PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN MEDIA KOMIK …staff.uny.ac.id/sites/default/files/artikel...
Transcript of PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN MEDIA KOMIK …staff.uny.ac.id/sites/default/files/artikel...
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN MEDIA KOMIK PEMBELAJARAN
SEKOLAH DASAR
Sungkono, M.Pd., Dr. Mulyo Prabowo, M.Pd., Isniatun Munawaroh, S.Pd. M.Pd.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menghasilkan instrumen penilaian media komik pembelajaran Sekolah
Dasar. Metode yang akan digunakan yaitu menempuh langkah-langkah metode penelitian
pengembangan 4D (Four D), yaitu Define, Design, Develop, dan Disseminate. Subjek
penelitian adalah ahli assessment, ahli media, dan pengguna. Pengambilan data pada penelitian
ini menggunakan angket dan teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis statistik
deskriptif. Pengembangan ini menghasilkan instrumen penilaian media komik pembelajaran
Sekolah Dasar untuk ahli media.
Kata Kunci : Instrumen, komik pembelajaran, sekolah dasar
DEVELOPING INSTRUMENT EVALUATION FOR COMIC INSTRUCTIONAL
ELEMENTARY SCHOOL MEDIA
Sungkono, M.Pd. Dr. Mulyo Prabowo, M.Pd., Isniatun Munawaroh, S.Pd.,M.Pd.
ABSTRACT
This research aim was developing an instrument evaluation for comic instructional media. The
method for this research were 4D (Four D) research and development method, that contains four
steps of development stage, which are Define, Design, Develop and Disseminate. The subject for
this research was an expert in assessment, media, user. The data collected using questionnaire and
being analyzed using descriptive statistical analysis. This research produce an comic evaluation
instrument for media expert.
Keyword : Questionnaires, Instructional Comic, Elementary School.
PENDAHULUAN
Penggunaan media pembelajaran di tingkat Sekolah Dasar sangat penting untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran dalam rangka mengkongkritkan pesan pembelajaran.
Mengingat perkembangan berfikir siswa Sekolah Dasar ada pada tahap operasional kongkrit yang
membutuhkan pola pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Media pembelajaran yang dapat
digunakan pada tingkat Sekolah Dasar diantaranya adalah media gambar, multimedia, media tepat
guna dan komik. Berdasarkan hasil penelitian Sungkono (2008) membuktikan bahwa media komik
untuk pembelajaran IPS lebih disukai oleh siswa dibandingkan dengan media belajar yang lain.
Hal tersebut dikarenakan media komik merupakan media yang sangat dekat dengan siswa,
menyenangkan dan mudah digunakan.
Komik merupakan suatu bentuk seni yang menggunakan gambar tidak bergerak yang
disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak di atas
kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari
strip dalam koran, dimuat dalam majalah, hingga berbentuk buku tersendiri. Ciri khas suatu komik
dapat dilihat dari tampilannya yang disajikan dalam bentuk panel disertai dengan teks seperti
ballon yang memuat teks sebagai penyampai isi cerita berupa caption yang menunjukkan dialog,
narasi, efek suara, dan informasi lainnya. Ukuran dan susunan panel diatur sedemikian rupa untuk
penyampaian narasi dari ide cerita. Gambar kartun dan ilustrasi gambar lainnya adalah hal yang
umumnya ada dalam komik.
Berdasarkan etimologi Bahasa Indonesia, komik berasal dari kata comic yang berarti lucu,
lelucon. Sedangkan Nurgiyantoro (2005:409) menyebutkan bahwa komik berasal dari bahasa
Belanda “komiek” yang berarti pelawak. McCloud dalam Gumelar (2011: 6) sendiri
menyebutkan, komik adalah gambar yang berjajar dalam urutan yang disengaja, dimaksudkan
untuk menyampaikan atau menghasilkan respon estetik dari pembaca. Menurut Gumelar (2011 :
7), komik adalah urutan-urutan yang ditata sesuai tujuan dan filosofi pembuatnya hingga pesan
cerita tersampaikan, komik cenderung diberi lettering yang diperlukan sesuai kebutuhan.
Sedangkan menurut Eisner dalam Maharsi (2011:3) komik adalah susunan gambar dan kata-kata
untuk menceritakan sesuatu atau mendramatisir suatu ide. Berdasarkan beberapa pendapat ahli
tersebut, dapat disimpulkan bahwa komik adalah suatu susunan gambar yang ditata sedemikian
rupa per adegan dan menjadi suatu rangkaian cerita untuk menyampaikan pesan tertentu kepada
pembaca.
Komik yang telah berkembang dewasa ini, memiliki banyak macamnya. Menurut Maharsi
(2011:15-27), macam-macam komik dapat digolongkan menjadi dua kategori yaitu berdasarkan
bentuk dan jenisnya.
1. Komik berdasarkan Bentuknya: a) Komik Strip, merupakan komik yang terdiri dari beberapa
panel saja dan biasanya muncul di koran ataupun majalah. b) Buku Komik (Comic Book),
merupakan komik yang disajikan dalam bentuk buku, menyerupai majalah dan terbit secara
rutin. c) Novel Grafis (Graphic Novel), dikemukakan pertama kali oleh Will Eisner. Perbedaan
antara komik biasa dengan novel grafis ini terletak pada tema yang biasanya lebih serius dan
panjang cerita yang memang hampir sama seperti novel. d) Komik Kompilasi, merupakan
kumpulan dari beberapa judul komik dengan komikus yang berbeda-beda. e) Komik Online
(Web Comic), merupakan komik yang dipublikasikan melalui internet, sehingga biaya yang
dihabiskan relatif murah dan jangkauannya sangat luas.
2. Komik berdasarkan Jenisnya: Komik Edukasi, merupakan komik yang berisi nilai-nilai
pendidikan, biasanya dipakai sebagai media alternatif untuk menyampaikan ilmu kepada
pembaca. a) Komik Promosi (Komik Iklan), merupakan komik yang digunakan untuk
mempromosikan suatu produk dan umumnya hanya menampilkan cerita satu halaman tamat
saja. b) Komik Wayang, merupakan komik yang berisi tentang kisah-kisah pewayangan seperti
Mahabharata dan Ramayana. c) Komik Silat, merupakan komik yang didominasi adegan laga
atau pertarungan dan seting ceritanya menyesuaikan budaya negara masing-masing.
Komik memiliki beberapa elemen-elemen, menurut Maharsi (2011:75-104) elemen
tersebut yaitu: 1) Panel, adalah kotak yang berisi ilustrasi dan teks yang nantinya membentuk
sebuah alur cerita. sering disebut dengan frame cerita. 2) Sudut Pandang dan Ukuran Gambar
Sudut Pandang. 3) Balon Kata, sering disebut dengan balon ucapan, balon dialog. 4) Bunyi Huruf,
mempunyai nama lain sound lettering yang digunakan untuk mendramatisir adegan. 5) Ilustrasi,
merupakan seni gambar yang dipakai untuk memberikan penjelasan atas suatu tujuan tertentu
secara visual. ilustrasi hanya terdiri dari beberapa gambar yang memvisualisasikan isi suatu cerita
(Kusrianto dalam Maharsi : 2011), 6) Cerita. Terdapat dua unsur penting didalam komik yaitu
gambar dan narasi, cerita atau sastra. 7) Symbolia, adalah gambaran ikon yang digunakan dalam
komik. Symbolia tervisual dalam benda ataupun huruf.
Elemen-elemen komik tersebut menjadikan media komik pembelajaran menjadi lebih
menarik dan mudah untuk dipahami dalam menyampaikan konten pembelajaran sehingga
memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran.
Media komik memiliki banyak pengaruh positif sehingga menyebabkan semakin
banyaknya media komik yang digunakan untuk pembelajaran di Sekolah Dasar. Dalam tahap
pengembangannya, media pembelajaran sebelum digunakan secara luas perlu dievaluasi terlebih
dahulu, baik dari segi isi materi, segi edukatif, maupun dari segi teknis permediaan, sehingga
media tersebut ketika digunakan sudah memenuhi persyaratan sebagai media pendidikan yang
baik. Namun Banyak media pembelajaran yang telah dikembangkan termasuk media komik
pembelajaran, begitu selesai diproduksi baik oleh guru maupun pengembang media langsung
digunakan dalam kegiatan pembelajaran, tanpa dilakukan evaluasi terlebih dahulu. Evaluasi media
dimaksudkan untuk melindungi pengguna dari hal-hal yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Hal ini penting untuk diperhatikan dan dilakukan agar apa yang disampaikan kepada peserta didik
sudah benar dan baik, sementara ini masih banyak orang yang beranggapan bahwa media yang
telah dibuat langsung dapat digunakan.
Media pembelajaran yang telah dibuat ketika akan digunakan seharusnya telah dievaluasi
terlebih dahulu dengan menggunakan intrumen yang baik. Tujuan dilakukannya evaluasi terhadap
media yang telah dibuat sebagaimana diungkapkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah (1988/1989) yaitu: 1) Memberikan pedoman kepada instansi pemerintah dalam
mengadakan media pendidikan yang bermutu. 2) Memberikan pedoman kepada guru dalam
membuat media pendidikan yang bermutu. 3) Memberikan pedoman kepada produsen dalam
memproduksi media pendidikan yang bermutu. 4) Melindungi sekolah dari penggunaan media
pendidikan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan dari segi teknis kependidikan.
Penilaian media merupakan salah satu bentuk kegiatan evaluasi media. Evaluasi media
pendidikan menurut Arief S. Sadiman (2006) dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif adalah proses yang dimaksudkan untuk
mengumpulkan data tentang efektivitas dan efisiensi media untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan. Data tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki dan menyempurnakan media yang
bersangkutan agar lebih efektif dan efisien. Evaluasi sumatif adalah proses pengumpulan data
untuk menentukan apakah media yang dibuat patut digunakan dalam situasi-situasi tertentu atau
apakah media tersebut benar-benar efektif atau tidak, setelah media tersebut diperbaiki dan
disempurnakan. Penilaian dalam pembahasan ini merupakan istilah lain dari evaluasi formatif.
Evaluasi formatif terdiri dari tiga tahapan yaitu: evaluasi satu lawan satu (one to one), evaluasi
kelompok kecil (small group evaluation), dan evaluasi lapangan (field evaluation).
Media pembelajaran sebelum digunakan secara luas perlu dievaluasi terlebih dahulu,
baik dari segi isi materi, segi edukatif, maupun segi teknis permediaan, sehingga media tersebut
ketika digunakan sudah memenuhi persyaratan sebagai media pendidikan yang baik. Evaluasi
media dimaksudkan untuk melindungi pengguna dari hal-hal yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Hal ini penting untuk diperhatikan dan dilakukan agar apa yang
disampaikan kepada peserta didik sudah benar dan baik, sementara ini masih banyak orang yang
beranggapan bahwa media yang telah dibuat langsung dapat digunakan. Kondisi yang demikian
sering kita jumpai dalam praktek sehari-hari. Untuk dapat mengetahui media yang telah
diproduksi baik atau tidak perlu dievaluasi yang sebelumnya diperlukan adanya instrumen yang
baik.
Dalam mengevaluasi media dapat juga dilakukan dengan cara berkonsultasi/
mencobakannya kepada ahli bidang studi (content expert) dan ahli media/pengkaji media (media
expert). Ahli bidang studi diharapkan akan banyak memberikan masukan kepada pembuat media
dari sisi materi terutama mengenai iisi/materi program. Konsultasi kepada ahli media diharapkan
akan banyak memberikan masukan tentang bentuk fisik dan kemasan serta media performance
secara keseluruhan. Hal terpenting dalam mengevaluasi media pembelajaran perlu
dikembangkan/dibuat instrumennya terlebih dahulu. Instrumen evaluasi media pembelajaran
dapat berupa, tes, pedoman wawancara, angket, pedoman/lembar observasi, dan skala. Dalam
penelitian ini akan dikembangkan jenis angket bentuk tertutup dan skala. Kriteria penilaian
perangkat keras (hardware) media pendidikan dibagi menjadi dua bagian yaitu kriteria yang
bersifat umum dan kriteria penilaian yang bersifat khusus. Kriteria umum berlaku untuk semua
jenis perangkat keras media pendidikan, seperti: 1) Praktis, kuat, dan mudah dioperasikan, 2)
Suku cadang mudah didapat, 3) Memberikan perlindungan keamanan bagi pemakai, dan 4)
standar untuk digunakan di Indonesia. Kriteria khusus perangkat media pendidikan yang bersifat
khusus berlaku hanya untuk jenis perangkat keras yang bersangkutan. Kriteria ini merupakan
pedoman bagi penilai media pendidikan dalam menilai spesifikasi teknis yang dimiliki oleh setiap
perangkat keras yang akan dinilai.
Agar dalam melakukan evaluasi dapat berlangsung efektif maka diperlukan suatu
instrumen evaluasi yang tepat. Instrumen evaluasi media komik yang ada saat ini masih sangat
bervariasi dan belum dilakukan kajian yang cermat. Mengingat kondisi seperti itu maka penelitian
ini dirasa penting dilakukan dalam rangka mengembangkan instrument yang layak.
Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data (Purwanto,
2007:9). Instrumen adalah alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif
tentang karakteristik variabel secara objektif (Hadjar, 1996:160). Sementara Subrata (2013:52)
menyatakan, instrumen adalah alat yang digunakan untuk merekam data secara kuantitatif yang
pada umumnya berkaitan dengan keadaan dan aktivitas atribut psikologis. Dari ketiga definisi yang
disampaikan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa, instrumen adalah alat yang digunakan
untuk mengumpulkan atau merekam data (informasi kuantitatif) tentang karakteristik suatu
benda/objek atau atribut psikologis secara objektif.
Untuk mengetahui apakah suatu komik pembelajaran tergolong kategori baik atau tidak,
diperlukan suatu alat ukur yang dilengkapi dengan kriteria yang jelas dan benar menurut teori
tertentu. Alat yang digunakan untuk mengetahui kualitas komik pembelajaran tersebut biasa
dikenal dengan instrumen penilaian komik pembelajaran. Dengan demikian yang dimaksud
dengan instrumen penilaian komim pembelajaran adalah alat yang digunakan evaluator untuk
mengumpulkan data terkait kualitas suatu media komik pembelajaran.
Untuk mengungkap suatu media komik pembelajaran yang layak diperlukan instrumen
penilaian yang valid dan reliabel. Dengan instrumen yang valid dan reliabel, diharapkan akan dapat
mengungkap kemampuan suatu komik pembelajaran dalam memotivasi dan memudahkan para
pembacanya untuk memahami lebih lanjut tentang isi komik tersebut. Secara teori, untuk
menghasilkan instrumen yang valid dan reliabel, proses pengembangan instrumen harus melalui
prosedur pengembangan instrumen, diantaranya sebagai berikut; 1) melakukan kajian pustaka
yang mendalam terkait variabel yang akan dinilai untuk mendapatkan landasan teori yang kokoh
sebagai bahan dasar penyusunan instrumen, 2) menyusun definisi konseptual yang tepat, 3)
merumuskan definisi operasional yang memadai yang mengandung ciri/karakteristik yang ideal
terkait objek yang akan dinilai, 4) menjabarkan definisi operasional ke dalam dimensi atau aspek-
aspek ideal terkait objek yang akan dinilai, 5) menjabarkan setiap dimensi ideal objek yang dinilai
kedalam beberapa indikator dan sub-indikator yang terukur, 6) menyusun kisi-kisi instrumen, 7)
menyusun instrumen penilaian, 8) meminta verifikasi pakar (expert justment) dan melakukan
revisi instrumen, 8) melakukan penilaian produk instrumen, 9) melakukan uji implementasi
instrumen, 10) merevisi instrumen, dan 11) menetapkan perangkat akhir instrumen.
Djali dan Mudjiono dalam Sudaryono, dkk. (2013:83) menguraikan langkah-langkah
pengembangan instrumen pengumpul data, sebagai berikut: 1). Mensintesa teori-teori yang relevan
dengan konsep variabel yang hendak diukur dan menyusun konstruk variabel. 2).
Mengembangkan dimensi dan indikator variabel relevan dengan rumusan konstruk variabel 3).
Menyusun kisi-kisi instrumen dalam bentuk tabel spesifikasi yang terdiri dari kolom dimensi,
indikator, nomor butir dan jumlah butir untuk setiap dimensi dan indikator. 4). Menentukan
besaran atau parameter yang bergerak dalam rentangan kontinum dari suatu kutub ke kutub lain
yang berlawanan. 5). Menulis butir-butir instrumen baik dalam bentuk pertanyaan maupun
pernyataan. 6). Memvalidasi butir secara teoritik melalui pemeriksaan pakar atau penilaian
panelis. 7). Menggandakan instrumen yang telah dianggap valid secara teoritik secara terbatas
untuk keperluan uji coba. 8). Melakukan uji coba instrumen secara empirik di lapangan, 9).
Melakukan revisi instrumen berdasarkan kriteria validitas internal dan eksternal. 10). Melakukan
ujicoba kembali instrumen sampai sehingga menghasilkan semua butir instrumen yang valid. 11).
Merakit seluruh butir instrumen yang telah disusun menjadi instrumen yang final.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang berorientasi pada produk.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengembangkan suatu produk yang akan digunakan dalam
pendidikan. Adapun produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah produk instrumen
penilaian yang akan digunakan untuk mengevaluasi media komik pembelajaran Sekolah Dasar.
Prosedur pengembangan yang dirancang dalam penelitian ini mengacu pada langkah-
langkah pengembangan yang dikembangkan oleh Thiagaradjan. Langkah-langkah tersebut
meliputi; Define, Design, Development dan Dessiminenation. Penelitian ini dirancang hanya akan
menggunakan ketiga langkah yaitu define, design dan development. Langkah dessiminetion tidak
dilaksanakan dalam penelitian ini mengingat singkatnya waktu penelitian.
Langkah define dalam penelitian ini merupakan tahapan analisis kebutuhan sebagai dasar
dalam pengembangan. Tahap ini dilakukan dengan kegiatan focus group discussion (FGD) untuk
menggali terkait komik pembelajaran yang bagaimanakah yang sesuai dengan jenjang Sekolah
Dasar sehingga dapat memberikan panduan dalam pengembangan instrument evaluasi untuk
menilai media komik pembelajaran di Sekolah Dasar. Selain kegiatan FGD, pada tahapan ini
dilakukan kajian pustaka terkait untuk menggali teori terkait komik pembelajaran untuk Sekolah
Dasar. Langkah design atau perancangan dilakukan dengan menyusun prototype instrument
meliputi perumusan konstruk instrumen, pengembangan kisi-kisi instrument, pengembangan item
instrumen dan penentuan skala penilaian. Langkah development dalam penelitian ini mencakup
validasi ahli assessment dan ahli media komik pembelajaran Sekolah Dasar, perbaikan
berdasarkan hasil validasi, analisis data skala penilaian, revisi dan finalisasi produk instrumen.
Penelitian ini dilakukan di lingkungan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Yogyakarta (UNY). Adapun subjek dalam penelitain ini meliputi 5 orang ahli yang terdiri dari
Subjek Validasi Ahli evaluasi pembelajaran sebanyak 1 orang, untuk menilai terkait kualitas
instrumen pembelajaran dari aspek evaluasi dan penilaian. Subjek Validasi Ahli media komik
pembelajaran sekolah dasar sebanyak 1 orang, untuk menilai kualitas instrumen dari aspek media
komik pembelajaran sekolah dasar, dan Subjek try out instrumen sebanyak 3 orang, untuk
mengetahui reliabilitas/keajegan instrumen yang telah dikembangkan.
Teknik Pengumpulan Data dalam penelitian ini diawali dengan kegiatan FGD, teknik
angket dan analisis dokumen. Teknik angket digunakan pada saat validasi ahli, dan pengujian
lapangan terbatas. Sedangkan teknik analisis dokumen hanya digunakan pada saat studi
pendahuluan. Teknik angket pada saat studi pendahuluan digunakan untuk mengungkap
kebutuhan akan produk instrumen penilaian media komik pembelajaran yang layak untuk tingkat
Sekolah Dasar. Untuk memperkuat hasil analisis kebutuhan akan produk instrumen yang akan
dikembangkan tersebut dilakukan analisis dokumen instrumen penilaian media komik
pembelajaran yang selama ini digunakan oleh mahasiswa di lingkungan Universitas Negeri
Yogyakarta dalam penyusunan skripsi dan tesis. Teknik angket pada saat uji validasi ahli
digunakan untuk mengetahui validitas isi dan tampang produk instrumen yang dikembangkan.
Instrumen yang digunakan mencakup: angket validasi ahli penilaian, serta angket validasi ahli
media komik pembelajaran Sekolah Dasar oleh dosen. Angket validasi ahli digunakan untuk
mengumpulkan data kuantitatif dari ahli penilaian dan ahli media komik pembelajaran SD.
Instrumen yang divalidasi ahli instrumen meliputi: format, Bahasa, isi instrument, dan fungsi. Dari
empath al tersebut kemudian dijabarkan menjadi sepuluh pertanyaan yaitu Kejelasan kata
pengantar, Kejelasan petunjuk, Bahasa Komunikatif, mudah dipahami, Jelas/tidak menimbulkan
penafsiran ganda, Kesesuaian dengan EYD, Bahasa yang digunakan baik dan benar, Pernyataan
sesuai dengan tujuan pembuatan instrument, Pernyataan dirumuskan secara jelas, Instrumen
mampu mengukur kualitas media komik pembelajaran SD secara detail tiap aspek
tertentu.Sedangkan instrumen yang divalidasi oleh ahli media komik pembelajaran Cakupan
Aspek/kriteria media komik, Memuat unsur desain grafis, dan Kesesuaian media komik dengan
tujuan pembelajaran.
Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari jenis data kuantitatif yang bersumber dari skala
penilaian produk instrumen dan jenis data kualitatif berupa catatan dan saran/masukan yang
bersumber dari hasil angket.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik deskriptif kualitatif dan
kuantitatif. Teknik analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis data-data yang
bersifat kualitatif, sedangkan teknik analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis
data yang besifat kuantitatif, dan selanjutnya dikonversi ke dalam kategori: sangat layak, layak,
cukup layak, dan kurang layak. Adapun patokan kategorisasinya yaitu:
3.26 – 4,00 = sangat layak
2.56 – 3.25 = layak
1.76 – 2.50 = cukup layak
1.00 – 1.75 = kurang layak
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengembangan Produk Awal
Penelitian ini dimaksudkan untuk menghasilkan instrumen penilaian media komik pembelajaran
Sekolah Dasar yang layak digunakan untuk mengevaluasi media komik yang akan digunakan
dalam proses pembelajaran di Sekolah Dasar dari aspek permediaan. Pengembangan instrumen
dalam penelitian ini menempuh langkah-langkah memodifikasi langkah-langkah yang
dikembangkan Thiagaradjan yaitu define, design, dan development. Langkah Define. Ada dua
kegiatan yang dilakukan peneliti dalam langkah ini yaitu FGD dan kajian pustaka. Kegiatan FGD
dilakukan kepada beberapa guru Sekolah Dasar Muhammadiyah Sokonandi yang dalam proses
pembelajarannya sering menggunakan media komik. Dari kegiatan diskusi ini diketahui bahwa
guru-guru ketika menggunakan media komik dalam proses pembelajarannya tidak melakukan
penilaian dengan menggunakan intrumen tertentu terlebih dahulu. Guru-guru hanya melihat topik
komik dengan materi yang dibahas, sehingga guru sebenarnya belum tahu secara pasti kualitas dan
kelayakan dari media komik yang digunakannya tersebut. Atas dasar hal tersebut sebenarnya
sangat diperlukan sekali instrumen untuk menilai kualitas suatu media komik pembelajaran.
Disamping melakukan FGD dalam penelitian ini juga dilakukan kajian pustaka. Studi pustaka
dilakukan terhadap literatur yang mebahas komik khususnya komik pembelajaran dan instrumen
media komik pembelajaran. Hasil kajian literature digunakan sebagai dasar teori penelitian dan
pengembangan produk instrumen, menyusun kerangka berfikir, pertanyaan penelitian, dan
menyusun instrumen penelitian serta digunakan untuk membahas instrumen yang telah dihasilkan.
Langkah Design, Kegiatan penting yang dilakukan dalam langkah ini yaitu merumuskan konstruk
instrumen, pengembangan kisi-kisi instrumen, dan mengembangan item instrumen. Berdasarkan
kajian pustaka sebagaimana telah diungkap terdahulu maka dapat disusun kisi-kisi instrumen
media komik pembelajaran sebagai berikut:
Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Penilaian Media Komik Pembelajaraan (ahli media)
__________________________________________________________________
No ASPEK YANG DIEVALUASI JUMLAH ITEM
__________________________________________________________________
1 Bentuk fisik 4
2 Penokohan 3
3 Kegrafisan 11
4 Warna 6
5 Pembelajaran 9
_________________________________________________________________
Setelah kisi-kisi disusun kemudian dikembangkan item-item dari masing-masing aspek media
komik pembelajaran.
Langkah Development
Pada langkah ini kegiatan yang dilakukan yaitu validasi instrumen penilaian media komik
pembelajaran Sekolah Dasar yang telah tersusun kepada dua orang ahli/ yaitu ahli
assessment/penilaian dan ahli media komik pembelajaran. Ahli assessment dalam penelitian ini
yaitu Dr. Ali Muhtadi, M.Pd. dan ahli media komik pembelajaran Sekolah Dasar yaitu Unik
Ambarwati, M.Pd.
1. Hasil Validasi Ahli Assesment
Berdasarkan data yang diperoleh dari validator penilaian/ahli assessment diketahui bahwa skor
total 38 sehingga skor reratanya 3.8, maka dapat disimpulkan instrumen penilaian media komik
yang dikembangkan kategori sangat layak. Bila ditinjau dari masing-masing aspek maka dapat
disajikan sebagai berikut: dilihat dari aspek Format diperoleh skor rerata 4 (sangat layak), aspek
Bahasa diperoleh skor rerata 4 (sangat layak), aspek isi instrument diperoleh skor rerata 3.5 (sangat
layak), dan aspek Fungsi diperoleh skor rerata 3.5 (sangat layak). Namun demikian ahli assessment
memberi masukan yakni 1) perlunya penambahan indikator yaitu: indikator kejelasan ilustrasi,
keharmonisan penggunaan warna, kemampuan media komik mencapai kompetensi dasar. 2)
Beberapa konsep perlu disempurnakan, beberapa redaksi perlu direvisi, dan ada item soal yang
perlu revisi yaitu jenis kertas diubah menjadi kualitas kertas yang digunakan.
2. Hasil Validasi Ahli Media Komik Pembelajaran SD
Instrumen penilaian media komik pembelajaran SD selain divalidasi oleh ahli assessment juga
telah divalidasi oleh ahli media komik pembelajaran SD. Berdasarkan data dari ahli media dapat
diketahui bahwa secara keseluruhan instrumen penilaian media komik pembelajaran yang
dikembangkan diperoleh skor rerata 4 (kategori sangat layak). Hal ini juga tampak dari skor
masing-masing indikator yaitu 1) indicator cakupan aspek/kriteria skor 4 (sangat layak), 2)
indicator unsur desain grafis skor 4 (sangat layak), dan indicator kesesuaian media dengan tujuan
pembelajaran skor 4 (sangat layak). Namun demikian ada saran perlu ditambahkan indikator
kesesuaian materi dengan tema dan kepadatan pesan pada balon kata.
Hasil Uji Coba Produk Instrumen
Uji coba produk ini dilakukan secara terbatas dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan tampang
dan keberfungsian produk yang dikembangkan untuk menilai kualitas atau kelayakan media komik
pembelajaran yang ada sebelum digunakan dalam proses pembelajaran. Uji coba instrumen ini
dilakukan oleh pengguna instrumen dalam hal ini 3 alumni Program Studi Teknologi Pendidikan.
Berdasarkan uji coba pemanfaatan instrumen oleh pengguna instrumen dapat diketahui skor rerata
diperoleh yaitu 3.42 (kategori sangat layak).
Produk Akhir
Atas dasar masukan-masukan dari ahli assessment dan ahli media komik pembelajaran maka
dilakukan revisi yaitu penambahan 5 indicator, sehingga instrument yang semula berjumlah 28
indikator direvisi menjadi 33 indikator. Adapun instrumen penilaian media komik pembelajaran
Sekolah Dasar hasil revisi adalah sebagai berikut:
PRODUK AKHIR:
INSTRUMEN PENILAIAN MEDIA KOMIK PEMBELAJARAN SD
(AHLI MEDIA KOMIK PEMBELAJARAN SD)
PETUNJUK
Berilah penilaian Bapak/Ibu terhadap Komik Pembelajaran yang telah tersedia dengan cara
memberi tanda cek (√) pada kolom skor yang disediakan. Deskripsi penilaian dijabarkan sebagai
berikut:
1 = Kurang sesuai/kurang tepat/kurang lengkap/kurang awet
2 = Cukup sesuai/cukup tepat/cukup awet
3 = Sesuai/tepat/lengkap/awet
4 = Sangat sesuai/sangat tepat/sangat lengkap/sangat awet
_____________________________________________________________________________
No ASPEK YANG DIEVALUASI 1 2 3 4
_____________________________________________________________________________
ASPEK FISIK
1. Bentuk buku komik
2. Ukuran buku komik
3. Kualitas kertas yang digunakan
4. Keawetan kertas yang digunakan
PENOKOHAN
5. Kesesuaian pemilihan karakter tokoh ceritera dengan karakteristik siswa
6. Kemenarikan desain karakter tokoh
7. Ketepatan karakter tokoh dengan isi ceritera
KEGRAFISAN
8. Kesesuaian jenis/bentuk huruf dengan karakteristik siswa
9. Kesesuaian ukuran huruf dengan karakteristik siswa
10. Bidang susunan teks
11. Penggunaan spasi antar baris
12. Penggunaan tanda baca
13. Ketepatan penempatan ilustrasi
14. Kejelasan ilustrasi
15. Ketepatan penempatan balon kata
16. Kepadatan pesan pada balon kata
17. Kesesuaian Ilustrasi dengan materi
18. Kelengkapan identitas cover
19. Kekontrasan warna huruf dengan background cover
20. Kekontrasan warna huruf teks dengan background pada balon kata
21. Kemenarikan warna cover buku komik
22. Kemenarikan warna huruf teks dengan background teks
23. Kesesuaian penggunaan warna dengan karakteristik siswa
24. Keharmonisan penggunaan warna
25. Kejelasan judul pada media komik
26. Kesesuaian materi dengan kompetensi dasar
27. Kesesuaian materi dengan indikator
28. Kesesuaian materi dengan tema
29. Kesesuaian media komik dengan karakteristik
30. Ketepatan pemilihan bahasa sesuai karakteristik siswa
31. Keruntutan penyajian materi
32. Kejelasan pemberian contoh
33. Kemampuan media komik mencapai KD
_________________________________________________________________________
SARAN
_________________________________________________________________________
____________ , _________
Ahli media
_______________________
KESIMPULAN:
Berilah lingkangan pada pernyataan berikut:
1. Instrumen layak digunakan tanpa revisi
2. Instrumen layak digunakan dengan revisi sesuai saran
3. Instrumen belum layak digunakan
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa produk instrumen penilaian media komik
pembelajaran Sekolah Dasar yang dikembangkan berada pada kategori sangat layak, namun
demikian jika ditelusuri lebih lanjut belum semua item berada pada kategori sangat layak. Ada 2
item yang dinilai ahli assessment 3 (kategori layak) yaitu Pernyataan dirumuskan secara jelas dan
butir instrument mampu mengukur kualitas media komik pembelajaran secara detail tiap aspek
tertentu. Instrumen yang baik memang pernyataannya harus dirumuskan secara jelas sehingga
tidak menimbulkan secara ganda oleh pengisi instrument. Ataas dasar ini maka instrument
penilaian ini telah dilakukan revisi. Kemudian juga pada butir instrumen mampu mengukur
kualitas komik secara detail tiap aspek, ini disadari bahwa instrument yang dikembangkan
indicator-indikatornya tidak banyak. Hal ini mempertimbangkan bahwa pengisi angket kadang
kurang maksimal dalam mengisinya karena banyaknya item pertanyaan Namun demikian aspek-
aspek pokok dari media komik telah diungkap.
Keterbatasan penelitian
Penelitian ini dipandang masih memiliki keterbatasan yaitu 1). belum dilakukan uji coba produk
secara luas. 2) Instrumen ini tidak dapat digunakan secara keseluruhan untuk mengevaluasi comic
elektronik (e comic) dan komik lembaran (comicstrip).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pengembangan dapat disimpulkan bahwa instrumen penilaian media
komik pembelajaran Sekolah Dasar sangat layak digunakan. Hal ini terbukti dari hasil validasi ahli
assessment dan ahli media komik pembelajaran Sekolah Dasar dan hasil uji coba pengguna.
Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas dapat disarankan kepada beberapa pihak: 1) Bagi
Pengguna Produk; Instrumen ini dapat dijadikan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk
mengetahui kualitas dari media komik pembelajaran cetak yang akan dimanfaatkannya. 2)
Pengembang Instrumen berikutnya; Mengingat instrumen ini hanya diperuntukkan untuk menilai
kualitas media buku komik pembelajaran cetak maka penelitian selanjutnya dapat dikembangkan
instrumen media komik pembelajaran cetak lembaran/comicstrip dan e-comic (comic electronic)
DAFTAR PUSTAKA
Cloud, S. (2000). Reinventing comics: how imagination and technology are revolutionizing an art
form. US : Paradox Press.
_______. (2006). Making comics: storytelling secrets of comics, manga, and graphic novels. USA
William Morrow Paperbacks.
Comic book creator - http:// www.mycomicbookcreator.com/Retrieved
Maharsi, I. (2011). Komik : dunia kreatif tanpa batas. Yogyakarta : Kata Buku.
Sadiman, A.S. dkk.(2006). Media pendidikan.Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa.
Sungkono.(2018). Peranan Media Komik Instruksional terhadap Pemahaman Materi Buku Paket
Sekolah Dasar.
Susanti, R. (2014).Media Sederhana. Jakarta: Universitas Terbuka