PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi...

76
PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

Transcript of PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi...

Page 1: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan

PENGELOLAAN SUMBER ALAM DANLINGKUNGAN HIDUP

Page 2: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan
Page 3: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan

BAB II

PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

A. PENDAHULUAN

Dekade terakhir abad keduapuluh ditandai oleh semakin kuatnya kesadaran umat manusia mengenai mendesaknya masalah-masalah yang ditimbulkan oleh keterkaitan manusia, lingkungan dan pembangunan dan perlunya ditempuh langkah-langkah kebijaksanaan yang menyeluruh dan terpadu bagi pembangunan yang berkelanjutan. Konperensi Tingkat Tinggi Bumi pada tahun 1992 di Rio Janeiro di Brazil melambangkan kesadaran ini dan komitmen untuk menempuh langkah-langkah bagi. pembangunan berkelanjutan pada tingkat global.

Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) atas dasar mana kebijaksanaan-kebijaksanaan operasional pembangunan ditetapkan dan dilaksanakan telah memberikan pengarahan yang tegas agar sumber alam yang kita miliki, baik yang berada di darat, laut, maupun di udara dikelola dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dengan tetap memelihara kelestarian, kemampuan lingkungan hidup, sehingga memberi manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan pembangunan dan kesejahteraan rakyat, baik bagi generasi sekarang maupun generasi-generasi yang akan datang. Kebijaksanaan pembangunan selama ini telah dirancang dan dilaksanakan atas dasar pengarahan GBHN yang ada.

II/3

Page 4: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan

Walaupun demikian perlulah dikemukakan mengenai masalah-masalah pokok yang masih dihadapi dalam upaya pemeliharaan mutu dan fungsi lingkungan hidup. Terdapat dua masalah utama di bidang ini: Pertama adalah kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat, kurangnya kesadaran dan kemampuan dunia usaha untuk memasukkan biaya perlindungan lingkungan hidup dalam kegiatannya, kurangnya kemampuan institusional dalam mengembangkan sistem pengelolaan lingkungan, dan kemiskinan. Akibat dari kurangnya kemampuan masyarakat untuk mengurus fungsi lingkungan hidup tersebut terlihat jelas pada penurunan mutu berbagai komponen lingkungan hidup seperti sungai-sungai, penurunan mutu sumber alam, mutu udara di kota-kota, dan lain-lain.

Yang kedua adalah pembangunan itu sendiri dengan berbagai kegiatannya dapat mempengaruhi struktur dasar ekosistem melalui dua cara, yaitu: (1) melalui ekploitasi sumber alam yang berlebihan yang dapat merusak keseimbangan antara komponen-komponen ekosistem, (2) dengan menimbulkan kerusakan terhadap berfungsinya proses-proses alami dalam ekosistem. Kerusakan struktur ekosistem seperti itu merupakan gangguan terhadap kelangsungan hidup manusia dan merupakan kendala terhadap keberlanjutan pembangunan.

Sehubungan dengan itu maka sejak Repelita II berbagai kebijaksana-an dan upaya telah dilaksanakan untuk mencegah dan menanggulangi kerusakan sumber alam dan lingkungan hidup. Dalam Repelita-repelita berikutnya kebijaksanaan pokok pembangunan di bidang sumber alam dan lingkungan hidup terus disempurnakan dan ditingkatkan khususnya dalam rangka kebijaksanaan pembangunan berkelanjutan.

Dalam GBHN 1988 dan Repelita V arah kebijaksanaan pembangunan berkelanjutan tersebut dipertegas lagi dengan batasan dan ciri-cirinya yang jelas. Pembangunan yang berkelanjutan di samping akan tampak dari adanya mutu manusia yang makin meningkat, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : (1) memberi kemungkinan kepada kelangsungan hidup dengan jalan melestarikan fungsi dan kemampuan ekosistem yang mendukungnya, baik secara langsung maupun tidak langsung; (2) memanfaatkan sumber alam sebanyak alam atau teknologi pengelolaannya mampu menghasilkan secara lestari; (3) memberi kesempatan kepada sektor dan kegiatan lainnya untuk berkembang bersama-sama, baik di berbagai daerah dalam kurun waktu yang sama maupun di suatu daerah dalam kurun waktu yang berbeda, secara

II/4

Page 5: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan

sambung menyambung; (4) meningkatkan dan melestarikan kemampuan dan fungsi ekosistem untuk memasok sumber alam dengan cara melindungi serta mendukung perikehidupan secara terus menerus; dan (5) menggunakan prosedur dan tata cara yang memperhatikan kelestarian fungsi dan kemampuan ekosistem untuk mendukung perikehidupan, baik perikehidupan masa kini maupun perikehidupan di masa yang akan datang.

Dalam upaya mendukung terwujudnya pembangunan yang berkelan-jutan tersebut maka sejak REPELITA II sampai dengan Repelita V yang sedang berjalan ini telah dikembangkan berbagai kebijaksanaan dan langkah-langkah yang keseluruhannya di upayakan melalui tujuh program pelaksanaan. Ketujuh program ini meliputi: (1) program inventarisasi dan evaluasi sumber alam dan lingkungan hidup, (2) program penyelamatan hutan, tanah dan air, (3) program pengelolaan sumber alam dan lingkungan hidup, (4) program pengembangan meteorologi dan geofisika, (5) program pembinaan daerah pantai, (6) program pengendalian pencemaran lingkungan hidup, dan (7) program rehabilitasi hutan dan tanah kritis.

B. INVENTARISASI DAN EVALUASI SUMBER ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

1. Kebijaksanaan dan Langkah-langkah

Program ini mempunyai tujuan untuk meningkatkan jumlah dan mutu informasi tentang sumber alam dan lingkungan hidup, pengembangan neraca dan tata guna sumber alam dan lingkungan hidup dalam rangka menjamin tersedianya sumber alam yang berkelanjutan.

Penyediaan informasi yang cukup dan tepat tentang sumber alam dan mutu serta fungsi lingkungan hidup ini akan meningkatkan pilihan investasi pembangunan dan mengembangkan efisiensi pengelolaan lingkungan hidup sehingga upaya peningkatan pendapatan dan lapangan kerja serta kesempatan berusaha bagi masyarakat dapat terus berkembang secara berkelanjutan. Di samping itu pemanfaatan teknologi canggih seperti teknik penginderaan jauh dengan satelit akan meningkatkan jumlah tenaga terampil yang akan diperlukan untuk pembangunan masa depan yang menggunakan teknologi yang semakin canggih.

II/5

Page 6: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan

2. Hasil-hasil Pelaksanaan Kebijaksanaan

Kegiatan-kegiatan utama yang tercakup dalam program ini adalah sebagai berikut: (1) pemetaan dasar; (2) inventarisasi serta pemetaan sumber alam dan tipe ekosistem; (3) penatagunaan sumber alam; (4) pengembangan sistem informasi dan neraca sumber alam dan lingkungan.

a. Pemetaan Dasar

Peta dasar, yaitu peta yang menggambarkan rupa bumi, dibuat dalam berbagai skala untuk berbagai jenis kebutuhan. Sampai dengan akhir Repelita III, peta dasar yang telah diselesaikan meliputi Sumatera dan Jawa dengan skala 1:50.000, Kalimantan dan Irian Jaya dengan skala 1:100.000, dan peta dasar seluruh Indonesia dengan skala 1:250.000. Dalam periode Repelita IV telah diselesaikan peta dasar wilayah Bali dengan skala 1:25.000, peta dasar Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dengan skala 1:50.000. Dalam Repelita V telah dibuat peta dasar propinsi Timor Timur dengan skala 1:50.000. Dengan demikian peta dasar untuk seluruh Nusantara telah selesai dibuat dengan berbagai skala sesuai dengan tingkat kebutuhannya.

Kegiatan pemetaan geologi bersistem adalah pembuatan peta geologi secara sistematis dalam skala yang sama, untuk menunjang pelaksanaan pembangunan sektor pertambangan dan energi dan berbagai sektor lainnya. Kegiatan pemetaan geologi bersistem di Jawa dan Madura telah dilaksanakan sejak Repelita I, dan dalam tahun pertama Repelita V kegiatan pemetaan geologi bersistem di Jawa dan Madura telah diselesaikan seluruhnya. Di daerah-daerah lain pada tahun 1992/93 untuk pemetaan geologi bersistem telah berhasil diselesaikan 86% dari seluruh peta yang direncanakan. Dengan peta geologi yang telah diselesaikan itu perencanaan pembangunan dalam bidang geologi dapat dilakukan secara lebih cepat dan tepat.

Peta dasar yang dihasilkan amat penting untuk membantu kegiatan perencanaan pembangunan baik rencana pembangunan sektoral maupun daerah, identifikasi lokasi kekayaan alam seperti minyak dan gas bumi serta batu bara, pengembangan areal pertanian baru, membantu penelitian arkeologi, perluasan infrastruktur pembangunan seperti bendungan dan jalan serta pelabuhan, pemeliharaan mutu lingkungan hidup seperti proyek kali bersih dan rehabilitasi hutan. Di samping itu peta dasar tersebut penting

II/6

Page 7: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan

untuk mengkoordinasikan pembangunan melalui kesatuan informasi bagi semua sektor dan daerah.

b. Inventarisasi dan Pemetaan Sumber Alam dan Tipe Ekosistem

Kegiatan inventarisasi hutan melalui penafsiran foto udara baru dimulai dalam Repelita II. Dalam lima tahun terakhir kegiatan inventarisasi hutan melalui citra satelit terus dikembangkan, sampai dengan tahun 1992/93 kegiatan tersebut telah mencakup seluas 160 juta ha. Selanjutnya melalui citra SPOT telah berhasil dilaksanakan inventarisasi hutan seluas 87 juta ha dan melalui potret udara seluas 28,32 juta ha (Tabel II-1). Dari perkembangan hasil yang telah dicapai terlihat adanya peningkatan dalam kemampuan pelaksanaan baik dari segi keterampilan personil, kemampuan sarana, dan kemampuan pengelolaan kegiatan.

Pelaksanaan inventarisasi hutan menghasilkan gambaran tepat tentang potensi hutan di seluruh Indonesia. Informasi itu memungkinkan perhitungan perkiraan potensi sumbangan hutan bagi perekonomian Indonesia secara cermat. Selain itu dengan informasi yang dihasilkan dapat disusun rencana pengelolaan hutan yang sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu kegiatan inventarisasi dan evaluasi hutan dilakukan untuk seluruh hutan Indonesia secara berkala dan meliputi baik tegakan hutan maupun potensi produksi hasil hutan bukan kayu.

Dalam rangka upaya mengetahui potensi kandungan mineral dan batuan di berbagai daerah sejak Repelita I telah dilakukan kegiatan inventarisasi dan eksplorasi mineral logam, mineral industri dan batuan, batu bara dan gambut. Kegiatan penyelidikan mineral logam terutama ditujukan untuk mengetahui potensi bahan galian logam tembaga dan seng, serta logam mulia dan logam besi yang dapat menunjang perindustrian dalam negeri dan ekspor. Kegiatan tersebut dilaksanakan antara lain di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Jenis komoditi mineral industri dan batuan yang ditemukan antara lain meliputi bahan mineral untuk industri keramik, industri bahan bangunan, industri kimia dan industri batu mulia. Pelaksanaan kegiatan penyelidikan batu bara dan endapan gambut dilakukan di Sumatera dan di Kalimantan.

II/7

Page 8: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan

c. Penatagunaan Sumber Alam

Kegiatan-kegiatan inventarisasi, penatagunaan dan pengukuhan hutan dimaksudkan untuk melaksanakan penatagunaan sumber alam hutan agar setiap bidang hutan akan memperoleh status hukum yang jelas sebagai hutan lindung atau hutan produksi. Kegiatan ini amat ditingkatkan dalam lima tahun terakhir. Sampai dengan tahun 1992/93 telah dilakukan penataan batas kawasan hutan sepanjang 100.901 km (Tabel II-1).

Pemetaan geologi tata lingkungan yang mencakup pemetaan hidrogeologi dan pemetaan geologi teknik dilaksanakan untuk mengetahui daya dukung suatu wilayah. Sejak Repelita I sampai dengan tahun keempat Repelita V pemetaan hidrogeologi untuk seluruh Indonesia telah diselesaikan sekitar 38 % dari seluruh peta.

Peta-peta yang dihasilkan dalam berbagai kegiatan ini menyediakan informasi dasar mengenai persediaan air tanah dan produktivitas lapisan pembawa air tanah yang membuka kesempatan bagi pembangunan pemukiman, industri dan lain-lain. Dengan hasil yang telah dicapai itu maka baru sebagian wilayah Indonesia memiliki informasi rinci tentang daya dukung hidrogeologi wilayah, yang mempunyai peranan penting dalam perencanaan pembangunan wilayah tersebut.

d. Pengembangan Sistem Informasi dan Neraca Sumber Alam dan lingkungan

Sistem informasi geografis merupakan suatu sistem pemrosesan dan analisa peta dengan bantuan komputer berupa peta-peta digital dengan tema-tema tertentu. Adapun prioritas pemrosesan diarahkan pada pembuatan peta-peta sumber alam yang hasilnya akan bermanfaat sebagai perangkat pembantu utama yang digunakan dalam perencanaan pembangunan wilayah secara terpadu yang dikoordinasikan oleh BAPPEDA Tingkat I dan II, misalnya dalam penyusunan pola tata ruang daerah, perencanaan lokasi proyek yang berkaitan dengan letak kawasan hutan dan kawasan pertambangan, penetapan kawasan lindung dan proyek terpadu kali bersih.

Selain dari itu, dalam upaya meningkatkan pengetahuan mengenai perkembangan keadaan lingkungan di daerah, mulai akhir Repelita III setiap

II/8

Page 9: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan

TABEL II – 1HASIL PENATAAN BATAS DAN INVENTARISASI HUTAN 1)

1968 – 1992/93

1) Angka kumulatif sejak tahun 1969/702) Angka diperbaiki3) Angka sementara (April sampai dengan Desember 1992)

II/9

Page 10: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan

GRAFIK II - 1

PENATAAN BATAS DAN INVENTARISASI HUTAN1968 - 1992/93

II/10

Page 11: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan

propinsi telah membuat laporan Neraca Kependudukan dan Lingkungan Hidup (NKLD) yang di tingkat nasional dikembangkan dalam bentuk Laporan Kualitas Lingkungan Hidup Indonesia. Laporan NKLD ini dipakai sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam perencanaan pembangunan daerah. Dalam tahun 1992/93 kegiatan ini terus dilanjutkan dan disempurna-kan.

Untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan telah dilakukan usaha-usaha memasukkan unsur-unsur lingkungan dalam memperhitungkan pertumbuhan ekonomi dan dalam kelayakan pembangunan suatu proyek. Dengan memperhitungkan unsur-unsur lingkungan tersebut perkembangan pembangunan yang berkelanjutan dapat dipantau melalui prosedur yang memperhitungkan kehilangan potensi masa depan yang disebabkan oleh kerusakan yang terjadi.

Dampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pem-borosan penggunaan sumber dana dan daya serta meningkatkan keterampilan berkoordinasi dalam perencanaan pembangunan.

C. PENYELAMATAN HUTAN, TANAH DAN AIR

1. Kebijaksanaan dan Langkah-langkah :

Program ini mempunyai tujuan melestarikan fungsi dan kemampuan sumber alam dan lingkungan hidup serta keberagaman hayati. Tujuan itu diupayakan dicapai melalui pemeliharaan hutan lindung dan suaka alam serta ekosistem khas lainnya, pengembangan sistem taman nasional, penyelamatan plasma nutfah. Di samping tujuan tersebut juga diusahakan dicapai melalui kegiatan-kegiatan penanggulangan bencana alam, pemeliharaan daerah aliran sungai dan peningkatan peran serta masyarakat yang lebih luas dalam pemeliharaan lingkungan.

Upaya untuk mengembangkan keterpaduan antara pembangunan dan pelestarian alam serta antara kepentingan masyarakat setempat dan kepentingan nasional dan internasional, terus ditingkatkan antara lain dalam bentuk pengembangan Taman Nasional dan Daerah Aliran Sungai. Upaya pengendalian dan pengembangan wilayah sungai serta penanggulangan bencana alam juga terus dikembangkan, terlebih-lebih upaya pengendalian

II/11

Page 12: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan

banjir dan pengaturan sungai di wilayah hilir aliran sungai yang padat pemukiman dan investasi pengairannya sudah tinggi.

2. Hasil-hasil Pelaksanaan Kebijaksanaan

a. Pemeliharaan Hutan Lindung

Dalam rangka meningkatkan upaya pemeliharaan hutan lindung terhadap berbagai gangguan, maka dilakukan penetapan kawasan hutan lindung. Sejak tahun 1982 sampai dengan tahun keempat Repelita V telah berhasil ditetapkan kawasan hutan lindung seluas 30,5 juta ha atau sekitar 21% dari seluruh luas hutan yang ada dan tersebar di 27 propinsi.

Upaya pemeliharaan hutan lindung tersebut sangat didukung oleh perangkat peraturan yang diundangkan dalam tahun 1992 yaitu Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang mengatur seluruh proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Kebijaksanaan tata ruang nasional tersebut memberikan prioritas kepada usaha melindungi kawasan lindung, yang sebagian besar berupa hutan lindung.

Usaha peningkatan pengamanan kawasan hutan lindung dilakukan melalui peningkatan peran serta masyarakat, peningkatan jumlah dan mutu petugas pengaman hutan (Jagawana) dan peningkatan operasi penyuluhan dan pengamanan di lapangan. Upaya peningkatan peran serta masyarakat dalam pelestarian hutan dilakukan baik melalui penyuluhan maupun melalui pengembangan hutan kemasyarakatan di kawasan zona penyangga. Sedangkan untuk meningkatkan mutu kegiatan perlindungan hutan, sejak tahun 1984 diselenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi petugas pengaman hutan (Jagawana). Sampai dengan tahun 1992/93 tenaga Jagawana yang berhasil memperoleh pendidikan seluruhnya telah mencakup 7.719 orang yang tersebar di 27 propinsi.

Pemeliharaan hutan lindung memberikan dampak positif kepada pengamanan .daerah aliran sungai sebelah hilir sehingga fungsi daerah hilir dalam pembangunan wilayah tetap terpelihara, misalnya fungsi-fungsi

II/12

Page 13: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan

pemukiman kota, sarana dan prasarana bendungan dan saluran-saluran irigasi, pelabuhan, dan lain-lain. Kegiatan ini juga meningkatkan jumlah tenaga terampil di daerah yang akan penting artinya dalam pelaksanaan pengurusan kawasan lindung yang sedang dikembangkan pelaksanaannya dalam peraturan perundangan penataan ruang.

b. Pembinaan dan Pembangunan Kawasan Konservasi Sumber Alam

Sejak Repelita I upaya pengembangan dan pembinaan kawasan konservasi alam terus dilakukan melalui penetapan kawasan-kawasan konservasi alam yang baru. Jumlah, luas dan lokasi kawasan konservasi tersebut terus berubah-ubah. Perubahan ini terjadi karena semakin banyaknya kawasan konservasi yang sudah berubah fungsi, sehingga tidak layak lagi untuk dipertahankan peruntukannya sebagai kawasan konservasi, dan karena diadakannya penambahan areal-areal konservasi baru. Dalam tahun terakhir 1992/93 kawasan konservasi telah berjumlah 333 unit dengan luas areal lebih dari 14,6 juta ha. Jumlah ini tidak berubah selama lima tahun terakhir (Tabel II-2).

Sistem taman nasional adalah sistem konservasi sumber alam yang memadukan kepentingan konservasi sumber alam hayati dengan penanggulangan penduduk miskin di sekitarnya serta pemanfaatan kawasan untuk tujuan pendidikan dan penelitian serta pariwisata. Sistem ini merupakan perwujudan regional dari pola pembangunan berkelanjutan yang menyerasikan keperluan perlindungan lingkungan bagi masa depan dengan kebutuhan penduduk lokal masa kini dan peningkatan manfaat ekonomi yang berkelanjutan yang dihasilkan oleh suatu kawasan yang berfungsi sebagai suatu ekosistem alam yang asli.

Sejak akhir Repelita II sampai dengan tahun 1987/88 taman nasional yang berhasil ditetapkan dan dikelola mencapai sebanyak 20 unit dengan luas areal mendekati 4,78 juta ha. Dalam lima tahun terakhir baik jumlah unit maupun luas areal telah meningkat. Dalam tahun 1992/93 telah terdapat sebanyak 30 unit taman nasional yang meliputi areal seluas 7,7 juta ha. Pengelolaan taman nasional yang telah dikukuhkan tersebut terus ditingkatkan.

II/13

Page 14: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan

TABEL II – 2PERKEMBANGAN KAWASAN KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM, 1)

1968 – 1992/93

1) Angka kumulatif sejak tahun 1969/702) Angka diperbaiki3) Angka sementara (April sampai dengan Desember 1992)

II/14

Page 15: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan

GRAFIK II – 2PERKEMBANGAN KAWASAN KONSERVASI

SUMBER DAYA ALAM,1968 – 1992/93

II/15

Page 16: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan

c. Penyelamatan Plasma Nutfah

Sejak Repelita I dikembangkan pemeliharaan plasma nutfah asli bagi budi daya pertanian. Di samping itu juga dikembangkan upaya penyelamatan flora dan fauna. Dalam rangka mengembangkan budi daya flora dan fauna tersebut kegiatan penangkaran dilakukan secara luas. Dalam tahun 1990/91 misalnya, dikembangkan kegiatan penangkaran yang meliputi penangkaran buaya di Irian Jaya, Kalimantan dan Sulawesi Selatan, penangkaran burung bayan dan kakaktua Raja di Bali dan penangkaran rusa Jawa di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Bengkulu, Aceh, dan di Nusa Tenggara. Sejalan dengan itu, dilakukan pula pembinaan populasi jenis - jenis lainnya, seperti rehabilitasi orang hutan di Tanjung Puting (Kalimantan Tengah), pelatihan gajah di Lampung, Sumatera Selatan, Riau dan Aceh, dan pelestarian badak Sumatera di Sumatera. Dalam upaya penyelamatan plasma nutfah, sampai dengan tahun 1992/93 telah ditetapkan 13 Taman Bunt yang mencakup areal seluas 241 ribu ha lebih.

Selanjutnya, dalam upaya meningkatkan fungsi kawasan konservasi dan rekreasi sejak, pertengahan Repelita IV dikembangkan Taman Hutan Raya. Dalam upaya itu sampai dengan tahun keempat Repelita V telah ditetapkan 4 lokasi Taman Hutan Raya, yaitu Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda di Jawa Barat, Taman Hutan Raya Bung Hatta di Sumatera Barat, Taman Hutan Raya Sultan Adam di Kalimantan Selatan dan Taman Hutan Raya Bukit Barisan di Sumatera Utara, yang seluruhnya meliputi areal seluas 164.690 ha.

Dalam rangka penyelamatan plasma nutfah sejak tahun 1988/89 juga diusahakan ditumbuhkan rasa cinta alam dan kesadaran masyarakat akan pentingnya konservasi sumber alam melalui pelatihan kader konservasi. Dalam upaya itu sampai dengan tahun 1992/93 telah berhasil dilatih sebanyak 21.253 orang kader konservasi di seluruh propinsi di Indonesia.

Pemeliharaan plasma nutfah yang beranekaragam yang merupakan kekayaan alam Indonesia mempunyai arti penting sebagai upaya penyediaan bahan baku biologis di masa depan untuk pemuliaan jenis tanaman dan hewan pertanian, peningkatan pilihan baru untuk pengembangan bahan obat-obatan dan teknologi penyehatan lingkungan. Bersamaan dengan usaha itu maka penyediaan lapangan kerja dan sumber pendapatan dalam sektor

II/16

Page 17: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan

pariwisata dan memberikan alternatif kehidupan bagi penduduk sekitar hutan.

d. Pemeliharaan Daerah Aliran Sungai

Upaya pemeliharaan fungsi Daerah Aliran Sungai telah dilakukan melalui kegiatan (1) perbaikan dan pemeliharaan sungai, (2) perbaikan dan pengaturan sungai, (3) penanggulangan akibat bencana alam gunung berapi, dan (4) pengembangan wilayah sungai.

Sejak Repelita I sampai dengan tahun 1987/88 kegiatan penanggulangan bencana alam, pengendalian dan pengembangan wilayah sungai terus meningkat. Peningkatan lebih cepat selama lima tahun terakhir dan mencapai areal seluas 1,9 juta ha. Rincian hasil pelaksanaan usaha pengendalian sungai, pengembangan wilayah dan penanggulangan bencana alam menurut propinsi dapat dilihat dalam Tabel II-3.

Dalam rangka menanggulangi bencana alam akibat gunung berapi, terutama terhadap bahaya banjir lahar dingin dari G. Merapi, G. Kelud, G. Semeru, G. Agung, dan G. Galunggung, maka upaya pembuatan dan pemeliharaan kantong-kantong pasir, dam pengendali dan bangunan pengendali lainnya masih terus dilakukan. Upaya penanggulangan bahaya banjir dengan membangun bendungan juga terus dilakukan. Melalui kegiatan ini telah dibangun di antaranya bendungan-bendungan Wadaslintang, Kedung Ombo, Wonorejo, Wawotobi (Sulawesi Utara) dan Riam Kanan (Kalimantan Selatan). Sementara itu pembangunan bendungan Bili-Bili di Sulawesi Selatan sedang dalam proses persiapan. Upaya penanggulangan bencana alam dan rehabilitasi daerah bencana alam di berbagai, daerah terus dilanjutkan.

D. PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

1. Kebijaksanaan dan Langkah-langkah

Program pengelolaan sumber alam dan lingkungan hidup bertujuan agar dalam pembangunan sumber alam digunakan secara rasional dan tidak

II/17

Page 18: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan

TABEL II – 3

HASIL PELAKSANAAN USAHA PENGENDALIAN SUNGAI,PENGEMBANGAN WILAYAH DAN PENANGGULANGAN BENCANA ALAM

MENURUT DAERAH TINGKAT I, 1)1973/74 – 1992/93

(ha)

1) Angka kumulatif sejak tahun 1969/702) Angka diperbaiki3) Angka sementara (April sampai dengan Desember 1992)

II/18

Page 19: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan

merusak tata lingkungan hidup manusia. Kegiatan-kegiatan dalam program ini meliputi: pengembangan pelaksanaan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), pengembangan institusi pengelolaan lingkungan hidup untuk meningkatkan usaha pengendalian pencemaran lingkungan hidup, perlindungan ekosistem, pelestarian plasma nutfah dan peningkatan peran serta masyarakat.

Dalam Repelita V program pengelolaan sumber alam dan lingkungan hidup dikembangkan dengan upaya meningkatkan kemampuan pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan sumber alam dan lingkungan hidup. Hal itu diupayakan dicapai melalui kegiatan pengembangan institusi pengelola sumber alam dan lingkungan hidup, pembinaan lingkungan sosial, pendidikan, latihan dan penelitian serta pengembangan peran serta masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat dan dunia usaha.

2. Hasil-hasil Pelaksanaan Kebijaksanaan

Untuk meningkatkan kemampuan dalam pengelolaan lingkungan sejak Repelita III telah dilaksanakan pendidikan dan latihan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Sampai dengan tahun 1992/93 pendidikan Pengenalan AMDAL dan Dasar-dasar AMDAL telah menghasilkan 9.404 orang lulusan dan kursus Penyusunan AMDAL sebanyak 1.769 orang lulusan. Dengan demikian diharapkan perhatian dan penanganan masalah lingkungan hidup dapat semakin meningkat.

Sejalan dengan meningkatnya kegiatan pelaksanaan AMDAL di berbagai sektor pembangunan, sejak tahun 1986 di berbagai departemen dan lembaga non departemen di tingkat pusat dan di seluruh propinsi telah dibentuk dan dikembangkan komisi-komisi AMDAL. Komisi AMDAL tersebut bertugas memperlancar pelaksanaan dan penilaian AMDAL dalam lingkup kewenangan dan tanggung jawab masing-masing.

Dalam rangka meningkatkan pengelolaan sumber alam dan lingkung-an hidup, khususnya dalam pelaksanaan pencegahan dan pengendalian dampak lingkungan berbagai kegiatan pembangunan, dengan Keppres No. 23 Tahun 1990 telah dibentuk Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL). Tugas dan wewenang BAPEDAL tersebut

II/19

Page 20: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan

meliputi upaya pencegahan kerusakan, penanggulangan dampak serta pemulihan kualitas lingkungan. Kemampuan BAPEDAL tersebut terus dikembangkan agar dapat melaksanakan fungsinya secara optimal untuk mengkoordinasikan pelaksanaan pencegahan dan pengendalian dampak lingkungan. BAPEDAL dibentuk karena banyaknya masalah pelaksanaan pengelolaan lingkungan yang bersifat lintas sektoral, lintas daerah dan bahkan antar negara yang memerlukan penanganan secara terpadu agar menjadi lebih efisien dan lebih efektif serta memiliki keserasian dalam pengembangan peraturan pelaksanaannya, baik di tingkat pusat dan daerah, maupun di tingkat sektor.

Dalam upaya meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam pelestarian lingkungan hidup, pembinaan dan pengembangan terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) terus dilakukan. Di berbagai perguruan tinggi di berbagai daerah telah dibangun dan dikembangkan Pusat Studi Lingkungan (PSL).

Dalam upaya meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sumber alam dan lingkungan hidup sejak tahun 1982 setiap tahun diberikan penghargaan Kalpataru bagi para perintis, penyelamat, pengabdi dan pembina lingkungan. Sejak tahun 1982 sampai dengan tahun 1992/93 ini penghargaan Kalpataru telah diberikan kepada 90 orang yang kegiatannya secara swadaya dalam pemeliharaan lingkungan mendapat penilaian yang terbaik pada tingkat nasional. Penghargaan Kalpataru diberikan kepada anggota masyarakat, baik perorangan maupun lembaga, sebagai contoh keteladanan bagi masyarakat umum.

Untuk memberikan dorongan dan motivasi yang lebih besar kepada masyarakat di kota-kota di seluruh Indonesia agar berusaha meningkatkan kebersihan, kesehatan dan keindahan kota sejak tahun 1986 diberikan penghargaan "Adipura" kepada kota-kota yang mendapat penilaian terbaik di tingkat nasional dalam kebersihan, kesehatan dan keindahan tersebut. Sejak tahun 1986 sampai dengan tahun 1992/93, kota-kota yang telah berhasil mendapatkan Adipura ini adalah Surabaya, Semarang, Bandung, Surakarta, Padang, Malang, Bandar Lampung, Bogor, Jambi, Menado, Ambon, Cianjur, Balikpapan, Cirebon, Samarinda, Bukit Tinggi, Magelang, Temanggung, Solok, Magetan, Boyolali, Kudus dan Wonosobo. Penghargaan ADIPURA merupakan penghargaan keteladanan bagi kota dan masyarakatnya yang secara swadaya mengurus lingkungannya dengan baik.

II/20

Page 21: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan

E. PENGEMBANGAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA

1. Kebijaksanaan dan Langkah-langkah

Program ini diarahkan untuk meningkatkan kemampuan nasional di bidang meteorologi dan geofisika untuk menyediakan informasi bagi pihak-pihak yang memerlukan sehingga dapat melaksanakan fungsi mereka masing-masing secara optimal. Jasa penyediaan informasi itu dikembangkan dengan ruang lingkup dan Skala cakupan nasional maupun internasional.

Dalam Repelita I dan II, program pengembangan meteorologi dan geofisika ditujukan untuk merehabilitasi dan meningkatkan sarana dan prasarana yang ada. Dalam Repelita III dan IV upaya pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan mengembangkan penerapan teknologi mutakhir seperti pemakaian Satelit Bumi Satelit Cuaca (SBSC) dan ikut serta secara aktif dalam sistem jaringan seismologi dan komunikasi internasional.

Kebijaksanaan program ini juga mencakup usaha peningkatan jumlah dan mutu data dan informasi. Kebijaksanaan ini dilakukan melalui peningkatan kualitas dan kuantitas peralatan sehingga sesuai dengan standar World Meteorological Organization (WMO) dalam pembinaan inventarisasi data dan informasi meteorologi dan geofisika nasional. Upaya peningkatan keterampilan dan kemampuan aparat pelaksana dan penciptaan organisasi yang lebih luwes untuk mendukung program secara operasional terus dilakukan. Selain itu peningkatan kerja sama regional dan internasional dalam pengembangan program ini juga terus dilakukan.

2. Hasil-hasil Pelaksanaan Kebijaksanaan

Sejalan dengan laju perkembangan pembangunan nasional, pelayanan jasa meteorologi dan geofisika terus dikembangkan dengan pembangunan sistem jaringan pengamatan dan penyediaan peralatan yang bermutu tinggi. Dari akhir Repelita I sampai dengan tahun 1987/88 komponen sistem jaringan pengamatan meteorologi dan geofisika terus bertambah. Dalam lima tahun terakhir komponen itu bertambah lebih pesat dan pada tahun 1992/93 telah mencapai jumlah 5.802 stasiun terdiri dari 118 buah stasiun meteorologi, 5.656 buah stasiun klimatologi dan 22 buah stasiun geofisika. Jaringan stasiun-stasiun itu menghasilkan data dan informasi sebanyak lebih dari 1,2 juta unit data (Tabel II-4 dan II-5).

II/21

Page 22: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan

TABEL II – 4JUMLAH STASIUN METEOROLOGI 1)

KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA YANG TELAH BERFUNGSI,1968.69 – 1992/93

(unit)

1) Angka kumulatif sejak tahun 1969/702) Angka diperbaiki3) Angka sementara (April sampai dengan Desember 1992)

II/22

Page 23: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan

TABEL II – 5PRODUKSI DATA STASIUN METEOROLOGI 1)

KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA YANG TELAH BERFUNGSI,1968.69 – 1992/93

(buah)

1) Angka kumulatif sejak tahun 1969/702) Angka diperbaiki3) Angka sementara (April sampai dengan Desember 1992)

II/23

Page 24: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan

Melalui program ini telah dikembangkan pula penerapan teknik pengamatan seismo secara terus menerus dengan menggunakan satelit (SBSC) Satelit Bumi Satelit Cuaca dan satelit sumber alam lain. Pengembangan itu dimaksudkan untuk meningkatkan ketelitian dan memperluas cakupan wilayah yang diamati. Dalam rangka penggunaan satelit ini telah dibina kerja sama internasional, termasuk kerja sama di lingkungan ASEAN dan kerja sama pengembangan sistem seismologi dan telekomunikasi.

Sampai dengan tahun keempat Repelita V telah berhasil dibangun jaringan transmisi gambar otomatis, pusat pengendalian peralatan cuaca secara otomatis, peralatan radar cuaca dan peralatan untuk mengamati perubahan kecepatan dan arah angin di beberapa daerah di Indonesia. Kualitas dan kuantitas peralatan-peralatan itu terus ditingkatkan. Kemampuan nasional dalam pelayanan informasi meteorologi dan geofisika terus meningkat yang berarti kemampuan teknis dan sarana serta prasarananya telah berfungsi dengan baik.

Informasi iklim dan geofisika amat penting bagi pembangunan berbagai sektor dan daerah, misalnya meningkatkan keselamatan penerbangan dan pelayaran yang semakin berkembang, penentuan musim tanam dan panen dalam sektor pertanian yang amat sensitif terhadap perubahan cuaca, mengurangi kerugian karena bencana alam melalui sistem peringatan dini tentang potensi bencana alam, pemantauan tingkat pencemaran udara untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi upaya pengendaliannya. Di samping itu pengalaman nasional dalam pemanfaatan teknologi canggih menjadi lebih baik dan lapangan kerja yang berkaitan dengan penggunaan teknologi canggih di sektor perhubungan, pertanian dan sebagainya menjadi lebih terbuka.

F. PEMBINAAN DAERAH PANTAI

1. Kebijaksanaan dan Langkah-langkah

Program ini mempunyai tujuan: (1) meningkatkan peranan sumber daya laut dan pesisir dalam pembangunan nasional, (2) meningkatkan

II/24

Page 25: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan

kemampuan masyarakat pantai untuk memanfaatkan dan melestarikan ekosistem pantai dan lautan, (3) mengembangkan keahlian dan keterampilan masyarakat dan aparat pemerintah dalam pengelolaan lautan dan pesisir, dan (4) meningkatkan pengendalian perusakan lingkungan laut serta pembinaan pelestarian fungsi ekosistem pantai dan lautan.

Usaha perikanan laut yang pesat yang tidak disertai dengan pembinaan lingkungan hidup pendukungnya dapat menyebabkan terancamnya kelestarian usaha tersebut. Oleh karena itu usaha pemeliharaan kelestarian fungsi lingkungan pesisir dan lautan mempunyai "peranan yang amat penting dalam program ini. Untuk mencegah kerusakan lingkungan pesisir dan lautan dan melestarikan sumber alam lautan, maka kebijaksanaan untuk mengatur usaha perikanan pantai terus dikembangkan. Dalam hubungan dengan itu telah diusahakan pengaturan dan pengendalian jumlah kapal penangkap ikan, pembatasan jumlah tangkapan, pelarangan terhadap penggunaan bahan peledak dan racun, dan bahkan dengan penetapan daerah suaka alam lautan. Sejalan dengan itu untuk mengetahui potensi sumber alam lautan terus dikembangkan pula kegiatan inventarisasi dan evaluasi mengenai sumber alam lautan, sumber alam dasar lautan, sumber alam dalam perairan laut, seperti jenis biota laut, dan sistem sosial budaya masyarakat pesisir.

Program ini mencakup upaya-upaya untuk mengevaluasi sumber daya taut, pengembangan institusi dan kelembagaan pengelolaan lautan dan pantai, pengembangan tata guna ruang pantai dan tata guna sumber alam taut, pelestarian lingkungan laut dan pesisir, pengembangan masyarakat pantai, pendidikan dan pelatihan serta peningkatan penelitian laut.

2. Hasil-hasil Pelaksanaan Kebijaksanaan

Dalam Repelita III mulai dilakukan berbagai penelitian laut untuk mendukung upaya pelestarian dan pemanfaatan sumber alam laut, antara lain meliputi penelitian ekologi lingkungan hutan payau, penelitian pengembangan wilayah pesisir, penelitian biologi perikanan daerah payau, penelitian perikanan pelagis dan perikanan pantai.

Sejak tahun 1989/90 sampai dengan tahun 1992/93 upaya untuk melindungi dan merehabilitasi pantai dari kerusakan dan erosi oleh air laut

II/25

Page 26: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan

terus dikembangkan, terutama di Pantai Teluk Jakarta, Pantai Utara Jawa, Pantai Padang dan Pantai Bali. Sejalan dengan itu, mulai tahun 1989/90 dilakukan pula kegiatan pengembangan hutan bakau rakyat di Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan yang mencakup areal seluas 1.900 ha. Pada tahun 1990/91 kegiatan pengembangan hutan bakau mencakup areal seluas 2.400 ha yang tersebar di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Sulawesi Selatan, NTB dan Bali. Dalam tahun 1991/92 pembuatan hutan bakau rakyat dilaksanakan di 7 propinsi meliputi areal seluas 2.944 ha; dan dalam tahun 1992/93 dilaksanakan di 7 propinsi dengan merehabilitasi hutan bakau rakyat seluas 8.500 ha. Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya perlindungan pantai maka kegiatan pelatihan bagi para petani bakau terus ditingkatkan.

Selanjutnya untuk melestarikan plasma nutfah di kawasan pesisir dan lautan dikembangkan upaya pembinaan taman nasional laut. Dalam periode Repelita V pembinaan dan pengembangan taman nasional laut dilaksanakan di Pulau Seribu (DKI Jakarta), Pulau Pombo (Maluku), Karimunjawa (Jawa Tengah), Laut Bunaken (Sulawesi Utara), Teluk Cendrawasih (Irian Jaya) dan Takabonerate (Sulawesi Selatan). Sampai dengan tahun keempat Repelita V telah ditetapkan Taman Nasional Laut di 7 lokasi yang meliputi areal seluas hampir 73 ribu ha.

Upaya pelestarian fungsi terumbu karang, rehabilitasi hutan bakau dan pantai serta pembangunan taman nasional laut memberikan dampak yang positif kepada upaya pengembangan perikanan laut dan wisata bahari. Upaya ini juga telah memberikan sumber penghasilan dan lapangan kerja baru kepada masyarakat pantai yang miskin.

G. PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP

1. Kebijaksanaan dan Langkah-langkah

Program ini bertujuan untuk mengurangi kemerosotan mutu lingkungan hidup, terutama lingkungan perairan dan udara, yang disebabkan oleh dampak negatif dari aktivitas berbagai kegiatan yang menyebabkan pencemaran.

II/26

Page 27: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan

Sebelum Repelita V upaya pengendalian pencemaran lingkungan hidup masih merupakan bagian dari program pembinaan sumber alam dan lingkungan hidup. Dalam Repelita V upaya pengendalian pencemaran lingkungan hidup dikembangkan dalam satu program tersendiri yaitu program pengendalian pencemaran lingkungan hidup. Kebijaksanaan dasar yang tertuang dalam program ini meliputi kegiatan-kegiatan pengembangan berbagai pengaturan pengendalian pencemaran, pengembangan fasilitas pembuangan limbah, penguasaan teknologi bersih lingkungan, pengem-bangan daur ulang, peningkatan peran serta masyarakat, pengembangan institusi pengendalian pencemaran, pengembangan keahlian, sarana dan prasarana pengendalian pencemaran, pemantauan pencemaran lingkungan hidup, penegakan hukum, rehabilitasi lingkungan rusak dan pengembangan sistem informasi dalam pengendalian pencemaran.

2. Hasil-hasil Pelaksanaan Kebijaksanaan

Dalam Repelita I dan Repelita II penanggulangan pencemaran lingkungan dan kerusakan lingkungan mulai dilaksanakan secara bertahap. Kegiatan ini semakin efektif sejak awal Repelita III.

Upaya inventarisasi limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) telah dilaksanakan di kawasan Jabotabek dan di Jawa Timur. Penanggulangan pencemaran lingkungan industri terutama ditujukan kepada jenis-jenis industri yang mempunyai potensi pencemaran lingkungan yang besar, seperti industri minyak dan gas, baja, semen, pupuk, tekstil dan pulp, pengolahan minyak sawit, kayu lapis, pengolahan kulit dan bumbu masak. Selain itu penanggulangan pencemaran lingkungan juga dilakukan di sektor pertambangan dan di lingkungan rumah tangga. Upaya ini antara lain meliputi kegiatan-kegiatan penerapan daur ulang dan netralisasi buangan limbah.

Selanjutnya upaya pemantauan dan evaluasi mutu lingkungan ditingkatkan pula di beberapa wilayah daratan, antara lain di Jabotabek, Gerbang Kertosusila, Bandung Raya, Cirebon, Yogyakarta, Belmera, Denpasar, Ujung Pandang, Pontianak dan Palembang. Sementara itu upaya pemantauan dan evaluasi mutu lingkungan di wilayah perairan dilakukan di beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS), seperti DAS Ciliwung-Cisadane,

II/27

Page 28: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan

Citarum, Cimanuk, Bengawan Solo, Brantas, Musi, Kapuas, Citanduy, Serayu, Siak, Jratun Seluna, dan sungai-sungai di Bali Selatan. Untuk perairan lautan pemantauan dan evaluasi mutu lingkungan antara lain dilaksanakan di teluk Jakarta, Selat Madura, Laut Jawa, Selat Bangka, Teluk Ambon, Selat Malaka dan Teluk Cilacap.

Selain itu telah ditetapkan pula pedoman penetapan baku mutu lingkungan dan Peraturan Pemerintah tentang Pengendalian Pencemaran Air, yang memberikan landasan kebijaksanaan dan pelaksanaan upaya pengendalian pencemaran air.

Sejak tahun pertama Repelita V telah dicanangkan Program Kali Bersih (PROKASIH) yang diprioritaskan untuk sungai-sungai yang memiliki fungsi strategis dan atau yang kondisi kualitasnya telah kritis akibat pencemaran industri. Pada awalnya, kegiatan PROKASIH ini mencakup 20 sungai di 8 propinsi. Selanjutnya kegiatan itu dikembangkan sehingga mencakup 25 sungai di 11 propinsi. Untuk mendukung kegiatan PROKASIH tersebut telah dilakukan aktivitas antara lain penyusunan Pedoman Penerapan Baku Mutu Limbah Cair, petunjuk pembuangan limbah cair dan buku informasi industri untuk beberapa jenis industri. Di samping itu sebagian besar propinsi peserta PROKASIH juga telah melengkapi kegiatan tersebut dengan peraturan pendukung tentang baku mutu air.

Kegiatan PROKASIH ini belum berhasil menanggulangi pencemaran air secara menyeluruh. Tetapi kadar pencemaran di beberapa sungai telah berhasil diturunkan, baik dalam beban "Biological Oxygen Demand (BOD)" mau pun "Chemical Oxygen Demand (COD)". Penurunan beban BOD dan COD ini meningkatkan kadar oksigen terlarut sehingga kehidupan di dalam air dapat terus berlangsung. Sampai dengan tahun 1992/93 telah berhasil diturunkan kadar BOD untuk sungai Bengawan Solo (Jawa Tengah) sekitar 23%, sungai Cipinang dan sungai Mookervaat (DKI Jaya) masing-masing sekitar 50% dan 30%, sungai Pangubuan dan sungai Seputih (Lampung) masing-masing sekitar 87% dan 74% serta sungai Mahakam (Kalimantan Timur) sekitar 98%. Selanjutnya beberapa sungai yang mengalami penurun-an COD adalah Bengawan Solo (54%), Cipinang (62%), Mookervaat (47%), Pangubuan (67%), Seputih (19%) dan Mahakam (27%).

II/28

Page 29: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan

Menurunnya kadar COD dan BOD di beberapa sungai tersebut di atas telah membuka kesempatan baru dalam pembangunan sektor yang memanfaatkan sungai sebagai lokasi dan sumber bahan bakunya, seperti perikanan sungai dan air minum kota. Membaiknya mutu sungai-sungai tersebut juga akan sangat membantu meningkatkan kesehatan masyarakat terutama berkaitan dengan penurunan tingkat kematian balita di daerah pedesaan, terutama dikalangan masyarakat yang miskin.

Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan kesehatan lingkungan, sejak akhir Repelita I sampai dengan tahun keempat Repelita V telah dilakukan upaya perbaikan lingkungan pemukiman kota dan penyediaan air bersih di berbagai kota. Kegiatan tersebut masing-masing mencakup areal seluas 72.033 ha yang bermanfaat bagi 24,7 juta jiwa dan penyediaan air bersih dengan kapasitas 2.700 liter per detik yang bermanfaat bagi 3,44 juta orang.

Upaya pengendalian pencemaran lingkungan hidup telah mulai menghasilkan lapangan kerja dan kesempatan berusaha yang baru di berbagai kota dan sektor pembangunan. Dengan digunakannya teknologi pengelolaan limbah maka bertambah jumlah dan mutu tenaga kerja terampil yang merupakan modal bagi pembangunan dimasa depan. Upaya tersebut telah pula memberikan dampak positif terhadap kedudukan dan martabat Indonesia di dunia internasional yang semakin maju berorientasi kepada lingkungan global yang sehat.

H. REHABILITASI HUTAN DAN TANAH KRITIS

1. Kebijaksanaan dan Langkah-langkah

Program ini mempunyai tujuan untuk meningkatkan kemampuan hutan dan tanah yang rusak agar berfungsi kembali dalam produksi dan perlindungan kelestarian lingkungan hidup. Dalam hubungan ini dikembangkan upaya-upaya: (1) rehabilitasi tanah kritis di areal pertanian tanah kering, (2) rehabilitasi kawasan hutan, dan (3) pengendalian perladangan yang merusak lingkungan.

II/29

Page 30: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan

Dalam rangka merehabilitasi hutan dan tanah kritis maka dilakukan upaya konservasi tanah dan penghijauan serta reboisasi. Pada tahun 1990/91 usaha tersebut terus dikembangkan melalui peningkatan peran serta masyarakat secara aktif. Pendekatan ini dilakukan melalui upaya penyuluhan, pengembangan percontohan dan pengembangan keikutsertaan lembaga swadaya masyarakat. Untuk mencegah menurunnya mutu dan kerusakan hutan alam oleh kegiatan perladangan berpindah maka diupayakan untuk membantu para peladang berpindah untuk menemukan dan mengusahakan tempat baru yang sesuai bagi mereka untuk mengembangkan pertanian menetap seperti perkebunan inti rakyat, pertanian tanah kering, pembangunan hutan tanaman industri: Dengan cara ini diharapkan agar para peladang berpindah yang miskin dapat meningkatkan kesejahteraannya dan sekaligus melestarikan fungsi lingkungan hidup bagi dirinya dan masyarakat yang lebih luas.

2. Hasil-hasil Pelaksanaan Kebijaksanaan

Upaya rehabilitasi hutan dan tanah kritis dilakukan melalui kegiatan konservasi tanah dan penghijauan, reboisasi, rehabilitasi hutan produksi dan pengendalian perladangan berpindah serta kegiatan penunjang lainnya. Upaya ini dimaksudkan untuk merehabilitasi dan meningkatkan fungsi lingkungan hidup dalam daerah-daerah aliran sungai yang penting, produktivitas lahan kritis milik petani miskin dan meningkatkan pendapatan dan lapangan kerja bagi petani di daerah kritis.

a. Konservasi Tanah dan Penghijauan

Upaya konservasi tanah dan penghijauan dilakukan untuk menanggulangi meluasnya lahan kritis di areal pertanian lahan kering. Upaya ini mulai dilaksanakan dalam Repelita I melalui kegiatan-kegiatan pembangunan hutan rakyat, pembuatan unit percontohan pertanian konservasi, pembangunan dam pengendali, pembuatan bangunan konservasi, dan penyuluhan untuk meningkatkan peran serta masyarakat.

Sampai dengan tahun 1987/88 hasil upaya penghijauan yang telah dilaksanakan pemerintah bersama masyarakat mencapai luas hampir 3,4 juta ha. Usaha itu dalam tahun 1991/1992 mencakup areal seluas 151 ribu ha

II/30

Page 31: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan

lebih dan pada tahun 1992/93 upaya ini meningkat mencapai areal seluas 357 ribu ha lebih. Sejak Repelita I sampai dengan tahun 1992/93 kegiatan penghijauan yang telah berhasil dilaksanakan mencakup areal seluas 4 juta ha lebih. Kegiatan penghijauan ini terus dikembangkan baik dalam segi pola teknis maupun dalam segi penyertaan masyarakat yang dititikberatkan pada upaya bantuan bagi pengembangan usaha swadaya masyarakat. Upaya pengembangan usaha swadaya masyarakat dalam penghijauan ini dilakukan melalui penyuluhan yang dilakukan oleh 7.228 orang petugas penyuluh lapangan. Kegiatan penghijauan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah sebagai bantuan kepada masyarakat meliputi antara lain pembuatan hutan rakyat yang mencakup areal seluas 3.657 ribu ha, pembuatan petak percontohan sebanyak 7.433 buah, pembangunan dam pengendali lumpur sebanyak 5.158 buah dan bantuan kebun bibit desa sebanyak 6.199 buah (Tabel II-6 dan Tabel II-7). Upaya penghijauan tersebut pada tahun 1992/93 dilaksanakan di 23 propinsi, dalam 193 kabupaten, yang meliputi 39 DAS (Tabel II-8 sampai dengan Tabel II-11).

b. Reboisasi

Untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu kawasan hutan lindung dilakukan upaya reboisasi dengan jenis-jenis pohon yang sesuai. Upaya reboisasi ini telah dilaksanakan sejak Repelita I, meliputi kegiatan rehabilitasi kawasan hutan lindung, penyediaan bibit dan peningkatan jumlah dan kemampuan petugas teknis lapangan. Sampai dengan tahun 1987/88 pelaksanaan kegiatan reboisasi telah mencapai areal seluas 1,3 juta ha lebih. Selanjutnya usaha tersebut terus ditingkatkan sehingga pada tahun 1991/92 upaya reboisasi telah berhasil dilaksanakan di areal seluas 45 ribu ha lebih. Pada tahun 1992/93 upaya reboisasi secara kumulatif mencakup areal seluas 2 juta ha yang dilaksanakan di 17 propinsi, meliputi 74 KPH dan 26 DAS (Tabel II-10).

Dalam rangka menunjang penghijauan dan reboisasi tersebut, sejak tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1992/93 telah dipekerjakan sejumlah 1.029 orang petugas lapangan reboisasi dan 190 orang petugas khusus penghijauan. Petugas-petugas tersebut di atas telah memperoleh latihan-latihan yang dilaksanakan secara khusus dan setiap tahun keterampilan mereka ditingkatkan melalui pendidikan dan latihan teknis

II/31

Page 32: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan

TABEL II – 6HASIL PELAKSANAAN PENGHIJAUAN MENURUT DAERAH TINGKAT I, 1)

1973/74 – 1992/93(Ha)

1) Angka kumulatif sejak tahun 1969/702) Angka diperbaiki3) Angka sementara (April sampai dengan Desember 1992)

II/32

Page 33: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan

GRAFIK II – 3HASIL PELAKSANAAN PENGHIJAUAN MENURUT DAERAH TINGKAT I,

1993/74

II/33

Page 34: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan

TABEL II – 7KEADAAN HASIL PENANAMAN RAKYAT, 1)

1983/84 – 1992/93(ha)

1) Angka kumulatif sejak tahun 1979/802) Angka diperbaiki3) Angka sementara (April sampai dengan Desember 1992)

II/34

Page 35: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan

TABEL II – 8KEADAAN HASIL PEMBUATAN 1)

PETAK PERCONTOHAN/DEMPLOT PENGAWETAN TANAH,1983/84 – 1992/93

(Unit)

1) Angka kumulatif sejak tahun 1979/802) Angka diperbaiki3) Angka sementara (April sampai dengan Desember 1992)

II/35

Page 36: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan

TABEL II – 9KEADAAN HASIL PEMBUATAN 1)

DAM PENGENDALI MENURUT DAERAH TINGKAT I,1978/79 – 1992/93

(buah)

1) Angka kumulatif sejak tahun 1974/752) Angka diperbaiki3) Angka sementara (April sampai dengan Desember 1992)

II/36

Page 37: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan

TABEL II – 10KEADAAN HASIL REBOISASI, 1)

1973/74 – 1992/93(Ha)

1) Angka kumulatif sejak tahun 1969/702) Angka diperbaiki3) Angka sementara (April sampai dengan Desember 1992)

II/37

Page 38: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan

GRAFIK II – 4KEADAAN HASIL REBOISASI

1973/74 – 1992/93

II/38

Page 39: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan

TABEL II – 11JUMLAH PETUGAS LAPANGAN PENGHIJAUAN (PLP) DAN PETUGAS

LAPANGAN REBOISASI (PLR) MENURUT DAERAH TINGKAT I, 1)1978/79 – 1992/93

1) Angka kumulatif sejak tahun 1974/752) Angka diperbaiki3) Angka sementara (April sampai dengan Desember 1992)

II/39

Page 40: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan

(Tabel II-11). Upaya untuk meningkatkan peran serta masyarakat dikembangkan pula dalam kegiatan reboisasi ini. Kegiatan reboisasi juga dilaksanakan di hutan produksi.

Kegiatan tersebut terutama dilaksanakan oleh para pemegang HPH berupa kegiatan penanaman dan permudaan areal bekas tebangan. Pada tahun 1988/89 mencakup areal seluas 144.161 ha. Mulai tahun 1989/90 kegiatan tersebut semakin meningkat sehingga mencakup areal seluas 186.798 ha. Pada tahun 1990/91 kegiatan tersebut mencakup areal seluas 326.285 ha yang tersebar di 18 propinsi, dan dalam tahun 1991/92 kegiatan tersebut meliputi areal seluas 752.540 ha, sedangkan dalam tahun 1992/93 sampai dengan akhir Desember 1992 mencakup areal seluas 217.285 ha. Dengan demikian sejak Repelita I sampai dengan tahun keempat Repelita V telah berhasil dilaksanakan upaya penanaman dan permudaan areal bekas tebangan di atas areal seluas 1,6 juta ha lebih. Kemampuan para pengusaha HPH untuk melaksanakan kegiatan rehabilitasi hutannya telah meningkat. Ini menunjukan adanya peningkatan keterampilan tenaga kerjanya, kemampuan organisasinya dan motivasinya untuk memperbaiki mutu modal sumber daya alam hutan bagi pembangunan kehutanan dimasa depan.

Kegiatan konservasi tanah dan penghijauan serta reboisasi telah menimbulkan lapangan kerja dan sumber pendapatan baru bagi masyarakat daerah kritis, misalnya perpanjangan usaha pertanian karena adanya kelembaban tanah yang lebih baik dan genangan air yang lebih lama di dalam dam pengendali, berkurangnya tingkat kemerosotan produktivitas tanah, adanya sumber baru berupa hutan rakyat, sumber air dan kebun bibit desa. Di samping itu para petani tanah kering di daerah kritis memiliki keterampilan baru dalam pengelolaan lahan usahanya yang lebih aman dan berkelanjutan. Para pengusaha HPH telah meningkat pula kemampuannya untuk melaksanakan rehabilitasi hutannya dan jumlah tenaga terampil dalam kegiatan-kegiatan serupa telah meningkat pula. Tersedianya tenaga terampil seperti itu merupakan aset yang penting bagi pengembangan usaha pertanian lahan kering dan pengusahaan hutan yang lebih berwawasan lingkungan dimasa depan. Bersamaan dengan itu kegiatan pembangunan di bagian hilir daerah aliran sungai terlindung dari bencana banjir, kekeringan dan pelumpuran. Dan terbentuknya hutan baru memberikan andil yang besar pada penanggulangan masalah perubahan iklim dunia.

II/40

Page 41: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan

c. Pengendalian Perladangan Berpindah

Upaya pengendalian perladangan berpindah dilakukan untuk mencegah perluasan lahan kritis dan kerusakan hutan akibat kegiatan perladangan yang dilakukan secara berpindah-pindah, dan untuk meningkat- kan kesejahteraan masyarakat peladang berpindah.

Dalam Repelita 1, II dan III , pengendalian perladangan berpindah dilakukan melalui kegiatan pemukiman kembali masyarakat peladang. Melalui kegiatan ini telah berhasil dimukimkan kembali sebanyak 25.873 KK peladang berpindah.

Mulai tahun pertama Repelita IV upaya pengendalian perladangan berpindah ini dilakukan secara terpadu antara berbagai sektor melalui kegiatan transmigrasi lokal, pembangunan perkebunan inti rakyat, "resettlement" penduduk, "resettlement" desa, pencetakan sawah baru dan peremajaan, rehabilitasi dan perluasan tanaman ekspor, dan pembangunan hutan tanaman industri.

Dalam tahun 1988/89 telah dilakukan upaya pengendalian perladangan berpindah mencakup sebanyak 5.188 KK. Dalam tahun 1989/90 upaya pengendalian perladangan berpindah tersebut mencakup sebanyak 9.183 KK. Selanjutnya pada tahun 1990/91 kegiatan tersebut meningkat pesat sehingga mencapai sebanyak 34.309 KK. Dalam tahun 1991/92 dan 1992/93 kegiatan pengendalian perladangan berpindah tersebut masing-masing mencapai 50.425 KK, dan 32.633 KK petani peladang berpindah. Kemampuan penanggulangan masalah perladangan berpindah telah meningkat terutama karena peningkatan kemampuan koordinasi dan peran serta para peladang yang semakin baik. Dengan upaya ini diharapkan kerusakan hutan semakin berkurang, jumlah peladang berpindah yang miskin semakin berkurang dan berubah menjadi petani yang lebih sejahtera hidupnya dimasa yang akan datang.

II/41

Page 42: PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN - … · Web viewDampak positif dari pengembangan sistem informasi tersebut adalah pengurangan konflik antar sektor di daerah sehingga mengurangi pemborosan