PENGEMBANGAN DESAIN KURSI TAMAN BUNGKUL DENGAN …
Transcript of PENGEMBANGAN DESAIN KURSI TAMAN BUNGKUL DENGAN …
109
PENGEMBANGAN DESAIN KURSI TAMAN BUNGKUL
DENGAN MENGANGKAT TEMA SPARKLING SURABAYA
Suci Ramadhani Prodi Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya,
Jl. Arief Rahman Hakim No. 100 Surabaya
Email: [email protected]
Abstrak
Taman Kota menjadi suatu Ruang Terbuka Hijau yang berfungsi sebagai paru-paru kota dan
mengurangi masalah polusi dan kebisingan dan juga dapat menjadi sarana tempat berkumpulnya warga kota. Selain fungsi teknis dan fungsi sosial, keberadaan taman kota di Surabaya juga
mengangkat nama Surabaya yang sekarang terkenal dengan sebutan Kota 1001 taman. Taman
Bungkul yang terletak di Jalan Darmo, taman ini bukan hanya ramai pengunjung, tetapi juga
masuk menjadi ikon Kota Surabaya. Kota Surabaya yang telah membuat jargon Sparkling
Surabaya menjadi brand sejak tahun 2006 kurang memberikan kontribusi pada desain furnitur baik
di jalanan protokol Kota Surabaya maupun di taman-taman kota. Hal ini tentu sangat disayangkan
karena hal ini dapat menjadi salah satu ajang promosi Kota Surabaya baik di mata Nasional
maupun Internasional. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif komparatif,
yaitu membuat uraian sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta serta keadaan obyek
penelitian yang dilanjutkan dengan kajian komparatif untuk memahami keterkaitan diantara fakta
yang ada. Dari hasil analisis yang dilakukan, baik melalui observasi, komparasi produk, maupun studi literatur, diperoleh data bahwa unsur Sparkling Surabaya yang terdapat pada elemen-elemen
perkotaan menggunakan unsur tipografi, unsur warna dan pencahayaan. Desain akhir dari
penelitian ini berupa rancangan kursi menerapkan tema Sparkling Surabaya.
Kata kunci: kota, kursi, sparkling, Surabaya, taman.
Abstract
Title: Design Development of Bungkul Park Street Furniture Related to Sparkling Surabaya
Theme
City Park is an open green space that serves as the city's lungs and reduce the pollution and noise,
and also can be a gathering place for city residents. In addition to the technical function and
social function,a city park in Surabaya also raised Surabaya's image as a City which has 1001
parks. Bungkul Park is located in Darmo Street, this park is not only crowded, but also become one of an icon in Surabaya. Surabaya, which has made Sparkling Surabaya Theme became a
brand since 2006, less contribute to the street furniture's design in the main streets of Surabaya
and city parks. This is very unfortunate that it can be one of Surabaya's promotional event in
national and international. The method of this research used comparative descriptive method,
which make a systematic description, factual, and accurate about the facts and circumstances
object of investigation that was followed by a comparative study to understand the
interrelationships among facts. From the analysis conducted, either through observation,
comparison of products, as well as literature study, the data showes that Surabaya Sparkling's
elements contains typography, color and lighting factors. The final design of this research is a
design of the street furniture of the park related to Sparkling Surabaya theme.
Keywords: city, park, street furniture, sparkling, Surabaya.
ATRIUM, Vol. 2, No. 2, November 2016, 109-122
110
Pendahuluan
Taman kota merupakan kawasan ruang
terbuka hijau yang di dalamnya
terdapat interaksi dan kegiatan sosial
budaya, ekonomi, dan sekarang mulai
berkembang menjadi sarana rekreasi
bagi masyarakat. Taman kota sendiri
berarti lahan terbuka yang berfungsi
sosial dan estetik sebagai sarana
rekreatif, edukasi atau kegiatan lain
pada tingkat kota (Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang
Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan,
2008). Fungsi awal diciptakannya
taman kota adalah sebagai alun-alun
dan taman raja, pamong praja dan juga
terbuka untuk umum. Di zaman
modern, dengan adanya perencanaan
tata kota oleh pemerintah setempat,
taman kota merupakan tempat umum
untuk beristirahat yang dekat dengan
perumahan dan sebagai pengatur iklim
di suatu perkampungan.
Surabaya merupakan salah satu kota
yang telah mengalami transformasi tata
kota sejak di awal tahun 2010 dengan
penambahan taman dengan jumlah
yang sangat signifikan, sehingga
Surabaya layak disebut sebagai kota
seribu taman. Di setiap sudut di Kota
Surabaya, terdapat setidaknya taman
yang digunakan masyrakat untuk
berkumpul bersama keluarga, bermain,
maupun melakukan aktivitas belajar
kelompok, karena beberapa taman di
Surabaya telah dilengkapi dengan
fasilitas Wi-Fi. Selain kebersihan yang
selalu terjaga, ketersediaan sarana
maupun prasarana di beberapa taman
membuat masyarakat memiliki pilihan
berekreasi di dalam kota.
Saat ini taman kota di Surabaya telah
mencapai 54 taman, dengan
memberikan tema yang sesuai dengan
nama yang diberikan pada taman
tersebut. Dari sekian banyak taman
yang ada, taman yang paling populer
menjadi tempat singgah warga kota
Surabaya adalah Taman Bungkul yang
terletak di Jalan Darmo Surabaya.
Rata-rata taman ini dikunjungi minimal
150 orang per hari, bukan hanya anak-
anak maupun remaja yang berkunjung
ke sini, namun juga orang dewasa
maupun orang tua. Puncak terjadinya
keramaian di Taman Bungkul adalah di
akhir pekan, yaitu di hari Sabtu malam,
karena terdapat theater di tengah taman
yang berfungsi untuk mengadakan
acara maupun kunjungan masyarakat
pada car free day yang rutin diadakan
pada Minggu pagi.
Sparkling Surabaya merupakan tema
yang diangkat untuk mempromosikan
Kota Surabaya dengan
mengkomunikasikan bahwa Surabaya
―Berkilau‖ dikarenakan gemerlap Kota
Surabaya yang sekarang telah menjadi
kota metropolitan. Jargon ini mulai
diresmikan sejak tahun 2006 dengan
tujuan mempromosikan Kota Surabaya
agar menjadi salah satu destinasi yang
nyaman dikunjungi. Walikota
Surabaya, Tri Rismaharini mengatakan
perlunya memberikan suatu penanda
yang jelas bagi wisnu ataupun wisman
yang datang ke Surabaya, penanda
tersebut bukan hanya berupa peta
lokasi yang tergambar secara on-line di
situs resmi Kota Surabaya, tetapi juga
terdapat di area-area yang menjadi
tujuan wisata.
Secara historis, Kota Surabaya sudah
ditata untuk memiliki penanda
khususnya di pusat-pusat perdagangan
sebagai penanda atau ikon yang telah
menjadi identitas Kota Surabaya
sebagai Kota Pahlawan. Ikon yang
telah banyak dikenal yaitu Tugu
Pahlawan, Patung Suro-Boyo yang
berada di depan Kebun Binatang
Surabaya, Hotel Majapahit, maupun
Gedung Balai Kota. Namun penanda
Ramadhani, Pengembangan Desain Kursi Taman Bungkul
111
dalam skala kecil belum terlihat di
kawasan kota Surabaya, khususnya di
area taman kota yang kini menjadi
sorotan. Dipermaknya taman-taman di
Surabaya ikut menyegarkan wajah
Kota Surabaya, dan dapat mengangkat
nama Surabaya sehingga meningkatkan
jumlah kunjungan wisatawan.
Pada Taman Bungkul yang menjadi
taman idola warga Surabaya,
penerapan tema sparkling belum
terlihat secara maksimal, khususnya
pada furnitur taman seperti kursi
taman, tempat sampah, maupun lampu
taman. Furnitur taman yang berfungsi
sebagai pelengkap aktivitas
pengunjung seharusnya dapat menjadi
objek promosi Jargon Sparkling
Surabaya, terutama dengan
perkembangan media on-line yang
menjadi salah satu ajang promosi.
Terdepat beberapa kursi beton di
Taman Bungkul, seperti Gambar 1.
Gambar 1. Kursi di Taman Bungkul
Surabaya
Sumber: Dokumentasi pribadi, 2016
Desain kursi taman belum mendukung
tema promosi, sehingga ketika
pengunjung datang dan berfoto tidak
memberikan suatu kesan dan belum
memberikan ‖nilai jual‖. Dengan
mengaplikasikan tema sparkling pada
furnitur taman Bungkul terutama pada
desain kursi, diharapkan dapat menjadi
suatu penanda Kota Surabaya dan
menjadi media promosi untuk wisata
Kota Surabaya.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif, dengan menggunakan
metode deskriptif komparatif dan
analisis visual desain, yaitu membuat
uraian sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta objek penelitian yang
dilanjutkan dengan kajian komparatif
untuk memahami keterkaitan antara
fakta yang ada dengan desain kursi
taman yang ada di beberapa negara
dengan penerapan suatu tema.
Langkah-langkah penelitian meliputi
pengumpulan data mengenai kondisi
eksisting kursi di Taman Bungkul, dan
menganalisis tema Sparkling yang
menjadi Tema Kota Surabaya dengan
metode visual analisis. Metode visual
analisis merupakan metode analisis
dengan melihat unsur bentuk, warna,
pencahayaan, dan semiotika dari objek
yang ada (Rose, 2001). Dari hasil
analisa maka didapatkan sintesa desain
suatu kursi taman yang menerapkan
dan mengangkat tema Sparkling
Surabaya.
Hasil dan Pembahasan
Desain merupakan suatu kegiatan
manusia untuk menciptakan
lingkungan dan khasanah perbendaan
buatan yang diolah dari alam.
Khasanah ini kemudian berkembang
melalui inovasi-inovasi yang
menciptakan kehidupan budaya
manusia yang lebih baik (Sachari,
2007). Produk desain yang menyangkut
rancang bangun, fashion, produk
industri, maupun interior adalah sebuah
potensi yang dekat dengan keseharian
masyarakat. Sebuah produk desain
akan mendapatkan poin tersendiri bagi
masing-masing individu sehingga
persaingan akan semakin ketat terkait
dari segi desain yang dibuat, bahan,
hingga media promo yang dilakukan.
ATRIUM, Vol. 2, No. 2, November 2016, 109-122
112
Dengan berkembangnya teknologi
yang ada, inovasi yang dikembangkan
semakin banyak dan membuat minat
serta daya saing akan suatu produk
semakin tinggi. Furnitur kota yang
terletak pada suatu tempat yang
signifikan adalah salah satu elemen
penting untuk menyampaikan suatu
maksud kepada masyarakat (Bulduk,
2012).
Taman kota memiliki fungsi sebagai
estetika yang bukan hanya dari warna,
bentuk dan keindahan dari vegetasi
yang ada di dalam taman, namun juga
furnitur pendukung seperti kursi taman,
lampu taman, maupun tempat sampah.
Adanya hubungan antara furnitur
taman dan dengan lingkungan
sekitarnya mempengaruhi kualitas
estetika pada taman tersebut.
Pengembangan desain furnitur taman
kota, khususnya kursi, yang menjadi
salah satu furnitur utama pada suatu
taman membutuhkan transformasi
rancangan yang dapat membangun imej
suatu area maupun suatu kota.
Hal ini bisa terlihat dari beberapa
contoh pengembangan desain kursi
taman yang terdapat di Belanda,
Inggris, Cina, dan Negara maju lainnya
yang menguatkan tema pada rancangan
furnitur kota untuk menciptakan imej
yang kuat kepada orang yang datang
dan merasakan sensasi yang berbeda,
seperti yang terlihat pada Gambar 2.
Kursi Tulpi yang terdapat di Belanda.
Kursi Tulpi merupakan hasil rancangan
dari Marco Manders, seorang desainer
asal Nieuwegein, Belanda yang
terinspirasi dari bunga tulip yang
merupakan ciri khas negara tersebut.
Sehingga ketika seseorang melihat foto
dari kursi taman ini, hal pertama yang
terbersit adalah Negara Belanda yang
telah terkenal dengan keindahan bunga
tulipnya (Putri, 2015, diakses dari
http://hwc2015.nvo.or.id pada 10
November 2016).
Gambar 2. Kursi Tulpi Belanda
Sumber : www.tipsiana.com, diakses 11
November 2016
Kursi Tulpi ini dirancang bukan hanya
memenuhi estetika bentuk yang
mengambil bentuk bunga tulip, tetapi
juga kebutuhan pengguna kursi yang
tidak perlu khawatir jika kursi tersebut
basah ketika hujan karena kursi ini
memiliki sistem lipat pada area duduk
yang ketika tidak digunakan dapat
dilipat sehingga memiliki bentuk
seperti bunga tulip.
Perbandingan lain yang dapat dijadikan
referensi dalam pengembangan desain
kursi yang akan menyerap tema kota
adalah desain kursi taman di Kowloon
Tong Cornwall Street Hongkong yang
mengangkat tema Future City sebagai
branding Kota Hongkong.
Keterbatasan lahan membuat kota ini
memiliki arsitektur dengan teknologi
tinggi terhadap bangunan vertikal. Kota
Hongkong yang terkenal sebagai kota
yang menyokong perekonomian
Negara Cina, dan disebut sebagai New
York of China ini merupakan sebuah
kota metropolitan yang mengusung
tema kota masa depan sehingga tema
Ramadhani, Pengembangan Desain Kursi Taman Bungkul
113
ini diaplikasikan dalam bentuk dinamis
desain kursi di Kowloon Tong
Cornwall Street. Bentuk dinamis yang
dimaksudkan bukan hanya mengacu
pada tema futuristik yang menjadi ide
awal, tetapi juga dikarenakan
mengikuti bentuk tubuh pengguna.
Seperti yang diketahui bahwa pola
hidup masyarakat di kota telah
menjadikan warga di Kota Hongkong
kesulitan dalam berkomunikasi,
sehingga diharapkan perancangan kursi
di Kowloon Tong Cornwall Street
dapat menjadi sarana warga kota untuk
saling berkomunikasi, seperti pada
Gambar 3.
Gambar 3. Kursi di Kowloon Tong
Cornwell Street Hongkong
Sumber : www.el23.hk, diakses pada 10
November 2016
Desain kursi pada Kowloon Tong
Cornwell Street diharapkan dapat
meningkatkan kualitas hidup bagi
warga Kota Hongkong dan juga dapat
sebagai penanda di kawasan Cornwell
Street (Lee. B, dkk. 2012). Menurut
Departemen Kenyamanan dan
Pelayanan Budaya Kota Hongkong
bekerja sama dengan Pusat Desain
Hongkong menciptakan karakteristik
futuristik terhadap kursi taman
sehingga ketika berada di tempat
tersebut, maka akan terasa berada di
dimensi yang lain (www.e123.hk)
seperti yang terlihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Kursi di Kowloon Tong
Cornwall Street Hongkong
Sumber : www.el23.hk, diakses pada 10
November 2016
Dari analisis perbandingan terhadap
dua taman kota di negara lain, maka
dapat dilihat bahwa desain kursi pada
taman yang ada di Belanda dan
Hongkong mendapatkan ide dari tema
pada negara atau kota tersebut. Namun,
ide konsep desain tersebut tentunya
harus didukung oleh kebutuhan
pengguna.
Analisis Visual pada Penerapan
Tema Sparkling Surabaya
Saat ini di beberapa kota besar di
Indonesia telah menggunakan suatu
tema untuk memperkenalkan kota
tersebut kepada masyarakat, sehingga
tercipta suatu identitas yang dapat
dikenal dari kota-kota tersebut
Sparkling Surabaya adalah salah satu
contoh konsep promosi yang
menciptakan kesan ―berkilau‖ kepada
masyarakat. Konsep ini tercipta dari
gemerlap kota dan imej metropolitan
pada Kota Surabaya dan memberikan
imej ―Kota Perhiasan‖ pada Surabaya,
konsep ini telah diluncurkan sejak
tahun 2006 namun masih menjadi
perdebatan, dikarenakan belum
mengangkat budaya Surabaya sehingga
penerapan konsep Sparkling Surabaya
hanya terlihat di beberapa spot di Kota
Surabaya. Awal mula aplikasi tema ini
terdapat pada Bus Kota, atas kerjasama
Pemkot Surabaya dengan Perum
Damri. Logo Sparkling Surabaya
ATRIUM, Vol. 2, No. 2, November 2016, 109-122
114
menempel pada kaca belakang Bus
Damri seperti pada Gambar 5.
Gambar 5. Bus Damri Kota Surabaya Sumber : Dokumentasi pribadi, 2016
Tujuan dibuatnya jargon ini adalah
untuk memberikan kesan kepada
pengunjung mengenai tempat-tempat di
Surabaya sehingga dengan melihat logo
tersebut pengunjung akan ingat akan
keindahan Kota Surabaya. Selain kesan
berupa logo yang ditempelkan di
beberapa Bus Kota dan di papan iklan
yang ada di pinggir jalan Kota
Surabaya, Dinas Pertamanan
memberikan make-up pada wajah
taman Kota Surabaya contohnya di
Taman Bungkul, Taman Pelangi dan
beberapa taman kota lainnya di
Surabaya. Namun sayangnya
penerapan ini dinilai belum maksimal
dan belum menyentuh area bagian
dalam taman yaitu kursi taman maupun
furnitur taman lainnya.
Ketertarikan wisnu (wisatawan
nusantara) dan wisman (wisatawan
mancanegara) untuk mengunjungi
sebuah kota tentu berawal dari adanya
pencitraan kota tersebut. Pencitraan
sebuah kota dapat dilakukan agar
memberikan identitas pada kota
tersebut. Dengan demikian, potensi
sebuah kota dapat lebih terekspos.
Sebagai contoh, ibukota Indonesia
yaitu kota Jakarta yang dikenal dengan
istilah Enjoy Jakarta! Kalimat persuasif
Enjoy Jakarta memiliki makna bahwa
kota Jakarta merupakan kota
megapolitan yang dipenuhi segala
kebutuhan manusia mulai dari daily life
(kebutuhan sehari-hari) hingga life style
(gaya hidup). Penekanan citra Enjoy
Jakarta merupakan sebuah ajakan untuk
hidup lama dan bertempat tinggal di
Jakarta dengan berbagai ketersediaan
yang ada. Begitu pula dengan
Sparkling Surabaya yang
menggambarkan kilau Kota Surabaya,
hal ini terlihat pada beberapa spot di
Surabaya yang memberikan
menunjukkan ―kilauan‖ tersebut di
Area Balai Kota Surabaya, dimana
terdapat air mancur menari yang dihiasi
dengan kelap kelip lampu pada malam
hari. Balai Kota Surabaya merupakan
salah satu spot yang ramai dikunjungi
warga kota Surabaya baik hanya untuk
berkunjung dan ada pula yang bermain
air, khususnya di malam hari dan pada
akhir pekan seperti yang terlihat pada
Gambar 6.
Gambar 6. Air mancur menari di balai kota
Surabaya
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2016
Awalnya penerapan tema sparkling
terlihat pada Taman Pelangi di Jl.
Ahmad Yani, dengan memberikan efek
cahaya pada sculpture yang terdapat di
tengah taman seperti yang terlihat pada
Gambar 7.
Ramadhani, Pengembangan Desain Kursi Taman Bungkul
115
Gambar 7. Taman Pelangi Surabaya
Sumber : Website Resmi Kota Surabaya,
www.surabaya.go.id, diakses pada 10 Juli 2016
Desain sculpture yang dinamis dan
membentuk seperti kipas yang terbuka
memiliki warna putih dan terlihat jelas
ketika siang hari, sedangkan ketika
malam hari, sorotan lampu warna-
warni pada batang-batang sculpture
memberikan kesan kilauan pada Taman
Pelangi.
Desain yang diterapkan pada beberapa
spot di Surabaya sebagai ungkapan dari
Tema Sparkling Surabaya merupakan
suatu pesan kepada warga kota maupun
pengunjung. Pettersson (2013)
menjelaskan bahwa desain pesan
(message design) adalah induk bagi
tujuan yang berlainan. Komponen
utama dalam desain pesan adalah kata-
kata, visual dan bentuk. Komponen-
komponen utama ini dapat digunakan
dalam berbagai cara unik untuk
menghasilkan, mentransmisikan dan
menafsirkan pesan dari berbagai jenis
dalam situasi komunikasi. Tergantung
pada tujuan yang berbeda dari pesan,
kita dapat melihat berbagai genus
"desain pesan."
Implementasi lain dari tema sparkling
pada Kota Surabaya selain memberikan
efek sorotan cahaya warna-warni
adalah memberikan sentuhan tipografi
di pinggir jalan-jalan protokol di
Surabaya, konsep ini merupakan suatu
visual identity atau identitas yang
menunjukkan suatu kota (Safanayong.
2007 dalam Indrojarwo, dkk. 2011).
Bentuk ―penanda‖ pada jalan-jalan di
Surabaya berupa bentuk-bentuk alfabet
yang menuliskan nama jalan atau nama
tempat. Hal ini terkait dengan Teori
Gestalt adalah sebuah teori yang
menjelaskan proses persepsi melalui
pengorganisasian komponen-
komponen sensasi yang memiliki
hubungan, pola, ataupun kemiripan
menjadi kesatuan. Teori Gestalt
cenderung berupaya mengurangi
pembagian sensasi menjadi bagian-
bagian kecil.
Teori Gestalt banyak dipakai dalam
proses desain dan cabang seni rupa,
karena banyak menjelaskan bagaimana
persepsi visual dapat terbentuk.
Persepsi jenis ini bisa terbentuk karena
Kesamaan bentuk (similarity) yang
menyatakan bahwa otak memberikan
pilihan, manusia akan memilih bentuk
paling sederhana dan stabil untuk
berkonsentrasi. Pemberian tanda jalan
dengan ukuran dan warna yang
mencolok, sehingga menjadikan tulisan
tersebut menjadi imej pada jalan-jalan
protokol yang ada di Surabaya, seperti
yang terlihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Halte Basuki Rahmat Surabaya
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2016
ATRIUM, Vol. 2, No. 2, November 2016, 109-122
116
Dari analisis obyek-obyek yang
menjadi landmark Kota Surabaya,
terdapat unsur-unsur visual yaitu unsur
pencahayaan yang terdapat pada air
mancur, unsur warna mencolok, dan
terutama unsur bentuk yang
mengangkat semiotika yaitu sebagai
penanda area dengan teknik tipografi.
Taman Bungkul Surabaya
Taman Bungkul merupakan taman
seluas + 900 m2 yang telah diresmikan
sejak tahun 2007. Pemberian nama
Bungkul diambil dari seorang tokoh
yang sangat berpengaruh dalam
penyebaran agama Islam di wilayah
Surabaya dan sekitarnya, yaitu Ki
Ageng Supo yang lebih dikenal dengan
nama Mbah Bungkul. Taman yang
memiliki sarana penunjang seperti
skateboard track, BMX track, jogging
track, plaza yang dilengkapi dengan
amfiteater beton, zona untuk
mengakses Wi-Fi yang disponsori oleh
PT Telkom, area green park dengan air
mancur, area bermain anak, serta
pujasera di bagian belakang Taman
Bungkul. Pada Tahun 2013, taman ini
mendapatkan penghargaan dari
Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai
taman terbaik se-Asia dalam
penghargaan The 2013 Asian
Townscape Award.
Dari observasi yang telah dilakukan,
implementasi tema sparkling sudah
cukup diterapkan di Taman Bungkul,
hal ini terlihat dari kesamaan penanda
yang terdapat di area depan Taman
Bungkul yang menggunakan seni
tipografi seperti pada Gambar 9.
Taman Bungkul Surabaya juga
menunjukkan kilauannya pada malam
hari melalui pilar-pilar yang terdapat di
bagian belakang amfiteater. Lampu-
lampu TL berwarna merah, biru
ditempelkan pada pilar-pilar sehingga
membuat efek menyala seperti pada
Gambar 10.
Gambar 9. Bagian Depan Taman Bungkul
Surabaya
Sumber: Dokumentasi pribadi, 2016
Gambar 10. Suasana Taman Bungkul pada
Malam Hari
Sumber : Dokumen pribadi, 2016
Terdapat 3 jenis kursi di Taman
Bungkul, untuk menampung jumlah
pengunjung yang sangat banyak,
khususnya di malam hari dan di akhir
pekan. Kursi utama yang disediakan
oleh Pemerintah Kota Surabaya berupa
kursi amfiteater yang biasanya
digunakan untuk mengadakan
pertunjukan, maupun menjadi tempat
untuk bermain in-line skate. Di
pinggiran amfiteater terdapat area
duduk dan berkumpul yang terbuat dari
semen cor seperti pada Gambar 11.
Ramadhani, Pengembangan Desain Kursi Taman Bungkul
117
Gambar 11. Kursi di Amfiteater Taman
Bungkul
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2016
Selain area amfiteater, terdapat juga
beberapa kursi di area bermain, dan di
area belakang amfiteater yang salah
satunya diberi aksen logo PT Telkom
yang menjadi sponsor akses Wi-Fi di
Taman Bungkul seperti yang terlihat
pada Gambar 12.
Gambar 12. Logo PT Telkom pada Kursi
Taman Bungkul
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2016
Pengembangan Desain berdasarkan
Analisis Visual Desain
Pengembangan desain kursi di Taman
Bungkul dilakukan setelah melakukan
komparasi kursi taman di beberapa
negara dengan mengangkat tema dari
negara tersebut. Selain melakukan
komparasi, dilakukan analisis deskriptif
visual terhadap desain beberapa objek
yang telah menerapkan tema sparkling,
seperti pada Halte di Jl Basuki Rahmat,
yang menerapkan seni tipografi sebagai
penanda area. Tipografi merupakan
bagian dari semiotika, yaitu suatu seni
yang menonjolkan karakter huruf
dengan tema tertentu sehingga dapat
membangun suatu imej. Menurut
Manuale Typographicum (1954) dalam
Sufiana (2011), mengatakan bahwa
dengan memilih dan menata huruf
dengan pengaturan penyebaran pada
ruang-ruang yang tersedia, seni
tipografi dapat memberikan suatu
kesan khusus yang menjadikan orang
yang melihat mendapatkan suatu
kenyamanan.
Penerapan tipografi pada taman-taman
di Kota Surabaya biasanya hanya
sebagai penanda taman dengan
menyusun huruf yang terangkai
menjadi nama taman dan ditempatkan
di area depan atau area masuk
pengunjung taman. Adapun Taman
Pakal yang terletak di Surabaya Barat
memberikan aksen tipografi pada
sculpture yang dikelilingi oleh kursi
cor, namun huruf hanya sebagai aksen
pembatas pinggiran sculpture, seperti
yang terlihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Taman Pakal Surabaya Timur
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2016
Dari unsur tipografi yang memberikan
imej yang kuat terhadap branding
Sparkling Kota Surabaya, maka ide
awal dari pengembangan desain kursi
taman ini menggunakan huruf yang
menyusun nama Taman Bungkul yang
difungsikan sebagai kursi, seperti yang
terlihat pada Gambar 14.
ATRIUM, Vol. 2, No. 2, November 2016, 109-122
118
Gambar 14. Sketsa awal pengembangan
desain
Sumber : Hasil analisis, 2016
Penerapan lain dari hasil analisis visual
yang mendukung tema sparkling
adalah unsur warna alami dan warna
buatan yang didukung oleh suatu
pencahayaan. Unsur warna alami dapat
terlihat pada siang hari, dimana warna
asli pada objek terlihat jelas
dikarenakan cahaya yang dipancarkan
secara alami oleh matahari. Warna
merupakan elemen yang sangat penting
dalam seni terutama pada seni lukis,
karena warna sebagai efek cahaya yang
memberi kesan pada mata, sehingga
dapat menghadirkan karakter dari suatu
bentuk yang secara psikologis
mempengaruhi perasaan. Menurut
Darmaprawira (2002) dalam Gulendra
(2010) bahwa warna dapat
mempengaruhi jiwa manusia dengan
kuat atau dapat mempengaruhi emosi
manusia. Warna juga dapat
menggambarkan suasana hati.
Warna yang banyak digunakan pada
elemen yang mencerminkan sparkling
di Kota Surabaya lebih banyak
menggunakan warna putih dan warna
merah, seperti yang terlihat pada
Gambar 15, pada tulisan Balai Kota
yang berdekatan dengan air mancur
menari di halaman Kantor Balai Kota
Surabaya.
Gambar 15. Landmark Balai Kota Surabaya
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016
Dari analisis warna yang telah
dilakukan, sehingga warna yang
digunakan agar tetap selaras dengan
elemen-elemen kota yang telah ada
digunakan warna merah dan putih,
seperti yang terlihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Penerapan warna terhadap
desain
Sumber : Hasil analisis, 2016
Dalam unsur perancangan, hal yang
berpengaruh bukan hanya mengenai
bentuk, warna, dan juga tekstur, tetapi
adanya suatu cahaya buatan yang
mendukung menciptakan suasana
berkilau. Faktor-faktor penting dalam
penerapan pencahayaan terhadap suatu
objek adalah warna cahaya, warna
objek, warna refleksi cahaya yang
dihasilkan, dan arah cahaya (Harjanto,
2009). Aksen warna dan pencahayaan
menjadi daya tarik yang kuat dari air
mancur menari yang terdapat di
Jembatan Kenjeran Surabaya seperti
pada Gambar 17.
Ramadhani, Pengembangan Desain Kursi Taman Bungkul
119
Gambar 17. Air mancur menari jembatan
Kenjeran Surabaya
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016
Dari unsur pencahayaan yang telah di
kaji sesuai dengan hasil observasi dan
kajian teori visual desain, maka
penggunaan warna cahaya kuning
sebagai latar dari kursi taman ini
dilakukan agar timbul keseimbangan
antara bentuk, warna dan cahaya pada
desain. Karena pemberian cahaya yang
terlalu mencolok dapat menghilangkan
esensi dari bentuk dan warna yang
telah ada. Lampu diletakkan di bagian
belakang dari masing-masing kursi dan
memberikan efek menyebar di sekitar
kursi taman seperti pada Gambar 18.
Gambar 18. Penerapan pencahayaan pada
desain
Sumber : Hasil analisis, 2016
Desain Akhir
Setelah melakukan studi perbandingan
dengan kursi taman dari negara lain,
melakukan observasi dan tinjauan
pustaka, maka desain akhir dari
pengembangan kursi di Taman
Bungkul adalah rangkaian huruf yang
membentuk tulisan Taman Bungkul.
Penggunaan huruf disesuaikan dengan
jenis huruf yang telah digunakan pada
elemen penanda seperti di Balai Kota
maupun di Halte Basuki Rahmat.
Penggunaan warna merah dan putih
dan diberikan efek cahaya dari bagian
belakang kursi. Jika dilihat dari tampak
depan secara garis lurus, maka kursi-
kursi tersebut jelas terbaca sebagai
rangkaian huruf, dan jika dilihat secara
perspektif maka akan ada bagian
menonjol yang difungsikan sebagai
kursi, seperti pada Gambar 19 dan
Gambar 20.
Gambar 19. Tampak depan desain akhir
kursi
Sumber : Hasil analisis, 2016
Gambar 20. Tampak perspektif desain akhir
kursi
Sumber : Hasil analisis, 2016
Penempatan Desain
Penempatan desain kursi di Taman
Bungkul menyesuaikan dimensi
keseluruhan kursi yang kira-kira
membutuhkan ruang seluas 7 m2, dan
area tersebut terdapat di bagian
belakang amfiteater, seperti pada
Gambar 21, dan Gambar 22
menunjukkan pencahayaan kursi ketika
malam hari.
ATRIUM, Vol. 2, No. 2, November 2016, 109-122
120
Gambar 21. Gambar perspektif desain akhir
Sumber : Hasil analisis, 2016
Gambar 22. Gambar perspektif desain akhir
pada malam hari
Sumber : Hasil analisis, 2016
Kesimpulan
Dari observasi dan analisis yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Furnitur pada taman kota, salah satu
contohnya adalah kursi taman, dapat
menjadi suatu ikon untuk
menguatkan imej suatu kota.
2. Penerapan tema Sparkling Surabaya
pada elemen furnitur seperti
penanda pada jalan protokol dan
area rekreasi telah terlihat, namun
belum terlalu kuat pada furnitur
pada taman-taman kota.
3. Konsep sparkling yang muncul pada
desain elemen yang telah ada, yaitu
konsep tipografi, konsep warna dan
pencahayaan, ketiga hal ini masuk
dalam teori visual desain.
4. Dari analisis visual desain yang
telah dilakukan, maka
pengembangan desain kursi pada
Taman Bungkul mengadopsi konsep
tipografi, warna, dan pencahayaan
seperti desain yang telah ada.
Daftar Pustaka
Altman, I. (1975). The environmental
and social behaviour.
California: Brooks/Cole
Publishing Company.
Bulduk, B. (2012). An analysis of the
use of urban furniture in city
advertising in terms of
aesthethic/visual appreciation
training. City Design. Procedia-
Social and Behavioural Science
46 ; p: 3279 – 3283. ISSN :
1877-04281.
Departemen PU. (2008) Pedoman
penyediaan dan pemanfaatan
ruang terbuka hijau di kawasan
perkotaan. Dirjen Penataan
Ruang.
Gulendra, I Wayan. (2010). Pengertian
warna dan tekstur. (jurnal
online).
http://jurnal.isidps.ac.id/index.p
hp/artikel/article/view/323 di
akses 10 Oktober 2016
Harjanto, R. (2009). Prinsip-prinsip
periklanan. Jakarta: PT
Gramedia.
Indrojarwo, Baroto T., & Sabar, Z.
(2011). Visual design study of
city branding of Surabaya as a
national creative industry
center with MDS method.
Surabaya: ITS.
Lee, B., Chan, YH., Denise, LH., Tang,
MX. (2012). Park seating
furniture design in Hong Kong:
A case study of inclusive design
and its relation to user
interaction. school of design.
The Hong Kong Polytechnic
University.
Pettersson, R. (2013). Information
design: Message design,
international institute for
information design (IIID) 1170
Wien. Austria: Palffygasse 27 /
17.
Ramadhani, Pengembangan Desain Kursi Taman Bungkul
121
Rose, G. (2001). Visual methodologies.
London: SAGE Publication.
Sachari, A. (2007). Desain gaya dan
realitas. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Sufiana. (2011). Analisis semiotika
tipografi alien sebagai media
pembelajaran huruf pada anak
usia dini (studi kasus poster i'm
alien 'you). Prosiding
Konferensi Nasional "Inovasi
Dalam Desain dan Teknologi‖
IDeaTech 2011. ISSN : 2089-
1121.