PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan...

142
PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI YANG BERKELANJUTAN DAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN KAMPANYE PRIDE MERAPIKU LESTARI, JOGJAKU ASRI RENCANA KERJA Ulie Rakhmawati Yayasan Kanopi Indonesia Pogung Lor, E 20, Mlati, Sleman Telepon (0274) 7433492 Email [email protected] Website www.kanopindo.org Yogyakarta

Transcript of PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan...

Page 1: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI YANG BERKELANJUTAN DAN BERBASIS

MASYARAKAT DENGAN KAMPANYE PRIDE

MERAPIKU LESTARI, JOGJAKU ASRI

RENCANA KERJA

Ulie Rakhmawati

Yayasan Kanopi IndonesiaPogung Lor, E 20, Mlati, Sleman

Telepon (0274) 7433492Email [email protected] www.kanopindo.org

YogyakartaJanuari 2008

Page 2: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Ringkasan EksekutifKawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) ditetapkan bagi perlindungan sumber-sumber air, sungai dan penyangga sistem kehidupan kabupaten/kota-kota Sleman, Yogyakarta, Klaten, Boyolali, dan Magelang. Keberadaannya pun merupakan suatu kesatuan sosial budaya bagi sebagian besar masyarakat di Jawa Tengah khususnya di Yogjakarta. Usia kawasan taman nasional ini baru akan empat tahun sehingga perangkat pengelolaannya masih belum seluruhnya terbentuk dan berfungsi, keberadaan kawasan ini penting bagi kehidupan masyarakat Yogyakarta. Ancaman terbesar yang ada di sini adalah penambangan pasir, konversi hutan alam menjadi ladang dan untuk budidaya rumput. Penambangan pasir melibatkan pelaku-pelaku dari luar daerah dan berkaitan dengan isu sosial ekonomi sedangkan kegiatan perumputan dan konversi hutan alami menjadi ladang dan untuk budidaya rumput mengancam langsung kepada keutuhan area hutan yang memiliki nilai keanekargaman hayati tinggi. Kedua ancaman inilah yang akan menjadi fokus kampanye Pride di sini.Survei masyarakat menunjukkan bahwa 66% masyarakat di tujuh desa target (Kepuharjo, Umbulharjo, Glagaharjo, Girikerto, Wonokerto, Purwobinangun dan Hargobinangun) memiliki ternak dan 60% dari pemilik ternak ini memiliki satu sampai tiga ekor sapi. Kebutuhan pakan ternak ini tidak dibarengi dengan teknologi pemeliharaan ternak yang baik. Sehingga untuk memenuhi pakan ternak tersebut mereka mengambil rumput di dalam kawasan bahkan mengunakan lahan untuk ditanami rumput sebagai pakan ternak mereka. Kawasan hutan yang diubah peruntukannya menjadi ladang rumput saat ini semakin meningkat dan mendekati kawasan hutan yang masih alami dan memiliki nilai keanekaragaman hayati tinggi. Dukungan bagi kawasan TNGM ini pun masih lemah terutama karena masyarakat belum melihat manfaat penetapannya. Setidaknya ini ditunjukkan dari lebih setengahnya (52%) masyarakat tidak tahu pengaruh pengambilan rumput bagi keutuhan kawasan. Sayangnya, sekitar 76% masyarakat disini tidak memiliki lahan yang dapat digunakan sebagai lahan untuk pakan ternak mereka.Oleh sebab itu, strategi yang akan dilakukan adalah membangun dukungan bagi penetapan kawasan TNGM dengan tetap memberikan hak pemanfaatan kawasan terbatas kepada masyarakat sebagai ladang rumput. Disamping itu, pengetahuan masyarakat mengenai nilai dan fungsi penting kawasan TNGM pun akan ditingkatkan sehingga pada akhirnya mereka mau terlibat dalam upaya-upaya perlindungan di kawasan TNGM. Sedangkan untuk mengurangi tingkat kebutuhan pakan ternak alami, masyarakat akan difasilitasi untuk membuat koperasi pakan ternak sehingga kebutuhan pakan ternak dapat terpenuhi. Secara spesifik, sasaran-sasaran yang dicanangkan adalah sebagai berikut:1. Di akhir kampanye, ada peningkatan 40% pengetahuan pemilik ternak di semua

desa target mengenai dampak pengambilan rumput terhadap fungsi ekologis kawasan TNGM dari semula yang hanya sekitar 10% (pertanyaan survei no. 25).

2. Pada akhir kampanye, sikap positif pemilik ternak di semua desa target untuk mendiskusikan cara-cara mendapatkan rumput atau pakan ternak dan melindungi kawasan dengan nilai keanekaragaman hayati tinggi, meningkat 20% dari rata-rata 62% (pertanyaan survei no. 36).

3. Pada akhir kampanye, terbentuk satu kesepakatan masyarakat desa Umbulharjo, Kepuharjo, dan Glagaharjo mengenai cara dan areal perumputan di dalam kawasan TNGM sehingga mengurangi kegiatan pengambilan rumput yang tidak terkelola dengan baik.

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 1

Page 3: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

4. Pada akhir kampanye, masyarakat desa Hargobinangun dan Purwobinangun membentuk sebuah kesepakatan masyarakat untuk melindungi kawasan yang mempunyai nilai keanekaragaman hayati dan fungsi ekologis tinggi.

5. Pada akhir kampanye, terbentuk dukungan publik dari masyarakat desa Umbulharjo, Kepuharjo, Glagaharjo, Hargobinangun dan Purwobinangun terhadap nilai konservasi keanekaragaman hayati kawasan TNGM melalui terbentuknya kelompok pelindung TNGM.

Keberhasilan program kampanye dan penyadaran konservasi yang akan dilaksanakan selama dua belas bulan di sini diperoleh dengan mengukur tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap nilai penting kawasan dan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya, menghitung luas area di dalam kawasan TNGM yang disepakati sebagai area pemanfaatan dan area perlindungan, serta mendata tingkat keterlibatan masyarakat tujuh desa target dalam setiap kegiatan konservsi dan proses diskusi yang dilakukan.

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 2

Page 4: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Daftar Istilah/SingkatanBKSDA: Balai Kosnervasi Sumberdaya AlamCA: Cagar AlamCITES: Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and

FloraDAS: Daerah Aliran SungaiDIY: Daerah Istimewa Yogyakartadpl: di atas permukaan lautESP: Environmental Services programFGD: Focus Group DiscussionHL: Hutan Lindungkehati: keanekaragaman hayatiLSM: Lembaga Swadaya MasyarakatTNGM: Taman Nasional Gunung MerapiTPA: Tempat Pembuangan AkhirTPS: Tempat Pembuangan SementaraTuCangKem: Turi Cangkringan PakemTWA: Taman Wisata AlamYayasan Hijau-GPL: Gerakan Peduli Lingkungan

Daftar IsiRingkasan Eksekutif__________________________________________________1

Daftar Istilah/Singkatan________________________________________________3

Daftar Isi____________________________________________________________3

Daftar Gambar_______________________________________________________5

Daftar Tabel_________________________________________________________6

PENDAHULUAN______________________________________________________8

1. DESKRIPSI KAWASAN TARGET______________________________________9

1.1. Pendahuluan___________________________________________________9

1.2. Karakteristik Fisik Kawasan______________________________________91.2.1. Batasan Lokasi______________________________________________91.2.2. Gambaran Topografi_________________________________________101.2.3. Kondisi Geologis____________________________________________111.2.4. Iklim dan Cuaca_____________________________________________11

1.3. Deskripsi Ekosistem___________________________________________111.3.1. Karakteristik Ekosistem_______________________________________111.3.2. Keanekaragaman Flora_______________________________________121.3.3. Keanekaragaman Fauna______________________________________13

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 3

Page 5: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

1.4. Deskripsi Masyarakat___________________________________________131.4.1. Demografi dan Populasi______________________________________13

1.5. Konservasi Alam dan Kawasan Target____________________________141.5.1. Sejarah dan Status Kawasan__________________________________141.5.2. Nilai Penting Kawasan________________________________________141.5.3. Ancaman terhadap Kawasan__________________________________141.5.4. Program Konservasi Lain dan Lembaga yang terlibat________________141.5.5. Potensi Kawasan Wisata Alam_________________________________14

2. MATRIKS PEMANGKU KEPENTINGAN________________________________14

2.1. Analisis pemangku kepentingan__________________________________14

2.2. Model konsep untuk kawasan Gunung Merapi______________________14

2.3. Narasi model konsep kawasan Gunung Merapi_____________________14

3. FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD)__________________________________14

3.1. Proses FGD___________________________________________________14

3.2. Deskripsi Peserta______________________________________________14

3.3. Hasil FGD____________________________________________________14

4. SURVEI MASYARAKAT_____________________________________________14

4.1. Proses Survei_________________________________________________14

4.2. Deskripsi Demografi____________________________________________14

4.3. Preferensi Media_______________________________________________14

4.4. Tingkat Pengetahuan___________________________________________14

4.5. Sikap________________________________________________________14

4.6. Perilaku______________________________________________________14

4.7. Slogan dan Maskot_____________________________________________14

5. ELANG JAWA____________________________________________________14

5.1. Klasifikasi____________________________________________________14

5.2. Morfologi_____________________________________________________14

5.3. Distribusi_____________________________________________________14

5.4. Perilaku Berburu_______________________________________________14

5.5. Makanan_____________________________________________________14

5.6. Kebutuhan Habitat_____________________________________________14

5.7. Reproduksi___________________________________________________14

5.8. Ancaman Konservasi___________________________________________14

5.9. Status________________________________________________________14

6. RENCANA KERJA_________________________________________________14

6.1. Revisi Konsep Model___________________________________________14

6.2. Tujuan dan Sasaran____________________________________________146.2.1. Sasaran Pengetahuan________________________________________146.2.2. Sasaran Sikap______________________________________________146.2.3. Sasaran Perilaku 1__________________________________________14

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 4

Page 6: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

6.2.4. Sasaran Perilaku 2__________________________________________146.2.5. Sasaran Perilaku 5__________________________________________14

7. RENCANA MONITORING___________________________________________14

Sasaran Pengetahuan______________________________________________14

Sasaran Sikap____________________________________________________14

Sasaran Perilaku 1_________________________________________________14

Sasaran Perilaku 2_________________________________________________14

Sasaran Perilaku 3_________________________________________________14

8. KERANGKA WAKTU KEGIATAN_____________________________________14

9. ANGGARAN______________________________________________________14

10. DAFTAR PUSTAKA_______________________________________________14

Daftar GambarGambar 1. Taman Nasional Gunung Merapi...............................................................9Gambar 2. Peta kawasan TNGM (Sumber: ESP-USAID, 2007)................................10Gambar 3: Mbah Maridjan, tokoh setempat yang dikenal juga sebagai juru kunci Gunung Merapi...........................................................................................................14Gambar 4: Model konsep pada stakeholder workshop pertama................................14Gambar 5: Peserta FGD 3 di Pelemsari, Umbulharjo, Cangkringan ........................14Gambar 6 Peserta FGD 4 di Pelemsari, Umbulharjo, Cangkringan .........................14Gambar 7. Distribusi gender desa target (N=381).....................................................14Gambar 8. Distribusi gender desa kontrol (N=147)....................................................14Gambar 9: Jumlah responden (kel. Target) yang mendengarkan radio (N=381).....14Gambar 10: Jumlah responden yang menonton televisi (N=381)..............................14Gambar 11: Jumlah responden yang mendengarkan radio berdasarkan jenis pekerjaan (N=381)......................................................................................................14Gambar 12: Jenis kesenian tradisional yang digemari oleh responden (N =381)......14Gambar 13: Jumlah responden yang melihat televisi (N=147)..................................14Gambar 14: Jumlah responden yang mendengarkan radio (N=147).........................14Gambar 15: Jumlah responden yang melihat televisi berdasarkan segmentasi pekerjaan (N=147)......................................................................................................14Gambar 16. Jumlah responden yang mendengarkan radio berdasarkan segmentasi pekerjaan (N=147).............................................................14Gambar 17: Jenis kesenian tradisional yang digemari (kelompok kontrol, N = 147).......................................................................................14Gambar 18: Jumlah responden yang memiliki ternak (66,1%) dan jumlah ternak per responden (N=251).................................................................14Gambar 19: Pengetahuan responden mengenai dampak pengambilan rumput terhadap kawasan Gunung Merapi (N=381)..............................................................14Gambar 20: Kendala untuk menyediakan rumput dari lahan milik sendiri (N=381)...14Gambar 21: Cara pengelolaan sampah di tempat tinggal (N=381)............................14Gambar 22: Dampak pengambilan rumput terhadap kawasan (N=115)....................14Gambar 23: Jenis dampak yang ditimbulkan oleh pengambilan rumput tehadap kawasan Gunung Merapi (N=115).............................................................................14Gambar 24: Pengetahuan responden mengenai pengelolaan sampah (N=115).......14Gambar 25: Prosentase slogan yang dipilih oleh masyarakat desa target................14Gambar 26: Prosentase flagship spesies yang dipilih oleh responden desa target (N=381)...................................................................................................14

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 5

Page 7: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Gambar 27: Elang Jawa (Kanopi Indonesia)..............................................................14Gambar 28: Peta Penyebaran Elang Jawa (Sumber: IUCN Redlist 2006)................14Gambar 29: Revisi model konsep..............................................................................14

Daftar TabelTabel 1. Data Penduduk di Kawasan Target dan Jumlah ternak (Data Monografi Desa tahun 2006)............................................................................13Tabel 2. Status Kawasan sebelum ditunjuk menjadi TNGM......................................16Tabel 3. Matriks analisa pemangku kepentingan (pada pertemuan pertama)...........20Tabel 4. Ranking ancaman terhadap kondisi yang mempengaruhi Kawasan Gunung Merapi...........................................................................................24Tabel 5. Karakteristik peserta Focus Group Discussion (FGD).................................27Tabel 6. Pertanyaan panduan yang digunakan dalam Focus Group Discussion (FGD).......................................................................................................28Tabel 7: Tingkat Pendidikan Responden Desa Target (N=381)................................38Tabel 8: Tingkat pendidikan reponden desa kontrol (N=147)....................................38Tabel 9: Tingkat kepercayaan televisi berdasarkan pekerjaan (N=381)....................39Tabel 10: Tingkat kepercayaan terhadap surat kabar berdasarkan jenis pekerjaan (N=381)............................................................................................39Tabel 11: Tingkat kepercayaan terhadap radio berdasarkan jenis pekerjaan (N=381).............................................................................................39Tabel 12: Tingkat kepercayaan terhadap lembar dakwah berdasarkan jenis pekerjaan (N=381)......................................................................................................40Tabel 13: Tingkat kepercayaan terhadap beberapa sumber informasi berdasarkan jenis pekerjaan (N=381)........................................................................40Tabel 14. Tingkat kepercayaan masyarakat desa target terhadap televisi, radio dan surat kabar (N=381)......................................................................41Tabel 15: Stasiun radio favorit berdasarkan jenis pekerjaan (N =267)......................43Tabel 16: Program acara radio favorit berdasarkan jenis pekerjaan (N =267)..........44Tabel 17: Stasiun televisi favorit berdasarkan jenis pekerjaan (N =364)...................44Tabel 18: Saluran radio favorit berdasarkan segmentasi pekerjaan (kelompok kontrol)......................................................................................................47Tabel 19: Jenis program favorit berdasarkan segmentasi pekerjaan (kelompok kontrol)......................................................................................................47Tabel 20: Frekuensi pengambilan rumput dibandingkan dengan jumlah ternak yang dimiliki (kelompok target, N=251)...........................................................49Tabel 21: Pengetahuan responden mengenai ada atau tidak ada dampak pengambilan rumput terhadap kawasan G. Merapi (N=381).....................................49Tabel 22: Pengetahuan responden mengenai batasan pengambilan rumput terhadap kawasan TNGM berdasarkan jenis pekerjaan................................50Tabel 23: Frekuensi pengambilan rumput dibandingkan dengan jumlah ternak yang dimiliki (N=115)..........................................................................52Tabel 24: Pengetahuan responden mengenai batasan pengambilan rumput di kawasan Taman Nasional (N=115)............................................................................53Tabel 25: Sikap terhadap pengelolaan rumput yang lebih baik (N=381)...................54Tabel 26: Sikap terhadap pembentukan koperasi pakan ternak (N=381)..................55Tabel 27: Nilai kepentingan untuk mendiskusikan pengambilan rumput tanpa memasuki kawasan (N=381)......................................................................................55Tabel 28: Nilai kepentingan untuk mengajak warga lain mencari penyelesaian masalah secara bersama terhadap pengadaan rumput sebagai pakan ternak (N=381)......................................................................................................................56

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 6

Page 8: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Tabel 29: Sikap responden desa kontrol terhadap pengelolaan rumput yang baik (N=115)..........................................................................................57Tabel 30: Sikap responden desa kontrol untuk mendiskusikan pengambilan rumput tanpa memasuki kawasan (N=115)................................................................57Tabel 31: Sikap responden desa kontrol untuk mengajak masyarakat lain mencari penyelesaian pakan ternak (N=115).............................................................58Table 32: Tingkat kemudahan responden desa target untuk mengambil rumput dari lahan sendiri yang ditanami rumput (N=381)..........................................58Table 33: Tingkat kemudahan responden desa target untuk mengorganisir para peternak di desa untuk membuat ladang rumput bagi ternak (N=381)..............59Tabel 34: Tingkat keinginan untuk berubah responden desa target dalam pengelolaan sampah (N=381)....................................................................................59Tabel 35: Tingkat kemauan responden desa target untuk membuat kelompok pelindung TNGM (N=381)..........................................................................................60Tabel 36: Tingkat kemauan responden desa target untuk mengajak orang di sekitar untuk peduli pada TNGM (N=381)..............................................................60Tabel 37: Tingkat kemauan responden desa kontrol untuk mengambil rumput dari lahan sendiri (N=115)..........................................................................................60Tabel 38: Tingkat kemudahan untuk mengorganisir para peternak di desa kontrol untuk membuat ladang rumput bagi ternak (N=115).............................61Tabel 39: Tingkat kemauan masyarakat desa kontrol untuk membentuk kelompok pelindung TNGM (N=115)..........................................................................61Tabel 40: Tingkat kemauan responden desa kontrol untuk mengajak orang di sekitar untuk peduli pada Taman Nasional Gunung Merapi (N=115)....................61Tabel 41: Tingkat kemauan masyarakat desa kontrol untuk menjaga hutan (N=115)..............................................................................................62

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 7

Page 9: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

PENDAHULUANDokumen Rencana Kerja Kampanye Pride ini merupakan suatu panduan dalam implementasi program kampanye Pride, yang dikembangkan secara partisipatif bersama stakeholder di lokasi kerja. Di dalam dokumen ini termuat tentang deskripsi kawasan, latar belakang kegiatan, tujuan dan rencana kegiatan yang akan digunakan selama program kampanye berlangsung. Rencana kerja dibuat untuk memudahkan pelaksanaan program, dengan adanya Rencana Kerja maka banyak hal yang dapat diperkirakan sebelumnya. Rencana kerja ini didapatkan melalui beberapa tahap dengan melibatkan masyarakat sebagai sumber informasi dan perumus kegiatan, jadi tidak semata-mata berdasarkan asumsi organisasi. Tahap perencanaan telah dilakukan selama kurang lebih 3 bulan ini meliputi pertemuan masyarakat pertama (stakeholder workshop) yang mendesign konsep model terhadap kawasan Taman Nasional Gunung Merapi; diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discussion/FGD) untuk menggali informasi lebih dalam tentang beberapa topik yang didapat dari konsep model; dan survei masyarakat untuk menggali informasi lebih dalam dan luas. Secara diagramatis, maka alurnya adalah sebagai berikut:

keterangan : : kegiatan selanjutnya : rincian kegiatan

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008

Informasi lebih dalam tentang topik dari konsep model

Informasi lebih dalam dan luas tentang kawasan

Konsep model kawasan Taman Nasional Gunung Merapi

8

Stakeholder workshop

Focus Group Discussion (FGD)

Survei masyarakat

Rencana Kerja

Deskripsi kawasan, latar belakang, tujuan, rencana kegiatan dan rencana monitoring

Page 10: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

1. DESKRIPSI KAWASAN TARGET1.1. PendahuluanTaman Nasional Gunung Merapi (TNGM) ditetapkan melalui SK Menhut 134/Menhut-II/2004 pada tanggal 4 Mei 2004. Tujuan penetapan kawasan taman nasional ini adalah untuk perlindungan bagi sumber-sumber air, sungai dan penyangga sistem kehidupan kabupaten/kota-kota Sleman, Yogyakarta, Klaten, Boyolali, dan Magelang. Meskipun demikian, keberadaan kawasan Gunung Merapi sendiri merupakan suatu kesatuan sosial budaya bagi sebagian besar masyarakat di Jawa Tengah khususnya di Yogyakarta. Jadi, meskipun usia kawasan taman nasional ini baru akan empat tahun dan perangkat pengelolaannya masih belum seluruhnya terbentuk dan berfungsi, keberadaan kawasan ini penting bagi kehidupan masyarakat Yogyakarta.Menurut sejarahnya, kawasan ini sudah dirancang sebagai kawasan lindung sejak tahun 1931 untuk perlindungan sumber air, sungai dan penyangga sistem kehidupan kabupaten/kota Sleman, Yogyakarta, Klaten, Boyolali, dan Magelang. Fungsi kawasan sebelum ditunjuk menjadi TNGM di wilayah DIY terdiri dari Hutan Lindung (HL) seluas 1.041,38 ha; Cagar Alam (CA) Plawangan Turgo seluas 146,16 ha; dan Taman Wisata Alam (TWA) Plawangan Turgo 96,45 ha. Sedangkan fungsi kawasan sebelum ditunjuk menjadi TNGM di wilayah Jateng terdiri dari HL seluas 5.126 ha.

Gambar 1. Taman Nasional Gunung Merapi

1.2. Karakteristik Fisik Kawasan1.2.1. Batasan Lokasi Posisi geografis kawasan TNGM adalah pada koordinat 07°22'33" - 07°52'30" LS dan 110°15'00" - 110°37'30" BT. Luas totalnya adalah 6.410 ha, dimana 5.126,01 ha berada di wilayah Jawa Tengah dan 1.283,99 ha di Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara administratif, kawasan TNGM tersebut termasuk ke dalam wilayah kabupaten

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 9

Page 11: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Magelang, Boyolali dan Klaten di Jawa Tengah, serta Sleman di Yogyakarta (Gambar 2).

Gambar 2. Peta kawasan TNGM (Sumber: ESP-USAID, 2007)

Mengingat luasnya kawasan, kampanye Pride yang akan dilakukan oleh Yayasan Kanopi Indonesia akan dilakukan hanya di 7 kelurahan, yaitu Girikerto dan Wonokerto di Kecamatan Turi, Purwobinangun dan Hargobinangun di Kecamatan Pakem, Umbulharjo, Kinahrejo dan Glagahrejo di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Ketujuh kelurahan ini dipilih karena kawasan hutannya masih cukup baik namun demikian kegiatan masyarakat yang berjalan disana dapat mengancam keutuhannya.

1.2.2. Gambaran TopografiWilayah TNGM berada pada ketinggian antara 600 - 2.968 mdpl (meter dari permukaan laut). Topografi kawasan mulai dari landai hingga berbukit dan bergunung-gunung. Di sebelah utara terdapat dataran tinggi yang menyempit di antara dua buah gunung, yakni Gunung Merapi dan Gunung Merbabu di sekitar Kecamatan Selo, Boyolali.Di bagian selatan, lereng Merapi terus turun dan melandai hingga ke pantai selatan di tepi Samudera Hindia, melintasi wilayah kota Yogyakarta. Sebelum kaki gunung, terdapat dua bukit yaitu Bukit Turgo dan Bukit Plawangan yang merupakan bagian kawasan wisata Kaliurang.Wilayah Gunung Merapi merupakan sumber bagi tiga DAS (daerah aliran sungai), yakni DAS Progo di bagian barat; DAS Opak di bagian selatan dan DAS Bengawan Solo di sebelah timur. Secara keseluruhan, terdapat sekitar 27 sungai di seputar Gunung Merapi yang mengalir ke tiga DAS tersebut.

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 10

Page 12: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Topografi pada masing-masing kabupaten adalah:(a) Kabupaten Klaten: bagian barat dan utara wilayah Kabupaten Klaten berupa

lereng Gunung Merapi yang berbatasan dengan Kabupaten Sleman. Landai sampai berbukit dengan ketinggian 100 – 150 m dpl. Tanaman tembakau menjadi komoditas andalan disini.

(b) Kabupaten Boyolali: berada diantara Gunung Merapi yang masih aktif dan Gunung Merbabu yang sudah tidak aktif, dengan ketinggian 75 – 1.500 m dpl. Empat sungai melintas di wilayah ini (Serang, Cemoro, Pepe dan Gandul). Disamping itu ada sumber-sumber air lain berupa mata air dan waduk.

(c) Kabupaten Magelang: tiga kecamatan terpilih merupakan bagian lereng Gunung Merapi yang ke arah Barat, yang terletak pada ketinggian sekitar 500 m dpl, makin ke arah puncak Gunung Merapi kelerengan lahan semakin curam.

(d) Kabupaten Sleman: mulai landai hingga lahan yang memiliki kelerengan sangat curam dengan ketinggian 100 – 1.500 m dpl. Dibagian paling utara merupakan lereng Gunung Merapi yang miring ke arah Selatan. Di lereng Selatan Gunung Merapi terdapat dua bukit, yaitu Bukit Turgo dan Bukit Plawangan yang merupakan bagian kawasan wisata Kaliurang dimana bagian utaranya merupakan bagian dari lereng Gunung Merapi yang berupa hutan. Bagian lereng selatan inilah yang dipilih sebagai fokus kegiatan kampanye Pride.

1.2.3. Kondisi GeologisJenis-jenis tanah di wilayah ini adalah regosol, andosol, alluvial dan litosol. Tanah regosol yang merupakan jenis tanah muda terutama berada di wilayah Yogyakarta. Bahan induk tanah adalah material vulkanik, yang berkembang pada fisiografi lereng gunung. Jenis tanah andosol ditemukan di wilayah-wilayah kecamatan Selo dan Cepogo, Boyolali.

1.2.4. Iklim dan Cuaca Tipe iklim di wilayah ini adalah tipe C menurut klasifikasi curah hujan Schmidt dan Ferguson, yakni agak basah dengan nilai Q antara 33,3% - 66%. Besar curah hujan bervariasi antara 875 - 2527 mm pertahun. Variasi curah hujan di tiap-tiap kabupaten adalah sbb.:Magelang: 2.252 – 3.627 mm/th Boyolali: 1.856 – 3.136 mm/th Klaten : 902 – 2.490 mm/th Sleman : 1.869,8 – 2.495 mm/th

1.3. Deskripsi Ekosistem1.3.1. Karakteristik EkosistemEkosistem Merapi secara alami merupakan hutan tropis pegunungan yang terpengaruh aktivitas gunung berapi. Berdasarkan ketinggiannya serta pembagian berdasarkan jenis flora yang ada dan diantaranya mencirikan karakterisik spesifik (Whitten dkk, 1999; Kartawinata, 2007) hutan pegunungan Merapi tidak memiliki hutan subalpin (> 3000 m dpl), namun demikian ekosistemnya dibagi menjadi:

a) Hutan pegunungan bawah (1200 – 1800 m dpl)

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 11

Page 13: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Hutan pegunungan bawah didominasi oleh pohon yang tingginya mencapai 60 meter. Pakis dan paku banyak yang tumbuh melekat pada pohon hingga ketinggian pohon 15 m, jenis ini merupakan komponen yang umum di daerah pegunungan, terutama pegunungan bawah (Whitten dkk, 1999).

b) Hutan pegunungan atas (1800 – 3000 m dpl)Ciri yang mencolok dari hutan pegunungan atas yaitu banyaknya lumut Aorobryum yang menutupi permukaan tanah dan menempel disetiap ranting pepohonan yang terdapat 2-3 m di atas permukaan tanah. Di atas zona yang terselimuti kabut, epifit yang sering dijumpai adalah Usnea sp. atau lumut janggut yang merupakan lumut kerak (Lichens) (Whitten dkk, 1999).

c) Ekosistem LadangMerupakan wilayah yang berdekatan dengan perkampungan. Ekosistem buatan ini dominasi tanaman palawija seperti ketela, cabai merah, jagung.

Ekosistem Gunung Merapi ini merupakan kombinasi biosystem, geosystem dan sociosystem yang unik, menarik dan dinamis : Biosistem, hutan tropis pegunungan yang terpengaruh aktivitas gunung berapi,

dengan jenis endemik Castanopsis argentia, Vanda tricolor dan merupakan habitat elang jawa dan macan tutul

Geosistem, komplek gunung berapi aktif dari tipe khas strato/andesit dari sesar transversal dan longitudinal pulau jawa

Sociosistem, yang merupakan interaksi manusia dengan lingkungan alam berikut pandangan hidup dan budaya bernuansa vulkan

1.3.2. Keanekaragaman floraHutan pegunungan bawah didominasi oleh Lithocarpus sp, Castanopsis sp dan Quercus sp serta sejumlah besar jenis pohon salam. Beberapa pohon yang membentuk tajuk hutan antara lain: Acer laurinum, Engelhardia spicata, Schima wallchii, Weinmannia blumei. Jenis tumbuhan yang menjulang tinggi antara lain: Altingia excelsa, Podocarpus spp. yang ketinggiannya mencapai 60 m. Pakis dan paku banyak yang tumbuh hingga ketinggian pohon 15 m, jenis ini merupakan komponen yang umum di daerah pegunungan, terutama pegunungan bawah (Whitten dkk, 1999).Jenis pohon yang dijumpai di hutan pegunungan atas antara lain: Dacycarpus imbricatus, Rhododendron sp, Vaccinium sp, Gaultheria sp, Myria javanica, Weinmannia fraxinea. Lantai hutan kaya akan semak belukar dan tumbuhan perdu, di tempat terbuka dapat ditemukan terna yang indah (Whitten dkk, 1999).Jenis anggrek yang ditemui di Taman Nasional Gunung Merapi ada beranekaragam, kurang lebih 52 jenis baik jenis endemik maupun terancam punah. Jenis Vanda tricolor merupakan contoh anggrek yang terancam punah di kawasan meskipun statusnya tidak dilindungi oleh CITES maupun tercantum dalam Redlist Book. Jenis ini sudah tidak dapat ditemui di habitatnya tetapi dapat ditemui di halaman rumah penduduk. Jenis lain yang cukup banyak adalah paku-pakuan. Menurut penelitian Purnomo (1998) terdapat 73 jenis paku-pakuan di wilayah ini contohnya Adiantum sp, Nephrolepis sp.

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 12

Page 14: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

1.3.3. Keanekaragaman Fauna Taman Nasional Gunung Merapi memiliki keanekaragaman satwa yang cukup tinggi. Di wilayah ini terdapat beberapa jenis satwa endemik dan dilindungi undang-undang, antara lain Elang Jawa (Spizaetus bartelsi), Tesia Jawa (Tesia superciliaris), dan Macan Tutul (Panthera pardus). Berdasarkan penelitian Matalabiogama (2002) terdapat 99 jenis burung yang terdapat di TNGM, antara lain Elang Bido (Spilornis cheela), Kutilang (Pycnonotus aurigaster), Merbah cerucuk (Pycnonotus goiavier), Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus), Ayam hutan (Gallus gallus). Sedangkan mammalia yang ada antara lain Lutung Budeng (Trachypithecus auratus), Rusa (Cervus sp), Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis).

1.4. Deskripsi Masyarakat 1.4.1. Demografi dan PopulasiKetujuh kelurahan yang menjadi sasaran Kampanye Bangga terdapat di 3 kecamatan dengan total penduduk 44.489 jiwa. Secara rinci, data populasi di kawasan target ini adalah:

Tabel 1. Data Penduduk di Kawasan Target dan Jumlah ternak (Data Monografi Desa tahun 2006)

Nama Kecamata

n

Nama Desa Jumlah Pendud

uk (jiwa)

Jumlah KK

Jumlah TernakSapi

PerahSapi Biasa

Kambing

Domba

Kerbau

Cangkringan

Kepuharjo 3.478 902 na na na na naUmbulharjo 4.865 1.175 na na na na naGlagaharjo 3.754 815 na na na na na

Turi Girikerto 7.657 2.175 376 139 1.729 568 52Wonokerto 8.633 2.350 41 180 72 1.72

836

Pakem Purwobinangun

8.833 2.472 561 277 296 708 30

Hargobinagun

7.269 2.458 2.215

396 665 430 18

Sosial-budaya dan Ekonomi Masyarakat merupakan etnis Jawa dengan bahasa Jawa sebagai bahasa pergaulan, tetapi saat ini bahasa Indonesia juga sering digunakan. Secara umum masyarakat beragama Islam dengan budaya Jawa yang masih kental. Kelompok-kelompok agama banyak tersebar di sekitar kawasan kajian.Kelompok masyarakat yang ada pada kawasan ini sangat beragam. Contohnya kelompok masyarakat penambang pasir, kelompok masyarakat Kinahrejo, kelompok masyarakat Turi, kelompok masyarakat petani anggrek, kelompok masyarakat peternak, kelompok masyarakat Pelem, kelompok masyarakat Kali Adem dan lain-lain.

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 13

Page 15: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Secara umum mata pencaharian masyarakat adalah petani dan peternak. Di lereng bagian atas petani bercocok-tanam dengan sistem ladang yang mengandalkan air hujan sehingga pada umumnya jenis tanaman yang ditanam adalah palawija, ketela dan buah-buahan seperti pisang dan nangka. Sebagian lainnya, terutama di daerah utara dan barat daya yang airnya melimpah, para petani menanam sayuran dan daerah tersebut menjadi salah sentra sayuran untuk wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. Petani yang tinggal di lereng bagian bawah bercocok-tanam dengan mengolah sawah. Sedangkan peternakan yang dikembangkan oleh masyarakat adalah peternakan sapi, terutama sapi perah dan kambing. Peternak di bagian utara memelihara sapi perah sedangkan di bagian timur dan sebagian selatan serta tenggara beternak ikan darat (empang). Meskipun secara umum masyarakat desa target adalah petani dan peternak, tetapi tiap wilayah (Turi, Cangkringan dan Pakem) memiliki karakteristik sosial ekonomi yang berbeda-beda. Masyarakat Cangkringan hampir seluruhnya bergantung pada peternakan, terutama sapi perah. Dalam sehari produksi susu yang dihasilkan mencapai 20-30 liter per sapi per hari dengan nilai jual susu per liternya adalah Rp 2.000,00 (FGD 3 dan 4, 2008). Dari pendapatan inilah mereka mencukupi kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Sebelum tahun 1990an, masyarakat bergantung pada hasil ladang dan sapi potong atau sapi jawa sebagai hewan peliharaan, tetapi sejak adanya program sapi perah mereka beralih pada peternakan sapi perah. Adanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari kawasan menjadi lebih banyak. Sapi perah lebih banyak membutuhkan pakan rumput daripada sapi potong atau sapi jawa. Setiap harinya, seekor sapi perah membutuhkan rumput 30-40 kg, sedangkan sapi ptong atau sapi jawa tidak membutuhkan sebanyak itu. Akan tetapi dengan adanya peralihan ke peternakan sapi perah, tingkat ekonomi masyarakat meningkat. Masyarakat yang tadinya tidak memiliki pendapatan tetap tiap harinya menjadi memiliki pendapatan tetap dari penjualan susu. Oleh karena itu perkembangan peternakan sapi perah di wilayah ini cukup pesat, selain itu banyak bantuan dari pemerintah yang diberikan untuk memacu peternakan tersebut. Perekonomian masyarakat juga berasal dari pertambangan pasir, meskipun hanya didaerah tertentu saja. Pada daerah ini (Glagaharjo, Kepuharjo) terdapat mendapat aliran lahar dingin yang kemudian dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tambang pasir. Masyarakat Turi hampir seluruhnya adalah petani salak. Proses pengembangan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah hampir sama dengan yang di Cangkringan. Bila Cangkringan yang dikembangkan adalah sapi perah, maka di Turi yang dikembangkan adalah salak pondoh. Salak ini dikembangkan mulai tahun 1980an dengan maksud meningkatkan perekonomian masyarakat yang tadinya hanya berladang palawija. Adanya salak cukup mengangkat perekonomian masyarakat. Salak dapat dipanen sepanjang tahun dan pada waktu tertentu dipanen dalam jumlah yang sangat besar. Ketika panen raya (bulan Desember-Januari), masyarakat dapat memperbaiki kehidupan ekonominya meskipun saat ini nilai penjualan tidak terlalu tinggi. Saat ini nilai penjualan salak per kg mencapai Rp 2.500,00 dan jumlah salak yang dipanen tiap harinya mencapai 30-40 kg. Tetapi berkembangnya pertanian salak juga memberikan dampak buruk yaitu banyaknya lahan yang dikonversi menjadi lahan salak, termasuk daerah penangkap air. Dengan demikian debit air jauh berkurang bila dibandingkan 10-20 tahun yang lalu. Saat ini debit air berkurang hingga sepersepuluhnya (FGD 1).Masyarakat Pakem merupakan masyarakat yang lebih sering berhubungan dengan orang luar. Hal ini disebabkan adanya objek wisata yang berkembang cukup bagus di wilayah ini (objek wisata Kaliurang). Dengan adanya objek wisata ini masyarakat di dekat objek wisata cenderung berbisnis dengan membuka warung atau

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 14

Page 16: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

penginapan. Bila dibandingkan dengan kedua wilayah lainnya, masyarakat di wilayah ini lebih plural begitu pula dengan sumber perekonomiannya. Tingkat perekonomian masyarakat Pakem lebih beragam, ada yang berdagang, bertani, beternak, buruh, penambang pasir, karyawan bahkan banyak pula pendatang yang turut meramaikan di wilayah ini.

Pada kawasan target terdapat dua koperasi ternak yang cukup besar yang cakupan wilayahnya meliputi hampir seluruh kawasan target. Koperasi ini menangani pengumpulan susu, penjualan susu dan simpan pinjam bagi anggotanya. Pengelolaan pakan ternak belum menjadi salah satu aspek kajiannya.Jelas tergambarkan disini bahwa perekonomian masyarakat sangat bergantung pada keberadaan kawasan ini, maka bila terjadi kerusakan kawasan, merekalah orang yang pertama kali merasakan akibatnya. Oleh karena itu masyarakat memiliki potensi untuk dilibatkan dalam menjaga dan melindungi kawasannya.Dari sisi budaya, terdapat beberapa tradisi yang masih dipraktekkan sebagai bagian dari keseharian hidup masyarakat. Tradisi ini antara lain adalah upacara Labuhan dan Suronan. Pendapat tokoh adat masyarakat masih diperhatikan dan diikuti oleh masyarakat sekitar kawasan. Secara historis Gunung Merapi terhubung secara integral dengan Keraton Yogyakarta. Kawasan ini masih menjadi tempat pelaksanaan beberapa kegiatan keraton seperti Labuhan dan sampai saat ini keraton masih memiliki petugas yang menjaga Gunung Merapi. Secara umum masyarakat sekitar memandang Gunung Merapi memiliki nilai mistis.

Gambar 3: Mbah Maridjan, tokoh setempat yang dikenal juga sebagai juru kunci Gunung Merapi.

Hubungan Masyarakat dan Sumberdaya AlamMasyarakat sekitar Merapi memanfaatkan hutan di kawasan tersebut utamanya sebagai sumber rumput untuk pakan ternak dan sebagian untuk kayu bakar (terutama akasia dan tanaman yang sakit) sebagai bahan pembuatan arang yang dijual di wilayah mereka. Beberapa hal konservasi yang sudah tampak diantara masyarakat, dan dapat dijadikan pendukung pilar-pilar konservasi adalah :(a) Kesepakatan diantara masyarakat: bila ingin mengambil / menebang tanaman,

harus menanam dulu dari jenis yang sama minimal 5 pohon.

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 15

Page 17: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

(b) Adanya pendapat: bila hutan dihijaukan oleh masyarakat maka warga masyarakat tidak akan kelaparan; serta pendapat : bila hutan ditanami palawija (jagung, ketela dll) maka warga masyarakat sekitar kawasan akan mengalami kekurangan makan (tidak akan pernah merasa kenyang).

(c) Adanya keyakinan hubungan spiritual dan supranatural antara Merapi, Kraton Yogya dan Laut Selatan yang didasari atas anggapan Merapi bukan ancaman tapi sebagai sumber kehidupan.

1.5. Konservasi Alam dan Kawasan Target1.5.1. Sejarah dan Status KawasanSeperti dijelaskan di awal, Gunung Merapi merupakan kawasan lindung sejak tahun 1931 untuk perlindungan sumber air, sungai dan penyangga sistem kehidupan kabupaten/kota Sleman, Yogyakarta, Klaten, Boyolali, dan Magelang. Sebelum ditunjuk menjadi TNGM di wilayah DIY, kawasan ini terdiri dari beberapa kawasan dengan status yang berbeda (Tabel 2).

Tabel 2. Status Kawasan sebelum ditunjuk menjadi TNGM

No.

Status kawasan Luas area (Ha)

Keterangan

1. Hutan Lindung 1.041,38 Saat ini banyak dilakukan penghijauan di kawasan ini, umumnya didominasi oleh tanaman seperti Acasia decuren, Calliandra spp., Erythrina sp., Schima sp.

2. Cagar Alam Plawangan-Turgo

146,16 Lokasinya berdekatan dengan hutan wisata. Jenis tanaman lebih bervariasi

3. Taman Wisata Alam Plawangan-Turgo

95,65 Banyak dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara.

Kawasan ini ditetapkan sebagai Taman Nasional melalui SK Menhut 134/Menhut-II/2004 tanggal 4 Mei 2004 dengan luasan 6.410 ha (1.283,99 ha di DIY dan 5.126,01 ha di Jateng). Kawasan ini ditetapkan sebagai Taman Nasional dengan alasan kekhasan Gunung Merapi yang sangat aktif dan merupakan tipe tersendiri serta adanya ekosistem yang unik, menarik dan dinamis dari kombinasi biosistem, geosistem dan sociosistem.Penetapan kawasan ini menjadi Taman Nasional pada awalnya menimbulkan polemik dan konflik pro-kontra. Pihak yang pro berpendapat bahwa dengan ditetapkan sebagai Taman Nasional maka kawasan ini akan lebih terjaga karena memiliki pengelolaan yang lebih teratur, sedang pihak yang kontra mempermasalahkan cara penetapannya yang top-down dan merisaukan masalah zonasi kawasan. Zonasi disini maksudnya adalah pembagian kawasan berdasarkan fungsi dan kondisi daerah (kehati tinggi atau tidak). Secara umum zonasi dibagi menjadi zona pemanfaatan, zona inti dan zona rimba. Bagi masyarakat yang kehidupan sehari-harinya bergantung terhadap kawasan, zonasi tidaklah menjadi satu permasalahan, karena yang mereka perlukan hanyalah akses untuk mendapatkan manfaat dari kawasan seperti kayu, rumput, air, pasir.

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 16

Page 18: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Dalam perkembangannya, batasan TNGM belum tersosialisasikan kepada masyarakat secara menyeluruh. Akibatnya banyak masyarakat yang tinggal disekitar kawasan belum mengerti batasan TNGM dan sering beraktifitas di dalam kawasan.

1.5.2. Nilai Penting Kawasan Sesuai dengan tujuan pembentukannya, Taman Nasional Gunung Merapi memiliki peranan yang sangat penting dalam ekosistem dan masyarakat. Secara umum, ada dua nilai penting kawasan ini yaitu: (a) Merupakan sumber mata air bagi kehidupan sebagian masyarakat di Klaten,

Yogyakarta, Sleman, Boyolali dan Megelang. (b) Mempunyai fungsi laboratorium alam untuk pengembangan ilmu pengetahuan,

penelitian, pendidikan, peningkatan kesadaran konservasi alam, dan mendukung kepentingan budidaya

1.5.3. Ancaman terhadap KawasanSecara umum ancaman di TNGM dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu ancaman alami dan ancaman akibat aktivitas manusia

1. Ancaman alami Gunung Merapi merupakan salah satu gunung api teraktif di dunia. Dalam jangka waktu pendek sering mengalami aktivitas vulkanik yang menyebabkan kerusakan lingkungan.Berdasarkan sejarah, Gunung Merapi mulai tampil sebagai gunung api sejak tahun 1006, ketika itu tercatat sebagai letusannya yang pertama (Data Dasar Gunungapi Indonesia, 1979). Sampai letusan Februari 2001, sudah tercatat meletus sebanyak 82 kejadian. Secara rata-rata Merapi meletus dalam siklus pendek yang terjadi setiap 2 – 5 tahun, sedangkan siklus menengah setiap 5 – 7 tahun. Memasuki abad 16 catatan kegiatan Gunung Merapi mulai terjadi secara terus menerus dan terlihat bahwa siklus terpanjang pernah dicapai selama 71 tahun ketika jeda antara tahun 1587 dan kegiatan 1658.Letusan pada November 1994 menyebabkan hembusan awan panas (wedhus gembel) ke bawah hingga menjangkau beberapa desa dan memakan korban puluhan jiwa manusia. Letusan 19 Juli 1998 cukup besar namun mengarah ke atas sehingga tidak memakan korban jiwa. Catatan letusan terakhir gunung ini adalah pada tahun 2001-2003 berupa aktivitas tinggi yang berlangsung terus-menerus (vsi.esdm.go.id).

2. Ancaman aktivitas manusia Penambangan pasir. Karena aktivitas vulkanik yang tinggi maka pada kawasan

ini banyak terdapat pasir yang ditambang oleh masyarakat sekitar. Penambangan ini terkadang tidak menghiraukan kondisi bentukan lahan, sehingga bentukan lahan menjadi berubah, contohnya bentukan lahan yang pada awalnya adalah tebing berubah menjadi dataran.

Perumputan. Pada musim penghujan jumlah rumput sebagai pakan alami cukup banyak, tetapi ketika musim kemarau, masyarakat sekitar mengambil pakan ternaknya sampai daerah yang cukup tinggi bahkan hingga batas vegetasi, tanpa mengindahkan jenis tumbuhan yang diambil (pembahasan lebih lanjut mengenai perumputan ini dapat dilihat di bab 3).

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 17

Page 19: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Konversi hutan alam menjadi ladang dan untuk budidaya rumput. Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan dan diskusi informal dengan beberapa tokoh masyarakat, kegiatan pembukaan lahan dengan mengkonversi hutan di kawasan TNGM semakin meluas. Di beberapa daerah terjadi pembukaan kawasan hutan yang digunakan untuk budidaya pakan ternak (Rumput Gajah).

Badan pengelola kawasan (Balai Taman Nasional Gunung Merapi), dalam situsnya (http://www.dephut.go.id/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/TN_GnMerapi.htm) menyebutkan beberapa permasalahan lain yang ada di sini, diantaranya: Rekonstruksi batas kawasan hutan sebagai suatu unit pengelolaan hutan yang

efektif dan efisien Penataan kelembagaan pengelola hutan ke dalam suatu lembaga pengelola

hutan berupa unit pengelola taman nasional (balai taman nasional), dengan didukung adanya suatu wadah untuk keterlibatan berbagai kepentingan multi stakeholder dalam pengelolaannya

Penataan sistem zonasi untuk mendukung efektivitas pengelolaan serta kepentingan konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan bagi kesejahteraan masyarakat

Restorasi dan rehabilitasi atas kerusakan ekosistem kawasan hutan Gunung. Merapi agar dapat berfungsi secara optimal untuk mendukung sistem kehidupan masyarakat di sekitarnya

Penataan infrastruktur pengelolaan untuk pendayagunaan potensi dan kawasan taman nasional: pendidikan, penelitian, ekoturisme, pemanfaatan khusus/ tradisional, menunjang budidaya, pengembangan sosial ekonomi, dan lain-lain

Pendanaan pengelolaan dan pengembangan taman nasional Koordinasi dan integrasi pembangunan wilayah dengan konservasi taman

nasional: pengembangan daerah penyangga, dan sebagainya.

1.5.4. Program Konservasi Lain dan Lembaga yang terlibatMasyarakat kawasan ini sudah melakukan beberapa upaya perlindungan kawasan walaupun sifatnya masih sporadis dan belum ada program khusus yang sifatnya sustainable. Beberapa lembaga yang telah dan sedang melakukan kegiatan di kawasan ini antara lain:(a) Yayasan Kanopi Indonesia telah melakukan program pembinaan kelompok

petani anggrek bersama BKSDA DIY (Balai Konservasi Sumberdaya Alam Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta). Dalam hal ini Kanopi Indonesia ikut membantu dalam program pemberdayaan masyarakat melalui program pelatihan budidaya anggrek.

(b) Yayasan Kutilang Indonesia sering melakukan kegiatan pendataan burung di TNGM dan juga melakukan monitoring secara berkala. Ketika diketahui adanya anakan burung yang dilindungi, maka yayasan ini segera melakukan pengamanan untuk mencegah terjadinya perburuan satwa liar.

(c) Yayasan Hijau-GPL sering mengadakan kegiatan pendidikan lingkungan yang diarahkan kepada anak-anak dan orang tua di wilayah sekitar TNGM. Melalui kegiatan ini maka pengetahuan lingkungan dapat diberikan sejak dini kepada anak-anak.

(d) Forum Masyarakat Turi, Cangkringan, Pakem (TuCangKem) merupakan gabungan masyarakat dari 3 kecamatan yang ada. Forum ini melakukan pembahasan-pembahasan mengenai kondisi Merapi secara keseluruhan, baik

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 18

Page 20: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

mengenai pengamanan terhadap ancaman letusan Gunung Merapi maupun kesejahteraan masyarakat.

(e) BKSDA DIY merupakan instansi pemerintah yang bertanggung-jawab terhadap sebagian wilayah Gunung Merapi (terutama lereng Selatan) sebelum terbentuknya Balai Taman Nasional Gunung Merapi, yakni di Hutan Lindung dan Cagar Alam Plawangan-Turgo.

1.5.5. Potensi Kawasan Wisata AlamTaman Nasional Gunung Merapi memiliki potensi wisata yang cukup tinggi. Selain daya tarik keanekaragaman hayatinya seperti flora dan fauna, daya tarik bentang alam (landscape) seperti pemandangan alam yang indah di kawasan tersebut dan daya tarik geografis memiliki potensi untuk dikembangkan. Potensi yang dimiliki oleh TNGM : Obyek wisata alam (ecotourism) dan budaya yang menjadi obyek pariwisata

yang dapat memberikan kontribusi kepada kesejahteraan masyarakat dan pembangunan daerah.

Peluang pengembangan jasa lingkungan dan wisata alam untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah

Obyek wisata yang ada di kawasan TNGM antara lain :

Objek Wisata KaliurangKaliurang berada pada ketinggian 878 m dpl dan terletak di lereng selatan Gunung Merapi sekitar 25 km dari Kota Yogyakarta. Udaranya yang sejuk, antara 20o-25oC, mengundang orang berdatangan untuk beristirahat. Fasilitas yang ditawarkan Kaliurang adalah Taman Bermain seluas 10.000 m3 yang dilengkapi arena bermain untuk anak-anak. Selain itu ada kolam renang Tlogo Putri dengan sumber air alami dari lereng Bukit Plawangan. Untuk melihat-lihat Merapi disediakan tempat yang dikenal dengan Gardu Pandang yang berlokasi ditepi Kali Boyong yang terkenal karena terlanda awan panas pada tahun 1994. 

Objek Wisata Turgo-PlawanganBukit Turgo dan Plawangan menawarkan pemandangan alam yang asri dan arena olah raga lintas alam. Wisatawan dapat menikmati hutan tropis yang masih tertata rapi serta batuan Merapi tua yang berumur sekitar 40.000 tahun. Dicelah dua bukit ini, yaitu sisi timur Turgo dan sisi barat Plawangan pernah dilanda awan panas pada Letusan November 1994

Objek Wisata KaliademArena panjat tebing dan perkemahan adalah paket wisata lainnya di lereng tenggara Merapi. Kaliadem adalah salah satu pintu pendakian puncak Merapi yang dikenal dengan Jalur Kinarejo. Acara budaya sekali setiap tahun, antara Oktober – November, dilakukan upaca tradisi dari Kraton Yogyakarta yang dikenal dengan Upacara Labuhan. Pada Zaman Kerajaan Mataran upacara Labuhan dilaksanakan dengan maksud agar raja dan penduduk mendapatkan kesejahteraan.

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 19

Page 21: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 20

Page 22: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

2. MATRIKS PEMANGKU KEPENTINGANProses perencanaan kampanye ini melibatkan banyak pihak, baik lembaga pemerintah, LSM (lembaga swadaya masyarakat), maupun tokoh masyarakat lokal. Hal ini dilakukan untuk membangun rasa ”kepemilikan” masyarakat terhadap program kampanye ini yang dapat memotivasi mereka untuk berpartisipasi aktif didalam pelaksanaannya serta untuk menggali informasi langsung dari sumbernya untuk mendapatkan informasi yang valid.Analisis stakeholder dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai kelompok-kelompok stakeholder yang dapat mewakili kepentingan semua pihak. Adapun analisis ini meliputi kepentingan yang dibawa, potensi serta konsekuensi dari kehadiran pemangku kepentingan tersebut dalam perencanaan program.Stakeholder workshop atau pertemuan masyarakat Lereng Selatan Gunung Merapi pertama kali dilaksanakan pada tanggal 27 September 2007 di Aula Kecamatan Pakem. Pertemuan ini dihadiri oleh 21 orang yang mewakili masyarakat dari 7 desa target (Girikerto, Wonokerto, Purwobinangun, Hargobinangun, Umbulharjo, Kepuharjo dan Glagaharjo), instansi pemerintah, dan LSM. Pada pertemuan pertama ini dilakukan sosialisasi mengenai program Kampanye Bangga Konservasi serta model konsep awal tentang kondisi Gunung Merapi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.Model Konsep adalah suatu pemahaman diagramatis terhadap kondisi suatu kawasan, dalam hal ini adalah kawasan Gunung Merapi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Model Konsep dapat menggambarkan sudut pandang masyarakat terhadap kawasannya. Model Konsep yang baik setidaknya dapat dinilai dari enam faktor yaitu: menampilkan gambaran situasi kawasan, memperlihatkan kaitan antara faktor-faktor yang mempengaruhui target kondisi, menggambarkan ancaman langsung dan tidak langsung yang mempengaruhi target kondisi, menampilkan hanya faktor-faktor yang relevan, merupakan hasil kerja tim dan berdasarkan kepada informasi dan data yang baik. Model konsep ini diadopsi dari konsep yang dicetuskan oleh Richard Margoluis dan Nick Salafsky (1998) dalam bukunya ”Ukuran Keberhasilan”.

2.1. Analisis pemangku kepentinganBerikut adalah matriks pemangku kepentingan beserta kepentingan yang dibawa, potensi serta konsekuensi dari kehadiran pemangku kepentingan tersebut dalam perencanaan program.

Tabel 3. Matriks analisa pemangku kepentingan (pada pertemuan pertama)

No.

Lembaga/instansi

Nama Isu yang dibawa

Motif Potensi kontribusi

Konsekuensi

1. Balai Taman Nasional Gunung Merapi

Ir. Tri Prasetyo

Integrasi kegiatan spesifik Pride dalam mendukung konservasi kawasan Merapi

Program yang saling berkaitan, tidak ada kontra dalam pengelolaan TN

Informasi data, integrasi kegiatan, dukungan, personel lapangan,

Kerjasama & integrasi program yang baik dan kesepahaman mengenai pendekatan Pride

2. Balai Taman Nasional Gunung Merapi

Silvana Nurwidi

Integrasi kegiatan spesifik Pride dalam mendukung

Program yang saling berkaitan, tidak ada kontra dalam

Informasi data, integrasi kegiatan, dukungan, personel

Kerjasama & integrasi program yang baik dan kesepahaman

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 21

Page 23: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

No.

Lembaga/instansi

Nama Isu yang dibawa

Motif Potensi kontribusi

Konsekuensi

konservasi kawasan Merapi

pengelolaan TN lapangan, mengenai pendekatan Pride

3. Balai Taman Nasional Gunung Merapi

Nuryadi Integrasi kegiatan spesifik Pride dalam mendukung konservasi kawasan Merapi

Program yang saling berkaitan, tidak ada kontra dalam pengelolaan TN

Informasi data, integrasi kegiatan, dukungan, personel lapangan,

Kerjasama & integrasi program yang baik dan kesepahaman mengenai pendekatan Pride

4. Balai Taman Nasional Gunung Merapi

Sutrisno Integrasi kegiatan spesifik Pride dalam mendukung konservasi kawasan Merapi

Program yang saling berkaitan, tidak ada kontra dalam pengelolaan TN

Informasi data, integrasi kegiatan, dukungan, personel lapangan,

Kerjasama & integrasi program yang baik dan kesepahaman mengenai pendekatan Pride

5. Camat Cangkringan

Sanyoto, B.A.

Dukungan pelaksanaan Kampanye Pride

Dukungan penuh pelaksanaan Kampanye Pride, sosialisasi kegiatan

Informasi data, personel lapangan, dukungan

Beberapa desa di Kecamatan menjadi site learning (?)untuk desa yang lain mengenai konservasi

6. Karang taruna Hargobinangun

Angga Dukungan pelaksanaan Kampanye Pride

Dukungan penuh pelaksanaan Kampanye Pride, sosialisasi kegiatan

Personel lapangan, dukungan kegiatan kampanye

Keterlibatan dalam program

7. Karang taruna Glagaharjo

Poniman Dukungan pelaksanaan Kampanye Pride

Dukungan penuh pelaksanaan Kampanye Pride, sosialisasi kegiatan

Personel lapangan, dukungan kegiatan kampanye

Keterlibatan dalam program

8. Forum Tucangkem

Drs. Widjanto

Konservasi kawasan Merapi

Mengembangkan konservasi kawasan berbasis masyarakat

Informasi data, personel lapangan, dukungan

Dukungan program

9. Forum Tucangkem

Suryanto Konservasi kawasan Merapi

Mengembangkan konservasi kawasan berbasis masyarakat

Informasi data, personel lapangan, dukungan

Dukungan program

10. PKK Kec. Cangkringan

Badriyah Pemberdayaan perempuan; kegiatan memberi ke-untungan/manfaat bagi perempuan

Pembelajaran konservasi untuk peles-tarian sumber-daya alam; mencari kesempatan pengembangan diri & peningkatan pendapatan alternatif

Peran perempuan dalam pe-ngelolaan sumber daya alam; alternatif kegiatan untuk pe-ningkatan kapasitas perempuan Pengambilan keputusan dalam kehidupan

Perspektif perempuan dalam pengelolaan SDA di kawasan; kontak person; keterlibatan dalam program

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 22

Page 24: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

No.

Lembaga/instansi

Nama Isu yang dibawa

Motif Potensi kontribusi

Konsekuensi

sehari-hari yang ber-imbang gender Dukungan aktivitas program

11. PKK Kec. Pakem Maryuni Pemberdayaan perempuan; kegiatan memberi ke-untungan/manfaat bagi perempuan

Pembelajaran konservasi untuk peles-tarian sumber-daya alam; mencari kesempatan pengembangan diri & peningkatan pendapatan alternatif

Peran perempuan dalam pe-ngelolaan sumber daya alam; alternatif kegiatan untuk pe-ningkatan kapasitas perempuan Pengambilan keputusan dalam kehidupan sehari-hari yang ber-imbang gender Dukungan aktivitas program

Perspektif perempuan dalam pengelolaan SDA di kawasan; kontak person; keterlibatan dalam program

12. Kelompok tani ternak

Sigit Ariyanto

Pengelolaan ternak dan pengadaan pakan ternak

Kebutuhan pakan ternak tercukupi tanpa merusak ligkungan lebih besar

Dukungan publik, data-data kehati, pemetaan partisipatif

Konflik kepentingan antara kebutuhan pakan ternak dan konservasi

13. Polhut Haryono Pengelolaan kawasan hutan Merapi

Kawasan hutan terjaga

Dukungan personel lapangan, dukungan kegiatan, informasi kawasan

Dukungan program

14. Tokoh masyarakat Kaliadem

Ponimin Tokoh masyarakat, sosialisasi kegiatan

Sosialisasi Kampanye Pride, dukungan dan kerjasama kegiatan

Dukungan kampanye Pride, personel lapangan

Dukungan program

15. Tokoh masyarakat Glagaharjo

Warnomijan

Tokoh masyarakat, sosialisasi kegiatan

Sosialisasi Kampanye Pride, dukungan dan kerjasama kegiatan

Dukungan kampanye Pride, personel lapangan

Dukungan program

16. Tokoh masyarakat Hargobinangun

Purwo H.S. Tokoh masyarakat, sosialisasi kegiatan

Sosialisasi Kampanye Pride, dukungan dan kerjasama kegiatan

Dukungan kampanye Pride, personel lapangan

Dukungan program

17. Kecamatan Pakem

Sunarni Dukungan pelaksanaan Kampanye Pride

Dukungan penuh pelaksanaan Kampanye Pride, sosialisasi

Informasi data, personel lapangan, dukungan

Beberapa desa di Kecamatan menjadi site learning untuk desa yang lain

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 23

Page 25: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

No.

Lembaga/instansi

Nama Isu yang dibawa

Motif Potensi kontribusi

Konsekuensi

kegiatan mengenai konservasi

18. Camat Pakem Drs. Budiharjo

Dukungan pelaksanaan Kampanye Pride

Dukungan penuh pelaksanaan Kampanye Pride, sosialisasi kegiatan

Informasi data, personel lapangan, dukungan

Beberapa desa di Kecamatan menjadi site learning untuk desa yang lain mengenai konservasi

19. LKPK Uyung P. Pemberdayaan masyarakat dalam potensi ekonomi selain kayu

Dukungan penuh pelaksanaan Kampanye Pride, sosialisasi kegiatan

Informasi data, personel lapangan, dukungan

Dukungan program

20. LKPK Robi Pemberdayaan masyarakat dalam potensi ekonomi selain kayu

Dukungan penuh pelaksanaan Kampanye Pride, sosialisasi kegiatan

Informasi data, personel lapangan, dukungan

Dukungan program

21. Hijau-GPL Kendal Pendidikan Lingkungan, Seni

Kerjasama dalam pengembangan pendidikan lingkungan dan seni

Dukungan material, personel lapangan, pola pengembangan pendidikan lingkungan

Kerjasama dalam berkegiatan dan mengembangkan pendidikan lingkungan bersama

2.2. Model konsep untuk kawasan Gunung MerapiBerikut ini model konsep untuk kawasan Gunung Merapi yang dirumuskan bersama para wakil masyarakat dalam stakeholder workshop pertama:

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 24

Page 26: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Keterangan :: isu utama : kawasan target

Gambar 4: Model konsep pada stakeholder workshop pertama

Setelah didapatkan konsep model di atas, untuk menentukan prioritas ancaman terhadap kawasan, para peserta workshop dilibatkan dalam pembuatan rangking ancaman. Metoda untuk menentukan ranking ancaman ini mengikuti metoda yang dikembangkan oleh Salafsky dan Margoluis dalam bukunya Measures of Success (1998). Hal ini digunakan untuk mengetahui kondisi mana yang paling berpengaruh terhadap kawasan menurut persepsi, pengetahuan, dan pengalaman masyarakat target. Rangking dilakukan dengan cara memberikan nilai untuk masing-masing faktor langsung dilihat berdasarkan frekuensi (berapa sering suatu faktor langsung terjadi), dampak (berapa tingkat kerusakan yang dihasilkan akibat satu faktor lansung), dan luasan (berapa luas area yang dirusak oleh satu faktor langsung). Nilai yang diberikan adalah antara 1 sampai dengan 5 dengan 1 untuk skala terkecil dan 5 untuk skala tertinggi. Tiap nilai yang didapat kemudian dijumlah dan dirangking berdasarkan total nilai. Total nilai ini selanjutnya menunjukkan prioritas ancaman atau faktor langsung yang harus diatasi.

Tabel 4. Ranking ancaman terhadap kondisi yang mempengaruhi Kawasan Gunung Merapi

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 25

Page 27: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

No.

Faktor Langsung/Ancaman

Frekuensi

Dampak

Luasan

Total Rangking

1. Tambang pasir liar 32 36 23 91 52. Pembangunan

villa/cottage16 22 16 54 8

3. Pembangunan pemukiman

13 19 19 51 9

4. Sampah (sampah pertanian & sampah wisata)

33 30 33 96 3

5. Pencarian rumput 42 41 40 123 26. Wisata (yang tidak

terkelola)32 26 37 95 4

7. Kerusakan hutan 43 43 41 127 18. Kebakaran 16 22 11 59 79. Penebangan liar 19 33 16 68 6

2.3. Narasi model konsep kawasan Gunung MerapiBerdasarkan diskusi bersama didapatkan faktor langsung dan tak langsung yang mempengaruhi kondisi target. Adapun kondisi target yang dirujuk adalah kawasan Merapi yang lestari. Secara garis besar terdapat 9 faktor utama yang mempengaruhi target kondisi secara langsung. Faktor tersebut yaitu kelangkaan air, pengambilan rumput, sampah, wisata, penambangan pasir liar, kebakaran, penebangan liar (pengambilan kayu), pembangunan villa/cottage dan pembangunan pemukiman. Bila dirangking berdasarkan intensitas, luasan, dan dampak maka terdapat 4 rangking teratas (Tabel 4) yaitu kelangkaan air, pengambilan rumput, sampah dan wisata. Rangking didapat dengan memberikan nilai pada masing-masing faktor langsung dengan skala 1-5. Skala 1 memiliki nilai terkecil sedang skala 5 merupakan nilai tertinggi.Masyarakat beranggapan bahwa kelangkaan air adalah salah satu faktor langsung yang mempengaruhi kawasan1. Saat ini, beberapa tempat mengalami kekeringan, terutama di musim kemarau, serta banyak mata air yang hilang atau berkurang debitnya. Masalah pengurangan debit air terjadi di seluruh desa target. Pada kenyataannya, kelangkaan air sebenarnya adalah dampak dari hilangnya banyak sumber air di kawasan ini dan akibat rusaknya daerah tangkapan air2. Pengambilan rumput menjadi masalah yang perlu diperhatikan karena setiap tahun wilayah yang dirambah semakin meluas karena meningkatnya kebutuhan pakan ternak. Selain itu, cara pengambilan rumput yang dilakukan sering merusak lingkungannya. Misalnya, karena adanya pohon akan mengurangi kecepatan pertumbuhan rumput maka pohon di’mati’kan secara perlahan dengan melukai

1 Ada banyak faktor yang berpengaruh dalam mengembangkan konsep model ini, misalnya pengetahuan masyarakat, kemampuan fasilitator memandu diskusi dan memberikan arahan, kelelahan, politik internal dan sebagainya. Faktor-faktor ini akan mempengaruhi hasil dari konsep model yang sedang dibangun, oleh sebab itu informasi tambahan misalnya dari FGD dan survey akan dapat membantu untuk memperbaiki konsep model ini2 Pada bab selanjutnya nanti dapat dilihat bagaimana konsep model ini direvisi sehingga benar-benar mencerminkan kondisi kawasan

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 26

Page 28: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

batangnya. Dalam pengambilan rumput terkadang ada beberapa jenis tanaman lain (anggrek) yang ikut terpotong. Ketergantungan yang sangat tinggi akan rumput disebabkan karena tingginya populasi ternak (terutama sapi) saat ini yang tidak diimbangi dengan manajemen pengelolaan ternak yang baik. Sampai saat ini, pengelolaan ternak masih berdasarkan kepada sistem tradisional atau turun temurun yang miskin inovasi dan tidak dapat mengantisipasi tingginya kebutuhan pakan dengan ketersediaan pakan alami.Masalah sampah dan wisata juga menjadi salah satu faktor utama. Hal ini disebabkan karena perkembangan sektor wisata yang terjadi belum diimbangi dengan sarana dan prasarana yang memadai, misalnya peraturan dan sistem pengelolaan sampah akibat kunjungan wisatawan. Selain itu kesadaran para wisatawan untuk tidak membuang sampah secara sembarangan juga masih sangat rendah.

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 27

Page 29: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

3. FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD)3.1. Proses FGDSebagai salah tahap perencanaan Kampanye Pride, diskusi Kelompok Terfokus (focus group discussion/FGD) dilakukan dengan tujuan menggali informasi sedalam-dalamnya mengenai ancaman yang ada di kawasan seperti kelangkaan air3, pengambilan rumput, wisata dan sampah yang berpengaruh terhadap kelestarian alam Gunung Merapi.FGD ini dilaksanakan sebanyak 6 kali yang dilaksanakan di 3 tempat pada tanggal 12 – 14 November 2007. Proses ini diawali dengan pembentukan tim fasilitator FGD dan tim kerja lainnya. Pada tahap pembentukan tim fasilitator ini didiskusikan mengenai tujuan FGD, mekanisme FGD serta pertanyaan panduan yang akan ditanyakan. Hasilnya dikonsultasikan kepada pihak Rare. Sementara itu juga dilakukan pembagian tim yang akan menghubungi peserta FGD. Penentuan peserta dibantu oleh Pak Widjanto (Ketua Forum Tucangkem, Kasi ekobang Kecamatan Pakem), Pak Tugiman (Forum Tucangkem, pegawai Kecamatan Cangkringan) dan Pak Dukuh Kamijo (Dukuh Kinahrejo). Bantuan ini sangat bermanfaat bagi pelaksanaan FGD karena mereka berperan sebagai mediator untuk mencapai kelompok target. Setelah mendapat nama-nama calon peserta, dilakukan pemilahan/seleksi untuk memilih peserta yang berhubungan dengan tema FGD. Penyebaran undangan sebagian dibantu oleh pihak kecamatan dan kelurahan, sebagian lagi dilakukan oleh tim Kanopi. Ketika memberikan undangan dijelaskan pula mengenai tujuan kegiatan Kampanye dan latar belakang Kanopi dan kegiatan yang akan dilaksanakan sehingga masyarakat tidak berpikiran negatif tentang kegiatan Kampanye yang akan dilakukan dan diharapkan dapat memberikan dukungan penuh.Pada saat pendistribusian undangan, kendala yang terjadi di lapangan adalah undangan yang dibawa pihak kecamatan dan kelurahan terlambat atau tidak sampai pada orang yang bersangkutan sehingga ada banyak peserta yang tidak mampu hadir. Meskipun demikian jumlah yang hadir masih dapat mewakili kepentingan masyarakat dan memenuhi tujuan diadakannya FGD ini. Pembelajaran yang dapat diambil dari proses pelaksanaan FGD ini antara lain adalah diperlukannya persiapan yang matang dari tim FGD, terutama ketika berinteraksi dengan peserta. Pemilihan waktu juga harus hati-hati dan memperhatikan kesibukan atau agenda yang ada di masyarakat desa target. Dalam pendistribusian undangan sebaiknya tetap terkoordinasi dan dimonitor perkembangannya meskipun sudah dititipkan kepada pihak kelurahan dan kecamatan.

3.2. Deskripsi PesertaGambaran karakteristik peserta yang mengikuti FGD adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Karakteristik peserta Focus Group Discussion (FGD)3 Lebih tepatnya menggali informasi yang melatarbelakangi atau menyebabkan kelangkaan air

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 28

Page 30: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Grup FGD

Karakteristik Tema/faktor

1 Pria dan wanita, usia diatas 30 tahun, masyarakat Turi pemakai air

Kelangkaan air

2 Pria dan wanita,usia diatas 30 tahun, masyarakat Pakem dan Cangkringan pemakai air

Kelangkaan air

3 Pria, usia diatas 30 tahun, pencari rumput Pengambilan rumput

4 Wanita, usia diatas 30 tahun, pencari rumput

Pengambilan rumput

5 Pria dan wanita, usia diatas 30 tahun, pelaku wisata

Wisata dan sampah

6 Pria dan wanita, usia diatas 30 tahun, masyarakat sekitar lokasi wisata

Wisata dan sampah

Gambar 5: Peserta FGD 3 di Pelemsari, Umbulharjo, Cangkringan (Foto oleh: Kanopi Indonesia)

Uraian lebih detil mengenai pelaksanaan FGD adalah: FGD hari pertama dilaksanakan di dusun Tunggularum, Desa Wonokerto,

Kecamatan Turi pada tanggal 12 November 2007 pukul 20.00-22.30 WIB. FGD (Group 1) ini menitikberatkan pada tema kelangkaan air, diikuti warga dari desa Wonokerto dan Girikerto, Kecamatan Turi dan warga dari Srumbung, Magelang.

FGD hari kedua dilaksanakan pada tanggal 13 November 2007 di dusun Pelemsari, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan pada pukul 20.00-22.00 WIB. Pada hari itu dilakukan 2 FGD sekaligus, yakni FGD 3 yang dihadiri oleh bapak-bapak dari desa Glagaharjo, Kepuharjo, dan Umbulharjo. Sedangkan FGD 4 dihadiri oleh ibu-ibu dari desa Glagaharjo, Kepuharjo, dan Umbulharjo. Tema yang diangkat adalah pengambilan rumput untuk kedua FGD tersebut.

FGD hari ketiga dilaksanakan pada tanggal 14 November 2007 di aula kelurahan Hargobinangun, kecamatan Pakem, pukul 20.00-22.00 WIB. Pada hari itu dilakukan 3 FGD sekaligus, yakni FGD 2 tentang kelangkaan air, FGD 5 dan 6 tentang wisata dan sampah. FGD ini dihadiri oleh masyarakat disekitar Pakem

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 29

Page 31: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

dan Cangkringan, terutama yang berkaitan dengan kelestarian air, pelaku wisata dan pengelolaan sampah.

Pada saat pelaksanaannya, peserta yang hadir ada beberapa yang tidak sesuai seperti yang direncanakan. Misalnya pada FGD 1, 2, 5 dan 6 hanya dihadiri oleh bapak-bapak. Pada FGD 1 dan 4 yang menghadiri tidak hanya yang berusia 30 tahun ke atas tetapi ada yang berusia 20 tahunan.

Gambar 6 Peserta FGD 4 di Pelemsari, Umbulharjo, Cangkringan (Foto oleh:Kanopi Indonesia)

3.3. Hasil FGDPertanyaan utama di dalam penelitian ini adalah: faktor apa sajakah yang menyebabkan terjadinya kelangkaan air, meningkatnya pengambilan rumput pakan ternak, meningkatnya dampak negatif dari wisata dan meningkatnya sampah yang tidak terkelola dengan baik. Adapun panduan pertanyaannya sebagai berikut:

Tabel 6. Pertanyaan panduan yang digunakan dalam Focus Group Discussion (FGD)

Jenis pertanyaan

Faktor 1 : kelangkaan air

Faktor 2 : pengambilan rumput

Faktor 3 : sampah dan wisata

Pembukaan Kapan terakhir kali Bapak/Ibu memasuki kawasan sekitar Gunung Merapi?

Kapan terakhir kali Bapak/Ibu memasuki kawasan sekitar Gunung Merapi?

Kapan terakhir kali Bapak/Ibu memasuki kawasan sekitar Gunung Merapi?

Perkenalan Apakah Bapak/Ibu sering melakukan kegiatan di kawasan sekitar Gunung Merapi?

Apakah Bapak/Ibu sering melakukan kegiatan di kawasan sekitar Gunung Merapi?

Apakah Bapak/Ibu sering melakukan kegiatan di kawasan sekitar Gunung Merapi?

Seberapa sering? Seberapa sering? Seberapa sering?Kegiatan apa saja yang dilakukan?

Kegiatan apa saja yang dilakukan?

Kegiatan apa saja yang dilakukan?

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 30

Page 32: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Jenis pertanyaan

Faktor 1 : kelangkaan air

Faktor 2 : pengambilan rumput

Faktor 3 : sampah dan wisata

Transisi Saat ini air untuk mencukupi kebutuhan diambil dari mana?

Dalam tiap keluarga berapa jumlah ternak yang dimiliki?

Jenis kegiatan wisata apa saja yang terdapat di wilayah Bapak/Ibu?

Dimana saja ditemukan sumber air tersebut?

Bagaimana cara pemenuhan kebutuhan pakan ternak tersebut?

Dalam kegiatan wisata Bapak/Ibu terlibat sebagai apa?

Bagaimana pemanfaatan air tersebut?

Apa jenis rumput yang diambil?

Berapa kali Bapak/Ibu mengunjungi kawasan wisata ini?

Bagaimana kondisi sumber air yang ada saat ini bila dibandingkan dengan 5-10 tahun yang lalu? Debitnya?

Untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak setiap harinya, berapa jumlah rumput yang dibutuhkan? Atau setara dengan luasan area berapa meter persegi?

Bagaimana kondisi wisata dan sampah, bila dibandingkan dengan kondisi 5-10 tahun yang lalu?

Bagaimana kondisi kawasan pengambilan rumput bila dibandingkan dengan kondisi 5-10 tahun yang lalu?

Kunci Menurut Bapak/Ibu, apa penyebab kelangkaan air atau hilangnya mata air?

Apa yang mendorong kegiatan pengambilan rumput terus meningkat? (dari sisi kebutuhan pakan ternak, budaya masyarakat, manajemen kelembagaan)

Menurut pandangan Bapak/Ibu mengapa sampah dikawasan tidak terkelola dengan baik? Apa saja dampaknya? (dari sisi ekonomi, lingkungan, budaya)

Apa efek kelangkaan air? (bagi kebutuhan rumah tangga, ekonomi masyarakat)

Apa dampak pengambilan rumput? (dari sisi ekonomi, lingkungan)

Apakah pengunjung turut menjaga kawasan dengan tidak membuang sampah? Apa yang menyebabkan pengunjung tidak ikut terlibat dalam menjaga kawasan dari sampah?

Jika air benar-benar hilang atau mata air hilang bagaimana masyarakat akan mendapatkan air?

Apa yang menyebabkan Bapak/Ibu tetap mengambil rumput di kawasan tersebut? Apa

Bagaimana sistem pengelolaan pengunjung dan sampah?

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 31

Page 33: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Jenis pertanyaan

Faktor 1 : kelangkaan air

Faktor 2 : pengambilan rumput

Faktor 3 : sampah dan wisata

kendala, jika ada, untuk mendapatkan rumput tidak dari kawasan?

Apa saja yang telah dilakukan untuk menjaga kelestarian pasokan air? bagaimana menurut anda (cukup-kurang) dan apa yang sebaiknya dilakukan untuk menjaga kelestarian pasokan air tersebut?

Apa yang menyebabkan Bapak/Ibu tetap mengambil rumput di kawasan tersebut? Apa kendala, jika ada, untuk mendapatkan rumput tidak dari kawasan?

Dalam pengelolaan wisata dan sampah, apa saja kendala yang sering muncul

Apa kendala yang muncul sehingga masyarakat belum dapat secara bersama-sama melindungi mata air?

Penutup Bagaimana bayangan Bapak/Ibu mengenai kawasan ini dalam sepuluh tahun mendatang?

Apa saja yang telah dilakukan untuk menjaga kelestarian kawasan? dan apa yang sebaiknya dilakukan untuk menjaga kelestarian kawasan?

Apa saja yang telah dilakukan untuk menjaga kelestarian kawasan? dan apa yang sebaiknya dilakukan untuk menjaga kelestarian kawasan?

Jenis hewan atau tumbuhan apa yang dapat mewakili kawasan Merapi? (elang jawa, kupu raja, anggrek pandan, anggrek kantung) Apa alasannya?

Jenis hewan atau tumbuhan apa yang dapat mewakili kawasan Merapi? (elang jawa, kupu raja, anggrek pandan, anggrek kantung) Apa alasannya?

Jenis hewan atau tumbuhan apa yang dapat mewakili kawasan Merapi? (elang jawa, kupu raja, anggrek pandan, anggrek kantung) Apa alasannya?

Dalam 6 kali FGD dengan 3 topik diskusi berbeda, terdapat beberapa persamaan pandangan terhadap kelestarian kawasan Taman Nasional Gunung Merapi. Persamaan tersebut adalah:1. Masyarakat desa target beraktivitas setiap hari di kawasan Gunung Merapi,

seperti melakukan kegiatan pengambilan rumput, pengumpulan kayu bakar, dan membuka kebun.. Hal ini seperti diungkapkan oleh Bu Udi (FGD Kel. 4, topik pengambilan rumput): “nek orang dusun niku memang tiap hari, tapi itu kegiatan

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 32

Page 34: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

nyari rumput” (“kalau orang dusun itu memang tiap hari, tapi itu kegiatan mencari rumput”).

2. Hutan di Gunung Merapi dipandang penting bagi keberlangsungan mata air yang airnya dimanfaatkan seluruh warga desa target dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini semakin lama masyarakat merasakan semakin sulit untuk mendapatkan air. Pandangan seperti ini didapatkan dalam hampir setiap diskusi, seperti yang disampaikan oleh Agralno (Kel. 5 Topik wisata dan sampah) :”...karena disana tempat apa pusat penghidupan dari warga kami... karena airnya berasal dari sana... utamanya pada waktu air ga ngalir ataupun kena erupsi kemarin tu hampir tiap hari ke mudal sana ...”, maupun Sukir (Kel 6, Topik wisata dan sampah), ”kalo musim hujan cukup mas, tapi kalo musim kemarau kurang jadi harus naik …”. Sementara ini, sudah ada inisiatif dari beberapa warga untuk menjaga mata air di kawasan tersebut seperti misalnya melakukan penanaman di sekitar mata air, seperti pernyataan Sugito (Kel. 1 Topik kelangkaan air): “…sumber mata airnya itu sendiri dimanfaatkan oleh masyarakat. Jadi masyarakat menjaga kelestarian sumber air itu….”. Namun demikian, jumlah pasokan air tidak selalu tersedia, Karjiyo (Kel. 2 topik kelangkaan air) menyatakan: ” kalau kemarau panjang itu langka air betul. untuk masak harus ambil di sungai, untuk nyuci mandi kemudian untuk minum.”

3. Kegiatan penyadaran masyarakat, baik mengenai pengelolaan sampah, wisata, kelestarian air maupun pengambilan rumput sangat diperlukan mengingat bahwa dampak yang ditimbulkan pada akhirnya harus dirasakan oleh masyarakat desa target yang kehidupannya sangat bergantung pada sumber daya alam. Hadi dari Kel. 5 topik wisata dan sampah, contohnya, menyatakan: ”...memotivasi masyarakat.. ya mungkin selama ini masyarakat yang peduli kan sedikit sekali tapi yang merusak banyak sekali”, sementara Karjiyo dari Kel. 2 topik kelangkaan air menyatakan: ”…. asal tanaman itu dipelihara dengan baik, pasti air cukup. Namun kalau tidak , saya yakin musim kemarau panjang pasti kesulitan. Itu perlu dikontrol”. Ngadiyono (Kel. 2, topik kelangkaan air) memperkuat hal ini dengan menyatakan, “.. masih perlu sekali apa ya .. pengertian untuk disosialisasikan ke masyarakat, jangan yang namanya pepohonan itu sangat penting bagi kita dan bagi masyarakat yang e sini lereng itu daerah resapan air dan juga sangat berguna buat masyarakat yang lain.”

Sementara itu, hasil temuan terhadap setiap topik spesifik adalah seperti di bawah ini:

Pengambilan Rumput 1. Dalam kelompok yang mendiskusikan mengenai penambilan rumput, frekuensi

kegiatan ini dalam satu hari tergantung pada kebutuhan pakan. Namun demikian, terdapat kesamaan pendapat di antara responden, bahwa dalam sehari mereka dapat mengambil rumput dua kali. Bu Udi menyatakan, ”Tiap hari… sehari 2 kali.” (FGD Kel. 4)

2. Jumlah kebutuhan pakan ternak tergantung pada jumlah ternak yang dimiliki oleh setiap rumah tangga. Hampir setiap rumah di desa Kepuharjo, Glagaharjo dan Umbulharjo memiliki ternak sapi perah minimal satu ekor, bahkan ada beberapa yang memiliki hingga 12 ekor. Hal ini seperti diungkapkan oleh Marniah, “Ya minimal satu…. Tapi paling banyak ada yang 10…. Ada yang 12” (FGD Kel. 4). Sementara itu, dalam satu hari satu ekor sapi perah membutuhkan 50-60 kg rumput, seperti yang disampaikan oleh Pak Asih (FGD Kel. 3), “Minimal dalam satu hari dibutuhkan minimal 50 kg rumput untuk 1 ekor sapi”. Pernyataan ini

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 33

Page 35: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

senada dengan yang disampaikan oleh Wanti (FGD Kel. 4), “50 kilo…. 60 kilo juga ada mbak… satu hari aja itu ndak cukup”

3. Jenis rumput yang diambil untuk pakan merupakan jenis yang bernutrisi tinggi seperti PB, Lampung, Inggris, Kalanjana Terkadang pakis juga diambil. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Pak Sukir (FGD Kel. 3), ”…rumput yang dipilih adalah rumput yang nutrisinya tinggi” dan secara bergantian oleh ibu-ibu dari Kelompok 4 menyebutkan jenisnya, yaitu “Inggris, Kalanjana, Pb, Lampung, alang-alang, pakis”

4. Lahan yang digunakan untuk mengambil rumput pada umumnya merupakan lahan kehutanan atau lahan di gunung yang masuk ke dalam kawasan TNGM dan sudah dianggap sebagai lahan sendiri. Lahan ini merupakan lahan warisan turun temurun. Seperti yang disampaikan oleh Bu Udi (Kelompok 4) , “kebanyakan lahan sendiri…. Lahan sendiri yo punya kehutanan juga…”. Sementara itu, Marniah (Kel. 4) menyatakan, ”babatnya itu dapat seberapa terus …Nanem rumputnya itu dapat seberapa” didukung oleh Maryati dari kelompok diskusi yang sama, ”kalo babatnya luas ya kita punya tempat rumputnya itu luas”.

5. Lahan yang dimanfaatkan tidak hanya di satu tempat tetapi ada beberapa tempat, tergantung dari kemampuan untuk membuka lahan. Hal ini seperti disampaikan oleh Narti (FGD Kel. 4), “…tergantung… 2-3 tempat” . Pernyataan ini senada dengan yang disampaikan oleh Bu Udi (Kel. 4),”3 tempat ya ada, 5 tempat ya ada… 1 tempat ya ada… yang ga punya tempat ya ada…”.

6. Pada umumnya masyarakat tetap mengambil rumput di kawasan Gunung Merapi karena lahan milik pribadi atau pekarangan yang dimiliki tidak cukup luas sehingga rumput yang ada tidak mencukupi kebutuhan pakan ternak. Seperti yang disampaikan oleh Sukir (Kelompok 3),” Ya tidak cukup mas…karena lahan yang dimiliki masyarakat kecil-kecil mas jadi kalau yang ukuran hektar hampir tidak ada. Padahal kalau dihitung-hitung sapi satu sehari 50 kg, kalau punya 5 ekor sapi saja, nanti rumput sudah habis kebutuhan untuk sapi masih kurang ya memang kurang” . Pendapat dari Bu Udi (Kelompok 4), ”ya ndak cukup kalo cuman punya sendiri di deket rumah, ga cukup…”. Sementara itu batasan kawasan yang digunakan untuk mengambil rumput hampir tidak ada. Pengambilan rumput bahkan terus naik ke atas hingga ke batas vegetasi4

(kendhit) ketika musim kemarau. Hal ini seperti dinyatakan oleh Sukir (Kelompok 3)”…memang tidak ada batasan, bahkan sampai kendhit (batas vegetasi) pernah juga…”

7. Cara-cara atau teknologi yang digunakan untuk mengumpulkan rumput bervariasi mulai dari yang mengambil secara manual maupun menggunakan alat bantu. Penggunaan alat bantu bukan saja mengurangi tenaga yang digunakan dan mempercepat pengambilan, tetapi juga memperbanyak jumlah pengambilan. Marniah (Kel. 4) menyatakan, ” kalo dulu kan kita itu nyabit itu kalo… kebutuhan rumputnya itu 3 iket kan harus 3 kali balik, kalo sekarang kan udah rada enak, terus kita pake gerobak ya… satu gerobak itu dikasih 3 iket sekaligus sekali…”. Sementara itu, Pak Asih dan Pak Ramijo (Kelompok 3) sepakat bahwa.” Justru kalau cari rumput kebawah lebih enak. Memang jauh juga tetapi tinggal naik motor tidak capek…”. Dilain pihak, koperasi pengelolaan sapi yang memiliki sapi dalam jumlah cukup besar memenuhi kebutuhan pakan ternaknya tidak dari hutan. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Maryono (Kelompok 3), “…dari koperasi punya sewa lahan sedikit untuk memenuhi 80 sapi dengan teknologi tertentu tanpa harus merumput ditempat orang lain atau bahkan ke hutan”

4 Batas vegetasi adalah istilah yang digunakan untuk daerah peralihan dimana vegetasinya sudah sangat berkurang; tidak ada pohon tinggi, yang dapat ditemukan adalah vegetasi sejenis Vaccinium sp. dan lumut

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 34

Page 36: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Kelangkaan Air1. Hampir seluruh peserta diskusi sepakat bahwa pasokan air dari mata air semakin

lama semakin berkurang debitnya, dan bahwa di musim kemarau sangat sulit untuk mendapatkan air. Diungkapkan oleh Ngadiyono (Kel. 2), ” Kalau boleh dikatakan sekarang itu air sudah beli .....” Bardi dari kelompok 1 memberikan gambaran yang lebih spesifik: “…Selanjutnya kondisi alam yang ada memang air ini semakin lama semakin surut dibandingkan tahun sebelum tahun 61, sebelum tahun 61 jauh sekali bahkan tinggal seper sepuluhnya.”

2. Penyebab berkurangnya air , menurut peserta diskusi, disebabkan oleh beberapa hal. Salah satunya adalah karena berkurangnya tutupan vegetasi di sekitar mata air yang disebabkan oleh erupsi lahar dingin serta ulah manusia yang menebangi pohon yang ada dan dampak dari kegiatan penambangan pasir. Hal ini berbeda untuk setiap wilayah. Misalnya, di Turi disebabkan oleh erupsi lahar dingin, meluasnya penanaman salak, dan penambangan pasir di sekitar kawasan. Untuk wilayah Pakem hal ini lebih disebabkan karena kurangnya sarana prasarana untuk mengalirkan air. Karena hanya mengandalkan swadaya mayarakat murni pengaliran air di wilayah ini hanya bisa menggunakan kualitas pipa yang rendah, yang mudah patah dan seringkali hilang. Sambyah dari Kel. 1 menyatakan, ”… airnya habis karena meskipun di sungai terus diduduk tidak hanya ambil pasir gunung, tapi tanahnya itu selain diduduk sampai ke bawah, bahkan samping kanan dan kiri bahkan sungainya diluaskan juga termasuk jurang” (diduduk – bahasa Jawa, artinya: digali). Sementara itu, Heru (Kel. 1) menuturkan, ”… lahan yang semula berbukit-bukit diolah menjadi tanaman salak sehingga tidak menutup kemungkinan jika tanaman keras itu dipertahankan karena terkadang pingin punya lahan yang lebih sehingga tanaman keras itu tersingkir, dipotong untuk diolah..” . Penebangan pohon dan berkurangnya tanaman keras didorong oleh kebutuhan ekonomi sehari-hari. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Karjiyo (Kel. 2), ”… Karena terkejar kebutuhan, anak sekolah dan sebagainya masih segini segini [menjelaskan diameter pohon sebesar kepalan tangan] udah yang penting sekarang laku dijual, dijual….”

3. Wilayah desa yang berbeda memanfaatkan sumber mata air yang berbeda. Masyarakat Turi banyak mengambil air dari Krasak, sedangkan masyarakat Pakem mengambil air dari Umbul Klethak, dan masyarakat Cangkringan mengambil air dari Umbul Bebeng, Umbul Wadon dan Kali Kuning.

4. Jika sumber mata air sudah tidak lagi dapat mengalirkan airnya, responden dalam diskusi ini belum mengetahui alternatif yang harus dipilih dan cenderung pasrah dengan keadaan. Hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Suryanto (Kel. 1), “Itu hanya tinggal satu, tergantung Yang Maha Kuasa ( ha ha ha .........semua tertawa!!!) ketika wis raono air tenan njur kepiye ?” (kalau air sudah tidak ada lalu apa yang dilakukan?). Pernyataan senada juga diungkapkan oleh Sugito dari kelompok diskusi yang sama, ” untuk membuat sumur, sumur sumber air ndak mungkin. Misal gambaran aja disini buat sumur untuk sumber air, sumur itu katakanlah bor dan sebagainya, manual, 30 meter itu belum tentu ada airnya.”. Lebih lanjut, Karjiyo dari kelompok 2 menyatakan, “Apalagi seperti kemarin karena pipa putus, semua beli air, pakai tangki itu”

5. Walaupun responden terlihat belum bisa membayangkan jika terjadi kelangkaan air, namun mereka memahami bahwa kegiatan pelestarian lingkungan merupakan cara untuk menghindari kelangkaan air. Kegiatan penanaman pohon sudah cukup banyak dilakukan di daerah ini, tetapi untuk perawatan masih sangat kurang dilakukan. Sambyah (Kel. 1) menuturkan, :”… untuk tahun 2007 ini baru saja selesai itu 4000 batang, tiap tahun kita menanam ... dan mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk perbaikan reklamasi sekitar 6 hektar waktu itu...” Pernyataan ini senada dengan yang diungkapkan Bardi (Kel. 1), “akhir 2006 kami

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 35

Page 37: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

swadaya dari orang kami yaitu mengadakan penghijauan 1000 pohon di petak 4 ...” Sutarman (Kel. 2) menjelaskan lebih jauh,” … ulah kita, yang tidak bisa merawat, dengan alasan ekonomi biasanya…. karena saya jelas dengan tahu dengan mata kepala saya sendiri mereka itu membunuh memotong apa jenenge tanaman itu dimatikan, … “ . Pernyataan ini didukung juga oleh Ngadiyono (Kel, 2), ”… nanam pohon itu yang kurang perawatannya”

6. Responden memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai jenis-jenis pohon yang memiliki nilai ekologis. Jenis pohon seperti cangkring (Erythrina sp), gayam (Inocarpus edulis), beringin (Ficus sp), dadap (Erythrina sp) disebutkan peserta diskusi sebagai pohon yang memiliki fungsi ekologis penting. Lebih lanjut, Sutarman dari kelompok 2 menyatakan, ”... mau ada penanaman pohon spatodia, spatodia itu pohon kayunya sangat tidak berguna untuk bangunan, daunnya sangat tidak berguna buat ternak, tapi dia punya nilai konservasi.”

Wisata dan Sampah1. Terdapat berbagai kegiatan wisata alam yang dilakukan di kawasan Taman

Nasional Gn. Merapi, terutama di bagian utara, antara lain: trekking, sekedar berjalan-jalan, kegiatan outbound, berkemah, atau pun wisata desa. Hadi (Kel. 5) menyatakan ”kalo di Hargo ini... kalo saya boleh memilah-milah... ada tiga sektor, sektor utara itu lebih bekerja di sektor pariwisata... sektor tengah itu di peternakannya... sektor bawah di pertaniannya...”. Ditambahkannya, ” ..di Cangkringan ada lava tour”

2. Pengelolaan wisata di Kaliurang dikelola oleh 3 pihak yaitu propinsi, kabupaten dan swasta. Bejo (Kel. 5) menyatakan, ”pengelolaan pariwisata itu sendiri ada Dinas Pariwisata Sleman kemudian propinsi ada 2 jadi PT Anindya juga dan ada dinas kehutanan...”

3. Secara umum pengelolaan sampah di kawasan desa target belum ada kalau boleh dikatakan masih sangat terbatas. Sampah belum dikelola dengan baik, hanya diambil oleh pemulung, ditimbun di pekarangan atau dibakar. Masalah yang dirasakan oleh masyarakat adalah kebingungan membuang sampah karena belum memiliki Tempat Pembuangan Sementara (TPS) maupun Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Suroto dari kelompok 5 dengan tegas menyatakan, ”...masalah utamanya adalah Sleman ga punya TPA”. Pernyataan ini senada dengan Bejo (Kel. 5), ”sampah ini memang belum dikelola secara profesional... tapi yaa... mungkin kalau e... dari kotoran hewan itu sudah ada kesadaran untuk merintis tapi kalo sampah yang dari wisatawan... ataupun sampah-sampah dari rumah tangga, rumah biasa, bukan rumah makan ya? Itu memang belum dikelola secara profesional”.

4. Rendahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai pengelolaan sampah, dukungan pemerintah, maupun rendahnya partisipasi dan minat dari pengelolan rumah makan dan penginapan untuk turut mengelola sampah adalah beberapa hal yang menyebabkan timbulnya masalah sampah. Bejo (Kel. 5) mengungkapkan, ”...untuk pemda sendiri untuk memfasilitasi tempat sampah saja mnim sekali, terus yang kedua mayoritas... mayoritas masyarakat itu e... kesadaran untuk membuan sampah pada tempatnya itu juga tidak ada...” Usaha mengelola sampah yang telah dinisiasi belum terlaksana secara optimal, seperti dikatakan oleh Hadi (Kel. 5), ”...sampah limbah rumah tangga itu sebenarnya kami pernah memfasilitasi di sebelah selatan balai desa ini, jadi kita buatkan bak itu... namun itu kurang lebih ada 3 tahun, tapi lama kelamaan itu malah sampah dibawa keatas, jadi bak TPS. Bak penampungan sementara kami yang kami buatkan untuk warga Hargo itu malah warga di luar Hargo itu membawa sampah dari bawah itu, merlokke (=memerlukan) untuk dibuang disini”

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 36

Page 38: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Temuan LainHasil FGD di atas memberikan beberapa pemikiran baru dan juga merubah beberapa asumsi awal yang sudah dibangun, misalnya:1. Asumsi awal bahwa kegiatan agrofarming dapat memberikan solusi bagi

permasalahan konservasi di kawasan ini tampaknya akan mengalami tantangan, karena rendahnya kepemilikan lahan masyarakat dan ketika musim kemarau permasalahan kelangkaan air menyebabkan masyarakat masih tetap akan mencari rumput di dalam kawasan.

2. Koperasi ternak menggunakan teknologi tertentu untuk memenuhi kebutuhan pakan ternaknya dan tidak mengambil rumput dari hutan. Teknologi ini perlu dipelajari dan diteliti kemungkinannya untuk dapat diadopsi oleh pemilik sapi di tingkat rumah tangga.

3. Adanya pengenalan sistem biogas sebagai bahan bakar alternatif. Di Cangkringan baru ada satu contoh, dan hasilnya cukup memuaskan karena dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

4. Diperlukan upaya untuk merubah pola pendidikan tradisional yang berdasarkan kepada informasi turun temurun menjadi pendidikan yang lebih sistematis sehingga pemahaman masyarakat akan lebih baik.”… Seharusnya pemerintah punya satu program yang dapat mengalihkan perhatian dari pendidikan masyarakat yang berasal dari nenek moyang. Sehingga terarahkan ke pola pikir yang lebih bagus.” (Maryono, Kel. 3)

5. Perlu adanya sistem penegakan hukum yang lebih baik atau sanksi dan insentif bagi yang membuang sampah sembarangan. Misran mengungkapkan, ” Mungkin juga perlu adanya sangsi dan juga ada ancaman bagi yang buang sampah sembarangan.”

6. Perlu penambahan papan informasi peringatan dan penyediaan tempat sampah di tempat-tempat wisata dan warung makan.

7. Pengembangan wisata bagi daerah yang sedang merintis dan ide untuk pembentukan badan pengelola pariwisata desa. Agralno (kel. 5) menyatakan, ”…setelah apa yang kita rasakan juga dari pariwisata itu makmur gitu lo, saya lihat dari bapak bapak, juga, .. semuanya juga ingin mengembangkan pariwisata. Seandainya itu ada badan pariwisata desa.”; Juga disampaikan oleh Warno (Kel. 5), ” saya pesen tolong perhatikan untuk badan pegelola pariwisata desa.”

8. Pengembangan agrowisata khusus durian di wilayah Glagaharjo. Agralno menyampaikan, “kalau bisa diusulkan untuk wilayah Glagahharjo dijadikan agro , ee ... agrowisata dikhususkan duren, kalo salakkan sudah miliknya Turi..”

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 37

Page 39: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

4. SURVEI MASYARAKAT4.1. Proses SurveiSurvei masyarakat pada Kampanye Bangga Konservasi terbagi dalam 2 tahap, yaitu pada awal kegiatan kampanye (pre-suvey) dan pada akhir kegiatan kampanye (post survey). Survei awal kegiatan kampanye ini merupakan survei kuantitatif yang bertujuan untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat mengenai kawasan dan kegiatan konservasi di kawasan. Hasil pra-survei yang dilaksanakan di 7 desa target di sekitar Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi ini akan menjadi baseline atau data awal yang berguna untuk mengukur keberhasilan kampanye Pride disini. Survei serupa juga dilakukan di desa lain yang bukan merupakan desa target, yaitu di 2 desa di Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, sebagai populasi kontrol. Desa kontrol merupakan desa pembanding untuk mengukur tingkat keberhasilan Kampanye Bangga Konservasi di desa target dibandingkan dengan desa kontrol yang tidak terpengaruh oleh kegiatan kampanye yang dilakukan di desa target, termasuk kegiatan media. Pemilihan desa kontrol ini cukup sulit sebab hampir seluruh kawasan sekitar Gunung Merapi sudah terjangkau oleh media seperti radio dan televisi. Namun demikian ada beberapa stasiun radio yang siarannya tidak dapat ditangkap di daerah kontrol.Survei ini dilakukan dengan menggunakan metode wawancara terstruktur, dimana kuisioner dibacakan oleh enumerator kepada responden. Lembar kuisioner dibuat dengan SurveyPro 3.0, dengan jumlah pertanyaan 54 point. Adapun pertanyaannya meliputi data demografi, sumber informasi, pengetahuan tentang lingkungan, sikap dan praktek yang berhubungan dengan lingkungan sekitar kawasan. Jumlah enumerator yang terlibat dalam pengumpulan data adalah sebanyak 35 yang berasal dari masyarakat lokal dan anggota Kanopi sendiri. Sebelum melakukan survei dilakukan pelatihan dan koordinasi dengan para enumerator. Pelatihan ini berfungsi untuk menjelaskan teknik survey dan koordinasi dengan para enumerator. Responden di populasi target dipilih secara random, yaitu dipilih berseling 3 orang atau berseling 5 rumah. Maksudnya, bila sudah melakukan wawancara pada responden pertama maka responden kedua adalah orang ketiga yang ditemui kemudian, bukan orang berikutnya yang langsung ditemui. Pelaksanaannya selama 4 hari mulai tanggal 28 November–1 Desember 2007 untuk daerah target dan selama 5 hari mulai tanggal 12 Desember–16 Desember 2007 untuk daerah kontrol. Sebelum kegiatan survei dilakukan pemberitahuan kepada pihak kecamatan dan kelurahan pada masing-masing desa target dan desa kontrol. Desa target diambil dari 7 kelurahan yang nantinya menjadi target kampanye Bangga Konservasi yaitu Desa Girikerto, Wonokerto, Purwobingun, Hargobinangun, Umbulharjo, Kepuharjo, dan Glagaharjo. Sedangkan untuk desa kontrol dipilih Desa Tarubatang dan Samiran. Kedua desa ini merupakan daerah yang masuk kawasan Gunung Merapi dan Gunung Merbabu.Data kuisioner yang valid dimasukkan pada SurveyPro 3.0 sebanyak 381 untuk desa target dan 147 untuk desa kontrol. Jumlah ini dihitung secara statistik (www. surveysystem.com/sscalc.htm) untuk jumlah total penduduk 42.820 jiwa untuk desa target dan 6323 jiwa untuk desa kontrol. Tingkat kepercayaan (LOC) yang digunakan 95% dengan confidence interval (CI) + 5 untuk desa target dan + 8 untuk desa kontrol.

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 38

Page 40: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

4.2. Deskripsi DemografiDistribusi GenderBerdasarkan hasil survei dari jumlah responden laki-laki sebanyak 71,9 % dan 28,1% wanita (N=381). Wanita, terutama ibu-ibu lebih sulit untuk diwawancara daripada laki-laki. Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena kebiasaan masyarakat yang lebih mengunggulkan laki-laki sehingga wanita merasa pendapatnya tidak penting atau malu untuk berpendapat.

Gambar 7. Distribusi gender desa target (N=381)

Begitu pula pada desa kontrol, jumlah responden laki-laki mendominasi. Responden laki-laki sebanyak 83% dan responden wanita 17%.

Gambar 8. Distribusi gender desa kontrol (N=147)

Tingkat PendidikanSecara umum tingkat pendidikan terakhir masyarakat di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi adalah tamat SMA (39,4 %, N=381). Bila dirinci lagi ternyata responden yang bekerja sebagai petani lebih banyak tamatan SMP (29,4%), sedangkan peternak kebanyakan hanya memiliki tingkat pendidikan tamatan SD (51,4%). Wiraswasta lebih banyak yang tamatan SMA.

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 39

Page 41: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Tabel 7: Tingkat Pendidikan Responden Desa Target (N=381)

Tingkat Pendidikan Total

Pekerjaan

Petani 26.4%

Wiraswasta 19.6%

Pelajar/mahasiswa 9.6%

Peternak 9.0%

Ibu rumah tangga 8.3%

Lain-lain 27.1%

Tamat SMA 39.4%

28.4% 64.5% 27.0% 22.9% 37.5% 40.0%

Tamat SMP 22.8%

29.4% 14.5% 24.3% 14.3% 34.4% 21.0%

Tamat SD 16.5%

21.6% 6.6% 8.1% 51.4% 21.9% 12.4%

D3/S1 5.2% 0.0% 1.3% 16.2% 0.0% 6.3% 10.5%Lain-lain 16.0

%20.6% 13.2% 24.3% 11.4% 0.0% 16.2%

Total 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Pada desa kontrol, tingkat pendidikan terakhir masyarakat secara umum adalah tamat SD (47.6%, N=147). Bila dilihat rinci maka petani pada umumnya tamat SD (56.5%), begitu pula dengan ibu rumah tangga (42.9%), sedangkan wiraswasta pada umumnya tamat SMA (33.3%). Secara umum pendidikan guru adalah setingkat SMA (50%).

Tabel 8: Tingkat pendidikan reponden desa kontrol (N=147)

Tingkat Pendidikan

Total PekerjaanPetani 73.5%

Wiraswasta 6.1%

Ibu rumah tangga4.8%

Pedagang 3.4%

Guru 2.7%

Pegawai negeri sipil2.0%

Lain-lain7.5%

Tamat SD 47.6%

56.5%

22.2% 42.9% 20.0% 0.0% 0.0% 27.3%

Tamat SMP 17.7%

16.7%

22.2% 28.6% 20.0% 0.0% 33.3% 18.2%

Tamat SMA 12.2%

6.5% 33.3% 14.3% 40.0% 50.0%

33.3% 18.2%

Tidak tamat SD

10.2%

11.1%

11.1% 14.3% 20.0% 0.0% 0.0% 0.0%

Tidak sekolah

5.4% 6.5% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 9.1%

D3/S1 4.1% 0.9% 0.0% 0.0% 0.0% 50.0%

33.3% 18.2%

Lain-lain 2.7% 1.9% 11.1% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 9.1%

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 40

Page 42: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Tingkat Kepercayaan terhadap Berbagai Sumber Informasi Pada masyarakat target terdapat berbagai macam sumber dan saluran informasi. Namun demikian tingkat kepercayan terhadap saluran informasi ini berbeda-beda, terutama bagi para responden dengan jenis pekerjaan berbeda. Secara umum tingkat kepercayaan responden desa target (N=381) terhadap informasi dari televisi, surat kabar, dan radio adalah seperti yang terlibat pada tabel di bawah ini. Tingkat kepercayaan terhadap televisi, umumnya adalah netral (49,9%) begitu pula dengan koran (50,4%) dan radio (52,5%). Namun demikian, jika dilihat dari jenis pekerjaannya, saluran informasi yang relatif dipercaya oleh petani adalah yang berasal dari televisi (38,5%) dan radio (32%). Sementara itu, wiraswasta selain dapat mempercayai televisi dan radio, juga dapat menerima informasi dari surat kabar.

Tabel 9: Tingkat kepercayaan televisi berdasarkan pekerjaan (N=381)

Pekerjaan

Tingkat KepercayaanNetral 49.9%

Dapat Dipercaya 44.6%

Paling dapat Dipercaya 3.4%

Tidak Dapat Dipercaya 1.8%

Paling tidak Dapat Dipercaya 0.3%

Petani 23.7% 29.4% 38.5% 28.6% 0.0%Wiraswasta 19.5% 21.2% 15.4% 14.3% 0.0%Pelajar/mahasiswa

12.6% 5.3% 30.8% 0.0% 0.0%

Peternak 9.5% 7.6% 7.7% 28.6% 100.0%Ibu rumah tangga

10.0% 6.5% 7.7% 14.3% 0.0%

Tidak bekerja 10.0% 7.1% 0.0% 0.0% 0.0%

Tabel 10: Tingkat kepercayaan terhadap surat kabar berdasarkan jenis pekerjaan (N=381)

Pekerjaan

Tingkat KepercayaanNetral 50.4%

Dapat Dipercaya 42.5%

Paling Dapat Dipercaya 2.4%

Tidak Dapat Dipercaya 3.9%

Paling Tidak Dapat Dipercaya 0.8%

Petani 27.6% 25.9% 22.2% 26.7% 33.3%Wiraswasta 18.2% 21.6% 33.3% 20.0% 0.0%Pelajar/mahasiswa

9.9% 9.3% 33.3% 0.0% 0.0%

Peternak 12.5% 4.3% 0.0% 20.0% 33.3%Ibu rumah tangga

9.4% 7.4% 0.0% 13.3% 0.0%

Tidak bekerja 7.8% 9.3% 0.0% 6.7% 0.0%

Tabel 11: Tingkat kepercayaan terhadap radio berdasarkan jenis pekerjaan (N=381)

Pekerjaan Tingkat KepercayaanNetral Dapat Paling Tidak Paling

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 41

Page 43: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

52.5% Dipercaya 42.8%

Dapat Dipercaya 2.6%

Dapat Dipercaya 1.6%

Tidak Dapat Dipercaya 0.5%

Petani 23.5% 31.9% 20.0% 16.7% 0.0%Wiraswasta 21.0% 19.6% 20.0% 0.0% 0.0%Pelajar/mahasiswa

10.5% 8.6% 20.0% 0.0% 0.0%

Peternak 9.5% 7.4% 10.0% 33.3% 50.0%Ibu rumah tangga

10.0% 5.5% 10.0% 33.3% 0.0%

Tidak bekerja 10.5% 6.1% 0.0% 0.0% 0.0%

Sementara itu, untuk lembar dakwah, responden secara umum terbagi antara netral (44,4%, N=381) dan dapat dipercaya (48%, N=381). Kelompok petani, wiraswasta, dan peternak cenderung dapat percaya pada lembar dakwah. Sebaliknya pelajar/mahasiswa dan ibu rumah tangga menyatakan cenderung tidak dapat percaya pada lembar dakwah. Hal ini kemungkinan disebabkan dengan maraknya kegiatan yang mengatasnamakan agama yang disalahgunakan untuk kepentingan sekelompok orang (seperti kelompok terorisme, aliran agama tertentu, dsb). Gambaran lebih detil, dapat dilihat melalui Tabel 12.

Tabel 12: Tingkat kepercayaan terhadap lembar dakwah berdasarkan jenis pekerjaan (N=381)

Pekerjaan

Tingkat KepercayaanNetral 44.4%

Dapat Dipercaya 48.0%

Paling Dapat Dipercaya 4.2%

Tidak Dapat Dipercaya 2.9%

Paling Tidak Dapat Dipercaya 0.5%

Petani 23.1% 31.1% 31.3% 0.0% 50.0%Wiraswasta 20.1% 19.7% 31.3% 9.1% 0.0%Pelajar/mahasiswa

11.2% 7.7% 6.3% 18.2% 50.0%

Peternak 7.7% 10.9% 6.3% 9.1% 0.0%Ibu rumah tangga 8.3% 7.1% 18.8% 18.2% 0.0%Tidak bekerja 11.2% 5.5% 0.0% 18.2% 0.0%

Selain media mainstream di atas, sumber informasi lain yang dapat dipercaya antara lain adalah guru, anggota keluarga, dan tokoh agama. Sementara itu, pegawai pemerintah dan LSM bukanlah sumber informasi yang cukup dipercaya. Hal ini terlihat dari Tabel 13 di bawah ini. Pemilik ternak (petani, wiraswasta, peternak), semuanya percaya pada tokoh agama (68% dari petani, 66% dari wiraswasta, 68% dari peternak, N= 381). Oleh karenanya, dalam pelaksanaan kampanye ini nanti, peran tokoh agama akan menjadi penting. Melihat kepada tabel yang sama. pelibatan guru dan anggota keluarga sebagai sumber penyampai informasi juga akan sangat diperlukan.

Tabel 13: Tingkat kepercayaan terhadap beberapa sumber informasi berdasarkan jenis pekerjaan (N=381)

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 42

Page 44: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Petani 26.4%

Wiraswasta 19.6%

Pelajar/Mahasiswa 9.6%

Peternak 9.0%

Ibu rumah tangga 8.3%

Tidak bekerja 8.0%

Tokoh masyarakat lokal paling dapat dipercaya

2.9% 2.6% 0.0% 2.9% 0.0% 0.0%

dapat dipercaya 55.9% 52.6% 32.4% 60.0% 53.1% 45.2%netral 37.3% 43.4% 64.9% 37.1% 37.5% 51.6%tidak dapat dipercaya

2.0% 1.3% 2.7% 0.0% 9.4% 3.2%

paling tidak dapat dipercaya

2.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

Gurupaling dapat dipercaya

5.9% 3.9% 2.7% 0.0% 0.0% 3.2%

dapat dipercaya 52.9% 60.5% 54.1% 74.3% 56.3% 45.2%netral 40.2% 35.5% 37.8% 22.9% 37.5% 51.6%tidak dapat dipercaya

1.0% 0.0% 5.4% 2.9% 6.3% 0.0%

Tokoh Agama paling dapat dipercaya

5.9% 5.3% 8.1% 5.7% 3.1% 0.0%

dapat dipercaya 67.6% 65.8% 62.2% 68.6% 62.5% 67.7%netral 25.5% 28.9% 27.0% 20.0% 28.1% 32.3%tidak dapat dipercaya

1.0% 0.0% 2.7% 5.7% 6.3% 0.0%

Keluargapaling dapat dipercaya

18.6% 13.2% 37.8% 11.4% 3.1% 16.1%

dapat dipercaya 63.7% 69.7% 45.9% 57.1% 71.9% 54.8%netral 16.7% 17.1% 16.2% 31.4% 21.9% 29.0%tidak dapat dipercaya

1.0% 0.0% 0.0% 0.0% 3.1% 0.0%

LSMpaling dapat dipercaya

2.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

dapat dipercaya 28.4% 23.7% 16.2% 25.7% 18.8% 19.4%netral 65.7% 72.4% 81.1% 74.3% 81.3% 80.6%tidak dapat dipercaya

2.9% 2.6% 2.7% 0.0% 0.0% 0.0%

paling tidak dapat dipercaya

1.0% 1.3% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

Pegawai pemerintahpaling dapat dipercaya

2.0% 0.0% 5.4% 0.0% 0.0% 0.0%

dapat dipercaya 40.2% 38.2% 32.4% 25.7% 40.6% 41.9%

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 43

Page 45: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Petani 26.4%

Wiraswasta 19.6%

Pelajar/Mahasiswa 9.6%

Peternak 9.0%

Ibu rumah tangga 8.3%

Tidak bekerja 8.0%

netral 51.0% 56.6% 56.8% 71.4% 56.3% 54.8%tidak dapat dipercaya

4.9% 3.9% 2.7% 2.9% 3.1% 0.0%

paling tidak dapat dipercaya

2.0% 1.3% 2.7% 0.0% 0.0% 3.2%

Pada desa kontrol juga terdapat berbagai macam media informasi yang sering digunakan. Masing-masing media memiliki tingkat kepercayaan yang berbeda-beda dalam masyarakat. Secara umum tingkat kepercayaan masyarakat desa kontrol (N=147) terhadap televisi, radio, dan surat kabar adalah sebagai berikut (Tabel 14).

Tabel 14. Tingkat kepercayaan masyarakat desa target terhadap televisi, radio dan surat kabar (N=381)

Keseluruhan

petani wiraswata

Ibu rumah tangga

pedagang

guru pegawai negeri sipil

Lain-lain

Televisipaling dapat dipercaya

11.6% 9.3% 33.3% 14.3% 20.0% 0.0% 33.3% 9.1%

dapat dipercaya

74.8% 74.1% 55.6% 85.7% 80.0% 100.0%

66.7% 81.8%

netral 6.8% 7.4% 11.1% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 9.1%tidak dapat dipercaya

6.8% 9.3% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

Radiopaling dapat dipercaya

1.4% 0.9% 11.1% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

dapat dipercaya

60.5% 58.3% 77.8% 71.4% 60.0% 75.0%

33.3% 63.6%

netral 37.4% 39.8% 11.1% 28.6% 40.0% 25.0%

66.7% 36.4%

Surat kabarpaling dapat dipercaya

4.8% 2.8% 22.2% 14.3% 20.0% 0.0% 0.0% 0.0%

dapat 55.8% 51.9% 55.6% 42.9% 60.0% 100.0 100.0% 72.7%

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 44

Page 46: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Keseluruhan

petani wiraswata

Ibu rumah tangga

pedagang

guru pegawai negeri sipil

Lain-lain

dipercaya

%

netral 37.4% 42.6% 22.2% 42.9% 20.0% 0.0% 0.0% 27.3%

Dari tabel di atas terlihat bahwa petani, ibu rumah tangga, dan guru lebih mempercayai televisi, sedangkan wiraswasta lebih mempercayai radio. Sedangkan surat kabar tidak banyak mendapat tanggapan, hal ini mungkin karena surat kabar di desa kontrol tidak banyak dibaca oleh masyarakat, kecuali guru dan pegawai negeri.Sedangkan untuk media lainnya seperti tokoh masyarakat lokal, tokoh agama, guru dan lembar dakwah relatif dipercaya oleh masyarakat desa kontrol. LSM mendapat tanggapan netral oleh mereka, hal ini karena belum banyak LSM yang beraktivitas di desa tersebut (Surveypro 3.0).

4.3. Preferensi Media Melalui pra-survei ini telah dikumpulkan beberapa informasi mengenai preferensi media dan kebiasaan responden dalam menggunakan media tersebut. Secara umum, jumlah responden desa target yang menggunakan televisi (96%) lebih banyak daripada radio (70%).

Gambar 9: Jumlah responden (kel. Target) yang mendengarkan radio (N=381)

Gambar 10: Jumlah responden yang menonton televisi (N=381)

Radio merupakan salah satu media yang strategis untuk digunakan di dalam kampanye Pride, karena 70,1% dari responden (N=381) merupakan pendengar radio. Gambar 11 di bawah ini memperlihatkan preferensi mendengarkan radio berdasarkan segmentasi jenis pekerjaan.

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 45

Page 47: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Gambar 11: Jumlah responden yang mendengarkan radio berdasarkan jenis pekerjaan (N=381)

Dari total 70,1% (N=267) responden yang mendengarkan radio, umumnya terdapat 3 stasiun radio yang menjadi favorit, yaitu GCD FM, Retjo Buntung, dan Geronimo. Namun demikian, masing-masing radio digemari oleh pendengar dengan karakteristik berbeda. Pemilik ternak (petani, wiraswasta, dan peternak) juga ibu rumah tangga cenderung memilih GCD FM. Sementara itu, peternak (55,6%, N= 35) juga mendengarkan Retjo Buntung. Bagi kelompok pemuda (N=37), radio Geronimo (52%) dan radio UNISI FM (52%) merupakan pilihan terfavorit.

Tabel 15: Stasiun radio favorit berdasarkan jenis pekerjaan (N =267)

Nama Stasiun Radio

Total(267)

petani 26.4%, 102

wiraswasta 19.6%, 76

pelajar/mahasiswa 9.6%, 37

Peter-nak 9.0%, 35

Ibu rumah tangga 8.3%, 32

Lain-lain27.1%, 105

GCD FM 51.3% 64.9% 46.7% 25.8% 55.6% 78.6% 47.2%Retjo Buntung 37.5% 39.0% 21.7% 38.7% 55.6% 57.1% 41.7%Geronimo 32.3% 16.9% 48.3% 51.6% 16.7% 7.1% 36.1%Unisi FM 28.6% 16.9% 33.3% 51.6% 11.1% 14.3% 34.7%Swaragama 14.9% 13.0% 18.3% 22.6% 11.1% 0.0% 13.9%Lain-lain 58.7% 62.3% 65.0% 45.2% 61.1% 64.3% 51.4%Total * * * * * * *Catatan: total jawaban tidak 100% karena responden dapat memilih lebih dari 1 jawaban

Dari sisi program radio, acara musik dan berita merupakan dua acara yang digemari oleh responden. Dalam hal ini wiraswasta (68%, N = 76) dan pemuda (97%, N = 37) menggemari program acara musik pop, peternak lebih menyukai musik dangdut (50%), sedangkan petani dan ibu rumah tangga lebih menyukai program kesenian daerah. Gambaran lebih detil dapat dilihat pada Tabel 16 di bawah ini.

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 46

Page 48: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Tabel 16: Program acara radio favorit berdasarkan jenis pekerjaan (N =267)

Program Total (267)

petani 26.4%, 102

wiraswasta 19.6%, 76

pelajar/mahasiswa 9.6%, 37

Peter-nak 9.0%, 35

ibu rumah tangga 8.3%, 32

Lain-lain27.1%, 105

Musik pop 58.8% 42.1% 68.3% 96.8% 27.8% 21.4% 69.0%Berita 34.5% 46.1% 31.7% 16.1% 33.3% 50.0% 28.2%Musik dangdut

32.2% 43.4% 36.7% 9.7% 50.0% 28.6% 25.4%

Kesenian daerah

27.0% 51.3% 16.7% 3.2% 22.2% 42.9% 16.9%

Acara keagamaan

18.4% 21.1% 25.0% 3.2% 16.7% 42.9% 11.3%

Lain-lain 18.4% 22.4% 15.0% 12.9% 11.1% 21.4% 19.7%Total * * * * * * *Catatan: total jawaban tidak 100% karena responden dapat memilih lebih dari 1 jawaban Walaupun pengguna televisi lebih besar daripada radio, namun hasil pra-survei memperlihatkan bahwa responden lebih suka memilih saluran televisi nasional daripada saluran lokal. Jogja TV sebagai saluran televisi lokal menempati posisi ke-4 dibandingkan dengan saluran televisi nasional lain.

Tabel 17: Stasiun televisi favorit berdasarkan jenis pekerjaan (N =364)

Stasiun Televisi

petani 26.4%, 102

wiraswata 19.6%, 76

pelajar/mahasiswa 9.6%, 37

peternak 9.0%, 35

ibu rumah tangga 8.3%, 32

tidak bekerja 8.0%, 31

Lain-lain 19.1%, 74

RCTI 57.3% 56.0% 48.6% 50.0% 75.0% 50.0% 51.5%

Indosiar 39.6% 50.7% 27.0% 35.3% 59.4% 20.0% 44.1%

SCTV 41.7% 32.0% 32.4% 29.4% 53.1% 60.0% 33.8%

Jogja TV 35.4% 22.7% 13.5% 50.0% 18.8% 23.3% 32.4%

Trans TV 13.5% 21.3% 29.7% 5.9% 12.5% 36.7% 17.6%

Total * * * * * * *Catatan: total jawaban tidak 100% karena responden dapat memilih lebih dari 1 jawaban

Selanjutnya, dari jenis kesenian tradisional, Jathilan/Kuda lumping merupakan kegiatan yang paling digemari (41,3%, N=381) disusul dengan Pentas Musik (38,6%), Wayang (26,6%) dan Merthi Bumi (26,6%). Jathilan merupakan sebuah kegiatan hiburan yang biasanya menyertai atau menjadi selingan dari pesta atau

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 47

Page 49: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

kegiatan besar di masyarakat setempat. Gambar 12 memperlihatkan preferensi responden kawasan kerja terhadap jenis kegiatan tradisional ini.

Gambar 12: Jenis kesenian tradisional yang digemari oleh responden (N =381).

Hasil survei di desa kontrol menunjukkan hasil yang tidak begitu berbeda dengan di desa target. Masyarakat desa kontrol lebih sering menonton televisi ( 92,5%, N=147) daripada mendengarkan radio bahkan cenderung tidak mendengarkan radio (44,9%, N=147).

Gambar 13: Jumlah responden yang melihat televisi (N=147)

Gambar 14: Jumlah responden yang mendengarkan radio (N=147)

Apabila dilihat lebih rinci berdasarkan segmentasi pekerjaan terlihat bahwa hampir seluruh segmentasi pekerjaan (petani, wiraswasta, ibu rumah tangga, pedagang, guru dan pegawai negeri sipil) melihat televisi. Media radio lebih banyak didengarkan oleh ibu rumah tangga dan guru.

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 48

Page 50: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Gambar 15: Jumlah responden yang melihat televisi berdasarkan segmentasi pekerjaan (N=147)

Gambar 16. Jumlah responden yang mendengarkan radio berdasarkan segmentasi pekerjaan (N=147)

Dari responden yang mendengarkan radio, Merapi FM dan Merapi Indah FM adalah saluran yang paling sering didengarkan. Berdasarkan segmentasi pekerjaan wiraswata lebih sering mendengarkan Prambos, sedangkan lainnya tidak tentu dalam memilih saluran radio.

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 49

Page 51: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Tabel 18: Saluran radio favorit berdasarkan segmentasi pekerjaan (kelompok kontrol)

Total petani 73.5%

wiraswata 6.1%

ibu rumah tangga 4.8%

pedagang 3.4%

guru 2.7%

pegawai negeri sipil 2.0%

Lain-lain 7.5%

Swaragama

11.8% 12.2%

0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 100.0%

14.3%

Merapi FM

17.6% 16.3%

25.0% 25.0%

0.0% 0.0% 100.0%

14.3%

Prambos 16.2% 16.3%

50.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 14.3%

Merapi Indah FM

17.6% 18.4%

25.0% 25.0%

0.0% 0.0% 0.0% 14.3%

Star FM 4.4% 4.1% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 100.0%

0.0%

CJDW FM 14.7% 16.3%

0.0% 25.0%

0.0% 0.0% 0.0% 14.3%

Solo FM 5.9% 0.0% 25.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 42.9%

tidak tentu

30.9% 32.7%

25.0% 0.0% 100.0% 100.0%

0.0% 14.3%

Other 17.6% 18.4%

0.0% 50.0%

0.0% 0.0% 0.0% 14.3%

Totals * * * * * * * *Catatan: total jawaban tidak 100% karena responden dapat memilih lebih dari 1 jawaban

Secara umum, program radio yang paling digemari adalah musik dangdut (N=40). Bila dilihat berdasarkan segmentasi pekerjaan maka program favorit petani adalah musik dangdut (68,8%, N= 33) dan kesenian daerah (52,1%, N=25), sedangkan ibu rumah tangga lebih menyukai musik dangdut (75%, N=3).

Tabel 19: Jenis program favorit berdasarkan segmentasi pekerjaan (kelompok kontrol)

Total petani 73.5%

wiraswata 6.1%

ibu rumah tangga 4.8%

pedagang 3.4%

guru 2.7%

pegawai negeri sipil 2.0%

Lain-lain 7.5%

Musik dangdut

59.7% 68.8%

0.0% 75.0%

0.0% 0.0% 0.0% 57.1%

Musik pop

43.3% 33.3%

100.0% 50.0%

100.0% 50.0%

0.0% 71.4%

Kesenian daerah

41.8% 52.1%

0.0% 25.0%

0.0% 50.0%

100.0%

0.0%

Musik 34.3% 39.6 0.0% 25.0 0.0% 50.0 0.0% 28.6

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 50

Page 52: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

keroncong

% % % %

Berita 20.9% 16.7%

50.0% 25.0%

0.0% 100.0%

100.0%

0.0%

Other 16.4% 8.3% 50.0% 25.0%

0.0% 0.0% 100.0%

42.9%

Totals *; * *; * *; * *; * *; * *; * *; * *; *Catatan: total jawaban tidak 100% karena responden dapat memilih lebih dari 1 jawaban

Masyarakat desa kontrol banyak menyukai wayang (61,2%, N=90), jathilan/kuda lumping (60,5%, N=89) dan kethoprak (38,8%, N=57). Jathilan merupakan sebuah kegiatan hiburan yang biasanya menyertai atau menjadi selingan dari pesta atau kegiatan besar di masyarakat setempat. Gambar 17 memperlihatkan preferensi responden terhadap jenis kegiatan tradisional ini.

Gambar 17: Jenis kesenian tradisional yang digemari (kelompok kontrol, N = 147)

4.4. Tingkat PengetahuanBerdasarkan analisa ancaman yang dilakukan oleh stakeholder, pengambilan rumput merupakan ancaman ke-2 terbesar terhadap keutuhan kawasan Gunung Merapi. Data dari pra-survei memperlihatkan bahwa jumlah ternak yang dimiliki memiliki keterkaitan dengan seringnya pengambilan rumput dilakukan. Walaupun mayoritas responden menyatakan mengambil rumput pada waktu-waktu tidak tentu (43%, N=251), namun jika jumlah ternak sudah lebih dari 3 ekor maka pengambilan rumput dilakukan setiap hari. Gambaran lebih detil dapat dilihat pada tabel 20 di bawah ini.

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 51

Page 53: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Gambar 18: Jumlah responden yang memiliki ternak (66,1%) dan jumlah ternak per repsonden (N=251)

Tabel 20: Frekuensi pengambilan rumput dibandingkan dengan jumlah ternak yang dimiliki (kelompok target, N=251)

Frekuensi Pengambilan Rumput

Total(N=251)

Jumlah Ternak1-3

59.8%

4-6

24.3%

7-9

7.6%

>15

4.4%

Lain-lain 4.0%

Tidak tentu 42.6% 46.8%; 32.0% 0.0% 37.5% 60.0%Setiap hari 37.9% 41.8% 60.0% 66.7% 50.0% 0.0%Tidak pernah 15.4% 6.3% 8.0% 33.3% 12.5% 40.0%;Dua hari sekali 1.8% 1.3% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%Lebih dari dua hari seminggu

1.8% 3.8% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

Lain-lain 0.6% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%Total 100.0%; 100.0% 100.0% 100.0% 100.0 100.0%

Selanjutnya, data dari pra-survei memperlihatkan bahwa hampir semua responden tidak memiliki pengetahuan mengenai dampak pengambilan rumput yang tidak teratur dan intensif terhadap keutuhan ekologis kawasan Gunung Merapi. Pemilik ternak sebagian besar menyatakan bahwa pengambilan rumput tidak menimbulkan dampak terhadap kawasan Gunung Merapi (Petani: 20%, Wiraswasta: 27%, Peternak 12%). Selain itu, jumlah responden yang secara langsung menyatakan tidak tahu dampaknya juga relatif besar. Tabel 21 menunjukkan pengetahuan responden mengenai keberadaan dampak pengambilan rumput terhadap keutuhan kawasan.

Tabel 21: Pengetahuan responden mengenai ada atau tidak ada dampak pengambilan rumput terhadap kawasan G. Merapi (N=381)

Pekerjaan

Ada atau tidak ada dampak dari pengambilan rumput terhadap kawasan G. Merapi? Ada 62.2%, 237

Tidak ada 22.0%, 84

Tidak tahu 15.7%, 60

Petani 30.4% 20.2% 21.7%Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGM

Sri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 52

Page 54: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Wiraswasta 18.6% 27.4% 15.0%Pelajar/mahasiswa

11.8% 4.8% 8.3%

Peternak 8.0% 11.9% 10.0%Ibu rumah tangga 8.4% 7.1% 10.0%;Total *; * *; * *; *

Catatan: total jawaban tidak 100% karena responden dapat memilih lebih dari 1 jawaban

Ketika ditanyakan lebih lanjut mengenai dampak yang lebih spesifik dari pengambilan rumput terhadap keutuhan kawasan Gunung Merapi, semakin terlihat bahwa pengetahuan yang dimiliki masih rendah. Sekitar 52% tidak menjawab pertanyaan mengenai hal ini. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pertanyaan tidak dimengerti oleh responden atau responden memang tidak mengetahui jawaban yang tepat. Jika dilihat dari jenis pekerjaan, 97,1% responden yang bekerja sebagai peternak tidak memberikan jawaban terhadap pertanyaan ini. Kalau pun responden menyebutkan dampaknya, namun jawabannya juga belum spesifik. Bahkan, 5% responden (N=381) menyatakan bahwa pengambilan rumput tidak ada dampaknya. Variasi jawaban responden dapat dilihat pada Gambar 18 berikut ini. Sementara itu, berkaitan dengan kepentingan konservasi dan status kawasan sebagai Taman Nasional, terlihat bahwa pengetahuan mengenai hal ini pun masih rendah. Sekitar 26% responden petani menyatakan bahwa pengambilan rumput di kawasan TNGM tidak terbatas (N=154). Selanjutnya, 26% responden petani bahkan tidak tahu (N=65) batas pengambilan rumput di kawasan konservasi ini. Hal ini memperkuat asumsi bahwa masyarakat desa target masih belum mengetahui secara pasti kejelasan status kawasan. Ketidaktahuan status kawasan ini juga dapat berkontribusi kepada lemahnya dukungan masyarakat kepada keberadaan kawasan TNGM.

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 53

Page 55: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Gambar 19: Pengetahuan responden mengenai dampak pengambilan rumput terhadap kawasan Gunung Merapi (N=381)

Tabel 22: Pengetahuan responden mengenai batasan pengambilan rumput terhadap kawasan TNGM berdasarkan jenis pekerjaan

PekerjaanHanya di zona pemanfaatan taman nasional

Tidak terbatas (boleh sampai manapun)

Tidak tahu

Petani 22.4% 26.3% 25.5%Wiraswata 31.6% 17.5% 12.8%pelajar/mahasiswa 11.8% 5.3% 6.4%Peternak 3.9% 15.8% 8.5%ibu rumah tangga 5.3% 3.5% 6.4%Total * * *Catatan: total jawaban tidak 100% karena responden dapat memilih lebih dari 1 jawaban

Untuk mengatasi ancaman pengambilan rumput, salah satu asumsi yang semula diambil (sebelum dilakukan pengumpulan data kawasan, baik melalui observasi, FGD, dan survei ) adalah dengan memperkenalkan teknik untuk optimalisasi lahan milik sendiri sebagai areal penanaman rumput untuk pakan ternak (agrofarming). Namun demikian, hasil pra-survei memperlihatkan bahwa kendala untuk menyediakan rumput dari lahan milik sendiri adalah karena 76% respoden (N=381) tidak memiliki lahan sebagaimana terlihat dalam gambar 19 di bawah ini.

Gambar 20: Kendala untuk menyediakan rumput dari lahan milik sendiri (N=381)

Selanjutnya berkaitan dengan ancaman utama yang lain adalah pengelolaan sampah, terutama di kawasan-kawasan wisata. Hasil pra-survei memperlihatkan bahwa 73% responden (N=381) melakukan pembakaran sampah. Responden lain (37%) hanya menimbun sampah di halaman. Tampak disini bahwa pengelolaan sampah masih bertumpu kepada inisiatif individu dan belum ada sistem terpadu atau penanganan sampah yang lebih baik misalnya mulai dari pemilahan, pengumpulan sampah dengan penghancuran atau pemanfaatan kembali. Gambar 20 di bawah menunjukkan cara-cara yang biasa dilakukan masyarakat untuk mengelola sampah.

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 54

Page 56: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Gambar 21: Cara pengelolaan sampah di tempat tinggal (N=381)

Daerah kontrol merupakan daerah pertanian dengan sayur mayur sebagai tanaman utamanya. Masyarakat daerah ini sangat menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian. Adapun peternakannya didominasi oleh ternak sapi potong (89,8%, N=115) dengan jumlah rata-rata 1-3 ekor setiap rumah. Untuk pemenuhan pakan ternak diambil dari kawasan sekitar desa dan kawasan Gunung Merapi. Frekuensi pengambilan rumput di kawasan Gunung Merapi sebanding dengan jumlah ternak yang dimiliki. Apabila jumlah ternak sedikit maka pengambilan rumput di kawasan relatif tak tentu, bahkan tidak pernah karena pakan sudah tercukupi dari lingkungan sekitar.

Tabel 23: Frekuensi pengambilan rumput dibandingkan dengan jumlah ternak yang dimiliki (N=115)

Tidak tentu 72.0%

Tidak pernah 12.1%

Lebih dari dua hari seminggu 10.3%

Setiap hari 5.6%

Dua hari sekali 0.0%

Seminggu sekali 0.0%

1-3 65.2% 80.0% 81.8% 60.0% - -4-6 20.3% 20.0% 9.1% 20.0% - -7-9 10.1% 0.0% 0.0% 20.0% - -9-12 2.9% 0.0% 9.1% 0.0% - -Other 1.4% 0.0% 0.0% 0.0% - -Totals 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% % %

Ketika ditanya mengenai dampak pengambilan rumput terhadap kawasan Gunung Merapi 68% responden menjawab “ada”; 23,8% menjawab “tidak tahu” dan 8,2% menjawab “tidak ada dampaknya”. Bila dirinci lagi mengenai jenis dampak yang dapat ditimbulkan oleh pengambilan rumput, 66% responden menjawab berkurangnya rumput dan 53% menjawab kekurangan air. Hal ini menunjukkan pengetahuan masyarakat desa kontrol terhadap nilai penting keanekaragaman hayati masih rendah. Hal ini juga terlihat dari variasi jawaban yang sedikit (Gambar 21).

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 55

Page 57: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Gambar 22: Dampak pengambilan rumput terhadap kawasan (N=115)

Berkaitan dengan kepentingan konservasi dan status kawasan sebagai Taman Nasional, terlihat bahwa pengetahuan mengenai hal ini pun masih rendah. Petani dan wiraswasta banyak yang tidak tahu mengenai batasan zona pemanfaatan dalam kawasan Taman Nasional yang dapat digunakan untuk pengambilan rumput. Tetapi guru dan pegawai negeri sipil sudah memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai kawasan Taman Nasional.

Gambar 23: Jenis dampak yang ditimbulkan oleh pengambilan rumput tehadap kawasan Gunung Merapi (N=115)

Tabel 24: Pengetahuan responden mengenai batasan pengambilan rumput di kawasan Taman Nasional (N=115)

petani 73.5%

wiraswata 6.1%

ibu rumah tangga 4.8%

pedagang 3.4%

guru 2.7%

pegawai negeri sipil 2.0%

Lain-lain 7.5%

Tidak terbatas (boleh sampai manapun)

9.6% 14.3% 16.7% 0.0% 0.0% 0.0% 10.0%

Hanya di zona pemanfaatan taman nasional5

45.2% 42.9% 50.0% 50.0% 100.0%

100.0% 80.0%

5 Istilah zona pemanfaatan ini dipakai untuk merujuk kepada bekas kawasan Perhutani yang selama ini telah dimanfaatkan oleh masyarakat

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 56

Page 58: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Tidak tahu 45.2% 42.9% 33.3% 50.0% 0.0% 0.0% 10.0%Totals 100.0

%100.0% 100.0

%100.0% 100.0

%100.0% 100.0

%

Dalam pengelolaan sampah, hanya ditimbun di halaman (44,9%) dan dibakar saja (46,9%). Meskipun demikian sudah ada sedikit pengelolaan dengan cara memisahkan sampah organik dan anorganik (9,5%). Berdasarkan diskusi informal dengan beberapa anggota masyarakat, sampah organik akan diubah menjadi kompos sedangkan sampah anorganik akan diberikan kepada kelompok pemulung.

Gambar 24: Pengetahuan responden mengenai pengelolaan sampah (N=115)

4.5. Sikap Berikut ini adalah gambaran sikap masyarakat terhadap kegiatan pengambilan rumput, serta sikap terhadap penyelesaian masalah pakan ternak dan keutuhan ekologis kawasan TNGM.

Berkaitan dengan ancaman pengambilan rumput serta tingginya kebutuhan pakan ternak, secara umum seluruh responden mempunyai sikap setuju hingga sangat setuju terhadap pengelolaan rumput yang lebih baik. Namun demikian, pada desa-desa yang mayoritas perekonomiannya bersumber dari usaha ternak, sikap yang muncul adalah netral maupun tidak setuju. Kalau melihat kembali ke hasil FGD, satu faktor yang dapat menjelaskan ini adalah ketergantungan yang tinggi kepada rumput dari dalam kawasan sehingga ada kekhawatiran sistem pengelolaan rumput ini akan berakibat kepada larangan untuk mengambil rumput. Desa-desa ini adalah Umbulharjo dan Kepuharjo. Tabel 25 di bawah ini memperlihatkan sikap responden terhadap pengelolaan rumput yang lebih baik.

Tabel 25: Sikap terhadap pengelolaan rumput yang lebih baik (N=381)

SikapDesaA 7.1%

B 5.8%

C 3.9%

D3.4%

E 3.4%

F 2.9%

G 2.6%

H 2.4%

I 1.8%

J 1.8%

setuju 96.3% 54.5% 53.3% 53.8% 15.4% 81.8% 70.0% 44.4% 42.9% 28.6%sangat setuju

0.0% 31.8% 40.0% 7.7% 61.5% 9.1% 10.0% 0.0% 57.1% 0.0%

netral 3.7% 13.6% 6.7% 38.5% 15.4% 9.1% 20.0% 55.6% 0.0% 57.1%tidak setuju

0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 7.7% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 14.3%

tidak 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 57

Page 59: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

tahuTotal 100.0

%100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

Ketarangan:A: Purwobinangun B: Kemiri, PurwobinangunC: Ngepring, Purwobinangun D: Kratuan PurwobinangunE: Umbulharjo F: Gondoarum, Wonokerto G: Kapingrejo, Wonokerto H: Pelemsari, UmbulharjoI: Imorejo, Wonokerto J: Kaliadem, Kepuharjo

Selanjutnya, sikap terhadap pembentukan koperasi pakan ternak; secara umum, responden setuju terhadap hal ini. Namun demikian, di desa yang pendapatan utamanya berasal dari ternak sebagian besar masyarakat bersifat netral, misalnya seperti di Pelemsari, Umbulharjo (67%, lihat tabel 26). Koperasi ternak yang telah ada selama ini adalah koperasi susu. Ada kekuatiran bahwa pengelolaan pakan ternak melalui koperasi akan meningkatkan biaya produksi karena nantinya rumput harus dibeli sedangkan selama ini mereka mendapatkan rumput secara gratis atau tidak mengeluarkan biaya.

Temuan menarik muncul dari sikap responden terhadap cara mendapatkan rumput tanpa perlu memasuki kawasan konservasi. Desa dengan pendapatan utama berasal dari ternak cenderung bersikap netral atau negatif (tidak menganggap penting). Hal ini dapat menunjukkan dua hal: yang pertama adalah masih rendahnya kepedulian terhadap kawasan. Sedangkan yang kedua adalah ketergantungan yang tinggi terhadap kawasan sebagai tempat pengambilan rumput (lihat tabel 27). Desa-desa yang cenderung netral atau negatif adalah Umbulharjo, Kepuharjo, Purwobinangun.

Tabel 26: Sikap terhadap pembentukan koperasi pakan ternak (N=381)

SikapDesaA 7.1%

B 5.8%

C 3.9%

D3.4%

E 3.4%

F 2.9%

G 2.6%

H 2.4%

I 1.8%

J 1.8%

setuju 0.0% 4.5% 20.0% 0.0% 61.5% 9.1% 0.0% 0.0% 28.6% 0.0%sangat setuju

77.8% 50.0% 33.3% 53.8% 23.1% 54.5% 60.0% 22.2% 57.1% 71.4%

netral 18.5% 31.8% 46.7% 46.2% 7.7% 27.3% 40.0% 66.7% 14.3% 14.3%Tidak setuju

0.0% 4.5% 0.0% 0.0% 7.7% 9.1% 0.0% 11.1% 0.0% 0.0%

sangat tidak setuju

3.7% 4.5% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

tidak tahu

0.0% 4.5% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 14.3%

Total 100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

Ketarangan:A: Purwobinangun B: Kemiri, Purwobinangun

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 58

Page 60: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

C: Ngepring, Purwobinangun D: Kratuan PurwobinangunE: Umbulharjo F: Gondoarum, Wonokerto G: Kapingrejo, Wonokerto H: Pelemsari, UmbulharjoI: Imorejo, Wonokerto J: Kaliadem, Kepuharjo

Tabel 27: Nilai kepentingan untuk mendiskusikan pengambilan rumput tanpa memasuki kawasan (N=381)

SikapDesaA 7.1%

B 5.8%

C 3.9%

D3.4%

E 3.4%

F 2.9%

G 2.6%

H 2.4%

I 1.8%

J 1.8%

setuju 0.0% 4.5% 20.0% 0.0% 61.5% 9.1% 0.0% 0.0% 28.6% 0.0%sangat setuju

77.8% 50.0% 33.3% 53.8% 23.1% 54.5% 60.0% 22.2% 57.1% 71.4%

netral 18.5% 31.8% 46.7% 46.2% 7.7% 27.3% 40.0% 66.7% 14.3% 14.3%Tidak setuju

0.0% 4.5% 0.0% 0.0% 7.7% 9.1% 0.0% 11.1% 0.0% 0.0%

sangat tidak setuju

3.7% 4.5% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

tidak tahu

0.0% 4.5% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 14.3%

Total 100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

Ketarangan:A: Purwobinangun B: Kemiri, PurwobinangunC: Ngepring, Purwobinangun D: Kratuan PurwobinangunE: Umbulharjo F: Gondoarum, Wonokerto G: Kapingrejo, Wonokerto H: Pelemsari, UmbulharjoI: Imorejo, Wonokerto J: Kaliadem, Kepuharjo

Selanjutnya, walaupun sebagian besar responden menilai penting untuk mencari penyelesaian masalah pengadaan pakan ternak secara bersama, namun masih ada responden yang bersikap netral, bahkan mengatakan tidak tahu. Jika dicermati, sikap netral atau cenderung tidak perduli ini, muncul dari desa-desa yang mayoritas penduduknya merupakan pemilik ternak, seperti desa Umbulharjo (65%). Sekali lagi, temuan ini memperlihatkan bahwa masyarakat desa target pemilik ternak melihat bahwa tidak ada masalah dengan kawasan yang saat ini digunakan sebagai tempat pengambilan rumput. Jika demikian, tantangan terbesar adalah mencegah semakin meluasnya kawasan pengambilan rumput didalam kawasan TNGM. Tabel 28 menunjukkan nilai kepentingan responden terhadap penyelesaian masalah secara bersama.

Tabel 28: Nilai kepentingan untuk mengajak warga lain mencari penyelesaian masalah secara bersama terhadap pengadaan rumput

sebagai pakan ternak (N=381)

SikapDesaA 7.1%

B 5.8%

C 3.9%

D3.4%

E 3.4%

F 2.9%

G 2.6%

H 2.4%

I 1.8%

J 1.8%

setuju 7.4% 18.2% 13.3% 7.7% 0.0% 9.1% 10.0% 11.1% 42.9% 0.0%

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 59

Page 61: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

sangat setuju

81.5% 63.6% 73.3% 61.5% 38.5% 72.7% 70.0% 33.3% 42.9% 85.7%

netral 11.1% 13.6% 13.3% 30.8% 61.5% 18.2% 20.0% 22.2% 14.3% 14.3%Tidak setuju

0.0% 4.5% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

tidak tahu

0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 33.3% 0.0% 0.0%

Total 100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

Ketarangan:A: Purwobinangun B: Kemiri, PurwobinangunC: Ngepring, Purwobinangun D: Kratuan PurwobinangunE: Umbulharjo F: Gondoarum, Wonokerto G: Kapingrejo, Wonokerto H: Pelemsari, UmbulharjoI: Imorejo, Wonokerto J: Kaliadem, Kepuharjo

Sikap masyarakat desa kontrol terhadap pengelolaan rumput adalah lebih baik, yaitu setuju adanya pengaturan dan pengelolaan kegiatan pengambilan rumput. Hanya beberapa dusun di Desa Samiran yang masih menunjukkan sikap netral terhadap pengelolaan kegiatan pengambilan rumput (Samiran 29,5%; Ngablak 53,8%), seperti yang ditunjukkan pada tabel 29.Masyarakat desa kontrol merasa bahwa diskusi tentang penyelesaian masalah pakan ternak adalah sesuatu hal yang penting. Hal ini terlihat seperti pada tabel 30. Meskipun demikian masyarakat Panthongan, Samiran tidak memberikan tanggapan yang sama. Mereka tidak yakin bahwa diskusi diperlukan untuk menyelesaikan masalah pengadaan pakan ternak (75%).Sedangkan mengenai mengajak warga lain untuk duduk bersama dalam menyelesaikan masalah, masyarakat desa kontrol memberikan tanggapan bahwa hal tersebut adalah hal yang cukup penting, walaupun banyak yang masih bersifat netral (Samiran 29,5%; Tegalsruni, Samiran 25%; Monce, Tarubatang 40%), seperti yang ditunjukkan pada tabel 31.

Tabel 29: Sikap responden desa kontrol terhadap pengelolaan rumput yang baik (N=115)

SikapDesaA 7.1%

B 5.8%

C 3.9%

D3.4%

E 3.4%

F 2.9%

G 2.6%

H 2.4%

I 1.8%

J 1.8%

setuju 9.1% 18.8% 20.0% 0.0% 8.3% 0.0% 0.0% 16.7% 50.0% 20.0%sangat setuju

61.4% 68.8% 73.3% 46.2% 50.0% 100.0%

75.0% 66.7% 33.3% 60.0%

netral 29.5% 12.5% 0.0% 53.8% 16.7% 0.0% 12.5% 16.7% 16.7% 0.0%tidak tahu

0.0% 0.0% 6.7% 0.0% 25.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 20.0%

tidak setuju

0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 12.5% 0.0% 0.0% 0.0%

Total 100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

Ketarangan:A: Samiran B: Tegalsruni, Samiran

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 60

Page 62: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

C: Surodadi, Tarubatang D: Ngablak, SamiranE: Panthongan, Samiran F: Tarubatang G: Kalitengah, Tarubatang H: Tanusari, TarubatangI: Tombak, Tarubatang J: Monce, Tarubatang

Tabel 30: Sikap responden desa kontrol untuk mendiskusikan pengambilan rumput tanpa memasuki kawasan (N=115)

SikapDesaA 7.1%

B 5.8%

C 3.9%

D3.4%

E 3.4%

F 2.9%

G 2.6%

H 2.4%

I 1.8%

J 1.8%

setuju 15.9% 6.3% 6.7% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 16.7% 20.0%sangat setuju

50.0% 87.5% 66.7% 76.9% 0.0% 100.0%

62.5% 100.0%

83.3% 60.0%

netral 29.5% 0.0% 13.3% 23.1% 16.7% 0.0% 37.5% 0.0% 0.0% 20.0%tidak penting

0.0% 0.0% 13.3% 0.0% 8.3% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

tidak tahu

4.5% 6.3% 0.0% 0.0% 75.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

Total 100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

Keterangan:A: Samiran B: Tegalsruni, SamiranC: Surodadi, Tarubatang D: Ngablak, SamiranE: Panthongan, Samiran F: Tarubatang G: Kalitengah, Tarubatang H: Tanusari, TarubatangI: Tombak, Tarubatang J: Monce, Tarubatang

Tabel 31: Sikap responden desa kontrol untuk mengajak masyarakat lain mencari penyelesaian pakan ternak (N=115)

SikapDesaA 7.1%

B 5.8%

C 3.9%

D3.4%

E 3.4%

F 2.9%

G 2.6%

H 2.4%

I 1.8%

J 1.8%

setuju 13.6% 12.5% 13.3% 7.7% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 16.7% 0.0%sangat setuju

47.7% 56.3% 73.3% 76.9% 0.0% 88.9% 75.0% 100.0%

83.3% 60.0%

netral 29.5% 25.0% 13.3% 15.4% 25.0% 0.0% 25.0% 0.0% 0.0% 40.0%tidak penting

4.5% 0.0% 0.0% 0.0% 8.3% 11.1% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

tidak tahu

4.5% 6.3% 0.0% 0.0% 66.7% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

Total 100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

Ketarangan:A: Samiran B: Tegalsruni, SamiranC: Surodadi, Tarubatang D: Ngablak, Samiran

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 61

Page 63: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

E: Panthongan, Samiran F: Tarubatang G: Kalitengah, Tarubatang H: Tanusari, TarubatangI: Tombak, Tarubatang J: Monce, Tarubatang

4.6. PerilakuSalah satu asumsi awal yang dimiliki adalah bahwa pemilik ternak dapat mengoptimalkan lahan milik pribadi untuk mengumpulkan pakan ternak, ataupun mengorganisir para peternak untuk mengelola ladang rumput secara kolektif.

Table 32: Tingkat kemudahan responden desa target untuk mengambil rumput dari lahan sendiri yang ditanami rumput (N=381)

Pekerjaanpetani 26.4%

wiraswata 19.6%

pelajar/ mahasiswa 9.6%

peternak 9.0%

ibu rumah tangga 8.3%

tidak bekerja 8.0%

Mudah 80.4% 81.6% 59.5% 71.4% 75.0% 80.6%Sulit 5.9% 10.5% 16.2% 17.1% 9.4% 0.0%Tidak yakin

13.7% 7.9% 24.3% 11.4% 15.6% 19.4%

Total 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Tabel 32 di atas memperlihatkan bahwa sebagian besar responden merasa mudah untuk mengambil rumput dari lahan sendiri. Namun demikian, seperti terlihat di tabel 33 di bawah ini, hampir seluruh responden merasa sulit untuk mengorganisir warga untuk mengelola ladang rumput bagi ternak secara kolektif atau bersama-sama.

Table 33: Tingkat kemudahan responden desa target untuk mengorganisir para peternak di desa untuk membuat ladang rumput bagi ternak (N=381)

Pekerjaanpetani 26.4%

wiraswata 19.6%

pelajar/ mahasiswa 9.6%

peternak 9.0%

ibu rumah tangga 8.3%

tidak bekerja 8.0%

Mudah 24.5% 21.1% 10.8% 34.3% 28.1% 9.7%Sulit 31.4% 53.9% 43.2% 40.0% 43.8% 29.0%Tidak yakin

44.1% 25.0% 45.9% 25.7% 28.1% 61.3%

Total 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Masalah lain yang ada di kawasan, selain pengambilan rumput yang tidak terkelola adalah penanganan sampah. Pada pertanyaan mengenai tingkat kemudahan untuk mengelola sampah di rumah tangga sendiri, mayoritas responden merasa mudah untuk melakukannya.

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 62

Page 64: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Tabel 34: Tingkat keinginan untuk berubah responden desa target dalam pengelolaan sampah (N=381)

Pekerjaanpetani 26.4%, 102

wiraswasta 19.6%, 76

pelajar/mahasiswa 9.6%, 37

peternak 9.0%, 35

ibu rumah tangga 8.3%, 32

tidak bekerja 8.0%, 31

Mudah 81.4% 81.6% 59.5% 62.9% 78.1% 67.7%Sulit 9.8% 10.5% 16.2% 17.1% 3.1% 12.9%Tidak yakin

8.8% 7.9% 24.3% 20.0% 18.8% 19.4%

Total 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Sehubungan dengan usaha-usaha penyelamatan dan pelestarian kawasan TNGM, walaupun keinginan untuk terlibat cukup tinggi (petani 72%, peternak 69%) namun masih ada beberapa respoden yang tidak yakin untuk terlibat dalam kelompok pelindung TNGM. Hal ini dapat tampak pada Tabel 35 di bawah ini. Hal yang hampir sama juga muncul tampak pada tingkat keinginan untuk mengajak orang lain untuk memiliki kepedulian pada TNGM. Walaupun mayoritas responden menunjukkan kemauan, namun masih banyak juga yang tidak yakin, seperti tampak pada tabel 36 berikutnya.

Tabel 35: Tingkat kemauan responden desa target untuk membuat kelompok pelindung TNGM (N=381)

Pekerjaanpetani 26.4%

wiraswasta 19.6%

pelajar/mahasiswa 9.6%

peternak 9.0%

ibu rumah tangga 8.3%

tidak bekerja 8.0%

mau 72.3% 78.9% 59.5% 68.6% 68.8% 64.5%tidak mau 2.0% 0.0% 5.4% 2.9% 6.3% 3.2%tidak yakin 25.7% 21.1% 35.1% 28.6% 25.0% 32.3%Total 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Tabel 36: Tingkat kemauan responden desa target untuk mengajak orang di sekitar untuk peduli pada TNGM (N=381)

Pekerjaanpetani 26.4%

wiraswata 19.6%

pelajar/mahasiswa 9.6%

peternak 9.0%

ibu rumah tangga 8.3%

tidak bekerja 8.0%

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 63

Page 65: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

mau 71.3% 64.5% 67.6% 68.6% 78.1% 77.4%tidak mau 4.0% 6.6% 5.4% 2.9% 0.0% 3.2%tidak yakin 24.8% 28.9% 27.0% 28.6% 21.9% 19.4%Totals 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Masyarakat desa kontrol merasa mudah untuk mengambil rumput di lahan sendiri (petani 75,9%) meskipun sebagian ada yang menjawab tidak yakin (wiraswasta 44,4%; ibu rumah tangga 42,9% dan pedagang 40%) atau sulit (pedagang 20%). Tetapi ketika ditanya mengenai pengorganisasian para peternak di desa untuk membuat ladang rumput bagi ternak, hampir seluruh masyarakat menjawab sulit untuk dilakukan atau tidak yakin (Tabel 38).

Tabel 37: Tingkat kemauan responden desa kontrol untuk mengambil rumput dari lahan sendiri (N=115)

petani 73.5%

wiraswata 6.1%

ibu rumah tangga 4.8%

pedagang 3.4%

guru 2.7%

pegawai negeri sipil 2.0%

Mudah 75.9% 44.4% 42.9% 40.0% 100.0% 100.0%Sulit 11.1% 11.1% 14.3% 20.0% 0.0% 0.0%Tidak yakin 13.0% 44.4% 42.9% 40.0% 0.0% 0.0%Totals 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 64

Page 66: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Tabel 38: Tingkat kemudahan untuk mengorganisir para peternak di desa kontrol untuk membuat ladang rumput bagi ternak (N=115)

petani 73.5%

wiraswata 6.1%

ibu rumah tangga 4.8%

pedagang 3.4%

guru 2.7%

pegawai negeri sipil 2.0%

Mudah 11.1% 11.1% 0.0% 0.0% 25.0% 33.3%Sulit 58.3% 44.4% 71.4% 40.0% 50.0% 33.3%Tidak yakin 30.6% 44.4% 28.6% 60.0% 25.0% 33.3%Totals 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Berdasarkan segmentasi pekerjaan, masyarakat desa kontrol merasa tidak yakin untuk membentuk kelompok pelindung kawasan TNGM kecuali guru yang menunjukkan kemauan yang tinggi (100%, N=4). Mereka mau bila mengajak orang lain untuk peduli terhadap kawasan TNGM tetapi ada pula sebagian besar yang tidak yakin untuk mengajak yang lain (Tabel 40).

Tabel 39: Tingkat kemauan masyarakat desa kontrol untuk membentuk kelompok pelindung TNGM (N=115)

petani 73.5%

wiraswata 6.1%

ibu rumah tangga 4.8%

pedagang 3.4%

guru 2.7%

pegawai negeri sipil 2.0%

Other 7.5%

mau 31.5% 44.4% 28.6% 0.0% 100.0%

66.7% 54.5%

tidak mau 10.2% 11.1% 0.0% 20.0% 0.0% 0.0% 0.0%tidak yakin 58.3% 44.4% 71.4% 80.0% 0.0% 33.3% 45.5%Totals 100.0

%100.0% 100.0

%100.0% 100.0

%100.0% 100.0

%

Tabel 40: Tingkat kemauan responden desa kontrol untuk mengajak orang di sekitar untuk peduli pada Taman Nasional Gunung Merapi (N=115)

petani 73.5%

wiraswata 6.1%

ibu rumah tangga 4.8%

pedagang 3.4%

guru 2.7%

pegawai negeri sipil 2.0%

mau 51.9% 66.7% 42.9% 40.0% 100.0% 33.3%tidak mau 1.9% 0.0% 0.0% 20.0% 0.0% 0.0%tidak yakin 46.3% 33.3% 57.1% 40.0% 0.0% 66.7%Totals 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Masyarakat desa kontrol menyatakan mau untuk menjaga hutan di dalam kawasan agar sumber air tetap terjaga (Tabel 41). Sama dengan hasil yang ditunjukkan oleh

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 65

Page 67: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

responden di desa target, pengetahuan mengenai keterkaitan antara hutan dan sumberdaya air sudah dimiliki secara umum, yaitu bila kondisi hutan di sekitar kawasan rusak maka masyarakat tidak akan mendapatkan.

Tabel 41: Tingkat kemauan masyarakat desa kontrol untuk menjaga hutan (N=115)

petani 73.5%

wiraswata 6.1%

ibu rumah tangga 4.8%

pedagang 3.4%

guru 2.7%

pegawai negeri sipil 2.0%

mau 88.9% 88.9% 100.0% 80.0% 100.0% 100.0%tidak yakin

11.1% 11.1% 0.0% 20.0% 0.0% 0.0%

Totals 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

4.7. Slogan dan Maskot Kampanye Pride menggunakan slogan dan mascot sebagai bagian dari membangun rasa kebanggaan terhadap kawasan. Pada pra-survei ini, belum ditemukan sebuah slogan yang paling dipilih oleh responden. Hasil pra-survei menunjukkan distribusi yang hampir sama di antara 4 pilihan slogan yaitu: Merapi Lestari, Jogja Berseri (25,7%); Merapi Hancur Jogja Lebur, Merapi Lestari Jogja Asri (24,4%); Rahayuning Merapi Hargo, Raharjaning Ngayogyakarta (20,5%) dan Merapiku, Merapimu, Merapi Kita Semua (17,6%). Untuk memilih satu slogan yang paling tepat maka keempat slogan tersebut akan diusulkan dan dipilih pada Stakeholder Workshop kedua.

Gambar 25: Prosentase slogan yang dipilih oleh masyarakat desa target

Sebagai maskot kampanye, 64% responden memilih Elang Jawa.

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 66

Page 68: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Gambar 26: Prosentase flagship spesies yang dipilih oleh responden desa target (N=381)

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 67

Page 69: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

5. ELANG JAWA 5.1. KlasifikasiElang Jawa (Spizaetus bartelsi Stresemann, 1924) adalah burung nasional Indonesia, karena kemiripannya dengan burung Garuda dan juga merupakan jenis simbol satwa langka di Indonesia. Sebagai predator puncak, Elang Jawa memainkan peran yang penting dalam menjaga keseimbangan dan fungsi dan bioma hutan di Jawa. Elang Jawa merupakan salah satu jenis burung pemangsa terlangka di dunia dan secara global terancam punah.

Gambar 27: Elang Jawa (Kanopi Indonesia)

Secara ilmiah, klasifikasi Elang Jawa adalah sebagai berikut :Kingdom : AnimaliaPhylum : ChordataClass : Aves (burung)Ordo : FalconiformesFamilia : AcciptridaeGenus : SpizaetusSpecies : Spizaetus bartelsi Stresemann,1924Nama lokal : Elang Jawa (Indonesia), Elang Bido Jali (Jawa), Elang Bido Kucir (Yogyakarta)Nama lain dalam bahasa lain : Javan Hawk-Eagle (Inggris) Aigle de Java(Prancis), Aguila-Azor de Java (Spanyol)

5.2. MorfologiSatwa ini memiliki ciri morfologi (MacKinnon dkk., 1998). sebagai berikut : Ciri yang mendasar dari burung ini diantaranya mempunyai jambul di kepala

yang tegak cukup panjang serta warna tubuh coklat yang kontras. Secara garis besar Elang Jawa mempunyai tubuh yang cukup besar untuk

ukuran genus Spizaetus tetapi lebih kecil dari kebanyakan elang pada umumnya. Badan langsing dengan total panjang tubuh 60-70 cm.

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 68

Page 70: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Terdapat beberapa fase warna tubuh sesuai dengan perkembangan usia. Pada burung dewasa jambul terlihat panjang berjumlah dua sampai empat bulu berwarna coklat kehitaman dan pada ujung jambul ada garis keputihan. Bulu bagian atas kepala coklat kehitaman terlihat garis pada pinggir paruh. Bulu pada dagu memutih dan tampak garis kehitaman pada dagu tersebut. Bulu dadanya putih pucat dan terlihat titik-titik bulat panjang berwarna coklat kehitaman. Remaja, bagian dadanya berwarna berontok putih dan coklat karat. Strip hitam di dada dan kaki belum nampak dan berangsur-angsur akan semakin jelas menjelang dewasa.

Paruh berwarna abu tua sampai hitam dan lubang hidung agak kecil yang menandakan lebih kecilnya kemampuan terbang daripada bertengger.

Iris mata burung dewasa kelihatan kuning bersih dan retina mata kecil dan terkadang membesar apabila terkena sinar matahari.

Bagian atas kepala coklat karat tanpa garis pinggir pada paruh dan dagu tidak ada

5.3. DistribusiElang Jawa merupakan species endemik di Jawa, umumnya dijumpai pada hutan primer, dan terkadang dapat dijumpai pada hutan sekunder, hutan produksi, hutan tropis semi-deciduous dengan ketinggian dapat mencapai 3000 m (MacKinnon, 1998; Nijman dan Sozer, 1996). Berikut ini adalah peta penyebaran Elang Jawa :

Gambar 28: Peta Penyebaran Elang Jawa (Sumber: IUCN Redlist 2006)

5.4. Perilaku BerburuElang Jawa seperti halnya burung pemangsa lain adalah burung pemakan daging. Burung tersebut memiliki paruh yang melengkung berujung runcing untuk mencabik makanan dan menggunakan kakinya untuk menangani mangsa sebelum dimasukkan kedalam mulut. Elang Jawa mencari mangsa biasanya dengan cara terbang dekat kanopi pohon dan menunggu mangsa dari tempat tenggeran dalam hutan (Bartels, 1931, Brown & Amadon, 1968 dalam Sözer & Nijman, 1995). Bila mangsa telah terlihat elang langsung menukik (diving) atau lurus ke dalam dedaunan pohon.

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 69

Page 71: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

5.5. MakananTercatat beberapa jenis hewan yang menjadi makanan dari Elang Jawa, terutama dari jenis mamalia pohon berukuran kecil hingga sedang seperti tikus, tupai, kelelawar, dan anak monyet, dan agak jarang memangsa aves atau burung seperti kerabat merpati dan ayam kampung serta jenis-jenis reptil atau binatang melata seperti ular, dan kadal.Cakar keduanya berukuran relatif pendek merupakan bukti bahwa species ini tidak terbiasa menangkap burung-burung sewaktu terbang, dan tentu saja burung-burung yang kuat tidak terlalu takut terhadap Elang Jawa dibandingkan dengan alap-alap atau jenis elang lainnya (Mooney, 1997 dalam Sozer dkk., 1998). Akan tetapi, secara langsung Elang Jawa dapat mengendalikan beberapa jenis hama yang sering merugikan petani jika populasinya melimpah, contohnya kera ekor panjang (Macaca fascicularis), tikus.

5.6. Kebutuhan HabitatSpecies ini erat kaitannya dengan hutan primer, namun terkadang anak elang atau pasangan tetap, terlihat di hutan-hutan yang agak tidak terganggu (van Balen, 1991, Sozer & Nijman, 1995 dan Sozer, 1998). Hasil pengamatan tahun 1997 menunjukkan bahwa species ini juga memanfaatkan hutan sekunder untuk berburu dan bersarang, tetapi yang lokasinya berdekatan dengan hutan primer yang luas karena sangat mempengaruhi keberhasilan pembiakannya (Rov dkk., 1997 dalam Sozer, 1998). Hal ini berhubungan erat dengan ketersediaan makanan Elang Jawa yang dapat diitemukan di area-area tersebut. Umumnya area pertanian ataupun hutan kaliandra sebagai area berburu Elang Jawa berdekatan dengan hutan alami. Kebutuhan Elang Jawa pada hutan alami selain untuk tempat berburu, juga sebagai tempat bersarang.

5.7. ReproduksiPerilaku kawin Elang Jawa yang pernah teramati berkisar antara bulan Juli-Agustus (Bartels, 1931 dalam Sozer dkk., 1998), akan tetapi masa bertelurnya lebih sering antara bulan Januari-Juni (Bartels 1924, Hoogerwerf 1949, Hellebrekers & Hoogerwerf 1967, van Balen dk 1994, Sozer & Nijman 1995, Rov 1997 dalam Sozer dkk., 1998). Sarang Elang Jawa umumnya ditemukan di atas pohon rasamala Altingia excelsa (Bartels 1924, van Balen dkk 1994, Sozer & Nijman 1995, Rov kk., 1997 dalam Sozer, 1998), tetapi sarang juga ditemukan pada pohon pasang Lithocarpus sp., Quercus sp., Pinus sp., dan puspa Schima walichii (Rov dkk., 1997 dalam Sozer dkk., 1998).Umumnya telur Elang Jawa hanya satu butir, dan masa pengeramannya sekitar 44-48 hari (Hellebrekers dan Hoogerwerf 2967, Sozer & Nijman 1995 dan van Balen 1996 dalam Sozer dkk., 1998). Species ini mulai berkembang biak pada fase bulu belum dewasa dan diperkirakan berumur empat tahun (Sozer & Nijman 1995 dalam Sozer dkk., 1998).

5.8. Ancaman KonservasiBerdasarkan data perjumpaan Elang Jawa yang ada pada tahun 1995, diperkirakan populasi yang ada berkisar antara 81-108 pasang, dengan perkiraan 23-31 pasang yang tersebar di beberapa fragmen-fregmen hutan (Sozer & Nijman, 1995 dalam

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 70

Page 72: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Sozer dkk., 1998). Dengan jumlah populasi yang kurang dari 10.000 ekor dewasa dimungkinkan memilliki tingkat kepunahan sekitar 20% dalam 20 tahun (Collar dkk., 1994 dalam Sozer dkk., 1998). Ancaman yang berpotensi menurunkan jumlah populasi Elang Jawa antara lain adalah adanya kerusakan/hilangnya habitat, dan perdagangan. Selain itu, terdapat faktor pembatas lain seperti penggunaan insektisida, berkurangnya pohon sarang, dan terjadinya in-breeding. Penggunaan insektisida yang terdapat di areal perburuannya, dimungkinkan akan menyebabkan terjadinya akumulasi residu kimia di puncak rantai makanannya. Bila hal ini terjadi, akan mempengaruhi tingkat keberhasilan perkembangbiakan Elang Jawa, seperti menyebabkan cangkang telur menipis. Species ini memiliki kecenderungan bersarang pada beberapa jenis pohon tertentu. Sementara itu, pohon-pohon berukuran besar sangat rentan terhadap penebangan baik legal maupun ilegal, sedangkan untuk regenerasinya sendiri terhambat oleh penggembalaan ternak dan penebangan pohon kecil untuk tiang pancang. In-breeding seringkali terjadi pada jumlah populasi yang kecil dan terpencil. Hal ini merugikan populasi tersebut karena variasi genetik yang ada akan semakin berkurang, sehingga secara perlahan tapi pasti dapat menurunkan jumlah populasi itu sendiri.

5.9. StatusElang Jawa merupakan burung jenis endemik pulau Jawa dengan daerah penyebaran terbatas hanya di daerah hutan hujan dataran rendah, perbukitan dan pegunungan. Burung ini digolongkan sebagai satwa langka dan diketahui sebagai salah satu burung pemangsa paling terancam punah di dunia (Meyburg, 1986). Menurut kriteria IUCN (tahun 1994), burung ini termasuk ke dalam Checklist of Threatened Bird Species dengan kriteria langka (endangered) (Collar dkk, 1994) serta dimasukkan dalam daftar Appendiks II CITES (Convention on International Trade of Endangered Species of Wild Fauna and Flora ) sebagai satwa yang hanya boleh diperdagangkan dari hasil penangkaran dan dalam jumlah terbatas. Indonesia memasukkan burung ini ke dalam kelompok satwa yang dilindungi dengan Undang-undang. Peraturan-peraturan yang memuat perlindungan terhadap burung ini yaitu:1. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 43 Tahun 1978 (Lembaran Negara

Tahun 1978 Nomor 51), 15 Desember 1978. Tentang pengesahan CITES.2. SK. Menteri Pertanian No. 775/Kpts/Um/12/1979; Departemen Pertanian, tanggal

5 Desember 19793. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1990; 10 Agustus 1990;

mengenai Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 tahun 1993; tentang Flora dan

Fauna Nasional, yang menetapkan Elang Jawa sebagai Satwa Kebanggaan Nasional , tanggal 3 Januari 1993.

5. SK. Menteri Kehutanan No. 771/Kpts-II/1996; Departemen Kehutanan, 17 Desember 1996.

6. Peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 7 tahun 1999; Presiden Republik Indonesia, 27 Januari 1999: tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 71

Page 73: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

6. RENCANA KERJA6.1. Revisi Konsep ModelBerdasarkan hasil kajian Focus Group Discussion (FGD) dan survei masyarakat serta observasi langsung ke kawasan, maka model konsep yang telah dikembangkan diawal mengalami revisi. Adapun revisinya adalah sebagai berikut :

keterangan :

: faktor yang akan dipengaruhi : kawasan target

Gambar 29: Revisi model konsep

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 72

Page 74: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Faktor yang akan dipengaruhi melalui kegiatan yang direncanakan adalah kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai keanekaragaman hayati, kurangnya pengetahuan mengenai pengelolaan kawasan taman nasional, kurangnya kesadaran masyarakat, pakan ternak tidak mencukupi dan tidak adanya sistem pengelolaan pakan ternak.Dengan mengatasi faktor pakan ternak (HMT) yang tidak cukup dan manajemen pengelolaan pakan ternak akan mengurangi kegiatan pengambilan rumput yang tidak terkelola dengan baik. Dengan demikian mengurangi ancaman terhadap kawasan.Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang keanekaragaman hayati terbukti dari kecenderungan masyarakat untuk mengutamakan rumput daripada tanaman lainnya, contohnya dengan mengganti pohon di lahan dengan rumput untuk mencukupi kebutuhan pakan ternak. Padahal keberadaan pohon dibutuhkan untuk menjaga debit air. Dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang keanekaragaman hayati diharapkan masyarakat tidak hanya menanam rumput . Selain itu juga akan mengurangi kegiatan pengambilan rumput yang tidak terkelola dengan baik.Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai pengelolaan kawasan taman nasional terlihat dari adanya kenyataan tidak diketahuinya/tidak adanya batasan pengambilan rumput di dalam kawasan TNGM. Hasil survey telah menunjukkan bahwa responden tidak mengetahui secara pasti batasan kawasan pengambilan rumput. Rendahnya pengetahuan ini juga terlihat dari kurang diketahuinya dampak yang mungkin ditimbulkan terhadap keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati dari pengelolaan wisata dalam TNGM.

6.2. Tujuan dan Sasaran Berdasarkan semua informasi di atas ditambah dengan fakta-fakta yang ada di masyarakat, maka disusunlah suatu rencana kerja program kampanye Bangga Melestarikan Alam untuk kawasan lereng selatan Gunung Merapi. Kampanye ini mendasarkan kepada prinsip dan metode sosial marketing yang bertujuan untuk merubah perilaku. Oleh karenanya, pemilihan dan penempatan media, pengembangan pesan, dan kegiatan penjangkauan masyarakat dilakukan sedemikan rupa untuk mendorong terjadinya perubahan perilaku. Adapun tujuan yang ingin dicapai dari program Kampanya Bangga Konservasi ini adalah melindungi kawasan TNGM dan menjaga berjalannya fungsi ekologis, sosial, maupun budaya di TNGM bagi masyarakat yang tinggal disekitarnya di masa sekarang maupun yang akan datang. Berdasarkan penelitian penentuan (formative reserach), mulai dari stakeholder workshop sampai dengan survei, yang dilakukan di kawasan target, ada beberapa asumsi yang dapat disimpulkan disini:(a) Permasalahan konservasi di kawasan TNGM sarat dengan isu politis seputar

proses penetapan status tanaman nasional. Lemahnya keterlibatan berkontribusi kepada belum adanya dukungan masyarakat bagi penetapan TNGM. Ditambah lagi kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai konservasi dan manfaat dari sebuah penetapan taman nasional.

(b) Ancaman bagi TNGM diantaranya adalah penambangan pasir, pengembangan wisata yang tidak terkendali dan pemanfaatan kawasan yang tidak berkelanjutan termasuk didalamnya adalah pengambilan rumput di dalam kawasan TNGM.

(c) Penambangan pasir menjadi suatu ancaman besar akan tetapi kegiatan ini dilakukan secara terorganisir dan secara administrative mendapatkan perijinan dari pemerintah daerah, sedangkan investor sebagian besar berasal dari luar kawasan. Diperlukan suatu upaya besar untuk menghentikan kegiatan ini.

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 73

Page 75: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

(d) Institusi pengelola (Balai TNGM) sudah mengidentifikasikan bahwa tata batas dan zonasi dalam kawasan diperlukan untuk mendukung upaya pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya di TNGM yang lebih baik. Selain itu, diperlukan upaya untuk merehabilitasi dan mengkonservasi kawasan TNGM yang memiliki nilai keanekaragaman hayati tinggi atau dalam kondisi terdegradasi.

(e) Kegiatan pengambilan rumput menjadi ancaman kedua terbesar di TNGM. Hal ini terutama berkaitan dengan meningkatnya usaha peternakan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan khususnya di kawasan target. Kebutuhan rumput yang semakin tinggi ditambah dengan keterbatasan lahan dan rendahnya kesadaran akan pentingnya konservasi TNGM menyebabkan rusaknya kawasan-kawasan yang memiliki nilai keanekaragaman hayati tinggi.

(f) Masyarakat desa target menyadari bahwa kebutuhan akan pakan khususnya rumput bagi hewan ternak mereka semakin lama akan semakin meningkat. Masyarakat melihat bahwa manfaat dari kawasan TNGM adalah untuk memenuhi kebutuhan rumput. Sayangnya sejalan dengan tingginya kebutuhan pakan ternak ini, pola pengambilan rumputnya cenderung semakin tidak terkendali. Hutan dan kawasan yang memiliki nilai keanekaragaman hayati tinggi menjadi terancam. Akibatnya fungsi hutan sebagai sistem pendukung kehidupanpun menjadi menurun. Hilangnya sumber mata air dan menurunya kualitas dan debit air adalah dampak langsung yang dirasakan masyarakat desa target.

(g) Pendekatan pertama yang akan diambil adalah meningkatkan dukungan masyarakat terhadap penetapan TNGM. Dukungan ini dapat muncul hanya jika pengetahuan masyarakat mengenai konservasi tujuan penetapan TNGM, dan dampak kegiatan manusia terhadap kawasan TNGM dapat ditingkatkan.

(h) Pendekatan kedua adalah membatasi laju kerusakan kawasan TNGM akibat kegiatan pengambilan rumput. Laju ini dapat dikurangi jika masyarakat desa target dapat menyepakati suatu kawasan yang digunakan untuk pengambilan rumput dan kawasan lainnya yang harus dilindungi.

(i) Kedua pendekatan ini akan dijalankan satu persatu maupun secara bersamaan di seluruh desa target dengan kelompok target utama (primary target audience) adalah petani dan kelompok target keduanya (secondary target audience) adalah semua kelompok masyarakat yang dapat mempengaruhi kelompok target utama (anak-anak, kelompok perempuan, pemuka agama dan tokoh masyarakat).

(j) Kedua pendekatan ini jauh lebih mudah untuk dijalankan dan dapat mengatasi hambatan lemahnya dukungan terhadap kawasan TNGM. Membangun kesepakatan kawasan yang akan dijadikan ladang pengambilan rumput dan sistem peternakan yang baik dijadikan sebagai insentif untuk mendorong terjadinya perubahan.

Semua asumsi di atas digunakan untuk mengembangkan sasaran Kampanye Pride berikut: Sasaran pengetahuan:6. Di akhir kampanye, ada peningkatan 40% pengetahuan pemilik ternak di semua

desa target mengenai dampak pengambilan rumput terhadap fungsi ekologis kawasan TNGM dari semula yang hanya sekitar 10% (pertanyaan survei no. 25).

Sasaran sikap:7. Pada akhir kampanye, sikap positif pemilik ternak di semua desa target untuk

mendiskusikan cara-cara mendapatkan rumput atau pakan ternak dan melindungi kawasan dengan nilai keanekaragaman hayati tinggi, meningkat 20% dari rata-rata 62% (pertanyaan survei no. 36).

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 74

Page 76: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Sasaran perilaku:8. Pada akhir kampanye, terbentuk satu kesepakatan masyarakat desa Umbulharjo,

Kepuharjo, dan Glagaharjo mengenai cara dan areal perumputan di dalam kawasan TNGM sehingga mengurangi kegiatan pengambilan rumput yang tidak terkelola dengan baik

9. Pada akhir kampanye, masyarakat desa Hargobinangun dan Purwobinangun membentuk sebuah kesepakatan masyarakat untuk melindungi kawasan yang mempunyai nilai keanekaragaman hayati dan fungsi ekologis tinggi

10. Pada akhir kampanye, terbentuk dukungan publik dari masyarakat desa Umbulharjo, Kepuharjo, Glagaharjo, Hargobinangun dan Purwobinangun terhadap nilai konservasi keanekaragaman hayati kawasan TNGM melalui terbentuknya kelompok pelindung TNGM.

Berikut ini adalah rincian kegiatan yang dilakukan untuk setiap sasaran di atas.

6.2.1. Sasaran PengetahuanDi akhir kampanye, ada peningkatan 40% pengetahuan pemilik ternak di semua desa target mengenai dampak pengambilan rumput terhadap fungsi ekologis kawasan TNGM dari semula yang hanya sekitar 10% (pertanyaan survei no. 25).

Faktor dalam konsep model yang dituju : Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang keanekaragaman hayati Rendahnya pengetahuan mengenai pengelolaan kawasan TN

Asumsi program : Tingkat pengetahuan masyarakat tentang pengambilan rumput masih rendah,

bagi mereka yang penting kebutuhan pakan tercukupi Berdasarkan survei 60 % masyarakat tidak tahu dampak yang ditimbulkan dari

pengambilan rumput Banyak jenis kehati yang disisihkan untuk mengembangkan rumput yang ditanam Dengan meningkatnya pengetahuan mengenai keanekaragaman hayati maka

pemahaman mengenai fungsi ekologis kawasan TNGM dan dampak yang ditimbulkan akibat kegiatan manusia yang tidak terkendali dapat meningkat

Sebagian masyarakat berada dalam kondisi “kontemplasi” menuju “aksi” tetapi sebagian lagi masih berada dalam kondisi “prekontemplasi”

Kegiatan yang akan dilakukan :

Kegiatan 1. PosterMengapa kegiatan ini dilakukan ?

Poster dengan gambar dan tampilan yang menarik serta pesan yang kuat mampu mengajak audiens untuk mendukung kegiatan-kegiatan konservasi

Bagaimana kegiatan ini dilakukan ?Merancang desain poster, melakukan uji coba ke beberapa masyarakat desa target, pencetakan poster sebanyak 3000 buah, pendistribusian melalui

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 75

Page 77: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

kegiatan-kegaiatan lainnya seperti visit to school, rembug desa, pawai konservasi, dan lain-lain

Siapa yang bertanggung jawab terhadap kegiatan ini ?Ulie dan tim Kampanye Bangga Konservasi, percetakan

Siapa target kegiatan ini ?Masyarakat umum di seluruh desa target

Dimana kegiatan ini dilakukan ?Di seluruh desa target

Kapan kegiatan ini dilakukan ?Desain poster dilakukan pada bulan Januari 2008, uji coba pada masyarakat desa target dan pencetakan pada bulan Februari 2008 dan distribusi disesuaikan dengan kegiatan lainnya seperti rembug desa, visit to school, pawai konservasi dan lain-lain

Asumsi-asumsi ?Masyarakat desa target mau memasang poster di lingkungannya dan memahami pesan yang ada di poster

Syarat-syarat dasar ?Pesan kunci, desain poster, percetakan

Kegiatan 2. FactsheetMengapa dilakukan kegiatan ini ?

Factsheet dapat memberikan informasi dan memperkuat pemahaman audience mengenai konsep atau isu yang berkenaan dengan kehati Gunung Merapi dan fungsi ekologisnya serta pengambilan rumput yang lebih lestari

Bagaimana kegiatan ini dilakukan ?Menyusun materi, menentukan desain, uji coba, menghubungi percetakan lokal, mencetak sebanyak 2500, mendistribusikan melalui kegiatan diskusi, penjangkauan kepada masyarakat, dan sebagainya

Siapa yang bertanggung jawab terhadap kegiatan ini ?Ulie dan tim Kampanye Bangga Konservasi, percetakan

Siapa target kegiatan ini ?Masyarakat umum di desa target, khususnya para pemilik ternak

Dimana kegiatan ini dilakukan ?Di 7 desa target

Kapan kegiatan ini dilakukan ?Desain factsheet dilakukan pada bulan Januari 2008, uji coba dan pencetakan dilakukan pada bulan Februari 2008 dan distribusi disesuaikan dengan kegiatan lainnya, seperti rembug desa, pawai konservasi, dan lain-lain

Asumsi-asumsi ?Masyarakat mampu membaca dan mau menerima informasi baru mengenai kawasan Gunung Merapi dan ekosistemnya dan mampu menyampaikan kepada orang-orang di sekitarnya

Syarat-syarat dasar ?Desain factsheet, materi, pesan kunci, percetakan

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 76

Page 78: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Kegiatan 3. Program radioMengapa dilakukan program ini ?

Radio merupakan sumber informasi yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Lereng Selatan Gunung Merapi (sekitar 70% dari responden survey). Oleh karena itu kampanye melalui radio dalam bentuk berita (talkshow) dan adlib dapat menjangkau target secara luas. Kampanye melalui radio dalam bentuk jingle dan lagu konservasi akan dapat menjangkau target dengan musik dan lirik yang ear-catching.

Bagaimana kegiatan ini dilakukan ?Membuat jingle dan lagu konservasi (lirik dan musik).Merekam jingle dan lagu konservasiMenyusun program berita dan musik yang akan disiarkan melalui radio beserta jadwal siaran.Menyiapkan factsheet dan menghubungi narasumber.Melakukan kerjasama dengan stasiun radio setempat.Siaran program dilakukan sesering mungkin melalui spot iklan (65% dari responden menyatakan bahwa mereka mendengarkan radio pada waktu yang tak tentu), atau pada slot waktu yang disepakati sebelumnya melalui talkshow (8,3% responden menyatakan bahwa mereka mendengarkan radio pada jam 06.00 – 09.00). Spot iklan dapat diselipkan melalui program musik pop (30,8% dari responden menyatakan bahwa program radio yang paling sering didengarkan adalah program musik pop).

Siapa yang bertanggung jawab terhadap kegiatan ini ?Ulie dan tim Kampanye Bangga Konservasi, tim radio, radio terkait

Dimana kegiatan ini dilakukan ?Kegiatan ini dilakukan di desa target dan sekitarnya

Kapan kegiatan ini dilakukan ?Konsep jingle dan lagu konservasi dibuat pada bulan Februari 2008 dan dilakukan rekaman jingle dan iklan pada bulan Juni 2008. Acara talkshow dilakukan pada bulan Agustus 2008. Penyiaran jingle dan iklan dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2008.

Asumsi-asumsi ?Dengan didengar oleh banyak orang dan berulang kali maka akan terbentuk dukungan terhadap upaya konservasi di kawasan Gunung Merapi

Syarat-syarat dasar ?Lagu konservasi, artis lokal, peralatan rekam, radio terkait, narasumber, factsheet

Kegiatan 4. Booklet kehati dan fungsi ekologis kawasanMengapa melakukan kegiatan ini ?

Informasi teknis tentang kehati dan fungsi ekologis kawasan yang dikemas dalam buku saku (booklet) akan lebih menarik bagi masyarakat apalagi jika kontennya dibuat dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami

Bagaimana kegiatan ini dilakukan ?Mengumpulkan data-data hasil pemetaan dan inventori kehati secara partisipatif

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 77

Page 79: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Membuat materi dari data-data tersebutMembuat desain bookletMencetak booklet sebanyak 1000 eksemplarMendistribusikan booklet melalui kegiatan lainnya seperti rembug desa, pawai konservasi

Siapa yang bertanggung jawab terhadap kegiatan ini ?Ulie dan tim Kampanye Bangga Konservasi, percetakan

Siapa target kegiatan ini ?Masyarakat desa target, khususnya pemilik ternak, anak sekolah dan pemuda

Dimana kegiatan ini dilakukan ?Di 7 desa target

Kapan kegiatan ini dilakukan ?Penyusunan materi dan desain booklet pada bulan Maret-April 2008, pencetakan pada bulan April-Mei 2008 dan pendistribusian disesuaikan dengan kegiatan lainnya seperti rembug desa dan pawai konservasi

Asumsi-asumsi ?Masyarakat mau dan bisa membaca booklet dan memiliki pengetahuan mengenai kehati dan fungsi ekologis kawasan sehingga mendukung kegiatan konservasi yang dilakukan

Syarat-syarat dasar ?Pemetaan dan monitoring kehati secara partisipatif, materi booklet, desain booklet, pesan kunci, percetakan

Kegiatan 5. Booklet metodologi pengambilan rumputMengapa kegiatan ini dilakukan ?

Informasi teknis tentang metodologi pengambilan rumput yang dikemas dalam buku saku (booklet) akan lebih menarik bagi masyarakat apalagi jika kontennya dibuat dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami

Bagaimana kegiatan ini dilakukan ?Mengumpulkan data-data hasil pemetaan dan monitoring kehati secara partisipatifMembuat materi dari data-data tersebutMembuat desain bookletMencetak booklet sebanyak 500 eksemplarMendistribusikan booklet melalui kegiatan lainnya seperti rembug desa, pawai konservasi

Siapa yang bertanggung jawab terhadap kegiatan ini ?Ulie dan tim Kampanye Bangga Konservasi, percetakan

Siapa target kegiatan ini ?Pemilik ternak di desa target

Dimana kegiatan ini dilakukan ?Di desa Umbulharjo, Kepuharjo, dan Glagaharjo

Kapan kegiatan ini dilakukan ?

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 78

Page 80: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Penyusunan materi dan desain booklet pada bulan Maret-April 2008, pencetakan pada bulan April-Mei 2008 dan pendistribusian disesuaikan dengan kegiatan lainnya seperti rembug desa dan pawai konservasi

Asumsi-asumsi ?Masyarakat mau dan bisa membaca booklet dan memiliki pengetahuan mengenai metodologi pengambilan rumput yang lestari sehingga kelestarian kawasan tetap terjaga

Syarat-syarat dasar ?Pemetaan dan monitoring kehati secara partisipatif, materi booklet, desain booklet, pesan kunci, percetakan

Kegiatan 6. BillboardMengapa melakukan kegiatan ini ?

Billboard merupakan media cetak yang efektif untuk memperkuat atau menanamkan pesan-pesan konservasi yang sudah diterima sebelumnya. terutama jika dipasang diparuh akhir kegiatan kampanye

Bagaimana kegiatan ini dilakukan ?Merancang billboard dan pesan kunci, menghubungi seniman lokal, membuat satu buah billboard, memasang di tempat yang strategis

Siapa yang bertanggung jawab terhadap kegiatan ini ?Ulie dan tim Kampanye Bangga Konservasi, seniman lokal

Siapa target kegiatan ini ?Masyarakat umum di desa target

Dimana kegiatan ini dilakukan ?Di tempat strategis di salah satu desa target

Kapan kegiatan ini dilakukan ?Perancangan desain dan kontak dengan seniman lokal dilakukan pada bulan Agustus-September 2008, pembuatan dilakukan pada bulan September-Oktober 2008 dan dipasang pada bulan Desember (apa tidak sebaiknya Januari – Februari?) 2008.

Asumsi-asumsi ?Billboard menjadi papan informasi yang akan terpasang secara permanent dan menjadi pengingat masyarakat untuk melakukan konservasi terhadap hutan TNGM secara terus-menerus

Syarat-syarat dasar ?Pesan kunci, desain billboard, seniman lokal, peralatan, tempat pemasangan, ijin pemasangan

Kegiatan 7. StikerMengapa kegiatan ini dilakukan ?

Stiker banyak disukai oleh anak-anak dan pemuda, sehingga pesan yang disampaikan memiliki nilai pelekatan lebih besar

Bagaimana kegiatan ini dilakukan ?Merancang desain stiker, melakukan uji coba ke beberapa masyarakat desa target, pencetakan stiker sebanyak 5000 buah, pendistribusian melalui

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 79

Page 81: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

kegiatan-kegaiatan lainnya seperti visit to school, rembug desa, pawai konservasi, dan lain-lain

Siapa yang bertanggung jawab terhadap kegiatan ini ?Ulie dan tim Kampanye Bangga Konservasi, percetakan

Siapa target kegiatan ini ?Masyarakat umum di seluruh desa target, khususnya anak sekolah dan pemuda

Dimana kegiatan ini dilakukan ?Di seluruh desa target

Kapan kegiatan ini dilakukan ?Desain stiker dilakukan pada bulan Januari 2008, uji coba pada masyarakat desa target dan pencetakan pada bulan Februari 2008 dan distribusi disesuaikan dengan kegiatan lainnya seperti rembug desa, visit to school, pawai konservasi dan lain-lain

Asumsi-asumsi ?Masyarakat mau mengoleksi stiker dan kebanggan akan kawasan Gunung Merapi akan meningkat

Syarat-syarat dasar ?Pesan kunci, desain stiker, percetakan

Kegiatan 8. Pawai konservasiMengapa melakukan kegiatan ini ?

Pawai merupakan kegiatan hiburan yang mampu membangkitkan dukungan masyarakat terhadap kegiatan konservasi

Bagaimana kegiatan ini dilakukan ?Kegiatan ini diawali dengan survei jalur dan pembentukan panitia pelaksana, dilanjutkan dengan perijinan dengan perangkat desa dan persiapan kegiatan. Pelaksanaan kegiatan berupa sepeda gembira yang dihias dengan tema lingkungan. Diakhir acara akan diputarkan film konservasi yang dibuat dengan melibatkan masyarakat.

Kegiatan ini juga akan dikaitkan dengan peringatan hari kemerdekaan, yang biasanya memang dimeriahkan oleh pawai.

Siapa yang bertanggung jawab terhadap kegiatan ini ?Ulie dan tim Kampanye Bangga Konservasi, panitia pelaksana, perangkat desa, masyarakat desa target, TNGM

Siapa target kegiatan ini ?Masyarakat umum desa target

Dimana kegiatan ini dilaksanakan ?Di salah satu desa target

Kapan pelaksanaan kegiatan ini ?Survei jalur dan pembentukan panitia dilakukan pada bulan Juni 2008, persiapan kegiatan dan perijinan pada bulan Juli dan pelaksanaan kegiatan pada bulan Agustus 2008.

Asumsi-asumsi ?Masyarakat memiliki antusiasme untuk mengikuti kegiatan ini

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 80

Page 82: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Pawai diikuti oleh masyarakat desa target dan dukungan terhadap upaya konservasi semakin menguatKemampuan/pengetahuan masyarakat tentang konservasi lebih meningkat Meningkatnya kepedulian masyarakat tentang kondisi alam khususnya disekitar tempat tinggal mereka.Pemerintah akan lebih mengetahui kemampuan dan potensi dari masyarakatnyaPublikasi potensi masyarakat lebih luas

Syarat-syarat dasar ?Film konservasi, Rembug desa, panitia pelaksana, perijinan, publikasi, perangkat desa, sumber pendanaan lain, media cetak (pin, poster, factsheet)

Kegiatan 9. Program Kunjungan sekolahMengapa kegiatan ini dilakukan ?

Meningkatkan pengetahuan anak-anak merupakan investasi yang berharga karena mereka dapat menyampaikan pesan konservasi kepada oang tuanya dan dimasa datang mereka akan memiliki kepedulian lingkungan yang lebih baik dibandingkan orang tuanya

Bagaimana kegiatan ini dilakukan ?Diawali dengan pemilihan sekolah dan menghubungi sekolah yang bersangkutan, kemudian dibuat materi yang akan disampaikan, diikuti dengan pelaksanaan kegiatan. Kegiatan dihubungkan dengan kostum, wayang kardus dan lagu konservasi

Siapa yang bertanggung jawab terhadap kegiatan ini ?Ulie dan tim Kampanye Bangga Konservasi, masyarakat sekolah (guru, murid, orang tua dan komite sekolah)

Siapa target kegiatan ini ?Masyarakat sekolah di sekolah target

Dimana kegiatan ini dilakukan ?Di sekolah target di desa target

Kapan kegiatan ini dilakukan ?Pemilihan sekolah dan menghubungi sekolah yang bersangkutan dilakukan pada bulan April, pembuatan materi juga dilakukan pada bulan April 2008, kunjungan sekolah secara bergilir setiap 2 bulan mulai bulan Mei 2008.

Asumsi-asumsi ?Pendidikan lingkungan sebaiknya diberikan sejak dini pada anak. Sekolah dapat memberikan peran dalam pendidikan konservasi kepada siswa.

Syarat-syarat dasar ?Sekolah target, materi kunjungan, kostum, pin, stiker, lagu konservasi, wayang kardus, perijinan

Kegiatan 10. KostumMengapa kegiatan ini dilakukan ?

Kostum yang dipakai pada kunjungan sekolah akan menjadi pertunjukan attraktif yang mudah diingat oleh anak sekolah

Bagaimana kegiatan ini dilakukan ?Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGM

Sri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 81

Page 83: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Merancang desain kostum, menghubungi seniman lokal, membuat kostum secara bersama-sama, mencari sukarelawan untuk memakai kostum, pelaksanaan kegiatan bersama-sama dengan visit to school

Siapa yang bertanggung jawab terhadap kegiatan ini ?Ulie dan tim Kampanye Bangga Konservasi, seniman lokal, masyarakat sekolah

Siapa target kegiatan ini ?Masyarakat sekolah di sekolah target

Dimana kegiatan ini dilakukan ?Di sekolah target

Kapan kegiatan ini dilakukan ?Perancangan desain kostum dan menghubungi seniman lokal dilakukan pada bulan Maret-April 2008, pembuatan kostum dilakukan pada bulan April 2008 dan pemakaiannya disesuaikan dengan event tertentu seperti pawai konservasi dan pelaksanaan visit to school.

Asumsi-asumsi ?Anak-anak menyukai maskot berupa binatang dan tidak ada penolakan atau kendala budaya dari masyarakat

Syarat-syarat dasar ?Desain kostum, seniman lokal, penjahit, sekolah target

Kegiatan 11. Lagu konservasiMengapa kegiatan ini dilakukan ?

Lagu konservasi dengan lirik yang sederhana dan mudah diingat dapat menanamkan pesan atau mendorong aksi secara luas baik anak-anak ataupun remaja hingga orang dewasa

Bagaimana kegiatan ini dilakukan ?Pembuatan lagu konservasi bersama masyarakat dalam hal ini adalah pemuda dari desa target, membuat rekaman lagu untuk jingle maupun untuk kegiatan lainnya

Siapa yang bertanggung jawab terhadap kegiatan ini ?Ulie dan tim Kampanye Bangga Konservasi, masyarakat desa target khususnya pemuda

Siapa target kegiatan ini ?Masyarakat umum di desa target

Dimana kegiatan ini dilakukan ?Di 7 desa target

Kapan kegiatan ini dilakukan ?Pembuatan lagu dilakukan pada bulan Februari, rekaman dilakukan bersama dengan rekaman untuk program radio (bulan Juni) dan pemutarannya disesuaikan dengan kegiatan lainnya seperti program radio dan visit to school

Asumsi-asumsi ?Target audiens memiliki radio atau ada media yang biasa didatangi untuk berkumpul. Isi lagu konservasi dapat meningkatkan pemahaman mereka mengenai konservasi hutan.

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 82

Page 84: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Komposisi lagu dapat digubah sesuai waktu yang dicanangkanSyarat-syarat dasar ?

Factsheet, kelompok pemuda peduli konservasi, syair dan lirik lagu, peralatan rekaman, radio terkait

Kegiatan 12. PinMengapa kegiatan ini dilakukan ?

Pin merupakan barang koleksi yang bentuknya dapat menarik minat anak-anak atau kelompok pemuda untuk mencari tahu informasi yang ada padanya. Pin dapat membangkitkan kebanggaan pemakainya terutama anak-anak dan kelompok pemuda akan kawasan Gunung Merapi

Bagaimana kegiatan ini dilakukan ?Merancang desain pin, melakukan uji coba ke beberapa masyarakat desa target, pencetakan pin sebanyak 3500 buah, pendistribusian melalui kegiatan-kegaiatan lainnya seperti visit to school, rembug desa, pawai konservasi, dan lain-lain

Siapa yang bertanggung jawab terhadap kegiatan ini ?Ulie dan tim Kampanye Bangga Konservasi, percetakan

Siapa target kegiatan ini ?Masyarakat umum desa target, terutama anak sekolah dan pemuda desa target

Dimana kegiatan ini dilakukan ?Di 7 desa target

Kapan kegiatan ini dilakukan ?Perancangan desain pin dilakukan pada bulan Januari 2008, uji coba dan pencetakan dilakukan pada bulan Februari 2008 dan distribusi disesuaikan dengan kegiatan-kegiatan lainnya, seperti visit to school, rembug desa

Asumsi-asumsi ?Masyarakat mau mengoleksi pin dan kebanggan akan kawasan Gunung Merapi akan meningkat

Syarat-syarat dasar ?Desain pin, pesan kunci, percetakan

Kegiatan 13. Workshop guruMengapa kegiatan ini dilakukan ?

Pendidikan mampu mempengaruhi pola pikir masyarakat, guru sebagai pendidik dapat berperan menjadi fasilitator penting untuk merubah pola pikir anak sejak usia dini, ditambah lagi guru merupakan sumber informasi yang dipercaya oleh masyarakat target

Bagaimana kegiatan ini dilakukan ?Menghubungi sekolah yang bersangkutan, membuat materi, persiapan dan perijinan workshop, melakukan workshop

Siapa yang bertanggung jawab terhadap kegiatan ini ?Ulie dan tim Kampanye Bangga Konservasi, guru dan stakeholdernya

Siapa target kegiatan ini ?

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 83

Page 85: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Guru dan stakeholder sekolah di desa targetDimana kegiatan ini dilakukan ?

Tempat akan ditentukan kemudianKapan kegiatan ini dilakukan ?

Komunikasi dengan pihak sekolah dan stakeholdernya pada bulan Februari-Maret 2008, pembuatan materi dan persiapan kegiatan pada bulan Maret-April 2008, pelaksanaan workshop pada bulan April 2008

Asumsi-asumsi ?Guru-guru akan tertarik untuk ikut workshop dan pada akhir lokakarya akan menghasilkan kesepakatan rencana kegiatan visit to school (kunjungan sekolah) yang dapat meningkatkan pemahaman siswa pada dasar-dasar konservasi dan konsep kegiatan visit to school

Syarat-syarat dasar ?Sekolah, guru dan stakeholder sekolah, media cetak (pin, factsheet, stiker), pemetaan dan monitoring kehati secara partisipatif, materi workshop

6.2.2. Sasaran SikapPada akhir kampanye, sikap positif pemilik ternak di semua desa target untuk mendiskusikan cara-cara mendapatkan rumput atau pakan ternak dan melindungi kawasan dengan nilai keanekaragaman hayati tinggi, meningkat 20% dari rata-rata 62% (pertanyaan survei no. 36).

Faktor konsep model yang dituju: Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang keanekaragaman hayati Manajemen pengelolaan pakan ternak

Asumsi program : Berdasarkan hasil survei terdapat 50% masyarakat yang bersikap netral

mengenai duduk bersama dalam menyelesaikan maslah pengadaan pakan ternak dan melindungi kawasan dengan nilai keanekaragaman hayati tinggi

Dengan duduk bersama akan diperoleh suatu solusi pengelolaan pakan ternak, khususnya rumput, yang menguntungkan semua pihak sehingga kawasan TNGM pun dapat terselamatkan

Dengan duduk bersama akan banyak hal yang dapat dibahas, misal kondisi kehati sekitar kawasan, fungsi ekologis kawasan sehingga pemahaman masyarakat dapat meningkat

Kegiatan yang akan dilakukan :

Kegiatan 1: Gerakan tanam pohonMengapa melakukan kegiatan ini ?

Di desa target, gerakan penanaman sudah banyak dilakukan, tetapi tidak menunjukkan hasil yang signifikan. Hal ini dimungkinkan proses pelibatan masyarakat yang masih kurang. Adanya gerakan tanam pohon dapat menyampaikan pesan konservasi secara mendalam dan menunjukkan bahwa terlibat dalam kegiatan konservasi itu mudah. Adanya gerakan tanam pohon

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 84

Page 86: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

merupakan kegiatan awal untuk mencapai kesepakatan masyarakat tentang area perlindungan dan area pemanfaatan. Selain itu daerah penanaman pohon dapat dijadikan batas daerah pengambilan rumput dan area perlindungan. Dengan demikian terbentuk komitmen dari masyarakat mengenai area perlindungan dan area pengambilan rumput.

Bagaimana kegiatan ini dilakukan ?Survey lokasi dan pendataan jenis tanaman lokalMemperbaiki dan mengembangkan Kebun Bibit Desa di Desa PurwobingunMembangun Kebun Bibit Desa di salah satu desa target (selain Purwobinagun)Kegiatan Penanamanan pohon yang dilakukan sebanyak 2 kali yang pertama untuk menarik masyarakat yang sudah berada dalam tahap kontemplasi menuju aksi di Desa Purwobinagun dan satu kegiatan lagi untuk masyarakat yang berada dalam tahap prakontemplasi (Glagah, Kepuh n Umbul) yang diawali dengan pembuatan Kebun Bibit Desa Rembug Desa)Perawatan pohon yang telah ditanam

Siapa yang bertanggung jawab terhadap kegiatan ini ?Ulie dan tim Kampanye Bangga Konservasi, masyarakat di 7 desa target

Siapa target kegiatan ini ?Masyarakat umum dan anak sekolah di 7 desa target

Dimana kegiatan ini dilakukan ?Desa Purwobinangun, Desa Girikerto

Kapan kegiatan ini dilakukan ?Kegiatan penanaman di desa Purwobinangun dilakukan pada bulan Maret 2008, setelah sebelumnya dilakukan survey lokasi dan pendataaan tanaman lokal, serta perbaikan Kebun Bibit Desa yang ada di desa Purwobingun pada bulan Februari. Sebuah Kebun Bibit Desa juga dibangun di salah satu desa target yang sebelumnya diawali dengan Rembug Desa. Penanaman kedua dilakukan pada musim hujan berikutnya, setelah sebelumnya dilakukan koleksi dan pembibitan tanaman lokal di Kebun Bibit Desa yang dibangun.

Asumsi-asumsi ?Gerakan tanam pohon akan meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap lingkungan sehingga akan muncul rasa melindungi terhadap kawasan Merapi. Bibit tersedia serta dukungan dan keterlibatan masyarakat cukup besar.Pada bulan Maret masih jatuh hujan di kawasan

Syarat-syarat dasar ?Lokasi kegiatan, jenis tanaman lokal, kebun bibit desa, kelompok masyarakat, sekolah, perijinan, pendanaan lain

Kegiatan 2. Lomba KelompencapirMengapa melakukan kegiatan ini ?

Kurangnya kemampuan/pengetahuan masyarakat tentang konservasi. Selain itu, masih kurang pendorong agar masyarakat lebih peduli dengan konservasi.

Bagaimana kegiatan ini dilakukan ?Kegiatan dilakukan dalam bentuk lomba ’kelompencapir konservasi’ dalam bentuk kompetisi sebagai evaluasi kemampuan/pengetahuan masyarakat tentang konservasi. Dalam kegiatan ini juga akan menghadirkan

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 85

Page 87: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

pembicara/narasumber dari pemerintah dan BTNGM untuk membicarakan sebuah tema yang diusung dalam pelaksanaan lomba sehingga pengetahuan masyarakat akan semakin meningkat.

Siapa yang bertanggung jawab terhadap kegiatan ini ?Ulie dan tim Kampanye Bangga Konservasi, panitia pelaksana kegiatan, masyarakat di 7 desa target

Siapa target kegiatan ini ?Masyarakat di 7 desa target, khususnya kelompok-kelompok tani dan ternak

Dimana kegiatan ini dilakukan ?Kegiatan ini dilakukan di Kecamatan Cangkringan

Kapan kegiatan ini dilakukan ?Pelaksanaan lomba dilakukan pada bulan Agustus 2008, untuk masa persiapan dan pembuatan materi dimulai pada bulan Juli 2008

Asumsi-asumsi ?Dengan adanya sebuah kompetisi masyarakat akan lebih terpicu untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuannya tentang konservasi.Kemampuan/pengetahuan masyarakat tentang konservasi lebih meningkat.Masyarakat target memiliki antusiasme untuk mengikuti perlombaan ini Pemerintah akan lebih mengetahui kemampuan dan potensi dari masyarakatPemerintah dan lembaga lain yang terkait dengan konservasi di Taman Nasional Gunung Merapi akan lebih tepat dalam melakukan tindakan peningkatan kualitas alam dan masyarakat.

Syarat-syarat dasar ?Rembug desa, factsheet, pemetaan dan monitoring kehati secara partisipatif, panitia pelaksana, materi lomba, sumber pendanaan lain, perijinan, publikasi

Kegiatan 3. Film konservasi (Docudrama)Mengapa kegiatan ini dilakukan ?

Film dapat menyampaikan banyak pesan dan dapat menjangkau masyarakat luas. Penggunaan film pun dapat digunakan sewaktu-waktu tanpa terikat waktu dan nilai kelekatannya di masyarakat cukup tinggi. Jika dibuat bersama-sama dengan kelompok pemuda, dapat membangun kepedulian mereka kepada kawasan TNGM.

Bagaimana kegiatan ini dilakukan ?Merencanakan konsep dan pembuatan film konservasi bersama masyarakat.Membuat dan mengerjakan film konservasi dengan melibatkan masyarakat sebagai pemain utama.Editing film dengan bekerjasama dengan Katamata Production (Katamata Production telah lama bermitra dengan Kanopindo, dan lembaga ini juga tertarik untuk membuat film tentang lingkungan)Memutar film ini pada acara-acara Kampanye Bangga lainnya, seperti Pawai Konservasi, Rembug desa.

Siapa yang bertanggung jawab terhadap kegiatan ini ?Ulie dan tim Kampanye Bangga Konservasi, Katamata Production, masyarakat dari 7 desa target

Siapa target kegiatan ini ?Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGM

Sri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 86

Page 88: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Masyarakat di 7 desa targetDimana kegiatan ini dilakukan ?

Di desa targetKapan kegiatan ini dilakukan ?

Penyusunan konsep dilakukan pada bulan Maret 2008, pembuatan naskah bersama masyarakat dilakukan pada bulan April 2008, pengambilan gambar dan editing dilakukan pada bulan Mei-Juni 2008. Kemudian diputarkan pada event-event seperti Pawai Konservasi dan Rembug Desa

Asumsi-asumsi ?Dengan adanya pembuatan film bersama masyarakat, akan menjadikan masyarakat lebih paham tentang pentingnya kehati dan fungsi ekologisnya.Pelibatan masyarakat sejak awal akan meningkatkan rasa kepemilikan program dalam diri masyarakat sehingga pesan akan tersampaikan lebih dalamKemampuan/pengetahuan masyarakat tentang konservasi lebih meningkat Film dapat digunakan kapan saja dan dimana saja, tidak terbatas ruang dan waktu, sehingga setelah program ini selesai pun dapat dimanfaatkan masyarakat

Syarat-syarat dasar ?Pemetaan dan monitoring kehati secara partisipatif, factssheet, poster, rembug desa, konsep film, naskah film, peralatan pengambilan gambar dan editing, setting tempat, Katamata Production

Kegiatan 4. Inisiasi koperasi pakan ternakMengapa kegiatan ini dilakukan ?

Penyediaan pakan ternak di desa target masih belum terkelola dengan baik, masing-masing peternak masih merasa pengadaan pakan ternak merupakan tanggung jawab masing-masing individu. Selain itu koperasi ini dapat menjadi satu pintu masuk untuk mendiskusikan permasalahan yang ada di TNGM.

Bagaimana kegiatan ini dilakukan ?Kegiatan ini diawali dengan diskusi pada Rembug DesaMenggali potensi pengembangan koperasi (kecukupan modal dan sistem) Mengembangkan koperasi pakan ternakPengawasan secara berkala

Siapa yang bertanggung jawab terhadap kegiatan ini ?Ulie dan tim Kampanye Bangga Konservasi, pemilik ternak di desa Umbulharjo, Kepuharjo, dan Glagaharjo

Siapa target kegiatan ini ?Pemilik ternak di desa Umbulharjo, Kepuharjo dan Glagaharjo

Dimana kegiatan ini dilakukan ?Di desa Umbulharjo, Kepuharjo dan Glagaharjo

Kapan kegiatan ini dilakukan ?Kegiatan ini terkait dengan Rembug Desa, setelah Rembug Desa mendiskusikan topik koperasi pakan ternak maka dilakukan pengembangan koperasi pakan ternak (bulan Juli-November 2008)

Asumsi-asumsi ?Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGM

Sri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 87

Page 89: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Pemilik ternak dapat melihat pentingnya membangun koperasi pakan ternak Adanya koperasi akan memudahkan masyarakat dalam pengadaan pakan ternakPengadaan pakan ternak lebih memperhatikan kehati yang adaPengadaan pakan ternak lebih terkelola sehingga kerusakan lingkungan terminimalisir

Syarat-syarat dasar ?Pemetaan dan monitoring kehati secara partisipatif, rembug desa, booklet kehati, booklet metodologi pengambilan rumput, factsheet, perijinan, dukungan aparat pemerintah

Kegiatan 5. Wayang kardusMengapa melakukan kegiatan ini ?

Wayang merupakan seni budaya yang familier bagi masyarakat desa. Penggunaan kardus merupakan salah satu bentuk pemanfaatan barang bekas. Kesenian wayang bisa digunakan sebagai media kamapanye konservasi.

Bagaimana kegiatan ini dilakukan ?Pembuatan konsep wayang kardus bersama masyarakatPembuatan naskah pementasan wayang kardusPelatihan pembuatan wayang kardusPementasan wayang kardus (disesuaikan dengan jadwal visit to school)

Siapa yang bertanggung jawab terhadap kegiatan ini ?Ulie dan tim Kampanye Bangga Konservasi, masyarakat sekolah di desa target

Siapa target kegiatan ini ?Masyarakat sekolah di desa target

Dimana kegiatan ini dilakukan ?Di sekolah-sekolah di desa target

Kapan kegiatan ini dilakukan ?Pembuatan konsep dan naskah pada bulan April 2008, Pembuatan wayang kardus pada bulan Mei 2008 serta pementasannya disesuaikan dengan jadwal visit to school

Asumsi-asumsi ?Wayang merupakan seni tradisional yang masih digemari masyarakatSeni budaya wayang mulai tergusur oleh budaya popMasyarakat belum tergugah untuk memanfaatkan barang bekas

Syarat-syarat dasar ?Pemilihan sekolah, workshop guru, poster, perijinan

Kegiatan 6. Rembug desaMengapa melakukan kegiatan ini ?

Kurangnya keaktifan masyarakat dalam sebuah diskusi terutama diskusi konservasi dan pemecahan masalah pengadaan pakan ternak.

Bagaimana kegiatan ini dilakukan ?

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 88

Page 90: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Kegiatan ini merupakan diskusi kelompok masyarakat yang dilakukan setiap bulannya untuk membahas topik-topik yang berbeda mengenai kehati, fungsi ekologis, pakan ternak, dan metodologi pengambilan rumput yang lestari.

Siapa yang bertanggung jawab terhadap kegiatan ini ?Ulie dan tim Kampanye Bangga Konservasi, masyarakat desa target terutama kelompok tani dan ternak

Siapa target kegiatan ini ?Kelompok tani dan ternak di desa target

Dimana kegiatan ini dilakukan ?Bergiliran di 7 desa target

Kapan kegiatan ini dilakukan ?Setiap bulan, dimulai bulan Februari 2008

Asumsi-asumsi ?Meningkatnya keaktifan masyarakat dalam diskusi tentang konservasi Meningkatnya kepedulian masyarakat tentang kondisi alam khususnya disekitar tempat tinggal mereka.Meningkatnya kerukunan dan kekompakan masyarakatMasyarakat terinspirasi untuk mengembangkan koperasi pakan ternakMasyarakat terinspirasi untuk melakukan kegiatan pengambilan rumput yang lestari

Syarat-syarat dasar ?Tim rembug desa, dukungan pemerintah desa, factsheet, pemetaan dan monitoring kehati secara partisipatif

Rincian kegiatan 7 sampai 19 dibawah ini dapat dirujuk di Sasaran SMART 1, di halaman 68-78

Kegiatan 7. Pawai konservasi

Kegiatan 8. Program radio

Kegiatan 9. Pin

Kegiatan 10. Factsheet

Kegiatan 11. Booklet kehati dan fungsi ekologis kawasan

Kegiatan 12. Booklet metodologi pengambilan rumput

Kegiatan 13. Billboard

Kegiatan 14. Stiker

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 89

Page 91: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Kegiatan 15. Poster

Kegiatan 16. Visit to school (Kunjungan sekolah)

Kegiatan 17. Kostum

Kegiatan 18. Lagu konservasi

Kegiatan 19. Workshop guru

6.2.3. Sasaran Perilaku 1Pada akhir kampanye, terbentuk satu kesepakatan masyarakat desa Umbulharjo, Kepuharjo, dan Glagaharjo mengenai cara dan areal perumputan di dalam kawasan TNGM sehingga mengurangi kegiatan pengambilan rumput yang tidak terkelola dengan baik

Faktor dalam konsep model yang dituju : Manajemen pengelolaan pakan ternak Ketidakcukupan pakan ternak

Asumsi program : Kebutuhan pakan ternak (rumput) semakin lama akan semakin meningkat

sejalan dengan bertambahnya jumlah ternak sapi masyarakat desa target. Dukungan terhadap keutuhan kawasan TNGM masih rendah terutama karena

belum adanya sistem pengelolaan dan pemanfaatan kawasan yang baik. Adanya dukungan publik dari masyarakat terhadap kegiatan konservasi akan

mengurangi kegiatan pengambilan rumput yang tidak terkelola dengan baik. Adanya dukungan publik dapat mengarahkan terbentuknya kesepakatan

mengenai cara dan areal pengambilan rumput. Adanya kesepakatan mengenai cara dan areal pengambilan rumput akan

mengurangi kegiatan pengambilan rumput yang tidak terkelola dengan baik. Kawasan yang disepakati ini kemudian akan menjadi suatu model pelibatan

pengelolaan kawasan yang melibatkan masyarakat.

Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai sasaran perubahan perilaku :

Kegiatan 1. Gerakan tanam pohon (lihat SMART Objektif 2, halaman 79)Di salah satu dari 3 desa sasaran (Umbulharjo, Glagaharjo atau Kepuharjo)

Kegiatan 2. Inisiasi koperasi pakan ternak (lihat SMART Objektif 2, halaman 82)Di desa Glagaharjo, Kepuharjo dan Umbulharjo

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 90

Page 92: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Kegiatan 3. Pemetaan dan inventori kehati secara partisipatifMengapa melakukan kegiatan ini ?

Satu syarat yang diperlukan untuk membangun pola pengelolaan yang melibatkan masyarakat adalah memetakan pola pemanfaatan dan sumberdaya suatu kawasan. Sedangkan saat ini, belum tersedia data potensi-potensi ekologis kawasan TNGM dan peta pemanfaatan kawaan hutan oleh masyarakat. Untuk itu dibutuhkan adanya gambaran sederhana tentang sketsa kekayaan ekologis dan manfaatnya bagi kehidupan masyarakat melaluai pemetaan kawasan. Peta ini akan membantu mengenalkan keanekaragaman hayati kepada masyarakat dan arti pentingnya bagi kehidupan mereka. Selain itu, peta ini akan memberikan informasi tentang pemanfaatan biodiversity yang lestari : Misal aspek etnobotani

Bagaimana melakukan kegiatan ini ?Berkoordinasi dengan masyarakat desa target Membuat peta kawasan TNGM dan kawasan administratif desa target dengan skala paling tidak 1:25,000.Di dalam peta masukkan marka atau simbol yang dikenal masyarakat, misalnya batu besar, mesjid, jalan desa, dan sebagainyaVerifikasi data untuk setiap desa untuk batas desa, kawasan yang sering dimanfaatkan, batas kawasan TNGM, kawasan yang memiliki sumber air, kawasan yang tutupan hutannya masih bagus, dan sebagainya.Data-data ini kemudian saling ditumpukkan (overlaid) kemudian didapat suatu peta sumberdaya dan pola pemanfaatan.Melakukan public hearing (diskusi publik) untuk membangun pemahaman mengenai nilai penting kawasan.Membangun kesepakatan mengenai kawasan yang dapat dimanfaatkan dan kawasan yang harus dilindungi. Inventarisasi biodiversity mengenai vegetasi, flora dan fauna dengan melibatkan peran serta masyarakat Sharing atau diskusi biodiversity tentang fungsi ekologis dan etnobotaninya.Pembuatan data base berdasarkan hasil inventarisasiSharing tentang hasil pemetaan kawasan dangan penggambaran tentang potensi dan pemanfaatannya

Siapa yang bertanggung jawab terhadap kegiatan ini ?Ulie dan tim Kampanye Bangga Konservasi, masyarakat di 7 desa target, TNGM

Siapa target kegiatan ini ?Masyarakat di desa Umbulharjo, Kepuharjo, Glagaharjo, Purwobinangun dan Hargobinangun

Dimana kegiatan ini dilakukan ?Di desa Umbulharjo, Kepuharjo, Glagaharjo, Purwobinangun dan Hargobinangun

Kapan kegiatan ini dilakukan ?Mulai bulan Maret 2008 untuk berkoordinasi dengan masyarakat dan membuat peta dasar, pemetaan direncanakan pada Juni-Juli 2008, diskusi dan membangun kesepakatan direncanakan pada Agustus 2008-Januari 2009.

Asumsi-asumsi ?

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 91

Page 93: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Masyarakat belum mengetahui letak potensi biodiversity dan pemanfaatannya.Masyarakat masih belum memahami tentang pembagian fungsi kawasan. TNGM masih memerlukan masukan untuk penentuan zonasi.Masyarakat belum memahami tentang dampak pencarian rumput terhadap kawasan hutan.Mayarakat belum memahami akan fungsi penting biodiversity bagi kehidupan

Syarat- syarat dasar ?Tim pemetaan dan monitoring kehati, perijinan, GPS, Rembug Desa

Kegiatan 4. Rembug desa (lihat SMART Objektif 2, halaman 83)Di Glagaharjo, Kepuharjo dan Umbulharjo

Kegiatan 5. Booklet metodologi pengambilan rumput (lihat SMART Objektif 1, halaman 72)

Kegiatan 6. Booklet kehati dan fungsi ekologis kawasan (lihat SMART Objektif 1, halaman 73)

6.2.4. Sasaran Perilaku 2Pada akhir kampanye, masyarakat desa Hargobinangun dan Purwobinangun membentuk sebuah kesepakatan masyarakat untuk melindungi kawasan yang mempunyai nilai keanekaragaman hayati dan fungsi ekologis tinggi

Faktor dalam konsep model yang dituju : Manajemen pengelolaan pakan ternak Ketidakcukupan pakan ternak

Asumsi program : Zona inti kawasan Taman Nasional Gunung Merapi diperkirakan terletak di

wilayah Desa Hargobinagun dan Purwobinangun, zona inti diperkirakan pada bekas Cagar Alam Plawangan-Turgo.

Wilayah Hargobingun dan Purwobinangun memiliki keanekaragaman hayati tinggi bila dibandingkan desa target lainnya

Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai sasaran perubahan perilaku :

Kegiatan 1. Gerakan tanam pohon (lihat SMART Objektif 2, halaman 79)Di salah satu dari 2 desa sasaran (Purwobinangun atau Hargobinangun)

Kegiatan 2. Pemetaan dan inventori kehati secara partisipatif (lihat SMART Objektif 3, halaman 86)

Di Hargobinangun dan Purwobinagun

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 92

Page 94: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Kegiatan 3. Rembug desa (lihat SMART Objektif 2, halaman 83) Di Hargobinangun dan Haargobinangun

Rincian kegiatan 4 sampai 12 dibawah ini dapat dirujuk di Sasaran SMART 1, di halaman 68-78

Kegiatan 4. Booklet kehati dan fungsi ekologis kawasan

Kegiatan 5. Factsheet

Kegiatan 6. Poster

Kegiatan 7. Billboard

Kegiatan 8. Wayang kardus

Kegiatan 9. Stiker

Kegiatan 10. Visit to school

Kegiatan 11. Pawai konservasi

Kegiatan 12. Film Konservasi

6.2.5. Sasaran Perilaku 3Pada akhir kampanye, terbentuk dukungan publik dari masyarakat desa Umbulharjo, Kepuharjo, Glagaharjo, Hargobinangun dan Purwobinangun terhadap nilai konservasi keanekaragaman hayati kawasan TNGM melalui terbentuknya kelompok pelindung TNGM.

Factor dalam konsep model yang dituju : Manajemen pengelolaan pakan ternak Ketidakcukupan pakan ternak

Asumsi program : Adanya kelompok pelindung akan membantu dalam pengelolaan kawasan

Taman Nasional Adanya dukungan publik terhadap kehati akan meningkatkan rasa kecintaan

terhadap kawasan sehingga perubahan perilaku akan terjadi

Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai sasaran perubahan perilaku :

Kegiatan 1. Gerakan tanam pohon (lihat SMART Objektif 2, halaman 79)Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGM

Sri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 93

Page 95: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Di desa target

Kegiatan 2. Jurnalis tripMengapa melakukan kegiatan ini ?

Pemberitaan di media penting untuk menyebarluaskan pesan dan kegiatan yang dilakukan sehingga banyak orang yang dapat ikut terlibat didalamnya. Jurnalis trip akan memberikan bahan bagi para jurnalis untuk membuat berita tentang Kampanye Bangga Konservasi. Selain itu, pemberitaan media dapat menjadi suatu tekanan publik (public pressure) kepada pengambil kebijakan agar mau merubah arah kebijakannya.

Bagaimana kegiatan ini dilakukan ?Menghubungi para jurnalis dari berbagai media dengan berbagai latar belakang dan minatWorkshop satu hari mengenai kawasan TNGM, dari sisi ekologi, sosio politik dan ekonomi desaTrip ke kawasan dengan point of interest tertentu, misalnya titik-titik dimana sumber mata air kering karena kerusakan hutan, kawasan yang nilai keanekaragaman hayatinya tinggi, masyarakat yang sangat tergantung kepada kawasan, kawasan yang dapat menggambarkan masalah yang ada di kawasan Workshop penutup dengan para jurnalis

Siapa yang bertanggung jawab terhadap kegiatan ini ?Ulie dan tim Kampanye Bangga Konservasi, Pewarta Foto Indonesia, wartawan berita

Siapa target kegiatan ini ?Wartawan foto dan wartawan berita

Dimana kegiatan ini dilakukan ?Di 7 desa target, disesuaikan event yang sedang berlangsung

Kapan kegiatan ini dilakukan ?Dilakukan dua kali pada bulan April 2008 dan Juli 2008

Asumsi-asumsi ?Adanya jurnalis trip akan memberikan banyak informasi kepada para jurnalis sehingga dapat menjadi bahan berita. Dengan adanya pemberitaan kepada masyarakat luas maka pesan yang ingin disampaikan dapat menjangkau masyarakat lebih luas lagi.Berita yang muncul dapat merubah arah kebijakan

Syarat-syarat dasar ?Kegiatan atau lokasi yang akan diberitakan, wartawan foto dan berita, Pemetaan dan inventori kehati secara partisipatif, rembug desa

Rincian kegiatan 7 sampai 19 dibawah ini dapat dirujuk di Sasaran SMART 1 dan Sasaran SMART 2, di halaman 68-81

Kegiatan 3. Film konservasi

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 94

Page 96: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Kegiatan 4. Pemetaan dan monitoring kehati secara partisipatif

Kegiatan 5. Pawai konservasi

Kegiatan 6. Program radio

Kegiatan 7. Factsheet

Kegiatan 8. Booklet kehati dan fungsi ekologis kawasan

Kegiatan 9. Booklet metodologi pengambilan rumput

Kegiatan 10. Billboard

Kegiatan 11. Pin

Kegiatan 12. Stiker

Kegiatan 13. Poster

Kegiatan 14. Lagu konservasi

Kegiatan 15. Visit to school

Kegiatan 16. Kostum

Kegiatan 17. Workshop guru

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 95

Page 97: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

7. RENCANA MONITORINGTujuan umum :Mengurangi tekanan terhadap kawasan yang memiliki nilai penting keanekaragaman hayati, fungsi ekologis, sosial, maupun budaya yang tinggi di Taman Nasional Gunung Merapi.

Strategi monitoring umum : Mengevaluasi tingkat keterlibatan masyarakat dalam proses diskusi untuk

menangani masalah pengadaan pakan ternak, yang disertai dengan rencana aksi dan langkah nyata

Menghitung luasan kawasan di dalam TNGM yang disepakati untuk dijadikan kawasan pemanfaatan dan kawasan perlindungan

Mengukur perubahan pengetahuan dan sikap yang dapat dijadikan tanda awal terjadinya proses perubahan perilaku.

Indikator Bagaimana Kapan Siapa Dimana Komentar lain

Area di dalam kawasan TNGM yang disepakati untuk dijadikan area pemanfa-atan untuk pengambilan rumput dan area perlindungan

Melakukan pemetaan kawasan pemanfaatan di TNGM

Di awal dan di akhir kampanye

Tim Kampanye Bangga KonservasiBalai Taman NasionalMasyarakat desa target

Kawasan TNGM

Pengetahuan dan sikap masyarakat desa target

Survey KAP Di bulan awal (bulan 1) dan di bulan akhir kampanye (bulan 12)

Tim Kampanye Bangga KonservasiBalai Taman NasionalMasyarakat desa target

Semua desa target

Sasaran PengetahuanDi akhir kampanye, ada peningkatan 40% pengetahuan pemilik ternak di semua desa target mengenai dampak pengambilan rumput terhadap fungsi ekologis kawasan TNGM dari semula yang hanya sekitar 10% (pertanyaan survei no. 25).

Strategi monitoring :

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 96

Page 98: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Mengukur pengetahuan pemilik ternak mengenai dampak pengambilan rumput dan fungsi ekologis kawasan TNGM dan membandingkan hasilnya antara sebelum dan sesudah kampanye

Indikator Bagaimana Kapan Siapa Dimana Komentar lain

Tingkat pengetahuan pemilik ternak mengenai dampak pengambilan rumput dan fungsi ekologi kawasan TNGM

Survey KAP Di awal kampanye (bulan 1)

Di akhir kampanye (bulan 12)

Tim Kampanye Bangga KonservasiMasyarakat desa target

Desa Kepuharjo, Umbulharjo, dan Glagaharjo

Sasaran SikapPada akhir kampanye, sikap positif pemilik ternak di semua desa target untuk mendiskusikan cara-cara mendapatkan rumput atau pakan ternak dan melindungi kawasan dengan nilai keanekaragaman hayati tinggi, meningkat 20% dari rata-rata 62% (pertanyaan survei no. 36).

Strategi monitoring :

Melihat tingkat kesadaran pemilik ternak dengan mengukur perubahan sikap untuk duduk bersama menyelesaikan masalah pengadaan pakan ternak.

Mengevaluasi tingkat keterlibatan masyarakat dalam proses diskusi untuk menangani masalah pengadaan pakan ternak, yang disertai dengan rencana aksi dan langkah nyata

Indikator Bagaimana Kapan Siapa Dimana Komentar lain

Sikap pemilik ternak untuk duduk bersama menyelesaikan masalah pengadaan pakan ternak

Survey KAP Di awal kampanye (bulan 1)

Di akhir kampanye (bulan 12)

Tim Kampanye Bangga KonservasiPemilik ternak

Desa Kepuharjo, Umbulharjo, dan Glagaharjo

Tingkat keterlibatan masyarakat (jumlah yang terlibat)

Mendokumentasi proses diskusiMemantau rencana aksi dalam mencoba alternatif solusi yang telah ditemukan

Selama proses diskusi

Tim Kampanye Bangga KonservasiPemilik ternak

Desa Kepuharjo, Umbulharjo, dan Glagaharj

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 97

Page 99: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

dalam proses diskusi pengadaan pakan ternak

o

Sasaran Perilaku 1Pada akhir kampanye, terbentuk dukungan publik dari masyarakat desa Umbulharjo, Kepuharjo, dan Glagaharjo dalam bentuk satu kesepakatan mengenai cara dan areal perumputan sehingga mengurangi kegiatan pengambilan rumput yang tidak terkelola dengan baik

Strategi monitoring : Menghitung jumlah anggota masyarakat yang terlibat dalam kegiatan konservasi

di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi Melihat tingkat pemahaman masyarakat desa target tentang nilai konservasi

keanekaragaman hayati kawasan Taman Nasional Gunung Merapi Mengukur luasan kawasan yang disepakati untuk dijadikan kawasan

perlindungan dan kawasan pemanfaatan

Indikator Bagaimana Kapan Siapa Dimana Komentar lain

Tingkat keterlibatan (jumlah masyarakat yang ikut berpartisipasi) dalam kegiatan konservasi

Mendokumentasikan kegiatan konservasi yang dilakukan

Setiap akhir kegiatan konservasi

Tim Kampanye Bangga KonservasiMasyarakat desa target

Semua desa target

Tingkat pemahaman masyarakat tentang nilai konservasi hayati kawasan TNGM

Survei KAP Di awal kampanye (bulan 1)

Di akhir kampanye (bulan 12)

Tim Kampanye Bangga KonservasiMasyarakat desa target

Semua desa target

Area di dalam kawasan TNGM yang disepakati untuk dijadikan area pemanfaatan untuk pengambilan rumput dan area

Pemetaan luasan area pemanfaatan rumput di kawasan TNGM bersama masyarakat

Di awal dan di akhir kampanye

Tim Kampanye Bangga KonservasiMasyarakat desa target

Desa Kepuharjo, Umbulharjo, dan Glagaharjo

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 98

Page 100: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

perlindungan

Sasaran Perilaku 2Pada akhir kampanye, masyarakat desa Hargobinangun dan Purwobinangun membentuk sebuah kesepakatan masyarakat untuk melindungi kawasan yang mempunyai nilai keanekaragaman hayati dan fungsi ekologis tinggi

Strategi monitoring : Menghitung jumlah anggota masyarakat yang terlibat dalam kegiatan konservasi

di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi Melihat tingkat pemahaman masyarakat desa target tentang nilai konservasi

keanekaragaman hayati kawasan Taman Nasional Gunung Merapi Mengukur luasan kawasan yang disepakati untuk dijadikan kawasan

perlindungan dan kawasan pemanfaatan

Indikator Bagaimana Kapan Siapa Dimana Komentar lain

Tingkat keterlibatan (jumlah masyarakat yang ikut berpartisipasi) dalam kegiatan konservasi

Mendokumentasikan kegiatan konservasi yang dilakukan

Setiap akhir kegiatan dan proses diskusi dengan masya-rakat

Tim Kampanye Bangga KonservasiMasyarakat desa target

Semua desa target

Tingkat pemahaman masyarakat tentang nilai konservasi hayati kawasan TNGM

Survei KAP Di awal kampanye (bulan 1)

Di akhir kampanye (bulan 12)

Tim Kampanye Bangga KonservasiMasyarakat desa target

Semua desa target

Area di dalam kawasan TNGM yang disepakati untuk dijadikan area pemanfaatan untuk pengambilan rumput dan area perlindungan

Pemetaan luasan area pemanfaatan rumput di kawasan TNGM bersama masyarakat

Di awal dan di akhir kampanye

Tim Kampanye Bangga KonservasiMasyarakat desa target

Desa Kepuharjo, Umbulharjo, dan Glagaharjo

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 99

Page 101: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Sasaran Perilaku 3Pada akhir kampanye, terbentuk dukungan publik dari masyarakat desa Umbulharjo, Kepuharjo, Glagaharjo, Hargobinangun dan Purwobinangun terhadap nilai konservasi keanekaragaman hayati kawasan TNGM melalui terbentuknya kelompok pelindung Taman Nasional Gunung Merapi.

Strategi monitoring ; Menghitung jumlah anggota masyarakat yang terlibat dalam kegiatan konservasi

di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi Melihat tingkat pemahaman masyarakat desa target tentang nilai konservasi

keanekaragaman hayati kawasan Taman Nasional Gunung Merapi Mengukur luasan kawasan yang disepakati untuk dijadikan kawasan

perlindungan dan kawasan pemanfaatan

Indikator Bagaimana Kapan Siapa Dimana Komentar lain

Tingkat keterlibatan (jumlah masyarakat yang ikut berpartisipa-si) dlm kegiatan konservasi

Mendokumentasikan kegiatan konservasi yang dilakukan

Setiap akhir kegiatan dan proses diskusi dengan ma-syarakat

Tim Kampanye Bangga KonservasiMasyarakat desa target

Semua desa target

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 2008 10

Page 102: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

8. KERANGKA WAKTU KEGIATAN

No Kegiatan Pelaksana 2007 2008 Keterangan1 2 3 4 5 6 7 8 9 1

011

12

1 2 3 4

A MATERI KAMPANYE1. Perancangan poster Ulie dan tim

KanopiX

2. Pencetakan poster Ulie dan tim Kanopi

X X

3. Distribusi poster Ulie dan tim Kanopi

X X X X X X X X

4. Perancangan fact sheet Ulie dan tim Kanopi

X

5. Pencetakan fact sheet Ulie dan tim Kanopi

X

6. Distribusi factsheet Ulie dan tim Kanopi

X X X X X X X X X X

7. Perancangan pin Ulie dan tim Kanopi

X

8. Pencetakan pin Ulie dan tim Kanopi

X X

9. Distribusi pin Ulie dan tim Kanopi

X X X X X X X X X X

10. Perancangan stiker Ulie dan tim Kanopi

X

11. Pencetakan stiker Ulie dan tim Kanopi

X X

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 200810

Page 103: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

No Kegiatan Pelaksana 2007 2008 Keterangan1 2 3 4 5 6 7 8 9 1

011

12

1 2 3 4

12. Distribusi stiker Ulie dan tim Kanopi

X X X X X X X X X X

13. Perancangan booklet Ulie dan tim Kanopi

X X X X

14. Pencetakan booklet Ulie dan tim Kanopi

X X X X

15. Distribusi booklet Ulie dan tim Kanopi

X X X X X X

16. Pembuatan lagu konservasi

Ulie, tim Kanopi dan masyarakat

X

17. Rekaman lagu konservasi Uli, tim Kanopi dan radio setempat

X

18. Desain kostum Ulie, tim Kanopi dan masyarakat

X X

19. Pembuatan kostum Ulie, tim Kanopi dan masyarakat

X

20. Pemakaian kostum Ulie, tim Kanopi dan masyarakat

X X X X X

21. Pembuatan naskah wayang kardus

Ulie, tim Kanopi dan masyarakat sekolah

X

22. Pembuatan wayang kardus

Ulie, tim Kanopi dan masyarakat

X

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 200810

Page 104: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

No Kegiatan Pelaksana 2007 2008 Keterangan1 2 3 4 5 6 7 8 9 1

011

12

1 2 3 4

sekolah23. Pementasan wayang

kardusUlie, tim Kanopi dan masyarakat sekolah

X X X X

24. Perancangan program dan muatan program radio

Ulie dan tim Kanopi

X X X X X X X X

25. Perancangan billboard Ulie dan tim Kanopi

X

26. Pembuatan billboard Ulie dan tim Kanopi

X

27. Pemasangan billboard Ulie dan tim Kanopi

X

B KEGIATAN KAMPANYE/ PENJANGKAUAN

1. Pertemuan dgn masyarakat

Ulie, tim Kanopi dan masyarakat

X X X X X X X X X X

2. Program Sekolah Ulie, tim Kanopi dan sekolah

X X X X

3. Workshop guru Ulie dan tim Kanopi

X

4. Pementasan wayang kardus

Ulie, tim Kanopi dan masyarakat sekolah

X X X X

5. Kostum Ulie, tim X X X X X

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 200810

Page 105: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

No Kegiatan Pelaksana 2007 2008 Keterangan1 2 3 4 5 6 7 8 9 1

011

12

1 2 3 4

Kanopi dan masyarakat sekolah

6. Pemetaan partisipatif Ulie, tim Kanopi dan masyarakat

X X X

7. Inventory keanekaragaman hayati partisipatif

Ulie, tim Kanopi dan masyarakat

X X X

8. Inisiasi koperasi pakan ternak

Ulie, tim Kanopi dan masyarakat

X X X X X

9. Gerakan tanam pohon X X10. Survey lokasi Ulie, tim

Kanopi dan masyarakat

X X

11. Pengembangan Kebun Bibit Desa (KBD)

Ulie, tim Kanopi dan masyarakat

X X X X X X X X X X X

12. Penanaman Ulie, tim Kanopi dan masyarakat

X X

13. Perawatan Ulie, tim Kanopi dan masyarakat

X X X X

14. Jurnalis trip Ulie, tim Kanopi dan tim media

X X

15. Film konservasi X X X X

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 200810

Page 106: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

No Kegiatan Pelaksana 2007 2008 Keterangan1 2 3 4 5 6 7 8 9 1

011

12

1 2 3 4

16. Perancangan konsep film Ulie dan tim Kanopi

X

17. Pembuatan naskah Ulie, tim Kanopi, Katamata dan masyarakat

X

18. Pengambilan gambar Katamata X19. Editing dan perbanyakan Katamata X20. Distribusi film Ulie dan tim

KanopiX X X X X X X

21. Lomba kelompencapir Ulie, tim Kanopi dan masyarakat

X

22. Pawai konservasi Ulie, tim Kanopi dan masyarakat

X

23. Penayangan program radio

Ulie, tim Kanopi dan masyarakat

X X X

24. Talkshow di radio Ulie, tim Kanopi dan masyarakat

X

Dokumen Rencana Kegiatan Kampanye Pride di TNGMSri Ulie Rakhmawati – Yayasan Kanopi Indonesia - 200810

Page 107: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

9. ANGGARANRencana penggunaan anggaran berdasarkan rancangan kegiatan yang telah disusun dan tahapan proses Pride yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Kegiatan Unit Jumlah Biaya (rupiah)A. Perencanaan 1. Workshop Pertemu

an 1 4.000.000

2. FGD Pertemuan

6 9.000.000

3. Survei awal Eksemplar

590 5.000.000

Total perencanaan 18.000.000

A. Materi Kampanye1. Poster Lembar 3000 6.000.0002. Facsheet Lembar 2500 3.000.0003. Stiker Lembar 5000 2.500.0004.Pin Buah 3500 7.000.0005.Billboard Unit 2 10.000.0006.Booklet kehati dan fungsi ekologis kawasan

Eksemplar

1000 6.000.000

7.Booklet metodologi pengambilan rumput

Eksemplar

500 3.000.000

8.Kostum Unit 1 3.500.0009.Wayang kardus Unit 10 3.000.00010.Lagu konservasi Unit 4 2.500.00011.Perancangan program radio

Orang 4 500.000

12.Desain media cetak (pin, poster, stiker, factsheet)

Orang 3 1.500.000

13.Desain kostum Orang 2 500.00014.Perancangan dan naskah wayang kardus

Orang 5 500.000

14.Perancangan dan desain booklet

Orang 3 1.500.000

Total materi kampanye 51.000.000

B. Kegiatan Penjangkauan1. Pertemuan dengan masyarakat

Pertemuan

10 16.000.000

2. Program sekolah Kali 10 10.000.0003.Workshop guru Pertemu

an 1 5.000.000

4.Pemetaan partisipatif Kali 5 3.000.000Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga Ulie Rakhmawati untuk Taman Nasional Gunung Merapi

Page 108: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

5.Inventori kehati secara partisipatif

Kali 5 3.000.000

6.Inisiasi koperasi pakan ternak

Unit 1 6.000.000

7.Gerakan tanam pohon Unit 2 9.000.0008.Pengembangan kebun bibit desa

Unit 2 7.000.000

9.Jurnalis trip Kali 2 4.000.00010.Perancangan film konservasi dan pembuatan naskah film

Orang 5 2.000.000

11.Pembuatan film konservasi

Unit 1 6.000.000

12.Perbanyakan film konservasi

Buah 200 3.000.000

13.Lomba kelompencapir Kali 1 7.000.00014.Pawai konservasi Kali 1 12.000.00015.Penayangan program radio

Bulan 3 6.000.000

16.Talkshow Kali 1 3.000.000Total kegiatan penjangkauan 102.000.000

C. Monitoring dan evaluasi 1. Survei akhir Eksempl

ar 590 5.000.000

2. Evaluasi Pertemuan

3 3.000.000

3.Laporan akhir 1 1.000.000Total monitoring dan evaluasi

9.000.000

Total pengeluaran 180.000.000

Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga Ulie Rakhmawati untuk Taman Nasional Gunung Merapi

Page 109: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

10. DAFTAR PUSTAKA

MacKinnon, J., K. Phillip, Bas van Balen. 1998. Buku Panduan Pengenalan Burung-Burung Jawa, Bali, Sumatra dan Kalimantan Termasuk Sabah dan Serawak. Bogor. LIPI.

Nijman, V., and R. Sozer. 1996. Konservasi Elang Jawa dan jenis-jenis burung endemik jawa lainnya : daerah prioritas kawasan konservasi di Jawa Tengah. http://www.burung.org/detail_book.php?id=21&op=book. Diakses 14 Desember 2007.

Sozer, R., V. Nijman, I. Setawan. 1999. Pnaduan identifikasi Elang Jawa Spizaetus bartelsi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi (P3B)-LIPI, Direktorat Jenderal Perlingdungan dan Konservasi Alam (PKA)-DEPHUTBUN, Japan International Coorperation Agency (JICA).

Sozer, R., V. Nijman, I. Setiawan, Sebastianus van Balen, D.M. Prawiradilaga, J. Subijanto. 1998. Rencana pemulihan species Elang Jawa. Birdlife International-Indonesia Programme. Bogor.

Kencana, .E., Abrar, E. Wilianto. 1999. Prosiding Seminar Regional : Potensi Kawasan Konservasi Alam Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta. Matalabiogama.

Kartawinata, K. 2007. Modul kuliah : Tipe Ekosistem dan Kepunahannya. RARE PRIDE.

Matalabiogama. 2002. Data Burung Merapi. Yogyakarta.

Whitten, T., R.E. Soeriaatmajda, S.A. Afiff. 1999. Seri Ekologi Indonesia Jilid II : Ekologi Jawa dan Bali. Jakarta. Prehalindo.

BPTTK. 2000. Leaflet Pesona Merapi. Yogyakarta.

http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Merapi

http://www.vsi.esdm.go.id/gunungapiIndonesia/merapi/sejarah.html

http://merapi.vsi.esdm.go.id/?static/volcano/merapi/geologi.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Nasional_Gunung_Merapi

http://id.wikipedia.org/wiki/TN.Gunung Merapi.htm

Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga Ulie Rakhmawati untuk Taman Nasional Gunung Merapi

Page 110: PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN NASIONAL … · Web viewAdanya peralihan ini berdampak cukup signifikan terhadap kondisi kawasan Gunung Merapi, sebab jumlah pakan rumput yang diambil dari

Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga Ulie Rakhmawati untuk Taman Nasional Gunung Merapi