PENGEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL PADA SISWA DI …eprints.iain-surakarta.ac.id/1488/1/SKRIPSI...
Transcript of PENGEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL PADA SISWA DI …eprints.iain-surakarta.ac.id/1488/1/SKRIPSI...
i
PENGEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL
PADA SISWA DI SMP DAARUL QUR’AN
COLOMADU, KARANGANYAR TAHUN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian
Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Dalam Bidang Pendidikan
Oleh
Anisa Muslimatun
113111045
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUSI AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2017
ii
iii
iv
MOTTO
Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan
bacaan di waktu itu lebih berkesan"
(QS Al-Muzammil:6)
v
PERSEMBAHAN
Karya ini ku persembahkan kepada :
1. Ibu dan Bapak yang tak pernah lelah
mendukung dan memberikan motivasi
agar menjadi anak yang berbakti kepada
orang tua dan bermanfaat untuk orang lain
2. Suamiku yang terus memberikan
dukungan dalam menempuh proses gelar
sarjana.
3. Putra kecilku yang selalu memberikan
keceriaan dan semangat disetiap
kelelahan.
4. Semua sahabatku yang selalu
mendampingiku
5. Almamater IAIN Surakarta
vi
ABSTRAK
Anisa Muslimatun (11.31.1.1.045), Pengembangan kecerdasan spiritual pada
siswa di SMP Daarul Qur‟an Colomadu, Karanganyar
tahun 2015-2016
Pembimbing .Dr. H.Muhammad Munadi, M.Pd
Kata kunci :Pengembangan Kecerdasan Spiritual
Pengembangan kecerdasan spiritual merupakan aspek yang kurang
diperhatikan dalam dunia pendidikan yang lebih mementingkan pengembangan
kemampuan intelektual. Padahal sekolah merupakan lembaga formal yang sangat
berperan dalam menanamkan nilai-nilai spiritual siswa melalui program-program
sekolah. Hal tersebut dikarenakan pula anak mendapatkan sedikit tuntunan
spiritual dari para orang tuanya. Padahal Kecerdasan spiritual membimbing kita
untuk mendidik hati menjadi benar. Mengingat pentingnya kecerdasan spiritual
bagi kehidupan manusia, termasuk kehidupan anak dan remaja, maka berbagai
konsep dibuat guna membantu seseorang dalam meningkatkan kecerdasan
spiritual. Salah satu diantaranya adalah pembinaan dan penanaman kecerdasan
spiritual di lembaga pendidikan.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif dan
dilaksanakan di SMP Daarul Qur‟an Colomadu Karanganyar pada bulan
November 2015 sampai Februari 2016. Subyek dalam penelitian ini adalah kepala
sekolah, sedangkan informannya adalah wakamad kurikulum, wakamad
kesiswaan, kepala TU, guru (wali kelas), dan siswa. Tehnik pengumpulan data
dalam penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan
dokumentasi. Dalam penguji keabsahan data digunakan tehnik triangulasi.
Sedangkan datanya menggunakan analisis dengan langkah-langkah pengumpulan
data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Dari data yang telah diperoleh dari penelitian, dapat ditarik kesimpulan
bahwa Upaya guru dalam proses pengembangan kecerdasan spiritual dengan
(1)Perencanaan Pengembangan Kecerdasan Spiritual yang meliputi; Perumusan
tujuan program pengembangan kecerdasan spiritual santri, Perencanaan
lingkungan pengembangan kecerdasan spiritual, Pembuatan silabus dan RPP yang
terinegrasi, Penyusunan jadwal kegiatan santri secara konsisten dan terpogram.
(2)Pelaksanaan pengembangan kecerdasan spiritual pada santri di SMP Daarul
Qur‟an meliputi beberapa aspek antara lain: Pemilihan metode pengembangan
Kecerdasan Spiritual, Pemilihan sumber dan media pengembangan Kecerdasan
Spiritual, Kegiatan pembiasaan budaya religious dan Memaksimalkan adanya
Ma‟had/pondok. (3) Kontrol dan evaluasi pengembangan kecerdasan spiritual
yang meliputi Mengontrol kegiatan santri, dan Kegiatan evaluasi/penilaian.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil‟alamin, segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta
alam, Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang telah melimpahkan nikmat,
hidayah, inayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda
Rasulullah SAW, karena beliau kita dapat menemukan jalan lurus dan benar.
Skripsi yang berjudul“Pengembangan kecerdasan spiritual pada santri di
SMP Daarul Qur‟an Colomadu, Karanganyar tahun 2015/2016”ini disusun guna
memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut
Agama Islam (IAIN) Surakarta.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan dan partisipasi berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis menyampaikan terimakasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Dr. H. Mudofir, S.Ag., M.Pd selaku Rektor IAIN Surakarta.
2. Bapak Dr. H.Giyoto, M.Hum selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
KeguruanIAIN Surakarta
3. Bapak Drs. Suluri, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
4. Bapak Dr. H.Muhammad Munadi, S.Pd. M.Pd selaku pembimbing yang
senantiasa meluangkanwaktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan
bimbingan serta pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Dr. Khuriyah, S.Ag. M,Pd.selaku wali studi yang telah mendampingi dan
memberikan pengarahan yang bermanfaat selama masa studi sampai selesai
studi.
6. Bapak/ Ibu Dosen jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Surakarta yang
tanpa kenal pamrih dan balas jasa telah memberikan bekal ilmu untuk
kehidupan penulis di masa depan.
7. Bapak H.Agus Ma‟arif Arifin, Lc selaku Kepala Sekolah yang telah
memberikan ijin penelitian kepada penulis.
viii
8. Bapak/Ibu guru di SMP Daarul Qur‟an, atas bantuannya dalam penelitian.
9. Siswa SMP Daarul Qur‟an dan teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu yang telah memberikan dukungan moral maupun material kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini dengan baik.
Penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada
umumnya.
Surakarta, November 2017
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...............................................................................
SURAT PERNYATAAN ....................................................................... i
NOTA PEMBIMBING ........................................................................... ii
PENGESAHAN ...................................................................................... iii
MOTTO .................................................................................................. iv
PERSEMBAHAN ................................................................................... v
ABSTRAK .............................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ............................................................................ vii
DAFTAR ISI ........................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................ 8
C. Pembatasan Masalah ....................................................... 9
D. Rumusan Masalah ........................................................... 9
E. Tujuan Penelitian ............................................................. 9
F. Manfaat Penelitian ........................................................... 10
BAB II LANDASAN TEORI
A. KajianTeori ...................................................................... 11
1. Kecerdasan Spiritual (SQ) ............................................... 11
a. Pengertian Kecerdasan Spiritual ................................ 11
b. Pembuktian adanya Kecerdasan Spiritual................... 15
c. Ciri-ciri Kecerdasan Spiritual ..................................... 18
d. Faktor penghambat Kecerdasan Spiritual ................... 22
e. Manfaat Kecerdasan Spiritual ..................................... 23
f. Aspek-aspek Kecerdasan Spiritual ............................. 24
g. Langkah-langkah menuju Kecerdasan Spiritual.......... 26
x
2. Pengembangan Kecerdasan Spiritual .............................. 26
B. Kajian Penelitian Terdahulu ............................................ 28
C. Kerangka Berfikir ............................................................ 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................ 32
B. Setting Penelitian ............................................................. 32
C. Subyek dan InformanPenelitian ...................................... 33
D. Metode Pengumpulan Data ............................................. 33
E. Metode Keabsahan Data .................................................. 34
F. TeknikAnalis Data ........................................................... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran umum SMP Daarul Qur‟an ............................ 38
1. Visi dan misi .................................................................... 38
2. Keadaan Guru/Ustadz ...................................................... 39
3. Program pembelajaran
a. Program formal ........................................................... 41
b. Program non formal..................................................... 41
4. Kegiatan pembelajaran dan ekstrakurikuler....................... 42
B. Hasil Penelitian
1. Perencanaan Pengembangan Kecerdasan Spiritual
a. Perumusan tujuan program pengembangan kecerdasan
spiritual santri............................................................... 47
b. Perencanaan lingkungan pengembangan kecerdasan
spiritual ...................................................................... 63
c. Pembuatan silabus dan RPP yang terinegrasi................. 64
d. Penyusunan jadwal kegiatan santri secara konsisten dan
terpogram...................................................................... 69
2. Pelaksanaan pengembangan kecerdasan spiritual pada santri
di SMP Daarul Qur‟an
a. Pemilihan metode pengembangan Kecerdasan Spiritual.. 71
xi
b. Pemilihan sumber dan media pengembangan
Kecerdasan Spiritual .................................................... 72
c. Kegiatan pembiasaan budaya religius............................. 73
d. Memaksimalkan adanya Ma‟had/pondok....................... 76
e. Kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan luar sekolah........ 77
3. Kontrol dan evaluasi pengembangan kecerdasan spiritual
a. Mengontrol kegiatan santri ............................................. 80
b. Kegiatan evaluasi/penilaian.............................................. 81
C. Pembahasan
1. Perencanaan pengembangan kecerdasan spiritual................ 86
2. Pelaksanaan pengembangan Kecerdasan Spiritual............... 90
3. Kontrol dan evaluasi pengembangan Kecerdasan Spiritual... 94
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................... 95
B. Saran-saran ..................................................................... 98
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara dan Observasi
Lampiran 2 Field Note
Lampiran 3 Surat Permohonan Pembimbing
Lampiran 4 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 5 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 6 Jadwal Pelajaran
Lampiran 7 Tata tertib siswa
Lampiran 8 Foto
Lampiran 9 Biodata
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap anak yang lahir normal, baik fisik maupun mentalnya
berpontensi menjadi cerdas. Hal ini karena secara fitrah manusia dibekali
potensi kecerdasan oleh Allah SWT. Orang-orang yang cerdas banyak sekali
jasanya dalam kemajuan dan memajukan umat manusia. Melalui buah karya
dan pandangan-pandangannya yang ilmiah, telah mampu membebaskan
masyarakat dari kebodohan dan kebiadaban, menuju tatanan yang lebih baik
dan beradab. Karya-karya orang cerdas pula, yang memungkinkan umat
manusia mendapatkan fasilitas teknologi modern dalam memberikan berbagai
kehidupan.
Tetapi untuk menjadi cerdas tidaklah semudah membalikkan telapak
tangan. Begitu juga halnya jika kita berupaya untuk mencerdaskan anak-anak
bangsa kita. Diperlukan semangat, kepedulian, kerja keras, pengorbanan dan
pemahaman yang baik tentang pendidikan. Untuk dapat mencerdaskan anak-
anak tersebut, oleh karena itulah Imam Ali Bin Abi Thalib berkata “Tidak ada
warisan yang lebih baik daripada pendidikan” (Suharsono, 2002:14).
Pendidikan diberikan kepada seorang anak agar mereka dapat tumbuh dan
berkembang, baik fisik, mental, maupun kecerdasannya.
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Pendidikan mampu menjadikan manusia sebagai
manusia yang lebih mulia. Demikian pula dalam kehidupan suatu bangsa,
pendidikan memiliki peran yang Sangat penting dalam menjamin
perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa. Dalam kehidupan
sehari-hari terutama dalam menghadapi era globalisasi dewasa ini, banyak
ditemukan individu-individu yang materialistik, individualistik dan lain
sebagainya, sehingga melahirkan perilaku yang menyimpang dari
perkembangan potensi yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada setiap
manusia sejak ia lahir.
2
Pada saat ini krisis moral yang menimpa Indonesia berawal dari
lemahnya penanaman nilai terhadap remaja. Pada zaman sekarang banyak
remaja yang menggunakan narkoba, bolos sekolah, tawuran, dan berandal
bermotor bahkan banyak remaja pada zaman sekarang ini yang melawan
orang tua dan menganiaya orang tuanya.
Hal tersebut dapat terjadi karena kesalahan sistem pendidikan dan
bimbingan yang diberikan sebelum nya, selain godaan setan yang memang
diperkenankan oleh Allah untuk menggoda manusia. Oleh karena itu, dunia
pendidikan pada saat ini sering dikritik oleh masyarakat yang dikarenakan
adanya sejumlah pelajar dan lulusan pendidikan yang menunjukkan sikap
yang kurang terpuji. Keadaan seperti itu semakin menambah potret
pendidikan semakin tidak menarik serta dapat menurunkan kepercayaan
masyarakat terhadap wibawa dunia pendidikan.
Padahal, pendidikan merupakan bimbingan terhadap perkembangan
pribadi yang bersifat menyeluruh atau dapat diartikan sebagai usaha untuk
membina kepribadian manusia sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat
dan kebudayaan serta norma agama, yang dalam perkembangannya dapat
berarti proses pendewasaan, sehingga dapat bertanggung jawab terhadap diri
sendiri secara biologis, psikologis, paedagogis dan sosiologis. Pada umumnya
manusia yang beradab setidak-tidaknya memiliki common sense (akal sehat)
tentang pendidikan, bahwa pendidikan mempunyai peranan yang sangat
penting dalam kehidupan manusia.
Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan manusia dalam seluruh
aspek kehidupan dan penghidupan. Pendidikan mempunyai pengaruh yang
dinamis dalam kehidupan manusia di masa depan. Pendidikan dapat
mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya secara optimal, yaitu
pengembangan potensi individu yang setinggi-tingginya dalam aspek fisik,
intelektual, emosional, sosial dan spiritual, sesuai dengan tahap
perkembangan serta karakteristik lingkungan fisik dan lingkungan sosial
budaya di mana dia hidup.
3
Disinilah tanggung jawab lembaga pendidikan yang harus
memperhatikan tentang masa depan generasi bangsa ini dengan
membekalinya dengan kecerdasan yang memungkinkan mereka meraih masa
depannya yang cerah yakni dengan kecerdasan spiritual. Meskipun harus pula
disadari bahwa untuk meraih kecerdasan spiritual seseorang tidak bisa kecuali
juga harus memiliki IQ dan IE yang tinggi, disamping tentunya menjalani
kehidupan spiritual itu sendiri.
Kecerdasan spiritual ini bersumber dari fitrah manusia yang modelnya
tidak dibentuk melalui penumpukan memori faktual dan fenomenal akan
tetapi merupakan aktualisasi dari fitrah manusia itu sendiri secara optimal jika
hidup manusia berdasarkan visi dasar dan misi utamanya yakni sebagai „abid
dan sekaligus khalifah dimuka bumi.
Berkaitan dengan kecerdasan spiritual, Islam merupakan agama yang
pandangan dunia tauhidnya sangat prihatin kepada kecerdasan ini. Sebab,
menurut pandangan dunia tauhid Islam manifestasi dari keseluruhan
kecerdasan itu akan tidak bermakna jika tidak berbasikan kecerdasan
spiritualitas. Dengan begitu, kecerdasan spiritual menjadi sentra kepedulian
pendidikan Islam.
SQ atau Kecerdasan Spiritual merupakan kecerdasan yang jarang sekali
dikembangkan di berbagai lembaga pendidikan. Hal ini jika dikaitkan dengan
pernyataan dari penemu dari kecerdasan spiritual Danar Zohar dan Ian
Marshall (2000: 206) karena dalam sejarah ilmu pengetahuan dan psikologi
ilmiah belum menemukan cara untuk mendiskusikan masalah makna dan
perannya dalam hidup kita. Selain itu, kecerdasan spiritual juga dianggap
sebagai hal yang canggung bagi para akademisi karena ilmu pengetahuan
yang ada saat ini tidak dilengkapi dengan perangkat untuk mempelajari
sesuatu yang tidak dapat diukur secara objektif. Padahal menurut Danah
Zohar dan Ian Marshal telah banyak bukti ilmiah mengenai adanya SQ. Dan
itu sebenarnya sudah ada dalam telaah-telaah neurologi, psikologi, dan
antropologi masa kini tentang kecerdasan manusia, pemikirannya, dan proses-
proses linguistik (Efendi, 2005:206).
4
SQ (Spiritual Quotient) atau kecerdasan spiritual berbeda dengan IQ
dan EQ. IQ adalah jenis kecerdasan yang digunakan untuk memecahkan
masalah logika dan strategis. Sementara EQ adalah jenis kecerdasan yang
memberi kita rasa empati, cinta, motivasi, dan kemampuan untuk menanggapi
kesedihan atau kegembiraan secara tepat. Sedangkan SQ adalah jenis
kecerdasan yang memungkinkan manusia menjadi kreatif, mengubah aturan
dan situasi.
Menurut Muhammad Quthub dalam Supriyono (2006: 80), kekuatan
spiritual pada diri manusia merupakan kekuatannya yang paling besar, paling
agung dan paling mampu untuk berhubungan dengan hakikat wujud.
Sedangkan kekuatan fisiknya hanya terbatas pada sesuatu yang dapat
ditangkap oleh indra. Kemampuan akal, meskipun yang paling bebas, namun
masih terbatas ruang dan waktu.
Kekuatan spiritual tidak diketahui batas ataupun ikatannya. Dan hanya
kekuatan spiritual yang mampu berkomunikasi dengan Allah. Terlebih di era
dewasa ini kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi demikian
Pesatnya. Sebagai konsekuensi logis, kita harus menyiapkan sumber daya
manusia yang berkualits, bukan berarti manusia yang hanya menguasai
IPTEK (Ilmu pengetahuan dan teknologi) semata, melainkan harus pula
memiliki IMTAQ (Imam dan taqwa). Dengan demikian bangsa Indonesia
senantiasa mampu mengikuti perkembangan di bidang Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi, juga diharapkan mampu mengantisipasi pengaruh dari luar yang
dapat merusak atau mengancam tatanam hidup, ideology, kepribadian dan
budaya bangsa (Yuliyatun, 2013).
Terlebih dalam menghadapi era globalisasi tersebut, pendidikan
mempunyai tugas yang tidak ringan. Selain mempersiapkan peserta didik
untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan juga
diharapkan dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada tuhan yang
Maha Esa. Peningkatan keimanan dan ketaqwaan dilakukan untuk
mengantisipasi dampak negatif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Oleh karenanya dalam rangka memperkuat keimananan,
5
ketaqwaan terhadap Yuhan Yang Maha Esa serta penanaman nilai moral yang
berlandaskan nilai agama, pendidikan yang berlandaskan nilai agama
dinyatakan sangat penting ditanamkan sejak dini pada remaja yang
mengalami masa perkembangan.Rasulullah juga bersabda dalam hadis yang
diriwayatkan oleh Ibnu Majah yang artinya: “Muliakanlah anak-anakkalian
dan didiklah mereka dengan budi pekerti yang luhur.” (H.R Ibnu Majah).
Dibandingkan dengan masa awal anak-anak misalnya keyakinan agama
remaja telah mengalami perkembangan yang cukup berarti. Kalau pada awal
masa anak-anak ketika mereka baru memiliki kemampuan berfikir simbolik
Tuhan dibayangkan sebagai person yang berada di awan, maka pada masa
remaja mereka mungkin berusaha mencari sebuah konsep yang lebih
mendalam tentang Tuhan dan eksistensi. Perkembangan pemahaman terhadap
keyakinan agama sangat dipengaruhi oleh perkembangan kognitifnya
(Yuliyatun 2013).
Meskipun pada masa awal anak-anak ia telah diajarkan agama oleh
orang tua mereka, namun karena pada masa remaja mereka mengalami
kemajuan dalam perkembangan kognitifnya. Mungkin mereka
mempertanyakan tentang kebenaran keyakinan agama mereka sendiri.
Menurut Muhammad Idrus dalam Desmita (2009:283), pola kepercayaan
yang dibangun remaja bersifat konvensional, sebab secara kognitif, efektif
dan sosial, remaja mulai menyesuaikan diri dengan orang lain yang berarti
baginya (significant others) dan dengan mayoritas lainya.
Zohardan Marshal (2001:10) mengatakan pentingnya menanamkan
kecerdasan Spiritual merupakan sebagai acuan dari agama yang dapat
mempermudah remaja atau siswa dalam memahami makna dari nilai dalam
kehidupan ini. Seperti kemampuan bersikap, siswa yang memiliki
kemampuan ini dapat melepaskan diri dari pengaruh budaya masyarakat
modern.
Untuk mengembangkan moral dan spiritual, pendidikan sekolah formal
yang di tuntut untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan moral
dan spiritual mereka, sehingga mereka dapat menjadi manusia yang moralis
6
dan religious. Sejatinya pendidikan tidak boleh menghasilkan manusia
bermental benalu dalam masyarakat, yakni lulusan pendidikan formal yang
hanya menggantungkan hidup pada pekerjaan formal semata. Pendidikan
selayaknya menanamkan kemandirian, kerja keras dan kreatifitas yang dapat
membekali manusianya agar bisa survive dan berguna dalam masyarakat.
Kecerdasan spiritual yang demikian menjadi berefleksikan ke dalam
sikap hidup yang toleran, terbuka, jujur, penuh cinta dan kasih sayang
terhadap sesama serta mampu menyelesaikan persoalan hidup. Inilah yang
kita sebut level tertinggi, kecerdasan spiritual. Terlebih sebagai seorang
remaja muslim yang merupakan ujung tombak dari suatu negara, seharusnya
memiliki akhlak yang mulia. Diantaranya dengan meningkatkan berbagai
amalan ibadah baik wajib maupun sunnah dalam menjalani hidup secara
spiritual, dan dengan meningkatkan latihan-latihan yang bersifat intelektual.
Kecerdasan spiritual membimbing kita untuk mendidik hati menjadi
benar. Mengingat pentingnya kecerdasan spiritual bagi kehidupan manusia,
termasuk kehidupan anak dan remaja, maka berbagai konsep dibuat guna
membantu seseorang dalam meningkatkan kecerdasan spiritual.
Oleh karena itu, dalam upaya mewujudkan remaja yang seutuhnya atau
sumber daya manusia yang berkualitas tersebut, diperlukan upaya-upaya
konkret secara maksimal. Salah satu diantaranya adalah pembinaan dan
penanaman kecerdasan spiritual.
Tetapi tak banyak sekolah yang mengembangkan kecerdasan spiritual,
saat ini mungkin terbatas hanya di Sekolah Islam atau Pesantren, terutama
untuk jenjang SMP-Mts. Pendidikan formal dan Kecerdasan Kognitif
dianggap lebih penting untuk mencapai keberhasilan seseorang meraih cita-
citanya. Ditambah lagi dengan pemikiran manusia yang mempermudah
sistem hidup (Khan, 2002:69). Anak sekolah sebagian cenderung bukan untuk
memperoleh ilmu, akan tetapi memperoleh ijasah yang bisa digunakan untuk
mendapatkan pekerjaan dan menghasilkan uang.
Padahal Usia SMP adalah masa awal remaja. Mereka banyak
mengalami perubahan, baik jasmaniah maupun ruhaniah. Mereka yang
7
sebelum masa remaja menurut perkataan orang tua, kini sering mulai suka
membantah. Yang biasanya rajin untuk berangkat mengaji, mulai tampak
malas mengaji. Usia yang labil ini kadang membuat orang tua kualahan
dalam mengatasi anaknya.
Dari permasalahan di atas, maka pendidikan saat ini juga semakin
beragam. Baik sekolah formal, informal maupun non formal banyak
macamnya. Salah satu pondok yang menekuni Ilmu Umum
tanpamenyampingkan pengembangan kecerdasan Spiritual yang baru ini
adalah SMP Daarul Qur‟an Colomadu Karanganyar. SMP Daarul Qur‟an
adalah sekolah yang berbasis Pesantren melalui pembinaan ruhiyah, yang
merupakan cabang dari pondok Daarul Qur‟an milik Ustadz Yusuf Mansur
yang berada di Jawa Barat (Majalah DAQU Edisi 06/Juli 2013).
Pembelajaran pada SMP Daarul Qur‟an ini dengan program pengajaran
yang merupakan perpaduan boarding dan sekolah formal atau menggunakan
kurikulum diknas dan pesantren, dengan penguatan penanaman nilai-nilai
spiritual dengan kegiatan amaliah, penguatan Al Qur‟an dan lain-lain.
Berusaha menjawab kebutuhan masyarakat bahwa siswa dapat
mengakomodatifkan pendidikan Islam dan pendidikan formal. Dengan
dibantu tenaga pendidikan yang handal dan profesional di bidangnya masing-
masing, yang berasal dari lulusan universitas dalam negeri dan luar negeri
yang ternama.
Selain potensi akademik baik formal dan non-formal, peserta didik
dieksplorasi potensinya dengan program lifeskill, serta diarahkan agar mereka
memiliki komitmen yang tinggi terhadap bangsa dan lingkungannya. Dan
tidak hanya cerdas dalam ilmu umum, tapi juga mampu membawa para
santrinya cerdas dalam menyikapi kehidupan yang sangat diwarnai budaya
barat ini. Maka diharapkan para santri akan menjadi orang yang cerdas
spiritual dalam kehidupannya (Majalah DAQU Edisi 06/Juli 2013).
Sebagai sekolah formal, SMP Daarul Qur‟an memiliki visi dan misi di
bidang pendidikan. SMP Daarul Qur‟an Colomadu tersebut dikhususkan bagi
anak usia SMP dalam rangka membentuk karakteristik anak yang cerdas
8
dalam spiritualnya tanpa mengesampingkan sekolahnya. Dengan program 4
tahun menekankan pengembangan kecerdasaan spiritual melalui visinya
yaitu:Mencetak generasi Qur‟ani, kreatif, berprestasi yang berakhlak dan
bertakwa. Misinya yaitu: Menyelenggarakan pendidikan Islami dengan active
learning yang profesional, efektif dan efisien; Membentuk karakter yang
mengarah pada sikap semangat berprestasi, proaktif, komunikatif, ikhlas dan
berdedikasi, serta peka terhadap lingkungan dan perkembangan zaman; dan
Mengembangkan sikap keteladanan Rasulullah lewat pembiasaan-pembiasaan
sunnah-sunnahnya (Wawancara Kepala SMP Daarul Qur‟an Colomadu, 16
Januari 2016).
Berdasarkan hasil onbservasi awal pada bulan November 2015, peneliti
memilih sekolah tersebut karena tertarik dengan kualitas anak usia SMP yang
berbeda dengan anak seusianya di zaman sekarang iniyang memiliki nilai
spiritualitas atau akhlak yang mulia dan pengetahuan intelektual yang cukup
baik, padahal mereka juga harus menempuh sekolah umum dengan berbagai
pelajaran umum. SMP yang berdiri sekitar 4 tahun ini mampu menunjukkan
kualitas dan kuantitas yang baik. Di samping itu, latar belakang santri yakni
berasal dari kaum dhuafa dan yatim piatu. Mereka selama mengikuti
pendidikan wajib berada di sekolah/ pondok dibebaskan dari segala biaya
dan diharapkan santri tersebut akan menjadi orang yang cerdas spiritual
dalam kehidupannya.
Berdasarkan latar belakang inilah yang mendorong peneliti untuk
melakukan penelitian tentang “PENGEMBANGAN KECERDASAN
SPIRITUAL PADA SISWA DI SMP DAARUL QUR‟AN COLOMADU,
KARANGANYAR TAHUN 2015/2016”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah di paparkan di dalam latar belakang
masalah di atas, maka menurut penulis ada beberapa mendasar yang menurut
penulis dijadikan sebagai identifikasi masalah, antara lain yaitu :
9
1. Terdapatnya persepsi yang salah, baik dalam keluarga maupun lembaga
pendidikan bahwa proses pembelajaran hanya menekankan kepada salah
satu pengembangan.
2. Proses pembelajaran yang masih menekankan pada pengembangan nilai-
nilai kognitif.
3. Masih minimnya perhatian terhadap pengetahuan pendidik tentang
pentingnya kecerdasan spiritual.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penelitian ini hanya akan
membahas tentang Pengembangan Kecerdasan Spiritual pada Siswa di SMP
Daarul Qur‟an Colomadu, Karanganyar tahun 2015/2016.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas
sebagai langkah awal dan arah yang jelas dalam penelitian ini untuk
pembahasan selanjutnya, maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah perencanaan Pengembangan Kecerdasan Spiritual pada
Siswa di SMP Daarul Qur‟an Colomadu, Karanganyar tahun 2015/2016?
2. Bagaimanakah pelaksanaan Pengembangan Kecerdasan Spiritual pada
Siswa di SMP Daarul Qur‟an Colomadu, Karanganyar tahun 2015/2016?
3. Bagaimanakah evaluasi dan kontrol dalam Pengembangan Kecerdasan
Spiritual pada Siswa di SMP Daarul Qur‟an Colomadu, Karanganyar
tahun 2015/2016?
E. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian tentunya memiliki tujuan yang ingin dicapai, sehingga
dalam penelitian yang dilakukan ini ada titik tujuan yang jelas. Adapun tujuan
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:
10
1. Untuk mengetahui Perencanaan Pengembangan Kecerdasan Spiritual pada
Siswa di SMP Daarul Qur‟an Colomadu, Karanganyar tahun 2015/2016.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan Pengembangan Kecerdasan Spiritual pada
Siswa di SMP Daarul Qur‟an Colomadu, Karanganyar tahun 2015/2016.
3. Untuk mengetahui evaluasi dan kontrol dalam Pengembangan Kecerdasan
Spiritual pada Siswa di SMP Daarul Qur‟an Colomadu, Karanganyar
tahun 2015/2016.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teori
a. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran akan pentingnya Bagaimana
Pengembangan Kecerdasan Spiritual pada Siswa di SMP Daarul
Qur‟an Colomadu, Karanganyar tahun 2015/2016.
b. Untuk menambah pengetahuan penulis mengenai pengembangan
kecerdasan spiritual.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai motivator bagi para pengajar dan para siswa akan pentingnya
Pengembangan Kecerdasan Spiritual.
b. Memberikan masukan kepada para pengajar di Daarul Qur‟an
Colomadu, Karanganyar dalam upaya meningkatkan kecerdasan
spiritual.
c. Memberikan kontribusi kepada masyarakat dalam rangka
meningkatkan kecerdasan spiritual.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Kecerdasan Spiritual (SQ)
a. Pengertian Kecerdasan Spiritual
Sebelum membahas lebih jauh tentang kecerdasan spiritual, maka
terlebih dahulu di sini kita perlu menyinggung sedikit tentang IQ dan
EQ. Maka akan disinggung sedikit tentang Kecerdasan Intelektual dan
Emosional Sebagaimana diketahui, IQ atau kecerdasan intelektual
sejauh ini lebih merujuk pada aspek kecerdasan logik-matematik dan
kecerdasan verbal-linguistik semata. Dalam konteks tersebut,
kecerdasan dipandang bersifat tunggal dan tak dapat berubah. Artinya,
tak ada kecerdasan lain di luar IQ, dan sekali IQ sesorang sudah divonis
(misalnya seseorang itu pintar, atau bodoh atau sedang-sedang saja) .
Kecerdasan emosional ini, menurut penelitian Goleman, lebih
menentukan keberhasilan dan kebahagian seseorang dibanding
kecerdasan intelektual (IQ). Dan kecerdasan emosi (EQ) perlu
dipandang sebagai landasan bagi penggunaan IQ secara efektif. Harus
diakui kecerdasan intelektual dan kecerdasan emotional memiliki peran
penting dalam kehidupan dan keberhasilan seseorang. Namun harus
digaris bawahi bahwa memiliki kecerdasan intelektual dan kecerdasan
emosional saja belumlah cukup dalam menjamin kebahagiaan hidup.
Sehingga diperlukan keseimbangan antara kecedasan intelektual dan
kecerdasan emosional. Untuk menyeimbangkan antara kecerdasan
intelektual dengan kecerdasan emosional diperlukan kecerdasan lain.
Kecerdasan itu disebut dengan “kecerdasan spiritual”(Zohar, 2000:4-5).
Demikian tadi sudah dijelaskan mengenai IQ dan EQ. Untuk
selanjutnya akan dijelaskan mengenai apa itu SQ atau kecerdasan
spiritual. Kecerdasan berasal dari kata cerdas yang berarti Sempurna
perkembangan akal budinya (untuk berpikir, mengerti dan sebagainya).
Sedangkan kecerdasan yaitu perbuatan mencerdaskan kesempurnaan
11
12
perkembangan akal budi (Depdiknas, 2007:105). Spiritual yaitu
berkenaan dengan hati dan kepedulian antar sesama manusia, makhluk
lain dan alam sekitar berdasarkan keyakinan akan adanya Tuhan Yang
Maha Esa.
Orang-orang yang cerdas secara spiritual adalah orang yang sangat
sadar akan semesta batinnya, mudah diidentifikasi dengan pengalaman
dan merasa begitu selaras dengan pengalaman sehingga ia mampu
mengenalikan dirinya. Kecerdasan spiritual dapat membantu kita
menyembuhkan dan membangun diri kita secara utuh.Banyak sekali
diantara kita yang saat ini menjalani hidup yang penuh luka dan
berantakan.
Berbeda dengan kecerdasan umum (IQ), yang memandang dan
menginterpresikan suatu dalam kategori kuantitatif (data dan fakta)
serta gejala (fenomena).Kecerdasan spiritual memandanga dan
menginterpretasikan suatu tak hanya bersifat kuantitatif dan fenomental,
tetapi melangkah lebih jauh dan mendalam, yakni pada dataran empiric
dan ontology (substansial).Kecerdasan spiritual juga berbeda dengan
kecerdasan emosional, dalam melihat dan menyadari diri.Pada
kecerdasan emosional, manusia melihat dilihat dan dianalisa dalam
batas-batas psikologis dan sosial, sementara pada kecerdasan spiritual,
manusia diinterpretasikan dan dipandang eksistensinya sampai pada
dataran noumental (fitrah) dan universitas (Suharsono, 2002:139).
Orang-orang yang masuk dalam kategori ini, yakni memiliki
kecerdasan spiritual, biasanya memiliki dedikasi kerja yang lebih tulis
dan jauh dari kepentingan pribadi (egoisme), apalagi bertindak dzolim
kepada orang lain. Motivasi-motivasi yang mendorongnya untuk
melaukan sesuatu juga sangat khas, yakni pengetahuan dan
kebenaran.Maka, sebagaimana disimak dari sejarah hidup para nabi dan
biografi orang-orang cerdas dan kreatif, biasanya memiliki kepedulian
terhadap sesame, memiliki integritas moral yang tinggi, shaleh dan
tentu juga integritas sosial.
13
Dalam Ilmu Psikologi mulai mengarahkan perhatiannya pada
dimensi spiritualitas manusia, tepatnya pada tahun 1969, yakni ketika
Journal of Transpersonal Psyhology pertama kali diterbitkan. Dalam
jurnal tersebut banyak penelitian yang dilakukan untuk memahami
gejala-gejala ruhaniah, seperti peak experience, pengalaman mistis,
ekstasi, kesadaran ruhaniah, kesadaran kosmis, aktualisasi
transpersonal, pengalaman spiritual dan akhirnya kecerdasan spiritual.
(Rahmat, 2001:27)
Menurut Zohar (2000),kecerdasan spiritual adalah kecerdasan
untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai.
Kecerdasan yang dapat membuat kita menempatkan perilaku dan hidup
dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk
menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna
dibandingkan dengan yang lain.
Menurut Tasmara (2001), kecerdasan ruhaniah (spiritual) adalah
kecerdasan yang berpusat pada rasa cinta yang mendalam kepada Allah
dan seluruh ciptaan-Nya. Sebuah keyakinan yang mampu mengatasi
seluruh perasaan yang bersifat materi, bersifat sementara dan
fana.Kecerdasan ini memberi bentuk kesempatan kepada manusia untuk
berbuat, tetapi kebebasannya harus disertai dengan rasa cinta yang
melahirkan tanggung jawab dengan menempatkan mahabbah lillah
sebagai kebenaran tertinggi dan upaya itu berada pada nilai-nilai
keimanan kepada Illahi.
Kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna
ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah
dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia seutuhnya (insan
kamil), dan memiliki pola pemikiran tauhid (integralistik), serta
berprinsip “hanya kepada Allah SWT”(Ginanjar, 2001: 57)
Jika IQ kecerdasan manusia yang terutama diggunakan untuk
berhubungan dengan dan untuk mengelola alam. Jika IQ setiap orang
dipengaruhi materi otaknya dan ditetkan oleh faktor genetika, dan EQ
14
seseorang dipengaruhi oleh kondisi dalam dirinya dan masyarakat
sekelilingnya, seperti adat dan tradisi, maka SQ adalah kecerdasan
manusia yang digunakan untuk “berhubungan” dengan Tuhan yang
tidak dibatasi oleh faktor keturunan, lingkungan, atau materi-materi
lainnya (Novan Ardy Wiyani, 2012: 62)
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, Hasan alwi (2003),
kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang berkenaan dengan hati dan
kepedulian antar sesama manusia, makhluk lain dan alam sekitar
berdasarkan keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa.
Sehingga Kecerdasan spiritual pada dasarnya menunjukkan adanya
hati murni dan sifat-sifat mulia serta potensi luar biasa yang terpendam
dalam setiap diri manusia, antara lain bermanfaat untuk pengembangan
pribadi dengan karakter yang baik, dengan menyadari, menghargai,
mensyukuri berbagai potensi diri sebagai insane istimewa ciptaan Allah
SWT (Jalaludin, 2000: 68).
Orang yang cerdas spiritual tidak saja mampu menyelesaikan
problem-problem kehidupannya, tetapi bahkan karya-karyanya juga
sangat berarti bagi masyarakat dan umat manusia pada umumnya.
(Suharsono, 2001: 42)
Kecerdasan spiritual dalam pandangan Islam adalah kemampuan
untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan.
Dalam Islam sendiri memandang bahwa kecerdasan spiritual berkaitan
dengan sifat istiqamah, kerendahan hati, berusaha dan berserah diri,
ketulusan, keseimbangan, integritas dan penyempurnaan itu semua
dinamakan Akhlakul Karimah (Agustian, 2001:280)
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan, kecerdasan
spiritual adalah kecerdasan mendasar yang berada dalam dimensi non
material (ruh manusia) yang diperoleh melalui penghayatan ketuhanan
yang digunakan untuk memahami dan memecahkan persoalan makna
dan nilai dalam kehidupan.
15
b. Pembuktian Adanya Kecerdasan Spiritual
1) Antara Ilmiah-Empiris dan Literal-Metafisis
Dengan membuktikan adanya kecerdasan spiritual, secara
ilmiah-empiris didapatkan melalui serangkaian penelitian,
sementara literal-metafisis berdasarkan teks ayat yang ada di
dalam al Qur‟an maupun hadist.
Penelitian yang dilakukan neolog Austria Wolf Singer pada
tahun 1990 tentang “Problem Ikatan” membuktikan adanya proses
saraf dalam otak yang dicurahkan untuk menyatakan dan memberi
makna pada pengalaman manusia. Suatu jaringan saraf yang secara
literal “mengikat” pengalaman manusia secara bersama.Inti dari
penelitian Singer di atas adalah adanya osilasi saraf penyatu yang
menawarkan adanya pemikiran jenis ketiga yang dapat menjawab
pertanyaan mengenai makna, yakni SQ.
Penelitian terbaru dilakukan oleh neurology V.S
Ramachandran pada tahun 1997 bersama timnya di Universitas
California yang menemukan adanya titik Tuhan atau God Spot
dalam otak manusia. Inti penelitian ini memperlihatkan bahwa
Titik Tuhan atau God Spot tidak membuktikan adanya Tuhan,
tetapi menunjukkan bahwa otak telah berkembang untuk
menyatakan “pertanyaan-pertanyaan pokok”, untuk memiliki dan
menggunakan kepekaan terhadap makna dan nilai yang lebih luas.
(Agustian, 2003: 57)
Dalam Islam pembuktian kecerdasan spiritual secara literal-
metafisis yang menjadi acuan para ilmuan muslim terdapat dalam
ayat al Qur‟an.
QS al-Rum:30
16
Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah)
agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
(Depag RI, 1994: 645)
Fitrah sangat terkait dengan God Spot (Titik Tuhan). God
Spot seharusnya tidak dilihat sebatas potensi fisik dan psikis saja,
tapi juga sebagai sumber suara hati, yakni kebenaran sejati yang
tidak bisa ditipu oleh apapun.Suara hati yang berasal dari God Spot
inilah yang membimbing seseorang ke jalan fitrah.
Menurut Ary Ginanjar Agustian, setiap orang pada
dasarnya memiliki suara hati yang sama. Pada saat kondisi fitrah,
manusia merasakan suara hati yang sama yang berasal dari sifat-
sifat Allah yang Allah tiupkan ke dalam jiwa manusia. Dan inilah
yang disebut dengan God Spot atau fitrah (Agustian, 2001: 46)
Selanjutnya ayat kedua yang menjelaskan tentang
“perjanjian Primordial” antara manusia dengan Tuhannya:
QS al A‟raf:172
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-
anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini
Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami
menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
17
kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam)
adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".
(Depag RI, 1994: 250)
Ayat tersebut menegaskan, bahwa manusia dalam keadaan
pra eksistensinya mengakui Allah sebagai Tuhannya.Bukti adanya
perjanjian ini menurut Muhammad Abduh adalah fitrah iman di
dalam jiwa setiap manusia.Menurut Prof. Dr.N. Dryakarna dalam
Agustian (2001: 11) yang membuktikan hal itu ialah adanya suara
hati manusia. Suara hati itu adalah suara Tuhan yang terekam di
dalam jiwa manusia, karenanya bila manusia hendak berbuat jahat,
pasti suara hatinya akan melarang, sebab Tuhan tidak menyukai
manusia berbuat tidak baik. Jika perbuatan buruk itu tetap
dilaksanakan, pada akhirnya akan muncuk perasaan menyesal.
2) Antara Ilahiyah dan non-Ilahiyah
Dalam Islam, pembuktian kecerdasan spiritual berhubungan
dengan Tuhan atau sifat Illahiyah, karena kecerdasan spiritual
berasal dari Tuhan. Ayat yang menunjukkan kecerdasan spiritual
bersifat Illahiyah, salah satunya ayat tentang ruh sebagai berikut:
QS al- Hijr: 29
Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah
meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu
kepadanya dengan bersujud. (Depag RI, 1994: 393)
Ayat ini dengan tegas menyatakan, bahwa ruh yang berada
dalam diri manusia merupakan pemberian langsung dari Allah
tanpa adanya campur tangan dari pihak lain. Ruh inilah sebagai
unsur ketiga, yang memungkinkan manusia untuk mengakses
kecerdasan spiritual.
Menurut agama, jelas manusia memiliki potensi Illahhiah,
fitrah keagamaan yang cenderung kepada kebenaran (hanif), lebih
18
mudah berbuat baik dibanding berbuat jahat (QS al Baqarah: 266),
memiliki kemampuan mengenal Tuhan (QS al A‟raf: 87, 172),
untuk tanduk kepada Tuhan (QS al Hijr: 29).
Berbeda dengan Psikologi, adanya Titik Tuhan atau God
Spot dalam otak manusia tidak untuk membuktikan keberadaan
Tuhan atau bersifat non Illahiah. Tentang hal ini sebagaimana yang
dinyatakan oleh neurology Persinger dan Ramachandran:
Titik Tuhan (God Spot) atau Modul Tuhan (God Module)
sebagai penanaman terhadap lobus temporal yang berkaitan
dengan pengalaman religious atau spiritual dan telah berevolusi
di dalam otak, untuk tujuan tertentu, tetapi mereka juga
menembahkan bahwa hai ini tidaklah membuktikan bahwa
Tuhan benar-benar ada atau bahwa manusia benar-benar
berkomunikasi dengan-Nya. (Danah Zohar dan Ian Marshall,
2001: 82)
Sementara Danah Zohar dan Ian Marshall berpendapat
bahwa SQ bisa berhubungan dengan Tuhan, tetapi tidak mesti SQ
berhubungan dengan agama. Bagi sebagian orang, SQ mungkin
menemukan cara pengungkapan melalui agama formal, tetapi
beragama tidak menjamin SQ tinggi. Banyak orang humanis dan
atheis memiliki SQ tinggi; sebaliknya, banyak orang yang religious
dalam beragama, tapi memiliki SQ rendah. (Danah Zohar dan Ian
Marshall, 2001: 8)
c. Ciri-ciri Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual yang berkembang dengan baik akan
ditandai dengan kemampuan seseorang untuk bersikap fleksibel dan
mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, memiliki tingkat
kesadaran yang tinggi, mampu menghadapi penderitaan dan rasa sakit,
mampu mengambil pelajaran yang berharga dari suatu kegagalan,
mampu mewujudkan hidup sesuai dengan visi dan misi, mampu
melihat keterkaitan antara berbagai hal, mandiri dan membuat
seseorang mengerti akan makna hidupnya.
19
Menurut Sinetar (2001), kecerdasan spiritual memiliki enam
ciri:
1) Mempunyai kesadaran diri mendalam, sehingga bisa menyadari
situasi dan kondisi yang datang dan menanggapinya dengan positif.
2) Mempunyai visi dan memahami tujuan hidup, sehingga kualitas
hidupnya diilhami oleh visi dan nilai-nilai kebaikan yang
dianutnya.
3) Mampu bersikap fleksibel secara spontan dan aktif untuk mencapai
hasil yang baik, berpandangan yang pragmatis (sesuai kegunaan)
dan efisien tentang realitas.
4) Berpandangan holistik, yang melihat keterkaitan peristiwa dalam
berbagai hal sebagai suatu rencana yang indah dari Tuhan di dalam
kehidupannya.
5) Mampu melakukan perubahan dalam bidang-bidang kehidupan
yang ditekuninya, tanpa harus menjatuhkan orang lain.
6) Mampu menjadi sumber inspirasi bagi orang lain, mempunyai
gagasan-gagasan yang segar, unik dan spektakuler.
7) Mampu melakukan refleksi diri dan memilah-milah mana yang
menjadi prioritas dalam hidupnya. (Monty P. Satiadarma & Fidelis
E. Waruwu, 2003: 46)
Menurut Danah Zohar dan Ian Marshall tanda-tanda dari SQ
yang telah berkembang dengan baik mencakup hal-hal berikut:
1) Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif)
2) Tingkat kesadaran yang tinggi.
3) Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan.
4) Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit.
5) Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai.
6) Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu.
7) Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal
(berpandangan holistik)
20
8) Kecenderungan nyata untuk bertanya “Mengapa?” atau
“Bagaimana jika?” untuk mencari jawaban-jawaban yang
mendasar.
9) Menjadi apa yang disebut oleh para psikolog sebagai “bidang-
mandiri” yaitu memiliki kemudahan untuk bekerja melawan
konvensi.
Seseorang yang tinggi SQ nya juga cenderung menjadi seorang
pemimpin yang penuh pengabdian, yaitu seorang yuang bertanggung
jawab untuk membawakan visi dan nilai yang lebih tinggi kepada
orang lain dan menggunakan petunjuk penggunaanya. Dengan
perkataan lain, seseorang yang memberi inspirasi kepada orang lain.
(Zohar dan Marshall, 2001: 14)
Menurut Tasmara (2003: 1-38) mengungkapkan 8 indikator
kecerdasan spiritual, diantaranya adalah:
1) Merasakan kehadiran Allah
2) Berdizikir dan berdoa
3) Memiliki kualitas sabar
4) Cenderung pada kebaikan
5) Memiliki empati yang kuat
6) Berjiwa besar
7) Bahagia melayani
8) Memiliki visi.
Dari penjelasan atas dapat disimpulkan kalau pribadi yang
memiliki kecerdasan spiritual dengan ciri-ciri diantaranya:
1) Merasa kehadiran Allah
Orang yang memiliki kecerdasan spiritual selalu merasakan
kehadiran Allah dimana saja mereka berada. Mereka meyakini
adanya kamera ilahiah yang terus menyoroti qalbunya, dan mereka
merasakan serta menyadari bahawa seluruh detak hatinya diketahui
dan dicatat Allah tanpa ada satupun yang tercecer (Tasmara,2003:
14)
21
2) Memiliki tingkat kesadaran
Dalam pendapat Danah Zohar mengenai ciri-ciri
kecerdasan spiritual yaitu, orang yang memiliki tingkat kesadaran
tinggi, keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu,
dan kualitas hidupnya diilhami oleh visi dan nilai, ketiga hal ini
tidak bisa dipisahkan, apabila orang yang memiliki tingkat
kesadaran tinggi dalam hidupnya, maka dia akan enggan untuk
berbuat yang tidak baik, seperti dalam mentaati rambu-rambu lalu
lintas, dia senantiasa mentaati peraturan yang berlaku, karena dia
sadar akan pentingnya, keselamatan dan ketertiban dalam
berkendaraan, dan orang ini juga telah mempunyai kualitas hidup,
karena diilhami oleh nilai-nilai, berupa norma hukum demi
keselamatan semua orang.
Ketiga ciri yang dikatakan Zohar dan Marshall yaitu
memiliki tingkat kesadaran tinggi, kualitas hidup yang diilhami
oleh visi dan nilai, dan kengganan untuk menyebabkan kerugian
yang tidak perlu, ini hampir sama dengan ciri-ciri yang
diungkapkan oleh Ary Ginanjar Agustian yaitu istiqomah, karena
secara terminologi, menurut Tasmara istiqomah diterjemahkan
sebagai bentuk kualitas batin yang melahirkan sikap konsisten dan
teguh pada pendirian untuk menegakkan dan membentuk sesuatu
menuju kepada kesempurnaan atau kondisi yang lebih baik.
Apabila orang yang memiliki sifat istiqomah, dia akan konsisten
dalam berbuat baik, karena dia memiliki tingkat kesadaran tinggi,
untuk menjalani nilai-nilai, seperti norma yang ia pegang dalam
hidupnya (Tasmara, 2003: 203).
3) Rendah hati
Orang yang memiliki kecerdasan spiritual, yaitu memiliki
sifat rendah hati, yaitu sifat, dimana seseorang merasa segala
nikmat yang ia dapatkan, semata-mata karena Allah, dan dia tidak
mengaggap dirinya lebih mulia dari orang lain, tapi dia akan
22
menghargai orang lain, dan menjauhkan diri dari sifat
menyombongkan dirinya sendiri.
4) Ikhlas
Ikhlas adalah orang yang melakukan sesuatu karena Allah
dan mengharapkan ridha Allah SWT. Ikhlas ada hubungannya
dengan cirri yang diungkapkan oleh Zohar dan Marshall yaitu,
kemampuan untuk menghadapi dan melampui rasa sakit (cobaan),
seseorang akan mampu menghadapi segala cobaan, apabila dia
memiliki sifat tawakkal terhadap segala ketentuan Allah, kemudian
ikhlas menerimanya.
5) Sabar
Sabar adalah kemampuan untuk mengendalikan diri,
menghindari hawa nafsu yang mengajak ke hal-hal negatif. Sabar
berarti terpatrinya sebuah harapan yang kuat untuk menggapai cita-
cita sehingga membuat diri manusia menjadi makhluk yang kuat
dan tidak putus asa dalam menghadapi masalah atau ujian dari
Allah (Syairozi, 2002: 153)
d. Faktor Penghambat Kecerdasan Spiritual
Sedangkan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional
mempunyai hambatan. Orang yang tidak amu belajar dan tidak
mempunyai kemampuan, IQ nya akan rendah. Orang yang tidak
mempunyai motivasi untuk berlatih, akan memiliki EQ rendah. Untuk
meningkatkan IQ dan EQ seseorang harus mempunyai kehendak yang
keras untuk belajar dan berlatih secara terus menerus.Sedangkan orang
yang ingin meningkatkan SQ nya, orang tersebut selain belajar,
berlatih secara disiplin juga dianjurkan untuk selalu bertanya,
mempunyai kepenasaran yang tinggi mencoba menghubungkan
variable-variabel yang kontradiktif dan berfikir secara independen.
23
Ada tiga sebab yang membuat seseorang terhambat secara
spiritual:
1) Tidak mengembangkan beberapa bagian dari dirinya sendiri sama
sekali.
2) Tidak mengembangkan beberapa bagian, namun tidak proporsional
atau dengan cara yang negative atau diskriptif.
3) Bertentangan atau buruknya hubungan antara bagian-bagian (Zohar
dan Marsall, 2001:44).
Kondisi jiwa yang kehilangan spiritual merupakan sumber
segala macam penyakit.Orang ini mempunyai jalan hidup destruktif
terhadap dirinya maupun masyarakat.Contohnya penyakti AIDS adalah
perbuatan orang yang memuaskan diri sendiri, berpikir dan
hedonis.Perbuatan-perbuatan itu mencermintan SQ rendah.
e. Manfaat Kecerdasan Spiritual
Banyak sekali manfaat yang diperoleh , bila kita mampu cerdas
spiritual. Adapun manfaat cerdas spiritual diantaranya , yaitu:
1) Kecerdasan spiritual dapat menjadikan kita kreatif. Kita
menghadirkan kecerdasan spiritual ketika ingin menjadi luwes,
berwawasan luas, atau spontas secara kreatif.
2) Kita menggunakan kecerdasan spiritual untuk berhadapan dengan
masalah eksistensial , yaitu saat kita secara pribadi merasa
terp[uruk, terjebak oleh kebiasaan, kekwatiran dan masalah masa
lalu kita akibat penyakit dan kesedihan.
3) Kecerdasan spiritual adalah pedoman saat kita berada “di ujung”.
„ujung” adalah suatu tempat bagi kita untuk menjadi sangat kretif.
Kecerdasan spiritual, pemahaman kita yang dalam dan instuitif
akan makna dan nilai, merupakan petunjuk bagi kita saat berada
diujung. Kecerdasan spiritual adalah hati nurani kita.
4) Kecerdasan spiritual menjadikan kita lebih cerdas secara spiritual
beragama.
24
5) Kecerdasan spiritual memungkinkan kita untuk menyatukan hal-hal
yang bersifat intrapersonal dan interpersonal , serta menjembatani
kesenjangan antara diri dan orang lain.
6) Kita menggunakan kecerdasan spiritual untuk mencapai
perkembangan diri yang lebih utuh karena kita memiliki potensi
untuk itu.
7) Kecerdasan spiritual dapat membantu di dalam menghadapi
masalah baik dan buruk, hidup dan mati, dan asal-usul sejati dari
penderitaan dan keputusan manusia.(Zohar dan Marshal, 2000:12-
13)
Dari berbagai manfaat kecerdasan spiritual tersebut, tentu saja
akan menjadikan manusia menjadi insan kamil yang sesuai dengan
ajaran Agama Islam. Akhlakul karimah akan dimiliki oleh mereka yang
mampu mengaplikasikan kecerdasan spiritual dalam kehidupannya.
Baik dalam kehidupan pribadi, sosial, maupun dalam bermasyarakat.
f. Aspek-Aspek Kecerdasan Spiritual
Menurut Agustian (2001:98) dalam meningkatkan kecerdasan
spiritual ada aspek-aspek yang harus diperhatikan yaitu aspek
Ketuhanan (God-Spot), aspek ketaguhan pribadi dan aspek ketangguhan
sosial. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1) Tauhid
Kemampuan melihat sesuatu secara jernih dan objektif harus
didahului oleh kemampuan mengenali faktor-faktor yang
mempengaruhinya, caranya adalah dengan mengembalikan manusia
pada fitrah hatinya atau “God-Spot”, sehingg manusia akan mampu
melihat dengan “Mata Hati” mampu melihat dengan tepat,
memprioritaskan dengan benar.
Dengan cara melihat secara objektif, maka keputusan yang
diambil akan benar dengan cara yang adil dan bijaksana sesuai
dengan fitrah dan suatu hati. Berdzikir dan bertasbih dengan
mengingat kesucian nama Tuhan setiap hari akan terus menerus
25
membantu dan mengendalikan kejernihan hati manusia. Maka ia
akan mampu melihat sesuatu permasalahan tanpa dilandasi latar
belakang, pembanding diri sudut pandangan subjektif, tetapi melihat
sesuatu secara apa adanya (Agustian, 2001:46).
Langkah pengenalan dan pemberian God-Spot disebut “zero
mind process” atau pembentukan hati dan pikiran yang jernih dan
suci. Dia akan siap untuk menghadapi berbagai rintangan karena
mampu bersikap positif dan akan tanggap terhadap rintangan karena
mampu bersikap positif dan akan tanggap terhadap sesuatu peluang
serta bisa menerima pemikiran baru tanpa dipengaruhi hal-hal yang
membelenggu.
Merdeka dalam berfikir, dan hasilnya akan terciptakan pribadi-
pribadi yang kreatif, berwawasan luas, terbuka atau fleksibel,
mampu berfikir jernih dan God-Spot anda akan kembali bercahaya
(Agustian, 2001:47). Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al
qur‟an surat Huud ayat 5.
“Ingatlah, Sesungguhnya (orang munafik itu) memalingkan
dada mereka untuk Menyembunyikan diri daripadanya
(Muhammad). Ingatlah, di waktu mereka menyelimuti dirinya
dengan kain, Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan
apa yang mereka lahirkan, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
segala isi hati.”
26
Dalam surat Ar-Rum ayat 30 yaitu:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama
Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah)
agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Fitrah Allah Maksudnya ciptaan Allah.Manusia diciptakan
Allah beragama naluri.Yaitu agama tauhid, kalau ada manusia tidak
beragama tauhid.Maka hal itu tidak wajar, mereka tidak beragama
tauhid ini hanyalah lantaran pengaruh lingkungan.
Salah satu tugas manusia di muka bumi adalah menjadi
khalifah untuk menjalankan visi rahmatan lil‟alamin, dengan tetap
berprinsip dan bersujud hanya Allah Yang Maha Esa.
g. Langkah-Langkah menuju Kecerdasan Spiritual
Berikut ini langkah-langkah ataupun cara yang bisa dilakukan serta
dipelajari manusia dalam kehidupannya agar memiliki kecerdasan
spiritual dalam dirinya. Menurut Sukidi (20005: 77), langkah-langkah
tersebut, yaitu:
1) Menyadari di mana saya sekarang
2) Merasakan dengan kuat bahwa saya ingin berubah
3) Merenungkan tentang dirinya sendiri dan apakah motivasi saya
yang paling dalam
4) Menemukan dan mengatasai rintangan
5) Menggali banyak kemungkinan untuk melangkah maju
6) Menetapkan hati saya pada sebuah jalan
7) Tetap menyadari bahwa ada banyak jalan
27
2. Pengembangan Kecerdasan Spiritual
Menurut Iskandar Wiryokusumo dalam Zaini (2014),
pengembangan adalah upaya pendidikan baik formal maupun non formal
yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur, dan
bertanggungjawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan,
membimbing, dan mengembangkan suatu dasar kepribadian yang
seimbang, utuh dan selaras, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan
bakat, keinginan serta kemampuan-kemampuannya, sebagai bekal untuk
selanjutnya atas prakarsa sendiri menambah, meningkatkan dan
mengembangkan dirinya, maupun lingkungannya ke arah tercapainya
martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi yang
mandiri.
Pendidikan agama memberikan ruang pembelajaran anak dalam
memahami eksistensi Allah SWT dan keberadaan manusia sebagai
makhluk ciptaan-Nya yang memiliki tugas untuk beribadah. Sudah saatnya
bagi para orang tua dan para pendidik untuk menanamkan nilai-nilai
agama sebagai dasar rujukan utama mengenal nilai-nilai kemanusiaan,
nilai-nilai ilahiyah dan relevansinya dalam berkehidupan bermasyarakat.
Nilai-nilai itulah yang akan membentangkan potensi kecerdasan spiritual
anak. Yuliyatun, 2013).
Menurut Rahmat dalam Yuliyatun (2013), kiat-kiat
mengembangkan kecerdasan spiritual (SQ) anak yakni:
a. Jadilah kita “gembala spiritual” yang baik,
b. Bantulah anak untuk merumuskan “missi” hidupnya,
c. Baca kitab suci bersama-sama dan ditambah penjelasan maknanya
dalam kehidupan kita,
d. Ceritakan kisah-kisah agung dari tokoh-tokoh spiritual,
e. Diskusikan berbagai persoalan dengan perspektif ruhaniah,
f. Libatkan anak dalam kegiatan-kegiatan ritual keagamaan diluar
sekolah (ex:ekstrakurikuler keagamaan)
28
g. Bacakan puisi-puisi, atau lagu-lagu yang spiritual dan
inspirasional,
h. Bawa anak untuk menikmati keindahan alam,
i. Bawa anak ke tempat-tempat orang yang menderita, dan
j. Ikut-sertakan anak dalam kegiatan-kegiatan sosial.
Jadi, pendidikan agama yang diiringi dengan tujuan potensi alisasi
kecerdasan spiritual ini akan lebih memahamkan anak pada penghayatan
nilai ajaran Islam yang tidak terbatas pada tujuan ketaatan menjalankan
ibadah saja,tetapi juga penghayatan akan nilai dan cakupan makna terdalam
dalam setiap laku ibadahnya (Yuliyatun, 2013).
B. Kajian Penelitian Terdahulu
Pada dasarnya, suatu penelitian tidak selalu dimulai dari nol secara murni.
Akan tetapi pada umumnya telah ada penelitian sebelumnya yang sejenis
sebagai dasar/awalnya. Maka, peneliti juga perlu mengenal penelitian
sebelumnya yang ada relevansinya dengan penelitian saat ini.
Penelitian Siti Zulaikha (2014) berjudul Pengaruh Tadarus Al Qur‟an
terhadap Kecerdasan Spiritual (Ikhlas) di SDIT MTA Gemolong Kabupaten
Sragen Tahun 2014/2015 bertujuan untuk: (1) mengetahui pengaruh tadarus
AlQur‟an terhadap kecerdasan spiritual (ikhlas) di SDIT MTA Gemolong
kabupaten Sragen tahun 2014/2015, (2) Mengetahui besarnya tingkat
pengaruh tadarus AlQur‟an terhadap kecerdasan spiritual (ikhlas) di SDIT
MTA Gemolong Kabupaten Sragen tahun 2014/2015. Jenis penelitian ini
adalah kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SDIT
MTA Gemolong tahun ajaran 2014/2015. Teknik pengumpulan data berupa
angket, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan adalah
teknik regresi linier sederhana, uji t, uji f, dan uji determinasi. Hasil penelitian
menunjukan (1) tadarus Al-Qur‟ an berpengaruh signifikan terhadap
kecerdasan spiritual (iklas) di SDIT MTA Gemolong Kabupaten Sragen tahun
ajaran 2014/2015 yang ditunjukkan dengan uji hipotesis yang diperolah nilai
signifikansi 0,000 < 0,05 dan thitung > ttabel yaitu 9,923 > 1,996 sedangkan
29
perolehan dari uji keberartian linier adalah (0,000 < 0,05) dan fhitung > ftabel
dengan df (1,69) α = 5%, maka (98,462 > 3,98), (2) dari hasil uji determinasi
sebesar 0,579 menunjukan bahwa tadarus Al-Qur‟an berpengaruh besar
terhadap kecerdasan spiritual (ikhlas) di SDIT MTA Gemolong Kabupaten
Sragen tahun 2014/2015 yang ditunjukan dengan hasil uji determinasi (R2)
sebesar 0,579 artinya bahwa besarnya pengaruh tadarus Al-Qur‟an terhadap
kecerdasan spiritual (ikhlas) adalah sebesar 57,9% sedangkan 42,1% sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah: 1) penelitian
diatas menggunakan metode kuantitatif, penelitian ini menggunakan metode
kualitatif; 2) penelitian diatas menekankan kecerdasan spiritual pada poin
ikhlas, penelitian ini menekankan kecerdasan spiritual secara umum; dan 3)
penelitian diatas menekankan observasi pada kegiatan tadarus/membaca kitab
bersama-sama, penelitian ini menekankan kegiatan pembelajaran secara
holistik/terintegrasi.
Penelitian dari Gamar Al Haddar (2016) berjudul Upaya
Pengembangan Kecerdasan Spiritual Siswa melalui Kegiatan Ekstrakurikuler
Rohani Islam di SMP Yapan Indonesia Depok bertujuan untuk mengetahui (1)
keadaan kegiatan ekstrakurikuler rohani Islam SMP YAPAN Indonesia. (2)
keadaan kecerdasan spiritual siswa SMP YAPAN Indonesia (3) upaya dalam
pengembangan kecerdasan spiritual siswa SMP YAPAN Indonesia melalui
kegiatan ekstrakurikuler rohani Islam.
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian
kualitatif. Hasil Penelitian ini menyimpulkan hal-hal sebagai berikut
bahwasanya (1) Berbagai kegiatan yang ada dalam kegiatan ekstrakurikuler
ROHIS, dimulai dari program harian, program mingguan dan
programtahunannya mendukung terhadap pengembangan kecerdasan spiritual
siswa SMP YAPAN Indonesia. (2) Karakteristik siswa SMP YAPAN
Indonesia yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi, ditunjukkan
olehbeberapa hal berikut yakni : siswa mampu menyelesaikanpersoalannya
tidak dengan emosi, siswa mampumematuhi berbagai peraturan yang ada,
30
siswa mampu mengembangkan kreativitas yang dimilikinya, siswa
mampu merenungkan persoalan yang dihadapinya, dan siswa mampu
bertindak positif yang berorientasi pada nilai-nilai Ketuhanan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah penelitian
diatas menekankan observasi pada kegiatan ekstrakurikuler Rohani Islam,
penelitian ini menekankan kegiatan pembelajaran secara holistik/terintegrasi
C. Kerangka Berpikir
Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan manusia dalam seluruh
aspek kehidupan dan penghidupan. Pendidikan mempunyai pengaruh yang
dinamis dalam kehidupan manusia di masa depan. Pendidikan dapat
mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya secara optimal, yaitu
pengembangan potensi individu yang setinggi-tingginya dalam aspek fisik,
intelektual, emosional, sosial dan spiritual, sesuai dengan tahap
perkembangan serta karakteristik lingkungan fisik dan lingkungan sosial
budaya di mana dia hidup.
Oleh karenanya dalam menghadapi era globalisasi, pendidikan
mempunyai tugas yang tidak ringan. Selain mempersiapkan peserta didik
untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan juga
diharapkan dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada tuhan yang
Maha Esa. Peningkatan keimanan dan ketaqwaan dilakukan untuk
mengantisipasi dampak negatif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Oleh karenanya dalam rangka memperkuat keimananan,
ketaqwaan terhadap tuhan yang maha esa serta penanaman nilai moral yang
berlandaskan nilai agama, pendidikan yang berlandaskan nilai agama
dinyatakan sangat penting ditanamkan sejak dini pada remaja yang
mengalami masa perkembangan. Dan salah satu alternatif dalam
mengembangakan kecerdasan spiritual tersebut.
SQ (Spiritual Quotient) atau kecerdasan spiritual berbeda dengan IQ
dan EQ. IQ adalah jenis kecerdasan yang digunakan untuk memecahkan
masalah logika dan strategis. Sementara EQ adalah jenis kecerdasan yang
31
memberi kita rasa empati, cinta, motivasi, dan kemampuan untuk menanggapi
kesedihan atau kegembiraan secara tepat. Sedangkan SQ adalah jenis
kecerdasan yang memungkinkan manusia menjadi kreatif, mengubah aturan
dan situasi.
Tentunya pendidikan kita akan bangga jika anak-anak didiknya
memiliki kecerdasan spiritual seperti ini, yang tentunya merupakan anak atau
remaja yang cerdas dan kreatif. Lebih dari itu, kecerdasan spiritual
mencerminkan kesalehan dan integritas personal yang kuat. Oleh karena
dalam sebuah pendidikan perlu adanya mengadakn kiat-kiat tertentu untuk
mengembangakn kecerdasan spiritual peserta didiknya.
Terlebih lagi pengembangan kecerdasan spiritual pada usia remaja.
Karena usia remaja merupakan masa transisi atau peralihan. Pada saat itu,
terjadi suatu proses menuju pematangan intelektual, seni, spiritual dan
jasmani guna membentuk kejelasan identitas (jati diri) saat menghadapi
keraguan siapa sebenarnya dirinya, sehingga timbul gejolak emosi dan
tekanan jiwa. Menurut Muhammad Quthub, kekuatan spiritual pada diri
manusia merupakan kekuatannya yang paling besar, paling agung dan paling
mampu untuk berhubungan dengan hakikat wujud. Sedangkan kekuatan
fisiknya hanya terbatas pada sesuatu yang dapat ditangkap oleh indra.
Kemampuan akal, meskipun yang paling bebas, namun masih terbatas ruang
dan waktu. Kekuatan spiritual tidak diketahui batas ataupun ikatannya. Dan
hanya kekuatan spiritual yang mampu berkomunikasi dengan Allah.
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian deskriptif yaitu untuk memberikan gambaran yang lebih
jelas tentang situasi-situasi sosial. Penelitian ini lebih spesifik dengan
memusatkan perhatian kepada aspek-aspek tertentu dan sering menunjukkan
hubungan antara berbagai variabel (S. Nasution, 2003:24). Penelitian kualitatif
lapangan yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati
(Mukhtar, 2007:30).
Ada juga yang menyatakan, penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apapun yang dialami subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain
(Moleong, 2007:175).
Jadi, penelitian yang penulis lakukan merupakan jenis penelitian
deskriptif kualitatif yang memaparkan, mengkaji dan mengaitkan data yang
diperoleh baik secara tekstual maupun secara kontekstual tulisan guna
mendapatkan kejelasan terhadap permasalahan yang dibahas untuk dipaparkan
dalam bentuk penjelasan.
B. Setting Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2015 sampai Februari
2016.
2. Tempat Penelitian
Penelitianinidilaksanakan di SMP Daarul Qur‟an Colomadu,
Karanganyar, terletak di kampung Sanggir RT 02 RW 03 desa Paulan,
Colomadu, Karanganyar.
32
33
C. Subjek dan Informan
Subjek penelitian yaitu benda, keadaan atau orang, tempat data
melekat dan permasalahan. Subjek dalam penelitian mempunyai keadaan
sentral, karena pada subyek data didapat dan diamati (Arikunto,1998:116).
Berdasarkan pengertian tersebut maka subjek yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Kepala Sekolah SMP Daarul Qur‟an.
Sedangkan, informannya adalah orang yang berada dalam komunitas
yang diteliti yang mengetahui dan memiliki informasi yang relevan tentang
komunitas tersebut (Sukardi, 2006:36). Maka informan dalam penelitian ini
adalah Waka Kurikulum, Waka kesiswaan, Staf pengajar dan siswa SMP
Daarul Qur‟an Colomadu, Karanganyar.
D. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan supaya sesuai dengan tujuan
penelitian, maka penulis menggunakan metode sebagai berikut :
1. Interview atau Wawancara
Metode wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan
tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematis dengan berlandaskan
kepada tujuan penyelidikan (Hadi, 1987:218).
Interview diartikan dengan percakapan dengan maksud tertentu,
yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu interview (pewawancara) yang
mengajukan pertanyaan dan interviewe (terwawancara) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2007:145).
Metode ini penulis gunakan untuk mendapatkan data yang penulis
butuhkan dengan cara bertanya langsung kepada kepala sekolah, guru serta
siswa tentang pengembangan kecerdasan spiritual di SMP Daarul Qur‟an
Colomadu, Karanganyar.
2. Observasi
Metode observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam
arti yang luas sebenarnya observasi tidak hanya sebatas kepada
34
pengamatan yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung,
seperti questioner dan test (Hadi, 2001:136).
Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang
kelakuan manusia seperti terjadi dalam kenyataan. Observasi dilakukan
secara sistematis, diusahakan mengamati keadaan yang wajar dan yang
sebenarnya tanpa usaha yang disengaja untuk mempengaruhi, mengatur
atau memanipulasikannya (Nasution, 2003:106).
Metode ini penulis gunakan untuk mendapatkan gambaran
menyeluruh tentang lokasi penelitian di SMP Daarul Qur‟an Colomadu,
Karanganyar. Dalam kegiatan observasi ini peneliti mengamati langsung
tentang bagaimana implementasi pengembangan kecerdasan spiritual pada
diri siswa di SMP Daarul Qur‟an Colomadu, Karanganyar yang telah
ditanamkan dari pihak sekolah.
3. Dokumentasi
Dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film. Dokumen sudah
lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam
banyak hal dokumen sebagai sumber dimanfaatkan untuk menguji,
menafsirkan bahkan untuk meramalkan (Moleong, 2007:134).
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, agenda dan sebagainya (Arikunto, 1998:236).
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tertulis
mengenai objek yang diteliti, berupa keadaan objek yang diteliti, berupa
keadaan sekolah, keadaan para Ustadz/pengajar dan siswa di SMP Daarul
Qur‟an Colomadu, Karanganyar.
E. Teknik Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari
konsep keshahihan atau validitas dan keandalan reabilitas dan disesuaikan
dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan paradigmanya sendiri (Moleong,
2007:324).
35
Dalam penelitian ini menggunakan dua cara untuk menguji kebenaran
dari hasil penelitian yaitu ketekunan pengamatan dan triangulasi.
1. Ketekunan pengamatan
Hal ini dimaksudkan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur
dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan yang sedang peneliti
cari dan kemudian memusatkan pada hal-hal yang tersebut secara rinci
(Moleong, 2007:329).
2. Triangulasi
Ialah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu
yang lain diluar data itu sendiri guna keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu ( Moleong, 2007:330)
Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap
pengembangan kecerasan spiritual pada santri di SMP Daarul Qur;an,
Colomadu, Karanganyar Tahun 2015-2016.
Keabsahan data menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu
mengukur apa yang ingin diukur. Dalam pengumpulan data terhadap data yang
diperoleh. Oleh karena itu, perlu adanya usaha untuk mencari keabsahan data.
Hal ini dapat dicapai dengan jalan :
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
2. Membandingkan apa yang dikatakan kepala sekolah dengan apa yang
dikatakan para ustadz/guru juga siswa tentang pengembangan kecerdasan
spiritual pada anak didiknya di sekolah tersebut.
3. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang terkait
dengan pengembangan kecerdasan spiritual pada anak didiknya di sekolah
tersebut.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah proses pengorganisasian dan pengurutan
data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti disarankan oleh
data (Moleong, 2004:280).
36
Proses analisis data dalam penelitian ini juga menggunakan teknik
analisis data dari tiga komponen analisis data yaitu reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan. Analisa data dilakukan dengan prosedur
sebagai berikut (Sukardi, 2006:72)
1. Reduksi data
Kegiatan memfokuskan, menyederhanakan dan mentransfer dari data
kasar yang berasal dari catatan-catatan lapangan. Dimulai dengan
menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. Kemudian
membuat rangkuman untuk setiap kontak atau pertemuan dengan
responden. Kemudian dari rangkuman tersebut peneliti melakukan reduksi
data. Yang kegiatannya mencakup: proses memilih data atas dasar tingkat
relevansi dan kaitannya dengan setiap kelompok data, kemudian
menyusun data dalam satuan-satuan sejenis atau kategorisasi, yang
terakhir membuat koding data sesuai dengan kisi-kisi kerja penelitian.
2. Menampilkan Data
Menyusun data yang relevan, sehingga menjadi informasi yang dapat
disimpulkan dan memiliki makna tertentu dengan cara menampilkan dan
membuat hubungan antar variabel agar peneliti atau pembaca laporan
penelitian mengerti apa yang telah terjadi dan apa yang perlu
ditindaklanjuti untuk mencapai tujuan penelitian.
3. Verifikasi Data/Penarikan kesimpulan
Sedangkan dalam proses penarikan kesimpulan yaitu pemikiran
kembali yang melintas dalam pikiran penganalisis selama ia menulis suatu
tujuan ulang pada catatan lapangan dan mencari benda-benda, mencatat
keteraturan, pola-pola penjelasan atau konfigurasi yang merupakan
kesimpulan akhir dari penelitian.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar
komponen analisis data berikut:
37
Gambar 3.1. Model Interaktif Miles &Hubermann
Pengumpulan Data (Data
Collection)
Reduksi Data (data
reduction)
Penyajian Data (Data
display)
Penarikan/
Verifikasi (conclucions:
drawing/verifying)
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP Daarul Qur’an Karanganyar
1. Visi dan Misi
SMP Daarul Qur‟an Karanganyar adalah salah satu SMP swasta yang
berada di bawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Daarul Qur‟an
Karanganyar. Pondok Pesantren Daarul Qur‟an mempunyai visi yaitu:
“Menumbuhkembangkan kesadaran sosial dan spiritual
Qur‟anipada diri santri (peserta didik) yang berilmu, beramal
dan bertaqwa, terdidik dan berbudaya dengan makna dan nilai
yang terwujud dalam aksi nyata, sehingga menjadi santri yang
memiliki keindahan moral, berakhlak mulia dan memiliki
kompetensi sesuai dengan minat bakatnya” (Dokumen SMP
Daarul Qur‟an, 18 November 2015).
SMP Daarul Qur‟an Karanganyar memiliki visi dengan 2 orientasi
yaitu orientasi kemasyarakatan dan orientasi keagamaan. Orientasi
kemasyarakatan dalam visi SMP Daarul Qur‟an adalah
menumbuhkembangkan kesadaran sosial para santri sehingga santri
memiliki moral yang bagus dan berakhlak mulia. Sedangkan orientasi
keagamaan yaitu menumbuh kembangkan kesadaran spiritual Qur‟ani para
santri sehingga santri menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa lahir
batinnya, giat beramal, dan kuat beribadah. Secara akademis, para santri
memiliki kompetensi sesuai dengan minat bakatnya.
Misi Pondok Pesantren Daarul Qur‟an yaitu:
1) Terbentuknya jiwa yang merdeka/Huriyah Tamah yaitu jiwa
yang merdeka sejati lahir dan batin;
2) Mewujudkan sikap Mahabbah birauhillah,yaitu sikapdan
perilaku yang didasarkan atas jiwa kekeluargaan dan
kebersamaan yang kokoh;
3) Meningkatkan kualitas sumber daya manajeman dan
pengajar/guru agar produktif siap dengan perubahan,
mandiri, maju, berdaya saing, berwawasan lingkungan yang
berkelanjutan dalam rangka memberdayakan seluruh civitas
dengan mengembangkan kemampuan, keahlian, bakat santri
38
39
dan peningkatan fasilitas/media dalam proses belajar
mengajar (Dokumen SMP Daarul Qur‟an, 18 November
2015).
4) Misi SMP Daarul Qur‟an pada intinya adalah mengupayakan
terbentuknya santri yang mencerminkan nilai Islam dalam
kehidupan keseharian. Santri yang istikomah imannya, cerdas
fikirannya, kuat ibadahnya dan berakhlaqul karimah.Santri
menguasai pengetahuan dasar Islam dan mengejawantahkan
dalam aspek hidup dan kehidupannya. Siswa mampu
mengembangkan ilmu yang dimilikinya, dengan merekrut
keluarga dan lingkungannnya membentuk sebuah komunitas
da‟wah islam. Siswa mampu membuat binaan dan jaringan
da‟wah dimana ditugaskan.
2. Keadaan Guru/Ustadz
Guru/ustadz yang mengajar di pondok pesantren Daarul Qur' an harus
memenuhi berbagai syarat. Syarat yang utama harus dimiliki adalah Hafidz
dan Profesional. Seorang pengajar sangat diperlukan keprofesionalan
dalam bekerja. Dengan prosfesional, tujuan, visi, dan misi dalam pendidikan
akan tercapai. Apalagi dalam hal Al- Qur‟an., semua ustadz yang mengajar
khususnya bidang tahfidz adalah orang-orang yang sudah hafidz dan ahli
dalam bidang Al-Qur‟an dan ilmu Qur‟an. Menurut wawancara dengan Bp.
AM Kepsek di Daarul Qur‟an ada 9 ustadz di SMP Daarul Qur‟an yang
mengajar khusus bidang tahfidz (Wawancara dengan Bp. AM, 28 Januari
2016).
Tabel.4.1 Data Asatidz di Pondok Daarul Qur’an
NO NAMA LULUSAN JABATAN
1. Ust.H.Agus Ma‟arif Arifin, Lc.
S-1, Al.Azhar, Kairo,
Mesir Pemimpin Pondok
2 Lutfi Akbar S.PdI S-1, STAIN Staf pengajar Al-Qur‟an
3. Ahmad Syuhaib Hisyam S-1, STAIMUS Staf pengajar Al-Qur‟an
40
4. Halimi S.PdI S-1, Staimus Staf pengajar Al-Qur‟an
5. Abdullah Muslim SthI S-1, UIN 2010 Staf pengajar Al-Qur‟an
6. Agus Muslim
MA Salafiah 97‟, PP
Daar Al-Qur‟an Staf pengajar Al-Qur‟an
7. Sholehuddin Ewo SMA Staf pengajar Al-Qur‟an
8. Abdul Kholiq SMA Staf pengajar Al-Qur‟an
9. Hisyam Zamroni S.Sn
S-1 DKV UDINUS
2012 Staf pengajar Al-Qur‟an
(Dokumen SMP Daarul Qur‟an, 28 Januari 2016)
SMP Daarul Qur‟an memiliki dewan Asatidz yang bertugas
untuk mendidik, mengajar serta membimbing para siswa di SMP
Daarul Qur‟an. Sesuai dengan struktural yang ada, jajaran dewan
asatidz memiliki tugas masing-masing selain mengajar tahfidz.
Masing-masing ustadz yang memiliki tugas menjalankan tugasnya
dengan sebaik mungkin, membimbing dan mendidik santri-santri
melalui kegiatan belajar mengajar, kegiatan muhadhoroh dan
kegiatan-kegiatan yang lainnya. Tidak hanya itu, dewan asatidz juga
dituntut untuk mengkaji sumber referensi dalam menuntut ilmu yang
diajarkan di SMP Daarul Qur‟an.
Latar belakang dewan asatidz dari bermacam-macam, pondok
pesantren dan perguruan tinggi Islam di Indonesia maupun luar
negeri. Dewan asatidz adalah para ustadz yang kompeten dalam ilmu
agama dan juga hapal Al Qur‟an. Kemampuan dewan asatidz yang
ada tidaklah dirgukan lagi, karena mereka dapat saling mengisi antar
satu dengan yang lainnya. Deangan latar belakang yang berbeda
itulah keaneragaman kegiatan yang berada di SMP Daarul Qur‟an
menjadi semakin kretaif dan menarik untuk diikuti. Dewan asatidz di
41
SMP Daarul Qur‟an dibentuk bertujuan untuk mempermudah dan
melancarkan dalam mengontrol para siswa dan menata sekolah.
3. Program Pembelajaran
Di SMP Daarul Qur‟an ada 2 program perpaduan antara sekolah dan
pondok. Siswa/peserta didik tidak hanya fokus pada menghafal Al-Qur‟an saja
akan tetapi mereka juga menempuh sekolah formal dan kedua program
tersebut bisa berjalan dengan seimbang. Dengan demikian, ada 2 program
pembelajaran yakni formal dan non formal.
a. Program formal
Program formal yang harus diikuti siswa di SMP Daarul Qur‟an
adalah pendidikan sekolah sesuai dengan Sisdiknas yaitu di SMP Daarul
Qur‟an. Kurikulum diikuti sesuai apa adanya. Tidak ada pengurangan materi
atau jam untuk kegiatan menghafal.
b. Program nonformal
Program ini tidak lain adalah kegiatan yang dilakukan dalam usaha
untuk mempersiapkan santri menghafal Al-Qur'an. Ada 2 program pondok:
1) Program Takhasus
Program Takhasus adalah program persiapan sebelum masuk SMP.
Dalam program ini semua mata pelajarannya adalah agama, kecuali ada
matematika dan bahasa Inggris. Selain itu, anak diberi motivasi-motivasi,
syarat-syarat, serta kaidah-kaidah tentang menghafal Al-Qur‟an. Dalam
takhasus ini juga, mereka mulai diajarkan menghafal surat-surat pendek
seperti juz 30. Salah satu fungsi dari program takhasus ini adalah untuk
menyamakan atau Mentashih Bacaan Disamping itu, untuk melatih anak
agar ketika nanti masuk SMP mereka tidak kaget antara menghafal Al-
Qur‟an dan menerima pelajaran sekolah.
2) Program Semester
Program semester ini sering juga disebut dengan sistem target.
Disini anak sudah punya kesiapan dan dasar untuk mampu mengikuti
sekolah formal disertai dengan menghafal Al-Qur‟an. Mereka sudah bisa
42
mengkondisikan diri untuk membagi waktu antara menghafal dan
mengikuti pelajaran. Program ini dibagi menjadi 3 bagian. Lihat tabel di
bawah ini:
Tabel 4.2 Program Semester
KELAS SEMESTER HAFALAN
KelasVII SemesterI
Semester II
Juz l-Juz 3
Juz 3- Juz 5
KelasVIII Semester III
Semester IV
Juz 6-Juz 8
Juz 8-Juz10
KelasIX Semester V
Semester VI
Juz 11-Juz 13
Juz 13-Juz 15
Tabel diatas adalah batas minimal yang harus dihafalkan anak.
Ketika anak tidak memenuhi target diatas, maka akibatnya anak tidak
akan dinaikkan kelas meskipun nilai sekolah formalnya baik dan
memenuhi syarat kenaikan kelas (Wawancara dengan Bp. AM, 28
Januari 2016).
4. Kegiatan Pembelajaran Dan Ekstrakurikuler
Dalam melaksanakan program pembelajaran perpaduan antara
formal dan non formal di SMP Daarul Qur‟an, maka disusunlah jadwal
kegiatan siswa sebagaimana tertera dalam tabel di bawah ini:
43
Tabel 4.3 Jadwal Kegiatan Harian Santri
NO WAKTU JENISKEGIATAN
1 03.00-03.30 Qiyamullail
2 03.30-04.30 Sahur (puasa senin dan kamis)
3 04.30-04.45 Sholat Subuh
4 04.45-06.00 Kegiatan setoran hafalan
(Menambah Hafalan baru)
(menambahhafalanbaru).
5 06.00-07.00 Makan pagi dan mandi
6 07.00-07.40 Masuk kelas jam pertama
7 07.40-08.20 Masuk kelas jam kedua
8 08.20-09.00 Masuk kelas jam ketiga
9 ISTIRAHAT
10 09.45-10.25 Masuk kelas jam keempat
11 10.25-11.05 Masuk kelas jam kelima
12 11.05-11.40 Masuk kelas jam keenam
13 11.40-12.15 Masuk kelas jam ketujuh
14 12.15-12.50 Masuk kelas jam kedelapan
15 12.50-13.20 Sholat Dzuhur dan muraja'ah
16 13.20-14.00 Makan siang
17 14.00-15.00 Tidur siang
18 15.00-15.20 Sholat Ashar
19 15.20-16.00 Kegiatan muraja„ah
20 16.00-16.30 Pemberian kosa kata
(Bahasa Arab dan Bahasa Inggris)
44
Para siswa tahfidzul Qur‟an di SMP Daarul Qur‟an memiliki
jadwal yang padat setiap hari. Kegiatan dimulai jam 3.00 pagi dengan
melaksanakan qiyamullail. Qiyamullail adalah kegiatan sholat tahajjud
yang dilakukan para siswa, guru, dan pengurus Pondok Pesantren
Daarul Qur‟an.
Setelah sholat subuh, para siswa melakukan kegiatan muroja‟ah
dan setoran hafalan kepada ustadz pembimbingnya masing-masing,
dilanjutkan aktivitas pagi dan sekolah. Setelah selesai kegiatan sekolah
dan sholat dhuhur, para siswa beristirahat siang. Aktivitas dilanjutkan
lagi setelah ashar dengan kegiatan muroja‟ah dan belajar kosakata
bahasa. Kegiatan pada malam hari diisi dengan menghafal Al Qur‟an
dan belajar dengan dibimbing oleh ustadz pembimbing masing-masing.
Semua siswa wajib mengikuti rangkaian disiplin ketika di
pesantren yang telah ditentukan, dengan pola hidup yang sangat
berdisiplin dan terpola secara sistemik diharapkan seluruh santri dapat
mengatur pola hidupnya. SMP Daarul Qur‟an dengan potensi
lingkungan edukatif yang dimiliki berusaha terus menciptakan atmosfir
akademik yang kondusif dengan melakukan dinamisasi terhadap
seluruh lini kehidupan pesantren secara sinergis dan
berkesinambungan, sehingga kehidupan para siswa terpola secara
21 16.30-17.30 Mandi dan ke Masjid
22 17.40-17.55 Ta„jil puasa (Senin dan Kamis)
23 17.55-18.15 Sholat Maghrib dan tadarrus
24 18.15-18.50 Makan malam/buka puasa
(Senin dan Kamis)
(SenindanKamis) 25 18.50-20.00 Shalat Isya‟
26 20.00-21.00 Tahfidz (setoran muraja‟ah hafalan)
27 21.00-21.45 Belajar malam terbimbing
45
sistemik, dan pada akhirnya tujuan paripurna dari idealisme luhur
pendidikan SMP Daarul Qur‟an pun dapat terwujud.
Tabel 4.4 Jadwal Kegiatan Ekstrakulikuler Santri
NO HARI WAKTU JENIS KEGIATAN
1 Sabtu 16.30-17.30 Pelatihan tilawah Al-Qur‟an
2 Abad 16.00-17.00 Kegiatan pramuka
3 Senin 16.30-17.30 Pelatihan tartil Al-Qur‟an
4 Kamis 19.30-21.00 Latihan pidato
5 Kamis 16.00-16.30 Pemberian kosa kata Bahasa Arab dan
BahasaI nggris
6 Sabtu 16.00-16.30 Pemberian kosa kata Bahasa Arab dan
Bahasa Inggris
7 Jum'at 08.00-10.00 Morning Convertation, Jum‟at bersih,
Olahraga
8 Jum'at 16.00-17.30 Seni rebana
PROGRAM WAJIB
NO HARI WAKTU JENIS KEGIATAN
1 Selasa 16.00-16.30
Muhadatsah dan kosa kata Bahasa Arab
Takhasus dan VII SMP
2 Rabu 16.00-16.30
Muhadatsah dan kosa kata Bahasa Arab
Kelas VIII dan IX SMP
3 Kamis 12.50-13.20
Conversation English Takhasus
danVIISMP
4 Sabtu 12.50-13.20
Conversation English kelas VIII dan IX
SMP
46
Para siswa SMP Daarul Qur‟an juga diharuskan melakukan
kesunahan-kesunahan antara lain:
a. Qiyamullail, karena pada 1/3 akhir malam adalah salah satu waktu
mustajabah.
b. Puasa Senin dan Kamis yang diyakini akan mempermudah menghafalAl-
Qur‟an. Puasa dapat meningkatkan kekuatan responsif. Di samping itu,
ketika berpuasa, anak akan lebih menjaga hati, perkataan,dan akhlaknya.
c. Setoran hafalan sehabis sholat subuh. Mereka memilih waktu habis subuh
untuk setoran hafalan yang baru karena pikiran pada waktu subuh masih
jernih ,sehingga anak akan lebih mudah untuk menghafal dan membentuk
hafalan.
d. Kegiatan muroja‟ah dilakukan sendiri oleh masing-masing siswa di
masjid dengan pengawasan ustadz.
e. Tahfidz sehabis isya‟adalah kegiatan setoran pengulangan hafalan yang
telah dihafal sebanyak ¼ Juz / lebih.
f. Belajar terbimbing dilaksanakan sehabis sorogan Al-Qur‟an malam.
Segala sesuatu apabila diawali dengan Al-Qur‟an akan menjadi indah.
Belajar terbimbing adalah belajar mata pelajaran umum (SMP) secara
bersama dimasjid dengan didampingi guru/ustadz.
B. Hasil Penelitian
1. Perencanaan Pengembangan Kecerdasan Spiritual pada Siswa di SMP
Daarul Qur’an
Perencanaan adalah titik tolak dari kegiatan manajemen, karena itu
dengan perencanaan yang baik akan mempengaruhi proses pengorganisasian
dan penggerakan menjadi baik, dan sebaliknya perencanaan yang kurang
baik dapat berakibat pada semua proses kerja manajemen menjadi tidak
baik, pada akhirnya akan menjadi penghambat dalam mencapai tujuan dari
suatu organisasi atau suatu kelembagaan. Untuk mengetahui perencanaan
telah berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang direncanakan atau belum
diperlukan pengawasan atau evaluasi.
47
a. Perumusan Tujuan dan Program Pengembangan Kecerdasan
Spiritual Siswa
Proses perencanaan yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam
mengembangkan nilai-nilai keagamaan di SMP Daarul Qur‟an terdiri
dari dua tahap yaitu: pertama rencana jangka pendek atau program
tahunan dan kedua rencana operasional. Rencana jangka pendek
merupakan tanggung jawab kepala sekolah sebagai topmanajer di
organisasi sekolah. Sedangkan rencana operasionalnya kepala sekolah
mendelegasikan atau memberikan kepercayaan kepada pembina dan
asatidz tahfidzul Qur‟an yang menanganinya.
Hal ini dikemukakan oleh Bp. AM selaku kepala sekolah, bahwa
“Perencanaan yang saya lakukan dalam pengembangan nilai-nilai
keagamaan selama ini terbagi dalam dua tahap, rencana jangka pendek
yaitu program tahunan sekolah (prota) dan rencana operasional (renop)”
(Wawancara Bp. AM, 28 Januari 2016).
Dari hasil dokumentasi di SMP Daarul Qur‟an, dipaparkan dua
tahap perencanaan yaitu:
1) Perencanaan Jangka Pendek (Program Tahunan)
Perencanaan yang dilakukan secara bertahap sangat penting
guna menentukan program kerja yang di agendakan dapat berjalan
dengan baik dan terarah karena memiliki pedoman atau acuan yang
jelas. Proses perencanaan jangka pendek (program tahunan)
pengembangan nilai-nilai keagamaan merupakan salah satu bentuk
penjabaran dari program strategis sekolah. Berikut penjelasan kepala
sekolah, Bp. AM pada tanggal 28 Januari 2016:
Di dalam menyusun rencana strategis aspek keimanan dan
ketaqwaan itu merupakan program kerja yang pasti ada
karena visinya selalu berdasarkan iman dan taqwa.Dan
misinya, meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
berdasarkan kepribadian bangsa serta menciptakan
lingkungan sekolah yang berakhlak mulia. Visi-misi itu
merupakan rencana stragiknya program-program sekolah
yang akan dijabarkan dalam rencana program kerja jangka
pendek (program tahunan) pada setiap bidang.
48
Dalam pelaksanaan rapat pada awal tahun ajaran baru, semua
guru diwajibkan untuk hadir guna memberikan usulan dan saran
terhadap rencana program yang akan dilaksanakan pada satu tahun ke
depan. Sebagaimana yang disampaikan Bp. AM:
Perencanaan pengembangan nilai-nilai keagamaan di SMP
Daarul Qur‟an, saya berdiskusi dengan para asatidz dan
program tahunannya adalah tanggung jawab saya sebagai
kepala sekolah.Adapun kesepakatan akhir dari rencana
yang telah disusun tersebut ditentukan pada rapat dewan
asatidz di awal tahun ajaran. Dan yang lebih penting pada
rapat tersebut adalah menghasilkan presepsi yang sama
dan kesepakatan bersama untuk menyukseskan program-
program tersebut. Demikian pentingnya rapat di awal
tahun itu dilakukan karena menyangkut kerjasama yang
saling kait mengkait antar seluruh warga sekolah untuk
satu tahun ke depan.
Dari hasil wawancara peneliti, kepala sekolah menjelaskan
bahwa tentang proses membuat perencanaan pengembangan nilainilai
keagamaan, adalah sebagai berikut;
Perencanaan yang kami buat cukup sederhana,
merumuskan tujuannya, mempertimbangkan keadaan
fasilitas dan kemampuan dari sumber daya tenaga, dana
dan disesuaikan dengan kondisi sekolah. Apabila ada
masalah, kami berusaha mencari solusinya dan yang harus
ada itu adalah alat evaluasinya supaya tidak berjalan di
tempat apakah ada kemajuan atau tidak terlihat dari alat
evaluasinya. Mbak bisa melihat di meja kerja saya
bagaimana rancangan kami kedepan terkait dengan
pengembangan kecerdasan spiritiual para siswa di sekolah
ini.
Dari pernyataan di atas, menunjukkan bahwa perencanaan yang
dibuat oleh kepala sekolah memerlukan proses berpikir yang
sistematis dan melalui proses berpikir sebagai berikut:
a) Perumusan Tujuan
Perumusan tujuan merupakan langkah awal dari membuat
perencanan karena dengan merumuskan tujuan akan menjelaskan
arah dan cara yang akan ditempuh untuk mewujudkan tujuan
49
tersebut. Dan juga akan memberikan pengaruh kepada langkah-
langkah selanjutnya. Tujuan mengembangkan kecerdasan spiritual
perlu dirumuskan secara rinci pada setiap bentuk budaya agama
yang akan dikembangkan. Hal itu dimaksudkan untukmemudahkan
perencanaan dalam menentukan metode, sumber daya yang
dibutuhkan dan waktu pelaksanaannya.
Tujuan pengembangan kecerdasan spiritual di Daarul Qur‟an
dapat dipahami dari visinya “Menumbuhkembangkan kesadaran
sosial dan spiritual Qur‟ani pada diri siswa (peserta didik) yang
berilmu, beramal dan bertaqwa, terdidik dan berbudaya dengan
makna dan nilai yang terwujud dalam aksi nyata, sehingga menjadi
santri yang memiliki keindahan moral, berakhlak mulia dan
memiliki kompetensi sesuai dengan minat bakatnya”.
b) Analisis Situasi dan Kondisi
Analisa tentang situasi dan kondisi diperlukan dalam
perencanaan untuk mengetahui sumber daya yang dimiliki dan
dapat dipergunakan meliputi dana, SDM, waktu, sarana dan
prasarana yang dibutuhkan sehingga penyusunan rencana tersebut
disesuaikan dengan data yang ada yang diperoleh secara akurat.
Daya analisis ini juga digunakan untuk menentukan langkah dalam
menanggulangi permasalahan yang muncul. Data tentang hasil
analisis situasi dan kondisi yang dilakukan kepala sekolah dapat
dilihat dari dokumen yang telah disusun dan paparannya sebagai
berikut:
(1) Kekuatan
(a) Semua warga sekolah beragama Islam;
(b) Masjid sebagai pusat kegiatan keagamaan;
(c) Ada dukungan dari kepala sekolah;
(d) Adanya Perlengkapan dan sarana Ibadah;
(e) Ada tekad/komitmen dari para guru/asatidz.
50
(2) Kelemahan
(a) Daya tampung sekolah kurang memadai;
(b) Media pembelajaran kurang memadai;
(c) Jumlah siswa banyak.
(3) Pendukung
(a) Adanya kebijakan dari pemerintah pusat;
(b) Adanya kebijakan pemerintah daerah;
(c) Adanya tuntutan pelanggan (orang tua santri);
(d) Kondisi sosial masyarakat yang heterogin.
(4) Ancaman
(a) Pengaruh negative dari globalisasi dan teknologi;
(b) Orang tua menyerehkan pendidikan anaknya kepada
sekolah.
c) Identifikasi Hambatan dan Solusinya.
Setiap kegiatan pasti ada hambatan dan tantangannya, hal
tersebut sebagai bentuk dinamika kehidupan. Karena jika semuanya
berjalan lancer-lancar saja, maka tidak ada upaya-upaya yang
dilakukan dan tidak ada seni kehidupan. Hambatan-hambatan yang
dihadapi dalam pengembangan nilai-nilai keagamaan di SMP
Daarul Qur‟an dapat diidentifikasi sebagaimana berikut ini:
(1) Masalah / Problem
(a) Adanya sebagian warga sekolah yang kurang berpartisipasi
pada setiap kegiatan keagamaan.
(b) Kegiatan keagamaan berjalan sebagai rutinitas.
(c) Keberadaan team yang kurang kompak.
(2) Solusi / Pencegahan
(a) Memotivasi dan mengevaluasi pertisipasi warga sekolah
pada setiap kegiatan keagamaan.
(b) Merumuskan kriteria penilaian berdasarkan: kehadiran
mengikuti kegiatan keagamaan, dan peran serta asatidz
dalam mengawasi siswa.
51
(c) Membudayakan nilai-nilai persaudaraan, silaturrahim, cinta
dan peduli terhadap sesama pada setiap bentuk kegiatan.
(d) Membuat kesepakatan di kalangan asatidz untuk
mengadakan perubahan pada lingkungan sekolah.
(e) Memotivasi dewan asatidz untuk selalu membimbing para
santri dan bersedia mengevaluasi diri.
(f) Masing-masing ustadz bersedia untuk saling memberikan
kontribusi.
d) Merumuskan Indikator Ketercapaian (Alat Ukur/ Evaluasi)
Manajemen juga tidak lepas dari unsur pengawasan atau
evaluasi untuk mengetahui pencapaian tujuan. Manajemen tanpa
pengawasan sangat susah untuk diharapkan keberhasilannya.
Perencanaan juga membahas dan menentukan alat evaluasi/kontrol
yang akan digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari
suatu program yang direncanakan agar supaya kesalahan tidak akan
dilakukan berulang kali.
(1) Target Minimum
Adanya rencana program pengembangan kecerdasan spiritual
yang tersusun dan terlaksana pada waktunya.
(2) Target Memuaskan
(a) Warga sekolah aktif berpartisipasi dalam setiap kegiatan di
sekolah.
(b) Warga sekolah membiasakan diri untuk senyum, salam,
sapa dan sopan dalam setiap waktu.
(c) Warga sekolah sudah mulai melakukan perubahan.
(d) Meningkatnya pengawasan dari asatidz terhadap siswa.
(e) Warga sekolah giat beribadah (tadarus Al-quran, shalat,
puasa) dan beramal shaleh (berinfak, sodaqoh, tolong
menolong).
(f) Ada upaya membudayakan nilai-nilai persaudaraan, cinta
dan peduli terhadap sesama.
52
(3) Target Sangat Bagus/Unggul:
(a) Warga sekolah selalu mengembangkan nilai-nilai agama di
lingkungan sekolah.
(b) Senyum, sapa, salam dan sopan telah menjadi budaya bagi
warga sekolah.
(c) Warga sekolah memiliki kesadaran yang baik dalam hal
ibadah dan amal shaleh.
Adapun hasil dari rencana pengembangan kecerdasan
spiritual yang telah berjalan dan memiliki jadwal perencanaan yang
jelas tertuang dalam perencanaan adalah:
(a) Budaya berjabat tangan antara siswa dengan guru dan diikuti
dengan 3 S (senyum, salam dan sapa) serta sopan.
(b) Shalat dhuha pada waktu istirahat pertama.
(c) Jama‟ah shalat dhuhur pada waktu istirahat kedua.
(d) Infak di hari jum‟at.
(e) Pengumpulan dan pembagian zakat fitrah.
(f) Penyembelihan dan pembagian daging kurban.
(g) Bakti social.
(h) Menjaga kebersihan, keindaha, kerapian dan keamanan
Berbagai macam nilai kecerdasan spiritual yang telah
dikembangkan merupakan bukti adanya suatu perencanaan yang
dilakukan oleh Kepala SMP Daarul Qur‟an dengan sebaik-
baiknya.Dan perencanaan tersebut mendapat dukungan dari
berbagai pihak sehingga dapat berhasil dengan baik.
2) Perencanaan Operasional
Penyusunan rencana operasional merupakan tanggung jawab
dewan asatidz karena kepala sekolah telah mempercayakan dan
memberikan kewenangan kepada mereka untuk membuatnya.
Perencanaan operasional dibuat berdasarkan jenis kegiatan untuk
memperjelas kegiatan tersebut supaya berjalan dengan baik. Berikut
penjelasan pengajar Al Qur‟an:
53
Tugas kami dalam menyusun rencana operasional itu
mulai dari menyusun kegiatannya, membagi-bagi tugas
melaksanakan dan mengontrol pelaksanaan kegiatan itu
merupakan tugas dan tanggung jawab guru. Tetapi dalam
proses penyusunan rencana kerja tersebut, kami
berkonsultasi kepada kepala sekolah dan kepala seklah
memberikan arahan-arahan tentang bagaimana yang akan
dilaksanakan dalam satu tahun ajaran.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perencanaan
operasional dalam pengembangan kecerdasan spiritual di SMP Daarul
Qur‟an merupakan tindak lanjut dari program tahunan sekolah bidang
keimanan dan ketaqwaan.Penyusunan perencanaan operasional
merupakan tanggungjawab ustadz yang telah mendapat mandat
melalui SK pembagian tugas sebagai guru pembina.
Mengenai Kecerdasan spiritual kepala SMP Daarul Qur‟an
berpendapat bahwa kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan yang
menyangkut akhlak serta kepribadian siswa yang didalamnya
berkenaan dengan moral, sikap dan perilaku keberagamaan seseorang.
Sementara Guru tahfidzul Qur‟an di SMP Daarul Qur‟anberpendapat
bahwa kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan yang sangat
penting, karena kecerdasan ini sebenarnya kecerdasan utama untuk
memperoleh kecerdasan yang lain. Kecerdasan spiritual adalah
kecerdasan yang didalamnya mengajarkan bagaimana seseorang
berperilaku yang baik serta dapat membawa diri seseorang kearah
yang lebih baik dalam hal akhlak serta moralnya.
Sementara perencanaan operasional kecerdasan spiritual di SMP
Daarul Qur‟an adalah sebagai berikut:
a) Pemberian kewajiban pada siswa dalam hal ibadah kepada Allah
SWT sebagai bentuk rasa syukur, seperti santri diwajibkan shalat
dhuha pada waktu sebelum istirahat, siswa berkewajiban hafal juz
amma dengan tingkatan masing-masing sesuai jenjang kelas, siswa
berkewajiban shalat berjamaah.
54
Pemberian kewajiban melaksanakan ibadah shalat dhuha,
shalat berjamaah dan menghafalkan juz amma sesuai tingkatan
masing-masing merupakan upaya pemberian motivasi kepada santri
agar istiqomah dalam beribadah dan tidak selalu memikirkan
duniawinya saja. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan
Bp. AM (28 Januari 2016) mengatakan bahwa:
“Upaya yang dilakukan pengajar dalam
mengembangkan kecerdasan spiritual para santri
disini adalah dengan dilatihnya untuk beristiqomah
dalam mengamalkan ibadah seperti puasa senin
kamis, shalat sunnah dhuha, dan shalat lima waktu
berjamaah”.
Tujuan adanya kegiatan sholat dhuhur jama‟ah untuk
meningkatkan keimanan dan ketakwaan siswa, meningkatkan rasa
syukur kepada Allah SWT, meningkatkan kedisiplinan serta
terciptanya rasa kekeluargaan dan kebersamaan di lingkungan
sekolah.
Selain itu, pelaksanaan pengembangan kecerdasan spiritual
melalui kegiatan beribadah juga dipengaruhi peran guru sebagai
pembimbing dan panutan bagi para santri. Hal ini sesuai dengan
hasil wawancara dengan Bp. AM (21 Februari 2016) mengatakan
bahwa:
“Peran guru dalam mengembangkan kecerdasan
spiritual siswa melalui kegiatan sholat dhuhur jama‟ah
ini adalah guru harus bisa menjadi panutan yang baik
bagi peserta didiknya, seperti ikut dalam pelaksanaan
sholat dhuhur jama‟ah, membimbing dan menasihati
siswa agar mau melaksanakan sholat dhuhur jama‟ah.
Dengan motivasi dan dengan keteladanan siswa dapat
mudah diajak dalam kegiatan pembelajaran, khususnya
dalam beribadah seperti sholatdhuha, sholat dhuhur
jama‟ah, dan dalam kegiatan-kegiatan keagamaan yang
lain.”
“Usaha yang dilakukan madrasah yakni dengan
guru menjadi teladan bagi peserta didik.Kemudian
dengan mengikutsertakan anak dalam kegiatan
55
keagamaan. seperti membiasakan anak untuk
melaksanakan ibadah-ibadah sunnah seperti sholat
dhuha, tadarus al-Qur‟an, anak dibiasakan untuk
berdzikir kepada Allah seperti sebelum pelajaran
dimulai anak harus membaca asmaul husna dan doa
sebelum belajar dan membaca surat-surat pendek,
kemudian setelah sholat dhuhur jamaah dilanjutkan
berdzikir, dan untuk kelas IX biasanya sebelum
menjelang Ujian Nasional diajak untuk beristighosah
bersama. Kemudian biasanya untuk program tahunan
pada bulan suci ramadhan ada pesantren kilat, dan anak
diajari untuk zakat fitrah.Itu semua usaha-usaha yang
dilakukan sekolah untuk mengembangkan kecerdasan
spiritual siswa mbak, intinya itu membiasakan anak
untuk ikut serta dan mengalami sendiri dalam kegiatan
keagamaan, tentunya dengan bimbingan seorang guru
yang akan mengarahkan.”
Dalam mengembangkan kecerdasan spiritual siswa ada
beberapa beberapa bentuk-bentuk keteladanan yang dicontohkan
oleh guru kepada siswa.Hal ini dilakukan oleh guru sebagai upaya
dalam mengembangkan kecerdasan spiritual siswa melalui hal-hal
kecil dalam kehidupan sehari-hari.Hasil pengamatan peneliti,
kecerdasan spiritual santri SMP Daarul Qur‟an termasuk baik
dibuktikan ketika peneliti melakukan penelitian. Pada waktu itu
adalah sekitar pukul 09.00 waktu dimana jam istirahat sekolah para
santri, para santri bersama-sama kembali ke pesantren untuk
melaksanakan sholat sunnah dhuha. Menurut peneliti, akan halnya
tersebut adalah bukti bahwa santri patuh dengan peraturan
pesantren dan ketaatannya dengan agama.
b) Menanamkan kepada santri untuk memiliki pegangan yang kuat
terhadap ajaran Al-Qur‟an dan Hadits, hal itu ditandai dengan
pembelajaran mengenal Al‟qur‟an dan hadits.
Dengan mempelajari dan mendalami Al Qur‟an dan Al
Hadits menanamkan nilai-nilai spiritual kepada siswa yaitu dengan
mencintai al-Qur‟an dan membiasakan siswa untuk membaca al-
56
Qur‟an dengan baik dan benar, dan mempertebal keimanan dan
ketaqwaan siswa, mengasah jiwa spiritual siswa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bp. AM (21 Februari
2016) mengatakan bahwa:
“Sekolah ini menyelenggarakan kegiatan
keagamaan tak lain adalah dengan tujuan untuk
mengembangkan kecerdasan spiritual siswa, dan
menanamkan nilai-nilai spiritual pada hati dan jiwa
siswa. Dan menurut saya, tujuan dari kegiatan
keagamaan ini adalah untuk mengarahkan, membantu,
memberi pengetahuan kepada siswa tentang bagaimana
hubungan yang baik antara manusia dengan Allah,
interaksi yang baik antara manusia dengan manusia
yang mana dari kegiatan tersebut siswa diajarkan untuk
berkomunikasi yang baik dengan guru dan teman-
temannya. Sehingga diharapkan nantinya siswa timbul
rasa keimanan yang dihayati dengan cara yang sungguh
sungguh, sehingga nantinya bisa membawa siswa
dalam kehidupan yang damai dan tentram dibawah
ridho-Nya.”
Data di atas juga diperkuat dengan pendapat Bp. Agus
Ma‟arif pada tanggal 17 Januari 2016, beliau mengatakan:
“Tujuannya sebagai salah satu upaya guru dalam
mengembangkan kecerdasan spiritual siswa, dengan
cara membiasakan siswa ikut aktif dalam kegiatan
keagamaan, dan terlibat langsung dalam ibadah. Hal ini
diupayakan diharapkan untuk memperluas wawasan,
pengetahuan, kemampuan siswa tentang Islam,
meningkatkan generasi muda untuk mencapai
kecerdasan spiritual yang baik, sehingga akan
melahirkan generasi yang menjunjung tinggi etika,
moral dan nilai-nilai religius, kemudian membangun
kesadaran siswa bahwa kegiatan keagamaan akan
memotivasi sikap beragama yang baik.”
Tadarus al-Qur‟an ini merupakan salah satu usaha dari
sekolah untuk menanamkan nilai-nilai spiritual kepada siswa yaitu
dengan mencintai al-Qur‟an dan membiasakan siswa untuk
membaca al-Qur‟an dengan baik dan benar, dan mempertebal
keimanan dan ketaqwaan siswa, mengasah jiwa spiritual siswa, dan
57
menjadikan SMP Daarul Qur‟an menjadi sekolah yang religius dan
berakhlak mulia.
c) Ustadz/guru menanamkan nilai moral yang di terapkan pada setiap
kesempatannya, baik dalam pembelajaran maupun diluar
pembelajaran, dan hasil yang dicapai dalam hal ini dapat terlihat
dari perilaku santri yang memiliki akhlak yang baik dan selalu
menunjukan moralitas yang luhur.
Upaya yang dilakukan ustadz dan guru adalah
mengembangkan akhlakul karimah para siswa yang terdiri dari
Konsistensi (istiqomah), kerendahan hati (tawadlu‟), berusaha dan
berserah diri (tawakal), keikhlasan, totalitas (kaffah), tawazun, dan
ihsan. Hasil wawancara Bp. Agus Ma‟arif pada tanggal 17 Januari
2016, beliau mengatakan:
“Perilaku dan akhlak siswa SMP Daarul Qur‟an
cukup baik,dibuktikan dengan cara berpakaian santri yang
terlihat sopan, mematuhi peraturan pesantren, jika
berbicara bisa menempatkan pada tempatnya, tanggung
jawab, saling menghargai, dan saling menghormati satu
sama lain.”
“Contoh yang diberikan adalah kerjasama, tanggung
jawab, saling menghargai satu sama lain, berperilaku yang
positif dan mempunyai rasa saling percaya satu sama lain.
Adapun hal-hal tersebut diperlihatkan ketika ada kerja
bakti, semua personil pesantren termasuk pengurus
pesantren ikut andil dalam kerja bakti tersebut”
Hal ini terlihat ketika peneliti masuk kedalam ruangan
pondok, peneliti melihat para santri sedang nderes (baca) Al-
qur‟an.
Disamping itu, pembentukan dan penanaman nilai moral juga
dilaksanakan melalui keteladanan para guru / ustadz. Hal ini
dilakukan oleh guru sebagai upaya dalam mengembangkan
kecerdasan spiritual siswa melalui hal-hal kecil dalam kehidupan
58
seharihari. Berdasarkan wawancara dengan Bp. AM (16 Januari
2016) mengatakan bahwa:
“Bentuk keteladanan yang kami ajarkan kepada
siswa baik itu yang disengaja ataupun yang tidak
disengaja. Misalnya keteladanan yang disengaja yang
kami lakukan, pagi hari waktu masuk sekolah, sebelum
masuk kelas guru sudah berbaris di depan gerbang untuk
bersalaman kepada siswa, hal ini kami lakukan untuk
membiasakan siswa agar melakukan hal-hal yang positif
dan bisa menghormati orang yang lebih tua darinya.
Kemudian saat guru berkomunikasi dengan siswa, baik itu
dalam proses pembelajaran atau diluar pembelajaran guru
harus berbicara dengan bahasa yang baik dan sopan, kalau
kita kita kan orang jawa jadi melatih siswa untuk berbicara
kromo alus, agar nantinya siswa juga mengikuti apa yang
dilakukan oleh guru tersebut, dan mengerti kalau berbicara
dengan orang yang lebih tua itu harus dengan bahasa yang
baik dan sopan. Selain itu guru juga harus berpakaian rapi,
bersih dan sopan pada saat berada di sekolah, mengajari
anak-anak sebelum belajar membaca doa terlebih dahulu,
kemudian ada lagi, Mbak, seperti di sini semua guru dan
siswa wajib mengikuti shalat dhuhur jama‟ah di mushola
sekolah, nah, tentunya guru juga harus menjadi contoh
untuk mengikuti shalat dhuhur jama‟ah bersama semua
siswa di mushola. Itu tadi yang saya sebutkan contoh
keteladanan yang disengaja yang kami ajarkan kepada
siswa, Mbak, kemudian untuk keteladanan yang tidak
disengaja itu memang ucapan atau perbuatan yang baik
yang sudah ada pada guru tersebut yang fitrahnya memang
sebagai manusia harus melakukan hubungan yang baik
dengan Allah (hablum minallah) dan dengan manusia
(hablum minannas).”
Hal senada mengenai wujud keteladanan guru yang
dicontohkan oleh guru kepada siswa seperti yang dikatakan
pengampu tahfidz Al-Qur‟an mengatakan:
“Kalau dari kami sebagai seorang guru harus
menjalankan tugas dengan sebaik mungkin mbak,
seperti ketika diberi tanggung jawab menjadi
pendamping dalam tadarus al-Qur‟an itu harus hadir
tepat waktu jam 07.00, jangan sampai siswa itu
menunggu guru terlalu lama, kemudian kita sebagai
guru harus terlihat rapi didepan siswa, membimbing
59
siswa dengan sungguh-sungguh ketika siswa membaca
al-Qur‟an, kemudian setelah kegiatan tadarus selesai
saya biasanya menasihati dan memotivasi siswa untuk
terus belajar memperbaiki makharijul hurufnya dan
membiasakan siswa agar setiap habis shalat maghrib itu
membaca al-Qur‟an meskipun satu ayat tetapi rutin
dilakukan.”
“Hal yang harus diperhatikan bagi seorang guru
agar bisa jadi panutan atau teladan bagi peserta
didiknya adalah guru harus bisa mengontrol kondisi
psikologisnya ketika berhadapan dengan peserta
didiknya, lalu guru harus bisa menjaga cara dia
berbicara kepada orang lain, guru harus selalu berbuat
baik kepada orang lain, guru teladan juga harus
memperhatikan cara berpakaian yang baik dan sopan,
kemudian guru teladan itu harus tanggung jawab,
disiplin dalam bekerja, tidak hanya itu guru teladan
juga harus berfikir positif dan jernih dalam meghadapi
masalah karena ini juga nantinya juga bisa dijadikan
motivasi bagi peserta didiknya ketika menghadapi
masalah, kemudian guru teladan juga harus memiliki
semangat yang tinggi dalam mendidik dan
membimbing peserta didiknya.”
Guru harus bisa menjadi motivator dalam penanaman budi
pekerti. Jika guru sekedar bisa ceramah atau omong kosong saja,
kemungkinan besar peserta didik kehilangan panutan atau teladan
gurunya. Figur guru yang ramah, menyenangkan serta mampu
menjadi pendengar dan sahabat bagi peserta didiknya ini artinya
guru adalah orang tua kedua bagi siswanya ketika berada di
sekolah. Apabila telah muncul kedekatan antara guru dan siswa,
guru akan lebih mudah untuk memberikan informasi-informasi
positif kepada siswa dan mampu mencegah munculnya karakter-
karakter negatif.
d) Ustadz/Guru selalu memperhatikan perkembangan siswa dan
perilaku siswa dalam bersikap baik dalam pembelajaran maupun
diluar pembelajaran.
60
Dalam mengembangkan kecerdasan spiritual siswa melalui
kegiatan keagamaan hendak nya siswa membutuhkan pengarahan,
bimbingan dari seorang guru. Tidak hanya itu peran guru sangat
penting dalam mengembangkan kecerdasan siswa. Sebaliknya, jika
guru tidak mampu menjadi teladan atau sahabat bagi peserta
didiknya, guru akan cenderung dibenci oleh siswa dan setiap
perkataan guru hanya akan menjadi angin lalu dan dianggap
sebagai omong kosong saja. Hal tersebut sesuai dengan apa yang
dikatakan oleh Bp. AM (16 Januari 2016) bahwa:
“Dampaknya nanti akan berimbas dan mencoreng
pendidikan yang ada di Indonesia, saat guru tidak bisa
menjadi teladan bagi peserta didiknya guru tersebut
akan disepelekan oleh peserta didiknya, guru akan
diacuhkan oleh peserta didiknya dan ini akan
mempengaruhi hasil belajar peserta didik karena dalam
proses belajar peserta didik sudah tidak semangat
dengan gurunya. Tidak hanya diacuhkan oleh peserta
didik, guru yang tidak bisa menjadi teladan akan
dikucilkan oleh masyarakat. Kemudian dampak nya
lagi tidak ada komunikasi atau hubungan batin yang
baik antara guru dan siswa, jika guru hanya
menyampaikan pengetahuan siswa saja tidak
membimbing budi pekerti siswa, dengan kata lain
hanya terjadi hubungan secara lahir saja ya mbak, batin
nya tidak ada. Kemudian jika tidak ada keteladanan
pada diri seorang guru apapun nasihat atau materi-
materi yang disampaikan oleh guru tidak akan
membawa efek atau tidak akan diterima oleh siswa,
kemudian dampaknya lagi jika guru tidak bisa menjadi
teladan dalam kategori sering melakukan perbuatan
menyimpang seperti menganiaya muridnya sendiri,
melakukan kekerasan terhadap muridnya maka guru
tersebut akan dikeluarkan dari sekolah.”
Maka salah satu upaya yang dilakukan di SMP Daarul Qur‟an
adalah dengan menjadi teladan bagi peserta didik dan dengan
membiasakan peserta didik untuk turut aktif dalam pelaksanaan
kegiatan keagamaan di SMP Daarul Qur‟an.
61
e) Setiap ustadz dan staf di SMP Daarul Qur‟an yang selalu berusaha
menciptakan akhlak yang baik bagi siswa nya dengan perilaku
hidup rukun sesuai ajaran agama. Hal ini ditandai dengan kebijakan
senyum, sapa, dan salam yang diaplikasikan melalui salam-salaman
antara guru dengan siswa dan antar sesama siswa sebelum jam
pelajaran dimulai setiap harinya.
f) siswa dibekali pengalaman spiritual berupa kegiatan pendekatan
diri kepada Allah SWT melalui membaca dzikir dan shalawat
menjelang Ujian.
g) Siswa melaksanakan sholat dhuha setelah jam istirahat.
h) Siswa wajib memiliki hafalan 5 juz setiap jenjangnya (Wawancara
dengan Bp. Agus Ma‟arif 17 Januari 2016).
Pengembangan kecerdasan spiritual siswa di SMP Daarul
Qur‟an adalah dengan menanamkan nilai-nilai spiritual pada hati dan
jiwa siswa. Tujuan dari kegiatan keagamaan ini adalah untuk
mengarahkan, membantu, memberi pengetahuan kepada santri tentang
bagaimana hubungan yang baik antara manusia dengan Allah,
interaksi yang baik antara manusia dengan manusia yang mana dari
kegiatan tersebut santri diajarkan untuk berkomunikasi yang baik
dengan guru dan teman-temannya. Sehingga diharapkan nantinya
santri timbul rasa keimanan yang dihayati dengan cara yang
sungguhsungguh, sehingga nantinya bisa membawa santri dalam
kehidupan yang damai dan tentram dibawah ridho-Nya (Wawancara
dengan Bp. AM, 17 Januari 2016).
Pengembangan kecerdasan spiritual di SMP Daarul Qur‟an juga
dilaksanakan melalui pelaksanaan visi dan misi Sekolah/pondok.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bp. AM (16 Januari 2016)
mengatakan bahwa:
“Adapun Visi PP Daarul Qur‟am adalah
menumbuhkembangkan kesadaran sosial dan spiritual
Qur‟ani pada diri siswa (peserta didik) yang berilmu,
beramal dan bertaqwa, terdidik dan berbudaya dengan
62
makna dan nilai yang terwujud dalam aksi nyata,
sehingga menjadi siswa yang memiliki keindahan moral,
berakhlak mulia dan memiliki kompetensi sesuai dengan
minat bakatnya.
Sedangkan misi SMP Daarul Qur‟an adalah: (1)
Terbentuknya jiwa yang merdeka/Huriyah Tamah yaitu
jiwa yang merdeka sejati lahir dan batin; (2) Mewujudkan
sikap Mahabbah birauhillah, yaitu sikap dan perilaku
yang didasarkan atas jiwa kekeluargaan dan kebersamaan
yang kokoh; (3) Meningkatkan kualitas sumber daya
manajeman dan pengajar/ guru agar produktif siap dengan
perubahan, mandiri, maju, berdaya saing, berwawasan
lingkungan yang berkelanjutan dalam rangka
memberdayakan seluruh civitas dengan mengembangkan
kemampuan, keahlian, bakat siswa dan peningkatan
fasilitas/media dalam proses belajar mengajar.”
Data diatas diperkuat oleh wawancara Bp. AM (16 Januari 2016)
mengatakan bahwa:
Tujuannya sebagai salah satu upaya guru dalam
mengembangkan kecerdasan spiritual santri, dengan cara
membiasakan santri ikut aktif dalam kegiatan keagamaan,
dan terlibat langsung dalam ibadah. Hal ini diupayakan
diharapkan untuk memperluas wawasan, pengetahuan,
kemampuan siswa tentang Islam, meningkatkan generasi
muda untuk mencapai kecerdasan spiritual yang baik,
sehingga akan melahirkan generasi yang menjunjung tinggi
etika, moral dan nilai-nilai religius, kemudian membangun
kesadaran santri bahwa kegiatan keagamaan akan memotivasi
sikap beragama yang baik.
Jadi, penerapan dalam kegiatan tercermin pada upaya pembiasaan
siswa dalam kegiatan ibadah. Kegiatan dan suasanan pembelajaran
dijalin melalui hubungan kekeluargaan dan saling menghormati
sehingga tercipta hubungan yang harmonis. siswa diberi kesempatan
yang sama untuk aktif dalam melakukan kegiatannya, dan mereka
memiliki kesempatan yang sama untuk maju.
Ustadz/Guru juga memberikan kesempatan pada siswa untuk
saling memberi saran guna kemajuan belajar mereka dengan selalu
mengindahkan norma-norma hidup dan kehidupan sebagai anggota
63
keluarga besar SMP Daarul Qur‟an, serta menghindarkan diri dari
perbuatan yang dapat melanggar syariah Islam, melanggar norma, dan
menyakiti perasaan dan menyinggung harga diri orang lain serta
lingkungan di sekitarnya.
Jadi, substansi pengembangan keceerdasan spiritual di SMP Daarul
Qur‟an adalah pembinaan akhlak serta kepribadian siswa yang
didalamnya berkenaan dengan moral, sikap dan perilaku
keberagamaan seseorang melalui kegiatan-kegiatan pembiasaan dan
penerapan visi dan misi SMP Daarul Qur‟an dalam kehidupan sehari-
hari.
b. Perencanaan Lingkungan Pengembangan Kecerdasan Spiritual
Iklim belajar yang kondusif merupakan tulang punggung dalam
faktor pendorong yang dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi
proses pembelajaran, sebaliknya iklim belajar yang kurang
menyenangkan akan menimbulkan kejenuhan dan rasa bosan.
Berkenaan dengan hal tersebut, sedikitnya terdapat tujuh hal yang
harus diperhatikan, yaitu ruang belajar, penerangan, suhu, pemanasan
sebelum masuk ke materi yang akan dipelajari (pembentukan dan
pengembangan kompetensi), dan bina suasana dalam pembelajaran.
Penuturan Bp. AM pada tanggal 21 Februari 2016 adalah sebagai berikut:
“Agar siswa tidak jenuh dan merasa bosan, ruang kelas
dibuat senyaman mungkin dengan suasana belajar yang
rileks sehingga santri merasa nyaman dalam belajar.
Ventilasi udara dan penerangan dibuat cukup untuk
kenyamanan santri”.
Pernyataan ini dibenarkan oleh salah satu siswa yang diwawancarai pada
tanggal yang sama yang menyatakan,
”Ruangan kelas, ruangan pondok, aula, masjid selalu
dibuat terang dan bersih, sehingga selama kegiatan
pelajaran kami merasa enak”.
Penciptaan susana kelas yang nyaman, bersih, dan konsdusif
membuat santri merasa nyaman dalam belajar. Santri merasa „enjoy‟
64
selama proses pembelajaran. Dengan suasana kelas yang nyaman, maka
kemampuan siswa dalam menyerap materi juga meningkat.
Berkenaan dengan ruang belajar, penerangan, suhu ruangan kelas,
Bp. AM, menjelaskan bahwa:
”Penataan ruang kelas disini sudah layak sesuai sebagai
tempat untuk belajar, dimana ruang kelas sudah diatur
baik dari segi penerangan, ventilasi udara, dan lain-lain
yang memberikan suasana segar dalam pembelajaran”.
Selain itu, berdasarkan hasil observasi lapangan yang dlaksanakan
pada tanggal yang sama, diketahui bahwa setiap ruangan kelas memiliki
penerangan lampu yang memadai, sehingga pada saat cuaca gelap /
mendung, santri masih dapat belajar dengan nyaman. Apabila tenaga
listrik padam, maka pondok menyediakan genset yang memadai untuk
mensuplai tenaga listrik ke sekolah, sehingga kegiatan administrasi
maupun akademis yang terkait dengan listrik masih dapat berjalan
dengan baik.
Lingkungan pembelajaran memegang peranan penting dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SMP Daarul Qur‟an. Apabila
lingkungan belajar nyaman, maka keadaan itu akan menciptakan suasana
kondusif dalam pembelajaran di sekolah. Dalam mengelola lingkungan
belajar, kondisi ruangan kelas, ventilasi, penerangan dibuat sebaik
mungkin agar santri merasa nyaman dalam belajar.
c. Pembuatan Silabus dan RPP yang Terintegrasi
Persiapan atau perencanaan merupakan faktor yang sangat
mendukung dan memegang peranan yang sangat penting untuk dapat
melaksanakan suatu penbelajaran yang baik dan untuk dapat
menciptakan sebuah kondisi kegiatan belajar mengajar yang kondusif.
Rencana pembelajaran merupakan rencana kegiatan kelas yang berisi
skenario tahap demi tahap apa yang akan dilakukan oleh guru bersama
siswa sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam
persiapan atau perencanaan proses kegiatan belajar mengajar, seorang
65
pengajar merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam pembelajaran
pengembangan kecerdasan spiritual dalam setiap mata pelajaran.
Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan pada kurun
waktu bulan November 2015 – Maret 2016, dapat dijelaskan bahwa
sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar pengajar di SMP
Daarul Qur‟an pada umumnya terlebih dahulu membuat perangkat
pembelajaran yang meliputi program tahunan, program semester,
perhitungan minggu efektif, silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Silabus dan RPP di SMP Daarul Qur‟an dibuat oleh
pengajar secara mandiri atau bersama-sama dalam MGMP, disesuaikan
dengan silabus dan kurikulum yang ditetapkan BSNP, difasilitasi dan
disupervisi kepala sekolah atau guru senior yang ditunjuk oleh kepala
sekolah. Selain itu, SMP Daarul Qur‟an juga memiliki silabus dan RPP
keagamaan yang dikembangkan pada tingkat satuan pendidikan yaitu
silabus muatan lokal yang berlaku pada satuan pendidikan yang
bersangkutan.
Pembuatan perangkat pembelajaran dilakukan sebagai langkah
awal pengajar agar kegiatan belajar mengajar berjalan dengan lancar dan
sesuai dengan apa yang diinginkan. Perangkat pembelajaran ini biasanya
dibuat pengajar pada awal semester atau tahun ajaran baru. Berdasarkan
hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Inggris mengatakan
”Ya saya membuat perangkat pembelajaran di awal
semester, yang saya buat pada awal semester ada analisis
SK KD, ada prota, ada promes,ada satuan pelajaran
(SP)/rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan
evaluasinya. Semua perangkat pembelajaran yang saya
buat Insya Allah sudah mencangkup semua komponen
pembelajaran kontekstual dan mengembangkan
kecerdasan spiritual para santri” (hasil wawancara pada
Desember 2015).
Perangkat pembelajaran yang dibuat oleh pengajar sangat penting
sebagai panduan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam perangkat
pembelajaran terutama dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran),
66
terdapat komponen yang bisa menunjang keberhasilan proses belajar
mengajar yaitu model pembelajaran. Disinilah kompetensi pengajar
diperlukan dalam pemilihan model pembelajaran yang tepat. Hal ini
dilakukan agar dalam kegiatan belajar mengajar berjalan dengan lancar,
sesuai dengan apa yang diinginkan.
Dalam wawancara dengan pengajar Bahasa Arab, mengungkapkan:
“Model pembelajaran CTL saya gunakan dalam
pembelajaran Bahasa Arab dikarenakan dapat
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang
diajarkan, mengasosiasikan materi satu dengan materi
yang lainnya, siswa dapat mempraktikan teori-teori dari
dalam kelas di lapangan atau dunia riil. Selain itu
penggunaan model CTL dalam pembelajaran Bahasa Arab
menurut saya memiliki keunggulan sendiri yaitu
pemahaman siswa terhadap materi itu tidak parsial akan
tetapi integral, bisa mengetahui sedikit ilmu dan pisa
dipraktikan di dalam masyarakat, siswa paham tidak hanya
teorinya saja tapi mereka juga mempraktikannya. Prestasi
belajar tercapai seiring dengan kecerdasan spiritualnya”
(hasil wawancara pada Desember 2015).
Selain perangkat pembelajaran, hal lain yang perlu dipersiapkan
sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung adalah mempersiapkan
presensi atau buku absen, buku jurnal atau perkembangan santri yang
berisi semua catatan perkembangan santri di kelas dari satu pertemuan
kepertemuan berikutnya sehingga pengajar dapat mengetahui gambaran
maupun informasi mengenai perkembangan belajar santri di kelas, dan
buku-buku pegangan guru lainnya.
1) Penjabaran Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Materi
Pokok
Penyusunan silabus diawali penjabaran standar kompetensi,
kompetensi dasar dan materi pokok. Standar kompetensi adalah
kemampuan minimal yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan
siswa, yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa
setelah mengikuti mata pelajaran tertentu.
67
Tahap selanjutnya adalah penjabaran indikator. Dalam
penjabaran indikator ini pengajar dibantu Kepala Sekolah. Setiap
kompetensi dasar dikembangkan menjadi indikator, biasanya lebih
dari dua. Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penjabaran
indikator yaitu tingkat kata kerja dalam indikator lebih rendah atau
setara dengan kata kerja kompetensi dasar maupun standar
kompetensi. Indikator menggunakan kata kerja operasional yang dapat
diukur dan/atau diobservasi. Prinsip pengembangan indikator adalah
sesuai dengan kepentingan (urgensi), kesinambungan (kontinuitas),
kesesuaian (relevansi) dan kontekstual. Keseluruhan indikator dalam
satu kompetensi dasar merupakan tanda-tanda, perilaku dan lain-lain
untuk pencapaian kompetensi yang merupakan kemampuan bersikap,
berfikir dan bertindak secara konsisten. Berikut penuturan guru
Bahasa Inggris SMP Daarul Qur‟an;
”Pada pokok bahasan teks transaksional, kompetensi yang
ingin dicapai yaitu: Merespon makna dalam percakapan
transaksional (to get things done) dan interpersonal
(bersosialisasi) yang menggunakan ragam bahasa lisan
sangat sederhana secara akurat, lancar, dan berterima
untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat yang
melibatkan tindak tutur: menyapa orang yang belum/sudah
dikenal, memperkenal-kan diri sendiri/orang lain, dan
memerintah atau melarang; Merespon makna dalam
percakapan transaksional (to get things done) dan
interpersonal (bersosialisasi) yang menggunakan ragam
bahasa lisan sangat sederhana secara akurat, lancar, dan
berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat
yang melibatkan tindak tutur: meminta dan memberi
informasi, mengucapkan terima kasih, meminta maaf, dan
mengungkapkan kesantunan (hasil wawancara, Desember
2015).
Tahap selanjutnya adalah penjabaran materi pokok, yaitu dari
indikator yang telah disusun dijabarkan menjadi materi pokok. Materi
pokok inilah yang akan dipelajari oleh siswa sebagai sarana
pencapaian kompetensi dasar. Berikut lanjutan penuturan guru
Bahasa Inggris SMP Daarul Qur‟an;
68
”....dari masing-masing indikator tersebut dijabarkan
menjadi materi pokok. Untuk satu indikator dijabarkan satu
meteri pokok. Materi pokok itulah yang akan dipelajari oleh
siswa dalam proses belajar mengajar”. (hasil wawancara,
Desember 2015)
2) Silabus dan Penilaian
Setelah standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan
materi pokok ditentukan, tahap selanjutnya penyusunan silabus
penilaian selengkapnya, yaitu dengan penambahan kegiatan
pembelajaran, penilaian, alokasi waktu dan sumber bahan atau
alat.Penilaian merupakan instrumen dan prosedur yang digunakan
untuk menilai pencapaian belajar siswa.
Penilaian di SMP Daarul Qur‟an antara lain berupa tes lisan dan
tes tertulis. Tes lisan adalah tes yang pelaksanaannya dilakukan
dengan mengadakan tanya jawab secara langsung antara pengajar dan
santri, sedangkan tes tertulis adalah tes yang soal-soalnya harus
dijawab santri dengan memberikan jawaban tertulis. Tes tertulis ada
dua macam yaitu jawaban singkat dan uraian. Meski pada prakteknya
tes tertulis lebih sering dilakukan, namun tes lisan juga sesekali
dilakukan. Berikut penuturan guru SMP Daarul Qur‟an;
”Untuk materi tertentu kami bisa menggunakan tes lisan
sebagai evaluasi siswa. Namun memang tes tertulis adalah
yang paling sering dilakukan untuk ulangan siswa”. (hasil
wawancara, Februari 2016)
Alokasi waktu dalam silabus diisi dengan waktu efektif untuk
pembelajaran. Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam
pembelajaran setiap minggunya. Kriteria penentuan alokasi waktu
adalah suatu kemampuan dasar tertentu diperhitungkan berdasarkan
analisis dan atau pengalaman penggunaan jam pembelajaran.
Setelah semua langkah penyusunan silabus dilakukan, yang
terakhir adalah penentuan sumber bahan atau alat. Sumber belajar
meliputi sumber bahan atau alat yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai.
69
Pengembangan kecerdasan spiritual dalam silabus dilaksanakan
melalui pengintegrasian nilai-nilai luhur religius dalam silabus dan
kurikulum. Selanjutnya hasil integrasi tersebut dijabarkan dalam materi
pokok, indikator, dan penilaian sehingga memudahkan bagi pengajar /
ustadz dalam pengimplementasian di lapangan.
d. Penyusunan Jadwal Kegiatan Santri secara Konsisten dan
Terprogram (Istiqomah)
Salah satu upaya perencanaan pengembangan kecerdasan spiritual
di SMP Daarul Qur‟an adalah dengan menyusun kegiatan santri secara
konsisten dan terprogram. Kecerdasan spiritual membimbing santri untuk
mendidik hati menjadi benar.Mengingat pentingnya kecerdasan spiritual
bagi kehidupan manusia, termasuk kehidupan anak dan remaja, maka
berbagai konsep dibuat guna membantu santri dalam meningkatkan
kecerdasan spiritual.
Oleh karena itu, dalam upaya mewujudkan remaja yang seutuhnya
atau sumber daya manusia yang berkualitas tersebut, diperlukan upaya-
upaya konkret secara maksimal. Salah satu diantaranya adalah pembinaan
dan penanaman kecerdasan spiritual yang dibentuk melalui beberapa
program yang telah disusun dan dilaksanakan di SMP Daarul Qur‟an
antara lain:
1) Mewajibkan shalat Qiyamullail kepada semua santri;
2) Membangun budaya dzikir pagi, dzikir sore,asmaul husna dan
tadarus setiap pagi;
Dzikir pagi, menambah hafalan dan tadarus ini dilakukan
setiap pagi setelah habis sholat subuh yang dibimbing oleh masing-
masing ustadz. Sedangkan kegiatan asmaul husna dilakukan setiap
isitirahat jam pertama yaitu pukul 09.00-09.30 yang ditambahi
dengan pemberian tausiyah atau motivasi kepada para santri dan
dibimbing oleh ustadz yang bertugas. Kegiatan tadarusan bisa berupa
tilawah/membaca Al-qur‟an secara sendirian terkadang bergantian
70
atau bersama-sama minimal 1 ruku‟. (wawancara Bp Shidiq guru
mapel 15 Januari 2016)
3) Membangun kewajiban shalat subuh berjama‟ah dan kegiatan
setoran hafalan;
4) Membudayakan Asfus Salam setiap pagi;
5) Membudayakan Sholat Dhuha setiap hari;
6) Mewajibkan muroja‟ah dan menambah hafalan setiap ba‟da shalat
fardhu;
7) Mewajibkan shalat fardhu berjama‟ah dimasjid;
8) Membanguan kebiasaan puasa sunnah senin kamis;
9) Membudayakan Jum‟at bersih dan sehat;
10) Mewajibkan memiliki hafalan minimal 5 juz/tahun(jika tidak
tercapai turun kelas meski nilai akademik diatas rata-rata);
11) Mengadakan Pembinaan kerohanian bagi siswa yang melanggar tata
tertib;
12) Mengadakan spiritual building setiap semester sekali; dan
13) Membangun komunikasi yang baik dengan orang tua siswa
Penyusunan jadwa kegiatan secara konsisten dan terprogram
memiliki beberapa manfaat, diantaranya: melatih santri untuk lebih
mengenal diri sendiri sehingga mampu memaksimalkan kelebihan yang
dimilikinya; melatih kepekaan batin dan jiwa santri terhadap lingkungan
sekitar; melatih kemampuan berpikir santri untuk berpikir dari sudut
pandang yang lebih luas; membuka pikiran dan wawasan santri; melatih
santri untuk selalu bersikap bijaksana; melatih santri agar memiliki rasa
empati, simpati dan belas kasih terhadap orang lain, semua makhluk
ciptaan Tuhan maupun alam semesta; melatih santri menjadi pribadi yang
berkarakter; dan melatih santri menjadi orang yang selalu bijaksana
dalam bertindak.
71
2. Pelaksanaan Pengembangan Kecerdasan Spiritual pada Santri di SMP
Daarul Qur’an
Pelaksanaan pengembangan kecerdasan spiritual pada santri di SMP
Daarul Qur‟an meliputi beberapa aspek antara lain: pemilihan metode
pengembangan kecerdasan spiritual, pemilihan media pengembangan
kecerdasan spiritual, kegiatan pembiasaan budaya religius, dan kegiatan
ekstrakurikuler dan kegiatan luar sekolah.
a. Pemilihan Metode Pengembangan Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan Spiritual menjadi fokus penting yang ditujukan pada
generasi muda dan harus ditanamkan sejak dini bahkan pengembangan
kecerdasan spiritual dinilai tidak kalah penting dengan kecerdasan yang
lain. Kecerdasan spiritual dianggap penting karena kecerdasan ini
merupakan kecerdasan jiwa dimana seseorang dapat mengatur hidupnya
menjadi lebih memiliki makna, dalam kecerdasan ini juga dapat
terbentuk moral dan spiritualitas seseorang yang luhur.
Berdasarkan hasil observasi lapangan pada tanggal 16 Januari
2016, dalam pelaksanaan pengembangan kecerdasan spiritual di SMP
Daarul Qur‟an dilaksanakan secara intensif oleh staff pengajar (ustadz)
dan partisipasi aktif para santrinya. Banyak metode yang dapat
digunakan para ustadz untuk dapat mengembangkan kecerdasan
sipritualsantri di SMP Daarul Qur‟an di antaranya yaitu:
1) Diskusi kelompok : diskusi kelompok besar/kecil; diskusi panel;
2) Simposium; ceramah forum; percakapan forum; seminar;
3) Brainstorming
4) Problem solving dan inquiry
5) Metode proyek
6) Tutorial (Dokumen RPP guru SMP Daarul Qur‟an, 2016).
Metode yang diterapkan oleh ustadz dan staff pengajar di SMP
Daarul Qur‟an bervariasi, meskipun metode ceramah masih menjadi
salah satu metode yang sering digunakan.Disinilah kompetensi ustadz
diperlukan dalam pemilihan metode atau model pembelajaran yang tepat.
72
Metode yang digunakan selain metode ceramah adalah tanya jawab,
diskusi kelompok, penugasan, pemodelan.
Dalam kegiatan pengenalan Al Qur‟an dan Al Hadits, guru selalu
mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari santri, sehingga mudah
dimengerti dan dipahami oleh santri, dan santri melaksanakan dalam
kehidupan sehari-hari.
Seorang pengajar harus senantiasa menciptakan suasana belajar
yang menarik dan menyenangkan bagi siswa agar mereka lebih
bersemangat dalam mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru.
Suasana belajar harus diformat sedemikian rupa sehingga mampu
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menjadikan
sekolah laksana rumah bagi siswa, menghindarkan mereka dari
kejenuhan dan menjadikan kebahagiaan siswa sebagai landasan dari
seluruh program.
Dalam pembelajaran IPA, gurujuga pernah mengundang ataupun
kedatangan tamu untuk berbagi informasi kepada anak didik yang
berkaitan dengan materi IPA, seperti penyuluhan dari Puskesmas,
penyuluhan dari BNN terkait dengan bahaya narkoba, serta dari
kepolisian yang memberikan pengarahan tentang kenalakan remaja, dan
lain-lain. Hal ini menjadi sangat menarik karena tidak hanya pengajar
saja yang menjadi sumber tetapi ada narasumber dari berbagai instansi
untuk membagi ilmu dan sebagai bekal kepada para peserta didik untuk
lebih berhati-hati dan selalu menjaga akhlak mereka dimanapun mereka
berada (Observasi, 16 Januari 2016).
b. Pemilihan Sumber dan Media Pengembangan Kecerdasan Spiritual
Dalam kegiatan pembelajaran dan proses pengembangan
kecerdasan spiritual di SMP Daarul Qur‟an telah menggunakan media
pembelajaran yang variatif untuk menunjang pemahaman santri terhadap
meteri pelajaran. Sumber belajar tersebut antara lain buku paket dari
Pemkab Karanganyar, buku-buku penunjang dari beberapa penerbit,
Lembar Kerja Siswa (LKS), serta dari lingkungan sekitar misal
73
perpustakaan serta dari media-media pemberitaan dari televisi, surat
kabar dan sebagainya.
Dalam pemilihan sumber belajar, agar penggunaan sumber belajar
dapat optimal, maka pengajar SMP Daarul Qur‟an memperhatikan hal-
hal berikut: (1) sumber belajar atau media pembelajaran yang dipilih
dapat dipakai untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang ingin dicapai.
(2) sumber belajar atau media pembelajaran yang dipilih dapat
memudahkan pemahaman peserta didik. (3) sumber belajar atau media
pembelajaran dideskripsikan secara spesifik dan sesuai dengan materi
pembelajaran. (4) sumber belajar atau media pembelajarann yang dipilih
sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif, karakteristik afektif, dan
keterampilan motorik peserta didik.
Dalam konsep KTSP proses pembelajaran dan pembentukan
kompetensi perlu dilakukan dengan tenang dan menyenangkan, hal
tersebut tentu saja menuntut aktivitas dan kreativitas guru dalam
menciptakan lingkungan yang kondusif. Dalam pelaksanaan belajar
mengajar di SMP Daarul Qur‟an, guru telah berusaha menggunakan
media pembelajaran yang variatif untuk menciptakan lingkungan belajar
yang kondusif dan menyenangkan. Guru-guru telah menggunakan media-
media pembelajaran untuk menunjang pemahaman santri terhadap materi
pelajaran seperti gambar-gambar, peta konsep dari kertas manila, OHP,
LCD, Microsoft Powerpoint untuk kepentingan presentasi dengan LCD,
televisi dan sebagainya. Namun kadang-kadang guru tidak selalu
menggunakan media dalam pembelajaran, penggunaan media
disesuaikan dengan materi dan waktu yang tersedia.
c. Kegiatan Pembiasaan Budaya Religius
Keberhasilan SMP Daarul Qur‟an dalam membina peserta didiknya
dalam mengembang kecerdasan spiritual tidak bisa lepas dari semua
pihak yang telah membantu proses tersebut. Upaya pengajar dalam
proses mengembang kecerdasan spiritual diterapkan dalam aktivitas
sehari-hari ketika berada di sekolah maupun dalam pondok. Berdasarkan
74
hasil observasi di pagi hari, tanggal 18 Januari 2016, upaya yang
dilakukan oleh ustadz dalam pembentukan pengembangan kecerdasan
spiritual adalah dengan melalukan pembiasaan-pembiasaan pada para
santri, misalnya ketika datang di madrasah anak-anak dibudayakan untuk
melakukan 5S (salam,senyum, sapa, salim, dan santun). Para siswa
dibiasakan untukmelaksanakan kegiatan rutin salamam pagi (afsus
salam). Jadi ketika siswa masuk gerbang madrasah mereka harus
bersamalan dengan guru atau ustadznya.
Untuk mempersiapkan peserta didik mencintai Al-Qur‟an, setiap
hari sebelum pelajaran dimulai secara bersama-sama peserta didik
tadarus pagi dengan didampingi guru mata pelajaran jam pertama. Dan
juga setoran hafalan yang dilaksanakan pada Ujian Tengan Semester dan
Ujian Semester atau dapat dilaksanakan sesuai kesepakatan guru dengan
siswa. Pada awal pertemuan guru memberikan daftar surah yang harus
dihafal oleh peserta didik selama satu semester beserta kartu hafalannya.
Peserta didik boleh menyetorkan hafalan surah satu per satu kepada guru
maupun langsung beberapa surah. Penilaian didasarkan pada jumlah
surah yang disetorkan kepada guru. Program ini bertujuan untuk
membantu siswa dalam mempraktikkan pembacaan ayat-ayat suci Al-
Qur‟an dalam ibadah sholat dan untuk mencintai Al-Qur‟an. Hal ini
sebagaimana yang ditambahkan guru Al Qur‟an, sebagai berikut:
“Kegiatan pengembangan kecerdasan spiritual selain
pembiasaan 5S juga ada tadarus Al-Qur‟an setiap hari
sebelum pelajaran jam pertama dimulai yaitu pukul 06.45-
07.00 WIB. Kegiatan ini didampingi oleh guru mata
pelajaran jam pertama. Selain tadarus Al-Qur‟an setiap
pagi ada juga hafalan, semua siswa kami wajibkan
menyetorkan hafalan. Setoran hafalan itu biasanya
dilakukan ketika ujian mid semester dan ujian semester.
Ini dilakukan biar siswa itu lebih mencintai dan
memahami Al-Qur‟an.”
Selain menghafal Al Qur‟an, SMP Daarul Qur‟an juga membuka
program keagamaan. Program ini berisikan kegiatan peserta didik yang
berupa kajian kitab dan ilmu-ilmu agama. Pernyataan diatas sejalan
75
dengan yang diungkapkan oleh bapak kepala SMP Daarul Qur‟an sebagai
berikut:
“Strategi kami agar anak-anak mempunyai
pemahaman lebih dibidang agama, kita adakan kajian
keagamaan. Kalau pelajaran yang diajarkan di kelas itu
kan yang secara umum, untuk kajian keagamaan ini, kita
lebih fokus ke kajian kitab-kitab dan tafsir sehingga anak-
anak di madrasah ini kualitasnya berbeda dengan anak-
anak dari sekolahan lain. kami membuat program ini
untuk memberikan wawasan yang luas tentang kajian Al-
Qur‟an, mengajarkan kepada anak untuk beriman kepada
Kitab SuciNya.”
Pernyataan lain yang berkaitan dengan kajian keagamaan adalah
yang diungkapkan oleh kepala SMP Daarul Qur‟an yaitu sebagai berikut:
“Kegiatan lainnya mbak yang berkaitan dengan
pengembangan agama yang ada di madrasah ini adalah
kajian keagamaan. Ini kami lakukan secara rutin setiap
Jum‟at dan Sabtu sebelum KBM dimulai yakni pukul
05.50-06.50 WIB. Dalam kajian ini, anak-anak diajari
untuk membaca kitab selain itu juga memahami tafsir Al-
Qur‟an. Harapan kami, dengan memahami ayat-ayat Al-
Qur‟an mereka dapat menerapkannya dalam kehidupan
mereka sehari-hari. Ilmu-ilmu agama lebih difokuskan
pada tafsir Al-Qur‟an dan fiqih. Dengan adanya
pembelajaran seperti ini diharapkan nantinya santri-santri
kami dapat mengkaji Al-Qur‟an dan mengamalkannya
secara benar.”
Peserta didik di SMP Daarul Qur‟an semuanya diwajibkan untuk
mengikuti sholat dhuha dan sholat dhuhur berjamaah. Hal ini
sebagaimana yang dungkapkan oleh waka kurikulum SMP Daarul
Qur‟an sebagai berikut:
“Untuk sholat dhuha biasanya kita lakukan pada pukul
09.00-09.45 setelah tadarus pagi. Anak-anak tidak
diwajibkan untuk mengikuti sholat dhuha setiap hari,
ketika jam istirahat, sehingga tidak menggangu proses
belajar mengajar. Dan setelah shalat dhuha anak-anak
melafazkan asmaul husna secara bersama-sama
didampingi oleh guru piket.”
76
Untuk guru yang bertugas piket pada hari tersebut segera
mengkondisikan peserta didik yang akan mengikuti sholat dhuha.
Pelaksanaan sholat dhuha tersebut berjalan dengan baik dan tertib, dan
peserta didik datang tepat waktu. Sholat dhuha ini juga diikuti oleh
beberapa guru untuk memberi contoh serta mendampingi peserta didik
agar mereka lebih semangat dalam melaksanakan kegiatan tersebut.
Kegiatan sholat dhuhur berjamaah di SMP Daarul Qur‟an
merupakan kegiatan rutin yang harus diikuti oleh seluruh siswa setiap
hari. Sholat dhuhur berjamaah dilaksanakan pada pukul 12.00 – 12.30.
ini sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh waka kurikulum
SMP Daarul Qur‟an sebagai berikut:
“Semua peserta didik kami wajibkan untuk
mengikuti sholat dhuhur berjamaah di masjid pondok. Ini
sebagai upaya kami untuk membiasakan mereka
melakukan kewajibannya sebagai umat Islam sekaligus
mengingatkan mereka bahwa sholat berjamaah itu
mempunyai banyak keutamaan. Kalau di sini, sholat
dhuhur itu dilaksanakan setiap pukul 12.00-12.30 WIB.
Ketika bel berbunyi pukul 12.00, mereka akan diingatkan
oleh guru piket untuk segera menuju masjid.”
Sholat dhuhur berjamaah dilaksanakan oleh seluruh peserta didik
kelas VII, VIII, dan kelas IX dan juga diikuti oleh para guru dan
karyawan. Hasil observasi menunjukkan bahwa ketika sudah mulai
waktu melaksanakan sholat dhuhur, guru piket memantau ke kelas-kelas
untuk memastikan bahwa semua peserta didik sudah menuju masjid dan
segera mengambil wudhu untuk melaksanakan sholat dhuhur berjamaah.
d. Memaksimalkan adanya Ma‟had
SMP Daarul Qur‟an mempunyai pondok atau ma‟had bagi santri-
santrinya, ma‟had ini terletak dibelakang sekolah dan sebagai sarana
untuk mendidik peserta didiknya menjadi anak yang benar-benar
berakhlakul karimah. Dengan memaksimalkan ma‟had dalam upaya
mengembangkan kecerdasan spiritual, diharapkan tercapai santri yang
berbudi luhur dan berprestasi secara akademis.
77
e. Kegiatan Ekstrakurikuler dan Kegiatan Luar Sekolah
Kegiatan ektrakurikuler merupakan kegiatan terprogram yang
dimaksudkan memberi wadah bagi peserta didik untuk mengembangkan
bakat yang dimiliki. Selain itu, kegiatan ini juga dipakai sebagai salah
satu upaya untuk mewujudkan cita-cita SMP Daarul Qur‟an yang tetuang
dalam visi, misi, dan tujuan sekolah. Tujuan adanya kegiatan
ektrakurikuler adalah kegiatan yang fungsinya itu sebagai wadah, wadah
bagi siswa untuk mengembangkan bakat yang mereka miliki.
Di SMP Daarul Qur‟an ada berbagai macam kegiatan
ektrakurikuler yang kesemuanya sudah berjalan sesuai dengan jadwal
yang sudah ada. Masing-masing kegiatan ekstra mempunyai nilai-nilai
pengembangan kecerdasan spiritual. Hal ini sesuai hasil wawancara
dengan koordinator ektrakurikuler SMP Daarul Qur‟an sebagai berikut:
“Kegiatan ekstrakurikuler di madrasah kami ada
kurang lebih 10an mbak, yang kesemuanya di bina oleh
guru-guru yang mempunyai bakat dibidangnya masing-
masing sehingga anak-anak dapat belajar mengembangkan
bakat mereka secara maksimal. Upaya guru dalam
mengembangkan akhlak anak dari kegiatan ekstra ini
sangat banyak, tiap bidang ektra mempunyai cara
tersendiri. Ada rebana, pidato, tartil, tilawah, muhadatsah,
pramuka, PMR dll. Misalnya ektra pramuka, dari kegiatan
ektra pramuka ini anak-anak diajarkan untuk berjiwa
disiplin, saling membantu, saling menghormati dan
menghargai, mempunyai jiwa pekerja keras, dan melatih
anak untuk berorganisasi. Kegiatan lain adalah UKS dan
PMR, dalam kegiatan ekstra ini anak diajarkan untuk
hidup sehat jasmani dan rohani, melatih anak untuk
berjiwa sosial, dan saling tolong menolong. Tiap tiga
bulan sekali kami mendatangkan palang merah untuk
kegiatan donor darah bagi guru dan karyawan yang ingin
mendonorkan darahnya. Kegiatan ekstra keagamaan
merupakan kegiatan yang menjadi pusat dari
pengembangan kecerdasan spiritual yang sesuai dengan
yang mbak tanyakan, disini ada beberapa kegiatan yaitu
ada MTQ dan BTQ, serta pendalaman materi-materi
agama atau mengkaji tentang ilmu agama Islam,
berpidato.”
78
Lebih lanjut lagi bapak waka kurikulum Daarul Qur‟an
menambahkan bahwa:
“Kegiatan ekstrakurikuler di SMP Daarul Qur‟an ini
dalam proses pengembangan kecerdasan spiritual adalah
yaa melaksanakan kegiatan tersebut sesuai dengan
tujuannya mbak. Tujuan kegiatan ekstrakurikuler kami
adalah pertama, mendalami materi tiap-tiap kegiatan
sehingga anak-anak mengerti dasar dari tujuan masing-
masing kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Kedua adalah
melatih dan mendidik anak untuk menguatkan dan
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah dan
Rosul-Nya. Menggali potensi, bakat, minat, ketrampilan
peserta didik agar mampu mengenal dirinya sendiri.
Membentuk peserta didik menjadi anak yang mandiri dan
bermanfaat untuk lingkungannya serta mempunyai jiwa
yang berakhakul karimah dan juga beriman kepada Allah”.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan
ekstrakurikuler dalam proses pembentukan akhlak melalui
pengembangan kecerdasan spiritual peserta didik di SMP Daarul Qur‟an
adalah dengan menjalankan dan melaksanakan tujuan dari kegiatan
ekstra itu sendiri, setiap kegiatan mempunyai nilai-nilai tersendiri dalam
pembentukan akhlak anak. Memiliki pembimbing yang berkompeten
dibidangnya merupakan hal yang harus diperhatikan agar tujuan dari
kegiatan ekstrakurikuler berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Adapun upaya guru dalam pengembangan kecerdasan spiritual
diluar sekolah adalah memberikan kebebasan pada peserta didik untuk
mengembangkan bakatnya di luar sekolah, agar supaya anak didik
mempunyai pengalaman dan belajar untuk mengenal dunia luar. Hal ini
sesuai dengan hasil wawancara dengan salah satu guru Al Qur‟an.,
seperti berikut:
“Kegiatan diluar sekolah yang diikuti anak-anak
kami ini sangat banyak mbak, kami harus bisa
bekerjasama dengan wali murid untuk sama-sama
mengawasi dan memilihkan kegiatan yang positif untuk
santri-santri kami. Diantara kegiatan yang diikuti peserta
didik kami adalah banyak anak yang mengikuti kegiatan di
ponpes sekitar rumah mereka, walaupun mereka tidak
79
mondok disitu tapi mereka bisa ikut kegiatan pondok
setiap habis maghrib. Ada juga yang menjadi remaja
masjid dilingkungan mereka sehingga anak-anak bisa
belajar berorganisasi dan mengembangkan kegiatan
masjid yang ada di sekitar rumahnya. Kemudian juga
banyak yang ikut kegiatan karang taruna di desa mereka
masing-masing, kegiatan ini bisa melatih anak untuk
berorganisasi dan juga mengembangkan potensi yang ada
di desa mereka. Sebagai guru saya selalu memberikan
motivasi pada anak-anak untuk selalu menjadi orang yang
bermanfaat untuk orang lain, kegiatan-kegiatan yang
diikuti anak-anak diluar sekolah saya pupuk dan suport
sepenuhnya agar mereka mengenal dunia luar, bahwa ilmu
itu tidak hanya dicari lewat sekolah formal tetapi bisa
dicari dimana saja asal mempunyai niat dan tekat yang
kuat. Alhamdulillah mbak anak-anak kami bisa aktif
mengikuti kegiatan positif baik di madrasah maupun di
luar pondok.”
Mengembangkan kecerdasan spiritual anak salah satunya adalah
mengajarkan mereka untuk beriman kepada Allah dan beriman kepada
Rosul Allah, sabagaimana yang diungkapkan oleh bapak kepala SMP
Daarul Qur‟an sebagai berikut:
“Salah satu cara kami dalam mendidik anak untuk
mencintai Allah dan Rosul-Nya adalah dengan selalu
berdzikir dan bersholawat. Untuk menarik minat anak
kami membuat lomba antar kelas setiap event tertentu
mbak biar anak-anak bersemangat. Nah, kalau ada acara
seperti itu saya juga hadir mbak untuk memantau anak-
anak kami yang juga menyukai kegiatan tersebut.”
Dari ungkapan-ungkapan diatas dapat disimpulkan bahwa banyak
cara atau upaya guru dalam pengembangan kecerdasan spiritual peserta
didik diluar sekolah. Kegiatan diluar sekolah memang banyak tetapi
sebagi guru juga harus bisa membina dan mensuport serta memantau
kegiatan peserta didik sesuai dengan kaidah-kaidah Islam sehingga
peserta didik mempunyai jiwa yang religius dan berakhlakul karimah.
Guru juga harus bisa bekerjasama dengan wali murid untuk sama-sama
80
menjaga dan mengawasi anak-anaknya, karena tanpa kerja sama dengan
semua pihak maka pendidikan akhlak anak tidak akan bisa berhasil.
3. Kontrol dan Evaluasi Pengembangan Kecerdasan Spiritual pada Santri
di SMP Daarul Qur’an
Kontrol dan evaluasi pelaksanaan pengembangan kecerdasan spiritual
di SMP Daarul Qur‟an dilaksanakan melalui kegiatan pengawasan dan
evaluasi.
a. Mengontrol Kegiatan Santri
Cara mengontrol kegiatan siswa dalam pembentukan dan
pengembangan kecerdasan spiritual. Dalam setiap kegiatan yang
diadakan di sekolah ini guru mempunyai cara tersendiri dalam
mengontrol kegiatan siswa. Hal ini dilakukan agar siswa mempunyai
kesadaran tinggi terhadap kewajiban mereka dan melatih budaya religi
sehingga dapat tertanam pada jiwa anak ketika nanti mereka terjun
kemasyarakat.
Cara mengontrolnya antara lain dengan adanya guru piket yang
bertugas setiap harinya mengontrol kegiatan belajar mengajar anak ketika
ada guru yang tidak bisa mengajar/ izin, selain guru piket juga ada guru
pendamping dalam setiap kegiatan misalnya ketika tadarus didampingi
oleh guru mapel jam pertama, ketika sholat dhuha dan jamaah sholat
dhuhur juga ada guru pendamping sehingga jika ada anak yang
membandel atau tidak mengikuti kegiatan tersebut akan mendapatkan
sanksi kecuali yang berhalangan.
Berdasarkan hasil analisis dokumen, diketahui bahwa untuk
mengontrol kegiatan anak dalam pengembangan kecerdasan spiritual
adalah setiap guru mempunyai buku rekam data. Dari buku tersebut akan
diketahui bagaimana prestasi anak setiap harinya dan juga perilaku siswa
ketika berada di pondok. Metode uswatun hasanah adalah memberikan
teladan kepada siswa. Dari metode ini, para asatidz/guru dapat
mengontrol sikap siswa, asatidz/guru memberikan contoh bagaimana
81
berperilaku yang baik sehingga siswa bisa membedakan mana perilaku
yang baik dan mana perilaku yang buruk. Selain itu asatidz/guru juga
mengontol siswa dari pengamatan, mengamati setiap kagiatan yang
dilakukan santri, mengamati prestasinya meningkat atau malah menurun,
mengamati akhlaknya dari sikap yang ditunjukkan kepada asatidz, orang
yang lebih tua, maupun kepada teman-temannya. Ketika siswa
mendapatkan suatu masalah maka asatidz/guru wajib memberikan
konseling atau memberikan solusi sehingga masalah santri tersebut tidak
menjadi berlarut-larut.
Begitu juga dengan hasil wawancara salah satu guru mata pelajaran
yang memberikan keterangan bahwa cara mengontol kegiatan siswa
adalah menjadi teman bagi siswa, jadi tugas guru selain mengajar dan
mendidik juga menjadi sahabat bagi anak didiknya.Hal ini sangat bagus
dalam pertumbuhan psikologisnya karena mereka merasa nyaman ketika
belajar, konsultasi maupun sekedar berbagi informasi mengenai berbagai
hal.
b. Kegiatan Evaluasi / Penilaian
Evaluasi dalam suatu organisasi memiliki peranan yang sangat
penting dalam strategi untuk mengetahui berbagai hal yang berkaitan
dengan perkembangan suatu organisasi, guna ditindak lanjuti sebagai
langkah improvisasi menuju ke arah yang lebih baik dan maju.
Evaluasi/penilaian merupakan unsur penting untuk mengetahui
tingkat keberhasilan proses belajar mengajar sekaligus sebagai umpan
balik bagi guru guna pembelajaran selanjutnya. Penilaian yang dilakukan
oleh guru merupakan akumulasi dari seluruh kegiatan pembelajaran.
Dengan penilaian seorang guru dapat mengetahui gambaran maupun
informasi mengenai perkembangan belajar siswa dalam kegiatan
pembelajaran di kelas. Hasil penilaian tersebut digunakan guru sebagai
alat evaluasi untuk mengetahui dan mengukur kemampuan siswa dalam
mencapai ketuntasan belajar secara maksimal. Hal demikian sangat
diperlukan bagi guru, karena apabila data siswa yang dikumpulkan
82
menggambarkan atau mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami
kemacetan belajar, maka guru segera mungkin mengambil tindakan guna
mengatasi hal tersebut.
Dalam mengembangkan kecerdasan spiritual, kepala sekolah selalu
mengevaluasi program yang ada dan sudah dijalankan. Evaluasi tersebut
dilaksanakan ketika musyawarah dan pelaksanaan rapat bersama semua
dewan asatidz/guru, baik pada rapat tiga bulanan, maupunsatu bulanan.
Evaluasi juga dilaksanakan pada rapat yang tidak terstruktur/tidak
terjadwal yaitu rapat kondisional.
Evaluasi yang dilakukan kepala sekolah secara kondisional tidak
hanya dilakukan di ruang kantor maupun ketika kita bertemu guru di jam
yang kosong. Evaluasi juga sering dilakukan diluar sekolah dalam
kondisi santai dan kadang sambil makan bersama. Dengan kondisi santai
beliau mengajak ngobrol dan menanyakan tentang bagaimana
perkembangan sekolah, termasuk pengembangan kecerdasan spiritual
yang berjalan disekolah, dan bagaimana masalah-masalah yang
berhubungan dengan siswa.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dapat jelaskan
bahwa alat penilaian yang digunakan oleh guru di SMP Daarul Qur‟an
dalam kegiatan pembelajaran meliputi nilai tugas (penugasan), nilai
ulangan harian, nilai ulangan tengah semester dan nilai ulangan akhir
semester. Alat penilaian yang digunakan asatidz/guru dalam
pembelajaran berupa tes (biasanya saya pakai tes, dalam bentuk uraian
dan esay), ulangan harian, ulangan semester, dan ulangan akhir semester.
Ulangan harian dari guru, ulangan tengah semester berasal dari guru tapi
dilaksanakan secara serentak dalam satu sekolah. Ulangan semester
diadakan oleh kabupaten. Ulangan harian dilakukan pada saat satu
kompetensi dasar atau satu bab terselesaikan, ulangan semester dilakukan
pada pertengahan semester, sedangkan ulangan akhir semester dilakukan
pada akhir semester (Observasi, 22 Desember 2015).
83
Dalam penilaian tugas (penugasan) guru membaginya menjadi dua,
yaitu tugas individu dan tugas kelompok. Tugas individu meliputi
membaca, merangkum, membuat makalah, mengerjakan soal-soal LKS,
sedangkan tugas kelompok meliputi membuat laporan pengamatan,
diskusi dan keaktifan siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi atau
hasil pengamatan.
Dalam pembelajaran dengan pengembangan materi, pengumpulan
data mengenai perkembangan belajar siswa tidak hanya dengan
menggunakan tes. Prinsip yang digunakan ialah authentic assesment
yaitu penilaian sebenarnya, nilai siswa yang utama diperoleh dari
penampilan siswa sehari-hari ketika belajar. Bagaimana keaktifan dan
antusiasnya dalam mengikuti pelajaran, bagaimana penampilannya ketika
ia menyampaikan ide, berdiskusi, bagaimana buku catatan sekolahnya
(kedisiplinan, kerapian), bagaimana mereka mengerjakan tugas dan
ketepatan mereka dalam mengumpulkan tugas. Semua itu merupakan
sumber penilaian autentik atau nyata yang dilakukan guru disepanjang
kegiatan pembelajaran berlangsung.
Penilaian yang dilakukan oleh guru di SMPdaarul Qur‟an tidak
hanya dilakukan setelah selesai proses pembelajaran atau penilaian
hasilnya saja, akan tetapi juga dilaksanakan pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Dalam penilaian proses pembelajaran guru
sosiologi lebih menekankan pada aspek afektif dan aspek psikomotorik,
yaitu dengan memberi catatan mengenai aktivitas siswa selama kegiatan
belajar mengajar, kedisiplinan, kerapian, antusias siswa dalam mengikuti
pelajaran, keaktifan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan,
maupun ketepatan siswa dalam mengerjakan tugas dan mengumpulkan
tugas, serta pada saat santri melakukan observasi. Sedangkan penilaian
hasil pembelajaran penekanannya yaitu pada aspek kognitif, guru menilai
tingkat kemampuan santri dalam menerima materi pelajaran dengan cara
memberikan tes atau ulangan baik dalam bentuk objektif tes maupun
essay tes.
84
Dalam pembelajaran di SMP Daarul Qur‟an Standar Ketuntasan
Belajar Minimal (SKBM) atau batas nilai minimalnya adalah 70. Artinya
jika nilai siswa setelah diakumulasikan mencapai nilai 70 atau lebih
maka siswa tersebut dianggap sudah tuntas, sebaliknya jika nilai siswa
setelah diakumulasikan kurang dari nilai 70 maka siswa tersebut
dianggap tidak tuntas. Bagi siswa yang belum mencapai Standar
Ketuntasan Belajar Minimal atau batas minimalnya kurang dari 70 maka
harus mengikuti remidi. Bagi siswa yang sudah mencapai Standar
Ketuntasan Belajar Minimal atau memperoleh nilai 70 atau lebih, guru
melakukan pengayaan. Penilaian dengan teknik tertulis yang dilakukan di
SMP Daarul Qur‟an adalah sebagai berikut:
1) Penilaian Pendidik
Penilaian pendidik adalah penilaian hasil oleh pendidik secara
berkesinambungan untuk memantau proses kemajuan dan perbaikan
hasil. Penilaian pendidik meliputi ulangan harian, ulangan tengah
semester, ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan kelas. Hasil
penilaian pendidik ini digunakan untuk menilai pencapaian
kompetensi peserta didik, bahan penyusunan laporan kemajuan hasil
belajar dan memperbaiki proses belajar dan mengajar.
2) Penilaian Sekolah
Penilaian sekolah adalah penilaian hasil belajar oleh satuan
pendidikan. Tolok ukur dari penilaian hasil evaluasi belajar adalah
dengan Ujian Akhir Sekolah (UAS) yang terdiri dari:
a) Ujian Tertulis, yang meliputi semua mata pelajaran, antara lain:
Agama, PKn, Sosiologi, Geografi, Ekonomi, Sejarah, Bahasa Jawa,
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPS, IPA, TIK, Muatan Lokal
(pilihan sekolah).
b) Ujian Praktek, yang meliputi mata pelajaran, antara lain: Penjaskes,
Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, TIK, Seni.
Tujuan dari penilaian sekolah adalah untuk menilai pencapaian
standar kompetensi lulusan seluruh mata pelajaran.
85
3) Penilaian Pemerintah
Penilaian pemerintah adalah penilaian yang dilakukan oleh
pemerintah. Bentuk penilaian pemerintah adalah Ujian akhir Sekolah
(UAS) Berstandar Nasional. Tujuan dari Ujian akhir Sekolah (UAS)
Berstandar Nasional tersebut adalah untuk menilai pencapaian
kompetensi lulusan secara nasional yang hanya meliputi ujian tertulis,
yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan IPA. Hasil
dari Ujian Negara tersebut adalah untuk pemetaan mutu program,
dasar masuk seleksi jenjang pendidikan berikutnya, penentuan lulusan
dan pembinaan pemberian bantuan.
Teknik penilaian lainnya adalah tugas. Tugas ini diberikan
kepada siswa dengan tujuan santri lebih memahami materi pelajaran
fisika yang telah disampaikan oleh guru. Tugas-tugas tersebut
dikerjakan oleh siswa, sehingga santri juga memiliki nilai tugas. Nilai
tugas tersebut dapat juga membantu nilai ulangan santri yang masih
kurang.
Bentuk instrumen penilaian pembelajaran di SMP Daarul
Qur‟an yaitu berupa soal isian atau jawaban singkat dan uraian.
Bentuk soal berupa soal dengan jawaban pendek dan jawaban
panjang. Bentuk soal ada dua yaitu bentuk jawaban singkat dan
uraian. Jika soal uraian atau pengerjaannya harus ada tahap-tahapnya,
maka santri harus menuliskan cara/tahap-tahap untuk memeperoleh
jawaban tersebut (Observasi, 22 Desember 2015).
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kedua bentuk yang
digunakan untuk penilaian yaitu dengan soal jawaban singkat dan
uraian. Tes bentuk isian atau jawaban singkat dibuat dengan
menyediakan tempat kosong yang disediakan bagi santri untuk
menuliskan jawaban. Materi soal-soal ada yang bisa menggunakan
pertanyaan atau tes yang berbentuk isian, namun juga ada materi
tertentu yang mengharuskan santri menulis tahap-tahap pengerjaan
86
soal tersebut, atau istilahnya mengerjakan dengan diberi cara atau soal
uraian.
Tindak lanjut yang dilakukan guru setelah adanya penilaian
adalah memberikan perbaikan dan pengayaan. Untuk perbaikan
diberikan kepada santri yang nilainya kurang dari Standar SKBM.
Untuk pengayaan diberikan kepada anak yang nilainya melebihi
KKM. Apabila anak masih mengalami kesulitan dalam belajar, maka
langkah yang diambil guru adalah dengan melibatkan orang tua untuk
membahas bersama tentang permasalahan yang dialami anak.
”...tindak lanjut dari evaluasi ya perbaikan dan
pengayaan. Perbaikan diberikan pada santri yang
nilainya kurang dari kriteria ketuntasan nilai atau
KKM, kalau sudah diberi perbaikan kok nilainya masih
kurang, ya...kita libatkan orang tua, biar orang tua tahu
masalah yang dihadapi anaknya dan orang tua dapat
membantu belajar anaknya di rumah”.
Hasil pengamatan peneliti menyimpulkan bahwa guru telah
membuat rencana yang matang dalam mengajar, terbukti adanya RPP
dan silabus yang telah dibuat oleh guru sebelum mengajar. Selain itu
pelaksanaan pembelajaran telah berjalan sesuai dengan rencana
mengajar yang telah dibuat. Guru dalam mengajar hanya sebagai
fasilitator dan santri yang aktif. Dalam pelaksanaannya evaluasi
dilakuakan dengan tes formatif dan sumatif. Perbaikan diberikan
sebagai tindaklanjut dari evaluasi. Jika ada santri yang nilainya masih
di bawah KKM maka guru memberikan perbaikan. Jika nilai santri
telah memenuhi Standar KKM guru memberikan pengayaan.
Pengumpulan data dari dokumentasi dapat dilihat melalui presensi
santri, Silabus, RPP serta daftar nilai yang telah dibuat oleh guru.
C. Pembahasan
1. Perencanaan Pengembangan Kecerdasan Spiritual
Perencanaan pengembangan kecerdasan spiritual santri berada dalam
empat variabel yaitu pendidik (ustadz), peserta didik (siswa), proses belajar,
87
dan variabel produk berupa perkembangan peserta didik baik jangka pendek
maupun jangka panjang. Pendidik harus dapat mengelola empat variabel
tersebut agar proses belajar berjalan dengan lancar.
Kecerdasan Spiritual bukan merupakan kecerdasan yang permanen
dalam artian kecerdasan ini dalam pembinaan dan pengembangannya perlu
latihan yang rutin dan berkelanjutan sehingga membentuk menjadi
kebiasaan yang merujuk pada pribadi siswa yang lebih menghargai dan
memaknai kehidupan serta bersifat religius, yang senantiasa tertanam dalam
hati. Hal ini membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak baik itu orang tua,
masyarakat, maupun guru guna terbentuk pribadi yang berakhlak mulia.
Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional yang disahkan bulan Juli 2003
Bab X Pasal 36 ayat 3 tertulis bahwa kurikulum disusun dengan jenjang
pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
memperhatikan diantaranya: a. Peningkatan Iman dan Takwa b. Peningkatan
Akhlak mulia c. Peningkatan Potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik d.
Keragaman potensi daerah dan lingkungan e. Tuntutan pembangunan daerah
dan nasional f. Perkembangan ilmu Pengetahuan, teknologi dan seni g.
Agama.
Dalam Undang-Undang diatas walaupun tidak secara jelas
menyatakan tentang kecerdasan Spiritual siswa tapi pada garis besarnya
kurikulum yang dikehendaki oleh pemerintah mengacu atau mengarah pada
pembinaan kecerdasan spiritual itu sendiri. Hal itu tertuang pada poin
peningkatan Iman dan takwa serta peningkatan akhlak mulia.
Pengembangan kecerdasan spiritual siswa di SMP Daarul Qur‟an
adalah dengan menanamkan nilai-nilai spiritual pada hati dan jiwa santri.
Tujuan dari kegiatan keagamaan ini adalah untuk mengarahkan, membantu,
memberi pengetahuan kepada santri tentang bagaimana hubungan yang baik
antara manusia dengan Allah, interaksi yang baik antara manusia dengan
manusia yang mana dari kegiatan tersebut santri diajarkan untuk
berkomunikasi yang baik dengan guru dan teman-temannya.
88
Substansi pengembangan kecerdasan spiritual di SMP Daarul Qur‟an
adalah pembinaan akhlak serta kepribadian siswa yang didalamnya
berkenaan dengan moral, sikap dan perilaku keberagamaan seseorang
melalui kegiatan-kegiatan pembiasaan dan penerapan visi dan misi SMP
Daarul Qur‟an dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Zohar dan Marshal (2004) bahwa kecerdasan spiritual adalah
untuk menghadapi dan memecahkan masalah, makna dan nilai,
menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih
luas dan kaya, menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih
bermakna di bandingkan dengan yang lain. Hal ini dilandasi oleh Howard
Gardner yang telah menulis tentang kemungkinan mengenai adanya
kecerdasan yang kesembilan-kecerdasan eksistensial (Gardner, 1995),
sebagai berikut:
Existential intellegence has been valued in every known human
cultur. Cultures divice religious, mystical, or metaphysical
systems for dealing with exixtential issues; and in modern times
or in secular setting, aesthetic, philophical, and scientific works
and systems also speak to this ensembles of human needs.
Yang artinya yaitu “kemampuan untuk menempatkan diri dengan rasa
hormat kepada kekuasaan terbesar di jagat raya yang tak terbatas dan tak
terhingga dan berhubungan dengan kemampuan untuk menempatkan diri
dengan rasa hormat kepada bentuk-bentuk eksistensial dari kondisi manusia
sebagai hal yang signifikan dalam kehidupan, arti dari kematian, takdir asal
dari dunia phisik maupun psikhis dan hal-hal seperti pengalaman-
pengalaman luar biasa besar seperti mencintai seseorang atau pencelupan
total dalam sebuah kerja seni.”
Pendidikan agama tidak sebatas mengajarkan ritus-ritus dan segi-segi
formalitik agama belaka. Ritus dan formalitas agama ibarat bingkai atau
konsep bagi agama. sehingga bingkai atau kerangka, ritus dan formalitas
bukanlah tujuan, sebab itu ritus dan formalitas yang dalam hal ini terwujud
dalam apa yang disebut “rukun Islam” baru mempunyai makna yang hakiki,
jika menghantarkan orang yang bersangkutan kepada tujuannya yang hakiki
89
pula, yaitu kedekatan (taqorrub) kepada Allah SWT. dan kebaikan kepada
sesama manusia (akhlaq karimah). Untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang optimal, maka keempat variabel belajar tersebut diatas harus dikelola
dengan baik. Kesesuaian ini ditunjukkan pada saat tindak mengajar yang
diwali dengan pengkondisian situasi belajar untuk mempersiapkan kondisi
siswa, yang dilanjutkan dengan menginformasikan materi pelajaran yang
akan dipelajari dan mengacu pada silabus dan RPP, serta menggunakan alat
dan media pembelajaran agar lebih mudah dalam manyampaikan materi
yang diakhiri dengan evaluasi.
Persiapan mengajar pada hakikatnya memproyeksikan tentang apa
yang akan dilakukan. Persiapan yang dilakukan guru antara lain
mempersiapkan administrasi kelas meliputi daftar presensi siswa, daftar
nilai, lembar analisis, juga mempersiapkan administasi pembelajaran
misalnya mengembangkan Silabus, membuat RPP, mempersiapkan
lingkungan belajar, mempersiapkan media yang akan dipergunakan, sumber
belajar. Pengembangan kecerdasan spiritual dalam silabus dilaksanakan
melalui pengintegrasian nilai-nilai luhur religius dalam silabus dan
kurikulum. Selanjutnya hasil integrasi tersebut dijabarkan dalam materi
pokok, indikator, dan penilaian sehingga memudahkan bagi pengajar /
ustadz dalam pengimplementasian di lapangan.
Jalaluddin Rakhmat yang dikutip Danah Zohar dan Ian Marshall
mengatakan ada enam jalan menuju kecerdasan spiritual lebih tinggi dan
salah satunya adalah jalan tugas, dimana dalam jalan tersebut tekanan
agamanya yaitu kepatuhan dan praktiknya adalah menjalankan tugas (Zohar
& Marshall, 2000: 200).
Hal ini sesuai dengan Rusnak (1998) bahwa salah satu pendorong
untuk pembelajaran pembentukan akhlak adalah lingkungan sekolah yang
positif (a positive school environment help built character). Guru yang
semangat memainkan peran sebagai model atau pemimpin siswanya akah
berhasil karena kondisi positif mereka ciptakan pada kelasnya. Siswa
memperoleh keuntungan dari fungsi lingkungan yang kondusif dan
90
mendorong dirinya secara lebih baik. Dengan demikian peranan guru sangat
ugren, dalam rangka membentuk akhlak mulia siswa.
Program-program yang ada di sekolah setidaknya selalu diwarnai
dengan nilai-nilai moral atau akhlak sebagai pengontrol dan mempercepat
proses internalisasi nilai dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan
khususnya yang berbasisikan nilai akhlakul karimah. Sedangkan
keteladanan merupakan pemberian contoh (perilaku) nyata baik kepada para
siswa oleh para guru dan karyawan di madrasah. Beberapa contoh
keteladanan yaitu, (a) berakhlak (budi pekerti) yang baik, para guru dan
karyawan menunjukkan akhlak yang baik dengan cara dan sikap mereka
yang menjunjung tinggi toleransi kepada sesama; (b) menghormati yang
lebih tua, walaupun posisi mereka sebagai tukang kebun atau karyawan; (c)
mengucapkan kata-kata yang baik; (d) memakai busana muslimah; dan (e)
senyum, menyapa dan mengucapkan salam. Keteladanan merupakan
perilaku contoh kepada orang lain dalam hal kebaikan.
2. Pelaksanaan Pengembangan Kecerdasan Spiritual
Pelaksanaan pengembangan kecerdasan spiritual pada santri di SMP
Daarul Qur‟an meliputi beberapa aspek antara lain: pemilihan metode
pengembangan kecerdasan spiritual, pemilihan media pengembangan
kecerdasan spiritual, kegiatan pembiasaan budaya religius, dan kegiatan
ekstrakurikuler dan kegiatan luar sekolah.
Banyak metode Islam yang membuat pendidik dapat menerapkannya
dalam setiap aspek kehidupan anak, baik dari sisi akal maupun kejiwaan.
Karena metode inilah yang nantinya menerangi jalan mereka;
mempresembahkan berbagai solusi untuk permasalahan-permasalahan yang
mereka hadapi dalam membangun kepribadian, bimbingan dan
pembentukan sesuai dengan metode tersebut. Suri teladan yang baik
memiliki dampak yang besar pada kepribadian anak. Sebab, mayoritas yang
ditiru anak berasal dari kedua orangtuanya dan gurunya. Bahkan, dipastikan
pengaruh paling dominan berasal dari kedua orang tuanya. Seperti sabda
Rasulullah SAW yang artinya: “Kedua orangtuanyalah yang menjadikannya
91
Yahudi, Majusi, atau Nasrani.” Rasulullah SAW memerintahkan orang tua
dan pendidik untuk menjadi suri teladan yang baik dalam bersikap dan
berperilaku jujur dalam berhubungan dengan anak (Suwaid, 2010).
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Hurairah r.a.
“Rasulullah SAW bersabda, Barang siapa yang mengatakan
kepada seorang anak kecil, „kemarilah aku akan beri sesuatu‟.
Namun dia tidak memberinya, maka itu adalah suatu
kedustaan.”
Anak-anak akan selalu memperhatikan dan meneladai sikap dan
perilaku orang dewasa. Apabila mereka melihat orangtua berperilaku jujur,
mereka akan tumbuh dalam kejujuran. Demikian seterusnya. pendidik
dituntut untuk mengerjakan perintah-perintah Allah SWT dan sunah-sunah
Rasulullah SAW dalam sikap dan perilaku selama itu memungkinkan bagi
mereka untuk mengerjakannya. Sebab, anak-anak selalu memperhatikan
gerak gerik mereka setiap saat. “kemampuan seorang anak untuk mengingat
dan mengerti akan segala hal sangat besar sekali. Bahkan, bisa jadi lebih
besar dari yang kita kira. Sementara seringkali kita melihat anak sebagai
makhluk yang tidak bisa mengerti dan mengingat.”
Metode berikutnya adalah metode Ibrah dan Mau‟izah. Metode Ibrah
adalah penyajian bahan pembelajaran yang bertujuan melatih daya nalar
pembelajar dalam menangkap makna terselubung dari suatu pernyataan atau
suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia kepada intisari sesuatu
yang disaksikan, yang dihadapi dengan menggunakan nalar. Sedangkan
metode Mau‟izah adalah pemberian motivasi.
Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Muhaimin, bahwa dorongan
itu penting untuk mengarahkan peserta didik supaya mempunyai perilaku
Islami (Muhaimin, 2003: 189). Dorongan yang diberikan guru kepada
peserta didik dapat berupa motivasi. Memberikan motivasi kepada peserta
didik dapat juga dengan memberikan cerita-cerita inspiratif yang diambil
dari kisah-kisah nyata yang disampaikan secara rutin. Penyampaian kisah
92
motivasi inspiratif tersebut dapat pula selalu diikutsertakan pada setiap
proses pembelajaran (Saleh, 2012: 17).
Metode yang lain adalah melalui simulasi praktik (experiential
learning), metode ini meliputi bermain peran (role play), demonstrasi, dan
praktik. Dalam proses belajar, setiap informasi akan diterima dan diproses
melalui beberapa jalur dalam otak dengna tingkat penerimaan yang
beragam. Terdapat enam jalur menuju otak, antara lain melalui apa yang
dilihat, didengar, dikecap, disentuh, dicium, dan dilakukan. Bahkan
Confucius, 2400 tahun lalu mengatakan : “What I Hear, I Forget. What I
See, I Remember. What I Do, I Understand”. Apa yang saya dengar, saya
lupa. Apa yang saya lihat, saya ingat. Apa yang saya lakukan, saya paham
(Saleh, 2012: 14).
Sehingga Mel Siberman, mengatakan bahwa apa yang saya dengar,
saya lupa. Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit. Apa yang saya
dengnar, lihat, dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman lain,
saya mulai paham. Apa yang saya engar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya
memperoleh pengetahuan dan ketrampilan. Apa yang saya ajarkan kepada
orang lain, saya kuasai. Pada masing-masing jalur tersebut memiliki tingkat
presentase efektivitas yang berbeda-beda. Dari sekian jalur yang ada
tersebut, tindakan atau aksi lebih kuat dalam membangun informasi di otak
manusia dari apa yang dilihat, didengar, dan sebagainya. Oleh karena itu
dalam proses pembentukan akhlak melalui pengembangan kecerdasan
spiritual dapat dilakukan dengan menggunakan metode-metode tersebut.
Terlaksananya proses pengembangan kecerdasan spiritual peserta didik
harus melalui suatu pendidikan yang berkualitas, dimana semua elemen dari
sekolahan itu sendiri mempunyai kesadaran diri yang tinggi akan
pentingnya pendidikan akhlak untuk masa depan anak baik didunia maupun
kelak di akhirat.
Pendidikan Islam adalah proses penyampaiann informasi dalam
rangka pembentukan insan yang beriman dan bertakwa agar manusia
menyadari kedudukan, tugas, dan fungsinya di dunia ini baik sebagai abdi
93
maupun khalifah-Nya di bumi, dengan selalu takwa dalam makna
memelihara hubungan dengan Allah SWT, dirinya sendiri, masyarakat dan
dunia sekitarnya serta bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa,
manusia (termasuk dirinya sendiri), dan lingkungan hidupnya (Saleh, 2012:
14).
Ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku pribadi
masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka
pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat.
Hakikat pendidikan dalam pandangan Islam adalah mengembangkan dan
menumbuhkan sikap pada diri anak. Selain itu, pendidikan juga membentuk
manusia agar menjadi lebih sempurna secara moral, sehingga hidupnya
senantiasa terbuka bagi kebaikan sekaligus tertutup dari segala kejahatan
pada kondisi atau situasi apapun.
Upaya guru sebagai pembimbing dalam pengembangan kecerdasan
spiritual peserta didik baik jasmani maupun rohani adalah dengan cara
menginternalisasikan nilai-nilai religius ke dalam diri peserta didik. Hal ini
biasa dilakukan dengan pembiasaan terkait dengan kegiatan sehari-hari.Hal
ini sebagaimana diungkapkan oleh Marimba (1990) bahwa pembiasaan
adalah modal utama dalam pengajaran pendidikan agama Islam, tidak hanya
dalam lingkungan keluarga dan kehidupan sehari-hari saja tetapi juga
dilakukan dalam lingkungan sekolah sebagai sarana untuk menuntut
ilmu.Nilai-nilai agama Islam yang terkandung dalam ibadah dan perbuatan
keseharian manusia harus dihayati dan dipahami dengan baik. Dengan
adanya pembiasaan yang dilakukan dalam diri individu akan lebih cepat
untuk mengerti dan memahami nilai-nilai Islam yang terkandung dalam
perbuatan sehari-hari.
Ada beberapa pembiasaan yang diterapkan oleh guru dalam rangka
upaya pengembangan kecerdasan spiritual, diantaranya: mengerjakan sholat
berjamaah, tadaruz Al-Qur‟an, berdo‟a sebelum mulai pelajaran,
melaksanakan istighosah rutin, bersikap jujur, melaksanakan 5S (salam,
94
senyum, sapa, salim, dan santun), serta mengkaji kitab-kitab tafsir Al-
Qur‟an dan fiqih.
Pembiasaan adalah salah satu modal penting dalam pelaksanaan
proses pembentukan akhlak. Seseorang yang mempunyai kebiasaan tertentu
dapat melaksanakannya dengan mudah dan senang hati. Bahkan, segala
sesuatu yang telah menjadi kebiasaan dalam usia muda sulit untuk diubah
dan tetap berlangsung sampai tua. Untuk mengubahnya sering kali
diperlukan terapi dan pengendalian diri yang serius. Bagi para orang tua dan
guru, pembiasaan hendaknya disertai dengan usaha membangkitkan
kesadaran atau pengertian terus menerus akan maksud dari tingkah laku
yang dibiasakan. Sebab, pembiasaan digunakan bukan untuk memaksa
peserta didik agar melakukan sesuatu secara optimis seperti robot,
melainkan agar ia dapat melaksanakan segala kebaikan dengan mudah tanpa
merasa susah dan berat hati.
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh guru
dan siswa diluar jam sekolah yang telah di tentukan berdasarkan kurikulum
yang berlaku. Kegiatan ini juga di maksudkan untuk lebih mengaitkan
pengetahuan yang diperoleh dalam program kurikuler dengan keadaan dan
kebutuhan lingkungan. Kegiatan ini di samping di laksanakan di sekolah,
dapat juga dilaksanakan diluar sekolah guna memperkaya dan memperluas
wawasan pengetahuan atau kemampuan, meningkatkan nilai sikap dalam
rangka penerapan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dipelajari dari
berbagai mata pelajaran dan kurikulum sekolah.
3. Kontrol dan Evaluasi Pengembangan Kecerdasan Spiritual
Penilaian mempunyai peran penting dalam setiap program kegiatan,
termasuk bidang pendidikan. Penilaian yang digunakan adalah
menggunakan jenis tagihan individu dan kelompok. Sedangkan teknik
penilaian yang pembelajaran sosiologi menggunakan teknik menulis dan
tugas. Penilaian dengan teknik tertulis menggunakan penilain pendidik,
penilaian sekolah dan penilaian pemerintah. Selanjutnya, intrumen penilaian
menggunakan soal isian dan jawaban.
95
Selain itu, terdapat kegiatan kontrol. Cara mengontrol kegiatan siswa
dalam pembentukan dan pengembangan kecerdasan spiritual dengan adanya
guru piket yang bertugas setiap harinya mengontrol kegiatan belajar
mengajar anak ketika ada guru yang tidak bisa mengajar/ izin, selain guru
piket juga ada guru pendamping dalam setiap kegiatan.
96
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perencanaan pengembangan kecerdasan spiritual
Upaya guru dalam proses pengembangan kecerdasan spiritual di
dalam pembelajaran di kelas dimulai dari perencanaan visi,misi serta tujuan
yang hendak dicapai, kemudian membudayakan perilaku islami sebagai
wujud dari pengembangan kecerdasan spiritual seperti sholat berjamaah,
tadaruz Al-Qur‟an, berdo‟a sebelum mulai pelajaran, melaksanakan
istighosah rutin, bersikap jujur, melaksanakan 5S (salam,senyum, sapa,
salim, dan santun), serta mengkaji kitab-kitab tafsir Al-Qur‟an dan fiqih.
Pengembangan kecerdasan spiritual dalam silabus dilaksanakan melalui
pengintegrasian nilai-nilai luhur religius dalam silabus dan kurikulum.
Selanjutnya hasil integrasi tersebut dijabarkan dalam materi pokok,
indikator, dan penilaian.
2. Pelaksanaan pengembangan kecerdasan spiritual
Pelaksanaan pengembangan kecerdasan spiritual pada santri di SMP
Daarul Qur‟an meliputi beberapa aspek antara lain: pemilihan metode
pengembangan kecerdasan spiritual, pemilihan media pengembangan
kecerdasan spiritual, kegiatan pembiasaan budaya religius, dan kegiatan
ekstrakurikuler dan kegiatan luar sekolah.Metode yang digunakan guru
dalam proses pembentukan akhlak adalah dengan Metode Pembiasaan ,
Metode Uswatun Hasanah, Metode Diskusi, Metode Hafalan, Metode
Ceramah, Metode Demonstrasi, Metode Praktikum, Pemberian Motivasi,
Mengadakan Seminar, Metode Reward dan funishment, danMetode Ibrah
dan Mau‟izah.
Upaya guru dalam pembentukan akhlak melalui pengembangan
kecerdasan spiritual dalam kegiatan ekstrakurikuler adalah dengan
melaksanakan tujuan dari ektrakurikuler yaitupembiasaan, yaitu pengamalan
dan pembudayaan serta perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari,
95
97
dan (4) perluasan, yaitu penggalian potensi, bakat, minat, keterampilan dan
kemampuan peserta didik.
Upaya guru dalam proses pengembangan kecerdasan spiritual di luar
sekolah adalah (1) melalui asrama yang bertujuan untuk membentuk peserta
didik menjadi anak yang berjiwa islami, berakhlakul karimah dan cerdas
spiritualnya. (2) Kegiatan di luar jam sekolah bertujuan untuk melatih
peserta didik dalam mengembangkan kecerdasan spiritual mereka sehingga
menjadi anak yang benar-benar memiliki jiwa akhlakul karimah. Upaya
guru adalah dengan mengajarkan peserta didik mendekatkan diri kepada
Allah dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan langsung
dengan Allah SWT, dan mengembangkan kegiatan keagamaan yang sudah
dijadwalkan. (3) Kegiatan diluar sekolah, seorang guru tidak hanya
mengajar tetapi juga mendidik, memberikan bekal ketika peserta didik
melakukan kegiatan di luar sekolah agar tetap bisa membentengi diri dari
hal-hal negatif. Upaya guru adalah menampung dan mengembangkan
kegiatan-kegiatan peserta didik yang dilakukan diluar sekolah untuk
dikembangkan lagi di sekolah, memberikan dukungan dan memotivasi
peserta didik, mengawasi dan menjaga agak tidak terjerumus ke hal-hal
negatif.
3. Kontrol dan evaluasi pengembangan kecerdasan spiritual
Cara mengontrol kegiatan siswa dalam pembentukan dan
pengembangan kecerdasan spiritual dengan adanya guru piket yang bertugas
setiap harinya mengontrol kegiatan belajar mengajar anak. Evaluasi
dilaksanakan setiap akhir pembelajaran dengan adanya penugasan mandiri,
baik terstruktur maupun tidak terstruktu. Selain itu, kemampuan siswa juga
diukur dengan cara tes.
98
B. Saran
Berdasarkan temuan dan kesimpulan penelitian diatas, maka diajukan
beberapa saran terutama kepada pihak yang terkait sebagai berikut:
1. Kepala SMP Daarul Qur‟an
a. Untuk terus mempertahankan prestasi dan eksistensi PP dan SMP Daarul
Qur‟an, disarankan kebijakan pengembangan sekolah juga diarahkan
kepada peningkatan mutu kegiatan keagamaan dalam rangka intenalisasi
nilai-nilai keagamaan.
b. Menggerakan seluruh stakeholders yang ada untuk senantiasa
mendukung dan menjadi teladan dalam mengapliksikan nilai-nilai
keagamaan untuk menuju ke lembaga pendidikan yang unggul dan cerdas
secara IQ, EQ dan SQ
2. Tenaga pendidik merancang pengembangan kecerdasan spiritual yang
efektif supaya dapat terintenalisasi nilai-nilai religius kepada peserta didik
sehingga berlangsung holistik dan komprehensif.
3. Peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini hanya bersumber dari satu
fenomena dan dalam lingkup yang kecil yaitu satu lokasi penelitian. Agar
diperoleh konsep-konsep, kategori-kategori yang lebih luas, dan dapat
menjadi pendukung/penyempurna satu sama lain mengenai proses
pengembangan kecerdasan spiritual, maka perlu dikembangkan kembali
melalui penelitian lebih lanjut dengan melihat berbagai cabang aspek
yang memiliki keterkaitan, baik dilakukan secara induktif maupun
deduktif sesuai dengan bentuk kebutuhan peneliti kemudian.
99
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Ary Ginanjar. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi
dan Spiritual. Jakarta: CV. Arga Wijaya Persada.
. 2003. Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power Sebuah Inner
Journey melalui al-Ihsan. Jakarta: Arga.
Al Haddar, Gamar. 2016. Upaya Pengembangan Kecerdasan Spiritual Siswa
melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Rohani Islam di SMP Yapan Indonesia
Depok. Jurnal Pendas Mahakam, Vol. 1 (1), 42-53. Juni 2016, hal. 42-53.
Alwi, Hasan. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Amjad Qosim. 2008. Kaifa Tahfadh Al-Qur‟an Al-Karim fi Syahr (Hafal Al-
Qur‟an dalam SEbukan). Solo: Qiblat Press.
Arikunto, Suharsimi.1998. Manajemen Penelitian. Jakarta :PT Rineka Cipta.
Departemen Agama Republik Indonesia. 1994. Al-Qur‟an dan Terjemahnya.
Semarang: Kumudasmoro Grafindo.
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja.
Rosdakarya.
Efendi, Agus. 2005. Revolusi Kecerdasan Abad 21 “Kritik MI, EI, SQ, AL dan
succesful Intelligence atas IQ”. Bandung: Alfabeta.
Ensiklopedia Islam. 2000. Depdiknas Pusat Pengembangan Bagian Proyek Buku
Agama Pendidikan Dasar. Jakarta: PT. Ikhtiar Van Houve.
Hadi, Sutrisno. 2001. Metodologi Research. Yogyakarta: ANDI.
Khan, Wahiduddin. 2002. Menjadi Generasi Qur‟ani. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Mimi Doe dan Marsha Walch. 2001. 10 Prinsip Spiritual Parenting. Bandung:
Mizan.
Muh. Quthb. 2000. Sistem Pendidikan Islam. Bandung: Al-Ma‟arif.
Monty P. Satiadarma & Fidelis E. Waruwu. 2003. Mendidik Kecerdasan. Jakarta:
Pustaka Populer Obor. cet. Ke-1.
Majalah DAQU Edisi 006 / Tahun VI - Juli 2013 M / Ramadhan 1434 H.
100
Moleong, Lexi J.2007.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:PT Remaja
Rosdakarya.
Mukhtar. 2007. Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah. Jakarta:Gaung
Persada Press.
Nasution, S. 1992. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
.2003.Metode Research (Penelitian Ilmiah).Jakarta: Bumi Aksara.
Rahmat, Jalaludin. 2007. SQ For Kids. Bandung: Mizan Media Utama.
. 2001.”SQ: Psikologi dan Agama”. dalam Danah Zohar dan Ian
Marshall. SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berfikir
Integralistik dan Holoistik untuk memaknai kehidupan. Bandung: Mizan.
Sinetar, Marsha. 2001. Spiritual Intelligence Kecerdasan Spiritual. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo.
Syairozi, Mahfudz. 2001. Konsep Pendidikan Generasi Tiga Dimensi. Jombang:
Jejak Pena.
Sukidi. 2005. Kecerdasan Spiritual: Rahasia Sukses Hidup Bahagia (Mengapa
SQ Lebih Penting daripada IQ dan EQ). Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Suharsono. 2002. Melejitkan IQ, IE, IS. Jakarta: Inisiasi Press.
. 2001. Mencerdaskan Anak. Jakarta: Inisiani Press.
Sukardi. 2006. Penelitian Kualitatif-Naturalistik Dalam Pendidikan. Jogjakarta:
Usaha Bersama.
Supriyono, Imam. 2006. FSQ,Memahami, Mengukur, Dan Melenjitkan Financial
Spiritual Quotient Untuk Keunggulan Diri, Perusahaan & Masyarakat.
Surabaya: Lutfansh.
Tasmara, Toto. 2001. Kecerdasan Rohaniah Transcedental Intelegensi. Jakarta:
Gema Insani Press.
Wiyani, Novan Ardy. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Iman dan Taqwa.
Yogyakarta: Teras.
Yuliyatun. 2013. Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak melalui Pendidikan
Agama. Thufula, Volume 1, Nomor 1, Juli-Desember 2013, hal.154-172.
101
Zaini, Muhammad. 2014. Strategi Pengembangan Pondok Pesantren melalui
Usaha Kecil Masyarakat. Jurnal Kependidikan Islam, Volume 4, Nomor 1,
Tahun 2014, hal. 175-199.
Zohar, Danah dan Ian Marshall. 2000. Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam
Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan. Bandung:
Pustaka Mizan.
. 2001. S Q Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berfikir
Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan. Bandung: Mizan.
. 2000. Kecerdasan Spiritual. Bandung: Mizan Media Utama.
Zulaikha, Siti. 2014. Pengaruh Tadarus Al Qur‟an terhadap Kecerdasan Spiritual
(Ikhlas) di SDIT MTA Gemolong Kabupaten Sragen Tahun 2014/2015.
Naskah Publikasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
102
TRANSKIP WAWANCARA
No. Wawancara dengan
H. Agus Ma‟arif Arifin, Lc
(Kepala SMP Daarul Qur‟an Colomadu)
Jawaban
1.
Mohon dijelaskan tujuan kegiatan
keagamaan di SMP Daarul Qur‟an?
1. Tujuan dari kegiatan keagamaan ini adalah untuk mengarahkan, membantu,
memberi pengetahuan kepada santri tentang bagaimana hubungan yang baik
antara manusia dengan Allah, interaksi yang baik antara manusia dengan
manusia yang mana dari kegiatan tersebut santri diajarkan untuk berkomunikasi
yang baik dengan guru dan teman-temannya. Sehingga diharapkan nantinya
santri timbul rasa keimanan yang dihayati dengan cara yang sungguhsungguh,
sehingga nantinya bisa membawa santri dalam kehidupan yang damai dan
tentram dibawah ridho-Nya..
2. Apa substansi kegiatan pengembangan
kecerdasan spiritual di SMP Daarul
Qur‟an?
2. Ya, melalui kegiatan yang khusus dirancang supaya mereka cerdas secara
spiritual. contohnya:
4) Pemberian kewajiban pada santri dalam hal ibadah kepada Allah swt
sebagai bentuk rasa syukur, seperti santri diwajibkan shalat dhuha pada
waktu sebelum istirahat, santri berkewajiban hafal juz amma dengan
tingkatan masing-masing sesuai jenjang kelas, santri berkewajiban shalat
berjamaah.
103
5) Menanamkan kepada santri untuk memiliki pegangan yang kuat terhadap
ajaran Al-Qur‟an dan Hadits, hal itu ditandai dengan pembelajaran
mengenal Al‟qur‟an dan hadits.
6) Ustadz menanamkan nilai moral yang di terapkan pada setiap
kesempatannya, baik dalam pembelajaran maupun diluar pembelajaran, dan
hasil yang dicapai dalam hal ini dapat terlihat dari perilaku santri yang
memiliki akhlak yang baik dan selalu menunjukan moralitas yang luhur.
7) Ustadz selalu memperhatikan perkembangan santri dan perilaku santri
dalam bersikap baik dalam pembelajaran maupun diluar pembelajaran.
8) Setiap ustadz dan staf di SMP Daarul Qur‟an yang selalu berusaha
menciptakan akhlak yang baik bagi santri nya dengan perilaku hidup rukun
sesuai ajaran agama. Hal ini ditandai dengan kebijakan senyum, sapa, dan
salam yang diaplikasikan melalui salam-salaman antara ustadz dengan
santri dan antar sesama santri sebelum jam pelajaran dimulai setiap harinya.
9) Santri dibekali pengalaman spiritual berupa kegiatan pendekatan diri
kepada Allah SWT melalui membaca dzikir dan shalawat menjelang Ujian.
10) Santri melaksanakan sholat dhuha setelah jam istirahat.
11) Santri wajib memiliki hafalan 5 juz setiap jenjangnya
104
3. Bagaimana dengan pendidikan moralnya,
Pak? Secara teori dan praktik?
3. Perilaku dan akhlak santri SMP Daarul Qur‟an cukup baik, dibuktikan dengan
cara berpakaian santri yang terlihat sopan, mematuhi peraturan pesantren, jika
berbicara bisa menempatkan pada tempatnya, tanggung jawab, saling
menghargai, dan saling menghormati satu sama lain.Contoh yang diberikan
adalah kerjasama, tanggung jawab, saling menghargai satu sama lain,
berperilaku yang positif dan mempunyai rasa saling percaya satu sama lain.
Adapun hal-hal tersebut diperlihatkan ketika ada kerja bakti, semua personil
pesantren termasuk pengurus pesantren ikut andil dalam kerja bakti tersebut
4. Bagaimana aktivitas guru dan santri
dalam pengembangan kecerdasan
spiritual, pak?
4. Strategi kami agar anak-anak mempunyai pemahaman lebih dibidang agama,
kita adakan kajian keagamaan. Kalau pelajaran yang diajarkan di kelas itu kan
yang secara umum, untuk kajian keagamaan ini, kita lebih fokus ke kajian
kitab-kitab dan tafsir sehingga anak-anak di madrasah ini kualitasnya berbeda
dengan anak-anak dari sekolahan lain. kami membuat program ini untuk
memberikan wawasan yang luas tentang kajian Al-Qur‟an, mengajarkan kepada
anak untuk beriman kepada Kitab SuciNya.
5. Kalau kegiatan di luar pembelajaran
bagaimana, pak?
5. Kegiatan lainnya mbak yang berkaitan dengan pengembangan agama yang ada
di madrasah ini adalah kajian keagamaan. Ini kami lakukan secara rutin setiap
Jum‟at dan Sabtu sebelum KBM dimulai yakni pukul 05.50-06.50 WIB. Dalam
kajian ini, anak-anak diajari untuk membaca kitab selain itu juga memahami
105
tafsir Al-Qur‟an. Harapan kami, dengan memahami ayat-ayat Al-Qur‟an
mereka dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Ilmu-ilmu
agama lebih difokuskan pada tafsir Al-Qur‟an dan fiqih. Dengan adanya
pembelajaran seperti ini diharapkan nantinya santri-santri kami dapat mengkaji
Al-Qur‟an dan mengamalkannya secara benar.
6. Salah satu cara kami dalam mendidik anak untuk mencintai Allah dan Rosul-
Nya adalah dengan selalu berdzikir dan bersholawat. Untuk menarik minat
anak kami membuat lomba antar kelas setiap event tertentu mbak biar anak-
anak bersemangat. Nah, kalau ada acara seperti itu saya juga hadir mbak untuk
memantau anak-anak kami yang juga menyukai kegiatan tersebut.
6. Shalat dhuha jam berapa , Pak? Apa tidak
mengurangi jam pelajaran?
7. Untuk sholat dhuha biasanya kita lakukan pada pukul 09.00-09.45 setelah
tadarus pagi. Anak-anak tidak diwajibkan untuk mengikuti sholat dhuha setiap
hari, ketika jam istirahat, sehingga tidak menggangu proses belajar mengajar.
Karena di sekolah ini kegiatannya itu banyak, makanya untuk kegiatan-
kegiatan seperti ini kami gilir sehingga anak-anak tetap bisa melakukan
kegiatan yang lainnya.
7. Bagaimana dengan shalat dhuhurnya,
Pak?
8. Semua peserta didik kami wajibkan untuk mengikuti sholat dhuhur berjamaah
di masjid pondok. Ini sebagai upaya kami untuk membiasakan mereka
melakukan kewajibannya sebagai umat Islam sekaligus mengingatkan mereka
106
bahwa sholat berjamaah itu mempunyai banyak keutamaan. Kalau di sini,
sholat dhuhur itu dilaksanakan setiap pukul 12.00-12.30 WIB. Ketika bel
berbunyi pukul 12.00, mereka akan didingatkan oleh guru piket untuk segera
menuju masjid.
8. Pengembangan kecerdasan spiritual
apakah bisa dilakukan dengan kegiatan
ekstra kurikuler, Pak?
9. Kegiatan ektrakurikuler ini maksudnya adalah kegiatan yang fungsinya itu
sebagai wadah, wadah bagi siswa untuk mengembangkan bakat yang mereka
miliki. Bakat mereka itu kan muacem-macem. Nah, di madrasah ini, kami
berupaya untuk membuat kegiatan yang komplek, sehingga semua bakat siswa
dapat berkembang melalui kegiatan-kegiatan yang telah kami sediakan.
9. Tujuannya apa, Pak? 10. Kegiatan ekstrakurikuler di SMP Daarul Qur‟an ini dalam proses
pengembangan kecerdasan spiritual adalah yaa melaksanakan kegiatan tersebut
sesuai dengan tujuannya mbak. Tujuan kegiatan ekstrakurikuler kami adalah
pertama, mendalami materi tiap-tiap kegiatan sehingga anak-anak mengerti
dasar dari tujuan masing-masing kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Kedua
adalah melatih dan mendidik anak untuk menguatkan dan meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah dan Rosul-Nya. Menggali potensi,
bakat, minat, ketrampilan peserta didik agar mampu mengenal dirinya sendiri.
Membentuk peserta didik menjadi anak yang mandiri dan bermanfaat untuk
lingkungannya serta mempunyai jiwa yang berakhakul karimah dan juga
107
beriman kepada Allah.
10. Bagaimana cara kontrol dan evaluasi
kegiatan pengembangan kecerdasan
spiritual?
11. Cara mengontrol kegiatan anak dalam pengembangan kecerdasan spiritual
adalah setiap guru mempunyai buku rekam data, sehingga dari buku tersebut
akan diketahui bagaimana prestasi anak setiap harinya dan juga perilaku siswa
ketika berada dimadrasah. Metode uswatun hasanah adalah memberikan
teladan kepada siswa, dari metode ini saya dapat mengontrol sikap anak, guru
memberikan contoh bagaimana berperilaku yang baik sehingga anak bisa
membedakan mana perilaku yang baik dan mana perilaku yang buruk. Selain
itu saya juga mengontol anak dari pengamatan, mengamati setiap kagiatan yang
dilakukan siswa, mengamati prestasinya meningkat atau malah menurun,
mengamati akhlaknya dari sikap yang ditunjukkan kepada guru, orang yang
lebih tua, maupun kepada teman-temannya. Ketika anak mendapatkan suatu
masalah maka saya sebagai guru akidah akhlak wajib memberikan konseling
atau memberikan solusi sehingga masalah anak tersebut tidak menjadi berlarut-
larut yang pada akhirnya akan menghancurkan masa depan anak itu sendiri.
11. Tujuan kegiatan itu semua apa, Pak? 12. Tujuannya sebagai salah satu upaya guru dalam mengembangkan kecerdasan
spiritual siswa, dengan cara membiasakan siswa ikut aktif dalam kegiatan
keagamaan, dan terlibat langsung dalam ibadah. Hal ini diupayakan diharapkan
untuk memperluas wawasan, pengetahuan, kemampuan siswa tentang Islam,
108
meningkatkan generasi muda untuk mencapai kecerdasan spiritual yang baik,
sehingga akan melahirkan generasi yang menjunjung tinggi etika, moral dan
nilai-nilai religius, kemudian membangun kesadaran siswa bahwa kegiatan
keagamaan akan memotivasi sikap beragama yang baik.
Wawancara dengan
Bp. Shiddiq Purnomo
Jawaban
1. Mohon dijelaskan tujuan kegiatan
keagamaan di SMP Daarul Qur‟an?
1.Tujuannya sebagai salah satu upaya guru dalam mengembangkan kecerdasan
spiritual santri, dengan cara membiasakan santri ikut aktif dalam kegiatan
keagamaan, dan terlibat langsung dalam ibadah. Hal ini diupayakan
diharapkan untuk memperluas wawasan, pengetahuan, kemampuan santri
tentang Islam, meningkatkan generasi muda untuk mencapai kecerdasan
spiritual yang baik, sehingga akan melahirkan generasi yang menjunjung
tinggi etika, moral dan nilai-nilai religious, kemudian membangun kesadaran
santri bahwa kegiatan keagamaan akan memotivasi sikap beragama yang baik.
2. Bagaimana upaya pengajar yang lain
secara umum dalam mengembangkan
kecerdasan spiritual santri?
Upaya yang dilakukan pengajar disini dalam mengembangkan kecerdasan
spiritual para santri dengan dilatihnya untuk beristiqomah dalam mengamalkan
ibadah seperti puasa senin kamis, shalat sunnah dhuha, dan shalat lima waktu
berjamaah.
3. Kalau peran guru atau ustadznya Peran guru dalam mengembangkan kecerdasan spiritual siswa melalui kegiatan
109
bagaimana, Pak? sholat dhuhur jama‟ah mbak. Dalam hal ini adalah guru harus bisa menjadi
panutan yang baik bagi peserta didiknya, seperti ikut dalam pelaksanaan sholat
dhuhur jama‟ah, membimbing dan menasihati siswa agar mau melaksanakan
sholat dhuhur jama‟ah. Dengan motivasi dan dengan keteladanan siswa dapat
mudah diajak dalam kegiatan pembelajaran, khususnya dalam beribadah
seperti sholatdhuha, sholat dhuhur jama‟ah, dan dalam kegiatan-kegiatan
keagamaan yang lain
4. Keteladanan yang bagaimana, Pak? Usaha yang dilakukan madrasah yakni dengan guru menjadi teladan bagi
peserta didik. Kemudian dengan mengikutsertakan anak dalam kegiatan
keagamaan. seperti membiasakan anak untuk melaksanakan ibadah-ibadah
sunnah seperti sholat dhuha, tadarus al-Qur‟an, anak dibiasakan untuk
berdzikir kepada Allah seperti sebelum pelajaran dimulai anak harus membaca
asmaul husna dan doa sebelum belajar dan membaca surat-surat pendek,
kemudian setelah sholat dhuhur jamaah dilanjutkan berdzikir, dan untuk kelas
IX biasanya sebelum menjelang Ujian Nasional diajak untuk beristighosah
bersama. Kemudian biasanya untuk program tahunan pada bulan suci
ramadhan ada pesantren kilat, dan anak diajari untuk zakat fitrah. Itu semua
usaha-usaha yang dilakukan sekolah untuk mengembangkan kecerdasan
spiritual siswa mbak, intinya itu membiasakan anak untuk ikut serta dan
110
mengalami sendiri dalam kegiatan keagamaan, tentunya dengan bimbingan
seorang guru yang akan mengarahkan
5. Tujuan kegiatan keagamaan itu apa, Pak? Sekolah ini menyelenggarakan kegiatan keagamaan tak lain adalah dengan
tujuan untuk mengembangkan kecerdasan spiritual siswa, dan menanamkan
nilai-nilai spiritual pada hati dan jiwa siswa. Dan menurut saya, tujuan dari
kegiatan keagamaan ini adalah untuk mengarahkan, membantu, memberi
pengetahuan kepada siswa tentang bagaimana hubungan yang baik antara
manusia dengan Allah, interaksi yang baik antara manusia dengan manusia
yang mana dari kegiatan tersebut siswa diajarkan untuk berkomunikasi yang
baik dengan guru dan teman-temannya. Sehingga diharapkan nantinya siswa
timbul rasa keimanan yang dihayati dengan cara yang sungguhsungguh,
sehingga nantinya bisa membawa siswa dalam kehidupan yang damai dan
tentram dibawah ridho-Nya.
Tujuannya sebagai salah satu upaya guru dalam mengembangkan kecerdasan
spiritual santri, dengan cara membiasakan santri ikut aktif dalam kegiatan
keagamaan, dan terlibat langsung dalam ibadah. Hal ini diupayakan
diharapkan untuk memperluas wawasan, pengetahuan, kemampuan santri
tentang Islam, meningkatkan generasi muda untuk mencapai kecerdasan
spiritual yang baik, sehingga akan melahirkan generasi yang menjunjung
111
tinggi etika, moral dan nilai-nilai religius, kemudian membangun kesadaran
santri bahwa kegiatan keagamaan akan memotivasi sikap beragama yang baik.
6. Bentuk keteladanan guru
implementasinya seperti apa, Pak?
Bentuk keteladanan yang kami ajarkan kepada siswa baik itu yang disengaja
ataupun yang tidak disengaja. Misalnya keteladanan yang disengaja yang kami
lakukan, pagi hari waktu masuk sekolah, sebelum masuk kelas guru sudah
berbaris di depan gerbang untuk bersalaman kepada siswa, hal ini kami
lakukan untuk membiasakan siswa agar melakukan hal-hal yang positif dan
bisa menghormati orang yang lebih tua darinya. Kemudian saat guru
berkomunikasidengan siswa, baik itu dalam proses pembelajaran atau diluar
pembelajaran guru harus berbicara dengan bahasa yang baik dan sopan, kalau
kita kita kan orang jawa jadi melatih siswa untuk berbicara kromo alus, agar
nantinya siswa juga mengikuti apa yang dilakukan oleh guru tersebut, dan
mengerti kalau berbicara dengan orang yang lebih tua itu harus dengan bahasa
yang baik dan sopan. Selain itu guru juga harus berpakaian rapi, bersih dan
sopan pada saat berada di sekolah, mengajari anak-anak sebelum belajar
membaca doa terlebih dahulu, kemudian ada lagi, Mbak, seperti di sini semua
guru dan siswa wajib mengikuti shalat dhuhur jama‟ah di mushola sekolah,
nah, tentunya guru juga harus menjadi contoh untuk mengikuti shalat dhuhur
jama‟ah bersama semua siswa di mushola. Itu tadi yang saya sebutkan contoh
112
keteladanan yang disengaja yang kami ajarkan kepada siswa, Mbak,kemudian
untuk keteladanan yang tidak disengaja itu memang ucapan atau perbuatan
yang baik yang sudah ada pada guru tersebut yang fitrahnya memang sebagai
manusia harus melakukan hubungan yang baik dengan Allah (hablum
minallah) dan dengan manusia (hablum minannas).
7. Menurut Bapak, apa dampak
pengembangan kecerdasan spiritual yang
gagal?
Wah besak dan luas mbak dampaknya. Dampaknya nanti akan berimbas dan
mencoreng pendidikan yang ada di Indonesia, saat guru tidak bisa menjadi
teladan bagi peserta didiknya guru tersebut akan disepelekan oleh peserta
didiknya, guru akan diacuhkan oleh peserta didiknya dan ini akan
mempengaruhi hasil belajar peserta didik karena dalam proses belajar peserta
didik sudah tidak semangat dengan gurunya. Tidak hanya diacuhkan oleh
peserta didik, guru yang tidak bisa menjadi teladan akan dikucilkan oleh
masyarakat. Kemudian dampak nya lagi tidak ada komunikasi atau hubungan
batin yang baik antara guru dan siswa, jika guru hanya menyampaikan
pengetahuan siswa saja tidak membimbing budi pekerti siswa, dengan kata lain
hanya terjadi hubungan secara lahir saja ya mbak, batin nya tidak ada.
Kemudian jika tidak ada keteladanan pada diri seorang guru apapun nasihat
atau materi-materi yang disampaikan oleh guru tidak akan membawa efek atau
tidak akan diterima oleh siswa, kemudian dampaknya lagi jika guru tidak bisa
113
menjadi teladan dalam kategori sering melakukan perbuatan menyimpang
seperti menganiaya muridnya sendiri, melakukan kekerasan terhadap muridnya
maka guru tersebut akan dikeluarkan dari sekolah
8. Apa Visi Misi PP Daarul Qur‟an, pak? Adapun Visi PP Daarul Qur‟am adalah menumbuh kembangkan kesadaran
sosial dan spiritual Qur‟ani pada diri santri (peserta didik) yang
berilmu, beramal dan bertaqwa, terdidik dan berbudaya dengan makna
dan nilai yang terwujud dalam aksi nyata, sehingga menjadi santri
yang memiliki keindahan moral, berakhlak mulia dan memiliki kompetensi
sesuai dengan minat bakatnya.
Sedangkan misi SMP Daarul Qur‟an adalah: (1) Terbentuknya jiwa yang
merdeka/Huriyah Tamah yaitu jiwa yang merdeka sejati lahir dan batin; (2)
Mewujudkan sikap Mahabbah bi rauhillah, yaitu sikap dan perilaku yang
didasarkannatas jiwa kekeluargaan dan kebersamaan yang kokoh; (3)
Meningkatkan kualitas sumber daya manajeman dan pengajar/ guru agar
produktif siap dengan perubahan, mandiri, maju, berdaya saing, berwawasan
lingkungan yang berkelanjutan dalam rangka memberdayakan seluruh civitas
dengan mengembangkan kemampuan, keahlian, bakat santri dan peningkatan
fasilitas/media dalam proses belajar mengajar
2. Bagaimana perencanaan lingkungan 2. Kalau terkait lingkungan, ya pastinya terkait lingkungan sekitar, mbak,
114
pengembangan kecerdasan spiritual di
SMP Daarul Qur‟an?
misalnya ruang-ruang kelas. Agar santri tidak jenuh dan merasa bosan, ruang
kelas dibuat senyaman mungkin dengan suasana belajar yang rileks sehingga
santri merasa nyaman dalam belajar. Ventilasi udara dan penerangan dibuat
cukup untuk kenyamanan santri.
3. Nyaman bagaimana, Pak, riilnya? 13. Ya, ditata sebaik mungkin, senyaman mungkin. Penataan ruang kelas disini
sudah layak sesuai sebagai tempat untuk belajar, dimana ruang kelas sudah
diatur baik dari segi penerangan, ventilasi udara, dan lain-lain yang
memberikan suasana segar dalam pembelajaran.
4. Bagaimana kelengkapan administrasi
mengajar Ibu?
14. Ya saya membuat perangkat pembelajaran di awal semester, yang saya buat
pada awal semester ada prota, ada promes, ada satuan pelajaran (SP)/rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan evaluasinya. Perangkat pembelajaran
yang meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), silabus, Program
Tahunan, Program Semester, Minggu Efektif, buku Daftar Hadir (presensi)
siswa, jadwal pelajaran, dan jurnal harian
5. Bagaimana metode pembelajaran yang
Bapak gunakan untuk pengembangan
kecerdasan spiritual santri?
15. Metode yang saya digunakan untuk proses pengembangan kecerdasan spiritual
adalah metode uswah al-hasanah. Langkah kongkrit dalam pembelajaran
adalah adanya integrasi antara ilmu pengetahuan umum dengan nilai-nilai
religius dan ilmu agama. Membiasakan anak untuk selalu membaca Bismillah
sebelum pembelajaran dimulai atau pun ketika akan mengerjakan sesuatu.
115
Membiasakan untuk selalu bersyukur atas apa yang didapatkan hari ini.
Menggunakan metode diskusi yakni mengajarkan anak untuk bisa memecahkan
masalah, sehingga dapat mengaktifkan siswa dalam mengeluarkan pendapat.
Metode ini juga juga termasuk dalam pembiasaan akhlakul karimah karena
disini diajari untuk saling menghormati dan menghargai pendapat orang lain.
116
6. Kalau di luar kegiatan pembelajaran
bagaimana, pak?
Upaya yang dilakukan oleh ustadz dalam pembentukan pengembangan
kecerdasan spiritual adalah dengan melalukan pembiasaan-pembiasaan pada
peserta didik, misalnya ketika datang di madrasah anak-anak dibudayakan
untuk melakukan 5S (salam,senyum, sapa, salim, dan santun). Khusus untuk
salim kami disini membuat kegiatan rutin salamam pagi (afsus salam). Jadi
ketika siswa masuk gerbang madrasah mereka harus bersamalan dengan guru
atau ustadznya.
FIELD-NOTE 01
Kode : D-01
Informan : Kepala Sekolah
Tempat : SMP Daarul Qur’an Colomadu
Waktu : Tanggal 19 November 2015 Pukul 13.00-13.30 WIB
Pagi sekitar pukul 09.00 WIB saya berkunjung ke SMP Daarul Qur‟an disambut dengan
suasana sekolah yang rindang dan sejuk, serta keriangan dari siswa-siswi yang sedang menikmati
waktu istirahat pertama. Suasana sekolah yang rindang tersebut didukung pula dengan kondisi
sekolah yang tertata rapi dan dilengkapi dengan berbagai tanaman obat atau biasa dibilang apotek
hidup. Pagi itu saya datang ke sekolah dengan maksud ingin menyampaikan proposal penelitian
dan sekaligus memohon ijin kepada Kepala Sekolah untuk segera memulai penelitian dan
memohon bantuan dari Kepala Sekolah agar bisa bekerjasama dalam proses penelitian tersebut.
Selain itu, saya bermaksud untuk membuat janji untuk melakukan wawancara ketika Kepala
Sekolah mempunyai waktu luang. Setelah saya menyampaikan maksud kedatangan dan tujuan
saya, Kepala Sekolah menyambut dengan senang hati dan segera memberi jadwal hari agar saya
bisa melakukan wawancara dengan beliau.
Hari ini saya datang dengan tujuan untuk memberikan surat ijin penelitian dan bertemu
dengan kepala madrasah. Saya datang sekitar pukul 13.00, saya bertanya tentang keberadaan
kepala sekolah kepada salah seorang guru di SMP Daarul Qur‟an. Namun, karena ternyata waktu
itu kepala sekolah sedang tidak ada di SMP karena ada keperluan di luar sekolah maka saya
memutuskan untuk berkeliling di SMP Daarul Qur‟an.
Beberapa menit saya berkeliling melihat keadaan dan lokasi SMP Daarul Qur‟an. Setelah
melakukan pengamatan di dapatkan bahwa SMP Daarul Qur‟an berada di Kampung Sanggir Rt.02
Rw.07 Desa Paulan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar berbatasan tepat disebelah
utara TK Dharma Wanita 2, sedangkan di sebelah selatan Perumahan Paulan resident. Selain itu
terdapat masjid yang cukup luas di samping kanan sebelah selatan kantor SMP Daarul Qur‟an.
118
FIELD-NOTE 02
Kode : D-02
Judul : Dokumentasi
Informan : Bp Sidiq Purnomo dan Pak Choirudin
Tempat : SMP Daarul Qur‟an Colomadu, Karanganyar
Waktu : Tanggal 22 Januari 2016 Pukul 13.20-14.30 WIB
Hari ini saya datang ke SMP Daarul Qur‟an Colomadu, Karanganyar memohon ijin
penelitian. Surat penelitian saya serahkan ke Bp Choirudin selaku ketua TU. Setelah diserahkan ke
pak kepala sekolah kemudian Bp Choirudin menyerahkan surat penelitian saya ke pak Shidiq
Purnomo selaku waka kurikulum.
Peneliti : Assalamu‟alaikum
Bp Choirudin : Wa‟alaikumussalam. Ada yang bisa saya bantu ?
Peneliti : Ini saya mahasiswi IAIN Surakarta ingin menyerahkan surat ijin penelitian di
SMP pak.
Bp Choirudin : Ohya mbak. Sebentar saya serahkan surat penelitiannya ke bapak kepala
sekolah dulu.
Peneliti : Iya pak. Silahkan.
Bp Choirudin : surat ijin mbak sudah disetujui oleh pak kepala sekolah. Sekarang mbak
menemui pak shidiq purnomo selaku waka kurikulum dikantor ya ?
Peneliti : Ohya pak. Terima kasih pak.
Kemudian saya bertemu dengan Pak shidiq purnomo selaku waka kurikulum.
Pak Choirudin : Mari mbak silahkan duduk. Ini yang mau diwawancarai siapa saja mbak ?
Peneliti : Iya pak terima kasih. Subyeknya bapak kepala sekolah, selain bapak kepala
sekolah saya juga ingin wawancara dengan beberapa guru dan siswa pak.
Pak Choirudin : kalau begitu silahkan nanti kalau mbak mau wawancara langsung
menghubungi ke yang bersangkutan saja ya.
Peneliti : Iya pak terima kasih. Kalau begitu saya pamit pulang pak. Assalamu‟alaikum
Pak Choirudin : Iya sama-sama. Wassalamu‟alaikum
119
FIELD-NOTE 03
Kode : W-01
Judul : Wawancara
Informan : Pak Choirudin
Tempat : SMP Daarul Qur‟an Colomadu, Karanganyar
Waktu : Tanggal 24 Januari 2016 Pukul 07.45-08.35 WIB
Hari ini saya datang ke SMP Daarul Qur‟an Colomadu untuk wawancara dengan pak
Agus Ma‟arif selaku kepala SMP Daarul Qur‟an Colomadu namun ternyata beliau tidak ada
karena ada acara diluar sekolah. Kemudian saya bertemu dengan pak Choirudin selaku waka
kurikulum dan kemudian saya melakukan wawancara dengan beliau.
Peneliti : Assalamu‟alaikum. Saya mau wawancara dengan pak kepala sekolah tapi
beliau sedang pergi ya pak ?
Pak choirudin : Wa‟alaikumussalam. Iya beliau sedang ada keperluan.
Peneliti : Kalau begitu saya mau wawancara dengan bapak ya karena selaku wakamad
kurikulum. Bisa tidak pak ?
Pak Choirudin : Bisa. Mari duduk. Apa yang mau ditanyakan kepada saya ?
Peneliti : Salah satu program unggulan di sini adanya kegiatan keagamaan ya pak?
Dimana merupakan visi dan misi sekolah ini dalam mengembangkan
kecerdasan spiritual peserta didiknya. Bisa dijelaskan pak tujuan dari
program keagamaan di SMP Daarul Qur‟an?
Pak Choirudin : Tujuan dari kegiatan keagamaan ini adalah untuk mengarahkan, membantu,
memberi pengetahuan kepada santri tentang bagaimana hubungan yang baik
antara manusia dengan Allah, interaksi yang baik antara manusia dengan
manusia yang mana dari kegiatan tersebut santri diajarkan untuk
berkomunikasi yang baik dengan guru dan teman-temannya. Sehingga
diharapkan nantinya santri timbul rasa keimanan yang dihayati dengan cara
yang sungguhsungguh, sehingga nantinya bisa membawa santri dalam
kehidupan yang damai dan tentram dibawah ridho-Nya. Dan itu merupakan
nilai-nilai dari kecerdasan spiritual mbak.
Peneliti : Subtansi kegiatan pengembangan kecerdasan spiritual misal apa saja pak di
SMP Daarul Qur‟an ini?
Pak Choirudin : Ya, melalui kegiatan yang khusus dirancang supaya mereka cerdas secara
spiritual. Contohnya Seperti pembiasaan sunnah mbak. Seperti shalat dhuha,
puasa senin kamis. Selain itu kegiatan tahfidz pula yang menjadi program
unggulan kami dengan target hafalan 15juz lulus dari sini. Jika dalam satu
tahun tidak memenuhi target hafalan maka kami turunkan kelas meski nilai
120
akademisnya diatas KKM karena hafalan ini yang menjadi unggulan kami
dalam upaya menanamkan nilai spiritual pada anak-anak. Jadi Anak-anak
setiap pagi, pulang sekolah dan malam hari selalu kami pantau untuk
menambah hafalan, setoran dan simakan. Selain praktek keagamaan, teori
keagamaan kami beri dijam-jam pelajaran. Kami juga memberi tausiyah
sehabis shalat dhuha dan membaca asmaul husna secara bersama-sama.
Selain itu mbak, Ustadz disini menanamkan nilai moral yang di terapkan
pada setiap kesempatannya, baik dalam pembelajaran maupun diluar
pembelajaran, dan hasil yang dicapai dalam hal ini dapat terlihat dari perilaku
santri yang memiliki akhlak yang baik dan selalu menunjukan moralitas yang
luhur. Ustadz selalu memperhatikan perkembangan santri dan perilaku santri
dalam bersikap baik dalam pembelajaran maupun diluar pembelajaran. Setiap
ustadz dan staf di SMP Daarul Qur‟an yang selalu berusaha menciptakan
akhlak yang baik bagi santri nya dengan perilaku hidup rukun sesuai ajaran
agama. Hal ini ditandai dengan kebijakan senyum, sapa, dan salam yang
diaplikasikan melalui salam-salaman antara ustadz dengan santri dan antar
sesama santri sebelum jam pelajaran dimulai setiap harinya.
Peneliti : Jadi, Ada pendapat yang menyatakan bahwa pengembangan kecerdasan
spiritual di sekolah hanya merupakan tanggung jawab mata pelajaran
Pendidikan Agama saja. Hal itu salah ya pak?
Pak choirudin : Iya salah mbak. Justru SMP Daarul Qur‟an dengan berusaha untuk menciptakan
lingkungan pembelajaran yang religius yang sesuai dengan yang diharapkan
dan bekerja keras melakukan monitoring dalam proses pengembangan
kecerdasan spiritual di lingkungan sekolah dan pondok.
Peneliti : Lalu pak, dengan adanya program tersebut seperti sholat dhuha secara
berjama‟ah, adanya program dzikir setiap pagi, tahfidz dll, bagaimana
aktivitas guru dan siswa dalam pengembangan kecerdasan spiritual pak?
Pak choirudin : Strategi kami agar anak-anak mempunyai pemahaman lebih dibidang agama, kita
adakan kajian keagamaan. Kalau pelajaran yang diajarkan di kelas itu kan
yang secara umum, untuk kajian keagamaan ini, kita lebih fokus ke kajian
kitab-kitab dan tafsir sehingga anak-anak di madrasah ini kualitasnya berbeda
dengan anak-anak dari sekolahan lain. kami membuat program ini untuk
memberikan wawasan yang luas tentang kajian Al-Qur‟an, mengajarkan
kepada anak untuk beriman kepada Kitab SuciNya.
Peneliti : Bagaimana cara komunikasi kepala sekolah dengan orang tua siswa pak ?
Karena mereka jauh dari orang tua mereka.
Pak choirudin :Dalam menjalin hubungan dengan orang tua terkait pengembangan spiritual
anak-anak didik kami, dilakukan dengan adanya rapat dengan wali setiap
121
awal tahun ajaran siswa baru terkait visi dan misi sekolah dan program-
program yang ada disekolah dan pondok mbak agar selaras dengan tujuan
visi misi kami.
Peneliti : Terima kasih atas waktunya pak. Saya pamit pulang dulu.
Wassalamu‟alaikum
Pak wartanto : iya mbak. Sama-sama. Wa‟alaikumussalam
Refleksi :
Semua guru / ustadz dan santri mempunyai tugas mengembangkan nilai moral, termasuk
kecerdasan spiritual baik dalam pembelajaran maupun diluar pembelajaran sekolah maupun di
pondok. Semua mata pelajaran memiliki misi melatih kecerdasan spiritual santri baik dalam
kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.
122
FIELD-NOTE 04
Kode : W-02
Judul : Wawancara
Informan : Pak Agus Ma’arif ( Kepala Sekolah )
Tempat : SMP Daarul Qur’an Colomadu, Karanganyar
Waktu : Tanggal 28 Januari 2016 Pukul 13.00-14.00 WIB
Hari rabu siang saya pergi ke SMP Daarul Qur‟an Colomadu, Karanganyar dengan tujuan
bertemu dengan kepala sekolah. Dan waktu itu kepaa sekolah sedang tidak sibuk dan bisa
diwawancara.
Peneliti : Assalau‟alaikum pak ?
Pak kepsek : Wa‟alaikumussalam. Silahkan masuk duduk dulu ya.
Peneliti : Iya pak terima kasih. Mohon maaf mengganggu. Saya ingin mewawancarai
bapak seputar pengelolaan pengembangan kecerdasan spiritual pada tiap mata
pelajaran pak.
Pak kepsek : Ohya. Silahkan.
Peneliti : bagaimana Upaya yang telah dilakukan oleh kepala sekolah dalam melakukan
pengelolaan pengembangan kecerdasan spiritual pada setiap mata pelajaran?
Pak kepsek :Banyak upaya yang saya dan sekolah lakukan mbak. Upaya tersebut Proses
dilaksanakan terintegrasi pada semua mata pelajaran, dan juga pada kegiatan di
luar jam pelajaran. Kerjasama, disiplin, toleransi, dan saling membantu
merupakan prioritas pada pengembangan kecerdasan spiritual siswa. Nilai-nilai
tersebut dimaksudkan sebagai dasar dalam mengembangkan nilai-nilai dalam
kehidupan seharí-hari yaitu membiasakan siswa hidup secara religius dengan
baik. Aktivitas pembelajaran meliputi:
a. perencanaan: persiapan administrasi, RPP, dan silabus
b. pelaksanaan: penerapan metode, strategi, dan model relajar yang sesuai
c. evaluasi: penilaian terhadap hasil pembelajaran siswa
Peneliti : Bagaimana dengan pendidikan moralnya pak? Secara teori dan praktek?
Pak Kepsek : Perilaku dan akhlak santri SMP Daarul Qur‟an cukup baik, dibuktikan dengan
cara berpakaian santri yang terlihat sopan, mematuhi peraturan pesantren, jika
berbicara bisa menempatkan pada tempatnya, tanggung jawab, saling
menghargai, dan saling menghormati satu sama lain.Contoh yang diberikan
adalah kerjasama, tanggung jawab, saling menghargai satu sama lain,
berperilaku yang positif dan mempunyai rasa saling percaya satu sama lain.
Adapun hal-hal tersebut diperlihatkan ketika ada kerja bakti, semua personil
pesantren termasuk pengurus pesantren ikut andil dalam kerja bakti tersebut.
123
Peneliti : Bagaimana kalau kegiatan diluar pembelajaran pak?
Pak kepsek : Kegiatan lainnya yang berkaitan dengan pengembangan agama yang ada di
sekolah ini contohnya adalah kajian keagamaan mbak. Ini kami lakukan secara
rutin setiap Jum‟at dan Sabtu sebelum KBM dimulai yakni pukul 05.50-06.50
WIB. Dalam kajian ini, anak-anak diajari untuk membaca kitab selain itu juga
memahami tafsir Al-Qur‟an. Harapan kami, dengan memahami ayat-ayat Al-
Qur‟an mereka dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Ilmu-ilmu agama lebih difokuskan pada tafsir Al-Qur‟an dan fiqih. Dengan
adanya pembelajaran seperti ini diharapkan nantinya santri-santri kami dapat
mengkaji Al-Qur‟an dan mengamalkannya secara benar. Selain itu mbak karena
mereka usia SMP Salah satu cara kami dalam mendidik untuk mencintai Allah
dan Rosul-Nya adalah dengan selalu berdzikir dan bersholawat. Untuk menarik
minat siswa kami membuat lomba antar kelas setiap event tertentu mbak biar
anak-anak bersemangat seperti hadroh, lomba adzan,lomba tahfidz, dan qiro‟ah.
Nah, kalau ada acara seperti itu saya juga hadir mbak untuk memantau anak-
anak kami yang juga menyukai kegiatan tersebut.
Peneliti : Apa upaya yang bapak lakukan agar siswa dalam menjalankan ibadah seperti
sholat dhuha, dzuhur dan jum‟atan dengan benar ? kendala yang dialami apa dan
bagaimana solusinya pak ?
Pak kepsek : Upaya yang saya lakukan yaitu saya mengajak guru atau ustadz dan siswa untuk
segera pergi ke masjid, dengan mengikuti sholat dhuha, dzuhur, jum‟at berarti
saya juga sudah melakukan tauladan kepada guru dan siswa. Diharapkan mereka
termotivasi untuk segera datang ke masjid untuk melaksanakan sholat secara
berjama‟ah. Selain itu, hal tersebut juga merupakan salah satu cara saya
mengawasi dan mengontrol terlaksananya kegiatan sholat secara berjama‟ah.
Untuk mengatasi kendala yang ada tentunya ada penambahan sarana dan
prasarana. Selain itu perlunya memberikan pengertian akan pentingnya sholat
dengan benar kepada siswa. Kesadaran dalam menertibkan siswa juga harus
ditanamkan kepada para guru sebagai pelaksana kegiatan. Selain itu juga
diperlukan pengawasan oleh guru dalam pelaksanaan sholat tersebut karena
masih banyak siswi yang melakukan sholat dengan terburu-buru/cepat. Maka
diperlukan beberapa guru yang bertugas menertibkan siswa untuk segera wudhu
dan menuju tempat sholat dan mengawasi siswi pada barisan belakang sekaligus
menegur agar mereka melakukan gerakan sholat secara benar yaitu tidak cepat-
cepat.
Peneliti : Apa yang menjadi kendala program hafalan pak dan bagaimana solusi dalam
mengatasi kendala tersebut ?
124
Pak kepsek : Kendala yang dialami yaitu karena satu guru menampung kurang lebih 20 siswa
maka waktu yang dibutuhkan untuk penyetoran kadang kurang. Apalagi ada
beberapa Siswa juga masih kurang lancar dalam menghafal. Penyetoran hafalan
belum disertai muroja‟ah/pengulangan hafalan agar tidak lupa. Solusinya
perlunya penambahan pengajar dalam penyetoran hafalan dan kedepannya perlu
diadakan muroja‟ah/pengulangan hafalan.
Peneliti : Bagaimana komunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah dengan orang tua
siswa pak ? Apa kendala yang dialami dan bagaimana solusinya ?
Pak Kepsek : Dalam melakukan komunikasi, pertemuan antara kepala sekolah dengan para
orang tua memang masih terbatas. Itupun hanya terkait dengan pengenalan
sekolah. Agar terjalin hubungan yang baik antara kepala sekolah dengan orang
tua siswa bisa diagendakan untuk pertemuan khusus dengan para orang tua
siswa.
Peneliti : Apa yang menjadi harapan dari berbagai upaya yang telah bapak lakukan ?
Pak Kepsek : Harapannya yaitu Membentuk akhlak/moral siswa yang baik dengan pembiasaan
yang baik di lingkungan sekolah, pondok dan lingkungan masyarakat.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan bakat dan minat
siswa dalam berorganisasi, Memberikan pengetahuan luas tentang ilmu agama
dan mengamalkannya, Siswa mempunyai bekal ilmu dan pengalaman ketika
bermasyarakat dan Mampu mencegah dan meminimalkan tingkat kenakalan
remaja
Peneliti : Terima kasih pak. Saya pamit pulang dulu. Wassalamu‟alaikum
Pak kepsek : iya mbak. Sama-sama. Wa‟alaikumussalam
Refleksi :
Kepala Madrasah telah melakukan banyak upaya dalam membentuk nilai-nilai spiritual siswa.
Upaya yang telah di lakukan kepala sekolah salah satunya membentuk budaya yang positif, taat
beribadah dan memiliki sikap religius dikembangkan melalui berbagai program-program yang
telah di susun. Baik kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Pada kegiatan intrakurikuler
terintegrasi dengan mata pelajaran. Perlu dukungan dari semua guru, wali kelas, dan orang tua
dalam pelaksanaan pengembangan kecerdasan spiritual siswa agar dapat diterapkan dalam
kehidupan seharí-hari.
125
FIELD-NOTE 05
Kode : W-03
Judul : Wawancara
Informan : Bp Marno ( Kesiswaan )
Tempat : SMP Daarul Qur‟an Colomadu, Karanganyar
Waktu : Tanggal 31 Januari 2016 Pukul 08.00-10.00 WIB
Hari sabtu saya pergi ke SMP Daarul Qur‟an dengan bertujuan wawancara sekaligus
observasi program program.
Peneliti : Assalamu‟alaikum pak. Maaf mau mengganggu. Saya ingin observasi dan
wawancara pak .
Bp Marno : Wa‟alaikumussalam. Oya mari-mari duduk. Tapi ini bapak kepala baru ada tamu
kalau mau tanya-tanya barangkali dengan saya juga bisa mbak. Saya Bp Marno
koordinator kesiswaan di sekolah ini. Apa yang mau ditanyakan mbak ?
Peneliti : Oya pak ndak apa-apa dengan bapak saja. Mau menanyakan tentang pelaksanaan
program pengembangan kecerdasan spiritual apa bisa dilakukan dengan kegiatan
ekstrakurikuler pak?
Bp Marno : Kegiatan ektrakurikuler ini maksudnya adalah kegiatan yang fungsinya itu
sebagai wadah, wadah bagi siswa untuk mengembangkan bakat yang mereka
miliki. Bakat mereka itu kan macem-macem mbak. Nah, di sekolah ini, kami
berupaya untuk membuat kegiatan yang komplek, sehingga semua bakat siswa
dapat berkembang melalui kegiatan-kegiatan yang telah kami sediakan.
Peneliti : Tujuannya apa pak?
Bp Marno : Kegiatan ekstrakurikuler di SMP Daarul Qur‟an ini dalam proses pengembangan
kecerdasan spiritual yaa melaksanakan kegiatan tersebut sesuai dengan
tujuannya mbak. Tujuan kegiatan ekstrakurikuler kami adalah pertama,
mendalami materi tiap-tiap kegiatan sehingga anak-anak mengerti dasar dari
tujuan masing-masing kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Kedua adalah melatih
dan mendidik anak untuk menguatkan dan meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah dan Rosul-Nya. Menggali potensi, bakat, minat,
ketrampilan peserta didik agar mampu mengenal dirinya sendiri. Membentuk
peserta didik menjadi anak yang mandiri dan bermanfaat untuk lingkungannya
serta mempunyai jiwa yang berakhakul karimah dan juga beriman kepada Allah.
Peneliti : Lanjut lagi pak, Bagaimana cara kontrol dan evaluasi kegiatan pengembangan
kecerdasan spiritual?
Bp Marno : Cara mengontrol kegiatan anak dalam pengembangan kecerdasan spiritual adalah
setiap guru mempunyai buku rekam data, sehingga dari buku tersebut akan
126
diketahui bagaimana prestasi anak setiap harinya dan juga perilaku siswa ketika
berada di sekolah. Metode uswatun hasanah adalah memberikan teladan kepada
siswa, dari metode ini saya dapat mengontrol sikap anak, guru memberikan
contoh bagaimana berperilaku yang baik sehingga anak bisa membedakan mana
perilaku yang baik dan mana perilaku yang buruk. Selain itu saya juga
mengontol anak dari pengamatan, mengamati setiap kagiatan yang dilakukan
siswa, mengamati prestasinya meningkat atau malah menurun, mengamati
akhlaknya dari sikap yang ditunjukkan kepada guru, orang yang lebih tua,
maupun kepada teman-temannya. Ketika anak mendapatkan suatu masalah maka
saya sebagai guru akidah akhlak wajib memberikan konseling atau memberikan
solusi sehingga masalah anak tersebut tidak menjadi berlarut-larut yang pada
akhirnya akan menghancurkan masa depan anak itu sendiri.
Peneliti : Tujuan kegiatan itu semua apa, Pak?
Bp Marno : Tujuannya sebagai salah satu upaya guru dalam mengembangkan kecerdasan
spiritual siswa, dengan cara membiasakan siswa ikut aktif dalam kegiatan
keagamaan, dan terlibat langsung dalam ibadah. Hal ini diupayakan diharapkan
untuk memperluas wawasan, pengetahuan, kemampuan siswa tentang Islam,
meningkatkan generasi muda untuk mencapai kecerdasan spiritual yang baik,
sehingga akan melahirkan generasi yang menjunjung tinggi etika, moral dan
nilai-nilai religius, kemudian membangun kesadaran siswa bahwa kegiatan
keagamaan akan memotivasi sikap beragama yang baik.
Peneliti : Bagaimana keberhasilan pengembangan kecerdasan spiritual siswa kalau pada
mata pelajaran di SMP Daarul Qur‟an?
Bp Marno : Pembelajaran pengembangan kecerdasan spiritual siswa yang dilaksanakan di
SMP Daarul Qur‟an berjalan dengan baik mbak, Alhamdulillah. Terlihat Siswa
bersikap aktif dalam pelajaran, yaitu mereka aktif dalam menjawab pertanyaan
guru misalnya saja, memberikan tanggapan, dan aktif memberikan pendapat dan
bekerjasama dalam diskusi. Dalam diskusi, para siswa tidak memandang status
sosial dalam memilih teman diskusi, dan kerjasama berlangsung lancar dan baik.
Peneliti : Jadi begitu ya pak. Baik Terima kasih pak. Saya mohon ijin untuk keliling
sekolah observasi dulu pak, maaf menganggu. Wassalamu‟alaikum
Bp Marno : Iya mbak silahkan. Sama-sama. Wa‟alaikumussalam
Refleksi :
Adanya kegiatan ektrakurikuler berfungsi sebagai wadah bagi siswa untuk
mengembangkan bakat yang mereka miliki dengan tujuan agar mereka bisa mendalami materi
tiap-tiap kegiatan sehingga anak-anak mengerti dasar dari tujuan masing-masing kegiatan
127
ekstrakurikuler tersebut. Kedua adalah melatih dan mendidik anak untuk menguatkan dan
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah dan Rosul-Nya. Menggali potensi, bakat,
minat, ketrampilan peserta didik agar mampu mengenal dirinya sendiri. Cara mengontrol kegiatan
anak dalam pengembangan kecerdasan spiritual adalah setiap guru mempunyai buku rekam data,
sehingga dari buku tersebut akan diketahui bagaimana prestasi anak setiap harinya. Sikap kritis
dan aktif siswa dalam pelajaran menunjukkan bahwa mereka benar-benar memahami materi yang
disampaikan guru. Sikap kerjasama dan toleransi menunjukkan siswa menerapkan nilai-nilai
pengembangan kecerdasan spiritual dengan baik.
128
FIELD-NOTE 06
Kode : O-02
Judul : Observasi
Informan : Bp Marno ( koordinator kesiswaan )
Tempat : SMP Daarul Qur‟an Colomadu, Karanganyar
Waktu : Tanggal 31 Januari 2016 Pukul 11.00-13.00 WIB
Pagi itu setelah melakukan wawancara dengan Bp Marno, kemudian peneliti meminta ijin
untuk melihat pelaksanaan shalat dhuha Karena waktu itu sudah pukul 09.00 WIB, waktu istirahat
ke pertama yang digunakan untuk melaksanakan sholat dhuha secara berjama‟ah. Banyak siswa
dan guru yang menuju tempat berwudhu kemudian pergi ke masjid. Ada siswa-siswa yang sedang
menggelar tikar. Dan ada yang masih di teras bahkan di kelas mereka.
Setelah melakukan pengamatan, saya menunggu didepan pintu masjid sekolah. Ternyata
banyak sekali murid-murid yang bersemangat untuk bergegas berwudhu dan segera mengambil
barisan shaf didepan dan melakukan shalat tahiyatul masjid. Saat itu, saya begitu takjub melihat
pemandangan sedemikian rupa. Setelah barisan shaf sudah terpenuhi, dan mereka shalat dhuha
dengan begitu khusyuk.
Setelah shalat dhuha selesai, terlihat Bp Ahmad Shuhaib maju ke depan barisan shaf dan berada di
mimbar untuk mengisi tausiyah kemudian bersama-sama murid-murid melafazkan asmaul husna.
Tidak lupa pula muraja‟ah hafalan salah satu surat di dalam Al-Qur‟an.
129
FIELD-NOTE 7
Kode : O-03
Judul : Observasi
Informan : -
Tempat : SMP Daarul Qur‟an
Waktu : Tanggal 07 Februari 2016 Pukul 10.00-12.00 WIB
Pada hari sabtu ini, setelah melakukan wawancara dengan Pak Luthfi sekaligus meminta
beberapa data dari sekolah, saya meminta ijin untuk melakukan pengamatan di sekitar masjid.
Melakukan pengamatan terhadap luas masjid di dekat sekolah dan tempat wudhu yang digunakan
untuk pelaksanaan sholat dhuha, dzuhur dan jum‟at secara berjama‟ah. Setelah melakukan
pengamatan, peneliti naik ke lantai dua yang digunakan untuk asrama putra karena saat itu SMP
Daarul Qur‟an merupakan sekolah dan pondok yang baru di Surakarta. Peneliti mengamati
disekitar kran/tempat wudhu jumlahnya terbatas, serta kamar mandi yang sedikit. Sudah ada
perluasan disamping masjid untuk para siswa yang lumayan luas.
130
FIELD-NOTE 08
Kode : W-04
Judul : Wawancara
Informan : Muh Burhan (siswa)
Tempat : SMP Daarul Qur‟an
Waktu : Tanggal 16 Februari 2016 Pukul 09.15-10.45 WIB
Pada hari Rabu, tanggal 16 Februari 2016 pukul 09.15 saya sampai di sekolah saya
bertemu dengan beberapa siswa yang sudah selesai shalat dhuha. Akhirnya saya bertanya dengan
mereka salah satunya yaitu Burhan.
Peneliti : Assalamu‟alaikum dek ?
Burhan : Wa‟alaikumussalam mbak. Ada apa ya ?
Peneliti : Mbak minta waktunya sebentar ya buat tanya-tanya ?
Burhan : Iya mbak. Mau tanya apa mbak ?
Peneliti : Setiap hari pada jam pertama istirahat biasanya shalat dhuha terus asmaul husna
bareng-bareng ya dek ?
Burhan : Iya mbak.
Peneliti : Apakah pelaksanaannya selalu tepat waktu dek ?
Burhan : Pelaksanaan dhuha dilakukan tepat pukul 09.00 mbak, jarang terlambatnya.
Peneliti : Kamu sudah hafal berapa juz dek?kelas berapa?terus benar yah kalau disini
targetnya pertahun 5juz kalau tidak mencapai target turun kelas?
Burhan : Saya kelas delapan mbak, ini alhamdulillah sudah 7,5juz. Iya mbak memang
betul, teman kami ada yang turun kelas walaupun nilai rapot umumnya bagus
tapi karena hafalannya tidak mencapai target dan banyak catatan merah karena
banyak melanggar tata tertib pondok sama sekolah akhirnya ini masih kelas
tujuh lagi.
Peneliti : gitu ya dek. Kalo pembelajaran keagaamaan saat dikelas gimana dek sama
gurunya?
Burhan : Kegiatan pelajaran di kelas kadang sangat menyenangkan mbak soalnya para
guru menyampaikan materinya menjelaskan dengan gamblang. Teman-teman
jadi tertarik dengan pengembangan kecerdasan spiritual karena terkait dengan
kegiatan sehari-harinya.
Peneliti : Ohya dek. Terima kasih ya. Assalamu‟alaikum.
Burhan : Iya mbak. Wassalamu‟alaikum.
131
Refleksi :
Kegiatan pembelajaran pengembangan kecerdasan spiritual berlangsung menyenangkan dan siswa
menjadi paham menunjukkan adanya komunikasi antara guru dengan siswa terjalin dengan baik.
Dengan komunikasi akan mempererat hubungan kekeluargaan antara siswa dengan guru.
132
FIELD-NOTE 9
Kode : O-04
Judul : Observasi
Informan : -
Tempat : SMP Daarul Qur‟an
Waktu : Tanggal 17 Februari 2016 Pukul 13.00-14.00 WIB
Siang itu saya datang ke SMP Daarul Qur‟an untuk melihat kegiatan
sekolah yang sedikit berbeda dengan hari biasanya. Setiap hari Kamis sekolah ini
selalu mengadakan kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan oleh sekolah terpusat pada hari Kamis.
Semua kegiatan ektrakurikuler dilaksanakan setelah jam pelajaran selesai yaitu pukul 13.00 WIB
dan berakhir sekitar pukul 16.00 WIB. Kegiatan ekstrakurikuler sekolah ini merupakan kegiatan
yang digunakan untuk mengembangkan kreativitas peserta didik, beberapa diantaranya adalah
latihan pidato, pembeian kosa kata arab dan grammar bahasa inggris. Untuk hari lainnya ada
kegiatan tilawah, qiro‟ah, tartil Al-Qur‟an, morning convertation, pramuka, rebana, dll.
133
FIELD-NOTE 10
Kode : W-05
Judul : Wawancara
Informan : Bp Agus Ma‟arif (Kepsek)
Tempat : SMP Daarul Qur‟an
Waktu : Tanggal 21 Februari 2016 Pukul 12.30-14.15 WIB
Setelah menghubungi Bp Agus, maka pada hari sabtu tanggal 21 Pebuari 2016 pukul
12.30 saya berangkat menuju ke SMP Daarul Qur‟an dan langsung mencari Bp Agus Ma‟arif di
kantor. Waktu itu Bp Agus Ma‟arif sedang duduk di kantor.
Peneliti :Assalamu‟alaikum pak ?
Bp Agus :Wa‟alaikumussalam mbak. Silahkan duduk. Apa yang bisa saya bantu mbak ?
Peneliti :Saya mau sedikit menanyakan beberapa pertanyaan pak.
Bp Agus :Iya mbak silahkan. Tapi nanti saya sekitar jam 2 ada keperluan
Peneliti :Iya Pak. Yang ingin saya tanyakan apa yang tujuan kegiatan keagamaan di SMP
Daarul Qur‟an?
Bp Agus : Tujuannya sebagai salah satu upaya guru dalam mengembangkan kecerdasan
spiritual santri, dengan cara membiasakan santri ikut aktif dalam kegiatan
keagamaan, dan terlibat langsung dalam ibadah. Hal ini diupayakan diharapkan
untuk memperluas wawasan, pengetahuan, kemampuan santri tentang Islam,
meningkatkan generasi muda untuk mencapai kecerdasan spiritual yang baik,
sehingga akan melahirkan generasi yang menjunjung tinggi etika, moral dan
nilai-nilai religious, kemudian membangun kesadaran santri bahwa kegiatan
keagamaan akan memotivasi sikap beragama yang baik..
Peneliti : Bagaimana upaya pengajar yang lain secara umum dalam mengembangkan
kecerdasan spiritual santri pak?
Bp Agus : Upaya yang dilakukan pengajar disini dalam mengembangkan kecerdasan
spiritual para santri dengan dilatihnya untuk beristiqomah dalam mengamalkan
ibadah seperti puasa senin kamis, shalat sunnah dhuha, dan shalat lima waktu
berjamaah.
Peneliti : Kalau peran guru atau ustadznya bagaimana, Pak?
Bp Agus : Peran guru dalam mengembangkan kecerdasan spiritual siswa melalui kegiatan
sholat dhuhur jama‟ah mbak. Dalam hal ini adalah guru harus bisa menjadi
panutan yang baik bagi peserta didiknya, seperti ikut dalam pelaksanaan sholat
dhuhur jama‟ah, membimbing dan menasihati siswa agar mau melaksanakan
sholat dhuhur jama‟ah. Dengan kami beri motivasi dengan keteladanan agar
134
siswa dapat mudah diajak dalam kegiatan pembelajaran, khususnya dalam
beribadah seperti sholat dhuha, sholat dhuhur jama‟ah, dan dalam kegiatan-
kegiatan keagamaan yang lain begitu mbak.
Peneliti : Keteladanan yang bagaimana misalnya, Pak?
Bp Agus : Guru menjadi teladan bagi peserta didik. Kemudian dengan mengikutsertakan
anak dalam kegiatan keagamaan. seperti membiasakan anak untuk melaksanakan
ibadah-ibadah sunnah seperti sholat dhuha, tadarus al-Qur‟an, anak dibiasakan
untuk berdzikir kepada Allah seperti sebelum pelajaran dimulai anak harus
membaca asmaul husna dan doa sebelum belajar dan membaca surat-surat
pendek, kemudian setelah sholat dhuhur jamaah dilanjutkan berdzikir, dan untuk
kelas IX biasanya sebelum menjelang Ujian Nasional diajak untuk beristighosah
bersama atau kami tambahi dengan program Spiritual Building. Kemudian
biasanya untuk program tahunan pada bulan suci ramadhan ada pesantren kilat,
dan anak diajari untuk zakat fitrah. Itu semua usaha-usaha yang dilakukan
sekolah untuk mengembangkan kecerdasan spiritual siswa mbak, intinya itu
membiasakan anak untuk ikut serta dan mengalami sendiri dalam kegiatan
keagamaan, tentunya dengan bimbingan seorang guru yang akan mengarahkan
Peneliti : Bentuk keteladanan guru disini implementasinya seperti apa, Pak?
Bp Agus : Bentuk keteladanan yang kami ajarkan kepada siswa baik itu yang disengaja
ataupun yang tidak disengaja. Misalnya keteladanan yang disengaja yang kami
lakukan, pagi hari waktu masuk sekolah, sebelum masuk kelas guru sudah
berbaris di depan gerbang untuk bersalaman kepada siswa, hal ini kami lakukan
untuk membiasakan siswa agar melakukan hal-hal yang positif dan bisa
menghormati orang yang lebih tua darinya. Kemudian saat guru berkomunikasi
dengan siswa, baik itu dalam proses pembelajaran atau diluar pembelajaran guru
harus berbicara dengan bahasa yang baik dan sopan, kalau kita kita kan orang
jawa jadi melatih siswa untuk berbicara kromo alus, agar nantinya siswa juga
mengikuti apa yang dilakukan oleh guru tersebut, dan mengerti kalau berbicara
dengan orang yang lebih tua itu harus dengan bahasa yang baik dan sopan.
Selain itu guru juga harus berpakaian rapi, bersih dan sopan pada saat berada di
sekolah, mengajari anak-anak sebelum belajar membaca doa terlebih dahulu,
kemudian ada lagi, Mbak, seperti di sini semua guru dan siswa wajib mengikuti
shalat dhuhur jama‟ah di mushola sekolah, nah, tentunya guru juga harus
menjadi contoh untuk mengikuti shalat dhuhur jama‟ah bersama semua siswa di
mushola. Itu tadi yang saya sebutkan contoh keteladanan yang disengaja yang
kami ajarkan kepada siswa, Mbak,kemudian untuk keteladanan yang tidak
disengaja itu memang ucapan atau perbuatan yang baik yang sudah ada pada
135
guru tersebut yang fitrahnya memang sebagai manusia harus melakukan
hubungan yang baik dengan Allah (hablum minallah) dan dengan manusia
(hablum minannas).
Peneliti : Menurut Bapak, apa dampak pengembangan kecerdasan spiritual yang gagal?
Bp Agus : Wah besak dan luas mbak dampaknya. Dampaknya nanti akan berimbas dan
mencoreng pendidikan yang ada di Indonesia, saat guru tidak bisa menjadi
teladan bagi peserta didiknya guru tersebut akan disepelekan oleh peserta
didiknya, guru akan diacuhkan oleh peserta didiknya dan ini akan
mempengaruhi hasil belajar peserta didik karena dalam proses belajar peserta
didik sudah tidak semangat dengan gurunya. Tidak hanya diacuhkan oleh peserta
didik, guru yang tidak bisa menjadi teladan akan dikucilkan oleh masyarakat.
Kemudian dampak nya lagi tidak ada komunikasi atau hubungan batin yang baik
antara guru dan siswa, jika guru hanya menyampaikan pengetahuan siswa saja
tidak membimbing budi pekerti siswa, dengan kata lain hanya terjadi hubungan
secara lahir saja ya mbak, batin nya tidak ada. Kemudian jika tidak ada
keteladanan pada diri seorang guru apapun nasihat atau materi-materi yang
disampaikan oleh guru tidak akan membawa efek atau tidak akan diterima oleh
siswa, kemudian dampaknya lagi jika guru tidak bisa menjadi teladan dalam
kategori sering melakukan perbuatan menyimpang seperti menganiaya muridnya
sendiri, melakukan kekerasan terhadap muridnya maka guru tersebut akan
dikeluarkan dari sekolah.
Peneliti : Lalu pak, Apa Visi Misi PP Daarul Qur‟an, pak?
Bp Agus : Adapun Visi PP Daarul Qur‟am adalah menumbuh kembangkan kesadaran
sosial dan spiritual Qur‟ani pada diri santri (peserta didik) yang
berilmu, beramal dan bertaqwa, terdidik dan berbudaya dengan makna dan
nilai yang terwujud dalam aksi nyata, sehingga menjadi santri yang
memiliki keindahan moral, berakhlak mulia dan memiliki kompetensi sesuai
dengan minat bakatnya.
Sedangkan misi SMP Daarul Qur‟an adalah: (1) Terbentuknya jiwa yang
merdeka/Huriyah Tamah yaitu jiwa yang merdeka sejati lahir dan batin; (2)
Mewujudkan sikap Mahabbah bi rauhillah, yaitu sikap dan perilaku yang
didasarkannatas jiwa kekeluargaan dan kebersamaan yang kokoh; (3)
Meningkatkan kualitas sumber daya manajeman dan pengajar/ guru agar
produktif siap dengan perubahan, mandiri, maju, berdaya saing, berwawasan
lingkungan yang berkelanjutan dalam rangka memberdayakan seluruh civitas
dengan mengembangkan kemampuan, keahlian, bakat santri dan peningkatan
fasilitas/media dalam proses belajar mengajar.
136
Peneliti : Iya pak, terima kasih jawabannya yang cukup panjang. Saya rasa cukup dulu,
saya mohon izin pamit dulu. Wassalamu‟alaykum
Pak Agus : Oke mbak sama-sama.
Refleksi :
Tujuan dari kegiatan keagamaan salah satunya sebagai upaya guru dalam
mengembangkan kecerdasan spiritual santri, dengan cara membiasakan santri ikut aktif dalam
kegiatan keagamaan, dan terlibat langsung dalam ibadah. Dalam kegiatan keagamaan guru
menjadi teladan bagi siswa. Bentuk keteladanan yang kami ajarkan kepada siswa baik itu yang
disengaja ataupun yang tidak disengaja. Misalnya keteladanan yang disengaja yang kami lakukan,
pagi hari waktu masuk sekolah, sebelum masuk kelas guru sudah berbaris di depan gerbang untuk
bersalaman kepada siswa, hal ini kami lakukan untuk membiasakan siswa agar melakukan hal-hal
yang positif dan bisa menghormati orang yang lebih tua darinya.
137
FIELD-NOTE 11
Kode : W-06
Judul : Wawancara
Informan : Pak Abdullah Muslim (Guru PAI)
Tempat : SMP Daarul Qur‟an
Waktu : Tanggal 27 Februari 2016 Pukul 12.30-13.30 WIB
Pada hari Sabtu, tanggal 27 Maret 2016 pukul 12.30 saya mencari Bapak Abdullah
Muslim dengan tujuan wawancara dengannya yang merupakan salah satu guru mapel dan guru Al
Qur‟an. Saya langsung menuju ruang guru dan mencari beliau.
Peneliti :Assalamu‟alaikum Pak?
Pak Abdullah : Wa‟alaikumussalam mbak.
Peneliti :Saya minta waktu bapak sebentar untuk wawancara pak bisa pak?
Pak Abdullah : Iya bisa, gimana mbak?
Peneliti : Terkait dalam proses pembelajaran pak. Saya ingin bertanya Bagaimana
perencanaan lingkungan pengembangan kecerdasan spiritual di SMP Daarul
Qur‟an pak?
Pak Abdullah : Kalau terkait lingkungan, ya pastinya terkait lingkungan sekitar, mbak,
misalnya ruang-ruang kelas. Agar santri tidak jenuh dan merasa bosan, ruang
kelas dibuat senyaman mungkin dengan suasana belajar yang rileks sehingga
santri merasa nyaman dalam belajar. Ventilasi udara dan penerangan dibuat
cukup untuk kenyamanan santri.
Peneliti : Nyaman bagaimana, Pak, riilnya?
Pak Abdullah : Ya, ditata sebaik mungkin, senyaman mungkin. Penataan ruang kelas disini
sudah layak sesuai sebagai tempat untuk belajar, dimana ruang kelas sudah
diatur baik dari segi penerangan, ventilasi udara, dan lain-lain yang
memberikan suasana segar dalam pembelajaran.
Peneliti : Kalau untuk kelengkapan administrasi mengajar, bagaimana pak?
Pak Abdullah : Ya saya membuat perangkat pembelajaran di awal semester, yang saya buat
pada awal semester ada prota, ada promes, ada satuan pelajaran (SP)/rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan evaluasinya. Perangkat pembelajaran
yang meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), silabus, Program
Tahunan, Program Semester, Minggu Efektif, buku Daftar Hadir (presensi)
siswa, jadwal pelajaran, dan jurnal harian mbak.
Peneliti : Bagaimana metode pembelajaran yang Bapak gunakan untuk pengembangan
kecerdasan spiritual santri?
138
Pak Abdullah : Metode yang saya digunakan untuk proses pengembangan kecerdasan
spiritual adalah metode uswah al-hasanah. Langkah kongkrit dalam
pembelajaran adalah adanya integrasi antara ilmu pengetahuan umum dengan
nilai-nilai religius dan ilmu agama. Membiasakan anak untuk selalu
membaca Bismillah sebelum pembelajaran dimulai atau pun ketika akan
mengerjakan sesuatu. Membiasakan untuk selalu bersyukur atas apa yang
didapatkan hari ini. Menggunakan metode diskusi yakni mengajarkan anak
untuk bisa memecahkan masalah, sehingga dapat mengaktifkan siswa dalam
mengeluarkan pendapat. Metode ini juga juga termasuk dalam pembiasaan
akhlakul karimah karena disini diajari untuk saling menghormati dan
menghargai pendapat orang lain.
Peneliti : Kalau di luar kegiatan pembelajaran bagaimana, pak?
Pak Abdullah : Upaya yang dilakukan oleh ustadz dalam pembentukan pengembangan
kecerdasan spiritual adalah dengan melalukan pembiasaan-pembiasaan pada
peserta didik, misalnya ketika datang di madrasah anak-anak dibudayakan
untuk melakukan 5S (salam,senyum, sapa, salim, dan santun). Khusus untuk
salim kami disini membuat kegiatan rutin salamam pagi (afsus salam). Jadi
ketika siswa masuk gerbang madrasah mereka harus bersamalan dengan guru
atau ustadznya.
Peniliti : Baik pak saya rasa wawancara dengan bapak cukup. Terima sekali dengan
jawabannya yang begitu jelas dan saya mohon pamit pulang pak.
Wassalamu‟alaykum
Pak Abdullah : Iya mbak sama-sama. Hati-hati dijalan. Wa‟alaykumussalam.
Refleksi :
Metode pembelajaran di kelas dalam pengembangan kecerdasan spiritual salah
satunya adalah metode uswah al-hasanah. Langkah kongkrit dalam
pembelajaran adalah adanya integrasi antara ilmu pengetahuan umum dengan
nilai-nilai religius dan ilmu agama. Membiasakan anak untuk selalu membaca
Bismillah sebelum pembelajaran dimulai atau pun ketika akan mengerjakan
sesuatu. Membiasakan untuk selalu bersyukur atas apa yang didapatkan hari ini.
Menggunakan metode diskusi yakni mengajarkan anak untuk bisa memecahkan
masalah, sehingga dapat mengaktifkan siswa dalam mengeluarkan pendapat.
Metode ini juga juga termasuk dalam pembiasaan akhlakul karimah karena disini
diajari untuk saling menghormati dan menghargai pendapat orang lain.
139
140
141
Kegiatan Halaqoh Tahfidz
Kegiatan Setoran Hafalan dan simakan
142
Kegiatan dzikir pagi dan asmaul husna
Kegiatan tadarusan dilanjut muraja‟ah dan tausiyah
143
Kegiatan shalat berjamaah dilanjut tausiyah
Kegiatan sambung ayat/muroja‟ah