Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

135
PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA Oleh : RIDHO DWIANTO A34204013 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

description

Laporan

Transcript of Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

Page 1: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA

JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA

PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA

Oleh :

RIDHO DWIANTO

A34204013

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

Page 2: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

Judul : Pengelolaan Lanskap Jalur Hijau Kota Jalan Jenderal

Sudirman Jakarta pada Dinas Pertamanan DKI

Jakarta

Nama Mahasiswa : Ridho Dwianto

NRP : A 342 04013

Program Studi : Arsitektur Lanskap

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir Hadi Susilo Arifin, MS

NIP 131 430 805

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr Ir. Didy Sopandie, MAgr.

NIP 131 124 019

Tanggal disetujui:

Page 3: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN

JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS

PERTAMANAN DKI JAKARTA

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Ridho Dwianto

A34204013

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

Page 4: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

RINGKASAN

RIDHO DWIANTO. Pengelolaan Lanskap Jalur Hijau Kota Jalan Jenderal Sudirman Jakarta pada Dinas Pertamanan DKI Jakarta (Di bawah bimbingan HADI SUSILO ARIFIN). Kota merupakan suatu lingkungan sebagai pusat aktivitas penduduk,

seperti industri, perdagangan, pendidikan, dan jasa, yang keadaannya dipengaruhi

oleh faktor-faktor sosial, ekonomi, budaya, kelembagaan, adat istiadat, politik,

ilmu pengetahuan, dan teknologi. Jumlah penduduk yang relatif besar dan jenis

aktivitas yang beragam menuntut tersedianya sarana dan prasarana yang

memadai.

Kota Hijau merupakan kota yang ramah lingkungan dan berkelanjutan

dalam segala aspek kehidupan dan penunjang bagi warganya, maupun unsur

lainnya baik tumbuhan, tanaman, hewan, tanah, air, dan udara. Semuanya saling

terkait sehingga memberikan fungsi-fungsi kenyamanan, keamanan, dan

keindahan.

Untuk keseimbangan perkembangan pembangunan kota Jakarta yang

begitu pesat agar tetap nyaman dan aman dari polusi yang terjadi serta pemanasan

kota, perlu disediakan suatu ruang terbuka hijau dengan komponen yang dominan

yaitu vegetasi atau tanaman. Ruang terbuka hijau yang dapat dibuat antara lain

taman kota, hutan kota, area rekreasi kota, lapangan olah raga, jalur hijau dan

lainnya. Salah satu bentuk ruang terbuka hijau kota adalah jalur hijau kota, baik

jalur hijau jalan maupun jalur hijau tepian air yang banyak terdapat tanaman yang

dapat meningkatkan kenyamanan, keamanan, dan keindahan kota.

Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Jakarta merupakan salah satu ruang

terbuka hijau kota yang cukup luas dan dapat dimanfaatkan untuk menjaga

kelestarian ekosistem lingkungan kota, meningkatkan keindahan kota dan dapat

mengurangi polusi kota. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan pemeliharaan yang

maksimal dan dengan rencana pengelolaan yang baik dan teratur untuk menjaga

keindahan dan kelestariannya sehingga dapat berfungsi dengan baik untuk

menjaga kenyamanan dan keamanan lingkungan kota.

Tujuan umum yang ingin dicapai dalam kegiatan magang ini adalah untuk

meningkatkan wawasan dan pengalaman keprofesian di bidang arsitektur lanskap.

Page 5: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

Sedangkan secara khusus tujuan dari kegiatan magang ini antara lain mempelajari

dan mengevaluasi suatu kasus jalur hijau jalan sebagai ruang terbuka hijau kota

dalam aspek pengelolaan, mengevaluasi dan menganalisis permasalahan-

permasalahan di lapangan, dan memberikan berbagai alternatif praktis untuk

mengatasinya.

Ruang lingkup kegiatan magang ini meliputi aspek teknik administrasi

(studio) dan teknik lapangan. Teknik administrasi mencakup pengenalan atas

struktur organisasi Dinas Pertamanan, peraturan dan sistem pembagian kerja yang

ada di dalam Dinas Pertamanan, serta pekerjaan yang dilakukan di studio. Teknik

lapangan mencakup bentuk-bentuk pekerjaan pengelolaan serta pembagian kerja

di lapangan.

Kota Jakarta merupakan kota terbesar di Indonesia dan merupakan Ibu

Kota Negara Indonesia. Dengan tingkat pertumbuhan kota yang begitu pesat,

ditambah dengan pengaruh sektor ekonomi dan perdagangan yang begitu kuat,

sehingga pertumbuhan kota mengikuti pertumbuhan sektor-sektor tersebut.

Jalan Jenderal Sudirman merupakan salah satu jalan protokol di DKI

Jakarta dengan wilayah jalur yang cukup luas dan merupakan salah satu jalur jalan

terpanjang di Jakarta. Begitu juga dengan jalur hijau jalan tersebut menjadi salah

satu ruang terbuka hijau kota yang dapat mengurangi tingkat pencemaran polusi

udara di mana kota menjadi tidak nyaman.

Dinas Pertamanan adalah salah satu unit kerja pemerintah Provinsi DKI

Jakarta yang mempunyai tugas dan wewenang untuk membangun dan mengelola

ruang terbuka hijau kota. Dinas Pertamanan ini terbentuk pada tahun 1970

melalui Keputusan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor Cd3.1/1/1970 dan

semenjak itu tugas dan wewenang Dinas Pertamanan resmi dijalankan.

Subdinas Jalur Hijau merupakan salah satu bagian dari Dinas Pertamanan

Jakarta. Subdinas Jalur Hijau terdiri dari Seksi Jalur Hijau Jalan, Seksi Jalur Hijau

Tepian Air, Seksi Jalur Hijau Penyempurna, dan Seksi Perencanaan Jalur Hijau.

Sub-dinas Jalur Hijau bertugas untuk melaksanakan pemantauan, perencanaan,

pemeliharaan, pengendalian, dan pemanfaatan jalur hijau kota, jalur hijau jalan,

jalur hijau tepian air, dan jalur hijau penyempurna.

Page 6: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

Pemeliharaan fisik dilakukan untuk mempertahankan kondisi elemen

lanskap agar tetap menampilkan sifat fisiknya seperti keadaan awal sehingga

aspek estetika dan fungsi elemen tetap seperti semula. Secara umum,

pemeliharaan fisik lanskap adalah pemeliharaan elemen lunak (soft material)

seperti tanaman dan elemen keras (hard material) seperti paving, kolam air

mancur, dan pagar jalan busway. Pemeliharaan fisik elemen lunak tanaman yang

dilakukan terdiri dari pembabatan rumput, pengetrikan rumput,

penyapuan/pembersihan sampah atau rumput, penyiraman rumput, pohon,

tanaman hias, dan tanaman perdu, pendangiran pohon, tanaman hias dan tanaman

perdu, pemangkasan tanaman perdu, pengangkutan dan pembuangan sampah,

serta pengendalian hama dan penyakit tanaman.

Pemeliharaan elemen keras biasanya ada yang bersifat nonperiodik atau

bersifat insidential yaitu jika terdapat beberapa elemen yang rusak pada jalur hijau

jalan tersebut seperti pergantian bola lampu yang putus, pagar yang rusak dan lain

sebagainya. Selain itu pemeliharaan ini ada juga yang terjadwal baik itu bulanan,

semesteran dan tahunan seperti pengecetan ulang kanstin, pembersihan kolam air

mancur, patung, dan pengecetan ulang pagar. Penampilan yang baik, bersih pada

elemen keras akan menambah nilai keindahan jalur hijau jalan tersebut.

Efektivitas kerja pemeliharaan sangat ditentukan oleh beberapa hal

berikut: motivasi kerja dan tingkat keterampilan yang dimiliki operator/pekerja

pemeliharaan, sistematika jadwal perencanaan pemeliharaan, ketersedian alat dan

bahan yang sesuai dengan kebutuhan, tingkat pengawasan pekerjaan di lapang,

kelancaran komunikasi antara pimpinan dan para pengawas lapang, dan antara

pengawas lapang dan operator/pekerja pemeliharaan di lapangan.

Upaya Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk mengurangi

kemacetan dan tingkat polusi udara, tidak henti-hentinya dilakukan. Salah satu

program yakni Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau free car day yang

dilaksanakan oleh Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) di

ruas Jalan Jenderal Sudirman dan MH Thamrin telah dimulai sejak Desember

2007 dan masih berlanjut hingga sekarang. Berbagai kegiatan yang menonjolkan

betapa pentingnya hidup sehat dapat kita lihat mulai dari lomba senam poco-poco,

Page 7: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

bersepeda santai hingga balap sepeda, jogging, jalan santai, foto-foto yang

diselingi dengan beraneka macam hiburan.

Persepsi pengguna jalan terhadap Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman

yang didapatkan dari hasil wawancara kuisioner sangat berperan dalam

mempengaruhi perkembangan jalur hijau jalan tersebut untuk ke depannya.

Wawancara dilakukan terhadap 30 responden yang melewati Jalan Jenderal

Sudirman. Wawancara yang dilakukan mengenai keadaan umum Jalur Hijau Jalan

Jenderal Sudirman seperti keindahan, kenyamanan, keamanan, kebersihan, jenis

tananam yang disukai, pengelolaan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh Dinas

Pertamanan dan lain sebagainya. Wawancara kuisioner ini berfungsi untuk

mengetahui pendapat pengguna jalan mengenai Jalur Hijau Jalan Jenderal

Sudirman yang selanjutnya dapat memberikan masukan dan bermanfaat bagi

pihak pengelola jalur hijau jalan tersebut untuk meningkatkan kegiatan

pengelolaan dan pemeliharaan yang dilakukan sehingga dapat meningkatkan

fungsi dan kualitas keindahan di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman.

Rencana pengelolaan lanskap merupakan suatu usaha yang dilakukan

secara berkelanjutan untuk menjaga kualitas estetika dan fungsional lanskap.

Untuk menjaga kualitas estetika dan fungsional lanskap maka pengelolaan yang

dilakukan harus terencana dengan baik dan teratur, baik itu struktur organisasi,

tenaga kerja, penjadwalan kegiatan pengelolaan, alat-alat yang digunakan, dan

rencana anggaran biaya.

Page 8: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan magang dengan judul Pengelolaan

Lanskap Jalur Hijau Kota Jalan Jenderal Sudirman Jakarta pada Dinas

Pertamanan DKI Jakarta ini dapat terselesaikan. Laporan yang dibuat sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor ini merupakan hasil kegiatan magang yang

dilaksanakan pada tanggal 18 Februari 2008 sampai dengan 13 Juni 2008 di Dinas

Pertamanan DKI Jakarta.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada

1. Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS selaku dosen pembimbing skripsi

2. Dinas Pertamanan DKI Jakarta atas kesempatan yang telah diberikan

3. Kepala Dinas Pertamanan, Kepala Sub-dinas Jalur Hijau, dan Kepala Seksi

Jalur Hijau Jalan atas kesempatan dan bimbingan yang telah diberikan

4. Bapak Sukriah, selaku pengawas lapang Jalur Hijau Jalan Jendral

Sudirman atas bantuannya selama pelaksanaan magang

5. seluruh rekan-rekan Arsitektur Lanskap-41 atas semua keceriaan dan

kebersamaan selama ini

6. seluruh sahabat mahasiswa/mahasiswi dari Kabupaten Kuantan Singingi

atas doa dan kebersamaannya selama ini

7. semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan namanya

satu persatu

8. ketiga saudara/saudari penulis tercinta Dedi Marta Mujiana, Siska Aryanti,

dan Rahmat Kurniawan serta seluruh keluarga, atas doa, kasih sayang,

kebahagiaan, dan kebersamaannya

9. kedua orang tua tercinta, atas doa dan kasih sayang yang selalu diberikan

Penulis berharap laporan magang ini dapat memberikan manfaat bagi yang

memerlukannya.

Bogor, Agustus 2008

Penulis

Page 9: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

RIWAYAT HIDUP

Penulis yang dilahirkan di Baserah, Kecamatan Kuantan Hilir, Kabupaten

Kuantan Singingi Provinsi Riau pada tanggal 31 Maret 1986 merupakan anak ke

dua dari empat bersaudara pasangan keluarga Bapak Hamyanis Mukminin dan

Rosmanidar.

Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-Kanak Pertiwi Kuantan

Hilir, kemudian melanjutkan ke sekolah dasar di SDN 12 Pasar Usang Baserah,

Kecamatan Kuantan Hilir pada tahun 1992. Pada tahun 1998, penulis menamatkan

sekolah dasar dan meneruskan ke jenjang sekolah menengah pertama di SLTPN 1

Kuantan Hilir. Setelah menamatkan sekolah menengah pertamanya, penulis

meneruskan ke jenjang Sekolah Menegah Umum Negeri (SMUN) 1 Kuantan Hilir

dan lulus pada tahun 2004.

Pada tahun 2004 penulis diterima di Program Studi Arsitektur Lanskap,

Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor,

melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Page 10: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .............................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR ......................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... vii

BAB I. PENDAHULUAN .................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................... 1

. 1.2 Tujuan Magang ................................................................... 2

1.3 Kegunaan Magang .............................................................. 3

1.4 Kerangka Pikir .................................................................... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 5

2.1 Lanskap dan Lanskap Kota ................................................. 5

2.2 Ruang Terbuka Hijau .......................................................... 5

2.3 Jalur Hijau Jalan .................................................................. 7

2.4 Pengelolaan Lanskap ........................................................... 8

2.5 Pemeliharaan ....................................................................... 9

2.5 Pemeliharaan Ideal .............................................................. 9

2.6 Pemeliharaan Fisik .............................................................. 11

BAB III. METODOLOGI ................................................................... 12

3.1 Lokasi dan Waktu Magang ................................................. 12

3.2 Alat dan Bahan ................................................................... 13

3.3 Metode Pelaksanaan ........................................................... 13

3.4 Pengumpulan Data .............................................................. 13

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................ 15

4.1. Kondisi Umum DKI Jakarta .............................................. 15

4.1.1. Letak Geografis dan Administrati ....................... 15

4.1.2. Iklim .................................................................... 16

4.1.3. Geologi dan Tanah .............................................. 16

4.1.4. Tata Guna Lahan ................................................. 17

4.1.5. Topografi ............................................................ 18

4.1.6. Kualitas Udara ..................................................... 18

Page 11: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

4.1.7. Vegetasi ............................................................... 19

4.1.8. Sosial Ekonomi dan Demografi .......................... 21

4.2. Organisasi Dinas Pertamanan DKI Jakarta ........................ 22

4.2.1. Tugas Pokok ........................................................ 23

4.2.2. Fungsi .................................................................. 23

4.2.3. Visi ...................................................................... 23

4.2.4. Misi....................................................................... 23

4.2.5. Sasaran Program .................................................. 24

4.2.6. Program Unggulan ............................................... 24

4.3. Subdinas Jalur Hijau Dinas Pertamanan ........................... 24

4.4. Zona Pemeliharaan ........................ .................................... 26

4.5. Sistem Pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman 27

4.6. Pengelolaan Jadwal Pemeliharaan ...................................... 28

4.7. Pengelolaan Tenaga Kerja .................................................. 29

4.8. Pengelolaan Biaya Pemeliharaan ........................................ 30

4.9. Pengelolaan Peralatan dan Bahan .... .................................. 32

4.10. Pengelolaan Administrasi .................. .............................. 33

4.11. Pemeliharaan Fisik Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman . 34

4.11.1. Pemeliharaan Elemen Lunak (Soft Material) .... 34

4.11.1.1. Pembabatan/Pemangkasan Rumput .... 34

4.11.1.2. Pengetrikan Rumput ............................ 36

4.11.1.3. Penyapuan/Pembersihan Sampah atau Rumput ............................................... 36

4.11.1.4. Pemangkasan Nonrumput .................. 37

4.11.1.5. Pemeliharaan Pohon Pelindung .......... 39

4.11.1.6. Penyiraman Tanaman .......................... 41

4.11.1.7. Pemupukan .......................................... 43

4.11.1.8. Pendangiran dan Penyiangan Gulma ... 46

4.11.1.9. Penyulaman dan Penggantian Tanaman 47

4.11.1.10. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman............................................. 48

4.11.2. Pemeliharaan Elemen Keras (Hard Material).... 50

4.12. Efektivitas Kegiatan Pemeliharaan ................................... 51

Page 12: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

4.13. Hari Bebas Kendaraan Bermotor ..................................... 52

4.14. Wawancara Pengguna Jalan ............................................. 53

4.15. Rencana Pengelolaan Lanskap ......................................... 61

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ................................................... 64

5.1. Simpulan ............................................................................. 64

5.2. Saran ................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 66

LAMPIRAN ......................................................................................... 67

Page 13: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

iv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jenis dan luas ruang terbuka hijau DKI Jakarta .................... 17

Tabel 2. Jenis tanaman di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman .......... 19

Tabel 3. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Januari 2008 ......................... 21

Tabel 4. Jadwal kegiatan pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman ................................................................................ 29

Tabel 5. Uraian kegiatan pekerjaan dan jumlah tenaga kerja ............. 30

Tabel 6. Jenis, jumlah, kondisi, dan masa efektif peralatan pemeliharan ............................................................................ 33

Tabel 7. Jenis kegiatan, frekuensi, alat, dan jumlah tenaga kerja ........ 34

Tabel 8. Perbandingan kapasitas kerja kegiatan pemeliharaan ............ 52

Page 14: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka pikir magang ...................................................... 4

Gambar 2. Peta lokasi Jalan Jenderal Sudirman…………………….... 12

Gambar 3. Jalur hijau median, jalur separator Jalan Jenderal Sudirman dari arah patung Sudirman ke arah Jalan Semanggi ............................................................................ 15

Gambar 4. Struktur organisasi pengelolaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman ............................................................................ 26

Gambar 5. Zonasi kegiatan pemeliharaan, (a) Jalan sekitar Air Mancur Patung Pemuda, (b) Jalur Jalan Jenderal Sudirman, (c) Pulau Jalan depan BNI 45, (d) Pulau Jalan sekitar FO. Karet, (e) pulau Jalan segitiga ex Bakin ...................... 27

Gambar 6. Kegiatan pemangkasan rumput pada jalur separator Jalan Jenderal Sudirman ............................................................... 35

Gambar 7. Hasil kegiatan pengetrikan rumput, (a) pinggir kanstin, (b) pinggir tanaman di Jalan sekitar Air Mancur Patung Pemuda ............................................................................... 36

Gambar 8. Kegiatan pembersihan sampah diarea rumput di jalur separotor Jalan Jenderal Sudirman ..................................... 38

Gambar 9. Hasil pemangkasan tanaman semak di Jalan sekitar Air Mancur Patung Pemuda...................................................... 39

Gambar 10. Pohon Pelindung jalur separator Jalan Jenderal Sudirman. 41

Gambar 11. Sprinkel untuk penyiraman tanaman rumput di jalur separator Jalan Jenderal Sudirman...................................... 43

Gambar 12. Kegiatan Pendangiran dan penyiangan gulma tanaman semak pada jalur median Jalan Jenderal Sudirman............. 47

Gambar 13. (a) Perkerasan/paving yang rusak di Jalan sekitar Air Mancur Patung Pemuda, (b) kanstin yang rusak dan cat yang terkelupas di jalur median Jalan Jenderal Sudirman. 51

Gambar 14. Aktifitas pada Hari Bebas Kendaraan Bermotor, (a) aktifitas jogging, (b) kegiatan bersepeda pada jalur (b) cepat Jalan Jenderal Sudirman .................................... 53

Gambar 15. Diagram fungsi Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk kenyamanan ........................................................... 56

Gambar 16. Diagram fungsi Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk keamanan .......................................................................... 56

Page 15: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

vi

Gambar 17. Diagram fungsi Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk keindahan ......................................................................... 56

Gambar 18. Diagram fungsi Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk kebersihan ........................................................................ 57

Gambar 19. Diagram tingkat kesukaan terhadap tanaman semak, perdu, herba, tanaman rumput pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman ........................................................................... 58

Gambar 20. Diagram penggunaan tanaman semak, tanaman perdu, tanaman herba, dan rumput yang disukai pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman ......................................... 59

Gambar 21. Diagram mengenai fasilitas yang perlu ditambahkan pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman................................. 59

Gambar 22. Diagram kondisi perkerasan pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman ............................................................ 60

Gambar 23. Diagram kualitas pengelolaan pemeliharaan pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman ......................................... 61

Page 16: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data iklim DKI Jakarta tahun 2007……………………………. 68

Lampiran 2. Struktur organisasi Dinas Pertamanan ……………………….... 69

Lampiran 3. Kondisi pegawai Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2007 Menurut Golongan Dan Tingkat Pendidikan .......... 70

Lampiran 4. Bagan pembagian tugas personil/karyawan Subdinas Jalur Hijau Seksi Jalur Hijau Jalan tahun 2008 …................................ 71

Lampiran 5. Gambar bagian-bagian jalan dan jalur hijau Jalan Jenderal Sudirman ..................................................................................... 72

Lampiran 6. Surat Perjanjian Kontrak Induk Pemeliharaan Sarana/Prasarana Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Tahap I …………… ........ 73

Lampiran 7. Surat Perjanjian Kontrak Induk Pemeliharaan Sarana/Prasarana Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman tahap II ……………..….... 92

Lampiran 8. Lembar Kuisioner ……………………………………………… 114

Page 17: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota merupakan suatu lingkungan sebagai pusat aktivitas penduduk

seperti industri, perdagangan, pendidikan, dan jasa, yang keadaannya dipengaruhi

oleh faktor-faktor sosial, ekonomi, budaya, kelembagaan, adat istiadat, politik,

ilmu pengetahuan, dan teknologi. Jumlah penduduk yang relatif besar dan jenis

aktivitas yang beragam menuntut tersedianya sarana dan prasarana yang memadai.

Menurut UU Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang,

kawasan perkotaan merupakan wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan

pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,

pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan

kegiatan ekonomi.

Kota Hijau merupakan kota yang ramah lingkungan dan berkelanjutan

dalam segala aspek kehidupan dan penunjang bagi warganya, serta unsur lainnya

baik tumbuhan, tanaman, hewan, tanah, air, dan udara. Semuanya saling terkait

sehingga memberikan fungsi-fungsi kenyamanan, keamanan, dan keindahan.

Untuk itu segala aspek yang saling terkait pelu dijaga dan dipelihara agar tetap

terjaga fungsinya, saling bermanfaat dan tetap terjaga kelestariannya secara

berkelanjutan.

Jakarta merupakan kota yang pembangunannya semakin meningkat setiap

tahun sehingga ruang terbuka hijau yang tersedia semakin sedikit. Pembangunan

dan penggunaan sumber polusi yang semakin meningkat menyebabkan keamanan,

kenyamanan dan keindahan kota semakin berkurang. Untuk keseimbangan

perkembangan pembangunan kota Jakarta yang begitu pesat agar tetap nyaman

dan aman dari polusi yang terjadi serta pemanasan kota, perlu disediakan suatu

ruang terbuka hijau dengan komponen yang dominan yaitu vegetasi atau tanaman.

Ruang terbuka hijau yang dapat dibuat antara lain taman kota, hutan kota, area

rekreasi kota, lapangan olah raga, jalur hijau dan lainnya.

Salah satu bentuk ruang terbuka hijau kota adalah jalur hijau kota, baik

jalur hijau jalan maupun jalur hijau tepian air yang banyak terdapat tanaman yang

Page 18: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

2

dapat meningkatkan kenyamanan, keamanan, dan keindahan kota. Begitu juga

kota Jakarta yang juga memiliki jalur hijau kota yang cukup luas sebagai ruang

terbuka hijau yang dapat meningkatkan keamanan, kenyamanan dan keindahan

kota.

Jalur hijau jalan kota merupakan salah satu ruang terbuka hijau yang

cukup luas di Jakarta sehingga perlu dilakukan pengelolaan dan pemeliharaan

yang baik agar tetap terjaga kelestariannya. Jalur hijau jalan Jakarta dapat

berfungsi untuk keindahan kota yang dapat dinikmati oleh pengguna jalan yang

melewati jalur tersebut, baik yang menggunakan kendaraan maupun pejalan kaki.

Jalur hijau jalan yang indah dapat digunakan pengguna jalan sebagai sarana untuk

menghilangkan stres, rasa jenuh setelah bekerja, dan rasa lelah dengan menikmati

keindahan jalur hijau jalan ketika melewatinya. Selain itu secara fungsional, jalur

hijau jalan kota Jakarta dapat mengurangi polusi kota, memberikan kenyamanan

bagi pengguna jalan, dan memperbaiki ekosistem lingkungan kota.

Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Jakarta merupakan salah satu ruang

terbuka hijau kota yang cukup luas dan dapat dimanfaatkan untuk menjaga

kelestarian ekosistem lingkungan kota, meningkatkan keindahan kota dan dapat

mengurangi polusi kota. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan pemeliharaan yang

maksimal dan dengan rencana pengelolaan yang baik dan teratur untuk menjaga

keindahan dan kelestariannya sehingga dapat berfungsi dengan baik untuk

menjaga kenyamanan dan keamanan lingkungan kota. Selain itu, Jalur Hijau Jalan

Jenderal Sudirman juga dapat dimanfaat sebagai sarana rekreasi bagi pengguna

jalan seperti menghilangkan stres, rasa jenuh dan lelah setelah bekerja dengan

menikmati keindahan jalur hijau tersebut.

1.2 Tujuan Magang

Tujuan umum yang ingin dicapai dalam kegiatan magang ini adalah untuk

meningkatkan wawasan dan pengalaman keprofesian di bidang arsitektur lanskap.

Secara khusus tujuan dari kegiatan magang adalah :

1) mempelajari dan mengevaluasi suatu kasus jalur hijau jalan sebagai ruang

terbuka hijau kota dalam aspek pengelolaan, mengenal dan meningkatkan

Page 19: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

3

keterampilan dalam menyelesaikan permasalahan dan kendala, dan

pemanfaatan potensi yang ada.

2) menganalisis permasalahan-permasalahan di lapangan, baik yang bersifat

umum maupun yang khusus serta memberikan berbagai alternatif praktis

untuk mengatasinya.

1.3 Kegunaan Magang

Kegunaan magang di Dinas Pertamanan DKI Jakarta adalah :

1) peningkatan pemantapan sikap akademik mahasiswa dalam menghadapi

persoalan dan tantangan di lapangan.

2) pengembangan sikap profesionalisme mahasiswa dalam menghadapi

kondisi lapangan kerja sesungguhnya.

1.4. Kerangka Pikir

Proses magang dilakukan di Jalur Hijau Kota Jalan Jenderal Sudirman di

bawah Dinas Pertamanan DKI Jakarta. Proses magang ini meliputi aspek

pengelolaan lanskap. Seluruh hasil analisis dan sintesis yang diperoleh kemudian

dirangkum secara deskriptif dan menghasilkan produk berupa rencana

pengelolaan lanskap jalur hijau kota yang berkelanjutan untuk menjaga kualitas

estetika dan fungsonal Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman (Gambar 1).

Page 20: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

4

Gambar 1. Kerangka Pikir Magang

Jalur Hijau Kota Jalan Jendral Sudirman Jakarta

Jalur Hijau Kota yang Tetap Terjaga Secara Estetik dan Fungsional

Proses Magang

Pengelolaan Lanskap dan Pemeliharaan

Ideal

Permasalahan

Solusi

Rekomendasi

Rencana Pengelolaan Lanskap Jalur Hijau Kota yang Berkelanjutan untuk Menjaga Kualitas Estetika dan

Fungsional

Fisik

Biofisik

Sosial Ekonomi Budaya

Potensi

Analisis

Evaluasi

Page 21: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lanskap dan Lanskap Kota

Lanskap adalah suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter

lahan/tapak dan dengan segala sesuatu dengan apa yang ada di dalamnya baik

bersifat alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup

manusia beserta makhluk hidup lainnya, sejauh mata memandang, sejauh indera

dapat menangkap dan sejauh imajinasi dapat membayangkan yang memiliki

keindahan secara estetika dan berdaya guna secara fungsional. Lanskap adalah

suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh

seluruh indera manusia (Simonds dan Starke, 2006).

Ada bentukan-bentukan elemen lanskap yang dapat diubah dan tidak dapat

diubah. Elemen-elemen lanskap alami yang dapat diubah yaitu bukit-bukit, semak

belukar dan lainnya. Sedangkan elemen-elemen lanskap yang tidak dapat diubah

antara lain bentukan topografi seperti gunung, lembah, sungai, pantai dan lain

sebagainya.

Lanskap kota merupakan lanskap buatan manusia sebagai akibat dari

aktivitas manusia dalam mengelolah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya (Simonds dan Starke, 2006). Lanskap kota terjadi karena adanya

pengorganisasian ruang yang mencerminkan kegiatan masyarakat setiap hari.

Lanskap kota merupakan wajah bentang alam kota, tidak semata-mata lingkungan

pertamanan dalam arti sempit, tetapi mencakup segala hal ruang luar (exterior, out

door) baik yang alami maupun yang buatan dengan segala elemennya, baik yang

keras (hardscape) maupun yang lunak (softscape).

2.2 Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka mencakup keseluruhan lanskap, perkerasan, taman dan

tempat rekreasi di dalam kota. Elemen-elemennya meliputi taman-taman, ruang

terbuka hijau kota, tumbuh-tumbuhan dan lainnya. Ruang terbuka dapat

membentuk man-made atau natural, yang pada dasarnya adalah total kesatuan

Page 22: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

6

yang terbentuk dalam kota yang digunakan sebagai wadah untuk istirahat dan

tempat kegiatan yang memiliki keterkaitan, diantaranya sebagai sistem orientasi.

Ruang terbuka kota adalah ruang kota yang tidak terbangun, yang

berfungsi untuk menunjang tuntutan kenyamanan, kesejahteraan, keamanan,

peningkatan kualitas lingkungan, dan pelestarian alam. Ruang terbuka terdiri dari

ruang pergerakan linear dan ruang pulau sebagai tempat pemberhentian.

Ruang Terbuka Hijau adalah suatu lapang yang ditumbuhi berbagai

tetumbuhan, pada berbagai strata, mulai dari penutup tanah, semak, perdu dan

pohon (tanaman tinggi berkayu). Ruang Terbuka Hijau merupakan sebentang

lahan terbuka tanpa bangunan yang mempunyai ukuran, bentuk dan batas

geografis tertentu dengan status penguasaan hijau berkayu dan tahunan sebagai

tumbuhan penciri utama dan tumbuhan lainnya (perdu, semak, rerumputan, dan

tumbuhan penutup tanah lainnya), sebagai tumbuhan pelengkap, serta penunjang

fungsi RTH yang bersangkutan.

Menurut UU Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang tata ruang,

ruang terbuka hijau adalah area memanjang atau mengelompok yang

penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh

alamiah maupun yang sengaja ditanam. Untuk proporsi ruang terbuka hijau pada

wilayah kota paling sedikit 30 persen dari luas wilayah kota.

Sementara menurut Simonds dan Starke (2006), bahwa ruang terbuka

dapat berupa waterfront (kawasan pantai, tepian danau, maupun tepian lairan

sungai), blueways (aliran sungai, aliran air lainnya, serta hamparan banjir,

greenways (jalan bebas hambatan, jalan-jalan di taman, koridor transportasi, jalan-

jalan setapak, jalan sepeda, serta jogging track), taman-taman kota serta areal

rekreasi, serta ruang terbuka penunjang lainnya (hutan kota, reservoir, lapangan

golf, kolam renang, lapangan tennis, anstalasi militer dan lainnya).

Ruang terbuka suatu ruang yang tidak ditutupi bagian atas lahannya

dengan berbagai tutupan dan mempunyai fungsi alami yang dominan. Bentuk

ruang terbuka tersebut antara lain pertamanan, ruang terbuka hijau, sungai, plaza

kota dan lainnya. Adapun peran ruang terbuka dalam suatu perkotaan, yaitu :

1) Merupakan unsur keindahan disebabkan menciptakan harmoni tata

lingkungan perkotaan,

Page 23: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

7

2) Menyediakan ruang terbuka hijau yaitu berupa tanaman yang dapat

mengurangi pencemaran,

3) Memberikan ruang gerak bagi segenap masyarakat yang membutuhkanya.

Selain itu berdasarkan fungsi dan luasan, ruang terbuka hijau dibedakan

atas:

1) Ruang terbuka makro, mencakup daerah pertanian, perikanan, hutan

lindung, hutan kota, dan pengaman di ujung landasan Bandar Udara.

2) Ruang terbuka medium, mencakup pertamanan kota, lapangan olah raga,

Tempat Pemakaman Umum (TPU).

3) Ruang terbuka mikro, mencakup taman bermain (playground) dan taman

lingkungan (community park).

Fungsi dari ruang terbuka hijau antara lain fungsi arsitektural, fungsi

teknik, fungsi kenyamanan, fungsi ekologi dan fungsi sosial ekonomi. Fungsi

arsitektural seperti membingkai ruang, menciptakan batasan-batasan dan lainnya.

Fungsi teknik seperti mengatasi bahaya erosi, memperbaiki struktur tanah dan

lainnya. Fungsi kenyamanan seperti menurunkan suhu kota, menyediakan udara

segar dan lainnya. Fungsi ekologis yaitu fungsi yang berkaitan dengan

kemampuan vegetasi meningkatkan kualitas ekosistem kota. Fungsi sosial

ekonomi seperti sebagai wadah kegiatan sosial bagi masyarakat kota, sebagai

wadah kegiatan ekonomi dan lainnya.

Manfaat dari ruang terbuka hijau adalah kesan estetis, orologis, protektif,

higinis dan manfaat edukatif. Manfaat estetika di mana ruang terbuka hijau dapat

meningkatkan keindahan suatu lanskap. Manfaat orologis di mana ruang terbuka

hijau bermanfaat untuk mencegah terjadinya erosi, banjir. Manfaat protektif di

mana ruang terbuka hijau bermanfaat sebagai pelindung seperti sinar matahari,

angin kencang dan juga menyerap debu. Manfaat higinis di mana ruang terbuka

hijau menghasilkan Oksigen yang dibutuhkan manusia dan menyerap CO2 yang

berbahaya bagi manusia. Manfaat edukatif di mana ruang terbuka hijau dapat

bermanfaat sebagai sarana untuk belajar mengenal tanaman.

2.3 Jalur Hijau Jalan

Jalur hijau jalan merupakan suatu area di sepanjang jalan yang ditanami

oleh berbagai tanaman dengan tujuan untuk peneduh, membantu mengurangi

Page 24: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

8

polusi, peresapan air, serta tujuan estetika. Di sepanjang tepian jalan dapat

ditanami tanaman sesuai dengan luas dan lebar jalur yang digunakan. Adapun

Jalur hijau jalan tersebut antara lain jalur hijau jalan raya, jalan tol, jalan protocol,

jalur rel kereta api dan lainnya.

Jalur hijau dan lingkungan alami banyak dibutuhkan di area kota dan

pinggiran kota. Jalur hijau banyak dimanfaatkan penduduk kota untuk rekreasi,

transportasi, dan pendidikan alam. Jalur hijau di daerah kota memiliki potensi

untuk menyediakan suatu kombinasi yang unik dari segi ekologis dan sosial untuk

wilayah metropolitan.

Keuntungan ekologis dari jalur hijau ini antara lain sebagai kualitas arus

dan perlindungan lahan basah, perlindungan erosi dan banjir, habitat dan plasma

nutfah flora dan fauna, serta kualitas udara dan perbaikan iklim mikro.

Keuntungan sosial dari jalur hijau ini antara lain sebagai rekreasi, pendidikan

alam, kesempatan-kesempatan untuk berapresiasi penduduk kota, rute transportasi

non-konstrumtif seperti berjalan dan bersepeda, serta menyatukan bagian-bagian

yang terpisah dari wilayah metropolitan yang luas.

2.4 Pengelolaan Lanskap

Pengelolaan merupakan upaya manusia untuk mendayagunakan,

memelihara dan melestarikan lanskap/lingkungan agar memperoleh manfaat yang

maksimal dengan mengusahakan kontinyuitas kelestariannya. Pengelolaan

lanskap adalah upaya terpadu dalam penataan dan pemanfaatan, pemeliharaan,

pelestarian, pengendalian dan pengembangan lingkungan hidup sehingga tercipta

lanskap yang bermanfaat bagi manusia dan makhluk hidup lainnya (Arifin dan

Arifin, 2005).

Menurut Arifin dan Arifin (2005) lagi, pemeliharaan lanskap dimaksudkan

untuk merawat dan menjaga areal lanskap dengan segala fasilitas yang ada

didalamnya agar kondisinya tetap baik atau sedapat mungkin mempertahankan

pada keadaan yang sesuai dengan tujuan rancang atau disain semula.

Menurut Corder (1996), Pekerjaan pemeliharaan terdiri atas pemeliharaan

terencana dan pemeliharaan tidak terencana. Pemeliharaan terencana terdiri dari

Page 25: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

9

aktivitas pencegahan, sedangkan pemeliharaan yang tidak terencana merupakan

pemeliharaan yang bersifat insidential.

Menurut Sternloff dan Warren (1984), terdapat tiga tipe organisasi

pemeliharaan, yaitu:

1) Sistem pemelihaan Unit (Unit Maintenance) yaitu pemeliharaan yang

didasarkan pada unit-unit taman yang ada, sehingga setiap unit taman

mempunyai tim pemeliharaan sendiri

2) Sistem Tim Pemeliharaan Khusus (Specialized Maintenance Crew), yaitu

pemeliharaan didasarkan pada keahlian tertentu dari pegawainya, seperti

pegawai khusus potong rumput atau pekerja khusus lainnya, pegawai

berdasarkan jadwal pindah dari unit satu ke unit lainnya.

3) Sistem Pemeliharaan secara Kontrak (Maintenance by Contract), yaitu

pemeliharaan diserahkan pada kontraktor, sehingga seluruh pekerjaan

pemeliharaan dikerjakan oleh kontraktor.

Menurut Sternloff dan Warren (1984), tujuan kegiatan pemeliharaan adalah

untuk menjaga tapak beserta fasilitasnya supaya tetap dalam keadaan awal atau

desain semula. Untuk mencapai hasil yang diinginkan, perlu diperhatikan

beberapa hal sebagai berikut:

1) Menetapkan prinsip-prinsip operasi

2) Memelihara fasilitas dengan standar yang telah ditentukan

3) Melakukan pengawasa dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan

2.5. Pemeliharaan

Pemeliharaan merupakan suatu usaha untuk menjaga dan merawat areal

lanskap dengan segala fasilitas yang ada di dalamnya agar kondisi tetap baik atau

sedapat mungkin mempertahankan pada keadaan yang sesuai dengan tujuan dan

fungsi awal. Selain itu kegiatan pemeliharaan ini bertujuan agar suatu areal

lanskap memiliki suatu keindahan secara estetika serta nyaman dan aman.

2.6. Pemeliharaan Ideal

Pemeliharaan ideal merupakan kegiatan pemeliharaan elemen-elemen

lanskap baik soft material maupun hard material sehingga sesuai dengan tujuan

Page 26: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

10

dan fungsi semula. Dalam kegiatan pemeliharaan ini diharapkan jalur hijau jalan

ini memberikan keindahan dan kenyamanan bagi pengguna jalan dengan tetap

mempertahankan disain awal yang telah dibentuk.

Untuk mempertahankan agar tujuan dan fungsi semula dalam

pemeliharaan ideal tetap terjaga maka usaha yang dilakukan untuk menunjang

pemeliharaan fisik antara lain :

1) Pembuatan jadwal pemeliharaan fisik elemen-elemen tanaman dan elemen

keras

2) Pada renovasi tata hijau penggunaan tanaman lokal dilakukan untuk

memudahkan penggantian/penyulaman.

Pemeliharaan dapat dikurangi jika didukung oleh upaya-upaya sebagai

berikut (Carpenter et al.,1975) :

1) Perencanaan dan perancangan taman dengan pola yang sederhana

sehingga memudahkan untuk melakukan pemeliharaan

2) Pemilihan elemen tanaman merupakan salah satu pertimbangan terpenting,

karena biasanya semakin eksotis suatu tanaman semakin sulit

pemeliharaannya.

3) Perancangan dengan pendekatan terhadap alam.

Sedangkan menurut Sulistyantara (2006), beberapa upaya untuk

mempermudah ataupun mendukung pemeliharaan ideal antara lain:

1) Merencanakan taman dengan pola-pola yang sederhana sehingga

pemeliharaan fisik mudah dilakukan.

2) Membuat pola lalu lintas atau sirkulasi yang jelas dan rasional sehingga

alur kegiatan di dalamnya akan selalu lancar.

3) Memilih sistem struktur yang kuat dan awet serta memilih bahan-bahan

perkerasan yang sesuai.

4) Melengkapi taman dengan fasilitas yang memadai, misalnya lampu

penerangan, jaringan utilitas dan lain sebagainya.

Kriteria tanaman untuk ruang terbuka hijau kota seperti di jalur hijau jalan

adalah mampu beradaptasi dengan lingkungan, toleran terhadap stres lingkungan,

tahan terhadap hama dan penyakit dan memiliki sifat fisik yang memenuhi

kebutuhan disain.

Page 27: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

11

2.7. Pemeliharaan Fisik

Pemeliharaan fisik adalah kegiatan pemeliharaan terhadap elemen-elemen

lanskap baik hard material maupun soft material. Adapun yang termasuk ke

dalam elemen hard material misalnya perkerasan/paving, bangku, shelter, lampu

jalan, dan lainnya, dan yang termasuk ke dalam elemen soft material yaitu

tanaman. Kegiatan pemeliharaan fisik ini bertujuan untuk menjaga kondisi fisik

baik elemen hard material maupun soft material tetap berfungsi dengan baik,

indah, dan berkelanjutan.

Page 28: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

BAB III

METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu Magang

Lokasi kegiatan magang bertempat di Dinas Pertamanan DKI Jakarta di

bawah Subdinas Jalur Hijau bagian Seksi Jalur Hijau Jalan yang terletak di Jakarta

Pusat. Kegiatan magang ini mengambil lokasi di jalan Jenderal Sudirman yaitu

mengenai pengelolaan jalur hijau kota di jalan tersebut. Kegiatan magang

berlangsung selama 4 bulan, dimulai dari bulan Februari sampai dengan bulan

Juni 2008.

U

(Tanpa skala)

Gambar 2. Peta lokasi Jalan Jenderal Sudirman

Page 29: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

13

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam kegiatan magang antara lain: Peta, kamera,

alat tulis dan peralatan teknis lainnya. Sedangkan bahan yang digunakan berupa

kuisioner pengamatan langsung ke lapangan dan survei serta studi pustaka.

3.3 Metode Magang

Ruang lingkup yang telah dilaksanakan pada kegiatan magang ini meliputi

aspek teknik administrasi (studio) dan teknik lapangan. Teknik administrasi

mencakup pengenalan atas struktur organisasi Dinas, peraturan dan sistem

pembagian kerja yang ada di dalam Dinas serta pekerjaan yang dilakukan di

studio. Teknik lapangan mencakup bentuk-bentuk pekerjaan pengelolaan serta

pembagian kerja di lapangan.

Kegiatan magang yang telah dilaksanakan menggunakan metode survei,

wawancara, partisipasi aktif baik di studio maupun di lapangan, dan mencari

berbagai sumber pustaka. Untuk metode survei dan wawancara digunakan angket

untuk menanyakan kepada responden apakah jalur hijau jalan ini telah sesuai

dengan fungsinya dan bernilai estetika. Adapun responden yang akan ditanya

yaitu pengguna jalur hijau jalan tersebut seperti pejalan kaki, pengendara

kendaraan bermotor di jalur hijau tersebut. Pada kegiatan magang yang telah

dilaksanakan, aspek pengelolaan jalur hijau jalan kota menjadi kasus yang

diminati secara khusus untuk dipelajari dan dibahas. Sedangkan sebagai kegiatan

pendukung atau partisipasi yang merupakan bagian dari kegiatan magang secara

keseluruhan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman kerja praktis, dan

dikaitkan dengan pengelolaan dilaksanakan di studio dan di lapangan.

3.4 Pengumpulan Data

Pengambilan data dan imformasi dilakukan melalui pengamatan langsung

di lapangan, survei, wawancara dan studi pustaka. Data dan informasi yang

diperlukan meliputi data fisik, sosial ekonomi dan kelembagaan. Adapun data

yang dibutuhkan antara lain:

1) Sumberdaya

a. Peta penggunaan lahan.

Page 30: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

14

2) Konsep dan Pelaksanaan Pengelolaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman

a. Tujuan umum kegiatan pengelolaan,

b. Kegiatan pengelolaan ideal dan fisik,

c. Indikator dan standar kegiatan pengelolaan,

d. Kegiatan pengelolaan untuk menciptakan keseimbangan ekologis.

3) Pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Jakarta

a. Inventarisasi fasilitas dan peralatan untuk kegiatan pemeliharaan,

b. Rencana jadwal dan cara pemeliharaan

c. Jadwal tanggung jawab penugasan untuk setiap pekerjaan

(perorangan, kelompok, atau penyerahan tugas pada kontraktor),

d. Anggaran biaya kegiatan pengelolaan, digunakan untuk

menganalisis :

1. Jenis kegiatan,

2. Biaya pembeliaan / penyewaan peralatan dan bahan,

3. Luas area yang dikelola,

4. Jumlah tenaga kerja,

5. Upah tenaga kerja,

6. Kapasitas kerja,

7. Frekuensi kegiatan pemeliharaan (harian, mingguan, bulanan,

triwulan, semesteran, tahunan insidential).

e. Kegiatan pemeliharaan Jalar Hijau Jalan Jenderal Sudirman Jakarta

1. Pemupukan (pohon, semak, penutup tanah dan rumput),

2. Pemangkasan (pohon, semak, penutup tanah dan rumput),

3. Penyiraman (pohon, semak, penutup tanah dan rumput),

4. Penyiangan gulma,

5. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

6. Penyulaman dan pemindahan tanaman serta pengadaan bibit

tanaman.

4) Lembaga Pengelola

a. Struktur Organisasi,

b. Jumlah pegawai Pemeliharaan.

Page 31: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Umum DKI Jakarta

Kota Jakarta merupakan kota terbesar di Indonesia dan merupakan Ibu

Kota Negara Indonesia. Dengan tingkat pertumbuhan kota yang begitu pesat,

ditambah dengan pengaruh sektor ekonomi dan perdagangan yang begitu kuat,

sehingga pertumbuhan kota mengikuti pertumbuhan sektor-sektor tersebut.

Jalan Jenderal Sudirman merupakan salah satu jalan protokol di DKI

Jakarta dengan wilayah jalur yang cukup luas dan merupakan salah satu jalur jalan

terpanjang di Jakarta. Begitu juga dengan jalur hijau jalan tersebut menjadi salah

satu ruang terbuka hijau kota yang dapat mengurangi tingkat pencemaran polusi

udara di mana kota menjadi tidak nyaman. Selain untuk mengurangi tingkat polusi

kota Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman juga dapat menambah dan meningkatkan

keindahan kota. Untuk itu perlu diperhatikan pengelolaan pemeliharaan yang baik

terhadap jalur hijau jalan tersebut sehingga keindahan jalur tersebut dapat

dipertahankan (Gambar 3).

Gambar 3: Jalur hijau median, jalur separator Jalan Jenderal Sudirman dari arah patung Sudirman ke arah Jalan Semanggi

4.1.1. Letak Geografis dan Administratif

Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta terdiri atas daratan dan lautan, sesuai SK

Gubernur DKI Jakarta No. 1227 tahun 1989 di mana luas daratan 664,12 km2

dengan tidak kurang dari 110 buah pulau yang tersebar di Kepulauan Seribu, dan

luas lautan. DKI Jakarta terletak pada posisi 605’ LS – 6023’ LS dan 106041’ BT –

Page 32: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

16

106058’ BT dengan ketinggian rata-rata kurang lebih 7 m di atas permukaan laut.

Batas administrasi DKI Jakarta adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Laut Jawa,

Sebelah Selatan dan Timur : Provinsi Jawa Barat,

Sebelah Barat : Provinsi Banten.

DKI Jakarta terbagi atas lima wilayah kota yang berkedudukan sebagai

daerah tingkat dua di bawah pengawasan kantor Gubernur. Kelima walayah ini

masing-masing dipimpin oleh walikota. Kelima kota tersebut yaitu kota Jakarta

Pusat (50,4 km2), kota Jakarta Utara (154,01 km2), kota Jakarta Selatan (145,73

km2), kota Jakarta Barat (126,25 km2), dan kota Jakarta Timur (187,73 km2).

Lokasi magang adalah pada Jalan Jenderal Sudirman Jakarta yang terdapat

di Jakarta Pusat dengan panjang 3,05 km. Jalan Jenderal Sudirman yang

merupakan salah satu jalan protokol di wilayah Jakarta dan juga sebagai ruang

terbuka hijau kota sehingga perlu dijaga dan dilakukan pemeliharaan yang baik

dan teratur. Luas jalur hijau pada Jalan Jenderal Sudirman Jakarta adalah

184.595,89 m2.

4.1.2. Iklim

Untuk data iklim DKI Jakarta diperoleh dari Badan Meteorologi dan

Geofisika (BMG) wilayah DKI Jakarta. Data iklim yang dipakai adalah data iklim

tahun 2007 dan dapat dilihat pada Lampiran 1. Berdasarkan data iklim tahun

2007, Jakarta beriklim cukup panas di mana suhu rata-rata dalam 1 tahun 28,50C,

dengan suhu rata-rata maksimum kota Jakarta adalah 290C terjadi pada bulan

Oktober dan suhu rata-rata minimum 27,50C pada bulan Februari. Kelembaban

udara rata-rata dalam satu tahun sebesar 73,9%, kecepatan angin rata-rata 3,0 knot

dan curah hujan rata-rata 11,1 mm/hari dalam satu tahun.

4.1.3. Geologi dan Tanah

Jenis tanah di DKI Jakarta termasuk tanah mediteran merah sampai kuning

jenis grumosol dari batu endapan berkapur pada daerah berbukit dan sebagian lagi

jenis latosol, podzolik merah kuning dari batu endapan bekuan. Apabila dilihat

Page 33: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

17

dari bentuk fisiografinya, wilayah DKI Jakarta terdiri dari dataran alluvial, jalur

aliran dataran, dan perbukitan.

Pada umumnya keadaan tanah di DKI Jakarta banyak yang telah

mengalami penggalian dan penimbunan (cut and fill). Begitu juga pada jalur hijau

jalan kota Jakarta sebagian besar tanahnya telah mengalami penggalian dan

penimbunan. Jenis tanah yang ada di lokasi magang Jalan Jenderal Sudirman

merupakan tanah urugan tanah latosol merah.

4.1.4. Tata Guna Lahan

Akibat pertumbuhan dan perkembangan aktivitas sosial yang sangat pesat

sedangkan lahan yang tersedia di Jakarta terbatas, sehingga perlu penggunaan

lahan yang efisien. Selain itu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kota

terhadap ruang terbuka hijau kota maka pemerintah menetapkan rencana Tata

Ruang Wilayah Jakarta tahun 2010. Selain itu Dinas Pertamanan memiliki

rencana strategis program-program unggulan tiap tahunnya seperti peningkatan

kuantitas taman, peningkatan kualitas taman, peningkatan kualitas jalur hijau, dan

lainnya. Penggunaan ruang terbuka hijau pertamanan di seluruh DKI Jakarta

adalah untuk taman kota, jalur hijau jalan, taman bangunan umum, jalur tepian air,

dan taman rekreasi (Tabel 1). Taman kota merupakan taman umum pada skala

kota yang diperuntukan sebagai fasilitas untuk rekreasi, olah raga dan sosialisasi

masyarakat dikota yang bersangkutan.

Tabel 1. Jenis dan luas ruang terbuka hijau DKI Jakarta No. Variabel Kondisi/Unit 1. Taman kota 2..149.935 m2 2. Jalur hijau jalan 5.626.313 m2 3. Taman bangunan umum 3.690.346 m2 4. Jalur tepian air 571.385 m2 5. Taman rekreasi 8.723.170 m2 Luas Total 20.761.151 m2 Sumber: Dinas Pertamanan DKI Jakarta (2008)

Jalur hijau kota adalah ruang terbuka hijau untuk keserasian lingkungan

dengan tujuan konservasi tanah, lingkungan, penyerapan air dan penyegaran

udara. Jalur tepian air adalah bagian dari ruang terbuka hijau yang ditentukan

sebagai daerah pengaman, terdapat di sepanjang batas badan air kerah darat

seperti badan sungai dan danau. Taman rekreasi adalah bagian dari ruang terbuka

Page 34: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

18

hijau kota yang dapat digunakan untuk kegiatan rekreasi. Taman bangunan adalah

taman yang terletak dalam kavling bangunan yang terdiri dari vegetasi atau unsur-

unsur estetis lainnya yang ditata dengan serasi dengan tetap memperhatikan fungsi

bangunan dan ruang terbukanya.

4.1.5. Topografi

Wilayah DKI Jakarta memiliki Luas 65.000 Ha. Ketinggian rata-rata

wilayah DKI Jakarta berada 7 m di atas permukaan laut, dan sekitar 40% (24.00

Ha) wilayah DKI Jakarta merupakan dataran rendah di bawah laut pasang yaitu 1

m sampai dengan 1,5 m, sehingga ketika terjadi air pasang dataran tersebut

tergenang air atau banjir. Selain itu akibat pembangunan lahan yang terus terjadi

menyebabkan area resapan semakin sedikit ketika terjadi air laut pasang.

4.1.6. Kualitas Udara

Kota yang padat penduduknya, pembangunan permukiman semakin

banyak, sumber polusi yang semakin meningkat pula sedangkan ruang terbuka

hijau kota yang semakin berkurang menyebabkan kualitas udara semakin

menurun. Kualitas udara yang berkurang akibat polusi yang terjadi menyebabkan

berkurangnya kenyamanan dan keamanan kota terhadap penduduk kota yang

tinggal dan beraktivitas pada kota tersebut, seperti terjadinya gangguan kesehatan

sehingga menimbulkan penyakit pada manusia. Selain itu kualitas udara yang

tidak nyaman dapat mengganggu manusia ketika melakukan aktivitas.

Begitu juga untuk kualitas udara di kota Jakarta, di mana penduduknya

yang semakin padat, pembangunan semakin meningkat, sehingga terjadi

penurunan kualitas udara akibat kurangnya kawasan ruang terbuka hijau kota

sedangkan sumber polusi seperti kendaraan bermotor, pabrik industri semakin

banyak dan meningkat. Jumlah kendaraan bermotor di Jakarta tahun 2008 lebih

kuran 5,7 juta unit kendaraan, dengan jumlah mobil 2,2 juta unit dan jumlah

sepeda motor 2,5 juta unit. Jumlah kendaraan di Jakarta cukup banyak sehingga

zat-zat polusi yang dikeluarkan juga banyak yang menyebabkan keamanan dan

kenyamanan kota semakin berkurang. Zat-zat yang dikeluarkan oleh sumber

pencemar ini antara lain Nitrogen Oksida (NOX), Sulfur Dioksida (SO2), debu

Page 35: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

19

serta kandungan Timah Hitam (Pb) dalam debu. Zat-zat ini dapat menyebabkan

lapisan ozon menjadi rusak, mengganggu atau menurunkan jarak pandang dan

juga dapat mengganggu kesehatan tubuh manusia. Untuk itu sangat penting

keberadaan ruang terbuka hijau di kota Jakarta baik itu taman kota, hutan kota,

jalur hijau kota untuk mengurangi polusi udara yang terjadi akibat zat-zat yang

dikeluarkan oleh sumber pencemaran tersebut. Dengan semakin meningkatnya

ruang terbuka hijau suatu kota akan dapat memperbaiki dan meningkatkan

kualitas udara kota Jakarta.

4.1.7. Vegetasi

Jalur hijau jalan kota Jakarta memiliki beragam vegetasi yang ditanam di

sepanjang jalan seperti pohon, palem, perdu, semak, herba, rumput-rumputan dan

tanaman merabat. Vegetasi tersebut ditanam dan ditata sedemikan rupa dan juga

pemeliharaan yang dilakukan dengan baik dan maksimal sehingga menambah

kenyamanan, keamanan, dan keindahan kota. Pada Jalur Hijau Jalan Jenderal

Sudirman juga memiliki bermacam-macam tanaman yang ditanam dan ditata

dengan baik dan teratur, dengan kondisi yang cukup baik, sehingga dapat

meningkatkan kenyamanan, keamanan dan keindahan kota umumnya dan jalur

hijau tersebut khususnya. Beberapa jenis tanaman khususnya pada Jalur Hijau

Jalan Jenderal Sudirman Jakarta dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Jenis tanaman di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman

Nama Latin Nama Lokal Kondisi Pohon Cassia multijuga Kasia Baik Delonix regia Flamboyan Baik Swietenia mahagonii Mahoni Tidak semua baik Plumeria spp. Kamboja Baik Pterocarpus indicus Angsana Baik Pithecolobium dulce Lamtoro Baik Cerbera odollam Bintaro Baik Cordia sebestana Jati mas Baik Polyalthia longifolia Glodogan tiang Tidak semua baik Ficus benyamina Beringin Baik Manilkara kauki Sawo kecik Baik Lagerstroemia indica Bungur Baik Bignoniaceae Tabe buya Baik

Page 36: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

20

Tabel 2. Lanjutan Pohon Teminalia catappa Ketapang Baik Mimusops elengi Tanjung Baik Samanea saman Kihujan Baik Albizia falcataria Sengon Baik Palem Roystonea regia Palem raja Baik Chrysalidocarpus lutescens Palem kuning Baik Rhapis excelsa Palem wregu Baik Elaeis guinensis Kelapa Sawit Baik Perdu Adenium cutanium Kamboja jepang Baik Cordyline terminalis Hanjuang merah Baik Jantropa sp. Batavia Baik Semak Ixora javanica Soka Baik Rora sp. Mawar Baik Mussaendah sp. Nusa Indah Baik Neoregelia sp. Nanas hias Baik Iresine herbstii Bayam merah Baik Bougenvillea sp. Bugenvil Baik Arachis pintoii Kacang-kacangan Baik Codeaum variegatum Puring Baik Allium tuberosum Kucai Baik Adiantum cuneatum Suplir Baik Dracaena sp. Drasena Baik Pandanus pygmaeus Pandan variegata Baik Hibiscus rosasinensis Kembang sepatu Baik Herba Hyppeastrum sp. bakung Baik Canna indica kana merah Baik Zephyranthes candida Bawang-bawangan Baik Chlorophytum comosum Lili paris Baik Grasses/Rumput-rumputan Zoysia matrella Rumput Peking Baik Axonopus compressus Rumput gajah Baik Merambat Ipomoea batatas Telo-telo Baik Scindapsus aureus Sirih belanda Baik

Page 37: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

21

4.1.8. Sosial Ekonomi dan Demografi

Kota Jakarta yang merupakan sebagai Ibukota Republik Indonesia

menjadikan kota ini menjadi pusat dari segala aktivitas. Banyaknya masyarakat

Indonesia baik itu dari pulau jawa, sumatera, kalimantan, sulawasi, hingga

Indonesia bagian timur yang tergiur untuk datang dan bekerja karena banyaknya

lapangan kerja yang tersedia baik itu dalam pemerintahan, perdagangan, industri

dan lain sebagainya.

Berdasarkan sensus penduduk yang dilakukan dari tahun ke tahun,

menunjukan hasil bahwa penduduk Jakarta terus mengalami peningkatan sehingga

dapat mengakibatkan berbagai masalah di berbagai bidang seperti permukiman,

pendidikan, kesehatan, dan juga ketenagakerjaan. Dengan meningkatnya jumlah

penduduk sehingga terjadi pembangunan permukiman, sarana dan prasarana

umum, fasilitas pendidikan, kesehatan dan lainnya yang menyebabkan ruang

terbuka hijau kota yang berfungsi sebagai paru-paru kota semakin sempit dan

berkurang yang mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan kota Jakarta.

Berdasarkan data bulan Januari 2008 jumlah penduduk Jakarta adalah 8.489.910

jiwa. Jumlah penduduk ini terbagi atas lima wilayah kota dan satu kabupaten yang

terdiri atas warga negara Indonesia dan warga negara asing (Tabel 3).

Untuk sosial ekonomi masyarakat Jakarta khususnya pengguna Jalur Hijau

Jalan Jenderal Sudirman bermacam ragam mulai dari pelajar, mahasiswa,

pedagang, tukang ojek, karyawan perkantoran dan perbankan, pegawai negeri dan

lain sebagainya.

Tabel 3. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Januari 2008 No Wilayah Jumlah (Jiwa) WNI WNA Total 1. Jakarta Pusat 930.674 831 931.505 2. Jakarta Utara 1.420.388 884 1.421.272 3. Jakarta Selatan 1.885.302 1.163 1.886.465 4. Jakarta Barat 1.634.781 586 1.635.367 5. Jakarta Timur 2.592.940 922 2.593.862 6. Kepulauan Seribu 21.425 14 21.439 Total 8.485.510 4.400 8.489.910

Sumber: Suku Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kotamadya (http://www.kependudukancipil.go.id/index.php/statistik/penduduk-dki-jakarta/42-statistik/4-jumlah-penduduk-provinsi-dki-jakarta)

Page 38: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

22

4.2. Organisasi Dinas Pertamanan DKI Jakarta

Dinas Pertamanan adalah salah satu unit kerja pemerintah Provinsi DKI

Jakarta yang mempunyai tugas dan wewenang untuk membangun dan mengelola

ruang terbuka hijau kota. Dinas Pertamanan ini terbentuk pada tahun 1970

melalui Keputusan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor Cd3.1/1/1970 dan

semenjak itu tugas dan wewenang Dinas Pertamanan resmi dijalankan.

Dinas Pertamanan awalnya diprakarsai oleh DPRD Provinsi Jakarta pada

tahun 1961 yang merekomendasikan perlunya penataan pertamanan kota Jakarta

agar dapat setara dengan Ibukota negara lain di dunia. Pada tahun 1962

Pemerintah DKI Jakarta mendirikan Akademi Pertamanan (AKAP) yang para

lulusannya dapat langsung bekerja di Seksi Pertamanan, Dinas Pekerjaan Umum

Provinsi DKI Jakarta.

Pada awal keberadaannya, Dinas Pertamanan memberikan perubahan yang

cukup signifikan terhadap wajah kota Jakarta. Wajah Jakarta yang dulunya

gersang telah berubah menjadi kota yang hijau. Hingga tahun 2005 peran Dinas

Pertamanan Provinsi DKI Jakarta dalam meningkatkan kualitas visual dan

lingkungan kota Jakarta telah berkembang dengan ditanganinya beberapa program

baru seperti penataan koridor jalur busway, penambahan ruang terbuka hijau di

kawasan pemukiman kumuh padat, peningkatan kuantitas dan kualitas ornamen

ruang kota dan penataan jalur pedestrian pada koridor-koridor utama kota.

Struktur Organisasi Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta ditetapkan

berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Nomor 8 Tahun 2002 mengenai

Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta. Dinas

Pertamanan Provinsi DKI Jakarta dikepalai oleh satu Kepala Dinas, yang

membawahi satu bagian Tata Usaha, empat Subbagian, enam Subdinas, dua puluh

satu Seksi, lima Suku Dinas, lima Subbagian Tata Usaha, tiga puluh Seksi Suku

Dinas dan empat puluh tiga Seksi Dinas Pertamanan Kecamatan (Lampiran 2).

Berdasarkan data tahun 2007 Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta memiliki

253 orang pegawai yang terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS), Pegawai Tidak

Tetap menurut SK Gubernur DKI Jakarta dan Pegawai Tidak Tetap Non SK

Gubernur DKI Jakarta (Lampiran 3).

Page 39: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

23

4.2.1. Tugas Pokok

Adapun tugas pokok Dinas Pertamanan DKI Jakarta adalah

menyelenggarakan penataan dan pengelolaan ruang terbuka hijau, ruang terbuka

kota, keindahan dan tata hias kota serta penyelenggaraan pelayanan di bidang

pertamanan.

4.2.2. Fungsi

Adapun fungsi Dinas Pertamanan DKI Jakarta antara lain :

1) Perumusan kebijakan teknis di bidang pertamanan dan keindahan kota

2) Pemberian perizinan atau rekomendasi, legalisasi, dan sertifikasi di bidang

pertamanan dan keindahan kota

3) Pemungutan retribusi di bidang pertamanan dan keindahan kota

4) Pemeliharaan, pengelolaan, dan pengamanan di bidang pertamanan dan

keindahan kota

5) Pemberdayaan usaha dan peran serta masyarakat di bidang pertamanan

dan keindahan kota

6) Pelayanan perencanaan teknis pertamanan dan keindahan kota

7) Pelayanan dan penyediaan taman/tanaman untuk masyarakat

8) Pengelolaan dukungan teknis dan administratif

9) Pembinaan teknis pelaksanaan kegiatan Subdinas

4.2.3. Visi

Visi dari Dinas Pertamanan DKI Jakarta adalah mewujudkan tertatanya

ruang terbuka hijau dan keindahan Kota Jakarta.

4.2.4. Misi

Adapun misi dari Dinas Pertamanan DKI Jakarta antara lain:

1) Membangun ruang terbuka hijau sesuai kebutuhan kota Jakarta

2) Melaksanakan penghijauan di seluruh ruang terbuka kota Jakarta

3) Meningkatkan keindahan kota melalui penataan elemen sarana dan

ornamen kota

4) Menggalang peran serta aktif masyarakat di bidang Pertamanan dan

Keindahan kota

Page 40: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

24

4.2.5. Sasaran Program

Sasaran program Dinas Pertamanan DKI Jakarta antara lain:

1) Meningkatkan kuantitas dan kualitas RTH Kota melalui :

a. Pembangunan taman kota dan jalur hijau kota

b. Penanaman/penghijauan pohon

c. Pengembalian fungsi taman dan jalur hijau

2) Meningkatkan keindahan kota, melalui penataan elemen sarana dan

ornamen kota

3) Menyediakan panduan yang berkaitan dengan ruang terbuka hijau

pertamanan

4) Menyediakan bibit tanaman dan melakukan pembesaran tanaman

5) Meningkatkan peran serta masyarakat di bidang pertamanan dan

keindahan kota.

4.2.6. Program Unggulan

Selain sasaran program, Dinas Pertamanan DKI Jakarta mempunyai

program unggulan, yaitu:

1) Penyediaan taman RTH di kawasan padat penduduk

2) Penataan koridor jalur transportasi busway, monorail dan kanal

3) Pengembalian fungsi taman dan jalur hijau dari penggunaan di luar

peruntukannya

4) Peningkatan fungsi dan penampilan taman kota

5) Peningkatan kuantitas dan kualitas fasilitas ruang publik seperti

penyediaan pedestrian dan pembangunan ornamen kota

6) Penyediaan bibit tanaman pelindung bagi masyarakat untuk percepatan

penghijauan kota

7) Peningkatan kualitas jalur hijau tepian air dan penyempurna

4.3. Subdinas Jalur Hijau Dinas Pertamanan

Subdinas Jalur Hijau merupakan salah satu bagian dari Dinas Pertamanan

Jakarta. Subdinas Jalur Hijau terdiri dari Seksi Jalur Hijau Jalan, Seksi Jalur Hijau

Tepian Air, Seksi Jalur Hijau Penyempurna, dan Seksi Perencanaan Jalur Hijau.

Page 41: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

25

Subdinas Jalur Hijau bertugas untuk melaksanakan pemantauan, perencanaan,

pemeliharaan, pengendalian dan pemanfaatan jalur hijau kota, jalur hijau jalan,

jalur hijau tepian air, dan jalur hijau penyempurna. Dalam kegiatan magang yang

dilakukan di Dinas Pertamanan, Mahasiswa berada di bawah Subdinas Jalur Hijau

pada bagian Seksi Jalur Hijau Jalan. Subdinas Jalur Hijau memiliki tugas yaitu :

1) Perencanaan, pemeliharaan, pengendalian, pengelolaan jalur hijau yang

meliputi jalur hijau jalan, tepian air, hijau penyempurna, dan jalur hijau

lainnya.

2) Pembinaan dan konsultasi terhadap seluruh kegiatan jalur hijau kota.

3) Inventarisasi dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan jalur hijau kota

4) Pelaksanaan penghijauan pada seluruh jalur hijau kota

Jalur hijau jalan yang merupakan salah satu bentuk jalur hijau yang

dikelola oleh Seksi Jalur Hijau Jalan yang berada di bawah Subdinas Jalur Hijau.

Seksi Jalur Hijau Jalan memiliki 35 pegawai yang terdiri atas seorang Kepala

Seksi, 4 orang staf teknis dan administrasi, dan 30 orang pengawas lapangan

(Lampiran 4). Seksi Jalur Hijau Jalan ini memiliki tugas sebagai berikut :

1) Menyusun dan melaksanakan rencana kerja seksi jalur hijau jalan

2) Melakukan pendataan, monitoring, dan inventarisasi jalur hijau jalan.

3) Melakukan pembangunan, penataan, dan pembinaan jalur hijau jalan

4) Melaksanakan pengelolaan, pengembangan dan pemekaran jalur hijau

jalan

5) Melaksanakan koordinasi penghijauan, dan pengindahan di areal jalur

hijau jalan.

6) Melakukan pengelolaan jalur hijau jalan

Struktur oganisasi pengelolaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman terdiri

atas pengawas lapang dan tenaga pemeliharaan yang bertanggung jawab kepada

kepala Seksi Jalur Hijau. Pengawas lapangan bertugas untuk mengawasi dan

mengontrol kegiatan pemeliharaan di lapangan. Tenaga pemeliharaan bertugas

dalam melakukan dan melaksanakan kegiatan pemeliharaan di lapangan (Gambar

4). Tenaga pemeliharaan bertugas dan bertanggung jawab dalam melaksanakan

pekerjaan yang telah diberikan dan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

Page 42: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

26

Gambar 4. Struktur organisasi pengelolaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman 4.4. Zonasi Pemeliharaan

Pemda DKI Jakarta melalui Dinas Pertamanan DKI Jakarta membagi Jalur

hijau jalan ke dalam 8 zonasi atau blok berdasarkan letaknya di masing-masing

wilayah di lima wilayah Kota, yaitu kota Jakarta Pusat, kota Jakarta Utara, kota

Jakarta Selatan, kota Jakarta Timur dan kota Jakarta Barat. Seksi Jalur Hijau Jalan

juga melakukan kegiatan pemeliharaan di 8 zonasi atau blok tersebut. Dalam

kegiatan magang yang telah dilakukan pengelolaan pemeliharaan jalur hijau jalan

ini mengambil zona atau bagian di Jalan Jenderal Sudirman Jakarta yang

merupakan area/zona Blok V. Pada area/zona Blok V ini kegiatan pemeliharaan

yang dilakukan dibagi ke dalam 5 bagian, yaitu sekitar Air Mancur Patung

Pemuda, Pulau Jalan sekitar FO.Karet, Jalur Jalan Jenderal Sudirman, Pulau Jalan

depan BNI 45, Pulau Jalan Segitiga ex Bakin (Gambar 5).

Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman terbagi atas bagian median jalan,

bagian separator, taman air mancur patung pemuda, dan taman pulau jalan yang

dapat menambah nilai estetika lanskap jalan yang juga mempunyai fungsi dengan

tujuan untuk melestarikan lingkungan. Bagian median jalan merupakan jalur hijau

Kepala Dinas Pertamanan

Kepala Subdinas Jalur Hijau

Kepala Seksi Jalur Hijau Jalan

Pengawas lapang

Pemeliharaan Jalur Hijau

Tenaga pemeliharaan tanaman

Tenaga Pemeliharaan Areal Jalur Hijau

Page 43: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

27

jalan yang berada pada bagian tengah jalan yang memisahkan dua jalur jalan yang

berlawanan arah. Jalur separator merupakan bagian jalur hijau jalan yang

memisahkan jalur cepat dan jalur lambat (Lampiran 5).

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 5: Zonasi Kegiatan Pemeliharaan, (a) Jalan sekitar Air Mancur Patung Pemuda, (b) Jalur Jalan Jenderal Sudirman, (c) Pulau Jalan depan BNI 45, (d) Pulau Jalan sekitar F.O Karet, (e) Pulau Jalan segita ex Bakin

4.5. Sistem Pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman

Sistem pemeliharaan pada Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta

mengalami perubahan dari sistem swakelola menjadi sistem pemeliharaan oleh

kontraktor. Hal ini berdasarkan Keppres No. 80 Tahun 2003 mengenai Pedoman

Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah. Pemilihan kontraktor

untuk kegiatan pemeliharaan jalur hijau dilakukan dengan sistem tender atau

dilelang terlebih dahulu.

Setelah dilakukan proses pelelangan pihak Dinas Pertamanan melakukan

penunjukan langsung kontraktor mana yang akan melakukan kegiatan

pemeliharaan tersebut. Setelah kontraktor dipilih, pihak Dinas membuat suatu

surat perjanjian kontrak yang ditanda tangani oleh kedua belah pihak sebelum

kegiatan pemeliharaan dilaksanakan. Surat perjanjian kontrak berisi tentang

kontraktor pelaksana kegiatan pemeliharaan, peraturan-peraturan pelaksanaan

kegiatan pemeliharaan, lingkup tugas dan pemeliharaan, jangka waktu

pemeliharaan, anggaran biaya pemeliharaan, sanksi, jaminan pelaksanaan, serah

Page 44: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

28

terima pekerjaan dan lain sebagainya yang disetujui kedua belah pihak sebelum

tanda tangan surat perjanjian kontrak dilakukan (Lampiran 6 dan Lampiran 7).

Pada masa pelaksanaan magang untuk kegiatan pemeliharaan Jalur Hijau

Jalan Jenderal Sudirman untuk tahun 2008/2009 dibagi dalam dua tahap

pelaksanaan. Kegiatan pemeliharaan tahap I dimulai dari bulan Januari sampai

dengan Maret 2008. Kontraktor pelaksana pemeliharaan tahap I Jalur Hijau Jalan

Jenderal Sudirman dilaksanakan oleh PT. RASA TAMA WULANPERSADA

(Lampiran 6). Setelah pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan tahap I selesai,

dilakukan proses tender atau pelelangan kembali oleh pihak Dinas Pertamanan

untuk memilih kontraktor pelaksana kegiatan pemeliharaan Jalur Hijau Jalan

Jenderal Sudirman tahap kedua. Proses pelelangan berlangsung selama satu bulan

yaitu pada bulan April sehingga selama proses pelelangan tersebut terjadi

kekosongan pelaksana kegiatan pemeliharaan di Jalur Hijau Jalan Jenderal

Sudirman.

Pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk tahap II terjadi

pergantian kontraktor pemeliharaan. Kontraktor pelaksana kegiatan pemeliharaan

Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman tahap II adalah PT. LANGGENG SADAM

PURNAMA. Waktu pelaksanaan kegiatan pemeliharaan tahap II dimulai dari

bulan Mei 2008 sampai dengan bulan Mei 2009 (Lampiran 7).

4.6. Pengelolaan Jadwal Pemeliharaan

Setiap pekerjaan pemeliharaan harus mengikuti jadwal yang telah

ditentukan. Jenis pekerjaan pemeliharaan yang dijadwalkan adalah pemeliharaan

yang rutin dilakukan, yaitu pemangkasan, penyiraman, pendangiran, pengetrikan,

pembersihan/penyapuan dan lain sebagainya (Tabel 4). Kegiatan pemeliharaan

yang teratur akan dapat menghasilkan suatu pemeliharaan yang baik, rapi, dan

bersih sehingga dapat meningkatkan kenyamanan dan keindahan jalur hijau jalan

tersebut. Kegiatan pemeliharaan tahap I dimulai 2 Januari 2008 sampai dengan 31

Maret 2008. Untuk kegiatan pemeliharaan tahap kedua dimulai 12 Mei 2008

sampai dengan 12 Mei 2009. Jenis kegiatan dan frekuensi kegiatan pemeliharaan

baik pemeliharaan tahap I maupun kegiatan pemeliharaan tahap II tidak ada

perbedaan.

Page 45: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

29

Tabel 4. Jadwal kegiatan pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman

No Uraian Pekerjaan Frekuensi (1 bulan) 1 Pemangkasan rumput 1 kali 2 Pengetrikan rumput 1 kali 3 Penyapuan/pembersihan sampah/rumput 10 kali 4 Penyiraman rumput 10 kali 5 Penyiraman pohon 10 kali 6 Pendangiran Pohon 1 kali 7 Pemangkasan tanaman hias 1 kali 8 Penyiraman tanaman hias 10 kali 9 Pendangiran tanaman hias 1 kali

10 Pendangiran tanaman perdu 1 kali 11 Pemangkasan ringan tanaman perdu 1 kali 12 Penyiraman tanaman perdu 10 kali 13 Angkutan truk sampah 1 kali

Sumber: Dinas Pertamanan DKI Jakarta (2008)

4.7. Pengelolaan Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan sumberdaya manusia yang dibutuhkan dalam

melakukan suatu pekerjaan. Kualitas suatu pekerjaan akan dipengaruhi oleh

tenaga kerja yang digunakan. Terdapat beberapa kriteria yang diperlukan terhadap

tenaga kerja agar pekerjaan dapat dilakukan dengan baik. Kriteria tersebut

berhubungan dengan pendidikan, pengalaman, keterampilan para pekerja terhadap

jenis pekerjaan yang dilakukan, terutama yang berhubungan dengan tanaman.

Selain itu tenaga kerja yang digunakan juga harus memiliki jiwa yang mau

bekerja keras, rajin, disiplin sehingga menghasilkan suatu pekerjaan yang

maksimal.

Untuk tenaga kerja di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman berjumlah 21

orang dan dibagi ke dalam dua bagian kelompok kerja yaitu tenaga ahli taman,

dan pekerja pemeliharaan. Untuk tenaga ahli taman terdiri dari 1 orang, dan

sebagai pekerja terdiri dari 20 orang. Untuk Jumlah tenaga kerja pemeliharaan

Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman serta uraian kegiatan dapat dilihat pada Tabel

5.

Dalam kegiatan pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman ini

terdapat pihak-pihak yang terlibat langsung dalam pekerjaan tersebut. Adapun

pihak-pihak yang terlibat langsung antara lain Kepala Subdinas Jalur Hijau Jalan,

Page 46: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

30

Kepala Seksi Jalur Hijau Jalan, Kontraktor, Pengawas lapang, Tenaga Harian

Lepas (THL).

Tabel 5. Uraian kegiatan pekerjaan dan jumlah tenaga kerja

No Uraian kegiatan Kebutuhan personil

1 Tenaga Ahli Taman 1 orang 2 Pekerja Kegiatan Pemeliharaan 20 orang

Sumber: Dinas Pertamanan DKI Jakarta (2008)

Untuk kehadiran, waktu masuk serta pulang para pekerja, dan kegiatan

pekerja setiap harinya dikontrol oleh pengawas lapangan. Untuk jam masuk kerja

dimulai dari pukul 08.00 WIB dan waktu kerja sampai pukul 16.00 WIB dengan

jam istirahat antara pukul 12.00-13.00 WIB. Agar kegiatan pekerjaan yang

dilakukan oleh pekerja berjalan dengan baik dan dengan hasil yang maksimal

diperlukan pengawasan yang intensif oleh pengawas lapang terhadap tenaga kerja,

komunikasi yang baik antara pengawas lapang dengan tenaga kerja seperti dengan

memberi motivasi serta membagi ilmu pengetahuan tentang cara pemeliharaan

yang baik di saat pekerja melakukan pekerjaan pemeliharaan.

4.8. Pengelolaan Biaya Pemeliharaan

Dalam pembiayaan untuk Dinas Pertamanan DKI Jakarta keuangan

dibebankan kepada Anggaran Pendapatan Daerah dengan sumber dana yang sah

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Perda no.8 tahun

2002). Besar kecilnya anggaran tergantung dari besarnya pendapat asli daerah.

Anggaran biaya ini merupakan faktor pembatas yang sangat penting dalam

pelaksanaan kegiatan pemeliharaan baik kegiatan pemeliharaan intensif maupun

pemeliharaan ekstensif (Carpenter et al., 1975).

Dalam menyusun suatu anggaran biaya pemeliharaan perlu dilakukan

secara rinci dan teliti sehingga dapat menghasilkan pemeliharaan yang maksimal.

Penyusunan anggaran biaya tersebut disusun berdasarkan luas arael jalur hijau

jalan yang dipelihara, standar biaya tenaga kerja, kelengkapan dan efektivitas

peralatan pemeliharaan, serta bahan habis pakai.

Karena sumber anggaran biaya pemeliharaan berdasarkan Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah sehingga jumlahnya terbatas maka kegiatan

pemeliharaan yang dilakukan tidak mencukupi standar dan frekuensi

Page 47: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

31

pemeliharaan sehingga masih banyak kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaan

kegiatan pemeliharaan dan hasil yang dicapai tidak maksimal dan tidak sesuai

dengan yang diharapkan. Anggaran biaya pemeliharaan jalur hijau jalan ini

disusun berdasarkan biaya anggaran pemeliharaan yang sudah ditetapkan terlebih

dahulu.

Perencanaan anggaran biaya pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal

Sudirman dibuat oleh seksi jalur hijau jalan dengan diketahui oleh Kepala

Subdinas Jalur Hijau dan selanjutnya disetujui oleh Kepala Dinas Pertamanan.

Untuk anggaran biaya pemeliharaan di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk

periode tahun 2008 dibagi dalam dua tahap, tahap I dimulai dari bulan Januari

2008 sampai bulan Maret 2008, dan tahap II dimulai dari bulan Mei 2008 sampai

dengan bulan Mei 2009. Harga dasar pemeliharaan dalam satu bulan untuk tahap

pertama dan tahap kedua berbeda, hal ini disebabkan karena besar anggaran biaya

yang didapat melalui APBD untuk pemeliharaan tahap pertama dan kedua sangat

terbatas, begitu juga besaran atau luas area pemeliharaan antara pemeliharaan

tahap I dan tahap II juga berbeda hal ini juga disebabkan karena keterbatasan

dana. Anggaran biaya pemeliharaan dibuat berdasarkan hasil perhitungan harga

satuan, besaran satuan, dan frekuensi masing-masing kegiatan pemeliharaan yang

kemudian dijumlahkan secara total, ditambah PPn 10%.

Anggaran biaya pemeliharaan pada tahap I berjumlah sebesar Rp

282.816.900,00 setelah ditambah PPn sebesar 10% untuk kontrak kegiatan selama

3 bulan. Harga dasar pemeliharaan setiap bulannya sebesar Rp 85.702.000,00.

Pembayaran dilakukan secara berkala setiap bulan selama kontrak kegiatan

pemeliharaan sebesar Rp 84.593.900,00. Untuk anggaran biaya pemeliharaan

tahap II berjumlah sebesar Rp 772.822.500,00 setelah ditambah PPn sebesar 10%

untuk kontrak selama satu tahun. Harga dasar pemeliharaan dalam satu bulan

sebesar Rp 58.359.100,00. Pembayaran dilakukan secara berkala setiap bulannya

selama masa kontrak, tetapi besar pembayaran setiap bulannya berbeda sesuai

dalam surat perjanjian kontrak. Untuk angsuran pembayaran tahap I yaitu pada

bulan Mei 2008 sebesar Rp 41.751.900,00. Untuk angsuran pembayaran tahap II

sampai tahap XII dari bulan Juni 2008 sampai dengan bulan April 2009 dengan

rata-rata pembayaran setiap bulan sebesar Rp 64.384.050,00 dan angsuran

Page 48: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

32

pembayaran tahap XIII pada bulan Mei 2009 sebesar Rp 22.845.950,00. Adapun

rincian anggaran biaya pemeliharanan Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman untuk

tahap pertama dari bulan Januari 2008 sampai dengan Maret 2008 serta

pemeliharaan tahap kedua dari bulan Mei 2008 sampai dengan bulan Mei 2009

dalam satu tahun dapat dilihat dalam surat perjanjian kontrak pada Lampiran 6

dan Lampiran 7.

Untuk upah tenaga kerja sudah termasuk ke dalam anggaran biaya

pemeliharaan. Biaya tenaga kerja dihitung perhari kerja di mana besar upah

tenaga kerja masing-masing tenaga kerja Rp31.500,00/hari. Upah tenaga kerja

dibayar tiap awal bulan kepada tenaga kerja dan dibayarkan langsung oleh

pengawas lapang.

4.9. Pengelolaan Peralatan dan Bahan

Dalam kegiatan pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman

diperlukan peralatan dan bahan sebagai penunjang kegiatan dan untuk kelancaran

kegiatan pemeliharaan. Dengan jumlah alat dan bahan yang memadai akan sangat

membantu kelancaran kegiatan pekerjaan pemeliharaan. Menurut Arifin dan

Arifin (2005) efisiensi dan efektivitas kegiatan pemeliharaan dipengaruhi oleh

penguasaan teknik pemeliharaan yang baik dan peralatan yang memadai. Oleh

karena itu, pemelihara atau pekerja hendaknya mengetahui jenis peralatan yang

digunakan, fungsi dan cara kerjanya.

Setiap alat yang digunakan memiliki masa pakai atau jangka waktu

pemakaian sehingga sangat diperlukan pengelolaan dan pemeliharaan peralatan

agar pekerjaan yang dilakukan dapat terus berlangsung tanpa kendala. Untuk itu

sebelum melakukan kegiatan pemeliharaan peralatan yang digunakan perlu di

periksa terlebih dahulu apakah kondisinya masih bagus dan layak untuk dipakai.

Adapun peralatan yang digunakan dalam kegiatan pemeliharaan ini terdiri dari

truk tangki air, mobil kijang bak, mesin pemotong rumput gendong, sapu lidi, truk

sampah, pacul, gunting stek dan gunting rumput, golok, parang, seragam pekerja

pemeliharaan, dan lain sebaginya. Untuk mengetahui peralatan kegiatan pekerjaan

pemeliharaan, jumlah, kondisi dan masa efektif peralatan yang digunakan dapat

dilihat pada Tabel 6.

Page 49: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

33

Kondisi peralatan kegiatan pemeliharaan pada Jalur Hijau Jalan Jenderal

Sudirman cukup baik untuk digunakan. Peralatan yang digunakan dalam

pekerjaan pemeliharaan sangat mempengaruhi hasil pekerjaan tersebut. Kadang-

kadang peralatan yang digunakan dalam pekerjaan terbatas atau mengalami

kerusakan sehingga mengakibatkan kurangnya efektivitas kerja yang dilakukan

dalam kegiatan pemeliharaan. Untuk itu perlu dilakukan pemeliharaan peralatan

dengan baik dan pergantian peralatan yang digunakan jika masa pakainya telah

habis atau rusak agar pekerjaan yang dilakukan efektif dan juga efisien dalam

penggunaan peralatan.

Tabel 6. Jenis, jumlah, kondisi, dan masa efektif peralatan pemeliharaan

No. Jenis Peralatan Jumlah1) Kondisi2) Masa Efektif 3)

1. Mesin Pemotong Rumput Gendong 3 Baik 3 tahun 2. Sapu Lidi 5 Baik 1 bulan 3. Cangkul, pacul 3 Baik 6 bulan 4. Gunting stek 4 Baik 6 bulan 5. Koret 6 Baik 6 bulan 6. Gunting Pangkas semak 3 Baik 6 bulan 7. Truk Pengangkut Sampah 1 Baik 5 tahun 8. Mobil Tanki air 2 Baik 4 tahun 9. Seragam pekerja pemeliharaan 20 Baik 6 bulan 10. Golok, parang untuk pemangkasan 2 Baik 6 bulan

Sumber: Dinas Pertamanan DKI Jakarta (2008)1), Pengamatan Langsung (2008)2) Arifin dan Arifin (2005)3)

4.10. Pengelolaan Administrasi

Untuk kegiatan administrasi yang berkaitan dengan jalur hijau jalan

dilakukan oleh staf teknis dan administrasi. Pada Seksi Jalur Hijau Jalan staf

tehnik dan administrasi berjumlah 4 orang, 3 orang staf administrasi yang

bertugas membuat laporan kegiatan pemeliharaan jalur hijau jalan seperti surat

perintah tugas, surat pertanggu jawaban, laporan inventarisasi kondisi alat, serta

laporan keuangan biaya pemeliharaan, absensi pengawas lapangan dan karyawan

jalur hijau jalan, dan dokumentasi untuk kegiatan pelaksanaan pemeliharaan serta

membuat rencana kegiatan pemeliharaan jalur hijau jalan bersama seksi jalur hijau

jalan dan pengawas lapangan. Sedangkan 1 orang staf teknis bertugas membuat

gambar jalur hijau jalan, perencanaan jalur hijau jalan dan desain ulang jalur hijau

jalan yang ada di DKI Jakarta.

Page 50: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

34

4.11. Pemeliharaan Fisik Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman

Pemeliharaan fisik dilakukan untuk mempertahankan kondisi elemen

lanskap agar tetap menampilkan sifat fisiknya seperti keadaan awal, sehingga

aspek estetika dan fungsi elemen tetap seperti semula. Secara umum,

pemeliharaan fisik lanskap adalah pemeliharaan elemen lunak (soft material)

seperti tanaman dan elemen keras (hard material) seperti paving, kolam air

mancur, pagar dan lain sebagainya.

4.11.1. Pemeliharaan Elemen Lunak (Soft material)

Pemeliharaan fisik Elemen Lunak (soft material ) tanaman yang dilakukan

terdiri dari pembabatan rumput, pengetrikan rumput, penyapuan/pembersihan

sampah atau rumput, penyiraman rumput, pohon, tanaman hias, dan tanaman

perdu, pendangiran pohon, tanaman hias dan tanaman perdu, pemangkasan

tanaman perdu, pengangkutan dan pembuangan sampah (Tabel 7).

Tabel 7. Jenis kegiatan, frekuensi, alat, dan jumlah tenaga kerja

No. Uraian Pekerjaan Frekuensi1) Alat1) Jumlah Tenaga2)

Kerja 1. Pemangkasan rumput 1 kali MPR 2 2. Pengetrikan rumput 1 kali Koret,cangkul 3 3. Penyapuan/pembersihan 10 kali Sapu lidi,karung 6 sampah/rumput 4. Penyiraman rumput 10 kali Sprinkler, Mobil tanki 2 5. Penyiraman pohon 10 kali Sprinkler , Mobil tanki 2 6. Penyiraman tanaman hias 10 kali Sprinkler, Mobil tanki 2 7. Penyiraman tanaman perdu 10 kali Sprinkler, Mobil tanki 2 8. Pendangiran Pohon 1 kali Koret,cangkul 6 9. Pemangkasan tanaman hias 1 kali Gunting pangkas 4 10. Pendangiran tanaman hias 1 kali Koret,cangkul 6 11. Pendangiran tanaman perdu 1 kali Koret, cangkul 6 12. Pemangkasan tanaman perdu 1 kali Golok,guntingpangkas 4 13. Angkutan sampah 1 kali Truk sampah 2

Sumber: 1)Dinas pertamanan DKI Jakarta (2008), 2)Pengamatan langsung (2008)

4.11.1.1.Pembabatan/Pemangkasan Rumput

Kegiatan pekerjaan pembabatan rumput pada Jalur Hijau Jalan Jenderal

Sudirman dilakukan 1 kali dalam 1 bulan selama masa kontrak pekerjaan

pemeliharaan, Jumlah tenaga kerja 2 orang, dan alat yang digunakan adalah mesin

pemotong rumput. Pekerjaan ini sudah maksimal dan sudah sesuai dengan

Page 51: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

35

kebutuhan pemeliharaan di mana kegiatan pemangkasan rumput frekuensi

pemeliharaannya dilakukan secara bulanan (Arifin dan Arifin 2005). Kegiatan

pemangkasan yang dilakukan juga sudah efektif dan sudah sesuai dengan

kapasitas kerja lanskap. Hal ini disebabkan oleh tenaga kerja yang sudah terampil

mengerjakannya, pekerja yang cukup rajin dan disiplin, dan juga kondisi mesin

pemotong rumput yang cukup baik

Penggunaan mesin pangkas gendong ini sudah tepat untuk kegiatan

pekerjaan karena kondisi jalur hijau jalan yang cukup luas. Selain itu juga disain

jalur yang tidak terlalu rumit dan topografi yang datar pada jalur median dan

separator Jalan Jenderal Sudirman sehingga tidak mempersulit pekerja dalam

melakukan pekerjaan.

Pembabatan rumput yang dilakukan di Jalur Hijau Jalan Jenderal

Sudirman bertujuan untuk mengendalikan pertumbuhan rumput agar tetap indah

dan rapi. Ukuran tanaman rumput yang baik adalah 3 – 5 cm agar tidak kelihatan

terlalu panjang dan rimbun serta tidak menutupi kanstin pembatas jalan.

Kondisi jalur hijau jalan baik dibagian separator jalan maupun median

jalan yang berbatu sedikit mempersulit pekerja dalam melakukan pembabatan

rumput. Kondisi tersebut juga dapat berbahaya bagi pekerja maupun pengguna

jalan yang melewati jalur hijau tersebut karena batu yang terdapat di jalur tersebut

dapat mengenai pekerja dan kendaraan pengguna jalan. Oleh sebab itu perlu

kehati-hatian dalam mengerjakan kegiatan pemangkasan rumput untuk menjaga

keselamatan pengguna jalan selama melakukan kegiatan pemangkasan (Gambar

6).

Gambar 6. Kegiatan pemangkasan rumput pada jalur separator Jalan Jenderal Sudirman

Page 52: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

36

4.11.1.2. Pengetrikan Rumput

Selain kegiatan pembabatan/pemangkasan rumput terdapat juga kegiatan

pengetrikan rumput. Kegiatan ini dilakukan di pinggir tanaman, sekeliling

tanaman hias, dan kanstin. Kegiatan pengetrikan dilakukan 1 kali dalam satu

bulan selama masa kontrak pekerjaan pemeliharaan, dengan jumlah tenaga kerja 3

orang dan alat yang digunakan adalah cangkul kecil, dan koret. Untuk kegiatan

pengetrikan hasilnya sudah cukup baik dan maksimal. Untuk efektifitas kegiatan

pengetrikan masih kurang efektif hal ini disebabkan oleh tenaga kerja yang kurang

disiplin seperti cepat istirahat, dan faktor usia di mana terdapat tenaga kerja yang

usianya sudah cukup tua, tapi untuk hasil kegiatan pengetrikan rumput sudah

cukup baik karena tenaga kerja sudah memiliki pengalaman dalam melakukan

pekerjaan. Hasil pengetrikan rumput dapat dilihat di salah satu contoh pekerjaan

pengetrikan yang dilakukan disekitar air mancur patung pemuda di mana hasil

pengerjaan yang dilakukan sudah cukup rapi dan teratur (Gambar 7).

Kegiatan pengetrikan dilakukan untuk mengendalikan pertumbuhan

rumput yang berada di pinggir kanstin jalan agar kelihatan lebih rapi.

Keterlambatan pengetrikan rumput dapat tumbuh dan menjalar melewati kanstin

sehingga memberikan kesan tidak terawat pada jalur hijau jalan tersebut, untuk itu

perlu diperhatikan jadwal pengetrikan rumput agar sesuai dengan jadwal yang

ditetapkan.

(a) (b)

Gambar 7. Hasil kegiatan pengetrikan rumput, (a) pinggir kanstin, (b) pinggir tanaman di Jalan sekitar Air Mancur Patung Pemuda

4.11.1.3. Penyapuan/Pembersihan Sampah atau Rumput

Pembersihan/penyapuan sampah atau rumput ini dibagi dua yaitu

penyapuan rumput dilakukan terhadap hasil pemangkasan rumput dan penyapuan

Page 53: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

37

sampah yaitu pembersihan sampah lainnya seperti daun, kertas, plastik dan lain

sebagainya yang berada di area Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman. Untuk

penyapuan sampah rumput dilakukan ketika ada kegiatan pemangkasan rumput

dengan membersihkan hasil pemangkasan rumputnya.

Kegiatan penyapuan sampah lainnya seperti kertas, plastik, dan daun

dilakukan 10 kali dalam 1 bulan sesuai dengan jadwal pekerjaan selama masa

kontrak pekerjaan pemeliharaan, tenaga kerja berjumlah 6 orang. Setelah sampah

disapu, kemudian dimasukan ke dalam karung sampah untuk selanjutnya diangkut

dengan truk sampah. Alat yang digunakan untuk kegiatan penyapuan adalah sapu

lidi dan karung tempat sampah. Kegiatan penyapuan/pembersihan ini masih

kurang maksimal dan frekuensi kegiatan masih kurang dari kebutuhan

pemeliharaan di mana untuk pembersihan/penyapuan area seharusnya lebih baik

dilakukan secara harian agar kebersihan tetap terjaga (Arifin dan Arifin, 2005).

Untuk efektifitas kegiatan yang dilakukan masih kurang efektif, hal ini disebabkan

karena tenaga kerja yang lambat dalam melakukan kegiatan, dan sering

beristirahat.

Untuk pengangkutan sampah yang telah dikumpulkan di dalam karung

dilakukan pada malam hari dengan menggunakan truk sampah dan kemudian

dibuang ke tempat pembuangan sampah. Hal ini dilakukan ketika arus lalu lintas

sudah mulai sepi sehingga tidak mengganggu selama kegiatan pengangkutan

sampah dilakukan. Untuk kegiatan penyapuan sampah di sepanjang jalur hijau

jalan dapat dilihat pada Gambar 8.

Kebersihan area Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman merupakan salah satu

tujuan kegiatan pemeliharaan. Jalur hijau yang bersih akan menambah keindahan

sehingga menjadi daya tarik bagi pengguna jalan yang melewati jalan tersebut.

Selain itu juga dapat menghilangkan kejenuhan, lelah setelah bekerja bagi

pengguna jalan ketika melewati jalur hijau jalan yang bersih dan indah.

4.11.1.4. Pemangkasan Nonrumput

Kegiatan pemangkasan nonrumput pada Jalur Hijau Jalan Jenderal

Sudirman dilakukan 1 kali dalam satu bulan selama masa kontrak kegiatan

pemeliharaan, jumlah tenaga kerja 4 orang, alat yang digunakan adalah gunting

Page 54: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

38

pangkas, golok, gunting stek. Untuk frekuensi kegiatan yang dilakukan sudah

maksimal dan sudah sesuai dengan kebutuhan pemeliharaan lanskap. Untuk

pemangkasan semak dan perdu sebaiknya dilakukan sekali dalam satu bulan

(Sulistyantara, 2006). Untuk efektifitas kerja ada yang sudah efektif dan masih

ada yang kurang efektif. Kegiatan yang sudah cukup efektif adalah pemangkasan

perdu, tetapi untuk pemangkasan semak masih kurang efektif. Hal ini disebabkan

karena pekerja yang agak lambat dalam melakukan pekerjaan, cepat lelah dan

sering beristirahat.

Gambar 8. Kegiatan pembersihan sampah di area rumput di jalur separotor Jalan Jenderal Sudirman

Pemangkasan nonrumput adalah kegiatan pemangkasan terhadap tanaman

hias seperti semak, dan tanaman perdu. Kegiatan pemangkasan ini bertujuan

untuk mengontrol pertumbuhan tanaman sesuai dengan kebutuhan agar

memberikan penampilan tenaman tersebut secara estetis (keindahan) dan

memberikan kenyamanan terhadap pengguna jalan. Selain itu pemangkasan ini

juga dilakukan untuk menjaga kesehatan tanaman yang biasanya dilakukan pada

cabang, dahan, ranting yang retak, patah, mati, dan berpenyakit (Arifin dan Arifin,

2005). Menurut Sulistyantara (2006), pemangkasan tanaman dilakukan untuk

memperbaiki lingkungan pertumbuhan tanaman, yaitu mengatur penerimaan sinar

matahari, temperatur dan kelembaban.

Sebelum melakukan pemangkasan ada beberapa cara pemangkasan yang

baik dan benar sehingga hasil yang dicapai bagus, tanaman kelihatan rapi dan

indah. Adapun beberapa cara pemangkasan tanaman perdu dan semak adalah

sebagai berikut :

Page 55: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

39

1) Dilakukan miring (450) dan rata agar air hujan tidak tergenang dan dapat

mengakibatkan pembusukan batang.

2) Arah memangkas dari bawah ke atas, dan setelah tanaman dipangkas

sebaiknya dilakukan pemupukan agar tunas yang baru dapat terbentuk

kembali.

Gambar 9. Hasil pemangkasan tanaman semak di Jalan sekitar Air Mancur Patung Pemuda

4.11.1.5. Pemeliharaan Pohon Pelindung

Kegiatan pemeliharaan pohon pelindung pada Jalur Hijau Jalan Jenderal

Sudirman seperti pemangkasan bertujuan agar jalur hijau jalan tetap aman,

nyaman, mempertahankan ukuran dari pertumbuhan yang berlebihan, dan

memiliki keindahan secara visual. Kegiatan pemangkasan pohon pada Jalur Hijau

Jalan Jenderal Sudirman dilakukan sekali dalam satu tahun. Alat yang digunakan

untuk pemangkasan pohon adalah gergaji dan golok.

Berdasarkan hasil pengamatan pemangkasan pohon pelindung di Jalur

Hijau Jalan Jenderal Sudirman masih kurang tepat dan tidak sesuai dengan aturan

yang sebenarnya. Masih terdapat cara pemangkasan dengan langsung memotong

cabang dari atas ke bawah secara langsung, tidak membuang/memotong bekas

percabangan pohon yang dipangkas dan bekas luka pada pohon hasil

pemangkasan juga tidak di semprot atau diolesi desinfektan. Bekas luka pada

tanaman yang tidak diolesi desinfektan dapat menjadi penyebab utama kematian

pada tanaman tersebut karena sangat rentan terhadap serangan hama dan jamur.

Menurut Carpenter et al., (1975), pemangkasan tanaman bertujuan untuk

mengurangi ukuran tanaman dari pertumbuhan yang berlebihan dan

mempertahankan bentuk tajuk yang diinginkan serta merangsang pertumbuhan

Page 56: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

40

baru yang lebih baik. Pemangkasan pohon pelindung biasanya dilakukan terhadap

pohon yang percabangannya telah mengganggu fasilitas umum seperti lampu

jalan, telepon dan lainnya serta percabangannya yang telah mengganggu

keamanan bagi pengguna jalan. Untuk Jalan mobil, minimal 4,5-5 meter dari

permukaan tanah harus bebas dari cabang dan dahan pohon (Arifin dan Arifin,

2005). Selain itu untuk pemangkasan pohon lebih baik dilakukan sekali enam

bulan untuk menjaga pertumbuhan ranting pohon tetap teratur dan tidak

mengganggu pengguna jalan (Arifin dan Arifin, 2005).

Untuk cabang yang mempunyai diameter lebih dari 2,5 cm sebaiknya

dipangkas dengan menggunakan Double cut Method untuk mencegah terjadinya

kerusakan kayu dan mempercepat pertumbuhan (Carpenter et al., 1975). Cara

pemangkasan tersebut dapat dilakukan sebagai berikut:

1) Pemotongan pertama dilakukan pada cabang pohon bagian bawah, 15 cm

dan batang pohon utama.

2) Pemotongan kedua dilakukan pada cabang pohon bagian atas, 17,5-20 cm

dari batang pohon utama. Setelah cabang pohon tersebut berhasil

dipotong, sisa cabang yang belum terpotong dipotong melingkar dengan

menggunakan pisau tajam sampai bersih rata.

Selain itu menurut Arifin dan Arifin (2005) pemangkasan pohon secara

umum dapat dilakukan dengan tahap-tahap berikut ini:

1) Potong dahan dari atas ke bawah, untuk menghindari kerusakan kulit

batang, bagian bawah lebih dahulu dipotong sebagian.

2) Potong sisa dahan hingga bersih dan rata, cara ini dapat mempercepat

penyembuhan dan mencegah kerusakan kayu.

3) Bersihkan dan potong secara melingkar bekas potongan/luka yang

menonjol dengan pisau yang tajam.

4) Semprot atau olesi semua bagian yang luka dengan desinfektan untuk

mencegah serangan jamur dan hama. Namun pada prakteknya hanya pada

luka yang berdiameter besar atau sama dengan 5 cm yang disemprot

dengan bahan pengaman.

Page 57: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

41

Gambar 10: Pohon Pelindung jalur separator Jalan Jenderal Sudirman

4.11.1.6. Penyiraman Tanaman

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah

air. Kegiatan penyiraman terhadap tanaman di Jalur Hijau Jalan Jenderal

Sudirman sangat penting dilakukan agar pertumbuhan tanaman tetap terjaga

dengan baik. Hal ini dilakukan karena salah satu faktor utama yang

mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah air sehingga tanaman tersebut tidak

mati kekeringan.

Untuk kegiatan penyiraman di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman

dilakukan dengan menggunakan sprinkler dan mobil tanki air. Untuk penyiraman

dengan menggunakan sprinkler sangat baik dilakukan karena Jalan Jenderal

Sudirman merupakan jalan protokol di mana kendaraan yang melewati jalan

tersebut sangat padat dan dengan kecepatan yang cukup kencang sehingga lebih

mudah dilakukan dari pada dengan menggunakan mobil tangki air yang dapat

mengganggu dan menghambat arus lalu lintas khususnya di area jalur median dan

jalur separator. Selain itu dengan menggunakan sprinkler kegiatan penyiraman

tidak membutuhkan tenaga kerja yang terlalu banyak sehingga dapat dialokasikan

pada kegiatan pemeliharaan lainnya.

Penyiraman yang dilakukan menggunakan sistem sprinkler di area Jalur

Hijau Jalan Jenderal Sudirman yaitu jalur median dan separator jalan. Sprinkler

dapat secara otomatis menyala dan menyiram tanaman berdasarkan mekanisme

tekanan air. Penyiraman dengan sprinkler sudah di program untuk menyala pada

pagi hari pukul 07.00 WIB dan sore hari pukul 16.00 WIB setiap harinya. Lama

Page 58: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

42

waktu penyiraman dengan menggunakan sprinkler 15 menit dan menyala secara

bergantian di area yang berbeda. Jenis sprinkler yang dipakai di Jalur Hijau Jalan

Jenderal Sudirman adalah sprinkler yang ditanam di permukaan tanah secara

permanen. Kondisi sprinkler untuk penyiraman cukup baik walaupun ada

beberapa yang tidak berfungsi, sehingga perlu dilakukan perbaikan agar waktu

penyiraman semua tanaman tersiram semua dengan baik dan merata.

Untuk penyiraman dengan mobil tanki bermuatan air sebanyak 5000 Liter

dilakukan di area Jalan sekitar Air Mancur Patung Pemuda, Pulau Jalan depan

BNI 45, Pulau Jalan dekat F.0 Karet, dan Pulau Jalan Segitiga ex Bakin. Pada area

ini tidak menggunakan sprinkler dan penyiraman di area ini tidak terlalu

mengganggu arus kendaraan dengan menggunakan mobil tanki. Kegiatan

penyiraman dilakukan dua kali yaitu pada pagi hari jam 07.00WIB dan sore hari

pada pukul 16.00 WIB setiap harinya. Karena selama kegiatan magang terjadi

musim hujan dan hampir setiap hari hujan sehingga area jalur hijau tersebut cukup

basah maka jarang dilakukan kegiatan penyiraman baik dengan menggunakan

sprinkler maupun dengan mobil tanki air. Hal ini dapat dilihat selama melakukan

kegiatan magang dan pengamatan di jalur tersebut jarang dilakukan kegiatan

penyiraman. Frekuensi kegiatannya penyiraman tanaman tergantung pada musim

yang terjadi, pada waktu musim hujan penyiraman jarang dilakukan, sedangkan

pada musim kemarau penyiraman dilakukan setiap hari.

Menururt Nasrullah (2008), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

penyiraman tanaman adalah:

1) Penyiraman sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari

2) Penyiraman pada daerah berkelembaban tinggi dilakukan pagi hari untuk

menghindari perkembangan jamur atau cendawan

3) Intensitas penyiraman disesuaikan dengan porousitas media tanam

4) Banyaknya air siraman tidak melebihi kemampuan maksimal penyerapan

dan meminimalkan pengikisan

5) Jika menggunakan air ledeng untuk penyiraman, air sebaiknya diendapkan

terlebih dahulu selama semalam. Tujuan agar kandungan Cl-nya berkurang

dan airnya bersuhu kamar.

Page 59: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

43

Gambar 11. Sprinkel untuk penyiraman tanaman rumput di jalur separator Jalan Jenderal Sudirman

4.11.1.7. Pemupukan

Sebagian besar tanah yang digunakan untuk pertamanan di Jakarta baik itu

untuk taman maupun untuk jalur hijau telah mengalami penggalian dan

penimbunan (cut and fill), sehingga tidak lagi memiliki top soil dan bahan organik

yang diperlukan oleh tanaman untuk pertumbuhan. Kadang tingkat kesuburan dan

kandungan bahan organik top soil dari tempat yang berbeda juga sangat beragam,

sehingga diperlukan pupuk untuk memperbaiki keadaan tersebut.

Begitu juga tanah yang terdapat di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman di

mana di sepanjang area jalur hijau ini juga mengalami penggalian dan

penimbunan (cut and fill) sehingga perlu juga diperhatikan pemupukan untuk

menjaga kondisi tanah tersebut. Tanah yang digunakan di sepanjang jalur hijau

jalan ini adalah jenis tanah latosol merah, sebelum ditimbun dengan tanah latosol

merah tanah di jalur hijau tersebut digali terlebih dahulu untuk membuang bagian

tanah yang kurang baik dan subur kemudian ditimbun dengan tanah latosol merah.

Adapun kegiatan pemupukan tanaman yang biasa sering dilakukan adalah:

1) Pada pemeliharaan pasca tanam untuk mempercepat pertumbuhan akar

dan pertumbuhan vegetatif seperti daun/ dahan.

2) Pada pemeliharaan rutin untuk :

a. Menambah kesuburan tanah dengan memberi tambahan pupuk

organik dan anorganik

b. Memperbaiki keadaan fisika tanah antara lain kedalaman efektif

tanah yaitu dalamnya lapisan tanah di mana perakaran tanaman

Page 60: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

44

dapat berkembang dengan bebas, tekstur, kelembab, dan tata udara

tanah.

c. Memperbaiki keadaan kimia tanah antara lain melakukan

pemupukan, mengamati reaksi tanah dan tersedianya unsur hara

bagi pertumbuhan tanaman dan untuk memperbaiki pH tanah

sehingga mencapai pH sekitar 6,5 (pH netral).

d. Memperbaiki keadaan biologi tanah yaitu keadaan mikrobia tanah

sebagai bahan organik tanah, humifikasi, mineralisasi, dan

pengikatan nitrosin udara.

Menurut Nasrullah (2008), hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian

pupuk adalah:

1) Pupuk mudah menguap pada siang hari atau cuaca panas

2) Malam hari tanaman juga mampu menyerap hara

3) Bunga mekar, tunas daun, dan kuncup bunga akan mudah rusak jika

terkena pupuk

4) Kekurangan atau kelebihan dosis pupuk akan mengakibatkan pertumbuhan

yang abnormal pada tanaman

5) Pemupukan umumnya dilakukan 3 minggu setelah penanaman dan

dilakukan 2 sampai 3 bulan sekali secara teratur

6) Jenis pupuk disesuaikan dengan kebutuhan dan fase pertumbuhan tanaman

7) Pemberian pupuk pada daun, akar, dan batang sebaiknya dilakukan pada

pukul 8 sampai 10 pagi atau sore hari

8) Waktu, dosis, dan cara pemakaian pupuk pada kemasan sebaiknya

diperhatikan

Berdasarkan keterangan yang didapatkan, pemupukan tanaman pada Jalur

Hijau Jalan Jenderal Sudirman dilakukan dengan menggunakan pupuk organik

(pupuk kandang) dan pupuk anorganik (NPK). Pupuk kandang biasanya

digunakan pada awal tanam atau tanaman yang baru ditanam, jika terjadi

pergantian tanaman di jalur hijau tersebut. Pupuk kandang yang diberikan untuk

tanaman dengan dosis 5 kg/m2 untuk tanaman semak dan perdu. Pemberian pupuk

kandang untuk tanaman yang akan ditanam dilakukan dengan cara ditaburkan ke

dalam lubang tanam kemudian di campurkan dengan tanah penimbun lubang

Page 61: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

45

tanam tersebut. Untuk tanaman yang sudah ditanam pemupukan pupuk kandang

dilakukan tiga bulan sekali.

Pemupukan dengan menggunakan NPK 15-15-15 dilakukan setiap tiga

bulan sekali terhadap tanaman hias dan rumput. Sedangkan untuk pohon

pemberian pupuk NPK 15-15-15 dilakukan enam bulan sekali dengan dosis 25

gram/pohon. Untuk pemupukan rumput dilakukan dengan cara ditebar di

permukaan tanaman secara merata dengan dosis 10 g/m2. Pemupukan rumput ini

cukup hanya dengan memberikan pupu N saja, karena hanya dibutuhkan untuk

menyuburkan dan menghijaukan daun (Arifin dan Arifin, 2005). Menurut Arifin

dan Arifin (2005), cara pemupukan tanaman rumput dapat dilakukan dengan

disebar dipermukaan tanaman atau dilarutkan terlebih dahulu dengan air dan

kemudian disiramkan pada tanaman rumput. Untuk cara ditebar pada tanaman

dapat menyebabkan tanaman rumput berubah warna walaupun nanti akan menjadi

hijau kembali setelah beberapa waktu. Cara melarutkan pupuk terlebih dahulu ke

dalam air lebih baik dilakukan dari pada dengan cara ditaburkan pada tanaman

karena tidak menyebabkan tanaman rumput berubah warna, kering atau gosong.

Untuk pemupukan tanaman hias seperti semak dan juga tanaman perdu

pemupukan dilakukan dengan pemberian dosis 10g/m2. Tanaman semak atau

perdu yang ditanam secara massal dilakukan dengan cara membuat paritan

(trenching), kemudian pupuk ditebar ke dalam parit tersebut dan ditimbun

kembali dengan tanah. Untuk pemupukan tanaman semak atau perdu yang

ditanam secara tunggal dilakukan dengan sistem bokoran, yaitu pupuk diberikan

secara melingkar disekitar batang dengan radius yang hapir sama dengan radius

tajuknya. Menurut Arifin dan Arifin (2005) pemupukan tanaman secara massal

dilakukan dengan cara membuat paritan (treching) disekitar pinggir tanaman agar

dapat dimanfaatkan tanaman dengan baik. Sedangkan untuk penanaman tunggal

seperti tanaman perdu dilakukan dengan cara sistem bokoran.

Kegiatan pemupukan yang dilakukan pada Jalur Hijau Jalan Jenderal

Sudirman sudah cukup bagus dan sesuai dengan tata cara pemupukan, namum

untuk pelaksanaan pemupukan di lapangan pada kenyataannya kegiatan

pemupukan tidak sesuai dengan yang direncanakan seperti tidak dilakukan

pemupukan tiga bulan sekali. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan dan

Page 62: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

46

keterlambatan dana yang dikeluarkan oleh pihak Dinas Pertamanan sehingga

pelaksanaan kegiatan pemupukan juga menjadi terhambat dan tidak sesuai dengan

yang direncanakan.

4.11.1.8. Pendangiran dan Penyiangan Gulma

Kegiatan pendangiran dan penyiangan gulma yang dilakukan pada Jalur

Hijau Jalan Jenderal Sudirman dilakukan 1 kali dalam satu bulan selama masa

kontak, alat yang digunakan adalah koret, cangkul dengan jumlah tenaga kerja di

lapangan 6 orang. Untuk kegiatan pendangiran kebutuhan pemeliharaannya sudah

cukup baik dan hasil pemeliharaan juga baik tetapi masih kurang efektif dalam

melakukan pekerjaan. Hal ini disebabkan oleh pekerja yang agak lambat dalam

melakukan pekerjaan, area yang sedikit sulit karena berada di bawah tanaman

sehingga perlu berhati-hati dalam melakukan pekerjaan agar tanaman tidak

diinjak. Untuk kegiatan dan hasil pendangiran dan penyiangan gulma pada

tanaman dapat dilihat pada Gambar 11.

Kegiatan pendangiraan merupakan kegiatan penggemburan, membalik dan

merapikan tanah dengan menggunakan alat cangkul besar, cangkul kecil, arit,

koret dan lainnya. Kegiatan pendangiran dan penyiangan gulma ini dilakukan

untuk memperbaiki granulasi tanah, aerasi tanah, keadaan air tanah dan untuk

meminimalkan gangguan dari tanaman gulma yang menjadi pesaing tanaman

utama. Penyiangan gulma dapat dilakukan dengan manual yaitu dicabut, baik

menggunakan tangan maupun alat dan biasanya dilakukan apabila ukuran

lahannya tidak terlalu luas. Selain itu juga dapat dilakukan dengan dengan

herbisida atau bahan kimia dan biasanya dilakukan apabila ukuran lahan tersebut

cukup luas. Menurut Arifin dan Arifin (2005), Kegiatan pendangiran dan

penyiangan gulma sebaiknya jangan dilakukan pada musim kemarau atau ketika

panas terik matahari, dan juga jangan sampai merusak perakaran karena dapat

menyebabkan mempercepat laju evaporasi sehingga menyebabkan tanaman

menjadi stres.

Terdapat beberapa cara pendangiran dan penyiangan gulma agar hasil

yang dicapai maksimal, adapun caranya adalah sebagai berikut :

Page 63: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

47

1) Tanaman liar harus dicabut sampai ke perakarannya dan penggemburan

tanahnya harus dilaksanakan sedemikian rupa agar tidak merusak

perakaran tanaman.

2) Pendangiran dan penyiangan dilakukan minimal 1 bulan sekali.

3) Pekerjaan ini tidak perlu dilakukan apabila: Tanaman mempunyai

perakaran dalam, terutama jenis pohon, pada lokasi yang curam (lereng)

karena pekerjaan tersebut dapat menyebabkan terjadinya erosi/longsor.

Untuk tanaman pohon pendangiran dilakukan dengan membuat bongkaran

dengan radius 50 cm disekeliling pangkal pohon, tergantung ukuran pangkal

pohon. Selain tanaman pohon pendangiran dengan pembuatan bongkaran ini juga

dilakukan terhadap tanaman perdu tunggal, sedangkan untuk tanaman perdu yang

ditanam secara massal dan tanaman hias dilakukan dengan cara membuat bedeng.

Saat pendangiran selain menggemburkan tanah juga dilakukan pembersihan dan

membuang kotoran sampah, rumput liar, dan semak liar (guma).

Penyiangan/pencabutan gulma dilakukan secara manual dengan menggunakan

tangan, pacul, sekop kecil dan menggunakan kape sebagai alat bantu. Penyiangan

gulma dimaksudkan agar tanaman terhindar dari gangguan gulma dalam

berkompetisi memanfaatkan faktor-faktor lingkungan.

Gambar 12. Kegiatan Pendangiran dan penyiangan gulma tanaman semak pada jalur median Jalan Jenderal Sudirman

4.11.1.9. Penyulaman dan Penggantian Tanaman

Penyulaman dan penggantian tanaman pada Jalur Hijau Jalan Jenderal

Sudirman dilakukan terhadap semua jenis tanaman. Kegiatan penyulaman ini

bersifat nonperiodik dan dilakukan pada waktu tertentu yang disebabkan jika

suatu tanaman mati, rusak, dan diserang hama penyakit. Ada beberapa hal yang

Page 64: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

48

perlu diperhatikan ketika melakukan penyulaman tanaman (Arifin dan Arifin,

2005), yaitu :

1) Tersedianya tanaman pengganti yang kondisinya harus lebih baik dari

pada tanaman yang digunakan.

2) Tanaman rusak atau mati seharusnya dicabut terlebih dahulu dengan tidak

mengganggu tanaman lain yang masih baik dan sehat.

3) Persiapkan kembali lubang tanaman bekas tanaman yang mati untuk dapat

ditanami kembali, dan pastikan lubang tersebut bebas dari gangguan

patogen yang ada dalam tanah.

4) Lubang tanam tersebut dibiarkan beberapa saat dan diberi pupuk kandang

(jika diperlukan).

5) Tanaman baru dilepaskan dari kontainernya (pot, karung, polibag), dan

kemudian ditanam.

6) Penyiraman dilakukan secara rutin

4.11.1.10. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Pengendalian hama dan penyakit tanaman pada Jalur Hijau Jalan Jenderal

Sudirman dilakukan dengan cara mekanik dan kimiawi. Pengendalian secara

mekanik dilakukan dengan cara membuang bagian yang terserang hama agar tidak

menyebar ke bagian lain tanaman yang diserang. Pengendalian secara kimiawi

yaitu pengendalian yang dilakukan dengan menggunakan bahan kimia seperti

pestisida. Jika tanaman yang diserang penyakit sudah terlalu parah maka tanaman

tersebut dicabut atau dibuang dan digantikan dengan tanaman yang baru.

Jenis hama yang menyerang tanaman pada Jalur Hijau Jalan Jenderal

Sudirman adalah serangga, ulat dan rayap. Hama serangga dan ulat biasanya

menyerang daun tanaman, sedangkan rayap biasanya menyerang sistem perakaran

tanaman. Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan secara kimawi pada

Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman dengan menggunakan dithane M-45, basudin

dan bayrusil. Alat yang digunakan untuk pengendalian hama yaitu alat semprot

hand sprayer. Dithane M-45 digunakan untuk megendalikan hama seperti rayap

pada tanaman, sedangkan basudin dan bayrusil digunakan untuk mengendalikan

ulat dan serangga yang menyerang tanaman. Untuk dosis yang digunakan, dithane

Page 65: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

49

M-45 memakai dosis 2 gram/liter air, sedangkan basudin dengan dosis 2 cc/liter

air. Dosis yang digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman ini

sudah baik dan sesuai dengan ketentuan dosis yang biasa digunakan. Pengendalian

hama dan penyakit tanaman yang dilakukan pada jalur hijau ini kurang baik,

karena pekerjan yang dilakukan kurang teratur dan tidak sesuai dengan jadwal

yang ditentukan. Menurut Arifin dan Arifin (2005), pengendalian hama dan

penyakit tanaman ini biasanya dilakukan secara bulanan. Namun pada Jalur Hijau

Jalan Jenderal Sudirman ini sangat jarang dilakukan pengendalian hama dan

pengendalian penyakit tanaman, hal ini disebabkan oleh dana yang tersedia

terbatas dan juga dikeluarkan Dinas Pertamanan tidak tepat waktu yang

direncanakan. Pengendalian hama dan penyakit tanaman yang tidak teratur dan

tidak sesuai dengan waktu pemeliharaan menyebabkan tanaman makin lama

semakin rusak dan mati diserang hama dan penyakit tanaman.

Menurut Arifin dan Arifin (2005) pengendalian hama dan penyakit

tanaman dapat dilakukan dengan cara karantina, mekanis dan fisik, teknik

budidaya, biologi, dan kimiawi dengan menggunakan pestisida. Pengendalian

secara karantina dilakukan dengan cara mencegah keluar-masuknya hama dan

penyakit yang sangat berbahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Pengendalian

secara budidaya yaitu dengan cara menggemburkan tanah dan pengolahan tanah

yang baik. Pengendalian secara mekanik dilakukan dengan cara mengambil hama

yang menyerang tanaman dan kemudian dibunuh dengan menggunakan tangan

atau alat tertentu. Pengendalian secara fisik merupakan cara dengan memanipulasi

faktor fisik (suhu, kelembaban, cahaya). Pengendalian secara biologis merupakan

cara yang paling baik dilakukan dalam usaha pengendalian hama dan penyakit

tanaman. Cara ini agak sulit diterapkan secara buatan, tetapi pada ekosistem yang

relatif stabil hal ini terjadi secara alami. Pengendalian secara kimiawi dilakukan

dengan cara penyemprotan dengan menggunakan pestisida. Pengendalian ini

dapat dilakukan dengan cara penyemprotan, penginjeksian, dan penaburan

pestisida.

Untuk kegiatan penyemprotan harus memperhatikan arah angin karena

sangat berpengaruh terhadap jatuhnya semprotan pada tanaman dan juga

keselamatan pekerja. Untuk itu tenaga kerja perlu menggunakan alat pengaman

Page 66: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

50

selama kegiatan penyemprotan seperti masker, sarung tangan dan perlengkapan

lainnya.

4.11.2. Pemeliharaan Elemen Keras (Hard Material)

Pemeliharaan elemen keras pada jalur hijau jalan juga salah satu kegiatan

yang dilakukan oleh Dinas Pertamanan, baik Seksi Jalur Hijau Jalan maupun

Seksi Ornamen kota di mana saling keterkaitan untuk menciptakan suatu lanskap

jalan yang fungsional dan estetis. Pemeliharaan elemen keras ini sangat penting

dilakukan untuk menunjang fungsi dan nilai estetika jalur hijau jalan. Beberapa

elemen keras yang terdapat di jalur tersebut seperti paving, pagar busway, patung

Jenderal Sudirman, Patung Air Mancur Pemuda, lampu jalan dan lain sebagainya

yang menambah keindahan kota sehingga sangat penting diperhatikan

pemeliharaan yang teratur sehingga dapat menjaga dan mempertahankan

keindahannya.

Pemeliharaan elemen keras biasanya ada yang bersifat nonperiodik atau

bersifat insidential yaitu jika tedapat beberapa elemen yang rusak pada jalur hijau

jalan tersebut seperti pegantian bola lampu yang putus, pagar yang rusak, halte

yang rusak, dan juga pedestrian yang rusak. Ada kegiatan pemeliharaan elemen

keras yang terjadwal bulanan, semesteran dan tahunan seperti pengecetan ulang

kanstin, pembersihan patung, pengecetan pagar busway, pengecetan halte,

pembersihan patung Jenderal Sudirman, pembersihan kolam air mancur, dan

pembersihan pedestrian. Pengecetan ulang kanstin jalan, halte dan pagar busway

dilakukan satu kali dalam setahun. Pembersihan pedestrian jalan dilakukan secara

harian untuk menjaga kebersihan area pedestrian jalan tersebut. Pembersihan

patung Jenderal Sudirman dan kolam air mancur patung pemuda dilakukan sekali

dalam satu bulan. Penampilan elemen keras yang baik, bersih serta berfungsi

dengan baik pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman akan menambah nilai

keindahan, kenyamanan dan keamanan jalur hijau jalan tersebut.

Kegiatan pemeliharaan di sepanjang Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman

yang dilakukan oleh Seksi Ornamen Kota dilakukan dengan kurang teratur,

pelaksanaan yang tidak sesuai dengan jadwal. Dapat dilihat masih terdapat

beberapa elemen keras yang terabaikan dari kegiatan pemeliharaan, seperti

Page 67: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

51

disekitar Air Mancur Pemuda di mana perkerasannya mengalami kerusakan

seperti paving yang sudah pecah tetapi belum dilakukan pergantian perkerasan

yang baru. Selain itu juga pagar pembatas busway yang bengkok, sudah

terkelupas catnya namun belum dilakukan penggantian atau pengecetan ulang

sehingga mengurangi keindahan jalan tersebut. Belum adanya tindakan yang

dilakukan untuk memperbaiki kerusakan ini disebabkan dana yang tersedia atau

disetujui dan dikeluarkan oleh pihak Dinas Pertamanan tidak tepat waktu

sehingga kegiatan pemeliharaan elemen keras tidak bisa dilaksanakan sesuai

dengan jadwal yang telah ditentukan (Gambar 13).

(a) (b)

Gambar 13. (a) Perkerasan/paving yang rusak di Jalan sekitar Air Mancur Patung Pemuda, (b) kanstin yang rusak dan cat yang terkelupas di jalur median Jalan Jendral Sudirman

4.12. Efektivitas Kegiatan Pemeliharaan

Efektivitas kerja para operator atau pekerja yang dilakukan pada suatu

taman akan menentukan efisiensi biaya pemeliharaan yang dilakukan. Efektivitas

kerja pemeliharaan sangat ditentukan oleh beberapa hal berikut:

1) Motivasi kerja dan tingkat keterampilan yang dimiliki operator/pekerja

2) Sistematika jadwal perencanaan pemeliharaan

3) Ketersedian alat dan bahan yang sesuai dengan kebutuhan

4) Tingkat pengawasan pekerjaan di lapang

5) Kelancaran komunikasi antara pimpinan dengan para mandor dan antara

mandor dengan operator/pekerja pemeliharaan di lapangan

Waktu efektif adalah waktu yang dipergunakan pekerja untuk melakukan

pekerjaan pemeliharaan secara produktif. Waktu kerja yang telah ditetapkan untuk

melakukan pekerjaan pemeliharaan dimulai dari pukul 08.00 – 16.00 WIB dengan

Page 68: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

52

jam istirahat pukul 12.00 – 13.00 WIB. Waktu efektif pekerja pemeliharaan

tersebut berkisar 6 – 7 jam setiap harinya. Biasanya mulai dari jam 13.00 – 15.00

WIB pekerja sudah mulai tidak efektif lagi, hal ini disebabkan karena kondisi

Jakarta yang sangat panas pada siang hari sehingga para pekerja sudah mulai

merasa lelah dan bermalas-malasan untuk melakukan pekerjaan. Kapasitas kerja

kegiatan pemeliaharaan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Luas Area (m2) Kapasitas Kerja (m2 /jam) =

Jumlah Tenaga Kerja (Orang) x Waktu (Jam)

Tabel 8 merupakan perbandingan kapasitas kerja beberapa hasil

pengamatan kegiatan pemeliharaan di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman dengan

standar kapasitas kerja Arifin dan Arifin (2005). Untuk peningkatan kinerja dan

efektifitas pekerja perlu diperhatikan faktor-faktor seperti ketersediaan jadwal

dengan baik, komitmen pekerja, keterampilan dalam melakukan pekerjaan.

Tabel 8. Perbandingan kapasitas kerja kegiatan pemeliharaan No. Jenis Pemeliharaan Kapasitas Kerja1 KapasitasPemeliharaan2

di lapangan/jam Lanskap/jam 1. Penyapuan/pembersihan sampah 325 m2 400 m2 2. Pemangkasan rumput dengan mesin gendong 250 m2 250 m2 3. Pemangkasan semak dengan gunting pangkas 7,5 m2 10 m2

4. Pemangkasan perdu dengan gunting pangkas 5 pohon 5 pohon 5. Pendangiran dan penyiangan gulma dengan koret 24 m2 40 m2

6. Pengetrikan rumput 30 m2 -

Sumber: Pengamatan langsung1, Arifin dan Arifin2 (2005)

4.13. Hari Bebas Kendraan Bermotor (Free Car Day)

Upaya Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk mengurangi

kemacetan dan tingkat polusi udara, tidak henti-hentinya dilakukan. Salah satu

program yakni Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau free car day yang

dilaksanakan oleh Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) di

ruas Jalan Jenderal Sudirman dan MH Thamrin yang telah dimulai sejak 30

September 2007. Program ini dilaksanakan terkait dengan Peraturan Daerah

Nomor 2 Tahun 2005 tentang pengendalian pencemaran udara. Namun program

tersebut sempat terhenti karena permasalahan-permasalahan yang ditimbulkan

seperti jalur lambat yang tetap digunakan oleh kendaraan dan juga waktu yang

kurang tepat dan terlalu lama yaitu dari pukul 06.00 WIB sampai pukul 18.00

WIB. Program Hari Bebas Kendaraan Bermotor dilanjutkan kembali pada bulan

Page 69: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

53

Desember 2007 dan waktu pelaksanaannya dikurangi mulai dari pukul 06.00 WIB

sampai dengan pukul 14.00 WIB. Hari Bebas Kendaraan Bermotor dilaksanakan

setiap minggu keempat atau akhir bulan satu kali dalam satu bulan, dan biasanya

dilaksanakan setiap hari minggu. Hari Bebas Kendaraan Bermotor di Jalur Jalan

Jenderal Sudirman - MH Thamrin ini dilakukan khususnya di jalur cepat, yang

biasanya disesaki kendaraan dan waktu pelaksanaan HBKB beralih fungsi dengan

berbagai kegiatan yang menonjolkan betapa pentingnya hidup sehat seperti

kegiatan lomba senam poco-poco, bersepeda santai hingga balap sepeda, jogging,

jalan santai, berfoto yang diselingi dengan beraneka macam hiburan (Gambar 14).

(a) (b)

Gambar 14: Aktifitas pada Hari Bebas Kendraan Bermotor, (a) aktifitas jogging, (b) kegiatan bersepeda pada jalur cepat Jalan Jenderal Sudirman

Menurut Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD)

Jakarta, kegiatan HBKB ini sebagai upaya untuk mengendalikan polusi udara di

Jakarta dan mengubah perilaku masyarakat dalam bertransportasi, yaitu dengan

beralih menggunakan kendaraan umum. Dengan diadakanya hari bebas kendaraan

bermotor ini dapat menigkatkan hari baik atau tingkat polusi rendah dapat

meningkat. Meski ditentang oleh sebagian warga Jakarta yang menilai HBKB ini

hanya mengalihkan lokasi kemacetan saja, BPLHD Jakarta tetap berencana akan

meneruskan program ini pada setiap pekan ke empat setiap bulannya. Bahkan,

pelaksanaan HBKB ini akan diperluas di seluruh Kotamadya di DKI Jakarta.

4.14. Wawancara Pengguna Jalan

Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman merupakan salah satu jalan yang

padat dilewati kendaraan setiap harinya. Selain itu di sepanjang Jalur Jalan

Jenderal Sudirman terdapat area perkantoran dan perbankan sehingga padat

Page 70: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

54

dilewati orang setiap harinya yang bekerja di Perkantoran dan Perbankan tersebut.

Persepsi pengguna jalan terhadap Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman yang

didapatkan dari hasil wawancara kuisioner sangat berperan dalam mempengaruhi

perkembangan jalur hijau jalan tersebut untuk ke depannya (Lampiran 7).

Wawancara yang dilakukan mengenai keadaan umum Jalur Hijau Jalan

Jenderal Sudirman seperti keindahan, kenyamanan, keamanan, kebersihan, jenis

tananam yang disukai, pengelolaan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh Dinas

Pertamanan dan lain sebagainya. Wawancara kuisioner ini berfungsi untuk

mengetahui pendapat pengguna jalan mengenai Jalur Hijau Jalan Jenderal

Sudirman yang selanjutnya dapat memberikan masukan dan bermanfaat bagi

pihak pengelola jalur hijau jalan tersebut untuk meningkatkan kegiatan

pengelolaan dan pemeliharaan yang dilakukan sehingga dapat meningkatkan

fungsi dan kualitas keindahan di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman.

Wawancara dilakukuan terhadap 30 orang responden pengguna jalur hijau

jalan tersebut. Hasil wawancara kuisioner yang dilakukan dapat diketahui bahwa

pengguna jalan yang melewati Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman yang menjadi

responden berusia 13-19 tahun berjumlah 3,3 % (2 orang), berusia 20-24 tahun

sebanyak 56,7 % (17 orang), dan usia 25-55 tahun berjumlah 36,7 % (11 orang)

dengan pendidikan terakhir SMA dan sederajat sebanyak 56,7 %(17 orang),

lulusan perguruan tinggi 40 % (12 orang) dan lulusan SD 3,3 % (1 orang).

Sebagian besar pengguna jalan yang diwawancarai adalah karyawan yang bekerja

di area Jalan Jenderal Sudirman, mahasiswa, pedagang yang berdagang di

sepanjang Jalan Jendral Sudirman, dan tukang ojek yang bekerja di sekitar area

Jalan Jenderal Sudirman. Sebagian besar responden yang diwawancarai bertempat

tinggal di Jakarta walaupun ada beberapa responden yang berasal dari Bogor,

Depok, Bekasi dan lainnya di sekitar Jakarta.

1) Keadaan Umum Jalur Hijau Jalan tentang kenyamanan, keamanan,

keindahan dan kebersihan

Hasil wawancara kuisioner terhadap 30 orang responden/pengguna jalan

mengenai fungsi jalur hijau untuk kenyamanan di Jalan Jenderal Sudirman, di

mana 60 % responden (18 orang) menjawab cukup baik, 20 % responden (6

orang) menjawab sangat baik dan 20 % (6 orang) responden menjawab kurang

Page 71: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

55

baik. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dapat diketahui bahwa kondisi

Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman nyaman ketika melewatinya, responden

beralasan bahwa jalur hijau tersebut cukup rindang dengan pohon peneduhnya

sehingga terhindar dari panas matahari ketika melewati jalur hijau jalan (Gambar

15).

Hasil wawancara yang dilakukan terhadap 30 responden/pengguna jalan

mengenai fungsi jalur hijau untuk keamanan, 16,7 % responden (5 orang)

menjawab sangat baik, 63,3 % responden (19 0rang) menjawab cukup baik, 16,7

% responden (5 orang) menjawab kurang baik dan 3,3 % responden (1 orang)

menjawab tidak baik. Berdasarkan hasil wawancara dapat diperoleh bahwa

sebagian responden menjawab Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman sudah aman

ketika melewatinya.

Responden yang mengatakan kurang aman beralasan bahwa kadang-

kadang batu yang berada di area rumput ketika melakukan kegiatan pemangkasan

mengenai mobil dan pengendara lainnya yang melewati jalur hijau jalan tersebut

sehingga perlu berhati-hati ketika melakukan kegiatan pekerjaan pemangkasan

rumput (Gambar 16).

Hasil wawancara yang dilakukan terhadap 30 responden/pengguna jalan

mengenai fungsi jalur hijau untuk keindahan 56,7 % responden (17 orang)

menjawab sangat baik, 36,7 % responden (11 orang) menjawab cukup baik dan

6,6 % responden (2 orang) menjawab kurang baik. Berdasarkan hasil wawancara

dapat diperoleh bahwa responden menjawab bahwa kondisi Jalur Hijau Jalan

Jenderal Sudirman cukup indah, mereka beralasan dengan pohon yang hijau dan

rindang, tanaman hias yang tertata sehingga jalur hijau jalan tersebut kelihatan

indah (Gambar 17).

Hasil wawancara yang dilakukan terhadap 30 responden/pengguna jalan

mengenai fungsi jalur hijau untuk kebersihan, 80 % responden (24 orang)

menjawab cukup baik dan 20 % responden (6 orang) menjawab kurang baik

Untuk 80 % responden yang menjawab cukup baik beberapa orang memberi

alasan bahwa jalu hijau tersebut sudah cukup bersih karena selalu dibersihkan

oleh pekerja jalur tersebut dengan cukup baik. Untuk 20 % responden yang

menjawa kurang baik, beberapa memberi alasan walaupun sudah dibersihkan,

Page 72: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

56

tetapi masih kurang bersih dan masih terdapat beberapa sampah di area jalur hijau

tersebut (Gambar 18).

Keterangan : a. Sangat baik b. Cukup baik c. Kurang baik d. Tidak baik

Gambar 15. Diagram fungsi Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk kenyamanan

Keterangan : a. Sangat baik b. Cukup baik c. Kurang baik d. Tidak baik

Gambar 16. Diagram fungsi Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk keamanan

Keterangan : a. Sangat baik b. Cukup baik c. Kurang baik d. Kurang Baik

Gambar17 . Diagram fungsi Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk keindahan

2) Tingkat kesukaan terhadap tanaman semak, tanaman perdu, tanaman

herba, tanaman rumput pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman

Hasil wawancara yang dilakukan terhadap 30 responden/pengguna jalan

tentang tingkat kesukaan terhadap penggunaan tanaman semak, tanaman perdu,

tanaman herba, dan tanaman rumput. Untuk tingkat kesukaan terhadap

0

10

20

30

40

50

60

70

a b c d

Persepsi

%

0

10

20

30

40

50

60

70

a b c d

Persepsi

%

0

10

20

30

40

50

60

a b c d

Persepsi

%

Page 73: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

57

penggunaan tanaman semak 43,4 % responden (13 orang) menjawab sangat

menyukai tanaman semak, 33,3 % responden (10 orang) menjawab cukup

menyukai tanaman semak, dan 23,3 % responden (7 orang) menjawab kurang

meyukai tanaman semak. Untuk tingkat kesukaan terhadap penggunaan tanaman

perdu 20 % responden (6 orang) menjawab sangat menyukai tanaman perdu, 65,7

% responden (20 orang) menjawab cukup menyukai tanaman perdu, dan 13,3 %

responden (4 orang) menjawab kurang meyukai tanaman perdu pada jalur hijau

tersebut. Untuk tingkat kesukaan terhadap penggunaan tanaman herba 6,7 %

responden (2 orang) menjawab sangat menyukai tanaman herba, 53,3 %

responden (16 orang) menjawab cukup menyukai tanaman herba, 36,7 %

responden (11 orang) menjawab kurang meyukai tanaman herba, dan 3,3 %

responden (1 orang) tidak menyukai tanaman herba pada jalur hijau tersebut.

Untuk tingkat kesukaan terhadap penggunaan tanaman rumput 53,3 % responden

(16 orang) menjawab sangat menyukai penggunaan tanaman rumput pada jalur

hijau jalan, 33,3 % responden (10 orang) menjawab cukup menyukai tanaman

rumput, dan 13,3 % responden (4 orang) menjawab kurang meyukai penggunaan

tanaman rumput pada jalur hijau (Gambar 19).

Keterangan : a. Sangat baik b. Cukup baik c. Kurang baik d. Tidak baik

Gambar 18. Diagram fungsi Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk kebersihan

3) Penggunaan tanaman semak, tanaman perdu, tanaman herba, dan rumput

yang disukai pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman

Hasil wawancara yang dilakukan terhadap 30 responden/pengguna jalan,

untuk penggunaan tanaman semak yang disukai pada jalur hijau, 90 % responden

(27 orang) menjawab penggunaan tanaman semak lebih baik dipangkas teratur

dan rapi agar kelihatan indah, 10 % responden (3 orang) menjawab penggunaan

tanaman semak lebih baik ada yang alami dan ada yang dipangkas teratur dan

rapi, sedangkan responden tidak ada yang menjawab penggunaan tanaman semak

0

20

40

60

80

100

a b c d

Persepsi

%

Page 74: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

58

pada jalur hijau dibiarkan seperti alami. Dari sebagian besar jawaban responden

lebih menyukai tanaman semak di jalur hijau jalan tersebut lebih baik dipangkas

rapi dan teratur.

Keterangan: Semak Perdu Herba Rumput

a. Sangat menyukai b. Cukup menyukai

c. Menyukai d. Kurang menyukai

Gambar 19: Diagram tingkat kesukaan terhadap tanaman semak, perdu, herba, dan tanaman rumput pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman

Untuk penggunaan tanaman perdu yang disukai pada jalur hijau, 83,3 %

responden (25 orang) menjawab penggunaan tanaman perdu lebih baik dipangkas

teratur dan rapi agar kelihatan indah, 16,7 % responden (5 orang) menjawab

penggunaan tanaman perdu lebih baik ada yang alami dan ada yang dipangkas

teratur dan rapi, sedangkan responden tidak ada yang menjawab penggunaan

tanaman perdu pada jalur hijau dibiarkan seperti alami. Dari sebagian besar

jawaban responden dapat disimpulkan bahwa tanaman perdu di jalur hijau

tersebut lebih baik dipangkas rapi dan teratur agar kelihatan indah.

Untuk penggunaan tanaman herba yang disukai pada jalur hijau, 13,3 %

responden (4 orang) menjawab penggunaan tanaman herba lebih baik dipangkas

teratur dan rapi agar kelihatan indah, 53,3 % responden (16 orang) menjawab

penggunaan tanaman herba lebih baik ada yang alami dan ada yang dipangkas

teratur dan rapi, sedangkan 33,4 % responden (10 orang) menjawab penggunaan

tanaman herba pada jalur hijau dibiarkan seperti alami saja. Untuk penggunaan

tanaman rumput yang disukai 6,7 % responden (2 orang) menjawab tanaman

rumput dibiarkan saja seperti alami agar kelihatan tumbuh subur dan hijau, 90 %

responden menjawab tanaman rumput lebih baik dipangkas rapi dan teratur agar

0

1020

30

40

5060

70

80

a b c d a b c d a b c d a b c d

Persepsi

%

Page 75: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

59

kelihatan indah, dan 3,3 % responden (1 orang) menjawab bahwa tanaman rumput

ada yang alami dan ada yang dipangkas teratur dan rapi (Gambar 20).

Keterangan : Semak Perdu Herba Rumput

a. Dibiarkan seperti alami b. Dipangkas rapi dan teratur

c. Ada alami dan dipangkas rapi dan teratur

Gambar 20: Diagram penggunaan tanaman semak, tanaman perdu, tanaman herba, dan tanaman rumput yang disukai pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman

4) Sarana dan Prasarana

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 30

responden/pengguna jalan tentang fasilitas yang perlu ditambahkan pada Jalur

Hijau Jalan Jenderal Sudirman, 53,3 % responden (16 orang) menjawab yang

perlu ditambahkan adalah tempat sampah, 33,4 % responden (10 orang)

menjawab yang perlu ditambahkan adalah toilet, dan 13,3 % responden (4 orang)

menjawab yang perlu ditambahkan adalah halte (Gambar 21).

Keterangan: a. Tempat duduk b. Halte c. Shelter d. Toilet

e. Lampu jalan f. Tempat sampah g. Lainnya

Gambar 21: Diagram persepsi mengenai fasilitas yang perlu ditambahkan pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman

0102030405060708090

100

a b c a b c a b c a b c

Persepsi

%

0102030405060

a b c d e f g

Persepsi

%

Page 76: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

60

5) Kondisi perkerasan, dan kualitas pengelolaan Jalur Hijau Jalan Jenderal

Sudirman

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 30

responden/pengguna jalan tentang kondisi perkerasan di Jalur Hijau Jalan Jenderal

Sudirman, 3,4 % responden (1 orang) menjawab kondisi perkerasan pada jalur

hijau tersebut sangat baik, 83,3 % responden (25 orang) menjawab kondisi

perkerasan pada jalur hijau cukup baik, dan 13,3 % responden (4 orang)

menjawab kondisi perkerasan pada jalur hijau tersebut kurang baik, dan tidak ada

satu responden pun yang menjawab kondisi perkerasan pada jalur hijau tidak baik

(Gambar 22). Untuk hasil wawancara yang dilakukan terhadap 30

responden/pengguna jalan tentang Pengelolaan yang dilakukan oleh Dinas

Pertamanan pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman, 10 % responden (3 orang)

menjawab bahwa pengelolaan yang dilakukan Dinas Pertamanan sudah sangat

baik, 70 % responden (21 orang) menjawab pengelolaan yang dilakukan oleh

pihak Dinas Pertamanan sudah cukup baik, 16,7 % responden (5 orang) menjawab

pengelolaan yang dilakukan kurang baik, dan 3,3 % responden mejawab

pengelolaan yang dilakukan oleh dinas pertamanan tidak baik (Gambar 23).

Keterangan : a. Sangat baik b. Cukup baik c. Kurang baik d. Tidak baik

Gambar 22: Diagram kondisi perkerasan pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap pengguna Jalan

Jenderal Sudirman, pengelolaan dan pemeliharaan lanskap yang dilakukan

terhadap jalur hijau jalan sudah cukup baik dan maksimal walaupun masih

terdapat beberapa kekurangan. Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman sudah

berfungsi cukup baik untuk kenyamanan dan keamanan pengguna jalan, memiliki

keindahan sehingga pengguna jalan dapat menikmati keindahan jalan ketika

01020

30405060

708090

a b c d

Persepsi

%

Page 77: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

61

melewati jalur hijau jalan tersebut. Untuk itu perlu diperhatikan dan ditingkatkan

pengelolaan dan pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman oleh Dinas

Pertamanan agar keamanan, kenyamanan dan keindahan tetap terjaga dengan baik

dan berkelanjutan.

Keterangan : a. Sangat baik b. Cukup baik c. Kurang baik d. Tidak baik

Gambar 23: Diagram kualitas pengelolaan pemeliharaan pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman

4.15. Rencana Pengelolaan Lanskap

Rencana pengelolaan lanskap merupakan suatu usaha yang dilakukan

secara berkelanjutan untuk menjaga kualitas estetika dan fungsional lanskap.

Untuk menjaga kualitas estetika dan fungsional lanskap maka pengelolaan yang

dilakukan harus terencana dengan baik dan teratur, baik itu struktur organisasi,

tenaga kerja, penjadwalan kegiatan pengelolaan, alat-alat yang digunakan, dan

rencana anggaran biaya.

Begitu juga rencana pengelolaan lanskap jalur hijau jalan khususnya Jalur

Hijau Jalan Jenderal Sudirman yang dilakukan oleh Dinas Pertamanan harus

terencana dan berfungsi dengan baik. Struktur organisasi yang baik, tenaga kerja

yang cukup dan terampil, jadwal kegiatan yang teratur, alat-alat yang digunakan

berfungsi dengan baik dan anggaran biaya yang cukup kegiatan pengelolaan dan

kegiatan pemeliharaan dapat dilakukan dengan baik dan hasil yang maksimal dan

pemeliharan ideal juga dapat dilakukan dengan baik.

Untuk struktur organisasi pengelolaan lanskap Jalur Hijau Jalan Jenderal

Sudirman pada Dinas Pertamanan DKI Jakarta sudah baik dan fungsional. Setiap

pihak yang ada di dalamnya sudah memiliki dan menjalankan tugas dengan baik

dan saling berhubungan satu sama lainnya. Pengawas lapang bertugas sesuai

0

10

20

30

40

50

60

70

80

a b c d

Persepsi

%

Page 78: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

62

dengan tugasnya untuk mengawasi kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada

Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman, kemudian bertanggung jawab untuk

memberikan laporan hasil kegiatan kepada Kepala Seksi Jalur Hijau Jalan. Kepala

Seksi Jalur Hijau Jalan bertanggung jawab kepada Kepala Subdinas Jalur Hijau

dengan melaporkan hasil kegiatan pemeliharaan, dan kemudian Kepala Subdinas

memberikan laporan hasil kegiatan kepada Kepala Dinas Pertamanan.

Untuk tenaga kerja pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman

Jakarta masih terdapat beberapa kekurangan, seperti jumlah tenaga kerja yang

masih terlalu sedikit, jenis kelamin di mana terdapat tenaga kerja wanita, dan

faktor usia tenaga kerja yang dipakai. Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman yang

cukup luas membutuhkan tenaga kerja yang banyak pula, namun pada

kenyataannya jumlah tenaga kerja yang digunakan masih sedikit sehingga

kegiatan pemeliharaan yang dilakukan menjadi kurang efektif. Jumlah tenaga

kerja yang digunakan berjumlah 20 orang, masih sedikit untuk jalur hijau yang

cukup luas sehingga dalam pembagian pekerjaan dan pelaksanaannya mengalami

kesulitan. Untuk tenaga kerja pemeliharaannya lebih baik ditambah 20 orang

tenaga kerja lagi dari jumlah tenaga kerja awal sehingga berjumlah 40 orang,

dengan jumlah yang cukup banyak pembagian tenaga kerja untuk melakukan

setiap pekerjaan dengan jumlah yang cukup pula dan kegiatan pekerjaan

pemeliharaan dapat dilakukan dengan baik dan efektif.

Untuk jadwal kegiatan pemeliharaan jalur hijau yang dibuat juga masih

kurang baik dan teratur. Masih terdapat frekuensi pemeliharaan yang masih

kurang maksimal seperti kegiatan penyiraman dan penyapuan/pembersihan

sampah/rumput. Untuk itu perlu dibuat jadwal kegiatan yang lebih baik lagi dan

frekuensi yang sesuai seperti penyiraman tanaman dan penyapuan sampah/rumput

di mana jadwal yang dibuat oleh pihak Dinas 10 kali dalam 1 bulan harus dibuat

kembali secara harian atau setiap hari sesuai dengan standar frekuensi kegiatan

pemeliharaan sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal.

Untuk peralatan dan bahan yang digunakan dalam kegiatan pemeliharaan

jalur hijau sudah baik karena peralatan dan bahan yang digunakan sesuai dengan

surat perjanjian kontrak adalah peralatan yang masih baru. Untuk jumlah peralatan

karena disesuaikan dengan jumlah tenaga kerja sehingga jumlah peralatannya

Page 79: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

63

sudah cukup. Peralatan yang sudah baik dalam pemeliharaan lanskap jalur hijau

ini perlu dipertahankan keberlanjutannya oleh pihak Dinas untuk pemeliharaan

Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman.

Anggaran biaya pemeliharaan merupakan salah satu faktor pembatas

utama dalam kegiatan pemeliharaan. Anggaran biaya pemeliharaan Jalur Hijau

Jalan Jenderal Sudirman berasal dari APBD provinsi DKI Jakarta sehingga besar

anggaran yang dikeluarkan untuk kegiatan pemeliharaan tergantung besar APBD.

Basar anggaran biaya pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman masih

kurang dan terbatas, hal ini menyebabkan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan

seperti jadwal kegiatan yang tidak teratur, frekuensi kegiatan yang tidak sesuai

dengan standar kegiatan pemeliharaan, luas area pemeliharaan yang dibatasi

sehingga hasil kegiatan menjadi kurang maksimal dan efektif. Untuk itu pihak

Dinas Pertamanan agar lebih memperhatikan lagi agar anggaran biaya yang

tersedia karena sangat penting untuk keberlanjutan kegiatan pemeliharaan yang

baik serta pemeliharaan ideal dapat terlaksana dengan baik pula.

Page 80: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Kegiatan magang yang dilakukan pada Jalur Hijau Jalan Jenderal

Sudirman di bawah pengawasan Dinas Pertamanan telah memberikan

pengetahuan, pengalaman tetang pengelolaan lanskap jalur hijau jalan. Kegiatan

magang yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari

permasalahan dan potensi pengelolaan lanskap yang dilakukan Dinas Pertamanan

dan memberikan solusi atau masukan kepada pihak Dinas bagaimana sistem

pengelolaan lanskap yang harus dilaksanakan. Sistem pengelolaan lanskap pada

jalur ini mencakup pengorganisasian pemeliharaan jalur hijau dan kebersihan di

sepanjang areal Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman, penjadwalan kegiatan,

rencana anggaran biaya, peralatan, dan jumlah tenaga kerja, serta kegiatan

pemeliharaan dan pengawasan dalam kegiatan di lapangan.

Pengelolaan lanskap di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman oleh Dinas

Pertamanan sudah dilakukan dengan cukup baik, akan tetapi masih terdapat

beberapa kekurangan dalam kegiatan pemeliharaan seperti prinsip pengelolaan

serta tenaga kerja yang terlalu sedikit untuk areal seluas jalur hijau jalan tersebut.

Selain itu faktor yang masih menghambat kegiatan pengelolaan ini adalah

keterbatasan dana yang tersedia sehingga kegiatan pemeliharaan yang dilakukan

disesuaikan dengan jumlah dana tersebut, walaupun hasilnya cukup baik tapi

kegiatan pemeliharaan yang dilakukan masih kurang efektif dan efisien.

5. 2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan kepada pihak pengelola yaitu Dinas

Pertamanan DKI Jakarta dan khususnya Subdinas Jalur Hijau pada Seksi Jalur

Hijau Jalan adalah:

1) Meningkatkan Kegiatan pengelolaan pemeliharaan jalur hijau jalan yang

efektif dan efisien

2) Pelatihan kepada pekerja di lapang, peningkatan disiplin kerja sehingga

kapasitas dan kualitas kerja mereka semakin baik.

Page 81: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

65

3) Menjaga keamanan bagi pengguna jalan ketika melakukan kegiatan

pekerjaan pemeliharaan.

Page 82: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, H.S., 2008. Diktat Kuliah Pengelolaan Lanskap. Institut Pertanian Bogor.

151 hal. Arifin, H.S. dan N.H.S. Arifin. 2005. Pemeliharaan Taman. Cetakan VIII Edisi

Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta. 169 hal. Arifin, H.S., A. Munandar, N.H.S.Arifin, Pramukanto.Q, dan V.D. Damayanti.

2007. Sampoerna Hijau Kotaku Hijau: Buku Panduan Penataan Taman Umum, Penanaman Tanaman, Penanganan Sampah dan Pemberdayaan Masyarakat. 188 hal.

Carpenter, P.L., T.D. Walker, and F.O. Lanphear. 1975. Plant in The Landscape.

W.H. Freemann And Company. San Fransisco. 468 p. Corder, A. S. Teknik Manajemen Pemeliharaan (Terjemahan). Penerbit Erlangga.

Jakarta Gubernur Propinsi DKI Jakarta. 2002. Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta

No.8. 22 hal. Luymes, DT and K. Tamminga. 1995. Ingrating Public Safeti and Use into

Planning Urban Greenways. Landscape and Urban Planning 33: 391-400. ______. 1986. Pengantar Kepada Arsitektur Pertamanan (terjemahan). Penerbit

Intermatra. Bandung. 134 hal. Nasrullah, N. 2008. Tanaman Hias Lanskap. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.

281 hal. Pirone, P. P. 1972. Tree Maintenance. Oxford University Press. New York. 574 p. Sternloff, R. E. and R. Warren. 1984. Park and Recreation Maintenance

Management (Second edition). John Wiley and Sons Inc. New York. 326 p.

Suku Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kotamadya. Jumlah Penduduk DKI

Jakarta.http://www.kependudukancipil.go.id/index.php/statistic/penduduk-dki-jakarta/42-statistik/4-jumlah penduduk-provinsi-dki-jakarta. Diakses tanggal 2 Juli 2008.

Sulistyantara, B. 2006. Taman Rumah Tinggal. Cetakan XIV Edisi Revisi.

Penebar Swadaya, Jakarta. 187 hal. Simonds, J.O dan B.W. Starke. 2006. Landscape Architecture. Mc Graw-Hill

Book Co. New York. 396.

Page 83: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

67

Page 84: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

LAMPIRAN

Page 85: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

68

Lampiran 1. Data iklim DKI Jakarta tahun 2007

Bulan Rata-rata

Suhu (C0)

Curah Hujan

Penyinaran Matahari

Kelembaban Udara

Kecepatan Angin

mm/hari (%) (%) ms-1 Januari 28,0 14,5 40,4 77,0 3,4

Februari 27,5 19,6 37,4 80,8 2,5 Maret 28,1 12,6 46,5 77,3 3,5 April 28,7 13,2 61,1 76,0 3,0 Mei 28,9 9,1 65,9 74,6 2,8 Juni 28,7 8,2 73,3 72,5 2,7 Juli 28,6 9,7 77,4 70,3 2,7

Agustus 28,5 7,3 84,8 68,9 2,8 September 28,9 6,8 81,2 68,2 3,5

Oktober 29 9,8 68,0 70,9 2,8 Nopember 28,8 7,6 52,0 73,5 2,8 Desember 28 14,4 28,7 77,4 3,4

Jumlah - 132,8 - - - Rata-Rata 28,5 11,1 59,7 73,9 3,0

Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika (2008)

Page 86: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

69

Lampiran 2. Struktur organisasi Dinas Pertamanan DKI Jakarta

Keterangan: Sud-dinas tempat mahasiswa magang pada Dinas Pertamanan DKI Jakarta

Page 87: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

70

Lampiran 3. Kondisi Pegawai Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2007 Menurut Golongan Dan Tingkat Pendidikan

Jumlah Jenis Pegawai

PNS (gol) Total PTT SK Gub PTT Non SK Gub

No Sub Unit

I II III IV PNS SLTA/D3 S1 SLTA/D3 S1

Total

1 Dinas Pertamanan 9 101 81 9 200 25 - - 28 253

2 Sudin Pertamanan Kotamadya Jakarta Pusat 2 16 23 1 42 2 - - 5 49

3 Sudin Pertamanan Kotamadya Jakarta Barat 1 33 20 2 56 1 - - 18 75

4 Sudin Pertamanan Kotamadya Jakarta Utara 1 14 18 1 34 3 - - 5 42

5 Sudin Pertamanan Kotamadya Jakarta Selatan 1 37 29 1 68 1 - - 9 78

6 Sudin Pertamanan Kotamadya Jakarta Timur 15 36 1 52 4 - - 6 62

7 Kepulauan Seribu 2 3 1 6 6 12

Total 14 218 210 16 458 36 0 0 77 571

Sumber: Dinas Pertamanan DKI Jakarta (2008)

Page 88: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

1. Drs. Didin Nurudin2. Nurul Prasetyo3. Rudi Nurmawan4. Aris Setiani

Jalur Jl. MT. Haryono (Ciliwung s/d Pancoran), Pulau Jl. Sekitar Viaduct Pejompongan, sekitar FO. Slipi depan Sekitar FO. Pancoran, Pulau Jl. Sekitar FO. Tegal Parang, Prabu Motor, Jalur Jl. Depan Manggala Wanabhakti, Jalur Jl. Satrio, Jalur Jl. Casablanca, Pulau Jl. Sekitar Jalur Jl. Gatot Subroto (Pancoran s/d Kuningan) , Jalur Jl. Lapangan Tembak, Pulau Jl. Sekitar FO. Taman FO. Saharjo, Jalur Jl. Lapangan Rose dan Pulau Jl.Jalur Jl. HR. Rasuna Said, Jalur Jl. HR. Rasuna Said Ria, Jalur Jl. Gatot Subroto (Kuningan s/d Slipi), Jalur Jl. Sekitar FO. Tebet (105.469 m2).(lanjutan) dan Jalur Jl. Besakih (140.007 m2) Gerbang Pemuda dan Jalur Jl. Asia Afrika (150.240 m2).

- Pembabatan dan pengetrikan rumput. - Pembabatan dan pengetrikan rumput. - Pembabatan dan pengetrikan rumput. - Pembersihan tunas & perantingan pohon - Pembersihan tunas & perantingan pohon - Pembersihan tunas & perantingan pohon pembentukan phn dan pemberantasan pembentukan phn dan pemberantasan pembentukan phn dan pemberantasan tumbuhan pengganggu tanaman. tumbuhan pengganggu tanaman. tumbuhan pengganggu tanaman. - Penyapuan / pembersihan areal s/d - Penyapuan / pembersihan areal s/d - Penyapuan / pembersihan areal s/d pengangkutan sampah. pengangkutan sampah. pengangkutan sampah. - Pendangiran dan penyiangan pohon. - Pendangiran dan penyiangan pohon. - Pendangiran dan penyiangan pohon. - Pencucian sarana/kelengkapan Jalur - Pencucian sarana/kelengkapan Jalur - Pencucian sarana/kelengkapan Jalur

1. Supriyanto 1. Muchrihadi 1. Supriyo H

Jalur Jl. Teuku Umar, sekitar Air Mancur Teuku Umar, Sekitar Air Mancur Patung Pemuda, Pulau Jl. Sekitar Jalur Jl. MH. Thamrin, sekitar Bunderan Hotel Indonesia, Jalur Taman Semanggi dan Jalur Jl. Daan Mogot Jalur Jl. Gajah Mada, Jalur Jl. Hayam Wuruk, Jalur Jl. Pulau Jl. Teuku Umar, Pulau Jl. Tanjung, Jalur Jl. Cut FO. Karet, Jalur Jl. Jend. Sudirman dan Pulau Jl. sekitar segitiga Kedutaan Jerman, sekitar segitiga Teluk (109.888 m2) Pintu Besar Selatan, Jalur Jl. Ir. H. Juanda, Jalur Jl. Mutiah, Pulau Jl. Segitiga depan Bappindo, Jalur Taman Depan BNI '46 dan Pulau jalan segitiga ex Bakin Betung, Jalur Taman Tanjung Karang, Jalur Jl. Medan Veteran/Veteran I, Pulau Jalan ujung Jl. Juanda,Patung Tani, Jalur terpadu pinggir Kali Ciliwung, Jalur Jl. (184.595,89 m2) Merdeka Barat, Jalur Jl. Medan Merdeka Utara, Jalur Jl. Jalur Jl. Pintu Air, Jalur Jl. Dr. Sutomo, Pulau Jl. Pasar Jalur Hijau Bunderan depan Universitas IndonesiaKebon Sirih, Jalur Jl. Medan Merdeka Selatan, Jalur Jl. Majapahit dan Pulau Jl. Depan MBAD (84.916 m2) Baru, Jalur Jl. Pos/Kesenian, Jalur Jl. sekitar Lapangan Jakarta Selatan (69.255 m2)Medan Merdeka Timur/Timur Laut dan Pulau Jl. depan Banteng, Jalur Jl. Kathedral, Pulau Jl. Kathedral, PulauKostrad (77.466 m2). Jl. sekitar Hotel Borobudur, Jalur Jl. Perwira, Pulau Jalan

ujung Jl. Perwira, Jalur Jl. Pejambon dan Pulau Jl. depan Departemen Keuangan (85.222 m2).

- Pembabatan dan pengetrikan rumput. - Pembabatan dan pengetrikan rumput. - Pembabatan dan pengetrikan rumput. - Pembabatan dan pengetrikan rumput. - Pembabatan dan pengetrikan rumput. - Pembabatan dan pengetrikan rumput. - Pembersihan tunas & perantingan pohon - Pembersihan tunas & perantingan pohon - Pembersihan tunas & perantingan pohon - Pembersihan tunas & perantingan pohon - Pembersihan tunas & perantingan pohon - Pembersihan tunas & perantingan pohon pembentukan phn dan pemberantasan pembentukan phn dan pemberantasan pembentukan phn dan pemberantasan pembentukan phn dan pemberantasan pembentukan phn dan pemberantasan pembentukan phn dan pemberantasan tumbuhan pengganggu tanaman. tumbuhan pengganggu tanaman. tumbuhan pengganggu tanaman. tumbuhan pengganggu tanaman. tumbuhan pengganggu tanaman. tumbuhan pengganggu tanaman. - Penyapuan / pembersihan areal s/d - Penyapuan / pembersihan areal s/d - Penyapuan / pembersihan areal s/d - Penyapuan / pembersihan areal s/d - Penyapuan / pembersihan areal s/d - Penyapuan / pembersihan areal s/d pengangkutan sampah. pengangkutan sampah. pengangkutan sampah. pengangkutan sampah. pengangkutan sampah. pengangkutan sampah. - Pendangiran dan penyiangan pohon. - Pendangiran dan penyiangan pohon. - Pendangiran dan penyiangan pohon. - Pendangiran dan penyiangan pohon. - Pendangiran dan penyiangan pohon. - Pendangiran dan penyiangan pohon. - Pencucian sarana/kelengkapan Jalur - Pencucian sarana/kelengkapan Jalur - Pencucian sarana/kelengkapan Jalur - Pencucian sarana/kelengkapan Jalur - Pencucian sarana/kelengkapan Jalur - Pencucian sarana/kelengkapan Jalur

1. M a r y a d i 1. Sukriya 1. P a r i m a n 1. P a r y a n t o 1. S a r n i 1. A. Kastolani

Jalur Hijau Jl. Imam Bonjol, Jalur Jl. Diponegoro Pedestrian Jl. Medan Merdeka Selatan depan Balaikota, dan Jalur Jl. Ahmad Yani (15.768 m2) Pedestrian Jl. M.H. Thamrin (sisi barat dan sisi timur)

dan Pedestrian Jl. M.H. Thamrin (sekitar Bunderan HI)(20.120 m2)

- Pembabatan dan pengetrikan rumput. - Penyapuan / pembersihan areal s/d - Pembersihan tunas & perantingan pohon pengangkutan sampah. pembentukan phn dan pemberantasan - Pendangiran dan penyiangan pohon. tumbuhan pengganggu tanaman. - Pencucian sarana/kelengkapan Jalur - Penyapuan / pembersihan areal s/d (Pedestrian) pengangkutan sampah. - Pendangiran dan penyiangan pohon. - Pencucian sarana/kelengkapan Jalur

Bahrul Alam Jojo Sutarjo 1. Suhartono2. Mariyo3. Legimin4. Sutikno5. Rahadi6. Agus S7. Januri B.S

Keterangan: Lokasi Mahasiswa magang di blok V Jalur Hijau Jalan Jendral Sudrman71

LOKASI KEGIATAN

KEGIATAN

PETUGAS LAPANGAN

B L O K IIILOKASI KEGIATAN

B L O K I

KEGIATAN

STAF TEKNIS DAN ADMINISTRASI

LOKASI KEGIATANLOKASI KEGIATAN

PETUGAS LAPANGAN

B L O K IV

PETUGAS LAPANGAN

KEGIATAN

B L O K VLOKASI KEGIATAN

PETUGAS LAPANGAN

KEGIATAN

B L O K II

PETUGAS LAPANGAN

KEGIATAN

PETUGAS LAPANGAN

B L O K VILOKASI KEGIATAN

KEGIATAN

NIP 470058805Ir. SUZI MARSITAWATI, Msi

LOKASI KEGIATAN

NIP 470048955Ir. DWI BINTARTO S

KEPALA SUB DINAS JALUR HIJAUMengetahui

PETUGAS LAPANGAN

LOKASI KEGIATANB L O K X

KEPALA SEKSI JALUR HIJAU JALAN

Jakarta, Januari 2008

KEGIATAN

LOKASI KEGIATANB L O K XI

KEGIATAN

PETUGAS LAPANGAN

KEGIATAN

PETUGAS LAPANGAN PETUGAS LAPANGAN

KEGIATAN

PETUGAS LAPANGAN

PETUGAS LAPANGAN

B L O K IXLOKASI KEGIATAN

PENGAWAS LAPANGAN

KEGIATAN KEGIATAN

LOKASI KEGIATANB L O K VIIIB L O K VII

Lampiran 4. Bagan pembagian tugas personil/karyawan Sub-dinas Jalur Hijau Seksi Jalur Hijau Jalan tahun 2008 KEPALA SUB DINAS JALUR HIJAU

Penanggung Jawab Kegiatan

Ir. DWI BINTARTO S

KEPALA SEKSI JALUR HIJAU JALANPelaksana Kegiatan

Ir. SUZI MARSITAWATI, MSi

8. Sarimin9. Casmad10. Maman11. Janata12. Makmur13. Rojali14. Edi S

15. Ibrahim16.Parjono17. Bedjo18.R. Sugeng19. Wito

Page 89: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman
Page 90: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

73

Lampiran 6. Surat Perjanjian Kontrak Induk Pemeliharaan Sarana/Prasarana Jalur Hijau Jalan

Jenderal Sudirman Tahap I

Nomor : 05/SDJH/-1.795.221

Tanggal :02 Januari 2008

Pada hari ini, Rabu tanggal Dua bulan Januari tahun 2008 (02-01-2008) bertempat di Jakarta,

yang bertanda tangan di bawah ini setuju mengadakan perjanjian antara pihak-pihak:

PIHAK PERTAMA

Nama : Ir. PRIYO PRASETYO

Jabatan : Plh. Kepala Sub-dinas Jalur Hijau selaku pejabat pembuat komitmen

berdasarkan surat keputusan Kepala Dinas Pertamanan Propinsi DKI

Jakarta Nomor 10/Tahun 2008 tentang penetapan pejabat pembuat

komitmen di lingkungan Dinas Pertamanan Propinsi DKI Jakarta Tahun

2008

PIHAK KEDUA

Nama : MUGNI

Jabatan : Direktur

Nama Perusahaan : PT. RASA TAMA WULAN PERSADA

Selanjutnya dalam perjanjian ini disebut PIHAK KEDUA.

Dengan ini kedua belah pihah sepakat untuk mengadakan perjanjian pemborongan pekerjaan

berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagaimana tercantum dalam pasal-pasal di bawah ini:

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

PENGERTIAN ISTILAH

Dalam surat perjanjian/kontrak ini terkandung beberapa istilah, diantaranya sebagai berikut:

1. Pengguna anggaran adalah Kepala Dinas Pertamanan DKI Jakarta

2. Pejabat pembuat komitmen adalah Kepala Su-dinas Jalur Hijau Dinas Pertamanan DKI

Jakarta

3. Bendahara pengeluaran adalah setiap orang yang ditunjuk dan diserahi tugas melakukan

kegiatan kebendaharaan dalam rangka pelaksana APBD di Dinas Pertamanan DKI Jakarta

Kontrak No. 05/SDHJ/-1.795.221 Tgl 02 Januari 2008-08

Sekretariat PPK-SDHJ 2008

Page 91: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

74

Page 92: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

75

Page 93: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

76

Page 94: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

77

Page 95: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

78

Page 96: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

79

Page 97: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

80

Page 98: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

81

Page 99: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

82

Page 100: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

83

Page 101: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

84

Page 102: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

85

Page 103: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

86

Page 104: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

87

Page 105: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

88

Page 106: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

89

Page 107: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

90

Page 108: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

91

Page 109: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

92

Lampiran 7. Surat Perjanjian Kontrak Induk Pemeliharaan Sarana/Prasarana Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman tahap II

Nomor : 2766/SDJH/-1.795.221

Tanggal : 12 Mei 2008 2008

Pada hari ini, Senin tanggal Dua belas bulan Mei tahun Dua ribu delapan(02-01-

2008) bertempat di Jakarta, yang bertanda tangan di bawah ini setuju mengadakan

perjanjian antara pihak-pihak:

PIHAK PERTAMA

Nama : Ir. DWI BINTARTO

Jabatan : Plh. Kepala Sub-dinas Jalur Hijau selaku pejabat pembuat

komitmen berdasarkan surat keputusan Kepala Dinas

Pertamanan Propinsi DKI Jakarta Nomor 10/Tahun 2008

tentang penetapan pejabat pembuat komitmen di lingkungan

Dinas Pertamanan Propinsi DKI Jakarta Tahun 2008

PIHAK KEDUA

Nama : SARPANI

Jabatan : Direktur

Nama Perusahaan : PT. LANGGENG SADAM PURNAMA

Selanjutnya dalam perjanjian ini disebut PIHAK KEDUA.

Dengan ini kedua belah pihah sepakat untuk mengadakan perjanjian pemborongan

pekerjaan berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagaimana tercantum dalam pasal-pasal di

bawah ini:

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

PENGERTIAN ISTILAH

Dalam surat perjanjian/kontrak ini terkandung beberapa istilah, diantaranya sebagai

berikut:

1. Pengguna anggaran adalah Kepala Dinas Pertamanan DKI Jakarta

Kontrak No. 05/SDHJ/-1.795.221 Tgl 02 Januari 2008-08

Sekretariat PPK-SDHJ 2008

Page 110: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

93

Page 111: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

94

Page 112: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

95

Page 113: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

96

Page 114: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

97

Page 115: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

98

Page 116: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

99

Page 117: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

100

Page 118: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

101

Page 119: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

102

Page 120: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

103

Page 121: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

104

Page 122: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

105

Page 123: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

106

Page 124: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

107

Page 125: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

108

Page 126: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

109

Page 127: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

110

Page 128: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

111

Page 129: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

112

Page 130: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

113

Lampiran 8. Lembar Kuisioner

Pengelolaan Lanskap Jalur Hijau Kota Jalan Jendral Sudirman

Jakarta pada Dinas Pertamanan DKI Jakarta

Yth. Responden, nama saya Ridho Dwianto. Saat ini saya sedang

melakukan kegiatan magang mengenai Pengelolaan Lanskap dan Pemeliharaan

Jalur Hijau Kota Jalan Jendral Sudirman Jakarta. Saya berharap Bapak/ Ibu/

Saudara bisa membantu saya mendapatkan data yang diperlukan. Data yang anda

berikan dijamin kerahasiaannya. Panduan wawancara ini adalah upaya mahasiswa

untuk mengetahui keinginan dan harapan masyarakat terhadap rencana

pengelolaan Jalur Hijau Kota Jalan Jendral Sudirman Jakarta.

No. Kuisioner :

Tanggal Interview :

Alamat Responden :

Lokasi Interview : Jalan Jendral Sudirman Jakarta

Identitas Responden 1. Jenis kelamin :

a. Laki-laki

b. Perempuan

2. Usia :

a. 7-12 tahun

b. 13-14 tahun

c. 20-24 tahun

d. 25-55 tahun

e. > 55 tahun

Page 131: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

114

3. Pendidikan terakhir :

a. Tidak sekolah

b. SD dan sederajat

c. SMP dan sederajat

d. SMA dan sederajat

e. Akademi/Perguruan Tinggi

f. Lainnya :………………….

4. Pengeluaran per bulan termasuk PAM, listrik, telepon, belanja sehari-hari,

tetapi tidak termasuk asuransi, pajak, cicilan, dan tabungan :

a. < Rp 750.000

b. Rp 750.000-Rp 1.500.000

c. Rp 1.500.000-Rp 3.000.000

d. Rp 3.000.000-Rp 6.000.000

e. > Rp 6.000.000

Silangilah yang menjadi pilihan Anda, pilihan boleh lebih dari satu

1. Kapan biasanya Anda melewati Jalan Jendral Sudirman :

a. Hari Sabtu

b. Hari Minggu

c. Lainnya, sebutkan :……………………..

2. Dalam satu bulan, berapa kali Anda melewati jalan Jendral Sudirman :

a. 1 kali c. 3 kali e. Jarang/tidak tentu

b. 2 kali d. 4 kali f. Lainnya, sebutkan………

3. Menurut Anda, Apakah fungsi Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman untuk

kenyamanan sudah baik :

a. Sangat baik

b. Cukup baik

c. Kurang baik

d. Tidak baik

Page 132: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

115

4. Menurut Anda, Apakah fungsi Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman untuk

keamanan sudah baik :

a. Sangat baik

b. Cukup baik

c. Kurang baik

d. Tidak baik

5. Menurut Anda, Apakah fungsi Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman untuk

keindahan sudah baik :

a. Sangat baik

b. Cukup baik

c. Kurang baik

d. Tidak baik

6. Menurut Anda, Apakah fungsi Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman untuk

kebersihan sudah baik :

a. Sangat baik

b. Cukup baik

c. Kurang baik

d. Tidak baik

7. Setiap tanaman mempunyai kegunaan masing-masing, maka tanaman yang

perlu ditambahkan pada Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman adalah untuk :

a. Keindahan

b. Pembatas

c. Peneduh

d. Penghambat kebisingan

e. Untuk menutupi pemandangan yang tidak diinginkan

f. Tidak perlu ditambah

8. Ukuran tinggi tanaman/pohon yang disukai :

a. Tanaman/pohon rendah ukuran 5 - 10 m

b. Tanaman/pohon tinggi ukuran >10m

Page 133: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

116

9. Apakah Anda menyukai semak (tinggi 1-3 m) sebagai pelengkap Jalur Hijau

Jalan Jendral Sudirman :

a. Sangat menyukai

b. Cukup menyukai

c. Kurang menyukai

d. Tidak menyukai

10. Jika Anda menyukai tanaman semak, maka jenis semak yang Anda sukai

adalah :

a. Tanaman jenis berbunga indah

b. Tanaman sedikit berbunga

c. Tanaman tidak berbunga tetapi warna daun menarik

d. Tanaman yang tidak berbunga dan berdaun hijau

11. Penggunaan tanaman semak yang disukai :

a. Dibiarkan seperti alami

b. Dipangkas teratur dan rapi

c. Ada yang alami dan ada yang dipangkas rapi

12. Apakah Anda menyukai tanaman perdu (tinggi 1-3 m) sebagai pelengkap Jalur

Hijau Jalan Jendral Sudirman :

a. Sangat menyukai

b. Cukup menyukai

c. Kurang menyukai

d. Tidak menyukai

13. Jika Anda menyukai tanaman perdu, maka jenis perdu yang Anda sukai adalah

:

a. Tanaman jenis berbunga indah

b. Tanaman sedikit berbunga

c. Tanaman tidak berbunga tetapi warna daun menarik

d. Tanaman yang tidak berbunga dan berdaun hijau

14. Penggunaan tanaman perdu yang disukai :

a. Dibiarkan seperti alami

b. Dipangkas teratur dan rapi

c. Ada yang alami dan ada yang dipangkas rapi

Page 134: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

117

15. Apakah Anda menyukai tanaman herba sebagai pelengkap Jalur Hijau Jalan

Jendral Sudirman :

a. Sangat menyukai

b. Cukup menyukai

c. Kurang menyukai

d. Tidak menyukai

16. Jika Anda menyukai tanaman herba, maka jenis herba yang Anda sukai

adalah :

a. Herba berbunga indah

b. Herba sedikit berbunga

c. Herba tidak berbunga tetapi warna daun menarik

d. Herba yang tidak berbunga dan berdaun hijau

17. Penggunaan tanaman yang Anda disukai :

a. Dibiarkan seperti alami

b. Dipangkas teratur dan rapi

c. Ada yang alami dan ada yang dipangkas rapi

18. Apakah Anda menyukai tanaman rumput sebagai pelengkap Taman Kota :

a. Sangat Menyukai

b. Cukup menyukai

c. Kurang menyukai

d. Tidak menyukai

19. Penggunaan tanaman rumput yang Anda disukai :

a. Dibiarkan seperti alami

b. Dipangkas teratur dan rapi

c. Ada yang alami dan ada yang dipangkas rapi

20. Fasilitas apa saja yang perlu ditambah di Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman :

a. tempat duduk d. Toilet g. Lainnya (sebutkan.)

b. Halte e. Lampu Jalan

c. Shelter f. Tempat sampah

Page 135: Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman

118

21. Apakah kondisi paving atau perkerasan di sepanjang Jalur Hijau Jendral

Sudirman sudah baik dan memadai :

a. Sangat baik

b. Cukup baik

c. Kurang baik

d. Tidak baik

22. Apakah pengelolaan yang dilakukan oleh Dinas Pertamanan telah dilakukan

dengan baik?

a. Sangat baik

b. Cukup baik

c. Kurang baik

d. Tidak baik

23. Apa saran yang dapat Anda berikan demi kebaikan Jalur Hijau Kota Jalan

Jendral Sudirman Jakarta di masa yang akan datang :

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………