PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MENGGUNAKAN TEORI VAN HIELE …repository.uinjambi.ac.id/920/1/TM....

107
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MENGGUNAKAN TEORI VAN HIELE UNTUK SISWA KELAS VII SMPN 7 MUARO JAMBI SKRIPSI Oleh LILI MARFITA NIM. TM. 140720 PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2018

Transcript of PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MENGGUNAKAN TEORI VAN HIELE …repository.uinjambi.ac.id/920/1/TM....

  • 1

    PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA

    MENGGUNAKAN TEORI VAN HIELE

    UNTUK SISWA KELAS VII

    SMPN 7 MUARO JAMBI

    SKRIPSI

    Oleh

    LILI MARFITA

    NIM. TM. 140720

    PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA

    FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

    2018

  • i

    PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA

    MENGGUNAKAN TEORI VAN HIELE

    UNTUK SISWA KELAS VII

    SMPN 7 MUARO JAMBI

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

    Oleh

    LILI MARFITA

    NIM. TM. 140720

    PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA

    FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

    2018

  • ii

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

    PERSEMBAHAN

    Kupersembahkan skripsi ini yang pertama dan utama kepada Ayahanda Mursalin

    dan Ibunda Halimah Tun Sakdiah tercinta yang telah melahirkan dan

    membesarkanku dengan penuh kesih sayang, perhatian dan pengorbanan yang

    tiada henti, serta doa yang tak pernah putus.

    Adikku Lena Maryani, LiaWismarini dan Leylia Maritza tercinta, terimakasih

    telah menjadi penyemangat kakak disaat mengerjakan skripsi ini

    Terimakasih kepada saudara-saudaraku, paman, bibi dan sahabat-sahabatku yang

    telah memberiku semangat dan motivasi sehingga saya dapat menyelesaikan

    skripsi ini

    sahabat-sahabat seperjuangan IMMATIK 2014 terkhusus IMMATIK 2014 B yang

    telah banyak membantu dan orang-orang yang mencintai ilmu pengetahuan.

  • vi

    MOTTO

    Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu,

    “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah,

    niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan,

    “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat

    (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang

    diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti terhadap apa yang

    kamu kerjakan” (Q.S. Al-Mujādalah: 11). (Anonim, Al-Qur’an dan

    Terjemah, 2014, hal. 543)

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Assalaamu’alaikumwarahmatullahi wabarakatuh.

    Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan

    Rahmat dan Hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

    skripsi ini yang berjudul:”Pengembangan lembar Kerja Siswa Menggunakan

    Teori Van Hiele untuk Siswa Kelas VII SMPN 7 Muaro Jambi”. Kemudian

    tak lupa pula penulis haturkan Shalawat berangkaian salaam kepada pejuang sejati

    kita Nabibesar Muhammmad SAW, keluarga sahabat, dan pengikut beliau yang

    telah membawa agama Islam hingga saat ini, semoga kita mendapat syafa‟atnya di

    akhirat nantinya Aamiin.

    Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat

    akademik guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S1) pada

    jurusan Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha

    Saifuddin Jambi. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian skripsi ini

    banyak melibatkan pihak yang telah memberikan motivasi baik moril maupun

    materil, untuk itu melalui kolom ini penulis menyampaikan terima kasih dan

    penghargaan kepada:

    1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor UIN Sultan Thaha Saifuddin

    Jambi.

    2. Ibu Dr. Hj. Armida, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

    UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    3. Bapak Drs. Sunarto, M.Pd selaku Ketua Prodi Tadris Matematika UIN Sultan

    Thaha Saifuddin Jambi.

    4. Bapak Drs. Alfian, M.Pd selaku pembimbing I dan Ibu Marni Zulyanty, M.Pd

    selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan

    pemikirannya demi mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

    5. Bapak Dr. M. Hurmaini, M.Pd dan Ibu Rima Meslita, S.Si, M.Pd selaku

    dosen validator sebelum melakukan tes dilapangan.

    6. Bapak dan Ibu Dosen serta staf Prodi Tadris Matematika yang telah

    memperlancar urusan penulisan skripsi ini.

  • viii

    7. Bapak Drs. Evi Swinto selaku Kepala SMPN 7 Muaro Jambi yang telah

    memberikan kemudahan kepada penulisan dalam memperoleh data di

    lapangan.

    8. Ibu Dini Adriani, S.Pd selaku guru matematika di SMPN 7 Muaro Jambi.

    9. Sahabat-sahabatku yang telah menjadi farthner diskusi dalam menyusun

    skripsi ini, yaitu Andefa Nurzalia, Dandanah, Eva Fitria, Musallima, Nur

    Azizah, Rika Agustin dan Wiwien Agustin yang telah memberikan motivasi

    serta semangat tiada henti hingga menjadi kekuatan pendorong bagi Penulis

    dalam menyelesaikan skripsi ini.

    10. Sahabat GMC yaitu Meliza Dian, Tri Martini, Nengsih, Mayatul Husna, Hera

    Sakjani yang tiada henti memberikan motivasi serta semangat bagi penulis

    walaupun hanya lewat Handphone.

    11. Tak lupa untukmu yang tercinta dan tersayang, terimakasih selalu dibelakang

    dan menjadi pendorong serta penyemangat saat penulis mengeluh sehingga

    penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

    12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu

    dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan

    peningkatan mutu pendidikan di Indonesia pada umumnya dan bermanfaat

    bagi para pembaca khususnya.

    Akhirnya semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan dan amal

    semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi

    pengembangan ilmu. Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih

    banyak terdapat kekurangan-kekurangan, sehingga penulismengharapkan adanya

    saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

    Wassalaamu’alaikumwarahmatullahi wabarakatuh.

    Jambi, 26 Juni 2018

  • ix

    ABSTRAK

    Nama : Lili Marfita

    Program Studi : Tadris Matematika

    Judul : Pengembangan Lembar Kerja Siswa Menggunakan Teori Van

    Hiele Untuk Siswa Kelas VII SMPN 7 Muaro Jambi

    Geometri yakni cabang matematika yang mempunyai peluang lebih besar

    untuk dipahami siswa karena ide-ide geometri sudah dikenal siswa sejak sebelum

    masuk sekolah. Namun, bukti-bukti di lapangan menunjukkan bahwa siswa masih

    mengalami kesulitan dalam mempelajari dan menyelesaikan soal-soal geometri.

    Berdasarkan kenyataan tersebut maka diperlukan bahan ajar yang dapat

    mempermudah interaksi antara siswa dan materi, mengaktifkan keseluruhan

    indera siswa, ringkas dan kaya tugas serta melatih kemandirian siswa yang berupa

    Lembar Kerja Siswa dengan teori van hiele yang memperhatikan level berfikir

    geometri siswa dan merupakan teori khusus dalam belajar geometri. Penelitian ini

    bertujuan untuk mengetahui kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan LKS yang

    dikembangkan pada level 0 dan 1 untuk siswa kelas VII SMPN 7 Muaro Jambi

    pada materi segitiga.

    Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan model 3D,

    yaitu define, design, dan development. Pengembangan ini dilakukan dengan

    analisis kurikulum, materi dan peserta didik. Kemudian dikembangkanlah bahan

    ajar berdasarkan hasil analisis. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah angket penilaian ahli materi dan ahli desain, angket persepsi guru dan

    siswa, soal tes teori Van Hiele, lembar observasi aktivitas siswa, dan tes hasil

    belajar.

    Hasil pengembangan dilanjutkan dengan tahap validasi ahli materi dengan

    rerata skor validasi 60% “cukup valid” dan ahli desain LKS serta desain

    pembelajaran dengan rerata skor total 76,84% “valid”. Selanjutnya tahap uji coba

    melibatkan persepsi guru matematika dan siswa dengan rerata nilai 76,7% “cukup

    praktis” dan 88,15% “praktis”. Terakhir uji coba lapangan untuk efektifitas

    produk, pada subjek diperoleh analisis hasil belajar siswa 90,6% siswa berada di

    atas KKM, dan terjadi peningkatan pemahaman geometri siswa, serta rerata hasil

    observasi aktifitas siswa 3,03 “baik”. Hasil penelitian ini memaparkan. Kemudian

    LKS dikatakan berkualitas baik karena memenuhi indikator kevalidan,

    kepraktisan, dan keefektifan. Sehingga LKS ini dapat digunakan guru matematika

    SMP pada materi segitiga.

    Kata Kunci: LKS, Teori Van Hiele, Pendekatan Saintifik.

  • x

    ABSTRACT

    Name : Lili Marfita

    Study Program : Tadris Mathematics

    Title : Development of student worksheets using Van Hiele theory for

    grade VII SMPN 7 Muaro Jambi

    Geometry have a great opportunity for students to comprehend the material

    because the ideas of geometry have been known by the student since they before

    school, such as lines, fields and spaces. However, the fact in this class showed that

    there are some students which still have difficulty in studying and solving the

    exercise about geometry. Based on the causes it is necessary some teaching

    materials to make easy the intreraction between student and material. Activate all

    of the sense of students, concise and rich task also train student independence with

    material from LKS used van hiele theory which gave attention for level of

    thinking geometry students. This research have purposed to know the validity,

    practically, and effectivelly the LKS which developed at level 0 and 1 for class

    VII SMPN 7 Muaro Jambi to triangle material .

    The types of the research was used research developed with 3D model, that is

    define, design and development. The development were done with analysis the

    curriculum, materials based on the result of the analysis. The instrument that are

    used in this research were questionnaire of material expert and design expert,

    questionnaire of teacher and student perception, van hiele theory test, student

    activity observation sheet, and test of learning result. The characteristics of the

    LKS where the material substance is relevant to KD, the existence of instructional

    guidance, brief and clear sentences, and guides students to study regularly and

    clearly through the learning phases of van hiele and the scientific approach.

    The result of development continued with validation stage of material expert

    with mean validation score of 60% “valid enough” and LKS design expert and

    instructional design with average score of 76.84% “valid”. Furthermore, the best

    phase involves the perception of math and student teachers with a mean of 76.7%

    “practical” and 88.15% “practical”. Last field trials for product effectiveness, on

    the subject obtained analysis of student learning outcomes 90.6% of students are

    above the KKM, and an increase in understanding of student geometri, as well as

    average observation results of student activities 3.03 “good”. The results of this

    study describes. Then LKS is said to be of good quality because it meets the

    validity, practicality, and effectivelly indicators. So this LKS can be used by SMP

    mathematics teacher on triangle material.

    Keywords: LKS, Van Hiele Theory, Scientific Approach.

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

    NOTA DINAS ................................................................................................. ii

    PERNYATAAN ORISINILITAS .................................................................... iv

    PERSEMBAHAN ............................................................................................ v

    MOTTO ........................................................................................................... vi

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

    ABSTRAK ....................................................................................................... ix

    ABSTRACT ..................................................................................................... x

    DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii

    DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

    A. LatarBelakangMasalah ............................................................... 1 B. Identifikasi Masalah .................................................................... 6 C. Batasan Masalah ......................................................................... 6 D. RumusanMasalah ........................................................................ 7 E. TujuanPenelitian dan Manfaat Penelitian ................................... 7 F. Spesifikasi Produk yang diharapkan ........................................... 8

    BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 9

    A. Konsep Pengembangan Model ................................................... 9 B. KajianTeoritik ............................................................................. 11

    1. Bahan Ajar ............................................................................. 11 2. Lembar Kerja Siswa ............................................................... 13 3. Teori Van ............................................................................... 16 4. Pendekattan Saintifik ............................................................. 22

    C. HasilPenelitian yang Relevan ..................................................... 26

    BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 29

    A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 29 B. Karakteristik Sasaran Penelitian ................................................. 20 C. Pendekatan dan Prosedur Pengembangan ................................... 22

    1. Analisis Kebutuhan ............................................................... 30 2. Rancangan Pengembangan ................................................... 31 3. Prosedur Pengembangan ....................................................... 31 4. Uji coba/ Validasi, Evaluasi, Revisi Model .......................... 33 5. Implementasi Model ............................................................. 34

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 48

    A. Hasil Pengembangan Model ....................................................... 48 1. Tahap Define ......................................................................... 48 2. Tahap Design ........................................................................ 51

  • xii

    3. Tahap Develop ...................................................................... 54 B. Kelayakan Model ........................................................................ 55

    1. Hasil Validasi ........................................................................ 55 2. Revisi Hasil Validasi ............................................................ 62

    C. Efektivitas Model ........................................................................ 64 D. Pembahasan ................................................................................ 74

    BAB V PENUTUP ........................................................................................ 86

    A. Kesimpulan ................................................................................. 86 B. Saran ........................................................................................... 87

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 88

    LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 91

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Indikator Tahapan Berfikir Van Hiele ............................................. 18

    Tabel 3.1 Kisi-Kisi Angket Penilaian Ahli Validasi Materi ............................ 36

    Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Penilaian Ahli Validasi Desain LKS ................... 37

    Tabel 3.3 Kisi-Kisi Angket Penilaian Ahli Validasi Desain Pembelajaran ..... 38

    Tabel 3.4 Kisi-Kisi Angket Penilaian Guru Terhadap LKS ............................ 40

    Tabel 3.5 Kisi-Kisi Angket Penilaian Siswa Terhadap LKS ........................... 41

    Tabel 3.6 Kriteria Jawaban Item Instrumen beserta Skornya ......................... 43

    Tabel 3.7 Interval Kevalidan ............................................................................ 43

    Tabel 3.8 Interval Kepraktisan ......................................................................... 44

    Tabel 3.9 Ilustrasi Penentuan Level Van Hiele ............................................... 46

    Tabel 3.10 Klasifikasi Nilai Rata-rata .............................................................. 47

    Tabel 4.1 Hasil Validasi Materi ....................................................................... 55

    Tabel 4.2 Hasil Validasi Desain LKS .............................................................. 58

    Tabel 4.3 Hasil Validasi Desain Pembelajaran ................................................ 58

    Tabel 4.4 Hasil Penilaian Guru ....................................................................... 61

    Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktifitas Siswa ....................................................... 65

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1.1 Tampilan LKS yang Dimiliki Siswa ............................................ 3

    Gambar 2.1 Penyederhanaan Model Pengembangan 4-D menjadi 3-D .......... 10

    Gambar 4.1 Tampilan Daftar Isi Sebelum dan Sesudah Revisi ...................... 63

  • xv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Lembar Kerja Siswa ..................................................................... 91

    Lampiran 2 Hasil Validasi Ahli Materi ............................................................ 122

    Lampiran 3 Hasil Validasi Desain ................................................................... 125

    Lampiran 4 Angket Persepsi Guru Validasi beserta Hasil ............................... 129

    Lampiran 5 Angket Persepsi Siswa Validasi beserta Hasil ............................. 133

    Lampiran 6 Tes Van Hiele beserta Kunci Jawaban ......................................... 137

    Lampiran 7 RPP Validasi ................................................................................. 146

    Lampiran 8 Lembar Observasi Aktifitas Siswa 1 ............................................ 158

    Lampiran 9 Lembar Observasi Aktifitas Siswa 2 ............................................ 159

    Lampiran 10 Lembar Observasi Aktifitas Siswa 3 ........................................... 160

    Lampiran 11 Lembar Observasi Aktifitas Siswa 4 ........................................... 161

    Lampiran 12 Kisi-kisi Soal formatif ................................................................. 162

    Lampiran 13 Soal Formatif ............................................................................... 164

    Lampiran 14 Hasil Validasi Tes Formatif ......................................................... 167

    Lampiran 15 Tes Hasil Belajar ......................................................................... 168

    Lampiran 16 Hasil Tes Geometri Siswa ............................................................ 171 Lampiran 17 Surat Keterangan Riset Dari Sekolah .......................................... 173

    Lampiran 18 Dokumentasi …………………………………………………… 175

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan pelajaran yang tersusun secara beraturan, logis,

    berjenjang dari yang paling mudah hingga yang paling rumit. Menurut (Shadiq,

    2014:5) Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang

    berarti „belajar atau hal yang dipelajari‟, sedang dalam bahasa Belanda disebut

    wiskunde atau „ilmu pasti‟. Fitriati dan Sopiana (2015:42) mengatakan bahwa

    matematika merupakan mata pelajaran yang mempunyai peranan penting baik

    penerapannya dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu

    pengetahuan lain sehingga matematika perlu diberikan pada setiap jenjang

    pendidikan mulai dari SD hingga perguruan tinggi.

    Salah satu cabang matematika yang diajarkan di sekolah adalah geometri.

    Sebagaimana pendapat Safrina, dkk (2014:10) bahwa geometri itu merupakan

    cabang matematika yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, baik pada

    jenjang pendidikan sekolah dasar hingga diperguruan tinggi. Geometri merupakan

    bagian matematika yang sangat dekat dengan siswa, karena hampir semua objek

    visual yang ada disekitar siswa merupakan objek geometri. Berdasarkan data

    TIMSS 2011 yang disusun oleh Setiadi, dkk (2012:15-16) persentase

    perbandingan antara aspek matematika yang harus dikuasai siswa yaitu Bilangan

    (15%), Aljabar (37%), Geometri dan Pengukuran (41%), Statistika dan Peluang

    (7%).

    Geometri merupakan salah satu bidang kajian matematika yang memperoleh

    porsi terbesar untuk dipelajari siswa dan memiliki peranan penting dalam proses

    pembelajaran matematika siswa SMP di sekolah, karena geometri digunakan oleh

    setiap orang dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan pendapat Yeni

    (2011:64) yang menyatakan bahwa rasionalnya pelajaran geometri digunakan oleh

    setiap orang dalam kehidupan sehari-hari, aspek praktis dan keindahan (estetika)

    dapat ditemukan dalam bidang seni dan arsitektur, eksplorasi ruang, perencanaan

    rumah, perencanaan bangunan, desain pakaian (mode) serta desain mobil.

  • 2

    Meskipun demikian, bukti di lapangan menunjukkan bahwa kenyataannya

    masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari, memahami

    dan menyelesaikan soal-soal. Seperti hasil penelitian Clemments dan Battista

    yang melakukan penelitian pada siswa SMP kelas VII dengan temuan bahwa: (1)

    hanya 64% dari 52 siswa yang mengetahui bahwa persegi panjang adalah jajar

    genjang; (2) 50% siswa tidak menyukai masalah pembuktian; (3) siswa lebih baik

    menyelesaikan permasalahan yang disajikan visual dibanding secara verbal.

    Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Sehatta Seragih tahun 2003

    mengungkapkan bahwa berdasarkan penelitian pada siswa kelas VII diketahui

    bahwa secara umum siswa belum memiliki kemampuan yang baik dalam

    mengenal sifat-sifat yang dimiliki oleh setiap jenis segitiga (dalam Sujadi,

    2013:180-181). Berdasarkan laporan TIMSS oleh Setiadi, dkk (2012) dapat

    dipahami bahwa kemampuan geometri siswa SMP di Indonesia masih sangat

    rendah, yaitu hanya berkisar antara 10% - 30% siswa yang mampu menjawab soal

    geometri dengan benar. Bukti empiris itulah yang menunjukkan bahwa masih

    banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar geometri, mulai tingkat

    dasar sampai perguruan tinggi. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa di SMP

    masih banyak siswa yang belum memahami konsep-konsep geometri.

    Guru sangat berperan dalam proses pembelajaran, penerapan model dan

    metode pembelajaran serta penggunaan media saat pembelajaran dapat

    mempengaruhi pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan. Guru harus

    mampu menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan

    menarik. Berbagai upaya yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan

    pemahaman serta aktifitas siswa yang dapat mengoptimalkan kegiatan

    pembelajaran di sekolah salah satunya memilih dan menyusun materi

    pembelajaran. Sebagaimana Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005,

    mengisyaratkan bahwa guru diharapkan mengembangkan materi pembelajaran

    sendiri. Namun pada kenyataannya tidak semua guru mau dan mampu

    mempersiapkan serta merancang hal-hal yang dibutuhkan untuk menunjang

    proses pembelajaran tersebut, terutama dalam hal sumber belajar (bahan ajar).

    Guru lebih cenderung memilih bahan ajar yang sudah jadi, tinggal beli, tinggal

  • 3

    pakai tanpa upaya merencanakan, menyiapkan dan menyusunnya sendiri dengan

    alasan kurang produktif, merepotkan dan tidak memiliki kesempatan ataupun

    kurang berpengalaman dalam merancang media pembelajaran, dengan demikian

    sangat memungkinkan jika bahan ajar yang mereka pakai belum tentu sesuai

    dengan keadaan sekolah dan sesuai dengan tingkat kemampuan siswa tersebut.

    Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis di SMP N 7 Muaro Jambi

    guru dalam proses belajar mengajar biasanya menggunakan Buku Paket

    Matematika yang disediakan sekolah. Selanjutnya guru juga sudah menggunakan

    LKS dalam proses pembelajarannya namun LKS yang digunakan masih umum.

    Perhatikan gambar 1.1 berikut.

    Gambar 1.1 Tampilan LKS yang dimiliki siswa

    Pada gambar 1.1 terlihat bahwa LKS yang digunakan masih umum hanya

    berisi sedikit ringkasan materi yang membuat siswa bingung dan dilengkapi

    dengan latihan-latihan soal yang membuat siswa merasa terbebani, karena dengan

    adanya LKS tersebut akan semakin banyak tugas-tugas yang bisa diberikan

    dengan mudah oleh guru tanpa adanya bimbingan dan pengalaman belajar secara

    langsung dari LKS tersebut. Juga penyajian setiap materi dalam LKS ini monoton

  • 4

    sehingga motivasi dan minat siswa berkurang untuk memahaminya. Selain itu,

    penyajian LKS ini terlihat sama untuk semua materi yang diajarkan tanpa ada

    metode-metode khusus yang digunakan dalam menyajikan materi tertentu seperti

    geometri khususnya materi segitiga yang dapat disajikan dengan teori khusus

    belajar geometri yaitu teori van hiele yang mempertimbangkan tingkat berpikir

    siswa.

    Dalam pembelajaran matematika khususnya materi geometri ini, diperlukan

    teori yang tepat sehingga pembelajaran menjadi lebih terstruktur dan memberikan

    peluang yang lebih bagi siswa untuk menemukan ide-ide ataupun konsep-konsep

    geometri bagi diri mereka. Salah satu teori yang dapat digunakan dalam

    pembelajaran geometri adalah teori Van Hiele. Karena, teori Van Hiele

    merupakan teori yang fokus terhadap bidang geometri, pembelajaran yang

    menekankan terhadap perkembangan berpikir atau yang dapat merespon

    kebutuhan semua siswa yang mungkin bervariasi dalam tingkat berpikir dan

    kemampuan geometrinya. Beberapa penelitian memperkuat penggunaan teori ini,

    salah satunya penelitian dilakukan oleh Yadil (2009:88-89) dengan simpulan

    bahwa skenario pembelajaran dengan model Van Hiele yang digunakan dapat

    meningkatkan pemahaman siswa.

    Berlandaskan uraian di atas maka sudah selayaknya seorang guru

    merencanakan, menyiapkan serta menyusun sendiri segala keperluan yang dapat

    mendukung dan mengoptimalkan pembelajarannya. Dalam hal ini peneliti

    menyarankan untuk menggunakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) atau yang biasa

    kita kenal dengan Lembar Kerja Siswa yang disusun berdasarkan kebutuhan dan

    karakteristik siswa yang diajarkan. Karena dengan LKS dapat mempermudah

    interaksi antara siswa dengan materi, bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas

    untuk berlatih. Pada dasarnya, bukan hanya pengembangan bahan ajar yang

    melibatkan seluruh indera siswa selama proses pembelajarannya, namun bahan

    ajar seperti LKS harus mempertimbangkan berbagai aspek yang mempengaruhi

    proses pemahaman siswa tersebut. Seperti pendapat Suherman, dkk (2003:27)

    bahwa dalam proses pembelajaran tidak hanya tingkat kedalaman konsep yang

    diberikan pada siswa yang harus disesuaikan dengan tingkat kemampuannya, cara

  • 5

    penyampaian materipun demikian pula. Guru harus mengetahui tingkat

    perkembangan mental anak dan bagaimana pengajaran yang harus dilakukan

    sesuai dengan tahap-tahap perkembangan tersebut. Pembelajaran yang tidak

    memperhatikan tahap perkembangan siswa besar kemungkinan akan

    mengakibatkan siswa mengalami kesulitan, karena apa yang disajikan tidak sesuai

    dengan kemampuannya dalam menyerap materi yang diberikan.

    Dalam pengembangannya, berdasarkan paparan di atas maka pengembangan

    LKS yang baik harus mempertimbangkan tingkat berfikir siswa dalam proses

    pembelajaran. Maka pengembangan bahan ajar yang diperlukan siswa untuk

    belajar Geometri adalah LKS yang berbasis teori Van Hiele. Karena teori ini

    merupakan teori belajar khusus di bidang Geometri, yang mengungkapkan bahwa

    ada 5 tahap belajar anak dalam belajar geometri yaitu tahap pengenalan

    (visualisasi), tahap analisis, tahap pengurutan, tahap deduksi dan tahap akurasi.

    Menurut Van Hiele, tiga unsur utama dalam pengajaran geometri yaitu waktu,

    materi pengajaran dan metode pengajaran yang diterapkan, jika ditata secara

    terpadu akan dapat meningkatkan kemampuan berfikir anak kepada tingkatan

    yang lebih tinggi (Suherman, dkk. 2003:51). Beberapa penelitian juga

    menguatkan teori ini, hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nopi

    Andini (2017:180) yang memperoleh kesimpulan bahwa dengan menggunakan

    LKS berbasis teori Van Hiele hasil belajar siswa dikatakan baik dengan persentase

    keberhasilan mencapai 85,7% siswa dinyatakan tuntas dan aktifitas siswa selama

    proses pembelajaran memperoleh nilai rata-rata 3,07 dalam kategori “baik” dan

    terjadi peningkatan level Van Hiele siswa. Selanjutnya penelitian yang dilakukan

    oleh Yadil (2009:88-89) yang memperoleh kesimpulan bahwa skenario

    pembelajaran (RPP dan LKS) dengan model Van Hiele yang digunakan dapat

    meningkatkan pemahaman siswa.

    Dengan demikian untuk menyelesaikan permasalahan tentang kesulitan siswa

    pada geometri dapat diselesaikan dengan menggunakan LKS berbasis teori Van

    Hiele. Karena tingkatan berfikir menurut teori van hiele ada 5 maka yang akan

    dikembangkan adalah LKS pada level 0 dan 1, berdasarkan penelitian yang

    dilakukan Yadil (2009:82-83) yaitu bahwa siswa SMP dalam belajar geometri

  • 6

    tahap tertinggi yang dicapai berada pada tahap berfikir pengurutan (level 2), dan

    sebagian besar mereka berada pada level 0 (tahap pengenalan). Dan juga

    berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sudarmanto (2010:2) dapat

    disimpulkan bahwa berdasarkan 60 siswa SMP terdapat 1 siswa yang berada pada

    level 0, 54 siswa berada pada level 1, dan 5 siswa sudah dapat mencapai level 2.

    Belum ada siswa yang dapat mencapai level 3.

    Dalam pelaksanaannya, penggunaan LKS dengan teori Van Hiele dapat

    diterapkan dengan langkah-langkah pembelajaran pendekatan saintifik

    berdasarkan pembelajaran pada kurikulum 2013, karena pada dasarnya salah satu

    strategi pembelajaran matematika siswa harus dibawa ke arah mengamati,

    menebak, berbuat, mencoba, mampu menjawab pertanyaan mengapa, dan kalau

    mungkin mendebat (Suherman, 2003:62). Sehingga pada implementasinya untuk

    menyelesaikan kesulitan siswa serta memberikan pembelajaran yang bermakna

    bagi siswa, dapat menciptakan siswa yang aktif, dapat membentuk keterampilan

    yang inovatif, meningkatkan kreatifitas dan tingkat berfikir geometri siswa.

    Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

    dengan judul “Pengembangan Lembar Kerja Siswa Menggunakan Teori Van

    Hiele untuk Siswa Kelas VII SMPN 7 Muaro Jambi”.

    B. Identifikasi Masalah Berdasarkan paparan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang

    dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah:

    1. Masih terbatasnya variasi bahan ajar yang digunakan

    2. Bahan ajar yang tersedia belum membuat siswa aktif dan antusias saat

    belajar

    3. Kemampuan pemahaman konsep Geometri siswa SMP masih rendah

    4. Masih minimnya LKS matematika yang merpertimbangkan tingkat

    kemampuan pemahaman siswa, seperti LKS berbasis teori Van Hiele dan

    pendekatan saintifik pada materi Segitiga untuk siswa kelas VII

    C. Batasan Masalah

  • 7

    Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penulis membatasi pokok

    masalah sebagai berikut :

    1. Bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini ialah Lembar Kerja

    Siswa (LKS) matematika yang merpertimbangkan tingkat kemampuan

    pemahaman siswa, yakni LKS berbasis teori Van Hiele

    2. Menggunakan pendekatan saintifik yang merupakan implementasi dari

    kurikulum 2013

    3. Materi yang digunakan adalah Segitiga untuk siswa SMP kelas VII.

    4. Penelitian dilakukan di SMPN 7 Muaro Jambi, dalam judul tidak

    disebutkan karena akan menghasilkan redaksi judul yang panjang.

    D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan

    diangkat dalam penelitian ini adalah :

    1. Bagaimanakah validitas pengembangan LKS Menggunakan Teori Van

    Hiele dan Pendekatan Saintifik untuk siswa Kelas VII pada materi

    Segitiga?

    2. Bagaimanakah praktikalitas pengembangan LKS Menggunakan Teori Van

    Hiele dan Pendekatan Saintifik untuk siswa Kelas VII pada materi

    Segitiga?

    3. Bagaimanakah efektifitas pengembangan LKS Menggunakan Teori Van

    Hiele dan Pendekatan Saintifik untuk siswa Kelas VII pada materi

    Segitiga?

    E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan penelitian

    Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya maka

    tujuan dari penelitian ini adalah :

    a) Untuk mengetahui kevalidan LKS Menggunakan Teori Van Hiele dan

    Pendekatan Saintifik untuk siswa Kelas VII pada materi Segitiga

    b) Untuk mengetahui kepraktisan LKS Menggunakan Teori Van Hiele

    dan Pendekatan Saintifik untuk siswa Kelas VII pada materi Segitiga

  • 8

    c) Untuk mengetahui keefektifan pengembangan LKS Menggunakan

    Teori Van Hiele dan Pendekatan Saintifik untuk siswa Kelas VII pada

    materi Segitiga

    2. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

    a) Bagi guru, dapat memberikan wawasan mengenai LKS dengan teori

    Van Hiele dan pendekatan saintifik yang dapat dimanfaatkan guru

    dalam pembelajaran matematika.

    b) Bagi siswa, dapat meningkatkan motivasi dan pemahaman konsep

    siswa dalam belajar geometri berdasarkan teori Van Hiele serta dapat

    mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dan berperan secara aktif

    dalam pembelajaran.

    c) Bagi peneliti, sebagai pengalaman pribadi yang berharga sebagai calon

    guru professional yang kedepannya akan dijadikan sebagai acuan

    untuk pembuatan media pembelajaran.

    F. Spesifikasi Produk yang Diharapkan Spesifikasi produk dalam penelitian ini adalah:

    1. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini ialah bahan ajar cetak

    berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis teori Van Hiele dan

    Pendekatan Saintifik.

    2. LKS yang dikembangkan berada pada level 0 dan 1.

    3. Materi pada LKS yang dikembangkan adalah Segitiga untuk SMP kelas

    VII.

    4. Jenis LKS yang dikembangkan ialah jenis LKS yang membantu siswa

    menemukan suatu konsep.

    5. Format atau komponen LKS disusun berdasarkan komponen-komponen

    pembuatan LKS yang baik dan benar serta dikembangkan dengan fase-fase

    pembelajaran teori Van Hiele dan langkah-langkah Pendekatan Saintifik.

  • 9

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Konsep Pengembangan Model Metode penelitian dan pengembangan (Research and Development) adalah

    metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan

    menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2013:297). Metode Research and

    Development (penelitian dan pengembangan) dapat diartikan sebagai suatu proses

    atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau

    menyempurnakan produk yang lama. Seperti diungkapkan oleh Mulyatiningsih

    (2014:161) penelitian dan pengembangan bertujuan untuk menghasilkan produk

    baru melalui proses pengembangan.

    Menurut Sujdana (2001:92) dalam Trianto, untuk melaksanakan

    pengembangan perangkat pengajaran diperlukan model-model pengembangan

    yang sesuai dengan sistem pendidikan. Sehubungan dengan itu ada beberapa

    model pengembangan pengajaran. Dalam pengembangan perangkat pembelajaran

    dikenal tiga macam model pengembangan perangkat, yaitu Model Dick-Carey,

    Model Four-D dan Model Kemp.

    Dalam penelitian ini, model pengembangan yang digunakan adalah model

    Four-D. Model penelitian ini dipilih karena tahapan-tahapan penelitian dan

    pengembangannya sistematis dan terperinci serta sesuai dengan tahapan-tahapan

    penyusunan LKS yang pijakan utama pendidikan di Indonesia berdasarkan

    kurikulum yang telah ditetapkan. Selain itu juga karena model ini lebih tepat

    digunakan sebagai dasar pengembangan perangkat pembelajaran bukan untuk

    mengembangkan sistem pembelajaran, uraiannya tampak lebih lengkap dan

    sistematis, dalam pengembangannya melibatkan penilaian ahli sehingga sebelum

    dilakukan uji coba di lapangan perangkat pembelajaran telah dilakukan revisi

    berdasarkan penilaian, saran dan masukan para ahli.

    Model pengembangan four-D terdiri dari empat tahap, yaitu pendefenisian

    (define), perancangan (design), pengembangan (develop) dan penyebaran

  • 10

    (disseminate). Penelitian ini dilaksanakan hanya sampai tahap pengembangan

    (develop) saja, mengingat keterbatasan waktu dan biaya. Tahapan pada penelitian

    ini digambarkan melalui bagan berikut:

    Gambar 2. Penyederhanaan Model Pengembangan 4-D Menjadi 3-D

    Keterangan:

    : kegiatan yang dilakukan

    : garis pelaksanaan

    : hasil kegiatan

    : pengambilan keputusan

    : garis siklus (jika diperlukan)

    Define

    Analisis karakteristik siswa Analisis materi Analisis kurikulum

    Menentukan KI dan KD Merumuskan tujuan pembelajaran

    Design

    Draft awal Menyusun penyajian materi/perancangan produk

    Development

    Draft baru Revisi 1 Validasi ahli Revisi hasil validasi ahli

    Draft

    revisi 2 Revisi hasil uji coba terbatas Uji coba terbatas

    Draft final YA efek Analisis hasil Uji coba

    lapangan

    tidak revisi Draft R2(i)

  • 11

    B. Kajian Teoritik 1. Bahan Ajar Bahan ajar atau learning materials merupakan bahan pembelajaran yang

    secara langsung digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Dengan demikian,

    bahan ajar lazimnya berisikan tentang semua cakupan materi dari semua mata

    pelajaran (Sa‟ud, 2013:214). Peserta didik harus benar-benar merasakan

    manfaat bahan ajar atau materi itu setelah ia mempelajarinya. Menurut

    Depdiknas (2008:6-14) bahan ajar merupakan bagian dari sumber belajar

    yang merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga

    tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. Sebuah

    bahan ajar paling tidak memuat:

    a) Petunjuk belajar (siswa/guru)

    b) Kompetensi yang akan dicapai

    c) Content atau isi materi pelajaran

    d) Informasi pendukung

    e) Latihan-latihan

    f) Petunjuk kerja (dapat berupa Lembar Kerja)

    g) Evaluasi

    h) Respon atau balikan terhadap hasil evaluasi.

    Pengembangan bahan ajar sangat perlu dilakukan guru, dengan alasan

    karena ketersedian bahan sesuai tuntutan kurikulum yang artinya bahan

    belajar yang akan kita kembangkan harus sesuai dengan kurikulum, standar

    kompetensi lulusan telah ditetapkan oleh pemerintah. Pertimbangan lain

    adalah karakteristik sasaran yang artinya bahan ajar yang digunakan harus

    sesuai dengan kondisi siswa yang diajarkan. Selanjutnya pengembangan

    bahan ajar harus bisa menjawab atau memecahkan masalah ataupun kesulitan

    belajar.

    Jenis-jenis bahan ajar cetak diantaranya :

    a) Hand Out Hand out adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk

    memperkaya pengetahuan peserta didik. Saat ini hand out dapat diperoleh

  • 12

    dengan berbagai cara, antara lain dengan cara download dari internet, atau

    menyadur dari sebuah buku.

    b) Buku Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan buah

    pikiran dari pengarangnya. Buku adalah sejumlah lembaran kertas baik

    cetakan maupun kosong yang dijilid dan diberi kulit. Buku sebagai bahan ajar

    merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap

    kurikulum dalam bentuk tertulis.

    c) Modul Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik

    dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sebuah

    modul akan bermakna kalau peserta didik dapat dengan mudah

    menggunakannya.

    d) Lembar Kerja Siswa Lembar kegiatan siswa (student worksheet) adalah lembaran-lembaran

    berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan

    biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas.

    e) Brosur Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang

    disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa

    halaman dan dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan.

    f) Leaflet Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi

    tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara

    cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana,

    singkat serta mudah dipahami.

    g) Wallchart Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses atau

    grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. Agar wallchart terlihat

    lebih menarik bagi siswa maupun guru, maka wallchart didesain dengan

    menggunakan tata warna dan pengaturan proporsi yang baik.

  • 13

    h) Foto/gambar

    Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan

    tulisan. Foto/gambar yang didesain secara baik dapat memberikan

    pemahaman yang lebih baik. Bahan ajar ini dalam menggunakannya harus

    dibantu dengan bahan tertulis. Bahan tertulis dapat berupa petunjuk cara

    menggunakannya dan atau bahan tes.

    2. Lembar Kerja Siswa Lembar Kegiatan Siswa atau yang biasa dikenal dengan Lembar Kerja Siswa

    adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan

    atau pemecahan masalah (Trianto, 2014:111). Lembar Kerja Siswa (LKS)

    merupakan suatu bahan ajar cetak yang berupa lembar-lembar kertas yang berisi

    materi, ringkasan, dan petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus

    dikerjakan siswa, baik bersifat teoritis dan/atau praktis, yang mengacu kepada

    kompetensi dasar yang harus dicapai siswa; dan penggunaannya tergantung

    dengan bahan ajar lain (Prastowo, 2013:204). Trianto (2014:111) juga berpendapat

    bahwa LKS dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif

    maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk

    panduan eksperimen atau demontrasi.

    Selain itu, LKS juga memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus

    dilakukan siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan

    kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh.

    Menurut Rustaman (dalam Majid, 2013:374) LKS merupakan salah satu alat

    bantu pengajaran yang berupa lembaran-lembaran berisi tugas yang harus

    dikerjakan oleh siswa. LKS berisi petunjuk dan langkah-langkah untuk

    menyelesaikan suatu tugas, baik tugas teori maupun tugas praktikum. Dari

    pendapat beberapa ahli di atas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa, Lembar

    Kerja Siswa (LKS) adalah bahan ajar yang berisi lembaran tugas yang harus

    dikerjakan dan kegiatan yang harus dilakukan siswa sesuai dengan tuntutan materi

    dan petunjuk-petunjuk yang ada di dalamnya.

    Adapun ciri-ciri yang dimiliki oleh sebuah LKS menurut Rustaman (dalam

    Majid, 2013:374) adalah sebagai berikut :

  • 14

    a) Memuat semua petunjuk yang diperlukan siswa

    b) Petunjuk ditulis dalam bentuk sederhana dengan kalimat singkat dan kosakata

    yang sesuai dengan umur dan kemampuan pengguna

    c) Berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus diisi oleh siswa

    d) Adanya ruang kosong untuk menulis jawaban serta penemuan siswa

    e) Memberikan catatan yang jelas bagi siwa atas apa yang telah mereka lakukan

    f) Memuat gambar yang sederhana dan jelas

    Menurut Prastowo (2013:207-208) unsur-unsur Lembar Kerja Siswa (LKS)

    dapat dipandang dari dua sudut pandang, yaitu dilihat dari Struktur Lembar Kerja

    siswa (LKS) dan Format lembar Kerja siswa (LKS). Dilihat dari strukturnya,

    bahan ajar LKS lebih sederhana dibanding modul, tapi lebih kompleks jika

    dibanding dengan buku, dan terdiri atas enam unsur utama, meliputi judul,

    petunjuk belajar, kompetensi dasar, materi pokok, informasi pendukung, tugas

    atau langkah kerja/penyelesaian soal, dan penilaian.

    Sedangkan dilihat dari formatnya, LKS memuat delapan unsur, yaitu judul,

    kompetensi dasar yang akan dicapai, waktu penyelesaian, peralatan/bahan yang

    diperlukan untuk menyelesaiakan tugas, informasi singkat, langkah kerja, tugas

    yang harus dilakukan, dan laporan yang harus dikerjakan.

    Dalam menyiapkan lembar kegiatan siswa dapat dilakukan dengan langkah-

    langkah sebagai berikut:

    a) Analisis kurikulum Langkah pertama yang ditempuh untuk menyususn LKS adalah analisis

    kurikulum. Dimana pada tahap ini guru menentukan materi-materi yang telah

    ditetapkan berdasarkan kurikulum yang berlaku saat itu yang memerlukan bahan

    ajar berupa LKS. Menurut Prastowo (2013:212-213) dalam menentukan materi

    yang memerlukan LKS langkah analisisnya dilakukan dengan cara melihat materi

    pokok, pengalaman belajar, materi yang akan diajarkan, dan mencermati

    kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa.

    b) Menyusun Peta Kebutuhan LKS Setelah analisis kurikulum selesai, maka langkah selanjutnya yang harus

    dilakukan adalah menyusun peta kebutuhan. Menurut prastowo (2013:213) peta

    kebutuhan LKS sangat diperlukan untuk mengetahui jumlah LKS yang harus

  • 15

    ditulis serta melihat sekuensi untuk menentukan prioritas penulisan dan atau

    urutan LKS-nya. Kegiatan ini selain dilengkapi dengan analisis kurikulum juga

    harus dilengkapi dengan analisis sumber belajar.

    c) Menentukan Judul-judul LKS Judul-judul LKS sangat diperlukan untuk memudahkan mengetahui materi

    apa yang disajikan dalam LKS tersebut. Menurut Prastowo (2013:213) judul LKS

    ditentukan atas dasar kompetensi-kompetensi dasar, materi-materi pokok, atau

    pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. Satu kompetensi dasar dapat

    dijadikan sebagai judul LKS apabila kompetensi dasar tersebut diuraikan tidak

    lebih dari 4 materi pokok.

    d) Menulis LKS Menurut Prastowo (2013:214-215) langkah-langkah menulis LKS adalah:

    (1) Menentukan kompetensi dasar yang cocok dengan materi yang akan

    dikembangkan melalui LKS tersebut.

    (2) Menentukan alat penilaian atau cara yang digunakan untuk menilai proses

    serta hasil kerja siswa. Berdasarkan langkah pertama, pendekatan

    pembelajaran yang digunakan adalah kompetensi, maka alat penilaian

    yang cocok adalah menggunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP) dimana

    pendidik dapat melakukan penilaian melalui proses dan hasilnya.

    (3) Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menyusun materi

    pembelajaran yang akan dikembangkan dalam LKS tersebut untuk

    mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Materi LKS dapat berupa

    informasi pendukung dan tugas-tugas yang ditulis dengan jelas.

    (4) Memperhatikan struktur LKS. Berdasarkan uraian sebelumnya yaitu pada

    bagian struktur LKS telah dijelaskan bahwa ada enam komponen yang

    harus dipenuhi dalam menulis LKS yaitu judul, petunjuk belajar,

    kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas,

    langkah-langkah kerja, dan penilaian. Apabila salah satu dari komponen-

    komponen tersebut tidak terpenuhi maka LKS tidak akan pernah

    terwujud.

  • 16

    3. Teori Van Hiele Fitriati dan Sopiana (2015:44-45) Teori Van Hiele yang dikembangkan oleh

    Pierre Marie Van Hiele dan Dina Van Hiele-Geldof sekitar tahun 1950-an telah

    diakui secara internasional dan memberikan pengaruh yang kuat dalam

    pembelajaran geometri sekolah. Uni Soviet dan Amerika Serikat adalah contoh

    negara yang telah merubah kurikulum geometri berdasar pada teori Van Hiele.

    Tahap berpikir Van Hiele adalah kecepatan untuk berpindah dari satu tahap ke

    tahap berikutnya lebih banyak dipengaruhi oleh aktifitas dalam pembelajaran.

    Menurut Van Hiele tiga unsur utama dalam pengajaran geometri yaitu waktu,

    materi pengajaran, dan metode pegajaran yang diterapkan, jika ditata secara

    terpadu akan dapat meningkatkan kemampuan berfikir anak kepada tingkat yang

    lebih tinggi (Suherman, dkk. 2003:51).

    Dengan demikian, pengorganisasian pembelajaran, isi, dan materi merupakan

    faktor penting dalam pembelajaran, selain guru juga memegang peran penting

    dalam mendorong kecepatan berpikir siswa melalui suatu tahapan. Tahap berpikir

    yang lebih tinggi hanya dapat dicapai melalui latihan yang tepat bukan melalui

    ceramah semata. Teori ini dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran

    geometri di sekolah, karena dengan menggunakan teori ini maka guru dapat

    menerapkan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tingkat berfikir siswa.

    Sehingga siswa dapat memahami materi dengan mudah. Dalam pelaksanaannya

    guru dapat mengembangkan fase-fase pembelajaran yang dapat meningkatkan

    tingkat berfikir siswa dalam pembelajaran geometri sehingga proses pembelajaran

    geometri menjadi lebih bermakna.

    Khoiriyah (2013:20) Teori belajar Van Hiele adalah suatu teori yang

    menjelaskan tahapan-tahapan perkembangan berpikir siswa dalam belajar

    geometri antara lain: level 0 (tahap pengenalan/visualisasi), level 1 (tahap

    analisis), level 2 (tahap pengurutan), level 3 (tahap deduksi), level 4 (tahap

    akurasi). Masing-masing tahap berpikir tersebut memiliki kriteria tertentu,

    sehingga menyebabkan siswa berbeda dalam memahami dan menyelesaikan

    permasalahan geometri. Dalam menyelesaikan soal geometri siswa perlu

    menganalisis permasalahan yang ada, kemudian menyesuaikannya dengan

  • 17

    informasi yang pernah diberikan selama pembelajaran. Masing-masing siswa

    tentu akan berbeda dalam menyusun dan mengolah informasi yang mereka

    dapatkan. Perbedaan antar siswa dalam menyusun dan mengolah informasi pada

    materi geometri bisa dikarenakan perbedaan gaya kognitifnya. Berikut penjabaran

    tahapan-tahapan kemampuan berfikir geometri siswa :

    Tahap pengenalan (Visualisasi/Level 0)

    Listyawati (2016:21) “Objek-objek pikiran pada level 0 berupa bentuk-bentuk

    dan bagaimana “rupa” mereka”. Penekanan pada level 0 terdapat pada bentuk

    yang dapat diamati, dirasakan, dibentuk, dipisahkan, atau digunakan dengan

    beberapa cara oleh siswa. Hasil pemikiran pada level 0 adalah kelas-kelas atau

    kelompok-kelompok dari bentuk yang terlihat “mirip”.

    Sejalan dengan ungkapan Safrina, dkk (2014:10) Pada tahap ini, siswa hanya

    baru mengenal bangun-bangun geometri dan memandang suatu bangun geometri

    sebagai suatu keseluruhan. Misalnya, siswa baru mengenal persegi panjang

    sebagai benda-benda yang berbentuk persegi panjang seperti papan tulis, buku,

    pintu, dan lain-lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada tahap ini siswa baru bisa

    melihat secara umum / keseluruhan seperti mengidentifikasi, memberi nama,

    membandingkan hanya berdasarkan penampilan saja tanpa memperhatikan sifat-

    sifat dan hubungan apa yang dimiliki bangun tersebut.

    Tahap analisis (Level 1)

    Listyawati (2016:21) ”Objek-objek pemikiran pada level 1 berupa kelompok-

    kelompok bentuk bukan bentuk-bentuk individual”. Siswa pada tingkat ini mulai

    mengerti bahwa sebuah kumpulan bentuk tergolong serupa berdasarkan sifat/ciri-

    cirinya. Ide-ide dalam suatu bentuk dapat digeneralisasikan pada semua bentuk

    yang sesuai dengan golongan tersebut. Dengan demikian, hasil pemikiran pada

    tahap 1 adalah sifat-sifat dari bentuk.

    Pada tahap analisis ini siswa sudah mengenal sifat-sifat dari bangun-bangun

    geometri. Mereka dapat mengenali dan menyebut sifat-sifat suatu bangun

    geometri tetapi mereka tidak melihat hubungan antara sifat-sifat ini. Misalnya,

    siswa sudah mengetahui bahwa sebuah persegi panjang memiliki dua pasang sisi

    yang berhadapan yang sama panjang, panjang diagonalnya sama.

  • 18

    Tahap pengurutan (/Level 2)

    Safrina, dkk (2014:10) Pada tahap ini siswa sudah memahami pengurutan

    bangun-bangun geometri, misalnya siswa sudah mengetahui bahwa persegi adalah

    sebuah persegi panjang, persegi panjang adalah sebuah jajargenjang. Siswa

    mempersepsi hubungan diantara sifat-sifat dan diantara gambar-gambar. Pada

    tingkat ini, siswa menciptakan defenisi yang bermakna dan memberi argumen

    informal untuk membenarkan penalaran mereka.

    Tahap Deduksi (Level 3)

    Safrina, dkk (2014:10) Pada tahap ini siswa sudah dapat mengambil

    kesimpulan dari hal-hal khusus secara deduktif. Siswa pada tahap ini telah

    mengerti pentingnya peranan unsur-unsur yang tidak didefinisikan, disamping

    unsur-unsur yang didefinisikan, aksioma, dan teorema. Pada tahap ini siswa

    belum memahami kegunaan sistem deduktif.

    Tahap Akurasi (Level 4)

    Safrina, dkk (2014:10) Pada tahap ini anak sudah mulai memahamai

    pentingnya ketepatan dari prinsip dasar dalam suatu pembuktian. Tahap berpikir

    ini sudah terkategori kepada tingkat berpikir yang tinggi, rumit, dan kompleks.

    Sehingga tidak semua siswa dapat berada pada tingkat ini, dan tidak

    mengherankan meskipun sudah duduk pada sekolah lanjutan, seseorang masih

    belum sampai pada tahap ini.

    Sebagaimana pada tabel 1 disusun indikator tingkat/tahapan kemampuan

    berpikir berdasarkan teori Van Hiele yang telah disesuaikan dengan materi bangun

    datar (Segitiga) berikut.

    Tabel 1

    Indikator Tahapan Berfikir Teori Van Hiele pada Materi Segitiga

    Tahapan

    kemampuan

    berpikir

    berdasarkan

    teori van hiele

    Karakteristik

    Indikator

    (1) (2) (3)

  • 19

    (1) (2) (3)

    Tahap pengenalan

    (Level 0)

    Objek pemikiran siswa

    masih didominasi bentuk

    dan seperti apa bentuk itu

    terlihat secara visual

    - Mengetahui nama-nama

    bangun datar segitiga

    - Memahami konsep

    dengan harus melihat

    objek

    Tahap analisis

    (Level 1)

    Mulai mengenali dan

    mengaplikasikan suatu ide

    geometri, mendeskripsikan

    dengan benar berbagai sifat

    serta dapat mengidentifikasi

    gambar sebagai bagian dari

    gambar yang lebih besar

    - Mengetahui jenis dan

    sifat-sifat bangun datar

    segitiga

    - Mampu menggambarkan

    bangun datar sesuai

    defenisi atau sifat-sifat

    Tahap pengurutan

    (Level 2)

    Mengurutkan dan

    mengaitkan beberapa ide-ide

    geometri secara logis,

    memahami definisi, dan

    menarik kesimpulan dengan

    memberikan argumen secara

    informal

    - Mengetahui hubungan

    antar bangun datar

    - Mampu

    mengelompokkan

    bangun datar

    - membuat kesimpulan

    dengan memberikan

    penjelasan

    secara informal

    berdasarkan

    informasi yang diberikan

    Tahap deduksi

    (Level 3)

    Memahami arti deduksi

    sehingga dapat

    membuktikan dengan

    dengan dasar aksioma

    maupun teorema

    - Mampu mengambil

    kesimpulan

    dengan menggunakan

    teorema serta

    aksioma-aksioma yang

    ada

  • 20

    - Mampu mengambil

    kesimpulan

    secara deduktif

    Tahap akurasi

    (Level 4)

    Memahamai pentingnya

    ketepatan dari prinsip dasar

    dalam suatu pembuktian

    - Mampu memahami

    mengapa sesuatu

    dijadikan teorema atau

    aksioma

    Catatan: dimodifikasi dari Khoiriyah, dkk (2013:21-22).

    Namun, LKS menggunakan teori van hiele dan pendekatan saintifik yang

    dikembangkan ini hanya pada level 0 dan 1 saja, karena berdasarkan

    permasalahan yang telah diungkapkan sebelumnya maka melalui pengembangan

    ini peneliti memperkenalkan bagaimana proses pembelajaran geometri agar lebih

    bermakna dan dapat dipahami oleh siswa dengan baik serta dapat menunjang

    aktifitas siswa selama proses pembelajarannya melalui bahan ajar ini. Oleh

    karena itu LKS yang dikembangkan harus dapat memfasilitasi siswa belajar

    dengan baik dimulai dengan tahap pengenalan dan kemudian mampu untuk

    berada pada level 1 dan dapat mencapai tujuan pembelajarannya secara bertahap.

    Setelah mengetahui tahapan anak dalam belajar geometri, maka terdapat

    beberapa fase atau langkah-langkah pembelajaran yang dapat diterapkan untuk

    mengembangkan pemikiran anak tersebut dan kemudian dengan langkah-langkah

    pada tahapan berfikirnya dapat meningkatkan kemampuan siswa tersebut untuk

    dapat meningkat ke tahap berfikir yang lebih tinggi. Adapun fase-fase tersebut

    yaitu:

    a) Informasi (Information/inquiry)

    Menurut Breyfogle dan Lynch (2010:235) kegiatan pada fase ini yaitu

    “teacher: assess students prior knowledge through discussion and allow

    questions to prompt topics to be explored”. Maksudnya, pada fase awal

    pembelajaran guru menilai pengetahuan yang dimiliki siswa tentang bangun

    geometri melalui diskusi dan memungkinkan untuk mengajukan pertanyaan

    tentang topik yang akan diselidiki oleh siswa pada pembelajaran. Sejalan dengan

    (1) (2) (3)

  • 21

    ungkapan Safrina, dkk (2014:13) Fase ini merupakan langkah awal yang diisi

    dengan kegiatan tanya jawab antara guru dan siswa mengenai objek-objek yang

    dipelajari pada tingkat analisis. Misalnya guru mengajukan pertanyaan apakah

    persegi itu?, mengapa kamu mengatakan itu persegi?, apakah persegi itu adalah

    persegi panjang?, dan sebagainya. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui

    pengetahuan awal siswa mengenai topik yang akan dipelajari serta mendata siswa

    sesuai dengan tingkat berpikirnya. Pada fase ini guru mengarahkan siswa untuk

    mengamati objek-objek geometri dan mengenal contoh dan non-contoh.

    b) Orientasi Terarah (Directed orientation)

    Menurut Breyfogle dan Lynch (2010:235) kegiatan pada fase ini “teacher and

    students: explore sets of carefully sequenced activities”. Maksudnya, guru dan

    siswa mengatur kegiatan yang dapat mengeksplorasi pengetahuan awal yang

    dimiliki siswa tersebut dengan cara memberikan pengalaman langsung atau

    tindakan.

    c) Penjelasan (Explication)

    Menurut Breyfogle dan Lynch (2010:235) kegiatan pada fase ini “students:

    share explicit views and understandings about the activities”. Maksudnya, pada

    tahapan ini siswa berbagi peengetahuan dengan teman-temannya sedetail mungkin

    tentang pengetahuan/pemahaman yang telah diperolehnya melalui kegiatan

    sebelumnya.

    d) Orientasi Bebas (Free orientation)

    Menurut Breyfogle dan Lynch (2010:235) kegiatan pada fase ini “teacher:

    challenge students tto solve problems related to the geometric concepts and make

    connections among them”. Maksudnya, guru memicu semangat siswauntuk

    menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan konsep-konsep geometri

    yang dipelajari dengan berdiskusi sesama siswa. siswa dihadapkan pada tugas-

    tugas yang lebih kompleks berupa tugas yang dapat diselesaikan dengan banyak

    cara dan memerlukan banyak langkah. Misalnya siswa ditugaskan untuk membuat

    bangun-bangun yang berbeda dari berbagai potongan bangun yang disediakan.

    Sehingga berdasarkan pengalamannya siswa dapat menemukan sendiri cara dalam

  • 22

    menyelesaikan masalah geometri. Tujuan dari fase ini adalah untuk memantapkan

    dan meningkatkan pengetahuan siswa.

    e) Integrasi (Integration)

    Menurut Breyfogle dan Lynch (2010:235) kegiatan pada fase ini “students:

    reflect on observations and how they fit into the overall structure of the

    concepts”. Maksudnya, siswa menggunakan hasil pengamatan dan menyimpulkan

    bagaimana hubungan sehingga hasil pengamatan tersebut dapat mendukung

    keseluruhan konsep yang dipelajari.

    4. Pendekatan Saintifik Menurut Daryanto (2014:51) Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk

    memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami

    berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal

    dari mana saja, kapan saja dan tidak bergantung pada informasi searah dari guru.

    Sejalan dengan pendapat (Majid, 2014:72) yang menjelaskan lebih lengkap

    dipaparkan bahwa proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah harus dipandu

    dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah, yakni menggunakan dimensi

    pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu

    kebenaran.

    Adapun karakteristik pembelajaran dengan pendekatan saintifik menurut

    Daryanto (2014:53) sebagai berikut:

    a) Berpusat pada siswa.

    b) Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, hukum

    atau prinsip.

    c) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam meransang

    perkembangan intelek, khusunya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.

    d) Dapat mengembangkan karakter siswa.

    Berdasarkan beberapa karakteristik di atas dapat disimpulkan bahwa

    karakteristik utama pembelajaran pendekatan saintifik yakni siswa dituntut untuk

    mendominasi proses pembelajaran dengan berfikir ilmiah sehingga menghasilkan

    peserta didik yang produktif, inovatif, kreatif, dan afektif.

  • 23

    Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik akan

    disajikan sebagai berikut:

    a) Mengamati Menurut Daryanto (2014:60-61) metode mengamati mengutamakan

    kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki

    keunggulan tertentu seperti menyajikan media objek secara nyata, sehingga siswa

    senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Kegiatan mengamati dalam

    pembelajaran sebagaimana diungkapkan dalam permendikbud Nomor 81a,

    hendaklah guru membuka luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk

    melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan

    membaca.Sejalan dengan pendapat Sufairoh (2016, 121) yaitu kegiatan siswa

    mengidentifikasi melalui indera penglihat (membaca, menyimak), pembau,

    pendengar, pengecap dan peraba pada waktu mengamati suatu objek dengan

    ataupun tanpa alat bantu. Alternatif kegiatan mengamati antara lain observasi

    lingkungan, mengamati gambar, video, tabel dan grafik data, menganalisis peta,

    membaca berbagai informasi yang tersedia di media masa dan internet maupun

    sumber lain.

    b) Menanya Menurut Daryanto (2014:64-65) dalam kegiatan menanya guru membuka

    kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang

    sudah dilihat, disimak, atau dibaca pada kegiatan pengamatan sebelumnya. Guru

    perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan, melalui

    kegiatan bertanya itulah dikembangkannya rasa ingin tahu siswa. Pertanyaan

    tersebut menjadi dasar bagi siswa untuk mencari informasi lebih lanjut dan

    beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai sumber yang ditemukan oleh

    siswa sendiri.

    Kegiatan menanya dalam proses pembelajaran sebagaimana yang

    disampaikan dalam permendikbud Nomor 81a tahun 2013, adalah mengajukan

    pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau

    pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati.

    Kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan

    kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk

  • 24

    membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang

    hayat. Sejalan dengan pendapat Sufairoh (2016, 121) yaitu kegiatan siswa

    mengungkapkan apa yang ingin diketahuinya baik yang berkenaan dengan suatu

    objek, peristiwa, suatu proses tertentu. Dalam kegiatan menanya, siswa membuat

    pertanyaan secara individu atau kelompok tentang apa yang belum diketahuinya.

    Siswa dapat mengajukan pertanyaan kepada guru, narasumber, siswa lainnya dan

    atau kepada diri sendiri dengan bimbingan guru hingga siswa dapat mandiri dan

    menjadi kebiasaan. Pertanyaan dapat diajukan secara lisan dan tulisan serta harus

    dapat membangkitkan motivasi siswa untuk tetap aktif dan gembira. Bentuknya

    dapat berupa kalimat pertanyaan dan kalimat hipotesis.

    c) Mengumpulkan Informasi Menurut Daryanto (2014:69-70) kegiatan mengumpulkan informasi

    merupakan tindak lanjut dari kegiatan menanya, kegiatan ini ditandai dengan

    menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai

    cara. Dalam Permendikbud Nomor 81a tahn 2013, aktivitas mengumpulkan

    informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks,

    mengamati objek/kejadian/aktivias wawancara dengan narasumber dan

    sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap

    teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,

    menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang

    dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.

    d) Menalar Menurut Daryanto (2014:70) kegiatan menalar dalam proses pembelajaran

    sebagaimana dituangkan dalam Permendikbud Nomor 81a tahun 2013, adalah

    memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik dari hasil kegiatan

    mengamati atau kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang

    dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai

    kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber

    yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.

    Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan

    informasi lainnya. Kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap

  • 25

    jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur

    dan kemampuan berfikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

    e) Mencoba Menurut Daryanto (2014:78-79) untuk memperoleh hasil belajar yang nyata

    atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan. Dalam

    konteks pembelajaran matematika agar siswa dapat memahami materi dengan

    baik maka dapat diterapkan untuk mencoba menyelesaikan setiap permasalahan

    yang berhubungan dengan materi pembelajarannya atau mencoba menjawab soal-

    soal latihan. Dalam kegiatan ini guru membimbing dan mengamati proses yang

    dilakukan siswa. Disini guru harus memberikan dorongan dan bantuan terhadap

    kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dan membantu mengatasi serta

    memecahkan masalah-masalah yang akan menghambat kegiatan pembelajaran.

    f) Menyimpulkan Menurut Daryanto (2014:80) kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran

    dengan pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data

    atau informasi setelah menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan

    berbagai pola dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam

    satu kesatuan kelompok, atau secara individual membuat kesimpulan.

    g) Mengkomunikasikan Menurut Daryanto (2014:80) kegiatan mengkomunikasikan pada pendekatan

    saintifik adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk mengomunikasikan apa

    yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau

    menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi dan

    mengasosiasikan.

    Mengkomunikasikan dalam kegiatan pembelajaran seperti yang diungkapkan

    dalam Permendikbud Nomor 81a tahun 2013, adalah menyampaikan hasil

    pengamatan, kesimpulan, berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau

    media lainnya. Kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah

    mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berfikir sistematis,

    mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan

    kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

  • 26

    C. Penelitian yang Relevan Penelitian yang menyangkut pengembangan perangkat pembelajaran di

    sekolah sudah banyak dilakukan. Namun penelitian mengenai “Pengembangan

    Lembar Kerja Siswa Menggunakan Teori Van Hiele untuk Siswa Kelas VII SMP”

    berdasarkan referensi penulis masih jarang ditemukan. Pengembangan perangkat

    pembelajaran yang sudah ada di sekolah antara lain.

    Penelitian yang dilakukan oleh Nopi Andini dengan judul “Pengembangan

    Lembar Kerja Siswa menggunakan Teori Van Hiele dan Pendekatan

    Saintifik Materi Garis dan Sudut di kelas VII SMP”. Berdasarkan hasil

    penelitian bahwa pada tahap validasi ahli materi rerata skor 59,17% “cukup valid”

    dan ahli desain LKS serta desain pembelajaran dengan rerata skor 74,74% “valid”.

    Selanjutnya pada tahan uji coba yang melibatkan persepsi guru matematika dan

    siswa dengan rerata nilai 95% “sangat praktis” dan 88,15% “praktis”. Terakhir uji

    coba lapangan untuk efektifitas produk, pada subjek diperoleh analisis hasil

    belajar siswa 85,7% siswa berada di atas KKM, dan terjadi peningkatan

    pemahaman geometri siswa, serta rerata hasil observasi aktifitas siswa 3,07

    “baik”. Hasil penelitian memaparkan karakteristik LKS dimana substansi materi

    relevan dengan KD, adanya petunjuk belajar, kalimat singkat dan jelas, serta

    menuntun siswa belajar teratur dan jelas melalui fase-fase belajar Van Hiele dan

    pendekatan saintifik. Kemudian LKS dikatakan berkualitas baik karena memenuhi

    indikator kevalidan, kepraktisan dan keefektifan. Oleh karena itu, LKS

    menggunakan teori Van Hiele dan pendekatan saintifik materi garis dan sudut di

    kelas VII SMP berkualitas baik dan layak untuk digunakan guna peningkatan

    pemahaman konsep geometri siswa.

    Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan adalah:

    1) LKS di atas dikembangkan pada materi Garis dan Sudut, sedangkan LKS

    yang akan dilakukan dikembangkan pada materi bangun datar Segitiga.

    2) Lokasi penelitian di atas terletak di SMP Negeri 1 Tanah Sepenggal,

    sedangkan lokasi penelitian yang akan dilakukan terletak di SMP Negeri 7

    Muaro Jambi.

  • 27

    Penelitian selanjutnya yang penulis temukan ialah penelitian yang dilakukan

    oleh Luthfi Nur Azizah dengan judul “Pengembangan Lembar Kerja Siswa

    (LKS) Matematika dengan Pendekatan Saintifik untuk Memfasilitasi

    Pemahaman Konsep Siswa SMP/MTs Kelas VII pada Materi Transformasi”.

    Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa kualitas LKS Matematika

    mendapatkan kriteria sangat baik dengan persentase 85%. Berdasarkan nilai post

    test diperoleh hasil bahwa sebanyak 63% dari banyaknya siswa yang mengikuti

    post test memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan Kriteria Ketuntasan

    Minimum (KKM) sehingga telah berhasil memfasilitasi pemahaman konsep siswa

    pada materi transformasi. Selain itu, respon siswa terhadap LKS Matematika

    dengan Pendekatan saintifik mendapatkan kategori positif dengan persentase

    74,96%. Oleh karena itu, LKS matematika dengan pendekatan saintifik pada

    materi transformasi kelas VII SMP/MTs untuk memfasilitasi pemahaman konsep

    siswa telah memenuhi kriteria ketercapaian dan dapat dikatakan berkualitas.

    Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan adalah:

    1) LKS yang dikembangkan pada penelitian di atas menggunakan pendekatan

    saintifik, sedangkan penelitian yang akan dilakukan LKS yang

    dikembangkan menggunakan teori Van Hiele dan pendekatan saintifik.

    2) LKS yang dikembangkan pada penelitian di atas yaitu pada materi

    Transformasi, sedangkan penelitian yang akan dilakukan pada materi

    Segitiga.

    3) Lokasi penelitian di atas terletak di SMP Negeri 8 Yogyakarta , sedangkan

    lokasi penelitian yang akan dilakukan terletak di SMP Negeri 7 Muaro

    Jambi.

    Penelitian ketiga yang penulis temukan ialah penelitian yang dilakukan oleh

    Wasilah dengan berjudul “Pengembangan Lembar Kerja Siswa pada Materi

    Segiempat Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Al-Jauharen Kota Jambi”.

    Penelitian dilakukan di lingkungan IAIN STS Jambi dan uji coba produk dilakukan

    di MTs Al-Jauharen Kota Jambi kelas VII B dengan menggunakan model ADDIE

    (Analysis, Design, Development or Production, Implementations or Delivery and

    Evaluations). Dari hasil penelitian diperoleh (1) hasil angket dari ahli materi

  • 28

    diperoleh rerata skor 4,29 dan hasil angket dari ahli memperoleh rerata skor 4,53,

    sedangkan hasil angket dari ahli bahasa diperoleh rerata skor 4, sehingga LKS

    layak untuk digunakan untuk pembelajaran dalam materi segiempat kelas VII

    MTs; (2) hasil belajar siswa setelah menggunakan LKS berbasis belajar tuntas

    meningkat terlihat dari 76% siswa tuntas dalam belajar, serta (3) respon siswa

    terhadap LKS yang telah digunakan positif terlihat dari sebanyak 4,38% siswa

    menyatakan bahwa LKS yang telah dihasikan sangat baik, (4) dari data observasi

    aktifitas siswa diperoleh rata-rata 80,1 sehingga lembar observasi aktifitas siswa

    sangat efektif sehingga dapat disimpulkan bahwa LKS berbasis belajar tuntas yang

    dikembangkan memenuhi kriteria valid (layak) dan efektif digunakan sebagai

    bahan ajar yang baik.

    Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan adalah:

    1) LKS yang dikembangkan pada penelitian di atas yaitu LKS berbasis

    belajar tuntas, sedangkan penelitian yang akan dilakukan LKS yang

    dikembangkan yaitu berbasis teori Van Hiele dan pendekatan saintifik.

    2) LKS yang dikembangkan pada penelitian di atas yaitu pada materi

    segiempat, sedangkan penelitian yang akan dilakukan pada materi

    Segitiga.

    3) Lokasi penelitian di atas terletak di MTs Al-Jauharein Kota Jambi,

    sedangkan lokasi penelitian yang akan dilakukan terletak di SMP Negeri 7

    Muaro Jambi.

    4) Model pengembangan yang dipakai penelitian di atas adalah model

    ADDIE, sedangkan model pengembangan yang dipakai pada penelitian

    yang akan dilakukan yaitu model 4-D.

    Dari ketiga penelitian di atas, relevan dalam hal pengembangan

    menggunakan pendekatan saintifik, teori Van Hiele sehingga dapat digunakan

    atau inspirasi pada penelitian ini.

  • 29

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Muaro Jambi yang beralamat di

    Jalan. Jambi-Sengeti KM 16 Mendalo Darat. Adapun mengenai waktu

    pelaksanaan penelitiannya yaitu Mei 2018 pada semester genap tahun ajaran

    2017/2018 pada kelas VII.

    B. Karakteristik Sasaran Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Penelitian

    pengembangan adalah suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk

    mengembangkan suatu produk dan memvalidasi produk yang dihasilkan. Produk

    yang dihasilkan adalah bahan ajar berupa lembar kerja siswa (LKS) menggunakan

    teori Van Hielle dan pendekatan saintifik untuk siswa kelas VII SMP. Peneliti

    memiliki harapan yaitu dengan berlakunya kurikulum 2013 kiranya para guru tidak

    mengalami kesulitan sebaliknya mendapatkan kemudahan-kemudahan didalam

    proses pembelajaran seperti mendapatkan LKS yang sangat membantu proses

    pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, kesulitan-kesulitan

    dialami oleh guru dalam menyusun LKS menggunakan pendekatan saintifik. Hal

    tersebut dikarenakan kurangnya kreativitas yang dimiliki guru. Oleh karena itu,

    guru lebih sering membeli dan menggunakan LKS yang diterbitkan, padahal LKS

    yang diterbitkan belum tentu sesuai dengan kompetensi yang ingin diajarkan.

    Dengan demikian, guru sangat membutuhkan contoh LKS menggunakan

    pendekatan saintifik dengan mengacu kurikulum 2013 untuk SMP/MTs.

    Berdasarkan uraian di atas maka peneliti berusaha mengembangkan LKS

    menggunakan pendekatan saintifik mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas

    VII dan menggunakan teori Van Hiele dalam pembelajaran Matematika

    khususnya Geometri. Dalam LKS yang dikembangkan, peneliti juga menekankan

    pada pendekatan saintifik yakni pada proses pembelajaran yang menggunakan

    aktivitas mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan

  • 30

    mengkomunikasikan, serta menerapkan pendidikan karakter dalam proses

    pembelajarannya.

    C. Pendekatan dan Prosedur Pengembangan 1. Analisis Kebutuhan Analisis kebutuhan ini yaitu melihat kebutuhan sekolah yang diteliti di

    SMPN 7 Muaro Jambi dilihat dari kemampuan siswa, pada umumnya siswa

    memiliki kemampuan sedang, minat siswa pada pembelajaran matematika

    masih rendah, siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep, dalam

    proses pembelajaran siswa bersifat pasif dan hanya menerima apa yang

    diberikan guru. Selain itu guru hanya menggunakan bahan ajar yang sudah

    jadi dan siap pakai tanpa memperhatikan tingkat kemampuan siswa, dan juga

    pada umumnya guru hanya menggunakan metode ceramah saja. Oleh karena

    itu, yang akan peneliti kembangkan adalah LKS yang sesuai dengan

    Kurikulum 2013 dan berbasis teori Van Hiele yang memperhatikan tingkat

    kemampuan berpikir siswa khusus Geometri yang akan dijadikan bahan

    pelajaran nantinya.

    2. Rancangan Pengembangan Jenis penelitian yang dirancang ini sebagai penelitian Research and

    Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan

    produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono,

    2013:297). Penelitian ini difokuskan pada pengembangan LKS menggunakan

    teori Van Hiele dan Pendekatan Saintifik pada materi segitiga kelas VII.

    Model pengembangan yang digunakan adalah Model 4-D yang merupakan

    singkatan dari Define (pendefinisian), Design (perancangan), Develop

    (pengembangan) dan Desseminate (penyebaran) yang dikembangkan oleh

    Thiagarajan pada tahun 1974 (Mulyatiningsih, 2014:195).

    Namun, dalam pengembangan penelitian ini hanya dilakukan batas tahap

    Develop (pengembangan), meniadakan tahap Desseminate (penyebaran)

    karena keterbatasan waktu, biaya dan kemampuan peneliti untuk melakukan

    langkah Desseminate.

  • 31

    3. Prosedur Pengembangan a) Tahap pendefenisian (define) Pada tahap ini dilakukan untuk menetapkan dan mendefenisikan

    syarat-syarat yang dibutuhkan dalam proses pengembangan atau dengan

    kata lain langkah ini biasa disebut dengan analisis kebutuhan

    (Mulyatiningsih, 2014:195-197). Pada tahap define dalam konteks

    pengembangan bahan ajar dilakukan dengan langkah-langkah:

    (1) Analisis kurikulum

    Pada tahap ini, peneliti perlu mengkaji kurikulum yang berlaku pada

    saat itu, dalam kurikulum terdapat kompetensi yang ingin dicapai.

    Analisis kurikulum berguna untuk menetapkan pada kompetensi yang

    mana bahan ajar tersebut akan dikembangkan. Hal ini dilakukan karena

    ada kemungkinan tidak semua kompetensi yang ada dalam kurikulum

    dapat disediakan bahan ajarnya.

    (2) Analisis karakteristik peserta didik

    Seperti layaknya seorang guru akan mengajar, guru harus

    mengetahui karakteristik peserta didik yang akan menggunakan bahan

    ajar. Hal ini penting karena semua proses pembelajaran harus disesuaikan

    dengan karakteristik peserta didik.

    (1) Analisis materi Analisis materi dilakukan dengan cara mengidentifikasi materi

    utama yang perlu diajarkan, mengumpulkan dan memilih materi yang

    relevan, dan menyusunnya kembali secara sistematis.

    (2) Merumuskan tujuan Sebelum menulis bahan ajar, tujuan pembelajaran dan

    kompetensi yang hendak diajarkan perlu dirumuskan terlebih dahulu.

    Hal ini berguna untuk membatasi peneliti supaya tidak menyimpang

    dari tujuan pada saat sedang menulis bahan ajar.

  • 32

    b) Tahap Perancangan (design)

    Tahap perancangan (design) adalah tahap menyusun atau menyiapkan

    perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Menurut (Trianto, 2012:95)

    tujuan tahap ini adalah untuk menyiapkan prototipe perangkat

    pembelajaran. Dengan langkah awal yang menghubungkan antara tahap

    define dan tahap design yakni menyusun tes berdasarkan perumusan tujuan

    pembelajaran khusus. Tes ini merupakan suatu alat yang mengukur

    terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa setelah kegiatan belajar

    mengajar.

    Langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti yaitu memilih media

    pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan tahapan berfikir siswa

    tersebut. Lalu menyusun penyajian materi yang sesuai dengan karakteristik,

    kemampuan serta tahap berfikir siswa tersebut dengan menerapkan fase-

    fase pembelajaran sesuai dengan teori Van Hiele.

    c) Tahap Pengembangan (develop)

    Menurut (Trianto, 2012:95) tujuan tahap ini adalah untuk

    menghasilkan perangkat pembelajaran yang sudah di revisi berdasarkan

    masukan dari para pakar. Tahap pengembangan dilakukan untuk

    menghasilkan bahan ajar yang baik dan telah sesuai dengan kebutuhan.

    Dalam konteks pengembangan bahan ajar, tahap pengembangan dilakukan

    dengan cara menguji isi dan keterbacaan bahan ajar tersebut kepada pakar

    yang terlibat pada saat validasi rancangan dan peserta didik yang akan

    menggunakan modul atau bahan ajar tersebut. Hasil pengujian yang telah

    dilakukan digunakan sebagai landasan untuk revisi sehingga bahan ajar

    yang dibuat telah benar-benar sesuai dengan kebutuhan pengguna

    (Mulyatiningsih, 2014:198).

    Tahap pengembangan diawali dengan validasi perangkat oleh para

    pakar diikuti dengan tahap revisi. Bila LKS yang dikembangkan

    dinyatakan valid oleh validator, maka langkah selanjutnya perangkat

    pembelajaran siap untuk di uji coba terbatas. Setelah itu produk di revisi

  • 33

    kembali untuk menghasilkan draf final yang dapat dipakai dalam proses

    pembelajaran yang nyata pada subjek penelitian.

    4. Uji coba/Validasi, Evaluasi dan Revisi Model a) Telaah pakar Sebelum bahan ajar dan instrumen diuji cobakan, terlebih dahulu

    melalui proses validasi oleh tim ahli. Tim ahli dalam hal ini adalah para

    validator yang berkompeten untuk menilai bahan ajar serta memberi

    masukan guna menyempurnakan bahan ajar yang telah disusun. Dalam

    pengembangan LKS ini divalidasi oleh 2 orang tim ahli/pakar pendidikan.

    Tim ahli yang dipilih sesuai dengan pertimbangan keahlian, kepakaran dan

    pengalaman dalam pembelajaran segitiga dalam mendesain LKS. Dalam

    tahap validasi ini, hal-hal yang divalidasi adalah panduan penggunaan

    bahan ajar dan perangkat bahan ajar atau dengan kata lain hal-hal yang

    divalidasi adalah desain dan materi pelajaran yang disajikan melalui LKS

    dengan teori Van Hiele dan pendekatan saintifik.

    Penilaian bahan ajar yang dilakukan oleh tim ahli yaitu menilai bahan

    ajar awal yang telah disusun oleh peneliti untuk kemudian diperbaiki

    sehingga baik, dan layak untuk digunakan. Secara umum validasi

    mencakup: isi (materi), penyajian, bahasa, kegrafikaan, bahan ajar

    memenuhi aspek-aspek dan karakteristik teori Van Hiele serta sesuai

    dengan kurikulum yang berlaku. Dengan memperhatikan bahan ajar yang

    telah disusun tersebut, dua orang tim ahli diminta untuk menilai bahan ajar

    tersebut. Selanjutnya validator diberi angket tertutup sebagai instrumen

    validasi untuk menilai produk tersebut, meskipun angket yang diberikan

    merupakan angket tertutup namun tim ahli dipersilahkan untuk

    memberikan komentar dan saran secara terbuka.

    Setelah bahan ajar di validasi maka tahap selanjutnya yaitu melakukan

    revisi berdasarkan komentar dan arahan yang diberikan oleh tim ahli pada

    saat validasi. Proses revisi ini dilakukan untuk menghasilkan bahan ajar

    yang baik dan sesuai degan kebutuhan subjek sebelum dilakukannya uji

    coba produk pada situasi nyata.

  • 34

    b) Uji coba kepada kelompok kecil

    Setelah bahan ajar direvisi berdasarkan masukan dan saran dari tim

    ahli (validator), maka langkah selanjutnya yaitu melakukan uji coba

    kelompok kecil. Kegiatan uji coba ini dilakukan dengan cara memilih 10-

    15 siswa dan satu guru matematika untuk melakukan simulasi