Pengembangan Lesser Sunda

51
Pengembangan Ekoregion Lesser Sunda NOVRIZAL TAHAR PPE BALI-NUSATENGGARA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP & KEHUTANAN

description

disampaikan oleh Novrizal Tahar, PPE Bali-Nusa Tenggara, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pada kegiatan Pengembangan Kawasan Laut Lesser Sunda.

Transcript of Pengembangan Lesser Sunda

Page 1: Pengembangan Lesser Sunda

Pengembangan Ekoregion Lesser Sunda

NOVRIZAL TAHARPPE BALI-NUSATENGGARAKEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP & KEHUTANAN

Page 2: Pengembangan Lesser Sunda

Culture is very very important……????Samuel Hungtington (United State) :

1960an awal Ghana dan Korea Selatan memiliki GDP yang sama & Postur Ekonomi yang persis sama1990an, Korea Selatan menjadi Negara Maju, sementara Ghana tetap, GDPnya 1/5 Korea SelatanKuncinya : Faktor Budaya (culture)

Page 3: Pengembangan Lesser Sunda

Daftar Isi :1. Arah Pembangunan (RPJMN 2014-2019)2. Pengertian Ekoregion3. Penetapan Wilayah Ekoregion4. TNP Laut Sawu & KKP5. Konsep Pengembangan Ekoregion6. Penutup

Page 4: Pengembangan Lesser Sunda

Konsep & Arah Pembangunan(RPJMN 2014-2019, Kabinet Kerja)

Page 5: Pengembangan Lesser Sunda

KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

PRODUKSI KAYU & HASIL HUTAN

SUMBER-DAYA HAYATI & JASA LINGKUNGAN

MIGAS & PERTAMBANGAN

EKSPOR NON MIGAS INDUSTRI NON MIGAS IGAS & PERTAMBANGAN EKSPOR MIGAS & PERTAMBANGAN

PRODUKSI PERTANIAN & PERIKANAN

PEMB.KELAUTAN

KETAHANANPANGAN

KETAHANANENERGI

PERTUMBUHAN EKONOMI “x” %PENURUNAN EMISI 26 %

Hilirisasi

Sumber : Bappenas, 2014

KETAHANANAIR

Page 6: Pengembangan Lesser Sunda
Page 7: Pengembangan Lesser Sunda

Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan (Ekonomi Maritim dan Kelautan) thn 2019 Produksi Hasil Perikanan (22,4 to 50 Juta

Ton) Pengembangan Pelabuhan Perikanan (21

to 23 Unit) Peningkatan Luas Kawasan Konservasi

Laut (15,7 to 20 juta ha)

Page 8: Pengembangan Lesser Sunda

Pengertian Ekoregion

Page 9: Pengembangan Lesser Sunda

PENGERTIAN EKOREGION(UU No. 32 Tahun 2009 tentang PPLH)

Ekoregion adalah wilayah geografis yang memiliki kesamaan ciri iklim, tanah, air, flora dan fauna asli, serta pola interaksi manusia dengan alam yang menggambarkan integritas sistem alam dan lingkungan hidup.

• Berbasis spasial (ruang)• Tidak dibatasi wilayah administrasi• Memiliki karakteristik tertentu

Ekoregion adalah salah satu asas pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, artinya bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus memperhatikan karakteristik sumber daya alam, ekosistem, kondisi geografis, budaya masyarakat setempat dan kearorifan lokal

Page 10: Pengembangan Lesser Sunda

PENETAPAN WILAYAH EKOREGIONPenetapan wilayah ekoregion dilaksanakan dengan mempertimbangkan kesamaan :a.Karakteristik bentang alamb.Daerah aliran sungaic.Iklimd.Flora dan faunae.Sosial Budayaf.Ekonomig.Kelembagaan masyarakath.Hasil inventarisasi lingkungan hidup

Page 11: Pengembangan Lesser Sunda

Penetapan Wilayah Ekoregion

Page 12: Pengembangan Lesser Sunda

• Terdiri atas 11 ekoregion, sedangkan peta ekoregion laut KLH (2012) ada 18 ekoregion

• Ekoregion no1 dibagi 3 : Ekoregion Samudera Pasifik Sebelah Utara Papua, Ekoregion Laut Seram dan Teluk Bintuni, serta Ekoregion Teluk Cendrawasih

• Ekoregion no.2 dibagi 3 : Ekoregon Laut Banda Sebelah Timur Sulawesi, Ekoregion Laut Banda Sebelah Selatan Sulawesi dan Ekoregion Laut Banda

• Ekoregion no.4 dibagi 2 : Ekoregion Laut Sulawesi dan Ekoregion Selat Makasar

• Ekoregion no.9 dibagi 3 : Ekoregion Selat Karimata, Ekoregion Laut Natuna dan Ekoregion Laut Jawa

Peta ekoregion laut Indonesia berdasarkan proiritisasi keanekaragaman hayati (2009)

Page 13: Pengembangan Lesser Sunda

KARAKTERISTIK EKOREGION LESSER SUNDA Tingkat keragaman hayati sangat tinggi, tingkat endemisme

hanya kalah dari Papua. Perairan penting bagi koridor migrasi banyak hewan bahari besar (termasuk Cetacea  dan ikan pelagik) yang bermigrasi dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia. Upwelling yang menyangga perubahan iklim serta menyebabkan produktivitas primer yang tinggi yang menjadi dasar rantai makanan yang mampu mendukung ikan-ikan pelagik besar dan Cetacea termasuk Paus Biru.

Page 14: Pengembangan Lesser Sunda

Wilayah Darat Wilayah Laut5 Pulau Besar dan 2 Kepulauan 18 Ekoregion Laut

DELINIATOR EKOREGION LAUT1.Biodiversitas:

a. Ikan b. Terumbu karangc. Padang lamun

2.Morfologi pesisir dan laut:a. Batimetrib. Geomorfologic. Pasang surutd. Aliran sungai

3.Oseanografi :a. Arus laut b. Upwellingc. Temperaturd. Salinitase. Derajat keasaman

4.Batas:a. Batas NKRIb. Ekoregion laut duniac. Wilayah Pengelolaan Perikanand. Toponimi Laut

DELINIATOR EKOREGION DARAT1.Morfologi

a. Dataranb. Perbukitanc. Pegunungan

2.Morfogenesaa. Marineb. Fluvialc. Vulkanikd. Denudasionale. Strukturalf. Solusional/Karstg. Organikh. Glasiali. Aolinj. Antropogenik

Page 15: Pengembangan Lesser Sunda

PETA EKOREGION LAUT INDONESIA4. Selat Karimata5. Laut Jawa6. Samudera Hindia

Sebelah Selatan Jawa7. Laut Sulawesi8. Teluk Tomini9. Selat Makasar10.Laut Banda Sebelah

Selatan Sulawesi11.Perairan Bali dan

Nusa Tenggara12.Laut Halmahera13.Laut Banda Sebelah

Timur Sulawesi14.Laut Banda15.Samudera Pasifik

Sebelah Utara Papua16.Laut Seram dan Teluk

Bintuni17.Teluk Cendrawasih18.Laut Arafura

1. Samudera Hindia Sebelah Barat Sumatera2. Selat Malaka3. Laut Natuna

Page 16: Pengembangan Lesser Sunda

EKOREGION PERAIRAN BALI DAN NUSA TENGGARA Luas : 625.018 km2

Batas ekoregion :a. Ekoregion Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa, karena perbedaan

biodiversitas ikan karang dan pola temperatur permukaanb. Ekoregion Laut Jawa, karena perbedaan kedalamanc. Ekoregion Selat Makasar, karena perbedaan pola arus, bathimetri dan

morfostruktur dasar lautd. Ekoregion Laut Banda, sebelah Selatan Sulawesi dan Teluk Bone, karena

perbedaan biodiversitas ikan karang dan koral e. Ekoregion Laut Banda, karena perbedaan biodiversitas ikan karang dan

koral dan pola arus

Page 17: Pengembangan Lesser Sunda
Page 18: Pengembangan Lesser Sunda

TUJUAN PEMETAAN EKOREGIONMemberikan arahan perencanaan yang disesuaikan dengan

karakter wilayah.Sebagai unit analisis dalam menetapkan daya dukung dan daya

tampung lingkunganSebagai acuan untuk pengendalian pembangunan terutama

pengendalian pemanfaatan berbagai sumber daya alam (terkait dengan produktivitas sebuah ekosistem dalam pengelolaan SDA yang optimal)

Memperkuat penetapan dan penerapan RPPLH yang mengandung persoalan pemanfaatan , pencadangan SDA maupun persoalan LH yang sifatnya lintas sektor dan lintas administrasi

Page 19: Pengembangan Lesser Sunda

PROFIL EKOREGION BALI DAN NUSRA Letak geografis :

Berada di persimpangan 2 benua (Asia dan Australia) dan 2 Samudera (Samudera Pasifik dan Samudera Hindia jalur migrasi fauna laut

Berada di daerah pertemuan lempeng Australia dan Eurasia rawan gempa tektonik dan tsunami

Berada di jalur deretan gunung berapi rawan gempa vulkanik Jumlah Pulau : 2,141 pulau

Jumlah pulau dg Luas > 100 Km2 : Bali 2 Pulau, NTB : 4 pulau , NTT : 16 pulau Fragmen Benua : Pulau Sumba fragmen benua Asia

Pulau Timor fragmen benua Australia Ekoregion darat :

Luas : 80.374,32 km2, terbagi atas 11 kelas ekoregion, dominan : ekoregion pegunungan vulkanik.

Page 20: Pengembangan Lesser Sunda

• Satuan Ekoregion : Pegunungan Vulkanik (V1)

Lokasi dan luas area : Terdapat di bagian tengah Pulau Bali, bagian utara Pulau Lombok dan Sumbawa, bagian selatan Pulau Flores, dan di Kepulauan Solor dan Kepulauan Alor. Dengan luas 19,476,15 km2

Klimatologi : Iklim semi-arid dengan curah hujan rerata 500-2500 mm/th, suhu rerata 22-30oC.

Geologi : Tersusun oleh batuan beku luar dan pyroklastik. Tersebar di wilayah pegunungan pada zona tektonik cicin api

Geomorfologi : Elevasi secara dominan > 500 m dpal. Relief dan lereng : bergunung, dengan amplitudo relief > 300 m dan kemiringan >16 %. Terbentuk oleh proses vulkanik, melalui letusan gunung api yang menghasilkan kerucut vulkanik, lava, dan pyroklastik

Hidrologi : Cukup tersedia air dari sungai perenial dan sungai inter-mitten, serta mata air dengan kualitas baik pada musim hujan, sebaliknya persediaan menjadi terbatas pada musim kemarau

Page 21: Pengembangan Lesser Sunda

Tanah dan Penggunaan lahan : tingkat kesuburan yang tinggi . Tanah lain yang dapat dijumpai didaerah puncak, lereng atas, dan

sepanjang bekas aliran lahar dapat dijumpai tanah Regosol kelabu dengan tingkat kesuburan tinggi. Tipe penutupan/penggunaan lahan beragam, seperti hutan, semak belukar, padang rumput, ladang, dan sebagian kecil permukiman.

Sosial Budaya : Masyarakat umumnya berladang dan berternak, sedangkan tingkat pendidikan mereka agak tertinggal.

Kerawanan Lingkungan : Letusan vulkanik (abu, lava, lahar, aliran awan panas, banjir bandang), tsunami pada lereng kaki yang berada di laut selatan.

Jasa Ekosistem : Penyediaan : Air permukaan dan air tanah , sumber daya hutan, pangan Pengaturan : pengaturan kualitas udara, pengaturan air, perlindungan terhadap erosi, pembentukan dan regenerasi tanah Budaya : Estestika, rekreasi, pendidikan/pelatihan Pendukung : habitat berkembangbiak spesias dan perlindungan plasma nutfah (kehati)

Page 22: Pengembangan Lesser Sunda

PROFIL EKOREGION BALI DAN NUSRA

Ekosistem Luas (Ha)Hutan 1.873.289Perkebunan 778.347Lahan kering (savana, semak belukar dan padang alang-alang

3.640.117

Pertanian lahan kering 509.141Laut dangkal dan pesisir 35.820Pemukiman 97.717Pulau sedang dan kecil 671.912Perairan darat : sungai dan danau 19.348Lahan basah : rawa dan gambut 33.646Pertanian lahan basah 378.095

Page 23: Pengembangan Lesser Sunda

Morfologi dasar laut berupa dataran laut dalam, lereng benua, pematang samudera dengan kedalaman sampai dengan 7.247 m.

Terdapat 6 cekungan (cekungan Bali, cekungan Flores, cekungan Lombok, cekungan Sumba, Cekungan Sawu, cekungan Wetar dan satu pariit, yaitu parit Lombok

Terdapat beberapa pintu keluar bagi arus lintas Indonesia (Selat Lombok, Selat Ombai dan Terusan Timor)

Ekosistem unik : Selat Bali habitat ikan Sardinella lemuru Teluk Saleh aera asuhan ikan-ikan ekonomis dan secara periodik dihampiri oleh

kelompok ikan paus Laut Flores Laut Timor dan Laut Sawu jalur migrasi ikan paus

Kondisi terumbuk karang cukup bagus keragaman karang jamur menduduki peringkat ketiga setelah Papua dan Laut Sulawesi

Keragaman ikan karang menduduki peringkat ketiga setelah Laut Sulawesi dan Laut Banda dengan tingkat endemisitas menduduki peringkat ke dua setelah Papua

PROFIL EKOREGION PERAIRAN BALI DAN NUSRA

Page 24: Pengembangan Lesser Sunda

Keragaman hutan mangrove tergolong rendah. Hal ini disebabkan karena wilayahnya yang relatif kering dengan curah hujan yang rendah.

Keragaman penyu ckup tinggi, lima dari enam spesies penyu yang ditemukan di Indonesia terdapat di perairan ini

Laut Timor sebagai daerah sebaran penyu papan , natrator depresus, yang diperkirakan tidak terdapat di perairan lain di Indonesia

Sumber daya laut yang potensial : ikan pelagis besar dan kecil, ikan karang, udang, lobster dan cumi.

Pemanfaatan : wisata bahari, potensi ikan laut Kerawanan bencana : rawan tsunami, letusan gunung berapi dasar laut Pencemaran laut : limbah domestik, pertanian, pariwisata, pertambangan

PROFIL EKOREGION PERAIRAN BALI DAN NUSRA

Page 25: Pengembangan Lesser Sunda

PENGEMBANGAN EKOREGION LESSER SUNDA Lokakarya Pengembangan Jejaring Kawasan Konservasi Laut (KKL)

Ekoregion Lesser Sunda padaTahun 2008 menghasilkan beberpa rekomendasi yaitu : Aspek database perlu melengkapi data-data yang dibutuhkan dan

validasi data yang terkumpul terkait dengan ekosistem atau habitat pesisir dan laut guna melengkapi pemetaan dan pengembangan database untuk merancang KKL

Aspek koordinasi perlu adanya pertemuan dalam rangka finalisasi jejaring KKL Ekoregion Lesser Sunda, mensosialisasikan dan menginternalisasikan pembentukan jejaring KKLke dalam program masing-,masing instansi dan institusi, mengintegrasikan rancangan jejaring KKLEkoregion Lesser Sunda dalam RTR masing-masing wilayah serta membuka dan mengefektifkan komunikasi antar pihak

Page 26: Pengembangan Lesser Sunda

Aspek kebijakan perlu kebijakan tingkat nasional, provinsi maupun kabupaten mengenai pembentukan dan pengelolaan KKL Ekoregion Lesser Sunda

Aspek komitmen bersama perlu komitmen dan keterlibatan dari semua pihak terkait dalam mewujudkan jejaring KKL berikut implementasi rencana pengelolaannya.

Peta ekoregion Lesser Sunda dijadikan referensi oleh pihak-pihak terkait dalam membentuk dan mengimplementasikan KKL di wilayah masing-masing

Perlu ada pertemuan berkal antar provinsi di ekoregion Lesser Sunda yang difasilitasi oleh DKK

Perlu dibentuk badan koordinasi jejaring KKL Ekoregion Lesser Sunda.

Page 27: Pengembangan Lesser Sunda

KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN BERBASIS EKOREGION Target kawasan konservasi Indonesia tahun 2019 : 20 juta

hektar dan target pengelolaan efektif 2014 seluas 4,5 juta ha Atlas Rencana Kawasan Konservasi yang disusun oleh

Kementerian Kehutanan dan International Union for Conservation of Nature  (IUCN) telah dipetakan 57 kawasan seluas 16.759.105 ha (Yulianto et.al, 2013).

Kawasan Konservasi Perairan Laut (KKP) di Ekoregion Lesser Sunda, yaitu :Gili Sulat & Gili Lawang, Bima (Gili Banta), Nusa Penida, Selat Pantar (Alor), Sikka, Lombok Tengah, Sumbawa, Buleleng, Riung, Laut Sawu, Teluk Maumere, Teluk Kupang, Tujuh Belas Pulau (NTT), P. Moyo (NTB), P. Satonda (NTB), Gili Ayer-Meno-Trawangan

Page 28: Pengembangan Lesser Sunda

Taman Nasional Laut Sawu & Kawasan Konservasi Perairan

Page 29: Pengembangan Lesser Sunda

KAWASAN KONSERVASI

PERAIRAN

LUAS PERAIRAN

(Ha)

LOKASI

Taman Nasional Perairan Laut Sawu

3.355.352,82 TTS, Kupang, Rote Ndao, Sabu Raijua, Sumtim, Sumteng, Sumbar, SBD, Mabar, Manggarai

Kawasan Konservasi Perairan Daerah Alor

400.008,3 Alor

Kawasan Konservasi Perairan Daerah Sikka

42.250 Sikka

TOTAL 3.797.611.12

KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DI PROV.NTT

Note : Binaan Kementerian Kelautan dan Perikanan

Page 30: Pengembangan Lesser Sunda

KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

LUAS PERAIRAN (Ha)

LOKASI

Taman Nasional Komodo 132.572 Manggarai BaratTWA Gugusan Pulau Teluk Maumere

59.450 Sikka

TWA Tujuh Belas Pulau Riung 9.900 NgadaCagar Alam Riung 2.000 NgadaTWA Teluk Kupang 50.000 Kota dan Kab. Kupang

TOTAL 253.922

KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DI PROV.NTT

Note : Binaan Kementerian Kehutanan

Page 31: Pengembangan Lesser Sunda

PETA SEBARAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DI PROVINSI NTT

Sumber : TNC-Coral Triangle Center, 2009

Page 32: Pengembangan Lesser Sunda

KARAKTERSITIK DAN ARTI PENTING LAUT SAWU

Topografi Laut Sawu sebagai suatu kolam yang sangat besar

Menjadi penghubung antara Samudera Hindia di bagian selatan dan Samudera Pasifik di bagian utara melalui Selat Ombai

Sirkulasi massa air sangat baik untuk kehidupan organisme

Kesuburan dan produktifitas perairan tinggi

Habitat yang baik bagi ikan pelagis kecil maupun pelagis besar

Page 33: Pengembangan Lesser Sunda

June 2010: seven suggested sites for Bali MPA Network

Bukit Uluwatu Peninsula

Nusa Penida

Prancak Beach

Les Village

Tulamben- Amed

LovinaPulaki-Pemuteran

Sumber : Conservation International

Page 34: Pengembangan Lesser Sunda

2628

2930

3132

4123

56

716

89

10

1113

1417

Nusa Penida

12

15

Main coral communities (Turak & DeVantier) ~ MRAP 2008 & 2011

Sumber : Conservation International

Page 35: Pengembangan Lesser Sunda

Secondary data on the distribution of marine mega fauna

35

Sea turtlesMarine mammalsWhale sharks (Rhincodon typus)SharksManta raysMola mola

Sumber : Conservation International

Page 36: Pengembangan Lesser Sunda

Konsep Pengembangan Ekoregion(Lesser Sunda)

Page 37: Pengembangan Lesser Sunda

KONSEP PENGEMBANGAN EKOREGION BALI DAN NUSA TENGGARA (LESSER SUNDA)

Pengembangan Peta Ekoregion Inventarisasi lingkungan hidup Pemetaan batas ekosistem, daerah konservasi dan

rawan bencana Analisis jasa ekosistem Penyusunan RPPLH

Page 38: Pengembangan Lesser Sunda

PENGEMBANGAN PETA EKOREGION

Klasifikasi Ekoregion Paras Skala Penetapan Oleh:Ekoregion Nasional 0 1: 1.000.000 MenteriEkoregion Pulau 0 1: 500.0000 MenteriEkoregion Gugus Pulau 0 1: 500.0000 MenteriWilayah Ekologi 1 1: 250.0000 GubernurWilayah Ekologi Kelompok Pulau 1 1: 250.0000 GubernurZona Ekologi 2 1: 100.0000 GubernurBlok Ekologi 3 1: 50.0000 Bupati/WalikotaTapak ekologi 4 1: 10.0000 Bupati/Walikota

Page 39: Pengembangan Lesser Sunda

INVENTARISASI LINGKUNGAN HIDUP (Pasal 6 UU No. 32 Tahun 2009)

Potensi dan ketersediaan Jenis yang dimanfaatkan Bentuk penguasaan Pengetahuan pengelolaan Bentuk kerusakan Konflik dan penyebab konflik yang timbul akibat

pengelolaan

Page 40: Pengembangan Lesser Sunda

PEMETAAN EKOSISTEM, KAWASAN KONSERVASI DAN RAWAN BENCANA Basis peta harus sama (sumber : BIG)

one map policy Pemetaan ekosistem darat berbasis ekosistem pulau Pemetaan ekosistem pesisir dan laut

Habitat/jalur migrasi ikan Kawasan konservasi laut Peta sebaran mangrove Peta sebaran terumbu karang Peta sebaran padang Lamun

Pemetaan daerah rawan bencana

Page 41: Pengembangan Lesser Sunda

28/04/23

41

Pengkategorian ekosistem

Penetapan wilayah pulau, kepulauan dan

wilayah laut

Penetapan wilayah ekoregion

Analisis jasa masing-masing kategori ekosistem di masing-masing wilayah pulau, kepulauan dan laut

Analisis beban dan tekanan, pendorong

perubahan ekosistem dan

jasanya

Analisis kondisi dan kecenderungan perubahan jasa

ekosistem di wilayah ekoregion

Penyusunan RPPLH

Penyusunan RPJP & RPJM

posisi dan lingkup analisis jasa ekosistem

ANALISIS JASA EKOSISTEM

Page 42: Pengembangan Lesser Sunda

JASA EKOSISTEMJASA PENYEDIAAN1.Pangan dan serat2.Bahan bakar3.Air4.Sumber daya genetik5.Bahan obat dan biokimia6.Spesies hias

JASA PENGATURAN1.Pengaturan kualitas udara2.Pengaturan iklim3.Pengaturan air4.Pengendalian erosi5.Pemurnian air dan pengolahan limbah6.Pengaturan penyakit7.Pengendalian biologis8.Penyerbukan9.Pencegahan bencana alam

JASA BUDAYA1.Estetika2.Rekreasi3.Inspirasi4.Warisan dan identitas budaya5.Spiritual dan keagamaan6.Pendidikan

JASA PENDUKUNG1.Habitat berkembang biak2.Perlindungan plasma nuftah

Page 43: Pengembangan Lesser Sunda

TEKANAN TERHADAP EKOSISTEMFaktor

penekanEkosistem

Perubahan tata guna lahan

Eksploitasi sumber

daya alam

Masukan eksternal

Bencana alam

Penghilangan spesies

Pesisir dan lautRawaSungai dan danauHutanPertanian lahan basahPertanian lahan keringPerkebunanSavana, semak belukar dan padang alang-alangPemukimanPulau sedang dan kecil

Keterangan

Dampak tinggi

Dampak sedang

Dampak rendah

Dampak meningkat

Dampak berlanjut stabil

Dampak menurun

Page 44: Pengembangan Lesser Sunda

TEKANAN TERHADAP EKOSISTEM• Perubahan tata guna lahan memberikan dampak yang tinggi terhadap ekostem

yaitu ekosistem pesisir dan laut, ekosistem sungai dan danau, ekosistem pertanian, ekosistem perkebunan, ekosistem savana dan ekosistem pemukiman. Dampaknya terus berlanjut bahkan meningkat terhadap ekosistem pesisir dan laut serta ekosistem sungai dan danau. Peningkatan dampak disebabkan karena meningkatnya pembangunan di daerah sempadan dan daerah tangkapan air di masing-masing wilayah ekosistem.

• Eksploitasi sumber daya alam memberikan dampak yang cukup tinggi pada ekosistem pesisir dan laut, ekosistem sungai dan danau, ekosistem pertanian dan ekosistem perkebunan. Peningkatan dampak disebabkan karena ijin ekspliotasi dan pengawasan masih lemah. Over fishing dan eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan (tanpa ijin) masih terus terjadi yang mengakibatkan daya dukung ekosistem menurun.

Page 45: Pengembangan Lesser Sunda

TEKANAN TERHADAP EKOSISTEM• Masukan eksternal berupa limbah, pupuk, pakan, pestisida memberikan dampak

yang tinggi pada ekosistem pesisir dan laut, ekosistem sungai dan danau, ekosistem pertanian dan ekosistem perkebunan. Dampak terhadap ekosistem pesisir dan laut serta sungai dan danau cenderung semakin tinggi sejalan dengan peningkatan penggunaan pupuk kimia dan pestisida dan pemberian pakan dalam kegiatan budidaya perikanan.

• Tingginya frekwensi bencana alam di Ekoregion Bali dan Nusa Tenggara memberikan dampak yang cukup tinggi pada ekosistem pertanian dan ekosistem perkebunan. Dampak yang ditimbulkan cenderung meningkat.

• Introduksi/penghilangan spesies memberikan dampak sedang di ekosistem alami sedangkan di ekosistem buatan dampak yang ditimbulkan tergolong rendah.

Page 46: Pengembangan Lesser Sunda

TEKANAN TERHADAP JASA EKOSISTEMFaktor

penekanJasaEkosistem

Perubahan tata guna lahan

Eksploitasi sumber

daya alam

Masukan eksternal

Bencana alam

Penghilangan spesies

Jasa Penyediaan

Padi

Palawija

Ikan tangkap

Ikan budidaya

Hasil ternak

Kayu

Air

Bahan genetik

Spesies obat

Spesies hias

Keterangan

Dampak tinggi

Dampak sedang

Dampak rendah

Dampak meningkat

Dampak berlanjut stabil

Dampak menurun

Page 47: Pengembangan Lesser Sunda

FaktorPenekan

Jasa Ekosistem

Perubahan tata guna lahan

Eksploitasi sumber

daya alam

Masukan eksternal

Bencana alam

Penghilangan spesies

Jasa Pengaturan

Pengaturan iklim

Pengaturan air

Mitigasi bencana

Pengaturan biologis

Pengaturan Kualitas udara

Perlindungan erosi

Pengolahan limbah

Penyerbuka

Pembentukan dan regenerasi tanah

Keterangan

Dampak tinggi

Dampak sedang

Dampak rendah

Dampak meningkat

Dampak berlanjut stabil

Dampak menurun

TEKANAN TERHADAP JASA EKOSISTEM

Page 48: Pengembangan Lesser Sunda

Faktorpenekan

JasaEkosistem

Perubahan tata guna lahan

Eksploitasi sumber

daya alam

Masukan eksternal

Bencana alam Penghilangan spesies

Jasa Pendukung

Habitat berkembang biak

Perlindungan plasma nuftah

Jasa Budaya

Estetika

Rekreasi

Sumber inspirasi

Warisan budaya dan identitas

Inspirasi spiritual dan keagamaan

Pendidikan

Keterangan

Dampak tinggi

Dampak sedang

Dampak rendah

Dampak meningkat

Dampak berlanjut stabil

Dampak menurun

TEKANAN TERHADAP JASA EKOSISTEM

Page 49: Pengembangan Lesser Sunda

• Secara keseluruhan, perubahan tata guna lahan memberikan dampak yang paling tinggi terhadap jasa ekostem .

• Eksploitasi sumber daya alam memberikan tekanan terhadap jasa penyediaan (yaitu pangan dan air) serta jasa pengaturan (yaitu pengaturan iklim, pengaturan air dan mitigasi bencana)

• Masukan eksternal seperti limbah, pupuk dan pestisida memberikan dampak yang tinggi terhadap jasa penyediaan khususnya pangan dan bahan genetik

• Bencana alam memberikan dampak yang tinggi terhadap jasa penyediaan padi

dan palawija, berdampak sedang terhadap jasa penyediaan air dan jasa pendukung serta jasa budaya, dan berdampak cukup rendah terhadap jasa pengaturan.

• Introduksi/penghilangan spesies umumnya memberikan dampak yang rendah terhadap jasa ekosistem kecuali terhadap jasa pendukung (habitat dan perlindungan plasma nuftah) serta jasa budaya (estetika dan rekreasi)

TEKANAN TERHADAP JASA EKOSISTEM

Page 50: Pengembangan Lesser Sunda

Penyusunan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH)

Muatan RPPLH :

• Rencana pemanfaatan dan/atau pencadangan sumber daya alam;

• Rencana pemeliharaan dan perlindungan kualitas dan/atau fungsi lingkungan hidup;

• Rencana pengendalian, pemantauan, serta pendayagunaan dan pelestarian sumber daya alam; dan

• Rencana adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim.

RPPLH menjadi dasar penyusunan dan dimuat dalam rencana pembangunan jangka panjang dan rencana pembangunan jangka menengah,

Page 51: Pengembangan Lesser Sunda

TERIMAKASIH…