Pengelolaan budidaya sagu (Metroxylon spp.) Di PT National ... · Pencegahan yang dilakukan yaitu...

18
PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena sagu merupakan tanaman hutan bukan kayu. Tanaman sagu merupakan tumbuhan hutan liar yang mulai dibudidayakan agar menghasilkan produktivitas yang optimal. Kegiatan budidaya sagu yang dilakukan oleh PT National Sago Prima yaitu pembukaan lahan, pembibitan, penanaman, penyulaman, pemeliharaan dan pemanenan. Pembukaan lahan yang dilakukan meliputi blocking area dan stacking. Pembibitan terdiri atas pengambilan anakan dan persemaian. Penanaman dan penyulaman meliputi pemancangan, pembuatan lubang tanam, dan pe- nanaman. Pemeliharaan terdiri atas pengendalian gulma secara manual dan kimia, serta penjarangan anakan. Selain itu dilakukan kegiatan pemanenan yang meliputi tahapan dan sistem pemanenan. Pemeliharaan pada PT National Sago Prima dilakukan rutin dan intensif untuk menjaga produktivitas yang dihasilkan. Pemeliharaan yang dilakukan yaitu pengendalian gulma secara manual dan kimia serta penjarangan anakan. Pe- mupukan belum dilakukan pada perkebunan sagu milik PT National Sago Prima. Hal ini dikarenakan belum adanya hasil yang optimum dari pemupukan yang pernah dilakukan sebelumnya. Selain itu belum ada dosis dan rekomendasi yang tepat sebagai acuan dalam melakukan pemupukan. Penentuan acuan dalam melakukan pemupukan masih dalam penelitian. Pengendalian hama dan penyakit sudah dilakukan secara optimal pada perkebunan sagu. Pengendalian dilakukan dengan pencegahan terhadap serangan hama dan penyakit. Pencegahan yang dilakukan yaitu pada tanaman sagu dan pembibitan. Kebersihan kebun perlu dilakukan secara rutin untuk mengurangi vektor cendawan, hama dan penyakit. Hama yang menyerang tanaman sagu yaitu anai-anai (rayap), babi, dan ulat sagu. Ulat sagu (Rynchophorus Ferrugineus Oliver) merupakan larva dari kumbang yang menyerang batang sagu. Kumbang tersebut meletakkan telur pada banir anakan atau batang sagu yang terluka.

Transcript of Pengelolaan budidaya sagu (Metroxylon spp.) Di PT National ... · Pencegahan yang dilakukan yaitu...

Page 1: Pengelolaan budidaya sagu (Metroxylon spp.) Di PT National ... · Pencegahan yang dilakukan yaitu pada tanaman sagu dan pembibitan. ... yang dilakukan yaitu pemangkasan dan aplikasi

PEMBAHASAN

PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang

bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan

sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena sagu merupakan tanaman

hutan bukan kayu. Tanaman sagu merupakan tumbuhan hutan liar yang mulai

dibudidayakan agar menghasilkan produktivitas yang optimal.

Kegiatan budidaya sagu yang dilakukan oleh PT National Sago Prima

yaitu pembukaan lahan, pembibitan, penanaman, penyulaman, pemeliharaan dan

pemanenan. Pembukaan lahan yang dilakukan meliputi blocking area dan

stacking. Pembibitan terdiri atas pengambilan anakan dan persemaian. Penanaman

dan penyulaman meliputi pemancangan, pembuatan lubang tanam, dan pe-

nanaman. Pemeliharaan terdiri atas pengendalian gulma secara manual dan kimia,

serta penjarangan anakan. Selain itu dilakukan kegiatan pemanenan yang meliputi

tahapan dan sistem pemanenan.

Pemeliharaan pada PT National Sago Prima dilakukan rutin dan intensif

untuk menjaga produktivitas yang dihasilkan. Pemeliharaan yang dilakukan yaitu

pengendalian gulma secara manual dan kimia serta penjarangan anakan. Pe-

mupukan belum dilakukan pada perkebunan sagu milik PT National Sago Prima.

Hal ini dikarenakan belum adanya hasil yang optimum dari pemupukan yang

pernah dilakukan sebelumnya. Selain itu belum ada dosis dan rekomendasi yang

tepat sebagai acuan dalam melakukan pemupukan. Penentuan acuan dalam

melakukan pemupukan masih dalam penelitian.

Pengendalian hama dan penyakit sudah dilakukan secara optimal pada

perkebunan sagu. Pengendalian dilakukan dengan pencegahan terhadap serangan

hama dan penyakit. Pencegahan yang dilakukan yaitu pada tanaman sagu dan

pembibitan. Kebersihan kebun perlu dilakukan secara rutin untuk mengurangi

vektor cendawan, hama dan penyakit. Hama yang menyerang tanaman sagu yaitu

anai-anai (rayap), babi, dan ulat sagu. Ulat sagu (Rynchophorus Ferrugineus

Oliver) merupakan larva dari kumbang yang menyerang batang sagu. Kumbang

tersebut meletakkan telur pada banir anakan atau batang sagu yang terluka.

Page 2: Pengelolaan budidaya sagu (Metroxylon spp.) Di PT National ... · Pencegahan yang dilakukan yaitu pada tanaman sagu dan pembibitan. ... yang dilakukan yaitu pemangkasan dan aplikasi

47

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup

atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

selain itu merendam bibit dengan larutan fungisida sebelum disemai. Hama yang

menyerang bibit di persemaian yaitu belalang dan ulat. Serangan hama tersebut

tidak merugikan karena tidak sampai menyebabkan kematian bibit hanya terjadi

kerusakan pada daun-daun bibit. Penyakit yang menyerang pada bibit di persemai-

an adalah busuk pangkal batang yang disebabkan cendawan (Penicillium sp dan

Aspergillus sp). Bibit yang terserang menjadi mengering dan mati.

Kegiatan budidaya yang menjadi fokus kerja PT National Sago Prima saat

ini adalah pembukaan lahan, pembibitan, dan penyulaman. Ketiga kegiatan

tersebut menjadi fokus kerja PT National Sago Prima karena masih banyak lahan

perusahaan yang belum ditanami tanaman sagu dan banyak tanaman sagu yang

mati pada divisi yang sudah ditanami. Pembukaan lahan untuk budidaya sagu

membutuhkan bibit yang akan ditanam lebih banyak dibandingkan penyulaman

pada divisi yang sudah ada tanaman sagu. Kebutuhan bibit untuk penanaman pada

lahan yang baru dibuka divisi 5 dan 7 yaitu sekitar 250 000 bibit dan penyulaman

pada divisi 1 - 4 sekitar 150 000 bibit.

PT National Sago Prima bekerjasama dengan PT Prima Kelola Agribisnis

dan Agroindustri IPB dalam pemenuhan bibit untuk penanaman dan penyulaman.

Selain itu dilakukan kerjasama dengan BPPT untuk menyediakan bibit yang

masih belum terpenuhi. Kebutuhan bibit yang sangat banyak tidak hanya dapat

dipenuhi oleh PT Prima Kelola Agribisnis dan Agroindustri IPB dan BPPT karena

dalam menyiapkan bibit sagu yang unggul dan berkualitas dibutuhkan penanganan

dan waktu yang lama. PT National Sago Prima juga melakukan swakelola

pembibitan pada setiap Divisi 1, 2, 3 dan 4.

Kebutuhan bibit yang banyak dan dibutuhkan dalam waktu yang cepat

mengakibatkan kurang berkualitasnya bibit yang dihasilkan. Bibit yang ditanam

tidak sesuai dengan kriteria bibit siap tanam, banyak bibit yang tidak berdaun,

petiol patah akibat kesalahan dalam pelangsiran. Kriteria bibit yang tidak sesuai

juga disebabkan karena kurang terseleksinya bibit baik sebelum disemai maupun

setelah siap salur.

Page 3: Pengelolaan budidaya sagu (Metroxylon spp.) Di PT National ... · Pencegahan yang dilakukan yaitu pada tanaman sagu dan pembibitan. ... yang dilakukan yaitu pemangkasan dan aplikasi

48

Pertumbuhan bibit siap salur yang berkualitas baik dan seragam dibutuh-

kan dalam penanaman. Hal ini dikarenakan pertumbuhan bibit di persemaian

dapat menentukan pertumbuhan di lapang. Bibit yang mempunyai perakaran yang

kuat dan tunas yang banyak dapat lebih bertahan di lapang. Perlu dilakukan

perlakuan yang tepat pada persemaian agar menghasilkan bibit yang unggul. Salah

satu perlakuan yang dilakukan yaitu pemangkasan dan aplikasi hormon organik

pada petiol bibit sagu di persemian.

Pemangkasan dan Aplikasi Hormon Organik Pada Petiol Bibit Sagu

Di Persemaian

Pembibitan sagu dapat dilakukan dengan perbanyakan vegetatif maupun

generatif. Perbanyakan secara vegetatif lebih banyak dilakukan karena selain

menghasilkan anakan yang memiliki kesamaan secara fenotip dan genotip dengan

induknya, ketersediaan bibit untuk perbanyakan lebih banyak dibandingkan

dengan ketersediaan benih generatif. Benih generatif sulit didapatkan karena

umumnya pohon sagu dipanen pada fase berbunga dan belum membentuk buah,

selain itu benih yang dihasilkan fertil akibat dari pembungaan yang tidak se-

rempak.

Pembibitan sagu menggunakan anakan dilakukan dengan sistem persemai-

an di kanal. Sistem tersebut masih perlu dilakukan upaya perbaikan untuk

meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Persentase bibit hidup di persemaian yaitu

berkisar antara 70-90%, namun di lapang pertumbuhannya dapat lebih rendah. Hal

ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kondisi bibit, cuaca, dan hama

penyakit. Seleksi bibit yang baik perlu dilakukan sebelum persemaian bibit,

karena hal itu mempengaruhi kondisi bibit. Selain itu perbaikan persemaian

dengan pemeliharaan bibit mulai dari awal persemaian sampai akhir persemaian

perlu dilakukan untuk menambah presentase kehidupan bibit. Salah satunya

dengan pemangkasan petiol dan pemberian hormon.

Hasil dari percobaan pemangkasan dan pemberian hormon organik pada

petiol bibit sagu di persemaian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dari kedua

faktor tersebut terhadap persentase kehidupan bibit dan pertumbuhan vegetatif

selama di persemaian dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 4: Pengelolaan budidaya sagu (Metroxylon spp.) Di PT National ... · Pencegahan yang dilakukan yaitu pada tanaman sagu dan pembibitan. ... yang dilakukan yaitu pemangkasan dan aplikasi

49

Tabel 1. Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pengaruh pemangkasan (P), aplikasi hormon organik (H), dan interaksi PxH, terhadap persentase kehidupan bibit, jumlah daun, panjang daun pangkasan, panjang daun baru, jumlah anak daun pangkasan, jumlah anak daun baru, panjang anak daun pangkasan, panjang anak daun baru, lebar anak daun pangkasan dan lebar anak daun baru

Peubah MSA P H P*H KK

Persentase kehidupan bibit

0 ** tn tn 4.86 1 ** tn tn 8.71 2 ** tn tn 9.56 3 ** tn tn 10.1 4 ** tn tn 10.93 5 ** tn tn 12.39 6 ** tn tn 12.88 7 ** tn tn 12.55 8 ** tn tn 12.66

Jumlah daun

1 tn tn tn 4.4 2 * * tn 5.08 3 tn tn tn 8.68 4 tn tn tn 9.31 5 tn tn tn 8.05 6 ** tn tn 9.09 7 ** tn tn 16.41 8 ** tn tn 17.97

Panjang daun pangkasan

1 ** tn ** 16.14 2 ** tn tn 19.98 3 ** tn tn 18.73 4 ** tn tn 17.91 5 ** tn tn 18.69 6 ** tn tn 18.62 7 ** tn tn 18.07

8 ** tn tn 19.47

Panjang daun baru

1 * tn tn 112.57 2 ** tn tn 75.61 3 * tn tn 71.48 4 tn tn tn 80.14 5 tn tn tn 54.39 6 tn tn tn 43.32 7 tn tn tn 29.37 8 tn * tn 19.99

Ket : Pemangkasan (P), aplikasi Hormon Organik (H), tidak berbeda nyata (tn), berbeda nyata (*), sangant berbeda nyata (**), koefisien keragaman (kk).

Page 5: Pengelolaan budidaya sagu (Metroxylon spp.) Di PT National ... · Pencegahan yang dilakukan yaitu pada tanaman sagu dan pembibitan. ... yang dilakukan yaitu pemangkasan dan aplikasi

50

Peubah MSA P H P*H KK

Jumlah anak daun pangkasan

3 tn tn tn 32.44

4 tn tn tn 35.94

5 tn tn tn 38.20

6 tn tn tn 28.81

7 tn tn tn 26.83

8 tn tn tn 27.44

Jumlah anak daun baru

6 tn tn tn 7.58

7 tn tn * 11.27

8 tn tn tn 19.60

Panjang anak daun pangkasan

3 ** tn tn 16.54

4 ** tn tn 21.06

5 ** tn tn 25.47

6 ** tn tn 22.83

7 ** tn tn 17.64

8 ** tn tn 19.21

Panjang anak daun baru

6 tn tn tn 14.57

7 tn tn tn 19.42

8 tn tn tn 21.60

Lebar anak daun Pangkasan

3 tn tn tn 17.12

4 tn tn tn 27.76

5 tn tn tn 16.30

6 tn tn tn 13.96

7 tn * tn 9.30

8 tn tn tn 47.25

Lebar anak daun baru

6 tn tn tn 14.57

7 tn tn tn 19.42

8 tn tn tn 21.60 Ket : Pemangkasan (P), aplikasi Hormon Organik (H), tidak berbeda nyata (tn), berbeda nyata (*), sangant berbeda nyata (**), koefisien keragaman (kk).

Page 6: Pengelolaan budidaya sagu (Metroxylon spp.) Di PT National ... · Pencegahan yang dilakukan yaitu pada tanaman sagu dan pembibitan. ... yang dilakukan yaitu pemangkasan dan aplikasi

51

Pemangkasan mempengaruhi persentase kehidupan dan beberapa per-

tumbuhan vegetatif bibit sagu di persemaian. Pemangkasan berpengaruh sangat

nyata pada 0 hingga 8 MSA (Minggu Setelah Aplikasi) terhadap persentase ke-

hidupan bibit. Pemangkasan berpengaruh sangat nyata terhadap panjang daun

pangkas dan panjang anak daun pangkasan pada 1 hingga 8 MSA. Pemangkasan

juga berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada 2 MSA dan berpengaruh

sangat nyata pada 6 hingga 8 MSA. Selain itu, pemangkasan berpengaruh nyata

terhadap panjang daun baru pada 1 dan 3 MSA serta berpengaruh sangat nyata

pada 2 MSA.

Secara umum perlakuan pemberian hormon organik tidak berpengaruh

nyata terhadap persentase kehidupan bibit dan pertumbuhan vegetatif bibit sagu di

persemaian. Pemberian hormon organik berpengaruh nyata pada 2 MSA terhadap

jumlah daun. Perlakuan pemberian hormon organik berpengaruh nyata terhadap

panjang daun baru pada 8 MSA. Selain itu pada 7 MSA, pemberian hormon

organik berpengaruh nyata terhadap lebar anak daun pangkasan.

Interaksi antara pemangkasan dan pemberian hormon organik berpengaruh

sangat nyata pada 1 MSA terhadap panjang daun pangkasan. Interaksi antara

pemangkasan dan pemberian hormon organik juga berpengaruh nyata terhadap

jumlah anak daun baru pada 7 MSA. Interaksi antara pemangkasan dan pemberian

hormon organik tidak menunjukkan pengaruh nyata terhadap persentase

kehidupan bibit, jumlah daun, panjang daun baru, jumlah anak daun pangkasan,

panjang anak daun pangkasan dan baru, dan lebar anak daun pangkasan dan baru.

Persentase Kehidupan Bibit

Persentase kehidupan bibit didapatkan dari jumlah bibit yang hidup di

persemaian dari 0 Minggu Setelah Aplikasi (MSA) hingga 8 MSA. Persentase

bibit yang hidup menurun tiap minggunya. Menurut Irawan et al. (2009) bibit

sagu yang berasal dari induk yang ditanam di lahan gambut mampu hidup di

persemaian sekitar 70-90%. Bibit sagu yang digunakan yaitu bibit sagu berduri,

berdasarkan penelitian Maulana (2011) presentase bibit hidup jenis sagu tidak

berduri lebih besar dibandingkan bibit sagu berduri. Pada Gambar 14 terlihat

bahwa pada awal minggu setelah aplikasi persentase pertumbuhan bibit antara 80-

Page 7: Pengelolaan budidaya sagu (Metroxylon spp.) Di PT National ... · Pencegahan yang dilakukan yaitu pada tanaman sagu dan pembibitan. ... yang dilakukan yaitu pemangkasan dan aplikasi

52

100 %, namun terjadi penurunan persentase kehidupan bibit hingga 2 MSA.

Setelah melewati 2 MSA persentase bibit yang hidup semakin menurun namun

penurunannya tidak curam hingga 8 MSA.

Gambar 13. Persentase Kehidupan Bibit

Data sidik ragam persentase kehidupan bibit menunjukkan bahwa interaksi

antara kedua faktor tidak berbeda nyata pada 0 hingga 8 MSA. Namun, berdasar-

kan rata-rata perlakuan yang memiliki persentase kehidupan bibit yang besar pada

8 MSA yaitu perlakuan dengan pemangkasan 20 cm dari atas banir dan tanpa

hormon organik (P1H0) sebesar 87. 78 %, sedangkan perlakuan dengan pemang-

kasan 30 cm dari atas banir dan aplikasi hormon 3 ml/l (P2H2) pada 8 MSA

memiliki persentase kehidupan bibit terendah dengan 56.67 %.

Pemangkasan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap persentase ke-

hidupan bibit. Pada interaksi kedua faktor, pemangkasan 20 cm dari atas banir

memberikan pengaruh paling nyata (Tabel 2). Pengaruh pemangkasan 20 cm dari

atas banir (P1) lebih tinggi persentase kehidupan bibitnya dibandingkan perlakuan

tanpa pangkas (P0) dan pemangkasan 30 cm dari atas banir (P2).

Page 8: Pengelolaan budidaya sagu (Metroxylon spp.) Di PT National ... · Pencegahan yang dilakukan yaitu pada tanaman sagu dan pembibitan. ... yang dilakukan yaitu pemangkasan dan aplikasi

53

Tabel 2. Pengaruh Pemangkasan (P) terhadap Persentase Kehidupan Bibit

Perlakuan Pemangkasan

MSA 0 1 2 3 4 5 6 7 8

……………………...%................................... P0 26.92b 26.50b 26.42a 26.25a 25.58a 24.58a 24.42a 24.25a 23.58a P1 29.83a 28.75a 26.58a 26.10a 25.92a 25.83a 25.75a 25.67a 25.50a P2 29.10a 25.42b 21.92b 21.50b 21.25b 21.17b 20.92b 20.58b 19.67b

Uji F ** ** ** ** ** ** ** ** ** Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5 %. tn: tidak berbeda nyata *): berbeda nyata pada taraf 5 % **): berbeda sangat nyata pada taraf 5 %

Daun dari anakan yang tidak dipangkas akan merespon dengan cepat

proses transpirasi, sehingga tingkat kematian bibit meningkat (Irawan, 2010).

Persentase kehidupan bibit di persemaian dipengaruhi oleh kondisi bibit,

lingkungan persemaian, dan hama penyakit. Kondisi bibit Selama akar belum

terbentuk di persemaian, nutrisi yang didapatkan bibit seluruhnya berasal dari

banir. Setelah akar terbentuk bibit mendapatkan nutrisi selain dari banir juga

berasal dari air kanal. Hama penyakit yang dominan di persemaian sistem kanal

yaitu belalang, ulat dan cendawan.

Pemangkasan mempengaruhi persentase kehidupan bibit di persemaian.

Pemangkasan 20 cm dari atas banir membuat bibit lebih dapat bertahan hidup

karena nutrisi yang diberikan banir hanya diberikan pada petiol setinggi 20 cm,

sedangkan pangkasan yang lebih tinggi membutuhkan nutrisi yang lebih banyak

dari banir.

Pemberian hormon organik tidak berpengaruh nyata terhadap persentase

kehidupan bibit. Pemberian hormon maupun tanpa pemberian hormon jumlah

bibit yang hidup tidak berbeda. Hal ini menunjukkan lebih efisien dan efektif

tidak melakukan pemberian hormon. Faktor yang mempengaruhinya yaitu cuaca,

pemberian konsentrasi dan cara aplikasi. Cuaca panas dapat membuat bibit lebih

cepat berespirasi sehingga petiol cepat mengering sebelum hormon masuk ke

dalam jaringan. Konsentrasi hormon yang digunakan terlalu kecil sehingga tidak

terlalu berpengaruh, selain itu cara aplikasi yang digunakan tidak tepat karena

pengolesan hormon pada bekas pangkasan terhalang oleh getah yang keluar dari

bibit.

Page 9: Pengelolaan budidaya sagu (Metroxylon spp.) Di PT National ... · Pencegahan yang dilakukan yaitu pada tanaman sagu dan pembibitan. ... yang dilakukan yaitu pemangkasan dan aplikasi

54

Pertumbuhan Vegetatif Bibit Sagu

Jumlah Daun

Jumlah daun dihitung berdasarkan daun yang keluar dari bibit setelah

aplikasi pemangkasan dan pemberian hormon, terdiri atas daun pangkasan dan

daun baru. Daun pangkasan yaitu daun yang tumbuh setelah dipangkas, se-

dangkan daun baru yaitu daun yang tumbuh mulai dari tunas. Jumlah daun

pangkasan hanya satu sedangkan jumlah daun baru lebih dari satu petiol.

Gambar 14. Jumlah Daun

Interaksi antara pemangkasan dan aplikasi hormon tidak berpengaruh

nyata terhadap jumlah daun, namun perlakuan pangkasan 20 cm dari atas banir

dan tanpa aplikasi hormon (P1H0) menunjukkan hasil yang lebih baik.

Berdasarkan Gambar 15 jumlah daun pada setiap perlakuan memiliki jumlah yang

sama dari 1 MSA hingga 6 MSA yaitu rata-rata sebanyak 1.0 sampai 1.5 daun.

Pada akhir pengamatan yaitu 7 hingga 8 MSA mengalami peningkatan jumlah

daun terutama perlakuan P1H0 (pemangkasan 20 cm dari atas banir dan tanpa

hormon organik). Pada 8 MSA jumlah daun P1H0 rata-rata mencapai 2.02 daun.

Jumlah daun terkecil dimiliki oleh perlakuan P0H1 yaitu kontrol tanpa

pemangkasan dan konsentrasi hormone 1 ml/l sebanyak 1.23 daun.

Page 10: Pengelolaan budidaya sagu (Metroxylon spp.) Di PT National ... · Pencegahan yang dilakukan yaitu pada tanaman sagu dan pembibitan. ... yang dilakukan yaitu pemangkasan dan aplikasi

55

Perlakuan pemangkasan memberikan pengaruh terhadap jumlah daun

(Tabel 3). Pemangkasan berpengaruh nyata pada 2 MSA dan berpengaruh sangat

nyata mulai 6 hingga 8 MSA. Pemangkasan berpengaruh pada 2 MSA karena

pada minggu tersebut banyak tunas atau daun baru yang muncul, namun minggu

selanjutnya tidak berpengaruh nyata. Setelah 5 MSA, pemangkasan berpengaruh

sangat nyata hingga 8 MSA. Persemaian 5 MSA artinya sama dengan persemaian

9 MSS (Minggu Setelah Semai) atau lebih dari dua bulan karena aplikasi

dilakukan satu bulan setelah semai. Menurut Flach (1983) bibit sagu yang tumbuh

dapat mengeluarkan 1 - 2 daun setiap bulannya.

Tabel 3. Pengaruh Pemangkasan (P) dan Aplikasi Hormon Organik (H) terhadap Jumlah Daun

Perlakuan MSA

1 2 3 4 5 6 7 8 Pemangkasan …………………daun.............................

P0 1.02 1.02b 1.04 1.10 1.17 1.20b 1.24b 1.32b P1 1.04 1.09a 1.13 1.20 1.25 1.40a 1.60a 1.70a P2 1.06 1.09a 1.10 1.17 1.21 1.29b 1.38b 1.45b

Uji F tn * tn tn tn ** ** ** Hormon Organik …………………daun.............................

H0 1.03 1.06ab 1.08 1.14 1.20 1.31 1.50 1.60 H1 1.04 1.06ab 1.08 1.13 1.18 1.27 1.34 1.40 H2 1.02 1.04b 1.06 1.12 1.17 1.28 1.38 1.46 H3 1.07 1.11a 1.14 1.24 1.28 1.34 1.42 1.50

Uji F tn * tn tn tn tn tn tn Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5 %. tn: tidak berbeda nyata *): berbeda nyata pada taraf 5 % **): berbeda sangat nyata pada taraf 5 %

Daun yang muncul pada bibit dipengaruhi oleh perlakuan pemangkasan.

Pemangkasan pendek yaitu 20 cm dari atas banir (P1) memiliki jumlah daun lebih

banyak daripada tanpa pemangkasan (P0) dan pemangkasan 30 cm dari atas banir

(P2). Hal ini karena pemangkasan yang pendek dekat dengan titik tumbuh,

sehingga memacu pertumbuhan tunas atau daun baru. Penguapan dari pangkasan

20 cm di atas banir lebih sedikit sehingga pertumbuhan bibit lebih baik, cadangan

air digunakan untuk pembentukan daun baru. Menurut Bintoro et al. (2008) bibit

Page 11: Pengelolaan budidaya sagu (Metroxylon spp.) Di PT National ... · Pencegahan yang dilakukan yaitu pada tanaman sagu dan pembibitan. ... yang dilakukan yaitu pemangkasan dan aplikasi

56

yang dipotong paling pendek mengakibatkan respirasi lebih rendah, sehingga

fotosintesis digunakan untuk pertumbuhan daun.

Bibit yang diberi hormon maupun tidak diberi hormon memiliki rataan

jumlah daun yang tidak jauh berbeda. Data sidik ragam menunjukkan bahwa

pemberian hormon organik berpengaruh nyata hanya pada 2 MSA. Pemberian

hormon organik dengan konsentrasi tinggi 5 ml/l menunjukkan hasil jumlah daun

tertinggi pada minggu tersebut. Berdasarkan penelitian Bintoro et al. (2008)

pemberian dua jenis zat pengatur tumbuh (MPA dan Ston-F) tidak memacu

pertumbuhan daun, namun pemberian semua konsentrasi MPA dapat meningkat-

kan jumlah daun.

Panjang Daun Pangkasaan

Daun pangkasan yaitu daun yang muncul setelah dilakukan pemangkasan.

Awal-awal muncul masih berupa petiol setelah itu daun mulai mekar. Perlakuan

pemangkasan berpengaruh sangat nyata terhadap panjang daun pangkasan, se-

dangkan pemberian hormon organik tidak mempengaruhi panjang daun pang-

kasan pada seluruh pengamatan.

Perlakuan interaksi antara pemangkasan dan pemberian hormon organik

memberikan pengaruh nyata terhadap panjang daun pangkasan pada pengamatan

1 MSA (Tabel 4). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa interaksi perlakuan

pemangkasan 20 cm dari atas banir dan tanpa hormon organik (P1H0) pada 1

MSA memberikan pengaruh paling besar dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Hal ini menunjukkan bahwa pemangkasan dengan menyisakan daun paling

pendek membuat respirasi lebih rendah, sehingga fotosintesis digunakan untuk

pertumbuhan panjang daun. Selain itu, persemaian dapat lebih efisien dan efektif

dengan tidak dilakukan pemberian hormon.

Page 12: Pengelolaan budidaya sagu (Metroxylon spp.) Di PT National ... · Pencegahan yang dilakukan yaitu pada tanaman sagu dan pembibitan. ... yang dilakukan yaitu pemangkasan dan aplikasi

57

Tabel 4. Interaksi antara Pemangkasan (P) dengan Aplikasi Hormon Organik terhadap Panjang Daun Pangkasan

Perlakuan MSA

1 2 3 …………cm………..

P0

H0 3.08cd 5.36 7.90 H1 4.41bc 7.93 10.98 H2 3.75c 6.62 9.63 H3 2.16d 3.91 5.67

P1

H0 6.62a 12.66 18.48 H1 5.66ab 10.84 15.23 H2 5.98ab 11.64 17.97 H3 5.72ab 11.88 17.42

P2

H0 6.55a 12.13 17.33 H1 5.34ab 11.07 16.20 H2 3.78bc 8.26 11.99 H3 5.96ab 10.73 14.96

Uji F ** tn tn Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5 %. tn: tidak berbeda nyata *): berbeda nyata pada taraf 5 % **): berbeda sangat nyata pada taraf 5 %

Pemangkasan berpengaruh sangat nyata terhadap panjang daun pangkasan

(Tabel 5). Pemangkasan yang paling cepat pertumbuhan panjang daun pang-

kasannya yaitu P1 (pemangkasan 20 cm dari atas banir). Mc Kamey dalam

Bintoro et al., (2008) mengatakan bahwa pemangkasan daun akan merangsang

pertumbuhan daun dan menurut Atminingsih (2006) pada awal pertumbuhan, luas

daun yang dipangkas menurun tetapi kemudian meningkat.

Tabel 5. Pengaruh Pemangkasan (P) terhadap Panjang Daun Pangkasan

Perlakuan Pemangkasan

MSA 1 2 3 4 5 6 7 8

…………………..cm.............................. P0 3.35b 5.96b 8.55b 11.49c 14.56c 16.69b 18.82c 21.76b P1 5.99a 11.76a 17.28a 22.06a 25.73a 29.01a 32.14a 33.86a P2 5.41a 10.55a 15.12a 19.06b 22.20b 25.36a 27.81b 29.84a

Uji F ** ** ** ** ** ** ** ** Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5 %. tn: tidak berbeda nyata *): berbeda nyata pada taraf 5 % **): berbeda sangat nyata pada taraf 5 %

Page 13: Pengelolaan budidaya sagu (Metroxylon spp.) Di PT National ... · Pencegahan yang dilakukan yaitu pada tanaman sagu dan pembibitan. ... yang dilakukan yaitu pemangkasan dan aplikasi

58

Panjang Daun Baru

Daun baru yaitu daun yang muncul setelah daun pangkasan, jumlah daun

baru bisa lebih dari satu tunas. Berdasarkan hasil sidik ragam, pemangkasan ber-

pengaruh terhadap pertumbuhan panjang daun baru hanya pada 1 MSA hingga 3

MSA (Tabel 6). Selanjutnya pemangkasan tidak memberikan pengaruh yang

nyata terhadap pertumbuhan panjang daun baru. Pertumbuhan panjang daun baru

lebih cepat bila dibandingkan dengan pertumbuhan panjang daun pangkasan.

Perlakuan P1 (pangkas 20 cm dari atas banir) menunjukkan hasil yang

paling panjang dari perlakuan lainnya pada 2 MSA hingga 3 MSA. Namun, pada

akhir pengamatan perlakuan pemangkasan tidak berbeda nyata. Bibit yang

diambil dari rumpun yang telah dipanen memiliki usia yang telah cukup tua dan

banir cukup keras. Bibit tersebut memiliki bobot yang tinggi, sehingga kandungan

pati dan kadar air lebih tinggi. Kandungan pati dan kadar air digunakan untuk

pertumbuhan bibit dipersemaian sehingga pertumbuhannya lebih baik.

Tabel 6. Pengaruh Pemangkasan (P) dan Aplikasi Hormon Organik (H)

terhadap Panjang Daun Baru

Perlakuan MSA

1 2 3 4 5 6 7 8 Pemangkasan …………………..cm..............................

P0 0.63b 1.56b 7.42b 13.83 3.43 29.91 37.05 40.08 P1 2.94ab 12.73a 21.32a 21.44 26.30 26.41 31.87 37.73 P2 3.74a 10.41a 16.45ab 20.37 27.36 30.03 34.03 40.48

Uji F * ** * tn tn tn tn tn Hormon Organik …………………..cm..............................

H0 2.21 7.81 14.96 19.22 22. 41 27.26 32.26 34.79b H1 2.28 8.75 14.64 20.39 28.04 28.67 35.13 41.70ab H2 1.41 5.66 11.18 14.54 23.99 24.63 28.24 33.53b H3 3.84 10.72 19.48 20.04 28.34 34.58 41.64 47.70a

Uji F tn tn tn tn tn tn tn * Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5 %. tn: tidak berbeda nyata *): berbeda nyata pada taraf 5 % **): berbeda sangat nyata pada taraf 5 %

Pemberian hormon organik berpengaruh nyata terhadap panjang daun baru

pada 8 MSA. Daun baru yang terpanjang pada 8 MSA yaitu H3 (pemberian

hormon dengan konsentrasi 5 ml/l) sepanjang 47.70 cm. Hasil penelitian Junaidi

(2005) menunjukkan bahwa perlakuan pemberian dosis Rootone-F 2 gram/abut

Page 14: Pengelolaan budidaya sagu (Metroxylon spp.) Di PT National ... · Pencegahan yang dilakukan yaitu pada tanaman sagu dan pembibitan. ... yang dilakukan yaitu pemangkasan dan aplikasi

59

memberikan nilai panjang tunas lebih panjang bila dibandingkan dengan dosis 0,

0.5, 1, dan 1,5 gram/abut. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian hormon dengan

konsentrasi paling tinggi menyebabkan suplai hormon semakin banyak pada bibit

sehingga perpanjangan daun baru menjadi lebih cepat.

Jumlah Anak Daun Baru

Anak daun baru merupakan anak daun yang muncul dari daun baru. Daun

baru merupakan daun yang muncul setelah daun pangkasan muncul. Anak daun

baru muncul pertama kali pada 2 MSA dan muncul seluruhnya pada 6 MSA.

Interaksi kedua faktor yaitu pemangkasan dan pemberian hormon organik mem-

berikan pengaruh nyata terhadap jumlah anak daun baru pada 7 MSA (Tabel 7).

Tabel 7. Interaksi antara Pemangkasan (P) dengan Aplikasi Hormon

Organik terhadap Jumlah Anak Daun Baru

Perlakuan MSA

6 7 8 ……………...helai……………….

P0

H0 0.00 0.00 47.00 H1 50.00 50.00abc 54.50 H2 51.00 53.00ab 50.33 H3 36.00 42.50bcd 45.58

P1

H0 48.00 50.50abc 47.67 H1 35.00 40.50cd 43.80 H2 41.00 51.50ab 52.50 H3 39.00 38.17d 50.33

P2

H0 45.33 50.00abc 46.53 H1 40.33 45.89abcd 46.42 H2 48.00 36.33d 45.50 H3 56.00 56.75a 52.92

Uji F tn * tn Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5 %. tn: tidak berbeda nyata *): berbeda nyata pada taraf 5 % **): berbeda sangat nyata pada taraf 5 %

Penambahan jumlah anak daun baru pada bibit sagu dipersemaian se-

bagian besar berasal dari pati yang terdapat banir dan hanya sedikit dari hasil

fotosintesis daun pangkasan. Pada saat pembentukan anak daun baru, akar yang

Page 15: Pengelolaan budidaya sagu (Metroxylon spp.) Di PT National ... · Pencegahan yang dilakukan yaitu pada tanaman sagu dan pembibitan. ... yang dilakukan yaitu pemangkasan dan aplikasi

60

muncul pada bibit masih sedikit dan hanya terdapat 1 daun sehingga diduga hasil

fotosintesis dari daun pangkasan masih sedikit. Jumlah anak daun baru yang

muncul terbanyak pada 7 MSA terdapat pada perlakuan P2H3, yaitu pemangkasan

30 cm dari atas banir (P2) dengan pemberian hormon organik konsentrasi 5ml/l

(H3).

Panjang Anak Daun Pangkasan

Panjang anak daun pangkasan diukur dari pangkal hingga ujung anak daun

pangkasan. Anak daun pangkasan yang diukur yaitu anak daun yang memiliki

panjang dan lebar paling besar diantara anak daun lainnya. Panjang anak daun

pangkasan diukur bersamaan dengan jumlah anak daun pangkasan. Anak daun

pangkasan muncul pertama kali pada 1 MSA dan muncul seluruhnya pada 3

MSA. Pemangkasan berpengaruh sangat nyata terhadap panjang anak daun

pangkasan dari 3 hingga 8 MSA (Tabel 8).

Tabel 8. Pengaruh Pemangkasan (P) terhadap Panjang Anak Daun

Pangkasan

Perlakuan Pemangkasan

MSA 3 4 5 6 7 8

…………………..cm.............................. P0 39.40a 40.33a 40a 41.63a 37.49a 36.11a P1 20.15b 21.72b 23.44b 24.51b 24.43b 24.43b P2 18.11b 20.98b 23.09b 23.54b 24.40b 25.41b

Uji F ** ** ** ** ** ** Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5 %. tn: tidak berbeda nyata *): berbeda nyata pada taraf 5 % **): berbeda sangat nyata pada taraf 5 %

Perlakuan tanpa pemangkasan (P0) menunjukkan nilai panjang anak daun

paling tinggi. Hal ini disebabkan karena daun yang dipangkas jumlah anak

daunnya tidak muncul seluruhnya dan terpangkas saat anak daun belum mem-

buka. Anak daun yang keluar dari daun pangkasan memiliki panjang yang lebih

rendah dari daun yang tidak dipangkas karena anak daun yang paling panjang

sudah terpangkas.

Page 16: Pengelolaan budidaya sagu (Metroxylon spp.) Di PT National ... · Pencegahan yang dilakukan yaitu pada tanaman sagu dan pembibitan. ... yang dilakukan yaitu pemangkasan dan aplikasi

61

Lebar Anak Daun Pangkasan

Lebar anak daun pangkasan diukur pada bagian tengah anak daun

pangkasan. Anak daun pangkasan yang diukur yaitu anak daun yang memiliki

panjang dan lebar paling besar diantara anak daun lainnya. Lebar anak daun

pangkasan diukur bersamaan dengan jumlah anak daun pangkasan. Anak daun

pangkasan muncul pertama kali pada 1 MSA dan muncul seluruhnya pada 3

MSA. Pemberian hormon organik berpengaruh nyata terhadap lebar anak daun

pangkasan pada 7 MSA (Tabel 9).

Tabel 9. Pengaruh Aplikasi Hormon Organik (H) terhadap Lebar Anak

Daun Pangkasan

Perlakuan Hormon Organik

MSA 3 4 5 6 7 8

…………………..cm.............................. H0 2.73 2.80 3.10 3.06 2.92bc 3.05 H1 2.62 2.83 2.90 2.89 3.03ab 2.96 H2 2.36 2.28 2.50 2.57 2.66c 3.00 H3 2.65 2.76 3.12 3.16 3.29a 4.56

Uji F tn tn tn tn * tn Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5 %. tn: tidak berbeda nyata *): berbeda nyata pada taraf 5 % **): berbeda sangat nyata pada taraf 5 %

Pemberian hormon organik dengan konsentrasi yang paling tinggi yaitu 5

ml/l (H3) menunjukkan nilai lebar paling tinggi pada 5 hingga 8 MSA, namun

berpengaruh nyata hanya pada 7 MSA. Hal ini dikarenakan konsentrasi yang

tinggi menyebabkan suplai hormon semakin banyak pada bibit sehingga lebar

daun pangkasan menjadi lebih besar. Hormon organik mengandung zat pengatur

tumbuh organik terutama auksin, giberelin dan sitokinin. Menurut Abidin (1983)

auksin merupakan salah satu hormon tanaman yang berperan dalam proses

pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Jumlah Anak Daun Pangkasan, Panjang dan Lebar Anak Daun Baru

Hasil analisis sidik ragam (Tabel 1) menunjukkan bahwa perlakuan

pemangkasan, pemberian hormon organik, dan interaksi dari kedua faktor tidak

berpengaruh nyata terhadap jumlah anak daun pangkasan serta panjang dan lebar

Page 17: Pengelolaan budidaya sagu (Metroxylon spp.) Di PT National ... · Pencegahan yang dilakukan yaitu pada tanaman sagu dan pembibitan. ... yang dilakukan yaitu pemangkasan dan aplikasi

62

anak daun baru. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, penyimpanan

bibit, cara aplikasi, dan konsentrasi hormon.

Kondisi dan pertumbuhan bibit di persemaian dapat di pengaruhi oleh cara

penyimpanan bibit. Berdasarkan penelitian Wahid (1987) penyimpanan dengan

cara dikeringanginkan akan mengurangi kelembaban pada bagian pangkal batang

dan akar yang terputus dibandingkan dengan penyimpanan dengan cara di-

bungkus. Bibit yang digunakan mengalami penyimpanan selama beberapa hari

sebelum disemai. Hal ini dikarenakan pengambilan bibit tidak dilakukan dalam

waktu yang sama serta lamanya pelangsiran bibit. Pemangkasan yang dilakukan

satu bulan setelah semai diharapkan dapat mengurangi kekeringan pada bibit,

karena setelah dipangkas hormon organik langsung diaplikasikan. Namun,

pemangkasan tidak berpengaruh terhadap jumlah anak daun pangkasan serta

panjang dan lebar anak daun baru.

Cara aplikasi pemberian hormon organik yang dilakukan tidak tepat,

karena pemberian hormon dengan cara pengolesan terhalang oleh getah yang

keluar akibat pemangkasan bibit. Selain itu konsentrasi yang diberikan terlalu

kecil, sehingga hormon tidak dapat diserap dan diangkut ke akar dengan baik. Hal

ini mengakibatkan penyerapan hormon tidak efektif.

Korelasi Antara Akar Nafas dengan Persentase Kehidupan Bibit

Akar nafas yaitu akar yang keluar dari bibit sebelum akar bawah bibit

keluar. Pengamatan keberadaan akar nafas berpegaruh terhadap persentase

kehidupan bibit di akhir persemaian. Semakin banyak akar nafas, maka semakin

banyak bibit yang hidup. Pengamatan keberadaan akar nafas dilakukan sebelum

aplikasi sedangkan pengamatan persentase kehidupan bibit diamati pada akhir

persemaian. Berdasarkan Gambar 17 terdapat korelasi yang positif antara

kemunculan akar nafas dengan persentase kehidupan bibit.

Page 18: Pengelolaan budidaya sagu (Metroxylon spp.) Di PT National ... · Pencegahan yang dilakukan yaitu pada tanaman sagu dan pembibitan. ... yang dilakukan yaitu pemangkasan dan aplikasi

63

Gambar 15. Korelasi Antara Akar Nafas dengan Persentase Kehidupan Bibit

Kemampuan tumbuh bibit di persemaian dilihat dari penampakan per-

tumbuhan bibit, salah satunya dengan kemunculan akar nafas. Keberadaan akar

nafas menandakan adanya kehidupan dalam bibit tersebut. Akar nafas berfungsi

sebagai akar yang melakukan respirasi sebelum akar bawah muncul.

Semakin banyak akar nafas maka semakin banyak persentase bibit yang

hidup. Hal ini dikarenakan akar nafas berfungsi sebelum akar bawah muncul

selama di persemaian. Setelah akar bawah muncul, akar nafas mulai berubah

warna dari kemerahan menjadi kecoklatan.

a b

Gambar 16. a) Penampakan Akar Nafas Sebelum Ada Akar Bawah, b) Penampakan Akar Nafas Setelah Ada Akar Bawah