pengelolaan alergi lateks

26
Pengelolaan Alergi Lateks Memahami alergi bahan kimia dan lateks karet alami serta masalah yang berhubungan dengan serbuk yang dikaitkan dengan barier sarung tangan An information and educational program for the hospital and medical community

Transcript of pengelolaan alergi lateks

Page 1: pengelolaan alergi lateks

Pengelolaan Alergi Lateks

Memahami alergi bahan kimia dan lateks karet alami sertamasalah yang berhubungan dengan serbuk yang dikaitkandengan barier sarung tangan

An information and educational program for the hospital and medical community

Page 2: pengelolaan alergi lateks

Buku pegangan acuan yang bersifat klinis ini adalah salahsatu dari seri pelayanan yang kontinu dalam bidangpendidikan yang disediakan oleh Ansell Healthcare sebagaibagian dari komitmen terus-menerus dalam mengembangkanproduk-produk barier tangan bermutu dan pelayanan padaindustri perawatan kesehatan.

Pengelolaan Alergi LateksMemahami alergi bahan kimia dan lateks karetalami serta masalah yang berhubungan denganserbuk yang dikaitkan dengan barier sarungtangan

Ansell Limited

Level 3, 678 Victoria StreetRichmond, VIC 3121 Australia

Telephone 61 3 9270 7270Facsimile 61 3 9270 7300

[email protected]

The Ansell name and logo aretrademarks owned by Ansell Limited, or one of its affiliates. © 2004 All Rights Reserved.

This item has been printed usingworld’s best practice to ISO 14001Environmental Standards.

Page 3: pengelolaan alergi lateks

Sarung tangan yang mengandung lateks karet alami (naturalrubber latex -- NRL) memberikan perlindungan baik sekaliterhadap penyebaran agen-agen infeksi dan merupakanbagian integral dari praktek perawatan kesehatan. Akantetapi pada beberapa pemakai, sarung tangan NRL telahdihubungkan dengan iritasi kulit. Reaksi merugikan yangtimbul pada kulit terhadap sarung tangan NRL termasukdermatitis kontak lambat (reaksi Jenis IV), alergi lateks ( reaksiJenis I) dan iritasi kulit yang umum sifatnya.

Laporan paling dini mengenai adanya alergi lateks dimuatdalam British Journal of Dermatology tahun 1979.1 Antibodiimmunoglobulin khas terhadap alergen dalam NRL terdeteksipada perorangan yang menderita reaksi alergis. Di AmerikaSerikat, kasus alergi lateks yang pertama dilaporkan padatahun 1989.2

Gejala alergi lateks biasanya timbul dalam waktu 30 menit,atau lebih dini, sesudah terdedah pada lateks. Gejala inimungkin termasuk eritema, pruritus atau urtikaria lokal. Adakemungkinan timbul gejala anaflilaksis, tetapi kasus ini jarangterjadi.

Diperkenalkannya pencegahan dengan sarung tangan secarauniversal telah menyebabkan petugas perawatan kesehatanserta pasien makin terdedah pada sarung tangan NRL. Halini meningkatkan jumlah orang yang mengalami reaksimerugikan. Meskipun sarung tangan NRL berpotensi menjadisumber sensitivitas, perorangan juga dapat menjadi pekaNRL karena barang medis dan rumah tangga lain yangbanyak jumlahnya. Kebanyakan orang secara tetap terdedahpada NRL karena NRL merupakan komponen beribu-ribuproduk sehari-hari.

Pengenalan dan pengelolaan yang benar adalah kuncikeberhasilan dalam mengelola alergi NRL dan iritasi kulit lain.Informasi dalam buku panduan ini dirancang untuk membantupara petugas profesional bidang perawatan kesehatan dalammengidentifikasi dan mengelola risiko yang berpotensi timbuldan berkaitan dengan pemakaian sarung tangan NRL.Petugas profesional bidang perawatan kesehatan sebaiknyaberkonsultasi dengan institusi mereka masing-masing dandengan dokter-dokter yang berkualifikasi untuk memperolehrekomendasi, kebijakan, diagnose dan pengobatan khususyang berkaitan dengan alergi NRL dan bahan-bahan kimia.

Buku panduan klinis ini dimaksudkan untuk digunakan olehpetugas profesional bidang perawatan kesehatan yangbertanggung jawab atas, dan terlibat dalam, kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan perlindungan barier tanganberikut:

• personel perawatan kesehatan yang bertugas sebagaipendidik

• mewujudkan prosedur dan kebijakan institusi danbagian/departemen

• mengambil keputusan mengenai produk-produk bariertangan

• menjaga kepatuhan pada peraturan

• mengelola pelayanan pengendalian infeksi dan kesehatanpegawai.

Buku panduan ini telah disusun dan diperbarui denganmasukan dan bantuan dari para ahli utama yang pendapatnyadiikuti dalam praktek-praktek kedokteran dan keperawatan,penelitian-penelitian ilmiah serta industri pabrik.

Ringkasan Mereka yangdiharapkan membaca

2

Page 4: pengelolaan alergi lateks

Bagian 1 – Tinjauan umum 4

Memahami pengelolaan alergi lateks karet alami 4

Bagian 2 – Fisiologi respons imun 5

Reaksi kulit merugikan yang dikaitkan dengan pemakaian

sarung tangan 5

• Respons segera Jenis I: alergi lateks 5

• Respons lambat Jenis IV: dermatitis kontak lambat 6

• Sebab-sebab sensitivitas lain 6

• Dermatitis kontak iritan 6

• Komplikasi yang dikaitkan dengan serbuk sarung tangan 7

• Rekomendasii untuk mengurangi komplikasi yangberkaitan dengan serbuk sarung tangan 7

Ringkasan: Reaksi kulit merugikan 8

Bagian 3 – Alergi lateks karet alami 9

Siapa yang berisiko mengalami reaksi yang merugikan

terhadap lateks karet alami? 9

• Penilaian risiko perorangan 9

• Penilaian pasien berisiko 10

Prevalensi alergi lateks karet alami 10

Menilai risiko alregi lateks karet alami 11

Menilai alergenisitas produk lateks karet alami 12

Bagian 4 – Pembuatan sarung tangan 14

Bagaimana sarung tangan dibuat? 14

Peranan akselerator kimia dalam pembuatan sarung tangan 14

• Tiuram 14

• Merkaptobenzotiasola 14

• Ditiokarbamat 14

Akselerator kimia dalam sarung tangan Ansell 15

Bagaimana Ansell mengurangi alergenisitas sarung tangan? 16

Standar untuk pembuatan sarung tangan 17

Perkembangan baru dalam pembuatan sarung tangan dari Ansell 17

Bagian 5 – Mengelola alergi lateks pada staf bidang perawatan kesehatan dan pasie 18

Daftar istilah 19

Acuan 20

Kepustakaan 21

Isi

3

Page 5: pengelolaan alergi lateks

Memahami pengelolaan alergi lateks karetalami

Sarung tangan yang mengandung NRL merupakan bariertangan penting dan pemakaiannya menjadi bagian integraldari praktek perawatan kesehatan.3 Meskipun sarung tanganmemberikan perlindungan sangat baik terhadap penyebaranagen-agen infeksi, sarung tangan bedah khususnya telahdikaitkan dengan reaksi kulit merugikan pada beberapapemakai. Panduan klinis ini merupakan sumber dayainformasi yang dimaksudkan bagi para petugas profesionaldalam bidang perawatan kesehatan yang memakai sarungtangan bedah, atau yang terlibat dalam pendidikan personelperawatan kesehatan dan mewujudkan kebijakan danprosedur institusi. Buku panduan ini berisi informasi yangdapat membantu mengurangi risiko alergi dan iritasi kulit yangberkaitan dengan sarung tangan. Buku panduan ini jugamemberikan rekomendasi untuk membantu mengidentifikasidan mengelola reaksi merugikan tanpa mengurangi tingkatperlindungan barier.

Sejak diperkenalkannya pencegahan dengan sarung tangansecara universal (sekarang dikenal sebagai ‘pencegahanrutin’) pada tahun 1980-an, pemakaian sarung tangan bedahtelah banyak meningkat. Pekerja kesehatan dan pasien makinsering terdedah pada sarung tangan bedah dan hal ini telahmenyebabkan sejumlah orang mengalami reaksi merugikan.Akan tetapi dengan datangnya teknologi yang lebih baik,sarung tangan bebas serbuk serta proses pembuatan yangmodern dan unggul, reaksi terhadap lateks telah berkurang.3

Bagi sebagian besar pekerja profesional bidang kesehatandan pasien, risiko alergi lateks itu rendah.3

Reaksi merugikan terhadap sarung tangan NRL dapat berupairitasi kulit biasa sampai tingkat respons alergis berat.4 Reaksialergis mungkin merupakan respons terhadap NRL yangmerupakan bahan untuk membuat sarung tangan, atauterhadap bahan-bahan kimia lain yang digunakan dalamproses pembuatan.5

NRL adalah suatu jenis karet tertentu yang berasal dari getahputih pohon Hevea brasiliensis. Bahan ini digunakan untukmembuat sarung tangan bedah dan banyak produk lain untukperawatan kesehatan dan konsumen. Kebanyakan orangsecara tetap terdedah pada NRL karena bahan ini terdapatdalam barang-barang seperti pakaian, mainan, ban, bahanpengedap pintu dan jendela dan elastik.

Sebagian besar sarung tangan bedah masih dibuat dari NRLkarena sulit untuk meniru manfaat NRL dalam hal elastisitas,rasa enak dipakai, kekuatan, barier, daya tahan terhadapalkohol dan kehematannya.3 NRL juga merupakan produkalami yang dapat dibiogradasikan, serta tidak mengandungproduk sampingan petroleum atau dioksina.3

Oleh karena tidak semua reaksi merugikan terhadap sarungtangan bedah adalah alergi lateks, maka penting untukmenyadari adanya sumber-sumber iritasi lain.6 Reaksi-reaksimerugikan lain termasuk dermatitis kontak lambat, dermatitiskontak iritan dan reaksi-reaksi terhadap serbuk sarung tangandan bahan-bahan pemeka lain yang digunakan dalampembuatan sarung tangan. Di samping itu, suatu reaksimerugikan sebenarnya mungkin merupakan reaksi terhadapsabun, mencuci tangan dengan cara menggosok-gosok danhanduk tangan yang kasar. Mengenali dan mengelola denganbenar adalah kunci berhasilnya pengelolaan alergi dan iritasi-iritasi lain yang berkaitan dengan sarung tangan bedah.

Bagian 1 Tinjauan umum

4

Page 6: pengelolaan alergi lateks

Respons imun menjadi aktif setiap kali badan bersentuhandengan antigen. Antigen yang paling biasa adalah protein.4

Antigen mula-mula dideteksi oleh sel Langerhans dalamdermis, yang merangsang nodus limfa dan sistemretikuloendotilial untuk menghasilkan antobodi-antibodikhusus dan sel-sel T yang melawan antigen tersebut (Gambar 1).5

Di samping respons-respons yang terjadi dengan perantaraanantibodi, jika seseorang terdedah kembali pada antigen yangsama, respons yang terjadi dengan perantaraan sel tersebutkembali dimulai. Sel T khusus yang dihasilkan sebagai responsterhadap kontak mula-mula dengan antigen mengenali antigenitu sebagai ‘zat asing’. Dengan setiap pendedahan ulang, sel Tmerangsang dilepaskannya sitokina dan makrofage lokal.Sebagai akibatnya timbul peradangan (Gambar 2).5

Reaksi kulit merugikan yang dikaitkandengan pemakaian sarung tangan

Reaksi merugikan terhadap sarung tangan NRL dapat berkisarantara iritasi ringan sampai reaksi alergis berat.4 Keempat jenisutama reaksi kulit merugikan yang dikaitkan denganpenggunaan sarung tangan NRL adalah: hipersensitivitassegera (Jenis I atau alergi lateks), hipersensitivitas lambat(Jenis IV atau dermatitis kontak), dermatitis kontak iritan daniritasi serbuk sarung tangan.

Respons segera Jenis I: alergi lateksRespons Jenis I adalah reaksi terhadap sisa-sisa protein yangterdapat dalam lateks.4 Terdapat lebih dari 250 jenis proteinlateks yang berbeda-beda, dan kira-kira 20% di antaranyamenyebabkan alergi (alergenik).

Reaksi terjadi dengan segera, biasanya 5-30 menit sesudahkontak pertama. Gejala yang biasa adalah:

• tempat terdedah menjadi bengkak dan merah

• gejala-gejala yang tidak tertentu seperti gatal dan rasa panas.

Gejala dapat meluas ke bagian-bagian yang jauh dari tempatterjadinya kontak dengan sarung tangan, dan dapat disertai:• konjungtivitas

• rinitis

• bronkus tersumbat.

Dapat timbul gejala anafilaksis, tetapi kasus ini jarang terjadi.

Respons alergis Jenis I terjadi dengan mediator antibodi IgE.7

Hipersentivitas terhadap lateks yang timbul dengan mediator IgEmeliputi fase dini yang cepat berkembang dan fase akhir. Padafase dini, antigen lateks yang beredar berhubungan-silang(cross-link) dengan reseptor IgE pada sel-sel mast. Hal inimenyebabkan sel-sel tersebut menjadi aktif dan melepaskanhistamin dan mediator-mediator kimia lain di saluranpernafasan.5 Pelepasan mediator terjadi dalam waktu beberapamenit sesudah terdedah pada antigen, dan berkorelasi denganpermulaan timbulnya gejala-gejala alergis (Gambar 3).7

5

antigen

epidermis

reseptor antigen

nodus limfa

sel T

sel Langerhans

antigen

sitokinamakrofage

sel T yang tersensitifkan

sel T pembantu

Gambar 1: Respons Imun

Gambar 2: Respons peradangan

Bagian 2Fisiologi respons imun

antigen

lendirIgE

epitelium

histamin danmediator kimia

sel mast

Gambar 3: Respons alergis Jenis I (fase dini)

Page 7: pengelolaan alergi lateks

Dalam fase akhir, gejala menjadi aktif lagi beberapa jamkemudian. Pada saat itu terjadi gelombang basofil, eosinofildan netrofil.7 Ini diikuti dengan produksi faktor-faktor yangmelepaskan histamin. Di antara faktor-faktor ini ada yangberhubungan-silang (cross-link) dengan IgE yang terikat padabasofil, dan merangsang dilepaskannya mediator yangmenimbulkan sel-sel radang (Gambar 4).

Respons Jenis IV lambat – dermatitis kontaklambatAlergi Jenis IV adalah reaksi terhadap alergen tertentu sepertiresidu bahan kimia dari proses pembuatan sarung tangan(biasanya akselerator kimia, yang dibahas pada halaman 15 buku panduan ini).8 Respons tidak terjadi dengan segeramelainkan secara lambat, biasanya 6-48 jam sesudah kontakmula-mula, meskipun gejalanya dapat berlangsung sampai 4 hari.

Gejalanya termasuk:

• eritema

• bengkak

• pecah-pecah

• gatal

• mengeluarkan cairan

• kulit di tempat terjadinya kontak menjadi kering, meskipundermatitis mungkin meluas melebihi daerah kontak.

Respons Jenis IV mulai pada saat antigen (seperti residubahan kimia yang meleleh dari sarung tangan) menembuskulit, dan memicu terbentuknya sel-sel T yang sudahtersensitifkan terhadap antigen-antigen tertentu.5

Pada orang yang alergi antigen dan berkali-kali terdedah padaantigen tersebut, sel-sel T yang sudah tersensitifkan akanaktif kembali dan akan terjadi respons peradangan yangmenimbulkan gejala-gejala Jenis IV.5

Sebab-sebab sensitivitas lainAda orang yang mungkin juga peka terhadap bahan-bahanlain yang berkaitan dengan pemakaian sarung tangan bedah.Di samping lateks dan akselerator kimia sebab-sebab laintermasuk beberapa atau semua yang di bawah ini:

• lanolin, yang digunakan sebagai pelembut sarung tanganoleh beberapa pabrik lain (tidak digunakan dalam produk-produk Ansell)

• polioksipropilenaglikol, suatu zat penggumpal yangdigunakan dalam proses pembuatan sarung tangan (tidakdigunakan dalam produk-produk Ansell)

• pigmen pewarna, baik organik ataupun inorganik

• campuran amonium kuaterner

• antioksidan yang digunakan untuk mencegah degradasiproduk-produk NRL

• bahan pengawet

Dermatitis kontak iritanDermatitis kontak iritan adalah reaksi non-imun yang timbulpada sejumlah pemakai sarung tangan bedah.

Dermatitis kontak iritan mungkin merupakan reaksi lokalterhadap:

• detergen

• sering mencuci tangan

• tidak cukup dikeringkan

• iklim yang ekstrim

• dermatitis yang sudah ada sebelumnya

• teknik mencuci tangan yang agresif

• serbuk sarung tangan

Reaksi ini biasanya timbul dalam waktu beberapa menitsampai beberapa jam sesudah terjadi kontak dengan sarungtangan.

Gejala terbatas pada tempat terjadinya kontak dengan sarungtangan dan termasuk:

• merah-merah

• merekah

• lecet

• kering

• mengelupas dan pecah-pecah.

Bagian 2Fisiologi respons imun (lanjutan)

6

epitelium

faktor pelepas histamin

protein dasar utama

basofil

netrofil

eosinofil

Gambar 4: Respons alergis Jenis I (fase akhir)

Page 8: pengelolaan alergi lateks

Dermatitis kontak iritan adalah penyakit yang merusak kulit,dan tidak boleh dikacaukan dengan alergi. Pemakai sarungtangan dapat mengurangi risiko iritasi dengan:

• mengurangi kontak dengan agen penyebab

• mengikuti suatu disiplin perawatan kulit secara teratur

• menghindari krem tangan yang menggunakanminyak/lemak sebagai bahan dasar

• memakai sarung tangan bebas serbuk

Komplikasi yang berkaitan dengan serbuksarung tanganSerbuk sarung tangan adalah tepung jagung yang sudahdimodifikasi dan digunakan untuk membantu dalammengenakan sarung tangan. Serbuk digunakan dalampembuatan sarung tangan terutama untuk mencegahterjadinya bloking atau lekatnya permukaan NRL.

Walaupun ada yang mengalami iritasi yang berkaitan denganserbuk sarung tangan, tetapi serbuk ini bukan penyebabreaksi alergis. Namun serbuk sarung tangan mungkin menjadipembawa protein lateks dan akselerator kimia yang digunakandalam proses pembuatan. Penelitian telah menunjukkanbahwa serbuuk sarung tangan mungkin merupakankontaminan pembawa protein lateks ke seluruh lingkunganmedis.4

Masuknya serbuk sarung tangan ke dalam tubuh dapatmengganggu fungsi-fungsi fisiologis, dan menyebabkankomplikasi yang dikaitkan dengan masuknya benda-bendaasing seperti:

• ginjal tidak bekerja karena saluran hepatik tersumbat

• kontaminasi implan atau organ-organ transplan

• kerusakan pada sendi-sendi dengan sinovia

• gangguan pada fungsi okuler

• tersumbatnya saluran indung telur sesudah operasirekonstruksi

• gangguan pada tes diagnosa

• kontaminasi dalam persiapan obat selama prosedurpencampuran kemoterapi

Iritasi kulit yang berkaitan dengan serbuk sarung tanganterutama berhubungan dengan potensi efek abrasifnya.Temasuk dalam komplikasi seperti ini adalah dermatitis kontakiritan, adhesi dan granuloma.

Dermatitis kontak iritan disebabkan oleh efek abrasif serbuksarung tangan, disertai iritasi yang disebabkan oleh seringnyamencuci tangan, bahan pembersih untuk mencuci tangansebelum operasi, sabun dan detergen. Semua inimengakibatkan benjolan keras, berkerak dan kering sertapecah-pecah horisontal pada kulit. Ini mungkin kelihatanseperti dermatitis gatal-gatal pada punggung tangan di bawahsarung tangan.

Adhesi dan granuloma mungkin terjadi jika seseorang tidakdapat meresap dan memetabolismekan tepung jagung.Adhesi adalah kumpulan jaringan berserat pada permukaanmembran tipis dan lembab (serous), yang menyebabkanselaput tersebut berhubungan dengan selaput padapermukaan atau organ yang berlawanan letaknya. Granulomaadalah sekelompok besar kelainan jaringan tubuh yangtersendiri dan dapat dirunut ke pusatnya. Granulomaterbentuk sebagai reaksi peradangan yang disebabkan olehagen biologis, kimia atau fisik.7 Mungkin reaksi peradanganseperti bengkak, rasa nyeri dan demam baru reda sesudahdilakukan pembedahan untuk menghilangkan adhesi dangranuloma.

Rekomendasi untuk mengurangi komplikasiserbuk sarung tanganKomplikasi yang dikaitkan dengan serbuk sarung tangandapat dikurangi dengan:

• mencuci bagian luar sarung tangan dengan cermat sesudahdipakai

• melepaskan sarung tangan pelan-pelan dan meletakkannyadi tempat yang tepat

• tidak menarik lepas, mengibaskan dan melemparkansarung tangan ke dalam tempat pembuangan

• selalu mencuci tangan dengan cermat sesudah melepaskansarung tangan

• memakai sarung tangan bebas serbuk.

7

Page 9: pengelolaan alergi lateks

Ringkasan: Reaksi kulit merugikan

Bagian 2Fisiologi respons imun (lanjutan)

8

Jenis I: alergi lateks

Terdedah pada alergentertentu secara langsung ataudengan yang mangapundiudara.

Antigen lateks yang beredarberhubungan-silang denganreseptor IgE pada sel-sel mastdan melepaskan histamin danmediator kimia lain.

Pelepasan mediator kimiamengakibatkan vasodilasi,meningkatnya permeabilitaspembuluh darah kapiler,leukositosis darah danjaringan.

Efek kulit:• Ruam.• Urtikaria lokal dan umum.

Efek sistemik:• Oedema.• Rinokonjungtivitis dan asma

atau pembengkakan dangatal pada kulit yangterdedah, terutama padamuka.

• Mata gatal dan berair;hidung gatal dan ingusan.

• Bersin dan sulit bernafas,batuk dan nafas berbunyi.

• Merasa pusing atau ringankepala disebabkan olehtekanan darah rendah.

Pada orang yang alergi, efeksistemik dapat berkembangmenjadi reaksi anafilaksis.Kasus ini jarang terjadi.

Biasanya 5-30 menit sesudahkontak mula-mula, tetapidapat terjadi dengan segera.

• Upayakan diagnosa yangpasti dan rekomendasi daridokter berkualifikasi.

• Pakailah gelang peringatanmedis (medical alertbracelet).

• Hindarilah kontak denganNRL.

• Bergantilah dengan sarungtangan sintetis (non-NRL).

Jenis IV: dermatitiskontak lambatKontak langsung denganalergen tertentu (seringkalibahan kimia sepertiakselerator kimia).

Masuknya antigenmenyebabkan terbentuknyasel-sel T, yang sudahtersensitifkan terhadap antigentertentu.

Pelepasan agen-agenperadangan lokal, sepertisitokina dan makrofage.

Akut:• Eritema.• Pruritis atau gatal.• Lepuh dengan kulit pecah-

pecah, mengerak ataumengelupas.

Kronis:• Kekeringan secara kronis.• Kulit merekah.• Kulit menebal dan warna

bertambah gelap.• Eksema atau dermatitis.

Tanda-tanda klinis mungkinterjadi di luar tempat terjadinyakontak.

6-48 jam.

• Gunakanlah merk sarungtangan yang dicuci ataudilelehkan (leached) selamaproses pembuatan untukmengurangi residu bahankimia yang mungkinmenyebabkan alergi.

• Hindarilah produk yangmengandung bahan kimiatertentu yang menyebabkanalergi.

• Upayakan diagnosa yangpasti dan rekomendasi daridokter berkualifikasi.

Dermatitis kontak iritan

• Sering mencuci tangan dantidak dikeringkan denganbaik.

• Teknik mencuci tangan yangagresif dan detergen.

• Keadaan iklim yang ekstrim.• Eksema atau dermatitis yang

sudah ada sebelumnya.• Gerakan abrasif mekanis dari

serbuk sarung tangan.• Kulit melunak karena lama

memakai sarung tangan.• Perbedaan kulit antara

perorangan.

Tidak ada mekanisme alergi.

Peradangan lokal.

• Eritema.• Pecah dan lecet.• Kering dan mengelupas.• Retak dan merekah.• Gatal berlebihan dan rasa

panas.• Kadang-kadang lepuh.

Tanda-tanda klinis sangat jelasdan terbatas di tempatterjadinya kontak dengansarung tangan.

Dalam waktu beberapa menitatau beberapa jam (tergantungpada perorangan).

• Kurangilah kontak denganagen penyebab.

• Ikutilah disiplin perawatankulit secara teratur.

• Hindarilah krem tangandengan bahan dasarminyak/lemak.

• Pakailah sarung tanganbebas serbuk.

PENYEBAB REAKSIMERUGIKAN

MEKANISME ALERGI

RESPONS FISIOLOGI

GEJALA DAN TANDA-TANDA KLINIS

WAKTU MULAINYAREAKSI

REKOMENDASI

Page 10: pengelolaan alergi lateks

Siapa yang berisiko mengalami reaksimerugikan terhadap lateks karet alami?

Walaupun sebagian besar petugas profesional dalam bidangperawatan kesehatan tidak berisiko mengalami alergi NRL,tetapi makin seringnya mereka terdedah pada NRL berartirisiko petugas kesehatan mungkin lebih besar daripadamasyarakat umum.4 Kelompok lain yang berpotensi dalambahaya termasuk pasien spina bifida atau luka tulangbelakang, pasien yang sudah berkali-kali menjalani operasiyang bersifat invasif, pekerja dalam bidang lateks danperorangan yang atopik.

Faktor-faktor yang mungkin ikut menyebabkan terjadinyaalergi dan ikut menimbulkan risiko alergi NRL termasuk:

• Seringnya dan lamanya terdedah pada NRL

- berkali-kali terdedah pada lateks untuk waktu yanglama

- kerusakan kulit atau penyakit kulit yang sudah adasebelumnya sebagai akibat sering mencuci tangan,mencuci tangan secara intensif (scrub) dan abrasiserbuk sarung tangan

- tidak mencuci tangan sesudah memakai sarungtangan

- berkeringat di bawah sarung tangan

• Jalan pendedahan

- barier kulit alami yang menurun, seperti lukaterpotong atau kulit merekah pada tangan

- kontak antara alergen dengan selaput lendir, sepertimulut, hidung atau bagian lain saluran pernafasan

- masuknya alergen ke dalam sistem peredaran

• Faktor-faktor yang mempengaruhi

- pernah sering terdedah pada lateks- pernah berkali-kali menjalani pembedahan yang

bersifat invasif- perorangan yang menderita penyakit kronis seperti

spina bifida atau kelainan urologis sejak lahir- perorangan yang atopik atau perorangan yang

memang alergi terhadap tanaman atau makananmisalnya pisang, apokat, atau buah-buahan lainserta kacang-kacangan.

Penilaian risiko peroranganBagi semua petugas bidang perawatan kesehatan pentinguntuk menilai tingkat kepekaan mereka sendiri terhadap NRL.Pekerja bidang perawatan kesehatan harus melihat semuareaksi terhadap barang-barang seperti makanan, bahan kimia,uap dengan bau menyengat, pakaian atau barang-barang lainyang sering digunakan. Gejala yang berulang-ulang timbuladalah indikasi bahwa anda sebaiknya pergi ke dokter.Tanda-tanda sensitivitas mungkin termasuk beberapa atausemua yang di bawah ini:

• merah-merah dan bengkak di tempat yang terkena

• gatal-gatal

• ruam

• bilur

• koyak yang berlebih-lebihan

• bersin, gatal dan hidung mengeluarkan cairan

• kelopak mata bengkak

• gangguan pernafasan

Langkah-langkah pencegahan untuk mengurangi risiko reaksiterhadap NRL termasuk:

• mengidentfikasi alergi tertentu dengan berkonsultasidengan dokter jika perlu

• memakai tanda/gelang identifikasi alergi

• melaporkan tanda-tanda dan gejala alergi yang berulang-ulang timbul

• memeriksa rumah untuk mengetahui apakah ada barangyang mengandung unsur NRL

• memahami kebijakan pegawai dalam hal melindungipegawai yang peka NRL di tempat kerja

• merawat kulit dengan seksama, karena kulit merupakanbarier imun alami

• menghindari kontak dengan agen yang menyebabkan alergitertentu, baik secara langsung maupun dengan yangmengapung di udara

• segera mengupayakan perawatan medis untuk gangguankulit.

Bagian 3 Alergi lateks karet alami

9

Page 11: pengelolaan alergi lateks

Penilaian pasien berisikoKuesioner atau angket rutin sebaiknya digunakan untukmengidentifikasi risiko alergi lateks pada pasien. Kuesionerpasien dapat menanyakan sejarah pasien dalam hal:

• reaksi merugikan terhadap NRL

• alergi terhadap pisang, apokat atau buah-buahan lain dankacang-kacangan

• menjalani pembedahan utama atau berulang-ulang semasabayi atau anak-anak

• sering menerima perawatan gigi, penggunaan kateter atauenema

• asma atau alergi terhadap tepung sari tertentu

• eksema atau dermatitis pada tangan

• pernah mengalami bengkak-bengkak lokal atau sistemik,ruam, peradangan atau gangguan pernafasan selama atausesudah menggunakan kateter urin, enema barium,perawatan gigi, penggunaan kondom, meniup balon ataukontak dengan produk-produk rumah tangga seperti sarungtangan.

• reaksi merugikan yang tidak dapat dijelaskan dari anestesi.

Prevalensi alergi lateks karet alami

Diperkenalkannya secara universal pencegahan denganmemakai sarung tangan (biasanya dikenal sebagai‘pencegahan rutin’) untuk mencegah penyebaran penyakittelah menyebabkan tingkat pendedahan pada sarung tanganNRL bertambah di antara petugas profesional bidangperawatan kesehatan.4 Akibat pendedahan yang meningkatini, prevalensi alergi NRL mula-mula tampak naik, khususnyapada tahun 1980an ketika pencegahan dengan sarung tanganpertama dilaksanakan. Keharusan melaksanakan kebijakansarung tangan jug berarti permintaan akan sarung tanganmeningkat. Permintaan ini sering melebihi persediaan. Hal inimemungkinkan sarung tangan hasil produksi pabrik yangberstandar lebih rendah serta sarung tangan yang sangatalergenik menyusup ke pasar.

Penelitian yang menganalisis prevalensi alergi NRL di antarapegawai bidang perawatan kesehatan memberikan hasil yangberbeda-beda, dengan angka perkiraan alergi NRL berkisarantara 0,6 sampai 10% dari populasi pegawai.6,8 Di Inggris,tidak ada bukti konklusif yang menunjukkan bahwa prevalensitelah meningkat dengan signifikan.4 Di antara masyarakatumum, angka prevalensi bahkan diperkirakan di bawah 1%.Dewasa ini alergi NRL berkurang berkat peningkatan yangterus menerus dalam teknologi pembuatan, pendidikan dalammasalah alergi lateks dan pengembangan alternatif lateks.3

Section 3 Alergi lateks karet alami (lanjutan)

10

Page 12: pengelolaan alergi lateks

Menilai risiko alergi lateks karet alami

Ada sejumlah prosedur diagnostik untuk memeriksa alergi guna menilai alergi NRL atau bahan kimia terduga. Tes ini sebaiknyadilakukan di bawah petunjuk dan pengawasan ahli bidang alergi yang berkualifikasi.

11

Indikasi

Menilai hipersensitivitas baikterhadap alergen kimiamaupun protein.

Menilai hipersensitivitasterhadap alergen protein.

Tidak digunakan untukdiagnose rutin hipersensitivitasterhadap lateks.

Ukuran kuantitatif antibodi IgEterhadap alergen tertentudalam serum perorangan yangdiberi tes.

Tes ini digunakan jika hasil testusuk kulit tidak sesuai dengansejarah kasusnya. Peroranganyang hasil tes tusuk kulit atauRAST menunjukkan sedikitpositif selalu harus diberi tesini untuk memastikan adanyaalergi.

Metodologi

Lengan diberi setetes ekstraksarung tangan yang dapatlarut, atau potongan sarungtangan karet. Tempat inidiperiksa sesudah waktutertentu (biasanya 20 menit)untuk melihat respons kulit.

Protein yang dapat larut larutdiambil dari potongan sarungtangan dan dilarutkan.Lengan diberi setetes larutanini, kemudian ditusuk denganlanset. Reaksi yang timbuldibandingkan dengan larutangaram (saline) sebagai kontrolnegatif dan histamin ataukodein sebagai kontrol positif.

Metode ini menggunakansampel darah dari peroranganyang diduga peka NRL.Mengukur antibodi IgEtertentu terhadap alergen NRL.Menurut laporan RASTmemiliki sensitivitas 80% danspesifisitas 100% padaperorangan yang non-atopik.

Perorangan harus memakaisalah satu jari atau seluruhsarung tangan NRL pada satutangan, dan pada tangan yanglain memakai sarung tanganPVC sebagai kontrol negatif.Orang tersebut kemudiandiperiksa selama 15 menituntuk melihat apakah adagejala yang timbul.

Risiko pada perorangan

Rendah sampai tinggi.

Tinggi (harus tersediaperalatan penyadar)

Tingkat risiko berkurangkarena menggunakan tesdarah tanpa orangbersangkutan terdedah padaalergen.

Tinggi (harus tersediaperalatan penyadar).

Tes

Tes plester (patch test)

Tes tusuk kulit (Skin pricktest)

Tes radio-alergosorben(RAST)(Radio-allergosorbent test)

Tes provokasi dalampemakaian (In-useprovocation test)

Page 13: pengelolaan alergi lateks

Menilai alergenisitas produk lateks karet alami

Tabel berikut memberikan ikhtisar metode yang digunakan untuk menilai kandungan protein dan/atau alergenisitas produk NRL.

Bagian 3 Alergi lateks karet (lanjutan)

12

IndikasiMenentukan jumlahprotein yang dapatditarik keluar yangberkaitan denganproduk NRL.

Tes untuk melihatkandungan sisa proteindalam bahan-bahanNRL.

Teknik pengukuran inisangat dianjurkan olehFDA untuk menentukanjumlah kandunganprotein seluruhnya.

Menentukan banyaknyaalergen air yang dapatditarik keluar dariproduk NRL.

Terdapat empatperangkat tes terpisah.Masing-masing khususuntuk alergen tertentu.

Saat ini metode tes initengah dalam prosespengabsahan sebagaimetode tes ASTM yangterjamin.

MetodologiResidu protein yangdapat larut dalam airditarik keluar daripotongan sarungtangan lateks, laludiendapkan untukmenghilangkan zat-zatlain yang ikut larut.Kandungan proteinkemudian ditentukanjumlahnya denganreaksi kolorimetrik biruyang diukur denganspektrofotometer.

Antibodi-antibodimonoklon spesifikdilapiskan pada wadahmikrotiter, dan mengikatalergen tertentu darisampel NRL. Sesudahinkubasi, bahan yangtidak terikat dihilangkandengan mencuci.Sampel diinkubasikanuntuk kedua kalinyadengan antibodimonoklon tertentu yangdiberi nama horse-radish peroxidase(HRP), yangmengikatkan diri padaantibodi monoklon yangterikat pada mikrotiter.Sesudah dicuci,substrat HRPditambahkan.Intensitas warna yangdihasilkan langsungsepadan dengankonsentrasi alergensampel.

ManfaatTes murah dan cepatserta mudahdilaksanakan.

• Sensitivitas danspesifisitas terjaminterlepas dari adanyaprotein atau zat-zatkimia lain yangdigunakan dalamproses pembuatan.

• Mudah dilaksanakan.

• Sangat peka.

Mudarat• Sejumlah besar zat

yang seringditambahkan padaNRL selama prosespercampuran dapatmenyebabkangangguan dalam tesini.

• Sensitivitas terbatas.

• Kurang adanyaspesifisitas.

• Hasil tes bisa salahkarena campuranpolipeptida yangkompleks dalamlateks.

• Saat ini tidak adabahan acuan standardan terjamin untukmenilai ketepatanmetode tes ini.

• Harus melakukanempat tes terpisahuntuk memperolehpotensi alergensampel.

• Mengukur keempatalergen utama yangterdapat dalamproduk NRL tetapitidak mengukuralergen lain yangmungkin berpotensimenyebabkan reaksimerugikan padaperorangan yangsudah tersensitifkan.

TesTes TermodifikasiLowry (Modified LowryAssay)

Tes Perangkat FIT(FIT Kit testing)

Page 14: pengelolaan alergi lateks

Menilai alergenisitas produk lateks karet alami (lanjutan)

13

IndikasiMengukur bukan sajajumlah protein lateksyang ada, tetapi jugatingkat protein lateksyang secara imunologisreaktif.

Mengukur jumlahalergen lateks dalamekstrak lateks.

MetodologiProtein lateksdilumpuhkan denganpenyerapan ke plastikdan direaksikan dengan antiserum anti-latekskelinci. Sesudahdicuci, piringandireaksikan dengan IgGanti- kelinci kedua.Akhirnya ditambahkansuatu substrat yangmengakibatkanperubahan warna.Spektrofotometermenyerap hasil reaksiyang berwarna jinggayang kemudian diukur.

Alergen-alergen yangdapat larut yangterdapat dalam ekstrakproduk lateks berlombauntuk mengikatkan diripada IgE khas lateksdalam genangan serumdari individu denganalergi lateks. Padawaktu alergen yangdapat larut bereaksidengan IgE tersebut,antibodi IgE terhalangmengikatkan diri padapreparasi alergen latekspada tahap padat.Besarnya halangansepadan denganbanyaknya alergenyang dapat larut yangterdapat dalam ekstrak.

Manfaat• Tes sangat peka dan

memberikan hasilyang mudahdireproduksi.

• Membedakan proteinyang merangsangrespons imun danyang tidakmerangsang.

• Tes mudahdilaksanakan karenatidak menggunakanradio-isotop.

Teknik yang sangatpeka untuk mengukurjumlah alergen lateks.

Mudarat• Menggunakan

protein lateks yangdiambil dari filmlateks yangberamoniak tanpacampuran.

• Menggunakan serumkelinci dan bukanserum manusia.

• Belum diabsahkandenganmembandingkannyadengan metodepengukuran alergenyang spesifik, sepertites tusuk kulit atautes inhibisi RAST(RAST inhibitionassay).

• Memerlukangenangan serumsendiri-sendiri yangbesar dari orangyang sudahtersensitifkanterhadap NRL untukmenjamin bahwasemua antibodi yangrelevan dicakup.

• Tidak adanya alergenNRL yangdistandardisasi dangenangan serumyang distandardisasimembatasipenggunaannya didunia.

• Memakan waktu danmahal.

• Tidak tersedia secaraluas.

TesElisa Latex untukProtein Antigen (LEAP)– Enzyme-linkedImmuno-sorbent Assay(ELISA)

Tes Inhibisi RAST(RAST Inhibition Assay)

Page 15: pengelolaan alergi lateks

Bagaimana sarung tangan dibuat?

Pembuatan sarung tangan NRL dimulai dengan panen lateksmentah, yang disadap dari pohon Hevea brasiliensis. Zatpenstabil seperti amoniak dan bahan-bahan kimia lain untukproses vulkanisasi kemudian ditambahkan pada lateks dalamproses yang disebut pencampuran (compounding). Lalucampuran ini disimpan dalam tanki sampai matang.Bermacam-macam tes kemudian dilakukan pada lateks yangsudah merupakan campuran ini sebelum diteruskan denganproses pencelupan.

Proses pencelupan dijalankan dengan mesin yang bekerjaterus-menerus angkatan demi angkatan (batch). Prosedur inimenghasilkan sarung tangan berserbuk, berklorin, bebasserbuk atau sarung tangan bebas serbuk berlapis.

Sesudah dicelupkan dan dibersihkan dalam sodium hipokloritdan asan nitrik, alat pembentuk sarung tangan yang bersihdiberi zat penggumpal (coagulant). Zat ini menyebabkan lateksmengendap pada alat pembentuk. Zat ini penting sekali untukmembentuk lapisan tipis (film) yang rata.

Alat pembentuk sarung tangan, yang sekarang tertutup denganlapisan tipis zat penggumpal, kemudian dicelupan ke dalamlateks yang sudah didinginkan. Lateks didinginkan untukmenunda terjadinya proses pra-vulkanisasi yang lebih jauh.

Alat pembentuk kemudian diberi lapisan NRL yangmenggumpal. Sesudah itu lapisan NRL mengalami serentetanproses pelelehan (leaching) yang pertama untuk menghilangkansisa-sisa zat penggumpal.

Sesudah proses pelelehan, lapisan tipis itu divulkanisasi didalam oven dengan suhu antara 1200C dan 1400C. Prosesvulkanisasi menghubung-silangkan (cross-link) rantai polimerdengan sulfur dan tidak dapat diubah lagi. Akselerator yangditambahkan selama fase pencampuran menambah kecepatandan efisiensi proses penyilangan.

Protein lateks yang terdapat dalam sarung tangan kemudiandikurangi dengan proses yang disebut PEARL (Protein andEndogenous Allergen Reduction Leaching) yang digunakansecara eksklusif oleh Ansell. Proses ini termasuk mencucisarung tangan dalam tiga putaran: dengan air panas dandetergen selama 20 menit, disusul dengan dua kali bilas airpanas masing-masing selama 20 menit. Proses ini mengurangi

tingkat residu protein efektif dari 150µg/dm2 menjadi kurangdari 50µg/dm2. Sarung tangan lalu diuji coba untuk mengontrolmutu sebelum dikemas.

Peranan akselerator kimia dalam produksisarung tangan

Penggunaan bahan-bahan kimia dalam pembuatan sarungtangan NRL mengubah lateks dari bentuknya semula yang cairmenjadi lapisan yang sangat tipis, elastis dan kuat. Akseleratoradalah bahan kimia yang digunakan dalam proses pembuatanuntuk mempercepat proses pengikatan antara sulfur dan bahansarung tangan. Sulfur digunakan untuk membantu ikatanbahan sarung tangan guna membentuk produk dengan dayarentang dan susut yang tinggi. Zat ini juga menambahkekuatan sarung tangan, memberikan integritas pada lateksselama dipakai, dan menstabilkan lateks untuk penyimpananjangka panjang.

Ada tiga kelompok utama campuran kimia yang digunakansebagai akselerator: tiarum, ditiokarbamat danmerkaptobenzotiazola (MBT). Ada residu akselerator yangdapat menyebabkan iritasi kulit.

TiarumTiarum sering sekali dianggap sebagai penyebab dermatitiskontak lambat Jenis IV. Tiarum terurai selama vulkanisasi, danunsur sulfur terlepas dari karbamat.

Merkaptobenzotiazola Pada mulanya MBT dianggap sebagai pemeka yang relatifpenting, akan tetapi tingkat terjadinya sensitisasi terhadapkelompok campuran ini lebih rendah daripada campuranakselerator lain. Hal ini mungkin sekali disebabkan karena lebihjarang digunakan dalam produksi sarung tangan. MBTmerupakan akselerator penting karena dapat larut dalam karetalami.

DitiokarbamatDitiokarbamat memperlancar terjadinya hubungan-silang danpengawetan (curing) dengan menyerap sulfur danmembawanya ke dalam bahan sarung tangan. Terdapat lebihdari 34 jenis ditiokarbamat. Dibandingkan dengan tiarum danMBT, ditiokarbamat lebih lemah lagi daya sensitisasinya.Campuran-campuran ini mengandung zink, unsur yang pentinguntuk membuat akselerator dalam NRL dapat larut dan dapatmembuat NRL bereaksi dengan sulfur.

Bagian 4 Pembuatan sarung tangan

14

Gambar 5: Proses pencelupan Gambar 6: Pengikisan secara manual

Page 16: pengelolaan alergi lateks

Akselerator kimia dalam sarung tangan Ansell

Merk Tiarum Karbamat Merkaptobenzotiazola Zat Lain

Sarung Tangan bedah

Gammex® PF ND PV100

DermaPrene® Ultra

MicroThin NuTex® ✓ ✓

NuTex® DermaShield ND PV100

NuTex® ✓ ✓

Encore® Orthopedic ✓ ✓

SensiTouch® Powdered ✓ ✓

Conform® Powdered ✓ ✓

Gammex® Powdered ✓ ✓

Sarung Tangan Periksa

No Powder Exam SensiClean® ✓ ✓

ExamTex® ✓

NitraTex® ✓ ✓

Sarung Tangan Laboratorium

LabTex® Light Powder ✓

LabTex® Plus ✓

LabTex® Nitrile ✓ ✓

Sarung Tangan Dokter Gigi

Denta-Glove™ Light Powder ✓

Denta-Glove™ PF ✓

ND = Tidak Terdeteksi

15

Page 17: pengelolaan alergi lateks

Bagaimana upaya Ansell untukmengurangi alergenisitas sarung tangan?

Ansell mempunyai komitmen untuk mengurangi alergenisitassarung tangan pada setiap tahap proses pembuatan.Prosedur bermutu tinggi menjamin bahwa tingkat residuprotein dikurangi pada setiap langkah produksi mulai daripersiapan mula-mula lateks mentah sampai pada penggunaanteknologi PEARL (Protein and Endogenous Allergen ReductionLeaching) jika perlu.

Ansell juga tengah berupaya untuk mengurangi alergenisitassarung tangan dengan terus menerus memperhaluspenggunaan akselerator kimia. Jenis akselerator, konsentrasidan proses yang berbeda-beda digunakan dalam pembuatansarung tangan untuk memperoleh hasil yang sebaik mungkin.

Ansell juga menawarkan sejumlah sarung tangan alternatif.Alternatif ini termasuk sarung tangan bebas serbuk(menggunakan proses finis DermaShield) dan sarung tanganDermaPrene Ultra (bebas lateks dan akselerator). Untukinformasi lebih lanjut tentang sarung tangan alternatif, lihatlahhalaman 15 (tabel akselerator).

Untuk membantu para pemakai yang peka lateks, semuaproduk Perawatan Kesehatan dari Ansell disertai peringatan:Produk ini mengandung lateks karet alami yang dapatmenyebabkan reaksi alergis.

Bagian 4 Pembuatan sarung tangan (lanjutan)

16

Panenprotein 100 µg

Pencampuran protein 25 µg

Pencelupan protein 25 µg

PEARL protein 0.6 µg

Vulkanisasi protein 15 µg

Pencairan protein 10 µg

Mesinsentrifugal

Gambar 7: Mengurangi alergenisitas sarung tangan

µg = mikrogram

Page 18: pengelolaan alergi lateks

Perkembangan baru dalam pembuatansarung tangan dari Ansell

Ansell mempunyai komitmen untuk menawarkan alternatifpada mereka yang menderita reaksi merugikan karena sarungtangan dengan menggunakan inovasi mutakhir dalamteknologi pembuatan. Perkembangan baru dari Anselltermasuk:

• Lateks bebas serbuk, yang mengurangi abrasi dan risikomembawa alergen.

• Alternatif sintetis, seperti polikloropin, nitril dan bahan-bahan lain yang tengah dikembangkan.

• PV100 sebagai akselerator kimia, yang terurai menjadiCO2, N2 dan H2O.

• Formulasi bebas tiarum

• Peningkatan formulasi lateks secara terus menerus

• Penelitian dalam penyilangan iradiasi gamma dalamproses vulkanisasi.

17

Gambar 9: Uji coba dengan air

Page 19: pengelolaan alergi lateks

Kunci pengelolaan alergi lateks dan reaksi merugikan karenasarung tangan pada staf profesional bidang perawatankesehatan dan pasien terletak pada pengenalan yang benardan tindakan yang tepat. Mewujudkan kebijakan danprosedur bebas NRL dan bebas serbuk merupakan langkahpencegahan penting untuk mengurangi risiko reaksimerugikan karena sarung tangan.3

Hal ini dapat dilakukan dengan membentuk suatu panitiamultidisipliner yang bertanggung jawab mengembangkankebijakan dan prosedur seragam guna melindungi baik pasienmaupun petugas profesional bidang perawatan kesehatan.Panitia ini sebaiknya bertanggung jawab mengembangkandan menjaga:

• buku pegangan tentang prosedur operasi rutin yang aman-lateks

• kereta alergi yang aman-lateks atau cara staf mengaksesbarang-barang non-lateks

• program kesehatan kerja yang pro-aktif

• identifikasi produk lateks yang benar

Kesadaran akan alergi lateks dapat juga dibina melaluiprogram pendidikan seragam yang melibatkan bantuaninformasi seperti brosur dan video.

Pekerja bidang perawatan kesehatan sebaiknya didoronguntuk melaporkan semua gejala dan mengisi kuesioner untukmenentukan risiko mereka pribadi mengalami alergi lateks.

Kuesioner rutin sebaiknya juga digunakan untukmengidentifikasi risiko alergi lateks pada pasien. Lihatlahbagian 3 mengenai sampel kuesioner pasien.

Jika ada dugaan timbulnya alergi lateks, hal ini menunjukkanbahwa perlu dilakukan tes lebih lanjut. Bagi pasien yangmenderita alergi lateks, pencegahan harus segeradilaksanakan termasuk:

• tanda/pita pengenal alergi lateks

• dokumentasi pada kartu pasien

• tanda peringatan di luar ruang rawat pasien

• memberi tahu bagian-bagian/departemen bersangkutan

• menyingkirkan barang-barang lateks dari ruang rawatpasien

• memperoleh kereta rawat yang aman lateks.

Bagian 5 Mengelola alergi lateks pada staf bidang perawatankesehatan dan pasien

18

Page 20: pengelolaan alergi lateks

Akselerator – katalisator kimia yang mempercepat proseshubungan-silang selama pembuatan sarung tangan latekskaret alami.

Akut – permulaan yang cepat dengan gejala berat tetapi tidakberlangsung lama, sebagai lawan dari kronis.

Alergen – antigen yang menyebabkan reaksi alergis, sepertiserbuk sari, bahan-bahan kimia industri, makanan tertentudan ketombe.

Antibodi – protein tertentu yang dihasilkan oleh tubuh untukberinteraksi dengan dan membunuh antigen ataumenjinakkannya.

Antigen – suatu agen, biasanya protein, yang menyerangtubuh.

Antioksidan – bahan kimia yang digunakan untuk mencegahoksidasi (misalnya, degradasi produk karet).

Atopik – kecenderungan untuk mendapat bentuk-bentuktertentu gangguan alergis yang terdapat dalam keluarga,seperti kepekaan terhadap serbuk sari tertentu (hay fever),asma, eksema dan urtikaria.

Dermatitis -- peradangan kulit yang timbul di tempatterjadinya kontak dengan penyebab iritasi, dan ditunjukkanoleh warna merah, gatal, dan berbagai luka kulit.

Eksema – peradangan akut atau kronis pada kulit yangdisertai warna merah, ruam kulit, gatal dan /atau rasa panas.

Eritema – daerah kulit yang menunjukkan warna merah yangmeluas, biasanya disebabkan oleh penimbunan darah dalampembuluh darah kapiler.

Histamin -- zat kuat yang tersimpan dalam sel-sel mast danbutiran basofil. Zat ini dilepaskan selama reaksi alergis.

Hubungan silang (cross-link) – penjembatanan antaramolekul-molekul.

Imunoglobulin – istilah lain untuk antibodi.

Imunoglobulin E (IgE) – sejenis antibodi yang dikaitkandengan reaksi alergis.

Konjungtivitis – peradangan pada konjungtiva mata.

Kronis – istilah yang digunakan untuk menggambarkangejala/penyakit yang berlangsung lama, sebagai lawan dariakut.

Leukosit – sel darah putih.

Makrofage – fagosit ukuran besar yang menyerap ageninfeksi dan/atau jaringan dan sel-sel mati.

Mensensitifkan – membuat peka atau sensitif denganmendedahkan pada suatu alergen dengan akibat tubuhterangsang mengeluarkan antibodi khusus untuk alergentersebut

Pengawetan (curing) – lihat vulkanisasi.

Protein – molekul organik yang merupakan bahan bangunanorganisme hidup. Protein yang terdapat di alam adalah unsurlateks karet alami, dan di antaranya ada yang bekerja sebagaialergen.

Reaksi lokal – reaksi yang terbatas pada daerah/tempattertentu, seperti tempat terjadinya kontak dengan zatpenyebab iritasi.

Reaksi sistemik – reaksi yang melibatkan semua sistemtubuh sebagai lawan dari reaksi lokal. Kadang-kadangdisebut ‘reaksi umum’ (‘generalised reaction’).

Rinitis – peradangan pada selaput lendir hidung.

Sel mast – sel-sel tertentu yang mengeluarkan toksin sepertihistamin dari jaringan yang rusak menyusul terjadinya reaksialergis.

Sel T – sel darah putih yang terutama dihasilkan dalam noduslimfa dan dibawa melalui sistem peredaran. Sel Tmemberikan pertahanan cepat dan kuat melawan ageninfeksi.

Shock anafilaksis – reaksi hipersensitivitas berat yangterjadi jika seseorang yang sudah tersensitifkan terhadap zattertentu terdedah pada zat itu. Reaksi terjadi dalam waktubeberapa menit dan membahayakan jiwa penderita. Reaksitermasuk sulit bernafas, sianosis, batuk, perbedaan denyutnadi, demam, kejang dan jatuh yang berakhir dengankematian jika tidak segera diberikan pengobatan.

Sianosis – terjadinya warna kebiru-biruan pada kulit danselaput lendir yang timbul sebagai akibat menurunnyahemoglobin.

Sistem imun – sekelompok jaringan dan leukosit yangsenantiasa memerangi agen infeksi yang mencoba menyerangtubuh. Sistem imun menetralisasi, membunuh dan/ataumenghilangkan agen infeksi dari tubuh.

Sitokina – protein yang menyerupai hormon dan dikeluarkanoleh bermacam-macam jenis sel. Sitokina mengaturintensitas dan lamanya respons imun.

Tes kolorimetrik – tes yang mengukur intensitas warnadalam suatu zat atau cairan.

Urtikaria – reaksi alergis pada kulit dengan bidur-bidur yanghalus dan gatal (weals), bercak-bercak kecil gatal (hives).

Vulkanisasi – proses yang menghubung-silangkan rantaipolimer dan menjadikan bahan elastis. Proses inimeningkatkan kekuatan, daya tahan dan elastisitas sarungtangan dengan mencampurkan sulfur atau aditif lain padasuhu tinggi dan di bawah tekanan. Proses ini tidak dapatdibalikkan.

Weal – bintik kecil dan gatal pada kulit seperti digigitserangga.

Daftar Istilah

19

Page 21: pengelolaan alergi lateks

Acuan

20

1. Nutter A. Contact urticaria to rubber. Br J Dermatol1979; 101(5): 597–8.

2. Granady LSJ. The history and diagnosis of latex allergy.Immunol Allergy Clin North Am 1995: 22.

3. Yip ES. Comments to the Maine legislature on proposedprohibition of sale of non-sterile latex gloves. 2003.

4. O’Gilvie, W. Latex sensitisation in the health caresetting. Device Bulletin 9601 April 1996, The MedicalDevices Agency of the Department of Health.

5. Guyton AC, Hall JE. Textbook of medical physiology.10th ed. Philadelphia: WB Saunders, 2000.

6. Susman E. AAAAI: Latex sensitivity infrequent in healthcare workers. In: Doctor's guide global edition. 2003.

7. Robbins SL, Cotran RS, Kumar V (eds). Robbins basicpathology. 7th ed. Philadelphia: WB Saunders, 2003.

8. Sussman G. The effects of interventions and glovechanges in health care workers with latex allergy. AnnAllergy Asthma Immunol 2003; 90: 179–80.

Page 22: pengelolaan alergi lateks

Kepustakaan

21

American Society for Testing and Materials. Standard testmethod for analysis of protein in natural rubber and itsproducts (D5712).

Ansell data on file.

Antopol W. Lycopodium granuloma: its clinical andpathological significance, together with a note ongranuloma produced by talc. Arch Path 1933; 16: 326–31.

Association of Peri-operative Registered Nurses (AORN).Standards, recommended practices and guidelines. 1999.

Beezhold DH. Measurement of latex proteins by chemicaland immunological methods. Euro Rubber J 6 December1995: 25–9.

Beezhold DH. Latex allergy. Biomed Instrum Technol 1992;May/June: 238–40.

Beezhold DH, Beck WC. Surgical glove powders bindlatex antigens. Arch Surg 1992; 127: 1354–7.

Beezhold DH, Beck WC. Starch glove powders shouldfollow talc into limbo. J Am Coll Surg 1994; 178: 185–6.

Bene C, Kranias G. Possible intraocular lenscontamination by surgical glove powder. Ophthalmic Surg1986; 17(5): 290–1.

Cacioli P, Kelly K. Source to Surgery 1995; 4(1): 1–12.

Cacioli P, Kelly K. Source to Surgery 1995; 3(2): 1–6.

Downing JG. Dermatitis from rubber gloves. N Engl J Med1933; 208: 196–8.

Eisman B, Seelig MG, Womack NA. Talcum powdergranuloma: a frequent and serious post-operativecomplication. Ann Surg 1947; 126: 820–32.

Elfenbein IB et al. Starch emboli in transplanted kidneys.Lancet 1974; 2(7887): 1009–10.

Ellis H. Pathological changes produced by surgical dustingpowders. Royal College of Surgeons of England January1933.

Ellis H. The hazards of surgical glove dusting powders.Surg Gynecol Obstet 1990; 171: 521–7.

Fawcett PT et al. Glove powder and HIV ELISA tests.Lancet 1989; 1(8646): 1982–3.

Fitch JC. Polychloroprene latexes. The Vanderbilt LatexHandbook. 3rd ed. Norwalk: RT Vanderbilt Co, 1987: 50–9.

Fraser I. Simple and effective method of removing starchpowder from surgical gloves. Br Med J 1982; 284 (6332):1835.

Gonzalez E. Latex hypersensitivity: a new and unexpectedproblem. Hosp Prac 1992; 27(2): 137–51.

Granady Lynelle C. The history and diagnosis of latexallergy. Immunol Allergy Clin North Am 1995; 15(1): 21–9.

Guyton AC. Textbook of medical physiology. Philadelphia:Saunders, 1966.

Holmes EC, Eggleston JC. Starch granulomatousperitonitis. Surgery 1972; 71(1): 85–90.

Hurtas VE et al. Starch peritonitis following peritonealdialysis. Nephron 1982; 30: 82–4.

Ignatious JA, Hartmann WH. The glove starch peritonitissyndrome. Ann Surg 1972; 175(3): 388–97.

Kelly KJ. Management of the latex-allergic patient. Latexallergy: a one-day seminar publication, Medical College ofWisconsin, 16 November 1995.

Kelly KJ. Management of the latex-allergic patient.Immunol Allergy CIin North Am 1995; 15(1): 139–57.

Korniewicz DM. Barrier protection of latex. ImmunolAllergy Clin North Am 1995; 15(1): 123–37.

Kurup VP, Murali PS, Kelly KJ. Latex antigens. ImmunolAllergy Clin North Am 1995; 15(1): 45–57.

Lampe AS et al. Wearing gloves as cause of false negativeHIV tests. Lancet 1998; 2(8620): 1140–41.

Lee CM, Lehman EP. Experiments with non-irritating glovepowder. Surg Gynecol Obstet 1947; 84: 689–95.

Levy DA. Diagnosis of allergy to latex proteins. EuroRubber J. 6 December 1995: 33–9.

Leynadier F, Autegard J, Levy DA. Management of patientswith latex protein allergy. Euro Rubber J. 6 December1995: 59–60.

Lomas JG et al. False negative results by polymerasechain reaction due to contamination by glove powder.Transfusion 1992; 32: 83–5.

Page 23: pengelolaan alergi lateks

22

Sussman GL et al. Control of airborne latex by use ofpowder-free latex gloves. J Allergy Clin Immunol 1994;93(6): 985–9.

Tests available for diagnosis of individuals with NRLallergy. Source to Surgery 1995; 3(1): 2.

Thompson RL. Educational challenges of latex proteinallergy. Immunol Allergy Clin North Am 1995; 15(1):159–74.

Tomazic JV et al. Cornstarch powder on latex products isan allergen carrier. J Clin Immunol 1994; 93(4): 751–8.

Truscott W. The industry perspective on latex. ImmunolAllergy Clin North Am 1995; 15(1): 89–121.

Turjanmaa K. European medical experiences. Euro Rubber J. 6 December 1995: 17–9.

Turjanmaa K. Methods used for the estimation of totalallergenicity of NRL products. Source to Surgery 1995;3(1): 9.

Turjanmaa K et al. Natural rubber latex allergy. ImmunolAllergy Clin North Am 1995; 15(1): 71–85.

US Department of Health and Human Services. NIOSHalert: preventing allergic reactions to natural rubber latex inthe workplace. DHHS (NIOSH) publication August 1997;97–135.

Yaffe H et al. Potentially deleterious effect of cornstarchglove powder in tubal reconstruction surgery. Fertil Steril1978; 29(6): 699–701.

Yunginger JW. Natural rubber latex. Presented at LatexAllergy Seminar, Chicago, 16 November 1995.

Yunginger JW. Variances in antigenicity of latex products.Immunol Allergy Clin North Am 1995; 15(1): 61–9.

Mausser RF. The Vanderbilt Latex Handbook. Norwalk: RTVanderbilt Co, 1987.

Mayo Clinic Foundation Allergic Diseases Res Lab.Inhibition immunoassay for latex allergens. 1 March 1994.

Min KW et al. Cornstarch embolization in renal transplants.Kidney Int 1972; 2: 291–2.

Nutter AF. Contact urticaria to rubber. Br J Dermatol 1979;101: 597–8.

Ownby DR. Manifestations of latex allergy. ImmunolAllergy Clin North Am 1995; 15(1): 31–43.

Potter W. The legislative approach to latex products. EuroRubber J. December 1995: 61–6.

Rock EH. Surgeons glove powder (starch) middle eargranuloma. Arch Otolaryng 1967; 86: 8–17.

Saxon L, Saxon E. Starch granulomas as a problem insurgical pathology. Acta Path Microbiol Scand 1965; 64:55–70.

Sharefkin JB et al. The cytotoxic effect of surgical glovepowder particles on adult human vascular endothelial cellcultures: implications for clinical users of tissue culturetechniques. J Surg Res 1986; 41: 463–72.

Slater JE. Latex allergy – the US medical experience. EuroRubber J 6 December 1995: 7–13.

Smith and Nephew. Perry. In Touch. October 1994; 3(2).

Smith and Nephew. Perry. A closer look at natural rubberlatex and allergy. November 1994.

Snierson H, Woo ZP. Starch powder granuloma: a report oftwo cases. Ann Surg 1995; 142: 1045–50.

Subramaniam A. The chemistry of natural latex rubber.Immunol Allergy Clin North Am 1995; 15(1): 159–74.

Page 24: pengelolaan alergi lateks

23

Page 25: pengelolaan alergi lateks

24

Page 26: pengelolaan alergi lateks

MK

TME

D828Ver2 IN

D