PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MODEL …digilib.unila.ac.id/56126/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MODEL …digilib.unila.ac.id/56126/3/SKRIPSI TANPA BAB...
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MODEL BLENDED
LEARNING BERORIENTASI HIGHER ORDER THINKING SKILLS
PADA MATERI USAHA DAN ENERGI
(Skripsi)
Oleh
DWI RISKA APRILIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ii
ABSTRAK
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MODEL BLENDED
LEARNING BERORIENTASI HIGHER ORDER THINKING SKILLS
PADA MATERI USAHA DAN ENERGI
Oleh
Dwi Riska Aprilia
Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan Lembar Kerja Siswa
(LKS) model Blended Learning berorientasi Higher Order Thinking Skills
(HOTS) pada materi Usaha dan Energi yang teruji kelayakan dan kepraktisannya
sehingga dapat digunakan pada pembelajaran Fisika di SMA. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian research and development atau penelitian
pengembangan model ADDIE dengan tahapan (1) analysis (analisis), (2) design
(perancangan), (3) development (pengembangan), (4) implementation
(implementasi), (5) evaluation (evaluasi). Dilakukan uji validitas produk yang
terdiri atas uji isi dan uji konstruk dengan tiga orang ahli. Uji isi/materi diperoleh
skor 3,25 (valid), dan uji konstruk/desain dengan skor 3,28 (sangat valid).
Selanjutnya dilakukan uji 1-1 untuk mengetahui kepraktisan produk yang
dikembangkan. Uji 1-1 terdiri atas uji kemenarikan LKS dan uji kemudahan LKS
dengan tiga orang siswa kelas XI MIA SMAN 14 Bandarlampung. Uji
kemenarikan dengan skor 3,57 (sangat baik), uji kemudahan LKS dengan skor
3,77 (sangat baik). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa
pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Model Blended Learning Berorientasi
iii
Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada Materi Usaha dan Energi layak
digunakan dalam menunjang kegiatan pembelajaran.
Kata kunci: Lembar Kerja Siswa (LKS), Blended Learning, Higher Order
Thinking Skills (HOTS)
Dwi Riska Aprilia
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MODEL BLENDED
LEARNING BERORIENTASI HIGHER ORDER THINKING SKILLS
PADA MATERI USAHA DAN ENERGI
Oleh
Dwi Riska Aprilia
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabupaten Tangerang pada tanggal 20 April 1996 sebagai
anak kedua dari empat bersaudara pasangan Bapak Basori dan Ibu Sopiah Arahab.
Penulis mengawali pendidikan formal di SDN 1 Balaraja pada tahun 2002 dan
diselesaikan pada tahun 2008, melanjutkan di SMP YPI Pondok Pesantren Nur El
Falah Kubang, Petir, Serang pada tahun 2008 yang diselesaikan pada tahun 2011,
lalu melanjutkan studi pada tahun 2011 di MAN Balaraja yang sekarang menjadi
MAN 02 Tangerang dan diselesaikan pada tahun 2014. Pada Mei 2014 penulis
dinyatakan diterima di Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan
MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Riwayat organisasi yang pernah dijalani penulis antara lain pernah menjabat
sebagai Ketua Bidang Kesenian OSIS SMP YPI Pondok Pesantren Nur El Falah,
Ketua Bidang Evaluasi dan Pengawasan Majelis Perwakilan Kelas (MPK) MAN
02 Tangerang, Wakil Pradana Putri Pramuka MAN 02 Tangerang dan selama
menjadi mahasiswa penulis pernah aktif dalam himpunan mahasiswa jurusan
sebagai anggota divisi Kaderisasi Himasakta pada tahun 2014 dan anggota divisi
Kerohanian Himasakta pada tahun 2015.
ix
MOTTO
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama
kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu
urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada
Tuhanmulah engkau berharap.”
(QS. Al-Insyirah: 6-8)
“Bersikaplah kukuh seperti batu karang yang tidak putus-putusnya dipukul
ombak. Ia tidak saja tetap berdiri kukuh, bahkan ia menenteramkan amarah ombak
dan gelombang itu.”
(Marcus Aurelius)
“Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit
kembali setiap kali kita jatuh.”
(Confusius)
“Terbentur, terbentur, terbentuk.”
(Dwi Riska Aprilia)
x
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang selalu memberikan
limpahan rahmat-Nya dan semoga shalawat selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam. Dengan kerendahan hati, penulis
mempersembahkan karya sederhana ini sebagai tanda bakti kasih tulus dan
mendalam kepada :
1. Orang tuaku tercinta, Bapak Basori (Alm) dan Ibu Sopiah Arahab yang telah
sepenuh hati membesarkan, mendidik, mendo’akan, serta mendukung segala
bentuk perjuangan anaknya. Semoga Allah senantiasa menguatkan langkahku
untuk selalu membahagiakan, membanggakan, dan mengangkat derajat kalian
serta dapat membawa kalian sampai ke Jannah-Nya.
2. Kakakku tersayang, Ayu Septaria Putri Semja yang telah mendukungku
sepenuhnya, memotivasi dan tempat mencurahkan segala keluh kesah. Kedua
adikku Athiya Tri Muthi dan Naula Nur Afiifah yang selalu membuatku
semangat untuk menjadi lebih baik lagi untuk kalian berdua kedepannya.
3. Seluruh keluarga besar, Makwo, Uwak, Mamang, Cicik, Pakcik, Bibi, Ibung,
Kakak, Mas, Ayuk dan Adik sepupuku yang senantiasa memberikan
dukungan dan semangat selama ini.
4. Para pendidik yang senantiasa memberikan bimbingan terbaik kepadaku
dengan tulus dan ikhlas.
xi
SANWACANA
Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan
nikmat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Skripsi dengan judul “Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Model Blended
Learning Berorientasi Higher Order Thinking Skills pada Materi Usaha dan
Energi” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Fisika di FKIP Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Bapak Dr. I Wayan Distrik, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika.
4. Bapak Drs. Feriansyah Sesunan, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik
sekaligus Pembimbing I, atas kesabarannya dalam memberikan bimbingan,
arahan, dan motivasi kepada penulis selama proses menyelesaikan skripsi.
5. Bapak Wayan Suana, S.Pd., M.Si., selaku Pembimbing II yang telah banyak
memberikan saran dan kritik yang bersifat positif dan bimbingan kepada
penulis selama menyelesaikan skripsi.
xii
6. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd., selaku Pembahas yang banyak
memberikan masukan dan kritik yang bersifat positif dan membangun.
7. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd., Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc.,
dan Ibu Lilis Andriana, M.Pd., selaku evaluator uji ahli isi dan uji ahli
konstruk LKS, terima kasih atas waktu dan sarannya.
8. Bapak dan Ibu dosen serta staf Program Studi Pendidikan Fisika Universitas
Lampung yang telah membimbing penulis dalam pembelajaran di Universitas
Lampung.
9. Ibu Sofya Febrizha, S.Pd., selaku guru mata pelajaran Fisika di SMAN 14
Bandarlampung, yang telah membimbing dan mengarahkan selama kegiatan
penelitian.
10. Seluruh Bapak dan Ibu dewan guru SMAN 14 Bandarlampung, beserta staf
tata usaha yang membantu penulis dalam melakukan penelitian.
11. Sahabat terbaikku yang telah menghiasi kehidupan perkuliahan, Noor Laily
Akhmalia (Lelek), Intan Kamila Zahara (Bapet), Pipit Apriyanah, Desti
Anggistia (Dono), dan Bernadeta Swahyuning Kasih.
12. Sahabat serta adik terbaik Dinda Savira Maharti, yang telah banyak
memberikan dukungan serta bantuannya, tempat berbagi keluh kesah baik
suka maupun duka.
13. Teman-teman sholehahku yang senantiasa memberi semangat dan motivasi,
Nur Syamsiyah, Arina Umu Kamila, dan Listiana.
14. Teman-teman yang senantiasa memberikan semangat serta bantuannya,
Aqwamu Rizal, Rochmat Syariful Zakkie, Yusuf, Bayu Ahmadi, Fega Laras,
Dini Astuti dan Nursyaidah.
xiii
15. Teman-teman seperjuangan Fighter 2014 yang tidak dapat disebutkan satu
persatu, kalian luar biasa.
16. Teman KKN Desa Km.5 Blambangan Umpu, Nurhasanah (Ana), Nova
Permata, Vetriana, Shinta Wulandari, Almira, Nabila Putri, Ashari dan Meki
Andesa. Terimakasih atas pengalaman yang luar biasa selama KKN.
17. Adik-adik KKN di SMPN 5 Blambangan Umpu Way Kanan.
18. Almamaterku tercinta Universitas Lampung.
19. Kepada semua pihak yang telah membantu perjuangan terselesaikannya
skripsi ini.
Penulis berdoa semoga semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis
mendapat pahala dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Aamiin.
Bandar Lampung, 20 Februari 2019
Penulis,
Dwi Riska Aprilia
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
COVER LUAR ......................................................................................... i
ABSTRAK ................................................................................................. ii
COVER DALAM ...................................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................... v
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... vi
SURAT PERNYATAAN .......................................................................... vii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................... viii
MOTTO ..................................................................................................... ix
PERSEMBAHAN ...................................................................................... x
SANWACANA .......................................................................................... xi
DAFTAR ISI ............................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL .................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xviii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Fisika Abad 21.......................................................... 7
B. Lembar Kerja Siswa……………………….. .................................. 13
C. Blended Learning ............................................................................ 18
D. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi ............................................. 23
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Pengembangan ................................................... 29
B. Prosedur Penelitian Pengembangan ............................................... 30
1. Analisis ..................................................................................... 30
2. Perancangan .............................................................................. 32
3. Pengembangan .......................................................................... 33
xv
4. Implementasi ............................................................................ 34
5. Evaluasi .................................................................................... 34
C. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 35
D. Teknik Analisis Data ....................................................................... 37
IV. HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Pengembangan ..................................................... 40
1. Analisis (Analysis).................................................................... 40
2. Perancangan (Design) .............................................................. 43
3. Pengembangan (Develop) ........................................................ 46
4. Implementasi (Implement)........................................................ 53
5. Evaluasi (Evaluated) ................................................................ 53
B. Pembahasan
1. Uji Validitas ............................................................................. 59
2. Uji Kemenarikan dan Kemudahan ........................................... 61
3. Kelebihan dan Kekurangan Produk ......................................... 63
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ........................................................................................ 64
B. Saran .............................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Perbandingan Kekuatan dan Kelemahan antara
Pembelajaran Online dan Pembelajaran Konvensional ..................... 21
2. Taksonomi Anderson dan Krathwohl ................................................ 25
3. Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban .......................................... 39
4. Konversi Skor Penilaian menjadi Pernyataan Nilai
Kualitas .............................................................................................. 39
5. Rangkuman Hasil Uji Ahli Isi/Materi ................................................ 47
6. Hasil Analisis Uji Ahli Isi/Materi ...................................................... 48
7. Rangkuman Hasil Uji Ahli Konstruk/Desain..................................... 48
8. Hasil Analisis Uji Ahli Konstruk/Desain Nilai .................................. 49
9. Hasil Analisis Uji 1-1 ......................................................................... 53
10. Rangkuman Hasil Evaluasi ................................................................ 55
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Pelangi Keterampilan-Pengetahuan Abad 21 ....................................... 8
2. Framework Keterampilan Abad ke-21.................................................. 9
3. Tahap Pengembangan Produk Model ADDIE ...................................... 30
4. Desain Blended Learning dalam Pembelajaran ................................... 32
5. Rancangan LKS model Blended Learning Dalam Pembelajaran ......... 45
6. Aktivitas Online Sebelum Tatap Muka ................................................. 50
7. Aktivitas Tatap Muka ............................................................................ 51
8. Aktivitas Online Setelah Tatap Muka ................................................... 52
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Angket Analisis Kebutuhan Siswa ................................................... 73
2. Angket Analisis Kebutuhan Guru .................................................... 75
3. Daftar Pertanyaan Wawancara Analisis Kebutuhan
Guru ................................................................................................. 77
4. Rekapitulasi Hasil Angket Analisis Kebutuhan Siswa .................... 80
5. Rekapitulasi Pengungkapan Analisis Kebutuhan Guru ................... 85
6. Materi Fisika Usaha dan Energi ....................................................... 89
7. Silabus Mata Pelajaran Fisika .......................................................... 97
8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ................................................ 101
9. Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli Isi ..................................................... 113
10. Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli Konstruk ........................................... 116
11. Kisi-Kisi Instrumen Uji 1-1 ............................................................. 119
12. Instrumen Uji Ahli Isi ...................................................................... 121
13. Instrumen Uji Ahli Konstruk ........................................................... 125
14. Instrumen Uji 1-1 ............................................................................. 128
15. Hasil Instrumen Uji Ahli Isi ............................................................. 132
16. Hasil Instrumen Uji Ahli Konstruk .................................................. 137
17. Hasil Instrumen Uji 1-1 .................................................................. 140
18. Produk Pengebangan Lembar Kerja Siswa ..................................... 144
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi atau abad 21 memberikan banyak dampak dan perubahan yang
besar dalam berbagai aspek kehidupan manusia terutama dalam Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Menurut Trilling dan Fadel (2009)
pekerjaan di era ini membutuhkan keterampilan kombinasi baru yaitu
pemikiran tingkat tinggi dan komunikasi yang kompleks, sehingga
pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) tidak dapat
dipisahkan dengan tuntutan pembelajaran abad 21. Didukung oleh pendapat
Yusuf dkk (2015) bahwa salah satu dari tuntutan pembelajaran abad 21 yaitu
integrasi teknologi sebagai media pembelajaran untuk mengembangkan
keterampilan belajar.
Kemendikbud merumuskan bahwa paradigma pembelajaran abad 21
menekankan pada kemampuan peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai
sumber, merumuskan permasalahan, berpikir analitis dan kerjasama serta
berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah (Litbang Kemendikbud, 2013).
Agar tuntutan pembelajaran abad 21 dan tuntutan bagian dari kurikulum 2013
dapat terlaksana, maka perlu melibatkan penggunaan Teknologi Informasi dan
Komunikasi secara tepat.
2
Salah satu pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam bidang
pendidikan yaitu blended learning. Pembelajaran blended learning
mengombinasikan metode pendidikan konvensional (tatap muka) dengan
pembelajaran yang ditunjang dengan adanya teknologi (Rahayu & Nuryata,
2010). Pembelajaran blended learning menurut Mubaraq (2009) mampu
menumbuhkan kemandirian siswa untuk mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya, ditunjukkan dengan adanya peningkatan penguasaan konsep,
peningkatan generik sains dan siswa dapat memberikan tanggapan yang baik.
Hal tersebut sesuai dengan salah satu tujuan dari pembelajaran Fisika.
Menurut Malik dkk (2010) tujuan dari pembelajaran fisika adalah peserta
didik diharapkan dapat mengembangkan diri dalam berpikir. Peserta didik
dituntut tidak hanya memiliki keterampilan berpikir tingkat rendah atau lower
order thinking skills, tetapi sampai pada keterampilan berpikir tingkat tinggi
atau higher order thinking skills (HOTS). Diharapkan pada pembelajaran
fisika guru dapat merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
Didukung oleh pendapat Chien, S. L (2011) bahwa pembelajaran saat ini
menuntut pembelajaran yang mampu memfalisitasi siswa untuk berpartisipasi
dan berperan aktif dalam membangun pengetahuannya sendiri, sehingga
memerlukan proses berpikir tingkat tinggi. Pada kurikulum 2013, dimana
pembelajaran berpusat pada siswa sehingga siswa dituntut untuk lebih aktif,
kritis, kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran.
Penggunaan media pembelajaran berupa lembar kerja cukup efektif
digunakan untuk menunjang proses pembelajaran sekaligus merangsang
3
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Hal tersebut didukung oleh
pendapat Abdurrahman (2015: 86) yaitu untuk menunjang proses
pembelajaran maka diperlukan suatu bahan ajar. Salah satu bahan ajar yang
dapat digunakan yaitu Lembar Kerja Siswa (LKS). Lembar Kerja Siswa
(LKS) merupakan stimulus atau bimbingan guru dalam pembelajaran yang
akan disajikan secara tertulis (Yasir, M., dkk, 2013). Penggunaan Lembar
Kerja Siswa (LKS) mampu meningkatkan keterampilan berpikir kreatif
peserta didik yang melibatkan aktivitas olah tangan seperti penyelidikan dan
aktivitas berpikir seperti menganalisis data hasil penyelidikan.
Dilakukan observasi di SMAN 14 Bandar Lampung berupa wawancara guru
fisika dan angket yang diberikan kepada siswa kelas XI MIA. Berdasarkan
hasil observasi tersebut SMAN 14 Bandar Lampung telah menerapkan
kurikulum 2013, namun pada proses pembelajaran penggunaan TIK belum
dilakukan dengan optimal. Fasilitas internet yang tersedia cukup mumpuni,
namun akses internet hanya dipergunakan untuk mencari tambahan materi dan
penyelesaian soal-soal, sedangkan proses pembelajaran belum memanfaatkan
Teknologi Komunikasi dan Informasi. Siswa belum mendapat keterampilan
belajar dengan baik yang memanfaatkan Teknologi Informasi, sehingga dapat
dikatakan bahwa pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan serta sesuai
dengan tuntutan abad 21 belum dapat diciptakan.
Guru belum mampu menciptakan proses pembelajaran yang berpusat pada
siswa. Guru lebih sering menggunakan metode ceramah sehingga peran guru
lebih dominan. Guru belum merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi
4
siswa pada pembelajaran fisika. Soal-soal yang diberikan guru hanya sampai
pada kategori lower order thinking skills, sedangkan pada pembelajaran Fisika
siswa dituntut agar memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Diperoleh informasi selanjutnya bahwa dalam proses pembelajaran terutama
pada materi usaha dan energi guru hanya menggunakan Lembar Kerja Siswa
konvensional dan pada materi usaha dan energi guru tidak pernah memberikan
soal dan lembar kerja dengan kategori High Order Thinking Skills (HOTS).
Hal tersebut belum sesuai dengan tujuan dari mata pelajaran fisika dimana
tujuan dari pembelajaran fisika adalah peserta didik mampu mengembangkan
diri dalam berpikir.
Diperoleh adanya permasalahan dari hasil obrservasi yang telah dilakukan.
Penulis mencoba memberikan alternatif dengan mengembangkan sebuah
bahan ajar berupa Lembar Kerja Peserta Siswa (LKS) model blended learning
berorientasi Higher Order Thinking Skills pada materi Usaha dan Energi
secara menarik, logis, sistematis, inovatif dan mudah digunakan, sehingga
mampu bermanfaat bagi siswa dan guru. Tujuan dan fungsi dari LKS itu
sendiri adalah sebagai alat yang memberikan kemudahan bagi siswa dan guru
dalam pembelajaran (Abdurrahman, 2015 : 94).
B. Rumusan Masalah
Diperlukan pengembangan LKS Model Blended Learning Berorientasi Higher
Order Thinking Skills pada Materi Usaha dan Energi dengan rumusan
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
5
1. Bagaimana validitas produk LKS fisika model blended learning
berorientasi higher thinking order skills pada materi Usaha dan Energi oleh
ahli?
2. Bagaimana kepraktisan produk LKS fisika model blended learning
berorientasi higher thinking order skills pada materi Usaha dan Energi?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dalam penelitian ini
adalah:
1. Menghasilkan Lembar Kerja Siswa (LKS) Model Blended Learning
Berorientasi Higher Thinking Order Skills pada Materi Usaha dan Energi
yang teruji kelayakannya oleh ahli.
2. Mengetahui kepraktisan produk hasil pengembangan berupa Lembar Kerja
Siswa (LKS) Model Blended Learning Berorientasi Higher Thinking
Order Skills pada Materi Usaha dan Energi
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi siswa, menyediakan LKS fisika orientasi HOTS untuk membantu
meningkatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi.
2. Membantu guru menghasilkan bahan ajar LKS yang dapat digunakan
dalam pembelajaran pada materi fisika pada pokok bahasan usaha dan
energi dan dapat menjadi pegangan untuk mengadakan inovasi dalam
kegiatan pembelajaran.
6
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu:
1. Pengembangan dalam penelitian ini merupakan pengembangan Lembar
Kerja Siswa (LKS) Model Blended Learning Berorientasi Higher Order
Thinking Skills Materi Usaha dan Energi untuk pembelajaran fisika.
2. Desain blended learning yang digunakan adalah online learning – tatap
muka - online learning.
3. Prosedur pengembangan yang digunakan pada penelitian ini dari ADDIE
yang terdiri dari lima tahap, yaitu studi pendahuluan (analysis),
perancangan program (design), pengembangan program (development),
implementasi (implementation) dan evaluasi (evaluation).
4. Uji validasi produk pengembangan yang terdiri dari uji kesesuaian
isi/materi, dan uji konstruk/desain oleh dosen Pendidikan Fisika
Universitas Lampung dan guru SMA Negeri 14 Bandar Lampung.
5. Uji kepraktisan yang terdiri dari uji kemenarikan dan uji kemudahan
dilakukan oleh tiga orang siswa kelas XI di SMA Negeri 14 Bandar
Lampung dengan menggunakan uji satu lawan satu.
6. Materi yang disajikan dalam perangkat pembelajaran ini adalah materi
fisika SMA/MA kelas X semester genap KD 3.9 dan 4.9 yaitu pokok
bahasan usaha dan energi sesuai yang tercantum dalam silabus Kurikulum
2013.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran di Abad 21
Abad ke-21 ditandai sebagai abad keterbukaan atau abad globalisasi. Ciri
yang paling menonjol dari abad 21 ini adalah semakin bertautnya dunia ilmu
pengetahuan dan teknologi, sehingga sinergi diantara keduanya semakin
cepat. Abad 21 dikenal dengan masa pengetahuan (knowledge age), pada era
ini, semua alternative upaya pemenuhan kebutuhan hidup dalam berbagai
konteks lebih berbasis pengetahuan. Upaya pemenuhan kebutuhan bidang
pendidikan berbasis pengetahuan (knowledge based education),
pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge based economic),
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat berbasis pengetahuan
(knowledge based social empowering) dan pengembangan dalam bidang
industri pun berbasis pengetahuan (knowledge based industry) (Mukhadis,
2013: 115).
Abad 21 ditandai oleh (1) banyaknya informasi yang tersedia dimana saja dan
mampu diakses kapan saja; (2) komputasi yang semakin cepat; (3) otomasi
yang mampu menggantikan pekerjaan-pekerjaan rutin; dan (4) komunikasi
yang dapat dilakukan dari mana saja dan juga kemana saja (Litbang
Kemendikbud, 2013). Pendidikan di abad ini menjadi semakin penting untuk
8
menjamin peserta didik memiliki keterampilan belajar dan berinovasi,
keterampilan menggunakan teknologi dan media informasi, serta dapat
bekerja dan menggunanakan keterampilan untuk hidup (life skills). Menurut
BSNP (2010) dalam konteks pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi di dunia pendidikan, telah terbukti semakin menyempit dan
meleburnya factor “ruang dan waktu” yang selama ini menjadi aspek penentu
kecepatan dan keberhasilan penguasaan ilmu pengetahuan oleh umat
manusia.
Menurut Trilling dan Fadel (2009) keterampilan di abad 21 antara lain (1) life
and career skills, (2) learning and innovation skills, dan (3) information
media and technology skills. Ketiga keterampilan tersebut dirangkum dalam
sebuah skema yang disebut dengan pelangi keterampilan pengetahuan abad
21/21 st century knowledge-skills rainbow.
Gambar 1. Pelangi Keterampilan-Pengetahuan Abad 21 (Trilling & Fadel,
2009)
9
Selanjutnya P21 (Partnership for 21st Century Learning) mengembangkan
sebuah framework pembelajaran di abad 21 yang menuntut para peserta didik
untuk memiliki keterampilan, pengetahuan dan kemampuan di bidang
teknologi, media dan informasi, keterampilan pembelajaran, inovasi serta
keterampilan hidup dan karir (P21, 2015). Framework tersebut juga
menjelaskan tentang keterampilan, pengetahuan dan keahlian yang harus
dikuasai oleh peserta didik.
Gambar 2. Framework Pembelajaran Abad ke-21
Pada skema yang dikembangkan oleh p21 tersebut diperjelas dengan
tambahan core subject 3R. Dalam konteks pendidikan, 3R adalah singkatan
dari reading, writing dan (a)rithmatic, diambil dari lafal “R” yang kuat di
setiap kata. Selanjutnya, untuk memperjelas fungsi core subject 3R dalam
konteks 21st century skills, 3R di terjemahkan menjadi life and career skills,
10
learning and innovatiion skills dan information media and technology skills
(P21, 2015).
Menurut Trilling dan Fadel (2009) penjelasannya adalah sebagai berikut:.
1. Life and Career Skills
Keterampilan hidup dan berkarir meliputi (a) fleksibilitas dan
adaptabilitas/ Flexibility and Adaptability, (b) inisiatif dan mengatur
diri sendiri / Initiative and Self-Direction, (c) interaksi sosial dan
budaya / Social and Cross Cultural Interaction, (d) produktivitas dan
akuntabilitas / Productivity and Accountability dan (e) kepemimpinan
dan tanggungjawab / Leadership and Responsibility.
2. Learning and Innovation Skills
Keterampilan belajar dan berinovasi meliputi (a) berpikir kritis dan
mengatasi masalah/Critical Thinking and Problem Solving,
(b)komunikasi dan kolaborasi/Communication and Collaboration, (c)
kreativitas dan inovasi/Creativity and Innovation.
3. Information Media and Technology Skills
Keterampilan teknologi dan media informasi) meliputi (a) literasi
informasi/information literacy, (b) literasi media/media literacy dan (c)
literasi ICT/Information and Communication Technology literacy.
Penjelasan mengenai framework pembelajaran abad ke-21 menurut (BSNP:
2010) adalah sebagai berikut: (a) kemampuan berpikir kritis dan kemampuan
pemecahan masalah (Critical-Thinking and Problem-Solving Skills), yaitu
mampu berfikir secara kritis, lateral, dan sistemik, terutama dalam konteks
pemecahan masalah; (b) kemampuan berkomunikasi dan kemampuan
bekerjasama (Communication and Collaboration Skills), yaitu mampu
berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif dengan siapapun; (c)
kemampuan mencipta dan kemampuan membaharui (Creativity and
Innovation Skills), yaitu mampu mengembangkan kreativitas yang
dimilikinya untuk menghasilkan berbagai terobosan yang inovatif; (d)
Literasi teknologi informasi dan komunikasi (Information and
Communications Technology Literacy), yaitu mampu memanfaatkan
11
teknologi informasi dan komunikasi untuk mengoptimalkan kinerja dan
aktivitas sehari-hari; (e) kemampuan belajar secara kontekstual (Contextual
Learning Skills) , yaitu mampu menjalani aktivitas pembelajaran mandiri
yang kontekstual sebagai bagian dari pengembangan pribadi, dan (f)
Kemampuan informasi dan literasi media, mampu memahami dan
menggunakan berbagai media komunikasi untuk menyampaikan beragam
gagasan dan melaksanakan aktivitas kolaborasi serta interaksi dengan
beragam pihak.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan di abad
21 menuntut sumber daya manusia yang memiliki keterampilan abad 21,
dimana keterampilan menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi
merupakan salah satu focus utama dari keterampilan abad 21. Sebagaimana
yang dikatakan oleh Trilling dan Fadel (2009) pekerjaan di era ini
membutuhkan keterampilan kombinasi baru yaitu pemikiran tingkat tinggi
dan komunikasi yang kompleks. Sehingga pembelajaran berbasis Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) tidak dapat dipisahkan dengan tuntutan
pembelajaran abad 21. Didukung oleh pendapat Yusuf (2015) bahwa salah
satu dari tuntutan pembelajaran abad 21 yaitu integrasi teknologi sebagai
media pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan belajar.
Menurut pendapat Yuni (2016) bahwa kemampuan dalam meguasai media
informasi dan teknologi (TIK) mencakup mengakses informasi lebih efektif
dan efisien, kompeten dan mengkritisi informasi dan kemampuan
menggunakan informasi secara akurat dan kreatif. Penggunaan TIK begitu
12
banyak memberikan dampak positif terhadap kemajuan dalam proses
pembelajaran, sebagaimana yang disampaikan Hidayat (2013) bahwa melalui
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, peserta didik mampu
mendapatkan pengetahuan dari berbagai sumber. Didukung oleh pendapat
Mekhlafi (2004) yang menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi komunikasi
dan informasi dalam pembelajaran memiliki dampak positif terhadap
performansi dan prestasi belajar peserta didik. Rosenberg (2001:8)
mengatakan bahwa ada tiga pergeseran dalam proses pembelajaran akibat
perkembangan teknologi komunikasi yaitu: (a) pergeseran dari ruang kelas ke
dan di mana dan kapan saja; (b) pergeseran dari kertas ke online; dan (c)
pergeseran fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja.
Selain itu, Kemendikbud merumuskan bahwa paradigma pembelajaran abad
21 menekankan pada kemampuan peserta didik dalam mencari tahu dari
berbagai sumber, merumuskan permasalahan, berpikir analitis dan kerjasama
serta berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah (Litbang Kemdikbud,
2013). Sejalan dengan pernyataan Kemendikbud (2016) bahwa pada
Pelaksanaan Kurikulum 2013 proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik, sehingga
pembelajaran dengan memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi
sangat diperlukan.
13
B. Lembar Kerja Siswa
Media pembelajaran menurut Heinich dalam Azhar Arsyad (2004: 3) yaitu
media yang membawa pesan atau informasi dengan tujuan intruksional atau
mengandung maksud-maksud pengajaran. Media pembelajaran adalah Alat,
metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan
komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan
pengajaran di sekolah (Hamalik, 1989: 12).
Lembar kerja peserta didik (LKPD) atau yang biasa dikenal dengan lembar
kerja siswa (LKS) merupakan salah satu bentuk dari media pembelajaran.
LKPD digunakan untuk mencapai kompetensi dasar siswa dan membantu
peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari.
Sebagaimana diungkapkan oleh Trianto (2011: 222) bahwa:
“Lembar Kerja Siswa (LKS) memuat sekumpulan kegiatan mendasar
yang harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman
dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian
yang ditempuh.Pengetahuan awal dari pengetahuan dan pemahaman
siswa diberdayakan melalui penyediaan media belajar pada setiap
kegiatan eksperimen sehingga situasi belajar menjadi lebih bermakna,
dan dapat berkesan dengan baik pada pemahaman siswa. Karena nuansa
keterpaduan konsep merupakan salah satu dampak pada kegiatan
pembelajaran, maka muatan materi setiap lembar kerja siswa pada setiap
kegiatannya diupayakan dapat mencerminkan hal itu”
Lembar kerja peserta didik (LKPD) atau lembar kerja siswa (LKS)
merupakan materi ajar yang dikemas sedemikian rupa agar siswa dapat
mempelajari materi tersebut secara mandiri (Suyanto, 2009: 1). Menurut
Batjo (1993) juga mengungkapkan bahwa yaitu LKS adalah lembar kerja
yang memuat informasi dan perintah/instruksi dari guru kepada siswa untuk
14
mengerjakan suatu kegiatan belajar dalam bentuk kerja, praktek, atau dalam
bentuk penerapan hasil belajar untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Yasir,
dkk (2013) menjelaskan bahwa:
LKPD merupakan stimulus atau bimbingan guru dalam pembelajaran
yang akan disajikan secara tertulis sehingga dalam penulisannya perlu
memperhatikan kriteria media grafis sebagai media visual untuk menarik
perhatian peserta didik. Isi pesan LKPD harus memperhatikan unsur-
unsur penulisan media grafis, hirarki materi dan pemilihan pertanyaan
sebagai stimulus yang effisien dan efektif.
Berdasaran pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa lembar kerja peserta
didik (LKPD) atau lembar kerja siswa (LKS) merupakan suatu media
pembelajaran yang berisi informasi dan panduan kepada siswa dalam
kegiatan belajar berupa penyelidikan yang berbentuk tertulis sehingga
memaksimalkan pemahaman dan membuat siswa menjadi lebih aktif dalam
proses pembelajaran. LKS merupakan salah satu sumber belajar yang
membuat pembelajaran yang dilakukan menjadi terstruktur karena LKS yang
disusun disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Selain
itu, LKS dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditentukan.
Saat proses pembelajaran, LKS memiliki peran yang sangat besar dalam,
karena LKS dapat membantu tenaga pendidik untuk mengarahkan peserta
didik dalam menemukan konsep-konsep melalui aktivitas yang terjadi. Selain
itu, LKS juga dapat membuat peserta didik dalam mengembangkan
keterampilan proses, meningkatkan aktivitas peserta didik sehingga dapat
mengoptimalkan hasil belajar. Damayanti (2013) mengatakan Lembar Kerja
Siswa (LKS) adalah salah satu media ajar yang menunjang tercapainya
15
keberhasilan pembelajaran fisika. Didukung oleh pendapat Retnosari (2015)
bahwa LKS yang disajikan dengan kalimat dan bahasa yang jelas serta
dilengkapi dengan gambar yang dapat mempermudah peserta didik untuk
menggunakan LKS dalam kegiatan pembelajaran.
Mouromadhoni (2016) mengungkapkan bahwa penilaian LKS atau LKPD
harus memenuhi tiap-tiap komponen meliputi kelayakan isi, penyajian,
kebahasaan, kegrafisan, ketercakupan sikap ingin tahu, dan ketercakupan
kemampuan problem solving. Dikatakan oleh Abdurrahman (2015 :95) bahwa
tujuan dari pembuatan LKPD, yaitu (1) dapat membantu siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran, (2) dapat memberikan pengalaman belajar
yang kaya di dalam kelas (3) dapat memotivasi siswa, dan (4) mampu
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan
dan kemampuan memecahkan masalah serta menanamkan sikap ilmiah.
Abdurrahman (2015 : 95) juga mengungkapkan bahwa untuk mencapai tujuan
pembelajaran dengan menggunakan LKPD terdapat beberapa
syarat yang harus dipenuhi dalam penyusunan LKPD oleh pembuat LKPD
yang dimulai dengan melakukan kajian kurikulum, yaitu dengan :
1. Mengkaji KI, KD, indikator, dan materi yang akan diajarkan.
Berdasarkan hasil kajian tersebut,
2. Melakukan pemetaan bagian mana saja yang membutuhkan LKPD di
dalam pembelajarannya.
3. Menentukan judul LKPD yang akan dibuat.
4. Menulis LKPD.
5. Menentukan alat penilaian LKPD tersebut, yang secara umum menilai
pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa.
16
Abdurrahman (2015: 96) juga mengatakan bahwa struktur LKPD/LKS
meliputi :
1. judul kegiatan, tema, subtema, kelas, dan semester,
2. tujuan pembelajaran sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD),
3. alat dan bahan
4. langkah kerja
5. tabel data
6. pertanyaan-pertanyaan diskusi
Format Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) atau Lembar Kerja Siswa (LKS)
yang dikembangkan berdasarkan silabus dan RPP pada fase pembelajaran
berpedoman pada PP No 65 tentang standar proses. Format LKPD/LKS yang
dikembangkan memuat unsur-unsur judul, petunjuk belajar, kompetensi
dasar, indikator, konsep, alat dan bahan, tugas dan langkah kerja, penilaian,
dan informasi pendukung serta format isi dari LKPD/LKS meliputi judul
kegiatan, tujuan, kegiatan, permasalahan, perumusan masalah, perumusan
hipotesis, alat dan bahan, langkah kerja, data hasil percobaan, analisis data,
perumusan kesimpulan, mengkomunikasikan hasil (presentasi hasil
percobaan), pengembangan masalah baru, refleksi diri, dan pemaparan arti
penting nilai-nilai moral.
Diniaty dan Atun (2015) mengungkapkan bahwa terdapat dua bentuk Lembar
Kerja Peserta Didik (LKPD) atau bisa disebut juga dengan Lembar Kerja
Siswa (LKS), yaitu LKPD/LKS untuk eksperimen dan LKPD/LKS non-
eksperimen atau hanya berupa lembar diskusi. LKPD/LKS eksperimen berisi
lembar kerja petunjuk praktikum. Sistematika LKPD /LKS secara umum
terdiri dari (1) judul; (2) pengantar; uraian singkat yang mengetengahkan
17
bahan pelajaran (berupa konsep) yang dicakup dalam kegiatan praktek; (3)
tujuan, memuat tujuan yang berkaitan dengan permasalahan yang
diungkapkan di pengantar; (4) alat dan bahan yang diperlukan; (5) langkah
kerja, merupakan instruksi untuk melakukan kegiatan. Langkah-langkah
tersebut disusun secara sistematis agar mempermudah peserta didik dalam
melakukan kegiatan praktik; (7) pertanyaan berupa pertanyaan yang
jawabannya dapat membantu peserta didik mendapatkan konsep yang
dikembangkan atau mendapatkan kesimpulan. Lembar Kerja Peserta Didik
(LKPD) yang bersifat noneksperimen berisi lembar kegiatan yang memuat
teks penuntun peserta didik melakukan kegiatan diskusi mengenai materi
pembelajaran.
Selama ini Lembar Kerja Siswa (LKS) yang beredar di sekolah-sekolah
belum menggunakan model pembelajaran tertentu, bahkan terkadang kurang
sesuai dengan kebutuhan siswa di sekolah (Sintia, 2015). Pengembangan ini
bertujuan menghasilkan media pembelajaran berupa Lembar Kerja Siswa
yang melatihkan kemampuan berpikir tingkat tinggi pada siswa dalam proses
pembelajaran fisika. Utami (2016) mengatakan bahwa Lembar Kerja Siswa
yang dikembangkan tersebut terdiri dari komponen, yaitu (1) Cover didesain
semenarik mungkin agar siswa tertarik, (2) pada cover dilengkapi dengan
kolom nama dan kelompok, (3) terdapat petunjuk pengerjaan LKS, (4)
Tujuan pembelajaran disesuaikan dengan RPP, (5) Langkah-langkah dalam
pengerjaan LKS disesuaikan dengan pendekatan saintifik dan menggunakan
kata operasional Higher Order Thinking Skills (HOTS).
18
Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan orientasi higher orger thinking skills yang
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dapat terjadi karena beberapa
faktor, yaitu (1) LKS berorientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS)
merangsang kemauan siswa dalam belajar dikarenakan media LKS
memunculkan rasa penasaran siswa, (2) LKS berorientasi Higher Order
Thinking Skills (HOTS) menampilkan konsep kehidupan sehari-hari yang
tidak biasa, sehingga siswa dapat merasa senang dengan konsep tersebut, (3)
LKS membantu siswa menemukan konsep yang disampaikan sebelumnya
dalam pengetahuan awal siswa, (4) LKS yang digunakan merangsang
kemauan siswa dalam belajar, dikarenakan media yang digunakan
memberikan petunjuk pelaksanaan, (5) mendorong kemandirian siswa,
dikarenakan setiap siswa diberikan kesempatan melakukan reinforcement
berupa keterampilan berpikir (Karsono,2017).
Proses pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) membutuhkan langkah-
langkah yang sistematis dan terperinci, sehingga dapat dihasilkan LKS yang
mampu menunjang pembelajran dan membantu guru dan siswa mencapai
tujuan dari pembelajaran fisika tersebut. Lembar Kerja Siswa (LKS) yang
telah dibuat selanjutnya divalidasi dan dilakukan revisi berdasarkan saran
perbaikan yang diberikan oleh para ahli (Sihaloho, 2017).
C. Blended Learning
Konteks pembelajaran di era global seperti sekarang ini berubah sangat cepat.
Oleh karena itu, untuk belajar sesuatu, orang tidak lagi menggantungkan
semata-mata pada dunia sekolah/kampus dalam arti fisik. Seiring dengan
19
perubahan di era ini dan kemajuan teknologi dan informasi yang berkembang
pesat, manusia dapat belajar kapan saja dan dimana saja. Begitupun dengan
sumber belajar mampu diperoleh dengan relatif mudah melalui bantuan
teknologi informasi.
Tidak dapat dipungkiri bahwa era digital memberikan banyak dampak positif
terhadap dunia kependidikan, salah satunya yaitu dengan munculnya
alternatif-alternatif sumber belajar dan media pembelajaran. Pembelajaran
yang dulunya hanya dapat dilakukan di kelas, kini sudah mulai dilakukan
dengan cara online. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah
memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses
pembelajaran. Menurut Rosenberg dalam Gunawan (2009), dengan
berkembangnya penggunaan teknologi informasi dan komunikasi maka ada
lima pergeseran dalam proses pembelajaran, yaitu (1) dari pelatihan ke
penampilan, (2) dari ruang kelas ke dimana saja dan kapan saja, (3) dari
kertas ke “online” atau saluran, (4) dari fasilitas fisik ke fasilitas jaringan
kerja, (5) dari waktu siklus ke waktu nyata.
Salah satu bentuk pembelajaran online dan berorientasi pada peserta didik
adalah pembelajaran blended learning. Blended learning is defined as a mix
of traditional face-to-face instruction and e-learning (Koohang, 2009).
Blended learning adalah kombinasi antara face to face learning dan online
learning (Cheung & Hew, 2011: 1319). Serupa dengan definisi di atas,
menurut Riyana (2009: 21) bahwa yang dicampurkan dalam blended learning
adalah dua unsur utama, yaitu pembelajaran di kelas (classrom lesson)
20
dengan online learning. Rahayu & Nuryata (2010) mengatakan bahwa
pembelajaran blended mengombinasikan metode pendidikan konvensional
(tatap muka) dengan pembelajaran yang ditunjang dengan adanya teknologi.
Dipertegas oleh pendapat Thorne (2003: 2) bahwa definisi blended learnng
adalah sebagai berikut.
it represents an opportunity to integrate the innovative and technological
advances offered by online learning with the interaction and participation
offered in the best of traditional learning
Dapat disimpulkan bahwa blended learning adalah kombinasi /perpaduan
antara model pembelajaran konvensional (face to face) dengan pembelajaran
secara online. Menurut pendapat Sloan dalam Avgerinou (2008) mengatakan
bahwa sebuah pembelajaran dikatakan menggunakan strategi blended
learning apabila 30-80% dari desain dan implementasi pembelajaran baik
dalam hal isi maupun penyampaiannya dilakukan secara online. Syahri
(2015) mengatakan bahwa blended learning adalah model pembelajaran yang
menggabungkan tatap muka dan tidak tatap muka, dimana pembelajaran
berbasis online atau e-learning memiliki peran penting dalam proses kegiatan
pembelajaran dan model ini juga mengkombinasikan pembelajaran
konvensional dengan pembelajaran modern.
Graham dalam Sari (2013) menjelaskan ada tiga alasan penting dalam
penggunaan blended learning, yaitu: pedagogi yang lebih baik, meningkatnya
akses dan fleksibilitas, serta meningkatnya biaya-manfaat. Tabel di bawah ini
dapat menunjukkan perbandingan kekuatan dan kelemahan dari pelaksanaan
21
pembelajaran konvensional/face to face dan online yang dijadikan pijakan
pendapat Graham di atas.
Tabel 1. Perbandingan kekuatan dan kelemahan antara pembelajaran online
dan pembelajaran konvensional/face to face
Online (Asynchronous) Face to Face (f2f)
Kekuatan a. Fleksibilitas –
partisipasi mahasiswa
terjadi dalam waktu dan
tempat yang nyaman
bagi mahasiswa
b. Partisipasi – semua
mahasiswa
berpartisipasi
dikarenakan kurangnya
hambatan waktu dan
tempat
c. Kedalaman refleksi –
mahasiswa memiliki
waktu yang lebih untuk
mempertimbangkan
respon mereka secara
lebih hati hati dan lebih
menyeluruh
a. Interaksi manusia –
mudah untuk mengikat
dan membentuk
kehadiran sosial dan
kepercayaan dalam
lingkungan f2f
b. Spontanitas – rantai ide
yang terkait dan
kemungkinan penemuan
yang cepat sangat
diharapkan
c. Partisipasi – tidak semua
dapat berpartisipasi
dikarenakan adanya
hambatan waktu dan
individu
Kelemahan a. Spontanitas – rantai ide
yang terkait dan
kemungkinan penemuan
yang cepat tidak
diharapkan.
b. Penundaan – mahasiswa
mungkin menyerah atau
menunda untuk
berpartisipasi secara
online
c. Interaksi manusia –
tidak mudah untuk
mengikat dan
membentuk kehadiran
sosial dan kepercayaan
dalam lingkungan
online
a. Fleksibilitas – Karena
alasan keterbatasan
waktu, pengajar mungkin
tidak dapat meraih
diskusi yang mendalam
sesuai keinginan
(Graham dalam Sari, 2013)
22
Terdapat tiga hal yang harus ada dalam blended learning yaitu,
mengombinasikan keunggulan setiap pengajaran, mengkombinasikan
berbagai metode pembelajaran, dan menggabungkan pembelajaran online
dengan tradisional (Curtis, 2005). Menurut Dziuban (2004) menyatakan
bahwa blended learning harus dipandang sebagai pendekatan yang
mengkombinasikan efektifitas dan kesempatan sosialisasi dengan
peningkatan lingkungan teknologi online.
Blended learning harus dipandang sebagai rancang ulang model pembelajaran
dengan karakteristik, (1) perubahan dari pembelajaran yang berpusat pada
guru menjadi menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa, dan (2)
meningkatnya interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa, siswa
dengan bahan ajar, dan siswa dengan sumber belajar lain. Sebagaimana
pendapat Wijayanti (2017) bahwa kelas online dilaksanakan untuk
memenuhi tahap online sebelum tatap muka dan setelah tatap muka. Menurut
Bawaneh (2011) blended learning dapat meningkatkan performansi peserta
didik.
Blended learning memiliki kelebihan yaitu siswa memiliki banyak waktu
belajar dibawah bimbingan oleh guru (Mujiyanto, 2012). Mubaraq (2009)
berpendapat bahwa pembelajaran berbasis web mampu menumbuhkan
kemandirian siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya,
ditunjukkan dengan adanya peningkatan penguasaan konsep, peningkatan
generic sains dan siswa dapat memberikan tanggapan yang baik. Sejalan
dengan pendapat Sulihin (2012) bahwa menggunakan blended learning
23
menimbulkan ketertarikan siswa untuk belajar dan berpengaruh terhadap hasil
belajarnya.
Dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan model blended learning
memiliki banyak kelebihan dan manfaat antara guru dan siswa, dimana siswa
lebih memiliki banyak waktu untuk belajar tanpa terikat waktu dan tempat
dan peserta didik dapat memperoleh sumber pembelajaran yang lebih luas.
Siswa mampu menjadi aktif dan lebih mandiri dalam proses pembelajaran.
Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Sutisna (2016) bahwa
siswa setelah diterapkan metode blended learning diklasifikasikan dalam
kategori baik dengan pola yang digunakan yaitu online – tatap muka –
blended sehingga pembelajaran dapat dikatakan berhasil
D. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Menurut Istiyono (2014) kemampuan berpikir terdiri dari dua jenis yaitu
kemampuan berpikir dasar dan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Kemampuan berpikir dasar (lower order thinking) yaitu hanya menggunakan
kemampuan terbatas pada hal-hal rutin dan bersifat mekanis, contohnya
menghafal dan mengulang-ulang informasi yang diberikan sebelumnya,
sedangkan kemampuan berpikir tinggi (higher order thinking) yaitu
menggunakan kemampuan menganalisa, mengintrepretasikan, sampai
memanipulasi informasi sebelumnya sehingga tidak monoton. Menurut
pendapat Chien, S.L (2011) pembelajaran saat ini menuntut pembelajaran
yang mampu memfalisitasi siswa untuk berpartisipasi dan berperan aktif
24
dalam membangun pengetahuannya sendiri, sehingga memerlukan proses
berpikir tingkat tinggi.
Higher Order Thinking Skills (HOTS) atau kemampuan berpikir tingkat
tinggi adalah proses berpikir yang mengharuskan siswa untuk memanipulasi
informasi yang ada dan ide-ide dengan cara tertentu yang memberikan
mereka pengertian dan implikasi baru (Gunawan, 2003: 171). Kemampuan
berpikir tingkat tinggi merupakan kemampuan berpikir untuk memeriksa,
menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek situasi dan masalah (Malik,
2015). Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan kemampuan untuk
menghubungkan, menggabungkan dan mentransformasikan informasi yang
baru diterima dengan informasi yang sudah dimiliki untuk memperoleh suatu
penyelesaian atau keputusan.
Menurut Pohl dalam Lewy (2009: 15) menjelaskan bahwa Taksonomi Bloom
dianggap sebagai dasar bagi berpikir tingkat tinggi. Pemikiran ini didasarkan
bahwa beberapa jenis pembelajaran memerlukan proses kognisi yang lebih
daripada yang lain, tetapi memiliki manfaat-manfaat yang lebih umum.
Contoh dalam taksonomi Bloom yaitu kemampuan melibatkan analisis,
evaluasi dan mengkreasi dianggap berpikir tingkat tinggi. Pendapat
selanjutnya menurut Krathwohl dalam Lewy (2009: 15) dalam A revision of
Bloom’s Taxonomy: an overview – Theory Inti Practice menjelaskan bahwa
indicator untuk mengukur kemampuan berpiir tingkat tinggi meliputi:
25
1) Menganalisis
Menganilisis informasi yang masuk dan membagi atau
menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk
mengenali pola atau hubungannya
Mampu mengenali serta membedaan factor penyebab dan akibat dari
sebuah scenario yang rumit
Mengidentifikasi/merumuskan pertanyaan
2) Mengevaluasi
Memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, dan metodologi
dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada
untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya
Membuat hipotesis, mengkritik dan melakukan pengujian
Menerima atau menolak suatu pernyataan berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan
3) Mengkreasi
Membuat generalisasi suatu ide atau cara pandang terhadap sesuatu
Merancang suatu cara untuk menyelesaikan masalah
Mengorganisasikan unsur-unsur atau bagian-bagian menjadi struktur
baru yang belum pernah ada sebelumnya
Sejalan dengan pendapat Krathwohl dan Anderson (2001) dalam Taksonomi
Bloom yang telah direvisi kemampuan berpikir tingkat tinggi melibatkan
analisis (C4), mengevaluasi (C5) dan mencipta atau kreativitas (C6) dianggap
berpikir tingkat tinggi. Tabel 2 menunjukan Taksonomi Anderson dan
Krathwohl (2001).
Tabel 2. Taksonomi Anderson dan Krathwohl
Tingkatan Berpikir Tingkat Tinggi Komunikasi
(communication spectrum)
Menciptakan
(creating)
Menggeneralisasikan
(generating),
Merancang (designing),
Memproduksi (producing),
Merencanakan kembali
(devising)
Negosiasi (negotiating),
Memoderatori (moderating),
Kolaborasi (collaborating)
Mengevaluasi
(Evaluating)
Mengecek (checking),
Mengkritisi (critiquing),
Hipotesa (hypothesising),
Eksperimen (experimenting)
Bertemu dengan
jaringan/mendiskusikan (net
meeting),
berkomentar (commenting),
berdebat (debating)
26
Tingkatan Berpikir Tingkat Tinggi Komunikasi
(communication spectrum)
Menerapkan
(Applying)
Menjalankan prosedur
(executing),
mengimplementasikan
(implementing), menyebarkan
(sharing),
Posting, blogging,
menjawab (replying)
Memahami/
mengerti
(Understanding)
Mengklasifikasikan
(classification),
membandingkan (comparing),
menginterpretasikan
(interpreting),
berpendapat (inferring)
Bercakap (chatting),
menyumbang
(contributing), networking,
Mengingat
(Remembering)
Mengenali (recognition),
memanggil kembali (recalling),
mendeskripsikan (describing),
mengidentifikasi (identifying)
Menulis teks (texting),
mengirim pesan singkat
(instant messaging),
berbicara (twittering)
Berpikir Tingkat Rendah
(Krathworl & Anderson, 2001)
Dalam jurnal Rofiah (2013) mengenai hasil TIMSS 2011 pada bidang Fisika
menunjukkan Indonesia memperoleh nilai 397 dimana nilai ini berada di
bawah nilai rata-rata internasional yaitu 500. Berdasarkan data prosentase
rata-rata jawaban benar untuk konten sains dan domain kognitif khususnya
Fisika, presentase jawaban benar pada soal pemahaman selalu lebih tinggi
dibandingkan dengan prosentase jawaban benar pada soal penerapan dan
penalaran.
Seperti yang diterapkan pada TIMSS bahwa aspek pemahaman, penerapan,
dan penalaran dalam ranah kemampuan kognitif dapat digunakan untuk
menunjukkan profil kemampuan berpikir siswa. Aspek pemahaman dan
penerapan termasuk dalam kemampuan berpikir dasar. Aspek penalaran
termasuk dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi. Berdasarkan hasil
TIMSS tersebut maka dapat dikatakan bahwa kemampuan berpikir tingkat
27
tinggi siswa Indonesia masih tergolong rendah. Hal tersebut dapat terjadi
karena dalam proses pembelajaran siswa kurang dirangsang untuk
meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Menurut Heong (2011) kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan
penggunaan pikiran secara lebih luas untuk menemukan tantangan baru.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi ini menghendaki seseorang untuk
menerapkan informasi baru atau pengetahuan sebelumnya dan memanipulasi
informasi untuk menjangkau kemungkinan jawaban dalam situasi baru.
Berpiir tingkat tinggi dapat dikatakan sebagai berpikir pada tingkat yang
lebih tinggi daripada sekedar menghafalkan fakta, bukan hanya
menyampaikan hal yang sama dengan hal yang diperoleh. Hal tersebut
sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Wardana (2010: 1627)
bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah proses berpikir yang
melibatkan aktivitas mental dalam usaha mengeksplorasi pengalaman yamg
kompleks, reflektif dan kreatif yang dilakukan secara sadar untuk mencapai
tujuan, yaitu memperoleh pengetahuan yang meliputi tingkat berpiki.
Menurut Hermawanto (2013) salah satu permasalahan yang dihadapi oleh
guru fisika dalam pembelajaran fisika adalah penguasaan konsep dan
penalaran siswa yang rendah. Dimana salah satu dari tujuan Mata Pelajaran
Fisika di SMA yaitu peserta didik memiliki kemampuan mengembangkan
kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan
menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai
peristiwa alam dan menyelesaikan masalah, baik secara kualitatif maupun
28
kuantitatif (BSNP, 2006, p.160). Menurut Malik, dkk (2010) mengatakan
bahwa tujuan dari pembelajaran fisika adalah peserta didik diharapkan dapat
mengembangkan diri dalam berpikir. Peserta didik dituntut tidak hanya
memiliki keterampilan berpikir tingkat rendah atau lower order thinking
skills, tetapi sampai pada keterampilan berpikir tingkat tinggi atau higher
order thinking skills, sehingga peserta didik harus terbiasa mengahadapi
permasalahan yang memerlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Aristya (2015) juga mengemukakan bahwa ilmu fisika didasarkan pada
pengamatan secara eksperimental dan pengukuran kuntitatif, tujuan utamanya
adalah untuk mencari sejumlah hukum-hukum tersebut demi
mengembangkan teori-teori yang dapat memprediksi hasil-hasil percobaan
selanjutnya, sehingga dengan dasar ilmu fisika dapat mengembangkan
teknologi serta berbagai ilmu yang banyak digunakan dalam menganalisis
peristiwa alam. Didukung pendapat Daryanto (2014: 50) yang mengatakan
bahwa pada pembelajaran fisika dalam menemukan teori atau fakta tidak
mungkin menggunakan keterampilan tingkat rendah, tetapi diperlukan
keterampilan tingkat tinggi.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dalam pembelajaran Fisika siswa
dituntut agar memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, kemampuan
berpikir tingkat tinggi ini dimaksudkan agar siswa dapat memenuhi tujuan
utama dari penerapan pembelajaran fisika pada berbagai proses pembelajaran
baik secara pembelajaran dengan tatap muka di kelas maupun secara
eksperimen.
29
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Pengembangan
Metode penelitian yang digunakan yaitu research and development atau
penelitian pengembangan. Pengembangan yang dilakukan merupakan
pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan dengan
menggunakan model Blended Learning yang berorientasi Higher Order
Thinking Skill (HOTS) pada materi Usaha dan Energi. Penelitian ini
dilakukan di kelas XI MIA SMAN 14 Bandar Lampung.
Orientasi pengembangan ini adalah perangkat pembelajaran berupa Lembar
Kerja Siswa (LKS) yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa. Produk yang dihasilkan dilakukan uji validitas
dan uji kepraktisan produk. Uji validitas dilakukan oleh tim ahli untuk
mengetahui kesesuaian Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan kurikulum dan
tingkat kelayakan produk yang dikembangkan. Uji keepraktisan terdiri dari
uji kemenarikan dan uji kemudahan yang dilakukan melalui uji satu lawan
satu disekolah dengan subjek penelitian yaitu SMAN 14 Bandar Lampung
dengan sampel tiga orang siswa kelas XI MIA.
30
B. Prosedur Penelitian Pengembangan
Model pengembangan yang digunakan pada penelitian pengembangan ini
adalah model ADDIE (Analysis-Design-Development-Implementation-
Evaluation). Model ADDIE terdiri dari lima tahap yaitu analisis (analysis),
desain (design), pengembangan (development), implementasi
(implementation) dan evaluasi (evaluation). Tahapan dari model ADDIE
dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Tahap pengembangan produk model ADDIE (Branch, 2009).
Berikut penjelasan mengenai tahap pengembangan dengan model ADDIE
yang dilakukan.
1. Analisis (Analysis)
Analisis merupakan tahap pra perancangan untuk mengidentifikasi
produk yang sesuai dengan peserta didik. Pada tahap ini dilakukan
investigasi untuk menganalisis masalah apa yang melatar belakangi
munculnya pengembangan produk ini. Terdapat dua tahapan yang
31
dilakukan pada tahapan analisis ini yaitu mencakup analisis kebutuhan
dan analisis kurikulum. Secara garis besar tahapan yang dilakukan
adalah sebagai berikut.
a. Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan dilakukan untuk memperoleh informasi tentang
keadaan faktual dan keadaan ideal yang ada dengan menganalisis
keadaan bahan ajar sebagai informasi utama dalam proses
pembelajaran dan ketersediaan bahan ajar berupa LKS untuk
mendukung terlaksananya pembelajaran, terutama untuk merangsang
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa di SMAN 14 Bandar
Lampung sehingga mengetahui dibutuhkan atau tidaknya
pengembangan LKS model blended learning yang berorientasi
higher order thinking skills
Analisis kebutuhan dilakukan di SMAN 14 Bandar Lampung melalui
dua tahap. Tahap pertama adalah pemberian angket analisis
kebutuhan di kelas XI MIA yang pernah mempelajari materi Usaha
dan Energi. Tahap kedua adalah wawancara dengan guru mata
pelajaran Fisika kelas X MIA SMAN 14 Bandar Lampung
b. Analisis Kurikulum
Analisis kurikulum dilakukan untuk mengetahui kurikulum yang
digunakan oleh sekolah. Hal tersebut dilakukan agar pengembangan
yang dilakukan sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Setelah itu
32
peneliti mengkaji Kompetensi Dasar untuk merumuskan indikator-
indikator pencapaian pembelajaran.
2. Perancangan (Design)
Setelah dilakukannya analisis data, tahapan selanjutnya yaitu membuat
desain/perancangan dari produk yang dikembangkan. Produk yang
dikembangkan berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan model
Blended Learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingat tinggi
siswa pada materi Usaha dan Energi.
Perancangan pada tahapan ini bertujuan untuk mendesain pembelajaran
campuran antara online dan tatap muka, dan menentukan pembagian
waktu yang dilakukan dengan spesifik. Desain pembelajaran dalam
blended learning ini dilakukan dengan tahapan online learning-tatap
muka-online learning. Sesuai dengan pendapat Suana (2017), terdapat
tiga kegiatan pokok atau tipe Blended Learning yang digunakan dapat
dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Desain Blended Learning dalam Pembelajaran (Suana, 2017)
online
learning
Face - to-
face
online
learning
online
learning
Face - to-
face
online
learning
online
learning
Face - to-
face
online
learning
33
Pada pembelajaran ini siswa maupun guru dapat memanfaatkan konten-
konten yang ada pada tahapan LKS. Bagi siswa dapat dimanfaatkan
untuk belajar baik secara mandiri maupun kolaboratif. Bagi guru dapat
dimanfatkan untuk pembelajaran, pemberian tugas dan evaluasi.
3. Pengembangan (Development)
Tahapan pengembangan yaitu dilaksanakannya pembuatan Lembar
Kerja Siswa, sehingga menghasilkan produk.yang selanjutnya dilakukan
uji validitas pada produk yang telah dihasilkan. Uji validitas merupakan
proses penelitian rancangan produk yang dilakukan dengan memberi
penilaian berdasarkan pemikiran rasional. Uji validitas dilakukan dengan
tim ahli yang meliputi ahli materi dan ahli desain. Tim ahli yang dipilih
adalah dosen pendidikan fisika dan guru mata pelajaran fisika SMA.
Dosen pendidikan fisika yang dipilih adalah dosen berkompeten dalam
bidang ini, selain itu guru sebagai tim ahli yaitu guru mata pelajaran
fisika SMAN 14 Bandar Lampung yang berkompeten dengan produk
pengembangan.
Tim ahli materi akan menguji produk awal peneliti apakah sudah sesuai
atau tidak sesuai dengan pusat kurikulum dan perbukuan yaitu
kelayakaan isi, kelayakan komponen kebahasaaan dan kelayakan
kualitas penyajian serta kesesuaian materi LKS dengan kompetensi inti
dan kompetensi dasar. Tim ahli kontruk/desain akan menguji desain
tampilan produk yang dikembangkan. Setelah dilakukan uji ahli
isi/materi dan uji ahli konstruk/desain, produk memperoleh saran
34
perbaikan dari validator, sehingga dilakukan revisi pada produk hasil
pengembangan dan selanjutnya diujicobakan.
4. Implementasi (Implementation)
Setelah dilakukannya pengembangan produk dan dihasilkan Lembar
Kerja Siswa, maka langkah selanjutnnya yaitu melakukan implementasi
produk. Produk yang dihasilkan berupa Lembar Kerja Siswa (LKS)
Model Blended Learning Berorientasi Higher Order Thinking Skills
(HOTS) pada Materi Usaha dan Energi. Setelah produk tervalidasi dan
direvisi tahapan selanjutnya adalah dilakukan uji coba produk terhadap
sampel berupa uji satu lawan satu. Sebanyak tiga orang siswa kelas XI
MIA SMAN 14 Bandar Lampung ditunjuk untuk melakukan uji satu
satu lawan satu. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
kepraktisan produk yang terdiri dari tingkat kemenarikan produk dan
kemudahan dalam menggunakan produk.
5. Evaluasi (Evaluation)
Tahap yang terakhir yaitu tahap evaluasi. Tahapan evaluasi dapat
dilakukan pada setiap empat tahap diatas yang disebut evaluasi formatif,
karena tujuannya untuk kebutuhan revisi produk hasil pengembangan
yang telah diuji. Evaluasi formatif adalah sebuah proses menyediakan,
menganalisis, dan menggunakan data dan informasi untuk dijadikan
dasar pengambilan keputusan dalam rangka meningkatkan kualitas
produk atau program instruksional, dan bagian integral dari
pengembangan instruksional (Suparman, 2014).
35
C. Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian pengembangan ini digunakan dua macam metode
pengumpulan data, yaitu metode wawancara dan metode angket. Berikut ini
diberikan uraiannya.
1. Metode Wawancara
Metode wawancara digunakan pada tahap studi pendahuluan.
Wawancara berfungsi sebagai alat pengumpul data, Wawancara yang
dilakukan merupakan wawancara terstruktur, dimana peneliti berusaha
mendapatkan informasi tentang permasalahan yang ada pada obyek
yang diteliti, sehingga peneliti dapat menemukan informasi yang
diharapkan.
Sebelum melakukan wawancara dilakukan penyusunan pedoman
wawancara yang menjadi acuan kegiatan wawancara. Wawancara
ditujukan kepada salah satu guru fisika kelas X SMAN 14 Bandar
Lampung. Pada tahap studi pendahuluan, wawancara dilakukan untuk
mengumpulkan data kebutuhan guru, ketersediaan fasilitas internet
guru, pengalaman guru dalam melaksanakan pembelajaran fisika dan
persepsi guru mengenai pembelajaran fisika berbasis online learning.
2. Metode Angket
Metode angket digunakan pada tahap studi pendahuluan dan
pengembangan perangkat. Angket yang digunakan berupa daftar
pertanyaan yang diberikan oleh kepada responden untuk mendapatkan
keterangan dari responden mengenai suatu masalah. Data dalam
36
penelitian ini yang diperoleh dengan menggunakan instrumen angket
berupa angket analisis kebutuhan siswa mengenai ketersediaan bahan
ajar untuk meningkatkan keterampilan
Pada tahap studi pendahuluan, angket digunakan untuk mengumpulkan
data kebutuhan siswa dalam menggunakan media pembelajaran pada
materi fisika. Angket diberikan kepada siswa SMAN 14 Bandar
Lampung kelas XI IPA untuk mengetahui ketersediaan fasilitas internet
siswa, data persepsi siswa terhadap internet untuk pembelajaran fisika,
pengalaman siswa dalam mengikuti pembelajaran fisika serta kesulitan
yang dihadapi oleh siswa dalam pembelajaran fisika, sehingga peneliti
dapat mengambil keputusan mengenai penelitian yang dilakukan. Pada
tahap pengembangan perangkat, peniliti menyusun butir-butir
pertanyaan yang mengacu pada faktor-faktor yang berpengaruh dalam
penelitian. Pertanyaan-penyataan tersebut tersusun menjadi instrumen
yang digunakan dalam uji validitas (uji ahli materi dan uji ahli desain)
dan kepraktisan.
Instrumen untuk uji validasi diberikan kepada dua orang ahli yang
sesuai dengan bidangnya. Penelitian ini menggunakan skala Likert.
Skala likert merupakan skala yang berisi lima tingkat jawaban
mengenai kesetujuan responden terhadap statement atau
pernyataan yang dikemukakan mendahului opsi jawaban yang
disediakan (Sutrisno Hadi, 1991: 19). Menurut Sugiono (2006: 104)
skala likert dalam penelitian digunakan untuk mengukur sikap,
37
pendapat seseorang atau sekelompok orang tentang suatu fenomena.
Untuk keperluan analisis kuantitatif penelitian maka kepada
responden diberi alternatif jawaban dengan menggunakan skala 1
sampai dengan 4. Modifikasi pada skala likert bertujuan untuk
meniadakan kategori jawaban yang memiliki arti sama dengan
kategori jawaban yang lainnya, sehingga pada kategori sangat tidak
setuju cenderung sama dengan tidak setuju, maka pada penelitian ini
peneliti menggunakan empat alternatif jawaban, yaitu: sangat setuju
(SS), setuju (S), kurang setuju (KS) dan tidak setuju (TS).
Instrumen uji ahli ini menjadi dasar untuk merevisi perangkat
pembelajaran blended learning yang sudah dibuat. Validitas ini
dilakukan dengan meminta pertimbangan dari para ahli (dosen atau
guru) dalam bidang evaluasi atau ahli dalam bidang yang sedang
diuji. Validitas dalam penelitian ini dilakukan untuk menguji
kelayakan perangkat pembelajaran blended learning dari segi materi
dan desain produk. Kriteria tersebut digunakan untuk menentukan
kelayakan produk baik dari segi isi atau materi maupun dari segi
desain atau konstruk perangkat pembelajaran yang telah
dikembangkan menurut para ahli.
D. Teknik Analisis Data
Setelah memperoleh data, langkah selanjutnya adalah menganalisis data
yang diperoleh. Data hasil wawancara dengan guru Mata Pelajaran Fisika
dan angket analisis kebutuhan yang diperoleh dari siswa digunakan untuk
38
menyusun latar belakang. Hasil angket dan wawancara selanjutnya dianalisis
dan digunakan untuk mengetahui karakteristik produk yang akan
dikembangkan.
Produk yang telah dikembangkan selanjutnya dilakukan uji validitas dengan
instrumen penilaian uji ahli isi dan uji ahli konstruk. Instrumen uji ahli isi
dan konstruk atau instrumen uji validitas yang didalamnya memuat data
kesesuaian materi dan desain yang dikembangkan, digunakan untuk
mengetahui tingkat kelayakan produk yang dihasilkan dan mengevaluasi
kelengkapan materi produk LKS yang dihasilkan. Instrumen Uji validitas
desain dan materi memiliki empat pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan,
dan masing-masing pilihan jawaban mengartikan kelayakan instrumen yaitu:
“sangat layak”, “layak”, “kurang layak”, dan “tidak layak”. dengan konten
pertanyaan, yaitu: “1”, “2”, “3”, dan “4” di mana jawaban “1” berati “Tidak
Valid”, “2” berarti “Kurang Valid”, “3” berarti “Valid”, “4” berarti “Sangat
Valid”.
Selain uji validitas terdapat pula uji 1-1 yang melibatkan tiga orang siswa
SMAN 14 Bandar Lampung. Angket Uji 1-1 memiliki 4 pilihan jawaban
sesuai dengan konten pertanyaan. Uji ini dilakukan untuk mengetahui
tingkat kemudahan dan kemenarikan Lembar Kerja Siswa yang telah dibuat.
Penilaian instrumen total dilakukan dari jumlah skor yang diperoleh,
kemudian dibagi dengan jumlah total skor tertinggi dan hasilnya dikali
dengan banyaknya pilihan jawaban. Skor penilaian tiap pilihan jawaban ini
dapat dilihat pada tabel 3.
39
Tabel 3. Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban
Pilihan Jawaban Skor
Sangat Valid/Menarik/Mudah/Bermanfaat 4
Valid/Menarik/Mudah/Bermanfaat 3
Kurang Valid/Menarik/Mudah/Bermanfaat 2
Tidak Valid/Menarik/Mudah/Bermanfaat 1
(Suyanto & Sartinem, 2009).
Instrumen yang digunakan memiliki empat pilihan jawaban, sehingga skor
penilaian total dapat dicari dengan menggunakan rumus:
Data yang diperoleh dari hasil validasi ahli, akan diketahui kelayakannya
berdasarkan skor yang ditampilkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas
(Suyanto & Sartinem, 2009).
Hasil dari skor penilaian tersebut kemudian dicari rata-ratanya dan
selanjutnya dikonversikan ke pernyataan kualitas.
Skor Penilaian Rerata Skor Klasifikasi
4 3,26 - 4,00 Sangat valid/Menarik/Mudah/Bermanfaat
3 2,51 – 3,25 Valid/Menarik/Mudah/Bermanfaat
2 1,76 – 2,50 Kurang Valid/Menarik/Mudah/ Bermanfaat
1 1,01 – 1,75 Tidak Valid/Menarik/Mudah/Bermanfaat
61
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pengembangan dan pembahasan, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Telah dihasilkan sebuah produk yang dikembangkan berupa Lembar
Kerja Siswa (LKS) model Blended Learning berorientasi Higher
Order Thinking Skills (HOTS) Materi Usaha dan Energi yang teruji
valid, dilihat pada komponen isi dengan skor 3,25 (valid), dan
komponen konstruk dengan skor 3,28 (sangat valid) sehingga dapat
dilakukan uji lebih lanjut berupa uji kepraktisan melalui uji 1-1.
2. Berdasarkan hasil uji kepraktisannya melalui hasil uji 1-1, pada
komponen kemenarikan LKS dengan skor 3,57 (sangat baik), dan
komponen kemudahan LKS dengan skor 3,77 (sangat baik), sehingga
produk dapat digunakan sebagai penunjang kegiatan pembelajaran.
B. Saran
Saran dari penelitian pengembangan ini adalah:
Produk pengembangan ini sebaiknya dilakukan uji lapangan lebih lanjut
dan lebih luas agar diketahui bagaimana tingkat keefektifan dari produk
yang dikembangkan. Hasil dari pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS)
62
Model Blended Learning Berorientasi Higher Order Thinking Skills ini
dapat digunakan sebagai acuan pengembangan Lembar Kerja Siswa
dengan materi yang berbeda. Produk pengembangan juga dapat digunakan
untung menunjang proses pembelajaran dengan penerapan blended
learning dalam pembelajaran dan terutama untuk kegiatan online baik
sebelum tatap muka maupun setelah kegiatan tatap muka dapat dilakukan
dengan menggunakan aplikasi-aplikasi terbaru yang lebih bervariasi.
66
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman. 2015. Guru Sains Sebagai Inovator: Merancang pembelajaran
sains inovatif berbasis riset. Yogyakarta: Media Akademi. 110 hlm.
Aristya, Pramudya & Sudarti. 2015. Pengembangan Sistem E-Learning untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa Pendidikan Fisika.
Jurnal Fisika Indonesia. Vol. 19 (55): 45-48.
Anderson, L.W & Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching,
and Assesing. New York: Longman.
Arsyad, Azhar. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo. 192 hlm.
Avgerinou, M.D. 2008. Blended Collaborative Learning for Action Research
Training. Journal of Open Education, 4 (1).
Bawaneh, S.S. 2011. The Effects Of Blended Learning Approach On Students’
Performance: Evidence From A Computerized Accounting Course.
Interdisciplinary Journal of Research in Business.Vol. 1, Issue. 4, April
2011.p 43–50.
Branch, R. M. 2009. Instructional Design: The ADDIE Approach. USA: Springer
BSNP. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Fisika
Untuk SMA dan MA. Jakarta: BSNP Depdiknas.
BSNP. 2010. Pengembangan Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI. Jakarta:
Kemendiknas.
Bulu, Batjo. 1993. Menulis dan Menerapkan LKS. Ujung Pandang: Depdikbud
Sulsel.
Cheung, W. S. & Hew, Khe Foon. (2011). Design and Evaluation of Two Blended
Learning Approaches: Lesson Learned. Australasian Journal of Educational
Technology, 8 (27): 1319-1337.
Chien, S.L. 2011. Scaffolding systemic and creative thinking: A hybrid learning
sciences-decision support approach. e-Journal of Business Education &
Scholarship of Teaching, 5 (1): 47-58.
67
Curtis, J. B., Graham, C.R., Cross, J.,& Moore, M. G. 2005. The handbook of
blended learning: Global perspectives, local designs. Pfeiffer &
Company.
Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Gava
Media, Yogyakarta. 50 hlm.
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas.
Diniaty, Artna. & Sri Atun. 2015. Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik
(LKPD) Industri Kecil Kimia Berorientasi Kewirausahaan untuk SMK.
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA. Vol. 1(1).
Dziuban, C, D., Herman, J, L., & Moskal, P, D. 2004. Blended Learning.
Education Center of Applied Research, (7): 1-15.
Gunawan, A. W. 2003. Genius Learning Strategy: Petunjuk Praktis untuk
Menerapkan Accelerated Learning. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Gunawan, G. 2009. Pentingnya Teknologi Informasi dalam pendidikan. (Online).
Tersedia di www.cianjurcybercity.com/2009/01/09. Diakses pada 28
Desember 2017.
Hadi, Sutrisno. 1991. Analisa Butir untuk Instrument. Edisi pertama. Yogyakarta:
Andi Offset. 205 hlm.
Hamalik, Oemar. 1989. Media Pendidikan, Bandung: Citra Aditya Bakti
Heong, Y.M., Othman, W.D., Md Yunos, J., Kiong, T.T., Hassan, R., &
Mohamad, M.M. 2011. The Level of Marzano Higher Order Thinking
Skills Among Technical Education Students. International Journal of
Social and Humanity, 1(2): 121-125.
Hermawanto. 2013. Pengaruh Blended Learning terhadap Penguasaan Konsep dan
Penalaran Fisika Peserta Didik Kelas X. Jurnal Pendidikan Fidika
Indonesia. Vol. 9(1) . 67-76.
Hidayat, Rais. 2013. Survey terhadap Guru-guru Sekolah Dasar Mengenai
Wacana Perubahan Kurikulum 2013. Jurnal Pendidikan abad 21. Vol.
1(2): 1-10.
Hwang A., & Arbaugh J.B. 2009. Seeking feedback in blended learning:
competitive versus cooperative student attitudes and their links to learning
outcome. Journal of Computer Assisted Learning, 25: 280–293
68
Istiyono, Edi & Septa, Nurris. 2014. Studi Pelaksanaan Pembelajaran Fisika.
Berbasis Higher Order Thinking (HOTS) pada Kelas X di SMA Negeri
Kota Yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional Fisika. Vol. 6(1): 104-112.
Karsono. 2017. Pengaruh Penggunaan LKS Berbasis HOTS terhadap Motivasi
Belajar Siswa SMP. Jurnal Pendidika Matematika dan Sains. Vol. 1(1).
50-57.
Kemendikbud. 2013. Permendikbud No 65 tentang Standar Proses Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta: Kemendikbud. 16 hlm.
Koohang, A, 2009, A learner-centered Model for Blended Learning Design.
International Journal of Innovation and Learning, 6(1), 76–91.
Lai, C.-L., & Hwang, G.-J. 2014. Effects of Mobile Learning Participation Time
on High School Students’ 21st Century Core Competences. International
Conference of Educational Innovation through Technology, 205–211.
(Online). Tersedia di http://doi.org/. Diakses pada tanggal 18 Januari 2018.
Lewy, Zulkardi & Nyimas Aisyah. 2009. Pengembangan Soal untuk Mengukur
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Pokok Bahasan Barisan dan Deret
Bilangan di Kelas IX Akselerasi SMP Xaverius Maria Palembang. Jurnal
Pendidikan Matematika. Vol. 3(2): 14-28.
Litbang Kemendikbud. 2013. Kurikulum 2013: Pergeseran Paradigma Belajar
Abad-21. (Online). Tersedia di http://litbang.kemdikbud.go.id. Diakses
pada tanggal 15 Januari 2018.
Maharta, Nengah. 2013. Fisika Dasar 1. Bandarlampung: Universitas Lampung.
150 hlm.
Malik, Abdul, dkk. 2015. Deskripsi kebutuhan HOTS Assesment pada Pelajaran
Fisika dengan Metode Inkuiri Terbimbing. Prosiding Seminar Nasional
Fisika. Vol. 4(1): 12-22.
Mekhlafi, A.A. 2004. The internet and EFL Teaching: The Reaction of UAE
secondary School English Language Teacher. Journal of language and
learning, 2: 88 – 113
Mouromadhoni, Kasyfi Rifqi. 2016. Pengembangan LKPD IPA Materi Tekanan
Zat Berpendekatan Authentic Inquiry Learning dan Pengaruhnya terhadap
Sikap Ingin Tahu dan Kemampuan Problem Solving Peserta Didik
SMP. Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Vol. 5(7).
Mubaraq, L 2009. Model Pembelajaran Berbasis Web pada Materi Fluida
Dinamis untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan
69
Gerak Sains Siswa. Bandung: Respiratory Universitas Pendidikan
Indonesia.
Mujiyanto. 2012. Pengaruh Model Blended Learning terhadap Pemahaman
Konsep Ditinjau dari Penalaran Formal Siswa Kelas X SMA Negeri 1
Balikpapan. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. Vol. 9(3): 67-76
Mukhadis, Amat. 2013. Sosok Manusia Indonesia Unggul dan Berkarakter dalam
Bidang Teknologi Sebagai Tuntutan Hidup di Era Globalisasi.(Online).
Tersedia di http://journal.uny.ac.id. Diakses pada tanggal 09 Desember
2017
P21. 2015. Framework for 21st Century Learning. (Online). Tersedia di
http://www.p21.org. Diakses pada tanggal 17 Januari 2018
Puspita, Ika Ayu, dkk. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Fisika Berbasis
CTL (Contextual Teaching and Learning) Untuk Meningkatkan
Collaboratuve Skills Siswa di SMA. Jurnal Pembelajaran Fisika. Vol.
6(4): 376-382
Rahayu, E.S., & Nuryata, I.M. 2010. Pembelajaran Masa Kini. Jakarta: Sekarmita
Training publishing.
Retnosari, G., Maharta, N., & Ertikanto, C. 2015. Pengembangan LKS Berbasis
Inkuiri Terbimbing pada Materi Suhu dan Perubahannya. Jurnal
Pembelajaran Fisika. Vol. 3(3). 97-107.
Riyana, Cepi. 2009. Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran
Pedoman Bagi Guru. (Online). Tersedia di http://kurtek.upi/edu/. Diakses
pada tanggal 1 November 2017.
Rofiah, Emi, dkk. 2013. Penyusunan Instrumen Tes Kemampuan Berpikir
Tingkat Tinggi Fisika pada Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika. Vol.
1(2): 17-22.
Rosenberg, M.J., 2001. E-learning: Strategies for delivering knowledge in the
digital age (Vol. 9). New York: McGraw-Hill. 343 hlm.
Sari, Annisa Ratna. 2013. Strategi blended learning untuk peningkatan
kemandirian belajar dan kemampuan critical thinking mahasiswa di era
digital. Jurnal pendidikan akutansi Indonesia. Vol. 11(2): 32-43.
Seaman, J. (2003, June). The Sloan survey of online learning. Perspectives in
Quality Online Education, 2(4). Retrieved March 3, 2005, from
http://www.aln.org/.
70
Sihaloho, Y. E. M., Suana, W., & Suyatna, A. 2017. Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Flipped Classroom pada materi impuls dan Momentum.
Jurnal EduMarSains. Vol. 2(3): 55-71.
Sintia, R., Abdurrahman., & Wahyudi, I. 2015. Pengembangan LKS Model
Discovery Learning melalui Pendekatan Saintific Materi Suuhu dan Kalor.
Jurnal Pendidikan Fisika Universitas lampung. Vol.3(2) : 125-134.
Sugiyono.2006.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.Bandung:
Alfabeta. 334 hlm.
Sulihin, B. Sjukur. Pengaruh Blended Learning Terhadap Motivasi Be;ajar dan
Hasil Belajar Siswa Tingkat SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi. Vol. 2(3):
373
Suparman, M. A. (2014). Desain instruksional modern. Jakarta: Erlangga. 360
hlm.
Sutisna, A. 2016. Pengembangan Model Pembelajaran Blended Learning pada
Pendidikan Kesetaraan Program Paket C dalam Mengingkatkan
Kemandirian Belajar. Jurnal Teknologi Pendidikan. Vol. 18 (3): 156-168.
Suyanto, Eko dan Sartinem. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika
Siswa dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka dan
Keterampilan Proses untuk SMA Negeri 3 Bandarlampung. Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan 2009. Bandarlampung: Unila.
Syahri, S. A. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Blended Learning Terhadap
Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas 8 di SMPN 37 Jakarta.
(Skripsi). UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.154 hlm.
Thomas, A., Thorne, G., & Small, B. (2000). High Order Thinking – It’s HOT!.
(Online). Tersedia di http://cdl.org/. Diakses pada tanggal 2 November
2017
Thorne, Kaye. 2003. Blended Learning: How to integrate online & traditional
learning. London: Kagan Page Limited.
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana. 376 hlm.
Trilling, Bernie and Fadel, Charles. 2009. 21st Century Skills: Learning for Life in
Our Times, John Wiley & Sons, 978-0-47-055362-6.
Trilling, Bernie and Hood, Paul. 1999. Learning, Technology, and Education
Reform In The Knowledge Age, (Online). Tersedia di https://www.
wested.org. Diakses tanggal 11 Desember 2017
71
Utami, T., & Oktavianingtyas, E. 2016. Pengembangan Lembar Kerja Siswa
(LKS) Matematika Beriorentasi Scientific Approach untuk Menumbuhkan
Kemampuan Higher Order Thingking (HOT) Pokok Bahasan Persamaan
Lingkaran pada Siswa SMA Kelas XI. Kadikma. Vol. 8(2). 13-23.
Wardana, N. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan
Ketahanmalangan Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi dan
Pemahaman Konsep Fisika. (Online). Tersedia di
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/. Diakses dari pada tanggal 22 November 2017.
Wijayanti, W., Maharta, N., & Suana, W. 2017. Pengembangan Perangkat
Blended Learning Berbasis Learning Management System pada materi
listrik dinamis. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi. Vol. 6(1): 1-
12
Yasir, M., & Susantini, E., Isnawati 2013. Pengembangan Lembar Kerja Siswa
(LKS) Berbasis Strategi Belajar Metakognitif Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Pada Materi Pewarisan Sifat Manusia. Jurnal Bioedu,
Vol. 2(1): 77-83.
Yuni, Etistika, dkk. 2016. Transformasi Pendidikan Abad 21 sebagai Tuntutan
Pengembangan Sumber Daya Manusia di Era Global. Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Matematika. Vol. 1(1): 263-278.
Yusuf, Irfan, dkk. 2015. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Modern
Berbasis Media Laboratorium Virtual Berdasarkan Paradigma
Pembelajaran Abad 21 dan Kurikulum 2013. Jurnal Pendidikan Fisika.
Vol. 4(2): 189-200.