Pengelolaan Limbah Rumah Sakit - Drh.Sunu

12

Click here to load reader

Transcript of Pengelolaan Limbah Rumah Sakit - Drh.Sunu

Page 1: Pengelolaan Limbah Rumah Sakit - Drh.Sunu

Drh. Ardilasunu Wicaksono

Fakultas Kedokteran Hewan

Institut Pertanian Bogor

Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

PENDAHULUAN

Latar belakang

Pencemaran lingkungan hidup dapat didefinisikan sebagai masuknya

atau dimasukkannya makhluk hidup,zat,energi dan atau komponen lain ke dalam

lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai

tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan tidak dapat berfungsi sesuai

peruntukkannya. Persoalan lingkungan hidup disebabkan berbagai hal, salah

satunya pertumbuhan penduduk.

Pertumbuhan populasi manusia yang semakin tinggi menyebabkan

aktifitas ekonomi juga meningkat pesat. Kegiatan ekonomi/pembangunan yang

semakin meningkat mengandung resiko pencemaran dan perusakan lingkungan

hidup sehingga struktur dan fungsi dasar ekosistem yang menjadi pendukung

kehidupan menjadi rusak. Hal tersebut merupakan beban sosial yang pada

akhirnya manusia pula yang akan menanggung biaya pemulihannya.

Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan.

Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik

pula. Dalam hal ini rumah sakit sebagai sarana kesehatan harus pula

memperhatikan keterkaitan tersebut. Selain membawa dampak positif bagi

masyarakat, yaitu sebagai tempat menyembuhkan orang sakit, rumah sakit juga

memiliki kemungkinan membawa dampak negatif. Dampak negatifnya dapat

berupa pencemaran dari suatu proses kegiatan, yaitu bila limbah yang dihasilkan

tidak dikelola dengan baik.

Rumah sakit dapat dikatakan sebagai pendonor limbah karena limbahnya

berasal dari kegiatan non-medis maupun medis yang bersifat berbahaya dan

beracun dan dalam jumlah besar . Oleh karena itu diperlukan suatu pengolahan

Page 2: Pengelolaan Limbah Rumah Sakit - Drh.Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2010

limbah yang sesuai sehingga tidak membahayakan bagi lingkungan. Aktivitas

rumah sakit akan menghasilkan sejumlah hasil samping berupa limbah, baik

limbah padat, cair, dan gas yang mengandung kuman patogen, zat-zat kimia

serta alat-alat kesehatan yang pada umumnya bersifat berbahaya dan beracun.

Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk membahas mengenai

limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit yang dapat berdampak pada lingkungan

serta cara pengelolaannya untuk mengurangi resiko pencemaran lingkungan.

PEMBAHASAN

Limbah Rumah Sakit

Dalam upaya menigkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya di

kota-kota besar semakin meningkat pendirian rumah sakit (RS). Sebagai akibat

kualitas efluen limbah rumah sakit tidak memenuhi syarat. Limbah rumah sakit

dapat mencemari lingkungan penduduk di sekitar rumah sakit dan dapat

menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini dikarenakan dalam limbah rumah sakit

dapat mengandung berbagai jasad renik penyebab penyakit pada manusia

termasuk demam typoid, kholera, disentri dan hepatitis sehingga limbah harus

diolah sebelum dibuang ke lingkungan.

Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang

dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara

umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu

sampah atau limbah medis dan non medis baik padat maupun cair.

Hasil kajian terhadap 100 Rumah Sakit di Jawa dan Bali menunjukkan

bahwa rata-rata produksi sampah sebesar 3,2 kg pertempat tidur perhari. Analisa

lebih jauh menunjukkan produksi sampah (Limbah Padat) berupa limbah

domestik sebesar 76,8 persen dan berupa limbah infeksius sebesar 23,2 persen.

Diperkirakan secara nasional produksi sampah (Limbah Padat) Rumah Sakit

sebesar 376.089 ton per hari dan produksi air limbah sebesar 48.985,70 ton per

hari. Dari gambaran tersebut dapat dibayangkan betapa besar potensi Rumah

Sakit untuk mencemari lingkungan dan kemungkinan menimbulkan kecelakaan

serta penularan penyakit.

Page 3: Pengelolaan Limbah Rumah Sakit - Drh.Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2010

Limbah Rumah Sakit mengandung bahan beracun berbahaya Rumah

Sakit tidak hanya menghasilkan limbah organik dan anorganik, tetapi juga limbah

infeksius yang mengandung bahan beracun berbahaya (B3). Dari keseluruhan

limbah rumah sakit, sekitar 10 sampai 15 persen diantaranya merupakan limbah

infeksius yang mengandung logam berat, antara lain mercuri (Hg). Sebanyak 40

persen lainnya adalah limbah organik yang berasal dari makanan dan sisa

makan, baik dari pasien dan keluarga pasien maupun dapur gizi. Selanjutnya,

sisanya merupakan limbah anorganik dalam bentuk botol bekas infus dan plastik.

Ada beberapa kelompok masyarakat yang mempunyai resiko untuk

mendapat gangguan karena buangan rumah sakit. Pertama, pasien yang datang

ke Rumah Sakit untuk memperoleh pertolongan pengobatan dan perawatan

Rumah Sakit. Kelompok ini merupakan kelompok yang paling rentan Kedua,

karyawan Rumah sakit dalam melaksanakan tugas sehari-harinya selalu kontak

dengan orang sakit yang merupakan sumber agen penyakit. Ketiga, pengunjung /

pengantar orang sakit yang berkunjung ke rumah sakit, resiko terkena gangguan

kesehatan akan semakin besar. Keempat, masyarakat yang bermukim di sekitar

Rumah Sakit, lebih-lebih lagi bila Rumah sakit membuang hasil buangan Rumah

Sakit tidak sebagaimana mestinya ke lingkungan sekitarnya. Akibatnya adalah

mutu lingkungan menjadi turun kualitasnya, dengan akibat lanjutannya adalah

menurunnya derajat kesehatan masyarakat di lingkungan tersebut. Oleh karena

itu, rumah sakit wajib melaksanakan pengelolaan buangan rumah sakit yang baik

dan benar dengan melaksanakan kegiatan Sanitasi Rumah Sakit.

Adapun sarana pengolahan limbah di rumah sakit salah satunya adalah

dengan menggunakan insinerator. Salah satu limbah yang dihasilkan oleh

Rumah Sakit adalah limbah padat. Karakteristik limbah padat yang dihasilkan

dibedakan menjadi dua, yaitu limbah domestik dan limbah B3 dalam hal ini

bersifat infeksius.

Sampah non medis dan penanganan

Sampah non medis memiliki pengertian bahwa sampah adalah segala zat

padat, semi padat yang terbuang atau tidak berguna baik yang dapat membusuk

maupun yang tidak dapat membusuk. Limbah non medis dapat diklasifikasi

sebagai limbah non infeksius yang terdiri dari sampah kering dan basah. Sampah

kering (rubbish) seperti kertas, kardus, bungkus makanan, plastik, kaleng

Page 4: Pengelolaan Limbah Rumah Sakit - Drh.Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2010

(logam), pecahan kaca yang dihasilkan di ruang administrasi/ kantor, halaman,

ruang tunggu dan ruang perawatan. Sampah basah (garbage) seperti sampah

dari dapur utama maupun instalasi gizi yang juga ditemui di ruang tunggu dan

perawatan.

Sampah biasanya ditampung di tempat produksi sampah untuk beberapa

lama. Untuk itu setiap unit hendaknya disediakan tempat penampungan dengan

bentuk, ukuran dan jumlah yang disesuaikan dengan jenis dan jumlah sampah

serta kondisi setempat. Kriteria alat penampung sampah antara lain bahan tidak

mudah berkarat, kedap air terutama untuk menampung sampah basah, bertutup

rapat, mudah dibersihkan, mudah dikosongkan atau diangkut, tidak menimbulkan

bising, tahan terhadap benda tajam dan runcing

Limbah dapat dipisah-pisahkan ditempat sumbernya. Bangsal harus

memiliki dua macam tempat limbah dengan dua warna, satu untuk limbah klinik

dan yang lain untuk bukan klinik. Semua limbah dari kantor, biasanya berupa

alat-alat tulis dianggap sebagai limbah bukan klinik. Semua limbah yang keluar

dari unit patologi harus dianggap sebagai limbah klinik dan perlu dinyatakan

aman sebelum dibuang.

Untuk pengelolaannya, sampah non medis dipisahkan dari sampah medis

menggunakan kantong-kantong plastik yang disediakan di dalam penampungan

berupa tempat sampah yang diletakkan di tiap-tiap unit. Pengangkutan sampah

dimulai dengan pengosongan bak sampah di setiap unit dan diangkut ke

pengumpulan lokal atau ke tempat pemusnahan. Alat pengangkutan sampah di

rumah sakit dapat berupa gerobak atau troli dan kereta yang harus memenuhi

syarat yang ditetapkan oleh Depkes RI yaitu memiliki wadah yang mudah

dibersihkan bagian dalamnya serta dilengkapi dengan penutup, harus kedap air

dan mudah untuk diisi dan dikosongkan, setiap keluar dari pembuangan akhir

selalu dalam kondisi bersih

Untuk pembuangan sampah non-medis atau biasa disebut sampah

domestik diperlukan suatu konstruksi tempat pengumpulan sampah sementara

yang terbuat dari dinding semen atau dengan kontainer logam yang yang sesuai

dengan persyaratan umum yaitu kedap air, mudah dibersihkan dan berpenutup

rapat. Ukuran hendaknya tidak terlalu besar sehingga mudah dikosongkan.

Page 5: Pengelolaan Limbah Rumah Sakit - Drh.Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2010

Apabila jumlah sampah yang ditampung cukup banyak, maka perlu penambahan

jumlah container yang terbuat dari bahan besi ataupun plastik.

Sampah medis dan penanganan

Penggolongan kategori limbah medis dapat diklasifikasikan berdasarkan

potensi bahaya yang tergantung didalamnya, serta volume dan sifat

persistensinya yang menimbulkan masalah. Sampah non medis yang ditetapkan

oleh Depkes RI yaitu limbah benda tajam seperti jarum, perlengkapan intravena,

pipet Pasteur, pecahan gelas, dll. Limbah infeksius yang memiliki pengertian

sebagai limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit

menular (perawatan intensif) dan limbah laboratorium, limbah patologi (jaringan

tubuh) adalah jaringan tubuh yang terbuang dari proses bedah atau autopsi,

limbah citotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi

dengan obat citotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi

citotoksik, limbah farmasi berasal dari obat-obat kadaluarsa yang sudah tidak

diperlukan, limbah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan

medis, veterinary, laboratorium, proses sterilisasi dan riset, dan limbah radioaktif

adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari

pengguanan medis atau riset radionuklida.

Masalah utama dalam mengatasi limbah infeksius adalah resiko

penularan oleh agen infeksius yang berasal dari limbah ini. Resiko penularan

akan muncul saat pembuangan dari sumbernya, proses pengumpulan,

pengangkutan, penyimpanan hingga penanganan baik on site maupun off site.

Hal ini merupakan faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan wadah atau

kontainer untuk limbah infeksius.

Pertimbangan penggunaan wadah juga dibedakan sesuai tipe limbah

infeksius, dimana dapat digolongkan menjadi tiga tipe, yaitu limbah benda tajam,

limbah padat dan cair. Ketiganya memiliki perbedaan besar secara fisik , kimia,

dan resiko yang dapat ditimbulkan sehingga persyaratan dalam pewadahan dan

penanganannyapun berbeda.

Pada prinsipnya limbah medis harus sesegera mungkin ditangani dan

penyimpanan merupakan prioritas akhir bila limbah benar-benar tidak dapat

langsung diolah. Faktor penting dalam penyimpanan antara lain melengkapi

tempat penyimpanan dengan cover atau penutup, menjaga agar areal

Page 6: Pengelolaan Limbah Rumah Sakit - Drh.Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2010

penyimpanan limbah medis tidak tercampur dengan limbah non-medis,

membatasi akses sehingga hanya orang tertentu yang dapat memasuki area

serta, lebeling dan pemilihan tempat penyimpanan yang tepat

Proses pengelolaan limbah padat

Pengelolaan limbah

Pada proses pemisahan limbah, limbah harus dipisahkan dari sumbernya.

Semua limbah beresiko tinggi hendaknya diberi label jelas dan perlu digunakan

kantung plastik dengan warna-warna yang berbeda yang menunjukkan kemana

kantong plastik harus diangkut untuk insinerasi atau dibuang. Untuk

penyimpanan limbah, di beberapa negara kantung plastik cukup mahal sehingga

sebagai gantinya dapat digunakan kantung kertas yang tahan bocor (dibuat

secara lokal sehingga dapat diperoleh dengan mudah) kantung kertas ini dapat

ditempeli dengan strip berwarna, kemudian ditempatkan ditong dengan kode

warna dibangsal dan unit-unit lain.

Penanganan Limbah dilakukan dengan beberapa tahapan. Kantung-

kantung dengan warna harus dibuang jika telah terisi 2/3 bagian. Kemudian diikat

bagian atasnya dan diberikan label yang jelas. Kantung harus diangkut dengan

memegang lehernya, sehingga jika dibawa mengayun menjauhi badan, dan

diletakkan ditempat-tempat tertentu untuk dikumpulkan. Setelah itu, petugas

pengumpul limbah harus memastikan kantung-kantung dengan warna yang

sama telah dijadikan satu dan dikirimkan ketempat yang sesuai. Pada akhirnya

kantung harus disimpan pada kotak-kotak yang kedap terhadap kutu dan hewan

perusak sebelum diangkut ketempat pembuangan. Tahap pengumpulan sampah

dengan kantung plastik dibedakan menjadi tiga warna yaitu hitam untuk sampah

non medis, kantung warna merah untuk limbah radioaktif, sedang kantung kuning

untuk limbah/ sampah medis.

Selanjutnya dilakukan proses pengangkutan limbah. Kantung limbah

dipisahkan dan sekaligus dipisahkan menurut kode warnanya. Limbah bagian

bukan klinik dibawa ke kompaktor, limbah bagian Klinik dibawa ke insenerator.

Kendaraan yang digunakan untuk mengangkut limbah tersebut sebaiknya

dikosongkan dan dibersihkan setiap hari, jika perlu (misalnya bila ada kebocoran

kantung limbah) dibersihkan dengan menggunakan larutan klorin.

Page 7: Pengelolaan Limbah Rumah Sakit - Drh.Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2010

Pada proses pembuangan limbah, setelah dimanfaatkan dengan

kompaktor, limbah bukan klinik dapat dibuang ditempat penimbunan sampah

(Land-fill site). Limbah klinik harus dibakar (insenerasi), jika tidak memungkinkan

dapat ditimbun dengan kapur dan ditanam. Limbah dapur sebaiknya dibuang

pada hari yang sama sehingga tidak sampai membusuk.

Langkah-langkah pengapuran (liming) tersebut meliputi penggalian

lubang, dengan kedalaman sekitar 2,5 meter. Penebaran limbah klinik di dasar

lubang sampai setinggi 75 cm lalu ditambahkan lapisan kapur. Lapisan limbah

yang ditimbun lapisan kapur masih bisa ditanamkan sampai ketinggian 0,5 meter

dibawah permukaan tanah dan pada akhirnya lubang tersebut harus ditutup

dengan tanah.

Dalam strategi pengolahan dan pembuangan limbah rumah sakit terdapat

beberapa sistem, antara lain autoclaving, desinfeksi dengan bahan kimia dan

Gambar 1. Proses pengelolaan limbah padat

Page 8: Pengelolaan Limbah Rumah Sakit - Drh.Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2010

menggunakan incinerator. Dengan adanya sebuah unit insinerator diharapkan

selain dapat mengurangi volume sampah sebelum dibuang juga dapat

menghilangkan sifat berbahaya dan beracunnya. Sedangkan untuk limbah padat

domestik dibuang pada tempat pembuangan sampah sementara, sehingga

dengan penanganan dan pengolahan limbah padat yang telah dilakukan dapat

menjaga kondisi lingkungan sekitar dari pencemaran.

Insinerator

Rumah sakit yang besar mungkin mampu membeli insinerator sendiri,

insinerator berukuran kecil atau menengah dapat membakar pada suhu 1300-

1500 ºC atau lebih tinggi dan mungkin dapat mendaur ulang sampai 60% panas

yang dihasilkan untuk kebutuhan energi rumah sakit. Suatu rumah sakit dapat

pula memperoleh penghasilan tambahan dengan melayani insinerasi limbah

rumah sakit yang berasal dari rumah sakit yang lain.

Beberapa parameter operasional yang akan mempengaruhi terjaminnya

destruksi panas antara lain temperatur, waktu tinggal turbulensi, pasokan udara,

bahan konstruksi, perlengkapan tambahan. Insinerator untuk mengolah limbah

infeksius hingga saat ini telah dibuat dengan berbagai nama seperti insinerator

medis, insinerator infeksius, ataupun insinerator limbah patologi. Tetapi 90% dari

instalasi yang dibangun untuk mengatasi limbah rumah sakit selama dua dekade

ini menggunakan prinsip Controlled Air Incinerator. Komponen-komponen utama

dalam insinerator ini terdiri dari Primary Combustion Chamber, Secondary

Combustion Chamber, Boiler, Air Pollution Control Devices, dan Stack.

Pada umumnya insinerator dengan primary chamber mengkonversi

limbah sehingga menghasilkan emisi berupa partikulat. Untuk itu perlu pollution

control device berupa wet dan dry scrubbers pada insinerator rumah sakit yang

manfaatnya adalah mengurangi emisi partikel (0,01 –0,03 gr/ft3), mengurangi gas

asam (HCL), mengurangi sifat pathogen, dan mencegah racun terbebas di udara.

Pembakaran dengan insinerator umumnya menghasilkan buangan baik

berupa padat, cair maupun gas. Dalam bentuk padat berupa abu pada akhirnya

akan dibuang ke landfill (tempat penampungan sampah). Untuk mencegah

bahaya yang dapat ditimbulkan kandungan abu tersebut maka dilakukan

pemeriksaan berdasar baku mutu. Sedang untuk emisi berupa partikulat

digunakan Pollution Control Device berupa wet scrubber serta pemeriksaan pada

Page 9: Pengelolaan Limbah Rumah Sakit - Drh.Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2010

emisi udaranya. Pada bagian bawah ruang wet scrubber terdapat talang atau

sekat yang berfungsi menangkap jatuhan sisa air (limbah cair). Talang tersebut

dihubungkan dengan pipa yang kemudian menyalurkannya ke instalasi

pengolahan air buangan.

Proses pengelolaan limbah cair

Air limbah yang berasal dari rumah sakit merupakan salah satu sumber

pencemaran air yang sangat potensial. Hal ini disebabkan karena air limbah

rumah sakit mengandung senyawa organik yang cukup tinggi, mengandung

senyawa-senyawa kimia yang berbahaya serta mengandung mikroorganisme

patogen yang dapat menyebabkan penyakit.

Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu

baik fisik, kimia dan biologi. Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-

macam mikroorganisme, tergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan

yang dilakukan sebelum dibuang dan jenis sarana yang ada (laboratorium, klinik

dll). Tentu saja dari jenis-jenis mikroorganisme tersebut ada yang bersifat

patogen. Limbah rumah sakit seperti halnya limbah lain akan mengandung

bahan-bahan organik dan anorganik, yang tingkat kandungannya dapat

ditentukan dengan uji air kotor pada umumnya seperti BOD, COD, pH,

mikrobiologik, dan lain-lain.

Limbah cair rumah sakit mengandung mikroorganisme, bahan kimia

beracun serta radioaktif berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Rumah sakit

merupakan sumber distribusi apabila limbah yang dihasilkan tidak dikelola

dengan baik. Penelitian yang dilakukan Tampang (2005) menunjukkan bahwa

lingkungan perairan yang terkena limbah cair rumah sakit memiliki TSS,

kekeruhan, BOD, COD, DO, ammonia, nitrat, koliform, dan E. Coli yang tinggi.

Jumlah COD pada air terkontaminasi limbah dinilai paling tinggi sebanyak 260

mg/L. Hal tersebut mengindikasikan lingkungan perairan telah tercemar buangan

organik limbah rumah sakit. Setiap rumah sakit berkewajiban memiliki Instalasi

Pengolah Air Limbah (IPAL) agar berperan serta secara aktif dalam menjaga

lingkungan. Baru 27,3% RS yang mengelola limbah cair dengan menggunakan

sistem IPAL.

Pengolahan limbah cair di Rumah Sakit dapat menggunakan sistem

extended aeration. Pada awalnya air limbah dialirkan ke dalam influent chamber.

Page 10: Pengelolaan Limbah Rumah Sakit - Drh.Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2010

Bakteri CHONS + O2 + nutrien CO2 + H2O + NH3 + sel-sel mikrobial bertambah NH3 + O2 + sel-sel nitrat NO2 NO3 + H2O + sel-sel nitrat bertambah

Dalam proses penyaluran ke influent chamber ini bahan padat dapat masuk ke

sistem penyaluran. Jika bahan padat masuk ke sistem penyaluran dan mencapai

unit pengolahan maka proses pengolahan limbah cair dapat terganggu. Oleh

karena itu, pada influent chamber dilakukan pengolahan pendahuluan yaitu

melalui proses penyaringan dengan bar screen. Air limbah dialirkan melalui

saringan besi untuk menyaring sampah yang berukuran besar. Sampah yang

tertahan oleh saringan besi secara rutin diangkut untuk menghindari terjadinya

penyumbatan.

Selanjutnya air limbah diolah dalam equalizing tank. Di dalam equalizing

tank, air limbah dibuat menjadi homogen dan alirannya diatur dengan flow

regulator. Flow regulator yang terdapat pada bak ekualisasi ini dan dapat

mengendalikan fluktuasi jumlah air limbah yang tidak merata, yaitu selama jam

kerja air diperlukan dalam jumlah banyak, dan sedikit sekali pada malam hari.

Flow regulator juga dapat mengendalikan fluktuasi kualitas air limbah yang tidak

sama selama 24 jam dengan menggunakan teknik mencampur dan

mengencerkan. Dengan dibantu oleh diffuser, air limbah dari berbagai sumber

teraduk dan bercampur menjadi homogen dan siap diolah. Selain itu, diffuser

juga dapat menghilangkan bau busuk pada air limbah.

Setelah itu, proses pengolahan secara biologis terjadi di dalam aeration

tank dengan bahan-bahan organik yang terdapat dalam air limbah

didekomposisikan oleh mikroorganisme menjadi produk yang lebih sederhana

sehingga terjadi pengurangan bahan organik di dalam air. Dalam hal ini bahan

buangan organik diubah dan digunakan untuk perkembangan sel baru

(protoplasma) serta diubah dalam bentuk bahan-bahan lainnya seperti

karbondioksida, air, dan ammonia. Massa dari protoplasma dan bahan organik

baru yang dihasilkan, mengendap bersama-sama dengan endapan dalam

activated sludge.

Proses oksidasi yang terjadi adalah:

Kemudian air limbah beserta lumpur hasil proses biologis tadi dialirkan ke

dalam clarifier tank agar dapat mengendap. Lumpur yang sudah mengendap di

Page 11: Pengelolaan Limbah Rumah Sakit - Drh.Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2010

bagian paling bawah dipompakan kembali ke bak aerasi dan lumpur pada air

limbah yang baru datang dibiarkan turun mengendap ke bawah sehingga terjadi

pergantian. Lumpur yang telah mengendap pada dasar bak clarifier dikembalikan

ke bak aerasi tanpa ada yang diambil keluar atau dilakukan pengolahan lumpur

lebih lanjut.

Air limbah dari bak clarifier yang sudah lebih jernih dialirkan ke bak

effluent. Sebelum masuk ke effluent tank, air limbah diberikan khlorin untuk

mengendalikan jumlah populasi bakteri pada ambang yang tidak

membahayakan. Sebagai mata rantai terakhir, air limbah ditampung di dalam

effluent tank yang pada akhirnya akan dibuang ke parit dan bermuara ke sungai

Pengolahan kuman pada limbah cair dapat diperbaiki dengan

memperhatikan cara pemberian klor atau desinfektan lain dan dosis yang

diberikan. Pengolahan amonia dapat ditingkatkan dengan pemberian oksigen

(aerasi) dengan aerator. Pengolahan fosfat dapat ditingkatkan dengan mencari

sumber penghasil fosfat, pada umumnya dari laundry, dan dengan mengganti

deterjen yang ramah lingkungan.

KESIMPULAN

Rumah Sakit sebagai suatu unit penyelenggara kesehatan masyarakat

dapat menimbulkan pencemaran, yaitu bila limbah yang dihasilkan tidak dikelola

dengan baik. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua

kelompok besar, yaitu sampah atau limbah medis dan non medis baik padat

maupun cair. Penanganan sampah medis dibedakan dengan sampah non medis

sesuai dengan sifat fisik, kimia, dan biologis yag dikandungnya. Limbah padat

dikelola dengan penimbunan (Land-fill site), pengapuran (liming), dan insinerasi.

Limbah cair dapat dikelola dengan menggunakan sistem extended aeration.

Page 12: Pengelolaan Limbah Rumah Sakit - Drh.Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2010

DAFTAR PUSTAKA

Arifin M .2008. Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Kesehatan. Jakarta:

Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia.

Djaja IM dan Maniksulistya D .2006. Gambaran Pengelolaan Limbah Cair di

Rumah Sakit X Jakarta. J Makara Kesehatan 10: 60-63.

Djunaedi H .2007. Kajian Efektifitas Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit -

Studi Kasus Rumah Sakit di Wilayah DKI Jakarta [disertasi]. Bogor:

Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Hidayat T. 2010. Proposal Penawaran Incinerator Rumah Sakit – Puskesmas –

Poliklinik. Maxpell Technology: Bandung.

Jais M .2009. Pengelolaan Limbah Medis Rumah Sakit.

http://uwityangyoyo.wordpress.com/2009/10/19/pengelolaan-limbah

medis-rumah-sakit [12 November 2010].

Mortazavi SB, Khavanin A, Moussavi G, Azhdarpoor A .2008. Removal of

Sodium Dodecyl Sulfate in An Intermittent Cycle Extended Aeration

System. Pak J Biol Sci 11: 290-293.

Paramita N .2007. Evaluasi Pengelolaan Sampah Rumah Sakit Pusat Angkatan

Darat Gatot Soebroto. J PRESIPITASI 2: 51-55.

Prasojo D .2008. Produk Kreatif dari Limbah RS Untuk Anak-anak tetapi

Mengandung Maut. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas

Indonesia.

Sarwanto S .2009. Limbah Rumah Sakit Belum Dikelola Dengan Baik. Jakarta:

Universitas Indonesia dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Sumiyati S dan Imaniar .2007. Analisis Kinerja Pengolahan Air Limbah Pavilyun

Kartika RSPAD Gatot Soebroto Jakarta. J PRESIPITASI 2: 39-42.

Tampang BL .2005. Analisis Buangan Organik Limbah Cair Rumah Sakit di

Lingkungan Perairan - Kasus di Kota Makassar [disertasi]. Bogor:

Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.