Pengelolaan Sampah Menjadi Energi Panas Dan Energi Listrik Di Swedia

9
AZIZ / TUGAS TEKNIK LINGKUNGAN Pengelolaan Sampah Menjadi Energi Panas dan Energi Listrik Di Swedia Abdul Latif Al-Aziz (120523437551) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang 65145 Email: [email protected] ABSTRAK Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestic (rumah tangga), limbah merupakan masalah kompleks yang dihadapi semua negara didunia., maka diperlukan suatu sistem yang benar dalam pengolahan limbah. Berdasarkan jenisnya sampah dibagi menjadi dua, yaitu sampah organik dan sampah anorganik, sampah organic adalah sampah yang mudah terurai oleh microorganisme, sedangkan sampah unorganik adalah sampah yang sulit di urai, membutuhkan waktu 500 tahun sampah unorganik untuk terurai oleh microornaisme. Pada tahun 2012, Kementrian Lingkungan Hidup mencatat rata-rata penduduk Indonesia menghasilkan sekitar 2,5 liter sampah perhari atau 625 juta liter dari jumlah total penduduk. Apalagi terdapat data yang menyatakan bahwa volume sampah di Indonesia sekitar 1 juta meter kubik per hari, namun baru 42 % diantaranya yang terangkut dan diolah dengan baik. Hal ini sangat berbeda jauh dengan Negara Swedia yang sampai kekurangan limbah untuk menjalankan program Waste To Energy, yaitu pengolahan limbah menjadi energy panas dan listrik, bahkan setiap tahunnya mereka harus meng impor 800.000 Ton sampah dari negara-negara tetangga seperti Norwegia, Inggris, dan Italia untuk menghasilkan burnable waste yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi pembangkit listriknya. Saat ini, program WTE sudah mampu mengolah 2 juta Ton sampah menjadi energy panas yang dialirkan kepada 810 ribu penduduk dan energy listrik ke

description

Pengelolaan Sampah Menjadi Energi Panas dan Energi Listrik Di Swedia

Transcript of Pengelolaan Sampah Menjadi Energi Panas Dan Energi Listrik Di Swedia

Page 1: Pengelolaan Sampah Menjadi Energi Panas Dan Energi Listrik Di Swedia

AZIZ / TUGAS TEKNIK LINGKUNGAN

Pengelolaan Sampah Menjadi Energi Panas dan Energi Listrik

Di Swedia

Abdul Latif Al-Aziz (120523437551) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Malang

Jl. Semarang 5 Malang 65145

Email: [email protected]

ABSTRAK

Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestic

(rumah tangga), limbah merupakan masalah kompleks yang dihadapi semua negara didunia., maka

diperlukan suatu sistem yang benar dalam pengolahan limbah.

Berdasarkan jenisnya sampah dibagi menjadi dua, yaitu sampah organik dan sampah anorganik,

sampah organic adalah sampah yang mudah terurai oleh microorganisme, sedangkan sampah unorganik

adalah sampah yang sulit di urai, membutuhkan waktu 500 tahun sampah unorganik untuk terurai oleh

microornaisme.

Pada tahun 2012, Kementrian Lingkungan Hidup mencatat rata-rata penduduk Indonesia

menghasilkan sekitar 2,5 liter sampah perhari atau 625 juta liter dari jumlah total penduduk. Apalagi

terdapat data yang menyatakan bahwa volume sampah di Indonesia sekitar 1 juta meter kubik per hari,

namun baru 42 % diantaranya yang terangkut dan diolah dengan baik. Hal ini sangat berbeda jauh dengan

Negara Swedia yang sampai kekurangan limbah untuk menjalankan program Waste To Energy, yaitu

pengolahan limbah menjadi energy panas dan listrik, bahkan setiap tahunnya mereka harus meng impor

800.000 Ton sampah dari negara-negara tetangga seperti Norwegia, Inggris, dan Italia untuk

menghasilkan burnable waste yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi pembangkit listriknya.

Saat ini, program WTE sudah mampu mengolah 2 juta Ton sampah menjadi energy panas yang

dialirkan kepada 810 ribu penduduk dan energy listrik ke 250 rumah penduduk, Skitar 90% sampah di

Swedia dapat di daur ulang dengan Waste To Energy, dan hanya 1% saja yang di buang di pembuangan

akhir (TPA).

Ada berbagai macam teknologi dalam WTE yaitu gasifikasi, pirolisis, fermentasi anaerobic dan salah

satunya Insinetrasi.

Insinerasi merupakan teknologi pengolahan sampah yang melibatkan pengolahan bahan organic,

proses insinerasi dapat mengubah material sampah menjadi panas yang akhirnya energi panas tersebut

bisa dimanfaatkan sebagai energy listrik.

TPA Suwung Bali adalah instalasi pertama di Indonesia yang telah mengadopsi teknologi waste to

energy sejak 12 Desember 2008. Disusul Bantar Gebang Bekasi yang direncanakan Juni tahun ini.

Page 2: Pengelolaan Sampah Menjadi Energi Panas Dan Energi Listrik Di Swedia

Pengolahan Sampah Menjadi Energy Panas dan Energy Listrik di Swedia

Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTS) Suwung Bali tak melakukan insinerasi atau pembakaran

sampah untuk memanaskan boiler, tetapi dengan metode gasifikasi yang terdiri atas tiga proses, yaitu

gasification, landfill gas, dan anaerobic digestion. PLTS itu menerima 800 ton sampah per hari dari

Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan, dan menghasilkan listrik 10 MW.

Kata kunci: sampah, waste to energy, sampah di swedia, insenerasi, pengolahan sampah, gasifikasi.

ABSTRACT

Garbage is waste resulting from a production process both industrial and domestic

( household ) waste is a complex problem that is faced by all countries in the world , so we

need a system that is completely in waste processing.

Based on the type of garbage is divided into two , namely organic waste and

unorganic waste , organic waste is waste that is decomposed by the microorganisme ,

whereas unorganic waste is waste that is difficult in the dust , it takes 500 years to

decompose unorganic waste by microornaisme.

In 2012 , the Ministry of Environment recorded an average population of Indonesia

produces about 2.5 liters of garbage per day , or 625 million liters of the total population.

Moreover, there is data that states that the volume of waste in Indonesia is around 1

million cubic meters per day , but only 42 % of them were transported and processed

properly. This is very different from swedish who deficient garbage to run Waste To Energy

program,that is processing of waste into heat energy and electricity, even every year they

have to import 800,000 tons of garbage from neighboring countries such as Norway , the

UK , and Italy to produce burnable waste which is enough to meet the energy needs of its

power plants .

Currently, the WTE program has been able to process 2 million tons of waste into heat

energy which is supplied to 810 thousand inhabitants and electrical energy to 250 homes,

Approximately 90 % of the waste in Sweden can be recycled by Waste To Energy , and only

1 % are dumped in final disposal ( landfill ).

There are a wide variety of technologies in which WTE gasification , pyrolysis , anaerobic

fermentation and one Insinetrasi .

Incineration is a waste treatment technology that involves the processing of organic

materials , the incineration process can convert waste materials into heat that eventually

the heat energy can be utilized as electrical energy. Landfill (TPA) Suwung Bali is the first

installation in Indonesia that have adopted waste to energy technology since 12 December

2008. Followed Bantargebang Bekasi planned June this year

Waste Power Plant ( PLTS ) Bali Suwung not perform garbage incineration or

combustion to heat the boiler , but with the gasification method which consists of three

processes , namely gasification , landfill gas and anaerobic digestion. PLTS received 800

tons of waste per day from Denpasar , Badung , Gianyar and Tabanan , and generate 10

MW of electricity

Page 3: Pengelolaan Sampah Menjadi Energi Panas Dan Energi Listrik Di Swedia

AZIZ / TUGAS TEKNIK LINGKUNGAN

Keywords: garbage , waste to energy , garbage in Sweden , incineration , waste treatment , gasification

Pendahuluan

Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestic

(rumah tangga), Sampah merupakan masalah kompleks yang dihadapi semua negara didunia, hampir di

semua kegiatan manusia menghasilkan limbah, sementara dengan makin bertambahnya populasi manusia

di setiap tahun maka limbah akan semakin menumpuk. Maka diperlukan suatu sistem pengolahan limbah

yang benar.

Berdasarkan jenisnya sampah dibagi menjadi dua, yaitu sampah organik dan sampah anorganik.

Sampah organik adalah limbah yang memiliki unsur hydrogen dan karbon yang mudah di uraikan oleh

mikroorganisme, seperti limbah bekas makanan, kotoran hewan dan lain-lain, sampah organic dapat

dimanfaatkan sebagai pupuk kompos untuk menyuburkan tanah yang bermanfaat bagi lingkungan,

sedangkan sampah anorganik adalah limbah yang sulit untuk diuraikan seperti limbah plastic yang sulit

diuraikan oleh microorganism, membutuhkan waktu 500 tahun limbah plastic untuk terurai. Maka

diperlukan pengolahan yang tepat seperti daur ulang.

Pada tahun 2012, Kementrian Lingkungan Hidup mencatat rata-rata penduduk Indonesia

menghasilkan sekitar 2,5 liter sampah perhari atau 625 juta liter dari jumlah total penduduk. Sampah

tersebut termasuk dari sampah organic dan anorganik. Apapum tentang sampah tentu tidak dapat

diabaikan karena dapat mengganggu kesehatan lingkungan dan estetika wilayah. Apalagi terdapat data

yang menyatakan bahwa volume sampah di Indonesia sekitar 1 juta meter kubik per hari, namun baru 42

% diantaranya yang terangkut dan diolah bengan baik. Jadi, sampah yang tidak diangkut setiap harinya

sekitar 348.000 meter kubik 300.000 Ton.

Swedia adalah salah satu Negara terdepan dalam mengelola limbah yang ramah lingkungan, sebagian

besar limbah domestic dapat di daur ulang kembali, secara rata-rata 38% dari seluruh limbah di Eropa

berakhir menjadi Landfill sedangkan bagi Swedia hanya 1% saja. Angka tersebut diperoleh dari Eurostat,

dimana dinyatakan bahwa hanya 1% dari seluruh limbah domestic sampai pada TPA.

Pada saat ini mereka kekurangan sampah sehingga setiap tahunnya mereka harus meng impor

800.000 Ton sampah dari negara-negara tetangga seperti Norwegia, Inggris, dan Italia untuk

menghasilkan burnable waste yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi pembangkit listriknya.

Limbah ini digunakan untuk program Waste-to-Energy (WTE) yaitu merubah limbah menjadi tenaga

panas dan listrik. Negara tetangga seperti Norwegia setuju untuk mengekspor limbahnya karena dengan

mengekspor harga pengelolaan limbah lebih ekonomis disbanding ketika harus membakar limbah

tersebut.

Page 4: Pengelolaan Sampah Menjadi Energi Panas Dan Energi Listrik Di Swedia

Pengolahan Sampah Menjadi Energy Panas dan Energy Listrik di Swedia

Metode Penelitian

Pengelolaan sampah di Indonesia sangatlah kurang, terdapat data yang menyatan bahwa volume

sampah di Indonesia sekitar 1 juta meter kubik per hari, namun baru 42 % diantaranya yang terangkut

dan diolah bengan baik. Jadi, sampah yang tidak diangkut setiap harinya sekitar 348.000 meter kubik

300.000 Ton. Sementara pertumbuhan penduduk di Indonesia yang terus meningkat juga akan membuat

bertambah menumpuknya sampah di Indonesia jika tanpa pengolahan yang benar. pada tahun 2003

jumlah penduduk Indonesia mencapai 210 juta orang dan diperkirakan pada tahun 2020 jumlah

penduduk akan mencapai 260 juta. Hal ini sangatlah berbeda jika dibandingkan dengan Negara Swedia

yang saat ini kekurangan sampah sehingga setiap tahunnya mereka harus meng impor 800.000 Ton

sampah dari negara-negara di Eropa. Harusnya kita bisa belajar dari Negara besar di Dunia seperi Swedia

yang mempunyai tempat pengolahan sampah yang modern, di Indonesia sampah menjadi masalah yang

sangat rumit, pengolahan sampah yang tidak benar hanya akan membuat masalah baru, seperti

pembakaran sampah yang dapat menimbulkan polusi udara. Sekitar 90% sampah di Swedia dapat di daur

ulang dengan Waste To Energy, dan hanya 1% saja yang di buang di pembuangan akhir (TPA). Bahkan

masyarakat Swedia membutuhkan waktu 30 tahun untuk membiasakan diri untuk memilah-milah

sampah.

Beberapa peraturan baru mulai berlaku pada tahun 1990-an untuk meningkatkan pentingnya

tanggung jawab produsen upaya menjalankan langkah-langkah untuk mengurangi penimbunan limbah.

Hal ini membuktikan bahwa tidaklah tidak mungkin program Waste To Energy diterapkan di Indonesia,

dengan cara merubah pola pikir masyarakat, dan membuat peraturan-peraturan yang ketat tentang

masalah sampah. Bahkan dari hasil program Waste To Energy, Swedia mampu mengubah dua juta ton

sampah menjadi energy panas yang dialirkan kepada 810 ribu rumah penduduk dan 250 rumah

penduduk untuk energy listrik.

Page 5: Pengelolaan Sampah Menjadi Energi Panas Dan Energi Listrik Di Swedia

AZIZ / TUGAS TEKNIK LINGKUNGAN

Gambar Waste To Energy Cycle

Pengolahan sampah di Swedia menggunakan sistim Waste To Energy (WTE) . Ada berbagai macam

teknologi dalam WTE yaitu gasifikasi, pirolisis, fermentasi anaerobic dan salah satunya Insinetrasi.

Insinerasi merupakan teknologi pengolahan sampah yang melibatkan pengolahan bahan organic, proses

insinerasi dapat mengubah material sampah menjadi panas yang akhirnya energi panas tersebut bisa

dimanfaatkan sebagai energy listrik.

TPA Suwung Bali adalah instalasi pertama di Indonesia yang telah mengadopsi teknologi waste to energy

sejak 12 Desember 2008. Disusul Bantar Gebang Bekasi yang direncanakan Juni tahun ini.

Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTS) Suwung Bali tak melakukan insinerasi atau pembakaran

sampah untuk memanaskan boiler, tetapi dengan metode gasifikasi yang terdiri atas tiga proses, yaitu

gasification, landfill gas, dan anaerobic digestion. Sampah baru yang kering seperti plastik, kaca, besi, dan bekas

bangunan masuk pada proses gasifikasi atau pyrolysis, yaitu pemanasan bersuhu tinggi tanpa oksigen. Landfill

gas dilengkapi instalasi khusus pengolahan air sampah, diperuntukkan bagi gunungan sampah lama. Anaerobic

digestion adalah penghancuran dengan mikroorganisme untuk sampah organik baru semacam kayu, daun, dan

kertas. Proses itu menghasilkan biogas dan kompos. PLTS itu menerima 800 ton sampah per hari dari

Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan, dan menghasilkan listrik 10 MW.

TINJAUAN PUSTAKA

Masalah sampah di Indonesia semakin hari semakin meningkat, hal ini tidak hanya disebabkan oleh

meningkatnya jumlah penduduk, tetapi juga meningkatnya bidang industri, serta meningkatnya tingkat

konsumsi masyarakat di Indonesia. Pengelolaan sampah di Indonesia bias dikatakan masih menggunakan cara

yang tradisional, sampah-sampah hanya dikumpulkan lalu diangkut oleh mobil kebersihan yang akhirnay

Page 6: Pengelolaan Sampah Menjadi Energi Panas Dan Energi Listrik Di Swedia

Pengolahan Sampah Menjadi Energy Panas dan Energy Listrik di Swedia

ditumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA), akibatnya sampah tiap harinya semakin menumpuk di tempat

tersebut. Berbagai macam upaya telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia seperti program 3R yakni Reduce,

Reuse, dan Recycle, program ini sangat bergantung pada partisipasi masyarakat. Salah satu metode yang

digunakan yaitu dengan mensosialisasikan pengelompokan sampah, namun hal ini belum berhasil di Indonesia,

terbukti dengan masih banyaknya orang yang membuang sampah bsembarangan. Bahkan di Negara Swedia

membutuhkan Waktu 30 tahun bagi masyarakatnya untuk membiasakan diri memilah-milah dan

mengelompokan sampah. Saat ini untuk sampah padat masyarakat Swedia memilahnya kedalam 14 jenis

wadah yang berbeda. 14 jenis wadah yang dimaksudkan yaitu terdiri dari wadah untuk kardus, Koran, kertas

perkantoran, plastic, makanan, metal, kantong belanja, botol kaca, tiga jenis bolham di tempat berbeda, alat

elektronik dan baterai. Sampah-sampah tersebut dipisahkan menjadi 14 jenis karena masing-masing sampah

mempunyai cara penanganan yang berbeda-beda.

Tingkat pencemaran lingkungan akibat pengelolaan sampah di Indonesia, ibarat kangker sudah

memasuki stadium IV, hanya mampu diselesaikan dengan amputasi. Kondisi parahnya pengelolaan

sampah tersebut diungkapkan Direktur Eksekutif Dana Mitra Lingkungan Sri Bebasari dalam Rapat

Dengar Pendapat Umum (RPDU) Pansus RUU Pengolahan Sampah di gedung DPR.

Dengan semakin menghawatirkannya sampah di Indonesia diatur Undang-Undang RI tentang

pengelolaan sampah, yaiyu pada UU RI no 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah di Indonesia.

Undang-undang ini mengatur tentang pengelolaan sampah, pembagian kewenangan dan

penyelenggaraan. UU ini ditindaklanjuti dengan PP pengelolaan sampah rumah tangga dan sejenisnya.

Dalam undang-undang ini ditetapkan bahwa setiap orang dilarang:

1. Memasukkan sampah ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

2. Mengimpor sampah

3. Mencampur sampah dengan limbah berbahaya dan beracun

4. Mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan

5. Membuang sampah tidak pada tempat yang disediakan dan ditentukan

6. Melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di tempat pemrosesan akhir.

Dan/atau

7. Membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan sampah.

Swedia memiliki sistem pengolahan sampah yang sangat efektif, hanya sekitar 1% saya yang dibuang ke

tempat pembuangan akhir (TPA). Sampah organic seperti sampah dapur, dedaunan, kotoran diolah menjadi

pupuk kompos dan sebagai biogas, untuk sampah plastic didaur ulang. Sedangkan sampah yang tidak bias di

daur ulang akan di bakaar di mesin incinerator (menghasilkan panas).

Page 7: Pengelolaan Sampah Menjadi Energi Panas Dan Energi Listrik Di Swedia

AZIZ / TUGAS TEKNIK LINGKUNGAN

Swedia memiliki kebijakan sendiri dalam pengelolaan sampah mereka:

1. Pengurangan volume sampah yang dibuang ke TPA harus berkurang sebesar 70% sampai dengan

tahun 2015

2. Sampah yang dapat dibakar (Combustible waste) tidak boleh dibuang ke TPA

3. Tahun 2008 pengelolaan TPA (landfill) harus sesuai dengan ketentuan standart lingkungan.