PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

74
LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL INSTITUSI (Tahun ke-1 dari Rencana 3 Tahun) PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN BONDOWOSO DIBIAYAI OLEH: KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI DIREKTORAT JENDERAL PENGUATAN RISET DAN PENGEMBANGAN DIREKTORAT RISET DAN PENGABDIAN MASYARAKAT KONTRAK PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI TAHUN ANGGARAN 2018 NO. E.5.c/064/DPPM-UMM/L/III/2018 TIM PENGUSUL Dr. Ir. Sutawi, M.P. / NIDN. 0022046501 Prof. Dr. Indah Prihartini, M.P / NIDN. 0029076501 Dr. Daroe Iswatiningsih, M.Si / NIDN. 0025086502 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG November 2018 Kode/Rumpun Ilmu: 185/AGRIBISNIS Tema : I. Kemandirian Pangan

Transcript of PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

Page 1: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

LAPORAN TAHUNAN

PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL INSTITUSI

(Tahun ke-1 dari Rencana 3 Tahun)

PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK

DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN

DI KABUPATEN BONDOWOSO

DIBIAYAI OLEH:

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

DIREKTORAT JENDERAL PENGUATAN RISET DAN PENGEMBANGAN

DIREKTORAT RISET DAN PENGABDIAN MASYARAKAT

KONTRAK PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

TAHUN ANGGARAN 2018

NO. E.5.c/064/DPPM-UMM/L/III/2018

TIM PENGUSUL

Dr. Ir. Sutawi, M.P. / NIDN. 0022046501

Prof. Dr. Indah Prihartini, M.P / NIDN. 0029076501

Dr. Daroe Iswatiningsih, M.Si / NIDN. 0025086502

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG November 2018

Kode/Rumpun Ilmu: 185/AGRIBISNIS

Tema : I. Kemandirian Pangan

Page 2: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …
Page 3: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

iii

PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK

DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN

DI KABUPATEN BONDOWOSO

Sutawi, Indah Prihartini, dan Daroe Iswatiningsih

Ringkasan

Pangan utama penduduk Indonesia adalah beras, dengan konsumsi rata-rata 97,40

kg/kapita/tahun. Beras merupakan hasil pertanian yang dikelola secara intensif dengan

teknologi Revolusi Hijau (Green Revolution), di mana budidaya padi di sawah sarat dengan

pupuk dan pestisida kimia. Seiring dengan kesadaran masyarakat tentang kesehatan,

keamanan pangan, dan kelestarian lingkungan, sebagian konsumen beras mulai beralih ke

beras organik. Beras organik merupakan pangan organik yang dihasilkan oleh sistem

pertanian organik. Strategi yang dinilai efektif untuk mengembangkan agribisnis padi organik

adalah melalui pendekatan wilayah berbasis klaster.

Penelitian Tahun Pertama bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung

keberhasilan pengembangan klaster padi organik di Kabupaten Bondowoso. Hasil penelitian

menyimpulkan bahwa Klaster Padi Organik Al Barokah di Desa Lombok Kulon Kec.

Wonosari Kabupaten Bondowoso telah didukung oleh 17 indikator keberhasilan klaster, yaitu

(1) Modal Sosial, (2) Kemitraan dan Jaringan, (3) Kepemimpinan dan Visi Bersama, (4)

Budaya Kewirausahaan, (5) Persaingan, (6) Spesialisasi, (7) Kompetensi dan Keahlian yang

kuat, (8) Basis Inovasi yang Kuat, (9) Akses Pasar, (10) Akses Informasi Pasar, (11) Akses

Jasa Spesialis, (12) Kedekatan dengan Pemasok, (13) Akses pada jasa pendukung bisnis, (14)

Akses pada sumber keuangan, (15) Terdapat perusahaan besar, (16) Infrastruktur yang

memadai, dan (17) Dukungan kebijakan.

Kata kunci: klaster, padi organik, kelembagaan agribisnis

Page 4: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

iv

PRAKATA

Kami Tim Pelaksana Program PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL INSTITUSI

(PSNI) memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya laporan

akhir kegiatan dengan judul “PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM

MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN BONDOWOSO” ini dapat

diselesaikan. Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada DRPM KEMENRISTEKDIKTI yang

telah memfasilitasi pendanaan Program PSNI, Tim Reviewer DRPM yang telah memberikan berbagai

masukan pada saat pemaparan proposal dan monitoring, DP2M Universitas Muhammadiyah Malang

yang telah memfasilitasi pengayaan proposal, dan berbagai pihak yang telah membantu pelaksanaan

program ini. Kami berharap program ini dapat memberikan manfaat khusunya bagi peningkatan

produksi beras organik di Desa Lombok Kulon Kec. Wonosari Kab. Bondowoso

Malang, 12 November 2018

Ketua Tim Pelaksana,

Dr. Ir. Sutawi, M.P

Page 5: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

v

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

RINGKASAN iii

PRAKATA iv

DAFTAR ISI v

DAFTAR LAMPIRAN vi

BAB 1. PENDAHULUAN 1

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 6

BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 14

BAB 4. METODE PENELITIAN 15

BAB 5. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI 17

BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA 45

BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN 46

DAFTAR PUSTAKA 47

LAMPIRAN

Naskah Artikel Ilmiah

Page 6: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan mengamanatkan agar

upaya pemenuhan kebutuhan pangan di dalam negeri diutamakan dari produksi

domestik. Mengacu pada amanat tersebut, NAWA CITA atau agenda prioritas Kabinet

Kerja mengarahkan pembangunan pertanian ke depan untuk mewujudkan kedaulatan

pangan, agar Indonesia sebagai bangsa dapat mengatur dan memenuhi kebutuhan

pangan rakyatnya secara berdaulat. Kedaulatan pangan diterjemahkan dalam bentuk

kemampuan bangsa dalam hal: (1) mencukupi kebutuhan pangan dari produksi dalam

negeri, (2) mengatur kebijakan pangan secara mandiri, serta (3) melindungi dan

menyejahterakan petani sebagai pelaku utama usaha pertanian pangan (Kementan,

2015). Kedaulatan pangan harus dimulai dari swasembada pangan yang secara bertahap

diikuti dengan peningkatan nilai tambah usaha pertanian secara luas untuk

meningkatkan kesejahteraan petani.

Pangan merupakan salah satu hak azasi manusia dan komoditas strategis yang

pemenuhannya dijamin oleh UUD 1945 dan UU No. 18/2012 tentang Pangan. Pangan

utama penduduk Indonesia adalah beras, dengan konsumsi rata-rata 97,40

kg/kapita/tahun (Kementan, 2015). Tingkat konsumsi tersebut jauh di atas rata-rata

konsumsi dunia sebesar 60 kg/kapita/tahun dan negara-negara tetangga seperti Malaysia

80 kg/kapita/tahun, Thailand 70 kg/kapita/tahun, dan Jepang 58 kg/kapita/tahun

(Kemenko Kesra, 2012). Beras merupakan hasil pertanian yang dikelola secara intensif

dengan teknologi Revolusi Hijau (Green Revolution), di mana budidaya padi di sawah

sarat dengan pupuk dan pestisida kimia. Penggunaan pupuk dan pestisida kimia pada

budidaya padi selama 40-an tahun terakhir diduga telah menimbulkan efek samping

pada kesehatan manusia, kelestarian lingkungan hidup, dan kesinambungan sistem

pertanian.

Seiring dengan kesadaran masyarakat tentang kesehatan, keamanan pangan,

dan kelestarian lingkungan, sebagian konsumen beras mulai beralih ke beras organik.

Beras organik merupakan pangan organik yang dihasilkan oleh sistem pertanian

organik. Sistem pertanian organik adalah sistem manajemen produksi yang holistik

untuk meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agroekosistem, termasuk

keragaman hayati, siklus biologi, dan aktivitas biologi tanah (Kementan, 2013).

Page 7: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

2

Pertanian organik mengandalkan penggunaan bahan-bahan alami dalam budidaya

tanaman dengan tujuan menghasilkan produk-produk pangan organik yang aman bagi

kesehatan produsen dan konsumen, serta tidak merusak lingkungan. Beras organik

merupakan salah satu produk pangan yang memiliki peluang untuk dikembangkan

dalam suatu sistem agribsinis padi di Indonesia. Jika 2% saja dari 250 juta penduduk

Indonesia mengonsumsi beras organik, sedikitnya diperlukan 487.000 ton beras organik

per tahun.

Strategi yang dinilai efektif untuk mengembangkan agribisnis padi organik

adalah melalui pendekatan wilayah berbasis klaster. Porter (1998) mendefinisikan

klaster sebagai kelompok usaha atau perusahaan yang saling terhubung dan berdekatan

secara geografis dengan entitas-entitas yang terkait dalam suatu bidang khusus yang

menjadi tujuan klasterisasi. Menurut BI (2006), suatu klaster dapat terdiri pemasok

bahan baku dari hulu hingga hilir berupa pemasaran ke pasar-pasar potensial, juga

termasuk lembaga pemerintah, asosiasi bisnis, penyedia jasa pelatihan/penelitian dan

lembaga-lembaga lain yang menciptakan value chain (rantai nilai) dari bidang/usaha

khusus yang di suatu klaster. Penelitian Kusnandar dkk. (2013) tentang kelembagaan

padi organik menyimpulkan bahwa pengembangan agribisnis padi organik memerlukan

kelembagaan yang lengkap dan terpadu dalam suatu klaster (gugusan) industri

(industrial cluster) yang terdiri dari lima subsistem, yaitu: subsistem agribisnis hulu

(pengadaan saprodi), subsistem usahatani, subsistem hilir (pengolahan), subsistem

pemasaran, dan subsistem penunjang.

Klaster padi organik di Kabupaten Bondowoso berlokasi di Desa Lombok

Kulon Kecamatan Wonosari. Desa Lombok Kulon dipilih sebagai pilot project, karena

daerah itu memenuhi persyaratan untuk menghasilkan padi organik, mulai dari suplai air

alami dan lahan yang betul bebas dari pestisida, serta tidak tercemar dengan bahan

kimia apapun. Pemkab Bondowoso juga mendukung mulai dari penyediaan bibit,

pupuk, sampai agensi hayati dan insektisida nabati. Uji coba penanaman padi organik di

Desa Lombok Kulon dilakukan pada April 2013 pada lahan seluas 25 ha. Kegiatan ini

merupakan rangkaian dari gerakan Bondowoso Pertanian Organik (Botanik) yang

dimulai sejak 2008. Pada 2013 lahan yang dikonversi untuk tanaman organik yakni

seluas 25 ha dan yang lolos mendapat sertifikasi seluas 10,3 ha, pada 2014 kembali

mengkonversi lahan seluas 20 ha dan yang lolos sertifikasi yakni 14,7 ha. Tahun 2015

Page 8: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

3

konversi lahan organik seluas 20 ha, dan ditargetkan seluruhnya lolos sertifikasi.

Program konversi lahan ini direncanakan sampai 2018 dengan mengkonversi lahan

organik setiap tahun setidaknya 20 ha.

1.2. Perumusan Masalah

1. Faktor-faktor apa yang mendukung keberhasilan pengembangan klaster padi

organik di Kabupaten Bondowoso ?

2. Bagaimana model kelembagaan agribisnis klaster padi organik di Kabupaten

Bondowoso ?

3. Bagaimana dampak kualitatif dan kuantitatif klaster padi organik di Kabupaten

Bondowoso ?

1.3. Tujuan dan Manfaat Khusus

Tujuan Penelitian:

1. Tahun pertama: Mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung keberhasilan

pengembangan klaster padi organik di Kabupaten Bondowoso.

2. Tahun kedua: Menyusun model kelembagaan agribisnis klaster padi organik di

Kabupaten Bondowoso.

3. Tahun ketiga: Menganalisis dampak kualitatif dan kuantitatif klaster padi

organik di Kabupaten Bondowoso.

Manfaat Khusus:

1. Sebagai dasar penyusunan kebijakan pengembangan produksi beras organik

berbasis klaster di Kabupaten Bondowoso.

2. Sebagai dasar penyusunan strategi pengembangan klaster padi organik dari kelas

Artisinal, Active (Aktif), Dinamic (Dinamis), sampai Advanced (Maju) di

Kabupaten Bondowoso.

1.4. Urgensi (Keutamaan) Penelitian

Klaster merupakan konsentrasi geografis perusahaan yang saling berhubungan,

pemasok, penyedia jasa, perusahaan-perusahaan di industri terkait, dan lembaga-

lembaga terkait (misalnya universitas, lembaga standar, dan asosiasi perdagangan) di

bidang-bidang tertentu yang bersaing tetapi juga bekerja sama. Porter (1998)

Page 9: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

4

mengemukakan bahwa penumbuhkembangan klaster memerlukan empat faktor penentu

atau dikenal dengan nama diamond model yang mengarah kepada daya saing industri,

yaitu (1) faktor input (input condition factor), (2) kondisi permintaan (demand

condition), (3) industri pendukung dan terkait (related and supporting industries), serta

(4) strategi perusahaan dan persaingan (context for firm and rivalry strategy)”. Dengan

penguatan klaster-klaster industri, suatu daerah semakin memiliki peluang

mengembangkan potensi terbaiknya dan bersaing secara nasional maupun global.

Kegiatan-kegiatan pengembangan klaster berbasis komoditas pertanian unggulan

sesuai karakteristik daerah berkontribusi dalam pencapaian ketahanan pangan dan

pengendalian harga pangan di daerah. Dalam pengembangan ekonomi regional, klaster

pertanian organik merupakan cara pandang yang komprehensif dalam meningkatkan

daya saing sektor pertanian dalam suatu wilayah geografis dengan melibatkan seluruh

entitas yang saling tergantung (interdependence) dalam rantai nilai seperti pelaku usaha

(hulu dan hilir), industri pendukung, lembaga pendukung, serta industri terkait.

Penelitian ini berusaha mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung keberhasilan

pengembangan klaster padi organik dari aspek kelembagaan, sumberdaya manusia,

prasarana bisnis, dan peran pemerintah; menyusun model kelembagaan agribisnis

klaster padi organik dari subsistem hulu sampai hilir; dan menganalisis dampak

kualitatif dan kuantitatif baik sosial maupun ekonomi klaster padi organik di Kabupaten

Bondowoso.

1.5. Rencana Target Capaian Tahunan

Luaran wajib yang ditargetkan penelitian ini adalah: (1) Merk Dagang, (2)

Teknologi Tepat Guna, dan (3) Model Kelembagaan Klaster Beras Organik, sedangkan

luaran tambahan berupa: (1) Artikel ilmiah dimuat di jurnal internasional berpeputasi,

(2) Pemakalah pada seminar internasional, dan (3) Peningkatan TKT dari Skala 4

sampai Skala 6. Target akhir penelitian ini adalah terbentuk klaster padi organik kelas

Dinamic (Dinamis) sampai Advanced (Maju) di Kabupaten Bondowoso yang

memproduksi beras organik kualitas ekspor. Penelitian ini juga diharapkan dapat

memperkaya kasanah keilmuan terutama yang berkaitan dengan pengembangan

produksi pangan fungsional berupa beras organik.

Page 10: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

5

Tabel 1. Rencana Target Capaian Tahunan

No

Jenis Luaran Indikator Capaian

Kategori Subkategori Wajib Tamb

ahan TS TS+1 TS+2

1 Artikel ilmiah

dimuat di jurnal

Internasional

Bereputasi

Submit-

ted

reviewed accepted

Nasional Terakreditasi

2 Artikel ilmiah

dimuat di prosiding

Internasional

Terindeks

Nasional

3 Invited speaker

dalam temu ilmiah Internasional

terdaftar Sudah

dilaksana

kan

Sudah

dilaksana

kan

Nasional

4 Visiting lecturer Internasional

5

Hak kekayaan

intelektual

(HKI)

Paten

Paten sederhana

Hak cipta

Merek dagang draft terdaftar granted Rahasia dagang

Desain produk industri

Indikasi geografis

Perlindungan varietas

tanaman

Perlindungan topografi

sirkuit terpadu

6 Teknologi tepat guna Produk Penerap-

an

Penerap-

an

7 Model/Purwarupa/Desain/Karya

Seni/Rekayasa Sosial

Produk Penerap-

an

Penerap-

an

8 Buku ajar (ISBN)

9 Tingkat kesiapan teknologi (TKT) Skala 4 Skala 5 Skala 6

Page 11: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pertanian Organik

Pertanian organik didefinisikan sebagai sistem produksi pertanian yang holistik

dan terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem

secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan serat yangcukup, berkualitas, dan

berkelanjutan (Nurhidayati dkk., 2008). Menurut FAO (1999) pertanian organik

merupakan keseluruhan sistem pengelolaan produksi yang mendorong dan

mengembangkan kesehatan agro ekosistem, termasuk keanekaragaman hayati, siklus

biologis dan aktivitas biologis tanah. Pertanian ini menekankan pada praktik-praktik

pengelolaan yang mengutamakan penggunaan input off-farm dan memperhitungkan

kondisi regional sistem yang disesuaikan secara lokal. Pertanian organik merupakan

salah satu metode produksi yang ramah lingkungan, sehingga dapat menjamin

keberlanjutan ekologi, sesuai dengan filosofi “kembali ke alam” atau “selaras dengan

alam”. Pertanian organik merupakan suatu sistem usahatani yang memanfaatkan

sumberdaya alam organik secara alami, bijaksana dan holistik, sebagai “input dalam”

pertanian tanpa “input luar” tinggi kimiawi untuk memenuhi kebutuhan manusia

khususnya pangan. Pertanian organik dikembangkan sesuai budaya lokal setempat,

sehingga mampu menjamin keseimbangan aspek lingkungan, ekonomi, sosial budaya,

serta mendorong terwujudnya fair trade bagi petani secara berkelanjutan. Praktik

pertanian organik terbukti berpengaruh positif terhadap keberlanjutan ekonomi petani

berdasarkan hasil analisis finansial usahatani (Widiarta dkk., 2011; Sutawi dan

Prihartini, 2015).

Hasil pertanian organik adalah pangan organik. Colborn (2006) mengatakan

bahwa pangan organik adalah pangan yang berkaitan dengan cara-cara produksi organik

hanya apabila pangan tersebut berasal dari suatu lahan pertanian organik yang

menerapkan praktek-praktek pengelolaan yang bertujuan untuk memelihara ekosistem

untuk mencapai produktivitas yang berkelanjutan, dan melakukan pengendalian gulma,

hama dan penyakit, melalui berbagai cara seperti daur ulang residu tumbuhan dan

ternak, seleksi dan pergiliran tanaman, pengelolaan pengairan, pengolahan lahan dan

penanaman serta penggunaan bahan-bahan hayati. Trend keamanan pangan (food safety)

Page 12: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

7

menjadi isu sensitif dalam industri pangan, dan berimbas pada perkembangan pangan

organik yang bersumber pada potensi lokal, sekaligus aman untuk dikonsumsi.

Beras organik merupakan salah satu produk pangan yang memiliki peluang

untuk dikembangkan dalam suatu sistem agribsinis padi di Indonesia. Namun demikian,

semakin terbukanya pasar beras organik ternyata masih belum banyak menarik petani

untuk menjalankan praktik pertanian organik. Hal ini dibuktikan oleh luas lahan dan

jumlah petani pertanian organik yang masih sedikit. Luas area pertanian organik

Indonesia tahun 2007 adalah 40.970 ha (Mayrowani, 2012), meningkat menjadi

62.127,82 ha pada 2012 dan 76.013,20 ha pada 2014, dengan komoditas utama antara

lain beras (industri.bisnis.com, 2015). Luas area pertanian organik tersebut hanya 0,19%

jika dibandingkan lahan pertanian Indonesia seluas 39.594.536,91 ha (Pusdatin, 2013).

Jika setiap petani memiliki lahan 0,25 ha, berarti jumlah petani organik di Indonesia

hanya 304.053 orang. Realitas tersebut sangat ironis dan bertolak belakang dengan teori

pertanian organik yang dikemukakan oleh para ahli bahwa pertanian organik

berpengaruh positif terhadap ekonomi petani dan keberlanjutan ekologi.

2.2. Klaster

Strategi yang dinilai efektif untuk mengembangkan agribisnis padi organik

adalah melalui pendekatan wilayah berbasis klaster. Dalam pengembangan ekonomi,

klaster industri (industrial clusters) merupakan cara pandang yang komprehensif dalam

meningkatkan daya saing sektor tertentu dalam suatu wilayah geografis dengan

melibatkan seluruh entitas yang saling tergantung (interdependence) dalam rantai nilai

seperti pelaku usaha (hulu dan hilir), industri pendukung, lembaga pendukung, serta

industri terkait. Klaster didefinisikan sebagai “konsentrasi geografis perusahaan yang

saling berhubungan, pemasok, penyedia jasa, perusahaan-perusahaan di industri terkait,

dan lembaga-lembaga terkait (misalnya universitas, lembaga standar, dan asosiasi

perdagangan) di bidang-bidang tertentu yang bersaing tetapi juga bekerja sama (Porter

1998). Penumbuhkembangan klaster mengandung empat faktor penentu atau dikenal

dengan nama diamond model yang mengarah kepada daya saing industri, yaitu (1)

faktor input (input condition factor), (2) kondisi permintaan (demand condition), (3)

industri pendukung dan terkait (related and supporting industries), serta (4) strategi

perusahaan dan persaingan (context for firm and rivalry strategy)”. Dengan penguatan

Page 13: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

8

klaster-klaster industri, suatu daerah semakin memiliki peluang mengembangkan

potensi terbaiknya dan bersaing secara nasional maupun global.Keunggulan daya saing

(competitive advantage) dengan pemahaman yang kini berkembang disadari bukan saja

semakin menentukan dalam peningkatan kesejahteraan/kemakmuran masyarakat, tetapi

juga bahwa upaya/proses tersebut semakin ditentukan pada konteks lokalitas.

Seperti halnya produk, klaster industri juga mengikuti siklus tahapan

pengembangan. Tambunan (2005) mengklasifikasikan taraf perkembangannya klaster di

Indonesia menjadi empat jenis. Pertama, Artisinal. Pelaku di dalamnya merupakan

usaha mikro, produktivitas dan upah yang rendah; kondisi usaha stagnan (pasar,

investasi dan produksi, metode produksi dan manajemen, organisasi dan pengembangan

produksi), orientasi pasar lokal (konsumen berpenghasilan rendah), peralatan dan

perlengkapan usaha masih primitif, banyak produsen yang buta huruf dan pasif dalam

pemasaran produsen (tidak tahu tentang pasar mereka), peran tengkulak/pedagang yang

dominan (produsen sepenuhnya tergantung pada tengkulak atau pedagang untuk

pemasaran), rendahnya kerjasama antar perusahaan dan spesialisasi (tidak ada

kerjasama vertikal antara perusahaan), tidak ada jaringan eksternal dengan organisasi-

organisasi yang mendukung. Sebagian besar klaster di Indonesia masih dalam tahap ini.

Kedua, Active. Telah menggunakan pekerja dengan keterampilan tinggi dan teknologi

yang lebih baik, pasar nasional dan ekspor, aktif dalam pemasaran, tingkat jaringan

internal maupun eksternal tinggi (contoh: klaster industri sepatu). Ketiga, Dynamic.

Telah terdapat jaringan perdagangan luar negeri yang luas, heterogenitas dalam

kelompok terkait ukuran, teknologi dan pasar yang dilayani semakin tinggi, perusahaan

besar/perintis memainkan peran yang menentukan (contoh: klaster mebel Jepara).

Keempat, Advanced. Tingkat spesialisasi dan kerjasama antar perusahaan tinggi,

jaringan bisnis antara perusahaan dengan pemasok bahan baku, komponen, peralatan

dan komponen pendukung lainnya, penyedia layanan bisnis, pedagang, distributor dan

bank sangat baik, terbangun kerjasama yang baik dengan lokal, regional atau

pemerintah nasional, serta dengan lembaga pelatihan dan penelitian (perguruan tinggi,

perusahaan yang berorientasi ekspor (klaster pariwisata Bali).

Sejumlah kegiatan terkait program pengembangan klaster komoditas pertanian

unggulan memberikan dan dampak positif. Kegiatan-kegiatan pengembangan klaster

berbasis komoditas pertanian unggulan sesuai karakteristik daerah berkontribusi dalam

Page 14: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

9

pencapaian ketahanan pangan dan pengendalian harga pangan di daerah. Secara umum,

kunci keberhasilan pengembangan klaster mencakup tiga aspek, yaitu penguatan

produksi, penguatan distribusi dan tata niaga, serta penguatan kelembagaan petani (BI.

2014). Ketiga aspek tersebut secara umum memberikan dampak berupa perubahan

positif, antara lain terjadinya peningkatan produksi komoditas bahan pangan unggulan

di tiap daerah, peningkatan pendapatan petani karena membaiknya harga dan stabilnya

jumlah panen, munculnya kemauan petani untuk beralih ke sistem pertanian modern

berkonsep bisnis, serta optimalisasi pemanfaatan lahan guna memenuhi kebutuhan

individu atas pangan.

2.3. Kelembagaan Agribisnis

Organisasi adalah kesatuan yang memungkinkan orang-orang (para petani)

mencapai satu atau beberapa tujuan yang tidak dapat dicapai individu secara

perorangan. Kelompok para petani yang berada di suatu kawasan dapat dipandang

sebagai suatu sistem organisasi ekonomi petani. Pakpahan (1991) menyatakan bahwa

sistem organisasi ekonomi petani terdiri dari beberapa unsur (subsistem): (1)

kelembagaan (aturan main), (2) partisipan (sumberdaya manusia), (3) teknologi, (4)

tujuan, dan (5) lingkungan (alam, politik, sosial, dan ekonomi). Kelembagaan dapat

diartikan sebagai aturan main dan sebagai organisasi (Sucihatiningsih dan Waridin,

2010). Sebagai aturan main, kelembagaan merupakan perangkat aturan yang membatasi

aktivitas anggota dan pengurus dalam mencapai tujuan organisasi. Kelembagaan dalam

arti organisasi biasanya menggambarkan aktivitas ekonomi yang dikoordinasikan bukan

oleh mekanisme pasar tetapi melalui mekanisme administrasi atau komando. Keputusan

tentang produksi dan alokasi penggunaan sumberdaya ditentukan oleh organisasi.

Aspek kelembagaan merupakan syarat pokok agar struktur pertanian

pedesaan maju. Saleh dkk. (2007) mengatakan bahwa kelembagaan merupakan

faktor penting dalam mengatur hubungan antarindividu untuk penguasaan faktor

produksi yang langka, namun menurut Soekartawi (2002) aspek kelembagaan baik

kelembagaan formal maupun kelembagaan non formal justru merupakan aspek

menonjol yang dapat menghambat jalannya pembangunan pertanian di negara-

negara yang sedang berkembang. Hal ini terjadi karena masih banyak kelembagaan

yang belum optimal yang ada di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia.

Page 15: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

10

Model kelembagaan pertanian umumnya didesain dengan mengacu pada sistem

agribisnis. Suatu sistem agribisnis yang lengkap merupakan suatu klaster (gugusan)

industri (industrial cluster) yang terdiri dari lima subsistem (Kusnandar dkk., 2013),

yaitu: (1) subsistem agribisnis hulu (upstream agribusiness) yakni seluruh industri yang

menghasilkan dan memperdagangkan sarana produksi pertanian primer, seperti industri

pembibitan/pembenihan, industri agrokimia, industri agro-otomotif, dan lain-lain; (2)

Subsistem usahatani (on farm agribusiness), yakni kegiatan yang menggunakan sarana

produksi untuk menghasilkan komoditas pertanian primer (farm product); (3) Subsistem

hilir (downstream agribusiness) yakni industri yang mengolah industri primer menjadi

produk olahan beserta kegiatan perdagangannya; dan (4) Subsistem penunjang

(supporting system agribusiness) yakni kegiatan yang menyediakan jasa bagi ketiga

subsistem diatas, seperti infrastruktur, transportasi, perkreditan, penyuluhan, pelatihan,

penelitian dan pengembangan; serta (5) Subsistem pemasaran yang akan memasarkan

produk yang dihasilkan dari keempat subsistem tersebut.

2.4. Studi Pendahuluan dan Peta Jalan Penelitian

Usulan kegiatan Penelitian Strategis Nasional ini merupakan bagian tak

terpisahkan dari Renstra Penelitian UMM 2016-2020 dan tindak lanjut dari

serangkaian Tridharma PT tahunan berorientasi produk melalui Program Hi-Link yang

dikerjakan tahun 2013-2015. Salah satu bidang unggulan pada Renstra Penelitian

UMM 2016-2020 adalah “Ketahanan dan Keamanan Pangan Berbasis Ekonomi

Tempatan” dan tema unggulan “Bioindustri Tanaman Pangan” (Gambar 1).

Page 16: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

11

Gambar 1. Bidang dan Tema Unggulan Renstra Penelitian UMM

Program Hi-Link 2013-2015 berjudul “Pengembangan Padi Organik Lombok

Kulon Dalam Upaya Kemandirian Pangan Kabupaten Bondowoso” merupakan

kegiatan pendukung Gerakan Botanik (Bondowoso Pertanian Organik) yang

dicanangkan Pemkab Bondowoso tahun 2009, yang bertujuan mengatasi kelangkaan

pupuk, meningkatkan kandungan bahan organik tanah, memperbaiki sifat fisik, kimia

dan biologi tanah, meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk anorganik, meningkatkan

kualitas dan daya saing produk, meningkatkan produksi pertanian dan pendapatan

petani, serta melestarikan ekosistem dan meningkatkan kesehatan konsumen. Program

Hi-Link dilaksanakan bekerjasama berbagai pihak, antara lain UMM, Pemkab

Bondowoso, Kementan, Distan Jatim, Kemristek Dikti, Bank Indonesia Jember, Bank

Jatim, dan Industri Mitra (Kelompok Tani Mandiri I).

Pada program Hi-Link 2013-2015 Tim Peneliti telah melakukan empat kegiatan

pokok, yaitu (1) Sosialisasi pembuatan dan penggunaan pupuk organik, (2) Gerakan

pembuatan dan penggunaan pupuk organik, penggunaan pestisida nabati, agensia hayati

dan musuh alami, (3) Produksi, pengolahan, dan pemasaran beras organik, dan (4)

Inisiasi pembentukan klaster pertanian organik. Program Hi-Link terpadu dan

berkelanjutan berhasil mencapai target berupa: (1) Perluasan sebaran teknologi SOF

(sustainable organic farming) pada budidaya padi organik, dan (2) Peningkatan

produksi dan pemasaran produk industri mitra berupa beras organik tersertifikasi.

Page 17: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

12

Pada 2015 Tim Peneliti melakukan penelitian berjudul “Penelitian Dampak

Pembentukan Klaster Studi Kasus di Klaster Padi Organik Kabupaten

Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

menjalankan sistem yang dibangun, klaster berorientasi pada tiga dimensi pembangunan

berkelanjutan, yaitu dimensi ekonomi (profit), dimensi sosial (masyarakat), dan dimensi

lingkungan. Dimensi ekonomi dapat dicapai melalui nilai tambah yang tumbuh dalam

klaster, yang terjadi karena bertambahnya entitas-entitas bisnis dalam klaster,

meningkatnya produktivitas dan kualitas barang/jasa, terjadinya diversifikasi, dan

meningkatnya kualitas produk. Pengembangan klaster harus mencerminkan kehidupan

sosial yang harmonis, mampu mengurangi kesenjangan dan perilaku penyimpangan

sosial. Adanya peluang kegiatan produktif bagi masyarakat tertentu akan

menggeser/mengalihkan dan mengantisipasi kegiatan masyarakat yang mengarah pada

tindakan kejahatan sosial. Nilai tambah berupa profit yang dicapai klaster akan memacu

perhatian bagaimana membayar pekerja dengan baik dan meningkatkan kesetaraan

pekerja. Pembangunan atau pengembangan klaster tidak mendegradasi sumberdaya-

sumberdaya lingkungan atau tidak mengkonsumsi sumber daya lingkungan dalam cara-

cara yang tidak dapat diperbaharui atau berkelanjutan. Degradasi lingkungan akan

menghambat perkembangan klaster. Sebaliknya, klaster yang mengusung tema/isu

lingkungan akan mempercepat proses pencapaian tujuan. Klaster padi organik di

Kabupaten Banyuwangi dan Bondowoso telah membuktikan pengembalian kesuburan

tanah melalui perlakuan organik dan meningkatkan produktivitas hasil panen padi

mereka.

Sebagai tindak lanjut dari program Hi-Link 2013 dan Penelitian 2015 tersebut,

Penelitian Strategis Nasional Institusi berjudul “Pengembangan Klaster Padi Organik

Dalam Mendukung Ketahanan Pangan di Kabupaten Bondowoso” direncanakan

dilaksanakan selama 3 (tiga) tahun (2018-2020) dengan peta jalan (roadmap) disajikan

pada Gambar 2.

Page 18: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

13

Indikator Keberhasilan

Perluasan sebaran teknologi SOF

(sustainable organic farming) pada

budidaya padi organik.

Produksi dan pemasaran produk beras

organik tersertifikasi.

Terbentuk klaster padi organik kelas

Dinamic (Dinamis) sampai Advance

(Maju) di Kabupaten Bondowoso.

Peningkatan produksi dan perluasan

pasar beras organik tersertifikasi.

2009 2013 2014 2015 2016 2018 2019 2020

Pen

canan

gan

Pro

gra

m B

ota

nik

Sosi

alis

asi

pem

buat

an d

an

pen

ggunaa

n p

upuk o

rgan

ik.

Ger

akan

pem

buat

an d

an

pen

ggunaa

n p

upuk o

rgan

ik,

pen

ggunaa

n p

esti

sida

nab

ati,

agen

sia

hay

ati

dan

musu

h a

lam

i.

Pro

duksi

, pen

gola

han

, dan

pem

asar

an b

eras

org

anik

.

Inis

iasi

pem

ben

tukan

kla

ster

per

tania

n o

rgan

ik.

P

endam

pin

gan

pet

ani

pad

i

org

anik

.

P

erlu

asan

lah

an p

erta

nia

n o

rgan

ik.

Id

enti

fikas

i fa

kto

r-fa

kto

r y

ang

men

dukung k

eber

has

ilan

pen

gem

ban

gan

kla

ster

pad

i

org

anik

M

odel

kel

embag

aan a

gri

bis

nis

kla

ster

pad

i org

anik

A

nal

isis

dam

pak

kual

itat

if d

an

kuan

tita

tif

kla

ster

pad

i org

anik

Tahapan Kegiatam

Gambar 2. Peta Jalan Pengembangan Klaster Padi Organik Bondowoso

Klaster padi organik kelas advance

Produksi beras organik kualitas ekspor

2025

Page 19: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

14

BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1. Tujuan Penelitian:

4. Tahun pertama: Mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung keberhasilan

pengembangan klaster padi organik di Kabupaten Bondowoso.

5. Tahun kedua: Menyusun model kelembagaan agribisnis klaster padi organik di

Kabupaten Bondowoso.

6. Tahun ketiga: Menganalisis dampak kualitatif dan kuantitatif klaster padi

organik di Kabupaten Bondowoso.

3.2. Manfaat Khusus:

3. Sebagai dasar penyusunan kebijakan pengembangan produksi beras organik

berbasis klaster di Kabupaten Bondowoso.

4. Sebagai dasar penyusunan strategi pengembangan klaster padi organik dari kelas

Artisinal, Active (Aktif), Dinamic (Dinamis), sampai Advanced (Maju) di

Kabupaten Bondowoso.

Page 20: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

15

BAB 4. METODE PENELITIAN

Penelitian ini direncanakan dilakukan 3 (tiga) tahun dengan metode penelitian

survei di Kelompok Tani Mandiri I Desa Lombok Kulon Kecamatan Wonosari

Kabupaten Bondowoso. Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara

mendalam, dan FGD, sedangkan analisis data dilakukan secara deskriptif analitis.

Penelitian Tahun Pertama bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang

mendukung keberhasilan pengembangan klaster padi organik di Kabupaten Bondowoso.

Secara agregat terdapat 4 aspek sebagai pilar keberhasilan dalam pengembangan klaster

yaitu (1) Kelembagaan, (2) Sumberdaya Manusia, (3) Prasarana Bisnis, dan (4) Peran

Pemerintah. Keempat aspek tersebut kemudian diuraikan menjadi 17 indikator, yaitu

Kelembagaan (6 indikator), Sumberdaya Manusia (2 indikator), Prasarana Bisnis (7

indikator), dan Peran Pemerintah (2 indikator) (Tabel 3). Berdasarkan hasil observasi

lapang, masing-masing indikator kemudian dinilai dengan penilaian 1 (Sangat Kurang

Baik), 2 (Kurang Baik), 3 (Cukup Baik), 4 (Baik), dan 5 (Sangat Baik). Rata-rata nilai

setiap aspek kemudian dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu nilai < 1,25

(Kurang Mendukung), 1,26 - 2,50 (Cukup Mendukung) 2,51 - 3,75 (Mendukung), dan

3,76 - 5,0 (Sangat Mendukung).

Tabel 3. Aspek dan Indikator Faktor Keberhasilan Klaster

No Aspek Indikator

1 Kelembagaan

1. Modal sosial

2. Kemitraan dan networking

3. Kepemimpinan dan visi bersama

7. Budaya kewirausahaan

8. Persaingan

9. Spesialisasi

2 Sumberdaya Manusia 7. Kompetensi dan keahlian yang kuat

8. Basis inovasi yang kuat

3 Prasarana Bisnis

9. Akses Pasar

10. Akses Informasi Pasar

11. Akses Jasa Spesialis

12. Kedekatan dengan pemasok

13. Akses pada jasa pendukung bisnis

14. Akses pada sumber keuangan

15. Terdapat perusahaan besar

4 Peran Pemerintah 16. Infrastruktur yang memadai

17. Dukungan kebijakan

Page 21: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

16

Penelitian Tahun Kedua bertujuan menyusun model kelembagaan agribisnis

klaster padi organik di Kabupaten Bondowoso. Analisis kelembagaan dalam bidang

pertanian ditujukan untuk memperoleh deskripsi mengenai suatu fenomena sosial

ekonomi pertanian, yang berkaitan dengan hubungan antara dua atau lebih pelaku

interaksi sosial ekonomi, mencakup dinamika aturan-aturan yang berlaku dan

disepakati bersama oleh para pelaku interaksi, disertai dengan analisis mengenai

hasil akhir yang diperoleh dari interaksi yang terjadi. Rancang bangun model

kelembagaan agribisnis padi organik yang bisa diterapkan dalam pengembangan

agribisnis padi organik dilakukan dengan metode Focus Group Discussion (FGD), yang

melibatkan semua stakeholder dalam agri bisnis padi organik di Kabupaten Bondowoso.

Penelitian Tahun Ketiga bertujuan menganalisis dampak kualitatif dan

kuantitatif klaster padi organik di Kabupaten Bondowoso. Dampak kualitatif dan

kuantitatif masing-masing diukur dengan 7 indikator (Tabel 4). Berdasarkan hasil

observasi lapang, masing-masing indikator kemudian dinilai dengan penilaian 1 (Sangat

Kurang Baik), 2 (Kurang Baik), 3 (Cukup Baik), 4 (Baik), dan 5 (Sangat Baik). Rata-

rata nilai dampak kualitatif dan kuantitatif kemudian dikelompokkan menjadi empat

kategori, yaitu nilai < 1,25 (Kecil), 1,26 - 2,50 (Sedang), 2,51 - 3,75 (Besar), dan 3,76 -

5,0 (Sangat Besar).

Tabel 4. Indikator Dampak Kualitatif dan Kuantitatif

No Dampak Kualitatif Dampak Kuantitatif

1 Meningkatkan pendapatan masyarakat dan

berkurangnya kesenjangan sosial Peningkatan jumlah anggota

2 Mempermudah terjadinya branding produk

maupun daerah Peningkatan kapasitas produksi

3 Menumbuhkan spesialisasi di dalam klaster Peningkatan nilai transaksi

4

Menumbuhkan peran/fungsi bisnis baru atau

inovasi baru di bidang produk dan jasa

terkait dalam klaster

Peningkatan jumlah tenaga kerja

5 Menumbuhkan teknologi baru dalam klaster Peningkatan jumlah pengusaha

baru yang muncul

6 Meningkatkan akses pada lembaga

keuangan/permodalan Peningkatan investasi

7

Mendukung upaya stabilisasi harga pada

komoditas ketahanan pangan yang

dikembangkan dalam klaster

Penerapan teknologi baru

Page 22: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

17

BAB 5. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI

5.1. Pembentukan Klaster

Klaster pertanian organik di Kabupaten Bondowoso berdiri atas dasar

keprihatinan Bapak Amin Said Husni ketika baru dilantik sebagai Bupati Bondowoso

terhadap kelangkaan pupuk kimia yang dialami petani pada tahun 2008, tahun pertama

kepemimpinannya. Pada saat itu petani di Kabupaten Bondowoso sangat

bergantung pada pupuk kimia, terutama urea. Selain itu, penggunaan pupuk kimia

selama berpuluh-puluh tahun tersebut telah mengakibatkan turunnya tingkat kesuburan

tanah sawah di kawasan Bondowoso. Bupati Amin kemudian mengumpulkan sejumlah

kelompok tani untuk berdialog. Pertemuan itu menghasilkan Gerakan Bondowoso

Pertanian Organik (Botanik). Langkah pertama adalah memperbaiki struktur tanah

dengan cara memberikan pupuk organik di area persawahan. Bondowoso memiliki

populasi ternak sapi sekitar 205.000 ekor, yang kotorannya dapat diolah warga menjadi

pupuk organik. Untuk memberikan dasar hukum, dikeluarkan Peraturan Bupati

(Perbup) Nomor 27 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Gerakan Botanik.

Target pertama Bupati Amin sudah beridiri klaster padi organik di Bondowoso pada

2013.

Desa Lombok Kulon Kecamatan Wonosari dipilih sebagai pilot project

pertanian organik, karena daerah itu memenuhi persyaratan untuk menghasilkan padi

organik, mulai dari suplai air alami dan lahan yang betul-betul bebas pestisida, serta

tidak tercemar bahan kimia apapun. Pemkab Bondowoso menyediakan fasilitas mulai

dari penyediaan bibit, pupuk, sampai agensi hayati dan insektisida nabati. Uji coba

penanaman padi organik di Desa Lombok Kulon dilakukan pada April 2013 pada lahan

seluas 25 ha. Pada 2013 lahan yang dikonversi untuk tanaman organik seluas 25 ha dan

yang lolos mendapat sertifikasi seluas 10,3 ha, pada 2014 kembali mengkonversi lahan

seluas 21 ha di Desa Taal dan yang lolos sertifikasi yakni 19,7 ha yaitu 14,7 ha di Desa

Lombok Kulon dan 5 ha di Desa Taal. Tahun 2015 konversi lahan organik seluas 20 ha,

dan lolos sertifikasi total 70 ha yaitu 45 ha di Desa Lombok Kulon dan 25 ha di Desa

Taal sehingga total lahan lolos sertifikasi di Desa Lombok Kulon Kecamatan Wonosari

Kabupaten Bondowoso menjadi 45 Ha. Program konversi lahan ini direncanakan

sampai 2018 dengan mengkonversi lahan organik setiap tahun setidaknya 20 ha.

Page 23: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

18

5.2. Faktor-faktor Pendukung Keberhasilan Klaster

5.2.1. Modal Sosial

Prinsip klaster adalah kebersamaan dalam hubungan saling menguntungkan.

Modal sosial menjadi komponen penggerak dalam mewujudkan prinsip klaster tersebut,

dimana esensinya adalah membangun jaringan dan kepercayaan berdasarkan norma-

norma yang berlaku dalam masyarakat. Beberapa indikator pada aspek modal sosial

yang dapat diaplikasikan di antaranya:

Manajemen Klaster

Manajemen klaster merupakan tata kelola klaster dalam melaksanakan,

mengembangkan dan mencapai tujuan klaster. Untuk melihat keefektifan kinerja

manajemen klaster beberapa tolok ukur yang dapat digunakan adalah:

Pengelola klaster. Tak ubahnya sebagai organisasi yang hidup, klaster harus

memiliki institusi pengelola yang bertanggung jawab terhadap berjalannya sistem hidup

tersebut dalam mencapai tujuannya. Pengelola klaster dapat berupa koperasi, gapoktan,

asosiasi, perguruan tinggi, dan badan usaha/perusahaan/local Champion. Adanya

manajemen klaster menunjukkan klaster telah dikelola secara baik.

Lembaga yang mengelola klaster padi organik di Kabupaten Bondowoso adalah

Gapoktan Al-Barokah yang beralamat di Desa Lombok Kulon, Kec. Wonosari, Kab.

Bondowoso. Gapoktan Al-Barokah dipimpin oleh Mulyono dengan jumlah Poktan 16

dengan rata-rata jumlah anggota 40 orang petani. Kelompok Tani yang memproduksi

beras adalah Kelompok Tani Mandiri I yang dipimpin juga oleh Mulyono dan anggota

sebagai petani budidaya padi organik dengan jumlah anggota 44 orang. Selain

Kelompok Tani Tani Mandiri I, petani budidaya padi organik juga dari Kelompok Tani

Mandiri I-B dengan jumlah anggota 38 orang.

Visi jangka panjang. Visi jangka panjang yang ditetapkan dan didukung oleh

anggota bisa membawa klaster kepada kemajuan yang lebih cepat. Visi ini mencakup

visi terhadap stakeholders, pasar, operasi, operasi, dan kinerja. Pada umumnya setiap

klaster menetapkan tujuan jangka panjang. Namun demikian, sasaran target tersebut

akan berbeda untuk setiap klaster yang dikembangkan. Target kinerja dan pasar hampir

menjadi target jangka panjang seluruh klaster. Jaminan pasar dan jaminan kinerja

klaster yang baik merupakan faktor penting keberlanjutan klaster. Rumusan visi klaster

Page 24: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

19

idealnya tertuang dalam sebuah dokumen, artinya ada sebuah komitmen komunitas

dalam klaster untuk bersama-sama menjalankan ketetapannya.

Hasil survei menunjukkan visi jangka panjang Gapoktan Al-Barokah adalah

“Meningkatkan Perekonomian Petani Padi Organik Anggota Klaster”. Rumusan

visi tersebut masih belum terdokumentasi dan terjabarkan dalam Rencana Kerja Jangka

Panjang Klaster.

Tujuan jangka pendek. Seperti halnya visi klaster, tujuan jangka pendek

penting ditetapkan karena dengan ditetapkannya tujuan jangka pendek menunjukkan

klaster memiliki skala prioritas. Dari berbagai isu-isu prioritas, peningkatan produksi

padi organik merupakan prioritas tujuan jangka pendek yang ditetapkan oleh klaster

Al-Barokah. Peningkatan produksi merupakan ukuran dasar bagi peningkatan

pendapatan dan perekonomian petani padi organik.

Strategi pengembangan. Strategi pengembangan dibutuhkan untuk

keberlanjutan sistem nilai yang telah diinisiasi, sehingga proses bisnis dalam klaster

akan terus bergulir. Diakui oleh manajemen klaster bahwa penguatan keanggotaan dan

kelembagaan klaster merupakan strategi yang diterapkan oleh untuk pengembangan

klaster. Hal ini disadari bahwa keanggotaan dan kelembagaan adalah merupakan elemen

modal sosial, di mana modal sosial adalah komponen dasar dalam klaster.

Alokasi Dana Inisiasi. Alokasi dana inisiasi akan dilihat dari seberapa banyak

pihak-pihak yang terlibat, yang berarti mengindikasikan keberpihakan mareka. Selain

itu juga menunjukkan bahwa manajemen klaster telah memiliki pengaruh yang kuat

untuk menarik sumber dana dari pihak lain. Semakin banyak pihak yang berkontribusi

menunjukkan klaster memiliki potensi berkembang kuat. Alokasi dana ini dapat berasal

dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan swasta, anggota klaster, dan

lembaga donor. Kontribusi dana ini tidak hanya dilihat dari jumlah yang

dikontribusikan, tetapi juga dilihat dari berapa dampak yang ditimbulkan, dan efisiensi

yang didapatkan.

Alokasi dana inisiasi yang diterima oleh Gapoktan Al-Barokah antara lain: (1)

pengadaan sarana dan prasarana, dan pelatihan budidaya padi organik dari Pemerintah

Daerah; (2) pengadaan kendaraan angkut Tossa, genset, dan mesin vakum dan plastik

kemasan dari Bank Indonesia Kanwil Jember; (3) sertifikasi organik dari Dinas

Page 25: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

20

Pertanian Propinsi Jawa Timur; (4) mesin drying, RMU, rumah genset, kamar mandi

dari Kementerian Pertanian.

Alokasi Dana Manajemen. Alokasi dana manajemen menunjukkan bahwa

sistem kelembagaan klaster sudah kuat dan memiliki tata kelola yang baik karena telah

menyisihkan sebagian pendapatan klaster. Klaster Al-Barokah mengalokasikan dana

manajemen antara 10%-20% per tahun untuk pembiayaan karyawan dan perawatan alat

produksi.

Sistem Pengelolaan Manajemen. Pengelola/manajer yang profesional sudah

selayaknya memiliki kelengkapan yang cukup untuk mengelola organisasi, maupun

program-program pengembangan klaster yang dikembangkan. Kelengkapan organisasi

merupakan indikator kekuatan organisasi, yang dapat diukur dengan beberapa

parameter, yaitu terdapat kantor/sekretariat, struktur organisasi, adanya kepercayaan

anggota dan pengurus, ada kegiatan rutin (rapat anggota, kunjungan ke anggota), adanya

SOP dan kenyamanan yang dirasakan oleh anggota klaster.

Struktur Organisasi Gapoktan Al-Barokah

Sistem pengelolaan manajemen yang baik dapat dilihat dari tingkat kepercayaan

anggota. Kepercayaan anggota kepada pengelola merupakan hal yang sangat penting

dalam mengelola klaster, tanpa adanya kepercayaan dari anggota atau pelaku dalam

Ketua

Sekretaris Bendahara

Poktan Produksi Poktan Budidaya

1. POP

2. POC

3. Pesnab dan

Agensi Hayati

1. Tani Mandiri

2. Tani Mandiri 1

3. Tani Mandiri 1a

4. Tani Mandiri II

5. Karya Tani

Page 26: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

21

klaster, maka klaster sulit bisa berkembang. Dilain pihak pengelola klaster juga harus

terbuka kepada anggota, sehingga kepercayaan anggota menjadi semakin meningkat dan

terjaga terus. Klaster bisa ditinggal oleh anggota jika pengelola klaster tidak bisa

dipercaya. Kepercayaan dan keterbukaan bisa terlihat dari adanya perasaan nyaman dari

anggota klaster maupun masyarakat di luar. Kenyamanan dalam klaster juga dapat

dipicu oleh adanya kemitraan yang lebih solid dan transparan, dan adanya saluran

keterwakilan dalam menyuarakan kepentingan usaha anggota. Kedua parameter terakhir

ini menunjukkan intensitas kegiatan manajemen yang dilakukan dalam pengembangan

klaster juga sangat tinggi, sehingga mendorong kenyamanan anggota yang cukup tinggi

juga.

Kerja sama antar klaster. Kerja sama antar klaster akan memberikan dukungan

operasional sistem dalam klaster. Semakin banyak membangun jaringan antar klaster

akan mendorong posisi tawar dan kekuatan kelembagaan klaster. Kerjasama antar

klaster dapat dilakukan pada bidang pemasaran, produksi, teknologi, dan pengembangan

sumberdaya manusia.

Kegiatan manajemen. Kegiatan manajemen sebagai faktor penting dilihat dari

seberapa jenis, dan intensitas kegiatan memberikan dampak pada kestabilan operasional

klaster, dan dampak lainnya terhadap kepuasan anggota klaster. Paramater dari kegiatan

manajemen dapat dinilai antara lain dari jumlah aktivitas, keterlibatan anggota,

hubungan dengan pemerintah, jumlah layanan, kegiatan R&D, dan sebagainya

Anggota Klaster

Anggota klaster merupakan kekuatan untuk membangun jaringan, baik antar

anggota dalam klaster maupun anggota klaster dengan entitas di luar klaster, antar

klaster dengan entitas di luar klaster, bahkan antara klaster dengan klaster. Jumlah

anggota semakin banyak kekuatan klaster semakin tinggi. Anggota klaster juga

menunjukkan kekuatan posisi tawar klaster terhadap pihak di luar klaster. Anggota

klaster padi organik Al-Barokah sebanyak 82 orang, terdiri 44 petani dari Kelompok

Tani Mandiri I yang dipimpin juga oleh Mulyono dan 38 petani dari Kelompok Tani

Mandiri I-B.

Meningkatnya jumlah anggota klaster disebabkan oleh dampak kualitatif dan

kuantitatif yang dirasakan oleh masyarakat dan anggota klaster itu sendiri, seperti

perasaan nyaman bergabung dengan klaster, memiliki pengetahuan dan keahlian yang

Page 27: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

22

terspesialisasi, kemudahan memasarkan produk, peningkatan produksi dan penjualan,

kemitraan yang lebih solid dan transparan, adanya saluran keterwakilan dalam

menyalurkan kepentingan usaha, produk lebih inovatif, permasalahan yang dihadapi

lebih cepat teratasi, penambahan jumlah aset usaha, kemudahan akses terhadap lembaga

keuangan, dan kemudahan untuk memperoleh sarana produksi.

Sarana Sosial yang Tumbuh.

Sarana ini tumbuh berkaitan dengan layanan klaster tidak hanya sebatas layanan

kepada anggota. Klaster yang tumbuh dan berkembang akan mampu berkontribusi dan

berpartisipasi dalam menyediakan sarana-sarana sosial dan dimanfaatkan oleh

masyarakat umum, sekalipun tidak sebagai entitas (pelaku) dalam sistem klaster.

Adanya partisipasi dan kontribusi menunjukkan bahwa klaster telah berada pada fase

matang, karena telah menyisihkan sebagian pendapatannya untuk memperbaiki kondisi

lingkungan di sekitar klaster. Kontribusi klaster telah diakui oleh masyarakat umum

antara lain: menyerap tenaga kerja masyarakat sekitar, memberi manfaat bagi

perekonomian masyarakat sekitar, sarana dan prasarana perekonomian (jalan, listrik, air,

dan layanan publik) menjadi lebih baik, dan iklim usaha lebih kondusif.

Keterlibatan Stakeholder Daerah

Keterlibatan stakeholders dalam pengembangan klaster sangat penting, karena

bukan hanya sekedar menginisiasi terbentuknya klaster, tetapi juga mengawal,

memfasilitasi dan memberikan bimbingan teknis kepada klaster serta melakukan

pendampingan sesuai dengan kebutuhan klaster. Secara umum berdasarkan hasil survei

jenis stakeholders yang terlibat dalam pengembangan klaster antara lain: Pemerintah

Daerah (Pemda), Pemerintah Propinsi, Pemerintah Pusat, Bank Indonesia, Perguruan

Tinggi, Perusahaan Swasta, dan lainnya.

Keterlibatan stakeholders dalam klaster cukup beragam. Jika dilihat dari jenis

peranan yang paling banyak dilakukan oleh stakeholders adalah pendampingan, disusul

dengan peningkatan kapasitas pelaku usaha (training, studi banding dan lain lain),

bantuan peralatan, penguatan kelembagaan, pembuatan demplot, akses pada sarana

produksi, bantuan pendanaan, kompetisi inovasi dan teknologi, dan lainnya. Peranan

stakeholders tersebut dilakukan secara terprogram dan atau secara insiden.

Page 28: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

23

5.2.2. Kemitraan dan Jaringan

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor. 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan, Pasal

1 angka 1, “Kemitraan adalah kerja sama usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha

Menengah dan/atau Usaha Besar disertai pembinaan oleh Usaha Menengah dan/atau

Usaha Besar dengan memperlihatkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat

dan saling menguntungkan. Di bidang pertanian kemitraan diatur dalam Keputusan

Menteri Pertanian No. 940/Kpts/OT.210/10/97 tentang Pedoman Kemitraan Usaha

Pertanian. Pada Pasal 1 huruf (a) disebutkan, ”Kemitraan Usaha Pertanian adalah usaha

kerjasama antara Perusahaan Mitra dengan Kelompok Mitra di bidang Usaha

Pertanian”. Bertindak sebagai kelompok mitra antara lain petani-nelayan, kelompok

tani-nelayan, gabungan kelompok tani-nelayan, koperasi, dan usaha kecil, sedangkan

perusahaan mitra terdiri perusahaan menengah dan besar pertanian, dan perusahaan

menengah dan besar di bidang pertanian. Kemitraan usaha pertanian ini bertujuan untuk

meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha, meningkatkan kualitas sumberdaya

manusia kelompok mitra, peningkatan skala usaha, dalam rangka menumbuhkan dan

meningkatkan kemampuan usaha kelompok mitra yang mandiri.

Kemitraan usaha pertanian dapat dilakukan dengan lima pola, yaitu pola inti-

plasma, sub kontrak, dagang umum, keagenan, dan kerjasama operasional agribisnis

(KOA). Pola inti-plasma merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan

perusahaan mitra, yang di dalamnya perusahaan mitra bertindak sebagai inti dan

kelompok mitra sebagai plasma. Pada pola sub kontrak, kelompok mitra memproduksi

komponen yang diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya. Pada

pola dagang umum, perusahaan mitra memasarkan hasil produksi kelompok mitra atau

kelompok mitra memasok kebutuhan yang diperlukan perusahaan mitra. Pada pola

keagenan, kelompok mitra diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa usaha

perusahaan mitra. Pada pola KOA, kelompok mitra menyediakan lahan, sarana dan

tenaga, sedangkan perusahaan mitra menyediakan biaya atau modal dan/atau sarana

untuk mengusahakan atau membudidayakan suatu komoditas pertanian.

Kemitraan dapat dimaknai sebagai suatu bentuk persekutuan antar dua pihak

atau lebih yang membentuk satu ikatan kerjasama di suatu bidang usaha tertentu atau

tujuan tertentu, sehingga dapat memperoleh manfaat hasil yang lebih baik. Jaringan

Page 29: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

24

(networking) adalah proses kebersamaan. Networking juga diartikan sebagai jalinan

hubungan yang bermanfaat dan saling menguntungkan.

Klaster padi organik Bondowoso belum melakukan kemitraan secara formal

baik di tingkat penyediaan sarana produksi maupun pemasaran. Kontrak secara formal

dilakukan antara anggota dan poktan untuk persyaratan sertifikasi namun dalam

pelaksanaannya yang berkembang adalah kemitraan informal. Kemitraan usaha

pemasaran beras organik Gapoktan Al Barokah masih bersifat informal untuk

pemesanan dalam jumlah tertentu dengan Koperasi BI KPW Jember, Koperasi Pegawai

Pemerintah Kabupaten Bondowoso dan Serambi Botanik Dinas Pertanian Kabupaten

Bondowoso. Serambi Botanik adalah outlet yang disiapkan Dinas Pertanian untuk

pemasaran produk organik di Kabupaten Bondowoso.

Kemitraan dan jaringan menjadi sangat penting di dalam masyarakat karena di

dunia ini bisa dikatakan bahwa tidak ada manusia yang tidak menjadi bagian dari

jaringan-jaringan hubungan sosial dari manusia lainnya. Lembaga penelitian termasuk

universitas, lembaga litbang nirlaba, lembaga penelitian pemerintah, lembaga penelitian

swasta dapat memainkan peran penting sebagai katalis untuk penelitian dan inovasi.

Mereka dapat menjadi pelaku penelitian dan pengembangan ide-ide dan aplikasi-

aplikasi baru, pemberi jasa konsultasi kepada anggota klaster berdasarkan hasil

penelitian dan pengembangan dan juga dapat memainkan peran penting dalam

memelihara kewirausahaan teknologi. Dalam hal ini fasilitas penelitian pemerintah dan

swasta dapat menjadi pendorong atau penggerak utama inovasi dalam klaster.

Faktor keberhasilan networking dapat dilihat dari beberapa indikator:

Pasar/Pembeli (Buyer)

Setiap klaster memiliki pasar utama yang membeli produk/jasa klaster baik yang

sudah menjadi langganan maupun tidak. Pembeli yang sudah menjadi pelanggan dan

sudah berhubungan lama akan menjadi prioritas klaster untuk menjual produknya.

Buyer yang sudah lama (lebih dari 1 tahun) umumnya sudah dipercaya dan memiliki

rekam jejak yang baik. Tidak semua hubungan jual beli dalam bentuk formal/terikat.

Namun, ikatan bisnis dalam bentuk formal akan menjamin terjadinya hubungan bisnis

dalam jangka panjang. Semakin banyak dan bervariasinya pasar, maka klaster dapat

menghindari ketergantungan pada salah satu pembeli tertentu, yang memiliki potensi

risiko menekan harga sehingga klaster tidak mempunyai daya tawar yang cukup.

Page 30: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

25

Entitas Pemasok (Supplier)

Setiap klaster memiliki pemasok atau supplier tersendiri terutama terkait sarana

produksi. Jumlah supplier klaster umumnya lebih dari satu, hal ini dapat dimengerti

karena untuk memenuhi kebutuhan anggota klaster yang memiliki karakter yang

berbeda-beda serta untuk kontinyuitas sarana produksi utama, klaster menjalin

hubungan dengan beberapa pemasok selama kurun waktu tertentu. Kemudahan dalam

mendapatkan pemasok, akan mempermudah dalam mendapatkan sarana produksi.

Gapoktan Al-Barokah memiliki pemasok sarana produksi dan gabah organik dari petani

yang tergabung dalam Kelompok Tani Mandiri 1 dan Tani Mandiri 1-b

Rekanan Produksi

Seperti halnya pemasok klaster memiliki kerjasama atau rekanan dalam

memproduksi produk/jasa tertentu, baik produk/jasa yang sama, atau produk/jasa yang

bersifat melengkapi/komplementer dari produk/jasa yang ada. Kerjasama rekanan

produksi akan mempercepat pemenuhan kapasitas produksi yang diminta oleh pasar.

Selain itu, akan terjadi efisiensi biaya dengan mengalihkan sebagian proses produksi

kepada pihak lain. Penyedia jasa sebagai rekanan menunjukkan terjadinya spesialisasi

dalam klaster. Spesialisasi akan mendorong terjadinya akumulasi pengetahuan dan

menciptakan sumber daya orang yang kompeten. Hubungan yang terjalin antara klaster

dengan rekanan produksi merupakan hubungan yang sifatnya bebas atau tidak terikat

dengan kontrak.

Rekanan Peneliti & Riset

Peran lembaga penelitian & riset atau litbang bukan sekedar melaksanakan riset

atau penelitian, tetapi untuk menghasilkan teknologi yang sesuai kebutuhan atau dapat

menjadi solusi bagi persoalan nyata atau memberikan kontribusi signifikan terhadap

perkembangan bisnis. Klaster Al-Barokah memiliki rekanan untuk keperluan penelitian

dengan Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah

Malang (DPPM UMM).

Rekanan Jasa Penyalur/Distributor

Jasa penyalur merupakan channel yang akan mempercepat barang sampai

kepada konsumen. Klaster padi organik Bondowoso memiliki hubungan tidak terikat

dengan distributor. Hubungan tidak terikat memberikan keleluasaan dalam menentukan

mitra sehingga dalam waktu bersamaan dapat menjalin kerja sama dengan banyak pihak

Page 31: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

26

sekaligus. Akan tetapi, hubungan bebas ini akan mendorong terjadinya persaingan yang

tidak sehat, yang pada gilirannya mengancam keberlanjutan usaha. Pada umumnya

klaster membangun kerja sama dengan penyalur setelah satu tahun berdiri. Meskipun

demikian, apabila klaster memiliki mekanisme berhubungan bersifat terikat dengan dua

penyalur sekaligus akan menjadi lebih baik dan kuat.

Lembaga Keuangan

Adanya hubungan dengan lembaga keuangan formal (bank dan non bank), baik

sebagai debitur/peminjam maupun kreditur/penyimpan, menunjukkan klaster telah

dipercaya oleh lembaga keuangan untuk mengembangkan usahanya. Pada saat klaster

membutuhkan peningkatan produksi karena adanya permintaan yang meningkat dan

membutuhkan pendanaan, lembaga keuangan formal telah menjadi solusi sebagai

sumber pendanaan bagi klaster.

Pembiayaan perbankan diperoleh Gapoktan Al-Barokah dari Bank Jatim. Gapoktan

Al-Barokah mendapat pinjaman KKPE sebesar Rp 225.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)

pada tahun 2013. KKPE (Kredit Ketahanan Pangan dan Energi) adalah Kredit investasi

dan/atau modal kerja yang diberikan dalam rangka mendukung pelaksanaan Program

Ketahanan Pangan dan Program Pengembangan Tanaman Bahan Baku Bahan Bakar

Nabati. Kredit digunakan oleh Gapoktan Al-Barokah untuk membeli gabah petani, biaya

produksi pengolahan, dan pemasaran beras organik.

Akses petani terhadap pembiayaan perbankan belum berkembang dengan baik.

Fenomena tersebut dapat terlihat dari banyaknya petani yang menggunakan modal

sendiri untuk melakukan usahatani padi. Hanya sebagian kecil petani padi di wilayah

Bondowoso yang dapat melakukan akses pembiayaan perbankan. Alasan utama petani

tidak dapat melakukan akses pembiayaan perbankan adalah adanya keterbatasan

jaminan kredit yang dimiliki petani. Secara umum pemanfaatan pembiayaan yang

diperoleh petani digunakan untuk modal usahatani padi, khususnya dalam pengadaan

sarana produksi. Petani yang memperoleh pembiayaan dari perbankan pada umumnya

membayar pelunasan kredit secara bulanan dalam jangka waktu tertentu dengan bunga

yang telah ditetapkan sesuai plafon pinjaman yang diperoleh.

Page 32: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

27

5.2.3. Kepemimpinan dan Visi Bersama

Keberhasilan klaster seringkali diasosiasikan dengan kepemimpinan yang kuat,

baik kepemimpinan individual ataupun secara lembaga. Para pemimpin ini bisa jadi

sangat penting dan berpengaruh dalam menghilangkan hambatan, mendorong

kolaborasi, membangun visi dan bertindak sebagai Champion untuk strategi masa depan

klaster. Para pemimpin ini seringkali adalah orang- orang yang berkomitmen terhadap

wilayah lokal, dianggap memiliki pengaruh yang besar dan mampu menumbuhkan

interaksiinteraksi antara para stakeholders klaster. Di klaster Bondowoso terdapat tokoh

yang dianggap memiliki kepemimpinan yang kuat dan mampu menggalang hubungan

dan bernegosiasi dengan beragam stakeholders yaitu Mulyono (Ketua Kelompok Tani

Mandiri).

Ada tiga indikator pada faktor kepemimpinan dan visi bersama ini. Pertama,

adanya champion klaster. Champion klaster merupakan pelaku penting dalam

mendorong keberhasilan klaster. Entitas Champion di Bondowoso adalah Gapoktan Al-

Barokah. Selain menggerakkan dan mendorong berkembangnya klaster, Champion

klaster juga mampu memberikan inspirasi serta motivasi untuk pengembangan klaster

yang lebih baik. Klaster yang baru berkembang sangat membutuhkan adanya Champion

klaster yang umumnya selangkah lebih maju dibandingkan pelaku klaster lainnya.

Kedua, adanya penggerak klaster lainnya. Seperti halnya Champion klaster, penggerak

klaster di luar Champion klaster juga merupakan pelaku dalam mendorong keberhasilan

klaster. Namun keberadaanya tidak sepenting Champion klaster karena tidak secara

aktif berperan dalam klaster. Jenis penggerak klaster antara lain seperti tokoh

masyarakat, perguruan tinggi, lembaga penelitian dan lainnya seperti

Kementerian/Dinas, LSM Assosiasi, BI, dan PPL. Ketiga, adanya visi-misi bersama.

Keberadaan pernyataan visi atau target jangka panjang (baik secara lisan ataupun

terdokumentasi) menunjukkan bahwa pengelola klaster setidaknya sudah mulai

menyusun strategi dan rencana untuk mencapainya, atau sudah mulai melaksanakan hal-

hal yang mengawali proses pencapaian. Visi/target jangka panjang dapat menunjukkan

bagaimana pengelola klaster mendefinisikan nilai yang ditawarkannya, baik itu yang

istimewa, berbeda dengan yang ditawarkan oleh pelaku usaha penghasil produk/jasa

yang sejenis ataupun potensi daya saing. Visi akan menjadi acuan pengelolaan klaster,

apabila disusun dan disepakati bersama, tidak hanya dipahami tetapi juga dilaksanakan

Page 33: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

28

oleh seluruh anggota klaster. Acuan ini akan melekat pada pola pikir anggota klaster

jika mengangkat nilai-nilai positif dalam masyarakat yang akan dikembangkan, serta

terdokumentasi secara formal, sehingga mudah untuk dimonitor dan dievaluasi

pelaksanaannya. Gapoktak Al-Barokah bervisi, “Meningkatkan Perekonomian Petani

Padi Organik Anggota Klaster”

5.2.4. Budaya Kewirausahaan

Keberadaan budaya dan jiwa kewirausahaan memberikan pengaruh penting pada

perkembangan klaster. Mereka mungkin menangkap peluang-peluang baru atau

teknologi-teknologi baru yang membawa inovasi ke pasar atau mengambil risiko-risiko

terkalkulasi yang signifikan. Tingkat kewirausahaan seringkali digunakan sebagai

indikator yang merefleksikan keseluruhan kesehatan klaster.

Budaya kewirausahaan diukur dengan dua indikator. Pertama, jumlah pelaku

usaha baru dalam klaster. Klaster yang berkembang dengan baik akan semakin menarik

bagi pelaku usaha sejenis yang berada di wilayah sekitar untuk bergabung dengan

klaster. Klaster yang berkembang juga memungkinkan adanya pelaku klaster baru yang

berasal dari pekerja klaster yang ingin menjadi pelaku usaha. Hal ini disebabkan oleh

dinamika klaster dalam memunculkan inovasi dan juga menangkap peluang usaha baru.

Pada klaster padi organik di Bondowoso muncul entitas usaha penghasil POP, POC, dan

distributor beras. Unit-unit usaha baru berdampak pada perluasan kompetensi karena

terjadinya spesialisasi kerja, dan sekaligus menghasilkan produk dan jasa yang inovatif.

Namun demikian, biasanya sampai dengan batas tertentu jumlah anggota klaster tidak

lagi berkembang di wilayah setempat karena potensi yang terbatas, akan tetapi dapat

mengembangkan usahanya di wilayah lain dengan melakukan replikasi.

Kedua, disiplin pembukuan keuangan. Salah satu budaya kewirausahaan adalah

menerapkan perilaku disiplin, khususnya dalam menerapkan pengelolaan keuangan

usaha dan keuangan keluarga. Oleh karena itu berapa jumlah anggota klaster yang

menerapkan pembukuan usaha dengan baik cukup menjadi kriteria untuk melihat

kinerjanya. Disiplin juga dapat dilihat dari komitmen dan ketaatan dalam pengembalian

pinjaman kepada lembaga keuangan. Gapoktan Al-Barokah belum menerapkan perilaku

pembukuan keuangan yang tercatat.

Page 34: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

29

5.2.5. Persaingan

Memasuki era globalisasi, persaingan tidak hanya terjadi di tingkat lokal,

melainkan pada tingkat regional, nasional, sampai global. Globalisasi dapat mengancam

kekuatan klaster karena persaingan pasar yang muncul dari sumber atau tempat yang

tidak terduga sebelumnya seperti sertifikasi atas barang dan jasa sebagai persyaratan

yang ditetapkan oleh konsumen internasional. Namun demikian, globalisasi dapat

menciptakan pelanggan baru, menyuntikkan teknologi baru yang meningkatkan daya

saing dan mencegah keterkuncian lokal. Artinya, klaster bisa menjadi simpul jaringan di

lokasi-lokasi tertentu, dimana sumberdaya dari luar (misalnya investor, pergerakan

SDM) mudah untuk memasuki wilayah tersebut karena adanya daya tarik sebagai

potensi ekonomi.

Suksesnya pengembangan bisnis dipengaruhi oleh lingkungan usaha yang

menciptakan persaingan yang sehat. Persaingann yang sehat akan memicu motivasi

bisnis pada masyarakat semakin kuat. Kondisi persaingan akan tercipta dalam klaster

yang kuat. Persaingan sehat akan mendorong beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai

penilaian peran klaster, diantaranya adalah standardisasi, kompetisi inovatif, dan

investasi. Parameter penilaian kemampuan bersaing adalah meningkatnya jumlah

investasi anggota. Dengan meningkatnya produksi dan penjualan, serta adanya akses

pasar yang semakin terbuka, anggota klaster maupun manajemen akan berupaya

meningkatkan produksi dengan menambah investasi berupa aset maupun modal kerja.

Dengan demikian aset yang semakin meningkat dalam klaster dapat menunjukkan

klaster berkembang dengan baik. Kemampuan bersaing pada klaster Bondowoso

tampak pada peningkatan jumlah dan investasi anggota yang ditunjukkan pada

perluasan areal penanaman padi organik.

5.2.6. Spesialisasi

Klaster dengan pertumbuhan yang baik akan terdiri dari entitas-entitas bisnis

terspesialisasi dan saling terhubung satu entitas dengan entitas yang lainnya. Kebutuhan

akan jasa spesialis menjadi tidak terelakkan untuk menyelesaikan permasalahan dengan

hasil yang maksimal. Karena tenaga spesialis menguasai suatu bidang tertentu secara

mendalam didukung oleh kemampuan dalam pengetahuan dan keterampilan yang

dimiliki pada bidang tertentu tersebut. Akses pada jasa ini di sebuah klaster dapat diukur

Page 35: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

30

dengan seberapa jenis jasa spesialis dan intensitas pemanfaatan jasa tersebut. Bentuk

hubungan (formal/terikat–bebas) dapat digunakan sebagai ukuran kualitatif. Hubungan

yang baik akan dilanggengkan secara formal dan terdokumentasi dengan baik. Dalam

kajian ini tidak ditemukan jasa spesialis dalam klaster.

5.2.7. Sumberdaya Manusia

Kompetensi dan Keahlian

Pengembangan sumberdaya manusia di Gapoktan Al-Barokah untuk penguasaan

dan transfer teknologi dilakukan bertahap dengan beberapa metode: (1) Pelatihan baik

teori maupun praktek teknologi pertanian organik; (2) Kunjungan lapang ke lokasi

pertanian organik ; (3) Demo plot, implementasi dan pengamatan hasil lapang; dan (4)

Evaluasi berkala kegiatan yang berjalan.

Pelatihan bagi petani dilakukan secara secara simultan baik oleh Dinas Pertanian

Propinsi maupun Dinas Pertanian Kabupaten. Pelatihan pertanian organik telah

dilakukan sejak tahun 2008 dengan mengirim PPl dan Poktan setiap tahunnya untuk

mengikuti pelatihan pertanian organik yang diselenggarakan oleh Dinas Pertanian

Propinsi. Pelatihan oleh Dinas Pertanian kabupaten dilakukan berjenjang.

Pertama,tenaga penyuluh pertanian. Pelatihan dilakukan pada seluruh tenaga PPL yang

bertugas di wilayah kerja Kabupaten Bondowoso dan BPP Gunung anyar. Pelatihan

pertama dilaksanakan oleh Dinas Pertanian dengan nara sumber pendamping dari UMM

dan dihadiri 150 PPL baik tetap, kontrak, maupun tenaga honorer. Pelatihan

selanjutnya dilaksanakan oleh Dinas Pertanian kerjasama dengan Tim Pendamping dan

dihadiri PPL BPP Gunung Anyar dan perwakilan BPP Kabupaten Bondowoso. Materi

pelatihan meliputi SOP pertanian organik, sistem manajemen dan administrasi serta

produk yang digunakan untuk pertanian organik.

Kedua, tenaga ICS (internal control system) dan Ketua Blok. Pelatihan

dilakukan secara periodik dengan model diskusi dan sekolah lapang dengan pemecahan

masalah yang ada di lahan demplot. Materi pelatihan mulai sosialisasi pertanian

organik, SOP pertanian padi organik, perakitan teknologi untuk pembuatan input

produksi dan perlakuan benih, pengolahan lahan dengan bioremediasi, budidaya dengan

sistem SRI dan pasca panen. ICS dan Ketua Blok mempunyai peran sangat strategis

pada pengembangan padi organik sebagai pengawas internal dan pendamping petani

anggota kelompok pertanian padi organik. Ketrampilan ICS dan Ketua Blok tidak hanya

Page 36: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

31

pada budidaya namun lebih pada sistem mutu dari pertanian padi organik, sehingga ICS

dan Ketua Blok diberikan pelatihan tambahan yaitu sistem pengawasan mutu untuk

pertanian padi organik. Selain itu, ICS dan Ketua Blok juga dilatih untuk mengisi

catatan proses budidaya dan proses produksi sehingga bisa mendampingi, mengawasi

dan mengingatkan anggota kelompok.

Ketiga, anggota kelompok tani demplot. Pelatihan pertanian organik anggota

kelompok tani dilakukan baik dalam ruang maupun di lahan sawah. Pelatihan diberikan

secara menyeluruh mulai teori dan praktek dan implementasi di lahan. Peningkatan

pengetahuan petani dilakukan sebelum pelaksanaan kegiatan SLPPO didahului dengan

sosialisasi pertanian organik dan pengenalan teknologi SOF (sustainable organic

farming). Materi pelatihan selanjutnya disesuaikan dengan SOP proses budidaya

pertanian organik, mulai perlakuan benih, pembuatan input produksi organik yaitu

pupuk organik padat dan cair, pestisida nabati dan agensia hayati, bioremediasi lahan,

pengolahan lahan, penanaman dengan sistem SRI jajar legowo, pengelolaan air,

pengamatan dan pengendalian OPT dan proses pemanenan. Pengembangan SDM masih

ada kendala pada anggota kelompok petani demplot yaitu menyesuaikan waktu yang

tepat untuk mengumpulkan petani sehingga transfer teknologi dan pengetahuan

dilakukan personal dengan pendekatan dan diskusi di lokasi atau lahan petani yang

bersangkutan. Target penguasaan pertanian padi organik baru pada kelompok kecil

petani yaitu ICS dan ketua blok serta petani aktif yang selanjutnya akan dijadikan petani

pelopor padi organik.

5.2.8. Basis Inovasi Kuat

Produksi Saprodi

Demplot padi organik yang dilaksanakan di Kelompok Tani Bina Usaha I A

Desa Lombok Kulon menggunaan benih dan input produksi murni organik. Benih

organik diperoleh dari benih organik yang telah dikembangkan kelompok tani di

Lombok Kulon. Input produksi baik pupuk organik padat (POP) diproduksi sendiri oleh

gapoktan di Lombok Kulon dan Lombok Wetan. Kebutuhan POP semula 4 ton per ha

menjadi 7 ton per ha. Perubahan penggunaan POP karena kondisi lahan di lokasi

demplot yang sangat rendah kandungan BO, hasil analisis Laboratorium UMM, BO

Page 37: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

32

tanah hanya 2,4% akibat pencucian air irigasi dengan debit yang tinggi, sehingga

menggerus cadangan BO dan hara lahan.

Produksi pupuk yang dihasilkan sesuai SOP yang sudah ditetapkan dimana

Gapoktan/Patra diberi pelatihan, bimbingan dan pendampingan dalam proses produksi

pupuk dan hasil produksi pupuk dianalisis laboratorium di Laboratorium UMM sebelum

diterima untuk program. Produksi POC dan pestisida nabati (Pesnab) dipusatkan di

Gapoktan Al-Barokah Lombok Kulon. Sebagaimana POP, POC dan pesnab sebelum

diaplikasikan ke demplot juga dianalisis laboratorium UMM terlebih dahulu. Hasil

analisis laboratorium baik POP, POC maupun pesnab sesuai dengan SNI. Khusus

agensia hayati pada awalnya didapatkan dari gapoktan di wilayah kerja lain di

Kabupaten Bondowoso yang direkomendasikan oleh Dinas Pertanian dan BPP Gunung

Anyar. Mulai tahun 2014 dikembangkan unit baru yaitu produksi POC, Pesnab dan

Agensia hayati yang di produksi oleh Poktan PPAH Karya Tani anggota Gapoktan Al

Barokah yang berdomisi juga di Desa Lombok Kulon.

Petani anggota Kelompok Tani Bina Usaha I A Desa Lombok Kulon

diberdayakan melalui SLPPO (Sekolah Lapang Pengembangan Pupuk Organik).

SLPPO dilaksanakan oleh Dinas Pertanian Tanaman Kabupaten Bondowoso sebagai

upaya untuk meningkatkan kemampuan teknis masyarakat tani dalam budidaya tanaman

padi yang intensif dan efisien dengan memanfaatkan bahan organik yang melimpah di

sekitar lingkungan rumah untuk mengusahakan perbaikan kondisi tanah baik fisik,

kimia, dan biologis tanah, serta teknik budidaya dengan proses manajemen sistem

perakaran dengan berbasis pada pengelolaan tanaman, tanah dan air. SLPPO bertujuan:

(a) Memberdayakan dan meningkatkan kemampuan petani tentang pengembangan

pupuk organik pada usahatani tanaman pangan terutama padi sawah metode SRI; (b)

Meningkatkan kerjasama, aktivitas, dan kinerja kelompok tani dalam pembelajaran

pengembangan pupuk organik; (c) Meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani

serta kesejahteraan petani; dan (d) Memasyarakatkan penggunaan pupuk organik dalam

upaya peningkatan kesuburan tanah dan tanaman yang ramah lingkungan. Luaran dari

SLPPO adalah petani dapat membuat pupuk organik.

Page 38: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

33

SOP Padi Organik

Klaster Al-Barokah telah mengembangkan SOP budidaya padi organik dari hulu

sampai hilir yang telah teruji, pembedanya adalah teknologi yang dikembangkan dan

manajemen pelaksanaannya. Pelaksanaan demplot padi organik pada klaster padi

organik Lombok Kulon sesuai dengan SOP berbasis teknologi SOF yang telah

dirumuskan bersama antara tim DPPM UMM, BPP Gunung Anyar, Dinas Pertanian,

Gapoktan, PPL dan ICS (Internal Control System) yang sudah mendapatkan pelatihan

organik dari Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur serta tim dari PT. Sukses Bersama

Organik (SBO). SOP yang dirumuskan meliputi SOP pembuatan POP, SOP pembuatan

POC, SOP pembibitan, SOP budidaya padi organik, SOP Pasca panen. SOP masih

terus dikembangkan sesuai dengan kondisi dan potensi lahan di Lombok Kulon yang

pada akhirnya akan didapatkan SOP yang tepat sebagai panduan budidaya padi organik,

sehingga produktivitas padi yang dihasilkan menggambarkan potensi bibit dan lahan

yang sesungguhnya.

5.2.9. Akses Pasar

Adanya klaster telah diakui stakeholders dan masyarakat umum memberikan

dampak adanya manfaat positif bagi perekonomian. Manfaat tersebut muncul salah

satunya merupakan implikasi dari kemudahan akses pasar. Kemudahan akses pasar

dapat dilihat dari indikator jumlah penjualan (transaksi) serta pertumbuhan penjualan

(pertumbuhan transaksi) per tahun. Pertumbuhan penjualan merupakan akibat dari

kinerja klaster lainnya yang meningkat dan saling mempengaruhi. Meningkatnya

penjualan dapat diakibatkan karena meningkatnya volume produksi sebagai akibat dari

meningkatnya produktivitas maupun kapasitas produksi, serta diakibatkan oleh

meningkatnya harga jual. Meningkatnya produksi dan penjualan menjadi bukti bahwa

akses pasar merupakan kontributor dalam pencapaian penjualan yang diakui oleh pelaku

inti klaster. Meningkatnya penjualan juga dapat disebabkan oleh bertambahnya entitas

bisnis dalam klaster. Pertumbuhan penjualan menjadi indikator yang sangat penting

untuk mengukur kinerja klaster, selain karena data ini merupakan turunan atau akibat

langsung dan tidak langsung dari sejumlah indikator kinerja klaster lain, data ini juga

relatif mudah diakses.

Produk utama Gapoktan Al-Barokah adalah beras organik putih dan merah yang

dijual dengan menggunakan kemasan plastik yang berkapasitas 5 kg untuk beras putih,

Page 39: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

34

dan 1 kg untuk beras merah dengan merk “Botanik”. Varietas beras yang diproduksi

oleh Gapoktan Al-Barokah adalah Sinta Nur (Mentik Wangi) dan Ciherang. Kapasitas

produksi beras organik Gapoktan Al-Barokah sekitar 50 ton per tahun, di mana 90%

berupa beras organik putih, dan 10% sisanya berupa beras organik merah, beras organik

hitam, dan beras organik pecah kulit.

Keterbatasan luas lahan, dana pembelian gabah, dan manajemen tradisional

menyebabkan volume penjualan dan wilayah pemasaran beras organik Gapoktan Al-

Barokah juga terbatas. Pada tahun 2013 dan 2014 gapoktan ini membeli gabah masing-

masing sebanyak 169.881 kg dan 596.025 kg, dan menjual beras sebanyak 11.952 kg

(2013) dan 136.174 kg (2014), serta membukukan omzet Rp 144.840.000 (2013) dan

Rp 1.820.075.000 (2014). Grafik pembelian gabah dan penjualan beras organik tahun

2013-2015 disajikan pada Gambar 4.2, sedangkan grafik pembelian gabah dan

penjualan beras organik per bulan disajikan pada Gambar 4.3 dan 4.4.

Gambar 4.2 Grafik pembelian gabah dan penjualan tahun 2013-2015

Gapoktan Al Barokah

Page 40: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

35

Gambar 4.3 Grafik pembelian gabah per bulan Gapoktan Al Barokah

Gambar 4.4 Grafik penjualan beras organik Gapoktan Al barokah

Penjualan beras dari unit RMU klaster padi organik Bondowoso tahun 2014

meningkat sangat nyata dibandingkan tahun 2013 dan relatif stabil pada tahun 2015.

Hasil ini menunjukkan dampak dari promosi baik media maupun pameran serta

pendampingan dan bantuan alat untuk prosesing dan pengemasan sangat signifikan pada

produksi dan penjualan beras organik. Namun jika diamati lebih jauh, penjualan beras

baru mencapai 30% dari potensi beras yang dihasilkan dari proses pengolahan gabah.

Hasil tersebut menunjukkan serapan pasar dan wilayah pemasaran beras organik dari

klaster padi organik Kabupaten Bondowoso masih perlu dikembangkan sehingga tidak

Page 41: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

36

terjadi penumpukan gabah atau penjualan gabah karena nilai tambah terbesar adalah

pada prosesing.

5.2.10. Akses Informasi Pasar dan Teknologi

Informasi merupakan sumber daya berharga yang merupakan dasar dalam

pengambilan keputusan usaha. Sejauh mana informasi dimanfaatkan oleh masyarakat

klaster dapat dilihat dari berapa jumlah dan jenis media informasi yang diakses. Indikasi

terbukanya sarana informasi bagi masyarakat dan intensitas penggunaannya juga dapat

dilihat dari pertumbuhan jasa penyedia media informasi yang tumbuh, seperti internet

atau layanan informasi yang disediakan oleh pemerintah dan lainnya. Data base

informasi baik informasi teknologi, pasar, produk dan sebagainya dapat digunakan

sebagai parameter kemudahan dalam mengakses teknologi. Database yang dibuat oleh

pengguna informasi/masyarakat klaster membuktikan bahwa telah terjadi edukasi yang

baik dalam klaster untuk penggunaan media informasi secara efektif dan efisien. Hasil

dari kajian menunjukkan bahwa akses pada informasi pasar dan teknologi menggunakan

sarana komunikasi handphone dan internet.

5.2.11. Akses Jasa Spesialis

Klaster dengan pertumbuhan yang baik akan terdiri dari entitas-entitas bisnis

terspesialisasi dan saling terhubung satu entitas dengan entitas yang lainnya. Kebutuhan

akan jasa spesialis menjadi tidak terelakkan untuk menyelesaikan permasalahan dengan

hasil yang maksimal. Karena tenaga spesialis menguasai suatu bidang tertentu secara

mendalam didukung oleh kemampuan dalam pengetahuan dan keterampilan yang

dimiliki pada bidang tertentu tersebut. Akses pada jasa ini di sebuah klaster dapat diukur

dengan seberapa jenis jasa spesialis dan intensitas pemanfaatan jasa tersebut. Bentuk

hubungan (formal/terikat – bebas) dapat digunakan sebagai ukuran kualitatif.

Hubungan yang baik akan dilanggengkan secara formal dan terdokumentasi dengan

baik. Walaupun dalam kajian ini tidak banyak menemukan jasa spesialis dalam klaster-

klaster yang dikaji, pengembangan padi organik di Bondowoso telah menunjukkan

bahwa jasa ini sangat diperlukan ketika klaster mengusung tema tertentu, dan

merupakan isu yang relatif baru di wilayah klaster tersebut.

Page 42: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

37

5.2.12. Kedekatan dengan Pemasok

Klaster yang kuat dicirikan oleh tersedianya pemasok-pemasok di tingkat lokal.

Kedekatan jarak dengan pemasok akan mendorong terjadi efisiensi terutama

berkurangnya biaya distribusi barang, selain kemudahan akses itu sendiri. Oleh karena

itu jumlah pemasok yang tumbuh di tingkat lokal akan menjadi parameter kinerja

klaster. Pada kasus pemasok di luar lokasi, akses akan mudah dilakukan apabila klaster

memiliki jaringan yang kuat. Dari hasil kajian ketersediaan pemasok lokal bisa terjadi

untuk total pasokan, sebagian pasokan, atau sama sekali tidak tersedia di lokal. Proporsi

pasokan lokal menjadi parameter penting untuk mengukur kinerja klaster.

Parameter lainnya adalah kualitas bahan pasokan yang diakses. Input berkualitas

akan meningkatkan daya saing produk, bukan input murah. Kedekatan dengan pemasok

setara tingkat pentingnya dengan basis inovasi, dimana berdasarkan penilaian berada

pada peringkat 5 dengan skor 5,1 pada kategori sebagai faktor yang sangat penting.

Parameter untuk indikator ini adalah pertumbuhan jumlah pasokan lokal dan proporsi

jumlah pemasok lokal dan non lokal.

5.2.13. Akses Pada Jasa Pendukung Bisnis

Jasa penunjang bisnis merupakan mitra dalam menjalankan aktifitas usaha

klaster, beberapa jasa penunjang bisnis dapat berupa berupa entitas peneliti/riset, jasa

persewaan peratan, jasa penyalur, jasa transportasi, jasa konsultasi, jasa pelatihan, jasa

perbengkelan, jasa fotokopi, jasa pengurusan dokumen, jasa pemrosesan lanjutan, dan

lain-lain. Tersedianya jasa-jasa penunjang bisnis telah membantu percepatan

perkembangan klaster beras organik Lombok Kulon. Jasa-jasa tersebut berupa entitas-

entitas baru yang tumbuh karena dorongan klaster, maupun entitas-entitas yang

sebelumnya sudah ada. UPJA (usaha pelayanan jasa alsintan), instalasi POC, pupuk

organik padat, penggilingan padi, dan pemasaran beras merupakan contoh entitas baru

yang tumbuh.

5.2.14. Akses pada sumber keuangan

Terkait dengan faktor keberhasilan akses pada sumber keuangan, terdapat dua

indikator yang dapat diukur, yaitu : (1) produk lembaga keuangan yang diakses, (2)

anggota klaster yang mengakses jasa keuangan dan (3) kualitas pinjaman. Semakin

banyak produk lembaga keuangan yang diakses dan semakin banyak anggota klaster

Page 43: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

38

yang mengakses, menunjukkann klaster dalam kondisi yang kondusif. Kualitas kredit

yang lancar juga menunjukkan usaha dan karakter klaster baik. Lembaga keuangan yang

mendukung klaster beras organik Lombok Kulon adalah Bank Jatim.

5.2.15. Infrastruktur yang Memadai

Infrastruktur klaster yang memadai adalah infrastruktur yang mendukung

perkembangan klaster. Infrastruktur fisik terkait dengan jumlah dana yang dialokasikan

untuk penyediaannya, yang menunjukkan kepedulian pemerintah daerah untuk

mendorong perkembangan klaster. Adanya infrastruktur jalan yang memadai, atau

adanya alokasi anggaran dari pemerintah untuk jalan. Adanya infrastruktur jaringan

komunikasi yang memadai atau adanya alokasi anggaran dari pemerintah untuk jaringan

komunikasi. Klaster beras organik Lombok Kulon didukung oleh infrastruktur jalan

yang memadai untuk transportasi antardesa, antarkecamatan, dan antardaerah. Demikian

juga dengan infrastruktur komunikasi, terutama jaringan internet.

5.2.16. Dukungan Pemerintah

Kebijakan pemerintah merupakan keputusan yang dibuat secara sistematik oleh

pemerintah dengan maksud dan tujuan tertentu yang menyangkut kepentingan umum.

Kebijakan pemerintah Kabupaten Bondowoso dalam pembentukan dan pengembangan

klaster Lombok Kulon sangat intensif. Dukungan tersebut diwujudkan dalam bentuk

Program Bondowoso Pertanian Organik (Botanik) yang dimulai sejak 2008 sebagai

program unggulan Pemkab Bondowoso. Hal ini ditunjukan dengan beberapa aktivitas

yang diinisiasi oleh pemerintah untuk pembentukan klaster, pelatihan-pelatihan untuk

peningkatan kapasitas pelaku usaha, pameran-pameran dalam rangka mempromosikan

produk unggulan daerah, dan sebagainya.

Selain infrastruktur fisik, infrastruktur administrasi (kebijakan) menurut hasil

survei juga merupakan faktor yang sangat dibutuhkan dalam pengembangan

klaster. Beberapa klaster terganggu perkembangannya jika kebijakan terkait

pengembangan klaster tidak mendukung. Beberapa bukti telah menunjukkan, bahwa

pemilihan kebijakan yang tepat dapat membawa manfaat signifikan terhadap perubahan

kehidupan. Kebijakan-kebijakan dibuat melalui tahapan-tahapan tertentu dan untuk

mencapai tujuan-tujuan tertentu di masyarakat. Sebagai salah satu

Page 44: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

39

acuan, termasuk adanya unsur-unsur yang mengikat baik pada sisi pembuat dan

pelaksana kebijakan, maka kebijakan perlu dirumuskan secara tertulis. RPJMD adalah

salah satu contoh media yang secara eksplisit menuangkan kebijakan-kebijakan

pemerintah, yang kemudian akan diturunkan pada kebijakan

operasi yang lebih spesifik. Dengan dituangkannya isu-isu yang menjadi masalah

masyarakat dalam sebuah dokumen formal, maka isu-isu tersebut telah mendapatkan

legitimasi, dan berhak memperoleh alokasi sumber daya publik (pengalokasian

anggaran) untuk mencapai tujuan kebijakan tersebut.

Page 45: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

40

5.3. Luaran Yang Dihasilkan

5.3.1. Seminar Internasional

1. 9th

International Conference Rural Research and Planning Group 2018 in

Bali, which will be conducted on July 5-7, 2018 at Mahasaraswati Denpasar University,

dengan makalah berjudul, “DEVELOPMENT STRATEGY OF ORGANIC RICE

AGRICULTURE IN BONDOWOSO REGENCY EAST JAVA PROVINCE”.

4. 5th

International Conference on Applied Sciences, Arts and Social, and

Community Development in the ASEAN 2018 at University of the Philippines

Diliman, Quezon City 1101, Metro Manila, dengan makalah berjudul, “

FARMERS’ UNDERSTANDING OF ORGANIC AGRICULTURE

PRACTICES”

Page 46: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

41

5.3.2. Produk Beras Organik

Page 47: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

42

5.3.3. Pendaftaran Merk Dagang

Page 48: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

43

5.3.4. Teknologi Tepat Guna

Page 49: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

44

5.3.5. Hak Cipta

Hak Cipta Buku Manual Budidaya Padi Organik Berbasis Teknologi SOF

(Sustainable Organik Farming) oleh Prof. Dr. Indah Prihartini, M.P

Page 50: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

45

BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

Penelitian Tahun Kedua bertujuan menyusun model kelembagaan agribisnis

klaster padi organik di Kabupaten Bondowoso. Analisis kelembagaan dalam bidang

pertanian ditujukan untuk memperoleh deskripsi mengenai suatu fenomena sosial

ekonomi pertanian, yang berkaitan dengan hubungan antara dua atau lebih pelaku

interaksi sosial ekonomi, mencakup dinamika aturan-aturan yang berlaku dan

disepakati bersama oleh para pelaku interaksi, disertai dengan analisis mengenai

hasil akhir yang diperoleh dari interaksi yang terjadi. Rancang bangun model

kelembagaan agribisnis padi organik yang bisa diterapkan dalam pengembangan

agribisnis padi organik dilakukan dengan metode Focus Group Discussion (FGD), yang

melibatkan semua stakeholder dalam agri bisnis padi organik di Kabupaten Bondowoso.

Page 51: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

46

BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Klaster Padi Organik Al Barokah di Desa Lombok Kulon Kec. Wonosari

Kabupaten Bondowoso telah didukung oleh 17 indikator keberhasilan klaster, yaitu (1)

Modal Sosial, (2) Kemitraan dan Jaringan, (3) Kepemimpinan dan Visi Bersama, (4)

Budaya Kewirausahaan, (5) Persaingan, (6) Spesialisasi, (7) Kompetensi dan Keahlian

yang kuat, (8) Basis Inovasi yang Kuat, (9) Akses Pasar, (10) Akses Informasi Pasar,

(11) Akses Jasa Spesialis, (12) Kedekatan dengan Pemasok, (13) Akses pada jasa

pendukung bisnis, (14) Akses pada sumber keuangan, (15) Terdapat perusahaan besar,

(16) Infrastruktur yang memadai, dan (17) Dukungan kebijakan.

7.2. Saran

Dalam rangka meningkatkan kapasitas Klaster Padi Organik Al Barokah di Desa

Lombok Kulon Kec. Wonosari Kabupaten Bondowoso masih diperlukan dukungan

kebijakan pemerintah dan stakehorder terkait.

Page 52: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

47

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia. 2006. Kajian Pembiayaan dalam Rangka Pengembangan Klaster.

Jakarta: Biro Kredit Bank Indonesia.

Bank Indonesia. 2014. Kajian Identifikasi Indikator Sukses Klaster. Jakarta:

Departemen Pengembangan UMKM Bank Indonesia.

Colborn. T. 2006. A Case for Revisiting the Safety of Pesticides: A Closer Look at

Neurodevelopment. Environment Health Perspect. Vol 114 No 1 Hal. 10–17.

FAO. 1999. Organic Agriculture. Rome: Agriculture and Consumer Protection

Department. http://www.fao.org/docrep/meeting/X0075e.htm (31 April 2016)

industri.bisnis.com. 2015. Kementan: Pertanian Organik Berkembang Pesat.

http://industri.bisnis.com/read/20150130/99/397019/kementan-pertanian-

organik-berkembang-pesat (31 Desember 2015).

Kemenko Kesra. 2012. Pedoman Umum Penyaluran Raskin, Subsidi Beras untuk

Masyarakat Berpenghasilan Rendah. Jakarta: Kementerian Koordinator Bidang

Kesejahteraan Rakyat RI.

Kementan. 2013. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 64/Permentan/OT.140/5/2013

Tentang Sistem Pertanian Organik.

Kementan. 2015. Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019. Jakarta:

Kementerian Pertanian RI.

Kusnandar, Dwiningtyas Padmaningrum, Wiwit Rahayu, dan Agung Wibowo. 2013.

Rancang Bangun Model Kelembagaan Agribisnis Padi Organik Dalam

Mendukung Ketahanan Pangan. Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 14,

Nomor 1, Juni 2013, hlm. 92-101.

Mayrowani, H. 2012. Pengembangan Pertanian Organik di Indonesia (The Development

of Organic Agriculture In Indonesia). Forum Penelitian Agro Ekonomi, Volume

30 No. 2, Desember 2012 : 91 – 108.

Nurhidayati, Istirochah Pujiwati, Anis Solichah, Djuhari, dan Abd. Basit. 2008.

Pertanian Organik, Suatu Kajian Sistem Pertanian Terpadu dan Berkelanjutan.

Malang: Fakultas Pertanian Universitas Islam Malang.

Pakpahan, A. 1991. Perspektif Ekonomi Institusi dalam Pengelolaan Sumber Daya

Alam. Ekonomi dan Keuangan Indonesia: Vol. No.: 445-464.

Porter, Michael E. 1998. Clusters and The New Economics of Competition. Boston:

Harvard Business Review.

Pusdatin. 2013. Statistik Lahan Pertanian Tahun 2008-2012. Jakarta: Pusat Data dan

Informasi Pertanian.

Saleh, R. Gozali dan Zaini. 2007. Analisis Kelembagaan Sistem Integrasi Padi Ternak.

http://www.bp2tp.litbang.deptan.go.id/file/wp04_01analisiskelembagaan.

(12 Mei 2014).

Soekartawi. 2002. Prinsip Ekonomi Pertanian: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Page 53: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

48

Sucihatiningsih, DWP. dan Waridin. 2010. Model Penguatan Kapasitas Kelembagaan

Penyuluh Pertanian dalam Meningkatkan Kinerja Usahatani Melalui Transaction

Cost: Studi Empiris di Provinsi Jawa Tengah., Jurnal Ekonomi Pembangunan,

Vol. 11, No 1 Juni 2010 Hal. 13-29. Surakarta: Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Sutawi dan Indah Prihartini. 2015. Penelitian Dampak Pembentukan Klaster (Studi

Kasus di Klaster Padi Organik Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten

Bondowoso). Laporan Penelitian, Kerjasama UMM dengan Bank Indonesia

KPW Jember.

Tambunan, T. 2005. Promoting Small and Medium Enterprises with a Clustering

Approach: A Policy Experience from Indonesia. Journal of Small Business

Management 2005 43(2), pp. 138–154

Widiarta, A., Soeryo Adiwibowo, dan Widodo. 2011. Analisis Keberlanjutan Prakti

Pertanian Organik di Kalangan Petani. Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi,

Komunikasi, dan Ekologi Manusia April 2011, hlm. 71-89

Page 54: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

FARMERS’ UNDERSTANDING OF ORGANIC AGRICULTURE PRACTICES

Sutawia, Indah Prihartini

a, Daroe Iswatiningsih

b

aFaculty of Agriculture and Animal Science, Muhammadiyah University of Malang

bFaculty of Education and Teacher Training, Muhammadiyah University of Malang

Jl. Raya Tlogomas 246 Malang 65144, East Java, Indonesia,

Telp.: +62-813-3452-8390, email: [email protected]

Abstract - Organic farming is a new

way to increase agricultural production,

food security, human and environment

health, and empower farmers. This study

aims to: (1) Analyze farmers' knowledge

of organic farming systems, and (2)

Analyze farmer's assessment of organic

farming practices. The research was

conducted by survey method on 70 farmer

members of Mandiri Farmers Group in

Lombok Kulon Village, the location of

organic rice farming pilot project in

Bondowoso Regency.

Farmers' knowledge of organic

farming systems shows: (1) 88.57% of

farmers know that agricultural land must

be converted from non-organic to organic

without contamination of synthetic

chemicals for 2-3 years; (2) 98.57% of

farmers know that organic farming uses

organic fertilizer; (3) 72.86% farmers

know that organic farming uses natural

variety seeds, not genetically modified

seeds; (4) 92.86% of farmers know that

pest and disease control using organic

pesticides; and (5) 87.14% of farmers

know that irrigated water and land for

organic farming should be separated from

conventional farming.

Farmers' assessment of the

complexity of organic farming practices

shows: (1) Agricultural land should be

converted from non-organic soil to organic

without polluted synthetic chemicals for 2-

3 years is considered long time by 44.29%

and very long by 24.29% farmers; (2) The

use of organic fertilizer is considered easy

by 50% of farmers; (3) As many as 50% of

farmers stated that the price of organic

seeds is not different from the seeds used

by conventional farmers; (4) Control of

plant pests and diseases by using organic

pesticides is considered more difficult than

the control of plant pests and diseases by

using synthetic chemical pesticides by

47.14% of farmers; and (5) A total of

55.71% of farmers find it difficult and

very difficult to separate land and

irrigation sources from conventional

farming.

The results conclude that although

most farmers already have knowledge of

organic farming systems, there is still

difficulty in organic farming practices.

This is one of the strong reasons why

organic farming practices are not widely

adopted by farmers.

Key words: organic farming system,

organic farming knowledge, organic

farming practices.

I. INTRODUCTION

Food production in Indonesia over

the last four decades is the result of

intensification of food crop cultivation that

relies on green revolution technology,

where crop cultivation is laden with

chemical fertilizers and pesticides. The

application of green revolution technology

to the cultivation of food crops is indeed

able to boost, even multiply the production

of food crops. On the other hand, green

technology is suspected to have side

effects on human health, environmental

sustainability, and sustainability of

agricultural systems. Pollution of chemical

fertilizers, pesticides, medicines, and other

factory-made materials due to excessive

use, have an impact on the deterioration of

environmental quality and human health.

Understanding of the dangers of artificial

chemicals in the long term began to

Page 55: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

realize, so some farmers re-cultivate

naturally called organic farming.

Organic farming is defined as a

holistic and integrated agricultural

production system, by optimizing the

health and productivity of agro-ecosystems

naturally, resulting in sufficient, quality,

and sustainable food and fiber [1].

According to the CODEX Alimentarius

Commission [2], organic farming is the

whole production management system that

encourages and develops agro-ecosystem

health, including biodiversity, biological

cycles and soil biological activities. SNI

6729:2016 on Organic Farming System

states that Organic Farming System is a

holistic production management system to

improve and develop agro-ecosystem

health, including biodiversity, biological

cycle, and soil biological activity [3].

The practice of organic farming

according to Sutanto [4] is highly

dependent on local knowledge of farmers

and local agricultural conditions. In

general, the most easily measured organic

farming practices among farmers include

five indicators: (1) conversion of land

from inorganic to organic, (2) use of

organic fertilizer, (3) use of local natural

varieties, (4) pest and disease control

plants using organic pesticides, and (5)

separation of land and irrigation water

sources of organic farming from

conventional farming. The practice of

organic agriculture, is a minimum

requirement that must be fulfilled by

farmers if they want to be recognized as

organic farmers. This is due to organic

farming, not only seen from the use of

organic fertilizer alone, but many aspects

are assessed, including the attitude of

farmers themselves against nature. In

addition, an organic farm will be

completely free of synthetic chemical

residues and able to produce stable or

optimal if it has undergone a period of

conversion from non organic soil to

organic without contamination of synthetic

chemicals for at least one year or more.

II. METHODS

This study aims to: (1) Analyze

farmers' knowledge about organic farming

systems, and (2) Analyze farmer's

assessment of organic farming practices.

The research was conducted by survey

method on 70 farmer members of Mandiri

Farmer Group in Lombok Kulon Village,

the location of the pilot project of organic

rice farming in Bondowoso Regency.

Farmers were asked to answer

questionnaires about the knowledge and

experience of organic farming practices on

five indicators based on SNI 6729: 2016,

namely: (1) conversion of land from

inorganic to organic, (2) use of organic

fertilizer, (3) use of natural varieties (local)

(4) control of pests and diseases of plants

using organic pesticides, and (5)

separation of irrigated agricultural land

and irrigation resources from conventional

farming.

III. RESULT

3.1. Farmer's Understanding of Organic

Farming System

Most of the farmers members of the

organic agricultural area program already

understand about organic farming SNI

6729: 2016. As presented in Table 1 where

more than 70% of farmers know the

procedures and requirements of organic

farming ie agricultural land must be

converted from non-organic to organic

without contaminated by synthetic

chemicals for 2-3 years, using organic

fertilizers, using seeds / seed varieties

natural, not genetically engineered /

modified, pest and disease control using

organic and land pesticides and irrigation

water sources for organic farming should

be separated from conventional farming.

Even more than 90% of farmers have

understood that pest control uses organic

pesticides or is free of chemical drugs.

Farmers have realized that using chemical

pesticides not only poison the soil, cattle

Page 56: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

and human plants. The average farmer has

removed chemical pesticides and replaced

them with organic pesticides.

Understanding of farmers is also high

where the awareness to use organic

fertilizer is more than 90% and understand

the good use of organic fertilizers not only

fertilize the plant but the main thing is the

improvement of soil fertility.

Table 1. Farmers' Knowledge of 5 Main Indicators of Organic Farming

Main Indicators Answer Amount Percent

1

Farmland must be converted from

non-organic to organic without

contaminated by synthetic

chemicals for 2-3 years

a. Know

b. Do not know

62

8

89

11

2 Using organic fertilizer a. Know

b. Do not know

69

1

99

1

3

Using the seeds of natural

varieties, not the result of genetic

engineering / modification.

a. Know

b. Do not know

51

19

73

27

4 Control of pests and diseases

using organic pesticides

a. Know

b. Do not know

65

5

93

7

5

Land and irrigation water sources

for organic farming should be

separated from conventional

farming

a. Know

b. Do not know

61

9

87

13

The use of organic fertilizer will

increase soil organic matter and will

further increase soil microbial populations

that play an important role in the

biodegradation of chemical residues and

organic compound of land and soil

microbial activity will improve the balance

of the land ecosystem and improve the

physical and chemical balance of the land.

Prior to the implementation of the organic

farming program, the soil organic matter in

Bondowoso Regency is very low, on

average only 2% but after the program

runs on the demo plot locations (Lombok

Kulon, Sulek and Wringin) the content of

organic materials, especially in the area

and the affected areas organic matter

showed a significant increase with

indicated on soil fertility and organic

farming. Farmers in the affected plot area

recognize and understand that adding

organic fertilizer to the soil will improve

soil fertility and further improve

agricultural production. Land after

incorporating organic fertilizer an average

of 10 tons per ha will increase soil organic

matter, neutralize pH, increase soil

ecosystem activity and reduce chemical

residues and heavy metal poisoning due to

the use of pesticide [5].

3.2. Farmers' Assessment of Organic

Farming Practices

Farmers' assessment of the

complexity of organic farming practices is

also important because it can be one of the

reasons why organic farming practices are

not widely adopted by farmers in a region.

Nevertheless, there are still other possible

reasons why organic farming practices

have not developed among farmers, such

as the socio-economic characteristics of

farmers, such as education level, farmer

status, and livestock ownership. The

assessment of Bondowoso Regency

farmers on organic farming practices is

presented in Table 2.

Page 57: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

Table 2. Farmers' Assessment of Organic Farming Practices

Main Indicators Answer Amount Percent

1 Organic farming practices

1. Very easy

2. Easy

3. Ordinary course

4. Difficult

5. Very difficult

1

20

29

18

2

1

29

41

26

3

2

Farmland must be converted

from non-organic to organic

without contaminated by

synthetic chemicals for 2-3

years

1. Very easy

2. Easy

3. Ordinary course

4. Difficult

5. Very difficult

0

4

18

31

17

0

6

26

44

24

3

The process of obtaining and

transporting organic fertilizer

to the fields / gardens / rice

fields regularly every season

1. Very easy

2. Easy

3. Ordinary course

4. Difficult

5. Very difficult

3

35

19

11

2

4

50

27

16

3

4

The price of purchasing seeds

of natural varieties, not the

result of engineering /

modification of genetics.

1. Very easy

2. Easy

3. Ordinary course

4. Difficult

5. Very difficult

2

15

35

14

4

3

21

50

20

6

5 Control of pests and diseases

using organic pesticides

1. Very easy

2. Easy

3. Ordinary course

4. Difficult

5. Very difficult

1

14

17

33

5

1

20

24

47

7

6

Land and irrigation water

sources for organic farming

should be separated from

conventional farming

1. Very easy

2. Easy

3. Ordinary course

4. Difficult

5. Very difficult

0

25

6

25

14

0

36

9

36

20

Agricultural land must be converted

from non-organic soil to organic without

polluted synthetic chemicals for 2-3 years

is considered to require a long time by 31

(44%) farmers and very long by 17 (24%)

farmers. In this case, organic farming is

considered to be more difficult to do than

land-use practices on conventional

farming. So, farmers must be patient to

wait until farmland and the harvest can be

called organic.

The use of organic fertilizer is

considered easy by 35 (50%) organic

farmers because they are already

accustomed to making their own organic

fertilizer and the availability of organic

fertilizer is also very abundant in the

environment around them. Organic

fertilizers commonly used in organic

farming are: manure, liquid fertilizer,

compost fertilizer and green manure. The

most important thing for organic farmers is

tenacious and patient because organic

fertilizers are different from synthetic

chemical fertilizers that are ready to use.

Organic farmers consider that the practice

of using organic fertilizers is no more

difficult than the practice of using

synthetic chemical fertilizers, although the

Page 58: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

use of organic fertilizers in quantity more

than synthetic fertilizers.

The use of native (local) varieties of

seeds is considered normal or there is no

difference in the level of complexity when

compared to the practice of using hybrid

varieties of seeds on conventional farming.

A total of 35 (50%) of farmers declared

the price of organic seeds the price is

normal (not different) with the seeds

commonly used by conventional farmers.

This is because the price of local seeds

used almost the same as hybrid seeds.

Even if the price is different, the price

difference between the seeds of local

varieties and hybrids is not large. In

addition, technically the seedling of local

varieties is the same as hybrid varieties.

Control of plant pests and diseases

using organic pesticides is considered

more difficult than controlling plant pests

and diseases by using synthetic chemical

pesticides by 33 (47%) farmers. According

to farmers, the use of organic pesticides

should be more often done, both for

prevention and eradication of pests and

diseases, especially if there is a pest attack.

Organic pesticides are considered less

effective farmers than manufactured

chemical pesticides. Synthetic chemical

pesticides are ready for use, more

practical, and the amount of use is not

much in a season. In addition, how to

make organic pesticides was considered

quite complicated, although the raw

material is available in the environment.

Irrigation land and irrigation sources

for organic farming should be separated

from conventional farming is considered

more difficult than land and irrigation

water sources for conventional farming

that should not be separated with other

farming systems. A total of 39 (56%) of

farmers found it difficult and very difficult

to separate land and irrigation sources

from conventional farming. Farmers claim

to have difficulty avoiding pollution of

synthetic chemicals from the land and

irrigation water sources around them, due

to too much agricultural land and irrigation

water sources for conventional farming.

Thus, organic farming requires very

careful treatment and must be isolated

from contamination of synthetic

chemicals.

In general, 29 (41%) of farmers and

20 (29%) of farmers stated that organic

farming practices are common and easy to

implement, while 18 (26%) of farmers

stated difficult. The results of the research

content in accordance with the findings

Widiarta et al. [6] that there is a significant

difference between the level of complexity

of organic and conventional farming

practices according to farmers'

perceptions. Three indicators that are still

difficult for farmers are land conversion,

organic fertilizer and pesticide use, and

irrigation sources.

IV. CONCLUSION

The results conclude that although

most farmers already have knowledge of

organic farming systems, there is still

difficulty in organic farming practices.

This is one of the strong reasons why

organic farming practices are not widely

adopted by farmers.

V. ACKNOWLEDGEMENTS

The research was funded by the

Ministry of Research,Technology, and

Higher Education at the Institutions

National Strategic Research Scheme in

Fiscal Year 2018.

VI. REFERENCES

[1] Nurhidayati, Istirochah Pujiwati, Anis

Solichah, Djuhari, and Abd. Basit.

2008. Organic Farming, An Integrated

and Sustainable Agricultural Systems

Study. Malang: Faculty of Agriculture

Islamic University of Malang.

[2] FAO. 1999. Organic Agriculture.

Rome: Agriculture and Consumer

Protection Department.

http://www.fao.org/docrep/meeting/X

0075e.htm (cited 31 April 2018).

Page 59: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

[3] National Standardization Bureau.

2016. SNI 6729: 2016 on the Organic

Farming System

[4] Sutanto, R. 2002. Application of

Organic Agriculture Penitentiary and

Development. Kanisius. Jakarta.

[5] Indah Prihartini and Sutawi. 2015.

Research on the Impact of Cluster

Formation (Case Study in Organic

Rice Cluster of Banyuwangi Regency

and Bondowoso Regency). Research

Report, Cooperation between UMM

and Bank Indonesia KPW Jember.

[6] Widiarta, A., Soeryo Adiwibowo, and

Widodo. 2011. Sustainability Analysis

of Organic Farm Practices among

Farmers. Sodality: Transdisciplinary

Journal of Sociology, Communication,

and Human Ecology April 2011, p.

71-89

Page 60: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

Development Strategy of Organic Rice Agriculture

in Bondowoso Regency East Java Province

Sutawia, Indah Prihartini

a, Daroe Iswatiningsih

b *

aFaculty of Agriculture and Animal Science, Muhammadiyah University of Malang

bFaculty of Education and Teacher Training, Muhammadiyah University of Malang

Jl. Raya Tlogomas 246 Malang 65144, East Java, Indonesia

Abstract

The use of chemical fertilizers and pesticides in rice cultivation is considered

to be detrimental to food security, human health and the environment, so organic

farming methods need to be applied. This study aims to (1) identify internal (strengths

and weaknesses) and external (opportunities and threats) factors of organic rice

agriculture in Bondowoso Regency; and (2) formulate the development strategy of

organic rice farming using SWOT analysis.

Internal factor assessment shows that the greatest weakness of organic rice

farming in Bondowoso Regency is the availability of chemical fertilizers and

pesticides is easier to find and more practical to use, while its strength on price of

organic paddy and rice is more expensive than inorganic products. The assessment of

external factors shows that the greatest opportunity of organic farming in Bondowoso

Regency is the demand for organic rice continues to increase, while its greatest threat

to conversion of agricultural land causes less organic rice farming cultivation.

The development strategy of organic rice farming in Bondowoso Regency is

WO strategy, which is a strategy formulation that minimizes weakness to exploit

opportunities. Policies and programs that can be carried out include (1) training of

farmers on manufacture organic fertilizers and pesticides to increase farmers' skills in

utilizing agricultural and livestock waste, and other vegetable resources to produce

organic fertilizers and pesticides; (2) provision of organic fertilizer and pesticides

production equipment; (3) certification of organic agricultural products to convince

consumers; and (4) promotion and expansion of the market of organic products.

Key words: development strategy; organic rice; SWOT

* Sutawi; Telp.: +62-813-3452-8390; email address: [email protected]

Sub-Theme:

1. Smart Village Sustainable Development

Page 61: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

1. Introduction

Penggunaan pupuk dan pestisida kimia dalam budidaya padi disadari telah

merugikan terhadap keamanan pangan, kesehatan manusia dan lingkungan, sehingga

perlu diterapkan cara pertanian organik. Strategi yang dinilai efektif untuk

mengembangkan pertanian padi organik adalah melalui pendekatan wilayah berbasis

klaster. Dalam pengembangan ekonomi, klaster industri (industrial clusters)

merupakan cara pandang yang komprehensif dalam meningkatkan daya saing sektor

tertentu dalam suatu wilayah geografis dengan melibatkan seluruh entitas yang saling

tergantung (interdependence) dalam rantai nilai seperti pelaku usaha (hulu dan hilir),

industri pendukung, lembaga pendukung, serta industri terkait.

Klaster didefinisikan sebagai “konsentrasi geografis perusahaan yang saling

berhubungan, pemasok, penyedia jasa, perusahaan-perusahaan di industri terkait, dan

lembaga-lembaga terkait (misalnya universitas, lembaga standar, dan asosiasi

perdagangan) di bidang-bidang tertentu yang bersaing tetapi juga bekerja sama

(Porter, 1998). Menurut BI (2006), suatu klaster dapat terdiri pemasok bahan baku

dari hulu hingga hilir berupa pemasaran ke pasar-pasar potensial, juga termasuk

lembaga pemerintah, asosiasi bisnis, penyedia jasa pelatihan/penelitian dan lembaga-

lembaga lain yang menciptakan value chain (rantai nilai) dari bidang/usaha khusus

yang di suatu klaster. Penelitian Kusnandar dkk. (2013) tentang kelembagaan padi

organik menyimpulkan bahwa pengembangan agribisnis padi organik memerlukan

kelembagaan yang lengkap dan terpadu dalam suatu klaster (gugusan) industri

(industrial cluster) yang terdiri dari lima subsistem, yaitu: subsistem agribisnis hulu

(pengadaan saprodi), subsistem usahatani, subsistem hilir (pengolahan), subsistem

pemasaran, dan subsistem penunjang.

Penelitian ini bertujuan (1) mengidentifikasi faktor-faktor internal (kekuatan

dan kelemahan) dan eksernal (peluang dan ancaman) pertanian padi organik; dan (2)

merumuskan strategi pengembangan pertanian padi organik.

2. Material and Methods

Penelitian dilakukan dengan metode survei di Desa Lombok Kulon, lokasi pilot

proyek pertanian padi organik di Kabupaten Bondowoso. Perumusan strategi

pengembangan dilakukan dengan analisis SWOT (Rangkuti, 2005). Tahap pertama

analisis SWOT adalah mengidentifikasi faktor-faktor internal (kekuatan dan

kelemahan) dan faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman). Identifikasi analisis

SWOT secara kuantitatif dilakukan dengan penilaian (scoring) dan pembobotan

(weighting) pada masing-masing faktor internal (Internal Factors Analysis Summary,

IFAS) dan eksternal (External Factors Analysis Summary, EFAS). Skoring pada IFAS

dan EFAS menggunakan skala Likert, yaitu: 5 (Sangat Setuju), 4 (Setuju), 3 (Cukup

Setuju), 2 (Tidak Setuju), dan 1 (Sangat Tidak Setuju). Penilaian dilakukan oleh para

pemangku kepentingan (stakeholder) yang berkaitan dengan pengembangan

pertanian organik di Kabupaten Bondowoso, terutama petani, pengurus poktan dan

gapoktan, serta aparat Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bondowoso. Hasil

perhitungan nilai dan bobot IFAS dan EFAS selanjutnya dimasukkan ke dalam

diagram (kuadran) SWOT, di mana selisih antara kekuatan dengan kelemahan

sebagai ordinat di sumbu X, sedangkan selisih antara peluang dengan ancaman

sebagai ordinat di sumbu Y.

3. Results and Discussion

3.1. Identifikasi Faktor-faktor Internal dan Eksternal

Page 62: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

Hasil analisis faktor-faktor internal (Internal Factors Analysis Summary, IFAS)

dan faktor-faktor eksternal (External Factors Analysis Summary, EFAS) pertanian

organik Kabupaten Bondowoso disajikan pada Tabel 1. Pada IFAS, kekuatan

merupakan faktor internal positif yang akan digunakan, sedangkan kelemahan

merupakan faktor internal negatif yang akan diperbaiki. Pada EFAS, peluang

merupakan faktor eksternal positif yang dapat dimanfaatkan, sedangkan faktor

ancaman merupakan faktor eksternal negatif yang perlu dihindari.

Tabel 1. Faktor-faktor Internal (IFAS) dan Eksternal (EFAS) Pertanian Organik

Kabupaten Bondowoso

Faktor Internal (IFAS)

Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness)

1. Petani telah berpengalaman dalam

berusahatani organik (penyiapan lahan,

pengairan, penanaman, pemberantasan

hama dan penyakit, pemanenan)

2. Petani/Poktan telah menguasai

teknologi pertanian organik (pembuatan

benih, POP, POC, dan Pesnab)

3. Kondisi lahan pertanian dan pengairan

cocok untuk budidaya pertanian organik

4. Bahan baku untuk pembuatan POP, POC,

dan pesnab cukup tersedia

5. Sarana produksi pertanian organik

(benih, POP, POC, Pesnab) tersedia di

toko pertanian atau Poktan

6. Harga produk pertanian organik

umumnya lebih mahal daripada produk

pertanian anorganik

1. Ketersediaan sarana produksi anorganik

(pupuk dan pestisida kimia) yang lebih

mudah dan praktis

2. Produktivitas pertanian organik lebih

rendah daripada pertanian anorganik

3. Tingkat serangan hama dan penyakit

yang tinggi

4. Produk organik belum tersertifikasi

5. Harga produk organik disamakan dengan

produk anorganik karena belum berlabel

organik.

6. Dukungan sarana pengolahan dan

pemasaran masih kurang

7. Petani tidak melakukan pencatatan

produksi dan pemasaran

Faktor Eksternal (EFAS)

Peluang (Opportunity) Ancaman (Treath)

1. Ada dukungan dari Kabupaten

Bondowoso berupa Program Botanik

2. Ada pembinaan intensif dari Dinas

Pertanian tentang budidaya pertanian

organik

3. Terdapat banyak wisatawan berkunjung

atau melintas ke Kabupaten Bondowoso,

termasuk ke kawasan agrowisata,

sehingga terbuka peluang pasar bagi

produk pertanian organik.

4. Perubahan gaya hidup dan kesadaran

masyarakat untuk mengonsumsi produk

pertanian organik yang lebih sehat

daripada produk pertanian anorganik

5. Permintaan produk pertanian organik

terus meningkat

1. Konversi lahan pertanian menyebabkan

lahan budidaya pertanian organik

semakin berkurang

2. Persaingan dengan produk pertanian

organik dari daerah lain

3. Ada isu bahwa kebanyakan produk

pertanian organik yang beredar di

pasaran tidak 100% organik

4. Kondisi pasar yang belum siap menerima

produk organik (produk organik

dianggap sama dengan anorganik)

Page 63: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

Penilaian faktor internal (kekuatan dan kelemahan)

Penilaian faktor internal (kekuatan dan kelemahan) menunjukkan bahwa

kelemahan lebih besar daripada kekuatan dengan selisih -0,52. Kelemahan terbesar

pertanian organik di Kabupaten Bondowoso adalah ketersediaan sarana produksi

anorganik (pupuk dan pestisida kimia) yang lebih mudah dan praktis, sedangkan

kekuatannya pada faktor harga produk pertanian organik umumnya lebih mahal

daripada produk pertanian anorganik. Ketersediaan sarana produksi kimia yang lebih

mudah dan praktis, tidak mendorong petani untuk bertani organik yang memerlukan

tenaga kerja yang lebih banyak untuk menyiapkan dan menggunakan sarana

produksi organik, seperti pupuk organik dan pestisida nabati. Harga jual produk

pertanian organik yang lebih mahal daripada produk anorganik merupakan faktor

penarik bagi petani untuk bertani organik.

Tabel 2. Penilaian dan Pembobotan Faktor Internal

Kekuatan (Pendukung Internal) Bobot Skor Nilai

1

Petani telah berpengalaman dalam

berusahatani organik (penyiapan lahan,

pengairan, penanaman, pemberantasan hama

dan penyakit, pemanenan)

0,08 3,41 0,27

2

Petani/Poktan telah menguasai teknologi

pertanian organik (pembuatan benih, POP,

POC, dan Pesnab)

0,08 3,27 0,26

3 Kondisi lahan pertanian dan pengairan cocok

untuk budidaya pertanian organik 0,03 3,33 0,10

4 Bahan baku untuk pembuatan POP, POC, dan

pesnab cukup tersedia 0,04 3,07 0,12

5

Sarana produksi pertanian organik (benih,

POP, POC, Pesnab) tersedia di toko pertanian

atau Poktan

0,03 2,91 0,09

6

Harga produk pertanian organik umumnya

lebih mahal daripada produk pertanian

anorganik

0,13 3,76 0,49

Jumlah Nilai Kekuatan 1,33

Page 64: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

Kelemahan (Penghambat Internal) Bobot Skor Nilai

1

Ketersediaan sarana produksi anorganik

(pupuk dan pestisida kimia) yang lebih mudah

dan praktis

0,15 3,99 0,60

2 Produktivitas pertanian organik lebih rendah

daripada pertanian anorganik 0,09 3,54 0,32

3 Tingkat serangan hama dan penyakit yang

tinggi 0,08 3,70 0,30

4 Produk organik belum tersertifikasi 0,13 3,86 0,50

5

Harga produk organik disamakan dengan

produk anorganik karena belum berlabel

organik.

0,13 3,64 0,47

6 Dukungan sarana pengolahan dan pemasaran

masih kurang 0,04 3,94 0,16

7 Petani tidak melakukan pencatatan produksi

dan pemasaran 0,01 3,49 0,04

Jumlah Nilai Kelemahan 1,85

Selisih Nilai Faktor Internal (Kekuatan-Kelemahan) -0,52

Penilaian faktor eksternal (peluang dan ancaman)

Penilaian faktor eksternal (peluang dan ancaman) menunjukkan bahwa peluang lebih

besar daripada ancaman dengan selisih +0,46. Peluang terbesar pertanian organik di

Kabupaten Bondowoso adalah permintaan produk pertanian organik terus

meningkat, sedangkan ancaman terbesarnya pada konversi lahan pertanian

menyebabkan lahan budidaya pertanian organik semakin berkurang. Permintaan

produk pertanian organik semakin meningkat seiring dengan kesadaran gizi

masyarakat dalam mengonsumsi pangan yang bebas residu kimia, sementara lahan

pertanian cenderung berkurang karena beralih fungsi menjadi perkantoran, tempat

wisata, perhotelan dan perumahan.

Tabel 3. Penilaian dan Pembobotan Faktor Eksternal

Peluang (Pendukung Eksternal) Bobot Skor Nilai

1 Ada dukungan dari Kabupaten Bondowoso

berupa Program Botanik 0,11 4,11 0,45

2 Ada pembinaan intensif dari Dinas Pertanian

tentang budidaya pertanian organik 0,11 3,97 0,44

3

Terdapat banyak wisatawan berkunjung ke

Kabupaten Bondowoso, termasuk ke kawasan

agrowisata, sehingga terbuka peluang pasar bagi

produk pertanian organik.

0,11 3,63 0,40

4

Perubahan gaya hidup dan kesadaran masyarakat

untuk mengonsumsi produk pertanian organik

yang lebih sehat daripada produk pertanian

anorganik

0,04 3,84 0,15

5 Permintaan produk pertanian organik terus

meningkat 0,17 3,79 0,64

Page 65: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

Jumlah Nilai Peluang 2,08

Ancaman (Penghambat Eksternal) Bobot Skor Nilai

1 Konversi lahan pertanian menyebabkan lahan

budidaya pertanian organik semakin berkurang 0,22 3,51 0,77

2 Persaingan dengan produk pertanian organik dari

daerah lain 0,03 3,07 0,09

3

Ada isu bahwa kebanyakan produk pertanian

organik yang beredar di pasaran tidak 100%

organik

0,06 3,53 0,21

4

Kondisi pasar yang belum siap menerima produk

organik (produk organik dianggap sama dengan

anorganik)

0,14 3,96 0,55

Jumlah Nilai Ancaman 1,62

Selisih Nilai Faktor Eksternal (Peluang-Ancaman) +0,46

Strategi Pengembangan

Berdasarkan perbandingan faktor internal dan eksternal, maka strategi

pengembangan pertanian organik di Kabupaten Bondowoso adalah strategi WO,

yaitu rumusan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan

peluang. Kebijakan dan program yang dapat dilakukan antara lain (1) Pelatihan bagi

petani tentang pembuatan pupuk dan pestisida organik untuk meningkat

ketrampilan petani dalam memanfaatkan limbah peternakan dan pertanian, serta

sumberdaya nabati lain untuk memproduksi pupuk dan pestisida organik; (2)

Pemberian bantuan peralatan produksi pupuk dan pestisida organik; (3) Sertifikasi

produk pertanian organik untuk meyakinkan konsumen; dan (4) Promosi dan

perluasan pasar produk organik. Dengan strategi tersebut diharapkan pertanian organik dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani padi organik di Bondowoso. Harapan ini sejalan dengan penelitian Widiarta et al. (2011) bahwa praktik pertanian organik terbukti berpengaruh positif terhadap keberlanjutan ekonomi petani Conclusion

Kelemahan terbesar pertanian organik di Kabupaten Bondowoso adalah

ketersediaan sarana produksi anorganik (pupuk dan pestisida kimia) yang lebih

mudah dan praktis, sedangkan kekuatannya pada faktor harga produk pertanian

organik umumnya lebih mahal daripada produk pertanian anorganik.

Peluang terbesar pertanian organik di Kabupaten Bondowoso adalah permintaan

produk pertanian organik terus meningkat, sedangkan ancaman terbesarnya pada

konversi lahan pertanian menyebabkan lahan budidaya pertanian organik semakin

berkurang.

Strategi pengembangan pertanian organik di Kabupaten Bondowoso adalah strategi

WO (strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang), yaitu

(1) meningkatkan ketrampilan petani, (2) pemberian bantuan peralatan produksi, (3)

sertifikasi produk, dan (4) perluasan pasar.

Page 66: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …

Acknowledgement

Page 67: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …
Page 68: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …
Page 69: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …
Page 70: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …
Page 71: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …
Page 72: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …
Page 73: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …
Page 74: PENGEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK DALAM …