PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI ... · 12 Perbandingan produktivitas antara...
-
Upload
trinhnguyet -
Category
Documents
-
view
250 -
download
0
Transcript of PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI ... · 12 Perbandingan produktivitas antara...
i
PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.)
DI PABRIK GULA MADUKISMO,
PT. MADUBARU, YOGYAKARTA:
DENGAN ASPEK KHUSUS MEMPELAJARI
PRODUKTIVITAS TIAP KATEGORI TANAMAN
OLEH
AHMAD HANIF FADIL
A24080183
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
PRODUKTIVITAS BERBAGAI KATEGORI TANAMANTEBU (Saccharum
officinarum L.) DI PABRIK GULA MADUKISMO, PT. MADUBARU,
YOGYAKARTA.
Productivity in Various Categories of Sugarcane (Saccharum Officinarum L.) at The
Madukismo Sugar Factory, The Madubaru Company, Yogyakarta.
Ahmad Hanif Fadil1 dan Purwono
2
1 Mahasiswa, Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian IPB
2 Staf Pengajar, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB
Abstract
The study of the productivity of the various categories of sugarcane held in the
Madukismo Millsworking area, Madubaru Company, Yogyakarta. This activity began in
February 13 to May 14, 2012. The sample is taken at Sleman and Bantul district. The method
used is the direct field observation, data from the division of plant productivity, as well as
interviews with farmers. The results obtained on the productivity of down land is higher than
up land. Differences in land characteristics influence the productivity of sugarcane. In
addition, the downland productivity tended to decrease from the plant cane (PC) to ratoon
crop (RC) in each subsequent season. For up land, there is higher productivity at ratoon
cane I (RC 1) increase from low productivity in the plant cane (PC) and then back on every
ratoon crop the following season. To overcome the low productivity of ratoon sugarcane
needed to do the loading or replanting, or ratoon intensif nurse.
Key Words: Productivity, Plant cane, Ratoon cane, Low land, Up land.
ii
RINGKASAN
AHMAD HANIF FADIL. Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum
officinarum L.) di Pabrik Gula Madukismo, PT. Madubaru, Yogyakarta:
dengan Aspek Khusus Mempelajari Produktivitas Tiap Kategori Tanaman
(Dibimbing oleh PURWONO).
Kegiatan magang dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan profesional dalam memahami
proses kerja nyata, meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis
masalah-masalah yang ada di lapang, mempelajari pemeliharaan tanaman tebu
dan menganalisis produktivitas tiap kategori tanaman. Kegiatan magang
dilaksanakan di Pabrik Gula Madukismo, PT. Madubaru, Yogyakarta. Pada 13
Februari 2012 hingga 14 Mei 2012.
Kegiatan magang dilaksanakan dengan dua metode yaitu metode secara
langsung dan secara tidak langsung. Metode secara langsung yang telah
dilaksanakan selama magang meliputi kegiatan yang menyangkut aspek teknis
dan manajerial, serta aspek khusus. Metode tidak langsung yang dilaksanakan
selama magang adalah mengumpulkan data sekunder PG. Madukismo dan studi
pustaka.
Aspek khusus, yaitu mahasiswa mempelajari produktivitas pada berbagai
kategori tanaman. Data primer diperoleh dengan cara mengikuti kegiatan,
melakukan pengamatan, wawancara langsung dengan petani dan pengambilan
data dari divisi Bagian Tanaman. Data primer merupakan data produktivitas atau
TCH (Ton Cane per Hectar) dari empat kategori tanaman, yaitu tanaman pertama
(Plant Cane/PC), tanaman keprasan I (Ratoon Cane/RC1), tanaman keprasan II
(Ratoon Cane /RC2), tanaman keprasan III (Ratoon Cane/RC3). Data yang
diperoleh merupakan data dari pengamatan langsung di lapangan, serta data dari
kepala Bina Sarana Tani (BST) yang berada di bawah naungan Bagian Tanaman
PG. Madukismo.
Hasil yang diperoleh adalah produktivitas pada lahan sawah lebih tinggi
dibandingkan lahan tegalan. Perbedaan karakteristik lahan mempengaruhi angka
produktivitas tebu. Selain itu, pada lahan sawah produktivitas cenderung menurun
iii
dari tanaman pertama (PC) hingga tanaman keprasan (RC) di setiap musim
berikutnya. Untuk lahan tegalan, produktivitas naik dari tanaman pertama (PC) ke
tanaman keprasan pertama (RC 1) kemudian menurun pada tanaman keprasan di
setiap musim berikutnya.
Rendahnya produktivitas pada kategori tanaman keprasan ke 3 (RC 3)
menyebabkan rendahnya keuntungan ekonomi. Untuk mengatasi rendahnya
produktivitas tebu perlu dilakukannya rawat ratoon secara intensif dikarenakan
biaya bongkar ratoon (replanting) mahal.
.
iv
PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.)
DI PABRIK GULA MADUKISMO, PT. MADUBARU,
YOGYAKARTA:
DENGAN ASPEK KHUSUS MEMPELAJARI
PRODUKTIVITAS TIAP KATEGORI TANAMAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
AHMAD HANIF FADIL
A24080183
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
v
Judul : PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum
officinarum L.) DI PABRIK GULA MADUKISMO,
PT. MADUBARU, YOGYAKARTA: DENGAN
ASPEK KHUSUS MEMPELAJARI PRODUK-
TIVITAS TIAP KATEGORI TANAMAN
Nama : AHMAD HANIF FADIL
NIM : A24080183
Menyetujui :
Pembimbing Skripsi
(Dr. Ir. Purwono, MS)
NIP: 19580922 198203 1 001
Mengetahui:
Ketua Departemen
(Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr.)
NIP : 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus :
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lamongan, Jawa Timur pada tanggal 11 Januari 1992.
Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Fatkhur
Rohman dan Ibu Madaniyah. Tahun 2002 penulis lulus dari MI Mansyaul „Ulum,
Lamongan. Kemudian pada tahun 2005 penulis lulus dari SMP Syeh Jamaluddin,
Kembangbahu, Lamonga. Selanjutnya penulis menamatkan pendidikan di SMAN
1 Lamongan pada tahun 2008. Tahun 2008 penulis diterima menjadi mahasiswa
Jurusan Agronomi dan Hortikultura IPB melalui seleksi jalur SPMB.
Selama menjadi mahasiswa di Depatemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, penulis aktif sebagai anggota Dewan
Perwakilan Mahasiswa Fakultas Pertanian (DPM A) pada periode kepengurusan
tahun 2009-2010. Pada periode yang sama, penulis juga aktif dalam Majelis
Permusyawaratan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institu Pertanian Bogor
(MPMKM IPB).
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan yang berjudul
Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di Pabrik Gula
Madukismo, PT. Madubaru, Yogyakarta: dengan Aspek Khusus
Mempelajari Produktivitas Tiap Kategori Tanaman. Skripsi ini merupakan
salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Program Sarjana pada Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Judul
magang dipilih karena mengingat rendahnya produksi gula nasional yang
diakibatkan menurunnya produktivitas tebu. Tebu keprasan memiliki
produktivitas yang relatif rendah, sehingga perlu mempelajari produktivitas pada
setiap kategori tanaman.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimaksih yang sedalam-
dalamnya kepada :
1. Kedua orang tua, Bapak dan Ibu dan ade Miftakhul Farikhah yang telah
memberikan dukungan dalam bentuk moral serta material.
2. Dr. Ir. Purwono, MS selaku dosen Pembimbing Skripsi yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Prof. Dr. Ir. Didy Soepandie, MSi selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran dan masukan yang banyak kepada penulis.
4. Dr. Dwi Guntoro, SP. MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan saran
dan masukan yang banyak kepada penulis.
5. Dr. Ir. Abdul Qodir, MS selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan selama kegiatan akademik.
6. Ir. Rahmat Edi Cahyono selaku Direktur PT. Madubaru yang telah
memberikan ijin pelaksanaan magang di PG. Madukismo.
7. Bapak Nugroho selaku staff Direktur serta Bapak dan Ibu Ponido yang
telah menyediakan tempat magang.
8. Bapak M. Syaiful Anam selaku pembimbing lapang dan seluruh staf
bagian tanaman yang telah membantu penulis selama melaksanakan
kegiatan magang.
viii
9. Kepada teman seperjuangan magang, Dinda Rizky Amalia. SP dan Dini
Rosdianingsih. SP yang telah memberi dorongan dalam penyusunan
skripsi ini.
10. Kepada seluruh teman-teman AGH 45. Terimaksih atas kenangan yang
telah diberikan 3 tahun ini dan kerjasama selama kegiatan akademik.
11. Erick Raynalta, Saeful Ramadhan, Ulfah Fitriana Akbar, dan Boyce
Budiarto Nainggolan. Terimaksih atas persahabatan dan dukungannya
selama ini.
12. Teman-teman Noes Camp Group. Terimaksih atas persahabatan dan
dukungannya selama ini.
13. Serta semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Bogor, Oktober 2012
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv
PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
Latar Belakang ..................................................................................... 1
Tujuan .................................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 3
Botani dan Morfologi Tanaman Tebu ................................................. 3
Kategori Tanaman Tebu....................................................................... 4
Tanaman pertama (plant cane).................................................... 4
Tanaman keprasan (ratoon cane)................................................ 5
METODE MAGANG ....................................................................................... 8
Waktu dan Tempat ............................................................................... 8
Metode Pelaksanaan ............................................................................ 8
Pengumpulan Data dan Informasi ....................................................... 9
Analisis Data ........................................................................................ 10
KEADAAN UMUM PERUSAHAAN.............................................................. 11
Sejarah PG. Madukismo....................................................................... 11
Letak Geografi ..................................................................................... 12
Keadaan Iklim dan Tanah .................................................................... 12
Luas Areal dan Tata Guna Lahan ........................................................ 13
Keadaan Tanaman dan Produksi ......................................................... 14
Struktur Organisasi .............................................................................. 16
Ketenagakerjaan .................................................................................. 18
Hari Kerja dan Jam Kerja .................................................................... 19
PELAKSANAAN MAGANG .......................................................................... 20
Aspek Teknis ....................................................................................... 20
Penetapan masa tanam................................................................ 20
Persiapan lahan............................................................................ 20
Persiapan bahan tanam ............................................................... 22
Persiapan tanam dan penanaman ............................................... 25
Pemeliharaan tanaman pertama .................................................. 27
Pemeliharaan tanaman keprasan ................................................ 34
Panen .......................................................................................... 35
Aspek Manajerial ................................................................................. 41
Petugas Lapang Pabrik Gula ...................................................... 41
Sinder Kebun Wilayah ............................................................... 41
Sinder Kebun Bibit ..................................................................... 42
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 43
Aspek Teknis ....................................................................................... 43
x
Pengolahan tanah ....................................................................... 43
Pemupukan ................................................................................ 43
Lahan sawah dan lahan tegalan.................................................. 44
Varietas ...................................................................................... 45
Aspek Manajerial ................................................................................. 47
Sumber daya manusia ................................................................ 47
Pengelolaan tenaga kerja bagian tanaman.................................. 48
Aspek Khusus ...................................................................................... 48
Produktivitas tebu pada lahan sawah.......................................... 48
Produktivitas tebu keprasan di lahan tegalan............................. 50
Perbedaan produktivitas ............................................................ 51
Pembahasan.......................................................................................... 52
Produktivitas tebu pada lahan sawah.......................................... 52
Produktivitas tebu keprasan di lahan tegalan.............................. 53
Perbedaan produktivitas ............................................................. 54
Produktivitas tanaman keprasan................................................... 56
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 59
LAMPIRAN ...................................................................................................... 61
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1 Keadaan Lahan Tebu Rakyat Kejasama di PG. Madukismo................... 13
2 Luas Areal Tebu Rakyat Kejasama Binaan di PG. Madukismo.............. 14
3 Kesesuaian Varietas dan Masa Tanam..................................................... 15
4 Produksi PG. Madukismo Lima Tahun Terakhir..................................... 15
5 Hubungan Tipologi Wilayah dengan Pola Tanam Varietas..................... 26
6 Data Jenis Gulma PG. Madukismo.......................................................... 29
7 Produktivitas Tebu Lahan Sawah di Wilayah Kerja Kab. Sleman........... 49
8 Produktivitas Tebu Lahan Sawah di Wilayah Kerja Kab. Bantul............ 49
9 Produktivitas Tebu Lahan Tegalan di Wilayah Kerja Kab. Sleman........ 50
10 Produktivitas Tebu Lahan Tegalan di Wilayah Kerja Kab. Bantul.......... 50
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1 Pembuatan Got..................................................................................... 22
2 Panen Bibit........................................................................................... 24
3 Persiapan Penanaman Bibit................................................................. 25
4 Pembuatan Kasuran............................................................................. 25
5 Pola Tanam Bibit................................................................................. 26
6 Penutupan bibit.................................................................................... 27
7 Bahan Sulam........................................................................................ 28
8 Penggerek Pucuk Tebu (Scirpophaga excerptalis W.)........................ 31
9 Penggerek Batang Tebu (Chilo auricillius D.).................................... 32
10 Uret (Lepidiota stigma F., Euchlora viridis F.)................................... 33
11 Perbandingan produktivitas antara lahan sawah dan lahan tegalan di
Kab. Sleman......................................................................................... 51
12 Perbandingan produktivitas antara lahan sawah dan lahan tegalan di
Kab. Bantul.......................................................................................... 51
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1 Jurnal Harian Kegiatan Magang di PG Madukismo ............................... 62
2 Peta Wilayah Kerja Rayon Bantul dan Gunung Kidul............................ 68
3 Peta Wilayah Kerja Rayon Kulonprogo, Magelang, dan Temanggung.. 69
4 Peta Wilayah Kerja Rayon Sleman.......................................................... 70
5 Peta Wilayah Kerja Rayon Purworejo dan Kebumen.............................. 71
6 Data Curah Hujan PG Madukismo 1995– 2011 ..................................... 72
7 Struktur Organisasi PT. Madubaru.......................................................... 73
8 Tabel Sample Produktivitas pada Lahan Sawah...................................... 74
9 Tabel Sample Produktivitas pada Lahan Tegalan.................................... 75
10 Analisis Usahatani Tebu di Lahan Sawah Kab. Bantul........................... 76
11 Analisis Usahatani Tebu di Lahan Tegalan Kab. Sleman....................... 77
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gula merupakan salah satu bahan kebutuhan pokok masyarakat Indonesia,
serta sumber kalori yang dapat dikonsumsi secara langsung. Sumber gula terbesar
adalah tebu yang dibudidayakan secara intensif di daerah dengan iklim tropis.
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan perkapita, gaya
hidup dan industri pangan serta bioenergy yang menjadikan gula sebagai bahan
baku maka kebutuhan gula juga terus meningkat.
Kebutuhan gula nasional diperkirakan mencapai 5,7 juta ton di tahun 2014.
Sementara itu, Produksi gula nasional dua tahun terakhir masing - masing tahun
2009 sebesar 2,6 juta ton dan tahun 2010 sebesar 2,29 juta ton. Untuk memenuhi
kebutuhan gula tersebut diupayakan melalui Program Swasembada Gula Nasional.
Sasaran tercapainya Swasembada Gula Nasional pada tahun 2014 adalah dengan
target produksi hablur sebesar 3,571 juta ton dari existing dan 2,129 juta ton dari
perluasan dan pembangunan PG baru. Salah satu misi untuk mencapai
Swasembada Gula Nasional adalah dengan cara revitalisasi sektor on-farm yaitu
perluasan areal dan peningkatan produktivitas gula (Drektorat Jendral
Perkebunan, 2011).
Produksi gula nasional belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal
ini dikarenakan produktivitas tebu di Indonesia masih sangat rendah. Rendahnya
produktivitas merupakan konsekuensi logis merosotnya kualitas teknis budidaya
yang ada di petani. Sementara itu peningkatan produktivitas dapat dilaksanakan
dengan peningkatan tebu/ha dan rendemen. Teknik budidaya yang berpengaruh
pada produktivitas tebu salah satunya adalah penggunaan sistem keprasan dengan
frekuensi terlalu banyak (P3GI. 2008).
Tanaman tebu keprasan adalah tanaman tebu yang berasal dari tanaman yang
telah dipanen sebelumnya, lalu tunggul-tunggulnya dipelihara kembali hingga
menghasilkan tunas-tunas baru yang akan tumbuh menjadi tanaman baru pada
musim tanam selanjutnya (Setyamidjaja dan Azharni, 1992). Penggunaan tanaman
keprasan yang dilakukan berulang ulang dapat menyebabkan pertumbuhan
tanaman tebu di lapangan makin menunjukkan bentuk mengecil. Tentu saja
2
keadaan ini mengakibatkan turunnya produktivitas tebu (Kementerian Pertanian,
2011).
Perhitungan dan pembandingan produktivitas tanaman tebu pada setiap
kategori tanaman sangat diperlukan agar dapat diketahui besarnya produktivitas
dari setiap kategori tanaman dan batas maksimal dilakukannya pengeprasan pada
tanaman tebu agar tidak mengalami penurunan produktivitas. Kategori tanaman
dapat berupa tanaman pertama (Plant Cane/PC), tanaman keprasan pertama
(Ratoon Cane 1/RC I), tanaman keprasan kedua (Ratoon Cane 2/RC II) dan
seterusnya.
Tujuan
Tujuan dari kegiatan magang ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus
sebagai berikut.
Tujuan Umum :
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan profesional
dalam memahami proses kerja nyata, serta meningkatkan kemampuan mahasiswa
dalam menganalisis masalah masalah yang ada di lapang.
Tujuan Khusus :
Mempelajari pengelolaan dan pemeliharaan tanaman tebu serta menganalisis
produktivitas tiap kategori tanaman.
.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tebu dan Morfologi Tebu
Tebu adalah salah satu jenis tanaman monokotil yang termasuk dalam famili
Poaceae, yang masuk dalam kelompok Andropogoneae, dan masuk dalam genus
Saccharum. Klasifikasi tanaman tebu menurut Daniel dan Roach (1987) adalah
sebagai berikut:
Filum : Angiospermae
Class : Monocotyledoneae
Familia : Poaceae
Group : Andropogoneae
Genus : Saccharum
Spesies : Saccharum officinarum L.
Spesies tebu yang paling banyak dibudidayakan untuk dijadikan bahan baku
gula adalah Saccharum officinarum L., karena kandungan sukrosanya yang tinggi
dan rendah kandungan seratnya. Setyamidjaja dan Azharni (1992) menambahkan
bahwa selain Saccharrum officinarum L masih ada empat spesies tebu lain yang
masih termasuk ke dalam genus Saccharum, yaitu: Saccharum sinense,
Saccharum barberi, Saccharum spontaneum, dan Saccharum robustum.
Morfologi tebu menurut Sastrowijono (1996) adalah sebagai berikut:
Batang
Pada batang tebu bagian luar merupakan kulit yang keras, sementara bagian
dalam lunak yang mengandung nira. Batang tebu beruas ruas dan kedudukan ruas
yang satu dengan yang lainnya tegak atau zig zag. Bentuk ruas dapat bervariasi
sesuai varietasnya. Pada ruas tebu terdapat mata ruas, dimana mata ruas tersebut
adalah kuncup tebu yang terletak pada buku ruas batang dan terlindung oleh
pangkal pelepah. Batang tebu yang baik biasanya dengan tinggi 3 sampai 5 meter
atau bahkan lebih.
4
Akar
Akar tebu terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar tunas dan akar stek. Akar
tunas adalah akar yang menggantikan fungsi akar bibit. Akar ini tumbuh dari mata
tunas. Sementara itu, akar stek adalah akar yang tumbuh dari cincin akar batang
dan masa hidupnya tidak lama.
Daun
Daun tebu terdiri dari helai daun dan pelepah daun tanpa tangkai daun. Daun
berpangkal pada buku dan kedudukannya berseling kanan dan kiri. Pelepah daun
menutupi batang, sehingga buku tidak terlihat.
Bunga
Bunga tebu merupakan malai berbentuk piramida dengan panjang 70 – 90 cm
yang mengandung ribuan bunga kecil. Bunga tebu terdiri dari tenda bunga yakni
tiga helai daun kelopak dan satu helai daun tajuk bunga, tiga benang sari dan satu
bakal buah dengan kepala putik yang berbentuk bulu–bulu. Bunga yang masak,
benang sarinya panjang sehingga kepala sari menggantung keluar dari tajuk
bunga.
Kategori Tanaman Tebu
Tanaman pertama (plant cane)
Tanaman tebu pertama adalah tanaman dari bibit tebu pilihan yang ditanam
dengan membongkar tanah dan meletakkan bibit tersebut sesuai kebutuhan
penanaman. Teknik budidaya tanaman pertama (plant cane) di lahan kering antara
lain dengan penetapan masa tanam, pembukaan lahan, penanaman, pemupukan,
pembumbunan, dan klentek (PT Perkebunan Nusantara XI, 2010).
Pemilihan varietas yang tepat akan sangat berpengaruh terhadap produktivitas
tanaman tebu. Setelah ditentukan jenis varietas yang baik, maka hal lain yang
perlu diperhatikan adalah pengadaan bibit. (Pusat Penelitian Perkebunan Gula
Indonesia, 2008).
5
Bibit yang digunakan dalam penanaman tanaman pertama ada dua yaitu:
1) Bibit bagal
Bibit bagal adalah bibit yang berasal dari KBD. Umumnya bibit bagal yang
ditanam bermata tunas dua atau bermata tunas tiga. Untuk penanamannya
mata tunas menghadap ke samping agar pertumbuhan mata tunas maksimal.
2) Bibit rayungan
Bibit yang telah tumbuh di kebun bibit, dan umumnya digunakan untuk lahan
yang berpengairan cukup. Namun penggunaan bibit rayungan ini sangat
sedikit sekali karena pertumbuhannya tidak seoptimal bibit bagal. Jika
bermata (tunas) satu, maka batang bibit terpendam dengan tunas menghadap
ke samping dan sedikit miring, + 45 derajat. Jika bibit rayungan bermata dua,
maka batang bibit terpendam dengan tunas menghadap ke samping..
Produktivitas PC untuk lahan tegalan yang 100% mengandalkan air hujan
pada umumnya dipengaruhi oleh masa tanam. Menurut Susila (2007) rendahnya
produktivitas disebabkan oleh jadwal tanam dan tebang petani PC yang umumnya
tidak pada umur optimal. Penetapan masa tanam yang tepat adalah berdasarkan
kebutuhan air dalam masa pertumbuhan. Iklim tipe Oldeman, zona yang terbaik
untuk tanaman tebu adalah tipe iklim C2 dan C3.
Tanaman keprasan (ratoon cane)
Tanaman tebu keprasan adalah tanaman tebu yang berasal dari tanaman yang
telah dipanen sebelumnya, lalu tunggul-tunggulnya dipelihara kembali hingga
menghasilkan tunas-tunas baru yang akan tumbuh menjadi tanaman baru pada
musim tanam selanjutnya (Setyamidjaja dan Azharni, 1992).
Pengusahaan tebu dengan cara keprasan memberikan beberapa keuntungan
diantaranya adalah: menghemat biaya untuk membuat lubang tanaman dan
penyediaan bahan tanam (bibit), waktu relatif lebih singkat dari tebu pertamanya,
lebih tahan terhadap kekeringan dan keadaan drainase yang kurang baik. Widodo
(1999) menyatakan keuntungan dari penggunaan tanaman keprasan antara lain
tebu dapat tumbuh baik karena perakaran telah beradaptasi dengan keadaan tanah,
selain untuk menghemat pemakaian bibit, penggunaan tanaman keprasan juga
menjaga kelestarian tanah.
6
Menurut Sutardjo (2002) sebelum proses pengeprasan sebaiknya lahan dialiri
air terlebih dahulu agar bekas tanaman tebu yang akan dikepras tidak mudah
terbongkar. Ada tiga bentuk pengeprasan :
a. Kepas bentuk rata
Bentuk pengeprasan ini merupakan hasil dengan menggunakan alat kepras
mekanis stubble shaver.
b. Kepras bentuk U/ kepras miring
Bentuk pengeprasan ini dilakukan pada tanah ringan dan tanah yang
mengandung pasir.
c. Kepras bentuk W
Umumnya bentuk pengeprasan ini dilakukan pada tanah-tanah berat yang
mudah pecah bila musim kemarau.
Tanaman keprasan mengalami beberapa proses pertumbuhan. Berikut ini
proses pertumbuhan yang dialami tanaman keprasan yaitu:
a) Perkecambahan
Seluruh mata tunas di batang tebu akan mulai berkecambah bila pucuknya
dihilangkan. Perkecambahan mata tunas batang tebu segera terjadi setelah tebu
ditebang. Pengamatan di tegalan Jawa menunjukkan tunas keprasan berkecambah
pada 2–3 minggu setelah tebu dipotong. Jika dibandingkan dengan bibit tebu
berkecambah yang berlangsung antara minggu ketiga sampai dengan kelima.
jumlah kecambah keprasan lebih banyak daripada jumlah kecambah bibit tebu.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya jumlah kecambah
keprasan antara lain kadar air dalam tanah, varietas tebu karena terdapat varietas
yang besar frekuensi keprasannya, dan pengeprasan tebu. Pengeprasan tunggul
tebu setelah ditebang sangat mencolok menaikkan jumlah kecambah tebu.
b) Pertunasan
Setelah mata tunas berkecambah, maka tebu akan bertunas atau
mengeluarkan tunas anakan (tillers). Pertunasan pada keprasan berlangsung lebih
cepat dan dengan laju pertunasan yang lebih besar daripada tebu baru. Tunas
keprasan muncul dari batang sekunder dan tertier. Tunas anakan pada tebu baru
adalah batang sekunder. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertunasan sama
dengan yang berpengaruh terhadap perkecambahan.
7
c) Kematian tunas
Kematian tunas selalu terjadi dalam budidaya tebu. Terdapat berbagai alasan
tentang penyebab kematian tunas keprasan. Varietas tebu dan jarak tanam serta
hama-penyakit adalah penyebabnya. Terjadinya persaingan hara antara tunas tebu
dan ketidak mampuan perakaran tunas keprasan menjangkau tanah bagi tunas-
tunas yang berkecambah di atas permukaan tanah. Besarnya hasil panen keprasan
sangat besar ditentukan oleh jumlah tunas keprasan pada saat tebu memanjang.
Oleh karena itu penting untuk mempertahankan jumlah tunas keprasan pada saat
tersebut, yakni pada umur tebu 5 – 6 bulan (Dinas Perkebunan Jawa Timur, 2005).
8
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan di Pabrik Gula Madukismo, PT. Madubaru,
Yogyakarta pada 13 Februari 2012 hingga 14 Mei 2012.
Metode Pelaksanaan
Kegiatan magang dilaksanakan dengan dua metode yaitu metode secara
langsung dan secara tidak langsung. Metode secara langsung yang telah
dilaksanakan selama magang meliputi kegiatan yang menyangkut aspek teknis
dan manajerial, serta aspek khusus. Sementara itu metode tidak langsung
dilaksanakan selama magang adalah mengumpulkan data sekunder PG.
Madukismo dan studi pustaka. Metode secara langsung yang dilaksanakan sebagai
berikut:
Aspek teknis
Pada aspek teknis mahasiswa bekerja langsung di lapangan sebagai Karyawan
Harian Lepas (KHL) selama tiga minggu. Kegiatan KHL meliputi pengolahan
lahan (pemetaan lahan, pembajakan, pembuatan layout kebun), persiapan bahan
tanam dalam penanaman, pembibitan. Pada kegiatan pemeliharaan yang diikuti
yaitu pemupukan, pembumbunan, pengendalian gulma, klentek (roges), aplikasi
pias. Pemanenan (tebang, muat angkut) dan pengolahan hasil. Selai itu mahasiswa
juga menyusun jurnal harian yang diketahui pembimbing lapang dengan mencatat
prestasi kerja yang diperoleh mahasiswa dan karyawan.
Aspek manajerial
Pada aspek manajerial pertama mahasiswa bekerja sebagai pendamping
mandor selama tiga minggu. Kegiatan yang telah dilakukan adalah membantu
mengawasi pekerjaan di kebun, membantu membuat perencanaan kebutuhan fisik,
biaya, teknis untuk pekerjaan yang akan dilakukan, pembuatan jurnal (harian,
mingguan, bulanan), dan hasil kegiatan di kebun.
9
Aspek manajerial kedua yang dilaksanakan mahasiswa adalah bekerja sebagai
pendampin Sinder Kebun Wilayah (SKW) selama enam minggu. Kegiatan yang
dilaksanakan adalah membantu mengelola dan megawasi pekerjaan tenaga kerja,
mengamati dan membantu penyusunan laporan, mempelajari keadaan kebun, serta
mempelajari dan menganalisis kegiatan adminitrasi kebun.
Aspek khusus
Aspek khusus, yaitu mahasiswa mempelajari produktivitas pada berbagai
kategori tanaman. Data primer diperoleh dengan cara mengikuti kegiatan,
melakukan pengamatan, wawancara langsung dengan petani dan pengambilan
data dari divisi Bagian Tanaman. Data primer merupakan data produktivitas atau
TTH (Ton Tebu per Hektar) dari empat kategori tanaman, yaitu tanaman pertama
(Plant Cane/PC), tanaman keprasan I (Ratoon Cane/RC1), tanaman keprasan II
(Ratoon Cane /RC2), tanaman keprasan III (Ratoon Cane/RC3).
Metode tidak langsung dilaksanakan dengan pengumpulan data sekunder yang
yang meliputi sejarah dan perkembangan perusahaan, letak geografis dan
topografi, keadaan iklim, kondisi lahan, kondisi tanaman, organisasi dan
manajemen perusahaan. Selain itu pengumpulan data penunjang juga dibutuhkan
melalui studi pustaka yang ada di perusahaan.
Pengumpulan Data dan Informasi
Melakukan pengamatan langsung
Data diambil dari 3 blok berdasarkan kategori tanaman yang sama yaitu
kategori tanaman keprasan ke tiga. Setiap blok diamati satu petakan. Setiap
petakan diamati 10 juring. Data primer yang didapat berupa data – data yang
mempunyai pengaruh pada nilai produktivitas tebu yaitu:
1. Rata-rata jumlah tebu permeter juring
2. Rata-rata panjang batang tebu
3. Rata-rata bobot tebu per batang
4. Rata-rata diameter batang
10
Wawancara langsung dengan petani
Contoh yang diambil adalah petani penggarap sebanyak 12 orang petani dari 2
wilayah kerja yang masing-masing wilayah meliputi lahan sawah dan lahan
tegalan, diambil 3 orang petani penggarap dari tiap-tiap wilayah.
Data dari Bagian Tanaman
Data yang diperoleh adalah data sejarah produktivitas dari lahan yang diambil
sample, data diperoleh dari kantor Bina Sarana Tani (BST) Bagian Tanaman.
Data sekunder yang didapat berupa arsip perusahaan meliputi:
a. Letak geografis dan topografi kebun
b. Keadaan lingkungan tumbuh.
c. Kondisi areal dan tanaman.
d. Organisasi dan manajemen perusahaan.
e. Produktivitas gula.
Analisis Data dan Informasi
Seluruh data dan informasi yang diperoleh selama kegiatan magang dianalisis
dengan menggunakan nilai rata-rata, persentase, dan perhitungan matematis
sederhana lainnya. Pengolahan data juga dilakukan dengan menggunakan uji t-
student dengan taraf 5%. Kemudian dibandingkan dengan standar kerja dan
norma-norma baku dari setiap kegiatan yang berlaku.
11
KEADAAN UMUM PERUSAHAAN
Sejarah PG. Madukismo
Pemerintah Hindia Belanda mendirikan 17 Pabrik Gula di Yogyakarta
Sebelum kemerdekaan, yang semuanya berada dibawah kekasaan mereka. Pada
tahun 1942 jepang masuk ke Indonesia dan mengambil alih kekuasaan termasuk
semua pabrik gula yang ada di Yogyakarta. Keadaan seperti itu berlanjut sampai
pada saat perang kemerdekaan, yang menyebabkan semua pabrik gula yang ada di
Yogyakarta hancur menjadi puing-puing. Hal ini dikarenakan pabrik pabrik gula
dijadikan markas para penjajah.
Saat pemerintahan Indonesia sudah berjalan normal tepatnya pada tahun 1950
Sri Sultan Hamengkubuwono IX memprakarsai pembangunan pabrik gula baru
yang bertujuan untuk:
1. Menampung dan mempekerjakan mantan buruh pabrik gula
2. Menambah kesejahteraan rakyat yang berada di sekitar pabrik
3. Menamah pendapatan pemerintah pusat dan daerah
PG Madukismo mulai dibangun pada tahun 1955 dengan akta notaries
perseroan terbatas dengan nama “Pabrik – Pabrik Gula Madubaru PT” ( P2G
Madubaru PT). diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 28 mei 1958.
Pada tahun 1962 dilakukan program nasionalisasi oleh pemerintah dimana
terjadi perubahan satus P2G Madubaru PT menjadi Perusahaan Negara di bawah
pengawasan Badan Pimpinan Umum Perusahaan Negara. Status pabrik kembali
menjadi Perseroan Terbatas pada 3 September 1968 dengan nama PT. Madubaru
yang memperluas usaha dengan merambah pabrik spirtus Madukismo.
Sri Sultan Hamengkubuwono IX menyetujui dikelolanya kembali PT.
Madubaru oleh Pemerintah RI melalui Departemen Keuangan, dan Departemen
Pertanian pada tanggal 4 Maret 1984. Pemerintah RI menunjuk PT. Rajawali
Nasional Indonesia untuk mengelola PT Madubaru yang disahkan dengan tanda
tangan kontrak manajemen oleh dirut PT RNI dan Sri Sultan Hamengkubuwono
IX.
Pabrik gula Madukismo Pada awal berdiri memiliki kapastas giling sebesar
1.500 Ton Tebu per Hari (TTH), kemudian bertahap kapasitas pabrik ditingkatkan
12
menjadi 2.500 TTH pada tahun 1976 dan 3.300 TTH pada tahun 1993. Saat ini
kapasitas giling di PG. Madukismo sudah 3.500 TTH, dimana produksi gula SHS
1 yang merupakan produk utama pabrik gula sekitar 40.000 ton tiap tahunnya.
Produksi alkohol sekitar ± 2,5 juta liter pertahun dan spirtus sekitar 24.000
liter/hari. Pupuk yang dihasilkan sekitar ± 30 ton per tahun. Jumlah tersebut
sangat bergantung pada jumlah tebu yang digiling di pabrik.
Letak Geografi
Secara geografi PG. Madukismo terletak pada 110°20‟ BT dan 7°56‟ LS
pada ketinggian 84 m dpl. Lebih spesifik lagi, Parik Gula Madukismo terletak
kurang lebih 5 km sebelah selatan kota Yogyakarta. Tepatnya di Desa Padokan,
Kelurahan Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Pabrik Gula Madukismo menempati areal seluas 276.00 m2
dengan luas areal bangunan sekitar 51.000 m2.
Wilayah kerja PG. Madukismo terbagi menjadi empat rayon, yaitu pertama
Rayon Bantul dan Gunung Kidul (BGK) yang secara geografis terletak pada
107°15‟-110°50‟ BT dan 7°35‟-8°09‟ LS seperti tercantum pada peta Rayon
Bantul dan Gunung Kidul (Lampiran 2). Kemudian Rayon Kulonprogo,
Magelang, dan Temanggung (KMT) yang secara geografis terletak pada 110o23‟-
110°12‟ BT dan 7°14‟-7°52 LS seperti yang tercantum pada peta Rayon KMT
(Lampiran 3). Ke tiga adalah Rayon Sleman terletak pada 110° 15‟-110° 29‟ BT
dan 7°34‟-7°47‟ LS seperti tercantum pada peta Rayon Sleman (Lampiran 4);
serta yang ke empat adalah Rayon Purworejo dan Kebumen (PKB) yang secara
geografis terletak pada 109°39‟-110°04‟ BT dan 07°30‟-07°42‟ LS seperti yang
tercantum pada peta Rayon Purworejo dan Temanggung (Lampiran 5).
.
Keadaan Iklim dan Tanah
Wilayah kerja PG. Madukismo memiliki keadaan iklim yang menurut
Oldemen masuk dalam Zone C atau beriklim agak basah, dengan curah hujan rata-
rata 2000 mm/tahun dan bulan kering pada bulan Juni – September serta bulan
basah antara Nopember – Maret seperti yang tertera pada tabel curah hujan di
13
Lampiran 6. Sementara itu untuk wilayah kerja PG. Madukismo, keadaan iklim di
rayon Bantul dan Gunung Kidul adalah untuk wilayah kerja Kab. Bantul Curah
hujan rata-rata sebesar 1.954,43 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 103
hari/tahun. Bulan basah 7 bulan, sedangkan bulan kering berkisar 5 bulan.
Wilayah Kabupaten Sleman termasuk beriklim tropis basah dengan musim hujan
antara bulan Nopember – April dan musim kemarau antara bulan Mei–Oktober
dengan curah hujan tahunan lebih dari 2000 mm/tahun.
Curah hujan di Kulonprogo rata-rata per tahunnya mencapai 2.150 mm,
dengan rata-rata hari hujan sebanyak 106 hari per tahun atau 9 hari per bulan
dengan curah hujan tertinggi pada bulan Januari dan terendah pada bulan Agustus.
Kabupaten Magelang termasuk B1 (Oldeman) dengan curah hujan rata–rata 2.186
mm/tahun dan jumlah hari hujan rata- rata 103 hari. Kelembaban antara 85 – 95
dengan suhu antara 16 - 26 o C. Kabupaten Temanggung Curah hujan rata-rata per
tahun sebesar 2.163 mm/tahun, dengan suhu rata-rata 22o Celcius sampai dengan
23,6o Celcius.
Kondisi tanah di wilayah kerja PG. Madukismo memiliki topografi yang
beragam dari datar hingga berbukit dengan kemiringan 3 – 8 derajat. Keadaan
lahan sebagian besar merupakan tanah berat berpengairan lancar, yang dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Keadaan Lahan Tebu Rakyat Kejasama di PG. Madukismo
Keterangan Luas (hektar)
Tanah Berat Pengairan Lancar 1,122.46
Tanah Berat Pengairan Tidak Lancar 109.40
Tanah Ringan Pengairan Lancar 631.67
Tanah Ringan Pengairan Tidak Lancar -
Tanah Sedang Pengairan Lancar 631.70
Tanah Sedang Pengairan Tidak Lancar 38.75
Jumlah 2,533.98
Sumber : Bina Sarana Tani PG. Madukismo, Bantul (2012)
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Areal kebun di wilayah kerja PG. Madukismo adalah tebu rakyat (TR).
Adapun lahan sewa adalah lahan yang dipergunakan untuk kebun bibit. Total luas
14
kebun bibit sekitar 200 hektar yang terdiri dari tiga hektar merupakan lahan milik
pabrik sendiri yang digunakan untuk membudidayakan bibit pokok, bibit nenek,
serta bibit induk, dan sisanya adalah kerjasama dengan petani tebu rakyat lewat
program akselerasi. Keseluruhan areal KTG di PG. Madukismo merupakan TR
(Tebu Rakyat) Kerja sama. Total luasan KTG Tebu Rakyat Kerjasama yang
terdapat diwilayah di PG. Madukismo tahun 2011/2012 yaitu seluas 2,533.98 ha
yang ditunjukkan di Tabel 2.
Tabel 2. Luas Areal Tebu Rakyat Kejasama Binaan di PG. Madukismo
Rayon Luas ( hektar )
Bantul dan Gunung Kidul (BGK) 1,103.20
Sleman 494.52
Kulonprogo, Magelang, dan Temanggung (KMT) 784.43
Purworejo dan Kebumen (PKB) 151.83
Jumlah 2,533.98
Sumber : Bina Sarana Tani PG. Madukismo, Bantul (2012)
Keadaan Tanaman dan Produksi
Tanaman tebu yang dibudidayakan di PG. Madukismo terbagi menjadi dua
kategori, yaitu tanaman pertama (Plant Cane/PC) dan tanaman keprasan (Ratoon
Cane/RC). Tanaman pertama merupakan tanaman yang ditanam di areal yang
telah dilakukan pengolahan tanah dan dari bibit yang berasal dari KBD,
sedangkan tanaman keprasan merupakan tanaman yang tumbuh dan berproduksi
kembali dari hasil tebangan tanaman pertama. Di wilayah kerja PG. Madukismo
pada umumnya dilaksanakan 3 – 5 kali pengeprasan.
Di PG. Madukismo terdapat dua jenis kebun tebu, yaitu Kebun Bibit dan
Kebun Tebu Giling. Pada dasarnya pengelolaan kebun bibit dilakukan secara
bertahap, yaitu Kebun Bibit Pokok (KBP), Kebun Bibit Nenek (KBN), Kebun
Bibit Induk (KBI), dan Kebun Bibit Datar (KBD). Tebu Rakyat mandiri (TRM) di
PG. Madukismo merupakan kebun yang pengelolaannya dilakukan oleh petani
sendiri dan hasilnya diperuntukkan sebagai bahan baku produksi gula. TRM
berbeda dengan TR Kerjasama, yang mana TR Kerjasama merupakan bentuk
kerjasama antara petani dan pabrik untuk membudidayakan tebu. Tebu rakyat
15
kerjasama ini dilaksanakan dimana pabrik sebagai sarana untuk membina petani
agar petani tersebut dapat menjadi petani mandiri.
Varietas tebu yang dibudidayakan di wilayah kerja PG. Madukismo
merupakan varietas yang berasal dari P3GI dan pabrik gula lainnya. Varietas yang
ditanam disesuaikan dengan karakteristik lahan, masa tanam, dan masa giling.
Pada dasarnya komposisi varietas yang ditanam sesuai dengan masa giling.
Berikut ini hubungan varietas dan masa tanam ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Kesesuaian Varietas dan Masa Tanam
Kategori Kemasakan Varietas
Varietas masak awal (mei – juli) PS 862, PS 851, PS 881
Varietas masak awal tengah (juli – agustus) KK, PS 864, PS 921, PSJT 941
Varietas masak tengah akhir (agustus – oktober)
BL, PS 864, PS 951
Sumber : Bina Sarana Tani PG. Madukismo, Bantul (2012)
PG. Madukismo memproduksi produk utama berupa gula dan hasil
sampingan berupa tetes (molasses), blotong, abu ketel, dan ampas (bagase). Tetes
digunakan sebagai bahan baku industri alkohol dan spirtus. Blotong dan abu ketel
dimanfaatkan sebagai kompos yang digunakan oleh petani. Ampas digunakan
kembali oleh pabrik gula sebagai bahan bakar. Produksi gula PG. Madukismo
selama lima tahun terakhir mengalami penurunan, akan tetapi tidak signifikan
(Tabel 4).
Tabel 4. Produksi PG. Madukismo Lima Tahun Terakhir
Tahun Areal
( Ha )
Produksi Tebu Rendemen
(%)
Produksi Hablur
Ku Ku/Ha Ku Ku/Ha
2007 7,000.13 5,600,107 800 6.80 381,068.24 54.44
2008 6,114.29 4,585,734 750 7.37 337,968.32 55.28
2009 6,677.59 4,780,076 716 6.80 325,042.75 48.68
2010 6,597.92 5,234,137 793 5.66 296,398.10 44.92
2011 6,681.75 4,152,391 621 6.73 279,456.20 41.82
Sumber : Bina Sarana Tani PG. Madukismo, Bantul (2012)
16
Struktur Organisasi
PT. Madubaru dipimpin oleh seorang direktur yang dalam menjalankan
tugasnya dibantu oleh satuan pengawas intern (SPI) dan delapan kepala bagian
yaitu: Kepala Bagian Tanaman, Kepala Bagian Instalasi, Kepala Bagian Pabrikasi,
Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan, Kepala Bagian Sumber Daya Manusia
dan Umum, Kepala Bagian Pemasaran, Kepala Bagian Pabrik Spirtus. Struktur
Organisasi PT. Madubaru terera pada Lampiran 7. Berikut ini adalah tugas dan
tanggung jawab masing – masing :
1. Direktur bertugas mengelola unit produksi yang dipimpinnya secara
keseluruhan sesuai dengan keputusan dan kebijakan Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS). Direktur bertanggung jawab untuk meningkatkan produksi.
Tugas direktur adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan tujuan perusahaan
b. Menetapkan strategi untuk mencapai tujuan perusahaan
c. Menyusun rencana jangka panjang
d. Menetapkan kebijakan – kebijakan dan pedoman – pedoman penyusunan
anggaran tahunan
e. Menetapkan rencana Rapat Umum Pemegang Saham
f. Melakukan manajemen yang meliputi keseluruhan kegiatan termasuk
keputusan dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh Dewan Direksi.
g. Bertanggung jawab kepada direksi dan semua faktor produksi
h. Mengevaluasi hasil kerja pabrik setiap tahunnya.
2. Satuan Pengawasan Intern (SPI)
a. Melakukan pengawasan melalui kegiatan audit, konsultasi, dan pembinaan
terhadap setiap kegiatan dan fungsi organisasi.
b. Melakukan pengawasan atas pihak – pihak yang terkait dengan perusahaan
atas persetujuan Direktur.
c. Melakukan audit investigasi terhadap aspek penuh dan bebas keseluruh
fungsi, catatn dokumen, asset, dan karyawan.
d. Mengalokasikan sumberdaya dan menentukan lingkup kerja, serta
menerapkan teknik – teknik audit.
e. Menjadi counterpart bagi auditor eksternal dalam pelaksanaan tugasnya.
17
3. Kepala Bagian Tanaman
Kepala bagian tanaman bertugas untuk melaksanakan kebijakan direksi dalam
bidang berikut:
a. Penanaman dan Penyediaan bibit tebu.
b. Perluasan areal tebu
c. Penyuluhan teknis penanaman tebu
d. Rencana tebang dan angkut tebu
e. Kegiatan yang menyangkut penyediaan bahan baku berupa tebu.
f. Memimpin seksi yang berada dalam bagiannya guna mencapai tujuan dan
sasaran yan ditetapkan perusahaan.
4. Kepala Bagian Instalasi
a. Bertanggung jab kepada Direktur di bidang instalasi.
b. Mengkoordinir dan memimpin semua kegiatan di bidang instalasi
c. Meningkatkan efisiensi kerja alat produksi untuk kelangsungan proses.
5. Kepala Bagian Pabrikasi
a. Bertanggung jawab kepada direktur di bidang Pabrikasi
b. Mengkoordinir dan memimpin semua kegiatan di bidang produksi.
c. Meningkatkan efisiensi proses dan menjaga kualitas produk (gula).
6. Kepala Bagian Pemasaran
a. Menyusun strategi pemasaran
b. Mengusahakan pengembangan pasar untuk produk – produk PT. Madu
Baru.
c. Mengadakan perbaikan sistem pemasaran
d. Menilai kinerja staff pemasaran.
e. Merencanakan dan mengawasi pengiriman barang dan proses penagihan.
7. Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan
a. Bertanggung jawab di bagian keuangan, tata usaha, keuangan, dan
pengadaan barang perusahaan
b. Mengkoordinir dan memimpin kegiatan di bidang keuangan, anggaran,
biaya produksi, kegiatan pembelian dan penjualan.
c. Mengkoordinir adminitrasi tebu rakyat dan timbangan tebu.
d. Mengawasi hasil produksi di gudang gula.
18
8. Kepala Bagian Sumberdaya Manusia (SDM) dan Umum
a. Bertanggung jawab di bagian tata usaha dan personalia
b. Mengkoordinasi dan memimpin kegiatan pengelolahan tenaga dan
kesehatan karyawan.
c. Mengkoordinir kegiatan pendidikan bagi karyawan.
d. Bertanggung jawab pada kegiatan – kegiatan umum, seperti pengaturan
dan penggunaan kendaraan dan koordinasi keamanan perusahaan.
9. Kepala Pabrik Spirtus/Alkohol
a. Mengkoordinir kegiatan produksi spirtus dan alkohol.
b. Melakukan evaluasi terhadap konsentrasi spirtus dan alkohol yang
diinginkan pasar.
Ketenagakerjaan
Tenaga kerja merupakan unsur penting dalam berlangsungnya proses
produksi di PG. Madukismo. Agar produksi perusahaan dapat ditingkatkan dari
periode sebelumnya atau minimal sama seperti periode sebelumnya, maka
dibutuhkan manajemen ketenaga kerjaan yang baik.
Tenaga kerja di PT. Madubaru dibedakan menjadi dua macam:
1. Tenaga kerja tetap
Tenaga kerja tetap adalah tenaga kerja yang dipekerjakan dalam waktu tidak
tentu dan saat dimulai hubungan kerja, diawali dengan percobaan selama tiga
bulan. Karyawan bekerja sepanjang tahun baik masa giling ataupun tidak. Tenaga
kerja tetap dibedakan atas staff dan non staff.
2. Tenaga kerja PKWT ( perjanjian kerja waktu tertentu)
Tenaga kerja PKWT adalah tenaga kerja yang dipekerjakan untuk jangka
waktu tertentu dan pada awal dimulainya hubungan kerja tanpa masa percobaan
kerja. Karyawan jenis ini biasanya melamar pada saat musim giling dan hanya
bekerja selama musim giling saja. Karyawan PKWT dibedakan menjadi dua jenis
yaitu:
a. Karyawan PKWT dalam
Karyawan PKWT dalam adalah karyawan yang teribat langsung dala
proses produksi, seperti karyawan penimbang tebu, karyawan unit
19
gilingan, dan karyawan unit masakan. Masa kerjanya hanya satu kali masa
gilingan.
b. Karyawan PKWT luar
Karyawan PKWT luar bekerja pada bagian emplasemen, namun tidak
terlibat langsung dengan proses produksi. Karyawan yang termasuk jenis
ini antara lain adalah pekerja lintas rel, pekerja Derek tebu, supir, dan
pembantu supir traktor, juru tulis gudang, dan pekerja pengambil contoh
tebu untuk analisa di laboratorium. Masa bekerjanya sama dengan PKWT
dalam aitu satu kali masa giling.
Hari Kerja dan Jam Kerja
Hari kerja dan jam kerja yang diberlakukan di PG. Madukismo ditentukan
berdasarkan masa giling, yaitu dalam masa giling (DMG) dan luar masa giling
(LMG). Dalam masa giling (DMG), kegiatan produksi berlangsung selama 24
jam, terutama di dalam pabrik, sehingga dibutuhkan pengaturan tenaga kerja
(shift) agar proses produksi tetap berjalan. Pelaksanaan jam kerja membagi tenaga
kerja menjadi tiga shift, yaitu pagi, siang, dan malam. Pergantian shift
dilaksanakan 7 hari sekali.
Berikut ini jadwal kerja untuk mandor (Mandor Riet teller, NPP,
Laoratorium, Tobong, Gamping pemurnian, penguapan , dan masakan)
Shift Pagi 05.30 – 13.30 WIB
Shift Siang 13.30 – 21.30 WIB
Shift Malam 21.30 – 05.30 WIB
Pada saat luar masa giling (LMG), dimana tidak berlangsungnya kegiatan
produksi, maka pada masa ini kegiatan perusahaan berjalan dengan normal
dengan pembagian hari dan jam kerja sebagai berikut :
Hari Senin-Kamis 06.30 - 15.00 WIB (jam istirahat 12.00-13.00)
Hari Jumat 06.30 - 12.00 WIB (jam istirahat 11.00-13.00)
Hari Sabtu 06.30 - 12.00 WIB
20
PELAKASANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Penetapan masa tanam
Produktivitas tebu dan gula sangat dipengaruhi oleh bulan tanam yang
optimal. Bulan tanam yang optimal adalah bulan Mei sampai Agustus. Namun,
untuk wilayah kerja lahan tegalan dikarenakan sulitnya mendapatkan air di bulan
Mei sampai Agustus, maka umumnya ditanam di masa akhir yaitu September
sampai Desember.
Persiapan lahan
Pelaksanaan persiapan lahan di PG. Maduksimo adalah mencakup kegiatan
kegiatan sebagai berikut
1. Bersih kebun
Kegiatan ini dilakukan pada areal lahan bekas tanaman lainnya pada
musim tanam sebelumnya atau bekas kebun tebu bibit atau kebun tebu
giling pada tahun sebelumnya. Bersih kebun dilakukan dengan cara
membakar sampah sisa-sisa tanaman sebelumnya.
2. Pengolahan tanah
Kegiatan pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki media tumbuh
yang sesuai bagi tanaman tebu sehingga pertumbuhan akar tebu lebih
optimal, karena perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah, serta
menekan pertumbuhan gulma.
Pelaksanaan pengolahan tanah di PG. Madukismo terdiri atas pembajakan
I, rotavaktor dan pengkairan. Pembajakan I bertujuan untuk memotong dan
membongkar bagal tebu yang tersisa dalam tanah. Arah pembajakan I
adalah tegak lurus terhadap arah juringan tanaman tebu sebelumnya.
Selain itu tujuan bajak I adalah menekan pertumbuhan gulma dengan
membalik dan membenamkannya ke dalam tanah serta memperbaiki aerasi
tanah agar tebu dapat tumbuh dengan baik. Kedalaman optimal
pembajakan I antara 30 – 40 cm. Kegiatan pembajakan dilakukan dengan
21
menggunakan traktor dengan implemen bajak piring (HD Disc Plough) 4
piringan, atau dengan implement bajak piring 5 piringan.
Pelaksanaan kegiatan rotavaktor sama dengan pembajakan I yang
membedakan kedua kegiatan tersebut adalah arah pembajakan dan
piringan yang digunakan. Rotavator memiliki arah tegak lurus terhadap
arah pembajakan I atau sejajar dengan arah juringan sebelumnya, tujuan
utama dari rotafaktor adalah memecah bongkahan tanah dan meremahkan
tanah hasil. jika keadaan tanah kering atau tidak terjadi hujan, Pembajakan
I dan rotafaktor dapat dilakukan bersamaan dalam hari yang sama.
Pengkairan adalah kegiatan pembuatan alur tanam atau lubang juringan
yaitu sebagai tempat tumbuh bibit tebu. Kegiatan pengkairan dilakukan
sehari setelah kegiatan pembajakan I dan pembajakan II selesai. Implement
yang digunakan dalam kegiatan ini adalah alat kair dengan tiga mata yang
dipasangkan dengan traktor. Kedalaman juringan yaitu 25 – 30 cm dengan
jarak pusak ke pusat (PKP) 100 – 130. Pengkairan akan terbentuk daerah
head land yaitu bagian tanah tang tidak dapat terjangkau oleh traktor,
pengerjaan ini akan diselesaikan secara manual dengan cangkul.
3. Pembuatan got.
Tujuan dilakukannya pembuatan got adalah menyediakan saluran irigasi
dan saluran drainase atau pembuangan air. Saluran drainase sangat penting
dalam budidaya tebu terutama pada lahan sawah, dan tidak terkecuali pada
lahan tegalan.
Pekerjaan pembuatan got diawali dengan pembuatan got keliling, got
mujur dan yang terakhir adalah pembuatan got malang. Got keliling yaitu
got yang mengelilingi lahan. Got keliling dibuat lebih dalam daripada got
mujur dan got malang, karena fungsi dari got keliling adalah membuang
kelebihan air dari dalam lahan keluar kebun dan masuk ke saluran buangan
besar secara cepat dan efektif. Untuk lahan sawah kedalaman got sangat
diperlukan untuk menjaga kondisi air agar tidak menyebabkan busuk pada
bibit dan stres pada tanaman yang sudah tua. Kedalaman got keliling 80
cm dengan lebar 50 cm. Got mujur dibuat setelah pembuatan got keliling
selesai. Got mujur dibuat dengan posisi sejajar dengan barisan tanaman
22
tebu nantinya. Kedalaman got mujur 70 cm dengan lebar 50 cm. Got
malang adalah got yang terakhir dibuat. Posisi got malang tegak lurus
dengan barisan tebu. Kedalaman got malang yaitu 60 cm dengan lebar 50
cm. Jarak antar got malang sekitar 10 m, tergantung dari kondisi dari air
lahan. Kedalaman dari ketiga got tersebut selisih 10 cm, hal ini bertujuan
agar kelebihan air pada lahan dapat dengan mudah mengalir keluar dari
kebun. Pembuatan got untuk lahan kering biasanya dilakukan dengan
mekanisasi kecuali got keliling (Gambar 1 A). Sementara itu got pada
lahan sawah dibuat relatif lebih dalah karena digunakan untuk mengontrol
air (Gambar 1 B).
(A) (B)
Gambar 1. Pembuatan Got: A. Pembuatan Got pada Lahan Tegalan
B. Got pada Lahan Sawah
Persiapan bahan tanam
Di wilayah kerja PG. Madukismo, bibit yang ditanam untuk KTG (kebun
tebu gling) adalah bibit yang berasal dari KBD (kebun bibit datar) yang dikelola
oleh pabrik gula. bagian Tanaman di (BST) Bina Sarana Tani. atau dikelola oleh
petani dengan suatu perjanjian dengan pihak pabrik gula yang biasa disebut
dengan KBD Kerjasama.
Bibit yang ada di PG. Maduksimo berasal dari P3GI (Pusat Penelitian dan
Pengembangan Gula Indonesia) Pasuruan. Prosedur penyediaan bibit di PG.
Maduksimo adalah penyediaan bibit berjenjang dengan empat jenjang pembibitan.
Bibit yang berasal dari P3GI adalah kebun bibit pokok utama yang seanjutnya
diserahkan ke PG. Madukismo berupa kebun bibit pokok. Selanjutnya akan
23
ditebang dan ditanam kembali menjadi KBN (kebun bibit nenek) dengan proporsi
1/7 dari luasan kebun bibit pokok. Dari kebun bibit nenek akan memasuki jenjang
berikutnya ke kebun bibit induk (KBI) dan selanjutnya ke kebun bibit datar
(KBD).
Terdapat standar mutu kebun bibit, standar tersebut adalah kemurnian
varietas dimana KBPU/KBP harus bebas dari campuran varietas lain. Selain itu
juga terdapat standar kesehatan tanaman yang antara lain: Serangan penggerek
pucuk kurang dari 5%, Serangan penggerek batang kurang daari 2%, Serangan
penyakit noda daun (karat daun, daun hangus, noda kuning) kurang dari 10%.
Bibit siap ditebang setelah umur enam sampai tujuh bulan. Kebutuhan bahan
tanam dari KBD Untuk KTG adalah dengan proporsi 1/9, artinya sembilan hektar
KTG bisa dicukupi dengan satu hektar kebun bibit datar.
Bibit menjadi salah satu faktor penting dalam menentukan hasil dari
pengusahaan tebu. Kriteria bibit yang baik antara lain adalah bibit yang sudah
cukup umur yaitu brumur 6 – 8 BST, memiliki tingkat kemurnian minimal 5%,
sehat (bebas dari hama dan penyakit), mempunyai daya tumbuh lebih dari 90 %,
dan habitus batang normal sesuai dengan varietasnya.
KBD pada dasarnya pengelolaanya sama dengan kebun tebu giling (KTG).
Perbedaan tersebut diantaranya adalah pada KBD tidak dilakukan klentek. Hal ini
bertujuan agar mata tunas tetap terlindungi selama tebang dan angkut bibit serta
mencegah kehilangan air pada bibit. Kegiatan menanam tebu dari bibit bagal
meliputi kegiatan sebagai berikut:
1. Tebang bibit dan angkut bibit.
Kegiatan tebang bibit dilakukan pada perjalanan jenjang kebun bibit yang
telah ditetapkan oleh pihak pabrik gula. Jumlah dan varietas bibit yang
ditebang disesesuaikan dengan kebutuhan jenjang selanjutnya. Tebang
bibit dilaksanakan dengan menggunakan golok tebang (Gambar 2 A).
Penebanagan diusahakan rata dengan permukaan tanah atau sering disebut
tebang mepet tanah (TMT) serta memotong bagian pucuknya. Stek batang
tebu kemudian diikat, satu ikat biasanya terdiri dari 20 – 25 batang.
Prestasi kerja mahasiswa 0.007 ha/HOK dan prestasi kerja buruh 0.017
ha/HOK.
24
Kegiatan angkut bibit adalah kegiatan mengangkut bibit dari kebun bibit
ke kebun bibit selanjtnya atau Kebun Tebu Giling (KTG) yang telah siap
untuk melaksanakan penanaman. Pertama bibit dimuat dari lahan ke Truk
(Gambar 2B). Pengangkutan bibit dilakukan dengan menggunakan truk
dengan kapasitas 7 – 8 ton. Setelah itu, dilakukan pembongkaran bibit dari
truk ke lahan untuk selanjutnya diecer. Kegiatan ini pada umumnya
dilakukan satu hari sebelum dilakukannya penanaman.
(A) (B)
Gambar 2. Panen Bibit : A. Tebang Bibit B Angkut Bibit;
2. Penempatan, klentek, dan pemotongan bibit
Penempatan bibit merupakan kegiatan menempatkan bibit ke beberapa
blok di sekitar kebun, agar proses penanaman lebih efisien (Gambar 3A).
selanjutnya dilakukan kegiatan klentek, yaitu kegiatan yang dilakukan
dengan tujuan menghilangkan pelepah daun kering yang masih menempel
dari bibit batang tebu. Klentek bibit dilakukan secara manual tanpa alat
bantu seperti pisau, agar mencegah terjadinya kerusakan pada mata tunas.
Klentek dilaksanakan di lahan yang akan ditanami (Gambar 3 B). Setelah
bibit diklentek, kegiatan selanjunya adalah pemotongan (Gambar 3 C).
Pemotongan bertujuan untuk membagi stek batang tebu menjadi bibit
bagal 2 – 3 mata tunas. Panjang bibit bagal kurang lebih 40 cm.
25
(A) (B) (C)
Gambar 3. Persiapan Penanaman Bibit:
A. Penempatan Bibit; B. Klentek Bibit; C. Pemotongan Bibit
Persiapan tanam dan penanaman
1. Pembuatan kasuran
Pembuatan kasuran dilakukan untuk menyediakan media dimana tebu
ditanam lebih optimal dalam merangsang pertumbuhan akar. Pembuatan
kasuran dapat dilakukan bersamaan dengan klentek dan pemotongan bibit.
Pembuatan kasuran dapat dilaksanakan secara manual dengan
menggunakan cangkul (Gambar 4) atau sekaligus saat pembuatan juringan
dengan menggunakan traktor.
Gambar 4. Pembuatan Kasuran
2. Penanaman bibit
Sebelum penanaman, perlu dilakukannya pemilihan jenis atau varietas
tebu yang memenuhi kriteria kesesuaian dengan lahan yang akan ditanami
dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Tipologi wilayah,
varietas dan masa tanam dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini.
26
Tabel 5. Hubungan antara Tipologi Wilayah dengan Pola Tanam Varietas.
Tipologi Wilayah Pola Tanam Varietas
Jenis Tanah
Status Pengairan
Status Drainase
Awal Musim Kemarau (Pola I)
Awal Musim Penghujan (Pola II)
Berat Irigasi Lancar PS 851; PS 863; PS
864; PS 921; PS 951
-
Berat Irigasi Jelek PS 864; PS 921; PS 951
-
Berat Tadah Hujan Lancar - PS 864; PS 951
Berat Tadah Hujan Jelek - PS 864; PS 921
Ringan Irigasi Lancar PS 851; PS 862; BL -
Ringan Irigasi Jelek PS 864; PS 921 -
Ringan Tadah Hujan Lancar - PS 851; PS 864
Sumber : Bina Sarana Tani PG. Madukismo, Bantul (2012)
Dari Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa penentuan varietas juga
didasarkan pada waktu tanam sehingga waktu panen akan bersamaan
dengan waktu giling. Kegiatan tanam di lahan sawah dapat dilakukan
sepanjang tahun karena tidak terdapat hambatan pengairan. Untuk lahan
kering penanaman dilaksanakan jika sudah memasuki musim hujan, yaitu
bulan Oktober sampai Desember.
kegiatan selanjutnya adalah kegiatan penanaman dengan bahan bibit bagal
tebu yang telah tersedia. Sistem tanam bibit yang digunakan petani adalah
double planting (Gambar 5 A) diujung juringan yang bertujuan untuk
cadangan sulam, dan selebihnya adalah sistem tanam over lapping
(Gambar 5 B) biasanya dilakukan pada musim hujan atau pada lahan
dengan ketersediaan air optimal. Jenis bibit yang digunakan petani pada
umunya merupakan bibit bagal tiga ruas dengan dua mata tunas.
(A) (B)
Gambar 5. Pola Tanam Bibit : A. Double Planting; B. Over Lapping
27
3. Pengairan
Pengairan perlu dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan
kelembaban tanah, mempermudah penanaman, marangsang
perkecambahan bibit sehingga diharapkan pertumbuhan bibit yang merata.
Pengaiaran diusahakan tidak lebih dari satu hari untuk mencegah
terjadinya busuk pada bibit. Kegiatan ini dilaksanakan pada lahan sawah
beririgasi atau lahan tegalan yang dekat dengan aliran air.
4. Penutupan bibit
Penutupan bibit adalah kegiatan menutup bibit dengan menggunakan tanah
yang gembur atau remah setebal 5 – 10 cm. penutupan bibit dilaksanakan
dengan menggunakan cangkul. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk
mencegah kehilangan air dan menjaga kelembaban pada bibit serta
menjaga mata tunas agar tidak rusak (Gambar 6).
Gambar 6. Penutupan Bibit
Pemeliharaan tanaman pertama
Pemeliharaan tanaman pertama tebu di wilayah kerja PG. Madukismo adalah
sebagai berikut:
1. Penyulaman.
Kosongnya barisan tebu pada juringan perlu dilakukan penanaman ulang.
Penyulaman adalah kegiatan menanam kembali bibit pada bagian barisan
yang kosong karena terjadi kematian rumpun atau bibit yang telah ditanam
mati. Pada umunya penyebab kematian rumpun adalah serangan hama dan
penyakit atau tidak dapat bersaing dengan pertumbuhan gulma. Barisan
kosong yang memiliki panjang lebih dari setengah meter harus dilakukan
28
penyulaman. Penyulaman dilakukan pada saat tebu berumur 3 – 4 minggu.
Bibit yang digunakan sebagai bahan sulam adalah bibit dederan berumur
sekitar 3 mingu (Gambar 7). Penyulaman juga dapat dilakukan dengan
memecah rumpun atau memindahkan rumpun.
Gambar 7. Bibit Dederan
2. Pengairan
Pengairan pada lahan kering atau tegalan hanya dengan bergantung pada
air hujan. Oleh karena itu penanaman pada lahan kering sebaiknya
dilaksanakan pada bulan Oktober, November dan Desember. Pengairan
pada lahan sawah dilakukan 3 sampai 4 kali. Pengairan pertama dilakukan
pada saat tanam dengan tujuan merangsang perakaran pada bibit.
Pengairan kedua dapat dilakukan dilakukan pada saat tebu berumur 10
sampai 15 hari. Pengairan ketiga dan keempat dilaksanakan bersamaan
atau sebelum pemupukan I dan II, yaitu pada saat tebu berumur 30 dan 60
hari.
3. Pengendalian gulma
Kegiatan mengurangi jumlah gulma yang terdapat di lahan bertujuan untuk
mengurangi kompitisi antara tanaman tebu dengan gulma. Kompetisi
tersebut dapat berupa penyerapan unsur hara, pemanfaatan ruang, sinar
matahari, dan air. Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh adanya
keberadaan gulma di perkebunan tebu relaitf cukup besar. Pelaksanaan
dangir adalah secara manual oleh buruh dengan menggunakan cangkul
karena kegiatan ini biasanya dilaksanakan bersamaan dengan bumbun dan
sebelum pemupukan. Kegiatan pengendalian tergantung kondisi
pertumbuhan gulma di lahan. Namun diutamakan sampai tebu berumur 4
29
bulan lahan harus bebas dari gulma karena setelah 4 bulan maka tajuk tebu
sudah menutupi lahan sehingga pertumbuhan gulma relatif lebih rendah.
Pengendalian gulma secara manual dipengaruhi faktor tesedianya tenaga
kerja dan kurang terserapnya aplikasi herbisida Prestasi kerja mahasiswa
0.02 ha/HOK dan prestasi kerja buruh 0.031 ha/HOK. Gulma yang
tumbuh di lahan tebu terdiri dari golongan gulma daun lebar, golongan
daun sempit atau rumput, dan golongan teki (Tabel 6).
Tabel 6. Data Jenis Gulma PG. Madukismo
Jenis
Gulma
Kerapatan Tinggi Kerapatan
Sedang
Kerapatan
Kurang
Daun Lebar Amaranthus
Mimosa invisa
Euphorbia heterophylla Centrosema pubescens
Ageratum
conyzoides
Portulaca
oleraceae
Commelina benghalensis
Daun
Sempit
Cynodon dactylon
Echinochloa colonum
Panicum repens
Eleusine indica Imperata
cylindrical
Teki-tekian Cyperus sp. Cyperus rotundus Sumber : Bina Sarana Tani PG. Madukismo, Bantul (2012)
4. Pemupukan
Kegiatan pemupukan bertujuan untuk pemberian atau penambahan bahan-
bahan yang dibutuhkan tanaman ke tanah untuk melengkapi keadaan unsur
hara dalam tanah yang tidak cukup terkandung didalamnya. Untuk Plant
Cane (PC) mengajurkan dosis 5 ku/ha ZA dan phonska 5 ku/ha.
Pemupukan berdasarkan waktu aplikasinya terdiri dari pemupukan I dan
pemupukan II. Pemupukan I dilaksanakan ketika tebu berumur 4 minggu
dengan dosis setengah dari dosis total yaitu 2.5 ku/ha ZA dan 2.5 ku/ha
Ponska (NPK). Pemupukan II dilaksanakan pada saat tebu berumur 2
bulan. Dosis pemupukan II sama dengan pemupukan I. Untuk lahan
kering, pemupukan biasanya dilaksanakan dengan menunggu datangnya
hujan. Aplikasi pupuk disebarkan secara manual di atas permukaan tanah
setelah itu pupuk ditutupi tanah. Pemupukan diberikan di bagian samping
barisan tanaman, pemupukan I dan II diaplikasikan pada bagian yang
berlawanan. Pencampuran pupuk dilaksanakan agar pupuk yang
diaplikasikan ke lahan homogen atau sama dosisnya.
30
Penambahan pupuk dapat dilakukan jika tampak nyata hasil pemberian
pupuk terhadap pertumbuhan tanaman. Jika pertumbuhan tidak optimal
setelah pemberian pupuk maka pemberian pupuk selanjutnya dikurangi
dan dikonversikan ke tanaman yang pertumbuhannya optimal. Tidak
optimalnya pertumbuhan biasanya disebakan oleh faktor lingkungan
seperti kekeringan dan solum tanah dangkal.
5. Pembumbunan
Pembumbunan juga disebut tambah tanah. Kegiatan penimbunan tanah
pada barisan tanaman dengan cara memindahkan tanah ke pangkal tebu.
Pembubunan dilakukan tiga kali. Pembubunan I dilaksanakan pada tebu
berumur 30 – 35 hari, pembumbunan I bertujuan untuk merangsang
pertumbuhan anakan dan menutup pupuk I serta menekan pertumbuhan
gulma. Pembumbunan II dilaksanakan pada tebu berumur 60 sampai 70
hari, pembumbunan II bertujuan untuk menambah media perakaran
tanaman, menutup pupuk II dan juga untuk menekan pertumbuhan
tumbuhnya anakan tersier dan kuarter. Pembumbunan III dilaksanakan
pada tebu berumur sekitar 75 sampai 90 hari, pembubunan III bertujuan
agar akar dibagian ruas atas tumbuh, melancarkan aliran air hujan, dan
memperkokoh batang tebu agar tidak mudah roboh. Prestasi kerja
mahasiswa 0.024 ha/HOK dan prestasi kerja buruh 0.051 ha/HOK.
6. Klentek
Klentek merupakan kegiatan mengelupas daun-daun kering yang masih
menempel pada tanaman. kegiatan ini bertujuan untuk sanitasi kebun dan
mencegah tumbuh dan berkembangnya hama dan penyakit, memperkokoh
batang tebu, memperbaiki aerasi udara, memperbanyak masuknya sinar
matahari, dan mapermudah pelaksanaan tebang. Kegiatan klentek
dilakukan dua kali, klentek pertama bertujuan untuk mempercepat
pertumbuhan akar dan klentek II dilaksanakan menjelang panen yang
bertujuan untuk memenuhi standar panen pabrik gula. Prestasi kerja
mahasiswa 0.035 ha/HOK dan prsetasi kerja buruh 0.069 ha/HOK.
31
7. Pengendalian hama dan penyakit
Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah atau mengurangi dampak yang
merugikan yang berupa penurunan hasil panen akibat dari serangan hama
dan penyakit.. Pengendalian hama di PG. Madukismo dilakukan secara
manual, kimiawi, biologis, dan kultur teknis. Hama utama yang terdapat di
wilayah PG. Madukismo diantara lain penggerek pucuk, penggerek
batang, dan uret.
Penggerek Pucuk Tebu (Scirpophaga excerptalis W.)
Serangan hama ini memiliki gejala yaitu terdapat deretan lubang berwarna
coklat pada daun yang ditembus larva. Serangan lanjut terlihat pada ibu
tulang daun dimana tampak adanya lorong gerek yang berwarna coklat.
Kematian tanaman dapat terjadi apabila serangan mencapai titik tumbuh
ditandai dengan mengeringnya daun-daun muda yang masih menggulung
(Gambar 8 A). Pencegahan dilakukan degan menggunakan bibit yang
bebas dari penggerek, menanam varietas yang tahan, dan menjaga
kebersihan dari tanaman gelagah (Saccharum spontaneum L.).
Pengendalian secara biologis dilakukan dengan parasit telur
Trichogramma japonicum (Gambar 8 B). Pelepasan telur dilakukan dua
bulan sekali dimulai sejak tanaman berumur 2 bulan sampai 4 bulan.
Sumber: Bina Sarana Tani PG. Madukismo.
(A) (B)
Gambar 8. A. Penggerek Pucuk Tebu Scirpophaga excerptalis W.
B. Parasit Telur Trichogramma japonicum (Pias)
Dosis pelepasan sebanyak 20 pias/ha. Pelepasan pias dilakukan di pagi
hari karena telur parasit akan menetas jika tekena panas matahari, dan
aplikasi pias adalah secara acak. Pengendalian secara manual juga dapat
32
dilakukan dengan cara memotong pucuk tebu dimulai dari pucuk hingga
ke bawah sedikit demi sedikit kirakira 2 cm sehingga akan didapat
larvanya. Pengendalian dengan cara ini dilaksanakan pada tanaman
berumur antara 1.5 – 2 bulan.
Penggerek Batang Tebu (Chilo auricillius D.)
Gejala yang ditimbulkan dari hama ini diantaranya tampak bercakbercak
putih transparan berbentuk bulat oval pada daun, dengan kulit luar daun
tidak ditembus (Gambar 9). Pada bagian dalam pelepah dan ruas batang
terdapat lorong gerekan yang terkadang menyebabkan titik tumbuh mati,
daun muda layu atau kering. Pada umumnya dalam satu batang terdapat
lebih dari satu ulat penggerek.
Pencegahan dapat dilakukan dengan menggunakan bibit yang bebas dari
penggerek, menanam varietas yang tahan, dan menjaga kebersihan kebun
dari tanaman gelagah dan rumput-rumputan. Pengendalian dilakukan
dengan pelepasan parasit telur dari spesies Trichogramma nanum,
Trichogramma minatum dan/atau Trichogramma australicum.
Pelaksanaannya sama dengan penggerek pucuk.
Sumber : Bina Sarana Tani PG. Madukismo, Bantul (2012)
Gambar 9. Penggerek Batang Tebu Chilo auricillius D.
Uret (Lepidiota stigma F., Euchlora viridis F.)
Uret adalah hama terganas di PG. Madukismo, yang mana hama tersebut
menyerang akar dari tanaman tebu. Gejala tanaman yang terserang uret
menyerupai gejala-gejala kekurangan air. Daun mula-mula menguning
kemudian layu selanjutnya kering dan akhirnya mati. Jika tanaman
dicabut, maka di sekitar perakaran tanaman terdapat uret dan pada bagian
33
pangkal batang terdapat luka-luka bekas gerekan (Gambar 12). Pada
serangan berat terpaksa harus dilakukan tanam ulang. Tanaman terserang
uret mudah roboh. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara menanam
tebu pada pola tanam awal karena serangan uret terjadi di awal tahun
yaitu sekitar bulan Februari, sehingga diharapkan tanaan tebu sudah
dewasa saat uret menyerang dan kehilangan hasil karena serangan uret
diharapkan tidak melebihi ambang ekonomi. Pengendalian juga dapat
dilakukan dengan pembongkaran tunggul-tunggul sisa tanaman tebu.
Pengendalian secara manual dilakukan dengan cara menangkap uret
dengan membongkar tanah, lalu dibunuh. Pengendalian secara kimiawi
dapat dilakukan dengan penaburan insektisida granular/powder ke dalam
juringan bersamaan dengan saat tanam. Insektisida yang bisa digunakan
antara lain Furadan 3 G (50 – 100 kg/ha), Rhocap 10 G (30 kg/ha), Rugby
10 G ( 30 kg/ha).
Sumber : Bina Sarana Tani PG. Madukismo, Bantul (2012)
Gambar 10. Uret (Lepidiota stigma F., Euchlora viridis F.)
Pengendalian penyakit tebu di PG. Madukismo dilakukan dengan cara
pencegahan. Pencegahan penyebaran penyakit antara lain dengan cara
menanam varietas tebu tahan penyakit, menjaga sanitasi kebun, dan
memilih bibit dari KBD yang sehat serta jika perlu lakukan sterilisasi
peralatan budidaya seperti pisau panen dan alat lainnya dengan alkohol
70% dan perlakuan air panas pada bibit yang akan ditanam. Penyakit
utama yang terdapat di PG. Madukismo antara lain penyakit mosaik,
penyakit pokahbung, penyakit karat, penyakit luka api, dan penyakit
pembuluh. Tanaman yang terserang penyakit dapat ditanggulangi dengan
34
cara mengambil bagian tanaman yang terserang penyakit lalu
membakarnya. Pengawasan terhadap serangan penyakit sangat diperlukan
agar tidak terjadi serangan yang besar.
Pemeliharaan tanaman keprasan
Tanaman keprasan atau disebut juga Ratoon Cane (RC) merupakan tanaman
yang tumbuh setelah tanaman pertama ditebang. Pada tanaman keprasan tidak
dilakukan pengolahan lahan dan penanaman. Tindakan pemeliharaan pada
tanaman keprasan relatif sama dengan pemeliharaan tanaman pertama, namun
terdapat beberapa tindakan budidaya yang membedakannya. Pemeliharaan
tanaman keprasan meliputi pembersihan lahan sampai penebangan.
1. Pembersihan lahan
Kegiatan membersihkan lahan dari kotoran sisa daun dan batang yang
tidak terpakai hasil tebangan sebelumnya. Kotoran tersebut berpotensi
menjadi inang dari hama dan penyakit. Pembersihan lahan dilakukan
dengan cara mengumpulkan kotoran dan sisa tanaman yang berada pada
juringan.
2. Pengeprasan
Pengeprasan adalah kegiatan memotong sisa batang tebu yang ditebang
sebelumnya yang menyisakan batang tebu di permukaan tanah. Tujuan
dari kegiatan ini adalah untuk merangsang inisiasi tunas-tunas baru yang
berasal dari mata yang berada di bawah permukaan tanah. Untuk
menghasilkan tanaman yang seragam, pengeprasan dilakukan dengan cara
memotong guludan dengan cangkul sehingga tanah agak rata dan tanaman
dikepras pada pangkal batangnya. Pengeparasan paling lambat dilakukan
satu minggu setelah tebang.
3. Penyulaman
Penyulaman dilakukan jika pada juring terdapat kekosongan lebih dari 50
cm. Penyulaman pada tanaman keprasan dikerjakan paling lambat 5 hari
setelah pengeprasan. Penyulaman dilakukan dengan menggunakan bibit
bagal 2 mata tunas. Kegiatan sangat penting untuk mempertahankan
produktivitas pada tanaman keprasan.
35
4. Putus akar
Putus akar adalah kegiatan yang bertujuan untuk memotong perakaran tua
agar dapat merangsang pertumbuhan akar baru sehingga penyerapan unsur
hara tetap efisien. Selain itu putus akar juga bertujuan untuk
menggemburkan tanah dan memperbaiki aerasi di sekitar perakaran
tanaman. Putus akar dilakukan secara manual dengan cangkul atau dengan
bajak traktor atau kombinasi dari keduanya. Putus akar dengan
menggunakan cangkul lebih efisien daripada dengan bajak traktor, hal ini
dikarenakan cangkul dapat menjangkau bagian-bagian yang tidak dapat
dijangkau oleh bajak traktor.
5. Pengairan
Pada tanaman keprasan dilaksanakan tiga kali, pengairan hanya dapat
dilakukan pada lahan sawah atau tegalan yang beririgasi teknis. Untuk
lahan kering pengairan sangat bergantung pada hujan. Pengairan I
dilaksanakan pada tanaman berumur 2 – 3 minggu. Pengairan II dan III
dilaksanakan sebelum pemupukan I dan II, yaitu saat tanaman berumur 1
bulan dan 2 bulan.
6. Pemupukan
Di PG. Madukismo, dosis pemupukan pada tanaman keprasan tidak sama
dengan tanaman pertama, yaitu pupuk madros organic dengan dosis 11
ku/ha dan 5 ku/ha ZA serta 3 ku/ha Ponska. Cara dan waktu pemupukan
sama dengan tanaman pertama yaitu saat tanaman tebu berumur 3 – 4
minggu atau 1 bulan dan 60 – 70 hari. Dosis pemupukan I dan II yaitu 2.5
ku/ha ZA dan 1 ku/ha Ponska. Pupuk dicampur agar dosis yang didapat
semua tanaman homogen. Prestasi kerja mahasiswa 0.13 ha/HOK dan
prestasi kerja buruh 0.31 ha/HOK.
Panen
Panen merupakan kegiatan terakhir dari kegiatan budidaya tanaman tebu.
Faktor utama yang menentukan waktu panen adalah analisis kemasakan dan
jadwal giling pabrik gula. Tahapan kegiatan persiapan yang dilaksanakan PG.
Madukismo menjelang kegiatan panen adalah taksasi produksi, analisis
kemasakan, analisis pendahuluan, tebang dan angkut.
36
1. Taksasi produksi
Taksasi produksi adalah perhitungan perkiraan produksi yang akan dicapai
pabrik gula. sehingga perlu dilakukannya persiapan seperti kebutuhan
jumlah tenaga kerja, bahan, peralatan dan lamanya hari giling. Di PG.
Madukismo terdapat dua macam taksasi produksi yaitu taksasi Desember
dan Taksasi Maret.
Taksasi Desember adalah taksasi yang dilaksanakan saat kegiatan
budidaya tebu telah berakhir yaitu saat pembumbunan akhir. Dalam
taksasi Desember hanya menghitung bobot batang karena tanaman belum
tumbuh optimal. Maka hasil taksasi Desember biasanya tidak dapat
dijadikan perkiraan produksi. Sementara itu taksasi maret adalah taksasi
yang dilaksanakan pada bulan Maret. Angka hasil taksasi Maret yang akan
dijadikan angka perkiraan produksi yang akan dicapai. Variabel yang
dihitung dalam taksasi maret antara lain tinggi batang, bobot batang,
jumlah ruas dan jumlah batang per juringan. Sehingga rumus taksiran
produksi per ha adalah sebagai berikut :
Taksasi Produksi = jumlah batang per juring rata-rata x panjang batang
rata-rata x bobot batang per meter x jumlah juring
per petak lahan.
Tinggi batang diukur dari permukaan tanah sampai cincin teratas atau ruas
sebelum pucuk. Jumlah ruas yang dihitung sama dengan tinggi batang
yaitu dari ruas terbawah (permukaan tanah) sampai cincin teratas. Untuk
jumlah batang per juringan, hanya batang yang sehat dan yang dipastikan
tumbuh saja yang dihitung. Penentuan pengambilan contoh untuk taksasi
produksi adalah 10 juringan di tiap petak lahan.
2. Analisis kemasakan
Analisis kemasakan adalah kegiatan sebelum penebangan untuk
menentukan tingkat kemasakan tebu pada satu petak, tebu dianggap masak
jika nilai brix pada batang atas atau ruas batang teratas lebih dari sama
dengan 14. Kegiatan ini dilakukan oleh mandor pabrik gula dan langsung
dilaksanakan dilapang dengan menggunakan alat hand brix refractometer.
37
Tebu yang sudah memenuhi syarat kemasakan akan dipersiapkan untuk
ditebang.
Sementara itu, analisis pendahuluan adalah kegiatan yang dilakukan untuk
menentukan perkembangan rendemen dan tingkat kemasakan pada setiap
wilayah yang ada di semua rayon di wilayah kerja PG. Madukismo.
Tujuan dari analisis pendahuluan adalah untuk mengetahui potensi
rendemen (kadar gula) yang akan diperoleh oleh pabrik gula. Hasil
perhitungan analisis pendahuluan digunakan untuk pertimbangan dalam
penyusunan jadwal tebang berdasakan tingkat kemasakan tebu.
Analisis pendahuluan potensi kebun, kegiatan ini dilakukan dengan
pengambilan contoh tebu pada luasan minimal 2 hektar di setap wilayah
kerja PG. Madukismo yang memiliki kehomogenan dalam hal jenis tebu,
jenis bibit, waktu tanam, serta keadaan tanah. Tujuan utama dari kegiatan
ini adalah mencari perkiraan tingkat kemasakan dan potensi rendemen
pada setiap kebun di masing - masing wilayah. Kegiatan dilaksanakan
dengan menggunakan gilingan contoh.
Analisis pendahuluan diawali dengan pengambilan batang tebu contoh,
biasanya diambil 10 batang tebu sebagai ulangan pada setiap 2 hektar
petak amatan. Kemudian batang-batang tebu tersebut satu persatu diukur
tinggi batangnya. Selanjutnya batang tebu ditimbang, diukur brixnya
dengan alat hand brix refactometer untuk memperoleh angka brix koreksi
dengan rumus :
Brix Koreksi = Brix Sebelum Koreksi + Koreksi Suhu (Tabel)
Kemudian batang tebu digiling dengan gilingan contoh. Nira hasil gilingan
dianalisis untuk mengetahui nilai pol. Nira tersebut kemudian diambil 100
ml, lalu ditambahkan Pb Asetat sebanyak 5 ml. Nira disaring dengan
kertas saring. Hasil saringan kemudian dimasukkan ke alat Polbuis untuk
diukur dengan Polarimeter agar mendapatkan pembacaan angka pol. Dari
angka tersebut akan diperoleh angka potensi rendemen dengan rumus
sebagai berikut :
% pol = 110 x Angka pol terbaca x 26
100 x BJ x 100
38
Nilai Nira = Pol % - 0.4 x (Brix Koreksi – Pol %)
Rendemen = Nilai Nira x 0.67
Hubungannya dengan penebangan, analisis pendahuluan digunaka untuk
menentukan Faktor Kemasakan (FK), Koesien Peningkatan (K.P), Koesien
Daya Tahan(K.D.T). Dengan rumus masing-masing sebagai berikut.
FK = Rd. Bawah – Rd. Atas
x 100 % Rd. Bawah
Di PG. Madukismo, tebu dianggap masak jika FK < 25, idealnya FK = 0
dimana Rendemen atas = Redemen bawah.
K.P = Rd. n
x 100 % Rd. n – 2
Tebu layak tebang jika K.P sudah menurun dari angka 100, jika K.P masih
berada pada angka > 100 maka tebu masih bisa ditahan.
K.D.T = H.K bagian bawah (a.a)
x 100 % H.K bagian bawah (a.a – 2)
Jika K.D.T masih berada pada angka di atas 100 maka tebu masih dapat
ditahan. Jika K.D.T berada pada angka = 100 maka tebu disarankan untuk
ditebang. Jika K.D.T bedara pada angka < 100 maka tebu sudah harus
ditebang.
3. Tebang dan angkut
Kegiatan terakhir yang dilakukan pada budidaya tebu selama satu musim
adalah kegiatan tebang dan angkut. Cara penebangan yaitu batang tebu
yang ditebang sebatas permukaan tanah atau menyisakan batang sepanjang
15 – 20 cm. Batang yang telah ditebang dibersihkan dari pucuk, daun
hijau, dan daun kering. Hasil tebangan harus bersih dari akar, tanah,
sogolan dan brondolan untuk memenuhi syarat mutu tebu. Batang yang
telah bersih kemudian diikat setiap 20 – 30 batang untuk memudahkan
pengangkutan.
Batang yang selesai diikat kemudian diangkut dengan menggunakan truk.
Pengangkutan tebu juga dapat menggunakan lori. Truk atau lori yang akan
memasuki implasemen akan diperiksa terlebih dahulu di pos I (pos
gawang). Hanya tebu yang memenuhi syarat yang diijinkan masuk ke
39
implasemen. Syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu brix batang atas tebu
> 14, batang tebu bersih dari akar, daun, pucuk, tanah, sogolan dan
brondolan (tebu potongan). Truk atau lori yang memenuhi syarat
kemudian mengantri di implasemen menunggu giliran. Selanjutnya truk
dan lori ditimbang di Timbangan Bruto untuk menghitung berat bruto tebu
yang diangkut. Setelah itu truk dan lori akan menuju meja tebu, disinilah
berakhirnya proses pengangkutan tebu.
4. Pengolahan gula
PG. Madukismo dalam proses pengolahan gula pasir menggunakan alat
yang otomatis. Pengolahan gula dimulai dari pemindahan tebu dari truk ke
lori yang kemudian diletakkan pada cane table dan melewati beberapa
proses sebagai berikut:
a. Ekstraksi Nira
Ekstraksi nira adalah proses pemerahan cairan tebu dari batangnya
dengan menggunakan gilingan yang terbuat dari kayu atau logam.
Pembilasan dan pengenceran merupakan proses yang bertujuan untuk
menurunkan kadar sukrosa pada ampas tebu.
b. Penjernihan nira
Penjernihan nira bertujuan menurunkan sebanyak mungkin kotoran (zat
bukan gula) dalam nira hasil ekstraksi yang tanpa merusak gula. Tiga
proses yang dilakukan adalah
1. Proses defekasi yaitu proses menggunakan bahan pemersih utama
berupa kapur. Kapur diberikan setelah nira yang dipanasi mencapai
suhu antara 60-90 oC. Setelah nira netral, akan terbentuk endpan yang
dapat dipisahkan dengan cara penyaringan.
2. Proses sulfitasi yaitu proses penjernihan yang menggunakan bahan
penjernih berupa kapur tobor. Gas sulfit yang diperoleh dari hasil
pembakaran belerang yang digunakan untuk menetralkan kelebihan
kapur yang digunakan dalam proses ini.
3. Karbonatasi yaitu bahan pembersih yang digunakan dalam cara ini
adalah kapur dan gas. Gas CO2 diperoleh dari hasil pembakaran batu
40
kapur. Cara karbonatasi menggunakan kapur lebih banyak. Kelebihan
kapur dinetralkan dengan asam karbonat, yaitu hasil reaksi antara gas
CO2 dan air.
c. Penguapan Nira
Cairan tebu (nira) yang sudah jernih banyak mengandung air. Air dalam
nira harus dihilangkan dengan cara penguapan. Penguapan dilakukan
dengan menggunakan evaporator yang merupakan rangkaian terdiri
antara 4-5 bejana. Uap yang dihasilkan satu bejana dijadikan sebagai
pemanas berikutnya.
d. Kristalisasi
Kristalisasi adalah tahap pengkristalan gula menggunakan pan vakum,
yaitu tempat dimana nira pekat hasil penguapan dipanaskan terus
menerus sampai kondisi lewat jenuh. Kristal terbentuk dalam proses ini
yang merupakan sukrosa yang telah larut kemudian memisahkan diri.
e. Pemisahan kristal gula
Proses pemisahan yang dilakukan dengan menggunakan saringan yang
berputar secara sentrifugal. Hasil dari pemisahan ini adalah mollase
(tetes). Mollase masih mengandung banyak gula, tetapi tidak
menghambat proses pengkristalan.
f. Pengeringan
Proses pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air yang masih
terkandung dalam kristal gula hasil sentrifugasi. Karena apabila gula
mengandung air, maka gula tersebut akan cepat rusak. Pengeringan
dilakukan dengan menggunakan udara panas dengan suhu sekitar 80 oC.
Setelah kering, gula menuju proses pengemasan. Untuk kondisi
penyimpanan, kelembaban udara tidak boleh lebih dari 10 %.
41
Aspek Manajerial
Mandor atau Petugas Lapangan (PLPG)
Petugas lapangan memiliki tugas utama yaitu memenuhi jumlah pasokan
tebu dari wilayah kerjanya (afdeling) sesuai dengan target yang ditetapkan oleh
sinder kebun wilayah. Petugas lapangan juga bertanggung jawab atas pelaksanaan
kegiatan budidaya di lapangan, tugas ini dilaksanakan melalui penyuluhan, dan
pencarian tenaga kerja untuk pengelolaan tebu di lahan. Mengingat tebu di PG.
Madukismo seluruhnya adalah tebu rakyat sehingga pelaksanaan budidaya di
lapang dilaksanakan oleh petani atas pengawasan pihak PG. Penyuluhan,
pendekatan dan pendampingan yang dilakukan berupa anjuran tentang kaidah
teknis budidaya tebu yang benar. Mandor merupakan perantara yang
menghubungkan petani dengan pabrik gula. Hampir semua hal-hal yang
berhubungan dengan petani ditangani oleh mandor. Hal-hal tersebut diantaranya
mencari kepala kerja serta tenaga kerja untuk lahan kerjasama yang digarap pabrik
gula, menyalurkan kredit petani, mengawasi penyaluran pupuk bersubsidi,
mengurusi pembelian bibit, dan menyebarkan surat perintah tebang angkut, dan
mengawasi proses penebangan dan hal – hal yang menyangkut teknis budidaya
tebu yang lain.
Sinder Kebun Wilayah (SKW)
Sinder kebun wilayah adalah pihak yang bertanggung jawab dalam
mengendalikan terhadap satu wilayah kerja yang disebut afdeling dan dibantu
oleh para mandor. SKW juga harus menyusun laporan mengenai kondisi di
wilayahnya, dan laporan ini akan dievaluasi oleh Kepala Rayon.
Tugas utama dari SKW adalah memenuhi jumlah pasokan tebu dari
wilayahnya sesuai dengan target yang ditetapkan oleh kepala rayon tanaman,
mengendalikan kualitas tebu sesuai dengan standar kualitas MBS (Manis Bersih
Segar), serta berupaya untuk memperluas wilayah kerja agar pasokan tebu ke
pabrik gula tidak mengalami kekurangan. Selain itu, SKW juga bertanggung
jawab dalam mengendalikan pelaksanaan kredit tebu rakyat di wilayah kerjanya,
mengelola petugas lapangan yang berada di wilayah kerjanya, dan melakukan
42
pembinaan petani di bidang usahatani tebu rakyat di wilayah kerjanya, serta
berusaha dalam hal perluasan areal.
Sinder Kebun Bibit
Sinder kebun bibit di PG. Madukismo berada di bawah tanggung jawab
kepala Bina Sarana Tani (BST). Tugas utama seorang sinder kebun bibit adalah
memenuhi jumlah pasokan bibit sesuai dengan target yang diberikan oleh Sinder
Kebun Kepala (SKK) dan memenuhi kebutuhan bibit yang dibutuhkan di KTG.
Sinder kebun bibit juga bertugas mengontrol varietas yang akan ditanam di KBD
sesuai dengan kebutuhan KTG dan keperluan penataan varietas. Sinder kebun
bibit bertanggung jawab atas kualitas bibit yang dihasilkan. Dalam pengelolaan
kebun bibit, sinder kebun bibit menyusun Rencana Anggaran Kebun (RAK) bibit.
RAK tersebut akan dievaluasi dan disetujui oleh Kepala Bina Sarana Tani (BST).
43
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aspek Teknis
Pengolahan tanah
Proses awal dalam budidaya tebu adalah pengolahan tanah. Kegiatan ini
sangat penting karena tercapainya produksi yang tinggi salah satu faktornya
adalah pengolahan tanah yang baik. Tujuan dari pengolahan tanah yang baik
adalah untuk menyediakan media tumbuh bagi tanaman dengan menggemburkan
dan membuat lubang tanam. Pada tanah gembur terdapat aerasi yang baik.
Pengolahan tanah juga dapat mengubah kondisi tanah dari keadaan reduksi
menjadi oksidasi. Keadaan tanah yang optimum dapat merangsang perakaran
tebu. Semakin dalam proses pengolahan tanah maka perakaran tebu akan semakin
dalam sehingga penyerapan air dan hara dari tanah akan semakin efektif dan
efisien.
Pengolahan tanah yang dilaksanakan di PG. Madukismo untuk lahan kering
menggunakan mekanisasi yaitu dengan traktor, dan untuk lahan yang
berpengairan lancar dan tanahnya berat pengolahan tanah dilakukan dengan
menggunakan manual kombinasi mekanis yaitu semi reynoso. Dalam pengolahan
tanah, iklim juga menjadi faktor pembatas yang penting. Jika terjadi hujan maka
pengolahan tanah akan sulit dilakukan terutama pada tanah berat. Hal tersebut
dapat mengakibatkan bertambahnya iaya pengolahan tanah.
Pengolahan tanah di lahan kering yang dilaksanakan di PG. Madukismo
adalah bertahap. Tahap – tahap tersebut adalah tahap pembajakan I, pembajakan
II, rotavator dan pengkairan. Akan tetapi, rotavator jarang digunakan di KTG. Hal
ini dikarenakan untuk menghemat biaya dan waktu budidaya.
Pemupukan
Jenis pupuk yang digunakan di PG. Madukismo adalah pupuk tunggal dengan
menggunakan ZA yang mengandung 21 % N dan pupuk majemuk menggukan
phonska yang mengandung NPK dengan komposisi N, P2O5, dan K2O masing-
44
masing 15 %. Untuk petani tebu mandiri pupuk dapat diakses dengan sistem
kredit dengan Koperasi Tebu Rakyat Indonesia (KPTRI).
PG. Madukismo juga mengembangkan pupuk organik atau sering disebut
pupuk madros dengan bahan baku utama berupa blotong yang merupakan hasil
sampingan dari proses produksi gula. Pupuk madros diaplikasikan sebagai pupuk
dasar sebelum diaplikasikannya pupuk I dan pupuk II.
Dosis pupuk di PG. Maduksimo tidak sama antara PC dan RC. Dosis pupuk
phonska yang diaplikasikan di PC lebih tinggi dibandingkan dengan RC. Hal ini
dilakukan agar menjamin PC tumbuh tengan baik. Pada PC, dosis yang
diaplikasikan adalah 5 ku/ha ZA dan 5 ku/ha Phonska, sedangkan untuk RC dosis
pupuk yang diaplikasikan adalah 5 ku/ha ZA dan 3 ku/ha Phonska. Masing –
masing ditambah pupuk madros sebagai pupuk dasar dengan dosis 11 ku/ha.
Penambahan pupuk dilakukan dengan melihat pertumbuhan tanaman tebu,
jika pertumbuhan tanaman tebu memperlihatkan pertumbuhan yang signifikan
maka penambahan pupuk dianggap dapat diaplikasikan. Untuk tanaman yang
tidak menunjukkan pertumbuhan yang signifikan penambahan pupuk dianggap
tidak perlu karena dispekulasikan pupuk tidak diserap dengan baik oleh tanaman.
Lahan sawah dan lahan tegalan
Salah satu usaha untuk meningkatkan produksi gula di PG. Madukismo yaitu
meningkatkan luas areal tanam atau meningkatkan luas panen. Masalah timbul
karena semakin sempitnya lahan sawah yang merupakan lahan ideal untuk
penanaman tebu. Banyak lahan sawah yang telah beralih fungsi menjadi lahan
tanaman lain selain tebu dan menjadi lahan non pertanian. Tanaman tebu juga
harus bersaing dalam pemanfaatan lahan sawah dengan tanaman pangan yang
dinilai lebih menguntungkan oleh petani, oleh karena itu PG. Madukismo
memperluas wilayah kerjanya ke daerah-daerah dengan lahan kering.
Saat ini PG. Madukismo sedang mengupayakan perluasan lahan sebagian
besar merupakan lahan kering di Kab. Gunung Kidul. Hal ini berpengaruh
langsung terhadap hasil tebu yang dihasilkan karena produktivitas lahan kering
lebih rendah jika dibandingkan dengan produktivitas lahan sawah. Rendahnya
produktivitas lahan kering dipengaruhi oleh terbatasnya ketersediaan air dan hara
45
yang dibutuhkan tebu untuk pertumbuhannya. Maka PG. Madukismo tetap
melaksanakan perluasan lahan di daerah dengan pengairan yang hanya
mengandalkan air hujan dengan spekulasi masih dapat dikatakan menguntungkan
dalam segi ekonomi atau keuntungan lebih besar dari harga pokok produksi.
Varietas
Salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan produksi tebu adalah
varietas. Pemilihan varietas menentukan hasil tebu, rendemen, hablur, dan pola
kemasakan. Terdapat tiga tipe varietas tebu berdasarkan pola kemasakan, yaitu
varietas tebu masak awal, tebu masak tengah, dan tebu masak lambat. Proporsi
dari tiga tipe varietas tersebut diusahakan seimbang agar kontinuitas panen tetap
terjaga sehingga pengolahan di pabrik gula juga tetap berjalan tanpa adanya
kendala bahan baku. Proporsi dari ketiga tipe varietas tersebut yang
dikembangkan di PG. Madukismo adalah 30% varietas masak awal, 50% varietas
masak tengah, dan 20% varietas masak akhir.
Tujuan penataan varietas teknologi budidaya dari setiap varietas dapat
dikuasai dan diperoleh varietas dengan potensi produksi baik tebu maupun hablur.
Latar belakang penataan varietas adalah jumlah varietas KTG lebih dari 10
varietas, dan semakin banyak varietas yang digunakan dalam satu kebun secara
campur, maka tingkat kemasakan semakin beragam dan berpotensi R rendah,
Selain itu juga akan berdampak pada semakin sulit penerapan teknologi
budidayanya, dan semakin banyak varietas yang tercampur dalam satu kebun
justru apabila ada varietas yang berpotensi produksi tinggi tidak mampu teramati
dengan baik.
Tipologi varietas terhadap lahan dan masa tanam di PG. Madukismo adalah
sebagai berikut, dimana lahan dengan kondisi tanah berat beririgasi teknis dan
drainase lancar maka varietas yang digunakan adalah PS 851; PS 863; PS 864; PS
921; PS 951 dengan masa tanam saat awal msim kemarau. Untuk lahan dengan
keadaan tanah berat beririgasi teknis tetapi drainase jelek maka varietas yang
digunakan adalah varietas yang raltif tahan genangan seperti PS 864; PS 921; PS
951 dengan masa tanam awal musim kemarau. Lahan yang keadaan tanahnya
berat dengan irigasi tadah hujan dan drainase lencar akan ditanami tebu dengan
46
varietas PS 864; PS 951 dimana masa tanam pada awal musim penghujan. Untuk
lahan dengan kondisi tanah berat dan irigasi tadah hujan serta drainase jelek maka
varietas yang ditanam adalah PS 864; PS 921 ditanam pada masa tanam awal
musim penghujan.
Pada kondisi lahan dengan keadaan tanah ringan dan irigasi teknis serta
keadaan drainase lancar maka varietas yang digunakan adalah PS 851; PS 862;
Bululawang dengan masa tanam awal musim kemarau. Pada lahan dengan kondisi
tanah ringan beririgasi teknis dan drainase jelek varietas yang ditanam adalah PS
864; PS 921. Pada lahan yang sangat marjinal yaitu lahan yang memiliki kondisi
tanah ringan dengan pengairan tadah hujan serta drainase lancar, maka varietas
yang ditanam pada lahan tersebut adalah PS 851; PS 864 dengan masa tanam awal
musim penghujan.
Tujuan dari penggunaan pola tanam awal musim kemarau pada lahan dengan
irigasi lancar adalah tidak adanya kendala air dalam budidaya tebu, sehingga tebu
tetap dapat tumbuh dengan dengan memanfaatkan air yang tersedia. Untuk lahan
dengan pengairan hanya mengandalkan tadah hujan umumnya menggunakan pola
tanam pada awal musim penghujan, sehingga air tersedia saat tanaman tebu
membutuhkan untuk proses pertumbuhan vegetatif. Jenis varietas masak awal
sampai tengah yang ditanam antara lain PSCO 90-2411 PS 862. Varietas masak
tengah yang ditanam antara lain PS 851, PS 921, PA 198. Selain itu terdapat pula
varietas dengan pola masak tengah lambat, antara lain PS 864, BL, PS 951.
Dari beberapa varietas tersebut, varietas PS 862 yang paling besar
dikembangkan karena memiliki sifat masak awal dengan potensi rendemen yang
tinggi diawal musim giling yaitu 8 – 10%, hasil tebu 1 000 – 1 200 ku/ha, dan
hablur gula 80.00 – 120.00 ku/ha. Sifat dari varietas PS 862 adalah diameter
batang yang besar sehingga hasil tebu per hektar juga besar, namun terdapat sifat-
sifat PS 862 yang kurang disukai oleh petani yaitu kurangnya anakan dan sulitnya
klentek. Sulitnya klentek akan menghasilkan tebu kotor ketika panen dan petani
akan mendapatkan pinalti dari pihak PG. Madukismo.
Varietas PS 862 memerlukan pengairan yang cukup dan merupakan varietas
masak awal, sehingga penanaman hanya dapat dilakukan di wilayah yang
memiliki lahan dengan kondisi pengairan lancar. Beberapa wilayah kerja di PG.
47
Madukismo merupakan lahan kering yang hanya dapat mengandalkan hujan
sehingga masa tanam tertunda sampai turunnya hujan. Masalah karakteristik lahan
dan masa tanam dapat diatasi dengan penataan varietas spesifik lokasi yaitu
penentuan varietas masak awal sampai tengah yang sesuai dengan karakteristik
lahan, terutama pada lahan yang akan dilakukan pembongkaran ratoon.
Aspek Manajerial
Sumber daya manusia
Salah satu faktor yang menentukan tercapainya visi, misi, dan tujuan
perusahaan adalah sumber daya manusia. Maka tenaga kerja adalah faktor penting
dalam meningkatkan produktivitas perusahaan. Sumber daya manusia yang dalam
hal ini adalah karyawan merupakan aset penting yang dimiliki suatu perusahaan.
Oleh karena itu, harus selalu ditumbuhkembangkan. Dalam hal ini diperlukan
peraturan dan pembagian waktu kerja untuk mengefisienkan produktivitas kerja.
Meningkatkannya kedisiplinan juga dapat diciptakan dengan peraturan dan
pembagian waktu kerja, karena kedua hal tersebut merupakan tata terbit yang
dipatuhi dan terdapat sanksi bagi yang melanggar.
Pembagian waktu kerja di pabrik gula dibedakan berdasarkan masa giling,
yaitu dalam masa giling dan luar masa giling. Dalam masa giling, proses produksi
akan berlangsung selama 24 jam untuk bagian pabrik. Pelaksanaan jam kerja
diatur dengan membagi tenaga kerja menjadi tiga sift, yaitu kelompok Pagi, Siang
dan Malam. Masing-masing kelompok kerja akan bergantian selama 7 hari. Untuk
bagian lain, waktu kerja sama seperti waktu kerja luar giling, hanya saja terdapat
tambahan hari kerja di hari minggu dan lembur yang disesuaikan dengan
pekerjaan. Untuk luar masa giling, dimana tidak berlangsungnya kegiatan
produksi, maka pembagian hari dan waktu yaitu untuk hari senin hingga kamis
dimulai pukul 06.30 – 15.00 WIB dengan jam istirahat pukul 11.30 – 12.30 WIB,
untuk hari jumat dimulai pukul 06.30 – 11.30 dengan jam istirahat pukul dan
untuk hari sabtu dimulai pukul 06.30 – 11.30 WIB.
48
Pengelolaan kegiatan dan tenaga kerja bagian tanaman
Jadwal lapangan direncanakan oleh Petugas Lapang Pabrik Gula (mandor)
yang disusun pada buku cadangan ongkos yang berisikan rencana kegiatan harian.
Rencana kerja tersebut selanjutnya akan diajukan ke SKW untuk dievalusi yang
selanjutnya diajukan oleh SKW kepada Kepala Rayon untuk disetujui. Setelah
mendapat persetujuan dari SKW dan Kepala Rayon, mandor akan
menginstruksikan rencana kegiatan tersebut untuk dikerjakan oleh kepala kerja
dan anak buahnya. Para pekerja biasanya merupakan penduduk sekitar pabrik dan
penduduk sekitar kebun. Kegiatan tersebut hanya berlaku untuk SKW dan mandor
tebu rakyat kerjasama. Berbeda untuk tebu rakyat mandiri, semua kegiatan
budidaya dilakukan oleh petani yang telah bermitra dengan pabrik gula. Tugas
dari SKW dan Mandor mengawasi dan memberikan arahan tentang budidaya tebu
yang baik agar mencapai produksi yang maksimal serta menghubungkan
kebutuhan petani akan bantuan pabrik gula.
Produktivitas tebu sepenuhnya tanggung jawab bagian tanaman, karena
bagian tanaman yang berhubungan langsung dengan kebun tebu. Bagian tanaman
bertugas dan bertanggung jawal mengawasi seluruh kegiatan budidaya di kebun
tebu giling yang dilaksanakan petani. Penyaluran kredit kepada petani merupakan
tugas dan tanggung jawab bagian tanaman melalui mandor dan SKW. Kredit yang
diberikan berupa pupuk dan ongkos tenaga kerja untuk semua kegiatan budidaya.
Kredit yang disalurkan tidak boleh terlambat agar semua kegiatan budidaya
berjalan sesuai dengan jadwal.
Aspek Khusus
Produktivitas tebu pada lahan sawah
Produktivitas tebu pada lahan sawah di wilayah kerja Kab. Bantul dan Kab.
Sleman berada pada kondisi tertinggi pada kategori tanaman yang sama yaitu
kategori tanaman pertama (Plant cane). Kondisi produktivitas terendah pada
kedua wilayah kerja tersebut juga berada pada tanaman keprasan ketiga (ratoon
cane III). Pada wilayah kerja Kab. Sleman setelah dilakukan pengujian dengan t-
49
student 5 % tidak terjadi perbedaan yang nyata dari produktivitas tertinggi hingga
produktivitas terendah. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Produktivitas Tebu Lahan Sawah pada Berbagai Kategori Tanaman di
Wilayah Kerja Kab. Sleman
Kategori Tanaman Produktivitas(ton/ha)
PC 94.43
RC 1 87.26
RC 2 76.30
RC3 70.03
Dari Tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa meskipun terjadi perbedaan
produktivitas yang menunjukkan angka penurunan dari PC hingga RC 3. Namun
penurunan tersebut tidak menujukkan perbedaan nyata setelah diuji dengan t-
student pada taraf 5%. Namun pada wilayah kerja Kab. Bantul setelah dilakukan
pengujian dengan t-student taraf 5%, terjadi perbedaan nyata antara produktivitas
tertinggi dan produktivitas terendah yaitu antara tanaman pertama dan tanaman
keprasan ke tiga (RC 3). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Produktivitas Tebu Lahan Sawah pada Berbagai Kategori Tanaman di
Wilayah Kerja Kab. Bantul
Kategori Tanaman Produktivitas (ton/ha)
PC 100.06 a
RC 1 85.83 ab
RC 2 77.60 abc
RC3 57.60 cd
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
pada uji t-student 5 %.
Dari kedua Tabel diatas dapat terlihat bahwa produktivitas pada lahan sawah
cenderung menurun pada tahun selanjutnya mulai tanaman pertama (PC) hingga
tanaman keprasan ke tiga (RC 3). Data sampel untuk lahan sawah dapat dilihat
pada Lampiran 8.
50
Produktivitas tebu pada lahan tegalan
Pada data produktivitas di wilayah kerja Kab. Sleman. Produktivitas naik dari
kategori tanaman pertama sampai kategori tanaman keprasan pertama dan
kemudian menurun hingga kategori tanaman keprasan ke tiga. Produktivitas tebu
di lahan sawah di wilayah kerja Kab. Sleman setelah dilakukan uji t-student 5 %,
terdapat perbedaan nyata antara produktivitas tertinggi yaitu tanaman keprasan
pertama (RC 2) dengan kategori tanaman ketiga (RC 3) serta kategori tanaman
pertama (PC). Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Produktivitas Tebu Lahan Tegalan pada Berbagai Kategori Tanaman di
Wilayah Kerja Kab. Sleman.
Kategori Tanaman Produktivitas (ton/ha)
PC 43.53 cd
RC 1 67.93 a
RC 2 55.50 ab
RC 3 50.63 bc
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
pada uji t-student 5 %.
Tabel 10. Produktivitas Tebu Lahan Tegalan pada Berbagai Kategori Tanaman di
Wilayah Kerja Kab. Bantul
Kategori Tanaman Produktivitas (ton/ha)
PC 35.63
RC 1 64.20
RC 2 51.80
RC 3 50.13
Pada Tabel 10 di atas dapat dilihat bahwa pola produktivitas tebu di lahan
tegalan wilayah kerja Kab. Bantul sama seperti pada wilayah kerja Kab. Sleman
dimana produktivitas naik dari tanaman pertama hingga tanaman keprasan
pertama dan kemudian menurun kembali hingga tanaman keprasan ke tiga.
Setelah dilakukan uji t-student 5 %, meskipun terlihat perbedaan namun
perbedaan angka tersebut tidak menunjukkan perbedaan nyata pada keempat
kategori tanaman mulai dari tanaman pertama hingga tanaman keprasan ketiga.
Data sample untuk lahan tegalan dapat dilihat pada Lampiran 9.
51
Perbedaan produktivitas lahan sawah dan lahan kering
Potensi produktivitas antara lahan sawah dan lahan tegalan sangat berbeda.
Terdapat banyak faktor yang menyebabkan perbedaan produktivitas antara lahan
sawah dan lahan tegalan, dimana lahan sawah lebih tinggi angka produktivitasnya
dibandingkan lahan tegalan. Faktor yang sangat menentukan antara lain
ketersediaan air dan teknik budidaya. Selain perbedaan angka produktivitas, lahan
sawah dan lahan tegalan memiliki pola grafik dari tanaman pertama (PC) sampai
tanaman keprasan (RC) pada musim-musim berikutnya. Perbandingan
produktivitas lahan sawah pada wilayah kerja Kab. Sleman dapat dilihat pada
Gambar 11 dan Perbandingan produktivitas antara lahan sawah dan lahan tegalan
di wilayah kerja Kab.Bantul dapat dilihat pada Gambar 12.
0
20
40
60
80
100
120
PC RC 1 RC 2 RC 3
ton/ha
Sawah
Tegalan
Gambar 11. Perbandingan produktivitas tebu antara lahan sawah dan lahan
tegalan di Kab.Sleman.
0
20
40
60
80
100
120
PC RC 1 RC 2 RC 3
ton/ha
Sawah
Tegalan
Gambar 12. Perbandingan produktivitas tebu antara lahan sawah dan lahan
tegalan di Kab.Bantul.
Dari kedua Gambar di atas, dapat dilihat bahwa pada kedua wilayah kerja
yang diambil, kecenderungan produktivitas pada lahan sawah menurun dari
52
tanaman pertama (PC) hingga tanaman keprasan ke tiga (RC3). Untuk lahan
tegalan, produktivitas naik dari tanaman pertama (PC) sampai tanaman keprasan
pertama (RC1) dan kemudian menurun kembali sampai tanaman keprasan ke tiga
(RC3).
Pembahasan
Produktivitas tebu di lahan sawah
Produktivitas tebu di lahan sawah pada kedua wilayah kerja tersebut relatif
sama. Seperti yang telah tercantum pada Tabel 7 dan Tabel 8 di atas. Pada lahan
sawah Kab. Sleman, meskipun produktivitas menurun dari PC hingga RC 3,
namun penurunan tersebut tidak menunjukkan peredaan yang nyata. Sementara itu
pada lahan sawah Kab. Bantul juga mengalami penurunan produktivitas dari PC
hingga RC 3, dan tanaman keprasan ke tiga RC 3 produktivitas yang berbeda
nyata dengan tanaman pertama (PC). Tanaman keprasan ke tiga pada lahan sawah
di wilayah kerja Kab. Bantul setelah dilakukan analisis ekonomi yang tercantum
pada Lampiran 10 mengalami penurunan produktivitas yang cukup signifikan
maka sudah selayaknya dilakukan rawat ratoon dengan harapan produktivitas
akan kembali naik. Perbedaan lokasi dan jenis tanah salah satu faktor yang
menyebabkan perbedaan produktivitas pada kedua wilayah kerja tersebut.
Tanaman pertama (PC) cenderung memiliki angka produktivitas lebih tinggi
dibandingkan tanaman keprasan (RC) dan bahkan cenderung menurun hingga
tanaman keprasan ketiga. Terdapat hal yang istimewa pada tanaman tebu pertama
(PC) yaitu terdapat perbedaan dosis pupuk phonska untuk tebu tanaman pertama
(PC) dan tebu tanaman keprasan (RC) dimana tebu tanaman pertama diberikan
dosis 5 ku/ha sementara tanaman keprasan hanya 3 ku/ha. Selain itu, keadaan
lahan pada tanaman pertama masih sangat optimal untuk pertumbuhan. Dimana
aerasi tanah masih cukup baik karena selang waktu antara pengolahan tanah dan
masa tumbuh tebu tanaman pertama (PC) tidak terlampau jauh. Hal tersebut
mempengaruhi perbedaan produktivitas antara tanaman pertama dan tanaman
keprasan.
53
Hasil penelitian Ghayal et al. (2011) menunjukkan bahwa menurunnya hasil
panen dari tanaman pertama (PC) hingga beberapa keprasan berikutnya
diakibatkan semakin menurunnya hara esensial pada tanah yang diserap tebu
setiap musim, sedangkan pemupukan tidak efektif untuk menambahkan hara pada
tanah. Selain itu pertumbuhan phyto toksik flora mikro dan pergantian enzim pada
tanah juga berpengaruh pada penurunan hasil panen tebu. Dikarenakan jarak
antara Kab. Sleman dengan Kab. Bantul relatif jauh, maka jenis tanah kedua
wilayah kerja tersebut juga berbeda. Maka kandungan hara serta faktor-faktor
tanah yang berbeda juga mempengaruhi perbedaan produktivitas dari kedua
wilayah kerja tersebut.
Produktivitas tebu di lahan tegalan
Semakin sulitnya mendapatkan lahan sawah dengan irigasi lancar maka PG.
Madukismo mengembangkan arealnya di lahan dengan irigasi yang 100%
mengandalkan air hujan. Lahan tegalan di wilayah kerja PG. Madukismo tersebar
di seluruh rayon dan mendominasi hampir seluruh kecamatan. Lahan tegalan yang
dikelola PG. Madukismo sebagian besar adalah wilayah pengembangan dalam
rangka peningkatan luas areal tanam dengan tujuan meningkatkan produksi tebu.
Pada lahan tegalan, produktivitas tebu pada kedua wilayah kerja ini tertinggi
sama yaitu pada tanaman keprasan kedua (RC 1) dan produktivitas terendah pada
kategori tanaman PC. Rendahnya produktivitas PC dibandingkan dengan tiga
kategori tanaman lainnya seperti yang tercantum pada pada Tabel 9 dan Tabel 10
di atas sangat wajar, karena mengingat lahan tegalan merupakan lahan tegalan
yang sulit mendapatkan air, dan cenderung mengandalkan tadah hujan sebagai
sumber irigasi. Ketersediaan air pada lahan tegalan behubungan dengan waktu
tanam. Karena lahan tegalan murni mengandalakan air hujan, maka penanaman
untuk lahan tegalan dilaksanakan pada bulan basah yaitu antara bulan September
hingga Desember. Masa giling dimulai di bulan Mei hingga September, sehingga
penebangan dilakukan saat umur tebu masih muda. Sementara itu menurut
Ongin‟jo dan Olweny (2011), umur optimal untuk tanaman tebu dipanen adalah
sembilan bulan. Hal ini menyebabkan PC yang masih muda harus ditebang,
54
sehingga produktivitasnya rendah. Sehingga wajar apabila PC lebih rendah
dibandingkan dengan RC 1 hingga RC 3.
Menurut Widodo (1999), karena tanaman pertama merupakan tanaman yang
tumbuh dari bibit bagal yang baru ditanam maka pola adaptasinya lebih susah dan
membutuhkan strategi persiapan tanam yang pas agar perkecambahan tebu dapat
berlangsung optimal. Dibandingkan dengan tanaman keprasan (RC) yang relatif
lebih kuat menahan kekurangan air karena telah memiliki pola adaptasi yang
cukup baik dengan memanfaatkan akar-akar yang telah tumbuh pada musim
tanam sebelumnya.
Perbedaan produktivitas lahan sawah dan lahan tegalan.
Perbedaan produktivitas antara lahan sawah dan lahan tegalan pada kedua
wilayah seperti yang tertera pada Gambar 11 dan Gambar 12 di atas dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu dari keadaan lahan hingga teknik budidaya. Menurut
Naruputro (2010), lahan sawah beririgasi memiliki kondisi yang sangat
menguntungkan karena merupakanhabitat yang cocok untuk tanaman tebu dimana
lahan sawah ber irigasi dapat mencukupi ketersediaan air bagi tanaman tebu pada
setiap pertumbuhannya. Bukan hanya jumlah yang dapat dikontrol, frekuensi dan
distribusinya juga dapat diatur sesuai dengan kebutuhan tanaman.Sementara itu,
lahan tegalan memiliki kendala utama dalam ketesediaan air. Bukan hanya
frekuensi pengaturan air yang tidak dapat dikontrol, jumlah dan intensitas air
hanya mengandalkan turunnya hujan.
Mengingat lahan sawah irigasi dapat menyuplai air yang cukup, disertai
dengan sistem tanam Reynoso dimana pembuatan got disesuaikan untuk irigasi
dan drainase yang dibutuhkan tanaman tebu. Sehingga kematian tunas pada bibit
bagal sangat dapat diminimalisir. Berbeda dengan lahan tegalan yang sangat
membutuhkan air untuk pertunasan dan tidak menghendaki kelebihan air karena
dapat meyebabkan bibit busuk sehingga tidak dapat bertunas.
Teknik budidaya yang mempengaruhi produktivitas antara lahan sawah dan
lahan tegalan adalah sistem olah lahan yang digunakan. Untuk lahan sawah irigasi
umumnya menggunakan sistem tanam Reynoso dimana pembuatan got-got
diperdalam, sehingga pengaturan irigasi dan drainase dapat mengoptimalkan
55
pertumbuhan tebu. Sementara itu pada lahan tegalan umumnya olah lahan yang
digunakan adalah secara mekanik yaitu pembuatan got-got terdesain relatif lebih
dangkal karena menyesuaikan ketersediaan air. Sehingga irigasi dan drainase
tidak berlangsung secara optimal.
Ketersediaan air sangat berhubungan dengan produktivitas karena air
merupakan hal yang sangat penting dalam budidaya tanaman tebu. Pemupukan di
lahan kering tidak seoptimal pada lahan sawah, karena keterbatasan air maka
unsur hara yang diberikan tidak semuanya dapat diserap oleh tanaman. Hal ini
juga merupakan alasan mengapa lahan sawah memiliki angka produksi lebih
tinggi jika dibandingkan dengan lahan tegalan.
Umur panen tanaman tebu sangat menentukan angka produksi. Menurut
Ongin‟jo dan Olweny (2011), umur optimal untuk tanaman tebu dipanen adalah
sembilan bulan. Sementara itu, pelaksanaan penanaman pada lahan tegalan
biasanya dilakukan pola tanam 2 yaitu bulan basah antara September – Desember
dan masa giling pabrik gula dimulai pada bulan Mei. Umur tebu yang masih muda
saat ditebang membuat angka produksi PC lebih rendah jika dibandingkan dengan
RC. Selain itu, yang menjadi masalah adalah serangan hama uret yang terjadi
sekitar mulai bulan Februari, sehingga tanaman tebu harus segera dipanen
kerugian yang ditimbulkan oleh serangan uret tersebut tidak menurunkan banyak
angka produksi. Hal tersebut yang menyebabkan produktivitas PC di lahan
tegalan lebih rendah dari RC. Sehigga pola pertumbuhan produktivitas pada lahan
tegalan naik dari PC ke RC 1 dan kemudian menurun kembali pada RC
selanjutnya.
Menurut Vitti et al (2010), bahwa penggunaan sisa tanaman tebu yang
tertinggal di lahan membantu dalam efisiensi penggunaan pupuk N. Sementara
Singh et al (2011), menambahkan bahwa semakin meningkat dosis pupuk N akan
meningkatkan hasil tebu (ton/ha). Pada tanaman pertama (PC) di lahan tegalan
tidak terdapat sisa tanaman tebu, karena telah dibersihkan untuk melancarkan
pengolahan tanah. Pada RC terdapat banyak sisa panen tanaman tebu, sehingga
sangat mungkin tingginya produktivitas RC dibandingkan PC disebabkan nutrisi
yang berupa sisa tanaman yang merupakan penyuplai unsur hara selain pupuk
anorganik yang diberikan.
56
Produktivitas tanaman keprasan
Tanaman keprasan merupakan tanaman tebu yang sebelumnya ditebang,
kemudian dipotong tunggulnya tepat atau lebih rendah dari permukaan guludan
selanjutnya dikelola sampai berproduksi. Pada umumnya tanaman keprasan
memiliki produktivitas yang lebih rendah daripada tanaman pertamanya. Menurut
Wijayanti (2008), tanaman yang mempunyai produktivitas tinggi adalah tanaman
pertama yang ditanam pada lahan bekas selain tebu. Rendahnya produksi tanaman
keprasan diduga belum memadainya pengelolaam agronomis varietas tebu.
Tanaman keprasan sampai pada kondisi ratoon tertentu masih sangat
menguntungkan jika dibanding tanaman pertamanya. Hal tersebut karena
budidaya tanaman keprasan membutuhkan biaya yang relatif lebih kecil jika
dibanding tanaman pertama. Pada budidaya tanaman keprasan tidak dilakukannya
pembelian bibit dan pengolahan tanah (Lampiran 10 dan Lampiran 11).
Untuk mengatasi rendahnya produktivitas tanaman keprasan, selain dilakukan
bongkar ratoon adalah dilakukannya rawat ratoon. Hal penting dalam kegiatan
rawat ratoon adalah putus akar, penambahan dosis pupuk dan sulam. Kegiatan
tersebut memakan biaya relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan
dilakukannya bongkar ratoon.
Putus akar adalah tindakan meotong akar tebu lama agar tumbuh akar tebu
baru yang lebih produktif dalam penyerapan hara. Disamping itu, pekerjaan putus
akar juga bertujuan untuk menggemburkan tanah serta meluruskan arah rumpun
keprasan dan membuat aliran untuk pemupukan.
Penyulaman sangat diperlukan dalam perawatan tebu keprasan. Dimana
barisan tebu yang kosong karena tebu mati harus diisi agar angka produksi tidak
turun. Kematian rumpun biasanya disebabkan oleh terlindas truk saat
pengangkutan, trserang hama dan penyakit, serta terbongkar sampai akr saat
pemanenan. Barisan terbu yang kosong lebih dari 0,5 m harus segera disulam
untuk mempertahankan produktivitasnya.
57
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
PG. Madukismo selalu berusaha untuk meningkatkan pasokan tebu dalam
proses produksi. Salah satu usaha yang dilakukan adalah menjalin kerjasama yang
baik dengan perkebunan tebu rakyat sebagai strategi untuk perluasan areal. Kerja
sama yang dibangun antara lain adalah sistem kerjasama dengan Jaminan
Pendapatan Minimum (JPM) dan Kerjasama Usaha (KSU).
Salah satu masalah penyebab rendahnya produktivitas tebu di PG.
Madukismo adalah luasnya tanaman tebu keprasan. Produktivitas tebu di lahan
sawah memiliki angka tertinggi pada PC dan terus menurun pada RC di setiap
musimnya. Pada lahan tegalan, produktivitas naik dari PC ke RC 1 lalu kemudian
menurun kembali di setiap RC pada musim berikutnya. Naiknya produktivitas
dari PC ke RC 1 pada lahan tegalan disebabkan oleh umur panen PC belum
optimal karena masa tanam pada awal musim hujan, sementara giling dilakukan
pada awal musim kemarau.
Karakteristik lahan, umur panen, dan teknik budidaya yang berbeda
berpengaruh terhadap perbedaan produktivitas tebu. Produktivitas tebu tiap
kategori tanaman di lahan sawah lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas
yang berada di lahan tegalan. Pola Produktivitas pada lahan sawah dan tegalan di
wilayah kerja Kab. Sleman dan Kab. Bantul sama, yang berbeda hanya angka
produktivitasnya. Perbedaan produktivitas pada wilayah kerja Kab. Sleman dan
wilayah kerja Kab. Bantul dikarenakan keadaan lingkungan tumbuh pada kedua
wilayah tersebut berbeda, sehingga suplai hara pada tanaman tebu juga berbeda.
Saran
Produktivitas tanaman keprasan ke tiga (RC 3) di lahan sawah Kab. Bantul
dan tanaman keprasan ke tiga (RC 3) di lahan tegalan Kab. Sleman sudah
mengalami penurunan keuntungan yang cukup tinggi setelah dilakukan
penghitungan analisis ekonomi, maka disarankan untuk dilakukan rawat ratoon
58
dengan harapan angka produktivitas kembali naik. Koordinasi yang baik antar
Kepala Bagian terutama koordinasi dalam Bagian Tanaman yaitu antara Kepala
Rayon, Kepala Bina Sarana Tani, dan Kepala Seksi Tebang Angkut sangat
diperlukan untuk meningkatkan produktivitas.
59
DAFTAR PUSTAKA
Daniel, J., and B. T. Roach. 1987. Taxonomy and Evolution. Chapter 2. In: DJ
Heinz, ed. Sugarcane improvement throught breeding, Volume 11.
Elsevier. Amsterdam. Netherland. P 7-84.
Dirjenbun. 2011. Kebutuhan gula nasional mencapai 5,700 juta ton tahun 2014.
http://ditjenbun.deptan.go.id/ [16 Mei 2011]
Dinas Perkebunan Jawa Timur. 2005. Landasan teknis budidaya tebu di lahan
tegalan. http://www.disbunjatim.co.cc [14 Mei 2011]
Ghayal, N., P. Taware, and K. Dhumal. 2011. Influence of sugarcane
monocropping on rhizosphere microflora, soil enzymes and NPK status.
International Journal of Pharma and Bio Sciences. 2: 188-202.
Kementerian Pertanian. 2011. Nasib komoditas tebu di Indonesia.
http://www.deptan.go.id. [16 Mei 2011]
Kusuma, M. R. 2002. Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.)
Lahan Kering di PT. Gula Putih Mataram, Lampung : Studi Kasus
Frekuensi Pengeprasan. Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor. Bogor. 68 hal.
Naruputro, A. 2010. Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di
Pabrik Gula Krebet Baru, Pt. PG.. Rajawali I, Malang, Jawa Timur:
Dengan Aspek Khusus Mempelajari Produktivitas Tiap Kategori Tanaman.
Ongin‟jo, E., and C.O. Olweny. 2011. Determination of optimum harvesting age
for sugarcane ratoon crop at the Kenyan Coast. J. Microbiol. Biotech. Res,
1: 113-118.
P3GI. 2008. Konsep Peningkatan Rendemen. Pusat Penelitian Perkebunan Gula
Indonesia. Pasuruan. 26 hal. http:// sugarresearch.org [16 Mei 2012]
PT. Perkebunan Nusantara XI. 2010. Panduan Teknik Budidaya Tebu. PT
Perkebunan Nusantara XI. Surabaya
Samoedi, D. 1993. Budidaya tebu di lahan sawah tadah hujan Madura: keragaan
produksi masa tanam 1990/1991 sampai 1991/1992/. Pusat Penelitian
Perkebunan Gula Indonesia. Pasuruan (Indonesia). Hal 12. http://
pustaka.litbang.deptan.go.id [22 Mei 2011]
Sastrowijono, S. 1996. Cara Mengenal Klon – Klon Tebu Secara Morfologis.
Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia. 10 hal.
Setyamidjaja, D dan H. Azharni. 1992. Tebu Bercocok Tanam dan Pasca Panen.
CV. Yasaguna. Jakarta. 152 hal.
60
Singh, A.K., M. Lal and, S.N. Singh 2011. Agronomic performance of new
sugarcane genotypes under different planting geometries and N levels.
Indian Journal of Sugarcane Technology. 26: 6-9.
Susila, W. R. 2007. Keterpaduan Jadwal Tanam dan Tebang Tebu. Informatika
Pertanian . 16: 937-956.
Sutardjo, E. R. M. 2002. Budidaya Tanaman Tebu. Bumi Aksara. Jakarta. 76 hal.
Vitti, A.C., C. Fortes, H.C.J. Franco, D.A. Ferreira, R. Otto, E.C. A. de Oliveira,
and P.C.O. Trivelin. 2010. Contribution of Nitrogen Derived from Crop
Residues in Nutrition of Sugar Cane Ratoons. Soil Solutions for a
Changing World. World Congress of Soil Science. Brisbane. 71-74 p.
Widodo. 1999. Pengusahaan TRI di Wilayah Kerja PG. Tasik Madu PTP XV –
XVI, Surakarta, Jawa Tengah. Laporan Keterampilan Profesi Jurusan
Budidaya Pertanian IPB. Bogor.
Wijayanti, A.W. 2008. Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di
Pabrik Gula Tjoekir PTPN X, Jombang, Jawa Timur; Studi Kasus
Pengaruh Bongkar Ratoon Terhadap Peningkatan Produktivitas Tebu.
Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor.
Bogor. 68 hal.
61
LAMPIRAN
62
Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang
Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi kerja Lokasi Paraf
Pembimbing
Lapang Penulis Karyawan
13 Februari 2012 - Pemberangkatan dari Bogor menuju
Yogyakarta
14 Februari 2012 - Tiba di terminal Yogyakarta dan mengurus
administrasi di PG. Madukismo
PG. Madukismo
15 Februari 2012 - Sosialisasi dan Pengenalan PG. Madukismo
- Pengarahan oleh kepala Rayon KMT
PG. Madukismo
16 Februari 2012 - Mencari data di perpustakaan PG.
Madukismo
- Diskusi dengan Kepala BST Madukismo
- Kunjungan keperpustakaan BST
- survei ke tempat Pembukaan lahan untuk
penanaman tebu
- Aplikasi pias
10 pias/ hektar
PG. Madukismo
Kantor BST
PG. Madukismo
Kebun bibit kembaran
17 Februari 2012 - Mencari data ke sekretariat
- Kunjungan ke gudang penyimpanan gula
dan tempat packaging gula
PG. Madukismo
PG. Madukismo
18 Februari 2012 - Mengikiuti Kegiatan proses pembiakan
Trichogramma sp.
Lab BST
19 Februari 2012
20 Februari 2012 - Penebangan kebun bibit nenek 0.007 ha/HOK 0.017 ha/HOK Kebun bibit Kembaran
21 Februari 2012 - Klentek bibit dan pemotongan Kebun bibit Kembaran
22 Februari 2012 - Penanaman bibit 0,09 ha/HOK 0,159 ha/HOK Kebun bibit Kembaran
23 Februari 2012 - Diskusi dengan Kepala BST
- Penanaman tebu
0.026 ha/HOK
0.07 ha/HOK
Kebun bibit Kembaran
63
24 Februari 2012 - Penebangan tebu
- Kbn
Kebun bibit Kembaran
25 Februari 2012 - Pemotongan bibit
- Penanaman tebu
Kebun bibit Kembaran
26 Februari 2012
27 Februari 2012 - Diskusi dengan Kepala BST
28 Februari 2012 - Pembuatan got keliling Kebun bibit Kembaran
29 Februari 2012 - Pembuatan got keliling
- Penjelasan teeori analisis kemasakan oleh
mandor
Kebun bibit Kembaran
1 Maret 2012 - Pembuatan alur pupuk dasar (gembing) 0,005 ha/HOK 0.23 ha/HOK Kebun bibit Kembaran
2 Maret 2012 - Pembuatan got keliling Kebun bibit Kembaran
3 Maret 2012 - Pemupukan (pupuk dasar: Madros) 1,4 ha/HOK 2,59 ha/HOK Kebun bibit Kembaran
4 Maret 2012
5 Maret 2012 - Pemupukan I (Za dan SP36) 0.12 ha/HOK 0.28 ha/HOK Kebun bibit Kembaran
6 Maret 2012 - Pemupukan I (Za dan SP36) Kebun bibit Kembaran
7 Maret 2012 - Diskusi dengan Kepala BST
- Pencarian data sekunder
8 Maret 2012 - Taksasi tebu dan kunjungan ke beberapa
KBD
Kebun KBD dan KTG
Rayon Bantul
9 Maret 2012 - Pengecatan tanaman contoh KTG Bantul
10 Maret 2012 - Aplikasi herbisida 0.57 ha/HOK Kebun bibit Kembaran
11 Maret 2012
12 Maret 2012 - Penyulaman tanaman tebu Kebun bibit Kembaran
13 Maret 2012 - Pengeprasan KBD 0,14 ha/HOK 0,44 ha/HOK Kebun bibit Kembaran
64
14 Maret 2012 - Pengeprasan Kebun bibit Kembaran
15 Maret 2012 - Penyulaman (penambahan tanam tebu di
lahan keprasan)
- Pembuatan got keliling
Kebun bibit Kembaran
16 Maret 2012 - Penyulaman (penambahan tanam tebu di
lahan keprasan
- Pembuatan got keliling
Kebun bibit Kembaran
Kebun bibit Kembaran
17 Maret 2012 - Dangir (pengendalian gulma) 0.023 ha/HOK 0.051 ha/HOK Kebun bibit Kembaran
18 Maret 2012
19 Maret 2012 - Diskusi dan minta pengarahan di BST Kantor BST
20 Maret 2012 - Klentek 3 0.031 ha/HOK 0.075 ha/HOK Kulon Progo
21 Maret 2012 - Pengukuran kemasakan trm dengan brix Kulon Progo
22 Maret 2012 - Penyuluhan ke petani Magelang
23 Maret 2012
24 Maret 2012 - Kegiata voly dan tarik tambang seluruh
karyawan PG. Madukismo
Lapangan Madukismo
25 Maret 2012
26 Maret 2012 - Analisa Pendahuluan dari kebun Kulon
Progo
Lab Analisis
kemasakan PG.
Madukismo
27 Maret 2012 - Penyuluhan ke temanggung Kab. Temanggung
28 Maret 2012 - Analisa kemasakan kebun magelang Lab Analisis kemasakan
PG. Madukismo
29 Maret 2012 - Analisa pendahuluan kebun temanggung.
- Mengawasi dangir dengan handtraktor
Lab Analisis kemasakan
PG. Madukismo
Kebun bibit Kembaran
30 Maret 2012 - Pengambilan batang contoh di kebun
purworejo dan kebumen
KTG Purworejo dan
Kebumen
65
31 Maret 2012 - Final Voly Seluruh Karyawan Lapangan Madukismo
1 April 2012
2 April 2012 - Diskusi ke Kepala BST Kantor BST
3 April 2012 - Supervisi oleh Pembimbing Kantor Bagian Tanaman.
4 April 2012 - Berdiskusi dengan Kepala Rayon KMT Kantor Bagian Tanaman
5 April 2012 Analisa pendahuluan kebun
Magelang.
Lab Analisis kemasakan
PG. Madukismo
6 April 2012 Berdiskusi dengan Kabag.
Tanaman
Kantor Kabag Tanaman
7 April 2012 Analisa pendahuluan kebun
Kulonprogo.
Lab Analisis kemasakan
PG. Madukismo
8 April 2012
9 April 2012 Pengamatan di kebun Bantul KTG Bantul
10 April 2012 -Ku jungan dan diskusi dengan
staff gudang pupuk
-Diskusi dengan staff tebang
angkut
Gudang Pusat
Kantor Divisi Tebang
Angkut
11 April 2012 -Dangir
-Aplikasi pupuk 2
KBD kembaran
12 April 2012 Diskusi dengan Kepala BST Kantor BST
13 April 2012 -Pengambilan tbu manten
-Wawancara petani
KTG Magelang
14 April 2012 Tebu manten PG. Madukismo
15 April 2012
16 April 2012 Kunjungan dan pengamatan ke
kebun magelang.
KTG Magelang
17 April 2012 Penyusunan Laporan PG. Madukismo
18 April 2012 Pencarian data sekunder Perpustakaan PG.
66
Madukismo
19 April 2012 Klentek tebu KTG Bantul
20 April 2012 Kunjungan ke Lab. Analisa
kemasakan untuk mengamati
analisa tebu Gunung Kidul.
Lab Analisa
Kemasakan
21 April 2012 Kunjungan dan diskusi dengan
APTR
APTR PG Madukismo
22 April 2012
23 April 2012 Kunjungan dan pengamatan ke
kebun Sleman.
KTG Sleman
24 April 2012 Analisa kemasakan kebun
Sleman
Lab Analisa
Kemasakan
25 April 2012 Penyusunan laporan PG. Madukismo
26 April 2012 Kunjungan dan pengamatan
kebun tebu Kulonprogo
KTG Kulonprogo
27 April 2012 Kunjungan dn pengamatan ke
kebun tebu temanggung.
KTG Temanggung
28 April 2012 Analisa kemasakan tebu
teanggung.
Lab Analisa
Kemasakan
29 April 2012
30 April 2012 Mengikuti klentek tebu KTG Kab. Magelang.
1 Mei 2012 Diskusi dngan Kepala BST. Kantor BST PG.
Madukismo
2 Mei 2012 Penyusunan Laporan PG. Maduksimo
3 Mei 2012 pencarian data sekunder Perpustakaan PG
Madukismo
4 Mei 2012 Kunjungan dan pengamatan
kebun tebu Purworejo.
KTG purworejo
67
5 Mei 2012 Pengambilan data primer dari
kantor BST.
Kantor BST PG.
Madukismo
6 Mei 2012
7 Mei 2012 Diskusi dngan Kepala BST. Kantor BST PG.
Madukismo
9 Mei 2012 pencarian data sekunder Kantor BST PG.
Madukismo
10 Mei 2012 Kunjungan dan pengamatan
kebun tebu Bantul.
KTG Bantul
11 Mei 2012
12 Mei 2012 Tebang tebu di Kadipolo.
Mengikuti buka giling.
Kebun Tebu Kalidopo
13 Mei 2012 Tebang tebu di Bromo Kebun tebu Bromo
14 Mei 2012 - Tebang tebu di Babanglipuro
- Perbaikan Lporan
Kebun Tebu
Bambanglipuro
15 Mei 2012 Pamitan dengan Kepala BST dan
Staff Direktur.
PG. Maduksimo
68
Lampiran 2.
69
Lampiran 3.
70
Lampiran 4.
71
Lampiran 5.
68
Lampiran 6
Tabel Curah Hujan PG. Madukismo
Curah
Hujan (mm) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Spt Okt Nop Des Jumlah
1995 363 692 417 159 20 215 17 0 5 75 568 454 2985
1996 452 324 157 142 10 5 0 6 0 198 97 386 1777
1997 269 234 69 129 5 0 0 1 0 0 5 234 946
1998 200 380 409 329 70 216 144 26 45 301 324 403 2847
1999 439 314 341 265 171 2 40 0 45 9 316 288 2230
2000 321 600 446 296 55 117 0 0 0 195 493 131 2654
2001 439 329 446 289 83 96 15 0 0 198 427 172 2494
2002 366 562 164 203 94 0 0 0 0 32 220 433 2074
2003 277 521 356 48 105 6 0 0 0 92 284 360 2049
2004 329 257 338 0 77 11 30 0 0 20 182 442 1686
2005 381 336 201 143 0 61 24 0 0 76 82 637 1941
2006 436 238 493 321 191 0 0 0 0 0 50 410 2139
2007 89 346 335 244 53 42 5 0 0 85 168 687 2054
2008 232 368 407 178 46 22 0 0 0 172 464 298 2187
2009 269 344 176 177 179 31 0 0 3 68 153 118 1518
2010 162 199 378 165 304 129 83 182 315 510 263 529 3219
Rata-rata 314 377.75 320.81 193 91.43 59.56 22.37 13.43 25.81 126.93 256 373.87
72
69
Lampiran 7. Struktur Organisasi PT. Madubaru
Kabag Pabrikasi Kabag
Pemasaran
Kabag
Instalasi
Staf Direktur
Khusus TLD Kabag SDM &
Umum
Kepala Pabrik
Spiritus
KEPALA SPI
DIREKTUR
SEK DEKOM
PENASEHAT DEWAN KOMISARIS
Kabag Akt.
& Keu
Kabag
Tanaman
Rayon
Bantul dan Gunung Kidul
Seksi
BST
Rayon
PKB
Seksi
Tebang Angkut
Rayon
KMT
Rayon
Sleman
73
74
Lampiran 8
Data Sample Produktivitas Tanaman Tebu di Lahan Sawah
Wilayah Kerja Kab. Sleman (ton/ha)
Sumber : Bina Sarana Tani PG. Madukismo, Bantul (2012)
Wilayah Kerja Kab. Bantul (ton/ha)
Sumber : Bina Sarana Tani PG.. Madukismo, Bantul (2012)
Kebun Luas Areal
(Ha)
Produktivitas (Ton/Ha)
PC
(2008)
RC1
(2009)
RC2
(2010)
RC3
(2011)
Kln Jowah 1 76.3 76 89 50
Beji A 3,05 44.3 60.5 75 71.5
Muntuk 2,89 108.3 125.3 119.3 88.6
Rata-rata 76.3 87.26 94.43 70.03
Kebun Luas Areal
(Ha)
Produktivitas (Ton/Ha)
PC
(2008)
RC1
(2009)
RC2
(2010)
RC3
( 2011)
Jowilan 2,91 116.1 116.9 116.8 83,1
Sroyo 5,93 97.1 78.1 59.9 47.7
Jayan 3,18 87 62.5 56.1 42
Rata-rata 100.1 85.8 77.3 57.6
75
Lampiran 9
Data Sample Produktivitas Tanaman Tebu di Lahan Tegalan
Wilayah Kerja Kab. Sleman (ton/ha)
Sumber : Bina Sarana Tani PG. Madukismo, Bantul (2012)
Wilayah Kerja Kab. Bantul (ton/ha)
Sumber : Bina Sarana Tani PG. Madukismo, Bantul (2012)
Kebun Luas Areal
(Ha)
Produktivitas (Ton/Ha)
PC
(2008)
RC1
(2009)
RC2
(2010)
RC3
(2011)
Klidon 4.65 53.7 78.2 49.3 54
Pajangan 2.39 41.8 70.1 56.1 51.2
Sambrembe 1.52 35.4 55.5 61.1 46.7
Rata – rata 43.63 67.93 55.5 50.63
Kebun Luas Areal
(Ha)
Produktivitas (Ton/Ha)
PC
(2008)
RC1
(2009)
RC2
(2010)
RC3
(2011)
Jati Klinting 1.1 48.8 93.4 56 55.8
Beji A 3.18 19.5 45.7 49.8 52.8
Muntuk 2.28 38.6 53.5 49.6 41.8
Rata – rata 35.6 64.2 51.8 50.13
76
Lampiran 10
Analisis usaha tani tebu di Lahan Sawah pada Kab. Bantul
Pengeluaran (Rp)
PC RC 1 RC 2 RC 3
Persiapan 100.000 100.000 100.000 100.000
Buka Tanah 1.500.000 - - -
Tanam 600.000 - - -
Kepras - 600.000 600.000 600.000
Putus akar 250.000 250.000 250.000
Sulam 200.000 200.000 200.000
Pupuk ( I dan II ) 500.000 500.000 500.000 500.000
Dangir ( 2 kali ) 500.000 500.000 500.000 500.000
Pengairan ( 3 kali ) 750.000 750.000 750.000 750.000
Bumbun ( 3 kali ) 1.050.000 1.050.000 1.050.000 1.050.000
Pemeliharaan Got 600.000 600.000 600.000 600.000
Kletek ( 2 kali ) 600.000 600.000 600.000 600.000
Tebang Angkut 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000
- Bibit ( 45 x 70 ku ) 3.150.000
- Pupuk 1.700.000 1.700.000 1.700.000 1.700.000
- Obat-obat -
Jumlah 1166..005500..000000 11.850.000 11.850.000 11.850.000
Pendapatan (Rp)
Taksasi produksi (ton) 100.06 85.83 77.6 57.6
Hasil Gula (kg)
(x Rendemen 7 %)
7004.2 6008.1 5432 4032
x Harga gula (8500) 59.535.700 51.068.850 46.172.000 32.256.000
x Bagi hasil PG (66%) 39.293.562 33.705.441 30.473.520 21.288.960
Tetes (2,5 %) 2501.15 2145.75 1940 1440
Harga tetes (x 1000) 2.501.500 2.145.750 1.940.000 1.440.000
Jumlah 41.795.062 35.851.191 32.413.520 22.728.960
SHU 25.745.062 24.001.191 20.563.520 10.878.960
77
Lampiran 11
Analisis usaha tani tebu lahan tegalan di Kab. Sleman
Pengeluaran (Rp)
PC RC 1 RC 2 RC 3
Persiapan 100.000 100.000 100.000 100.000
Buka Tanah 1.000.000 - - -
Tanam 600.000 - - -
kepras - 600.000 600.000 600.000
Putus akar 250.000 250.000 250.000
Sulam 200.000 200.000 200.000
Pupuk ( I dan II ) 500.000 500.000 500.000 500.000
Dangir ( 2 kali ) 500.000 500.000 500.000 500.000
Pengairan ( 3 kali ) 750.000 750.000 750.000 750.000
Bumbun ( 3 kali ) 1.050.000 1.050.000 1.050.000 1.050.000
Pemeliharaan Got 600.000 600.000 600.000 600.000
Kletek ( 2 kali ) 600.000 600.000 600.000 600.000
Tebang Angkut 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000
- Bibit ( 45 x 70 ku ) 3.150.000
- Pupuk 1.700.000 1.700.000 1.700.000 1.700.000
- Obat-obat -
Jumlah 1155..555500..000000 11.850.000 11.850.000 11.850.000
Pendapatan (Rp)
PC RC 1 RC 2 RC 3
Taksasi produksi (ton) 43.53 67.93 55.5 50.63
Hasil Gula (kg)
(x Rendemen 7 %)
3047,1 4755,1 3885 3544,1
x Harga gula (8500) 25.900.350 40.418.350 33.022.500 30.124.850
x Bagi hasil PG (66%) 17.094.231 26.676.111 21.794.850 19.882.401
Tetes (2,5 %) 1088,25 1698,25 1387,5 1265,75
Harga tetes (x 1000) 1.088.250 1.698.250 1.387.500 1.265.750
Jumlah 18.182.481 28.374.361 23.182.350 21.148.151
SHU 2.632.481 16.524.361 11.332.350 9.298.151