PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB...

118
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK KELAS IV SEKOLAH DASAR (Tesis) Oleh ISNAINI FITRAH SARI PROGRAM STUDI MAGISTER KEGURUAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Transcript of PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB...

Page 1: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL

GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

KELAS IV SEKOLAH DASAR

(Tesis)

Oleh

ISNAINI FITRAH SARI

PROGRAM STUDI MAGISTER KEGURUAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 2: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

ABSTRAK

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI

MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

KELAS IV SEKOLAH DASAR

Oleh

ISNAINI FITRAH SARI

Penelitian dan pengembangan ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar

berupa modul berbasis lokal melalui model guided inquiry learning untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menguji efektivitas, dan perbedaan

hasil belajar. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian dan

pengembangan (Research and Development) yang merujuk pada teori Borg and

Gall. Populasi penelitian adalah peserta didik kelas IV SD di Kecamatan Raman

Utara, dan sampel 20 peserta didik kelas IV SDN 1 Kota Raman. Instrumen yang

digunakan adalah tes untuk mengukur hasil belajar, lembar observasi kemampuan

berpikir kritis peserta didik, dan angket untuk mengetahui kelayakan produk

bahan ajar. Produk akhir penelitian ini adalah bahan ajar berupa buku suplemen

pembelajaran yang telah divalidasi oleh ahli materi, ahli media, dan ahli bahasa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk bahan ajar yang dikembangkan

layak untuk digunakan, efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis,

serta terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik yang menggunakan bahan ajar

Page 3: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

berbasis lokal melalui model guided inquiry learning dengan peserta didik yang

tidak menggunakan bahan ajar berbasis lokal melalui model guided inquiry

kearning.

Kata Kunci: bahan ajar, lokalitas, guided inquiry learning, dan berpikir kritis

Page 4: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF TEACHING MATERIALS USING LOCAL-

BASED THROUGH GUIDE INQUIRY LEARNING MODEL TO

IMPROVE LEARNERS’S CRITICAL THINKING ABILITY IN FOURTH

GRADE ELEMENTARY SCHOOL

By

ISNAINI FITRAH SARI

This study aims to develop module of teaching materials local-based through

guided inquiry learning to improve critical thinking skills, test the effectiveness,

and the difference of result study. The research method is Research and

Development (R & D) refers to the theory of Borg and Gall. The study population

was fourth grade elementary school students in Raman Utara sub-district, and a

sample of 20 fourth grade students at SDN 1 Kota Raman. The instruments that

used were tests to measure student learning outcomes, observation sheets to

critical thinking skills, and questionnaire to find out the feasibility of teaching

material products. The final product of this research is teaching material as a

learning supplement books that has been validated by material experts, media

experts, and linguists. The results showed that the teaching materials developed

are feasible to use, the materials developed could be used which is effective in

improving critical thinking ability,and the result study of students who use local-

based teaching materials through guided learning inquiry model is higher than the

Page 5: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

result study of students who do not use local-based teaching materials through

guided inquiry learning models.

Keywords: teaching materials, locality, guided inquiry learning, and critical

thinking

Page 6: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL

GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

KELAS IV SEKOLAH DASAR

Oleh

ISNAINI FITRAH SARI

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

MAGISTER PENDIDIKAN

pada

Program Studi Magister Keguruan Guru SD

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

PROGRAM STUDI MAGISTER KEGURUAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 7: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN
Page 8: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN
Page 9: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN
Page 10: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

RIWAYAT HIDUP

Peneliti bernama Isnaini Fitrah Sari. Peneliti lahir di

Taman Cari, Kecamatan Purbolinggo, Kabupaten Lampung

Timur, pada tanggal 30 Maret 1993. Peneliti adalah anak

kedua dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Wasikin dan

Ibu Sri Wulandari.

Pendidikan formal yang telah diselesaikan peneliti sebagai berikut.

1. TK Ma’arif Taman Cari, Purbolinggo, Lampung Timur lulus pada tahun 1999.

2. SD Negeri 4 Raman Fajar, Raman Utara, Lampung Timur lulus pada tahun 2005.

3. SMP Negeri 1 Raman Utara, Lampung Timur lulus pada tahun 2008.

4. SMA Negeri 1 Purbolinggo, Lampung Timur lulus pada tahun 2011.

5. S1 PGSD Universitas Lampung lulus pada tahun 2015.

Tahun 2016 peneliti terdaftar sebagai mahasiswa S2 Program Studi Magister Keguruan

Guru Sekolah Dasar Universitas Lampung.

Page 11: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmanirrohim…

Kupersembahkan karya ilmiah ini, sebagai rasa syukur kepada Allah dan untuk:

Ayah dan Ibu tercinta, Bapak Wasikin dan Ibu Sri Wulandari

yang selalu memanjatkan doa untuk putri tercinta dalam setiap sujudnya

Kakakku tercinta Sigit Wahyudi

Yang selalu memberikan motivasi dalam setiap senyuman dan semangat untuk terus

berjuang dalam menggapai cita-cita

Yang tercinta Kakak Iparku Yuni Lukfiati

Yang selalu memberikan senyum, dukungan dan motivasi untuk terus berjuang dalam

menyelesaikan tesis ini

Keponakanku tercinta Putri Nigita Wahyudi yang selalu memberi keceriaan

Almamater tercinta Universitas Lampung

Page 12: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

MOTTO

”Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka

mengubah diri mereka sendiri”

(Q.S Ar-Ra’d: 11)

Page 13: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

tesis ini dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Lokal melalui Model

Guided Inquiry Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Peserta Didik Kelas IV Sekolah Dasar”.

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian dan penyusunan tesis ini tentunya

tidak akan mungkin terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. M. Thoha B.S Jaya,

M.S., selaku Pembimbing Utama, atas jasanya baik tenaga dan pikiran yang

tercurahkan untuk bimbingan, masukan, kritik dan saran yang diberikan dengan

sabar dan ikhlas di sela kesibukannya dalam penyelesaian tesis ini. Ibu, Dr.

Rochmiyati, M.Si., selaku Pembimbing II, yang telah senantiasa meluangkan

waktu dalam kesibukannya untuk membimbing dalam penyusunan tesis ini.

Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku Pembahas sekaligus Validator Ahli Materi

yang telah memberikan saran-saran dan masukan guna perbaikan dalam

penyusunan dan kelancaran tesis ini. Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir Hi. Hasriadi Mat Akin, M.P., Rektor Universitas Lampung

Page 14: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

yang telah berkontribusi membangun Universitas Lampung menjadi lebih

maju dan memfasilitasi peneliti menyelesaikan tesis ini.

2. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku dekan FKIP Universitas

Lampung yang telah menyediakan fasilitas sehingga peneliti dapat

menyelesaikan studi tepat waktu.

3. Bapak Prof. Dr. Mustofa, M.A, Ph.D, selaku Direktur Pascasarjana

Universitas Lampung yang telah memperlancar dalam penyusunan tesis ini.

4. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP

Universitas Lampung yang telah memberikan pengarahan dan bantuan

kepada peneliti dalam menyelesaikan tesis ini.

5. Bapak Dr. Alben Ambarita, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Magister

Keguruan Guru SD FKIP Universitas Lampung sekaligus sebagai Validator

Ahli Media yang membantu sumbangsih untuk kemajuan MKGSD tercinta

serta memberikan motivasi, kritik dan saran kepada peneliti.

6. Ibu Dr. Siti Samhati, M.Pd., selaku Validator Ahli Bahasa yang telah

bersedia meluangkan waktu menjadi validator dalam penyusunan tesis ini.

7. Bapak dan Ibu dosen beserta staf Magister Keguruan Guru SD di FKIP

Universitas Lampung yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan,

motivasi, serta memberikan kemudahan peneliti dalam menyelesaikan tesis

ini

8. Ibu Dra. Bolot Ratinah, selaku Kepala SDN 1 Kota Raman yang telah

memberikan izin dan dukungan dalam pelaksanaan penelitian dan

penyusunan tesis ini.

Page 15: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

9. Ibu Yayuk Tri Rahayu, S.Pd, dan Ibu Eni Anavia, S.Pd., selaku Wali Kelas

dan Guru kelas IVA dan IVB SDN 1 Kota Raman yang telah membantu

dalam pelaksanaan penelitian.

10. Siswa-siswi kelas IV SDN 1 Kota Raman yang ikut andil pada pelaksanaan

penelitian ini.

11. Sahabat seperjuangan peneliti Riyani Cahyanti, Putri Nurul Aini, Mesi Ruli

Wulan, Azka Falaih, Fifi Astuti, Qiptia, dan Dian Jani Prasinta yang selalu

memberikan motivasi dan dukungan dalam penyelesaian tesis ini.

12. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Magister Keguruan Guru SD FKIP

Universitas Lampung angkatan 2016.

Bandar Lampung, September 2018

Peneliti

Isnaini Fitrah Sari

NPM 1623053001

Page 16: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

xvi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ................................................................................................... xvi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xix

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xx

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xxii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 6

C. Batasan Masalah ....................................................................................... 7

D. Rumusan Masalah dan Permasalahan ....................................................... 7

1. Rumusan Masalah ............................................................................... 7

2. Permasalahan ...................................................................................... 7

E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8

F. Manfaat Penelitian .................................................................................... 8

G. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 9

H. Spesifikasi Produk .................................................................................... 10

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar ....................................................................................................... 12

1. Pengertian Belajar .............................................................................. 12

2. Teori Belajar ...................................................................................... 13

3. Pengertian Pembelajaran ................................................................... 16

4. Hasil Belajar....................................................................................... 17

B. Pembelajaran Tematik Terpadu ................................................................ 19

C. Pendekatan Scientific ................................................................................ 21

D. Model Pembelajaran Inkuiri ...................................................................... 23

1. Model Pembelajaran .......................................................................... 23

2. Macam-macam Model Pembelajaran ................................................ 24

3. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri ............................................ 26

4. Jenis-jenis Model Pembelajaran Inkuiri ............................................. 30

E. Guided Inquiry Learning .......................................................................... 31

1. Pengertian Model Guided Inquiry Learning ...................................... 31

2. Langkah-langkah Model Guided Inquiry Learning ........................... 33

3. Kelebihan dan Kelemahan Model Guided Inkuiri Learning ............. 34

F. Kemampuan Berpikir Kritis ...................................................................... 37

Page 17: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

xvii

G. Keterkaitan antara Berpikir Kritis, Pendekatan Scientific,

dan Model Guided Inquiry Learning ........................................................ 40

H. Pengembangan Bahan Ajar ....................................................................... 42

1. Pengertian Bahan Ajar ....................................................................... 42

2. Jenis-jenis Bahan Ajar ....................................................................... 44

3. Suplemen Bahan Ajar ........................................................................ 45

4. Lokalitas ............................................................................................. 47

5. Keterkaitan Pengembangan Modul dengan Lokalitas ....................... 49

I. Penelitian yang Relevan ............................................................................ 53

J. Kerangka Pikir .......................................................................................... 58

K. Hipotesis Penelitian ................................................................................... 60

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 61

B. Prosedur Pengembangan ........................................................................... 62

1. Penelitian Dan Pengumpulan Informasi ............................................ 62

2. Perencanaan ....................................................................................... 63

3. Pengembangan Format Produk Awal ................................................ 64

4. Uji Coba Awal ................................................................................... 64

5. Revisi Produk ..................................................................................... 65

6. Uji Coba Kelompok Kecil ................................................................. 65

7. Revisi Produk ..................................................................................... 66

8. Uji Lapangan` .................................................................................... 66

9. Revisi Produk Akhir .......................................................................... 67

10. Desiminasi dan Implementasi ............................................................ 67

C. Populasi dan Sampel ................................................................................. 68

1. Populasi .............................................................................................. 68

2. Sampel................................................................................................ 68

D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 69

1. Teknik Nontes ..................................................................................... 69

2. Teknik Tes .......................................................................................... 70

E. Variabel Penelitian .................................................................................... 70

1. Variabel Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Lokal

melalui Model Guided Inquiry Learning .......................................... 71

2. Variabel Kemampuan Berpikir Kritis ................................................ 72

3. Variabel Hasil Belajar ........................................................................ 73

F. Instrumen Pengumpul Data ....................................................................... 74

1. Lembar Validasi (Angket) ................................................................. 74

2. Tes Hasil Belajar ................................................................................ 74

3. Lembar Observasi .............................................................................. 75

G. Uji Persyaratan Instrumen Tes .................................................................. 76

1. Uji Validitas ....................................................................................... 76

2. Uji Reliabilitas ................................................................................... 77

3. Taraf Kesukaran ................................................................................. 78

4. Uji daya Pembeda Soal ...................................................................... 78

H. Teknik Analisis Data ................................................................................. 80

1. Analisis Validasi Ahli ........................................................................ 80

2. Uji Efektivitas .................................................................................... 80

Page 18: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

xviii

3. Keterampilan Berpikir Kritis ............................................................. .. 81

I. Uji Persyaratan Analisis Data ...................................................................... 82

J. Uji Normalitas .............................................................................................. 82

K. Uji Homogenitas .......................................................................................... 82

L. Uji Hipotesis ................................................................................................ 83

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ............................................................................................ 86

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................................... 86

2. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Lokal melalui Model Guided

Inquiry Learning .................................................................................... 87

a. Pengumpulan Informasi Awal ......................................................... 87

b. Perencanaan ..................................................................................... 89

c. Pengembangan Format Produk Awal .............................................. 91

d. Uji Coba Produk Awal ................................................................... 108

e. Revisi Produk .................................................................................. 110

f. Uji Coba Kelompok Kecil ............................................................... 124

g. Revisi Produk .................................................................................. 127

h. Uji Coba Kelompok Besar ............................................................... 127

i. Revisi Produk Akhir ........................................................................ 135

j. Implementasi ................................................................................... 135

B. Pembahasan

1. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Lokal melalui Model Guided

Inquiry Learning ................................................................................... 13

2. Efektivitas Bahan Ajar Berbasis Lokal melalui Model Guided

Inquiry Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik 140

3. Perbedaan Hasil Belajar Peserta Didik .................................................. 145

C. Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 148

V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan ..................................................................................................... 149

B. Implikasi ...................................................................................................... 150

C. Saran ............................................................................................................ 150

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 153

Page 19: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Spesifikasi produk ................................................................................... 10

2. Data peserta didik kelas IV SDN Kecamatan Raman Utara ................... 68

3. Kisi-kisi kemampuan berpikir kritis ....................................................... 75

4. Koefisien reliabilitas Kuder Richardson ................................................. 77

5. Klasifikasi taraf kesukaran soal .............................................................. 78

6. Kriteria daya pembeda soal ..................................................................... 79

7. Penafsiran skor uji validasi ahli .............................................................. 80

8. Kategori gain ternormalisasi ................................................................... 81

9. Kategori kemampuan berpikir kritis ....................................................... 81

10. Hasil validasi ahli materi ........................................................................ 108

11. Hasil validasi ahli media ......................................................................... 109

12. Hasil validasi ahli bahasa ........................................................................ 110

13. Rekapitulasi hasil observasi kemampuan berpikir kritis

peserta didik kelompok kecil .................................................................. 124

14. Peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelompok kecil .. 125

15. Data hasil belajar peserta didik kelompok kecil ..................................... 126

16. Rekapitulasi hasil observasi kemampuan berpikir kritis

peserta didik kelompok besar .................................................................. 129

17. Peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelompok besar . 130

18. Rekapitulasi rata-rata indikator kemampuan berpikir kritis ................... 131

Page 20: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

xx

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Keterkaitan antara berpikir kritis, pendekatan scientific,

dan Model Guided Inquiry Learning ...................................................... 42

2. Kerangka pikir ........................................................................................ 59

3. Langkah-langkah R&D menurut Borg & Gall (1983:775) ..................... 62

4. Tampilan cover bahan ajar ...................................................................... 93

5. Tampilan kata pengantar ......................................................................... 94

6. Tampilan penjelasan buku suplemen pembelajaran................................ 95

7. Tampilan kompetensi inti ....................................................................... 96

8. Tampilan pemetaan kompetensi dasar .................................................... 97

9. Tampilan petunjuk umum penggunaan buku suplemen ......................... 98

10. Tampilan daftar isi .................................................................................. 99

11. Tampilan pemetaan SD dan indikator ..................................................... 100

12. Tampilan tujuan pembelajaran ............................................................... 101

13. Tahap kegiatan orientasi ......................................................................... 102

14. Tampilan tahap merumuskan masalah dan hipotesis .............................. 103

15. Tampilan tahap mengumpulkan data dan menguji hipotesis .................. 104

16. Tampilan tahap merumuskan kesimpulan............................................... 105

17. Tampilan rangkuman .............................................................................. 106

18. Tampilan glosarium ................................................................................ 106

19. Tampilan uji kompetensi ......................................................................... 107

20. Tampilan pembelajaran sesuai tahapan model guided inquiry

learning sebelum revisi ........................................................................... 111

21. Tampilan pembelajaran sesuai tahapan model guided inquiry

learning sesudah revisi ........................................................................... 112

22. Tampilan petunjuk umum penggunaan modul sebelum revisi ............... 113

23. Tampilan petunjuk umum penggunaan modul sesudah revisi ................ 114

24. Tampilan penilaian akhir uji kompetensi ................................................ 115

25. Tampilan jenis huruf sebelum revisi ....................................................... 116

26. Tampilan jenis huruf sesudah revisi ....................................................... 116

27. Tampilan gambar cover sebelum revisi .................................................. 117

28. Tampilan gambar cover sesudah revisi ................................................... 118

29. Tampilan jenis huruf dan jarak spasi sebelum revisi .............................. 119

30. Tampilan jenis huruf dan jarak spasi sesudah revisi ............................... 119

31. Tampilan daftar isi sebelum revisi ......................................................... 120

32. Tampilan daftar isi sesudah revisi ........................................................... 121

Page 21: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

xxi

33. Tampilan sebelum penambahan nomor pada keterangan gambar .......... 122

34. Tampilan sesudah penambahan nomor pada keterangan gambar ........... 122

35. Tampilan sumber bacaan sebelum revisi ................................................ 123

36. Tampilan sumber bacaan sesudah revisi ................................................. 123

37. Nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis ............................................... 131

Page 22: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Izin Penelitian .................................................................................... 161

2. Surat Izin Penelitian dari Fakultas .............................................................. 162

3. Surat Izin Penelitian dari SD ...................................................................... 163

4. Lembar Observasi Pra Penelitian ............................................................... 164

5. Angket Analisis Kebutuhan ........................................................................ 166

6. KI dan KD yang Dikembangkan dalam Bahan Ajar Berbasis Lokal

Melalui Model Guided Inquiry Learning ................................................... 172

7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ........................................................... 174

8. Lembar Pelaksanaan Pembelajaran ............................................................ 186

9. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Bahan Ajar Berbasis Lokal

Melalui Model Guided Inquiry Learning ................................................... 190

10. Soal Tes Hasil Belajar ................................................................................ 194

11. Instrumen Validasi Ahli Materi .................................................................. 205

12. Instrumen Validasi Ahli Media .................................................................. 209

13. Instrumen Validasi Ahli Bahasa ................................................................. 212

14. Validitas Instrumen Tes .............................................................................. 215

15. Reliabilitas dan Taraf Kesukaran Soal Tes ................................................. 219

16. Hasil Uji Daya Pembeda Soal .................................................................... 224

17. Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

Kelompok Kecil .......................................................................................... 229

18. Hasil Belajar Peserta Didik Pembelajaran 1 s.d 6 Kelompok Kecil ........... 233

19. Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

Kelompok Besar ......................................................................................... 234

20. N-gain Uji Coba Kelompok Besar Kelas Eksperimen ............................... 239

21. Hasil Belajar Peserta Didik Kelompok Besar Pembelajaran 1 s.d 6 .......... 240

22. Perhitungan Uji Normalitas Tes Hasil Belajar ........................................... 241

23. Hasil Uji Homogenitas Tes Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol ........................................................................................................ 246

24. Uji Hipotesis Ke-3 ...................................................................................... 247

25. Tabel Nilai-nilai r Product Moment ........................................................... 248

26. Tabel Nilai-nilai Chi Kuadrat ..................................................................... 249

27. Kurva Normal (Z tabel) Area antara 0 sampai Z ........................................ 250

28. Tabel Nilai-nilai Distribusi F (Probabilita 0,05) ....................................... 252

29. Tabel Nilai-nilai dalam Distribusi t ............................................................ 253

30. Dokumentasi ............................................................................................... 254

Page 23: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam meningkatkan

kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan manusia dapat menemukan

hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan diperoleh untuk menghadapi

tantangan yang ada sesuai dengan perkembangan zaman. Sistem pendidikan

nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan

perkembangan yang terjadi baik di tingkat lokal, nasional, maupun global.

Salah satu komponen dari sistem pendidikan adalah kurikulum, karena

kurikulum merupakan komponen pendidikan yang menjadi acuan

penyelenggara, khususnya oleh pendidik dan kepala sekolah karena kurikulum

sebagai acuan harus mampu berkembang mengimbangi perubahan zaman.

Pemerintah telah melakukan inovasi dalam pengembangan kurikulum baru,

yakni kurikulum 2013. Pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan

tematik terpadu (tematik integratif), pendekatan saintifik (scientific approach),

dan juga penilaian autentik.

Pendekatan saintifik (scientific approach), sebagaimana dimaksud dalam

Permendikbud No. 103 Tahun 2014 meliputi lima pengalaman belajar yaitu:

mengamati (observing), menanya (Quetioning), mencoba (eksperimenting),

Page 24: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

2

menalar (associating), mengomunikasikan (communicating). Dalam

impelentasi Kurikulum 2013, peserta didik tidak lagi mempelajari masing-

masing pelajaran secara terpisah. Pembelajaran pada Kurikulum 2013 berbasis

tematik terpadu. Tematik terpadu adalah pendekatan pembelajaran yang

mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam

tema.

Tema yang dipilih pada pembelajaran tematik terpadu berkenaan dengan alam

dan kehidupan manusia, yang merupakan pemberi makna yang substansial

terhadap mata pelajaran IPA, IPS, PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, Seni

Budaya dan Prakarya, serta Penjaskes. Keberhasilan dalam pembelajaran

sangat tergantung pada kemampuan pendidik dalam merencanakan,

menentukan tujuan belajar peserta didik, melalui penggunaan bahan ajar atau

alat bantu yang menunjang serta model pembelajaran untuk mengembangkan

potensi peserta didik.

Bahan ajar merupakan komponen penting dalam pembelajaran. Bahan ajar

diperlukan sebagai pedoman beraktivitas dalam proses pembelajaran sekaligus

merupakan substansi komponen yang dibelajarkan kepada peserta didik.

Melalui penggunaan bahan ajar, program pembelajaran dapat dilaksanakan

secara lebih teratur karena pendidik sebagai pelaksana pendidikan akan

memperoleh pedoman materi yang jelas. Berdasarkan lampiran Permendiknas

Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi,

pendidik sebagai pendidik profesional diharapkan memliki kemampuan

mengembangkan bahan ajar sesuai dengan mekanisme yang ada dengan

Page 25: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

3

memerhatikan karakteristik dan lingkungan sosial peserta didik. Banyaknya

nilai dan manfaat yang dapat diraih dari lingkungan sebagai sumber belajar

peserta didik, bahkan hampir semua tema kegiatan dapat dipelajari dari

lingkungan sekitar (lokal). Pendidikan yang relevan harus menghargai dan

mengembangkan keutamaan lokal, nilai-nilai yang terdapat di dalam sebuah

masyarakat dapat menjadi panduan bagi sekolah dalam mendesain pendidikan

karakter.

Sekolah harus memahami budaya daerah setempat sehingga dapat

menanamkan berbagai macam nilai kearifan lokal pada setiap individu yang

nantinya akan dianggap sebagai warisan kebudayaan masyarakat. Pendidik

hendaknya memberikan fasilitas kepada peserta didik untuk melakukan kontak

langsung dengan lingkungan serta unsur budaya yang sedang dipelajarinya

dengan mengenalkan wisata lokal melalui bahan ajar berbasis lokal, karena

wisata lokal berpengaruh pada aspek pendidikan, aspek sosial, ekonomi, dan

budaya. Selain mengangkat kearifan lokal, Kurikulum 2013 menuntut peserta

didik untuk berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis menuntut peserta didik

melakukan penalaran dan mengolah informasi yang didapat. Peserta didik

bukan hanya sekedar menerima pengetahuan dari pendidik melainkan

melakukan proses pengalaman berpikir.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas IV SDN 1 Kota Raman

pada tanggal 12 September 2017 diketahui bahwa dalam pembelajaran peserta

didik kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya,

mereka hanya mempelajari konsep-konsep dengan cara menghafal, hanya

Page 26: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

4

beberapa peserta didik yang memenuhi aspek yang terdapat pada lembar

observasi. Pembelajaran dengan cara menghafal tersebut menyebabkan peserta

didik tidak mengembangkan kemampuan berpikirnya, serta penyampaian

materi masih terpaku pada buku ajar yang digunakan, sehingga dalam

pelaksanaannya peserta didik hanya belajar sesuai dengan prosedur yang

terdapat dalam buku ajar. Data lengkap hasil observasi dapat dilihat pada

lampiran 4 halaman 164.

Hasil angket kebutuhan pendidik yang diberikan kepada guru kelas IVA dan

IVB SDN 1 Kota Raman diketahui bahwa bahan ajar yang digunakan sebagai

sumber belajar masih sebatas buku peserta didik dan buku guru. Belum

mengembangkan bahan ajar. Belum adanya pengembangan bahan ajar tematik

SD yang berwawasan kearifan lokal Kabupaten Lampung Timur sebagai

sarana untuk mengenalkan kearifan lokal Kabupaten Lampung Timur pada

peserta didik. Belum adanya pengembangan bahan ajar yang dapat

mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Daerah tempat

tinggal dan lingkungan peserta didik sangat beragam namun, kearifan lokal

pada masing-masing daerah peserta didik tidak termuat dalam buku peserta

didik yang berasal dari pemerintah. Padahal dengan mengenal dan memahami

kearifan lokal daerahnya peserta didik akan lebih bangga pada daerahnya,

untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 166.

Alam menyediakan berbagai sumber belajar yang bervariasi, perlu

pemanfaatan yang tepat dalam bentuk pengemasan bahan ajar dan disesuaikan

dengan materi pembelajaran. Provinsi Lampung terdiri atas beberapa

Page 27: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

5

kabupaten, salah satunya adalah Kabupaten Lampung Timur. Kabupaten

Lampung Timur memiliki beberapa wisata lokal antara lain: Taman Nasional

Way Kambas, Taman Purbakala Pugung Raharjo, dan Suaka Rhino Sumatera

yang dapat digali potensinya untuk meningkatkan pemahaman serta nilai

kearifan lokal. Hendaknya pendidik mengembangkan bahan ajar yang sudah

tersedia dengan kondisi yang ditemui di lapangan selama proses pembelajaran

serta mengangkat kearifan lokal sehingga mereka dapat mengenal dan

memahami kearifan lokal Kabupaten Lampung Timur.

Mengkaji permasalahan di atas peneliti tertarik untuk mengembangkan bahan

ajar berbasis lokal berupa modul pembelajaran. Melalui pengembangan bahan

ajar berbasis lokal diharapkan peserta didik memiliki keterampilan berpikir

kritis yang lebih baik, kemampuan belajar secara mandiri maupun

berkelompok, dan tentunya memiliki wawasan yang baik terkait kearifan lokal.

Selain, dengan mengembangkan bahan ajar, penggunaan model pembelajaran

yang tepat juga dapat mempengaruhi keterampilan berpikir kritis peserta didik.

Permendikbud No. 103 tahun 2014 menyebutkan beberapa model

pembelajaran dalam kurikulum 2013, antara lain: discovery learning, project-

based learning, problem-based learning, inquiry learning (inkuiri). Model

pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran penemuan, peserta didik

dituntut untuk menemukan serta mencari jawaban atas suatu permasalahan

yang tentunya dilakukan dengan cara sistematis, logis dan kritis dan dianalisis

dengan perhitungan yang matang. Model pembelajaran inkuiri terbagi menjadi

tiga jenis model pembelajaran yaitu: guided inquiry (inkuiri terbimbing), free

Page 28: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

6

inquiry (inkuiri bebas), modified free inquiry (modifikasi inkuiri bebas). Model

pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah guided inquiry.

Pemilihan ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa penelitian yang dilakukan

terhadap peserta didik kelas IV Sekolah Dasar, dimana tahap perkembangan

kognitif peserta didik masih bersifat operasional konkret.

Proses berpikir dan belajar peserta didik pada tahap ini sebagian besar melalui

pengalaman yang nyata yang berawal dari proses interaksi peserta didik dengan

obyek (benda) bukan dengan lambang, gagasan ataupun abstraksi, dengan kata

lain pada tahap ini peserta didik belum mampu melakukan proses berpikir yang

abstrak sehingga masih memerlukan bimbingan pendidik. Berdasarkan

penjelasan tersebut dalam penelitian ini mengembangkan bahan ajar berbasis

lokal dengan model guided inquiry learning.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas perlu diidentifikasi permasalahan

yang ada, yaitu sebagai berikut.

1. Bahan ajar yang digunakan sebagai sumber belajar masih sebatas buku

peserta didik dan buku pendidik.

2. Proses pembelajaran kurang diarahkan untuk meningkatkan kemampuan

berpikir kritis peserta didik.

3. Penyampaian materi masih terpaku pada buku ajar.

4. Pendidik belum mengembangkan bahan ajar.

5. Belum adanya pengembangan bahan ajar yang dapat mengembangkan

kemampuan berpikir kritis peserta didik.

Page 29: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

7

6. Bahan ajar yang digunakan hanya memuat isu isu nasional.

7. Belum adanya pengembangan bahan ajar tematik SD yang berwawasan

kearifan lokal daerah setempat sebagai sarana untuk mengenalkan kearifan

lokal pada peserta didik.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, penelitian ini

hanya meneliti masalah tentang “Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Lokal

melalui Model Guided Inquiry Learning untuk Meningkatkan Kemampuan

Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas IV Sekolah Dasar”.

D. Rumusan Masalah dan Permasalahan

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah

penelitian adalah: Belum adanya pengembangan bahan ajar yang dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.

Atas dasar rumusan masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pengembangan produk bahan ajar berbasis lokal melalui

model guided inquiry learning yang layak bagi peserta didik kelas IV SD?

2. Bagaimanakah pengembangan bahan ajar berbasis lokal melalui model

guided inquiry learning yang efektif terhadap peningkatan kemampuan

berpikir kritis peserta didik kelas IV SD?

3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik yang menggunakan

bahan ajar berbasis lokal melalui model guided inquiry learning dengan

hasil belajar peserta didik yang tidak menggunakan bahan ajar berbasis

lokal melalui model guided inquiry learning pada kelas IV SD?

Page 30: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

8

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Menghasilkan produk bahan ajar berbasis lokal melalui model guided

inquiry learning yang layak bagi peserta didik kelas IV SD.

2. Menghasilkan bahan ajar berbasis lokal melalui model guided inquiry

learning yang efektif terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis

peserta didik kelas IV SD.

3. Mengetahui perbedaan hasil belajar peserta didik yang menggunakan

bahan ajar berbasis lokal melalui model guided inquiry learning dengan

peserta didik yang tidak menggunakan bahan ajar berbasis lokal melalui

model guided inquiry learning pada kelas IV SD.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian pengembangan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Peserta didik

Menambah pengetahuan, pemahaman, dan motivasi peserta didik terhadap

lingkungan sekitar mereka serta menjadi awal pelestarian kearifan lokal

masing-masing daerah.

2. Pendidik

Memberikan motivasi kepada pendidik-pendidik lain untuk

mengembangkan bahan ajar serta memperbaiki proses pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai, agar hasil belajar

peserta didik dalam pembelajaran meningkat.

3. Sekolah

Merupakan bahan masukan bagi sekolah dalam meningkatkan kualitas

Page 31: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

9

pendidikan, sehingga memiliki output yang berkualitas dan berkompetitif.

4. Peneliti

Menambah pengetahuan, pengalaman serta wawasan tentang penelitian

pengembangan (Research and Development) dan pengembangan bahan

ajar.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Peneliti membatasi ruang lingkup penelitian yang berjudul “Pengembangan

Bahan Ajar Berbasis Lokal melalui Model Guided Inquiry Learning untuk

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas IV Sekolah

Dasar” sebagai berikut.

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 1 Kota Raman, Kecamatan Raman

Utara, Kabupaten Lampung Timur.

2. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas IV SDN 1 Kota

Raman, sedangkan obyek penelitian ini adalah pengembangan bahan ajar

berbasis lokal.

3. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini adalah sejak diterbitkannya izin penelitian

pendahuluan (pra pendahuluan) sampai penelitian selesai.

4. Ilmu

Ruang lingkup ilmu adalah kependidikan.

Page 32: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

10

H. Spesifikasi Produk

Produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini berupa bahan ajar

berbasis lokal. Spesifikasi produk yang dikembangkan adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Spesifikasi produk

No. Identifikasi Produk Penjelasan

1. Jenis Buku Suplemen Pembelajaran

2. Kelas IV

3. Tema Daerah Tempat Tinggalku (Tema 8)

4. Subtema Keunikan Daerah Tempat Tinggalku

(Subtema 2)

5. Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia

3.9 Mencermati tokoh-tokoh yang terdapat

pada teks fiksi.

4.9 Menyampaikan hasil identifikasi tokoh-

tokoh yang terdapat pada teks fiksi secara

lisan, tulis, dan visual.

Ilmu Pengetahuan Sosial

3.3 Mengidentifikasi kegiatan ekonomi dan

hubungannya dengan berbagai bidang

pekerjaan, serta kehidupan sosial dan

budaya di lingkungan sekitar sampai

provinsi.

4.3 Menyajikan hasil identifikasi kegiatan

ekonomi dan hubungannya dengan

berbagai bidang pekerjaan, serta

kehidupan sosial dan budaya di

lingkungan sekitar sampai provinsi

Ilmu Pengetahuan Alam

3.4 Menghubungkan gaya dengan gerak pada

Peristiwa di lingkungan sekitar.

4.4 Menyajikan hasil percobaan tentang

hubungan antara gaya dan gerak.

Page 33: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

11

No. Identifikasi Produk Penjelasan

5. Kompetensi Dasar PPKn

1.3 Mensyukuri berbagai bentuk

keberagaman suku bangsa, sosial, dan

budaya di Indonesia yang terikat persatuan

dan kesatuan sebagai anugerah Tuhan Yang

Maha Esa.

2.3 Bersikap toleran dalam keberagaman umat

beragama di masyarakat dalam konteks

Bhinneka Tunggal Ika.

2.4 Menampilkan sikap kerja sama dalam

berbagai bentuk keberagaman suku bangsa,

sosial, dan budaya di Indonesia yang

terikat persatuan dan kesatuan.

3.3 Menjelaskan manfaat keberagaman

karakteristik individu dalam kehidupan

sehari-hari.

4.3 Mengemukakan manfaat keberagaman

karakteristik individu dalam kehidupan

sehari-hari.

SBdP

3.3 Mengetahui gerak tari kreasi daerah.

4.3 Meragakan gerak tari kreasi daerah.

Page 34: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

12

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan subtansi pokok yang harus dilakukan oleh setiap orang

terutama sebagai peserta didik. Peserta didik dikatakan telah belajar apabila

telah terjadi perubahan dari dirinya yang sebelumnya tidak tahu menjadi

tahu. Amri (2013: 24) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses

memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah

laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena

adanya interaksi individu dengan lingkungannya.

Menurut Thobroni & Mustofa (2012: 16) belajar merupakan aktivitas

manusia yang sangat vital dan secara terus menerus akan dilakukan selama

manusia tersebut masih hidup. Manusia tidak mampu hidup sebagai

manusia jika tidak dididik atau diajar oleh manusia lainnya. Pengertian

belajar menurut Wayan & Suryana (2015: 48) yaitu suatu proses perubahan

tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

belajar adalah proses memperoleh pengetahuan sekaligus perubahan tingkah

laku individu yang meliputi perubahan kemampuan, sikap dan minat. Proses

Page 35: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

13

perubahan tingkah laku tersebut sebagai hasil dari pengalaman individu

dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

2. Teori Belajar

Teori belajar diperlukan sebagai landasan terjadinya proses belajar. Menurut

Trianto (2011: 27) teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan

bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses dalam

pikiran peserta didik. Banyak teori tentang belajar yang telah dikembangkan

oleh para ahli, diantaranya yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar

kognitif, dan teori belajar konstruktivisme.

a. Teori Belajar Behaviorisme

Perspektif behaviorisme pertama kali dikemukakan oleh Ivan Pavlov

pada tahun 1927, seorang fisiologist Rusia, dan selanjutnya

dikembangkan oleh Skinner pada tahun 1953. Menurut Winataputra

(2008: 2.5) mengemukakan bahwa “belajar” pada teori behaviorisme

merupakan perubahan perilaku, khususnya perubahan kapasitas peserta

didik untuk berperilaku (yang baru) sebagai hasil belajar, bukan sebagai

hasil proses pematangan (atau pendewasaan) semata. Belajar diartikan

pula sebagai perubahan tingkah laku hasil interaksi antara stimulus dan

respon, yaitu proses manusia untuk memberikan respon tertentu

berdasarkan stimulus yang datang dari luar.

Perspektif behaviorisme menjelaskan bahwa seseorang akan berubah

perilakunya (belajar) apabila dia berada dalam suatu kondisi belajar

yang meregulasi perilaku. Menurut Suprijono (2010: 17) perilaku dalam

Page 36: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

14

pandangan behaviorisme adalah segala sesuatu yang dilakukan dan

dapat dilihat secara langsung. Perilaku tersebut dijelaskan melalui

pengalaman yang dapat diamati bukan melalui proses mental. Teori

behaviorisme sering disebut stimulus-respons (S-R) psikologis yang

artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau

reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Proses

stimulus-respons terdiri dari beberapa unsur, yaitu dorongan (drive),

stimulus atau rangsangan, respons, dan penguatan (reinforcement).

Teori belajar behaviorisme sangat menekankan pada hasil belajar

(outcome), yaitu perubahan tingkah laku yang dapat dilihat, dan tidak

begitu memperhatikan apa yang terjadi dalam otak manusia karena hal

tersebut tidak dapat dilihat. Sesorang dianggap telah belajar sesuatu

apabila mampu menunjukkan perubahan tingkah laku.

b. Teori Belajar Kognitif

Teori belajar kognitif memandang bahwa belajar bukan sematamata

proses perubahan tingkah laku yang tampak, melainkan sesuatu yang

kompleks yang sangat dipengaruhi oleh kondisi mental peserta didik

yang tidak tampak. Perspektif teori kognitif, belajar merupakan

peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral meskipun hal-hal yang

bersifat behavioral tampak lebih nyata hampir dalam setiap peristiwa

belajar. Suprijono (2010: 22) menyatakan bahwa teori kognitif

menekankan belajar sebagai proses internal. Belajar adalah proses

Page 37: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

15

mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan

pengetahuan.

Winataputra (2008: 3.4) menyatakan prinsip teori psikologi

kognitif adalah bahwa setiap orang dalam bertingkah laku dan

mengerjakan segala sesuatu senantiasa dipengaruhi oleh tingkat-

tingkat perkembangan dan pemahaman atas dirinya sendiri. Teori

belajar kognitif dibentuk dengan tujuan mengkonstruksi prinsip-

prinsip belajar secara ilmiah Hasilnya berupa prosedur-prosedur

yang dapat diterapkan pada situasi kelas untuk mendapatkan hasil

yang sangat produktif.

Menurut Bruner dalam Suprijono (2010: 24) perkembangan kognitif

individu dapat ditingkatkan melalui penyusunan materi pelajaran dan

mempresentasikannya sesuai dengan tahap perkembangan individu

tersebut. Tekanan utama psikologi kognitif adalah struktur kognitif,

yaitu perbendaharaan pengetahuan pribadi individu yang mencakup

ingatan jangka panjang (long-term memory).

c. Teori Belajar Konstruktivisme

Konstruktivisme memaknai belajar sebagai proses mengkonstruksi

pengetahuan melalui proses internal seseorang dan interaksi dengan

orang lain. Dengan demikian hasil belajar akan dipengaruhi oleh

kompetensi dan struktur intelektual sesorang. Menurut Suprijono (2010:

30) gagasan konstruktivisme mengenai pengetahuan adalah sebagai

berikut:

a. Pengetahuan bukanlah gambaran dunia kenyataan belaka,

tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui

kegiatan subjek.

b. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep dan

struktur yang perlu untuk pengetahuan.

Page 38: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

16

c. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep sesorang.

Struktur konsep membentuk pengetahuan jika konsep itu

berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman

seseorang.

Pengetahuan menurut konstruktivisme bersifat subjektif, bukan

objektif. Pengetahuan tidak pernah tunggal. Pengetahuan merupakan

realitas plural. Semua pengetahuan adalah hasil konstruksi dari kegiatan

atau tindakan sesorang. Teori konstruktivisme menekankan pada belajar

autentik bukan artifisial yang berarti belajar bukan sekedar mempelajari

teks-teks (tekstual), terpenting ialah bagaimana menghubungkan teks

itu dengan kondisi nyata atau kontekstual.

Menurut Winataputra (2008: 6.15) perspektif konstruktivisme

pembelajaran dimaksudkan untuk mendukung proses belajar yang

aktif yang berguna untuk membentuk pengetahuan dan

pemahaman. Dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai

sebuah proses di mana pelajar aktif membangun atau membangun

ide-ide baru atau konsep.

Pendekatan konstruktivisme dalam proses pembelajaran didasari oleh

kenyataan bahwa tiap individu memiliki kemampuan untuk

mengkonstruksi kembali pengalaman atau pengetahuan yang telah

dimilikinya. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa

pembelajaran konstruktivisme merupakan satu teknik pembelajaran

yang melibatkan peserta didik untuk membina sendiri secara aktif

pengetahuan dengan menggunakan pengetahuan yang telah ada dalam

diri mereka masing-masing.

3. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang memungkinkan

Page 39: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

17

pendidik dapat mengajar dan peserta didik dapat menerima materi pelajaran

yang diajarkan oleh pendidik secara sistematik dan saling mempengaruhi

dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diinginkan pada

suatu lingkungan belajar. Rusman (2012: 322) mengemukakan bahwa

pembelajaran merupakan implementasi kurikulum di sekolah dari kurikulum

yang sudah dirancang dan menuntut aktivitas dan kreativitas pendidik dan

peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan secara efektif

dan menyenangkan.

Menurut Miarso dalam Yamin (2013: 17) pembelajaran adalah usaha

mengelola lingkungan belajar dengan sengaja agar seseorang membentuk

diri sendiri secara positif dalam kondisi tertentu. Selanjutnya, Trianto (2010:

17) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari

seorang pendidik dan peserta didik, di mana antara keduanya terjadi

komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang

telah ditetapkan sebelumnya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dan pendidik

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Proses interaksi tersebut

direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar tujuan

pembelajaran yang efektif dan efisien dapat tercapai.

4. Hasil Belajar

Hasil belajar memiliki peranan yang penting dalam pembelajaran. Makna

hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri peserta didik,

Page 40: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

18

baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil

dari kegiatan belajar. Hal ini di dukung oleh definisi hasil belajar menurut

Nawawi dalam Susanto (2016: 39) yang menyatakan bahwa Djamarah &

Zain (2006: 119) menyatakan hasil belajar adalah kemampuan yang

diperoleh peserta didik setelah melalui kegiatan belajar, dari hasil belajar

seorang pendidik mampu mengetahui kemajuan peserta didiknya. Hasil

belajar juga menunjukkan berhasil atau tidaknya suatu kegiatan pengajaran

yang dicerminkan dalam bentuk skor atau angka setelah mengikuti tes.

Kunandar (2014: 62) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kompetensi

atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik yang

dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar

mengajar. Hal ini dapat diartikan bahwa hasil belajar tidak hanya dalam

pengetahuan atau kognitif, tetapi juga afektif maupun psikomotorik.

Perubahan perilaku yang harus dicapai oleh peserta didik setelah

melaksanakan kegiatan belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.

Tujuan pembelajaran merupakan bentuk harapan berupa pernyataan tentang

apa yang diinginkan pada diri peserta didik setelah mengalami kegiatan

pembelajaran. Setiap kegiatan, selalu membuahkan hasil. Hasil dari proses

belajar mengajar ini disebut dengan hasil belajar. Hasil belajar digunakan

untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan penguasaan materi yang

telah dicapai oleh peserta didik.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa

hasil belajar merupakan suatu proses perubahan yang terjadi pada peserta

Page 41: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

19

didik menuju lebih baik. Hasil yang dicapai peserta didik dapat dilihat pada

saat pembelajaran berlangsung dan setelah proses pembelajaran, yang

menggambarkan penguasaan peserta didik pada bidang pengetahuan dan

pemahaman tentang materi pembelajaran. Indikator hasil belajar meliputi

ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Namun Peneliti hanya mengukur

pada indikator hasil belajar ranah kognitif dengan menggunakan alat

pengumpul data berupa lembar tes.

B. Pembelajaran Tematik Terpadu

Pemerintah telah melakukan inovasi pada semua jenjang pendidikan dengan

diterapkannya kurikulum baru, yaitu kurikulum 2013. Salah satu karakteristik

kurikulum 2013 adalah bersifat tematik terpadu pada jenjang pendidikan dasar

(SD). Menurut Fogarty (1991: 77)

the integrated curriculum model represents a cross disciplinary approach

similar to the shared model. The integrated model blends the four major

disciplines by setting curricular priorities in each and finding the

overlaping skills, concepts, and attitudes in all four. In the elementary

classroom an integrated model that illustrates the critical elements of this

approach is the whole language movement in which reading, writting,

listening, and speaking skills spring a holistic, literature-based program

that taps all the energies of the learner and disciplines. A distinct

advantages of the integrated model is the ease with which the learner is

lead to the interconnectedness and interrelationship among the various

disciplines. the integrated model builds understanding across.

Pengertian di atas menjelaskan bahwa model terpadu memadukan berbagai

disiplin ilmu dan menemukan keterampilan, konsep, dan sikap yang tumpang

tindih. Model terpadu pada kelas dasar merupakan program berbasis literatur

holistik yang memanfaatkan semua disiplin ilmu. Keuntungan dari model

terpadu adalah memudahkan peserta didik membangun pemahaman serta

mengarah pada keterkaitan antar berbagai disiplin ilmu.

Page 42: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

20

Pembelajaran tematik memadukan beberapa mata pelajaran ke dalam satu

tema. Sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik, karakteristik peserta

didik dalam belajar bersifat holistik, maka kegiatan pembelajaran bagi peserta

didik sekolah dasar (SD) sebaiknya dilakukan dengan pembelajaran tematik.

Kunandar (2014: 311) menyatakan bahwa tema merupakan alat atau wadah

untuk mengedepankan berbagai konsep peserta didik secara utuh. Tema

diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang

utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa peserta didik dan membuat

pembelajaran melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan

pengalaman yang bermakna kepada peserta didik.

Menurut Trianto (2010: 254) pembelajaran tematik adalah salah satu model

dalam pembelajaran terpadu (integrated instructur) yang merupakan suatu

pembelajaran yang memungkinkan peserta didik, baik secara kelompok

maupun individual aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip

keilmuan secara holistik, bermakna dan autentik.

Pernyataan lebih lanjut dikemukakan oleh Majid (2014: 85) bahwa

pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan yang secara sengaja

mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra-mata pelajaran maupun antar-

mata pelajaran. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran tematik terpadu adalah suatu pendekatan pembelajaran

yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke

dalam sebuah tema.

Page 43: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

21

C. Pendekatan Scientific

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan

dengan menggunakan pendekatan scientific (saintifik) atau pendekatan ilmiah.

Menurut Daryanto (2014: 51) pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran

yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengontruksi

konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk

mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,

mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai

teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep,

hukum atau prinsip yang ditemukan.

Kemendikbud (2013: 24) menyatakan bahwa proses pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan

pemahaman kepada peserta didik dalam, mengenal, memahami berbagai materi

menggunakan pendekatan ilmiah. Informasi dapat berasal dari mana saja,

kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari pendidik. Oleh karena

itu kondisi pembelajaran yang diharapkan adalah terciptanya pembelajaran

yang mengarahkan peserta didik untuk mencari tahu dari berbagai sumber

observasi, bukan diberi tahu, peserta didik mampu merumuskan masalah

dengan banyak menanya bukan hanya dengan menjawab saja, pembelajaran

diarahkan untuk melatih berpikir analitis (peserta didik diajarkan bagaimana

mengambil keputusan) bukan berpikir mekanistis (rutin dengan hanya

mendengarkan dan menghafal semata).

Page 44: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

22

Pendekatan saintifik dapat membentuk peserta didik untuk memiliki domain

sikap, ketereampilan, dan pengetahuan yang seimbang dan utuh sesuai tututan

pendidikan abad 21. Kemendikbud (2013: 31) memaparkan bahwa Standar

Kompetensi Lulusan dan Standar Isi, maka prinsip pembelajaran yang

digunakan adalah:

1) Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu;

2) Dari pendidik sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar

berbasis aneka sumber belajar;

3) Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan

penggunaan pendekatan ilmiah;

4) Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis

kompetensi;

5) Dari pembelajara parsial menuju pembelajaran terpadu;

6) Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju

pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;

7) Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;

8) Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal

(hardskills) dan keterampilan mental (softskills);

9) Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan

peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;

10) Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi

keteladanan (ing ngarso sung tulodho), membangun kemauan (ing

madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik

dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);

11) Pembelajaran yang berlangsung di rumah di sekolah, dan di

masyarakat;

12) Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah

pendidik, siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah

kelas;

13) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan

efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan

14) Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya

peserta didik.

Pernyataan lebih lanjut dikemukakan oleh Kemendikbud (2013: 208) bahwa

langkah-langkah penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran meliputi:

(1) mengamati (observing), (2) menanya (questioning), (3) menalar

(associating), (4) mencoba (experimenting), (5) membentuk jaringan

(networking). Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa

Page 45: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

23

pendekatan scientific adalah salah satu pendekatan yang digunakan dalam

proses pembelajaran untuk merangsang kemampuan berpikir peserta didik

dalam memperoleh pengetahuan bermakna dengan mencari tahu, merumuskan

masalah, berpikir analitik sehingga membentuk domain sikap, keterampilan,

dan pengetahuan yang seimbang dan utuh melalui tahapan sistematis meliputi

mengamati (observing), menanya (questioning), menalar (associating),

mencoba (experimenting), membentuk jaringan (networking).

D. Model Pembelajaran Inkuiri

1. Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan pendidik untuk

menyampaikan materi. Pemilihan model pembelajaran yang tepat

merupakan salah satu penentu tercapainya tujuan pembelajaran. Menurut

Amri (2013: 4) model pembelajaran yaitu suatu desain yang

menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang

memungkinkan peserta didik berinteraksi sehingga terjadi perubahan

perkembangan pada diri peserta didik.

Model pembelajaran menurut Sani (2013: 89) adalah kerangka konseptual

berupa pola prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori dan

digunakan dalam mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk

mencapai tujuan belajar. Joyce & Weill dalam Huda (2013: 73)

menyatakan bahwa model pembelajaran sebagai rencana atau pola yang

dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, mendesain materi-materi

instruksional, dan memandu proses pengajaran di ruang kelas atau setting

Page 46: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

24

yang berbeda. Selanjutnya, Trianto (2010: 74) mengatakan bahwa model

pembelajaran adalah suatu perncanaan yang digunakan sebagai pedoman

dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam

tutorial untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran merupakan rencana atau pola yang digunakan sebagai

pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran

memiliki tujuan-tujuan pembelajaran dan sistem pengelolaan dalam

pembelajaran untuk menyiasati perubahan perilaku peserta didik secara

adaptif maupun generatif.

2. Macam-macam Model Pembelajaran

Salah satu faktor tercapainya tujuan pembelajaran yaitu dengan

menggunakan model pembelajaran yang sesuai agar tujuan dari

pembelajaran dapat tercapai. Terdapat beberapa macam model

pembelajaran yang dapat digunakan pendidik dalam proses pembelajaran.

Permendikbud No. 103 tahun 2014 menyebutkan beberapa model

pembelajaran dalam kurikulum 2013, antara lain: discovery learning,

project-based learning, problem-based learning, inquiry learning. Berikut

penjelasan dari model-model pembelajaran tersebut.

a) Discovery Learning

Model Discovery Learning merupakan penemuan konsep melalui

serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan

atau percobaan.

Page 47: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

25

b) Project-based Learning dapat didefinisikan sebagai sebuah

pembelajaran dengan aktivitas jangka panjang yang melibatkan

peserta didik dalam merancang, membuat, dan menampilkan produk

untuk mengatasi permasalahan dunia nyata.

c) Problem-based Learning merupakan model pembelajaran yang

melibatkan peserta didik dalam memecahkan masalah dengan

mengintegrasikan berbagai konsep dan keterampilan dari berbagai

disiplin ilmu.

d) Inquiry Learning (Inkuiri) adalah model pembelajaran yang

melibatkan peserta didik dalam merumuskan pertanyaan yang

mengarahkan untuk melakukan investigasi dalam upaya membangun

pengetahuan dan makna baru.

Berdasarkan model-model pembelajaran yang telah dijelaskan di atas,

peneliti memilih model pembelajaran inkuiri, karena model pembelajaran

inkuiri memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari solusi

permasalahan atau investigasi ide dengan pertanyaan-pertanyaan yang

dapat menumbuhkan keterampilan berpikir kritis peserta didik. Hal ini

sejalan dengan hasil penelitian Rahma (2012: 138) dengan penelitiannya

yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model Inkuiri

Berpendekatan SETS Materi Kelarutan dan hasil kali Kelarutan untuk

Menumbuhkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Empati Peserta didik

Terhadap Lingkungan”, menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis

inkuiri dapat menumbuhkan keterampilan berpikir kritis peserta didik.

Page 48: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

26

Hasil penelitian Qing, dkk. (2010 :4602) yang berjudul “Promoting

Preservice Teachers’ Critical Thinking Skills by Inquiry-Based Chemical

Experiment”, menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis peserta

didik meningkat dengan adanya penggunaan model pembelajaran inkuiri.

Kemudian, Aykol & Garrison (2011: 246) dengan penelitiannya yang

berjudul “Understanding Cognitive Presence in an Online and Blended

Community of inquiry: Assessing Outcomes and Processes for Deep

Approaches to Learning”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

pembelajaran dengan model inkuiri memberikan pengalaman belajar yang

mendalam dan bermakna.

3. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri

Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu

melalui indera penglihatan, pendengaran, pengecapan dan indera-indera

lainnya. Hingga dewasa keingintahuan manusia secara terus menerus

berkembang dengan menggunakan akal pikirannya. Pengetahuan yang

dimiliki manusia akan bermakna (meaningfull) manakala didasari oleh

keingintahuan itu. Didasari hal inilah suatu model pembelajaran yang

dikenal dengan inquiry (inkuiri) dikembangkan. Inkuiri merupakan model

pembelajaran yang menempatkan pendidik bukan sebagai sumber belajar,

akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar peserta didik.

Aktvitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab

antara pendidik dan peserta didik, sehingga kemampuan pendidik dalam

menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan

inkuiri. Menurut Glimer, dkk (2008: 21) This inquiry program opened an

Page 49: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

27

opportunity for some of the teachers to engage in a previously

undiscovered mechanism to expand their horizons in teaching and

learning. Science is not a subject but a process, and that is a brand new

practice and perspective for the inquiry teachers. As a result of this

program, the teachers have a new view of the classroom in which asking

the questions and figuring out ways to find the answers involves team

effort and is more important than knowing the answers. Critical thinking,

problem-solving skills and innovation are essential for our children to

learn and experience in order to become the citizens and leaders of

tomorrow.

Glimer, dkk (2008: 21) pada bukunya yang berjudul “Teaching the Nature

and Practice of Scientific Inquiry; Working With Science Teachers in

Rural America” mengajak pendidik-pendidik di Amerika untuk

melakukan penelitian agar mereka dapat memperbaiki proses

pembelajaran di kelas. Hasil dari kegiatan ini bahwa inkuiri membuka

kesempatan bagi beberapa pendidik untuk memperluas cakrawala mereka

dalam pengajaran dan pembelajaran. Ilmu pengetahuan bukan subjek tapi

sebuah proses, dan itu adalah praktik dan perspektif baru untuk pendidik

melakukan model inkuiri. Sebagai hasil dari program ini, para pendidik

memiliki pandangan baru tentang pembelajaran di kelas, dengan

mengajukan pertanyaan dan mencari tahu cara untuk menemukan

jawabannya, melibatkan usaha tim lebih penting daripada mengetahui

jawabannya. Pemikiran kritis, keterampilan memecahkan masalah dan

inovasi sangat penting bagi anak-anak kita untuk belajar dan

Page 50: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

28

berpengalaman agar bisa menjadi warga negara dan pemimpin masa

depan.

Menurut Keengwe & Maxfield (2015: 240) inquiry learning heavy

emphasis on posting questions, gathering and analyzing data, construction

evidenced based argument. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa

pembelajaran dengan model inkuiri menekankan pada pertanyaan,

pengumpulan dan analisis data, konstruksi dibuktikan berdasarkan

argumen. Selanjutnya, menurut Blessinger & Carfora (2015: 7) inquiry is

an learning model to active learning that is driven problem based

question. Inquiry is oriented around process, content, and outcome and is

considered a way of learning that focuses on investigating authentic (real-

world) question and problems that are meaningful to learners.

Pengertian tersebut menjelaskan bahwa model pembelajaran inkuiri

merupakan pembelajaran aktif yang didorong dengan pertanyaan berbasis

masalah. Penyelidikan berorientasi pada proses, konten, dan hasil yang

dianggap sebagai cara pembelajaran yang berfokus pada penyelidikan

pertanyaan dan masalah dunia nyata (real world) yang bermakna bagi

peserta didik.

Model pembelajaran inkuiri menurut Sani (2013: 214) menekankan pada

proses penyelidikan berbasis pada upaya menjawab pertanyaan. Inkuiri

merupakan investigasi yang dilakukan dapat berupa kegiatan laboratorium

atau aktivitas lainnya yang dapat digunakan untuk mengumpulkan

informasi. Hanafiah & Suhana (2012: 77) menyatakan bahwa inkuiri

Page 51: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

29

merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara

maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan

menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat

menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud

adanya perubahan perilaku.

Rooney (2012: 102) pada penelitiannya yang berjudul “How am I using

inquiry-based learning to improve my practice and to encourage higher

order thinking among my students of mathematics?” menyatakan bahwa

model inkuiri adalah model pembelajaran yang membangun pemahaman

tentang informasi baru, mengaitkannya dengan pengetahuan sebelumnya

secara terorganisir dan sistematis. Dalam hal ini konteks, inkuiri adalah

eksplorasi peserta didik tentang masalah kehidupan nyata (real-world).

Selanjutnya, model pembelajaran inkuiri menurut Khanifatul (2013: 21)

merupakan kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir

secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban

dari suatu masalah yang dipertanyakan.

Model pembelajaran inkuri menurut Smallhorn, dkk. (2015: 66) pada

penelitiannya yang berjudul “Inquiry-based learning to improve student

engagement in a large first year topic” adalah model pembelajaran yang

menuntut peserta didik untuk disiplin dan bertanggung jawab sendiri

dalam pembelajaran. Berdasarkan para ahli tersebut dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran yang

menekankan pada proses penyelidikan pertanyaan atau masalah yang nyata

Page 52: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

30

dan bermakna. Peserta didik dituntut untuk mencari dan menemukan

sendiri jawaban dari masalah yang dipertanyakan.

4. Jenis-jenis Model Pembelajaran Inkuiri

Jenis-jenis model pembelajaran inkuiri menurut Ali (2004: 87) adalah

sebagai berikut:

a. Guided Inquiry (Inkuiri Terbimbing)

Pelaksanaan Guided Inquiry dilakukan oleh peserta didik berdasarkan

petunjuk-petunjuk pendidik. Petunjuk diberikan pada umumnya dalam

bentuk pertanyaan membimbing. Umumnya model pembelajaran

inkuiri terbimbing terdiri atas : (1) Pertanyaan masalah; (2) Prinsip-

prinsip atau konsep-konsep yang ditemukan; (3) alat/bahan; (4)

diskusi pengarahan; (5) kegiatan penemuan oleh peserta didik; (7)

proses berfikir kritis dan ilmiah; (8) pertanyaan yang bersifat open

ended; (9) catatan pendidik.

b. Free Inquiry (Inkuiri Bebas)

Pembelajaran pada Free Inquiry peserta didik melaksanakan

penelitian sendiri. Peserta didik harus dapat mengidentifikasi dan

merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diteliti.

Bimbingan pendidik pada jenis model inkuiri sangat sedikit sekali

bahkan sama sekali.

c. Modified Free Inquiry (Modifikasi Inkuiri Bebas)

Modified Free Inquiry merupakan kolaborasi antara jenis guided

inquiry (inkuiri terbimbing) dan free inquiry (inkuiri bebas), pada

Page 53: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

31

pembelajaran pada modified free inquiry pendidik memberikan

permasalahan kemudian peserta didik diminta untuk memecahkan

permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur

penelitian. Modified free inquiry bertujuan untuk membantuk peserta

didik mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan yang

dibutuhkan.

Berdasarkan penjelasan di atas jenis model inkuiri yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah guided inquiry (inkuiri

terbimbing), Pemilihan ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa

penelitian yang akan dilakukan terhadap peserta didik kelas IV

Sekolah Dasar dimana tahap perkembangan kognitif peserta didik

masih bersifat operasional konkret. Peristiwa berpikir dan belajar

peserta didik pada tahap ini sebagian besar melalui pengalaman yang

nyata yang berawal dari proses interaksi peserta didik dengan obyek

(benda) bukan dengan lambang, gagasan ataupun abstraksi, dengan

kata lain pada tahap ini peserta didik belum mampu melakukan proses

berpikir yang abstrak sehingga masih memerlukan bimbingan

pendidik

.

E. Guided Inquiry Learning

1. Pengertian Model Guided Inquiry Learning

Guided inquiry learning merupakan model pembelajaran dimana pendidik

memandu dan memberikan peserta didik contoh-contoh topik spesifik

untuk memahaminya. Menurut Sanjaya (2008: 200) pembelajaran inkuiri

Page 54: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

32

terbimbing yaitu jenis model pembelajaran inkuiri yang dalam

pelaksanaannya pendidik menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup

luas kepada peserta didik. Pendidik membimbing peserta didik dalam

merumuskan masalah.

Pendidik harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada peserta

didik dalam melakukan kegiatan-kegiatan seingga peserta didik yang

berpikir lambat atau peserta didik yang mempunyai intelegensi rendah

tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan

peserta didik mempunyai kemampuan berpikir tinggi tidak memonopoli

kegiatan, oleh sebab itu pendidik harus memiliki kemampuan mengelola

kelas.

Menurut Throwbridge & Bybee (1990: 212 ) In a guided inquiry approach

the instructor provides the problem and encourages students to work out

the procedures to resolve it. Berdasarkan pengertian tersebut, dalam

pembelajaran inkuiri terbimbing pendidiklah yang memberikan

permasalahan dan langkah-langkah percobaan untuk menyelesaikan

permasalahan. Model guided inquiry learning ini sesuai untuk peserta

didik usia Sekolah Dasar. Hal ini dikarenakan peserta didik terlibat aktif

dalam pembelajaran tentang konsep atau suatu gejala melalui kegiatan

pengamatan dan pengumpulan data sehingga dapat ditarik kesimpulan.

Peserta didik akan melakukan percobaan untuk menemukan konsep-

konsep yang telah ditetapkan oleh pendidik. Sedangkan pendidik membuat

rencana pembelajaran atau langkah-langkah percobaan. Hal tersebut juga

Page 55: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

33

dipertegas Jerolimek & Foster (1976:101), because inquiry is higher

learner centered, the role of the teacher is that of guide stimulation, a

facilitator who challenger pupils by helping them identify questions and

problem and guides their inquiry. Pada tahap awal kegiatan pembelajaran,

peserta didik diberikan bimbingan lebih banyak dengan pemberian

pertanyaan-pertanyaan pengarah. Pertanyaan-pertanyaan ini berguna agar

peserta didik mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang

harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang diberikan

pendidik.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model

guided inquiry learning adalah model pembelajaran yang melibatkan

kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis

dan logis. Pendidik sebagai fasilitator berperan untuk menyediakan

bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada peserta didik.

2. Langkah-langkah Model Guided Inquiry Learning

Sagala (2006: 197) mengungkapkan langkah-langkah pembelajaran

dengan model guided inquiry learning adalah sebagai berikut:

a) Peserta didik merumuskan masalah untuk dipecahkan.

b) Peserta didik mengajukan hipotesis.

c) Peserta didik mencari informasi informasi/ data untuk menjawab

hipotesis.

d) Peserta didik menarik kesimpulan.

e) Peserta didik mengaplikasikan kesimpulan dalam situasi baru.

Langkah-langkah model guided inquiry learning menurut Sanjaya (2010:

201) adalah sebagai berikut.

Page 56: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

34

1) Orientasi

Pendidik menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan.

2) Merumuskan Masalah

a) Pendidik memberikan topik yang akan dipelajari, sedangkan

rumusan masalah yang sesuai dengan topik yang telah ditentukan

sebaiknya diserahkan kepada peserta didik.

b) Pendidik mendorong peserta didik agar dapat merumuskan

masalah, peserta didik mencari dan mendapatkan jawaban

tersebut secara pasti.

3) Merumuskan Hipotesis

Pendidik mengajukan berbagai pertanyaan yang mendorong peserta

didik untuk dapat merumuskan jawaban sementara dari suatu

permasalahan.

4) Mengumpulkan Data

a) Pendidik mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat

mendorong peserta didik untuk berpikir mencari informasi yang

dibutuhkan.

b) Peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan diskusi.

5) Menguji Hipotesis

Peserta didik diberi kesempatan membuktikan kebenaran jawaban

yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi serta didukung

oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan

6) Merumuskan Kesimpulan

Peserta didik menyimpulkan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil

pengujian hipotesis.

Berdasarkan langkah-langkah model guided inquiry learning yang telah

dikemukakan para ahli di atas, maka peneliti akan menggunakan langkah-

langkah yang telah dikemukakan oleh Sanjaya (2010: 201) sebagai acuan

dalam pelaksanaan model guided inquiry learning yang disesuaikan

dengan materi pelajaran. Secara garis besar terdapat enam tahapan dalam

model pembelajaran ini, yaitu: 1) orientasi, 2) merumuskan masalah, 3)

merumuskan hipotesisi, 4) mengumpulkan data, 5) menguji hipotesis, 6)

merumuskan kesimpulan.

5. Kelebihan dan Kelemahan Model Guided Inquiry Learning

Seperti halnya model pembelajaran yang lain, model guided inquiry

learning juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Menurut Colburn dalam

Page 57: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

35

Keengwe & Maxfield (2015: 240) inquiry learning model as an

environment where students are engaged in essential open-ended, student

centered, hands-on activity. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa model

pembelajaran inkuiri melibatkan peserta didik pada aktivitas open-ended,

pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, dan hands on activity.

Open-ended merupakan sifat keterbukaan dalam menjawab pertanyaan

yang mengarahkan peserta didik dalam menjawab masalah dengan banyak

cara untuk merangsang kemampuan intelektual dan pengalaman peserta

didik dalam proses menemukan sesuatu yang baru. Hands on activity

merujuk pada keterlibatan peserta didik dalam menggali informasi dan

bertanya, beraktivitas dan menemukan, mengumpulkan data dan

menganalisis serta membuat kesimpulan sendiri.

Menurut Blessinger & Carfora (2014: 4) inquiry learning model can use to

not only foster high order thinking and deep cognitive capabilities but also

to develop life skills, value clarification, and meaning-making in all

complexity. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa model pembelajaran

inkuiri tidak hanya menumbuhkan pemikiran tingkat tinggi dan

kemampuan kognitif tetapi juga untuk mengembangkan kecakapan hidup,

klarifikasi nilai, dan pembuatan makna dalam semua kompleksitas.

Menurut Carin & Sund (1989: 90) kelebihan model guided inquiry

learning antara lain:

a) Pembelajaran dengan penemuan terbimbing lebih mengaktifkan

peserta didik dalam memecahkan masalah, sehingga peserta didik

belajar dari pengalaman langsung.

Page 58: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

36

b) Penemuan terbimbing mempunyai kemungkinan untuk

meningkatan hasil yang diharapkan.

c) Peserta didik yang berada pada taraf berpikir operasional konkrit

akan lebih baik belajar pengetahuan bernalar melalui diskusi

terbimbing berdasar pada pengalaman belajar langsung yang

disediakan oleh pendidik.

d) Adanya kegiatan dalam kelompok mengarahkan semua peserta

didik berpartisipasi dalam proses konstruksi, bekerja sama, berbagi

pendapat, dan saling belajar satu sama lain.

Mempertegas pendapat tersebut, Sanjaya (2008: 208) juga

mengungkapkan beberapa keunggulan model guided inquiry learning.

a) Mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga

pembelajaran ini menjadi lebih bermakna.

b) Memberikan ruang kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan

gaya belajarnya.

c) Pembelajaran inkuiri dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi

belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan

tingkah laku berkat adanya pengalaman.

Beberapa kelemahan model guided inquiry learning adalah sebagai

berikut.

a) Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan peserta didik.

b) Sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan

kebiasaan peserta didik dalam belajar.

c) Memerlukan waktu yang panjang sehingga pendidik sulit

menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

d) Selama kriteria keberasilan belajar di tentukan oleh kemampuan–

kemampuan peserta didik menguasai materi pelajaran, maka model

Page 59: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

37

pembelajaran inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap

pendidik.

F. Kemampuan Berpikir Kritis

Salah kompetensi dalam kurikulum 2013 adalah mengembangkan kreativitas,

rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk

pikiran kritis. Spliter dalam Komalasari (2010: 266) menyatakan bahwa

keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan bernalar dan berpikir reflektif

yang difokuskan untuk memutuskan hal-hal yang diyakini dan dilakukan.

Menurut Johnson (2006: 210) berpikir kritis adalah aktivitas mental sistematis

yang dilakukan oleh orang-orang yang toleran dengan pikiran terbuka untuk

memperluas pemahaman mereka.

Menurut Rajendran (2013: 20) critical thinking is the intellectually disciplined

process of activity and skillfully conceptualizing, appliying, analyzing,

synthesizing, and evaluating information. Pengertian tersebut menjelaskan

pengertian dari kemampuan berpikir kritis yang merupakan proses aktivitas

disiplin secara intelektual dengan terampil mengkonseptualisasikan,

menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi. Ennis

dalam Demir dkk. (2011: 547) mendefinisikan berpikir kritis sebagai sebuah

cara berpikir yang wajar dan mendalam ketika memutuskan apa peserta didik

lakukan.

Menurut Stratton (2000: 13) critical thinking is a particular type of thinking

that makes use of other types of thinking to review, evaluate, and revise the

way ideas have been understood, processed, and communicated. Pengertian

Page 60: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

38

tersebut menjelaskan pengertian berpikir kritis sebagai jenis pemikiran yang

memanfaatkan jenis pemikiran lain untuk meninjau, mengevaluasi, dan

merevisi cara gagasan dipahami, diproses, dan dikomunikasikan.

Seseorang dikatakan berpikir kritis dapat dilihat dari beberapa indikator.

Menurut Ennis dalam Susanto (2013: 125) indikator keterampilan berpikir

kritis dibagi menjadi lima kelompok yaitu:

1) Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification).

a. Memfokuskan pertanyaan.

b. Menganalisis pertanyaan.

c. Menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan.

2) Membangun keterampilan dasar (basic support).

a. Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak.

b. Mengamati serta mempertimbangkan suatu hasil laporan observasi.

3) Menyimpulkan.

a. Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi.

b. Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi.

c. Membuat keputusan dan mempertimbangkan hasilnya.

4) Membuat penjelasan lebih lanjut (advanced clarification).

a. Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi.

b. Mengidentifikasi asumsi.

5) Mengatur strategi dan taktik (strategies and tactics).

a. Memutuskan suatu tindakan.

b. Mengomunikasikan keputusan kepada orang lain.

Indikator berpikir kritis menurut Saputro (2013: 3) adalah sebagai berikut.

Page 61: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

39

1) Keterampilan menganalisis.

2) Keterampilan mensitesis.

3) Keterampilan mengenal dan memecahkan masalah.

4) Keterampilan menyimpulkan.

Selanjutnya, menurut Dike (2010: 22) aspek dan sub indikator kemampuan

berpikir kritis adalah sebagai berikut.

1) Klarifikasi masalah.

a. Mengidentifikasi pokok permasalahan.

b. Membandingkan kesamaan dan perbedaan.

c. Merumuskan pertanyaan.

2) Menilai informasi yang berhubungan dengan masalah.

a. Menemukan sebab kejadian permasalahan.

b. Menilai dampak dari permasalahan.

c. Memprediksi konsekuensi lanjut dari dampak permasalahan.

3) Membuat kesimpulan

a. Menjelaskan permasalahan.

b. Merancang solusi permasalahan.

c. Membuat kesimpulan sederhana.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan

berpikir kritis adalah proses aktivitas disiplin secara intelektual dengan

terampil mengkonseptualisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan

mengevaluasi informasi sehingga peserta didik dapat membuat kesimpulan

yang masuk akal. Indikator yang akan digunakan diteliti dalam penelitian ini

Page 62: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

40

yaitu: (1) memberikan penjelasan sederhana, (2) membangun keterampilan

dasar, (3) menyimpulkan.

G. Keterkaitan antara Berpikir Kritis, Pendekatan Scientific, dan Model

Guided Inquiry Learning

Berpikir kritis menurut Susanto (2013: 121) merupakan suatu kegiatan melalui

cara berpikir tentang ide atau gagasan yang berhubungan dengan konsep yang

diberikan atau masalah yang dipaparkan. Usia anak SD/MI memiliki

kecenderungan dan kemampuan untuk berpikir, kecenderungan itu terlihat

ketika ia memandang sesuatu disekitarnya, menyentuh, bahkan meraba sebagai

bentuk keingintahuannya. Melatih berpikir kritis sangat penting diterapkan

sejak usia anak. Pembentukan dan pembinaan cara berpikir yang lebih kritis

pada anak jika dibina dengan baik akan mampu menumbuhkembangkan

kesadaran berpikir sejak dini.

Tilaar (2011: 17) mengartikan pengembangan berpikir kritis merupakan

pemberikan penghargaan kepada peserta didik sebagai pribadi (respect as

person), mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan kedewasaannya. Selain

itu, tujuan pembelajaran berpikir kritis pada peserta didik menyiapkan mereka

menjadi pemikir yang kritis, mampu bertanggung jawab dan memecahkan

masalah, sehingga dapat menghadapi kehidupan ditengah era globalisasi.

Mengembangkan kemampuan berpikir kritis adalah kewajiban pendidik,

dengan menggunakan model, pendekatan atau strategi pembelajaran yang

sesuai dan prosesnya mampu melatih peserta didik untuk berpikir kritis. Model

pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur

Page 63: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

41

yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai

tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas pembelajaran.

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang

tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh pendidik.

Model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu

pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Model pembelajaran yang

digunakan dalam penelitian ini adalah model guided inquiry learning yang di

dalamnya menggunakan pendekatan yang telah diterapkan pada Kurikulum

2013 yaitu pendekatan scientific (saintifik).

Hanafiah & Suhana (2012: 77) menyatakan bahwa model guided inquiry

learning merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan

secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan

menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat

menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud

adanya perubahan perilaku. Sedangkan, pendekatan scientific adalah salah satu

pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk merangsang

kemampuan berpikir peserta didik dalam memperoleh pengetahuan bermakna

dengan mencari tahu, merumuskan masalah, berpikir analitik sehingga

membentuk domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang seimbang dan

utuh melalui tahapan sistematis meliputi mengamati (observing), menanya

(questioning), menalar (associating), mencoba (experimenting), membentuk

jaringan (networking).

Page 64: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

42

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran guided inquiry learning memiliki keterkaitan yang kuat untuk

mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Keterkaitan antara

ke-tiganya juga terlihat pada indikator dari berpikir kritis, pendekatan saintifik,

dan model pembelajaran inkuiri. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar

berikut ini.

Gambar 1. Keterkaitan antara Berpikir Kritis, Pendekatan Scientific,

dan Model Guided Inquiry Learning

H. Pengembangan Bahan Ajar

1. Pengertian Bahan Ajar

Salah satu cara untuk membuat pembelajaran menjadi menyenangkan

adalah dengan menggunakan bahan ajar yang menarik, agar peserta didik

merasa tertarik dan senang mempelajari bahan ajar tersebut. Menurut

Majid (2008: 173) bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun

secara sistematis sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang

Berpikir Kritis

1. Mengamati

2. Menanya

1. Memberikan penjelasan

sederhana

5. Membentuk

Jaringan

2. Membangun

keterampilan dasar.

3. Menalar

4. Mencoba

3. Menyimpulkan

1. Orientasi

2. Merumuskan

masalah

3. Merumuskan

hipotesis

4. Mengumpulkan

data

6. Merumuskan

kesimpulan

5. Menguji

hipotesis

Scientific Guided inquiry Learning

Page 65: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

43

memungkinkan sehingga peserta didik belajar dengan baik. Asmawati

(2015: 4) pada mendefinisikan bahan ajar sebagai segala bentuk bahan

yang digunakan untuk membantu pendidik atau instruktur dalam

melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.

Menurut Suwarni (2015: 90) bahan ajar merupakan media pembelajaran

cetak yang dapat digunakan untuk memudahkan pendidik dan peserta

didik guna meningkatkan kompetensinya. Menurut Prastowo (2015: 16)

bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat maupun teks)

yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari

kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses

pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi

pembelajaran. Bahan ajar tersebut berupa materi pelajaran yang digunakan

pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran dapat berupa bahan

tertulis maupun bahan tidak tertulis. Melalui bahan ajar peserta didik dapat

mempelajari suatu kompetensi secara sistematis dan runtut.

Sejalan dengan pendapat Prastowo, Majid (2008: 176) mengemukakan

bahwa sebuah bahan ajar paling tidak mencakup antara lain:

a) Petunjuk belajar (petunjuk peserta didik/pendidik)

b) Kompetensi yang akan dicapai

c) Informasi pendukung

d) Latihan-latihan

e) Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)

f) Evaluasi

Astuti (2016: 200) menyatakan bahwa secara umum, fungsi bahan ajar

adalah untuk mengarahkan semua aktivitas pendidik dalam proses

pembelajaran, sebagai pedoman bagi peserta didik dalam proses

Page 66: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

44

pembelajaran, dan merupakan kompetensi yang seharusnya dipelajari.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa bahan ajar

merupakan materi pelajaran yang digunakan pendidik dan peserta didik

dalam proses pembelajaran dapat berupa bahan tertulis maupun bahan

tidak tertulis. Melalui bahan ajar peserta didik dapat mempelajari suatu

kompetensi.

2. Jenis-jenis Bahan Ajar

Beragam jenis bahan ajar yang digunakan pada sekolah sebagai penunjang

proses pembelajaran. Menurut Yaumi (2013: 250) bahan ajar dilihat dari

segi format atau bentuknya dibagi menjadi tiga jenis, yaitu bahan cetak,

bahan bukan cetak, dan kombinasi cetak dan bukan cetak. Menurut Amri

(2013: 95) jenis-jenis bahan ajar berdasarkan pengemasannya dapat

dibedakan menjadi: (a) buku teks belajar, (b) modul belajar, (c) diktat, (d)

LKPD, (e) petunjuk praktikum, (f) handout.

Jenis-jenis bahan ajar menurut Depdiknas dalam Asmawati (2015: 4)

adalah sebagai berikut.

a) Bahan ajar pandang (visual) terdiri atas bahan cetak (printed)

seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja peserta

didik, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, dan non cetak (non

printed), seperti model/maket.

b) Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan

compact disk audio.

c) Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact

disk, film.

d) Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material)

seperti CAI (Computer Assisted Instruction), Compact Disk (CD)

multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web

(web based learning materials).

Page 67: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

45

Majid (2008: 174) mengelompokkan bahan ajar menjadi empat, yaitu:

a) Bahan cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, lembar

kerja peserta didik, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar,

mode/maket.

b) Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan

compact disk audio.

c) Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact

disk, film.

d) Bahan ajar interaktif (interactive teaching material) seperti

compact disk interaktif.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas mengenai jenis-jenis bahan ajar,

bahan ajar yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah suplemen

pembelajaran untuk buku peserta didik. Suplemen bahan ajar digunakan

sebagai tambahan atau pelengkap yang digunakan dalam proses

pembelajaran.

3. Suplemen Pembelajaran

Suplemen pembelajaran merupakan tambahan atau pelengkap yang

digunakan dalam proses pembelajaran, dengan tujuan untuk melengkapi

materi yang telah ada. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011: 1359)

suplemen adalah sesuatu yang ditambahkan untuk melengkapi, tambahan,

bagian ekstra pada surat kabar majalah dan sebagainya, lampiran

pelengkap.

Menurut Majid (2008: 180) suplemen bahan ajar berfungsi sebagai

suplemen (tambahan) apabila pendidik atau peserta didik mempunyai

kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan media pembelajaran atau

tidak untuk materi pelajaran tertentu. Jenis-jenis suplemen bahan ajar

menurut Amri (2016: 100) sumplemen bahan ajar dapat berupa LKPD

Page 68: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

46

(Lembar Kerja Peserta didik), modul pembelajaran, serta buku ajar

lainnya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, suplemen bahan ajar merupakan

suplemen bahan ajar yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah

suplemen bahan ajar yang berupa modul pembelajaran pada tema 8

(Daerah Tempat Tinggalku), subtema 2 (Keunikan Daerah Tempat

Tinggalku. Modul pembelajaran adalah bahan ajar yang disusun secara

sistematis dan menarik yang mencakup isi materi, metode dan evaluasi

yang dapat digunakan secara mandiri untuk mencapai kompetensi yang

diharapkan. Adapun unsur-unsur yang harus dipenuhi menurut (2014: 115)

antara lain:

1) Judul

2) Petunjuk belajar

3) Kompetensi yang akan dicapai

4) Informasi pendukung

5) Latihan-latihan

6) Petunjuk kerja atau Lembar Kerja

7) Evaluasi

Langkah-langkah penyusunannya menurut Prastowo (2014: 119) yaitu:

1) Analisis Kurikulum

Langkah ini dimaksudkan untuk menentukan materi dari hasil Standar

Kompetensi, Kompetensi Inti, dan kompetensi Dasar, jaringan tema,

dan tujuan yang harus dimiliki oleh peserta didik.

2) Menentukan Judul

Page 69: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

47

Mengacu pada Kompetensi Dasar atau materi pokok yang ada dalam

kurikulum.

3) Penulisan

Dalam penulisan modul ada lima acuan yang harus diperhatikan,

yaitu:

a. Perumusan Kompetensi Dasar yang harus dikuasai

b. Penentuan alat evaluasi atau penilaian yang digunakan.

c. Penyususnan materi harus disesuaikan dengan kompetensi

dasar yang akan dicapai.

d. Urutan pengajaran dapat diberikan dalam petunjuk

menggunakan modul struktur bahan ajar (modul).

4. Lokalitas

Lokalitas merupakan suatu proses dan realisasi peningkatan nilai dari

suatu potensi daerah sehingga menjadi produk/jasa atau karya lain yang

bernilai tinggi, bersifat unik, memiliki keunggulan komparatif dan

kompetitif. Lokalitas berupa hasil bumi, kreasi seni, tradisi, budaya,

pelayanan, jasa, sumber daya alam, sumber daya manusia atau lainnya

yang menjadi keunggulan suatu daerah.

Menurut Ambarwangi & Suharto (2014: 40) pada penelitiannya yang

berjudul “Reog as Means of Students’ Appreciation and Creation in Arts

and Culture Based on The Local Wisdom” kearifan lokal sering disebut

local genious dapat dipahami sebagai upaya manusia menggunakan

kecerdasannya (kognisi) untuk bertindak dan bersikap terhadap hal-hal,

Page 70: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

48

benda, atau peristiwa yang terjadi di ruang tertentu. Menurut Rusilowati,

dkk. (2015: 42) pada penelitiannya yang berjudul “Natural Disaster vision

Learning SETS Integrated in Subject of Physics-Based Local Wisdom”

menjelaskan bahwa kearifan lokal merupakan nilai-nilai yang berlaku

dalam suatu mayarakat, yang diyakini kebenarannya dan menjadi acuan

dalam bertingkah laku sehari-hari, serta menggambarkan cara bersikap dan

bertindak untuk merespon perubahan-perubahan yang khas dalam

ingkungan fisik maupun kultural.

Kearifan lokal adalah dasar untuk pengambilan kebijakkan pada level

lokal di bidang kesehatan, pertanian, pendidikan, pengelolaan sumber daya

alam (wisata) dan kegiatan masyarakat. Menurut hasil penelitian

Callaghan (2008: 43) by connecting local issues to scientific inquiry can

provide students the opportunity to apply facts from their book to real life

situation. they will become more environmentally aware of their world.

Callaghan (2008: 43) menjelaskan bahwa dengan menghubungkan isu

lokal dengan inkuiri dapat memberi peserta didik kesempatan menerapkan

fakta dari buku mereka hingga situasi kehidupan nyata, mereka akan

menjadi lebih sadar lingkungan akan dunia mereka.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa lokalitas (local

wisdom) adalah nilai-nilai yang berlaku dalam suatu mayarakat, dan

menjadi dasar untuk pengambilan kebijakkan pada level lokal di bidang

kesehatan, pertanian, pendidikan, pengelolaan sumber daya alam (wisata)

dan kegiatan masyarakat. Penelitian ini akan mengembangkan modul

Page 71: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

49

berbasis lokal. Modul berbasis lokal memuat pengetahuan yang ditemukan

oleh masyarakat lokal tertentu melalui kumpulan pengalaman dalam

mencoba dan diintegrasikan dengan pemahaman terhadap keadaan alam

suatu tempat.

5. Keterkaitan Pengembangan Bahan Ajar dengan Lokalitas

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu

pendidik atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak

tertulis. Bahan ajar yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

modul berbasis lokalitas, dimana materi yang terdapat di dalamnya

mengandung unsur nilai-nilai lokal agar peserta didik lebih memahami

keunggulan daerahnya. Pengembangan bahan ajar berbasis lokalitas

mengadaptasi pada dimensi pengetahuan yang dikemukakan oleh

Anderson & Karthwol (2001: 38) yaitu pengetahuan faktual, konseptual,

prosedural, konseptual, dan metakognitif. Berikut penjelasannya:

1) Pengetahuan Faktual

Pengetahuan faktual meliputi elemen-elemen dasar yang digunakan

oleh para pakar dalam menjelaskan, memahami, dan secara sistematis

menata disiplin ilmu mereka. Pengetahuan faktual berisikan elemen-

elemen dasar yang harus diketahui peserta didik jika mereka akan

mempelajari suatu disiplin ilmu atau menyelesaikan masalah dalam

disiplin ilmu tersebut. Pengetahuan faktual terbagi menjadi dua

subjenis yaitu: a) pengetahuan tentang terminologi; dan b)

pengetahuan tentang detail-detail dan elemen-elemen yang spesifik.

Page 72: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

50

Pengetahuan tentang terminologi melingkupi pengetahuan tentang

label dan simbol verbal dan nonverbal (kata, angka, tanda, gambar).

Setiap materi kajian mempunyai banyak label dan simbol, baik verbal

maupun nonverbal, yang merujuk pada makna-makna tertentu. Label

dan simbol ini merupakan bahasa dasar dalam suatu disiplin ilmu.

Pengetahuan tentang detail-detail dan elemen-elemen yang spesifik

merupakan pengetahuan tentang peristiwa, lokasi, orang, tanggal,

sumber informasi, dan semacamnya.

2) Pengetahuan Konseptual

Pengetahuan konseptual mencakup pengetahuan tentang kategori,

klasifikasi, dan hubungan antara dua atau lebih kategori pengetahuan

yang lebih kompleks dan tertata. Pengetahuan konseptual meliputi

skema, model, mental, dan teori yang mempresentasikan pengetahuan

manusia tentang bagaimana suatu materi kajian ditata dan

distrukturkan, bagaimana bagian-bagian informasi saling berkaitan

secara sistematis, dan berfungsi bersama.

Pengetahuan konseptual terdiri dari tiga subjenis yaitu: a) pengetahuan

tentang klasifikasi dan kategori; b) pengetahuan tentang prinsip dan

generalisasi; dan c) pengetahuan tentang teori, model, dan struktur.

Klasifikasi dan kategori merupakan landasan bagi prinsip dan

generalisasi. Prinsip dan generalisasi menjadi dasar bagi teori, model,

dan struktur. Prinsip dan generalisasi dibentuk oleh klasifikasi dan

kategori. Prinsip dan generalisasi merupakan bagian yang dominan

dalam sebuah disiplin ilmu dan digunakan untuk mengkaji masalah-

Page 73: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

51

masalah dalam disiplin ilmu tersebut. Prinsip dan generalisasi

merangkum banyak fakta dan peristiwa yang spesifik,

mendeskripsikan proses dan interelasi di antara detail-detail fakta dan

peristiwa, dan menggambarkan proses dan interelasi di antara

klasifikasi dan kategori.

3) Pengetahuan Prosedural

Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana

melakukan sesuatu. Sesuatu tersebut mulai dari permasalahan yang

sering dihadapi sampai permasalahan yang benar-benar baru.

Pengetahuan prosedural seringkali berbentuk urutan langkah-langkah

yang harus diikuti, mencakup keterampilan, algoritma, teknik, dan

metode, yang secara umum dikenal dengan nama prosedur.

Pengetahuan prosedural mencakup pengetahuan tetang kriteria yang

digunakan untuk menentukan kapan menggunakan prosedur tertentu.

Pengetahuan prosedural terdiri dari tiga subjenis, yaitu: a)

pengetahuan tentang keterampilan dan algoritma khusus dalam suatu

subjek. Sebagaimana telah dikemukakan, pengetahuan prosedur dapat

dinyatakan sebagai sebuah deretan langkah-langkah yang biasa

disebut dengan prosedur. Kadangkala langkah-langkah yang harus

diikuti telah ditentukan, tetapi kadangkala tidak. Meskipun hasil akhir

dari pengetahuan ini bukan merupakan pernyataan tertentu (open

ended), tetapi secara umum hasil akhir dari pengetahuan ini

merupakan sesuatu yang tertentu; b) pengetahuan tentang metode dan

teknik subjek yang spesifik. Beberapa prosedur tidak mengantar pada

Page 74: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

52

pemecahan masalah tunggal atau jawaban tunggal sebagaimana jenis

pengetahuan ini; c) pengetahuan untuk menentukan kriteria tentang

prosedur yang tepat. Sebagai tambahan pengetahuan tentang prosedur

yang harus dilakukan, peserta didik diharapkan juga mengetahui

kapan menggunakan prosedur tersebut.

4) Pengetahuan Metakognitif

Pencantuman pengetahuan metakognitif dalam kategori dimensi

pengetahuan dilandasi oleh hasil penelitian penelitian terbaru tentang

peran penting pengetahuan peserta didik mengenai kognisi mereka

sendiri dan kontrol mereka atas kognisi itu dalam aktivitas belajar.

Salah satu ciri belajar dan penelitian tentang pembelajaran yang

berkembang adalah menekankan pada metode untuk membuat peserta

didik semakin menyadari dan bertanggung jawab atas pengetahuan

dan pemikiran mereka sendiri.

Pengetahuan metakognitif terbagi menjadi tiga subjenis yaitu: a)

pengetahuan strategis; b) pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif,

yang meliputi pengetahuan kontekstual dan kondisional; dan c)

pengetahuan diri. Pengetahuan strategis adalah pengetahuan tentang

strategi-strategi belajar dan berpikir serta pemecahan masalah.

Subjenis pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang berbagai

strategi yang dapat digunakan peserta didik untuk menghafal materi,

mencari makna teks, atau memahami apa yang mereka dengar dari

pelajaran di kelas atau yang dibaca dalam buku dan bahan ajar lain.

Page 75: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

53

Strategi belajar ini dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu

pengulangan, elaborasi, dan organisasi.

Berdasarkan penjelasan di atas, pengembangan bahan ajar dengan lokalitas

memiliki keterkaitan, karena content dalam modul tersebut mengandung

lokalitas daerah tempat tinggal peserta didik yang merujuk pada dimensi

pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural. Pengetahuan faktual

yang akan dikembangkan pada bahan ajar berbasis lokalitas ini berupa

sejarah berdirinya Kabupaten Lampung Timur, mengenalkan tempat

wisata Kabupaten Lampung Timur lebih dekat lagi dengan gambar atau

materi yang disajikan. Pengetahuan konseptual pada bahan ajar berbasis

lokalitas ini memberi kesempatan peserta didik untuk mencari tahu

dampak adanya wisata lokal yang ada di Kabupaten Lampung Timur baik

dari segi ekonomi, sosial, dan budaya. Pengetahuan prosedural pada modul

berbasis lokalitas ini berupa pengambilan kesimpulan atas penjelasan-

penjelasan mengenai dampak didirikan Kabupaten Lampung Timur,

dampak adanya wisata lokal yang ada di Kabupaten Lampung Timur.

I. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang telah dilakukan dan mendukung penelitian pengembangan ini

adalah sebagai berikut:

1. Ambarwangi & Suharto (2014) dengan penelitiannya yang berjudul “Reog

as Means of Students’ Appreciation and Creation in Arts and Culture

Based on The Local Wisdom”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

pembelajaran yang mengusung kearifan lokal dapat meningkatkan

Page 76: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

54

kreativitas dan kecerdasan peserta didik serta sebagai penghargaan untuk

budaya lokal itu sendiri. Karena budaya lokal adalah dasar untuk

pembentukan karakter dari masyarakat serta parameter keberhasilan

pendidikan.

2. Bahr (2010) dengan penelitiannya yang berjudul “Thinking Critically

about Critical Thinking in Higher Education dalam International Journal

for the Scholarship of Teaching and”. Hasil penelitian ini menjelaskan

bahwa peserta didik pada umumnya memiliki percaya diri dalam

kemampuan mereka untuk berpikir kritis dengan mengidentifikasi

aktivitas mereka di kelas. Peserta didik tidak hanya memahami konsep

berpikir kritis tetapi juga memiliki kemampuan untuk berpikir kritis

dengan rasa percaya diri.

3. Bailey (2012) yang berjudul “Learning Transferable Skills in Large

Lecture Halls: Implementing a POGIL Approach in Biochemistry”. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang menggunakan

model guided inquiry learning menjadikan pembelajaran berpusat pada

peserta didik, peserta didik dapat memaksimalkan pengalaman belajar,

serta pendidik dapat memanfaatkan model ini untuk mendorong

keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran.

4. Demir (2011) dengan penelitiannya yang berjudul “Quadruple Thinking:

Critical Thinking.”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemikiran

kritis akan memberi kontribusi untuk menentukan tujuan dalam

memikirkan fenomena atau objek.

Page 77: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

55

5. Douglas (2012) dengan penelitiannya yang berjudul “Process-oriented

Guided Inquiry Learning in Engineering” menunjukkan peserta didik

dalam kelompok eksperimen mengakui manfaat dari POGIL yaitu dapat

bekerja dalam kelompok, membangun pemikiran kritis, belajar

keterampilan kooperatif, dan meningkatkan pengetahuan.

6. Hansen & Buczynski (2013) dengan penelitiannya yang berjudul “The

Teaching of Inquiry-based Science in Elementary Classrooms: A Bi-

national Comparative Reflection of US and Lithuanian Practices”. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa dengan adanya penggunaan model

pembelajaran inkuiri peserta didik terlibat aktif untuk berpikir kritis

tentang konsep-konsep ilmu, serta peserta didik dapat membuat hubungan

antara apa yang sudah mereka ketahui dan materi baru yang disajikan.

7. Qing (2010) dengan penelitiannya yang berjudul “Promoting Preservice

Teachers’ Critical Thinking Skills by Inquiry-Based Chemical

Experiment”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan

berpikir kritis peserta didik meningkat dengan adanya penggunaan model

pembelajaran inkuiri.

8. Lee (2012) dengan penelitiannya yang berjudul “What is Inquiry Guided

Learning?”. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa guided inquiry

Learning merupakan serangkaian proses pengajaran yang menentukan

cara praktik sederhana dengan mengembangkan kerangka kerja

konseptual, model, dan rubrik perkembangan sebagai langkah awal yang

penting.

9. Rooney (2012) dengan penelitiannya yang berjudul “How am I using

Page 78: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

56

inquiry-based learning to improve my practice and to encourage higher

order thinking among my students of mathematics?”. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri mendorong peserta didik

untuk berpikir tingkat tinggi serta menunjukkan sikap positif pada

aktivitas belajar peserta didik.

10. Samah (2012) dengan penelitiannya yang berjudul “Factors Affecting

Educational Tourism Development among Local Communities in the

Klang Valley, Malaysia”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

dampak sosial budaya, ekonomi, dan sikap masyarakat terhadap

pendidikan berbasis lokal memiliki peran penting dalam komunikasi

warga dengan peserta didik internasional, serta menghasilkan beberapa

kontribusi metodologis dan konseptual terhadap pemahaman masyarakat

lokal terhadap pengembangan pariwisata untuk mengukur kesadaran dan

sikap warga terhadap pariwisata pendidikan di Malaysia.

11. Simonson & Shadel (2013) dengan penelitiannya yang berjudul

“Implementing Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) in

Undergraduate Biomechanics: Lessons Learned by a Novice”. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa pemanfaatan POGIL (Process Oriented

Guided Inquiry Learning) tidak hanya meningkatkan interaksi materi

peserta didik, tapi juga interaksi instrukturnya, serta meningkatkan

keterlibatan peserta didik, retensi pengetahuan, dan keterampilan berpikir

dan aplikasi tingkat tinggi.

12. Soltis (2015) dengan penelitiannya yang berjudul “Process-Oriented

Guided Inquiry Learning Strategy Enhances Students’ Higher Level

Page 79: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

57

Thinking Skills in a Pharmaceutical Sciences Course”. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa penggunaan strategi POGIL memiliki efek positif

secara keseluruhan pada pembelajaran di kelas. Nilai ujian peserta didik

meningkat seiring dengan meningkatnya kinerja permintaan yang

memerlukan pemikiran tingkat tinggi seperti aplikasi dan analisis. Peserta

didik menyatakan bahwa keterampilan mereka dalam pemecahan masalah

dan pemikiran kritis meningkat dengan penggunaan strategi POGIL.

13. Ural (2016) pada penelitiannya yang berjudul “The Effect of Guided-Inquiry

Laboratory Experiments on Science Education Students' Chemistry

Laboratory Attitudes, Anxiety and Achievement”. Hasil penelitian ini

menunjukkan adanya peningkatan prestasi peserta didik pada pembelajaran

setelah diterapkannya model guided inquiry learning.

14. Ural (2016) dengan penelitiannya yang berjudul“A Model of Critical

Thinking as an Important Attribute for Success in the 21st Century”. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan abad 21 ini membutuhkan

pemikiran peserta didik untuk menghadapi masalah di dunia nyata yang

melibatkan mereka dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi, kreativitas,

inovasi, komunikasi, kolaborasi, pemikiran kritis dan pemecahan masalah.

Penelitian relevan yang telah dipaparkan di atas, memiliki persamaan dan

perbedaan dengan penelitian yang telah dilaksanakan. Persamaan yang ada

diantaranya adalah pengembangan bahan ajar berbasis lokal, pentingnya

kemampuan berpikir kritis serta penggunaan model guided inquiry learning

yang dapat menumbuhkan keterampilan berpikir kritis peserta didik.

Page 80: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

58

Perbedaannya yaitu terletak pada perbedasan materi dan subyek penelitian

yang berbeda-beda tingkat.

J. Kerangka Pikir

Proses pembelajaran merupakan interaksi antara peserta didik dengan pendidik

serta sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pendidik maupun peserta

didik dituntut aktif dalam proses pembelajaran agar proses pembelajaran

berjalan dengan baik. Pemerintah telah melakukan inovasi pada tahun 2013

dengan diterapkannya kurikulum 2013 yang bersifat tematik integratif.

Menurut Trianto (2010: 78) pembelajaran tematik dimaknai sebagai

pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Pembahasan

tema ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Pelajaran yang satu dengan yang

lain saling berintegrasi. Dengan demikian pembelajaran dapat melatih peserta

didik untuk berpikir secara holistik, mengontruksi sendiri pengetahuan dan

kehidupan nyata peserta didik, serta dapat melatih kemandirian peserta didik

dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi.

Suksesnya penerapan pembelajaran di kelas tidak terlepas dari perangkat

pembelajaran yang digunakan. Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan

media atau sarana yang digunakan oleh pendidik dan peserta didik dalam

proses pembelajaran di kelas, serangkaian perangkat pembelajaran harus

dipersiapkan oleh pendidik untuk mengembangkan potensi peserta didik.

Potensi peserta didik akan muncul apabila dibantu dengan penggunaan bahan

ajar yang mencakup unsur model guided inquiry learning serta pendekatan

saintifik untuk mendukung proses interaksi dalam pembelajaran.

Page 81: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

59

Pengembangan modul berbasis lokal dengan menggunakan model guided

inquiry learning diharapkan mampu memunculkan keterampilan berpikir kritis

peserta didik. Agar lebih jelasnya, dapat dilihat pada kerangka pikir berikut ini.

Gambar 2. Kerangka Pikir

K. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka, dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut.

1. Menghasilkan produk bahan ajar berbasis lokal melalui model guided

inquiry learning yang layak bagi peserta didik kelas IV SD.

2. Produk bahan ajar berbasis lokal yang dihasilkan melalui model guided

inquiry learning efektif terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis

Berpikir Kritis

Input

Proses

Output

1. Belum adanya pengembangan bahan ajar berbasis

lokal melalui model guided inquiry learning.

2. Belum adanya pengembangan bahan ajar yang dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta

didik.

Mengembangkan bahan ajar berbasis lokal

Pendekatan

Scientific

Guided Inquiry

Learning

Lokalitas

Faktual

Konseptua

l

Prosedura

l

Produk bahan ajar berbasis lokal melalui model guided

inquiry learning untuk meningkatkan kemampuan

berpikir kritis.

Page 82: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

60

peserta didik kelas IV SD.

3. Terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik yang menggunakan bahan

ajar berbasis lokal melalui model guided inquiry learning dengan peserta

didik yang tidak menggunakan bahan ajar berbasis lokal melalui model

guided inquiry learning pada kelas IV SD.

Page 83: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

61

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

pengembangan yang mengacu pada metode penelitian pengembangan Borg &

Gall. Menurut Borg & Gall, R&D dalam penelitian pendidikan disebut juga

dengan Reasearch-Based-Development (1983: 772) adalah sebuah prosedur

penelitian dengan tujuan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk

pendidikan yang dikembangkan tersebut.

Sugiyono (2015: 26) menjelaskan bahwa metode penelitian dan

pengembangan adalah metode yang digunakan untuk menghasilkan

rancangan produk baru, menguji keefektifan produk yang telah ada, serta

mengembangkan dan menciptakan produk baru dan menguji keefektifan

produk tersebut. Putra (2013:67) mendefinisikan R&D secara sederhana yaitu

sebagai metode penelitian secara sengaja, sistematis, bertujuan untuk

mencaritemukan, merumuskan, memperbaiki, mengembangkan,

menghasilkan, menguji keefektifan produk, model/metode, jasa, prosedur

tentunya yang lebih unggul, baru, efektif, efisien, produktif dan bermakna.

Page 84: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

62

B. Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan Borg & Gall (1983: 775) terdapat sepuluh langkah

dalam melaksanakan penelitian pengembangan yaitu sebagai berikut:

1) penelitian dan pengumpulan informasi (research and information

collection), 2) perencanaan (planning), 3) pengembangan produk

pendahuluan (develop premilinaryform of product), 4) uji coba

pendahuluan (preliminary field study), 5) revisi terhadap produk utama

(main product revision), 6) uji coba utama (main field testing), 7) revisi

produk operasional (operational product revision), 8) uji coba

operasional (operational field testing), 9) revisi produk akhir (final

product revision), dan 10) deseminasi dan distribusi (dissimination and

distribution). Langkah pengembangan digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3. Langkah-Langkah R&D Menurut Borg & Gall (1983: 775)

Berikut adalah penjabaran langkah pengembangan menurut Borg & Gall

(1983: 775).

1. Penelitian dan Pengumpulan Informasi

Analisis kebutuhan dengan melakukan pengamatan dan pengumpulan

informasi di SDN 1 Kota Raman dengan tahapan sebagai berikut:

Research And

Information

Collection

Planning Preliminary

Field Testing

Develop

Preliminary form

of product

operational

product

revision

main field testing

Main

Product

Revision

operational

field testing

Final Product

Revision

Dissemination and

Implementation

Page 85: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

63

a. Analisis Awal

Analisis dilakukan melalui observasi dan wawancara dengan guru

kelas IV SDN 1 Kota Raman. Tahap ini adalah tahap penelitian

pendahuluan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi peserta didik

dan menggali informasi terhadap pemahaman guru mengenai

pengembangan bahan ajar berbasis lokal melalui model guided

inquiry learning. Salah satu temuan dari wawancara dan observasi

diketahui bahwa belum adanya pengembangan bahan ajar berbasis

lokal, bahan ajar berbasis lokal dikembangkan agar peserta didik

lebih mengenal kearifan lokal Lampung Timur.

b. Analisis Kurikulum

Analisis ini dilakukan dengan mengidentifikasi Kompetensi Inti,

Kompetensi Dasar serta materi yang ada dalam tema dan subtema

yang relevan dengan produk yang akan dikembangkan.

2. Perencanaan

Tahap perencanaan ini peneliti membuat tujuan dari pengembangan

produk. Hasyim (2016: 114) mengemukakan bahwa menyusun rencana

penelitian meliputi kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam

pelaksanaan penelitian, rumusan tujuan yang akan dicapai dengan

penelitian tersebut, desain atau langkah-langkah penelitian, kemungkinan

pengujian dalam lingkup terbatas. Hal yang paling utama dalam tahap ini

menurut Setyosari (2013: 238) adalah merumuskan tujuan khusus yang

ingin dicapai oleh produk yang dikembangkan. Perencanaan desain dalam

penelitian ini adalah penggunaan model inquiry pada pembelajaran dan

Page 86: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

64

menghasilkan produk berupa bahan ajar berbasis lokal sebagai upaya

untuk mengembangkan keterampilan beripikir kritis peserta didik.

3. Pengembangan Format Produk Awal

Setelah melakukan perencanaan terhadap materi yang dikembangkan

sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Selanjutnya adalah pengembangan

format produk awal atau desain produk. Pada tahap ini merupakan bentuk

permulaan dari produk yang akan dihasilkan. Hal tersebut sejalan dengan

pendapat Setyosari (2013: 238) yang menyatakan bahwa pengembangan

format awal atau draf awal mencakup penyiapan bahan-bahan

pembelajaran, handbooks, dan alat evaluasi. Bahan pembelajaran yang

peneliti gunakan berupa bahan ajar berbasis lokal melalui model

pembelajaran guided inquiry learning. Produk awal yang dikembangkan

disusun selengkap mungkin.

4. Uji Coba Awal

Tahap uji coba awal diujikan kepada para ahli untuk mengoreksi

kelayakan produk yang dikembangkan. Sanjaya (2013: 143) menyatakan

bahwa uji coba adalah tahap mencobakan produk pendidikan hasil

pengembangan yang bertujuan untuk menemukan efektivitas produk

dilihat dari sisi hasil belajar serta kesulitan-kesulitan yang dirasakan oleh

guru (pengguna) baik yang dirasakan guru dalam pengelolaan

pembelajaran maupun kesulitan peserta didik dalam belajar. Uji coba

dilakukan terhadap format produk yang dikembangkan apakah sesuai

Page 87: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

65

dengan tujuan. Hasil analisis dari uji coba awal ini menjadi bahan masukan

untuk melakukan revisi produk awal.

5. Revisi Produk

Setelah melakukan uji coba awal, maka akan ditemukan kelemahannya,

maka langkah selanjutnya adalah merevisi produk tersebut. Menurut Ali

(2014: 116) revisi produk adalah melakukan revisi terhadap bentuk awal

produk mengikuti saran dan masukan yang dilakukan berdasarkan hasil uji

coba awal. Setelah direvisi ada berbagai perubahan sesuai masukan yang

diperoleh dari uji coba tahap awal. Revisi produk tahap awal ini

menghasilkan bentuk utama perangkat yang siap untuk dilakukan

pengujian selanjutnya.

Ada berbagai perubahan setalah produk direvisi. Perubahan-perubahan

tersebut sesuai dengan masukan yang diperoleh dari uji coba tahap awal.

Perubahan-perubahan tersebut dilakukan dengan tujuan agar produk yang

dihasilkan lebih memenuhi kebutuhan. Revisi terhadap bentuk awal

produk ini menghasilkan bentuk utama perangkat yang siap untuk

dilakukan serangkaian pengujian lebih lanjut.

6. Uji Coba Kelompok Kecil

Uji coba lapangan ini merupakan uji coba lapangan utama dilakukan

dalam skala kecil. Uji coba dalam skala kecil ini dilakukan untuk menilai

uji kelayakan bahan ajar yang dikembangkan. Menurut Ali (2014: 117)

produk yang telah direvisi, dilakukan uji coba produk secara eksperimen.

Eksperimen awal bentuk utama produk dengan tujuan untuk melihat

Page 88: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

66

peningkatan kemampuan pengguna produk yang dikembangkan ini setelah

mengikuti proses pembelajaran menggunakan produk tersebut.

7. Revisi Produk

Setelah melakukan uji coba lapangan tahap 1 maka akan didapatkan hasil

berupa data kuantitatif hasil dan juga penilaian bahan ajar. Apabila hasil

yang didapat belum mencapai nilai yang maksimal maka produk dapat di

revisi kembali, tetapi apabila hasil yang didapat sudah mencapai maksimal

maka produk dapat digunakan untuk langkah selanjutnya. Hal tersebut

sejalan dengan pendapat Setyosari (2013: 86) hasil uji coba lapangan

dengan melibatkan kelompok subjek lebih besar ini dimaksudkan untuk

menentukan keberhasilan produk dalam mencapai tujuannya dan

mengumpulkan informasi yang dapat dipakai untuk meningkatkan produk

untuk keperluan perbaikan pada tahap selanjutnya.

8. Uji Lapangan

Berdasarkan hasil uji coba skala kecil, kemudian diuji cobakan kembali

kepada unit atau subjek yang lebih besar. Menurut Setyosari (2013: 239)

setelah produk direvisi, apabila pengembang menginginkan produk yang

lebih layak dan memadai maka diperlukan uji lapangan. Tujuan dari

tahapan penelitian ini adalah menentukan apakah produk yang

dikembangkan telah menunjukkan performansi sebagaimana kriteria yang

telah ditetapkan atau tidak.

Page 89: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

67

9. Revisi Produk Akhir

Setelah dilakukan uji coba lapangan atau uji coba kelompok besar,

kemudian produk direvisi kembali. Menurut setyosari (2013: 239) revisi

produk akhir merupakan revisi yang dikerjakan berdasarkan uji lapangan

yang lebih luas/ eksperimentasi yang dilakukan pada tahap delapan. Revisi

produk akhir inilah yang menjadi ukuran bahwa produk tersebut benar-

benar dikatakan valid karena telah melewati serangkaian uji coba secara

bertahap.

10. Desiminasi dan Implementasi

Produk yang telah selesai dapat disebarluaskan dan digunakan oleh umum.

Menurut Setyosari (2013: 239) desiminasi dan implementasi adalah

menyampaikan hasil pengembangan (proses, prosedur, program, atau

produk) kepada para pengguna dan profesional melalui forum pertemuan

atau menulis dalam jurnal, atau bentuk buku, atau handbook. Desiminasi

yang dilakukan dengan membuat laporan eksekutif lengkap, yang berisi

latar dan rasional perlu dikembangkannya produk, tujuan dan

kepentingannya.

Langkah-langkah penelitian di atas tentu saja bukan merupakan langkah baku

yang harus diikuti secara lengkap. Setiap pengembangan dapat memilih dan

menentukan langkah-langkah yang paling tepat bagi dirinya berdasarkan

kondisi yang dihadapi dalam proses pengembangannya. Sehingga dapat

disimpulkan, bahwa dalam penelitian pengembangan ini peneliti dapat

melakukan modifikasi yang disesuaikan dengan kondisi dan pertimbangan

Page 90: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

68

yang ada. Mengacu pada model pengembangan (R&D) oleh Borg & Gall

(1983: 775) maka langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini

sampai pada tahap ke-10 (hanya pada implementasi), sedangkan desiminasi

tidak dilakukan karena keterbatasan waktu dan biaya.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi menurut Sugiyono (2015: 117) adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

peserta didik kelas IV di SDN Kecamatan Raman Utara Kabupaten

Lampung Timur yang telah menggunakan kurikulum 2013.

Tabel 2. Data peserta didik kelas IV SDN Kecamatan Raman Utara

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2015: 118) sampel adalah bagian dari jumlah

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel penelitian merujuk

pada peserta didik kelas IVA SDN 1 Kota Raman yang berjumlah 20

peserta didik sebagai kelompok eksperimen, dan peserta didik kelas IVB

SDN 1 Kota Raman yang berjumlah 20 peserta didik sebagai kelompok

kontrol. Pengambilan sampel ini menggunakan purposive sampling.

No Nama Sekolah Rombel Jumlah Peserta

Didik Ket.

1. SDN 1 Kota Raman 2 20 20 Sampel

2. SDN 1 Raman Aji 1 36 -

3. SDN 1 Rantau Fajar 1 27 Uji coba

Jumlah 103

Page 91: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

69

Menurut Margono (2013: 128) pengambilan sampel menggunakan

purposive sampling dikarenakan memuat karakteristik sampel yang

sudah ditetapkan oleh peneliti sehingga teknik sampling ini dinamakan

sampling bertujuan (purposive sampling).

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian pengembangan ini adalah

menggunakan teknik nontes dan teknik tes.

1. Teknik Nontes

Teknik nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Dokumentasi

Dokumentasi sering diibaratkan dengan foto-foto baik dalam acara

tertentu maupun penelitian. Menurut Arikunto (2013: 201)

“dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-

barang tertulis”. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data yang

diperlukan peneliti seperti catatan, arsip sekolah, dan perencanaan

pembelajaran di SDN 1 Kota Raman.

b) Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas keterampilan

berpikir kritis peserta didik. Hal ini dilakukan dengan menggunakan

instrumen yang dapat mengukur keterampilan berpikir kritis peserta

didik dengan bentuk instrumen rating scale, dari sinilah diketahui

bagaimana tingkat kemampuan berpikir kritis peserta didik.

Page 92: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

70

c) Angket

Sukmadinata (2010: 219) mengemukakan bahwa angket adalah salah

satu teknik pengumpulan data secara tidak langsung. Angket

berbentuk pertanyaan yang ditujukan kepada narasumber untuk

dijawab. Angket digunakan untuk memperoleh data dari ahli media,

ahli materi, dan ahli bahasa untuk mengetahui kelayakan bahan ajar

yang dikembangkan sebelum diberikan kepada peserta didik.

2. Teknik Tes

Tes merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam rangka

pengukuran dan penilaian yang berbentuk pemberian serangkaian tugas.

Penelitian ini menggunakan tes tertulis. Teknik ini digunakan untuk

memperoleh data mengenai hasil belajar peserta didik pada pembelajaran

Tema 8 Lingkungan Tempat Tinggalku 2 Keunikan Daerah Tempat

Tinggalku.

E. Variabel Penelitian

Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yakni variabel bebas dan variabel

terikat. Menurut Sugiyono (2009: 61) variabel bebas merupakan variabel yang

mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

depanden (terikat). Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel

bebas dalam penelitian ini adalah pengembangan bahan ajar berbasis lokal

melalui model guided inquiry learning, sementara variabel terikat dalam

penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis.

Page 93: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

71

1. Variabel Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Lokal melalui Model

Guided Inquiry Learning

a. Definisi Konseptual

Pengembangan bahan ajar berbasis lokal melalui model guided

inquiry learning memuat pengetahuan yang ditemukan oleh

masyarakat lokal tertentu melalui kumpulan pengalaman dalam

mencoba dan diintegrasikan dengan pemahaman terhadap keadaan

alam suatu tempat. Materi yang terdapat di dalamnya mengandung

unsur nilai-nilai lokal agar peserta didik lebih memahami

keunggulan daerahnya, serta langkah-langkah dalam bahan ajar

menggunakan model guided inquiry learning. Bahan ajar ini

tersusun dari judul, petunjuk belajar, kompetensi inti dan kompetensi

dasar, materi pokok, informasi pendukung, tugas dan cara kerja serta

penilaian.

.

b. Definisi Operasional

Pengembangan bahan ajar berbasis lokalitas mengadaptasi pada

dimensi pengetahuan, content dalam bahan ajar tersebut

mengandung lokalitas daerah tempat tinggal peserta didik yang

merujuk pada dimensi pengetahuan faktual, konseptual, dan

prosedural yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis peserta

didik. Proses penilaian pembelajaran memanfaatkan pengembangan

bahan ajar berbasis lokal melalui model guided inquiry learning.

Bahan ajar disusun oleh pendidik, format bahan ajar dapat

disesuaikan dengan situasi dan kondisi pembelajaran sehingga

Page 94: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

72

keberadaannya membuat peserta didik dapat memaksimalkan

pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai

indikator pencapaian yang ditempuh. Bahan ajar yang disusun oleh

pendidik dapat membantu peserta didik memberdayakan

pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh serta membantu peserta

didik untuk mengaitkan konsep yang satu dengan yang lain.

Penilaian bahan ajar dilakukan oleh ahli atau pakar menggunakan

skala likert dengan skor 1-4.

2. Variabel Kemampuan Berpikir Kritis

a. Definisi Konseptual

Keterampilan berpikir kritis merupakan jenis pemikiran yang

memanfaatkan jenis pemikiran lain untuk meninjau, mengevaluasi,

dan merevisi cara gagasan dipahami, diproses, dan dikomunikasikan.

Indikator keterampilan berpikir kritis yang akan diteliti yaitu

menganalisis, membangun keterampilan dasar, serta membuat

kesimpulan.

b. Definisi Operasional

Kemampuan berpikir kritis merupakan keterampilan bernalar dan

berpikir reflektif yang difokuskan pada kemampuan peserta didik

untuk menjawab pertanyaan dalam pembelajaran dengan

menggunakan bahan ajar berbasis lokal serta model pembelajaran

inquiry. Keterampilan berpikir kritis diamati dengan menggunakan

lembar observasi yang terdiri dari skor 1 – 4, skor tertinggi yaitu 4

Page 95: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

73

yang artinya sangat baik, skor 3 baik, skor 2 cukup, dan skor 1

kurang baik. Adapun indikator kemampuan berpikir kritis yang

diamati yaitu: 1) memberikan penjelasan sederhana, 2) membangun

keterampilan dasar, 3) menyimpulkan.

3. Variabel Hasil Belajar

a. Definisi Konseptual

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh peserta didik setelah

melalui kegiatan belajar, dari hasil belajar seorang pendidik mampu

mengetahui kemajuan peserta didiknya. Hasil belajar juga

menunjukkan berhasil atau tidaknya suatu kegiatan pengajaran yang

dicerminkan dalam bentuk skor atau angka setelah mengikuti tes.

b. Definisi Operasional

Hasil belajar merupakan suatu proses perubahan yang terjadi pada

peserta didik menuju lebih baik. Hasil belajar digunakan untuk

mengetahui sejauh mana kemampuan dan penguasaan materi yang

telah dicapai oleh peserta didik.

Hasil yang dicapai peserta didik dapat dilihat pada saat pembelajaran

berlangsung dan setelah proses pembelajaran, yang menggambarkan

penguasaan peserta didik pada bidang pengetahuan dan pemahaman

tentang materi pembelajaran. Indikator hasil belajar meliputi ranah

kognitif, afektif, dan psikomotor. Indikator hasil belajar yang diukur

dalam penelitian adalah indikator hasil belajar ranah kognitif dengan

menggunakan alat pengumpul data berupa lembar tes pilihan ganda

Page 96: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

74

yang berjumlah 40 soal, tes ini dilaksanakan setelah pembelajaran di

akhir subtema atau di akhir pembelajaran keenam.

F. Instrumen Pengumpul Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

lembar kuesioner (angket), tes tertulis, dan observasi. Lembar kuesioner

digunakan peneliti dalam mengukur kelayakan produk yang dikembangkan.

Lembar kuesioner ini peneliti tujukan kepada tim ahli untuk menilai

kelayakan bahan ajar berbasis lokal yang akan dikembangkan melalui model

guided inquiry learning.

1. Lembar Validasi (Angket)

Lembar validasi ini adalah alat yang digunakan peneliti guna mengukur

kelayakan bahan ajar berbasis lokal melalui model guided inquiry

learning. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

instrumen validasi ahli materi, instrumen validasi ahli media, dan

instrumen validasi ahli bahasa yang dilampirkan pada lampiran 11, 12,

dan 13 halaman 206-214.

2. Tes Hasil Belajar

Tes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes penilaian hasil

belajar peserta didik. Tes ini diberikan kepada peserta didik secara

individual, pemberiannya ditujukan untuk mengetahui sejauh mana

keberhasilan pengembangan bahan ajar berbasis lokal melalui model

guided inquiry learning di kelas IV SDN 1 Kota Raman. Tes ini

menggunakan tes pilihan ganda yang terdiri dari 50 butir soal dengan 4

Page 97: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

75

pilihan jawaban. Soal-soal tes yang diberikan pada setiap kelas adalah

soal-soal yang sama. Kisi-kisi tes hasil belajar dapat dilihat pada tabel

lampiran 9 halaman 190.

3. Lembar Observasi

Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap unsur-unsur yang nampak dalam suatu gejala pada

objek pengamatan. Instrumen observasi digunakan oleh observer untuk

mengamati dan mengumpulkan data yang berkaitan pengembangan

bahan ajar terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik.

Tabel 3. Kisi-kisi kemampuan berpikir kritis

No. Indikator

Kemampuan

Berpikir Kritis Indikator Penilaian Skor

A. Memberikan

penjelasan

sederhana

1. Mencari informasi 1

2. Membuat pertanyaan. 2

3. Memilih informasi yang relevan. 3

4. Mengelompokkan informasi yang

sesuai. 4

B. Membangun

Keterampilan

Dasar

1. Menemukan masalah. 1

2. Membangun asumsi. 2

3. Menemukan pemecahan. 3

4. Menentukan tindakan. 4

C. Menyimpulkan 1. Menjelaskan asumsi dasar. 1

2. Mencari alternatif pemecahan

masalah. 2

3. Memberikan alasan pemilihan

alternatif pemecahan masalah. 3

4. Membuat kesimpulan. 4

Skor Maksimal 30

Teknik penskoran dengan memberikan tanda checklist (√) pada kolom

indikator penilaian lembar observasi kemampuan berpikir kritis. Tanda

checklist (√) dapat diberikan pada 1-4 indikator sesuai dengan

pencapaian peserta didik saat proses pembelajaran

Page 98: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

76

G. Uji Persyaratan Instrumen Tes

1. Uji Validitas

Validitas sangat erat kaitannya dengan tujuan pengukuran suatu

penelitian. Menurut Arikunto (2013: 211) validitas merupakan derajat

suatu ukuran yang menunjukkan tingkat validitas atau kesahihan suatu

instrumen. Pengujian validitas instrumen ini memiliki tujuan guna

mengetahui butir-butir instrumen yang valid. Uji validitas instrumen ini

dapat dilakukan dengan menggunakan rumus dari korelasi product

moment, yaitu sebagai berikut:

𝑟 =(𝑛 − 𝛴𝑋𝑌) − (𝛴𝑋)(𝛴𝑌)

√{(𝑛. ∑𝑋2) − (∑X)2}{n. ∑Y2) − (∑Y)²}

Keterangan:

n = Jumlah responden

X = Skor variabel (jawaban responden)

Y = Skor total dari variabel (jawaban responden)

Sumber: Arikunto (2013: 317)

Kriteria pengujian apabila rhitung > rtabel dengan α= 0,05, maka instrument

tes tersebut dinyatakan valid, dan sebaliknya apabila rhitung < rtabel, maka

instrument tes tersebut tidak valid. Validitas tes diperoleh setelah

melaksanakan uji coba soal. Jumlah soal yang diujicobakan sebanyak 50

soal, dengan responden sebanyak 32 peserta didik. Soal yang tidak valid

berjumlah 8 soal yaitu soal nomor 5, 10, 26, 32, 33, 36, 39, 40. Hal ini

berdasarkan dari hasil perhitungan nilai rhitung untuk nomor soal diatas

kurang dari rtabel. Validitas soal untuk instrumen baru berjumlah 40 soal

dan tidak ada soal yang tidak valid. Hasil perhitungan validitas butir soal

selengkapnya pada lampiran 14 halaman 214.

Page 99: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

77

2. Uji Reliabilitas

Syarat lainnya yang juga penting bagi seorang peneliti adalah reliabilitas.

Semakin reliabel persyaratan yang dimiliki suatu tes maka semakin yakin

kita dapat menyatakan bahwa dalam hasil suatu tes mempunyai hasil

yang sama ketika dilakukan tes kembali. Hasil indeks reliabilitas

diketahui bahwa data termasuk dalam kategori tinggi, sehingga soal

tersebut dapat digunakan untuk penelitian ini. Hasil uji reliabilitas pada

penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 15 halaman 219.

Perhitungan reliabilitas soal tes menggunakan rumus KR. 20 (Kuder

Richardson) sebagai berikut.

𝑟11 = (𝑛

𝑛−1) (

𝑠2−∑ 𝑝𝑞

𝑠2 )

Keterangan:

r11 = reliabilitas tes

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

Σpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = banyaknya/jumlah item

S = standar deviasi dari tes

Sumber: Kasmadi & Sunariah (2014: 166).

Perhitungan reliabilitas tes pada penelitian ini dibantu dengan program

microsoft office excel 2013. Kemudian dari hasil perhitungan tersebut

diperolah kriteria penafsiran untuk indeks reliabilitasnya. Indeks

reliabilitas dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 4. Koefisien reliabilitas Kuder Richardson

Koefisien r Reliabilitas

0,80 – 1,00 Sangat Kuat

0,60 – 0,79 Kuat

0,40 – 0,59 Sedang

0,20 – 0,39 Rendah

Page 100: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

78

Koefisien r Reliabilitas

0,00 – 0,19 Sangat Rendah

Sumber: Sugiyono (2009: 257)

3. Taraf Kesukaran

Pengujian tingkat kesukaran soal dalam penelitian ini menggunakan

program Microsoft Office Excel 2013. Menurut Arikunto (2013: 208)

taraf kesukaran yaitu kemampuan suatu soal untuk melihat banyaknya

peserta didik yang menjawab benar dan salah. Hasil taraf kesukaran soal

yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran 15 halaman 219.

Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa dari 50 item soal yang di

ujicobakan diperoleh hasil bahwa 3 item soal dengan kategori sukar, 39

item soal dengan kategori sedang, 8 item soal dengan kategori mudah.

Rumus yang digunakan untuk menghitung taraf kesukaran yaitu:

𝑃 = 𝐵

𝐽𝑆

Keterangan:

P : tingkat kesukaran

B : jumlah peserta didik yang menjawab pertanyaan benar

JS : jumlah seluruh peserta didik peserta tes

Tabel 5. Klasifikasi taraf kesukaran soal

No. Indeks Kesukaran Tingkat Kesukaran

1. 0,00 – 0,30 Sukar

2. 0,31 – 0,70 Sedang

3. 0,71 – 1,00 Mudah

Sumber: Arikunto (2013: 349)

4. Uji Daya Pembeda Soal

Menganalisis daya pembeda soal artinya mengkaji soal-soal tes dari segi

kesanggupan tes tersebut dalam kategori tertentu. Menurut Arikunto

Page 101: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

79

(2013: 211) daya pembeda adalah kemampuan soal untuk membedakan

antara peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan peserta didik

yang berkemampuan rendah. Teknik yang digunakan untuk menghitung

daya pembeda adalah dengan mengurangi rata-rata kelompok atas yang

menjawab benar dan rata-rata kelompok bawah yang menjawab benar.

Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda yaitu:

𝐷 =𝐵𝐴

𝐽𝐴−

𝐵𝐵

𝐽𝐵= 𝑃𝐴 − 𝑃𝐵

Keterangan:

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal

Dengan benar.

JA = Banyaknya peserta kelompok atas

𝑃𝐴 =𝐵𝐴

𝐽𝐴 = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal

dengan benar.

JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

𝑃𝐵 =𝐵𝐵

𝐽𝐵 = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.

Kriteria daya pembeda soal adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Kriteria daya pembeda soal

No. Indeks Daya Pembeda Klasifikasi

1. 0,00 – 0,19 Rendah/Kurang

2. 0,20 – 0,39 Cukup/Sedang

3. 0,40 – 0,69 Baik/Tinggi

4. 0,70 – 1,00 Sangat Baik/Tinggi

Sumber: Arikunto (2013: 218)

Berdasarkan hasil analisi daya pembeda soal diketahui bahwa 8 item soal

dengan kategori baik, 25 item soal dengan kategori cukup, dan 17 item

soal dengan kategori kurang baik. Hasil daya pembeda soal selengkapnya

terdapat pada lampiran 16 halaman 224.

Page 102: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

80

H. Teknik Analisis Data

1. Analisis Validasi Ahli

Analisis data berdasarkan instrumen uji ahli dilakukan untuk menilai

sesuai atau tidaknya produk yang dihasilkan. Instrumen penilaian uji ahli

atau validasi ahli menggunakan skala likert dengan skor 1 = kurang baik,

skor 2 = cukup baik, skor 3 = baik, dan skor 4 = sangat baik. Kemudian

menghitung persentase jawaban angket pada setiap butir pernyataan

dengan menggunakan rumus berikut:

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑥 4

Penafsiran skor hasil penilaian uji ahli memiliki kategori yang dapat

dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 7. Penafsiran skor uji validasi ahli

Skor Penilaian Rerata Skor Kategori

4 3,26 - 4,00 Sangat Baik

3 2,51 – 3,25 Baik

2 1,76 – 2,50 Cukup Baik

1 1,01 – 1,75 Kurang Baik

Sumber: Suyanto (2009: 20)

2. Uji Efektivitas

Uji efektivitas digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan

berpikir kritis peserta didik. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan

berpikir kritis, menurut Meltzer dalam Khasanah (2014: 39) dapat

digunakan rumus sebagai berikut.

𝑔 = 𝑆𝑝𝑜𝑠𝑡 − 𝑆𝑝𝑟𝑒

𝑆𝑚𝑎𝑥 − 𝑆𝑝𝑟𝑒

Keterangan:

g = N-Gain

Page 103: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

81

Spost = Skor kemampuan berpikir kritis awal

Spre = Skor kemampuan berpikir kritis akhir

Smax = Skor Maximum

Hasil perhitungan N-Gain di atas, kemudian dapat dikategorikan sebagai

nilai tinggi, sedang, dan rendah.

Tabel 8. Kategori gain ternormalisasi

Besar Persentase Interpretasi

-1,00 ≤ g ≤ 0,00 Terjadi penurunan

g = 0,00 Tetap

0,00 < g < 0,30 Rendah (Cukup Baik)

0,30 ≤ g < 0,70 Sedang (Baik)

0,70 ≤ g ≤ 1,00 Tinggi (Sangat Baik)

Sumber: Sundayana (2015: 151)

3. Keterampilan Berpikir Kritis

Nilai kemampuan berpikir kritis peserta didik dihitung dengan rumus

sebagai berikut.

N =SP

SM× 100

Keterangan:

N = Nilai akhir

SP = Skor perolehan

SM = Skor maksimal

100 = Bilangan tetap

Sumber: Kunandar (2013: 130)

Nilai tersebut dikategorikan dalam kategori kemampuan berpikir kritis

peserta didik sebagai berikut.

Tabel 9. Kategori kemampuan berpikir kritis

Nilai Kategori

76 – 100 Sangat Baik

51 – 75 Baik

26 – 50 Cukup Baik

0 – 25 Kurang

Sumber: Aqib (2009: 41)

Page 104: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

82

I. Uji Persyaratan Analisis Data

1. Uji Normalitas

Terdapat dua data yang perlu diuji normalitaskan, yaitu data posttest kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Uji normalitas menggunakan rumus Chi

Kuadrat dan program Microsoft Excel 2013. Interpretasi hasil perhitungan

dilakukan dengan membanding-kan χ2hitung dengan χ2

tabel untuk α = 0,05

dengan dk = k – 1.

Hasil perhitungan uji normalitas data posttest kelas ekperimen secara

manual menyatakan bahwa χ2hitung < χ2

tabel yaitu 5,808 < 11,070 berarti

data posttest kelas eksperimen berdistribusi. Sedangkan hasil perhitungan

uji normalitas untuk data posttest kelas kontrol secara manual menyatakan

bahwa χ2hitung < χ2

tabel yaitu 5,257 < 11,070 berarti data posttest kelas

kontrol berdistribusi normal. Data lengkap dapat dilihat pada lampiran 22

halaman 241.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dihitung dengan menggunakan uji-F dengan program

Microsoft Excel 2013. Kaidah keputusan jika Fhitung < Ftabel maka varians

homogen, sedangkan jika Fhitung > Ftabel maka varians tidak homogen. Taraf

signifikansi yang ditetapkan adalah 0,05.

Hasil perhitungan didapat nilai F untuk pretest yaitu Fhitung < Ftabel yaitu

1,53 < 2,17 dan posttest Fhitung < Ftabel yaitu 1,11 < 2,17. Hasil dari pretest

dan posttest yaitu Fhitung < Ftabel. Berdasarkan perbandingan nilai F tersebut

Page 105: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

83

maka dapat disimpulkan bahwa populasi memiliki varian yang homogen.

Data lengkap dapat dilihat pada lampiran 23 halaman 246.

J. Uji Hipotesis

Menurut Sugiyono (2015: 96) hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian

telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Berikut adalah uji

hipotesis dalam penelitian pengembangan ini.

Hipotesis 1

Ha : Menghasilkan produk bahan ajar berbasis lokalitas melalui model

guided Inquiry learning yang layak bagi peserta didik kelas IV SD.

Ho : Tidak menghasilkan produk bahan ajar berbasis lokalitas melalui model

Guided inquiry learning yang layak bagi peserta didik kelas IV SD.

Pengujian hipotesis pertama ini berdasarkan produk bahan ajar yang

dihasilkan berbasis lokal melalui model guided inquiry learning.

Hipotesis 2

Ha : Produk bahan ajar berbasis lokal yang dihasilkan melalui model guided

inquiry learning efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis

peserta didik kelas IV SD.

Ho : Produk bahan ajar berbasis lokal yang dihasilkan melalui model guided

inquiry learning tidak efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir

kritis peserta didik kelas IV SD.

Pengujian efektivitas penggunaan bahan ajar berbasis dengan rumus n-gain.

Seperti yang diungkapkan Hake dalam Sundayana (2015: 151) bahwa dengan

Page 106: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

84

mendapatkan nilai rata-rata gain ternormalisasi maka secara kasar akan dapat

mengukur efektivitas suatu pembelajaran dalam pemahaman konseptual.

Berikut ini adalah rumus n-gain.

𝑔 = 𝑆𝑝𝑜𝑠𝑡 − 𝑆𝑝𝑟𝑒

𝑆𝑚𝑎𝑥 − 𝑆𝑝𝑟𝑒

Keterangan:

g = N-Gain

Spost = Skor kemampuan berpikir kritis awal

Spre = Skor kemampuan berpikir kritis akhir

Smax = Skor Maximum

Kemudian dapat dikategorikan sebagai nilai tinggi, sedang, dan rendah.

Tabel 8. Kategori gain ternormalisasi

Besar Persentase Interpretasi

-1,00 ≤ g ≤ 0,00 Terjadi penurunan

g = 0,00 Tetap

0,00 < g < 0,30 Rendah (Cukup Baik)

0,30 ≤ g < 0,70 Sedang (Baik)

0,70 ≤ g ≤ 1,00 Tinggi (Sangat Baik)

Sumber: Sundayana (2015: 151)

Hipotesis 3

Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik yang menggunakan

bahan ajar berbasis lokal melalui model guided inquiry learning dengan

peserta didik yang tidak menggunakan bahan ajar berbasis lokal melalui

model guided inquiry learning pada kelas IV SD.

Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik yang menggunakan

bahan ajar berbasis lokal melalui model guided inquiry learning dengan

peserta didik yang tidak menggunakan bahan ajar berbasis lokal melalui

model guided inquiry learning pada kelas IV SD.

Page 107: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

85

Pengujian hipotesis ini menggunakan rumus uji t (t-test). Pengujian

hipotesis dalam penelitian ini menggunakan rumus statistik t-test pooled

varians sebagai berikut.

𝑡 =�̅�1 − �̅�2

√(𝑛1 − 1)𝑆1

2 + (𝑛2 − 1)𝑆22

𝑛1 + 𝑛2 − 2 (1𝑛1

+1

𝑛2)

Keterangan:

𝑋1 : Nilai rata- rata data pada sampel 1

𝑋2 : Nilai rata- rata data pada sampel 2

𝑆12 : Standar deviasi sampel 1

𝑆22 : Standar deviasi sampel 2

𝑛1 : Jumlah anggota sampel 1

𝑛2 : Jumlah anggota sampel 2

Sumber: Sugiyono (2016: 273)

Kriteria Pengujian:

Apabila thitung> ttabel maka Ha diterima dan H0 ditolak

Apabila thitung< ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak

Page 108: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

149

V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan analisis data dari hasil penelitian dan pengembangan yang telah

dilaksanakan dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Lokal

melalui Model Guided Inquiry Learning untuk Meningkatkan Kemampuan

berpikir kritis Peserta Didik Kelas IV SD” dapat disimpulkan bahwa:

1. Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah bahan ajar berbasis

lokal melalui model guided inquiry learning kelas IV SD tema daerah

tempat tinggalku, subtema keunikan daerah tempat tinggalku yang

didesain berdasarkan kurikulum 2013 dan kerifan daerah tempat tinggal

peserta didik. Penelitian pengembangan bahan ajar berbasis lokal melalui

model guided inquiry learning merujuk pada teori Borg and Gall. Bahan

ajar berbasis lokal melalui model guided inquiry learning berisi materi dan

latihan yang disertai gambar pendukung, sehingga dapat dijadikan sebagai

bahan ajar pendamping di kelas.

2. Produk bahan ajar berbasis lokal yang dihasilkan melalui model guided

inquiry learning efektif bagi peserta didik kelas IV SD.

3. Terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik yang menggunakan bahan

ajar berbasis lokal melalui model guided inquiry learning dengan hasil

Page 109: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

150

belajar peserta didik yang tidak menggunakan bahan ajar berbasis lokal

melalui model guided inquiry learning pada kelas IV SD. Hasil belajar

kelas IVA SDN 1 Kota Raman lebih tinggi dibandingkan hasil belajar

kelas IVB SDN 1 Kota Raman.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan bahwa implikasi dari penelitian

pengembangan ini adalah suatu harapan untuk dapat meningkatkan

ketercapaian kompetensi hasil belajar dan keterampilan berpikir kritis peserta

didik dengan menggunakan bahan ajar berbasis lokal melalui model guided

inquiry learning. Pengembangan bahan ajar berbasis lokal melalui model

guided inquiry learning ini disesuaikan dengan materi tema 8 Daerah Tempat

Tinggalku, subtema 2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku. Kelebihan dari

bahan ajar ini adalah dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.

Pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar berbasis lokal melalui model

guided inquiry learning dapat menjembatani teori yang ada di sekolah dengan

fakta-fakta yang terdapat di lapangan yang ditemukan oleh peserta didik dan

masyarakat. Selain itu, pembelajaran dengan bahan ajar berbasis lokal melalui

model guided inquiry learning dapat mengurangi kejenuhan peserta didik

dalam pembelajaran, menuntut peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran,

serta mengenalkan kearifan lokal daerah peserta didik lebih dalam.

C. Saran

1. Bagi peserta didik

Diharapkan dapat selalu aktif dalam proses pencarian informasi untuk

Page 110: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

151

memecahkan masalah yang ada sehingga pengetahuan peserta didik akan

semakin kaya. Selain itu juga memanfaatkan bahan ajar berbasis lokal

melalui model guided inquiry learning ini sebagai sumber belajar mandiri

khususnya tema daerah tempat tinggalku subtema keunikan daerah tempat

tinggalku, sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam

rangka mencapai kompetensi yang diharapkan.

2. Bagi pendidik

Pendidik diharapkan untuk dapat menggunakan model pembelajaran yang

dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dan

mengaitkan materi pembelajaran dengan kearifan lokal setempat agar

peserta didik lebih mengenal daerah tempat tinggalnya. Pendidik juga

dapat memanfaatkan bahan ajar berbasis lokal melalui model guided

inquiry learning ini sebagai salah satu sumber belajar tambahan yang

diberikan kepada peserta didik sebagai pendamping buku siswa

kurikulum 2013.

3. Bagi sekolah

Hendaknya memfasilitasi buku-buku pengayaan bagi peserta didik agar

semakin banyak sumber belajar sekaligus sebagai sarana untuk

meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis peserta didik

dengan kegiatan membaca.

4. Bagi pemerintah daerah

Hendaknya mengadakan program pengenalan kearifan lokal daerah

setempat kepada peserta didik lebih, dekat seperti program kunjungan

pada tempat wisata dan pengadaan bahan ajar yang memuat kearifan lokal

Page 111: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

152

daerah Lampung Timur untuk meningkatkan pemahaman peserta didik,

dapat menjadi kebanggan bagi mereka terhadap daerah tempat tinggalnya,

serta dapat mempromosikan potensi daerah dengan pengenalan kearifan

lokal tersebut.

5. Bagi peneliti

Pengembangan bahan ajar berbasis lokal melalui model guided inquiry

learning dapat menambah pengetahuan dan pengelaman sebagai pendidik

profesional. Peneliti juga merekomendasikan pe ngembangan bahan ajar

berbasis lokal melalui model guided inquiry learning kepada peneliti

selanjutnya untuk melakukan penelitian bukan hanya di ranah kognitifnya

saja, melainkan pada ranah afektif dan psikomotornya serta pada tema,

subtema, atau materi lainnya dengan mengaitkan kearifan lokal daerah

setempat.

Page 112: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

153

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. & Asrori, M. 2014. Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan. Bumi

Aksara. Jakarta.

Ali, M. 2004. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Sinar Batu Algesindo.

Bandung.

Ambarwangi dan Suharto. 2014. Reog as Means of Students’ Appreciation and

Creation in Arts and Culture Based on The Local Wisdom. Journal of Arts

Research and Education. Vol. 14, No.1. Hlm 37-45.

Amri, S. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013.

Prestasi Pustakarya. Jakarta.

Anderson, L.W., and Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy of Learning, Teaching,

and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives.

Longman. New York.

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Rineka Cipta.

Jakarta.

Asmawati, E.Y.S. 2015. Lembar Kerja Siswa (LKS) Menggunakan Model Guided

Inquiry untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Penguasaan

Konsep Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika. Vol. 3, No. 1. Hlm 1-16.

Astuti, R. 2016. Pengembangan Bahan Ajar IPS Berbasis Sejarah Lokal. Jurnal

Tematik. Vol. 6, No. 3. Hlm 199-204.

Aykol, Z. and Garrison, D. R. 2011. Understanding Cognitive Presence in an

Online and Blended Community of inquiry: Assessing Outcomes and

Processes for Deep Approaches to Learning. British Journal of Educational

Technology. Vol. 42, No 2. Hlm 233-250.

Bahr, N. 2010. Thinking Critically about Critical Thinking in Higher Education

dalam International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning.

Vol. 4, No. 2.

Page 113: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

154

Bailey, C.P. 2012. Learning Transferable Skills in Large Lecture Halls:

Implementing a POGIL Approach in Biochemistry. Biochemistry And

Molecular Biology Education. Vol. 40, No. 1. Hlm 1-7.

Blessinger, P. and Carfora, J.M. 2014. Inquiry-Based Learning for Faculty and

Instutional Development: A Conceptual and Practical Resouce for

Educators. Emerald Group Publishing Limited. United States of America.

. 2015. Inquiry-Based Learning Science,

Technology, Engineering, and Math (STEM) Programs: A Conceptual and

Practical Resource for Educators. Emerald Group Publishing Limited.

United States of America.

Borg, W.R. and Gall, M.D. 1989. Educational Research; An Introduction Fifth

Edition. Longman. New York.

Brookhart, S. M. 2010. How to Assess Higher Order Thinking Skills in Your

Classroom. ASCD. Alexandria.

Callaghan, M. 2008. Connecting Local Issues to Scientific Inquiry; Oyster

Research and Its Impact on a Teacher. Panhandle Area Educational

Consortium. Florida

Carin, A.A. and Sund, R.B. 1989. Teaching Science Trough Discovery. Merrill

Publishing Company. Colombus.

Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Gava

Media. Yogyakarta.

Demir, M. 2011. Quadruple Thinking: Critical Thinking. Procedia Social and

Behavioral Sciences. Vol. 12. Hlm: 545–551.

Dike, D. 2010. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dengan Model

TASC (Thinking Actively in a Social Context). Pada Pembelajaran IPS.

Jurnal Penelitian.

Douglas. E.P. 2012. Process-oriented Guided Inquiry Learning in Engineering.

Procedia - Social and Behavioral Sciences. Vol. 56. Hlm 253 – 257

Djamarah, S.B. dan Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta.

Jakarta.

Fisher, A. 2009. Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Erlangga. Jakarta.

Fogarty, R. 1991. The Mindful School: How to Integrate the Curricula. Skylight

Publishing. United States of America.

Page 114: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

155

Glimer, P. J. 2008. Teaching the Nature and Practice of Scientific Inquiry.

Panhandle Area Educational Consortium. Florida.

Hake, R., R. 1991. Analyzing Change/Gain Score. American Educational

Research Association’s Division Measurement and Research Methodology.

Hanafiah, N. dan Suhana, C. 2012. Konsep Strategi Pembelajaran. Refika Aditama.

Bandung.

Hansen and Buczynski. 2013. The Teaching of Inquiry-based Science in

Elementary Classrooms: A Bi-national Comparative Reflection of US and

Lithuanian Practices. International Journal of Higher Education. Vol. 2,

No. 3. Hlm 41-53.

Hanum, F. 2014. Panduan Lengkap Membuat Karya Tulis Penelitian dan Non

Penelitian untuk Guru. Araska. Yogyakarta.

Hasyim, A. 2016. Metode Penelitian dan Pengembangan di Sekolah. Media

Akademi. Yogyakarta.

Huda, M. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-isu Metodis dan

Paradigmatis. Pustaka Pelajar. Jakarta.

Jarolimek, J. and Foster, C. D.1976. Teaching and Learning in the Elementary

School. Publishing Co,Inc. London, Macmillan.

Johnson, B.E. 2006. Contextual Teaching and Learning (Alih bahasa: Ibnu

Setiawan). MLC. Bandung.

Keengwe, J. and Maxfield, M.B. 2015. Advancing Higher Education with Mobile

Learning Technologies: Cases, Trends, and Inquiry-Based Methods. IGI

Global. United States of America.

Kemendikbud. 2013. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013.

Kemendikbud. Jakarta.

Khanifatul. 2013. Pembelajaran Inovatif: Strategi Mengelola Kelas Secara Efektif

dan Menyenangkan.. Ar-Ruzz Media. Yogyakarta

Komalasari, K. 2010. Pembelajaran Kontekstual. Refika Aditama. Bandung.

Koohang, A. and Harman, K. 2007. Learning Objects: Theory, Praxis, Issues, and

Trends. Informing Science Press. California.

Kunandar. 2014. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik

Berdasarkan Kurikulu 2013). Rajawali Press. Jakarta.

Page 115: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

156

Lee, V. S. 2012. What is Inquiry Guided Learning?. New Directions For Teaching

And Learning. No. 129.

Majid, A. 2008. Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar

Kompetensi Guru. Rosdakarya. Bandung.

Majid, A. 2014. Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar. Remaja

Rosdakarya. Bandung.

Margono, S. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta

Mulyasa. E. 2016. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Remaja

Rosdakarya. Bandung.

Noor, J. 2014. Metodologi Penelitian. Kencana. Jakarta.

Prastowo, A. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Tematik Panduan Lengkap

Aplikasi. Diva Press. Yogyakarta.

. 2015. Pengembangan Bahan Ajar Tematik Panduan Lengkap

Aplikasi. Diva Press. Yogyakarta.

Purnawan, Y. 2007. Model Pembelajaran Berbasis Proyek. Remaja Rosdakarya.

Bandung.

Purwanto, Ngalim. 2010. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

Remaja Rosdakarya. Bandung.

Putra, N. 2013. Research & Development (Penelitian dan Pengembangan: Suatu

Pengantar). Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Qing. 2010. Promoting Preservice Teachers’ Critical Thinking Skills by Inquiry-

Based Chemical Experiment. Procedia Social and Behavioral Sciences.

Vol. 2, Issue 2. Hlm 4597–4603.

Rahma, A. N. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model Inkuiri

Berpendekatan SETS Materi Kelarutan dan hasil kali Kelarutan untuk

Menumbuhkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Empati Siswa Terhadap

Lingkungan. Journal of Educational Research and Evaluation. Vol. 1, No.2.

Hlm 133-138.

Rahmawati. 2017. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Dengan Metode

Pembelajaran Penemuan Terbimbing Untuk Melatih Keterampilan Berpikir

Kritis Dan Penguasaan Konsep Pada Siswa SMP. Jurnal Penelitian

Pendidikan Sains. Vol. 1, No. 2. Hlm 68-73.

Page 116: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

157

Rajendran, N.S. 2013. Higher Order-Thinking Skill. Universitas Pendidikan

Sultan Idris. Tanjong Malim Perak.

Rooney, C. 2012. How am I using inquiry-based learning to improve my practice

and to encourage higher order thinking among my students of mathematics?.

Educational Journal of Living Theories. Vol. 5, No.2. Hlm 99-127.

Rusilowati. 2015. Natural Disaster vision Learning SETS Integrated in Subject of

Physics-Based Local Wisdom. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. Vol. 1,

No. 11. Hlm 42-48.

Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sagala, S. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.

Saido. 2015. Higher Order Thinking Skills Among Secondary School Students in

Science Learning. The Malaysian Online Journal of Educational Science.

Vol. 3, No. 3. Hlm 13-20.

Samah. 2012. Factors Affecting Educational Tourism Development among Local

Communities in the Klang Valley, Malaysia. Life Science Journal. Vol. 9,

No.4. Hlm 3298-3303.

Sani, R. A. 2013. Inovasi Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.

. 2014. Inovasi Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.

Sanjaya, W . 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Kencana Media Group. Jakarta.

. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Prenada Media Group. Jakarta.

Saputro, R. D. dan Gunansyah, G. 2013. Peningkatan Keterampilan Berpikir

Kritis Melalui Model Pembelajaran Inkuiri pada pembelajaran IPS di

Sekolah Dasar. Ejournal Unesa. Surabaya.

Setyosari, P. 2013. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Kencana.

Jakarta.

Simonson R. S. and Shadle S. E. 2013. Implementing Process Oriented Guided

Inquiry Learning (POGIL) in Undergraduate Biomechanics: Lessons

Learned by a Novice. Kinesiology Faculty Publications and Presentations.

Vol. 14. Issue. 1. Hlm 55-63.

Smallhorn. 2015. Inquiry-based learning to improve student engagement in a large

first year topic. Student Success. Volume 6, Issue 2. Hlm 65-71.

Page 117: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

158

Soltis, R. 2015. Process-Oriented Guided Inquiry Learning Strategy Enhances

Students’ Higher Level Thinking Skills in a Pharmaceutical Sciences

Course. American Journal of Pharmaceutical Education. Vol. 79, No 1.

Hlm 1-8.

Stratton, J. 2000. Critical Thinking for College Students Rowman & Littlefield

Publishers. United States of America.

Sudjana, N. 2013. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya.

Bandung.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R & D. Alfabeta. Bandung.

. 2015. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R & D. Alfabeta. Bandung.

. 2016. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R & D. Alfabeta. Bandung.

Sukmadinata, N. S. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Remaja Rosdakarya.

Bandung.

Sundayana, R. 2015. Statistik Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.

Suprijono, A. 2010. Cooperative Learning. Alfabeta. Bandung.

Susanto, A. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Kencana.

Jakarta.

. 2016. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.

Prenadamedia Group. Jakarta.

Suwarni, E. 2015. Pengembangan Buku Ajar Berbasis Lokal Materi

Keanekaragaman Laba-laba di Kota Metro Sebagai Sumber Belajar

Alternatif Biologi untuk Siswa SMA Kelas X. Jurnal Pendidikan Biologi.

Vol. 6, No. 2. Hlm 86-92.

Suyanto, E. dan Sartinem. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika

Siswa dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka dan

Keterampilan Proses untuk SMA Negeri 3 Bandar Lampung. Prosiding

Seminar Nasional Pendidikan. Bandar Lampung. Unila.

Tanujaya, B. 2016. Development of an Instrument to Measure Higher Order

Thinking Skills in Senior High School Mathematics Instruction. Journal of

Education and Practice. Vol.7, No.21. Hlm 144-148.

Page 118: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54899/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LOKAL MELALUI MODEL GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

159

Teguh, M. 2014. Metode Kuantitatif untuk Analisis Ekonomi dan Bisnis. Raja

Grafindo Persada. Jakarta.

Thobroni, M dan Arif M. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Ar-ruzz Media.

Yogyakarta.

Tilaar, H.A.R. 2011. Pedagogik Kritis (Perkembangan, substansi, dan

perkembangannya di Indonesia). Rineka Cipta. Jakarta.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Prenada Media

Group. Jakarta.

. 2010. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan

Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Bumi Aksara. Jakarta.

. 2011. Mendesain Pembelajaran Inovatif-Produktif. Kencana Prenada

Group. Jakarta.

Trowbridge, L W and Bybee, R. W. 1990. Becoming a Secondary School Science

Teacher. Merril Publishing Company. Ohio.

Ural, E. 2016.The Effect of Guided-Inquiry Laboratory Experiments on Science

Education Students' Chemistry Laboratory Attitudes, Anxiety and

Achievement. Journal of Education and Training Studies. Vol. 4, No. 4.

Hlm 217-227.

Wayan dan Suryana. 2015. Kompetensi Pedagogik untuk Peningkatan Kinerja

Mutu Guru. Az-Zahra. Jakarta.

Widoyoko, E. P. 2014. Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah. Pustaka Pelajar.

Yogyakarta.

Winarno. 2015. Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis High Order

Thinking Skill (HOTS) pada Tema Energi. Jurnal Inkuiri. Vol. 4, No.1 . Hlm

82-91.

Winataputra, U. S. (2008). Materi dan Pembelajaran PKN SD. Universitas

Terbuka. Jakarta.

Yamin, M. 2013. Strategi & Metode dalam Model Pembelajaran. Referensi (GP

Press Group). Jakarta.

Yaumi. M. 2013. Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran. Kencana Prenamedia

Group. Jakarta.

Živkovic, S. 2016. A Model of Critical Thinking as an Important Attribute for

Success in the 21st Century. Procedia-Social and Behavioral Sciences. No.

232. Hlm: 102 – 108.