PENGEMBANGAN BAHAN JAR FISIKA BERBASIS ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Jhun...
Transcript of PENGEMBANGAN BAHAN JAR FISIKA BERBASIS ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Jhun...
PENGEMBANGAN BAHAN JAR FISIKA BERBASIS KONTEKSTUAL MATERI
FLUIDA STATIS SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 6 MODEL LUBUKLINGGAU
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Oleh:
Jhun Sobri1, Tri Ariani.
2, Yaspin Yolanda.
3
Alumni Prodi Fisika STKIP-PGRI1, Pembimbing Utama
2,
Pembimbing Pendamping3
Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar Fisika berbasis kontekstual materi
fluida statis siswa kelas XI di SMA Negeri 6 Model Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2018/2019 dan untuk mendeskripsikan karakteristik bahan ajar Fisika berbasis kontekstual yang
dikembangkan memenuhi sasaran kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan pada siswa kelas XI
di SMA Negeri 6 Model Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2018/2019. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI dan subjek penelitian ini terdiri dari 23 siswa kelas XI IPA 4
SMA Negeri 6 Model Lubuklinggau. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara,
angket, tes, dan observasi. Persentase keseluruhan komponen bahan ajar adalah 81,82% (sangat
baik). Persentase respon siswa terhadap bahan ajar berbasis kontekstual yaitu 79,78% (sangat baik). Selain itu dari hasil tes ulangan harian memiliki persentase keefektifan 86,95% (sangat
baik) siswa yang memperoleh nilai di atas 70 dari 10 butir soal tes. Nilai thitung > ttabel dengan
nilai thitung = 3,69 dan ttabel = 1,717. Sehingga penggunaan bahan ajar berbasis kontekstual dapat dikatakan valid, praktis dan efektif.
Kata kunci: Bahan ajar, Fluida Statis, Pembelajaran Kontekstual
ABSTRACT
This study aims to develop contextual teaching material based on static fluid material for students of class XI in Lubuklinggau 6 Public High School in 2018/2019 Academic Year and to
describe the characteristics of contextual-based Physics teaching materials developed to meet
the goals of validity, practicality, and effectiveness in class XI students. in Lubuklinggau 6 Model State High School 2018/2019 Academic Year. The population of this study were all
students of class XI and the subject of this study consisted of 23 students of class XI IPA 4 of
State Senior High School 6 Model Lubuklinggau. Data collection is done by interview
techniques, questionnaires, tests, and observations. The overall percentage of teaching material components is 81.82% (very good). The percentage of student responses to contextual-based
teaching materials is 79.78% (very good). In addition, from the results of daily test results, the
effectiveness percentage of 86.95% (very good) of students who received scores above 70 out of 10 test items. The value of t count> t table with the value of t count = 3.69 and t table = 1.717.
So that the use of contextual based teaching materials can be said to be valid, practical and
effective.
Keywords: Teaching materials, Static Fluid, Contextual Learning.
1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau
2 dan 3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
A. PENDAHULUAN
Dalam pendidikan formal dan
sistem pendidikan Indonesia, salah satu
mata pelajaran diajarkan di sekolah adalah
Fisika. Karena Fisika merupakan ilmu
yang mempelajari tentang fenomena
gejala alam dan tak lepas dari penerapan
kehidupan sehari-hari. Fisika juga
merupakan ilmu universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern dan
mempunyai peran penting dalam berbagai
disiplin ilmu dan mengembangkan daya
pikir manusia. Untuk menguasai dan
meciptakan teknologi dimasa depan
diperlukan penguasaan konsep-konsep
Fisika sejak dini dan dilakukan suatu
tindakan yang terencana. Oleh karena itu,
Fisika berperan mempersiapkan siswa
atau generasi penerus agar dapat
menghadapi tantangan-tantangan di
kehidupan yang semakin berkembang dan
modern. Persiapan-persiapan yang
tersebut dilakukan dengan membekali
siswa kemampuan berpikir logis,
mengembangkan, pemahaman konsep,
sistematis, mandiri, dan kreatif, serta
kemampuan menerapkan aplikasi dalam
kehidupan sehari-hari dari teori dan
bekerja sama dalam pemecahan masalah.
Jhonson (2009:32) mendefinisikan
CTL adalah sebuah sistem yang
menyeluruh. CTL terdiri bagian-bagian-
bagian yang saling berhubung, jika
bagian-bagian ini terjalin suatu sama lain,
maka akan dihasilkan pengaruh yang
melebihi hasil yang diberikan bagian-
bagian secara terpisah.
Yolanda (2014:27) menyatakan
bahwa pembelajaran CTL adalah konsep
belajar dimana guru menghadirkan dunia
nyata kedalam kelas dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimiliki dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari, sementara
siswa memperoleh pengetahuan dan
keterampilan dari konteks yang terbatasi
sedikit demi sedikit dan dari proses
mengkonstruksi sendiri sebagai bekal
untuk memecahkan masalah dalam
kehidupannya sebagai anggota
masyarakat.
Perkembangan suatu era globalisasi
dan kualitas peradaban, tidak akan lagi
disadarkan pada kekuatan sumber daya
alam secara utuh melainkan sangat
diperlukan manusia-manusia yang mampu
mengembangkan suatu produk atau
komponen penting dalam pelaksanaan
pembelajaran yaitu melalui suatu
pengembangan buku ajar.
Buku ajar merupakan komponen
penting dalam pembelajaran. Buku ajar
yang disampaikan oleh seorang guru
hendaknya mengacu kepada tujuan yang
telah digariskan dalam kurikulum. Selain
itu, bahan ajar idealnya juga sesuai
dengan kondisi lingkungan setempat agar
pembelajaran lebih bermakna. Oleh
karena itu, guru mempunyai keleluasan
untuk mengembangkan buku ajar yang
akan disampaikan sejauh tidak
menyimpang dengan tujuan.
Sumariato (2018:23) mendefinisikan
buku ajar adalah sebuah karya tulis
berbentuk buku dalam bidang tertentu,
merupakan buku standar yang digunakan
guru dan siswa dalam proses
pembelajaran untuk maksud-maksud dan
tujuan instruksional.
Pratama dkk (2016:90) menyatakan
buku ajar merupakan media pembelajaran
cetak yang dapat digunakan untuk
memudahkan pendidik dan peserta didik
guna meningkatkan kompetensinnya.
Fluida statis adalah ilmu yang
mempelajari tentang zat alir dalam kondisi
diam khususnya zat cair dan gas dan
merupakan salah satu materi dalam mata
pelajaran Fisika dalam setiap indikator
mempunyai hubungan dalam kehidupan
sehari-hari. Sehingga aplikasi
penerapannya materi fluida statis ini
sangat cocok dalam pembelajaran
kontekstual, sehinggga materi sangat
penting diajarkan secara optimal sehingga
peserta didik bisa mengetahui penerapan
dari kehidupan sehari-hari dari teori
tersebut.
Alasan perlu diterapkan
pembelajaran kontekstual berdasarkan
definisi Fisika merupakan ilmu yang
mempelajari tentang gejala alam sehingga
pembelajaran kontekstual sangat cocok
sekali dalam mata pelajaran Fisika karena
pembelajaran kontekstual merupakan
konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata dan dapat
mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimiliki dan
penerapannya dalam situasi nyata yakni
dalam kehidupan sehari-hari sehingga
pemahaman konsep Fisika yang
melibatkan keterlibatan siswa secara aktif
baik fisik maupun mental akan
mendapatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan latar belakang yang
diuraikan di atas tampak betapa
pentingnya pengembangan bahan ajar
berbasis kontekstual dalam penyelesaian
masalah sehingga menghasilkan lulusan
yang mampu mengembangkan suatu
produk tujuannya menerapkan suatu teori
dalam kehidupan nyata. Maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul β Pengembangan Bahan Ajar
Fisika Berbasis Kontekstual Materi Fluida
Statis Siswa Kelas XI SMA Negeri 6
Model Lubuklinggau Tahun Pelajaran
2018/2019β.
B. KAJIAN TEORITIK
1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan inti dari
proses pendidikan yang berbentuk
komunikasi dua arah, yaitu antara peserta
didik dengan pendidik serta antara peserta
didik dalam rangka perubahan sikap.
Komalasari (2010:3) menyatakan
pembelajaran merupakan suatu sistem
atau proses membelajarkan subjek didik
atau pembelajar yang direncanakan atau
didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi
secara sistematis agar subjek didik atau
pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran secara efektif.
Hosnan (2016:18) menyatakan
pembelajaran merupakan proses dasar dari
pendidikan. Disanalah lingkup terkecil
secara formal yang menentukan dunia
pendidikan berjalan baik atau tidak.
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
adalah proses interaksi yang dirancang,
dilaksanakan, serta dievaluasi secara
sistematis oleh guru untuk membuat siswa
memahami dan mencapai tujuan
pembelajaran sehingga terjadi perubahan
perilaku siswa ke arah yang lebih baik.
2. Pembelajaran Kontekstual
Hosnan (2016:267) menyatakan bahwa
pembelajaran kontekstual merupakan
konsep belajar dimana guru menghadirkan
dunia nyata kedalam kelas dan mendorong
siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapanya dalam kehidupan sehari-hari.
Yolanda (2014:26) menyatakan sistem
Contextual Teaching and Learning (CTL)
merupakan proses pendidikan yang
bertujuan membantu siswa melihat makna
dalam bahan pekerjaan yang mereka
pelajari dengan cara menghubungkan
dengan konteks kehidupan mereka sehari-
hari yaitu dengan konteks lingkungan,
pribadinya, sosialnya, dan budayanya.
Berdasarkan beberapa definisi
pembelajaran kontekstual tersebut dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran
kontekstual adalah pembelajaran yang
mengaitkan antara materi yang dipelajari
dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari,
baik dalam lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat maupun warga negara, dengan
tujuan untuk menemukan makna materi
tersebut bagi kehidupanya dan
mempunyai tujuh komponen
pembelajaran kontekstual yang membantu
guru dalam melakukan kegiatan belajar
mengajar karena setiap komponen tersebut
sangat membantu sekali dalam proses
belajar mengajar.
Sementara itu, Ditjen Dikdasmen
(dalam komalasari 2010:11-12)
menyebutkan tujuh komponen utama
pembelajaran kontekstual, yaitu:
1. Konstruktivisme.
Konstruktivisme (constructivism)
adalah proses atau menyusun pengetahuan
baru dalam struktur kognitif peserta didik
berdasarkan pengalaman pribadinya serta
fase dilaksanakan pada menyampaikan
suatu apersepsi kepada peserta didik
sebelum melakukan proses belajar.
2. Menemukan (inquiry).
Menemukan (inquiry) adalah proses
pembelajaran yang didasarkan pada
pencarian dan penemuan melalui berpikir
secara sistematis. Pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat
seperangkat fakta-fakta, melainkan hasil
dari menemukan.
3. Bertanya (questioning).
Bertanya (questioning) adalah belajar
hakikatnya bertanya dan menjawab,
bertanya dapat dipandang sebagai refleksi
dari keingintahuan setiap individu
terhadap sesuatu yang baru.
4. Masyarakat belajar (learning
community).
Masyarakat belajar adalah kerja sama
atau belajar bersama dan sebuah
masyarakat atgau kelompok. Hal ini dapat
melakukan menerapkan pembelajarn
kelompok
5. Pemodelan (modelling).
Pemodelan adalah pembelajaran
dengan memperagakan sesuatu serbagai
contoh yang dapat ditiru oleh peserta
didik. Dalam pembelajaran keterampilan
atau pengetahuan tertentu ada model yang
bisa ditiru
6. Refleksi (reflection).
Refleksi adalah proses pengendapan
pengetahuan dan pengalaman dilakukan
dengan cara mengurutkan kembali
kejadian-kejadian peristiwa pembelajaean
yang telah diprosesnya
7. Penilaian yang sebenarnya (authentic
assesment)
Penilaian yang sebenarnya adalah
proses yang dilakukan guru untuk
mengumpulkan informasi tentang
perkembangan belajar yang dilakukan
oleh siswa.
3. Konsep Model Pengembangan yang
Digunkan
Dalam mengembangkan buku ajar
Fisika berbasis kontekstual materi model
pengembangan yang digunakan yakni
model dick and carrey
Trianto (2010:91-92) Model
perancanagan dan pengembangan
pengajaran Model Dick and Carey
mempunyai tahapan tahapan sebagai
berikut:
a. Indentifikasi Tujuan Pengajaran
(Identity Instructional Goals).
Tahap awal model ini adalah
menentukan apa yang diinginan agar
siswa dapat melakukanya ketika mereka
telah menyelesaikan program
pengajaranya. Definisi tujuan pengajaran
mungkin mengacu pada kurikulum
tertentu atau mungkin mengacu pada
kurikulum tertentu atau mungkin juga
berasal dari daftar tujuan sebagai hasil
need assessment, atau dari pengalaman
pratik dengan kesulitan belajar siswa
didalam kelas.
b. Melakukan Analisis Instruksional
(Conducting a Goal Analysis).
Setelah mengndentifikasi tujuan
pembelajaran, maka akan ditentukan apa
tipe belajar yang dibutuhkan siswa.
Tujuan yang dianalis untuk
mengindentifikasi keterampilan yang
lebih khusus lagi yang harus dipelajari.
Analisis ini akan menghasilkan cara atau
diagram tentang keterampilan-
keterampilan atau konsep dan menunjukan
keterampilan atau konsep tersebut dan
tujuan pembelajaran terdiri dari tujuan
instruksional umum dan khusus.
c. Mengindentifikasi Tingkah Laku
Awal/karakteristik siswa (Identity
Entry Behaviours, characteristics).
Ketika melakukan analisis terhadap
keterampilan- keterampilan yang perlu
dilatihkan dan tahapan prosedur yang
diperlu dilewati, juga harus
dipertimbangkan keterampilan apa yang
telah dimiliki siswa saat mulai mengikuti
pengajaran, yang penting juga untuk
diindentifikasi adalah karakteristik khusus
siswa yang mungkin ada hubunganya
dengan rancangan aktivitas - aktivitas
pengajaran serta tahapan ini
mengindentifikasi siswa.
d. Merumuskan Tujuan Kinerja (Write
Performance Objectives).
Berdasarkan analisis instruksional
dan pernyataan tentang tingkah laku
awal siswa, selanjutnya akan dirumuskan
pernyataan khusus tentang apa yang harus
dilakukan siswa setelah menyelesaikan
pembelajaran. Dalam tahapan ini bahwa
analisis intruksional digunakan untuk
melihat perkembangan awal siswa dalam
proses pembelajaran serta dari proses
belajar bisa mengetahui kemampuan siswa
tersebut meningkat atau menurun.
e. Pengembangan Tes Acuan Patokan
(Develop Criterian-Referenced Test
Items).
Pada tujuan yang telah dirumuskan,
maka dilakukan pengembangan butir
asesmen untuk mengatur kemampuan
siswa seperti yang diperkirakan di dalam
tujuan. Dalam tes acuan patokan
berdasarkan tujuan insturuksional khusus
dan tujuan intruksioanal umum.
f. Pengembangan Strategi Pembelajaran
(Develop Instructional Strategy
Informasi dari lima tahap selanjutnya,
maka selanjutnya akan mengidentifikasi
yang akan digunakan untuk mencapai
tujuan akhir. Strategi akan meliputi
aktivitas preinstruksional, penyampaian
informasi, praktik dan balikan, testing,
yang dilakukan lewat aktivitas.
g. Pengembangan atau Memilih
Pengajaran (Develop and Select
Instructional Materials).
Tahap ini akan digunakan strategi
pengajaran untuk menghasilkan
pengajaran yang meliputi petunjuk untuk
siswa, bahan pelajaran, tes, dan panduan
guru tahap ini juga sangat efektif
dalam kegiatan belajar.Tes merupakan
suaru cara penilaian kepada peserta didik
yang digunakan untuk mengukur
kemampuan siswa dalam aspek
penialain seorang guru.
h. Merancang dan Melaksanakan
Evaluasi Formatif (Design and
Conduct Formative Evolution).
Evaluasi merupakan kegiatan menilai
dan mengukur kemudian dilakukan untuk
mengumpulkan data yang digunakan
untuk mengidentifikasi bagaimana
meningkatkan pengajaran.
i. Revisi Pengajaran (Instructional
Revition).
Tahap ini mengulangi siklus
pengembangan perangkat pengajaran.
Data dari evaluasi sumatif yang telah
dilakukan pada tahap sebelumnya
diringkas dan dianalisis serta
diinterpretasikan untuk diidentifikasi
kesulitan yang dialami oleh siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
C. METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penelitian yang digunakan
adalah Research and Development
(R&D). Sugiyono (2012:407) menyatakan
bahwa penelitian pengembangan
(Research and Development) adalah
metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu, dan
menguji keefektifan produk tersebut.
Penelitian ini menghasilkan produk
berupa buku ajar fisika berbasis
kontekstual. Pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan kontekstual. Desain
dan pengembangan buku ajar
menggunakan model pengembangan Dick
and Carey.
Dalam buku ajar Fisika berbasis
kontekstul pada materi fluida statis
dengan menggunakan metode penelitian
Research and Development (R&D)
menggunakan teknik pengumpulan data
dan teknik analisis data sebagai berikut:
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data terdiri atas
sebagai berikut: Observasi, kuesioner atau
angket, wawancara, tes.
2. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam
mengembangkan buku ajar Fisika berbasis
kontekstual pada materi fluida statis
yakni: Analisis Kelayakan dan Respon
Siswa Terhadap Buku Ajar Fisika berbasis
kontekstual materi Fluida Statis:
Teknik analisis data untuk kelayakan
Buku Ajar Fisika Berbasis kontekstual
dan respon siswa terhadap Buku Ajar
Fisika Berbasis kontekstual dilakukan
dengan menganalisis angket atau
kuesioner yang diberikan peneliti. Lembar
angket kelayakan buku ajar tersebut
direkam menggunakan instrumen lembar
uji coba. Angket ini juga digunakan untuk
merekam respon siswa saat proses uji
coba produk dilakukan.
Tujuan utama angket ini adalah
untuk mengetahui respon siswa dan untuk
menentukan kepraktisan buku ajar fisika
berbasis kontekstual pada materi fluida
statis di SMA Negeri 6 Model
Lubukinggau tahun pelajaran 2018/2019
pada semester ganjil pada pelaksanaan uji
small group, serta pelaksanaan field test..
Sugiyono (2012:137) menyatakan
bahwa skor yang telah ditetapkan dapat
dihitung sebagai berikut
Persentase = π πππ π¦πππ ππππππππβ
π πππ ππππ πππ’π Γ 100%.
Untuk penilaian angket tentang
respon siswa terhadap buku ajar fisika
berbasis kontekstual
Evaluasi Small Group
Skor maksimum : 10 Γ 4 = 40
Skala : 4
Rentang skor : π πππ ππππ πππ’π
π ππππ =
40
4 = 10
Evaluasi field Test
Skor maksimum : 20 Γ 4 = 80
Skala : 4
Rentang skor : π πππ ππππ πππ’π
π ππππ =
80
4 = 20
Data dianalisis menggunakan uji
hipotesis. Sugiyono (2012:96)
menyatakan bahawa hipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap rumusan
masalah, dimana rumusan masalah
penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan.
Uji hipotesis menggunakan uji t,
Sugiyono (2012:250) dinyatakan
persamaan rumus sebagai berikut:
t = οΏ½Μ οΏ½β π0
π
βπ
Buku ajar Fisika berbasis
kontekstual pada materi fluida statis
dirancang oleh peneliti dengan tujuh
komponen pembelajaran kontekstual
terdapat didalam buku ajar tersebut
kemudian divallidasi oleh pakar ahli
sebagai berikut:
Validasi materi isi buku ajar
Fisika berbasis kontekstual pada materi
fluida statis oleh Bapak Ahmad Amin,
M.Si selaku dosen pendidikan Fisika.
Validasi materi juga akan dilakukan oleh
guru mata pelajaran fisika Bapak
Juniyanto M.Pd.
Untuk penilaian angket validasi
materi: Skor maksimum : 12 Γ 4 = 48
Skala : 4
Rentang skor : π πππ ππππ πππ’π
π ππππ =
48
4 = 12
Rentang
Skor
Persentase Kategori
37-48 78% β€ P<100% Sangat
Baik
25-36 53% β€ P < 75% Baik
13-24 28% β€ P < 50% Kurang
0-12 0% β€ P < 25% Sangat
Kurang
Validasi media buku ajar Fisika
berbasis kontekstual pada materi fluida
statis dan desain bahan ajar yaitu Bapak
Leo Charli, selaku dosen Pendidikan
Fisika.
Untuk penilaian angket validasi
materi: Skor maksimum :9 Γ 4 = 36
Skala : 4
Rentang skor : π πππ ππππ πππ’π
π ππππ =
36
4 = 9
Persentase rentang pada ahli media
sebagai berikut:
Rentang
Skor
Persentase Kategori
28-36 78% β€P< 100% Sangat
Baik
19-27 53% β€ P < 75% Baik
10-18 28% β€ P < 50% Kurang
0-9 0% β€ P < 25% Sangat Kurang
Validasi tata bahasa isi buku ajar
Fisika berbasis kontekstual pada materi
fluida statis yaitu Ibu Dr. Yohana
Satinem, M.Pd selaku dosen Pendidikan
Bahasa Indonesia.
Untuk penilaian angket validasi
materi: Skor maksimum :6 Γ 4 = 24
Skala : 4
Rentang skor : π πππ ππππ πππ’π
π ππππ =
24
4 = 6
Persentase rentang pada ahli media
sebagai berikut:
Rentang
Skor
Persentase Kategori
19-24 79%β€P< 100% Sangat
Baik
13-18 54% β€ P < 75% Baik
7-12 29% β€ P < 50% Kurang
0-6 0% β€ P < 25% Sangat
Kurang
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Dalam menggembangkan buku ajar
Fisika berbasis kontekstual pada materi
Fluida Statis setelah diterpakan buku ajr
tersebut didapatkan hasil bahwa
Setelah diterapkan Buku ajar Fisika
berbasis kontekstual siswa mudah
memahami antara teori dengan kehidupan
yang nyata. buku ajar Fisika berbasis
kontekstual hasilnya bisa merubah pola
pikir anak bahwa Fisika itu bukan hanya
rumus saja yang dipelajari bahwa Fisika
juga banyak juga hubungan kehidupan
yang nyata, dan Fisika tidak akan lepas
dengan kehidupan sehari-hari bahwa
sangat jelas dari definisi saja Fisika
merupakan ilmu yang mempelajari
tentang fonemena gejala alam.
Kemudian buku Fisika berbasis
kontekstual lingkungan sekitar
dimanfaatkan contohnnya aqua bekas
dijadikan siswa-siswi untuk melakukan
suatu eksperimen tentang tekanan
hidrostatis, jadi siswa βsiswi bisa
mengetahui konsep yang selama ini yang
mereka tidak tahu menjadi tahu serta buku
ajar Fisika berbasis kontekstual pada
materi fluida statis pada proses
pembelajaran dilakukan suatu
penyampaian atau membangun
pengetahuan sebelum menyampaikan
suatu apersepsi yaitu mengaitkan antara
teori dengan kehidupan yang nyata dan
uraian diatas merupakan slah satu fase
konstruktivisme.
Kelayakan Buku ajar Fisika secara
teoritik terdiri dari yakni melalui tahapan
evaluasi ahli untuk melihat kevalidan
buku ajar yang divalidasi oleh ahli materi,
desain serta tata bahasa sehingga bahan
ajar tersebut baik digunakan ke peserta
didik kemudian dalam tahap kelayakan
bahan ajar ini akan dilaksanakan uji coba
one to one, small group serta field test
kelayakan buku ajar Fisika berbasis
kontekstual pada kelayakan bahan ajar
secara teoritik terdiri dari evaluasi ahli
materi, desain serta tata bahasa secara
rinci peneliti uraikan sebagai berikut:
a. Evaluasi Ahli Materi
Dalam evaluasi materi divalidasi
oleh dosen Fisika dan guru Fisika di SMA
Negeri 6 Model lubuklinggau didapatkan
persentase akhirnya 85,41% dengan
kategori (Sangat Baik).
b. Evaluasi Ahli Media Dalam evaluasi materi divalidasi
oleh dosen Fisika yang membuat buku
ajar tersebut menjadi menarik dan
berkualitas serta didapatkan persentase
akhirnya 83,3% (Sangat Baik).
c. Evaluasi Ahli Tata Bahasa
Dalam evaluasi materi divalidasi
oleh dosen program studi Bahasa
Indsonesia yang berkompenten di dalam
bidang tersebut dengan melihat ejaan yang
digunakan tata bahasa yang digunakan
dalam penulisan tersebut serta didapatkan
persentase akhirnya 79,16% (Sangat
Baik).
Berdasarkan penilaian dari ketiga
orang ahli terhadap buku ajar berbasis
kontekstual yang sudah diuraikan di atas
menunjukkan penilaian yang sangat baik.
Oleh karena itu, buku ajar berbasis
kontekstual dapat dikatakan valid dan
dapat digunakan untuk tahap selanjutnya
yaitu tahap uji coba yang akan
dilaksanakan di SMA Negeri 6 Model
Lubuklinggau.
No Validato
r
Hasil penilaia
n
Presentase
Kategori
1 Validasi materi
120 83,3% Sangat Baik
2 Validasi media
60 83,3% Sangat Baik
3 Validasi bahasa
19 79,16%
Sangat Baik
Total 199 81,92
% Sangat Baik
2. Kelayakan Buku Ajar Secara Empiris
Dalam buku ajar fiiska berbasis
kontekstual pada materi fluida stattis
pada kelayakan buku ajar fisika berbasis
kontekstual terdiri dari pelaksanaan uji
one to one, small group serta field test
serta pelaksanaan kelayakan buku ajar
Fisika berbasis kontekstual si sekolah
SMA Negeri 6 Model Lubuklinggau
tahun pelajaran 2018/2019 pada
semester ganjil di kelas XI IPA 4 yang
akan diterapkan bahan ajar tersebut
berikut ini penjelasan kelayakan buku
ajar secara empiris akan diuraikan
sebagai berikut:
a. Pelaksanaan Uji Coba Perorangan
(One To one)
Dalam pelaksanaan uji coba
perorangan diambil siswa berjumlah tiga
orang yang berkemampuan tinggi, sedang,
rendah.
Dengan teknik pengambilan sampel
berdasarkan purvosive sampling serta
dalam pelaksanaan ini dilakukan
wawancara dengan siswa tersebut
didapatkan hasil bahwa buku ajar tersebut
dari segi materi, tata bahasa, serta media
sudah baik dan hasil itu tersebut didaptkan
dari wawancara serta tidak perlu lagi
direvisi serta layak digunakan dan
selanjutnya ketahapan small group.
b. Pelaksanaan Uji Coba Kelompok kecil
(small group) Uji coba kelompok kecil
dilaksanakan pada tanggal 25 Juli 2018
hari Kamis dilaksanakan di ruangan
multimedia SMA Negeri 6 Model
Lubuklinggau, dengan memberikan
angket yang terdiri dari sepuluh butir
pernyataan kepada enam siswa yang
diambil secara purposive sampling dari
kelas XI IPA I. Angket ini menggunakan
skala likert mempunyai gradasi dari
sangat setuju sampai sangat tidak setuju
yang dapat dikategorikan sebagai
berikut: sangat setuju (SS), setuju (S),
tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju
(STS) dan pelaksanaan diambil siswa
dengan jumlah enam orang yang teridiri
dua berkemampuan tinggi, sedang serta
rendah.
Hasil angket yang didapatkan dari
pelaksanaan uji coba kelompok kecil ini
dilakukan dengan tujuan agar dapat
melihat kepraktisan buku ajar berbasis
kontekstual dan respon siswa.
Berdasarkan komentar yang diberikan
oleh subjek uji coba kelompok kecil
tidak ada masukan maupun perbaikan
dari yang disarankan, itu artinya buku
ajar tersebut bisa digunakan tanpa revisi
dan dari angket yang diberikan kepada
siswa pada uji coba kelompok kecil ini
menunjukkan respon setuju terhadap
buku ajar berbasis kontekstual. Hasil
sikap siswa pada uji coba kelompok
kecil disajikan dalam bentuk diagram
berikut:
Diagram tersebut memperlihatkan
bahwa buku ajar berbasis kontekstual
dapat dikatakan praktis dengan persentase
16% yang sangat setuju 82% setuju serta
tidak setuju 2% tidak setuju serta 0%
sangat tidak setuju maka persentase
keseluruhan 79,16%. Hal ini menunjukkan
bahwa buku ajar berbasis kontekstual
sudah praktis dan siap digunakan tanpa
adanya perbaikan, tidak ada saran atau
masukan guna kebaikan buku ajar
berbasis kontekstual. Selanjutnya, bahan
ajar Fisika berbasis kontekstual tersebut
di uji cobakan pada ruang lingkup yang
lebih luas yaitu uji coba lapangan guna
melihat keefektifannya.
c. Pelaksanaan Uji Coba Field Test
Uji coba field test, dilakukan pada
kelas XI IPA 4 di SMA Negeri 6 Model
Lubuklinggau yang dilaksanakan pada
hari Senin dan Selasa dari tanggal 23 Juli
2018 sampai 6 Agustus 2018 yang
melibatkan 23 siswa terdiri atas 7 laki-
laki dan 16 siswa perempuan.
Pada tahap akhir ini, uji coba yang
dilakukan untuk mendapatkan informasi
yang menyeluruh tentang kualitas
produk bahan ajar berbasis kontekstual,
tahap uji coba lapangan merupakan
tahap praktikalitas. Hal ini dilakukan
untuk melihat keefektifan buku ajar
fisika berbasis kontekstual materi fluida
statis dari hasil belajar siswa. Respon
siswa pada uji lapangan ini untuk
melihat kepraktisan buku ajar.
Kemudian pada pelaksanaan field
test ini dilakukan dengan memberikan
suatu angket kepada peserta didik
dengan guna melihat kepraktisan suatu
buku ajar fisika berbasis kontekstual
pada materi fluida statis dan diberikan
kegiatan belajar mengajar telah selesai.
Pada pelaksaan field test yaitu
diamana buku ajar Fisika tersebut
diterapkan dikelas XI IPA 4 yang akan
diuji cobakan kelompok besar dan sama
16%
82%
2% 0%
halnnya dengan pelaksanaan small
group memberikan angket tertutup
kepada seluruh siswa kelas XI Ipa 4
tersebut dengan hasil pada pelaksanaan
uji kelompok besar yaitu persentase
akhirnnya 79,78% jadi dapat dikatakan
buku ajar tersebut dapat dikatakan
praktis. Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa buku ajar Fisika
berbasis kontekstual pada materi fluida
statis dapat dikatakan praktis.
3. Efektivitas Buku Ajar Fisika Berbasis
Kontekstual.
Efektivitas buku ajar Fisika Berbasis
kontekstual pada materi fluida statis di
SMA Negeri 6 Model Lubuklinggau tahun
pelajaran 2017/2018 pada semester ganjil.
Dalam penelitian ini efektivitas buku ajar
Fisika berbasis kontekstual pada materi
fluida statis hanya mengukur pada ranah
kognitif yaitu penilaian yang dilakukan
dengan memberikan sepuluh butir soal
yang sudah valid dan dilakukan setelah
kegaitan belajar mengajar telah selesai.
Setelah diterapkan buku ajar fisika
berbasis kontekstual pada materi fluida
statis bahwa didapatkan hasil dalam
kemampuan siswa dalam ranah kognitif
sangat baik data tersebut berdasarkan nilai
ulangan harian siswa dengan jumlah siswa
kelas XI IPA 4 terdii 23 siswa yang tuntas
sebesar 20 orang sedangkan yang tidak
tuntas hanya 3 orang dengan persentase
akhirnya pada ranah kongnitif ini sebesar
86.95% dengan kategori sangat baik.
E. PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis angket
validasi dari tiga orang para ahli serta
guru Fisika, buku ajar berbasis Fisika
berbasis kontekstual pada materi fluida
statis tergolong sangat baik dengan hasil
persentase 81,92%, artinya buku ajar
Fisika berbasis kontekstual pada materi
fluida statis telah valid dan kategori sangat
baik.
Setelah bahan ajar direvisi sesuai
dengan masukan, kritik dan saran dari
para ahli, selanjutnya buku ajar Fisika
diujicobakan di sekolah yaitu SMA
Negeri 6 Model Lubuklinggau. Selain itu,
untuk melihat kepraktisan bahan ajar
Fisika juga dilakukan adanya uji coba
perorangan atau one to one diambil subjek
pada kelas XI IPA 2 dan uji coba
kelompok kecil subjeknya diambil kelas
XI IPA 1. Untuk membedakan kedua
evaluasi tersebut evaluasi one to one
dilakukan dengan wawancara terhadap
tiga orang siswa dengan menjawab
sejumlah pertanyaan yang mengandung
tentang kepraktisan penggunaan buku ajar
berbasis kontekstual, sedangkan pada uji
coba kelompok kecil dilakukan dengan
pemberian angket tertutup mengenai
kepraktisan penggunaan buku ajar fisika
berbasis kontekstual pada materi fluida
statis terhadap enam orang siswa. Hasil
angket respon siswa uji coba kelompok
kecil persentansenya 79,16% maka respon
siswa dikategorikan Sangat Baik.
Setelah melakukan wawancara
dengan guru mata pelajaran kelas XI
diketahui bahwa kemampuan siswa relatif
sama sehingga peneliti langsung memilih
sesuai dengan tujuan peneliti, sampel yang
diambil untuk uji field test pada kelas XI
IPA 4 yang jumlahnnya 23 siswa yang
terdiri dari 14 Prempuan dan 9 laki-laki
serta teknik pengambilan sampel
berdasarkan purposive sampling bahwa
teknik pengambilan sampel berdasarkan
pertimbangan.
Berdasarkan nilai test ulangan
harian kelas XI IPA 4 dengan jumlah
siswa 23 yang terdiri dari 14 prempuan
dan 9 laki-laki hasil dari ulangan harian
mereka adalah 86.95% dimana 20 siswa
yang mendapatkan nilai di atas KKM
yaitu 70 artinnya siswa 20 siswa yang
tuntas sedangkan 3 siswa mendapatkan
nilai di bawah KKM. Dan persentase
keafektifan sebesar 86,95% (Sangat Baik)
sehingga dikatakan efektif.
Berdasarkan hasil penelitian senada
dengan penelitian yang terdahulu benar
adanya bahwa Yolanda (2014:38)
menyatakan Contextual Teaching and
Learning (CTL) disebut sebagai
pendekatan kontekstual karena konsep
belajar membantu guru mengaitkan antara
materi dengan situasi nyata dan
mendorong siswa dengan membuat
hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai masyarakat.
Kemudian bukan hanya menurut Yolanda
akan tetapi menurut penelitian terdahulu
yakni Hosnan (2016:267) menyatakan
bahwa pembelajaran kontekstual
merupakan konsep belajar dimana guru
menghadirkan dunia nyata kedalam kelaas
dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Kemudian hasil yang ditemukan
peneliti dalam melakukan penelitian
dalam melakukan mengembangkan buku
ajar Fisika berbasis kontekstual
didapatkan bahwa pada pembelajaran
kontekstual mempunyai suatu kelebihan
yaitu siswa lebih aktif dalam proses
belajar mengajar kemudian siswa mudah
memahami suatu konsep sehingga peserta
didik bisa mengaplikasikan suatu teori
dengan kehidupan nyata serta
pembelajaran lebih bermakna dan siswa
bukan dituntut menghapal sehingga daya
ingat siswa terhadap materi tidak akan
mudah lupa serta hasil belajar siswa
meningkat karena proses kegiatan belajar
mengajar menggunkan pembelajaran
kontekstual yang mempunyai tujuh
komponen penting dalam proses
pembelajaran kontekstual yang membantu
guru dan memudahkan seorang guru
dalam mengajar.
Pembelajaran kontekstual ini sangat
cocok sekali dalam mata pelajaran Fisika
karena berdasarkan definisi Fisika bahwa
ilmu yang mempelajari peristiwa atau
gejala alam sehingga sesuai dengan
diharapkan untuk mengaplikasikan suatu
materi tersebut dengan kehidupan yang
nyata sedangkan kekurangan
pembelajaran kontekstual ini yang
ditemukan peneliti dalam
mengembangkan buku ajar tersebut bahwa
pembelajaran kontekstual ini mempunyai
suatu kekurangan yaitu guru tidak lagi
sebagai pusat pembelajaran peserta didik
karena setiap tujuh komponen
pembelajaran kontekstual khususnnya
pada komponen menemukan dan belajar
kelompok yang sangat berperan penting
menekankan siswa lebih aktif dan mandiri
dalam kegiatan proses belajar mengajar.
Berdasarkan uraian diatas kelebihan
dan kekurangan pada pembelajaran
kontekstual yang ditemukan oleh peneliti
mempunyai kesamaan dengan penelitian
yang terdahulu bahwa adannya kebenaran
pada pembelajaran kontekstual yakni:
Hosnan (2014:279) menyatakan model
pembelajaran kontekstual mempunyai
kelebihan dan kekuragan sebagai berikut:
Pembelajaran menjadi lebih
bermakna dan real artinya, siswa dapat
dituntut dapat menangkap hubungan
antara pengalaman belajar disekolah
dengan kehidupan yang nyata. Hal ini
sangat penting, sebab dengan
mengorelasikan materi ditemukan dengan
kehidupan yang nyata, bukan saja bagi
siswa materi itu akan berfungsi secara
fungsional, akan tetapi materi yang akan
dipelajarinya akan tertanam erat dalam
memori siswa. Sehingga tidak mudah
dilupakan.
Pembelajaran lebih produktif dan
mampu menumbuhkan penguatan konsep
kepada siswa karena metode pembelajaran
kontekstual menguat aliran
konstuktivisme, dimana seorang siswa
dituntut untuk menemukan pengetahuan
sendiri. Melalui landasan filosofis
konstruktivisme, siswa diharapkan belajar
melalui β mengalamiβ bukan mengahapal.
Dalam penelitian ini pengembangan
buku ajar Fisika berbasis kontekstual pada
materi Fluida Statis menggunakan model
pengembangan model dick and carey.
Karena model tersebut mempunyai
kelebihan yaitu langkah βlangkah model
tersebut sangat terperinci serta sangat
cocok sekali dalam dunia pendidikan.
Dalam model tersebut terdiri sepuluh
langkah yang sistematis akan tetapi dalam
penelitian ini hanya sampai sembilan
langkah saja yaitu sampai revisi dan
melaksanakan test dan tidak hanya sampai
pada evaluasi suamatif dikarenakan
peneliti melakukan penelitian hanya satu
bulan saja sehingga evalusi sumatif
tersebut tidak dilakukan.
F. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dengan
menggunakan buku ajar Fisika berbasis
kontekstual pada materi Fluida Statis di
SMA Negeri 6 Model Luklinggau tahun
pelajaran 2018/2019 pada semester Ganjil
serta sampel diteliti pada kelas XI IPA 4
yang jumlannya 23 siswa yang teridiri dari
14 laki-laki dan 9 perempuan serta uji
coba one to one pada kelas XI IPA 2 serta
pelaksanaan uji coba small group kelas XI
IPA 1 kemudian teknik pengambilan
sampel yaitu purposive sampling yaitu
teknik pengambilan sampel berdasarkan
pertimbangan, kemudian pelaksanaan
penerapan buku ajar pada kelas XI IPA 4
yang digunakan peneliti untuk uji coba
field test. Berikut ini hasil penelitian
terhadap buku ajar Fisika berbasis
kontekstual pada materi Fluida Statis di
SMA Negeri 6 Model Lubuklinggau tahun
pelajaran 2018/2019 semester Ganjil
Buku ajar Fisika berbasis
kontekstual pada materi Fluida Statis
yang telah dikembangkan dievaluasi
oleh ahli dan direvisi sesuai dengan
kritik, saran dan tanggapan dari para
ahli. Hasil penilaian validator terhadap
kualitas buku ajar Fisika berbasis
kontekstual pada komponen kelayakan
materi memliki persentase sebesar
83.3%, sementara itu untuk media
memiliki persentase 83,3% dan untuk
komponen kebahasaan memiliki
persentase 79,16%. persentase
keseluruhan komponen tersebut adalah
81.82% sehingga buku ajar Fisika
berbasis kontekstual pada materi Fluida
Statis dikatakan telah valid dengan
kategori sangat baik.
Buku ajar yang telah divalidasi
kemudian uji coba di SMA Negeri 6
Model Lubuklinggau. Pelaksanaan uji
one to one peneliti mewancarai tiga
orang siswa diambil secara purposive
sampling yaitu teknik pengambilan
sampel berdasarkan pertimbangan siswa
yang berkemampuan tinggi, sedang,
rendah pada kelas IPA 2. Sedangkan uji
coba small group dilakukan dengan
pemberian angket tertutup mengenai
kepraktisan penggunaan buku ajar
berbasis kontekstual terhadap enam
orang siswa diambil kelas XI IPA 1.
Hasil angket respon siswa uji coba small
group persentasenya 79,16% maka
respon siswa dikategorikan sangat baik.
Uji coba kepraktisan buku ajar berbasis
kontekstual dilakukan guna untuk
melihat kepraktisan penggunaan bahan
ajar berbasis kontekstual, selain tahap uji
one to one dan small group juga
dilakukan uji coba field test yaitu
79.78% dengan kategori sangat baik,
sedangkan presentase respon siswa
terhadap pembelajaran kontekstual
dengan persentase 91.07% kategori
sangat baik. Artinya buku ajar Fisika
berbasis kontekstual pada materi Fluida
statis di SMA Negeri 6 Model
lubuklinggau tahun pelajaran 2018/2019
semester ganjil dapat dikatakan paraktis
serta dapat layak digunakan.
Pada kefektivan buku ajar Fisika
berbasis kontekstual pada materi fluida
statis hasilnya adalah : persentase tes
ulangan harian 86.95%dengan kategori
sangat baik siswa memperoleh nilai
diatas 70 dan pas KKM sebanyak 20
siswa sedangkan yang di bawah dari
KKM di bawah 70 dari sepuluh butir
soal tes sehingga buku ajar Fisika
berbasis kontekstual pada materi fluida
statis statis di SMA Negeri 6 Model
lubuklinggau tahun pelajaran 2018/2019
semester Ganjil dapat dikatakan efektif.
Jadi dapat disimpulkan bahwa buku ajar
Fisika berbasis kontekstual pada materi
Fluida Statis dapat dikatakan valid,
praktis dan efektif sehingga buku ajar
tersebut layak digunakan dalam proses
belajar mengajar.
G. SARAN
Adapun saran pemanfaatan dan
pengembangan produk lebih lanjut adalah
sebagai berikut: Penulis menyarankan
buku ajar Fisika berbasis kontekstual
dapat digunakan dalam pembelajaran
materi Fluida Statis karena telah
mendapatkan nilai penilaian sangat baik
dan layak digunakan.
Buku ajar Fisika berbasis
kontekstual bisa dikolaborasikan dengan
model pembelajaran yang lain selama
menyertakan tujuh komponen penting
dalam pembelajaran kontekstual.
Penulis menyarankan guru buku
ajar Fisika berbasis kontekstual pada
materi Fluida Statis dapat membantu guru
dalam menyampaikan suatu materi serta
model tersebut mempunyai tujuh
komponen pembelajaran kontekstual.
H. DAFTAR PUSTAKA
Johnson, B Elaine. 2009. Contextual
Teaching & Learning. California:
Corwin Press
Hosnan, M. 2016. Pendekatan Saintifik
dan Kontekstual Dalam
Pembelajaran Abad 21. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran
Kontekstual Konsep dan Aplikasi.
Bandung: PT Refika Aditama
Pratama Martin Artiyano, Mohamad
Amin & Endang Suarsini .2016.
Pengembangan Buku Ajar
Matakuliah Biokteknologi di
Universitas Jember. No 10 vol 1
Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan &
Desain Sistem Pembelajaran.
Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sumarianto. 2018. Analisis Buku Ajar
Pendidikan Agama Islam Dalam
Perspektif Badan Standar Nasional
Pendidikan.Tesis
Trianto. 2007. Model Pembelajaran
Terpadu dalam Teori dan Praktek.
Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Trianto. 2010. Model Pembelajaran
Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Yolanda.Y. 2014. Kualiatas Bata Bata
Campuran Kotoran Sapi Serta
Implementasi Pada Pembelajaran
Fisika Materi Tekanan
Menggunakan Pembelajaran
dengan Pendekatan CTL di SMP
Negeri 1 Lubuklinggau. Tesis