilih baik formula dasar atau formula
citarasa meliputi sifat fisik, kimia, organoleptik, dan fungsional. Uraian prosedur
karakterisasi tersebut dapat disimak sebagai berikut:
Sifat Fisik
Cooking loss (Limroongreungrat 2007)
Sampel makaroni sebanyak 5 g dikeringkan pada suhu 105 °C, kemudian
dimasak dalam 150 mL air. Setelah mencapai waktu optimum perebusan,
makaroni ditiriskan dan disiram air, kemudian ditiriskan kembali selama 5 menit.
Makaroni kemudian ditimbang dan dikeringkan pada suhu 105 °C hingga
beratnya konstan, lalu ditimbang kembali.
( )
Keterangan:
W1 = berat kering contoh sebelum direbus (g)
W1 = berat kering contoh setelah direbus (g)
Analisis warna (Hutching 1999)
Analisis warna dilakukan menggunakan kromameter model CR-300
(Konica Minolta, Jepang), dengan parameter L, a, b notasi Hunter dan ⁰Hue.
Cahaya dari lensa kamera kromameter ditembakkan ke sampel makaroni dengan
ukuran dan ketebalan yang sama dan akan memantulkan warna yang dianalisis
oleh alat. Untuk notasi hunter, nilai L menyatakan parameter kecerahan
(lightness) yang mempunyai nilai dari 0 (hitam) sampai 100 (putih). Nilai a
menyatakan cahaya pantul yang menghasilkan warna kromatik campuran merah-
hijau dengan nilai +a (positif) dari 0-100 untuk warna merah dan –a dari 0-(-80)
untuk warna hijau. Notasi b menyatakan warna kromatik campuran biru-kuning
dengan nilai +b (positif) dari 0-70 untuk kuning dan nilai –b (negatif) dari 0-(-70)
untuk warna biru.
Nilai ⁰Hue didapatkan dari arc tan (b*/a*), dengan nilai a* dan b* dari
notasi CIE. Nilai ⁰Hue 18-54 dideskripsikan sebagai merah, 54-90 sebagai kuning
7
merah, 90-126 sebagai kuning, 126-162 sebagai kuning hijau, 162-198 sebagai
hijau, 198-234 sebagai biru hijau, 234-270 sebagai biru, 270-306 sebagai biru
ungu, dan 342-18 sebagai merah ungu.
Analisis tekstur (Stable Micro System 2007)
Pengukuran tekstur menggunakan alat Texture Analyzer Stable Micro
System dengan metode Texture Profile Analyzer (TPA). Tipe uji pada analisis
tekstur yang dilakukan terhadap makaroni adalah tipe kompresi dua kali tekan
dengan target 75% menggunakan tipe probe silinder dan load cell 4500 g pada
kecepatan 2 mm/detik. Tingkat kekerasan yang dinyatakan dalam gram force (gf)
menunjukkan besarnya gaya tekan untuk melakukan deformasi produk. Kekerasan
dihitung berdasarkan nilai puncak pada tekanan pertama. Elastisitas menunjukkan
laju suatu objek untuk kembali ke bentuk semula setelah terjadi perubahan bentuk
(deformasi). Elastisitas dihitung berdasarkan jarak yang ditempuh oleh produk
pada tekanan pertama sehingga tercapai nilai gaya maksimumnya. Kelengketan
menunjukkan gaya yang dibutuhkan untuk menahan tekanan yang timbul diantara
permukaan objek dan permukaan benda lain saat terjadi kontak antara objek
dengan benda tersebut. Kelengketan dihitung berdasarkan hasil perkalian nilai
kelengketan dengan elastisitas.
Sifat Kimia
Analisis kadar air metode oven (AOAC 2005)
Analisis kadar air dilakukan dengan terlebih dahulu mengeringkan cawan
kosong dan tutupnya dalam oven selama 15 menit, setelah itu cawan didinginkan
dalam desikator. Cawan yang sudah kering diambil dengan penjepit dan
ditimbang beratnya. Sampel lalu dimasukkan ke dalam cawan sebanyak 1-2 g
sampel. Cawan beserta sampel kemudian dikeringkan dalam oven bersuhu 105 °C
selama 3 jam. Setelah 3 jam cawan diambil dengan penjepit lalu dinginkan dalam
desikator dan ditimbang.
( ) ( )
Keterangan:
Kadar air (%bb) = kadar air per basis basah
a = bobot basah sampel (g)
b = bobot kering sampel + cawan (g)
c = bobot cawan (g)
Analisis kadar protein metode Kjeldahl (AOAC 2005)
Tahap penghancuran dilakukan dengan menimbang sejumlah contoh (100 –
250 mg) ke dalam labu Kjeldahl. Tambahkan 1.0 ± 0.1 g K2SO4, 40 ± 10 mg HgO
dan 2 ± 0.1 ml H2SO4. Didihkan contoh selama 1-1.5 jam dengan kenaikan suhu
secara bertahap sampai cairan menjadi jernih, lalu dinginkan.
Tahap destilasi dilakukan dengan menambahkan sejumlah kecil air destilata
secara perlahan lewat dinding labu dan goyang pelan agar kristal yang terbentuk
larut kembali. Isi labu dipindahkan ke dalam alat destilasi dan labu dibilas 5-6 kali
dengan 1-2 ml air destilata. Air cucian dipindahkan ke labu destilasi dan
ditambahkan 8-10 ml larutan 60% NaOH – 5% Na2S2O3. Erlenmeyer 250 ml yang
berisi 5 ml larutan H3BO3 dan 2-4 tetes indikator metilen red-metilen blue
8
diletakkan di bawah kondensor, diujung kondensor harus terendam di bawah
larutan H3BO3, dan dilakukan destilasi sehingga diperoleh sekitar 15 ml destilat.
Tahap titrasi diawali dengan standardisasi larutan HCl 0.02 N. Sebanyak 25
ml larutan HCl 0.02 N dipipet ke dalam erlenmeyer 250 ml, lalu ditambahkan 2-3
tetes indikator PP 1%. Selanjutnya dilakukan titrasi larutan HCl 0.02 N dengan
NaOH 0.02 N yang telah distandarisasi, dicatat volume NaOH yang diperlukan
untuk titrasi hingga warna larutan berubah menjadi merah muda, dan dihitung
normalitas larutan HCl. Kedua, titrasi destilat dengan HCl 0.02 N standar. Destilat
diencerkan dalam erlenmeyer hingga kira-kira 50 ml, dititrasi dengan HCl 0.02 N
terstandar sampai terjadi perubahan warna menjadi abu-abu, volume HCl 0.02 N
terstandar yang diperlukan untuk titrasi dicatat, dilakukan penetapan blanko
dengan prosedur yang sama dengan contoh, dan dilakukan analisis untuk blanko
(tanpa contoh). Volume HCl 0.02 N standar yang digunakan untuk titrasi blanko
dicatat.
( )
Kadar protein (%bb) = %N x faktor konversi (6.25) Keterangan:
Kadar protein (%bb) = kadar protein per basis basah
V = volume (ml)
N = normalitas (N)
W = bobot sampel (mg)
Analisis kadar lemak metode Soxhlet (SNI 1992)
Metode yang digunakan di dalam analisis lemak adalah metode ekstraksi
soxhlet. Labu lemak yang akan digunakan dikeringkan dalam oven, kemudian
didinginkan dalam desikator dan ditimbang beratnya. Contoh sebanyak 5 g dalam
bentuk tepung dibungkus dengan kertas saring kemudian kertas saring yang berisi
contoh tersebut dimasukkan ke dalam alat ekstraksi soxhlet. Alat kondensor
diletakkan di atasnya dan labu lemak diletakkan di bawahnya. Selanjutnya
dilakukan refluks selama minimal 6 jam sampai pelarut yang turun kembali ke
dalam labu lemak bewarna jernih. Pelarut yang ada di dalam labu lemak
didestilasi dan pelarut ditampung kembali. Kemudian labu lemak yang berisi
lemak hasil ekstraksi dipanaskan di dalam oven pada suhu 105 °C hingga
mencapai berat konstan, kemudian didinginkan di dalam desikator. Selanjutnya
labu beserta lemak di dalamnya ditimbang dan berat lemak dapat diketahui.
( )
Keterangan:
Kadar lemak (%bb) = kadar lemak per berat basah (%)
W = bobot contoh (g)
W1 = bobot labu lemak + lemak hasil ekstraksi (g)
W2 = bobot labu lemak kosong (g)
Analisis kadar abu dengan metode pengabuan kering (AOAC 2005)
Pengukuran kadar abu ditentukan dengan menggunakan alat tanur. Cawan
porselen dipanaskan terlebih dahulu dalam tanur, kemudian didinginkan dalam
desikator dan ditimbang. Sampel sebanyak 3-5 g di dalam cawan porselen dibakar
sampai tidak berasap dan diabukan dalam tanur bersuhu 600 °C sampai bewarna
9
putih (semua sampel telah menjadi abu) dan berat konstan. Kemudian didinginkan
dalam desikator dan ditimbang.
adar a u ( )
Keterangan:
Kadar abu (%bb) = kadar abu per berat basah (%)
W = bobot bahan sebelum diabukan (g)
W1 = bobot contoh + cawan kosong setelah diabukan (g)
W2 = bobot cawan kosong (g)
Analisis kadar karbohidrat metode by difference
Perhitungan kadar karbohidrat dilakukan berdasarkan selisih dari kadar air,
abu, lemak, dan protein (by difference) karena diasumsikan sebagai bobot sampel
selain air, abu, lemak, dan protein. Perhitungan kadar karbohidrat metode by
difference berdasarkan rumus berikut:
Kadar karbohidrat(%)=100%-%(kadar air+kadar abu+kadar lemak+kadar protein)
Sifat Fungsionalitas
Kadar antosianin monomerik total dengan metode perbedaan pH (Truong et
al. 2012)
Sebanyak 5 g sampel dilarutkan dalam 25 ml air destilata dengan pH 3.
Larutan tersebut dikocok selama 6 jam, didiamkan selama 12 jam dan kemudian
disaring menggunakan kertas saring. Filtrat yang diperoleh kemudian diambil
sebagai ekstrak antosianin. Sebanyak 0.6 ml ekstrak antosianin masing-masing
dimasukkan ke dalam dua tabung reaksi. Ke dalam tabung reaksi pertama
ditambahkan buffer KCl (0.025 M, pH 1) sebanyak 5.4 ml, sedangkan ke dalam
tabung reaksi kedua ditambahkan buffer natrium asetat (0.4 M, pH 4.5), sebanyak
5.4 ml. Keduanya didiamkan untuk equilibrasi selama 15 menit, kemudian diukur
pada panjang gelombang 520 nm dan 700 nm. Blanko yang digunakan adalah air
destilata.
( ) ( )
( )
Keterangan:
A = nilai absorbansi dari perhitungan awal
FP = faktor pengenceran
BM = berat molekum sianidin-3-glukosida (448.8 g)
ɛ = koefesien ekstingsi molar (29600 l/cm mol)
Aktivitas antioksidan metode DPPH (Kubo et al. 2002)
Analisis antioksidan diawali dengan membuat kurva standar menggunakan
asam askorbat pada konsentrasi 0 sampai 250 ppm. Prosedur pembuatan larutan
standar sama dengan prosedur pengujian sampel, yaitu 1.5 ml larutan buffer fosfat
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 2.85 ml etanol, larutan DPPH
1.5 mM sebanyak 150 µl, divortex, dan ditambahkan 45 µl asam askorbat. Kurva
asam askorbat dibuat dengan memplotkan hubungan antara konsentrasi asam
askorbat dan selisih antara absorbansi blanko dan absorbansi sampel. Prosedur
10
pengujian sampel dimulai dengan 1.5 ml larutan buffer fosfat dimasukkan ke
dalam tabung reaksi, ditambah dengan 2.85 ml etanol, dan larutan DPPH 1.5 mM
sebanyak 150 µl, divortex, dan ditambahkan 45 µl sampel. Campuran didiamkan
selama 30 menit pada suhu ruang dan diukur absorbansinya (A sampel) pada
panjang gelombang 520 nm. Absorbansi blanko diperoleh melalui prosedur yang
sama kecuali tanpa ada penambahan sampel. Selanjutnya selisish absorbansi
blanko dan sampel disubstitusi pada persamaan kurva standar asam askorbat
untuk menentukan AEAC (Ascorbic Acid Equivalent Capacity), yaitu dengan
menggunakan asam askorbat sebagai standar antioksidan.
( )
Keterangan :
A blanko = nilai absorbansi blanko
A sampel = nilai absorbansi larutan sampel
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persiapan bahan baku
Pada tahap awal penelitian dilakukan persiapan bahan baku utama dan
karekteristik dari masing-masing bahan baku tersebut, yaitu pasta ubi jalar ungu,
tepung kedelai, tepung kacang hijau, dan pati tapioka. Proses pembuatan pasta ubi
jalar ungu dapat dilihat pada Lampiran 1 dan proses pembuatan makaroni pasta
ubi jalar ungu dapat dilihat pada Lampiran 2. Karakterisasi bahan baku dilakukan
untuk memperoleh informasi sifat kimia dan fungsional dari masing-masing
bahan baku yang digunakan dalam pembuatan produk makaroni. Karakteristik
bahan baku utama produk makaroni pasta ubi jalar ungu dapat dilihat pada Tabel
1.
Tabel 1 Karakteristik bahan baku makaroni ubi jalar ungu
Parameter Pasta ubi jalar
ungu
Tepung
kedelai
Tepung kacang
hijau Pati tapioka
Kadar air (%) 65.96±0.090 4.56±0.050 4.02±0.030 11.90±0.400
Kadar abu (%) 0.74±0.010 4.75±0.010 3.42±0.010 0.14±0.010
Kadar lemak (%) 1.64±0.050 20.38±0.330 1.98±0.010 1.36±0.020
Kadar protein (%) 2.32±0.010 36.70±0.060 28.74±0.400 1.91±0.040
Karbohidrat by
difference (%)
29.35±0.040 33.61±0.210 61.86±0.390 84.69±0.410
Antioksidan
(mg AEAC/g)
41397.29±7.070 7685.92±9.430 10412.64±4.710 -
Antosianin
(mg/100g)
10.10±0.010 - - -
Stakiosa (mg/g) 6.20
Rafinosa (mg/g) 31.51
Keterangan: Angka merupakan nilai rata-rata ± standar deviasi (n=2)
Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa, tepung kedelai memiliki kadar
protein dan kadar lemak yang lebih tinggi dibandingkan tepung kacang hijau,
sedangkan keunggulan pasta ubi jalar ungu adalah kandungan oligosakarida
11
berupa stakiosa dan rafinosa. Stakiosa dan rafinosa merupakan oligosakarida yang
tidak dapat dicerna dan diserap oleh tubuh. Hal ini menyebabkan laju hidrolisis
karbohidrat dan pelepasan glukosa dalam darah lebih lambat, sehingga pangan
yang mengandung oligosakarida dapat digunakan untuk mengontrol kenaikan gula
darah dan mengurangi risiko penyakit diabetes melitus (Haliza et al. 2006). Ubi
jalar ungu memiliki kandungan serat pangan larut dan tidak larut yaitu pektin,
selulosa, dan hemiselulosa (Yoshimoto et al. 2005). Serat pangan menguntungkan
bagi kesehatan yaitu berfungsi mengontrol obesitas, penanggulangan diabetes,
mencegah gangguan gastrointestinal, kanker kolon, serta mengurangi tingkat
kolesterol darah. Meskipun serat pangan memberikan efek positif, namun juga
memberikan efek negatif, sehingga serat pangan tidak boleh dikonsumsi secara
berlebihan, yaitu sesuai acuan kebutuhan serat yang dianjurkan yaitu 30 g/hari
(Santoso 2011).
Kacang hijau dan kedelai memiliki kandungan isoflavon yang tinggi.
Isoflavon adalah subkelas dari flavonoid, yakni kelompok besar antioksidan
polifenol yang banyak dijumpai secara alami terutama pada kacang-kacangan.
Isoflavon yang terdapat pada kacang hijau dan kedelai yaitu daidzein, genistein,
dan glisitein. Kandungan isoflavon pada kacang hijau segar sebesar 70.74 mg/100
g. Kandungan isoflavon kacang hijau masih lebih rendah dibanding kandungan
isoflavon kedelai yaitu 149.54 mg/100 g (Iswandari 2006).
Hasil yang berlawanan ditunjukkan oleh pengukuran aktivitas antioksidan
metode DPPH. Djordjevic et al. (2011) melaporkan bahwa kadar total fenol
kedelai lebih tinggi dibanding kacang hijau. Total fenol kedelai dan kacang hijau
berturut-turut 18.7 dan 17.0 mg GAE/g. Namun, aktivitas antioksidan kacang
hijau lebih tinggi dibanding kedelai dengan metode DPPH. Berdasarkan Tabel 1,
aktivitas antioksidan tepung kacang hijau lebih tinggi dibanding tepung kedelai
yang berturut-turut 10412.64 dan 7685.92 mg AEAC/g. Secara umum, menurut
Djordjevic et al. (2011) terdapat beberapa alasan untuk menjelaskan hubungan
antara aktivitas antioksidan dan total fenol, diantaranya (1) kandungan total fenol
tidak termasuk semua antioksidan, seperti asam askorbat, karotenid, dan
tokoferol; (2) aktivitas antioksidan tidak hanya tergantung pada konsentrasi
antioksidan tetapi juga pada struktur dan interaksi diantara antioksidan; (3)
metode pengukuran dapat menghasilkan hasil yang berbeda karena perbedaan
mekanisme dari masing-masing metode.
Formulasi dan penentuan makaroni ubi jalar ungu terpilih
Formulasi dasar makaroni pasta ubi jalar ungu dengan rasio penambahan
pasta ubi jalar ungu dan tepung kacang hijau 50:47 (Formula 1), 45:52 (Formula
2), dan 40:57 (Formula 3), sedangkan untuk makaroni dengan penambahan tepung
kedelai, rasio yang digunakan meliputi 50:47 (Formula 4), 45:52 (Formula 5), dan
40:57 (Formula 6). Pada masing-masing formula (Formula 1-6) dilakukan uji
rating hedonik. Pengujian dilakukan pada 76 panelis tidak terlatih (Lampiran 4)
dan hasil uji rating hedonik formula dasar makaroni pasta ubi jalar ungu dapat
dilihat pada Tabel 2.
Berdasarkan data Tabel 2, formula 2 dan 3 memiliki skor tertinggi untuk
atribut rasa, tekstur, dan keseluruhan. Atribut aroma tidak berbeda nyata (P>0.5)
pada formula 1 sampai 3. Oleh karena itu, formula 2 lebih dipilih dibandingkan
formula 3 karena formula 2 menggunakan bahan baku tepung kacang hijau yang
12
lebih banyak daripada formula 3. Bahan baku ini lebih mudah ditemukan di pasar
lokal. Selain itu, atribut warna formula 2 lebih disukai panelis daripada formula 3
(P<0.5). Variasi warna dan kadar antosianin berkorelasi dengan nilai kromatis.
Nilai derajat Hue semakin meningkat dengan semakin besarnya jumlah
penambahan tepung kacang hijau di dalam formula (Mulyawanti 2015),
sedangkan untuk formula yang menggunakan tepung kedelai (F4, F5, F6), dipilih
formula 4 karena memiliki skor tertinggi untuk semua atribut. Oleh sebab itu,
formula 2 dipilih dari kelompok campuran tepung kacang hijau dan formula 4
dipilih dari kelompok campuran tepung kedelai.
Tabel 2 Hasil uji rating hedonik formula dasar makaroni ubi jalar ungu
Parameter Formula
F1 F2 F3 F4 F5 F6
Warna 4.66b 4.38
a,b 4.13
a 5.34
c 4.46
a,b 4.25
a
Aroma 4.29a
4.32a 4.16
a 4.71
b 4.07
a 4.32
a
Rasa 3.53a,b
3.89b,c
4.05c 4.22
c 3.37
a 4.12
c
Tekstur 3.53a,b
3.89b,c
4.12c 4.22
c 3.37
a 4.12
c
Keseluruhan 3.83a,b
4.05b,c
4.07b,c
4.36c 3.67
a,b 3.53
a
Keterangan: 1)
F1-3 merupakan formula dengan campuran tepung kacang hijau ; F4-6 merupakan formula
dengan campuran tepung kedelai 2)
F1, F4 menggunakan rasio pasta ubi jalar ungu dan tepung kacang hijau atau kedelai (50-47) 3)
F2, F5 menggunakan rasio pasta ubi jalar ungu dan tepung kacang hijau atau kedelai (45-52) 4)
F3, F6 menggunakan rasio pasta ubi jalar ungu dan tepung kacang hijau atau kedelai (40-57) 5)
Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan nilai yang
tidak berbeda nyata (P<0.05, n=6)
Formula 2 memiliki tingkat kesukaan panelis pada taraf netral hingga agak
suka untuk atribut warna, aroma, dan keseluruhan. Atribut rasa dan tekstur
formula 2 berada pada taraf agak tidak suka hingga netral. Formula 4 memiliki
tingkat kesukaan panelis pada taraf netral hingga agak suka pada atribut aroma,
rasa, tekstur, dan keseluruhan. Atribut warna untuk formula 4 berada pada taraf
agak suka hingga suka.
Karakteristik kimia, fisik, dan fungsional makaroni ubi jalar ungu terpilih
Berdasarkan pengujian rating hedonik pada tahap sebelumnya, didapatkan
dua produk makaroni formula dasar pasta ubi jalar ungu terpilih yang disukai
panelis seperti pada Gambar 4 dan 5. Menurut SNI 01-3777-1995 tentang
makaroni, makaroni adalah produk bahan makanan yang dibuat dari campuran
terigu dan bahan makanan lain, dicetak ke dalam berbagai bentuk, dan
dikeringkan dengan atau tanpa bahan tambahan makanan. Adapun standar
tersebut mensyaratkan per berat basah kadar air maksimal 12.5 %, kadar abu
maksimal 1%, kadar lemak maksimal 1.5%, dan kadar protein minimal 10%.
Karakteristik makaroni formula dasar pasta ubi jalar ungu terpilih dapat dilihat
pada Tabel 3 dan Lampiran 5. Berdasarkan karakteristik kimia pada Tabel 3,
ditunjukkan kadar air makaroni formula dasar pasta ubi jalar ungu telah
memenuhi syarat mutu. Kadar protein makaroni formula dasar pasta ubi jalar
ungu lebih besar dari syarat mutu per basis basah yaitu 12.93% (formula 2) dan
20.78% (formula 4). Formula 4 memiliki kadar protein lebih tinggi daripada
13
formula 2 karena perbedaan bahan baku tepung yang digunakan. Kadar abu dan
kadar lemak makaroni formula dasar pasta ubi jalar ungu tidak memenuhi syarat
mutu SNI karena makaroni formula dasar pasta ubi jalar ungu tidak menggunakan
tepung terigu (bebas gluten) dalam pengolahannya. Energi total makaroni ubi jalar
ungu yaitu 378.38 kkal per 100 g sajian (F2) dan 443.21 kkal per 100 g sajian
(F4). Formula 2 menyumbang 18.92% energi dan formula 4 menyumbang 22.16%
energi dari kebutuhan 2150 kkal per hari yang direkomendasikan oleh Peraturan
Menteri Kesehatan (Permenkes) RI nomor 75 pasal 4 tahun 2013. Dengan kata
lain, konsumsi normal makaroni ubi jalar ungu tidak akan mengakibatkan jumlah
kalori yang berlebih bagi tubuh.
Gambar 4 Makaroni formula dasar terpilih F2
(45% pasta ubi jalar ungu, 52% tepung kacang hijau dan 3% pati tapioka)
Gambar 5 Makaroni formula dasar terpilih F4
(50% pasta ubi jalar ungu, 47% tepung kedelai dan 3% pati tapioka)
Hasil pengukuran parameter cooking loss selama proses pemasakan pasta
menunjukkan kekompakan terkstur produk, karena semakin kecil nilai cooking
loss tekstur produk yang terbentuk semakin kompak. Nilai cooking loss produk
yang dihasilkan cukup tinggi, yaitu berkisar pada rentang nilai 11.04-30.39%
(Mulyawanti 2015). Nilai cooking loss dipengaruhi oleh kekuatan matrik protein
pati yang terbentuk selama proses pembuatan pasta. Selama pemasakan, granula
pati akan membengkak dan akan pecah sehingga sebagian akan larut. Protein
tidak larut dan menggumpal membentuk jaringan kuat yang dapat memerangkap
pati. Semakin cepat terjadinya pembentukan jaringan protein, pembengkakan pati
akan semakin kecil, sehingga konsistensi produk akan semakin baik dan produk
menjadi tidak lengket (Marti dan Pagani 2013). Pada Tabel 5 diketahui bahwa
nilai cooking loss formula 2 lebih besar daripada formula 4. Hal ini berkaitan
dengan tingginya kadar protein pada formula 4 sehingga mampu membentuk
jaringan kuat yang dapat mencegah larutnya padatan selama pemasakan.
14
Warna produk makaroni ditunjukkan dengan nilai L, a, b, dan derajat Hue.
Formula 2 dan 4 masuk ke dalam rentang derajat Hue 342-18 yaitu ungu merah,
sedangkan pasta ubi jalar ungu masuk ke dalam rentang derajat Hue 18-54 yaitu
merah. Nilai derajat Hue produk makaroni meningkat bila dibandingkan dengan
pasta ubi jalar ungu. Hal ini disebabkan oleh proses pemanasan dan campuran
produk dengan tepung kacang hijau atau tepung kedelai. Penambahan tepung
dapat meningkatkan nilai derajat Hue produk makaroni. Selain itu, produk
makaroni mengalami proses pengeringan pada suhu 50 ⁰C selama 10 jam.
Interaksi produk makaroni dengan pemanasan yang semakin lama menyebabkan
diskolorisasi dari komplek antosianin-kopigmen (Bakowska et al. 2003).
Tabel 3 Karakteristik fisikokimia dan fungsional makaroni formula dasar pasta
ubi jalar ungu terpilih
Karakteristik kimia Formula
F2 F4
Air (% bb) 3.40 ± 0.110 2.45
± 0.030
Abu (%bb) 3.33 ± 0.010 1.61 ± 0.020
Lemak (%bb) 1.06 ± 0.040 11.89 ± 0.050
Protein (%bb) 12.93 ± 0.150 20.78 ± 0.100
Karbohidrat 79.28 ± 0.230 63.27 ± 0.200
Energi per 100 g (kkal) 378.38 ± 0.720 443.21 ± 0.110
Karakteristik fisik
Cooking loss (%) 20.14 ± 0.010 18.25 ± 0.000
Warna
L 39.76 ± 0.060 40.17 ± 0.010
A 10.34 ± 0.010 14.24 ± 0.020
B -0.09 ± 0.010 -3.21 ± 0.010
⁰Hue 0.51 ± 0.060 12.70 ± 0.030
Kategori warna Ungu merah Ungu Merah
Tekstur
Kekerasan (gf) 3,789.67 ± 3.980 3,377.57 ± 1.100
Elastisitas 0.45 ± 0.010 0.43 ± 0.020
Kelengketan (gf) 1,233.01 ± 12.200 935.01 ± 2.330
Karakteristik fungsional
Antioksidan (mgAEAC/g) 12,886.12 ± 7.070 7,157.65 ±2.360
Antosianin (mg/g) 2.0503 ± 0.000 3.6804 ± 0.000 Keterangan : F2 merupakan formula dengan rasio perbandingan pasta ubi jalar ungu dan tepung
kacang hijau sebesar 45:52 ; F4 merupakan formula dengan rasio perbandingan pasta ubi jalar
ungu dan tepung kedelai sebesar 50:47. Nilai adalah rata-rata ± standar deviasi (n=2)
Nilai kekerasan didefinisikan sebagai gaya untuk menghasilkan deformasi
tertentu. Elastisitas didefinisikan sebagai laju bahan yang dideformasi kembali ke
kondisi asal setelah gaya yang mendeformasi ditiadakan. Kelengketan ialah sifat
permukaan yang berkaitan dengan adesi antara bahan dengan permukaan yang
berdampingan. Tingkat elastisitas semakin rendah dengan penggunaan pasta ubi
jalar ungu yang semakin tinggi dan kadar protein dalam formula (Mulyawanti
2015). Kemampuan pembentukan jaringan protein yang semakin kuat membuat
produk makaroni menjadi tidak lengket (Marti dan Pagani 2013). Pada Tabel 5
15
diketahui bahwa formula 2 lebih keras dibandingan formula 4. Elastisitas formula
4 yang menggunakan pasta ubi jalar ungu lebih banyak memiliki tingkat
elastisitas yang lebih rendah, sedangkan kelengketan formula 4 lebih rendah
karena kadar protein yang lebih tinggi.
Karakteristik fungsional makaroni formula dasar pasta ubi jalar ungu,
formula 2 memiliki aktivitas antioksidan lebih rendah daripada formula 4 karena
formula 2 menggunakan bahan baku tepung kacang hijau yang memiliki aktivitas
antioksidan lebih tinggi daripada tepung kedelai. Kadar antosianin formula 4 lebih
tinggi daripada formula 2 karena pasta ubi jalar ungu yang digunakan lebih
banyak.
Pengembangan makaroni formula citarasa rempah
Rempah yang digunakan untuk memberikan citarasa makaroni ubi jalar
ungu adalah 2% kayu manis (b/b), 2% lada hitam (b/b), atau 3% campuran
keduanya (b/b). Rempah ditambahkan pada formula dasar terpilih (F2 dan F4).
Rasio penambahan
Kombinasi formula dasar terpilih dengan penambahan rempah yang
digunakan menghasilkan data uji rating hedonik seperti tertera pada Tabel 4 dan
Lampiran 6.
Tabel 4 Hasil uji rating hedonik formula makaroni ubi jalar ungu
bercitarasa rempah
Parameter Formula
F7KM F7C F7LH F8KM F8C F8LH
Warna 4.55b
3.89a 3.57
a 4.49
b 3.92
a 3.67
a
Aroma 4.59b,c
4.21a
4.84c
4.49b,c
3.87a
4.29b
Rasa 4.57d
3.88b,c
4.45d
4.23c,d
3.23a 3.52
a,b
Tekstur 4.49d 3.69
c 3.57
c 3.53
c 2.44
a 2.87
b
Keseluruhan 4.68d
4.12b,c
4.24b
4.16c
3.25a
3.73b
Keterangan: 1)
F7 merupakan formula dasar terpilih dengan tepung kacang hijau; F8 merupakan formula dasar
terpilih dengan tepung kedelai 2)
F7KM, F8KM merupakan formula dasar terpilih dengan penambahan 2% kayu manis 3)
F7C, F8C merupakan formula dasar terpilih dengan penambahan 3% campuran rempah (rasio
1:1) 4)
F7LH, F8LH merupakan formula dasar terpilih dengan penambahan 2% lada hitam
5) Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan nilai yang
tidak berbeda nyata (P<0.05, n=6)
Hasil uji rating hedonik menunjukkan formula 7KM dan 8KM yang
menggunakan penambahan kayu manis sebanyak 2% memiliki skor tertinggi
untuk semua atribut warna, aroma, rasa, tekstur, dan keseluruhan. Formula 7KM
memiliki tingkat kesukaan panelis netral hingga agak suka pada semua atribut.
Penambahan 2% kayu manis meningkatkan penerimaan panelis dibanding
formula dasar untuk semua atribut. Formula 8KM memiliki tingkat kesukaan
panelis netral hingga agak suka untuk atribut warna, aroma, rasa, dan keseluruhan.
Atribut tekstur untuk formula 8KM adalah agak tidak suka hingga netral. Oleh
sebab itu, formula 2 dipilih dari kelompok campuran tepung kacang hijau dan
formula 4 dipilih dari kelompok campuran tepung kedelai. Penambahan 2% kayu
16
manis menurunkan tingkat penerimaan panelis untuk atribut warna dan tekstur
dibanding dengan formula dasar campuran tepung kedelai.
Karakteristik kimia, fisik, dan fungsional makaroni ubi jalar ungu
bercitarasa rempah terpilih
Gambar 6 Makaroni formula bercitarasa terpilih F7KM
(makaroni formula dasar tepung kacang hijau ditambah 2% kayu manis)
Gambar 7 Makaroni formula bercitarasa terpilih F8KM
(makaroni formula dasar tepung kedelai ditambah 2% kayu manis)
Berdasarkan uji rating hedonik, didapatkan makaroni pasta ubi jalar ungu
bercitarasa terpilih yaitu formula 7KM (makaroni formula dasar tepung kacang
hijau ditambah 2% kayu manis) dan 8KM (makaroni formula dasar tepung
kedelai ditambah 2% kayu manis) seperti pada Gambar 6 dan 7. Menurut SNI 01-
3777-1995 tentang makaroni, standar untuk produk makaroni per basis basah
yaitu kadar air maksimal 12.5%, kadar abu maksimal 1%, kadar lemak maksimal
1.5%, dan kadar protein minimal 10%. Karakteristik formula makaroni ubi jalar
ungu bercitarasa terpilih dapat dilihat pada Tabel 5 dan Lampiran 7. Berdasarkan
karakteristik kimia pada Tabel 5, kadar air makaroni ubi jalar ungu bercitarasa
rempah telah memenuhi syarat mutu. Kadar protein makaroni ubi jalar ungu
bercitarasa rempah lebih besar dari syarat mutu yaitu 17.90% (formula 7KM) dan
26.56% (formula 8KM). Formula 8KM memiliki kadar protein lebih tinggi
daripada formula 7KM karena perbedaan bahan baku tepung yang digunakan.
Sedangkan kadar abu dan kadar lemak tidak memenuhi syarat mutu SNI. Hal ini
dikarenakan, makaroni ubi jalar ungu tidak menggunakan tepung terigu atau
produk bebas gluten. Penambahan rempah dalam formula telah meningkatkan
kadar air, abu, protein, dan lemak. Energi total makaroni ubi jalar ungu bercitarasa
rempah lebih rendah daripada formula terpilih awal yaitu 353.82 kkal per 100 g
sajian (F7KM) dan 424.58 kkal per 100 g sajian (F8KM). Formula 7KM
menyumbang 17.69% energi dan formula 8KM menyumbang 21.23% energi dari
kebutuhan kebutuhan 2150 kkal per hari yang direkomendasikan oleh Peraturan
Menteri Kesehatan (Permenkes) RI nomor 75 pasal 4 (2013). Dengan kata lain,
17
konsumsi normal makaroni ubi jalar ungu tidak akan mengakibatkan jumlah
kalori yang berlebih bagi tubuh.
Formula 8KM memiliki nilai cooking loss yang lebih kecil daripada formula
7KM. Nilai ini tidak berbeda nyata dengan karakteristik makaroni formula dasar
terpilih. Warna produk ditunjukkan dengan nilai L, a, b, dan derajat Hue. Formula
7KM dan 8KM masuk ke dalam rentang derajat Hue 342-18 yaitu ungu merah.
Rentang warna ini tidak berubah bila dibandingkan dengan makaroni formula
dasar. Formula 7KM lebih keras dan lebih lengket dibandingkan dengan formula
8KM. Penambahan rempah yaitu 2% kayu manis tidak memberikan hasil yang
berbeda nyata terhadap karakteristik fisik produk makaroni formula bercitarasa.
Karakteristik fisikokimia dan fungsional makaroni formula bercitarasa rempah
terpilih dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Karakteristik fisikokimia dan fungsional makaroni formula
bercitarasa rempah terpilih
Karakteristik kimia
Formula
F7KM F8KM
Air (% bb) 6.47 ± 0.030 5.34 ± 0.100
Abu (%bb) 8.82 ± 0.020 5.67 ± 0.010
Lemak (%bb) 2.99 ± 0.010 13.72 ± 0.360
Protein (%bb) 17.90 ± 0.060 26.56 ± 0.040
Karbohidrat 63.81 ± 0.060 48.71 ± 0.270
Energi per 100 g (kkal) 353.82 ± 0.030 424.58 ± 2.250
Karakteristik fisik
Cooking loss (%) 20.58 ± 0.010 19.52 ± 0.000
Warna
L 40.18 ± 0.020 42.44 ± 0.090
a 10.47 ± 0.040 14.20 ± 0.070
b 3.35 ± 0.020 3.57 ± 0.020
Hue 17.76 ± 0.020 14.12 ± 0.010
Kategori warna Ungu merah Ungu Merah
Tekstur
Kekerasan (gf) 4,013.40 ± 2.100 3,503.39 ± 3.100
Elastisitas 0.46 ± 0.010 0.43 ± 0.010
Kelengketan (gf) 1,343.68 ± 11.550 968.11 ± 11.040
Karakteristik fungsional
Antioksidan
(mg AEAC/g)
16,047.15 ± 2.360 10,433.30 ± 2.360
Antosianin (mg/g) 2.0393 ± 0.000 3.5852 ± 0.000 Keterangan : F7KM adalah makaroni formula dasar terpilih campuran tepung kacang hijau yang
ditambah 2% kayu manis; F8KM adalah makaroni formula dasar terpilih campuran tepung kedelai
yang ditambah 2% kayu manis. Angka merupakan rata-rata ± standar deviasi (n=2)
Makaroni ubi jalar ungu bercitarasa rempah terpilih merupakan formula
awal makaroni terpilih ditambahkan kayu manis sebanyak 2%. Kayu manis
mampu menambah sifat fungsional dan memperpanjang umur simpan produk,
diantaranya berpotensi sebagai antioksidan dan antimikroba yang dapat
dimanfaatkan pada bahan pangan (Djafar dan Redha 2012). Berdasarkan
18
karakteristik fungsional makaroni pasta ubi jalar ungu formula bercitarasa terpilih,
aktivitas antioksidan formula 8KM (penambahan rempah pada makaroni formula
dasar terpilih) meningkat bila dibandingkan dengan formula 4 (makaroni formula
dasar terpilih campuran tepung kedelai), sedangkan kadar antosianin produk
bercitarasa tidak berbeda dengan produk formula dasar. Hal ini dikarenakan
konsentrasi penggunaan pasta ubi jalar ungu sama.
Modifikasi formula pasta ubi jalar ungu yang diteliti oleh Mulyawanti
(2015) dengan menggantikan tepung kacang hijau menjadi tepung kedelai mampu
meningkatkan kadar protein produk. Formula dasar tepilih campuran kacang hijau
dipilih pada perbandingan pasta ubi jalar ungu 45-52 (F2) dan 50:47 (F4) untuk
campuran tepung kedelai. Penerimaan panelis terhadap produk makaroni dengan
campuran tepung kacang hijau meningkat setelah diberikan penambahan 2% kayu
manis pada formula dasar terpilih. Sedangkan penerimaan panelis terhadap
produk makaroni dengan campuran tepung kedelai lebih baik pada formula dasar
tanpa ditambahkan citarasa rempah. Penambahan rempah meningkatkan aktivitas
antioksidan produk makaroni. Formula dengan penambahan tepung kedelai
memiliki karakteristik fisik dan kimia yang lebih baik dibanding formula dengan
penambahan tepung kacang hijau. Hal ini dikarenakan, kadar protein tepung
kedelai yang lebih tinggi akan mempengaruhi karakteristik fisik dan kimia produk
makaroni.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Formulasi dasar terpilih hasil uji organoleptik dalam pengembangan
makaroni ubi jalar ungu adalah formula yang menggunakan campuran pasta ubi
jalar ungu dan tepung kacang hijau sebesar 45:52 (F2) dan formula yang
menggunakan campuran pasta ubi jalar ungu dan tepung kedelai sebesar 50:47
(F4). Berdasarkan karakteristik kimia, formula dengan campuran tepung kedelai
memiliki kadar lemak, protein, karbohidrat, dan energi yang lebih tinggi.
Berdasarkan karakteristik fisik, makaroni memiliki warna ungu merah dengan
tingkat kekerasan, elastisitas, dan kelengketan lebih tinggi pada formula dengan
campuran tepung kacang hijau. Aktivitas antioksidan formula dengan campuran
tepung kacang hijau lebih tinggi dari formula dengan campuran tepung kedelai
yaitu 12,886.12 dan 7,157.65 mg AEAC/g. Formula terpilih hasil uji organoleptik
dalam pengembangan makaroni ubi jalar ungu bercitarasa adalah makaroni
formula dasar terpilih dengan penambahan 2% kayu manis pada campuran tepung
kacang hijau (7KM) dan campuran tepung kedelai (8KM). Formula tersebut
ditambahkan kayu manis sebesar 2%. Berdasarkan karakteristik kimia dan fisik,
penambahan kayu manis sebesar 2% tidak mempengaruhi sifat kimia dan fisik.
Aktivitas antioksidan makaroni bercitarasa meningkat yaitu 16,047.15 mg
AEAC/g untuk makaroni formula bercitarasa dengan campuran tepung kacang
hijau dan 10,433.30 mg AEAC/g untuk makaroni formula bercitarasa dengan
campuran tepung kedelai.
Penerimaan panelis terhadap produk makaroni dengan campuran tepung
kacang hijau meningkat setelah diberikan penambahan 2% kayu manis pada
19
formula dasar terpilih. Tingkat kesukaan panelis terhadap produk makaroni
dengan campuran tepung kacang hijau pada taraf netral hingga agak suka untuk
semua atribut. Penerimaan panelis terhadap produk makaroni dengan campuran
tepung kedelai lebih baik pada formula dasar tanpa ditambahkan citarasa rempah.
Tingkat kesukaan panelis terhadap produk camputan tepung kedelai pada taraf
netral hingga agak suka pada parameter aroma, rasa, tekstur, dan keseluruhan,
serta taraf agak suka hingga suka untuk atribut warna.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai formulasi makaroni pasta
ubi jalar ungu hingga mendapatkan taraf yang disukai panelis dan pengujian
secara in vivo untuk mengetahui pengaruh sifat fungsional produk terhadap
kesehatan, seperti kondisi kesehatan penderita hiperglikemia atau
hiperkolesterolemia.
20
DAFTAR PUSTAKA
Andarwulan N, Faradilla F. 2012. Pewarna Alami untuk Pangan. Bogor (ID):
Seafast Center.
[AOAC] Association of Official of Analitycal Chemist. 1995. Official Methods
991.43 Total, Soluble, Insoluble Dietary Fibre in Foods. Washington DC
(US): AOAC.
[AOAC] Association of Official of Analitycal Chemist. 2005. Official Methods of
Analysis of the Association of Official Agricult Chemist. Inc. Washington
DC (US): AOAC.
[Aptindo] Asosiasi Pedagang Tepung Terigu Indonesia. 2014. Overview Industri
Tepung Terigu Nasional Indonesia. Jakarta (ID): Aptindo.
Bakowska A, Kucharska AZ, Oszmianski J. 2003. The effects ofe heating, UV
irradiation, and storage on stability of the anthocyanin-polyphenol
copigment complex. Food Chemistry 81(3): 349-355.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1992. SNI-01-2891-1992: Cara Uji
Makanan dan Minuman. Jakarta (ID): Standar Nasional Indonesia.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1995. SNI-01-3777-1995: Makaroni.
Jakarta (ID): Standar Nasional Indonesia.
De Aguiar CP, Ekici L, Ryan C, Barnes, Gomes C, Talcott St. 2015. Pre-heating
ang polyphenol oxidase inhibititon impact on extraction of purple sweet
potato anthocyanins. Journal food Chemistry 180: 227-234.
[Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementrian
Pertanian]. 2014. Marketing Intelligence: situasi pasar komoditi pertanian
wilayah ASEAN. Jurnal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian.
1(1):1-30.
Djafar F, Redha F. 2012. Karakterisasi dan modifikasi sifat fungsional kayu manis
dalam produk pangan. Jurnal Hasil Penelitian Industri. 25(1):18-27.
Djordjevic TM, Slavica SSM, Suzana ID. 2011. Antioxidant activity and total
phenolic content in some cereals and legumes. International Journal of
Food Properties 14: 175-184.
Endika MF. 2014. Aktivitas antioksidan minuman beralkohol dari ragi tuak dayak
dengan kombinasi ketan hitam (Oryza sativa L. Var glutinosa) dan beras
hitam (Oryza sativa L.) kultivar cempo ireng [Skripsi]. Yogyakarta (ID):
Universitas Atma Jaya.
Haliza W, Purwani EY, Yuliani S. 2006. Evaluasi kadar pati tahan cerna dan nilai
indeks glikemik mi sagu. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian.
16(2):149-152.
Hutching JB. 1999. Food Color and Appearance. London: Blackie Academic &
Professional.
Iswandari R. 2006. Studi kandungan isoflavon pada kacang hijau (Vigna radiata
L), tempe kacang hijau, dan bubur kacang hikau [Skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
21
Jusuf M, Rahayuningsih St.A, Ginting E. 2008. Ubi jalar ungu. Warta Penelitian
dan Pengembangan Pertanian. 30:13-14.
Kubo I, Masuoka IN, Xiao P, Haraguchi H. 2002. Antioxidant Activity of
Dodecyl Gallate. Journal Agricultural Food Chemistry 50: 3533-3539.
Limroongreungrat K, Yao-Wen Huang. 2007. Pasta products made from sweet
potato fortified with soy protein. LWT 40: 200-206.
Mahmudatussa’adah Al. 2014. Karakteristik antosianin dan profil sensori ubi jalar
ungu (Ipomea batatas L) yang dibudidayakan pada tiga daerah berbeda
[Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Marti A, Pagani MA. 2013. What can play the role of gluten in gluten free pasta.
Review. Trend in Food Science and Technology 31:63-71.
Meilgaard M. Civille GV, Carr BT. 1999. Sensory Evaluation Techniques (Third
Ed). New York (US): CRC Press.
Mulyawanti I. 2015. Optimasi formula pasta ubi jalar ungu dengan mixture design
dan penentuan umur simpannya [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
[Permenkes] Peraturan Menteri Kesehatan. Pusat Kesehatan Masyarakat pasal 75
nomor 4. Jakarta (ID): Kementrian Kesehatan RI.
Risfaheri. 2012. Diversifikasi produk lada (Piper nigrum) untuk peningkatan nilai
tambah. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian. 8(1): 15-26.
Rosmeri VI, Monica BN. 2013. Pemanfaatan tepung Umbi Gadung (Dioscorea
hispida Dennst) dan tepung mocaf (Modified Cassava Flour) sebagai
bahan substitusi pembuatan mie basah, mie kering, dan mie instan. Jurnal
Teknologi Kimia dan Industri 2(2):246-256.
Santoso A. 2011. Serat pangan (dietary fiber) dan manfaatnya bagi kesehatan.
Jurnal Magistra 23(2):35-40.
[SMS] Stable Micro System. 2007. The Texture Analysis Application Directory
Food Products. Surrey (UK): Stable Micro System.
Truong VD, Hu Z, Thompson RL, Yencho GC, Pecota KV. 2012. Pressurizes
liquid extraction and quantification of anthocyanins inpurple-fleshed sweet
potato genotypes. Journal Food Compos Analysis 26:96-103.
Xiu-Li H, L Xue-Li, L Yuan-ping, H Qiang. 2015. Composition and color
stability of anthocyanin-based extract from purple sweet potato. Food Sci.
Technol (Campinas) 35(3): 468-473.
Yasni S, Widowati S, Agustinisari I, Fonna Z, dan Danuarsa. 2009. Pemanfaatan
ubi jalar ungu sebagai bahan produk pangan fungsional. Ringkasan
Eksekutif Hasil-hasil Penelitian. Kerjasama Kemitraan Penelitian
Pertanian dengan Perguruan Tinggi.
Yoshimoto M, Yamakawa O, Tanoue H. 2005. Potential Cemopreventive
Properties and Variental Difference of Dietary Fiber from Sweetpotato
(Ipomea batatas L.) Root. The Japan Agricultural Research Quarterly
9(1):37-43.
22
23
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses pengolahan pasta ubi jalar ungu pembuatan makaroni ubi jalar
ungu
Pencucian Pengukusan Pengupasan kulit
Penimbangan dan
pengemasan Penggilingan
24
Lampiran 2 Proses pembuatan makaroni pasta ubi jalar ungu
25
Lampiran 3 Karakteristik bahan baku utama makaroni pasta ubi jalar ungu
1. Kadar air
Sampel Kadar air (%bb) Rerata ± SD
Pasta ubi jalar ungu 65.89
65.96 ± 0.090 66.02
Tepung kedelai 453
4.56 ± 0.050 4.60
Tepung kacang hijau 4.04
4.02 ± 0.030 3.99
Pati tapioka 12.18
11.90 ± 0.397 11.62
2. Kadar abu
Sampel Kadar abu (%bb) Rerata ± SD
Pasta ubi jalar ungu 0.74
0.74 ± 0.004 0.75
Tepung kedelai 4.74
4.75 ± 0.008 4.75
Tepung kacang hijau 3.41
3.42 ± 0.013 3.43
Pati tapioka 0.14
0.14 ± 0.008 0.15
3. Kadar lemak
Sampel Kadar lemak (%bb) Rerata ± SD
Pasta ubi jalar ungu 1.67
1.64 ± 0.046 1.60
Tepung kedelai 20.61
20.38 ± 0.328 20.15
Tepung kacang hijau 1.97
1.98 ± 0.001 1.98
Pati tapioka 1.34
1.36 ± 0.021 1.37
26
4. Kadar protein
Sampel Kadar protein (%bb) Rerata ± SD
Pasta ubi jalar ungu 2.32
2.32 ± 0.005 2.31
Tepung kedelai 36.66
36.70 ± 0.055 36.74
Tepung kacang hijau 28.45
28.74 ± 0.404 29.02
Pati tapioka 1.94
1.91 ± 0.037 1.88
5. Kadar karbohidrat (by difference)
Sampel Kadar karbohidrat (%) Rerata ± SD
Pasta ubi jalar ungu 29.38
29.35 ± 0.042 29.32
Tepung kedelai 33.46
33.61 ± 0.212 33.76
Tepung kacang hijau 62.13
61.86 ± 0.389 61.58
Pati tapioka 84.40
84.69 ± 0.410 84.98
6. Antioksidan
Sampel Antioksidan
(mg AEAC/ g) Rerata ± SD
Pasta ubi jalar ungu 41394.12
41397.29 ± 7.071 41400.45
Tepung kedelai 7353.92
7685.92 ± 9.428 8017.93
Tepung kacang hijau 10735.01
8800.77 ± 28.284 6866.54
7. Antosianin
Sampel Antosianin
(mg/100g) Rerata ± SD
Pasta ubi jalar ungu 10.0375
10.101 ± 0.0009 10.1648
27
Lampiran 4 Hasil organoleptik formula dasar makaroni pasta ubi jalar ungu
1. Aroma
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Skor
Source Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Model 8752.686a 81 108.058 86.527 .000
Panelis 266.568 75 3.554 2.846 .000
Sampel 18.520 5 3.704 2.966 .012
Error 468.314 375 1.249
Total 9221.000 456
a. R Squared = .949 (Adjusted R Squared = .938)
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Skor
Duncana.b
Sampel N Subset
1 2
F1 76 4.07
F6 76 4.16
F4 76 4.29
F3 76 4.32
F5 76 4.32
F2 76 4.71
Sig. .226 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 1.249.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
b. Alpha = 0.05
Keterangan
F1 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kacang hijau, tapioka (50:47:3)
F2 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kacang hijau, tapioka (45:52:3)
F3 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kacang hijau, tapioka (40:57:3)
F4 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kedelai, tapioka (50:47:3)
F5 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kedelai, tapioka (45:52:3)
F6 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kedelai, tapioka (40:57:3)
28
2. Warna
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Skor
Source Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Model 9789.239a 81 120.855 89.609 .000
Sampel 71.406 5 14.281 10.589 .000
Panelis 330.200 75 4.403 3.264 .000
Error 505.761 375 1.349
Total 10295.000 456
a. R Squared = .951 (Adjusted R Squared = .940)
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Skor
Duncana.b
Sampel N Subset
1 2 3
F6 76 4.13
F3 76 4.25
F5 76 4.38 4.38
F1 76 4.46 4.46
F4 76 4.66
F2 76 5.34
Sig. .113 .168 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 1.349.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 76.000.
b. Alpha = 0.05.
Keterangan
F1 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kacang hijau, tapioka (50:47:3)
F2 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kacang hijau, tapioka (45:52:3)
F3 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kacang hijau, tapioka (40:57:3)
F4 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kedelai, tapioka (50:47:3)
F5 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kedelai, tapioka (45:52:3)
F6 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kedelai, tapioka (40:57:3)
29
3. Rasa
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Skor
Source Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Model 7194.860a 81 88.825 45.935 .000
Panelis 341.570 75 4.554 2.355 .000
Sampel 44.860 5 8.972 4.640 .000
Error 725.140 375 1.934
Total 7920.000 456
a. R Squared = .908 (Adjusted R Squared = .889)
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Skor
Duncana.b
Sampel N Subset
1 2 3
F1 76 3.37
F4 76 3.53 3.53
F5 76 3.89 3.89
F6 76 4.05
F3 76 4.12
F2 76 4.22
Sig. .484 .103 .188
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 1.934.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 76.000.
b. Alpha = 0.05.
Keterangan
F1 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kacang hijau, tapioka (50:47:3)
F2 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kacang hijau, tapioka (45:52:3)
F3 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kacang hijau, tapioka (40:57:3)
F4 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kedelai, tapioka (50:47:3)
F5 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kedelai, tapioka (45:52:3)
F6 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kedelai, tapioka (40:57:3)
30
4. Tekstur
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Skor
Source Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Model 7241.518a 81 89.401 46.148 .000
Sampel 47.518 5 9.504 4.906 .000
Panelis 339.123 75 4.522 2.334 .000
Error 726.482 375 1.937
Total 7968.000 456
a. R Squared = .909 (Adjusted R Squared = .889)
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Skor
Duncana.b
Sampel N Subset
1 2 3
F1 76 3.37
F4 76 3.53 3.53
F5 76 3.89 3.89
F3 76 4.12
F6 76 4.13
F2 76 4.22
Sig. .485 .104 .188
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 1.937.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 76.000.
b. Alpha = 0.05.
Keterangan
F1 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kacang hijau, tapioka (50:47:3)
F2 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kacang hijau, tapioka (45:52:3)
F3 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kacang hijau, tapioka (40:57:3)
F4 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kedelai, tapioka (50:47:3)
F5 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kedelai, tapioka (45:52:3)
F6 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kedelai, tapioka (40:57:3)
31
5. Keseluruhan
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Skor
Source Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Model 7320.132a 81 90.372 65.950 .000
Panelis 290.500 75 3.873 2.827 .000
Sampel 34.465 5 6.893 5.030 .000
Error 513.868 375 1.370
Total 7834.000 456
a. R Squared = .934 (Adjusted R Squared = .920)
Keterangan
F1 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kacang hijau, tapioka (50:47:3)
F2 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kacang hijau, tapioka (45:52:3)
F3 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kacang hijau, tapioka (40:57:3)
F4 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kedelai, tapioka (50:47:3)
F5 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kedelai, tapioka (45:52:3)
F6 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kedelai, tapioka (40:57:3)
Duncana.b
Sampel N Subset
1 2 3
F3 76 3.53
F1 76 3.67 3.67
F4 76 3.83 3.83
F5 76 4.05 4.05
F6 76 4.07 4.07
F2 76 4.36
Sig. .134 .057 .134
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 1.370.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 76.000.
b. Alpha = 0.05.
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
32
Lampiran 5 Karakteristik makaroni formula dasar pasta ubi jalar ungu terpilih
1. Kadar air
Sampel Kadar air (%bb) Rerata ± SD
F2 3.32
3.40 ± 0.114 3.48
F4 2.43
2.45 ± 0.026 2.47
Keterangan
F2 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kacang hijau, tapioka (45:52:3)
F4 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kedelai, tapioka (50:47:3)
2. Kadar abu
Sampel Kadar abu (%bb) Rerata ± SD
F2 3.32
3.33 ± 0.013 3.34
F4 1.60
1.61 ± 0.021 1.62
Keterangan
F2 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kacang hijau, tapioka (45:52:3)
F4 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kedelai, tapioka (50:47:3)
3. Kadar lemak
Sampel Kadar lemak (%bb) Rerata ± SD
F2 1.09
1.06 ± 0.042 1.03
F4 11.85
11.89 ± 0.055 11.93
Keterangan
F2 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kacang hijau, tapioka (45:52:3)
F4 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kedelai, tapioka (50:47:3)
4. Kadar protein
Sampel Kadar protein (%bb) Rerata ± SD
F2 12.83
12.93 ± 0.148 13.04
F4 20.71
20.78 ± 0.098 20.85
Keterangan
F2 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kacang hijau, tapioka (45:52:3)
F4 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kedelai, tapioka (50:47:3)
33
5. Karbohidrat (by difference)
Sampel Kadar karbohidrat
(%bb) Rerata ± SD
F2 79.44
79.28 ± 0.233 79.11
F4 63.41
63.27 ± 0.198 63.13
Keterangan
F2 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kacang hijau, tapioka (45:52:3)
F4 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kedelai, tapioka (50:47:3)
6. Cooking loss
Sampel Cooking
loss Rerata Cooking loss (%)
F2 0.2007
0.2014 20.14 ± 0.007 0.2021
F4 0.1826
0.1825 18.25 ± 0.001 0.1824
Keterangan
F2 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kacang hijau, tapioka (45:52:3)
F4 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kedelai, tapioka (50:47:3)
7. Antioksidan
Sampel Antioksidan
(mg AEAC/g)
Rerata ± SD
F2 12369.67
12886.12 ± 7.071 13402.57
F4 6975.99
7157.65 ± 2.357 7339.30
Keterangan
F2 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kacang hijau, tapioka (45:52:3)
F4 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kedelai, tapioka (50:47:3)
8. Antosianin
Sampel Antosianin
(mg/100g) Rerata ± SD
F2 2.0389
2.0503 ± 0.0002 2.0616
F4 3.6880
3.6804 ± 0.0001 3.6729
Keterangan
F2 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kacang hijau, tapioka (45:52:3)
F4 = rasio pasta ubi jalar ungu, tepung kedelai, tapioka (50:47:3)
34
35
Lampiran 6 Hasil organoleptik formula makaroni pasta ubi jalar ungu bercitarasa
rempah
1. Aroma
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Skor
Source Type III Sum
of Squares Df Mean Square F Sig.
Model 8985.111a 80 112.314 90.558 .000
Panelis 300.924 74 4.067 3.279 .000
Sampel 42.444 5 8.489 6.845 .000
Error 458.889 370 1.240
Total 9444.000 450
a. R Squared = .951 (Adjusted R Squared = .941)
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Skor
Duncana.b
Sampel N Subset
1 2 3
F8 C 75 3.87
F7 C 75 4.21 4.21
F8 LH 75 4.29
F8 KM 75 4.49 4.49
F7 KM 75 4.59 4.59
F7 LH 75 4.84
Sig. .057 .061 .072
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 1.240.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 75.000.
Keterangan
F7KM = makaroni formula dasar tepung kacang hijau ditambah 2% kayu manis (b/b)
F7C = makaroni formula dasar tepung kacang hijau ditambah 3% campuran rempah (b/b)
F7LH = makaroni formula dasar tepung kacang hijau ditambah 2% lada hitam (b/b)
F8KM = makaroni formula dasar tepung kedelai ditambah 2% kayu manis (b/b)
F8C = makaroni formula dasar tepung kedelai ditambah 3% campuran rempah (b/b)
F8LH = makaroni formula dasar tepung kedelai ditambah 2% lada hitam (b/b)
36
2. Warna
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Skor
Source Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Model 7797.378a 80 97.467 61.580 .000
Panelis 477.391 74 6.451 4.076 .000
Sampel 63.878 5 12.776 8.072 .000
Error 585.622 370 1.583
Total 8383.000 450
a. R Squared = .930 (Adjusted R Squared = .915)
Post Hoc Tests
Homogeneous Subset
Skor
Duncana.b
Sampel N Subset
1 2
F7 LH 75 3.57
F8 LH 75 3.67
F7 C 75 3.89
F8 C 75 3.92
F8 KM 75 4.49
F7 KM 75 4.55
Sig. .126 .795
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 1.583.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 75.000.
b. Alpha = 0.05.
Keterangan
F7KM = makaroni formula dasar tepung kacang hijau ditambah 2% kayu manis (b/b)
F7C = makaroni formula dasar tepung kacang hijau ditambah 3% campuran rempah (b/b)
F7LH = makaroni formula dasar tepung kacang hijau ditambah 2% lada hitam (b/b)
F8KM = makaroni formula dasar tepung kedelai ditambah 2% kayu manis (b/b)
F8C = makaroni formula dasar tepung kedelai ditambah 3% campuran rempah (b/b)
F8LH = makaroni formula dasar tepung kedelai ditambah 2% lada hitam (b/b)
37
3. Rasa
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Skor
Source Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Model 7660.120a 80 95.751 52.651 .000
Panelis 424.987 74 5.743 3.158 .000
Sampel 106.953 5 21.391 11.762 .000
Error 672.880 370 1.819
Total 8333.000 450
a. R Squared = .919 (Adjusted R Squared = .902)
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Skor
Duncana.b
Sampel N Subset
1 2 3 4
F8 C 75 3.23
F8 LH 75 3.52 3.52
F7 C 75 3.88 3.88
F8 KM 75 4.23 4.23
F7 LH 75 4.45
F7 KM 75 4.57
Sig. .184 .103 .116 .139
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 1.819.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 75.000.
b. Alpha = 0.05.
Keterangan
F7KM = makaroni formula dasar tepung kacang hijau ditambah 2% kayu manis (b/b)
F7C = makaroni formula dasar tepung kacang hijau ditambah 3% campuran rempah (b/b)
F7LH = makaroni formula dasar tepung kacang hijau ditambah 2% lada hitam (b/b)
F8KM = makaroni formula dasar tepung kedelai ditambah 2% kayu manis (b/b)
F8C = makaroni formula dasar tepung kedelai ditambah 3% campuran rempah (b/b)
F8LH = makaroni formula dasar tepung kedelai ditambah 2% lada hitam (b/b)
38
4. Tekstur
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Skor
Source Type III Sum
of Squares Df Mean Square F Sig.
Model 5926.813a 80 74.085 44.199 .000
Panelis 432.667 74 5.847 3.488 .000
Sampel 189.647 5 37.929 22.628 .000
Error 620.187 370 1.676
Total 6547.000 450
a. R Squared = .905 (Adjusted R Squared = .885)
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Skor
Duncana.b
Sampel N Subset
1 2 3 4
F8 C 75 2.44
F8 LH 75 2.87
F8 KM 75 3.53
F7 LH 75 3.57
F7 C 75 3.69
F7 KM 75 4.49
Sig. 1.000 1.000 .480 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 1.676.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 75.000.
b. Alpha = 0.05.
Keterangan
F7KM = makaroni formula dasar tepung kacang hijau ditambah 2% kayu manis (b/b)
F7C = makaroni formula dasar tepung kacang hijau ditambah 3% campuran rempah (b/b)
F7LH = makaroni formula dasar tepung kacang hijau ditambah 2% lada hitam (b/b)
F8KM = makaroni formula dasar tepung kedelai ditambah 2% kayu manis (b/b)
F8C = makaroni formula dasar tepung kedelai ditambah 3% campuran rempah (b/b)
F8LH = makaroni formula dasar tepung kedelai ditambah 2% lada hitam (b/b)
39
5. Keseluruhan
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Skor
Source Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Model 7762.044a 80 97.026 62.547 .000
Panelis 360.898 74 4.877 3.144 .000
Sampel 88.711 5 17.742 11.438 .000
Error 573.956 370 1.551
Total 8336.000 450
a. R Squared = .931 (Adjusted R Squared = .916)
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Skor
Duncana.b
Sampel N Subset
1 2 3 4
F8 C 75 3.25
F8 LH 75 3.73
F7 C 75 4.12 4.12
F8 KM 75 4.16
F7 LH 75 4.24
F7 KM 75 4.68
Sig. 1.000 .058 .582 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 1.551.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 75.000.
b. Alpha = 0.05.
Keterangan
F7KM = makaroni formula dasar tepung kacang hijau ditambah 2% kayu manis (b/b)
F7C = makaroni formula dasar tepung kacang hijau ditambah 3% campuran rempah (b/b)
F7LH = makaroni formula dasar tepung kacang hijau ditambah 2% lada hitam (b/b)
F8KM = makaroni formula dasar tepung kedelai ditambah 2% kayu manis (b/b)
F8C = makaroni formula dasar tepung kedelai ditambah 3% campuran rempah (b/b)
F8LH = makaroni formula dasar tepung kedelai ditambah 2% lada hitam (b/b)
40
Lampiran 6 Karakteristik makaroni formula bercitarasa pasta ubi jalar ungu
terpilih
1. Kadar air
Sampel Kadar air (%bb) Rerata ± SD
F7KM 6.45
6.47 ± 0.029 6.49
F8KM 5.41
5.34 ± 0.101 5.26
Keterangan
F7KM = makaroni formula dasar tepung kacang hijau ditambah 2% kayu manis (b/b)
F8KM = makaroni formula dasar tepung kedelai ditambah 2% kayu manis (b/b)
2. Kadar abu
Sampel Kadar abu (%bb) Rerata ± SD
F7KM 8.84
8.82 ± 0.023 8.80
F8KM 5.68
5.67 ± 0.014 5.66
Keterangan
F7KM = makaroni formula dasar tepung kacang hijau ditambah 2% kayu manis (b/b)
F8KM = makaroni formula dasar tepung kedelai ditambah 2% kayu manis (b/b)
3. Kadar lemak
Sampel Kadar lemak (%bb) Rerata ± SD
F7KM 2.99
2.99 ± 0.006 3.00
F8KM 13.47
13.72 ± 0.358 13.97
Keterangan
F7KM = makaroni formula dasar tepung kacang hijau ditambah 2% kayu manis (b/b)
F8KM = makaroni formula dasar tepung kedelai ditambah 2% kayu manis (b/b)
4. Kadar protein
Sampel Kadar protein (%bb) Rerata ± SD
F7KM 17.95
17.90 ± 0.059 17.86
F8KM 26.54
26.56 ± 0.036 26.59
Keterangan
F7KM = makaroni formula dasar tepung kacang hijau ditambah 2% kayu manis (b/b)
F8KM = makaroni formula dasar tepung kedelai ditambah 2% kayu manis (b/b)
41
5. Karbohidrat (by difference)
Sampel Kadar karbohidrat (%bb) Rerata ± SD
F7KM 63.77
63.81 ± 0.057 63.85
F8KM 48.90
48.71 ± 0.269 48.52
Keterangan
F7KM = makaroni formula dasar tepung kacang hijau ditambah 2% kayu manis (b/b)
F8KM = makaroni formula dasar tepung kedelai ditambah 2% kayu manis (b/b)
6. Cooking loss
Sampel Cooking loss Rerata Cooking loss (%) ± SD
F7KM 0.2129
0.2058 20.58 ± 0.010 0.1986
F8KM 0.1928
0.1952 19.52 ± 0.003 0.1977
Keterangan
F7KM = makaroni formula dasar tepung kacang hijau ditambah 2% kayu manis (b/b)
F8KM = makaroni formula dasar tepung kedelai ditambah 2% kayu manis (b/b)
7. Antioksidan
Sampel Antioksidan
(mg AEAC/g) Rerata ± SD
F7KM 16008.56
16047.15 ± 2.357 16085.75
F8KM 10374.31
10433.30 ± 2.357 10492.29
Keterangan
F7KM = makaroni formula dasar tepung kacang hijau ditambah 2% kayu manis (b/b)
F8KM = makaroni formula dasar tepung kedelai ditambah 2% kayu manis (b/b)
8. Antosianin
Sampel Antosianin
(mg/100g) Rarata ± SD
F7KM 2.0280
2.0393 ± 0.0002 2.0505
F8KM 3.6040
3.5852 ± 0.0003 3.5664
Keterangan
F7KM = makaroni formula dasar tepung kacang hijau ditambah 2% kayu manis (b/b)
F8KM = makaroni formula dasar tepung kedelai ditambah 2% kayu manis (b/b)
42
43
RIWAYAT HIDUP
Penulis dengan nama lengkap Octarina Indah
Setyowati lahir di Salatiga pada tanggal 16 Oktober 1994
dari pasangan Susetyo Utomo dan Sitri Yuliani. Penulis
adalah putri kedua dari dua bersaudara. Penulis menempuh
pendidikan di TK Kristen 03 Salatiga (2000), pendidikan
sekolah dasar di SD Kristen 04 Salatiga (2006), pendidikan
sekolah lanjutan tingkat pertama di SMP Negeri 02 Salatiga
(2009), pendidikan sekolah lanjutan tingkat atas di SMA
Negeri 01 Salatiga (2012), dan jenjang S1 di Institut
Pertanian Bogor pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas
Teknologi Pertanian yang diterima melalui jalur SNMPTN Undangan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan
kemahasiswaan. Penulis merupakan wakil koordinator bidang pembinaan Komisi
Pelayanan Khusus Persekutuan Mahasiswa Kristen Institut Pertanian Bogor pada
tahun 2013 dan menjadi anggota dalam organisasi HIMITEPA (Himpunan
Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan). Selain itu, penulis terlibat dalam
kepanitian RAF yang diselenggarakan oleh BEM FATETA (2013) dan BAUR
(2014). Penulis juga pernah menjadi pengajar responsi Pengantar Matematika
PMK IPB (2013), kepanitiaan di PMK IPB (2012-2015), ketua divisi acara
Kebaktian Padang Komisi Pelayanan Khusus (2013), ketua divisi acara
Keakraban PMK IPB (2014), dan ketua divisi acara Komisi Pelayanan Khusus
pada retreat komisi PMK IPB (2015). Penulis berkesempatan menjadi asisten
praktikum Matakuliah Kimia dan Biokimia Pangan (2016) dan memperoleh
beasiswa Yayasan Goodwill International (2015-2016).