PENGEMBANGAN KECAKAPAN MULTILITERASI MELALUI...

17
1 | PENGEMBANGAN KECAKAPAN MULTILITERASI MELALUI STRATEGI MEMBANGUN KOMUNITAS LITERASI TERPADU SEBAGAI UPAYA PENGUATAN KARAKTER Development of Multiliteration Proficiency Through Building Integrated Literacy Community Strategy as a Character Strengthening U’um Qomariyah Universitas Negeri Semarang Pos-el: [email protected] Abstrak Literasi dianggap sebagai salah satu parameter kesuksesan pendidikan sekaligus sebagai penanda kualitas sumber daya manusia di sebuah negara. Namun, pada perkembangannya, literasi mendukung pemahaman makna teks dan konteks dalam masyarakat multikultural. Semua ini merambah pada pemahaman dan pembelajaran multiliterasi. Realitas di lapangan menunjukkan bahwa penguatan literasi di Sekolah belum memenuhi harapan. Didapatkan temuan bahwa multiliterasi yang dipahami sebatas kemampuan siswa dalam membaca dan menulis. Belum pada perkembangan yang baik pada aspek implementatif. Hal ini tentu saja perlu mendapatkan perhatian mengingat guru di Sekolah Dasar memiliki tanggung jawab yang besar penguatan kecakapan multiliterasi untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Berdasar hal tersebut, tujuan dari tulisan ini adalah mendeskripsi strategi membangun komunitas literasi terpadu guna meningkatkan guna meningkatkan kecakapan multiliterasi sebagai upaya penguatan karakter. Strategi Membangun Komunitas Literasi Terpadu dilakukan dengan sinergi integratif antara orang tua dan anak melalui tahapan pengarahan aktivitas, pemilihan bahan, pengembangan komunikasi literasi, pemberian umpan balik, dan penguatan latar multiliterasi. Diharapkan dengan strategi tersebut yang dilakukan melalui proses pembiasan, maka akan tercipta generasi literat yang siap berkompetisi, berdaya saing, dan berkarakter. Kata-kata kunci: kecakapan multiliterasi, komunitas literasi terpadu, karakter Abstract Literacy is considered as one of the parameters of educational success as well as an indication of the quality of human resources in a country. However, in its development, literacy supports the understanding of the meaning of texts and contexts in a multicultural society. All of this extends to multiliterational learning and understanding. Reality shows that the strengthening of literacy in schools has not met expectations. It was found that multiliteration is understood only on the ability of students in reading and writing. Not yet on good development on implementation aspect. This, of course, needs to be given attention since teachers in elementary schools have a great responsibility for strengthening multiliterational skills to achieve national education objectives. Based on this, the purpose of this paper is to describe the strategy of building an integrated literacy community to improve multiliteration skills as an effort to strengthen the character. Building Integrated Literacy Community Strategy is able to be done by integrative synergy between parent and child through the stages of activity briefing, selection of materials, development of literacy communication, giving feedback, and strengthening multiliteration background. It is hoped that with this strategy which is done through the

Transcript of PENGEMBANGAN KECAKAPAN MULTILITERASI MELALUI...

Page 1: PENGEMBANGAN KECAKAPAN MULTILITERASI MELALUI …kbi.kemdikbud.go.id/kbi_back/file/dokumen_makalah/dokumen_makalah...membaca dan menulis. Belum pada perkembangan yang baik pada aspek

1 |

PENGEMBANGAN KECAKAPAN MULTILITERASI

MELALUI STRATEGI MEMBANGUN KOMUNITAS LITERASI TERPADU

SEBAGAI UPAYA PENGUATAN KARAKTER

Development of Multiliteration Proficiency Through Building Integrated Literacy

Community Strategy as a Character Strengthening

U’um Qomariyah

Universitas Negeri Semarang

Pos-el: [email protected]

Abstrak

Literasi dianggap sebagai salah satu parameter kesuksesan pendidikan sekaligus sebagai

penanda kualitas sumber daya manusia di sebuah negara. Namun, pada perkembangannya,

literasi mendukung pemahaman makna teks dan konteks dalam masyarakat multikultural.

Semua ini merambah pada pemahaman dan pembelajaran multiliterasi. Realitas di

lapangan menunjukkan bahwa penguatan literasi di Sekolah belum memenuhi harapan.

Didapatkan temuan bahwa multiliterasi yang dipahami sebatas kemampuan siswa dalam

membaca dan menulis. Belum pada perkembangan yang baik pada aspek implementatif.

Hal ini tentu saja perlu mendapatkan perhatian mengingat guru di Sekolah Dasar

memiliki tanggung jawab yang besar penguatan kecakapan multiliterasi untuk mencapai

tujuan pendidikan nasional. Berdasar hal tersebut, tujuan dari tulisan ini adalah

mendeskripsi strategi membangun komunitas literasi terpadu guna meningkatkan guna

meningkatkan kecakapan multiliterasi sebagai upaya penguatan karakter. Strategi

Membangun Komunitas Literasi Terpadu dilakukan dengan sinergi integratif antara orang

tua dan anak melalui tahapan pengarahan aktivitas, pemilihan bahan, pengembangan

komunikasi literasi, pemberian umpan balik, dan penguatan latar multiliterasi. Diharapkan

dengan strategi tersebut yang dilakukan melalui proses pembiasan, maka akan tercipta

generasi literat yang siap berkompetisi, berdaya saing, dan berkarakter.

Kata-kata kunci: kecakapan multiliterasi, komunitas literasi terpadu, karakter

Abstract

Literacy is considered as one of the parameters of educational success as well as an

indication of the quality of human resources in a country. However, in its development,

literacy supports the understanding of the meaning of texts and contexts in a multicultural

society. All of this extends to multiliterational learning and understanding. Reality shows

that the strengthening of literacy in schools has not met expectations. It was found that

multiliteration is understood only on the ability of students in reading and writing. Not yet

on good development on implementation aspect. This, of course, needs to be given

attention since teachers in elementary schools have a great responsibility for

strengthening multiliterational skills to achieve national education objectives. Based on

this, the purpose of this paper is to describe the strategy of building an integrated literacy

community to improve multiliteration skills as an effort to strengthen the character.

Building Integrated Literacy Community Strategy is able to be done by integrative synergy

between parent and child through the stages of activity briefing, selection of materials,

development of literacy communication, giving feedback, and strengthening

multiliteration background. It is hoped that with this strategy which is done through the

Page 2: PENGEMBANGAN KECAKAPAN MULTILITERASI MELALUI …kbi.kemdikbud.go.id/kbi_back/file/dokumen_makalah/dokumen_makalah...membaca dan menulis. Belum pada perkembangan yang baik pada aspek

2 |

process of refraction, it will create a literacy generation that is ready to compete,

competitive, and characterized.

Keywords: Multiliteration skills, characters, integrated literacy community

PENDAHULUAN

Literasi merupakan salah satu budaya yang sedang digalakkan pemerintah

Indonesia, baik integratif melalui program belajar formal maupun nonformal. Literasi

menjadi salah satu penguatan bangsa dalam bidang pendidikan yang disinyalir akan

mempengaruhi aspek lain khususnya penguatan karakter bangsa dan penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Ditegaskan dalam Undang Undang Sistem Pendidikan

Nasional (UU Sisdiknas) Tahun 2003 Pasal 4 (empat) ayat 5 (lima) tentang prinsip

penyelenggaraan pendidikan nasional bahwa pendidikan naisonal diselenggarakan

dengan mengembangkan prinsip budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap

warga masyarakat. Prinsip penyelenggaraan pendidikan dengan menekankan pada

penguasaan membaca, menulis dan berhitung yang merupakan konsep dasar literasi

menjadi penting ditekankan karena kemampuan tersebut sangat diperlukan di kehidupan

sehari-hari.

Demikian pentingnya literasi karena literasi dianggap sebagai salah satu parameter

kesuksesan pendidikan sekaligus sebagai penanda kualitas sumber daya manusia di

sebuah negara. Sayangnya, performa Indonesia dalam asesmen literasi pada skala

internasional belum terlalu baik. Skor Indonesia pada kecakapan numerasi, literasi

membaca dan sains, meskipun relatif meningkat dari tahun 2012 hingga 2015, masih jauh

terbelakang dibandingkan negara lain. Bahkan berdasar tes INAP 2016 (Indonesian

National Assessment Programme) yang mengukur kecakapan literasi membaca, sains dan

numerasi, menyatakan bahwa kecakapan siswa SD kelas 4 di Indonesia masih perlu

ditingkatkan

Literasi secara umum diartikan sebagai kemampuan masyarakat dalam “melek

wacana”. Literasi pada awalnya merujuk pada pengembangan dan penguatan kompetensi

menulis dan membaca. Namun, pada perkembangannya, literasi merujuk pada integrasi

dari beberapa kemampuan yakni kemampuan mendengarkan, berbicara, memirsa,

membaca, menulis, dan berpikir kritis. Namun, pada perkembangannya, literasi

mendukung keterpahaman antara makna teks dan penciptaan konteks dalam masyarakat

multikultural. Semua ini merambah pada pemahaman dan pembelajaran multiliterasi.

Page 3: PENGEMBANGAN KECAKAPAN MULTILITERASI MELALUI …kbi.kemdikbud.go.id/kbi_back/file/dokumen_makalah/dokumen_makalah...membaca dan menulis. Belum pada perkembangan yang baik pada aspek

3 |

Multiterasi dapat dimaknai sebagai sebuah keterampilan yang mampu

menggunakan berbagai cara untuk menyampaikan ide ide dan gagasan baik secara tulis

maupun lisan; baik dengan menggunakan teks konvensional, teks inovatif, simbol-

simbol, maupun perangkat multimedia. Adapun yang dimaksud dengan pembelajaran

multiterasi yakni sebuah pembelajaran yang menggunakan strategi literasi dengan

memadukan penguatan karakter dan keterampilan abad ke-21 yang mengacu pada

keterampilan berpikir tingkat tinggi dan kemampuan berpikir kreatif. Harapannya dengan

pembelajaran multiliterasi ini makan peserta didik akan memperoleh bekal kecakapan

hidup sepanjang hayat. Morocco, et al (2008) menjelaskan bahwa pembelajaran

multiliterasi sebagai konsep terpenting yang harus dimiliki oleh manusia.

Berkait dengan pembelajaran multiliterasi, kompetensi belajar dan berkehidupan

ini ditandai dengan lima hal penting yakni kompetensi pemahaman tingkat tinggi,

kompetensi berpikir kritis, kompetensi berkolaborasi, kompetensi berkomunikasi, serta

kompetensi berpikir kreatif. Kelima kompetensi tersebut berintegrasi dan saling terkait

satu sama lain. Kemampuan sesorang dalam mendayagunakan multiliterasi dalam dirinya

(generasi literat), maka akan mendorongnya untuk bisa bertahan dan berkembang. Hal ini

memperlihatkan bahwa pembelajaran multiliterasi menjadi hal penting untuk

dikembangkan.

Berkaitan dengan upaya peningkatan pendidikan dan penguatan karakter, maka

sejak tahun 2013, pemerintah Indonesia telah memberlakukan Kurikulum 2013.

Kurikulum tersebut diharapkan akan menghasilkan insan yang kreatif, produktif, inovatif,

mandiri, dan afektif melalui penguatan sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan

keterampilan (psikomotorik). Pencapaian tujuan tersebut dilakukan melalui pendekatan

saintifik yang memuat aktivitas mengamati (mendengar, melihat, membaca), menanya,

menalar, mencoba, dan mengomunikasikan. Terlepas dari beberapa evaluasi dan revisi

yang dilakukan pemerintah terkait implementasi Kurikulum 2013, pada prinsipnya

kurikulum ini dirancang sebagai upaya penyesuaian pendidikan dengan kebutuhan dan

perkembangan kemajuan.

Sebagai pondasi dasar dari pendidikan, kemampuan literasi (membaca dan menulis)

di tahap awal (Sekolah Dasar) merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam

kegiatan belajar peserta didik. Kemampuan literasi di tahap awal, baik kelas rendah

maupun kelas tinggi dianggap sebagai prasyarat yang mendasari penguasaan kemampuan

lain di tahap-tahap selanjutnya. Karena itu, pembelajaran literasi di Sekolah Dasar

Page 4: PENGEMBANGAN KECAKAPAN MULTILITERASI MELALUI …kbi.kemdikbud.go.id/kbi_back/file/dokumen_makalah/dokumen_makalah...membaca dan menulis. Belum pada perkembangan yang baik pada aspek

4 |

seharusnya perlu mendapat perhatian serius para guru pengampu khususnya Sekolah

Dasar. Bagaimanapun juga, penguatan literasi yang tepat akan menunjang kemampuan

berfikir tingkat tinggi di tahapan perkembangan anak.

Dijelaskan dalam salah satu poin analisis psikologi perkembangan (developmental

psychology) bahwa masa anak-anak merupakan masa yang kritis bagi perkembangan

kejiwaan seseorang. Artinya, pembentukan mental dan kecerdasan selama masa anak-

anak amat menentukan terhadap karakter anak itu ketika dewasa kelak. Masa inilah

tahapan kecerdasan afektif, psikomotorik, dan kognitif sedang mencari bentuknya.

Di satu sisi, realitas di lapangan menunjukkan bahwa penguatan literasi di Sekolah

Dasar belum memenuhi harapan. Banyak guru yang belum memahami konsep literasi

dengan benar. Terlebih lagi, stekholder seperti orang tua dan lingkungan sekolah serta

lingkungan rumah belum dilibatkan secara integratif. Pemahaman yang minim serta

praktik literasi yang belum maksimal tentu saja tidak mendukung pencapaian tujuan

pendidikan nasional. Terlebih lagi pemahaman tentang multiliterasi yang meliputi literasi

membaca dan menulis, literasi bahasa dan sastra, numerasi, literasi sains, literasi budaya

dan kewargaan, literasi finansial, dan literasi digital.

Meskipun demikian, bukan berarti pembelajaran literasi di jenjang berikutnya yakni

Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengan Atas dan Perguruan Tinggi tidak

diperhatikan. Jenjang sekolah berikutnya juga tak kalah pentingnya. Hanya dalam jenjang

ini, literasi akan lebih kepada aspek pengembangan, tidak lagi berada dalam tahap

peningkatan atau pembiasaan yang biasanya dilewati di sekolah Dasar. Inilah yang

menjadikan literasi di jenjang Sekolah Dasar memegang peran penting.

Berdasarkan pada pentingnya perhatian terhadap pengembangan literasi di Sekolah,

penguatan kecakapan multiliterasi dengan memadukan pendidikan karakter dan berpikir

kritis, pentingnya pendidikan karakter dan upaya peningkatannya, serta peran besar guru

dan orang tua sebagai motivator dan fasilitator, maka menjadi satu hal yang penting

dengan melakukan kegiatan terintegratif dalam upaya pengembangan kecakapan

multiliterasi. Maka tulisan ini memiliki tujuan mengembangkan kecakapan multiliterasi

melalui strategi membangun komunitas literasi terpadu guna penguatan karakter. Tulisan

ini adalah wujud dari pengalaman praktis tridharma perguruan tinggi dalam bidang

pengabdian kepada masyarakat.

Dengan tercapainya tujuan tersebut, maka diharapkan kecakapan multiliterasi siswa

melalui peran guru dan orang tua akan dapat dicapai secara maksimal. Pembelajaran yang

Page 5: PENGEMBANGAN KECAKAPAN MULTILITERASI MELALUI …kbi.kemdikbud.go.id/kbi_back/file/dokumen_makalah/dokumen_makalah...membaca dan menulis. Belum pada perkembangan yang baik pada aspek

5 |

memberikan penguatan multiliterasi dengan mengintegrasikan dan memadukan karakter

serta keterampilan berpikir tingkat tinggi diharapkan dapat menjadi bekal kecakapan

hidup sepanjang hayat.

LANDASAN TEORI

Wacana literasi yang gencar dikembangkan oleh pemerintah dalam upaya

menyongsong era disrupsi sekaligus revolusi industri 4.0 seakan mendorong para praktisi,

akademisi, maupun pemangku kepentingan untuk merancang, menerapkan,

mengembangkan, dan mengkaji beragam persoalan literasi. Berdasar hal tersebut,

beberapa kajian yang relevan dnegan topik yang penulis tulis diantaranya pernah

dilakukan oleh Abidin (2015) yang membukukan pemikirannya dalam buku berjudul

Pembelajaran Literasi sebuah Jawaban Atas Tantangan Pendidikan Abad ke-21 dalam

Konteks Keindonesiaan. Buku ini lebih mengungkap pada pentingnya literasi dan konsep-

konsep dasar literasi dan multiliterasi. Kajian tentang literasi juga pernah dilakukan

Qomariyah (2017, 2018) dengan judul Wacana Literasi sebagai Penguat Implementasi

Kurikulum 2013 di tahun 2017 dan di tahun 2018 dilakukan pengabdian pada masyarakat

dengan judul Pengembangan Kecakapan Multiliterasi Melalui Strategi Home and

Community Literacy Practices Sebagai Upaya Penguatan Karakter. Senada dengan itu,

Doyin (2017) juga pernah menulis dengan judul Selamat Datang “Hoax” Harapan dari

Pengajaran Bahasa Indonesia K-13. Kajian sebelumnya lebih menekankan pada aspek

pentingnya pembelajaran literasi dan multiliterasi bagi pengembangan karakter dan

berpikir tingkat tinggi secara umum.

Adapun tulisan tentang karakter sudah banyak dikembangkan oleh pakar dan

praktisi. Diantara tulisan yang relatif lengkap tentang pendidikan karakter dilakukan oleh

Ping (2009) dengan judul A critique of "moral and character development". Ping

menyatakan bahwa pendidikan karakter terintegrasi dari beberapa nilai diantaranya nilai

sosial, nilai budaya, dan bahkan nilai politik. Ping juga membahas pentingnya prinsip-

prinsip moral diajarkan di sekolah dan upaya pendidikan moral dapat dipraktikkan di

kelas. Selain itu, Ping juga mengusulkan pendekatan menurutnya signifikan dan dianggap

efektif dalam pendidikan upaya penguatan karakter.

Selain tulisan diatas, perhatian literasi dan pendidikan karakter juga dikembangkan

oleh beberapa departemen maupun perguruan tinggi dengan pengadaan pada seminar,

diskusi, workshop dan Focus Group Discussion (FGD). Wacana diskusi, seminar dan

Page 6: PENGEMBANGAN KECAKAPAN MULTILITERASI MELALUI …kbi.kemdikbud.go.id/kbi_back/file/dokumen_makalah/dokumen_makalah...membaca dan menulis. Belum pada perkembangan yang baik pada aspek

6 |

forum ilmiah yang banyak dilakukan menandakan bahwa literasi dan pendidikan karakter

mendapat perhatian yang banyak karena terkait dengan kepentingan dan implementasinya

yang dianggap penting. Lebih lebih literasi yang harus dimiliki oleh seorang anak sebagai

penerus bangsa. Beberapa pendapat menyatakan bahwa kemajuan suatu bangsa salah

satunya bisa dilihat dari literasinya.

METODE PENELITIAN

Tulisan ini menggunakan penelitian studi pustaka dengan menggunakan berbagai

referensi yang relevan. Metode deskriptif kualitatif digunakan untuk mengungkap

kespesifikan, keunikan, dan karakteristik dari objek penelitian. Pengambilan data

dilakukan dengan teknik mencatat berbagai data yang relevan, baik dari media cetak,

elektronik, dan juga dai berbagai referensi buku yang relevan. Hasil penelitian ini berupa

pendapat, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana yang terkait erat dengan permasalahan

yang dikaji dalam tulisan ini.

PEMBAHASAN

Penguatan Karakter dan Kecakapan Multiliterasi

Indonesia adalah satu negara yang memiliki keberagaman dalam banyak hal

dengan ditopang oleh kearifan lokal budayanya. Satu sisi hal itu menjadi kekuatan yang

barangkali tidak dimiliki orlah semua negara. Namun, disisi lain, keberagaman yanga

sangat variatif itu bisa juga menimbulkan perpecahan. Memasuki era disrupsi dimana

dunia seakan menyongsong era digital, menggantikan sesuatu yang biasa dengan sesuatu

yang tidak biasa. Era ini disebut sebagai era yang penuh kejutan karena semua hal bisa

berlangsung serba cepat, singkat, dan penuh dinamika. Bisa dibayangkan jika era ini tidak

dihadapi dengan kesiapan, maka tentu bangsa ini akan tergilas dengan zamannya. Satu

hal yang tentu sangat lekat untuk dipersiapkan sedari dini adalah penguatan karakter yang

menjadi modal utama manusia dalam berkembang dan menghadapi tantangan di setiap

camannya.

Pemerintah melalui Peraturan Presiden (Perpres) No 87 Tahun 2017 tentang

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) menyebutkan bahwa gerakan pendidikan karakter

berada dibawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk

memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir,

dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan

Page 7: PENGEMBANGAN KECAKAPAN MULTILITERASI MELALUI …kbi.kemdikbud.go.id/kbi_back/file/dokumen_makalah/dokumen_makalah...membaca dan menulis. Belum pada perkembangan yang baik pada aspek

7 |

pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian

dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).

Nilai-nilai pendidikan karakter merupakan pendidikan yang menanamkan serta

mengembangkan nilai-nilai karakter peserta didik. Pendidikan menurut Kemdiknas

(2010:4) adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi

peserta didik. Pendidikan juga suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan

generasi muda untuk keberlangsungan kehidupan bermasyarakat dan berbangsa yang

lebih baik di masa yang akan depan. Adapun karakter menurut beberapa ahli diantaranya

Abidin (2012:56) yang mengungkapkan bahwa pendidikan karakter merupakan

pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter pada diri peserta didik sehingga

mereka memiliki nilai dan karakter sebagaimana karakter dirinya. Adapun karakter

menurut Hidayatullah (2010:13) adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak

atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang menjadi pendorong

dan penggerak, serta yang membedakan dengan individu lain.

Karakter pada hakikatnya adalah suatu watak, sikap, tabiat, akhlak, atau

kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil kristalisasi berbagai kebaikan, nurani

yang diyakini dan diimplementasikan sebagai cara pandang, cara berpikir, cara bersikap,

dan cara berperilaku. Kebaikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, diantaranya

nilai kejujuran, amanah (dapat dipercaya), menghargai orang lain, keberanian membela

kebenaran, bertanggung jawab, dan rasa menghargai kepada orang lain. Nilai itu

terbentuk dari interaksi antarsesama yang menumbuhkan karakter individu dalam suatu

masyarakat yang muaranya akan membentuk karakter bangsa. Oleh karena itu,

pengembangan karakter suatu bangsa bisa dilakukan melalui pengembangan sekaligus

penguatan karakter individu.

Sebelumnya, Kemendiknas (2010) secara umum merumuskan 18 (delapan belas)

nilai-nilai karakter yang harus dikembangkan pada peserta didik selama proses

pembelajaran. Kedelapan belas nilai-nilai karakter tersebut sebagai berikut (1) religius,

(2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis,

(9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai

prestasi, (13) bersahabat, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan,

(17) peduli sosial, dan (18) tanggung jawab. Namun, di tahun 2017, melalui Peraturan

Presiden No 87 Tahun 2018, dari 18 nilai karakter itu, maka dikristalisasi lagi menjadi 5

nilai yakni nilai religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas.

Page 8: PENGEMBANGAN KECAKAPAN MULTILITERASI MELALUI …kbi.kemdikbud.go.id/kbi_back/file/dokumen_makalah/dokumen_makalah...membaca dan menulis. Belum pada perkembangan yang baik pada aspek

8 |

Selanjutnya, literasi merupakan satu kata yang pada tahun tahun terakhir memang

banyak didiskusikan karena banyak mendapat perhatian dari berbagai kalangan

khususnya dunia pendidikan. Lebih-lebih pada era digital yang mana banyak tersebar

berita berita yang hoaks yang kurang bisa dipertanggungjawabkan, literasi seakan

menjadi satu bagian tidak terpisahkan dengan karakter.

Literasi di awala munculnya dimaknai “keberaksaraan” dan selanjutnya dimaknai

“melek” atau “keterpahaman”, “kemelekwacanaan” atau

kecakapan dalam membaca dan menulis (Cooper 1993:6; Alwasilah 2001). Kemampuan

“melek baca dan tulis” ditekankan karena kedua keterampilan berbahasa ini merupakan

dasar bagi pengembangan “melek” dan berbagai hal. Berdasar perkembangannya,

pemahaman literasi tidak hanya merambah pada masalah baca tulis, tetapi ke ranah lebih

luas. Adanya istilah multiterasi memberikan ruang yang lebih luas dari hanya sekadar

wacana baca dan tulis.

Beberapa definisi literasi dipaparkan dengan penekanan bahwa literasi adalah

kemampuan seseorang dalam berbahasa yang meliputi keterampilan menyimak,

berbicara, membaca, dan menulis guna berkomunikasi dengan cara yang berbeda sesuai

dengan tujuannya. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Beynham (1995:9) yang

menjelaskan bahwa literasi merupakan integrasi keterampilan menyimak, berbicara,

menulis, membaca, dan berpikir kritis. Selanjutnya Thompkin (1994) melihat literasi dari

sudut pandang ideologis kewacanaan dengan menyebutkan bahwa literasi adalah

“mastery of, or fluent control over, secondary discourse.” Sudut pandnag demikian

menurut Gaile berdasar pada pemikiran bahwa literasi merupakan suatu keterampilan

yang dimiliki seseorang dari kegiatan berpikir, berbicara, membaca, dan terakhir menulis.

Hampir sama dengan dua pendapat sebelumnya, International Literacy Institute (2002)

mendefinisikan literasi sebagai sebuah keahlian dalam jangkauan yang relatif untuk

membaca, menulis, berkomunikasi, dan berpikir secara kritis. Definisi yang meluas

tentang literasi dikemukakan oleh Stripling (1992) yang menyatakan bahwa “literacy

means being able to understand new

ideas well enaugh to use them when needed. Literacy means knowing how to learn”.

Pengertian tersebut didasarkan pada konsep dasar literasi sebagai kemelekwacanaan

sehingga ruang lingkup literasi berkisar pada upaya dan segala hal yang dilakukan dalam

memahami, menguasai, dan menyampaikan informasi.

Page 9: PENGEMBANGAN KECAKAPAN MULTILITERASI MELALUI …kbi.kemdikbud.go.id/kbi_back/file/dokumen_makalah/dokumen_makalah...membaca dan menulis. Belum pada perkembangan yang baik pada aspek

9 |

Hampir sebagian pendapat memang menyatakan bahwa literasi secara luas yaitu

penguasaan suatu keterampilan maupun ilmu yang mengintegrasikan antara keterampilan

mendengar, berbicara, membaca, menulis, berhitung, dan berpikir kritis. Karena

mengintegrasikan aspek keterampilan berbahasa, maka penguasan literasi juga termasuk

mengarahkan seseorang untuk menyampaikan bahasa (baik lisan maupun tulis) secara

tepat sesuai konteks dan koteks yang dibangun. Selaras dengan pendapat tersebut, Krisch

dan Jungelbut dalam Literacy: Profile of America’s Young Adult menyampaikan literasi

kontemporer sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan informasi tertulis

maupun lisan tak untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat

bagi khalayak banyak.

Berdasar definisi literasi diatas, maka terlihat perluasan definisi literasi yang tidak

hanya merujuk pada kemampuan maca dan tulis secara literer, melainkan kemampuan

memahami, memanfaatkan, menerapkan, dan mengembangkan bahasa dan keterampilan

berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, memirsa, menulis) dalam berbagai bidang

sesuai konteksnya. Prinsipnya, manusia harus melek berbagai bidang. Penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi menjadi hal yang mutlak dicapai.

Agar mampu bertahan di abad XXI, masyarakat harus menguasai enam literasi

dasar, yakni literasi baca-tulis, matematika, sains, teknologi informasi, dan komunikasi,

keuangan, serta kebudayaan dan kewarganegaraan. Tiga literasi lainnya yang perlu

dikuasai adalah literasi kesehatan, keselamatan (jalan, transportasi, mitigasi bencana),

dan kriminal (bagi siswa SD disebut “sekolah aman”) Literasi gesture pun perlu dipelajari

guna mendukung pemahaman makna teks dan konteks dalam masyarakat multikultural.

Semua ini merambah pada pemahaman multiliterasi.

Multiterasi dapat dimaknai sebagai sebuah keterampilan yang mampu

menggunakan berbagai cara untuk menyampaikan ide ide dan gagasan baik secara tulis

maupun lisan; baik dengan menggunakan teks konvensional, teks inovatif, simbol-

simbol, maupun perangkat multimedia. Adapun yang dimaksud dengan pembelajaran

multiterasi yakni sebuah pembelajaran yang menggunakan strategi literasi dengan

memadukan penguatan karakter dan keterampilan abad ke-21 yang mengacu pada

keterampilan berpikir tingkat tinggi dan kemampuan berpikir kreatif. Harapannya dengan

pembelajaran multiliterasi ini makan peserta didik akan memperoleh bekal kecakapan

hidup sepanjang hayat.

Page 10: PENGEMBANGAN KECAKAPAN MULTILITERASI MELALUI …kbi.kemdikbud.go.id/kbi_back/file/dokumen_makalah/dokumen_makalah...membaca dan menulis. Belum pada perkembangan yang baik pada aspek

10 |

Membangun Komunitas Literasi Terpadu

Terkait dengan kurikulum 2013, lingkup materi pembelajaran Bahasa Indonesia

meliputi materi berbahasa, bersastra dan literasi. Ruang lingkup kebahasaan mencakupi

aspek kebahasaan, ragam bahasa, dan keterampilan berbahasa. Ruang lingkup sastra

mencakupi pembahasan ragam sastra, tanggapan terhadap karya sastra, menilai karya

sastra, dan menciptakan karya sastra. Ruang lingkup literasi mencakupi kemampuan

peserta didik dalam memanfaatkan informasi dan pengetahuan melalui kegiatan

berbahasa, terutama membaca dan menulis. Bahasa Indonesia memiliki peran dalam

membina dan mengembangkan kepercayaan diri peserta didik sebagai komunikator dan

pemikir (termasuk pemikir imajinatif).

Secara menyeluruh, mata pelajaran bahasa Indonesia menekankan agar peserta

didik memiliki kemampuan mendengarkan, berbicara, memirsa (viewing), membaca, dan

menulis. Kemampuan tersebut merujuk pada aspek keterampilan berbahasa yang secara

alamiah diperoleh dan ditingkatkan melalui proses pembelajaran. Meskipun begitu, aspek

yang paling mendasar adalah keterampilan membaca dan menulis. Keterampilan ini

diperlukan untuk membangun sikap kritis dan kreatif terhadap berbagai fenomena

kehidupan yang mampu menumbuhkan kehalusan budi, kesetiakawanan, dan sebagai

bentuk upaya melestarikan budaya bangsa.

Sikap kritis dan kreatif terhadap berbagai fenomena dan permasalahan kehidupan

akan menuntut kecakapan personal yang berfokus pada kecakapan berpikir rasional.

Kecakapan berpikir rasional mengedepankan kecakapan menggali informasi dan

menemukan informasi serta bernalar dengan menghubungkan berbagai informasi yang

ditemukan. Keterampilan menemukan informasi ditunjukkan melalui kemampuan

seseorang dalam menemukan, mengidentifikasi, mengklasifikasikan informasi yang

dibutuhkan, kemampuan mengakses dan menemukan informasi, kemampuan

mengevaluasi informasi, dan kemampuan memanfaatkan informasi secara efektif, etis,

dan tepat sasaran.

Harapannya, dengan mampu berpikir kritis, maka peserta didik dikemudian hari

akan lebih siap karena mampu memahami, menjalani kehidupan dan dapat hidup secara

bermakna bagi diri maupun orang lain. Untuk itu, penting bagi peserta didik agar

memahami dan menguasai ilmu pengetahuan yang dibutuhkan, menguasai keterampilan

yang dperlukan, dan memahami nilai-nilai serta norma kehidupan. Penguasaan tersebut

Page 11: PENGEMBANGAN KECAKAPAN MULTILITERASI MELALUI …kbi.kemdikbud.go.id/kbi_back/file/dokumen_makalah/dokumen_makalah...membaca dan menulis. Belum pada perkembangan yang baik pada aspek

11 |

kali pertama diajarkan melalui penguasaan aspek pengetahuan, penguasaan keterampilan

yang dibutuhkan, dan pemahaman tentang nilai-nilai kehidupan.

Merujuk pada pentingnya literasi dalam membangun kecakapan multiliterasi, maka

strategi membangun komunitas literasi terpadu ini perlu diimplementasikan dan

dikembangkan. Pada prinsipnya, strategi membangun komunitas literasi terpadu adalah

satu strategi yang melibatkan peran guru dan peran orang tua sebagai motivator dan

fasilitator yang memiliki peran integratif saling mendukung dalam menguatkan

kemampuan multiliterasi yang melibatkan penguasaan kognitif, psikomotorik, dan afektif

secara optimal berbasis nilai-nilai pendidikan karakter.

Proses anak dalam penguatan multiliterasi melalui strategi membangun komunitas

literasi terpadu pada dasarnya memberi anak kesempatan untuk mengeksplorasi dan

menyelesaikan masalah sendiri guna membangun pemahamannya melalui interaksi sosial

di sekolah dan di rumah. Interaksi sosial dibutuhkan lebih guna meningkatkan

kemampuan anak dalam berpikir kritis jika dibandingkan dengan ketika anak belajar

individu. Lingkungan sosial melalui media diantaranya berupa objek budaya, bahasa,

simbol dan interaksi sosial mempunyai berpengaruh secara kognitif terhadap

perkembangan anak. Interaksi sosial merupakan salah satu faktor kunci untuk

merangsang proses perkembangan dan meningkatkan pertumbuhan kognitif manusia.

Namun, interaksi sosial bukan bersifat tradisional yang hanya sekadar memberi informasi

pada anak, melainkan lebih memberi kesempatan agar anak memiliki pengalaman yang

disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan fase kehidupannya.

Dibawah ini akan dipaparkan prinsip-prinsip pengembangan strategi membangun

komunitas literasi terpadu yang terdiri atas unsur pengarahan aktivitas, pemilihan bahan,

pengembangan komunikasi literasi, pemberian umpan balik, dan penguatan latar

multiliterasi. Tiap unsur akan dideskripsikan sebagai berikut.

1. Pengarahan Aktivitas

Pada tahap awal pendidikan literasi, menjadi penting untuk mengenalkan anak

tentang muatan dan bentuk literasi. Diantara contoh paling sederhana adalah berbagi

kenikmatan tentang buku dan menunjukkan bagaimana bahasa dapat ditulis dengan huruf

sehingga orang lain bisa membaca apa yang telah kita tulis. Tahap dasar ini menjadi

penting tatkala dilakukan dirumah. Karena pada tahap awal, anak belum mengenal

pendidikan sekolah. Orang tua menjadi barometer utama dalam pengenalan literasi tahap

Page 12: PENGEMBANGAN KECAKAPAN MULTILITERASI MELALUI …kbi.kemdikbud.go.id/kbi_back/file/dokumen_makalah/dokumen_makalah...membaca dan menulis. Belum pada perkembangan yang baik pada aspek

12 |

awal. Selanjutnya, orangtua, pendidik anak usia dini, dan guru dapat berbuat banyak

untuk mempersiapkan anak membaca dan menulis melalui pengalaman buku bersama

yang dirancang guna memudahkan pemahaman anak tentang hubungan antara bahasa

lisan dan cetak.

Hal yang paling penting adalah pengarahan aktivitas yang membuat anak nyaman

dan nikmat berinteraksi dengan buku dan senang menerima informasi dari buku.

Pengarahan aktivitas lebih ditekankan bahwa anak di usia dini karena pada fase ini anak

cenderung melakukan segala aktivitas mengalir tanpa tekanan dan pemikiran yang berat.

Anak lebih cenderung beraktivitas bebas dan tidak memikirkan hal hal yang akan

didapatkannya dan hal-hal apa yang dipelajarinya. Namun begitu, pengarahan tetap

menjadi bagian penting dari orang tua maupun guru agar anak maupun siswa mengetahui

dan memahami aktivitas dan informasi yang didapat secara tepat sesuai dengan kebutuhan

dan daya tangkapnya, khususnya terkait penguatan literasi. Adapun ditahap berikutnya,

pengarahan aktivitas hendaknya disesuaikan dengan tingkat pendidikan literasi anak.

Semakin tinggi jenjang pendidikan diharapkan pengarahan aktivitas semakin meningkat

pula.

2. Pemilihan Bahan

Unsur pemilihan bahan adalah salah satu prinsip strategi membangun komunitas

literasi terpadu guna penguatan kecakapan multiliterasi. Prinsip ini menekankah bahwa

dalam pemahaman literasi, maka tidak hanya guru saja yang harus paham, dalam hal ini

orang tua juga harus memiliki pengetahuan tentang kecakapan multiliterasi. Misal, pada

tahap anak memasuki jenjang Sekolah Dasar di kelas rendah yang biasanya usaha atau

tugas sudah mulai diberikan untuk mengkonsolidasi pengetahuan yang sudah dipelajari

tentang teks dan bangun struktur sederhana. Sampai mereka mencapai kefasihan,

membaca dan menulis merupakan karya bagi siswa. Salah satu metode belajar yang bisa

digunakan adalah dengan cara membangun kelancaran membaca dan ekspresi untuk

menciptakan kefasihan. Cara yang bisa digunakan adalah membaca dnegan suara nyaring.

Selain membaca, menulis juga menjadi penting untuk dilakukan. Bahan teks atau audio

atau yang lain menjadi penting untuk memantik kemampuan mereka berinterasi dan

berpikir kritis.

Pemilihan, pengdefinisian, dan penyiapan sebuah bahan pembelajaran menjadi

aspek penting bagi guru khususnya dalam proses pembelajaran. Ini juga menjadi bagian

Page 13: PENGEMBANGAN KECAKAPAN MULTILITERASI MELALUI …kbi.kemdikbud.go.id/kbi_back/file/dokumen_makalah/dokumen_makalah...membaca dan menulis. Belum pada perkembangan yang baik pada aspek

13 |

penting dari orang tua khususnya dalam pemilahan. Ketika anak disekolah sudah

mendapatkan pendidikan literasi yang baik, namun tidak diiringi dengan pengetahuan

orang tua dalam memperkuat di rumah, maka hasil yang akan didapatkan anak tersebut

tidak akan optimal. Dengan sumber bahan dan media yang tepat maka proses penguatan

multiliterasi akan maksimal. Bahan pembelajaran tentu saja harus disesuaikan dengan

kemampuan siswa dan kondisi psikologi siswa dengan mempertimbangkan pemerolehan

literasi siswa kelas rendah dan siswa kelas tinggi.

3. Pengembangan Komunikasi Literasi

Komunikasi dianggap sebagai bagian dari muara penyebarluasan informasi. Maka,

komunikasi menjadi bagian yang penting dalam upaya menginternalisasi informasi yang

diperoleh dan menyampaikan informasi tersebut kepada orang lain. Sebaik dan selengkap

apaun informasi yang diperoleh, jika upaya komunikasi dilakukan dengan kurang baik,

maka informasi yang diperoleh juga tidak akan maksimal bahkan bisa menimbulkan

interpretasi yang berkebalikan dari informasi sebenarnya. Demikian pentingnya

komunikasi sehingga menjadi salah satu ruh dalam proses berpikir dalam pendekatan

yang dilakukan secara berulang dan terus menerus. Proses berpikir penekatan saintifik

di kurikulum 2013 jelas terlihat pasti bermuara pada aspek “mengomunikasikan kepada

orang lain”.

Jika di atas adalah literasi dalam hal komunikasi oleh si anak ketika memperoleh

pengetahuan, maka pengembangan komunikasi literasi juga seharusnya menjadi

tanggung jawab guru dan orang tua dalam menggali pertanyaan-pertanyaan kreatif guna

meningkatkan peengetahuan anak tentang suatu hal.

4. Pemberian umpan balik

Evaluasi akan maksimal dan tepat sasaran jika instrumen alat evaluasi dilakukan

dengan benar. Salah satu alat evaluasi yang selama ini rentan diabaikan adalah pemberian

umpan balik dari hasil kerja siswa maupun portofolio. Refleksi selama ini lebih pada

aspek kuantitatif yang sekadar berpedoman pada data angka. Padahal, siswa akan lebih

mengetahui dan merefleksi dengan tepat jika mengetahui hasil kerja yang telah dilakukan

baiks ecara kualitatif maupun kuantitatif. Minimal, pemberian itu akan memberikan

motivasi dan bimbingan secara langsung serta memberikan upaya tindak anjut yang tepat

guna.

Page 14: PENGEMBANGAN KECAKAPAN MULTILITERASI MELALUI …kbi.kemdikbud.go.id/kbi_back/file/dokumen_makalah/dokumen_makalah...membaca dan menulis. Belum pada perkembangan yang baik pada aspek

14 |

Pemberian umpan balik ini akan sangat berarti jika itu diperkuat secara terpadu oleh

orang tua. Selama ini disadari bahwa penguatan literasi dan multiliterasi adalah murni

tugas guru. Disatu hal ini dapat dibenarkan jika merunut bahwa literasi menjadi satu

pendidikan dan pembelajaran yang dilakukan melalui proses atau tahapan, dirancang,

diimplementasikan, dan dievaluasi. Namun, jika hanya mengandalkan pada guru saja,

maka kecakapan multiliterasi yang diperoleh anak tidak akan optimal. Anak akan merasa

lelah dan pada kahirnya jika anak memiliki kemampuan literasi baik itu hanya sekadar

memenuhi kewajiban, dan belum menajdi satu kebutuhan. Maka penting untuk

melakukan evaluasi secara maksimal yang dilakukan dengan benar

5. Penguatan Latar Multiliterasi

Multiliterasi merupakan bagian dari perilaku yang akan menguat jika dilakukan

dengan benar, tepat sasaran, dan berkelanjutan. Peran latar dan setting menjadi bagian

yang paling tidak akan mempercepat penguatan literasi tersebut, salah satunya melalui

pembiasaan dan pembudayakan literasi bagi siswa yang memerlukan ketepatan dalam

pemilihan strategi, metode, media, dan evaluasi pembelajaran.

Berdasarkan lima unsur diatas, maka strategi membangun komunitas literasi

terpadu prinsipnya mengintegrasikan peran orang tuda dan guru dalam mengoptimalkan

pengetahuan dan penalaran anak. Meskipun tentu saja dalam penguatan kecakapan

multiliterasi di sekolah meliputi beberapa tahapan. Artinya, tiap tahapan memiliki

dinamika, permasalahan, dan karakter yang berbeda. Tahapan itu dimulai dari

pembiasaan, tahap pengembangan pengembangan, dan tahap pembelajaran. Diharapkan

tingkatan literasi yang dimulai dari awal akan dapat ditingkatkan kemampuan literasinya

dalam membangun kecakapan multiliterasi.

Terdapat empat tingkatan literasi menurt Wells (1987), yakni tingkat performative,

functional, informational, dan epistemic. Tingkat performative sebatas pada kemampuan

seseorang dalam membaca dan menulis, serta berbicara dengan simbol-simbol yang

digunakan (bahasa). Tingkat functional merambah pada peggunakan bahasa untuk

memenuhi kehidupan sehari-hari seperti membaca buku teks/ manual. Literasi tingkat ini

tampak pada kemampuan melaksanakan komunikasi dan interaksi sosial. Tingkat

informational menekankan pada kemampuan seseorang dalam mengakses pengetahuan

dengan bahasa. Selanjutnya pada tingkat epistemic maka seseorang akan mampu

Page 15: PENGEMBANGAN KECAKAPAN MULTILITERASI MELALUI …kbi.kemdikbud.go.id/kbi_back/file/dokumen_makalah/dokumen_makalah...membaca dan menulis. Belum pada perkembangan yang baik pada aspek

15 |

mentransformasikan pengetahuan dalam bahasa. Di semua tingkat inilah, anak akan

membangun kecakapan multiliterasi secara bertahap dan berkelanjutan.

PENUTUP

Membangun kecakapan multiliterasi menjadi bagian penting dalam kehidupan

karena hakikatnya objek literasi adalah bagian dari kehidupan itu. Pembelajaran yang

menerapkan strategi membangun komunitas literasi terpadu akan menumbuhkan

pembaca yang baik dan kritik dalam bidang apapun. prinsip-prinsip pengembangan

strategi membangun komunitas literasi terpadu yang terdiri atas unsur pengarahan

aktivitas, pemilihan bahan, pengembangan komunikasi literasi, pemberian umpan balik,

dan penguatan latar multiliterasi.

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar. (2001). “Membangun Kota Berbudaya Literat”. Media Indonesia.

Jakarta: Sabtu 6 Januari 2001.

Baynham, Mike. (1995). Literacy Practices: Investigating Literacy in Social Contexts.

London: Longman.

Cooper, J.D. (1993). Literacy: Helping Children Construct Meaning. Boston Toronto:

Hougton Miffin Company

Abidin, Yunus. (2012). Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter.

Bandung: Refika Aditama.

Doyin, Mukh.(2017). Selamat Datang “Hoax” Harapan dari Pengajaran Bahasa

Indonesia K-13. Artikel Makalah dismapaikan dalam Seminar Nasional

Pascasarjana universitas Negeri Semarang 15 Mei 2017.

Hidayatullah, M. Furqon. (2010). Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban

Bangsa. Jakarta: Yuma Pustaka.

Kemdiknas. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta:

Bapepan.

Tompkin, Gaile E. 1994. Teaching Writing: Balancing Process and Product. New York:

Macmilan College Publishing Company.

Morocco, C.C, et al. (2008). Supported Literacy for Adolescents: Transforming Teaching

and Content Learning for the Twenty-First Century. San Fransisco: Jossey-Bass a

Wiley Imprint. http://bhairawaputera.multiply.com. Diakses 15 Desember 2016

Ping, Liu. (2009). “A critique of ‘moral and character development’". Journal of

Education. 3/4: 42. Online at http://find.galegroup.com/gtx/retrieve.do? (diunduh

26 April 2011).

Peraturan Presiden (Perpress) No 87 Tahun 2018 Tentang Penguatan Pendidikan

Karakter.

Qomariyah, U’um. (2017). Wacana Literasi sebagai Penguat Implementasi Kurikulum

2013. Artikel Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Pascasarjana

universitas Negeri Semarang 15 Mei 2017.

Page 16: PENGEMBANGAN KECAKAPAN MULTILITERASI MELALUI …kbi.kemdikbud.go.id/kbi_back/file/dokumen_makalah/dokumen_makalah...membaca dan menulis. Belum pada perkembangan yang baik pada aspek

16 |

Qomariyah, U’um. (2018). Pengembangan Kecakapan Multiliterasi melalui Strategi

Home And Community Literacy Practices Sebagai Upaya Penguatan Karakter bagi

Guru Sekolah Dasar Di Kabupaten Demak. Laporan Pengabdian pada Masyarakat.

Universitas Negeri Semarang.

Wells, B. (1987) Apprenticeship in Literacy. Dalam Interchange 18,1/2:109-123

.

Page 17: PENGEMBANGAN KECAKAPAN MULTILITERASI MELALUI …kbi.kemdikbud.go.id/kbi_back/file/dokumen_makalah/dokumen_makalah...membaca dan menulis. Belum pada perkembangan yang baik pada aspek

4 |