Pengelolaan Arsip Dinamis Inaktif Perkara Pidana (Studi...

114
Pengelolaan Arsip Dinamis Inaktif Perkara Pidana (Studi Kasus Pengadilan Negeri Jakarta Selatan) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP) oleh Reza Nawafella Alya Parangu NIM: 1112025100016 PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/ 2016 M

Transcript of Pengelolaan Arsip Dinamis Inaktif Perkara Pidana (Studi...

Pengelolaan Arsip Dinamis Inaktif Perkara Pidana

(Studi Kasus Pengadilan Negeri Jakarta Selatan)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)

oleh

Reza Nawafella Alya Parangu

NIM: 1112025100016

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1438 H/ 2016 M

i

ABSTRAK

Reza Nawafella Alya Parangu (NIM: 1112025100016). Pengelolaan Arsip

Dinamis Perkara Pidana Studi Kasus Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Di

bawah bimbingan Mukmin Suprayogi, M.Si. Program Studi Ilmu Perpustakaan

Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. 2016.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelolaan arsip dinamis

inaktif perkara pidana dan peralatan yang digunakan dalam pengelolaan arsip

tersebut, serta mengidentifikasi hambatan dalam pengelolaan arsip dinamis inaktif

perkara pidana di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Jenis penelitian yang

digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik yang digunakan

dalam pengumpulan data adalah observasi, wawancara, kajian pustaka, dan

dokumentasi. Sedangkan, teknik analisis data meliputi reduksi data, penyajian data

dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan

bahwa Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dalam penyimpanan arsip dinamis inaktif

perkara pidana menggunakan sistem penyimpanan ganda yaitu menurut subjek dan

kronologi, selain itu azas penyimpanan yang digunakan adalah azas sentralisasi.

Peralatan yang digunakan dalam pengelolaan arsip dinamis inaktif perkara pidana

pada PN Jaksel masih tergolong sederhana,yaitu terdiri atas lemari baja, rak besi,

filing cabinet, beberapa peralatan atk, map, dan plastik pembungkus map, dan untuk

menjaga suhu agar tetap lembab menggunakan kipas angin, namun demikian

peralatan tersebut terbilang masih layak untuk digunakan. Dalam pengelolaan arsip

pidana PN Jaksel ada beberapa hambatan atau kendala yang dihadapi, yaitu:

beberapa aspek dalam pengelolaan arsip dinamis inaktif belum dilakukan secara

sistematis, khususnya dalam aspek penyusutan dan pemusnahan, belum adanya

jadwal retensi arsip (JRA), ruangan yang tidak terlalu luas, dan terbatasnya fasilitas

penunjang seperti komputer, AC dan sistem pengamanan.

Kata kunci: pengelolaan arsip dinamis inaktif, arsip dinamis inaktif, arsip pidana

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah

SWT, maha sumber ilmu yang telah memberikan nikmat jasmani dan rohani,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Pengelolaan Arsip

Dinamis Inaktif Perkara Pidana (Studi Kasus Pengadilan Negeri Jakarta

Selatan)”. Shalawat dan salam tak lupa penulis curahkan kepada junjunganku

Baginda Rasulullah, Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.

Semoga segala kasih sayangnya dapat terus kita rasakan hingga akhir perjalanan

hidup kita. Aamiin YRA.

Bantuan dan partisapasi telah diberikan oleh berbagai pihak dalam

peneyelesaian skripsi ini mulai dari awal studi, penyusunan proposal hingga skripsi

ini siap dijilid. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil M.Ag, selaku Dekan Fakultas Adab dan

Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Jurusan Ilmu perpustakaan dan

Informasi Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu perpustakaan

dan Informasi Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dan sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi yang telah berkenan untuk

memberikan bimbingan dan pengarahan serta meluangkan pikiran, tenaga dan

waktu dalam membantu penyelesaian skripsi ini.

iii

5. Bapak Nuryudi, M.LIS selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Nurul Hayati, M.Hum, selaku Dosen Penguji I dan Bapak M. Azwar,

M.Hum, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran yang

bermanfaat dan meluangkan pikiran, tenaga dan waktu dalam membantu

menyelesaikan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu perpustakaan yang telah memberikan ilmu

pengetahuan yang bermanfaat baik di bidang akademis, sosial, dan keagamaan.

8. Koordinator Arsip Pidana Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang sudah

mengijinkan penulis melakukan penelitian di lembaga yang bersangkutan.

9. Bapak Jul Rizal, SH.MH dan Bapak Dadang, sebagai narasumber yang telah

banyak membantu selama penulis melaksanakan penelitian di Arsip Pidana

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

10. Kedua Orangtua ku, Bapak Ali Maksum dan Ibu Sulistyowati tercinta,

terimakasih bapak dan ibu telah mendidik, membimbing, memberikan bantuan

moril dan materil serta untaian do’a yang tak pernah putus, nasehat, perhatian,

dan memberikan semangat yang mendorong penulis untuk menyelesaikan

skripsi ini.

11. Kakak ku Kaukabilla Alya Parangu, dan Adik ku Nabil Bintang Ananda yang

telah memberikan dukungannya kepada penulis, serta seluruh keluarga besar

penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

12. Sahabatku Endorse Sosialita: Pupu Ressy Lusita, Maria Tunggal, Nurfitriani

Arfah, Putri Novia Hartanti, Nur Halimah, Atikah Fajriati Mudrikah dan Rahmi

iv

Izzati. Terimakasih telah memberikan semangat, saran serta selalu memberikan

keceriaan disela-sela kepenatan.

13. Teman-teman Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi angkatan 2012

khususnya IPI A: Alfi, Mae, Cesilia, Berliani, Lulu, Lala, Ratu, Stephanie,

Almas, Mardiah, Diva, Dewi, Astrid, Luthfia, Reni, Ifah, Panggih, Roni, Ihsan,

Ari, Djalinus, Braja, Sufaili, Adit, Farhan, Joese, yang sama-sama berjuang

untuk menyelesaikan skripsinya, semoga kita semua menjadi orang-orang yang

bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Aamiin YRA.

14. Teman-teman BMC: Eli Karlina, Eni Haryanti, Pupu Reslus, Nur Kumala,

Wulan Purnamasari, Febrilia Syifa, Yayah Asiyah dan semuanya yang tidak

dapat disebutkan satu persatu, yang telah tinggal bersama selama beberapa

tahun terakhir, terimakasih sudah mau berbagi suka, duka, canda, tawa dan

bahagia. Dan terimakasih karena telah sama-sama mengingatkan untuk

menyelesaikan skripsi secepatnya.

15. Teman-teman KKN LENTERA 2015 yang memberikan banyak pengalaman

selama pelaksanaan KKN di Desa Leuwisadeng, Bogor.

16. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, hanya do’a dan ucapan

terimakasih yang dapat penulis sampaikan. Semoga Allah SWT membalas

segala amal kebaikan kepada semua pihak yang telah membantu

menyelesaikan skripsi ini, Aamiin.

Kesempurnaan hanya milik Allah, dan ibarat ‘tiada gading yang tak retak’,

demikian pula dengan penyusunan skripsi ini, tentu saja masih bertaburan sejumlah

kekurangan dan kekeliruan, maka sudah sepantasnya skripsi ini butuh masukan

v

berupa kritik dan saran membangun. Dengan demikian, diharapkan skripsi ini dapat

mendekati kesempurnaan itu sendiri. Akhir kata, dalam bentuk sekecil apapun,

penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Jakarta, 3 Oktober 2016

Penulis

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ............................................................................................... iix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................. 8

D. Definisi Istilah ......................................................................................... 9

BAB II TINJAUAN LITERATUR

A. Arsip ....................................................................................................... 11

1. Definisi Arsip ................................................................................... 11

2. Nilai Arsip ........................................................................................ 13

3. Jenis Arsip ........................................................................................ 14

B. Peralatan Arsip Dinamis ...................................................................... 19

C. Pengelolaan Arsip Dinamis Inaktif .................................................... 20

1. Penciptaan dan Penerimaan Arsip ................................................. 24

2. Penyimpanan Arsip ......................................................................... 25

3. Pemeliharaan Arsip ......................................................................... 30

4. Penyusutan dan Pemusnahan Arsip .............................................. 33

D. Hambatan dalam Pengelolaan Arsip Dinamis .................................. 36

E. Arsip Perkara Pidana ............................................................................ 37

vii

F. Penelitian Terdahulu ............................................................................. 39

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ......................................................... 42

B. Pemilihan Informan .............................................................................. 42

C. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 43

1. Data Primer ...................................................................................... 43

2. Data Sekunder .................................................................................. 46

D. Teknik Analisis Data ............................................................................ 47

1. Reduksi Data .................................................................................... 47

2. Penyajian Data ................................................................................. 47

3. Penarikan Kesimpulan .................................................................... 48

E. Teknik Penguji Keabsahan Data ......................................................... 48

1. Perpanjangan pengamatan .............................................................. 49

2. Trianggulasi ...................................................................................... 49

F. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Pengadilan Negeri Jakarta Selatan .......................................... 51

1. Struktur Organisasi .......................................................................... 53

2. Wilayah Yuridiksi ........................................................................... 55

3. Waktu Kerja ..................................................................................... 56

4. Letak Geografis ............................................................................... 56

B. Profil Arsip Pidana Pengadilan Negeri Jakarta Selatan ................... 56

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan ....................................................... 59

1. Pengelolaan Arsip Dinamis Inaktif Perkara Pidana Pengadilan

Negeri Jakarta Selatan .................................................................... 59

viii

2. Peralatan Arsip Dinamis Inaktif Perkara Pidana Pengadilan

Negeri Jakarta Selatan .................................................................... 69

3. Hambatan dalam Pengelolaan Arsip Pidana Pengadilan Negeri

Jakarta Selatan ................................................................................. 70

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan ............................................................................................ 72

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 75

LAMPIRAN-LAMPIRAN

BIODATA PENULIS

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Informan ................................................................................... 42

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ...................................................................... 49

Tabel 4.3 Struktur Organisasi ................................................................... 54

Tabel 4.4 SDM ......................................................................................... 57

Tabel 4.5 Peralatan Arsip Pidana ............................................................ 57

Tabel 4.6 Jenis Berkas Perkara ................................................................ 58

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jenis Arsip Secara Fungsional ........................................... 15

Gambar 2.2 Arsip Dinamis .................................................................... 20

Gambar 2.3 Daur Hidup Arsip .............................................................. 23

Gambar 4.4 Struktur Organisasi ............................................................. 54

Gambar 4.5 Wilayah Yuridiksi PN Jaksel .............................................. 55

Gambar 4.6 Letak Geografis PN Jaksel .................................................. 56

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, di era globalisasi terlihat bahwa pentingnya suatu informasi

semakin meningkat yang menjadikan kebutuhan informasi menjadi sangat

penting di rumah, di masyarakat luas dan terutama di instansi/organisasi,

khususnya dalam instansi/organisasi arsip berperan untuk mendukung proses

administrasi serta pelaksanaan fungsi manajemennya. Arsip adalah salah satu

sumber informasi yang dapat menunjang proses kegiatan administrasi di sebuah

instansi/organisasi, setiap kegiatan administrasi yang terjadi akan selalu

menghasilkan arsip.

Dalam surat Al-Qalam (68: 1)

Artinya: “Nùn. Demi pena dan apa yang mereka tuliskan.”1

Dalam tafsir Al Qurthubi, Al Walid bin Muslim meriwayatkan, dia

berkata: Malik bin Anas menceritakan kepada kami dari Sumay budak Abu

Bakar, dari Abu Shalih As-Saman, dari Abu Hurairah, dia berkata: Aku pernah

mendengar Rasulullah SAW bersabda, yang artinya:2

“Hal pertama yang Allah ciptakan adalah qalam (pena), lalu dia

menciptakan Nun yaitu wadah tinta. Itulah firman Allah Ta’ala: ‘Nun, demi

Qalam.’ (Al-Qalam [68]:1). Setelah itu Allah berfirman kepada Qalam

(pena): ‘Tulislah!’ Qalam (pena) berkata ‘Apa yang akan saya tulis?’ Allah

berfirman, ‘Apa yang telah dan akan terjadi sampai hari kiamat, baik itu

1 Pustaka ALFATIH, Al-Qur’an & Terjemahannya, Al-Qalam (68: 1). 2 Syaikh Imam Al Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi. Penerjemah Ahmad Khatib, dkk (Jakarta:

Pustaka Azzam, 2009), h.56-57.

2

amal perbuatan, ajal, rezeki, atau pun jejak.’ Maka Qalam (pena) pun

menulis apa yang akan terjadi sampai hari kiamat. Setelah itu mulut Qalam

(pena) ditutup, sehingga ia tidak dapat berbicara, dan ia tidak akan

berbicara sampai hari kiamat.”

Setelah itu Allah berfirman, والقلم “Demi Qalam,” yakni Aku bersumpah

dengan Qalam, sebab ia dapat memerikan penjelasan seperti lidah. Sumpah itu

mengenai semua Qalam yang digunakan menulis oleh makhluk yang ada di

langit dan makhluk yang ada di bumi. Termasuk ke dalam pengertian itulah

ucapan seorang penyair Abu Al Fath Al Busti:3

يومابسيفهم المجدإذاأقسماألبطال ايكسب مم ه والكرموعد و

هللاأقسمبالقلمكفى اورفعةمدىالدهرأن الكتابعز قلم

Artinya: “ Jika suatu hari para ksatria bersumpah dengan pedangnya

terhadap musuhnya yang mendatangkan kemuliaan dan penghormatan,

maka (sesungguhnya) pena kitab dapat memberikan kemuliaan dan

keluhuran di sepanjang masa, karena Allah telah bersumpah dengan

pena.”

Para penyair memilki banyak bait yang lebih mengistimewakan pena

daripada pedang. Seorang penyair arab masa Abbasiyah, Ibnu al-Muqaffa

berkata:

“Ungkapan lidah itu terasa hanya pada sesuatu yang dekat dan hadir,

sedangkap ungkapan tulisan itu berguna bagi yang menyaksikan dan yang

tidak menyaksikan, bagi orang yang dulu dan yang akan datang. Ia seperti

orang yang berdiri sepanjang waktu.”

Tulisan merupakan bukti yang dapat diterima, penulisan untuk urusan

kecil maupun besar tidak boleh diremehkan sehingga tidak hilang. Hal ini akan

3 Al Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi, h. 60-61

3

menjadi adil, karena kesaksian yang tertulis lebih adil dan lebih dapat

membantu menjelaskan kebenaran. Memang tidak ada yang abadi di dunia ini,

tapi ada yang tetap ada setelah manusia itu tiada, inilah yang disebut dengan

menulis untuk keabadian.4

Arsip adalah salah satu bentuk tulisan yang abadi, disimpan untuk bukti di

masa yang akan datang, disebutkan bahwa arsip adalah sebuah rekaman baik

itu berupa tulisan, foto, film, mikro film, rekaman suara, dan lain sebagainya

dalam segala macam bentuk dan sifatnya.

Arsip merupakan pusat ingatan dari setiap organisasi karena arsip

menampung beraneka ragam bahan informasi yang berguna, jika arsip yang

dimiliki oleh organisasi kurang baik pengelolaannya, maka akibatnya akan

mempengaruhi tingkat reputasi suatu organisasi, sehingga organisasi yang

bersangkutan akan mengalami hambatan dalam pencapaian tujuan.

Sebagai endapan informasi kegiatan administrasi dan manajemen, arsip

akan terus tumbuh dan berkembang sejalan dengan semakin kompleksnya

fungsi dari organisasi, dampaknya arsip semakin menumpuk secara tidak

terkontrol.5 Oleh sebab itu diperlukan adanya pengelolaan arsip, dengan

melaksanakan dan menyelenggarakan pengelolaan arsip yang konsisten dan

sistematis dari mulai terciptanya arsip, pendistribusian arsip, penggunaan arsip,

penyimpanan arsip, pemeliharaan arsip, penyusutan arsip, hingga pemusnahan

arsip, tahap-tahap ini disebut dengan lingkar hidup suatu arsip .

4 Bahron Ansori, Menulis untuk ‘Keabadian’. Mi’raj Islamic News Agency (MINA) 26

March 2016. Diakses pada 25 November 2016 dari www.mirajnews.com 5 Mustari Irawan, “Manajemen Arsip Dinamis: Suatu Pendekatan Kearsipan” Suara Badar

I , 2001, h.10.

4

Adalah mustahil bila suatu instansi/organisasi dapat memberikan data dan

informasi yang baik, lengkap dan akurat, apabila instansi/organisasi tersebut

tidak memelihara kearsipan yang baik dan teratur sesuai dengan ketentuan-

ketentuan kearsipan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Berdasarkan UU Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2009 tentang

Kearsipan menimbang bahwa arsip sebagai identitas dan jati diri bangsa, serta

sebagai memori, acuan, dan bahan pertanggungjawaban dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara harus dikelola dan diselamatkan oleh

negara. Oleh sebab itu, instansi/organisasi perlu untuk meningkatkan dan

menyempurnakan pengelolaan kearsipan secara optimal agar dapat berfungsi

dengan baik, dan dapat berguna dalam mencapai tujuan.

Agar kegiatan administrasi di sebuah instansi/organisasi menjadi lancar

diperlukan pengelolaan arsip yang baik, namun hal ini sering kali diabaikan,

sering kali didapati bahwa bidang kerasipan belum mendapat perhatian yang

baik dengan berbagai alasan seperti terbatasnya peralatan dan kurangnya SDM,

hal ini terjadi hampir di sebagian instansi/organisasi baik itu pemerintah

maupun swasta. Demi lancarnya sebuah pengelolaan arsip, maka perlu

ditunjang oleh faktor-faktor kearsipan seperti pegawai arsip yang cakap dan

profesional serta peralatan yang memadai, dengan demikian maka pengelolaan

arsip terutama dalam hal penemuan kembali arsip dapat terlaksana dengan cepat

dan tepat.

Suatu sistem penyimpanan arsip dapat dikatakan baik apabila arsip yang

diperlukan mudah untuk ditemukan secara cepat dan tepat, sehingga diperlukan

5

pengelolaan arsip yang sistematis dan efektif, karena sistem penyimpanan arsip

tidak lepas dari kegiatan pengelolaan arsip dan penemuan kembali.

Salah satu arsip yang pengelolaannya penting untuk diperhatikan adalah

arsip dinamis baik itu bersifat aktif maupun inaktif. Dikatakan penting karena

arsip dinamis aktif adalah arsip yang frekuensi penggunaanya masih tinggi,

masih digunakan dalam kegiatan administrasi instansi/organisasi. Dengan

mengelola arsip dinamis aktif secara konsisten dan sistematis maka akan

memudahkan dalam tindak kerja administrasi.

Selain itu, arsip dinamis inaktif adalah mulanya arsip dinamis aktif di mana

arsip tersebut frekuensi penggunaanya telah menurun namun keberadaanya

harus tetap dipertahankan untuk keperluan rujukan di masa mendatang atau

untuk memenuhi persyaratan retensi arsip sesuai dengan ketentuan undang-

undang.6

Retensi arsip adalah jangka waktu penyimpanan arsip sesuai dengan nilai

kegunaanya. Retensi arsip harus dijadwalkan agar pengelolaan arsip dapat

berjalan dengan baik. Jadwal retensi arsip disusun untuk menentukan jangka

waktu pengelolaan dan pemusnahan arsip, serta penyerahan arsip statis kepada

Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), hal ini penting dalam pelaksanaan

tugas suatu instansi/organisasi. Pentingnya jadwal retensi arsip (JRA) berkaitan

dengan amanat Pasal 17 UU Nomor 43 tahun 2009 tentang kearsipan yang

berbunyi “Jadwal retensi arsip adalah daftar yang berisi sekurang-kurangnya

6 Sulistyo-Basuki, Manajemen Arsip Dinamis: Pengantar Memahami dan mengelola

informasi dan dokumen (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2003)

6

Jangka waktu penyimpanan atau retensi, jenis arsip, dan keterangan yang berisi

rekomendasi tentang penetapan suatu jenis arsip dimusnahkan, dinilai kembali,

atau dipermanenkan yang dipergunakan sebagai pedoman penyusutan dan

penyelamatan arsip.”

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (yang kemudian di singkat PN Jakarta

Selatan) merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Umum

yang berkedudukan di Jakarta Selatan. Sebagai Pengadilan Tingkat Pertama,

PN Jakarta Selatan berfungsi untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan

perkara pidana dan perdata bagi rakyat pencari keadilan di wilayah Jakarta

Selatan. Pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili, dan

memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau

kurang jelas melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya.7

Sehubungan dengan tugas tersebut maka Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

memegang peranan penting dalam rangka menegakkan keadilan. Pengadilan

Negeri Jakarta Selatan mengelola beberapa jenis arsip, salah satunya adalah

arsip perkara. Ada dua jenis arsip perkara yaitu arsip perkara pidana dan arsip

perkara perdata.

Dalam Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia no. 25 tahun

2012 Pasal 1 tentang Pedoman Pemusnahan Arsip, pengelolaan arsip dinamis

adalah proses pengendalian arsip dinamis secara efisien, efektif, dan sistematis

meliputi penciptaan, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan, serta

penyusutan dan pemusnahan arsip.

7 Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, “Profil Pengadilan Negeri Jakarta Selatan” Diakses 2

Februari 2016 dari www.pn-jakartaselatan.go.id.

7

Namun, observasi awal menunjukkan bahwa pengelolaan arsip perkara

pidana di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan belum mengikuti ketentuan tentang

kearsipan, hal itu dikarenakan belum adanya kebijakan tertulis mengenai jadwal

retensi arsip sehingga salah satu kegiatan dari pengelolaan arsip yaitu

penyusutan dan pemusnahan arsip belum berjalan sebagaimana mestinya, hal

ini mengakibatkan volume penumpukan arsip dari tahun ke tahun semakin

bertambah. Selain itu, peralatan pun tampaknya masih terbatas dalam

pengelolaan arsip. Namun, arsip Pengadilan Negeri Jakarta Selatan khususnya

arsip perkara pidana telah sistematis dalam penyimpanan arsipnya, disimpan

dalam rak-rak baja dan lemari arsip sesuai dengan subjek dan kronologi.

Sejalan dengan hal tersebut, maka peneliti memutuskan untuk meninjau dan

mengkaji lebih dalam lagi mengenai pengelolaan arsip dinamis inaktif.

Penelitian ini diberi judul “Pengelolaan Arsip Dinamis Inaktif Perkara

Pidana (Studi Kasus Pengadilan Negeri Jakarta Selatan)”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, serta untuk memperjelas

arah penelitian, maka peneliti perlu memberikan batasan masalah dalam

penelitian ini. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah

pengelolaan arsip dinamis inaktif perkara pidana di Pengadilan Negeri

Jakarta Selatan, peralatan yang digunakan pada kegiatan pengelolaan arsip

dinamis inaktif perkara pidana di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, dan

hambatan dalam pegelolaan arsip dinamis inaktif perkara pidana di

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

8

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Bagaimana pengelolaan arsip dinamis inaktif perkara pidana di

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan ?

b. Apa saja peralatan yang digunakan dalam pengelolaan arsip dinamis

inaktif perkara pidana di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan ?

c. Apa saja hambatan dalam pengelolaan arsip dinamis inaktif perkara

pidana di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan dari penelitian ini, yaitu :

a. Untuk mengetahui pengelolaan arsip dinamis inaktif perkara pidana di

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

b. Untuk mengetahui peralatan yang digunakan dalam pengelolaan arsip

dinamis inaktif perkara pidana di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

c. Untuk mengetahui hambatan dalam pengelolaan arsip dinamis inaktif

perkara pidana di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:

a. Manfaat Akademis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kajian

keilmuan di bidang kearsipan, digunakan sebagai bahan pertimbangan

penelitian yang sejenis dan pengembangan studi kearsipan, selain itu

dapat memberikan manfaat di kemudian hari ketika peneliti terjun

lagsung ke dunia kerja.

9

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan memberikan

kontribusi yang berguna bagi unit kearsipan pidana di Pengadilan

Negeri Jakarta Selatan dalam melakukan pengelolaan arsip dinamis

inaktif perkara pidana.

D. Definisi Istilah

1. Arsip Dinamis adalah arsip yang masih digunakan secara langsung dalam

perencanaan, pelaksanaan, dan digunakan secara langsung dalam

penyelenggaraan administrasi Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Arsip

dinamis yang di maksud di sini adalah arsip pidana.

2. Arsip Dinamis Inaktif adalah arsip yang frekuensi penggunaannya telah

menurun, namun sesekali masih dipergunakan sebagai referensi dalam

penyelenggaraan administrasi pada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

3. Pengelolaan Arsip adalah proses kegiatan yang dilakukan dimulai dari

penciptaan dan penerimaan, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan,

penyusutan, dan pemusnahan arsip.

4. Arsip pidana adalah arsip dinamis inaktif yang bernilai hukum pidana yang

tercipta di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

E. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

Bab ini memuat argumentasi seputar penelitian, meliputi latar

belakang, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, definisi istilah, dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Literatur

10

Bab ini menjelaskan tentang landasan teori mengenai definisi arsip,

jenis arsip, peralatan yang digunakan dalam pengelolaan arsip

dinamis, pengelolaan arsip dinamis, hambatan dalam pengelolaan

arsip dinamis, arsip perkara pidana dan penelitian terdahulu.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini membahas tentang jenis dan pendekatan penelitian,

pemilihan informan, teknik pengumpulan data, teknik analisis data,

keabsahan data dan jadwal penelitian.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini berisi tentang profil objek penelitian, hasil penelitian dan

pembahasan tentang pengelolaan arsip dinamis perkara pidana studi

kasus Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

Bab V Penutup

Bab ini merupakan bab akhir yang terdiri dari kesimpulan dari

keseluruhan pembahasan dan saran terkait temuan-temuan hasil dari

penelitian yang telah dilakukan.

11

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

A. Arsip

1. Definisi Arsip

Konsep arsip menurut pengertian Indonesia yang menyatukan records

dan archives menjadi satu nama, yaitu arsip, hanya saja records merupakan

arsip dinamis sedangkan archives dalam konteks Anglo-Saxon adalah arsip

statis.8 Jika mendengar kata arsip, secara langsung muncul pikiran tentang

tumpukan/kumpulan kertas kotor yang disimpan di ruangan yang penuh

debu, pada kenyataanya, pegertian arsip bukan hanya berarti kertas saja,

tetapi dapat berarti naskah, buku, foto, film, mikro film, rekaman suara,

gambar peta, gambar bagan dan dokumen-dokumen lain dalam segala

macam bentuk dan sifatnya, asli atau salinan serta segala macam

penciptaannya, dan yang dihasilkan atau di terima oleh sesuatu

organisasi/badan, sebagai bukti dari tujuan organisasi, fungsi prosedur

pekerjaan atau kegiatan pemerintah lainnya atau karena pentingnya

informasi yang terkandung di dalamnya.

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2009

tentang Kearsipan dan dalam Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik

Indonesia Pasal 1 Nomor 25 Tahun 2012 disebutkan bahwa arsip adalah

rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai

dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat dan

diterima oleh lembaga negara, pemeritah daerah, lembaga pendidikan,

8 Sulistyo-Basuki, Pengantar Kearsipan. (Jakarta: Universitas Terbuka, 1996), h. 4.

12

perusahaan, organisasi, politik, organisasi kemasyarakatan, dan

perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara.9 Dengan kata lain arsip adalah sebuah rekaman dari suatu

kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media yang berfungsi

sebagai sumber informasi.

Dalam Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI)

nomor 25 tahun 2012 tentang pedoman pemusnahan arsip bahwa arsip

dinamis adalah arsip yang digunakan secara langsung dalam kegiatan

pencipta arsip dan disimpan selama jangka waktu tertentu.10 Sedangkan

menurut Basir Bartos Arsip dinamis adalah arsip-arsip yang secara langsung

digunakan dalam perencanaan, pelaksanaan, penyelenggaraan kehidupan

kebangsaan, dan penyelenggaraan administrasi negara.11

Arsip dinamis adalah arsip-arsip aparatur pemerintah/negara yang

berbeda dalam lingkungan lembaga-lembaga negara dan badan-badan

pemerintah dan secara fungsionil masih aktuil dan berlaku, tetapi menuju

ke arah pengabadian sesuai dengan fungsi, usia, dan nilainya. Dengan kata

lain, arsip dinamis adalah arsip yang digunakan secara langsung dalam

kegiatan pencipta arsip dan disimpan selama jangka waktu tertentu.

Arsip dinamis memiliki berbagai kegunaan seperti untuk mengambil

keputusan, keperluan dokumentasi, jawaban atas pertanyaan, dan sebagai

rujukan ataupun membantu tuntutan hukum.12

9 Undang-undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan 10 Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2012 tentang

Pedoman Pemusnahan Arsip 11 Bartos, Manajemen Kearsipan, h.109. 12 Sulityo Basuki. Pengantar Kearsipan, h. 36.

13

2. Nilai Arsip

Dalam bukunya Administrasi Perkantoran Modern, The Liang Gie

mengemukakan bahwa arsip mempunyai 6 nilai yang disingkat dengan

ALFRED, yaitu:13

a. Nilai administrasi (administrative value)

b. Nilai hukum (legal value)

c. Nilai keuangan (fiscal value)

d. Niali penelitian (research value)

e. Nilai pendidikan (education value), dan

f. Nilai dokumentasi (documentary value)

Nilai ALFRED berkisar antara 0 s.d 100 dihitung berdasarkan jumlah

persentase dari ke enam komponennya. Sehingga ada 4 (empat)

penggolongan arsip, yaitu sebagai berikut:14

a. Arsip vital (persentase nilai 90-100)

Arsip sangat peting dan tidak dapat diganti kembali bilamana

dimusnahkan. Arsip ini harus disimpan abadi di perkantoran yang

bersangkutan. Contoh: akte pendirian perusahaan.

b. Arsip penting (persentase nilai 50-89)

Arsip ini melengkapi kegiatan rutin dan dapat diganti dengan biaya

tinggi dan lama. Arsip ini simpan di file aktif selama lima tahun dan di

file inaktif selama 25 tahun. Contoh: arsip bukti-bukti keuangan.

13 The Liang Gie, Administrasi Perkantoran Modern, Ed.4 (Yogyakrta: Liberty,2000),

h.117. 14 Saiman, Manajemen Sekertaris (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002.), h.105.

14

c. Arsip berguna (persentase nilai 10-49)

Arsip ini berguna sementara dan dapat diganti dengan biaya rendah.

Disimpan di file aktif selama 2 tahun dan inaktif selama 10 tahun.

Contoh: surat pesanan

d. Arsip tidak berguna (persentase nilai 0-9)

Arsip ini dapat dimusnahkan sesudah dipakai sementara. Paling lama

arsip ini disimpan 3 bulan di file inaktif. Contoh: surat undangan dan

memo

3. Jenis Arsip

a. Jenis-jenis arsip menurut UU No.43 Th 2009 tentang Kearsipan adalah

sebagai berikut :

1) Arsip Aktif

Arsip aktif adalah arsip yang masih dipergunakan secara terus

menerus untuk kelangsungan pekerjaan di lingkungan unit

pengolahan dari suatu organisasi /kantor. Jenis arsip ini disebut pula

dengan active record(s) yang frekuensi penggunaannya paling

sedikit 10 kali setahun.

2) Arsip Inaktif

Pada jangka waktu tertentu arsip aktif akan mengalami

penurunan kegunaan, karena nilai informasi yang terkandung telah

selesai digunakan sehingga arsip tidak digunakan secara terus

menerus tetapi hanya digunakan sesekali sebagai referensi atau

alasan non operasional lainnya, arsip inilah yang kemudian disebut

dengan arsip inaktif.

15

Arsip inaktif adalah arsip yang frekuensi penggunaanya untuk

penyelenggaraan administrasi sudah menurun, yang tidak secara

langsung dan tidak terus-menerus diperlukan dan digunakan dalam

penyelenggaraan administrasi sehari-hari serta dikelola oleh Pusat

Arsip. Arsip inaktif dikenal juga dengan nama non-current record(s)

atau inactive record(s) di mana frekuensi penggunaanya kurang dari

10 kali dalam setahun.

3) Arsip Statis

Arsip statis adalah arsip yang dihasilkan oleh pencipta arsip

karena memiliki nilai guna kesejarahan, telah habis retensinya, dan

berketerangan dipermanenkan yang telah diverifikasi baik secara

langsung maupun tidak langsung oleh Arsip Nasional Republik

Indonesia dan/atau lembaga kearsipan.

4) Arsip Vital

Arsip vital adalah arsip yang keberadaannya merupakan

persyaratan dasar bagi kelangsungan operasional pencipta arsip,

tidak dapat diperbarui, dan tidak tergantikan apabila rusak atau

hilang.

5) Arsip Terjaga

Arsip terjaga adalah arsip negara yang berkaitan dengan

keberadaan dan keberlangsungan hidup bangsa dan negara yang

harus dijaga keutuhan, keamanan, dan keselamatannya.

16

6) Arsip Umum

Arsip umum adalah arsip yang tidak termasuk dalam kategori

arsip terjaga.

b. Jenis arsip secara fungsional menurut Boedi Martono15

1) Arsip dinamis atau records adalah arsip yang masih berada pada

setiap organisasi yang dipelihara karena secara fungsional berlaku

untuk menyelesaikan berbagai urusan.

Arsip dinamis (records) bila ditinjau dari tingkat dan lingkup

kepentingan dan kegunaanya dapat dibedakan menjadi arsip dinamis

aktif dan arsip dinamis inaktif.

a) Arsip dinamis aktif adalah arsip yang frekuensi kegunaannya

untuk penyelenggaraan kerja masih tinggi, masih sering

digunakan sebagai berkas kerja.

b) Arsip dinamis inaktif adalah arsip yang tidak lagi digunakan

secara terus-menerus sebagai berkas kerja karena urusanya telah

selesai. Tetapi masih digunakan sekali waktu sebagai bahan

referensi atau alasan non-operasional lainnya.

15 Boedi Martono, Sistem Kearsipan Praktis: Penyusustan dan Pemeliharaan Arsip

(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990), h.22

ARSIP

Dinamis

(records)

Aktif

(Current Records)

Inakif

(Dormant Records)Statis

(Archives)

Gambar 2. 1 Jenis Arsip Secara Fungsional

17

2) Bagi arsip yang tidak memiliki informasi penting baik sebagai bahan

pertanggungjawaban kegiatan organisasi maupun kepentingan

lainnya, arsip tersebut dimusnahkan. Namun, bagi arsip yang

memiliki nilai informasi yang cukup penting, dipertahankan

kelangsungan hidupnya dan disimpan permanen, jenis arsip inilah

yang disebut arsip statis (archives).

Arsip statis (archives) adalah arsip yang sudah tidak digunakan

lagi oleh organisasi, tetapi karena nilai informasinya cukup tinggi,

masih memiliki nilai berkelanjutan (setelah nilai kegunaanya bagi

manajemen telah selesai) maka arsip tersebut masih tetap disimpan

dan dipelihara

c. Jenis arsip ditinjau dari sudut hukum dan perundang-undangan16

1) Arsip otentik

Arsip otentik adalah arsip yang terdapat tanda tangan asli

dengan tinta sebagai tanda keabsahan dari isi arsip tersebut (bukan

fotokopi/film)

2) Arsip tidak otentik

Arsip yang berupa fotokopi, salinan dan sebagainya di mana di

atasnya tidak terdapat tanda tangan asli dengan tinta.

16 Saiman, Manajemen Sekretaris, h.103.

18

d. Menurut Penn dalam Enemute Basil Iwhiwhu membagi record dalam 3

bentuk, yaitu: 17

1) Aktif (active or current)

Arsip aktif adalah arsip yang masih digunakan untuk pelaksanaan

kegiatan sehari-hari dalam pelaksanaan fungsi administrasi dan

untuk membantu dalam mengambil keputusan, record dapat

diklasifikasikan sebagai rahasia atau tidak rahasia tergantung

dengan jenis informasi yang dikandungnya. Arsip aktif ini perlu

dikelola secara efektif untuk penggunaan yang efisien.

2) Semi aktif (semi-active or semi-current)

Arsip inaktif adalah termasuk jenis arsip yang tidak sering

digunakan namun, sesekali masih digunakan menjadi referensi.

Arsip semi akif ini harus dipindahkan atau disimpan di record centre.

3) Inaktif (inactive or non-current)

Arsip inaktif adalah arsip yang sudah tidak diperlukan dalam

kegiatan sehari-hari, namun memiliki nilai abadi yang berharga di

mana berisi informasi mengenai kegiatan dan fungsi dari suatu

lembaga/organisasi yaitu nilai sejarah/ nilai penelitian.

Pemusnahan/penghancuran arsip inaktif ini harus dilakukan dengan

hati-hati.

17 Enemute Basil Iwhiwhu, “Management of Records in Nigerian Universities: Problems

and Prospects,” The Electronic Library, vol.23, no.3, (2005), h. 348.

19

B. Peralatan Arsip Dinamis

Peralatan kearsipan adalah salah satu faktor pendukung keberhasilan

dalam pengelolaan suatu arsip. Peralatan dan perlengkapan yang digunakan

harus menunjang terlaksananya tujuan penataan arsip, yaitu dapat

menyimpan dan menemukan kembali arsip secara cepat dan tepat. Berikut

beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan sebelum membeli peralatan

arsip:18

1. Anggaran yang tersedia.

2. Besar ruangan yang dapat dimanfaatkan

3. Jenis-jenis arsip yang akan disimpan (ukuran, jumlah, berat, nilai, dan

sebagainya).

4. Frekuensi penggunaan arsip.

5. Tingkat pengamanan terhadap arsip yang disimpan.

Beberapa jenis peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam

pengelolaan arsip dinamis inaktif antara lain:19

1. Ordner

Ordner adalah semacam map dari karton tebal, dapat menampung

banyak arsip, di dalamnya terdapat besi untuk mengkait arsip yang telah

diperforator atau dilubangi pinggirnya.

2. Rak Buku (Lemari Terbuka)

Rak buku seperti di perpustakaan yang terbuat dari kayu atau besi

baja, digunakan untuk menyimpan ordner dan sejenisnya.

18 Sedarmayanti, Tata Kearsipan dengan Memanfaatkan Teknologi Modern. (Bandung:

Mandar Maju, 2003), h. 43. 19 Sedarmayanti, Tata Kearsipan, h. 44.

20

3. Boks Arsip

Menurut Keputusan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia No.

11 Tahun 2000 tentang Standar Boks Arsip, boks arsip adalah sarana

tempat penyimpanan arsip inaktif dan arsip statis dalam bentuk kertas

yang diletakkan dalam rak arsip, terbuat dari beberapa lapisan kertas

medium bergelombang dengan kertas lainer sebagai penyekat dan

pelapisnya. Boks arsip disarankan berwarna coklat, coklat muda, biru

muda, dan warna lain yang tidak menyilaukan atau terlalu gelap.

Kertas bergelombang adalah karton yang dibuat dari satu atau

beberapa lapisan kertas medium bergelombang dengan kertas lainer

sebagai penyekat. Kertas medium adalah kertas yang dipakai

sebagai lapisan bergelombang pada karton gelombang. Kertas lainer

adalah kertas yang dipakai sebagai penyekat dan pelapis pada karton

gelombang.

Beberapa jenis fasilitas lain yang digunakan dalam pengelolaan arsip

dinamis inaktif antara lain:20

1. Lemari tahan api

2. Sistem sembur air

3. Alarm pencuri dan api

4. Jasa fotokopi, facsimile, dll.

C. Pengelolaan Arsip Dinamis Inaktif

Arsip dinamis harus dikelola agar bermanfaat bagi pencipta, penerima

dan pemakainya. Pengelolaan arsip dinamis dalam bahasa asing dikenal

20 Sulityo Basuki, Pengantar Kearsipan, h.96.

21

dengan record(s) management. Arsip dinamis dalam suatu organisasi terdiri

dari arsip aktif yang frekuensi penggunaannya dalam kegiatan masih tinggi

dan arsip inaktif yang frekuensi penggunaannya dalam kegiatan sudah

menurun. 21

Gambar 2.2 Arsip Dinamis

Manajemen arsip aktif adalah suatu pengelolaan arsip yang diciptakan

dan dipergunakan oleh suatu organisasi dalam rangka pelaksanaan kegiatan

teknis/substantive dan administrasi/fasilitatif. Manajemen arsip dinamis

inaktif adalah suatu pengelolaan dan penyimpanan arsip yang sudah tidak

sering dipergunakan dalam kegiatan operasional organisasi, tetapi masih

disimpan sebagai bahan refrensi, untuk memenuhi ketentuan refrensi,

bernilai guna hukum atau alasan lainnya.

Manajemen arsip bertujuan untuk mempermudah pengguna arsip

menemukan kembali informasi yang diperlukan dalam waktu yang tidak

terlalu lama. Selain itu, pengelolaan arsip juga memungkinkan upaya

pemeliharaan penyimpanan arsip dalam format yang dapat digunakan

selama masih diperlukan.

Menurut Lundgren and Lundgren dalam Mustari Irawan

“Manajemen kearsipan pada dasarnya mengelola seluruh daur hidup

arsip (life cycle of record), pegelolaan arsip dinamis bertujuan untuk

21 Boedi Martono, Sistem Kearsipan Praktis, h.22

Arsip

Dinamis

Aktif

Inaktif

22

mengontrol secara sistematis terhadap arsip dinamis sejak arsip

tersebut diciptakan, disimpan, dipelihara, disusutkan dan

dimusnahkan.”22

Dapat disimpulkan bahwa kegiatan manajemen kearsipan meliputi suatu

siklus kehidupan arsip sejak lahir sampai mati. Khusus untuk arsip yang

tidak pernah mati karena mempunyai nilai sangat penting akan disimpan

selama-lamanya di lembaga yang bersangkutan sebagai arsip abadi.

Sedangkan arsip dinamis yang sudah tidak diperlukan di suatu lembaga

tetapi mempunyai nilai nasional yang perlu dilestarikan selama-lamanya,

harus dikirim ke Arsip Nasional untuk disimpan sebagai arsip statis.

Manajemen kearsipan meliputi suatu siklus arsip sejak lahir sampai

mati, hal tersebut juga diungkapkan oleh Elizabeth Shepherd and Geoffery Yeo

dalam bukunya Managing Records: A Handbook of Principles and Practice

“The records lifecycle is a concept in common use. It indicates that

records are not static, but have a life similar to that of biological

organisms: they are born, live through youth and old age and then

die.”23

Hal senada juga diungkapkan oleh Rhoads dalam Enemute Basil Iwhiwhu

“The Life-cycle concept of records is based on the fact that records

have simiar to a biological organism – it is born (creation), it lives

(use and maintenance) and it dies (disposition).”24

Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa siklus hidup arsip

mirip dengan organisme biologis, mereka lahir, hidup (digunakan dan

dipelihara), dan kemudian mati (disusutkan dan dimusnahkan).

22 Irawan, Manajemen Arsip Dinamis, h. 12. 23 Elizabeth Shepherd and Geoffery Yeo, Managing Records: A Handbook of Principles

and Practice, (London: Facet Publishing, 2003), h.5. 24 Enemute Basil Iwhiwhu, “Management of Records in Nigerian Universities: Problems

and Prospects,” The Electronic Library, vol.23, no.3, (2005), h. 347.

23

Menurut Sedarmayanti lingkaran hidup kearsipan (life span of records)

atau biasa juga disebut dengan tahapan kehidupan arsip, dapat dibagi

menjadi tujuh yaitu: 25

1. Tahap penciptaan arsip, tahap awal dari proses kehidupan arsip. Arsip

dapat tercipta karena dibuat sendiri oleh organisasi yang bersangkutan

misal; peraturan-peraturan, pemberian ijin, pemberian informasi ke

pihak lain dan sebagainya atau arsip tercipta karena organisasi

menerima dari pihak lain misal; surat permohonan, saran-saran,

informasi, dan sebagainya.

2. Tahap pengurusan dan pengendalian, yaitu tahap di mana surat

masuk/keluar dicatat sesuai dengan sistem yang telah ditentukan.

Setelah itu surat-surat tersebut diarahkan atau dikendalikan guna

pemrosesan lebih lanjut.

3. Tahap referensi, yaitu surat-surat tersebut digunakan dalam proses

kegiatan administrasi sehari-hari. Setelah surat tersebut diklasifikasikan

dan diindeks, maka kemudian surat disimpan berdasarkan sistem

tertentu.

4. Tahap penyusutan, adalah kegiatan pengurangan arsip.

5. Tahap pemusnahan, yakni pemusnahan terhadap arsip yang tidak

mempunyai nilai guna lagi bagi organisasi.

6. Tahap penyimpanan di unit kearsipan, di mana arsip yang sudah

menurun nilai gunanya (arsip inaktif) didaftar, kemudian dipindah

25 Sedarmayati, Tata Kearsipan, h.20.

24

penyimpanannya pada unit kearsipan di kantor masing-masing atau

sesuai peraturan yang berlaku.

7. Tahap penyerahan ke Arsip Nasional RI atau Arsip Nasional Daerah.

Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam lingkaran hidup kearsipan.

Namun, daur hidup arsip sesungguhnnya dapat disederhanakan menjadi

tiga fase yaitu fase penciptaan dan penerimaan arsip, penggunaan,

pemeliharaan dan penyimpanan arsip, dan fase penyusutan dan pemusnahan

arsip sebagai masa istirahat arsip.26

1. Penciptaan dan Penerimaan Arsip

Arsip dinamis dimulai dengan penciptaan dokumen yang menjadi

awal dari siklus arsip. Fase Penciptaan sebagai tahap awal arsip akan

menentukan "perjalanan hidup" arsip selanjutnya. Pada fase inilah

sesungguhnya cikal bakal suatu informasi akan menjadi arsip atau tidak.

Oleh karenanya pengelolaan (manajemen) arsip dimulai pada fase

penciptaan ini.

Dewasa ini, penciptaan arsip semakin berkembang dengan adanya

mesin produksi yang lebih modern sehingga dengan mudah

menciptakan arsip tanpa pembatasan. Semakin tinggi kegiatan dalam

26 Irawan, Manajemen Arsip Dinamis, h.13.

Gambar 2.3 Daur Hidup Arsip

25

suatu organisasi maka semakin cepat pertambahan jumlah arsip

sehingga diperlukan adanya kegiatan pemeliharaan, penyusutan, dan

pemusnahan arsip untuk menanggulangi pertambahan volume arsip

yang telah tercipta.

2. Penyimpanan Arsip

Arsip dapat disimpan dengan penataan terhadap arsip - arsip yang

sudah dikelompokkan. Kegiatan penataan berkas ini merupakan

kegiatan yang bersifat mengatur, menyusun dan menata semua jenis

arsip dalam bentuk tatanan yang sistematis dan logis agar dapat

ditemukan kembali dengan cepat, tepat, dan akurat.

Arsip dinamis aktif dan inaktif disimpan secara terpisah, arsip

dinamis aktif disimpan pada unit pencipta rekod (central file),

sedangkan arsip dinamis inaktif disimpan pada pusat rekod (record

center). Arsip dinamis dapat disimpan menggunakan 3 azas

penyimpanan, yaitu:27

a. Azas Sentralisasi

Azas sentralisasi adalah azas yang digunakan oleh organisasi

untuk menyimpan arsip dinamis dalam satu unit kerja secara

terpusat. Semua arsip dinamis disimpan di pusat penyimpanan.28

Azas Sentralisasi adalah pelaksanaan pengelolaan arsip bagi

seluruh organisasi yang dipusatkan di satu unit khusus, yaitu pusat

penyimpanan arsip.29

27 Sedarmayanti, Tata Kearsipan, h.21. 28 Sulistyo Basuki, Pengantar Kearsipan, h.62 29 Sedarmayanti, Tata Kearsipan, h. 21

26

Penyimpanan arsip secara sentral lebih afisien dan efektif bila

diterapkan pada organisasi yang relatif kecil, rentang tugasnya

pendek, tidak terlalu kompleks, beban kerja tidak terlalu besar dan

lingkup kerjanya berada dalam satu gedung atau satu atap. Dengan

menerapkan azas sentralisasi ini maka sistem penyimpanan yang

digunakan akan menjadi standar, dan akan lebih mudah dalam

pengendalian dan penelusurannya karena keseragaman sistem dan

prosedur.30

b. Azas Desentralisasi

Arsip dinamis akan disimpan di bagian unit yang bersangkutan,

sehingga menghemat waktu ketika akan mencari informasi yang

relevan.31

Azas desentralisasi adalah azas yang digunakan suatu organisasi

dalam menyimpan arsip dinamis berdasarkan unit kerja masing-

masing.32 Azas desentralisasi lebih efektif dan efisien jika diterapkan

pada organisasi yang relatif besar, dalam azas ini semua unit kerja

diberikan otoritas untuk menyimpan dan mengelola arsip aktifnya

masing-masing. Azas ini dapat diterapkan jika organisasi

mempunyai rentang tugas yang panjang, beban kerja yang besar dan

lingkup kerjanya tidak berada dalam satu gedung atau satu atap

melainkan berpencar dan berjauhan, mempunyai kantor cabang atau

kantor perwakilan di beberapa tempat.33

30 Irawan, Manajemen Arsip Dinamis, h.14. 31 Sulistyo Basuki, Pengantar Kearsipan, h.62. 32 Saiman, Manajemen Sekretaris, h.106. 33 Irawan, Manajemen Arsip Dinamis, h.14.

27

c. Gabungan

Azas gabungan adalah kombinasi dari azas sentralisasi dan azas

desentralisigasi. Menerapkan azas sentralisasi dalam prosedur,

sistem, peralatan dan SDM dan desentralisasi dalam

pelaksanaannya. Prinsip azas ini adalah bahwa setiap unit kerja

diberikan otoritas untuk melakukan penyimpanan dan pengelolaan

arsip dengan kontrol atau pengendalian sistem secara terpusat oleh

suatu unit khusus di dalam organisasi.34

Dalam menyimpan arsip dinamis dapat menggunakan beberapa

sistem penyimpanan, yaitu:35

a. Alphabetic filing system

Filing sistem abjad adalah sistem penyimpanan arsip menurut

sistem abjad. Penyimpanan arsip menurut abjad berarti arsip yang

dihasilkan atau yang dibuat dan yang diterima oleh suatu

kantor/lembaga yang di dalamnya termuat nama-nama seperti nama

orang, nama organisasi, nama tempat atau nama wilayah atau nama

pokok soal yang disimpan menurut tata urutan susunan abjad.

Dengan demikian kode yang dipergunakan dalam penyimpanan

arsip adalah abjad.36

b. Subject filing system

Dalam filing sistem subjek yang dimaksud dengan subjek ialah

judul pokok masalah atau judul pokok soal, atau istilah yang lebih

34 Irawan, Manajemen Arsip Dinamis, h.14. 35 E.Martono, Kearsipan: Rekod Manajemen dalam Praktek Perkantoran Modern,

(Jakarta: Karya Utama, 1997), h. 78. 36 Ig. Wursanto, Kearsipan 2 (Yogyakarta: Kanisius, 1991), h.49.

28

populer, atau subject hiding, yang terdapat dalam suatu surat.37

Sistem subjek adalah sistem penyimpanan arsip berdasarkan pokok

soal atau pokok masalah sebagai pedoman untuk mengaturnya.38

Arsip-arsip disimpan dan diatur menurut pokok masalah yang

terdapat dalam suatu arsip; misalnya arsip-arsip yang memuat

masalah narkotika dihimpun dan disimpan menjadi satu dalam

berkas tersediri, arsip yang memuat masalah pembunuhan dihimpun

dan disimpan menjadi satu dalam berkas tersendiri kemudian arsip-

arsip tersebut diurutkan menurut abjad, dan abjad yang

dipergunakan adalah huruf pertama dari masing-masing pokok

masalah.39

c. Numerical filing system

Sistem nomor atau angka adalah sistem penyimpanan arsip

dinamis dengan menggunakan urutan angka-angka sebagai

pedoman untuk mengaturnya. Nomor dapat diberikan menurut

sistem seri (serial numeric) atau menurut sistem persepuluh atau

decimal numeric, misal; 00, 10, sampai dengan 90 atau 000, 100,

200, dan seterusnya sampai dengan 900. Jadi, nomor yang

dipergunakan bukanlah nomor yang tercantum pada surat.40

Dalam filing sistem nomor, setiap surat diberi nomor yang sudah

ditentukan sebagai kode penyimpanannya, dan disimpan

berdasarkan ketentuan nomor yang telah ditentukan tersebut.

37 Wursanto, Kearsipan 2, h. 101. 38 A.W Widjaja, Administrasi Kearsipan (Jakarta: Rajawali Press,1986), h. 106. 39 Wursanto, Kearsipan 2, h.102. 40 Wursanto, Kearsipan 2, h. 121.

29

d. Geographic filing system

Sistem wilayah atau sistem ilmu bumi adalah sistem penyusunan

berdasarkan nama wilayah atau derah dari alamat surat. Arsip-arsip

yang termasuk dalam suatu satuan wilayah atau daerah dihimpun

dalam satu berkas, kemudian arsip tersebut dapat disusun menurut

urutan abjad, abjad yang dipergunakan diambil dari huruf pertama

nama masing-masing wilayah atau daerah.41 Umumnya sistem ini

digunakan oleh kantor-kantor yang mempunyai cabang, atau

perwakilan kantor di wilayah tertentu.42

e. Chronological filing system

Sistem kronologis adalah sistem yang menyusun arsip

berdasarkan waktu. Sistem kearsipan dengan menyimpan arsip surat

ataupun dokumen lainnya berdasarkan hari, tanggal, bulan, dan

tahun.43

Tidak selamanya arsip akan disimpan, oleh sebab itu

instansi/lembaga harus merumuskan jadwal retensi asip. Retensi arsip

adalah jangka waktu penyimpanan yang wajib dilakukan terhadap suatu

jenis arsip.44

Jadwal Retensi Arsip yang selanjutnya disingkat dengan JRA

merupakan alat yang sangat mendukung dalam pengelolaan arsip,

karena dengan adanya JRA dengan mudah akan mengetahui arsip mana

41 Wursanto, Kearsipan 2, h. 184. 42 Gina Madiana dan Iwan Setiawan, Kearsipan (Bandung: Armico, 1994), h. 159. 43 Madiana dan Setiawan, Kearsipan, h. 165. 44 Peraturan Kepala ANRI No.13 Tahun 2014 tentang Pedoman Retensi Arsip Sektor

Kesejahteraan Rakyat Urusan Pendidikan dan Kebudayaan, h.3

30

yang akan disimpan dalam jangka waktu panjang, dalam jangka waktu

pendek, serta mengetahui berapa lama arsip tersebut akan disimpan dan

kapan arsip tersebut akan dimusnahkan.45

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 43 Tahun 2009

tentang Kearsipan menjelaskan bahwa jadwal retensi arsip (JRA) adalah

daftar yang berisi sekurang-kurangnya jangka waktu penyimpanan atau

retensi, jenis arsip, dan keterangan yang berisi rekomendasi tentang

penetapan suatu jenis arsip dimusnahkan, dinilai kembali, atau

dipermanenkan yang dipergunakan sebagai pedoman penyusutan dan

penyelamatan arsip.46

3. Pemeliharaan Arsip

Upaya untuk memelihara arsip terutama ditujukan untuk

melindungi, mengatasi dan mengambil tindakan - tindakan untuk

menyelamatkan fisik terutama informasi arsip, disamping menjamin

kelangsungan hidup arsip dari kemusnahan.

Pemeliharaan arsip inaktif harus memperhatikan dua faktor pokok,

pertama faktor intern yang dapat menyebabkan kerusakan pada fisik

arsip, sehingga perlu dilakukan tindakan untuk memelihara, menjaga

dan mengamankan terhadap perusak kertas secara langsung. Kedua,

faktor ekstern dari lingkungan di mana arsip tersimpan, yang dapat

merusak arsip secara tidak langsung.

45 Oktarino Arizola dan Eva Rahmah. Pembuatan Jadwal Retensi Arsip (JRA) di Kantor

Wali Nagari Kajai Kabupaten Pasaman Barat. Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan,

Vol.2, No. 2, Seri A, Maret 2014, h.1. 46 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan, h.6.

31

Berikut faktor yang menyebabkan kerusakan pada arsip yang

disebabkan dari dalam antara lain :47

a. Kertas

Kertas mempunyai kandungan baik itu bersifat pengawet

maupun bersifat penghancur terhadap kertas itu sendiri, bahan-

bahan yang digunakan untuk lapisan atas kertas terbuat dari kanji,

cuka, garam mineral, yang merupakan bahan-bahan makanan yang

menarik bagi serangga dan bagi pertumbuhan berbagai bakteri.

Namun, sebaik apapun kertas yang kita gunakan, apabila perawatan

dan penyimpaannya tidak baik, daya tahan kertaspun tidak akan

bertahan lama.

b. Tinta

Sebaiknya tinta yang digunakan tidak menimbulkan aksi-aksi

kimia yang menyebabkan kerusakan kertas yaitu tinta karbon yang

terbuat dari arang hitam (langes), karena tinta yang terbuat dari getah

kayu oak akan menimbulkan reaksi-reaksi kimia yang akan merusak

kertas. Sekarang banyak percetakan yang menggunakan tinta

karbon.

c. Pasta/Lem

Dalam menggunakan perekat harus dicarikan yang baik, jangan

menggunakan perekat yang dibuat dari getah arab ataupun celluloce

tape dan sejenisnya karena akan merusak kertas.

47 Basir Barthos, Manajemen Kearsipan, h.50-53.

32

Sedangkan kerusakan dari faktor ekstern, yang dapat merusak arsip

secara tidak langsung, diakibatkan dari serangan luar antara lain :48

a. Kelembaban

Kelembaban udara yang tidak terkontrol akan mengakibatkan

timbulnya jamur, pasta/lem hilang, kertas menjadi lemah dan

merusak kulit.

b. Udara yang terlampau kering

Udara yang terlampau kering akan merusak kertas, kertas akan

menjadi kering, kesat dan mudah patas. Kelembaban udara harus

diatur sedemikian rupa, tidak melampaui 75º dan temperatur udara

diantara 65º F dan 85º F.

c. Sinar matahari

Sinar matahari yang jatuh langsung di atas bundel-bundel kertas,

karena sinar ultraviolet dapat membahayakan kertas-kertas,

mengancam struktur molekul kertas dan kulit, yang mengakibatkan

kertas menjadi buruk, coklat, dan tinta luntur.

d. Debu dan Serangga

Walaupun debu kecil, tetap dapat merusak kertas dan kulit.

Sebaiknya pasang jaring kawat yang halus (wire mesh) pda pintu-

pintu dan jendela-jendela, hal ini berguna untuk menyaring udara

masuk dan menahan masuknya jenis-jenis serangga di dalam ruang

penyimpanan arsip.

48 Bartos, Manajemen Kearsipan, h.52-55.

33

e. Jamur dan sejenisnya

Jamur adalah akibat langsung dari kelembaban dan temperatur

udara yang tidak terkontrol.

4. Penyusutan dan Pemusnahan Arsip

Penyusutan arsip bukan sekedar masalah mendesak yang harus

dilakukan karena banyak arsip yang tidak terkendali, berserakan, dan

menumpuk di sudut ruangan, tetapi juga terkait apresiasi pimpinan.49

Arsip - arsip yang telah semakin menurun frekwensi penggunaannya

oleh organisasi atau digunakan kurang dari 10 kali dalam satu tahun

dikatakan sebagai arsip inaktif. Arsip inaktif tersebut disimpan di pusat

arsip (Record Centres). Menurut Mabbs dalam Peterson dan Nathan

“ The need to establish records centres stems from the very large

quantities of records which are produced by modern administrative

organizations and the necessity to keep them as economically as

possible before they can be destroyed or transferred to the National

Archives.”50

Record centre digunakan untuk menjaga atau menyimpan arsip inaktif

dengan jumlah yang sangat besar yang dihasilkan oleh organisasi

administrasi secara ekonomis sebelum record inaktif tersebut

dihancurkan atau dipindakan ke Arsip Nasional karena arsip inaktif

tidak akan selamanya disimpan di Pusat Arsip (Record Centre), tetapi

sesuai dengan Jadwal Retensi Arsip (JRA), arsip inaktif yang tidak

bernilai guna tinggi, hanya memiliki nilai guna primer, akan

49 Machmoed Effendi, Implementasi Penyusutan Arsip di Lingkungan Universitas Gadjah

Mada. Materi Rakor Penyusunan Pedoman Penyusutan Arsip di Lingkungan Pemerintah Propinsi

Jawa Tengah, 26 April 2011. 50 Peterson Dewah and Nathan Mnjama, “An Assessment Of The National Archives Of

Zimbabwe’s Gweru Records Centre,” Esarbica Journal, vol.32, (1 February 2013), h.55.

34

dimusnahkan. Sementara arsip yang bernilai guna tinggi, memiliki nilai

guna primer dan sekunder, akan diserahkan ke Arsip Nasional RI

sebagai arsip statis. Pemusnahan dan penyerahan arsip harus melalui

prosedur dan ketentuan peraturan perundang - undangan yang berlaku.

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Pasal 1 No, 43 Tahun

2009 tentang Kearsipan disebutkan bahwa penyusutan arsip adalah

kegiatan pengurangan jumlah arsip dengan cara pemindahan arsip

inaktif dari unit pengolah ke unit kearsipan, pemusnahan arsip yang

tidak memiliki nilai guna, dan penyerahan arsip statis kepada lembaga

kearsipan.

Kegiatan - kegiatan yang dilakukan dalam proses penyusutan arsip

meliputi :

a. Penilaian terhadap arsip yang sudah melampaui jangka simpannya.

b. Penyisihan dan seleksi arsip-arsip mana yang dapat dimusnahkan

dan yang akan disimpan.

c. Pendaftaran arsip dalam daftar pertelaan, pemusnahan dan

penyerahan arsip.

Fase penyusutan merupakan penentuan masa simpan arsip. Dalam

fase ini ditentukan apakah suatu arsip harus dimusnahkan, dipindahkan

atau disimpan secara permanen. Pengelolaan arsip inaktif pada dasarnya

tidak dapat dilepaskan dari pengelolaan semasa aktifnya. Apabila pada

masa aktifnya arsip dikelola dengan baik, maka pada masa inaktifnya

akan menjadi baik, sehingga akan memudahkan proses penyusutan dan

penataan arsip pada masa statis.

35

Pemusnahan arsip inaktif artinya pemusnahan arsip yang tidak

diperlukan lagi bagi instansi/lembaga. Metode pemusnahan arsip

meliputi pencacahan, pembakaran, pemusnahan kimiawi dan

pembuburan.51

a. Pencacahan

Pencacahan adalah metode yang sering digunakan di Indonesia

dalam pemusnahan dokumen dan mikrofilm, yaitu menyobek

menjadi potongan-potongan kecil menggunakan alat pencacah.

Berbagai macam jenis alat pencacah yaitu: Shredders, sebuah alat

pemotong yang menggunakan berbagai metode untuk memotong,

menarik, menyobek kertas menjadi potongan-potongan kecil.

Disintegrator, menggunakan pemotong berputar sehingga

menghasilkan potongan dokumen berupa partikel kecil-kecil, alat

jenis ini cocok untuk pengamanan tingkat tinggi. Ada pula berbagai

alat pemotong lainnya, mulai dari mesin kecil yang dapat diletakkan

di atas meja, sampai mesin besar yang mampu mencacah 2 ton kertas

per jam, dan ada pula mesin pencacah yang dapat memotong kertas

datar maupun gumpalan kertas.

b. Pembakaran

Pembakaran adalah metode yang telah lama dikenal, metode ini

pernah dianggap sebagai metode paling aman namun pengalaman

lapangan menunjukkan bahwa dokumen yang dibakar seringkali

terlempar dari api pembakaran sehingga mungkin saja ada dokumen

51 Sulityo Basuki, Pengantar Kearsipan, h. 105.

36

rahasia yang dapat diketahui lawan, dan kini metode pembakaran

dianggap tidak bersahabat dengan lingkungan.

c. Pemusnahan Kimiawi

Pemusnahan kimiawi adalah pemusnahan dokumen dengan

menggunakan bahan kimiawi guna melunakkan kertas dan

melenyapkan tulisan, termasuk mikrofilm. Pemusnahan kimiawi

lebih hemat daripada pencacahan.

d. Pembuburan

Pembuburan atau pulping adalah metode pemusnahan dokumen

rahasia yang ekonomis, aman, bersih, nyaman dan takterulangkan.

Dokumen yang akan dimusnahkan dicampur air kemudian dicacah

lalu dialirkan melalui saringan, hasil pembuburan berupa residu

kemudian dipompa ke hydraexcator yang memeras air sehingga

hasilnya adalah lapisan bubur, lapisan ini kemudian disiram air lagi

lalu dibuang. Pembuburan banyak dilakukan oleh bank dan instansi/

lembaga yang menuntut pengamanan yang tinggi. Metodei ini

belum populer di Indonesia.52

D. Hambatan dalam Pengelolaan Arsip Dinamis

Berikut hambatan-hambatan dalam pengelolaan arsip dinamis

menurut Ig Wursanto :53

1. Penemuan kembali secara cepat dan tepat terhadap arsip-arsip apabila

sewaktu-waktu diperlukan kembali.

52 Sulityo Basuki. Pengantar Kearsipan, h.106. 53 Ig.Wursanto. Kearsipan 2, h.29.

37

2. Hilangnya arsip-arsip sebagai akibat dari sistem penyimpanan yang

kurang sistematis, sistem pemeliharaan dan pengamanan yang kurang

sempurna, serta peminjaman atau pemakaian arsip yang jangka

waktunya lama, sehingga arsip lupa dikembalikan kepada unit

kearsipan.

3. Bertambahnya arsip dinamis inaktif tanpa diikuti dengan penyusutan

dan pemusnahan yang kemudian akan mengakibatkan tempat

penyimpanan arsip tidak mencukupi.

4. Tatakerja kearsipan yang tidak mengikuti perkembangan ilmu kearsipan

modern karena pegawai kearsipan yang tidak cakap dan kurang adanya

bimbingan yang teratur dari pihak pimpinan dan dari para ahli kearsipan.

5. Peralatan kearsipan yang tidak memadai.

6. Kurang adanya kesadaran para pegawai terhadap peranan dan

pentingnya arsip-arsip bagi organisasi, sehingga sistem penyimpanan,

pemeliharaan dan perawatan arsip kurang mendapat perhatian yang

semestinya

E. Arsip Perkara Pidana

Berkas kasus adalah file yang berisi dokumen-dokumen yang

berhubungan dengan hal yang spesifik, dan peristiwa dengan waktu yang

terbatas.

“A case file is a file that contains documents that relate to a

specific, time-limited entity or event, such as person, event, project,

or organization. A case file series is a set of files that deal with

similar types of cases.” 54

54 PWS Corporate Information Management, “Record Management Tip: Record

management advice prepared for GNWT records professionals by the Records management Unit,”

Northwest Territories. no.12, february 2004, h.1.

38

Berkas kasus dengan waktu yang terbatas (time-limited) berarti bahwa suatu

peristiwa atau tindakan harus berlangsung sebelum berkas kasus dibuka

(dibuat), sebagai contoh; sebuah file proyek tidak akan dibuat sampai

proyek tersebut direncanakan, file klien tidak akan dibuat sampai klien

tersebut muncul. Serangkaian berkas kasus adalah satu set file yang

berhubungan dengan jenis kasus yang sama.

Arsip berkas perkara adalah arsip yang memiliki nilai referensi dan

dibutuhkan oleh pengacara untuk mengingatkan kembali apa yang sudah

terjadi, dan juga digunakan untuk bahan penelitian sebagai perbandingan

jika ada perkara yang mirip dengan perkara yang sudah ada sebelumnya.

Salah satu jenis arsip berkas perkara adalah arsip perkara pidana. Arsip

perkara pidana tercipta dari setiap kasus hukum pidana yang terjadi, tindak

pidana dapat dibagi menjadi 2, yaitu tindak pidana umum dan tindak pidana

khusus. Tindak pidana umum adalah tindak pidana yang termasuk dan

diatur dalam KUHP (kitab undang-undang hukum pidana) dan belum diatur

secara tersendiri dalam Undang-undang khusus, yang termasuk dalam

tindak pidana umum meliputi; kejahatan terhadap martabat presiden dan

wakil presiden, pemalsuan, penghinaan, kejahatan asusila, membuka

rahasia, pembunuhan, penganiayaan, pencurian, penggelapan, pelanggaran

ketertiban umum dan lain sebagainya. Sedangkan tindak pidana khusus

adalah tindak pidana yang pengaturannya berada diluar KUHP, dan telah

diatur secara khusus pada Undang-undang Khusus, yang termasuk dalam

39

tindak pidana khusus meliputi; narkotika/psikotropika, korupsi, pencucian

uang, kejahatan HAM dan lain sebagainya.55

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang relevan dengan judul penelitian ini diambil dari dua

judul skripsi. Penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh Widaryono

Mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Adab

dan Ilmu Budaya, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, pada tahun 2010

dengan judul “Pengelolaan Arsip Dinamis pada Kantor Arsip dan

Perpustakaan Daerah (KAPD) Kota Yogyakarta”. Skripsi ini diperoleh dari

repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tujuan dari penelitian yang

dilakukan tersebut adalah untuk mengetahui bagaimana pengelolaan arsip

dinamis pada Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah (KAPD) Kota

Yogyakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif

dengan menggunakan metode pengumpulan data melalui wawancara,

observasi dan dokumentasi. Langkah-langkah dalam menganalisis data

adalah dengan menggunakan metode reduksi data, penyajian data, dan

pengambilan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian yang diperoleh

menunjukkan bahwa pengelolaan arsip dinamis pada Kantor Arsip dan

Perpustakaan Daerah Kota Yogyakarta sudah sepenuhnya dilaksanakan

sesuai dengan pedoman tata kearsipan yang ada. Perbedaan dengan

penelitian yang penulis lakukan adalah pertama pada studi kasus, peneliti

terdahulu bertempat di Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah (KAPD)

55 Hukum Prodeo, “Jenis-jenis Perbuatan yang Termasuk Tindak Pidana.” Diakses 18

Agustus 2016 dari www.hukumprodeo.com

40

Kota Yogyakarta sementara yang penulis teliti yaitu pada Pengadilan Negeri

Jakarta Selatan. Perbedaan yang kedua adalah pada tujuan penelitian,

peneliti terdahulu hanya bertujuan untuk mengetahui bagaimana

pengelolaan arsip dinamis pada Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah

(KAPD) Kota Yogyakarta, sedangkan pada penelitian ini penulis bertujuan

untuk mengetahui pengelolaan arsip dinamis inaktif perkara pidana pada

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan peralatan yang digunakan dalam

pengelolaan arsip dinamis inaktif serta hambatan yang ada dalam

pengelolaan arsip dinamis inaktif. Persamaan dengan penelitian yang

penulis lakukan yang pertama adalah pada salah satu tujuan yaitu untuk

mengetahui bagaimana pengelolaan arsip, persamaan kedua terletak pada

metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif, persamaan

ketiga terletak pada teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara,

kajian pustaka dan dokumentasi, selain itu persamaan juga terletak pada

teknik analisa data yang digunakan yaitu reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan.

Penelitian kedua ditulis oleh Rinda Ayunda Mahasiswi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Fakultas Adab dan Humaniora, Jurusan Ilmu

Perpustakaan pada tahun 2014 dalam skripsi yang berjudul “ Pengelolaan

Rekod Pada Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan

Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Bisnis dan Pariwisata”. Skripsi ini

diperoleh dari repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui kebijakan pengelolaan rekod, jenis

rekod yang tercipta, pengelolaan rekod, dan kendala yang dihadapinya.

41

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dan pendekatannya ialah

kualitatif. Hasil penelitian adalah pengelolaan rekod di PPPPTK Bisnis dan

Pariwisata Kebijakan pengelolaan rekod, belum ada secara tertulis akan

tetapi menggunakan peraturan pemerintah. Jenis rekod yang tercipta di

PPPPTK Bisnis dan Pariwisata ialah rekod aktif dan rekod inaktif. Sistem

penyimpanan rekod berdasarkan subjek/masalah dan disusun berdasarkan

tanggal surat datang. Proses penyimpanan rekodnya adalah azas gabung.

Perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan adalah pertama pada

studi kasus, peneliti terdahulu bertempat pada Pusat Pengembangan dan

Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Bisnis dan

Pariwisata sementara yang penulis teliti yaitu pada Pengadilan Negeri

Jakarta Selatan. Perbedaan yang kedua adalah pada tujuan penelitian,

peneliti terdahulu bertujuan untuk mengetahui kebijakan pengelolaan rekod,

jenis rekod yang tercipta, pengelolaan rekod, dan kendala yang dihadapinya

sedangkan pada penelitian ini penulis bertujuan untuk mengetahui

pengelolaan arsip dinamis inaktif perkara pidana pada Pengadilan Negeri

Jakarta Selatan, peralatan yang digunakan dalam pengelolaan arsip dinamis

inaktif dan hambatan yang ada dalam pengelolaan arsip dinamis inaktif.

Persamaan dengan penelitian yang penulis lakukan yang pertama adalah

pada tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengelolaan arsip dan

kendala yang dihadapi. Persamaan kedua terletak pada jenis penelitian yang

menggunakan deskriptif kualitatif.

42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian

deskriptif. Penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang menuturkan dan

menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta, keadaan, variabel, dan

fenomena yang didapatkan di lapangan saat penelitian dan menyajikan dan

mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya.56 Metode

penelitian ini dipilih untuk mendeskripsikan atau menggambarkan secara umum

bagaimana pengelolaan arsip dinamis di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

Pendekatan penelitian yang dilakukan peneliti adalah dengan pendekatan

kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang dimaksudkan untuk

menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis, atau lisan dari

orang-orang yang dapat diamati sesuai dengan pendapat.57 Dengan pendekatan

ini penulis menggambarkan temuan-temuan penelitian dan memperoleh

pemahaman yang mendalam sehingga dapat ditarik kesimpulan.

B. Pemilihan Informan

Informan adalah orang yang memberi informasi atau orang yang menjadi

sumber data, bisa juga disebut orang yang diwawancarai.58 Informan adalah

orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data , informasi, ataupun

fakta dari suatu objek penelitian.59

56 Subana M. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah (Bandung: Pustaka Setia, 2005), h. 89. 57 Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2007), h.4. 58 Emzir, Metode Penelitian Kualitatif Analisa Data (Jakarta: Rajawali Press, 2010), h.53. 59 M. Burhan Bungin. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan

Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, 2009), h. 108.

43

Kriteria informan yang akan menjadi narasumber adalah orang yang

memahami tentang pengelolaan arsip yaitu kepala arsip dan staf/pegawai arsip

pada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Dalam melakukan penelitian kualitatif,

penulis harus cermat dalam memilih narasumber (informan) yang akan di

wawancarai, penulis megambil informan sebanyak 2 orang, yaitu:

Tabel 3.1 Informan

No. Nama Jabatan

1. Jul Rizal, SH.MH.

NIP. 19610731 198303 1 004

Panitera Muda Hukum &

Koordinator Arsip Pidana

2. Dadang

NIP. 19620505 201408 1 001

Juru 1/c dan Staf Arsip Pidana

Penulis berharap dapat mendapatkan informasi mengenai pengelolaan arsip

dinamis inaktif perkara pidana, peralatan yang digunakan dan hambatan dalam

pengelolaan arsip dinamis inaktif perkara pidana serta pengalaman yang beliau

miliki.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan merupakan langkah awal yang penting dalam penelitian. Data

yang terkumpul akan digunakan sebagai bahan analisis. Oleh karena itu,

pengumpulan data harus dilakukan dengan sistematis, terarah, dan sesuai

dengan masalah penelitian. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang

digunakan antara lain:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil langsung tanpa perantara, atau

langsung dari sumbernya. Seorang penulis bisa mendapatkan data-data

44

primer dengan cara menyebarkan kuisioner, melakukan wawancara, atau

melakukan pengamatan langsung terhadap suatu aktifitas pada

masyarakat.60 Dalam penelitian ini data diperoleh secara langsung dari hasil

observasi lokasi penelitian yaitu arsip pidana Pengadilan Negeri Jakarta

Selatan dan hasil wawancara dengan koordinator dan staff arsip pidana di

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

a. Observasi

Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara mengadakan penelitian secara teliti, serta

pencatatan secara sistematis. Data observasi berupa deskripsi faktual,

cermat dan terinci mengenai keadaan lapangan, kegiatan manusia dan

situasi sosial, serta konteks di mana kegiatan-kegiatan itu terjadi. Data

itu diperoleh berkat adanya peneliti di lapangan dengan mengadakan

pengamatan secara langsung.61 Observasi merupakan metode

pengumpulan data yang sangat diperlukan dalam penelitian, apalagi

dengan pendekatan kualitatif. Objek dari observasi ini adalah Unit

Kearsipan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, penelitian yang dilakukan

pada teknik observasi ini dengan cara melihat dan mengamati langsung

kegiatan pengelolaan arsip, mengumpulkan fakta-fakta, pernyataan-

pernyataan yang merupakan hasil dari kenyataan untuk dibahas dalam

hasil penelitian. Teknik observasi ini dilakukan untuk menjawab

60 Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar teori dan panduan

praktispenelitian sosial bagi mahasiswa dan peneliti pemula (Jakarta: STIA-LAN, 1999), h. 86-87. 61 S. Nasution. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif ( Bandung: Tarsito, 2003), h.59.

45

rumusan masalah mengenai pengelolaan arsip perkara pidana, peralatan

yang digunakan serta hambatan dalam pengelolaan arsip.

b. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan

atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, di mana pewawancara

dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.62

Wawancara ini merupakan pembicaraan yang mempunyai tujuan dan

didahului beberapa pertanyaan berkisar dari pertanyaan informal ke

formal, untuk mendapatkan kejelasan mengenai permasalahan yang ada,

khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan arsip dinamis di

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Bentuk wawancara yang digunakan

adalah wawancara tidak terstruktur, wawancara tidak terstruktur

merupakan cara untuk memperoleh data bila subjek sulit

mengekspresikan diri, pewawancara dapat memodifikasi pertanyaan

yang akan diajukan. Dengan menggunakan wawancara tidak terstruktur

diharapkan dapat memperoleh data yang lebih mendalam, lebih khusus

dan lebih tepat dengan mengajukan pertanyaan tambahan untuk

mengurangi respon-respon yang tidak jelas.63 Teknik wawancara ini

dilakukan untuk mendapatkan hasil observasi awal dan menjawab

62 Bungin. Penelitian Kualitatif, h.108. 63 Moleong. Metode Penelitian Kualitatif, h.190.

46

rumusan masalah mengenai pengelolaan arsip dan hambatan dalam

pengelolaan arsip dinamis inaktif perkara pidana di PN Jaksel.

2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari

sumber-sumber yang telah ada. Data sekunder biasanya diambil dari

dokumen-dokumen antara lain dari laporan, karya tulis, koran dan

majalah.64 Data sekunder dalam penelitian ini bersumber dari dokumentasi

dan kepustakaan, yang terdiri dari berbagai literatur dan artikel yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti.

a. Kajian Pustaka

Kajian Pustaka merupakan suatu teknik mengumpulkan dan

mempelajari dari perpustakaan yang berhubungan dengan masalah yang

penulis bahas.

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu teknik pengumpulan data yang

digunakan untuk menelusuri data historis. Secara detail bahan

dokumenter terbagi beberapa macam yaitu: 1). Otobiografi, 2). Surat-

surat pribadi, buku-buku catatan harian, memorial, 3). Kliping, 4).

Dokumen pemerintah maupun swasta, 5). Cerita roman dan cerita

rakyat, 6). Data di server atau di flashdisk, 7). Data tersimpan di web

site, 8). Foto-foto.65 Data dokumenter yang penulis peroleh di kantor

64 Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian, h. 87 65 Bungin. Penelitian Kualitatif, h.121.

47

Arsip Pidana berupa foto-foto yang penulis ambil sendiri setelah

meminta izin dari pihak PN Jaksel dengan tujuan sebagai bukti yang

diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.

D. Teknik Analisis Data

Dalam teknik analisa data kualitatif yaitu peneliti menguraikan dan

menginterpretasikan data yang telah diperoleh dari lapangan dan dari

narasumber (informan). Data-data yang diperoleh akan diolah dan disajikan

dalam bentuk deskriptif untuk mengemukakan permasalahan dan menemukan

solusi di sertai dengan teori-teori yang mendukung. Hasil analisis data berupa

fakta-fakta yang terkait dengan objek penelitian. Data akan dianalisis melalui

tiga tahapan yaitu :

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapagan ditulis/diketik dalam bentuk uraian

atau laporan terinci. Kemudian data tersebut dirangkum, dipilih hal-hal yang

pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema atau polanya, dan

dijadikan susunan yang lebih sistematis, sehingga lebih mudah untuk

dikendalikan. Data yang direduksi memberi gambaran yang lebih tajam

tentang hasil pengamatan, juga mempermudah peneliti untuk menemukan

kembali data yang diperoleh bila diperlukan.66

2. Penyajian Data

Agar dapat melihat gambaran keseluruhannya untuk mengambil

kesimpulan yang tepat peneliti harus menguasai data dengan membuat

66 Nasution. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif , h.129.

48

“display” data,67 setelah data direduksi maka penulis melakukan penyajian

dalam bentuk teks yang bersifat naratif versi peneliti.

3. Penarikan Kesimpulan

Data yang diperoleh dicoba untuk mengambil kesimpulan, mulanya

kesimpulan masih kabur, diragukan, namun dengan bertambahnya data

kesimpulan tersebut menjadi lebih jelas dan bulat.68 Data-data telah

dijabarkan dalam bentuk naratif tadi, kemudian penulis membuat

kesimpulanya. Sedangkan kesimpulan tersebut untuk menjawab rumusan

masalah pokok yang telah dijabarkan sebelumnya.

E. Teknik Penguji Keabsahan Data

Penelitian ilmiah tidak lepas dari kepercayaan terhadap proses penelitian

dan hasilnya. Suatu penelitian dikatakan ilmiah apabila mengandung tingkat

objektifitas yang tinggi. Data dapat dikatakan valid apabila antara data yang

dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek

penelitian tidak ada perbedaan.69

Mempertanggungjawabkan keabsahan suatu penelitian dapat ditelusuri dari

cara-cara memperoleh kepercayaan, pertanggung jawaban penelitian kualitatif

terletak pada cara memperoleh kepercayaan suatu peneitian dengan penerapan

beberapa metode yang tepat dengan prosedur yang konsisten.

67 Nasution. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, h.129 68 Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, h.130. 69 Djama’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:

Alfabeta, 2013), h.161-162

49

Teknik yang digunakan untuk menguji keabsahan terhadap data hasil

penelitian kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan meningkatkan

kredibilitas atau validitas internal, dengan beberapa cara sebagai berikut:70

1. Perpanjangan pengamatan

Perpanjangan pengamatan memungkinkan terjadinya hubungan antara

peneliti dengan informan semakin terbuka dan saling mempercayai. Dengan

memperpanjang pengamatan memperoleh informasi yang sebenarnya.

Lama dari perpanjangan pengamatan tergantung pada ke dalaman, keluasan

dan kepastian data.

2. Trianggulasi

Tidak mustahil akan terjadi perbedaan antara yang dibicarakan dengan

kenyataan sesungguhnya, maka diperlukan trianggulasi yang berarti

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu.

F. Tempat dan Waktu Penelitian

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan mengelola beberapa jenis arsip, salah

satunya adalah arsip perkara. Ada dua jenis arsip perkara yaitu arsip perkara

pidana dan arsip perkara perdata.

Alasan penelitian ini lebih difokuskan terhadap arsip perkara pidana adalah

karena arsip perkara pidana dan arsip perkara perdata di PN Jakarta Selatan

terletak pada ruangan yang berbeda ( arsip perdata terletak di lantai 1 dan arsip

pidana terletak di lantai 2) hal ini dikarenakan keterbatasan ruangan di lantai

bawah. Selain itu, juga terdapat beberapa perbedaan fasilitas antara arsip pidana

70 Satori dan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif , h..168-170

50

dan arsip perdata, observasi awal menunjukkan bahwa arsip perkara perdata

memiliki fasilitas dan tata ruang yang lebih baik, sedangkan arsip perkara

pidana bisa dikatakan memiliki fasilitas yang sederhana namun masih layak

untuk digunakan.

Sehingga penelitian ini dilaksanakan pada Arsip Pidana Pengadilan Negeri

Jakarta Selatan yang terletak di Jalan Ampera Raya, Nomor 133, Jakarta

Selatan.

Penelitian dilaksanakan selama 8 bulan (Maret- Oktober 2016) dengan

perincian sebagai berikut:

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian

No. Jenis Kegiatan

Tahun 2016

Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov

1. Observasi awal

2.

Penyerahan

Proposal

Skripsi dan

Mendapatkan

Dosen

Pembimbing

3. Bimbingan

Skripsi

4. Observasi dan

wawancara

kedua

5. Pergantian

Judul

6. Observasi dan

wawancara

ketiga

7. Analisis data

8. Penyusunan

Skripsi

51

9. Sidang Skripsi

51

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan atau yang biasa disingkat dengan PN

Jaksel merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Umum

yang berkedudukan di Jakarta Selatan. Sebagai Pengadilan Tingkat Pertama,

PN Jakarta Selatan berfungsi untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan

perkara pidana dan perdata bagi rakyat pencari keadilan di wilayah Jakarta

Selatan.

Secara detail, kewajiban dan kewenangan Pengadilan Negeri tersebut dapat

kita lihat dalam Pasal 84 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), Pasal 85, dan

Pasal 86 Undang-undang nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang

Hukum Acara Pidana.

Berdasarkan Pasal 84 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) menyatakan

bahwa:71

1. Pengadilan Negeri berwenang mengadili segala perkara mengenai tindak

pidana yang dilakukan dalam daerah hukumnya.

2. Pengadilan Negeri yang di dalam daerah hukumnya terdakwa bertempat

tinggal, berdiam terakhir, di tempat ia diketemukan atau ditahan, hanya

berwenang mengadili perkara terdakwa tersebut apabila tempat kediaman

sebagian besar saksi yang dipanggil lebih dekat pada tempat pengadilan

71 Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. “Profil Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.” Diakses

pada 14 September 2016 dari www.pn-jakartaselatan.go.id

52

negeri itu dari pada tempat kedudukan pengadilan negeri yang di dalam

daerahnya tindak pidana itu dilakukan.

3. Apabila seseorang terdakwa melakukan beberapa tindak pidana dalam

daerah hukum pelbagai pengadilan negeri, maka tiap pengadilan negeri itu

masing-masing berwenang mengadili perkara pidana itu.

4. Terhadap beberapa perkara pidana yang satu sama lain ada sangkut pautnya

dan dilakukan oleh seseorang dalam daerah hukum pelbagai pengadilan

negeri, diadili oleh masing-masing pengadilan negeri dengan ketentuan

dibuka kemungkinan penggabungan perkara tersebut.

Berdasarkan Pasal 85 KUHAP menyatakan bahwa dalam hal keadaan

daerah tidak mengizinkan suatu pengadilan negeri untuk mengadili suatu

perkara, maka atas usul ketua pengadilan negeri atau kepala kejaksaan negeri

yang bersangkutan. Mahkamah Agung mengusulkan kepada Menteri

Kehakiman untuk menetapkan atau menunjuk pengadilan negeri lain dari pada

yang tersebut pada pasal 84 untuk mengadili perkara yang dimaksud.

Berdasarkan Pasal 86 KUHAP menyatakan bahwa apabila seorang

melakukan tindak pidana di luar negeri yang dapat diadili menurut hukum

Republik Indonesia, maka Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang berwenang

mengadilinya.

Berdasarkan Pasal 10 ayat (1) Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009

Tentang Kekuasaan Kehakiman, menyebutkan bahwa pengadilan dilarang

menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang

diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan

wajib untuk memeriksa dan mengadilinya.

53

Di sini dapat dikatakan bahwa letak pilar hukum adalah pengadilan,

pengadilan sebagai benteng keadilan dijalankan oleh para hakim. Untuk itu

hakim sebagai organ pengadilan di anggap memahami hokum, pencari keadilan

datang padanya untuk mohon keadilan. Andaikata ia tidak menemukan hukum

tertulis, ia wajib menggali hukum tidak tertulis untuk memutus perkara

berdasarkan hukum sebagai seorang yang bijaksana dan bertanggung jawab

penuh kepada Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, masyarakat, bangsa dan

negara.

Meskipun kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka,

tetapi tidak menutup kerja sama atau koordinasi antar pengadilan. Dinyatakan,

untuk kepentingan peradilan semua pengadilan wajib saling memberi bantuan

yang di minta.

1. Struktur Organisasi

Berikut merupakan susunan struktur organisasi Pengadilan Negeri

Jakarta Selatan:

a. Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

b. Wakil Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

c. Para Hakim

d. Panitera Sekretaris

e. Wakil Panitera

f. Wakil Sekretaris

g. PanMud Pidana

h. PanMud Perdata

i. PanMud Hukum

54

j. Kasub. Umum

k. Kasub. Keuangan

l. Kasub. Kepegawaian

m. Panitera Pengganti

n. Juru Sita

Tabel 4.3 Struktur Organisasi

Gambar 4.4 Struktur Organisasi

(sumber: www.pn-jakartaselatan.go.id)

Jabatan Nama

Ketua H. Prim Haryadi, SH.,M.H.

Wakil Ketua Wayan Karya, SH.,M.Hum

Panitera I Gde Ngurah Arya Winaya, SH. MH

Sekretaris H. Ahmad Hakir, S.H., M.H.

Kabag. Umum H.M Taufik, SH.,MH

PanMud Hukum Jul Rizal, SH.MH

55

2. Wilayah Yuridiksi

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan membawahi wilayah hukum

Jakarta Selatan yang terdiri dari:

a. Kebayoran Baru

b. Kebayoran Lama

c. Pesanggrahan

d. Cilandak

e. Pasar Minggu

f. Jagakarsa

g. Mampang

h. Prapatan

i. Pancoran

j. Tebet

k. Setiabudi

Gambar 4.5 Wilayah Yuridiksi PN Jaksel

(sumber: www.pn-jakartaselatan.go.id)

56

3. Waktu Kerja

Waktu kerja Pengadilan Negeri Jakarta Selatan adalah pada hari

Senin s/d Kamis pukul 08.00 WIB s/d 16.30 WIB dan hari Jum’at pukul

08.00 WIB s/d 17.00 WIB dengan jam istirahat hari Senin s/d Jum’at

pukul 12.00 WIB s/d 13.00 WIB.

4. Letak Geografis

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan terletak di Jl. Ampera Raya, No.

133, Jakarta Selatan, Kode Pos 12550.

Gambar 4.6 Letak Geografis PN Jaksel

(sumber: www.pn-jakartaselatan.go.id)

B. Profil Arsip Pidana Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

Arsip pidana di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan berada di bawah naungan

divisi bagian hukum. Letak ruangan arsip pidana berada di lantai atas bagian

belakang gedung pengadilan, memiliki ruangan yang disekat-sekat oleh lemari-

lemari arsip.

57

1. Sumber Daya Manusia (SDM)

SDM yang bertugas di arsip pidana bukan dari bidang kearsipan, namun

memiliki pengalaman yang cukup mumpuni dalam hal pengelolaan arsip.

Terdapat 2 orang SDM pada arsip pidana PN Jaksel:

Tabel 4.4 SDM

No. Nama Jabatan

1. Jul Rizal, SH.MH.

NIP. 19610731 198303 1 004

Panitera Muda Hukum &

Koordinator Arsip Pidana

2. Dadang

NIP. 19620505 201408 1 001

Juru 1/c dan Staf Arsip Pidana

2. Peralatan Arsip Pidana

Berikut beberapa peralatan penunjang pengelolaan arsip yang dimiliki

oleh arsip pidana PN Jaksel:

Tabel 4.5 Peralatan Arsip Pidana

No. Jenis Barang

1. Meja Kerja

2. Lemari Baja

3. Rak Besi

4. Filing Cabinet

5. Kipas Angin

6. ATK

7. Meja Tamu

8. Buku Register 7 Subjek

9. Buku Pintar

10. Plastik Pembungkus Arsip

11. Tali Rafia

58

peralatan yang dimiliki arsip pidana PN Jaksel dapat dikataan sederhana

namun masih layak untuk digunakan.

3. Isi Arsip

Setiap berkas perkara yang akan masuk ke ruang arsip, sebelumnya akan

di cek dahulu kelengkapannya. Dalam satu bundel arsip terdiri dari 3-8 map

(tergantung seberapa tebal map tersebut) dengan nama terdakwa yang

berbeda, kemudian dalam satu map atas satu nama terdakwa terdiri dari

beberapa jenis berkas, yaitu:

Tabel 4.6 Jenis Berkas Perkara

Jenis Berkas Perkara

1. Sampul 14. Berita acara penangkapan

2. Daftar isi berkas perkara 15. Berita acara penahanan

3. Identitas terdakwa 16. Berita acara penyitaan

4. Resume 17. Surat perintah penangkapan

5. Surat laporan Polisi 18. Surat perintah tugas

6. Surat perintah penyelidikan 19. Surat perintah penahanan

7. Surat pemberitahuan kepada

Kejaksaan Negeri

20. Surat perintah penyitaan

8. Photo KTP 21. Surat kepada Pengadilan

Negeri untuk permintaan

persetujuan penyitaan

barang bukti

9. BAP di TKP 22. Photo barang bukti

10. BAP saksi-saksi 23. Daftar tersangka

11. BAP terdakwa 24. Daftar saksi

59

12. Surat penyataan jika

menolak di dampingi kuasa

hukum

25. Daftar barang bukti

13. Berita acara penolakan

kuasa hukum

26. Lampiran (surat perintah

penahanan dari kejaksaan

negeri, berita acara

pelaksanaan penahanan,

surat pengiriman berkas)

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Penulis akan memaparkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah

diperoleh melalui hasil observasi dan wawancara di lapangan terhadap

pengelolaan arsip dinamis inaktif perkara pidana pada Pengadilan Negeri

Jakarta Selatan serta hambatan yang dihadapi ketika melaksanakan pengelolaan

arsip dinamis inaktif.. Adapun hasil penelitian yang diperoleh, sebagai berikut:

1. Pengelolaan Arsip Dinamis Inaktif Perkara Pidana di Pengadilan

Negeri Jakarta Selatan

a. Penciptaan dan Penerimaan Arsip

1) Terjadinya arsip

Tahap pertama dalam pengelolaan arsip adalah penciptaan dan

penerimaan arsip, pada arsip pidana PN Jaksel, penciptaan arsip

terjadi karena adanya penerimaan berkas-berkas dari berbagai pihak.

Seperti hasil wawancara sebagai berikut :

“Ya jadi gini misalnya dari satu perkara dari polisi kirim ke

kejaksaan, dari kejaksaan kirim ke pengadilan terus dicek

kelengkapannya baru kirim ke wakil hakim terus ditunjuk hakim

untuk tata cara pidana terus sampai sidang kan. Ya setelah

sidang selesai di cek lagi kelengkapannya kalo sudah lengkap

langsung dikirim ke arsip pidana.”72

72 Wawancara Pribadi dengan Dadang, Jakarta Selatan, 15 September 2016.

60

Hal yang sama juga diungkapkan oleh staf arsip pidana,

sebagaimana hasil wawancara berikut ini:

“..... berkas dari panitera yang udah di putus kemudian diminit

ke bagian hukum, lalu di cek ke absahannya, udah lengkap apa

belum, kalo sudah lengkap langsung dikirim ke arsip pidana.”73

Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan tersebut,

penciptaan arsip pidana PN Jaksel terjadi saat adanya penerimaan

berkas masuk dari terdakwa kasus pidana, yang telah selesai sidang

perkara dan sudah di cek kelengkapannya.

Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Penn

dalam Sri Kusniawati bahwa arsip diciptakan/diterima dalam bentuk

apapun, seperti surat, formulir, laporan, gambaran, microform,

maupun input/ouput computer.74

2) Jumlah arsip masuk

Selain itu, penulis mengajukan pertanyaan mengenai jumlah

arsip pidana yang diterima dalam setahun, hasil wawancara yang

diperoleh adalah sebagai berikut:

“Banyak ya sekitar 800-1500 perkara, tapi itu belum semuanya

benar-benar jadi arsip, jadi masih ada beberapa berkas yang

mau banding atau kasasi.”

Dari hasil wawancara dengan informan, di dapat bahwa arsip yang

masuk berjumlah 800-1500 perkara namun dari jumlah tersebut

tidak semua berkas tersebut langsung masuk ke arsip pidana, karena

73 Wawancara Pribadi dengan Jul Rizal, SH.MH., Jakarta Selatan, 15 September 2016. 74 Kustianawati, Peranan Manajmen Arsip Dinamis, h. 2.

61

beberapa berkas perkara tersebut masih diperlukan untuk banding

dan kasasi.

Berdasarkan hasil di atas, arsip pidana tercipta karena adanya

penerimaan berkas masuk dari terdakwa, berkas-berkas tersebut

akan memasuki ruangan arsip apabila telah dicek kelengkapannya

setelah sidang selesai.

3) Buku agenda masuk

Dengan demikian, apabila ada berkas masuk maka akan ada

penulisan untuk data berkas masuk Maka selanjutnya penulis

mengajukan pertanyaan mengenai buku agenda arsip masuk, dan

hasil wawancara yang diperoleh adalah sebagai berikut:

“Ada, namanya buku register. Formatnya sesuai dengan

klasifikasi. Buku register ini sebenernya ada 7 jenis, dipisahin

sesuai subjek ada narkotika, penipuan dan penggelapan,

pencurian, penadahan, pembunuhan, lingkungan hidup dan

imigrasi tapi kan kalo ada 7 buku register kaya gitu nanti ribet,

jadi dibikin lah ini buku pintar, buku register pertahun yang

mencakup semua subjek, biar semua staff bisa gampang nemuin

arsip yang dibutuhkan gitu, jadi ga harus nunggu ada saya.

Formatnya itu ada, nomor urut,nomor perkara, nama terdakwa,

pasal, keterangan box sesuai klasifikasinya, keterangan lain.”75

Berdasarkan hasil wawancara tersebut Arsip Pidana PN Jaksel

memiliki buku registrasi arsip masuk berjumlah tujuh jenis

berdasarkan subjek, yaitu: Narkotika, Penipuan dan Penggelapan,

Pencurian, Penadahan, Pembunuhan, Lingkungan Hidup dan

Imigrasi. Namun, di permudah dengan satu buku registrasi yang

75 Wawancara Pribadi dengan Dadang.

62

telah mencakup tujuh subjek tersebut yang disebut dengan buku

pintar.

Buku pintar dibuat dengan alasan untuk mempermudah

pencatatan, buku pintar telah mencakup semua subjek dalam kurun

satu tahun.

b. Penggunaan Arsip

1) Penggunaan

Dalam penggunaan arsip pidana di PN Jaksel, diperoleh hasil

wawancara sebagai berikut:

“Hakim atau staf di sini ya pasti, buat penelitian-penelitian juga

bisa, buat keperluan kaya kamu gini lah keperluan akademis.

Ketentuannya ya kalau dari luar disertai dengan surat

pengantar.”76

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut,

penggunaan arsip pidana tidak dibatasi, boleh digunakan oleh

siapapun baik itu pegawai atau staf PN Jaksel maupun dari

masyarakat umum untuk tujuan akademis dengan disertai surat

pengantar atau surat izin akses.

Hal tersebut sesuai dengan teori yang telah dikemukakan oleh

Sulistyo Basuki yaitu arsip dinamis memiliki berbagai kegunaan

seperti untuk mengambil keputusan, keperluan dokumentasi,

jawaban atas pertanyaan, dan sebagai rujukan ataupun membantu

tuntutan hukum.77 Arsip dinamis inaktif perkara pidana pada PN

Jaksel digunakan oleh hakim, atau staf PN Jaksel untuk mengambil

76 Wawancara Pribadi dengan Jul Rizal, SH.MH. 77 Sulityo Basuki. Pengantar Kearsipan,h. 36.

63

keputusan dalam membantu tuntutan hukum, selain itu dapat pula

digunakan dalam keperluan akademis, dan keperluan dokumentasi.

2) Buku agenda keluar

Penggunaan arsip pidana tidak lepas dari buku agenda arsip keluar,

sehingga penulis mengajukan pertanyaan mengenai hal tersebut, dan

diperoleh hasil wawancara sebagai berikut:

“Ada, namanya register pengebon. Formatnya sama kaya buku

register tadi.”78

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, Arsip Pidana PN

Jaksel memiliki buku agenda untuk arsip keluar yaitu buku register

keluar, di mana untuk formatnya sama dengan format buku register

arsip masuk atau buku pintar, yaitu: nomor urut, nomor perkara,

nama terdakwa, pasal, keterangan putusan, box dan klasifikasinya,

dan keterangan.

c. Penyimpanan Arsip

1) Pedoman penyimpanan

Kegiatan penyimpanan arsip merupakan kegiatan yang bersifat

mengatur, menyusun dan menata semua jenis arsip dalam bentuk

tatanan yang sistematis dan logis agar dapat ditemukan kembali

dengan cepat, tepat, dan akurat. Mengenai pedoman yang mengatur

dalam pengelolaan arsip khususnya dalam kegiatan penyimpanan

arsip diperoleh hasil wawancara sebagai berikut:

78 Wawancara Pribadi dengan Dadang.

64

“Kalo pedoman tertulis untuk pengelolaan arsip sih belum ada,

di sini arsip saya kelola sesuai dengan pemikiran saya jadi

bagaimana nanti arsip bisa gampang ditemukan.”79

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, pedoman untuk

mengatur penyimpanan arsip belum ada sehingga dalam menyimpan

arsip mengunakan pemikiran pribadi bagaimana arsip agar mudah

untuk ditemukan kembali.

Agar dapat dengan mudah ditemukan kembali, arsip disimpan

dengan menggunakan sistem penyimpanan, yaitu disimpan

perkelompok sesuai dengan subjek, nomor, tanggal, geografi dan

kronologi.

2) Sistem penyimpanan

Mengenai sistem penyimpanan arsip dinamis inaktif perkara

pidana pada PN Jaksel di dapat hasil wawancara sebagai berikut:

“Arsip disimpan sesuai subjek kejadian, per-tanggal arsip

masuk dan di kelompokkan pertahun.”

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan informan,

sistem penyimpanan yang digunakan dalam penngelolaan arsip

dinamis inaktif perkara pidana pada PN Jaksel menggunakan sistem

penyimpanan ganda yaitu berdasarkan subjek dan kronologi.

Subjek yang dijadikan sebagai pedoman penyimpanan diambil

dari pokok masalah berkas terdakwa, misal; narkotika, pencurian,

penipuan. Sedangkan, sistem kronologi yang digunakan adalah

79 Wawancara Pribadi dengan Jul Rizal, SH.MH.

65

berdasarkan hari, tanggal, bulan dan tahun berkas-berkas terdakwa

masuk ke arsip pidana.

Hal tersebut sesuai dengan teori menurut A.W.Widjaja yang

menyebutkan bahwa sistem subjek adalah sistem penyimpanan

arsip berdasarkan pokok soal atau pokok masalah sebagai pedoman

untuk mengaturnya.80 Dan sesuai dengan teori yang diutarakan oleh

Madiana dan Setiawan, Sistem kronologis adalah sistem yang

menyusun arsip berdasarkan waktu. Sistem kearsipan dengan

menyimpan arsip surat ataupun dokumen lainnya berdasarkan hari,

tanggal, bulan, dan tahun.81

Sistem penyimpanan yang diterapkan oleh Arsip Pidana PN

Jaksel sudah sistematis, dengan sistem penyimpanan ini arsip

dinamis inaktif perkara pidana pada PN Jaksel dapat dengan mudah

ditemukan.

3) Azas penyimpanan

Berdasarkan observasi, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

merupakan lembaga negara yang memiliki lingkup kerja berada

dalam satu gedung, sehingga seluruh arsip mengenai perkara pidana

disimpan dalam satu unit terpusat. Sehingga, azas penyimpanan

yang digunakan pada PN Jaksel adalah azas sentralisasi, Arsip

Pidana PN Jaksel sebagai pusat penyimpanan seluruh arsip dinamis

inaktif perkara pidana di lingkup kerja PN Jaksel.

80 A.W Widjaja, Administrasi Kearsipan, h. 106. 81 Madiana dan Setiawan, Kearsipan, h. 165.

66

Hal ini sesuai dengan teori menurut Basuki, Azas sentralisasi

adalah azas yang digunakan oleh organisasi untuk menyimpan arsip

dinamis dalam satu unit kerja secara terpusat. Semua arsip dinamis

disimpan di pusat penyimpanan.82

4) Isi map

Saat observasi penulis melihat dalam satu box plastik arsip terdapat

beberapa map arsip, sehingga penulis mengajukan pertanyaan

mengenai hal tersebut, dan hasil wawancara yang diperoleh adalah

sebagai berikut:

“Satu bundel misalkan satu bundel itu ada dari 3 sampai 8,

karena apa? Kan kalo arsip itu ada yang kecil ada yang besar

jadi ya sesuai dengan tebal arsip nya yaa.... ada juga yang satu

itu tebel banget.“83

Dari hasil wawancara tersebut, dalam satu box plastik terdapat

3 sampai 8 map (tergantung sberapa tebal map) yang berisi arsip,

map-map tersebut memiliki subjek yang sama namun dengan nama

terdakwa yang berbeda.

d. Pemeliharaan Arsip

Upaya untuk memelihara arsip terutama ditujukan untuk

melindungi, mengatasi dan mengambil tindakan - tindakan untuk

menyelamatkan fisik terutama informasi arsip, disamping menjamin

kelangsungan hidup arsip dari kemusnahan, dalam aspek pemeliharaan

ini arsip pidana PN Jaksel mengelola arsip dinamis inaktif perkara

pidana sebagaimana hasil wawancara berikut:

82 Basuki, Pengantar Kearsipan, h.62 83 Wawancara Pribadi dengan Dadang.

67

“... ya biar wangi dikasih kamper apa gitukan, supaya ga berdebu

di plastikin arsipnya.”84

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, usaha-usaha yang dilakukan

oleh arsip pidana PN Jaksel tergolong masih sederhana.

Adapun usaha-usaha yang telah dilakukan oleh arsip pidana PN

Jaksel dalam pemeliharaan arsip dinamis inaktif perkara pidana adalah

dengan menggunakan kamper agar arsip tetap wangi dan serangga tidak

merusak kertas-kertas arsip, menggunakan plastik untuk membungkus

map yang berisi arsip yang bertujuan agar map-map berisi arsip tersebut

tidak cepat berdebu.

Usaha-usaha yang dilakukan oleh Arsip Pidana PN Jaksel tersebut

untuk mencegah keruskan arsip dari faktor ekstern atau kerusakan dari

luar, sesuai dengan beberapa faktor yang telah disebutkan oleh Basir

Barthos yaitu kerusakan akibat debu dan serangga.

e. Penyusutan dan Pemusnahan Arsip

1) Jangka penyimpanan arsip

Tahap penyusutan dan pemusnahan arsip adalah tahap terakhir

dalam pengelolaan arsip dinamis. Tidak selamanya arsip akan

disimpan, oleh sebab itu instansi/lembaga harus merumuskan jadwal

retensi asip. Retensi arsip adalah jangka waktu penyimpanan yang

wajib dilakukan terhadap suatu jenis arsip.85 Jangka penyimpanan

arsip pada PN Jaksel menurut hasil wawancara yang diperoleh

adalah sebagai beikut:

84 Wawancara Pribadi dengan Dadang. 85 Peraturan Kepala ANRI No.13 Tahun 2014 tentang Pedoman Retensi Arsip Sektor

Kesejahteraan Rakyat Urusan Pendidikan dan Kebudayaan, h.3

68

“Sekitar 30 tahun.”

Menurut hasil observasi dan wawancara dengan informan, arsip

pidana pada PN Jaksel disimpan selama sekitar 30 tahun dan belum

ada Jadwal Retensi Arsip (JRA) sehingga kegiatan penyusutan

belum sepenuhnya terlaksana, hal ini tidak sesuai dengan pernyataan

yang tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor

43 Tahun 2009 yang berbunyi “ Lembaga negara, pemerintahan

daerah, perguruan tinggi negeri, serta BUMN dan/atau BUMD wajib

memiliki JRA.”

2) Pemusnahan arsip

Mengenai kegiatan pemusnahan arsip perkara pidana pada PN

Jaksel hasil wawancara yang diperoleh adalah sebagai berikut :

“Belum, karena dari atas juga belum ada perintahnya,

seharusnya sih ya pemusnahan itu harus dilakukan.”

“Karena pemusnahan belum dilakukan. Tapi biasanya tu di

bakar.”

“kalau saksi ya harus ada kalau dalam pemusnahan, tapikan

kita belum ada pemusnahan.”86

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, kegiatan

penyusutan dan pemusnahan arsip dinamis inaktif perkara pidana

pada PN Jaksel belum pernah dilaksanakan.

Hal tersebut tidak sesuai dengan penrnyataan dalam Undang-

undang Republik Indonesia Pasal 1 No, 43 Tahun 2009 tentang

Kearsipan di mana disebutkan bahwa penyusutan arsip adalah

86 Wawancara Pribadi dengan Jul Rizal, SH.MH.

69

kegiatan pengurangan jumlah arsip dengan cara pemindahan arsip

inaktif dari unit pengolah ke unit kearsipan, pemusnahan arsip yang

tidak memiliki nilai guna, dan penyerahan arsip statis kepada

lembaga kearsipan.

Selain itu, hal tersebut juga tidak sesuai dengan teori yang telah

di sebutkan oleh Sulistyo Basuki bahwa pemusnahan arsip inaktif

artinya pemusnahan arsip yang tidak diperlukan lagi bagi

instansi/lembaga. Metode pemusnahan arsip meliputi pencacahan,

pembakaran, pemusnahan kimiawi dan pembuburan.87

2. Peralatan Arsip Dinamis Inaktif Perkara Pidana di Pengadilan

Negeri Jakarta Selatan

Sesuai dengan tujuan yang kedua dari skripsi ini, yaitu untuk

mengetahui peralatan yang digunakan pada pengelolaan arsip dinamis

perkara pidana di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, maka hasil

wawancara yang diperoleh adalah sebagai berikut:

“Yaa seperti yang dilihat sekarang nih ada lemari arsip, filing

cabinet, rak-rak besi terus ada plastik buat nyimpen arsipnya biar gak

berdebu, buku, pulpen, ya alat-alat tulis yang mendukung.”88

Jawaban yang tidak jauh beda juga diungkapkan oleh staff arsip pidana,

berikut hasil wawancaranya:

“Ada peralatan atk (pulpen, pensil), ordner, buku registrasi untuk

mencatat arsip masuk biasanya ini kita sebut buku pintar yaa karena

ini daftar biar gampang nemuin arsip, terus ini lemari-lemari besi,

kipas anginjadi ya masih sederhana gitulah.”89

87 Sulityo Basuki, Pengantar Kearsipan, h. 105. 88 Wawancara Pribadi dengan Jul Rizal, SH.MH. 89 Wawancara Pribadi dengan Dadang.

70

Berdasarkan jawaban dari wawacara dengan para informan,

perlengkapan yang digunakan dalam pengelolaan dinamis inaktif perkara

pidana di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, yaitu: lemari baja, rak besi,

filing cabinet, alat administrasi/peralatan atk, kipas angin, map, dan

plastik pembungkus map.

Arsip Pidana PN Jaksel telah menggunakan peralatan arsip dinamis

inaktif sesuai dengan teori yang telah dikemukakan oleh Sedarmayati

yaitu bebrapa jenis peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam

pengelolaan arsip inaktif antara lain: ordner, rak buku (lemari terbuka),

box file.90 Begitu pula teori menurut Sulistyo Basuki yang menyebutkan

beberapa jenis fasilitas dalam pengelolaan arsip dinamis inaktif salah

satunya adalah lemari tahan api, atau lemari baja.91

3. Hambatan dalam Pengelolaan Arsip Pidana di Pengadilan Negeri

Jakarta Selatan

Tujuan yang ketiga dari skripsi ini, yaitu untuk mengidentifikasi

hambatan dalam pengelolaan arsip dinamis perkara pidana di

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, maka hasil wawancara yang

diperoleh adalah sebagai berikut:

“Kendalanya ga ada komputer. Jadi arsipnya masih manual belum

terkomputerisasi. Ruangan juga ya apa adanya kaya gini,

seharusnya sih dibesarin lagi ruangannya.”92

90 Sedarmayati, Tata Kearsipan, h. 44. 91 Sulityo Basuki, Pengantar Kearsipan, h.96. 92 Wawancara Pribadi dengan Jul Rizal, SH.MH.

71

Pernyataan yang sama diungkapkan oleh staff arsip pidana, hasil

wawancara yang diperoleh adalah sebagai berikut:

“Ya kalo kendalanya mah tempat luas lapangannya, belum

komputerisasi, terus ruangannya harusnya sejuk kan pengelolaan

arsip mah harus wangi dan ga berdebu biar arsipnya juga ga cepet

rusak.”93

Berdasarkan hasil observasi dan jawaban dari wawancara di atas, maka

hambatan yang sedang dihadapi dalam pengelolaan arsip dinamis

perkara pidana pada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan adalah ruang

arsip pidana yang tidak terlalu luas dan terbatasnya fasilitas seperti

komputer dan AC.

Hambatan-hambatan dalam pengelolaan arsip oleh Ig. Wursanto

yaitu penemuan kembali, hilangnya arsip karena tidak dikembalikan lagi

oleh peminjam karena jangka waktu peminjamannya lama, peralatan

kearsipan yang tidak memadai, sistem keamanan yang kurang sempurna,

dan bertambahnya arsip tanpa disertai dengan kegiatan penyusutan dan

pemusnahan. 94

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah diperoleh,

hambatan yang sedang dihadapi dalam pengelolaan arsip dinamis

perkara pidana pada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan adalah ruang

arsip pidana yang tidak terlalu luas, fasilitas yang masih sederhana dan

terbatasnya fasilitas yaitu AC dan komputer, sistem keamanan yang

kurang sempurna, belum terlaksananya kegiatan pemusnahan arsip, dan

tidak memiliki Jadwal Retensi Arsip (JRA).

93 Wawancara Pribadi dengan Dadang. 94 Ig. Wursanto, Kearsipan 2, h.29.

72

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarlan hasil penelitian, mengenai pengelolaan arsip yang telah

dijalankan dalam pengelolaan arsip dinamis inaktif perkara pidana Pengadilan

Negeri Jakarta Selatan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Salah satu aspek penting dalam pengelolaan arsip adalah penyimpanan.

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dalam penyimpanan arsip dinamis inaktif

perkara pidana menggunakan sistem penyimpanan ganda yaitu menurut

subjek dan kronologi, selain itu azas penyimpanan yang digunakan adalah

azas sentralisasi. Dengan begitu, aspek penyimpanan pada arsip pidana PN

Jaksel sudah bisa dikatakan sistematis. Namun, akan lebih sempurna lagi

apabila jadwal retensi arsip (JRA) tersedia, karena dengan adanya JRA akan

lebih mudah untuk mengontrol arsip mana yang tetap disimpan atau akan

dimusnahkan.

2. Peralatan yang digunakan dalam pengelolaan arsip dinamis inaktif perkara

pidana pada Arsip Pindana PN Jaksel masih tergolong sederhana, antara

lain: lemari baja, rak besi, filing cabinet, alat administrasi/peralatan atk,

kipas angin, map, dan plastik pembungkus map. Namun demikian, peralatan

tersebut terbilang masih layak untuk digunakan.

3. Dalam pengelolaan arsip pidana PN Jaksel ada beberapa hambatan atau

kendala yang dihadapi, yaitu: beberapa aspek dalam pengelolaan arsip

dinamis yang belum dilakukan secara sistematis khususnya dalam aspek

penyusutan dan pemusnahan, tidak tersedianya pedoman pengelolaan arsip

73

dan jadwal retensi arsip (JRA), ruangan yang tidak terlalu luas, terbatasnya

fasilitas penunjang seperti komputer, AC dan sistem pengamanan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitan yang telah dilakukan, penulis ingin

memberikan saran yang dapat dijadikan pertimbangan guna memaksimalkan

pengelolaan arsip dinamis inaktif perkara pidana pada Pengadilan Negeri

Jakarta Selatann. Adapun saran-saran dari penulis adalah sebagai berikut:

1. Dengan penyimpanan arsip yang sudah terbilang sistematis, ada baiknya

untuk melengkapi dengan salah satu aspek dalam memudahkan saat

mengontrol arsip mana yang tetap disimpan atau akan dimusnahkan yaitu

dengan dibuatkan jadwal retensi arsip (JRA). Sehingga, sangat disarankan

PN Jakarta Selatan untuk merencanakan jadwal retensi arsip (JRA) sesuai

dengan Peraturan Sekretaris Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor

002 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional

Prosedur di Lingkungan Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang

Berada di Bawahnya.

2. Peralatan yang terbilang sederhana namun masih layak untuk digunakan,

sebaiknya menambah beberapa peralatan lain seperti; box arsip untuk

tempat arsip yang belum disusun sehingga tidak berserakan, menambah

pendingin ruangan (AC/Kipas Angin) agar suhu ruangan tidak teralu panas.

3. Sebaiknya dalam waktu dekat dilakukan penyusutan dan pemusnahan arsip

supaya kedepannya tidak terjadi penumpukan arsip, dan dibuatkan JRA

seperti tercantum pada saran sebelumnya. Dalam hal fasilitas, sebaiknya

Arsip Pidana PN Jaksel merencanakan untuk menata ulang ruangan arsip

74

serta menambah beberapa fasilitas arsip seperti komputer, AC, jasa fotokopi

dan sistem pengamanan seperti sistem sembur air dan alarm pencuri dan api.

75

DAFTAR PUSTAKA

Al Qurthubi, Syaikh Imam. Tafsir Al Qurthubi. Penerjemah Ahad Khatib, dkk

(Jakarta: Pustaka Azzam, 2009)

Amsyah, Zulkifli. Manajemen Kearsipan. Jakarta: Gramedia, 2003.

Arizola, Oktarino dan Rahmah, Elva. “Pembuatan Jadwal Retensi Arsip (JRA) di

Kantor Wali Nagari Kajai Kabupaten Pasaman Barat.” Jurnal Ilmu

Informasi Perpustakaan dan Kearsipan, v.2, no.2, Seri A (Maret 2014): h.

1-8.

Arsip Nasional Republik Indonesia. Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik

Indonesia Nomor 25 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemusnahan Arsip.

______. Keputusan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia No. 11 Tahun 2000

tentang Standar Boks Arsip.

______. Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 25 Tahun

2012 tentang Pedoman Pemusnahan Arsip.

Barthos, Basir. Manajemen Kearsipan. Jakarta: Bumi Aksara, 2007.

Bungin, M. Burhan. Penelitian Kualitatif:Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,

dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana, 2009.

Dewah, Peterson and Mnjama, Nathan. “An Assessment Of The National Archives

Of Zimbabwe’s Gweru Records Centre.” ESARBICA Journal, v.32, (1

February 2013): h.55-67.

Dewi, Irra Chrisyanti. Manajemen Kearsipan. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011.

Effendi, Machmoed. “Implementasi Penyusutan Arsip di Lingkungan Universitas

Gadjah Mada.” Materi Rakor Penyusunan Pedoman Penyusutan Arsip di

Lingkungan Pemerintah Propinsi Jawa Tengah, 26 April 2011.

Emzir. Analisa Data: Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Press, 2010.

Gie, The Liang. Administrasi Perkantoran Modern, ed.4. Yogyakarta: Liberty,

2000.

Holverstott, Lyle J. “Records Management.” The American Archivist, v.3, no.14,

(Juli 1951): h. 261-264.

Hukum Prodeo. “Jenis-jenis Perbuatan yang Termasuk Tindak Pidana”. Diakses

pada 18 Agustus 2016 dari http://www.hukumprodeo.com

76

Irawan, Mustari. “Manajemen Arsip Dinamis : Suatu Pendekatan Kearsipan” .

Suara Badar I, (2001): h. 10-16.

Irawan, Prasetya. Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar teori dan panduan

praktispenelitian sosial bagi mahasiswa dan peneliti pemula. Jakarta:

STIA-LAN, 1999.

Iwhiwhu, Enemute Basil. “Management of Records in Nigerian Universities:

Problems and prospects.” The Electronic Library, v.23, no.3, (2005): h. 345-

355.

Kennedy, Jay and Scauder, Cherryl. Record Management : a guide to corporate

records keeping. Australia : Longman Australia, 1998.

M, Subana. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia, 2005.

Madiana, Gina dan Setiawan, Iwan. Kearsipan. Bandung: Armico, 1994.

Martono, Boedi. Sistem Kearsipan Praktis: Penyusutan dan Pemeliharaan Arsip.

Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990.

Martono, E. Kearsipan: Rekod Manajemen dalam Praktek Perkantoran Modern.

Jakarta: Karya Utama, 1997.

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,

2007.

Muljono, Pudji. “Pengelolaan Arsip Secara Modern.” Pelatihan Otomasi Arsip

Berbasis Teks Lengkap dalam Menyongsong Otonomi Daerah / Lembaga

Angkatan V. Bogor: Perpustakaan IPB, 2001.

Nasution, S. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif . Bandung: Tarsito, 2003.

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. “Profil Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.”

diakses pada 2 februari 2016 dari www.pn-jakartaselatan.go.id

PWS Corporate Information Management. “Record Management Tip: Record

management advice prepared for GNWT records professionals by the

Records management Unit.” Northwest Territories. no.12 (February 2004):

h. 1-2.

Republik Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2009

tentang Kearsipan.

77

Riels Grafika dan Indiva Media Kreasi, Al-Qur’an & Terjemahannya, Al-Qalam (68: 1).

Klaten.

Saiman. Manajemen Sekretaris. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002.

Satori, Djam’an dan Komariah, Aan. Metodologi Penelitian Kulitatif. Bandung:

Alfabeta, 2013.

Sedarmayanti. Tata Kearsipan: Dengan Memanfaatkan Teknologi Modern.

Bandung: Mandar Maju, 2003.

Shepherd, Elizabeth dan Yeo, Geoffery. Managing Records: A Handbook of

Principles and Practice. London: Facet Publishing, 2003.

Sulistyo-Basuki. Manajemen Arsip Dinamis: Pengantar Memahami dan mengelola

informasi dan dokumen. Jakarta: Gramedia Pustaka, 2003.

______. Pengantar Kearsipan. Jakarta: Universitas Terbuka, 1996.

Suraja, Yohannes. Manajemen Kearsipan. Malang: Dioma, 2006.

UIN Syarif Hidayatullah. Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri (UIN)

Sarif Hidayatullah Jakarta 2012/2013. Biro Administrasi Akademik dan

Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta, 2012.

Wursanto, Ig. Kearsipan 2. Yogyakarta: Kanisius, 1991.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1

1. Ruangan Arsip Pidana PN Jaksel

2. Arsip-arsip pidana PN Jaksel

3. Buku Register Arsip Masuk / Buku Pintar

4. Failitas Arsip Pidana PN Jaksel

Lampiran 2

Wawancara

Lampiran 3

TRANSKRIP WAWANCARA PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS

PERKARA PIDANA STUDI KASUS PENGADILAN NEGERI JAKARTA

SELATAN

Nama Informan : Bpk. Jul Rizal, SH.MH

Jabatan : Sub. Kepaniteraan Hukum

Tempat Wawancara : Ruang Arsip Pidana Pengadilan Negeri Jaksel

Waktu Wawancara : 15 – September – 2016

1. Divisi apa yang menaungi arsip pidana ?

Jawab: arsip pidana ini ada di divisi Bagian Hukum

2. Berapa staff yang bekerja pada bagian arsip pidana PN Jaksel ? apa latar

belakang pendidikannya dan apa tugasnya?

Jawab: Ada 3 orang, latar belakang pendidikannya tidak ada maksudnya

pendidikannya bukan dari bidang kearsipan tetapi mereka memiliki

pengalaman dalam bidang kearsipan.

3. Bagaimana alur kerja arsip pidana PN Jaksel ?

Jawab:...... berkas dari panitera yang udah di putus kemudian diminit ke

bagian hukum, lalu di cek ke absahannya, udah lengkap apa belum, kalo

sudah lengkap langsung dikirim ke arsip pidana.

4. Pedoman apa yang dipakai dalam pengelolaan arsip pidana PN Jaksel ?

Jawab: kalo pedoman tertulis untuk pengelolaan arsip sih belum ada, disini

arsip saya kelola sesuai dengan pemikiran saya jadi bagaimana nanti arsip

bisa gampang ditemukan.

5. Bagaimana sistem penyimpanan arsip pidana ?

Jawab: arsip disimpan sesuai subjek kejadian, per-tanggal arsip masuk dan

di kelompokkan pertahun.

6. Perlengkapan apa saja yang menunjang dalam pengelolaan arsip pidana ?

Jawab: Yaa seperti yang dilihat sekarang nih ada lemari arsip, filing

cabinet, rak-rak besi terus ada plastik buat nyimpen arsipnya biar gak

berdebu, buku, pulpen, ya alat-alat tulis yang mendukung.

7. Berapa lama jangka waktu arsip pidana disimpan ?

Jawab: kira-kira sekitar 30 Tahun

8. Apa saja kendala dalam pengelolaan arsip pidana pada PN Jaksel ?

Jawab: kendalanya ga ada komputer. Jadi arsipnya masih manual belum

terkomputerisasi. Ruangan juga ya apa adanya kaya gini, seharusnya sih

dibesarin lagi ruangannya.

9. Dalam satu tahun, berapa banyak arsip pidana yang di terima bagian arsip

pidana PN Jaksel ?

Jawab: banyak ya sekitar 800-1500 perkara, tapi itu belum semuanya

benar-benar jadi arsip, jadi masih ada beberapa berkas yang mau banding

atau kasasi.

10. Siapa saja yang dapat mengakses arsip pidana PN Jaksel ? dan bagaimana

ketentuannya ?

Jawab: Hakim atau staf disini ya pasti, buat penelitian-penelitian juga bisa,

buat keperluan kaya kamu gini lah keperluan akademis. Ketentuannya ya

kalau dari luar disertai dengan surat pengantar.

11. Apakah arsip pidanan PN Jaksel telah mengadakan kegiatan pemusnahan

arsip? berikan alasannya.

Jawab: Belum, karena dari atas juga belum ada perintahnya, seharusnya sih

ya pemusnahan itu harus dilakukan.

12. Bagaimana cara pemusnahan arsip pidana PN Jaksel? (cara pemusnahan

sesuai standar: dibakar, dilebur, dicacah)

Jawab: karena pemusnahan belum dilakukan. Tapi biasanya tu di bakar

13. Apakah ada saksi dalam pemusnahan arsip pidana ?

Jawab: kalau saksi ya harus ada kalau dalam pemusnahan, tapikan kita

belum ada pemusnahan.

Jakarta Selatan, 15 September 2016

TRANSKRIP WAWANCARA PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS

PERKARA PIDANA STUDI KASUS PENGADILAN NEGERI JAKARTA

SELATAN

Nama Informan : Bpk. Dadang

Jabatan : Staff Arsip Pidana

Tempat Wawancara : Ruang Arsip Pidana Pengadilan Negeri Jaksel

Waktu Wawancara : 15 – September – 2016

1. Dalam salah satu bundel arsip pidana, berkas-berkas apa saja yang ada di

dalamnya?

Jawab: 1 bundel misalkan 1 bundel itu ada dari 3 sampai 8, karena apa?

Kan kalo arsip itu ada yang kecil ada yang besar jadi ya sesuai dengan tebal

arsip nya yaa.... ada juga yang 1 itu tebel banget.

2. Bagaimana prosesnya sehingga berkas-berkas tersebut dapat menjadi arsip

?

Jawab: ya jadi gini misalnya dari satu perkara dari polisi kirim ke

kejaksaan, dari kejaksaan kirim ke pengadilan terus dicek kelengkapannya

baru kirim ke wakil hakim terus ditunjuk hakim untuk tata cara pidana terus

sampai sidang kan. Ya setelah sidang selesai di cek lagi kelengkapannya

kalo sudah lengkap langsung dikirim ke arsip pidana.

3. Apakah ada buku agenda arsip masuk ? Jika ada, bagaimana formatnya?

Jawab: ada, namanya buku register. Formatnya sesuai dengan klasifikasi.

Buku register ini sebenernya ada 7 jenis, dipisahin sesuai subjek ada

narkotika, penipuan dan penggelapan, pencurian, penadahan, pembunuhan,

lingkungan hidup dan imigrasi tapi kan kalo ada 7 buku register kaya gitu

nanti ribet, jadi dibikin lah ini buku pintar, buku register pertahun yang

mencakup semua subjek, biar semua staff bisa gampang nemuin arsip yang

dibutuhkan gitu, jadi ga harus nunggu ada saya. Formatnya itu ada, nomor

urut,nomor perkara, nama terdakwa, pasal, keterangan box sesuai

klasifikasinya, keterangan lain.

4. Apakah ada buku agenda arsip keluar ? Jika ada, bagaimana formatnya?

Jawab: ada, namanya register keluar. Formatnya sama kaya buku register

tadi.

5. Bagaimana sistem penyimpanan arsip pidana PN Jaksel ?

Jawab: penyimpanannya pertahun, di susun di rak atau lemari sesuai

dengan jenis perkara, setiap perkara itu di susun sesuai tanggal arsip perkara

itu masuk ke sini.

6. Berapa lama arsip pidana ini disimpan ?

Jawab: sekitar 30 tahun.

7. Perlengkapan apa saja yang menunjang dalam pengelolaan arsip pidana ?

Jawab: Ada peralatan atk (pulpen, pensil), ordner, buku registrasi untuk

mencatat arsip masuk biasanya ini kita sebut buku pintar yaa karena ini

daftar biar gampang nemuin arsip, terus ini lemari-lemari besi,, kipas jadi

ya masih sederhana gitulah

8. Apa yang dilakukan untuk pemeliharaan arsip pidana ?

Jawab: ... ya biar wangi dikasih kamper apa gitukan, supaya ga berdebu di

plastikin arsipnya.

9. Apakah ada kendala dalam pengelolaan arsip pidana?

Jawab: ya kalo kendalanya mah tempat luas lapangannya, belum

komputerisasi, terus ruangannya harusnya sejuk kan pengelolaan arsip mah

harus wangi dan ga berdebu biar arsipnya juga ga cepet rusak.

Jakarta Selatan, 15 September 2016

LEMBAR OBSERVASI

PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS INAKTIF PERKARA PIDANA

(STUDI KASUS PENGADILAN NEGERI JAKARTA SELATAN)

No. Tanggal Lokasi Pengamatan Hasil Pengamatan

1. 01 Maret 2016 Arsip Pidana

Pengadilan Negeri

Jakarta Selatan

1. Penulis melakukan pengamatan

terhadap SDM pada arsip

pidana, didapati bahwa SDM

berlatar belakang bukan dari

bidang kearsipan, namun

memiliki pengalaman yang

cukup mumpuni dalam hal

pengelolaan arsip.

2. 05 September 2016 Arsip Pidana

Pengadilan Negeri

Jakarta Selatan

1. Penulis melakukan pengamatan

terhadap penyimpanan arsip,

penulis menyimpulkan bahwa

sistem yang digunakan dalam

penyimpanan arsip pidana

adalah sistem subjek, karena

tertera dengan jelas setiap lemari

terdapat papan nama subjek.

2. Selain itu, penulis juga

melakukan pengamatan

terhadap peralatan yang

menunjang dalam pegelolaan

arsip dinamis inaktif perkara

pidana, terlihat bahwa peralatan

yang digunakan dalam

pengelolaan tergolong masih

sederhana, yaitu terdiri dari:

lemari baja, rak besi, filing

cabinet, beberapa peralatan atk,

kipas angin, map dan plastik

pembungkus arsip.

BIODATA PENULIS

Reza Nawafella Alya Parangu. Lahir di Metro, Lampung

pada tanggal 4 Juli 1995. Anak kedua dari tiga bersaudara

dari pasangan Drs. Ali Maksum, Mz. M.Pd.I dan Dra.

Sulistyowati, M.Pd.I. Penulis beralamat di Jl. Bukhori

Muslim, Mojopahit RT/RW 012/006, Kecamatan Punggur,

Lampung Tengah. Pendidikan yang telah ditempuh oleh

penulis, antara lain: TK Pertiwi, Mojopahit (1999),

kemudian penulis melanjutkan pendidikan di MI An-nur

Guppi Mojopahit (2000-2006). Setelah lulus, penulis melanjutkan pendidikan di

MTs Guppi 03 Astomulyo (2006-2009) dan dibarengi dengan pendidikan agama di

TKA/TPA Babussalam (2006-2009). Kemudian setelah menamatkan pendidikan di

MTs, pendidikan dilanjutkan ke MAN 1 Metro, Lampung (2009-2012). Pada tahun

2012 penulis melanjutkan pendidikan S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dengan mengambil program studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Adab

dan Humaniora (FAH), dan menulis skripsi yang berjudul Pengelolaan Arsip

Dinamis Inaktif Perkara Pidana Studi Kasus Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

Selama menempuh pendidikan, penulis mendapatkan prestasi di bidang akademik

juara II Matematika tingkat SD/MI Kecamatan Punggur, Lampung Tengah (2006).

Anggota Pencak Silat Satria Muda Indonesia (2009-2011). Pada tahun 2015

melakukan Praktek Kerja Lapangan di Perpustakaan Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK), dan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Desa Leuwisadeng,

Bogor (2015).