Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Note/Bahasa... · 2018-04-11 · pengelolaan hutan berbasis...

4
Mengapa kami mendukung pengelolaan hutan berbasis masyarakat FORCLIME TC Module Lembaran Singkat No. 6: April 2015 Menurut data Kementerian Kehutanan tahun 2009, sekitar 25.000 desa berada di dalam dan di sekitar hutan-hutan Indonesia dan dari 48,8 juta orang yang tinggal di desa-desa tersebut, 10,2 juta di antaranya dikategorikan sebagai desa “miskin” (CIFOR). Selama empat dasawarsa terakhir, pola eksploitasi hutan yang paling menonjol adalah melalui pemberian hak pemanfaatan oleh pemerintah pusat kepada perusahaan swasta atau badan usaha milik negara sedangkan masyarakat sekitar hutan hanya kebagian sedikit manfaat dan hanya dapat menyaksikan sumber-sumber daya alam tempat mereka menggantungkan mata pencaharian mereka menghilang. Tingginya tingkat deforestasi dan degradasi hutan dan semakin kuatnya dorongan untuk memberikan pengakuan pada hak-hak masyarakat atas sumber daya alam - seiring dengan kisah keberhasilan pengelolaan hutan berbasis masyarakat - telah menciptakan kesadaran baru tentang perlunya keterlibatan masyarakat secara lebih intensif dalam pengelolaan hutan. Pelimpahan kendali atas sumber daya alam kepada masyarakat melalui skema Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) diharapkan dapat membantu meningkatkan kelestarian hutan di masa mendatang serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam konteks inilah, pada tanggal 16 Mei 2013 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia mengeluarkan putusan bersejarah bagi masyarakat adat karena putusan ini secara efektif mengembalikan yurisdiksi dan kepemilikan hutan adat kepada masyarakat adat (MK 35/2012). Selain itu, Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Pemerintah Indonesia telah memprakarsai proses reformasi sektor kehutanan dan agraria dengan tujuan agar sekurang- kurangnya 30% hutan Indonesia dikelola melalui skema PHBM lebih dari 10 juta hektare pada tahun 2015, 40 juta hektar hingga tahun 2019). Di samping itu, proses reformasi ini juga meliputi pemulihan hak-hak pemanfaatan wilayah adat, penyelesaian konflik, pengalihan hak-hak pengelolaan secara penuh untuk hutan-hutan di Jawa kepada desa-desa dan percepatan izin pemanfaatan untuk skema-skema PHBM. Pemerintah Indonesia telah membuat ketentuan-ketentuan untuk beberapa skema PHBM (lihat keterangan dalam kotak di bawah). Selain itu, pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan di dalam dan sekitar kawasan hutan merupakan salah satu kebijakan prioritas dari kabinet yang baru. FORCLIME Lembaran Singkat JENIS PHBM Lokasi dan status kawasan Pemanfaatan Durasi Ijin Lembaga Pengelola HUTAN DESA (HD) Kawasan Hutan Negara (Hutan Lindung atau Hutan Produksi) Pemanfaatan Kayu, Hasil Hutan Non Kayu, Jasa Lingkungan 35 Tahun dan dapat diperpanjang Lembaga Desa dibentuk dari Peraturan Desa Hutan Kemasyarakatan (HKm) Kawasan Hutan (Hutan Lindung, Hutan Produksi atau Hutan Konservasi kecuali cagar alam dan zona inti taman nasional) Pemanfaatan Kayu, Hasil Hutan Non Kayu, Jasa Lingkungan 35 Tahun dan dapat diperpanjang Kelompok masyarakat setempat HUTAN ADAT Bukan Kawasan Hutan Negara Belum jelas pengaturannya Belum jelas pengaturannya Lembaga Adat Hutan Tanaman Rakyat (HTR) Kawasan Hutan (hutan konversi dan Hutan Produksi, yang tidak produktif dan tidak dibebani hak dikonversi menjadi hutan tanaman) Pemanfaatan Kayu, Hasil Hutan Non Kayu, Jasa Lingkungan 60 Tahun dapat diperpanjang 1 kali selama 35 tahun Koperasi atau perorangan HUTAN RAKYAT (HR) Lahan milik rakyat Belum jelas pengaturannya Belum jelas pengaturannya Perorangan atau kelompok Pola Kemitraan Kawasan hutan (hutan konversi dan hutan produksi), hutan tanaman yang dikelola oleh pengusahaan hutan yang sedang berjalan Pemanfaatan hasil hutan kayu, pemanenan hasil hutan bukan kayu, 35 tahun dan dapat diperpanjang KPH, perusahaan pengusahaan hutan bekerja sama dengan masyarakat

Transcript of Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Note/Bahasa... · 2018-04-11 · pengelolaan hutan berbasis...

Page 1: Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Note/Bahasa... · 2018-04-11 · pengelolaan hutan berbasis masyarakat ... mengelola dan melestarikan sumber daya hutan, ... yang beroperasi

Mengapa kami mendukung pengelolaan hutan berbasis masyarakat

FORCLIME TC Module Lembaran Singkat No. 6: April 2015

Menurut data Kementerian Kehutanan tahun 2009, sekitar 25.000 desa berada di dalam dan di sekitar hutan-hutan Indonesia dan dari 48,8 juta orang yang tinggal di desa-desa tersebut, 10,2 juta di antaranya dikategorikan sebagai desa “miskin” (CIFOR). Selama empat dasawarsa terakhir, pola eksploitasi hutan yang paling menonjol adalah melalui pemberian hak pemanfaatan oleh pemerintah pusat kepada perusahaan swasta atau badan usaha milik negara sedangkan masyarakat sekitar hutan hanya kebagian sedikit manfaat dan hanya dapat menyaksikan sumber-sumber daya alam tempat mereka menggantungkan mata pencaharian mereka menghilang. Tingginya tingkat deforestasi dan degradasi hutan dan semakin kuatnya dorongan untuk memberikan pengakuan pada hak-hak masyarakat atas sumber daya alam - seiring dengan kisah keberhasilan pengelolaan hutan berbasis masyarakat - telah menciptakan kesadaran baru tentang perlunya keterlibatan masyarakat secara lebih intensif dalam pengelolaan hutan.

Pelimpahan kendali atas sumber daya alam kepada masyarakat melalui skema Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) diharapkan dapat membantu meningkatkan kelestarian hutan di masa mendatang serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam konteks inilah, pada tanggal 16 Mei 2013 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia mengeluarkan putusan bersejarah bagi masyarakat adat karena putusan ini secara efektif mengembalikan yurisdiksi dan kepemilikan hutan adat kepada masyarakat adat (MK 35/2012). Selain itu,

Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat

Pemerintah Indonesia telah memprakarsai proses reformasi sektor kehutanan dan agraria dengan tujuan agar sekurang-kurangnya 30% hutan Indonesia dikelola melalui skema PHBM lebih dari 10 juta hektare pada tahun 2015, 40 juta hektar hingga tahun 2019). Di samping itu, proses reformasi ini juga meliputi pemulihan hak-hak pemanfaatan wilayah adat, penyelesaian konflik, pengalihan hak-hak pengelolaan secara penuh untuk hutan-hutan di Jawa kepada desa-desa dan percepatan izin pemanfaatan untuk skema-skema PHBM.

Pemerintah Indonesia telah membuat ketentuan-ketentuan untuk beberapa skema PHBM (lihat keterangan dalam kotak di bawah). Selain itu, pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan di dalam dan sekitar kawasan hutan merupakan salah satu kebijakan prioritas dari kabinet yang baru.

FORCLIME Lembaran Singkat

JENIS PHBM

Lokasi dan status kawasan

Pemanfaatan

Durasi Ijin

Lembaga Pengelola

HUTAN DESA (HD)

Kawasan Hutan Negara (Hutan Lindung atau Hutan Produksi)

Pemanfaatan Kayu, Hasil Hutan Non Kayu, Jasa Lingkungan

35 Tahun dan dapat diperpanjang

Lembaga Desa dibentuk dari Peraturan Desa

Hutan Kemasyarakatan (HKm)

Kawasan Hutan (Hutan Lindung, Hutan Produksi atau Hutan Konservasi kecuali cagar alam dan zona inti taman nasional)

Pemanfaatan Kayu, Hasil Hutan Non Kayu, Jasa Lingkungan

35 Tahun dan dapat diperpanjang

Kelompok masyarakat setempat

HUTAN ADAT

Bukan Kawasan Hutan Negara

Belum jelas pengaturannya

Belum jelas pengaturannya

Lembaga Adat

Hutan Tanaman Rakyat (HTR)

Kawasan Hutan (hutan konversi dan Hutan Produksi, yang tidak produktif dan tidak dibebani hak dikonversi menjadi hutan tanaman)

Pemanfaatan Kayu, Hasil Hutan Non Kayu, Jasa Lingkungan

60 Tahun dapat diperpanjang 1 kali selama 35 tahun

Koperasi atau perorangan

HUTAN RAKYAT (HR)

Lahan milik rakyat

Belum jelas pengaturannya

Belum jelas pengaturannya

Perorangan atau kelompok

Pola Kemitraan

Kawasan hutan (hutan konversi dan hutan produksi), hutan tanaman yang dikelola oleh pengusahaan hutan yang sedang berjalan

Pemanfaatan hasil hutan kayu, pemanenan hasil hutan bukan kayu,

35 tahun dan dapat diperpanjang

KPH, perusahaan pengusahaan hutan bekerja sama dengan masyarakat

Page 2: Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Note/Bahasa... · 2018-04-11 · pengelolaan hutan berbasis masyarakat ... mengelola dan melestarikan sumber daya hutan, ... yang beroperasi

Kegiatan yang dilakukan Di Kabupaten Kapuas Hulu dan Kabupaten Malinau, dinas kehutanan telah memilih dan menetapkan masyarakat percontohan untuk menerapkan hak pemanfaatan PHBM. Di Kabupaten Berau telah dilakukan penilaian awal terhadap potensi pelaksanaan PHBM dan KPH serta perusahaan pengusahaan hutan membantu masyarakat dalam bentuk pola kemitraan untuk mengelola hutan. FORCLIME mendukung proses-proses PHBM, mulai dari menyebarluaskan informasi tentang berbagai skema PHBM. Masyarakat dapat memilih skema yang paling tepat bagi mereka dan akan dibantu dalam menegosiasikan dan menentukan batas-batas wilayah desa mereka dengan desa tetangga. Penentuan batas wilayah desa ditentukan bersama-sama oleh perwakilan dari tiap-tiap desa dan juga oleh instansi pemerintah daerah terkait dan para pihak lainnya.

Salah satu kontribusi penting FORCLIME agar PHBM berhasil adalah melalui peningkatan kapasitas organisasi dan peningkatan kemampuan sumber daya manusia bagi warga desa yang dipilih melalui berbagai pelatihan. Pelatihan-pelatihan tersebut meliputi topik administratif dan manajerial serta aspek teknis seperti pemetaan partisipatif, pelatihan untuk fasilitator, dan pelatihan bagi para enumerator pada saat mereka sedang bekerja. Pelatihan yang diberikan juga mencakup keterampilan tentang bagaimana menilai dan membuat daftar kuantitas dan kualitas sumber daya hutan yang ada dan bagaimana mempersiapkan rencana pengelolaan hutan lestari yang baik. Melalui kunjungan lapangan dan dengan belajar dari hutan desa dan hutan masyarakat yang ada, masyarakat dapat mengembangkan ide-ide baru untuk pengembangan di masa yang akan datang berdasarkan pembelajaran yang telah didapatkan.

Dukungan dari pemerintah daerah sangat penting bagi pengembangan PHBM. Oleh karena itu, FORCLIME secara aktif memfasilitasi penyusunan peraturan gubernur mengenai prosedur pemberian izin atas hak-hak pengelolaan hutan desa di Kalimantan Timur, yang saat ini sedang dikaji oleh Kementerian.

Selain itu, masyarakat juga diberi bantuan dalam pemanfaatan hasil hutan dan pengembangan rantai nilai guna meningkatkan pendapatan dan memperbaiki mata pencaharian. Hasil hutan bukan kayu dengan potensi produksi yang tinggi antara lain meliputi madu, kakao, karet, bambu dan lain-lain.

Tujuan dan Visi PHBMStrategi PHBM bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan dan kepemilikan masyarakat setempat dalam pengelolaan hutan lestari. Kebijakan pemerintah dewasa ini tentang berbagai skema PHBM mengakomodasi kearifan lokal dalam mengelola dan melestarikan sumber daya hutan, mendukung peningkatan mata pencaharian dalam kerangka sasaran pembangunan nasional yang berpihak pada penduduk miskin, berpihak pada penyediaan lapangan kerja, berpihak pada pertumbuhan dan berpihak pada lingkungan (pro-poor, pro-job, pro-growth and pro-environment).

Visi PHBM adalah agar masyarakat setempat dapat secara aktif mengelola hutan mereka secara berkelanjutan, mampu memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari sekaligus mendiversifikasi sumber-sumber pendapatan yang dihasilkan melalui pemasaran sumber daya hutan dan hasil hutan olahan. Oleh karena itu, PHBM akan memberikan kontribusi terhadap pembangunan masyarakat yang berkelanjutan dan peningkatan mata pencaharian serta konservasi keanekaragaman hayati dan pengurangan dampak negatif dari dan adaptasi terhadap perubahan iklim.

PHBM dalam konteks Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH)Pengembangan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) adalah prasyarat bagi pengelolaan hutan berkelanjutan, tata kelola hutan yang baik, mitigasi perubahan iklim, konservasi keanekaragaman hayati dan peningkatan mata pencaharian. Pengembangan KPH telah menjadi prioritas nasional, dengan target untuk membangun 600 KPH di seluruh hutan negara Indonesia. Secara hukum, KPH tidak saja merupakan badan yang didirikan secara permanen dan bertanggung gugat melainkan juga merupakan penyedia layanan publik yang beroperasi di lingkungan hutan yang batas-batasnya telah dengan jelas ditetapkan. Pembangunan PHBM akan diintegrasikan ke dalam pembangunan KPH. KPH bertanggung jawab untuk memberdayakan masyarakat yang bergantung pada hutan dan diharapkan menjadi mitra, memberikan nasihat dan layanan teknis, menyetujui, memantau dan mengendalikan rencana pengelolaan hutan dan operasi hutan dalam berbagai skema PHBM.

Skema PHBM dalam konteks KPH

Page 3: Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Note/Bahasa... · 2018-04-11 · pengelolaan hutan berbasis masyarakat ... mengelola dan melestarikan sumber daya hutan, ... yang beroperasi

Capaian hasil • Konsep dari berbagai model PHBM telah diperkenalkan dan dibahas dengan ± 200 wakil-wakil masyarakat,

khususnya di Manua Sadap (± 1,395 ha) dan Desa Nanga Lauk (± 1.430 Ha) di Kabupaten Kapuas Hulu dan Desa Setulang (± 4,415 Ha) di Kabupaten Malinau.

• Pemetaan partisipatif telah dilaksanakan untuk mengidentifikasi wilayah-wilayah potensial untuk PHBM di desa Manua Sadap dan desa Pulau Manak di Kabupaten Kapuas Hulu.

• Proses pengembangan rencana pengelolaan hutan desa telah difasilitasi untuk tiga desa.

• Inventarisasi Sumber Daya Hutan Secara Partisipatif telah selesai dilakukan untuk desa Setulang dan desa Menua Sadap.

• Peningkatan kapasitas bagi lembaga pengelolaan hutan desa termasuk bantuan dalam penyusunan rancangan peraturan desa telah dilaksanakan di tiga desa.

• Pengakuan resmi oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah terhadap kawasan pengelolaan hutan desa untuk tiga desa telah berhasil diwujudkan melalui bantuan yang kami berikan.

• Telah pula diterbitkan buku lapangan berjudul “Pedoman dan Tata Cara Penyusunan Skema Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat”.

• Pembelajaran tentang pembangunan hutan desa di Malinau dan Kapuaas Hulu telah berhasil diidentifikasi dan digunakan sebagai umpan balik bagi para pembuat kebijakan di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (bekerja sama dengan Dewan Kehutanan Kalimantan Timur, WWF, dan Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur).

• Pelatihan Teknis tentang Perencanaan Konservasi Secara Partisipatif telah dilakukan untuk desa Manua Sadap guna menanamkan pentingnya keanekaragaman hayati dalam rencana pengelolaan hutan desa.

• Di Berau telah diprakarsai skema pemanenan berkelanjutan untuk madu dan pengembangan madu yang dihasilkan oleh lebah jenis Trigona.

• Perwakilan masyarakat Jambi dan Jawa telah difasilitasi untuk mendapatkan pembelajaran dan pengalaman dari masyarakat Kalimantan mengenai Pembangunan Hutan Desa melalui lokakarya dan kunjungan lapangan.

• Buku tentang “Pilihan untuk Skema Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat untuk Mengurangi Dampak Buruk dari Perubahan Iklim” telah diterbitkan.

• Analisis mengenai konflik penggunaan lahan hutan akibat klaim tumpang tindih antara masyarakat dan pemerintah serta sektor swasta telah berhasil dilakukan di 5 desa di Kapuas Hulu dan Berau; di samping itu, telah diprakarsai mekanisme mediasi dan penyelesaian konflik melalui kerja sama dengan GIZ Forest Governance Programme dan lembaga swadaya masyarakat.

• Pembelajaran tentang PHBM di 5 KPH (Berau, Kapuas Hulu, Rinjani Barat, Gularaya, Yogyakarta) telah disusun.

• Analisis tentang kerentanan sosial ekonomi bagi masyarakat yang hidupnya bergantung pada hutan terhadap dampak perubahan iklim telah dilakukan di 64 desa di Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Malinau dan Kabupaten Berau.

Page 4: Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Note/Bahasa... · 2018-04-11 · pengelolaan hutan berbasis masyarakat ... mengelola dan melestarikan sumber daya hutan, ... yang beroperasi

Forests and Climate Change (FORCLIME)

FORCLIME Kerja Sama Teknis (TC) adalah program yang dilaksanakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia dan GIZ, dan didanai oleh Kementerian Federal Jerman untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (BMZ)

Forests and Climate Change Programme (FORCLIME)Manggala Wanabakti Building, Block VII, 6th Floor Jl. Jenderal Gatot Subroto, SenayanJakarta 10270, IndonesiaTel: +62 (0) 21 572 0214 Fax: +62 (0) 21 572 0193

http://www.forclime.org

Dukungan selanjutnya:• Mendukung peningkatan kapasitas personel KPH, paling tidak di tiga KPH, di bidang

pelibatan masyarakat dan keterampilan/bakat (soft skills) yang.

• Mendukung finalisasi rencana pengelolaan jangka panjang hutan desa dan rencana kerja tahunan untuk desa Manua Sadap dan desa Nanga Lauk (Kabupaten Kapuas Hulu) desa Setulang (Kabupaten Malinau) serta membantu persiapan untuk mendapatkan persetujuan dari masing-masing gubernur.

• Mendukung Dinas Kehutanan Kalimantan Utara dalam penyusunan peraturan daerah tentang perizinan berdasarkan skema PHBM.

• Mendukung mensosialisasikan peraturan baru tentang hutan desa (P.89/Menhut-II/2014)

• Mendukung inkubator bisnis untuk pengembangan hasil hutan bukan kayu (HHBK) di desa-desa yang dipilih dalam KPH percontohan - seperti pembuatan teh Mangar atau produksi madu hutan di KPH Berau Barat.

• Mendukung masyarakat di Berau dan Kapuas Hulu dalam proses mediasi konflik lahan hutan melalui pelatihan khusus dan dengan mendirikan forum penyelesaian konflik.

• Memfasilitasi pemerintah desa dalam menyesuaikan penyusunan anggaran hutan desa dengan mekanisme penyusunan Anggaran Dana Desa.

• Mendukung peningkatan keterampilan kewirausahaan bagi pegawai KPH dan masyarakat.

• Memprakarsai pola kemitraan antara masyarakat dan KPH di ‘Kawasan Tertentu’ di kecamatan Long Beliu dan Long Kelay.

• Mendukung inisiatif Pembayaran Jasa Ekosistem (PES) melalui pengembangan ekowisata di lingkungan hutan desa di Kapuas Hulu dan Malinau.

• Mendukung pengembangan kapasitas bagi asosiasi madu di hutan desa Nanga Lauk di Kapuas Hulu.

• Memprakarsai model belajar terkait dengan pengurangan dampak negatif dari dan adaptasi terhadap perubahan iklim sekurang-kurangnya di salah satu hutan desa.