Pengembangan Kawasan Agropolitan Berbasis Peningkatan Daya Saing Produk Agribisnis Unggulan Di...

download Pengembangan Kawasan Agropolitan Berbasis Peningkatan Daya Saing Produk Agribisnis Unggulan Di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros

of 13

description

pengembangan kawasan agropolitan

Transcript of Pengembangan Kawasan Agropolitan Berbasis Peningkatan Daya Saing Produk Agribisnis Unggulan Di...

  • SUDIRMAN- G11112041 Pengembangan Kawasan Agropolitan Berbasis Peningktan Daya Saing Produk Agribisnis Unggulan Di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros

    Pengembangan Kawasan Agropolitan Berbasis Peningkatan Daya Saing Produk

    Agribisnis Unggulan Di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros

    Oleh

    NAMA : SUDIRMAN

    NIM : G111 12 041

    KELAS : D (Desain dan Tata Ruang Pertanian)

    SEMESTER : IV (Empat)

    AGROTEKNOLOGI

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2014

  • SUDIRMAN- G11112041 Pengembangan Kawasan Agropolitan Berbasis Peningktan Daya Saing Produk Agribisnis Unggulan Di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros

    Pengembangan Kawasan Agropolitan Berbasis Peningkatan Daya Saing Produk

    Agribisnis Unggulan Di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros

    SUDIRMAN

    G111 12 041

    Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Jl. Perintis

    Kemerdekaan KM. 10 Tamalanrea Makassar 90245

    Abstrak

    Mayoritas penduduk Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros menggantungkan hidup dari

    sektor pertanian, karenanya revitalisasi pertanian sangat strategis untuk dilaksanakan, guna

    memacu pembangunan perdesaan dengan pengembangan kawasan agropolitan, yaitu mengubah

    kawasan perdesaan menjadi kota pertanian yang berkembang dan mampu menghela

    pembangunan wilayah perdesaan sekitarnya. Salah satu tujuan utama dari penulisan proyek mini

    ini adalah untuk mendesain wilayah kecamatan Bantimurung sebagai salah satu wilayah

    pengembangan Agropolitan yang berbasis daya saing produk agribisnis unggulan. Kecamatan

    Bantimurung merupakan daerah yang sangat potensial untuk pengembangan kawasan

    agropolitan, karena memiliki produk pertanian unggulan berupa tanaman pangan, buah, sayuran

    serta kawasan wisata yang sangat mendukung untuk pengembangan kegiatan agribisnis dalam

    ruang lingkup kawasan agropolitan. Pengembangan kawasan agropolitan di kecamatan

    Bantimurung Kabupaten Maros dilakukan berdasarkan aspek kesesuaian lahan serta keadaan

    social budaya setempat, selain itu pemilihan komoditi yang akan dikembangkan dalam satu

    wilayah dilakukan berdasarkan dengan aspek nilai ekonomi dan kesesuaian lahan serta pemilihan

    komoditas kearifan lokal (jagung dan jambu mente). Pengembangan kawasan agropolitan

    sebaiknya berbasis daya saing produk agribisnis unggulan karna disis lain dapat meningkatkan

    kesejahteraan petani dan memperluas kesempatan kerja bagi masyarakat Bantimurung

    khususnya.

    Kata kunci : agropolitan, pengembangan kawasan pertanian Kecamatan Bantimurung

  • SUDIRMAN- G11112041 Pengembangan Kawasan Agropolitan Berbasis Peningktan Daya Saing Produk Agribisnis Unggulan Di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Secara filosofis proses pembangunan sebagai upaya sistematik dan berkesinambungan untuk

    menciptakan keadaan menyediakan berbagai alternatif sah bagi pencapaian aspirasi setiap warga

    yang paling humanistik. Untuk mencapai tujuan pembangunan diinginkan, maka upaya

    pembangunan harus diarahkan kepada efisiensi (effeciency), pemerataan (equity) dan keberlanjutan

    (sustainability) dalam memberi panduan kepada alokasi sumber daya. Kecematan Bantimurung

    adalah bagaian dari wilayah Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan Kegiatan ekonomi daerah

    saat ini masih didominasi oleh kegiatan Industri dan wisata sedangkan di sisi lain sumber daya

    pertanian sangat besar. Keadaan ini menuntut arah pembangunan mempertimbangkan penggunaan

    sumber daya lokal memberikan efek pengganda besar bagi serapan tenaga kerja, peningkatan

    pendapatan, kesejahteraan masyarakat, didukung ketersediaan sumber daya yang berkelanjutan. Hal

    ini sejalan dengan konsep pembangunan berkelanjutan yakni mempertimbangkan dukungan aspek

    sosial, ekonomi dan lingkungan.

    Pembangunan pertanian sangat strategis, karenanya revitalisasi pertanian perlu

    segera diwujudkan. Berbagai sektor pendukung perlu diperlancar, semua potensi produk

    unggulan harus digarap, dengan mengerahkan tenaga kerja yang ada, guna mencegah

    urbanisasi tenaga kerja dari Desa ke Kota. Suasana demikian, sangat mungkin diwujudkan

    apabila wilayah perdesaan dikembangkan menjadi kawasan agropolitan. Agropolitan berasal dari dua kata, yaitu Agro = pertanian dan Politan = kota, sehingga pengertian

    Agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang, mampu melayani,

    mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah

    sekitarnya (Daidullah, 2006 Hal 1).

    Pengembangan Kawasan Agropolitan sebaiknya berbasis pada peningkatan daya

    saing produk agribisnis unggulan yang dikembangkan dalam kegiatan agribisnis. Perlu

    komitmen kuat pemerintah daerah untuk membangun fasilitas pendukung guna

    mempercepat berkembangan kawasan agropolitan. Pengembangan Kawasan Agropolitan

    sangat perlu bagi Negara Agraris seperti Indonesia, guna mewujudkan kesejahteraan rakyat,

    mengatasi kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja. Mengingat pentingnya

    Pengembangan Kawasan Agropolitan tersebut, penulis tertarik untuk melaksanakan

    penelitian dengan topik Penguatan Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan di

    Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros.

    Tujuan dan Sasaran

    Tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah menyusun Master Plan Pengembangan

    Kawasan Pertanian di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros. Secara lebih rinci tujuan

    kegiatan ini adalah sebagai berikut : Untuk mengetahui potensi, permasalahan dan tipologi

    pengembangan dan mengkaji kesesuaian lahan dan daya dukung wilayah dalam menentukan

    kapasitas pengembangan usaha komoditi unggulan dan sasaran-sasaran pengembangan

    kawasan pertanian dalam 5 tahun secara partisipatif. Adapun sasaran kegiatan ini adalah:

    Seluruh stakeholder pembangunan, baik pemerintah, dunia usaha, dan utamanya adalah

    masyarakat pelaku usaha pertanian bekerjasama membangun daerahnya.

  • SUDIRMAN- G11112041 Pengembangan Kawasan Agropolitan Berbasis Peningktan Daya Saing Produk Agribisnis Unggulan Di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros

    TINJAUAN PUSTAKA

    Agropolitan Sebagai Strategi Pembangunan wilayah

    Pengembangan Kawasan Agropolitan merupakan alternatif solusi yang tepat dalam

    pembangunan perdesaan tanpa melupakan pembangunan perkotaan. Melalui pengembangan

    kawasan agropolitan, diharapkan terjadi interaksi yang kuat antara pusat kawasan dengan

    wilayah produksi pertanian. Melalui pendekatan sistem Kawasan Agropolitan, produk

    pertanian akan diolah terlebih dahulu di pusat kawasan sebelum dijual ke pasar (ekspor),

    sehingga nilai tambah tetap berada di Kawasan Agropolitan (Daidullah, 2006).

    Penerapan Strategi untuk mengembangkan agribisnis berbasiskan komoditi unggulan

    sebagai berikut:

    a. Peningkatan kemandirian masyarakat (tokoh petani, tokoh masyarakat dan LSM) dengan memberikan peran kepada masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan

    pengendalian.

    b. Penguatan kapasitas kelembagaan tani yang mengarah pada pengembangan koperasi atau asosiasi atau bentuk lain yang cocok dengan kondisi kawasan, pada kelembagaan ini juga

    dikembangkan kegiatan simpan pijam atau lembaga keuangan mikro untuk membantu

    permodalan masyarakat perdesaan.

    c. Di Kawasan Agropolitan perlu dikembangkan Klinik Konsultasi Agribisnis (KKA) yang berfungsi sebagai sumber informasi (modal, pasar, tehnologi dan pelatihan) bagi petani

    sekitarnya.

    d. Kegiatan ini sebaiknya merupakan kegiatan kerjasama lembaga penelitian, lembaga penyuluhan, masyarakat dan atau swasta. Pemberian fasilitas sarana dan prasarana

    strategis yang dibutuhkan masyarakat (pasar, jalan, irigasi, jaringan telepon / listrik, air

    bersih dan lain-lain) dan sesuai dengan master plan.

    Pola Ruang Kawasan Agropolitan

    Pola ruang kawasan agropolitan menggambarkan sebaran jenis / fungsipemanfaatan

    ruang kawasan agropolitan, dengan ukuran dan karakter kegiatan dalam kawasan baik

    menyangkut kegiatan manusia maupun alam, yang dituangkan dalam bentuk zona lahan

    produksi, zona sentra produksi, zona industri, zona pusat kegiatan perkotaan termasuk

    agribisnis dan pemukiman dan zona hijau. Rencana pola ruang kawasan agropolitan meliputi

    kawasan lindung dan kawasan budidaya.

    Dalam UU No.26/2007, tentang Penataan Ruang, menerankan bahwa Kawasan Budi

    daya Agropolitan meliputi zona-zona sebagai berikut:

    1. Zona pusat pelayanan agropolitan termasuk perkantoran, balai penyuluhan terpadu, pusat jasa keuangan, pusat perdagangan, pusat pendidikan dan pelatihan, dan balai

    pertemuan.

    2. Zona pemukiman perkotaan. 3. Zona/kawasan industri termasuk terminal agribisnis, pelataran bongkarmuat

    barang/komoditi, gudang, industri kecil dan menengah, pusat energi,instalasi

    pengolahan dll.

  • SUDIRMAN- G11112041 Pengembangan Kawasan Agropolitan Berbasis Peningktan Daya Saing Produk Agribisnis Unggulan Di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros

    4. Zona sentra produksi termasuk sebaran beberapa desa pengumpul komoditi, areal pusat kegiatan pengolahan komoditi seperti pencucian, sorting, dan pemotongan,

    juga terdapat kios-kios penyediaan saprodi,halte, terminal barang, dan pemukiman

    penduduk.

    5. Zona lahan budi daya/ lahan produksi menurut jenis komoditi.

    Kondisi Geografis

    Luas wilayah kecematan Bantimurung sekitar 173.7 Km2 yang terdiri dari 8

    desa/kelurahan. Kondisi tofografi wilayah sangat bervariasi, mulai dari wilayah dataran

    sampai bergunung-gunung. Hampir sebagian besar wilayah kecamatan Bantimurung

    merupakan daerah dataran rendah. Klasifikasi batuan terbagi dalam 4 kelompok besar yaitu

    batuan permukiman, batua sedimen, batuan gunung api dan batuan terobosan.

    Klimatologi

    Kecematan Bantimurung termasuk daerah yang beriklim tropis, karena letaknya yang

    berada pada daerah khatulistiwa dengan kelembaban berkisar antara 60-82 %. Curah hujan

    tahunan rata-rata 347 mm/bulan dengan rata-rata hari hujan sekitar 16 hari. Temperatut udara

    rata-rata 29 0C. kecepatan angina rata-rata 2- 3 knot/jam. Daerah Bantimurung pada dasarnya

    beriklim tropis dengan dua musim, berdasarkan curah hujan yakni musim hujan pada periode

    bulan oktober sampai april dan musim kemarau pada bulan mei sampai September.

    Menururt Oldeman, tipe iklim dikabupaten maros adalah tipe C2 yaitu bulan basah (200 mm)

    selama 2-3 bulan berturut-turut.

    Hidrologi

    Keadaan hidrologi dikecamatan Bantimurung dapat diamati dengan adanya air tanah

    yang bersumber dari air hujan yang sebagian mengalir dipermukaan (run off) dan sebagian

    lagi meresap kebumi sampaiketempat tempat yang dangkal. Pada umumnya jenis air

    permukaan yang terdapat di kecamatan Bantimurung berasal dari sungai Batu pute dan

    Bantimurung.

    Penggunaan Lahan

    Penggunaan lahan merupakan manivestasi dari aktivitas penduduk karena itu pola

    penggunaan tanah adalah satu refleksi dari bentuk hubungan antara penduduk dan

    lingkungannya. Pemanfaatan lahan diwilayah kecematan Bantimurung pada umumnya

    didominasi oleh sektor pertanian, selain itu pemanfaatan lahan lainnya adalah hutan lindung

    dan kawasan wisata alam.

    Potensi Wilayah

    Adapun potensi potensi wilayah di kecamatan Bantimurung yaitu pertanian tanaman pangan, peternakan, pertambangan, perindustrian dan pariwisata. Yang tersebar

    diberbagai wilayah desa/kelurahan di kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros.

  • SUDIRMAN- G11112041 Pengembangan Kawasan Agropolitan Berbasis Peningktan Daya Saing Produk Agribisnis Unggulan Di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Analisa Desain Tata Ruang Agropolitan Di Kecamatan Bantimurung

    Peta perancangan kecematan Maros

    PETA KECAMATAN BANTIMURUNG

    Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan Tahun 2008

    kecamatan Desa/kelurahan Luas

    (Km2)

    %Terhadap Luas

    Kecamatan kabupaten

    Bantimurung 173.7 10.73

    Kalabbirang 5.23 26.18 2.81

    Minasa baji 7.25 3.01 0.32

    Allatengae 8.72 4.17 0.45

    Mattoanging 10.7 5.02 0.54

    Mangeloreng 52.51 6.16 0.66

    Leang-leang 20.14 30.23 3.24

    Tukamasea 23.68 11.59 1.24

    Baruga 5.23 13.63 1.46

  • SUDIRMAN- G11112041 Pengembangan Kawasan Agropolitan Berbasis Peningktan Daya Saing Produk Agribisnis Unggulan Di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros

    Analisa Kebutuhan Infrastruktur (Aksesibilitasi)

    Transportasi merupakan kebutuhan sarana dan prasarana yang sangat menunjang dalam

    perkembangan interaksi antar daerah dan diharapkan dapat mendorong percepatan

    perkembangan antar wilayah khususnya dalam mendukung proses pertumbuhan dan pemerataan

    dibidang ekonomi, perdangangan, pariwisata, social budaya, jasa pelayanan dan stabilitas

    pelayanan. Penentuan struktur ruang tidak bias dilepaskan dari kondisi transportasi wilayah.

    Transportasi wilayah menentukan tingkat aksesibiltas wilayah. Pemanfaatan transportasi dalam

    pengembangan kawasan agropolitan yang berbasis agribisnis ini sangat penting karna dengan

    adanya transportasi diharapkan dapat memudahkan kegiatan- kegiatan agribisnis baik kegiatan

    produksi hingga pemasaran.

    Perencanaan Tata Ruang Dengan Menerapkan Prinsip Kesesuaian Lahan

    Kecamatan Bantimurung sebagai salah satu wilayah yang mendukung pembangunan

    kabupaten Maros dalam beberapa tahun terahir. Dengan orientasi pengembangan pada fungsi

    kegiatan agroindustri, pertanian, perkebunan, peternakan, pertambangan, perdangan dan

    pariwisata. Sebagai landasan pengembangan wilayah kecamatan Bantimurung dibagi menjadi 4

    (empat) satuan kawasan pengembangan tersebut :

    1. Wilayah pengembangan I : sub wilayah pembangunan bagian barat meliputi desa baruga,

    dan Tukamasea. pada sub wilayah akan dikembangkan kawasan produksi padi,

    hortikultura, peternakan serta pusat penjualan hasil produksi

    2. Wilayah pengembangan II : sub wilayah pembangunan bagian tengah meliputi desa

    Mangaloreng dan Mattoanging. Pada sub wilayah ini akan dikembangkan sebagai pusat

    pemerintahan, padi, pasar serta pariwisata

    3. Wilayah pengembangan III : sub wilayah pembangunan bagian selatan yang meliputi

    desa Minasa baji,dan Allatengae. Pada sub wilayah ini akan dikembangkan lapangan

    usaha meliputi : padi hortikultura perkebunan (jambu mente) perdangan serta pariwisata.

    4. Wilayah pengembangan IV: sub wilayah pembangunan meliputi desa kallabbirang dan

    leang-leang yang akan dikemabngkan sebagai kawasan wisata dan hutan lindung.

    Analisa Teknik Budidaya Pertanian dan Pemilihan Jenis Komoditas

    Kriteria yang digunakan dalam pengelompokan pengembangan komoditas tersebut

    diatas adalah faktor tanah, bentuk wilayah (kelerangan), tipe iklim (curah hujan, jumlah bulan

    basah dan bulan kering) dan ketinggian tempat serta arahan pengwilayahan komoditas nasional.

    Diharapkan dengan penetapan komoditas unggulan pada suatu wilayah akan meningkatkan

    efesiensi usahatani dan memacu perdangangan antar daerah. Pola tanam yang diterapkan oleh

    petani Sulawesi Selatan pada umumnya didasarkan pada kondisi curah hujan dan hubungannya

    dengan tipelogi lahan. Pada lahan beririgasi pola tanam IP 300 yaitu pola tanam palawija (jagung,

    kacang-kacangan) sesudah menanam padi. Selain itu sebagian petani juga menerapkan pola

    tanam mina padi yang dilakukan sesudah menanam palawija (jagung) atau padi. Pola tanam

    lahan tadah hujan yang terkendala dengan ketersediaan air, pola tanam yang dilakukan

  • SUDIRMAN- G11112041 Pengembangan Kawasan Agropolitan Berbasis Peningktan Daya Saing Produk Agribisnis Unggulan Di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros

    adalah penerapan IP 200 antara padi dan palawija atau pakan ternak. Untuk lahan kering,

    pola tanam yang diterapkan umumnya hanya menanam pertanaman monokultur palawija.

    Selain itu pemilihan pola tanam disesuaikan juga terhadap aspek lingkungan baik dari segi

    curah hujan maupun bentuk wilayah.

    Analisa Penetapan Jenis Komoditas

    Menganalisa berdasarkan kondisi wilayah, serta potensi dan permasalahan dilakukan

    penetapan komoditas unggulan pertanian akan dikembangkan di Kecamatan Bantimurung.

    Komoditas unggulan yang ditetapkan meliputi Komoditas Unggulan: Jambu mete.

    Kelompok ini merupakan komoditas yang telah berkembang di Kabupaten Maros dan

    memiliki peran besar dalam pembentukan produk domestik regional. Komoditas unggulan

    mempunyai kriteria: (1) diminati masyarakat dan sesuai dengan potensinya, (2) bersifat khas

    dan meningkatkan pendapatan bagi masyarakat, (3) permintaan pasar yang tinggi dan

    kontinyu serta mempunyai manfaat ekonomi yang tinggi (4) dari segi teknik budidaya, petani

    sudah berpengalaman. Komoditas Strategis: padi sawah dan padi gogo. Merupakan

    komoditas yang telah berkembang tetapi memiliki peran tidak terlalu besar dalam

    pembentukan produk domestik regional, namun mempunyai nilai strategis dalam ketahanan

    pangan dan stabilitas sosial. Komoditas strategis kriterianya: (1) ditanam cukup luas dan

    hampir ada di setiap desa, (2) mempunyai nilai ekonomi yang tidak tinggi tetapi tetap

    diusahakan sebagai upaya food security. Komoditas Prospektif: sapi dan, kopi. Kelompok

    ini merupakan komoditas yang belum berkembang di Kecamatan Bantimurung tetapi

    memiliki potensi permintaan yang besar, sehingga di masa datang dapat berperan dalam

    pembentukan produk domestik regional. Komoditas Kearifan Lokal : Jagung tetap

    dikembangkan. Kawasan Pengembangan Komoditas Unggulan.

    Analisa Faktor Hama dan Penyakit Budidaya Pertanain

    Salah satu faktor pembatas dalam usaha menaikkan produksi tanaman adalah adanya

    serangan hama. Kerugian yang disebabkan oleh serangan hama di dunia diperkirakan 13%

    dan produksi total. Tanaman kapas juga mempunyai kompleks hama yang berbeda dengan

    tanaman padi. Hama-hama kapas adalah penggerek daun, penggerek batang, penggerek

    buah, dan Iain sebagainya. Demikian pula dengan jagung, kedelai, dan tanaman lain yang

    juga mempunyai beberapa hama utama dan hama minornya. Teknologi yang sampai saat ini

    sering dipakai untuk pengendalian hama adalah pemakaian insektisida. Teknologi ini

    merupakan teknologi yang populer karena efeknya dapat dilihat dalam waktu tidak lama

    setelah aplikasi dan mudah diperoleh bila diperlukan. Namun teknologi ini relatif mahal

    terutama bagi petani di negara yang sedang berkembang. Di samping itu, teknologi

    insektisida berbahaya bagi manusia, hewan, dan spesies bukan sasaran serta lingkungan jika

    dilakukan tidak sesuai dengan prosedur. Penggunaan pestisida secara tidak bijaksana dapat

    menimbulkan persoalan (1) hama resisten, (2) petani keracunan pestisida, (3) residu pestisida

    pada hasil pertanian, (4) pengrusakan pada agen pengendali hayati dan serangga polinator,

  • SUDIRMAN- G11112041 Pengembangan Kawasan Agropolitan Berbasis Peningktan Daya Saing Produk Agribisnis Unggulan Di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros

    (5) polusi pada air tanah, dan (6) menurunkan biodiversitas serta mempunyai pengaruh

    negatif pada hewan bukan target termasuk mamalia, burung, dan ikan Teknologi lain yang

    dapat dipakai untuk pengendalian hama adalah pemakaian varietas tahan. Di Indonesia,

    varietas tahan yang telah digunakan untuk pengendalian hama wereng coklat adalah varietas

    unggul tahan wereng (VUTW). Namun demikian, tidak semua hama mempunyai varietas

    tahan dan jika ada sumber plasma nutfah yang mengandung gen tahan terhadap hama tertentu

    jumlahnya sangat terbatas. Misalnya pada tanaman padi, hanya gen tahan wereng coklat dan

    wereng hijau yang telah diidentifikasi dan dapat digunakan dalam proses perbaikan tanaman

    untuk tahan hama, sedangkan hama lainnya seperti penggerek batang dan hama pemakan

    daun, sampai saat ini belum ditemukan gen tahan yang dapat dipakai dalam proses

    pemuliaan. Demikian juga dengan tanaman lain seperti jagung, kapas, dan kedelai.

    Analisa Faktor Keamanan dan Kesehatan Lingkungan

    Dengan penerapan Pertanian organik akan melestarikan dan meningkatkan kesehatan

    tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan Prinsip

    ini menunjukkan bahwa kesehatan tiap individu dan komunitas tak dapat dipisahkan dari

    kesehatan ekosistem; tanah yang sehat akan menghasilkan tanaman sehat yang dapat

    mendukung kesehatan hewan dan manusia. Pengembangan kawasan agropolitan akan lebih

    baik jika dalam konsepnya menerapkan konsep pertanian organik, karna pertanian organic

    dapat melestarikan dan menjaga keberlangsungan hidup suatu organisme sehingga ekosistem

    tetap stabil.

  • SUDIRMAN- G11112041 Pengembangan Kawasan Agropolitan Berbasis Peningktan Daya Saing Produk Agribisnis Unggulan Di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil Desain Tata Ruang Pertanian yang dilakukan maka dapat

    disimpulkan bahwa :

    1. Pengembangan kawasan Agropolitan meliputi pengembangan Kawasan Non-Budidaya

    yaitu Kawasan Lindung, Hutan Suaka Alam dan Cagar Alam, Kawasan Sempadan

    Pantai, dan Kawasan Perkebunan, Kawasan Budidaya Non-Pertanian yaitu Kawasan

    Pertambangan, Kawasan Pemukiman Kota, Kawasan Pemukiman Transmigrasi dan

    Kawasan Pariwisata

    2. Hasil penilaian kesesuaian lahan. produktivitas dipertahankan secara lestari, optimal,

    dan seimbang dengan mempertimbangkan penggunaan tanah yang sesuai dengan

    kemampuannya dan lahan berstatus Hutan Produksi terbatas, Hutan Lindung dan

    Cagar Alam dinyatakan sebagai tidak memungkinkan untuk digunakan, baik

    berdasarkan pertimbangan status hutan maupun dengan pertimbangan kelestarian

    lingkungan.

    3. Rencana dalam Rancangan Strategis untuk Pertanian Kecamatan Bantimurung 2014,

    program-program pengembangan pertanian meliputi: Program Pertanian Rakyat

    Terpadu, Program Pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan, dan Program

    Peningkatan SDM Pertanian.

    4. Pengaturan pola tanam/budidaya Untuk lahan persawahan, penerapan Sistem usaha

    tani terpadu PATI (Padi, Azolla, Tiktok, dan Ikan) Berbagai sistem terutam sistem

    usaha tani terpadu PATI dapat di artikan usaha tani yang mengkombinasikan berbagai

    komoditas pertanian dengan peternakan dan perikanan.

    Saran

    Sebaiknya pada praktikum Desain tata ruang pertanian menjelaskan lebih rinci

    tentang cara mendapatkan informasi yang akurat mengenai pengolahan data primer dan

    skunder untuk merancang pembuatan rencana dan merekomendasi rancangan pemetaaan

    yang dilakukan secara teknologi.

  • SUDIRMAN- G11112041 Pengembangan Kawasan Agropolitan Berbasis Peningktan Daya Saing Produk Agribisnis Unggulan Di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. 2013. Kaeadaan Geografis dan Perancangan daerah KAB. Maros

    http://fitoremediasi.blogspot.com/2011/02/kondisi geografis kab. paser html.

    Diakses pada hari Selasa, 27 Mei 2011: Makassar.

    Badan Pusat Statistika Kabupaten Maros. 2013. Kabupaten Maros Dalam Angka. Badan

    Pusat Statistika Sulawesi Selatan

    Ciptohadijoyo, S., 1999. Desain Tata Ruang Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas

    Gadjah Mada, Jogjakarta.

    Daidullah, Samsudin T. 2006. Strategi Pengembangan Agropolitan Dinas Tanaman Pangan

    Hortikula, Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Boul. Yogyakarta. Thesis:

    Program Studi Magister Manajemen Agribisnis Sekolah Pascasrjana Universitas

    Gajahmada.2006.

    Nilwan, 2003. Desain Tata Ruang Pertanian. Fakultas Pertanian Hasanuddin. Makassar.

  • SUDIRMAN- G11112041 Pengembangan Kawasan Agropolitan Berbasis Peningktan Daya Saing Produk Agribisnis Unggulan Di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros

    LAMPIRAN

    Luas Wilayah Kecematan Bantimurung

    kecamatan Desa/kelurahan Luas

    (Km2)

    %Terhadap Luas

    Kecamatan kabupaten

    Bantimurung 173.7 10.73

    Kalabbirang 5.23 26.18 2.81

    Minasa baji 7.25 3.01 0.32

    Allatengae 8.72 4.17 0.45

    Mattoanging 10.7 5.02 0.54

    Mangeloreng 52.51 6.16 0.66

    Leang-leang 20.14 30.23 3.24

    Tukamasea 23.68 11.59 1.24

    Baruga 5.23 13.63 1.46

  • SUDIRMAN- G11112041 Pengembangan Kawasan Agropolitan Berbasis Peningktan Daya Saing Produk Agribisnis Unggulan Di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros