Pengembangan ekonomi wilayah dengan klasterisasi industri...

8
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-8 1 AbstrakKerusakan hutan di Indonesia seiring beerkembangnya modernisasi dan industrialisasi semakin menghawatirkan. Industri kertas yang berbahan baku serat kayu turut berperan dalam kerusakan hutan sehingga perlu penerapan simbiosis industri dengan industri gula untuk pemanfaatan bahan baku alternatif berupa bagasse. Selama ini, pengembangan simbiosis antara industri gula dan kertas yang terjadi belum memunculkan suatu kerja sama yang terbentuk dalam sebuah cluster industri. Cluster industri sangat mampu menunjang kinerja industri-industri di dalamnya karena memiliki suatu ikatan kerja sama dalam berbagai aspek industri maupun kewilayahannya sehingga adanya cluster akan mampu meningkatkan ekonomi wilayah. Tahapan analisa dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif terhadap teori cluster dan kondisi eksisiting untuk menganalisa faktor dalam pembentukan cluster industri kertas, analisa program linier untuk menentukan simbiosis optimal antara industri kertas dan gula, serta analisa deskriptif untuk pembentukan cluster yang berpotensi untuk dikembangkan untuk mengembangkan ekonomi di wilayah-wilayah di Jawa Timur. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat lima cluster industri kertas yang terbentuk dengan wilayah inti di Surabaya, Mojokerto, Malang, Probolinggo, dan Banyuwangi. Cluster yang berpotensi untuk dikembangkan adalah cluster yang berpusat di Surabaya dan Mojokerto. Dengan mengembangkan kedua cluster tersebut dapat menggenjot peranan subsektor industri kertas dan barang cetakan pada PDRB wilayah terutama di Kabupaten Mojokerto dan Sidoarjo Kata Kuncicluster industri, ekonomi wilayah, program linier, simbiosis industri. I. PENDAHULUAN UTAN di Indonesia merupakan paru-paru dunia yang dapat menyerap karbon dan menyediakan oksigen bagi kehidupan di muka bumi ini. Namun seiring berjalannya waktu dan modernisasi, kerusakan hutan di Indonesia semakin bertambah. Fungsi hutan sebagai penyimpan air tanah akan terganggu akibat terjadinya perusakan hutan yang terus- menerus. Penebangan hutan Indonesia yang tidak terkendali selama puluhan tahun menyebabkan terjadinya penyusutan hutan tropis secara besar-besaran. Pada peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia di Istana Negara, Jakarta, 7 Juni 2011, Mentri Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta mengatakan bahwa Laju kerusakan hutan belum sebanding dengan laju pemulihannya. Kerusakan hutan sekitar 0,7 juta hektar per tahun di Indonesia, sedangkan kemampuan pemulihan lahan yang telah rusak masih sekitar 0,5 juta hektar per tahun. Kerusakan tersebut mengurangi layanan hutan bagi kehidupan seperti menata siklus air, tempat beradanya keanekaragaman hayati, dan memitigasi perubahan iklim [1]. Industri kertas yang berbahan baku serat kayu turut berperan dalam kerusakan hutan sehingga perlu penerapan simbiosis industri dengan industri gula untuk pemanfaatan bahan baku alternatif berupa bagasse Pulp diproduksi dari bahan baku yang mengandung selulosa. Ampas tebu (bagase), limbah dari batang tebu setelah dilakukan pengempaan dan pemerasan, secara umum mempunyai sifat serat yang hampir sama dengan sifat serat kayu daun lebar [2]. Komponen utama ampas tebu terdiri dari serat sekitar 43-52%, dan padatan terlarut 2-3%. Panjang serat 1,43 mm dan nisbah antara panjang serat dangan diameter 138,43 [2]. Oleh karena itu ampas tebu memenuhi syarat tersebut untuk menjadi alternatif sebagai bahan baku pembuatan pulp dan kertas. Jawa Timur yang merupakan provinsi terluas di Pulau Jawa serta salah satu provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia memiliki 8 pabrik kertas dan 28 pabrik gula yang tersebar. Banyaknya jumlah pabrik gula di Jawa Timur menunjukkan bahwa provinsi ini menghasilkan ampas tebu dalam jumlah besar. Diperkirakan setiap Ha tanaman tebu yang digunakan sebagai bahan baku industri gula menghasilkan 100 ton bagasse atau ampas tebu. Menurut Dinas Perkebunan Jawa Timur tahun 2011, saat ini Jawa Timur memiliki 31 pabrik gula dengan potensi bagasse sebesar 19.339.600 ton/tahun. Sebesar 60% ampas tebu yang dihasilkan pabrik gula digunakan lagi untuk bahan bakar pabrik dan industri kecil lain sehingga di Jawa Timur diperkirakan terdapat 7.735.840 ton ampas tebu yang masih belum dimanfaatkan. Kelimpahan bahan baku ampas tebu di Jawa Timur, kondisi hutan Indonesia yang semakin memprihatinkan, serta dukungan pemerintah dalam meningkatkan orientasi Pengambangan Ekonomi Wilayah dengan Klasterisasi Industri Kertas Berdasar Potensi Simbiosis Industri Kertas dan Gula di Jawa Timur Ryska Z. Nendiardhina dan Eko B. Santoso Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: [email protected] H

Transcript of Pengembangan ekonomi wilayah dengan klasterisasi industri...

Page 1: Pengembangan ekonomi wilayah dengan klasterisasi industri ...digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-26810-3608100004-Paper.pdf · Timur memiliki 31 pabrik gula dengan potensi bagasse

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-8

1

Abstrak—Kerusakan hutan di Indonesia seiring

beerkembangnya modernisasi dan industrialisasi semakin

menghawatirkan. Industri kertas yang berbahan baku serat

kayu turut berperan dalam kerusakan hutan sehingga perlu

penerapan simbiosis industri dengan industri gula untuk

pemanfaatan bahan baku alternatif berupa bagasse. Selama ini,

pengembangan simbiosis antara industri gula dan kertas yang

terjadi belum memunculkan suatu kerja sama yang terbentuk

dalam sebuah cluster industri. Cluster industri sangat mampu

menunjang kinerja industri-industri di dalamnya karena

memiliki suatu ikatan kerja sama dalam berbagai aspek industri

maupun kewilayahannya sehingga adanya cluster akan mampu

meningkatkan ekonomi wilayah.

Tahapan analisa dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif

terhadap teori cluster dan kondisi eksisiting untuk menganalisa

faktor dalam pembentukan cluster industri kertas, analisa

program linier untuk menentukan simbiosis optimal antara

industri kertas dan gula, serta analisa deskriptif untuk

pembentukan cluster yang berpotensi untuk dikembangkan

untuk mengembangkan ekonomi di wilayah-wilayah di Jawa

Timur.

Hasil dari penelitian ini adalah terdapat lima cluster industri

kertas yang terbentuk dengan wilayah inti di Surabaya,

Mojokerto, Malang, Probolinggo, dan Banyuwangi. Cluster yang

berpotensi untuk dikembangkan adalah cluster yang berpusat di

Surabaya dan Mojokerto. Dengan mengembangkan kedua

cluster tersebut dapat menggenjot peranan subsektor industri

kertas dan barang cetakan pada PDRB wilayah terutama di

Kabupaten Mojokerto dan Sidoarjo

Kata Kunci— cluster industri, ekonomi wilayah, program

linier, simbiosis industri.

I. PENDAHULUAN

UTAN di Indonesia merupakan paru-paru dunia yang

dapat menyerap karbon dan menyediakan oksigen bagi

kehidupan di muka bumi ini. Namun seiring berjalannya

waktu dan modernisasi, kerusakan hutan di Indonesia semakin

bertambah. Fungsi hutan sebagai penyimpan air tanah akan

terganggu akibat terjadinya perusakan hutan yang terus-

menerus. Penebangan hutan Indonesia yang tidak terkendali

selama puluhan tahun menyebabkan terjadinya penyusutan

hutan tropis secara besar-besaran. Pada peringatan Hari

Lingkungan Hidup Sedunia di Istana Negara, Jakarta, 7 Juni

2011, Mentri Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta

mengatakan bahwa Laju kerusakan hutan belum sebanding

dengan laju pemulihannya. Kerusakan hutan sekitar 0,7 juta

hektar per tahun di Indonesia, sedangkan kemampuan

pemulihan lahan yang telah rusak masih sekitar 0,5 juta hektar

per tahun. Kerusakan tersebut mengurangi layanan hutan bagi

kehidupan seperti menata siklus air, tempat beradanya

keanekaragaman hayati, dan memitigasi perubahan iklim [1].

Industri kertas yang berbahan baku serat kayu turut berperan

dalam kerusakan hutan sehingga perlu penerapan simbiosis

industri dengan industri gula untuk pemanfaatan bahan baku

alternatif berupa bagasse

Pulp diproduksi dari bahan baku yang mengandung

selulosa. Ampas tebu (bagase), limbah dari batang tebu setelah

dilakukan pengempaan dan pemerasan, secara umum

mempunyai sifat serat yang hampir sama dengan sifat serat

kayu daun lebar [2]. Komponen utama ampas tebu terdiri dari

serat sekitar 43-52%, dan padatan terlarut 2-3%. Panjang serat

1,43 mm dan nisbah antara panjang serat dangan diameter

138,43 [2]. Oleh karena itu ampas tebu memenuhi syarat

tersebut untuk menjadi alternatif sebagai bahan baku

pembuatan pulp dan kertas.

Jawa Timur yang merupakan provinsi terluas di Pulau Jawa

serta salah satu provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di

Indonesia memiliki 8 pabrik kertas dan 28 pabrik gula yang

tersebar. Banyaknya jumlah pabrik gula di Jawa Timur

menunjukkan bahwa provinsi ini menghasilkan ampas tebu

dalam jumlah besar. Diperkirakan setiap Ha tanaman tebu

yang digunakan sebagai bahan baku industri gula

menghasilkan 100 ton bagasse atau ampas tebu. Menurut

Dinas Perkebunan Jawa Timur tahun 2011, saat ini Jawa

Timur memiliki 31 pabrik gula dengan potensi bagasse

sebesar 19.339.600 ton/tahun. Sebesar 60% ampas tebu yang

dihasilkan pabrik gula digunakan lagi untuk bahan bakar

pabrik dan industri kecil lain sehingga di Jawa Timur

diperkirakan terdapat 7.735.840 ton ampas tebu yang masih

belum dimanfaatkan.

Kelimpahan bahan baku ampas tebu di Jawa Timur, kondisi

hutan Indonesia yang semakin memprihatinkan, serta

dukungan pemerintah dalam meningkatkan orientasi

Pengambangan Ekonomi Wilayah dengan

Klasterisasi Industri Kertas Berdasar Potensi

Simbiosis Industri Kertas dan Gula di Jawa

Timur Ryska Z. Nendiardhina dan Eko B. Santoso

Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh

Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: [email protected]

H

Page 2: Pengembangan ekonomi wilayah dengan klasterisasi industri ...digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-26810-3608100004-Paper.pdf · Timur memiliki 31 pabrik gula dengan potensi bagasse

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-8

2

penggunaan bahan baku nonkayu pada industri kertas

memunculkan potensi yang tinggi dalam penerapan simbiosis

industri gula dan kertas di Jawa Timur. Penerapan simbiosis

industri gula dan kertas ini akan membentuk cluster-cluster

industri yang melibatkan antar wilayah di Jawa Timur

sehingga perlu ditentukan pembentukan cluster-cluster yang

tepat untuk optimasi aliran barang.

Keberadaan cluster industri kertas ini dapat meningkatkan

pendapatan subsektor industri kertas dan barang cetakan yang

merupakan subsektor dari industri pengolahan dalam PDRB

daerah karena pengembangan industri di suatu wilayah akan

sejalan dengan pengembangan ekonomi wilayah tersebut [3].

Dengan demikian, pembentukan cluster industri kertas yang

optimal dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah-

wilayah yang terlibat dalam cluster tersebut.

Peranan industri dalam pertumbuhan wilayah secara jelas

dikemukakan oleh Yeates dan Gardner, bahwa kegiatan

industri merupakan salah satu faktor penting dalam

mekanism\e perkembangan dan pertumbuhan wilayah. Hal ini

disebabkan adanya efek multiplier dan inovasi yang

ditiimbulkan oleh kegiatan industri yang berinteraksi dengan

potensi dan kendala yang dimiliki wilayah [4]. Seorang pakar

ekonomi Rusia, Rostow, juga mengatakan bahwa tahap tinggal

landas dalam pembangunan ekonomi ditandai oleh

pertumbuhan yang pesat pada satu atau beberapa sektor

industri [5].

Simbiosis industri merupakan suatu bentuk kerja sama

diantara industri-industri yang berbeda. Bentuk kerja sama ini

dapat meningkatkan keuntungan masing-masing industri dan

pada akhirnya berdampak positif pada lingkungan. Dalam

proses simbiosis ini limbah suatu industri diolah menjadi

bahan baku industri lain [3]. Simbiosis industri merupakan

suatu kerjasama antar industri yang bertujuan untuk

mengefisiensi pemanfaatan sumber daya, serta meningkatkan

kualitas ekonomi dan lingkungan. Adanya pertukaran material

yang meminimalisir penggunaan energi dan bahan baku dalam

simbiosis industri dapat meminimalisir sampah/limbah,

membangun suatu ekonomi berkelanjutan, serta

pengembangan ekologi dan hubungan sosial [6].

Cluster merupakan konsentrasi geografis perusahaan dan

institusi yang saling berhubungan pada sektor tertentu. Cluster

mencakup berbagai industri terkait dan institusi lainnya [7].

Porter mengonsep cluster dengan memodelkan efek dari

lingkungan bisnis lokal dalam kompetensi, dan letak geografis

dalam suatu model diamond. Model diamond menerkankan

bagaimana elemen yang berbeda bergabung untuk

menghasilkan suatu lingkungan bisnis yang dinamis dan

sangat kompetitif. Keempan elemen dalam Diamond Model

adalah factor (input) condition, demand condition, related and

supporting industries, serta context for firm strategy and

rivalry. Keempat elemen dalam Diamond Model tersebut akan

memperkuat cluster dan mendorong aanya inovasi [8].

Penelitian ini bertujuan untuk membentuk cluster industri

kertas yang berpotensi untuk meningkatkan ekonomi wilayah

Jawa Timur dengan meninjau teori cluster Porter.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini memiliki tiga sasaran. Sasaran pertama yaitu

teridentifikasinya faktor penentu terbentuknya cluster antara

industri gula dan industri kertas di Jawa Timur telah tercapai

dengan melakukan sintesa teori. Berikut teknik analisa data

untuk sasaran-sasaran selanjutnya:

1) Analisa faktor-faktor penentu terbentuknya cluster

industri kertas berdasar potensi simbiosis industri kertas

dan gula di Jawa Timur. Analisa faktor-faktor penentu

terbentuknya cluster industri kertas berdasar potensi

simbiosis industri kertas dan gula di Jawa Timur

dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif

dimana variabel yang didapatkan dari hasil kajian pustaka

akan dikaitkan dengan teori-teori yang mendukung serta

kondisi eksisting yang ada.

2) Teriditentifikasinya industri-industri gula dan kertas yang

dapat bersimbiosis di Jawa Timur. Penentuan cluster-

cluster simbiosis industri gula dan kertas di Jawa Timur

dilakukan dengan analisa biaya transportasi minimum

dengan mempertimbangkan ketersediaan ampas tebu oleh

industri gula dan kebutuhan bahan baku industri kertas

sehingga tidak dapat dilakukan dengan analisa cluster.

Alat analisa yang digunakan untuk mencapai biaya

transportasi minimum pada tiap-tiap cluster adalah

Program Linier. Setiap simbiosis industri terdiri dari satu

industri kertas dan beberapa industri gula. Anggota

industri gula pada tiap-tiap simbiosis ditentukan dengan

menghitung biaya transportasi minimum terhadap setiap

industri kertas dengan mempertimbangkan kemampuan

penyediaan ampas tebu dari masing-masing industri gula

tersebut. Output yang dihasilkan dengan analisa ini adalah

proporsi ampas tebu dari industri gula ke industri kertas

yang dijadikan obyek, jumlah industri gula yang dapat

bersimbiosis dengan industri kertas tersebut, serta biaya

transportasi minimum. Dengan demikian, hasil yang

didapat adalah biaya transportasi minimum, jumlah

industri gula beserta proporsi ampas tebu masing-masing

industri gula yang dapat bersimbiosis dengan industri

kertas.

3) Pembentukan cluster industri kertas di masing-masing

wilayah dilakukan dengan analisa deskriptif terhadap teori

cluster Porter yang disesuaikan dengan kondisi eksisting

wilayah-wilayah anggota cluster hingga ditemukan

karakteristik dari masing-masing cluster. Dari

karakteristik masing-masing cluster yang telah

teridentifikasi dapat diketahui cluster-cluster industri

kertas yang berpotensi untuk dikembangkan di Jawa

Timur.

III. HASIL DAN DISKUSI

A. Analisa Faktor Pembentukan Cluster Industri Kertas di Jawa Timur

Analisa faktor-faktor penentu terbentuknya cluster industri

kertas berdasar potensi simbiosis industri kertas dan gula di

Jawa Timur dilakukan dengan menggunakan metode

Page 3: Pengembangan ekonomi wilayah dengan klasterisasi industri ...digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-26810-3608100004-Paper.pdf · Timur memiliki 31 pabrik gula dengan potensi bagasse

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-8

3

deskriptif dimana variabel yang didapatkan dari hasil kajian

pustaka akan dikaitkan dengan teori-teori yang mendukung.

Berdasar analisa deskriptif yang telah dilakukan, maka faktor-

faktor dalam penelitian ini adalah

B. Identifikasi Industri-industri Gula dan Kertas yang Dapat

Bersimbiosis dalam Satu Cluster di Jawa Timur

Untuk menentukan industri kertas dan industri gula mana

sajakah yang diletakkan dalam satu cluster dilakukan analisa

optimalisasi biaya transportasi dengan menggunakan metode

Linear Programming melalui Ms.Excel. Faktor yang

digunakan adalah faktor penentu anggota cluster industri

kertas yang di dalamnya terdapat variabel jarak dan berat

muatan. Tujuan dari Linear Programming ini adalah

menentukan industri kertas dan industri gula yang dapat

bekerjasama dalam suatu cluster dengan mempertimbangkan

biaya transportasi yang minimum. Dengan demikian, seperti

yang telah dijelaskan sebelumnyan pada metode penelitian,

fungsi tujuan dari Linear Programming dalam penelitian ini

adalah koefisien biaya transportasi yang didapat dari hasil kali

jarak dan berat muatan (dalam hal ini berat bagasse yang

diangkut). Berdasar hasil analisa, kerja sama antara industri

kertas dan industri gula di Jawa Timur yang paling optimal

dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

C. Pembentukan Cluster-cluster Industri Kertas yang

Berpotensi Untuk Dikembangkan di Jawa Timur

Menurut Porter (1998) Cluster merupakan konsentrasi

geografis perusahaan dan institusi yang saling berhubungan

pada sektor tertentu. Dalam penelitian ini cluster yang akan

dibentuk adalah cluster industri kertas di mana terdapat wilaya

inti, yaitu wilayah tempat industri kertas berada, dan wilayah

pemasok yang memasok bahan baku industri kertas bagasse.

Berikut wilayah-wilayah cluster yang terbentuk:

Tabel 1.

Faktor dalam Penelitian

No Faktor Komponen Faktor

Faktor-faktor Penentu Anggota Utama Cluster Industri Kertas

1. Faktor kedekatan industri

kertas dan industri gula

Jarak industri-industri gula terdekat

dengan industri kertas

2. Faktor besar kebutuhan

bagasse oleh industri

kertas

Besarnya bagasse yang dibutuhkan

industri kertas menurut kapasitas

produksinya

3. Faktor besar ketersediaan

bagasse oleh industri gula

Besarnya bagasse yang dapat

dikeluarkan industri gula untuk

industri kertas

Faktor-faktor Pembentuk Cluster Industri Kertas

1. Faktor tersedianya

jaringan jalan arteri antar

wilayah dalam satu cluster

Adanya jaringan jalan arteri yang

menghubungkan suatu wilayah

dengan wilayah lain dalam satu

cluster.

1. Faktor tingginya

ketersediaan sumber daya

manusia berkualitas

Banyaknya masyarakat usia

produktif di wilayah anggota

cluster.

Tingginya prosentase lulusan

masyarakat di wilayah anggota

cluster

Tingginya prosentase masyarakat

melek huruf di wilayah anggota

cluster

2. Faktor banyaknya industri

terkait dan pendukung

Banyaknya penyedia bahan baku

industri gula berupa tebu di suatu

cluster

Banyaknya industri penerima output

industri kertas di suatu cluster

Faktor Pendukung Keberadaan Cluster Industri Kertas

1. Faktor peran pemerintah Peran pemerintah yang dapat

dilakukan untuk mendukung cluster

Sumber: Hasil analisa 2012

Tabel 2.

Industri Kertas dan Industri Gula Pemasok Bagasse Berdasar Hasil Analisa

Industri

Kertas

Lokasi

Industri

Kertas

Industri Gula

Lokasi

Industri

Gula

PT Surabaya

Agung

Industri Pulp

dan Kertas

Surabaya PG Gempolkerep

PG Lestari

PG Soedhono

PG Purwodadi

Mojokerto

Nganjuk

Ngawi

Magetan

PT Adiprima

Suraprinta

Mojokerto PG Watoetoelis

PG Gempolkrep

Sidoarjo

Mojokerto

PT Suparma Surabaya PG Toelangan

PG Kedawoeng

PG Wonolangan

Sidoarjo

Pasuruan

Probolinggo

PT Ekamas

Fortuna

Malang PG Kebonagung Malang

PT Pabrik

Kertas

Indonesia

Mojokerto PG Kremboong

PG Djombang Baroe

PG Tjoekir

PG Lestari

PG Meritjan

PG Pesantren Baru

PG Redjosarie

PG Pagottan

PG Kanigoro

Sidoarjo

Jombang

Jombang

Nganjuk

Kediri

Kediri

Magetan

Madiun

Madiun

PT Kertas

Leces

Probolinggo PG Djatiroto

PG Wonolangan

PG Gending

PG Padjarakan

Lumajang

Probolinggo

Probolinggo

Probolinggo

PT Tjiwi

Kimia

Mojokerto PG Meritjan

PGPesantren Baru

PG Ngadiredjo

PG Modjo

Panggoong

PG Djatiroto

PG Semboro

PG Kebonagung

Kediri

Kediri

Kediri

Tulungagung

Lumajang

Jember

Malang

PT Kertas

Basuki

Rachmat

Banyuwangi PG Assembagoes

PG Pradjekan

Situbondo

Bondowoso

Sumber: Hasil analisa 2012

Tabel 3

Wilayah Cluster Industri Kertas di Jawa Timur

N

o.

Wilayah

Inti

Wilayah

Pemasok

N

o

.

Wilayah Inti Wilayah

Pemasok

1. Surabaya Sidoarjo Nganjuk

Mojokerto Magetan

Pasuruan Madiun

Probolinggo Jember

Nganjuk Lumajang

Ngawi Malang

Magetan 3

.

Malang Malang

2. Mojokerto Mojokerto 4

.

Probolinggo Probolinggo

Sidoarjo Lumajang

Jombang 5

.

Banyuwangi Situbondo

Kediri Bondowoso

Tulungagung

Sumber: Hasil analisa 2012

Page 4: Pengembangan ekonomi wilayah dengan klasterisasi industri ...digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-26810-3608100004-Paper.pdf · Timur memiliki 31 pabrik gula dengan potensi bagasse

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-8

4

Porter mengonsep cluster dengan memodelkan efek dari

lingkungan bisnis lokal dalam kompetensi, dan letak geografis

dalam suatu model diamond. Model diamond menerkankan

bagaimana elemen yang berbeda bergabung untuk

menghasilkan suatu lingkungan bisnis yang dinamis dan

sangat kompetitif. Dalam penelitian ini, cluster-cluster yang

dibentuk kemudiana diidentifikasi karakteristiknya menurut

faktor-faktor pembentuk dan faktor pendukung cluster yang

sudah ditentukan sebelumnya sehingga dapat diketahui

cluster-cluster industri kertas yang berpotensi untuk

dikembangkan. Berikut secara garis besar karakteristik

masing-masing cluster:

1) Karakteristik Cluster I:

a) Tersedia jaringan jalan arteri yang menghubungkan

antar wilayah anggota cluster

b) Terdapat masyarakat berusia produktif sebanyak

6.693.227 jiwa.

c) Memiliki banyak wilayah yang lebih dari 40%

penduduknya lulusan SMA dan PT dan dua wilayah

yang di bawah 20%

d) Sebagian besar wilayah lebih dari 90% penduduk usia

sepuluh tahun ke atasnya memiliki kemampuan baca

tulis (kecuali 2 kabupaten)

e) Setiap wilayah memiliki perkebunan tebu

f) Banyak terdapat industri penerima output industri

kertas

2) Karakteristik Cluster II:

a) Tersedia jaringan jalan arteri yang menghubungkan

antar wilayah anggota cluster

b) Terdapat masyarakat berusia produktif sebanyak

10.862.501 jiwa

c) Memiliki banyak wilayah yang lebih dari 40%

penduduknya lulusan SMA dan PT dan empat

wilayah yang di bawah 20%

d) Sebagian besar wilayah lebih dari 90% penduduk usia

sepuluh tahun ke atasnya memiliki kemampuan baca

tulis (kecuali 3 kabupaten)

e) Setiap wilayah memiliki perkebunan tebu .

f) Banyak terdapat industri penerima output industri

kertas

3) Karakteristik Cluster III:

a) Tersedia jaringan jalan arteri yang menghubungkan

antar wilayah anggota cluster

b) Terdapat masyarakat berusia produktif sebanyak

2.202.260 jiwa

c) Kurang dari 20% masyarakat Kab. Malang yang

menamatkan pendidikan hingga SMA dan PT (lebih

dari 50% wilayah)

d) Seluruh wilayah lebih dari 90% penduduk usia

sepuluh tahun ke atasnya memiliki kemampuan baca

tulis

e) Setiap wilayah memiliki perkebunan tebu

f) Terdapat lebih dari sepuluh industri penerima output

industri kertas

4) Karakteristik Cluster IV:

a) Tersedia jaringan jalan arteri yang menghubungkan

antar wilayah anggota cluster

b) Terdapat masyarakat berusia produktif sebanyak

1.598.636 jiwa

c) Hanya Kota Probolinggo yang di atas 20%

masyarakatnya menamatkan pendidikan hingga SMA

dan PT

d) Hanya Kota Probolinggo yang memiliki penduduk di

atas sepuluh tahun yang memiliki kemampuan baca

tulis di atas 90%

e) Setiap wilayah memiliki perkebunan tebu

f) Hanya terdapat satu industri penerima output industri

kertas

5) Karakteristik Cluster V:

a) Tersedia jaringan jalan arteri yang menghubungkan

antar wilayah anggota cluster

b) Terdapat masyarakat berusia produktif sebanyak

1.992.845 jiwa

c) Prosentase masyarakat yang lulus SMA dan

Perguruan Tinggi pada semua wilayah anggota

cluster kurang dari 20%.

d) Penduduk berusia sepuluh tahun ke atas yang

memiliki kemampuan baca tulis tidak mencapai

angka 90%

e) Setiap wilayah memiliki perkebunan tebu

f) Terdapat kurang dari sepuluh industri penerima

output industri kertas

Berdasar karakteristik masing-masing cluster industri kertas

di atas, dapat diidentifikasi bahwa cluster yang berpotensi

untuk dikembangkan di Jawa Timur adala Cluster I yang

berpusat di Surabaya, dan Cluster II yang berpusat di

Mojokerto. Berikut peranan subsektor industri kertas dan

barang cetakan terhadap PDRB wilayah pada masing-masing

cluster:

1) Peran Subsektor Industri Kertas dan Barang Cetakan

terhadap PDRB Wilayah di Cluster I.

Cluster I memiliki Kabupaten Mojokerto dan Sidoarjo

yang peran subsektor industri kertas dan barang

cetakannterhadap PDRB wilayahnya masuk dalam tiga

besar di Provinsi Jawa Timur. Dengan mengembangkan

Cluster I, maka akan semakin memperkuat peran

subsektor industri kertas dan barang cetakan di wilayah

Mojokerto dan Sidoarjo. Selain itu, pengembangan

Cluster I juga akan menggenjot peranan subsektor industri

kertas dan barang cetakan yang masih rendah di wilayah-

Tabel 4

Prosentase Subsektor Industri Kertas dan Barang Cetakan

terhadap PDRB Wilayah pada Cluster I

Wilayah (%)

Kota Surabaya 2,45

Kab. Sidoarjo 22,17

Kab. Mojokerto 10,61

Kota Mojokerto 1,44

Kab. Pasuruan 2,72

Kota Pasuruan 0,13

Kab. Probolinggo 7,35

Kota Probolinggo 0,01

Kab. Nganjuk 2,00

Kab. Ngawi 0,07

Sumber: PDRB Kabupaten/Kota Jawa Timur Atas Harga

Berlaku 2010

Page 5: Pengembangan ekonomi wilayah dengan klasterisasi industri ...digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-26810-3608100004-Paper.pdf · Timur memiliki 31 pabrik gula dengan potensi bagasse

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-8

5

wilayah seperti Kota Pasuruan, Kota Probolinggo, dan

Kabupaten Ngawi.

2) Peran Subsektor Industri Kertas dan Barang Cetakan

terhadap PDRB Wilayah di Cluster II.

Seperti halnya Cluster I, Cluster II memiliki Kabupaten

Mojokerto dan Sidoarjo yang peran subsektor industri

kertas dan barang cetakannterhadap PDRB wilayahnya

masuk dalam tiga besar di Provinsi Jawa Timur. Dengan

mengembangkan Cluster I, maka akan semakin

memperkuat peran subsektor industri kertas dan barang

cetakan di wilayah Mojokerto dan Sidoarjo. Selain itu,

pengembangan Cluster I juga akan menggenjot peranan

subsektor industri kertas dan barang cetakan yang masih

rendah di sebagian besar wilayah lain yang masih

tergolong rendah.

IV. KESIMPULAN

Berdasar hasil analisa dan pembahasan yang telah

dilakukan, penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan,

yaitu:

6) Berdasar analisa deskriptif, terdapat faktor-faktor yang

dalam penelitian ini yaitu:

a) Faktor-faktor penentu anggota utama cluster industri

kertas yang terdiri dari faktor kedekatan industri

kertas dan industri gula, faktor besar kebutuhan

bagasse oleh industri kertas, faktor besar ketersediaan

bagasse oleh industri gula.

b) Faktor-faktor pembentuk cluster industri kertas yang

terdiri dari faktor tersedianya jaringan jalan arteri

antar wilayah dalam satu cluster, faktor tingginya

ketersediaan sumber daya manusia berkualitas, faktor

banyaknya industri terkait dan pendukung.

c) Faktor pendukung keberadaan cluster industri kertas

yang terdiri dari faktor peran pemerintah.

7) Berdasar analisa program linier, didapat simbiosis antara

industri kertas dan gula yang paling optimal, yaitu:

a) Industri kertas yang terletak di Surabaya bersimbiosis

dengan industri gula di Sidoarjo, Mojokerto,

Pasuruan, Probolinggo, Nganjuk, Ngawi, dan

Magetan.

b) Industri kertas yang terletak di Mojokerto

bersimbiosis dengan industri gula di Sidoarjo,

Mojokerto, Jombang, Kediri, Madiun, Nganjuk,

Ngawi, dan Magetan.

c) Industri kertas yang terletak di Malang bersimbiosis

dengan industri gula di Malang

d) Industri kertas yang terletak di Probolinggo

bersimbiosis dengan industri gula di Probolingo dan

Lumajang.

d) Industri kertas yang terletak di Banyuwangi

bersimbiosis dengan industri gula di Situbondo dan

Bondowoso.

8) Berdasar analisa deskriptif, terbentuk 5 cluter industri

kertas yang berpusat di Surabaya, Mojokerto, Malang,

Probolinggo dan Banyuwangi. Cluster yang berpotensi

untuk dikembangkan adalah cluster yang berpusat di

Surabaya dan Mojokerto. Dengan mengembangkan kedua

cluster tersebut dapat menggenjot peranan subsektor

industri kertas dan barang cetakan pada PDRB wilayah

terutama di Kabupaten Mojokerto dan Sidoarjo yang

kontribusi subsektor tersebut terhadap wilayahnya

termasuk tiga besar di Jawa Timur.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan banyak terima kasih pada Allah SWT

atas karunia-Nya, Dr. Ir. Eko B. Santoso, Lic. Rer. Reg. yang

telah membimbing penulis hingga dapat menyelesaikan

penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada

keluarga, seluruh dosen dan staf Perencanaan Wilayah dan

Kota ITS, Wongkito 2008, BPS Jawa Timur, Disperindag

Jawa Timur.

DAFTAR PUSTAKA

[1] G. M. Hatta. (2011, Juni 7), “Laporan Menteri LH Menyambut

Peringatan HLH 2011”. Diakses pada 9 Januari 2012 pukul 00.10 WIB

dari:

http://wwwnew.menlh.go.id/home/index.php?option=com_content&vie

w=article&id=5060%3Alaporan-menlh-menyambumbut-peringatan-hlh-

2011&catid=43%3Aberita&Itemid=73&lang=id

[2] I. B. W. Baskoro. “Pengaruh Antrakinon-Soda Terhadap Sifat-Sifat Pulp

Ampas Tebu dan Jerami”. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor (1986).

[3] D. Swantomo. “Kajian Penerapan Ekologi Industri di Indonesia”. Batan:

STTN (2007).

[4] A. S. M. Arifin. “Dampak Pengembangan Kegiatan Industri Terhadap

Pengembangan Perekonomian Pedesaan”. ITB. Bandung (1997)

[5] M. L. Jhingan. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Diterjemahkan

oleh D. Guritno. Rajawali Press. Jakarta (1988).

[6] E. A. Lowe. “Eco-industrial Park Handbook for Asian Developing

Countries”. A Report to Asian Development Bank, Environment

Department, Indigo Development, Oakland, CA (2001).

[7] M.E. Porter. “Clusters and the New Economics of Competition”,

Harvard Business Review, (1998, November-December). 77-90

[8] M.E. Porter. “The Competitive Advantage of Nations”. New York; The

Free Press (1990).

Tabel 5

Prosentase Subsektor Industri Kertas dan Barang Cetakan

terhadap PDRB Wilayah pada Cluster II

Wilayah (%)

Kab. Mojokerto 10,61

Kota Mojokerto 1,44

Kab. Sidoarjo 22,17

Kab.Jombang 0,97

Kab. Kediri 3,82

Kota Kediri 0,01

Kab. Tulungagung 2,08

Kab. Nganjuk 2,00

Kab. Magetan 0,07

Kab. Madiun 0,03

Kota Madiun 0,44

Kab. Jember 0,84

Kab. Lumajang 1,07

Kab. Malang 1,45

Kota Malang 0,40

Sumber: PDRB Kabupaten/Kota Jawa Timur Atas Harga Berlaku 2010

Page 6: Pengembangan ekonomi wilayah dengan klasterisasi industri ...digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-26810-3608100004-Paper.pdf · Timur memiliki 31 pabrik gula dengan potensi bagasse

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-8

6

LAMPIRAN

Page 7: Pengembangan ekonomi wilayah dengan klasterisasi industri ...digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-26810-3608100004-Paper.pdf · Timur memiliki 31 pabrik gula dengan potensi bagasse

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-8

7

Page 8: Pengembangan ekonomi wilayah dengan klasterisasi industri ...digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-26810-3608100004-Paper.pdf · Timur memiliki 31 pabrik gula dengan potensi bagasse

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-8

8