PENGAWASAN PERUSAHAAN DAERAH (PD) PASAR KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/767/1/PENGAWASAN...
Transcript of PENGAWASAN PERUSAHAAN DAERAH (PD) PASAR KOTA …repository.fisip-untirta.ac.id/767/1/PENGAWASAN...
PENGAWASAN PERUSAHAAN DAERAH (PD)
PASAR KOTA TANGERANG PADA PASAR
TRADISIONAL BANDENG PASCA REVITALISASI
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh
Naomi Laura
6661111108
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, 2016
ABSTRAK
Naomi Laura. 6661111108. Pengawasan Perusahaan Daerah (PD) Pasar
Kota Tangerang pada Pasar Tradisional Bandeng Pasca Revitalisasi.
Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Kondisi Pasar Tradisional semakin hari semakin buruk, sedangkan sekarang
semakin banyak Pasar Modern yang berkembang di Kota Tangerang.
Pemerintah Kota Tangerang melakukan revitalisasi Pasar Tradisional untuk
meningkatkan kualitas Pasar Tradisional sehingga tidak kehilangan konsumen.
Melalui PD Pasar Kota Tangerang, Pemerintah Kota Tangerang membuat
program untuk merevitalisasi Pasar Tradisional yang kondisinya sudah buruk,
salah satunya adalah Pasar Bandeng. Setelah dilakukannya revitalisasi,
pengawasan terus dilakukan dari semua pihak demi mempertahankan kondisi
pasar yang jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui bagaimana pengawasan di Pasar Bandeng pasca
revitalisasi. Peneliti menggunakan metode kualitatif. Pemilihan informan
menggunakan teknik puposive sampling. Peneliti menggunakan teori yang
dikemukakan oleh Stephen P. Robbins dan Marry Coulter yang terdiri dari 4
dimensi pengawasan, yaitu menetapkan standar, pengukuran, membandingkan,
dan melakukan tindakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan
pengawasan masih kurang optimal karena intensitas pengawasan yang rendah
dan pembenahan yang belum berhasil. Untuk itu peneliti memberikan saran
yaitu, perlu dibuatnya peraturan khusus pengawasanan, diadakannya jadwal
pengawasan agar pengawasan dilakukan secara rutin, ditegakkannya peraturan
yang ada dengan cara memberikan sanksi yang tegas bagi pelanggar peraturan,
dilakukan pembenahan atas fasilitas yang rusak.
Kata kunci: pengawasan, pasar tradisional, revitalisasi
ABSTRACT
Naomi Laura. 6661111108. Controlling of Market Regional Company
Tangerang City on Bandeng Traditional Market After Revitalized. School of
Public Administration. The Faculty of Social Science and Political Sciene.
Sultan Ageng Tirtayasa University.
Traditional market conditions are getting worse, while Modern Market
growing in Tangerang City. The Government of Tangerang City revitalizing
Traditional Market to increase the quality of Traditional Market so that not
lose consumers. The Government of Tangerang make a program revitalizing
for Traditional Market in bad condition, one of which is Bandeng Market
trough Market Regional Company Tangerang City. After the revitalization,
controlling are contiued by all parties to mantain market condition much better
than before. The purpose of this research was to determine how the control in
Bandeng Market after revitalized. This research used qualitative methods.
Election research informants used purposive sampling technique. This
research used the teory put forward by Stephen P. Robbins and Marry Coulter
consist of four dimensions of controlling, there are Standards, Measurement,
Compare, and Action. The result showed that controlling is still not optimal
because low intensity of control and revamping unsuccsessful. The suggestions
to this research are the need special regulation for controlling, made a regular
schedule for controlling, enforce all regulations by give strict sanctions.
Revamping over the demage facilities.
Kleywords: Controlling, Traditional Market, The Revitalization
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatNya yang selalu setia menyertai penulis dalam menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul “Pengawasan Perusahaan Daerah (PD) Pasar
Kota Tangerang Pada Pasar Tradisional Bandeng Pasca Revitalisasi”. Skripsi
ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (satu)
pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun sebagai perbaikan dan guna untuk menambah wawasan di
masa yang akan datang. Dalam penyusunan proposal skripsi ini, penulis juga
memperoleh bantuan bimbingan dan juga saran baik berupa moril maupun
materiil. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
atas bantuan dan bimbingannya kepada yang terhormat:
1. Yth. Bapak Prof. Dr. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
2. Yth. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Yth. Ibu Rahmawati, M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa serta selaku Dosen
Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya dan membagi ilmunya
untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan proposal skripsi ini.
4. Yth. Bapak Iman Mukhroman, M.Ikom sebagai Wakil Dekan II
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
5. Yth. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan
III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
6. Yth. Ibu Listyaningsih, S.Sos., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu
Administrasi Negara Universitas Sultan Ageng Tirtayasa serta selaku
Dosen Pembimbing Akademik penulis, yang memberikan bimbingan,
semangat, dan motivasi selama menjalani perkuliahan.
7. Yth. Bapak Riswanda, Ph.D selaku Sekretaris Jurusan Program Studi
Ilmu Administrasi Negara Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
8. Yth. Ibu Dr. Ayuning Budiati, S.IP., MPPM selaku Dosen Pembimbing
I yang telah bersedia meluangkan waktunya dan membagi banyak
ilmunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
9. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah memberikan ilmu
selama menjalani perkuliahan.
10. Yth. Bapak Teguh Waluyo, SE selaku Kepala Sub. Divisi
Pembangunan, Pemeliharaan, dan Rehabilitasi Pasar dari Kantor
Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang yang telah membantu penulis
dalam memberikan informasi untuk penyediaan data dalam
penyelesaian skripsi penulis.
11. Yth. Bapak Sugeng Aryanto, SH selaku Kepala Pasar Malabar dan
Bapak Sanusi Endang Priyatna selaku Kepala Pasar Bandeng yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan penjelasan mengenai
informasi dan data tentang Pasar Bandeng.
12. Yth. Bapak Hizbulloh selaku Staff Pasar Bandeng yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan informasi tentang Pasar
Bandeng.
13. Orang tua serta Keluarga yang telah memberikan dukungan, doa, dan
motivasi kepada penulis dalam menjalani skripsi ini.
14. Semua teman-teman mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi
Negara angakatan 2011 yang telah memberikan banyak pengalaman,
dukungan, serta doa, terkhusus untuk Firstyana Gusti Ayu, Nita Retna
Sari, Dhani Chairani, Indri Selianawati, Diana Pusvitasari, Desy
Hartining, Gesti Resti Fitri, Deddy Rusadi, Helen Kartikasari.
Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan semua pihak yang berkepentingan.
Serang, 01 November 2016
Penulis
Naomi Laura
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR ........................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................ iv
DAFTAR TABEL ......................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................ ix
DAFTAR BAGAN ......................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah .......................................................................... 17
1.3 Batasan Masalah ...................................................................................... 17
1.4 Rumusan Masalah ...................................................................................... 17
1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................... 18
1.5.1 Manfaat Teoritis .......................................................................... 18
1.5.2 Manfaat Praktis .......................................................................... 18
1.6 Sistematika Penulisan .......................................................................... 18
BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ASUMSI
DASAR PENELITIAN
2.1 Deskripsi Teori ...................................................................................... 22
2.1.1 Pengertian Pasar .......................................................................... 22
2.1.2 Pengertian Perusahaan Daerah .................................................. 24
2.1.3 Pengertian Pengawasan .............................................................. 26
2.1.4 Manfaat Pengawasan .............................................................. 28
2.1.5 Tujuan Pengawasan .............................................................. 29
2.1.6 Tipe-Tipe Pengawasan .............................................................. 30
2.1.7 Proses Pengawasan .............................................................. 33
2.1.8 Prinsip-Prinsip Pengawasan .................................................. 36
2.1.9 Dimensi Pengawasan .............................................................. 38
2.1.10 Syarat-Syarat Pengawasan Yang Efektif .......................... 39
2.2 Penelitian Terdahulu .......................................................................... 43
2.3 Kerangka Berpikir .......................................................................... 46
2.4 Asumsi Dasar ...................................................................................... 49
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian ...................................................................................... 50
3.2 Ruang Lingkup Penelitian.......................................................................... 51
3.3 Lokasi Penelitian ...................................................................................... 52
3.4 Variabel Penelitian .......................................................................... 52
3.4.1 Definisi Konsep .......................................................................... 52
3.4.2 Definisi Operasional .............................................................. 53
3.5 Instrumen Penelitian .......................................................................... 54
3.6 Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 56
3.6.1 Cara Pengumpulan Data .................................................. 56
3.6.2 Jenis dan Sumber Data .................................................. 61
3.7 Informan Penelitian .......................................................................... 62
3.8 Teknik Analisis Data .......................................................................... 64
3.9 Teknik Pengujian dan Keabsahan Data .................................................. 66
3.10 Jadwal Penelitian .......................................................................... 68
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian .............................................................. 70
4.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Tangerang ...................................... 70
4.1.2 Gambaran Umum PD Pasar Kota Tangerang .......................... 73
4.1.3 Tugas Unsur Organisasi .............................................................. 73
4.1.4 Susunan Organisasi PD Pasar Kota Tangerang .......................... 82
4.1.5 Visi dan Misi PD Pasar Kota Tangerang .......................... 85
4.1.6 Gambaran Umum Pasar Bandeng ...................................... 86
4.1.7 Struktur Organisasi Pasar Kota Tangerang .......................... 89
4.2 Deskripsi Data ...................................................................................... 90
4.2.1 Data Informan Penelitian .................................................. 91
4.2.2 Daftar Nama Informan .................................................. 93
4.3 Analisis Hasil Penelitian .......................................................................... 95
4.3.1 Menetapkan Standar (Standards) ...................................... 96
4.3.2 Pengukuran (Measurement) .................................... 107
4.3.3 Membandingkan (Compare) .................................... 122
4.3.4 Melakukan Tindakan (Action) .................................... 136
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................ 148
4.4.1 Menetapkan Standar (Standards) .................................... 149
4.4.2 Pengukuran (Measurement) .................................... 153
4.4.3 Membandingkan (Compare) .................................... 157
4.4.4 Melakukan Tindakan (Action) .................................... 159
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 164
5.2 Saran .................................................................................... 166
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Keterangan Pasar Milik PD Pasar Kota Tangerang .............. 6
Tabel 3.1 Pedoman Wawancara .............................................................. 58
Tabel 3.2 Daftar Informan .............................................................. 62
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian .............................................................. 69
Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana Pasar Bandeng ...................................... 88
Tabel 4.2 Kode Penelitian .............................................................. 91
Tabel 4.3 Kodefikasi Informan Penelitian ...................................... 93
Tabel 4.4 Daftar Harga Renovasi Pasar Bandeng ........................ 127
Tabel 4.5 Matriks Hasil Penelitian ................................................ 163
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Tipe-tipe Pengawasan ............................................................. 30
Gambar 2.2 Proses Pengawasan ............................................................. 34
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran ............................................................. 48
Gambar 3.1 Teknik Analisis Data ............................................................. 66
Gambar 4.1 Peta Kota Tangerang ............................................................. 71
Gambar 4.2 Pasar Bandeng ............................................................. 86
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 1.1 Struktur Organisasi Pasar Kota Tangerang .......................... 14
Bagan 4.1 Struktur Organisasi PD Pasar Kota Tangerang .............. 83
Bagan 4.2 Struktur Organisasi Pasar Kota Tangerang .......................... 88
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I Surat Ijin Penelitian
LAMPIRAN II Member Check
LAMPIRAN III Matriks Hasil Penelitian
LAMPIRAN IV Data Pendukung Penelitian
LAMPIRAN V Dokumentasi Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pasar adalah sebagai suatu tempat dimana pembeli dan penjual bertemu
untuk membeli atau menjual barang dan jasa atau faktor-faktor produksi.
Syarat-syarat terbentuknya pasar antara lain, adanya penjual, adanya pembeli,
adanya barang atau jasa yang diperjualbelikan, terjadinya kesepakatan antara
penjual dan pembeli. Pasar menjadi tujuan utama masyarakat sebagai tempat
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Berbagai kebutuhan pokok tersedia di
pasar, baik berupa bahan pangan maupun sandang yang dijual secara grosir dan
ritel (Kotler & Keller, 2012:8).
Peranan pasar terbagi untuk produsen, konsumen, dan pemerintah.
Peran pasar bagi produsen yaitu sebagai tempat untuk mempromosikan barang,
menjual hasil produksi, memperoleh bahan produksi. Peran pasar bagi
konsumen yaitu untuk memudahkan konsumen mendapat barang kebutuhan
dan sebagai tempat bagi konsumen untuk menawarkan sumber daya yang
dimiliki. Peran pasar bagi pemerintah yaitu sebagai penunjang kelancaran
pembangunan dan sebagai sumber pendapatan daerah. Kegunaan pasar konkret
dalam kegiatan ekonomi masyarakat, antara lain merupakan tempat menjual
hasil produksi yang dihasilkan masyarakat, menjadi tempat pemenuhan
kebutuhan masyarakat secara langsung, menjadi tempat transaksi jual beli
barang atau jasa, membantu meningkatkan pendapatan masyarakat, membantu
2
menciptakan lapangan kerja, membantu meningkatkan pendapatan daerah
(Robert S. Pyndick, 2007:152).
Pasar mempunyai beberapa fungsi antara lain, fungsi disribusi, yaitu
untuk mendekatkan jarak antara konsumen dengan produsen dalam
melaksanakan transaksi. Fungsi pembentukan harga, yaitu kesepakatan harga
antara penjual dan pembeli. Fungsi promosi, yaitu sebagai sarana paling tepat
untuk ajang promosi. Dalam pengklasifikasiannya, pasar dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional
merupakan sektor perekonomian yang sangat penting bagi mayoritas
penduduk di Indonesia. Masyarakat miskin yang bergantung kehidupannya
pada pasar tradisional tidak sedikit. Menjadi pedagang di pasar tradisional
merupakan alternatif pekerjaan di tengah banyaknya pengangguran di
Indonesia. Pasar tradisional biasanya terhubung dengan toko-toko kecil di
dusun-dusun sebagai tempat kulakan. Pasar tradisional di pedesaan juga
terhubung dengan pasar tradisional di perkotaan yang biasa menjadi sentral
kulakan bagi pedagang pasar-pasar pedesaan di sekitarnya. Pasar tradisional
merupakan penggerak ekonomi masyarakat.
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli
secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar serta ditandai dengan
adanya transaksi. Bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los, dan
dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun pengelola pasar. Pasar
tradisional mempunyai kelemahan dan kelebihan. Kelebihannya antara lain,
lokasi yang strategis, area penjualan yang luas, keragaman barang yang
lengkap, harga yang rendah, sistem tawar-menawar yang meunjukkan sikap
3
keakraban antara penjual dan pembeli. Di dalam pasar tradisional, tawar-
menawar harga adalah wujud transaksi interaktif yang sering dilakukan. Harga
di pasar tradisional merupakan hasil kesepakatan antara pedagang dan pembeli.
Informasi mengenai harga dagangan merupakan sebuah komponen penting di
pasar tradisional. Sistem jual beli yang terjadi merupakan sebuah sistem
transaksi yang interaktif yang tidak dapat ditemui di pasar modern.
Fleksibilitas dalam pasar tradisional tidak hanya dalam masalah harga. Para
pedagang pun relatif fleksibel dalam melakukan kegiatannya, baik pada sisi
waktu, kegiatan, maupun tempat. Hal ini menjadi salah satu pendongkrak
perekonomian kalangan menengah ke bawah. Saat bangsa sedang di landa
kritis ekonomi, pasar tradisional terbukti menjadi salah satu katup penyelamat
ekonomi kerakyatan. Bila diatur dengan baik pasar tradisioanal sebenarnya bisa
memberikan kontribusi yang signifikan bagi PAD pemerintah daerah.
Kelemahannya antara lain, kumuh dan kotornya lokasi pasar,
banyaknya produk yang mayoritas diperjualbelikan oleh oknum yang tidak
bertanggungjawab menggunakan bahan kimia yang tidak seharusnya dipakai,
cara pengemasan yang kurang dilirik oleh konsumen. Selain itu, pedagang juga
harus berjuang menghadapi pungutan, baik resmi maupun ilegal. Gambaran
yang melekat pada pasar tradisional secara umum dilatar belakangi oleh
perilaku dari padagang pasar, pengunjung, atau pembeli dan pengelola pasar.
Gambaran negatif terhadap pasar tradisional mengakibatkan sebagian pada
pengunjung mencari alternatif tempat belanja lain yang mudah dijangkau
seperti pedagang kaki lima dan pedagang keliling yang lebih mudah dijangkau.
4
Pasar modern adalah pasar yang pelayanannya dilakukan secara
mandiri dan dilayani oleh pramuniaga. Kelebihan dari pasar modern ini adalah
memiliki sirkulasi pengunjung yang teratur, ventilasi dan sanitasi yang baik,
kapasitas parkir yang memadai dan keamanan yang terjamin. Pasar modern ini
juga menyediakan fasilitas penunjang aktivitas pasar seperti mushola, ATM
center, toilet, tempat cuci dan pemotongan. Sedangkan kelemahannya yaitu
pada praktik jual beli yang tidak melakukan kontrak langsung antara penjual
dan pembeli (https://id.wikipedia.org/wiki/Pasar).
Dengan berjalannya waktu, peran pasar tradisional terlihat terus
menurun. Selain itu peran pasar tradisional skala kecil menengah di perkotan
terancam hadirnya pedagang keliling dan warung di perkampungan. Pada sisi
lain, kehadiran mereka adalah solusi yang jitu bagi kalangan menengah
kebawah untuk belanja harian tanpa harus ke pasar. Sehingga menghemat
biaya transportasi. Akibatnya akan terdapat beberapa pasar tradisional yang
tutup karena kehilangan fungsinya. Hilangnya pasar tradisional yang berpuluh
tahun menjadi penghubung perekonomian perdesaan dengan perkotaan,
dikhawatirkan akan mengakibatkan hilangnya lapangan pekerjaan.
Di Indonesia, pangsa pasar dan kinerja pasar tradisional mengalami
penurunan, sementara pasar modern mengalami peningkatan karena banyaknya
investor asing yang menanamkan modalnya di Indonesia untuk mendirikan
pasar-pasar modern. Hal ini menyebabkan pasar tradisional kurang diminati.
Selain karena pasar modern, penurunan pangsa pasar tradisional juga
disebabkan oleh banyak faktor lainnya, antara lain kondisi pasar yang
memperihatinkan, desain dan tampilan pasar serta atmosfer, tata ruang, tata
5
letak, dan lemahnya daya saing para kegiatan tradisional. Karena munculnya
berbagai macam pasar modern yang memiliki fasilitas lebih menarik dan
nyaman dibandingkan dengan pasar tradisional, akhirnya tidak sedikit
masyarakat yang mulai berpaling dari pasar tradisional ke pasar modern.
(Leksono, 2007:55).
Pasar-pasar tradisional dan pasar modern rata-rata mempunyai
spesifikasi barang dagangan yang hampir sama sehingga berpeluang
mengakibatkan terjadi persaingan diantara dua pasar tersebut. Jika dibiarkan
persaingan bebas antara kedua pasar tersebut dapat menggeser keberadaan
pasar tradisional. Dari banyak sisi, pasar tradisional tidak lebih baik dari
pasar modern, apalagi karakter masyarakat saat ini lebih menyukai tempat
belanja yang nyaman dan efisien dan hal inilah yang ditawarkan oleh pasar
modern. Pasar tradisional tidak memiliki dua hal tersebut karena keterbatasan
modal. Dan hal inilah yang harus dijembatani pemerintah. Kebijakan
revitalisasi pasar adalah cara yang tepat untuk mengatasi ketimpangan ini.
Pada kota-kota besar trend yang mengakibatkan menurunnya
perkembangan pasar tradisional semakin menjadi perhatian. Salah satu kota
yang memiliki masalah tersebut adalah Kota Tangerang. Pembangunan
infrastruktur, sarana dan prasarana di kota berjuluk “kota 1000 industri” ini
terlihat sangat dinamis. Di sektor perdagangan pun terlihat gairah investasi dan
transaksi yang terus menggeliat. Namun, di tengah gemerlapnya semua itu,
Pemkot Tangerang tidak melupakan arti penting pasar tradisional sebagai roda
utama perekonomian sebagian besar warganya.
6
Pengelolaan pasar pada saat dikelola oleh Pemerintah Kota Tangerang
melalui Dinas Perindustrian Perdagangan Pariwisata dan Dunia Usaha tidak
sesuai lagi karena adanya persaingan global dan seiring dengan perkembangan
Kota Tangerang maka Pemerintah Kota Tangerang pada tahun 2003
membentuk PD Pasar Kota Tangerang sesuai dengan Perda No. 3 Tahun 2003
Tentang Pembentukan PD Pasar dan mulai beroperasi pada tanggal 10 April
2004. Dengan adanya PD Pasar Kota Tangerang diharapkan dapat
meningkatkan kualitas Pasar Tradisional di Kota Tangerang. PD Pasar Kota
Tangerang dibentuk untuk mengelola pasar tradisional dengan mengacu pada
Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Pasar. Jumlah, lokasi, kondisi, dan status pasar-pasar yang sudah sejak lama
ada dan diberikan kewenangannya kepada PD Pasar Kota Tangerang adalah
sbb:
Tabel 1.1
Keterangan Pasar Milik PD Pasar Kota Tangerang
NO NAMA PASAR
LUAS
LAHAN
KONDISI
1 Pasar Anyar 240,680 m2
Baik
2 Pasar Bandeng 4,550 mw
Rusak berat
3 Pasar Gerendeng 1,886 m2
Kumuh
4 Pasar Jatiuwung 1,500 m2
Cukup
5 Pasar Malabar 4,120 m2
Rusak
6 Pasar Poris 2.000 m2
Kumuh
7 Pasar Ramadhani 3,500 m2
Kumuh
(Sumber: Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang, 2011.)
7
Melihat besarnya peran dan fungsi pasar-pasar tradisional tersebut,
Pemerintah Kota Tangerang pun memiliki sejumlah program untuk
meningkatkan mutu fisik dan pelayanan pasar-pasar tradisionalnya. Salah
satunya adalah program revitalisasi pasar yang sudah rutin dilakukan sejak
beberapa tahun lalu. Dilaporkan, Tahun 2012 lalu Pemerintah Kota Tangerang
menyiapkan dana sebesar Rp 17.500.000.000,- untuk merevitalisasi sejumlah
pasar tradisional yang tersebar di 13 kecamatan di Kota Tangerang
(http://pdpasarkotatangerang.blogspot.co.id/2013/10/revitalisasi-pasar-
tradisional-di-kota.html).
Pengertian dari revitalisasi bisa berarti proses, cara dan atau perbuatan
untuk menghidupkan atau menggiatkan kembali berbagai program kegiatan
apapun. Sehingga secara umum pengertian dari revitalisasi merupakan usaha-
usaha untuk menjadikan sesuatu itu menjadi penting dan perlu sekali.
Terdapat beberapa pasar tradisional di Kota Tangerang yang mendapat
perhatian dan telah di revitalisasi. Salah satu pasar tradisional yang telah
direvitalisasi adalah Pasar Bandeng yang beralamat di Jalan Beringin Raya,
Kecamatan Karawaci, Kelurahan Karawaci Baru, Kota Tangerang. Kondisi
Pasar Bandeng sebelum direvitalisasi terbilang sangat memperihatinkan, yakni
kondisi pasar yang kumuh seperti perkampungan, dijadikan tempat tinggal oleh
oknum-oknum preman, dan disinyalir menjadi sarang kriminal. Begitu pula
dengan kondisi bangunan yang sesuai dengan keterangan kondisi pada data PD
Pasar Kota Tangerang menyatakan rusak berat.
Revitalisasi Pasar Bandeng mulai dilakukan pada Bulan Maret 2012
dan selesai pada Bulan Juni 2013. Pembangunan Pasar Bandeng ini menelan
8
biaya sebesar Rp 16.000.000.000,- dan terlaksana atas kerjasama dalam
perjanjian MoU (Memorandum of Understanding) antara Pemerintah Kota
Tangerang dengan PT Bangun Bina Persada. Terkait kerja sama pengelolaan,
pihak ke tiga akan diberikan hak pengelolaan pasar selama 5 tahun. Pendapatan
yang masuk ke dalam Perusahaan Daerah Pasar Bandeng antara lain dari bagi
hasil jual beli kios sebesar 70% : 30%, dan pengelolaan kebersihan, keamanan,
dan kotribusi sebesar 70% : 30%, serta diberikannya kotribusi sebesar Rp
20.000.000,-/bulan. Dengan dikelolanya Pasar Bandeng oleh pihak swasta,
diharapkan bisa memberikan kontibusi yang besar terhadap PAD Kota
Tangerang. Selain itu juga dapat menjadi percontohan untuk pasar-pasar
tradisional lain di Kota Tangerang. Revitalisasi ini bertujuan untuk
memberikan kesan nyaman dan aman kepada pembeli maupun penjual. Kini
Pasar Bandeng berdiri dengan bangunan pasar seluas 4.500 m2 dan total kios
sebanyak 401 kios. Revitalisasi ini telah merubah kondisi pasar menjadi
lebih bersih dan tertata rapi. Pasar ini juga dilengkapi dengan berbagai
fasilitas penunjang seperti mushola, kantor unit pasar, kantor koppas, bank, pos
keamanan dan parkir, kantor pemasaran, gardu listrik, PJU di lingkungan pasar,
area bongkar-muat barang, area parkir, TPS, fire hydrant, rambu lalulintas,
MCK, dan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
Namun demikian, revitalisasi pasar tidak otomatis mendorong
peningkatan pembeli. Di balik pembangunan fisik yang telah dibaharui,
terdapat masalah yang timbul pada pasar tersebut. Bahkan dalam jangka
pendek, revitalisasi pasar membuat orang kehilangan pelanggan karena untuk
sementara pasar dilakukan penataan. Pada tahun kedua setelah pembangunan,
9
tingkat pengunjung dan pedagang di Pasar Bandeng semakin menurun
sehingga kebijakan kontribusi kepada Perusahaan Daerah Pasar Bandeng
diturunkan menjadi Rp 13.000.000,-/bulan dari yang seharusnya kontribusi
tersebut naik setiap tahunnya. Untuk itu dibutuhkan proses pemulihan untuk
menarik kembali pelanggan pasar yang lama (Wawancara dengan Kepala
Pasar, Februari 2015).
Dari ke-7 pasar tradisional milik Perusahaan Daerah Pasar Kota
Tangerang, diketahui bahwa kondisi Pasar Bandeng yang paling
memprihatinkan yaitu dengan kategori rusak berat sehingga pada tahun 2012
PD Pasar Kota Tangerang merevitalisasi Pasar Bandeng. Namun, setelah pasar
direvitalisasi kondisinya semakin sepi pengunjung dan pendapatannya pun
semakin menurun sehingga kondisi Pasar Bandeng yang sekarang adalah pasar
yang memiliki bangunan yang terbaik dan fasilitas yang terlengkap
dibandingkan Pasar Tradisional milik PD Pasar Kota Tangerang lainnya namun
menjadi pasar yang paling sepi pengunjung bahkan dibandingkan dengan
kondisi sebelum revitalisasi yang lebih ramai pengunjung, sehingga hal
tersebut yang menjadi alasan peneliti menulis penelitian yang memilih tempat
di Pasar Bandeng sebagai lokasi penelitian.
Berdasarkan pengamatan awal penulis, kenyataan yang dijumpai di
Pasar Bandeng Kota Tangerang dengan kompleksitas masalah yang terjadi
pada saat berlangsungnya kegiatan pelayanan pasar, terdapat penyimpangan
yang merupakan masalah pengawasan dan harus dilakukan perbaikan oleh PD
Pasar Kota Tangerang adalah sebagai berikut:
10
Pertama, kurangnya pengawasan kepada pelaku usaha pasar terutama
investor. Pada Pasar Bandeng, masih terdapat banyak kios yang kosong
terutama di lantai dua, hal ini dikarenakan harga sewa yang mahal yang
disebabkan oleh penjualan dari pihak ketiga. Walaupun kios yang berada di
pasar ini tersedia dengan keadaan yang baik tetapi ternyata banyak pedagang
yang mengaku bahwa harga kios yang disewakan atau dijual dengan harga
yang mahal karena banyak kios dan toko yang diinvestasikan oleh masyarakat,
bukan untuk membuka usaha dagang sehingga penyewa mendapat harga yang
lebih mahal daripada harga asli. Berdasarkan pernyataan administrasi keuangan
pihak pengelola pasar, perbedaan harga antara daftar harga asli dengan harga
yang diberikan oleh investor ada yang mencapai 50%. Seperti contohnya kios
yang berukuran 3x2 M mempunyai harga jual dari pihak pengelola sebesar Rp
118.000.000,- termasuk PPN 10% dan para investor menjual kembali pada
pedagang dengan kisaran harga Rp 225.000.000 – Rp 250.000.000.
Dari hasil observasi dan data yang diberikan oleh pihak PD Pasar
Bandeng, terdapat 7 jenis tempat pedagang untuk dibeli atau disewa oleh
pedagang yaitu los yang berbentuk meja keramik, counter yang berbentuk
tempat setengah lingkaran, 3 kios dengan ukuran yang berbeda-beda, kios
mamin (makanan dan minuman), dan kios KBT (kios bawah tangga). Semua
jenis tempat mempunyai ukuran yang berbeda-beda berdasarkan tanah dan huk.
Semua jenis tempat dagang tersebut tersusun dengan bangunan rapi yaitu kios
berada di sisi pinggir bangunan pasar, los berada di tengah pasar pada lantai 1,
counter berada di tengah pasar pada lantai 2, kios mamin berada di luar area
bangunan pasar yaitu dibawah kantor pengelola demi mencegah adanya
11
kebakaran yang disebabkan oleh dapur, dan kios KBT yang berada di setiap
bawah tangga pada area bangunan pasar. Dari semua itu, bangunan yang paling
banyak kosong adalah kios terutama pada lantai dua.
Hal yang disebabkan dari banyaknya kios yang kosong di Pasar
Bandeng berdampak pada sepinya pengunjung pasar dan menurunnya
pemasukan kepada PD Pasar Kota Tangerang. Mayoritas pengunjung adalah
hanya masyarakat di perumahan sekitar pasar. Berdasarkan wawancara yang
dilakukan dengan masyarakat sekitar, terdapat pernyataan bahwa masyarakat
banyak yang memilih pergi ke pasar lain yang lebih ramai dengan alasan pasar
lain mempunyai barang yang lebih lengkap dibandingkan Pasar Bandeng.
Bahkan terdapat beberapa pedagang pasar bandeng yang tidak rutin berjualan
maupun yang menutup usaha dagangannya dikarenakan kerugian yang didapat
oleh pedagang atas sepinya pengunjung pasar. Sepinya pengunjung juga
berdampak pada pemasukan pendapatan bagi pihak pengelola Pasar Bandeng
sehingga tidak dapat mencapai target kebijakan kontribusi yang seharusnya
diberikan kepada PD Pasar yaitu sebesar Rp 20.000.000,- menjadi diturunkan
pada tahun ke-2 setelah revitalisasi sebesar Rp 13.000.000,-. Hal ini berdampak
kerugian bagi PD Pasar Bandeng Kota Tangerang karena pada ketentuan awal,
besaran kontribusi untuk PD Pasar Bandeng seharusnya naik setiap tahunnya.
Dalam hal ini, PD Pasar pernah mengadakan sekali pertemuan bersama
para inverstor yaitu pada tahun pertama revitalisasi untuk melakukan himbauan
supaya para investor dapat mempertimbangkan harga jual atau sewa demi
keberlangsungan pasar tetapi hingga saat ini himbauan tersebut belum
membuahkan hasil dan smpai sekarang belum diadakan lagi pertemuan
12
bersama investor. PD Pasar juga belum memberikan peringatan dan sanksi
kepada para pedagang dan investor yang telah lama bahkan bertahun-tahun
menutup kiosnya sebagaimana sanksi yang tertulis di Peraturan Daerah Kota
Tangerang No 6 Tahun 2005 Pasal 10 yaitu sanksi ditutup dan disegelnya
tempat berjualan selama-lamanya 3 bulan berturut-turut, dikenakan denda
100% tiap keterlambatan 1 bulan membayar biaya jasa pengelolaan dan ijin
pemakai Tempat Berjualan dicabut apabila keterlambatan berlangsung selama
3 bulan berturut-turut, pemutusan aliran listrik dan air diputus.
Kedua, belum dilakukannya tindak lanjut dari hasil pengawasan
mengenai pelanggaran atas kewajiban dan larangan pedagang sesuai peraturan
yang ada. Melalui pengawasan yang dilakukan, terdapat beberapa pedagang di
Pasar Bandeng yang terbukti melakukan pelanggaran. Beberapa pelanggaran
tersebut antara lain, menempati los tempat berjualan dengan tidak sesuai aturan
yang ada, menambah dan memperluas tempat usahanya, tidak memelihara
kebersihan tempat dan barang dagangan serta menyediakan tempat sampah,
tidak memenuhi pembayaran pungutan pada waktunya. Masih terdapat
keterangan nama los yang tercantum di jalan dalam pasar yang tidak sesuai
dengan barang yang dijual di tempat tersebut. Pada saat pasar mempunyai
bangunan yang baru, pedagang di dalamnya berjualan dengan sesuai aturan,
tetapi kondisi seperti itu tidak berjalan lama karena para pedagang mengaku
merasa kehilangan konsumen. Hal ini terjadi karena pada awalnya masih
terdapat pedagang yang berjumlah sedikit sehingga pedagang memilih
berjualan di los yang berdekatan dengan los yang telah terisi agar tidak
kehilangan pelanggan. Selain itu terdapat juga pemilik kios yang
13
memperbolehkan pedagang menyewa kios dengan menjual dagangan yang
berbeda dengan keterangan kios. Pada akhirnya pedagang baru yang ingin
mengisi sesuai dengan aturan los tidak mendapat tempat karena sudah terisi
oleh pedagang lain. Selain itu, pedagang los terutama pada los sayur tidak
hanya berjualan di meja keramik yang telah disediakan, melainkan menambah
peti atau meja tambahan untuk memperbanyak produk dagang walaupun telah
terdapat aturan ambang toleransi dengan batasan keramik berwarna yang tetap
saja dilanggar oleh pedagang tersebut. Kebersihan yang kurang diperhatikan
oleh pedagang yang diakibatkan oleh bercampurnya sampah antara sayur
dengan daging atau yang lainnya di pinggir jalan membuat kurang nyamannya
jalan bagi pengunjung.
Berdasarkan wawancara dengan pihak pengelola Pasar Bandeng,
mereka menyatakan bahwa hal tersebut telah diketahui oleh pihaknya maupun
Kepala Pasar dan mereka menyadari hal tersebut memang menimbulkan
penyimpangan, tetapi pada akhirnya pihak pengelola membiarkan
ketidakteraturan tersebut demi meningkatkan pendapatan pedagang dan kondisi
pasar yang tidak memungkinkan untuk teratur. Namun sesuai dengan peraturan
yang ada, seharusnya PD Pasar mempunyai tugas untuk melakukan penyuluhan
kepada para pedagang, pelaku usaha, dan warga masyarakat pengguna pasar
mengenai kebersihan, keamanan, dan ketertiban. Selain itu, harus menegakkan
peraturan berupa sanksi ancaman pidana kurungan selama-lamanya 3 bulan
atau denda setinggi-tingginya Rp 5.000.000,00 sesuai dengan pelanggaran atas
kewajiban dan larangan pemakai tempat usaha. Hingga saat ini belum ada
tindakan tegas dari pengawasan yang telah dilakukan atas pelanggaran tersebut.
14
Ketiga, kurangnya Sumber Daya Manusia di PD Pasar Bandeng. Pada
Pasar Bandeng, Kepala Pasar adalah satu-satunya orang yang bekerja untuk
menangani segala permasalahan yang ada di Pasar. Kepala Pasar juga berperan
sebagai pengawas atau kepanjangan tangan dari PD Pasar Kota Tangerang
yang diberikan wewenang untuk mengawas dan mengevaluasi serta memberika
laporan kepada PD Pasar Kota Tangerang mengenai masing-masing pasar.
Namun sesuai aturan yang ada seharusnya Pasar Kota Tangerang mempunya
struktur organisasi sebagai berikut:
Bagan 1.1
Struktur Organisasi Pasar Kota Tangerang
Pada Pasar lainnya di Kota Tangerang terdapat PD Pasar masing-masing yang
mempunyai staff sesuai dengan struktur tersebut. Dengan kurangnya SDM di
Pasar Bandeng, peran pengawasan untuk mengupayakan perbaikan perilaku
pedagang menjadi terbatas. Hal tersebut diakibatkan oleh karena Kepala Pasar
harus bekerja sendiri untuk menghandle seluruh tanggung jawab dalam
KepalaPasar Subag Administrasi &
Keuangan
Urusan Kebersihan Urusan Ketentraman,
Ketertiban, Keamanan
Petugas Psapon Petugas Satuan
Pengamanan, ketertiban,
dan keamanan
15
organisasi pasar, tidak adanya koordinasi dalam organisasi pasar itu sendiri,
dan kurangnya kemampuan/kompetensi Kepala Pasar.
Keempat, tidak adanya SOP (Standar Operating Procedur) sebagai
acuan atau buku panduan dalam melakukan pengawasan untuk Kepala Pasar.
Dalam melakukan perannya sebagai pengawas, Kepala Pasar Bandeng tidak
memiliki standar yang baku untuk melakukan pengawasan sistematis sesuai
dengan prosedur. Namun, pada wawancara yang dilakukan peneliti, Kepala
Pasar Bandeng menyatakan bahwa ia mengetahui bagaimana alur pengawasan
pasar itu sendiri, yakni perannya mengawasi keadaan pasar dari mulai fisik
hingga pelaku usaha, selanjutnya menilai apa yang menjadi permasalahan atau
menemukan pelanggaran, kemudian membuat laporan kepada PD Pasar Kota
Tangerang untuk ditindaklanjuti langsung oleh PD Pasar Kota Tangerang
maupun dengan memberikan surat teguran untuk pihak pengelola/pihak swasta
agar melakukan tindakan perbaikan. Kepala Pasar Bandeng menyatakan bahwa
pihak pengelola tidak mempunyai inisiatif untuk melihat langsung
permasalahan yang ada atau pelanggaran yang ada di dalam pasar maupun
memberikan tindakan korektif untuk perbaikan. Bagaimanapun kemampuan
yang dimiliki oleh Kepala Pasar dalam melakukan pengawasan akan lebih baik
bila mempunyai SOP dimana kinerjanya dapat diukur dan dapat menciptakan
manajemen yang baik, serta dapat dilakukan penerapan sanksi yang tegas.
Kelima, lambatnya penangangan atas keluhan pedagang. Beberapa
pedagang mengaku bahwa seringkali keluhan yang mereka sampaikan tidak
mendapat respon yang cepat dari pihak pengelola maupun pd pasar. Pedagang
juga menyatakan bahwa jarang dilakukannya musyawarah antara pedagang
16
dengan pihak pengelola maupun pd pasar, padahal seringkali pedagang
mengharapkan hal tersebut dilakukan demi kemajuan pedagang maupun pasar.
Keluhan pedagang biasanya disampaikan kepada Kepala Pasar saat berada di
lapangan. Keluhan tersebut antara lain, 1) bagian-bagian fisik pasar yang telah
rusak seperti atap yang bocor, pagar yang roboh, dan pintu masuk yang kurang
yang membuat beberapa pedagang kehilangan konsumen, 2) harga kios yang
terbilang mahal karena investor, 3) sepinya pengunjung pasar terutama pada
lantai dua, 4) berkurangnya petugas kebersihan yang berdampak menurunnya
kebersihan lingkungan pasar. Kepala Pasar sendiri menyatakan bahwa setiap
keluhan dari pedagang selalu ia pertimbangkan dan dilaporkan kepada PD
Pasar Kota Tangerang, hanya saja untuk hal-hal yang berkaitan dengan fisik
pasar maupun pengelolaan pasar harus sepenuhnya tanggung jawab pihak
pengelola untuk menindaklanjuti dan seringkali hal tersebut dilakukan dengan
waktu yang lama sekalipun telah mendapat surat teguran dari pihak PD Pasar
Kota Tangerang.
1.2 Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengidentifikasikan
permasalahan berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilaksanakan
yaitu sebagai berikut:
1. Kurangnya pengawasan kepada pelaku usaha pasar terutama investor.
17
2. Belum dilakukannya tindak lanjut dari hasil pengawasan mengenai
pelanggaran atas kewajiban dan larangan pedagang sesuai peraturan
yang ada.
3. Kurangnya Sumber Daya Manusia di PD Pasar Bandeng.
4. Tidak adanya SOP (Standar Operating Procedur) sebagai acuan atau
buku panduan dalam melakukan pengawasan untuk Kepala Pasar.
5. Lambatnya penangangan atas keluhan pedagang pasar.
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini dilakukan agar peneliti lebih
fokus terhadap permasalahan secara mendalam, dalam hal ini peneliti
membatasi pada ruang lingkup permasalahan yang difokuskan kepada
“Pengawasan Perusahaan Daerah (PD) Pasar Kota Tangerang Pada Pasar
Tradisional Bandeng Pasca Revitalisasi”.
1.4 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah peneliti dalam melakukan penelitian ini yaitu
untuk mengetahui “Bagaimana Pengawasan Perusahaan Daerah (PD) Pasar
Kota Tangerang”.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Untuk menambah khasanah dalam ilmu pengetahuan terkait
pengembangan ilmu administrasi negara, khususnya pada teori
manajemen dan pengawasan. Selain itu, diharapkan penelitian ini
18
bermanfaat sebagai bahan referensi dan pembelajaran bagi peneliti yang
lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Pengawasan
Pasar Tradisional.
1.5.2 Manfaat Praktis
Bagi Pemerintah Kota Tangerang, Perusahaan Daerah (PD) Pasar Kota
Tangerang dan PD Pasar Bandeng Kota Tangerang diharapkan hasil
penelitian ini dapat memberikan kontribusi melalui masukan yang
bersifat membangun untuk meningkatkan kualitas pengelolaan Pasar
Tradisional di Kota Tangerang guna meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan garis besar penyusunan penelitian ini
yang bertujuan untuk memudahkan dalam memahami secara keseluruhan isi
dari penyusunan penelitian ini. Adapun sistematika penulisan penelitian
mengenai “Pengawasan Perusahaan Daerah (PD) Pasar Kota Tangerang
Pada Pasar Tradisional Bandeng Pasca Revitalisasi”, tersusun atas
sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini terdiri dari latar belakang yang menerangkan ruang
lingkup dan kedudukan masalah yang akan diteliti dalam bentuk deduktif.
19
Selanjutnya identifikasi masalah, dalam hal ini identifikasi masalah mendeteksi
aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari tema/topik/judul
penelitian atau masalah. Kemudian terdapat juga kegunaan penelitian yang
akan diteliti, dan yang terakhir yaitu sistematika penelitian yang menjelaskan
dari bab per bab yang ada dalam penelitian. menjelaskan tentang latar belakang
yang menerangkan secara jelas mengenai ruang lingkup masalah yang akan
diteliti dalam penelitian penelitian tersebut, lalu identifikasi masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II DESKRIPSI TEORI
Bab ini akan membahas mengenai teori-teori relevan yang digunakan
untuk mengkaji permasalahan-permasalahan yang muncul dalam penelitian ini.
Penelitian terdahulu dipaparkan sebagai bahan perbandingan antara penelitian
yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya, sehingga dapat diketahui
kesamaan atau perbedaan dari masing-masing penelitian yang dilakukan.
Selanjutnya, kerangka teori menggambarkan alur penelitian yang dikaji dengan
teori yang relevan dalam penelitian, sehingga peneliti dapat merumuskan
kesimpulan penelitian sementara.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri dari pendekatan dan metode penelitian yang digunakan.
Ruang lingkup penelitian dan lokasi dilakukannya penelitian. Definisi variabel
penelitian yang menjelaskan mengenai variabel penelitian itu sendiri.
Instrumen penelitian menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat
pengumpulan data. Informan penelitian menjelaskan orang-orang yang terkait
20
dengan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Teknik pengolahan dan
uji keabsahan data yang menjelaskan tentang teknik dan rasionalisasinya. Serta
tentang jadwal yang memaparkan waktu penelitian ini dilakukan.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Bab ini terdiri dari deskripsi obyek penelitian yang meliputi lokasi
penelitian secara jelas. Kemudian terdapat deskripsi data dari hasil penelitian
yang diolah dari data mentah dengan menggunakan teknik analisis data yang
relevan sebagaimana dengan penggunaan teori dalam penelitian ini.
Selanjutnya data yang sudah dianalisis, peneliti uji validitas dengan
menggunakan teknik triangulasi untuk mendapatkan hasil penelitian yang
diharapkan. Kemudian melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap persoalan
dan pada akhir pembahasan peneliti dapat mengemukakan berbagai
keterbatasan pelaksanaan penelitian, terutama untuk penelitian eksperimen dan
ketebatasan ini dapat dijadikan rekomendasi terhadap penelitian lebih lanjut
dalam bidang yang menjadi obyek penelitian.
BAB V PENUTUP
Bab ini menjelaskan secara jelas mengenai jawaban dari tujuan
penelitian. Kesimpulan dibuat dari hasil penelitian yang dilakukan secara
singkat, jelas dan mudah dipahami oleh pembaca. Selanjutnya, peneliti
memberikan saran yaitu berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap
bidang yang diteliti secara praktis agar dapat direalisasikan dalam kehidupan
nyata.
21
DAFTAR PUSTAKA
Memuat daftar referensi (literatur lainnya) yang digunakan dalam
penyusunan skripsi, daftar pustaka hendaknya menggunakan literatur yang
mutakhir.
LAMPIRAN
Memuat tentang hal-hal yang perlu dilampirkan untuk menunjang
penyususnan skripsi, seperti lampiran tabel-tabel, lampiran grafik, instrumen
penelitian, lampiran dokumentasi, riwayat hidup peneliti, dll.
22
BAB II
DESKRPSI TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN,
DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN
2.1 Deskripsi Teori
Teori digunakan agar peneliti dapat menemukan cara yang mudah
untuk mengelola sumber daya sewaktu dalam menyelesaikan pekerjaan. Maka
dari itu peneliti akan menjelaskan beberapa teori yang digunakan sebagai acuan
dalam mengkaji permasalahan serta yang berkaitan dengan masalah penelitian.
Dalam hal ini, teori yang digunakan yaitu pengertian Pasar, pengertian
Perusahan Daerah (PD) Pasar, dan pengertian Pengawasan.
2.1.1 Pengertian Pasar
Pengertian Pasar sebagaimana Peraturan Presiden Republik Indonesia
(Perpres-RI) Nomor 112 Tahun 2007 adalah area tempat jual beli barang
dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat
perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan
maupun sebutan lainnya. Lebih lanjut Perpres-RI tersebut mendefinisikan pasar
tradisional adalah pasar yang dibangun, dan dikelola oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha
Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa
toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil,
menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal
kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan dengan tawar-menawar.
23
Pengertian Pasar menurut Perda Kota Tangerang No. 6 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Pasar adalah sebagai berikut:
“Pasar adalah suatu kawasan tertentu beserta bangunan di atasnya yang
dimiliki dan ditetapkan oleh Pemeritah Kota Tangerang sebagai tempat
dilakukannya transaksi jual beli antara masyarakat umum dengan para
pedagang atau pelaku usaha yang secara teratur dan langsung
memperdagangkan barang atau menawarkan jasa, baik berupa Pasar
Tradisional, Pasar Induk maupun Pasar Modern.”
Sedangkan Pasar Tradisional adalah tempat yang disediakan oleh Pemerintah
Daerah untuk memperdagangkan barang dan/atau jasa dan dalam penentuan
harga terjadi tawar-menawar antara penjual dan pembeli.
Pasar bisa dibedakan berdasarkan tujuan pembeliannya menjadi dua
macam, yaitu pasar konsumen akhir dan pasar organisasional (pasar bisnis).
Pasar konsumen akhir terdiri atas setiap individu dan rumah tangga yang tujuan
pembeliannya adalah untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau untuk
dikonsumsi langsung. Perilaku pasar konsumen dipengaruhi oleh empat faktor
utama, yakni budaya (kultur, sub kultur, dan kelas sosial), sosial (kelompok
referensi, keluarga, serta peran dan status), pribadi (usia dan tahap siklus hidup,
pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri),
dan psikologis (motivasi, persepsi, pengetahuan, serta kepercayaan dan
pendirian). Sementara itu, pasar organisasional atau sering disebut pula pasar
antara (pasar produsen) terdiri atas organisasi, pemakai industri, pedagang,
pemerintah, dan lembaga non-profiit yang tujuan pembeliannya adalah untuk
diproses lebih lanjut hingga menjadi produk akhir; dijual kembali; disewakan
atau dipasok kepada pihak lain, baik untuk kepentingan meraih laba ataupun
untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya.
24
Berdasarkan pengertian pasar di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
pasar adalah tempat bertemunya pedagang dan pembeli yang berbentuk
bangunan dan dalam pelaksanaannya mempunya peraturan yang harus
dipatuhi.
2.1.2 Pengertian Perusahaan Daerah
Badan usaha milik daerah adalah badan usaha yang modalnya sebagian
atau seluruhnya milik pemerintah daerah dengan tujuan memberikan layanan
kepada masyarakat setempat. Contoh: Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM), Perusahaan Daerah Pasar (PD Pasar), PT Bank Jateng, PT Bank
DKI. Pendirian badan usaha milik daerah bertujuan untuk:
1. Melayani kebutuhan masyarakat di daerah tersebut
2. Memperoleh keuntungan yang akan digunakan untuk pembangunan di
daerahnya
Perusahaan Daerah adalah badan hukum yang kedudukannya sebagai
badan hukum diperoleh dengan berlakunya Peraturan Daerah. Perusahaan
daerah adalah suatu kesatuan produksi yang bersifat :
a) Memberi jasa
b) Menyelenggarakan kemanfaatan umum
c) Memupuk pendapatan.
Tujuan perusahaan daerah ialah untuk turut serta melaksanakan
pembangunan daerah khususnya dan pembangunan ekonomi umumnya dalam
rangka ekonomi terpimpin untuk memenuhi kebutuhan rakyat dengan
25
mengutamakan industrilisasi dan ketentraman serta kesenangan kerja dalam
perusahaan, menuju masyarakat yang adil dan makmur.
Undang–Undang Republik Indonesia No.5 Tahun 1962 Tentang
Perusahaan Daerah: Dalam pasal ini ditegaskan bahwa Perusahaan Daerah itu
adalah kesatuan produksi (regional), yaitu kesatuan produksi dalam arti luas,
yang meliputi perusahaan yang memberi jasa, menyelenggarakan kemanfaatan
umum yang bersifat nasional untuk kebutuhan seluruh masyarakat dan tidak
termasuk dalam bidang usaha yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat.
Perusahaan Daerah dalam menuaikan tugasnya selalu meperhatikan daya guna
yang sebesar–besarnya dengan tidak melupakan tujuan perusahaan untuk ikut
serta dalam pembangunan daerah khusunya dan pembangunan ekonomi
nasional umumnya dalam rangka ekonomi terpimpin untuk memenuh
kebutuhan rakyat dengan mengutamakan indutrialisasi dan ketentraman serta
kesenganan kerja dalam perusahaan menuju masyarakat yang adil dan makmur
materil dan spiritual. Sebagai contoh yang harusnya diusahakan oleh
Perusahaan Daerah yang modalnya untuk seluruhnya merupakan kekayaan
daerah dapat disebutkan Perusahaan Air Minum, Perusahaan Tanah untuk
Pembangunan perumahan, Perusahaan Pasar, Perusahaan Pembangunan
Perumahan Rakyat.
2.1.3 Pengertian Pengawasan
Pengawasan adalah salah satu fungsi organik manajemen yang
merupakan proses kegiatan pimpinan untuk memastikan dan menjamin bahwa
26
tujuan dan sasaran serta tugas-tugas organisasi akan dan telah terlaksana
dengan baik sesuai dengan rencana, kebijaksanaan, instruksi, dan ketentuan-
ketentuan yang telah ditetapkan dan berlaku. (LAN RI, 1997:159)
George R. Terry dan Leslie W. Rue dalam bukunya “Dasar–Dasar
Manajemen” (2009:163) menyatakan bahwa pengawasan adalah proses
mengevaluasikan pelaksanaan kerja dengan membandingkan pelaksanaan
aktual dengan apa yang diharapkan serta mengambil tindakan yang perlu.
Harold Koontz & Cyrill O’Donnell (Silalahi 1992:175), memberikan
definisi pengawasan adalah suatu pengukuran dan koreksi terhadap kegiatan
yang dilakukan oleh bawahan untuk menjamin agar apa yang terjadi ada
kesesuaian dengan rencana.
Herbert G. Hicks (Silalahi 1992:175), mengemukakan bahwa
pengawasan itu berkaitan dengan pembandingan antara kejadian-kejadian
dengan rencana dan mengadakan koreksi seperlunya apabila terjadi
penyimpangan dari rencana.
Pengawasan menurut Newman yang dikutip oleh Manullang adalah
“Controlling is assurance that the performance conform to plan”. Yang artinya
pengawasan adalah suatu usaha untuk menjamin agar pelaksanaan sesuai
dengan rencana.
Pengawasan adalah “keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan
kegiatan operasional guna menjamin bahwa berbagai kegiatan tersebut sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.” Dari definisi tersebut
terlihat bahwa pengawasan diselenggarakan pada waktu kegiatan operasional
27
sedang berlangsung. Berarti: (a) orientasi waktu pelaksanaan pengawasan
adalah sekarang; (b) sasaran pengawasan terbatas pada keterkaitannya dengan
rencana; (c) sifat pengawasan pada dasarnya adalah prefentif. (Siagian,
2007:258)
Handoko (1986:359) mengatakan pengawasan dapat didefinisikan
sebagai proses untuk “menjamin” bahwa tujuan-tujuan organisasi dan
manajemen tercapai. Hal ini berkenaan dengan cara-cara membuat kegiatan-
kegiatan sesuai yang direncanakan. Pengertian ini menunjukkan adanya
hubungan yang sangat erat antara perencanaan dan pengawasan.
Siagian (2005:125) mengatakan pengawasan merupakan proses
pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa
semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan sebelumnya.
Definisi pengawasan yang dikemukakan oleh Robert J. Mockler berikut
ini telah memperjelas unsur-unsur esensial proses pengawasan:
“Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan
standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem
informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang
telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-
penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk
menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara
paling efektif dan efisien dalam mencapai tujuan-tujuan perusahaan.”
Handayaningrat (1990:21) mengatakan bahwa pengawasan
dimaksudkan untuk mengetahui bahwa hasil pelaksanaan pekerjaan sedapat
mungkin sesuai dengan rencana (“Seeing that the operating result conform as
nearly as possible to the plan”).
28
John F. Mee dalam bukunya Management thought in a Dynamic
Economy menyatakan pengawasan adalah (controlling) adalah proses
pengamatan terhadap pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin
agar semua pekerjaan dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan sebelumnya (Handayaningrat, 1990:26).
Pengertian pengawasan menurut peneliti yaitu pengawasan adalah
rangkaian kegiatan yang meliputi pengamatan hingga pengoreksian dari suatu
organisasi pada suatu proses pelaksanaan agar dapat berjalan sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan demi tercapainya tujuan.
2.1.4 Manfaat Pengawasan
Manfaat terpenting dari pengawasan adalah: (a) tersedianya bahan
informasi bagi manajemen tentang situasi nyata dalam mana organisasi berada,
(b) dikenalinya faktor-faktor pendukung terjadinya operasionalisasi rencana
dengan efisien dan efektif, (c) pemahaman tentang berbagai faktor yang
menimbulkan kesulitan dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan operasional,
(d) langkah-langkah apa yang segera dapat diambil untuk menghargai kinerja
yang memuaskan dan (e) tindakan prefentif apa yang segera dapat dilakukan
agar deviasi dari standar tidak terus berlanjut. (Siagian, 2007:261)
2.1.5 Tujuan Pengawasan
Tujuan utama dari pengawasan adalah mengusahakan agar apa yang
direncanakan menjadi kenyataan. Oleh karena itu, agar sistem pengawasan itu
benar-benar efektif artinya dapat merealisasi tujuannya, maka suatu sistem
pengawasan setidak-tidaknya harus dapat dengan segera melaporkan adanya
29
penyimpangan-penyimpangan dari rencana. Apa yang telah terjadi dapat disetir
ke tujuan tertentu. Oleh karna itulah, suatu sistem pengawasan yang efektif
harus dapat segera melaporkan penyimpangan-penyimpangan sehingga
berdasarkan penyimpangan-penyimpangan itu dapat diambil tindakan untuk
pelaksanaan selanjutannya agar pelaksanaan keseluruhan benar-benar dapat
sesuai atau mendekati apa yang direncanakan sebelumnya. (Manullang,
2004:174)
Beberapa tujuan pengawasan administrasi kantor menurut Odgers
(2005) adalah:
1. meningkatkan kinerja organisasi secara kontinu, karena kondisi
persaingan usaha yang semakin tinggi menuntut organisasi untuk setiap
saat mengawasi kinerjanya;
2. meningkatkan efisiensi dan keuntungan bagi organisasi dengan
menghilangkan pekerjaan yang tidak perlu atau mengurangi
penyalahgunaan alat atau bahan;
3. menilai derajat pencapaian rencana kerja dengan hasil aktual yang
dicapai, dan dapat dipakai sebagai dasar pemberian kompensasi bagi
seorang pegawai;
4. mengoordinasikan beberapa elemen tugas atau program yang
dijalankan;
5. meningkatkan keterkaitan terhadap tujuan organisasi agar tercapai.
(Sukoco, 2007:129)
30
Hasil pengawasan harus dijadikan masukan oleh pimpinan dalam
pengambilan keputusan, untuk:
1. menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan,
penyelewengan, pemborosan, hambatan dan ketidak-tertiban.
2. Mencegah terulangnya kembali kesalahan, penyimpangan,
penyelewengan, pemborosan, hambatan dan ketidak-tertiban tersebut.
3. Mencari cara-cara yang lebih atau membina yang telah baik untuk
mencapai tujuan dan melaksanakan tugas-tugas organisasi.
(LAN RI, 1997:159)
2.1.6 Tipe-tipe Pengawasan
Dalam Handoko (2003:361) terdapat tiga tipe pengawasan, yaitu 1)
pengawasan pendahuluan, 2) pengawasan “concurrent”, dan 3) pengawasan
umpan balik.
Gambar 2.1
Sumber: (Handoko, 2003:361)
Pengawasan Pendahuluan (Feedforward Control). Pengawasan
pendahuluan, atau sering disebut steering controls, dirancang untuk
mengantisipasi masalah-masalah atau penyimpangan-penyimpangan dari
standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap
Feedforward Control Concurrent Control Feedback Control
Kegiatan Belum
Dilaksanakan
Kegiatan Sedang
Dilaksanakan
Kegiatan Telah
Dilaksanakan
31
kegiatan tertentu diselesaikan. Jadi, pendekatan pengawasan ini lebih aktif dan
agresif, dengan mendeteksi masalah-masalah dan mengambil tindakan yang
diperlukan sebelum suatu masalah terjadi. Pengawasan ini akan efektif hanya
bila manajer mampu mendapatkan informasi akurat dan tepat pada waktunya
tentang perubahan-perubahan dalam lingkungan atau tentang perkembangan
terhadap tujuan yang diinginkan.
Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan
(concurrent control), atau pengawasan ini sering disebut pengawasan “Ya-
Tidak”, screening control atau “berhenti-terus”, dilakukan selama suatu
kegiatan berlangsung. Tipe pengawasan ini merupakan proses dimana aspek
tertentu dari suatu prosedur harus disetujui dulu, atau syarat tertentu harus
dipenuhi dulu sebelum kegiatan-kegiatan bisa lanjutkan, atau menjadi
semacam peralatan “double-check” yang lebih menjamin ketepatan
pelaksanaan suatu kegiatan.
Pengawasan umpan balik (Feedback Control). Pengawasan umpan
balik, juga dikenal sebagai past-action controls, mengukur hasil-hasil dari
suatu kegiatan yang telah diselesaikan. Sebab-sebab penyimpangan dari
rencana atau standar ditentukan, dan penemuan-penemuan diterapkan untuk
kegiatan-kegiatan serupa di masa yang akan datang. Pengawasan ini bersifat
historis, pengukuran dilakukan setelah kegiatan terjadi.
Menurut Lembaga Administrasi Negara dalam buku “Sistem
Administrasi Negara Republik Indonesia”, pengawasan dapat dibedakan
menurut:
32
1) Subyek yang melakukan pengawasan
Berdasarkan subyek yang melakukan pengawasan, terdapat 4 macam
pengawasan, antara lain:
a) Pengawasan Melekat (Waskat), yaitu pengawasan yang dilakukan
oleh setiap pimpinan terhadap bawahan dan satuan kerja yang
dipimpinnya.
b) Pengawasan Fungsional (Wasnal), yaitu pengawasan yang
dilakukan oleh aparat yang tugas pokoknya melakukan pengawasan.
c) Pengawasan Legislatif (Wasleg), yaitu pengawasan yang dilakukan
oleh Lembaga Perwakilan Rakyat baik di Pusat (DPR) maupun di
daerah (DPRD). Pengawasan ini merupakan pengawasan politik
(Waspol).
d) Pengawasan Masyarakat (Wasmas), yaitu pengawasan yang
dilakukan oleh masyarakat, seperti yang termuat dalam media
massa.
2) Cara pelaksanaan pengawasan
Berdasarkan faktor ini, dapat dibedakan antara pengawasan langsung
dan pengawasan tidak langsung.
a) Pengawasan langsung ialah pengawasan yang dilaksanakan di
tempat kegiatan berlangsung, yaitu dengan mengadakan inspeksi
dan pemeriksaan.
b) Pengawasan tidak langsung, yaitu pengawasan yang dilaksanakan
dengan mengadakan pemantauan dan pengkajian laporan dari
33
pejabat/satuan kerja yang bersangkutan, aparat pengawasan
fungsional, pengawasan legislatif dan pengawasan masyarakat.
3) Waktu pelaksanaan pengawasan
a) Pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan dimulai.
Pengawasan ini antara lain dilakukan dengan mengadakan
pemeriksaan dan persetujuan rencana kerja dan rencana
anggarannya, Petunjuk Operasional (PO), persetujuan atas
rancangan peraturan perundangan yang akan ditetapkan oleh
pejabat/instansi yang lebih rencah.
b) Pengawasan yang dilakukan selama pekerjaan sedang berlangsung.
Pengawasan ini dilakukan dengan tujuan membandingkan antara
hasil yang nyata-nyata dicapai dengan yang seharusnya telah dan
yang harus dicapai dalam waktu selanjutnya.
c) Pengawasan yang dilakukan sesudah pekerjaan selesai
dilaksanakan. Pengawasan ini dilakukan dengan cara
membandingkan antara rencana dan hasil.
2.1.7 Proses Pengawasan
Dalam Handoko (2003:362) proses pengawasan biasanya terdiri paling
sedikit lima tahap (langkah), yaitu: 1) penetapan standar pelaksanaan, 2)
penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan, 3) pengukuran pelaksanaan
kegiatan nyata, 4) pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan
penganalisaan penyimpangan - penyimpangan, dan 5) pengambilan tindakan
koreksi bila perlu.
34
Gambar 2.2
Proses Pengawasan
Sumber: (Handoko, 2003:362)
Tahap pertama dalam pengawasan adalah penetapan standar
pelaksanaan. Standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang
dapat digunakan sebagai “patokan” untuk penilaian hasil-hasil tujuan, sasaran,
kuota, dan target pelaksanaan dapat digunakan sebagai standar. Bentuk standar
yang lebih khusus antara lain target penjualan, anggaran, bagian pasar (market-
share), marjin keuntungan, keselamatan kerja dan sasaran produksi.
Tiga bentuk standar yang umum (Handoko, 2003:364) adalah:
1. Standar-standar phisik, mungkin meliputi kuantitas barang atau jasa,
jumlah langganan atau kualitas produk.
Tindakan Koreksi
Penetapan Standart
Pelaksanaan
Penentuan
pengukuran
pelaksanaan
kegiatan
Pengukuran
pelaksanaan
kegiatan
Perbandingan
dengan standar
evaluasi
Pengambilan
tindakan koreksi
bila perlu
35
2. Standar-standar moneter, yang ditunjukkan dalam rupiah dan mencakup
biaya tenaga kerja, biaya penjualan, laba kotor, pendapatan penjualan,
dan sejenisnya.
3. Standar-standar waktu, meliputi kecepatan produksi atau batas suatu
waktu
Tahap kedua dalam pengawasan yaitu penentuan pengukuran
pelaksanaan kegiatan. Penetapan standar adalah sia-sia bila tidak disertai
berbagai cara untuk mengukur pelaksanaan kegiatan nyata.
Oleh karena itu, tahap kedua dalam pengawasan adalah menentukan
pengukuran pelaksanaan kegiatan secara tepat. Beberapa pertanyaan yang
penting berikut ini dapat digunakan: berapa kali (how often) pelaksanaan
seharusnya diukur – setiap jam, harian, mingguan, bulanan? Dalam bentuk
apa? (what form) pengukuran akan dilakukan – laporan tertulis, inspeksi visual,
melalui telepon? Siapa (who) yang akan terlibat? Manajer? Staf departemen?
Pengukuran ini sebaiknya mudah dilaksanakan dan tidak mahal, serta dapat
diterangkan kepada para karyawan.
Tahap ketiga dalam pengawasan adalah pengukuran pelaksanaan
kegiatan. Setelah frekuensi pengukuran dan sistem monitoring ditentukan,
pengukuran pelaksanaan dilakukan sebagai proses yang berulang-ulang dan
terus-menerus. Ada berbagai cara untuk melakukan pengukuran pelaksanaan,
yaitu:
1. pengamatan (observasi);
2. laporan-laporan, baik lisan maupun tulisan;
36
3. metoda-metoda otomatis dan
4. inspeksi, pengujian (test) atau dengan pengambilan sampel.
Tahap keempat dalam pengawasan yaitu pembandingan pelaksanaan
dengan standar dan analisa penyimpangan. Tahap kritis dari proses
pengawasan adalah pembandingan pelaksanaan nyata dengan pelaksanaan
yang direncanakan atau standard yang telah ditetapkan. Walaupun tahap ini
paling mudah dilakukan, tetapi kompleksitas dapat terjadi pada saat
menginterpretasikan penyimpangan (deviasi). Penyimpangan-penyimpangan
harus dianalisa untuk menentukan mengapa standar tidak dapat dicapai.
Tahap kelima dalam pengawasan yaitu pengambilan tindakan koreksi
bila diperlukan. Bila hasil analisa menunjukkan perlunya tindakan koreksi,
tindakan ini harus diambil. Tindakan koreksi dapat diambil dalam berbagai
bentuk. Standar mungkin diubah, pelaksanaan diperbaiki, atau keduanya
dilakukan bersamaan.
2.1.8 Prinsip-prinsip Pengawasan
Prinsip-prinsip pengawasan dalam buku “Sistem Administrasi Negara
Republik Indonesia” adalah sebagai berikut:
1. Obyektif dan Menghasilkan Fakta
Pengawasan harus bersifat obyektif dan harus menemukan fakta-fakta
tentang pelaksanaan pekerjaan dan berbagai faktor yang
mempengaruhinya.
2. Pengawasan Berpedoman pada Kebijakan yang Berlaku
37
Untuk dapat mengetahui dan menilai ada tidaknya kesalahan-kesalahan
dan penyimpangan, pengawasan harus berpangkal tolak dari keputusan
pimpinan, yang tercantum dalam:
a) Tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan
b) Rencana kerja yang telah ditentukan
c) Pedoman kerja yang telah digariskan
d) Peraturan-peraturan yang telah ditetapkan
3. Preventif
Pengawasan harus bersifat mencegah sedini mungkin terjadinya
kesalahan-kesalahan, berkembang dan terulangnya kesalahan-
kesalahan. Oleh karena itu pengawasan harus sudah dilakukan dengan
menilai rencana-rencana yang akan dilakukan.
4. Pengawasan bukan Tujuan
Pengawasan hendaknya bukan dijadikan tujuan, tetapi sarana untuk
menjamin dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan
organisasi.
5. Efisiensi
Pengawasan harus dilakukan secara efisiensi, bukan justru menghambat
efisiensi pelaksanaan pekerjaan.
6. Menemukan Apa yang Salah
Pengawasan terutama harus ditujukan mencari apa yang salah,
penyebab kesalahan, bagaimana sifat kesalahannya.
7. Tindak Lanjut
38
Hasil temuan pengawasan harus diikuti dengan tindak lanjut.
Suatu sistem pengawasan haruslah mengandung prinsip-prinsip berikut:
a. Dapat merefleksikan sifat-sifat dan kebutuhan-kebutuhan dari kegiatan-
kegiatan yang harus diawasi
b. Dapat dengan segera melaporkan penyimpangan-penyimpangan
c. Fleksibel
d. Dapat mereflektir pola organisasi
e. Ekonomis
f. Dapat dimengerti
g. Dapat menjamin diadakannya tindakan korektif
(LAN RI, 1997:163)
2.1.9 Dimensi Pengawasan
Terdapat empat dimensi pengawasan yang diciptakan oleh Robbins and
Coulter (2005:460) antara lain, standars, measurements, comparison, dan
action. Keempat dimensi pengawasan yang diciptakan Stephen P. Robbins and
Mary Coulter ini akan diuraikan sebagai berikut:
1) Menetapkan Standar (Standards)
Penetapan patokan (target) atau hasil yang diinginkan, untuk dapat
dilakukan sebagai perbandingan hasil ketika berlangsungnya kegiatan
organisasi. Standar juga merupakan batasan tentang apa yang harus
dilakukan dalam melaksanakan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan
dan target organisasi.
2) Pengukuran (Measurement)
39
Pengukuran merupakan proses yang berulang-ulang dilakukan dan
terus menerus dan benar, baik intensitasnya dalam bentuk pengukuran
harian, mingguan, atau bulanan sehingga tampak yang diukur antara
mutu dan jumlah hasil.
3) Membandingkan (Compare)
Membandingkan hasil yang dicapai dengan target atau standar yang
telah ditetapkan, mungkin kinerja lebih tinggi, atau lebih rendah atau
sama dengan standar. Proses ini akan memungkinkan penyimpangan-
penyimpangan antara standar antara standar dengan realisasi, apakah
standar dapat tercapai.
4) Melakukan tindakan (Action)
Keputusan mengambil tindakan koreksi-koreksi atau perbaikan. Proses
Follow-Up atau tindakan ini dapat dilakukan apakah dengan dengan
merubah standar, ukuran atau norma.
2.1.10 Syarat-syarat Pengawasan yang Efektif
Menurut Handayaningrat (1990:151) syarat-syarat pengawasan yang
efektif, ialah:
1. pengawasan harus dihubungkan dengan rencana dan kedudukan
seseorang
2. pengawasan harus dihubungkan dengan individu pimpinan dan
pribadinya
3. pengawasan harus menunjukkan penyimpangan-penyimpangan pada
hal-hal yang penting
40
4. pengawasan harus objektif
5. pengawasan harus luwes (fleksibel)
6. pengawasan harus hemat
7. pengawasan harus membawa tinakan perbaikan (corrective action)
Kemudian Siagian dalam bukunya fungsi-fungsi manajerial (2005:130)
mengatakan bahwa pelaksanaan pengawasan yang efektif merupakan salah satu
refleksi dari efektivitas manajerial seorang pemimpin. Untuk melaksanakan
pengawasan diperlukan tersedianya suatu sisteem informasi yang andal agar
pelaksanaan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya benar-benar
terlaksan sesuai dengan hal-hal yang telah ditetapkan. Penyediaan informasi
tidaklah selalu mudah karena agar benar-benar bermanfaat dalam pelaksanaan
pengawasan, informasi tersebut bukan saja harus dapat dipercaya, mutakhir,
dan terolah dengan rapi, tetapi sesuai dengan kebutuhan pemakainya.
Pengawasan akan berlangsung dengan efektif apabila memiliki ciri sebagai
berikut :
1. Pengawasan harus merefleksikan sifat dari berbagai kegiatan yang
diselenggarakan. Yang dimaksud ialah bahwa teknik pengawasan
harus sesuai, antara lain dengan penemuan informasi tentang siapa
yang melakukan pengawasan dan kegiatan apa yang menjadi sasaran
pengawasan tersebut. Dalam teknik pengawasan ada hal-hal yang
berlaku bagi semua jenis organisasi, misalnya anggaran yang
dialokasikan, standar waktu penyelesaian tugas, standar biaya, serta
pemanfaatan sumber daya manusia.
41
2. Pengawasan harus segera memberikan petunjuk tentang kemungkinan
adanya deviasi dari rencana. Pengawasan harus mapu mendeteksi
deviasi atau penyimpangan yang mungkin terjadi sebelum
penyimpangan itu menjadi kenyataan. Usaha deteksi seperti itu harus
dilakukan sedini mungkin dan informasi tentang hasil tentang deteksi
itu harus segera tiba ditangna manajer secara fungsional bertanggung
jawab agar ia segera dapat mengambill tindakan pencegahannya.
3. Pengawasan harus menunjukan pengecualian pada titik-titik strategis
tertentu. Karena banyaknya kegiatan yang harus dilakukan, manajer
harus mampu menentukan kegiatan apa yang perlu dilakukan sendiri
dan kegiatan apa yang seharusnya didelegasikan kepada orang lain.
4. Objektivitas dalam melakukan pengawasan. Terdapat kriteria dalam
standar prestasi kerja yang diharapkan dipenuhi oleh para pelaksana
kegiatan operasional. Kriteria demikian bermakna apabila para
pelaksana mengetahui, memahami dan menerima kriteria tersebut.
Dengan adanya kriteria tersebut, pengawasan dapat dilaksanakan
dengan objektif. Dampak positif dari adanya kriteria yang jelas
demikian dipandang dari kacamata para bawahan ialah bahwa bagi
mereka lebih mudah menerima hasil pengawasan yang dilakukan.
5. Keluwesan pengawasan. Salah satu konsekuensi adanya rencana yang
fleksibel ialah bahwa pengawasan pun harus bersifat fleksibel pula.
Fleksibilitas berarti bahwa pelaksanaan pengawasan harus tetap bisa
berlangsung meskipun organisasi menghaapi perubahan karena
timbulnya keadaan yang tidak diduga sebelumnya. Dengan demikian
42
penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan dapat dilakukan dalam
pelaksanaan kegiatan pengawasan.
6. Pengawasan harus memperhitungkan pola dasar organisasi. Pola dasar
dan tipe organisasi tertentu ditetapkan dalam mana tertampung
berbagai hal seperti pembagian tugas, pendelegasian wewenang, pola
pertanggungjawaban, jalur komunikasi dan jaringan informasi. Semua
ini harus diperhatikan dalam pengawasan.
7. Efisiensi pelaksanaan pengawasan. Pengawasan dilaksanakan supaya
keseluruhan organisasi bekerja dengan tingkat efisiensi yang semakain
tinggi. Oleh karena itu pengawasan sendiri harus diselenggarakan
dengan tingkat efisiensi tinggi pula.
8. Pemahaman sistem pengawasan oleh semua pihak yang terlibat.
Sistem pengawasan dewasa ini banyak digunakan dan dikembangkan
berbagai teknik untuk membantu para manajer melakukan
pengawasan seperti dengan menggunakan rumus matematika, bagan-
bagan yang rumit, analisis yang terinci, atau data statistik. Akan tetapi
tidak semua manajer memahami terlatih untuk menggunakan teknik-
teknik canggih tersebut. Bagi yang bertugas selaku pengawas, perlu
menentukan teknik pengawasan bagaimana yang dibutuhkannya, dan
alat bantu apa yang dikuasainya.
9. Pengawasan mencari apa yang tidak beres. Pengawasan yang baik
harus menemukan siapa yang salah dan faktor-faktor apa yang
menyebabkan terjadinya kesalahan tersebut.
43
10. Pengawasan harus bersifat membimbing. Jika telah ditemukan ada
yang tidak beres dan siapa yang salah serta telah diketahui pula faktor-
faktor penyebabnya. Kelemahan dan kesalahan bawahan hanya bisa
dikoreksi apabila manajer yang bersangkutan relatif bebas dari
kelemahan dan kesalahan yang sama.
Berdasarkan karakteristik diatas dapat diketahui bahwa pengawasan
yang efektif adalah pengawasan yang merefleksikan sifat dari kegiatan yang
sedang diselenggarakan, pengawasan tersebut dapat memberikan petunjuk
tentang kemungkinan dari adanya kesalahan atau penyimpangan yang terjadi
agar kesalahan tetrsebut dapat diantisipasi, dan apabila sudah terjadi maka
dapat diketahui penyebabnya agar tidak terulang lagi sehingga kegiatan yang
dilakukan tepat guna dan tujuan dari perencanaan dapat dicapai.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah kajian penelitian yang pernah dilakukan
peneliti sebelumnya yang dapat diambil dari berbagai sumber imiah, baik
skripsi, tesis, disertasi maupun jurnal penelitian. Penelitian terdahulu bisa
dijadikan sebagai referensi peneliti untuk menganalisis bagaimana penelitian
yang peneliti lakukan. Untuk menunjang penelitian ini, peneliti menggunakan
dua penelitian terdahulu, yaitu :
Ayu Dwi Purnamasari (2014) melakukan penelitian tentang Analisis
Kinerja Operasional Pasar Tradisonal Kota Bekasi, dengan menggunakan
penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisa
sejauh mana tingkat efisiensi pengelolaan input dan output, mendeskripsikan
44
perbaikan pasar-pasar Kota Bekasi yang tidak efisien dan mengeksplorasi
kendala-kendala dan solusi dalam pengelolaan pasar tradisional dengan studi
kasus 9 Pasar Tradisional di Kota Bekasi Tahun 2012. Teori yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA)
dari Mumu dan Susilowati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 4 pasar
tradisional di Kota Bekasi belum mencapai efisiensi, dimana input dan output
yang digunakan dalam penelitian belum digunakan secara optimal, sehingga
perlu dilakukan pengembangan dan perbaikan input dan output pada pasar
yang belum efisien.
Ike Hanisyah (2014) melakukan penelitian tentang Pengawasan Dinas
Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Tangerang Tentang Daerah
Wisata Pantai Di Kabupaten Tangerang, Studi Kasus Pantai Tanjung Kait,
Pantai Sangrila, dan Pantai Tanjung Pasir, dengan menggunakan penelitian
kualitatif. Penelitian ini berfokus pada bagaimana pengawasan yang dilakukan
Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Tangerang bukan hanya
dalam pelestarian lingkungan daerah pesisir pantai namun pengawasan yang
diharapkan untuk mengembangkan daerah wisata pantai di Kabupaten
Tangerang. Penelitian ini menggunakan Teori Indikator Pengawasan dari Eti.
D. Rahayu, yaitu menentukan ukuran (standar), mengadakan penilaian atau
pengukuran, melakukan perbandingan antara pelaksanaan pekerjaan dengan
pedoman, mengadakan perbaikan atau pembetulan. Kemudian hasil dari
penelitian ini yaitu Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten
Tangerang belum merumuskan ukuran pengawasan atau belum menyusun
pedoman buku standar pengawasan tersebut, belum adanya pengawasan atau
45
monitoring ke kawasan wisata pantai secara berkesinambungan yang
menyebabkan belum dilakukan aspek penilaian dari pengawasan yang pernah
dilakukan, belum dilakukan kembali pengawasan secara khusus untuk
memperhatikan kondisi dan situasi wisata pantai sehingga tidak adanya
perubahan positif bagi perkembangan wisata Pantai Tanjung Kait, Pantai
Sangrila, dan Pantai Tanjung Pasit.
Yaya Sunarya (2009) melakukan penelitian tentang Pengawasan Dalam
Pengelolaan Pertambangan Umum Oleh Dinas Pertambangan Dan Energi
Kabupaten Lebak, Studi Kasus Kawasan Pertambangan di Cikidang
Kecamatan Cibeber Kabupaten Lebak, dengan menggunakan metode penelitian
kualitatif. Penelitian ini mengkaji mengenai pengawasan yang dilakukan Oleh
Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Lebak di kawasan pertambangan
CIkidang Kecamatan Cibeber terhadap kegiatan pertambangan yang ada di
Cikidang serta faktor-faktor yang melatarbelakangi masyarakat menjadi
penambang ilegal. Penelitian ini menggunakan Teori Strategi Pengawasan
menurut Djoko Widodo, yaitu pelaku pengawasan pelaksanaan kebijakan,
standar operasional prosedur pengawasan, sumber daya keuangan dan
peralatan, jadwal pelaksanaan pengawasan. Kemudin kesimpulan dari hasil
penelitian ini adalah bahwa pengawasan yang dilakukan oleh Dinas
Pertambangan dan Energi Kabupaten Lebak terhadap kegiatan pertambangan
ilegal di kawasan pertambangan Cikidang secara prosedural sudah dilakukan
dengan baik, hanya saja dalam penerapan sanksi yang tidak diterapkan dengan
tegas , dan diperparah dengan sumber daya pengawas yang minim. Kemudian
faktor-faktor yang melatarbelakangi kegiatan pertambangan ilegal ini adalah
46
karena kondisi perekonomian masyarakat sekitar yang buruk serta pihak
keamanan dan aparat desa yang ikut “bermain” mendukung kegiatan ilegal
tersebut.
Sedangkan yang peneliti lakukan adalah berfokus pada bagaimana
Pengawasan Stratejik Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang terhadap
pengelolaan Pasar Tradisional Bandeng Kota Tangerang. Berdasarkan hasil
observasi awal peneliti ke Pasar Bandeng Kota Tangerang melihat beberapa
masalah yang ada pada pengelolaan yang menyebabkan ketidakdisiplinan,
ketidakteraturan, dan penyimpangan maka peneliti berasumsi bahwa
pengawasan yang dilakukan Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang belum
berjalan dengan baik.
2.3 Kerangka Berpikir
Menurut Sugiyono (2008:60), kerangka berfikir adalah sintesa tentang
hubungan antar-variable yang disusun dari berbagai teori yang telah
dideskripsikan. Dan berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan,
selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis sehingga menghasilkan
sintesa tentang hubungan antar-variabel yang diteliti. Sementara Uma Sekaran
dalam Sugiyono (2008:65) mengemukakan bahwa kerangka berfikir
merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan
berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah yang penting.
Dalam penyusunan kerangka berpikir, peneliti menggunakan teori
pengawasan yang dikemukakan oleh Robbins and Coulter (2005:460) yang
menyatakan tentang dimensi-dimensi pengawasan. Keempat dimensi
47
pengawasan yang diciptakan Stephen P. Robbins and Marry Coulter (2005)
adalah sebagai berikut:
1) Menetapkan Standar (Standards)
2) Pengukuran (Measurement)
3) Membandingkan (Compare)
4) Melakukan Tindakan (Action)
Adapun kerangka berpikir peneliti dalam penelitian ini adalah:
48
Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran
Sumber: Peneliti, 2016
Permasalahan:
1. Kurangnya pengawasan kepada pelaku
usaha pasar terutama investor.
2. Belum dilakukannya tindak lanjut dari
hasil pengawasan mengenai
pelanggaran atas kewajiban dan
larangan pedagang sesuai peraturan
yang ada.
3. Kurangnya Sumber Daya Manusia di
PD Pasar Bandeng.
4. Tidak adanya SOP sebagai acuan atau
buku panduan dalam melakukan
pengawasan untuk Kepala Pasar.
5. Lambatnya penangangan atas keluhan
pedagang pasar.
Dimensi-dimensi
pengawasan yang
diciptakan Stephen P.
Robbins and Marry
Coulter (2005) adalah
sebagai berikut:
1) Menetapkan
Standar
(Standards)
2) Pengukuran
(Measurement)
3) Membandingkan
(Compare)
4) Melakukan
tindakan
(Action)
Pengelolaan pasar
menjadi lebih baik
49
2.4 Asumsi Dasar
Berdasarkan pada kerangka pemikiran yang dipaparkan di atas, peneliti
telah melakukan observasi awal terhadap objek penelitian. Maka peneliti
berasumsi bahwa penelitian tentang “Pengawasan Perusahaan Daerah (PD)
Pasar Kota Tangerang Pada Pasar Tradisional Bandeng Pasca Revitalisasi”
belum berjalan optimal dan efektif sesuai dengan dimensi pengawasan
sehingga belum ada perbaikan akan penyimpangan-penyimpangan yang ada
hingga saat ini.
50
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2012:2).
Penentuan suatu metode yang digunakan dalam penelitian akan menentukan
kadar ilmiah hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,
penelitian yang digunakan oleh penulis adalah jenis penelitian kualitatif yang
merupakan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi
obyek alamiah dimana peneliti adalah instrumen kunci yang tertuju pada
pemecahan masalah yang ada.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif menurut Bogdan
dan Taylor dalam Basrowi dan Suwandi (2008 : 21) adalah sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sedangkan menurut
Satori dan Komariah (2010 : 28) mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif
bersifat deskriptif merupakan langkah kerja untuk mendeskripsikan suatu
obyek, fenomena, atau setting social terjewantah dalam suatu tulisan yang
bersifat naratif. Artinya, data dan fakta yang dihimpun berbentuk kata atau
gambar daripada angka-angka. Mendeskripsikan sesuatu berarti
menggambarkan apa, mengapa dan bagaimana suatu kejadian terjadi. Dalam
menuangkan suatu tulisan, laporan penelitian kualitatif berisi kutipan, kutipan
51
dari data atau fakta yang diungkap di lapangan untuk memberikan ilustrasi
yang utuh dan untuk memberikan dukungan terhadap apa yang disajikan.
Dalam praktiknya tidak terbatas pada pengumpulan dan penyusunan
klasifikasi data saja tetapi juga menganalisis dan menginterpretasikan tentang
arti data tersebut. Dengan demikian melalui penelitian deskriptif kualitatif ini
hanya berusaha untuk menggambarkan permasalahan yang ada dalam
“Pengawasan Perusahaan Daerah (PD) Pasar Kota Tangerang Pada Pasar
Tradisional Bandeng Pasca Revitalisasi”, dan kemudian menganalisanya
sampai pada suatu kesimpulan yang absolut.
3.2 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian merupakan bagian yang membatasi dan
menjelaskan substansi materi kajian penelitian yang akan dilakukan. Dalam hal
ini, ruang lingkup penelitian digunakan sebagai batasan penelitian agar dalam
melakukan penelitian, peneliti dapat lebih terfokus pada ruang lingkup
penelitian yang dilakukan. Dengan itu maka diharapkan dapat memudahkan
peneliti untuk lebih fokus pada penelitian yang akan dilakukan yaitu mengenai
“Pengawasan Perusahaan Daerah (PD) Pasar Kota Tangerang Pada Pasar
Tradisional Bandeng Pasca Revitalisasi”.
Pembatasan ruang lingkup penelitian sendiri didasarkan pada
penjabaran yang terdapat pada latar belakang masalah yang mana dipaparkan
secara ringkas dalam identifikasi masalah. Adapun, ruang lingkup dalam
penelitian ini adalah mendeskripsikan fenomena terkait bagaimana Perusahaan
52
Daerah Pasar Kota Tangerang dalam melakukan pengawasan Pasar Tradisional
di Pasar Tradisional Bandeng Pasca Revitalisasi.
3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yaitu menjelaskan locus penelitian yang akan
dilaksanakan, termasuk dalam menjelaskan tempat, serta alasan memilihnya.
Pasar Tradisional Bandeng dan Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang
dipilih sebagai lokasi penelitian didasarkan pada permasalahan-permasalahan
yang muncul sebagaimana yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah
penelitian, yaitu terkait mengenai belum berjalan optimal dan sesuainya
pengawasan dengan fase/langkah-langkah pengawasan sehingga tidak ada
perbaikan akan penyimpangan-penyimpangan yang ada hingga saat ini.
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Definisi Konsep
Definisi konseptual berfungsi untuk memberikan penjelasan
tentang konsep dari variabel yang akan diteliti menurut pendapat
peneliti berdasarkan kerangka teori yang akan digunakan. Adapun
definisi konseptual penelitian ini adalah:
1. Pengawasan
Pengawasan adalah suatu proses dimana pimpinan ingin mengetahui
apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh
bawahannya sesuai dengan rencana, perintah, dan tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya.
2. Pasar
53
Pasar adalah suatu daerah yang mempunyai bangunan di atasnya
yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah setempat atau Badan
Swasta dengan tujuan untuk memperdagangkan barang atau
menawarkan jasa dengan proses tawar-menawar.
3.4.2 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjabaran fenomena yang
akan diamati. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah
pengawasan PD Pasar Kota Tangerang dalam Pengelolaan Pasar
Tradisional Bandeng Kota Tangerang Pasca Revitalisasi. Karena
peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, maka dalam
penjelasan definisi operasional ini akan dikemukakan fenomena-
fenomena penelitian yang dikaitkan dengan konsep yang digunakan
yaitu menurut Stephen P. Robbins and Marry Coulter (2005) mengenai
dimensi pengawasan, yaitu:
1) Menetapkan Standar (Standards). Standar diperlukan untuk
peningkatan yang lebih baik dalam pelaksanaan perencanaan yang
sudah ditentukan. Menentukan standar pedoman dalam melakukan
pengawasan di Pasar Tradisional Bandeng Kota Tangerang.
2) Pengukuran (Measurement). Menentukan pengukuran pelaksanaan
kegiatan secara tepat sebagaimana yang seharusnya dilakukan
dalam kegiatan pengawasan.
3) Membandingkan (Compare). Membandingkan pelaksanaan nyata
dengan pelaksanaan yang direncanakan atau standard yang telah
54
ditetapkan dan penyimpangan harus dianalisa untuk menentukan
mengapa standar tidak dapat dicapai.
4) Melakukan tindakan (Action). Melakukan tindakan koreksi atas
hasil analisa dalam berbagai bentuk, antara lain mengubah standar,
memperbaiki pelaksanaan, atau keduanya dilakukan bersamaan.
Definisi operasional ini disusun dengan fokus penelitian berdasarkan
apa yang akan peneliti kaji dan temukan saat di lapangan, kemudian akan
dioleh dan dikembangkan sesuai dengan data yang diperoleh menjadi satu
rangkaian informasi yang dijabarkan dalam bentuk deskriptif sehingga menjadi
suatu hasil penelitian yang paten dan dapat dipertanggungjawabkan keabsahan
datanya.
3.5 Instrumen Penelitian
Irawan (2006 : 15) menjelaskan bahwa satu-satunya insturmen
terpenting dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Instrumen
penelitian digunakan untuk mengukur variabel yang akan diteliti. Instrumen
penelitian adalah alat untuk mengumpulkan data.
Peneliti sebagai key instrument juga harus “divalidasi” seberapa jauh
peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya turun ke
lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi
terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan
terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peniliti untuk memasuki objek
penelitian, baik secara akademik maupun logistik. Peneliti sebagai human
instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai
55
sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data,
analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya
(Sugiyono, 2012:222).
Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan seluas dan
selengkap mungkin mengenai “Pengawasan Perusahaan Daerah (PD) Pasar
Kota Tangerang Pada Pasar Tradisional Bandeng Pasca Revitalisasi”. Maka
sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposif,
yaitu pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2012:218). Sampel bagi metode kualitatif sifatnya purposive
artinya sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. Sampel metode kualitatif
tidak menekankan pada jumlah atau keterwakilan, tetapi lebih kepada kualitas
informasi, kredibilitas dan kekayaan informasi yang dimiliki oleh informan
atau partisipan. (Raco, 2010:115). Bouma Gary D. (1993:119) dalam bukunya
The Research Process, edisi revisi menyatakan: Purposive sampling, sejumlah
peneliti yakin bahwa mereka dapat menggunakan pertimbangan yang
mendalam atau intuisi dalam memilih orang-orang atau kelompok yang dinilai
paling baik untuk diteliti.
Adapun jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan
data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini yaitu data-data
yang didapat berupa kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati dari
hasil wawancara dan observasi lapangan. Sedangkan data-data sekunder yang
didapatkan berupa dokumen tertulis berupa catatan atau dokumentasi tentang
Perusahaan Daerah (PD) Pasar Kota Tangerang dan Pasar Bandeng Kota
Tangerang, seperti profil instansi, kepegawaian, struktur organisasi, dan data
56
lainnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Adapun alat-alat
tambahan yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data adalah pedoman
wawancara, alat tulis, alat perekam, buku catatan dan kamera.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
3.6.1 Cara Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan suatu hal yang penting
dalam penelitian. Karena metode ini merupakan strategi untuk
mendapatkan data yang diperlukan. Pengumpulan data dalam penelitian ini
dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataan-
kenyataan dan informasi yang dapat dipercaya. Untuk memperoleh data
seperti yang dimaksudkan itu, dalam penelitian digunakan teknik-teknik,
prosedur-prosedur, alat-alat, serta kegiatan yang nyata. Teknik
pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan
(Sugiyono, 2012:63). Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini yaitu sebagai berikut:
1. Pengamatan/Observasi
Dalam penelitian ini, teknik observasi/pengamatan yang digunakan
adalah observasi non partisipatif (pengamatan tidak terlibat), dimana peneliti
dalam melakukan pengumpulan data tidak melibatkan diri dalam pekerjaan
57
yang dilakukan oleh sumber data melainkan melakukan pengamatan secara
berulang-ulang kepada kegiatan obyek/sumber data.
2. Wawancara
Adapun teknik pengumpulan data dengan cara wawancara dalam
penelitian ini adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam
(indepth interview) adalah data yang diperoleh terdiri dari kutipan
langsung dari orang-orang tentang pengalaman, pendapat perasaan dan
pengetahuan informan penelitian. Informan penelitian adalah orang yang
memberikan informasi yang diperlukan selama proses penelitian.
Wawancara dilakukan dengan cara mempersiapkan terlebih dahulu
berbagai keperluan yang dibutuhkan yaitu penentuan informan yang terdiri
dari informan kunci dan informan sekunder, kriteria informan dan
pedoman wawancara disusun dengan rapih dan terlebih dahulu dipahami
peneliti. Selain itu, sebelum melakukan wawancara peneliti juga
melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menerangkan kegunaan serta tujuan dari penelitian;
b. Menjelaskan alasan informan terpilih untuk diwawancarai;
c. Menjelaskan situasi atau badan yang melaksanakan;
d. Mempersiapkan pencatatan data wawancara.
Hal-hal tersebut bertujuan untuk memberikan motivasi kepada
informan untuk melakukan wawancara dengan menghindari keasingan
serta rasa curiga informan untuk memberikan keterangan dengan jujur,
selanjutnya peneliti mencatat keterangan-keterangan yang diperoleh dengan
58
cara pendekatan kata-kata dan merangkainya kembali dalam bentuk kalimat
(Nazir, 2009:200). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara
tak terstruktur. Wawancara tak terstruktur ini adalah wawancara yang bebas
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya, namun
pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan. Adapun secara garis besar, pedoman
wawancara yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
Tabel 3.1
Pedoman Wawancara
Dimensi
Pengawasan
(Robbins and
Coulter, 2005)
Indikator Pedoman Wawancara Informan
1. Menetapkan
Standar
(Standards)
a. Penetapan Perencanaan
b. Penetapan Target/Hasil
yang diinginkan
1. Perjanjian kerjasama antara
PD Pasar Bandeng dan PT.
Bangunbina Persada.
2. Standar/SOP yang dimiliki
oleh PD Pasar Kota
Tangerang.
3. Sanksi tertulis untuk
mencegah adanya
penyimpangan.
4. Target yang ditetapkan dari
revitalisasi Pasar Bandeng.
5. Kontribusi yang disepakati
untuk pendapatan dan
pengeluaran PD Pasar Kota
Tangerang dan PT
Bangunbina Persada.
6. Retribusi yang ditetapkan
bagi Pedagang Pasar
Bandeng.
7. Peraturan yang dibuat untuk
mengelola Pasar Bandeng.
1) Kepala Pasar
Bandeng
2) Mantan
Kepala Pasar
Bandeng
3) Kabid
Administrasi
dan
Kepegawaian
PD Pasar Kota
Tangerang
4) Administrasi
Keuangan
Pasar
Bandeng dari
Pihak
Pengelola/PT.
Bangunbina
Persada
2. Pengukuran
(Measurement)
a. Intensitas Pengawasan
(Harian, Minggan,
Bulanan)
b. Hal-hal yang diukur
dalam Pengawasan
1. Jadwal pengawasan.
2. SDM/Tim pengawas.
3. Bentuk pengawasan.
4. Sistem pengawasan.
5. Mekanisme pengawasan.
6. Sasaran pengawasan.
7. Kondisi sarana dan prasarana
Pasar setelah direvitalisasi
hingga saat ni.
1) Kepala Pasar
Bandeng
2) Mantan Kepala
Pasar Bandeng
3) Kabid
Administrasi
dan
Kepegawaian
PD Pasar Kota
59
8. Jumlah pengunjung Pasar
Bandeng.
9. Ketertiban Pedagang dalam
melaksanakan
tanggungjawab.
Tangerang
4) Pedagang
Pasar Bandeng
5) Konsumen
Pasar Bandeng
6) Petugas
Kemanan
7) Petugas
Kebersihan
8) Petugas Parkir
9) Masyarakat
Sekitar Pasar
3. Membandingkan
(Compare)
a. Hasil yang dicapai
b. Penyimpangan yang
terjadi
1. Hasil laporan pelaksanaan
pengawasan rutin.
2. Realisasi yang ada di
lapangan.
3. Tercapai atau tidaknya
standar yang telah ditentukan.
4. Pelanggaran/penyimpangan
yang terjadi di Pasar
Bandeng.
1) Kepala Pasar
Bandeng
2) Mantan Kepala
Pasar Bandeng
3) Kabid
Administrasi
dan
Kepegawaian
PD Pasar Kota
Tangerang
4) Pihak
Pengelola dari
PT.
Bangunbina
Persada
5) Pedagang
Pasar Bandeng
6) Konsumen
Pasar Bandeng
7) Petugas
Keamanan
8) Petugas
Kebersihan
9) Petugas Parkir
4. Melakukan
Tindakan
(Action)
a. Koreksi atas hasil
pengawasan
b. Solusi untuk melakukan
perbaikan
c. Perubahan Standar,
Ukuran, atau Norma
1. Keputusan yang diambil
untuk menanggapi hasil
pengawasan.
2. Respon dalam menanggapi
keluhan Pedagang/saran dari
Konsumen.
3. Proses tindak lanjut atau bukti
yang telah dilakukan dalam
memperbaiki pelanggaran
yang ada.
4. Penetapan sanksi yang tegas
terhadap penyimpangan yang
ada.
5. Perubahan jumlah kontribusi
yang telah ditetapkan untuk
PT. Bangunbina Persada
maupun pelaku usaha di Pasar
Bandeng.
6. Peraturan yang diperbaharui.
7. Standar yang diubah.
1) Kepala Pasar
Bandeng
2) Kabid
Administrasi
dan
Kepegawaian
PD Pasar Kota
Tangerang
3) Pihak
Pengelola dari
PT.
Bangunbina
Persada
4) Pedagang
Pasar Bandeng
5) Konsumen
Pasar Bandeng
6) Masyarakat
Sekitar Pasar
(Sumber: Peneliti, 2016)
60
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan-catatan, peraturan,
kebijakan, laporan-laporan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto,
gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif
(Sugiyono, 2012:82). Dokumentasi dalam penelitian ini berupa dokumen-
dokumen yang mendukung penelitian mengenai pengawasan PD Pasar Kota
Tangerang pada Pasar Bandeng pasca revitalisasi.
4. Studi Literatur/Kepustakaan
Studi literatur/kepustakaan dalam penelitian ini adalah
pengumpulan data penelitian yang diperoleh dari berbagai referensi baik
buku ataupun jurnal ilmiah yang relevan dengan penelitian yang
dilakukan.
3.6.2 Jenis dan Sumber Data
Dalam melakukan penelitian dapat digunakan sumber fakta berganda,
baik primer maupun sekunder. Menurut Andi (2004:57), menjelaskan sebagai
berikut:
“dilihat dari cara memperolehnya, data bisa dibagi menjadi dua, yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diterima langsung dari
61
objek yang diteliti. Sedangkan data sekunder adalah data yang sudah dalam
bentuk jadi, seperti dalam bentuk dokumen dan publikasi.”
Berkaitan dengan hal yang di atas, dalam penelitian ini jenis data yang
dikumpulkan untuk penelitian tersebut terdiri dari data primer dan data
sekunder dengan rincian sebagai berikut:
1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsug dari objek yang
diteliti agar memperoleh informasi yang menyeluruh, tepat, dan benar
yang diperoleh dari wawancara. Yin (2002:108) menyatakan bahwa
“Salah satu sumber informasi yang sangat penting ialah wawancara”.
2. Data sekunder, dilakukan untuk mendukung data primer guna
pengembangan analisis data yang diperoleh dari kepustakaan, yaitu
peneliti memperolehnya dari studi kepustakaan, dokumen dan arsip
yang bersumber dari buku-buku yang relevan dan dari lembaga-
lembaga yang menjadi objek penelitian.
Sumber data dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang ada
hubungannya dengan penelitian serta menunjang untuk kelengkapan informasi
yang dibutuhkan.
3.7 Informan Penelitian
Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi yang
diperlukan selama proses penelitian. Informan ini terbagi menjadi dua, yaitu
informan kunci (key informan) dan informan sekunder (secondary informan).
Pada penentuan informan dalam penelitian kualitatif adalah bagaimana
62
informan kunci (key informan) didapat dalam situasi yang sesuai dengan fokus
penelitian. Sedangkan, pemilihan informan kedua (secondary selection)
berfungsi sebagai cara alternatif bagi peneliti yang tidak dapat menentukan
partisipan secara langsung.
Dalam penelitian mengenai “Pengawasan Perusahaan Daerah (PD)
Pasar Kota Tangerang Pada Pasar Tradisional Bandeng Pasca Revitalisasi”
ini, pemilihan informan penelitiannya menggunakan purposive sampling.
Adapun informan-informan yang peneliti tentukan merupakan orang-orang
ataupun pihak-pihak yang menurut peneliti memiliki informasi yang
dibutuhkan dalam penelitian ini, karena informan itu sendiri berhubungan
langsung dengan masalah yang sedang diteliti oleh peneliti.
Adapun informan dalam penelitian ini yaitu:
Tabel 3.2
Daftar Informan
No Kode Nama Keterangan
1 I1-1 Mantan Kepala Pasar
Bandeng
Key Informan
2 I1-2 Kepala Pasar Bandeng
3 I1-3 Staff Perbantuan PD Pasar
Bandeng
4 I1-4 Kepala Sub Divisi
Pembangunan,
63
Pemeliharaan, dan
Rehabilitasi PD Pasar Kota
Tangerang
5 I2-1 Administrasi Keuangan
Pasar Bandeng dari PT.
Bangunbina Persada
Key Informan
6 I2-2 Humas Pengelola Pasar
Bandeng dari PT.
Bangunbina Persada
7 I2-3 Petugas Parkir Pasar
Bandeng
Secondary Informan
8 I2-4 Petugas Kebersihan Pasar
Bandeng
9 I2-5 Petugas Keamanan Pasar
Bandeng
10 I3-1 Pedagang Sendal Pasar
Bandeng
Key Informan
11 I3-2 Pedagang Daging Pasar
Bandeng
12 I3-3 Pedagang Pakaian Pasar
Bandeng
13 I3-4 PKL Sayuran Pasar
Bandeng Secondary Informan
14 I3-5 Konsumen Pasar Bandeng
64
15 I3-6 Konsumen Pasar Bandeng
16 I3-7 Masyarakat Sekitar Pasar
Bandeng
17 I3-8 Konsumen Pasar Bandeng
18 13-9 Konsumen Pasar Bandeng
(Sumber : Peneliti, 2015)
3.8 Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (Moleong, 2005 :
248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah - milahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa
yang paling dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain. Analisis data dalam penelitian kualitatif,
dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung , dan setelah selesai
pengumpulan data dalam periode tertentu.
Dalam penelitian ini teknik analisis data dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam
periode tertentu. Dalam menganalisis selama di lapangan peneliti
menggunakan model Miles dan Huberman yang mengemukakan bahwa
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif yang
berlangsung terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Proses datanya mencakup:
a. Data Reduction (Reduksi Data)
65
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya. Dengan demikian data yang direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan memudahkan
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya,
dan mencarinya jika diperlukan.
b. Data Display ( Penyajian Data)
Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data, penyajian data dapat dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan
sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan
data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif.
c. Conclusion Drawing/Verification (Penarikan Kesimpulan)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles
dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan yang dikemukakan masih bersifat sementara,
dan akan berubah bila tidak dikemukakan bukti-bukti yang
kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan
pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan
data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel.
66
Gambar 3.1
Teknik Analisis Data
(Sumber: Sugiyono, 2012)
3.9 Teknik Pengujian dan Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan
(Moleong, 2013 : 324). Pelaksanaan teknik pemeriksaan pada penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan metode triangulasi. Metode triangulasi
merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sumber
yang lain di luar data itu, untuk pengecekan atau pembanding terhadap data itu.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua teknik triangulasi
pendekatan untuk menguji keabsahan data dari hasil penelitian lapangan
(Sugiyono, 2012 : 274 ), yaitu :
Data
collection Data display
Conclusion:
drawing/verifyng
Data
reduction
67
1. Triangulasi sumber, untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
Peneliti melakukan eksplorasi untuk mengecek kebenaran data dari
beragam sumber yang masih terkait satu sama lain dalam Pengawasan
Pasar Tradisional oleh Perusahaan Daerah (PD) Pasar Kota Tangerang di
Pasar Bandeng Kota Tangerang.
2. Triangulasi teknik, untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data kepada sumber yang sama namun dengan teknik
yang berbeda. Hal ini dilakukan dengan cara membandingkan antara hasil
yang diperoleh dari wawancara dengan sumber data, melalui observasi
maupun dengan dokumentasi.
Selain itu peneliti juga melakukan membercheck dalam menguji
keabsahan data. Membercheck yaitu proses pengecekan data yang diperoleh
peneliti kepada pemberi data. Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui
seberapa jauh data yang diperoleh telah sesuai dengan apa yang telah diberikan
oleh informan penelitian. Setelah membercheck dilakukan, maka informan
diminta tandatangan sebagai bukti otentik bahwa peneliti telah melakukan
membercheck.
3.10 Jadwal Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kota Tangerang, tepatnya di Pasar
Bandeng, Kelurahan Karawaci Baru, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang.
Penelitian ini akan dilakukan mulai dari bulan September 2015 sampai dengan
November 2016. Adapun jadwal penelitiannya adalah sebagai beriku
68
Tabel 3.3
Jadwal Penelitian
No
Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Sep
2015
Okt-Nov
2015
Des
2015
Jan
2016
Feb
2016
Mar
2016
Apr-Mei
2016
Okt
2016
Des
2016
1 Pengajuan Judul 2
2 Observasi Awal
3 Pengumpulan
Data
4 Penyusunan
Proposal
5 Seminar
Proposal
6 Revisi Proposal
Skripsi
7 Penelitian
Lapangan
8 Pengolahan Data
9 Penyusunan Bab
IV
10 Penyusunan Bab
V
11 Sidang Skripsi
69
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
Deskripsi penelitian menggambarkan mengenai objek penelitian yang
meliputi lokasi penelitian secara jelas, struktur organisasi, tugas pokok dan
fungsi pada lokasi penelitian, serta hal lainnya yang berhubungan dengan
penelitian yang dilakukan. Deskripsi obyek penelitian juga menjelaskan secara
umum terkait gambaran pengawasan, keberlangsungan pasar, dan pengelolaan
pasar, serta dijelaskan juga terkait gambaran umum instansi yang menjadi
obyek dalam penelitian ini. Berikut “Pengawasan Perusahaan Daerah (PD)
Pasar Kota Tangerang Pada Pasar Tradisional Bandeng Pasca Revitalisasi”.
4.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Tangerang
Kota Tangerang adalah sebuah kota yang terletak di Tatar Pasundan
Provinsi Banten, Indonesia. Kota ini terletak tepat di sebelah barat ibu kota
negara Indonesia, Jakarta. Kota Tangerang berbatasan dengan Kabupaten
Tangerang di sebelah utara dan barat, Kota Tangerang Selatan di sebelah
selatan, serta Daerah Khusus Ibukota Jakarta di sebelah timur. Tangerang
merupakan kota terbesar di Provinsi Banten serta ketiga terbesar di
kawasan Jabodetabek setelah Jakarta dan Bekasi di provinsi Jawa Barat.
Secara geografis, Kota Tangerang terletak pada posisi 6°10’41,9”LU
106°37’54,8”BT 6,16667°LS. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan
Teluk Naga dan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang, sebelah Selatan
70
berbatasan dengan Kecamatan Curug, Kecamatan Serpong dengan DKI
Jakarta, sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Cikupa
Kabupaten Tangerang. Secara administratif luas wilayah Kota Tangerang
dibagi dalam 13 kecamatan, yaitu:
1. Ciledug (8,769 Km2)
2. Larangan (9,611 Km2)
3. Karang Tengah (10,474 Km2)
4. Cipondoh (17,91 Km2)
5. Pinang (21,59 Km2)
6. Tangerang (15,785 Km2)
7. Karawaci (13,475 Km2)
8. Jatiuwung (14,406 Km2)
9. Cibodas (9,611 Km2)
10. Periuk (9,543 Km2)
11. Batuceper (11,583 Km2)
12. Neglasari (16,077 Km2)
13. Benda (5,919 Km2)
71
Gambar 4.1
Peta Kota Tangerang
(Sumber: Wikipedia, 2016)
serta meliputi 104 Kelurahan dengan 981 Rukun Warga (RW) dan 4.900
Rukun Tetangga (RT). Letak Kota Tangerang tersebut sangat strategis karena
berada di antara Ibukota Negara DKI Jakarta dan Kabupaten Tangerang. Sesuai
dengan Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 1976 tentang Pengembangan
Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi), Kota Tangerang merupakan
salah satu daerah penyangga Ibukota Negara DKI Jakarta.
Posisi Kota Tangerang tersebut menjadikan pertumbuhannya pesat.
Pada satu sisi wilayah Kota Tangerang menjadi daerah limpahan berbagai
kegiatan di Ibukota Negara DKI Jakarta. Di sisi lain Kota Tangerang dapat
menjadi daerah kolektor pengembangan wilayah Kabupaten Tangerang sebagai
daerah dengan sumber daya alam yang produktif.
72
4.1.2 Gambaran Umum Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang
Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang adalah Badan Usaha Milik
Daerah yang bertujuan untuk melayani kebutuhan masyarakat dalam rangka
peningkatan efisiensi umum di bidang perpasaran di lingkungan perekonomian
rakyat Kota Tangerang. PD Pasar Kota Tangerang didirikan berdasarkan Perda
No. 3 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Perusahaan Daerah Pasar Kota
Tangerang dan mulai beroperasi pada tanggal 10 April 2004. PD Pasar
dibentuk atas dasar pengelolaan pasar yang dahulu dikelola oleh Pemerintah
Kota Tangerang melalui Dinas Perindustrian Perdagangan Pariwisata dan
Dunia Usaha tidak sesuai lagi karena adanya persaingan global seiring dengan
perkembangan Kota Tangerang.
4.1.3 Tugas Unsur Organisasi
Sesuai dengan Peraturan Walikota Tangerang Nomor 09 B Tahun 2003
Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan Daerah Pasar Kota
Tangerang, Perusahaan Daerah mempunyai tugas pokok mengupayakan
peningkatan mutu pelayanan Pemerintah Daerah dan Pendapatan Asli Daerah
di bidang perpasaran melalui kegiatan-kegiatan serta usaha-usaha perencanaan,
pengembangan, pembangunan dan pemanfaatan nilai sosial-ekonomi pasar.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok yang dimaksud, Perusahaan Daerah
memiliki fungsi:
a. Pelaksanaan analisis terhadap potensi perpasaran di Daerah;
b. Perencanaan dalam rangka pengembangan dan atau pembangunan
pasar;
73
c. Pemeliharaan dan pengawasan terhadap pasar;
d. Pengelolaan terhadap retribusi yang berkenaan dengan pasar;
e. Pelaksanaan pembinaan terhadap para pedagang, pelaku usaha dan
masyarakat pengguna pasar;
f. Pemberian fasilitas dalam rangka penciptaan stabilitas harga dan
kelancaran arus distribusi barang di pasar.
Adapun tugas unsur organisasi PD Pasar Kota Tangerang adalah
sebagai berikut:
1. Badan Pengawas, mempunyai tugas:
a. Mengadakan pengawasan terhadap kegiatan-kegiatan dan usaha-
usaha Perusahaan Daerah
b. Mengajukan saran dan pendapat kepada Walikota dalam hal-hal
menyangkut:
- Pengangkatan dan pemberhentian Direksi;
- Rencana kerja Anggaran Tahunan;
- Laporan Kegiatan Usaha Triwulan dan Laporan Keuangan
Triwulanan.
Untuk menjalankan tugas sebagaimana yang dimaksud, Badan
Pengawas mempunyai wewenang untuk:
a. Memperingatkan atau memberi teguran kepada Direksi dalam hal
Direksi menyalahi Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan yang
telah disahkan atau disetujui perubahannya oleh Badan Pengawas;
74
b. Mengadakan pemeriksaan terhadap Direksi yang diduga telah
menimbulkan kerugian terhadap Perusahaan Daerah;
c. Memberikan pengesahan terhadap Rencana Kerja Lima Tahunan
serta Renana Kerja dan Anggaran Tahunan Perusahaan Daerah.
Badan Pengawas dipimpin oleh seorang Ketua yang dalam
melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Walikota.
2. Direksi, mempunyai tugas:
a. Memimpin dan mengendalikan seluruh kegiatan dan usaha
Perusahaan Daerah
b. Mengajukan Rencana Kerja Lima Tahunan serta Rencana Tahunan
kepada Badan Pengawas untuk memperoleh pengesahan
c. Mengadakan pembinaan terhadap para Pegawai
d. Melaksanakan pengelolaan atas kekayaan Perusahaan Daerah
e. Melaksanakan dan membina kegiatan-kegiatan administrasi umum
dan administrasi keuangan
f. Mewakili Perusahaan Daerah di dalam maupun di luar pengadilan
g. Memberikan laporan secara periodik mengenai kemajuan yang telah
dicapai oleh Perusahaan Daerah, dalam bentuk Laporan Kegiatan
Usaha Triwulan kepada Badan Pengawas
Untuk menjalankan tugas sebagaimana yang dimaksud, Direksi
mempunyai wewenang untuk:
a. Mengadakan pengangkatan dan pemberhentian Pegawai;
75
b. Menetapkan pengangkatan, pemberhentian dan pengalintugasan
para Pegawai dalam rangka pengisian jabatan-jabatan di bawah
Direksi;
c. Melaksanakan penandatangan naskah ikatan hukum antara
Perusahaan Daerah dengan pihak lain;
d. Dengan persetujuan Badan Pengawas, mengadakan:
- Perubahan terhadap Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan
- Perjanjian-perjanjian kerjasama dengan pihak lain dan atau
pinjaman kepada pihak lain dalam hal perjanjian-perjanjian
kerjasama dan atau pinjaman tersebut dapat menyebabkan
berkurangnya asset atau menimbulkan beban terhadap anggran
Perusahaan Daerah
- Pemindahtanganan, pembebanan dengan hipotik atau
penggadaian barang-barang milik Perusahaan Daerah, baik
barang bergerak maupun barang tidak bergerak
- Penyertaan modal Perusahaan Daerah pada perusahaan lain.
Direksi dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang dalam
melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Walikota melalui
Badan Pengawas.
3. Direktur Utama, mempunyai tugas:
a. Menetapkan kebijakan strategis Direksi dalam rangka mencapai
tujuan pokok dan menyelenggarakan fungsi-fungsi Perusahaan
Daerah
76
b. Memimpin, mengarahkan, dan mengkoordinasikan kegiatan para
Direktur dalam rangka pelaksanaan tugas dan wewenang Direksi
c. Mengevaluasi pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan
serta menetapkan rumusan usulan Direksi mengenai perubahan
Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan yang diperlukan kepada
Badan Pengawas
Direktur Utama dibantu oleh Direktur Administrasi dan Keuangan serta
Direktur Operasi.
4. Direktur Administrasi dan Keuangan, mempunyai tugas:
a. Memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan-
kegiatan pelaksanaan kebijakan strategis Direksi oleh Divisi-Divisi
di bidang administrasi umum, kepegawaian, kerumahtanggan,
hukum dan hubungan masyarakat serta pengelolaan keuangan dan
kekayaan Perusahaan Daerah
b. Merencanakan dan mengadakan pengendalian terhadap sumber-
sumber penerimaan dan belanja Perusahaan Daerah
c. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Direktur Utama
Dalam melakukan tugasnya, Direktur Administrasi dan Keuangan
bertanggung jawab kepada Direktur Utama dan membawahkan:
a. Divisi Administrasi
b. Divisi Keuangan
5. Divisi Administrasi, mempunyai tugas merumuskan dan
menyelenggarakan kebiajakan taktis operasional, sebagai bentuk
77
penjabaran kebijakan strategis Direksi, dalam hal-hal yang berkenaan
dengan:
a. Kegiatan-kegiatan ketatausahaan dan kerumahtagaan
b. Kegiatan-kegiatan perencanaan kebutuhan, pengadaan dan
pengelolaan perlengkapan kantor Perusahaan Daerah
c. Kegiatan-kegiatan inventarisasi Barang milik Perusahaan Daerah
d. Kegiatan-kegiatan yang menyangkut hukum dan hubungan
masyarakat
e. Kegiatan-kegiatan administrasi dan pembinaan pegawai
f. Kegiatan-kegiatan penyusunan Rencana Kerja Lima Tahunan dan
Rencana Kerja Tahunan
g. Kegiatan-kegiatan penyusunan Laporan Kegiatan Usaha Triwulan
dan Laporan Kegiatan Usaha Tahunan
h. Kegiatan-kegiatan penyusunan laporan kegiatan Divisi Administrasi
i. Kegiatan-kegiatan lain yag ditugaskan oleh Direktur Administrasi
Dan Keuangan
Divisi Administrasi dipimpin oleh seorang Kepala Divisi yang
dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Direktur
Administrasi dan Keuangan serta membawahkan:
- Sub Divisi Umum dan Personalia
- Sub Divisi Hukum dan Hubungan Masyarakat
6. Divisi Keuangan mempunyai tugas merumuskan dan menyelenggaran
kebijakan taktis operasional, sebagai bentuk penjabaran kebijakan
strategis Direksi, dalam hal-hal yang berkenaan dengan:
78
a. Kegiatan-kegiatan penyusunan Anggaran Tahunan yang
disesuaikan dengan Rencana Kerja Tahunan yang disusun oleh
Divisi Umum
b. Kegiatan-kegiatan administrasi keuangan dan verifikasi, serta
penerimaan dan pengelolaan keuangan Perusahaan Daerah
c. Kegiatan-kegiatan penyimpanan dan pengamanan uang serta surat-
surat berharga milik Perusahaan Daerah
d. Kegiatan-kegiatan pengurusan pembayaran gaji dan penghasilan
Direksi serta Pegawai
e. Kegiatan-kegiatan pengurusan pembayaran Honorarium dan Jasa
Produksi bagi Aggota Badan Pengawas, Anggota Sekretariat dan
Tenaga Kontrak Kerja
f. Kegiatan-kegiatan perencanaan dan pengendalian terhadap sumber-
sumber penerimaan dan belanja Perusahaan Daerah
g. Kegiatan-kegiatan penyusunan Laporan Keuangan Triwulan dan
Laporan Keuangan Tahunan
h. Kegiatan-kegiatan penyusunan laporan kegiatan Divisi Keuangan
i. Kegiatan-kegiatan lain yang ditugaskan oleh Direktur Administrasi
dan Keuangan
Divisi Keuangan dipimpin oleh seorang Kepala Divisi yang dalam
melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Direktur
Administrasi dan Keuangan sertamembawahkan:
- Sub Divisi Anggaran dan Kas
- Sub Divisi Pembukuan dan Pelaporan
79
7. Direktur Operasi, mempunyai tugas:
a. Memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan-
kegiatan pelaksanaan kebiajakan strategis Direksi oleh Divisi-Divisi
yang berkenaan dengan pengelolaan dan pemanfaatan pasar serta
pemberian fasilitas dalam rangka pengembangan potensi perpasaran
di Daerah
b. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Direktur Utama
Dalam melaksanakan tugas-tugas sebagaimana yang dimaksud,
Direktur Operasi bertanggung jawab kepada Direktur Utama dan
membawahkan:
a. Divisi Teknik dan Penertiban
b. Divisi Usaha dan Jasa
8. Divisi Teknik dan Penertiban, mempunyai tugas merumuskan dan
menyelenggarakan kebiajakan taktis operasional, sebagai bentuk
penjabaran kebijakan strategis Direksi, dalam hal-hal yang berkenaan
dengan:
a. Kegiatan-kegiatan perencanaan, pembangunan, dan perbaikan pasar
b. Kegiatan-kegiatan pemeliharaan dan pengawasan pasar
c. Kegiatan-kegiatan pengamanan dan penataan terhadap kegiatan
perpasaran
d. Kegiatan-kegiatan analisis terhadap potensi perpasaran di Daerah
e. Kegiatan-kegiatan penyusunan laporan Divisi Teknik
f. Kegiatan-kegiatan lain yang ditugaskan oleh Direktur Operasi
80
Divisi Teknik dan Penertiban dipimpin oleh seorang Kepala Divisi
yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada
Direktur Operasi serta membawahkan:
a. Sub Divisi Pembangunan, Pemeliharaan, dan Rehabilitasi
b. Sub Divisi Penertiban
9. Divisi Usaha dan Jasa, mempunyai tugas merumuskan dan
menyelenggarakan kebijakan taktis operasional, sebagai bentuk
penjabaran kebijakan strategis Direksi, dalam hal-hal yang berkenaan
dengan:
a. Kegiatan-kegiatan pemberian pelayanan perijinan bagi masyarakat
yang ingin mendapatkan Surat Ijin Pemakaian Tempat Berjualan
b. Kegiatan-kegiatan pemasaran tempat berjualan di Pasar
c. Pengawasan dan pengendalian terhadap kepemilikan dan
penggunaan Surat Ijin Pemakaian Tempat Berjualan
d. Pembinaan dan pemberdayaan pedagang atau pelaku usaha di Pasar
e. Pengelolaan pemungutan Retribusi Pasar
f. Penyusunan laporan kegiatan Divisi Usaha dan Jasa
g. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Direktur Operasi
Divisi Usaha dan Jasa dipimpin oleh seorang Kepala Divisi yang
dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Direktur
Operasi dan membawahkan:
a. Sub Divisi Pemasaran
b. Sub Divisi Pemberdayaan Pedagang
81
Tata kerja Perusahaan Daerah Pasar adalah sebagai berikut:
Dalam melaksanakan tugasnya, Direksi serta para Kepala Divisi, Kepala Sub
Divisi dan Kepala Pasar wajib menerapkan prinsip-prinsip koordinasi, integrasi
dan sinkronisasi, baik secara vertikal maupun horisontal, sesuai dengan
tugasnya masing-masing. Direktur Utama serta para Direktur, Kepala Divisi,
Kepala Sub Divisi dan Kepala Pasar wajib melaksanakan pengawasan terhadap
para bawahannya masing-masing dan apabila terjadi penyimpangan-
penyimpangan wajib segera mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Direktur
Utama serta para Direktur, Kepala Divisi, Kepala Sub Divisi dan Kepala Pasar
bertanggung jawab untuk memimpin dan mengkoordinasikan bawahannya
masing-masing dan memberikan bimbingan serta pentunjuk bagi pelaksanaan
tugas bawahannya. Setiap Kepala Divisi, Kepala Sub Divisi dan Kepala Pasar
wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dari atasannya masing-masing dan
menyampaikan laporan berkala tepat pada waktunya.
4.1.4 Susunan Organisasi PD Pasar Kota Tangerang
Susunan organisasi Perusahaan Daerah Kota Tangerang adalah sebagai
berikut:
1. Badan Pengawas
2. Direksi, yang terdiri dari:
1) Direktur Utama
2) Direktur Administrasi dan Keuangan
3) Direktur Operasi
82
3. Divisi Administrasi, yang membawahkan:
1) Sub Divisi Umum dan Personalia
2) Sub Divisi Hukum dan Hubungan Masyarakat
4. Divisi Keuangan, yang membawahkan:
1) Sub Divisi Anggaran dan Kas
2) Sub Divisi Pembukuan dan Pelaporan
5. Divisi Teknik dan Penertiban, yang membawahkan:
1) Sub Divisi Pembangunan, Pemeliharaan dan Rehabilitasi Pasar
2) Sub Divisi Penertiban Pasar
6. Divisi Usaha dan Jasa, yang membawahkan:
1) Sub Divisi Pemasaran
2) Sub Divisi Pemberdayaan Pedagang
7. Pasar
83
Bagan 4.1
Struktur Organisasi PD Pasar Kota Tangerang
(Sumber: Company Profile PD Pasar Kota Tangerang, 2005)
84
4.1.5 Visi dan Misi PD Pasar Kota Tangerang
Adapun Visi PD Pasar Kota Tangerang, yaitu membangun dan
mengembangkan Pasar sebagai bagian dari pembangunan infrastruktur kota
yang modern serta pengelolaan yang mandiri dan menggunakan konsep
pengelolaan perusahaan modern untuk:
a. Pengembangan ekonomi dan perdagangan masyarakat (khususnya
UKM).
b. Pelayanan dan keamanan konsumen yang lebih baik.
c. Peningkatan PAD (Pajak Daerah, Retribusi dan bagian laba PD Pasar
Kota Tangerang).
Sedangkan misinya adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan fasilitas yang layak kepada para pedagang di pasar sesuai
dengan jenis, jumlah, dan mutu dari komoditi.
2. Rehabilitasi pasar secara bertahap melalui rekayasa keuangan
(Financial engineering) antara ain berupa:
a. Kemampuan aktiva sendiri (on fund)
b. Kredit bank
c. Kerjasama usaha
d. Equity APBD
3. Membangun blok-blok kios PK-5 sebagai bagian dari penataan kota
secara keseluruhan
4. Pembangunan pasar-pasar baru yang lebih menyebar untuk keperluan:
85
a. Mengurangi mobilitas penduduk dalam kaitannya dengan
kemacetan lalu lintas
b. Membatasi akses ke pasar modern dalam kaitannya dengan
diversitas harga-harga dan pola hidup hemat (tidak konsumtif).
4.1.6 Gambaran Umum Pasar Bandeng
Pasar Bandeng adalah salah satu pasar tradisional yang terletak di Kota
Tangerang tepatnya terletak di Jl. Beringin Raya, Kelurahan Karawaci Baru,
Kecamatan Karawaci, Perumnas 1, Kota Tangerang. Pasar ini berdiri sejak
tahun 1979. Pasar ini memiliki luas 4500 m2 dan letaknya dikelilingi oleh
beberapa sarana prasarana masyarakat seperti sebuah puskesmas, gelanggang
olah raga (GOR) kecil bernama GOR Bandeng, dan Rumah Bersalin Ibu dan
Anak. Sebagai pasar tradisional, pasar Bandeng memegang peranan yang
sangat penting dalam kegiatan perekonomian khuussnya dalam kegiatan
perekonomian rakyat terutama bagi masyarakat menengah ke bawah di sekitar
pasar. Pada awalnya, pasar Bandeng dimiliki oleh Pemerintah Kota Tangerang
dan dikelola di bawah naungan Dinas Pasar Kota Tangerang, seiring
berjalannya waktu, Pemkot Tangerang mendirikan Perusahaan Daerah Pasar
Kota Tangerang (PD Pasar) dengan tujuan agar pasar tradisional di Kota
Tangerang menjadi lebih baik dan memberikan kontribusi yang tinggi kepada
PAD Kota Tangerang, sehingga sejak tahun 2003 Pasar Bandeng dikelola oleh
PD Pasar Kota Tangerang.
86
Gambar 4.2
Pasar Bandeng
(Sumber: www.abouttng.com, 2016)
Pada awal berdirinya, Pasar Bandeng memiliki kondisi fisik pasar yang
seadanya dengan bangunan berbentuk bedeng, sampai pada bulan Maret 2012
pasar ini direvitalisasi dan dibangun menjadi bangunan baru yaitu bangunan 2
lantai yang dimana pada lantai pertama terdapat sekitar 221 kios dan lantai dua
terdapat sebanyak 180 kios sehingga secara keseluruhan berjumlah 401 kios
dengan ukuran yang berbeda. Revitalisasi Pasar Bandeng dilakukan atas
kerjasama antara PD Pasar Kota Tangerang dengan pihak swasta yaitu PT.
Bangunbina Persada, yang dimana dalam kontrak kerjanya PT. Bangunbina
Persada mendapat hak pengelolaan selama 5 tahun. Dengan dikelolanya Pasar
Bandeng oleh pihak swasta, diharapkan bisa memberikan kontibusi yang besar
terhadap PAD Kota Tangerang. Selain itu juga dapat menjadi percontohan
untuk pasar-pasar tradisional lain di Kota Tangerang. Revitalisasi ini bertujuan
untuk memberikan kesan nyaman dan aman kepada pembeli maupun penjual.
87
Setelah direvitalisasi, pasar ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang
seperti mushola, kantor unit pasar, kantor koppas, bank, pos keamanan dan
parkir, kantor pemasaran, gardu listrik, PJU di lingkungan pasar, area bongkar-
muat barang, area parkir, TPS, fire hydrant, rambu lalulintas, MCK, dan Alat
Pemadam Api Ringan (APAR). Revitalisasi ini telah merubah kondisi pasar
menjadi lebih bersih dan tertata rapi. Adapun daftar jenis fasilitas atau sarana
prasarana yang terdapat pada Pasar Bandeng adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Sarana & Prasarana Pasar Bandeng
NO FASILITAS JUMLAH KET
1 Kantor Kepala Pasar 1 unit Ada
2 Kantor Pengelola Pasar 1 unit Ada
3 Kantor Bank - Belum Ada
4 Musholla 1 unit Ada
5 MCK 2 unit Ada
6 TPSS 1 unit Ada
7 Pos Jaga 1 unit Ada
8 Sarana Air Bersih/Touren 1 unit Ada
9 Telepon 1 unit Ada
10 ATM - Belum Ada
11 Pos Parkir 2 unit Ada
12 Alat Pemadam Api Ringan (APAR) 15 unit Ada
13 Gardu Listrik 1 unit Ada
88
14 Penerangan Jalan Umum (PJU) 8 unit Ada
15 Penangkal Petir 1 unit Ada
16 Rambu Lalu Lintas 5 unit Ada
17 Fire Hydrant 4 unit Ada
18 Pemagaran & Penghijauan ls. Ada
19 Halte/Shelter/Celukan 1 unit Ada
(Sumber: PT. Bangunbina Persada, 2015)
4.1.7 Struktur Organisasi Pasar Kota Tangerang
Bagan 4.2
Bagan Struktur Organisasi Pasar Kota Tangerang
Struktur organisasi pasar Kota Tangerang adalah sbb:
(Sumber: Kepala Pasar, 2016)
4.2 Deksripsi Data
Kepala Pasar Subag
Administrasi &
Keuangan
Urusan Ketentraman,
Ketertiban, Keamanan
Urusan Kebersihan
Petugas Psapon Petugas Satuan
Pengamanan, ketertiban, dan
keamanan
89
Deskripsi data merupakan bagian untuk menjelaskan penelitian yang
telah diolah dari data mentah dengan mempergunakan teknik analisis data
yang relevan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif yang menghasilkan data baik berupa kata-kata maupun
tindakan. Dalam menganalisis data kualitatif, peneliti menggunakan teknik
analisis yang dikemukakan oleh Milles dan Huberman, tujuannya untuk
meningkatkan pemahaman peneliti serta membantu mempresentasikannya
kepada orang lain. Peneliti dalam tahap ini akan melakukan analisis data
berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada 16 informan penelitian,
yang terdiri dari pilar pemerintahan, pilar swasta, dan pilar masyarakat dengan
menggunakan teknik pengumpulan informan Purposive Sampling. Hal ini
dilakukan untuk mendapatkan hasil penelitian, yaitu untuk mengetahui
bagaimana Pengawasan Perusahaan Daerah (PD) Pasar pada Pasar Tradisional
Bandeng Pasca Revitalisasi. Analisis data hasil penelitian dilakukan dengan
menggunakan teori dari Stephen P. Robbins dan Marry Coulter yang mana
terdiri dari empat indikator dalam pengawasan, yaitu yang diantaranya
menetapkan standar (standards), pengukuran (measurement), membandingkan
(compare), dan melakukan tindakan (action).
Tabel 4.2
Kode Penelitian
Kode Keterangan
I1-... Informan dari Pilar Pemerintah
90
I2-... Informan dari Pilar Swasta
I3-... Informan dari Pilar Masyarakat
(Sumber: Peneliti, 2016)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat beberapa kode-kode
penelitian, yang terdiri dari keterangan informan penelitian. Adapun kode
informan dalam penelitian ini dibedakan menjadi tiga bagian, yang mana
kode informan I1-1, I1-2, I1-3, I1-... merupakan kode untuk informan dari Pilar
Pemerintah, kode informan I2-1, I2-2, I2-3, I2-... merupakan kode informan
untuk informan dari Pilar Swasta, kode informan I3-1, I3-2, I3-3, I3-...
merupakan kode untuk informan dari Pilar Masyarakat. Kode informan
tersebut ditujukan untuk memudahkan peneliti menganalisis data hasil
penelitian serta untuk mempermudah pembaca dalam mengenali informan
dalam penelitian mengenai “Pengawasan Perusahaan Daerah (PD) Pasar
Kota Tangerang Pada Pasar Tradisional Bandeng Pasca Revitalisasi”.
4.2.1 Data Informan Penelitian
Data informan penelitian menjelaskan deskripsi informan yang menjadi
sumber data utama dalam penelitian mengenai“Pengawasan Perusahaan
Daerah (PD) Pasar Kota Tangerang Pada Pasar Tradisional Bandeng Pasca
Revitalisasi”. Pada penelitian ini, adapun informan-informan yang peneliti
tentukan merupakan orang-orang yang menurut peneliti memiliki informasi
yang dibutuhkan. Deskripsi informan penelitian meliputi nama informan, usia,
dan pekerjaan atau jabatan dari informan. Penjelasan mengenai data informan
91
penelitian tersebut dapat menjelaskan bagaimana peran masing-masing
irforman dalam menjalankan fungsi pengawasan di Pasar Bandeng.
Informan dalam penelitian ini adalah stakeholders (semua pihak) baik
pemerintah daerah sebagai pembuat kebijakan dan fasilitator serta pelaksana
langsung pengawasan di Pasar Bandeng, pihak swasta sebagai pelaksana
langsung pengelolaan Pasar Bandeng, serta pihak lainnya yang terlibat dalam
pengawasan Pasar Bandeng. Pelaksana langsung pengawasan Pasar Bandeng
yang dijadikan informan dalam penelitian ini adalah Kabid Pembangunan,
Pemeliharaan, dan Rehabilitasi PD Pasar Kota Tangerang, Kepala Pasar
Malabar, Kepala Pasar Bandeng, Staff Perbantuan Pasar Bandeng. Dari pihak
lainnya yaitu pihak swasta yaitu PT. Bangunbina Persada adalah Humas
Pengelola Pasar Bandeng, Administrasi Keuangan Pasar Bandeng, Petugas
Parkir Pasar Bandeng, Petugas Kebersihan Pasar Bandeng, Petugas Keamanan
Pasar Bandeng. Masyarakat yang menjadi informan adalah masyarakat yang
mendukung kegiatan pengawasan Pasar Bandeng yaitu Pedagang Pasar
Bandeng, Pedagang Kaki Lima Pasar Bandeng, Konsumen Pasar Bandeng, dan
Masyarakat Penduduk Sekitar Pasar Bandeng.
4.2.2 Daftar Nama Informan
Dalam penelitian ini, seperti yang sudah peneliti kemukakan pada BAB
III, dalam pemilihan informannya peneliti menggunakan teknik purposive
sampling dan snowball sampling. Informan dalam penelitian ini adalah para
stakeholder dalam Pengawasan Perusahaan Daerah (PD) Pasar Kota Tangerang
92
Pada Pasar Tradisional Bandeng Pasca Revitalisasi baik dari pihak PD Pasar,
Pedagang, dan Masyarakat.
Tabel 4.3
Kodefikasi Informan Penelitian
No Kode Nama Keterangan
1 I1-1 Bpk Sugeng, SH Mantan Kepala Pasar Bandeng
2 I1-2 Bpk Sanusi Endang
Priyatna
Kepala Pasar Bandeng
3 I1-3 Bpk Hizbulloh Staff Perbantuan PD Pasar
Bandeng
4 I1-4 Bpk Teguh Waluyo, SE Kepala Sub Divisi
Pembangunan, Pemeliharaan,
dan Rehabilitasi PD Pasar Kota
Tangerang
5 I2-1 Trias Anggraini Administrasi Keuangan Pasar
Bandeng dari PT. Bangunbina
Persada
6 I2-2 Bpk Yaman Humas Pengelola Pasar Bandeng
dari PT. Bangunbina Persada
7 I2-3 Fatimah Petugas Parkir Pasar Bandeng
8 I2-4 Zainal Petugas Kebersihan Pasar
Bandeng
9 I2-5 Noordin Petugas Keamanan Pasar
93
Bandeng
10 I3-1 Ibu Eti Sumiati Pedagang Sendal Pasar Bandeng
11 I3-2 Bpk Sardi Pedagang Daging Pasar
Bandeng
12 I3-3 Ibu Yul Pedagang Pakaian Pasar
Bandeng
13 I3-4 Bpk Pi’i PKL Sayuran Pasar Bandeng
14 I3-5 Ibu Nur Konsumen Pasar Bandeng
15 I3-6 Ibu Yani Konsumen Pasar Bandeng
16 I3-7 Ibu Pipit Masyarakat Pasar Bandeng
17 I3-8 Ibu Ita Konsumen Pasar Bandeng
18 I3-9 Ibu Lina Konsumen Pasar Bandeng
(Sumber: Peneliti, 2016)
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui deskripsi dari masing-masing
informan dalam penelitian mengenai “Pengawasan Perusahaan Daerah (PD)
Pasar Kota Tangerang Pada Pasar Tradisional Bandeng Pasca Revitalisasi”.
Adapun kode informan menjelaskan perbedaan peran informan dari masing-
masing indikator, yaitu I1-... sebagai informan dari pilar pemerintah, I2-... sebagai
informan dari pilar swasta, dan I3-... sebagai informan dari pilar masyarakat.
Informan di atas merupakan informan yang peneliti anggap paling tepat untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait permasalahan Pengawasan
Perusahaan Daerah (PD) Pasar Kota Tangerang Pada Pasar Bandeng Pasca
Revitalisasi. Hal ini ditujukan untuk dapat mencapai hasil penelitian yang
sesuai dan kredibel dalam mencapai hasil penelitian yang diharapkan.
94
4.3 Analisis Hasil Penelitian
Analisis data penelitian merupakan pemaparan hasil penelitian yang
didapatkan dengan melakukan wawancara dengan 17 informan penelitian yang
dianggap dapat mewakili dan memberikan data terhadap Pengawasan
Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang pada Pasar Tradisional Bandeng
Pasca Revitalisasi. Analisis data penelitian ini dilakukan dengan menganilisis
data-data hasil wawancara, observasi, maupun dokumen-dokumen yang
didapatkan selama proses penelitian. Analisis data dalam penelitian kualitatif
dilakukan dengan cara terus-menerus sejak data awal dikumpulkan sampai
dengan penelitian berakhir. Adapun dalam menganalisis data hasil penelitian
lapangan menggunakan teori dari Stephen P. Robbins dan Marry Coulter
(2005) yang mana terdiri dari 4 dimensi-dimensi pengawasan, yaitu yang
diantaranya Menetapkan Standar (Standards), Pengukuran (Measurement),
Membandingkan (Compare), Melakukan Tindakan (Action). Berikut adalah
analisis data mengenai “Pengawasan Perusahaan Daerah (PD) Pasar Kota
Tangerang Pada Pasar Tradisional Bandeng Pasca Revitalisasi”
4.3.1 Menetapkan Standar (Standards)
Standar adalah target yang menjadi acuan perbandingan untuk kinerja
di kemudian hari. Standar yang ditetapkan untuk tujuan pengawasan harus
diekspresikan dalam acuan yang dapat diukur. Standar dibentuk dalam
penetapan patokan (target) atau hasil yang diinginkan, untuk dapat dilakukan
sebagai perbandingan hasil ketika berlangsungnya kegiatan organisasi. Standar
95
juga merupakan batasan tentang apa yang harus dilakukan dalam
melaksanakan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan dan target organisasi.
Dalam penentuan standar, diperlukan pengidentifikasian indikator-indokator
kerja. Indikator kerja adalah ukuran kinerja yang menyediakan informasi yang
berhubungan langsung dengan objek yang diawasi.
Dalam suatu pengawasan program, untuk melaksanakan pengawasan
itu sendiri harus berdasarkan dengan acuan yang ada. Maka harus ada suatu
keputusan, peraturan, maupun perintah yang sah dari pihak yang mempunyai
kuasa baik melalui data yang nyata maupun secara lisan. Pada organisasi
Pemerintahan Daerah khususnya Perusahaan Daerah/PD Pasar Kota Tangerang
terdapat peraturan yang menjadi acuan dan standar kinerja PD Pasar Kota
Tangerang dalam menjalankan tugasnya yaitu melalui Keputusan Walikota
Tangerang, seperti yang dikatakan oleh Kabid Pembangunan, Pemeliharaan,
dan Rehabilitasi Pasar PD Pasar Kota Tangerang bahwa:
“Dalam operasional kinerja PD Pasar Kota Tangerang kami
mempunyai peraturan yang harus dipatuhi dalam menjalankan tugas
sebagai pegawai PD Pasar Kota Tangerang, peraturan tersebut ada di
dalam Keputusan Walikota Tangerang Nomor 9 Tahun 2003 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan Daerah Pasar Kota
Tangerang” (Wawancara dengan Teguh Waluyo, SE sebagai Kepala
Bidang Sub Divisi Pembangunan, Pemeliharaan, dan Rehabilitasi PD
Pasar Kota Tangerang, Rabu 16 Maret 2016).
Dari wawancara penelitian dengan I1-4 dapat kita ketahui bahwa mulai
dari pembentukan sampai tata kerja seluruh pegawai di PD Pasar Kota
Tangerang telah diatur lewat Keputusan Walikota Tangerang Nomor 9 Tahun
2003 yang berisi tentang susunan organisasi dan tata kerja Perusahaan Daerah
Kota Tangerang. Dimana dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa terdapat
96
Badan Pengawas yang jabatannya di atas PD Pasar Kota Tangerang yakni
bekerja untuk mengawasi seluruh kegiatan serta kinerja di PD Pasar Kota
Tangerang dan bertanggungjawab kepada Walikota Tangerang. Hal tersebut
dinyatakan oleh Kabid Pembangunan, Pemeliharaan, dan Rehabilitasi PD Pasar
Kota Tangerang yang mengatakan:
“Tidak hanya peraturan dan keputusan yang menjadi acuan sebagai
target kami, tetapi kami juga mempunyai pengawas dimana bertugas
untuk mengawasi seluruh pekerjaan dan kegiatan yang kami lakukan
untuk mencapai tujuan yang dinamakan Badan Pengawas. Badan
Pengawas sendiri bertanggungjawab kepada Walikota Tangerang yang
notabene adalah pembuat keputusan dalam tata kerja pegawai di sini.
Disinilah kami dituntut untuk bertanggungjawab dalam segala
pekerjaan mengatur pasar milik PD Pasar Kota Tangerang dengan
berusaha mentaati dan mengikuti peraturan yang ada” (Wawancara
dengan Teguh Waluyo, SE sebagai Kepala Bidang Sub Divisi
Pembangunan, Pemeliharaan, dan Rehabilitasi PD Pasar Kota
Tangerang, Rabu 16 Maret 2016).
Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja PD
Pasar Kota Tangerang sendiri diawasi oleh Badan Pengawas yang menuntut
para pegawai untuk bekerja sesuai aturan yang ada dimana aturan tersebut
memudahkan mereka untuk mencapai tujuan organisasi. Adanya Badan
Pengawas tersebut juga menjadikan para pegawai bekerja dengan penuh
tanggungjawab agar tidak menimbulkan penyimpangan/pelanggaran.
Terdapat standar lainnya yang ada di PD Pasar Kota Tangerang yakni
standar dalam pengelolaan pasar yg dinaungi oleh PD Pasar Kota Tangerang
itu sendiri, hal ini dibuktikan dengan pernyataan dari Kepala Pasar bahwa pasar
bukan semata-mata dikelola tanpa adanya tujuan namun telah ada ketetapan
yang mengatur agar pasar dikelola dengan baik demi meningkatkan PAD Kota
Tangerang. Kepala Pasar Bandeng mengatakan:
97
“Dari PD Pasar itu sudah ada peraturan yang harus diikuti oleh
pelaksana pengelola pasar yaitu Peraturan Daerah Kota Tangerang
Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pasar yang didalamnya
mencakup segala hal yang harus dilakukan dan hal yang dilarang
untuk pelaku usaha pasar serta sanksi yang telah ditetapkan bagi yang
melanggar peraturan.” (Wawancara dengan Sugeng, SH sebagai
Kepala Pasar Bandeng, Senin 8 Februari 2015).
Dari pernyataan dalam wawancara dengan I1-1 dapat dinyatakan bahwa
dari awal berdirinya PD Pasar Kota Tangerang yakni pada tahun 2005 dibuat
pula peraturan baru tentang Pengelolaan Pasar yang masuk dalam Peraturan
Daerah sebagai acuan dan pedoman bagi PD Pasar Kota Tangerang dalam
melaksanakan tugas sebagai pengelola pasar milik PD Pasar Kota Tangerang.
Tidak hanya pernyataan dari Kepala Pasar, Kepala Kabid Pembangunan,
Pemeliharaan, dan Rehabilitasi Pasar pun membenarkan bahwa terdapat Perda
yang mengatur pengelolaan pasar untuk PD Pasar Kota Tangerang. Hal
tersebut dinyatakan oleh I1-4 sebagai berikut:
“Ya, jelas kami punya acuan untuk mengelola pasar dari dahulu sejak
pasar di Kota Tangerang masih dibawah naungan Dinas Pasar Kota
Tangerang hal itu sudah ada yaitu tercantum dalam Peraturan Daerah
Kota Tangerang Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Pasar,
namun dikarenakan peraturan tersebut tidak lagi sesuai dengan kondisi
seluruh pasar yang ada, maka direvisi menjadi Peraturan Daerah
Nomor Kota Tangerang Nomor 6 tentang Pengelolaan Pasar yang
didalamnya terdapat beberapa pasal yang ditambah atau diganti
isinya” (Wawancara dengan Teguh Waluyo, SE sebagai Kepala Bidang
Sub Divisi Pembangunan, Pemeliharaan, dan Rehabilitasi PD Pasar
Kota Tangerang, Rabu 16 Maret 2016).
Dari keterangan di atas kita mengetahui bahwa sebelum dibentuknya
PD Pasar Kota Tangerang telah terdapat standar pengelolaan pasar untuk
seluruh pasar di Kota Tangerang melalui Perda. Selain itu kita juga dapat lihat
bahwa peraturan yang ada mengikuti dan mempertimbangkan segala kondisi
yang ada yang berkaitan dengan pasar sehingga menimbulkan peraturan baru
98
yang lebih sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan. Namun, di sisi lain
Kepala Pasar Bandeng merasa bahwa sudah perlu diadakan revisi peraturan
daerah tentang pengelolaan pasar dimana pada Perda No 6 tersebut masih
terdapat hal-hal yang kurang lengkap, rancu, dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Hal tersebut diungkapkan oleh I1-1 yang menyatakan bahwa:
“Kalau menurut saya sih standar tersebut harusnya lebih ditingkatkan
lagi melalui proses revisi karena masanya sudah lewat dari 5 tahun
yang imana bagusnya peraturan itu dievaluasi dan direvisi dalam
jangka waktu 5 tahun untuk menyesuaikan dengan perubahan kondisi
dan keadaan nyata yang ada pada Pasar Kota Tangerang. Di dalam
Peraturan Daerah Nomor 6 tersebut saya sudah baik, tapi ada
beberapa yang kurang seperti tidak adanya peraturan bagi Pedagang
Kaki Lima/PKL padahal di setiap pasar tidak hanya pedagang di
dalam pasar yang menjadi pelaku usaha tetapi pasti ada PKL di luar
pasar. Di sisi lain ada juga poin yang rancu di dalam pasal 7 yang
mengatakan bahwa dilarang bertempat tinggal atau tidur di pasar di
luar jam buka pasar seharusnya hal tersebut lebih ditegaskan lagi,
begitu juga sama sanksi yang ada di peraturan tersebut, belum tegas
dan ditegakkan” (Wawancara dengan Sugeng, SH sebagai Kepala
Pasar Bandeng, Senin 8 Februari 2015).
Berdasarkan keterangan dari I1-1 dapat dinyatakan bahwa Kepala Pasar
Bandeng merasa bahwa peraturan yang ada harus dievaluasi dan direvisi
karena masa berlakunya sudah terbilang lama dan harus disesuaikan lagi
dengan kondisi yang ada di masa sekarang. Kepala Pasar juga menyebutkan
terdapat beberapa hal yang tidak sesuai dengan kondisi pasar yang ada di Kota
Tangerang dari mulai Pedagang Kaki Lima yang tidak dimasukkan dalam
Perda tersebut hingga sanksi yang belum ditegakkan secara nyata berdasarkan
peraturan yang ada sehingga dapat diketahui bahwa masih ada pelaku usaha
pasar maupun pihak yang berwajib yang tidak menaati dan mematuhi peraturan
pengelolaan pasar di Perda Nomor 6 tentang Pengelolaan Pasar.
99
Standar atau peraturan yang ada pada PD Pasar Kota Tangerang bukan
hanya praturan yang ditetapkan oleh pemerintah, melainkan ada pula peraturan
yang dibuat atas kesepakatan dari pihak swasta, dimana yang dimaksud pihak
swasta di sini adalah PT. Bangunbina Persada sebagai pihak pengelola Pasar
Bandeng dengan PD Pasar Kota Tangerang sebagai pemilik dan pengawas
Pasar Bandeng. Hal tersebut dinyatakan oleh Pegawai Bagian Humas
Pengelola Pasar Bandeng yang bertugas di Kantor Pengelola Pasar Bandeng,
beliau mengatakan:
“Pada awal kami membangun pasar ini sebagai program revitalisasi
dari PD Pasar Kota Tangerang, kami membuat persetujuan dalam
kesepakatan penjanjian MoU (Memorandum of Understanding) dengan
PD Pasar Kota Tangerang. MoU itu sendiri disahkan diatas kertas
dalam Addendum Perjanjian Kerjasama atas Perjanjian Kerjasama
antara Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang dengan PT.
Bangunbina Persada Nomor Pihak Kesatu: 539.2/021.PD.PSR/2013
Nomor Pihak Kedua: 004/BBP/I/2013 Tentang Kerjasama Pengelolaan
Pasar Bandeng dan dibuat per tanggal 20 Agustus 2013. Isi dari
perjanjian ini adalah bahwa hak pengelolaan Pasar Bandeng telah
diserahkan kepada PT. Bangunbina Persada dalam jangka waktu 5
tahun” (Wawancara dengan Yaman sebagai Humas Pengelola Pasar
Bandeng dari pihak pengelola, Jumat 11 Maret 2016).
Dari pernyataan wawancara dengan I2-2 dapat kita nyatakan bahwa
standar yang ada dibuat oleh beberapa pihak baik pihak pemerintah maupun
pihak swasta. Bagi pihak swasta sebagai pengelola, peraturan yang ada adalah
berupa perjanjian kontrak dengan PD Pasar Kota Tangerang yang berisi
tentang segala perjanjian pengelolaan Pasar Bandeng dimana telah dikontrak
selama 5 tahun. Dapat disimpulkan bahwa terdapat juga peran pengawasan dari
PT. Bangunbina Persada dimana dalam hal pengelolaan di dalamnya juga
terdapat hak pengawasan operasional pasar. hal tersebut juga dibenarkan dan
dinyatakan oleh I1-1 yang mengatakan:
100
“Ya, pasti dimana ada kerjasama disitu ada perjanjian. Kerjasama
kami sebagai PD Pasar Kota Tangerang yang memiliki lahan Pasar
Bandeng berbentuk surat perjanjian MoU dengan PT. Bangunbina
Persada dalam memberikan sepenuhnya hak pengelolaan Pasar
Bandeng. Latar belakang diadakannya perjanjian tersebut adalah
adanya perubahan jumlah sarana dagang yang didalamnya tentang
bangunan dan fisik baru pasar serta kondisi lapangan yang mengalami
perubahan semenjak diadakannya revitalisasi yang dilakukan oleh PT.
Bangunbina Persada. Di dalam addendum tersebut berisi hal-hal yang
mengenai maksud dan tujuan kerjasama, penempatan pedagang,
lingkup perjanjian, jangka waktu perjanjian, denda keterlambatan,
sanksi, serta hak dan kewajiban PT. Bangunbina persada selaku
pengelola Pasar Bandeng yang di dalamnya termasuk kontribusi yang
telah ditetapkan besarannya di dalam perjanjian tersebut. Addendum
MoU juga disepakati dan disetujui oleh Ketua Badan Pengawas PD
Pasar Kota Tangerang” (Wawancara dengan Sugeng, SH sebagai
Kepala Pasar Bandeng, Senin 8 Februari 2015).
Dari hasil wawancara dengan I1-1 di atas dapat kita ketahui bahwa
memang benar terdapat perjanjian MoU antara PD Pasar Kota Tangerang
dengan PT. Bangunbina Persada selaku pengelola Pasar Bandeng. Standar
yang dibuat antar pihak juga mempunyai alasan dan latar belakang yang jelas
hingga dibuatnya perjanjian tersebut. Pihak PD Pasar mempertimbangkan
revitalisasi dengan segala perubahan fisik yang lebih baik yang telah
dikerjakan oleh PT. Bangunbina Persada dan PT. Bangunbina Persada juga
wajib bertanggungjawab untuk mengelolanya serta mempertahankan kondisi
pasar yang lebih baik untuk meningkatkan pemasukan PD Pasar Kota
Tangerang serta PAD Kota Tangerang melalui kontribusi yang dditentukan.
Seperti itulah kerjasama yang terjalin diantara kedua pihak dalam mengelola
Pasar Bandeng.
Peraturan yang ada untuk dijadikan sebagai standar suatu pasar tidak
hanya ada di dalam peraturan pemerintah dan swasta melalui Surat Perjanjian
dan Peraturan Daerah atau Peraturan PD Pasar, tetapi terdapat juga standar-
101
standar yang ditetapkan berupa standar fisik yang diberlakukan untuk
pedagang. Standar tersebut ditetapkan untuk mengatur pola berjualan untuk
para Pedagang Pasar Bandeng baik yang di dalam pasar maupun para
Pedagang Kaki Lima yang berada di area pasar. hal tersebut dibuat untuk
mewujudkan kondisi pasar yang aman, nyaman, dan tertib agar menarik
perhatian konsumen. Hal ini dinyatakan oleh Bapak Yaman selaku Humas
Pengelola Pasar Bandeng, dimana I2-2 mengatakan:
“Kami selaku pihak pengelola memberikan batasan-batasan juga untuk
pedagang yang harus dipatuhi dengan tujuan suasana pasar ini dapat
terkontrol dengan baik karena ketertiban pedagangnya. Bentuk dari
peraturan ini kami buat secara nyata yang dapat dilihat langsung oleh
pedagang yakni berupa bentuk fisik. Hal yang kami lakukan contohnya
membuat garis batas jualan untuk pedagang. Garis ini ditandai dengan
keramik merah yang telah dibuat di setiap los, kios, dan counter. Garis
ini bertujuan untuk membatasi pedagang dalam menaruh setiap barang
yang dijual di meja atau peti yang dimilikinya, tidak diperbolehkan
untuk dilanggar dengan menambah tempat berjualan di luar garis
pembatas karena hal tersebut menimbulkan penyempitan jalan bagi
konsumen, tidak tertatanya los, kios, maupun counter dengan baik,
menimbulkan kecemburuan sosial bagi pedagang lain, dan mengurangi
keindahan pasar ini. Selain itu, kami juga membuat peraturan dimana
tersedia plang yang digantung untuk menentukan lokasi produk yang
dijual atau yang disebut juga zoning untuk pedagang. Hal ini bertujuan
untuk meberikan tempat yang nyaman bagi pedagang dan konsumen
dimana pedagang mempunyai tempat khusus dan sama dengan
pedagang lain yang mempunyai produk serupa serta memudahkan
pengunjung/konsumen yang datang untuk mencari dan menemukan
barang yang mereka butuhkan. Hal tersebut juga dilakukan untuk
menciptakan suasana yang tertib dan nyaman karena ada lokasi dan
tempat yang rapi dalam memiliki kategori produk dagang yang dijual
oleh pedagang di sini. Terdapat juga tetapan besaran kontribusi yang
harus dibayarkan oleh pedagang berdasarkan kategori tempat (los,
kios, dan counter) dengan bukti karcis yang ditarik perharinya oleh
pengelola pasar” (Wawancara dengan Yaman sebagai Humas
Pengelola Pasar Bandeng dari pihak pengelola, Jumat 11 Maret 2016).
Berdasarkan hasil wawancara dengan I2-2 di atas, dapat kita ketahui
bahwa PT. Bangunbina Persada selaku pihak pengembang revitalisasi Pasar
102
Bandeng mempunyai strategi dan tujuan serta fungsi dalam jangka panjang dari
setiap bagian fisik pasar yang dibuat, dimulai dari besaran los, kios, dan
counter serta pembatas yang ditetapkan melalui garis merah yang bertujuan
untuk mengatur pengelolaan pola dagang dari pedagang untuk menciptakan
suasana yang tertata rapi demi kenyamanan pedagang maupun pengunjung
pasar. Hal ini dapat memudahkan pihak pengelola dalam mencapai target
karena peraturan seperti itu dapat dilihat dengan kasat mata. Ini adalah bukti
fisik dari peraturan yang dibuat demi kemajuan pasar yang menimbulkan
keuntungan fisik pula seperti contohnya apabila pedagang mentaati peraturan
tersebut, kondisi pasar akan menjadi teratur dengan porsi yang sama dalam
berdagang untuk semua pedagang pasar. mengingat buruknya kondisi dan
bangunan serta tempat berjualan pedagang pada Pasar Bandeng sebelum
direvitalisasi, hal ini membuktikan bahwa terdapat kemajuan di Pasar Bandeng
dalam hal keteraturan pedagang. Begitu pula dengan zoning yang telah dibuat
dari awal pembangunan pasar. Hal ini sangat menguntungkan pedagang dan
pengunjung, dimana peraturan ini menjadikan Pasar Bandeng dengan kategori
Pasar Tradisional yang memiliki bangunan dan lokasi seperti Pasar Modern
dimana semua tempat dagang bagi pedagang telah di atur dalam zona lokasi
per kategori produk yang dijual. Begitu banyak keuntungan yang didapat dari
peraturan ini antara lain memudahkan pengunjung dalam berbelanja,
mengurangi pencemaran lingkungan, menciptakan keteraturan di dalam pasar,
dan mewujudkan persaingan yang sehat antarpedagang karena pembagian
lokasi yang adil. Untuk kontribusi yang telah ditetapkan memang sesuai
dengan perjanjian yang ada yaitu hak pengelolaan operasional Pasar Bandeng
103
yang ada di tangan PT. Bangunbina Persada yang didalamnya terdapat hak
pengelolaan retribusi pedagang. Retribusi tersebut telah ditentukan dan ditarik
berdasarkan prosedur yang ada dimana terdapat bukti pembayaran retribusi
berupa karcis yang diterima oleh pedagang.
Dari beberapa peraturan yang ada, baik peraturan pemerintah daerah,
peraturan dari pihak swasta, maupun peraturan atas perjanjian pihak PD Pasar
Kota Tangerang dengan PT. Bangunbina Persada, belum terdapat aturan yang
menjelaskan khusus dalam pelaksanaan pengawasan Pasar Tradisional Kota
Tangerang. Belum terdapat uraian tentang proses pengawasan maupun
intensitas pengawasan. Hal ini dinyatakan oleh Kepala Pasar Bandeng, dimana
I1-2 mengatakan bahwa:
“Kalau untuk cara-cara pengawasan, jadwal pengawasan, sama
proses pengawasan gitu sih secara khusus belum ada peraturan yang
tertulisnya. Saya nggak megang data keputusan atau peraturan
mengenai pengawasan pasar. Tapi pengawasan adalah tugas utama
seorang Kepala Pasar di dalam tupoksi yang ada. Saya sebagai Kepala
Pasar juga sudah mengerti bagaimana cara pengawasan yang saya
lakukan, seberapa sering saya melakukan pengawasan, dan apa yang
saya lakukan dalam mengontrol pasar. Semua itu didapat dari atasan
saya yang mempunyai hak untuk memerintah yaitu Ibu Dirut PD Pasar
Kota Tangerang, tetapi hal tersebut baru secara lisan saja”
(Wawancara dengan Sanusi Endang Priyatna sebagai Kepala Pasar
Bandeng, Jumat 11 Maret 2016).
Dari pernyataan yang telah dikatakan oleh I1-2 dapat disimpulkan bahwa
hingga sekarang belum ada peraturan yang memuat khusus tentang
pengawasan Pasar Tradisional di Kota Tangerang. Hal tersebut dapat
dibuktikan dari pernyataan Kepala Pasar yang tidak mempunyai standar atau
acuan yang berbentuk baku dalam melaksanakan tugas dan perannya dalam
mengawasi Pasar Bandeng. Pengetahuan Kepala Pasar Bandeng hanya sebatas
104
rutinitas pengawasan yang biasanya telah ia lakukan, dari pengalaman Kepala
Pasar terdahulu atau yang lainnya, dan atas intruksi lisan dari atasannya.
Walaupun Kepala Pasar sudah mengetahui dan mengerti bagaimana proses
pelaksanaan pengawasan yang dilakukannya, akan lebih baik lagi apabila
semuanya itu mempuyai peraturan dan prosedur khusus agar pengawasan dapat
dilakukan lebih maksimal lagi.
Hal yang sama juga dinyatakan pada pihak PD Pasar Kota Tangerang
dimana peraturan dan prosedur khusus yang tertulis mengenai pelaksanaan
pengawasan pasar belum ada. Yang menjadi acuan PD Pasar Kota Tangerang
dalam melakukan pengawasan adalah Perda Kota Tangerang No 9 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Cara Kerja PD Pasar Kota Tangerang dan Perda
Kota Tangerang No 6 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pasar yang dimana
terdapat kewajiban dan peran pengawasan yang dilakukan PD Pasar Kota
Tangerang dalam mengatur Pasar Tradisional milik PD Pasar Kota Tangerang.
Namun, di dalamnya belum terdapat prosedur, tata cara, serta waktu
pengawasan yang tersusun dan tertulis. Seperti yang dikatakan oleh I1-4
menyatakan bahwa:
“Peraturan yang kami pakai dalam melakukan pengawasan ke Pasar
Tradisional milik PD Pasar adalah Perda No 9 dan Perda No 6. Untuk
peraturan seperti prosedur khusus pengawasan memang belum ada.
Tetapi kami mengikuti petunjuk dan arahan dari Kepala Kantor PD
Pasar Kota Tangerang yakni Direktur Utama yang mempunyai
wewenang untuk memberikan perintah kepada kami, yang mana segala
informasi mengenai pengawasan diberikan kepada kami dari mulai
proses pengawasan, tim pengawas, waktu pengawasan hingga
prosedur yang ada dalam melakukan pengawasan sampai kepada
pelaporan dan evaluasi. Hal tersebut sudah dilaksanakan dengan baik
sesuai dengan aturan dan perintah yang ada dari Dirut PD Pasar Kota
Tangerang dan memang cara pengawasan tersebut kami rasa telah
105
efektif dan efisien dalam menjalankannya. Mungkin untuk kedepannya
kan ada peraturan tertulis untuk itu” (Wawancara dengan Teguh
Waluyo, SE sebagai Kepala Bidang Sub Divisi Pembangunan,
Pemeliharaan, dan Rehabilitasi PD Pasar Kota Tangerang, Rabu 16
Maret 2016).
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-4 diatas, dapat dinyatakan
bahwa belum ada peraturan atau acuan khusus yang tertulis mengenai tata cara
pelaksanaan pengawasan PD Pasar Kota Tangerang. Pada dasarnya telah
terdapat prosedur yang ada dalam menjalani pengawasan, dari mulai proses
penngawasan, waktu pengawasan, tim pengawas, hingga bentuk hasil
pengawasan yang telah diketahui dan dimengerti oleh seluruh pegawai PD
Pasar Kota Tangerang, hanya saja semua itu baru berbentuk lisan. Hal ini
sangat disayangkan karena apabila ada peraturan pengawasan yang tertulis,
dapat lebih mendukung sepenuhnya dalam meningkatkan pengawasan Pasar
Tradisional dimana terdapat hal-hal yang harus dipatuhi demi terciptanya
pengawasan yang tegas. Peraturan yang tertulis akan membuat kinerja
pengawasan tertata dengan lebih baik demi mencapai tujuan.
Melihat dari apa yang telah disampaikan oleh beberapa informan, dapat
disimpulkan bahwa telah terdapat peraturan yang baik dalam mengelola dan
mengawasi Pasar Bandeng, baik itu peraturan dari pihak Pemerintah Daerah
Kota Tangerang, Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang, PT. Bangunbina
Persada, maupun Kerjasama antara pihak PD dengan pihak PT. Terdapat peran
pengawasan yang menjadi hak dan kewajiban para stakehlders di dalam
peraturan tersebut demi pengelolaan pasar yang baik. Hanya saja, belum ada
peraturan khusus yang didalamnya memuat tentang tata cara, prosedur, dan
jadwal pelaksanaan pengawasan Pasar Tradisional Kota Tangerang.
106
4.3.2 Pengukuran (Measurement)
Pengukuran pelaksanaan program dalam suatu organisasi swasta
maupun pemerintah dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat
keberhasilan setiap program kerja yang dilaksanakan oleh suatu organisasi,
maka untuk mengetahui diperlukan pengawasan terhadap pelaksanaan dari
setiap program untuk mengetahui apakah setiap pekerjaan-pekerjaan terlaksana
sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan atau sesuai dengan hasil yang
dikehendaki. Pengukuran merupakan proses yang berulang-ulang dilakukan
dan terus menerus dan benar, baik intensitasnya dalam bentuk pengukuran
harian, mingguan, atau bulanan sehingga tampak yang diukur antara mutu dan
jumlah hasil. Hal ini berkaitan dengan menentukan pengukuran pelaksanaan
kegiatan secara tepat sebagaimana yang seharusnya dilakukan dalam kegiatan
pengawasan.
Begitupun dalam pengelolaan Pasar Bandeng, untuk mengetahui
bagaimana pelaksanaannya dan apakah sesuai dengan yang dikehendaki yang
telah ditetapkan pada target/standar yang ada, maka perlu dilakukannya
pengawasan yakni pengawasan dari pihak pemerintah maupun swasta. Salah
satu poin penting dalam pengukuran pelaksanaan dalam pengawasan adalah
jadwal pengawasan itu sendiri, yang artinya seberapa sering pengawasan
dilakukan atau bagaimana intensitas pengawasan itu dilakukan. Seperti yang
dikemukakan oleh I1-1:
“Saya sebagai Kepala Pasar Bandeng jelas melakukan peran
pengawasan itu setiap hari, ditambah dengan kurangnya personil di
Kantor PD Pasar Bandeng membuat saya harus lebih rajin lagi untuk
turun langsung ke pasar dalam melakukan controlling. Dari pagi hari
107
hingga sore hari saya bukan hanya berdiam diri di kantor, melainkan
sering berada di area pasar berkeliling melakukan pengawasan dan
pendekatan kepada para pedagang” (Wawancara dengan Sugeng, SH
sebagai Kepala Pasar Bandeng, Senin 8 Februari 2015).
Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Pasar Bandeng, dimana I1-2
mengatakan bahwa:
“Iya saya mah tiap hari keliling pasar lah harus tau gimana keadaan
pasar dari hari ke hari, ya namanya Kepala Pasar ya pasti
bertanggungjawab sama tugasnya mengawasi pasar, kadang saya yang
turun langsung ke pasar berkeliling nemuin pedagang, kadang Pak Iik
selaku staff perbantuan di sini, ya ganti-gantian gitu, kalau untuk
jadwal sih kami nggak punya. Intinya kalau dibilang seberapa sering
ya sering lah setiap hari pasti ada kontrol di pasar ini” (Wawancara
dengan Sanusi Endang Priyatna sebagai Kepala Pasar Bandeng, Jumat
11 Maret 2016).
Berdasarkan keterangan di atas dapat diketahui bahwa dalam
pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Kepala Pasar menyangkut
pelaksanaan pengawasan, sebagaimana Kepala Pasar mempunyai peran
pengawasan. Baik kepala pasar yang lama maupun yang baru tetap sama-sama
melakukan pekerjaan pengawasan di area pasar walaupun pada waktu Kepala
Pasar Bandeng yang lama menjabat, tidak mempunyai staff untuk membantu
pekerjaannya. Sayangnya, hingga saat ini Kepala Pasar tidak mempunyai dan
membuat jadwal pengawasan meskipun menurut pernyataannya intensitas
pengawasan dilakukan setiap hari. Namun, pernyataan tersebut bertolak
belakang dengan pernyataan pedagang selaku sasaran pengawasan. Dimana
beberapa pedagang mengaku bahwa Kepala Pasar Bandeng yang lama lebih
sering dan lebih bertanggungjawab dalam melakukan pengawasan daripada
Kepala Pasar Bandeng yang baru. Hal ini dinyatakan oleh I3-1 yang
mengatakan:
108
“Ya, pedagang di sini mendapat pengawasan dari Kepala Pasar.
Biasanya sih Kepala Pasarnya keliling gitu ngecekin pedagang,
jualannya, sampe bangunan pasarnya kalo ada yang rusak. Tapi kalo
sekarang mah jsaya jarang liat, apalagi saya jualannya di lantai 2,
Kepala Pasar yang sekarang tuh jarang banget naik kesini. Kalo yang
dulu mah rajin, akrab dama pedagang. Nggak kayak yang sekarang”
(Wawancara dengan Eti Sumiati sebagai Pedagang Sendal Pasar
Bandeng, Kamis 10 Maret 2016).
Dari hasil wawancara dengan I3-1 dapat dikatakan bahwa terdapat
perbedaan yang dirasakan pedagang selaku sasaran pengawasan dalam hal
intensitas pengawasan yang dilakukan Kepala Pasar, dimana Kepala Pasar
Bandeng yang lama lebih sering melakukan controlling maupun pendekatan
pedagang dibandingkan dengan Kepala Pasar yang baru. Hal tersebut sangat
disayangkan, karena dengan bertambahnya SDM di kantor PD Pasar Bandeng
yaitu 1 orang staff perbantuan, seharusnya pekerjaan yang dilakukan lebih
maksimal dibandingkan dengan 1 orang pegawai PD Pasar Bandeng
sebelumnya yakni hanya Kepala Pasar. Di sini dapat kita simpulkan bahwa
kinerja Kepala Pasar yang lama lebih baik dibandingkan dengan kinerja Kepala
Pasar yang baru di Pasar Bandeng atau SDM tidak sebanding dengan kinerja
yang ada.
Tidak hanya Kepala Pasar Bandeng, pegawai PD Pasar Kota Tangerang
juga mempunyai tugas dan peran dalam pengawasan Pasar Tradisional. Dalam
melakukan pengawasan, PD Pasar Kota Tangerang melakukan pengawasan
langsung dan tidak mempunya jadwal, yang mereka terapkan adalah
pengawasan mendadak yakni pengawasan yang dilakukan dengan tiba-tiba
tanpa terlebih dahulu memberitahukan kepada pekerja atau petugas yang
bertanggungjawab atas pekerjaan tersebut. Seperti yang dikatakan oleh I1-4:
109
“Untuk jadwal pengawasan kami nggak punya, karena pengawasan
yang kami lakukan itu semacam sidak, jadi tidak ada pemberitahuan
yang kami berikan dalam melakukan pengawasan. Hal itu kami
lakukan demi mendapakan dan menungkap langsung kejadian-kejadian
atau penyimpangan apa yang terjadi di lapangan. Biasanya dalam
sehari kami bisa mengunjungi beberapa pasar dan turun langsung
mengontrol situasi pasar. Untuk intensitasnya sendiri pada Pasar
Bandeng sudah terbilang cukup ya, bahkan untuk pasar lainnya juga
sama. Kami tetap melakukan control yang berkelanjutan dan berulang-
ulang” (Wawancara dengan Teguh Waluyo, SE sebagai Kepala Bidang
Sub Divisi Pembangunan, Pemeliharaan, dan Rehabilitasi PD Pasar
Kota Tangerang, Rabu 16 Maret 2016).
Dari keterangan hasil wawancara dengan I1-4 di atas, dapat dikatakan
bahwa PD Pasar Kota Tangerang juga tidak mempunyai jadwal pengawasan
dalam melakukan pengawasan Pasar Tradisional di Kota Tangerang. Tidak
dibuatnya jadwal pengawasan dikarenakan pelaksanaan pengawasan yang
mereka lakukan adalah pengawasan secara sidak dimana tidak ada
pemberitahuan untuk para pegawai di pasar yang dituju dengan tujuan untuk
melihat kondisi pasar secara langsung dalam keadaan alaminya. Di sisi lain, hal
ini memang menguntungkan pihak PD Pasar Kota Tangerang dalam hal
memudahkan langkah pengawasan dimana semua kondisi yang dilihat saat
turun langsung ke lapangan adalah kondisi nyata dari apa yang ada di
lapangan. Hal ini mengurangi kecurangan-kecurangan bagi pegawai ataupun
pedagang dimana kondisi mereka tidak dapat dibuat-buat karena telah
mengetahui adanya sidak di waktu sebelum-sebelumnya. Namun, di sisi lain
hal ini juga dapat mengurangi intensitas pelaksanaan pengawasan dimana tidak
ada waktu yang teratur dan bersistematis dalam melakukan pengawasan.
Seperti yang dinyatakan oleh beberapa pedagang dari pernyataan I3-3 yang
mengatakan:
110
“Kalau dari PD Pusat mah paling kalo mau ada penilaian Adipura sih,
kalo udah masuk masa Adipura Kota Tangerang tuh biasanya sering
mereka dateng ngawasin pasar ini keliling ngatur langsung dan ikut
bantu-bantu untuk ngerapiin dan ngebersiin pasar” (Wawancara
dengan Yul selaku Pedagang Pakaian Pasar Bandeng, Kamis 10 Maret
2016).
Hal yang senada juga disampaikan oleh Pedagang Pasar Bandeng
lainnya, dimana I3-1 mengatakan:
“Jarang. Sama aja Kepala Pasar sama PD Pusat jarang kesini. Kalau
mau Adipura tuh baru dateng langsung kesini” (Wawancara dengan Eti
Sumiati sebagai Pedagang Sendal Pasar Bandeng, Kamis 10 Maret
2016).
Kemudian tidak hanya pedagang melainkan pengunjung juga
menyatakan hal yang serupa oleh I3-8 yang mengatakan:
“Kalo saya sih belum pernah liat ya, atau mungkin pengawasannya
dilakukan pas saya lagi nggak disini. Tapi kayaknya jarang deh ada
pengawasan dari luar, selama ini saya cuma liat Kepala Pasarnya aja”
(Wawancara dengan Ita sebagai pengunjung Pasar Bandeng, Rabu 14
Desember 2016).
Dari pernyatan hasil wawancara di atas dapat kita simpulkan bahwa
terdapat pendapat yang tidak kontras atara PD Pasar Kota Tangerang sebagai
pihak yang berperan melakukan pengawasan dengan beberapa Pedagang dan
Pengunjung selaku sasaran pengawasan. Dari keterangan tersebut dapat
dikatakan bahwa intensitas pelaksanaan pengawasan yang dilakukan dari PD
Pasar Kota Tangerang masih terbilang kurang sehingga pedagang merasa tidak
diperhatikan. Hal itu terlihat dari pernyataan pedagang yang menyatakan
pengawasan sering dilakukan hanya pada saat masa menjelang penlaian
Adipura Kota Tangerang. Hal yang sebaiknya dilakukan untuk meningkatkan
pelaksanaan pengawasan adalah dengan dibuatnya jadwal pengawasan yang
tersusun dan bersistematis oleh PD Pasar Kota Tangerang.
111
Lain halnya dengan pihak pemerintah, pihak swasta yaitu PT.
Bangunbina Persada selaku pengelola pasar juga melakukan peran
pengawasan. Pengawasan di lakukan oleh pegawai penarik retribusi pedagang
dimana pada setiap harinya pegawai turun langsung ke pasar untuk menarik
retribusi sekaligus mengontrol pasar sehingga pengawasan dilakukan setiap
hari. Hal tersebut dinyatakan oleh Humas Pasar Bandeng, dimana I2-2
mengatakan:
“Untuk pengawasan yang kami lakukan sih udah kami delegasikan
kewenangannya kepada pegawai penarik retribusi yang setiap harinya
turun ke pasar untuk menagih iuran. Karena dia setiap hari berkeliling
pasar menemui pedagang jadi dia juga yang melakukan peran
mengawasi pasar” (Wawancara dengan Yaman sebagai Humas
Pengelola Pasar Bandeng dari pihak pengelola, Jumat 11 Maret 2016).
Dari keterangan hasil wawancara dengan I2-2 di atas, terlihat bahwa
yang melakukan pengawasan dari PT. Bangunbina Persada adalah pegawai
penarik retribusi. Hal itu dilakukan oleh penarik retribusi dengan alasan karena
yang setiap harinya turun ke pasar adalah orang tersebut. Sedangkan,
seharusnya dengan jabatan sebagai Humas Pasar Bandeng, Bapak Yaman juga
mempunyai peran untuk mengawasi pasar. Ditambah dengan kondisi SDM di
kantor pengelola yang sedikit, seharusnya Humas dapat membantu dan
berkoordinasi dengan pegawai lainnya untuk melakukan pengawasan demi
terciptanya kondisi pasar yang nyaman, aman, dan tertib. Walaupun intensitas
petugas pengawasan sudah dipastikan pengawasan harian, alangkah lebih
baiknya apabila pegawai lain tidak hanya di dalam kantor melainkan turun ke
pasar untuk melakukan controlling.
112
Begitu pula dengan SDM pengawas di PD Pasar Kota Tangerang, tidak
terdapat tim pengawas khusus yang bertugas untuk melakukan kontrol
langsung ke Pasar Tradisional di Kota Tangerang, seperti halnya yang
dikatakan oleh I1-4 bahwa:
“Kalau SDM Pengawas sih ya biasanya kami-kami ini para staff dan
kadang juga Ibu Dirut ikut untuk terjun langsung ke lapangan. Sering
sih diajak Ibu Dirut untuk ikut ke Pasar tetapi tidak ada orang-orang
tertentu yang sebelumnya sudah ditentukan, ya siapa yang bisa ya ikut.
Biasanya kami sampai 6 orang sih tyang didalamnya ada Dirut beserta
jajarannya. Tetapi kami juga melihat masalah atau penyimpangan
yang ada sebelumnya dari laporan pengawasan yang ada, contohnya
apabila ada kerusakan bangunan saya sebagai Kepala Sub Divisi
Pembangunan, Pemeliharaan, dan Rehabilitasi yang akan datang
untuk melihat langsung masalah yang ada, atau apabila yang
bermasalah ada pada bagian keuangan, staff Divisi Keuangan ikut
untuk mengoreksi. Jadi tergantung kondisi dan situasi pasar yang
dituju agar pengawasan ini menjadi lebih tepat sasaran” (Wawancara
dengan Teguh Waluyo, SE sebagai Kepala Bidang Sub Divisi
Pembangunan, Pemeliharaan, dan Rehabilitasi PD Pasar Kota
Tangerang, Rabu 16 Maret 2016).
Berdasarkan hasil pernyataan wawancara dengan I1-4 di atas dapat
dikatakan untuk SDM atau tim pengawas khusus tidak dibuat oleh PD Pasar
Kota Tangerang melainkan SDM yang ikut untuk melakukan pengawasan lebih
fleksibel dimana tidak ada ketentuan-ketentuan khusus dalam mengikuti
pelaksanaan pengawasan, namun di sini PD Pasar Kota Tangerang tetap
melihat situasi kondisi yang ada di pasar tempat pengawasan dengan
mmperhatikan laporan yang ada tentang masing-masing pasar sehingga ada
pegawai-pegawai yang bekerja di bidangnya ikut dalam pelaksanaan
pengawasan untuk melakukan penyelesaian atas pelanggaran atau kerusakan
yang terjadi di pasar. Dapat disimpulkan bahwa meskipun tidak membentuk
SDM/tim pengawas khusus, Direktur Utama PD Pasar Kota Tangerang tetap
113
memperhatikan dan terjun langsung ke lapangan dalam melihat dan mengawasi
pasar tradisional milik PD dan memperhatikan SDM yang perlu ikut sesuai
dengan kondisi masing-masing pasar.
Dari beberapa hasil wawancara di atas juga, apabila ditinjau dari waktu
pelaksanaannya dinyatakan bahwa pelaksanaan pengawasan di Pasar Bandeng
dilakukan sesuai dengan pengawasan preventif yang dimana pengawasannya
dilakukan pada saat pekerjaan berlangsung. Baik dari pihak PD Pasar Kota
Tangerang, Kepala Pasar, dan PT. Bangunbina Persada yang mempunyai peran
pengawasan melakukannya pada saat jam operasional pasar dengan tujuan agar
mengurangi penyimpangan yang ada saat pekerjaan berlangsung di Pasar
Bandeng.
Pengukuran tidak hanya tentang intensitas pengawasan dan SDM
pengawasan, tetapi juga bagaimana pengawasan itu berjalan. Seperti apa sistem
atau cara-cara yang dilakukan dalam melakukan pengawasan, bagaimana
bentuk pengawasan yang dilakukan, serta apa saja sasaran pengawasan. Seperti
yang diungkapkan Kepala Pasar mengenai pengawasan yang dilakukan, I1-1
mengatakan:
“Peran pengawasan yang saya lakukan sebagai Kepala Pasar ya tentu
saja dengan melihat dan memperhatikan kondisi operasional pasar
dari hari ke hari. Tidak hanya dari saya, saya juga memerlukan
pendapat dan saran dari para pedagang karena itu saya harus
mendekatkan diri kepada pedagang di pasar ini. Saya melakukan
kontrol dengan berkeliling ke seluruh area pasar dari kondisi
pedagang, tingkat pengunjung, kondisi bangunan pasar, sampai pada
fasilitas yang ada di pasar. semuanya itu harus diperhatikan demi
kemajuan pasar ini. Tidak hanya sampai disitu, saya juga
bertanggungjawab untuk membuat laporan dimana didalamnya adalah
laporan pertanggungjawaban Kepala Pasar tentang kondisi pasar
dimana didalamnya adalah hasil-hasil pengawasan yang saya lakukan,
114
demi mengoptimalkan pasar ini, yang saya lakukan adalah dengan
memberikan fakta nyata tentang apa yang ada di lapangan agar segala
kondisnya dapat diperbaiki dan mendapatkan solusi untuk
penyimpangan yang ada. Laporan yang ada juga harus punya bukti
yang kuat misalnya pakai foto agar pengawasan yang sudah dilakukan
itu mempunyai fakta yang kuat. Laporan tersebut adalah laporan rutin
yang diberikan setiap 2 minggu sekali. Adapun guna dan fungsi
laporan tersebut sebagai bahan diskusi dalam rapat antara Kepala
Pasar dengan PD Pasar Kota Tangerang” (Wawancara dengan
Sugeng, SH sebagai Kepala Pasar Bandeng, Senin 8 Februari 2015).
Hal serupa juga dikatakan oleh I1-2 yang menyatakan:
“Pengawasan dilakukan setiap hari oleh saya sebagai kepala pasar,
dimana saya bertugas untuk melihat kondisi pasar, pedagang, dan
tingkat pengunjung, selain itu saya juga memeriksa fisik atau bangunan
pasar. Begitu juga sama hasil pengawasannya, jadi harus ada bukti
kita sudah melakukan pengawasan, saya laporkan secara rutin ke PD
Pasar Kota Tangerang sebagai laporan pertanggungjawaban untuk
bahan evaluasi, supaya kalo ada penyimpangan, pelanggaran, atau
kesalahan lain dapat langsung ditindaklanjuti oleh PD. Seperti
contohnya kalo ada bangunan yang rusak misalnya pagar roboh atau
atap yang bocor, yang saya lakukan itu membuat laporan ke PD Pasar
Kota Tangerang setelah itu dari pihak PD akan ngasih surat teguran
kepada PT supaya PT melakukan tindak lanjut” (Wawancara dengan
Sanusi Endang Priyatna sebagai Kepala Pasar Bandeng, Jumat 11 Maret
2016).
Berdasarkan kedua pernyataan di atas, dari hasil wawancara tersebut
dapat dikatakan bahwa dalam melakukan perannya sebagai pengawas pasar,
Kepala Pasar mempunyai alur dan prosedur dalam melakukan pengawasan
walaupun cara pelaksanaannya tidak ada dalam peraturan baku. Setiap Kepala
Pasar di Pasar Bandeng melakukan pengawasan dengan bentuk pengawasan
yaitu pengawasan langsung, dimana cara pengawasannya adalah dengan
Kepala Pasar langsung datang melihat kondisi pasar, memeriksa apabila terjadi
penyimpangan, serta menampung keluhan dan saran pedagang untuk Pasar
Bandeng. Hal tersebut dilakukan secara berulang-ulang dari hari ke hari hingga
ditemukannya hasil pengawasan baik hasil yang baik maupun buruk. Tidak
115
hanya sampai di situ, Kepala Pasar juga bertanggungjawab dalam pembuatan
laporan yaitu laporan rutin kondisi pasar dalam waktu 2 minggu sekali, yang
mana isi dari laporan tersebut adalah segala hal yang menjadi hasil pelaksanaan
pengawasan dimana laporan tersebut dibutuhkan untuk bahan diskusi antar
Kepala Pasar dan Direksi PD Pasar Kota Tangerang agar segala kekurangan
yang ada pada pasar dapat diselesaikan melalui PD Pasar Kota Tangerang.
Dari keterangan tersebut juga dapat kita ketahui bahwa pelaksanaan
pengawasan yang dilakukan Kepala Pasar mempunyai proses terentu yang
bersistematis. Dari mulai proses dilakukannya pengawasan secara langsung
turun ke pasar, proses pembuatan hasil pengawasan melalui laporan
pertanggungjawaban dengan bukti yang kuat, proses diskusi PD Pasar Kota
Tangerang dalam mencari solusi akan masalah yang ada melalui rapat, hingga
proses PD Pasar Kota Tangerang melakukan tindakan terhadap pasar melalui
surat perintah maupun surat teguran kepada pihak swasta, kemudian proses
pihak pengelola dari PT. Bangunbina Persada melakukan tindakan atas
perintah dari PD Pasar Kota Tangerang yang meliputi pengelolaan dan
bangunan pasar. Dalam hal ini, Kepala Pasar tidak dapat bertindak dengan
sewenang-wenang atas peran engawasan yang dimilikinya, tetapi harus
mengikuti proses tersebut, dimana apabila terdapat hasil pengawasan yang
berkaitan langsung dengan PT. Bangunbina Persada tidak diperbolehkan
membuat laporan langsung ke PT. Bangunbina Persada melainkan hanya boleh
berkoordinasi langsung dengan PD Pasar Kota Tangerang karena Kepala Pasar
merupakan kepanjangan tangan dari PD Pasar Kota Tangerang.
116
Begitu pula dengan PT. Bangunbina Persada, dalam melakukan
pengawasannya harus tetap mengacu pada dasar perjanjian kerjasama dengan
PD Pasar Kota Tangerang, dimana dalam perjanjian tersebut telah ditetapkan
bahwa pihak pengelola harus memberikan laporan pengelolaan secara berkala,
seperti yang dikatakan oleh I2-1:
“Iya selain kami memiliki hak dalam pengelolaan, kami juga memiliki
kewajiban untuk membuat laporan rutin yaitu laporan
pertanggungjawaban pengelolaan dimana didalamnya termasuk juga
laporan hasil pengawasan yang berupa pelanggaran dan masalah yang
ada serta kondisi pasar ini secara berkala dalam segala perubahan-
perubahannya” (Wawancara dengan Trias Anggraini selaku pegawai
Administrasi dan Keuangan Pasar Bandeng dari PT. Bangunbina
Persada, Kamis 10 Maret 2016).
Berdasarkan hasil wawancara dengan I2-1 dinyatakan bahwa dalam
melakukan pengawasannya, pihak pengelola telah diatur dalam perjanjian
MoU yang ada baik hak maupun kewajibannya. Cara pengawasan yang
dilakukan oleh pihak swasta sama dengan pengawasan dari pihak pemerintah
yaitu pengawasan langsung dengan bentuk pengawasan yang mengikuti standar
yang ada dengan berbagai prosedur.
Dari beberapa hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa jenis
pengawasan yang dilakukan baik dari pihak pemerintah maupun pihak swasta
adalah jenis pengawasan aktif dan pasif, dimana jenis pengawasan aktif
dinyatakan pada pelaksanaannya yang dilaksanakan di tempat kegiatan yang
bersangkutan yaitu di Pasar Bandeng. Sedangkan pengawasan pasif dibuktikan
dengan adanya laporan atau surat pertanggungjawaban yang disertai dengan
bukti-bukti dari pihak pemerintah maupun pihak swasta dimana Kepala Pasar
Bandeng dan PT. Bangunbina Persada sama-sama memberikan laporan secara
117
rutin atas kondisi pasar. Pernyataan tersebut dibenarkan oleh I1-4 yang
menyatakan tentang proses dan cara pengawasan yang dilaksanakan dengan
berkata:
“Bentuk pengawasan yang kami lakukan itu pengawasan aktif dan
pengawasan pasif. Pengawasan aktif yang kami lakukan dilaksanakan
dengan cara turun langsung ke Pasar Bandeng dimana kami selaku
pengawas mendatangi pasar untuk melihat langsung bagaimana
kondisi operasional Pasar Bandeng. Kami memperhatikan segala aspek
dalam pengawasan baik dari kinerja pihak pengelola, Kepala Pasar,
Pedagang, kondisi pengunjung, hingga kondisi fisik seperti bangunan
dan fasilitas yang ada di dalamPasar Bandeng. Selain itu, kami juga
mendatangi lagsung para pedagang untuk melakukan pendekatan
hingga kami benar-benar mengetahui apa keluhan pedagang, apa yang
pedagang inginkan, dan apa masalah yang ada di pasar. Hal tersebut
kami lakukan demi mengetahui bagaimana keadaan real yang terjadi di
dalam pasar. Tidak lupa juga dengan bagian fisik dan fasilitas pasar
yang menjadi perhatian kami dimana apabila terjadi kerusakan harus
segera mendapatkan perbaikan untuk menunjang kegiatan pedagang
maupun pengunjung di Pasar Bandeng. Sedangkan untuk pengawasan
pasif, kami memanfaatkan laporan atau surat yang ada dari Kepala
Pasar maupun PT. Bangunbina Persada sebagai laporan
pertanggungjawaban secara rutin. Dari laporan tersebut kami dapat
mengetahui secara tidak langsung bagaimana kondisi yang ada di
Pasar Bandeng dengan bukti yang ada dalam laporan tersebut.
Laporan tersebut juga berfungsi guna membantu kami dalam
melakukan tindakan lanjutan sebgaimana laporan tersebut kami
jadikan sebagai bahan untuk mengevaluasi dan mencari solusi untuk
menangani permasalahan yang ada” (Wawancara dengan Teguh
Waluyo, SE sebagai Kepala Bidang Sub Divisi Pembangunan,
Pemeliharaan, dan Rehabilitasi PD Pasar Kota Tangerang, Rabu 16
Maret 2016).
Dari keterangan hasil wawancara dengan I1-4 kita dapat mengetahui
bahwa pengawasan oleh PD Pasar Kota Tangerang dilakukan dengan 2 cara
yaitu cara pengawasan aktif dan pasif yang berarti dilakukan di tempat
pengawasan maupun diluar tempat pengawasan. Yang mana pengwasan aktif
dapat dibuktikan sendiri dengan melihat langsung kondisi Pasar Bandeng
dengan mendatanginya sedangkan pengawasan pasif yakni pengawasan yang
118
dilakukan dengan melihat hasil pengawasan dari pihak lain yaitu pihak
pemerintah maupun pihak swasta dimana di dalamnya terdapat laporan
pengelolaan, data penyimpangan/pelangaran, masalah yang ada, keuangan
(pendapatan maupun pengeluaran), hingga kondisi bangunan dan fasilitas yang
ada. Dapat kita lihat bahwa di sini PD Pasar Kota Tangerang cukup tegas dan
cermat dalam melakukan pengawasan. Hal ini ditandai dengan melakukan
pengawasan langsung ke lapangan untuk melihat langsung secara real keadaan
pasar dan meminta laporan pertanggungjawaban secara rutin dari pihak yang
berada di Pasar Bandeng. PD Pasar Kota Tangerang terlihat mempunyai
hubungan dan koordinasi yang baik antara bawahannya yakni PD Pasar
Bandeng dan pihak yang bekerjasama yaitu PT. Bangunbina Persada karena
dalam pelaksanaan pengawasannya, PD Pasar Kota Tangerang tetap
membutuhkan dan pihak yang berada di Pasar Bandeng sebagai pihak yang
paling mengetahui kondisi real pasar tersebut dari hari ke hari.
Di sisi lain, dari pernyataan di atas dapat kita katakan bahwa sasaran
pengawasan pada pelaksanaan pengawasan yang dilakukan PD Pasar Kota
Tangerang tidak hanya pada satu pihak tetapi ke seluruh pihak yang ada di
pasar. hal itu dapat dibuktikan dari pernyataan yang mengakatakan bahwa hal-
hal yang dilakukan saat pengawasan adalah memperhatikan segala aspek dalam
pengawasan baik dari kinerja pihak pengelola, Kepala Pasar, Pelaku usaha
pasar, hingga kondisi fisik seperti bangunan dan fasilitas yang ada di dalam
Pasar Bandeng. Sasaran pengawasan yang dimaksud di sini adalah Kepala
Pasar selaku kepanjangan tangan dari PD Pasar Kota Tangerang, PT.
119
Bangunbina Persada selaku pengelola, serta Pelaku usaha pasar yang di
dalamnya ada Pedagang Pasar, Pemilik Toko, dan Pedagang Kaki Lima.
Dalam pelaksanaan pengawasan, selain dilakukan oleh PD Pasar Kota
Tangerang, Kepala Pasar Bandeng, dan PT. Bangunbina Persada, terdapat
pihak lain dari pemerintah yang melakukan pengawasan di Pasar Bandeng
yang dilakukan dengan cara kerjasama dengan PD Pasar Kota Tangerang.
Pernyataan tersebut diungkapkan oleh I1-4 yang mengatakan:
“Kami berkerjasama dengan dinas lain untuk melakukan pengawasan
dan pembinaan pedagang antara lain yang telah kami lakukan adalah
pembinaan dari Dinas Pertanian Kota Tangerang dalam hal keamanan
dan kebersihan pangan (ayam & ikan) dengan pemberian fish box dan
soft case untuk ayam. Lalu pembinaan dari Dinas Kesehatan Kota
Tangerang yaitu tentang bahaya pewarna, pengawet, dll pada makanan
maupun ikan dan ayam. Kemudian pembinaan dari Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota Tangerang yaitu sebatas
pembinaan harga bahan pokok, permodalan, dan PKL. Pembinaan dan
penyuluhan dilakukan melalui proses sesuai prosedur dimana laporan
penyuluhan dari dinas didisposisi ke PD Pasar Kota Tangerang lalu
dari PD ke Kepala Pasar dan Kepala Pasar memberikan sosialisasi ke
pedagang tentang jadwal pembinaan yang akan dilakukan”
(Wawancara dengan Teguh Waluyo, SE sebagai Kepala Bidang Sub
Divisi Pembangunan, Pemeliharaan, dan Rehabilitasi PD Pasar Kota
Tangerang, Rabu 16 Maret 2016).
Pernyataan yang senada juga dilontarkan dari I1-1 yang mengatakan
bahwa:
“Ya, sudah pernah ada. Beberapa pengawasan yang telah kami
lakukan bersama pihak lain, yaitu kerjasama PD Pasar Kota
Tangerang dengan Disperindagkop Kota Tangerang melalui
penyuluhan koperasi, pengawasan harga sembako kepada pedagang,
pengawasan pasar tertib ukur untuk pedagang yang memakai alat ukur.
Kemudian pengawasan makanan bersama Badan Pemeriksa Obat dan
Makanan/BPOM. Lalu penyuluhan kebersihan dan kesehatan dari
Dinas Kesehatan Kota Tangerang.” (Wawancara dengan Sanusi
Endang Priyatna sebagai Kepala Pasar Bandeng, Jumat 11 Maret 2016).
120
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa PD Pasar
Kota Tangerang juga menjalin kerjasama dengan Dinas Pemerintah Kota
Tangerang dalam melakukan pengawasan dimana hubungan antara keduanya
dilakukan berdasarkan proses sesuai prosedur yang ada yakni Dinas yang ingin
melakukan program pengawasan di Pasar Bandeng harus meminta izin dari PD
Pasar Kota Tangerang selaku wadah yang menaungi dan memiliki beberapa
Pasar Tradisional di Kota Tangerang. Proses yang dilalui antara lain proses
disposisi Dinas terkait ke PD Pasar Kota Tangerang kemudian dari PD Pasar
Kota Tangerang memberikan informasi kepada Kepala Pasar lalu Kepala Pasar
memberi pengumuman mengenai jadwal pelaksanaan pengawasan dari Dinas
tersebut. Dengan adanya pengawasan yang dilakukan oleh Dinas lain dapat
meringankan dan membantu pekerjaan PD Pasar dalam hal pengawasan.
Tidak hanya pengawasan, namun pembinaan juga dilakukan oleh Dinas
terkait yang melakukan kerjasama tersebut. Pembinaan ini sangat
menguntungkan pedagang karena pedagang mendapatkan ilmu, informasi,
serta alat yang membantu pedagang untuk lebih mengetahui tentang tata cara,
peraturan, dan kewajiban pedagang atas produk dagangannya. Hal ini dapat
dibuktikan dengan pernyataan yang mengatakan bahwa terdapat pembinaan
dari Disperindagkop Kota Tangerang, BPOM Kota Tangerang, dan Dinas
Kesehatan tentang kesehatan, kebersihan, harga bahan pokok, koperasi, tertib
ukur, bahaya pengawet dan pewarna, serta alat yang diberikan seperti
contohnya fish box dan soft case.
4.3.3 Membandingkan (Compare)
121
Pada tahap ini yang dilakukan adalah membandingkan hasil yang
dicapai dengan target atau standar yang telah ditetapkan, mungkin kinerja lebih
tinggi, atau lebih rendah atau sama dengan standar. Proses ini akan
memungkinkan penyimpangan-penyimpangan antara standar dengan realisasi,
apakah standar dapat tercapai. Dalam suatu pelaksanaan program, untuk
mengetahui hasil pengawasan dengan baik, maka harus ada perbandingan dari
hasil pekerjaan dan standar pedoman yang ditentukan dalam program tersebut.
Pada pelaksanaannya, didalam tahap ini banyak ditemukan hasil-hasil
dari pengawasan dimana setiap hasil yang ada berdasarkan dari perbandingan
antara kondisi nyata dengan standar yang ada. Pernyataan ini didukung oleh I1-1
yang mengatakan:
“Ya, dalam melakukan pengawasan kan kita sudah punya peraturan
yang kita jadikan acuan untuk menilai dari hasil kondisi pasar yang
sekarang dengan aturan yang ada di Perda maupun Surat Perjanjian
Kerjasama. Nah, biasanya dari situ langsung keliatan mana hal-hal
yang salah, pelanggaran apa yang terjadi, kemajuan dan kelemahan
apa yang ada di pasar pada masa sekarang” (Wawancara dengan
Sugeng, SH sebagai Kepala Pasar Bandeng, Senin 8 Februari 2015).
Dari pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa dalam melakukan peran
dan tanggungjawabnya sebagai pengawas, Kepala Pasar tidak hanya
mengamati, melihat, dan mengobservasi keadaan pasar, melainkan melakukan
perbandingan juga atas apa yang seharusnya terjadi dengan apa yang ada di
lapangan pada saat itu dimana dalam pelaksanaannya mengacu pada peraturan
yang ada.
Pada tahap ini, hasil dari pelaksanaannya adalah penyimpangan-
penyimpangan yang ada di Pasar Bandeng dari segala pihak seperti
122
penyimpangan yang dilakukan pedagang yakni memperluas tempat dagang
dengan menambah tempat produknya serta kurangnya kesadaran untuk
menjaga kebersihan, seperti yang dikatakan oleh I1-2:
“Ya biasanya yang kita temukan itu pedagang-pedagang yang suka
ngelanggar aturan, kayak yang bisa kita liat sendiri ada beberapa
pedagang yang berjualan kelewat batas dengan nambah peti atau meja
untuk memperbanyak barang dagangannya padahal itukan nggak
boleh. Ada juga pedagang yang kurang perhatian sama kebersihan
pasar kayak ada beberapa yang nggak bersihin sampah dagangannya
setelah selesai dagang, buang sampah sembarangan misalnya
sampahnya ada yang sampai ke jalanan” (Wawancara dengan Sanusi
Endang Priyatna sebagai Kepala Pasar Bandeng, Jumat 11 Maret 2016).
Hal serupa juga diakui oleh pedagang yaitu I3-2 dengan mengatakan:
“Iyasih saya tau ini nggak boleh tapi ya gimana demi dapetin
pelanggan, mana di sini kan pengunjungnya dikit pasarnya sepi jadi
saya terpaksa banyakin beragam jenis sayur-sayuran kalo lengkap kan
orang juga tertarik ngeliat dagangan kita biar laku” (Wawancara
dengan Bapak Sardi sebagai Pedagang Sayur Pasar Bandeng, Sabtu 12
Maret 2016).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, salah satu hasil pengawasan yang
dilakukan adalah pelanggaran dari Pedagang Pasar Bandeng. Pelanggaran yang
dilakukan berupa penambahan tempat dagangan hingga melewati batas yang
telah ditentukan. Hal ini jelas pelanggaran yang terang-terangan terlihat secara
fisik dimana pedagang mencari keuntungan dengan tidak memperhatikan
aturan yang ada. Di sisi lain, pedagang sendiri sebenarnya mengetahui dan
mengerti akan kesalahan yang dibuat yaitu memperluas tempat dagangnya
akan tetapi hal itu terpaksa dilakukan agar pedagang tetap bisa bertahan
ditengah-tengah keadaan pasar yang sepi pengunjung. Dari hal ini dapat kita
lihat bahwa apabila keadaan pasar mendukung daya beli masyarakat yang
tinggi di Pasar Bandeng, pedagang tidak akan melakukan pelanggaran seperti
123
itu. Selain itu, sangat disayangkan bahwa beberapa pedagang yang masih
kurang mengerti dan peduli kebersihan sekitarnya pada area dan bangunan
pasar yang telah bagus setelah direvitalisasi, seharusnya pedagang dapat
menjaga agar tidak merusak pasar yang telah dibangun baik dengan
pencemaran yang dibuatnya. Ternyata hal tersebut juga berdampak kepada I3-9
yang merasakannya dengan mengatakan:
“Iya sekarang kayaknya kebersihannya menurun ya, kalo dulukan
bersih enak belanja di sini, karyawan kebersihannya tuh banyak nggak
kayak sekarang, sekarang saya malah jarang lihat. Jadi kalo belanja
kelihatan ada sampah yang berserakan, belum lagi kalo basah bikin
jalanan becek dan bau juga jadi kitanya kurang nyaman ajasih, kan
kalokeliatan dari luar bangunannya bagus tapi dalamnya kotor”
(Wawancara dengan Lina sebagai pengunjung Pasar Bandeng, Rabu 14
Desember 2016).
Dari pernyataan pengunjung Pasar di atas dapat kita ketahui bahwa
pelanggaran yang dilakukan pedagang berdampak pada kenyamanan
pengunjug dalam berbelanja. Turunnya kebersihan Pasar Bandeng
mengakibatkan turunnya juga kenyamanan pengunjung di dalam Pasar.
Tidak hanya mengenai batas tempat dagang dan kebersihan pasar,
pedagang juga melakukan pelanggaran lain yaitu menempati tempat dagang
dengan tidak sesuai dengan zona yang telah di atur. Hal ini diungkapkan oleh
I1-1 yang berkata:
“Pada awalnya, kondisi pedagang di Pasar Bandeng ini teratur tapi
hanya berjalan selama 1 tahun pertama revitalisasi. Setelah itu
pedagang menempati los dan kios tidak sesuai aturan dimana kami
telah membuat zoning yang ditetapkan melalui plang-plang yang ada di
dalam pasar sebagai keterangan nama los. Sampai sekarang bisa kita
liat langsung zoning itu udah nggak diberlakukan lagi sama pedagang
jadi pasar ini udah nggak teratur lagi. Ditambah lagi dengan adanya
pemilik los atau kios yang memperbolehkan pedagang yang menyewa
untuk berjualan produk yang tidak susai dengan tempat yang telah
124
disediakan. Pada akhirnya kan pedagang baru yang berjualan barang
tertentu tidak mendapatkan lokasi tempat jualan yang sesuai dengan
keterangan ona yang ada jadi begitu terus sampai timbul
ketidakteraturan. Kalau ditanya pedagang alasannya sih demi dapetin
pelanggan, ada yang merasa kalau di tempat-tempat tertentu tuh
kehilangan pedagang” (Wawancara dengan Sugeng, SH sebagai
Mantan Kepala Pasar Bandeng, Rabu 9 Maret 2016).
Hal senada juga diakui oleh pedagang, dimana I3-2 mengatakan:
“Di pasar ini banyak penjual pada nggak ikutin zona itu soalnya disini
pedagangnya pada rebutan pengunjung, ya namanya pengunjungnya
sedikit kita mah maunya dapet dan jualan di tempat yang lebih
strategis yang lebih banyak dilewatin pengunjung jadi ya gitu antara
sayuran sama daging atau ikan ada yang tempatnya berdekatan”
(Wawancara dengan Bapak Sardi sebagai Pedagang Sayur Pasar
Bandeng, Sabtu 12 Maret 2016).
Dari keterangan di atas, dapat kita lihat bahwa pedagang sendiri
melakukan berbagai pelanggaran. Hal yang sangat disayangkan bahwa kondisi
awal pasar yang tertib dan teratur setelah direvitalisasi tidak dapat
dipertahankan atas karena perbuatan pedagang itu sendiri. Banyak pedagang
yang menempati tempat tidak sesuai dengan zona yang ada sehingga pedagang
selanjutnya yaitu pedagang baru ada yang ingin menempati sesuai zona tetapi
tidah bisa karena telah terisi dengan pedagang lain sebelumnya. Padahal,
zoning yang telah ditetapkan adalah peraturan berbentuk fisik yang telah dibuat
pengelola dengan membuat plang-plang yang tergantung untuk memisahkan
jenis dagangan di setiap los, kios, dan counter di pasar, hal yang seharusnya
dapat diperhatikan pedagang. Seharusnya dengan adanya zoning tersebut dapat
memudahkan pengunjung untuk berbelanja dan menciptakan persaingan yang
baik dan adil antar pedagang. Sayangnya, pedagang kurang memahami
pentingnya peraturan tersebut dan membuat pelanggarang yang menciptakan
ketidakteraturan dalam pasar.
125
Tidak hanya pedagang, penyimpangan juga dilakukan oleh pemilik kios
yang disebut juga investor. Investor dalah pembeli kios pada Pasar Bandeng
yang membeli dengan maksud bukan untuk berjualan tetapi menyewakan atau
menjual kembali kios yang telah mereka beli. Pelanggaran yang dilakukan oleh
investor adalah dengan menutup kiosnya dalam jangka waktu yang lama
sehingga banyak kios di dalam pasar yang tidak terisi dan tutup. Hal ini
dinyatakan oleh I1-1 yang mengatakan:
“Masih banyak kios yang kosong apalagi di lantai dua, hal ini
dikarenakan harga sewa yang mahal yang disebabkan oleh penjualan
dari pihak ketiga. Walaupun kios yang berada di pasar ini tersedia
dengan keadaan yang baik tetapi harga kios disewakan atau dijual
dengan harga yang mahal karena banyak kios/toko yang diinvestasikan
oleh masyarakat, bukan untuk membuka usaha dagang sehingga
penyewa atau pedagang yang ingin membuka usahanya di sini
mendapat harga yang jauh lebih mahal daripada harga asli. Beberapa
pedagang yang telah membuka usaha di sinipun terpaksa tidak bisa
berjualan dengan rutin bahkan ada yang menutup usahanya oleh
karena pemasukan yang tidak sebanding dengan harga sewa tempat
yang mereka telah bayarkan” (Wawancara dengan Sugeng, SH sebagai
Mantan Kepala Pasar Bandeng, Rabu 9 Maret 2016).
Pernyataan di atas juga dibenarkan oleh Pegawai Administrasi dan
Keuangan Pasar Bandeng, dimana I2-1 mengatakan bahwa:
“Iya untuk kios yang di atas itu banyak yang kosong karena pemiliknya
bukan pedagang, pada banyak investor gitu yang jualin dan nyewain
kios itu. Harga yang ditawarkan juga mahal jadi kios itu banyak yang
belum terisi. Perbedaan harganya ada juga yang mencapai 50% kayak
misalnya kios yang ukuran 3x2 m harganya dari kami Rp 118.000.000,-
investornya menjual kisaran harga Rp 225.000.000,- sampai Rp
250.000.000,- ke masyarakat” (Wawancara dengan Trias Anggraini
selaku pegawai Administrasi dan Keuangan Pasar Bandeng dari PT.
Bangunbina Persada, Kamis 10 Maret 2016).
126
Tabel 4.4
DAFTAR HARGA
RENOVASI PASAR BANDENG – KOTA TANGERANG
NO JENIS UKURAN H/T HARGA
PERMETER
HARGA
PERUNIT
HARGA SUDAH
TERMASUK
PPN 10%
1 LOS SAYUR 2 x2 M T Rp 10,000,000,- Rp 40.000.000,- Rp 44.000.000,-
2 X 2 M H Rp 11.000.000,- Rp 44.000.000,- Rp 48.400.000,-
2 COUNTER 2 X 2 M T Rp 12,000,000,- Rp 48.000.000,- Rp 52.800.000,-
2 X 2 M H Rp 13.000.000,- Rp 52.000.000,- Rp 57.200.000,-
3 KIOS 3 X 2 M T Rp 15,000.000,- Rp 90.000.000,- Rp 99.000.000,-
3 X 2 M H Rp 18.000.000,- Rp 108.000.000,- Rp 118.800.000,-
4 KIOS 3 X 2,5 M T Rp 15.000.000,- Rp 112.500.000,- Rp 123.750.000,-
3 X 2,5 M H Rp 18.000.000,- Rp 135.000.000,- Rp 148.500.000,-
5 KIOS 3 X 3 M T Rp 15.000.000,- Rp 135.000.000,- Rp 148.500.000,-
3 X 3 M H Rp 18.000.000,- Rp 162.000.000,- Rp 178.200.000,-
6 KIOS
MAMIN
2 X 2,5 M T Rp 15.000.000,- Rp 75.000.000,- Rp 82.500.000,-.
2 X 2,5 M H Rp 18.000.000,- Rp 90.000.000,- Rp 99.000.000,-
7 KIOS KBT 2 X 2,8 M T Rp 15.000.000,- Rp 84.000.000,- Rp 92.400.000,-
Sumber: (PT. Bangunbina Persada, 2015)
Berdasarkan kedua pernyataan dan data di atas serta observasi yang
telah dilakukan, di Pasar Bandeng masih terdapat banyak kios yang kosong dan
127
tutup terutama di bagan lantai 2 pasar. Walaupun kios yang berada di pasar ini
tersedia dengan keadaan yang baik tetapi ternyata banyak pedagang maupun
pengelola yang mengaku bahwa harga sewa dan jual kios terbilang mahal
daripada harga asli yang ditentukan yang disebabkan karena penjualan dari
pihak ketiga yaitu banyak kios yang diinvestasikan oleh masyarakat, bukan
untuk membuka usaha dagang. Hal seperti ini adalah salah satu
pelanggarang/penyimpangan yang terjadi yang dilakukan oleh pelaku usaha
pasar termasuk investor. Padahal, telah terdapat di dalam peraturan yang ada
yakni dalam Perda yang mengatur pengelolaan pasar bahwa ada sanksi ditutup
dan disegelnya hingga denda apabila tempat berjualan tidak dibuka selama 3
bulan berturut-turut dan tidak membayar biaya jasa pengelolaan. Di sini kita
mengetahui bahwa ada pelanggaran dari investor yang tidak menaati peraturan
tersebut.
Tidak hanya mengenai penyimpangan, terdapat juga masalah-masalah
yang ada pada Pasar Bandeng. Yaitu mengenai kondisi pasar yang semakin
lama semakin sepi. Hal ini berdasarkan dari pernyataan beberapa pihak,
dimana I1-1 mengatakan:
“Pada tahun pertama revitalisasi berjalan, promosi dan pemasaran
disebar secara luas dengan memakai brosur maupun media massa
seperti internet, sehingga banyak masyarakat yang berminat menyewa
bahkan membeli kios di Pasar Bandeng, begitu pula dengan pedagang
lama. Setelah revitalisasi selesai, banyak pedagang yang menempati
kios dan tingkat pengunjung yang terbilang ramai. Tepatnya pada
tahun pertama setelah revitalisasi, pasar ini ramai. Tetapi kondisi
seperti itu tidak belangsung lama. Pada akhirnya pasar menjadi sepi
dengan tingkat pengunjung yang semakin menurun dan pedagang yang
semakin sedikit” (Wawancara dengan Sugeng, SH sebagai Mantan
Kepala Pasar Bandeng, Rabu 9 Maret 2016).
Hal senada juga dikatakan oleh I1-3 yang menyatakan bahwa:
128
“Masalah yang paling terlihat adalah sepinya pengunjung di Pasar
Bandeng, hal ini berkaitan dengan sepinya pedagang” (Wawancara
dengan Hizbulloh sebagai Staff Perbantuan di Kantor PD Pasar
Bandeng, Jumat 11 Maret 2016).
Begitu juga dengan I3-8 pasar yang mengatakan:
“lama-lama sih jadi tambah sepi, padahal dulu pasa baru dibangun
rame, pedagangnya juga banyak nggak kayak sekarang. Dulu saya
sering belanja di sini, sekarang jarang karena kalo belanja banyak
saya langsung ke pasar lain yang lebih lengkap daripada di sini”
(Wawancara dengan Ita sebagai Pengunjung Pasar Bandeng, Rabu 14
Desember 2016).
Dari hasil wawancara penelitian di atas, dapat kita ketahui bahwa pada
awal revitalisasi dilakukan, banyak masyarakat peminat pasar ini dari mulai
pedagang lama pasar hingga masyarakat lainnya sehingga penjualan los, kios,
dan counter di pasar ini tercapai. Dengan bangunan yang baru setelah
revitalisasi selesai, banyak pedagang dan pengunjung yang meramaikan pasar
ini tepatnya di tahun pertama. Namun, sangat disayangkan semua pihak yang
bertanggungjawab yang ada di pasar tidak dapat mempertahankan keadaan
pasar yang seperti itu sehingga menyebabkan penurunan pengunjung bahkan
pedagang. Berdasarkan hasil wawancara, sepinya pasar hingga saat ini
disebabkan oleh sepinya pedagang dan banyaknya kios yang kosong seperti
yang diungkapkan oleh seorang pengunjung yaitu I3-6:
“Iya pasar ini bagus dibandingkan pasar lainnya di daerah sini, tapi
sayangnya pasar ini sepi jadi kan orang juga males datenginnya. Dari
luar aja udah keliatan kios-kiosnya pada tutup, pedagangnya juga
sedikit jadi kadang tuh barang yang mau dibeli nggak ada di sini”
(Wawancara dengan Yani sebagai Pengunjung Pasar Bandeng, Sabtu
12 Maret 2016).
Terdapat juga pernyataan lain yang menyatakan hal senada dimana I3-5
mengatakan:
129
“Kurang tau sih ya pastinya kenapa ini pasar bisa sepi, tapi mungkin
kayaknya karena pedagangnya juga gak rame sih kayak yang di atas
aja kita liat sendiri dikit banget toko yang buka. Saya juga ke sini sih
biasanya ke PKL nya untuk beli kebutuhan sehari-hari aja sih misalnya
untuk masak, kalau untuk belanja besar nggak di sini tapi di pasar
lain” (Wawancara dengan Nur sebagai Pengunjung Pasar Bandeng,
Sabtu 12 Maret 2016).
Kemudian hal yang sama dirasakan oleh konsumen Pasar Bandeng
yaitu I3-8 yang mengatakan bahwa:
“Pasarnya sepi banget, saya juga kalo lagi rajin mah milih ke Pasar
Malabar karna disana jauh lebih banyak pedagang dan macam
dagangannya lebih lengkap gitu, kalo disini kurang jadi nggak terlalu
bisa milih. Ini karna deket sama rumah jadi saya ke sini. Kalo sepinya
kayaknya sih karena tempatnya ya di depan jalanan lebar landai gini
orang kan sukanya kalo ke pasar itu yang banyak PKLnya di pinggir
jalan yang biasanya macet jadi diluarnya aja udah banyak pedagang
gitu” (Wawancara dengan Lina sebagai pengunjung Pasar Bandeng,
Rabu 14 Desember 2016).
Dari beberapa pernyataan ini, kita dapat mengetahui bahwa hal yang
terlihat yang menunjukan alasan sepinya pasar adalah bahwa terdapat
banyaknya kios yang kosong dan kurang ramainya pedagang yang berada di
dalam pasar sehingga membuat masyarakat berpendapat bahwa pasar ini
kurang daya tarik pembeli. Hal ini berkaitan dengan pelanggaran yang
dilakukan oleh investor yang menyebabkan banyak kios kosong dan sepi
pedagang. Di sisi lain, Kepala Pasar menambahkan alasan sepinya Pasar
Bandeng yakni karena lokasi dan tata bangunan pasar yang kurang strategis.
Seperti yang diungkapkan oleh Kepala Pasar yaitu pernyataan I1-2 yang
mengatakan:
“Hal yang buat pasar ini sepi juga karena pasar ini letaknya berada di
pinggir jalan raya yang luas, landai, dan jalur cepat. Kita tau sendiri
kan biasanya pasar itu jalanannya pasti macet, berbeda dengan di sini.
Ditambah lagi bangunan pasarnya yang lantai 1 itu berada dibawah
permukaan jalanan sehingga dari sisi luar atau jalan raya, lantai 1
pasar nggak terlihat sedangkan yang terlihat hanya lantai 2 pasar yang
dimana banyak terdapat kios kosong. Begitu juga sama PKL yang ada
130
di sini karena letaknya di belakang pasar di balik bangunan pasar jadi
dari jalan raya tuh nggak keliatan sama sekali padahal bagian yang
lumayan rame kan pengunjung PKLnya” (Wawancara dengan Sanusi
Endang Priyatna sebagai Kepala Pasar Bandeng, Jumat 11 Maret 2016).
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-2 di atas dinyatakan bahwa ada
alasan lain yang menyebabkan sepinya Pasar Bandeng, bukan hanya dari dalam
pasar baik itu pelaku usaha pasar, namun ada juga penyebab dari luar yakni
kondisi fisik pasar dimana bangunannya terletak di pinggir jalan raya dengan
jarak yang terbilang jauh, jalan raya yang landai dan tidak ramai yang
membuat pasar tidak menjadi pusat perhatian masyarakat yang melewatinya.
Begitupula dengan bangunannya terutama pada lantai 1 yang dibangun
dibawah dataran tinggi sehingga dari jalan raya yang terlihat hanya bangunan
pada lantai 2 saja, yaitu bangunan yang terdapat banyak kios kosong sehingga
dapat menambah persepsi masyarakat untuk tidak berbelanja di Pasar Bandeng.
Selain itu, terdapat juga beberapa pengelolaan yang tidak berjalan
dengan baik, salah satunya adalah pengelolaan fasilitas parkir. Pada hasil
revitalisasi, fasilitas parkir di Pasar Bandeng dikelola dengan cara otomatis
yaitu berpalang otomatis pada pintu masuk dan pintu keluar pasar dengan
menggunakan teknologi komputer, namun sayangnya hal itu tidak berjalan
lama. Seperti yang dikatakan oleh I2-3 sebagai petugas parkir mengatakan:
“Kalo waktu dulu pas baru dibangun parkirannya bagus pake palang
otomatis kerjanya juga pake komputer. Kalo sekarang jadi manual
pake karcis tulis tangan, palangnya juga dibuka terus ke atas nggak
otomatis lagi karna kita udah nggak pake komputer. Dulu juga
gerbangnya mah ada 2, dibedain gerbang masuk sama gerbang keluar
kendaraan tapi sekarang tinggal 1 yang dibuka jadi sama gerbang buat
keluar masuk kendaraan” (Wawancara dengan Fatimah sebagai
Petugas Parkir Pasar Bandeng, Jumat 11 Maret 2016).
131
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat kita ketahui bahwa telah
terjadi menurunnya efekivitas pengelolaan fasilitas di Pasar Bandeng, yaitu
fasilitas parkir. Dimana kini realisasinya tidak sesuai dengan realisasi pada
awal revitalisasi pasar. hal itu dapat dibuktikan dari berubahnya operasional
parkir dari cara kerja otomatis menggunakan teknologi komputer dan palang
otomatis menjadi cara manual dan gerbang yang ditutup sehingga hanya ada 1
pintu untuk keluar masuk kendaraan. Hal ini sangat disayangkan karena
fasilitas yang sudah ada, yang sudah dirancang dengan baik melalui sarana dan
prasarana yang lengkap tidak dapat dipertahankan dengan baik. Menurut
petugas parkir, operasional cara kerja fasilitas parkir yang sekarang menjadi
manual disebabkan karena pengelola ingin menekan pengeluaran. Seperti
pernyataan dari I2-3 yang berkata:
“Itu karna dari kantor pengelola sih mau minimalin pengeluaran,
karena kan dulu yang jaga pintu 2 orang karna gerbangnya ada 2
otomatis harus gaji 2 karyawan, belum lagi komputernya, trus karcis
otomatisnya, dan lagi sekarang parkirnya nggak dijaga sampai sore.
Jam kerjanya juga nggak kayak dulu, sekarang cuma sampai jam 2
karna siang tuh di sini udah sepi walaupun didalam masih ada
pedagang yang jualan sampe sore” (Wawancara dengan Fatimah
sebagai Petugas Parkir Pasar Bandeng, Jumat 11 Maret 2016).
Dari pernyataan di atas terlihat bahwa situasi dan kondisi yang
membuat turunnya fungsi fasilitas parkir di pasar ini juga terpengaruh dari
turunnya pendapatan yang diterima oleh pihak pengelola, sehingga apapun
dilakukan untuk menekan biaya pengeluaran antara lain dengan cara
mengurangi jumlah petugas parkir, merubah cara kerja fasilitas parkir dari
mulai ditutupnya pintu masuk kendaraan, palang otomatis, hingga teknologi
seperti komputer dan mesin karcis otomatis. Di satu sisi, hal ini memang
132
terpaksa dilakukan karna keadaan dan kondisi yang mempertimbangkan biaya
pengeluaran dari segi parkir. Namun, di sisi lain hal ini juga merugikan
pengelola pasar. Apabila fasilitas parkir berjalan dengan baik sesuai dengan
awal mula sistem yang berlaku, dapat meningkatkan pendapatan dari retribusi
parkir karena ditariknya retribusi parkir bagi pengunjung yang datang sore hari
atau setelah jam 2 siang. Selain itu, dapat mengurangi kecurangan yang
dilakukan oleh petugas parkir, karena apabila dikerjakan melalui mesin dengan
teknologi komputer dan mesin karcis otomatis bukan dengan cara manual,
hasilnya lebih pasti, terekam, dan terdapat bukti yang bisa dipercaya karena
tidak bisa direkayasa.
Tidak hanya itu, kini terdapat juga parkir liar di Pasar Bandeng yang
terletak lebih tepatnya di belakang bangunan pasar, seperti yang diakui oleh I2-
1:
“Ya, di belakang ada parkir di luar pasar. Itu bukan kami yang kelola,
tapi orang belakang. Sebenarnya tidak boleh, kami sudah pernah
menegur tapi mereka mengacuhkan. Akhirnya kami membuat
persetujuan bahwa sebagian retribusi parkirnya harus diberikan keada
kami setiap harinya dengan besaran yang sudah kami tentukan yaitu
Rp 50.000,-/hari. Karena kami juga sedang mengalami penurunan
pendapatan, jadi hal itu kami manfaatkan demi menambah pemasukan.
(Wawancara dengan Trias Anggraini selaku pegawai Administrasi dan
Keuangan Pasar Bandeng dari PT. Bangunbina Persada, Kamis 10
Maret 2016).
Hal serupa juga dikatakan oleh I1-2 yang mengatakan:
“Sekarang ini ada parkir liar, tadinya mah nggak ada. Lumayan
banyak yang parkir disana karena banyak yang datang dari arah
perumahan, bukan arah dari jalan raya. Mungkin orang ngerasa lebih
deket dan nggak ribet parkir di belakang situ karena dekat sama PKL
dibanding parkir di dalam pasar. Pengelola parkir itu sendiri ya
masyarakat sekitar juga” (Wawancara dengan Sanusi Endang Priyatna
sebagai Kepala Pasar Bandeng, Jumat 11 Maret 2016).
133
Berdasarkan hasil wawancara di atas, masalah parkir di Pasar Bandeng
menjadi masalah yang menimbulkan banyak efek pada pasar itu sendiri. Dari
mulai tidak optimalnya fungsi dari fasilitas yang ada demi menurunkan biaya
pengeluaran, yakni operasional parkir yang berubah menjadi manual hingga
dibiarkannya pelanggaran terjadi demi mendapatkan pendapatan dari luar,
yakni adanya parkir liar di area pasar yang dilakukan oleh warga setempat. Hal
tersebut menimbulkan ketidakteraturan di area pasar.
Tidak hanya fasilitas parkir, terdapat juga sarana dan prasana yang
tidak dikelola dengan baik, yaitu lapangan futsal yang terletak pada lantai 3
Pasar Bandeng. Seperti yang dikatakan oleh I1-1:
“Terdapat fasilitas yang kehilangan fungsinya, yaitu lapangan futsal.
Lapangan futsal yang telah dibangun outdor pada lantai 3 tidak lagi
dapat meningkatkan pendapatan Pasar Bandeng karena kondisinya
yang tidak terurus. Infrastruktur lapangan terbilang jelek dengan
kondisi lapangan yang tidak rata/bergelombang, rumput sintetis yang
rusak. Dalam hal pengelolaan lapangan, PT. Bangunbina Persada
bekerjasama dengan pihak lain untuk mengurus lapangan. Pada awal
revitalisasi dan terbukanya lapangan, banyak masyarakat sekitar yang
menyewa lapangan dengan harga sewa Rp 120.000,-/jam di hari libur
dan Rp 100.000,-/jam di hari biasa. Namun sekarang tidak ada lagi
yang menyewa lapangan futsal dikarenakan kondisinya yang buruk.
Hal ini terjadi karena kesalahaan pengelola lapangan yang kurang
baik mengelolanya” (Wawancara dengan Sugeng, SH sebagai Mantan
Kepala Pasar Bandeng, Rabu 9 Maret 2016).
Dari hasil wawancara tersebut, hak dan kewajiban sepenuhnya dalam
hal fasilitas pasar adalah pihak pengembang dan pengelola pasar dari PT.
Bangunbina Persada. Pihak pengelola berhak untuk menyewa dan memberikan
hak kelola fasilitas pasar seperti MCK maupun lapangan futsal kepada pihak
lain, namun seharusnya pihak pengelola bertanggungjawab dan ikut
mengawasi pengelolaan yang dilakukan pihak lain agar mencegah terjadinya
134
kerusakan atau pelanggaran lainnya sehingga fasilitas tersebut dijaga dengan
baik sesuai kondisi awal. Dari sini dapat kita lihat bahwa kurangnya peran
pengawasan dari pihak pengelola dalam mengelola fasilitas yang dimiliki
pasar. Pengelolaan yang kurang baik dan kurang bertanggungjawab yang telah
dilakukan oleh pihak yang berwenang telah menyebabkan dan meninggalkan
kerusakan serta tidak berfungsinya lapangan futsal di Pasar Bandeng sehingga
tidak mempunyai hasil yakni pemasukan untuk pasar. Hingga kini, pihak
pengelola juga belum membetulkan dan melakukan tindakan pembenahan
untuk fasiltas yang satu ini karena belum adanya dana untuk biaya pembenahan
dan masih memprioritaskan pendapatan dari bagian lain. Seperti yang diakui
oleh I2-2 yang berkata:
“Ya untuk sekarang sih belum bisa ya, kami juga maunya sih
secepatnya melakukan pembenahan tetapi dengan kondisi pemasukan
yang seperti ini kami belum memprioritaskan pengeluaran kami ke situ.
Kami tau, fasilitas dapat mendukung pemasukan kami juga, seperti
halnya dahulu lapangan sering disewa oleh warga sekitar dan
menambah pemasukan kami. Namun sekarang karena kondisinya buruk
akibat tidak dikelola dengan baik oleh pihak sebelumnya, lapangan
menjadi tidak berfungsi. Apabila kondisi keuangan kami telah stabil,
kami akan mempertimbangkan upaya untuk melakukan tindakan lanjut
untuk lapangan futsal” (Wawancara dengan Yaman sebagai Humas
Pengelola Pasar Bandeng dari pihak pengelola, Jumat 11 Maret 2016).
Dari peryataan tersebut dapat kita katakan bahwa sebenarnya pihak
pengelolapun menyadari apa yang seharusnya mereka lakukan sebagai
tanggungjawab mereka, namun mereka juga mempunyai keterbatasan dana
sehingga tidak bisa melakukan pembenahan lapangan futsal dan menjadikan
hal itu sebagai prioritas. Mereka juga mempunyai upaya dan telah
merencanakan tindak lanjut untuk kedepannya demi memperbaiki fasilitas
yang ada.
135
4.3.4 Melakukan Tindakan (Action)
Pada tahap ini, hal yang dilakukan adalah membuat keputusan untuk
mengambil tindakan koreksi-koreksi atau perbaikan. Proses Follow-Up atau
tindakan ini dapat dilakukan apakah dengan merubah standar, ukuran, dan
norma. Dalam suatu pengawasan, mengoreksi penyimpangan yang tidak
dikehendaki melalui tindakan perbaikan adalah hal yang wajib dimanapun
pengawasan itu berada supaya mengetahui kelemahan pada program yang
dijalankan dan diperbaiki agar program tersebut berjalan dengan tujuan yang
sudah direncanakan. Tindakan perbaikan diartikan sebagai tindakan yang
diambil untuk menyesuaikan hasil pekerjaan nyata yag menyimpang agar
kemudian sesuai dengan standar atau rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya. Untuk melakukan tindakan perbaikan maka harus diketahui apa
yang menyebabkan terjadi penyimpangan seperti halnya di tahap sebelumnya.
Dalam penyelenggaraan dan pengelolaan operasional Pasar Tradisional
Bandeng Kota Tangerang terdapat hal-hal yang harus dihadapi seperti masalah,
penyimpangan, serta kendala yang ada baik dari faktor internal maupun
eksternal. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah peneliti
lakukan di lapangan banyak ditemukan penyimpangan dan permasalahan pada
pengelolaan Pasar Bandeng. Seperti yang dikatakan oleh I1-2 yang menyatakan:
“Ya, kalau kita lihat sendiri di sini masih ada berbagai masalah di
dalam pasar. Tapi, seberapa banyaknya masalah, bagaimanapun
keadaan pasar ini, kami tetap melakukan yang terbaik untuk
membenahi pasar ini agar kedepannya lebih baik” (Wawancara dengan
Sanusi Endang Priyatna sebagai Kepala Pasar Bandeng, Jumat 11 Maret
2016).
136
Berdasarkan pernyataan diatas bahwa Kepala Pasar selaku bagian dari
PD Pasar Kota Tangerang mengakui masih banyaknya kelemahan dan
kekurangan Pasar Bandeng sehingga menimbulkan berbagai masalah. Namun
di sisi lain ia juga menyatakan bahwa pihaknya terus melakukan pembenahan
dan bekerja dengan maksimal demi mendapatkan hasil yang maksimal juga
yaitu agar Pasar Bandeng kedepannya dapat lebih maju lagi.
Terdapat beberapa hal yang telah dilakukan dari berbagai pihak untuk
melakukan tindakan lanjut yakni tindakan korektif untuk menghadapi
penyimpangan yang terjadi di Pasar Bandeng, seperti halnya yang dikatakan
oleh I1-1 yang mengatakan:
“Untuk pelanggaran dan penyimpangan yang dilakukan oleh
pedagang, saya sudah sering menegur pedagang atas kesalahan yang
telah dilakukan serta saya juga telah menasihati pedagang agar
menciptakan dan menjaga susana yang bersih di Pasar Bandeng serta
saya memberikan informasi tentang peraturan-peraturan yang telah
ditetapkan bagi para pedagang” (Wawancara dengan Sugeng, SH
sebagai Mantan Kepala Pasar Bandeng, Rabu 9 Maret 2016).
Hal senada juga diakui oleh I1-2 yang mengatakan:
“Ya, untuk kesalahan-kesalahan yang dibuat pedagang agak susah
kami ubah karena pedagangnya pada ngeyel. Sudah sering dikasih tau
kalau dilarang nambah peti nambah meja dilarang nyempitin jalan tapi
tetap aja dilakuin. Setiap kali saya keliling melakukan pengawasan,
saya sering bilangin ke pedagang tapi hasilnya ya nihil. Mungkin
karena dasarnya orang pasar ini dari faktor lingkungan yang ngebuat
mereka punya sikap yang acuh, namanya orang pasar ya kerjanya
dilapangan gini ketemu sama berbagai macam sifat orang-orang di
pasar jadi biasanya nggak nurut kalau dikasih tau” (Wawancara
dengan Sanusi Endang Priyatna sebagai Kepala Pasar Bandeng, Jumat
11 Maret 2016).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa dalam
menangani dan menghadapi kasus pelanggaran yang telah dilakukan oleh
137
pedagang, Kepala Pasar telah melakukan perannya sebagai pengawas dengan
menegur, menasihati, dan melarang pedagang untuk mengulangi kesalahan
yang sama. Dari mulai Kepala Pasar yang lama hingga yang baru masih
melakukan pemberitahuan kepada pedagang, dengan begitu dapat kita lihat
bahwa pelanggaran yang ada pada pedagang masih terus-menerus dilakukan
dan belum ada perubahan dari dahulu hingga sekarang. Pelanggaran tersebut
juga susah dihilangkan karena adanya faktor internal yaitu faktor dari sifat,
sikap, dan lingkungan para pedagang itu sendiri, karena seperti yang kita tahu
bagaimana perilaku di lingkungan pasar. Sekalipun orang pasar berpendidikan,
seiring berjalannya waktu mereka akan mengalami pergeseran mental karena
lingkungannya, baik itu dari bahasa maupun sikap sehingga terdapat
perlakuan/sikap melawan pada para pedagang.
Di sisi lain, pelanggaran yang telah di lakukan pedagang tersebut, dari
mulai pelanggaran berjualan melewati batas yang telah ditetapkan, menempati
tempat tidak sesuai zoning, hingga menambah peti dan meja tempat produk
dagang yang mengakibatkan pencemaran dan penyempitan jalan dapat
dimaklumi oleh pihak PD Pasar Kota Tangerang. I1-4 berkata:
“Awalnya sih kami tentunya tegas ya, semua pedagang harus tunduk
pada peraturan yang da, dapat kita liha bahwa pelanggaran-
pelanggaran tersebut tidak ada dan tidak dilakukan selama tahun
pertama revitalisasi. Namun, dengan kondisi pasar yang semakin
menurun, pedagang juga mendapatkan dampaknya yaitu menurunnya
pedapatan pedagang. Mereka terpaksa melakukan hal-hal tersebut
untuk menarik pelanggan demi tercapainya pemasukan yang cukup
dengan menambah produk dagangan dan menempati lokasi yang
strategis. Saya sendiri sih nggak tega kalau memaksa mereka untuk
tertib tapi hasilnya merugikan pedagang. Memang di sisi lain
dampaknya kurang baik untuk kondisi dan suasana pasar, tapi kami
tetap melakukan yang terbaik dalam mengawasi pedagang”
(Wawancara dengan Teguh Waluyo, SE sebagai Kepala Bidang Sub
138
Divisi Pembangunan, Pemeliharaan, dan Rehabilitasi PD Pasar Kota
Tangerang, Rabu 16 Maret 2016).
Dari hasil wawancara di atas kita dapat mengetahui bahwa pihak dari
PD Pasar Kota Tangerang juga melakukan tindakan menghadapi
penyimpangan yang ada dengan menegur pedagang dalam pelaksanaan
pengawasannya. Tapi sayangnya hal itu hanya dapat ditegaskan dengan waktu
sebentar tepatnya pada tahun pertama revitalisasi. Selanjutnya dapat kita lihat
bahwa PD Pasar Kota Tangerang memberikan toleransi dan kelonggaran
kepada pedagang yang melakukan pelanggaran dengan berlatarbelakang
kondisi dan suasana pasar yang semakin menurun sehingga untuk mencegah
menurun pula pendapatan pedagang, terpaksa sanksi tidak diberlakukan.
Seharusnya, sanksi yang telah ditetapkan menjadi acuan dan standar yang ada
dipatuhi oleh sasaran yang melakukan penyimangan. Telah terdapat peraturan
yang melarang segala penyimpangan pedagang yang telah disebutkan
sebelumnya yaitu segala penyimpangan yang dilakukan oleh pedagang Pasar
Bandeng yang tertulis pada Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 6 Tahun
2005 tentang Pengelolaan Pasar Pasal 7 yang mana di dalamnya telah diatur
kewajiban dan larangan pedagang berikut sanksi yang tertulis pada Pasal 9
yaitu diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 3 bulan dan atau
denda setinggi-tingginya Rp 5.000.000,-. Dalam hal ini dapat kita simpulkan
bahwa PD Pasar Kota Tangerang tidak menerapkan sanksi yang sudah diatur
dalam standar yang berlaku untuk pedagang.
Tidak hanya bagi pedagang, sanksi juga belum diberlakukan untuk
pihak investor yang melakukan pelanggaran. Pemilik kios yang tidak membuka
139
usahanya dengan waktu yang lama seharusnya mendapat sanksi yang tegas
sesuai dengan Pasal 10 yang menyebutkan bahwa sanksinya adalah penutupan
dan penyegelan apabila pemakai tidak mempergunakan dan menelantarkan
tempat berjualan selama-lamanya 3 bulan berturut-turut, pemutusan aliran
listrik dan air apabila ada keterlambatan pembayaran selama 3 bulan berturut-
turut, hingga pencabutan ijin tempat berjualan. Hal-hal seperti ini belum
dilakukan oleh pihak yang berwajib. Pernyataan ini juga diakui oleh I1-1 yang
berkata:
“Ya kalau soal itu memang kami belum pernah memberikannya dengan
tegas, segala sanksi yang ada seperti masih ragu-ragu dan abu-abu
karena dari semua itu belum benar-benar ditegaskan padahal
seharusnya sanksi harus diberikan demi menghapus penyimpangan
yang sama di hari-hari berikutnya” (Wawancara dengan Sugeng, SH
sebagai Mantan Kepala Pasar Bandeng, Rabu 9 Maret 2016).
Dari pernyataan di atas bahwa Kepala Pasar mengakui bahwa belum
ada pihak yang benar-benar memberikan sanksi tegas kepada pelaku usaha
pasar yang melanggar peraturan meskipun mereka mengetahui hal tersebut
seharusnya dilakukan demi memperbaiki permasalahan yang ada dan
mencegah untuk dilakukan kembali pada masa yang akan datang. Untuk
permasalahan investor, tindakan yang telah dilakukan oleh semua pihak baik
pihak pemerintah maupun swasta adalah sebatas memberikan surat peringatan,
menghubungi, dan melakukan pertemuan dengan investor untuk mencari solusi
untuk kios yang tutup. Seperti halnya pernyataan dari I3-1 yang mengatakan:
”Untuk masalah kios kosong, yang telah kami lakukan adalah
memberikan surat peringatan, memang sampai saat ini sanksi yang
kami tegakkan masih dalam bentuk surat teguran, belum ada
penyegelan kios akan tetapi kami memanfatakan kios-kios kosong untuk
disewakan ke masyarakat tanpa sepengetahuan investor bagi investor
yang alamat dan nomor teleponnya telah berubah atau dapat dikatakan
140
bahwa sanksi tidak tepat sasaran. Memang terdapat beberapa investor
yang tidak dapat kami hubungi bahkan alamat yang berubah jadi surat
yang kami kirim tidak sampai ke tangan investor tersebut” (Wawancara
dengan Trias Anggraini selaku pegawai Administrasi dan Keuangan
Pasar Bandeng dari PT. Bangunbina Persada, Kamis 10 Maret 2016).
Berdasarkan pernyataan di atas kita daat mengetahui bahwa pihak
pengelola Pasar Bandeng juga melakukan upaya dalam melakukan tindakan
perbaikan akan penyimpangan yang telah dilakukan oleh pihak investor.
Namun, hal yang dilakukan masih kurang kuat karena masih terdapat sanksi
yang tidak tepat sasaran yang dapat kita lihat dari surat teguran yang tidak
sampai ke tangan pemilik kios, kontak yang tidak dapat dihubungi, bahkan
pertemuan yang telah dilakukan untuk melakukan musyawarah juga tidak
membuahkan hasil yang baik. Apabila hal tersebut tidak mempengaruhi
seharusnya sudah saat yang tepat untuk melakukan penyegelan terhadap kios-
kios tersebut. Ditambah lagi, menurut pengakuan Kepala Pasar, musyawarah
yang dilakukan baru sekali pertemuan saja. I1-2 berkata:
“Yang saya tau, dalam menghadapi masalah investor itu pernah
diadain pertemuan, pertemuan itu tujuannya untuk musyawarah
bersama agar para investor tersebut mau mempertimbangkan harga
sewa dan harga jual kios-kios tersebut demi keberlangsungan pasar.
Pada saat itu telah terdapat persetujuan bahwa mereka setuju akan
menurunka harganya,tapi kenyataannya nihil. Bahkan sampe sekarang
kita liat sendiri masih banyak kios kosongnya” (Wawancara dengan
Sanusi Endang Priyatna sebagai Kepala Pasar Bandeng, Jumat 11 Maret
2016).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat kita ketahui bahwa setelah
3 tahun pengelolaan setelah revitalisasi berjalan dengan permasalahan kios
yang telah lama kosong baru satu kali diadakan musyawarah bersama pihak
investor. Dari waktu yang terbilang lama dengan masalah yag ada, seharusnya
selain surat teguran, pertemuan musyawarah harus dilakukan denganjangka
141
waktu terus-menerus hingga akhirnya pihak investor melakukan persetujuan
yang telah ditentukan dengan realisasi yang nyata sampai kios-kios tersebut
terisi. Dalam hal ini, dapat kita simpulkan bahwa penanganan atas perbaikan
yang dilakukan terbilang lalai dan lama sehingga sampai saat ini belum ada
perubahan. Untuk menekan para investor, pihak pengelola berencana untuk
melakukan sanksi yang berupa pembayaran salar seperti yang dikatakan oleh
I2-2 yang menyatakan bahwa:
“Kami juga akan menegaskan bahwa kios/los/counter yang tutup harus
tetap membayar salar setiap meskipun tidak berjualan” (Wawancara
dengan Yaman sebagai Humas Pengelola Pasar Bandeng dari pihak
pengelola, Jumat 11 Maret 2016).
Dari hasil pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa pihak pengelola
tetap berupaya melakukan tindakan baru untuk memperbaiki penyimpangan
yang ada seperti yang telah direncanakan ke depan bahwa akan
diberlakukannya iuran kontribusi atau salar perharinya untuk setiap kios baik
yang buka maupun tutup. Hal ini adalah suatu rencana yang baik dimana selain
dapat memberi ketegasan kepada para investor untuk memaksa agar membuka
kios dan dapat meningkatkan pendapatan Pasar Bandeng agar kontribusi ke PD
Pasar Kota Tangerang dapat terpenuhi.
Masih terdapat berbagai cara yang dilakukan semua pihak dalam
melakukan tindakan perbaikan atau pembenahan terhadap masalah-masalah
yang ada di Pasar Bandeng. Seperti masalah menurunnya pengunjung dan
pedagang yang menyebabkan sepinya pasar dan menurunnya pendapatan PD
Pasar Bandeng maupun pedagang Pasar Bandeng. Hal tersebut diungkapkan
oleh I1-4 yang berkata:
142
“Untuk masalah kondisi Pasar Bandeng yang sepi sebenarnya selama
ini kami pihak PD Pasar telah melakukan beberapa solusi untuk
meramaikan pasar antara lain, PKL yang tadinya berada di halaman
pasar kami izinkan untuk menempati kios didalam pasar selama 1
minggu, dengan tujuan agar para PKL memiliki minat untuk pindah
berjualan di dalam pasar. Pembukaan pameran batu akik juga sudah
dilakukan guna menarik perhatian masyarakat agar datang ke Pasar
Bandeng seperti yang kita tahu sebelumnya bahwa banyak peminat
batu akik sekarang ini. Lalu ada bazaar dari dealer motor yang
dilakukan di area pasar” (Wawancara dengan Teguh Waluyo, SE
sebagai Kepala Bidang Sub Divisi Pembangunan, Pemeliharaan, dan
Rehabilitasi PD Pasar Kota Tangerang, Rabu 16 Maret 2016).
Hal serupa juga dikatakan oleh I1-1 yang menyatakan bahwa:
“Kami telah melakukan beberapa kegiatan sebagai solusi untuk
meramaikan pasar, antara lain sewa kios gratis selama 3 bulan untuk
pedagang, menyediakan tempat untuk bazar dari dealler motor dan
optik, menyediakan tempat untuk pameran batu cincin, menginzinkan
PKL masuk berjualan di halaman pasar untuk sementara” (Wawancara
dengan Sugeng, SH sebagai Mantan Kepala Pasar Bandeng, Rabu 9
Maret 2016).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, kita dapat mengetahui baik dari
PD Pasar Kota Tangerang maupun Kepala Pasar dari PD Pasar Bandeng
mengakui bahwa mereka telah melakukan berbagai cara demi meningkatkan
minat masyarakat menjadi pengunjung Pasar Bandeng melalui bazaar yang
diadakan di area Pasar Bandeng, diadakannya pameran batu akik pada
zamannya, memberikan tempat untuk PKL sampai sekarang, hingga
memberikan sewa kios gratis selama 3 bulan pertama untuk pedagang. Tapi
nampaknya hal tersebut belum berpengaruh besar untuk tingkat intensitas
pengunjung di Pasar Bandeng. Di sisi lain, pihak PD Pasar Kota Tangerang
melihat bahwa pihak pengelola belum memberika solusi untuk meramaikan
pasar, seperti halnya yang dikatakan oleh I1-4 sebagai berikut:
“Dalam hal ini justru kami belum melihat adanya ide, gerakan, maupun
tindakan yang dilakukan pihak PT. Bangunbina Persada dalam hal
143
meramaikan pasar” (Wawancara dengan Teguh Waluyo, SE sebagai
Kepala Bidang Sub Divisi Pembangunan, Pemeliharaan, dan
Rehabilitasi PD Pasar Kota Tangerang, Rabu 16 Maret 2016).
Namun, di sisi lain I2-2 mengaku dan mengatakan:
“Kami mempunyai rencana agar di hari yang akan datang, terkhusus
di lantai 2 akan dibuat food court yang mana tempat yang digunakan
adalah kios-kios yang telah lama kosong tidak dibuka dan pemiliknya
tidak merespon surat teguran dan telepon dari kami serta segala sanksi
yang tidak tepat sasaran karena tidak bisa ditemui. Kami rasa hal itu
dapat meningkatkan pengunjung karena kita tau bahwa sekarang
banyak orang yang menggeluti bisnis kuliner” (Wawancara dengan
Yaman sebagai Humas Pengelola Pasar Bandeng dari pihak pengelola,
Jumat 11 Maret 2016).
Dari kedua pernyataan di atas dapat kita lihat bahwa ada sesuatu
pernyataan yang tidak kontras dimana pihak PD Pasar Kota Tangerang tidak
melihat ide dan upaya dari pihak PT Bangunbina Persada, namun ternyata pada
kenyataannya pihak PT telah mempunyai ide dan rencana serta konsep untuk
memberikan solusi meramaikan pasar, hanya saja hal tersebut belum
disampaikan kepada pihak PD sehingga rencana tersebut belum diketahui oleh
pihak PD.
Permasalahan-permasalahan yang ada di Pasar Bandeng bukan hanya
disebabkan dari dalam namun juga dari luar yaitu faktor eksternal seperti lokasi
dan tata bangunan pasar yang kurang strategis seperti yang telah dinyatakan
oleh beberapa narasumber. Namun, hal itu juga telah mendapatkan solusi dan
upaya dari pihak PD Pasar Kota Tangerang yang berkoordinasi dengan Dinas
lain, pernyataan ini dikatakan oleh I1-2 yang meyatakan bahwa:
“Kami pernah meminta kepada Dishub agar membuat rambu dan
polisi tidur di depan pasar agar jalan yang landai tidak membuat
kendaraan melaju cepat sehingga Pasar Bandeng mendapat perhatian.
Tetapi hingga kini belum ada tindakan dari Dishub” (Wawancara
144
dengan Sanusi Endang Priyatna sebagai Kepala Pasar Bandeng, Jumat
11 Maret 2016).
Berdasarkan pernyataan di atas dapat kita ketahui bahwa segala sesuatu
diperhatikan oleh pihak-pihak yang berperan sebagai pengawas Pasar Bandeng
bahkan tidak hanya mengamati dan mengawasi area pasar melainkan dari luar
pasar juga dilihat yakni meliputi kontur jalan, rambu, dan kondisi jalan raya di
depan pasar yang menjadi salah satu penyebab sepinya pengunjung di pasar ini.
Seperti yang kita tahu, bahwa suasana jalan raya di depan pasar tradisional
biasanya mengalami kemacetan, keramaian, dan penyempitan namun tidak
pada Pasar Bandeng. Tindakan yang telah dilakukan oleh PD Pasar Kota
Tangerang adalah dengan bekerjasama dengan Dinas Perhubungan Kota
Tangerang agar mempertimbangkan jalan raya di depan pasar untuk diberikan
tanda atau rambu maupun polisi tidur di depan Pasar Bandeng agar pasar
mendapat perhatian dari masyarakat sehingga menarik masyarakat untuk
menjadi pengunjung. Sayangnya, hal tersebut belum mendapat respon dari
pihak Dishub.
Dengan kondisi pasar yang menurun serta permasalahan-permasalahan
yang ada di dalam pasar, berpengaruh kepada kontribusi yang telah ditetapkan
dalam perjanjian antara PT. Bangunbina Persada dan PD Pasar Kota
Tangerang, seperti halnya pengakuan dari I1-1 yang mengatakan:
“Masalah yang ada di Pasar Bandeng ini menyebabkan dampak buruk
yaitu kerugian bagi PT. Bangunbina Persada maupun PD Pasar Kota
Tangerang karena dengan kondisi pasar yang semakin sepi
menyebabkan menurunnya pendapatan pasar sehingga kontribusi ke
PD Pasar Kota Tangerang yang telah ditetapkan tidak dapat dipenuhi
oleh PT. Bangunbina Persada lagi” (Wawancara dengan Sugeng, SH
sebagai Mantan Kepala Pasar Bandeng, Rabu 9 Maret 2016).
145
Hal serupa juga dikatakan oleh I1-2 yang menyatakan bahwa:
“Ya. Pada tahun pertama kontribusi berjalan lancar dan dipenuhi oleh
pihak pengelola sebagaimana jumlah yang telah ditetapkan yaitu
sebesar Rp 20.000.000,- setiap bulannya. Namun, dengan kondisi pasar
yang seperti ini berpengaruh pula pada pendapatan pasar jadi
berdampak ke berurangnya kontribusi yang diberikan menjadi Rp
13.000.000,-. Kontribusi yang diharapkan bisa naik setiap tahunnya
malah jadi turun karena kondisi pasar yang sepi” (Wawancara dengan
Sanusi Endang Priyatna sebagai Kepala Pasar Bandeng, Jumat 11 Maret
2016).
Dari pernyataan di atas, bahwa keadaaan pasar yang kondisinya
semakin lama semakin menurun ditandai dengan sepinya pedagang dan
pengunjung juga berdampak pada pendapatan Pasar Bandeng itu sendiri. PT.
Bangunbina Persada sebagai pihak pengelola yang awalnya mempunyai
perjanjian ketetapan kontribusi sebesar Rp 20.000.000,- per bulan dan
diharapkan dapat terus naik di waktu yang akan datang menjadi turun sebesar
Rp 13.000.000,- per bulan karena minimnya pendapatan Pasar Bandeng. Dari
pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan standar dalam hal
pembayaran kompensasi atas pengelolaan pasar atau kontribusi ke PD Pasar
Kota Tangerang.
Untuk perubahan standar, ukuran, atau norma di dalam pengelolaan dan
pengawasan Pasar Bandeng hingga saat ini belum ada, seperti yang diakui oleh
I1-4 yang mengatakan:
“Kalau itu belum ada ya, semua masih memakai peraturan yang dari
awal ditetapkan. Belum ada perubahan hingga saat ini” (Wawancara
dengan Teguh Waluyo, SE sebagai Kepala Bidang Sub Divisi
Pembangunan, Pemeliharaan, dan Rehabilitasi PD Pasar Kota
Tangerang, Rabu 16 Maret 2016).
146
Hal senada juga dikatakan oleh I1-1, namun ada pendapat yang
ditambahkan dengan mengatakan:
“Sampai saat ini belum ada perubahan dari standar yang telah ada
melalui peraturan. Menurut saya standar yang ada sudah baik tetapi
kalau menurut saya sih standar tersebut harusnya lebih ditingkatkan
lagi melalui proses revisi karena masanya sudah lewat dari 5 tahun
yang dimana bagusnya peraturan itu dievaluasi dan direvisi dalam
jangka waktu 5 tahun untuk menyesuaikan dengan perubahan kondisi
dan keadaan nyata yang ada pada Pasar Kota Tangerang termasuk
Pasar Bandeng” (Wawancara dengan Sugeng, SH sebagai Kepala
Pasar Bandeng, Senin 8 Februari 2015).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, bahwa standar yang ada yaitu
melalui peraturan daerah, peraturan PD Pasar, maupun perjanjian-perjanian
yang telah ditetapkan belum ada yang dirubah atau diperbaharui hingga saat
ini. Sedangkan idealnya, peraturan lebih baik apabila dievaluasi dan direvisi
dalam jangka waktu 5 tahun agar menyesuaikan dengan kondisi real di
lapangan demi mengikuti perkembangan Pasar Tradsional di Kota Tangerang.
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan yakni mencakup pemaparan lebih lanjut dari hasil analisis
data yang ditujukan untuk memaparkan lebih jauh lagi terkait masing-masing
indikator komponen dimensi dalam penelitian ini. Pembahasan hasil penelitian
merupakan analisa secara mendalam terhadap data-data dan fakta yang telah
dikumpulkan dari lapangan kemudian disesuaikan dengan teori yang digunakan
dalam penelitian. Dalam menganalisis data hasil penelitian, peneliti
menggunakan teori dari Stephen P. Robbins dan Marry Coulter yakni dimensi-
dimensi pengawasan yang terdiri dari menetapkan standar (standards),
pengukuran (measurement), membandingkan (compare), melakukan tindakan
147
(action). Berikut adalah pembahasan dari masing-masing indikator dimensi
pengawasan dalam penelitian “Pengawasan Perusahaan Daerah (PD) Pasar
Kota Tangerang Pada Pasar Tradisional Bandeng Pasca Revitalisasi”.
4.4.1 Menetapkan Standar (Standards)
Penetapan patokan (target) atau hasil yang diinginkan, untuk dapat
dilakukan sebagai perbandingan hasil ketika berlangsungnya kegiatan
organisasi. Standar juga merupakan batasan tentang apa yang harus dilakukan
dalam melaksanakan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan target organisasi.
Standar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala acuan yang
digunakan dalam melaksanakan tugas pengelolaan pasar di Kota Tangerang.
Standar tersebut dapat berupa suatu keputusan, peraturan, maupun perintah
yang sah dari pihak yang mempunyai kuasa baik melalui data yang nyata
maupun secara lisan.
Berdasarkan hasil temuan lapangan dari analisis data diketahui bahwa
pada organisasi Pemerintahan Daerah khususnya Perusahaan Daerah/PD Pasar
Kota Tangerang terdapat peraturan yang menjadi acuan dan standar kinerja PD
Pasar Kota Tangerang dalam menjalankan tugasnya yaitu melalui Keputusan
Walikota Tangerang yang di dalamnya terdiri mulai dari pembentukan sampai
tata kerja seluruh pegawai di PD Pasar Kota Tangerang. Peraturan tersebut ada
di dalam Keputusan Walikota Tangerang Nomor 9 Tahun 2003 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan Daerah Kota Tangerang. Untuk
menegaskan peraturan demi tercapainya target tersebut, terdapat pengawasan
yang dilakukan dalam mengawasi seluruh pegawai PD agar bekerja sesuai
148
dengan peraturan yang ada. Dimana dalam peraturan tersebut dinyatakan
bahwa terdapat Badan Pengawas yang jabatannya di atas PD Pasar Kota
Tangerang yakni bekerja untuk mengawasi seluruh kegiatan serta kinerja di PD
Pasar Kota Tangerang dan bertanggungjawab kepada Walikota Tangerang.
Dengan adanya badan pengawas tersebut, diharapkan seluruh pegawai PD
dapat bekerja dengan penuh tanggung jawab demi tercapainya tujuan
organisasi.
Standar lain yang digunakan oleh PD Pasar Kota Tangerang adalah
peraturan yang ada di PD Pasar Kota Tangerang yakni standar dalam
pengelolaan pasar yg dinaungi oleh PD Pasar Kota Tangerang itu sendiri.
Standar ini yang menjadi target, acuan, dan sasaran pegawai PD Pasar Kota
Tangerang dalam mengelola pasar dibawah naungannya yakni Peraturan
Daerah Kota Tangerang Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pasar.
Berdasarkan hal ini, dapat dikatakan bahwa dari awal berdirinya PD Pasar Kota
Tangerang yakni pada tahun 2005 dibuat pula peraturan baru tentang
Pengelolaan Pasar yang masuk dalam Peraturan Daerah sebagai acuan dan
pedoman bagi PD Pasar Kota Tangerang dalam melaksanakan tugas sebagai
pengelola pasar milik PD Pasar Kota Tangerang. Namun, sebelum PD Pasar
Kota Tangerang terbentuk, telah terdapat peraturan untuk pengelolaan pasar
yang tertuang dalam Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 6 Tahun 2002
tentang Pengelolaan Pasar yang mencadi acuan bagi Dinas Pasar Kota
Tangerang pada masanya. Dari hal tersebut kita mengetahui dapat melihat
bahwa peraturan yang ada mengikuti dan mempertimbangkan segala kondisi
yang ada yang berkaitan dengan pasar sehingga menimbulkan peraturan baru
149
yang lebih sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan yang dibuktikan
dengan organisasi baru dengan peraturan baru pula.
Selain itu, terdapat juga standar lainnya yang merupakan kesepakatan
antara PD Pasar Kota Tangerang dengan pihak swasta, dimana pihak swasta di
sini adalah pihak pengelola Pasar Bandeng yaitu PT. Bangunbina Persada.
Kesepakatan tersebut tercantum di dalam surat perjanjian MoU yang berisi
Addendum Perjanjian Kerjasama Atas Perjanjian Kerjasama Antara
Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang Dengan PT. Bangunbina Persada
Nomor Pihak Kesatu: 539.2/021-PD.PSR/2013 Nomor Pihak Kedua:
004/BBP/I/2013 Tentang Pengelolaan Pasar Bandeng. Yang dimaksud dengan
MoU itu sendiri adalah singkatan dari Memorandum of Understanding yang
merupakan nota kesepahaman yang berupa dokumen legal yang menyatakan
persetujuan dua belah pihak atau lebih. Kerjasama antara PD Pasar Kota
Tangerang dengan PT. Bangunbina Persada didasari oleh perjanjian tersebut.
Perjanjian kerjasama itu berisi latar belakang addendum perjanjian kerjasama
pengelolaan, maksud dan tujuan kerjasama, jangka waktu perjanjian kerjasama,
lingkup perjanjian kerjasama, penempatan pedagang, hak dan kewajiban pihak
pengelola, denda keterlambatan pembayaran kontribusi, sanksi, penyelesaian
perselisihan, dan force majeur. Perjanjian MoU antarkeduanya dibuat pada
tanggal 20 Agustus 2013 dan disetujui oleh Ketua Badan Pengawas PD Pasar
Kota Tangerang. Terdapat pihak lain sebagai saksi, pengawas, serta pemberi
ijin atas perjanjian kerjasama tersebut yang dilakukan oleh Badan Pengawas
PD Pasar Kota Tangerang, dimana Badan Pengawas ini akan memantau dan
150
menilai kinerja PD Pasar Kota Tangerang dalam melakukan kerjasama dengan
pihak swasta.
Standar yang dibuat antar kedua belah pihak mempunyai alasan dan
latar belakang yang jelas hingga dibuatnya perjanjian tersebut. Pihak PD Pasar
mempertimbangkan revitalisasi dengan segala perubahan fisik yang lebih baik
yang telah dikerjakan oleh PT. Bangunbina Persada dan PT. Bangunbina
Persada juga wajib bertanggungjawab untuk mengelolanya serta
mempertahankan kondisi pasar yang lebih baik untuk meningkatkan
pemasukan PD Pasar Kota Tangerang serta PAD Kota Tangerang melalui
kontribusi yang ditentukan. Seperti itulah kerjasama yang terjalin diantara
kedua pihak dalam mengelola Pasar Bandeng.
Standar tidak hanya berupa peraturan, kesepakatan, dan perjanjian
tertulis, melainkan juga berupa peraturan secara fisik yang langsung dapat
dilihat oleh semua sasaran dalam melakukan pekerjaannya. Seperti halnya
standar yang telah ditetapkan PT. Bangunbina Persada selaku pihak pengelola
untuk mengatur seluruh pelaku usaha pasar demi mewujudkan suasana pasar
yang aman dan nyaman. Standar tersebut antara lain bukti fisik seperti dari
setiap bagian pasar yang dibuat, dimulai dari besaran los, kios, dan counter
serta pembatas yang ditetapkan melalui garis merah yang bertujuan untuk
mengatur pengelolaan pola dagang dari pedagang untuk menciptakan suasana
yang tertata rapi demi kenyamanan pedagang maupun pengunjung pasar. Garis
tersebut merupakan batasan untuk pedagang untuk melarang edagang berjualan
melewati batas garis tersebut. Selanjutnya, zoning yang telah dibuat dari awal
151
pembangunan pasar. Dimana peraturan ini menjadikan Pasar Bandeng dengan
kategori Pasar Tradisional yang memiliki bangunan dan lokasi seperti Pasar
Modern dimana semua tempat dagang bagi pedagang telah di atur dalam zona
lokasi per kategori produk yang dijual dengan menggantungkan plang kategori
nama produk dagang bagi pedagang. Kemudian, terdapat kontribusi yang telah
ditetapkan pengelola operasional Pasar Bandeng yang ada di tangan PT.
Bangunbina. Retribusi tersebut telah ditentukan dan ditarik berdasarkan
prosedur yang ada dimana terdapat bukti pembayaran retribusi berupa karcis
yang diterima oleh pedagang.
Namun, sangat disayangkan berdasarkan hasil penelitian yang telah
dianalisis, untuk standar yang menjadi acuan khusus dalam pelaksanaan
pengawasan itu sendiri belum terdapat pada pihak PD Pasar Kota Tangerang
maupun PT. Bangunbina Persada. Standar yang digunakan masih tercangkup
dalam peraturan yang luas mengenai pengelolaan pasar yang didalamnya
terdapat juga hal mengenai pengawasan, namun belum ada peraturan yang
dibuat khusus mengenai pengawasan yang dilakukan di pasar yang
menentukan jadwal pengawasan, intensitas pengawasan, proses pengawasan,
serta teknik dan cara pengawasannya. Hingga saat ini hal tersebut masih
berbentuk dalam perintah lisan yang dilakukan oleh Dirut selaku atasan di PD
Pasar Kota Tangerang terhadap para bawahannya yang bertugas sebagai
pelaksana pengawasan.
4.4.2 Pengukuran (Measurement)
152
Dari aspek pengukuran, berkaitan dengan menentukan pengukuran
pelaksanaan kegiatan secara tepat sebagaimana yang seharusnya dilakukan
dalam kegiatan pengawasan yang didalamnya mencakup jadwal pengawasan,
SDM/tim pengawas, bentuk pengawasan, sistem pengawasan, mekanisme
pengawasan, sasaran pengawasan. Pengawasan yang dilakukan pada Pasar
Bandeng adalah pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung.
Dimana pada pengawasan langsung, pengawasan dilakukan dengan cara
mendatangi dan melakukan pemeriksaan di tempat yakni dapat berupa
pemeriksaan administratif atau pemerisaan fisik dan lapangan. Seperti hal nya
yang dilakukan oleh Kepala Pasar setiap harinya dimana langsung melakukan
pengawasan di lapangan, begitupula dengan PD Pasar Kota Tangerang yang
mendatangi langsung Pasar Bandeng untuk melakukan pengamatan dan
pemeriksaan. Kemudian, pengawasan tidak langsung, pengawasan yang
dilakukan tanpa mendatangi tempat pelaksanaan pekerjaan atau obyek yang
diawasi. Seperti halnya PD Pasar Kota Tangerang melakukan pengawasan
melalui laporan tertulis yaitu laporan pertanggunjawaban rutin yang telah
dibuat oleh Kepala Pasar maupun PT. Bangunbina Persada.
Sasaran pengawasan yang dilakukan di Pasar Bandeng adalah seluruh
pelaku usaha pasar, pengelola pasar, serta bangunan fisik pasar maupun
fasilitas pasar. Hal ini ditandai dengan hal-hal apa saja yang diukur dalam
melakukan pengawasan melalui pengamatan kepada pedagang, pemilik
kios/investor, tingkat pengujung, pihak pengelola baik dalam hal kebersihan,
retribusi, dan keamanan, serta fasilitas yang ada di Pasar Bandeng. Untuk
jadwal pengawasan sendiri belum pernah dibuat dan diajukan dalam peraturan
153
pada PD Pasar Kota Tangerang sehingga pelaksanaan pengawasan yang
dilakukan oleh PD Pasar Kota Tangerang berdasarkan jenis pengawasan
mendadak dimana dilakukan sidak yang tidak direncanakan dan diberitahukan
sebelumnya kepada semua pihak yang berada di Pasar Bandeng. Hal ini
sengaja dilakuka oleh PD Pasar Kota Tangerang untuk melihat langsung
bagaimana situasi dan kodisi alami pasar. Namun, sangat disayangkan bahwa
intensitas pelaksanaan pengawasan tersebut terbilang kurang karena
berdasarkan beberapa pernyataan pedagang selaku sasaran pengawasan
mengakui bahwa pengawasan dari PD Pasar Kota Tangerang sering dilakukan
hanya pada saat-saat menjelang penilaian Adipura Kota Tangerang, selebihnya
diluar itu jarang dilakukan. Lain halnya dengan Kepala Pasar dan pihak
pengelola, pelaksanaan pengawasan yang dilakukan adalah pengawasan rutin
setiap harinya dimana mereka berada di pasar langsung turun ke lapangan
untuk memantau dan melakukan pemeriksaan.
Proses pengawasan yang dilakukan oleh PD Pasar Kota Tangerang
kurang lebih sama dengan yang dilakukan oleh Kepala Pasar dan PT.
Bangunbina Persada. PD Pasar Kota Tangerang mendatangi langsung PAsar
Bandeng untuk melakukan pengawasan dengan berkeliling melihat, memantau,
serta memeriksa segala hal yang terdapat di pasar umtuk menemukan
permasalahan-permasalahan yang ada. Tidak hanya itu, dilakukan juga
pendekatan kepada pedagang untuk mengetahui kondisi perkembangan pasar.
Sama halnya dengan Kepala Pasar yang setiap harinya bertugas untuk
melakukan pengawasan langsung di Pasar Bandeng dengan menemui pedagang
serta memperhatikan segala kondisi yang ada baik kondisi operasional dan
154
bangunan fisik Pasar Bandeng, setelah itu membuat laporan
pertanggunjawaban rutin yang diberikan kepada PD Pasar Kota Tangerang. Hal
senada juga dilakukan oleh pihak pengelola yakni pengawasan dilakukan oleh
SDM penmungut iuran retribusi kepada pedagang setiap harinya, yang
melakukan pekerjaan sambil memantau, memeriksa, serta mengontrol semua
yang berhubungan dengan operasional pasar, serta membuat laporan
pengelolaan pasar secara rutin yang diberikan ke PD Pasar Kota Tangerang.
Karena tidak adanya aturan baku yang menetapkan proses dan sistematika
pengawasan, hal ini telah menjadi pengetahuan dan kebiasaan semua pihak
dalam melakukan pengawasan berdasarkan perintah ndari atasan secara lisan.
Sedangkan untuk SDM pengawasan itu sendiri, dari pihak PD Pasar
Kota Tangerang tidak ada tim khusus untuk melakukan pengwasan.
Pengawasan dilakukan baik oleh Dirut hingga staff di kantor PD Pasar Kota
Tangerang. SDM yang melakukan pengawasan juga berdasarkan oleh
permasalahan-permasalahan yang ada di setiap pasar dimana SDM tersebut
disesuaikan dengan permasalahan yang ada demi mendapatkan solusi dan
pembenahan. Kepala Pasar juga merupakan SDM dari PD Pasar Kota
Tangerang karena merupakan kepanjangan tangan dari PD Pasar Pusat yang
ditetapkan untuk melakukan pengawasan setiap harinya di Pasar Bandeng.
Bentuk pengawasan yang dilakukan di Pasar Bandeng oleh PD PAsar
Bandeng yaitu pengawasan instern dan pengawasan ektern. Dimana
pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan dari dalam organisasi
yang bersangkutan, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh PD PAsar Kota
Tangerang maupun Kepala Pasar Bandeng. Sedangkan, pengawasan ekstern
155
merupakan pengawasan dari luar, yaitu pengawasan yangdilakukan oleh pihak
luar orgabisasi. Dalam hal ini pengawasan ekstern juga dilakukan di Pasar
Bandeng, hal ini dibuktikan dengan adanya kerjasama pengawasan antara PD
Pasar Kota Tangerang dengan pihak lain yaitu beberapa Dinas di Kota
Tangerang antara lain Disperindag Kota Tangerang, BPOM Kota Tangerang,
dan Dinas Kesehatan Kota Tangerang.
4.4.3 Membandingkan (Compare)
Pada tahap membandingkan, peneliti menemukan beberpa temuan
lapangan yang berupa beberapa permasalahan yang terjadi di Pasar Bandeng.
Terdapat pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha pasar baik pedagang
maupun pemilik kios/investor, antara lain pelanggaran yang dilakukan berupa
penambahan tempat dagangan hingga melewati batas yang telah ditentukan
yaitu batas garis merah, menempati tempat tidak sesuai dengan zona yang ada
sehingga pedagang selanjutnya yaitu pedagang baru ada yang ingin menempati
sesuai zona tetapi tidah bisa karena telah terisi dengan pedagang lain
sebelumnya, masih kurang mengerti dan pedulinya pedagang akan kebersihan
sekitarnya pada area dan bangunan pasar.
Beberapa pelanggaran dalam pola dagang pedagang di Pasar Bandeng
seperti melanggran batas dan zona yang telah ditetapkan di pasar diakui oleh
pedagang terpaksa dilakukan untuk menarik perhatian pengunjung agar dapat
bersaing dengan kondisi pasar yang sepi pengunjung untuk mencegah kerugian
dan mencapai target pendapatan yang mencukupi. Sangat disayangkan bahwa
pada bangunan yang telah baik setelah direvitalisasi, pedagang masih kurang
156
memahami pentingnya menjaga kebersihan pasar demi kenyamanan pedagang
dan pengunjung. Pelanggaran yang dilakukan oleh investor adalah dengan
menutup kiosnya dalam jangka waktu yang lama sehingga banyak kios di
dalam pasar yang tidak terisi dan tutup. Berdasarkan pernyataan pedagang dan
administrasi pengelola pasar, hal ini terjadi disebabkan oleh tingginya harga
yang dibuat oleh investor untuk masyarakat yang ingin menyewa dan membeli
kios.
Selain penyimpangan dan pelanggaran, permasalahan yang ada di pasar
ini adalah minimnya tingkat pengunjung sehingga merugikan pedagang dan
menyebabkan turunnya pendapatan Pasar Bandeng. Berdasarkan temuan
lapangan yang dianalisis oleh peneliti, hal yang terlihat yang menunjukan
alasan sepinya pasar adalah bahwa terdapat banyaknya kios yang kosong dan
kurang ramainya pedagang yang berada di dalam pasar sehingga membuat
masyarakat berpendapat bahwa pasar ini kurang daya tarik pembeli. Hal ini
berkaitan dengan pelanggaran yang dilakukan oleh investor yang menyebabkan
banyak kios kosong dan sepi pedagang. Selanjutnya adalah sepinya Pasar
Bandeng yakni karena lokasi dan tata bangunan pasar yang kurang strategis.
Kondisi fisik pasar dimana bangunannya terletak di pinggir jalan raya dengan
jarak yang terbilang jauh, jalan raya yang landai dan tidak ramai yang
membuat pasar tidak menjadi pusat perhatian masyarakat yang melewatinya.
Begitupula dengan bangunannya terutama pada lantai 1 yang dibangun
dibawah dataran tinggi sehingga dari jalan raya yang terlihat hanya bangunan
pada lantai 2 saja, yaitu bangunan yang terdapat banyak kios kosong sehingga
dapat menambah persepsi masyarakat untuk tidak berbelanja di Pasar Bandeng.
157
Temuan lapangan yang dianalisis peneliti juga menunjukan hal lain
yang menjadi permasalahan di Pasar Bandeng, yaitu telah terjadi menurunnya
efekivitas pengelolaan fasilitas di Pasar Bandeng, yakni fasilitas parkir dan
lapngan futsal. Fasilitas parker pada awal revitalisasi beroperasional dengan
cara otomatis menggunakan teknologi komputer dan palang otomatis, namun
kini cara pengelolaannya telah berubah menjadi manual. Terjadi penutupan
pintu parkir dan pengurangan karyawan petugas parkir serta jam operasional
parker. Hal ini terpaksa dilakukan untuk meminilalisir pengeluaran yang ada
pada Pasar Bandeng. Selain itu, munculnya parkir liar yang berada di belakang
bangunan pasar dekat pemukiman warga yang dibuat oleh warga setempat
sehingga mengurangi pendapatan retribusi parkir Pasar Bandeng. Sedangkan
untuk fasilitas lapangan futsal sudah tidak berfungsi lagi karena kondisinya
yang sangat buruk akibat pengelolaan yang buruk dari pihak ketiga.
4.4.4 Melakukan Tindakan (Action)
Pada tahap ini, yang dilakukan oleh PD Pasar Kota Tangerang adalah
membenahi atau memperbaiki pelanggaran dan permasalahan yang ada di
Pasar Bandeng. Pada temuan lapangan yang dianalisis oleh peneliti, ditemukan
beberpa hal atau tindakan yang dilakukan oleh semua pihak untuk melakukan
perbaikan atas kesslahan, pelanggaran, permaslahan yang telah terjadi. Hal ini
meliputi koreksi atas hasil pengawasan, solusi untuk melakukan perbaikan,
serta perubahan standar, ukuran, atau norma. Terdapat keputusan-keputusan
yang telah diambil oleh PD Pasar Kota Tangerang untuk melakukan berbagai
cara demi meningkatkan minat masyarakat menjadi pengunjung Pasar Bandeng
158
agar pasar ramai pemngunjung melalui bazaar yang diadakan di area Pasar
Bandeng, diadakannya pameran batu akik pada zamannya, memberikan tempat
untuk PKL sampai sekarang, hingga memberikan sewa kios gratis selama 3
bulan pertama untuk pedagang.
Sedangkan untuk sanksi yang berlaku, hingga saat ini belumada pihak
yang benar-benar melaksanakan dan menegaskan sanksi yang ada di dalam
Peraturan Daerah No 6 Tahun 2005 pada pasal 9 dan pasal 10 yang
menyatakan sanksi untuk pelaku usaha yang melakukan pelanggaran dalam hal
hak dan kewajibannya. Seperti halnya pedagang dan para investor yang telah
melakukan penyimpangan, tidak diberikan sanksi yang tegas sesuai dengan
standar yang ada yaitu peraturan tersebut. Hal yang dilakukan sebagai tindakan
korektif baru sebatas teguran melalui pernytaaan langsung secara lisan dan
surat, pemberitahuan sanksi, serta pertemuan yang dilakukan untuk melakukan
musyawarah. Dan hal tersebut belum memberikan dampak bagi perkembangan
pasar. Pelanggaran yang ada pada pedagang masih terus-menerus dilakukan
dan belum ada perubahan dari dahulu hingga sekarang. Pelanggaran tersebut
juga susah dihilangkan karena adanya faktor internal yaitu faktor dari sifat,
sikap, dan lingkungan para pedagang itu sendiri, karena seperti yang kita tahu
bagaimana perilaku di lingkungan pasar menimbulkan sikap acuh dan sikap
melawan dari diri para pedagang.
Di sisi lain, menurut temuan lapangan terdapat beberapa hal yang
menjadi pernyataan dari PD Pasar Kota Tangerang mengenai alsan tidak
diberlakukannya sanksi, yaitu diberikan toleransi dan kelonggaran kepada
159
pedagang yang melakukan pelanggaran dengan berlatarbelakang kondisi dan
suasana pasar yang semakin menurun sehingga untuk mencegah menurun pula
pendapatan pedagang, terpaksa sanksi tidak diberlakukan. Terdapat juga sanksi
yang tidak tepat sasaran, seperti sanksi untuk ivestor yang tidak lagi dapat
diketahui kontaknya sehingga surat teguran dan pemberitahuan melalui telepon
tidak sampai kepada investor tersebut. Seharusnya, apabila keadaan dan
kondisi pelanggaran sudah memperburuk pasar itu sendiri, salah satu cara
untuk meperbaiki adalah dengan menegaskan dan memberlakukan sanksi yang
ada sesuai dengan standar yang telah dibuat. Sepeti sanksi penutupan dan
penyegelan kios hingga sanksi kurungan dan denda untuk pelaku usaha pasar
yang melakukan penyimpangan.
Selain permasalahan internal, PD Pasar Kota Tangerang juga
memperhatikan permasalahan eksternal pasar seperti maslaah kondis bangunan
dan kontur jalan yang mempengaruhi sepinya pengunjung pasar. Dalam hal ini,
tindakan perbaikan yang telah dilakukan oleh PD Pasar Kota Tangerang adalah
dengan mencari solusi melalui upaya korrdinasi dengan Dinas lain yaitu
bekerjasama dengan Dinas Perhubungan Kota Tangerang agar
mempertimbangkan jalan raya di depan pasar untuk diberikan tanda atau rambu
maupun polisi tidur di depan Pasar Bandeng agar pasar mendapat perhatian
dari masyarakat sehingga menarik masyarakat untuk menjadi pengunjung.
Namun, hingga saat ini belum ada respon yang didapat dari Dishub Kota
Tangerang.
160
Temuan lapangan yang dianalisis juga menyatakan perubahan standar
yang ada pada pengelolaan Pasar Bandeng. Dengan kondisi pasar yang
semakin lama semakin sepi, berpengaruh juga pada pendapatan Pasar Bandeng
yang semakin hari semakin menurun sehingga terjadi perubahan atas
kompensasi pengelolaan pasar atau kontribusi yang diberikan PT. Bangunbina
Persada ke PD Pasar Kota Tangerang dari Rp 20.000.000,- menjadi Rp
13.000.000,- namun apabila di waktu yang akan dating terjadi penambahan
pedagang dan peningkatan pengunjung, kontribusi kembali disesuaikan dengan
melakukan analisis di lapangan. Tidak ada standar lain yang berubah, namun
akan lebih baik apabila peraturan-peraturan yang ada dievasluasi dan
diperbaharui lagi. Terhitung sejak tahun 2005 yaitu tahun dibuatnya peraturan
yang menjadi acuan PD Pasar Kota Tangerang dalam melakukan pengelolan
pasar sudah waktunya standar tersebut disesuaikan dengan kondisi, situasi, dan
perkembangan Pasar Tradisional di Kota Tangerang pada masa sekarang
sehingga untuk kedepannya peraturan dapat mendukung pencapaian target dan
tujuan PD Pasar Kota Tangerang untuk memajukan pasar dan meningkatkan
PAD.
161
Tabel 4.5
Matriks Hasil Penelitian
No Indikator Hasil Penelitian
1 Menentukan Standar
(Standards)
1. Keputusan Walikota Tangerang
Nomor 9 Tahun 2003 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Perusahaan Daerah Kota Tangerang
2. Peraturan Daerah Kota Tangerang
Nomor 6 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Pasar
3. Addendum Perjanjian Kerjasama
Antara Perusahaan Daerah Kota
Tangerang dengan PT. Bangunbina
Persada Nomor Pihak Kesatu:
539.2/021-PD.PSR/2013 Nomor
Pihak Kedua: 004/BBP/I/2013
Tentang Pengelolaan Pasar Bandeng
4. Besaran/ukuran los, counter, dan kios,
pembatas melalui garis merah di
setiap tempat berjualan, zoning/plang
nama produk yang dijual di masing-
masing tempat, ketetapan kontribusi
retribusi
2 Pengukuran
(Measurement)
1. Pengawasan berbentuk pengawasan
langsung dan pengawasan tidak
langsung
2. Sasaran pengawasan adalah seluruh
pelaku usaha pasar (Pedagang,
Pemilik Toko/Investor, Pengunjung),
Pengelola Pasar, dan Bangunan Pasar
3. Tidak ada jadwal pengawasan dan tim
pengawas khusus. Pengawasan
dilaksanakan secara mendadak/sidak
4. Frekuensi pelaksanaan pengawasan
langsung dari PD Pasar Kota
Tangerang terbilang sedikit
5. Proses pengawasan dilakukan dengan
cara mendatangi, mengamati,
memeriksa, memantau, dan
melakukan pendekatan kepada
pedagang, serta memperhatikan
162
sarana dan prasarana/fasilitas dari
fisik/bangunan pasar
6. Jenis pengawasannya adalah
pengawasan intern dan ekstern
3 Membandingkan
(Compare)
1. Pelanggaran pedagang: melanggar
batas garis yang ditetapkan untuk
berdagang dengan menambahkan
peti/meja untuk memperbanyak
produk, melanggar zoning dengan
menempati tempat yang bukan
kategori produk jualan, kurangnya
kepedulian akan kebersihan pasar
2. Pelanggaran investor/pemilik toko:
menutup kios dengan jangka waktu
lama tanpa komunikasi, menentukan
harga sewa/jual yang terlalu tinggi,
tidak menindaklanjuti hasil dari
musyawarah
3. Permasalahan pasar: turunnya jumlah
pedagang, pengunjung, serta
pendapatan pasar, bentuk bangunan
yang kurang strategis, munculnya
parkir liar, rusaknya fasilitas lapangan
futsal hingga tidak berfungsi
4 Melakukan Tindakan
(Action)
1. Mengadakan pameran batu akik
2. Menyewakan tempat untuk bazaar
motor dan optik
3. Memberikan tempat untuk PKL
4. Memberikan sewa kios gratis untuk 3
bulan pertama
5. Tidak diberlakukannya sanksi yang
ada dalam peraturan
6. Berkoordinasi dengan Dinas
Perhubungan Kota Tangerang agar
diberikan tanda dan rambu serta polisi
tidur di jalan raya pasar
(Sumber: Peneliti, 2016)
163
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah penelitian yaitu bagaimana pengawasan
Perusahaan Daerah (PD) Pasar Kota Tangerang Pada Pasar Tradisional
Bandeng Pasca Revitalisasi, maka hasil penelitian yang dianalisis peneliti
dengan menggunakan teori Dimensi Pengawasan dari Stephen P. Robbins dan
Marry Coulter yang terdiri dari beberapa indikator dapat disimpulkan sebagai
berikut:
Pertama, aspek menentukan standar masih pada sebatas standar-standar
umum seperti keputusan walikota tentang tata kerja organisasi, peraturan
daerah tentang pengelolaan pasar, addendum perjanjian MoU, serta standar lain
yang dinyatakan dalam bentuk fisik untuk mengatur pelaku usaha di pasar,
sedangkan standar atau acuan khusus untuk pelaksanaan pengawasan hingga
saat ini belum ada sehingga pelaksanaan pengawasan masih berdasarkan
perintah lisan dan bersistem seperti yang biasa dilakukan tanpa adanya
peraturan dan sistematika tertulis mengenai pelaksanaan pengawasan pasar.
Selain itu, peraturan yang ada juga belum pernah diperbaharui semenjak tahun
2005, dimana seharusnya peraturan harus mengikuti perkembangan pasar
dengan dilakukannya revisi atau pembaharuan peraturan.
Kedua, aspek pengukuran dimana pengawasan dilaksanakan dengan
waktu yang tidak ditentukan atau tidak dibuatnya jadwal pengawasan sehingga
164
pelaksanaan pengawasan dilaksanakan secara tiba-tiba/sidak untuk mengetahui
kondisi alami pasar. tidak adanya tim khusus pengawas, pengawasan dilakukan
oleh Dirut beserta Staff dibidang yang berhubungan dengan permasalahan
Pasar Bandeng dengan sasaran seluruh pelaku usaha pasar. Pengawasan
dilakukan juga bersama Dinas lain di Kota Tangerang. Proses pengawasan
dilakukan dengan mendatangi langsung untuk mengamati pasar maupun
melakukan evaluasi dari laporan rutin Kepala Pasar. Frekuensi pelaksanaan
pengawasan langsung masih jarang dilakukan atau hanya dilakukan saat masa
penilaian Adipura Kota Tangerang.
Ketiga, aspek membandingkan yang menemukan beberapa pelanggaran
yang terjadi di pasar. masih banyak pelanggaran/penyimpangan yang dilakukan
oleh pelaku usaha di pasar baik pedagang maupun pemilik toko/investor.
Terdapat permasalahan intern maupun ekstern yaitu permasalahan sepinya
pengunjung di Pasar Bandeng, rusaknya dan hilangnya sarana dan prasarana,
serta buruknya fasilitas yang ada. Semua hal tersebut mengakibatkan turunnya
pendapatan baik untuk pedagang maupun pihak pengelola.
Keempat, aspek melakukan tindakan dimana telah dilakukan berbagai
cara untuk memberikan solusi atas permasalahan yang ada, seperti usaha untuk
meramaikan pasar hingga koordinasi yang dilakukan bersama investor maupun
dinas lain di Kota Tangerang. Sayangnya, hingga saat ini solusi yang dilakukan
belum memberikan dampak baik dalam memajukan Pasar Bandeng.
Oleh karena itu, pengawasan Pasar Bandeng pasca revitalisasi belum
dilakukan secara optimal oleh Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang yang
165
diakibatkan oleh kendala yang ada seperti masih terjadinya pelanggaran yang
dilakukan pelaku usaha pasar walaupun sudah diberikan peringatan, belum
terkoordinir dengan baik usaha yang dilakukan PD Pasar Kota Tangerang
dengan Dinas lain dalam melakukan pengoreksian, belum dilakukannya solusi
meramaikan Pasar dari pihak swasta, dan biaya yang belum mencukupi untuk
pembenahan fasilitas Pasar.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian mengenai Pengawasan
Perusahaan Daerah (PD) Pasar Kota Tangerang pada Pasar Bandeng pasca
revitalisasi, maka saran yang dapat peneliti ajukan untuk dijadikan masukan
dan bahan pertimbangan yaitu:
1. Perlu dibuatnya peraturan khusus mengenai pelaksanaan pengawasan
pasar agar terdapat susuan tata kerja pengawasan yang tertulis dan
sistematis dalam pelaksanaannya.
2. Pelaksanaan pengawasan lagsung oleh PD Pasar Kota Tangerang
sebaiknya dilakukan secara rutin setiap minggunya agar pedagang
merasa diperhatikan dan guna mencegah munculnya pelanggaran dan
permasalahan di pasar.
3. Ditegakkannya sanksi yang terdapat dalam peraturan yang ada agar
para pelaku usaha pasar yang melakukan pelanggaran mendapatkan
efek jera sehingga tidak lagi mengulangi kesalahannya.
4. Diadakannya penarikan retribusi perhari terhadap kios kosong yang
dibiarkan oleh investor sehingga di masa yang akan datang para pemilik
166
toko mau membuka tokonya dengan mempertimbangkan harga agar
masyarakat dapat menyewa/membeli.
5. Dilakukannya pembenahan dan pembaharuan terhadap fasilitas yang
rusak dan mengakibatkan kehilangan fungsi agar pengunjung pasar
merasa nyaman dengan kondisi pasar.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Baswori & Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT.
RINEKA CIPTA.
Bungin. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis ke
arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
David, R.F. 2004. Manajemen Strategis. Edisi ke 7. Jakarta: PT. INDEKS.
David, R.F. 2006. Manajemen Strategis. Edisi ke 10. Jakarta: Salmba Empat.
Dirgantoro. 2004. Manajemen Strategik Konsep, Kasus, dan Implementasi.
Jakarta: PT. Grasindo
Djam’an Satori & Aan Komariah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Alfabeta.
George R. Terry & Leslie W. Rue. 2009. Dasar-Dasar Manajemen.
Terjemahan G.A. Ticoalu. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hamidi. 2008. Metode Penelitian Kualitatif Pendekatan Praktis Penulisan
Proposal dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Press.
Handayaningrat. 1990. Pengantar Studi Ilmu Administrasi Negara dan
Manajemen. Jakarta: PT. Inti Idayu Press dan Yayasan Masagung.
Handoko. 2003. Manajemen. Edisi 2. Yogyakarta: BPFE.
Hasibuan, S.P. 2009. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah. Edisi
Revisi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Irawan. 2007. Penelitian Kualitatif & Kuantitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. DIA
FISIP UI.
J. David Hunger & Thomas L. Wheelen. 2003. Manajemen Strategis. Ed. II.
Yogyakarta: ANDI.
Kotler & Keller. 2012. Manajemen Pemasaran. Edisi 13. Jilid 1.
LAN RI. 1997. Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia. Jilid II/Edisi
Ketiga. Jakarta: PT. TOKO GUNUNG AGUNG.
Lawrence & William. 1988. Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan.
Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
Leksono, S. 2009. Runtuhnya Modal Sosial pasar Tradisional. Malang: CV.
Citra.
Manullang. 2004. Dasar-dasar Manajemen. Gadjah Mada University Press.
Matthew B. Milles & A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif:
Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: Universitas
Indonesia (UI – Press)
Mintorogo, A. 2000. Pengantar Ilmu Administrasi. STIA LAN PRESS.
Raco. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik, dan
Keunggulannya. Jakarta: PT. Grasindo.
Robert S. Pyndick dan Daniel L. Rubinfield. 2007. Mikroekonomi (Edisi 6)
Jilid 1. Jakarta: PT. Indeks
Robbins, Stephen P., Coulter Mary. 2005. Management. International Edition.
New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Siagian, P. 2007. Fungsi-Fungsi Manajerial. Edisi Revisi. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Siagian,P. 2008. Manajemen Stratejik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Solihin, I. 2012. Manajemen Strategik. Jakarta: Erlangga.
Subagiyo, P. 2004. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT.
RINEKA CIPTA.
Sukoco. 2007. Manajemen Administrasi Perkantoran Modern. PT. Gelora
Aksara Pratama Erlangga.
Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan r&d. Bandung:
Alfabeta.
Tjiptono, F. 2008. Strategi Pemasaran. Edisi III. Yogyakarta: ANDI.
Triton. 2011. Manajemen Strategis Terapan Perusahaan dan Bisnis. Jakarta:
ORYZA.
Sumber Lain:
Skripsi
Sihotang. 2013. Stategi Optimalisasi Operasional Pasar Tradisional Studi
Kasus pada Pasar Pusat Pasar Kota Medan.
Hanisyah. 2014. Pengawasan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata
Kabupaten Tangerang Tentang Daerah Wisata Pantai Di Kabupaten
Tangerang, Studi Kasus: Pantai Tanjung Kait, Pantai Sangrila, dan
Pantai Tanjung Pasir.
Sunarya. 2009. Pengawasan Dalam Pengelolaan Pertambangan Umum Oleh
Dinas Pertambangan Dan Energi Kabupaten Lebak, Studi Kasus:
Kawasan Pertambangan di Cikidang Kecamatan Cibeber Kabupaten
Lebak.
Ayu Dwi Purnamasari. 2014. Analisis Kinerja Operasional Pasar Tradisonal
Kota Bekasi.
Jurnal
Rosita. 2012. Pengawasan Keuangan. Jurnal LAN RI.
Masitoh, E.A. 2013. Upaya Menjaga Eksistensi Pasar Tradisional: Studi
Revitalisasi Pasar Piyungan Bantul. Jurnal PMI Vol. X No. 2. 63-78.
Artikel
Rizal, T.K. 2013. Regulasi Pasar Modern dan Pasar Tradisional dalam
Persaingan Usaha. Universitas Negeri Yogyakarta.
Ratna, L.V. 2012. Revitalisasi Pasar Tradisional Pada Masyarakat Modern.
http://devisakuntala.blogspot.com/2012/03/revitalisasi-pasar-
tradisional-pada.html [Tanggal akses 01/11/2014].
Noel. 2013. Revitalisasi Pasar Tradisional di Kota Tangerang. http://pdpasarkotatangerang.blogspot.com/2013/10/revitalisasi-pasar-
tradisional-di-kota.html [Tanggal akses 04/11/2014].
Vanadiraha. 2014. Revitalisasi Pasar Tradisional. https://vanadiraha.wordpress.com/2014/01/07/revitalisasi-pasar-
tradisional/ [Tanggal akses 01/11/2014].
Dokumen
Undang – Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1962 Perusahaan Daerah.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern.
Perda Kota Tangerang No. 6 Tahun 2005 Pengelolaan Pasar.
Keputusan Walikota Tangerang Nomor 9 Tahun 2003 Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Perusahaan Daerah Kota Tangerang.
Company Profil Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang Tahun 2005.
Addendum Perjanjian Kerjasama Antara Perusahaan Daerah Kota
Tangerang dengan PT. Bangunbina Persada Nomor Pihak Kesatu: 539.2/021-
PD.PSR/2013 Nomor Pihak Kedua: 004/BBP/I/2013 Tentang Pengelolaan
Pasar Bandeng.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Naomi Laura
Tempat & tanggal lahir : Tangerang, 21 Oktober 1993
Alamat : Jl. Hayam Wuruk No.88 Kec.
Cibodas, Kel. Cibodas, Perumnas IV,
Kota Tangerang
Jenis Kelamin : Perempuan
Email : [email protected]
Pendidikan
1999-2000 : TK Kesuma Bangsa
2000-2006 : SD Kesuma Bangsa
2006-2009 : SMP Strada Slamet Riyadi
2009-2011 : SMAK BKKK Tangerang
2011 : Ilmu Administrasi Negara Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa