Pengayaan IMUNISASI ppt

26
Greysia Manarisip 11-154 I M U N I S A S I

description

IMUNISASI LENGKAP MENURUT IDAI 2014

Transcript of Pengayaan IMUNISASI ppt

Greysia Manarisip11-154

I M U N I S A S I

Kekebalan tubuh dapat dimiliki secara aktif maupun pasif.

Keduanya dapat diperoleh secara alami dan buatan.

1. Pasif

Alami: kekebalan yang didapatkan transplasenta, yaitu Ab yang diberikan ibu kandung secara pasif melalui plasenta kepada janin yang dikandungnya.

Buatan: pemberian Ab yang sudah disiapkan dan dimasukkan ke dalam tubuh anak

2.Aktif

Alami: didapat apabila anak terjangkit suatu penyakit yang berarti masuknya Ag yang akan merangsang tubuh anak membentuk antibodi sendiri secara aktif.

Buatan: pemberian vaksin yang merangsang tubuh manusia secara aktif membentuk Ab dan kebal secara spesifik terhadap Ag yang diberikan.

Imunitas Tubuh

Imunisasi berasal dari kata immune yang berarti kebal atau resisten.

Imunisasi merupakan proses induksi imunitas secara buatan baik melalui pemberian antibodi atau antigen.

1. Imunisasi pasif adalah suatu pemindahan atau transfer Ab secara pasif.

Bahan: Imunoglobulin

2.Vaksinasi adalah imunisasi aktif dengan pemberian vaksin (Ag) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (Ab) dan sel memori oleh sistem imun di dalam tubuh.

Bahan: - bakteri atau virus hidup yang dilemahkan - bakteri atau virus yang sudah tidak aktif

atau mati

JENIS VAKSIN

1. Vaksin Hidup Attenuated

Vaksin mikroorganisme hidup yang dilemahkan dengan cara pembiakan berulang-ulang

Masih memiliki kemampuan untuk tumbuh menjadi banyak dan menimbulkan kekebalan tetapi tidak menyebabkan penyakit.

Bersifat labil, mudah rusak oleh panas & cahaya

Contoh: campak, mumps, rubela, polio, rotavirus, demam kuning (virus)

BCG dan demam tifoid oral (bakteri)

2. Vaksin Inactivated Vaksin ini tidak hidup dan tidak dapat

tumbuh, dengan pemanasan atau penambahan bahan kimia.

Tidak menyebabkan penyakit (walaupun pada orang dengan defisiensi imun) karena tidak dapat bereplikasi dan tidak mengalami mutasi menjadi bentuk patogenik.

Contoh: Influenza, polio, rabies, hepatitis A (virus). Pertusis, tifoid, kolera, lepra (bakteri). Difteri, tetanus, botulinum (toksoid). Pneumokokus, meningokokus, dan

haemophilus influenzae tipe b (polisakarida murni).

Haemophillus influenzae tipe B dan pneumokokus (gabungan polisakarida).

Epidemiologi

Berdasarkan laporan WHO tahun 2002, setiap tahun terjadi kematian sebanyak 2,5 juta balita, yang disebabkan penyakit yang dapat dicegah melalui vaksinasi.

Radang paru yang disebabkan oleh pneumokokus menduduki peringkat utama (716.000 kematian), diikuti penyakit campak (525.000 kematian), rotavirus (diare), Haemophilus influenza tipe B, pertusis dan tetanus.

Dari jumlah semua kematian tersebut, 76% kematian balita terjadi dinegara-negara sedang berkembang, khususnya Afrika dan Asia Tenggara (termasuk Indonesia).

Teknik Pemberian

1. Intramuskular M. Vastus Lateralis (regio paha anterolateral) M. Deltoid

2. Subkutan Paha regio antelateral (0-12 bulan) Paha anterolateral atau daerah lateral lengan

atas (1-3 tahun) Sisi lateral lengan atas (3 tahun)

3. Intrakutan Kulit di atas deltoid dekstra

Pencatatan Imunisasi

1. Jenis vaksin yang duberikan, nama dagang vaksin, serta tanggal kadaluarsa dan vial vaccine monitoring.

2. Tanggal pemberian vaksin3. Efek samping yang terjadi bila ada4. Tanggal vaksinasi selanjutnya5. Nama tenaga medis yang memberi

vaksin

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

KIPI adalah kejadian medis yang berhubungan dengan imunisasi, baik berupa efek vaksin atau efek samping toksisitas, reaksi sensitivitas, reaksi suntikan, efek farmakologis, reaksi suntikan, kesalahan program, atau hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan.

JADWAL IMUNISASI

Hepatitis B

Dapat dilakukan dengan vaksinasi atau menggunakan imunoglobulin hepatitis.

Indikasi: semua bayi baru lahir, individu yang berisiko tertular hepatitis B karena pekerjaan, pasien hemodialisis, karyawan yang bekerja di lembaga perawatan cacat mental, serta individu yang serumah dengan penderita hepatitis B atau mengalami kontak seksual.

Cara pemberian: IM Jadwal anjuran: 3 kali diberikan segera setelah lahir

(sebelum 12 jam), usia 1 dan 6 bulan. Efektivitas pertahanan: menetap minimal 15 tahun KIPI: reaksi lokal sementara, demam ringan 1-2 hari, syok

anafilkatik KI: reaksi anafilaksis pada vaksin, sakit sedang atau

berat, dengan atau tanpa demam

Poliomielitis

WHO telah menyatakan Indonesia sebagai negara bebas polio (2014).

Cara pemberian: oral atau IM1. Oral (Oral Polio Vaccine, jenis Sabin)2. Injeksi (Inactivated Polio Vaccine, jenis Salk)

Jadwal anjuran: usia 0 (dianjurkan OPV), 2,4,6, 18-20 bulan, dan 5 tahun

Dosis: 2 tetes (OPV) KIPI: vaccine associated polio paralysis (VAPP), vaccine

derived polio virus (VDVP) pada OPV KI: infeksi HIV atau kontak HIV serumah, imunodefisiensi

(OPV). Reaksi anafilaksis terhadap neomisin, streptomisin atau polimiksin (IPV).

BCG (Bacillus-Calmatte Guerin)

Berasal dari strain M. Bovis.Data analisis menyatakan bahwa BCG mampu

mencegah 50% kejadian TB paru, dan meningitis TB hingga 50-80%.

Cara pemberian: intrakutan, di deltoid kananJadwal anjuran: usia < 3 bulan, optimal usia 2 bulanDosis: 0,05 mL untuk bayi baru lahir, 0,1 mL untuk anakKIPI: limfadenitis, ulkus superfisial 3 minggu pasca

penyuntikanKI: reaksi uji tuberkulin >5mm, menderita HIV, keadaan

imunokompromais, menderita gizi buruk, demam tinggi, infeksi kulit luas, pernah sakit TB.

Difteri, Tetanus, Pertusis (DTP)

Cara pemberian: intramuskularJadwal anjuran: 2, 4, 6, 18 bulan, 5 tahun,

kemudian booster setiap 10 tahun (Td/TT)KIPI: reaksi lokal berupa kemerahan,

demam ringan, anak gelisah dan menangistanpa sebab yang jelas selama beberapa jam, kejang demam, ensefalopati, atau reaksi anafilaksis

KI: riwayat anafilaksis pada pemberian vaksin sebelumnya, riwayat ensefalopati pada pemberian vaksin sebelumnya

Hib (Haemophilus Influenza Tipe B)

Vaksin HiB diberikan untuk mencegah meningitis dan pneumonia yang disebabkan oleh H. Influenza tipe B.

Terdapat dua tipe dengan perbedaan protein pembawanya. Polyribisyribitol phosphate (PRP) yang merupakan bagian dari kapsul bakteri H. Influenza tipe B, dan dapat dikonjugasikan baik dengan protein membran Neisseria meningitidis (PRP-OMP), atau dengan protein tetanus (PRP-T).

Cara pemberian: IM Jadwal anjuran: vaksin pertama diberikan pada usia 2 bulan,

PRP-OMP diberikan 2 kali, PRP-T diberikan 3 kali dengan jarak 2 bulan.

KI: reaksi anafilaksis pada vaksin, sakit sedang atau berat dengan atau tanpa demam

Pneumokokus

1. Pneumococcal polysaccharide vaccine (PPV) menimbulkan respon imun yang tidak dapat diprediksi pada anak usia < 2 tahun.

2. Pneumococcal conjugate vaccine (PCV), sangat efektif dalam mencegah terjadinya pneumonia, otitis media akut, sepsis, dan meningitis.

Cara pemberian: IM Jadwal anjuran: vaksin diberikan pada usia 2,4, dan 6

bulan Usia 7-11 bulan: 3 dosis dengan interval dosis pertama

dan kedua 4 minggu, dan dosis ketiga diberikan setelah 12 bulan.

Usia 12-23 bulan: 2 dosis dengan interval 2 bulan Usia 24 bulan – 5 tahun: 1 dosis

KIPI: eritema, bengkak, nyeri bekas suntikan, demam, gelisah, pusing, tidur tidak tenang, nafsu makan menurun, diare, urtikaria

KI: reaksi anafilaksis, sakit sedang atau berat dengan atau tanpa demam

Rotavirus Merupakan virus penyebab gastroenteritis dengan manifestasi

klinis berupa diare, demam ringan, dan muntah-muntah. Ada tiga jeis vaksin yang tersedia:

1.Vaksin monovalenDosis pertama biasanya diberikan dalam 6-14 minggu dan dosis kedua minimal 4 minggu (sebaiknya selesai sebelum16 minggu dan maksimal 24 minggu)

2.Vaksin tetravalenSempat beredar namun sudah ditarik dari pasaran.

3.Vaksin pentavalendiberikan 3 dosis peroral dengan jadwal mulai 6-14 minggu dengan interval 4-10 minggu, dan harus selesai sebelum 32 minggu.

KIPI: demam, feses berdarah, muntah, diare, nyeri perut, gastroenteritis atau dehidrasi

Influenza

Indikasi: Anak sehat berusia 6 bulan- 2 tahun, anak dengan penyakit jantung kronis, penyakit saluran napas kronis, diabetes, penyakit ginjal kronis, kelemahan sistem imun dan anak yang tinggal bersama.

Cara pemberian: IM atau subkutan Jadwal anjuran: setiap tahun pada usia > 6 bulan.

Imunisasi pertama pada usia < 9 tahun diberi 2 dosis dengan interval min 4 minggu

Dosis: < 3 tahun 0,25 mL, > 3 tahun 0,5 mL, ≤8 tahun diperlukan booster 4 minggu kemudian

KIPI: nyeri, bengkak, demam, eritema, nyeri otot dan sendi

KI: reaksi anafilaksis pada vaksin sebelumnya, alergi telur, sedang demam akut berat, riwayat SGB.

Campak

Dapat diberikan dalam bentuk tunggal atau kombinasi (vaksin campak dengan gondongan dan rubella).

Cara pemberian: subkutan Jadwal anjuran: usia 9 bulan, 24 bulan, dan

diberikan lagi pada usia 6 tahunDosis: 0,5 mLKIPI: demam >39,5ºC, ruam-ruam, ensefalitis,

ensefalopati

Measles, Mumps, Rubella (MMR)

Merupakan golongan penyakit yang disebabkan oleh virus dari famili Paramyxovirus yang menyerang terutama pada kelenjar getah bening dan jaringan saraf.

Cara pemberian: IM atau subkutan dalam Jadwal anjuran: 12-18 bulan Dosis: 0,5 mL KIPI: malaise, demam, ruam, kejang demam,

ensefalitis, meningoensefalitis, trombositopenia KI: penyakit keganasan yang tidak diobati, gangguan

imunitas, alergi berat terhadap gelatin atau neomisin, demam aut, 3 bulan pasca transfusi darah, imunodefisiensi, menerima suntikan Ig dalam 6 minggu.

Tifoid Dibuat dari galur Salmonella typhi non-patogen yang

telah dilemahkan. Vaksin oral memiliki efek samping lebih rendah.

Cara pemberian: oral atau IM atau subkutan Jadwal anjuran: usia 2-3 tahun Dosis:

Parenteral: 0,5 mL suntikan IM atau subkutan pada daerah deltoid atau paha. Diulang setiap 3 tahun.

Oral (untuk anak usia ≥ 6tahun): 1 kapsul dimakan tiap hari ke 1,3 dan 5; 1 jam sebelum makan dengan minuman yang suhunya <37ºC. Imunisasi ulangan dilakukan dalam 5 tahun.

KI: alergi terhadap bahan vaksin, demam, penyakit akut, atau kronis progresif.

Hepatitis A

Dibuat dari virus yang dimatikan. Vaksin ini wajib diberikan pada anak yang tinggal di daerah endemis atau dengan wabah periodik.

Cara pemberian: IM Jadwal anjuran: usia ≥2 tahun + booster antara 6

bulan – 18 bulan setelah dosis pertama Dosis: bervariasi tergantung produk KIPI: demam, dan reaksi lokal KI: pasien yang mengalami reaksi berat pasca

penyuntikan dosis pertama

Varisela

Vaksin yang digunakan adalah vaksin varizella zooster.

Cara pemberian: subkutan Jadwal anjuran: diberikan di atas usia 1 tahun,

sebelum masuk sekolah. Pada usia > 12 tahun diberikan dua kali dengan selang 1 bulan. Pemberian vaksin untuk pencegahan dapat diberikan dalam 72 jam paska kontak.

Dosis: 0,5 mL KIPI: demam, ruam vesikopapular ringan KI: demam tinggi, defisiensi imun, penerima

kortikosteroid dosis tinggi, alergi neomisin

Human Papilloma Virus (HPV)

Diberikan pada anak berusia di atas 10 tahun. Cara pemberian: IM pada daerah deltoid Jadwal anjuran: ≥ 10 tahun

Bivalen: dosis kedua interval 1 bulan dan dosis ketiga interval 6 bulan

Tetravalen: dosis kedua interval 2 bulan dan ketiga interval 6 bulan

Dosis: 0,5 mL KIPI: nyeri, bengkak, kemerahan (reaksi lokal), sinkop,

pusing, mual, nyeri kepala, hipersensitivitas, GBS